The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

By Guru Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Kendal

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-03-31 21:30:52

Antologi Puisi Himne Senja

By Guru Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Kendal

Keywords: By ,Antologi Puisi Himne Senja,Pendidikan Agama Islam

AKU DAN WAKTU SERATUS DUA PULUH
MENIT

Dhiyah Endarwati

Ini pertama aku sehadap denganmu
Menatap setiap kerlinganmu
Memahami seluruh kalimatmu
Padahal sebelumnya kita tak pernah saling tahu
Dan kau tahu, aku dipaksa memamhamimu
Mengerti maumu
Menjawab seperti inginnya

Kata mereka
Kenyataan ditentukan seratus dua puluh menit ini
Seperti apa aku besuk ditentukan seratus dua puluh menit ini
Mereka menilaiku hanya dengan seratus dua puluh menit ini
Mereka tidak akan tanya bagaimana aku kemarin
Mereka tidak akan cari tahu seperti apa aku kemarin

Pertemuan kita seratus dua puluh menit ini menjadi takdir aku
besuk
Dan kamu mengajarkan aku berharap

Kendal, 25 Maret 2019

38 Antologi Puisi

MENGEJA HARMONI TAPAL BATAS

Dhiyah Endarwati

Nyanyian tembakan merdu di telinga disuarakan
Lagu monoton membelah keheningan
Rintihan dongeng semarak tangisan
Jerit tawaran kebahagiaan
Kita saksikan pembantaian adalah totonan sebelum terjaga
Darah bersimbah adalah pengusir dahaga

Mereka…
Gembira atas asanya
Tertawa karena luka
Mungkin itu senyum terahirnya
Sebelum peluru jatuh menembus dada

Kendal, 04 Januari 2019

Himne Senja 39

PENDIDIKAN UNTUK SIAPA?

Dhiyah Endarwati

Siang yang terik, bayang-bayang sehadap kemudian menghilang
Ingat sepertinya ada yang belum kulakukan
Belum makan? Ya, mungkin, saya belum makan!
Bakso urat, bulatannya besar, kuahnya kental, nikmat…
Belum melangkah pintu diketuk
Wajah bringas, rambut keemasan, dikepang seperti ekor kuda
Celana bokser sepaha, sedal jepit alas kakinya
Alunan kasar merdu dari bibirnya
Siapa dia? Dari mana asalnya? Siapa orang tuanya? Sekolahnya di
mana?
Etika dipertanyakan! Moralnya diragukan!
“Ini tempat pendidikan” celetuk guru di sebelah kananku
“Tempat anak-anak mendapat contoh dan pemahaman” lanjutnya
Bukankah mereka ke sekolah untuk diarahkan, dan diberi
pengertian
Kenapa kalian, kita, dan seluruh instansinya berharap murid baik,
penurut, dan punya etika
Yang sudah seperti itu sudah tak perlu dididik, bukan?
Pendidikan untuk siapa?
Hanya anak yang beretika?
Bukankah pada dasarnya mereka tak tahu apa-apa
Lingkungan menggerakan ahlaknya
Orang tua menentukan agamanya
Jangan! Jangan salahkan mereka
Mereka hanya mengimani apa yang menjadi contohnya
Kasihan, kasihan, yang kurang baik diasingkan
Pendidikan ini untuk siapa?
Coba kita tanya.

Kendal, 20 Maret 2019

40 Antologi Puisi

TUJUAN DAN CELAH

Dhiyah Endarwati

Melihatmu dari sudut ruang kecil mengerucut layaknya piramid
Menatapmu dari keangkuhan kebisingan keras mengglegar
Dari kejauhan itu aku coba kenalkan huruf kapital
Kau coba mengeja tanpa mengerti spasi
Belajar tak selalu pandai “katamu”
Belajar harus dipahami “kataku”
Aku dan kamu adalah arus yang tak pernah dipertemukan
Aku dan kamu adalah garis yang tak mungkin digabungkan
Kamu buku dan aku pembaca
Kamu kertas sedang aku bukan pena
Menggores pada keangkuhanmu
Meluruskan untuk memerbaiki
Mengiklaskan dengan memberi

Kendal, 24 Maret 2019

Himne Senja 41

Diah Puspitasari

Diah Puspitasari, lahir di Kabupaten Gunung Kidul, 27 Juli
1988. Saat ini ia tinggal di Kabupaten Kendal, tepatnya di Aromasari
RT 008, RW 001, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Kendal. Kini ia ktif mengajar di SMK PGRI 1 Sukorejo.

42 Antologi Puisi

BAPAK

Diah Puspitasari

Suatu hari nanti
Ada hal yang akan kuceritakan tentangmu
Tentang gegigihanmu
Menjagaku di setiap waktu

Semangatmu bak sinar mentari
Yang tak pernah lelah, menyinari bumi

Bahkan saat aku tertatih
Engkaulah yang selalu merangkul
Untuk kembali bangkit

Kelak jika tanganmu mulai keriput
Akulah yang akan
Menjagamu!

Kendal, 2019

Himne Senja 43

TAK TAU!

Diah Puspitasari

Apa kau tau, hidup tak hanya harta
Apa kau tau, hidup tak hanya tahta
Apa kau tau, hidup tak hanya memikirkan diri sendiri
Tapi sayang kau tak pernah tau.
Dari fajar ke fajar
Senja ke senja
Bahkan malam ke malam
Kau tetap sama.
Kendal 2019

44 Antologi Puisi

UANG

Diah Puspitasari

Kau begitu memukau,
Banyak orang yang menginginkanmu
Kau bagai permata yang diidam-idamkan
Tapi...
Gara-gara kamu banyak orang berseteru
Gara-gara kamu banyak orang berkelahi
Gara-gara kamu banyak orang bermaksiat
Gara-gara kamu banyak orang memperebutkan tahta
Persahabatan rusak karenamu
Persaudaraan rusak karenamu
Uang membuat kita lupa akan akhirat
Demi uang kita lupa sholat

Begitu berartinya uang!

Kendal 2019

Himne Senja 45

Didik Hendarto

Didik Hendarto, lahir di Kendal, 26 April 1993. Ia aktif mengajar
di SMK Darul Fikri. Menurutnya hidup ini seperti kopi, mau manis
ataupun pahit bergantung bagaimana cara kita menikmatinya.

46 Antologi Puisi

DI NEGERI PARA GURU

Didik Hendarto

Di negeri para guru semua bisa jadi guru
Di negeri para guru orang-orang pada mituhu
Di negeri itu guru harus tulus
Tulus, ya tulus berbakti luhur
Di negeri para guru
Di negeri itu semua guru belum tentu negeri
Di negeri itu guru bercerita banyak liku
Liku guru hanya untuk anak negeri itu
Anak negeri itu selalu bahagia bersama guru
Anak negeri itu sukses berkat guru
Anak negeri itu harusnya tak lupa guru
Anak negeri itu harunya mendengarkan dan mengerti
Ya, mengerti jika sudah di atas negeri harus bijak
Bijak dalam menentukan nasib guru.

Himne Senja 47

SECANGKIR KOPI

Didik Hendarto

Kopi yang kuseduh
Kopi yang kunikmati
Kopi yang kurindu
Menyentuh sanu bariku
Mendekap menyingkap hati
Ibarat secangkir kopi
Kopi itu, yang ku seruput malam ini
Manis, nikmat, dan melekkan mataku
Itu secangkir kopi yang kurindu
Rasa rindu kopi itu
Seperti sang dewa menurunkan bidadari
Bidadari yang selalu kuingat
Bidadari itu membekas
Membekas di secangkir kopiku malam ini.

48 Antologi Puisi

Dini Lestari

Dini Lestari, S.S., lahir di Tegal pada tanggal 22 Mei 1977.
Saat ini mengajar di SMK Negeri 3 Kendal.

Himne Senja 49

MENCARI MIMPI

Dini Lestari

Mencari mimpi di tidurku
kutemui sesosok wajah kusam
keindahan itu tak terwujud nyata

Mencari mimpi di antara detikan waktu
kutemukan rambut uban
Menjadi bertambah ratusan

Kukejar mimpi di ramainya jalanan kota,
didinginnya AC ruang kantorku,
di tumpukkan kertas-kertas kerjaku,
di sela ocehan bosku,
di wajah-wajah para konsumenku,
kutemukan dia
Uang

Saat kucari mimpi di dalamuang
Kutukarkan dia dengan barang
Kemudian makanan
Selanjutnya tak berbekas
Dimakan oleh orang lain atas nama bayar jasa
Habis!

Mimpiku telah habis!
Kukejar lagi keesokan harinya!

30 Maret 2019

50 Antologi Puisi

METAMORFOSIS

Dini Lestari

Bila saja waktu bisa kembali,
Kutunggui kau bermetamorfosis
Tak akan kubiarkan burung pipit
mengganggumu

Bila kesempatan itu bisa datang lagi
Kan kujagai kau
dari ulat yang menjijikkan,
hingga tumbuh mewarna sayapmu.

Semestinya aku menyadari,
Kau akan tumbuh menjelma menjadi indah

Saat kau terbang membawa hati yang telah kudustai
Lalu hinggap pada kuncup yang lain

Aku hanya bisa menyesali

Sedangkan kupu-kupu
tak akan kembali menjadi ulat

Himne Senja 51

NILAI RAPOT YANG TAK SEMPURNA

Dini Lestari

Ada tumpukkan map berwarna
Di dalamnya ada kertas bertuliskan angka-angka

Guru mencoba menuliskan kemampuan otakmu
Dengan angka-angka 70, 80, 90, dst.
Berdasarkan data nilai tugas dan tes yang ada.
Maafkan ya, Nak, bila data yang digunakan tak sempurna

Guru mencoba menuliskan kemampuan kepribadianmu
Dengan huruf-huruf A, B, C.
Berdasarkan perilaku sikap sehari-hari yang tampak di mata
Maafkanlah bila fakta yang terlihat oleh gurumu tidaklah
sempurna

Jika saat ini gurumu memberimu nilai jelek,
Janganlah kau bersedih…
Dan bila gurumu memberikanmu nilai baik,
Jangan pula kau bersikap sombong.

Sesungguhnya otak dan hati manusia, Allahlah yang mencipta
Maafkan bila gurumu memiliki keterbatasan dalam
menerjemahkan kemampuanmu.

Sesungguhnya penilaian yang sempurna
Tentang kemampuan otak dan kepribadianmu,
Bukanlah pada rapotmu.
Tetapi, ada pada pencipta-Nya, Allah SWT

52 Antologi Puisi

Karena itu, Nak…..
Kejarlah prestasimu untuk Dia,
Sang Penilai Maha Sempurna.

Boja, 14 Desember 2018
#terimarapot
#liburtiba

Himne Senja 53

PUISI BAGIKU

Dini Lestari

Puisi bagiku adalah obat,
Dengan mencintanya,
Aku menjadi sehat,
Puisi bagiku adalah sahabat,
Tempat berlindung dari hujat,
saat orang lain berkhianat,
Puisi bagiku beribu manfaat,
Media menyampaikan nasihat,
Bagi jiwa yang sekarat,
Dan jika aku pilih mencipta puisi,
Bukan untuk komisi,
Tapi mencari solusi,
Agar tidak menjadi depresi.
Semarang, 27 09 18

54 Antologi Puisi

TERBANG TANPA SAYAP

Dini Lestari

Tuhan, menganugrahkan burung dengan sayap
Dan dengannya burung mampu terbang tinggi.

Thomas Alfa Edison dengan bola lampunya
Terbang ke seluruh dunia,
Bahkan telah menembus waktu.

Pramoedya Ananta Toer dengan kata-katanya
Tetap mampu terbang bebas meski raganya dipenjara

Walt Disney dengan kartun-kartunnya,
Telah pula terbang untuk menghibur anak-anak di sudut bumi.

Terbanglah walau tanpa sayap,
Untuk membagikan idemu, karyamu,
Dan juga cintamu kepada sesama

Terbanglah meskipun kau tak punya sayap,
Untuk mengerti betapa kerdilnya kita
Di antara trilyunan
Maha Karya Sang Pencipta

29 September 2018

Himne Senja 55

Diyahning Susilawati

Diyahning Susilawati atau Dining S. lahir di Semarang, 3 Juli
1981. Ia menjadi guru sejak 2006. Saat ini ia mengajar di SMK PGRI
4 Kendal dan SMK Lentera Kendal.

56 Antologi Puisi

BUMI YANG MERATAP

Dining S.

Embun menepi terhalau mentari
Gurat cahaya pelangi dedaunan menghapus kerinduan
Pada alam yang bertoleransi
Panorama yang memberi kehangatan
Fatamorgana yang menepis kikis oase kehidupan

Cericit kutilang berharap jatah pada induknya
Katak berceloteh mesra pada hujan yang memberinya bahagia
Anak manusia menari riang di atas tanah tak bertuan
Dan para manula membuka jendela, menikmati aroma alam yang
mempesona
Menyimak daunan bambu yang mengalun syahdu
mendendangkan irama kesunyian

Kini,
Semua tinggal delusi
Saat cerobong-cerobong asap mengintimidasi
Dan asap-asap berbau karbon memorakpandakan aroma alam
mewangi
Serta ulah anak kapitalis yang menjual negeri demi prestasi

Semua menjerit
Semua berontak
Tidak terima
Dan Dia tuliskan surat peringatan

Lalu,
Bumi mulai membuat sensasi,
Menggeliat marah meluluhlantakkan negeri

Himne Senja 57

Kepundan juga tak kalah emosi,
Meludahkan kebencian yang mengabaikan materi.
Tonggak-tonggak bumi berteriak
Menyemburkan aroma neraka mematikan para pemuja dunia
Beliung menghancurkan peradaban
Semesta dikacaukan kemarahan
Manusia bisa apa,
Air mata tak lagi berarti
Penyesalan takkan pernah kembali
Karena Tuhan telah berpihak pada kami
Kendal, 26 Maret 2019

58 Antologi Puisi

IMPIAN ANAK NEGERI

Dining S.

Tangis semesta memecah pagi
Teriring langkah yang mengalun sendu
Ke arah gerbang surgawi

Doa yang kau ratap,
tak lekang oleh waktu.
Permohonan yang kau lisan,
tak jua dirundung putus.
Berbekal tekat sekeras baja,
logika yang seterang lentera.
Kau langkah kaki ke rumah otak menari

Ibamu menjerit, asamu melambung
Mengukir nasib melalui sebuah sistem

Lulus
Itulah impian akbarmu
Membuka kunci gerbang bentala
Meletakkan kepala pada jendela besar
Tuk melihat peliknya mahakarya dunia

Kendal, 25 Maret 2019

Himne Senja 59

Endang Nuraini

Endang Nuraini, asli Kendal, lahir di Kaliwungu pada tanggal
13 September 1971, saat ini mengajar di SMK Negeri 2 Kendal.

60 Antologi Puisi

BURUNG KECIL 61

Endang Nuraini

Cit, cit, cuit
Kudengar jeritan itu
Timbul tenggelam di telingaku
Tak berdaya
Merintih
Minta tolong

Cit, cit, cuit
Kudengar jeritan itu
Jeritan burung kecil
Tersesat
Terjepit
Di sudut rumah

Burung kecil
Sayapmu rapuh
Tak mampu membawamu terbang jauh
Melepaskan diri dari segala ancaman
Tikus dan kucing terus mengintai

Terbanglah tinggi, burung kecil
Hirup udara bebas
Raih mimpi indah
Rengkuh masa depan gemilang

Kendal, 1 April 2019

Himne Senja

HUJAN MALAM INI

Endang Nuraini

Malam ini hujan kembali mengguyur
Menghapus segala gundah yang menggelayut
Menepis segala resah yang mendesah
Membasuh duka, lara, nestapa

Menangis bersama hujan
Kan sembunyikan kepedihan
Kerisauan
Keputusasaan

Malam ini hujan kembali mengguyur
Meratapi siang yang congkak
Penuh kemunafikan
Tipu daya
Keangkaramurkaan

Malam ini hujan kembali mengguyur
Menuntun kita
Melupakan masa lalu
Mengubur perihnya luka
Mengais mimpi yang terkoyak
Merajut asa yang tersisa

Kendal, 22 Maret 2019

62 Antologi Puisi

KUPENUHI PANGGILAN-MU

Endang Nuraini

Aku datang memenuhi panggilan-Mu
Tiada sesuatu yang menyamai-Mu
Pujian, kenikmatan, kekuasaan hanya milik-Mu

Hari ini 8 Dzulhijjah
Kumenuju Mina
Menata hati, meluruskan niat
Kupenuhi panggilan-Mu
Kumengharap ridho-Mu

Esok hari menjelang
Kuberjalan ke Arafah
Berwukuf
Lepaskan baju keangkuhan, kemunafikan
Mengaku diri penuh dosa
Berserah diri mohon ampunan,
Kelak berkumpul bersama orang saleh
Di hari keabadian

Mabit di Muzdalifah
Rehat, lelap
Beralas tanah
Beratap langit
Berhias selaksa bintang

Takbir berkumandang di seluruh penjuru bumi
Darah domba mengalir, bukti ketaatan
Lempar jumrah Aqobah telah kutunaikan
Luruh seluruh dosa bersama helai demi helai rambut tahalul

Himne Senja 63

Kususuri jalan menuju rumah-Mu
Tujuh putaran thowaf ifadhoh
Bertasbih, tahmid, tahlil
Mengagungkan nama-Mu
Mohon kebaikan di dunia dan akhirat
Dan salat di belakang maqom Ibrahim
Dan kuteguk zam-zam, air yang dirahmati
Dan kuikuti jejak Ibunda Hajar
Ikhtiar, bekerja keras mencari rezeki
Sai, berlari-lari kecil
Dari Shofa ke Marwa
Shofa – Marwa
Shofa – Marwa
Ke Shofa lagi
Dan Marwa lagi
Tiada balasan haji mabrur selain surga
Terimalah ibadahku
Kendal, 5 April 2019

64 Antologi Puisi

MUSALA KECIL SAMPING RUMAHKU

Endang Nuraini

Musala kecil samping rumahku
Tempat nyaman untuk munajat
Lihatlah
Anak-anak ke musala dengan bapaknya
Atau ibunya
Atau kakaknya
Atau paman-bibinya
Atau kakek-neneknya
Jika main air saat wudlu, ngobrol, bercanda, dan lari-lari ketika
salat
Tidak dimarahi
Apalagi dilarang ke musala

Anak dilarang ke musala
Bikin kotor
Bikin gaduh
Bikin rusuh
Bikin tidak khusuk

Mereka pun jauh dari masjid
Susah diajak salat
Sering tinggalkan salat

Tuntun mereka ke masjid
Ajari mereka adab di masjid

Musala kecil samping rumahku
Potret membahagiakan negeriku
Magrib, isya’, subuh selalu penuh

Himne Senja 65

Tidak hanya orang tua dan remaja tapi juga anak-anak
Regenerasi tak terputus
Generasi yang selalu terpaut dengan masjid
Kendal, 25 Maret 2019

66 Antologi Puisi

Evika Abidin

Evika Abidin, lahir di Kendal pada tanggal 21 September 1989.
Menghabiskan masa kecil di daerah pesisir utara Jawa Tengah,
tepatnya di Dukuh Pilangsari, Desa Pidodokulon. Saat ini aktif
mengajar sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK
Perwari Kendal

Himne Senja 67

ELEGI SENJA

Evika Abidin

Telah tiba lidah tercekat
terkunci tak mampu lisankan rasa
deret huruf terpendar rangkaikan kata
tanpa daya jadikan realita

Suluh hilang berganti pekat
luruh asa hilang semangat
bimbang hati kian melekat
muram jiwa dalam penat

Padamu pernah ku titipkan impian
denganmu pernah kusandarkan cita
dan bersamamu ingin kuhabiskan masa

Tapi, kau jauh pergi mengembara
mengarung luas samudera
menyibak belahan cakrawala
tinggalkan sukma di tengah dera rasa

Telah ku coba meniti setiap suara
tapi tak lagi ku dengar gaungmu di antara debur ombak
telah ku coba menundukkan pandang
tapi tak lagi ku lihat siluetmu di antara bayang
dan telah ku coba menurutkan langkah
tapi tak lagi kutemukan jejakmu di antara rimbun dahan
dan pernah kucoba mengaburkan kenangan
tapi ternyata kau telah terpatri dalam ingatan

68 Antologi Puisi

Hingga pada suatu senja kutemukan kesadaran,
darimu aku mengenal, bersamamu aku belajar ,
meski berat tetap harus kurelakan,
dan denganmu aku putuskan berhenti berharap
tolong doakan semoga aku kuat...

Himne Senja 69

JALAN

Evika Abidin

Setiap awal terjadi menuju akhir
Setiap langkah terayun tinggalkan jejak
Setiap peristiwa tejalin merangkai kisah
Tak ada akhir tanpa sebuah awal
Tak ada jejak tanpa ayunan langkah
Tak ada kisah tanpa jalinan peristiwa
Terjal jalan yang kau daki
akan membuatmu langkahmu lebih kuat
deras arus yang kau susuri
akan menuntun langkahmu lebih waspada
curam tebing yang kau turuni
akan membimbing langkahmu lebih terarah
dan liku proses yang kau lewati
akan mendukung hatimu lebih bijak tapaki hari

70 Antologi Puisi

PUNCAK

Evika Abidin

Puncak adalah pencapaian
puncak adalah harapan
puncak adalah tujuan
puncak adalah perjuangan
Menuju puncak butuh perencanaan
menuju puncak butuh persiapan
menuju puncak butuh kekuatan
menuju puncak butuh kesabaran
Puncak memang tinggi
puncak tidaklah luas
puncak memang indah
tapi puncak bukanlah akhir

Himne Senja 71

SELAMAT PAGI, HARI

Evika Abidin

Kutulis sajak ini
kala rinai hadir menyapa bumi
menyamarkan embun yang setia pada pagi
memuramkan langit yang bersiap menyambut hari

Kutulis sajak ini
kala gerimis datang mengirim rindu
rintik lembutnya seolah menebar candu
melenakan jiwa menyulut sendu
menahan raga beranjak maju
Namun, ia tak akan menyurutkanku

Kala setitik asa terpercik
api semangat kian terkobar
kala cita telah membuncah
gerak langkah tak akan goyah

Tak peduli hujan ataupun badai
tak peduli peluh atau pun terik
tak peduli terjal atau pun liku
semua akan kulalui

Bukan harta semata yang dicari
bukan sekedar puji yang diingini
tapi senyum esokmu wahai tunas negeri

Kutulis sajak ini kala hari bersiap sambut ujian pagi,

Kendal, 25 Maret 2019

72 Antologi Puisi

UNTUKMU ANAKKU 73

Evika Abidin

Nak,
di penghujung hari kita bersama
aku harap dapat ku lukiskan sepotong senja
yang dapat kau nikmati teduh lembayungnya

Nak,
di penghujung hari kita bersama
aku harap dapat ku torehkan tinta warna warni
yang dapat kau kenang indah kisahnya

Nak,
di penghujung hari kita bersama
aku harap dapat ku tanamkan benih ilmu
yang dapat kau tuai buah hikmahnya

Nak,
maafkan aku yang tak mampu membimbingmu
maafkan aku yang tak sempurna mendidikmu
maafkan aku yang tak selalu bisa mendukungmu

Nak,
Jika tinggi bintang dapat kuraih
akan ku petik dan ku berikan padamu
Dan jika luas dunia dapat kugenggam
akan ku simpan dan ku hadiahkan padamu

Tapi Nak,
aku hanyalah manusia
dengan daya dan upaya

Himne Senja

bukan sosok malaikat
yang mampu kabulkan segala harap
Maka Nak,
Jika suatu saat kita tak lagi bertemu
terbanglah tinggi mengangkasa
agar kau lihat luasnya cakrawala
Maka Nak,
Jika suatu saat kita tak lagi bertemu
menyelamlah sedalam kau mampu
agar kau temui indahnya palung samudera
Maka Nak,
jika suatu saat kita tak lagi bertemu
mendakilah setinggi kau bisa
agar kau saksikan betapa dunia
adalah realita bukan sekedar kata atau cita
Di penghujung waktuku bersamamu, mohon maafkan segala tutur, laku,
dan egoku yang pernah menggores luka di lembar sejarah harimu...
Kendal, 26 Maret 2019

74 Antologi Puisi

Indika Dwimukti

Indika Dwimukti, asli Kendal, lahir di Rowosari pada tanggal
11 April 1992, pendidikan terakhir Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang. Saat ini mengajar di SMK NU 06 Muallimin Weleri.

Himne Senja 75

GORESAN PENA

Indika Dwimukti

Kata-kata yang kugoreskan dengan pena ini di kertas putih bak
suci
Adalah ungkapan rasa
Rasa yang tak dapat kuucapkan…
Saksi bisuku masa sekolah
Bukti langkahku tuk menggapai cita-cita
Simbolis dari para pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu
mendidikku,
Membimbing langkahku, Menerangi sisi gelapku dan tak henti
mendokan kesuksesanku…
Jasa jasa yang tak dapat kubalas
Selain dengan doa dan tanda terimakasihku
Bersinar dan jayalah pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa
namamu akan selalu dikenang di setiap hati murid-murid mu …
Kendal, 22 Maret 2019

76 Antologi Puisi

KELASKU

Indika Dwimukti

Lantunan doa dan senyum manis dari teman-temanku
Selalu mengawali pagi yang cerah di dalam kelasku….
Canda, tawa, tangis, suka, duka, cerita kita bagi bersama …

Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun,
kita lewati bersama, dan alasan kami bisa mengerti satu sama lain

Semua yang ada dalam kelas
kami adalah saksi bisu dari cerita dan perjuangan kami

Jam kosong, saat guru sibuk dengan urusannya
adalah waktu bagi kami mendekatkan diri satu dengan yang
lain…
Seperti bergurau, bernyanyi bersama, bercerita,
makan bersama dan bahkan membuat hal konyol agar dapat
mencairkan suasana …
Kami bak keluarga tanpa harus ada ikatan darah
Saat satu bersedih, saat satu terluka, saat satu tertawa, dan saat
satu bahagia semuapun dapat merasakannya
Dari mereka kenangan-kenangan indah itu hadir…
Dan biarlah keanehan dan keragaman dari kelas kami menjadi
kenangan yang akan selalu terukir bagi kami juga bapak/ibu
guru
Kisah yang dapat diceritakan di masa mendatang
My class is the best for me and always

Kendal, 22 Maret 2019

Himne Senja 77

SEMUT HITAM

Indika Dwimukti

teriakan semut hitam
di sudut paling ujung
dari dalam goa
terdengar bising meriam
menggerutu membabi buta
gelisah kaum susah
tampak sekawanan semut hitam
kepermukaan menuju keperaduan
nasipnya..
Kendal, 22 Maret 2019

78 Antologi Puisi

TWITERKU MALANG

Indika Dwimukti

Disaat orang-orang pada sibuk mengupdate status di twiter
Dan tiba-tiba menjadi autis
Tanpa memikirkan kehidupan orang lain
Dan menjadi lebih apatis

Aku hanya bisa berkata subhanallah
Bersyukurlah aku tidak memilikimu
Tidak mendapatkan cintamu
Karna kumasih sanggup hidup tanpa dirimu

Kendal, 22 Maret 2019

Himne Senja 79

Indrati Wardani

Indrati Wardani, putri dari Bapak Suparto Santoso dan Almh.
Ibu Katriyah, lahir di Kendal 39 tahun yang lalu. Tinggal di Desa
Rejosari, Kecamatan Brangsong. Mengajar di SMK PP Assyyafiiyah
Ngampel Kendal..

80 Antologi Puisi

BERPULANG 81

Indrati Wardani

Buru-buru kuberlalu
Kudapati Ibu
Duduk sambil menunduk
Mengatur napas yang memburu

Kulihat aura
Hijau di rona romanmu
Bibirmu bulan kesiangan
Helaan napasmu terus memburu
Batukmu menyeru
Engkau panik
Napas kian memburu

UGD dingin
Engkau rasa panas
Tubuhmu dingin laksana es
Engkau rasa panas pula
Kurebahkan tubuhmu perlahan
Agar tenang

Panikmu berlalu
Engkau pun tenang
Matamu terpejam
Meski napasmu terburu
Responmu hilang
Terlintas pikiran buruk
Seketika kubuang jauh

Himne Senja

Kubisikkan kalimat sahadat
Air matamu berlinang
Kubisikkan istighfar
Air matamu meleleh
Kubisikkan Allah... Allah...
Butir air matamu saja yang merespon
Kupandangi alat rekam medis
Nadimu berangsur berkurang
Berkurang, melemah, melemah
Nafasmu berubah halus
Tubuhmu makin lemas
Tergolek tanpa daya
Kami alunkan ayat-ayat suci
Mengiringi keberpulanganmu
Ke pangkuan Illlahi Robbi
Brangsong, 9 September 2018

82 Antologi Puisi

KERINDUAN DALAM SEBUAH PERTEMUAN

Indrati Wardani

Aku mencari
Keberadaanmu
Di setiap sudut sekolah
Dengan iming-iming
Program sekolah yang kumiliki
Sebagai obat kerinduan

Kuberanikan menjelajah
Keberadaanmu
Berdasar data yang kuperoleh
Untuk menghilangkan kerinduan

Aku menjemput
Keberadaanmu
Dari bisikan Si Penunjuk
Sebelum waktunya
Agar tak terdahului yang lain

Keluar masuk desa
Menyusuri kampung
Dari pintu ke pintu
Tak kuhiraukan rimbamu
Di mana pun kau berada
Untuk menepis kerinduan
Kerinduan dalam sebuah pertemuan
Antara kau dan aku

Ngampel, 14 Maret 2019

Himne Senja 83

PAGIKU Antologi Puisi

Indrati Wardani

Terperanjat dari mimpi
Tidur pulas
Alunan adzan menutur-nutur telinga
Menggugah segera menunaikannya

Pikirku mulai penuh
Bayang-bayang aktivitas pagi
Jadwal tersusun rapi
Pun buyar
Ini itu
Itu ini
Tak seperti rencana
Sekenanya

Kulalui satu satu
Rangkaian itu
Bagai kereta
Berjajar menunggu
Uluran tanganku

Belum lagi
Muncul kesalahan teknik
Dari Si Kecil
Lengkaplah hari
Berasa nano nano

Pagiku
Semangat pagi

84

Laksana mentari
Menyinari bumi

Brangsong, 15 Maret 2019

Himne Senja 85

UNIKNYA ANAKKU Antologi Puisi

Indrati Wardani

Irama waktu menunjukkan
Pelajaran berganti
Buku kutata, juga dandananku
Aku bersiap menuju kelasku
Batin penuh harap
Anak-anakku telah bersiap
Mendapat pelajaranku

Mata terbelalak
Bibir beristighfar
Batin berselimut kecewa
Langkah berubah 180o
Memburu anak-anakku

Kuturut dari ruang ke ruang
Dari sudut ke sudut
Berharap segera bertemu
Gelora kecewa menipis
Kudapati anak-anakku
Namun beberapa

Kuturut lagi
Dari ruang ke ruang
Dari pintu ke pintu
Berharap menemukan
Anak-anakku
Hanya beberapa

86

Sabar semboyan hati
Kembali kuturut
Kudapati sisanya
Anakku...
Ini sudah waktunya
Ayo kita bergegas
Kembali belajar

Anakku...
Kalian bagian hidupku
Tanpamu, aku tiada arti
Di sekolah
Keberadaanmu kucari
Hadirmu kutunggu
Kudidik agar beradap
Kuajar agar bisa
Uniknya anakku
Unikmu membuat ku merindu

Brangsong, 14 Maret 2019

Himne Senja 87


Click to View FlipBook Version