The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

By Guru Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Kendal

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-03-31 21:30:52

Antologi Puisi Himne Senja

By Guru Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Kendal

Keywords: By ,Antologi Puisi Himne Senja,Pendidikan Agama Islam

UJIAN

Ratna (Naura_Anaba)

Dalam menapaki kehidupan aku tak kan bisa lari darimu
Entah itu pendidikan, kehidupan, maupun masa depan
Telah kuhabiskan waktu berjam-jam dan bertahun-tahun
Tuk melaluimu
Yang kuinginkan hanya kesuksesan

Kini kududuk di bangku SMK
Sudah 12 tahun berlalu kumenempuh pendidikan
Setiap akhir jenjang pendidikanku
Pasti kubertemu denganmu
Oh, ujian
Knapa harus slalu bertemu

Apakah dengan bersamamu dapat membuktikan kepandaianku?
Banyak segelintir orang menganggap begitu
Namun tidak bagiku
Bagiku hanya sebuah gambaran

Ya, hanya gambaran yang belum tentu dapat memastikan
Karna, bagiku kepandaian, keberhasilan tidak hanya melaluimu
Namun, dari hasil yang dapat dibuktikan kepada semua orang

Hidup mapan, pekerjaan bagus, bisa membuat orang tua bangga
Itulah wujud dalam kesuksesan ujian
Hasil
Hasil yang memuaskan bagi yang melakukan
Dengan usaha yang keras, tekat yang kuat
Dan tak lupa doa
Itu semua kunci dalam melaluimu
Ujian

138 Antologi Puisi

Riska Ningsih

Nama lengkapnya Riska Ningsih. Di lingkungan keluarga
biasa dipanggil Riska, sedangkan di lingkungan pergaulan luar
sering dipanggil Neni. Ia lahir di Kendal, 3 November 1995.

Himne Senja 139

PUTIH ABU

Riska Ningsih

Dengan lantang kuucapkan selamat pagi

Kepada mentari dengan kicauan burung

yang berisik

Seragam putih kukenakan

Dasi kugantungkan

Tinggal memakai sepatu

Ransel yang penuh dengan buku lusuh

Mengalihkan beratnya kaki untuk

melangkah

Aku menatap ke langit

Penuh harap dan kecemasan

Cemas aku takkan sampai

Tapi wajah-wajah para pekerja

mengalahkan panasnya terik

140 Antologi Puisi

TINTA

Riska Ningsih

Kosong tiada apa…

Karna kekosongan tiada guna

Tetapi…

Jika ada sesuatu yang

mewarnai atau mengisi

Itu lebih begruna

Yaitu tinta…

Hitam mengisi kekosongan

yang tiada guna

Dengan kita mencatat atau

menulis

Pada pelajaran atau

pengajaran

Karna ada sesuatu angan-

angan

Yaitu…

Masa depan

Himne Senja 141

Rokhimatul Aminin

Rokhimatul Aminin, asli Bandengan. Anak ragil dari Bapak H.
Mukasin dan Ibu Hj. Kastini ini lahir di Kendal, 1 November 1990.
Saat ini mengajar di SMK Ngesti Widhi Husada.

142 Antologi Puisi

PUTRIKU, CAHAYAKU

Rokhimatul Aminin

Marissa Adelia Galuh
Kendal, 25 April 2018

Suara tangis memecah kecemasan
Tampak malaikat mungil di atas tubuh ini
Mata indah mulai terbuka
Berkedip ke arah cahaya
Mengeliat ke berbagai sudut dengan penuh tanya
Jemari mungil yang lembut

Mulai merekah mengapai mulut
“inikah mulut yang selalu membisikan tentang indahnya dunia?”
“inikah mulut yang selalu bercerita tentang papaa”
“inikah mulut yang selalu aku dengar lantunan ayat-ayat
al-qur’an”

Tawa dan canda yang biasa didengar
Kini dapat disaksikan dan didengar
Sentuhan lembut yang hanya dibayangkan
Kini mulai dapat dirasakan

Aku tatap mata indahnya
Aku belai rambutnya yang lebat
Aku sentuh bibir mugilnya yang merah jambu
Aku kecup kening dan pipinya yang merona
Aku bisikan di telinganya
“ini mama yang setiap hari kau dengar suara cemprengnya,
Yang setiap hari kau tendang kini dapat kau lihat dan peluk”

Himne Senja 143

SOAL oh SOAL

Rokhimatul Aminin

Tatapan tajam mengarah kepadamu
Satu per satu kubuka pintu
Pintu mana yang tepat kumasuki
Di pintu mana engkau bersembunyi

Waktuku tak lama tuk bermain denganmu
Karna masih banyak yang mengantri tuk bermain denganku
Penuh ketajaman dan pemahaman tuk bisa menemukanmu

Semalam sudah kuberi tanda
Tanda dengan warna yang berbeda
Agar kumudah menemukanmu
di kala waktu mengejarku

Di saat mata ini mulai liar
Kumelihat engkau berpindah di atas kepala
Membuat aku semakin kusut
Terperangkap dalam permainanmu

Kendal, 21 Maret 2019

144 Antologi Puisi

Sinta Nofia Sari

Sinta Nofia Sari adalah seorang guru Bahasa Indonesia di
SMK Negeri 1 Kendal. Mungkin tak banyak orang yang mengenal
sosoknya. Bukan karena dia tak pandai bergaul, melainkan karena
ia guru baru di sekolah tersebut.

Himne Senja 145

KOSONG

Sinta



Terhimpit asa di persimpangan arah
Hambar rasaku dalam hati
Menatap langit-langit kamar yang gelap dan lembab
Hanya terlihat di pojok laba-laba menyusun sarang
Terbesit sebuah pemikiran
Menyerah?
Tak ada yang mengerti
Tak ada yang menyumbangkan solusi
Bolehkah ku menyerah
Bisakah sekarang ku mengaku kalah
Tidak!
Lirih terngiang suara berbisik seperti angin
Apa yang engkau cari
Apa yang sedang ingin kau capai
Pergulatan jiwa yang entah kapan terjawab
Sepi…
Sunyi…

146 Antologi Puisi

SENJA DEWATA

Sinta

Gulungan ombak menyapu tepak langkah

Membentur kaki hingga menimbulkan percik air

Dengan embus angin rindu

Kusapu awan langit yang mulai menampakkan sinar jingga

Ke dalam rangkul peluk senja yang sama

Menyongsong matahari kembali keperaduan

Senjaku mulai datang

Melagu rindu pada kesahduan senja

Pengharapan kita yang kala itu menunas

Aku tak akan pernah resah akan sakit kepergian

Selama kulihat bayangmu dalam senjaku

Hingga deru napas yang kutarik

Membau aromamu melalui senja dewata

Aku akan tetap di sini



Himne Senja 147

Siti Aminatun

Siti Aminatun, S.Pd., M.Par., biasa dipanggil Bu Amin, dilahir­
kan 45 tahun silam di sebuah kota kecil di pedalaman Sukoharjo,
Jawa Tengah. Pengalaman mengajar di SMK Negeri 5 Surakarta
(1997–2000), di SMA Muhammadiyah 4 Kendal (2001–2007), dan
sejak tahun 2008 hingga sekarang mengajar di SMK Negeri 4
Kendal.

148 Antologi Puisi

HARAPAN

Siti Aminatun

Kugantungkan harapan
Pada setiap ujung ranting yang kutebang
Kugantungkan harapan
Pada tunas-tunas baru yang menantang
Kugantungkan harapan
Pada peneduh kehidupan
Tumbuh dan teruslah merekah
Hingga kau tebar berjuta kedamaian
Agar hidup bermartabat sarat manfaat
Selamat dunia akherat

Himne Senja 149

JASAMU

Siti Aminatun

Kau sapa pagi bersama embun diujung daun
Kau ayun langkah dengan semangat merekah
Kau tatap kami dengan teduh hati
Kau tahta doa di sepanjang usia

Kau senandungkan lagu kehidupan
di tengah kegalauan
Kau sematkan lentera kehidupan
di tengah kegelapan
Kau tunjukkan jalan kehidupan
di tengah kesesatan

Mutiara laut tak dapat gantikan jasamu
Kilau emas tak dapat gantikan muliamu
Surgawilah kelak tempat layakmu
Kumohon pada Yang Mahatahu

150 Antologi Puisi

MANIS PADA AKHIRNYA

Siti Aminatun

Senyummu yang kubiarkan tersungkur
Kini berarti
Belaian indahnmu yang kuhempaskan
Kini bermakna
Persemaian yang kaurajut
Kini berbuah
Podium kehormatan yang kaujanjikan
Kini kugapai
Dharma bhakti yang kautanam
Kini kupetikdankunikmati
Semua begitu memesona sarat makna
Setelah aku berjalan ke batas cakrawala
Dan kuteguk manisnya embun kehidupan

Himne Senja 151

NUANSA WARNA

Siti Aminatun

Dulu ...
Hidupku tanpa warna
Karena semua berwarna
Berada dalam satu alunan nada
Beradu dalam dawai gempita
Membahana penuh canda tawa
Kini ...
Hidupku penuh warna
Karena semua bermakna
Berada dalam satu nuansa
Beradu dalam satu dawai kehidupan
Membahana penuh suka cita
Nanti ...
Hidupku tinggal satu warna
Yang harus kupahat mulai kini
Antara hitam putih kehidupan
Sebuah pilihan dalam keharusan

152 Antologi Puisi

PETUAH BIDADARI

Siti Aminatun

Tanahku kering penuhluka
Musim tak lagi berkawan
Panas hujan badai bersahutan
Bergulir tanpa irama

Tak kan kubiarkan tanahku terlunta
Kuteringat petuah sang bidadari surga
Yang menyapa di pagi buta
Bahwa alam harus tetap terjaga
Bekal ilmu kubuka
Bekal etika kupelihara
Bekal agama kutata
Agar hidup lebih bermakna

Engkaulah bdadari penebar kebaikan
Lentera penerang buana
Jasamu terkenang dalam setiap desah napas
Ingin kukembalikan nuansa musim senada
Meski semua kembali pada kehendak-Nya

Himne Senja 153

Sri Harjati S.

Sri Harjati S. atau Harjati Kimianto, lahir di Purwodadi pada
5 Mei 1970, masih aktif menularkan ilmu di SMK Negeri 2 Kendal.



154 Antologi Puisi

HAMPA NYATA

Harjati Kimianto

Tiupan kata tak bersuara
Dentingan hati tak berdegub
Letupan nafas tanpa nada
Ayunan tangan tak bersambut

Laksana senja tanpa semburat lembayung
Laksana jejak kaki tak berirama

Semua kelam
Temaram
Hampa
Nestapa
Tak berdaya

Hanya desingan asa
Bergejolak dalam raga

Himne Senja 155

HATI BUTA BUKAN MATA

Harjati Kimianto

Hidup adalah perjalanan hati
Suka adalah jelmaan impian
Lara adalah pembuluh kala sepi sendiri
Laku adalah titisan mata dan hati

Mata adalah wawasan hati
Hati adalah kunci hidup dalam diri
Sesungguhnya manusia adalah perasa
Baik mata dan hatinya

Mata mereka sebenarnya tidak buta
Hanya hatilah yang mati dalam dada
Tak ada lagi mata hati dalam dirinya
Terbutakan hati yang menggelapkan matanya

156 Antologi Puisi

PROSES KURTILASKU 157

Harjati Kimianto

Setiap proses ada kebingungan
Setiap proses ada kejanggalan
Setiap proses ada was-was
Setiap proses ada ketimpangan
Setiap proses ada percobaan
Semua dinamakan proses

Dalam proses ada pembelajaran
Dalam proses ada perbaikan
Dalam proses ada permasalahan
Makanya dinamakan proses

Diajak berubah kita bingung
Diajak maju kita linglung
Diajak berpikir kita mikir-mikir
Ada apa ini
Namanya saja proses

Kebingungan membuahkan kesabaran
Kesabaran mempercepat kita bersyukur
Coba kalau diperlambat
Kita kan selalu bingung dan tidak bersyukur
Itulah awal proses kurtilasku muncul

Kurtilas
Oh, kurtilas
Andai kau tak hadir lebih cepat
Pastikan
Rasa syukur lambat menghampiri

Himne Senja

Terima kasih kurikulum tigabelas
Membuat kita menjadi manusia sabar dan selalu bersyukur

158 Antologi Puisi

Urip Susilowati

Urip Susilowati, lahir 29 November 1981 di Brebes. Pernah
belajar di Universitas Negeri Semarang. Saat ini tercatat sebagai
guru Bahasa Indonesia di SMK NU 02 Rowosari, Kendal.

Himne Senja 159

DENGAN APA

Urip Susilowati

Katakan kepadaku
Bagaimana mengenalmu
Agar kami tak salah mengerti
Sebab bahasa kita tak sama

Maafkan kami yang tak mau bermain dengan waktu
Mendengarkan dongengan yang kian menjauhkan kami dari
kasih sayang
Sebab kami saling mencintai

Ya, biarlah waktu mengajari kami untuk tumbuh dalam
perbedaan
Dan memaknai tiap kata dengan hati
Bukan dengan mau kami atau kalian

(12 April 2019, 15:42)

160 Antologi Puisi

TENTANG RINDU

Urip Susilowati

Untukmu
Rindu yang tak pernah habis
Menepis gelisah
Mengikat sepi
Mengeja waktu
Menembus sukma

(12 April 2019, 16: 03)

Himne Senja 161

Utari Tri Hartati

Utari Tri Hartati, Kendal, 3 Januari 1970
Saat ini mengajar di SMK Negeri 4 Kendal

162 Antologi Puisi

BUNGA SAHAJA

Utari Tri Hartati

Tampak warna-warni bunga bermekaran di taman nan luas
Indah memesona siapa pun yang memandang
Memancarkan semarak harum wanginya
Menggelitik hati tuk bisa memetik dan memilikinya

Namun tiba-tiba aku terhenyak
Kupincingkan mata ini dalam ketidakpercayaan
Tampak di kejauhan, di sudut taman yang luas
Mekar sekuntum bunga yang sederhana warnanya

Kapan bunga itu mekar?
Kapan dia berada di sudut taman itu?
Bunga siapakah gerangan?
Hati ini bertanya-tanya

Mengapa setelah sekian lama kutelusuri taman bunga ini
baru sekarang kujumpai bunga sederhana yang begitu menarik
perhatianku?
Di manakah selama ini dia mekar, menampakkan diri?
Mengapa baru sekarang kujumpai dia…bunga nan sahaja

Dengan riang dan penuh harap
Kudekati bunga sederhana itu
Takjubku memandanginya
Tak puas-puasnya kubelai dan kucium harumnya

Hari demi hariberikutnya
Bunga sederhana semakin menampakkan pesonanya

Himne Senja 163

Tak kuasaku berpaling darinya
Meski hanya sekejap

Siang-malam kuselalu terbayang
Pesona bunga sederhana yang baru kujumpa
Ingin rasanya aku slalu berada di dekatnya
Merawatnya dengan penuh kasih, sayang, dan cinta tulus

Meski kusadar…
Kutelah memiliki bunga lain yang indah
Tetapi bunga titipan yang tak kuasa kutolak
Meski sejak awal kuenggan menerimanya
Ah…bunga sahaja
Sudikah kiranya engkau kumiliki
Kurawat dengan penuh kasih, sayang, dan cinta?

Bunga sederhana penuh pesona
Maafkan daku bila kuingin memilikimu
Karna ku tak kuasa tuk mengabaikanmu
Izinkan daku merawatmu…

164 Antologi Puisi

DOA TIADA BERMAKNA

Utari Tri Hartati

Entah apa yang terjadi malam ini
Gurat-gurat kesedihan mengiris hati
Ada rasa tidak pecaya akan apa yang kubaca
Namun ternyata itu memang benar adanya

Doa tulus yang keluar dari bibir ini
Hanyalah dianggap basa-basi
Yang tiada bermakna dan berguna
Hanyas ebatas kata-kata penghibur duka

Begitupedih dan perihkurasa
Sesak…terasa sampai menusuk dada
Sebegitukah apa yang ada dalam pikir
Orang yang selama ini teramata kucintai

Bulir mata tiada terasa membasahi
Mengalir…terasa panas kurasa di pipi
Bibir ini senantiasa bergumam tiada henti
Ya Allah…maafkan hamba-Mu yang tlah sakiti pujaan hati

Ya Allah… tiada terasa butiran-butiran mengalir
Semakin deras membasahi pipi
Dari sang rembulan yang tertutup awan kelam
Bak air hujan yang malam ini menyiram bumi

Ya Robb… begitu besar cinta hamba padanya 165
Rengkuhlah dirinya dalam kasih-Mu
Lindungilah dirinya dalam dekap-Mu
Naungilah dirinya dalam ridha-Mu…Amin

Himne Senja

KEANGKUHAN CINTA Antologi Puisi

Utari Tri Hartati

Tiit….tiit…tiit…
Nada dering hand phoneku berbunyi
Bergegas kulihat pesan masuk
Namun kekecewaan yang kurasakan
Kuberharap itu darimu
Entah…sekadar bertanya, menyapa
Atau entah apa

Dua hari terasa menyiksa
Kucoba tuk tetap bertahan
Dalam ketersiksaan ini
Tuk tahu apa yang kamu rasakan
Apakah seprti apa yang ku rasa?
Entahlah…

Detik demi detik
Waktu terusberlalu
Namun tak kunjung jua
Kabar yang kuharap dan nantikan
Darimu orang yang senantiasa
Selalu dalam anganku

Tiada tanya sedikit pun darimu
Mengapa. Ada apa…tentang diriku
Kuselalu berharap
Dirimu menanyakan itu
Dalam nada berbeda
Layaknya kekasih yang sedang marah
Karena tiada kabar dari sang pujaan

166

Namun rupanya
Dirimu kurasa biasa saja
Sehingga timbul tanya dalam hati
Apakah dirimu benar-benar lupa
Akan diriku yang sangat merindukanmu
Ataukah memang
Kita dihinggapi keangkuhan?
Keangkuhan akan cinta?

Himne Senja 167

MENANTI DI UJUNG WAKTU

Utari Tri Hartati

Detik demi detik tertatih-tatih menuju asa
Resah hati menanti asa
Jarum jam berputar terasa lambat
Jadi saksi bisu di setiap rasa

Janji terikrar dalam sekeping hati
Untuk selalu menanti pujaan hati
Entah sampai kapan…
Hati berhenti merintih pedih menanti

Hanya doa dan asa yang selalu disenandungkan
Tuk menggapai asa yang belum pasti
Meski asa terus melambai memanggil
Agar segera menghampirinya

Sekeping hati tetap tegar menanti
Meskipun menanti bukanlah waktu yang tepat
Sedangkan hati terlanjur mengembara bersamanya
Akankah menanti hingga di ujungwaktu?

168 Antologi Puisi

PERMATAKU

Utari Tri Hartati

November berkah…
Tangismu pecah membelah kesunyian
Bulir-bulir mengalir perlahan membasahi pipiku
Hanya rasa syukur dan doaku senandungkan
Kutatap mata beningmu seakan mengajukan pertanyaan
Kaukah ibuku…?

Bocah mungil dengan tatapan bening
Seakan siap mengarungi kehidupan ini
Lelaki kecil dengan raga yang kuat dan jiwa yang bersih
Seakan siap mengembara menjelajahi dunia

Rizki Agung Ramadhani, itulah namamu
Penuh dengan rasa syukur kepada Sang Ilahi

Engkaulah belahan jiwaku…
Engkaulah kepingan hatiku…
Engkaulah kebanggaanku…
Engkaulah tempat curahan hatiku…

Ya Robb…
Jadikan permataku bintang yang bersinar,
dapat menerangi jiwa yang tertutup kabut.
Jadikan permataku udara yang sejuk,
dapat menyejukkan hati yang sedang bergejolak.

Himne Senja 169

SENANDUNG BINTANG

Utari Tri Hartati

Berderet bintang bersinar terang kala malam merajai
Ada satu bintang yang berbeda dengan bintang yang lain
Bintang itu bersinar lebih terang
Meskipun terang tapi tampak gelisah
Seakan ada yang ditunggu kehadirannya

Malam kian larut berselimut dingin
awan tipis berarak-arakan tampak gembira
Seakan gembira merayakan malam yang istimewa
Dari kejauhan tampak rembulan yang berselimut awan

Bintang tersenyum tipis, menatap kehadiran rembulan
Awan-awan bergerombol hingga menutupi sinar rembulan
Bintang hanya bisa terdiam sambil menatap rembulan
yang mulai hilang dari pandangannya

Bintang hanya bisa bersenandung rindu
Rindu pada pujaan hati
Rindu pada kekasih hati
Rindu pada cinta sejati

170 Antologi Puisi

RENUNGAN

Utari Tri Hartati

Dalam dingin angin malam
Derasnya air hujan menyiram bumi
Kutermenung sendiri di teras rumah
Kutatap langit…gelap gulita yang ada
Hanya terlihat jatuhnya air hujan tiada henti

Dentang jam membuyarkan lamunanku
Memberikan tanda pada mahluk bumi yang masih terjaga
Teng…teng…teng…teng…
Duabelas kali bunyi itu kuhitung
Ah…dewa malam telah beranjak

Tanpa terasa…bulir-bulir air mata mengalir
Membasahi pipi mengiringi doaku
Mengucapsyukur pada Illahi
Atas apa yang telah Engkau berikan

Kutengadahkan tangan dalam permohonan
Agar raga dan jiwa ini
Masih diperkenankan menyatu
Tuk menapaki berputarnya waktu…

Himne Senja 171

Wahyu Retnoningsih

Wahyu Retnoningsih lahir di Grobogan tahun 1989. Menempuh
pendidikan dari SD sampai dengan SMA di Kabupaten Grobogan,
kemudian melanjutkan studi S1 di UNNES. Kini memantapkan
hati untuk bermukim di Kendal.

172 Antologi Puisi

BARISAN ANGKA

Wahyu Retnoningsih

Hubungan angka huruf yang kian menyatu
Hinggap di kepala, keras membatu
Otak ini tak mampu menerimanya
Organ ini tak kuasa menolaknya
Terpatri untuk menguasai
Tergiur oleh jajaran angka-angka nanti
Semua kan dihadapi, meski
Sembilan tak ku dapati

Kendal, 2 April 2019

Himne Senja 173

EMAK PENJAGA CINTA

Wahyu Retnoningsih

Senyum itu di pintu itu
Berkerut-kerut menghiasi senyum di pintu itu
Senyum itu

Kala aku kebarat
Senyum itu masih dipintu tanpa berat
kala aku ke timur
Senyum itu masih bertutur

Lelah kaki menapakkan langkah
Ke mana pun
Kapan pun
Di mana pun
Senyum itu di pintu itu tanpa lelah

Januari telah beranjak ke Februari
Senyum itu di pintu itu masih berseri
Maret tlah berhenti menyapa
Senyum itu di pintu itu masih sama
April
Kuncup selalu merekah

174 Antologi Puisi

JADI HENING 175

Wahyu Retnoningsih

Hening bukan heningkan cipta
Sunyi bagai malam tanpa bintang
Seperti hati yang tak terisi
Hening

Hening karna kucipta
Hening karna sepi menemani
Menemani jiwa raga ini
yang lelah olehnya

Dia yang kian membisu
Buatku ikut kaku
Hening

Dia yang tak membalas
Buatku ikut malas
Hening

Dia yang tak bergerak
Buatku tak beranjak
Hening

Dia yang tak bersua
Buatku enggan mengeja
Hening jadinya

Kendal, 2 April 2019

Himne Senja

SAYANG BUMI

Wahyu Retnoningsih

Bumi membumilah
Memantapkan hati karna Illahi
Membumilah
Karna raga tak slalu di sisi
Membumilah
Meski sepi menemani hari
Membumilah
Menciptakan gembira hati
Membumilah
Semua kan dapat dijalani
Membumilah
Semua jalan dapat dilalui
Membumilah
Saying, sayangi bumi

Kendal, 2 April 2019

176 Antologi Puisi

Wahyu Wiji Sayekti

Wahyu Wiji Sayekti, putri sulung dari tiga bersaudara, lahir
26 tahun silam di sebuah kampung kecil, Desa Trisobo, Kecamatan
Boja, Kab. Kendal. Pernah belajar di SDN 2 Trisobo, SMPN 1 Boja,
SMAN 1 Boja, dan menjadi alumni Universitas Negeri Semarang.

Himne Senja 177

NAK…

Wahyu Wiji Sayekti

Nak, duduklah sebentar.
Lalu dengarkan kami barang semenit
Kami bukan sedang mendongeng, bukan juga nembang kidung
lawas .
Ada pesan, ada sedikit ilmu yang barangkali bisa membantumu.
Ada harapan yang begitu besar, ada pengalaman yang barangkali
bisa menjadi pengingatmu.
Kami bukan profesor yang tak diragukan lagi intelektualitasnya.
Apalagi malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan.
Kami juga bukan momok yang harus kalian takuti.
Ilmu kami tak banyak, pengalaman pun baru secuil.
Tapi kami merasakan semua itu lebih dulu dibanding kalian.
Nak, percayalah,
Sikap keras kami dan nada tinggi yang acapkali kalian dengar,
semata-mata luapan kasih sayang kami.
Nak, dengarlah.
Kami tak butuh sanjungan, pujian, atau penghormatan yang
berlebih.
Kami hanya ingin kalian, anak-anak kami, siswa-siswi kami
menjadi generasi yang bermanfaat, membanggakan, bermartabat,
namun selalu merunduk.

Boja, 9 April 2019

178 Antologi Puisi

TEH HANGAT DAN HUJAN

Wahyu Wiji Sayekti

Kubungkus rapat, sekali.
sampai tak ada yang curi dengar,
tak ada mata-mata,
atau bahkan yang bertanya pura-pura.
Teh hangat dan hujan,
cukuplah mereka saja,
tidak dengan yang lain.
Sembari menghabiskan detik pada jam dinding besar itu,
kubungkus rapat semua rapal yang keluar dari suaramu dan
suaraku.
Mari habiskan sisa hujan kemarin,
hingga tegukan terakhir pada hangat gelas kita.
Lalu biarkan mereka bertanya-tanya. . .

Boja, 17 Maret 2019

Himne Senja 179

Wiku Noviardi

Wiku Noviardi lahir di Kendal 2 November 1982, saat ini
mengajar di SMK Negeri 7 Kendal dan bertempat tinggal di perum
Griya Jati Indah, Rejosari, Brangsong.

180 Antologi Puisi

AKU INGIN

Wiku Noviardi

Aku ingin....
Aku ingin bersamamu malam ini
Walau sesaat
Dan meski lewat mimpi
Tapi....
Hanya angin yang menemani
Membawa kidung rindu di hati
Aku ingin....
Aku ingin berbagi rasa denganmu
Namun semua hanya asa
Yang selalu berjalan di rongga-rongga kepala
Aku Ingin....
Aku ingin kau selalu di sampingku
Sayangku.

01 September 2018 Gg. Murai 99

Himne Senja 181

HEMBUSAN BAYU

Wiku Noviardi

Hembusan bayu mendesirkan bait-bait
Menceritakan sepotong senja
Tentang menyalanya jenggala rindu binar mata
Hembusan bayu yang mengabarkan
Akan kuatnya sebuah asa
“Yakinlah?” itu katanya
Hembusan bayu yang membawa
Goresan tinta untuk bicara
Masih ada seutas cahaya rembulan
Di sela-sela rerimbunan penantian
Hembusan bayu pun menegaskan
Sampai kapan pun
Ia kan slalu menanti
Berkawan janji yang dulu diikrarkan
Di ujung kota harapan

Gg. Murai No. 99-21.30.

182 Antologi Puisi

KAULAH MIMPI ITU

Wiku Noviardi

Kaulah mimpi itu
Bagai embun pagi yang sejuk
Di atas hamparan daun-daun mungil
Bening bak telaga surga
Yang menghantarkan ribuan rasa
Dalam keteduhannya

Kaulah mimpi itu
Yang merajut benang-benang keharuman
Dalam kelopak bunga
Yang menyemai kasih
Dalam ladang-ladang kangennya

Kaulah mimpi itu
Seperti semburat mentari pagi
Yang memancarkan senyum ranumnya
Di antara ranting-ranting yang berdansa
Dan sebuah rasa yang ada
Berhembus angin segar melegakan dada
Tatkala kau pulang
dan itu nyata

Gg. Murai-Nov_2_18_21.14’

Himne Senja 183

MENCARIMU

Wiku Noviardi

Aku mencarimu....
Aku mencarimu di setiap mimpiku
Mata terpejam di saat sepi
Dan bintang pun tak kan pernah mati
Walau malam sampai yang terdalam
Ku tetap mencari
Mencari bayang yang tersembunyi
Tapi sebenarnya menemani
Dalam wujud memori
Tepatnya di palung hati

Gg. Murai No.99- 21.30

184 Antologi Puisi

SANG GURU

Wiku Noviardi

Di saat pagi buta
Kau melaju bersama raungan kuda besi itu
Lebatnya hutan, panjangnya jalan
Terjalnya gunung, curamnya lembah
Terpaan angin dan dingin yang selalu mengigit
Tak pernah kauhiraukan
Sebuah asa akan kejayaan anak bangsa
Terpatri dalam lubuk kekuatanmu

Oh Sang Guru....
Bagai pijar menyala dalam gelap semesta
Kau terangi anak-anak bangsa
Dengan lafaz tutur katamu yang lembut
Dengan senyum manismu yang selalu mengembang
Kau tabur benih pengetahuan,etika, dan norma
Tanpa rasa lelah

Sang Guru...
Kau adalah penerang
Walau waktu begitu cepat berlalu
Tiada rasa jemu terlintas di wajahmu
Semangtmu terus menggebu
Memberikan rasa kasih antarsesama
Membangun pintar anak-anak manusia
Untuk kokohkan masa depan Bangsa

Gg. Murai 21-03-2019

Himne Senja 185

SERAUT WAJAH

Wiku Noviardi

Malam kian menghujam
Mendung merayap, bintang pun muram
Kantuk mengampiri namun mata enggan terpejam
Seraut wajah mengetuk hati meradang dalam
Aku mengeluh pada malam panjang,” kenapa angin datang
sendiri?”
Kini tinggal malam berkawan sepi
Aku terjatuh bersama mimpi
Mengharap seraut wajah datang menghampiri
Meski dalam ikatan tali
Namun aku selalu seorang diri

Gg.Murai 99-2018

186 Antologi Puisi

SUDUT RUANG TUNGGU

Wiku Noviardi

Bersandar pada matahari
Seiring alunan masa tunggu,
Menghangatkan jiwa yang beku.
Di mata matahari tampak puspa yang mendamba
Bergelut waktu dan tak ingin usai.
Ramai senyap hati bergemuruh.
Waktu menunggu...,
Lemah pucat kertas matahari saat itu
Menambah muram palung hati puspa,
Telapak mungil menapaki puncak matahari,
Hati berdesir panas menjalar
Tercekat cemas akan matahari tertutup mendung .
Waktu berjalan... ,yang ada hanya bisu
Seraya menikmati irama detak matahari
Terasa indah dan damai..., tak lama....
Tangan tergengam puspa hengkang
Pandang penuh harap tuk bisa bersandar .
Semua kembali sendu di penghabisan waktu
Memenuhi sudut ruang tunggu itu

Awal Agustus, Gg. Murai 99.

Himne Senja 187


Click to View FlipBook Version