The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agusjokosungkono82, 2022-10-02 21:44:02

Jurnal Bioma JANUARI 2021

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Keywords: Jurnal Bioma,Januari 2021

JURNAL PENDIDIKAN KABUPATEN MADIUN

Volume 7 Edisi 1 : Bulan JANUARI 2021

https://www.idntimes.com/science/discovery/deny-hung/7-fakta-unik-landak-
hewan-imut-berduri-yang-kebal-terhadap-racun-c1c2-1

DITERBITKAN OLEH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MADIUN

PROVINSI JAWA TIMUR
Blog : jurnalbioma.blogspot.com—email : [email protected]

SUSUNAN REDAKTUR JURNAL BIOMA

Pelindung
Bupati Madiun

Pembina
Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Pengarah
Drs. HENDRO SUWONDO, M.Pd
PRAPTO PURNOMO, S.Pd., M.Pd
Drs. MUNTORO WIDJI ATMADJA, M.Pd

Pimpinan Redaksi
Dra. ENDANG SRI HASTUTI, M.Pd

Redaksi Pelaksana
AGUS JOKO SUNGKONO, S.Pd
IDA NURCHASANAH, S.Pd
SULASTRI, S.Pd

Mitra Bestari
Drs. SULISETIJONO, M.Pd (UM)
Dr. DWI SULISTYORINI (UM)
Dr. AGUSTI THAMRIN, M.Pd (UNS)
Dr. CH NOVI PRIMIANI (Universitas PGRI Madiun /UNIPMA)
Prof. Dr. NURSALAM, M.Nurs (Hons) (UNAIR)

Sekretariat
WAGE SYUFIATUN, S.Pd
Dra. DWI LINDA SULISTYOWATI

Alamat Redaksi
Sekretariat : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun
Jl. Raya Tiron 87 Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63151 Telp (0351) 464477 Fax 473173
CP : Endang Sri Hastuti, Hp 081231180068
Email : [email protected]
Blog : jurnalbioma.blogspot.com

ii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………… i

SUSUNAN REDAKTUR ………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… iii

Artikel 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK 1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI LUKIS SISWA KELAS IX D SMP
NEGERI 21 TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Artikel 2 Oleh : Agus Susilo, Guru SMP Negeri 21 Tanjung jabung Timur 7

Email: [email protected]

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN UNSUR MIKIR MELALUI PELATIHAN
DAN PENDAMPINGAN PROGRAM PINTAR TANOTO FOUNDATION DI SMP
NEGERI 12 TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Artikel 3 Oleh : Anita Sriyuanti, SP.d, Guru SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur 15

Email [email protected]

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA
SISWA KELAS X IPS 3 SMA NEGERI 1 DAGANGAN TAPEL 2017/2018

Artikel 4 Oleh : Drs. Budhi Hartojo, Guru SMA Negeri 1 Dagangan Kabupaten Madiun 23

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
QUANTUM LEARNING DENGAN METODE SIMULASI PADA POKOK
BAHASAN ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SISWA KELAS VIII
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN

Artikel 5 Oleh : Ella Nurlistiani, S.Pd, Guru SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun 31

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LINGKARAN
SISWA KELAS VIII B SEMESTER II SMPN 12 TANJUNG JABUNG TIMUR
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Artikel 6 Oleh : Liliek Sulastri, M.Pd, Guru SMPN 12 Tanjung Jabung Timur 38

E-mail: [email protected]

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI
FLUIDA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 WUNGU TAHUN PELAJARAN
2015/2016

Artikel 7 Oleh : Lotty Sri Peni, S.Pd, Guru SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI
UNSUR GEOGRAFIS DAN PENDUDUK DI KAWASAN ASIA TENGGARA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IX C SEMESTER GENAP TAHUN
PELAJARAN 2018/2019 DI SMP NEGERI 2 KEBONSARI MADIUN

Oleh :Siti Halimah, Guru SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun

iii

Artikel 8 PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN 52

KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMPN 1 SUKOREJO KABUPATEN
PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2019-2020

Artikel 9 Oleh : Suprapto, Kepala SMP Negeri 1 Sukorejo Kabupaten Ponorogo 61

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN
METODE DISCOVERY MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM PADA
KONSEP SISTEM KOLOID KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 WUNGU
KAB.MADIUN TAPEL 2018/2019

Oleh : Usman Tokang, S.Pd, Guru SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun

Artikel 10 PENERAPAN NHT BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK 70
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS VIII A SMPN 1 DAGANGAN

Artikel 11 Oleh: Wahyu Tri Sayekti, S.Pd, M.Pd, Guru SMP Negeri 1 Dagangan Kabupaten 82
Madiun

Email: [email protected]

PENERAPAN METODE FORUM GROUP DISCUSSION UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR DARING DI SMP NEGERI 2 SARADAN KABUPATEN MADIUN
DI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Artkel 12 Oleh : Zainal Arifin, Kepala SMP Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun 88

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI KEANEKARAGAMAN
MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION
STUDENT HAVE PADA SISWA KELAS VII F SEMESTER GASAL TAHUN
PELAJARAN 2018/2019 SMPN 1 DOLOPO MADIUN

Oleh : Hery Murotibah, Guru SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun 99
Gaya Selingkung Jurnal BIOMA

iv

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI LUKIS SISWA KELAS IX D
SMP NEGERI 21 TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Agus Susilo, Guru SMP Negeri 21 Tanjung jabung Timur
Email: [email protected]

Abstrak
Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar, Seni Budaya.

Masalah dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Seni Lukis siswa kelas
IX D SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
Seni Lukis melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek. Jenis metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data berupa teknik nontes dan tes. Teknik nontes menggunakan lembar observasi,
teknik tes menggunakan tes formatif. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
hasil belajar Seni Budaya. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase ketuntasan hasil belajar afektif siswa
pada siklus I memperoleh kategori sebesar 61,5% kategori “Mulai Terlihat” dan pada siklus II menjadi
76,9% kategori “Mulai Berkembang”. Persentase ketuntasan hasil belajar psikomotor siswa sebesar 65,4%
kategori “Cukup Terampil” pada siklus I dan pada siklus II menjadi 76,9% kategori “Terampil”. Persentase
ketuntasan hasil belajar kognitif siswa sebesar 61,5% kategori “Sedang” pada siklus I, dan pada siklus II
menjadi 80,8% kategori “Sangat Tinggi”

The problem in this study is motivated by the low learning outcomes of students in class IX D SMP
Negeri 21 Tanjung Jabung Timur. The purpose of this study is to improve learning outcomes for painting
through the application of project-based learning models. The type of research method used is classroom
action research which is carried out in two cycles. Each cycle consists of two meetings with the planning,
implementation, observation, and reflection stages.

The data collection techniques were non-test and test techniques. The non-test technique uses an
observation sheet, the test technique uses a formative test. Data were analyzed using qualitative and
quantitative analysis techniques. The results showed that the application of a project-based learning model
could improve learning outcomes for Cultural Arts. This is indicated by the percentage of completeness of
the affective learning outcomes of students in the first cycle obtaining a category of 61.5% in the "Starting
to be visible" category and in the second cycle it is 76.9% in the "Starting to Develop" category. The
percentage of students' psychomotor learning outcomes completeness of 65.4% in the category of
"Sufficiently Skilled" in the first cycle and in the second cycle to 76.9% of the "skilled" category. The
percentage of completeness of students' cognitive learning outcomes was 61.5% in the "moderate" category
in the first cycle, and in the second cycle to 80.8% in the "very high" category.

Pendahuluan pendidikan menengah, kemudian pendidikan
Pendidikan dilaksanakan tidak hanya tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang
berguna untuk saat ini saja, tetapi juga berguna telah ditentukan.
untuk menyiapkan dan menciptakan masa depan
siswa yang lebih cerah dengan menghasilkan Untuk mencapai tujuan pendidikan
output berkualitas yang mampu bersaing di era tersebut, lembaga pendidikan bersama pemerintah
global. melakukan berbagai upaya perbaikan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan
Pengembangan potensi yang dimiliki oleh memperbaiki kurikulum yang digunakan pada
siswa harus dilakukan secara bertahap dan setiap jenjang pendidikan. Yakni Kurikulum
menyeluruh, mulai dari jenjang pendidikan dasar,

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 1

2013. Pendidikan di SMP Negeri 21 Tanjung masalah dan memberi peluang siswa bekerja
Jabung Timur saat ini menerapkan Kurikulum secara otonom mengonstruksi belajar mereka
2013. sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk
karya siswa yang bernilai dan realistik. Sementara
Penerapan Kurikulum 2013 di SMP itu Sani (2014: 174) menyatakan pembelajaran
memuat beberapa mata pelajaran, salah satunya berbasis proyek atau Project Based Learning
Mata Pelajaran Seni Budaya. Dapat diketahui (PjBL) dilakukan untuk memperdalam
bahwa Seni Budaya menekankan pada tiga hal, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
yaitu proses, prosedur, dan produk. Oleh karena dengan cara membuat karya atau proyek yang
itu, dalam pelaksanaan pembelajaran Seni terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang
Budaya, guru harus mengetahui dan memahami diharapkan dimiliki oleh siswa. Pembelajaran
tentang hakikat Seni Budaya sehingga dalam berbasis proyek pada dasarnya merupakan turunan
pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya di kelas daripembelajaran berbasis masalah. Karena dalam
guru tidak mengalami kesulitan. penerapannya, pembelajaran berbasis proyek
berawal dari sebuah masalah, kemudian siswa
Begitu juga dengan siswanya dalam bekerja sama untuk mencari solusi dari masalah
memahami konsep-konsep Seni Budaya. Pada tersebut, dan pada tahap akhir siswa dapat
dasarnya dalam pembelajaran Seni Budaya siswa membuat atau menghasilkan sebuah produk yang
tidak hanya dituntut untuk menghafal konsep- akan berguna bagi kehidupan nyata siswa.
konsep yang sudah ada, tetapi juga berusaha untuk
menemukan konsep tersebut sehingga siswa Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
mampu membangun pengetahuannya. diadakan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Seni Budaya di SMP Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
diharapkan dapat membantu siswa dalam Meningkatkan Hasil Belajar Seni Lukis Siswa
mengimplementasikan pengetahuan yang telah Kelas IX D SMP Negeri 21 Tanjung Jabung
diperoleh pada kehidupan nyata, serta membantu Timur”.
siswa dalam menyadari bahwa alam semesta ini
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang Metode Penelitian
harus dijaga kelestariannya agar tetap dapat Jenis penelitian yang digunakan yaitu
digunakan dan dimanfaatkan oleh generasi
selanjutnya. Dengan cara berkreasi di bidang seni penelitian tindakan kelas (classroom action
budaya. research). Taniredja, dkk. (2010: 16) menyatakan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut penelitian yang mengangkat masalah-masalah
diindikasikan selama pembelajaran siswa hanya yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang
mendengarkan penjelasan materi dari guru, merupakan pencermatan kegiatan belajar yang
kemudian mencatat dan dilanjutkan dengan berupa tindakan untuk memperbaiki dan
mengerjakan soal-soal yang ada di buku sesuai meningkatkan praktik pembelajaran di kelas
dengan perintah guru (teacher centered). secara lebih profesional.

Dalam melaksanakan kegiatan Prosedur yang digunakan dalam
pembelajaran khususnya pada seni Lukis, pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus dan
diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan.
model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat Arikunto, dkk., (2006: 16) menyatakan bahwa
berperan aktif dalam pembelajaran serta dapat secara garis besar terdapat empat tahapan
mengembangkan kemampuannya. penelitian tindakan, yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Salah satu model yang sesuai untuk Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi
diterapkan seni Lukis di SMP yaitu dengan dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan
menggunakan model pembelajaran berbasis pembelajaran tercapai.
proyek. Buck Institute for Education dalam
Trianto (2014: 41) mengemukakan bahwa project-
based learning adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 2

Rancangan Penelitian mengetahui hasil belajar siswa pada ranah
Penelitian ini direncanakan dua siklus kognitif dalam pembelajaran Seni Budaya
melalui penerapan model pembelajaran
dengan terlebih dahulu melihat kondisi awal berbasis proyek.
kemampuan peserta didik. Pelaksanaan penelitian
ini terbatas pada jam pembelajaran seni budaya 3 Alat Pengumpulan Data
jam pembelajaran per minggu yang tiap jam 1. Lembar Observasi
pelajarannya 40 menit.
Instrumen ini dirancang oleh peneliti
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yang juga guru mata pelajaran Seni Budaya.
di SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur Jl. Lembar observasi ini digunakan untuk
Jendral Sudirman KM. 1 Kelu. Tanagn Babat Kab. mengumpulkan data mengenai hasil belajar
Tanjung Jabung Timur, Jambi. psikomotor siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan pada semester berbasis proyek.
genap tahun pelajaran 2019/2020 Semester genap 2. Soal Tes
selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan penelitian
ini dimulai dari tahap perencanaan sampai laporan Instrumen ini digunakan oleh peneliti
hasil penelitian. untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
kognitif siswa dalam pembelajaran Seni
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX D Budaya selama penelitian tindakan kelas
semester genap SMP Negeri 21 Tanjung Jabung berlangsung dengan diterapkannya model
Timur. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah pembelajaran berbasis proyek.
26 orang siswa yang terdiri dari 12 orang siswa
laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Teknik Analisis Data
Nilai hasil belajar psikomotor siswa yang
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperoleh digolongkan ke dalam kategori nilai
hasil belajar psikomotor siswa yang dapat dilihat
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini pada tabel di bawah ini Tabel Kategori hasil
adalah teknik nontes (observasi) dan tes. belajar psikomotor setiap siswa. KKM 75
1. Teknik Nontes
no rentang predikat
Teknik nontes digunakan untuk 1 92 ≤ 100 A = Amat Baik
memperoleh data yang bersifat kualitatif. 2 84 ≤ 91 B = Baik
Teknik nontes dilaksanakan dengan 3 75 ≤ 83 C = Cukup
menggunakan lembar observasi yang 4 55 ≤ 74 D = Kurang
digunakan untuk mengumpulkan data yang 5 0 ≤ 54 E = Amat Kurang
berkenaan hasil belajar afektif, dan hasil
belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran Indikator Keberhasilan
Seni Budaya dengan menggunakan model Penerapan model pembelajaran berbasis
pembelajaran berbasis proyek.
proyek dalam pembelajaran seni budaya dapat
Lembar observasi afektif dan dikatakan berhasil jika nilai rata-rata siswa
psikomotor siswa dinilai dengan menggunakan meningkatdan ketuntasan secara klasikal
rubrik penskoran. Penilaian hasil belajar meningkat.
afektif dan psikomtor siswa dilakukan oleh
observer dengan cara memberi tanda cheklist Pembahasan
(√) pada setiap indikator yang muncul. Prestasi Siswa dalam Mengerjakan tugas
2. Teknik Tes
setelah pelaksanaan kunjungan galeri pada tiap
Teknik tes dilakukan untuk siklus untuk mendapatkan Nilai Afektif
memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Tes diperolehnilai sebagai berikut.
ini dilaksanakan dengan memberikan soal tes
formatif kepada siswa setiap akhir dari siklus
pembelajaran. Tes dilakukan untuk

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 3

Nilai Afektif

30 20

25 4 3
Siklus II
20 16
15

10
10

5

0
Siklus I

amat baik baik cukup kurang amat kurang

Berdasarkan diagram diatas terjadi kesenjaangan 76,9% mendapaatkan katagori “mulai
antara katagori “mulai terlihat” dan “mulai berkembang”.
berkembang” adalah 15, 4%. Hal ini dikarenakan
61,5% mendapatkan katagori “mulai terlihat” dan Untuk Nilai Psikomotor terdapat pada

gambaran sebagai berikut:

Nilai Psikomotor

30 20
25
20 17 5
15 1
10 7
Siklus II
52
0

Siklus I

Amat baik Baik Cukup Kurang Amat Kurang

Berdasarkan diagram diatas juga terjadi 65,4% mendapatkan katagori “cukup terampil”
kesenjaangan antara katagori “cukup terampil” dan 76,9% mendapaatkan katagori “terampil”.
dan “terampil” adalah 11,5%. Hal ini dikarenakan
Dan untuk Nilai Kognitif terdapat pada

gambaran sebagai berikut.:

Nilai Koknitif

30

25 21

20 16

15
10

10

5 4
1

0

Siklus I Siklus II

Amat baik Baik Cukup Kurang Amat Kurang

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 4

Berdasarkan diagram diatas juga terjadi mendapatkan katagori “sedang” dan 80,8%
kesenjangan antara katagori “sedang” dan “sangat mendapaatkan katagori “sangat tinggi”.
tinggi” adalah 19,3%. Hal ini dikarenakan 61,5%

Rekapitulasi Penilaian
Rekapitulasi dari seluruh penilaian baik

afektif, psikomotor maupun kognitif pada siklus I
dan II dapat digambarkan sebagai berikut.

Siklus II

30

25 16
20 16 17 10

15 10 Kognitif
10 7

52

0

Afektif Psikomotor

amat baik baik cukup kurang amat kurang

Siklus II

30

25 20 21
20

20

15

10 5
1
5 43 4
1
0
kognitif
Afektif psikomotor

amat baik baik cukup kurang amat kurang

Angka tersebut cukup menggembirakan melalui penerapan model pembelajaran berbasis
karena menunjukkan prestasi tiap kelompok
dalam nilai koknitif model pembelajaran berbasis proyek pada pelajaran seni budaya dapat
proyek. Mereka memperlihatkan kesungguhan
dan keseriusan dalam melaksanakan proyek ini meningkatkan hasil belajar siswa.
tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian tindakan Pada siklus I persentase ketuntasan hasil
kelas tersebut, bahwa model pembelajaran
berbasis proyek dapat meningkatkan prestasi belajar afektif siswa sebesar 61,5% kategori
belajar seni budaya siswa. Kegiatan ini terbukti “Mulai Terlihat” dan pada siklus II menjadi 76,9%
dapat mewujudkan kondisi pembelajaran ideal kategori “Mulai Berkembang”. Persentase
bagi siswa seperti yang diharapkan oleh penulis.
ketuntasan hasil belajar psikomotor siswa sebesar
Kesimpulan 65,4% kategori “Cukup Terampil” pada siklus I
Berdasarkan hasil analisis data, dapat
dan pada siklus II menjadi 76,9% kategori
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas “Terampil”.

Persentase ketuntasan hasil belajar
kognitif siswa sebesar 61,5% kategori “Sedang”

pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 80,8%
kategori “Sangat Tinggi”.

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 5

Daftar Pustaka
1. Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. PT Refika

Aditama. Bandung.
2. Amri, Sofan. 2013. Pengembangan Model dan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi

Pustakarya. Jakarta.
3. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.
4. Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
5. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung.
6. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses

Implementasi Kurikulum 2013. Ghalia Indonesia. Bogor.
7. Jihad, Asep & Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo. Yogyakarta.
8. Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Pusat Pengembangan

Profesi Pendidik. Jakarta. Kemendiknas. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. BSNP. Jakarta.
9. Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama.
Bandung.
10. Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
11. Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
12. Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
13. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.
14. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
15. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta.
16. Suerni. Tri, Dra, M.Sn.2019. Karya Seni Lukis Unit Pembelajaran PROGRAM PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN (PKP) BERBASIS ZONASI Copyright © 2019 Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
17. Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Dasar.
Rajawali Pers. Jakarta.
18. Supardi. 2015. Penilaian Autentik: Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
19. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Arruzz Media. Yogyakarta.
20. Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
21. Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenadamedia
Group. Jakarta.
22. Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Ar-russ Media. Yogyakarta.
23. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara. Jakarta.
24. Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Pembelajaran Berbasis Proyek - Agus Susilo - SMP Negeri 21 TanjungJabung Timur - Halaman 6

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN UNSUR MIKIR MELALUI PELATIHAN DAN
PENDAMPINGAN PROGRAM PINTAR TANOTO FOUNDATION DI SMP NEGERI 12

TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Anita Sriyuanti, SP.d, Guru SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur
Email [email protected]

Abstrak

Keywords: Active Learning with MIKIR Elements, training and mentoring

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan Guru dalam melaksanakan
pembelajaran Aktif dengan unsur MIKIR di SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur Penelitian
menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan metode menghitung prosentase hasil dari siklus
pertama dan kedua. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan atau
observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua guru mata pelajaran yang yang telah mengikuti
pelatihan dan Pendampingan Program Pintar Tanoto Foundation menjadi meningkat keterampilannya
dalam melaksanakan pembelajaran dengan unsur MIKIR, ini dibuktikan dengan capain semua komponen
di atas 85%. Sebagai saran,sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah hendaknya senantiasa berperan
aktif dalam membimbing para guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam melaksanakan
pembelajaran aktif

This study aims to improve the skills of teachers in carrying out active learning with MIKIR
elements in SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur. This research uses a qualitative descriptive approach
with the method of calculating the percentage of results from the first and second cycles. Data collection
was carried out using observation or observation sheets. The results showed that all subject teachers who
had attended the Tanoto Foundation Smart Program training and assistance had improved their skills in
implementing MIKIR learning, this was evidenced by the achievements of all components above 85%. As
a suggestion, as learning leaders in schools, they should always play an active role in guiding teachers to
improve their skills in carrying out active learning

Pendahuluan dicapai . Guru melaksanakan pendidikan melalui
Kepemimpinann pembelajaran bagi kepala kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta
didik..
sekolah adalah selalu berfokus pada pembelajaran
peserta didik dan profesionalisme guru dalam Salah satu tujuan penting pembelajaran
melaksanakan pembelajaran di kelas. Semua adalah untuk mengembangkan potensi siswa. Dari
kegiatan sekolah, termasuk kurikulum di sekian banyak potensi, kreatifitas merupakan
dalamnya, difokuskan untuk mendukung potensi yang sangat penting dalam hidup mereka
keefektifan dan mutu kegiatan mengajar serta kelak. Pendekatan pembelajaran yang dapat
pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran akan mengembangkan potensi tersebut antara lain
efektif apabila pemimpin menjalankan tugas dan “Pendekatan Belajar Aktif”. Pendekatan tersebut
fungsinya dengan baik. Pengikut atau bawahan telah lama dikenal para guru di Indonesia, paling
melakukan tugas dan fungsinya dengan baik dan sedikit tahun 1979, namun, kualitas penerapannya
didukung kondisi sekolah yang kondusif. di sekolah nampaknya masih harus terus
ditingkatkan. Guru sangat perlu memiliki
Proses pembelajaran ataupun kegiatan pemahaman yang baik tentang pendekatan
belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan tersebut untuk mendukung peran penting mereka
guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dalam mengembangkan potensi peserta didik.
dilakukan, apalagi dalam rangka pelaksanaan SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur
Pendidikan formal, guru menjadi pihak yang merupakan salah satu sekolah mitra dari Tanoto
sangat vital. Guru memiliki peran yang paling Foundation sejak tahun 2018, sebagai salah satu
aktif dalam pelaksanaan pendidikan yang hendak

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 7

sekolah mitra maka SMP Negeri 12 Tanjung diadaptasikan dalam penelitian ini. Model ini

Jabung Timur mendapatkan bantuan program menggunakan sisrem refleksi diri yang dimulai

Pintar yang meliputi : dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan

1. Pembelajaran Aktif perencanaan kembali yang merupakan dasar

2. Budaya Baca untuk suatu ancangm- ancang pemecahan

3. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS) masalah. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini

4. Peran Serta Masyarakat (PSM) akan dilakukan dengan 2 siklus, terdiri dari

Tujuan pemberian bantuan program Pintar beberapa tahap, yaitu

tersebut adalah untuk meningkatkan mutu sekolah 1. Perencanaan : dalam penelitian tindakan ini

dan mempercepat tercapainya Standar Nasional menggunakan bentuk kepala sekolah sebagai

Pendidikan (SNP) . Salah satu bidang penting peneliti, penanggung jawab penuh penelitian

yang penulis rasakan sangat besar manfaatnya ini adalah kepala sekolah. Tujuan utama dari

adalah pelatihan dan pendampingan bagi guru penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk

bidang studi yaitu pembelajaran aktif dengan meningkatkan keterampilan guru dalam

menerapkan unsur MIKIR ( mengalami, melaksanakan pembelajaran aktif dengan

imteraksi, komunikasi dan refleksi) unsur MIKIR , dimana kepala sekolah secara

Kenyataan saat penulis melakukan kegiatan penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

supervisi akademis yang rutin dilakukan setiap perencanaan, tindakan, pengamatan dan

semester, masih banyak guru yang belum refleksi.

melakukan pembelajaran aktif yang sesuai 2. Pelaksanaan tindakan : hal-hal yang dilakukan

dengan tuntutan kurikuklum tahun 2013 dan sekolah adalah 1) persiapan tindakan, 2)

tantangan pembelajaran abad 21. Guru guru pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) analisis

masih cenderung melakukan pembelajaran dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dapat

konvensional dan belum memperlihatkan upaya digambarkan sebagai berikut :

untuk menggali potensi dan kreatifitas peserta a) Waktu Semester I (bulan Agustus,

didik. Metode pembelajaran yang mereka pakai September, Oktober tahun 2019)

belum bervariasi dan mampu menggugang b) Tempat di SMP Negeri 12 Tanjung Jabung

antusiasme dan keceriaan peserta didik dalam Timur

mengikuti proses pembelajaran. c) Pelaksanaan tindakan kepala sekolah

Melihat Fenomena di atas penulis selaku d) Bentuk tindakan Menerapkan unsur MIKIR

pemimpin pembelajaran di sekolah berupaya dalam melaksanakan pembelajaran aktif.

meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan e) Subjek : Guru mata pelajaran bahasa

oleh guru seiring dengan terpilihnya SMP Negeri Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,

12 Tanjung Jabung Timur sebagai salah satu IPA dan IPS.

sekolah Mitra dari Tanoto Foundation yang 3. Pengamatan Proses pengamatan dalam

mendapatkan bantuan pelatihan dan penelitian ini adalah waktu berlangsungnya

pendampingan program Pintar Tanoto Foundation pembelajaran di kelas–kelas yang dilakukan

dalam hal pelaksanaan pembelajaran aktif dengan oleh guru 5 mata pelajaran di atas dengan
unsur “MIKIR” penulis jadikan sebagai
penelitian yang berjudul “Meningkatkan prosedur menyesuaikan kondisi sekolah.

4. Refleksi dilakukan pada akhir siklus . pada

Keterampilan Guru Dalam Melaksanakan tahap ini peneliti mengumpukan dan

Pembelajaran Aktif Dengan Unsur MIKIR menganalisis data yang diperoleh selama

Melalui Pelatihan Dan Pendampingan observasi, yaitu data yang diperoleh dari

Program Pintar Tanoto Foundation Di SMP lembar observas. Kemudian peneliti

Negeri 12 Tanjung Jabung Timur Tahun menganalisa dari hasil pengamatan yang
Pelajaran 2019/2020”.
dilakukan, baik kekurangan maupun

Penelitian ini adalah penelitian tindakan model ketercapaian pembelajaran dari siklus pertama

Stephen Kemmis dan MC. Tagart (1998) yang sebagai pertimbangan perencanaan

diadopsi oleh Sunanto (2000:49) yang kemudian pembelajaran pada siklus selanjutnya. Dari

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 8

hasil itu dapat diketahui . 1. Tempat Penelitian

Rincian perencanaan tindakan setiap siklus : Penelitian ini dilaksanakan Di SMP Negeri 12

a. Siklus 1 Tanjung Jabung Timur.

1. Peneliti merencanakan tindakan pada siklus 2. Waktu Penelitian

pertama yaitu melakukan wawancara Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari

dengan guru yang akan diteliti setelah Bulan Agustus sampai Oktober semester ganjil

mereka mendapatkan pelatihan tentang tahun pelajaran 2019/2020

pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR . 3. Subyek dan karakteristik subyek penelitian

2. Peneliti memberikan kesempatan kepada Yang menjadi subyek penelitian ini adalah:

guru untuk mengemukakan kesulitan atau No Mata Pelajaran Jumlah Keterangan
Guru
hambatan dalam melaksanakan

pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR 1 Bahasa 4 orang 3 PNS, 1

3. Peneliti memberikan penjelasan kepada Indonesia Honorer

guru tentang pentingnya melakukan 2 Bahasa Inggris 3 orang PNS

pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR, 3 Matematika 2 orang PNS

agar dapat menggali potensi yang dimiliki 4 IPA 3 orang 2 PNS, 1

peserta didik honorer

4. Peneliti melakukan observasi/pengamatan 5 IPS 3 orang 2 PNS, 1

langsung terhadap pelaksanaan honorer

pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR, Jumlah 15 orang

dengan mencatat hal-hal yang terjadi Dalam penelitian ini tidak semua guru mata

selama proses pembelajaran. pelajaran menjadi subyek karena guru yang

5. Peneliti menyampaikan hal-hal yang mendapat pelatihan pembelajaran aktif hanya 5

ditemui saat melakukan observasi terhadap mata pelajaran sehingga dari jumlah total guru

proses pembelajaran aktif dengan unsur yang ada di SMP Negeri 12 tanjung jabung Timur

MIKIR yang dilakukan oleh guru, baik yaitu 23 orang, 15 orang guru yang manjadi

kelebihan atau kekuranggannya untuk subyek penelitian ini terdiri dari 13 orang guru

selanjutnya diperbaiki atau ditindak lanjuti wanita dan 2 orang guru laki-laki.

pada siklus kedua.

6. Melakukan refleksi. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
b. Siklus kedua
Dalam penelitian ini penulis
1. Peneliti merencanakan tindakan pada siklus menggunakan pendekatan Deskriptif kualitatif
yaitu membandingkan hasil yang diperoleh
kedua yang didasarkan pada pada siklus pertama dan siklus ke dua, dengan
menggunakan tehnik prosentase atau melihat
revisi/perbaikan pada siklus pertama peningkatan yang terjadi dari siklus pertama
dengan siklus kedua. Metode deskriptif dapat
2. Peneliti melakukan tindakan sesuai dengan diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarakan/
rencana pada siklus ke dua melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-
3. Peneliti melakukan observasi/pengamatan lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
terhadap pelaksanaan pembelajaran aktif Dengan metode ini peneliti berupaya
menjelaskan data yang peneliti kumpulkan
dengan unsur MIKIR oleh guru, dengan melalui komunikasi langsung atau wawancara,
observasi/pengamatan dan diskusi yang berupa
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung.

4. Peneliti menyampaikan hal-hal yang

ditemui selama pengamatan

5. Melakukan Refleksi

3.2 Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: Tempat
Penelitian, Waktu Penelitian Dan Jadwal
Penelitian.

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 9

prosentase atau angka-angka. No Aspek Yang Diamati ∑%

2. Tehnik Pengumpulan Data bagaimana
Tehnik pengumpulan data dalam
10 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100
penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui
data kualitatif yang diperoleh dari hasil kegiatan bagi peserta didik untuk
observasi atau pengamatan.
3. Instrumen penelitian mengumpulkan informasi

Instrumen yang digunakan dalam 11 Memfasilitasi dan menyajikan 13 87
penelitian tindakan sekolah ini adalah lembar
observasi atau pengamatan. kegiatan bagi peserta didik untuk

mengasosiasikan data dan

informasi yang dikumpulkan

12 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100

Tehnik Analisis Data kegiatan bagi peserta didik untuk
mengkomunikasikan

Analisis data yang digunakan dalam pengetahuan dan keterampilan 15 87
penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu yang diperolehnya 13 87
Deskriptif kualitatif dengan menghitung 13 Menunjukan keterampilan dalam
prosentase hasil dari siklus pertama dan siklus mengunakan media belajar
kedua. 14 Menunjukan keterampilan dalam
mengunakan sumber belajar

Indikator Pencapaian Hasil 15 Melibatkan peserta didik dalam 11 73
pemanfaatkan media belajar
Peneliti membuat target pencapaian hasil
16 Melibatkan peserta didik dalam 11 80
secara rinci tiap indikator adalah 85 persen dalam pemanfaatan sumber
pembelajaran
melaksanakan pembelajaran aktif dengan unsur
17 Memberikan pembelajaran yang 12 80
MIKIR, dengan indikator sebagai berikut : menghasilkan karya siswa

No Aspek Yang Diamati ∑%

1 Mengkondisikan suasana belajar 13 87 18 Menghasilkan pesan yang 9 60

yng menyenangkan menarik

2 Mengatur perabotan kelas yang 15 100 19 Menumbuhkan partisispasi aktif 11 80

mendukung pembelajaran peserta didik melalui interaksi

kooperatif guru, peserta didik

3 Melaksanakan pembelajaran 10 67 20 Memfasilitasi dan membimbing 13 87

yang menumbuhkan partisipasi peserta didik untuk merefleksi

aktif peserta didik dalam proses dan materi pembelajaran

mengemukakan pertanyaan 9 60 Pedoman Penskoran dengan rumus :
4 Melaksanakan pembelajaran 11 73
10 67 Skor = Jumlah Skor yang diperoleh X 100
yang menumbuhkan partisipasi
aktif peserta didik dalam Jumlah Skor Maksimak
mengemukakan pendapat
5 Mengajukan pertanyaan yang Peringkat Nilai :
mendorong siswa untuk Amat Baik (AB) 90 < AB ≤ 100
menjawabnya Baik (B) 80 < B ≤ 90
6 Meminta siswa untuk memberi
komentar dan menjawab Cukup (C) 70 < C ≤ 80

Kurang (K) ≤ 70

pertanyaan siswa lain Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini
7 Merespon positif partisipasi 15 100 dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan
instrumen pengamatan dan wawancara . Setiap
siswa siklus terdiri dari satu pertemuan, setiap
pertemuan menggunakan waktu 2 x 40 menit.
8 Memfasilitasi dan menyajikan 10 67 Prosedur pelaksanaan pembelajaran aktif dengan
unsur MIKIR seperti terlihat dalam RPP yang
kegiatan bagi peserta didik untuk

mengamati

9 Memancing peserta didik untuk 11 73

bertanya apa, mengapa, dan

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 10

terlampir. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang No Aspek Yang Diamati ∑%

hasil penelitian dengan menggunakan kedua untuk mengumpulkan informasi

instrumen yaitu pengamatan dan wawancara.

Siklus Pertama (satu) 11 Memfasilitasi dan menyajikan 13 87

Siklus 1 ini terdiri atas beberapa tahap yaitu : kegiatan bagi peserta didik

(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) untuk mengasosiasikan data dan

pengamatan, (4) Refleksi seperti berikut ini informasi yang dikumpulkan

12 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100

1. Perencanaan kegiatan bagi peserta didik

Perencanaan adalah langkah awal yang untuk engkomunikasikan

dilakukan oleh peneliti saat akan memulai pengetahuan dan keterampilan

tindakan. Maka penulis membuat rencana yang diperolehnya

tindakan sebagai berikut : 13 Menunjukan keterampilan 15 87

1) Menyusun lembar wawancara dan lembar dalam mengunakan media

pengamatan belajar

2) Menyusun pedoman pensekoran 14 Menunjukan keterampilan 13 87

3) 3.Membuat jadwal pengamatan dalam mengunakan sumber

pembelajaran untuk masing-masing guru belajar

2. Pelaksanaan 15 Melibatkan peserta didik dalam 11 73

Pada siklus pertama indikator pencapaian hasil pemanfaatkan media belajar

16 Melibatkan peserta didik dalam 11 80

dari masing masing komponen adalah sebagai pemanfaatan sumber

berikut : pembelajaran

No Aspek Yang Diamati ∑% 17 Memberikan pembelajaran yang 12 80

1 Mengkondisikan suasana belajar 13 87 menghasilkan karya siswa

yng menyenangkan 18 Menghasilkan pesan yang 9 60

2 Mengatur perabotan kelas yang 15 100 menarik

mendukung pembelajaran 19 Menumbuhkan partisispasi aktif 11 80

kooperatif peserta didik melalui interaksi

3 Melaksanakan pembelajaran 10 67 guru ,peserta didik,

yang menumbuhkan partisipasi 20 Memfasilitasi dan membimbing 13 87

aktif peserta didik dalam peserta didik untuk merefleksi

mengemukakan pertanyaan proses dan materi pembelajaran

4 Melaksanakan pembelajaran 9 60 Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat
yang menumbuhkan partisipasi bahwa kegiatan pembelajaran aktif dengan unsur
aktif peserta didik dalam 11 73 MIKIR yang telah dilakukan oleh guru setelah
mengemukakan pendapat 10 67 mereka mendapatkan pelatihan dan
15 100 pendampingan program PINTAR dari Tanoto
5 Mengajukan pertanyaan yang 10 67 Foundation sudah mulai meningkatkan meskipun
mendorong siswa untuk 11 73 ada beberapa aspek yang masih kurang dari 85%
menjawabnya 15 100 yaitu pada aspek melaksanakan pembelajaran
yang menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
6 Meminta siswa untuk memberi dalam mengemukakan pertanyaan 67%, pada
komentar dan menjawab aspek melaksanakan pembelajaran yang
pertanyaan siswa lain menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam mengemukakan pendapat baru mencapai
7 Merespon positif partisipasi 60%, pada aspek mengajukan pertanyaan yang
siswa mendorong siswa untuk menjawabnya masih
mencapai73%, sedangkan pada aspek meminta
8 Memfasilitasi dan menyajikan siswa untuk memberi komentar dan menjawab
kegiatan bagi peserta didik pertanyaan siswa lain baru mencapai 67%, untuk
untuk mengamati

9 Memancing peserta didik untuk
bertanya apa, mengapa, dan
bagaimana

10 Memfasilitasi dan menyajikan
kegiatan bagi peserta didik

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 11

aspek memfasilitasi peserta didik dan menyajikan mengemukakan pertanyaan
kegiatan bagi peserta didik untuk mengamati
mencapai 67%, kemudian pada aspek 4 Melaksanakan pembelajaran 14 93
memberikan pembelajaran yang menghasilkan
karya siswa bsru mencapai 80% dan pada yang menumbuhkan partisipasi
kegiatan menghasilkan pesan yang menarik baru
mencapai 60%. aktif peserta didik dalam
4. Refleksi
mengemukakan pendapat
Setelah selesai satu siklus maka diadakan
refleksi mengenai kelebihan dan kekerangan dari 5 Mengajukan pertanyaan yang 15 100
pelaksanan tindakan pada siklus pertama.
Refleksi dilakukan bersama-sama dengan guru mendorong siswa untuk
yang menjadi subyek penelitian untuk
menentukan tindakan perbaikan pada siklus menjawabnya
berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil
kesimpulan bahwa masih perlu dilakukan 6 Meminta siswa untuk memberi 14 93
bimbingan kepada guru untuk dapat
melaksanakan pembelajaran dengan unsur MIKIR komentar dan menjawab
dengan baik.
pertanyaan siswa lain

7 Merespon positif partisipasi 15 100

siswa

8 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100

kegiatan bagi peserta didik untuk

mengamati

9 Memancing peserta didik untuk 13 87

bertanya apa, mengapa, dan

bagaimana

10 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100

kegiatan bagi peserta didik untuk

Siklus kedua (dua) mengumpulkan informasi

Perencanaan 11 Memfasilitasi dan menyajikan 15 93

Dari hasil refleksi siklus pertama, kegiatan bagi peserta didik untuk

peneliti merencanakan untuk melakukan mengasosiasikan data dan

tindakan yaitu : informasi yang dikumpulkan
1. Mencatat aspek – aspek kegiatan guru yang
12 Memfasilitasi dan menyajikan 15 100

capaiannya dibawah 85% kegiatan bagi peserta didik untuk

2. Menjadwalkan kembali kegiatan pengamatan mengkomunikasikan

terhadap guru, apabila ada guru yang pengetahuan dan keterampilan

berhalangan saat jadwal mereka diobservasi. yang diperolehnya

13 Menunjukan keterampilan dalam 15 100

3. Menyuapkan instrumen atau lembar mengunakan media belajar

pengamatan 14 Menunjukan keterampilan dalam 15 100

4. pengambilan dokumentasi kegiatan guru saat mengunakan sumber belajar

melaksanakan kegiatan belajar mengajar 15 Melibatkan peserta didik dalam 15 100

pemanfaatkan media belajar

Pelaksanaan 16 Melibatkan peserta didik dalam 15 100

Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus kedua pemanfaatan sumber

ini setelah diberikan kesempatan untuk pembelajaran

melakukan pembelajaran aktif dengan unsur 17 Memberikan pembelajaran yang 15 100

mikir,maka diperoleh hasil sebagai berikut : menghasilkan karya siswa

No Aspek Yang Diamati ∑% 18 Menghasilkan pesan yang 15 100

menarik

1 Mengkondisikan suasana belajar 15 100 19 Menumbuhkan partisispasi aktif 15 100
yng menyenangkan 15 100
peserta didik melalui interaksi
2 Mengatur perabotan kelas yang 14 93
mendukung pembelajaran guru ,peserta didik,
kooperatif
20 Memfasilitasi dan membimbing 15 100
3 Melaksanakan pembelajaran
yang menumbuhkan partisipasi peserta didik untuk merefleksi
aktif peserta didik dalam
proses dan materi pembelajaran

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan keterampilan guru dalam

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 12

melaksanakan pembelajaran aktif dengan unsur biasa atau mudah. Yang awalnya guru kurang
MIKIR pada siklus kedua ini, di mana terlihat di terampil dalam melaksanakan pembelajaran
tabel bahwa semua komponen sudah dengan unsur MIKIR setekah mebdapatkan
menunjjukan capaian diatas 85%. pelatihan dan pendampingan dari program
PINTAR Tanoto Foundation keterampilan guru
Refleksi menjadi meningkat.
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada
Penelitian tindakan Sekolah yang dilakukan
siklus kedua maka diadakan refleksi dan hasilnya di SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur
adalah dengan unsur MIKIR dalam pembelajaran terhadap 15 orang guru mata pelajaran dan
aktif maka kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dalam dua siklus. Kelimabelas
berlangsung dengan sangat baik orang guru mata pelajaran tersebut menunjukan
Grafik 4.1 peningkatan keterampilan guru mata sikap yang baik dan termotivasi untuk
pelajaran dalam melaksanakan pembelajaran aktif melaksanakan pembelajaran aktif dengan unsur
dengan unsur MIKIR. MIKIR, hal ini peneliti ketahui saat melakukan
pengamatan atau observasi. selanjutnya pada
Pembahasan grafik berikut ini akan penelitin sajikan
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan peningkatan keterampilan guru mata pelajaran
dalam melaksanakan pembelajaran aktif dengan
bahwa “Ala Bisa karena Biasa”. Ini unsur MIKIR pada suklus pertama dan siklus
mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang sulit kedua :
dikerjakan apabila sering dilakukan akan menjadi

Peningkatan Keterampilan Guru Mata Pelajaran

110

100101000 100 101000 100 101000 101000 100 100 100 100 100 100 100 100
93
100 93 93 93

90 87 87 87 87 87 87

80 80 80
73
80 73 73

70 67 67 67

60 60

60

50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Siklus 1 % Capaian Siklus 2 % Capaian

Dari grafik di atas tergambar bahwa untuk memastikan bahwa guru benar-benar
terjadi kenaikkan prosentase capaian menerapkan hasil pelatihannya.
keterampilan guru dalam pembelajaran aktif
dengan unsur MIKIR dari siklus pertama (1) dan Kesimpulan
siklus kedua (2). Keterampilan guru dalam Berdasarkan analisis data hasil penelitian
pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR ini
meningkat dibuktikan dengan prosentase capaian ini dapat diambil kesimpulan bahwa semua guru
tiap komponen adalah diatas 85% pada siklus ke mata pelajaran yang berjumlah 15 orang menjadi
dua,kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran meningkat keterampilannya dalam melaksankan
juga meningkat karena guru mendapatkan tidak pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR
hanya pelatihan seperti biasanya tetapi juga dibuktikan dengan capaian semua komponen di
mendapat pendampingan secara kontinyu dari atas 85% .
para Fasda Pembelajaran Tanoto Foundation,
Pelatihan yang dibarengi dengan
pendampingan yang dilakukan oleh program
PINTAR Tanoto Foundation ternyata sangat

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 13

efektif untuk dapat meningkatkan keterampilan Foundation dapat meningkatkan keterampilan
guru mata pelajaran di SMP Negeri 12 Tanjung guru dalam melaksanakan pembelajara aktif
Jabung Timur dalam melaksanakan pembelajaran dengan unsur MIKIR . Oleh karena itu peneliti
aktif yang didalamnya terdapat unsur MIKIR menyampaikan saran sebagai berikut :
dapat menggali potensi dan kreatifitas yang 1. Keterampilan guru untuk menciptakan
dimiliki oleh peserta didik dan menjadikan
suasana pembelajaran lebih hidup dan siswa suasana pembelajaran yang sangat
terlihat sangat bersemangat dan ceria dalam menyenangkan bagi peserta didik juga dapat
mengikuti pelajaran meskipun di jam siang. menggali potensi yang dimiliki oleh peserta
didik hendaknya ditingkatkan.
Pemebelajaran aktif dengan unsur MIKIR 2. Kepala sekolah sebagai pemimpin
juga menjadi jawaban atas tantangan pendidikan pembelajaran di sekolah hendaknya
Abad 21 dan kurikulum tahun 2013. senantiasa berperan aktif dalam
membimbing para guru di sekolah untuk
Saran mrningkatkan keterampilannya dalam di
Telah terbukti bahwa dengan pelatihan melaksanakan pembelajaran

dan pendampingan program PINTAR Tanoto

DAFTAR PUSTAKA
Andang. (2014). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Azwar, Saifuddin. (2019). Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Karwono dan Heni Mularsih. (2018). Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Purwadarminta. (2013). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfa Beta.

Tanoto Foundation. (2018). PINTAR, Modul 1 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP
dan MTs. Jakarta : Tanoto Foundation

Dokumentasi. Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Tanjung Jabung Timur.

MIKIR - Anita Sriyuanti, SP.d - SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman - 14

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

PADA SISWA KELAS X IPS 3 SMA NEGERI 1 DAGANGAN TAPEL 2017/2018

Oleh : Drs. Budhi Hartojo, Guru SMA Negeri 1 Dagangan Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI), Keaktifan dan Hasil Belajar.

Proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Dagangan mengalami permasalahan dalam
menentukan metode dan model pembelajaran, hasil,belajar geografi kelas X IPS rerata dibawah KKM
yaitu 75. Tujuan penelitian ini (1) Meningkatkan keaktifan siswa, (2) Meningkatkan hasil belajar siswa,
(3) Cara mengatasi hambatan yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran geografi dan siswa kelas X IPS
3 SMA Negeri 1 Dagangan

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar geografi melalui Model pembelajaran Group
Investigation ( GI ) dilaksanakan dengan baik dan ditunjukkan melalui semua komponen atau
karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation selama pembelajaran yang
meliputi pengelolaan kelas dan kerja sama siswa dalam kelompok Bukti peningkatan hasil belajar
ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas siswa dan nilai rata-rata tes siswa pada setiap akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keaktifan siswa pada siklus I ke siklus II meningkat
sebesar 11,02% masuk dalam kategori baik. (2) Hasil belajar geografi siswa pada siklus I sebesar 18
siswa atau 51.43 % memperoleh nilai >75, dan pada siklus II meningkat sebanyak 28 siswa atau 80 %
yang memperoleh nilai >75.

Pendahuluan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
Pendidikan sebagai wahana atau alat situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pendidikan.
untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Masalah proses belajar mengajar pada
daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan umumnya terjadi di kelas. Kelas dalam arti luas
dalam menghadapi persaingan global dalam mencakup interaksi guru dan peserta didik, teknik
dunia pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang dan strategi belajar mengajar, dan implementasi
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 20 kurikulum serta evaluasinya (Kasihan Kasbolah
Tahun 2003 pasal 1 didefinisikan pendidikan E.S, 2001: 1). Proses pembelajaran melalui
sebagai berikut: interaksi guru dan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik, dan peserta didik dengan
“Pendidikan adalah usaha sadar dan guru, secara tidak langsung berbagi komponen
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang
proses pembelajaran agar peserta didik secara utuh.
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Penilaian pencapaian kompetensi dasar
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak peserta didik dilakukan berdasarkan indikator
mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang berupa hasil belajar dilihat dari nilai batas
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” lulus mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Penilaian dilakukan dengan
Proses pembelajaran merupakan salah menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
satu bagian proses pendidikan dengan guru tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sebagai pemegang peranan utama. Proses pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
pembelajaran mengandung serangkaian tugas, proyek dan atau produk, penggunaan
perbuatan antara guru dan siswa atas dasar

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 15

portofolio, dan penelitian diri.. diharapkan siswa dapat meningkatkan keaktifan

Salah satu metode pembelajaran yang dan hasil belajar dalam menelaah ilmu yang ada

melibatkan peran serta peserta didik adalah terutama pada mata pelajaran geografi.

metode pembelajaran kooperatif. Metode Peneliti mencoba menerapkan metode

pembelajaran kooperatif lebih menitik beratkan pembelajaran kooperatif tipe group investigation

pada proses belajar pada kelompok dan bukan (GI) dalam proses pembelajaran karena metode

mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses ini masih belum digunakan dalam meningkatkan

belajar dalam kelompok akan membentuk peserta keaktifan dan hasil belajar siswa di SMA Negeri

didik menemukan dan membangun sendiri 1 Dagangan . Kooperatif tipe Group Investigation

pemahaman mereka tentang materi pelajaran (GI) adalah metode pembelajaran yang

yang tidak dapat ditemui pada metode melibatkan peserta didik sejak perencanaan, baik

konvensional. dalam menentukan topik maupun cara untuk

Dari pengamatan peneliti di bantu mempelajarinya melalui investigasi. Metode

kolaboran teman sejawat peneliti kendala yang pembelajaran ini menuntut para peserta didik

dihadapi di SMA Negeri 1 Dagangan kelas X untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

IPS adalah siswa masih banyak enggan bertanya berkomunikasi maupun dalam keterampilan

kepada guru tentang materi pembelajaran yang proses kelompok (group process skills). Para

belum dimengerti, siswa banyak yang tidak peserta didik memilih topik yang ingin dipelajari,

memperhatikan bahkan mengantuk atau mengikuti investigasi mendalam terhadap

bersendau-gurau dengan temannya, siswa kurang berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

bergairah dan malas-malasan apabila diberi menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan

tugas, siswa jarang memperhatikan penjelasan didepan kelas secara keseluruhan.

guru, tidak mempunyai pendapat jika dimintai

pendapat dan mengungkapkan idenya pada saat Rumusan Masalah

pembelajaran. Hal ini yang terjadi pada siswa Apakah penerapan model pembelajaran

selama mengikuti proses pembelajaran geografi kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil

adalah kurangnya antusias siswa dalam menerima belajar siswa dalam pembelajaran geografi pada

materi yang disampaikan oleh gurunya, maka X IPS 3 di SMA Negeri 1 Dagangan

siswa pun terkesan tidak serius dalam belajar.

Penggunaan metode pembelajaran yang tidak Tujuan Penelitian

sesuai dengan karakteristik siswa memberikan Meningkatkan hasil belajar siswa dalam

anggapan bahwa mata pelajaran geografi hanya proses pembelajaran geografi melalui

hafalan. Siswa terkesan bahwa guru sebagai satu- penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

satunya sumber belajar (teacher centered GI pada siswa kelas X IPS 3 di SMA Negeri 1

learning).Hal ini mengakibatkan hasil belajar Dagangan.

siswa menurun dari pre tes menunjukkan

ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai Manfaat Penelitian

22.86 % dengan rerata nilai 60.14 jauh dari 1. Manfaat Teoritis

KKM yang ditentukan SMA 1 Dagangan yaitu Hasil penelitian ini diharapkan mampu

>75 untuk maple geografi memberikan kontribusi bagi perkembangan

Berdasarkan pertimbangan diatas maka ilmu pengetahuan dan bagi penelitian sejenis

perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran sehingga mampu menghasilkan penelitian-

yang mampu melibatkan peran serta siswa secara penelitian yang lebih mendalam.

menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar 2. Manfaat Praktis

tidak didominasi oleh siswa siswa tertentu saja. A. Bagi Peneliti

Salah satu pembelajaran adalah melalui 1) Mengembangkan wawasan tentang

cooperative learning diharapkan sumber peningkatan kualitas pembelajaran

informasi yang diterima siswa tidak hanya dari geografi.

guru melainkan berasal dari berbagai sumber 2) Menambah pengetahuan di bidang

yaitu perpustakan, internet dan lapangan. Cara ini pendidikan sebagai persiapan menjadi

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 16

seorang guru di masa datang. dapat ditempuh melalui pengembangan proses

B. Bagi Guru kreatif menuju suatu kesadaran dan

Dapat menambah wawasan, inovasi, pengembangan alat bantu yang secara

referensi serta ketrampilan guru dalam eksplisit mendukung kreativitas,

menerapkan model pembelajaran yang 2) Komponen emsional lebih peting dari pada

aktif. intelektual yang tak rasional lebih penting dari

C. Bagi Siswa pada yang rasional,

Dapat meningkatkan kompetensi belajar 3) Untuk meningkatkan peluang keberhasilan

siswa dengan perbaikan pembelajaran dan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih

peningkatan mutu proses pembelajaran. dahulu memahami komponen emosional dan

irrasional.

Hipotesis Tindakan Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran

1. Melalui Model pembelajaran kooperatif tipe Kooperatif Tipe GI

GI dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam Siswa mengalami kemajuan enam tahap

pembelajaran geografi kelas X IPS 3 di SMA menurut Nur Asma (2006: 62) yaitu sebagai

Negeri 1 Dagangan berikut :

2. Melalui Model pembelajaran kooperatif tipe Tahap I mengidentifkasi topik dan

GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengorganisasikan kedalam masing masing

dalam proses pembelajaran geografi kelas X kelompok kerja yaitu :

IPS 3 di SMA Negeri 1 Dagangan 1. Siswa membaca cepat berbagai sumber,

mengajukan topik dan mengkoorganisasikan

Kajian Teori saran-saran,

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group 2. Siswa bergabung dalam kelompok yang

Investigation (GI) sedang mempelajari topic yang mereka pilih,

Model pembelajaran kooperatif Tipe GI 3. Komposisi kelompok didasarkan pada minat

(Penyelidikan Kelompok) ini berasal dari tulisan- dan bersifat heterogen,

tulisan filasafat, etika dan psikologi sejak tahun 4. Guru membantu dan mengumpulkan

tahun pertama abad ini. Orang yang pertama informasi dan memfasilitas organisasi.

merintis model pembelajaran ini adalah John Tahap II Merencanakan investigasi dalam

Dewey. Dewey dalam (Nur Asma, 2006: 60) kelompok: siswa membuat perencanaan bersama

memandang bahwa kerjasama dalam kelas apa yang akan mereka kaji dan pembagian kerja.

sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai Tahap III Melaksanakan investigasi, antara lain :

persoalan kehidupan yang komplek dalam 1. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis

demokrasi. Kelas merupakan bentuk kerjasama data-data dan mencapai kesimpulan.

dimana guru dan murid membangun proses 2. Masing-masing anggota kelompok

pembelajaran dengan perencanaan yang baik berkontribusi terhadap usaha kelompok.

berdasarkan berbagai pengalaman, kapasitas, dan 3. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan,

kebutuhan mereka masing-masing. menjelaskan dan mensintesiskan gagasan-

Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif gagasan.

Tipe GI Tahap IV Mempersiapkan laporan akhir

Model pembelajaran melibatkan siswa 1. Para anggota kelompok menentukan hal-hal

sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik yang sangat penting dari pesan pembelajaran

maupun cara untuk mempelajarinya melalui yang telah dipelajari.

investigasi. Metode ini menuntut para siswa 2. Para anggota kelompok merencanakan apa

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam yang mereka laporkan bagaimana mereka

berkomunikasi maupun dalam ketrampilan pro akan membuat presentasi mereka.

kelompok (Group Process Skills). Asumsi 3. Para wakil kelompok membentuk steering

pengembangan pembelajaran kooperatif tipe GI, comitte untuk mengkoordinasikan rencana-

yaitu: rencana untuk presentasi.

1) Meningkatkan kemampuan kreativitas siswa Tahap V Menyajikan laporan akhir

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 17

1. Presentasi diakukan terhadap seluruh kelas Refleksi

dalam berbagai macam bentuk.

2. Bagian presentasi harus melibatkan khalayak Indikator Keberhasilan

(audience) secara aktif. Keberhasilan tindakannya dilihat dari

3. Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya peningkatan persentase nilai siswa, yaitu minimal

tarik presentasi menurut kriteria-kriteria yang di akhir siklus terdapat 75% dari jumlah siswa

telah ditentukan sebelumnya seluruh kelas. telah meningkat hasil belajarnya dapat mencapai

Tahap VI Evaluasi >75

1) Siswa saling bertukar umpan balik tentang

topik, tentang pekerjaan yang mereka Hasil Penelitian

kerjakan, dan tentang pengalaman- Deskripsi Pra Tindakan

pengalaman afektif mereka. Pelaksanaan pembelajaran geografi di

2) Guru dan anak didik berkolaborasi dalam SMA Negeri 1 Dagangan berlangsung sangat

mengevaluasi pembelajaran siswa. kurang bervariasi. Guru mengajarkan materi

3) Asesmen terhadap pembelajaran harus geografi dengan menggunakan metode ceramah,

mengevaluasi pemikiran tingkat yang lebih tanya jawab, dan diskusi sederhana. Kegiatan

tinggi. pembelajaran dikelas hanya didominasi oleh

guru, maka mengakibatkan hasil belajar siswa

Metode Penelitian rendah. Hal ini dapat dilihat dari kegagalan saat

Perencanaan menerapkan metode pembelajaran kelompok.

a. Membuat persiapan pembelajaran berupa Siswa malu untuk bertanya kepada guru tentang

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari materi apa yang belum mereka pahami, siswa

materi yang akan digunakan dalam kegiatan tidak berani mengemukakan pendapat mereka.

pembelajaran. Materi yang digunakan dalam Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru

penelitian ini adalah tentang lithosfer. ini mengakibatkan siswa menjadi kurang

b. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif semangat atau kurang antusias dalam kegiatan

tipe GI dan soal-soal tes. pembelajaran, dan siswa cenderung pasif. Hal ini

c. Membuat instrumen observasi untuk mengakibatkan hasil pembelajran geogafi sangat

mengamati proses pembelajaran baik guru rendah dibuktikan dengan Hasil Pra Tindakan

maupun siswa, pada saat proses pembelajaran rerata nilai yang dicapai hanya 60,14 dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif ketuntasa 22,86 %

tipe GI. Solusi untuk memecahkan permasalahan

Pelaksanaan tindakan tersebut maka peneliti berkolaborasi dengan guru

a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran (teman sejawat) menerapkan model pembelajaran

sesuai dengan RPP. kooperatif tipe GI untuk meningkatkan keaktifan

b. Guru menjelaskan materi dengan siswa dan hasil belajar siswa. Hasil pelaksanaan

menggunakan metode ceramah, dilanjutkan pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai berikut:

tanya jawab dan diskusi kelompok.

Disamping itu guru geografi memaparkan Pelaksanaan Tindakan Siklus I

model pembelajaran kooperatif tipe GI Perencanaan

melalui LCD atau proyektor. Hal ini 1) Menyusun RPP yang akan digunakan sebagai

dilakukan untuk menumbuhkan keaktifan dan acuan dlam tindakan dalam pelaksanaan

hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe GI.

belajar. 2) Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK)

c. Guru memberikan soal tes pada akhir kegiatan untuk siklus I

pembelajaran atau setiap akhir siklus. 3) Menyiapkan soal-soal tes siklus I dan kunci

d. Guru bertindak sebagai pelaksana tindakan Jawabannya. Tes digunakan untuk mengukur

atau mengajar sedangkan peneliti sebagai hasil belajar siswa terhadap materi yang

pengamat atau observer. dipelajari. Tes yang diberikan berupa kuis

Pengamatan individu yang diberikan pada tiap siklus.

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 18

4) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi Geografi

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI. Peneliti menilai pelaksanaan

5) Menyiapkan peralatan untuk mendokumen- pembelajaran dengan menggunakan lembar

tasikan kegiatan selama proses pembelajaran observasi pelaksanaan pembelajaran geografi

berlangsung seperti kamera. dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Tindakan GI. Hasil pengamatan pelaksanaan

Pertemuan siklus I guru yang pembelajaran pada siklus I memperoleh skor

melaksanakan pembelajaran. Guru membuka 69.03% yang berada dalam kategori tinggi

pelajaran dengan salam, kemudian guru Skor ini diperoleh dari penilaian saat

mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan pelaksanaan pembelajaran

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang 2. Pengamatan Terhadap Hasil Belajar Siswa

akan dicapai. Hasil belajar dapat dilihat pada

Guru membagi siswa kedalam penguasaan materi dengan hasil tes objektif.

kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok pada siklus I ini pokok bahasan yang

dengan memperhatikan heterogenitas siswa digunakan adalah Lithosfer jenis-jenis batuan

berdasarkan jenis kelamin dan prestasi akademik. pembentuk lapisan bumi. Hasil belajar yang

Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing- didapat dari tes pada siklus I setelah

masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa. diterapkan model pembelajaran kooperatif

Guru menginstrusikan siswa tipe GI dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar

menempatkan diri sesuai kelompoknya masing- siswa post-test siklus I dapat dilihat pada tabel

masing. Kegiatan selanjutnya guru memberikan dibawah ini:

LKK kepada tiap kelompok untuk mendiskusikan Tabel 1 . Hasil Belajar Siswa Kelas X IPS 3

materi atau topic yang berbeda diantaranya pada Siklus I

tentang jenis-jenis batuan pembentuk kulit bumi.

Kegiatan presentasi guru tidak mengharuskan

semua anggota kelompok ikut presentasi di depan

kelas.

Guru memberikan kesempatan kepada

setiap kelompok untuk mempresentasikan

kedepan kelas hasil investigasi kelompoknya

secara lisan dengan perwakilan dua atau tiga Dari tabel diatas dapat diperoleh data

anggota yang maju kedepan secara bergantian. bahwa pada test hasil belajar Pra Tindakan

Selanjutnya guru menyimpulkan hasil presentasi sebanyak 8 siswa atau 22.86 % siswa

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh nilai <75. Dan hasil tes siswa

menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, pada siklus I dapat dilihat bahwa siswa yang

kemudian guru menjelaskan secara klasikal. tuntas dalam belajar mencapai 18 siswa atau

Bentuk evaluasi dengan memberikan tes 51.43 % dari total seluruh siswa sedangkan

siklus I kepada siswa yang harus dikerjakan 48.57% atau sebanyak 17 siswa dinyatakan

individu untuk mengukur hasil belajar siswa pada belum tuntas dalam belajar.

akhir siklus pembelajaran. Pada soal tes siklus I Refleksi dan evaluasi

ini terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Guru 1. Posisi tempat duduk antar kelompok yang

memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran terlalu dekat .

pada hari itu. Setelah mengerjakan tes, guru 2. Saat mengalami kesulitan dalam belajar

kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi kelompok, masih terdapat beberapa siswa

siswa untuk lebih giat dalam menyelesaikan yang menanyakan kesulitan langsung pada

tugas dalam pertemuan berikutnya. guru sebelum mendiskusikan dengan teman

Guru menutup pelajaran dengan berdoa satu kelompok.

bersama-sama. 3. Belum ada keberanian siswa untuk bersedia

Observasi maju mempresentasikan hasil investigasi

1. Pengamatan Dalam Proses Pembelajaran kelompoknya .

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 19

4. Masih terdapat banyak siswa yang tidak memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi kelompok mempresentasikan hasil investigasi kelompoknya

dengan maksimal. masing-masing. Guru memberikan kesempatan

Berdasarkan permasalahan yang terdapat kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan

pada pelaksanaan tindakan siklus I, hal yang ke depan kelas hasil investigasi kelompoknya

perlu mendapat perhatian dan perubahan yang secara lisan dengan perwakilan dua atau tiga

akan dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai anggota yang maju kedepan secara bergantian..

berikut: Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap

1) Mengatur posisi kelompok hasil investigasi yang sedang dibahas.

2) Memacu siswa agar lebih berani mengajukan Selanjutnya guru menyimpulkan hasil

pertanyaan dan mengemukakan pendapat, . presentasi dan memberikan kesempatan kepada

3) Berusaha menyampaikan materi dengan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

singkat dan jelas, . dimengerti, kemudian guru menjelaskan secara

4) Memberikan pengertian kepada siswa harus klasikal. Setelah presentasi kelas selesai guru

belajar secara mandiri . memerintahkan semua siswa kembali ketempat

5) Guru lebih memotivasi siswa agar lebih duduk masing-masing, kemudian guru

beperan aktif dalam diskusi kelompok. melakukan evaluasi untuk mengerjakan soal tes

6) Guru mengingatkan siswa untuk mematuhi siklus II.

prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif Observasi

tipe GI, salah satunya dengan menyampaikan 1) Hasil penilaian pembelajaran pada siklus II

hasil diskusi secara keseluruhan. berlangsung dengan baik Guru melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

Pelaksanaan Tindakan Siklus II dibuat dan guru sudah mulai lancar dengan

Perencanaan langkah pembelajaran kooperatif tipe GI.

1. Menyusun RPP dengan menggunakan model Guru melaksanakan apersepsi, menyampaikan

pembelajaran kooperatif tipe GI tujuan pembelajaran dan memberikan

2. Menyusun LKK siklus II. kesempaan siswa untuk bertanya. Diakhir

3. Menyusun soal tes siklus II dan jawabannya.. pembelajaran guru memberikan kesimpulan ..

4. Menyusun dan menyiapkan lembar observasi 2) Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI. Dari lembar observasi keaktifan siklus

5. Mempersiapkan peralatan untuk II adanya kenaikan dari siklus I yang mana

mendokumentasikan kegiatan pembelajaran pada observasi Siklus I 69.39 % meningkat

kooperatif tipe GI di kelas. menjadi 80.41 % Hal ini disebabkan karena

Pelaksanaan Tindakan pada siklus II siswa sudah terbiasa belajar

Guru membuka pelajaran dengan salam, kelompok sehingga mereka sudah dapat

Guru mengadakan apersepsi yaitu memberikan menerima perbedaan dalam kelompok

pertanyaan tentang contoh-contoh endogen. sehingga diskusi dalam kelompok sudah

Setelah itu memberikan penjelasan tentang berjalan dengan baik, dan keberanian siswa

endogen secara jelas. Kemudian guru mulai tampak dari keaktifan siswa dalam

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun berpendapat.

menanyakan hal-hal yang dianggap sulit pada 3) Pengamatan Terhadap Hasil Belajar Siswa

guru. Pada siklus II ini hasil belajar juga

Guru menginstrusikan siswa dilihat dari aspek kognitif. Peningkatan hasil

menempatkan diri sesuai kelompoknya masing- belajar dapat diamati yaitu menggunakan

masing sesuai dengan pembagian kelompok pada penilaian tes. Hasil belajar yang didapat dari

siklus I Kegiatan selanjutnya guru memberikan tes siklus II setelah diterapkan model

lembar kerja kelompok (LKK) kepada tiap pembelajaran kooperatif tipe GI dapat dilihat

kelompok untuk mendiskusikan materi atau topic dari hasil belajar siklus II dapat dilihat pada

yang berbeda diantaranya tentang endogen. tabel berikut ini:

Setelah kegiatan belajar kelompok selesai, guru Tabel 2. Hasil belajar Siklus II

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 20

Dilihat dari tabel diatas dapat peneliti menerapkan model pembelajaran
diperoleh data bahwa pada test hasil belajar kooperatif tipe GI untuk meningkatkan keaktifan
siklus II sebagian besar siswa yaitu sebanyak siswa dan hasil belajar siswa. Hasil pelaksanaan
27 siswa atau 80 % siswa memperoleh nilai pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai berikut:
>75 atau ketuntasan mencapai 80 % ada
capaian yang cukup signifikan dibandingkan Observasi pembelajranpada Siklus I
dengan Siklus I dengan demikian dinyatakan mencapai skor 68 yang berarti pelaksanaan
sudah mencapai target yang ditentukan sesuai pembelajaran kooperatif tipe GI berjalan baik.
KKM 75. Hasil belajar siswa pada siklus II Siklus II pelaksanaan pembelajaran kooperatif
dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas tipe GI telah berjalan dengan sangat baik.
dalam belajar mengalami peningkatan sebesar Terbukti dengan hasil penilaian pelaksanaan
28.57 % dari hasil belajar siklus I. Jumlah pembelajaran oleh peneliti yang bertindak
siswa yang belum tuntas dalam belajar lebih sebagai guru yang memperoleh skor 79 dengan
sedikit dan bisa disamakan dengan jumlah kategori sangat baik. .
siswa yang sudah tuntas dalam belajar. 1) Keaktifan Siswa
Refleksi dan Evaluasi
Berdasarkan dari lembar observasi
Berdasarkan observasi pembelajaran dan keaktifan siswa saat belajar kelompok yang
pengamatan keaktifan siswa saat belajar terdiri dari tujuh aspek yang diamati berjalan
kelompok pada pembelajaran di siklus II diskusi dengan baik Hal ini dibuktikan dengan hasil
kelompok berjalan lebih baik dibandingkan siklus observasi keaktifan sisiwa yamng man pada
I. Beberapa kelemahan yang terjadi pada siklus I Siklus I 69.39 % naik menjadi 80.41 % pada
sudah dapat diatasi pada siklus II. Pelaksanaan siklus II dengan katagori sangat baik
pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilakukan 2) Hasil Pembelajaran
oleh guru telah berjalan lebih baik dari siklus I
yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran dan Indikator yang digunakan untuk
hasil belajar siswa meningkat. Terjadi mengukur hasil belajar dalam penelitian ini
peningkatan pnguasaan siswa terhadap materi, adalah hasil belajar siswa. Peningkatan hasil
terbukti pada siklus II ini terdapat 80 % siswa belajar dapat diamati pada setiap siklus yaitu
yang mendapat nilai >75, meningkat sebesar menggunakan penilaian tes atau menggunakan
28.57 % dari siklus I bisa dilihat kecuali itu penilaian aspek kognitif. Berikut ini disajikan
keaktifan siswa pada siklus II juga mengalami tabel hasil belajar siswa mulai dari pre-test,
peningkatan dari siklus I yaitu meningkat sebesar siklus I dan II. Peningkatan hasil belajar
11.02 % dan berada pada kategori tinggi . siswa pada pre-test, siklus I sampai siklus II,
dan post-test dapat digambarkan dalam
histogram sebagai berikut:

Pembahasan

Kegiatan sebelum pelaksanaan tindakan

penelitian ini dilakukan peneliti sebagai guru di

SMA negeri 1 Dagangan melihat dalam

pelaksanaan pembelajaran geografi di SMA

Negeri 1 Dagangan berlangsung sangat kurang Dari histogram diatas dapat diperoleh
bervariasi. data bahwa pada hasil belajar mengalami
peningkatan tiap siklusnya, pada pra tindakan
Berdasarkan permasalahan tersebut maka
peneliti berkolaborasi dengan guru teman sejawat

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 21

yang memperoleh nilai >75 hanya 22.86 % ( 8 1. Melalui penerapan model pembelajaran
siswa ) yang tuntas dalam belajar sedangkan kooperatif tipe GI dapat meningkatkan
siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak keaktifan siswa.. Pada siklus I presetase
27 siswa atau 77.14 % dinyatakan tidak tuntas keaktifan 69,39% masuk dalam kategori
dalam belajar, Selanjutnya pada Tindakan tinggi. Pada siklus II presentase keaktifan
Penelitian (Post-Test) siklus I hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan yiatu
yang memperoleh niali >75 hanya ada 18 80,41% masuk dalam kategori sangat tinggi.
siswa atau 51.43 % dinyatakan tuntas dan
siswa yang memperoleh nialai <75 sebanyak 2. Melalui penerapan model pembelajaran
17 siswa atau 48.57% dinyatakan tidak tuntas. koopertaif tipe GI dapat meningkatkan hasil
Pada Siklus II data yang diperoleh bahwa belajar siswa. Hasil belajar mengalami
pada hasil belajar mengalami peningkatan di peningkatan tiap siklusnya, pada siklus I
Siklus II siswa yang memperoleh nilai >75 sebesar 18 siswa atau 51.43 % memperoleh
sebanyak 28 siswa atau 80% dinyatakan nilai >75. Pada Siklus II ini mengalami
tuntas dalam belajar dan siswa yang peningkatan hasil belajar sebesar 28 siswa
memperoleh nilai <75 terdapat 7 siswa atau atau 80% memperoleh nilai >75.
20 % dinyatakan tidak tuntas.
Saran
Simpulan 1. Guru geografi hendaknya menggunakan
Berdasarkan pembahasan yang telah
model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam
dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran sebagai salah satu alat untuk
model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa.
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa 2. Guru geografi hendaknya menggunakan
kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Dagangan pada model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam
mata pelajaran geografi. Adapun kesimpulannya pembelajaran sebagai salah satu alat untuk
secara rinci adalah: membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka
Alam S. (2006). Geografi untuk SMA dan MA Kelas X.Jakarta: Esis.

Anita Lie.(2008). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: PT Gramedia.

Asri Budiningsih.(2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

Baharuddin, H dkk.(2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media

Dimyati & Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.Rineka Cipta

Etin Solihatin & Raharjo. 2005. Coopertaive Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi
Aksara.

Hamzah B.Uno. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT.Bumi Asara.

Hasbullah. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Istina Puji Astuti. (2008). “ Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi
melalui Model Cooperative Learning Tehnik STAD (Student Teams Achievement Division) di
Kelas X SMA Negeri 1 Muntilan”. Skripsi FIS UNY.

Kasihani Kasbolah. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.

GI - Drs. Budhi Hartojo - SMA Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 22

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS
MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE SIMULASI

PADA POKOK BAHASAN ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA
SISWA KELAS VIII SMPN 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN

Oleh : Ella Nurlistiani, S.Pd, Guru SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: Quantum learning, metode simulasi, motivasi dan hasil belajar.

Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya permasalahan pembelajaran
IPS di kelas VIII D SMPN 1 Jiwan yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar IPS. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa
dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning dengan metode simulasi di kelas VIII D
SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun; dan (2) Mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa
dengan menggunakan model quantum learning. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII D SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Dalam satu siklus terdapat dua kali pertemuan. Teknik
pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, angket dan tes. Jenis data yang dikumpulkan adalah
data kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif model Miles
danHuberman mencakup reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data
diketahui melalui triangulasi metode. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini ditentukan apabila rata-
rata persentase indikator motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS mencapai 75%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran quantum learning dengan metode
simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas VIII D SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun dapat dilakukan
dengan menambahkan media powerpoint, artikel berupa kasus ketenagakerjaan, video tentang
pengangguran, dan perlengkapan simulasi berupa tulisan yang dapat menunjukkan peran masing masing
siswa dalam kegiatan pembelajaran; dan (2) Berdasarkan hasil yang diperoleh dari observasi, wawancara
dan angket, menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang berdampak
pada peningkatan hasil belajar IPS. Data hasil belajar IPS diperoleh dari hasil tes sebelum dan sesudah
tindakan. Perolehan hasil pada siklus I masih rendah, tindakan dilanjutkan siklus II. Pada siklus II ini,
hasil motivasi dan hasil belajar IPS siswa mengalami peningkatan. Peningkatan dari siklus I ke siklus II
sudah memenuhi criteria keberhasilan tindakan yakni ≥ 75%, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil.

Pendahuluan Pendidikan merupakan kunci masa depan
Pendidikan merupakan kunci masa depan bangsa, menyebabkan sistem pendidikan harus
selalu diperbaiki sesuai dengan kebutuhan.
bangsa, dan pada dasarnya merupakan salah satu Negara Indonesia merupakan negara yang selalu
aspek yang penting dalam membangun manusia memperbaiki sistem pendidikan. Namun
sebagai manusia yang cerdas serta mampu perbaikan sistem pendidikan yang dilakukan di
bersaing di masa mendatang. Pendidikan yang negara Indonesia belum menghasilkan
mampu mendukung pembangunan dimasa pendidikan yang baik, hal ini dapat dilihat dari
mendatang ialah pendidikan yang mampu rendahnya kualitas sumber daya manusia di
mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa Indonesia dan salah satu penyebabnya yaitu
mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pembelajaran. Hal ini dapat
permasalahan kehidupan, hal tersebut akan dibuktikan dengan hasil survei Political and
semakin penting ketika seseorang memasuki Economic Risk Consultancy (PERC) yang
kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena berpusat di Hongkong pada tahun 2001
mereka harus mampu menerapkan apa yang menyebutkan bahwa sistem pendidikan di
dipelajari di sekolah untuk menghadapi Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan negara yang disurvei, Indonesia menduduki
sehari-hari.

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 23

urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam. belum mencapai KKM tertinggi berada di kelas
VIII D, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
Diakses dari kelas VIII D lebih rendah dibandingkan dengan
kelas lain. Oleh karena itu hasil belajar kelas VIII
(http://www.metrosiantar.com/pendikan- D harus ditingkatkan agar nilainya mencapai
KKM, sehingga khusus untuk kelas VIII D perlu
nasional-antara-harapan-dan-kenyataan). dilakukan suatu tindakan.Salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan
Pembelajaran merupakan suatu hal yang menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi.
menentukan baik buruknya pendidikan.
Banyak model pembelajaran yang bisa
Pembelajaran yang baik maka akan mencetak digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi
IPS agar lebih menarik perhatian siswa, salah
generasi bangsa yang dapat bersaing dan dapat satunya mengunakan model pembelajaran
quantum learning. Salah satu manfaat model
memecahkan permasalahan kehidupan maupun quantum learning dengan metode simulasi ialah
meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar
permasalahan yang dihadapi suatu bangsa. yang tinggi pada akhirnya akan mempengaruhi
peningkatan hasil belajar siswa, sebaliknya jika
Namun pada kenyataanya untuk menciptakan motivasi siswa kurang maka hasil belajar siswa
tidak akan mencapai KKM.
pembelajaran yang baik masih ditemukan
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
permasalahan. Salah satunya ialah permasalahan merasa perlu diadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul “ Peningkatan Motivasi dan Hasil
yang disebabkan oleh siswa. Belajar IPS melalui Model Quantum Learning
dengan Metode Simulasi pada Pokok Bahasan
Permasalahan yang disebabkan oleh Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Jiwan”.
siswa juga terjadi pada pembelajaran IPS di
Rumusan Masalah
SMPN 1 Jiwan. Diantaranya motivasi belajar 1. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan

siswa yang rendah hal ini dapat dilihat dari masih hasil belajar IPS di kelas VIII SMPN 1 Jiwan
Kabupaten Madiun melalui penerapan model
banyaknya siswa yang ramai sendiri ketika guru pembelajaran quantum learning dengan
metode simulasi?
sedang menjelaskan materi di depan kelas, dan 2. Bagaimana peningkatan motivasi dan hasil
belajar IPS di kelas VIII SMPN 1 Jiwan
juga siswa tidak serius mengerjakan tugas yang Kabupaten Madiun melalui penerapan model
pembelajaran quantum learning dengan
diberikan oleh guru. metode simulasi?

Siswa yang cenderung pasif juga masih Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya peningkatan
terlihat dalam pembelajaran IPS di SMPN 1
motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas
Jumo Temanggung sehingga pembelajaran IPS VIII dalam pokok bahasan angkatan kerja dan
tenaga kerja melalui penarapan model
terlihat hanya terpusat pada guru, dengan quantum learning dengan metode simulasi di
SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun
pembelajaran yang demikian maka proses 2. Untuk mengetahui besarnya peningkatan
motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas
interaksi (komunikasi) guru dengan siswa tidak

akan berjalan dengan baik. Kondisi yang seperti

itu tidak dapat membuat iklim pembelajaran

menjadi dinamis, tetapi dapat menghambat

proses pembelajaran.

Siswa kelas VIII SMPN 1 Jiwan juga

mengakui bahwa pembelajaran IPS sulit untuk

dipahami sehingga megakibatkan siswa tidak

menyukai pembelajaran IPS. Rendahnya motivasi

siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS

berdampak juga pada ketidak tercapainya

Kompetensi Ketuntasan Minimal (KKM).

Motivasi belajar yang rendah juga berdampak

pada kesulitan siswa dalam memahami materi

yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa

tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS

dengan baik. Belum tercapainya KKM pada mata

pelajaran IPS kelas VIII dapat dibuktikan dengan

data yang diperoleh saat observasi,

Perlu diketahui bahwa nilai rata-rata IPS

siswa kelas VIII masih banyak yang belum

mencapai KKM. Nilai KKM IPS di SMPN 1

Jiwan kelas VIII ialah 75, hasil belajar yang

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 24

VIII dalam pokok bahasan angkatan kerja dan pembelajaran agar siswa dapat mudah memahami
tenaga kerja melalui penerapan model materi yang disampaikan salah satunya ialah
quantum learning dengan metode simulasi di model pembelajaran quantum learning. Kata
SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun quantum memiliki arti sebagai interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya (DePorter,
Manfaat Penelitian 2009: 5).
1. Manfaat Teoretis
Sugiyono (2010: 71-72), berpendapat
a) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk bahwa model quantum learning merupakanakan
memberikan informasi mengenai model suatu ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau
pembelajaran quantum learning dengan pandangan pisikologi kognitif dan pemrograman
metode simulasi dalam meningkatkan neurologi atau neurolinguistik yang jauh
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata sebelumnya sudah ada. Menurut Suyatno (2009:
pelajaran IPS. 41) model quantum learning adalah pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dan di sekitar momen belajar dengan
pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain menyingkirkan hambatan yang menghalangi
yang terkait dengan model pembelajaran proses belajar alamiah dengan secara sengaja
quantum learning melalui metode simulasi menggunakan musik, mewarnai lingkungan
guna meningkatkan motivasi dan hasil sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang
belajar siswa pada mata pelajaran IPS. sesuai, cara efektif pembelajaran, dan
keterlibatan aktif siswa dan guru, sedangkan
2. Manfaat Praktis menurut DePorter & Mike Hernacki (2010: 14),
a) Bagi Sekolah model pembelajaran quantum learning adalah
Hasil penelitian ini dapat memberikan perubahan pembelajaran yang meriah, dengan
informasi dan masukan yang positif bagi segala nuansanya, dan menciptakan lingkungan
pengembangan sekolah, utamanya untuk belajar yang efektif.
peningkatan kualitas proses pembelajaran
di sekolah. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
b) Bagi Guru disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum
Memberikan informasi tambah bagi guru learning adalah pengubahan bermacam-macam
sebagai pengajar dalam usahanya interaksi yang terdapat dalam proses belajar
melaksanakan proses belajar mengajar. dengan cara meghilangkan hambatan-hambatan
c) Bagi Siswa yang dapat menghalangi proses belajar.
Hasil penelitian tindakan kelas ini Hambatan-hambatan tersebut dapat dihilangkan
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dengan cara mendengarkan musik, menyusun
dan hasil belajar siswa terhadap bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif
pembelajaran IPS. pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan
guru.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir, maka Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
hipotesis tindakan yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut: Penerapan model quantum tindakan kelas atau sering disebut classroom
learning dengan metode simulasi dapat action research. Menurut Suharsimi Arikunto
meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS (2009: 2), penelitian tindakan kelas merupakan
siswa kelas VIII SMPN 1 Jiwan Kabupaten suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
Madiun mengunakan cara dan aturan metodelogi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang
Kajian Pustaka bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal
Pegertian Model Pembelajaran Quantum yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Learning Penelitian tindakan kelas mempunyai tujuan yaitu
untuk memperbaiki dan menigkatkan
Banyak model pembelajaran yang dapat
digunakan guru untuk menyampaikan

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 25

pembelajaran di kelas. sedangkan untuk angket atau kuesioner
Adanya tujuan tersebut maka penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat
motivasi belajar siswa terhadap mata
ini dilaksanakan sebagai setrategi pemecahan pelajaran IPS.
masalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil Tindakan dan Observasi
belajar pada siswa kelas VIII SMPN 1 Jiwan
Kabupaten Madiun Salah satu strategi untuk Observasi dilakuakan bersamaan dengan
memecahkan permasalahan yang dapat pelaksanaan tindakan, dalam observasi dilakukan
digunakan ialah model pembelajaran quantum pengamatan selama pembelajaran berlangsung
learning dengan metode simulasi. untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
pada saat dan setelah diberikan perlakuan dengan
Penelitian tindakan kelas ini merupakan model quantum learning dengan metode
penelitian kolaborasi. Pihak yang melakukan simulasi. Pengamatan dapat dilakukan dengan
tindakan ialah guru, sedangkan yang melakukan menggunakan lembar observasi, pedoman
pengamatan terhadap semua kegiatan tindakan wawancara, lembar angket, dan butir tes.
adalah peneliti. Desain penelitian yang digunakan Refleksi
adalah model Kemmis dan Taggart yang
membagi menjadi empat tahapan pada satu Refleksi merupakan kegiatan mengulas
putaran (siklus) yaitu: perencanaan (planning), secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada
tindakan (action), observasi (observing), refleksi siswa, suasana kelas, dan guru. Refleksi
(reflecting). dilakukan oleh peneliti dan guru untuk menilai
tingkat keberhasilan dalam meningkatkan
Siklus I motivasi belajar dan hasil belajar IPS
Perencanaan mengunakan model pembelajaran quantum
1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pengajaran learning dengan metode simulasi. Peneliti dan
guru berdiskusi untuk memahami proses, kendala
(RPP) dan masalah yang ditemui dalam implementasi
2) Mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran tindakan. Kekurangan dan kendala selama
penelitian didiskusikan dan dicari solusinya
yang dipergunakan saat proses pembelajaran sebagai pijakan bagi siklus selanjutnya.
berlangsung.
a) Menyusun dan mempersiapkan lembar Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan
kerja siswa
Dalam penelitian ini lembar kerja siswa berhasil apabila penerapan model quantum
berupa soal tes mengenai materi yang learning dengan metode simulasi pada
dipelajari siswa. pembelajaran IPS mampu meningkatkan motivasi
b) Menyusun lembar observasi dan hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN 1
Lembar observasi dalam penelitian ini Jiwan dengan persentase sebesar minimal 75%.
meliputi lembar observasi kegiatan guru Apabila peningkatan motivasi belajar siswa dan
dalam menjelaskan materi IPS melalui hasil belajar siswa kurang dari 75% maka
model pembelajaran quantum learning penelitian ini belum bisa dikatakan berhasil.
dengan metode simulasi dan lembar Peningkatan motivasi belajar peserta didik dapat
observasi motivasi siswa. Peneliti juga dilihat dari hasil angket, observasi dan
mempersiapkan catatan lapangan untuk wawancara motivasi, sedangkan peningkatan
mendeskripsikan aktivitas didalam kelas hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai tes
selama pembelajaran berlangsung. sebelum dan sesudah tindakan.
c) Menyusun pedoman wawancara dan
angket Hasil Penelitian
Pedoman wawancara terdiri dari pedoman Kegiatan Pra Tindakan
wawancara yang ditunjukan kepada siswa
dan kepada guru untuk mengetahui Berdasarkan observasi pra tindakan,
tanggapan terhadap pembelajaran yang motivasai dan hasil belajar siswa kelas VIII D
dilakukan meggunakan model quantum dalam pembelajaran IPS masih rendah.,diketahui
learning dengan metode simulasi,

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 26

bahwa rata-rata persentase motivasi belajar IPS dilakukan dari awal sampai dengan akhir
pembelajaran. Dalam mengikuti pembelajaran
siswa kelas VIII D SMPN I Jiwan terhadap mata IPS siswa sudah tekun dalam mengerjakan tugas
yang diberikan, tetapi dalam pelaksanaan
pelajaran IPS sebelum adanya tindakan sebesar pembelajaran siswa masih kurang serius
mengikuti pelajaran, masih ada sepuluh siswa
59,43%. Hal ini menunjukkan motivasi belajar yang tidak memperhatikan pelajaran dengan
sungguh-sungguh, kondisi dalam kelas sangat
IPS di kelas VIII D masih rendah. Diketahui pasif karena siswa masih malas bertanya terhadap
apa yang belum dimengerti, dan masaih ada
bahwa jumlah siswa yang telah mencapai KKM siswa yang saling bekerja sama dalam
mengerjakan tugas yang diberikan.
adalah 10 siswa (38,43%). Dari jumlah siswa
Pada siklus I jalannya simulasi juga
yang telah mencapai KKM tersebut maka dapat belum begitu terarah karena siswa masih
binggung terhadap peran masing-masing
disimpulkan bahwa hasil belajar IPS kelas VIII D temannya, dikarenakan kurangnya perlengkapan
untuk menunjang jalanya simulasi seperti tidak
masih rendah. adanya tanda pengenal peran masing-masing
siswa. Hal ini disebabkan kurangnya persiapan
Mengingat permasalahan yang dihadapi, dalam pelaksanaan simulasi.

maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan Hasil pengamatan terhadap motivasi
siswa pada siklus I menunjukan belum optimal.
motivasi dan hasil belajar IPS. untuk itu data motivasi belajar siswa pada pembelajaran
IPS yang diperoleh dari hasil rata-rata 2 observer
diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk yang kemudian di rata-rata dan ditabulasikan
menunjukan hasil yang diperoleh masih belum
megatasi permasalahan tersebut. Salah satu sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ingin
dicapai, minimal 75% pada masing-masing
model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk indikator motivasi belajar IPS.

meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS Pada pelaksanaan tindakan dengan
menerapkan metode simulasi terdapat 8 indikator
siswa yaitu model pembelajaran quantum motivasi belajar IPS yang ditentukan. Adapun
persentase tiap indikator motivasi belajar siswa
learning dengan metode simulasi. Metode dalam pembelajaran IPS siklus I yaitu tekun
menghadapi tugas 74,25%, ulet menghadapi
simulasi merupakan salah satu metode yang kesulitan 65,91%, menunjukkan minat pada
pembelajaran 74,25%, lebih senag belerja
mana memberikan tugas kepada siswa untuk mandiri 72,73%, cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin 68,18%, dapat mempertahankan
memerankan perilaku tokoh masyarakat, pendapatnya 77,27%, tidak mudah melepaskan
hal yang diyakini 88,63%, dan senag mencari dan
pahlawan, dan pejabat dalam suatu situasi atau memecahkan masalah (soal-soal) 56,82%.

kejadian yang senyatanya. Dalam pembelajaran Motivasi yang diperoleh dari hasil angket
di atas menunjukan bahwa pada siklus I hasil
menggunakan metode simulasi ini siswa dituntut motivasi belajar IPS siswa kelas VIII D belum
menunjukan hasil yang optimal. Terlihat pada
untuk berperan serta dalam melakukan segala saat sebelum adanya tindakan siklus I rata-rata
motivasi belajar siswa sebesar 59,76%.
kegitan simulasi. Sedangkan setelah adanya tindakan siklus 1
motivasi belajar siswa mengalami peningkatan
Berdasarkan penjelasan yang

disampaikan peneliti kepada guru mengenai

model pembelajaran quantum learning dengan

metode simulasi, guru memberi tangapan baik

mengenai model pembelajaran quantum learning

dengan metode simulasi. Selanjutnya guru setuju

untuk mencoba menerapkan model pembelajaran

quantum learning dengan metode simulasi pada

pembelajaran IPS di kelas VIII D.

Siklus I
Pada pelaksanaan penelitian ini

dikatakan berhasil apabila sudah mencapai
kriteria keberhasilan tindakan yang sudah
direncanakan yaitu 75%. Berikut ini merupakan
data hasil rata-rata observasi pada siklus I dan II
yang terdiri dari 8 indikator yang diamati dalam
motivasi belajar IPS yang sudah ditabulasikan
dari 2 observer.

Pada sikus I Hasil observasi terhadap
guru menunjukan bahwa pada pelaksanaan siklus
I sudah sepenuhnya berjalan seperti yang
direncanakan. Pengamatan terhadap siswa

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 27

11,14% dengan rata-rata 70,90%. Walaupun ada menunjukan hasil yang diperoleh sudah sesuai
peningkatan motivasi belajar siswa pada dengan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai,
pembelajaran IPS yang diajarkan mengunakan minimal 75% pada masing-masing indikator
model quantum learning dengan metode simulasi motivasi belajar IPS
belum bisa dikatakan berhasil karena belum
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah . Pada pelaksanaan tindakan dengan
ditentukan yaitu 75%. menerapkan metode simulasi terdapat 8 indikator
motivasi belajar IPS yang ditentukan. Adapun
Sebelum adanya tindakan siklus I hasil persentase tiap indikator motivasi belajar siswa
belajar siswa yang belum mencapai nilai 75 dalam pembelajaran IPS siklus II yaitu tekun
adalah 16 siswa atau sebesar 61,53% dari 26 menghadapi tugas 82,58%, ulet menghadapi
siswa sedangkan yang telah mencapai nialai 75 kesulitan 78,03%, menunjukkan minat pada
sebanyak 10 siswa atau sebesar 38,47%, hal ini pembelajaran 78,03%, lebih senag belerja
menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih mandiri 79,55%, cepat bosan pada tugas-tugas
rendah. yang rutin 81,06%, dapat mempertahankan
pendapatnya 79,55%, tidak mudah melepaskan
Setelah ada tindakan siklus I hasil tes hal yang diyakini 78,79%, dan senag mencari dan
siswa juga belum menunjukan hasil yang memecahkan masalah (soal-soal) 75,76%
optimal. Terlihat dari jumlah siswa yang belum
mencapai nilai 75 adalah 12 atau sebesar 36,37% Pada siklus II hasil motivasi belajar IPS
sedangkan yang telah mencapai nilai 75 adalah siswa sudah menunjukan hasil yang optimal.
21 siswa atau sebesar 63,63% orang dari 33 Terlihat dari hasil motivasi belajar sebelum
siswa. Penerapan model quantum learning adanya tindakan siklus II siswa memiliki rata-rata
dengan metode simulasi siklus I dikatakn belum 79,47% dan mengalami peningkatan sebesar
mencapai kriteri yang ditentukan sebesar 75%. 8,4% dengan rata-rata 87,87%. Berdasarkan data
tersebut penerapan model quantum learning
Siklus II dengan metode simulasi untuk meningkatkan
Berdasarkan pengamatan motivasi motivasi belajar IPS pada siklus II dikatakn
sudah berhasil karena sudah mencapai kriteri
belajar siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran yang telah ditentukan.
siklus II, siswa terlihat senag mengikuti pelajaran
yang disampaikan megunakan model quantum Pada siklus II hasil tes siswa sudah
learning dengan metode simulasi yang dipadukan menunjukan hasil yang optimal. Terlihat dari
dengan media pembelajaran powerpoint. Di jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 75 sebelum
dalam media powerpoint juga dilengkapi dengan tindakan siklus II sebanyak 21 dari 33 siswa dan
video, artikel dan gambar yang berkaitan dengan siswa yang nilainya kurang dari 75 adalah 12.
materi yang disampaikan. Sedankan setelah adanya tindakan jumlah siswa
yang mencapai nilai ≥ 75 adalah 27 dari 33 siswa
Siswa juga mengerjakan tugas dengan dan siswa yang belum memenuhi nilai minimal
serius dengan kemampuan masing-masing dan 75 sebanyak 6 siswa. Penerapan model quantum
tertarik dalam memperhatikan materi yang learning dengan metode simulasi pada
disampaikan guru. Siswa juga terlihat lebih tekun pembelajaran IPS di siklus II dikatakan berhasil
dalam mengerjakan tugas yang diberikan, dan apabila sudah memenuhi target 75% dari siswa
lebih terlihat semangat dalam mengikuti kegiatan kelas VIII D yang memperoleh nilai minimal 75
pembelajaran. Secara umum perhatian dan pada mata pelajaran IPS. Nilai 75 merupakan
keaktifan siswa sudah lebih baik apabila nilai KKM untuk mata pelajaran IPS di SMPN 1
dibandingkan dengan hasil pengamatan di siklus Jiwan
I. Di siklus II motivasi belajar siswa juga telah
memenuhi target kriteria keberhasilan. Hasil Penelitian
Hasil tes belajar siswa digunakan untuk
Hasil pengamatan terhadap motivasi
siswa pada siklus II menunjukan sudah optimal mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata
data motivasi belajar siswa pada pembelajaran pelajaran IPS. Tes yang digunakan merupakan tes
IPS yang diperoleh dari hasil rata-rata 2 observer pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal, setip soal
yang kemudian di rata-rata dan ditabulasikan

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 28

mempunyai skor 1. Tes diberikan setiap sebelum tentang pengangguran, dan perlengkapan
adanya tindakan dan setelah adanya tindakan simulasi berupa tulisan yang dapat
sebagai upaya mengetahui peningkatan hasil menunjukkan peran masing-masing siswa
belajar siswa dengan menerapkan model quantum dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
learning dengan metode simulasi Hasil tes siswa quantum learning yang disertai dengan media
sebelum siklus I sebanyak 16 siswa atau 61,53% powerpoint, artikel, video, dan perlengkapan
pada nilai kurang dari 75 dan 10 siswa atau simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar
sebesar 38,47% siswa memperoleh niliai ≥ 75. siswa yang berdampak pada peningkatan hasil
Sedangkan setelah adanya tindakan siklus I hasil belajar IPS.
tes siswa 14 siswa atau sebesar 42,42% pada nilai 2) Penggunaan model pembelajaran quantum
kurang dari 75 dan siswa 19 atau sebesar 57,58% learning dengan metode simulasi dapat
siswa memperoleh nilai ≥ 75. meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS
siswa kelas VIII D SMPN 1 Jiwan . Hal ini
Melihat hasil tersebut tindakan siklus I ditunjukkan dengan peningkatan setiap
belum dikatakan berhasil karena belum indikator motivasi belajar dalam pembelajaran
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yang IPS dari hasil observasi, wawancara, dan
telah ditentukan yaitu sebesar 75% dari jumlah angket, sedangkan peningkatan hasil belajar
siswa yang mencapai nilai ≥ 75. IPS siswa kelas VIII D SMPN 1 Jumo
Temanggung dapat ditunjukkan dari
Pada siklus II hasi tes siswa mengalami tercapainya kompetensi ketuntasan minimal.
peningkatan dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Hasil tes siswa sebelum siklus II Saran
sebanyak 12 siswa atau 36,37% pada nilai kurang Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan
dari 75 dan 21 siswa atau sebesar 63,63% siswa
memperoleh niliai ≥ 75. Sedangkan setelah dari penelitian, bahwa implementasi model
adanya tindakan siklus II hasil tes siswa sebanyak pembelajaran quantum learning dengan metode
18,18% pada nilai kurang dari 75 dan siswa 27 simulasi terbukti dapat meningkatkan motivasi
atau sebesar 81,82% siswa yang telah dan hasil belajar IPS siswa, guru hendaknya
memperoleh nilai ≥ 75. Persentase siswa yang menerapkan model pembelajaran quantum
mendapat nilai ≥ 75 sebelum tindakan Persentase learning dengan metode simulasi dalam
siswa yang mendapat nilai ≥ 75 setelah adanya pembelajaran IPS sebagai salah satu alternatif
tindakan Kriteria Keberhasilan Tindakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS. Hal yang perlu
Simpulan diperhatikan sebelum penggunaan model
Dari hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran quantum learning dengan metode
simulasi yaitu dengan menyiapkan media dan
yang telah diuraikan maka diperoleh kesimpulan sumber belajar yang relevan dan menarik (seperti
sebagai berikut: powerpoint dan artikel yang sesuai dengan topik
1) Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan yang akan di simulasikan) pembelajaran
menggunakan model pembelajaran quantum
motivasi dan hasil belajar menggunakan learning dengan metode simulasi dapat berjalan
model pembelajaran quantum learning dengan efektif dan efisien
metode simulasi pada mata pelajaran IPS di
kelas VIII D SMPN 1 Jiwan dapat dilakukan
dengan menambahkan media powerpoint,
artikel berupa kasus ketenagakerjaan, video

Daftar Pustaka
Abdul Gafur. 2012. Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya Dalam Perencanaan

Pelaksanaan Pembelajaran.Yogyakarta: Ombak.
Anas Sudjono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Paja Grafindo Persada.
Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Persindo.
Dani Irawan. 2014. Pendidikan Nasional Antara Harapan dan Kenyataan.

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 29

http://www.metrosiantar.com/pendikan-nasional-antara-harapan-dankenyataan. Diakses 13
Agustus 2014.
DePorter, Bobbi & Hernachi, Mike. 2010. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Pustaka.
DePorter, Bobbi, Reardon, Mark & Singer-Nourie, Sarah. 2009. Quantum Teaching Memperkenalkan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Dimyati, & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dwi Febriani. 2011. Implementasi Metode Simulasi dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA N 1 Kalasan. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Eko Putro Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.
Yogyakarta: UNY Press.
Hamzah B. Uno. 2011. Model Pembelajaran (menciptakan Proses Belajar Megajar yang Kreatif dan
Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.
Joyce, Bruce, Chalhoun, Emily, & Marsha Weil. 2009. Models of Teaching Model-Model Pengajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad Numan Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Megajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
----------------. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara.
Pratami Nur Wijayanti. 2011. Penerapan Metode Quantum Learning untuk Meningkatkan Partisipasi,
Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA N 1 Ngaglik.
Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Megajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Persindo
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supardi. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmeda Buana Pustaka.
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Media
Group.
Zaenal Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama widya.

Quantum Learning - Ella Nurlistiani, S.Pd - SMPN 1 Jiwan - Kabupaten Madiun - Halaman 30

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LINGKARAN
SISWA KELAS VIII B SEMESTER II SMPN 12 TANJUNG JABUNG TIMUR
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh : Liliek Sulastri, M.Pd, Guru SMPN 12 Tanjung Jabung Timur
E-mail: [email protected]

Abstrak
Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Penelitian ini dilatarbelakangi perlunya peningkatan kreatifitas mengajar guru dalam proses
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran Lingkaran, materi pelajaran tidak kontekstual, dan kinerja
siswa rendah. Karena Guru masih melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran ceramah.
Dampaknya menimbulkan kebosanan dan menurunkan minat dan motivasi belajar siswa. Dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Lingkaran dilakukan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan kombinasi pendekatan pembelajaran tipe Think-Pair-Share. Penelitian ini dilakukan
di kelas VIII B SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur. Pada siklus pertama, sebagian siswa belum terbiasa
dengan kondisi pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) , sehingga dilakukan tindakan dengan memberi
penjelasan kepada siswa tentang prinsip-prinsip pembelajaran tipe Think-Pair-Share. Di lain sisi guru
sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini juga belum maksimal dalam mengimplementasikan
pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS). Dalam siklus kedua, siswa, dan guru sudah mulai memahami
implementasi pembelajaran tipe Think-Pair-Share dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dari
hasil Siklus I yang tuntas 20 siswa dengan persentase 71,43 %. Dari hasil siklus II yang tuntas 27 siswa
dengan persentase 96,43 %, maka hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan sebesar 25%.

This research is motivated by the need to increase teacher creativity in the learning process. In
Circle learning activities, subject matter is not contextual, and student performance is low. Because the
teacher is still carrying out learning with the lecture learning approach. The impact causes boredom and
reduces student interest and motivation. In order to improve student learning outcomes in Circle learning,
classroom action research was carried out using a combination of the Think-Pair-Share (TPS) type
learning approach. This research was conducted in class VIII B of SMP Negeri 12 Tanjung Jabung Timur.
In the first cycle, some students were not familiar with the Think-Pair-Share type learning conditions, so
they took action by explaining to students about the principles of Think-Pair-Share (TPS) type learning.
On the other hand, the teacher as a collaborator in this classroom action research has not been maximal
in implementing Think-Pair-Share type learning. In the second cycle, students and teachers have begun to
understand the implementation of Think-Pair-Share type learning and show satisfactory results. From the
results of the complete cycle I, 20 students with a percentage of 71.43%. From the results of the second
cycle that completed 27 students with a percentage of 96.43%, the student learning outcomes showed an
increase of 25%.

Pendahuluan. antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar
Keberhasilan proses pembelajaran mengajar. Penggunaan metode yang kurang tepat
dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami
merupakan hal utama yang didambakan dalam dan monoton, sehingga siswa tidak termotivasi
melaksanakan pendidikan di sekolah. Pendidikan untuk belajar. Proses pembelajaran akan berhasil
merupakan bentuk perwujudan kebudayaan manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar.
manusia yang dinamis dan syarat pengembangan Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi
(Trianto, 2009:1). Dalam proses pembelajaran, belajar siswa ( Wina Sanjaya, 2008:288).
komponen utama adalah guru dan siswa. Agar
proses pembelajaran berhasil, guru harus Motivasi belajar adalah salah satu faktor
membimbing siswa. Oleh karena itu diperlukan yang turut menentukan keefektifan pembelajaran
suatu metode pembelajaran yang tepat, karena (Mulyasa, 2005:112). Selain tumbuhnya motivasi,
metode pembelajaran merupakan sarana interaksi guru juga harus membangkitkan motivasi yang

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 31

ada dalam diri siswa agar terangsang untuk pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
pada kelas VIII B SMPN 12 Tanjung Jabung
mempelajari materi serta ingin memahami Timur

pelajaran lebih lanjut. Melalui demonstrasi Manfaat Penelitian
1. Siswa kelas VIII B SMPN 12 Tanjung Jabung
penggunaan berbagai bentuk metode pengajaran,
Timur dapat meningkatkan pemahaman
siswa merasa ingin tahu lebih jauh tentang konsep konsep matematika yang dipelajari,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
yang dipelajarinya dan akan terus berusaha untuk mengaplikasikan konsep, secara tepat dalam
pemecahan masalah.
menelaah dan mengetahui konsep tersebut lebih 2. Siswa kelas VIII B SMPN 12 Tanjung Jabung
Timur dapat meningkatkan penalaran pada
mendalam. Atas dasar pemikiran ini peneliti ingin pola, sifat atau melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi,
melakukan penelitian tentang bagaimana menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe 3. Guru dapat memberikan pengalaman belajar
mempergunakan metode pembelajaran yang
Think-Pair-Share sebagai upaya untuk sesuai untuk mengajar matematika.
4. Guru dapat meningkatkan kualitas belajar
meningkatkan prestasi belajar matematika materi siswa dengan dapat memilih metode
pembelajaran yang sesuai.
Lingkaran dengan memilih obyek penelitian yaitu 5. Kepala sekolah dapat memfasilitasi guru
dengan menyelenggarakan pelatihan metode
siswa kelas VIII B SMPN 12 Tanjung Jabung pembelajaran terkini untuk meningkatkan
kualitas kinerja guru dalam mengajar.
Timur . Alasan pemilihan judul tersebut adalah
Kajian Pustaka
pentingnya masalah tersebut diteliti karena akan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-
Share ( TPS )
membantu pelaksanan kerja yang lebih efektif,
Think-Pair-Share (TPS) pertama kali
judul tersebut juga menarik motivasi peneliti dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981.
Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah
karena dari pengalaman peneliti mendapatkan dan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. TPS pembelajaran
gambaran bahwa jarang sekali guru kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi
guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS
mempergunakan model kooperatif tipe think pair merupakan jenis pembelajaran kooperatif
menghendaki siswa bekerja saling membantu
share dalam pembelajaran matematika. dalam kelompok kecil (2 anggota). Dalam TPS,
guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan
Bila seorang guru melakukan aktivitas, memberi siswa waktu setengah sampai satu menit
untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting
maka terjadi dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar karena memberikan kesempatan siswa untuk
mulai merumuskan jawaban dengan mengambil
dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar informasi dari memori jangka panjang. Siswa
kemudian berpasangan dengan satu anggota
menyangkut peranan seorang guru dalam konteks kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di
dekatnya dan mendiskusikan ide ide mereka
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi

harmonis antara mengajar itu sendiri dengan

belajar (Rohani, 2004: 4). Guru adalah pendidik

anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan

mendidik cita-cita Bangsa.(Dimyati,

Mudjiono,2015:107). Melalui demonstrasi

penggunaan berbagai bentuk metode pengajaran,

siswa merasa ingin tahu lebih jauh tentang konsep

yang dipelajarinya dan akan terus berusaha untuk

menelaah dan mengetahui konsep tersebut lebih

mendalam.

Rumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi
lingkaran pada kelas VIII B SMPN 12 Tanjung
Jabung Timur semester II tahun pelajaran
2018/2019?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar matematika materi
lingkaran dengan menerapkan model

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 32

tentang pertanyaan selama beberapa menit. lebih cepat. Kerugian diperoleh dengan
Guru dalam hal ini dapat mengatur pembelajaran kooperatif tipe TPS sering
didapatkan oleh siswa-siswa malas. Kadang-
pasangan yang tidak sekelompok untuk kadang satu orang yang tersisa dengan semua
menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. pekerjaan karena pasangan mereka tidak memberi
Struktur TPS memberikan kesempatan yang sama bantuan. Biasanya dengan kerjasama dalam TPS
pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide yang diberikan adalah untuk dua orang.
mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk
membangun pengetahuan mereka dalam diskusi Dalam pembelajaran matematika
ini, di samping untuk mengetahui apa yang dibutuhkan kecakapan komunikasi. Untuk
mereka dapat lakukan dan belum diketahui. Proses menumbuhkan kecakapan komunikasi ini
aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam diperlukan suatu model pembelajaran yang
pembelajaran tradisional. Setelah beberapa menit efektif, diantaranya adalah Model pembelajaran
guru dapat memilih secara acak pasangan yang Think-Pair-Share. Model pembelajaran ini
ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat merupakan salah satu tipe model pembelajaran
dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa kooperatif yang memberikan siswa kesempatan
biasanya lebih rela untuk merespon setelah untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta
mereka memiliki kesempatan untuk diajar oleh sesama siswa yang menjadi bagian
mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman penting dalam proses belajar dan sosial yang
sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu berkesinambungan.
dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan
yang diterima sering lebih intelektual sehingga Penelitian tentang pembelajaran
melalui proses ini siswa dapat mengubah atau kooperatif tipe Berpikir-berpasangan ini pernah
merefleksi ide-ide mereka. diteliti oleh Alhadi, (2006:41). Metode
pembelajaran kooperatif tipe berpikir-
Struktur TPS juga meningkatkan berpasangan-berempat dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi lisan siswa ketika aktivitas belajar, sikap dan hasil belajar siswa.
mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan Pada penelitian tersebut, kecakapan komunikasi
satu sama lain. Salah satu variasi dari struktur TPS siswa belum dilihat, sedangkan kecakapan
ini adalah siswa dapat menuliskan pikiran mereka komunikasi merupakan salah satu tujuan
di sebuah kartu dan mengumpulkannya. pembelajaran dalam Kurikulum. Metode
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara
seluruh siswa untuk melihat apakah ada masalah efektif pada tiap tingkatan kelas dan untuk
dalam pemahaman mereka. mengajarkan berbagai macam mata pelajaran.
(Robert E. Slavn,2005:5)
Pembelajaran Think-Pair-Share dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan Adapun prosedur pembelajaran
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal kooperatif tipe Berpikir-Berpasangan adalah
dan membandingkannya dengan ide-ide orang sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa kedalam
lain. Membantu siswa untuk respek pada orang kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 4
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya orang dengan pengelompokkan heterogen
serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat berdasarkan kemampuan akademiknya dan jenis
mengembangkan kemampuan untuk menguji ide kelaminnya. 2) Guru memberikan LKS kepada
dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan masing-masing siswa, 3) Dalam pengerjannya,
balik Interaksi yang terjadi selama pembelajaran mula-mula siswa diminta bekerja sendiri-sendiri
dapat meningkatkan motivasi dan memberi lalu berpasangan dengan salah satu teman
rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat kelompoknya dan selanjutnya dengan kelompok
bagi proses pendidikan jangka panjang. berempat. 4) Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa yang berhubungan dengan LKS,
Pembelajaran TPS bisa mengajarkan kemudian siswa diminta untuk memikirkan
orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih jawabannya secara mandiri beberapa saat. Lalu
efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan kembali berpasangan dengan salah satu teman
dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja kelompoknya dan berdiskusi untuk meyakinkan
sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 33

jawabannya. Setelah beberapa waktu siswa observasi dan refleksi. Secara terperinci prosedur
diminta kembali kedalam kelompok berempatnya penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
dan berbagi jawaban serta berdiskusi untuk saling Perencanaan Tindakan
meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik. 5)
Guru memanggil salah satu kelompok atau Dalam tahap ini peneliti dengan
perwakilannya untuk ke depan kelas dan persetujuan guru pengamat melakukan observasi.
memberikan kesimpulan jawaban yang telah Berdasar hasil penelitian Peneliti menyusun
disepakati kelompoknya dan ditanggapi oleh rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan
seluruh siswa sampai ditemukan suatu metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).
kesimpulan. Kemudian mendiskusikan dengan guru pengamat
tentang cara melaksanakan metode pembelajaran
Metode Penelitian Think-Pair-Share (TPS).
Rancangan Penelitian Pelaksanaan Tindakan

Rancangan penelitian yang dimaksud Guru peneliti melaksanakan model
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam pembelajaran TPS, berdasarkan rencana
penelitian ini direncanakan dua siklus dan tiap pembelajaran yang sudah dibuat, sedangkan guru
siklus terdiri dari 4 langlah yaitu : (1) perencanaan, pengamat melakukan pengamatan dan memberi
(2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. masukan, kepada guru peneliti yang melakukan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam tindakan.
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan Observasi
kelas. Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan beberapa siklus atau tahapan Dalam hal pengamat mengamati
penelitian. Siklus yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan, guna mengetahui
penelitian tindakan kelas ini menggunakan model kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana
siklus yang diadaptasi dari Kemiis dan Taggart tindakan yang telah ditetapkan.
(1992:11). Setiap siklus terdiri dari empat tahap Refleksi
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), pengamatan (observation) dan Setelah dilakukan pengamatan terhadap
tindak lanjut refleksi (reflection). Setelah siklus proses pembelajaran, peneliti dan guru pengamat
pertama dilaksanakan, kemudian dilanjutkan melakukan diskusi untuk mencermati kembali
siklus kedua yang merupakan perbaikan dan secara rinci tentang semua yang telah
peningkatan dari siklus pertama. dilaksanakan, termasuk mengamati perubahan
keberhasilan maupun hambatan-hambatan yang
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas terjadi. Sebagai pedoman untuk menentukan
VIII B SMP Negeri 12 Tanjab Timur, yang keberhasilan dalam penelitian ini maka digunakan
berjumlah 28 siswa. Pengambilan subjek kriteria sebagai berikut : Sebagai acuan bahwa
penelitian dengan pertimbangan kelas tersebut prestasi belajar siswa menunjukkan kualitas
secara akademis memiliki nilai kurang baik, dari meningkat setelah dilakukan tindakan yaitu
hasil tes awal sebanyak 28 siswa, 16 siswa belum dengan membandingkan prestasi belajar siswa
tuntas dan baru 12 siswa yang mencapai sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah
ketuntasan, dengan kriteria ketuntasan minimal dilaksanakan tindakan
sebesar 71.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri Data dianalisis berdasarkan perubahan
12 Tanjung Jabung Timur kelas VIII B. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan januari sampai setiap siklus tentang proses pembelajaran yang
dengan bulan maret tahun 2019 semester dua menyenangkan dan bermakna sebagai bentuk
tahun pelajaran 2018/2019. pengalaman belajar. Teknik analisis data yang
digunakan untuk menganalisis data-data yang
Prosedur Penelitian terkumpul dengan teknik deskriptif komparatif
Prosedur penelitian ini meliputi kegiatan : yaitu untuk membandingkan keberhasilan antar
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, siklus. Teknik analisis kritik untuk mencakup
kegiatan yang mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 34

pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang menyenangkan, siswa kurang memiliki tanggung
jawab terhadap tugas, siswa juga kurang berani
diturunkan dari kajian teori. menunjukkan ekspresinya dan kegiatan masih
terfokus pada guru. Namun setelah dilaksanakan
Teknik analisis data adalah proses tindakan maka kualitas pembelajaran lebih
meningkat dibandingkan dengan sebelum
mengolah data dan menginterpretasikan hasil dilakukannya tindakan, hal itu terlihat ketika
siswa mengikuti pembelajaran dengan wajah
pengumpulan data. Pada penelitian ini gembira.

menggunakan teknik analisis data kuantitatif, Siklus II.
Hasil belajar pada Siklus II dapat
yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
diketahui bahwa nilai rata-rata kelas 86,00 dari 28
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai siswa. Jumlah siswa yang belum mencapai
ketuntasan sebanyak satu siswa atau 3,57 %,
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk sedang siswa yang telah mencapai nilai
ketuntasan yaitu memperoleh nilai lebih dari 71
mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, adalah sebanyak 27 siswa atau 96,43 %. Suasana
pembelajaran pada Siklus II menunjukkan suasana
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa yang menyenangkan. Metode Think Pair Share
telah membuat siswa mengikuti pembelajaran
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dengan gembira. Pada tahap ini siswa mulai
memiliki percaya diri dalam mengerjakan tugas.
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi Metode Think Pair Share membuat siswa
mengalami apa yang disebut dengan ”belajar
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. bermakna” karena siswa tidak lagi sekedar
mendengarkan ceramah guru namun siswa juga
Analisis ini di hitung dengan menggunakan melakukan dalam belajar dengan membuat peta
pikiran dalam Think Pair Share. Suasana
statistik sederhana yaitu : Ketuntasan belajar. Ada pembelajaran pada Siklus II menunjukkan
aktifitas yang meningkat. Metode Think Pair
dua katagori ketuntasan belajar yaitu secara Share telah membuat siswa mengikuti
pembelajaran dengan gembira. Pada tahap ini
perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa siswa mulai memiliki percaya diri dalam
mengerjakan tugas.
telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65
Pembahasan
dan kelas tersebut tuntas belajar bila di kelas Nilai- rata rata kelas hasil belajar sebelum

tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya dilakukan tindakan sebesar 66,29 pada Siklus I
Sebelum dilakukannya tindakan sampai
serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk
dengan Siklus II terdapat peningkatan. Dilihat dari
menghitung presentase ketuntasan belajar dikelas ketuntasan belajar, sebelum dilakukannya
tindakan penelitian, siswa yang tuntas sebanyak
menggunakan rumus : 12 siswa atau 42,85 %, pada siklus I siswa yang
tuntas sebanyak 20 siswa atau 71,43 %. Sedang
H = x 100 % pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa
atau 96,43. Sehingga dilihat dari ketuntasan
belajar dari sebelum dilakukannya tindakan
Keterangan : sampai dengan Siklus II terdapat peningkatan.
Bisa dilihat pada tabel berikut:
H = persentase ketuntasan belajar secara klasikal

n = jumlah siswa yang belajar tuntas

N = jumlah seluruh siswa

Hasil Penelitian
Siklus I

Hasil belajar pada Siklus I dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata kelas 76,43 dari 28 siswa.
Jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan
sebanyak 8 siswa atau 28,57 %, sedang siswa
yang telah mencapai nilai ketuntasan yaitu
memperoleh nilai lebih dari 71 adalah sebanyak
20 siswa atau 71,43 %. Dengan demikian
pembelajaran dengan menerapkan metode Think
Pair Share pada Siklus I belum mencapai
kualifikasi ketuntasan belajar yang diharapkan.

Pembelajaran dikatakan meningkat jika
keadaan menunjukkan bahwa pembelajaran lebih
berkualitas dibandingkan dengan keadaan
sebelum dilakukannya tindakan. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan guru peneliti
dan guru pengamat sebelum pelaksanaan tindakan
dapat dikatakan bahwa pembelajaran kurang

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 35

Tabel 1. Daftar nilai matematika kelas VIII B siswa untuk bekerja dan bergerak membuat
suasana pembelajaran lebih menyenangkan.
Nilai Tindakan guru dengan memberi tugas individu
pada tiap kelompok memberi kontribusi besar
No Nama Pra Siklus I Siklus terhadap peningkatan rasa tanggung jawab siswa.
II Presentasi yang dilakukan siswa tentang hasil
Think Pair Share memberi sumbangan besar
1 AK 60 68 84 terhadap rasa percaya diri siswa. Dengan
penerapan media Think Pair Share fokus
2 AS 56 76 80 kegiatan sudah berpindah kepada siswa, karena
siswa lebih banyak “melakukan” daripada sekedar
3 AL 52 68 80 mendengarkan ceramah.

4 DT 64 68 80 Tindakan guru yang banyak memberi
kesempatan siswa untuk bekerja dan bergerak
5 DS 76 80 84 membuat suasana pembelajaran lebih
menyenangkan. Tindakan guru dengan memberi
6 DP 76 80 84 tugas individu pada tiap kelompok memberi
kontribusi besar terhadap peningkatan rasa
7 DR 60 76 84 tanggung jawab siswa. Presentasi yang dilakukan
siswa tentang hasil Think Pair Share memberi
8 HC 60 76 80 sumbangan besar terhadap rasa percaya diri siswa.
Dengan penerapan media Think Pair Share fokus
9 HZ 56 76 80 kegiatan sudah berpindah kepada siswa, karena
siswa lebih aktif.
10 MN 60 68 80
Kesimpulan
11 MK 72 80 92 Penggunaan model pembelajaran Think

12 NA 72 80 88 Pair Share ( TPS ) pada siswa kelas VIII B SMP
Negeri 12 Tanjung Jabung Timur, terbukti
13 NV 68 76 92 meningkatkan prestasi belajar siswa, Sebelum
tindakan siswa yang tuntas belajar sebanyak 12
14 NR 64 80 88 siswa atau 42,86 %, pada Siklus I siswa yang
tuntas sebanyak 20 siswa atau 71,43 %. sedang
15 RA 76 84 92 pada Siklus II siswa yang tuntas sebanyak 27
siswa atau 96,43 %.
16 RM 72 88 92
Saran
17 RO 64 76 84 1. Guru harus memotivasi siswa untuk belajar

18 RV 64 68 92 secara inovatif mempergunakan model
pembelajaran .
19 SN 80 88 96 2. Guru hendaknya memiliki paradigma bahwa
siswa belajar bukan sekedar mendengarkan
20 SR 72 80 92 ceramah namun belajar sambil melakukan .
3. Pembelajaran Matematika hendaknya
21 SM 64 68 68 disampaikan menggunakan metode yang
mampu menyenangkan siswa dan mampu
22 SH 60 76 92 membuat siswa aktif.

23 TB 72 76 84

24 VF 72 80 92

25 WH 56 68 84

26 WI 72 84 88

27 YS 76 84 92

28 YE 60 68 84

∑ 1856 2140 2408

Rata – rata 66.29 76.43 86.00

∑ tuntas 12 20 27

∑ tidak tuntas 16 8 1

% tuntas 57,14% 71,43% 96,43%

% tidak tuntas 42,86% 28,57% 3,57%

Penggunaan model Think Pair Share telah
meningkatkan nilai rata-rata siswa. sebelum
tindakan sebesar 66,29 sedang pada siklus I
sebesar 76,43 dan pada Siklus II sebesar 86,00.
Tindakan guru yang banyak memberi kesempatan

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 36

Daftar Pustaka
Abin, Syamsudin Makmun 2009. Kependidikan Perangkat pengajaran Modul. Bandung :Remaja

Rosdakarya.
Asep, Jihad dan Abdul Haris,2012. EVALUASI Pembelajaran ,Yogyakarta :Multi Pressindo
Alhadi. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Berpikir Berpasangan-Berempat

pada Mata Pelajaran Matematika. Indralaya: FKIP UNSRI. Lie.
Dimyanti dan Mudjiono 2015. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta.
Kemmis and McTaggart. 1992. The action research planner. Victoria : Deakin University
Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasisi Kompetensi konsep Karakteristik dan Implementasi : Bandung:

Remaja Rosdakarya
Nana,Sudjana 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya
Robert E. Slavin. 2005. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Rohani, Ahmad 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP: Jakarta

Kencana Prenada Media
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta. Kencana Perdana Media Grup.

TPS - Liliek Sulastri, M.Pd - SMPN 12 Tanjung Jabung Timur - Halaman 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI FLUIDA KELAS XI IPA 2
SMA NEGERI 1 WUNGU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh : Lotty Sri Peni, S.Pd, Guru SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: Hasil Belajar dan kemampuan memecahkan masalah, Model Pembelajaran Problem
Based Learning

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, siswa pada konsep
fluida. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA2 yang berjumlah 32 orang. Data
yang diperoleh dari tes dan lembar observasi dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata
skor sebesar 2,57 dalam kategori baik, siklus II sebesar 3,00 dalam kategori baik,. Hasil belajar siswa
dalam aspek kognitif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 73,34 dan ketuntasan belajar sebesar 41%
(tuntas); pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,54 dan ketuntasan belajar sebesar 94% (tuntas), Hasil
belajar siswa dalam aspek psikomotor pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 67,19 dalam kategori cukup;
pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,20 dalam kategori baik; Kemampuan pemecahan masalah siswa
( psikomotor ) pada siklus I diperoleh rerta skore 64,50 ( Cukup ) pada siklus II reta nilai menjadi 80 (
Baik ) Kesimpulannya, model Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar, hasil
belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Latar Belakang ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
Pendidikan adalah segala pengaruh yang bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah.
diupayakan sekolah terhadap peserta didik yang
diserahkan kepadanya agar nantinya peserta didik Salah satu bagian Ilmu Pengetahuan
itu mempunyai kemampuan yang sempurna dan Alam (IPA) yaitu Fisika. Fisika merupakan ilmu
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan yang mempelajari tentang benda mati. Fisika
dan tugas sosial mereka (Mudyahardjo : 2010). menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar,
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk karena berhubungan dengan perilaku dan struktur
menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Di benda mati. Fisika mempelajari tentang
dalam pendidikan, terdapat proses dimana setiap fenomena atau kejadian alam, baik yang bersifat
siswa dapat aktif dalam mengembangkan potensi makroskopis, maupun yang bersifat mikroskopis
yang dimiliki. Potensi tersebut nantinya akan yang berkaitan dengan perubahan zat dan energi.
menciptakan sumber daya yang diharapkan
mampu untuk membangun bangsa sesuai dengan Pada pembelajaran di sekolah, Fisika
keahlian yang mereka miliki. sering kali menjadi mata pelajaran yang
menakutkan bagi para siswa. Mereka masih
Pendidikan tentunya akan mempelajari menganggap bahwa Fisika itu sangat sulit karena
tentang berbagai macam ilmu. Ilmu tersebut banyak menghitung dengan menggunakan
diantaranya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu rumus-rumus yang cukup rumit. Selain itu, siswa
Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, dan juga dituntut untuk memahami konsep-konsep
masih banyak lagi. Ilmu Pengetahuan Alam Fisika.
(IPA) merupakan ilmu yang tersusun secara
sistematis dan sangat erat kaitannya dengan Hasil belajar Fisika di kelas XI IPA2
fenomena-fenomena yang ada di alam. Ilmu SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun,yang
Pengetahuan Alam atau dikenal dengan sains mengalami penurunan dilihat dari rerata hasil
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan belajar siswa yang hanya mencapai 57,34 siswa
sedangkan ketuntasan hanya 12,50 %. Hal ini

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 38

tentu menjadi masalah bagi guru dan tantangan Metode Penelitian
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru Penelitian ini dilaksanakan di SMA
dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan agar para siswa mampu Negeri 1 Wungu, Jl. Raya Kare 156 Kecamatan
mengikuti kegiatan belajar dengan baik, yang Wungu Kab. Madiun pada bulan Januari s.d April
nantinya siswa dapat menguasai konsep-konsep 2016 semester Genap. Penelitian ini merupakan
Fisika dan mampu menerapkan serta penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- Action Research. Tahapan dalam PTK meliputi
hari. perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Pada penelitian ini dilakukan proses
Hasil belajar yang diperoleh siswa dinilai pembelajaran Fisika dengan menggunakan model
mulai dari ranah kognitif, afektif, sampai Problem Based Learning (PBL).
psikomotor. Namun berdasarkan hasil observasi,
terdapat suatu kekurangan yang ada dalam Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap
pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Wungu yaitu tahap refleksi awal, dan tahap pelaksanaan
Kabupaten Madiun yaitu masih kurangnya tindakan.
keinginan siswa untuk mencari informasi tentang 1. Tahap Refleksi Awal
materi yang akan dipelajari. Selain itu,
kemampuan pemecahan masalah siswa kurang Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi
dieksplorasi, sehingga tingkat kemampuan dan mendiagnosis permasalahan dalam proses
pemecahan masalah siswa masih kurang. Siswa pembelajaran. Refleksi awal ini dilakukan
kurang memahami bagaimana langkah dalam dengan melihat langsung kegiatan
menyelesaikan masalah. pembelajaran dan mewawancarai guru yang
mengampu mata pelajaran Fisika di kelas XI
Hasil penelitian Dwi, dkk (2013) IPA2 SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten
menunjukkan bahwa pembelajaran Fisika dengan Madiun.
menerapkan model Problem Based Learning 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
(PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari 2
terutama pada aktivitas mendefenisikan dan siklus. Setiap siklus pada penelitian tindakan
mengorganisasikan tugas belajar yang kelas terdiri dari empat tahap, yaitu 1) Tahap
berhubungan dengan permasalahan yang akan perencanaan (planning), 2) Tahap
dipecahkan, melakukan percobaan untuk pelaksanaan tindakan (action), 3) Tahap
mendapatkan penjelasan dan pemecahan pengamatan (observation), 4) Tahap refleksi
masalah, percaya diri mempresentasikan hasil (reflection).
karyanya, dan bekerja sama dalam kelompok.
Instrumen Penelitian
Oleh karena itu dalam mengatasi 1. Lembar Observasi
permasalahan pemebelajaran Fisika di SMA
Negeri 1 Wungu penulis menggunakan model Lembar observasi terdiri dari lembar
PBL. Tujuan digunakannya model PBL adalah observasi aktivitas guru dan lembar observasi
untuk meningakatkan kemampuan memecahkan aktivitas belajar siswa.
dan membangun keaktifan siswa dalam 2. Lembar Penilaian Psikomotor
mengikuti kegiatan pembelajaran melalui Lembar penilaian psikomotor digunakan
masalah-masalah yang disajikan.sehingga dapat untuk melihat kemampuan siswa dalam
meningkatkan hsail belajar fisika khususnya melaksanakan tindakan selama mengikuti
materi Fluida pelajaran fisika. Dalam hal ini aspek yang
dapat dilihat berupa aspek karakter yang
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis meliputi menyiapkan alat dan bahan,
melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan membaca dan memahami langkah kerja,
Model Problem Based Learning (PBL) untuk melakukan percobaan sesuai prosedur, aktif
Meningkatkan Hasil Belajar materi Fluida Di dalam kelompoknya, mampu melakukan
Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten pekerjaan dengan baik, bisa mengisi laporan,
Madiun mampu mengkomunikasikan, dan memiliki
ide dan komentar.

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 39

3. Tes pembelajaran siklus I, RPP. Selain itu
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan tes tertulis yaitu tes subjektif menentukan kelas XI IPA 2 sebagai kelas
berbentuk esai. Tes hasil belajar dan tes
kemampuan pemecahan masalah dilakukan penelitian dan pembentukan kelompok
disetiap akhir siklus. ekperimen yang beranggotakan lima siswa dan

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) enam siswa. Kemudian mengecek alat peraga di
LKS siswa bertujuan membantu siswa dalam
melakukan penyelidikan yang akan laboratorium Fisika dalam kondisi baik agar saat
dilaksanakan dan mengkomunikasikan hasil pelaksanaan dapat digunakan dengan lancar serta
penyelidikan tiap siklus. LKS ini juga
digunakan untuk mengukur keterampilan menata ruang laboratorium IPA untuk
siswa dalam melaksanakan penyelidikan tiap
siklus sehingga diperoleh pemecahan dari eksperimen.
suatu masalah yang dikaji. Pada komponen Tindakan
penelitian ini ditambah presentasi kelompok.
Pada siklus I ini pelaksanaan tindkan
dilakukan dengan tiga kali pertemuan dan satu

pertemuan digunakan untuk melakukan POS TES

I dengan materi tekanan hindrostatis. Pada
Tahapan tindakan Siklus I dilihat dari aspek :

Observasi Aktifitas Guru dan Siswa

Hasil Dan Pembahasan No Peran Hasil Katagori
Hasil penelitian yang dilihat pada Observasi

penelitian ini adalah hasil belajar berupa aspek 1 Guru 37 Baik
psikomotor serta hasil belajar dan kemampuan
pemecahan masalah berupa aspek kognitif. Hasil 2 Siswa 36 Baik
belajar pada aspek psikomotor dinilai dengan
menggunakan lembar penilaian psikomotor. Hasil skor observasi aktivitas guru dan
Sedangkan aspek kognitif dinilai dengan tes akhir siswa pada siklus I menurut pengamat sebesar 37
siklus dan LKS. Untuk kemampuan pemecahan
masalah dinilai dengan menggunakan soal tes untuk Guru dan Siswa 36 Hasil ini menunjukkan
kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan
dengan bagaimana siswa dapat menyelesaikan
sebuah masalah. pembelajaran dengan menerapkan model PBL

pada subkonsep tekanan dan tekanan hidrostatis
termasuk dalam kategori baik Dalam pelaksanaan

pembelajaran terdapat keunggulan yang telah

dilakukan guru dalam menerapkan model PBL
semua fase dalam pembelajaran dengan model

Pra Tindakan PBL berlangsung dengan baik antara guru

Berikut data hasil pretest pada kelas XI (peneliti) dan siswa terjadi kesinambungan
sehingga proses pembelajaran berlangsung
IPA 2 sebelum diberi perlakuan :
dengan baik. Namun demikian masih terdapat
No Aspek
Data kekurangan yang perlu diperhatikan terutama
dalam fase membimbing siswa menganalisis dan
1 Nilai Rerata 57,34

2 Prosentase Ketuntasan 12,50% mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru
masih kurang acak dalam memilih siswanya
3 Prosentase Tidak Tuntas 87,50 % untuk menjelaskan kembali apa yang telah

Dari tabel diatas diketahui pada Pra

tindakan Ketuntasan belajar fisika siswa hanya dipaparkan oleh kelompok penyaji. Sedangkan
dari faktor siswa ternyata masih terdapat
12,50 % sedangkan ketidak tuntasan mencapai

87.50 % dengan rerata nilai 57,34 beberapa kekurangan yang dilakukan siswa,

Pelakasanaan Siklus I diantaranya pada saat mengorganisir masih ada
Perencanaan (Planning) beberapa siswa yang binging apa yangakan

Tahap perencanaan pada siklus I meliputi dilakukan dan kurang kerjasama kelompok dalam
pembuatan perangkat pembelajaran beserta
instrumen penelitian, lembar kerja siswa dan mengajukan hipotesis sebelum melakukan
lembar observasi guru dan siswa pada proses penyelidikan sehingga ada anggota kelompok

yang tidak menyumbangkan pemikirannya; serta

siswa masih kurang tepat dalam menyimpulkan

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 40

hasil penyelidikan yang telah dilakukan. dalam dapat dikatakan belum mencapai ketuntas karena
membuat laporan kelompok, Dari temuan diatas dari 32 orang siswa ternyata 13 orang siswa yang
maka perlu dilakukan tindakan lebih lanjut dan mendapat nilai tuntas dan syarat ketuntasan
perbaikan pada Siklus berikutnya belajar klasikal kurang dari 75% dengan
demikian diperlukan tindakan selanjutnya pada
Hasil Belajar Siswa Siklus II dengan memperhatikan kekurangan
Hasil belajar pada siklus I terdiri aspek yang terjadi pada saat tindakan Siklus I .

psikomotor dan aspek kognitif. Berdasarkan Refleksi Siklus I
pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, Setelah melakukan proses pembelajaran
maka diperoleh data sebagai berikut :
Aspek Psikomotor dengan menerapkan model PBL, ternyata masih
ada kekurangan yang harus diperbaiki. Pada
Hasil penilaian terhadap psikomotor akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hasil
siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel observasi aktivitas belajar siswa yang digunakan
untuk menentukan perbaikan tindakan pada
Dari hasil observasi penilaian kinerja siklus selanjutnya. Rencana perbaikan yang
siswa (psikomotor) masih mengalami kendala. dilakukan pada siklus II yaitu :
Hal ini tercermin dari aspek psikomotor siswa a) Fase mengorganisasikan siswa untuk belajar,
yang mana reratanya hanya mencapai katagori
cukup maka perlu perbaikan di siklus berikutnya siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri
untuk belajar. Selain itu, siswa juga
Hasil Belajar Kognitif Siswa hendaknya dapat membagi tugas antar teman
Penilaian hasil belajar kognitif siswa kelompoknya agar tugas yang diberikan dapat
diselesaikan dengan baik.
pada siklus I merupakan gabungan hasil tes akhir b) Fase membimbing penyelidikan individu
siklus I (75%) dan LKS kelompok (25%). maupun kelompok, 1) seluruh siswa dalam
kelompok hendaknya saling membantu dalam
No Aspek Data mencari informasi yang berkaitan dengan
Siklus I masalah yang disajikan; 2) seluruh siswa
dalam kelompok hendaknya bekerja sama
1 Nilai Rerata 73,31 dalam mengajukan hipotesis sebelum
melakukan penyelidikan sehingga anggota
2 Prosentase Ketuntasan 41% kelompok yang lain dapat menyumbangkan
pemikirannya; dan 3) siswa hendaknya dapat
3 Prosentase Tidak Tuntas 59% menyimpulkan hasil penyelidikan yang telah
dilakukan.
4 Nilai rerata LKS 73,44 c) Fase mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, 1) seluruh siswa dalam kelompok
Rerata nilai akhir adalah 73,31; dan hendaknya mengikuti diskusi kelompok untuk
menyusun hasil karya berupa laporan agar
ketuntasan belajar sebesar 41 % %. Serata niali dapat memahami materi yang dipelajari dan
rerata LKS mencapai 73,44 Hasil ini tugasnyapun dapat diselesaikan dengan baik,
2) seluruh siswa hendaknya menyimak dan
menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I memperhatikan pemaparan kelompok penyaji,
3) kepada masing-masing kelompok hendak-
nya menyampaikan masukan, pertanyaan
ataupun pendapat.
d) Fase tahap menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah, seluruh siswa
hendaknya dapat menerima umpan balik dari
diadakannya evaluasi.

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 41

Pelakasanaan Siklus II dibandingkan dengan hasil pengamatan Siklus I
sehingga semua aspek berjalan dengan dengan
Perencanaan baik sesuai dengan rencana aspek affektif guru
Pembelajaran pada siklus II merupakan dan siswa dapat disimpulkan tidak perlu
perbaikan sehingga penelitian dapat dihentikan
hasil refleksi serta diskusi secara kolaboratif Hasil Belajar Siswa

antara Kolaboran dan peneliti, yang diperoleh Hasil dari segi psikomotor Siklus II
pada siklus I. Langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini

siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi yang

diperoleh pada siklus I. Pada siklus II ini,
perbaikan tindakan yang dilakukan meliputi

pemberian motivasi, perhatian, dan motivasi agar
peserta didik dapat terlibat lebih aktif saat proses

pembelajaran. Guru memberi pengulangan materi

kembali yang telah dipelajari peserta didik saat
melaksanakan proyek percobaan, dan menambah

observer yang terlibat menjadi satu observer per

kelompok agar observer juga lebih mudah dan
fokus dalam mengamati peserta didik, sehingga

tidak ada data yang terbuang saat proses

pengamatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tindakan Siklus II

Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu

konsep fluida statis dengan subkonsep Hukum Dari pengamatan psikomotor siswa
terjadi peningkatan dar skore 64,5 meningkat
Pascal,. Waktu pembelajaran pada siklus ini menjadi 84 ada kenaikan sebesar 20,5 poin Dapt
disimpulkan diatas semua berjalan sesuai dengan
selama 3 x 45 menit yang dibagi dalam dua kali rencana mulai dari kegiatan memnyiapkan alat
pertemuan yaitu Sesuai dengan jadwal, siklus II dan bahan percobaan sampai dengan melakukan
dilaksanakan dalam dua pertemuan atau tatap dengar pendapat dan diskusi terjadi perbaikan
yang man pada Siklus I sebelumnya berkatogori
muka. Pertemuan yang pertama pokok bahasan cukup meningkat menjadi baik . Dalam segi
memberikan ide dan komentar atau pendapat
konsep fluida statis dengan subkonsep Hukum pada Siklus I 15 meningkat menjadi 51 dengan
katagori baik denga demikian tindakan pada
Pascal tindakan yang dilakukan pada masing- Siklus II tidak perlu dilanjutkan ke Siklus
berikutnya
masing pertemuan sesuai dengan skenario Hasil Belajar ( Aspel Kognitif ) Siswa
pembelajaran yang tercantum di dalam RPP.
Hasil Post Tes Siklus II mengalami
Observasi kenaikan yang signifikan tercermin dari tabel
Observasi Aktifitas Guru dan Siswa berikut :

Dari hasil tindakan pada siklus II peneliti

melihat bahwa pembelajaran berlangsung lebih

baik dibandingkan siklus I. Apabila ditinjau dari

hasil observasi Guru dan siswa setelah siklus II

tingkat keaktifan proses pembelajaran mengalami No Aspek Data
peningkatan hal ini dapat dilihat dari hasil Siklus II
observasi berikut yang tercermin pada tabel 1 Nilai Rerata
2 Prosentase Ketuntasan 87,34
No Peran Hasil Katagori 3 Prosentase Tidak Tuntas 88%
Observasi 12%

1 Guru 41 Baik

2 Siswa 42 Baik

Dari tabel diatas dapat dilihat bahawa 4 Nilai rerata LKS 87,72
semua aspek untuk mengamati kegiatan guru
Hasil Pada tindakan Siklus II dapt
mendapat skore 41 dan siswa 42 semua dalam
tercermin pada tabel diatas rerta niali mencapai
katagori baik ,mengalami peningkatan
87,34, kentuntasan klasikal mencapai 88 % sedan

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 42

niLai rerata LKS siswa mencapai 87,72 dengan belajar siswa pada tiap siklusnya. Skor rata-
demikian semua aspek mengalami kenaikan yang rata aktivitas belajar siswa pada siklus I
cukup signifikan dengan demikian tidak perlu sebesar 36 dalam kriteria baik, kemudian
dilanjutakan pada Siklus berikutnya meningkat pada siklus II menjadi 42 dalam
kriteria baik, .
Kesimpulan 2. Penerapan model PBLpada konsep Fluida
Berdasarkan hasil penelitian dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI IPA2 SMA Negeri 1 Wungu. Pada siklus I
pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai ketuntasan 41% dengan psikomotor 6% dalam
berikut: kategori cukup, kemudian pada siklus II
1) Penerapan model PBLpada kondep Fluida sebesar 94% dengan psikomotor 75 % dalam
kategori baik.
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Wungu. Hal ini
dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. DasarDasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dwi, I. M. 2013. Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep
dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonsia. 8-17. Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi. [7 November 2013]

Ghufron, M. N dan Risnawita, S. R. 2013. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Medriati, R. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di
SMPN 14 Kota Bengkulu. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Tersedia:
http://www.jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/727. [7 November 2013]

Mudyahardjo, R. 2010. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar Dasar Pendidikan
Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Nur, M. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika
Sekolah Unesa

Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta : DIVA Press

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Raja
Grafindo

Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group

Sudjana. 1996. Metode Statistika edisi ke 6. Bandung : Tarsito Supriyati, Y dan Anitah, W. S. 2007.
Strategi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group

Wena, M. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara

PBL - Lotty Sri Peni, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun - Halaman 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
MATERI UNSUR GEOGRAFIS DAN PENDUDUK DI KAWASAN ASIA
TENGGARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IX C

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019
DI SMP NEGERI 2 KEBONSARI MADIUN

Oleh :Siti Halimah, Guru SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci : Model Think Pair Share, aktivitas belajar, prestasi belajar.

Melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Permen Diknas No. 22 (tahun
2006). Sehubungan dengan hal itu peran guru IPS untuk menciptakan suasana kelas dan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan bagi siswa untuk aktif, kreatif sangatlah penting. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran adalah ketepatan guru dalam memilih
dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar dan situasi kelas.

Penelitian ini meneliti model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dikembangkan oleh
Frank Lyman dan kawan-kawannya di Universitas Maryland pada tahun 1981 untuk meningkatkan
prestasi belajar.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kebonsari yang terletak di desa
Singgahan, kecamatan Kebonsari Madiun pada siswa kelas IX C semester genap tahun pelajaran
2018/2019 tentang materi Unsur Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia Tenggara. Pelaksanaan
pembelajaran PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga kali
pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Sumber data adalah dari aktifitas guru dan murid dalam pembelajaran yang dapat diperoleh dari lembar
observasi, angket dan hasil tes. Analisis data dalam penelitian ini secara kualitatif dengan menggunakan
model alir (flow), dilakukan secara berurutan mulai dari reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan.

Aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebagai berikut : bertanya dari
12% menjadi 20%, menjawab pertanyaan dari 28% menjadi 40% , memberikan tanggapan dari 52%
menjadi 72%, dan presentasi dari 83% menjadi 100%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair
Share dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar materi Unsur Geografis Dan Penduduk Di
Kawasan Asia Tenggara pada siswa kelas IX C semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMPN 2
Kebonsari Kabupaten Madiun.

Pendahuluan Sehubungan dengan hal itu peran guru IPS untuk
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menciptakan suasana kelas dan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan bagi siswa
(IPS) di SMP memuat materi Geografi, Sejarah, untuk aktif, kreatif sangatlah penting. Salah satu
Ekonomi dan Sosiologi. IPS mengkaji upaya yang dilakukan untuk mencapai
seperangkat peristiwa, fakta dan generalisasi keberhasilan dalam pembelajaran adalah
yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata ketepatan guru dalam memilih dan menentukan
pelajaran IPS siswa diarahkan untuk dapat metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis atau bahan ajar dan situasi kelas. Hal tersebut
dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang akan memudahkan bagi siswa untuk memahami
cinta damai. Permen Diknas No. 22 (tahun 2006). materi yang diajarkan dan pembelajaran menjadi
lebih bermakna bagi siswa. Peran guru dalam
Mengingat pentingnya mata pelajaran pembelajaran di kelas bukan hanya
IPS bagi siswa SMP, sudah seharusnya mata mengkomunikasikan pengetahuan tetapi juga
pelajaran IPS menjadi mata pelajaran yang membantu siswa agar mampu memahami konsep
diminati oleh siswa, sehingga apa yang menjadi
tujuan kurikulum IPS dapat terwujud.

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 44

– konsep dan dapat menerapkan konsep yang pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
dipahami serta mendorong terjadinya aktivitas Selanjutnya peneliti melakukan Penelitian
belajar. Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan
Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa materi
Untuk mewujudkan hal di atas maka Unsur Geografis Dan Penduduk Di Kawasan
guru dapat memilih beberapa model Asia Tenggara Dengan Menggunakan Model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
yang dapat digunakan oleh guru adalah Model Pada Siswa Kelas IX C Semester Genap Tahun
Think Pair Share yang dikembangkan oleh Frank Pelajaran 2018/2019 Di SMP Negeri 2
Lyman dan kawan-kawannya di Universitas Kebonsari Kabupaten Madiun”.
Marylan pada tahun 1981. Think Pair Share
(TPS) memperkenalkan ide “waktu berpikir atau Rumusan Masalah
waktu tunggu” yang banyak menjadi faktor kuat 1. Apakah aktivitas belajar materi Unsur
dalam meningkatkan kemampuan siswa
merespon pertanyaan. Nama Think Pair Share Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia
berasal dari tiga tahap kegiatan siswa yang Tenggara dapat meningkat dengan
menekankan pada apa yang dikerjakan siswa menggunakan Model Pembelajaran
pada setiap tahap (Jones, 2002 dalam Susilo, Kooperatif Tipe Think Pair Share pada siswa
2005). Kelas IX C semester genap tahun pelajaran
2018/2019 di SMP Negeri 2 Kebonsari
Penggunaan model Think Pair Share Kabupaten Madiun?
(TPS) dipilih berdasarkan pendapat Prayitno 2. Apakah prestasi belajar materi Unsur
1986 yang menyatakan bahwa model Think Pair Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia
Share (TPS) membawa siswa pada sebuah Tenggara dapat meningkat dengan
kecerdasan hidup. Siswa menjadi cerdas secara menggunakan Model Pembelajaran
otak dalam proses berpikir dan menyampaikan Kooperatif Tipe Think Pair Share pada siswa
buah pikiran. Model TPS juga dianggap Kelas IX C semester genap tahun pelajaran
mengarahkan siswa untuk menerima pengetahuan 2018/2019 di SMP Negeri 2 Kebonsari
tidak hanya dari satu sumber tetapi dari berbagai Kabupaten Madiun?
sumber sehingga meningkatkan kemampuan
kognitif (Ewbamk Eur, 1947 dalam Wulandari Tujuan Penelitian
2008). 1. Meningkatkan aktivitas belajar materi Unsur

Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia
Kebonsari untuk kelas IX, sudah dilaksanakan Tenggara dengan menggunakan Model
secara terpadu oleh seorang guru. Hasil observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
yang dilakukan pada siswa kelas IX C SMP Share pada siswa Kelas IX C semester
Negeri 2 Kebonsari memperlihatkan bahwa siswa genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP
masih kurang aktif dalam mengikuti Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun.
pembelajaran di dalam kelas dan prestasi belajar 2. Meningkatkan prestasi belajar materi Unsur
masih rendah bila dibanding dengan yang lain. Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia
Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran Tenggara dengan menggunakan Model
menurut pengamatan peneliti disebabkan karena Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
pembelajaran yang dilakukan guru masih Share pada siswa Kelas IX C semester
dominan dengan ceramah dan diselingi tanya genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP
jawab, sehingga pada saat pelaksanaan Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun.
pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan
menerima materi dari guru. Mereka kurang aktif Manfaat Hasil Penelitian belajar siswa
dalam mengajukan pertanyaan, memberikan 1. Bagi Siswa IPS melalui
jawaban maupun tanggapan yang diminta.
a. Meningkatkan aktivitas
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dalam mata pelajaran
maka peneliti mengubah tindakannya untuk kerjasama kelompok.
mengatasi masalah dengan menggunakan model

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 45

b. Meningkatkan prestasi belajar siswa. sebagai berikut (Gunter, Estesdan Schwab, 1999
c. Melatih ketrampilan sosial siswa melalui dalam Susilo, 2005)
1. Tahap 1
kerjasama kelompok
d. Melatih siswa untuk mengemukakan Pada tahap pertama ini siswa berpikir secara
individu, guru memberi tanda agar siswa
pendapat. mulai mimikirkan pertanyaan atau masalah
2. Bagi Peneliti yang diberikan guru dalam waktu tertentu.
Waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan
Sebagai wahana untuk mengembangkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat
profesionalisme dan wawasan keilmuan pertanyaannya dan skedul pembelajaran.
khususnya tentang strategi pembelajaran IPS. 2. Tahap 2
3. Bagi Guru Setiap siswa mendiskusikan jawabannya
Menambah wawasan guru dalam penerapan dengan seorang mitra / teman. Guru memberi
model pembelajaran. tanda agar siswa mulai berpasangan untuk
4. Bagi Sekolah mendiskusikan dan mencapai kesepakatan
Meningkatkan mutu pendidikan khususnya atas jawaban terhadap pertanyaan tadi.
mata pelajaran IPS. Menurut Jones 2002 (dalam Susilo, 2005)
mereka membandingkan hasil pemikiran
Ruang Lingkup ataupun jawaban yang mereka pikir paling
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan baik, paling meyakinkan, atau paling unik.
Sering kali proses ini dapat diperpanjang satu
pada siswa kelas IX C SMP Negeri 2 langkah lebih lanjut yaitu dengan meminta
Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran pasangan siswa bergabung dengan pasangan
2018/1019 semester genap, jumlah siswa 25 lainnya sehingga membentuk kelompok baru
orang terdiri dari 19 orang siswa laki – laki yang terdiri dari empat orang, lebih lanjut
dan 6 orang siswa perempuan. mereka mengembangkan ide mereka berempat
2. Tindakan yang dilakukan adalah menerapkan sebelum membandingkan ke kelompok lain
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair yang lebih besar.
Share. 3. Tahap 3
3. Materi pelajaran tentang Unsur Geografis dan Siswa berbagi jawaban dengan seluruh siswa
Penduduk di Kawasan Asia Tenggara . dalam satu kelas, mereka maju bersama
4. Aspek yang diukur adalah aktivitas belajar kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
siswa, yang ditunjukkan dengan aktivitas diskusinya di depan kelas. Pada tahap terakhir
dalam membuat pertanyaan, menjawab Think Pair Share ini seluruh siswa dalam
pertanyaan dan menanggapi pertanyaan serta kelas akan memperoleh keuntungan dalam
partisipasinya dalam tugas kelompok. bentuk mendengarkan berbagai ungkapan
mengenai konsep yang sama dinyatakan
Kajian Pustaka dengan cara berbeda oleh individu yang
Think Pair Share berbeda, hal ini terjadi karena siswa memiliki
cara penyampaian jawaban yang unik untuk
Think Pair Share (TPS) adalah suatu pertanyaan yang diajukan oleh guru.
strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan
oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya di Metode Penelitian
Universitas Maryland pada tahun 1981. Think Rancangan Penelitian
Pair Share memperkenalkan ide “waktu berpikir
atau waktu tunggu” yang banyak menjadi faktor Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian
merespon pertanyaan. Nama Think Pair Share Tindakan Kelas (PTK). Menggunakan
berasal dari tiga tahap kegiatan siswa yang pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih
menekankan pada apa yang dikerjakan siswa mudah dalam pengumpulan data karena diambil
pada setiap tahap (Jones, 2005) . langsung dalam proses pembelajaran di mana

Terdapat beberapa langkah atau tahapan
dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Tahapan-tahapan Think Pair Share adalah

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 46


Click to View FlipBook Version