The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agusjokosungkono82, 2022-10-02 21:44:02

Jurnal Bioma JANUARI 2021

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Keywords: Jurnal Bioma,Januari 2021

peneliti saat itu terlibat sebagai pemberi tindakan. dari guru mata pelajaran IPS. Aktivitas siswa
Dalam PTK ini diimplementasikan dalam pembelajaran yang sumbernya diperoleh
dari kegiatan siswa kelas IX C selama
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pembelajaran di dalam kelas. dimonitor secara
sebagai tindakan karena dijumpai permasalahan langsung oleh guru sebagai pelaksana kegiatan
kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran di sekaligus sebagai observer yang dibantu oleh 2
kelas. Sebagai acuan dalam pelaksanaan PTK (dua) orang guru teman sejawat . Di samping itu
digunakan alur PTK model Kemmis dan Taggart juga data tentang hasil kerja siswa baik secara
(dalam Kasbulah, 1999). Model ini merupakan individu maupun kelompok dalam menyusun /
rangkaian tindakan perbaikan kelas melalui menjawab soal yang sumbernya berasal dari hasil
siklus-siklus, tiap siklus terdiri atas 4 (empat) kerja siswa. Data tentang perkembangan hasil
tahapan tindakan yaitu : tahap perencanaan belajar siswa yang diperoleh dari hasil post tes
(planning), pelaksanaan (action), pengamatan setiap akhir tindakan. Sedangkan tentang
(observation), dan refleksi (refleksition). Refleksi tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
terhadap pemberian tindakan pada siklus pertama pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif
dijadikan acuan dalam merencanakan tindakan model Think Pair Share sumbernya diperoleh
pada siklus II. dari siswa melalui pengisian angket setiap selesai
tindakan.
Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap satu dengan menggunakan beberapa instrumen yaitu
siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ini 1) lembar observasi, 2) angket, dan 3) tes hasil
meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, belajar.
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Bila pada
siklus pertama tujuan penelitian belum tercapai Tehnik Analisis Data
maka tindakan dilanjutkan pada siklus kedua dan Analisis data dilakukan setiap kali selesai
seterusnya.
pemberian tindakan. Analisis data dalam
Lokasi Penelitian penelitian ini secara kualitatif dengan
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 menggunakan model alir (flow), dilakukan secara
berurutan mulai dari reduksi data, sajian data, dan
Kebonsari Kabupaten Madiun yang berlokasi di penarikan kesimpulan.
Desa Singgahan Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun pada semester genap tahun Analisis diskriptif dilakukan terhadap
pelajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan data yang bersifat kuantitatif, yaitu aktifitas
selama 4 (empat) bulan mulai bulan Januari siswa, dan hasil belajar. Aktifitas siswa dalam
sampai dengan April tahun 2019. bertanya atau menjawab pertanyaan diidentifikasi
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Subyek Penelitian Aktifitas siswa tersebut diperoleh secara
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX kuantitatif maupun kualitatif dengan
menggunakan lembar observasi.
C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun
dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 19 Indikator Keberhasilan
siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. 1. Aktivitas belajar siswa kelas IX C semester
Siswa dalam kelas tersebut mempunyai
kemampuan yang heterogen. genap tahun 2018/2019 di SMP Negeri 2
Kebonsari meningkat apabila aspek bertanya
Data dan Sumber Data mengalami peningkatan sebesar 5%, kegiatan
Data yang akan dikumpulkan untuk menjawab mengalami peningkatan sebesar 5
%, kegiatan menanggapi mengalami
mendukung pelaksanaan Penelitian Tindakan peningkatan sebesar 5%, dan presentasi
Kelas adalah berupa catatan peneliti baik berupa mengalami peningkatan 5% dari siklus I ke
angka maupun fakta. Data tentang pengelolaan
pembelajaran mata pelajaran IPS sumber datanya

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 47

siklus II. Peningkatan sebesar 5% tersebut d. Pada saat presentasi siswa masih canggung
didasarkan atas kenyataan bahwa kelas IX C karena belum menguasai materi.
adalah kelas yang paling pasif bila
dibandingkan dengan kelas yang lain. e. Pada saat presentasi masih dijumpai siswa
2. Prestasi belajar siswa kelas IX C semester atau kelompok yang belum berani presentasi,
genap tahun 2018/2019 di SMP Negeri 2 kurang perhatian pada pembelajaran.
Kebonsari meningkat apabila persentase
ketuntasan belajar siswa mengalami f. Aktivitas siswa dalam pembelajaran nampak
peningkatan sebesar 10%. pada kegiatan berdiskusi, bertanya dan
Keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan cara presentasi serta dalam kelompok kerja.
membandingkan tingkat keberhasilan dari satu
siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan g. Pada saat ulangan masih banyak siswa yang
tindakan pada siklus I diketahui dengan cara menoleh ke kanan dan ke kiri untuk bertanya.
membandingkan dengan refleksi awal.
Keberhasilan tindakan pada siklus II diketahui h. Siswa merasa senang selama proses
dengan cara membandingkan dengan hasil pembelajaran.
tindakan pada siklus I demikian seterusnya. Berdasarkan hasil analisis dan

Hasil Penelitian pengamatan selama pelaksanaan tindakan
tindakan pada siklus I masih dijumpai
Pengamatan Pendahuluan kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II,
baik dalam siswa memikirkan pertanyaan,
Sebelum kegiatan penelitian kegiatan diskusi kelompok, presentasi, menjawab
pertanyaan maupun memberikan tanggapan agar
dilaksanakan, Pada tanggal 8 Desember 2018 pembelajaran benar-benar dapat melibatkan
siswa secara maksimal. Adapun beberapa
Peneliti berdiskusi dengan dua orang teman langkah tindakan perbaikan tersebut adalah
sebagai berikut :
sejawat untuk menggali informasi pelaksanaan a. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

proses pembelajaran di kelas yang akan dijadikan kooperatif tipe Think Pair Share memerlukan
banyak waktu, sehingga perlu disesuaikan
subyek penelitian.. Hasil kesepakatan dengan antara jumlah pertanyaan yang disediakan
dengan kemampuan siswa.
guru ditetapkan subyek penelitian adalah kelas b. Siswa diupayakan membaca materi terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran
IX C, dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari agar hasilnya lebih baik.
c. Diusahakan pembentukan kelompok sudah
19 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa disetting terlebih dahulu, sehingga tidak
banyak memakan waktu.
perempuan. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa d. Perlu penegasan ulang tentang cara
pelaksanaan Think Pair Share, karena
aktivitas siswa dalam pembelajaran masih keterbatasan siswa dalam memahami model
Think Pair Share.
rendah, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya e. Perlu pengarahan pada saat presentasi agar
aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan
aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab baik.
f. Perlu adanya pengawasan yang lebih pada
pertanyaan maupun memberikan tanggapan atas saat ulangan.

pertanyaan teman. Paparan Data Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan diskripsi
Paparan Data Siklus I
a. Pembelajaran dengan implementasi data pada siklus II diperoleh beberapa temuan
penelitian sebagai berikut :
pendekatan kooperatif tipe Think Pair Share a. Pada saat pembelajaran dimulai siswa sudah
memerlukan waktu yang cukup lama untuk
memikirkan pertanyaan yang disampaikan duduk sesuai dengan susunan kelompok yang
guru, berdiskusi dan menyampakan hasil
kepada teman sekelas.
b. Kemampuan tiap siswa dalam memikirkan
pertanyaan sangat berkaitan dengan
kemampuan siswa memahami materi
pelajaran sehingga anak yang pandai lebih
dahulu menemukan jawabannya.
c. Pada saat diskusi biasanya yang dominan juga
siswa yang pandai..

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 48

telah diseting pada pertemuan sebelumnya. dengan harapan yang diinginkan yaitu ada
b. Siswa sudah mulai lancar dalam memikirkan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
di kelas. Hal itu dapat dilihat dari adanya
jawaban, berdiskusi dan mempresentasikan peningkatan siswa yang mengajukan pertanyaan,
jawaban kelompoknya, karena sudah menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan
membaca materi terlebih dahulu dan sudah terhadap jawaban, kegiatan presentasi maupun
memahami cara menyusun pelaksanaan model hasil kertas kerja kelompok dan hasil post tes.
Think Pair Share yang benar. Peningkatan itu bukan hanya secara kuantitas
c. Aktivitas siswa di dalam kelas nampak pada saja tetapi juga kualitasnya. Siswa juga merasa
kegiatan diskusi secara kelompok, presentasi, senang dengan penerapan pembelajaran
bertanya, menjawab dan memberikan kooperatif tipe Think Pair Share, hal ini dapat
tanggapan atas jawaban teman atau kelompok terlihat dari hasil pengamatan maupun isian
lain. angket oleh siswa yang cukup representative
d. Pada saat diskusi kelas untuk untuk menggambarkan bahwa siswa merasa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok senang selama proses pembelajaran berlangsung.
atau menanggapi pertanyaan dari kelompok Oleh karena itu peneliti mengambil keputusan
lain, situasi kelas agak gaduh, karena mereka bahwa pemberian tindakan atau pelaksanaan
saling memberikan pendapatnya, namun disitu pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
terlihat ada pembelajaran. kooperatif tipe Think Pair Share tidak perlu
e. Pada saat presentasi perhatian kelompok lain diulang lagi.
sudah focus pada pembelajaran, karena
peneliti membagikan giliran memberikan Pembahasan
tanggapan secara acak, sehingga siswa perlu Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
konsentrasi.
f. Hasil kertas kerja secara kelompok dalam Think Pair Share pada mata pelajaran IPS
menjawab pertanyaan guru maupun diskusi dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu
untuk menjawab soal sudah baik, pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Hal ini
Refleksi Siklus II dilakukan baik pada tahap pelaksanaan siklus I
maupun siklus II. Dari pelaksanaan dan observasi
Berdasarkan analisis data yang telah pada siklus I dan siklus II dapat diuraikan sebagai
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa berikut :
pemberian tindakan pada siklus II telah sesuai

Tabel 1.1 : Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

No Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan
Amatan Frekuensi % Frekuensi % (%)

1 Bertanya 3 12 5 20 8

2 Menjawab 7 28 10 40 12

3 Menanggapi 13 52 18 72 20

4 Presentasi 5 83 8 100 17

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mengalami peningkatan sebesar 12 %, kegiatan

aktivitas siswa dalam kegiatan bertanya ada menanggapi mengalami peningkatan sebesar

peningkatan sebesar 8%, kegiatan menjawab 20% dan presentasi mengalami peningkatan 17%.

Tabel 1.2 : Kerjasama Dalam Kelompok Siklus I dan Siklus II

No Aspek Amatan Siklus I Siklus II Ket
K
BS B C K BS B C - Jumlah
- Kelompok
1 Kekompakan 231- 42-
Ada 6
2 Keaktifan 221142-

3 Konsentrasi 131133-

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 49

Kerjasama siswa dalam kelompok dapat mengalami peningkatan baik pada kategori baik
dilihat bahwa dari siklus I ke siklus II pada aspek sekali, baik maupun yang cukup.
kekompakan, keaktifan dan konsentrasi

Tabel 1.3 : Pendapat Siswa Tentang Pembelajaranpada Siklus I dan II

Aspek Yang Dinilai Siklus I Siklus II Peningkatan
%
No Frekuensi % Frekuensi % 8
12
1 Merasa senang 20 80 22 88 16
8
2 Merasa bias 18 72 21 84

3 Antusias 16 64 20 80

4 Memperoleh manfaat 21 84 23 92

Pendapat siswa tentang pembelajaran mengalami peningkatan 12%, antusias
yang meliputi aspek siswa merasa senang mengalami peningkatan 16% dan memperoleh
mengalami peningkatan 8%, merasa bisa manfaat mengalami peningkatan sebesar 8%.

Tabel 1.4 : Hasil Belajar dan Pemahaman siswa Siklus I dan siklus II

No Aspek Amatan Siklus I Siklus II Peningkatan
12,6
1 Hasil Belajar (post tes) 72 84,6 8

2 Kertas Kerja 80 88

Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun.
II dapat mengalami peningkatan sebesar 12,6% 3. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think
dan pemahaman siswa dapat meningkat sebesar 8
%. Pair Share pada pembelajaran IPS
menumbuhkan rasa senang pada siswa.

Simpulan Saran
Berdasarkan paparan data, analisis data, Berdasarkan paparan data, analisis data,

temuan penelitian, dan pembahasan maka dapat temuan penelitian dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut : diberikan saran sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa materi Unsur 1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think

Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia Pair Share dilaksanakan secara kelompok,
Tenggara dapat meningkat dengan maka pembentukan kelompok hendaknya
menggunakan Model Pembelajaran sudah disetting lebih dahulu sehingga tidak
Kooperatif Tipe Think Pair Share pada siswa memakan banyak waktu.
Kelas IX C semester genap tahun pelajaran 2. Siswa diupayakan sudah membaca atau
2018/2019 di SMP Negeri 2 Kebonsari mempelajari materi / bahan ajar terlebih
Kabupaten Madiun. dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran,
2. Prestasi belajar siswa materi Unsur Geografis agar penyusunan soal berhasil dengan baik.
Dan Penduduk Di Kawasan Asia Tenggara 3. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
dapat meningkat dengan menggunakan Model Share dapat dijadikan salah satu solusi dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa
Share pada siswa Kelas IX C semester dan mutu pembelajaran IPS.
genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP

Daftar Pustaka
Bariroh, M., & Hidayah,2012 . Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk

meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VII MTs Negeri Nggronggot Nganjuk. Malang:
Universitas Negeri Malang.

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 50

Agustina, Hertika. Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa Pada Materi Fungsi Kelas VIII E SMP Negeri 2 Malang. Jurnal UM. Malang:
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, UM.

Dimyati & Mujiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Chotimah Husnul, 2007, Model-model Pembelajaran untuk PTK, Malang.
Hamalik, O, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Akasara.
Hasibuhan, J.J. Moedjiono, 1995, Proses Belajar Mengajar, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Isjoni, 2007,Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Kasbolah, K. 1999, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Sains. Makalah dalam Penelitian Guru Sains

dengan Pendekatan STM, Malang 12 – 15 Juli 1999
Nurhadi, Yasin, B. Dan Senduh, AG, 2004, Pembelajaran Konteksrual dan Penerapannya dalam KBK,

Malang : Universitas Negeri Malang
Rochiati Wiriaatmadja.2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Siswoyo. T. Y. E. 1999. Metode Pemberian Tugas penyajian soal dalam pembelajaran Matematika.

Tesis. Tidak Diterbitkan. Surabaya : PPS IKIP Surabaya
Sutiarso, S. 1999. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Think Pair Share Terhadap

Hasil Belajar Aritmatika Siswa Kelas II SMP N 18 Malang. Tesis. Tidak Diterbitkan. Malang :
IKIP Malang.
Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Puistaka
Plubiser. Surabaya

PS - Siti Halimah - SMPN 2 Kebonsari - Kabupaten Madiun - Halaman 51

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN KELAS
MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMPN 1 SUKOREJO

KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2019-2020

Oleh : Suprapto, Kepala SMP Negeri 1 Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Abstrak
Kata kunci: Kinerja Guru, Supervisi klinis

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemampuan dalam mengelola pembelajaran di kelas masih
kurang sehingga masih perlu pembinaan dan bimbingan secara berkelanjutan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Peningkatan kinerja guru dalam manajemen pengelolaan kelas
melalui supervisi klinis di SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun 2019-2020.

Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan melakukan
Supertvisi Klinis pada kepada 6 responden yang kesemuanya adalah guru SMP Negeri 1 Sukorejo
Kabupaten Ponorogo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi siswa, angket,
dan tes. Sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian dengan Supervisi Klinis dapat meningkatkan
maanagemen prngrlolaan kelas, meningkatnya kualitas belajar antusias siswa dalam mengikuti setiap
kegiatan dalam proses pembelajaran, Keberhasilan itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan rerata
nilai yang diperoleh yaitu 60 padasiklus I, 67,5 padasiklus II serta 80,83 pada siklus III dan peningkatan
ketuntasan adalah 50% pada silus I menjadi 66,67% pada siklus II dan 100% pada siklus III.

Dengan penerapan Supervisi Klinis dapat meningkatkan Manajemen Pengelolaan Kelas yang
berpengaruh pada meningkatnya Penilaian Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Sukorejo

Pendahuluan merencanakan program pengajaran dan sekaligus
Sebagai pengajar atau pendidik, guru mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi
belajar mengajar.
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut
adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam akan menimbulkan kepuasaan, rasa percaya diri
kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini
yang berhasil dari upaya pendidikan selalu berarti telah menunjukkan sebagian sikap guru
bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan professional yang dibutuhkan pada era globalisasi
betapa eksisnya peran guru dalam dunia dengan berbagai kemajuannya, khususnya
pendidikan. Demikian pula dalam upaya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh
membelajarkan siswa guru dituntut memiliki terhadap pendidikan.
multi peran sehingga mampu menciptakan
kondisi belajar mengajar yang efektif. Kajian Teori
Supervisi Klinis Kepala Sekolah
Agar dapat mengajar efektif, guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa Supervisi klinis yang juga disebut
(kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) supervisi kelas adalah suatu bentuk bimbingan
mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat atau bantuan professional yang diberikan kepada
ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus
aktif dalam belajar. Hal ini berarti kesempatan yang sistematis untuk meningkatkan proses
belajar makin banyak dan optimal serta guru belajar mengajar (La Sulo, Effendi, Gojali).
menunjukkan keseriusan saat mengajar. Makin Richard Waller yang dikutip oleh J.I. Bolla
banyak siswa yang terlibat aktif dalam belajar, (1985:3) mengatakan : “Clinical Supervision may
makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang be defines as supervision fokused upon the
dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan improvement of instruction by mean of systematic
kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu cycles of planning, observational intensive

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 52

intellectual analysis of actual teaching Dari berbagai pendapat analisis dari
performance in the interest of rational uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa
modification”. supervisi klinis adalah supervisi yang memiliki
cirri-ciri esensial sebagai berikut : (1) Bimbingan
Bantuan supervisor dipusatkan untuk dari supervisor kepada guru bersifat bantuan,
meningkatkan pengajaran, dan siklus yang bukan perintah atau instruksi, sehingga prakarsa
sistematis merupakan proses yang terdiri dari dan tanggungjawab pengembangan diri berada di
kegiatan perencanaan, observasi, dan analisis tangan guru; (2) Hubungan interaksi dalam
rasional yang intensif terhadap unjuk kerja proses supervisi bersifat kolegial, sehingga intim
manajer yang ingin dimodifikasi untuk dan terbuka; (3) Meskipun unjuk kerja mengajar
dikembangkan. Hoy dan Forsyth (1986 : 47) guru di kelas bersifat luas dan terintegrasi, tetapi
menyatakan : “In education the movement away sasaran supervisi terbatas pada apa yang
from traditional supervision has been dramatic; dikontrakkan; (4) Sasaran supervisi diajukan oleh
in fact, the strong professional interest in guru, dikaji, dan disepakati bersama dalam
practices designed to improve teaching kontrak; (5) Proses supervisi klinis melalui tiga
classroom perfozance has been described as the tahapan : pertemuan pendahuluan, observasi
clinical supervision”. Dari pernayataan tersebut kelas, dan pertemuan balikan; (6) Instrumen
dapat ditarik, suatu pengertian, bahwa supervisi observasi ditentukan bersama oleh guru dan
klinis merupakan pendekatan supervisi hasil supervisor; (7) Balikan yang objektif dan spesifik
upaya reformasi terhadap supervisi yang diberikan dengan segera; (8) Analisis dan
tradisional. Sergiovani dan Starrat, dalam interprestasi data observasi dilakukan bersama-
bukunya yang berjudul Supervision Human sama; (9) Proses supervisi bersiklus.
Perspectives mengemukakan “…clinical
supervision which emphasis working with teacher Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
about teaching in classroom as an activity Terdapat beberapa prinsip umum yang
distrinct from general supervision”. (1979;309).
perlu dijadikan acuan dalam pelaksanaan
Sargiovani dan Starrat menegaskan supervisi klinis, agar sukses mencapai tujuannya,
bahwa supervisi klinis berbeda dengan supervisi yakni : (1) Hubungan kolegial; (2) Demokrasi;
umum. Perbedaan itu dikemukakan oleh La Sulo (3) Berorientasi pada kebutuhan dan aspirasi
dkk (1995). guru; (4) Obyektif; (5) Mengutamakan prakarsa
dan tanggungjawab guru.
Dan uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa supervisi klinis adalah suatu proses Tujuan Supervisi Klinis
bimbingan oleh supervisor kepada guru secara 1. Tujuan Umum Supervisi Klinis
kolegial dengan tujuan membantu guru dalam
mengungkapkan kemampuan profesionalnya, Konsep dasar dan prinsip-prinsip
khusunya untuk kerja mengajarnya di kelas supervisi klinis memberi tekanan pada proses
berdasarkan observasi dan analisis data secara bantuan yang diberikan kepada guru atas
teliti dan objektif. Menurut J.J. Bolla (1985) dasar kebutuhan yang dirasakan dalam
istilah klinis menunjuk kepada unsure-unsur meningkatkan proses belajar mengajar.
khusus sebagai berikut : (1) Adanya hubungan Peningkatan kemampuan professional guru
tatap muka anatara supervisor dan guru dalam tersebut dimaksudkan untuk menunjang
proses supervisi; (2) Proses supervisi difokuskan pembaharuan pendidikan serta menanggulangi
pada unjuk kerja mengajar guru di kelas; (3) Data degradasi proses pendidikan di sekolah
unjuk kerja mengajar diperoleh melalui observasi dengan memperbaiki dan meningkatkan
secara cermat; (4) Data dianalis bersama antara proses belajar mengajar (proses pembelajaran)
supervisor dan guru; (5) Supervisor dan guru di kelas. Peningkatan kualitas mengajar guru
bersama-sama menilai dan mengambil di kelas diharapkan dapat meningkatkan
kesimpulan unjuk kerja mengajar guru; (6) Fokus proses belajar siswa, sehingga tujuan
obseervasi sesuai dengan kebutuhan dan atau pendidikan dan pengajaran di sekolah dapat
permintaan guru yang bersangkutan.

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 53

tercapai secara maksimal. Dengan Sasaran Utama Supervisi Klinis
menerapkan pendekatan supervisi klinis, 1. Kesadaran dan Kepercayaan Guru akan
supervisor diharapkan mampu membantu guru
meningkatkan kemampuan professional Dirinya sebagai Tenaga Profesional
mengajarnya secara mandiri. 2. Keterampilan-Keterampilan Dasar Mengajar

Dengan asumsi bahwa mengajar atau yang Diperlukan Guru
membelajarkan para siswa adalah suatu 3. Mengelola kelas dan disiplin kelas
kegiatan yang dapat dikendalikan dan dikelola 4. Mengelola kelas dan disiplin kelas
(controllable and manageable), dapat diamati Prosedur Supervisi Klinis
(observable), dan terdiri atas komponen- 1. Proses Supervisi Klinis
komponen kemampuan dan keterampilan 2. Pertemuan Pendahuluan
mengajar yang dapat dipisah-pisahkan dan 3. Tahap Observasi
dilatihkan, maka kegiatan pokok dalam proses 4. Tahap Pertemuan Balikan
supervisi klinis pada pertemuan pendahuluan,
observasi, dan pertemuan balikan harus Metode Penelitian
mengacu pada kegiatan belajar mengajar guru. Subjek Penelitian
Jadi, tujuan umum supervisi klinis pada ketiga
kegiatan pokoknya adalah memperbaiki dan Subjek dalam penelitian ini adalah Guru
meningkatkan keterampilan mengajar guru di SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Ponorogo yang
kelas. Dengan demikian pendekatan supervisi merupakan sekolah tempat peneliti menjadi
klinis merupakan suatu metode peningkatan kepala sekolah tahun pelajaran 2019-2020.
kemampuan professional guru yang
diharapkan dapat menunjang upaya Setting Penelitian
peningkatan kualitas pendidikan. 1. PTS dilakukan pada guru SMPN 1 Sukorejo
2. Tujuan Khusus Supervisi Klinis
a. Memberi balikan yang objektif kepada Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2019-
2020.
guru tentang unjuk kerja mengajarnya di 2. PTS dilakukan di SMPN 1 Sukorejo
kelas. Balikan tersebut merupakan cermin Kabupaten Ponorogo yang diikuti oleh 6
guru untuk memahami unjuk kerja orang guru PNS.
mengajarnya baik yang psositif maupun 3. PTS yang dilakukan di SMPN 1 Sukorejo
yang negatif, yang diharapkan guru Kabupaten Ponorogo adalah pembinaan
menyadari kelebihan dan kekurangan melalui supervisi klinis kepala sekolah dalam
unjuk kerja mengajarnya, serta mendorong upaya peningkatan kemampuan guru dalam
guru agar berupaya menyempurnakan manajemen pengelolaan kelas.
kekurangannya dan meningkatkan potensi
yang dimiliki; Rancangan Penelitian
b. Membantu guru menganalisis, 1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus.
mendiagnosis dan memecahkan masalah- 2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester ganjil
masalah yang dihadapi guru;
c. Membantu guru mengembangkan tahun pelajaran 2019-2020.
keterampilan-keterampilan mengejarnya 3. Lama penelitian 3 bulan, dilaksanakan mulai
dan menerapkan strategi pembelajaran;
d. Membantu guru mengembangkan sikap bulan Juli sampai dengan bulan September
positifnya dalam upaya mengembangkan 2019. Dalam pelaksanaa tindakan, rancangan
diri secara berkelanjutan dalam karir dan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi : (1)
profesinya secara mandiri; perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan,
e. Sebagi dasar untuk menilai kemampuan (4) refleksi.
guru dalam rangka promosi jabatan atau
pekerjaannya. Perencanaan
Tahap ini berupa rancangan tindakan

yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 54

tersebut di lakukan. dalam manajemen pengelolaan kelas di SMPN 1
Pada PTS di mana peneliti dan guru Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
Variabel Tindakan : Penerapan supervisi klinis
adalah orang yang berbeda, dalam tahap kepala sekolah.
menyusun rancangan harus ada kesepakatan
antara keduanya. Rancangan harus dilakukan Indikator variabel harapan :
bersama antara guru yang akan melakukan 1. Kemampuan meningkatkan kinerja guru
tindakan dengan peneliti yang akan mengamati
proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk dalam mananjemen pengelolaan kelas.
mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta 2. Kemampuan guru dalam perencanaan dan
mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.
Tindakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
3. Kemampuan menguasai materi bimbingan dan
Pada tahap ini, rancangan tindakan
tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatih pembinaan kepala sekolah.
kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat 4. Keefektifan guru meningkatkan kinerjanya
diterapkan di dalam kelas sesuai dengan
skenarionya. Skenario dari tindakan harus dalam manajemen pengelolaan kelas.
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Indikator variabel tindakan :
Pengamatan atau observasi 1. Tingkat kualitas perencanaan.
2. Kualitas perangkat observasi.
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan 3. Kualitas operasional tindakan.
dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan 4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan
pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi,
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. kepala sekolah.
5. Kesesuaian materi pembinaan dan bimbingan
Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila
ia bertindak sebagai peneliti) melakukan yang diberikan.
pengamatan dan mencatat semua hal yang 6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembinaan
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini supervisi klinis.
dilakukan dengan menggunakan format observasi 7. Kemampuan guru dalam meningkatkan
/ penilaian yang telah tersusun, termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario kinerjanya melalui supervisi klinis.
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Sumber Data :
Refleksi
1. Guru : Diperoleh data tentang
Tahapan ini dimaksudkan untuk
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah peningkatan kinerja guru dalam manajemen
dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna pengelolaan kelas.
menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi
dalam PTS mencakup analisis, sintesis, dan 2. Kepala Sekolah : Diperoleh data tentang
penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah efektifitas pembinaan kepala sekolah
dari proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang menerapkan supervisi klinis.
meliputi kegiatan : perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang sehingga Teknik Pengumpulan Data :
permasalahan dapat teratasi. Dalam pengumpulan data teknik yang

Variabel Penelitian digunakan adalah menggunakan observasi dan
Variabel Harapan : Peningkatan kinerja guru angket.

Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan sekolah yang

dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah
berhasil apabila terjadi peningkatan kinerja guru
mencapai 85% (sekolah yang diteliti) telah
mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 75%.
Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada
tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya
tidak akan dilaksanakan karena tindakan sekolah

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 55

yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai yang memperoleh ≥ 65 hanya sebesar 50% lebih
dengan harapan dalam manajemen berbasis kecil dari presentase ketuntasan yang
sekolah (MBS). dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini
disebabkan karena guru masih merasa baru dan
Hasil Penelitian belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
Siklus 1 digunakan kepala sekolah dengan menerapkan
Tahap Perencanaan pembinaan melalui supervisi klinis.
Refleksi
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan 1. Kepala sekolah kurang baik dalam
perangkat pembinaan berupa perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang memotivasi guru dan dalam menyampaikan
sudah distandarisasi dan alat-alat pengajaran lain tujuan pembinaan.
yang mendukung. 2. Kepala sekolah kurang baik dalam
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan pengelolaan waktu.
3. Guru kurang begitu antusias selama
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk pembinaan berlangsung.
siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 s.d. 12 Revisi Rancangan
Agustus 2019 di SMPN 1 Sukorejo Kabupaten 1. Kepala sekolah perlu lebih terampil dalam
Ponorogo tahun pelajaran 2019-2020 dengan memotivasi guru dan lebih jelas dalam
jumlah guru 6 orang. Dalam hal ini peneliti menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana
bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun proses guru diajak untuk terlibat langsung dalam
pembinaan mengacu pada rencana pembinaan setiap kegiatan yang akan dilakukan.
melalui supervisi klinis yang telah dipersiapkan, 2. Kepala sekolah perlu mendistribusikan waktu
dan dilaksanakan pada saat proses belajar secara baik dengan menambahkan informasi-
mengajar berlangsung. informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
Pengamatan dilaksanakan bersamaan 3. Kepala sekolah harus lebih terampil dan
dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir bersemangat dalam memotivasi guru sehingga
pembinaan diberi tes penilaian I dengan tujuan guru bisa lebih antusias.
untuk mengetahui peningkatan kinerja guru
dalam manajemen pengelolaan kelas yang telah Siklus II
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada Tahap perencanaan
siklus I adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 : Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
Kinerja Guru Dalam Manajemen Pengelolaan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana
Kelas Melalui Supervisi Klinis pada Siklus I pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pembinaan lain yang mendukung.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Tahap kegiatan dan pelaksanaan
dengan pembinaan dengan penerapan supervisi
klinis diperoleh bila rata-rata nilai adalah 60, dan Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk
ada 3 orang dari 6 guru sudah tuntas. Hasil siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 19
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama Agustus 2019 SMPN 1 Sukorejo Kabupaten
secara keseluruhan belum tuntas, karena guru Ponorogo tahun pelajaran 2019-2020. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai kepala sekolah.
Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana
pembinaan dengan memperhatikan revisi pada
siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan
sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan
pelaksanaa pembinaan dilaksanakan pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 56

Pada akhir proses pembinaan guru diberi sehingga tidak ada perasaan takut/malu dalam
tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui diri guru terutama dalam bertanya tantang
tingkat keberhasilan dalam melakukan masalah yang dihadapi oleh sekolah.
pembinaan. Instrument yang digunakan adalah 3. Kepala sekolah harus lebih sabar dalam
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada melakukan pembinaan kepada guru terutama
siklus II adalah sebagai berikut : dalam merumuskan kesimpulan / menemukan
Tabel 4.2 : Tabel Distribusi Nilai Peningkatan konsep.
Kinerja Guru Dalam Manajemen Pengelolaan 4. Kepala sekolah harus mendistribusikan waktu
Kelas Melalui Supervisi Klinis Pada Siklus II secara baik sehingga kegiatan pembinaan
dapat berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan.
5. Kepala sekolah sebaiknya menambah lebih
banyak contoh-contoh model penilaian hasil
pembelajaran dengan format –format yang
sudah distandarisasi oleh Departemen
Pendidikan Nasional, dalam hal ini Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) baik di
Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.

Dari table di atas diperoleh nilai rata-rata Siklus III
yang diperoleh guru adalah 67,50 dan Tahap Perencanaan
peningkatan kinerja guru dalam manajemen
pengelolaan kelas atau dari 6 orang guru baru 4 Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
orang yang sudah tuntas (66,67%). Hasil ini perangkat pembinaan yang berkaitan dengan
menunjukkan bahwa pada siklus II ini hasil peningkatan kinerja guru dalam meningkatkan
pembinaan melalui supervisi klinis telah kinerjanya 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. pembinaan lainnya yang mendukung.
Adanya peningkatan kinerja guru ini karena Tahap kegiatan dan pengamatan
kepala sekolah telah menginformasikan bahwa
setiap akhir pembinaan akan diadakan penilaian Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk
sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih siklus III dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 26
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Agustus 2017 di SMPN 1 Sukorejo Kabupaten
Selain itu para guru juga sudah mulai mengerti Ponorogo tahun pelajaran 2019-2020 dengan
apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh jumlah 6 orang guru. Dalam hal ini peneliti
kepala sekolah dalam melakukan pembinaan bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun proses
dengan penerapan supervisi klinis. pembinaan mengacu pada rencana pembinaan
Refleksi dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
1. Memotivasi kepala sekolah sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus
2. Membimbing guru dalam menyusun II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
(Observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
perencanaan dan pelaksanaan program proses belajar mengajar di sekolah.
sekolah, merumuskan kesimpulan /
menemukan konsep. Pada akhir proses pembinaan diberi tes
3. Pengelolaan waktu. formatif III dengan tujuan untuk mengetahui
Revisi Pelaksanaan tingkat keberhasilan guru meningkatkan
1. Kepala sekolah dalam memberikan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas yang
pembinaan kepada guru hendaknya dapat telah dilakukan. Instrument yang digunakan
membuat para guru termotivasi dalam adalah tes formatif III. Adapun data hasil
membuat program dan rencana pembelajaran. penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut :
2. Kepala sekolah harus lebih dekat dengan guru Tabel 4.3 : Tabel Distribusi Nilai Peningkatan
Kinerja Guru Dalam Manajemen Pengelolaan
Kelas Melalui Supervisi Klinis Pada Siklus III

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 57

tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui
penerapan supervisi klinis kepala sekolah dapat
meningkatkan kinerja guru sehingga tujuan
pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan secara umum dapat tercapai.

Berdasarkan table di atas diperoleh nilai Analisis Hasil Kegiatan
rata-rata tes formatif sebesar 80,83 dan dari 6 Setelah dilakukan tindakan sekolah pada
orang guru semuanya yang telah mencapai
ketuntasan meningkatkan kinerjanya dalam siklus I, siklus II, dan siklus III menujukkan hasil
manajemen pengelolaan kelas. Maka secara sebagai berikut :
kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % Tabel 4.4. : Analisis Hasil Pembinaan Kepala
(termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III Sekolah Melalui Supervisi Klinis Meningkatkan
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus Kinerja Guru Dalam Manajemen Pengelolaan
II. Adanya peningkatan hasil pembinaan pada Kelas.
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
menerapkan pembinaan melalui supervisi klinis
sehingga guru menjadi lebih memahami tugasnya 1. Pencapaian peningkatan kinerja guru sebelum
masing-masing dan dapat meningkatkan kinerja
guru dalam mengajar di kelas. Di samping itu diberi tindakan
ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama
dari kepala sekolah, dan guru dalam = 360 x 100 % = 60,00 %
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. 600
Refleksi
1. Selama proses pembinaan kepala sekolah 2. Peningkatan kinerja guru setelah diberi

telah melaksanakan semua pembinaan dengan tindakan melalui supervisi klinis
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi presentase = 405 x 100 % = 67,50 %
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek 600
cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui 3. Peningkatan kinerja guru setelah diberi
bahwa guru aktif selama proses pembinaan
berlangsung. tindakan melalui supervisi klinis
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan = 485 x 100 % = 80,83 %
sehingga menjadi lebih baik. 600
4. Hasil pembinaan kepala sekolah melalui
penerapan supervisi klinis pada siklus III Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
mencapai ketuntasan.
Revisi Pelaksanaan bahwa:

Pada siklus III kepala sekolah telah A. Terjadi peningkatan kinerja guru setelah
melaksanakan pembinaan dengan baik dan dilihat
dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan diberi setelah diberi pembinaan melalui
pembinaan sudah berjalan dengan baik. Maka
supervisi klinis yaitu peningkatan kinerja guru

dalam manajemen pengelolaan kelas;60,00 %

menjadi 67,50 % ada kenaikan sebesar = 7,5

%

B. Dari sebelum pembinaan (siklus I) dan setelah

pembinaan oleh kepala sekolah sampai

dengan (siklus 2) 67,50 % menjadi 80.83 %,

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 58

dan siklus ke 3 juga mengalami kenaikan kinerja guru dalam manajemen pengelolaan
menjadi ; 80,83 % - 67,50 % = 13,33 % kelas ;
C. Rata-rata peningkatan kinerja guru dalam
manajemen pengelolaan kelas 50% naik Berdasarkan analisis data diperoleh
menjadi 100%. aktivitas guru dalam meningkatkan kinerjanya
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
Refleksi dan Temuan berdampak positif terhadap capaian mutu
Berdasarkan pelaksanaan pembinaan sekolah yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata guru pad setiap
yang telah dilakukan kepala sekolah kepada guru siklus yang terus mengalami peningkatan.
melalui supervisi klinis, maka hasil observasi 3. Aktivitas kepala sekolah dan guru dalam
nilai, dapat dilakukan sebagai berikut : pembinaan melalui supervisi klinis ;
a. Pertemuan pertama kegiatan pembinaan
Berdasarkan analisis data, diperoleh
belum berhasil karena dalam pembinaan aktivitas kepala sekolah dan guru yang paling
kepala sekolah masih terlihat guru belum dominan dalam kegiatan pembinaan adalah
begitu antusias karena masih menganggap bekerja dengan menggunakan alat/media,
pembinaan kepala sekolah tersebut merupakan mendengarkan/memperhatikan penjelasan
tugas baru yang diembannya; kepala sekolah, dan diskusi antara guru dan
b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi kepala sekolah. Jadi dapat dikatakan bahwa
klinis, dalam hal peningkatan kinerja guru aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
dalam manajemen pengelolaan kelas belum
tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak Sedangkan untuk aktivitas kepala
tuntas. sekolah selama pembinaan telah melaksana-
c. Mungkin karena proses pembinaan melalui kan langkah-langkah metode pembinaan
supervisi klinis baru mereka laksanakan melalui supervisi klinis dengan baik. Hal ini
sehingga guru merasa kaku dalam terlihat dari aktivitas guru yang muncul
menerapkannya. diantaranya aktivitas membuat dan
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa merencanakan program pembelajaran,
mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua melaksanakan, memberi umpan balik di mana
proses pembinaan kepala sekolah berjalan prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
baik, semua guru aktif dan lebih-lebih setelah
ada rubric penilaian proses, semua guru Berdasarkan hasil penelitian di atas,
antusias untuk mengikutinya dan telah peningkatan kinerja guru dalam manajemen
mencapai ketuntasan. pengelolaan kelas, hasilnya cukup baik. Hal itu
tampak padda pertemuan 6 orang guru yang ada
Pembahasan Hasil Penelitian pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata-rata
1. Ketuntasan hasil pembinaan kepada guru ; mencapai ; 60,00% meningkat menjadi 67,50%
pada siklus 2, siklus ke 3 meningkat menjadi
Melalui hasil penelitian ini 80,83%.
menunjukkan bahwa pembinaan melalui
supervisi klinis kepala sekolah memiliki Dari analisis data di atas bahwa
dampak positif dalam meningkatkan kinerja pembinaan kepala sekolah melalui supervisi
guru, hal ini dapat dilihat dari semakin klinis efektif diterapkan bahwa upaya
mantapnya pemahaman guru terhadap meningkatkan kinerja guru dalam manajemen
pembinaan yang disampaikan kepada sekolah pengelolaan kelas, yang berarti proses pembinaan
(kinerja guru dalam maanajemen pengelolaan kepala sekolah lebih berhasil dan dapat
kelas meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu meningkatkan kinerja guru khususnya di SMPN
masing-masing 60,00% ; 67,50% ; 80,83% 1 Sukorejo Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
secara kelompok dikatakan tuntas/meningkat 2019-2020, oleh karena itu diharapkan kepada
karena sudah mampu mencapai ketuntasan. para kepala sekolah dapat melaksanakan
2. Kemampuan kepala sekolah meningkatkan pembinaan melalui supervisi klinis secara
berkelanjutan.

Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 59

tentang kompetensi kepala sekolah, dapat tiap putaran (Siklus).
meningkatkan kinerja guru, serta dapat 2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan
mengorganisasikan sekolah kearah perubahan
yang diinginkan telah mencapai 85% menunjukkan bahwa seluruh guru dapat
ketercapaiannya, maka kinerja guru dalam meningkatkan kinerjanya dengan baik dalam
manajemen pengelolaan kelas dengan setiap aspek.
menerapkan supervisi klinis tersebut dikatakan 3. Peningkatan mutu sekolah oleh kepala
efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang sekolah melalui supervisi klinis ini
diajukan di atas dapat diterima. menunjukkan peningkatan pada tiap-tiap
putarannya.
Kesimpulan Aktivitas guru menunjukkan bahwa kegiatan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi pembinaan melalui penerapan supervisi klinis
dapat disimpulkan sebagai berikut : bermanfaat dan dapat membantu guru untuk lebih
1. Pembinaan kepala sekolah dalam upaya mudah memahami konsep peran dan fungsi guru
sehingga peningkatan kinerja guru dalam
meningkatkan kinerja guru dalam manajemen mengajar di sekolah dapat berjalan baik, dan
pengelolaan kelas melalui penerapan supervisi dengan demikian peningkatan kinerja guru dapat
klinis menunjukkan peningkatan pada tiap- ditingkatkan.
4.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi,2007.Penelitian Tindakan Sekolah.Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Danim,Sudarman,2002.Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan.Bandung : CV. Pustaka Setia.

Dirjen PMPTK,2009.BBM Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dimensi Kompetensi Manajerial, Jakarta :
PMPTK Depdiknas.

Krajewsky, R.J,1978,Scondary Principals Want to be Instruction Leaders. Phi Delta Kappan, September
1978

Mulyasa, E. (2003) Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Permen Diknas RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Undang Undang No 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Undang Undang Sisdiknas).

Supervisi Klinis - Suprapto, -SMP Negeri 1 Sukorejo - Kabupaten Ponorogo - Halaman 60

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN METODE
DISCOVERY MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM PADA KONSEP SISTEM KOLOID

KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 WUNGU KAB.MADIUN TAPEL 2018/2019

Oleh : Usman Tokang, S.Pd, Guru SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: metode discovery, kegiatan laboratorium, sistem koloid.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode discovery
melalui kegiatan laboratorium pada konsep sistem koloid. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negri 1
Wungu pada bulan Januari sampai dengan Mei 2019

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel
berjumlah 32 siswa yang diajarkan dengan metode discovery melalui kegiatan laboratorium. Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus penelitian dengan tahapan dalam tiap siklus
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi, angket, tes hasil belajar, dan hasil wawancara guru dan siswa.

Dari hasil penelitian skripsi ini diperoleh gambaran bahwa penelitian ini telah mencapai kriteria
yang telah menjadi batas indikator keberhasilan yang ditunjukkan melalui peningkatan kategori aspek
partisipasi siswa yang aktif dalam pembelajaran pada tiap siklus. Begitu pula dengan tes hasil belajar
terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 72,50 meningkat menjadi 79,19 pada Siklus II
Sama halnya dengan hasil wawancara siswa yang menanggapi secara positif proses pembelajaran yang
menggunakan metode discovery melalui kegiatan laboratorium. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran metode discovery melalui kegiatan laboratorium
dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

Pendahuluan adanya sumber daya manusia yang unggul, dan
Berkembangnya suatu peradaban tidak adanya manusia yang unggul mengharuskan
adanya pendidikan yang unggul, dan adanya
lepas dari berkembangnya pengetahuan karena pendidikan yang unggul mengharuskan adanya
pengetahuan adalah dasar yang menjadi landasan berbagai komponen atau aspek pendidikan yang
pola berpikir ke arah kemajuan. Kemajuan suatu unggul pula. Kepada pendidikan yang unggul
bangsa ditentukan dari semangat perjuangan itulah harapan untuk membangun bangsa yang
generasi penerus. Salah satunya yaitu semangat unggul akan dapat diwujudkan. Oleh karena itu,
siswa dalam mengenyam dunia pendidikan. kesadaran dan keinginan yang kuat dari
Didalam pendidikan terdapat perubahan pola pemerintah dan rakyat Indonesia perlu dilakukan
pikir siswa ke arah perubahan yang lebih positif untuk memperbaiki mutu pendidikan di
karena di dalam dunia pendidikan siswa Indonesia. Salah satunya melalui lembaga
dilibatkan secara aktif dalam proses pendidikan yaitu sekolah harus memenuhi
pembelajaran. Pendidikan merupakan aspek yang kebutuhan tersebut dengan memperhatikan
paling penting dalam menunjang kemajuan proses pembelajaran yang diterapkan.
bangsa di masa depan, karena melalui pendidikan
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi Penting sekali bagi guru untuk
yang ada dalam dirinya baik itu potensi rohani memahami sebaik-baiknya proses belajar siswa,
(pikir, rasa dan budi pekerti) maupun jasmani agar ia dapat memberikan bimbingan dan
(panca indera serta keterampilan). Kesadaran menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan
terhadap pentingnya pendidikan mendorong serasi bagi siswa.
manusia untuk ikut serta secara aktif dalam
kegiatan pendidikan. Karena pendidikan Penelitian ini diawali dengan hasil
merupakan sarana untuk mencerdaskan diskusi antara peneliti dan kolaboran terhadap
kehidupan bangsa dan mencapai kesejahteraan keprihatinan hasil belajar siswa kelas XI IPA di
lahir dan batin. SMA Negeri 1 Wungu yang mengalami
kemunduran jauh dari KKM yang ditentukan
Kemajuan suatu bangsa mengharuskan yaitu 76 ketuntasan hasil belajar siswa yang

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 61

dicapai hanya 56 % dari kelas XI IPA 1 sampai berhitung tetapi juga dituntut untuk menguasai

dengan XI IPA 3 dengan rerata hasil belajar 54 konsep. Penguasaan konsep-konsep kimia serta

jauh dari KKM yang ditentukan . saling keterkaitannya mempunyai metode yang

. Berdasarkan observasi yang dilakukan berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan

di SMA Negeri 1 Wungu pada bulan Januari materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak

2018 peneliti mewawancarai siswa kelas XI dicapai.

mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia, Salah satu konsep yang dipelajari pada

diantara sebagian siswa berpendapat berpendapat mata pelajaran kimia di kelas XI adalah sistem

bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang koloid. Dalam mempelajari sistem koloid

diminati serta merupakan pelajaran yang sulit, memerlukan kegiatan yang dapat membangun

karena siswa hanya mengandalkan hafalan rumus pengetahuan siswa bukan hanya sekedar hafalan

dan konsep saja. Aktifitas siswa agak terbatas semata. Siswa harus secara pribadi melakukan

pada mengingat informasi, mengungkapkan berbagai kegiatan yang melibatkan proses

kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya mentalnya seperti mengadakan pengamatan di

kepada guru tentang bahan yang belum laboratorium, melakukan percobaan, bersimulasi,

dipahaminya. Hal tersebut sesuai dengan mengadakan penelitian sederhana, dan

pendapat Rogers yang mengatakan bahwa memecahkan masalah. Untuk itu perlu diterapkan

praktek pendidikan lebih di titik beratkan pada metode pembelajaran yang jitu dalam menggiring

segi pengajaran bukan pada siswa yang belajar. siswa agar lebih menyenangi belajar kimia dan

Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang memahami konsep yang dipelajari seperti konsep

dominan dan siswa hanya menghafalkan sistem koloid. Guru kimia haruslah memberikan

pelajaran. Dominasi guru dalam proses cara mengajar terbaik untuk siswanya agar siswa

pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak dapat mencapai ketuntasan balajar dan dapat

terlibat pasif. Para siswa lebih banyak menerima menikmati belajar kimia dengan senang hati.

transfer ilmu dari guru daripada mencari dan Melihat karakteristik tersebut, maka

menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, peneliti dan kolaboran bersepakat untuk

dan sikap yang mereka butuhkan. Selain itu, mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam

peneliti juga menemukan bahwa laboratorium proses belajar mengajar perlu menerapkan suatu

kurang difungsikan untuk kegiatan pembelajaran metode pembelajaran dengan metode discovery

karena kegiatan pemebelajaran hanya terbatas learning atau metode pembelajaran penemuan.

pada mencatat, latihan dan hafalan saja. Pelajaran Pembelajaran dengan metode discovery

hanya terfokus di kelas yang kurang menarik melatih siswa untuk mendapatkan jawaban-

perhatian siswa dan cenderung membosankan jawabannya sendiri berdasarkan temuannya atau

sehingga membuat siswa sulit untuk mempelajari menemukan lagi sesuatu yang ditemukan

kimia karena hanya mengandalkan hafalan. (membuktikan kembali). Itu berarti, melalui

Proses pembelajaran yang diterapkan metode discovery akan memberikan kesempatan

guru masih menggunakan metode pembelajaran kepada siswa untuk mengembangkan ide dan

konvensional. Pembelajaran konvensional kurang gagasannya dalam usahanya untuk memecahkan

memberikan kesempatan bagi siswa untuk masalah.

membangun sendiri struktur kognitifnya, serta Pembelajaran dengan metode discovery

kesempatan untuk menumbuhkembangkan minat juga dapat lebih memberikan pemahaman kepada

dan sikap ilmiahnya. Hal ini membuat siswa siswa dan lebih mudah diingat serta lebih lama

tidak cukup untuk memperoleh pengetahuan yang melekat. Pembelajaran dengan metode discovery

dalam. dapat merubah cara pandang siswa tentang

Dalam mempelajari kimia, siswa pelajaran sains dalam hal ini pelajaran kimia

memerlukan pengetahuan yang mendalam untuk yang oleh sebagian besar siswa dianggap cukup

memahami konsep-konsep yang ada di dalam sukar untuk memahaminya jika dipelajari hanya

pelajaran kimia. Ilmu kimia merupakan pelajaran melalui teori.

yang kompleks, dimana siswa tidak hanya Dalam pelajaran kimia dibutuhkan cara

dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berpikir, pemahaman pelajaran yang berbeda dan

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 62

pengalaman langsung. Karena metode discovery

dapat merubah konsep pembelajaran kimia tidak Metode Penelitian

hanya menjadi pelajaran penghapalan konsep- Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

konsep saja. Dengan demikian untuk tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA N 1

menumbuhkembangkan cara berpikir, Wungu. Sekolah ini berlokasi di Jalan Raya Kare

pemahaman, cara untuk menyelidiki dan No 156 Kec. Wungu Kab. Madiun.Populasi

keingintahuan siswa, perlu diterapkan cara dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

belajar di sekolah dengan metode discovery, XI IPA 1,2 dan 3. Sampel dalam penelitian ini

karena dengan begitu siswa akan lebih adalah siswa kelas XI IPA 2 yang berjumlah 32

menyenangi pelajaran kimia. orang. Instrumen yang digunakan dalam

Pelajaran kimia di sekolah harus dibuat penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan

menarik, terutama dari segi penyampaian dan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

media yang digunakan. Cara penyampaian yang (LKS), Lembar observasi dan soal pretest dan

mengundang rasa ingin tahu kepada siswa akan posttest. Soal berbentuk pilihan berganda yang

memberi sumbangan besar untuk membuat sudah divalidasi dengan jumlah total soal 15 dan

pelajaran kimia menjadi menarik, bukan 25 butir. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1

sebaliknya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan sedangkan yang salah diberi skor 0.

kegiatan laboratorium/praktikum. Dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

melakukan kegiatan praktikum, siswa tidak dilaksanakan dalam dua siklus pada konsep

hanya dijejali rumus-rumus saja yang sistem koloid. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

kelihatannya rumit dan membosankan tapi siswa peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus

juga diberikan kegiatan yang membuat siswa setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus

menjadi tahu bagaimana proses kimia pertama terdapat perkembangan maka kegiatan

berlangsung. penelitian pada siklus kedua lebih banyak

Dalam metode discovery melalui diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan

kegiatan laboratorium banyak keterampilan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada

proses yang dapat dikembangkan, siswa siklus pertama.

diikutsertakan dalam proses penyelidikan dan

melalui keterlibatan siswa itu akan memperoleh Siklus I

pemahaman konsep yang benar, terampil, dan Perencanaan

mampu membuat kesimpulan. Kegiatan Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan

penyelidikan memberikan pengalaman konkret rencana kegiatan sebagai berikut:

sehingga siswa mengingat ide-ide abstrak tanpa 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

harus mengahafalkannya, seperti dalam pada sub pokok bahasan tentang

mempelajari konsep sistem koloid, siswa dapat mengelompokkan campuran yang ada di

membedakan antara koloid, larutan dan suspensi, lingkungan kedalam suspensi, sistem koloid,

sifat-sifat koloid dan cara pembuatan koloid. dan larutan sejati, mengelompokkan jenis

Sehingga untuk membangun pengetahuan siswa koloid berdasarkan fase terdispersi dan

sendiri, maka konsep sistem koloid ini sangat medium pendispersi, peranan koloid dalam

relevan jika diterapkan. industri, serta macammacam sistem koloid.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan 2) Menentukan tujuan yang akan dipelajari

melihat pentingnya penggunaan metode siswa.

discovery yang tepat untuk menumbuhkan 3) Menyusun lembar kerja siswa.

motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar, serta 4) Menentukan lembar pengamatan data untuk

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa siswa seperti lembar observasi aktivitas siswa.

pada konsep sistem koloid, Penelitian ini 5) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.

mengkaji tentang peranan model pembelajaran 6) Menentukan dengan cermat apakah siswa

Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil akan bekerja secara individual atau

Belajar Kimia Siswa Pada Materi Koloid di SMA berkelompok.Mencoba terlebih dahulu

N 1 Wungu. kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 63

Pelaksanaan Tindakan 3) Menyusun lembar kerja siswa.

1) Guru mengidentifikasi kebutuhan siswa. 4) Menentukan lembar pengamatan data untuk

2) Melakukan seleksi pendahuluan terhadap siswa seperti lembar observasi aktivitas siswa.

prinsip-prinsip, pengertian konsep, dan 5) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.

generalisasi pengetahuan. 6) Menentukan dengan cermat apakah siswa

3) Melakukan seleksi bahan, problema atau akan bekerja secara individual atau

tugas-tugas. berkelompok.

4) Membantu memperjelas tugas / problema 7) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan

yang dihadapi siswa serta peranan masing- dikerjakan oleh siswa.

masing siswa Pelaksanaan Tindakan

5) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada

diperlukan. siklus II hampir sama dengan tindakan pada

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap siklus I. Namun, pada siklus II ini terdapat

masalah yang akan dipecahkan. perbedaan perlakuan dari siklus I agar diharapkan

7) Memberi kesempatan pada siswa untuk dapat mengalami peningkatan pembelajaran

melakukan penemuan. siswa.

8) Membantu siswa dengan informasi / data jika Observasi dan Evaluasi

diperlukan siswa. 1) Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan

9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) pembelajaran berlangsung di pantau oleh

dengan pertanyaan yang mengarahkan dan peneliti dengan menggunakan pedoman

mengidentifikasi masalah. lembar observasi.

10) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa 2) Memberikan tes hasil belajar

dengan siswa. 3) Memberikan kuesioner setelah pelaksanaan

11) Membantu siswa merumuskan prinsip dan pembelajaran siklus 1 untuk mengetahui

generalisasi hasil penemuannya. tanggapannya terhadap proses mbelajaran

Observasi dan Evaluasi melalui metode discovery.

1) Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan Refleksi

pembelajaran berlangsung di pantau oleh Data yang diperoleh pada siklus II

peneliti dengan menggunakan pedoman dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis dan

lembar observasi. kemudian diadakan refleksi terhadap hasil

2) Memberikan tes hasil belajar analisis yang diperoleh. Jika masih terdapat

3) Memberikan kuesioner setelah pelaksanaan kekurangan dapat diperbaiki pada siklus

pembelajaran siklus 1 untuk mengetahui berikutnya.

tanggapannya terhadap proses pembelajaran

melalui metode discovery. Hasil Penelitian

Refleksi Pada Pra tindakan peneliti petama tama

Data yang diperoleh pada siklus I mendiskusikan dengan kolaboran tentang

dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis dan menurunya hasil pembelajaran siswa pada mapel

kemudian diadakan refleksi terhadap hasil Kimia di sekolah dari pembicaraan itu ditarik

analisis yang diperoleh sehingga dapat diketahui kesimpulan bahwa penurunan hasil belajar Kimia

apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah siswa di SMA Negeri 1 Wungu banyak

adanya tindakan. disebabkan oleh faktor 1). Antusias siswa dalam

mengikuti pembelajaran di kelas kurang; 2).

Siklus II Metode pembelajaran yang digunakan guru

Perencanaan dalam menyampaikan materi pembelajaran masih

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran bersifat konvensional ; 3). Pembelajaran banyak

pada sub pokok bahasan tentang sifat-sifat yang kurang menarik perhatian siswa karena

koloid dan pembuatan koloid. media yang digunakan guru sangat terbatas

2) Menentukan tujuan yang akan dipelajari dengan apa yang tersedia di sekolah tanpa adanya

siswa. pengembangan; dan ke 4). Kurangnya

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 64

pemahaman tentang sistem koloid dalam dilakukan.

pembelajaran Kimia. Pada pertemuan pertama siswa dapat

Oleh karena itu peneliti bersepakat untuk menyimpulkan perbedaan antara larutan, koloid,

melakukan Tindakan Kelas dengan memilih dan suspensi serta mengelompokkan campuran

model discovery Learing sebagai alternetif yang ada di lingkungan kedalam suspensi, larutan

pemecahaanya.Pada tahap perencanaan, peneliti dan koloid.. Pada pertemuan kedua ini, siswa

dengan guru melakukan kajian terhadap silabus terlihat lebih aktif daripada pertemuan pertama.

sekolah dan RPP dengan berbasis pada Model Ada beberapa siswa yang bertanya mengenai hal-

Discovery Learning. Berdasarkan silabus hal yang belum dipahami.Mereka mampu

tersebut, peneliti membuat rencana pembelajaran melakukan pengelompokkan jenis koloid serta

yang terdiri dari dua kali pertemuan pada proses peranan koloid di industri.. Pada pertemuan

pembelajaran siklus I. Pembelajaran didesain ketiga ini siswa terlihat cukup aktif. Mayoritas

dengan menggunakan model Discovery Learning. siswa aktif dalam diskusi baik diskusi kelompok

Instrumen yang digunakan sebagai alat evaluasi maupun diskusi kelas. Beberapa siswa juga

prestasi belajar adalah soal tes aspek kognitif.. memberikan tanggapan setelah kelompok lainnya

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 25soal mempresentasikan hasil diskusi mereka. Hal ini

objektif sebagai tes kognitif dan observasi afektif disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa

dan psikomotor siswa yang akan digunakan dengan model pembelajaran yang digunakan.

sebagai evaluasi pada siklus I. Kegiatan Secara umum, pelaksanaan pembelajaran

pembelajaran yang telah direncanakan oleh tindakan dengan model Discovery Learning pada

peneliti, kemudian diterapkan di kelas XI IPA 2 siklus I telah berjalan dengan baik. Interaksi

SMAN 1 Wungu tahun ajaran 2018/2019. antara guru dan siswa terlihat cukup baik.

Komunikasi telah berlangsung dua arah.

Siklus I Pada saat berlangsungnya pembelajaran,

Pelaksanaan tindakan pada siklus I mulai dari petemuan pertama hingga ketiga,

dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2019. terdapat peningkatan aktivitas siswa. Pada saat

Pembelajaran ini menggunakan model pertemuan pertama, saat diskusi kelompok

pembelajaran Discovery Learning dengan setelah praktikum, ada beberapa siswa yang

penggunaan LKS yang dapat mendukung hanya diam dan tidak aktif dalam kegiatan

berjalannya proses pembelajaran serat kegiatan diskusi. Tetapi, lama kelamaan hampir seluruh

pembelajran dilaksanakan di laboratorium. siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Di

Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama pertemuan awal, hanya ada satu atau dua siswa

proses pembelajaran berlangsung. Pada awal yang berani bertanya atau mengajukan

pembelajaran, dilakukan kegiatan eksperimen pendapatnya. Tetapi lama kelamaan, siswa sudah

yang bertujuan untuk mengambil data yang akan berani untuk bertanya ataupun menyatakan

digunakan selama proses pembelajaran materi pendapatnya. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan

larutan penyangga. Selain itu, siswa juga jumlah siswa yang bertanya ataupun menyatakan

mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang pendapatnya. Beberapa hal yang telah dijelaskan

telah disesuaikan dengan model Discovery tersebut menunjukkan adanya peningkatan

Learning, agar siswa dapat lebih mudah aktivitas belajar siswa selama proses

menemukan konsep materi yang dipelajari. Pada pembelajaran bila dibandingkan dengan aktivitas

setiap pertemuan, dilakukan diskusi baik belajar siswa sebelum tindakan.

kelompok maupun diskusi kelas. Pada proses Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I

diskusi kelompok, siswa diharapkan mengolah maka dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan

data hasil percobaan dan menarik kesimpulan tindakan pada siklus II. Pada siklus II, materi

atau konsep materi bersama teman yang diberikan difokuskan pada indikator yang

sekelompoknya. Sedangkan, diskusi kelas belum tuntas pada siklus I. Namun siswa perlu

dilakukan untuk mendiskusikan hasil dari tiap diingatkan kembali dengan sekilas keseluruhan

kelompok. Kemudian, siswa bersama guru indikator yang telah dipelajari agar siswa dapat

menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah mengingat seluruh pelajaran. Tindakan pada

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 65

siklus II adalah sebagai berikut: pertama, untuk masih perlu peningkatan dan belum memenuhi

meningkatkan keberhasilan prestasi kognitif, indikator keberhasilan, karena berdasarkan

peneliti dan guru sepakat untuk menekankan observasi yang dilakukan pada siklus I, aktifitas

pada pemahaman materi pada indikator yang siswa perlu ditingkatkan dalam aspek melakukan

belum tuntas. Kedua, guru akan memberikan penemuan (seperti mencatat, mengamati, dan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada lainlain), mengidentifikasi masalah, intrasksi

guru mengenai hal yang belum dipahami serta siswa dengan siswa, merumuskan prinsip dan

menanyakan kesulitan yang dihadapi untuk generalisasi hasil penemuan, dan melakukan

diselesaikan bersama. Ketiga, guru mendorong penyelidikan terhadap permasalahan yang

keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan diajukan guru. Hal itu disebabkan karena

bila ada hal yang belum jelas ataupun kurangnya pengawasan dari guru seperti

menyatakan pendapatnya dalam diskusi. membantu memperjelas tugas-tugas yang

Keempat, guru akan lebih memperbanyak diskusi dihadapi siswa serta peranan masing-masing,

dan latihan soal agar siswa lebih memahami mengecek pemahaman siswa terhadap masalah

materi yang dipelajari. Kelima, guru akan yang akan dipecahkan, membantu siswa dengan

mendorong siswa untuk lebih aktif ketika diskusi informasi atau data yang dibutuhkan siswa, dan

baik diskusi kelompok ataupun diskusi kelas, hal mengamati siswa dalam melakukan

ini dapat membantu meningkatkan pemahaman kegiatan.Untuk itu pada Siklus II akan lebih

siswa terhadap materi. diperhatikan hasil temuan diatas untuk

Data yang diperoleh dalam penelitian meningkatkan hasil yang lebih baik lagi.

adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa pada

materi Koloid. Data penelitian mengenai aktivitas Siklus II

belajar siswa secara ringkas dapat diketahui Siklus II pada penelitian ini dilakukan
bahwa persentase aktivitas siswa berkategori pada bulan 5 – 12 Maret 2019 yang membahas

tinggi mengalami peningkatan. Hal ini tentang materi sifat-sifat koloid serta proses

menunjukkan bahwa secara umum aktivitas pembuatan koloid. Sama halnya dengan siklus I,

belajar siswa sudah cukup baik dengan adanya siklus II ini pun dilaksanakan selama 6 jam

peningkatan aktivitas siswa dari Pra Siklus ke pelajaran dalam tiga kali pertemuan

Siklus I Sedangkan hasil belajar siswa juga Pada siklus II ini terdiri dari 3 pertemuan

mengalami perbaikan yang menggembirkan hal yang membahas sifat sifat koloid serta proses

ini dapat dilihat dari tabel 1 pembuatan koloid. Berdasarkan refleksi yang

Tabel 1 Hasil Belajar Siswa Pra dan Siklus I didapat dari siklus I, pada siklus II ini peneliti

No Kreteria Data mencoba melakukan beberapa revisi tindakan
Pra Siklus I untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih
baik lagi. Diantara tidakan yang akan dilakukan
1 Rerata 67,19 72,5 pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa; 2)
2 Proset Ketunt 25% 63% Menseleksi pendahuluan terhadap prinsip-
prinsip, pengertian konsep dan generalisasi
3 Prost Tidak Tuntas 75% 38% pengetahuan; 3) Menseleksi bahan-bahan dan
tugas-tugas; 4) Menambahkan dan memperbaiki
4 N Tertinggi 80 80 penyajian materi agar mudah dipahami siswa; 5)
Meminimalisir kegiatan siswa yang tidak ada
5 N Terendah 55 60 hubungannya dengan proses pembelajaran
dengan memaksimalkan kegiatan pembelajaran,
6 Jum Siswa Tuntas 8 20 siswa tidak diberi peluang untuk bercanda,
mengganggu temannya dan kegiatan lain yang
7 Jum Tidak Tuntas 24 12 tidak ada hubungannya dengan proses
pembelajaran; 6) Meningkatkan keakraban
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat dengan siswa untuk mencairkan suasana belajar

perbaikan hasil belajar terjadi setelah dilakukan

tindakan dengan menggunakan Discovery

learning namun demikian masih terdapat kendala

dalam pelaksanaan siklus I diperoleh hasil

temuan penelitian. Temuan penelitian pada siklus

I menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam

melakukan langkah-langkah kegiatan discovery

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 66

yang kaku sehingga siswa tidak takut atau malu masalah, dan melakukan penyelidikan terhadap

untuk bertanya kepada guru; 7) memberikan permaslahan yang diajukan guru, kemudian

bimbingan dan arahan kepada siswa pada saat mempresentasikan hasil pekerjaannya

proses pembelajaran; 8) mengoptimalkan kerja berdasarkan diskusi kelompok. Guru hanya

kelompok dengan cara membagi pekerjaan setiap membantu memperbaiki jika ada jawaban siswa

individu dalam kelompok, agar setiap siswa yang kurang tepat.dan pada pertemuan ke 3 di

melakukan proses pembelajaran dengan baik dan Siklus II Pada akhir siklus kedua ini, guru

mengamati dengan benar.Tindakanpada Siklus II memberikan tes hasil belajar berupa pilihan

Sebelum pelajaran dimulai, siswa diberikan LKS ganda yang berjumlah 15 butir soal untuk

sebagai acuan pada saat melakukan kegiatan dikerjakan oleh siswa. Waktu untuk mengerjakan

praktikum. LKS ini harus dikaji dan diisi soal adalah 45 menit. Selama siswa mengerjakan

bersama teman kelompoknya yang telah dibentuk soal, guru mengawasi siswa agar mereka dapat

pada tahap perencanaan. Siswa melakukan mengerjakan soal secara jujur dan tidak saling

penyelidikan tentang permasalahan yang menyontek. Setelah selesai, soal dan jawabannya

diajukan guru, kemudian siswa melakukan dikumpulkan untuk dibahas bersama sekaligus

pengamatan di laboratorium praktikum dengan dikoreksi langsung agar siswa tahu kesalahannya.

tujuan dapat mengetahui salah satu dari sifat Selain itu, siswa juga diberikan angket kuesioner

koloid, kemudian mengidentifikasikan hasil yang berisi tentang tanggapan siswa terhadap

jawaban dan mengkajinya dengan membaca hasil metode discovery dengan kegiatan laboratorium

temuan, mencatat hasil temuan dan sebagai metode yang dipakai dalam proses

menyimpulkan hasilnya. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran.

sifat-sifat koloid lainnya, masing-masing Pada observasi yang dilakukan pada

kelompok mendiskusikan sifat-sifat koloid kegitan pembelajran pada Siklus II secara

lainnya dan mempresentasikan hasil temuannya keseluruhan berjalan dengan baik antara siswa

di depan kelas. Pembelajaran dilakukan dengan dan guru terjadi intraksi yang intensif dan siswa

mengorientasikan siswa pada masalah yang akan juga aktif melakukan kegiatan sesuai dengan

dicari jawabannya. Untuk menemukan jawaban skenario pada Siklus II sedangkan pada hasil

atas permasalahan yang diajukan guru, siswa Belajar terjadi peningkatan yang cukup signifikan

dapat mencarinya dengan melakukan kegiatan hal ini dapat dapat dilihat dari tabel berikut antara

praktikum bersama dengan teman Siklus I dan siklus II

sekelompoknya. Karena, pada materi ini siswa Tabel 2 Hasil Belajar Siklus I dan II

akan lebih mudah mengerti memahami No Kreteria Data
permasalahan yang akan dipecahkan melalui Siklus I Siklus II
kegiatan praktikum. Selain itu, kegiatan tersebut 1 Rerata
juga dapat mengembangkan minat dan 2 Proset ketunt 72,5 79,13
pengetahuan siswa terhadap materi yang 3 Prost tidak tuntas 63% 91%
dipelajari. 4 N tertinggi 38% 9%
5 N terendah 80 88
Pada saat siswa melakukan kegiatan 60 68
praktikum, guru hanya membantu kelompok

yang mengalami kesulitan serta mengkondisikan 6 Jum siswa tuntas 20 29
kelas agar kegiatan praktikum dapat berjalan
dengan baik. Pada Pertemuan ke dua Siklus II 7 Jum tidak tuntas 12 3
pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
praktikum untuk mengetahui salah satu cara Berdasarkan Tabel 4.3, menunjukkan
pembuatan koloid. Kemudian, guru membagikan nilai rata-rata yang dicapai dari tes pada siklus I
LKS yang harus dikaji oleh siswa untuk mencari adalah 72,5 dan pada siklus II adalah 79,13,
tahu jawaban atas pertanyaan tersebut dan sedangkan pada siklus. Hal ini menunjukkan
menyimpulkan hasilnya. Kemudian para siswa bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar
melakukan langkahlangkah kegiatan discovery setelah mengikuti proses pembelajaran.
seperti melakukan penemuan, mengidentifikasi Sedangkan pada Tabel 4.3, yakni distribusi
frekuensi hasil tes menunjukkan bahwa adanya

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 67

peningkatan kriteria nilai tes dari siklus I, dan tes memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan
siklus II. Dimana, nilai dengan rerata yang dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan,
semula hanya 72,5 dapat naik menjadi 79,13 pada memberikan motivasi kepada siswa serta adanya
siklus II Berdasarkan hasil analisis ketuntasan pembagian tugas yang merata kepada anggota
individual pada Tabel 4.5, 4.6 dan 4.7, kelompok masing-masing sehingga semua siswa
menunjukkan bahwa ketuntasan siswa pada terlibat dalam memecahkan masalah dan
siklus II lebih meningkat yakni prosentase memperhatikan proses penemuan yang
ketuntasa sebesar 94% dibandingkan dengan nilai dilakukan. Peningkatan hasil belajar kimia siswa
ketuntasan klasikal siklus I sebesar 88%. Hal pada konsep sistem koloid juga dapat dilihat
tersebut menandakan bahwa penerapan Metode berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar yang
Discovery pada kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 diperoleh siswa pada siklus I sebesar 68,09
Wungu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. meningkat menjadi 74,81 pada siklus II.
Kemudian, dapat dilihat bahwa pada tes tahap
pertama yakni di siklus I, terdapat 15 siswa yang Dengan demikian, maka berdasarkan
tidak tuntas atau tidak memenuhi nilai KKM. data-data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
Sedangkan pada tes tahap kedua di siklus II belajar kimia siswa mengalami peningkatan
terdapat 4 orang siswa tidak tuntas. Hal tersebut dengan menggunakan metode discovery melalui
juga menunjukkan bahwa penerapan Metode kegiatan laboratorium karena telah mencapai
discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kriteria indikator keberhasilan yang telah
. ditetapkan.
Berdasarkan hasil tindakan, pengamatan dan
pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Saran
penerapan model pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan aktivitas dan Dari kesimpulan diatas, maka penulis ingin
prestasi belajar pokok bahasan sistem Koloid
pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Wungu menyumbangkan beberapa saran, yaitu:
tahun pelajaran 2018/2019
1. Kepala sekolah hendaknya memperhatikan
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan fasilitas dan lingkungan belajar siswa untuk

pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, mendukung peningkatan kualitas
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kimia dengan menggunakan metode discovery pembelajaran melalui variasi model dan
melalui kegiatan laboratorium dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada metode pembelajaran.
konsep sistem koloid. Selain itu, berdasarkan
data observasi, kuesioner, dan wawancara siswa 2. Guru hendaknya menggunakan metode yang
juga dapat terlihat bahwa pembelajaran kimia
dengan menggunakan metode discovery melalui cocok bagi siswa dan pokok bahasan yang
kegiatan laboratorium pada siklus II lebih baik
dibandingkan dengan siklus I. Hal ini terjadi sedang dipelajari serta Guru hendaknya
karena pada siklus II terdapat perbaikan tindakan
yang dilakukan oleh guru, seperti pengaturan menggunakan metode maupun media yang
waktu yang lebih proporsional, peningkatan
pengawasan guru terhadap seluruh siswa dan bervariasi untuk mencegah munculnya

kebosanan pada siswa dan suasana belajar

akan lebih menyenangkan.

3. learning menjadi situasi belajar student

dominated learning. Dalam proses

pembelajaran, guru lebih memotivasi siswa

untuk belajar lebih baik sehingga hasil belajar

akan meningkat.

4. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan metode discovery melalui

kegiatan laboratorium, seorang guru harus

benar-benar memperhatikan aktivitas belajar

yang dilakukan siswa dengan optimal.

Daftar Pustaka

Anonym, Kimia Dari Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia”, dari
http://www.id.wikipedia.org, 16 Maret 2008.

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 68

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Bumi Aksara,
2006.

Aqib, Zainal Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV. Yrama Widya, 2006.
Bruce, Jessica, Discovery Learning…, dari www.bsu.edu/web/jccassady/393web/students/Bruce.htm.
Feronika, Tonih dan Burhanuddin Milaman, Evaluasi Pendidikan Kimia (Modul). Jakarta: Program Studi

Pendidikan Kimia FITK, 2006.
Hamalik, Prof. Dr. Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.
Heriyanto, Pengaruh Metode Pembelajaran Discovery Inquiry Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa

Kelas X SMAN 2 Ciputat, Skripsi UIN, 2006.
Herlanti,Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: FITK Jurusan Pendidikan

IPA, UIN Syarif Hidayatullah, 2006.
Johari, M.Sc dan Ir. M. Rachmawati, Kimia SMA dan MA Kelas X, Jakarta: Esis, 2006.
Justiana, Sandri dan Mukhtaridi, Chemistry for Senior high School, Jakarta: Yudhistira.2009.
Nata, Prof. Dr. Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group,

2009, cet. ke-I.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Sidharta, Arief, “Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium sebagai Wahana

Pendidikan Sains Siswa SMP”, dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dari http://www.p4tkipa.org.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, cet. Ke-V.
Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan
Laporannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Syaodih Sukmadinata, Nana Metode Penelitian Tindakan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, Cet. III
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: PT Media Abadi, 2005.

Discovery - Usman Tokang, S.Pd - SMA Negeri 1 Wungu - Kabupaten Madiun – Halaman 69

PENERAPAN NHT BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS KELAS VIII A SMPN 1 DAGANGAN

Oleh: Wahyu Tri Sayekti, S.Pd, M.Pd, Guru SMP Negeri 1 Dagangan Kabupaten Madiun
Email: [email protected]

Abstrak
Kata kunci:Model NHT, Media Visual, Hasil Belajar

Penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together berbantuan media visual
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Dagangan kabupaten Madiun dengan jumlah 30 siswa. Tehnik pengumpulan data pada penelitian adalah
observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menujukan bahwa menerapkan model
cooperative learning berbantuan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII
A di SMP Negeri 1 Dagangan kabupaten Madiun pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukan
pada hasil belajar pada siklus I yaitu 12 siswa mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan nilai rata-rata 71,00 atau 40% Tuntas. Pada siklus II yaitu 23 siswa mendapat nilai diatas
KKM dengan nilai rata-rata 79,33 atau 76,66% Tuntas. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-
rata hasil belajar pada siklus I ke siklus II sebesar 8,33 atau 36,66%.

The implementation of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together with visual media aims to
improve student learning outcomes in IPS learning. This research uses classroom action research with 2
cycles. The subject of this research is the students of class VIII A SMP Negeri 1 Dagangan Madiun
district with the number of 30 students Data collection techniques in the research are observation, test,
interview and documentation. The results of this study indicate that applying cooperative learning model
assisted visual media can improve learning outcomes of IPS in students of class VIII A in SMP Negeri 1
Dagangan Madiun district in the Lesson Year 2016/2017. This is shown in the learning outcomes in the
first cycle of 12 students get the value above the Minimum Exhaustiveness Criteria (KKM) with an
average value of 71.00 or 40% Completed. In cycle II that is 23 students got value above KKM with
average value 79,33 or 76,66% complete. Thus there is an increase in the average value of learning
outcomes in cycle I to cycle II of 8.33 or 36.66%.

Pendahuluan ini, sebagian besar guru mengajar masih

Mata pelajaran IPS merupakan ilmu menggunakan metode mengajar tradisional.

pengetahuan yang tidak asing bagi jenjang Kegiatan tersebut nampak pada model

pendidikan SD dan SMP. Namun demikian, pembelajaran yang masih berpusat kepada guru

selama ini mata pelajaran tersebut dimata siswa (teacher centered) dan metode yang digunakan

masih dipandang sebagai mata pelajaran yang masih didominasi hanya ceramah sedangkan

sangat membosankan. Hal tersebut berdasarkan siswa hanya dijadikan sebagai obyek bukan

wawancara yang dilakukan peneliti pada subyek. Hal ini menyebabkan siswa menjadi

beberapa siswa sebelum tindakan penelitian jenuh dan sulit untuk menerima materi yang

kelas. Sebagian besar dari mereka beranggapan diberikan oleh guru. Kejenuhan tersebut nampak

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata dari kurang percaya dirinya siswa dalam kegiatan

pelajaran yang identik dengan hafalan dan pembelajaran seperti takut bertanya dan takut

bercerita. Anggapan negatif inilah yang dijadikan jawabannya salah bila menjawab pertanyaan dari

alasan para siswa untuk malas dan tidak guru. Siswa menganggap bahwa guru telah

bergairah dalam mempelajarinya. mengetahui segala hal dan apa yang

Disadari atau tidak pada zaman modern disampaikannya pasti benar.

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 70

Untuk mengatasi masalah atau kendala berasal dari aktivitas guru yang kurang kreatif

diatas maka guru berupaya dapat mencari solusi dan inovatif dalam menciptakan suasana

agar suasana dalam pembelajaran IPS dapat pembelajaran yang menyenangkan, diantaranya

kondusif, efektif dan menyenangkan. Salah satu adalah kurang perhatiannya guru terhadap

pendekatan yang dapat digunakan untuk aktivitas siswa dikelas yang disebabkan

pembelajaran yang efektif salah satunya adalah 1. guru dituntut harus mengejar target untuk

pendekatan saintifik. Mengingat model pada menyelesaikan materi.

pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (K-13) 2. guru belum kreatif dalam menerapkan model

sangat bervariatif, maka perlu adanya pemilihan pembelajaran yang dapat menumbuhkan

model pembelajaran inovatif yang diharapkan ketrampilan berpikir siswa.

dapat memenuhi ketercapaian Standart 3. metode pembelajaran masih didominasi hanya

Ketuntasan yang ditetapkan. ceramah saja seolah-olah menjadi guru center

Pada kurikulum 2013, mengisyaratkan 4. guru belum menggunakan media

bahwa model pembelajaran merupakan strategi pembelajaran dalam aktivitas pembelajarnnya.

yang diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian Melihat adanya gejala permasalahan

kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen siswa yang berkaitan dengan aktivitas belajar,

kurikulum agar setiap individu mampu menjadi tentunya akan berdampak mempengaruhi

pembelajar dan mandiri sepanjang hayat, pada terhadap hasil belajar yang semakin menurun.

gilirannya mereka menjadi komponen penting Maka perlu ada upaya guru untuk memperbaiki

untuk mewujudkan masyarakat belajar. Hal kegiatan pembelajaran dikelas agar dapat

tersebut bila dikaitkan dengan penerapan model memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar.

pembelajaran dan penggunaan media Berdasarkan data hasil belajar pada tahun

pembelajaran yang tepat pada siswa, maka 2015/2016 untuk mata pelajaran IPS di kelas VIII

diharapkan dapat mengatasi sikap pasif pada mengalami penurunan dengan nilai rata-rata kelas

siswa. Menurut Joyce&Weil (dalam Rusman, dibawah KKM, terutama pada tema Fungsi dan
2013:133) menjelaskan “Model pembelajaran Peran Sumber Daya Alam dalam Pembangunan

adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang pada sub Tema Fungsi dan Peran SDA terhadap

digunakan sebagai pedoman dalam Kehidupan Manusia. Nilai KKM mata pelajaran

merencanakan pembelajaran dikelas atau yang IPS yang ditetapkan di sekolah SMP Negeri 1
lainnya” Dagangan yaitu 78. Berdasarkan nilai KKM

Berdasarkan penggalian informasi dan tersebut peneliti menemukan adanya nilai hasil

pengamatan di SMP Negeri 1 Dagangan, peneliti belajar peserta didik dari 151 orang adalah

menemukan permasalahan dalam kegiatan belajar sebesar 70% dibawah KKM, sedangkan yang

mengajar yang berakibat menurunya hasil belajar tuntas KKM sebanyak 30%.

pada mata pelajaran IPS kelas VIII. Dimana nilai Berdasarkan data yang diperoleh tersebut

pencapaian ketuntasan melalui KKM (Kriteria maka perlu adanya suatu tindakan dari guru

Ketuntasan Mata Pelajaran) mengalami untuk memperbaiki serta memotivasi belajar

kemerosotan, seperti turunya nilai Ulangan siswa untuk lebih bergairah dalam kegiatan

harian yang berpengaruh pada nilai Rapor. pembelajaran, dengan harapan hasil belajar IPS

Sedangkan menurunnya hasil belajar merupakan tidak mengalami penurunan. Pemilihan model

sebab dari menurunya keaktifan siswa dalam belajar dengan berbantuan media visual sangat

pembelajaran. Hal tersebut dapat diketahui dari dibutuhkan sebagai strategi dalam pencapaian

sebagian besar siswa yang pasif dalam tujuan pembelajaran. Hal ini mempunyai tujuan

pembelajaran IPS seperti, tidak mau bertanya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap

atau menjawab pertanyaan guru, tidak mau materi pelajaran yang sedang di pelajari.

berpendapat bahkan cenderung malas, ramai atau Berdasarkan temuan kendala dalam pembelajaran

ngobrol dengan sesama teman, membuat gaduh tersebut, peneliti melalui shering atau diskusi

dan coretan pada buku, mengganggu teman dengan guru-guru IPS menduga dengan

bahkan ada yang tidur ketika guru menjelaskan penerapkan model pembelajaran cooperative

materi. Selain itu hambatan atau kendala yang learning yang dikembangkan oleh Spencer

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 71

Kagan tipe Numbered Head Together dengan (NHT) merupakan salah satu dari strategi
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
berbantuan media visual untuk materi IPS di dikembangkan oleh Spenser Kagan (dalam Abdul
Majid, 2013:192) untuk melibatkan lebih banyak
kelas VIII A SMP Negeri 1 Dagangan dapat peserta didik dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek
meningkatkan hasil belajar IPS. pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Tipe NHT merupakan suatu model
Menurut Asmani (2016: 19) teori pembelajaran yang menerapkan setiap anggota
Konstruktivisme menyatakan bahwa “Para siswa kelompoknya bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan
harus menemukan sendiri dalam antara siswa satu dengan yang lain dalam satu
kelompok untuk saling memberi dan menerima
menstransformasikan informal kompleks, antara satu dengan yang lainnya. Untuk lebih
optimal dalam pencapaian hasil pembelajaran
mengecek informasi dengan aturan lama, dan perlu adanya media pembelajaran sebagai alat
merevisi apabila aturan itu sudah tidak sesuai”. bantu.

Agar bisa memahami dan menerapkan

pengetahuan, para siswa harus bekerja keras

untuk memecahkan masalah, menemukan segala

sesuatu untuk diri sendiri, serta berusaha dengan

susah payah.

Sejalan dengan pendapat Shoimin

(2014:107), Model Numbered Head Together

Tabel 1.1 Langkah-langkah Numbered Heads Together (NHT) dengan berbantuan MEDISU

Fase Langkah Tingkah Laku Media

1 Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang Nomor urut pada kepala

beranggotakan 3-5 orang, dan kepada setiap dengan topi bernomor.

anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

2 Mengajukan Guru mengajukan pertanyaan yang isi sama Pertanyaan yang ada pada

Pertanyaan dengan kartu soal pada kantung-kantung kartu soal dikantung-kantung

beberan dan harus dijawab/ dipecahkan oleh Beberan

siswa dalam diskusi kelompok.

3 Berpikir Siswa menyatukan pendapatnya terhadap Kertas jawaban warna warni

bersama jawaban pertanyaan itu, dan meyakinkan flap

anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tersebut. Dan menuangkan hasil berpikir

bersama pada kertas jawaban warna warni

4 Menjawab Guru memanggil nomor kepala tertentu, Lot dari kotak masalah

kemudian siswa yang nomornya sesuai harus Kartu soal dari kantung-

mengacungkan tangan dan mencoba kantung Beberan

menjawab pertanyaan sesuai no lot pada kartu

soal pada kantung beberan dan menjawab

untuk seluruh kelas.

Berdasarkan penerapan model Siswa yang pandai dapat mengajari peserta didik

pembelajaran tersebut kita dapat mengetahui yang kurang pandai; (4) Terjadi interaksi secara

kelebihan dan kelemahan Numbered Head intens antar teman dalam menjawab soal; (5)

Together (NHT). Menurut Shoimin (2013:108- Tidak ada siswa yang mendominasi dalam

109) Numbered Heads Together memiliki kelompok karena ada nomor yang membatasi.

kelebihan dan kelemahan yang antara lain

sebagai berikut; Kelemahan Numbered Head Together (NHT)

(1) Tidak terlalu cocok diterapkan

Kelebihan Numbered Head Together (NHT) dalam jumlah siswa yang banyak karena

(1) Setiap siswa menjadi siap; (2) Dapat membutuhkan waktu yang lama; (2) Tidak semua

melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh; (3) anggota kelompok dipanggil oleh guru karena

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 72

ada nomor yang membatasi. (e) Siswa menempel kertas jawaban di kolom-

Demikian pula dengan media kolom yang disiapkan dipapan tulis.

pembelajaran sebagai pendukung model Hasil belajar dapat dijelaskan dengan
pembelajaran yang digunakan sangat dibutuhkan memahami dua kata “hasil” dan “belajar”.

untuk merangsang siswa untuk belajar. Hal ini Belajar dimulai dengan adanya dorongan,

sejalan dengan pendapat menurut Gagne (dalam semangat dan upaya yang timbul dalam diri
Rusman,2013:160) menyatakan,“bahwa media seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan

adalah bebagai jenis komponen dalam belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan

lingkungan siswa yang dapat memberikan menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam

rangsangan dalam belajar, seperti yang telah upaya meningkatkan kemampuan dirinya (Majid,

dikemukakan Gagne, penggunaan media 2013:33). Pengertian hasil (product) menujuk

pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan pada suatu perolehan akibat diberlakukan suatu

bagi siswa untuk terjadinya proses belajar. Hal aktivitas atau proses yang mengakibatkan

ini dikuatkan oleh pendapat Rusman (2013:160) berubahnya input secara fungsional. Dalam
menyatakan bahwa: “Media pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar setelah mengalami

segala sesuatu yang digunakan untuk belajar peserta didik berubah prilakunya. Hasil

menyalurkan pesan serta dapat merangsang belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil

belajar sehingga dapat mendorong terjadinya belajar dapat memberikan informasi kepada guru

proses belajar yang disengaja, bertujuan dan tentang kemajuan belajar peserta didik dalam
terkendali”. Dalam penelitian ini mengenalkan upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

istilah MEDISU sebagai penjabaran dari Media kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi

Visual. tersebut guru dapat menyusun dan membina

Menurut Hamdani (2011:248) Media kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik

visual adalah media yang hanya dapat dilihat untuk keseluruhan kelas maupun individu.
dengan menggunakan indra pengelihatan. “Media Sedangkan pengertian “hasil belajar itu dapat

visual/gambar atau foto adalah media yang paling dilihat dari terjadinya perubahan dari persepsi
umum dipakai dalam pembelajaran” (Etin
dan prilaku, termasuk perbaikan prilaku
Solehatin, 2012: 27). Gamabar dan foto sifatnya (Rusman, 2013: 123-124).”

universal, mudah dimengerti dan tidak terikat Penerapan model dan media

oleh keterbatasan bahasa. Penggunaan medisu pembelajaran dapat dijadikan salah satu

dalam kegiatan pembelajaran model NHT dapat alternatif dalam pembelajaran yang dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai meningkatkan hasil belajar, diantaranya melalui

berikut; model NHT dengan berbantuan media visual.

(a) Salah satu siswa dari yang berkepala nomor Model pembelajaran ini sangat menarik apalagi

sama mewakili mengambil lot untuk didukung dengan berbantuan media visual dalam

menentukan nomor kartu soal yang akan kegiatan pembelajarannya. Hal menariknya dapat

dijawab pada kantung beberan. ditunjukan melalui pembelajaran yang menuntut

(b) Siswa mengambil kartu soal/ masalah dari siswa selalu siap dalam menyampaikan pendapat

beberan dan membacakan soal dari kartu soal dan adanya kejutan berupa permainan dalam

tersebut untuk seluruh kelas. Bila kartu soal presentasi yang berasal dari kantung-kantung

yang diambil dari kantung beberan ternyata beberan. Dengan adanya keterpaduan model dan

ada tulisan Zonk maka seluruh siswa yang media ini diharapkan dapat menumbuhkan

maju dengan kepala nomor sama harus semangat belajar siswa terhadap mata pelajaran

menyanyi dan menari. IPS dan dapat berpengaruh pada meningkatnya

(c) Siswa dari masing-masing kelompok hasil belajar.

mendapat satu lembar kertas untuk menjawab

pertanyaan dari kartu soal. Metode Penelitian

(d) Waktu yang diberikan pada setiap siswa Jenis penelitian ini adalah penelitian

menjawab dan mengerjakan 2 menit tindakan kelas (PTK). Sedangkan pendekatan

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 73

penelitian yang digunakan adalah penelitian instumen aktivitas siswa dan aktivitas guru (3)
kualitatif. Hal ini sejalan dengan Suharsimi
Arikunto dkk.(2015:95) bahwa penelitian Wawancara. Kegiatan ini dilakukan untuk
tindakan adalah penelitian kualitatif karena
obyeknya adalah proses pembelajaran. menggali informasi dari responden yaitu dari
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh peneliti
sendiri yang berperan sebagai guru kelas. siswa dan kepala sekolah yang bertujuan untuk
Berdasarkan perencanaan yang dibuat oleh
peneliti dengan guru kolabolator sebagai mendukung hasil penelitian. dan (4)
observer menyetujui melaksanakan tindakan
pembelajaran dengan menerapkan model NHT Dokumentasi beserta catatan lapangan.
dengan berbantuan MEDISU (media visual)
untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa Analisis data dalam penelitian ini
kelas VIII A di SMPN 1 Dagangan Kabupaten
Madiun. Tehnik pengumpulan data pada diperoleh melalui pengumpulan data berupa hasil
penelitian ini meliputi (1) Teknik Tes. Tes yang
digunakan adalah tes tulis yang diberikan satu belajar IPS melalui tes, lembar observasi aktivitas
kali setiap akhir siklus. Adapun bentuk tes tulis
ini berupa tes obyektif sebanyak 10 soal. siswa dan aktivitas guru.
Indikator hasil belajar siswa adalah pencapaian
ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu Dalam penelitian tindakan kelas ini,
apabila 75% dari semua jumlah siswa dalam
kelas mendapat ≥ KKM. Adapun nilai KKM analisis data dilakukan selama dan setelah proses
mata pelajaran IPS sebesar 78 (2) Observasi.
Pelaksanaan observasi dilakukan untuk pengumpulan data (observasi). Hasil
memperoleh informasi mengenai data yang
perlukan dalam penelitian, diantaranya melalui pengumpulan data akan dianalisis dengan

Prosedur model penelitian tindakan yang menggunakan teknik analisis kualitatif diskriptif.
dikembangkan S. Kemmis dan Robin Mc Taggart
(dalam Kusumah, 2012:38) bahwa penelitian Hal ini sesuai dengan Arikunto Suharsimi
tindakan menggunakan empat komponen, yaitu (2015:95) “bahwa penelitian tindakan adalah
perencanaan, observasi, dan refleksi dalam suatu
sistem spiral yang saling terkait antara langkah penelitian kualitatif karena obyeknya adalah
satu dengan langkah berikutnya.
proses pembelajaran. Untuk menghitung Nilai
Indikator kinerja dalam penelitian ini
yaitu meningkatnya hasil belajar IPS yang rata-rata hasil belajar IPS dan nilai ketuntasan
dicapai siswa melalui lembar observasi dengan
kriteria tuntas KKM mata pelajaran IPS 78 dan kelas dapat menggunakan rumus sebagai berikut;
75% untuk ketuntasan siswa seluruh kelas
a. Nialai Rata-rata Hasil belajar
Hasil Penelitian
Tahap awal peneliti telah dilakukan Nilai = Jumlah skor yang dicapai siswa x 100
Jumlah skor maksimum
observasi dan wawancara pada beberapa
responden untuk memperoleh gambaran tentang b. Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPS
masalah pembelajaran di kelas VIII A pada mata
pelajaran IPS SMPN 1 Dagangan kabupaten Nilai = Nilai ketercapian
Madiun. Diantaranya aktivitas siswa yang masih Jumlah siswa
rendah dengan ditunjukannya sikap pasif dalam
belajar, aktivitas guru yang masih rendah dimana
guru belum menerapkan model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif, metode pengajaran
hanya didominasi ceramah dan belum
menggunakan media pembelajaran yang menarik
sehingga hasil belajar IPS pada pra siklus nilai
rata-rata pada siswa kelas VIII A dari jumlah 30
siswa adalah 57,66 dengan jumlah siswa yang
tuntas KKM 3 siswa atau 10% dan siswa tidak
tuntas KKM 27 siswa atau 90%.

Siklus I
Berdasarkan kondisi awal diatas

menujukan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar
IPS pada Pra siklus. Setelah diberikan tindakan
pada siklus I, melalui penerapan model NHT
dengan berbantuan MEDISU menujukan adanya
peningkatan pada hasil belajar IPS. Peningkatan
hasil belajar pada pra siklus ke siklus I dapat
ditunjukan melalui tabel berikut ini

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 74

Tabel 2. Hasil belajar IPS Pra siklus dan Siklus I

Siklus Nilai Tuntas % Tidak Tuntas % Ket
rata-rata KKM KKM
Pra Siklus
Siklus I 57,66 3 10% 27 90% Peningkatan sebesar 30%

71,00 12 40% 18 60%

Sedangkan hasil pengamatan observer tentang siklus I yaitu sebesar 69,00. Pada aspek penilaian
Aktivitas Siswa pada siklus I setelah diberikan ditemui adanya dua aspek belum mencapai
tindakan atau treatment mengalami peningkatan kriteria ketuntasan yaitu aspek keberanian
walaupun belum mencapai target indikator bertanya sebesar 74 dan aspek ketepatan
keberhasilan atau belum optimal yaitu 78 dan memhami penggunaan media visual dalam
75% dari ketuntasan kelas. Hal ini ditunjukan presentasi sebesar 70. Datanya dapat dilihat
dari perolehan nilai rata-rata aktivitas siswa pada melalui tabel aktivitas siswa sebagai berikut;

Tabel 3. Hasil Pengamatan Nilai Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Yang dinilai Nilai aspek Skor maks

1 Kerjasama dalam kelompok 86 4

2 Kemampuan mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok 92 4

3 Keberanian bertanya kepada teman dan guru 74 4

4 Kemampuan ketepatan memahami penggunaan media visul dalam 70 4

presentasi

5 Ketepatan menjawab untuk kelas 92 4

Jumlah 414 20

Nilai Rata-rata 69,00

Pada aktivitas Guru pada siklus I juga tindakan, hal tersebut ditunjukan melalui Nilai
mengalami peningkatan setelah melaksanakan Aktivitas Guru sebagai berikut;

Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I

No Aspek Yang Diamati Nilai Pengamatan

1 Mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran K CB B SB
2 Melaksanakan Apresepsi √


3 Menyampaikan tujuan dan indikator yang akan dicapai dalam √

pembelajaran √
4 Menyampaikan model cooperative learning tipe numbered heads

together yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Menjelaskan penggunaan media visual yang berbentuk beberan dan

kartu soal sebagai alat pemebajaran yang sesuai dengan indikator

6 Pemusatan perhatian siswa/ fokus terhadap proses pembelajaran √

7 Pengelolaan kelas dengan penerapan model cooperative learning tipe √

numbered heads together dalam kegiatan pembelajaran √
8 Bimbingan kepada kelompok diskusi

9 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir √
10 Pemeberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan √

mengukapkan jawaban

11 Mengetahui atau menemukan kesulitan belajar siswa √
12 Guru memanggil kepala bernomor untuk maju kedepan untuk √

menjawab pertanyaan untuk kelas

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 75

No Aspek Yang Diamati Nilai Pengamatan
K CB B SB
13 Guru mampu mengarahkan siswa dalam menggunakan media visual
dalam presentasi √

14 Ketrampilan memberikan kegiatan tindak lanjut setelah penyampaian √
materi

15 Pemberian penghargaan atau reward kepada siswa yang mencapai skor
tertinggi dalam presentasi. √

16 Kemampuan memberi evaluasi pembelajaran berupa tes yang sesuai 5 11 0
dengan indikator materi yang disampaikan 43
Jumlah
Total skor 67,18
Nilai rata-rata

Berdasarkan data tabel 4 Hasil Nilai pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan
Aktivitas Guru diatas menujukan adanya lebih menumbuhkan semangat siswa untuk
peningkatan nilai skor Baik sebanyak 11 dan belajar. Untuk itu perlu upaya perbaikan pada
Cukup Baik sebanyak 5 dengan Nilai rata-rata siklus berikutnya.
67,18. Walaupun telah terjadi peningkatan,
namun nilai kriteria baik masih belum memenuhi Siklus II
75% indikator ketuntasan mengajar. Hasil capaian pada siklus II dengan

Hasil refleksi siklus I diperoleh bahwa penerapan model NHT dengan berbantuan
pada Hasil pengamatan aktivitas siswa MEDISU (Media Visual) untuk meningkatkan
mengalami peningkatan namun belum maksimal. hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII A SMP
Sedangkan pada Hasil Pengamatan aktivitas Guru Negeri 1 Dagangan ditunjukan melalui data tabel
juga perlu adanya penyempurnaan agar berikut ini;

Tabel 5. Hasil belajar IPS Siklus I dan Siklus II

Siklus Nilai Tuntas % Tidak Tuntas % Ket
rata-rata KKM KKM
Siklus I
Siklus II 71,00 12 40% 18 60% Peningkatan sebesar 36,66%

79,33 27 76,66% 3 23,33%

Hasil Belajar IPS pada siklus I ke siklus Menurut indikator pencapaian penelitian
II telah mengalami peningkatan Nilai Rata-rata bahwa penerapan model NHT dengan berbantuan
IPS 79,33 dengan jumlah siswa yang tuntas media MEDISU dapat mencapai target yang
sebanyak 27 siswa atau sebesar 76,66% dan diharapkan, maka penelitian ini tidak dilanjutkan
siswa tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau 23,33% pada siklus berikutnya. Sedangkan Hasil Nilai
dengan total peningkatan 36,66%. Hal ini pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II dapat
menujukan ketuntasan siswa telah melampaui ditunjukan melalui tabel berikut;
Nilai KKM sekaligus ketuntasan kelas ≥ 75%.

Tabel 6. Nilai Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek Yang dinilai Nilai aspek Skor maks

1 Kerjasama dalam kelompok 103 4

2 Kemampuan mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok 98 4

3 Keberanian bertanya kepada teman dan guru 97 4

4 Kemampuan ketepatan memahami penggunaan media visul dalam 104 4
presentasi

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 76

No Aspek Yang dinilai Nilai aspek Skor maks
5 Ketepatan menjawab untuk kelas 95 4
497 497
Jumlah
Nilai Rata-rata 82,83

Hasil pengamatan Nilai Aktivitas Siswa ketuntasan KKM. Peningkatan ini dipengaruhi
pada siklus II dapat diketahui bahwa aktivitas semakin pahamnya siswa terhadap penerapan
siswa dalam menerima tindakan melalui model NHT dalam pembelajara, serta
penerapan model NHT dengan berbantuan penggunaan media visual dalam menunjang
MEDISU mengalami peningkatan Nilai Rata-rata model pembelajaran.
sebesar 82,83. Hal ini menujukan bahwa terjadi
pencapaian target penelitian yang diharapkan Nilai Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
yaitu melebihi nilai rata-rata sebesar 78 dari Siklus II dapat diketahui melalui informasi yang
terdapat dalam tabel berikut ini;

Tabel 7. Nilai Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Nilai Pengamatan
K CB B SB
No Aspek Yang Diamati

1 Mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran √
2 Melaksanakan Apresepsi √
3 Menyampaikan tujuan dan indikator yang akan dicapai dalam

pembelajaran
4 Menyampaikan model cooperative learning tipe numbered heads √

together yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Menjelaskan penggunaan media visual yang berbentuk beberan dan √

kartu soal sebagai alat pemebajaran yang sesuai dengan indikator √
6 Pemusatan perhatian siswa/ fokus terhadap proses pembelajaran √
7 Pengelolaan kelas dengan penerapan model cooperative learning tipe √

numbered heads together dalam kegiatan pembelajaran √
8 Bimbingan kepada kelompok diskusi √
9 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir
10 Pemeberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan √

mengukapkan jawaban √
11 Mengetahui atau menemukan kesulitan belajar siswa
12 Guru memanggil kepala bernomor untuk maju kedepan untuk √

menjawab pertanyaan untuk kelas √
13 Guru mampu mengarahkan siswa dalam menggunakan media visual
7 9
dalam presentasi 57
14 Ketrampilan memberikan kegiatan tindak lanjut setelah penyampaian 89,06

materi
15 Pemberian penghargaan atau reward kepada siswa yang mencapai skor

tertinggi dalam presentasi.
16 Kemampuan memberi evaluasi pembelajaran berupa tes yang sesuai

dengan indikator materi yang disampaikan
Jumlah

Total skor
Nilai rata-rata

Nilai Hasil Pengamatan Aktivitas Guru peningkatan pada aktivitas guru setelah
pada tabel diatas menujukan bahwa terjadi melakukan perbaikan tindakan pada siklus II. Hal

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 77

ini nampak peningkatan pada penilaian rata-rata memiliki kelebihan antara lain; (1) Setiap siswa
aktivitas guru mencapai 89,06 melebihi Nilai menjadi siap; (2) Dapat melakukan diskusi
rata-rata ketuntasan yang ditetapkan sebesar 78. dengan sungguh-sungguh; (3) Siswa yang pandai
Aktivitas Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mengajari peserta didik yang kurang
menujukan perubahan yang didominasi sangat pandai; (4) Terjadi interaksi secara intens antar
baik. teman dalam menjawab soal; (5) Tidak ada siswa
yang mendominasi dalam kelompok karena ada
Pembahasan nomor yang membatasi.
Penerapan model NHT dengan
Dan sejalan pendapat Abdul Majid,
berbantuan MEDISU (Media Visual) dapat (2013: 192) Model Numbered Head Together
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-
VIII A di SMP Negeri 1 Dagangan kabupaten masing anggota memiliki bagian tugas
Madiun. Berdasarkan hasil pengamatan/ (pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda.
observasi , wawancara dan dokumentasi yang Setiap peserta didik mendapatkan kesempatan
dilakukan oleh peneliti, selama dan setelah sama untuk menunjang timnya guna
tindakan mengenai Penerapan model NHT pada memperoleh nilai maksimal sehingga termotivasi
pembelajaran IPS dengan berbantuan media untuk belajar. Hasil belajar tersebut dapat ketahui
visual telah terbukti dapat meningkatkan hasil melalui tabel rekapitulasi prosentase hasil belajar
belajar pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1 IPS pada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai
Dagangan. Hal ini sesuai pendapat Shoimin berikut;
(2013:108-109) Numbered Heads Together

Tabel. 8 Rekapitulasi Prosentase Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Siklus Nilai rata- Tuntas Ketuntasan Siswa %
rata kelas % Tidak Tuntas

Pra siklus 57,66 3 10% 27 90%

Siklus I 71,00 12 40% 18 60%

Siklus II 79,33 23 76,66% 7 23,33%

Untuk memperjelas peningkatan Hasil digambarkan melalui grafik Hasil belajar IPS
Belajar IPS dari data tabel diatas dapat untuk dibawah ini;

90 79.33
80 71
70 57.66
60 18 23
50 12 7
40
30 27 Siklus I Siklus II
20 nIlai rata-rata Tidak Tuntas
10 3

0
Pra Siklus

Tuntas

Gambar grafik.1 Nilai Hasil Belajar IPS Kelas VIII A

Gambar grafik.1 Hasil Belajar IPS Kelas pemberian treatment pada setiap siklus. Dan
VIII A diatas menggambarkan bahwa penelitian ini berhenti pada siklus II karena
peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPS terus peneliti menganggap bahwa pada siklus II Nilai
mengalami peningkatan sejalan dengan Hasil Belajar IPS telah mencapai ketuntasan

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 78

KKM yaitu sebesar 78 dan ketuntasan kelas Nilai Hasil Aktivitas Siswa pada Siklus I dan
≥75%. Sedangkan pada Hasil Aktivitas Siswa Siklus II sebagai berikut;

dapat diketahui melalui data tabel Rekapitulasi

Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek Penilaian Nilai rata-rata Siklus Peningkatan
I II Siklus I dan II

Kerjasama dalam kelompok 86 103 17

Kemampuan mengeluarkan pendapat dalam diskusi 92 98 6

kelompok

Keberanian bertanya kepada teman dan guru 74 97 23

Kemampuan ketepatan memahami penggunaan media visul 70 104 34

dalam presentasi

Ketepatan menjawab pertanyaan untuk kela 92 95 3

Total nilai 414 497

Nilai rata-rata pencapaian kelas 68,33 85,66 17,33

Berdasarkan data tabel diatas dapat peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan
digambarkan melalui grafik untuk memperjelas siklus II sebagai berikut;

120

100

80

60

40

20

0 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 nilai rata-rata
Aspek 1 kelas

siklus I Siklus II Peningkatan Siklus I dan II

Gambar grafik.2 Aktivitas Siswa siklus I dan Siklus II

Gambar grafik diatas telah menujukan langkah-langkah dalam model pembelajaran
adanya perubahan aktivitas siswa pada siklus I termasuk antusiasnya siswa dalam
ke siklus II. Hal ini disebabkan semakin aktifnya mengguanakan media visual dalam kegiatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti siswa pembelajaran. Selain itu didukung oleh
tidak lagi ragu dalam menyampaikan pendapat, perubahan dari Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
tumbuhnya rasa percaya diri pada siswa, semakin pada siklus I ke siklus II, antara lain melalui data
meningkatnya pemahaman siswa terhadap tabel berikut ini;

Tabel 4.27 Data Prosentase Aktivitas Guru Berdasarkan Cukup Baik, Baik Dan Sangat Baik Pada
Siklus I dan Siklus II

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 79

Aktivitas Kriteria Penilaian Skor
guru max
Cukup Baik Baik Sangat Baik Aspek Total Nilai
Siklus I Jumlah %
Jumlah % Jumlah % 64
--
5 31,25% 11 68,75% 64 = 43 x 100

(5x2 = 10) (11x3 = 33) 64

= 67,18

Siklus II - - 7 43,75% 9 56,25% = 57 x 100
(7x3 =21) (9x4=36) 64

= 89,06

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam bentuk grafik untuk memperjelas
peningkatan Aktivitas Guru berdasarkan Cukup Baik, Baik dan Sangat Baik pada siklus I dan siklus
II sebagai berikut;

100
89.06

90

80 Cukup Baik
68.75 Baik
Sangat Baik
70 Total Nilai

60

50

40

30

20 11 79
0
10 5 0
Siklus II
0

Siklus I

Gambar grafik.3 Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar grafik diatas dapat model NHT dengan berbantuan MEDISU (Media
menggambarkan dan memberikan penjelasan Visual) dapat meningkatkan hasil belajar IPS
bahwa Aktivitas guru mengalami peningkatan pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1
dari siklus I nilai rata-rata sebesar 67,18 Dagangan Kabupaten Madiun pada Tahun
meningkat pada siklus II sebesar 89,06. Pada Pelajaran 2016/2017. Nilai rata-rata hasil belajar
siklus I nilai Aktivitas guru belum optimal IPS dengan penerapan model NHT dengan
karena belum memenuhi nilai ketuntas 78, berbantuan MEDISU (Media Visual) yakni mulai
sehingga perlu adanya perbaikan tindakan untuk pra siklus sampai siklus II mengalami
siklus II. Pada siklus II mengalami peningkatan peningkatan yang signifikan. Prosentase
setelah guru melakukan perbaikan tindakan ketuntasan yang diperoleh pada setiap siklus
seperti memperhatikan aspek-aspek pengajaran mengalami peningkatan. Demikian pula dengan
dalam kegiatan pembelajaran sehingga nilai rata- aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS juga
rata meningkat sebesar 89,06. Hal ini disebabkan mengalami peningkatan pada hasil nilai
adanya perbaikan dan penyempurnaan dari pengamatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus
tindakan guru dalam pembelajaran sehingga II yakni 68,33 dengan kriteri cukup baik dan
mempengaruhi aktivitas pembelajaran dikelas. 85,66 dengan kriteria sangat baik. Aktivitas
Guru pada siklus I dan siklus II juga mengalami
Kesimpulan peningkatan nilai hasil pengamatan Aktivitas
Berdasarkan pelaksanaan penelitian Guru yakni 67,17 dari kriteria cukup baik
menjadi 89,06 dengan kriteria sangat baik.
dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa penenrapan

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 80

Daftar Pustaka
Arikunto,Suharsimi.(2015).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Asmani,JamalMa’mur.(2016).Efektif CooperativeLearning . Yogyakarta: Diva Press
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Kusumah,Wijaya&Dwitagama,Dedi.

(2010).Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Indeks
Majid,Abdul. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman.(2013). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
_______(2016). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi 2.

Cetakan ke 6. Jakarta: Rajagrafindo Pesada.
Shoimin,Aris.(2014).68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.
Solehatin,Etin&Raharjo.(2012).Analisis Model pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

NHT - Wahyu Tri Sayekti, M.Pd, - SMP Negeri 1 Dagangan - Kabupaten Madiun – Halaman 81

PENERAPAN METODE FORUM GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DARING
DI SMP NEGERI 2 SARADAN KABUPATEN MADIUN DI SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Zainal Arifin, Kepala SMP Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: Kompetensi guru, Metode forum group discussion, pembelajaran daring, Whatsapp group.

Pembelajaran daring juga diterapkan di SMP Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun pada pandemi
COVID-19. Banyak kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik dalam pembelajaran daring.
Selain masalah gangguan jaringan, guru juga mengeluhkan bahwa peseta didiknya kurang antusias
belajar. Fokus peserta didik terganggu sebab merasa jika pembelajaran online kurang optimal. Guru dapat
melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial salah satunya
WhatsApp. Fitur-fitur menarik serta mudah pengoperasiannya memungkinkan kegiatan pembelajaran
daring lebih mudah dilaksanakan. Agar dapat terlaksana pembelajaran daring yang baik di SMP Negeri 2
Saradan Kabupaten Madiun, peneliti berupaya melakukan kegiatan pelatihan dengan penerapan metode
Forum Group Discussion. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada siklus I, hanya
1 peserta saja yang memiliki nilai tuntas minimal 75. Adapun nilai peserta secara berturut-turut yaitu 40,
40, 55, 70, 55 dan 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas peserta masih belum melaksanakan
pembelajaran daring dengan tepat. Selanjutnya data hasil pelaksanaan praktek pembelajaran daring di
siklus II menunjukkan bahwa 100% (6) peserta yang memiliki nilai tuntas (minimal nilai 75). Adapun
nilai peserta secara berturut-turut yaitu 85, 80, 75, 80, 80 dan 85. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas peserta sudah melaksanakan pembelajaran daring dengan tepat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode forum group discussion berhasil meningkatkan kompetensi guru
dalam kegiatan belajar mengajar daring di SMP Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun di semester genap
tahun pelajaran 2019/2020.

Pendahuluan menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar
Penyebaran pandemi virus corona atau
dari rumah melalui pembelajaran daring.
COVID-19 telah memberikan tantangan
tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun
Untuk mengantisipasi penularan virus tersebut
pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti peserta didik merupakan tuntutan dari
social distancing, physical distancing, hingga
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan
Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk
tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan pembelajaran daring ini memerlukan perangkat
beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan
tersebut membuat sektor pendidikan seperti pendukung seperti komputer atau laptop, dan alat
sekolah menghentikan proses pembelajaran
secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses bantu lain sebagai perantara yang tentu saja harus
pembelajaran dilaksanakan secara daring yang
bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing terhubung dengan koneksi internet.
peserta didik.
Pembelajaran Daring adalah
Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud
Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan peralatan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran corona virus disease (COVID-19) elektronik jaringan (LAN, WAN, atau internet)

untuk menyampaikan materi pembelajaran,

interaksi, maupun bimbingan. Guru harus

memastikan kegiatan belajar mengajar tetap

berjalan meskipun peserta didik berada di rumah.

Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media

pembelajaran sebagai inovasi dengan

memanfaatkan media daring (online).

Guru dapat melakukan pembelajaran

bersama diwaktu yang sama menggunakan grup

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 82

di media sosial seperti WhatsApp, Google Kelas, didefinisikan sebagai suatu diskusi yang
aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai
media pembelajaran. WhatsApp (WA) sudah suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006)
sangat familier penggunaannya di kalangan mendefinisikan Forum Group Discussion adalah
masyarakat. WhatsApp (WA) menyajikan suatu proses pengumpulan data dan informasi
beberapa fitur yang menarik serta mudah yang sistematis mengenai suatu permasalahan
pengoperasiannya. Fitur-fitur tersebut meliputi tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
penyampaian pesan perorangan, penyampaian kelompok.
pesan dalam grup, melampirkan video,
melampirkan foto, melampirkan file dalam Kajian Teori
bentuk pdf ataupun word, panggilan suara dan Pembelajaran Daring
video conference. Serta mengirimkan pesan suara
dan WhatsApp (WA) relatif lebih murah jika Pembelajaran daring bertujuan untuk
dibandingkan aplikasi yang lain. Dengan memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan:
demikian, guru dapat memastikan peserta didik 1) menyediakan banyak sumber belajar yang
mengikuti pembelajaran dalam waktu yang mudah diakses; 2) pembelajaran yang fleksibel
bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. metode, tempat, dan waktunya; 3) bisa
sepenuhnya daring, bisa kombinasi daring dan
Pembelajaran daring juga diterapkan di luar jaringan (luring)—tatap muka fisik
SMP Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun. konvensional.
Metode pembelajaran yang biasanya melalui
kegiatan tatap muka secara langsung kini Pembelajaran daring merupakan
berganti dengan tatap muka online. Banyak pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan
kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta tatap muka, tetapi melalui platform yang telah
didik dalam pembelajaran daring. Selain masalah tersedia. Segala bentuk materi pelajaran
gangguan jaringan, guru juga mengeluhkan didistribusikan secara online, komunikasi juga
bahwa peseta didiknya kurang antusias belajar. dilakukan secara online, dan tes juga
Fokus peserta didik terganggu sebab merasa jika dilaksanakan secara online. Daring juga
pembelajaran online kurang optimal. Sering menyatakan kondisi pada suatu alat perlengkapan
terjadi kesimpang siuran informasi yang atau suatu unit fungsional. Sebuah kondisi
disampaikan dalam kegiatan pembelajaran daring dikatakan daring apabila memenuhi beberapa
baik dari guru maupun peserta didik. Banyak persyaratan sebagai berikut.
peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas 1) Di bawah pengendalian langsung dari alat
dan tidak jujur dalam mengerjakan tugas.
yang lainnya
Dengan demikian guru dituntut mampu 2) Di bawah pengendalian langsung dari sebuah
merancang dan mendesain pembelajaran daring
yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan sistem
perangkat atau media daring yang tepat dan 3) Tersedia untuk penggunaan segera atau real
sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun
dengan pembelajaran daring akan memberikan time
kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi 4) Tersambung pada suatu sistem dalam
materi yang akan diajarkan, namun guru harus
mampu memilih dan membatasi sejauh mana pengoperasiannya
cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada 5) Bersifat fungsional dan siap melayani
materi dan metode belajar yang digunakan.
Selama pelaksanaan moda daring, peserta
Salah satu upaya yang dilakukan peneliti didik memiliki keleluasaan waktu untuk
selaku kepala sekolah yaitu dengan mengadakan belajar. Peserta didik dapat belajar kapan pun
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan dan dimana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan
profesionalisme guru dalam pembelajaran daring waktu. Peserta didik juga dapat berinteraksi
dengan metode Forum Group Discussion. Forum dengan guru pada waktu yang bersamaan, seperti
Group Discussion secara sederhana dapat menggunakan videocall atau live
chat. Pembelajaran daring dapat disediakan
secara elektronik menggunakan forum
atau message.

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 83

Metode Forum Group Discussion yaitu lembar observasi terhadap peneliti dan
Forum Group Discussion secara lembar observasi terhadap peserta. Tes yang
digunakan adalah melaksanakan pembelajaran
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu daring dengan media yang sudah diterapkan yaitu
diskusi yang dilakukan secara sistematis dan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp.
terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Pembelajaran daring diterapkan pada mata
Irwanto (2006) mendefinisikan Forum Group pelajaran yang diampu masing-masing peserta.
Discussion adalah suatu proses pengumpulan
data dan informasi yang sistematis mengenai Langkah untuk menganalisis data
suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik observasi terhadap aktivitas peserta penelitian
melalui diskusi kelompok. saat proses penelitian adalah: 1) menjumlahkan
nilai observasi tiap peserta; 2) menjumlahkan
Kriteria untuk terlaksanya Forum Group total nilai observasi peserta dalam satu siklus; 3)
Discussion yang efektif Menurut Laurike (2018): menentukan nilai rata-rata peserta.
luas, kekhususan, kedalaman,dan konteks
personal. Forum Group Discussion harus Indikator keberhasilan dalam penelitian
meliputi sebanyak mungkin topik yang relevan, ini adalah terjadi peningkatan profesionalisme
harus menghasilkan data yang sekhusus guru dalam pembelajaran daring. Peningkatan
mungkin, harus mendorong terjadinya interaksi profesionalisme dilihat dari nilai yang didapat
yang dapat menggali perasaan-perasaan peserta oleh peserta. Penelitian dianggap berhasil jika
diskusi sedalam mungkin, dan harus seluruh peserta (100%) mampu melaksanakan
memperhitungkan konteks personal yang di pembelajaran daring dengan nilai minimal 75.
gunakan peserta diskusi dalam memunculkan
responnya terhadap suatu topik. Hasil Penelitian
Siklus I
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Peneliti menyampaikan langkah-langkah
metode pelatihan yang akan diterapkan. Peneliti
Saradan Kabupaten Madiun yang merupakan meminta peserta membentuk forum dengan posisi
sekolah peneliti, dan waktu penelitian adalah duduk meja kotak. Posisi duduk meja kotak
bulan Maret sampai dengan Mei 2020. Subjek bertujuan agar peserta lebih mudah untuk
penelitian ini adalah guru yang menjadi peserta berdiskusi. Kemudian, peneliti menyampaikan
penelitian sebanyak 6 guru SMP Negeri 2 materi mengenai pembelajaran daring. pada
Saradan Kabupaten Madiun berdasarkan pertemuan ke 1 ini, masih ada peserta yang
rekomendasi Waka Kurikulum dan hasil angket. datang terlambat mengikuti kegiatan
Adapun objek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, peserta diberi
kegiatan belajar mengajar daring berdasarkan kesempatan untuk mendiskusikan materi tentang
pengalaman terbaik masing-masing guru sebagai pembelajaran daring. Peneliti dan peserta
peserta pelatihan. memilih aplikasi yang akan digunakan untuk
pembelajaran daring. Peserta dan peneliti
Sumber data untuk penelitian ini adalah menyepakati bahwa aplikasi whatsapp yang
guru-guru peserta penelitian di SMP Negeri 2 akan digunakan untuk pembelaajaran daring.
Saradan Kabupaten Madiun. Data yang diperoleh Alasan penggunaan whatsapp sebagai aplikasi
dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan pembelajaran lebih mudah dan menyediakan
data kuantitatif yang terdiri dari hasil tugas fitur-fitur pendukung pembelajaran. Adapun fitur
peserta penelitian dan hasil observasi. tersebut yaitu video call, kirim gambar serta
kirim video dan link pembelajaran. Diakhir
Pembagian angket prasiklus betujuan kegiata pelatihan, peneliti sebagai moderator
untuk menentukan peserta sebagai subjek memberikan klarifikasi terhadap diskusi peserta.
penelitian tindakan sekolah ini. Angket pretest Peserta diberikan tugas oleh peneliti untuk
dibagikan sebelum menentukan tindakan. menerapkan pembelajaran daring pada kelas
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh masing-masing peserta.
kolaborator dengan cara melakukan pengamatan
dan pencatatan mengenai proses kegiatan Peneliti melakukan obsrvasi terhadap
pelatihan. Lembar observasi yang digunakan

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 84

kegiatan pembelajaran daring yang diterapkan telah disepakati pada siklus I yaitu whatsapp
oleh peserta. Untuk kegiatan praktek ini group masih dilanjutkan di siklus II. Kemudian,
dilakukan selama dua minggu. Memeriksa materi peserta diberi kesempatan untuk bertanya
dan soal yang akan diberikan guru kepada peserta mengenai hal-hal yang belum dipahami. Adapun
didik. Pembelajaran daring dilakukan peserta masalah yang muncul masih seputar jaringan
melalui aplikasi whatsapp group. Adapun internet dan keterlambatan peserta dalam
pembelajaran tersebut berupa pemberian materi mengumpulkan tugas. Begitupun saat absensi
ajar, tes kognitif dan memberikan penilaian hasil banyak peserta didik masih acuh. Peneliti
tugas kepada peserta didik masing-masing. bersama peserta lainnya memberi masukan
Peneliti juga memberikan kesempatan kepada terhadap permasalahan yang muncul pada
peserta untuk bertanya tentang permasalahan pembelajaan daring di siklus I. Kemudian,
yang dihadapi oleh guru. Sementara itu, peserta peniliti meminta peserta menerapkan
menerima masukan dari guru agar pembelajaran pembelajaraan daring sesuai dengan pelatihan
daring lebih baik. Peeliti dan peserta juga yang telah diberikan dari pertemuan sebelumnya.
memeriksa respon peserta didik atau wali murid.
Hal ini dilakukan agar terjadi perbaikan terhadap Peneliti melakukan pengawasan terhadap
pembelajaran daring yang telah belangsung di pelaksanaan pembelajaran daring untuk
era pandemi ini. dievaluasi pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan
praktek pembelajaran daring berlangsung selama
Peneliti bersama peserta membuat forum dua minggu. Peserta juga menerima masukan
dengan posisi duduk meja kotak. Masing-masing serta respon dari peserta didik atau wali murid
peserta diminta menyampaikan kendala yang agar selalu ada perbaikan pembelajaran daring.
dialaminya selama pembelajaran daring secara
bergantian. Beberapa peserta mengungkapkan Peneliti bersama peserta membuat forum
bahwa, masih ada peserta didiknya yang telat dengan posisi duduk meja kotak. Peneliti
mengumpulkan tugas. Bahkan sebagian dari meminta peserta melaporkan perkembangaan
peserta didik tidak mengumpulkan hasil tugas pembelajaran daring yang telah dilakukan.
yang telah diberikan. Peneliti memberikan Peserta menyampaikan bahwa pelaksanaan
kesempatan pada peserta forum untuk pembelajaran daring lebih sistematis daripada
memberikan masukan terhadap permasalahan siklus sebelumnya. Peserta juga menyatakan jika
peserta lainnya. Adapun masukan peserta antara penugasan dan penialain tugas belajar daring
lain meminta peserta memberikan deadline atas sudah lebih baik saat disampaikan pada peserta
tugas yang diberikan. didik. Penggunaan video maupun link
pembelajaran juga dirasakan lebih membantu
Pada siklus I terlihat bahwa peserta peserta dalam menyampaikan materi belajar.
kurang berkonsentrasi ketika peneliti Kemudian, peneliti mengevaluasi hasil tugas
menyampaikan materi. Selain itu, beberapa masing-masing peserta. Setiap peserta diminta
peserta masih datang terlambat saat pelatihan. mencatat beberapa evaluasi yang disampaikan
Kemudian, beberapa peserta belum memberikan oleh peneliti. Peneliti memberi kesempatan
penilaian terhadap hasil tugas peserta didik kepada peserta untuk bertanya apabila ada hal
yang masih belum dipahami. Beberapa peserta
Siklus II aktif memberikan pertanyaan dan masukan
Pelaksanan pertemuan di siklus II tidak terhadap masalah yang dialami peserta lainnya.
Peneliti memberi klarifikasi atas pertanyaan yang
jauh berbeda dengan siklus I. Pada awal disampaikan peserta.
pertemuan, peneliti menyampaikan langkah-
langkah metode pelatihan yang akan diterapkan Banyak perubahan positif yang terjadi
yaitu Forum Group Discussion. Peneliti pada siklus II. Refleksi yang diperoleh dari
menyampaikan materi mengenai pembelajaran kegiatan siklus II ini telah menunjukkan bahwa:
daring. Peserta pelatihan telah tertib mengikuti 1) peserta datang tepat waktu; 2) peserta telah
kegatan pelatihan. Peneliti dan peserta memilih aktif dan jelas dalam mempresentasikan laporan
aplikasi yang akan digunakan untuk pembelajaran daring; dan 3) peserta aktif
pembelajaran daring. Aplikasi yaang dipilih dan memberikan masukan terhadap presentasi teman

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 85

lainnya. hanya mampu memberikan penugasan kognitif
tanpa memberikan pengetahuan psikomotor serta
Hasil Penelitian afektif dalam pelaksanaan pembelajaran daring.
Penelitian Tindakan Sekolah ini Kekurangan yang masih sering ditemui pada
pembelajaran daring yang dilakukan peserta yaitu
difokuskan untuk mengupayakan peningkatan tidak menuliskan tanggal pada saat memberikan
kemampuan guru dalam melaksanakan penugasan serta tidak mencantumkan deadline
pembelajaran daring di SMP Negeri 2 Saradan terhadap tugas tersebut. Akibatnya, masih ada
Kabupaten Madiun di semester genap tahun peserta didiknya yang telat mengumpulkan tugas.
pelajaran 2019/2020. Untuk melihat ketercapaian Bahkan sebagian dari peserta didik tidak
adalah 100% peserta tuntas dengan nilai tugas mengumpulkan hasil tugas yang telah diberikan.
minimal 75 dalam melaksanakan pembelajaran Hasil penilaian pelaksaan pembelajaran daring di
daring dengan tepat. Pelaksanaan pembelajaran siklus I masih belum memenuhi indikator
daring yang tepat dalam penelitian ini yaitu keberhasilan dalam penelitian.
mampu:
1. mengirimkan video sesuai dengan kapasitas Penelitian dilanjutkan pada siklus II
menggunakan metode Forum Group Discussion
whatsapp yang sudah ditentukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
2. mengirimkan foto gambar tugas pada peserta dalam melaksanakan pembelajaran
daring. Pada siklus II, peserta telah tertib
whatsapp group atau personal mengikuti kegitan pelatihan ini. Peserta mulai
3. membagikan link dalam pesan whatsapp mengungkapkan masalah dan kendala yang
dihadapi setelah praktek pembelajaran di
group atau personal pertemuan 2 sampai dengan pertemuan 5. Selama
4. mencantumkan salam pembuka di tugas pelaksanaan pembelajaran daring, peserta mulai
5. mengingatkan peserta didik untuk berdoa mampu memberikan materi maupun tugas berupa
video kepada peserta didiknya masing-masing.
sebelum melakukan pekerjaan Peserta juga mampu mengirimkan link
6. menuliskan tanggal di tugas pembelajaraan untuk memudahkan peserta didik
7. menuliskan materi pelajaran di tugas mendapat referensi materi pembelajaran.
8. menuliskan halaman di tugas Beberapa peserta juga telah mencantumkan
9. memberikan batas tanggal pengerjaan tugas deadline setiap memberikan penugasan di kelas
10. memberi kalimat penutup yang dapat onlinenya. Selain itu, peserta juga menerima
respon serta masukan dari peserta didik ataupun
memotivasi peserta didik wali murid atas kegiatan pembelajaran yang
11. memberikan tugas psikomotorik kepada dilaksanakan. Sehingga kegiatan pembelajaran
daring berjalan dengan lebih baik di siklus II.
peserta didik
12. memberikan tugas kognitif kepada peserta Setelah dilaksanakannya siklus II maka
diketaahui bahwa 100% (6) peserta tuntas dari
didik nilai KKM yang ditentukan. Indikator
13. memberikan tugas afektif kepada peserta keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi
peningkatan kemampuan guru dalam
didik pembelajaran daring. Penelitian dianggap
14. membuat kolom penilaian yang terdiri dari: berhasil jika seluruh peserta (100%) mampu
melaksanakan pembelajaran daring dengan nilai
nomor absen, nama, tanggal diberikannya minimal 75. Dengan demikian dapat disimpulkan
tugas, dan nilai. bahwa hasil pada siklus II telah mencapai
indikator keberhasilan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan kemampuan peserta Penutup
pelatihan dalam melaksanakan pembelajaran Pembelajaran daring diterapkan di SMP
daring. Pada siklus I, nilai masing-masing peserta
belum 100% peserta melaksanakan pembelajaran
daring dengan tepat. Beberapa kendala masih
ditemui peserta seperti kesulitan membuat video
yang sesuai dengan ketentuan kapasitas pada
aplikasi whatsapp group. Selain itu, beberapa
peserta masih monoton dalam memberikan tugas
berupa bahan bacaan di buku siswa masing-
masing peserta didik. Sebagian peserta juga

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 86

Negeri 2 Saradan Kabupaten Madiun pada dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai
pandemi COVID-19. Banyak kendala yang suatu isu atau masalah tertentu, diharapkan
dihadapi oleh guru dan peserta didik dalam mampu meningkatkan kompetensi guru dalam
pembelajaran daring. Selain masalah gangguan kegiatan belajar mengajar daring di SMP Negeri
jaringan, guru juga mengeluhkan bahwa peseta 2 Saradan Kabupaten Madiun di semester genap
didiknya kurang antusias belajar. Fokus peserta tahun pelajaran 2019/2020 dengan penerapan
didik terganggu sebab merasa jika pembelajaran metode forum group discussion.
online kurang optimal.
Hasil penelitian yang telah dilakukan
Guru dituntut mampu merancang dan menunjukkan bahwa pada siklus I, hanya 1
mendesain pembelajaran daring yang ringan dan peserta saja yang memiliki nilai tuntas minimal
efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau 75. Adapun nilai peserta secara berturut-turut
media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yaitu 40, 40, 55, 70, 55 dan 75. Hal tersebut
yang diajarkan. Selain itu, guru harus mampu menunjukkan bahwa mayoritas peserta masih
memilih dan membatasi sejauh mana cakupan belum melaksanakan pembelajaran daring
materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dengan tepat. Selanjutnya data hasil pelaksanaan
dan metode belajar yang digunakan. Guru dapat praktek pembelajaran daring di siklus II
melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang menunjukkan bahwa 100% (6) peserta yang
sama menggunakan grup di media sosial salah memiliki nilai tuntas (minimal nilai 75). Adapun
satunya WhatsApp. Fitur-fitur menarik serta nilai peserta secara berturut-turut yaitu 85, 80,
mudah pengoperasiannya memungkinkan 75, 80, 80 dan 85. Hal tersebut menunjukkan
kegiatan pembelajaran daring lebih mudah bahwa mayoritas peserta sudah melaksanakan
dilaksanakan. pembelajaran daring dengan tepat.

Agar dapat terlaksana pembelajaran Dengan demikian dapat disimpulkan
daring yang baik di SMP Negeri 2 Saradan bahwa penerapan metode forum group discussion
Kabupaten Madiun, peneliti berupaya melakukan berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam
kegiatan pelatihan. Penerapan metode Forum kegiatan belajar mengajar daring di SMP Negeri
Group Discussion yang secara sederhana dapat 2 Saradan kabupaten Madiun di semester genap
didefinisikan sebagai suatu diskusi yang tahun pelajaran 2019/2020.

Daftar Pustaka
Irwanto. 2006. Focus Group Discussion. Pustaka Yayasan Obor Indonesia.
[Kemendikbud] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013.

Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Laurike Moeliono. 2018. Focus Group Discussion Edisi Revi. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: UNY.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

FGD - Zainal Arifin - SMP Negeri 2 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 87

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE PADA SISWA KELAS VII F
SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SMPN 1 DOLOPO MADIUN

Oleh : Hery Murotibah, Guru SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun

ABSTRAK
Kata kunci :Prestasi Belajar Model Pembelajaran Question Student Have

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam
kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain.

Pembelajaran kooperatif tipe Question Student Have merupakan teknik yang tidak menakutkan
yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa (Hisyam Zaini, dkk, 2008:17).Model
pembelajaran ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara tertulis.

Adapun salah satu materi IPA yang perlu dikuasai oleh siswa kelas VII semester gasal di SMP
adalah Keanekaragaman Makhluk Hidup. Menurut Sugiarto, Teguh (2008:204) di bumi keanekaragaman
makhluk hidup sangat beranekaragam dan semakin lama terus bertambah. Dengan adanya makhluk hidup
yang jumlahnya berjuta-juta maka kita akan kesulitan untuk mempelajarinya. Untuk mempermudah
mempelajari kompleksnya keanekaragaman makhluk hidup, manusia berusaha menyederhanakan obyek
yang beranekaragam dengan mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

Dari deskripsi hasil penelitian dengan model pembelajaran Question Student Have pada siklus I
dan Siklus II yang telah dilakkan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran
Question Student Have dapat meningkatkan prestasi belajar IPA, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai
rata-rata tes pada siklus I adalah 67 dan rata-rata tes pada siklus II adalah 83,5, sehingga terjadi peningkatan
sebesar 16,5. Prosentase ketuntasan pada siklus I adalah 59,38% dan prosentase ketuntasan pada siklus II
adalah 87,5%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 28,12 %.

Pendahuluan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.
Siswa dikatakan tuntas belajar bila telah Keanekaragaman makhluk hidup dapat

mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria ditemukan dalam kehidupan siswa sehari-hari dan
Ketuntasan Minimal) atau nilai 75 sedangkan selalu diberikan kepada siswa SMP kelas VII dari
siswa yang tidak tuntas bila mendapatkan nilai tahun ke tahun, namun demikian nilai yang
dibawah 75 (Kurikulum SMP Negeri 1 Dolopo diperoleh belum dapat memuaskan penulis.
Madiun, 2008:44). Berdasarkan analisis ulangan harian 3 tahun
terakhir ini dapat diketahui bahwa persentase
Keanekaragaman Makhluk Hidup ini ketuntasan hasil belajar siswa masih dibawah
merupakan salah satu materi yang dipelajari oleh 54%. Pada saat pembelajaran siswa tidak aktif,
siswa SMP kelas VII. Menurut Sugiyarto, Teguh siswa tidak mau bertanya pada guru saat
(2008:204) di bumi keanekaragaman makhluk diterangkan walaupun belum faham, siswa tidak
hidup sangat beranekaragam dan semakin lama mau menjawab bila ditanya oleh guru, dan
terus bertambah. Dengan adanya makhluk hidup cenderung diam atau asyik ngobrol dengan teman
yang jumlahnya berjuta-juta maka kita akan sebangku.
kesulitan untuk mempelajarinya. Untuk
mempermudah mempelajari kompleksnya Ketidak tuntasan belajar siswa secara
keanekaragaman makhluk hidup, manusia klasikal disebabkan karena: (1) materi
berusaha menyederhanakan obyek yang keanekaragaman makhluk hidup sangat kompleks,
beranekaragam dengan mengklasifikasika (2) siswa kurang aktif bertanya bila kurang

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 88

memahami materi dalam pembelajaran, (3) guru 1. Guru mempresentasikan garis besar materi
sudah berusaha maksimal agar siswanya yang akan dipelajari.
memahami materi namun demikian jumlah siswa
yang tuntas masih di bawah 54%. 2. Membagi kelas menjadi 8 kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa yang bersifat
Berdasarkan masalah yang telah heterogen.
dikemukakan, peneliti mencoba mencari
alternative pemecahan masalah melalui penelitian 3. Bagikan potongan kartu kosong kepada setiap
yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Ipa siswa dalam setiap kelompok.
Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Dengan Model Pembelajaran Question Student 4. Mintalah siswa menulis beberapa pertanyaan
Have Pada Siswa Kelas VII-F Semester Gasal yang mereka miliki tentang hal-hal yang
Tahun Pelajaran 2018/2019 SMPN 1 Dolopo sedang dipelajari. Dalam setiap kelompok,
Madiu.”. putarlah kartu tersebut searah jarum jam.

Sesuai dengan namanya Question Student 5. Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota
Have merupakan model pembelajaran kooperatif kelompok, anggota tersebut harus
yang dikembangkan untuk melatih siswa membacanya dan memberikan tanda cek (√)
mengungkapkan pertanyaan, dimana guru jika pertanyaan tersebut dianggap penting.
memberikan waktu dan ruang yang luas untuk Perputaran berhenti sampai kartu tersebut
siswa bertanya.Siswa tidak hanya diberikan kembali pada pemiliknya masing-masing.
keterampilan dalam kelompok tetapi juga harus
terlatih dalam bertanya. Seperti yang diungkapkan 6. Tiap pemilik kartu dalam kelompok harus
(Agus Suprijono, 2010:102) tanya jawab memeriksa pertanyaan-pertanyaan mana yang
merupakan proses transaksi gagasan atau mendapatkan suara terbanyak. Setelah itu
intersubyektif dalam rangka membangun dibandingkan dengan perolehan anggota lain
pengetahuan. dalam satu kelompok. Pertanyaan yang
mendapatkan suara terbanyak (terbanyak 1 dan
Kajian Teori 2) kini menjadi milik kelompok.
Model Pembelajaran Question Student Have
(QSH) 7. Setiap kelompok melaporkan secara tertulis
pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok
Model pembelajaran kooperatif banyak kepada guru.
macamnya, salah satunya adalah Question Student
Have(QSH). Tipe Question Studen Have 8. Guru melakukan pemeriksaan terhadap
dikembangkan untuk melatih siswa agar memiliki pertanyaan dari tiap-tiap kelompok.
kemampuan bertanya dan keterampilan bertanya, Pertanyaan yang sudah diseleksi oleh guru
keterampilan ini penting seperti yang dikembalikan kepada siswa untuk di
diungkapkan (Agus Suprijono, 2010:102) diskusikan dan dijawab secara kelompok.
pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika
siswa tidak mempunyai kompetensi bertanya 9. Guru memberikan evaluasi.
jawab. Pembelajaran kooperatif membutuhkan Setiap model pembelajaran mempunyai
dukungan siswa baik berupa pengetahuan awal
maupun kemampuan bertanya. kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
pembelajaran kooperatuf tipe Question Student
Pembelajaran kooperatif tipe Question Have, berikut kelebihan dan kekurangannya:
Student Have merupakan teknik yang tidak Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Question
menakutkan yang dapat dipakai untuk mengetahui Student Have:
kebutuhan dan harapan siswa (Hisyam Zaini, dkk, 1. Siswa mempunyai keterampilan atau
2008:17).Model pembelajaran ini menggunakan
elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa kebiasaan bertanya walau hanya sekedar lewat
secara tertulis. Berikut langkah-langkah model tulisan
pembelajaran Question Student Have: 2. Mengembangkan hubungan antar siswa dari
latar belakang etnik yang berbeda.
3. Saling membantu sama lain.
4. Siswa termotivasi dalam belajar dan siswa
akan mendapat kemudahan dalam menerima
dan memahami materi yang diajarkan karena
terjadi timbal balik antara siswa dan guru.

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 89

5. Siswa tidak hanya mendengarkan tetapi perlu disampaikan kepada siswa dalam
membaca, menulis, berdiskusi dan mendorong pembelajaran.
siswa untuk berpikir dalam memecahkan suatu 2. Membuat rencana pembelajaran dengan
soal dan menilai penguasaan siswa tentang mengacu pada tindakan yang akan diterapkan
bahan pelajaran, membangkitkan minat siswa dalam PTK.
sehingga akan menimbulkan keinginan untuk 3. Membuat instrumen yang digunakan dalam
mempelajarinya juga menarik perhatian siswa siklus PTK
dalam belajar. 4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Pelaksanaan Tindakan
a. Guru mempresentasikan materi.
Question Student Have: b. Membagi kelas menjadi 4 kelompok. Jumlah
1. Dengan dibentuk kelompok kelas menjadi kelompok sebaiknya disesuaikan dengan
jumlah peserta didik.
gaduh. c. Bagikan potongan kartu kosong kepada setiap
2. Dalam mengerjakan soal akan didominasi oleh peserta didik dalam setiap kelompok.
d. Mintalah peserta didik menulis beberapa
siswa yang pandai. pertanyaan yang mereka miliki tentang hal-hal
3. Tidak semua pertanyaan siswa akan terjawab. yang sedang dipelajari. Dalam setiap
4. Membutuhkan waktu yang lama. kelompok, putarlah kartu tersebut searah jarum
jam.
Metode Penelitian e. Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota
Setting Penelitian kelompok, anggota tersebut harus
Tempat Penelitian membacanya dan memberikan tanda (√) jika
pertanyaan tersebut dianggap penting.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan Perputaran berhenti sampai kartu tersebut
di kelas VII F semester Gasal SMPN 1 Dolopo. kembali pada pemiliknya masing-masing.
Berdasarkan letak geografis SMPN 1 Dolopo f. Tiap pemilik kartu dalam kelompok harus
berlokasi di desa Bangunsari , Kecamatan Dolopo, memeriksa pertanyaan-pertanyaan mana yang
Kabupaten Madiun. mendapatakan suara terbanyak. Setelah itu
Waktu Penelitian dibandingkan dengan perolehan anggota lain
dalam satu kelompok. Pertanyaan yang
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mendapatkan suara terbanyak kini menjadi
pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019. milik kelompok.
Siklus Penelitian g. Setiap kelompok melaporkan secara tertulis
pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok
Penelitian tindakan kelas rencananya akan kepada guru.
dilaksanakan melalui dua siklus atau lebih. h. Guru melakukan pemeriksaan terhadap
Subyek Penelitian pertanyaan dari tiap-tiap kelompok.
Pertanyaan yang sudah diseleksi oleh guru
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dikembalikan kepada peserta didik untuk di
menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII diskusikan dan dijawab secara kelompok.
F semester gasal yang terdiri dari 32 siswa dengan i. Guru memberikan evaluasi.
komposisi 24 siswa perempuan dan 8 siswa laki- Observasi
laki. Dalam penelitian dibantu seorang Observasi dilakukan terhadap :
kolaborator, yaitu guru IPA yang mengajar siswa a. Aktivitas siswa dalam menerima materi dari
kelas VII. guru
Prosedur Penelitian b. Aktivitas siswa dalam bertanya
c. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini d. Aktivitas siswa dalam berpendapat
melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut terdiri
dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan tindakan (observasi), dan refleksi.

Siklus I
Perencanaan Tindakan
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk

mengetahui kompetensi dasar yang akan

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 90

e. Kemampuan dalam melaporkan hasil jawaban X = Nilai rata-rata
diskusi di depan kelas
 X = Jumlah nilai
Refleksi Terhadap Tindakan
Refleksi merupakan uraian tentang N = Banyaknya siswa
Data kualitatif dan kuantitatif tersebut
prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan
refleksi berkaitan dengan proses dan dampak dianalisis kemudian dikaitkan, sebagai dasar
tindakan kenaikan aktivitas yang dilaksanakan untuk menentukan keberhasilan dalam
serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus penerapan model pembelajaran Question
berikutnya. Student Have, yang ditandai dengan
peningkatan aktivitas siswa selama mengikuti
Sumber Data kegiatan belajar mengajar dan diiringi dengan
Data kualitatif : peningkatan prestasi belajar.
Hasil pengamatan terhadap siswa dalam proses
belajar mengajar (lembar observasi) Indikator Keberhasilan
Data kuantitatif : 1. Tes : secara individu rata-rata nilai ulangan ≥
a. Daftar nilai siswa
b. Hasil tes 75, dan secara klasikal siswa tuntas sebesar
75% dari jumlah siswa.
Teknik Pengumpulan Data 2. Observasi : keaktivan siswa dalam proses
Adapun teknik pengumpulan data dalam pembelajaran sebesar 50%.

penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan Apabila pada siklus I indikator kinerjanya
cara observasi, dokumentasi dan tes. belum tercapai, maka dilanjutkan pada siklus
berikutnya.

Analisis Data Hasil Penelitian
1. Data kualitatif adalah data yang tidak
Siklus 1
berbentuk angka dan diperoleh dari
pengamatan, wawancara atau bahan tertulis. Perencanaan Penelitian
Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh
dari observasi yang diklasifikasi berdasarkan 1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis.
Hasil tersebut dianalisis dengan rumus : mengetahui kompetensi dasar yang akan

P =  F  X 100% ( Anas sudijono, 2009 : 43 disampaikan kepada siswa dalam
N
pembelajaran.
)
Keterangan : 2) Membuat Rencana Pelakasanaan
P = Nilai Prosentase
F = Frekuensi Pembelajaran ( RPP )
N = Jumlah Subyek Penelitian
2. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk 3) Membuat instrumen yang digunakan dalam
angka yang diperoleh dari hasil pengukuran
angket atau tes. Dalam hal ini peneliti siklus PTK.
menjumlah nilai yang diperoleh siswa, untuk
mengetahui nilai rata-rata siswa yang diperoleh 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
dalam satu kelas. Nilai rata-rata tes dapat
dirumuskan sebagai berikut : Pelaksanaan Penelitian

X 1) Guru secara garis besar mempresentasikan

X = ( Husaini dan akbar, 2009 : 89 ) materi pembelajaran.
N
2) Membagi kelas menjadi 4 kelompok
Keterangan :
3) Guru membagikan potongan kertas kosong

kepada setiap peserta didik dalam setiap

kelompok.

4) Setiap peserta didik menulis pertanyaan yang

mereka miliki yang berkaitan dengan prisma

dan limas. Dalam setiap kelompok memutar

kartu tersebut searah jarum jam.

5) Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota

kelompok, anggota tersebut harus membaca
dan memberikan tanda (√) jika pertanyaan

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 91

tersebut dianggap penting. Perputaran berhenti kepada siswa untuk didiskusikan dan dijawab
sampai kartu tersebut kembali pada pemiliknya secara kelompok.
masing-masing. 9) Guru melakukan evaluasi.
6) Setiap pemilik kartu memeriksa pertanyaan
yang mendapatkan suara terbanyak. Observasi
Pertanyaan yang mendapatkan suara terbanyak Pada pelaksanaan observasi tentunya
yang menjadi milik kelompok.
7) Setiap kelompok melaporkan secara tertulis tidak dapat bekerja sendiri.Dalam hal ini dibantu
pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok oleh kolabolator yang bertugas membantu
kepada guru. pengisian lembar observasi perubahan
8) Guru memeriksa pertanyaan dari tiap peningkatan aktivitas dan motivasi belajar siswa.
kelompok, setelah itu pertanyaan dikembalikan Berikut hasil pengamatan berdasarkan lembar
observasi pada siklus I :

Tabel 2 Hasil observasi aktivitas siswa dengan model pembelajaran Question Student Have siklus I

No. Jenis Aktivitas Pengamatan Frekuensi Frekuensi
Relatif

1. Aktivitas siswa dalam a. Memperhatikan 23 71,9 %
6 18,8 %
menerima materi dari guru b. Kurang memperhatikan

c. Tidak memperhatikan 3 9,3%

2. Aktivitas siswa dalam a. Dengan suka rela 14 43,8%
bertanya b. Ditunjuk oleh guru 9 28,1%

c. Tidak ada moivasi bertanya 9 28,1%

3. Aktivitas siswa dalam a. Bersungguh-sungguh 18 56,2%

kelompok b. Kurang bersungguh-sungguh 8 25 %

c. Tidak berdungguh-sungguh 6 18,8%

4. Aktivitas siswa dalam a. Baik 19 59,3 %

berpendapat b. Cukup 7 21,9 %

c. Kurang 6 18,8 %

5. Kemampuan siswa dalam a. Baik 9 28,1 %
melaporkan hasil jawaban b. Cukup 7 21,9 %

diskusi di depan kelas c. kurang 16 50 %

Berdasarkan tabel observasi di atas dapat Tes Siklus I
disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang Tes siklus I bertujuan untuk mengetahui
memperhatikan dalam menerima materi dari guru
sebesar 71,9 %, aktivitas siswa yang bertanya tingkat keberhasilan dari hasil belajar mengajar
dengan suka rela sebesar 43,8 %, aktivias siswa dengan model pembelajaran Question Student
yang bersungguh-sungguh dalam kelompok Have. Tes siklus I yang digunakan dalam tahap ini
sebesar 56,2%, aktivitas siswa yang berpendapat sebanyak 10 soal yang berbentuk essay, dengan
baik sebesar 59,3 %, dan aktivitas siswa yang baik cara penilaian setiap nomor soal mempunyai
dalam melaporkan hasil jawaban diskusi di depan rentang nilai 0-20.
kelas sebesar 28,1 %.
Berikut ini hasil tes siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Question
Student Have:

Tabel 3 Hasil tes siklus I

No. L/P Nama Siswa Nilai tes (siklus I) Keterangan
55 Tidak tuntas
1. P Adhilla Velia P. 75
Tuntas
2. P Alfi Nastiti M.

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 92

No. L/P Nama Siswa Nilai tes (siklus I) Keterangan
45 Tidak tuntas
3. L Andie Kurniawan 45 Tidak tuntas
75
4. L Anggara Trestya N. 57 Tuntas
60 Tidak tuntas
5. P Afrillia Mahfudoh 83 Tidak tunas
63
6. L Arbi Dwi Nur A.A. 78 Tuntas
55 Tidak tuntas
7. P Arifatul Hasanah 45
50 Tuntas
8. P Della Kartikasari 80 Tidak tuntas
80 Tidak tuntas
9. P Desi Fitriani 80 Tidak tuntas
76
10. L Ega Saputra Prima 73 Tuntas
78 Tuntas
11. P Erninda Ristiani 50 Tuntas
76 Tuntas
12. L Gusti Wirama A. 80 Tidak tuntas
76 Tuntas
13. P Hanifah Nur Rohmah 75 Tidak tuntas
80 Tuntas
14. P Hilmi Nuril R. 40 Tuntas
50 Tuntas
15. P Kusnul Widiyani 78 Tuntas
54 Tuntas
16. P Margareta Ashari S. 76 Tidak tuntas
80 Tuntas
17. L Muhammad Ali M 76 Tuntas
Tidak tuntas
18. P Nadia Cahya Alivia  X1 = 2144 Tuntas
Tuntas
19. P Nanda Fitria Rahayu 67 Tuntas
59,38%
20. P Nina Irawati

21. P Novita Siska Rani D.

22. P Nurul Jannah

23. P Oktaviany Dewi F.

24. L Pancar Arwan Dias

25. P Rahayu Kusumawati

26. P Septina Widyasari

27. P Sherly Novia Y.P

28. P Silvyani Anggasari

29. P Wahyu Kartikasari

30. L Wahyu Putra P.

31. P Yulia Maharani K.

32. P Zulfa Khoirun N.

N= 32

Rata-rata nilai tes pada siklus I
Prosentase ketuntasan siswa

Refleksi Siklus I siswa belum memahami pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan tes kooperatif. Mereka masih berpikir bahwa yang
terpenting adalah dapat menjawab soal
terlihat aktivitas siswa masih tergolong kurang kelompok dengan benar, padahal dalam
dan siswa yang nilai ≥ 75 ada 13 siswa dengan penbelajaran kooperatif yang terpenting adalah
prosentase 40,62%. Setelah diadakan analisis semua anggota kelompok dapat menguasai
lebih lanjut ternyata ada keterbatasan atau materi.
kelemahan pada siklus I, yaitu :
1) Dengan melihat hasil pekerjaan siswa dapat Keterbatasan atau kelemahan pada siklus I
akan dijadikan cerminan dalam pelaksanaan
diketahui permasalahan yang dihadapi siswa penelitian siklus II, sehingga keterbatasan atau
yaitu kurang teliti dalam mengerjakan soal. kelemahan yang ada dapat segera diperbaiki.
2) Kegiatan diskusi kelompok masih didominasi
oleh siswa yang pandai. Hal ini terjadi karena

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 93

Siklus II dan memberikan tanda (√) jika pertanyaan
Perencanaan Penelitian tersebut dianggap penting. Perputaran berhenti
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sampai kartu tersebut kembali pada pemiliknya
masing-masing.
( RPP ) 6) Setiap pemilik kartu memeriksa pertanyaan
2) Membuat instrumen yang digunakan dalam yang mendapatkan suara terbanyak.
Pertanyaan yang mendapatkan suara terbanyak
siklus PTK yang menjadi milik kelompok.
3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran 7) Setiap kelompok melaporkan secara tertulis
Pelaksanaan Penelitian pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok
1) Guru secara garis besar mempresentasikan kepada guru.
8) Guru memeriksa pertanyaan dari tiap
materi pembelajaran. kelompok, setelah itu pertanyaan dikembalikan
2) Membagi kelas menjadi 8 kelompok kepada siswa untuk didiskusikan dan dijawab
3) Guru membagikan potongan kertas kosong secara kelompok.
9) Guru melakukan evaluasi.
kepada setiap peserta didik dalam setiap Observasi
kelompok.
4) Setiap peserta didik menulis pertanyaan yang Berikut ini hasil pengamatan berdasarkan
mereka miliki yang berkaitan dengan prisma lembar observasi pada siklus II:
dan limas. Dalam setiap kelompok memutar
kartu tersebut searah jarum jam.
5) Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota
kelompok, anggota tersebut harus membaca

Tabel 4 Hasil observasi aktivitas siswa dengan model pembelajaran Question Student Have siklus II

No. Jenis Aktivitas Pengamatan Frekuensi Frekuensi

Relatif

1. Aktivitas siswa dalam a. Memperhatikan 26 81,3 %
menerima materi dari b. Kurang memperhatikan 6 18,8 %

guru c. Tidak memperhatikan --

2. Aktivitas siswa dalam a. Dengan suka rela 16 50%
bertanya b. Ditunjuk oleh guru 7 21,9%

c. Tidak ada moivasi bertanya 9 28,1%

3. Aktivitas siswa dalam a. Bersungguh-sungguh 25 78,1 %
kelompok b. Kurang bersungguh-sungguh 5 15,6 %

c. Tidak berdungguh-sungguh 2 6,3%

4. Aktivitas siswa dalam a. Baik 20 62,5 %
berpendapat b. Cukup 8 25 %
c. Kurang 4 12,5%

5. Kemampuan siswa dalam a. Baik 16 50 %

melaporkan hasil jawaban b. Cukup 10 31,2 %

diskusi di depan kelas c. kurang 6 18,8 %

Berdasarkan tabel observasi di atas dapat dalam melaporkan hasil jawaban diskusi di depan
disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang kelas sebesar 50%.
memperhatikan dalam menerima materi dari guru Tes siklus II
sebesar 81,3 %, aktivitas siswa yang bertanya
dengan suka rela sebesar50%, aktivias siswa Tes siklus II bertujuan untuk mengetahui
yang bersungguh-sungguh dalam kelompok tingkat keberhasikan dari hasil belajar mengajar
sebesar 78,1 %, aktivitas siswa yang berpendapat dengan model pembelajaran Question student
baik sebesar62,5 %, dan aktivitas siswa yang baik Have. Tes siklus yang digunakan dalam tahap ini
sebanyak 10 soal berbentuk essay, dengan cara

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 94

penilaian setiap nomor soal mempunyai rentang menggunakan model pembelajaran Question
nilai 0-10. Student Have:

Berikut hasil tes siklus II dengan

Tabel 5 Hasil tes siklus II

No. L/P Nama Murid Hasil Tes Keterangan
Tuntas
1. P Adhilla Velia P. 95 Tuntas

2. P Alfi Nastiti M. 85 Tidak tuntas
Tuntas
3. L Andie Kurniawan 70 Tuntas
Tntas
4. L Anggara Trestya N. 85
Tidak tuntas
5. P Afrillia Mahfudoh 90 Tidak tuntas

6. L Arbi Dwi Nur A.A. 83 Tuntas
Tuntas
7. P Arifatul Hasanah 65 Tuntas
Tuntas
8. P Della Kartikasari 70 Tuntas
Tuntas
9. P Desi Fitriani 77 Tuntas
Tuntas
10. L Ega Saputra Prima 90 Tuntas
Tuntas
11. P Erninda Ristiani 90 Tuntas
Tuntas
12. L Gusti Wirama A. 83 Tuntas
Tuntas
13. P Hanifah Nur Rohmah 85 Tuntas
Tuntas
14. P Hilmi Nuril R. 100 Tuntas
Tuntas
15. P Kusnul Widiyani 85 Tuntas
Tuntas
16. P Margareta Ashari S. 80 Tuntas
Tidak tuntas
17. L Muhammad Ali M 80 Tuntas
Tuntas
18. P Nadia Cahya Alivia 98

19. P Nanda Fitria Rahayu 96

20. P Nina Irawati 90

21. P Novita Siska Rani D. 85

22. P Nurul Jannah 90

23. P Oktaviany Dewi F. 80

24. L Pancar Arwan Dias 80

25 P Rahayu Kusumawati 85

26 P Septina Widyasari 90

27 P Sherly Novia Y.P 80

28 P Silvyani Anggasari 80

29 P Wahyu Kartikasari 75

30 L Wahyu Putra P. 65

31 P Yulia Maharani K. 80

32 P Zulfa Khoirun N. 85

N = 32 X2 = 2672

Rata-rata nilai tes pada siklus II 83,5

Prosentase ketuntasan siswa 87,5%

Refleksi Siklus II pembelajaran Question Student Have mampu
1) Beberapa materi yang menurut siswa belum meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Dari banyaknya siswa yang
jelas, guru menjelaskan kembali sampai murid aktif selama mengikuti proses pembelajaran
dirasa cukup jelas. Pada kondisi akhir setelah diharapkan bisa saling memotivasi dan akan
pelaksanaan pembelajaran dengan model

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 95

memacu siswa yang lain untuk belajar lebih mungkin kepada kelompoknya.
baik dan terarah. Karena indikator kinerjanya sudah
2) Siswa dijelaskan bahwa keberhasilan
kelompok tergantung nilai peningkatan tercapai, yaitu rata-rata nilai ulangan ≥ 75
anggotanya, sehingga tugas kelompok adalah dengan prosentase 87,5%, dan aktivitas belajar
membuat semua anggotanya dapat memahami siswa dalam proses belajar siswa ≥ 50%, maka
materi. Dengan penjelasan tesebut diskusi tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
kelompok pada siklus II tidak didominasi oleh
siswa yang pandai saja, bahkan siswa yang Pembahasan Hasil Penelitian
pandai membantu anggota kelompok yang Dari deskripsi hasil penelitian dengan
mengalami kesulitan. Kondisi demikian akan
memotivasi kelompok lain untuk aktif dalam model pembelajaran Question Student Have
belajar karena mereka merasa bertanggung pada siklus I dan Siklus II yang telah
jawab untuk mengembangkan nilai sebaik dikemukakan di atas diperoleh data
rangkuman hasil observasi sebagai berikut :

Tabel 6 Perbandingan hasil pengamatan antar siklus

No. AspekYang Diamati Siklus I Siklus II

1. Aktivitas siswa yang memperhatiakan dalam menerima 71,9 % 81,3 %
materi dari guru
43,8 % 50 %
2. Aktivitas siswa yang berani bertanya dengan suka rela 56,2 % 78,1 %
3. Aktivitas siswa yang bersungguh-sungguh dalam kelompok 59,3 % 62,5 %
4. Aktivitas siswa yang berpendapat baik 28,1 % 50 %

Kemampuan siswa dalam melaporkan hasil diskusi di
5.

depan kelas yang dinilai baik

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang sehingga terjadi peningkatan sebesar 21,9 %.
telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan 4. Aktivitas siswa yang berpendapat baik pada
bahwa model pembelajaran Question Student
Have dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. siklus I adalah 59,3 %, sedangkan pada siklus
1. Aktivitas siswa yang memperhatikan dalam II adalah 62,5 %, sehingga terjadi peningkatan
sebesar 3,2%.
menerima materi dari guru pada siklus I adalah 5. Kemampuan siswa dalam melaporkan hasil
71,9 %, sedangkan pada siklus II adalah 81,3 diskusi di depan kelas yang dinilai baik pada
%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,4 %. siklus I adalah 28,1 %, sedangkan pada siklus
2. Aktivitas siswa yang berani bertanya dengan II adalah 50 %, sehingga terjadi peningkatan
suka rela pada siklus I adalah 43,8 %, sebesar 21,9%.
sedangkan pada siklus II adalah 50 %, sehingga
terjadi peningkatan sebesar 6,2 %. Dari deskripsi model pembelajaran
3. Aktivitas siswa yang bersungguh-sungguh Question Student Have pada siklus I dan
dalam kelompok pada siklus I adalah 56,2 %, siklus II diperoleh rangkuman data hasil tes
sedangkan pada siklus II adalah 78,1%, sebagai berikut :

Tabel 7. Perbandingan Tes Siklus I dan Siklus II

No. L/P Nama Siswa Tes Siklus I Tes Siklus II
(X1) (X2)
1. P Adhilla Velia P.
2. P Alfi Nastiti M. 55 95
3. L Andie Kurniawan 75 85
45 70

QSH : Hery Murotibah - SMP Negeri 1 Dolopo - Kabupaten Madiun – Halaman 96


Click to View FlipBook Version