The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agusjokosungkono82, 2022-10-02 21:52:09

Jurnal Bioma Edisi Juli 2021

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Keywords: Jurnal Bioma,Juli 2021

JURNAL PENDIDIKAN KABUPATEN MADIUN

Volume 7 Edisi 3 : Bulan JULI 2021

Wakatobi National Park - National Park in Indonesia - Thousand Wonders

Wakatobi-149 - Wakatobi National Park. Photo by Craig D
DITERBITKAN OLEH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MADIUN

PROVINSI JAWA TIMUR
Blog : jurnalbioma.blogspot.com—email : [email protected]

SUSUNAN REDAKTUR JURNAL BIOMA

Pelindung
Bupati Madiun

Pembina
Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Pengarah
Drs. HENDRO SUWONDO, M.Pd
PRAPTO PURNOMO, S.Pd., M.Pd
Drs. MUNTORO WIDJI ATMADJA, M.Pd

Pimpinan Redaksi
Dra. ENDANG SRI HASTUTI, M.Pd

Redaksi Pelaksana
AGUS JOKO SUNGKONO, S.Pd
IDA NURCHASANAH, S.Pd
SULASTRI, S.Pd

Mitra Bestari
Drs. SULISETIJONO, M.Pd (UM)
Dr. DWI SULISTYORINI (UM)
Dr. AGUSTI THAMRIN, M.Pd (UNS)
Dr. CH NOVI PRIMIANI (Universitas PGRI Madiun /UNIPMA)
Prof. Dr. NURSALAM, M.Nurs (Hons) (UNAIR)

Sekretariat
WAGE SYUFIATUN, S.Pd
Dra. DWI LINDA SULISTYOWATI

Alamat Redaksi
Sekretariat : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun
Jl. Raya Tiron 87 Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63151 Telp (0351) 464477 Fax 473173
CP : Endang Sri Hastuti, Hp 081231180068
Email : [email protected]
Blog : jurnalbioma.blogspot.com

ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………… i
SUSUNAN REDAKTUR ………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… iii

Artikel 1 PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PENGGUNAAN 1
TEKA TEKI SILANG PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 WUNGU
KABUPATEN MADIUN TAPEL 2019/2020

Artikel 2 Dra Bingulailatin, Guru SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun 11
TARIKSSIS… SEMONGKO TINGKATKAN ANGKA RASIO KEMBALI

SEKOLAH PADA SISWA BERMASALAH MELALUI SELF ESTEEM MODA
DARING CONSTRUCTION

Artikel 3 Endah Sukminingsih, Guru SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun 16
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI
CERITA WAYANG PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 3 MEJAYAN
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Eni Srinarti, S.Pd., Guru SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun 25
Artikel 4 BELAJAR, BERKARYA DAN BERBAGI

Artikel 5 Heny Sulistyorini, Guru SMPN 1 Geger Kabupaten Madiun 28
MEMAKAI LADI GAGA UNTUK MEMPERMUDAH PENYELESAIAN SOAL
KONVERSI SUHU

Artikel 6 Kasiyono, S.Pd., Guru SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun 40
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG
KEMAGNETAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SETS PADA
KELAS IX D SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019-2020 DI SMP
NEGERI 4 MEJAYAN MADIUN

Artikel 7 Kasiyono, S.Pd., Guru SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun 52
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA MATERI PAMERAN
MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 1
NGLAMES KABUPATEN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2019/2020

Artikel 8 Dra. Mamik Widining Tyas, Guru SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun 62
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MEDIA GOOGLE MEET
PADA MATERI ENERGI DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 BALEREJO TAHUN
PELAJARAN 2020/2021

S. Susi Ratnawati, Guru SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun
iii

Artikel 9 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI TEKS 68
FACTUAL REPORT MELALUI PENERAPAN STRATEGI PICTURE WORD
INDUCTIVE MODEL BAGI SISWA KELAS IXC SMP NEGERI 1 NGLAMES
KABUPATEN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2019/202020

Artikel 10 Udyaningsih, S.Pd, Guru SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun 79
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA MELALUI METODE INKUIRI DALAM
MATA PELAJARAN IPS MATERI MENGENAL MASA PRAAKSARA PADA
SISWA KELAS VII-A SMPN 1 NGLAMES KABUPATEN MADIUN SEMESTER
GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Artikel 11 Wiwik Kustini, S.Pd., Guru SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun 89
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) SISWA KELAS IV SDN
WUNGU 02 KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

Nanik Narwati Rahajuningsih, S.Pd., Guru SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu 100
Kabupaten Madiun a
Gaya Selingkung Jurnal BIOMA

Informasi ISSN Jurnal BIOMA - LIPI

iv

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PENGGUNAAN
TEKA TEKI SILANG PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 WUNGU

KABUPATEN MADIUN TAPEL 2019/2020

Oleh : Dra Bingulailatin
Guru SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun

ABSTRAK
Kata kunci : penguasaan kosakata, media teka-teki silang,

Kosakata adalah aspek bahasa yang dibutuhkan untuk dikuasai oleh siswa untuk berkomunikasi
secara efektif dalam bahasa Inggris. Mereka harus tahu kosakata yang digunakan ketika mereka
berkomunikasi atau berbagi ide dengan orang lain. Penguasaan kosakata siswa juga dianggap penting
peran, baik dalam proses pembelajaran bahasa dan mengembangkan kemampuan mereka dalam belajar
bahasa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa Kelas VIII SMP Negeri
2 Wungu dengan menggunakan media teka-teki silang. Media teka-teki silang disarankan sebagai solusi
karena mereka memiliki banyak manfaat dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.

Untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas
dengan menerapkan teka-teki silang media puzzle. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan peneliti
dilakukan setiap siklus dalam dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan
refleksi. Partisipan dalam penelitian ini adalah 24 siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Wungu. Pada Pra
tindakan diproleh rerata pengusaan kosa kata siswa 69.72 , pada Siklus I menjadi 73.46 dan pada Siklus II
meningkat menjadi 82.37 melampaui KKM yang ditrentuka 78 Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan media teka - teki silang meningkatkan penguasaan kosa kata siswa.

Pendahuluan Untuk mencapai proses pembelajaran
Saat ini, bahasa Inggris banyak bahasa Inggris yang sukses, para siswa harus
menguasai kosa kata, tata bahasa, pengucapan,
digunakan dalam sains, teknologi, politik, dan keempat keterampilannya: menulis,
perdagangan, dan internet. Sebagian besar buku membaca, berbicara, dan mendengarkan. Dalam
ilmiah ditulis dalam bahasa Inggris. Di Indonesia observasi yang dilakukan penliti di SMP Negeri
sendiri, bahasa Inggris adalah mata pelajaran 2 Wungu dimana peneliti mengabdikan diri
wajib yang seharusnya dipelajari oleh peneliti menemukan masalah yang terkait dengan
siswa. Meskipun demikian, beberapa siswa di empat kemampuan bahasa Inggris. Masalahnya
Indonesia tidak sadar bahwa bahasa Inggris adalah kurangnya penguasaan kosa kata.
adalah mata pelajaran penting yang harus Kosakata sebagai salah satu elemen bahasa yang
dipelajari. Karena itu, mengajar bahasa Inggris penting memiliki posisi penting dalam
sebagai bahasa asing cukup menantang karena pengembangan empat keterampilan bahasa.
banyak dari mereka menganggap bahwa bahasa Itulah sebabnya penguasaan kosakata yang sangat
Inggris adalah bahasa yang memiliki karakteristik terbatas menjadi salah satu masalah para siswa
yang berbeda dibandingkan dengan Bahasa khususnya di SMP Negeri 2 Wungu
Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan
Kosa kata adalah elemen bahasa yang peneliti mengajar di SMP Negeri 2 Wungu .
harus dikuasai siswa secara berurutan untuk Peneliti menemukan bahwa sebagian besar siswa
berkomunikasi secara efektif dalam bahasa tidak dapat memahami materi ketika peneliti
Inggris dan bahasa lain juga. Menetas dan Brown mulai berbicara dalam bahasa Inggris sehingga
(1995) menyatakan bahwa kosakata mengacu peneliti harus berbahasa Indonesia dan ketika
pada daftar atau serangkaian kata yang individual peneliti mulai berbahasa Indonesia, para siswa
penutur bahasa yang digunakan. Karena itu, para dapat mengerti dengan baik. Para siswa akan
siswa harus mengetahui kosa kata ketika mereka diam ketika peneliti menjelaskan tentang materi
berkomunikasi atau berbagi ide dengan orang pembelajaran dalam bahasa Inggris. Mereka tidak
lain.

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 1

memberikan tanggapan untuk menjawab; mereka menikmati belajar kosa kata bahasa Inggris saat

hanya mengatakan bahwa mereka tidak mengerti mereka melakukan teka-teki silang di kelas.

apa yang dikatakan peneliti. Banyak siswa yang Untuk mengatasi masalah siswa, peneliti

tidak tahu arti bahasa Inggris. Kondisi ini menyediakan media teka-teki silang untuk

merupakan masalah dalam hal penguasaan meningkatkan penguasaan kosakata siswa dalam

kosakata siswa.yang terbatas. bahasa Inggris belajar. Peneliti berpikir bahwa

Sepertinya teknik dalam pembelajaran teka-teki silang adalah salah satu media untuk itu

bahasa Inggris mempengaruhi belajar siswa dan mendukung teknik mengajar. Oleh karena itu,

pemahaman mereka tentang pelajaran.. Secara peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

umum, pembelajaran kosa kata telah dilakukan untuk memecahkan masalah siswa dalam

secara tradisional dengan cara menyalin dan pembelajaran kosa kata bahasa Inggris siswa

menghafal. Namun, cara ini terbukti tidak selalu kelas VIII F SMP N 2 Wungu

efektif. Jadi, seorang guru harus mampu Berdasarkan latar belakang penelitian,

menciptakan teknik mengajar lain yang lebih peneliti merumuskan masalah menggunakan

efektif. Bisa mengubah teknik mengajar atau pertanyaan penelitian ini: bagaimana penggunaan

menggunakan media pembelajaran. media teka-teki silang dapat meningkatkan

Karakter siswa SMP yang suka bermain penguasaan kosakata siswa VIII F di SMP N 2

dan belajar bersama, menjadikan banyak pakar Wungu ?

metodologi pengajaran bahasa berpikir bahwa Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

bermain game bisa menjadi cara yang baik untuk penggunaan media teka-teki silang untuk

belajar kosakata karena permainan dikaitkan meningkatkan penguasaan kosakata siswa VIII F

dengan perasaan bahagia. Karena itu, para siswa di SMP N 2 Wungu .

dapat menghafal kata-kata secara efektif.

Selanjutnya, Hadfield (1998) menyata- Tinjauan Pustaka

kan bahwa permainan adalah kegiatan dengan Teka-Teki Silang

aturan dan elemen kesenangan Harmer (2002) Untuk mengajarkan kosakata, para guru

menjelaskan bahwa game memberi peserta didik harus menerapkan beberapa teknik untuk

merasakan persaingan untuk berpartisipasi dalam mendukung pembelajaran kosa kata. Dengan

proses kosakata belajar dan memotivasi mereka mengimplementasikan teknik, yang menarik

untuk belajar dengan antusias. Dia juga siswa dapat mengambil materi secara efektif. ada

menyatakan bahwa permainan tergantung pada beberapa teknik dalam pembelajaran kosakata

kesenjangan informasi yang mendorong siswa menurut Kurniasih (1993, hlm. 19-20).

untuk bernegosiasi dengan mitra mereka untuk Dalam penelitian ini, peneliti

memecahkan teka-teki, menggambar, dan menggunakan permainan sebagai teknik kosakata

menemukan kesamaan dan perbedaan antara belajar. Game ini digunakan dengan mengguna-

gambar. Selain itu, ada banyak jenis game yang kan media teka-teki silang untuk membantu

bisa dijadikan pembelajaran media dalam siswa dalam menguasai kosakata bahasa

mengajar kosakata, seperti: kardus, monopoli, Inggris. Game ini dibangun dengan menerapkan

scrabble, teka-teki silang, dan banyak lainnya. strategi pembelajaran kosa kata berdasarkan

Pilihan peneliti didukung oleh Karim dan Taxonomy Schmitt (1997).

Hasbullah (1986) menyatakan bahwa salah satu Teka-teki silang adalah salah satu media yang

teknik yang menarik dalam pengajaran bahasa terdiri dari beberapa kisi dengan pengaturan

adalah menggunakan teka-teki silang teka-teki tertentu dan beberapa petunjuk. Grid disusun

(hlm. 36). Pernyataan itu menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah huruf dari masing-masing

teka-teki silang bisa digunakan untuk itu petunjuk jawaban baik secara vertikal maupun

mempertahankan minat siswa dalam horizontal. Menurut to Hornby (1984) teka-teki

belajar. Teka-teki silang bukan hanya permainan silang adalah teka-teki yang harus dituliskan

tetapi juga media pengajaran yang memberikan dengan kata-kata vertikal (clues down) dan

latihan untuk mengkonfirmasi makna dan ejaan horizontal (clues cross) pada spasi pada kotak-

kata-kata dalam pikiran siswa. Para siswa akan kotak kuadrat

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 2

Kisi-kisi atau kotak kotak akan diisi 4) Keterampilan Pemahaman Kata

dengan kata / angka, satu huruf / angka. Itu huruf 5) Keterampilan Kamus

/ kata-kata dimasukkan ke dalam pola kisi 6) Keterampilan Penalaran

bernomor untuk menjawab petunjuk. Para siswa

harus mencari tahu jawaban dari setiap Metodologi Penelitian

petunjuk. Jika mereka bisa menjawab satu Peneliti menggunakan Penelitian

petunjuk dengan benar, lebih mudah bagi mereka Tindakan Kelas (PTK) sebagai metodologi dalam

untuk mengisi grid lain yang terhubung satu melakukan penelitian.

sama lain. Oleh karena itu, para siswa belajar Peneliti menggunakan pendekatan

bagaimana mengenali kesalahan mereka dan kualitatif dan kuantitatif dalam hal ini

memperbaikinya. Teka-teki silang dapat menjadi penelitian. Pendekatan kualitatif berurusan

media yang menyenangkan untuk memperkenal- dengan catatan lapangan yang dikumpulkan. Di

kan keterampilan kata untuk siswa. Nation (1990) sisi lain Di sisi lain, pendekatan kuantitatif

menyatakan bahwa puzzle adalah media diimplementasikan untuk menangani data daftar

pengajaran yang membawa motivasi pelajar periksa observasi dan hasil tes kosa kata siswa.

Peneliti memilih teka-teki silang di penelitian ini Dalam penelitian ini, peneliti memilih

karena puzzle adalah salah satu media yang untuk menggunakan Kemmis dan McTaggart

menarik yang membuat siswa yang tertarik dalam model (1988) yang terdiri dari dua siklus untuk

pembelajaran kosa kata.Franklin, Peat, dan Lewis mengimplementasikan perawatan. Yang pertama

(2003) juga menyatakan bahwa teka-teki silang terdiri dari rencana, tindakan dan observasi, dan

dapat menjadi signifikan untuk meningkatkan refleksi, dan yang kedua adalah peningkatan dari

siswa motivasi dan minat siswa dalam topik siklus pertama yang terdiri dari rencana, tindakan

pembelajaran. Teka-teki silang permainan puzzle dan observasi, dan refleksi. Dalam model ini,

memberi siswa kesempatan untuk meningkatkan Kemmis dan McTaggart (1988) menggabungkan

kosa kata mereka. aksi dan observasi menjadi satu tahap.

Manfaat Menggunakan Teka-Teki Silang

Sebagai media dalam pembelajaran kosa Pra Penelitian

kata, teka-teki silang sangat membantu dalam Sebelum peneliti melaksanakan

mengidentifikasi bidang-bidang pemahaman serta penelitian, peneliti melakukan sebuah Pra

kurangnya pemahaman dan bidang-bidang Tindakan yang, secara teoritis, adalah proses

kelemahan. Ketika siswa mengidentifikasi pengumpulan informasi untuk mendukung

jawaban dengan benar, mereka mungkin gagasan umum peneliti dalam melakukan

memiliki meningkatkan kepercayaan diri. Ini penelitian (Mills, 2011 sebagaimana dikutip

dapat memiliki efek positif pada nilai, seperti dalam Mertler, 2012). Sebagai Hasilnya, nilai

telah terbukti terhubung dengan kinerja dan rata-rata kelas adalah 69.72 dan siswa yang

kepuasan telah ditunjukkan memperkuat mencapai skor kelulusan delapan siswa

pembelajaran (Childers, 1996). (33.33%). Ini menunjukkan bahwa siswa masih

Menurut Brown (Maret, 2010), nilai mengalami kesulitan dalam penguasaan kosakata.

pendidikan teka-teki silang puzzle mencapai

banyak bidang keterampilan dalam penguasaan Siklus Pertama

kosakata (seperti dikutip dalam Vina, 2011, Rencana

hal. 26). Keterampilan dapat membantu siswa Pertama, peneliti mendiskusikan rencana

untuk mengembangkan penguasaan kosakata dengan guru bahasa Inggris sebagai kolaboran

mereka. Beberapa area utama di mana tentang masalah yang telah diamati selama Pra

memecahkan atau menciptakan permainan teka- Tindakan. Itu bertujuan untuk memutuskan

teki silang dapat bermanfaat dalam upaya masalah yang harus dipecahkan, kemudian,

pendidikan termasuk: merencanakan beberapa tindakan untuk

1) Meningkatkan Kosakata menyelesaikannya masalah tersebut. Mengacu

2) Keterampilan Mengeja pada kompetensi dasar yang dinyatakan dalam

3) Keterampilan Membaca kurikulum 2013, peneliti memilih bahan

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 3

pembelajaran dan media, misalnya: teka-teki meningkatkan implementasi media teka-teki

silang untuk melaksanakan perbaikan silang yang didasarkan pada refleksi dari siklus

berdasarkan rencana pelajaran yang dirancang. pertama. Langkah-langkahnya termasuk rencana,

Peneliti juga menyiapkan dua instrumen yang tindakan dan pengamatan, dan refleksi.

digunakan untuk mengumpulkan data dari proses Rencana

pembelajaran. yaitu daftar observasi yang Setelah menerapkan siklus pertama,

digunakan dalam pertemuan pertama dan tes peneliti merevisi rencana pelajaran yang

kosakata siswa yang dilakukan pada pertemuan dianggap kurang berhasil dalam melakukan

kedua . Fokus utama pada langkah perencanaan tindakan. Materi yang digunakan pada siklus

ini adalah menyiapkan media yang bagus untuk kedua berbeda dengan materi pada siklus pertama

meningkatkan penguasaan kosakata siswa. siklus. Namun, strategi pembelajaran kosakata

Tindakan dan Pengamatan dalam melakukan teka-teki silang media puzzle

Pada saat peneliti sedang mengajar siswa masih sama. Peneliti baru saja mengubah aturan

dalam pertemuan pertama, guru bahasa Inggris dalam melakukan media teka-teki silang. Peneliti

(kolaboran) membantu peneliti mengamati proses membuat rencana pelajaran untuk dua pertemuan

pembelajaran dengan menggunakan observasi dan menyiapkan daftar observasi dan tes kosa

yang telah disiapkan. Saat belajar kosa kata kata siswa di siklus kedua

adalah sebagai bagian kecil dari kompetensi Observasi

dasar ketiga, peneliti juga berencana untuk Pada pertemuan pertama, peneliti

mengajarkan beberapa kegiatan kelas. Peneliti mengajarkan kosakata menggunakan media teka-

juga melakukan tes kosakata siswa untuk teki silang. Peneliti masih menerapkan game

mengukur prestasi siswa dalam menguasai kosa sebagai teknik dalam melakukan medium teka-

kata bahasa Inggris. Peneliti menggunakan media teki silang. Peneliti saja mengubah beberapa

teka-teki silang sebagai alat tes kosa kata aturan untuk meningkatkan implementasi teka-

siswa. Kemudian, hasil tes kosa kata siswa yang teki silang media. Pada pertemuan terakhir dari

dilakukan pada siklus pertama dibandingkan siklus kedua, peneliti memberikan tes kosakata

dengan yang dilakukan dalam siklus kedua untuk kepada siswa untuk mengukur peningkatan kosa

menemukan peningkatan yang signifikan dari kata siswa penguasaan. Peneliti masih

penguasaan kosakata siswa. menggunakan media teka-teki silang dalam

Refleksi melakukan Tes kosakata bahasa Inggris untuk

Peneliti merefleksikan implementasi siswa.

yang pertama siklus untuk mencari tahu apa yang Refleksi

berhasil dengan baik dan apa yang perlu Peneliti merenungkan implementasi

perbaikan. Peneliti juga ingin mengetahui apakah media teka-teki silang berdasarkan data yang ada

tindakan itu berhasil atau tidak dan apakah siswa dikumpulkan dalam siklus kedua. Peneliti

membuat peningkatan penguasaan kosakata atau membuat refleksi tentang apa yang terjadi nah,

tidak. Lalu, Peneliti bersiap untuk siklus apa yang perlu ditingkatkan, dan sejauh mana

berikutnya. peningkatan penelitian ini kepada siswa. Sebagai

Karena beberapa aturan yang dirancang hasilnya, strategi pembelajaran kosakata Schmitt

berdasarkan pada Schmitt (1997) strategi (1997) berhasil menerapkan siklus kedua dan

pembelajaran kosa kata pada siklus pertama tidak hasil siswa tes kosa kata juga meningkat.

bekerja dengan baik, peneliti merevisi

implementasi media teka-teki silang pada siklus Hasil Peneltian

kedua. Ada peningkatan dalam hasil tes kosa kata Pra Tindakan

tetapi peneliti masih belum puas dengan itu. Dalam Pra Tindakan, peneliti

menggunakan catatan lapangan dan tes kosa kata

Siklus Kedua siswa sebagai instrumen. Berdasarkan catatan

Pada siklus kedua, peneliti menerapkan lapangan, Peneliti menemukan dan

langkah yang sama dengan yang pertama mengumpulkan data tentang masalah yang terjadi

siklus. Peneliti melakukan siklus kedua untuk dalam proses belajar bahasa Inggris. Setelah itu,

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 4

peneliti menyimpulkan beberapa poin tentang dilihat pada hasil nomor pernyataan dua yang

masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran baru saja mencapai delapan (8) dari dua puluh

bahasa Inggris . empat (24) siswa yang menggunakan kamus dua

Skor rata-rata dalam Pra Tindakan adalah bahasa.

69,72. Skor tertinggi pada tes ini adalah 100 dan Ada tiga pernyataan yang mewakili

skor terendah adalah 15.74. Kelulusan skor kelas kategori sosial strategi. Hasil dari daftar

ini adalah 78. Oleh karena itu, hanya ada 8 dari observasi menunjukkan bahwa siswa lebih suka

dua puluh empat siswa yang mencapai skor menanyakan arti kata kepada teman sekelasnya

kelulusan. Itu berarti hanya 8 siswa berhasil daripada meminta kata guru. Itu dibuktikan oleh

dalam penguasaan kosakata. Sementara itu, fakta bahwa Sembilan belas siswa (19) dari dua

sembilan belas 16 dari 24 siswa membutuhkan puluh empat (24) siswa bertanya kepada teman

peningkatan karena nilai mereka kurang dari 78. sekelas mereka dan dua belas (12) dari dua puluh

dengan kata lain, sebagian besar siswa tidak emapat (24)) siswa bertanya guru mereka. Ada

mencapai skor kelulusan. Siswa perlu juga empat belas (14) dari dua puluh emapat (24)

mempeoleh motivasi untuk meningkatkan siswa yang bertanya guru mereka dan teman

penguasaan kosakata mereka dan guru harus sekelas mereka. Dalam pernyataan kelima, sangat

mendorong siswa melakukannya jelas semuanya para siswa menemukan kata-kata

baru melalui aktivitas kelompok menggunakan

Tindakan Siklus I media teka-teki silang.

Observasi Dalam pernyataan keenam, peneliti ingin

Pengamatan dilakukan oleh guru bahasa fokus pada siswa yang belajar dalam

Inggris oleh menggunakan daftar periksa kelompok. Peneliti menemukan bahwa delapan

observasi. Analisis setiap item dalam daftar belas (18) dari dua puluh emapat (24) siswa

observasi disajikan sebagai berikut. belajar dan mempraktikkan kata-kata dalam

kelompok mereka. Bisa jadi menyimpulkan

bahwa media teka-teki silang dapat mendorong

siswa untuk melakukannya pelajari dan latih

kata-kata dalam kelompok.

Pernyataan ketujuh dan kedelapan

mewakili kategori hafalan Dengan demikian,

peneliti menggunakan media teka-teki silang

dalam pertemuan ini untuk mempelajari ejaan

dan pengucapan kata-kata. Namun demikian

media teka-teki silang tidak terlalu berhasil untuk

membantu siswa belajar ejaan dan

pengucapan. Itu bisa dilihat pada hasil

observasi. Ada sembilan belas (19) dari dua

puluh emapat (24) siswa yang dapat belajar ejaan

dengan menggunakan teka-teki silang dan dua

Dalam pernyataan pertama, implementasi puluh (20) dari dua puluh emapat (24)) siswa
medium teka-teki silang dapat membantu siswa yang bisa mempelajari pengucapan dengan
untuk meningkatkan penguasaan kosakata menggunakan teka-teki silang.
mereka dalam menebak kata secara
individual. Itu dibuktikan oleh fakta bahwa tujuh Dalam pernyataan kesembilan, itu
belas (17) dari dua puluh empat (24) siswa mewakili kategori kognitif Dalam strategi
mencoba menebak kata-kata secara individual. Di kognitif, peneliti mendorong siswa untuk
sisi lain, penggunaan kamus bilingual tidak mengambil catatan kata-kata sulit ketika mereka
terlihat digunakan oleh banyak siswa dalam sedang melakukan medium teka-teki silang.
menggunakan media teka-teki silang. Itu bisa
Dalam hal ini, mencatat tidak dilakukan
oleh semua siswa. Hanya ada dua puluh (20) dari
dua puluh emapat (24) siswa yang membuat

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 5

catatan dalam teka-teki silang aktivitas. Ini mempelajari kosa kata di awal bertemu dengan
baik. Mereka sangat senang dan aktif dalam
mengidentifikasikan catatan berhasil dalam grup. Mereka berbagi pendapat dan membantu
orang lain. Mereka mendapatkan permainan dan
melakukan teka-teki silang. termotivasi untuk mengisi teka-teki silang dalam
kelompok. Selain itu, peneliti menemukan bahwa
Dalam pernyataan terakhir, strategi siswa sangat aktif dalam menjawab pertanyaan
guru ketika guru memberi mereka kesempatan
metakognitif digunakan oleh siswa untuk untuk bertanya.

mengendalikan dan mengevaluasi pembelajaran Berdasarkan tes kosa kata siswa,
sebagian besar siswa memiliki yang lebih baik
mereka sendiri. Untuk melakukan strategi skor setelah menggunakan teka-teki silang
sebagai media untuk belajar kosa kata. Itu bisa
metakognitif, peneliti menggunakan teka-teki dilihat pada Gambar 4.1 di mana rata-rata skor
kosa kata pada siklus pertama adalah
silang untuk siswa untuk mengevaluasi dan 73.46. Jumlah siswa yang mencapai skor
kelulusan di yang pertama siklus adalah 11 dan
memantau penguasaan kosakata 13 siswa yang tidak mencapai kelulusan skor. Itu
berarti bahwa media teka-teki silang membantu
mereka. Hasilnya, semua siswa (100%) sedang siswa untuk meningkatkan penguasaan kosa kata
siswa tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak
mengerjakan media teka-teki silang dalam mencapai skor kelulusan. Oleh karena itu,
peneliti memberikan perhatian kepada siswa yang
kelompok dengan antusias. tidak mencapai skor kelulusan.

Tes Kosakata Siswa

Tes kosakata siswa digunakan untuk

mengumpulkan data dan mengukur penguasaan

kosa kata siswa setelah peneliti menerapkan

perawatan di siklus pertama.

Itu bisa dilihat, rata-rata kelas ini adalah

73.46 Tertinggi skor dalam tes ini adalah 100 dan

skor terendah adalah 50. Ada sebelas (11) siswa

yang mencapai skor kelulusan. Itu berarti bahwa

ada 13 siswa yang tidak mencapai skor kelulusan

dalam penguasaan kosakata. Peneliti

memperkirakan hasil tes kosakata siswa untuk

membantu peneliti menunjukkan data berikut. Pelaksanaan Siklus Kedua
Observasi
siklus kedua
Daftar observasi pada
disajikan sebagai berikut:

Gambar 4.1.Hasil Tes kosa Kata Siklus I Implementasi media teka-teki silang
Jumlah siswa yang mencapai skor dalam pertemuan pertama dari siklus kedua
membantu mereka meningkatkan penguasaan
kelulusan di siklus pertama adalah 11, dan 13 kosakata mereka dalam menebak kata secara
siswa tidak mencapai nilai kelulusan. Rata-rata individual. Itu dibuktikan oleh fakta bahwa dua
skor kosakata pada siklus pertama adalah 73.46.
Skor tertinggi pada siklus pertama adalah 100
sedangkan skor terendah adalah 46,30. Dapat
dinyatakan bahwa penguasaan kosakata
kelas VIII F pada siklus pertama tidak begitu baik
tapi itu juga tidak terlalu buruk
Refleksi

Peneliti dapat menggunakan media teka-
teki silang untuk meningkatkan penguasaan
kosakata siswa seperti yang direncanakan. Siswa
dapat menggunakan media teka-teki silang untuk

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 6

puluh dua (22) dari 24 siswa mencoba menebak dan 22 dari 24 siswa yang mempelajari

kata-kata secara individual. Di sisi lain, pengucapan dalam aktivitas teka-teki silang ini.

penggunaan kamus bilingual juga bisa Dalam pernyataan kesembilan, itu mewakili

disimpulkan bahwa media teka-teki silang kategori kognitif strategi. Ketika para siswa

mendorong siswa untuk menggunakan kamus sedang mengerjakan teka-teki silang di dalamnya

bilingual. Itu bisa dilihat di hasil dari pernyataan kelompok, peneliti meminta mereka untuk

kedua yang mencapai dua puluh dua (22) dari 24 membuat catatan. Peneliti juga mengingatkan

siswa yang menggunakan kamus bilingual ketika mereka jika kosakata ini akan menjadi bahan

mereka menggunakan teka-teki silang media ujian kosakata berikut ini pertemuan. Pengingat

puzzle di pertemuan pertama. Pernyataan itu mendorong mereka untuk mencatat kata-kata

pertama dan kedua mewakili strategi penentuan itu. Hasilnya, siswa yang mencatat kata

berdasarkan Taxonomy Schmitt (1997) yang meningkat menjadi 23 dari tiga puluh 24 siswa.

digunakan untuk mengenali kata untuk pertama Dalam pernyataan terakhir, peneliti

kalinya secara individual. Dengan menggunakan menggunakan media teka-teki silang di

media teka-teki silang, para siswa diundang pembelajaran kosa kata untuk mengendalikan dan

untuk menggunakan pengetahuan mereka tentang mengevaluasi pengetahuan siswa. Semua Para

bahasa untuk menebak dengan petunjuk siswa antusias melakukan teka-teki silang dalam

kontekstual dan kamus untuk mencari tahu kelompok. Ada 24 siswa yang melakukan

makna baru. medium teka-teki silang ini di kelompok.

Ada tiga pernyataan yang mewakili Tes Kosakata Siswa

kategori sosial strategi. Hasil daftar observasi Pada Tabel 4.2, rata-rata kelas ini adalah

menunjukkan bahwa 24 siswa menemukan kata- 82.36. Skor tertinggi di tes kosa kata adalah 100

kata baru melalui aktivitas kelompok dengan dan skor terendah adalah 53,57. Ada dua puluh

menggunakan media teka-teki silang. Itu juga dua (22) siswa yang mencapai skor kelulusan dan

didukung oleh interaksi siswa dalam ada delapan 2 siswa yang tidak mencapai skor

kelompok. Mereka saling diminta teman dalam kelulusan dalam tes kosakata. Peneliti

kelompok untuk pastikan jawaban teka-teki memperkirakan hasil tes kosakata siswa untuk

silang. Itu terlihat pada hasil daftar observasi membantu peneliti menunjukkan data. Deskripsi

bahwa 24 siswa bertanya kepada mereka teman umum nilai siswa dapat ditunjukkan pada

sekelas. Para siswa juga berani menanyakan kata- Gambar 4.2.

kata kepada peneliti. Ada dua puluh tiga (23) dari Gambar 4.2. Skor Penguasaan Kosakata Siswa

24 siswa bertanya kepada peneliti. Di strategi dalam Siklus Kedua

sosial, para siswa didorong untuk bertanya

kepada orang lain yang tahu kata-kata itu.

Dalam pernyataan keenam, media teka-

teki silang berhasil mendorong siswa untuk

belajar dan mempraktikkan kata-kata dalam

kelompok mereka. Itu bisa diperlihatkan dengan

melihat hasil dari checklist observasi di yang

kedua siklus. Sebagai hasilnya, 24 siswa belajar

dan berlatih kata-kata dalam kelompok

mereka. Pernyataan ini mewakili kategori sosial Pada Gambar 4.2, jumlah siswa yang
strategi. mencapai skor kelulusan siklus pertama adalah
dua puluh dua (22) dan delapan (8) siswa yang
Pernyataan ketujuh dan kedelapan fokus tidak mencapai nilai kelulusan. Rata-rata skor
pada ejaan dan pengucapan. Berdasarkan kosakata pada siklus pertama adalah 83,45.
perhitungan daftar observasi, PT Peneliti melihat
peningkatan jumlah siswa yang belajar ejaan dan Skor tertinggi pada siklus pertama adalah
pengucapan dengan menggunakan teka-teki 100 sedangkan skor terendah siswa skor kosa
silang. Itu bisa dilihat dalam hasil daftar kata adalah 53,57. Gambar 4.2 menunjukkan
observasi. Ada 24 siswa yang mempelajari ejaan bahwa kosakata siswa penguasaan lebih baik

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 7

pada siklus kedua. Gambar 4.4. Peningkatan Penguasaan
Refleksi Kosakata Siswa

Secara keseluruhan, para siswa membuat Berdasarkan Gambar 4.4, sebagian besar
kemajuan yang baik di siklus kedua. Itu aktivitas siswa meningkatkan skor mereka di pertama
pada siklus kedua berjalan dengan baik. Strategi siklus dan siklus kedua. Tercatat bahwa ada dua
pembelajaran kosakata oleh menggunakan media (2) siswa yang skor menurun dari siklus pertama
teka-teki silang dapat dicapai oleh siswa di kedua ke siklus kedua. Apalagi ada enam (6) siswa pada
siklus. Dari hasil tes kosakata siswa, terlihat siklus kedua yang nilainya sama pada siklus
bahwa siswa mengalami perbaikan pada siklus pertama. Oleh karena itu, siswa yang nilainya
kedua. meningkat pada siklus kedua menurun dari dua
puluh empat (24) siswa pada siklus pertama
Pembahasan menjadi dua puluh dua (22) siswa dalam siklus
Berdasarkan daftar periksa observasi kedua.

yang dilakukan di pertama dan siklus kedua,
peneliti menghitung jumlah siswa yang
menerapkan strategi pembelajaran kosa kata
berdasarkan Taksonomi Schmitt (1997). Sebagai
hasilnya, ada perbaikan dalam aspek strategi
pembelajaran kosa kata dalam
mengimplementasikan media teka-teki silang. Itu
bisa dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Perbandingan Pengamatan Siklus
I dan II

Gambar 4.5. Peningkatan Penguasaan Kosakata

Siswa Berdasarkan Nilai kelulusan

Berdasarkan Gambar 4.5, juga dapat

dilihat bahwa skor tertinggi adalah yang pertama

Berdasarkan Gambar 4.3, semua aspek siklus hingga siklus kedua selalu sama
dalam strategi pembelajaran kosakata yang (100). Kalau tidak, yang terendah skor meningkat
diimplementasikan dengan menggunakan media dari siklus pertama hingga siklus kedua. Pada
teka-teki silang semakin meningkat. dua aspek siklus pertama, skor terendah adalah
yang masih sama di siklus pertama dan 50. Kemudian, meningkat menjadi 53, pada
kedua Berdasarkan perbaikan dalam daftar siklus kedua. Itu rata-rata skor kosa kata di
observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kelas VIII F juga meningkat dari 73.46 pada
penggunaan media teka-teki silang mendukung siklus pertama menjadi 82.37 pada siklus
strategi pembelajaran kosa kata untuk kedua. Dari data tersebut, para Peneliti
meningkatkan penguasaan kosakata dalam menyimpulkan bahwa skor siswa VIII F lebih
penelitian ini. baik di setiap siklus.

Untuk menemukan temuan terakhir, Dari semua data, peneliti menyimpulkan
Peneliti harus membandingkan hasil tes kosa kata bahwa peneliti menerapkan media teka-teki
siswa pada tes pertama siklus ke siklus silang berhasil dalam Penelitian Tindakan
kedua. Selanjutnya, peneliti membandingkan Kelas. Sebagai hasilnya, semua instrumen yang
siswa yang meningkatkan penguasaan kosakata digunakan dalam penelitian ini membuktikan hal
mereka pada Gambar 4.4. itu ada peningkatan prestasi siswa dalam kosa

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 8

kata penguasaan siswa VIII F SMP N 2 siklus kedua. Itu bisa dilihat pada hasil tes kosa

Wungu . Karena itu dapat disimpulkan bahwa kata. Yang pertama siklus, rata-rata skor kelas

implementasi media teka-teki silang membantu adalah 73.46 dan siswa yang mencapai skor

para siswa VIII F SMP N 2 Wungu untuk kelulusan adalah 11 Pada siklus kedua, peneliti

meningkatkan kemampuan mereka penguasaan tetap menerapkan media teka-teki silang yang

kosakata. direvisi dari siklus pertama.

Sebagai hasil dalam siklus kedua, rata-

Kesimpulan rata skor kelas adalah 82.37 dan siswa yang

Peneliti melakukan Penelitian Tindakan mencapai skor kelulusan adalah 17 dengan

Kelas untuk menyelesaikan masalah yang muncul demikian disimpulkan bahwa prestasi siswa

dalam proses pembelajaran bahasa dalam menguasai kosakata bahasa Inggris

Inggris kelas VIII F SMP N 2 Wungu Tujuan dari meningkat dari siklus pertama ke siklus kedua.

penelitian ini adalah untuk meningkatkan Selanjutnya, penggunaan media teka-teki

penguasaan kosakata VIII F SMP N 2 silang memiliki pengaruh yang baik pada

Wungu dengan menggunakan teka-teki silang peningkatan penguasaan kosakata

media puzzle. Dalam penelitian ini, peneliti siswa. Penerapan media teka-teki silang dalam

menggunakan teka-teki silang sebagai media pembelajaran kosakata bahasa Inggris sangat

pengajaran yang diimplementasikan dalam membantu siswa untuk meningkatkan

bentuk permainan sebagai teknik untuk penguasaan kosakata mereka dalam konteks

mendukung strategi pembelajaran kosa kata. makna dan ejaan kata-kata. Oleh karena itu,

Ada dua siklus dalam Penelitian peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media

Tindakan Kelas ini. Setiap siklus adalah teka-teki silang dapat meningkatkan penguasaan

dilakukan dalam dua pertemuan. Dalam kosakata siswa VIII F SMP N 2 Wungu .

pertemuan pertama setiap siklus, peneliti Saran

mengimplementasikan media teka-teki silang 1. Untuk Guru Bahasa Inggris

untuk mempelajari kosakata yang sebelumnya Ada beberapa saran untuk guru

diuji di pertemuan kedua setiap siklus. Media bahasa Inggris yang ingin mengajar kosakata

teka-teki silang adalah diimplementasikan bahasa Inggris untuk siswa mereka. Salah satu

dengan melakukan permainan dalam kelompok alternatif dalam kosakata pengajaran dari

sebagai teknik pembelajaran bahasa Inggris. Itu penelitian ini menggunakan media teka-teki

Peneliti menggunakan beberapa strategi silang.

pembelajaran kosa kata berdasarkan pada Schmitt Media ini dapat digunakan sebagai

Taxonomy (1997) dalam membangun media teknik pengajaran untuk mendukung strategi

teka-teki silang pada pertemuan pertama dari kosakata pelajaran bahasa Inggris. Media ini

setiap siklus. Dalam pertemuan kedua setiap tidak hanya menarik tetapi juga memberikan

siklus, peneliti melakukan tes kosa kata dengan beberapa manfaat dalam pembelajaran kosa

menggunakan media teka-teki silang. kata. Oleh karena itu, guru dapat

Dengan menerapkan media teka-teki menggunakan media ini untuk meningkatkan

silang, sebagian besar siswa meningkatkan skor kemampuan belajar-mengajar mereka

kosa kata mereka. Rata-rata skor dan jumlah terutama belajar-mengajar kosa kata bahasa

kelas siswa yang nilainya mencapai skor Inggris.

kelulusan meningkat pada siklus pertama ke

PLAGIAT AKAN TINDAKANDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Allen, E. D., & Vallete, R. M. (1997). Classroom technique foreign language and English as second

language. San Diego: Harcourt Brace Jovanovida, Inc.

Ary, D., Jacobs, L.C., & Sorensen, C. (2010). Introduction to research in education (8th ed.). Belmont:
Wadsworth Cengage Learning.

Ayuningtyas, P. (2008). Improving vocabulary mastery through listening to songs for the students of
SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 9

University. Retrieved May 23, 2015, from
http://www.library.usd.ac.id/Data%20PDF/F.%20Keguruan%20dan
%20Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan%20Bahasa%20Inggris/031214060_f ull.pdf
Bell, J. (2010). Doing your research project (5th ed.). New York: McGraw Hills.
Burns, A. (1999). Collaborative action research for English language teachers. Cambridge: Cambridge
University Press.
Burns, A. (2010). Doing action research in English language teaching: A guide for practitioners. New
York: Routledge.
Cameron, L. (2001). Teaching languages to children. Cambridge: Cambridge University Press.
Catalan, R. M. J. (2003). Sex differences in L2 vocabulary learning strategies. International Journal of
Applied Linguistics, 13, 54-77.
Childers, C. D. (1996). Using crossword puzzles as an AID to studying sociological concepts. Teaching
Sociology, 24(1), 231-235.
Crossman, E., & Crossman, S. M. (1983). The crossword puzzle as a teaching tool. Teaching Psychology,
10(2), 98-99.
Franklin, S., Peat, M., & Lewis, A. (2003). Non-traditional interventions to stimulate discussion: The use
of games and puzzles. Journal of Biological Education, 37(2), 76-82.

Teka Teki Silang - Bingulailatin - SMP Negeri 2 Wungu Kabupaten Madiun – Halaman - 10

TARIKSSIS… SEMONGKO
TINGKATKAN ANGKA RASIO KEMBALI SEKOLAH PADA SISWA BERMASALAH

MELALUI SELF ESTEEM MODA DARING CONSTRUCTION

Oleh : Endah Sukminingsih
Guru SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun

Abstrak
Putus sekolah atau drop out merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang

tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Sepanjang tahun 2019 sekitar 43 juta siswa
Indonesia putus sekolah (PPN/Bappenas). Tingginya angka putus sekolah apabila tidak ditangani serius
akan menghambat pembangunan berkelanjutan. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan
karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan aspek
kehidupan penting yang menjadi hak dasar bagi semua anak.

Di Kabupaten Madiun angka putus sekolah masih terbilang tinggi. Antaranews. Com 16 Januari
2020 mewartakan, pada 2018 terdapat 53 pelajar SMP putus sekolah. Sementara pada 2019 ada 30 pelajar
SMP mengalami kasus serupa. Inovasi Tarikssis Semongko merupakan pendekatan baru dalam mengatasi
tingginya angka putus sekolah. Karakteristik program ini adalah dengan membangun budaya kemitraan
dalam satu wilayah kerja. Pendekatan psikologi Self Esteem dalam pelayanan pendampingan, dan
menggunakan moda daring sebagai sarana koordinasi.

Faktor penyebab adanya masalah putus sekolah ini tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja, namun
perlu memahami secara menyeluruh keadaan mereka, baik dari faktor keluarga, teman, lingkungan sosial,
maupun dari dalam diri anak itu sendiri. Rendahnya motivasi dan pola pikir anak yang seringkali menjadi
penghambat proses anak untuk melanjutkan sekolah. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun anak menjadi
malas dan kurang memahami arti penting nilai pendidikan. Kebijakan yang berpihak kepada mereka akan
membantu mereka menata kembali masa depan yang lebih baik.

Hasil inovasi menunjukkan adanya peningkatan kembali sekolah pada siswa bermasalah. Artinya,
tingginya angka putus sekolah dapat diturunkan. Data sekolah menunjukkan 2017/2018 siswa putus
sekolah berjumlah 3 siswa, 2018/2019 berjumlah 8 siswa, dan 2019/2020 berhasil diturunkan menjadi 1
siswa.

Latar Belakang dan Tujuan dengan guru saat proses pembelajaran atau
Munculnya inovasi diawali dengan learning loss. Untuk itu sekolah mengambil
langkah mengatasi permasalahan dengan
tingginya angka putus sekolah. Data statistik menyusun program pelayanan yang diberi nama
Kemdikbud menyebutkan angka putus sekolah di Tarikssis Semongko. Pelayanan pendampingan
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019/2020 siswa agar selamat dari ancaman putus sekolah.
tertinggi di antara 34 provinsi. Kabupaten Madiun Sasaran program adalah siswa bermasalah dan
juga terbilang tinggi kasus putus sekolah. keluarganya. Siswa mendapatkan perhatian dan
Antaranews. Com 16 januari 2020 mewartakan dukungan, sedangkan orang tua siswa tidak
terdapat 53 pelajar SMP putus sekolah pada 2018, merasa sendiri, putus asa, dan terpojokkan. Tujuan
sementara pada 2019 ada 30 pelajar. SMP Negeri program; (1) menurunkan angka putus sekolah,
2 Kebonsari sebagai salah satu satuan pendidikan (2) meningkatkan percepatan penanganan siswa
di Kabupaten Madiun pada tahun ajaran rentan putus sekolah, dan (3) pemberian
2018/2019 mengalami permasalahan serupa. pelayanan pendampingan dengan memanfaatkan
Terdapat 8 siswa berhenti mengikuti proses jejaring.
pembelajaran dan berakhir dengan mutasi bahkan
Drop Outs (DO). Kesesuaian Kategori
Inovasi Tarikssis Semongko masuk
Di masa pandemi tidak menutup
kemungkinan angka putus sekolah naik tajam. Hal kategori pendidikan. Mempromosikan layanan
ini disebabkan hilangnya minat belajar pada publik bidang pendidikan terhadap penanganan
pelajar karena berkurangnya intensitas interaksi

TARIKSSIS… SEMONGKO - Endah Sukminingsih - SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun - Halaman 11

siswa rentan putus sekolah. Inovasi ini bertujuan semester genap tahun ajaran 2018/2019. Diawali

menurunkan angka putus sekolah dengan dengan penyusunan grand design inovasi,

melakukan penanganan secara intens pada siswa penetapan regulasi, persiapan berbagai sarana

bermasalah. Langkah preventif dilakukan agar prasarana pendukung sampai pada

siswa tidak sampai putus proses pendidikannya. implementasinya pada awal tahun ajaran

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam 2019/2020. Pelaksanaan dan penerapan inovasi ini

pembangunan karena sasarannya adalah dimulai dengan;

peningkatan kualitas sumber daya manusia. 1. Rapat koordinasi tim penggerak

Dunia pendidikan memiliki kontribusi yang 2. Konferensi kasus

sangat besar dalam upaya mewujudkan generasi 3. Penetapan nama siswa sasaran program

emas di tahun 2045. Bangsa Indonesia akan 4. Penyusunan rencana pelayanan

menjadi salah satu bangsa terbesar di masa depan 5. Pelaksanaan pendampingan

jika kualitas SDM Indonesia ditangani dengan 6. Monitoring pelaksanaan

serius. 7. Laporan hasil tindakan

Contoh pelaksanaan program; Hasil

Kontribusi terhadap Capaian Nasional konferensi kasus menetapkan siswa bernama A

Sustainable Development Goals (SDGs)/ Tujuan mendapatkan pelayanan pendampingan.

Pembangunan Berkelanjutan (TPG) Pengelola bidang rencana membuat design

Pilar pembangunan sosial adalah salah pelayanan pendampingan. Pelaksanaan

satu pilar dari empat pilar SDGs. Pembangunan pendampingan dimulai sesuai target waktu yag

sosial SDGs diarahkan pada tercapainya ditentukan. Tim melakukan monitoring proses

pemenuhan hak dasar manusia yang berkualitas pelayanan. Temuan kendala dan hambatan

secara adil dan setara untuk meningkatkan dikonfirmasikan ke mitra kerja untuk

kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. mendapatkan solusi. Laporan hasil tindakan sudah

Pendidikan merupakan hak mendasar di dalam mengantongi keberhasilan 80%. Siswa target

nilai kehidupan manusia. memiliki kesadaran diri untuk menyelesaikan

Fenomena putus sekolah di Indonesia pendidikannya.

masih sangat serius. Permasalahan pendidikan ini Bentuk pendampingan berupa moril dan

membutuhkan upaya dari berbagai pihak untuk materiil. Secara moril petugas melakukan

menurunkan angka drop out yang terbilang masih kunjungan ke rumah tinggal siswa. Berdialog

tinggi. Inovasi Tarikssis Semongko selaras dengan dengan siswa dan keluarga. Memberikan

tujuan SDGs goal ke-4 yakni pendidikan perhatian, kepedulian, dan motivasi secara verbal.

berkualitas. Menjamin kualitas pendidikan yang Pendekatan personal yang membangun

inklusif dan merata serta meningkatkan kepercayaan siswa untuk terbuka menyampaikan

kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. masalahnya.

Anak adalah kelompok rentan sehingga Pendampingan yang membutuhkan

hak-haknya sangat perlu dijamin oleh negara. dukungan materiil diberikan sangat selektif

Kelompok ini harus mendapatkan perlindungan kepada siswa yang memiliki skill tertentu. Misal,

dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang siswa yang piawai membuat produk tertentu ( batu

mereka hadapi. Pemerintah harus hadir untuk bata, budidaya tanaman, dll) untuk membantu

pelayanan sekaligus penyelamatan masa depan ekonomi keluarga.

anak. Program Tarikssis Semongko menjalankan

pelayanan pendampingan pada siswa rentan putus Inovatif (Kebaruan, Nilai Tambah, Keunikan)

sekolah. Program ini mendorong pembangunan Sisi inovatif program Tarikssis Semongko

berkelanjutan yang mendasarkan hak asasi adalah kecepatan pemberian pelayanan pada siswa

manusia dan kesetaraan. Upaya ini mampu bermasalah. Ketika siswa sudah menunjukkan

mewujudkan goals pendidikan yang berkualitas. sinyal lampu kuning dengan perilaku

menyimpang dari tata tertib sekolah maka siswa

Deskripsi Inovasi tersebut segera didata untuk diangkat dalam

Inovasi Tarikssis Semongko dimulai konferensi kasus. Tindakan preventif ini sebagai

TARIKSSIS… SEMONGKO - Endah Sukminingsih - SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun - Halaman 12

upaya mengatasi siswa rentan putus sekolah agar alternatif Kasi Kesos, Paguyupan Forum Anak

segera mendapatkan bantuan. Laporan proses Kecamatan Kebonsari, dan masyarakat (orang tua

penanganan dituangkan ke dalam link (moda siswa).

daring) sebagai bahan koordinasi tentang Alokasi dana internal (sekolah)

hambatan/kendala di lapangan. Selanjutnya bersumber dari Biaya Operasional Sekolah (BOS)

digunakan dalam penyusunan strategi tindakan point 3 pengembangan standar proses sebesar Rp.

penyelesaian masalah. 600.000,00 / tahun. Sumber keuangan eksternal

Keunggulan program Tarikssis dari APBDes dengan besaran dana Rp.

Semongko mampu memberikan pemahaman baru 150.000,00/ tahun. Sedangkan Dana kas

kepada siswa sasaran dan keluarganya dalam kecamatan sebesar Rp. 250.000,00/ tahun

menyikapi permasalahan. Metode yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan kunjungan langsung atau home

Tranferabilitas visit. Peralatan dan material yang digunakan

Inovasi ini memiliki potensi untuk adalah alat transportasi, buku kunjungan, logistik

direplikasi di unit satuan pendidikan lain. Hampir kondisional (mis, bibit tanaman), dan

semua sekolah mempunyai potensi munculnya dokumentasi.

beragam permasalahan siswa. Tingkat pendidikan Langkah-langkah atau strategi yang

menengah (SMP) mengelola peserta didik usia digunakan untuk menggerakkan SDM adalah

remaja. Remaja adalah mereka yang berada pada melalui koordinasi sebagai jejaring. Menjadikan

usia 12-18 tahun. Mereka bukan lagi termasuk mitra sebagai evaluator program. Memonitor

golongan anak-anak, tetapi juga belum diterima perkembangan layanan pendampingan dan

secara penuh untuk masuk kedalam golongan mengevaluasi pelaksanaan di lapangan.

orang dewasa. Mereka belum mampu mengusai Sumber daya akan selalu tersedia

dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik sepanjang permasalahan putus sekolah masih

dan psikisnya. Sekolah berperan mengembangkan muncul. Indikatornya adalah ditemukannya siswa

kepribadian anak agar memahami; cara berpikir, yang tidak mentaati tata tertib sekolah. Kehadiran

bersikap, dan berperilaku. yang minim dalam proses pembelajaran.

Tingkat kesulitan inovasi ini adalah; 1) Penyimpangan perilaku siswa yang meresahkan

sekolah harus memiliki budaya kerja tinggi, 2) tim keluarga dan masyarakat.

work yang solid, 3) sistem penjaminan mutu

sekolah, 4) kompetensi komunikasi yang humanis, Strategi Keberlanjutan

5) keberpihakan pada siswa dalam pengalokasian Inovasi ini akan terus berlanjut seiring

anggaran sekolah. dengan tidak ada temuan angka putus sekolah

Satuan pendidikan lain tidak sulit untuk SMP/MTs. Program wajib belajar 9 tahun dapat

mereplikasi program ini. Sudah menjadi tugas berhasil dengan kemajuan sektor pendidikan yang

pokok guru dalam melakukan pelayanan dan berkualitas, maju dan merata. Regulasi yang

pendampingan kepada siswa. Guru adalah unsur dijadikan payung hukum agenda tersebut antara

yang sangat menentukan bagi hasil atau output lain; Peraturan Daerah Kabupaten Madiun No 15

dunia pendidikan di sekolah. Sarana yang tidak tahun 2009 tentang sistem penyelenggaraan

lengkap masih bisa diatasi jika memiliki guru pendidikan di Kabupaten Madiun, Peraturan

yang kreatif dan profesional. Sebaliknya Daerah Kabupaten Madiun No 10 tahun 2013

walaupun fasilitas lengkap tetapi guru yang ada tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

tidak memiliki kompetensi, tidak kreatif maka daerah Kabupaten Madiun Tahun 2013-2018,

hasilnya tetap buruk. Peraturan Daerah No 4 tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Peraturan

Sumber Daya Bupati Madiun No 14 tahun 2019 tentang

Inovasi ini melibatkan Dinas Pendidikan Pedoman Pengembangan Kecamatan Layak

dan kebudayaan, Kasi Kesra Desa, Gugus tugas Anak.

kecamatan layak anak Kecamatan Kebonsari Kerjasama dengan pemerintah desa dan

bidang lingkungan keluarga dan pengasuhan kecamatan

TARIKSSIS… SEMONGKO - Endah Sukminingsih - SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun - Halaman 13

Angka putus sekolah digunakan untuk putus sekolah dapat diturunkan. Pada tahun ajaran

mengukur kemajuan di bidang pendidikan dan 2017/2018 ada 3 siswa, 2018/2019 ada 8 siswa,

untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun 2019/2020 ada 1 siswa.

pemerataan pendidikan. Upaya menurunkan Di masa pandemi ini tidak menutup

angka putus sekolah harus dilakukan melalui kemungkinan angka putus sekolah naik tajam. Hal

program pelayanan dengan melakukan kolaborasi ini tidak bisa dipungkiri karena terjadinya

lintas sektoral dalam satu wilayah kerja. learning loss dalam kegiatan pembelajaran yakni

Sumber daya tersedia, baik SDM maupun hilangnya minat belajar pada pelajar karena

sumber daya anggaran. Penyusunan berkurangnya intensitas interaksi dengan guru saat

Memorandum of Understanding (MoU) yang proses pembelajaran.

mengatur hubungan kerja sama. Penyusunan SOP Pelayanan yang dilakukan kepada siswa

yang mengatur tata laksana kerja ketiga unsur agar bermasalah tetap dijalankan dengan

jelas batasan perannya. mengedepankan protokol kesehatan (jarak, cuci

tangan pakai sabun, pakai masker). Informasi dari

Evaluasi satgas covid kabupaten tentang jumlah orang yang

Evaluasi internal dilaksanakan sekolah terpapar dan zona wilayah menjadi acuan dalam

melalui rapat koordinasi oleh tim penggerak membuat keputusan.

inovasi, rapat koordinasi (40 menit) setiap awal Langka-langkah yang dilakukan dalam

pekan oleh guru dan karyawan, koordinasi penanganan siswa rentan putus sekolah adalah;

informal di ruang guru atau ruang BK. Evaluasi 1. Membentuk tim kerja pelayanan

eksternal dilaksanakan dalam bentuk sidak oleh pendampingan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui 2. Kunjungan ke rumah siswa

Kepala Bidang Pembinaan SMP. Kunjungan 3. Pendekatan personal

visitasi Pengawas Pembina untuk monitoring dan 4. Membangun komitmen siswa dan orang tua

evaluasi program setiap triwulan maupun 5. Pendampingan akademis/nonakademis

semester. 6. Monitoring hasil pendampingan

Metode pelaksanaan evaluasi inovasi 7. Laporan kemajuan belajar dan partisipasi

meliputi; survey, observasi, wawancara, home siswa.

visit, dan pendekatan personal. Waktu

pelaksanaan secara berkala dan secara insidental. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Secara berkala, 1 bulan 2-3 kali kunjungan. Waktu Pihak-pihak yang membantu merealisasi-

kunjungan berkurang jika sudah ada kemajuan kan program Tarikssis Semongko:

tingkat kehadiran siswa di sekolah. Untuk 1. Tim penggerak inovasi yang berperan sebagai

selanjutnya pembinaan dapat dilakukan di sekolah pihak yang menyusun perencanaan, strategi

melalui konseling guru BK. Pelayanan juga pelaksanaan, penganggaran program,

dilakukan melalui pendekatan personal yang pelaksanaan & evaluasi program.

dilakukan oleh wali kelas. Pendekatan personal 2. Kepala Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari

oleh guru mata pelajaran dilakukan oleh guru yang Kabupaten Madiun berperan sebagai

memiliki kecocokan cara berkomunikasi dengan fasilitator untuk memberikan bantuan

siswa sasaran. menggerakkan perangkatkanya mengkondisi-

Hasil program menunjukkan; 1) adanya kan lingkungan rumah tinggal siswa sasaran

peningkatan kehadiran siswa dalam mengikuti di wilayah Desa Balerejo.

proses pembelajaran, 2) tumbuhnya rasa percaya 3. Kepala Desa Singgahan Kecamatan

diri dan kenyamanan beraktivitas siswa sasaran, 3) Kebonsari Kabupaten Madiun berperan

data laporan tindakan pelayanan pendampingan sebagai fasilitator untuk memberikan bantuan

yang mudah diakses setiap waktu 4) komunikasi menggerakkan perangkatkanya mengkondisi-

aktif sekolah dan keluarga, 5) kemitraan yang kan lingkungan rumah tinggal siswa sasaran

sehat dan saling dukung. Outcome program di wilayah Desa Singgahan.

menunjukkan adanya peningkatan kembali 4. Kepala Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari

sekolah pada siswa bermasalah. Artinya, angka Kabupaten Madiun berperan sebagai

TARIKSSIS… SEMONGKO - Endah Sukminingsih - SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun - Halaman 14

fasilitator untuk memberikan bantuan 10. Pengawas Pembina Dinas Pendidikan dan
menggerakkan perangkatkanya mengkondisi- Kebudayaan memonitor dan mengevaluasi
kan lingkungan rumah tinggal siswa sasaran pelaksanaan program dalam kegiatan visitasi
di wilayah Desa Kebonsari. sekolah.
5. Kasi Kesejahteraan Desa/Kelurahan berperan
sebagai narahubung desa untuk 11. Bupati Madiun sebagai pemangku kebijakan
mengkoordinasikan dengan perangkat desa yang mendukung pelaksanaan inovasi
RT/RW/ tokoh masyarakat dalam kendali penanganan putus sekolah melalui regulasi
tanggung jawab Kepala Desa. berupa Perda dan Perbup.
6. Camat Kebonsari berperan sebagai fasilitator
di tingkat kecamatan. Faktor Penentu
7. Bidang lingkungan keluarga dan pengasuhan a. Penentu Keberhasilan
alternatif Kasi Kesos Kecamatan Kebonsari
berperan sebagai jejaring untuk berkoordinasi 1. Komunikasi yang sehat Antara siswa dan
dengan desa dalam melakukan pelayanan keluarganya
pada keluarga siswa.
8. BKKBN Kecamatan Kebonsari melalui 2. Sikap tanggap sekolah sebagai leading
paguyupan forum anak berperan sebagai sector
jejaring untuk kegiatan sharing, diskusi, dan
penyediaan tenaga ahli. 3. Jalinan kemitraan sekolah, desa, dan
9. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kecamatan yang dinamis dan harmonis
Kabupaten Madiun, Bidang Pembinaan SMP
melakukan sidak secara berkala terhadap 4. Evaluasi internal dan eksternal
penanganan putus sekolah di Satuan b. Kendala
Pendidikan.
1. Awal tindakan siswa dan keluarga kurang
siap menerima perhatian dari banyak pihak.

2. Penolakan dalam kunjungan/ home visit
3. Bersamaan dengan agenda besar yang

dilaksanakan sekolah
4. Anggaran dana operasional

TARIKSSIS… SEMONGKO - Endah Sukminingsih - SMPN 2 Kebonsari Kabupaten Madiun - Halaman 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA WAYANG

PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 3 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Eni Srinarti, S.Pd.,
Guru SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun

ABSTRAK
Kata kunci: Model Pembelajaran Cooperative Learning, Kemampuan Mengapresiasi Cerita Wayang

Salah satu tolok ukur dari keberhasilan pendidikan ditandai oleh peningkatan prestasi belajar
siswa. Sedangkan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VIID SMPN Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020 pada materi pokok
Mengapresiasi Cerita Wayang dengan model pembelajaran Cooperative Learning.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Pada
masing-masing siklus dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Lokasi dan subyek penelitian, dilaksanakan di SMPN Negeri 3 Mejayan, dengan subyek siswa
kelas VIID sebanyak 27 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 15 siswa dan perempuan
sebanyak 12 siswa.

Hasil penelitian tindakan kelas bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I sejumlah 10 siswa
atau 37,04% meningkat pada siklus II menjadi 26 siswa atau 96,30%, sedangkan siswa yang belum tuntas
pada siklus I sejumlah 17 siswa atau 62,96% menurun pada siklus II menjadi 1 siswa atau 3,70%.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengan menerapkan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Kemampuan Mengapresiasi Cerita Wayang pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3
Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat meningkat.

Pendahuluan Sesuai dengan kompleksitas makna yang
Dalam perkembangannya, sastra Jawa di kandung suatu karya sastra, kegiatan apresiasi
karya sastra fiksi cerita wayang akan
bukan hanya berkembang di pulau jawa saja, di memberikan berbagai macam manfaat bagi
daerah-daerah terpencil sastra mulai dikenal, pembaca. Oleh sebab itu dapatlah dikatakan
tumbuh dan berkembang. Perkembangan ini bahwa karya fiksi cerita wayang dapat menolong
disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat pembaca mengenali dirinya sendiri dan dapat
yang mengenal dan mulai memusatkan memberikan arah yang baik bagi pembaca dalam
perhatiannya pada sastra. Hal ini dapat kita lihat mengembangkan emosi atau pikirannya, juga
dengan adanya Dewan Kesenian Daerah yang memberikan kesadaran kepada pembaca tentang
secara langsung berbicara tentang sastra, kebenaran-kebenaran hidup ini.
sehingga banyak masyarakat awam yang mulai
menyukai dan menikmati sebagai bacaan Dengan adanya berbagai macam manfaat
hiburan. Dan secara pasti sastra pun mulai mengapresiasi karya sastra itu, pengajaran
tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. apresiasi sastra sebenarnya bukan hanya
bermanfaat dalam menunjang kemampuan
Sebagai salah satu wujud sastra, karya berbahasa Jawa siswa dan dalam mengembang-
kan kepekaan pikiran serta perasaan siswa,
sastra fiksi cerita wayang juga akan memberikan melainkan juga bermanfaat dalam memperkaya
pandangan hidup serta membentuk kepribadian
berbagai macam informasi yang berhubungan siswa. Kenyataan dewasa ini pengajaran di
sekolah-sekolah tampaknya menghadapi
dengan pendidikan, kebangsaan, keagamaan, masalah. Hal ini dapat disimpulkan dari banyak

hukum, sosial, ekonomi, politik yang dipaparkan

pengarang melalui penggambaran atau imajinatif.

Karena karya fiksi cerita wayang menceritakan

sesuatu yang terjadi di dalam pikiran dan

perasaan pengarang. Jadi bukan merupakan

sesuatu yang benar-benar terjadi.

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman 16

keluhan baik tentang jumlah dan mutu pengajar, kepada siswa didik dan tugas siswa adalah
jumlah dan mutu buku-buku yang dipergunakan menerima, mengingat dan menghafal informasi
maupun tentang hasil belajar yaitu tingkat minat, tersebut. Proses belajar mengajar perlu
kemampuan menikmati dan menghargai karya- diupayakan agar lebih menarik dan berkesan
karya sastra dari pihak siswa itu sendiri. dalam benak para siswa.

Untuk itulah menyadari betapa besar Penggunaan metode mengajar yang
manfaat mengapresiasi karya sastra dan dalam sebagian besar dilakukan guru dengan
kenyataannya masih kurang berhasilnya mengedepankan peran guru. Hal ini menyebab-
pengajaran sastra itu sendiri di sekolah-sekolah, kan anak kurang berperan sehingga akhirnya nilai
maka timbullah berbagai macam penelitian yang diraihpun kurang dari yang diharapkan. Di
tentang sastra yang hasilnya nanti dapat SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun hasil
memberikan berbagai informasi yang dapat belajar siswa pada materi kemampuan
membantu mengatasi permasalahan pengajaran Mengapresiasi Cerita Wayang masih sangat
sastra serta membantu siswa dalam kurang, khususnya siswa di Kelas VIID hal
mengapresiasi sastra. Pada dasarnya setiap mungkin masih banyak guru yang menggunakan
siswa mempunyai kemampuan mengapresiasi metode ceramah dalam pembelajaran.
yang berbeda. Tinggi rendahnya kemampuan
mengapresiasi sastra pada siswa dipengaruhi Banyak metode mengajar yang dapat
dua hal pokok yaitu : diterapkan dalam proses belajar mengajar. Salah
1. Minat, kesungguhan, kepekaan emosional, satu diantaranya adalah Cooperative Learning.
Dengan pendekatan Cooperative Learning
pengetahuan dan pengalaman kehidupan diharapkan siswa dapat menggali dan
intelektual menemukan pokok materi secara bersama-sama
2. Pengetahuan dan penguasaan teori sastra. dalam kelompok atau sacara individu. Sedangkan
akhirnya merasa senang, dan materi yang
Oleh karena itu dalam usaha dipelajari melekat dalam benaknya karena
mengembangkan minat membaca perlu diberikan didapatkan melalui pengalamannya sendiri.
dorongan-dorongan, motivasi dan respon yang Sedangkan bentuk karya sastra yang diapresiasi
positif agar siswa mencintai buku dan dalam penelitian ini adalah bentuk cerita wayang,
berkeinginan untuk mengerti dan memahami karena cerita wayang disini mempunyai ciri
makna yang tersurat dalam buku itu Lester D. sebagai sebuah cerita yang selesai dibaca dalam
Crow Ph.D, dan Alice Crow Ph.D sekali duduk, kira-kira berkisar setengah sampai
(terjemahan Drs. Kasiyan ) 1984 : 315-352 dua jam. Di samping itu plot dan tema dalam
cerita wayang pada umumnya tunggal, tokoh
Pengajaran sastra yang diharapkan adalah dalam cerita wayang lebih sedikit, pelukisan
pengajaran sastra yang dapat membuat siswa setting dalam cerita wayang tidak memerlukan
benar-benar mampu mengapresiasi karya sastra, detil-detil khusus dan keterpaduan cerita wayang
bukan hanya teori saja. Untuk mencapai biasanya lebih padat, sehingga untuk siswa SMP
pembelajaran yang optimal, guru dapat lebih cocok untuk bahan apresiasi.
menggunakan berbagai metode dan tehnik yang
sesuai dengan materi yang diberikan. Metode dan Disamping hal-hal yang telah disebutkan
tehnik yang digunakan dalam pembelajaran di atas, dalam penelitian kemampuan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. mengapresiasi cerita wayang ini tidak dapat
terlepas dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
Salah satu indikator pendidikan yang membangun cerita wayang itu. Unsur
berkualitas adalah perolehan hasil belajar siswa. intrinsik disini meliputi unsur gaya, tema, setting,
Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan alur dan tokoh. Sedangkan unsur ekstrinsik
apabila pembelajaran berlangsung secara efektif adalah yang mencakup unsur sejarah, lingkungan,
dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya alam,dan sosial.
sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan
guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan Berdasarkan paparan di atas, maka
materi yang cukup memadai. Tugas guru dalam penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
pembelajaran bukan hanya memindahkan dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran
informasi pengetahuan dari buku atau dari guru

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 17

Cooperative Learning Sebagai Upaya dapat melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Sekolah dapat meningkatkan mutu dan dapat
Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita
memberikan sumbangan yang baik dalam
Wayang pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3 rangka perbaikan pembelajaran.

Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran

2019/2020.

Kajian Pustaka

Identifikasi Masalah Tujuan Pembelajaran Apresiasi Sastra
1. Penggunaan metode atau cara guru dalam
Pembelajaran apresiasi merupakan
pembelajaran kurang tepat atau menggunakan
metode ceramah. bagian integral dari pembelajaran komponen
2. Kurangnya keaktifan siswa dalam
pembelajaran. pemahaman bahasa. Artinya, pembelajaran sastra
3. Hasil belajar siswa yang kurang maksimal
sehingga banyak siswa yang belum tuntas terpusat pada pemahaman,penghayatan, dan
dalam belajarnya.
penikmatan atas karya sastra. Prinsip-prinsip

pembelajaran apresiasi sastra yang perlu

diperhatikan sebagai berikut :

a. Pembelajaran sastra dapat meningkatkan

kepekaan rasa terhadap budaya bangsa,

Rumusan Masalah khususnya bidang kesenian.
1. Apakah dengan menerapkan Model
b. Pembelajaran sastra memberikan kepuasan
Pembelajaran Cooperative Learning
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Wayang batin dan keterampilan pengajaran karya
pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3
Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran estetis melalui bahasa.
2019/2020 dapat meningkat.
2. Apakah dengan menerapkan Model c. Pembelajaran sastra bukan merupakan
Pembelajaran Cooperative Learning
keaktifan belajar Siswa Kelas VIID SMP pengajaran sejarah sastra, aliran, dan teori
Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2019/2020 dapat meningkat” tentang sastra.

d. Pembelajaran sastra merupakan

pembelajaran untuk memahami nilai

kemanusiaan dari karya-karya sastra

(Ambang, 1999:28).

Tujuan Penelitian Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita
wayang
1. Dengan menerapkan Model Pembelajaran
Kemampuan adalah kesiapan mental dan
Cooperative Learning Kemampuan intelektual baik berwujud kematangan sikap dan
pengetahuan maupun keterampilan yang
Mengapresiasi Cerita Wayang pada Siswa digunakan untuk menemukan kebutuhan belajar
(Tanuwijaya, 1996: 8).
Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan
Kemampuan mengapresiasi adalah
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran kesiapan mental dan intelektual baik berwujud
kematangan sikap dan pengetahuan maupun
2019/2020 dapat meningkat. keterampilan yang digunakan untuk menghargai,
memahami dan menghayati karya sastra.
2. Dengan menerapkan Model Pembelajaran
Cerita wayang adalah suatu cerita yang
Cooperative Learning keaktifan belajar selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit.
Jika ceritanya lebih panjang,mungkin sampai ½
Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan atau 2 jam. Sumber cerita wayang dari
kehidupan manusia sehari-hari, tetapi tidak
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran melukiskan seluruh kehidupan pelakunya. Oleh
karena yang dipilih bagian-bagian yang penting
2019/2020 dapat meningkat. saja, maka ceritanya menjadi padat dan berisi
(F.X. Surana, 1982:72).
Manfaat Penelitian
1. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar Jadi kemampuan mengapresiasi cerita

bahasa Jawa, dapat memecahkan kendala
yang dihadapi dalam pembelajaran.
2. Guru dapat mengetahui strategi pembelajaran
yang tepat sehingga dapat memperbaiki
dan meningkatkan sistem pembelajaran di
kelas, menentukan metode yang tepat dan

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 18

wayang adalah kemampuan untuk menghargai, 5. Sudut pandang ( point of view )
memahami dan menghayati karya sastra 6. Style ( gaya )
berbentuk cerita yang didalamnya terjadi 7. Pesan/amanat
pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang
ditempatkan pada situasi sehari-hari tetapi Pembelajaran Apresiasi Sastra (cerita wayang)
posisiya sangat menentukan. di Sekolah

Hakikat Pemahaman Unsur-unsur Intrinsik Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
Cerita wayang meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi-
kan karya sastra. Kegiatan mengapresiasikan
Hakikat setiap karya sastra mengandung sastra berkaitan erat dengan pelatihan
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud mempertajam perasaan, penalaran, dan daya
dengan unsur intrinsik adalah hal-hal atau unsur khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat,
yang membangun karya sastra dari dalam. budaya, dan lingkungan hidup. Untuk memahami
Sedangkan unsur ekstrinsik mencakup faktor dan menghayati karya sastra, siswa diharapkan
sosial, ideologi, politik, ekonomi, kebudayaan, langsung membaca karya sastra bukan membaca
dan lain-lain. Berikut ini, dikemukakan beberapa ringkasannya (Depdikbud, 1995:6).
pendapat pakar yang nengemukakan tentang
unsur pembangun karya fiksi. Dari maksud tujuan pembelajaran sastra
di SMP tersebut, diketahui bahwa muara akhir
Moody (1972:48) mengemukakan bahwa pengajaran sastra adalah terbinanya apresiasi dan
unsur intrinsik sebuah cerita fiksi mencakup : kegemaran terhadap sastra, yang didasari oleh
setting, characters, narrative, narrative pengetahuan dan keterampilan di bidang sastra.
technique, language, dan ritme. E. M. Forster Sastra adalah sesuatu untuk dipelajari dan
(1970:75) menyebutkan adanya tujuh unsur dinikmati. Oleh karena itu, bimbingan/ dasar-
yang membangunnya : cerita, orang, alur, fantasi dasar penafsiran dalam batas-batas tertentu perlu
dan nubuat, pola dan ritme. Anton Bakker diberikan agar proses penikmatan menjadi lebih
(1979:17) berpendapat syarat-syarat pembangun terarah (Wardani, 1981:10).
unsur fiksi mencakup : plot, setting, character,
action, purpot, theme, dan language. Dari pengamatan langsung di kelas dan
hasil diskusi, diketahui beberapa masalah yang
Sedangkan Wellek & Warren (1966:216) berhubungan dengan pembelajaran sastra pada
berpendapat bahwa unsur pembangun cerita fiksi umumnya, antara lain :
meliputi : plot characterization , dan setting . a. Kesulitan guru sastra dalam memperkenalkan
Murphy, menyebutkan lain, yakni : plot, setting,
ways of setting a story, characters and karya sastra baik klasik maupun modern,
personalities, dan language. Dan Jakob Sumardjo kemudian menghubungkan dengan karya
(1979:7) mengungkapkan unsur pembangun fiksi sastra kegemaran siswa, dengan cara yang
yang meliputi: tema, karakter, plot, point of view, wajar dan menyenangkan.
setting, dan suasana. b. Kesulitan membicarakan sastra tanpa
kehilangan sentuhan kepekaan reaksi,
Banyak teori yang dapat memberikan kegairahan dalam membaca.
dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam c. Kesulitan menolong siswa bereaksi secara
melakukan kajian dan apresiasi sebuah karya perorangan, dengan kehalusan dan kerumitan
fiksi. Disini penulis menggunakan teori struktural yang berkembang, dan tidak hanya
yang menekankan pada kajian hubungan antar bergantung pada kedewasaan dan kematangan
unsur pembangun karya fiksi yang bersangkutan. persepsi guru atau kritikus sastra.

Adapun kajian struktur formal cerita Hipotesis Tindakan
wayang dalam kajian struktural secara ringkas
dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Dengan menerapkan Model Pembelajaran
1. Tema
2. Tokoh dan penokohan Cooperative Learning Kemampuan
3. Plot
4. Setting Mengapresiasi Cerita Wayang pada Siswa

Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan

Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 19

2019/2020 dapat meningkat. memberikan tes objektif dan uraian kepada

2. Dengan menerapkan Model Pembelajaran siswa.

Cooperative Learning keaktifan belajar 2. Data tentang situasi belajar mengajar pada

Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan

Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran menggunakan lembar observasi .

2019/2020 dapat meningkat. 3. Data penelitian berupa skor/nilai yang

menunjukkan kemampuan mengapresiasi

Metode Penelitian cerita wayang Kelas VIID SMP Negeri 3

Lokasi dan Waktu Penelitian Mejayan yang pelaksanaannya menggunakan

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di model Cooperative Learning type Jigsaw.

VIID SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten

Madiun tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian Tehnik Pengumpulan Data

dilaksanakan selama 3 bulan mulai September Tehnik pengumpulan data yang

sampai dengan Nopember 2019. digunakan disini adalah dengan menggunakan

Observasi dan tes yang berkaitan dengan

Subyek Penelitian pemahaman siswa tentang kemampuan dalam

Subyek penelitian adalah seluruh siswa mengapresiasi cerita wayang

Kelas VIID sebanyak 27 siswa yang terdiri dari

siswa laki-laki sebanyak 15 siswa dan perempuan Teknik Analisa Data

sebanyak 12 siswa. Data yang diperoleh selanjutnya dihitung

dengan langkah-langkah :

Rancangan Penelitian 1. Merekap nilai apresiasi cerita wayang

a. Persiapan 2. Menghitung jawaban responden yang telah

1) Menyusun dan mengajukan proposal dinilai

penelitian 3. Menghitung rata-rata nilai

2) Mengajukan ijin penelitian Dengan menggunakan rumus M = ∑ X
3) Menyiapkan instrumen penelitian
b. Pelaksanaan penelitian N

Pelaksanaan penelitian berlangsung Keterangan:
pada kegiatan belajar mengajar di VIID SMP
Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun. M = Mean
Eksperimen dilaksanakan pada minggu kedua
bulan September sampai dengan minggu X = Jumlah nilai yang diperoleh
kedua bulan Oktober. Pelaksanaan penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus N = Jumlah sampel
dilaksanakan satu tindakan.
c. Penyusunan laporan penelitian 4. Menghitung nilai prosentasi
1) Menyimpulkan dan menilai hasil
2) Menganalisis hasil eksperimen Penggolongan nilai prosentase siswa
3) Menyusun laporan
menggunakan buku Petunjuk Pelaksanaan

Penilaian di Sekolah Menengah Pertama

(Depdikbud, 1994/1995 : 10), sebagai berikut

:

a. Sangat baik = 85 - 100 ( A )

b. Baik = 70 - 84 ( B )

c. Cukup = 55 - 69 ( C )

d. Kurang = 40 - 54 ( D )

Data dan Sumber Data e. Kurang sekali = 0 - 39 ( E )
Data
5. Membuat pedoman peningkatan
Data dalam penelitian ini adalah siswa
dan peneliti. Jenis data yang didapatkan adalah Pada penelitian tindakan kelas
data kualitatif diskrptif yang terdiri atas hasil
belajar, hasil observasi terhadap pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan tiga tindakan.
pembelajaran, dan angket.
Pada akhir tindakan untuk mengetahui
Cara pengambilan data:
1. Data hasil belajar diambil dengan kemampuan siswa diadakan tahap evaluasi.

Nilai evaluasi (tes) pada masing-masing

tindakan akan dihitung rata-rata dan nilai

prosentase. Pedoman peningkatan diukur

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 20

berdasarkan peningkatan nilai rata-rata dari mengungkapkan hasil pembahasannya.
siklus I ke siklus II. 8) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan

Hasil Penelitian pada akhir diskusi.
Hasil Penelitian ini menggunakan 2 9) Guru memberikan tes tertulis pada setiap

siklus, pada masing-masing siklus ditampilkan anak.
mengenai pelaksanaan model cooperative Tabel 4.1 Rekapitulasi ketuntasan belajar
learning type Jigsaw dalam proses pembelajaran
mengapresiasi karya sastra cerita wayang dari siswa siklus I
unsur intrinsik segi tokoh, setting dan gaya.
Siklus I Ketuntasan
Perencanaan No. Jumlah (%)
1) Topik pembelajaran : mengapresiasi cerita
Belajar
wayang dari unsur intrinsik segi tokoh,
setting dan gaya. 1. Tuntas 10 37,04
2) Tujuan pembelajaran : a) siswa mampu
menemukan karakter tokoh dalam cerita 2. Belum Tuntas 17 62,96
wayang b) siswa dapat menemukan setting
dalam cerita wayang c) siswa dapat Jumlah 27 100
menemukan gaya yang digunakan dalam
cerita wayang . Dari tabel di atas tampak bahwa
3) Skenario pembelajaran : a) siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok. tiap kelompok ketuntasan belajar siswa yang tuntas sejumlah
beranggotakan 4 orang siswa dan diberi
sebuah cerita wayang untuk diapresiasi dari 10 siswa atau 37,04%, sedangkan siswa belum
unsur intrinsik segi tokoh, setting dan gaya b)
siswa berdiskusi untuk menemukan jawaban tuntas sejumlah 17 siswa atau 62,96%.
permasalahan unsur intrinsik cerita wayang
dari segi tokoh, setting dan gaya dengan Pengamatan
model pembelajaran Cooperative Learning
type Jigsaw. Pengamatan dilakukan secara kontinyu
4) Instrumen penelitian : tes , dan observasi
Pelaksanaan atau terus menerus dalam proses pembelajaran
1) Guru memberikan langkah-langkah dalam
mengapresiasi cerita wayang . maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan
2) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
terhadap dampak dari pemberian model

pembelajaran Cooperative Learning type Jigsaw

selama mengapresiasi cerita wayang.

Dari hasil evaluasi diketahui keefektifan

model pembelajaran Cooperative Learning tipe

Jigsaw yang telah disusun, untuk memperbaiki

akan diberikan pada siklus II. Selain itu hasil

observasi juga memberikan petunjuk apakah

pengajaran remidi perlu dilakukan pada akhir

siklus II.

Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I

yang terdiri dari 4 orang siswa.

3) Dalam satu kelompok tersebut diberi sebuah

cerita wayang dan permasalahan yang ada

hubungannya dengan apresiasi cerita wayang

dari unsur intrinsik segi tokoh, setting dan
gaya.
4) Tiap anggota kelompok mendapatkan satu

pertanyaan yang ada hubungannya dengan Dari data observasi di atas menunjukkan
tokoh, setting dan gaya dalam cerita wayang . bahwa siswa mendengarkan/memperhatikan
5) Masing-masing siswa mengelompokkan diri penjelasan guru sejumlah 17 siswa atau 62,96%,
sesuai dengan permasalahannya. siswa membaca dengan cermat materi sejumlah
6) Setelah menemukan jawaban kemudian 12 siswa atau 44,44%, siswa bekerjasama dengan
bergabung lagi pada kelompok asal. anggota kelompok sejumlah 14 siswa atau
7) Setiap kelompok diminta untuk 51,85%, siswa berdiskusi antar siswa/guru

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 21

sejumlah 16 atau 59,25%, berdiskusi untuk menemukan jawaban
permasalahan unsur intrinsik cerita wayang
mengajukan/menanggapi pertanyaan sejumlah 14

siswa atau 51, 58%, membuat laporan sejumlah dari segi tokoh, setting dan gaya dengan
model pembelajaran Cooperative Learning
13 siswa atau 48,14%, dari hasil pengamatan

keaktifan siswa siklus I dapat dikatakan rata-rata type Jigsaw.
4) Instrumen penelitian : tes dan observasi
masih kurang. Hal ini disebabkan karena siswa

kurang semangat dan kurang aktif dalam kegiatan Pelaksanaan
1) Guru memberikan langkah-langkah dalam
diskusi.

Refleksi mengapresiasi cerita wayang.
2) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
Dalam pembelajaran siklus I, konsep-

konsep yang diajarkan teridentifikasi sebagian. yang terdiri dari 4 orang siswa.

Pemahaman tentang mengapresiasi cerita wayang 3) Dalam satu kelompok tersebut diberi sebuah

dari unsur intrinsik segi tokoh, setting dan gaya cerita wayang dan permasalahan yang ada

melalui model Cooperative Learning type Jigsaw hubungannya dengan apresiasi cerita wayang

banyak mengalami hambatan, diantaranya dari unsur intrinsik segi tokoh, setting dan

disebabkan: gaya.

1) Banyak siswa yang masih kebingungan dalam 4) Tiap anggota kelompok mendapatkan satu

mengerjakan tugas. pertanyaan yang ada hubungannya dengan

2) Penyebaran anak-anak pandai tidak merata tokoh, setting dan gaya dalam cerita wayang .

dalam setiap kelompok. Hal ini disebabkan 5) Masing-masing siswa mengelompokkan diri

pembagian kelompok diatur secara acak. sesuai dengan permasalahannya.

3) Kegiatan diskusi belum lancar, karena hanya 6) Setelah menemukan jawaban kemudian

didominasi oleh siswa-siswa tertentu sehingga bergabung lagi pada kelompok asal.

kerjasama kelompok relatif kurang. 7) Setiap kelompok diminta untuk

4) Waktu kurang cukup bagi siswa untuk mengungkapkan hasil pembahasannya.

memahami isi dari cerita wayang yang 8) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan

dibagikan secara mendadak. pada akhir diskusi.

5) Pada saat representasi hasil diskusi tanggapan 9) Guru memberikan tes tertulis pada setiap

dari kelompok lain masih kurang sehingga anak.

tampak kaku dan kurang efektif. Adapun rekapitulasi ketuntasan siswa

Dengan asumsi kurang efektif dalam dalam siklus II ini dapat ditunjukkan dalam tabel

proses belajar mengajar yang meliputi 5 faktor berikut :

tersebut, maka hal ini diperbaiki pada siklus II. Tabel 4.3 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar

Siswa Siklus II

Siklus II Ketuntasan
Perencanaan No. Belajar Jumlah (%)
1) Topik pembelajaran : mengapresiasi cerita
1. Tuntas 26 96,30
wayang dari unsur intrinsik segi tokoh,
setting dan gaya. 2. Belum Tuntas 1 3,70
2) Tujuan pembelajaran : a) siswa mampu
menemukan karakter tokoh dalam cerita Jumlah 27 100
wayang b) siswa dapat menemukan setting
dalam cerita wayang c) siswa dapat Dari tabel di atas tampak bahwa
menemukan gaya yang digunakan dalam
cerita wayang . ketuntasan belajar siswa yang tuntas sejumlah 26
3) Skenario pembelajaran : a) siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa atau 96,30%, sedangkan siswa belum
beranggotakan 4 siswa dan diberi sebuah
cerita wayang untuk diapresiasi dari unsur tuntas sejumlah 1 siswa atau 3,70%.
intrinsik segi tokoh, setting dan gaya b) siswa
Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara kontinyu

atau terus menerus dalam proses pembelajaran

maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan

terhadap dampak dari pemberian model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 22

selama mengapresiasi cerita wayang, begitu juga Pembahasan
keaktifan anggota kelompok dalam Ditinjau dari hasil belajar yang
menyelesaikan tugas, peningkatan kemampuan
pada setiap kelompok, peningkatan minat siswa ditunjukkan oleh nilai tes pada siklus I, dan siklus
terhadap sastra dalam mengapresiasi cerita II maka dapat dikatakan bahwa proses
wayang dari unsur intrinsik segi tokoh, setting pembelajaran ini sudah berhasil. Kekurangan
dan gaya. Pada siklus ini siswa terlihat penuh yang terdapat pada siklus I sudah diperbaiki pada
semangat dalam mengikuti pelajaran, dan juga siklus II, sehingga pada saat observasi dan
terlihat lebih aktif pada saat berdiskusi. Hasil refleksi pada siklus II sudah diperoleh gambaran
observasi dapat dilihat pada tabel berikut : yang menunjukkan peningkatan kualitas belajar
Tabel 4.4 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II siswa hal ini dapat dilihat pada tabel
perbandingan rekapitulasi ketuntasan belajar
siswa siklus I dan Siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Belajar
Siswa Siklus I dan Siklus II

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

pada siklus I ketuntasan belajar siswa pada siklus

Dari data observasi di atas menunjukkan I sejumlah 10 siswa atau 37,04% meningkat pada
bahwa siswa mendengarkan/memperhatikan siklus II menjadi 26 siswa atau 96,30%,
penjelasan guru sejumlah 26 siswa atau 96,29%, sedangkan siswa yang belum tuntas pada siklus I
siswa membaca dengan cermat materi sejumlah sejumlah 17 siswa atau 62,96% menurun pada
20 siswa atau 74,07%, siswa bekerjasama dengan siklus II menjadi 1 siswa atau 3,70%.
anggota kelompok sejumlah 25 siswa atau
92,59%, siswa berdiskusi antar siswa/guru Hasil penelitian ini juga menunjukkan
sejumlah 24 atau 88,88%, mengajukan / bahwa kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
menanggapi pertanyaan sejumlah 19 siswa atau dengan diberikan perlakuan-perlakuan tertentu
70,37%, membuat laporan sejumlah 24 siswa yang sesuai dengan materi mengapresiasi cerita
atau 88,88%., Dari hasil pengamatan keaktifan wayang yang harus dipelajari oleh siswa, Hal ini
siswa siklus II dapat dikatakan rata-rata masih juga nampaknya dipengaruhi oleh gairah belajar
baik. yang dimiliki, karena model pembelajaran yang
Refleksi monoton saja akan membuat siswa bosan dan
menganggap proses pembelajaran bukanlah suatu
Pada siklus II proses kegiatan belajar hal yang menarik. Kegairahan belajar siswa juga
mengajar sudah lebih baik dari siklus I hal ini ditunjukkan dengan partisipasi mereka yang
disebabkan kelemahan-kelemahan pada siklus I meningkat selama diskusi berlangsung, ataupun
sudah diperbaiki antara lain : juga kesiapan pada saat mereka harus saling
1) Penyebaran anak disesuaikan dengan bertukar peran.

kemampuan anak dalam kelas tersebut. Siswa yang memiliki kekurangan juga
2) Kelompok siswa diperbaiki dengan pengertian dapat belajar pada temannya, ini adalah suatu hal
yang menguntungkan, karena dengan keberanian
penyebaran heterogen. untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui,
3) Materi bahan bacaan cerita wayang diberikan akan dapat diketahui pula hal-hal yang belum
diketahui dari tingkat pemahaman mereka,
lebih awal sehingga siswa lebih siap dalam sehingga hal ini memungkinkan adanya
proses belajar mengajar.

penambahan-penambahan/ perbaikan-perbaikan

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 23

yang dapat diperoleh melalui model 62,96% menurun pada siklus II menjadi 1
pembelajaran Cooperative Learning type Jigsaw. siswa atau 3,70%.
2. Dengan menerapkan Model Pembelajaran
Indikator yang jelas terbaca dari Cooperative Learning keaktifan belajar
penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan
meningkatnya nilai rata-rata kelas, tingkat Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
pemahaman siswa, nilai tertinggi dan terendah 2019/2020 dapat meningkat. Hal ini
yang berhasil dicapai siswa, serta prosentase ditunjukan dengan dari hasil observasi
jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75. keaktifan siswa yang lebih bersemangat.

Kesimpulan Saran
1. Penelitian yang serupa atau sejenis sebaiknya
1. Dengan menerapkan Model Pembelajaran
dilaksanakan secara terus menerus (minimal
Cooperative Learning Kemampuan satu semester), sehingga dapat diketahui
bahwa model Cooperative Learning type
Mengapresiasi Cerita Wayang pada siswa Jigsaw akan meningkatkan pemahaman siswa
secara lebih menyeluruh.
Kelas VIID SMP Negeri 3 Mejayan 2. Sebaiknya penelitian perlakuan model
Cooperative Learning type Jigsaw ini
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran dilakukan pada kelas-kelas lainnya, sehingga
akan diperoleh hasil yang lebih menyeluruh.
2019/2020 dapat meningkat hal ini

ditunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada

siklus I sejumlah 10 siswa atau 37,04%

meningkat pada siklus II menjadi 26 siswa

atau 96,30%, sedangkan siswa yang belum

tuntas pada siklus I sejumlah 17 siswa atau

DAFTAR PUSTAKA

Ag. Soejono, 1999, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV. Ilmu
Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar baru.
Fanani, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Hadiprijono, S. 2006. Ngleluri Basa jawa. Surabaya : Aksara Multi Sarana.
Hartoko, Dick. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.
Moudy.1972.The Teaching of Literature. London: Longman Ltd.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.

Bandung.:Remaja Rosdakarya.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Kumpulan Cerita wayang Hijau Tanahku Hijau Bajuku. Jakarta: PN. Balai

Pustaka.
Poerwadarminta W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Setiawan, Yasin. 2006. Terobosan Metode Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soegiarta. 1984. Glosaria, Istilah Bahasa dan Sastra. Klaten: PT.Intan Pariwara.
Sudjiman, Panuti. 1990. Memahami cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah . Bandung : Tarsito
Wardani, I.G.A.K. Pengajaran Sastra. Jakarta: P3G Depdikbud.
Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.

Cooperative Learning - Eni Srinarti - SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman - Halaman 24

BELAJAR, BERKARYA DAN BERBAGI

Oleh : Heny Sulistyorini
Guru SMPN 1 Geger Kabupaten Madiun

Pembelajaran Tatap Muka adalah semua itu karena orang tua ingin memberikan
pembelajaran yang paling ideal dalam yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya.
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan Ada kerinduan yang mendalam dan luar biasa dari
pembentukan sikap peserta didik. Interaksi bisa peserta didik untuk kembali duduk di ruang kelas
terjadi dari berbagai arah. Guru dengan siswa, dan belajar. Kerinduan pada guru-guru tercintanya
siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dan kerinduan pada pelajaran-pelajaran. Wajah-
dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitar wajah yang kadang serius, lucu, dan
kita. Menarik bukan? menjengkelkan selalu terbayang di pikiran kita
sebagai pendidik. Sampai kapan pandemi ini akan
Tetapi apa yang terjadi ketika Pandemi berakhir? kapan kita bisa berinteraksi lagi dengan
Covid-19 memporak porandakan dunia wajah-wahah peserta didik kita di bangku
pendidikan? Keselamatan adalah poin utama. sekolah? Mulailah kita berfikir, mulailah bergerak
Social distancing adalah pilihan terberat yang dan mulailah kita berinovasi untuk menjangkau
harus kita pilih dalam rangka memutus rantai anak-anak. Tidak rela rasanya kerja keras kita
penyebaran Covid-19. Keluarnya Surat Edaran selama ini diporak porandakan Covid-19. Tidak
Menteri Pendidikan dan kebudayaan Indonesia rela rasanya ketika generasi penerus kita, generasi
Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan emas kita kehilangan hak untuk belajar,
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat kehilangan hak untuk meningkatkan kompetensi,
Penyebaran Covid-19 tanggal 24 Maret 2020 dan kehilangan hak untuk berinovasi.
menjadikan semua kegiatan dilaksanakan dari
rumah: bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Online
beribadah dari rumah. Hal ini membuat kita semua adalah solusi yang terbaik di masa pandemi
gagap dalam mengelola Pembelajaran Jarak Jauh Covid-19 ini. Sebenarnya diakhir tahun 1990 an
yang disebabkan oleh ketidaksiapan para pendidik sudah banyak sekali aplikasi pembelajaran online
untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). yang bisa diterapkan tetapi para pendidik masih
Krisis pembelajaran terjadi di seluruh negeri tetap pada pilihan di zona nyamannya dengan
tercinta karena pembelajaran tidak bisa dilakukan pembelajaran konvensional. Penyesalanpun tidak
sebagaimana mestinya. Pembelajaran Jarak Jauh ada gunanya lagi. Pandemi Covid-19 memaksa
(PJJ) yang diterapkan membuat peserta didik kita untuk berubah, merubah gaya hidup dan gaya
semakin jauh dari jangkauan guru. Berbagai pembelajaran kita. Berbagai inovasi terus
macam tugas dan tugas yang diberikan kepada dipikirkan dan dikembangkan demi menjangkau
peserta didik membuat siswa semakin lelah dan anak-anak tercinta. Upgrade pengetahuan secara
bosan. Kekuatiran orang tua akan pendidikan mandiri adalah langkah yang diambil ketika kita
anaknya seringkali membuat tindak kekerasan dilarang untuk melakukan kegiatan bersama
pada anak dengan pemaksaan-pemaksaan untuk seperti sebelumnya. Banyak sekali sumber belajar
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan ke di era teknologi sekarang ini yang bisa kita
anaknya. Beban berat tidak hanya dipikul oleh manfaatkan untuk belajar mandiri seperti bertanya
siswa tetapi juga orang tua yang mendadak harus pada browser Google, You Tube, mengikuti
menjadi guru buat anaknya. Webinar tentang Pembuatan media Pembelajaran
Jarak Jauh dan sumber-sumber lain.
Sebagai pendidik kita harus bijak, kita
tidak bisa membiarkan keadaan seperti ini terus Sebagai guru profesional, kita
berlanjut karena ini adalah tanggung jawab diwajibkan punya empat kompetensi yaitu
profesional kita. Banyak sekali korban kekerasan pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua dan Dalam kompetensi pedagogik dijelaskan bahwa

Belajar, Berkarya dan Berbagi - Heny Sulistyorini - SMPN 1 Geger Kabupaten Madiun - Halaman 25

pendidik diharuskan bisa memanfaatkan teknologi 2. Membuat Channel You Tube dengan nama
pembelajaran dan dalam kompetensi sosial sudah “Guru Madiun Berbagi”
dijelaskan bahwa pendidik wajib menggunakan Channel You Tube “Guru Madiun Berbagi”
teknologi komunikasi dan informasi secara adalah media sharing atau berbagi yang
fungsional, oleh karena itu ketika masa pandemi dimiliki penulis sebagai rumah bagi karya-
Covid-19 ini terjadi seharusnya kita tidak perlu karya yang berisi video tutorial dan
bingung karena kita bisa memanfaatkan teknologi pembelajaran. Siapa saja bisa datang, belajar
informasi dalam menjangkau anak-anak. Marilah dan mengambil karya-karya yang sudah
kita berikan yang terbaik bagi siswa-siswa yang disediakan. Dan siapa saja boleh menyukai
merupakan tanggung jawab kita dan berbagi atau tidak menyukai karya-karya yang ada di
dengan teman sejawat di masa Pembelajaran Jarak rumah tersebut.
Jauh (PJJ). Dengan berbekal kemampuan IT yang “Guru Madiun Berbagi”dengan mottonya
sangat terbatas karena belajar secara otodidak dan “Sharing is Caring” adalah chanel you tube
modal percaya diri yang tinggi penulis yang merupakan wujud kepedulian penulis
menghasilkan karya-karya sebagai berikut: dalam dunia pendidikan untuk berbagi ilmu
1. Membuat Video Pembelajaran bagi Siswa bagi peserta didik dan teman sejawat. Nama
“Guru Madiun Berbagi” dipilih penulis karena
dan Teman Sejawat penulis bangga menjadi orang Madiun dan
➢ Video Pembelejaran bagi Siswa ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi siswa dan teman sejawat yang kesulitan
Video pembelajaran dibuat dalam rangka mendapatkan materi-materi atau tutorial
penganti kehadiran fisik pendidik. Dengan pemanfaatan IT dalam rangka Pembelajaran
kehadiran video-video pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di daerah tercinta walaupun
diharapkan mampu mengobati kerinduan diluar dugaan ternyata Channel ini juga bisa
peserta didik akan hadirnya pendidik. dimanfaatkan di seluruh tanah air. Ada
Video ini berisi materi-materi pembelajaran perasaan sukacita yang luar biasa ketika hidup
per kompetensi dasar sehingga target kita bermanfaat bagi orang lain dan hampir 100
kurikulum tetap bisa tercapai sebagaimana karya sudah kita unggah di media ini.
mestinya. Selain berisi materi
pembelajaran, ada juga video-video tutorial 3. Membuat Kelas Digital atau Online di
cara peserta didik mengikuti media-media Learning Management System
Pembelajaran Jarak Jauh yang dipakai oleh Dengan latar belakang keinginan untuk
guru seperti bagaimana cara gabung di membuat kelas-kelas tatap muka seperti di
kelas online, bagaimana cara berdiskusi sekolah sehingga memudahkan pengelolaan
online, bagaimana cara mengerjakan tugas Pembelajaran Jarak Jauh maka dibuatlah kelas
online, bagaimana cara mengumpulkan Digital atau Online dengan memanfaatkan
tugas online dan masih banyak lagi. Learning Management System (LMS). Banyak
➢ Video Pembelajaran bagi Teman Sejawat sekali Learning Management System yang bisa
Video ini dibuat dalam rangka memberikan dipakai dalam membuat kelas Online seperti
alternatif solusi karena banyak sekali Moodle, Edmodo, Schoology, Google
pendidik yang tidak siap melakukan Classroom, dan lain-lain dan semuanya punya
kegiatan pembelajaran Jarak Jauh. Video kelebihan masing-masing. Penulis memilih
bagi guru banyak berisi tutorial-tutorial Google Classroom karena di Learning
bagaimana membuat kelas online di Management System ini sistemnya sudah siap
aplikasi-aplikasi yang sudah ada, dan kita tinggal mengembangkan sendiri
bagaimana mengunggah materi, bagaimana kontennya jadi pendidik bisa bereksplore di
mengambil dan mengoreksi tugas siswa, kontennya seperti menamai dan mendesain
bagaimana membuat kuis online, kelas sendiri, menyisipkan materi yang berupa
bagaimana membuat media pembelajaran bahan bacaan, PPT, Video, Link sumber
dan masih banyak lagi.

Belajar, Berkarya dan Berbagi - Heny Sulistyorini - SMPN 1 Geger Kabupaten Madiun - Halaman 26

belajar dan masih banyak lagi. pendidikan. Dan Berbagi ilmu dengan teman-
teman sejawat kita sehingga kelebihan-kelebihan
4. Mengupgrade Akun Pribadi menjadi Akun kita yang bisa menghasilkan karya bisa
Sekolah menginspirasi mereka untuk berbuat dan berkarya
Ada kelebihan-kelebihan dan kemudahan- bagi bangsa Ini.
kemudahan yang diberikan ketika kita
menggunakan akun sekolah untuk kepentingan Yang paling membanggakan dalam
Pembelajaran Jarak Jauh. Untuk itu dalam hidup kita adalah ketika kita bermanfaat bagi
rangka memberikan pelayanan yang terbaik orang lain. Marilah kita belajar, berkarya, dan
dan maksimal bagi siswa dan guru kita berbagi bagi bangsa kita. Dengan tangan-tangan
mengupgrade dari akun pribadi ke akun kita marilah kita hapus tangisan negeri ini.
sekolah dengan menggunakan Google Suite Tangisan anak-anak bangsa yang tidak bisa belajar
For Education. Ketika akun kita sudah menjadi karena pandemi Covid-19. Jayalah terus negeriku,
akun sekolah dengan domain sekolah Jayalah terus Indonesiaku. Apapun yang terjadi
contohnya: [email protected] maka denganmu, Aku akan tampil di depan bagi
kita tidak dibatasi dalam menyimpan data, negeriku.
dapat menggunakan fasilitas video converence
terintegrasi dalam kelas digital, bisa
mengimport nilai ke kelas digital dan masih
banyak lagi.
Dari kelebihan-kelebihan teknologi dan

informasi yang sudah dipaparkan kita tahu bahwa
keberadaan teknologi digital tetaplah tidak bisa
menggantikan kehadiran guru, kehadiran guru
tetaplah dinanti-nantikan oleh para peserta didik.
Dengan kecangihan teknologi maka para guru bisa
hadir di depan murid-muridnya dengan cara
virtual. Bisa memberikan pembelajaran seperti
layaknya pembelajaran tatap muka di kelas. Inilah
solusi pembelajaran di era pandemi Covid-19
terlebih lagi kepedulian pemerintah dalam
memberikan kuota internet gratis bagi siswa dan
guru semakin memperlancar kegiatan
pembelajaran di era Pembelajaran Jarak Jauh.
Teknologi setidaknya dapat memfasilitasi guru
untuk menjangkau anak-anak di masa pandemi
Covid-19. Dengan kecangihan teknologi bisa
membantu peran guru terutama pada aspek
pengajaran yang bertumpu pada transfer of
knowledge, tekcnology and skill.

Sebagai guru yang profesional kita harus
terus belajar mengembangkan diri sesuai dengan
semboyan kita Long Life Education karena kita
akan tergilas oleh jaman ketika kita tidak mau
mengikuti perkembangan teknologi dan
perkembangan masyarakat yang sudah padat
dengan informasi. Terus berkarya demi kemajuan
pendidikan di Indonesia karena dengan karya kita
akan memberikan warna tersendiri di dunia

Belajar, Berkarya dan Berbagi - Heny Sulistyorini - SMPN 1 Geger Kabupaten Madiun - Halaman 27

MEMAKAI LADI GAGA UNTUK MEMPERMUDAH PENYELESAIAN SOAL
KONVERSI SUHU

Oleh : Kasiyono, S.Pd.
Guru SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun

Abstrak

Kata Kunci : Ladi Gaga, Konversi Suhu

Hasil pelatihan pembelajaran konstektual yang didapatkan penulis dari pelatihan USAID
PRIORITAS Modul 1 bahwa pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu
siswa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan. Karena itu, pembelajaran di sekolah tidak
seharusnya diarahkan sekedar mengenal, mengingat, atau memahami ilmu pengetahuan.

Disisi lain tujuan IPA di SMPN 4 Mejayan dalam KTSP adalah memberikan pengetahuan dan
ketrampilan kepada siswa untuk menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan dan pengembangan
IPTEK. Besarnya KKM adalah 75, artinya bahwa Siswa dikatakan tuntas belajar apabila mendapatkan nilai
minimal 75. Tetapi pada kenyataanya memperoleh nilai 75 amatlah sulit

Tujuan utama dari karya inovasi pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa menyelesaiakan
soal konversi suhu dengan gambar grafik, sehingga siswa tidak diharuskan menghafal rumus yang bnayak.
Sehibgga inovasi pembelajaran ini berupa penemuan metode atau cara menyelesaiakan konversi suhu agar
lebih mudah, cepat dan akurat yang pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar.

Karya Inovasi pembelajaran ini dilakukan di kelas 7D SMPN 4 Mejayan yang berjumlah 24 siswa,
didapatkan 19 siswa lulus (79,2%), rata-rata 78,8, daya serap 78,8% dan ketuntasan mencapai 79,2 %.
Dengan nilai terendah 60 membuktikan bahwa rata rata siswa memahami koncversi suhu C,R,F, dan K.

Siswa antusias memakai ladi gaga untuk menyelesaiakan soal konversi suhu, sebanyak 20 siswa
(83,3%), hanya 33,3 % (8 siswa) menyelesaiakan dengan rumus dan atau ditambah dengan ladi gaga.
Sedangkan belum ada siswa yang mampu membuat rumus sendiri, yang sebenarnya merupakan cara cepat
berdasarkan ladi gaga.

Berdasarkan refleksi setelah pembelajaran siswa nyaman dan senang belajar memakai ladi gaga,
ada 22 siswa (91,3%) yang sudah dan hanya 4 siswa (16,7%) yang memahami rumus konversi suhu.
Sebanyak 20 siswa (83%) menyatakan mudah, siswa menyatakan cepat (62,5%), dan mengasikan (66,7%).
Ketertarikan dengan ladi gagasangat nyata, 20 siswa (83,3%) menyatakan apakah ladi gaga dapat
digunakan untuk menyelesaikan materi lain, dan 16 siswa ingin mempelajari lebih jauh tentang rumus
buatan sendiri.

Pendahuluan sekedar mengenal, mengingat, atau memahami

Pada dasarnya pendidikan Ilmu ilmu pengetahuan. Siswa harus mampu

Pengetahuan Alam (IPA) fisika adalah memanfaatkan ilmu pengetahuan yang

menguasai konsep dan menghubungkannya dipelajarinya untuk bekal mereka dalam

dalam kehidupan sehari hari. Sehingga siswa mengenali dan mengatasi masalah kehidupan

tidak hanya sekedar tahu dan hafal tetapi siswa atau bahkan dalam menciptakan sesuatu yang

mengerti dan memahami (to understand) konsep- bermanfaat bagi kehidupan. Selama ini, pada

konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan jenjang SMP telah dikembangkan pembelajaran

suatu konsep dengan konsep lain,(www.Puskur kontekstual. Pola pembelajaran kontekstual ini

net, Depdiknas, 2006). memiliki beberapa ciri, antara lain menuntut

Hasil pelatihan pembelajaran konstektual siswa untuk aktif dan kreatif menggunakan

yang didapatkan penulis dari pelatihan USAID kemampuan berpikir tingkat tinggi,

PRIORITAS Modul 1 bahwa pembelajaran di memanfaatkan lingkungan yang ada disekitar,

dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk dan bekerja dalam kelompok. Ciri tersebut

membantu siswa bertahan hidup atau bahkan menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual

mewarnai kehidupan. Karena itu, pembelajaran memiliki kontribusi dalam pengembangan

di sekolah tidak seharusnya diarahkan untuk kreativitas siswa secara maksimal. (Modul

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -28

Pelatihan Praktik yang Baik 1 untuk SMP/MTs) dan pembuatan gambar dan atau grafik.
Usaid Prioritas 2013. Berdasarkan latar bealakan diatas penulis

Disisi lain menurut KTSP SMPN 4 membuat pembelajaran yang lebih inovatif
Mejayan 2013/2014 hal 12, tujuan Pembelajaran dengan judul Memakai Ladi Gaga untuk
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMPN 4 Mejayan mempermudah penyelesaian Konversi Soal
adalah memberikan pengetahuan dan Suhu.
ketrampilan kepada siswa untuk menguasai
dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan dan Berdasarkan latar belakang diatas
pengembangan IPTEK. Didalamnya juga di peneliti merumuskan masalah dengan
jelaskan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal menggunakan pertayaan : Apakah dengan Ladi
(KKM) adalah 75, artinya bahwa Siswa Gaga dapat mempermudah konversi suhu dan
dikatakan tuntas belajar apabila mendapatkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
nilai 75 atau lebih sedangkan siswa dikatakan materi konversi suhu.
tidak tuntas bila mendapatkan nilai dibawah 75.
Siswa yang tidak tuntas diberi kesempatan untuk Tujuan yang penulis dari inovasi
mengikuti remedi sebanyak dua kali sampai pembelajaran ini adalah : Untuk mengetahui
mendapat nilai 75. Jika setelah dua kali remedial apakah Ladi Gaga dapat mempermudah
siswa tidak tuntas maka nilai yang diperoleh pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal
adalah nilai tertinggi pada pencapaian KD konversi suhu dan sekalikus dapat meningkatkan
tersebut. prestasi belajar

Tetapi pada kenyataanya untuk mencapai Landasan Teori
KKM 75 amatlah sulit. Dari pernyataan siswa Ide Dasar Ladi Gaga
yang disampaikan secara lisan bahwa IPA itu
sulit karena harus menghafal hukum, rumus, Ide penggunaan inovasi pembelajaran
menggambar dan menghitung. Selain itu secara ladi gaga ini diawalii dari kesulitan penulis untuk
umum siswa takut atau malu menjawab atau menjelaskan konsep konversi suhu. Dari literatur
bertanya jika salah sehigga akan dimarahi guru yang ada selalu diawali dengan gambar skala
atau ditertawakan temannya. Yang lebih parah termometer dilengkapi dengan titik tetap atas
mereka kebanyakan tidak tahu kegunaan IPA (BA) yang merupakan titik didih / embun dan
dalam kehidupan sehari hari. titik tetap bawah (BB) yang merupakan titik lebur
/ beku.
Terlebih lagi dalam soal-soal Ujian
Nasional baik papper test atau Ujian Nasional Selanjutnya menentukan selisih dan
Berbasis Komputer (UNBK) kebanyakan perbandingan, dimana perbandingan yang ada
perintahnya adalah Perhatikan Gambar, grafik, adalah 20, karena secara matematis pembagi 20
tabel atau pernyataan dan bukan hitungkah soal menghasilkan hasil terkecil. Sehingga akan
berikut. Dengan demikian penulis beranggapan menghasillkan perbandingan skala C : R : F :
bahwa dengan memahami gambar atau grafik K = 5 : 4 : 9 : 5. Setelah itu dibuat peramaan
lebih utama dibanding menghafal rumus. misal dari toC ke toF adalah toF = 9/5 toC+ 32,
sebaliknya jika dari toF ke toC adalah toC = 5/9
Dari kenyataan diatas penulis (toF- 32).
berkeinginan membangun suasana kelas yang
nyaman, menyenangkan dan semua siswa terlibat Dengan demikian siswa dipaksa untuk
dalam pembelajaran. Sedikit demi sedikit menghafal rumus, padahal untuk menjelaskan
mengikis pendapat bahwa IPA khususnya Fisika kenapa 5/9 atau 9/5 saja butuh waktu, belum lagi
itu sulit, antara lain dengan meminimalisir menjelaskan mengapa harus dikurangi (-) atau
pemakaian persamaan (rumus) fisika yang ditambah (+). Lebih jauh harus menjelaskan
banyak perhitungan. Salah satu yang banyak secara matematis mengapa saan (-) harus di
rumus adalah materi konversi suhu . Oleh kurung (dihitung terlebih dulu), sedangkan saat
karenanya penulis berusaha menjadikan rumus (+) dikalikana baru ditambah. Hal ini sangat
dengan lebih menitik beratkan pada pemahaman menyulitkan bukan saja pada guru tetapi juga
pada peserta didik. Selain konsep fisika mereka
juga harus kuat di konsep matematika yang

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -29

selanjutnya menghafal rumus konversi. Dari semua jenis soal konversi suhu.
skala suhu C, R, F,dan K saja ada, 12 rumus.
Desain Inovasi Pembelajaran Ladi Gaga
Selain itu permasalahan selanjutnya Desain inovasi pembelajaran memakai
adalah jika harus mengkonversi skala suhu selain
C,R,F dan K, misalnya X atau Y, dimana TA dan ladi gaga didesaian sedemikian rupa siswa
TB nya berbeda dengan yang ada di buku atau terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
diajarkan guru. Siswa harus berjibaku lagi Guru dapat menggunakan sofware power point
dengan persamaan dan perbandingan baru. atau langsung menggambarkan di papan tulis.
Ladi gaga dimulai dengan membuat garis vertikal
Ketika penulis melihat dan kenmudian sebanyak 5 buah setinggi 11 baris (garus di buku
merangkum contoh soal ujian nasional dan ujuan tulis). Berturut turut diatas garis vertikal di tandai
sekolah, soal yang ada kebanyakan perhatikan dengan toC, toR, toF, toK dan to....... (di beri
gambar berikut, dima ada 2 atau lebih skala suhu inisial sesuai keinginan seserta didik), misalnya
yang dilengkapi dengan TA dan TB. Sedangkan toX.
soal yang ada misalnya konversi dari C ke F
selalu tertulis angka ... oC garis mendatar Berikutnya di garis paling bawah ditulis
(_______) ke skala suhu toF. Yang menurut titik tetap bawah (BB), selanjutnya tiap diberi
pemahaman penulis bahwa tanda sama dengan nilai sesuai degan skala suhunya berturut turut 0,
(=), jika di gambar grafik artinya segaris datar 0, 32, 273, dan ...... (di beri nilai (angka) sesuai
(seimbang). keinginan seserta didik) misalnya 25. Sedangkan
di garis teratas titik tetap atas (BA) secara
Dari soal yang ada penulis yakin dengan berturut turut 100, 80, 212, 373, dan ...... (di beri
gambar grafik dengan penekanan pada BA dan nilai (angka) sesuai keinginan seserta didik)
BB akan dapat menyelesaiakan soal konversi misalnya 275. Selanjutnya di paling kiri mulai
suhu. Setelah penulis coba mengerjakan dengan dari garis terbawah keatas diberikan angka 0, 1, 2
gambar grafik ternyata lebih cepat, mudah dan dan seterusnya sampai 10.
akurat. Selain itu pembagi perbandingan lebih
mudah membagi dengan 10, karena dari selisih C, Setelah siap dicari selisih BA dan BB
R, F,dan K jika dibagi 10 hasilnya tinggal dibagi 10, maka hasilnya jika ditambah nilai
menghilangkan angka nol dibelakang. dibawahnya merupakan nilai tiap garis. Ladi gaga
siap digunakan untuk mengerjakan soal konversi
Jenis Inovasi Pembelajaran Ladi Gaga suhu
Jenis inovasi pembelajaran yang penulis
Rancangan Inovasi Pembelajaran Ladi Gaga
lakukan adalah membuat metode atau cara baru Mekanisme inovasi pembelajaran ladi
dalam menyelesaiakan soal konversi suhu. dalam
inovasi pembelajaran ini bukan saja dilakukan Gaga untuk menyelesaiakan soal konversi suhu
oleh guru atau guru sebagai model tetapi siswa harus dilakukan secara bersama-sama antara guru
terlibat langsung dalam proses. Meskipun banyak dan peserta didik. Langkah-langkahnya adalah
buku dalam untuk menjelaskan konversi suhu sebagai berikut :
dimulai dari gambar, akan tetapi penekanan pada 1. Guru memberikan contoh dipapan tulis atau
rumus, termasuk cara penyelesaian.
dengan LCD proyektor menggunakan
Oleh karenanya dalam inovasi ini penulis program yang dipahami guru (sebaiknya
tetap menjelaskan tentag rumus konversi, tetapi microsoft Power Point).
hanya sebagai pembanding tingkat kesulitan dan 2. Langkah 1 dimulai dengan membuat garis
kecepatan penyelesaian. Penitik beratnya pada Vertikal sebanyak 5 buah setinggi 11 baris
pemakain ladi gaga, dimana dalam inovasi ini (garus di buku tulis).
dititik beratkan pada gambar grafik bukan rumus. 3. Tandai berturut-turut toC, toR, toF, toK dan
Dengan demikian siswa tidak terlalu dibebani to....... (di beri inisial sesuai keinginan seserta
menghafal rumus dan menyelesaian secara didik), misalnya toX diatas garis vertikal
matematika tetapi dapat menyelesaikan dengan sebagai tanda skala yang dimaksud.
mudah cepat dan akurat, serta fleksibel untuk

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -30

4. Langkah kedua pada garis terbawah ditulis TB Sedangkan garis teratas BA, dengan nilai
dengan nilai berturut-turut 0,0,32, 273 dan ... berturut-turut 100,80, 212, 373 dan ... (sesuai
(sesuai keinginan peserta didik) misalnya 25. keinginan peserta didik) misalnya 275.

5. Dari langkah kedua siswa sudah mulai 6. Langkah ketiga adalah menentukan selisih

dikenalkan bawa yang segaris mrmpunyai yaitu nilai BA dikurangi BB. Kemudian

nilai sama, misalnya 0 toC = 0oR = 32oF= dibagi 10. Pada langkah ini di paling kiri

273oK = 25oX. Demikian juga dengan nilai mulai dari garis terbawah keatas diberikan

sama BA. angka 0,1, 2 dan seterusnya sampai 10.

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -31

7. Langkah terakhir adalah memberikan nilai bagi ditambah BB, sedangkan baris kedua
masing- masing skala suhu, sehingga dimana adalah hasil baris pertama ditambah hasil bagi
tiap garis bernilai hasil pembagi. Sedangkan dan seterusnya.
caranya adalah baris pertama bernilai hasil

Proses Penemuan/Pembaharuan Inovasi Pemakaian ladi gaga untuk
Pembelajaran Ladi Gaga menyelesaiakan soal konversi suhu diawali

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -32

dengan pembuatan gambar grafik konversi suhu. dibagi hasil bagi (1)
Yang membedakan cara penyelesaian dengan 3. Hasilnya menunjukan jumlah garis garis
sebelumnya adalah dengan ladi gaga siswa cukup
menghafal dan memahami BA dan TB. Selain mendatar
dari itu pemakaian ladi gaga lebih universal 4. Isilah nilai baris pertama dengan nilai hasil
karena dengan cara ini dapat digunakan untuk
mengkonversi suhu dari skala apa saja. bagi ditambah BA, baris selanjutnya hasil
baris pertama ditambah hasil bagi dan
Siswa juga diajak untuk membuat seterusnya.
skala suhu sendiri yang diharapkan mereka lebih 5. Nilai yang dimaksud adalah yang segaris
berani untuk mencoba dan mencipta bukan dengan yang ditanyakan di soal.
menghafal dan memakai. Dan di akahir 6. Jika sudah lancar diarahkan untuk membuat
pembelajaran diharapakan siswa mampu persamaan lebih cepat yakni dengan cara
menciptakan rumus sendiri sesuai dengan langkah 1 dan 2. Kemudian hasil bagi soal
pengetahuannya. Secara umum proses penemuan dikali hasil bagi soal yang ditanyakan
dan pembaharuan seperti berikut : ditambah BB.
1. Menentukan BA dan BB hitung selisihnya,
Berikut ini adalah bagan alur proses
masing-masing bagi 10, disebut hasil bagi pembuatan dan pembaharuan cara menyelesaikan
2. Nilai dari soal yang ditanyakan dikurangi BB soal konversi suhu dengan ladi gaga.

Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran Ladi membuat siswa kurang jelas.
Gaga dalam Pembelajaran d. Guru memberikan pretes tentang konversi suhu
1. Proses pembelajaran dengan Ladi Gaga
yakni mengisi BA, BB, selisih, perbandingan
Proses pembelajaran dengan menggunakan serta 1 soal konversi suhu berdasarkan
ladi gaga dimulai dari dasar pembuatan gambar.
gambar grafik dan penekanan pada BA dan e. Guru memberikan contoh di papan tulis atau
BB. LCD proyektor kemudian membimbing siswa
a. Guru memberi salam dan mengajak berdo’a melakukan langkah 1 sampai dengan 4,
b. Guru menpresensi siswa untuk mengetahui dimana semua siswa harus mengerjakan.
kehadiran peserta didik f. Guru memberikan soal secara lisan konversi
c. Guru memberikan apersepsi dengan suhu dari gambar grafik yang dibuat.
menjelaskan tentang pembelajaran minggu g. Guru mengajak berlomba adu cepat dengan
sebelumnya tentang suhu, dan termometer siswa untuk memotivasi bahwa dengan
dimana penekanan pada hal hal yang memahami gambar grafik bisa

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -33

mennyelesaikan soal lebih mudah, cepat dan m. Siswa memberikan refleksi tentang

akurat. pembelajaran, apakah pembelajaran dengan

h. Guru mengajak siswa untuk mengerjakan soal ladi gaga lebih mudah atau sulit, apa yang

dengan rumus dan dengan ladi gaga sesuai belum jelas, apa yang perlu diperbaiki dan apa

Lembar Kerja (LK). yang inigin dipelajari selanjutnya

i. Siswa diminta memilih mana yang lebih mudah n. Guru menutup pembelajaran dengan

dan cepat untuk menyelesaikan soal. memberikan salam dan berdoa.

j. Guru memberikan contoh pembuatan rumus 2. Aplikasi menyelesaian soal konversi suhu

sendiri dari pemahaman ladi gaga. dengan Ladi Gaga

(selengkapnya aplikasi penyelesaian soal Berikut disajikan cara penyelesaian soal

konversi suhu ada di sub dibawah ini). konversi suhu dengan menggunakan ladi rumus,

k. Guru memberikan post tes konversi suhu, ladi gaga dan rumus baru hasil ladi gaga.

siswa boleh mengerjakan dengan rumus, ladi Sedangkan soal yang akan dibahas adalah soal

gaga atau rumus buatan siswa sendiri. unjian Nasional yang penulis tampilkan diatas.

l. Bersama siswa guru menyimpulkan

a. Kegiatan Guru dalam aplikasi pembelajaran dengan ladi gaga

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -34

b. Langkah penyelesaian soal dengan ladi gaga
Perlu disampaikan lagi bahwa beberapa rumus konversi suhu adalah sebagai berikut :

1. Suatu benda diukur dengan menggunakan termometer bersekala Celsius menunjukan 350C, berapa suhu

benda tersebut ketika di ukur menggunakan termometer berskala Ferenheit …. (UN 2015)

A. 63ºF B. 67ºF C. 95ºF D. 104ºF

Penyelesaian :

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -35

2. Perhatikan gambar termometer berikut!
Suhu P pada termometer celcius adalah ... (UN 2014)

(A) 76ºC
(B) 72ºC
(C) 50ºC
(D) 40ºC

3. Perhatikan gambar!

Suhu B pada termometer B adalah ...

A. 75 ºC
B. 110 ºC
C. 125 ºC
D. 140 ºC

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -36

Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran Ladi Gaga
Tabel 1. Perbandingan Nilai Siswa kelas 7C dan 7D dengan rumus dan dengan Ladi gaga

No Dengan Rumus Dengan Ladi Gaga
Jam Ke 1,2 Kl 7C
Jam Ke 3,4 7D

1 Adelia Eka Ningtyas 70 Remidi Aditya Dwi Prastyo 70 Remidi
Lulus
2 Afrizal Adit Pratama 60 Remidi Anjariah Nur Tri H 100 Lulus
Lulus
3 Agnes Imelda Caroline 65 Remidi Bekti Nur A'ini 85 Remidi
4 Agung Sri Widodo 70 Remidi Bireven Prasetyo Kusnadi 85 Lulus
Lulus
5 Alif Febiansyah 80 Lulus Davit Triswanto 60 Lulus
Remidi
6 Alif Nurdiansyah 90 Lulus Didik Widiantoko 75 Lulus
7 Ardiansyah 70 Remidi Dwi Agustina 80 Lulus
Lulus
8 Armido Falela Putra 65 Remidi Ega Hera Puspita 75 Lulus
Lulus
9 Arya Hadi Prawira 80 Lulus Gris Andika Kurniawan 60 Lulus
10 Dimas Ariya Saputra 65 Remidi Innaya Nur Rohani 100 Lulus
Lulus
11 Dista Mahendra 75 Lulus Mei Lani Andita Putri 75 Lulus
Lulus
12 Dwi Nurfaizah 65 Remidi Riki Nur Sadewo 75 Lulus
13 Edi Chang 75 Lulus Rizki Permata Abadi 80 Lulus
Lulus
14 Ervanda Dany Hermawan 75 Lulus Sandi Alfianto 75 Lulus
Lulus
15 Joni Setiawan 60 Remidi Sandy Permana Putra 85
75 Lulus Satrio Wicaksono 75 87,5%
16 Magribie Anta Nurahmad 70 Remidi Ugik Ari Wijaya 85 12,5%
Arradea 85 Lulus Vicky Nur Satrya 85
60 Remidi Wahyu Nur Hidayat 75
17 Moch. Riski Misnanda 55 Remidi Wenendi Saputra Prayogi 95

18 Nimas Ayu Pungki
Siswanto

19 Nurrokim

20 Paris Saputra

21 Rizal Eki Rianto 65 Remidi Wisnu Chandra Arifulloh 95

22 Shalis Nur Kasanah 70 Remidi Yanu Ardhi Winata 80
23 Shinta Dewi 80 Lulus Yoga Pratama 75

24 Yuda Nugroho 70 Remidi Yogik Novianto 75

Rata-Rata 70,63 80
Daya Serap 70,6% 80,0
Ketuntasan 37,5% %
87,5
%

Nilai Terendah 55 60
Nilai Tertinggi 90 100

Jumlah Yang Lulus 9 37,5% 21

Jumlah Yang Tidak Lulus 15 62,5% 3

Tabel 2. Data Hasil Pekerjaan Siswa

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -37

Setelah selesai pembelajaran guru dipelajari lebih lanjut, dan tanggapan terhadap

meminta siswa memberikan refleksi terhadap metode pembelajaran yang dilakukan. Hasilnya

proses dan metode pembelajaran, meliputi yang adalah sebagai berikut :

belum jelas, yang sudah jelas, yang ingin

Tabel 3. Refleksi terhadap proses dan metode pembelajaran ladi gaga

Analisis Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi menggunakan ladi gaga untuk menyelesaiakan
Pembelajaran Ladi Gaga soal konversi suhu sangat bagus dimana ada
83,3% (20 siswa), hanya 33,3 % (8 siswa)
Berdasarkan data yang diperoleh dapat menyelesaiakan dengan rumus dan atau ditambah
dikatakan bahwa inovasi pembelajaran Memakai dengan ladi gaga. Dari sini dapat dilihat bahwa
Ladi Gaga untuk mempermudah penyelesaian ladi gaga menjadi pilihan pertama untuk
Konversi Suhu ternyata selain prestasi secara menyelesaikan soal. Sedangkan belum ada siswa
umum bagus juga disukai siswa. Dari Tabel 1 yang mampu membuat rumus sendiri, yang
tentang prestasi belajar siswa berupa nilai sebenarnya merupakan cara cepat berdasarkan
menyelesaikan soal konversi suhu terdapat 19 ladi gaga.
siswa lulus dari 24 siswa (79,2%), dimana
KKMnya 75. Hal ini juga dapat diihat range nilai Temuan berikutnya adalah merasa
hanya 40 ( antara 60 sampai dengan 100), dengan nyaman dan senang belajar menggunakan ladi
rata-rata 78,8, daya serap 78,8% dan ketuntasan gaga, seperti hasil pada tabel 3. Dimana ada 22
mencapai 79,2 %. Padahal dari tahun ketahun siswa (91,3%) yang sudah jelas tentang ladi gaga
sulit sekali untuk menjelaskan dan dan hanya 4 siswa (16,7%) yang memahami
menyelesaikan soal konversi suhu karena banyak rumus konversi suhu. Sehingga wajar jika 20
rumus yang dihadapi apalagi diluar koncversi siswa (83%) menyatakan mudah, sebagian siswa
suhu C,R,F, dan K. menyatakan cepat (62,5%), dan mengasikan
(66,7%). Dari data tersebut juga diperoleh siswa
Sedangkan ketertarikan siswa

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -38

penasaran dengan ladi gaga, hal ini dapat dilihat menyelesaiakan soal konversi suhu.
ada 20 siswa (83,3%) menyatakan apakah ladi 2. Ladi gaga dapat mempermudah dan
gaga dapat digunakan untuk menyelesaikan
materi lain, dan 16 siswa ingin mempelajari lebih mempercepat penyelesaian soal konversi
jauh tentang rumus buatan sendiri. suhu.

Simpulan Saran
Dari data hasil implementasi inovasi Karena metode penyelesaian soal dengan

pembelajaran Memakai Ladi Gaga untuk memakai ladi gaga dapat mempercepat,
mempermudah penyelesaian Konversi Suhu mempermudah dan meningkatkan pemahaman
dapat disimpulkan : serta meningkatkan prestasi belajar siswa,
1. Ladi gaga dapat meningkatkan pemahaman diharapkan metode ini dapat dipelajari,
dipergunakan, dan dikembangkan untuk
dan prestasi belajar siswa untuk persoalan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2004, b, Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains Buku 4,
Jakarta : Depdiknas

Anni. Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli. http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-
belajar.html.

Pemerintah Kabupaten Madiun Dinas Pendidikan. 2013.Madiun. Kurikulum SMP Negeri 4 Mejayan,
Pemerintah Kab. Madiun Dinas Pendidikan.

Sudjana. 2011. Pengertian Hasil Belajar Para Ahli. http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-
belajar.html.

USAID, Asyik Belajar dengan PAKEM: IPA untuk SD/MI dan SMP/MTs , , November 2006, USAID
USAID Prioritas, Modul Praktik Yang Baik 1 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), Pebruari 2013 USAID Prioritas
Kuswanti dkk , Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: SekolahMenengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4/ NurJakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.

Ladi Gaga – Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun - Halaman -39

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG KEMAGNETAN
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SETS PADA KELAS IX D SEMESTER

GENAP TAHUN PELAJARAN 2019-2020 DI SMP NEGERI 4 MEJAYAN MADIUN

Oleh : Kasiyono, S.Pd.
Guru SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci : IPA, Hasil belajar, SETS, Kemagnetan

Penelitian ini dilaksanakan karena hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP Negeri 4
Mejayan masih rendah. Hal ini terlihat rerata hasil belajar tiga tahun terakhir yakni tahun pembelajaran
2016/2017 adalah 57.50, tahun pembelajaran 2017/2018 yakni 58.00, tahun pembelajaran 2018/2019
dengan rerata 59.00, pada materi kemagnetan masih kurang dari KKM yakni 75.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Tentang Kemagnetan setelah menggunakan Pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology, Society),
yang memiliki makna pengajaran sains (ilmu pengetahuan) yang dikaitkan dengan unsur lingkungan,
teknologi, masyarakat. (Binadja, 2002;23)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX D SMP Negeri 4 Mejayan tahun 2019-2020 yang berjumlah
25 peserta didik terdiri dari 18 laki-laki dan 7 Perempuan, peneliti, dan seorang pengamat. Penelitian ini
dilakukan sebanyak 3 siklus, setiap siklus terdiri dari tahap prencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Indkator keberhasilan penelitian ini adalah jika 85 % peserta didik mencapai nilai 75 atau lebih, dengan
rata-rata hasil belajar minimal 80 dan 85% atau lebih peserta didik terlibat secara aktif selama proses
pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pada siklus I rerata hasil belajar 75, ketuntasan belajar 44% dan
keaktifan 49%. Pada siklus II rerata hasil belajar 79,26, ketuntasan belajar 60% dan keaktifan 72%.
Sedangkan siklus III rerata hasil belajar 82,8, ketuntasan belajar 88% dan keaktifan 90%. Hasil observasi
terhadap guru dalam pembelajaran pada siklus I 45 % efektif, Siklus II 78 % dan pada siklus III mencapai
90%.

Pendahuluan 2017/2018 nilai rata-ratnya 58.00, tahun
Dari identifikasi yang penulis lakukan ada pembelajaran 2018/2019 nilai rata-ratnya 59.00,
dari data diatas hasil belajar kelas IX SMP Negeri
beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar 4 Mejayan khususnya pada materi kemagnetan
peserta didik tidak maksimal, antara lain : masih kurang dari KKM yakni 75.
1. Peserta Didik cukup sulit memahai konsep,
Berdasarkan data awal diatas maka perlu
prinsip, fakta materi IPA dilakukan pendekatan pembelajaran yang
2. Peserta Didik banyak yang belum siap untuk membuat peserta didik nyaman, mudah mengerti,
ada lingkungannya, nyata, masuk akal serta dapat
menerima materi pembelajaran yang akan diaplikasikan dan bermanfaat dalam kehidupan
diajarkan. sehari–hari. Tetapi sering kali alat yang
3. Keterlibatan Peserta Didik masih rendah diperlukan tidak tersedia misalnya transformator,
4. Banyak Peserta Didik tidak mengerjakan tugas generator dan lain-lain. Dengan uraian diatas
dan atau PR yang diberikan. penulis merasa perlu melakukan pendekatan yang
5. Sumber belajar kurang maksimal, karena dapat mengaplikasikan antara sains, berdasarkan
jarang memanfaatkan teknonogi, lingkungan lingkungan peserta didik, teknologi yang dapat
dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. menggambarkan materi yang abstrak dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, yang
Selain identifikasi diatas berdasarkan data pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar
diatas, ternyata rata-rata hasil belajar kelas IX D peserta didik rata-rata diatas KKM.
pada materi kemagnetan sangat rendah. Rata-rata
hasil belajar tiga tahun terakhir adalah sebagai Melalui penelian ini diterapkan
berikut : pada tahun pembelajaran 2016/2017
nilai rata-ratanya 57.50, tahun pembelajaran

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 40

pendekatan SETS yang diharpakan dapat peserta didik dalam pembelajarannya selain

membantu Peserta Didik lebih tertarik dan mempelajari teori tentang sains (ilmu

memudahkan mempelajari materi Kemagnetan. pengetahuan) mereka juga menengok kehidupan
Apalagi penulis pada tahun pembelajaran 2013 – nyata mereka yang berhubungan dengan teori

2014 pernah menyusun PTK berjudul yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif
“Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Tentang dalam pemahaman peserta didik.

Tata Surya Dengan Menggunakan Pendekatan Maka, dengan pendekatan, hasil

SETS Pada Kelas IX A Semester Genap Tahun pembelajaran diharapkan mampu memberikan

Pelajaran 2013-2014 Di SMP Negeri 4 Mejayan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik
Madiun” (Kasiyono, 2014) dapat meningkatkan dalam mengembangkan kehidupan sebagai

hasil belajar kelas IX A semester genap tahun manusia pribadi, anggota masyarakat, warga

pelajaran 2013-2014 Di SMP Negeri 4 Mejayan. negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan

Berdasarkan latar belakang di atas maka selanjutnya.

peneliti merumuskan masalah menngunakan Adapun teori belajar yang digunakan

pertanyaan penelitian ini : Apakah pendekatan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme,

SETS dapat meningkatkan hasil belajar peserta behaviorisme, cognitive development, dan social

didik tentang Kemagnetan pada kelas IX D cognitive. Belajar berdasarkan konstruktivisme
Semester Genap tahun Pelajaran 2019-2020 Di adalah “mengonstruk” pengetahuan. Belajar

SMP Negeri 4 Mejayan Madiun? bermakna apabila peserta didik belajar

Tujuan penelitian adalah untuk mengkonstruksikan (membangun) pengetahuan,

mengetahui dan menganalisa peningkatan Hasil sikap, atau ketrampilannya sendiri.

Belajar Peserta Didik Pada Kelas IX D Semester Kegiatan konstruktivisme terlihat dalam

Genap Tahun Pelajaran 2019-2020 Di SMP pembelajaran dengan menggunakan SETS,

Negeri 4 Mejayan Madiun pada materi pokok peserta didik dituntut untuk bisa

Kemagnetan menghubungkaitkan antara unsur-unsur SETS. Ini

bisa diawali dengan menggunakan contoh yang

Tinjauan Pustaka mereka alami sendiri atau yang mereka pahami

Pengertian Pendeketatan SETS (Science, mengenai kehidupan sehari-hari mereka.Dengan

Enviroment, Technology, Society) adanya pemahaman itu mereka bisa mengkonstruk

Pendekatan SETS (Science, Enviroment, (membangun) pengetahuan yang baru, salah

Technology, Society) diperkenalkan pertama kali satunya adalah melalui interaksi, baik dengan

oleh Achmad Binadja pada tahun 1996. SETS pendidik maupun antar peserta didik.

dalam bahasa Indonesia artinya sains, lingkungan, Selain itu teori yang menjadi landasan

teknologi, masyarakat atau biasa disingkat pendekatan SETS, adalah perkembangan kognitif.

Salingtemas memiliki makna pengajaran sains Perkembangan kognitif merupakan suatu proses

(ilmu pengetahuan) yang dikaitkan dengan unsur genetika yaitu proses yang didasarkan atas

lingkungan, teknologi, masyarakat. Pendekatan mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem

SETS tidak hanya memperlihatkan masalah syaraf.

lingkungan dengan masyarakat tetapi juga cara Teori yang terakhir yang digunakan dalam

melakukan suatu kelestarian lingkungan pendekatan SETS adalah teori behaviorisme.

sementara kepentingan lain (tujuan pembelajaran) Menurut teori behaviorisme, manusia sangat

terpenuhi (Binadja, 2002;23). dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam

Jadi, pendidikan SETS bukan pendidikan lingkungannya yang akan memberikan

angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan pengalaman-pengalaman belajar.

benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, Dalam menerapkan teori behaviorisme,

bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa yang terpenting adalah para guru, perancang

dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain, pembelajaran, dan pengembang program-program

pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan pembelajaran harus memahami karakteristik

mengajar mengenai sains dan teknologi dalam peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar

konteks pengalaman manusia. Ini berarti bahwa agar tingkat keberhasilan peserta didik selama

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 41

kegiatan pembelajaran dapat diketahui.Tuntutan diajarkan oleh guru;

dari teori ini adalah pentingnya merumuskan 4. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang ada

tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik dalam hidup dan kehidupan Peserta didik

supaya mudah dicapai dan diukur. sehari-hari;

Dari penjelasan tersebut, dapat Sedangkan kekurangan pembelajaran tipe

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan ini yaitu;

menggunakan pendekatan SETS menggunakan 1. Adanya Peserta didik yang kurang mampu

beberapa teori yang saling mendukung, sehingga mengemukakan fenomena yang terjadi di

terjadi keberhasilan dalam proses maupun hasil masyarakat;

pembelajarannya. 2. Antara fakta dengan yang terjadi di lapangan,

ada kalanya bertentangan dengan teori atau

Langkah-langkah pembelajaran SETS konsep pengetahuan yang diajarkan;

Langkah-langkah dalam model pembelajaran 3. Guru harus benar-benar memiliki

kooperatif dengan pendekatan SETS ialah pengetahuan luas tentang kehidupan

sebagai berikut: bermasyarakat.

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut Pembelajaran Kemagnetan dengan

dan memotivasi Peserta didik melalui pendekatan SETS

SETS terkait materi; Berdasarkan Kurikulum K13 edisi revisi

2. Guru menyajikan informasi, mendiskusikan 2018, Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum

atau menugaskan dengan mengaitkan 2013. Proses pembelajaran dengan menggunakan

langsung satu atau semua komponen SETS ; pendekatan ilmiah, terdiri atas lima pengalaman

3. Guru mengorganisasikan Peserta didik ke belajar pokok sebagai berikut: (1) Mengamati, (2)

dalam kelompok-kelompok belajar. Agar Menanya, (3) Mengumpulkan informasi, (4)

kerja sama lebih efektif diantara mereka; Mengasosiasi, (5) Mengkomunikasikan.

4. Guru membimbing kelompok bekerja dan Demikian juga dalam pembelajaran tentang

belajar sambil mengontrol apakah model kemagnetan dilakukan kegiatan yang

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan mengandung 5 unsur diatas.

SETS yang digunakan sesuai dengan materi Dalam pelaksanaan pembelajaran agar

yang dibahas. Apabila tidak sesuai maka guru pengetahuan berupa konsep dan penerapan dalam

segera mengalihkannya dengan variabel SETS kehidupan sehari-hari dapat tersampaikan dengan

yang lain; baik adalah dengan memanfaatkan lingkungan

5. Guru memberikan evaluasi yang dilakukan sekolah dan teknologi berupa media pembelajaran

bukan sekedar tentang materi bahan ajar, berbasis IT.

tetapi termasuk wawasan Peserta didik Dengan teknologi misalnya presentasi

terhadap komponen SETS yang telah power point serta animasi flash peserta didik

digunakan. diajak untuk melihat benda atau kejadian alam

lebih lebih nyata. Diharapkan peserta didik dapat

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran menyadari alam semesta dan penciptanya, serta

SETS permasalahan lingkungan yang diakibatkan

Kelebihan model pembelajaran perubahan yang terjadi pada alam semesta. Pada

kooperafif pendekatan SETS ini adalah sebagai gilirannnya diharapakan peserta didik lebih

berikut: bersyukur dan beriman pada Tuhan Yang Maha

1. Dapat menggali pengetahuan yang dimiliki Esa, dan berperilaku bijaksana terhadap

oleh Peserta didik ; lingkungan.

2. Dapat menumbuhkan jiwa kepedulian Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan

Peserta didik terhadap masyarakat yang ada SETS dan konstektual dianggap penulis lebih

di sekelilingnya; sesuai. Hal ini disebabkan dengan pendekatan

3. Dapat mengaitkan antara fakta yang terjadi di SETS penulis leluasa menggunakan metode dan

masyarakat dengan konsep pengetahuan yang model pembelajaran yang sesuai dengan

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 42

karakteristik materi pembelajaran. Materi pokok 1) Melaksanakan Praktek dalam kelompok

kemagnetan dengan pendekatan SETS adalah (Lingkungan, Sains, Sosial), Peserta didik

sebagai berikut : melaksanakan praktek di lingkungan sesuai LK

1. Disini Peserta didik diajarakan bagaimana

Metode Penelitian belajar berkelompok yang nyaman, bisa di

Penelitian ini merupakan Penelitian kelas, di halaman sekolah, atau dimanapun

Tindakan Kelas (PTK) dimana mempunyai ciri yang membuat mereka nyaman. juga

bentuk penelitian yang terdiri dari beberapa siklus diperkenankan untuk memanfaatkan

sampai tujuan penelitian tercapai. Dalam PTK ini perpustakaan dan Laboratorium TIK.

direncanakan dalam 2 siklus, bila ternyata tujuan 2) Melaksanakan Praktek dalam kelompok 2

penelitian belum tercapai maka akan dilanjutkan (Lingkungan, Sains, Sosial), Peserta didik

pada siklus 3, dan seterusnya. Tahapan Penelitian melaksanakan praktek kelas sesuai LK 2.

Tindakan Kelas (PTK) tiap siklus meliputi: (1) Disini Peserta didik diajarakan bagaimana

tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) belajar berkelompok yang nyaman di kelas,

tahap pengamatan atau observasi (4) tahap tentang kekuatan magnet.

refleksi. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali 3) Melaksanakan diskusi dalam kelompok

pertemuan. (Lingkungan, Technology, Sosial), Peserta

didik berdiskusi tentang sub materi yang telah

Siklus 1 dipelajarinya sebagai bahan untuk

Tahap Perencanaan ( Planning) dipresentasikan didepan kelas. Disini Peserta

Pada perencanaan ini, peneliti didik diajarakan bagaimana belajar

menggunakan model pembelajaran CTL dengan berkelompok yang nyaman, bisa di kelas, di

modivikasi berkelompok yang langkah kegiatan halaman sekolah, atau dimanapun yang

sebagai berikut: membuat mereka nyaman. juga diperkenankan

1) menentukan materi yang akan dibahas atau untuk memanfaatkan perpustakaan dan

dipelajari, Laboratorium TIK.

2) menyusun perangkat pembelajaran meliputi 4) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di

Silabus, RPP dan promes, depan kelas (Sains, sosial), Peserta didik

3) menyiapkan alat, bahan dan media mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

pembelajaran berupa LCD proyektor, Laptop, Peserta didik belajar berbicara, berpendapat

PPT. berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

4) mempersiapkan instrumen tes kelompok dan 5) Penguatan (Science, Enviroment, Technology),

individu dan menyiapkan lembar observasi, Guru memberi penguatan terhadap hasil

5) menyiapkan daftar nilai dan hadir peserta diskusi, kemudian menanyakan beberapa hal

didik, kepada peserta didik tentang pertanyaan di LK.

Tahap Pelaksanaan ( action ) Peserta didik diminta untuk menyelesakan LK

Pendahuluan sebagai produk individu. Peserta didik dapat

1) Membentuk kelompok (Sosial), Peserta didik memahami materi dengan benar dan
dibagi menjadi delapan kelompok dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari –

jumlah anggota tiga sampai empat peserta, hari.

masing-masing kelompok secara heterogen, Penutup (Sosial)

yang dipilih berdasarkan jenis kelamin. Dari Guru meminta peserta didik untuk

Delapan 3 kelompok putri dan 5 kelompok memberikan refleksi terhadap model

putra. pembelajaran yang dilakukan, materi yang sudah

2) Membagi dan menjelaskan model difahami, materi yang belum difahami dan materi

pembelajaran (Sains, Sosial), Guru yang ingin dipelajari.Guru menutup pembelajaran

menjelaskan metode dan tujuan pembelajaran. dengan mengucap salam. Peserta didik belajar

Setelah selesai kelompok diberikan 1 magnet berpendapat tentang pembelajaran secara

dan mengerjaan Lk 1. proporsional.

Kegiatan Inti Pertemuan Kedua 2 x 40 menit

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 43

Pendahuluam berpendapat tentang pembelajaran secara

1) Guru membuka pembelajaran dengan proporsional.

menjajak Peserta didik berdoa dan

memberikan apresepsi tentang materi ciri dan Tahap Observasi

sifat magnet. Selama proses pembelajaran guru

2) Membagi dan menjelaskan model meminta 1 orang guru untuk menjadi observer

pembelajaran (Sains, Sosial), Guru kejadian di kelas. Dalam mengobservasi

menjelaskan metode, tujuan dan materi pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan

pembelajaran, alat dan bahan praktik sesuai LK pengamatan peneliti dan observer, dan guru

3 tersebut memberikan tanggapan terhadap proses

3) Membentuk kelompok (Sosial), Peserta didik pembelajaran.

dibagi menjadi delapan kelompok dengan Tahap Refleksi

jumlah anggota tiga sampai empat peserta, Refleksi dilaksanakan setelah proses

masing-masing kelompok secara heterogen, pembelajaran berakhir. Pada tahap refleksi ini

yang dipilih berdasarkan jenis kelamin. Dari peneliti mengolah data yang diperoleh dengan

Delapan 3 kelompok putri dan 5 kelompok cara :

putra. 1. Menggunakan analisis data, mengoreksi LK

Kegiatan Inti individu kemudian menganalisis hasil ulangan.

1) Melaksanakan Praktek Membuat Magnet Dari hasil analisa data dapat diketahui

(Lingkungan, Sains, Sosial), Peserta Didik kekurangan maupun kelebihan dalam siklus 1.

melaksanakan praktek di laboratorium IPA 2. Merangkum hasil refleksi peserta didik yang

sesuai dengan petunjuk pada LK 3. dituliskan setelah pembelajaran. Kemudian

2) Melaksanakan diskusi dalam kelompok mendiskusikan dengan teman sejawat.

(Lingkungan, Technology, Sosial), Peserta Bila pada siklus 1 indikator keberhasilan

didik berdiskusi tentang sub materi yang telah belum tercapai berarti tujuan PTK belum tercapai,

dipelajarinya sebagai bahan untuk maka penelitian akan dilanjutkan siklus 2 dengan

dipresentasikan didepan kelas. Disini Peserta langkah-langkah perbaikan sesuai dengan hasil

didik diajarakan bagaimana belajar refleksi.

berkelompok di Laboratorium IPA.

3) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di Siklus 2

depan kelas (Sains, sosial), Peserta didik Tahap Perencanaan ( Planning)

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pada perencanaan ini, peneliti

Peserta didik belajar berbicara, berpendapat menggunakan model pembelajaran CTL dengan

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. modivikasi berkelompok yang langkah kegiatan

4) Penguatan (Science, Enviroment, Technology), sebagai berikut:

Guru memberi penguatan terhadap hasil 1) menentukan materi yang akan dibahas atau

diskusi, kemudian menanyakan beberapa hal dipelajari,

kepada peserta didik tentang pertanyaan di LK. 2) menyusun perangkat pembelajaran meliputi

Peserta didik diminta untuk menyelesakan LK RPP sesuai Silabus.

sebagai produk individu. Peserta didik dapat 3) menyiapkan alat, bahan dan media

memahami materi dengan benar dan pembelajaran berupa LCD proyektor, Laptop,
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – PPT.

hari. 4) mempersiapkan instrumen tes kelompok

Penutup (Sosial) berupa lembar kerja LK 4

Guru meminta peserta didik untuk 5) menyiapkan lembar observasi, daftar hadir dan

memberikan refleksi terhadap model nilai peserta didik.

pembelajaran yang dilakukan, materi yang sudah Tahap Pelaksanaan ( action )

difahami, materi yang belum difahami dan materi Pada tahap pelaksanaan siklus 2

yang ingin dipelajari.Guru menutup pembelajaran dilaksanakan dua pertemuan,pertemuan ketiga

dengan mengucap salam. Peserta didik belajar tanggal 14 Januari 2020, dan keempat tanggal 17

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 44

Januari 2020 dengan langkah-langkah sebagai khususnya penjelaslan istilah kutub magnet,

berikut : kutup magnet bumi, kutub bumi, sudut

Pertemuan Ketiga 3 x 40 menit inklinasi dan deklinasi.

Pendahuluam Guru menanyakan hal khusus dari tayangan

1) Membentuk kelompok (Sosial), Peserta didik LCD Proyektor.

dibagi menjadi delapan kelompok dengan Peserta menyimak tayangan di LCD Proyektor

jumlah anggota tiga sampai empat peserta, sambil membaca buku literature yang

masing-masing kelompok secara heterogen. disediakan.

Dibuat 7 Kelompok, 4 kelompok 6) Penguatan (Science, Enviroment, Technology),

beranggotakan 4 orang dan 3 kelompok Guru memberi penguatan terhadap materi yang

beranggotakan 3 orang. ditayangakan.

2) Membagi dan menjelaskan model Peserta didik dapat memahami materi dengan

pembelajaran (Sains, Sosial), Guru benar dan mengaplikasikannya dalam
menjelaskan materi pembelajaran tentang kehidupan sehari – hari.

medan magnet dengan membagikan LK 4 dan Penutup (Sosial)

alat bahan yang dibutuhkan Guru menjelaskan Guru meminta peserta didik untuk menanyalkan

metode dan tujuan pembelajaran. hal hal yang kurang jelas;

Kegiatan Inti Guru memberikan PR dan menyampaikan materi

1) Melaksanakan Praktek dalam kelompok berikutnya.

(Lingkungan, Sains, Sosial), Peserta didik Guru menutup pembelajaran dengan mengucap

melaksanakan praktek di lingkungan sesuai LK salam.

4. Disini Peserta didik diajarakan bagaimana Pertemuan Keempat 2 x 40 menit

belajar berkelompok yang nyaman di kelas, Pendahuluam

juga diperkenankan untuk memanfaatkan 1) Guru membuka pembelajaran dengan

perpustakaan dan Laboratorium TIK. menjajak Peserta didik berdoa dan

2) Melaksanakan diskusi dalam kelompok memberikan apresepsi tentang cara membuat

(Lingkungan, Technology, Sosial), Peserta dan mentukan kutub electromagnet dan

didik berdiskusi tentang sub materi yang telah induksi.

dipelajarinya sebagai bahan untuk 2) Ditanyakan ke peserta didik apa persamaan dan

dipresentasikan didepan kelas. Peserta didik perbedaaanya

diharapkan melakukan study literasi untuk 3) Membagi dan menjelaskan model

menyimpulkan pembelajaran (Sains, Sosial), Guru

3) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di menjelaskan metode, tujuan dan materi

depan kelas (Sains, sosial), Peserta didik pembelajaran. Guru mempersiapkan alat

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. berupa Laptop, LCD proyektor dan sofwere

Peserta didik belajar berbicara, berpendapat PPt tentang Elektromagnet

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. 4) Membentuk kelompok (Sosial), Peserta didik

4) Penguatan (Science, Enviroment, Technology), dibagi menjadi kelompok teman sebangku

Guru memberi penguatan terhadap hasil untuk mendiskusikan pertanyaan di saat

diskusi, kemudian menanyakan beberapa hal pembelajaran berlangsung.

kepada peserta didik tentang pertanyaan di LK. Kegiatan Inti

Peserta didik diminta untuk menyelesakan LK 1) Menggunakan LCD Proyektor (Sains,

sebagai produk individu. Peserta didik dapat Teknologi), Guru menayangkan materi

memahami materi dengan benar dan elektromahnetik dan unduksi elektromagnetik,
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – Peserta Didik memperhatikan animasi di LCD

hari. proyektor, Guru menanyakan secara lisan

5) Menjelaskan melalui animasi PPT (Sains, tayangan LCD, Peserta didik mendiskusikan

Teknologi), Guru menjelaskan tentang dengan teman sebangku untuk menjawab atau

kemagnetan bumi melalui LCD menyimpulkan tayangan di LCD

proyektor.Guru memberi penekanan 2) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 45

depan kelas (Teknologi, Sains, sosial), Peserta Siklus 3

didik mempresentasikan hasil diskusi di depan Tahap Perencanaan ( Planning)

kelas. Peserta didik belajar berbicara, Pada perencanaan Siklus III, peneliti

berpendapat berdasarkan pengetahuan yang menggunakan langkah kegiatan sebagai berikut:

dimiliki. 1) menentukan materi yang akan dibahas atau

3) Penguatan (Science, Enviroment, Technology), dipelajari,

Guru memberi penguatan terhadap hasil 2) menyusun perangkat pembelajaran meliputi

diskusi, kemudian menanyakan beberapa hal RPP, Silabus.

kepada peserta didik tentang jawaban 3) menyiapkan media pembelajaran berupa LCD

temannya.Guru menyempurnakan hasil dari proyektor, Laptop, PPT.

peserta didik, Peserta didik diminta untuk 4) menyiapkan lembar observasi, hadir dan nilai

menyelesaikan sesuai hasil diskusi. Peserta peserta didik.

didik dapat memahami materi dengan benar Tahap Pelaksanaan ( action )

dan mengaplikasikannya dalam kehidupan Pada tahap pelaksanaan siklus 3
sehari – hari. dilaksanakan dua pertemuan petemuan kelima

Penutup (Sosial) tanggal 20 Januari 2020 dan pertemuan keenam

Guru memberikan penekanan tanggal 24 Januari 2020 dengan langkah-langkah

pembelajaran dan meminta peserta didik untuk sebagai berikut :

memberikan refleksi terhadap model Pertemuan Kelima 3 x 40 menit

pembelajaran yang dilakukan, materi yang sudah Pendahuluam

difahami, materi yang belum difahami dan materi 1) Menyampaikan Motivasi (Sains), Guru

yang ingin dipelajari.Guru menutup pembelajaran menyampiakan manfaat magnet dalam

dengan mengucap salam. kehidupan secara sederhana.Peserta didik

membaca buku untuk tentanag manfat magnet.

Tahap Observasi 2) Menjelaskan model pembelajaran dan tujuan

Selama proses pembelajaran guru pembelajaran. (Sains, Sosial).

meminta 1 orang guru untuk menjadi observer Kegiatan Inti

kejadian di kelas. Dalam mengobservasi 1) Melaksanakan Pembelajaran dengan Power

pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan Point (Sains, Teknologi), Guru menayangkan

pengamatan peneliti dan observer, dan guru di LCD proyektor tentang teknologi yang

tersebut memberikan tanggapan terhadap proses memanfaatkan induksi electromagnet. Peserta

pembelajaran. didik menyimak dan mencatat hal hal penting.

Tahap Refleksi 2) Melaksanakan diskusi dalam kelompok

Refleksi dilaksanakan setelah proses (Lingkungan, Technology, Sosial), Peserta

pembelajaran berakhir. Pada tahap refleksi ini didik berdiskusi tentang sub materi yang telah

peneliti mengolah data yang diperoleh dengan dipelajarinya, Peserta didik menjawab

cara : pertanyaan yang diberikan guru secara lisan.

1. Menggunakan analisis data, mengoreksi LK 3) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di

individu kemudian menganalisis hasil lisan depan kelas (Sains, sosial), Peserta didik

sehingga diketahui kekurangan maupun mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

kelebihan dalam siklus 2. Peserta didik belajar berbicara, berpendapat

2. Merangkum hasil refleksi peserta didik yang berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

dituliskan setelah pembelajaran. Kemudian 4) Penguatan (Science, Enviroment, Technology),

mendiskusikan dengan teman sejawat. Guru memberi penguatan terhadap hasil

Bila pada siklus 2 indikator keberhasilan diskusi, kemudian menanyakan beberapa hal

belum tercapai berarti tujuan PTK belum dapat kepada peserta didik tentang materi. Peserta

tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan siklus 3 didik mengumpulkan tugas secara individu

dengan langkah-langkah perbaikan sesuai dengan Penutup (Sosial)

hasil refleksi. Peserta didik dan guru mereview hasil

kegiatan pembelajaran, Peserta didik dan guru

SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 46


Click to View FlipBook Version