merefleksikan hasil kegiatan, Guru memberikan pengamatan peneliti dan observer, dan guru
penghargaan pada kelompok yang berkinerja baik, tersebut memberikan tanggapan terhadap proses
Pemberian tugas untuk mengetahui daya serap pembelajaran.
materi Peserta didik, Guru memberikan PR berupa Tahap Refleksi
jenis hewan yang memanfaatkan magnet untuk Refleksi dilaksanakan setelah proses
navigasi. pembelajaran berakhir. Pada tahap refleksi ini
Pertemuan Keenam 2 x 40 menit peneliti mengolah data yang diperoleh dengan
Pendahuluam cara :
1) Guru memotivasi Peserta didik dengan 1. menggunakan analisis data, mengoreksi LK
menanyakan medan magnet dalam kehidupan individu kemudian menganalisis hasil ulangan.
sehari-hari. Dari hasil analisa data dapat diketahui
2) Guru menanyakan apakah ada hewan yang kekurangan maupun kelebihan dalam siklus 1
memanfaatkan medan magnet sd 3.
3) Menyampaikan informasi tentang kegiatan 2. Merangkum hasil refleksi peserta didik yang
yang akan dilakukan yaitu memperajari hewan dituliskan setelah pembelajaran. Kemudian
yang memanfaatkan medan magnet sebagai mendiskusikan dengan teman sejawat.
navigasi . Bila pada siklus 1 sd 3 indikator
Kegiatan Inti keberhasilan belum tercapai berarti tujuan PTK
1) Mengumpulkan tugas (Lingkungan, Sains, belum dapat tercapai, maka PTK ini dianggap
Sosial), Peserta Didik mengumpulkan tugas gagal dan tidak direkomendasikan melaksanakan
pertemuan sebelumnya, Guru memilih secara selanjutnya.
acak 3 tugas siswa
2) Menginformasikan hasil diskusi pada teman di Indikator Keberhasilan
depan kelas (Sains, sosial), Peserta didik Berdasarkan hasil refleksi awal pada nilai
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. harian pada materi Kemagnetan pada semester
Peserta didik belajar berbicara, berpendapat genap tahun pembelajaran 2018/2019 diperoleh
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. rata-rata nilai 59,00. Maka ditentukan indikator
3) Penguatan (Science, Enviroment, Technology), keberhasilan penelitian sebagai berikut.
Guru memberi penguatan terhadap PR yang di 1. 85 % peserta didik mencapai nilai 75 atau
buat. Peserta didik mengoreksi hasil lebih, dengan rata-rata hasil belajar minimal 80
pekerjaannya sendiri 2. 85% atau lebih peserta didik terlibat secara
4) Evaluasi (Science, Technology), Guru aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
memberi soal ulangan blok dengan PPT yang
sudah deprogram waktunya selama 20 Hasil Penelitian
menit.Peserta didik mengoreksi hasilnya, bagi Hasil Penelitian Siklus 1
yang dibawah 65 diberikan remidi untuk Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar
dikerjakan di rumah Siklus I diperoleh 44 % peserta didik tuntas dan
Penutup (Sosial) yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 11 orang dan
Guru meminta peserta didik untuk rata-rata kelas 75,61. Antusiasme (keaktifan)
memberikan refleksi terhadap model peserta didik selama pembelajaran 49%.
pembelajaran yang dilakukan, materi yang sudah Peserta didik dalam berdiskusi masih
difahami, materi yang belum difahami dan materi kurang atif rata-rata didominasi oleh satu atau dua
yang ingin dipelajari.Guru menutup pembelajaran orang dalam kelompok tersebut. Akan tetapi
dengan mengucap salam. peserta didik sangat antusias mengerjakan Lembar
Kerja yang disediakan meski bobot jawaban masih
Tahap Observasi kurang baik. Peserta didik tidak beranai
Selama proses pembelajaran guru memgungkapkan pendapat sendiri atau
meminta 1 orang guru untuk menjadi observer menaggapi pendapat temannya, hal ini dapat
kejadian di kelas. Dalam mengobservasi dilihat banyak jawaban yang persis buku atau
pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan kata-kata gurunya. Peserta bidik juga belum
SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 47
berani menyimpulkan pembelajaran. yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 15 orang dan
Dari 8 kelompok yang ada selama Siklus rata-rata kelas 79,26. Efektifitas pembelajaran 78
1 ( pertemuan 1 dan 2) hanya 3 kelompok yang % dan Antusiasme peserta didik selama
aktif yakni kelompok putri serta 3 orang ketua pembelajaran 72%.
kelompok laki-laki atau 40 %. Sedangkan yang Peserta didik dalam berdiskusi sudah
lain masih belum aktif, bermain-main, omong mulai aktif, beberapa sudah berani bertanya saat
sendiri, atau hanya diam tidak berbuat apa-apa. pembelajaran berlangsung apalagi pada
Guru masih ragu untuk menerapkan tindakan, agar pertemuan kedua, 50 % siswa aktif dalam
pembelajaran maksimal. Karena banyak pembelajaran. Salah satu sebab peningkatan ini
kemungkinan, mungkin pengaturan tempat duduk, antara lain disebabkan adanya tambahan point
penentuan jenis dan jumlah anggota kelompok. bagi yang aktif, maeri lebih variatif
menggabugkan teknologi, mencontohkan dalam
Pembahasan kehidupan sehari-hari, dan animasi power point
Dalam Pelaksanaan, ditemukan beberapa untuk menjelaskan materi yang tdak bisa
kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 2, dipraktekkan secara lansung.
yaitu pada pertemuan pertama dan kedua yang Khusunya di pertemuan ke 4 peserta didik
mengandalkan Lembar Kerja ternyata peserta sudah mulai siap dalam pembelajaran hal ini dapat
didik belum bisa melakukan proses penemuan. dilhat peserta dididik sudak menjawab pertayaan
Karena dalam pelaksanaanya peserta didik terlalu dari guru yang diberikan pertemuan sebelumnya.
lama praktek dan mencari menjawab pertanyaan Karena materinya terlalu banyak maka guru dalam
dalam LK di buku. Hal ini disebabkan karena membimbing diskusi kurang maaksimal.
pendekatan ini relative baru bagi mereka terutama
mencari data di luar kelas. Banyak yang dilakukan Pembahasan
siswa tidak sesuai yang diharapkan dan guru sulit Dalam Pelaksanaan, ditemukan bukan
memantau karena peserta didik tersebar. hanya kekurangan yang harus diperbaiki, tetapi
Untuk siklus berikutnya mengingat hal yang harus ditingkatkan di Siklus 3. Dari
kedalaman materi maka kesempatkan peserta analisis keaktifan dengan hasil belajar ternyata
didik berdiskusi lebih banyak. Alat atau bahan berhubungan. Peserta didik yang belum tuntas
yang berasal dari dilingkungan dapat diberikan adalah mereka yang pasif selama pembelajaran.
tugas yang dikumpulkan sebelum pembelajaran Sehingga dalam siklus berikutnya peserta didik ini
dimulai. Sedangkan materi aplikasi kemagnetan harus ditunjuk saat pembelajaran berlangsung.
ditayangkan / ditampilkan melalui LCD Temuan yang tidak kalah menarik adalah
Proyektor dengan software powerpoint. peserta didik lebih antusias sat diberikan materi
Sesuai indikator keberhasilan 85 % power point. Apalagi ditunjukkan cara kerja dari
peserta didik mencapai nilai 75 atau lebih, dengan alat-alat yang ada di sekitar, atau yang sering
rata-rata hasil belajar minimal 80, pada penelitian mereka gunakan dalam kehidupan sehari hari.
ini Peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 75 baru Peserta didik juga lebih tertarik untuk melihat
11 orang atau 44%, dan rata-rata baru mencapai animasi pembelajaran misalnya dari yutube
75,61. Sehingga penelitian ini belum berhasil daripada membaca buku.Oleh karenya di siklus
sehingga harus dilanjutkan ke siklus berikutnya. berikutnya keterlibatan teknologi untuk
Belum berhasilnya penelitian ini disebabkan menjelasakan materi lebih diperbesar.
selain disebabkan factor siswa, guru, serta Sesuai indikator keberhasilan 85 %
adaptasi pendekatan pembelajaran. Hal ini sesuai peserta didik mencapai nilai 75 atau lebih, dengan
hasil lembar pengamatan dimana efektifitas proses rata-rata hasil belajar minimal 80, pada penelian
pembelajaran 45%, dan antuasiasme peserta didik tindakan kelas ini peserta didik yang mendapatkan
baru mencapai 49%. nilai ≥ 75 baru 15 orang atau 60%, dan rata-rata
baru mencapai 79,26. Sehingga penelitian ini
Hasil Penelitian Siklus 2 belum berhasil sehingga harus dilanjutkan ke
Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar siklus berikutnya. Walaupun sudah mendekatai
Siklus 2 diperoleh 60 % peserta didik tuntas dan keberhasilan pembelajaran ini harus diperbaiki
SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 48
terutama pada pengelolaan waktu, materi, dan Peserta didik lebih mudah menyimpulkan
software pembelajaran. materi setelah melihat tayangan materi berupa
obyek bergerak (animasi, video). Mereka secara
Hasil Penelitian Siklus 3 langsung menganalisa dan menyimpulkan, guru
Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar tinggal mengarahkan dan meluruskan.
Siklus 3 diperoleh 88 % peserta didik tuntas dan Pembahasan
yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 22 orang dan Kenaikan hasil belajar siklus 1 berupa
rata-rata kelas 82,8. Efektifitas pembelajaran 95%,
sedangkan rerata antusiasme peserta didik selama rerata dari 75,61, menjadi 82,80 pada siklus 3 serta
pembelajaran 90%. prosentase ketuntasan 44 % naik dua kali menjadi
88% disebabkan terutama efektifitas pembelajaran
Dari hasil pengamatan selama penelitian yang meningkat dan antuasiasme peserta didik
diperoleh guru dan peserta didik sudah terbiasa dalam melakukan proses pembelajaran.
dengan pendekatan pembelajaran. Guu sudah
mampu menggunakan seemua komponen dalam Berdasarkan indikator keberhasilan
pedekatan SETS yaitu sains (materi), pemanfaatan penelitian ini 85 % peserta didik mencapai nilai 75
dan pengamatan lingkungan, Teknologi, serta atau lebih, dengan rata-rata hasil belajar minimal
memotivasi keaktifan peserta didik (social) secara 80, dapat dilihat bahwa ada 22 peserta didik atau
bersama-sama. Selama pembelajaran berlangsung 88 % tuntas (hasil belajar ≥ 75). Selain indikator
terjadi interaksi yang elektif dan efisien. Jika ada diatas indicator kedua penelitian tindakan kelas
yang kurang jelas peserta didik berani bertannya, ini 86 % Peserta didik terlibat aktif dalam
dan peserta didik yang laian berani menjawab pembelajaran juga terpenuhi . Hal ini dapat dilihat
pertanyaan temannya, sehingga kelas menjadi dari rerata efektivitas pembelajaran 95% dan
hidup. rerata keaktifan dalam mengikuti pembelajaran 90
%.
Penggunaan papan tulis dan kertas sangat
terkurangi, karena peserta didik sudah jelas Dengan demikian dapat ditarik simpulan
mendapatkan keterangan yang ditayangankan bahwa penerapan pendekatan SETS untuk
guru. Peserta didik sangat antusias dan nyaman, meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
hal ini dapat dilihat hanya 1 orang yang tidak aktif materi Kemagnetan di kelas IX D SMP Negeri 4
berdiskusi. Sehingga diakhir siklus 84 peserta Mejayan Kabupaten Madiun tahun pembelajaran
didik (21 dari 25 orang) berhasil menyimpulkan. 2019-2020 telah berhasil.
Tabel 1. Daftar Prestasi Belajar Kelas IXD Siklus 1 sd 3,
NO Nama Siswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Rerata Ketr Rerata Ketr Rerata Ketr
1 ADHY KURNIAWAN 70 B. T 70 B. T 73 B. T
2 ADITYA HANIPAH WULANDARI 68 B. T 73 B. T 78 T
3 ARDI DWI SAPUTRA 68 B. T 73 B. T 78 T
4 ARIB TRI WIBOWO 68 B. T 73 B. T 78 T
5 AULIA SABRINA 80 T 83 T 88 T
6 BUDI SETIAWAN 70 B. T 73 B. T 73 B. T
7 DENY AHMAD BUDI KURNIAWAN 68 B. T 73 B. T 78 T
8 DEVI OKTAVIA 90 T 90 T 93 T
9 DINA PUSPITA SARI 85 T 88 T 88 T
10 DWI JULIANTO 80 T 83 T 88 T
11 LIA MUSTIKA 65 B. T 70 B. T 73 B. T
12 MAYA REVALINA PUTRI 73 B. T 78 T 83 T
13 REANDI RIANTO 77 T 80 T 85 T
14 RENANDA AVIANO 83 T 88 T 93 T
SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 49
NO Nama Siswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Rerata Ketr Rerata Ketr Rerata Ketr
15 RIFAI MAHMUD DEWANDA
16 ROHAN HERIANTO 85 T 88 T 88 T
17 ROHMAT TULO WIJAYA SAPUTRA 65 B. T 70 B. T 75 T
18 ROMI PEBRIANSAH 70 B. T 75 T 80 T
19 SENDI OKTOVIYAN 73 B. T 75 T 80 T
20 SEPTIAN DWI NUR ADITYA 93 T 95 T 93 T
21 SINGGIH GAGUK SETYAWAN 68 B. T 73 B. T 80 T
22 SRIWAHYUDI 63 B. T 65 B. T 75 T
23 WAHYU CAHYO ROMADHON 85 T 88 T 88 T
24 YENI DAMAIYANTI 68 B. T 75 T 80 T
25 YUDO DWI WICAKSONO 90 T 93 T 93 T
RATA-RATA 85 T 88 T 88 T
Daya Serap 75,61 79,26 82,80
Nilai Terendah 76% 79% 83%
Nilai Tertinggi 72,5
Jumlah Yang Tuntas 63 65 92,5
Posentase Ketuntasan 93 95
BT : Belum Tuntas ; T : Tuntas 22
11 15 88%
44% 60%
Tabel 02. Pengelolaan Pembelajaran dan Antusiasme Peserta Didik Siklus 3
No Aspek Yang Diamatai Skor / Nilai 4
Ya Tdk 1 2 3
I Pelaksanaan
A Pendahuluan
1 Memotivasi Siswa 1 4
2 Menyampaiakan Tujuan Pembelajaran 1 4
B Kegiatan Inti
3 Mendiskusikan Langkah Kegiatan Bersama 1 3
Peseta Didik 1 4
4 Membimbing Siswa Melakukan Kegiatan
5 Membimbing Siswa Mendiskusikan Hasil 1 3
6 Memberikan Kesempatan Pada Siswa Untuk 1 4
1 4
Mempresentasikan Hasil Penyelidikan
7 Membimbing Siswa Merumuskan Kesimpulan / 1 4
Menemukan Konsep
C Penutup
8 Membimbing siswa membuat rangkuman
9 Memberikan Evaluasi 14
II Pengelolaan Waktu 1 38 4
III Jumlah / Prosentasi 10 0 95%
SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 50
IV Antusiasme Kelas Jumlah Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerat
Peserta ya Tidak % ya Tidak % a
NO Aspek yang diamati 20 5 80% 24 1 96%
25 15 10 60% 23 2 92% 88%
1 Aktif Berdiskusi/Praktek 25 18 7 72% 22 3 88% 76%
2 Berpendapat 25 18 7 72% 21 4 84% 80%
3 Menanggapi Pendapat 25 78%
4 Menyimpulkan 71% 90% 81%
Rerata Keaktifan
Simpulan 1. Dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan
Dari hasil penelitian dan pembahasan Kemagnetan sebaiknya digunakan pendekatan
SETS.
dapat diketahui bahwa pendekatan SETS (Sains
Lingkungan Teknologi dan Masyarakat), dapat 2. Waktu menjelaskan materi kemagnetan
meningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Tentang biasanya sangat lama, dengan pendekatan
Kemagnetan Pada Kelas IX D Semester Genap SETS lebih mudah dan jelas.
Tahun Pelajaran 2019-2020 Di SMP Negeri 4
Mejayan Madiun. 3. Pendekatan SETS ini diharapkan diterapkan
untuk materi lain dan di kelas lain baik Mata
Saran Pelajaran IPA atau lainnya,
Sebagaimana simpulan yang telah
4. Mengingat hasil belajar meningkat dengan
dikemukakan di atas, maka peneliti menggunakan menggunakan pendekatan SETS
mengemukakan saran demi kesempurnaan (Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat)
merealisasikan kembali hasil penelitian sebagai maka disarankan untuk Guru IPA di sekolah
berikut : lain dapat menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2004, b, Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains Buku 4,
Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2004, c, Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains Buku 3,
Jakarta : Depdiknas
Anni. Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli. http:// duniabaca.com /pengertian-belajar-dan-hasil-
belajar.html.
Pemerintah Kabupaten Madiun Dinas Pendidikan. 2013.Madiun. Kurikulum SMP Negeri 4 Mejayan, Dinas
Pendidikan Pemerintah Kab. Madiun.
Binadja. 2002. Program Studi Pendidikan IPA (bervisi SETS) Pemikirandalam SETS (Science, Enviroment,
Technology, Society). Semarang: PPS Unnes Press.
USAID Prioritas, Modul Praktik Yang Baik 1 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (
SMP/MTs), Pebruari 2013 USAID Prioritas
Kuswanti dkk , Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: SekolahMenengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4/ NurJakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Kasiyono, Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Tentang Tata Surya Dengan Menggunakan Pendekatan
SETS Pada Kelas IX A Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 Di SMP Negeri 4 Mejayan
Madiun, SMP Negeri 4 Mejayan, Dinas Pendidikan Pemerintah Kab. Madiun
SETS - Kasiyono - SMP Negeri 4 Mejayan Kabupaten Madiun – Halaman 51
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA MATERI PAMERAN
MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 1 NGLAMES
KABUPATEN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Oleh : Dra. Mamik Widining Tyas
Guru SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun
Abstrak
Kata Kunci : Belajar Seni Budaya Materi Pameran, metode demonstrasi
Pendidikan seni mempunyai karakteristik sebagai sarana pengembangan rasa, kreativitas, dan cita
rasa estetik siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran cultural
siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Pendidikan seni
mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi siswa yang harmoni dalam logika, rasa estetika,
dan cita rasa estetik dalam mencapai kecerdasan emosional, Pendidikan seni juga memiliki peranan dalam
mengembangkan kepekaan rasa dan inderawi dalam rangka mengembangkan kemampuan berkesenian
melalui pendidikan seni musik. Dalam pengalaman belajar mengajar di kelas hampir rata-rata siswa
merasa kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan dalam bidang kesenian khususnya seni musik,
karena untuk berkarya yang kreatif di perlukan bakat yang memadai, sehingga antara ide atau gagasan
dengan kemampuan untuk mengungkapkan ide atau gagasan tersebut dapat berjalan seiring, dan akhirnya
tujuan penciptaan karya seni yang kreativ dan estetik benar-benar terungkap dengan cita rasa estetik dan
daya kreasi yang tinggi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1) Bagaimana membangkitkan dan
mengembangkan minat siswa untuk lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari kesenian, khususnya
menggambar yang selama ini dianggap menjadi mata pelajaran yang sulit dan tidak penting, menjadi mata
pelajaran yang menyenangkan dan memberikan banyak kemungkinan untuk mengembangkan kreativitas;
2) Bagaimana seorang guru kesenian dalam mencari alternatif metode pembelajaran kesenian khsusnya
melukis/menggambar dalam menghadapi siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan minat dan.
bakat, sehingga tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara optimal; 3) Bagaimana
sikap guru dalam mengambil keputusan pembelajaran yang lebih strategis dan efektif untuk meningkat
kemampuan daya kreasi dan cita rasa estetik siswa; 4) Bagaimana Meningkatkan Prestasi Belajar Seni
Budaya Materi Pameran Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 1 Nglames
Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Reaserch) yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi guru di dalam kelas. Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan siswa
cenderung lebih baik setiap siklus, hasil tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siklus I yaitu 73.59
(53.13%) meningkat pada Siklus II 81.41 (96.88%) maka dapat disimpulkan bahwa ; Ada Meningkatkan
Prestasi Belajar Seni Budaya Materi Pameran Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A
SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
Pendahuluan peningkatan mutu para pendidik dan peserta
Perkembangan teknologi yang sangat didik. Dalam peningkatan mutu pendidikan,
perubahan dan pembaikan kurilulum sangat
pesat sangat berpengaruh dalam dunia penting serta penguasaan materi merupakan salah
pendidikan. Dengan perkembangan teknologi ini satu unsur penting yang harus diperhatikan guru.
mengakibatkan dampak positif maupun negatif.
Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara Sekolah sebagai suatu lembaga
maju, sehingga sebagai negara berkembang perlu pendidikan yang idealnya harus melakukan
mensejajarkan diri. proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi.
Dengan kata lain sekolah yang bermutu adalah
Dengan perkembangan teknologi ini sekolah-sekolah yang mampu berperan sebagai
pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di proses edukasi (proses pendidikan yang
bidang pendidikan yang dilihat dari segi kualitas menekankan pada kegiatan mendidik dan
maupun kuantitas. Peningkatan kualitas ini mengajar), proses sosialisasi (proses
dilakukan dengan peningkatan sarana dan bermasyarakat terutama bagi anak didik) serta
prasarana. Peningkatan kuantitas gengan
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 52
wadah proses transformasi (proses perubahan dalam diri dengan senantiasa memikirkan masa
tingkah laku ke arah yang lebih baik atau lebih depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi
maju) (Mulyasa, 2003: 73). untuk mencapai cita-cita dan dorongan dari luar
dengan cara memberi contoh riil, gambaran, tips-
Seni Budaya dan Ketrampilan tips dan lain-lain. Kesulitan atau kegagalan yang
merupakan ilmu yang berbeda dengan ilmu pasti dialami siswa tidak hanya bersumber dari
lainnya. Muatan Seni Budaya dan Ketrampilan kemampuan siswa tetapi faktor dari luar diri
sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan siswa, salah satunya media pembelajaran yang
pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun dipakai. Keterbatasan media pembelajaran dapat
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena
budaya itu sendiri meliputi segala aspek Proses pembelajaran seperti itu pasti
kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya akan menyebabkan siswa maupun guru
dan Ketrampilan pada dasarnya merupakan seni terbelenggu oleh perasaan yang berkembang
yang berbasis budaya. dalam dirinya, dan memberikan suatu pernyataan
yang kurang tepat sehingga menyebabkan
Belajar Seni Budaya dan Ketrampilan dampak yang kurang baik bagi perkembangan
sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan jiwa siswa, tugas-tugas materi pameran dianggap
disukai oleh siswa tetapi hal ini ada kalanya akan tidak begitu penting, sebab bagaimanapun ia
terbalik menjadi suatu yang tidak menyenangkan, merasa sudah berusaha, tetap saja tidak mampu
menjemukan bahkan membosankan bila ternyata menyatukan antara aspek ide atau gagasan
yang menjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai. dengan nilai kualitas karya, sedangkan proses
Salah satu contoh masalah yang terjadi adalah kreativitas merupakan satu kesatuan yang
apabila terjadi phobia atau ketakutan terhadap menyeluruh antara, aspek ide atau gagasan, cita
kertas kosong ( karena siswa tidak tahu harus rasa estetik dengan kemampuan teknik
memulai karyanya dari mana atau tidak tahu menerapkan kaidah-kaidah dasar Seni Budaya,
harus menggambar apa pada kertas kosong disamping itu media, bahan dan alat bukanlah
tersebut) yang akan mengakibatkan menurunnya tidak dapat di jadikan alasan bahwa hal ini akan
kreativitas siswa dalam mengekspresikan karya menjadi hambatan.
seninya. Untuk itu perlu adanya penanganan
antara lain dengan peningkatan kreativitas siswa. Kondisi semacam itulah yang menjadi
pemikiran peneliti, bahwa selama ini proses
Peningkatan kreativitas siswa sangat pembelajaran pendidikan Seni Budaya seolah-
diperlukan mengingat bahwa nilai karya Seni olah hanya bertujuan untuk mencapai target yang
Budaya dan Ketrampilan pada umumnya sudah gariskan dalam kurikulum maupun garis
meningkat jika siswa dapat mengekspresikan besar program pengajaran. Tugas-tugas yang
karyanya dengan kreativitas yang Ia punya. diberikan guru kepada siswa menjadi beban yang
Kreativitas itu sendiri adalah kekuatan berat, karena minat siswa yang sangat terbatas
tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong dan motivasi yang terlalu melangkah kedepan
kita untuk berekspresi dan berkarya. Kadang dalam suatu proses pembelajaran kreativitas dan
kekuatan berpangkal dari naluri , kadang pula estetik.
berpangkal pada suatu keputusan rasional tetapi
lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan Proses membangkitkan minat belajar
dari kedua proses tersebut. dalam pendidikan Seni Budaya merupakan
sesuatu yang sulit, kondisi siswa yang kurang
Kreativitas untuk Seni Budaya dan memiliki wawasan dan berhenti pada suatu
Ketrampilan biasanya rendah. Salah satu anggapan bahwa siswa tidak bisa mata pelajaran
penyebabnya adalah tidak adanya contoh yang Seni Budaya yang merupakan hambatan yang
lebih detail dari guru untuk memunculkan paling mendasar untuk proses pembelajaran lebih
kreativitas siswa yang terpendam. Besar atau lanjut.
kecilnya kreativitas turut mempengaruhi
keberhasilan belajar dalam mata pelajaran Seni Barangkali ini menjadi permasalahan
Budaya dan Ketrampilan, maka kreativitas ini yang serius bagi seorang guru kesenian, sebab
perlu diusahakan terutama yang berasal dari standar penilaianpun menjadi sulit ditetapkan,
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 53
dan yang terjadi pada umumnya siswa Proses pengembangan kreativitas dan
mengerjakan tugas hanya untuk memenuhi estetik melalui pendidikan Seni Budaya
kewajibannya sebagai siswa dalam kegiatan diharapkan akan membentuk kepribadian siswa,
belajar dan mengajar. Motivasi untuk dari sikap yang menerima apa adanya kepada
menghasilkan karya yang baik, berkualitas suatu sikap yang berangkat dari satu kesadaran
kreativ dan estetik sama sekali tidak menjadi penuh bahwa kreativitas dari berbagai disiplin
tujuan utama dalam berkarya, yang penting ilmu itu sangat di perlukan, memecahkan
mengumpulkan tugas, itupun kadang-kadang permasalahan hidup diperlukan cara berpikir
tidak diselesaikan dalam waktu yang sudah di yang kreatif . Sehingga apabila suatu ketika di
tentukan oleh guru, sehingga guru dihadapkan hadapkan pada suatu permasalahan hidup maka
pada karya-karya yang asal jadi sudah menjadi terbiasa. dan cepat mengambil
kesimpulan untuk dijadikan sebagai pedoman
Dengan kondisi seperti itu maka dalam dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Disamping
memberikan penilaian seorang guru hanya itu karya-karya yang dihasilkanpun merupakan
sekedar memberikan semacam hadiah angka gambaran dari kemampuan siswa dalam
yang sama sekali bukan merupakan gambaran menyerap pengetahuan, kemampuan teknik
prestasi siswa yang sebenarnya. maupun kemampuan menginterpretasikan
fenomena yang ada diluar dirinya maupun
Dalam kegiatan pembelajaran Seni pengalaman-pengalaman estetiknya.
Budaya khususnya menggambar, kegiatan meniru
karya yang sudah jadi adalah merupakan suatu Dengan melihat latar belakang
kegiatan pembelajaran yang umum di laksanakan perkembangan minat dan bakat yang di miliki
di sekolah, proses kreativitas tidak pernah datang oleh siswa dan kondisi tingkat kemampuan siswa
begitu tiba-tiba dan menghasilkan karya yang untuk mengadakan bahan dan materi
berkualitas. Untuk mencapai suatu target pembelajaran maka peneliti mengajukan suatu
kurikulum diperlukan proses yang permasalahan untuk dijadikan sebagai bahan
berkesinambungan dan berwawasan kesenian. penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi
Belajar Seni Budaya Materi Pameran Melalui
Dengan materi pembelajaran yang Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A
sederhana itulah diharapkan siswa dapat SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester
merasakan, menghayati dan memahami Genap Tahun Pelajaran 2019/2020”.
bagaimana proses kreativitas itu berlangsung.
Dengan latihan yang berulang-ulang dan dengan Rumusan Masalah
bimbingan seorang guru maka akan tumbuh Adakah peningkatan Prestasi Belajar
pengalaman yang sangat berharga yang
barangkali kurang disadari oleh siswa itu sendiri. Seni Budaya Materi Pameran Melalui Metode
Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 1
Dalam penelitian ini penulis ingin Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap
berusaha mengubah cara berpikir siswa, dari Tahun Pelajaran 2019/2020.
suatu anggapan bahwa menggambar itu sulit,
menjadi pelukis itu tidak sulit. Selain itu penulis Tujuan Penelitian
ingin membuktikan pada siswa bahwa setiap 1. Menemukan cara yang efektif bagi guru
orang pada dasarnya mempunyai potensi atau
kemampuan yang tidak jauh berbeda antara satu dalam melaksanakan proses pembelajaran di
orang dengan orang lain, ada yang memang di kelas khususnya Kelas IX-A.
karuniai bakat, tetapi ada pula yang tidak. Ada 2. Membangkitkan minat siswa dalam
yang mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap mempelajari materi materi pameran.
keindahan ada pula yang tidak. 3. Mengetahui sejauh mana potensi awal yang
dimiliki oleh siswa untuk menentukan
Oleh karena itu, perlu ditanamkan langkah-langkah pembelajaran selanjutnya di
kepada siswa agar supaya tidak perlu khawatir masa yang akan datang.
bahwa siswa tidak dapat berkarya, sehingga 4. Meningkatkan prestasi siswa dalam
setelah melalui proses belajar maka dapat di menggambar.
pastikan bahwa siswa bisa berekspresi dalam
bidang kesenian, khususnya menggambar
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 54
5. Menentukan pedoman pembelajaran yang 3. Dapat menyusun langkah-langkah
tidak membatasi siswa untuk berkarya dengan
lebih berani tanpa beban dan keterikatan pembelajaran yang lebih menitik beratkan
terhadap aturan-aturan yang konvensional.
pada kondisi siswa dengan cara menyesuaikan
6. Mengetahui peningkatan kemampuan mata
pelajaran Seni Budaya dengan Metode antara materi pembelajaran materi pameran
Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 1
Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap dengan kemampuan teknik yang dimiliki
Tahun Pelajaran 2019/2020.
siswa sebelumnya.
Manfaat Hasil Penelitian
Bagi siswa. Bagi Sekolah
1. Siswa memiliki kebebasan berekspresi sesuai
1. Merupakan wacana dan masukan yang positif
dengan dorongan nuraninya tanpa terikat
aturan, aturan yang konvensional dalam dan sangat berguna untuk perkembangan
proses penciptaan karya seni.
2. Siswa, memahami dan menghayati bahwa system pembelajaran materi pameran.
kegiatan menciptakan karya seni itu
merupakan suatu kegiatan yang 2. Menjadi bahan kajian penyusunan program
menyenangkan dan dapat menimbulkan
perasaan keindahan. pembelajaran untuk siswa pada umumnya.
3. Siswa menyadari bahwa banyak hal yang
bisa dilakukan dalam kegiatan penciptan Kajian Pustaka
karya seni yang kreatif Metode Demonstrasi
4. Siswa merasa mendapatkan jalan keluar dari
permasalahan – permasalahan yang sulit Menurut Djamarah (1991: 71) Metode
dalam menuangkan imajinasi dan ekspresi adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
yang kreatif melalui kegiatan penciptaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
karya seni. pengajaran.
5. Siswa mendapatkan wawasan cukup
mengenai bagaimana menciptakan karya seni Dalam proses interaksi belajar mengajar,
tanpa perasaan takut untuk melakukan metode yang diperlukan seorang guru bervariasi
kesalahan-kesalahan. sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
6. Pemahaman bahwa menciptakan berkarya pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan
Seni Budaya itu harus mengikuti teori-teori dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak
yang baku akan bergeser kearah pemahaman menguasai satupun metode mengajar yang telah
yang lebih esensial, berorientasi pada daya dirumuskan dan dikemukakan para ahli
kreasi dan estetik. pendidikan. Hal ini berarti kepada guru dituntut
7. Dalam perkembangan selanjutnya diharapkan untuk menguasai tidak hanya satu metode, bila
siswa akan timbul minat yang lebih baik metode yang dipergunakan tidak lagi sesuai
untuk mengembangkan potensi yang ada dengan situasi, kondisi dan keadaan psikologis
dalam dirinya. anak didik. Saat ini banyak metode mengajar
Bagi guru. yang telah dirumuskan dan dikemukakan serta
1. Dapat memperoleh metode yang efektif dalam dikembangkan oleh para ahli pendidikan. Salah
proses pembelajaran seni khususnya Seni satu metode yang dikembangkan saat ini adalah
Budaya metode demonstrasi.
2. Mendapat gammbaran yang jelas mengenai
minat, bakat dan kompetensi dasar yang di Demonstrasi/peragaan merupakan salah
miliki siswa pada umumnya dan Kelas IX-A satu strategi mengajar dimana guru
khususnya. memperlihatkan suatu benda asli, benda tiruan,
atau suatu proses dari materi yang diajarkan
kepada seluruh siswa (Roestiyah, 2008). Hal ini
juga berarti bahwa strategi demonstrasi adalah
cara penyajian pelajaran dengan memperagakab
dan mempertunjukkan suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam
bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber
belajar lain di depan seluruh siswa.
Agar metode demonstrasi dapat berhasil
dengan baik, guru dituntut untuk:
a. Menetapkan langkah – langkah demonstrasi
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 55
b. Menjelaskan proses berlangsungnya demonstrasi.
demonstrasi c) Langkah mengakhiri demonstrasi
c. Menempatkan alat yang sesuai Apabila demonstrasi selesai
d. Demonstrasi dijalankan dengan tidak tergesa dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang
– gesa ada kaitannya dengan pelaksanaan
e. Mengikuti sertakan beberapa siswa demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
f. Memimpin diskusi untuk membahas hasil pembelajaran.
pengamatan Rencana Pembelajaran
g. Memberikan evaluasi untuk daya serap siswa. 1. Menitik beratkan kepada kemampuan dasar
Langkah-langkah dalam pembelajaran siswa, yang pada umumnya sangat terbatas
demonstrasi adalah : wawasanya terhadap teknik berkarya yang
Tahap persiapan mengarah pada nilai-nilai kreativitas dan
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh estetika.
2. Mencoba untuk memberikan materi yang
peserta didik setelah proses demonstrasi paling sederhana akan tetapi sangat
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek fundamental, agar supaya siswa lebih
seperti aspek pengetahuan dan keterampilan mengenal dan memahami, bahwa
tertentu. menggambar itu bisa dipelajari dengan
b) Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah melakukan latihan-latihan dasar secara terus
demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini menerus, untuk melatih kemampuan teknis
dilakukan untuk menghindari kegagalan. sebagai faktor yang sangat menentukan
c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba keberhasilan siswa dalam berkarya seni yang
meliputi segala peralatan yang diperlukan. kreativ dan estetik.
Tahap pelaksanaan 3. Memberikan motivasi kepada siswa agar
a) Langkah pembukaan supaya membiasakan melakukan pengamatan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa terhadap kualitas obyek, untuk melatih
hal yang harus dilakukan antara lain: imajinasi siswa agar memiliki sensitifitas
▪ Mengatur tempat duduk yang memungkin- yang tinggi terhdap nilai-nilai estetik yang ada
di alam sekitar.
kan semua peserta didik dapat melihat 4. Memberikan penjelasan kepada siswa
dengan jelas apa yang didemonstrasikan. mengenai unsur seni musik dengan kaidah-
▪ Mengemukakan tujuan apa yang harus kaidah penciptaanya, sehingga dalam
dicapai peserta didik. berkarya seni siswa sudah dibekali
▪ Mengemukakan tugas-tugas apa yang pengetahuan yang memadai, sehingga dapat
harus dilakukan oleh peserta didik, menjadi unsur pendukung dalam melakukan
misalnya ditugaskan untuk mencatat hal- proses kreativitas.
hal yang penting dari pelaksanaan 5. Penjelasan mengenai pengertian kreativitas
demonstrasi. dan estetika dalam sebuah karya seni.
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
▪ Memuali demonstrasi dengan kegiatan- Rencana Tindakan
kegiatan yang merangsang peserta didik 1) Pengalaman belajar dengan materi pameran.
untuk berfikir. Misalnya pertanyaan- 2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa dibagi
pertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong peserta didik tertarik dalam kelompok-kelompok kecil dengan salah
untuk memperhatikan demonstrasi. seorang menjadi ketua.
▪ Ciptakan suasana yang menyejukkan dan 3) Dalam satu kelompok tersebut diberi
menghindari suasana yang menegangkan. permasalahan yang terkait dengan materi
▪ Yakinkan bahwa semua peserta didik pameran.
mengikuti jalannya demonstrasi. 4) Kemudian masing-masing kelompok
▪ Berikan kesempatan kepada peserta didik
untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 56
mengidentifikasikan permasalahan dengan memberikan bekal awal bagi siswa sebagai
sesama temanya untuk membahas materi yang
telah dipegang sesuai dengan topik yang pedoman untuk mengerjakan tugas
dihadapi.
5) Semua kelompok diminta untuk 4) Penyusunan perangkat pembelajaran
mendemostrasikan materi pameran secara
bergantian. 5) Proses penilaian yang mencakup
6) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan.
7) Melakukan evaluasi/praktek. a) Penilaian Psikomotor
Hipotesis Penelitian b) Penilaian Afektif
Ada Peningkatan Prestasi Belajar Seni
6) Penilaian hasil karya siswa.
Budaya Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa
Kelas IX-A SMPN 1 Nglames Kabupaten Persiapan sebelum mengajar
Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran
2019/2020 1) Membuat konsep pembelajaran.
Metode Penelitian 2) Menyiapkan materi pembelajaran dengan
Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
materi pameran.
Penelitian ini dirancang berdasarkan
siklus-siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3) Menyiapkan bahan dan konsep tugas siswa
dua pertemuan dengan rentang waktu dua jam
pembelajaran untuk sekali pertemuan. 4) Menyiapkan lembar evaluasi siswa
Penelitian ini dilaksanakan pada kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar
belajar mengajar mata pelajaran Seni Budaya
pada Kelas IX-A SMPN 1 Nglames Kabupaten Pertemuan I
Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran
2019/2020. Dilaksananakan pada bulan Januari 1) Proses pengamatan.
sampai dengan Maret 2020.
2) Pemberian tugas siswa, yaitu pameran.
Prosedure / Siklus Penelitian
Siklus I 3) Mendemonstrasikan tugas tersebut untuk
Refleksi awal
dilakukan penelaahan mengenai
Dalam diskripsi situasi ini mencul
berbagai permasalahan pembalajaran yang perkembangan kreatifitas siswa.
merupakan permasalahan obyektif yang selalu
muncul pada setiap kegiatan pembelajaran 4) Pembahasan hasil karya siswa, untuk
terutama yang berkaitan dengan materi pameran
untuk mendasari suatu penciptaan karya seni memberikan gambaran dan penjelasan kepada
yang kreatif dan estetik. Sebab hampir semua
siswa mempunyai permasalahan sama yang perlu siswa mengenai nilai-nilai ekspresi, kreatifitas
ditangani untuk mencapai tujuan pembelajaran
kesenian sesuai dengan tuntutan kurikulum dan estetika yang terkandung dalam karya
sekolah.
Perencanaan siswa.
1) Kuesioner siswa sebagai dasar menentukan
5) Melakukan pembandingan antara satu karya
langkah-langkah yang diperlukan dalam
proses pembelajaran. dengan karya lain untuk memberikan
2) Penetapan materi pembelajaran
3) Pembahasan mengenai materi pelajaran untuk wawasan kepada siswa bahwa setiap siswa
atau pencipta mempunyai cara dan ekspresi
yang berbeda satu dengan yang lain.
6) Memberikan alternative pemecahan masalah
tentang pameran.
7) Memberikan nilai secara kualitatif terhadap
karya siswa
Pertemuan II
1) Pembahasan mengenai pameran,
2) Pembahasan mengenai kaidah-kaidah
pameran .
3) Pembahasan mengenai harmoni yang
menghasilkan karya karya budaya Indonesia.
4) Pemberian tugas kepada siswa, yang
merupakan kelanjutan dari tugas pertemuan
sebelumnya, dengan lebih menekankan pada
teknik pameran
5) Evaluasi karya.
Refleksi siklus I
1) Menindak lanjuti hasil refleksi pada siklus I
2) Mendiskripsikan masalah-masalah yang
terjadi pada siklus I
3) Menganalisis masalah pada siklus I
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 57
4) Menentukan tindakan perbaikan sesuai kesabaran dalam pameran .
dengan jenis permasalahan yang berdasarkan 8) Mencoba membandingkan dengan karya
hasil analisis siklus I
sebelumnya untuk mendapatkan gambaran
Siklus II dari perkembangan proses pameran
9) Evaluasi
Perencanaan tindakan Refleksi
1) Merencanakan tindakan kelas sesuai dengan Pada siklus II diharapkan apa yang
dikerjakan oleh siswa dalam berkarya seni akan
tema lebih berani, tanpa ragu-ragu dalam pameran,
mengenai hasil akhir bukan menjadi tujuan dari
2) Menyiapkan materi pembelajaran sebagai penelitian ini, yang penting adalah bahwa siswa
mampu pameran dengan petunjuk dan arahan
kelanjutan dari materi pada siklus I sesuai dengan materi bahan ajaran yang
diharuskan. Sehingga tidak terjadi kesimpang
3) Menyiapkan tugas lanjutan yang sesuai siuran dalam mengungkapkan perasaan estetik
dan daya kreasi mereka.
dengan perkembangan prose pembelajaran
Data dan Instrumen Penelitian
pada siklus I Jenis data
4) Menyiapkan pengetahuan pameran. Jenis data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data verbal berupa hasil
5) Menyiapkan instrument penjaring data baik kuesioner siswa melalui berbagai permasalahan
yang sederhana dalam pameran dan dalam
test maupun non test kegiatan pembelajaran, disamping itu juga data
non verbal yang berupa antusiasime atau
Pelaksanaan tindakan ketertarikan siswa pada mata pelajaran Seni
Budaya dan seni musik pada umumnya. Dan
Pertemuan I yang terpenting adalah pameran yang berkaitan
dengan judul penelitian ini.
1) Pembahasan mengenai pameran. Teknik pengumpulan data
2) Pembahasan mengenai pameran. Data verbal dan non verbal diperoleh
dengan menggunakan test dan non test, tes
3) Pembahasan mengenai harmoni yang dilakukan diawal kegiatan penelitaian, sedang
kegiatan penelitian setelah test awal adalah
menghasilkan nilai estetik sebuah karya pemberian tugas pada siswa. Hasil pembelajaran
yang dievaluasi sebagai bahan penelitian adalah
4) Pemberian tugas kepada siswa, yang hasil karya siswa.
Instrumen Penelitian
merupakan kelanjutan dari tugas pertemuan
Instrumen penelitian menggunakan soal-
sebelumnya, dengan lebih menekankan pada soal yang dikemas dalam sebuah kuesioner yang
mencakup berbagai pengetahuan ataupun kondisi
teknik pameran . aktual yang dimiliki oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Disamping itu juga berupa perangkat
5) Pengembangan pameran yang lebih tugas siswa. Dengan kuesioner diharapkan
peneliti mampu mengetahui sejauh mana
bervariatsi untuk mengeksploitasi kreatifitas. perhatian dan antusias siswa pada bidang
kesenian. Sedangkan tugas siswa sebagai upaya
6) Menerapkan teknik pameran. untuk mengetahui apakah permasalahan
pembelajaran kesenian khususnya seni musik
7) Menekankan pada ketelitian, kecermatan dan benar-benar merupakan problematik yang perlu
kesabaran dalam pameran .
8) Mencoba membandingkan dengan karya
sebelumnya untuk mendapatkan gambaran
dari perkembangan proses berkarya
9) Evaluasi
Pertemuan II
1) Pembahasan mengenai pameran ,
2) Pembahasan mengenai pameran.
3) Pembahasan mengenai harmoni yang
menghasilkan nilai estetik sebuah karya
lukisan
4) Pemberian tugas kepada siswa, yang
merupakan kelanjutan dari tugas pertemuan
sebelumnya, dengan lebih menekankan pada
teknik pameran
5) Pengembangan pameran yang lebih
bervariatsi untuk meneksploitasi kreatifitas
terhadap nilai bentuk bidang anorganik.
6) Menerapkan teknik pameran..
7) Menekankan pada ketelitian, kecermatan dan
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 58
penanganan yang serius, atau hanya karena siswa Penelitian tahap awal dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data yang nantinya digunakan
kurang memahami atau mengetahui kompetensi sebagai pembanding data penelitian yang
diperoleh sesudah penerapan metode demontrasi.
yang di miliki oleh siswa tersebut. Dan
Hasil dari observasi awal tersebut siswa
diharapkan dengan cara ini akan terungkap masih mengalami penurunan dalam prestasi
belajar masih banyak siswa yang nilai dibawah
permasalahan yang mendasar yang menjadi KKM 75. Siswa belum termotivasi dan tidak mau
memperhatikan guru saat pembelajaran. Karena
beban bagi siswa dalam mengikuti pelajaran Seni kondisi tersebutlah guru melakukan penelitian.
Budaya di sekolah.
Teknik Analisa Data
1. Temuan refleksi awal
2. Hasil wawancara dengan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung
3. Hasil wawancara dengan siswa setelah proses Deskripsi Hasil Penelitian
pembelajaran selesai Siklus Pertama
Analisis data dengan menggunakan Perencanaan (Planning)
metode kualitatif yang berupa angket, nilai dan Guru menyusun rencana pembelajaran
skala sikap. memuat:
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan 1) Pengalaman belajar dengan konsep teknik dan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap materi pameran
putarannya dilakukan dengan cara memberikan 2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa dibagi
evaluasi berupa soal tes praktek pada setiap akhir dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
putaran. dari 7 orang siswa dengan salah seorang
Indikator Keberhasilan menjadi ketua.
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu 3) Dalam satu kelompok tersebut diberi
secara perorangan dan secara klasikal. permasalahan yang terkait dengan teknik dan
Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar materi pameran.
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), 4) Kemudian masing-masing kelompok
yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mengidentifikasikan permasalahan dengan
mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas sesama temanya untuk membahas materi yang
disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut telah dipegang sesuai dengan topik yang
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap dihadapi.
lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk 5) Semua kelompok diminta mendemostrasikan
menghitung persentase ketuntasan belajar teknik dan materi pameran.
digunakan rumus sebagai berikut: 6) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan
Siswa yang tuntas belajar teknik dan materi pameran.
P = Siswa x100% Pelaksanaan (Acting)
Hasil pelaksanaan pada siklus I sebagai
berikut:
Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Nilai tertinggi = 85
Deskripsi Kondisi Awal Penelitian
2. Nilai terendah = 60
Sebelum melaksanakan penelitian pada
siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data 3. Hasil rata-rata = 73.59
awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran
Seni Budaya siswa Kelas IX-A SMPN 1 Nglames 4. Ketuntasan belajar = 53,13%
Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun
Pelajaran 2019/2020. Untuk mengetahui ada Observasi (Observing)
tidaknya Peningkatan Prestasi Belajar Seni
Budaya. Peneliti terlebih dahulu melakukan Tabel 2 Hasil Observasi Siklus I
tindakan awal, yaitu melakukan observasi siswa
tanpa menerapkan metode demontrasi. Penelitian Nilai
tahap awal dilaksanakan saat pembelajaran. No Aspek yang dinilai
1234
1 Respon siswa
2 Keberhasilan guru
3 Interaksi siswa-guru
4 Kondisi lingkungan
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 59
4) Kemudian masing-masing kelompok
Keterangan mengidentifikasikan permasalahan dengan
1 = Kurang
2 = Cukup sesama temanya untuk membahas materi yang
3 = Baik
4 = Sangat Baik telah dipegang sesuai dengan topik yang
Teknik observasi dilakukan secara terus dihadapi.
menerus dalam proses pembelajaran maupun
pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap 5) Semua kelompok diminta mendemostrasikan
dampak dari pemberian metode demostrasi
selama proses belajar mengajar terhadap hasil teknik dan materi pameran.
belajar dan peningkatan minat siswa.
6) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan
Dari hasil evaluasi diketahui keefektifan
metode demonstrasi yang telah disusun, untuk teknik dan materi pameran.
memperbaiki akan diberikan pada siklus II.
Selain itu hasil observasi juga memberikan Pelaksanaan
petunjuk apakah pengajaran remidi perlu
dilakukan pada akhir siklus II. Tindakan utama pada siklus II adalah
Dari hasil observasi diatas menunjukkan teknik dan materi pameran. Hasil penilaian pada
bahwa kemampuan siswa masih berada pada
kriteria cukup. Pada siklus pertama ini siswa siklus II sebagai berikut:
terlihat kurang semangat dan kurang aktif dalam
kegiatan diskusi. 1. Nilai tertinggi = 95
Refleksi
2. Nilai terendah = 60
Pada siklus pertama proses kegiatan
belajar mengajar tidak seperti yang diharapkan, 3. Hasil rata-rata = 81.41
hal ini mungkin disebabkan dari:
1. Penyebaran anak pandai tidak merata dalam 4. Ketuntasan belajar = 96,88%
setiap kelompok. Hal ini disebabkan Observasi (Observing).
pembagian kelompok diatur secara acak.
2. Jumlah kelompok pada siklus I mungkin Tabel 4 Hasil Observasi Siklus II
terlalu banyak dimana satu kelompok terdiri
dari 7 siswa. Nilai
3. Sarana dan prasarana penunjang kurang No Aspek yang dinilai
banyak.
4. Tidak cukup waktu bagi siswa untuk berlatih. 1234
Siklus Kedua 1 Respon siswa
Perencanaan
2 Keberhasilan guru
Guru menyusun rencana pembelajaran
memuat: 3 Interaksi siswa-guru
1) Pengalaman belajar dengan konsep teknik
4 Kondisi lingkungan
dan materi pameran
2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa dibagi 1. Teknik observasi dilakukan secara terus
menerus dalam proses pembelajaran maupun
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri pada hasil belajar
dari 4 orang siswa dengan salah seorang
menjadi ketua. 2. Keaktifan anggota kelompok dalam
3) Dalam satu kelompok tersebut diberi menyelesaikan tugas.
permasalahan yang terkait dengan teknik dan
materi pameran. 3. Peningkatan kemampuan pada setiap
kelompok.
4. Peningkatan minat siswa terhadap teknik dan
materi pameran.
Refleksi
Pada siklus II proses kegiatan belajar
mengajar sudah lebih baik dari siklus I hal ini
disebabkan kelemahan-kelemahan pada siklus I
sudah diperbaiki antara lain :
1. Penyebaran anak disesuaikan dengan
kemampuan anak dalam kelas tersebut.
2. Kelompok siswa diperbaki dengan pengertian
penyebaran heterogen satu kelompok terdiri
dari 4 siswa.
3. Sarana media pembelajaran dilengkapi.
Pembahasan
Dari data yang diperoleh selama
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 60
penelitian berlangsung dapat dirinci berikut ini. Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
Ketuntasan belajar Pada siklus I diperoleh IX-A SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun
Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
ketuntasan belajar = 53,13%, sedangkan untuk
siklus II ketuntasan belajar = 96,88% yang Kesimpulan
Berdasarkan hasil siklus I dan Siklus II
artinya naik 43.75%.
Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan yaitu Ketuntasan belajar Pada siklus I diperoleh
ketuntasan belajar = 53,13%, sedangkan untuk
bahwa dengan menggunakan demonstrasi dapat siklus II ketuntasan belajar = 96,88% yang
membantu siswa dalam meningkatkan artinya naik 43.75% maka dapat disimpulkan
bahwa Ada Peningkatkan Prestasi Belajar Seni
kemampuan teknik dan materi pameran. Budaya Materi Pameran Melalui Metode
Tabel 5 Perbandingan rata-rata dan ketuntasan Demonstrasi Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 1
Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap
setiap siklus Tahun Pelajaran 2019/2020. Berdasarkan hasil
penilaian menunjukkan bahwa dengan
Aspek Siklus I Siklus II menggunakan demonstrasi dapat membantu
siswa dalam meningkatkan materi pameran.
Rata-rata 73.59 81.41
Ketuntasan 53,13% 96,88%
Diagram Perbandingan Siklus I dan Saran-saran
Siklus II Ada beberapa hal yang dapat di jadikan
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan bahan pertimbangan untuk melakukan
siswa cenderung lebih baik setiap siklus, maka pembenahan dan peningkatan hasil karya siswa
dapat disimpulkan bahwa: Ada Peningkatkan melalui materi yang sederhana untuk
Prestasi Belajar Seni Budaya Materi Pameran mengungkapkan nilai kreativitas dan estetika,
yaitu dengan cara :
1. Memilih materi yang sederhana dan mudah
dilakukan tetapi mampu mengungkap nilai
artistic dan estetika.
2. Memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
berkarya dengan perasaan yang senang dan
nyaman sehingga tidak ada keterpaksaan
ketika sedang mengejakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sadirman, 1996, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Aristo Rahardi. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Bahri Djamarah, Syaiful, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional.
B. Hurlock. Elizabet, 1990. Psikologi Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta : Erlangga
Drs. Taufik. 2004. Pelajaran Kesenian Untuk SD. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar (edisi ke-7). Jakarta : Rineka Cipta.
Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara
TIM Pendidikan Seni SD 2000. Pendidikan Seni Untuk SD Jilid I Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta :PT GALAXY PUSPA MEGA.
Depdiknas, 2003, Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom Action. Research, Jakarta.
E. Zainal Arifin, 2003. Dasar Dasar Penulisan Karangan Imiah, jakarta. PT Grasindo.
Demonstrasi - Mamik Widining Tyas - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman 61
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MEDIA GOOGLE MEET
PADA MATERI ENERGI DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 BALEREJO
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Oleh : S. Susi Ratnawati
Guru SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun
Abstrak
Kata Kunci : Prestasi Belajar, Media Google Meet
Krisis terjadi dalam dunia pendidikan diawal pandemi Covid – 19 yang dimulai bulan Maret 2020
yang mana Pemerintah mewajibkan Sekolah mengadakan pembelajaran dari rumah untu semua siswa
siswinya. Adanya perubahan cara belajar mengajar dari tatap muka atau luring (luar jaringan) menjadi
daring (dalam jaringan) membutuhkan kesiapan dari semua unsur, mulai dari pemerintah, sekolah, guru,
siswa dan orang tua. Sehingga banyak guru melakukan pembelajaran luring/daring dengan
memanfaatkan teknologi yang ada.
Media Google Meet adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mewakili pertemuan
tatap muka antara guru dengan siswa secara daring. Pada Google Meet juga memiliki beberapa fitur yang
mudah digunakan secara langsung dan bersamaan untuk mendukung komunikasi yang berlangsung yaitu
vidio, chatting, share screnn dan yang lainnya
Penelitian Tindakan Kelas merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan dan
mengevaluasi pengelolaan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisisi
perkembangan Prestasi belajar siswa kelas VII D SMP NEGERI 1 BALEREJO Tahun pelajaran
2020/2021 dengan jumlah laki-laki 16 siswa dan jumlah perempuan 16 siswa. Peneliti sengaja memilih
kelas ini dikarenakan siswa kelas VII D banyak yang pasif saat pembelajaran daring maupun luring. Data
yang di[peroleh dari penelitian ini adalah nilai tes formatif setiap akhir siklus dan hasil refleksi yang
dilakukan oleh kolaborator.
Dari seluruh kegiatan Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan di kelas VII D dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media Google Meet dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP
Negeri 1 BALEREJO Tahun Pelajaran 2020/2021 pada materi Energi
Pendahuluan yang tidak ada, tidak mungkin negara membayar
Sulitnya penanganan virus corona, semua kebutuhan masyarakatnya yang begitu
banyak seperti Indonesia.
mengakibatkan banyak pemimpin negara
menentukan langah-langkah dalam menghentikan Krisis benar-benar datang tiba-tiba,
penyebarannya bahkan harus menentukan pemerintah harus mengambil keputusan yang
kebijakan yang sangat sulit, tetapi harus pahit, menutup sekolah untuk mengurangi kontak
dilakukan oleh pemerintahan di masing masing orang-orang secara masif, dan untuk
negara. Salah satu kebijakan yang sangat menyelamatkan hidup atau tetap harus membuka
berpengaruh besar terhadap berbagai aspek sekolah, dalam rangka survive para pekerja
kehidupan tersebut yaitu pembatasan interaksi dalam menjaga keberlangsungan ekonomi.
sosial, di mana pembatasan ini tentu akan Segala daya dan upaya sudah dilakukan
berpengaruh besar tehadap laju perekonomian, pemerintah guna memperkecil kasus penularan
tersendatnya kebutuhan utama masyarakat, Covid-19
menimbulkan efek banyaknya perusahaan yang
pekerjanya dirumahkan sehingga otomatis Semua siswa dan guru melakukan proses
terjadinya pengangguran. Dengan tingkat belajar mengajar dari rumah, yang mendadak
kebutuhan ekonomi yang tinggi tetapi penghasil dilakukan tanpa persiapan sama sekali
Ketidaksiapan semua unsur dalam pendidikan
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 62
menjadi kendala yang besar juga. Adanya Meet untuk memberikan penjelasan kepada
perubahan cara belajar mengajar dari tatap muka peserta didik untuk meningkatkan prestasi
atau luring (luar jaringan) menjadi daring (dalam belajarnya. Sehingga Penulis merumuskan
jaringan) membutuhkan kesiapan dari semua masalahnya sebagai berikut: “Apakah
unsur, mulai dari pemerintah, sekolah, guru, penggunaan Google Meet pada materi Energi
siswa dan orang tua, diakui memang pemerintah dapat meningkatkan prestasi belajar di Kelas VII
melonggarkan sistem penilaian pendidikan D SMP N 1 Balerejo Tahun Pelajaran
disesuaikan dengan keadaan darurat asalkan 2020/2021”
pembelajaran tetap dapat berlangsung tanpa harus
dibebani dengan pencapaian kompetensi. Tujuan Penelitian
Sehingga banyak guru melakukan pembelajaran Untuk mengetahui penggunaan Google
daring dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Meet dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
Namun tak dipungkiri salah satunya pada materi Energi”
adalah kebijakan belajar online, atau dalam
jaringan (daring) untuk seluruh peserta didik Manfaat Penelitian
karena adanya pembatasan sosial. Berkenaan Bagi Siswa
dengan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1. Memberikan sajian pembelajaran yang
Republik Indonesia mengeluarkan surat edaran
nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan menarik yang sesuai dengan kondisi dan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat situasi stay at home
penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa
yaitu proses belajar dari rumah. Kebijakan ini Bagi Guru
diambil untuk mengurangi risiko penularan, 1. Menemukan alternatif metode pembelajaran
dengan belajar dari rumah bagi peserta didik, di era pandemi yang mampu meningkatkan
bagi para guru dan para pegawai pemerintah prestasi belajar peserta didik
2. Mengatasi problema pembelajaran IPA
Di Kabupaten Madiun sendiri, Dinas Bagi Sekolah
Pendidikan dan Kebudayaan bersama MGMP 1. Memberikan masukan bagi sekolah untuk
Kabupaten Madiun menyiapkan modul meningkatkan kualitas dan prestasi belajar
pembelajaran untuk memudahkan siswa belajar siswa
di rumah. Selain menggunakan modul juga 2. Sebagai sarana pemberdayaan meningkatkan
terdapat pembelajaran secara daring yaitu melalui kerja sama dan kreativitas guru
siaran radio. Namun walaupun menggunakan
modul pembelajaran dan siaran radio Kajian Pustaka
kenyataannya banyak peserta didik di SMP N 1 Google Meet
Balerejo masih merasa kesulitan untuk
memahami modul khususnya mata pelajaran IPA, Google Meet merupakan sebuah aplikasi
terutama untuk siswa kelas VII khususnya kleas video conference atau bisa juga disebut sebagai
VII D dikarenakan siswanya banyak pasif saat meeting online. Google Meet merupakan salah
pembelajar disampaikan melalui whatShapp satu produk buatan Google yang merupakan
ataupun Google Classroom . layanan komunikasi video yang dikembangkan
oleh Google.
Perumusan Masalah
Berdasarkan munculnya kesulitan Google Meet dalam pembelajaran daring
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
tersebut maka Penulis mencoba untuk tersebut dapat dilihat dari implementasi
memanfaatkan pembelajaran e learning yaitu penggunaan berbagai fitur yang ada pada Google
dengan menggunakan teknologi pembelajaran Meet seperti share screen yang dapat digunakan
secara on line yang mana siswa tetap bisa untuk memudahkan guru dalam menyampaikan
berinteraksi langsung dengan pengajar. Maka materi. Pemanfaatan berbagai fitur yang ada di
Penulis memilih menggunakan fasilitas Google Google Meet sangat efektif dan efisien digunakan
pada saat pembelajaran daring saat ini. Dengan
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 63
menggunakan Google Meet antusias siswa dalam Pada penelitian ini penulis merencanakan
mengikuti pembelajaran juga terlihat. Hal satu siklus , namun jika pada siklus pertama
tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa saat hasilnya kurang memenuhi maka akan
melakukan sesi tanya jawab dengan guru maupun dilanjutkan ke siklus kedua dengan beberapa
dalam menyampaikan gagasan, pikiran, dan perbaikan dari catatan pelaksanaan pada
pendapat terkait materi pembelajaran yang pembelajaran siklus pertama.
disampaikan oleh guru. Tahap perencanaan
Menurut Niko (2020) Cara menggunakan Penulis mempersiapkan perangkat
Google Meet untuk belajar jarak jauh (daring) pembelajaran meliputi :
adalah sebagai berikut: 1. RPP
1) Guru maupun siswa harus sudah menginstal 2. Bahan pembelajaran ( modul 4 ) I
3. nstrumen penelitian ( tes formatif 2 pada
aplikasi Google Meet di PC ataupun android
2. Guru membuka aplikasi Google Meet , dan modul 4 )
Tahap pelaksanaan
untuk memulai video conference, klik "star
meeting / rapat baru" kemudian mendapatkan Penelitian ini akan dilaksanakan pada
link baru yang bisa dibagikan tautan melalui hari Rabu, tgl 11 Nopember 2020 selama 40
WhattShapp Grup atau Pengguna juga bisa menit yaitu pada pikul 09.00-09.40 dengan tujuan
menambah peserta belajar. Caranya, bisa siswa dapat menjelaskan peristiwa perubahan
dengan mengirimkan tautan melalui e-mail energi (trasformasi energi) pada manusia
atau mengundang dengan nomor ponsel jika Tahap pengamatan
ada.
3) Guru juga bisa menambahkan undangan rapat Tahap pengamatan dilakukan pada saat
online melalui Google Calendar. berlangsungnya pembelajaran melalui Google
4) Peserta belajar yang diundang, tidak Meet. Pengamatan oleh dua orang . yang pertama
memerlukan akun G Suite untuk bergabung. dilakukan oleh peneliti sebagai pelaksana
5) Mereka cukup mengklik tautan telekonferensi mengamati respon dan aktivitas siswa saat
yang dibagikan melalui email atau pembelajaran. Pengamat yang kedua sebagai
memasukan ID rapat/belajar atau langsung kolaborator mengamati aktivitas guru dan siswa
melalui link yang dibagikan melalui selama proses pembelajaran dengan membuat
WhattShapp Grup jurnal refleksi
6) Selama telekonferensi, peserta juga bisa Tahap refleksi
chating untuk mengirimkaninformasi atau
materi lebih lengkap. Refleksi dilakukan oleh kolaborator dan
7) Tab chat dapat ditemukan di pojok kanan atas. peneliti setelah proses belajar mengajar dengan
Rekaman belajar melalui Meet juga bisa menggunakan jurnal refleksi yang dibuat saat
disimpan di Google Drive. pembelajaran berlangsung yang meliputi :
8) Hal ini memudahkan apabila ada pembahasan a. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran
yang ingin dibicarakan kembali di
pembelajaran selanjutnya. dengan media Google Meet
b. Kemampuan guru memberikan motivasi
Hipotesa Tindakan c. Cara guru melaksanakan pembelajaran
Pada penelitian tindakan kelas ini penulis
dengan media Google Meet
mempunyai satu hepotesa bahwa “ Penggunaan d. Menganalisa hasil pengamatan
media Google Meet dapat meningkatkan prestasi e. Mengkaji hasil pengamatan yang meliputi
belajar pada materi Energi di kelas 7 D SMP N 1
Balerejo Tahun Pelajaran 2020/2021. kelemahan/kekurangan dan kelebihan yang
ada , yang digunakan untuk perbaikan pada
Metodologi Penelitian siklus kedua ( jika siklus pertama kurang
Rancangan Penelitian berhasil )
f. Menganalisa hasil tes sebagai tolak ukur
prestasi siswa.
Jika pelaksanaan siklus pertama kurang
berhasil maka penulis berencana melanjutkan ke
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 64
siklus yang ke dua dengan tahapan yang sama Penelitian ini menggunakan instrumen
dengan siklus pertama yaitu : berupa tes tulis yang terdapat pada modul 4 dan
dikerjakan siswa di rumah dikarenakan masih
Siklus 2 dalam program Belajar Dari Rumah ( BDR)
Tahap perencanaan siklus 2 sebagai tolok ukur prestasi belajar siswa.
Penulis mempersiapkan perangkat Selain itu penulis juga menggunakan
pembelajaran meliputi: instrumen berupa foto ( screenshoot) yang
1. RPP digunakan untuk memperjelas proses pengamatan
2. Bahan pembelajaran ( modul 4 ) I
3. nstrumen penelitian ( tes formatif 2 pada Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini dikumpulkan
modul 4 )
Tahap Pelaksanaan siklus 2 berdasarkan istrumen yang sudah ada yaitu
instrumen tes yang ada di modul 4 . Dikarenakan
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan pada masa pandemi dan selama siswa BDR
siswa dalam menjelaskan perubahan energi (belajar dari rumah) untuk Kabupaten Madiun
(trasnformasi energi) pada tumbuhan sesuai telah memberikan buku Modul sebagai bahan
dengan tujuan pada RPP belajar utama siswa, yang mana pada modul
Tahap pelaksanaan pengamatan siklus 2 tersebut utamanya modul 4 terdiri dari 3 kegiatan
belajar yaitu :
Tahap pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan 1. kegiatan belajar 1 yang berisi Pengertian dan
seperti siklus 1 yaitu selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh dua bentuk bentuk energi
orang yaitu peneliti dan kolaborator. Penulis 2. Kegiatan belajar 2 yang berisi perubahan
sebagai pelaksana mengamati aktivitas dan
perilaku siswa saat mengikuti Google Meet . energi ( transformasi energi ) pada manusia
3. Kegiatan belajar 3 yang berisi perubahan
Sedangkan kolaborator mengamati guru
dan siswa saat pelaksanaan pembelajaran dan energi ( transformasi energi) pada tumbuhan.
mencatat hasil pengamatannya pada jurnal Pada masing masing kegiatan diberikan
refleksi.
Tahap refleksi pada siklus 2 tes formatif, tes formatif inilah yang digunakan
sebai instrumen . Selama Belajar Di Rumah (
Refleksi dilakukan oleh kolaborator dan BDR) untuk SMP N 1 Balerejo juga
penulis setelah proses belajar mengajar dengan memprogramkan kunjungan belajar setiap hari
menggunakan Jurnal refleksi yang dibuat saat Kamis, sehingga tugas belajar hari Rabu bisa
proses pembelajaran berlangsung yang meliputi : dikumpulkan pada hari Kamis saat kunjungan
a. Kesiapan siswa dalam mengikuti tersebut.
Teknik Analisa Data
pembelajaran melalui Google Meet
b. Cara guru mengajar dengan media Google Data prestasi belajar siswa berdasarkan
dari hasil tes formatif siswa dengan penilaian
Meet sebagai berikut :
c. Menganalisa hasil pengamatan yang
Nilai = skor yang diperoleh X 100
dikembangkan berdasarkan kelebihan pada Skor maksimal
siklus 1
d. Menganalisa hasil tes sebagai tolok ukur Kemudian digunakan analisis guna
prestasi siswa menyatakan :
1. Secara perorangan, siswa dianggap tuntas
Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini belajar jika memenuhi daya serap secara
individual sesuai dengan ketetapan
siswa kelas VII D SMP N 1 Balerejo tahun Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) di SMP
ajaran 2020/2021, jumlah 32 siswa dengan N 1 Balerejo yaitu sebesar 78 untuk
perincian Pa 16 dan Pi 16 matapelajaran IPA
2. Secara klasikan\l, kelas dianggap tuntas
Instrumen Penelitian
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 65
belajar jika kelas tersebut terdapat ≥ 85 % Prosentase ketuntasan 62,5%
siswa yang telah memenuhi daya serap. belajar klasikal
Hasil Penelitian Hasil prestasi belajar yang diperoleh
Kondisi Awal belum memenuhi syarat ketuntasan secara
klasikal yang seharusnya sebesar 85 % artinya
Berdasarkan pengamatan, siswa kelas klasikal belum tuntas. Maka dilanjutkan ke siklus
VII D di SMP N 1 Balerejo tahun Pelajaran yang ke 2.
2020/2021 pada saat pembelajaran daring/ luring
dengan menggunakan modul, siaran radio, Hasil Penelitian pada siklus 2
chating di WhattShapp dan Google Classroom
menunjukkan kurangnya semangat dan greget a. Siswa lebih siap mengikuti Google Meet
siswa dalam belajar yang mana dapat dibuktikan
dengan sedikitnya siswa yang mendapatkan nilai b. Guru menjelaskan dengan menggunakan share
sesuai Ketetapan Belajar Minimal (KBM) dan
jika dicermati lagi, untuk menjawab latihan soal screen sehingga siswa lebih paham
atau Penilaian Harian yang diberikan, jawaban
beberapa siswa banyak yang sama, setelah c. Siswa tidak lagi malu untuk bertanya secara
ditelusur ternyata mereka hanya sekedar
menyalin dari jawaban teman yang sudah terlebih langsung, sehingga teman temannya juga bisa
dulu selesai mengerjakan. Karena tidak ada
pengawasan langsung dari Guru selama mendengarkan pertanyaan dan jawaban guru
mengerjakan dirumah.
secara langsung
d. Siswa tidak lagi terkendala sinyal dikarenakan
sudah mengetahui tempat tempat disekitar
rumah yang sinyalnya bagus
e. Siswa mengerjakan tes formatif dengan
langsung dipantau guru sehingga hasilnya
lebih murni
f. Pada penilaian Formatif ( siklus 2) yang
Hasil penelitian pada siklus 1 dikumpulkan 1 hari sesudah pembelajaran
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan sesuai jadwal kunjungan guru ke kelompok
diperoleh hasil sebagai berikut belajar diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Peserta didik masih lamban dalam mengikuti Jumlah siswa 32
Google Meet karena masih ada beberapa Jumlah siswa tuntas 28
kendala seperti sinyal yang kurang bagus Jumlah siswa tidaka tuntas 4
b. Masih terdapat siswa yang tidak mengikuti Prosentase ketuntasan 87,5%
pembelajaran secara on Line melalui Google belajar klasikal
Meet dikarenakan tidak mengikuti arahan
ataupun informasi yang disampaikan Hasil prestasi belajar yang diperoleh
telah memenuhi syarat ketuntasan secara klasikal
c. Siswa masih banyak yang malu untuk yaitu 85 % artinya pembelajaran tel;ah tuntas.
membuka kamera ( on camera)
d. Guru masih menggunakan fasilitas chatting
untuk berkomunikasi dengan siswa dan belum Pembahasan
Berdasarkan jurnal refleksi yang sudah
menggunakan share screen
dibuat oleh kolaborator pada siklus 1 diperoleh
e. Siswa masih merasa malu untuk bertanya temuan temuan :
a. Beberapa siswa masih merasa ragu dalam
secara langsung dengan guru namun sudah
mengikuti Google Meet dikarenakan takut
ada beberapa siswa yang mengajukan paketan datanya habis
b. Beberapa siswa kesulitan mengikuti Google
pertanyaan dengan melalui Chatting Meet dikarenakan sinyal kurang bagus
c. Saat Google Meet , guru belum menggunakan
f. Pada penilaian Formatif (siklus 1) yang Share screen
d. Guru belum membagi tampilan pada layar
dikumpulkan 1 hari sesudah pembelajaran untuk banyak peserta , sehingga yang tampak
sesuai jadwal kunjungan guru ke kelompok
belajar diperoleh hasil sebagai berikut :
Jumlah siswa 32
Jumlah siswa tuntas 20
Jumlah siswa tidaka tuntas 12
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 66
dan bisa diperhatikan guru masih terbatas Siswa menjadi lebih semangat dan antusias
muridnya terbukti dengan beberapa siswa berani
e. Guru sudah memberikan motivasi, mengajukan pertanyaan secara langsung.
pengarahan dan penjelasan materi dengan
cukup baik Kesimpulan
f. Guru masih banyak disibukkan menjawab Dari seluruh kegiatan Penelitian
chatting dari siswa.
Tindakan Kelas yang dilakukan dapat
Kekurangan pada siklus 1 berdasarkan disimpulkan bahwa : Pembelajaran dengan Media
jurnal refleksi digunakan sebagai bahan Google Meet pada Materi Energi dapat
perbaikan pada siklus 2 sehingga pada siklus 2 meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII D
penulis melaksanakan beberapa perbaikan. SMP N 1 Balerejo Tahun Pelajaran 2020/2021
Beberapa perbaikan tersebut diantaranya :
a. Membuat perjanjian dengan murid dua hari Saran
Berdasarkan pengalaman dalam
sebelumnya dan mengingatkan kembali pada
malam harinya bahwa besok pagi Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII D SMP N
pembelajaran akan diadakan secara on line 1 Balerejo maka peneliti mengajukan saran :
melalui Google Meet. 1. Media pembelajaran dengan Google Meet
b. Memberikan pemahaman bahwa paket
Bantuan internet dari Kemdikbud dapat dapat digunakan sebagai salah satu cara
digunakan untuk fasilitas Google Meet penyampaian pembelajaran on line yang dapat
c. Meminta siswa untuk lebih mengetahui dengan mudah diikuti oleh siswa
tempat tempat disekitar rumah yang sinyalnya 2. Untuk Sekolah diharapkan lebih memotivasi
stabil untuk Google Meet guru untuk menggunakan berbagai aplikasi
d. Guru mempersiapkan PPT agar bisa Share dalam pembelajar on line salah satunya adalah
Screen sehingga dapat menjelaskan lebih Google Meet sehingga bisa terjalin
mudah , tidak abstrak komunikasi dan interaksi langsung antara
e. Tampilan layar sudah lebih lebar dan dibagi guru dan siswanya
bagi sehingga guru bisa memantau siswa lebih
banyak
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiyono.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
http://pps.iainpurwokerto.ac.id/tantangan-pembelajaran-online-di-era-pandemi
https://salamadian.com/pengertian-media-pembelajaran ( diakses tgl 23 Desember 2020)
Muhammad Faizin, Editor: Fathoni Ahmad , https://uninus.ac.id/nasib-pembelajaran-di-era-pandemi-
covid-19 ( diakses tgl 24 Desember 2020)
Oemar Hamalik. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Google Meet - S. Susi Ratnawati - SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun - 67
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI TEKS FACTUAL
REPORT MELALUI PENERAPAN STRATEGI PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL
BAGI SISWA KELAS IXC SMP NEGERI 1 NGLAMES KABUPATEN MADIUN
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/202020
Oleh: Udyaningsih, S.Pd,
Guru SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun
Abstrak
Kata kunci : Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris, Penerapan Strategi Picture Word Inductive
Model
Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi siswa SMP adalah tingkat fungsional. Siswa diharapkan
bisa berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan sehari-
hari seperti menulis pesan singkat, kartu ucapan/undangan, pengumuman, dan lain-lain. Dari berbagai
gambaran di atas, bisa kita rumuskan permasalahannya sebagai berikut “Seberapa besar manfaat
penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggirs
materi Teks Factual Report siswa Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap
Tahun Pelajaran 2019/2020. Berdasarkan pengamatan selama tindakan, ada perubahan signifikan hasil
belajar siswa Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran
2019/2020 dalam Teks Factual Report ketika digunakan Picture Word Inductive Model. Sebelum
diadakan tindakan, hanya 12 siswa bisa Teks Factual Report berbahasa Inggris. Ketika diadakan
wawancara, diperoleh jawaban penyebab siswa kurang bisa mengikuti pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Inggris, diantaranya adalah a. siswa tidak memiliki bahan apa yang harus dituliskan, dan b. siswa
bosan dengan tehnik yang terkesan monoton. Setelah diadakan tindakan sebanyak 2 siklus, ada
peningkatan hasil belajar siswa dalam Teks Factual Report. Pada siklus pertama, siswa diminta menulis
Teks Factual Report tentang benda tertentu dalam kelompok berempat menggunakan strategi Picture
Word Inductive Model. Hasilnya, hanya 18 siswa (56,3%) yang bisa mendiskripsikan benda tertentu
dengan benar. Masih banyak siswa yang belum bisa melakukannya dengan benar, dan cenderung
melakukan kegiatan yang tidak dikehendaki. Pada siklus ke dua, siswa diminta menulis Teks Factual
Report tentang tempat tertentu tanpa menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Siswa
langsung diminta mendiskripsikan gambar tempat tertentu. Hasilnya, hanya 29 siswa (90,6%) yang
berhasil belajar aktif. Bisa disimpulkan bahwa pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris menggunakan
media Picture Word Inductive Model dapat meningkatkan ketrampilan siwa Kelas IXC SMP Negeri 1
Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 dalam materi Teks Factual
Report. Kelebihan dari penggunaan Picture Word Inductive Model adalah siswa menjadi lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris karena mereka terbantu dalam
memunculkan kosa kata yang akan mereka gunakan. Selain itu, kontribusi siswa dalam memunculkan
kosa kata membuat siswa semakin tertantang. Sementara kekurangan dari penggunaan Picture Word
Inductive Model adalah mungkin metode ini hanya bisa meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IXC
semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020, karena setiap siswa mengalami masalah yang berbeda dan
memiliki cara yang berbeda pula dalam belajar.
Pendahuluan guna menyampaikan gagasan, pikiran dan
Menulis adalah salah satu ketrampilan perasaannya kepada orang lain. Selain itu,
kesalahan siswa tidak diketahui secara langsung
bahasa yang harus dipelajari siswa. Dengan oleh orang lain, sehingga siswa tidak perlu
menulis, seseorang bisa menyampaikan gagasan, merasa takut.
pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Salah
satu kelebihan menulis dibandingkan dengan Namun demikian, menulis tidak hanya
berbicara adalah siswa memiliki kesempatan sekedar menyusun/merangkai kata-kata, frasa,
yang lebih banyak untuk merangkai kata-kata atau kalimat. Siswa perlu mengikuti aturan
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -68
bahasa tertentu untuk bisa memproduksi tulisan hasil prestasi siswa menjadi lebih baik.
yang bisa dipahami dan diterima oleh pembaca.
Menurut rangkaian kelangsungan belajar bahasa Manfaat Penelitian
yang diusulkan oleh Hammond, dan kawan-
kawan (2003). 1. Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat
Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi memberikan referensi bagi guru maupun
siswa SMP adalah tingkat fungsional. Siswa
diharapkan bisa berkomunikasi secara lisan dan peneliti lain untuk menerapkan atau
tulis untuk menyelesaikan masalah atau
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti menulis mengembangkan strategi yang sama/berbeda
pesan singkat, kartu ucapan/undangan,
pengumuman, dan lain-lain. dalam pembelajaran bahasa Inggris/bahasa
Meskipun tingkat pemahaman yang lain pada aspek yang sama/lainnya dengan
diharapkan dikuasai siswa hanyalah tingkat yang
sangat sederhana, tetapi tidak mudah bagi siswa kasus yang sama/berbeda.
Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten
Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2. Secara praktis, penelitian ini bisa bermanfaat
2019/2020 untuk mempraktikkannya. Banyak
siswa 32 Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames bagi berbagai pihak.
Tahun Pelajaran 2019/2020 pada semester genap
tidak bisa mengungkapkan makna dalam Teks • Bagi siswa
Factual Report dengan baik.
Siswa terbantu untuk
Untuk mengatasi permasalahan siswa
tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi mengungkapkan berbagai hal secara
Power Word Inductive Model guna membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar tertulis dengan menggunakan strategi
Bahasa Inggris materi Teks Factual Report pada
siswa Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames Picture Word Inductive Model. Dengan
Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun
Pelajaran 2019/2020. strategi ini siswa akan lebih mudah untuk
Rumusan Masalah menemukan kosa kata sebanyak-
“Seberapa besar manfaat penggunaan
banyaknya untuk kemudian disusun
strategi Picture Word Inductive Model dalam
meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggirs materi menjadi frase, kalimat, paragraf maupun
Teks Factual Report siswa Kelas IXC SMP
Negeri 1 Nglames pada semester genap Tahun teks, khususnya untuk materi Teks Factual
Pelajaran 2019/2020?
Report di sekitar mereka.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan Apa yang dilakukan siswa sendiri
untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas akan diingat lebih lama, dan akhirnya
IXC SMP Negeri 1 Nglames pada semester
genap Tahun Pelajaran 2019/2020 dalam siswa akan mempelajari bahasa Inggris
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris
materi Teks Factual Report dengan menggunakan dengan lebih mudah, terutama dalam
strategi Picture Word Inductive Model. Dengan
meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan mengungkapkan pikiran, perasaan dan
gagasan mereka secara tertulis.
• Bagi guru
Guru peneliti bisa menerapkan
metode yang sama guna meningkatkan
pembelajaran pada aspek yang sama,
dengan permasalahan yang sama/berbeda.
• Bagi Sekolah
Peningkatan hasil belajar siswa
dalam bahasa Inggris akan ikut menaikkan
prestasi sekolah, mengingat pelajaran
bahsa Inggris termasuk salah satu pelajaran
yang diujikan secara nasional.
3. Secara pedagogis, penggunaan strategi
Picture Word Inductive Model dalam
pembelajaran menulis akan membuat siswa
mendapatkan inspirasi untuk menuliskan kosa
kata sebanyak-banyaknya, apalagi kalau
dilombakan.
Kajian Pustaka
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -69
Materi Teks Factual Report Diagram Bahasa Lisan dan Tulis (Hammond et
Sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris al., 1992:5)
SMP, Standar Kompetensi Materi Teks Factual Diagram tersebut menunjukkan bahwa
Report adalah 1) mengungkapkan makna dalam belajar bahasa dimulai dari mempelajari bahasa
Teks Factual Report dan 2) mengungkapkan lisan menuju bahasa tulis.
makna dalam Teks Factual Report.
Menulis dalam bahasa Inggris tidak
Sedangkan Kompetensi Dasar Materi sekedar merangkai kata-kata/frasa atau kalimat
Teks Factual Report bagi Kelas IXC pada bahasa Inggris. Diperlukan beberapa seni dan
semester genap adalah 1) mengungkapkan makna strategi agar siswa bisa mengungkapkan makna
dalam gagasan dalam Teks Factual Report dalam Teks Factual Report.
dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara
akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi Secara teori menulis termasuk
dengan lingkungan sekitar, mengungkapkan ketrampilan yang lebih sulit dilakukan siswa dari
langkah retorika dalam Teks Factual Report pada ketrampilan berbicara. Beberapa fitur
dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara bahasa tulis seperti penggunaan huruf, tanda baca
akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dan susunan kalimat yang benar sedikit
dengan lingkungan sekitar, 3) mengungkapkan menyulitkan siswa, apalagi bahasa Inggris
makna dalam teks tulis fungsional pendek memiliki perbedaan aturan penulisan dengan
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa bahasa Indonesia. Siswa diharapkan bisa menulis
tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk dengan huruf, tanda baca, dan susunan kalimat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta 4) yang benar agar pembaca bisa memahami tulisan
Mengungkapkan makna dan langkah retorika tanpa harus bertanya kepada penulisnya. Selain
dalam esei pendek sangat sederhana dengan itu, tidak banyak orang tua siswa yang
menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, mengajarkan menulis pada anaknya di rumah,
lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan apalagi dalam bahasa Inggris. Apabila anak bisa
lingkungan terdekat dalam teks berbentuk belajar berbicara di dalam lingkungan
deskriptif dan prosedur. keluarganya, tidak demikian dengan belajar
menulis. Menulis dipelajari dengan lebih formal
Sesuai dengan kontinum pembelajaran di sekolah, dengan berbagai aturan mainnya.
bahasa seperti yang diajukan oleh Hammond, dan Functional Text
kawan-kawan (1992:5), pembelajaran dimulai Pengertian Functional Text
dari bahasa yang “paling” lisan hingga yang
“paling” tulis. Maka pembelajaran bahasa Inggris Functional Text di dalam bahasa Inggris
di Kelas IXC sebetulnya masih ditekankan pada didefinisikan sebagai sebuah text yang
bahasa lisan, yaitu mendengarkan dan berbicara. memberikkan informasi mengenai sesuatu hal di
Selain itu, bahasa pada dasarnya adalah lisan dalam kehidupan sehari-hari. Functional Text
(Helena, dkk. 2004) Mereka menambahkan karena penggunaanya disesuaikan dengan fungsi-
bahwa bahasa lisan adalah bahasa interaksi face- fungsi tertentu. Contoh Functional Text antara
to-face, yang terutama untuk membicarakan ‘aku lain adalah, pengumuman, iklan, undangan,
dan kamu’. Namun demikian, tentu saja siswa poster film, resep, ulasan produk, ulasan aplikasi,
tidak secara tiba-tiba diberikan pembelajaran dan pedoman teknis penggunaan produk.
menulis apabila siswa telah duduk di sekolah Tujuan Functional Text
lanjutan atas. Siswa harus diajarkan bagaimana
cara menulis dalam bahasa Inggris dengan benar Tujuan Functional Text berdasarkan
sejak mereka msih belajar di kelas IXC SMP bentuknya :
dengan sangat sederhana. Untuk lebih jelasnya
perhatikan diagram kontinum dalam bahasa
berikut:
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -70
1) Greeting card (kartu ucapan) mereka. 5) Siswa dibantu dalam melihat pola
2) Invitation (undangan) dan hubungan dari bahasa Inggris,
3) Post card (kartu post) memungkinkan mereka untuk menerapkan
4) Prohibition (larangan) belajar kata-kata yang baru ditemui. 6) Siswa
5) Announcement (pengumuman) mendengar dan melihat kata-kata yang dieja
6) Short message (pesan singkat) dengan benar dan berhasil belajar dalam
7) Signs (rambu) ejaan dan tulisan yang benar. 7) Siswa
8) Notice (pemberitahuan) mendapatkan manfaat dari pemodelan guru
9) Letter (surat) dari kata-kata kunci dan konsep yang
10) Identity card (kartu identitas) diperagakan.
11) Shopping list (daftar belanja)
Ciri – Ciri Functional Text Strategi ini dapat digunakan dengan
seluruh kelas, kelompok-kelompok kecil,
• singkat dan mudah dipahami berpasangan, atau individual untuk mengarahkan
• Ditulis dengan menarik siswa menjadi bertanya tentang kata-kata dan
• Terkadang disertai gambar menambahkan mereka ke kosa kata mereka,
• dikemas dengan menarik menemukan prinsip fonetik dan struktural, dan
terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis
Picture Word Inductive Model Sementara beberapa keterampilan dapat diajarkan
Calhoun (1998) mengembangkan Picture secara eksplisit, PWIM dirancang untuk
memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir
Word Inductive Model (PWIM), menggunakan induktif.
foto berisi objek yang dikenal siswa untuk
memproduksi kata-kata dari anak-anak. Model Pembelajaran dimulai dengan meminta
ini membantu siswa menemukan beberapa siswa menuliskan kata benda sebanyak mungkin
kosa kata melalui apa yang mereka baca dan dari gambar yang mereka lihat. Misalnya focus
lihat, serta kosakata yang mereka tulis, dan juga pada gambar adalah Pangeran William. Siswa
menemukan prinsip fonetik dan struktural yang bisa menulis beberapa kata benda baik yang
hadir dalam kata-kata. terlihat di dalam foto/gambar maupun tidak.
Siswa bisa menuliskan ‘hat, uniform, hair, face,
Tujuan menggunakan PWIM adalah nose, skin, teeth, smile, body’, atau kata benda
untuk mengembangkan kosakata, konsep tentang lain misalnya ‘his mom, his brother, dll’.
kata-kata, kalimat dan struktur paragraf. Kemudian siswa diminta menuliskan kata sifat
sebanyak mungkin yang menerangkan kata benda
Kekuatan menggunakan strategi ini yang telah dituliskan sebelumnya, seperti
adalah bahwa hal itu akan membantu ‘handsome, bright, tall, kindhearted, generous,
membangun kosakata dan kemampuan menulis. blonde, black’, dan lain-lain. Siswa juga bisa
menuliskan kata sifat yang muncul di dalam
Berikut adalah daftar keuntungan dari pikiran mereka setelah melihat gambar, meskipun
penggunaan PWIM diambil dari Calhoun (1999). kata sifat tersebut tidak menjelaskan gambar
tersebut. Misalnya mereka mengingat ayahnya,
1) Strategi ini menekankan phonics, tata Pangeran Charless, atau ibunya, Lady Diana, dan
bahasa, mekanik, dan penggunaan bahasa lain-lain. Kemudian siswa menuliskan frase
Inggris standar. 2) Gambar memberikan benda seperti ‘blonde hair, pointed nose, tall
referensi yang nyata untuk mempelajari kata- body, bright skin’, dan lain-lain. Setelah
kata baru, frasa, dan kalimat. 3) Karena menuliskan frase benda, siswa akan lebih mudah
siswa menggunakan gambar yang terkait menuliskan kalimat. Mereka bisa menulis ‘He
dengan materi konten di bawah studi, mereka has blode hair’, atau ‘He is kindhearted like her
merasa menjadi bagian dari komunitas kelas mother’, dan seterusnya sehingga siswa akan
dan dapat berhasil belajar dalam kegiatan terbantu menyusun paragraf, kemudian teks.
kelas. 4) Grafik kata gambar berfungsi
sebagai referensi langsung untuk
memungkinkan siswa untuk menambahkan
kata-kata dengan kosa kata penglihatan
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -71
Hipotesis Tindakan kelas, mengantuk, melamun, bermain
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa HP/benda lain, dan lain-lain
b) Wawancara
Inggris menggunakan Picture Word Inductive
Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa Wawancara adalah suatu kegiatan
Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames pada semester komunikasi verbal dengan tujuan untuk
genap Tahun Pelajaran 2019/2020 secara mendapatkan informasi secara langsung
sederhana guna membantu siswa pada materi (Wikipedia). Disamping mendapatkan
Teks Factual Report. gambaran secara menyeluruh, dengan
wawancara diharapkan juga didapatkan
Waktu dan Tempat Penelitian informasi yang mendalam dan penting.
Waktu Penelitian
Wawancara hanya ditujukan pada
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 beberapa siswa yang mewakili kelompok
bulan pada semester genap Tahun Pelajaran siswa kurang berminat dan berminat dalam
2019/2020, dimulai pada bulan Januari sampai pelajaran bahasa Inggris. Dalam pelaksanaan
dengan bulan Maret 2020. wawancara digunakan pedoman guna
memperoleh informasi yang lebih akurat dari
Tempat Penelitian siswa. Wawancara dilakukan secara langsung
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IXC sehingga diperoleh penyebab permasalahan
yang pokok.
SMP Negeri 1 Nglames semester dua Tahun
Pelajaran 2019/2020. Dengan alamat sekolah Wawancara dilaksanakan secara
Desa Banjarsari Kab. Madiun Telepon (0351) santai dan terbuka agar subyek tidak merasa
458620. tegang sehingga jawaban yang diharapkan
akan terlontar. Sebelum diadakan wawancara
Subjek Penelitian disampaikan tujuan wawancara kepada
Sebagai subyek penelitian adalah 32 subyek penelitian dan bahwa wawancara
tersebut tidak akan mempengaruhi apapun.
siswa Kelas IXC dengan siswa laki-laki sebanyak Alat Pengumpulan Data
16 siswa dan perempuan sebanyak 16 siswa.
Sebagian besar siswa di kelas ini berasal dari Berhubung tehnik pengumpulan data
keluarga menengah ke bawah, di mana kondisi yang digunakan adalah dengan cara
keluarga kurang mendukung pembelajaran mengobservasi siswa, menilai hasil belajar
bahasa Inggris. siswa, dan mewawancarai beberapa siswa Kelas
IXC, maka alat pengumpul data yang digunakan
Teknik dan Alat Pengumpulan Data adalah lembar observasi, hasil prestasi siswa,
Teknik Pengumpulan Data dan pedoman wawancara.
a) Observasi Validasi Data
Observasi atau pengamatan secara Agar data yang disampaikan dalam
langsung dilaksanakan pada saat proses penelitian valid, perlu diadakan validasi data.
belajar mengajar. Data yang diungkap melalui Sesuai dengan tehnik dan alat pengambilan data,
pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil validasi data yang digunakan dalam penelitian di
belajar siswa dalam pembelajaran mata sini digunakan Triangulasi data dan penilaian
pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, hasil belajar siswa pada materi Teks Factual
pengamatan juga dilakukan terhadap sikap Report. Triangulasi merupakan kekuatan dalam
dan perilaku siswa, baik yang tidak penelitian (Woods, 2006).
dikehendaki (Off Task), seperti mengobrol,
mengganggu teman, bergerak ke arah yang Triangulasi yang dipakai dalam
tidak semestinya, berdiri dan duduk terlalu penelitian ini adalah triangulasi metode.
sering pada saat pembelajaran, keluar/masuk Triangulasi metode dilakukan dengan cara
memberikan metode yang berbeda dalam
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris.
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -72
Metode yang pertama adalah meminta siswa Untuk penelitian ini, diharapkan minimal siswa
menulis Teks Factual Report berdasarkan gambar mencapai hasil belajar 70 dalam Teks Factual
yang disediakan guru setelah mendapatkan Report.
penjelasan tentang unsur kebahasaan serta hal-hal
lain yang diperlukan dalam materi Teks Factual Prosedur Penelitian
Report. Pada kesempatan ini siswa bekerja sama Prosedur yang Digunakan
berkelompok. Metode ke 2 adalah dengan
meminta siswa mendeskripsikan orang tertentu Berdasarkan diskusi kolaboratif antara
dengan menggunakan strategi Picture Word peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran
Inductive Model (PWIM) secara berpasangan dan Bahasa Inggris model belajar yang digunakan
individu. Metode ke 3 adalah meminta siswa adalah Strategi Picture Word Inductive Model .
mendeskripsikan tempat tertentu secara Prosedur tindakan pembelajaran yang akan
berpasangan dan individu tanpa menggunakan dilakukan adalah sebagai berikut:
strategi Picture Word Inductive Model (PWIM). a. Peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan dengan
membandingkan hasil tulisan dengan Kriteria Bahasa Inggris berkolaborasi untuk
Ketuntasan Minimal belajar bahasa Inggris di menyiapkan pokok bahasan yang harus diteliti
Kelas IXC. dan harus dipelajari siswa.
Analisis Data b. Secara kolaborasi peneliti dan guru rekan
sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris
Analisis data dalam penelitian tindakan membuat rancangan pembelajaran, media
adalah refleksi tindakan yang telah dilaksanakan. pembelaran, instrumen evaluasi, dan skoring
Dari refleksi ini akan diperoleh gambaran evaluasi.
apakah tindakan telah menunjukkan adanya c. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan model
keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan Strategi Picture Word Inductive Model , siswa
pada perencanaan awal. Apabila telah mencapai diberi pembelajaran yang bentuknya
target keberhasilan, maka tindakan boleh rangsangan untuk berinisiatif diwujudkan
dihentikan, atau dilanjutkan lagi untuk dalam bentuk soal. Soal dikompetisikan pada
meyakinkan apakah memang strategi yang siswa dalam kelompok maupun antar tim.
diterapkan yang menyebabkan kriteria Siswa dibiarkan mengkoordinir sendiri dalam
keberhasilan tindakan tercapai. Ini bukan tentang kelompoknya.
mengapa sesuatu harus seperti yang semestinya, d. Pada pembelajaran berakhir guru selalu
melainkan apa yang kemungkinan bisa memberi masalah pada siswa berupa soal-soal
mengubah sesuatu dalam suatu situasi tertentu untuk dikompetisikan antar kelompok mereka
(Waters-Adams, 1986). Selama pelaksanaan sendiri. Seterusnya untuk dibahas pada saat
tindakan kelas, peneliti langsung mengadakan tatap muka berikutnya.
refleksi serta triangulasi data dan penilaian hasil
belajar siswa berupa tulisan dalam rangka Hasil Penelitian Dan Pembahasan
menentukan perencanaan untuk pelaksanaan Deskripsi Kondisi Awal
tindakan berikutnya, apabila dirasa masih
diperlukan. Berdasarkan keterangan di atas, bisa Sebelum diadakan tindakan, tidak
disampaikan bahwa antara proses pengambilan banyak 32 siswa Kelas IXC SMP Negeri 1
data dan analisis data bisa dilakukan secara Nglames semester genap Tahun Pelajaran
bersamaan. 2019/2020 bisa Teks Factual Report. Meskipun
Indikator Keberhasilan demikian ini merupkan awal yang baik apabila
siswa sudah bisa Teks Factual Report. Ketika
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa siswa bisa memberikan respon terhadap
ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil pertanyaan guru namun hanya berupa sebuah
belajar dalam pembelajaran mata pelajaran kata. Ketika guru meminta untuk membuat Teks
Bahasa Inggris setelah diadakan tindakan kelas. Factual Report, hanya beberapa siswa yang
meresponnya. Untuk itu perlu diadakan
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -73
penelitian guna memecahkan permasalahan yang teman satu kelompok dengan cara
dihadapi para siswa Kelas IXC SMP Negeri 1
Nglames semester genap Tahun Pelajaran mendiskusikan.
2019/2020.
Penjelasan Hasil Pelaksanaan Tindakan 5) Masing-masing kelompok mengidentifikasi
Tindakan dalam penelitian ini permasalahan dengan sesama temanya untuk
dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dan masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahap. Tindakan membahas Teks Factual Report.
dilakukan dengan metode yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana 6) Semua kelompok diminta untuk
penggunaan strategi Picture Word Inductive
Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa mengungkapkan hasil pembahasannya dalam
Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames pada semester
genap Tahun Pelajaran 2019/2020 dalam kelompok diskusi pleno kelas
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, tindakan 7) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan
siklus pertama, siswa mendiskripsikan benda
tertentu berkelompok 4 kemudian individu pada akhir diskusi terkait dengan kemampuan
dengan menggunakan strategi PWIM. Tindakan
ke dua sama seperti sebelumnya, hanya objek memecahkan permasalahan materi Teks
yang didiskripsikan adalah orang tertentu.
Sementara pada tindakan ke dua, siswa Factual Report.
mendiskripsikan gambar tempat tertentu
berkelompok 4 tanpa prosedur seperti dalam Pelaksanaan Tindakan (Acting)
strategi PWIM.
Pada siklus pertama ini, pembelajaran
Pada bagian ini tidak lagi dibahas
mengenai Perencanaan Tindakan, namun hanya sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
dibahas hasil Pelaksanaan, Pengamatan dan
Refleksi dari masing-masing siklus. Berikut tindakan yang telah disusun. Pada awal
penjelasannya.
pembelajaran ini ada beberapa siswa yang belum
Siklus I
Perencanaan dapat mengikuti dengan baik. Hampir semua
Guru menyusun rencana pembelajaran yang mengalami kesulitan untuk memecahkan
memuat:
1) Pengalaman belajar dengan konsep kajian permasalahan materi Teks Factual Report, karena
pustaka siswa tersebut belum memahami langkah-
2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa dibagi
langkahnya. Hasil belajar siswa pada siklus
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang siswa dengan salah seorang pertama penulis kemukakan berikut ini :
menjadi ketua.
3) Dalam satu kelompok tersebut diberi Nilai tertinggi = 80
permasalahan yang terkait dengan pokok
bahasan yang mengarah pada materi Teks Nilai terendah = 45
Factual Report.
4) Kemudian salah satu siswa diberi Nilai rata-rata = 66,7
permasalahan tentang materi Teks Factual
Report dan kemudian diteruskan kepada Jumlah Siswa Tuntas = 18
Jumlah siswa belum tuntas = 14
Ketuntasan = 56,3%
Hal ini membuktikan bahwa masih
banyak siswa yang kesulitan dalam memahami
melalui teknik Picture Word Inductive Model.
Pengamatan (Observing)
Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari
pemberian teknik Picture Word Inductive Model
selama proses belajar mengajar terhadap hasil
belajar dan peningkatan prestasi sisiwa. Dari
hasil evaluasi diketahui keefektifan metode
teknik Picture Word Inductive Model yang telah
disusun, untuk memperbaiki akan diberikan pada
siklus II. Selain itu hasil observasi juga
meberikan petunjuk apakah pengajaran remidi
perlu dilakukan pada akhir siklus II.
Tabel 4.2 Hasil observasi siklus I
Nilai
No Aspek yang dinilai
12 3 4
1 Respon siswa V
2 Keberhasilan guru V
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -74
3 Interaksi siswa-guru V yang mengarah pada kemampuan dasar
4 Kondisi lingkungan V
meningkatkan kemampuan materi Teks
Keterangan
1 = Kurang Factual Report dari daerah setempat.
2 = Cukup
3 = Baik 4) Kemudian salah satu siswa dan kemudian
4 = Sangat Baik
diteruskan kepada teman satu kelompok
Dari data observasi diatas menunjukkan
bahwa kemampuan siswa masih berada pada dengan cara mendiskusikan.
kriteria cukup. Pada siklus pertama ini siswa
terlihat kurang semangat dan kurang aktif dalam 5) Semua kelompok untuk mengungkapkan hasil
kegiatan diskusi.
Refleksi bahasannya dalam kelompok diskusi pleno
Pada siklus pertama proses kegiatan kelas
belajar mengajar tidak seperti yang diharapkan,
hal ini mungkin disebabkan dari: 6) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan
1) Penyebaran anak-anak pandai tidak merata
pada akhir diskusi
dalam setiap kelompok. Hal ini disebabkan
pembagian kelompok diatur secara acak. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
2) Jumlah kelompok pada siklus I mungkin
terlalu banyak dimana satu kelompok terdiri Tindakan utama pada sklus II adalah
dari 5 siswa. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
dimana setiap kelompok terdiri dari 4 pemberian modul/diktat untuk meningkatkan
heterogen menurut prestasi, jenis kelamin,
suku dan sebagainya. kemampuan awal (entry behavior) siswa dan
3) Tidak ada sarana dan prasarana penunjang
lain seperti buku paket penunjang yang sesuai merevisi kesalahan-kesalahan konsep pada siklus
sehingga kesiapan siswa kurang baik.
4) Tidak cukup waktu bagi siswa untuk I, yang mungkin menyebabkan hambatan-
mengerjakan tugas karena dibagikan secara
mendadak. hambatan bagi pengembangan pemahaman siswa
Dengan asumasi kurang efektifan dalam atas konsep-konsep yang akan dipelajari.
proses belajar mengajar yang meliputi 4 faktor
tersebut, maka hal ini diperbaiki pada siklus II. Pada Siklus kedua, pembelajaran sudah
Siklus II sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan yang
Perencanaan
telah disusun. Pada awal pembelajaran ini ada
Guru menyusun rencana pembelajaran
memuat: beberapa siswa yang belum dapat menyelesaikan
1) Pengalaman belajar dengan konsep kajian
tugs. Hasil belajar siswa pada siklus kedua
pustaka
2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa dibagi penulis kemukakan berikut ini :
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri Nilai tertinggi = 85
dari 4 orang siswa dengan salah seorang
menjadi ketua Nilai terendah = 60
3) Dalam satu kelompok tersebut diberi
permasalahan yang terkait dengan kompetensi Nilai rata-rata = 77,7
Jumlah Siswa Tuntas = 29
Jumlah siswa belum tuntas = 3
Ketuntasan = 90,6%
Pengamatan (Observing)
Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari
pemberian metode Penerapan Strategi Picture
Word Inductive Model selama proses belajar
mengajar terhadap hasil belajar dan peningkatan
minat siswa.
1) Keaktifan anggota kelompok dalam
menyelesaikan tugas.
2) Peningkatan kemampuan pada setiap
kelompok.
3) Peningkatan minat siswa terhadap mata
pelajaran.
Tabel 4.4 Hasil observasi Siklus II
Nilai
No Aspek yang dinilai
1234
1 Respon siswa V
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -75
2 Keberhasilan guru V Picture Word Inductive Model terbukti
3 Interaksi siswa-guru V berhasil membantu siswa Kelas IXC SMP Negeri
4 Kondisi lingkungan V 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester Genap
Tahun Pelajaran 2019/2020 meningkatkan hasil
Refleksi belajarnya dalam pembelajaran bahasa inggris,
Pada Siklus II proses kegiatan belajar terutama dalam materi Teks Factual Report.
mengajar sudah sangat baik dibanding siklus I hal Kondisi awal sebelum diadakan tindakan,
ini disebabkan kelemahan-kelemahan pada siklus hanya 12 siswa (37,5%) bisa materi Teks Factual
I sudah diperbaiki antara lain : Report. Setelah diadakan tindakan siklus I, ada
1) Penyebaran anak disesuaikan dengan peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar.
18 siswa (56,3%) berhasil belajar dalam kegiatan
kemampuan anak dalam kelas tersebut. dimaksud. Pada siklus ke dua, jumlah mengalami
2) Kelompok siswa diperbaki dengan pengertian peningkatan menjadi 29 siswa (90,6%), berhasil
belajar. Dengan demikian hipotesis terbukti.
penyebaran heterogen satu kelompok terdiri
dari 4 siswa. pada siklus I satu kelas terdiri Kesimpulan
dari 4 kelompok pada siklus II ini Berdasarkan pengamatan selama
berkembang menjadi 5 kelompok.
3) Sarana media pembelajara dilengkapi tindakan, ada perubahan signifikan hasil belajar
4) Tugas dan langkah-langkah dijelaskan terlebih siswa Kelas IXC SMP Negeri 1 Nglames
dahulu sehingga siswa lebih siap dalam proses semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020
belajar mengajar. dalam Teks Factual Report ketika digunakan
Picture Word Inductive Model. Sebelum
Pembahasan diadakan tindakan, hanya 12 siswa bisa Teks
Ini membuktikan bahwa penggunaan Factual Report berbahasa Inggris. Ketika
diadakan wawancara, diperoleh jawaban
Picture Word Inductive Model dalam penyebab siswa kurang bisa mengikuti
pembelajaran Materi Teks Factual Report pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris,
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa Kelas diantaranya adalah a. siswa tidak memiliki bahan
IXC SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun apa yang harus dituliskan, dan b. siswa bosan
Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan tehnik yang terkesan monoton.
dalam materi Teks Factual Report. Secara
keseluruhan, peningkatan hasil belajar siswa Setelah diadakan tindakan sebanyak 2
dapat dilihat pada grafik berikut ini : siklus, ada peningkatan hasil belajar siswa dalam
Teks Factual Report. Pada siklus pertama, siswa
Grafik pencapaian KKM siswa Kelas diminta menulis Teks Factual Report tentang
IXC SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun benda tertentu dalam kelompok berempat
Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 menggunakan strategi Picture Word Inductive
dalam mendiskripsikan gambar sebelum dan Model. Hasilnya, hanya 18 siswa (56,3%) yang
sesudah tindakan dua siklus bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan
benar. Masih banyak siswa yang belum bisa
melakukannya dengan benar, dan cenderung
melakukan kegiatan yang tidak dikehendaki.
Pada siklus ke dua, siswa diminta
menulis Teks Factual Report tentang tempat
tertentu tanpa menggunakan strategi Picture
Word Inductive Model. Siswa langsung diminta
mendiskripsikan gambar tempat tertentu.
Hasilnya, hanya 29 siswa (90,6%) yang berhasil
belajar aktif.
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -76
Bisa disimpulkan bahwa pembelajaran meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IXC
mata pelajaran Bahasa Inggris menggunakan semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020,
media Picture Word Inductive Model dapat karena setiap siswa mengalami masalah yang
meningkatkan ketrampilan siwa Kelas IXC SMP berbeda dan memiliki cara yang berbeda pula
Negeri 1 Nglames pada semester genap Tahun dalam belajar.
Pelajaran 2019/2020 dalam materi Teks Factual Saran
Report.
Beberapa saran bagi peneliti berikutnya
Kelebihan dari penggunaan Picture Word adalah agar guru mencoba menerapkan metode
Inductive Model adalah siswa menjadi lebih ini di kelasnya untuk mengetahui apakah betul
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran mata Picture Word Inductive Model bisa membantu
pelajaran Bahasa Inggris karena mereka terbantu siswa Kelas IXC Materi Teks Factual Report.
dalam memunculkan kosa kata yang akan mereka Selain itu, hendaknya guru mengembangkan
gunakan. Selain itu, kontribusi siswa dalam penelitian tindakan kelas pada aspek yang lain
memunculkan kosa kata membuat siswa semakin dengan metode yang berbeda agar segala
tertantang. Sementara kekurangan dari kekurangan selama proses belajar mengajar bisa
penggunaan Picture Word Inductive Model diketahui kendalanya.
adalah mungkin metode ini hanya bisa
DAFTAR PUSTAKA
Carr, W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical: education, knowledge and action research. Lewes:
Falmer.
Cohen, L ; Manion, L & Morrison, K (2000) Research Methods in Education (5th edition).
London,:Routledge Falmer.
Corey, S. (1953) Action Research to Improve School Practices. New York: Columbia University,
Teachers College Press.
Denzin & Y. Lincoln (Eds.) Handbook of Qualitative Research 2nd Development. In M. Huberman, & J.
M. Backus (Eds.), Advances in Development. London: Heinemann.
Dep.dik.nas, (2003) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.
Ebbutt, D. (1985) Educational Action research: some general concerns and specific quibbles,
in: Burgess, R.(ed.) Issues in Educational Research: qualitative methods. Lewes: Falmer.
Elliott, J. (1981) Action research: a framework for self-evaluation in schools TIQL working paper no.1.
Cambridge: Cambridge Institute of Education.
_________ (1991) Action Research for Educational Change. Buckingham: Open University Press.
Fischer,J. (2001). Action Research Rationale and Planning: Developing a Framework for Teacher
Inquiry. In G. Burnaford, J. Fischer & D.
Fueyo, V. & Koorland, M. A. (1997). Teacher as researcher: A synonym for professionalism. Journal of
Teacher Education, 48(5), 336-338.
Gibson, R. (1985) Critical times for action research. Cambridge Journal of Education, 15 (1): 59-64.
Hammond, J., et. al.. (1992). English for Social Purposes: a Handbook for teachers of Adult
Literacy. Sydney: NCELTER.
Harmer, J. 1998. How to Teach English. England: Longman.
Hollingsworth, S. (ed.) (1997) International Action Research: a casebook for educational reform.
London: Falmer.
Hollingsworth, S., Noffke, S.E., Walker, M. & Winter, R. (1997) Epilogue: What have we learned from
these case on action research and educational reform? in: Hollingsworth, S. (ed.) International
Action Research: a casebook for educational reform. London: Falmer.
Hopkins, D. (1993) A Teacher’s Guide to Classroom Research, 2nd edition Milton Keynes: Open
University Press.
http://www.bath.ac.uk/~edsajw/
http://www.did.stu.mmu.ac.uk/carn/
http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -77
http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm - top
Hustler, D., Cassidy, A. & Cuff, E. (eds.) (1986) Action Research in Classrooms and Schools. London,
Allen and Unwin.
Jennings, L. & Graham, A. (1996) Postmodern perspectives and action research: reflecting on the
possibilities. Educational Action Research, 4 (2): 267-278.
Kemmis, S. & McTaggart, R. (1982) The Action Research Planner. Victoria, Deakin University Press.
Koshy, V. (2005) Action research for improving practice. A practical guide London: Paul Chapman
Publishing.
Lewis, I. (1987) Encouraging reflexive teacher research. British Journal of Sociology of Education, 8 (1):
95-105.
Waters-Adams, S. 1986. Action Research in Education. University of Plymouth.
Woods, P. 2006. Qualitative Research. University of Plymouth
Picture Word Inductive Model - Udyaningsih - SMP Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman -78
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA MELALUI METODE INKUIRI
DALAM MATA PELAJARAN IPS MATERI MENGENAL MASA PRAAKSARA
PADA SISWA KELAS VII-A SMPN 1 NGLAMES KABUPATEN MADIUN
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Oleh : Wiwik Kustini, S.Pd.
Guru SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun
Abstrak
Kata kunci : Prestasi Siswa Melalui Metode Inkuiri, Mata Pelajaran IPS
Proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Nglames banyak terdapat kendala; antara lain
terbatasnya buku pelajaran IPS yang bisa dipinjam siswa, untuk membeli siswa mengalami kendala
ekonomi. Alat peraga kurang memadai, jumlah atlas dan peta terbatas, serta kemampuan peserta didik yang
sangat terbatas. Maka proses pembelajaran IPS tak bisa berlangsung dengan baik dan optimal. Apalagi
pelajaran IPS materinya banyak menghafal, biasanya mendapat jam siang/ pelajaran terakhir yang
mengakibatkan motivasi belajar siswa sudah berkurang, akibatnya hasil tes IPS rendah. Untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan tidak mudah, sering kali guru kecewa setelah melaksanakan pembelajaran
karena banyak siswa yang tidak menguasai kompetensi yang ditentukan. Oleh karena itu guru harus
melakukan remidial. Bila kasus ini terjadi di setiap kegiatan pembelajaran , maka akan merepotkan bagi
guru . Untuk itu peneliti akan mencoba menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
penguasaan materi pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Nglames agar siswa dengan antusias mengikuti
pembelajaran IPS sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan. Metode Inkuiri Dengan Kartu Konflik
diharapkan dapat membantu guru melakukan pembelajaran yang relatif mudah dipahami oleh siswa,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dalam situasi yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Jika dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 53.13%
sedangkan pada siklus II sebesar 93.75%. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan metode kartu konflik, siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga
ketuntasan belajar klasikal dapat tercapai.
Pendahuluan hidup suatu bangsa, dengan pendidikan maka
pembangunan dapat terus dilaksanakan.
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi
setiap orang karena terjadinya perubahan global
pemerintah mengusahakan dan yang berkembang dengan pesat menuntut manusia
untuk senantiasa mampu menguasai Ilmu
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan pengetahuan dan teknologi .Untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional guru memegang
nasional yang meningkatkan keimanan dan peranan yang sangat penting. Guru harus mampu
menjadi pendidik yang propesional dengan tugas
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan menguasai
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan peserta didiknya. Seorang guru juga harus dapat
melaksanakan fungsinya sebagai agen
kehidupan bangsa, bahwa sistem pendidikan pembelajaran yang berperan sebagai fasilitator,
motivator, rekayasa pembelajaran, dan pemberi
nasional harus mampu menjamin pemerataan insfirasi belajar bagi peserta didik.
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta Guru berperan sebagai fasilitator, dalam
hal ini guru akan memberikan fasilitas atau
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan kemudahan dalam proses belajar-mengajar, yaitu
dengan menciptakan suasana kegiatan belajar
untuk menghadapai tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Tidaklah mengherankan apabila bidang
pendidikan mendapat sorotan yang tajam dari
banyak kalangan, terutama dari praktisi
pendidikan. Hal tersebut disebabkan pendidikan
memegang peranan` penting dalam kelangsungan
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 79
yang sedemikian rupa, menetapkan materi apa melaksanakan pembelajaran karena banyak siswa
yang akan dipelajari murid, bagaimana cara yang tidak menguasai kompetensi yang
menyampaikan, apa hasil yang ingin dicapai, ditentukan. Oleh karena itu guru harus melakukan
strategi apa yang akan digunakan untuk remidial. Bila kasus ini terjadi di setiap kegiatan
memeriksa kemajuan murid dan selanjutnya pembelajaran , maka akan merepotkan bagi guru .
membantu dan mengarahkan murid untuk Untuk itu peneliti akan mencoba menerapkan
melakukan sendiri aktifitas pembelajaran itu. metode pembelajaran yang tepat untuk
Mengarahkan murid untuk melakukan sendiri meningkatkan penguasaan materi pembelajaran
aktifitas pembelajaran membutuhkan bantuan dari IPS di SMP Negeri 1 Nglames agar siswa dengan
guru yang berperan sebagai fasilitator, bantuan ini, antusias mengikuti pembelajaran IPS sehingga
diperlukan untuk semua proses pembelajaran hasilnya sesuai yang diharapkan.
begitu pula proses pembelajaran IPS. Selain itu,
guru juga sebagai motivator yaitu memberikan Berdasarkan permasalahan diatas guru
inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam mengadakan penelitian dengan judul
pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai- Meningkatkan Prestasi Siswa Melalui Metode
nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. Inkuiri Dalam Mata Pelajaran IPS Materi
(Sardiman;2007:143-146 ) Mengenal Masa Praaksara Pada Siswa Kelas VII-
A SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun Semester
Metode Inkuiri Dengan Kartu Konflik Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
diharapkan dapat membantu guru melakukan
pembelajaran yang relatif mudah dipahami oleh Rumusan Masalah
siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung 1. Bagaimana menerapkan metode Inkuiri
dalam situasi yang menyenangkan dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Metode Dengan Kartu Konflik dalam pembelajaran
Inkuiri Dengan Kartu Konflik adalah salah satu IPS?
dari strategi pembelajaran yang mengupayakan 2. Bagaimana pembelajaran dengan metode
seorang peserta didik mampu menggali ide-ide Inkuiri Dengan Kartu Konflik dapat
kreatif dan aktif dalam mengikuti kegiatan 3. meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Sehingga penulis yakin pembelajaran IPS ?
pembelajaran akan lebih hidup, variatif, dan 4. Bagaimana metode Inkuiri Dengan Kartu
membiasakan siswa memecahkan permasalahan Konflik dapat meningkatkan penguasaan
dengan cara memaksimalkan daya pikir dan materi IPS ?
kreatifitas. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan dapat tercapai. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara menerapkan metode
Proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Nglames banyak terdapat kendala; antara lain Inkuiri Dengan Kartu Konflik dalam
terbatasnya buku pelajaran IPS yang bisa dipinjam pembelajaran IPS di Kelas VII-A SMP Negeri
siswa, untuk membeli siswa mengalami kendala 1 Nglames .
ekonomi. Alat peraga kurang memadai, jumlah 2. Untuk mengetahui peranan metode Inkuiri
atlas dan peta terbatas, serta kemampuan peserta Dengan Kartu Konflik dalam meningkatkan
didik yang sangat terbatas. Maka proses partisipasi pembelajaran IPS di Kelas VII-A
pembelajaran IPS tak bisa berlangsung dengan SMP Negeri 1 Nglames.
baik dan optimal. Apalagi pelajaran IPS materinya 3. Untuk mengetahui peranan metode Inkuiri
banyak menghafal, biasanya mendapat jam siang/ Dengan Kartu Konflik dalam meningkatkan
pelajaran terakhir yang mengakibatkan motivasi penguasaan materi pembelajaran IPS di Kelas
belajar siswa sudah berkurang, akibatnya hasil tes VII-A SMP Negeri 1 Nglames .
IPS rendah yaitu nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 40 sehingga rata-rata nilai IPS adalah 75. Manfaat Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan 1. Secara teoritis; menambah pengetahuan
tidak mudah, sering kali guru kecewa setelah
tentang metode pembelajaran baru khususnya
Inkuiri Dengan Kartu Konflik yang digunakan
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 80
sebagai acuan bagi penelitian sejenis. pengayaan materi.
2. Secara praktis: Guna mengatasi permasalahan tersebut
Bagi siswa guru dituntut untuk bekerja keras mengupayakan
1) Terjadi perubahan perilaku baru pada siswa solusi atau pemecahan masalah. Rendahnya
motivasi belajar pada siswa menuntut untuk
untuk lebih aktif dan kreatif. segera disikapi dan dicarikan sebuah jalan keluar.
2) Meningkatkan motivasi siswa dalam Salah satu langkah konkrit yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan metode inquiry.
mempelajari IPS
3) Meningkatkan pemahaman dan penguasaan Pada dasarnya siswa memiliki potensi
berupa dorongan untuk mencari dan menemukan
tentang materi IPS sendiri (sense of inquiry), baik fakta maupun data
Bagi guru atau informasi yang kemudian yang dikemudian
1) Dapat memberikan masukan dalam dikembangkan dalam bentuk cerita atau
menyampaikan kepada siswa lain, setelah melalui
menerapkan metode Inkuiri Dengan Kartu proses pemahaman. Dengan demikian berilah
Konflik yang sesuai dengan kondisi peserta kesempatan kepada siswa untuk menemukan
didik. sendiri informasi yang ada kaitannya dengan
2) Memberikan kontribusi pada guru untuk materi pelajaran. Dalam konteks ini tugas guru
memilih strategi pembelajaran yang adalah menyampikan informasi yang mendasar
menyenangkan bagi peserta didik dan memancing siswa untuk mencari informasi
3) Meningkatkan propesionalisme guru selanjutnya. Agar siswa terdorong untuk
4) Mengembangkan pengelolaan kelas yang melakukan pencarian hendaknya menerapkan
lebih efektif. model stimulus-respon sehingga setiap siswa
Bagi peneliti dapat memperoleh penghargaan dari setiap
penemuannya.
Menambah pengetahuan tentang
metode pembelajaran dan prakteknya di Inquiry juga merupakan cara yang
sekolah serta sebagai bekal dalam digunakan guru untuk mengajar di depan kelas
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. yang dapat dilakukan dengan cara siswa diberi
kesempatan untuk meneliti suatu masalah
Kajian Teori sehingga dapat menemukan cara penyelesaiannya.
Metode Inkuiri
Tujuan Teknis Inquiry :
Metode Inquiry merupakan suatu metode a. Membentuk dan mengembangkan rasa percaya
pendekatan untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan siswa dalam pembelajaran Ilmu diri
Pengetahuna Sosial yang menitikberatkan b. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekekrja
kegiatan pada penyampaian materi pembelajaran
yang dikemas dalam uraian disertai contoh soal atas inisiatifnya sendiri.
runtut, sistematik, jelas dan sederhana, serta c. Mengembangkan bakat dan kecakapan
melibatkan siswa untuk menemukan sendiri.
individu
Dalam metode inquiry pada prinsipnya d. Memberi siswa kesempatan untuk belajar
menekankan kegiatan pembelajaran bidang studi
Ilmu Pengetahuan Sosial pada aktifitas sendiri
pembelajaran materi dengan cara sederhana dan e. Mendorong murid memperoleh informasi
relative mudah dipahami oleh siswa, karena
disertai dengan inquiry atau contoh-contoh Dengan teknik inquiry ini siswa dilatih
konkrit. Metode inquiry menemukan kesesuaian untuk:
aplikasi pada tingkatan pendidikan di sekolah a. Menyusun rencana kegiatan
menengah pertama, berpijak pada kenyataan b. Menentukan sasaran kegiatan
bahwa siswa di sekolah menengah pertama c. Menentukan target kegaitan
memiliki kecenderungan imitative yang besar dan d. Berkomunikasi dengan orang lain
relative menemui kesukaran apabila kegiatan e. Mencari sumber informasi
pembelajaran sudah mengarah ke kegiatan Kartu Konflik
Suatu metode pengajaran dimana kondisi
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 81
yang sesungguhnya dibuat dalam bentuk Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun
Pelajaran 2019/2020 akan meningkat.
permainan, yang bertujuan untuk menumbuhkan
Metode Penelitian
kesadaran diri, rasa simpati, perubahan sikap dan Setting Penelitian
kepekaan. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1
Metode ini menggunakan kartu – kartu Nglames Kabupaten Madiun karena melihat
adanya indikasi bahwa masih banyak guru yang
sebagai media pembelajarannya, dimana dibuat 2 belum menggunakan pembelajaran sesuai yang
diharapkan. Siswanya pun banyak yang
kartu, yaitu kartu konflik dan kartu penyelesaian, menggunakan cara lama yang hanya akan belajar
jika menghadapi ulangan saja. Keadaan inilah
dengan warna yang berbeda. Kartu konflik berisi yang mengakibatkan banyak siswa yang tidak
tuntas baik secara individu maupun klasikal.
kata-kata yang merupakan permasalahan konflik Sehingga guru seringkali mengadakan remidi,
meskipun pada akhirnya hasil yang diperoleh
yang harus dicari siswa. Sedangkan kartu tidak jauh berbeda dengan sebelum remidi
diadakan.Untuk itulah peneliti memandang
penyelesaian merupakan kata yang menyelesaikan perlunya dilakukan penelitian tindakan kelas,
untuk mencoba salah satu metode pembelajaran
dari konflik yang dimunculkan. dengan tujuan meningkatkan kemampuan
akademik siswa.Penelitian ini memilih Kelas VII-
Selanjutnya dalam kegiatan A SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2019/2020 , dengan alas an banyak
pembelajarannya siswa dalam keadaan individu didapati siswa tidak tuntas dan jenuh dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kelas ini terdiri
dan kelompok diharuskan mencari pasangannya dari 32 siswa.Kegiatan penelitian ini terdiri atas 2
siklus setelah sebelumnya mengadakan pre test
ketika guru menyebutkan suatu bentuk hubungan terlebih dahulu. Siklus 1 dan Siklus II masing-
masing terdiri dari 2 pertemuan, yaitu setiap hari
tertentu dari suatu masalah. Rabu. Dengan alokasi waktu setiap tatap muka
adalah 2 x 40’.
Dengan bentuk yang dibuat permainan
Perencanaan Peneletian
ini, siswa tidak merasa terbebani untuk belajar, 1. Memberikan pengetahuan kepada siswa
tetapi tanpa disadari mereka sedang melakukan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan
menggunakan metode baru, yaitu kartu
suatu proses belajar. Pada lahir satu pertemuan, konflik.
2. Memberikan siswa tentang materi yang
dibuat kesimpulan dari apa yang sudah bersama. digunakan dalam penelitian dan siswa diberi
tugas untuk membawa keperluan yang akan
Siswa memahami materi tanpa merasa berat dan digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Memberikan format dan metode pembelajaran
bosan. yang akan dilakukan.
4. Menyiapkan jadwal penelitian.
Keterkaitan Metode Kartu konflik dengan 5. Memilih teman guru sebagai pengamat.
Kemampuan Akademik Prosedur Penelitian
Dalam rancangannya dilakukan 2 siklus,
Kemampuan akademik yang dimiliki
siswa berhubungan erat dengan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran. Namun terkadang
hal tersebut tidak disadari oleh guru, orangtua dan
siswa. Mereka berharap siswa mampu menangkap
apa yang disampaikan guru sehingga mempunyai
prestasi belajar.
Salah satu metode baru yang bias
digunakan adalah kartu konflik. Metode ini
mampu menangkap dan melihat seberapa jauh
materi dipahami oleh siswa. Selain itu siswa akan
belajar dengan cara bermain. Pada kartu konflik
siswa saling melemparkan masalah dan
menyelesaikannya dengan pola piker pemahaman
yang diperolehnya. Inilah yang menyebabkan
kemampuan akademik siswa meningkat seiring
pemahaman terhadap materi pelajaran.
Hipotesis Penelitian
Jika model pembelajaran inquiri
dengan metode kartu konflik ini diterapkan
pada pelajaran IPS dengan materi Mengenal
masa praaksara Kelas VII-A SMPN 1 Nglames
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 82
yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan, yaitu masalah yang ada di samping dengan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. berdiskusi akan diperoleh suatu hasil yang
Siklus I
Perencanaan lebih maksimal.
1. Memeriksa kembali hasil ulangan harian siswa
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
sebelumnya, jurnal mengajar guru, silabus dan
kompetensi dasar pada kelas yang dituju. Hal kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk
ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebab-
penyebab permasalahan yang ada pada siswa. mengetahui tentang pemahaman siswa
Apakah dari faktor siswa, guru, metode atau
lingkungan belajar. terhadap materi pembelajaran, keberanian
2. Merencanakan bentuk pembelajaran dengan
menggunakan metode kartu konflik, dengan siswa menyampaikan pendapatnya sehingga
membuat rencana kegiatan pembelajaran.
3. Menyiapkan media dan alat pembelajaran, siswa mempunyai pengalaman belajar.
berupa buku, LKS, kertas, spidol dan alat tulis 6. Guru memcatat hal – hal yang ada pada saat
lainnya.
4. Menentukan kompetensi dasar yang digunakan tersebut dan menuliskannya dalam lembar
dan indikator.
5. Membagi kelompok secara heterogen. Hal ini observasi yang telah dibuat.
dimaksudkan untuk menggabung siswa dengan
berbagai kemampuan akademik. 7. Guru bersama siswa membuat kesimpulan
6. Mengembangkan format observasi saat
penelitian berlangsung. mengenai apa-apa yang sudah
7. Mengembangkan format evaluasi untuk
mengetahui kemampuan siswa setalah tersampaikan/dipresentasikan siswa.
menggunakan metode kartu konflik.
8. Membuat gambaran awal untuk melihat 8. Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi dari pelaksanaan
metode yang dipilih. Apabila kurang efektif tingkat pemahaman dan kemampuan siswa
dan efisien maka segera dicari penyebab dan
faktor-faktornya, sehingga akan jadi setelah dilakukan pembelajaran dengan
pertimbangan pada langkah selanjutnya.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I menggunakan pendekatan metode kartu
1. Membagi siswa dalam 4 kelompok, sehingga
jumlah tiap kelompok 8 siswa konflik. Hasil yang didapat dibuat dalam table
2. Guru memberikan bahan pembelajaran.
3. Siswa dalam tiap-tiap kelompok berusaha perhitungan nilai.
mencari permasalahan yang dapat timbul dari
indicator yang sudah ditentukan. Hal ini Pengamatan Siklus I
bermaksud agar siswa menyadari dari mampu
menelaah masalah apa yang timbul dari Observasi berfungsi untuk
indikator yang tersedia sesuai kemampuan
masing-masing. mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait
4. Siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi
terhadap permasalahan yang ada. Dengan prosesnya. Observasi ini berorientasi ke masa
diskusi diharapkan siswa dapat bekerjasama
untuk memahami konsep dan memecahkan yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi
sekarang, lebih-lebih ketika siklus terkait masih
berlangsung.Pengamatan atau observasi
dilakukan terhadap kegiatan siswa dalam
pembelajaran baik secara individu maupun secara
kelompok. Observasi dilakukan selama
pembelajaran dengan kartu konflik baik ditinjau
dari situasi pembelajaran maupun tingkat
keaktifan siswa sehingga akan diketahui kelebihan
maupun kekurangan metode kartu konflik. Hasil
dari pengamatan atau observasi dicatat dalam
format khusus, sebagai bahan penyusunan
refleksi. Seperti dalam siklus I yang mencakup
masalah situasi pembelajaran yang meliputi minat
dan perhatian siswa dalam belajar, keberanian
siswa dalam bertanya baik kepada guru atau
teman, keberanian siswa dalam mengeluarkan
pendapat, dan kedisiplinan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Yang kedua menyangkut tingkat
keaktifan kelompok meliputi keaktifan siswa
mengeluarkan pendapat, keaktifan bertanya,
keaktifan menjawab, tingkat menghargai teman
dan partisipasi dalam kelompok dan
kerjasamanya.
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 83
Refleksi Siklus I 6. Mengembangkan format observasi saat
Kegiatan refleksi diawali dengan melihat penelitian berlangsung sebagaimana siklus I.
catatan-catatan hasil observasi. Pemeriksaan 7. Mengembangkan format evaluasi untuk
dilakukan bersama-sama antara guru, peneliti, mengetahui kemampuan siswa setelah
dengan siswa. Kesan guru dan peneliti sendiri menggunakan metode kartu konflik seperti
dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus pada siklus I.
belajar dengan kartu konflik dibuat catatan
tersendiri. 8. Membuat gambaran/penilaian untuk melihat
keefektifan dan efisiensi maka segera dicari
Dengan refleksi seorang guru/peneliti penyebab dan faktor-faktornya, sehingga akan
akan memiliki wawasan yang otentik yang dapat jadi pertimbangan pada langkah selanjutnya,
membantu dalam menafsirkan datanya. Oleh apakah sudah sesuai tujuan atau diperlukan
sebab itu dalam analisis datanya dilakukan dengan tahapan siklus lanjutan.
teknik kuantitatif interaktif.
Pelaksanaan Siklus II
Teknik analisis data dilakukan dengan 1. Membagi siswa dalam 8 Kelompok, sehingga
teknik kuantitatif dan teknik analisis interaktif,
yang terdiri dari tiga komponen kegiatan yang tiap kelompok 4 dan 3 siswa, dengan anggota
saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu: yang lain dari siklus I.
1. Reduksi data 2. Guru memberikan bahan pembelajaran yang
2. Beberan (display) data lain dari siklus I.
3. Penarikan kesimpulan, 3. Dalam kelompok siswa membuat identifikasi
materi yang ada dan memecahkan masalahnya
Siklus II dengan diskusi, utamanya terhadap materi
Perencanaan yang dianggap sulit.
1. Memeriksa kembali hasil ulangan harian siswa 4. Guru mengadakan observasi terhadap kegiatan
siswa dengan pengalaman belajar dan dicatat
siklus I, jurnal mengajar guru, silabus dan pada lembar catatan khusus yang disepakati
kompetensi dasar yang digunakan pada siklus sesuai yang dilakukan pada siklus I, yang
I. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui menyangkut situasi pembelajaran dan tingkat
penyebab – penyebab permasalahan yang ada keaktifan siswa.
pada siswa pada tindakan siklus I. Apakah dari 5. Dilakukan diskusi kelompok lanjutan untuk
faktor siswa, guru, metode atau lingkungan mengetahui pemahaman siswa terhadap
belajar. kompetensi dasar dan indicator yang ada pada
2. Merencanakan bentuk pembelajaran dengan siklus I.
menggunakan metode kartu konflik, dengan 6. Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui
membuat rencana kegiatan pembelajaran yang tingkat pemahaman dan kemampuan siswa
disesuaikan dengan masalah yang timbul pada setelah dilakukan pembelajaran dengan
siklus I. menggunakan pendekatan metode kartu
3. Menyiapkan media dan alat pembelajaran, konflik.
berupa buku, LKS, kertas, spidol dan alat tulis Pengamatan atau Observasi Siklus II
lainnya.
4. Menentukkan kompetensi dasar yang Pengamatan atau observasi dilakukan
digunakan dan indikator dengan melihat terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran baik
permasalahan yang timbul pada siklus I dan secara individu maupun secara berkelompok.
mengubah sesuai bentuk pada siklus II. Observasi dilakukan selama pembelajaran dengan
5. Mengevaluasi bentuk dan anggota kelompok kartu konflik baik ditinjau dari situasi
pada siklus I, jika perlu membagi kembali pembelajaran maupun tingkat keaktifan siswa
kelompok secara heterogen. Hal ini sehingga akan diketahui kelebihan maupun
dimaksudkan untuk menggabung siswa dengan kekurangan metode kartu konflik pada siklus II.
berbagai kemampuan akademik seperti pada Hasil dari pengamatan atau observasi dicatat
hasil siklus I. dalam format khsusus,sebagai bahan penyusunan
refleksi. Dengan ketentuan sebagaimana siklus I.
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 84
Refleksi Siklus II 3 bagian, yaitu :
Kegiatan refleksi diawali dengan melihat a. Kegiatan pembelajaran untuk mengetahui
catatan – catatan hasil observasi. Pemeriksaan aktifitas belajar siswa dalam kelompok, dengan
dilakukan bersama-sama antara guru, peneliti, aspek yang diobservasi.
dengan siswa. Kesan guru dan peneliti sendiri b. Data untuk mengetahui minat belajar siswa
dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus diperoleh dari wawancara dan observasi
belajar dengan kartu konflik dibuat catatan kegiatan belajar mengajar individu yang
tersendiri. meliputi beberapa aspek.
c. Data untuk mengetahui peningkatan
Dengan teknik analisis interaktif, yang kemampuan akademik siswa dapat
terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling diperhatikan dari nilai ulangan harian/uji
terkait satu dengan yang lainnya, yaitu: kompetensi/formatif menjadi lebih meningkat
1. Reduksi data daripada sebelumnya.
2. Beberan (display) data
3. Penarikan kesimpulan Hasil Penelitian Siklus I
Aktivitas Belajar Siswa
Teknik Pengumpulan Data/ Instrumen
a. Teknik pengamatan digunakan untuk Dari hasil pengamatan kolaborator
terhadap aktifitas belajar siswa selama
mengetahui minat belajar siswa melalui pembelajaran berlangsung diperoleh data seperti
pembelajaran ini. tabel dengan hasil sebagai berikut :
b. Teknik wawancara dan catatan saat kegiatan Tabel 4. Aktifitas belajar siswa selama
untuk mengetahui minat belajar siswa melalui pembelajaran
pembelajaran ini.
c. Studi dokumen digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan akademik siswa.
Analisis Data Dari table di atas dapat dijelaskan sebagai berikut
Analisis data menggunakan 2 jenis yaitu :
a. Aktifitas siswa dalam bertanya sebesar 81%,
data kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui
aktifitas belajar dan minat belajar siswa yang karena selama ini siswa masih belum terbiasa
melalui observasi menggunakan data kualitatif, untuk bertanya baik kepada teman maupun
sedangkan data kuantitatif digunakan untuk guru selama proses pembelajaran.
mengetahui kemampuan akademik siswa. b. Hanya 67% dari siswa yang berani
1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
memecahkan masalah.
mencatat kembali data – data yang telah c. Tingkat kedisiplinan siswa dalam mengikuti
terkumpul. pembelajaran sebanyak 77%, dalam
2. Melakukan interprestasi, yaitu menafsirkan pembelajaran masih banyak siswa yang
yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan. berbicara sendiri atau bahkan bermain sendiri.
3. Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan dari Minat Belajar Siswa
kegiatan pembelajaran itu baik data yang
kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil Tanya jawab terhadap siswa
4. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan dengan cara voting, diperoleh hasil suara 80%
langkah-langkah perbaikan untuk siklus yang mengatakan senang dan berminat terhadap
berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan metode kartu konflik yang digunakan. Hal ini
setelah siklus berakhir berdasar data inferensi didukung adanya kesepakatan tata tertib selama
yang telah ditetapkan. pembelajaran yaitu:
5. Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan a. Guru member kesempatan bertanya baik secara
analisis hasil-hasil observasi yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. idividu maupun kelompok.
Analisis data dapat direfleksikan menjadi
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 85
b. Diperbolehkannya jalan-jalan/tidak duduk di
tempat saja, asal tidak mengganggu.
c. Memberi kebebasan tempat duduk kelompok
atau bentuk kegiatan kelompok asal mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu.
d. Memberi penghargaan bagi kelompok yang Dibandingkan pada siklus I, aktifitas tiap
paling tertib dan baik hasilnya. aspek mengalami peningkatan, seperti dapat
Beberapa soal yang dirasa sulit bagi dilihat pada tabel. Hal ini disebabkan karena
secara garis besar metode pembelajaran ini siswa
seluruh siswa dijelaskan secara klasikal oleh guru. memahaminya sehingga sebelum pelaksanaan
Ada catatan-catatan selama proses pembelajaran pembelajaran, siswa memperlajarinya materi yang
ini adalah: akan dipelajari di dalam ruang pembelajaran
1. Kurang telitinya siswa dalam menulis jawaban terbukti :
a. Aktifitas siswa dalam bertanya sudah lebih
yang sesuai dengan sumber yang tersedia.
2. Waktu yang digunakan siswa belum efektif. baik karena siswa merasa enak dalam
mengikuti pembelajaran.
Minat belajar siswa mulai muncul karena b. Pada saat berdiskusi untuk memecahkan
siswa merasa ada kemudahan dalam masalah yang diberikan guru, siswa sudah
menyelesaikan masalah karena hamper semua mulai berani menjawab pertanyaan.
soal secara konsep ada dibuku pegangan. Mereka c. Dalam pembelajaran ini diamati dengan baik
dengan nyaman berusaha mencari dan dan sebelum pembelajaran diberikan ketentuan
menemukan sendiri permasalahan dalam LKS- yang aktif akan mendapat nilai yang baik,
nya. maka tingkat kedisiplinan siswa lebih baik dari
Hasil Belajar Siswa siklus I.
Minat Belajar Siswa
Berdasarkan hasil ulangan sebelum dan
sesudah tindakan siklus I, ternyata ada Dari hasil tanya jawab secara klasikal
peningkatan hasil secara klasikal. Berdasarkan dalam voting diperoleh hasil suara sebanyak 90%
nilai pada pre test, hasil ujiannya dapat dijelaskan siswa merasa senang dengan proses pembelajaran
sebagai berikut : Hasil nilai rata-rata pre test yang dilakukan.
sebesar 59.06 dan mempunyai persentase sebesar Hasil Belajar Siswa
9.38%. Sedangkan berdasarkan nilai pada uji
Siklus I untuk materi yang diajarkan, hasil Berdasarkan nilai pada siklus II untuk
ujiannya dapat dijelaskan sebagai berikut siswa materi yang diajarkan, hasil ujiannya dapat
yang tuntas belajar sebanyak 17 siswa, yang dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan hasil
belum tuntas sebanyak 15 siswa. Secara klasikal ujian yang dilakukan diperoleh nilai ketuntasan
prosentase ketuntasan hanya mencapai 53.13% klasikal sebesar 93.75%. Karena sudah melebihi
dan nilai rata-rata 69.69. Hal ini berarti masih syarat nilai ketuntasan klasikal, maka disampaikan
perlu perbaikan secara klasikal. Sehingga perlu untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.
dilanjutkan dengan siklus II.
Hasil Penelitian Siklus II Hasil belajar siswa meningkat dari siklus
Aktivitas Belajar Siswa I, karena :
a. Siswa merasa lebih nyaman dalam mengikuti
Berbeda pada siklus I, pada siklus II ini di
awal pertemuan guru menyampaikan criteria belajar
penilaian yang digunakan. Ternyata hal tersebut b. Waktu digunakan dengan efektif
membuat siswa menjadi lebih aktif disbanding c. Siswa lebih terbuka dalam menyadari
pada siklus sebelumnya.
kekurangannya dengan diberinya kesempatan
Hasilnya ditunjukkan dalam tabel berikut : untuk bertanya secara individual maupun
Tabel 6. Aktifitas belajar siswa selama klasikal.
pembelajaran d. Guru dan siswa membuat kesepakatan dalam
pembelajaran dengan menampung masukan
siswa secara terbuka.
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 86
Pembahasan 3. Pembelajaran dengan menggunakan
Jika dianalisa secara keseluruhan pendekatan metode kartu konflik dapat
meningkatkan kemampuan akademik siswa
penelitian tindakan kelas pada siklus I dan Siklus Kelas VII-A SMPN 1 Nglames Kabupaten
II maka terjadi hasil belajar siswa secara umum Madiun tahun Pelajaran 2019/2020 .
meningkat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut : Saran
Dengan melihat hasil pada penelitian yang
Tabel 8. Kenaikan Hasil Belajar Siswa
dilaksanakan, diharapkan :
1. Agar siswa memiliki aktifitas, minat dan
kemampuan akademik dalam proses
pembelajaran, guru hendaknya menggunakan
metode pembelajaran yang inovatif, misalnya
kartu konflik.
2. Guru harus senantiasa mengikuti
perkembangan kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil pembelajaran.
Secara umum sebelum adanya tindakan
dan sesudah adanya tindakan ada kenaikan hasil
belajar siswa . Sedangkan jika dilihat dari
ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I
sebesar 53.13% sedangkan pada siklus II sebesar
93.75%. Hal ini menunjukkan bahwa melalui
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
metode kartu konflik, siswa mampu meningkatkan
hasil belajarnya. Sehingga ketuntasan belajar
klasikal dapat tercapai.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan metode kartu konflik dapat
meningkatkan aktifitas belajar siswa Kelas
VII-A SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun
tahun Pelajaran 2019/2020 .
2. Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan metode konflik dapat
meningkatkan minat belajar siswa Kelas VII-A
SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun tahun
Pelajaran 2019/2020 .
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 87
DAFTAR PUSTAKA
Endang Ekowati, 2005. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen
Manajemen Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Harjanto, 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Riena Cipta
Ibrahim Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Kartini Kartono, 1996. Psikologi Umum, Bandung : Mandar Maju
Martinis Yamin, 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta. Gaung Persada Pers.
Nana Sudjana. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar – Mengajar. Bandung Sinar Baru
Ngalim Purwanto, 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. 2004. Kontekstual Teaching Learning dan Penerapannya dalam KBK. Malang. Universitas
Negeri Malang.
Tim Pembinaan TKB/SMP Terbuka. 2006. Sistem Belajar Melalui Tatap Muka dan Mandiri. Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Manajemen Dasar dan Menengah Direktori Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama.
Suharjono, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas, Malang. Cakrawala Indonesia.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2002. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta. Bumi Aksara.
Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Bandung.
Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Riena Cipta.
Inkuiri - Wiwik Kustini - SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun - Halaman - 88
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) SISWA KELAS IV SDN WUNGU 02
KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Oleh Nanik Narwati Rahajuningsih, S.Pd.,
Guru SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun
Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi Belajar Matematika, Course review horay (CRH)
Guru dalam rangka melaksanakan tugas profesionalnya perlu mengetahui berbacai macam metode
dan media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sebab setiap jenis media hanya cocok atau
wajar digunakan daam situasi belajar tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan untuk situasi
dan tujuan yang lain perlu digunakan metode dan media mengajar lain, yang lebih tepat sasaran. Khusus
dalam penggunaan metode, tidak semua metode mengajar digunakan sekaligus pada saat yang sama untuk
menyajikan suatu materi. Selain itu juga jarang sekali dalam suatu proses belajar mengajar seorang guru
hanya menggunakan satu metode mengajar, yang paling sering adalah penggunaan beberapa metode
mengajar secara bervariasi dalam suatu proses belajar mengajar.
Ada siswa yang takut bila mendengar kata Matematika karena mempelajari Matematika sangat sulit
dan membutuhkan waktu yang cukup banyak, tetapi disisi lain mempelajari Matematika itu sangat penting
bahkan ada yang mengatakan wajib, semua kalangan baik ekonomi atas maupun ekonomi bawah,
menganggap Matematika sebagai ilmu yang bersifat vital atau penting bagi kelangsungan hidup manusia
tersebut. Hal ini disebabkan karena ilmu Matematika berkembang sejak zaman dahulu sampai sekarang,
sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di SDN Wungu 02 Kabupaten Madiun, di mana peneliti
melaksanakan sebagai tugas sebagai guru pengajar. Materi pelajaran Matematika yang dipelajari adalah
Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat. Penelitian ini dilakukan 2 bulan yaitu bulan Pebruari
sampai dengan Maret 2020. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SDN Wungu 02
Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan hasil data diatas, nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Matematika “
Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat” sebelum siklus didapat nilai 65,36; siklus 1 : 71,07;
siklus 2 : 84,64. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau prestasi hasil belajar siswa
kelas IV semester II SDN Wungu 02Madiun Tahun pelajaran 2019/2020 dengan kriteria yang cukup baik
dan mengalami peningkatan, hal tersebut mengidentikasikan bahwa pembelajaran Matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Course review horay (CRH) berhasil.
Pendahuluan Dalam rangka melaksanakan tugas
Belajar matematika adalah sesuatu yang profesionalnya guru perlu mengetahui berbacai
macam metode dan media sebagai alat bantu
cukup. Ini merupakan suatu syarat kecukupan. dalam proses belajar mengajar. Sebab setiap jenis
Karena dengan belajar matematika, kita akan media hanya cocok atau wajar digunakan daam
belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. situasi belajar tertentu dan untuk mencapai tujuan
Sekaligus pada saat yang sama, kita akan tertentu. Sedangkan untuk situasi dan tujuan yang
mengamati keberdayaan matematika dan tentunya lain perlu digunakan metode dan media mengajar
menumbuhkembangkan kemampuan learning to lain, yang lebih tepat sasaran. Khusus dalam
learn. Jadi, untuk mendapatkan daya matematika penggunaan metode, tidak semua metode
itu sendiri sebagai alat penyelesaian permasalahan mengajar digunakan sekaligus pada saat yang
dalam kehidupan nyata, belajar matematika sama untuk menyajikan suatu materi. Selain itu
sebagai suatu wahana yang memfasilitasi juga jarang sekali dalam suatu proses belajar
kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengajar seorang guru hanya menggunakan satu
peningkatan kepercayaan diri dalam bermatemati- metode mengajar, yang paling sering adalah
ka. Tentunya kemampuan bernalar yang dipunyai penggunaan beberapa metode mengajar secara
anak didik melalui proses belajar matematika itu bervariasi dalam suatu proses belajar mengajar.
akan meningkatkan pula kesiapannya untuk
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Ada siswa yang takut bila mendengar kata
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 89
Matematika karena mempelajari Matematika dinamakan dengan pendekatan. Pendekatan
sangat sulit dan membutuhkan waktu yang cukup adalah cara yang digunakan untuk mencapai
banyak, tetapi disisi lain mempelajari Matematika tujuan, dalam hal ini pengetahuan ilmiah.
itu sangat penting bahkan ada yang mengatakan
wajib, semua kalangan baik ekonomi atas maupun Melihat dari latar belakang di atas, maka
ekonomi bawah, menganggap Matematika peneliti ingin mengadakan penelitian tindakan
sebagai ilmu yang bersifat vital atau penting bagi kelas dengan memberikan judul : Peningkatan
kelangsungan hidup manusia tersebut. Hal ini Prestasi Belajar Matematika Melalui Model
disebabkan karena ilmu Matematika berkembang Pembelajaran Course review horay (CRH) Siswa
sejak zaman dahulu sampai sekarang, sesuai Kelas IV SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu
dengan perkembangan teknologi dan ilmu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020.
pengetahuan.
Identifikasi Masalah
Pengajaran klasikal atau pengajaran 1. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti
tradisional adalah pengajaran yang diberikan
kepada satu kelas bersama-sama. Sistem kegiatan belajar mengajar.
pengajaran klasikal umumnya menitik beratkan 2. Masih rendahnya minat siswa untuk mengikuti
persamaan dari pada perbedaan diantara siswa-
siswa sekelas. Dalam pengajaran klasikal siswa kegiatan pembelajaran Matematika.
cenderung bersifat pasif dan reseptrif, sedangkan 3. Adanya asumsi siswa yang menganggap
guru cenderung berperan dominan.
pelajaran Matematika itu sulit.
Dengan mempelajari Matematika 4. Siswa merasa kesulitan dalam memahami
seseorang tidak lepas dari berbagai kesulitan,
untuk menghindari kesulitan tersebut memerlukan pelajaran Matematika.
metode pengajaran Matematika yang efektif dan 5. Masih rendahnya prestasi siswa kelas IV
efisien yang lebih baik digunakan oleh siswa yang
akan mempelajari dalam situasi umumnya. semester II SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu
Dengan metode yang tepat dan sesuai agar tujuan Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2019/2020
mempelajari Matematika dapat mencapai pada mata pelajaran Matematika.
tujuannya.
Rumusan Masalah
Kegiatan Belajar Mengajar pada siswa 1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap
kelas IV semester II SDN Wungu 02 Kecamatan
Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran “Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
2019/2020 sebagian besar siswa tidak aktif, tidak bulat” dalam pembelajaran Matematika
bergairah dan cenderung kurang kreatif. Hal ini melalui Model pembelajaran Course review
ditunjukkan oleh sikap yang kurang antusias horay (CRH) di kelas IV semester II SDN
ketika pelajaran berlangsung, rendahnya respon Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten
umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan Madiun tahun pelajaran 2019/2020?
penjelasan guru serta kurangnya konsentrasi siswa 2. Bagaimana peranan model pembelajaran CRH
pada proses pembelajaran Matematika. Untuk terhadap pembelajaran Matematika di kelas IV
meningkatkan pemahaman, keaktifan dan hasil semester II SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu
belajar Matematika perlu diadakan penelitian Kabupaten Madiun tahun pelajaran
tindakan kelas yaitu dengan model pembelajaran 2019/2020?
yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif, 3. Dapatkah model pembelajaran CRH
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran meningkatkan pemahaman siswa?
CRH diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar, dan siswa dapat mengalami peningkatan Tujuan Penelitian
baik secara individual maupun klasikal. 1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang
Metode mengajar dapat diartikan sebagai belajar mata pelajaran Matematika materi
cara menyajikan atau mengajarkan suatu materi Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
pengajaran. Dan hal ini berbeda dengan apa yang bulat.
2. Untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas IV
SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun tahun pelajaran 2019/2020.
3. Untuk mengembangkan keterampilan-
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 90
keterampilan penemuan ilmiah siswa. agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
4. Untuk meningkatkan prestasi belajar mata
yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemajuan
pelajaran Matematika kelas IV SDN Wungu 02
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas
pelajaran 2019/2020.
5. Membuat suasana kelas menjadi lebih hidup Sumber Daya Manusianya (SDM).
sehingga guru dan siswa semangat untuk dalam
kegiatan belajar mengajar. Efektifitas pembelajaran oleh guru
Manfaat Penelitian profesional adalah faktor utama dalam
1. Memungkinkan siswa belajar dengan
peningkatan mutu pendidikan tersebut. Guru
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sebagai pendidik dengan tugas utama yaitu
salah satunya sumber belajar.
2. Model pembelajaran CRH ini akan mendidik, mengajar, membingbing,mengarahkan
memperpanjang proses ingatan siswa, hal-hal
yang telah dipelajari akan lebih dapat diingat. dan mengevaluasi peserta didik membutuhkan
3. Membangkitkan motivasi dan minat siswa
untuk lebih semangat dalam mengikuti peningkatan profesional secara terus menerus.
kegiatan pembelajaran Matematika.
4. Siswa akan lebih mengerti konsep-konsep Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus
dasar dan ide-ide secara lebih baik.
5. Kegiatan belajar mengajar dengan model dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran CRH dapat membentuk dan
mengembangkan konsep sendiri self-concept pendidikan suatu bangsa (Slameto, 2003:hal 97).
pada diri siswa, secara psikologis siswa lebih
terbuka terhadap pengalaman-pengalaman Di sebagian SD khususnya kelas IV masih
baru, berkeinginan untuk selalu mengambil
dan mengekspotasi kesempatan-kesempatan banyak ditemukan kasus dimana siswa kurang
yang ada, lebih kreatif.
6. Meningkatkan kemampuan guru dalam siap dalam mengikuti pelajaran khususnya bidang
perencanaan kegiatan belajar mengajar dengan
membuat rencana pembelajaran dan LKS yang studi matematika. Siswa datang ke sekolah tanpa
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, juga
guru dapat meningkatkan kinerjanya. bekal pengetahuan tentang materi yang akan
7. Guru dapat menemukan metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan dibahas dikelas. Siswa hanya datang kesekolah
diberikan kepada siswa.
8. Dengan model pembelajaran CRH dapat untuk bertemu dengan teman-temannya dan
menemukan alternatif metode pembelajaran
yang lebih bervariasi dan tidak hanya dengan bermain bersama tanpa memperdulikan
metode yang monoton.
9. Meningkatkan prestasi sekolah melalui pengetahuannya.
peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.
Untuk menimbulkan motivasi yang
Kajia Pustaka
Model pembelajaran Course review horay mendorong anak berbuat sesuatu dalam mencapai
(CRH)
tujuan belajarnya, maka diperlukan metode yang
Pendidikan merupakan usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang tepat dalam pembelajaran yang membuat anak
mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh gurunya. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang digunakan adalah CRH .
Dengan diterapkannya teknik
pembelajaran CRH maka akan mengubah
anggapan bahwa pelajaran matematika tidak akan
lagi membosankan.
Model pembelajaran terus mengalami
perubahan dari model tradisional menuju model
yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi
untuk memberikan situasi pembelajaran yang
tersusun rapih untuk memberikan suatu aktivitas
kepada siswa guna mencapai tujuan
pembelajaran.Oleh karena itu, perkembangan
model-model pembelajaran sangat begitu cepat
tersebar luas didunia pendidikan.
Pengertian model pembelajaran CRH
Menurut Dwitantra (2010) model
pembelajaran CRH adalah Suatu metode
pembelajaran dengan pengujian pemahaman
menggunakan kotak yang diisi dengan nomor
untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 91
mendapatkan tanda benar langsung berteriak Pembelajaran melalui metode ini dicirikan
horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
Malechah, 2011) Model pembelajaran CRH kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan
merupakan suatu model pembelajaran dengan yang positif di antara sesama siswa, penerimaan
pengujian pemahaman menggunakan kotak yang terhadap perbedaan individu dan mengembangkan
diisi dengan nomor untuk menuliskan ketrampilan bekerjasama antar kelompok. Kondisi
jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda seperti ini akan memberikan kontribusi yang
benar vertikal atau horisontal, atau diagonal cukup berarti untuk membantu siswa yang
langsung berteriak horey. Berbekal dari kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada
pengertian para ahli diatas bahwa model matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam
pembelajaran CRH adalah suatu model atau disain kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal
pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa (Latifa Rachmawati : 2009).
dengan menggunakan strategi games yang mana
jika siswa mampu menjawab benar maka siswa Tujuan Pembelajaran model CRH :
akan berteriak ''horey''. 1. Meningkatkan kinerja siswa dalam
Model CRH juga merupakan salah satu menyelesaikan tugas akademik;
model pembelajaran kooperatif yang bersifat 2. Siswa dapat belajar dengan aktif;
menyenangkan dan meningkatkan kemampuan 3. Agar siswa dapat menerima teman-temannya
siswa dalam berkompetisi secara positif dalam
pembelajaran, selain itu juga dapat yang mempunyai berbagai macam perbedaan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis latar belakang dan perbedaan cara pandang
siswa, serta membantu siswa untuk mengingat penyelesaian masalah;
konsep yang dipelajari secara mudah. Model 4. Mengetahui langkah-langkah yang akan
pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau digunakan guru ketika menggunakan model
model pembelajaran yang dapat digunakan guru pembelajaran CRH;
untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam
kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa Prinsip Model Pembelajaran CRH
merasa lebih tertarik. Karena dalam model 1. Model pembelajaran CRH sebaiknya
pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat
menjawab secara benar maka siswa tersebut digunakan dengan suatu tujuan tertentu yang
diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel- relevan dengan tujuan yang akan dicapai,
yel yang disukai dan telah disepakati oleh sehingga pembelajaran akan sejalan dengan
kelompok maupun individu siswa itu sendiri. perencanaan awal pembelajaran;
2. Direncanakan secara baik dan eksplisit
Melalui Pembelajaran CRH diharapkan dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi
dapat melatih siswa dalam menyelesaikan penggunaan model pembelajaran CRH ini
masalah dengan pembentukkan kelompok kecil harus benar-benar berstruktur dan direncana-
(Natalia Ernawati : 2009). kan. Karena dalam menggunakan model
pembelajaran CRH ini memerlukan
Hakikat Pembelajaran CRH pada Bidang keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik
Studi Matematika yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada
dua yaitu :
Pendekatan CRH dalam pembelajaran a. Umpan balik tingkah laku yang
matematika, berusaha untuk menguji sampai
dimana pemahaman yang dimiliki oleh siswa. menyangkut perhatian dan keterlibatan
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi siswa.
beberapa kelompok kecil yang berkompetisi untuk b. Umpan balik informasi tentang
mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan dan pelajaran.
menjawab benar pertanyaan dari guru yang
dibacakan secara acak. Dengan demikian siswa Kekurangan dan Kelebihan CRH
mampu berfikir lebih cepat dan memiliki motivasi 1. Kelebihan model pembelajaran CRH
dalam diri mereka masing-masing.
Pembelajaran lebih menarik, artinya,
dengan menggunakan model pembelajaran
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 92
CRH siswa akan lebih bersemangat dalam Langkah-langkah model pembelajaran CRH
menerima materi yang akan disampaikan 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
oleh guru karena banyak diselingi dengan
games ataupun simulasi lainnya. dicapai.
Mendorong siswa untuk dapat terjun 2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan
kedalam situasi pembelajaran, artinya,
siswa diajak ikut serta dalam melakukan materi Menjumlahkan dan Mengurangkan
suatu games atau simulasi yang diberikan Bilangan Bulat sederhanadengan tanya jawab;
guru kepada peserta didiknya yang 3. Guru membagi siswa dalam kelompok-
berkaitan dengan materi yang akan kelompok kecil 4-5 orang dalam satu
disampaikan guru. kelompok.
Pembelajaran tidak monoton karena 4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh
diselingi dengan hiburan atau game, dengan membuat kartu atau kotak sesuai dengan
begitu siswa tidak akan merasakan jenuh kebutuhan dan diisi dengan nomor yang
yang bisa menjadikannya tidak ditentukan guru.
berkonsentrasi terhadap apa yang 5. Guru membaca soal secara acak dan siswa
dijelaskan oleh guru. menuliskan jawabannya didalam kartu atau
⮚ Siswa lebih semangat belajar karena kotak yang nomornya disebutkan guru.
suasana belajar lebih menyenangkan, 6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa
artinya, kebanyakan dari siswa mudah telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru
merasakan jenuh apabila metode yang dan siswa mendiskusikan soal yang telah
digunakan oleh guru adalah metode diberikan tadi.
ceramah. Oleh karena itu, dengan 7. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan
menggunakan model pembelajaran CRH lansung berteriak horay atau menyanyikan
mampu membangkitkan semangat belajar yel-yelnya.
terutama anak Sekolah Dasar yang 8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar
notabene masih ingin bermain-main. dan yang banyak berteriak horay
⮚ Adanya komunikasi dua arah, artinya, siswa 9. Guru memberikan reward pada yang
dengan guru akan mampu berkomunikasi memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat memperoleh horay.
berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif. 10. Penutup
Sehingga tidak akan menutup kemungkinan
bahwa akan semakin banyak terjadi Penerapan Model Pembelajaran CRH Pada
interaksi diantara guru dan siswa.
2. Kekurangan model pembelajaran CRH Materi Menjumlahkan dan Mengurangkan
⮚ Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai
disamakan, artinya, guru hanya akan Bilangan Bulat
menilai kelompok yang banyak
mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai Untuk melaksanakan pembelajaran CRH,
yang diberikan guru dalam satu kelompok
tersebut sama tanpa bisa membedakan guru perlu melakukan persiapan yang memadai,
mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
⮚ Adanya peluang untuk berlaku curang, agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar
artinya, guru tidak akan dapat mengontrol
siswanya dengan baik apakah ia menyontek sehingga siswa tertarik untuk mengikuti
ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan
per-kelompok yang menjawab horey, pembelajaran tersebut.
sehingga peluang adanya kecurangan
sangat besar Kegiatan dalam pembelajaran
menggunakan model CRH yaitu untuk
menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi
rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:
(1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok
membaca soal, (2). Membuat prediksi atau
menafsirkan isi soal pemecahan masalah,
termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan
dengan suatu variabel, (3). Saling membuat
ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 93
masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal 9. Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa
pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian mengatakan horay.
(Suyitno, 2005:4).
10. Guru membubarkan kelompok dan siswa
Penerapan model CRH untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing;
meningkatkan hasil pemahaman siswa pada
materi menjumlahkan dan mengurangkan 11. Guru mengulang secara klasikal tentang
bilangan bulat adalah sebagai berikut: strategi penyelesaian soal;
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin
12. Guru memberikan kuis.
dicapai. Guru menyampaikan semua tujuan Dari langkah-langkah pembelajaran
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar
siswa senantiasa belajar dengan sungguh- diatas, dapat kita ketahui kekurangan dan
sungguh. kelebihan dari pembelajaran yang telah
2. Menyajikan atau mendemonstrasikan materi dilakukan.
sesuai topik dengan tanya jawab. Guru Kelebihan : Siswa diajak untuk dapat
menyajikan informasi kepada siswa dengan menerangkan kepada kepada siswa lain satu
metode pembelajaran klasik, kemudian siswa kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang
diharapkan mampu menjawab pertanyaan- ada di dalam pikirannya secara spontanitas
pertanyaan yang diberikan guru. sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok- Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan
kelompok kecil. Guru menjelaskan kepada menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu
siswa cara membentuk kelompok belajar dan berfikir dengan cepat.
membantu siswa agar melakukan transisi Kekurangan : Adanya kecurangan yang
secara efisien sehingga pembelajaran dapat dilakukan siswa, dikarenakan posisi duduk yang
dimulai dengan segera. berkelompok sehingga guru tidak banyak
4. Membuat kartu atau lembaran kertas. Untuk mengontrol tiap kelompok, siswa merasa lebih
menguji pemahaman siswa,guru menyuruh tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal
siswa membuat kartu atau lembaran kertas masing-masing.
yang diserahkan kepada guru yang nantinya
akan diisi nomor, kemudian dikembalikan Jadi dalam pembelajaran model CRH
pada tiap-tiap kelompok; terdapat kesempatan yang sama bagi setriap
5. Guru membacakan soal Menjumlahkan dan anggota kelompok untuk berhasil. Dukungan
Mengurangkan Bilangan Bulat sederhana. kelompok dalam belajar, dan tanggung jawab
Guru akan membacakan soal secara acak dan individual digunakan untuk penampilan atau
siswa menuliskan jawabannya didalam kartu penentuan hasil akhir.
atau kertas yang nomornya disebutkan guru. Secara kongkrit penerapan pembelajarab CRH,
6. Mendiskusikan soal-soal Menjumlahkan dan yakni sebagai berikut:
Mengurangkan Bilangan Bulat. Setelah 1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan
pembacaan soal dan jawaban yang telah ditulis
oleh sisawa didalam kartu atau lembaran belajar dengan lebih bermakna dengan cara
kertas, guru dan siswa mendiskusikan soal belajar secara berkelompok atau team;
Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan 2. Mengembangkan keterampilan dan kecepatan
Bulat yang telah diberikan tadi. berfikir siswa;
7. Bagi yang jawaban benar, siswa memberi 3. Menciptakan kelompok belajar;
tanda ceklist dan langsung berteriak horay atau 4. Melakukan penilaian dengan cara memperhati-
menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasar kan suatu kelompok yang sering mengatakan
kesepakatan dari kelompoknya masing- horay. (http://cheliemarlangen.blogspot.com/)
masing;
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar Hipotesis Tindakan
dan yang banyak berteriak horay . Ada Peningkatan Prestasi Belajar
Matematika Melalui Model Pembelajaran Course
review horay (CRH) Siswa Kelas IV SDN Wungu
02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2019/2020.
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 94
patokan sebagai berikut :
Metode Penelitian 1. Jika setelah diadakan penilaian dan siswa
Setting Penelitian mendapatkan nilai minimal 70, maka siswa
Kegiatan penelitian ini dilakukan di SDN tersebut telah belajar dengan tuntas. Tetapi jika
Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten nilainya kurang dari 70, maka siswa tersebut
Madiun. Materi pelajaran Matematika yang belum dapat belajar dengan tuntas.
dipelajari adalah materi Menjumlahkan dan 2. Jika jumlah siswa yang belajar tuntas minimal
mengurangkan bilangan bulat. Penelitian ini 14 anak, maka proses pembelajaran telah
dilakukan 3 bulan yaitu bulan Januari sampai berhasil mencapai kriteria keberhasilan secara
dengan bulan Maret 2020. Obyek penelitian klasikal.
adalah siswa kelas IV semester II SDN Wungu 02
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun Instrumen Penelitian
pelajaran 2019/2020. 1. Rencana pembelajaran Matematika materi
Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
Obyek Tindakan bulat
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis 2. Lembar observasi siswa dan guru
mengambil populasi siswa kelas IV SDN Wungu 3. Lembar Kisi-kisi dan Soal Ulangan
02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun 4. Lembar Hasil Penilaian
pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 14 anak 5. Buku paket, LKS Matematika, dan sumber
sebagai obyek tindakan dalam kegiatan penelitian belajar yang lainnya
tindakan kelas. 6. Daftar nama dan nilai siswa kelas IV semester
II SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu
Metode Pengumpulan Data Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2019/2020.
1. Metode dokumentasi.
2. Metode observasi. Hasil Penelitian
3. Metode tes. Siklus Pertama
Persiapan (perencanaan)
Metode Analisa Data ▪ Menentukan permasalahan sebagai topik yang
Data yang peneliti analisis adalah berupa akan dipelajari.
nilai hasil belajar siswa, maka metode yang ▪ Merumuskan tujuan pembelajaran Matematika
digunakan adalah statistik. materi Menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat.
Siklus Penelitian ▪ Merumuskan rencana pembelajaran (langkah-
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 langkah pemecahan masalah).
siklus yang masing-masing meliputi : ▪ Menentukan kriteria pemilihan pemecahan
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan yang terbaik.
Refleksi. Tiap siklus dilaksakan sesuai dengan ▪ Mempersiapkan sumber dan bahan.
tujuan yang ingin dicapai. Hal itu dilaksanakan ▪ Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam
terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai penelitian.
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara
tuntas. Siklus yang diterapkan dalam penelitian ini Kegiatan Pembelajaran
adalah tindakan yang diberikan berupa ▪ Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin
penggunaan Model pembelajaran CRH dalam
pembelajaran Matematika materi Menjumlahkan dicapai dan memotivasi siswa agar siswa
dan mengurangkan bilangan bulat pada siswa senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.
kelas IV. ▪ Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan metode pembelajaran klasik, kemudian
siswa diharapkan mampu menjawab
Teknik Penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.
Dalam mata pelajaran Matematika ini, ▪ Guru membagi siswa dalam 2 kelompok
penilaian dilakukan dengan menggunakan beranggotakan 7 anak.
▪ Untuk menguji pemahaman siswa, guru
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 95
menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran masing;
kertas yang diserahkan kepada guru yang ▪ Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar
nantinya akan diisi nomor, kemudian
dikembalikan pada tiap-tiap kelompok; dan yang banyak berteriak horay .
▪ Guru akan membacakan soal secara acak dan ▪ Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa
siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kertas yang nomornya disebutkan guru. yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
▪ Setelah pembacaan soal dan jawaban yang mengatakan horay.
telah ditulis oleh siswa didalam kartu atau ▪ Guru membubarkan kelompok dan siswa
lembaran kertas, guru dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing;
mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi. ▪ Guru mengulang secara klasikal tentang
▪ Masing-masing kelompok mempresentasikan strategi penyelesaian soal;
hasil diskusinya di depan kelas. ▪ Guru memberikan kuis;
▪ Bagi yang menjawab benar, siswa memberi ▪ Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
tanda ceklist dan langsung berteriak horay atau Pengamatan
menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasar
kesepakatan dari kelompoknya masing- Dari hasil pengamatan siklus 1 peneliti
dapat mengumpulkan hasil nilai rata-rata pada
mata pelajaran Matematika dengan menerapkan
model pembelajaran CRH adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Prestasi Belajar Matematika Siklus I (KKM Penelitian = 70)
Nilai Hasil Belajar
No. Nama Siswa Sebelum Siklus 1 Keterangan
Siklus
1. Anandita Ramadhani 50 60 Remidi
2. Anissa Kholiila 70 80 Tuntas
3. Anindya Callista Putri 55 60 Remidi
4. Arya Dwi Nugroho 65 65 Remidi
5. Helga Kurniawan 60 70 Tuntas
6. Irfan Ahmad Ramdhani 85 80 Tuntas
7. Izzah Della Firnanda 50 55 Remidi
8. Muhammad Java Efendy 60 70 Tuntas
9. Muhammad Bagas Saputra 70 90 Tuntas
10. Samudra Danang Sutowijoyo 75 80 Tuntas
11. Vanya Griseloa Az Zahra 45 50 Remidi
12. Yasmin Ayujhi Shakina Az Zahra 85 65 Remidi
13. Zahra Stevany Assyafiqah 70 90 Tuntas
14. Chintya Dewi 75 80 Tuntas
Jumlah Nilai 915 995 8
Nilai Rata-rata 65,36 71,07 57,14%
Refleksi diterapkan dengan model pembelajaran CRH
Dari hasil pengamatan yang telah siswa masih belum terbiasa dengan metode
pembelajaran yang digunakan.
dilakukan oleh peneliti ditemukan adanya ▪ Kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru
beberapa kelemahan-kelemahan antara lain sehingga siswa masih kurang belum sungguh-
sebagai berikut : sungguh dalam mengikuti kegiatan
▪ Dalam forum mengemukakan jawaban atau pembelajaran.
▪ Nilai rata-rata siswa pada siklus 1 ini adalah
pendapat mengenai masalah yang diberikan sebesar 71,07 mengalami peningkatan dari
oleh guru, masih sedikit siswa yang terlibat sebelum siklus yang hanya 65,36.
aktif.
▪ Pada kegiatan pembelajaran Matematika yang
CHR - Nanik Narwati Rahajuningsih - SDN Wungu 02 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun - Halaman - 96