ANALISIS PROGRAM MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATAN
KUALITAS KINERJA GURU PENJASORKES PADA
MASA PANDEMI COVID-19 SEKOLAH MENENGAH
ATAS KOTA SEMARANG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
IVAN KUSUMA
0602517004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Analisis Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Dalam Upaya Meningkatan Kualitas Kinerja Guru Penjasorkes Pada Masa
Pandemi Covid-19 Sekolah Menengah Atas Kota Semarang “ karya,
Nama : IVAN KUSUMA
NIM : 0602517004
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.
Pembimbing I, Semarang, Maret 2022
Pembimbing II,
Dr. Mugiyo Hartono, M.Pd. Dr. Tri Rustiadi, M. Kes.
NIP. 196109031988031002 NIP. 196410231990021001
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto :
Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar karena ilmu akan bermanfaat pada
waktunya .
Kinerja akan lebih baik dengan berolahraga.
Persembahan :
Almamater Prodi Pendidikan Olahraga
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Kerabat kerja yang bertugas dalam membantu selesainya Tesis ini.
iv
ABSTRAK
Kusuma, I. 2022. Analisis Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran Dalam
Upaya Meningkatan Kualitas Kinerja Guru Penjasorkes Pada Masa
Pandemi Covid-19 Sekolah Menengah Atas Kota Semarang. Tesis.
Program Studi Pendidikan Olahraga.Pascasarjana, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I Dr. Mugiyo Hartono, M.Pd., Pembimbing II Dr.
Tri Rustiadi, M. Kes.
Kata Kunci : Analisis, Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes,
Kualitas Kinerja Guru.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran serta pengalaman dalam rangka
meningkatkan kinerja guru penjasorkes sebagai praktisi perubahan reorientasi
pembelajaran ketika di kelas. Hasil Studi pendahuluan dilakukan di MGMP
Penjasorkes SMA kota semarang ditemukan beberapa permasalahan tentang
program dan majemen organisasi yang meliputi pengelolaan, pembiayaan dan
upaya penjaminan mutu guru selama masa pandemi covid 19. Permasalahan dan
kesenjangan tersebut mempengaruhi ketidakefektifan dalam melaksanakan
program.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis standar program, standar
organisasi, standar pengeloaan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan dan
penjaminan mutu Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam meningkatkan kualitas
kinerja guru penjasorkes.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
deskriptif. Instrumen penelitian ini meenggunakan pengamatan, wawancara
kepada pengurus dan pengumpulan dokumen. Teknik analisis data menggunakan
analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat).
Hasilnya adalah kekuatan (Strenght) memiliki administrasi ADRT, visi misi
dan progam serta tata kelola di lakukan sesuai standar yang berlaku, selain itu
invertaris dalam pengelolaan sarpas diterapkan dan kelola pembiayaan dilakukan
secara trasparan. Kelemahanya (Weakness) adalah koordinasi dan tata kelola yang
terbatas di situasi pandemi membuat kinerja berjalan kurang baik. Peluang
(opportunity) adalah dengan adanya kegiatan-kegiatan rutin dengan tujuan
mengembangkan kualitas SDM guru PJOK dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan tata kelola yang baik dapat meningkatkan kepercayaan pihak
eksternal. Ancaman (threats) adalah dalam situasi pandemi tidak terlaksananya
progam-progam yang sudah ada dan tidak terlaksananya kegiatan-kegiatan dari
berbagai lini.
v
ABSTRACT
Kusuma, I. 2022. Analysis of the Subject Teacher Deliberation Program in an
Effort to Improve the Quality of Physical Education and Health
Teacher Performance during the Covid-19 Pandemic of Semarang
City High Schools. Thesis. Sports Education Study Program.
Postgraduate, Semarang State University. Counselor I Dr. Mugiyo
Hartono, M.Pd., Second Counselor Dr. Tri Rustiadi, M. Kes.
Keywords: Analysis, Teacher Consultation Program for Physical Education
Subjects, Quality of Teacher Performance.
Physical Education Subject Teacher Deliberation as a means to
communicate with each other, learn, and exchange ideas and experiences in order
to improve the performance of physical education teachers as practitioners of
changing learning reorientation in class. The results of a preliminary study
conducted at the Physical Education Subject Teacher Conference, Semarang City,
found several problems regarding program and organizational management which
included management, financing and efforts to ensure teacher quality during the
COVID-19 pandemic. These problems and gaps affected the ineffectiveness of
implementing the program.
The purpose of the study is to analyze program standards, organizational
standards, management standards, infrastructure standards, financing standards
and quality assurance of Subject Teacher Consultations in improving the quality
of physical education teachers' performance.
This research approach uses a qualitative approach with a descriptive
design. The instrument of this research used observations, interviews with the
management and document collection. The data analysis technique used SWOT
analysis (Strength, Weakness, Opportunity and Threat).
The result is the power to have the ADRT' administration, vision, mission
and programs as well as governance are carried out according to applicable
standards, besides that the inventory in infrastructure management is implemented
and financing management is carried out transparently. The weakness is limited
coordination and governance in a pandemic situation. make performance run less
well. The opportunity is the existence of routine activities with the aim of
developing the quality of human resources for physical education teachers can
improve the quality of learning and good governance can increase the trust of
external parties. Threat is that in a pandemic situation, existing programs are not
implemented and activities from various lines are not implemented.
vi
PRAKATA
Segala puji kepada Allah Subhanallahhu wa ta'ala atas kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya, sehingga peneliti mampu
menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Program Musyawarah Guru Mata
Pelajaran Dalam Upaya Meningkatan Kualitas Kinerja Guru Penjasorkes Pada
Masa Pandemi Covid-19 Sekolah Menengah Atas Kota Semarang“. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister Pendidikan pada
program studi Pendidikan Olahraga di Pascasarjanan Unnes.
Penelitian ini mampu diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu peneiliti menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama
kali kepada dosen pembimbing I, Dr. Mugiyo Hartono, M.Pd. dan kepada
pembimbing II, Dr. Tri Rustiadi, M. Kes. Peneliti sangat berterima kasih yang
sebesar-besarnya karena telah membantu peneliti untuk memberi bimbingan
dan arahan dalam memberikan petunjuk mengerjakan tesis ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian studi, diantaranya
1. Koordinator Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama
pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis iini.
2. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Olahraga Pascasarjana Unnes yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis selama menempuh
pendidikan.
3. Staf Administrasi dan karyawan Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu dan melayani kebutuhan dan kenyamanan
dalam menempuh perkuliahan.
vii
4. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan restu, ridho dan
dukungannya sehingga peneliti mampu melanjutkan kuliah hingga
terselesainya tesis ini.
5. Ucapan terima kasih kepada Bapak-Ibu Guru Penjasorkes khususnya
pengurus MGMP Penjasorkes SMA Kota Semarangd yang telah
meluangkan waktunya untuk ikut serta dalam penelitian ini.
6. Segenap rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Olahraga Pascasarjan
Unnes angkatan 2017.
7. Serta semua pihak yang yang telah membantu penulisan tesis ini.
Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat banyak
sekali kesalahan, kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun sangat peneliti
harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan berkontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, Maret 2022
Ivan Kusuma
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
PERSETUJUAN................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................vi
PRAKATA ........................................................................................................vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1.Latar Belakang ......................................................................................1
1.2.Identifikasi Masalah ..............................................................................9
1.3.Cakupan Masalah ..................................................................................10
1.4.Rumusan Masalah .................................................................................10
1.5.Tujuan Penelitian ..................................................................................11
1.6.Manfaat penelitian.................................................................................11
1.6.1 Manfaat teoritis..............................................................................12
1.6.2 Manfaat Praktis .............................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA
BERPIKIR.........................................................................................................13
2.1.Kajian Pustaka ......................................................................................13
2.2.Kerangka Teoristis ................................................................................26
2.1.1 Pengertian MGMP .........................................................................26
2.1.2 MGMP Sebagai Suatu Organisasi ..................................................27
2.1.3 Tujuan MGMP...............................................................................29
2.1.4 Fungsi MGMP ...............................................................................30
2.1.5 Dasar Hukum dalam MGMP..........................................................32
ix
2.1.6 Standar Pengembangan MGMP .....................................................33
2.1.6.1 Standar Program MGMP ........................................................34
2.1.6.2 Standar Organisasi MGMP .....................................................35
2.1.6.3 Standar Pengelolaan MGMP...................................................35
2.1.6.4 Standar Sarana dan Prasarana MGMP ....................................37
2.1.6.5 Standar Sumber Daya Manusia MGMP ..................................37
2.1.6.6 Standar pembiayaan MGMP...................................................38
2.1.6.7 Standar Penjaminan Mutu MGMP ..........................................39
2.1.7 Standar Operasional Penyelenggaraan MGMP ...............................39
2.1.8 Hakikat Kinerja Guru.....................................................................40
2.1.9 Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan ................................43
2.1.10 Hakikat Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Keschatan .......44
2.1.11 Karakteristik Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan 45
2.3.Kerangka Berpikir .................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................49
3.1 Pendekatan Penelitian............................................................................49
3.2 Fokus penelitian ....................................................................................50
3.3 Subyek Penelitian..................................................................................51
3.4 Waktu Penelitian ...................................................................................51
3.5 Lokasi Penelitian...................................................................................51
3.6 Data dan Sumber data Penelitian ...........................................................51
3.7 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................52
3.8 Instrumen Penelitian..............................................................................62
3.9 Teknik Uji Keabsahan Data ..................................................................64
3.10 Teknik Analisis Data ..........................................................................66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................72
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................72
4.1.1 Menganalisis Progam MGMP dalam meningkatkan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang...................................................72
4.1.1.1 Analisis Standar Program MGMP...........................................72
x
4.1.2 Menganalisis organisasi MGMP dalam meningkatkan kualitas
kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang .......................................74
4.1.2.1 Analisis Standar Organisasi MGMP .......................................74
4.1.3 Menganalisis pengelolaan MGMP dalam meningkatkan kualitas
kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang .......................................76
4.1.3.1 Analisis Standar Pengelolaan MGMP ....................................76
4.1.4 Menganalisis Sarpas MGMP dalam meningkatkan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang...................................................78
4.1.4.1 Analisis Standar Sarana Prasarana MGMP ............................78
4.1.5 Menganalisis SDM MGMP dalam meningkatkan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang...................................................80
4.1.5.1 Analisis Standar Sumber Daya Manusia MGMP.....................80
4.1.6 Menganalisis Pembiayaan MGMP dalam meningkatkan kualitas
kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang .......................................82
4.1.6.1 Analisis Standar Pembiayan MGMP ......................................82
4.2 Pembahasan .........................................................................................84
4.2.1 Aspek Program .............................................................................84
4.2.2 Aspek Organisasi ..........................................................................88
4.2.3 Aspek Sumber Daya Manusia ........................................................92
4.2.4 Aspek Sarana Prasarana .................................................................95
4.2.5 Aspek Pengelolaan.........................................................................96
4.2.6Aspek Pembiayaan..........................................................................98
4.3 Keterbatasan dan Kelemahan Peneliti ............................................ 100
4.3.1 Keterbatasan Peneliti ................................................................. 100
4.3.2 Kelemahan Hasil Peneliti ........................................................... 100
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 101
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 101
5.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. 102
5.3 Saran ................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Studi pendahuluan mengenai pelaksanaan program MGMP
Penjasorkes di kota Semarang ............................................................................ 5
Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Kinerja............................................................50
Tabel 1.1 Matrik Pengumpulan Data Analis MGMP PJOK di Kota Semarang ...65
Tabel 3.2 Indikator Penilaian Progam MGMP Kota Semarang ...........................66
Tabel 3.3 Indikator Penilaian Pengelolaan Progam MGMP Kota Semarang .......67
Tabel 3.4 Indikator Penilaian Pembiyaan ...........................................................68
Tabel 3.5 Indikator Penilaian Penjaminan Mutu .................................................69
Tabel 3.6 Pedoman Observasi Penelitian Analisis Standar MGMP PJOK di Kota
Semarang ...........................................................................................................70
Tabel 3.7 Kisi-kisi Wawancara Penelitian Analisis Standar MGMP PJOK di Kota
Semarang ...........................................................................................................71
Tabel 3.8 Dokumentasi Penelitian Analisis Standar MGMP PJOK di Kota
Semarang ...........................................................................................................71
Tabel 3.9 Matrik Analisis SWOT .......................................................................73
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi kerangka berpikir peneliti ..................................................48
Gambar 3.1 Tringulasi Sumber Pengumpulan Data ............................................65
Gambar 3.2. Diagram Analisis SWOT ..............................................................70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Dosen Pemimbing ........................................... 111
Lampiran 2. Dokumentasi Pemantauan di Lapangan ....................................... 112
Lampiran 3. Persetujuan Penguji Proposal Tesis ............................................. 113
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian..................................................................... 114
Lampiran 5. Surat Keputusan Dinas Penetapan Susunan Pengurus .................. 115
Lampiran 6. Pengurus MGMP Penjasorkes Kota Semarang ............................ 118
Lampiran 7. ADRT MGMP Penjasorkes Kota Semarang ................................ 119
Lampiran 8. Program Kerja MGMP Penjasorkes Kota Semarang .................... 125
Lampiran 9. Transkip Wawancara................................................................... 127
Lampiran 10. Dokumentasi Wawancara ......................................................... 139
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah umumnya disebut
sebagai pembelajaran yang merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang
direncanakan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar antara
peserta didik dengan pendidik. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menjadi perantara
peserta didik dalam membantu terjadinya proses perolehan ilmu maupun
pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik yang sudah diajarkan oleh pendidik dalam
pembelajaran. Pendidikan juga menjadi solusi sebagai bentuk upaya untuk
mengatasi persoalan bangsa (Arif, Soegiyanto, Eunike, 2015).
Berdasarkan PP 19 tahun 2005 salah satu mata pelajaran yang diberikan di
sekolah adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK) merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dengan melalui berbagai aktivitas jasmani sebagai
kegiatan inti dalam proses pembelajarannya. Dalam SK Menpora Nomor 053
A/MENPORA/1994, dalam Nurhasan, dkk (2005) disebutkan bahwa pengertian
pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang dilakukan secara sadar oleh
pendidik dan peserta didik dengan konsep yang direncanakan secara sitematis dan
pada implemtasinya melalui berbagai kegiatan jasmani dengan tujuan untuk
1
2
memperoleh kemampuan, ketrampilan jasmani, pertumbuhan fisik, pembetukan
watak dan kognitif peserta didik. TAP MPR RI No. II/MPR1998 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara bahwa dalam Ucu (2017) “Pendidikan jasmani dan
olahraga perlu dtingkatkan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani
seluruh masyarakat serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat
membangkitkan rasa kebanggaan nasional, khususnya perlu ditingkatkan upaya
pembibitan olahragawan dan sebagainya”.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan bagian integral dari
pendidikan keseluruhan, yang pada pelaksanaannya mengunakan aktivitas otot-
otot besar untuk proses pendidikan yang berkelanjutan tidak terhambat oleh
kesehatan dan pertumbuhan badan dengan tujuan mengembangkan kawasan
organik, neuromuskuler, motivasi, dan sosial, (Abdulkadir Ateng 1992 : 4) dalam
Samsudin (2008). Menurut Lutan (2004: 16), pendidikan jasmani merupakan
suatu proses pendidikan, karena itu pula yang menjadi tanggung jawab mendidik.
Dalam pelaksanaannya kegiatan jasmani digunakan sebagai wahana atau
pengalaman belajar, dan melalui pengalaman itu peserta didik dikembangkan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah organisasi non
struktural di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan” (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:5). MGMP merupakan forum yang bertujuan
untuk menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Fitrianingrum,
2015). Forum tersebut diperlukan sebagai wadah bagi guru untuk melakukan
3
pertemuan dengan guru mata pelajaran sejenis serta untuk memperluas dan
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki demi kelancaran proses belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Efektivitas MGMP dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru
(Mulyasa, 2007:236). Dengan adanya kegiatan MGMP semua guru dapat
meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugas sebagai pendidik dan dapat
mempersatukan persepsi dengan guru mata pelajaran sejenis. Sekolah yang telah
memanfaatkan kegiatan MGMP secara efektif pada umumnya dapat mengatasi
berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar (Mulyasa, 2007:38). Dalam setiap kegiatan MGMP
semua guru mata pelajaran sejenis disatukan agar dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kinerja
guru.
Melalui kegiatan MGMP diharapkan semua kesulitan dan permasalahan
yang dihadapi guru dalam pembelajaran dapat dipecahkan dan diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui peningkatan mutu
pembelajaran (Mulyasa, 2007:236). Adanya musyawarah yang dilakukan antar
guru akan memberikan pengetahuan serta pengalaman yang dapat dijadikan
masukan untuk menjadi lebih baik dan terarah dalam mengajar. Pengalaman-
pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing guru dapat memberikan pelajaran
tersendiri bagi guru lainnya serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kinerja.
Adanya kegiatan MGMP dapat mempersatukan persepsi setiap guru dalam proses
belajar mengajar sehingga kinerja guru dalam mengajar dapat disetarakan.
4
Banyak kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia guna
melakukan upaya perbaikan pendidikan, lebih spesifik lagi terhadap peningkatan
kualitas guru. Upaya pemerintah tersebut antara lain melalui Uji Kompetensi
Awal (UKA), sertifikasi guru, PLPG, dan uji kompetensi guru/UKG, Pendidikan
Profesi Guru (PPG), serta penilaian kinerja guru (PKG). Berbagai kebijakan
tersebut menuai banyak pendapat, terlebih ketika dalam pelaksanaannya terjadi
kendala. Jika beragam kendala yang ada dapat diminimalisir, beragam upaya
tersebut mampu memotivasi guru untuk mempersiapkan diri, proaktif
mengembangkan diri agar mampu mendapatkan nilai yang baik di setiap
implementasi kebijakan tersebut.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru
diantaranya adalah mengikutsertakan guru dalam program pelatihan yang
diharapkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya akan bertambah baik pula
(Wahyuningtyas, 2014:3). Salah satu program pelatihan yang dapat dilakukan
guru ialah melalui keikutsertaannya dalam kegiatan MGMP, seperti yang
dijelaskan oleh Sutrisno (2009) MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau
perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar
kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi,
belajar, dan bertukar pikiran serta pengalaman dalam rangka meningkatkan
kinerja guru sebagai praktisi perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa MGMP erat kaitannya dengan
peningkatan kinerja guru.
5
Untuk mewujudkan peran MGMP dalam pengembangan profesionalisme
guru, maka peningkatan kinerja musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
merupakan masalah yang mendesak untuk dapat direalisasikan. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai
pelatihan instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan
peningkatan mutu manajemen MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di
beberapa daerah menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang cukup
menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Oleh
karena itu perlu peran kebijakan dari MGMP melalui program kerja yang telah
dibuat untuk untuk meningkatkan kualitas kinerja guru.
Pembahasan yang terkait dengan analisis kebijakan musyawarah guru mata
pelajaran penjasorkes dalam upaya meningkatan kualitas kerja guru sekolah
menengah atas kota semarang, dalam hal ini peneliti telah melakukan studi
penduhuluan. Fokus studi pendahuluan dalam hal ini adalah memperoleh infomasi
mengenai permasalahan mengenai MGMP dan guru PJOK yang ada di kota
Semarang. Pengumpulan data dalam studi pendahuluan adalah dengan
mengumpulkan data dengan cara pengamatan dan wawancara. Adapun hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Studi pendahuluan mengenai pelaksanaan program MGMP
Penjasorkes di kota Semarang
No Pertanyaan Jawaban Responden
1 Bagaiamana “bahwa saya sebagai ketua MGMP statusnya baru Ketua
MGMP
kondisi menjabat dan ini dalam masa transisi dari
MGMP PJOK kepemimpinan sebelumnya jadi masih banyak
6
SMA yang ada kendala dalam pelaksanaan kedepan. Masih
di kota banyak guru yang kurang memiliki kesadaran
Semarang akan pentingnya kegiatan MGMP untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai pengajar. Selain
itu kegiatan MGMP kurang mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah, karena
pemerintah hanya sekedar menurunkan SK. .
Kebijakan pemerintah mengenai penyelenggaraan
MGMP belum sesuai dengan kebutuhan guru.
Acuan mengenai penyelenggaraan MGMP juga
belum jelas dan belum terdapat panduan
penyelenggaraan yang mengikat. Pada
kenyataannya MGMP penjasorkes kota Semarang
masih melaksana progam kerja ditahap progam
umum dan progam rutin, sedangkan dalam
2 Bagaimana progam pengembangan dan progam penunjang Pengurus
realisasi belum semua terlaksana” MGMP
“Pelaksanaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Guru PJOK
penjasorkes juga belum dapat dilaksanakan
pelaksanaan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
program pelaksanaan aktivitas MGMP penjasorkes Kota
mengenai Semarang yang belum berjalan dengan optimal.
pengembangan Aktivitas tersebut, diantaranya yaitu: (1)
mutu PJOK di pelaksanaan agenda rutin setiap 2 bulan sekali
kota Semarang belum bisa dihadiri oleh semua guru penjas kota
semarang, (2) Belum adanya homebase untuk
melaksanakan kegiatan pertemuan sehingga
tempat untuk pertemuan berpindah-pindah karena
itu menjadi kendala para guru untuk menghadiri
kegiatan pertemuan MGMP, (3) Tugas dari
MGMP pada setiap guru penjas menenai proses
pembelajaran belum semua guru menanggapinya,
(4) Durasi waktu setiap pertemuan 120 menit
belum dilaksanakan dengan baik, (5) Dana iuran
untuk kelangsungan kegiatan MGMP sangat
minim. (6) Tidak evektifnya kegiatan MGMP
3 Bagaimana karena kurangnya evaluasi dan diskusi yang
lakukan peserta MGMP dalam hal ini guru”
“Hasil kebijakan MGMP selama ini hanya di
realisasi berikan mengenai permasalahan-permasalahan
mengenai yang ada pada guru dan proses pembelajaran
pengembangan belum mengenai pengembangan guru mengenai
mutu PJOK di pelatihan guru dan kurangnya koordinasi antara
kota Semarang ketua, pengurus serta guru Penjasorkes mengenai
penyamaan RPP dan Silabus”
Sumber : Studi Pendahuluan, 2020
7
Sesuai data diatas terdapat beberapa pokok permasalahan yang muncul
diantaranya adalah belum adanya pengembangan guru seperti pelatihan, diklat dan
lain lainnya serta belum aktifnya pelaksanaan aktivitas MGMP yang ada di kota
Semarang seperti home base yang belum ada, agenda rutin, pendanaan dan
kegiatan evaluasi serta lain-lainya.
Pengamatan yang dilakukan peneliti dalam tahap studi pendahuluan
ditemukan bahwa progam kerja yang ada dalam oprasional MGMP di kota
Semarang masih belum berjalan dengan optimal, mengingat bahwa aktivitas rutin
yang dilaksanakan seperti pertemuan setiap 2 bulan sekali belum bisa dihadiri
oleh semua guru penjas kota semarang, (2) Belum adanya homebase untuk
melaksanakan kegiatan pertemuan sehingga tempat untuk pertemuan berpindah-
pindah karena itu menjadi kendala para guru untuk menghadiri kegiatan
pertemuan MGMP, (3) Tugas dari MGMP pada setiap guru penjas menenai proses
pembelajaran belum semua guru menanggapinya, (4) Dana iuran untuk
kelangsungan kegiatan MGMP sangat minim, (5) Tidak evektifnya kegiatan
MGMP karena kurangnya evaluasi dan diskusi yang lakukan peserta MGMP
dalam hal ini guru.
Pengembagan mutu kinerja khusunya adalah guru PJOK di kota Semarang
dalam hal ini peran MGPM masih belum berjalan dengan optimal. Pengembangan
mutu kinerja guru yang dimaksudkan adalah seperti pelatihan dalam penulisan
penelitian tindakan kelas, pengembangan kualitas mengajar dan lainnya. Hal ini
mengingat bahwa kegiatan-kegitan pelatihan tentu dapat membantu dalam
meningkatkan keprofesionalan dan mutu pada guru PJOK. Dengan kurangnya
8
aktivitas atau kegiatan MGMP tentu salah satunya juga mengurangi partisipasi
atau keaktifan guru PJOK dengan pengurus MGMP.
Selain itu pada penelitian ini peneliti menjadi salah satu guru PJOK yang
ada di kota Semarang dan pada kondisi saat ini kordinasi antara MGMP pada guru
PJOK yang ada di kota Semarang belum berjalan dengan optimal. Keberadaan
MGMP (di semua tingkat) mestinya bisa sangat penting artinya bagi para guru,
atau paling tidak dapat dikategorikan cukup penting, hal ini mengingat banyak
fungsi yang dapat dilakukan oleh MGMP. Ada enam fungsi umum yang
seharusnya dapat dilakukan oleh MGMP di semua tingkat, baik di tingkat
kecamatan, kabupaten/kotamadya/kota administratif, maupun tingkat provinsi
yaitu, (1) memberikan motivasi kepada para guru agar mengikuti setiap kegiatan
belajar-mengajar di sanggar, (2) meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, (3) memberikan pelayanan
konsultatif yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, (4) menunjang
pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, (5)
menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha-
usaha pembaharuan pendidikan, (6) merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi,
dan melaporkan hasil kegiatan MGMP.
Temuan-temuan lapangan pada tahap studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti mengarah pada beberapa permasalahan khusus diantaranya adalah tentang
progam yang ada pada kepengurusan MGMP, pengelolaan, pembiayaan dan
upaya penjaminan mutu guru PJOK di kota Semarang. Peran MGMP sebagai
salah satu bagian dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan optimal
9
bila tugas, pokok fungsinya berjalan dengan baik hal ini seperti yang
dimaksudkan pemerintah Ditdikmenum Depdikbud menetapkan tujuan MGMP
untuk: (a) menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam kegiatan belajar-mengajar; (b) menyetarakan kemampuan dan
kemahiran guru dalam melak-sanakan kegiatan belajar-mengajar; (c)
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas
sehari-hari; (d) membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan kegiatan keilmuan dan iptek; serta (e) saling berbagi informasi
dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan perkembangan iptek.
Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan dan kesenjangan yang
mempengaruhi ketidakefektifan program MGMP diantaranya muncul dari aspek
pelaksanaan program, maka dari itu peneliti bermaksud melakukan penelitian
“Analisis Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran Dalam Upaya Meningkatan
Kualitas Kinerja Guru Penjasorkes Pada Masa Pndemi COVID-19 Sekolah
Menengah Atas Kota Semarang.”
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari urain latar belakang di atas adalah :
1) Kurangnya peran pemerintah terhadap MGMP penjasorkes Kota Semarang.
2) Perlu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan MGMP
penjasorkes kota semarang agar kualitas pendidikan semakin baik.
3) Belum optimalnya pelaksanaan progam kerja MGMP penjasorkes kota
Semarang.
10
4) Perlu kebijakan ketua MGMP terhadap pelaksanaan MGMP penjas kota
semarang.
5) Kebijakan MGMP hanya pada permasalahan-permasalahan yang ada pada
guru dan proses pembelajaran.
6) Belum adanya kebijakan dari MGMP mengenai pelatihan terkait dengan
penguasaan materi yang mendukung tugas mengajar.
7) Keterbatasan sumber dana dalam melaksanakan program kerja MGMP.
8) Kurangnya partisipasi beberapa guru penjasorkes terhadap kegiatan MGMP
penjas kota Semarang.
9) Kurangnya koordinasi antara ketua, pengurus serta guru Penjasorkes mengenai
penyamaan RPP dan Silabus.
1.3. Cakupan Masalah
Dari berbagai permasalahan di atas, peneliti akan memfokuskan penelitian
pada “Analisis Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran Dalam Upaya
Meningkatan Kualitas Kinerja Guru Penjasorkes Pada Masa Pandemi Covid-19
Sekolah Menengah Atas Kota Semarang Tahun 2020-2021.”
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian maka dapat ditulis rumusan
masalah yang terkait dengan manajemen MGMP sebagai berikut :
1) Bagaimana standar progam MGMP dalam meningkatan kualitas kinerja guru
penjasorkes SMA Kota Semarang ?
2) Bagaimana standar organisasi MGMP dalam meningkatan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang ?
11
3) Bagaimana standar pengelolaan MGMP dalam meningkatan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang ?
4) Bagaimana standar sarana prasarana MGMP dalam meningkatan kualitas
kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang ?
5) Bagaimana standar pembiayaan MGMP dalam meningkatan kualitas kinerja
guru penjasorkes SMA Kota Semarang ?
6) Bagaimana standar sumber daya manusia MGMP dalam meningkatan
kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang ?
1.5. Tujuan Penelitian
Dari Judul dan permasalahan diatas peneliti dapat merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1) Untuk menganalisis bagaimana standar progam MGMP dalam meningkatan
kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
2) Untuk menganalisis bagaimana standar organisasi MGMP dalam
meningkatan kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
3) Untuk menganalisis bagaimana standar pengelolaan MGMP dalam
meningkatan kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
4) Untuk menganalisis bagaimana standar sarana prasarana MGMP dalam
meningkatan kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
5) Untuk menganalisis bagaimana standar pembiayaan MGMP dalam
meningkatan kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
6) Untuk menganalisis bagaimana sumber daya manusia MGMP dalam
meningkatan kualitas kinerja guru penjasorkes SMA Kota Semarang.
12
1.6.Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat teoritis
1) Dapat berguna bagi penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam.
2) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmiah dalam upaya
merumuskan sebuah kebijakan pendidikan yang tepat untuk mencapai
tujuan pendidikan.
3) Dapat dijadikan bahan bacaan bagi para mahasiswa atau masyarakat
umum lainnya, serta memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
kebijakan-kebijakan pendidikan yang diambil pada daerah sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Bagi pemerintah Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat membantu
memberikan saran mengenai ketepatan dalam pengambilan keputusan
kebijakan pendidikan untuk meningkatkan kualitas kegiatan MGMP
penjasorkes kota Semarang, serta membantu memberikan informasi
mengenai keterlaksanaan program-program MGMP untuk meningkatkan
kualitas profesionalisme guru tentang pengembangan kompetensi sehingga
pengajaran di sekolah di harapkan dapat menjadi lebih baik.
2) Memberikan kegunaan kepada wadah profesi guru (MGMP) di Indonesia
agar dapat dijadikan suatu wadah yang dapat mengembangkan kompetensi
guru sehingga dapat menjadikan guru profesional.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN
KERANGKA BERPIKIR
2.1. Kajian Pustaka
Hasil temuan penelitian terdahulu yang relevan ditinjau untuk
menempatkan posisi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian-
penelitian terdahulu yang berkaitan yaitu :
1) Hermansyah (2018), yang berjudul “Analisis Kebijakan pemerintah daerah
terhadap pembinaan dan pengembangan guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan SMP di kabupaten sumbawa barat”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganilisis kebijakan pemerintah terhadap pembinaan dan pengembangan
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Kabupaten Sumbawa
Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan pemerintah daerah
terhadap pembinaan dan pengembangan guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan SMP di Kabupaten Sumbawa Barat dilihat dari segi kebijakan
program kegiatan dalam meningkatkan pembinaan dan pengembangan guru
sudah diatur dalam bentuk program kegiatan yang sudah tertuang dalam
Keputusan Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Nomor 23 tahun 2017 tentang pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran
satuan kerja perangkat daerah (DPA-SKPD) Dinas Pendidikan Pemuda Dan
Olahraga Kabupaten Sumbawa Barat”.
2) Yusuf Hidayat (2017), Yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris terhadap Manajemen
13
14
Pembelajaran dalam Mewujudkan Kinerja Guru”. Tujuan penulisan artikel ini
adalah membahas tentang pengaruh pelaksanaan kebijakan musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) terhadap manajemen pembelajaran bahasa Inggris
dalam mewujudkan kinerja guru bahasa Inggris pada forum musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) yang berada dalam naungan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Ciamis. Pada pembahasan ini menunjukkan hasil
bahwa pelaksanaan kebijakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen pembelajaran bahasa inggris
dan kinerja guru bahasa Inggris. Artikel ini berkesimpulan bahwa untuk
mewujudkan kinerja guru bahasa Inggris dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) dan manajemen pembelajaran bahasa Inggris.
3) Hamzah (2012), “Efektivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp)
Pendidikan Agama Islam (Pai) Smp Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
Di Kota Palopo”. Masalah pokok tesis ini adalah Efektivitas Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru PAI di Kota Palopo. Adapun tujuan penelitian
ini adalah:a)Untuk Mendeskripsikan eksistensi MGMP PAI SMP di Kota
Palopo. b)Untuk Mendeskripsikan gambaran kompetensi guru PAI SMP di
Kota Palopo. c)Untuk Mendeskripsikan usaha-usaha efektif MGMP PAI dalam
meningkatkan kompetensi guru SMP di Kota Palopo. d)Untuk Menganalisis
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat MGMP
dalam meningkatkan kompetensi guru PAI SMP di Kota Palopo dan
15
bagaimana solusinya. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP di Kota Palopo, cukup efektif dalam melakukan peningkatan
kompetensi guru di Kota Palopo. Dengan indikator, MGMP Pendidikan Agama
Islam SMP eksis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan
kompetensi guru di Kota Palopo, kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
cukup baik dalam melakukan persiapan pembelajaran di kelas, memiliki
kegiatan-kegiatan efektif seperti pertemuan berkala yang didukung oleh
motivasi guru yang tinggi di dalam melakukan pengembangan diri.
4) Muhammad Amirudin (2017), “Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(Mgmp) Dalam Peningkatan Kompetensi Guru Akidah Akhlak Mtsn Klaten Di
Gergunung Klaten Utara Kabupaten Klaten Tahun 2017”. Penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang: (1) Manajemen musyawarah
guru mata pelajaran dalam peningkatan kompetensi guru akidah akhlak MTsN
Klaten di Gergunung Klaten Utara kabupaten Klaten. (2) Hambatan
manajemen musyawarah guru mata pelajaran dalam peningkatan kompetensi
guru akidah akhlak MTsN Klaten di Gergunung Klaten Utara kabupaten
Klaten. (3) Solusi untuk mengatasi hambatan manajemen musyawarah guru
mata pelajaran dalam peningkatan kompetensi guru akidah akhlak MTsN
Klaten di Gergunung Klaten Utara kabupaten Klaten. Hasil penelitian: (1)
Manajemen MGMP dalam peningkatan kompetensi guru akidah akhlak MTsN
Klaten di Gergunung Klaten Utara kabupaten Klaten pada tahun 2017, dapat
dideskripsi dengan mencermati perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
16
dan pengawasan telah dilaksanakan dengan baik. (2) Hambatan; Guru peserta
MGMP kurang disiplin, prosesi MGMP belum pernah melibatkan pakar atau
ahli sebagai nara sumber, dan jangkauan kegiatan MGMP belum didukung
dana sepenuhnya. (3) Solusi; pengurus MGMP perlu melakukan konsolidasi
kepada K3M sehingga terjadi peran yang berimbang dalam membuka
kesadaran bagi guru akidah akhlak mengikuti MGMP, melakukan kerjasama
baik secara lembaga maupun individu ahli pakar di bidangnya, dan melakukan
usaha-usaha penggalangan dana.
5) Arif Nor Riza (2015), “Kontribusi Disiplin Kerja, Supervisi Akademik Dan
Partisipasi Guru Dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Terhadap
Kompetensi Pedagogik Guru Penjasorkes Smk Di Kabupaten Jepara
“.Penelitiaan ini dilakukan berdasarkan permasalahan kompetensi pedagogik
guru penjasorkes SMK terhadap kualitas proses pembelajaran. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi disiplin kerja, supervisi
akademik dan partisipasi guru dalam MGMP terhadap kompetensi pedagogik
guru penjasorkes SMK di Kabupaten Jepara. Jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif non eksperimental, dimana peneliti mengkaji fakta-fakta
yang telah terjadi (ex post facto). Metode yang digunakan adalah korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK yang ada di Kabupaten
Jepara. Sampel penelitian didasarkan pada teknik pengambilan sampel
purposive pada pertimbangan Guru Penjasorkes SMK di Kabupaten Jepara
yang berpartisipasi dalam MGMP digunakan sebagai sampel yaitu 28 orang
guru penjasorkes dan 13 kepala sekolah. Hasil analisis regresi menunjukkan
17
bahwa besarnya kompetensi pedagogik yang dipengaruhi oleh disiplin kerja,
supervisi akademik dan partisipasi dalam MGMP sebesar 92,9%. Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan yaitu Terdapat
kontribusi positif antara disiplin kerja, supervisi akademik dan partisipasi
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) terhadap kompetensi pedagogik
guru Penjasorkes SMK di Kabupaten Jepara yaitu sebesar 92,9%. Saran (1)
Kepala sekolah harus melaksanakan supervisi akademik secara kontinyu
dengan penuh komitmen dan tanggungjawab. (2) Kepada guru, hendaknya
dapat mengembangkan dan meningkatkan motivasi kerja dalam kegiatan
pembelajaran.
6) Salmawati (2017), “Kontribusi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Profesional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Penjasorkes SMP di
Kabupaten Pati”. Tujuan Penelitian untuk menganalisis seberapa besar
kontribusi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru penjasorkes SMP Negeri di Kabupaten Pati. Penelitian
kuantitatif menggunakan 3x1 factor design. Analisis data menggunakan
korelasi regresi. Hasil penelitian: (1) Kontribusi kompetensi pedagogik
terhadap kinerja guru sebesar 6,9%, (2) Ada kontribusi kompetensi profesional
terhadap kinerja guru sebesar 30,23%. (3) Ada kontribusi motivasi kerja
terhadap kinerja guru sebesar 7,8%. (4) Ada kontribusi positif antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dengan kontribusi sebesar
13,9%. (5) Ada kontribusi positif antara kompetensi Pedagogik dan motivasi
kerja dengan kontribusi sebesar 11,3%. (7) Ada kontribusi antara kompetensi
18
pedagogik, kompetensi profesional dan motivasi kerja secara bersama-sama
terhadap kinerja guru dengan kontribusi sebesar 15,4%. Simpulan penelitian:
Kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan motivasi kerja
berkontribusi terhadap kinerja guru penjasorkes SMP Negeri di Kabupaten
Pati.
7) Siti Komariah (2021), “Optimalisasi Peran Mgmp Internal Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Administrasi Guru”. Salah satu tugas
kepala sekolah adalah tugas manajerial, sehingga sumber daya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif.
Penulisan ini bertujuan mengetahui tahapan untuk mengoptimalkan MGMP
internal dan mengetahui dampak positif internal yang dapat meningkatkan
pembuatan administrasi guru. Metode penyelesaian masalah yang digunakan
dengan tiga tahapan yaitu pendampingan, pemberdayaan dan Supervisi. Hasil
penelitian yang didapat antara lain pendampingan yang dipimpin oleh kepala
sekolah untuk melakukan diskusi dengan ketua terkait dengan permasalahan
administrasi, kedua pemberdayaan merupakan wadah untuk berdiskusi sesama
guru mata pelajaran yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali yang
dikoordinir oleh ketua MGMP, dan ketiga supervisi dengan melakukan
supervisi administrasi terhadap semua guru dengan mengevaluasi administrasi
guru dibantu oleh ketua. Simpulan penelitian adalah muncul dampak positif
antara lain guru-guru yang sudah mendapatkan pelatihan diluar sekolah
semakin mumpuni karena ilmu yang diperoleh dari pelatihan bisa langsing
dapat diterapkan, sesama guru baik mata pelajaran serumpun maupun tidak
19
akan bertukar pengalaman sehingga akan saling menutupi kelemahan yang ada
dan semua guru berlomba untuk melengkapi administrasinya secara lengkap
dan cepat. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah profesionalitas guru
semakin meningkat dan meningkat pula kualitas pendidikan di sekolah.
8) Asep Agus Sulaeman (2016), “Peran Program Pemberdayaan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Mgmp Ipa) Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru Ipa Smp”. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui peran program pemberdayaan MGMP guru IPA dalam: 1)
Memberdayakan pengurus MGMP dalam mengembangkan program
peningkatan kompetensi guru IPA SMP; 2)Meningkatkan kompetensi guru IPA
SMP. Kajian ini juga bertujuan untuk mengetahui respons guru terhadap
pelaksanaan program diklat peningkatan kompetensi yang dikembangkan
pengurus MGMP. Subyek penelitian ini adalah 30 orang yang terdiri atas 1
orang pengurus, satu orang guru inti, satu orang kepala sekolah, satu orang
pengawas, dan dua puluh enam orang guru anggota MGMP Jakarta Timur.
Kajian dilakukan pada bulan Maret s.d. April 2015. Kajian ini menggunakan
metode deskriptif, yaitu menggambarkan kemampuan pengurus MGMP dalam
mengembangkan program peningkatan kompetensi guru dan persepsi guru
terhadap peningkatan kompetensinya, serta menggambarkan respons guru
terhadap pelaksanaan program diklat. Data diperoleh dengan mengkaji
dokumen program diklat serta bahan ajar yang dikembangkan pengurus dan
guru inti, mengkaji jurnal belajar yang disusun oleh guru, serta pengisian
kuesioner respons oleh guru. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
20
kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa
kemampuan pengurus dan guru inti masih belum optimal dalam
mengembangkan program PKB secara mandiri untuk anggotanya sehingga
masih memerlukan bantuan profesional dari lembaga diklat guru IPA. Adapun
persepsi guru setelah mengikuti kegiatan diklat di MGMP, mereka merasakan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang materi subjek maupun
pedagogi sehingga merasakan manfaatnya untuk dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran di sekolah. Para guru juga memberikan respons yang baik untuk
program, fasilitator, dan proses pelaksanaan program.
9) Husna Amalia (2018), “Manajemen Pengembangan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (Mgmp) Sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru
PAI”. Profesionalisme guru merupakan salah satu aspek yang signifikan dalam
menentukan keberhasilan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam upaya
meningkatkan profesionalitas guru ada beberapa program yang dapat dilakukan
salah satunya adalah dengan memberdayakan MGMP bagi guru PAI. MGMP
merupakan sebuah peluang bagi guru untuk dapat mengembangkan diri dan
berinovasi dalam mengembangkan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian
ini merupakan sebuah kajian literatur yang bertujuan untuk memahami
pengembangan manajemen MGMP dalam usaha meningkatkan profesionalitas
guru PAI. Hasil dari kajian ini adalah MGMP memerlukan suatu manajemen
yang mampu mengelola dengan adanya suatu perencanaan yang matang,
pengorganisasian yang terstruktur, penggerakan, dan pengawasan sehingga
21
tujuan dari program-program MGMP tersebut dapat memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan profesionalitas guru PAI.
10) Muhammad Sopiyana (2015), “Efektivitas Kinerja Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (Mgmp) Ekonomi Sma Di Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan model pembinaan MGMP Ekonomi SMA di
Kabupaten Boyolali terkait dengan kinerja dalam pelaksanaan tugas, fungsi
MGMP, dan kesesuaiannya dengan rambu-rambu KKG dan MGMP dari
Direktorat Jendral Pendidikan. Metode penelitian adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian: (1) profil MGMP Ekonomi SMA di Kabupaten Boyolali
sudah sesuai dengan rambu-rambu KKG dan MGMP dengan pengembangan
pada sisi tugas pokok dan fungsi MGMP, (2) kinerja MGMP Ekonomi SMA
di Kabupaten Boyolali belum efektif. (3) hambatan MGMP Ekonomi SMA di
Kabupaten Boyolali, yakni: pertama, hambatan internal: jadwal rapat sering
berubah, keterlambatan anggota dalam mengahdiri rapat. Kedua, hambatan
eksternal, berasal dari sekolah anggota MGMP, yakni: perijinan yang sulit
bagi anggota oleh kepala sekolah untuk megikuti rapat. (4) model pembinaan
yang terdiri dari dua model yaitu pembinaan untuk mengatasi permasalahan
di organisasi MGMP Ekonomi SMA di Kabupaten Boyolali provinsi Jawa
Tengah, dan pembinaan dari dalam dan dari luar organisasi MGMP Ekonomi
SMA di Kabupaten Boyolali, dan pembinaan organisai MGMP di kabupaten
Kampar provinsi Riau yang digambarkan dalam flowcart.
11) Yuli Nurlaeli (2018), “Efektivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris”.
22
Penelitian ini dilatar belakangi bahwa guru merupakan faktor utama dalam
sistem pendidikan, khususnya di sekolah, dan kinerja guru merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam upaya menciptakan pembelajaran yang
berkualitas untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan adalah deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya
menggunakan tiga teknik utama, yaitu obsevasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1). Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMPN 1 Situraja
sudah dilaksanakan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya
target materi yang ingin dicapai setelah kegiatan MGMP dilaksanakan 2).
Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris
Ditinjau dari Perencanaan pembelajaran , Proses pelaksanaan pembelajaran
dan Penilaian Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar guru di
SMPN 1 Situraja Kabupaten Sumedang secara umum sudah efektif. Hal ini
dilihat dari kemampuan mereka dalam membuat perencanaan pembelajaran
dengan baik sehingga guru – guru tidak merasa kesulitan dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal dan melakukan
penilaian pembelajaran kepada siswa dengan baik. 3). Hambatan- hambatan
yang dihadapi guru dalam mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris secara umum tidak dirasakan oleh seluruh
guru karena Kepala Sekolah selalu memfasilitasi dan memotivasi semua guru
dalam mengikuti kegiatan MGMP baik ditingkat intern sekolah, wilayah,
23
maupun tingkat kabupaten.4). Upaya yang dilakukan sekolah dalam
mengikuti MGMP adalah dengan mendorong dan memfasilitasi guru untuk
mengikuti kegiatan MGMP. Baik di tingkat sekolah, wilayah maupun
kabupaten.
12) Muhammad Faizal (2015), “Efektivitas Forum Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (Mgmp) Geografi Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional
Guru Mata Pelajaran Geografi Sma Negeri Di Kota Semarang”. Penelitian ini
bertujuan untukmengetahui tingkat efektivitasMGMP Geografi dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru mata pelajaran Geografi SMA
Negeri Kota Semarang dan kendala_kendala yang menghambat MGMP
Geografi dalam meningkatkan kompetensi profesional guru mata pelajaran
Geografi SMA Negeri di Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan
berupa pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif.Hasil penelitian
kompetensi profesional guru Geografi SMA Negeri Kota Semarang yang
tergabung dalam MGMP Geografi SMA Kota Semarang yakni rata-rata
persentase sebesar 79,46 % dan rata-rata skor sebesar 3 dengan hasil kriteria
profesional.Kendala-kendala yang menghambat MGMP Geografi SMA Kota
Semarang dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Geografi SMA
Negeri di Kota Semarang, yakni : kurangnya motivasi guru untuk
meningkatkan kompetensi profesional, masalah waktu dan kesibukan rutinitas
mengajar, keterbatasan media pembelajaran, dan perubahan kurikulum
pendidikan.
24
13) Ramlan, Farizawati (2019), “Efektifitas Implimentasi Program Revitalisasi
Mgmp Sebagai Media Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Inggris Di
Kabupaten Pidie”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas implimentasi program revitalisasi Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) sebagai media meningkatkan kompetensi guru bahasa
inggris. Penelitian ini dimaksud untuk mendapatkan gambaran tentang
efektifitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam meningkatkan
kompetensi guru bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini yaitu (1)Menganalisis
reaksi setiap peserta terhadap kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
bahasa Inggris di Kabupaten Pidie. (2) Mendeskripsikan pengetahuan dan
keterampilan mengenai landasan teoritis dan filosofis mata pelajaran bahasa
Inggris setelah berpartisipasi dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran Bahasa Inggris di Kabupaten Pidie. (3) Menganalisis motivasi
setiap peserta kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran bahasa Inggris
untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan ke dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris. (4) Menganalisis dampak kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran bahasa Inggris terhadap pengembangan kompetensi
guru bahasa Inggris di Kabupaten Pidie.
14) Muhajirin (2017), “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru pada
MGMP Melalui Motivasi Kerja Terhadap Profesionalisme Guru SMA/MA”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik,
partisipasi guru pada MGMP, dan motivasi kerja terhadap profesionalisme
guru. Populasi penelitian adalah guru-guru SMA/MA. Sampel diambil
25
dengan teknik proportional cluster random sampling dari tiap sekolah di
SMA/MA di kota Bima. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
kuisioner yang diberikan kepada responden secara langsung, dengan melalui
uji validitas dan reliabiltas. Analisis data menggunakan, path analysis dan
Sobel test.Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi akademik
berpengaruh terhadap motivasi kerja sebesar 0, 203 atau 20, 3%, partisipasi
guru pada MGMP berpengaruh positif terhadap motivasi kerja sebesar 0, 225
atau 22, 5%, supervisi akademik berpengaruh terhadap profesionalisme guru
sebesar 0, 196 atau 19, 6%, partisipasi guru pada MGMP berpengaruh
terhadap profesionalisme guru sebesar 0, 250 atau 25% dan motivasi kerja
berpengaruh terhadap profesinalisme guru sebesar 0, 404 atau 40, 4%
supervisi akademik berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
profesionalisme guru. Secara tidak langsung supervisi berpengaruh terhadap
profesionalime guru melalui motivasi sebagai mediasinya dengan kontribusi
sebesar 2, 18308. Partisipasi guru pada MGMP langsung maupun tidak
langsung terhadap profesionalisme guru melalui motivasi kerja sebagai
mediasinya dengan kontribusi sebesar 2, 2343.Disimpulkan bahwa semakin
baik pelaksanaan supervisi akademik dan partisipasi guru pada MGMP
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap profesinalisme guru
melalui motivasi sebagai variabel mediasi. Dari hasil penelitian ini
diharapkan kepada kepala sekolah agar terus meningkatkan supervisi
akademik dan memotivasi para guru, dan kepada guru agar terus
berpartisipasi secara aktif pada kegiatan MGMP.
26
Berdasarkan uraian beberapa kajian peneliti terdahulu yang relevan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan menunjukkan bahwa penelitian yang
di laksanakan belum pernah dilakukan sebelumnya yang membedakan dengan
penelitian ini adalah kebijakan MGMP penjasorkes dalam upaya meningkatkan
kinerja guru SMA kota sesuai standarisasi oprasional dan aturan yang belaku
sebagai peningkatan kinerja guru melalui pembinaan MGMP.
2.2. Kerangka Teoristis
2.1.1 Pengertian MGMP
Beberapa organisasi guru yang pernah muncul dan hidup di beberapa
daerah pada tahun 1970-an, misalnya ada yang bernama Musyawarah Guru
Bidang Studi (MGBS), Ikatan Pengajar Sains dan Matematika (IPSM), Ikatan
Pengajar Kimia (IPK), Kelompok Kerja Pendidikan Biologi (KKPB), dapat
dianggap sebagai embrio lahirnya organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), yang kemudian cara penyelenggaraannya diatur secara nasional oleh
Ditjendik-dasmen Dikmenum Depdikbud.
Dalam buku pedoman penyelenggaraan, MGMP diartikan sebagai fo-
rum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar
(Depdikbud,1998:4). Kata musyawarah memiliki pengertian yang mencermin-
kan kegiatan yang dilaksanakan adalah dari, oleh dan untuk guru. Guru Mata
Pelajaran yang dimaksud dalam pedoman penyelenggaraan tersebut adalah guru
SLTP dan SMU yang mengasuh dan bertanggung jawab untuk mengelola mata
pelajaran tertentu yang ditetapkan dalam kurikulum. Guru penjaskes di tingkat SD
tidak diwadahi dalam organisasi MGMP. Sedangkan yang dimaksud dengan
27
sanggar adalah tempat/pusat kegiatan musyawarah guru-guru mata pelajaran
sejenis. Dalam pembicaraan kali ini yang dimaksud dengan MGMP adalah
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (MGMP
Penjaskes).
Kenyataan di lapangan tentang unjuk kerja guru dalam melaksanakan ke-
giatan belajar-mengajar yang sangat bervariasi, merupakan latar belakang yang
pertama dimunculkan dibentuknya organisasi MGMP, di samping kualifikasi
keguruan para guru yang juga beraneka ragam (Depdikbud,1998:3-4). Juga dirasa
perlunya upaya untuk mengantisipasi kemajuan dan perkembangan iptek, yang
memerlukan peningkatan kemampuan profesional guru. Keadaan geografis
Indonesia yang beragam, memerlukan adanya sistem komunikasi dan pembinaan
profesi guru dengan menggunakan multi media. Dengan dibentuknya MGMP
diharapkan dapat merupakan wadah bagi para guru untuk berkomunikasi,
berkonsultasi, dan saling berbagi informasi serta pengalaman.
2.1.2 MGMP Sebagai Suatu Organisasi
Organisasi yang secara singkat didefinisikan oleh Vesting dan Zent (dalam
Sutarto,1998:33), “Organization is needed when people are joint trying to reach
some common goals.” Masih dalam buku yang sama dikutipkan pendapat JD.
Mooney, “Organization is the form of every human association for the attainment
of common purpose.” Sedangkan menurut RC. Davis, “Organization is any group
of individuals that is working toward some common and under leadership”. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disusun suatu definisi sebagai berikut:
organisasi adalah suatu sistem saling mempengaruhi antar orang dalam suatu
28
kelompok yang bekerja sama dengan adanya pemimpin untuk mencapai tujuan
tertentu. Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang yang mampu mempengaruhi
orang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang mengarah
pada tercapainya tujuan organisasi. Pemimpin dalam organisasi MGMP adalah
ketuanya, yang bersama-sama dengan sekretaris dan bendahara serta para anggota
pengurus lain dengan jumlah tertentu, meng-gerakkan perputaran roda organisasi.
MGMP merupakan organisasi non struktural di lingkungan Depdikbud,
dengan struktur yang disusun secara berjenjang dari tingkat propinsi,
kabupaten/kotamadya/ kota administratif, kecamatan dan sekolah
(Depdikbud,1998:5-6). Para pengurus dengan susunan seperti yang telah
disebutkan di atas, memiliki masa bakti dua tahun untuk semua tingkat
kepengurusan.
Salah satu yang esensial yang dapat ditangkap dari dibentuknya sebuah
organisasi adalah adanya tujuan. Dengan cara pengungkapan yang tidak sama,
ketiga pendapat di depan tentang pengertian organisasi, Vesting dan Zent, JD
Mooney, RC Davis, semua menyebutkan dibentuknya organisasi tentulah dengan
tujuan tertentu. Ada organisasi yang menetapkan tujuannya sendiri, dan ada yang
tujuannya telah ditetapkan sebelumnya. MGMP termasuk jenis organisasi yang
kedua, yakni organisasi yang tujuannya telah ditetapkan. Yang menetapkan tujuan
MGMP adalah Pemerintah, khususnya Ditjendikdasmen Ditdikmenum
Depdikbud. Ada lima tujuan dibentuknya MGMP, yaitu: (a) menumbuhkan
kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
kegiatan belajar-mengajar; (b) menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru
29
dalam melak-sanakan kegiatan belajar-mengajar; (c) mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari; (d) membantu
guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan
keilmuan dan iptek; serta (e) saling berbagi informasi dan pengalaman dalam
rangka menyesuaikan perkembangan iptek (Depdikbud,1998:5).
Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi, menurut Herbert Hicks
(dalam Sutarto,1998:40-41) ada dua, yaitu: (1) Faktor inti/core element, yaitu
orang-orang yang membentuk organisasi; dan (2) Faktor kerja/working element,
terdiri dari dua, yang pertama daya manusia dan kedua daya bukan manusia.
Termasuk dalam daya manusia adalah kemampuan untuk bekerja, kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asas-asas
organisasi. Sedangkan yang termasuk daya bukan manusia ada banyak sekali
seperti lingkungan alam, iklim, cuaca, udara, air, dan sebagainya.
2.1.3 Tujuan MGMP
Revitalisasi MGMP yang ada di indonesian bertujuan untuk
meningkatakan kopetensi guru. Dikutip dari Prosedur oprasional standart KKG
dan MGMP yang disusun oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan (2008:4), tersusunlah tujuan dari kegiatan MGMP
diantaranya : (1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal,
khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus,
penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar,
memanfaatkan sumber belajar, (2) Memberi kesempatan kepada anggota
30
kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling
memberikan bantuan dan umpan balik, (3) Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran
yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja, (4)
Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran di sekolah, (5) Mengubah budaya kerja anggota
kelompok kerja atau musyawarah kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi
dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-
kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KKG/MGMP, (6)
Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari
peningkatan hasil belajar peserta didik, (7) Meningkatkan kompetensi guru
melalui kegiatan-kegiatan di tingkat KKG/MGMP.
2.1.4 Fungsi MGMP
Keberadaan MGMP (di semua tingkat) mestinya bisa sangat penting
artinya bagi para guru, atau paling tidak dapat dikategorikan cukup penting, hal
ini mengingat banyak fungsi yang dapat dilakukan oleh MGMP. Ada enam fungsi
umum yang seharusnya dapat dilakukan oleh MGMP di semua tingkat, baik di
tingkat kecamatan, kabupaten/kotamadya/kota administratif, maupun tingkat
provinsi. Keenam fungsi umum MGMP (Depdikbud,1998:8) yang dimaksud
adalah:
1) memberikan motivasi kepada para guru agar mengikuti setiap kegiatan belajar-
mengajar di sanggar,
31
2) meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar,
3) memberikan pelayanan konsultatif yang berkaitan dengan kegiatan belajar-
mengajar;
4) menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan kegiatan
belajar-mengajar;
5) menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha-
usaha pembaharuan pendidikan; serta
6) merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan hasil kegiatan
MGMP.
Dalam melaksanakan fungsinya, kerja MGMP sesuai dengan pedoman
penyelenggaraan senantiasa berkaitan dengan organisasi-organisasi lain, seperti:
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Kerja Pengawas
(MKP) serta Kabid, Kandep dan Kanwil Depdikbud (sekarang Depdiknas).
Bentuk atau sifat hubungannya berbeda-beda, ada yang bersifat komando,
fungsional/pem-binaan, ataupun koordinatif/konsultatif.
MGMP (di semua tingkat) dapat dikatakan merupakan suatu oganisasi
tersendiri, memiliki fungsi tertentu, yang berkaitan dengan organisasi-organisasi
yang lain, seperti Kabid, Kanwil, Kandep Depdiknas, Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS) , dan Musyawarah Kerja Pengawas (MKP) yang memiliki
fungsi dan tujuan tertentu pula. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh RC.
Davis (dalam Sutarto,1998:41), bahwa “Organization structure is a relationship
between certain function, physical factors and personel”. Susunan kepengurusan
32
MGMP cukup sederhana, karena hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara
dan beberapa anggota pengurus. Jenis-jenis kegiatan MGMP sesuai yang
disarankan dalam buku pedoman (Depdikbud,1998:11) yaitu kegiatan untuk
upaya-upaya: (1) pengembangan kemampuan dan keterampilan guru, (2) kegiatan
perluasan wawasan guru, serta (3) berbagai kegiatan penunjang lainnya. Jenis
kegiatan yang pertama misalnya penguasaan kurikulum penyusunan program
semester, penyusunan program satuan pelajaran. Jenis kegiatan yang kedua
misalnya mengadakan ceramah, diskusi, seminar, lokakarya, kompetisi/lomba.
2.1.5 Dasar Hukum dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Untuk mengoptimalkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang nantinya diharapkan pelaksanaan kegiatan MGMP harus
direvitalisasi agar kegiatan lebih terstruktur. Dikutip dari Prosedur oprasional
standart KKG dan MGMP (2008:4), agar kegiatan MGMP dapat berjalan sesuai
yang diharapkan dan tidak melenceng sehingga dapat diakui, maka terdapat
beberapa dasar hukum yaitu ;
1) UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas.
2) UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
3) PP RI No.19/2005 tentang SNP.
4) Permendiknas No. 22/2006 tentang SI.
5) Permendiknas No. 23/2006 tentang SKL .
6) Permendiknas No. 12/2007 tentang standar Pengawas Sekolah/madrasah.
7) Permendiknas No. 13/2007 tentang standar Kepala Sekolah/madrasah.
33
8) Permendiknas No. 16/2007 tentang standar kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
9) Permendiknas No. 19/2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
10) Permendiknas No. 20/2007 tentang Standar Penilaian.
11) Permendiknas No. 24/2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana.
Undang – undang ini digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan MGMP agar sesuai dengan tujuan yaitu meningkatkan mutu pendidikan.
2.1.6 Standar Pengembangan MGMP
Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
sebaiknya disertai dengan adanya standar pengembanan MGMP, dengan
adanya hal ini diharapkan kegaiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) dapat dipertanggungjawabkan dan diakui oleh pihak-pihak terkait.
Standar pengembangan MGMP merupakan gambaran aktivitas MGMP dalam
manajemen dan pelaksanaan kegiatan secara konsisten. Dikutip dari Prosedur
oprasional standart KKG dan MGMP (2008:4), pentingnya standar
pengembangan KKG/MGMP dalam kegaitan MGMP, agar dimasa mendatang
tidak tergantung pada pemerintah melainkan tergantung pada stakeholder yaitu
guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan pihak lain yang berkepentingan
tentang mutu penyelenggaraan mutu MGMP.
Agar MGMP terjamin kualitasnya maka harus dijalankan sesuai
dengan standar pengembangan pelaksanaan MGMP dan KKG (Depdiknas,
2008:7), meliputi ;
34
2.1.6.1 Standar Program MGMP
1. Penyusunan program KKG/MGMP dimulai dari menyusun Visi, Misi ,
Tujuan, sampai kalender kegiatan.
2. Program KKG/MGMP diketahui oleh Ketua KKKS (Kelompok Kerja
Kepala Sekolah SD) atau Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah) dan disyahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Program KKG/MGMP terdiri dari program rutin dan program
pengembangan.
4. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari diskusi permasalahan
pembelajaran, penyusunan silabus, program semester, dan rencana program
pembelajaran, analisis kurikulum, penyusunan instrumen evaluasi
pembelajaran, pembahasan materi dan pemantapan menghadapi ujian
nasional
5. Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari kegiatan
penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, seminar, pendidikan dan pelatihan
berjenjang (diklat berjenjang), penerbitan jurnal KKG/MGMP, penyusunan
website KKG/MGMP, forum KKG/MGMP provinsi, kompetisi kinerja
guru, peer coaching (Pelatihan sesama guru menggunakan media ICT),
lesson study (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah
pembelajaran), professional learning Community (komunitas-belajar
professional), TIPD (Teachers International Professional Development)/
kerja- sama MGMP internasional dan Global Gateway (kemitraan lintas
negara)
35
2.1.6.2 Standar Organisasi MGMP
Organisasi penyelenggaraan KKG dan MGMP meliputi prosedur
pembentukan Tim Pengembang Tingkat Nasional, Tim Pengembang Tingkat
Provinsi, Tim Pengembang Tingkat Kabupaten/Kota, Pengurus KKG atau
MGMP, Keanggotaan dan Prosedur Pembentukan Pengurus KKG atau MGMP
serta Penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
Organisasi KKG dan MGMP sendiri terdiri dari: pengurus, anggota, SK
pengesahan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan mempunyai AD/ART.
Pengurus KKG dan MGMP terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan
Bidang, dipilih oleh anggota berdasarkan AD/ART, anggota KKG terdiri dari
guru kelas, guru agama, dan guru penjaskes di SD/MI yang anggotanya berasal
dari 8 – 10 sekolah dan direkrut dengan prosedur tertentu. Untuk daerah terpencil
anggotanya berasal dari 3 – 5 sekolah, sedangkan anggota MGMP terdiri dari guru
mata pelajaran di SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SLB/MALB.
2.1.6.3 Standar Pengelolaan MGMP
Ada tiga jenis program yang dapat dirancang untuk kegiatan di KKG dan
MGMP, yaitu program umum, program inti (program rutin dan program
pengembang) dan program penunjang. Program tersebut harus rinci memuat
sejumlah kegiatan untuk setiap pertemuan. Program untuk satu tahun
sekurang_kurangnya memuat 12 kegiatan. Dalam penyusunan program KKG atau
MGMP dipilih program yang menjadi prioritas, baik program rutin maupun
program pengembangan. Keseluruhan program KKG atau MGMP menjadi
tanggungjawab pengurus. POS Penyelenggaraan KKG dan MGMP 22 Masing-
36
masing program sebaiknya mempunyai penanggungjawab program.
Penanggungjawab program bekerja berdasarkan kerangka acuan kerja yang telah
disepakati oleh keseluruhan anggota KKG atau MGMP.
Tugas penanggungjawab program adalah melaksanakan dan mengelola
program sesuai dengan kerangka acuan kerja. Memilih program prioritas
merupakan langkah awal yang harus dilakukan pengurus dalam rangka
pengelolaan program KKG atau MGMP. Selanjutnya pengurus mengadakan
koordinasi dengan Tim Pengembang Kabupaten/Kota untuk memantapkan
program serta pelaksanaannya. Pengurus menyusun proposal kegiatan yang telah
dipilih dan menunjuk penanggungjawab pelaksana serta Tim Pemantauan dan
Evaluasi.
Persiapan dilakukan sesuai proposal kegiatan, penanggungjawab program
mengadakan koordinasi dengan pengurus lainnya tentang pelaksanaan kegiatan.
Rapat koordinasi dapat dilakukan dua kali, yang pertama dimaksudkan untuk
mengidentifikasi semua bahan kegiatan, sedangkan rapat koordinasi yang kedua
untuk melakukan laporan kemajuan setiap seksi termasuk menanggulangi
berbagai masalah sebelum pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan program
sangat dimungkinkan melibatkan nara sumber serta penggunaan sarana dan
prasarana sekolah inti. Oleh karena itu, penanggungjawab harus memahami
prosedur POS Penyelenggaraan KKG dan MGMP untuk hal tesebut. Tim
Pemantau dan Evaluasi melakukan pemantauan pada pelaksanaan kegiatan dan
hasilnya dibawa ke dalam rapat yang dihadiri oleh penanggungjawab pelaksana.