The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SMP Negeri 3 Pangandaran e-Katalog, 2023-11-13 09:19:38

GALURA BASA PANGANDARAN KLS VII

GALURA BASA PANGANDARAN KLS VII

Keywords: Kurikulum Merdeka

GALURA BASA PANGANDARAN


Kurikulum Merdéka 3 Pelajaran Bahasa Sunda untuk Murid SMP/MTs Kelas VII di Kabupaten Pangandaran GEGER SUNTEN Disusun oleh Luxaz Priansyah, S.Pd. Dra. Eti Setiawati, M.Pd Yogi Yogaswara Yanuariska, M.Pd. Sopy Subhaniati G, S.Pd. Sri Rahayu, S.Pd. Kiki Pratiwi, S.Pd. Drs. Tatang Sumarsono Drs. Taufik Faturohman Kurikulum Merdeka VII-A


WIWAHA BASA | KELAS VII 4 Pelajaran Bahasa Sunda untuk Murid SMP/MTs Kelas VI di Kabupaten Pangandan Kurikulum Merdéka © Luxaz Priansyah, S.Pd., dkk ISBN 978-602-7784-96-3 978-602-7784-95-6 (No. jilid lengkap) Desain cover GAYACOM Layout Tatang Rukyat Sumber foto dari internet Diterbitkan oleh Penerbit CV GEGER SUNTEN Jl. Dr. Setiabudi No. 228 Bandung 40143 Telp. (022) 2016922, 0812 2134 6524 Email: [email protected] Anggota IKAPI No. 027/JBA/91 Cetakan petama Mei 2017 Revisi Kurikulum Merdeka Juli 2022 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG GALURA BASA VII


Kurikulum Merdéka 5 Bismillah, Dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka, pelajaran bahasa Sunda pun mengalami beberapa perubahan, khususnya yang terkait dengan pemilihan bahan ajar, disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lokal wilayah administratif pemerintahan kota/kabupaten. Selain itu, disesuaikan pula dengan keadaan dan latar belakang peserta didik. Untuk Kabupaten Pangandaran yang warganya lebih heterogin, pembelajaran bahasa Sunda bisa disampaikan menggunakan kategori B, yaitu mengajarkan bahasa Sunda di wilayah yang penduduknya mayoritas dwibahasa. Adapun yang dijadikan acuan dalam penyusunan bahan ajar buku ini adalah hasil rumusan PPBDI (Perhimpunan Pengajar Bahasa Daerah Indonesia) Provinsi Jawa Barat dan MGMP Bahasa Sunda se-Jawa Barat, yaitu: Kemampuan reseptif dan produktif dikembangkan saling berkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dengan beberapa persyaratan, antara lain: 1. Pelajar dilibatkan dalam interaksi verbal (percakapan dan diskusi) yang didasarkan pada pemahamannya tentang teks, mengapresiasi estetika teks dan nilai budayanya, serta proses mencipta teks berbahasa Sunda. 2. Pelajar diberi kesempatan untuk membaca teks dalam beragam format (atau yang dikenal dengan teks multimodal (lisan, tulis, audio, visual, audiovisual) serta beragam konten dan genre teks (fiksi dan nonfiksi). 3. Pelajar diberi pengetahuan tentang tatabahasa (adegan basa) Sunda yang benar serta cara penggunaannya secara efektif dan santun untuk mendukung keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda. Sedangkan untuk capaian pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik berbahasa Sunda, bahan ajar disusun sesuai ketentuan fase D pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan, dan dirumuskan berdasarkan tujuan: 1. Menyimak (Ngaregepkeun) Kemampuan pelajar dalam menerima, memahami informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada mitra tutur. Prosesnya mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan, memaknainya, dan/atau menyiapkan tanggapan kepada mitra tutur. Kemampuan menyimak berperanan penting karena menentukan tingkat kemampuan pelajar dalam memahami makna (tersurat dan tersirat) tuturan, memahami Pengantar dari Penyusun


6 gagasan utama dan pendukung pada konten informasi dan konteks yang melatarinya. Komponen yang dikembangkan dapat berupa, antara lain, kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata dan makna, struktur bahasa (tata bahasa), serta metakognisi. 2. Membaca dan memirsa (Maca jeung Miarsa) Kemampuan pelajar dalam memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks dan sajian visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan kompetensinya (pengetahuan, keterampilan, dan potensi). Komponen yang dikembangkan dalam membaca dan memirsa, dapat berupa, antara lain, kepekaan terhadap fonem atau huruf, sistem isyarat, kosakata dan makna, struktur bahasa (tata bahasa), serta metakognisi. 3. Berbicara dan Menyajikan/Mempresentasikan (Nyarita jeung Midangkeun) Kemampuan pelajar dalam menyampaikan pesan (gagasan, tanggapan, dan perasaan) dalam bentuk lisan dan multimodal (visual, digital, audio, dan audiovisual) secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan santun sesuai tujuan dan konteks komunikasi. Komponen yang dikembangkan dalam berbicara dan menyajikan dapat berupa, antara lain, kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata dan makna, struktur bahasa (tata bahasa), serta metakognisi. 4. Menulis (Nulis) Kemampuan menyampaikan pesan (gagasan, tanggapan, dan perasaan) dalam bentuk tulis secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan santun sesuai tujuan dan konteks komunikasi. Komponen yang dikembangkan dalam menulis dapat berupa, antara lain, penerapan penggunaan ejaan, struktur bahasa (kata dan kalimat), paragraf, kosakata dan makna, serta metakognisi dalam beragam tipe teks. Pada hakikatnya, pelajaran bahasa Sunda berdasarkan Kurikulum Merdeka didasari tujuan untuk memberi bekal pengetahuan kepada peserta didik mengenai berbagai aspek dalam bahasa Sunda untuk keperluan berkomunikasi dalam kehidupan. Selain itu untuk mengajarkan bahasa dan sastra Sunda berikut aspek etika (tatakrama) untuk keperluan membangun dan memperkuat jatidiri bangsa, yang dalam rumusan Kurikulum Merdeka disebut profil pelajar Pancasila. Itulah yang menjadi titik tolak penyusunan bahan ajar pada buku ini. Mudahmudahan bisa ikut membantu proses pembelajaran bahasa Sunda di Kabupaten Pangandaran. Kami menyadari, materi yang sudah tersusun dalam buku ini masih belum sempurna. Karena itu, sangat diharapkan Ibu/Bapak Guru atau pihak lain yang terkait dengan pengajaran bahasa Sunda di sekolah, bisa menyampaikan saran dan pendapatnya. Tentu sangat kami tunggu. Terima kasih. Pangandaran, Juli 2022 Luxaz Priansyah, S.Pd., dkk.


Kurikulum Merdéka 7 Daftar Isi Pengantar dari Penyusun ....................................................................................................................................... 5 Daftar Isi........................................................................................................................................................................ 7 Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Sunda Fase D Berdasarkan Elemen......................... 10 PELAJARAN 1: KADAHARAN 1. MEMBACA ....................................................................................................................................................... 12 A. Membaca Nyaring: “Pindang Gunung”...................................................................................... 12 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 13 B. Membaca dalam Hati: ”Jambal Roti Pangandaran”............................................................... 15 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 16 Ringkasan ............................................................................................................................................ 17 2. MENYIMAK...................................................................................................................................................... 18 Perbendaharaan Kata .................................................................................................................................. 20 3. BERCERITA....................................................................................................................................................... 21 A. Menerangkan Tentang Makanan ................................................................................................ 21 B. Menembangkan Pupuh Balakbak: “Kadaharan”.................................................................... 23 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 23 4. MENULIS .......................................................................................................................................................... 24 A. Memilih Kata yang Penulisannya Betul..................................................................................... 24 B. Menuliskan Kegunaan Perkakas.................................................................................................. 25 C. Menuliskan Cara Membuat Makanan: “Kaolahan tina Béas”............................................. 26 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 27 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 28 A. Membetulkan Cara Menuliskan Kata dalam Kalimat........................................................... 28 B. Melengkapi Kalimat......................................................................................................................... 29 PELAJARAN 2: LINGKUNGAN PAMATUHAN 1. MACA................................................................................................................................................................. 32 A. Membaca Nyaring: “Sakola di Pangandaran”......................................................................... 32 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 34 B. Membaca dalam Hati: “Karéta Pangandaran”......................................................................... 35 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 37 2. MENYIMAK...................................................................................................................................................... 38 A. Istilah Geografi................................................................................................................................... 38 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 39 B. Nama-nama Ikan............................................................................................................................... 39 C. Pola Suku Kata.................................................................................................................................... 41 3. BERBICARA...................................................................................................................................................... 43 A. Menceritakan Peristiwa Alam: “Tsunami................................................................................... 43


WIWAHA BASA | KELAS VII 8 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 45 B. Menceritakan Pengalaman Sendiri ............................................................................................ 46 4. NULIS................................................................................................................................................................. 46 A Mencari dan Menuliskan Istilah Geografi................................................................................. 46 B Mengisi Kalimat................................................................................................................................. 47 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 48 A. Mencari Kata Berdasarkan Jumlah Suku Katanya....................................................................... 48 B. Menyelesaikan Kalimat................................................................................................................... 49 PELAJARAN 3: “PAKASABAN 1. MEMBACA ....................................................................................................................................................... 52 A. Membaca Nyaring: “Lauk Laut jeung Kalapa”......................................................................... 52 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 53 B. Membaca dalam Hati: “Miara Ingon-ingon”............................................................................ 55 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 57 2. MENYIMAK...................................................................................................................................................... 59 A. Bahasan Mengenai Sisindiran ...................................................................................................... 59 B. Jenis Kata ............................................................................................................................................. 60 C. Babasan ................................................................................................................................................ 62 3. BERBICARA...................................................................................................................................................... 63 A. Menceritakan Kembali Isi Bacaan: “Dahon”............................................................................. 63 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 65 B. Menceritakan Hasil Pengamatan ................................................................................................ 65 4. NULIS................................................................................................................................................................. 65 A. Melengkapi Kalimat......................................................................................................................... 65 B. Menyusun Sisindiran ....................................................................................................................... 66 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 67 A. Menuliskan Arti Babasan................................................................................................................ 67 B. Menggunakan Babasan pada Kalimat ...................................................................................... 69 UJIAN SEMÉSTER GANJIL ...................................................................................................................................... 71 PELAJARAN 4 SAJARAH JEUNG TOKOH PANGANDARAN 1. MEMBACA ....................................................................................................................................................... 76 A Membaca Nyaring : “Sajarah Ngadegna Kabupatén Pangandaran”............................... 76 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 78 B. Membaca dalam Hati: “Daéng Sutigna Bapa Angklung Indonésia................................. 79 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 80 2. MENYIMAK...................................................................................................................................................... 82 A.. Awalan Nasal ...................................................................................................................................... 82 B Istilah Kesenian.................................................................................................................................. 84 C. Istilah Pemerintahan........................................................................................................................ 85 3. BERBICARA...................................................................................................................................................... 86 A. Melakukan Percakapan: “Tatahar Nyanghareupan Lomba Kelas”................................... 86 B. Menceritakan Kembali Dongeng yang Dibaca: “Emas Warisan Bapa”........................... 87 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 90 C. Menceritakan Dongeng dari Daerah Setempat..................................................................... 91 4. MENULIS .......................................................................................................................................................... 91 A. Melengkapi Kalimat dengan Istilah Kesenian ........................................................................ 91


Kurikulum Merdéka 9 B. Memilih Istilah Pemerintahan ...................................................................................................... 92 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 93 A Memilih Kata yang Tepat................................................................................................................ 93 B Menyelesaikan Kalimat................................................................................................................... 93 PELAJARAN 5: ÉTIKA JEUNG TATAKRAMA 1. MEMBACA ....................................................................................................................................................... 96 A Membaca Indah: “Tatakrama Sunda”......................................................................................... 96 Terjemahan Sajak.............................................................................................................................. 97 B Membaca dalam Hati: “Punten”.................................................................................................... 99 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 101 2. MENYIMAK..................................................................................................................................................... 102 A. Istilah dalam Tatakrama.................................................................................................................. 102 B. Akhiran –an, na-, keun-................................................................................................................... 104 3. BERBICARA...................................................................................................................................................... 106 A. Memperagakan Percakapan......................................................................................................... 106 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 107 B Menembangkan Pupuh: “Padoman Hirup”.............................................................................. 108 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 108 4. NULIS................................................................................................................................................................. 109 A. Melengkapi Kalimat......................................................................................................................... 109 B. Memilih Kata Berakhiran yang Tepat......................................................................................... 110 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 111 A. Memilih Kata yang Tepat................................................................................................................ 111 B. Melengkapi Kalimat......................................................................................................................... 112 PELAJARAN 6: KAAGAMAAN 1. MEMBACA ....................................................................................................................................................... 114 A. Membaca Indah Pupujian.............................................................................................................. 114 B. Membaca Nyaring: “Cikaracak Ninggang Batu”..................................................................... 116 Perbendaharaan Kata...................................................................................................................... 118 2. MENYIMAK...................................................................................................................................................... 119 A. Nadoman ............................................................................................................................................. 119 B. Istilah Keagamaan ............................................................................................................................ 120 C. Peribahasa ........................................................................................................................................... 122 3. BERBICARA...................................................................................................................................................... 123 A. Melakukan Percakapan tentang Peribahasa........................................................................... 123 B. Melantunkan Pupujian: “Hirup di Dunya”................................................................................. 125 C Mencari dan Melantunkan Pupujian dari Daerah Setempat............................................. 127 4. MENULIS .......................................................................................................................................................... 127 A. Melengkapi Kalimat......................................................................................................................... 127 B. Mencari Arti Peribahasa.................................................................................................................. 128 5. LATIHAN........................................................................................................................................................... 130 A. Menyusun Kalimat............................................................................................................................ 130 B. Mencari Istilah Keagamaan........................................................................................................... 131 UJIAN SEMÉSTER GENAP....................................................................................................................................... 132


WIWAHA BASA | KELAS VII 10 Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Sunda Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak (Ngaregepkeun) Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi atau pesan (perasan, gagasan, pikiran, kehendak, dan arahan) dengan topik tertentu dari beragam tipe teks (fiksi dan nonfiksi) yang didengar atau dipirsanya, baik langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara. Membaca dan memirsa (Maca jeung Miarsa) Peserta didik mampu mengeksplorasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi atau pesan (perasaan, gagasan, pikiran, dan kehendak) dan struktur tipe teks (fiksi dan nonfiksi) secara visual dan audiovisual untuk menemukan makna tersurat dan tersirat. Peserta didik mampu membaca kata-kata dan kalimat sederhana yang menggunakan aksara Sunda sesuai dengan kaidahnya. Berbicara dan Menyajikan/ Mempresentasikan (Nyarita jeung Midangkeun) Peserta didik mampu menyampaikan informasi atau pesan (perasan, gagasan, pikiran, dan kehendak) secara lisan dengan memilih dan menggunakan kosakata yang khas atau idiom bahasa Sunda dalam bentuk monolog dan dialog sesuai tatakrama Sunda untuk tujuan tertentu sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Sunda. Peserta didik mampu bercakap-cakap atau berdiskusi dalam bahasa Sunda tentang berbagai topik secara aktif, partisipatif, efektif, dan kreatif, sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Sunda. Menulis (Nulis) Peserta didik mampu menyampaikan informasi atau pesan (perasan, gagasan, pikiran, dan kehendak) dalam berbagai tipe teks tulis nonfiksi dengan menggunakan kosakata yang khas atau idiom bahasa Sunda untuk tujuan tertentu. Peserta didik mampu menyampaikan pesan berdasarkan sumber tertentu (fakta, pengalaman, dan imajinasi) secara estetis dan kreatif dalam tipe teks fiksi berbahasa Sunda sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Sunda. Peserta didik mampu menuliskan katakata dan kalimat sederhana dengan menggunakan aksara Sunda sesuai dengan kaidahnya.


Pelajaran 1 KADAHARAN Tujuan Pembelajaran 1. Memiliki pengetahuan tentang berbagai istilah yang terkait dengan makanan, serta mampu menggunakannya untuk keperluan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. 1.1 Menyebutkan istilah-istilah makanan, baik yang yang menjadi bagian dari tradisi Sunda, maupun pengaruh dari dunia moderen. 1.2 Menyebutkan minimal lima jenis makanan khas yang terdapat di lingkungan sendiri. 1.3 Menerangkan proses membuat bahan makanan, atau makanan siap saji. 1.4 Menembangkan pupuh yang berisi tentang makanan. 1.5 Menuliskan kalimat yang berisi tentang makanan. 1.6 Menyusun karangan pendek tentang proses membuat bahan makanan, atau makanan siap saji. 2. Memiliki pengetahuan tentang sistem vokal bahasa Sunda yang menyebebkan perbedaan arti kata. 2.1 Menyebutkan perbedaan antara vokal é, eu, dan e. 2.2 Menggunakan vokal é, eu, dan e pada kata sehingga jelas perbedaan yang dikandungnya. 2.3 Membetulkan kalimat yang salah dalam penggunaan vokal é, eu, dan e. Pertanyaan Pemantik 1. Apakah kalian mengetahui dan dapat menyebutkan berbagai istilah makanan dalam bahasa Sunda, khususnya yang menjadi khas daerah Pangandaran, serta menggunakannya dalam kalimat? 2. Dapatkah kalian menembangkan pupuh balakbak yang isinya menceritakan berbagai makanan? 3. Bagaimana cara mengucapkan vokal é, eu, dan e dalam bahasa Sunda, serta kata-kata apa saja yang mengandung vokal tersebut?


WIWAHA BASA | KELAS VII 12 1. MEMBACA A Membaca Nyaring Pindang Gunung Urang luareun Pangandaran mah bisa jadi aya nu ngarasa anéh kana pindang gunung, sabab anu disebut pindang di Pangandaran jeung di luareun Pangandaran téh béda. Di luareun Pangandaran mah nu disebut pindang téh nyaéta jenis kadaharan meunang ngolah anu bisa rada dililakeun, kana opat poéan. Cara nyieunna digodog jeung samara, nepi ka cai panggodoganana saat. Lauk laut nu sok dipindang upamana deles, tanjan, tongkol, layur, atawa bandeng. Ari nu kaasup lauk cai, anu sok dipindang téh lauk emas, lélé, atawa lubang. Sajaba ti éta, endog hayam deuih nu sok dipindang téh. Tah, ari di Pangandaran mah anu disebut pindang téh hartina angeun. Naon waé anu cara ngasakanana diangeun disebutna pindang. Jadi pindang gunung téh hartina angeun gunung, kadaharan has Pangandaran anu ayeuna mimiti kakoncara pada mikawanoh ku urang luareun Pangandaran. Pindang gunung ayana kaitung geus lila, bisa jadi geus ampir kana saabadna. Kiwari, ieu kadaharan téh jadi daya tarik pikeun wisatawan anu daratang ka Pangandaran. Ampir di saban réstoran sok nyadiakeun ménu pindang gunung. G a m b a r k a o l a h a n pindang gunung


Kurikulum Merdéka 13 Bédana pindang gunung jeung pindang séjénna nyaéta pindang gunung mah ngasakanana teu maké minyak atawa teu ditumis heula samarana. Nu dipindangna mah bisa naon waé. Lauk laut, lauk cai, daging hayam, sayuran, jeung réa-réa deui. Ku beuki raména pariwisata Pangandaran ka dieunakeun, pindang gunung lain waé dipikawanoh ku urang Pangandaran, tapi ogé ku wisatawan nu daratang ka Pangandaran. Hal ieu dijieun kasempetan ku para palaku bisnis kulinér pikeun ngawanohkeun jeung ngajadikeun pindang gunung salah sahiji andelan pariwisata dina widang kulinér. Pikeun kapentingan wisata mah nu dipindang téh lolobana ngahususkeun kana lauk laut, luyu jeung tujuan wisata di Pangandaran anu lolobana basisir. Lauk laut anu sok diolah jadi pindang gunung di antarana kakap, tongkol, kerapu, layur, atawa karokod. Lauk anu seger kénéh, lain anu geus aya poéna diés, leuwih alus pikeun dijieun bahan lulugu pindang gunung. Samara lulugu pikeun nyieun ieu kaolahan téh nyaéta cikur, konéng, céngék, bawang beureum jeung bawang bodas, salam, séréh, jahé, laja, jeung tarasi. Ari pikeun hahaseumna biasana maké honjé. Tapi sok aya ogé nu maké asem, calingcing, atawa daun kadongdong. Uyah jeung gulana mah nya sacukupna waé. Anu has tina ieu kadaharan téh rasana anu seger, haseum, lada, jeung gurih. Sanajan nu dijieun bahan lulugu pindang téh lauk laut, tapi moal hanyir, sabab maké konéng jeung jahé pikeun miceun ambeu hanyir tina laukna. Cara ngolahna babari. Mimiti godogkeun heula cai nepi ka ngagolak, brus samara anu meunang ngaréndos, brus samara nu teu diréndos saperti laja jeung honjé atawa calingcing jeung daun kadongdong, terus asupkeun laukna anu meunang meresihan jeung ngeureutan. Geus kitu mah antep wé nepi ka asak. Nya alatan rasana anu seger jeung seungit, utamana tina honjé, anu ngalantarankeun pindang gunung jadi kadaharan anu has téh, béda jeung hasil kaolahan lianna. Kabuktian pisan, ieu kadaharan téh dipikaresepna henteu ngan ku urang Pangandaran wungkul. Éta pangna anu pariknik ka Pangandaran dianggap aya kénéh nu kurang lamun tacan ngasaan pindang gunung. Perbendaharaan Kata angeun = sayur basisir = pantai bisa rada dililakeun = bisa agak lama disimpan


WIWAHA BASA | KELAS VII 14 calingcing = belimbing wuluh céngék = cabe rawit digodog = direbus endog hayam = telur ayama hanyir = amis kakoncara = terkenal konéng = kunir, kunyit lada = pedas laja = laos lauk caik = ikan air tawar lulugu = pokok, utama mikawanoh = mengenali, terkenal ngaréndos = mengulek ngasaan = mencicipi samara = bumbu RINGKASAN Pindang gunung adalah makanan khas Pangandaran. Dibubuhkan kata gunung, karena bumbu untuk membuatnya menggunakan buah, bunga, umbi, dan daun tetumbuhan yang biasanya ditanam di gunung. Adapun bahan pokoknya adalah ikan laut. Pindang gunung sekarang dijadikan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Hampir di setiap restoran menyajikan menu pindang gunung. Menjawab Pertanyaan Jawab atau terangkan sesuai dengan isi bacaan! 1. Ari nu disebut pindang gunung téh naon? 2. Naon sababna maké ditambahan ku kecap gunung? 3. Naon anu sok dipaké bahan pikeun nyieun pindang gunung téh? 4. Ari samara luluguna naon baé? 5. Naon sababna anu dipindang lolobana lauk laut?


Kurikulum Merdéka 15 Gambar lauk asin jambal roti 6. Naon sababna éta kadaharan téh disebut has Pangandaran? 7. Dina hal naon pindang gunung anu dianggap has? 8. Naha pindang gunung téh jadi daya tarik pikeun wisatawan? 9. Naon sababna réstoran di Pangandaran loba nu nyadiakeun ménu pindang gunung? 10. Naon deui kadaharan has Pangandaran anu hidep nyaho? B Membaca dalam Hati Jambal Roti Pangandaran Nu baralik piknik ti Pangandaran, umumna sok marawa oléh-oléh jambal roti. Moal aya nu bireuk, jambal roti téh kaasup lauk asin, ngan pédah rasana istiméwa. Mun geus diasakan, naha rék digoréng naha rék dipais, daging jambal roti mah empuk sarta ngeprul kawas roti. Rasana ogé pelem deuih, béda jeung lauk asin biasa. Sajaba ti béda jenis laukna, dina cara nyieunna gé béda ti lauk asin biasa. Anu sok diasin jadi jambal roti téh lauk nu disebut kadukang. Tempatna liarna téh di muara walungan, di basisir di aya leutakan, atawa sok rajeun aya di laut


WIWAHA BASA | KELAS VII 16 ngan teu jauh ti muara walungan. Lauk kadukang téh bentukna mah rék jiga lauk patin. Biasana lauk kadukang sok beunang diuseup. Mun rék dijieun asin jambal roti, lauk kadukang téh dipiceun heula huluna jeung eusi beuteungna. Kumbah sing beresih, terus dituuskeun. Geus kitu kudu dianclomkeun sakeudeung kana cai gula beureum. Sup waé uyah kana jero beuteungna. Lamun laukna beurat sakilo, uyahna kudu dua ons. Geus kitu mah terus waé diteundeun dina bak anu husus paranti nyuyahan lauk. Diéntép sina numpuk, terus ditutup sing rapet. Antep wé salila tilu poé tilu peuting. Ti dinya karék diangkat tina bak, terus dibeulah lebah tonggongna. Bagian tonggong anu dagingna kandel, sok dibulah deui sina mébér. Tah ayeuna mah lauk anu geus meunang meulah téh terus dipoé tepi ka garing. Sok aya éta gé anu diolésan heula ku cai anu dicampuran bawang bodas meunang ngaréndos. Jambal roti anu geus garing, nya terus dijual, dibungkusan ku keretas anu rada kandel. Aya deuih anu terus diwadahan kana kantong pelastik gé. Biasana asin jambal roti téh sok didagangkeun di tempat mungpungna anu keur piknik. Hargana gé leuwih mahal batan lauk asin biasa. Perbendaharaan Kata aya leutakan = berlumpur bireuk = tidak tahu dianclomkeun = dimasukkan sebentar ke dalam wadah berair dipais = dipepes dituuskeun = ditiriskan eusi beuteungna = isi perutnya kumbah = cuci mébér = menjadi lebar mungpung = berkumpul ngeprul = mudah melepuh menjadi remah-remah sakeudeung = sebentar tonggong = punggung uyah = garam


Kurikulum Merdéka 17 RINGKASAN Bahan makanan yang dikenal di Pangandaran di antaranya jambal roti, yaitu ikan asin yang dibuat dari bahan ikan kadukang dan sejenisnya, serta rasa dan baunya khas, karena cara mengolahnya berbeda dari ikan asin biasa. Jambal roti sering dijadikan oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. Yang menjajakannya mudah dijumpai di tempat yang ramai dikunjungi wisatawan. Membetulkan Kalimat Kalimat di bawah ini tidak sesuai dengan isi bacaan barusan. Cobalah kalian perbaiki! 1. Pikeun urang Pangandaran, jambal roti téh oléh-oleh balik nyaba. ____________________________________________________________ 2. Disebut jambal roti téh sabab rasana kawas roti atawa bolu. . ____________________________________________________________ 3. Anu dipaké nyieun jambal roti téh lauk tongkol atawa kakap. ____________________________________________________________ 4. Prosés nyieun jambal roti henteu béda ti nyieun lauk asin biasa. ____________________________________________________________ 5. Nyieun jambal roti téh lauk dibeulah terus diuyahan jeung dipoé.. ____________________________________________________________ 6. Jambal roti téh ngeunah mun diolah jadi pindang gunung. ____________________________________________________________ 7. Jambal roti jieunan Pangandaran langsung dijual ka Bandung. ____________________________________________________________ 8. Harga jambal roti téh sarua malah leuwih murah batan asin biasa. ____________________________________________________________


WIWAHA BASA | KELAS VII 18 2. MENYIMAK A. Istilah Makanan Dina dua bacaan bieu aya katerangan kieu: 1. Jadi aya kuahna, teu béda ti soto atawa sop. Pindang gunung téh kadaharan has Pangandaran. 2. Mun geus diasakan, naha rék digoréng naha rék dipais, daging jambal roti mah empuk sarta ngeprul kawas roti. Dina kalimah bieu aya genep istilah kadaharan, nyaéta soto, sop, pindang, jambal roti, digoréng, jeung dipais. Soto, sop, pindang, jeung jambal roti nuduhkeun jenis kadaharan. Bédana téh soto jeung sop mah kadaharan anu geus asak, disebutna hasil kaolahan, ari jambal roti nuduhkeun bahan kénéh anu tacan diolah sakumaha kuduna, jadi masih kénéh atah. Ari digoréng jeung dipais nuduhkeun cara nyieunna. Sajaba ti soto jeung sop, loba kénéh kadaharan hasil kaolahan anu asupna kana deungeun sangu. Tangtu waé cara nyieunna ogé rupa-rupa. Sajaba ti digoréng jeung dipais, apan aya anu diangeun, dibeuleum, disemur, ditumis, diseupan, dibubuy, jeung sajabana. 1. Hasil kaolahan anu carana digoréng disebutna sok maké kecap goréng, upamana: goréng tahu, goréng lauk, goréng emping, goréng témpé, atawa goréng oncom. 2. Hasil kaolahan anu carana dipais disebutna sok maké kecap pais, upamana: pais peda, pais suung, pais lauk, pais hayam, atawa pais tahu. 3. Hasil kaolahan anu carana diangeun sok aya nu maké kecap angeun, jeung sok aya anu tara dimimitian ku kecap angeun. Anu sok maké kecap angeun upamana: angeun kacang, angeun waluh, angeun cabé, angeun bayem, atawa angeun nangka. Ari anu biasana tara dimimitian ku kecap angeun upamana: lodéh, soto, sop, empal, atawa gulé. 4. Hasil kaolahan anu carana dibeuleum disebutna sok maké kecap beuleum, upamana: beuleum lauk, beuleum hayam, beuleum oncom, beuleum peuteuy, atawa beuleum peda. Tapi aya deuih anu carana dibeuleum, ngan teu maké kecap beuleum, upamana: saté atawa bakakak.


Kurikulum Merdéka 19 5. Hasil kaolahan anu disemur saenyana ampir sarua jeung diangeun, ngan pédah caina saeutik, disebutna gé sok maké kecap semur, upamana: semur daging, semur endog, atawa semur jéngkol. 6. Hasil kaolahan anu cara nyieunna ditumis, biasana sok maké kecap tumis, upamana tumis kangkung, tumis supa (jamur), tumis iwung, tumis cabé, atawa tumis kembang paku. B. Membedakan é, e, dan eu Dina bacaan aya kalimah kieu: 1. Tah, diolahna téh aya anu dijieun angeun. 2. Biasana lauk kadukang sok beunang diuseup. Tangtu waé bakal béda dibacana, jeung béda hartina lamun ditulisna kieu: 1. Tah, diolahna téh aya anu dijieun angeun. 2. Tah, diolahna téh aya anu dijieun angen. Ari sababna mah, dina basa Sunda kudu dibédakeun antara é, e, jeung eu. Béda ditulisna, béda dibacana, jeung béda hartina. Lamun ditulisna angeun, tangtu béda hartina jeung angen. Anu dimaksud angeun nyaéta hasil kaolahan pikeun deungeun sangu, ari hartina angen nyaéta bagian awak antara dada jeung beuteung. Kecap angen mah misalna larapna kieu: Paneunggeul téh keuna kana angen, tapi nu diteunggeulna henteu ngagubrag. Dina basa Sunda, antara é jeung e téh diucapkeunana béda. Kitu deui antara é jeung eu, atawa e jeung eu. Geura urang ilikan contona. 1. é misalna dina saré, hapé, béja, émbér, banténg 2. e misalna dina peti, semir, kendi, kembang, bendungan 3. eu misalna dina seuneu, reungit, baeud, haseum, leumpang


WIWAHA BASA | KELAS VII 20 Geura pék ku hidep titénan dina kalimah di handap, kumaha ari bédana é, e, jeung eu anu larap dina kalimahna. 1. kecap – kécap a) Ampir kabéh kecap basa Sunda geus aya dina kamus panganyarna. kecap = kata b) Ngagoréng sangu mah kuduna maké kécap, ngarah ngeunah. kécap = bumbu atau penyedap masakan 2. serang – sérang a) Pék serang ayeuna kénéh, meungpeung musuh keur balangah. serang = serbu b) Bapa Haji ngagaleuh sérang di Cijulang, legana ampir sahéktar. sérang = sawah 3. kerok – kérok a) Kerok heula kokotor dina ubin téh, terus sapukeun. kerok = kerok b) Kadé ngitung duit beubeunangan digawé téh bisi kérok. kérok = salah 4. benang – beunang a) Ari ngaput lawon bodas mah ulah ku benang beureum atuh. benang = benang b) Hayam anu leupas téh ahirna mah beunang sanggeus dikepung. beunang = tertangkap 5. lempeng – leumpang a) Ti dieu mah kari lempeng ka kulon, kira-kira saratus méter deui. lempeng = lurus b) Wayahna kudu leumpang, sabab geus euweuh angkot atawa ojeg. leumpang = berjalan kaki Perbendaharaan Kata baeud = bermuka masam balangah = meleng beuteung = perut leumpang = berjalan kaki


Kurikulum Merdéka 21 reungit = nyamuk seuneu = api RINGKASAN Di dalam bahasa Sunda, terdapat vokal é, e, dan eu yang masing-masing harus diucapkan atau dituliskan berbeda, karena berbeda pula artinya. Penggunaan vokal tersebut contohnya: 1. é misalna dina saré, hapé, béja, émber, banténg 2. e misalna dina peti, semir, kendi, kembang, bendungan 3. eu misalna dina seuneu, reungit, baeud, haseum, leumpang 3. BERCERITA A Menerangkan Tentang Makanan Sebutkan nama makanan di pada gambar di bawah ini. Terangkan pula terbuat dari bahan apa saja, dan cara memasaknya. Kalian bisa mencari bahan dengan cara bertanya kepada yang mengetahuinya, atau mencari keterangan dari internet.


WIWAHA BASA | KELAS VII 22 G a m b a r 7 : borondong G a m b a r 7 : borondong pecel B Menembangkan Pupuh Balakbak Ayeuna hayu urang nembangkeun pupuh balakbak!


Kurikulum Merdéka 23 Kadaharan Kadaharan tina ketan nu cakial - pan ulén dibeuleumna dina areng mun teu kitu - digoréng sangu ketan (2X) ditutu campur kalapa - dipoé Lauk cai dibeulahan dibungbuan - dikéré sangkan garing didaraykeun dina nyiru - dipoé geus digoréng (2X) seungitna mani melenghir - baradé Cau asak dipesékan dipoékeun - disalé mun geus garing diwadahan dikantongan - sing ngéntép pék cobaan (2X) asaan pasti kabita - yeuh méré Perbendaharaan Kata cau = pisang dipesékan = dikupas dipoé = dijemur ditutuan = ditumbuk garing = kering kabita = rasa ingin kareueut = sangat manis, legit kéré = déndéng melenghir = aroma wangi yang tercium sampai jauh ponyo = lahap


WIWAHA BASA | KELAS VII 24 sangu = nasi waos = gigi 4. MENULIS A Memilih Kata yang Penulisannya Betul Isilah dengan kata yang benar! Kalian hanya tinggal memilih jawaban yang disediakan dalam kurung. 1. Abdi sadaya ngahaturkeun ___________ sumping ka para tamu. (wilujeng – wilujeung – wilujéng) 2. Ieu ________ malati téh mani seungit kieu, nya. (keumbang – kémbang – kembang) 3. Sabab panto kurungna muka, atuh jadi ________ tikukur téh. (lepas – leupas – lépas) 4. Énjing abdi badé piknik ka Taman Safari __________ pun lanceuk. (sareung – saréng – sareng) 5. Mani __________ kamari mah, sabab teu bisa ngajawab sual ulangan. (handeueul – handeel – handéél) 6. Najan geus lila teu panggih gé, tapi da ________ apal kénéh kana rupana. (teuteup – tetep – tétép) 7. Meresihan _________ nangka mah kudu maké minyak kalapa. (geutah – getah – gétah) 8. Boro-boro hayang _______ nempo nu ngabodor teu lucu mah. (seri – séri – seuri)


Kurikulum Merdéka 25 B Menuliskan Kegunaan Perkakas Tuliskan dalam bahasa Sunda mengenai kegunaan perkakas di bawah ini! coét parud susuk katél blénder langseng Open kastrol


WIWAHA BASA | KELAS VII 26 C Menuliskan Cara Membuat Makanan Tadi geus dipedar rupa-rupa. Cara ngasakanana téh bisa dipais, dipindang, dibeuleum, diacar, jeung sajabana. Tangtu waé samarana ogé béda, kitu deui dina ngasakanana. Atuh saterusna mah rasana ogé béda. Kumaha ari cara ngolahna? Hidep bisa nanyakeun ka indung upamana. Atawa bisa waé néangan katerangan tina internét. Tah ayeuna titénan bacaan anu nerangkeun nyieun kaolahan tina béas. Pék ku hidep baca heula, terus caritakeun deui hareupeun kelas! Kaolahan tina Béas Prak-prakan nyangu henteu bangga. Béas anu geus beresih tina sérah, huut, atawa keusik lalembut terus diisikan. Geus kitu, terus digigihkeun. Carana mah aya anu sok dikarih heula, aya anu langsung digodog. Lamun rék dikarih, béas téh diseupan heula. Geus kitu, terus ditamplokkeun kana wadah, naha rék kana dulang atawa kana baskom. Cur waé diléob ku cai ngagolak, sangkan jadi beukah. Lamun teu dikarih heula, béas téh diwadahan kana panci, cur dicaian tepikeun ka kakaeum kira-kira sabuku curuk. Geus kitu mah terus waé


Kurikulum Merdéka 27 digolakkeun tepi ka saat. Tah, béas meunang ngagolakkeun tepi ka saat téh disebutna gigih. Tacan waka bisa didahar, sabab teuas kénéh. Saterusna gigih téh kudu diseupan. Aya anu diseupan dina sééng maké aseupan, aya deuih anu dina langseng. Ari prosésna mah sarua waé, nyaéta gigih dipanasan ku saab tina cai anu digolakkeun dina sééng atawa dina langseng. Mun geus asak, disebutna sangu. Kudu diakeul heula, ngarah saabna leungit jeung jadi pulen. Lamun sangu teu diakeul, biasana sok tingguruntul, henteu pati ngeunah didaharna, komo lamun geus tiis mah. Baréto mah sangu meunang ngakeul téh biasana sok diwadahan kana boboko. Tapi ayeuna mah boboko téh loba anu diganti ku wadah minangka térmos husus pikeun sangu, sangkan tetep haneut. Lian ti digigihkeun terus diseupan, jaman ayeuna mah nyangu téh bisa maké ricé-cooker deuih, nyaéta hiji alat anu ngagunakeun setrum. Ieu mah leuwih praktis, sabab béas téh teu kudu digigihkeun heula, tapi langsung waé diasupkeun kana alatna. Dagoan waé sababaraha welas menit, éta béas geus asak jadi sangu. Lamun gigih digodogna ku cipati anu geus disambaraan, terus diseupankeun, engkéna téh bakal jadi sangu wuduk. Kitu deui lamun gigih diseupanna bareng jeung bahan deungeunna (upamana daging, kulub endog, témpé, tahu, atawa kentang). Engkéna téh bakal jadi sangu tumpeng. Tara diakeul heula sangu tumpeng mah, tapi sok langsung ditamplokkeun tina aseupan. Sajaba ti nyangu, aya deuih anu disebut ngaliwet. Prosés ngolahna leuwih babari ieu mah, teu béda ti ngagigihkeun dina panci, ngan pédah caina rada leuwih loba. Biasana ngaliwet mah wadahna lain dina panci, tapi dina kastrol. Sanajan caina geus saat ogé ulah waka dijait, tapi kudu diantep heula tepi ka asak, seuneuna dileutikan. Salian ti disangu jeung diliwet, béas téh sok diolah jadi kadaharan séjén. Aya anu disebut leupeut, kupat, atawa uras. Ieu mah diseupanna téh kudu dibungkus heula. Leupeut atawa uras dibungkusna ku daun cau, ari kupat mah ku daun kalapa meunang nganyam, mun bacang dibungkusna ku daun awi. Bédana uras jeung leupeut téh nyaéta gigih keur nyieun uras mah sok ditambahan ku parudan kalapa jeung kacang beureum, ari leupeut mah henteu. Perbendaharaan Kata aseupan = kukusan


WIWAHA BASA | KELAS VII 28 bangga = sulit beukah = mengembang boboko = bakul tempat nasi cipati = air santan gigih = nasi baru setengah jadi huut = bekatul huut = sekam, kulit padi leupeut = lontong ngakeul = membuang uap pada nasi panas menggunakan kipas pulen = sekal atau nasi yang enak dimakan saab = uap sangu = nasi sééng = dandang sérah = biji padi yang bercampur dengan beras Tugas Kelompok Susun karangan dalam bahasa Sunda yang menceritakan cara-cara membuat bahan makanan (misalnya tahu, kerupuk, baso, kecap), atau membuat makanan yang siap dihidang (misalnya untuk dijadikan lauk pauk atau penganan). Cara menyusunnya bisa mencontoh karangan di atas. Bisa saja terlebih dahulu disusun dalam bahasa Indonesia, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda. Ini merupakan tugas kelompok. Kalian harus melihat langsung proses pembuatannya, sambil mencatat keterangan yang penting. Alangkah baiknya jika bahan makanan atau makanan tersebut termasuk khas yang ada di daerah k 5. LATIHAN A Membetulkan Cara Menuliskan Kata dalam Kalimat Kalimat di bawah salah dalam penggunaan vokal é, e, dan eu. Pada setiap kalimat ada tiga kata yang salah dalam penulisannya. Betulkan bagaimana seharusnya!


Kurikulum Merdéka 29 1. Mun rek lempang ka pasar mah ngan kari leumpeung. ____________________________________________________________ 2. Menang oleh-oleh naon kamari balik ti leumbur? ____________________________________________________________ 3. Dengen sangu ukur kecap, da pais lauk ges amrin. ____________________________________________________________ 4. Belem peyem dikincaan diseubutna colénak. ____________________________________________________________ 5. Sangu keutan rasana puleun, didaharna hanet-hanet. ____________________________________________________________ 6. Lepet didaharna jeung gorengan, mani ngenah da. ____________________________________________________________ 7. Saha anu beki petey atah jeung sambeul dadakan? ____________________________________________________________ 8. Lengen urut kakeret karasana mani perih pisan. ____________________________________________________________ 9. Geude pisan lauk anu benang ku usep téh, nya. ____________________________________________________________ 10. Seurat ti pun bapa tos katampi dinteun Reubo. ____________________________________________________________ B Melengkapi Kalimat Lengkapi kalimat di bawah ini dengan istilah makanan! Kalian hanya tinggal memilihnya dari deretan jawaban di sebelah kiri. 1. Nya enya atuh, ari ___________ mah teu maké minyak. a. diseupan 2. Hayam meunang meresihan téh ________ , terus dibeuleum. b. kéré 3. Lalab nu rék dijieun loték _________ heula sakeudeung. c. éskrim 4. Cabé pikeun samara balado endog __________dina coét. d. dibeuleum


30 WIWAHA BASA | KELAS VII 5. Bolu anu keur ________ dina open téh mani lila asak. e. arumanis 6. Lain gé ____________ ari kudu haneut mah, bajigur meureun. f. diréndos 7. Ari __________ bahanna tina gula bodas maké ontan. g. gepuk 8. Ngasakan cabé héjo mah ngeunahna maké _______. h. dipanggang 9. Kudu gancang dipoékeun ___________ lauk téh, bisi bilatungan! i. tauco 10. Asa piraku mun cokor sapi dijieun ______ mah, ah! j. disangray


Pelajaran 2 LINGKUNGAN PAMATUHAN Tujuan Pembelajaran 1. Memiliki pengetahuan tentang berbagai istilah lingkungan sekitar tempat tinggal. 1.1 Menerangkan isi bacaan mengenai rumah dan lingkungannya. 1.2 Menerangkan keberadaan lingkungan sekitar tempat tinggal di Pangandaran. 1.3 Menjawab pertanyaan yang terkait dengan isi bacaan dan keterangan dari guru. 1.4 Menyebutkan berbagai istilah yang terkait dengan hewan. 1.5 Menyusun teks sederhana tentang keadaan di lingkungan sendiri. 2. Memiliki pengetahuan tentang pola suku kata dalam bahasa Sunda. 2.1 Menyebutkan contoh minimal tiga suku kata yang terdiri atas vokal dan konsonan sesuai dengan pola suku kata dalam bahasa Sunda. 2.2 Mengelompokkan kata yang terdapat pada teks, mulai yang terbentuk dengan satu suku kata hingga empat suku kata. Pertanyaan Pemantik 1. Apa saja istilah yang digunakan dalam lingkungan di seputar tempat tinggal? 2. Dapatkah kalian menunjukkan dan membuat dokumen sederhana tentang keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal di Pangandaran? 3. Bagaimana menguraikan kata ke dalam suku kata dalam bahasa Sunda, serta bagaimana pula susunan atau polanya?


WIWAHA BASA | KELAS VII 32 1. MACA A Membaca Nyaring Sakola di Pangandaran Karék nincak tilu bulan, Héndra pindah ka Pangandaran, sabab milu ka emangna. Tadina mah manéhna matuh di Désa Cibanten anu asupna ka Kacamatan Cijulang. Pangna milu Mang Nurdin téh sabab ngarah deukeut ka sakola. Di lemburna mah, rada jauh ka SMP téh, mun leumpang leuwih ti satengah jam, bari totorobosan mapay kebon. Ari di tempat matuhna nu anyar, ti imah ka sakola téh leumpangna teu kungsi sapuluh menit. Malah mimindengna mah sok diboncéng ku emangna, bari sakalian indit gawé. Pamatuhan kulawarga Mang Nurdin téh teu jauh ti basisir. Sakapeung mun keur usum gedé angin mah sora ombak téh kadéngé ti imah. Lingkunganana ramé deuih, komo mun dina poé Saptu jeung Ahad mah, da loba nu piknik. Béda jeung di Cibanten, sapopoéna tiiseun.


Kurikulum Merdéka 33 Karasa hareudang matuh di Pangandaran mah, bubuhan nampeu ka laut. Béda jeung di Cibanten, sok remen tiris, komo mun geus maju ka peuting, sabab lahanna pagunungan. Keur anyar pindah mah, Héndra asa ngarumas. Anu sasarina matuh di gunung, ayeuna pindah ka wewengkon basisir. Tapi lila-lila mah nya jadi biasa. Manéhna remen ulin ka sisi laut. Sakapeung sok diajakan kana parahu ku tatanggana. Tapi tara jauh jeung tara lila di lautna ogé. Kabeneran tatanggana aya nu sok nyéwakeun parahu ka nu pariknik. Lila-lila mah lamun keur salsé, Héndra sok diajak mantuan. Lamun keur loba nu piknikna mah, beubeunangan tina nyéwakeun parahu téh lumayan. Héndra ogé sok dibéré buruhan. Lumayan waé keur jajan, atawa keur meuli kaperluan sakola. Ari di Cibanten mah, biasana Héndra ulin ka huma atawa kebon, bari sakalian ngarit. Malah sakapeung mah sok milu ka leuweung, mun diajakan ku anu rék moro. Loba kénéh bagong apan di leuweung beulah kalér mah. Mun keur usum halodo téh sok aya anu turun ka kebon, néangan hakaneun. Anu matak sok mindeng diboro. Aya kénéh peucang jeung mencek deuih, ngan teu meunang diboro, da ditangtayungan ku undang-undang. Sasatoan séjénna anu Héndra nyaho mah aya landak, peusing, careuh, ucing leuweung, jeung lutung. Geus karuhan ari oray mah. Sok aya oray sanca dina tangkal, oray pucuk, jeung oray héjo. Lamun anu hirupna dina taneuh aya oray welang, oray sinduk, jeung oray linghas. Bangsaning manuk gé loba kénéh. Manuk leuweung anu sorana harus. Aya bultok, turulung, bincarung, béo, jeung walik. Malah kasintu jeung cangéhgar gé sok rajeun kénéh kadéngé sorana. Héndra mah geus apaleun, mun kadéngéna cakikuk, éta sora kasintu, mun cawéhwér pasti sora cangéhgar. Anu ngan semet ngadéngé dongéngna téh manuk julang, da ayeuna mah geus taya deui nu manggihan. Akina nu sok ngadongéngkeunana. Ari banténg, uncal, jeung merak mah Héndra kungsi nempo téh di Cagar Alam Pananjung. Bapana Héndra ogé sapopoéna jadi patani, najan ukur ngurus lahan boga batur. Ngurus kebon albasia deuih, perenahna di sisi gunung. Sarua ieu gé kebon boga batur, da bapana ukur jadi purah ngurusna wungkul. Sajaba ti éta, bapana Héndra téh miara domba. Éta pangna Héndra sok mantuan ngala jukut di kebon, keur parab domba. Engké mun peré ahir seméster, Héndra rék nyelang heula balik ka Cibanten. Babari da, ngan kari kana kendaraan umum nu ka Cijulang. Ti dinya terus disambung ku angkutan padésaan. Atawa kana ojég mun hayang gancang mah.


WIWAHA BASA | KELAS VII 34 Perbendaharaan Kata bagong = babi hutan beubeunangan = perolehan, pendapatan, penghasilan ditangtyungan = dilindungi gancang = cepat, segera hareudang = gerah leuweung = hutan matuh = tinggal, berdiam nampeu = jaraknya dekat ngarit = menyabit ngarumas = merasa asing dengan keadaan di tempat baru karena belum terbiasa nincak = menginjak totorobosan = mengambil jalan yang lebih dekat, potong kompas RINGKASAN Ketika akan bersekolah di SMP, Héndra pindah ke rumah pamannya di Pangandaran. Tadinya ia tinggal di daerah pegunungan sepi di Cibanten, Kecamatan Cijulang. Banyak perubahan yang alami ketika sudah pindah ke lingkungan baru. Setelah tinggal di Pangandaran, Héndra menjadi akrab dengan suasana pantai dan laut. Tadinya ia akrab dengan suasana pegunungan, termasuk dengan berbagai hewan yang terdapat di dalamnya. Ia sering membantu ayahnya yang menjadi petani. Menjawab Pertanyaan Jawablah sesuai dengan isi bacaan! 1. Ari Héndra téh asalna matuh di mana? 2. Kumaha ari kaayaan di tempat asalna? 3. Naon sababna Héndra pindah ka Pangandaran?


Kurikulum Merdéka 35 Gambar karéta api Pangandaran dina jambatan Cikacepit 4. Kumaha anu kaalaman ku Héndra sanggeus matuh di Pangandaran? 5. Meunang buruhan tina naon manéhna téh? 6. Naon anu dipigawé ku Héndra lamun ka kebon? 7. Ari manéhna indit ka leuweung, naon tujuanana? 8. Manuk naon waé nu sok kapanggih ku Héndra téh? 9. Ari ayeuna, naha manuk julang aya kénéh? 10. Kumaha ari bédana sora kasintu jeung sora cangéhgar? B Membaca dalam Hati Karéta Pangandaran Pa Guru nerangkeun di sakola, baréto mah ka Pangandaran téh aya karéta api. Inditna téh ti Setasion Banjar, tepi ka Setasion Cijulang. Anggangna kurang leuwih 82 kilométer. Ngaliwatna ka Banjarsari, terus ka Padahérang, Kalipucang, bras waé ka Pangandaran. Ti dinya diteruskeun deui ka Parigi, sarta mungkaskeunana di Cijulang. “Ayeuna gé aya kénéh ari sésa-sésana mah,” saur Pa Guru. “Jambatan di Cikacepit nya, Pa?” omong Barnas. “Tah, enya. Jambatan Cikacepit di antarana,” saur Pa Guru. “Torowongan deuih, Pa,” omong Halimah. “Abdi terang sotéh waktos dituduhkeun ku pun lanceuk.”


WIWAHA BASA | KELAS VII 36 “Bener éta ogé. Torowongan téh jalan karéta api nembus gunung. Malah lain hiji torowongan, tapi aya opat. Hiji di antarana ayeuna mah asupna ka wewengkon Kota Banjar, nyaéta anu aya di Batulawang. Ari nu tilu deui mah aya di wewengkon Kabupatén Pangandaran, nyaéta torowongan nu tempatna di Kalipucang. Malah nu di Kalipucang mah pangpanjangna, leuwih ti sakilométer,” Pa Guru nerangkeun. Saterusna diterangkeun, jalan karéta api Banjar-Cijulang téh loba pisan ngaliwatan walungan. Anu matak loba jambatan. Kabéhna aya 54 jambatan. Tapi ari anu dianggap pangpanjangna mah Cikacepit atawa Cipamotan, panjangna 310 meter, sarta jerona 38 méter. Anu kadua jambatan Cipambokongan, panjangna 299 méter, jerona 40 méter. Jeung nu katilu jambatan Cikabuyutan, panjangna 176 méter, jerona 34 méter. “Taun sabaraha didamelna jalur karéta api téh, Pa?” Héndra nanya. “Taun 1911,” waler Pa Guru. “Wah, atuh tos langkung ti saabad,” omong Héndra. “Nya enya. Diwangunna ku Walanda,” saur Pa Guru. “Naon sababna diwangunna ku Walanda?” Barudak teu gancang ngajawab. “Sok, saha nu nyaho, naon sababna diwangunna ku Walanda?” Pa Guru naros deui. “Panginten urang Walanda mah ahli ngadamel jalan karéta api,” omong Firdaus. Pa Guru gumujeng. “Apan harita mah nagara urang dijajah ku Walanda,” omong Ratna. “Tah enya, bener. Dina taun harita mah nagara urang masih dijajah ku Walanda,” saur Pa Guru. “Bapa kantos kana karéta api Banjar-Pangandaran?” Héndra nanya. “Kungsi, jaman keur budak, waktu Bapa kira-kira sagedé hidep ayeuna. Resep da ti Pangandaran ka Banjar tumpak karéta api téh. Loba pamandangan, jeung asa nyalsé, da karéta api mah tara ngebut. Hanjakal jalur karéta api ka Pangandaran terus ditutup dina taun 1982,” waler Pa Guru.


Kurikulum Merdéka 37 Perbendaharaan Kata anggangna = jaraknya, jauhnya dituduhkeun = ditunjukkan gumujeng = tertawa hanjakal = sayang sekali jerona = kedalamannya kungsi = pernah mengalami mungkaskeunana = berakhir walungan = sungai wewengkon = wilayah Menyelesaikan Kalimat Selesaikan kalimat di bawah ini sesuai dengan isi bacaan! 1. Jalur karéta api nu diterangkeun téh ngaliwatna ka _________________ ___________________________________________________________ . 2. Ari ayeuna nu nyésa téh ngan kari _______________________________ ___________________________________________________________ . 3. Torowongan anu kaliwatan ku jalur karéta api nyaéta ________________ ___________________________________________________________ . 4. Ari nu dimaksud torowongan téh nyaéta __________________________ ___________________________________________________________ . 5. Jambatan ka Pangandaran nu kaasup panjang nyaéta _______________ ___________________________________________________________ . 6. Pangna loba jambatan téh lantaran ______________________________ ___________________________________________________________ . 8. Jalur karéta api ka Pangandaran dijieunna jaman ___________________ ___________________________________________________________ . 9. Ari nu jadi alesanana lantaran jaman harita ________________________ ___________________________________________________________ . 10. Genahna tumpak kareta api ka Pangandaran téh ___________________ ___________________________________________________________ .


WIWAHA BASA | KELAS VII 38 2. MENYIMAK A Istilah Geografi Diterangkan oleh Ibu/Bapak Guru. Dina dua bacaan di luhur aya kalimah kieu: Manéhna remen ulin ka sisi laut. Torowongan téh nembus gunung. Jalan karéta api Banjar-Cijulang téh loba pisan ngaliwatan walungan. Dina éta kalimah aya kecap anu nuduhkeun tempat dina lingkungan alam, nyaéta sisi laut, gunung, jeung walungan. Éta kecap téh sok disebut istilah géografi, nyaéta anu nuduhkeun tempat di ieu alam dunya. Hidep gé tangtu geus nyaho nu dimaksud sisi laut, gunung, atawa walungan. Istilah géografi aya anu patali jeung laut, walungan, gunung, lingkungan pamatuhan boh di kota boh di kampung, leuweung, jeung sajabana. Dina basa Sunda, anu kaasup istilah géografi téh loba saruana jeung anu aya dina basa Indonésia, di sagigireun aya anu béda. Geura urang tataan sawatara contona. Pék ku hidep banding-banding jeung istilah géografi dina basa Indonésia. Ngaran nuduhkeun tempat anu deukeut atawa aya patalina jeung laut upamana baé pulo, supitan, muara, bungin,jeung jojontor(tanah anu nyodor ka laut). Ngaran nuduhkeun tempat anu aya di sabudeureun gunung upamana baé tutugan atawa suku gunung, lamping(ayana di saluhureun suku gunung, sok disebut gawir deuih), jungkrang atawa jurang, kawah, jeung geger(tonggong gunung). Ngaran nuduhkeun tempat anu ayana di walungan upamana baé leuwi atawa kedung (bagian walungan anu jerona, caina jiga teu palid), bantar atawa babantar (bagian walungan anu déétna, biasana antara dua leuwi), hulu cai atawa sirah cai (cinyusu atawa sumber cai anu terus palid jadi walungan), sédong (guha di jero cai sisi walungan), jeung léngkong (teluk di sisi walungan gedé).


Kurikulum Merdéka 39 Ngaran nuduhkeun tempat anu ayana di sawah atawa di balong upamana baé galeng atawa galengan (tambakan sawah nu jadi wates antara kotakan), pabinihan (kotakan tempat ngabinihkeun paré), sungapan (tempat ngocorna cai ti walungan atawa susukan ka kotakan sawah nu pangluhurna), kokocoran ( tempat asupna cai ti susukan ka balong), jeung palayangan (pamiceunan cai ti balong, sabalikna tina kokocoran). Ngaran nuduhkeun tempat di lingkungan pamatuhan upamana waé: kampung, lembur, dusun, kota, jalan, gang, jeung parapatan. Perbendaharaan Kata bantar = bagian pinggir sungai yang dangkal bungin = delta galengan = pematang geger = punggung gunung jojontor = tanjung kokocoran = tempat masuknya air ke kolam atau sawah lamping = bagian atas dari kaki gunung léngkong = pinggir sungai yang menyerupai teluk leuwi = lubuk pabinihan = tempat menyemai benih palayangan = tempat pembuangan air dari kolam atau sawah sédong = guha di tebing sungai yang terendam air sirah cai = mata air suku gunung = kaki gunung sungapan = rempat masuknya air dari sungai atau selokan ke dalam petak sawah paling atas supitan = selat B Nama-nama Ikan Dina bacaan kahiji ditataan rupa-rupa sasatoan anu sok kapanggih ku Héndra ari keur aya di kebon atawa milu ka leuweung. Alatan loba nu dumuk di basisir, urang mah kudu apal rupa-rupa ngaran lauk, boh lauk balong boh lauk laut.


WIWAHA BASA | KELAS VII 40 Rupa-rupa laut balong: mujaér, lélé, lauk emas, bogo, nilem, jeung guramé.


Kurikulum Merdéka 41 Rupa-rupa lauk laut: lauk buntal, jambal, bawal, baronang, layur, kakap, kerapu, genggiri, tongkol, cumi, lobster, rajungan, pari, cakalang, jeung tuna. Tina gambar lauk bieu, cing pék ku hidep jawab pananya di handap! 1. Naon waé nu kaasup lauk balong? 2. Naon waé nu kaasup lauk laut? 3. Lauk laut naon anu sok melendungkeun awakna lamun ngarasa kaancam hirupna? 4. Naon waé hasil laut anu bisa didahar tapi teu kaasup lauk? 5. Lauk naon waé anu mindeng didahar ku hidep? C Pola Suku Kata Diterangkan oleh Ibu/Bapak Guru Titénan kalimah di handap! Kabeneran tatanggana aya nu sok nyéwakeun parahu ka nu pariknik. Kalimah téh diwangun ku kecap (kata), ari kecap diwangun ku engang (suku kata). Anu nangtukeun engang téh nyaéta ayana vokal (a, i, u, é, o, e, jeung eu, ditulis ku lambang V). Kalolobaanana mah éta vokal téh digabungkeun tuna rajungan


WIWAHA BASA | KELAS VII 42 jeung konsonan (b, c, d, f, g, jeung saterusna tepi ka z, ditulis ku lambang K). Kecap anu araya dina kalimah di luhur, mun dirucat (diuraikan) dumasar kana engangna bakal kieu: Ka-be-ner-an ta-tang-ga-na a-ya nu sok nyé-wa-keun pa-ra-hu ka nu pa-rik-nik. Dina éta kalimah, kecap-kecapna téh aya anu ukur saengang (contona: nu, sok, ka), dua engang (contona: a-ya), tilu engang (contona: pa-rahu, parik-nik, nyé-wa-keun), opat engang (contona: ka-be-ner-an, ta-tang-ga-na). Conto-conto séjénna jumlah engang dina hiji kecap, pék ku hidep titénan. 1. saengang : da, teu, ah, euy, pék, jol, bray, gram 2. dua engang : ku-da, a-lus, jal-ma, beu-nang, sam-bel 3. tilu engang : ka-la-pa, sam-pé-an, ja-lan-tah, gan-deu-ang 4. opat engang : ka-ca-pi-ring, ha-ri-weus-weus, ci-ling-cing-cat, 5. lima engang : bé-lé-ké-té-pé, me-re-ke-nye-nyen, en-si-klo-pé-di Pola engang anu aya dina basa Sunda téh kieu: 1. V : i – tu, sa – é, a – ga – ma, pa – ri – a 2. KV : ba – tur, lan – té, nang – ta – wing 3. KVK : lam – pu, hé – ran, mas – ta – ka 4. VK : én – dah, ka – it, ér – ma – war 5. KKV : sas – tra, pri – ha – tin, tra – di – si 6. KKVK : an – crub, sem – prong, jam – blang Ayeuna pék regepkeun lamun urang ngarucat kecap nu aya dina kalimah dumasar kana engangna! 1. Unggal poé manéhna dagang di pasar. Ung-gal po-é ma-néh-na da-gang di pa-sar. 2. Balastrang rék dipaké wadah peuyeum. Ba-las-trang rék di-pa-ké wa-dah peu-yeum. 3. Keur bingung matak ngalamun waé gé. Keur bi-ngung ma-tak nga-la-mun wa-é gé.


Kurikulum Merdéka 43 4. Béjana tangkal caringin kamari rungkad. Bé-ja-na tang-kal ca-ri-ngin ka-ma-ri rung-kad. 5. Entong gancang ambek bari popolotot! En-tong gan-cang am-bek ba-ri po-po-lo-tot! 3. BERBICARA A Menceritakan Peristiwa Alam Pék ku hidep baca heula! Tsunami (Pangalaman Mang Nurdin) Harita téh poé Senén, tanggal 17 Juli 2006. Mang Nurdin rék balik ka Pangandaran, sanggeus dua poé indit-inditan, sabab dibéré tugas ku kantor tempat gawéna. Mimitina ka Bandung, tepi ka poé Ahad. Poé Senén isuk-isuk terus ka Tasikmalaya. Pagawéanana karék réngsé dipigawé dina ampir wanci asar. Sanggeus pagawéanana bérés mah, Mang Nurdin terus balik ka Pangandaran, tumpak beus, megatna ti parapatan Jalan Mitra Batik. Teu loba panumpangna gé, paling gé korsi dina beus téh ukur kaeusian satengahna. Mang Nurdin diukna laluasa. Kira-kira tabuh opat, beus geus tepi ka Ciamis. Eureun heula sakeudeung di terminal, terus wé beus téh ngadius deui. Di jalanna lancar, henteu pati loba kendaraan anu lalar liwat. Ti méméh Ciamis ogé Mang Nurdin geus lelenggutan. Reup waé saré, da apan salila dua poé capé ku gawé. Waktu geus asup ka terminal Banjar gé, Mang Nurdin teu ingeteun, da masih nyangkéré, teu ngarasa kaganggu ku tukang dagang asong. Beus ngadius deui. Liwat magrib téh geus ampir tepi ka Padahérang. Mang Nurdin kagareuwahkeun ku sora sirineu mani tingharéang. Singhoréng mobil ambulan aya opatna ménta jalan, dikawal ku mobil patroli pulisi, rék nyusul beus.


WIWAHA BASA | KELAS VII 44 Mang Nurdin ngulisik. Di luar katempo geus poék. “Aya tabrakan, kitu?” kadéngé sora nu diuk dina korsi hareupeun Mang Nurdin nanya ka anu aya gigireunnana. “Jigana mah,” témbal nu diuk gigireun nu nanya. “Tapi naha ambulanana mani aleut-aleutan kitu?” “Puguh enya. Jaba dikawal ku pulisi.” Teu kungsi lila geus kadéngé deui sora sirineu. Ieu mah kendaraan pulisi jeung tentara ngakut pasukan. Anu aya dina beus silih tanya jeung papada panumpang. Tapi da taya katerangan anu jelas, naon sababna ambulan jeung mobil pulisi sarta mobil tentara aleut-aleutan ka Pangandaran. Piraku ari ukur tabrakan wungkul mah, da biasana tara loba ambulan. Kakara waé aya katerangan anu jelas waktu beus geus cunduk ka wewengkon Désa Babakan, saméméh Pangandaran. Singhoréng téh tadi soré, Pangandaran ditarajang ku tsunami. Cenah, kajadianana rongkah pisan. Loba wawangunan anu teu jauh ti basisir anu kaléléd ombak. Tacan écés ari ngeunaan kaayaan anu sabenerna di Pangandaran mah. Ngan cenah loba anu jadi korban. Beus gé teu bisa laju. Anu harita meunang asup ka wewengkon pangandaran tréh ukur kendaran dines, boh patugas kaséhatan boh patugas kaamanan. Wayahna waé Mang Nurdin jeung sawatara panumpang beus tarurun, terus


Kurikulum Merdéka 45 laleumpang ngajugjug ka Pangandaran. Mang Nurdin ngontak kulawargana. Tapi saban ditelepon ogé teu bisa nyambung. Sajeroning leumpang téh Mang Nurdin teu weléh gegebegan, sieun kulawargana kumaha onam. Jol ka Pangandaran, kaayaanana poék meredong, da sakabéh listrik pareum. Jelema paciweuh, kanjat lieur nempona. Jaba gandéng teu puguh deuih. Remen kadéngé sirineu tina mobil. Kadéngéna éstu matak keueung. Mang Nurdin rurusuhan ngajugjug ka imahna. Alhamdulillah, kulawargana salamet, sabab pamatuhanana rada anggang ti basisir. Tapi najan kitu angger waé ngarasa kaweur jeung baluas. Perbendaharaan Kata baluas = rasa ketakutan berkepanjangan cunduk = tiba, sampai harita = saat itu, waktu itu indit-inditan = bepergian kagareuwahkeun = terganggu kaweur = bingung bercampur takut keueung = mencekam ngajugjug = mendatangi ngulisik = bangun nyangkéré = tidur sambil bersandar poék meredong = gelap gulita réngsé = selesai, beres sakeudeung = sebentar wanci = waktu Anu bieu dibaca téh pangalaman Mang Nurdin waktu di Pangandaran aya musibat alam tsunami. Nya geus rada lila, kajadianana taun 2006. Tapi ari pikeun anu harita ngalaman mah, éta kajadian téh moal bisa poho, atawa dipopohokeun. Ari sababna mah nu disebut trsunami téh kaitung langka kajadian. Tapi dina sakalina kajadian sok kacida rongkahna. Loba wangunan anu ancur, jeung sok loba nu jadi korban. Tah pangalaman Mang Nurdin bieu téh, pék ku hidep caritakeun deui hareupeun kelas! Pék barandungan ku anu séjén!


WIWAHA BASA | KELAS VII 46 B Menceritakan Pengalaman Sendiri Tah, pék ayeuna ku hidep caritakeun pangalaman anu karandapan ku diri sorangan. Éta pangalaman téh bisa waé lantaran matak nineung, pikasediheun, pikagumbiraeun, atawa pikasieuneun. Éta pangalaman hidep téh bisa waé ditulis heula, kawas pangalaman Mang Nurdin di luhur, geus kitu terus caritakeun hareupeun kelas! 4. NULIS A Mencari dan Menuliskan Istilah Geografi Pada kalimat di bawah ini terdapat istilah geografi atau yang menunjukkan tempat. Silahkan kamu cari istilah tersebut, lalu tuliskan di dalam kuring! 1. Mang Udan nguseup di rawa, meunang lauk kadukang mani galedé. (____________________) 2. Binih bandeng téh dipelakkeun dina émpang sawatara bulan. (____________________) 3. Mun teu rikat dierém mah, jigana mobil téh tigebrus ka jungkrang. (____________________) 4. Rék naon atuh maké los-los ulin ka jarian sagala maranéh téh? (____________________) 5. Loba wisatawan nu datang, terus paparahuan ngurilingan cagar alam. (____________________) 6. Tangkal limus téh jadina dina sisi gawir, paur naékna gé ah! (____________________) 7. Ayeuna mah sirah cai di tonggoh téh sakurilingna geus dipager. (____________________)


Kurikulum Merdéka 47 8. Ngaliwat ka jalan satapak, jaba mani nanjak jeung leueur deuih. (____________________) 9. Biasana tukang beuleum ketan téh dagangna deukeut péngkolan. (____________________) 10. Mun rék melak paré di huma mah kudu geus mimiti turun hujan. (____________________) B Mengisi Kalimat Isilah dengan kata yang disediakan di sebelah kanan! 1. Sasatoan anu ditangtayungan ku undang-undang contona ____________. a. peucang 2. Dina bacaan disebutkeun manuk anu geus langka, nyaéta ____________. b. merak 3. Sasatoan anu remen aya dina dongéng Sunda, di antarana ____________ . c. jambatan 4. Aya sasatoan anu sok disebut hayam leuweung, nyaéta ____________. d. kapal terbang 5. Ari sasatoan bangsa manuk nu alus tur éndah buluna nyaéta __________. e. cangéhgar 6. Jalur __________ Banjar-Pangandaran téh ayeuna kari urut-urutna. f. banténg 7. Anu disebut __________ téh jalur karéta api anu nembus gunung. g. pamandangan 8. Ngawangun _________ karéta api luhureun walungan kudu tohaga. h. torowongan 9. Resepna tumpak karéta api téh di antarana loba __________ . i. julang 10. Ayeuna ka Pangandaran bisa numpak _________ turunna di bandara. j. karéta api


WIWAHA BASA | KELAS VII 48 5. LATIHAN A Mencari Kata Berdasarkan Jumlah Suku Katanya Baca kembali penggalan teks di bawah ini, lalu kamu cari kata yang terdiri atas satu suku kata, dua suku kata, tiga suku kata, dan empat suku kata! Tuliskan pada kolom yang disediakan! Yang kamu tuliskan untuk masing-masing kelompok minimal lima kata. Lila-lila mah lamun keur salsé, Héndra sok diajak mantuan. Lamun keur loba nu piknikna mah, beubeunangan tina nyéwakeun parahu téh lumayan. Héndra ogé sok dibéré buruhan. Lumayan waé keur jajan, atawa keur meuli kaperluan sakola. Ari di Cibanten mah, biasana Héndra ulin ka huma atawa kebon, bari sakalian ngarit. Malah sakapeung mah sok milu ka leuweung, mun diajakan ku anu rék moro. Loba kénéh bagong apan di leuweung beulah kalér mah. Mun keur usum halodo téh sok aya anu turun ka kebon, néangan hakaneun. Anu matak sok mindeng diboro. Aya kénéh peucang jeung mencek deuih, ngan teu meunang diboro, da ditangtayungan ku undang-undang. Sasatoan séjénna anu Héndra nyaho mah aya landak, peusing, careuh, atawa bajing. Geus karuhan ari oray mah. Sok aya oray sanca dina tangkal, atawa oray pucuk. Lamun anu hirupna dina taneuh aya oray welang, oray sinduk, jeung oray linghas. foto


Kurikulum Merdéka 49 Bangsaning manuk gé loba kénéh. Manuk leuweung anu sorana harus. Aya bultok, turulung, bincarung, béo, atawa walik. Malah kasintu jeung cangéhgar gé sok rajeun kénéh kadéngé sorana. Héndra mah geus apaleun, mun kadéngéna cakikuk, éta sora kasintu, mun cawéhwér pasti sora cangéhgar. 1. Satu suku kata: ____________________________________________________________ 2. Dua suku kata: ____________________________________________________________ 3. Tiga suku kata: ____________________________________________________________ 4. Empat suku kata: ____________________________________________________________ B Menyelesaikan Kalimat Selesaikan kalimat di bawah ini, agar maksudnya menjadi jelas! 1. Musibat alam anu kawilang rohaka di Pangandaran nyaéta ___________ ___________________________________________________________ . 2. Éta musibat welasan taun ka tukang téh ngalantarankeun ____________ ___________________________________________________________ . 3. Dina kajadian harita téh wawangunan di sisi laut ___________________ ___________________________________________________________ . 4. Waktu kajadian musibat harita, kaayaan di Pangandaran _____________ ___________________________________________________________ . 5. Kulawarga Mang Nurdin salamet, sabab tempat matuhna ____________ ___________________________________________________________ .


WIWAHA BASA | KELAS VII 50 6. Tapi najan kitu angger waé kulawargana ngarasa ___________________ ___________________________________________________________ . 7. Conto musibat alam séjénna nu nimbulkeun korban misalna__________ ___________________________________________________________ . 8. Kajadian musibat kahuruan biasana dina waktu usum _______________ ___________________________________________________________ . 9. Ari dina usum hujan mah musibat anu datang téh nyaéta ____________ ___________________________________________________________ . 10. Lamun urang ngaruksak alam bisa ngadatangkeun _________________ ___________________________________________________________ .


Tujuan Pembelajaran 1. Memahami unsur kebahasaan yang terdapat pada bacaan yang membahas tentang pakasaban (pekerjaan sebagai sumber kehidupan). 1.1 Menyebutkan beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat Pangandaran. 1.2 Menggunakan istilah pekerjaan untuk membuat kalimat. 2. Memahami jenis kata dalam bahasa Sunda, serta menggunakannya dalam kalimat. 2.1 Mengidentifikasi kecap barang, kecap pagawéan, dan kecap sipat/kaayaan. 2.2 Mencari masing-masing kata yang termasuk ke dalam jenis kata di atas dalam kalimat. 2.3 Menggunakan ketiga jenis kata tersebut untuk membuat kalimat. 3. Memahami cara menyampaikan cerita yang terkait dengan kegiatan pakasaban. 3.1 Menceritakan kambali isi bacaan tentang pekerjaan yang dibacanya. 3.2 Menceritakan kegiatan masyarakat setempat terkait dengan pekerjaan yang diketahui murid. 4. Memahami sisindiran. 4.1 Menyebutkan yang dimaksud sisindiran serta ciri-cirinya. 4.2 Membetulkan sisindiran dengan cara mencari isinya. 4.3 Membawakan sisindiran di depan kelas. Pertanyaan Pemantik 1. Tahukah kamu mengenai berbagai istilah yang terkait dengan jenis-jenis pakasaban (pekerjaan), khususnya yang dilakukan oleh penduduk Pangandaran? 2. Apakah kamu bisa membedakan antara kecap barang (kata kerja), kecap pagawéan (kata kerja), dan kecap sipat/kaayaan (kata sifat) dalam bahasa Sunda, dan gagaimana menggunakannya dalam kalimat? 3. Bagaimanakah cerita yang terkait dengan pakasaban (pekerjaan) di lingkungan masyarakat Pangandaran? 4. Apakah kamu memahami sisindiran, serta mampukah membawakannya sebagai karya sastra? Pelajaran 3 PAKASABAN


Click to View FlipBook Version