Laporan LKPK dan LSKP Tahun 2021 Audited

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

NERACA KONSOLIDASIAN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TINGKAT WILAYAH PROVINSI JAMBI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 dan 31 DESEMBER 2020

Akun Statistik Keuangan Pemerintah 31 Desember 2021 31 Desember 2020 Kenaikan (Penurunan)

KEKAYAAN BERSIH 37.555.597.321.326 35.372.458.731.449 2.183.138.589.877
Aset Non Keuangan 33.300.922.789.550 32.015.556.899.032 1.285.365.890.518
29.645.550.097.164 29.035.015.507.833
Aset Tetap 24.612.226.447.737 24.737.373.091.079 610.534.589.331
Gedung dan Bangunan 1.826.244.814.039 1.845.360.747.145 (125.146.643.342)
Peralatan dan Mesin 3.207.078.835.388 2.452.281.669.609 (19.115.933.106)
Aset Tetap Lainnya
507.988.179.520 465.099.658.221 754.797.165.779
Persediaan 3.147.384.512.866 2.515.441.732.978 42.888.521.299
Aset Nonproduksi 3.147.384.512.866 2.515.441.732.978 631.942.779.888
631.942.779.888
Tanah 0 0
Aset tak Berwujud 5.116.681.007.900 4.009.173.943.782 0
Aset Keuangan 2.194.020.855.975 1.300.075.180.425 1.107.507.064.118
Uang dan Deposito
Surat Berharga Selain Saham (7.671.607.089) (6.385.329.792) 893.945.675.550
Pinjaman 22.900.678.939 21.360.535.085 (1.286.277.297)
Saham dan Ekuitas Lain 1.752.494.440.702 1.716.187.028.479
Piutang Lainnya 1.154.936.639.373 977.936.529.584 1.540.143.854
Aset Keuangan Domestik 5.116.681.007.899 4.009.173.943.782 36.307.412.223
Uang dan Deposito 2.194.020.855.975 1.300.075.180.425 177.000.109.789
Surat Berharga Selain Saham (7.671.607.089) (6.385.329.792) 1.107.507.064.117
Pinjaman 22.900.678.939 21.360.535.085 893.945.675.550
Saham dan Ekuitas Lain 1.752.494.440.702 1.716.187.028.479 21.614.401.641
Piutang Lainnya 1.154.936.639.373 977.936.529.584 (21.360.535.085)
Kewajiban 862.006.476.124 652.272.111.365 36.307.412.223
Surat Berharga Selain Saham 177.000.109.789
Pinjaman 0 0 209.734.364.759
Utang Lainnya 252.861.179.011 48.972.849.751
Kewajiban Domestik 609.145.297.113 603.299.261.614 0
862.006.476.124 652.272.111.365 203.888.329.260
Surat berharga selain saham
Pinjaman 0 0 5.846.035.499
Utang Lainnya 252.861.179.011 48.972.849.751 209.734.364.759
Kewajiban Luar Negeri 609.145.297.113 603.299.261.614
Surat berharga selain saham 0
Pinjaman 0 0 203.888.329.260
Utang Lainnya 0 0
0 0 5.846.035.499
0 0 0
0
0
0

Neraca Statistik Keuangan Pemerintah 26

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

NERACA KONSOLIDASIAN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH UMUM
TINGKAT WILAYAH PROVINSI JAMBI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 dan 31 DESEMBER 2020

Akun Statistik Keuangan Pemerintah 31 Desember 2021 31 Desember 2020 Kenaikan (Penurunan)

KEKAYAAN BERSIH 80.749.120.825.086 61.465.865.639.555 19.283.255.185.531
Aset Non Keuangan 75.851.282.196.699 57.068.062.138.911 18.783.220.057.788
42.165.654.692.869 41.509.808.315.541
Aset Tetap 35.669.404.289.207 35.206.219.681.093 655.846.377.328
Gedung dan Bangunan 2.958.644.894.394 2.997.419.957.514 463.184.608.114
Peralatan dan Mesin 3.537.605.509.268 3.306.168.676.934 (38.775.063.120)
Aset Tetap Lainnya 1.870.673.479.325 1.639.666.098.245 231.436.832.334
31.814.954.024.505 13.918.587.725.125 231.007.381.080
Persediaan 31.813.015.128.440 13.916.401.742.750 17.896.366.299.380
Aset Nonproduksi 17.896.613.385.690
1.938.896.065 2.185.982.375
Tanah 6.336.841.919.896 5.221.614.797.494 (247.086.310)
Aset tak Berwujud 2.719.741.851.152 1.761.732.295.579 1.115.227.122.402
Aset Keuangan
Uang dan Deposito (7.671.607.089) (6.385.329.792) 958.009.555.573
Surat Berharga Selain Saham 22.900.678.939 21.360.535.085 (1.286.277.297)
Pinjaman 1.752.494.440.702 1.716.187.028.479
Saham dan Ekuitas Lain 1.849.376.556.192 1.728.720.268.143 1.540.143.854
Piutang Lainnya 6.336.841.919.896 5.221.614.797.494 36.307.412.223
Aset Keuangan Domestik 2.719.741.851.152 1.761.732.295.579 120.656.288.049
Uang dan Deposito (7.671.607.089) (6.385.329.792) 1.115.227.122.402
Surat Berharga Selain Saham 22.900.678.939 21.360.535.085 958.009.555.573
Pinjaman 1.752.494.440.702 1.716.187.028.479 (1.286.277.297)
Saham dan Ekuitas Lain 1.849.376.556.192 1.728.720.268.143 1.540.143.854
Piutang Lainnya 1.439.003.291.509 823.811.296.851 36.307.412.223
Kewajiban 120.656.288.049
Surat Berharga Selain Saham 0 0 615.191.994.658
Pinjaman 252.861.179.011 48.972.849.751
Utang Lainnya 1.186.142.112.498 774.838.447.100 0
Kewajiban Domestik 1.439.003.291.509 823.811.296.851 203.888.329.260
411.303.665.398
Surat berharga selain saham 0 0 615.191.994.658
Pinjaman 252.861.179.011 48.972.849.751
Utang Lainnya 1.186.142.112.498 774.838.447.100 0
Kewajiban Luar Negeri 203.888.329.260
Surat berharga selain saham 0 0 411.303.665.398
Pinjaman 0 0
Utang Lainnya 0 0 0
0 0 0
0
0

Neraca Statistik Keuangan Pemerintah 27

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS STATISTIK KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT TINGKAT WILAYAH PROVINSI JAMBI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 DAN 31 DESEMBER 2020

Kode Akun GFS 31 Desember 2021 31 Desember 2020 Kenaikan
(Penurunan)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 27.734.229.543.186 25.067.808.226.151 2.666.421.317.035
C1 Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi 5.843.876.301.306 4.284.008.121.872 1.559.868.179.434
C11 Pajak
C12 Kontribusi Sosial 0 0 0
C13 Hibah 0 0 0
C14 Penerimaan Lainnya 21.890.353.241.880 20.783.800.104.279 1.106.553.137.601
C2 Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi 19.316.863.050.666 19.004.646.101.225 312.216.949.441
C21 Kompensasi Pegawai 2.668.339.741.567 2.585.212.070.059 83.127.671.508
1.819.095.059.994 2.149.087.053.127 (329.991.993.133)
C22 Pembelian Barang dan Jasa
0 0 0
C24 Bunga
0 0 0
C25 Subsidi
14.257.753.503.045 13.887.820.403.657 369.933.099.388
C26 Hibah
16.054.400.000 16.634.378.000 (579.978.000)
C27 Manfaat Sosial
555.620.346.060 365.892.196.382 189.728.149.678
C28 Pembayaran Lainnya
Arus Kas Neto dari Aktivitas Operasi (C1 - 8.417.366.492.520 6.063.162.124.926 2.354.204.367.594

CIO C2) 1.841.067.422.494 1.171.754.174.925 669.313.247.569
ARUS KAS DARI INVESTASI ASET NON 1.818.983.534.302 1.148.992.844.245 669.990.690.057
KEUANGAN
C31.1 Pembelian Aset Non Keuangan 0 0 0
0 0 0
C311.1 Aset Tetap 22.083.888.192 22.761.330.680 (677.442.488)
0 0 0
C312.1 Persediaan untuk Tujuan Strategis 0 0 0
0 0 0
C313.1 Barang Berharga 0 0 0
0 0 0
C314.1 Aset Non Produksi 1.841.067.422.494 1.171.754.174.925 669.313.247.569

C31.2 Penjualan Aset Non Keuangan
C311.2 Aset Tetap
C312.2 Persediaan untuk Tujuan Strategis
C313.2 Barang Berharga

C314.2 Aset Non Produksi 6.576.299.070.026 4.891.407.950.001 1.684.891.120.025
C31 Arus Kas Keluar Neto: investasi pada
CSD Aset Non Keuangan (C31.1 - C31.2)
Surplus / defisit Kas (C1 - C2 - C31)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 0 00
C32x Akuisisi Aset Keuangan Neto selain Kas 0 00
0 00
C321x Domestik 0 00
0 00
C322x Luar Negeri 0 00
0 00
C33 Keterjadian Kewajiban Neto

C331 Domestik

C332 Luar Negeri 6.576.299.070.026 4.891.407.950.001 1.684.891.120.025
NFB Arus Kas Neto dari Aktivitas Pembiayaan
(-C32x+C33)

NCB Perubahan Kas Neto (CSD - C32 + C33)

Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Statistik Keuangan Pemerintah 28

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS STATISTIK KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH TINGKAT WILAYAH PROVINSI JAMBI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 DAN 31 DESEMBER 2020

Kode Akun GFS 31 Desember 2021 31 Desember 2020 Kenaikan
(Penurunan)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 17.826.685.586.296 17.083.981.130.820
C1 Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi 2.073.509.060.344 1.751.872.917.362 742.704.455.476
C11 Pajak 321.636.142.982
C12 Kontribusi Sosial 0 0
C13 Hibah 14.272.721.058.103 14.341.070.639.819 0
C14 Penerimaan Lainnya 1.480.455.467.849 (68.349.581.716)
C2 Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi 14.038.647.022.821 991.037.573.638 489.417.894.211
C21 Kompensasi Pegawai 6.618.487.847.893 14.053.971.197.590 (15.324.174.769)
4.078.733.155.882 6.394.098.588.929 224.389.258.964
C22 Pembelian Barang dan Jasa 3.983.341.296.564
7.762.188.781 95.391.859.318
C24 Bunga 1.288.171.890 6.474.016.891
13.811.774.965 (8.029.296.635)
C25 Subsidi 21.841.071.600 199.090.291.834
2.856.454.417.167 (22.301.435.253)
C26 Hibah 2.657.364.125.333 (510.338.869.888)
49.654.969.281 758.028.630.246
C27 Manfaat Sosial 71.956.404.534
413.742.668.852 849.676.049.969
C28 Pembayaran Lainnya 924.081.538.740 818.003.350.726
Arus Kas Neto dari Aktivitas Operasi (C1 - 3.788.038.563.475
3.030.009.933.229 0
CIO C2) 0
ARUS KAS DARI INVESTASI ASET NON 3.191.926.486.043 2.342.250.436.074 31.672.699.243
KEUANGAN 3.151.199.000.000 2.333.195.649.274 0
C31.1 Pembelian Aset Non Keuangan 0
0 0 0
C311.1 Aset Tetap 0 0 0
40.727.486.043 9.054.786.800 0
C312.1 Persediaan untuk Tujuan Strategis 0 0 849.676.049.969
0 0
C313.1 Barang Berharga 0 0 (91.647.419.724)
0 0
C314.1 Aset Non Produksi 0 0 (9.421.660.682)
3.191.926.486.043 2.342.250.436.074 (9.421.660.682)
C31.2 Penjualan Aset Non Keuangan
C311.2 Aset Tetap 0
C312.2 Persediaan untuk Tujuan Strategis 182.575.149.509
C313.2 Barang Berharga 182.575.149.509

C314.2 Aset Non Produksi 596.112.077.432 687.759.497.156 0
C31 Arus Kas Keluar Neto: investasi pada (162.450.547.419)
CSD Aset Non Keuangan (C31.1 - C31.2)
Surplus / defisit Kas (C1 - C2 - C31) (254.097.967.143)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 26.664.650.455 36.086.311.137
C32x Akuisisi Aset Keuangan Neto selain Kas 26.664.650.455 36.086.311.137

C321x Domestik 0 0
203.888.329.260 21.313.179.751
C322x Luar Negeri 203.888.329.260 21.313.179.751

C33 Keterjadian Kewajiban Neto 0 0
(177.223.678.805) (14.773.131.386)
C331 Domestik

C332 Luar Negeri 418.888.398.627 672.986.365.770
NFB Arus Kas Neto dari Aktivitas Pembiayaan
(-C32x+C33)

NCB Perubahan Kas Neto (CSD - C32 + C33)

Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Statistik Keuangan Pemerintah 29

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS STATISTIK KEUANGAN
PEMERINTAH UMUM TINGKAT WILAYAH PROVINSI JAMBI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 DAN 31 DESEMBER 2020

Kode Akun GFS 31 Desember 2021 31 Desember 2020 Kenaikan
(Penurunan)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 32.241.832.136.541 28.270.976.658.412
C1 Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi 7.918.093.759.202 6.035.881.039.234 3.970.855.478.129
C11 Pajak 1.882.212.719.968
C12 Kontribusi Sosial 0 0
C13 Hibah 919.058.145.056 460.257.941.261 0
C14 Penerimaan Lainnya 23.404.680.232.283 21.774.837.677.917 458.800.203.795
C2 Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi 19.910.356.943.127 19.177.804.600.257 1.629.842.554.366
C21 Kompensasi Pegawai 9.286.827.589.460 8.979.310.658.988 732.552.342.870
5.900.960.098.804 6.132.428.349.691 307.516.930.472
C22 Pembelian Barang dan Jasa (231.468.250.887)
7.762.188.781 1.288.171.890
C24 Bunga 13.811.774.965 21.841.071.600 6.474.016.891
3.668.258.572.083 2.664.371.830.432 (8.029.296.635)
C25 Subsidi 65.712.369.281 88.590.782.534 1.003.886.741.651
967.024.349.753 1.289.973.735.122 (22.878.413.253)
C26 Hibah 12.331.475.193.414 9.093.172.058.155 (322.949.385.369)
3.238.303.135.259
C27 Manfaat Sosial 5.021.603.941.980 3.514.004.610.999
4.958.792.567.745 3.482.188.493.519 1.507.599.330.981
C28 Pembayaran Lainnya 1.476.604.074.226
Arus Kas Neto dari Aktivitas Operasi (C1 - 0 0
0 0 0
CIO C2) 62.811.374.235 31.816.117.480 0
ARUS KAS DARI INVESTASI ASET NON 0 0 30.995.256.755
KEUANGAN 0 0 0
C31.1 Pembelian Aset Non Keuangan 0 0 0
0 0 0
C311.1 Aset Tetap 0 0 0
5.021.603.941.980 3.514.004.610.999 0
C312.1 Persediaan untuk Tujuan Strategis 1.507.599.330.981
7.309.871.251.434 5.579.167.447.156
C313.1 Barang Berharga 1.730.703.804.278
26.664.650.455 36.086.311.137
C314.1 Aset Non Produksi 26.664.650.455 36.086.311.137 (9.421.660.682)
(9.421.660.682)
C31.2 Penjualan Aset Non Keuangan 203.888.329.260 0
C311.2 Aset Tetap 203.888.329.260 21.313.179.751 0
C312.2 Persediaan untuk Tujuan Strategis 21.313.179.751 182.575.149.509
C313.2 Barang Berharga 0 182.575.149.509
(177.223.678.805) 0
C314.2 Aset Non Produksi (14.773.131.386) 0
C31 Arus Kas Keluar Neto: investasi pada 7.132.647.572.629 (162.450.547.419)
CSD Aset Non Keuangan (C31.1 - C31.2) 5.564.394.315.770
Surplus / defisit Kas (C1 - C2 - C31) 1.568.253.256.859

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
C32x Akuisisi Aset Keuangan Neto selain Kas

C321x Domestik

C322x Luar Negeri

C33 Keterjadian Kewajiban Neto

C331 Domestik

C332 Luar Negeri
NFB Arus Kas Neto dari Aktivitas Pembiayaan
(-C32x+C33)

NCB Perubahan Kas Neto (CSD - C32 + C33)

Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Statistik Keuangan Pemerintah 30

METADATA

TETAP TERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN:
CUCI TANGAN, PAKAI MASKER, MENJAGA

JARAK, MENJAUHI KERUMUNAN, DAN
MENGURANGI MOBILITAS

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

METADATA

INFORMASI DASAR : Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah
1. Nama Data

Tahun 2021 Audited

2. Penyelenggara : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi, Direktorat Jenderal

Statistik Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

3. Alamat : Jalan M. Yoesoef Singadikane Nomor 45, Sungai Putri, Telanaipura,

Kota Jambi 36122

4. Nomor Telepon : 0741-6682202

5. Nomor Faksimili : 0741-668801

6. Email : aklap.jambi@gmail.com

DEFINISI DATA

Laporan Statistik Keuangan Pemerintahan Umum Tingkat Wilayah merupakan laporan statistik

keuangan yang secara komprehensif menyajikan data aktivitas ekonomi dan keuangan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi

selama suatu periode berdasarkan klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah yang sejalan dengan

standar internasional yang digunakan dalam menyusun laporan ekonomi dan statistik seperti

Sistem Neraca Nasional (System of National Accounts-SNA), Manual Neraca Pembayaran (The

Balance of Payments Manual), Manual Statistik Moneter dan Keuangan (The Monetary and

Finansial Statistics Manual).

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah (LSKP-TW) ini merupakan konsolidasi
dari kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Tingat Wilayah (LSKPP-TW) dan
kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingkat Wilayah
(LSKPDK-TW). Entitas pelaporan yang dicakup dalam laporan ini adalah entitas pemerintah pusat
tingkat wilayah dan seluruh pemerintah daerah.

LSKP-TW disusun terdiri dari:
1. Neraca Statistik Keuangan Pemerintahan;
2. Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintahan;
3. Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Statistik Keuangan Pemerintah;
4. Metadata.
5. Catatan atas LSKP-TW
CAKUPAN DATA
Laporan Statistik Keuangan Pemerintahan Tingkat Wilayah meliputi:
1. Neraca Statistik Keuangan Pemerintah yang merupakan hasil konsolidasi Neraca Statistik

Metadata 31

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah dengan Neraca Statistik Keuangan Pemerintah
Daerah Konsolidasian Tingkat Wilayah setelah disesuaikan dengan transaksi resiprokal dan
skala resiprokal pada kolom konsolidasi.
2. Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah yang merupakan hasil konsolidasi
Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah dengan Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingkat Wilayah setelah disesuaikan
dengan transaksi resiprokal dan skala resiprokal pada kolom konsolidasi.
3. Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Pemerintah Tingkat Wilayah yang merupakan hasil
konsolidasian Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah
dengan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingkat
Wilayah setelah disesuaikan dengan transaksi resiprokal dan skala resiprokal pada kolom
konsolidasi.
PERIODESASI PUBLIKASI
Tahun 2021 Audited.
WAKTU PUBLIKASI
Data tahunan tahun 2021 Audited diterbitkan paling lambat tanggal 31 Agustus 2022.

STATUS DATA
LSKP-TW Tahun 2021 Audited berstatus final.

SUMBER DATA
1. Kertas kerja LSKPP-TW dan kertas kerja LSKPDK-TW;

2. Kertas kerja LKPP-TW dan kertas kerja LKPDK-TW;

3. Laporan Keuangan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Kementerian
Negara/Lembaga yang diperoleh dari aplikasi E-Rekon&LK;

4. Laporan Keuangan UAKKBUN Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi;

5. LKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Jambi (12 Pemerintah Daerah);

6. BPS Provinsi Jambi;

7. KFR Tahun 2021 yang disusun oleh Bidang PPA II Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jambi.

METODOLOGI
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah disusun dengan mengkonsolidasikan
kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah (LSKPP-TW) dengan
kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingkat Wilayah
(LSKPDK-TW). LSKPP-TW dan LSKPDK-TW disusun dengan melakukan mapping BAS detail
kertas kerja LKPP-TW dan kertas kerja LKPDK-TW ke dalam GFS Classification Assistant yang

Metadata 32

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

dilakukan oleh Aplikasi SIKRI MP yang menyediakan kerangka mapping masing-masing akun BAS
detail ke dalam BAS Statistik Keuangan Pemerintah.

LSKP-TW disusun melalui Aplikasi SIKRI MP, yaitu:
1. Penyusunan kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Pusat Tingkat Wilayah

(LSKPP-TW) melalui mapping BAS detil data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat
Wilayah (LKPP-TW);
2. Penyusunan kertas kerja Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian
Tingkat Wilayah (LSKPDK-TW) melalui mapping BAS detail data Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingat Wilayah (LKPDK-TW); dan
3. Konsolidasian kertas kerja LSKPP-TW dengan kertas kerja LSKPDK-TW menjadi LSKP-TW.

INTEGRITAS DATA
1. Data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah berasal dari data audited yang

telah terekonsiliasi dari 450 UAKPA dari 44 Kementerian Negara/Lembaga yang berada pada
lingkup kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi, serta data LK UAKKBUN Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi
2. Untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2021 Audited, proses konsolidasi
dilakukan terhadap 12 LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota yang merupakan LKPD audited.
3. Pada neraca Pemerintah Pusat terdapat data anomali dimana posisi neraca tidak balance
antara aset dengan penjumlahan kewajiban dan Ekuitas. Dari hasil pengecekan dihasilkan
bahwa raw data (data sumber) laporan keuangan pemerintah pusat yang terdapat di aplikasi
SIKRI mengalami anomali data dimana nilai total Aset sebesar Rp43.442.776.726.152
sedangkan nilai total kewajiban ditambah Ekuitas sebesar Rp43.439.607.214.477, sehingga
menghasilkan selisih sebesar Rp3.169.511.675.
4. Pemutakhiran data dilakukan pada publikasi berikutnya setelah kekeliruan data ditemukan.

AKSES DATA
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah dapat diperoleh pada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi Jambi, Jalan M. Yoesoef Singedekane Nomor 45, Sungai Putri,
Telanaipura, Kota Jambi 36122. Sedangkan Laporan Statistik Keuangan Pemerintahan Umum
Tingkat Nasional dapat diperoleh pada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Gedung
Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2, Jalan Budi Utomo No. 6 Jakarta Pusat.

Metadata 33

CATATAN
ATAS
LKPK TW

Ada beberapa manfaat dari pemberian vaksin
booster COVID-19, antara lain:
1. Mencegah infeksi virus Corona
2. Mempertahankan tingkat kekebalan tubuh
3. Memperkuat antibodi yang sudah terbangun
4. Memperpanjang masa perlindungan dari virus

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN DAN Laporan
LAPORAN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH TINGKAT WILAYAH GFS Tahun

2021
Audited

A. PENJELASAN UMUM

A.1. DASAR HUKUM

1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2021;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun

Standar;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 275/PMK.05/2014 tentang Manual Statistik

Keuangan Pemerintah Indonesia;
11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.05/2018 tentang Sistem Pelaporan Keuangan
Pemerintah Konsolidasian;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2018 tentang Sistem Statistik Keuangan
Pemerintah Umum;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknsi Pengelolaan
Keuangan Daerah;
15. Peraturan Daerah yang mengatur tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2021;
16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-34/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah dan Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

CaLK Konsolidasian dan GFS 34

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

A.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 11 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian (Lampiran II PP 71 tahun 2010) menyatakan laporan konsolidasi adalah suatu laporan keuangan
yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai satu
laporan tunggal. Pernyataan ini selanjutnya akan menjadi dasar proses penyusunan laporan keuangan
konsolidasi.

Sesuai dengan PSAP Nomor 11 konsolidasi dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan
menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan atau
tanpa mengeliminasi akun timbal balik (reciprocal accounts). Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan
dengan menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di
bawahnya. Entitas pelaporan yang dicakup dalam laporan keuangan konsolidasian ini adalah kementerian
negara/lembaga, Bendahara Umum Negara, dan Pemerintah Daerah.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
disebutkan bahwa sejak pemerintah menerapkan akuntansi berbasis akrual maka laporan keuangan pemerintah,
baik pusat maupun daerah, terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan SAL, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Namun demikian, mengingat ada beberapa pilihan kebijakan akuntansi dimana entitas akuntansi terpisah
BUN/BUD dengan KL/SKPD maka konsolidasi hanya diterapkan pada beberapa laporan yaitu Laporan Realisasi
Anggaran Konsolidasian, Laporan Operasional Konsolidasian, dan Neraca Konsolidasian. Laporan Keuangan
Pemerintah Konsolidasian disusun melalui konsolidasi tiga tahap, yaitu:

1. Konsolidasi Laporan Keuangan tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) dan
Laporan Keuangan Unit Akuntansi Koordinator Kuasa Bendahara Umum Negara tingkat Kantor
Wilayah (UAKKBUN-Kanwil)

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tingkat wilayah mencakup seluruh aspek keuangan yang
dikelola oleh seluruh entitas Pemerintah Pusat di wilayah yang terdiri dari Kuasa Bendahara Umum Negara
(BUN) dan kementerian negara/lembaga beserta jenjang struktural di bawahnya seperti satuan kerja yang
bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya termasuk satuan kerja Badan
Layanan Umum (BLU) dan satuan kerja pengguna dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. LKPP tingkat
wilayah tidak mencakup entitas Pemerintahan Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Hukum Milik
Negara (BHMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). LKPP tingkat wilayah mencakup transaksi-transaksi
keuangan di tingkat wilayah yang berasal dari APBN, termasuk dana APBN yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah, yaitu dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan maupun dana Urusan Bersama.

LKPP tingkat wilayah disusun untuk tujuan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah
Pusat Tingkat Wilayah serta Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. LKPP tingkat wilayah
tidak disusun untuk tujuan pertanggungjawaban.

CaLK Konsolidasian dan GFS 35

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Untuk LKPP Tingkat Wilayah Tahun 2021 entitas pelaporan keuangan tingkat kementerian
negara/lembaga (K/L) dan entitas akuntansi tingkat satuan kerja (Satker) di bawahnya yang dicakup dalam
wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi dirinci pada tabel di bawah ini:

Tabel 1: Jumlah Satker (DIPA) Berdasarkan Bagian Anggaran

No. Bagian Wilayah Kementerian Negara/Lembaga Jumlah Satker di
Anggaran Wilayah

1 004 1000 Badan Pemeriksa Keuangan 2021 2020
2 005 11
3 006 1000 Mahkamah Agung 46 46
4 010 13 13
5 012 1000 Kejaksaan Republik Indonesia 43
6 013 32
7 015 1000 Kementerian Dalam Negeri 26 26
8 018 14 14
9 019 1000 Kementerian Pertahanan 14 15
10 022 11
11 023 1000 Kementerian Hukum dan HAM RI 88
12 024 57
13 025 1000 Kementerian Keuangan 88
14 026 160 161
15 027 1000 Kementerian Pertanian 24
16 029 68
17 032 1000 Kementerian Perindustrian 77
18 033 88
19 040 1000 Kementerian Perhubungan 15 14
20 042 01
1000 Kementerian Pendidikan Nasional 01
21 044
1000 Kementerian Kesehatan 11
22 047
1000 Kementerian Agama 01
23 054
24 055 1000 Kementerian Ketenagakerjaan 12 12
25 056 11
26 057 1000 Kementerian Sosial 12 12
27 059 11
28 060 1000 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 11
29 063 35 35
30 065 1000 Kementerian Kelautan dan Perikanan 11
31 066 11
1000 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 44
32 067
1000 Kementerian Pariwisata 22
33 068
1000 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 11
34 075
1000 Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil dan 33
Menengah

1000 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak

1000 Badan Pusat Statistik

1000 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

1000 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN

1000 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1000 Kementerian Komunikasi dan Informatika

1000 Kepolisian Negara Republik Indonesia

1000 Badan Pengawas Obat dan Makanan

1000 Badan Koordinasi Penanaman Modal

1000 Badan Narkotika Nasional

1000 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
1000 Nasional

1000 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

CaLK Konsolidasian dan GFS 36

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

No. Bagian Wilayah Kementerian Negara/Lembaga Jumlah Satker di
Anggaran Wilayah

35 076 1000 Komisi Pemilihan Umum 2021 2020
36 089
37 090 1000 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 12 12
38 092 11
1000 Kementerian Perdagangan 24
39 107 11
1000 Kementerian Pemuda dan Olah Raga
40 115 11
41 116 1000 Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
42 117 (BASARNAS) 11
43 999 11
1000 Badan Pengawasan Pemilihan Umum 11
55
1000 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 441 450

1000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia

1000 Bendahara Umum Negara

Total

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
215/PMK.05/2016, LKPP dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem
Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SAI diselenggarakan oleh
kementerian negara/lembaga secara berjenjang mulai dari tingkat Satker (Kuasa Pengguna Anggaran) sampai
tingkat kementerian negara/lembaga (Pengguna Anggaran) untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran dan
neraca. SAI terdiri dari 2 (dua) subsistem yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK diselenggarakan untuk membukukan
transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), pendapatan, belanja, serta data neraca, sedangkan
SIMAK-BMN diselenggarakan untuk membukukan data barang milik negara (aset tetap dan persediaan) dalam
rangka menghasilkan neraca.

Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-
BUN) untuk menghasilkan Laporan Keuangan BUN. SA-BUN terdiri dari beberapa sub sistem yaitu Sistem
Akuntansi Pusat (SiAP), Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H), Sistem Akuntansi Investasi
Pemerintah (SA-IP), Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman (SA-PPP), Sistem Akuntansi
Transfer ke Daerah (SA-TD), Sistem Akuntansi Belanja Subsidi (SA-BS), Sistem Akuntansi Belanja Lain-lain
(SA-BL), Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK), dan Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). SiAP
terdiri dari 2 (dua) subsistem. yaitu Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) dan Sistem Akuntansi Umum
(SAU). SAKUN diselenggarakan untuk menghasilkan Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat, sedangkan SAU
diselenggarakan untuk membukukan data yang akan direkonsiliasi dengan data yang dibukukan SAI.

SAPP dirancang untuk menghasilkan LKPP, namun saat ini belum mengakomodasikan LKPP Tingkat
Wilayah. LKPP tingkat wilayah disusun melalui konsolidasi Laporan Keuangan Tingkat Kuasa BUN Tingkat
Kanwil dengan Laporan Keuangan tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) di wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

CaLK Konsolidasian dan GFS 37

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

LKPP tingkat wilayah terdiri dari :

1. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah disusun
berdasarkan penggabungan dari Laporan Realisasi Anggaran seluruh UAKPA konsolidasian di wilayah
Provinsi Jambi, dan tidak mencakup LRA pada UAKKBUN Kanwil karena UAKKBUN Kanwil tidak memiliki
anggaran sehingga tidak menyusun LRA. Kebijakan penyusunan LRA kertas kerja LKPP-TW adalah sebagai
berikut:
a. Angka yang disajikan pada LRA kertas kerja LKPP-TW adalah angka realisasi pendapatan neto dan
belanja neto, setelah dikurangi pengembalian pendapatan dan pengembalian belanja, berdasarkan data
realisasi basis kas dari SAI yang telah direkonsiliasi dan disesuaikan dengan angka realisasi berdasarkan
data dari SiAP.
b. LRA kertas kerja LKPP-TW tidak menyajikan angka realisasi pembiayaan karena transaksi pembiayaan
tidak dilakukan di wilayah, melainkan hanya dilakukan oleh BUN Pusat.
c. Walaupun pembayaran Transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dilakukan secara
terpusat, namun dataset yang diambil dari OMSPAN dan/atau E-Rekon&LK untuk keperluan penyusunan
LRA-LKPP-TW juga berisi realisasi Transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam
wilayah kerja Kanwil. Namun demikian, atas transfer tersebut hanya diakui belanja transfernya
sedangkan pendapatan tidak diakui.
Kebijakan Penyusunan LRA Kertas Kerja LKPP-TW dapat dilihat pada Lampiran I.A.

2. Neraca Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah
Neraca Kertas Kerja LKPP-TW disusun berdasarkan konsolidasi dari Neraca UAKPA Konsolidasian Tingkat
Wilayah dengan Neraca UAKKBUN Kanwil. Kebijakan penyusunan Neraca LKPP-TW adalah sebagai
berikut:
a. Kas dan Bank meliputi Kas di KPPN, Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan,
Kas Lainnya dan Setara Kas, dan Kas pada BLU. Kas di KPPN menggunakan angka dari Neraca
UAKKBUN Kanwil. Sedangkan Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas Lainnya dan Setara Kas dari Hibah,
Kas di BLU, dan Kas di Bendahara Penerimaan menggunakan angka dari Neraca UAKPA Konsolidasian
Tingkat Kanwil.
b. Pos lain dalam klasifikasi aset menggunakan angka dari Neraca UAKPA Konsolidasian Tingkat Kanwil.
c. Utang kepada Pihak Ketiga merupakan penjumlahan antara Utang kepada Pihak Ketiga dalam Neraca
UAKPA Konsolidasian Tingkat Wilayah dan Neraca UAKKBUN Kanwil.
d. Uang Muka dari KPPN pada Neraca UAKPA Konsolidasian Tingkat Wilayah direklasifikasi ke Ekuitas
pada Neraca LKPP-TW.
e. Utang Pajak yang Belum Disetor oleh Bendahara Pengeluaran dari Neraca UAKPA Konsolidasian
Tingkat Wilayah direklasifiksi ke Pendapatan Perpajakan-LO dan LO LKPP-TW.

CaLK Konsolidasian dan GFS 38

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

f. Pos lain dalam klasifikasi Kewajiban menggunakan angka dari Neraca LK UAKPA Konsolidasian Tingkat
Kanwil.

g. Ekuitas merupakan Ekuitas Akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas periode berkenaan.
Kebijakan Penyusunan Neraca Kertas Kerja LKPP-TW dapat dilihat pada Lampiran I.B.
3. Laporan Operasional Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah
Laporan Operasional (LO) kertas kerja LKPP-TW disusun berdasarkan konsolidasi LO UAKPA Konsolidasian
Tingkat Kanwil. Kebijakan penyusunan LO LKPP-TW adalah sebagai berikut:
a. LO Kertas Kerja LKPP-TW hanya disusun dari data LK UAKPA Konsolidasian Tingkat Kanwil karena LK

UAKKBUN Kanwil tidak memiliki LO.
b. Penyusunan LO Kertas Kerja LKPP-TW dilakukan dengan mengkonsolidasi seluruh Pendapatan-LO dan

Beban, dan menambahkan hasil reklasifikasi Utang Pajak yang Belum Disetor Bendahara Pengeluaran
ke Pendapatan Perpajakan-LO.
c. Walaupun pembayaran Transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dilakukan secara
terpusat, namun dataset yang diambil dari OMSPAN dan/atau E-Rekon&LK untuk keperluan
penyusunan LO-LKPP-TW juga berisi realisasi Transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah dalam wilayah kerja Kanwil. Atas realisasi tranfer tersebut diakui belanja transfer maupun
pendapatannya sehingga tidak mengakibatkan defisit.
Kebijakan Penyusunan LO Kertas Kerja LKPP-TW dapat dilihat pada Lampiran I.C.

4. Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Pusat tingkat Wilayah

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) kertas kerja LKPP-TW disusun dengan mengkonsolidasikan LPE UAKPA
Konsolidasian Tingkat Kanwil dengan penyesuaian dari beberapa akun Neraca UAKKBUN Kanwil. Kebijakan
penyusunan LPE LKPP-TW adalah sebagai berikut:
a. Angka Ekuitas Awal pada LPE kertas kerja LKPP-TW merupakan Ekuitas akhir pada Neraca kertas kerja

LKPP-TW pada periode pelaporan sebelumnya.
b. Surplus/Defisit LO pada LPE kertas kerja LKPP-TW merupakan Surplus/Defisit LO kertas kerja LKPP-

TW.
c. Koreksi yang menambah/mengurangi merupakan pos untuk menampung selisih catatan kas antara

UAKPA Konsolidasian dengan UAKBUN Daerah Tingkat Kanwil, Koreksi Kas Dalam Transito, serta
koreksi lainnya.
d. Reklasifikasi Kewajiban ke Ekuitas merupakan pos untuk menampung reklasifikasi akun Uang Muka dari
KPPN pada Neraca UAKPA Konsolidasian.
e. Transaksi Antar Entitas, seperti Diterima dari Entitas Lain (DDEL), Ditagihkan ke Entitas Lain (DKEL),
Transfer Masuk, Transfer Keluar, dan Pengesahan Hibah menggunakan angka dari LPE UAKPA
Konsolidasian Tingkat Kanwil.
f. Ekuitas Akhir pada LPE kertas kerja LKPP-TW merupakan Ekuitas Akhir pada Neraca kertas kerja LKPP-
TW.

CaLK Konsolidasian dan GFS 39

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Kebijakan Penyusunan LPE Kertas Kerja LKPP-TW dapat dilihat pada Lampiran I.D.

5. Laporan Arus Kas Tingkat Wilayah

Laporan Arus Kas (LAK) kertas kerja LKPP-TW disusun dari Laporan Arus Kas LK UAKKBUN Kanwil.
Apabila terdapat selisih antara saldo Kas dalam LAK dengan saldo Kas dalam Neraca kertas kerja LKPP-
TW, perlu diberikan penjelasan atas perbedaan tersebut.

Sehubungan dengan penyesuaian modul penyusunan Laporan Arus Kas LKPK-TW dengan sentralisasi Bank
Operasional yang memengaruhi konsepsi arus kas wilayah, sesuai dengan Surat Direktur Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Nomor S-3402/PB.6/2018 tanggal 13 April 2018, maka Laporan Arus Kas LKPK-TW
tdak disusun.

6. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang analisis makro ekonomi, pendekatan
penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca Pemerintah Pusat, Laporan Operasional
Pemerintah Pusat, Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Pusat dan Laporan Arus Kas, serta informasi
penting lainnya dalam rangka pengungkapan yang memadai.

2. Konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

LKPD merupakan laporan keuangan yang dihasilkan dari entitas-entitas pelaporan yang independen
satu terhadap yang lainnya. Lingkup penyajian laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah ini
mencakup Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian, Neraca Konsolidasian, Laporan Operasional
Konsolidasian, Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian, Laporan Arus Kas Konsolidasian, dan Catatan atas
LKPD Konsolidasian. Untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2021 proses konsolidasi dilakukan
terhadap 12 LKPD Audited, yaitu LKPD Pemerintah Provinsi Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kota Jambi, dan Kota Sungai Penuh.

Dengan penyajian dimaksud, laporan konsolidasi menunjukkan aliran dana tunai yang masuk ke sektor
pemerintahan baik yang berasal dari transfer pemerintah pusat maupun yang dihasilkan sendiri oleh pemerintah
daerah di wilayah yang bersangkutan dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Laporan konsolidasi juga
menunjukkan dana tunai yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah masing-masing.

Sumber data dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi pemerintah daerah tersebut adalah
LKPD TA 2021 Audited yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, LO dan LPE baik Provinsi,
Kabupaten maupun Kota, sedangkan laporan arus kas belum dilakukan konsolidasi.

Penyusunan dan penyajian LKPDK-TW mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang

CaLK Konsolidasian dan GFS 40

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual pada Pemerintah Daerah. Prosedur penyusunan
kertas kerja LKPDK-TW adalah sebagai berikut:
1. LRA kertas kerja LKPDK-TW disusun dengan mengonsolidasikan LRA seluruh pemerintah daerah Provinsi

dan Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan penyusunan LRA LKPDK-TW adalah
sebagai berikut:

a. Angka realisasi Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan yang disajikan pada LRA dijumlahkan
untuk jenis Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan yang sama.

b. Surplus/Defisit LRA Konsolidasian merupakan selisih antara Pendapatan Pemerintah Daerah
Konsolidasian dikurangi Belanja Pemerintah Daerah Konsolidasian, yang jumlahnya sama dengan
Surplus/Defisit masing-masing Pemerintah dijumlahkan.

c. Eliminasi akun-akun resiprokal dan skala resiprokal antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Provinsi atau antar Pemerintah Kabupatan/Kota.

d. Jumlah Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Konsolidasian harus tetap sama
dengan penjumlahan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA).

Kebijakan penyusunan kertas kerja LRA LKPDK-TW dapat dilihat pada Lampiran I.E.

2. Neraca kertas kerja LKPDK-TW disusun berdasarkan konsolidasi dari Neraca pemerintah daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan penyusunan Neraca kertas kerja LKPDK-
TW adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan angka Pemerintah Provinsi dan Kabupatan/Kota untuk jenis Aset, Kewajiban dan
Ekuitas.
b. Eliminasi akun-akun resiprokal dan skala resiprokal antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Provinsi atau antar Pemerintah Kabupatan/Kota.

Kebijakan penyusunan kertas kerja Neraca LKPDK-TW dapat dilihat pada Lampiran I.F.

3. LO kertas kerja LKPDK-TW disusun dengan mengkonsolidasi LO pemerintah daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan penyusunan LO LKPDK-TW adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan LO LKPDK-TW dilakukan dengan menjumlahkan seluruh Pendapatan-LO dan Beban yang
sama jenisnya pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Selanjutnya dilakukan eliminasi akun resiprokal menggunakan angka yang sama. Dalam hal angka
akun resiprokal tidak sama, maka eliminasi dilakukan tetap menggunakan angka yang sama
berdasarkan aturan dalam kebijakan eliminasi.

Kebijakan penyusunan kertas kerja LO LKPDK-TW dapat dilihat pada Lampiran I.G.

CaLK Konsolidasian dan GFS 41

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

4. LPE kertas kerja LKPDK-TW disusun dengan mengkonsolidasikan LPE seluruh pemerintah daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan penyusunan LPE LKPDK-TW adalah
sebagai berikut:
a. Angka Ekuitas Awal kertas kerja LKPDK-TW merupakan penjumlahan angka Ekuitas Awal Pemerintah
Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Surplus/Defisit-LO kertas kerja LKPDK-TW merupakan penjumlahan angka Surplus/Defisit-LO
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan-Kesalahan Mendasar dan Koreksi SAL LKPDK-TW merupakan
penjumlahan angka Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
d. Koreksi dan Penyesuaian.
e. Ekuitas Akhir LKPDK-TW merupakan penjumlahan angka Ekuitas Akhir pada Pemerintah Provinsi
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kebijakan penyusunan kertas kerja LPE LKPDK-TW dapat dilihat pada Lampiran I.H.

5. Laporan Arus Kas (LAK) kertas kerja LKPDK-TW disusun dengan mengonsolidasikan LAK seluruh
pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan penyusunan

el LAK LKPDK-TW adalah sebagai berikut:
a. Angka Arus Kas dari Kegiatan Operasional Konsolidasian merupakan penjumlahan angka Arus Kas
dari Kegiatan Operasional Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Angka Arus Kas dari Kegiatan Investasi Konsolidasian merupakan penjumlahan angka Arus Kas dari
Kegiatan Investasi Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Angka Arus Kas dari Kegiatan Pembiayaan Konsolidasian merupakan penjumlahan angka Arus Kas
dari Kegiatan Pembiayaan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
d. Angka Arus Kas dari Kegiatan Transitoris Konsolidasian merupakan penjumlahan angka Arus Kas dari
Kegiatan Transitoris Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Namun demikian sampai dengan saat ini LAK LKPDK belum dilakukan konsolidasi.

6. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL) kertas kerja LKPDK-TW disusun dengan
mengonsolidasikan LPSAL seluruh pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja
Kanwil DJPb. Penyusunan LPSAL kertas kerja LKPDK-TW dilakukan dengan menjumlahkan angka SAL
Awal, Penggunaan SAL, SiLPA/SiKPA, Koreksi Kesalahan, Lain-lain dan SAL Akhir pada LKPD Provinsi
dengan LKPD seluruh Kabupaten/Kota.

Kebijakan penyusunan kertas kerja LPSAL LKPDK-TW dapat dilihat pada Lampiran I.I.

Proses Konsolidasi penyusunan LKPDK-TW dilakukan dengan kebijakan sebagai berikut:
a. Penggabungan (agregasi)

CaLK Konsolidasian dan GFS 42

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Dilakukan dengan menjumlahkan akun yang sama pada LKPD Provinsi dengan LKPD seluruh
Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi.
b. Eliminasi Akun Resiprokal
Eliminasi akun resiprokal antara Pemeirntah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota atau antar
Pemerintah Kabupaten/Kota. Akun resiprokal adalah akun yang terjadi akibat transaksi antar entitas
pelaporan, dalam hal ini antar pemerintah daerah Kabupaten, Kota dan Provinsi dalam wilayah Kanwil
DJPb. Eliminasi resiprokal dilakukan menggunakan angka yang sama pada entitas yang dikonsolidasi.
c. Kebijakan Eliminasi Akun Resiprokal yang Tidak Sama Jumlahnya
Eliminasi yang dilakukan terhadap akun resiprokal dengan jumlah yang sama merupakan kondisi ideal
dalam eliminasi. Akan tetapi seringkali yang ditemui dalam praktiknya adalah akun resiprokal dengan
jumlah yang tidak sama antar entitas yang dikonsolidasi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya adalah perbedaan kebijakan akuntansi, perbedaan waktu pencatatan, atau karena
kesalahan pencatatan.

Oleh karena itu dalam hal terdapat perbedaan angka antara akun resiprokal, perlu dibuat kebijakan
eliminasi agar terdapat keseragaman perlakuan, yaitu eliminasi dilakukan menggunakan satu angka
yang sama pada entitas yang dikonsolidasi. Dalam konsolidasi kertas kerja LKPDK-TW, eliminasi akun
timbal balik yang tidak sama jumlahnya dilakukan dengan kebijakan sebagai berikut:
1) mengeliminasi akun timbal balik berdasarkan angka yang ada pada LKPD Provinsi,
2) jika akun tandingannya yang ada pada LKPD Kabupaten/Kota lebih kecil daripada angka yang ada

pada LKPD Provinsi maka dilakukan penyesuaian jumlah dengan mengurangi akun yang paling
dekat dalam skala resiprokal.
3) dalam hal jumlah akun skala resiprokal dan akun resiprokal pada LKPD Kabupaten/Kota tidak
mencukupi, maka jumlah yang dieliminasi adalah maksimal sebesar jumlah akun skala resiprokal
dan resiprokal Pemerintah Kota/Kabupaten.

Transaksi resiprokal antar Pemerintah Daerah dalam wilayah provinsi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Transaksi Belanja Transfer dan Pendapatan Transfer Daerah

DBH Pajak Provinsi dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota, Transfer untuk Dana Desa tidak dieliminasi mengingat LK Desa tidak terkonsolidasi
dalam LKPD Provinsi maupun LKPD Kabupaten/Kota. Transfer vertikal ke atas dari Pemkab/Pemkot
kepada Pemprov secara akuntansi dimungkinkan namun dalam praktiknya tidak lazim terjadi. Sehingga
apabila terdapat tranfer vertikal ke atas perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut kepada pemerintah
daerah terkait.
b. Hibah antar Pemda dalam Satu Wilayah Provinsi
Hibah antar pemerintah merupakan transaksi resiprokal, sehingga transaksi tersebut perlu dieliminasi
dalam rangka penyusunan LKPDK-TW.
c. Transaksi Utang dan Piutang antara Pemda dalam Satu Wilayah Provinsi

CaLK Konsolidasian dan GFS 43

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Transaksi Utang dan Piutang antara Pemda merupakan transaksi resiprokal sehingga transaksi
tersebut perlu dieliminasi dalam rangka penyusunan LKPDK-TW. Utang piutang antar Pemda yang
sering terjadi antar Pemda dalam wilayah provinsi adalah Utang-Piutang terkait transfer.

3. Konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah (LKPP-TW) dengan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian Tingkat Wilayah (LKPDK-TW)

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi antara Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
Tingkat Wilayah dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan inisiasi untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Tujuan utama dalam
penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian adalah dalam rangka memenuhi kewajiban transparansi fiskal oleh
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal nasional yang dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan
sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah. Sesuai lingkup yang disebutkan di atas, maka melalui
Laporan Keuangan Konsolidasian ini dapat dilihat peran pemerintah pusat dan daerah terhadap perekonomian
wilayah yang bersangkutan. Guna mencapai tujuan tersebut, pendekatan penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran Konsolidasian ini dibuat dengan menyajikan pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan
ekuitas per wilayah yang merupakan komponen utama yang mencerminkan kondisi fiskal daerah dari sektor
pemerintahan.

Kebutuhan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah dilakukan
dalam rangka penerapan Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance Statistics/GFS) untuk memenuhi
kebutuhan analisis kebijakan fiskal, analisis kegiatan pemerintahan dan perbandingan antara negara (cross
country studies) sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara butir I.5 (Penatausahaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran). Kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas informasi keuangan pemerintah dalam rangka penyajian laporan statistik keuangan
pemerintah dalam jangka panjang juga ditegaskan dalam penjelasan UU Nomor 23 Tahun 2009 tentang
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2007.

Dalam rangka mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah secara nasional
tersebut, Pasal 6 ayat (2) PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur
mengenai perlu diterbitkannya pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagai acuan bagi sistem
akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat
Wilayah juga dilakukan dalam rangka menjawab laporan hasil reviu BPK atas pelaksanaan transparansi fiskal
tahun 2013, yang mengungkapkan adanya kebutuhan untuk melakukan konsolidasi LKPP dengan LKPD dalam
rangka kejelasan peran dan tanggung jawab pemerintah dan ketersediaan informasi bagi publik. Menurut hasil
reviu tersebut, secara umum, pemerintah telah melakukan upaya untuk berkomitmen dalam menyediakan
informasi fiskal kepada publik. Namun demikian, pemerintah belum sepenuhnya dapat menyajikan informasi
fiskal mengenai integrasi posisi fiskal nasional (integrasi LKPP dengan LKPD) sehingga fungsi pemerintah
secara keseluruhan belum terlihat.

CaLK Konsolidasian dan GFS 44

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah merupakan laporan keuangan yang
dihasilkan dari entitas-entitas pelaporan yang independen satu terhadap yang lainnya. Konsolidasi Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat Wilayah tidak dimaksudkan untuk tujuan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, tetapi lebih pada tujuan transparansi fiskal. Tanggung jawab atas
nilai dari masing-masing unsur laporan keuangan yang dikonsolidasikan tetap berada pada masing-masing
entitas pelaporan. Sesuai dengan PSAP nomor 11, konsolidasi dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan
menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan atau
tanpa mengeliminasi akun timbal balik (reciprocal accounts).

Penyusunan LKPK-TW dilakukan melalui konsolidasi kertas kerja LKPP-TW dan kertas kerja LKPDK-
TW. Konsolidasi dalam penyusunan LKPK-TW dilakukan dengan menggabungkan (agregasi) akun sejenis, serta
dengan mengeliminasi akun transaksi resiprokal antara entitas Pemerintah Pusat dengan entitas pemerintah
daerah. Penyusunan LKPK-TW dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) LKPK-TW.
LRA LKPK-TW disusun berdasarkan hasil konsolidasi antara LRA kertas kerja LKPP-TW dengan LRA
kertas kerja LKPDK-TW. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun LRA LKPK-TW adalah
sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi transaksi dan akun yang sejenis untuk dijumlahkan
Akun Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan transaksi
sejenis dikonsolidasikan dengan cara menjumlahkan angka pada kertas kerja LKPP-TW dengan
angka pada kertas kerja LKPDK-TW. Jika terdapat perbedaan dalam klasifikasi antara pendapatan
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, maka atas perbedaan tersebut diselesaikan dengan
melakukan konversi dan mapping antara akun Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Mapping
penyusunan LRA LKPK-TW dan perlakuan terhadap akun-akun tersebut dapat dilihat pada Lampiran
I.J.

b. Melakukan identifikasi akun resiprokal untuk dieliminasi
Eliminasi dilakukan terhadap akun resiprokal pada kertas kerja LKPP-TW dengan kertas kerja
LKPDK-TW, yaitu akun yang terjadi akibat transaksi resiprokal antar Pemerintah Pusat dan
pemerintah daerah. Eliminasi akun resiprokal dilakukan menggunakan angka yang sama pada entitas
yang dikonsolidasi. Transaksi resiprokal antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah antara
lain transaksi Transfer dan Hibah dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah, atau sebaliknya.

c. Jika angka akun resiprokal antara pada kertas kerja LKPP-TW dan kertas kerja LKPDK-TW tidak
sama, maka eliminasi dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1) mengeliminasi akun resiprokal menggunakan angka pada kertas kerja LKPP-TW;

CaLK Konsolidasian dan GFS 45

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

2) jika akun tandingannya yang ada pada kertas kerja LKPDK-TW kurang dari angka yang ada pada
kertas kerja LKPP-TW maka dilakukan penyesuaian jumlahnya dengan mengurangi akun yang
paling dekat dalam skala resiprokal;

3) Dalam hal jumlah akun resiprokal dan akun skala resiprokal pada LKPDK-TW tidak mencukupi,
maka jumlah yang dieliminasi maksimal sebesar jumlah akun resiprokal dan skala resiprokal pada
LKPDK-TW.

2. Penyusunan Neraca LKPK-TW.

Konsolidasi Neraca Pemerintah Konsolidasian dilakukan terhadap 441 UAKPA kementerian negara/lembaga
dan 12 Neraca pemerintah daerah yang ada di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi.
Neraca LKPK-TW disusun berdasarkan hasil konsolidasi antara Neraca kertas kerja LKPP-TW dengan Neraca
kertas kerja LKPDK-TW. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun Neraca LKPK-TW adalah
sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi transaksi dan akun yang sejenis untuk dijumlahkan
Secara umum, aset dan kewajiban Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah merupakan transaksi
yang sejenis sehingga akun aset Pemerintah Pusat dapat dijumlahkan dengan akun aset pemerintah
daerah, dan akun kewajiban Pemerintah Pusat dapat dijumlahkan dengan akun kewajiban pemerintah
daerah. Mapping penyusunan Neraca Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah dan perlakuan
terhadap akun-akun tersebut dapat dilihat pada Lampiran I.K.

b. Melakukan identifikasi akun resiprokal untuk dieliminasi
Eliminasi dilakukan terhadap akun timbal balik pada Neraca LKPK-TW, yaitu berupa akun aset dan
kewajiban yang terjadi karena transaksi antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, antara lain
seperti akun Utang dan Piutang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Eliminasi akun
timbal balik dilakukan menggunakan angka yang sama pada entitas yang dikonsolidasi.

3. Penyusunan Kertas Kerja Laporan Operasional (LO) LKPK-TW
LO LKPK-TW disusun berdasarkan hasil konsolidasi antara kertas kerja LO LKPP-TW dengan kertas kerja
LO LKPDK-TW. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun LO LKPK-TW adalah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi transaksi dan akun yang sejenis untuk dijumlahkan
Pendapatan LO dan Beban Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah yang merupakan akun yang
sejenis dapat dijumlahkan. Walaupun masih terdapat perbedaan BAS Pendapatan-LO dan Beban
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, perbedaan tersebut diatasi melalui konversi dan mapping.
Mapping penyusunan LO LKPK-TW dan perlakuan terhadap akun-akun tersebut dapat dilihat pada
Lampiran I.L.
b. Melakukan identifikasi akun resiprokal untuk dieliminasi
Eliminasi dilakukan terhadap akun timbal balik pada LO LKPK-TW, yang merupakan akun yang terjadi
akibat transaksi antar Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah. Akun resiprokal pada LO LKPK-TW
antara lain seperti Pendapatan Transfer pada LO LKPDK-TW Beban Transfer pada LO LKPP-TW.

CaLK Konsolidasian dan GFS 46

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Pendekatan eliminasi yang diambil pada penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian Pemerintah
Tingkat Wilayah sama dengan pendekatan yang dilakukan pada penyusunan LRA Konsolidasian
Pemerintah Tingkat Wilayah.

4. Penyusunan Kertas Kerja Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) LKPK-TW
LPE Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah disusun berdasarkan hasil konsolidasi antara LPE kertas
kerja LKPP-TW dengan LPE kertas kerja LKPDK-TW. Secara umum pos-pos yang disajikan pada LPE kertas
kerja LKPP-TW dan LPE kertas kerja LKPDK-TW adalah sejenis sehingga proses konsolidasi dilakukan
dengan menjumlahkan (agregasi) akun pada LPE Pemerintah Pusat dengan akun LPE pemerintah daerah,
yaitu: Ekuitas Awal, Surplus/Defisit LO, Koreksi yang Menambah/Mengurangi, Transaksi Antar Entitas,
Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi, Koreksi karena Double Pencatatan, Reklasifikasi Kewajiban
ke Ekuitas, dan Ekuitas Akhir. Perlakuan terhadap akun-akun tersebut dapat dilihat pada Lampiran I.M.

5. Penyusunan Laporan Arus Kas (LAK) LKPK-TW
LAK LKPK-TW disusun berdasarkan hasil konsolidasian LAK kertas kerja LKPP-TW dengan LAK kertas kerja
LKPDK-TW.

6. Penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) LKPK-TW
CaLK LKPK-TW merupakan penjelasan atas penyajian angka pada lembar muka LKPK-TW dengan tujuan
untuk meningkatkan transparansi dan menyediakan pemahaman yang lebih baik terhadap LKPK-TW. CaLK
LKPK-TW harus disajikan secara sistematis, meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, LO, LPE, dan LAK.

Dalam rangka pengungkapan yang memadai, Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Penjelasan Umum tentang LKPK-TW yang meliputi:

1) Dasar Hukum Penyusunan LKPK-TW;
2) Pendekatan Penyusunan LKPK-TW;
3) Sumber, Cakupan, dan Status Data;
b. Penjelasan tentang kebijakan akuntansi dan eliminasi akun resiprokal, antara lain transaksi Transfer
dan Pendapatan Transfer, Hibah, serta Utang dan Piutang antara Pemerintah Pusat dengan
pemerintah daerah.
c. Penjelasan rinci mengenai LRA LKPK-TW yang meliputi:
1) Pendapatan konsolidasian Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berdasarkan jenis pendapatan

dan lokasi kabupaten/kota disertai dengan ilustrasi tabel dan grafik.
2) Belanja konsolidasian Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berdasarkan jenis belanja, lokasi

kabupaten/kota, dan fungsi disertai dengan ilustrasi tabel dan grafik.
d. Penjelasan rinci mengenai Neraca LKPK-TW yang meliputi: aset, kewajiban, dan ekuitas konsolidasian

Pemerintah Pusat dan pemerintah disertai dengan ilustrasi tabel dan grafik.

CaLK Konsolidasian dan GFS 47

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

e. Penjelasan rinci mengenai LO LKPK-TW yang meliputi: pendapatan dan beban konsolidasian
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah.

f. Penjelasan rinci mengenai LPE LKPK-TW yang meliputi Surplus/Defisit LO, Penyesuaian Saldo Awal,
Koreksi yang Menambah/Mengurangi, Transaksi Antar Entitas, Keuntungan/Kerugian yang Belum
Terealisasi, Transaksi Double Pencatatan, Reklasifikasi Kewajiban ke Ekuitas, dan Ekuitas Akhir.

g. Penjelasan rinci mengenai LAK LKPK-TW yang meliputi: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari
aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pembiayaan konsolidasian antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah disertai dengan ilustrasi tabel dan grafik.

h. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.

Proses konsolidasi dalam penyusunan LKPK-TW meliputi penggabungan (penjumlahan) akun yang sama, serta
eliminasi akun resiprokal dengan kebijakan sebagai berikut:

a. Penggabungan (agregasi)
Dilakukan dengan menjumlahkan akun yang sama pada kertas kerja LKPP-TW dengan kertas kerja
LKPDK-TW.

b. Eliminasi Akun Resiprokal
Proses konsolidasi laporan keuangan meliputi eliminasi akun resiprokal atau timbal balik antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam wilayah kerja Kanwil DJPb. Kebijakan Eliminasi yang digunakan
adalah eliminasi akun resiprokal menggunakan angka yang sama pada entitas yang dikonsolidasi, baik
pada kertas kerja LKPP-TW maupun kertas kerja LKPDK-TW.

c. Eliminasi Akun Resiprokal yang Tidak Sama
Jika ditemukan akun resiprokal yang tidak sama jumlahnya, maka eliminasi tetap dilakukan menggunakan
satu angka yang sama pada entitas yang dikonsolidasi yaitu menggunakan angka yang ada pada
Pemerintah Pusat. Jika angka tandingan pada kertas kerja LKPDK-TW lebih besar/lebih kecil maka dapat
dilakukan penyesuaian dengan menambah atau mengurangi pos-pos yang memiliki keterkaitan paling
dekat dalam skala resiprokal. Dalam hal jumlah akun skala resiprokal dan resiprokal pada kertas kerja
LKPDK-TW tidak mencukupi, maka jumlah yang dieliminasi maksimal sebesar jumlah akun skala resiprokal
dan resiprokal pada LKPDK-TW.

A.3. KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN ELIMINASI AKUN TIMBAL BALIK

Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat
Wilayah disusun dengan menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara/Daerah (KUN/D) atau
dikeluarkan dari KUN/D. Sedangkan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui

CaLK Konsolidasian dan GFS 48

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN/D.

Penyusunan dan penyajian LKPP Tingkat Wilayah Tahun 2021 Audited telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (lampiran II). Penyusunan dan penyajian LKPD Konsolidasian Tahun
2021 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah dan telah mengacu pada SAP yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (lampiran II) melalui Buletin Teknis
Nomor 3 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan SAP dengan Konversi.
Dengan demikian, dalam penyusunan LKPP Tingkat Wilayah dan LKPD telah diterapkan kaidah-kaidah
pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LKPP dan LKPD adalah:

1. Pendapatan

Pendapatan adalah semua penerimaan KUN/D yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah pusat/daerah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN/D. Akuntansi pendapatan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto. yaitu dengan membukukan penerimaan bruto. dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis
pendapatan.

2. Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran KUN/D yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat/daerah. Belanja
diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN/D. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
pada pemerintah pusat, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja disajikan pada tampilan muka (face)
laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja sedangkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK) belanja disajikan menurut fungsi.

3. Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh. baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk
sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada

CaLK Konsolidasian dan GFS 49

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi
Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan dan Aset Lainnya.

4. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi Pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban Pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban Pemerintah
diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

5. Ekuitas

Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah. yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Saldo
ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

6. Bagan Akun Standar

Pos-pos yang disajikan pada Laporan Realisasi APBN Tahun 2021 adalah berdasarkan Bagan Akun Standar
(BAS) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 dan peraturan
dibawahnya. Pos-pos yang disajikan pada Laporan Realisasi APBD Tahun 2021 adalah berdasarkan bagan
akun standar (kode akun) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2021
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah dan peraturan perubahannya.

A.4. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TINGKAT WILAYAH TAHUN 2021

Indikator ekonomi makro di Provinsi Jambi cukup menggembirakan, ekonomi tumbuh 3,66% dari tahun
lalu yang menunjukkan recovery ekonomi berjalan dengan baik. Tingkat inflasi juga sangat terjaga di level 1,66%
jauh dari yang ditargetkan sebesar 3%. Sementara tingkat suku bunga masih ditetapkan rendah diangka 3,52%
untuk mendongkrak roda perekonomian agar tingkat konsumsi dapat lebih meningkat. Meskipun nilai tukar
rupiah masih melemah dibanding tahun lalu pada rate 14.278/USD, kinerja rupiah di tahun ini termasuk sangat
baik bahkan jauh mengungguli negara-negara lain di regional Asia Tenggara.

Tidak hanya indikator makro, indikator kesejahteraan juga membaik. Hal ini terlihat dari IPM yang
tumbuh menjadi 71,63 dari sebelumnya hanya 71,29. Tingkat pengangguran juga menurun dari 5,13% menjadi
5,09%. Hal ini semakin diperkuat dengan tingkat kesejahteraan petani yang semakin meningkat sebagaimana
yang tercermin pada NTP yang naik menjadi 138,79 dan NTN yang naik menjadi 111,62. Kemiskinan masih
harus menjadi perhatian Pemerintah karena tingkat kemiskinan masih cukup tinggi di level 7,67% meskipun
sudah turun dari tahun lalu yang mencapai 7,97%. Selain itu tingkat ketimpangannya juga masih harus diperbaiki
meskipun sudah turun dari tahun lalu dari 0,316 menjadi 0,315. Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat
yang merasakan dampak pandemi COVID-19 sehingga butuh bantuan Pemerintah.

CaLK Konsolidasian dan GFS 50

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

A.4.1 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di daerah tersebut. Perhitungan PDRB menggunakan dua jenis harga yaitu harga berlaku
dan harga konstan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada periode saat ini, sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan sampai saat ini
masih menggunakan tahun dasar 2010. Tujuan perhitungan PDRB ini untuk memberikan informasi yang dapat
menggambarkan kinerja perekonomian daerah, membantu kebijakan daerah atau perencanaan, dan evaluasi
hasil pembangunan. PDRB Provinsi Jambi selama 5 tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 2: Data PDRB Tahunan dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi

No. Uraian 2017 2018 2019 2020 2021

1. PDRB ADHK (dalam milyar rupiah) 136.501 142.902 142.911 148.448 153.881
2. PDRB ADHB (dalam milyar rupiah) 189.787 207.878 216.927 206.242 233.725
3. Pertumbuhan Ekonomi -0,44%
4,60% 4,69% 4,35% 3,66%
Sumber: BPS Provinsi Jambi

Grafik 1: Data PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

2021 233.725 Pertumbuhan Ekonomi
2020
2019 153.881
2018
2017 148.448 206.242 4,6 4,69 4,35 3,66

0 142.911 216.927

142.902 207.878 -0,44
2017 2018 2019 2020 2021

136.501 189.787

50.000 100.000 150.000 200.000 250.000

PDRB ADHB PDRB ADHK

PDRB Provinsi Jambi tahun 2021 tercatat sebesar 233.725 milyar rupiah, meningkat dibandingkan
tahun 2020 yang mencapai 206.242 milyar rupiah atau naik sebesar 13,33%. Jika ditinjau dari Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE), Provinsi Jambi mampu mengalami pertumbuhan sebesar 3,66%, lebih rendah dibandingkan
dengan LPE secara nasional sebesar 3,69%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan IV
tahun 2021 q-to-q mengalami kontraksi sebesar -0,37%. Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada
lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 14,33%. Sementara dari sisi pengeluaran semua
komponen tumbuh positif, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto
sebesar 9,27%.

CaLK Konsolidasian dan GFS 51

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Di regional Sumatera, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi berada diposisi kedua setelah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Berikut adalah perbandingan pertumbuhan ekonomi di regional Sumatera untuk
Tahun 2021:

Grafik 2: Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Antar Provinsi Regional Sumatera

6
5,05

5

4 3,36 3,43 3,29 3,24 3,66 3,58
3 2,79 2,61 2,79

2

1

0
Aceh Sumut Riau Kepri Sumbar Bengkulu Jambi Kep. Sumsel Lampung
Babel

% Laju Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Struktur ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2021 masih didominasi oleh kategori pertanian, kehutanan,
dan perikanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB sebesar 31,56%. Sementara dari sisi
pengeluaran, PDRB banyak digunakan oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 65,84%.

Capaian PDRB Provinsi Jambi jika dibandingkan dengan PDB Nasional masih cukup jauh dengan
tingkat kontribusi yang masih kecil sebesar 1,46%. Dengan kata lain, peranan PDRB Provinsi Jambi dalam
pembentukan PDB Nasional masih cukup kecil. Dengan mempertimbangkan potensi yang ada, maka diperlukan
beberapa langkah strategis untuk meningkatkan PDRB Provinsi Jambi ke depan. Namun PDRB per Kapita
Provinsi Jambi sebesar 65,19 juta lebih besar dari PDRB per Kapita Nasional yang sebesar 62,2 juta seiring
dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2021. Berikut perbandingan PDRB
Provinsi Jambi dengan nasional :

Tabel 3: Perbandingan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional

No. Indikator Provinsi Jambi Nasional

1. PDRB 233,72 triliun 16.970,8 triliun
2. PDRB per Kapita 65,19 juta 62,2 juta
3. Pertumbuhan Ekonomi 3,66% 3,69%
Sumber: BPS Provinsi Jambi

Jika melihat PDRB per kapita Jambi dan Nasional, maka dapat terlihat selisih lebih besar dibanding
PDRB per Kapita Nasional. Dengan kata lain tingkat penghasilan masyarakat Jambi lebih besar dari tingkat rata-
rata penghasilan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, masih perlu upaya-upaya lebih lanjut agar ke
depannya tingkat penghasilan tersebut lebih besar lagi.Tingkat PDRB per kapita saat ini sudah menunjukkan

CaLK Konsolidasian dan GFS 52

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

tren yang positif. PDRB per kapita tahun 2021 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2020, tetapi persentase
penduduk miskin mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan ketimpangan penghasilan antar penduduk.
Berikut PDRB per kapita dan persentase penduduk miskin di Provinsi Jambi tahun 2017-2021:

Tabel 4: Data PDRB per Kapita dan Grafik 3: Data PDRB per Kapita dan Persentase
Persentase Penduduk Miskin Prov. Jambi Penduduk Miskin Provinsi Jambi

PDRB Persentase 70 58,22 60,82 58,28 65,19
Perkapita Penduduk 60
Tahun 50 53,99
(Juta) Miskin 40
30
2017 53,99 8,19% 20
10
2018 58,22 7,92%
0
2019 60,82 7,60% 8,19 7,92 7,6 7,58 8,09

2020 58,28 7,58%

2021 65,19 8,09%

Sumber: BPS Provinsi Jambi 2017 2018 2019 2020 2021

PDRB Per Kapita % Penduduk Miskin

PDRB per kapita tahun 2017 s.d. 2019 mengalami kenaikan kemudian pada tahun 2020 mengalami
penurunan sebagai dampak pandemi COVID-19 dan pada tahun 2021 mengalami kenaikan kembali sebagai
dampak dari keberhasilan program PC-PEN Pemerintah dan vaksinasi COVID-19. Jumlah penduduk miskin dari
tahun 2017 s.d. tahun 2020 terus mengalami penurunan. Namun peningkatan jumlah masyarakat miskin kembali
terjadi di tahun 2021 sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat
yang menjadi menganggur ataupun sementara tidak bekerja karena perusahaan ataupun kantor tempat mereka
bekerja tidak mampu membayar gajinya sehingga dilakukan pemberhentian baik sementara maupun permanen
untuk mengurangi biaya operasional.

Struktur PDRB Provinsi Jambi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2021 tidak
menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Provinsi Jambi masih didominasi oleh lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 31,56 persen; diikuti oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar
14,09 persen; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,58 persen; dan
Industri Pengolahan sebesar 10,25 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian
Provinsi Jambi hampir mencapai 70 persen.

Sedangkan Struktur PDRB Provinsi Jambi menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2021
tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Ekspor
Barang dan Jasa (65,84 persen) namun terkoreksi Komponen Impor Barang dan Jasa (41,35 persen).
Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB adalah Komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tanggal yang mencapai hampir separuh PDRB Provinsi Jambi yaitu sebesar 44,02 persen dan diikuti
oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 21,89 persen. Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah memiliki andil sebesar 7,86 persen. Sedangkan peranan Komponen Pengeluaran Konsumsi

CaLK Konsolidasian dan GFS 53

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga dan Perubahan Inventori relatif kecil, yaitu masing-masing
sebesar 1,17 persen dan 0,57 persen.

A.4.2 Suku Bunga

Suku bunga merupakan persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga)
dalam suatu periode tertentu. Kebijakan terkait suku bunga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan laju
inflasi, dan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga/tingkat bunga mempengaruhi jumlah uang
yang beredar, yang akan menentukan tingkat inflasi.

Tabel 5: Tingkat Suku Bunga Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

Bulan 2017 2018 2019 2020 2021
4,25% 6,00% 5,00% 3,75% 3,52%
Tingkat Suku Bunga

Sumber: bi.go.id

Grafik 4: Tren Tingkat Suku Bunga Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

Suku Bunga

6 5
4,25 3,75 3,52

2017 2018 2019 2020 2021

Jika kita melihat perkembangan tingkat suku bunga selama 5 tahun terakhir, terlihat bahwa untuk tahun
2020 dan 2021 ini tingkat suku bunga berada pada tingkat yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena
Pemerintah ingin menggenjot konsumsi agar perekonomian kembali tumbuh. Dengan turunnya tingkat suku
bunga selama periode pandemi COVID-19 sepanjang tahun 2020 hingga 2021 diharapkan mampu memicu
investor untuk lebih gencar dalam menyalurkan uangnya untuk konsumsi agar perekonomian dapat terus
berjalan. Bahkan dapat kita lihat untuk tahun 2021 ini tingkat suku bunga kembali turun karena pada tahun ini
pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat sehingga diharapkan dapat lebih mempercepat proses pemulihan.

Selain itu suku bunga yang rendah ini juga diharapkan mampu menurunkan tingkat suku bunga
pinjaman untuk suku bunga kredit di perbankan. Dengan turunnya suku bunga di bank maka masyarakat dapat
lebih mudah dan lebih berani untuk mengajukan pinjaman sebagai suntikan modal untuk pemulihan usaha
setelah diterpa pandemi. Kebijakan untuk menurunkan suku bunga ini diharapkan dapat mendorong pelaku
usaha untuk lebih semangat untuk kembali agar roda perekonomian dapat terus berjalan dan pertumbuhan
ekonomi dapat dipertahankan.

CaLK Konsolidasian dan GFS 54

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

A.4.3 Inflasi

Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi dapat dilihat melalui data statistik harga-harga dan statistik
harga konsumen terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks. Inflasi dapat digunakan sebagai alat untuk
melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu daerah. Berikut merupakan data inflasi
gabungan untuk Provinsi Jambi sepanjang tahun 2021:

Tabel 6: Perkembangan Inflasi Provinsi Jambi dan Nasional Tahun 2017-2021

Inflasi Gabungan Jambi 2017 2018 2019 2020 2021
Inflasi Nasional
Gap terhadap Nasional 2,83 3,34 0,81 3,01 1,66
3,61 3,13 2,72 1,68 1,87
Sumber: BPS Provinsi Jambi -0.78 0.21 -1.91 1.33 -0.21

Grafik 5: Tren Inflasi Provinsi Jambi dan Nasional Tahun 2017-2021

4 3,61 3,34 2,72 3,01 1,87
2,83 3,13 1,68 1,66
0,81 1,33
3 0,21 -0,21
2018 2019 2020 2021
2 -1,91

1

0 -0,78
2017

-1

-2

-3

Inflasi Jambi Inflasi Nasional Gap

Dalam 5 tahun terakhir, nilai inflasi relatif terjaga. Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Nasional
maka nilai inflasi ini cukup berfluktuatif dimana gap terbesar terjadi pada tahun 2019. Hal ini disebabkan karena
pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi menunjukkan geliat yang positif dimana hampir seluruh sektor
tumbuh. Namun kondisi tersebut berbalik ketika kondisi global berubah drastis dengan kasus pertama COVID-19
dipenghujung tahun 2019. Kejadian tersebut membuat seluruh prediksi dan indikator menjadi berantakan dan
kondisi perekonomian yang hancur karena pandemi.

Meskipun inflasi di tahun ini rendah, tidak berarti bagus karena itu juga bisa berarti daya beli masyarakat
yang juga menurun. Hal ini juga terlihat dari penurunan faktor konsumsi masyarakat yang menurun tajam sejak
triwulan II tahun 2020 dan mulai perlahan pulih sejak triwulan III tahun 2020 dan terus berlanjut hingga triwulan
III tahun 2021.

CaLK Konsolidasian dan GFS 55

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Menurut Laporan Perekonomian Provinsi Jambi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, pola inflasi
Provinsi Jambi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi terutama untuk
komoditas bahan pokok yang berasal dari luar daerah. Sementara itu, kebijakan PPKM yang diterapkan
Pemerintah akan berdampak langsung terhadap aktivitas mobilitas masyarakat yang tentunya juga akan
mengganggu distribusi. Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah
membuat 4 kebijakan utama agar tingkat inflasi tetap terjaga yaitu:

1. Keterjangkauan harga dengan membentuk Toko TPID yang bekerja sama dengan BULOG untuk menjaga
stabilitas harga beras;

2. Ketersediaan Pasokan dengan mengoptimalkan bantuan sarana produksi, perbaikan/peningkatan
infrastruktur pertanian, dan mendorong pemanfaatan Cold Storage Atmospheric System (CAS) untuk
menyimpan komoditas cabai agar lebih tahan lama;

3. Kelancaran distribusi dengan berkoordinasi bersama pihak kepolisian dan dinas perhubungan agar
menjamin kelancaran distribusi selama masa PPKM serta inisiasi Kerja sama Antar Daerah (KAD) untuk
meningkatkan pasokan komoditas strategis;

4. Komunikasi Efektif dengan menyampaikan iklan layanan masyarakat dan edukasi untuk tidak berbelanja
berlebihan.

A.4.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM sebagai ukuran kualitas hidup karena mengukur pencapaian hasil pembangunan dari suatu
daerah/wilayah berdasarkan sejumlah komponen dasar kualits hidup. Pendekatan tiga dimensi dasar
pembangunan yaitu: (1) umur panjang dan hidup sehat, (2) pengetahuan, dan (3) standar hidup layak. Semakin
tinggi nilai IPM, menunjukkan pencapaian pembangunan manusianya semakin baik.

Tabel 7: Perkembangan IPM Tahun 2017-2021

2017 2018 2019 2020 2021

IPM Prov. Jambi 69,99 70,65 71,26 71,29 71,63
71,39 71,92 71,94 72,29
IPM Nasional 70,81 -0,74 -0,66 -0,65 -0,66

Gap -0,82

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Grafik 6: Perkembangan IPM Tahun 2017-2021

72,5 71,39 71,92 71,94 72,29
72 70,65 71,26 71,29 71,63

71,5 70,81 2018 2019 2020 2021
71 IPM Nasional

70,5 69,99
70

69,5
69

68,5
2017

IPM Prov. Jambi

CaLK Konsolidasian dan GFS 56

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Jika kita telaah berdasarkan tiga dimensi dasar pembangunan tersebut, maka ketiga faktor sudah
mengalami pertumbuhan. Namun, pertumbuhan ini masih cukup jauh dibawah IPM Nasional yang sudah
mencapai 72,29. Selain itu, capaian ini juga masih cukup jauh untuk regional Sumatera dimana Provinsi Jambi
hanya mampu lebih baik dari Lampung dan Sumatera Selatan. Meskipun begitu, melihat kondisi yang lebih baik
dari tahun sebelumnya, dapat dikatakan Provinsi Jambi sudah berada pada jalur yang tepat.

Indikator pertama yaitu Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur
panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Bayi yang lahir pada tahun 2021 memiliki harapan
untuk dapat hidup hingga 71,22 tahun, lebih lama 0,06 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun
2020. Peningkatan UHH ini juga dapat menjadi indikasi bahwa pelayanan dan penanganan proses kelahiran
yang terus membaik dan juga tingkat kecukupan gizi yang juga semakin membaik dari tahun lalu.

Sedangkan untuk indikator kedua yaitu harapan lama sekolah juga mengalami perbaikan. Anak-anak
yang pada tahun 2021 berusia 7 tahun memiliki harapan untuk dapat bersekolah selama 13,04 tahun (Diploma
1), meningkat 0,06 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2020. Meningkatnya Harapan
Lama Sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang akan ditempuh oleh
penduduk Jambi. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Jambi tumbuh 0,58 persen dari tahun lalu.
Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia Provinsi Jambi
yang lebih baik. Pada tahun 2021, secara rata-rata penduduk Provinsi Jambi usia 25 tahun ke atas telah
mengenyam pendidikan selama 8,60 tahun atau hingga kelas IX (SMP kelas III).

Untuk indikator terakhir yaitu standar hidup layak yang diukur menggunakan pengeluaran per kapita
juga mengalami peningkatan pada tahun ini. Pengeluaran per kapita tercatat sebesar 10,59 juta rupiah pada
tahun 2021, meningkat 196 ribu rupiah dibandingkan dengan tahun 2020. Meningkatnya pendapatan per kapita
ini juga menjadi pertanda bahwa penduduk Provinsi Jambi perlahan mulai mengalami peningkatan tingkat
kesejahteraan meskipun dalam kondisi pandemi.

Namun demikian, peningkatan nilai IPM ini harus dipahami secara substansi. Nilai IPM yang saat ini
masih menggunakan tiga indikator yang terkait dengan umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta
standar hidup layak tidak menunjukkan korelasi yang positif terhadap tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal
ini dikarenakan, arah kebijakan Pemerintah tidak mengarah pada outcome dari indikator IPM namun hanya
sebatas output. Tidak hanya itu, output yang dihasilkan juga belum diarahkan secara spesifik untuk
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran namun hanya sebatas memenuhi standar
persyaratan untuk dapat meningkatkan indeks IPM saja. Akibatnya peningkatan yang riil dari nilai IPM ini tidak
serta merta mencerminkan kualitas masyarakat yang lebih baik meskipun terlihat baik secara angka statistika.

A.4.5 Tingkat Kemiskinan

Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Perbaikan kesejahateraan penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka
kemiskinan saja, tetapi juga terjadi perbaikan kualitas hidup penduduk miskin.

CaLK Konsolidasian dan GFS 57

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Tabel 8: Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

Penduduk Miskin Jambi (Orang) 2017 2018 2019 2020 2021
Tingkat Kemiskinan Jambi
Penduduk Miskin Nasional (Org) 278.610 281.470 273.370 288.100 279.860
Tingkat Kemiskinan Nasional 7,90% 7,85% 7,51% 7,97% 7,67%
26.583.000 25.674.580 24.785.870 27.549.700 26.503.650
Sumber: BPS Provinsi Jambi 10,12% 9,66% 9,22% 10,19% 9,71%

Grafik 7: Tren Tingkat Kemiskinan Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

12 10,12 9,66 9,22 10,19 9,71
10 7,85 7,51 7,97 7,67

7,9 2018 2019 2020 2021
8

6

4

2

0
2017

Kemiskinan Jambi Kemiskinan Nasional

Tingkat kemiskinan selama tahun 2017-2019 cenderung menurun. Meskipun sempat meningkat pada
tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, namun di tahun 2021 perlahan mulai kembali menurun. Tingginya tingkat
kemiskinan ini pula yang mendasari berbagai bantuan yang dibuat oleh Pemerintah agar penambahan
masyarakat miskin tidak terlalu besar.

Jika ditelaah dari faktor penyebabnya, terdapat 2 faktor utama penyebab meningkatnya tingkat
kemiskinan. Faktor yang pertama adalah karena meningkatnya kebutuhan terhadap komoditi makanan yang
diikuti pula dengan inflasi pada komoditi tersebut. Kebutuhan sembako yang merupakan kebutuhan hidup utama
mengalami kenaikan cukup tinggi pada awal tahun sehingga cukup berpengaruh bagi penduduk miskin.
Kenaikan harga cabai yang naik bahkan lebih dari 2,5 kali atau 270% atau minyak goreng yang naik hampir 10%
tentu menjadi pengeluaran yang tak terelakkan bagi masyarakat. Dengan kenaikan harga yang sangat tinggi
tersebut tentu membuat pengeluaran atas komoditas tersebut menjadi meningkat.

Faktor kedua yang juga mempengaruhi pertumbuhan tingkat kemiskinan ini adalah karena masih
tingginya tingkat pengangguran. Meskipun pada periode ini tingkat pengangguran sudah mengalami penurunan
dari sebelumnya, namun jumlah pengangguran tersebut masih tergolong cukup tinggi. Apalagi tenaga kerja yang
ada tersebut masih banyak yang berada dalam posisi terdampak COVID-19. Tenaga kerja yang ada saat ini
meskipun statusnya bekerja namun masih banyak yang berstatus bekerja setengah menganggur ataupun
pekerja informal.

Kemiskinan di Provinsi Jambi secara umum masih mengikuti pola tanam-panen. Pada masa tanam
biasanya tingkat kemiskinan tinggi yang biasanya tercermin pada saat pengukuran kemiskinan di bulan Maret.

CaLK Konsolidasian dan GFS 58

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Sebaliknya ketika musim panen kecenderungan tingkat kemiskinan menurun yang tercermin pada saat
pengukuran kemiskinan pada bulan September. Siklus yang terus berulang ini harusnya mampu lebih dimitigasi
agar program penanganan kemiskinan yang disiapkan oleh Pemerintah benar-benar efektif sehingga tidak lagi
bergantung dengan kondisi musim.

Setidaknya terdapat 4 faktor kunci yang harus diperhatikan jika Pemerintah benar-benar serius untuk
menangani kemiskinan di Provinsi Jambi. Faktor pertama adalah bagaimana meningkatkan aksesibilitas dan
konektivitas. Untuk mewujudkannya maka perlu pembangunan infrastruktur yang tepat untuk menghubungkan
antara sentra produksi dengan pasar sehingga memperlancar distribusi. Faktor kedua adalah fokus membangun
hilirisasi agar komoditas unggulan memiliki nilai tambah bagi masyarakat. Faktor ketiga adalah intermediasi
lembaga keuangan yang lebih inklusif sebagai penyangga harga komoditas. Faktor keempat adalah link and
match pendidikan agar penyediaan pendidikan sesuai dengan demand dari pasar tenaga kerja yang ada dan
tentunya diupayakan agar mendukung potensi lokal yang ada. Dengan serius dan fokus pada keempat hal ini
diyakini akan lebih efektif dalam menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.

Tabel 9: Perbandingan Tingkat Kemiskinan Reginal Sumatera Maret 2021-September 2021

Persentase Penduduk Miskin (%)

Provinsi Perkotaan Perdesaan Total
September
Aceh Maret September Maret September Maret 15,53
Sumatera Utara 15,33 8,49
Sumatera Barat 10,46 10,58 17,78 18,04 9,01 6,04
Riau 6,63 7,00
Jambi 9,15 8,68 8,84 8,26 7,12 7,67
Sumatera Selatan 8,09 12,79
Bengkulu 5,30 4,83 7,91 7,23 12,84 14,43
Lampung 15,22 11,67
Kep. Bangka Belitung 6,52 6,72 7,51 7,19 12,62 4,67
Kepulauan Riau 4,90 5,75
Nasional 11,52 10,50 6,42 6,28 6,12 9,71
10,14
12,36 11,99 13,12 13,28

15,10 14,73 15,28 14,28

9,29 8,50 14,18 13,18

3,57 3,22 6,63 6,57

5,72 5,37 11,10 10,45

7,89 7,60 13,10 12,53

Jika kita lihat jumlah penduduk miskin maupun dari persentase penduduk miskin untuk regional
Sumatera, Provinsi Jambi masih menduduki papan tengah. Provinsi Jambi masih berada dibawah tingkat
kemiskinan secara Nasional. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah untuk menjaga dan
memperbaiki tingkat kemiskinan agar tidak terlalu tinggi dan tetap berada di bawah level kemiskinan Nasional.

Beberapa Provinsi lain di regional Sumatera yang memiliki tingkat kemiskinan di atas level Nasional
antara lain Aceh, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Hal ini perlu menjadi perhatian karena Provinsi
Jambi berbatasan langsung dengan 2 Provinsi yaitu Bengkulu dan Sumatera Selatan. Daerah dengan tingkat
kemiskinan tinggi memiliki kecendrungan untuk menciptakan ketidakstabilan sosial hingga kriminalitas. Kondisi

CaLK Konsolidasian dan GFS 59

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

ini jika tidak direncanakan dan ditangani dengan baik akan mengganggu baik secara langsung maupun tidak
langsung arus distribusi barang yang pada akhirnya akan mengganggu perekonomian Provinsi Jambi.

A.4.6 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi Tahun 2021 sebanyak 1,84 juta orang, bertambah 7,6 ribu
orang dibanding Tahun 2020. Peningkatan tersebut berlawanan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang turun sedikit 0,69 persen menjadi 67,17 persen.. Angka TPT turun sebesar 0,04 persen menjadi
5,09 persen pada tahun 2021, dibandingkan dengan tahun 2020.

Tabel 10: Perkembangan Tenaga KerjaTahun 2017-2021

Jumlah Angkatan Kerja 2017 2018 2019 2020 2021
TPAK Jambi
TPT jambi 1.724.633 1.790.437 1.765.747 1.832.993 1.840.594
TPAK Nasional 67,52% 68,46% 66,09% 67,79% 67,17%
TPT Nasional 3,87% 3,73% 4,19% 5,13% 5,09%
66,70% 67,26% 67,49% 67,77% 67,80%
Sumber: BPS Provinsi Jambi 5,50% 5,34% 5,28% 7,07% 6,49%

Grafik 8: Perkembangan TPT Tahun 2017-2021

8 7,07
6,49

5,5 5,34 5,28 5,13 5,09
6

3,87 3,87 4,19

4

2 2018 2019 2020 2021

0
2017

% TPT Jambi %TPT Nasional

Pada periode ini jumlah masyarakat yang bekerja sudah kembali meningkat. Namun sayangnya
peningkatan tersebut tidak diikuti dari tingkat partisipasi Angkatan kerja tersebut. Menurunnya tingkat partisipasi
ini dikarenakan lowongan pekerjaan yang sedikit terbatas karena banyak perusahaan yang juga masih dalam
kondisi recovery sehingga belum berani merekrut karyawan penuh. Peningkatan paling besar justru terlihat dari
pekerja paruh waktu yang bertambah 32 ribu orang dari tahun lalu.

Salah satu peluang ketika pandemi yang banyak dimanfaatkan oleh angkatan kerja saat ini adalah
usaha online. Selama masa pandemi ini terjadi peningkatan jumlah pencari kerja yang memanfaatkan platform
online untuk menawarkan jasa atau barang. Hal ini menjadi sebuah indikator yang positif dimana masyarakat
sudah mulai beralih dari usaha konvensional yang sudah ada saat ini.

Salah satu perubahan positif lain dari pandemi ini adalah meningkatnya jumlah investor selama masa
pandemi. Menurut laporan dari Otoritas Jasa Keuangan, pada tahun ini jumlah Single Identification Number
(SID) tumbuh 2 kali lipat atau 106,55% dari tahun lalu. Sementara itu untuk tren kepemilikan saham pada tahun

CaLK Konsolidasian dan GFS 60

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

ini juga tumbuh 40,80% dari tahun lalu. Tingginya angka merupakan salah dampak dari meningkatnya jumlah
pemain di pasar modal yang bersumber dari masyarakat milenial yang mencari cuan atau penghasilan melalui
aktifitas investasi di masa pandemi. Angka yang positif ini harus mampu dimanfaatkan dengan baik sebagai
peluang pengembangan usaha dan karier ke depan apalagi di era digitalisasi yang akan terus berkembang.
Tentunya potensi baru ini harus mampu pula diukur oleh stakeholders terkait agar data pengangguran yang ada
saat ini adalah yang benar-benar mencerminkan pengangguran yang nyata-nyata tanpa pekerjaan atau tidak
memiliki penghasilan baik dari bekerja secara offline maupun online.

A.4.7 Reviu Capaian Kinerja Makro Kesra Regional

Tabel 11: Capaian Kinerja Makro Kesra Provinsi Jambi Tahun 2021

No. Sasaran Makro Kesra Target Realisasi Target 2022 Hasil Reviu
2021 2021
1. Pertumbuhan 4,70 Masih belum mencapai target. Namun sudah mengalami
Ekonomi 6,20 3,66 3,00 pertumbuhan dibandingkan kondisi pada saat pandemi
72,14 tahun 2020. Tantangan kedepan terkait fluktuasi harga
2. Inflasi 3,00 1,66 7,90 Batubara dan CPO menjadi penentu apakah ekonomi
71,63 5,00 mampu tumbuh atau kembali resesi
3. IPM - 0,315
7,67 108 Inflasi masih berada pada level yang sangat terjaga.
4. Kemiskinan 7,40 Tahun depan diperkirakan tingkat inflasi masih berada
5,09 pada level yang terkendali dan dibawah target yang telah
5. Pengangguran - ditetapkan
0,321
6. Rasio Gini 0,30 Capaian IPM pada tahun ini sudah cukup baik dan sudah
138,79 termasuk kategori tinggi. Meskipun capaian ini masih
7. NTP 105,3 dibawah capaian IPM Nasional, namun terdapat 3 Kab
yang naik level menjadi level tinggi pada tahun ini. Selain
itu tidak terdapat Kab/Kota yang masih berada di level
rendah.

Tingkat kemiskinan pada tahun ini mulai menurun dari
tahun lalu. Meskipun masih belum mencapai target,
beberapa kebijakan yang dilaksanakan terbukti mampu
menurunkan tingkat kemiskinan. Selain itu penyebab
utama dari tingginya pengeluaran untuk sembako mampu
ditekan karena terkendalinya inflasi.

Capaian pengangguran pada tahun ini sedikit menurun
dari tahun lalu. Namun tenaga kerja yang terdampak
COVID masih cukup besar baik yang menganggur karena
COVID, sementara tidak bekerja karena COVID maupun
yang mengalami perubahan jam kerja karena COVID.

Gini Rasio pada tahun ini belum mencapai target. Selain
itu, capaian tahun ini juga masih lebih rendah dari tahun
lalu. Salah satu penyebabnya adalah perubahan porsi
masyarakat miskin di daerah perkotaan maupun
pedesaan.

NTP mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun
terakhir. Pertumbuhan ini merupakan dampak positif dari
meningkatnya harga CPO di pasar global. Namun 3
subsektor masih memiliki indeks dibawah 100 yaitu
tanaman pangan, hortikultura dan peternakan. 3
Subsektor ini masih sangat fluktuatif dengan
kecenderungan indeks dibawah 100 yang cukup tinggi.

CaLK Konsolidasian dan GFS 61

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

8. NTN - 111,62 N/A Sektor perikanan juga mengalami pertumbuhan pada

tahun ini. Pada tahun ini pula subsektor perikanan
budidaya akhirnya mampu menembus indeks 100 setelah

sebelumnya berada di bawah 100.’

Salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk
perikanan adalah pembibitan ikan air tawar unggulan. Hal
ini karena potensi pasarnya yang terus tumbuh sehingga
sudah memiliki potensi pasar yang cukup baik.

Secara umum, capaian kinerja makro dan kesra di tahun 2021 sudah cukup baik. Hal ini terlihat dengan
terjaganya indikator makro yang tidak melebihi target serta meningkatnya beberapa indikator kesra meskipun
masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Capaian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah
dalam rangka penanganan pandemi ini cukup efektif untuk meredam gejolak sosial. Selain itu program yang
telah dibuat terbukti sangat membantu masyarakat bertahan selama kondisi pandemi ini.

Meskipun begitu, terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian untuk tahun 2022. Meskipun
capaian indikator makro saat ini tergolong baik namun itu sebagai salah satu akibat atau keuntungan dari faktor
eksternal. Faktor seperti krisis energi didunia yang membuat harga batubara melonjak tinggi memang
memberikan dampak positif yang terasa bagi Indonesia dan khususnya bagi Provinsi penghasil batubara seperti
Jambi. Namun faktor-faktor seperti ini tentunya tidak bisa kita jadikan tumpuan karena tidak mungkin selamanya
kondisinya akan terus baik seperti ini. Pemerintah harus menyiapkan strategi yang tepat agar momentum ini
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan nilai tawar Indonesia di mata dunia. Selain itu, momentum
ini juga dapat dijadikan kesempatan untuk lebih memprioritaskan fasilitas dan infrastruktur pendukung
kelancaran distribusi hasil tambang tersebut sehingga masyarakat juga kemudian dapat menikmati hasilnya.

Selain itu Pemerintah juga tetap harus fokus pada amanat utamanya dari Undang-Undang Dasar yaitu
salah satunya untuk memajukan kesejahteraan umum. Meskipun sudah on the track, Pemerintah harus tetap
memperhatikan kebijakan yang mampu menyerap lebih banyak lapangan usaha sehingga lebih banyak
pengangguran yang berkurang. Dan kebijakan tersebut harus pula menyesuaikan dengan kondisi dan
perkembangan pasca pandemi ini dimana banyak sekali kondisi yang berubah.

Permasalahan ekonomi di Provinsi Jambi selalu menjadi masalah klasik yang sepertinya belum
ditangani secara serius sejak Provinsi ini berdiri. Hal yang selalu menjadi masalah setiap tahun hampir sama. Isu
utama perekonomian yang harus diperhatikan jika ekonomi ingin maju adalah perbaiki aksesibilitas dan
konektivitas antara sentra produksi dan pasar, bangun pabrik hilirisasi produk unggulan, dan bentuk lembaga
atau membuat kebijakan yang mampu menstabilkan harga komoditas unggulan.

A.4.8 Ringkasan Indikator Sosial Ekonomi

Indikator sosial ekonomi Provinsi Jambi dalam lima tahun terakhir digambarkan sebagail berikut.

CaLK Konsolidasian dan GFS 62

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Tabel 12: Indikator Sosial Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2017-2021

No Indikator Satuan 2017 2018 2019 2020 2021

1. Jumlah Penduduk Juta Orang 3,51 3,57 3,62 3,54 3,64
2. Tingkat pengangguran % 3,87 3,73 4,06 5,13 5,09

Terbuka % 7,90 7,85 7,51 7,97 7,67
3. Persentase Penduduk Miskin Ribuan Orang 278,61 281,47 273,37 288,10 279,86
4. Jumlah Penduduk Miskin 389.596 426.251 448.509 483.542 517.722
5. Garis Kemiskinan Rp/Kapita/
Bulan 69,99 70,65 71,26 71,29 71,63
6. IPM Indeks 189,78 207,87 216,92 206,24 233,72
7. PDRB ADHB 136,50 142,90 149,11 148,44 153,88
8. PDRB ADHK 2010 Triliun Rp 4,60 4,69 4,35 -0,44 3,66
9. Pertumbuhan ekonomi Triliun Rp 2.553,48 3.064,27 2.841,22 1.776,58 2.389,661
10. Ekspor Luar Negeri 63,41 85,96 75,38 65,24 31,91
11. Impor Luar Negeri % 2,83 3,34 0,81 3,01 1,66
12. Inflasi Juta US$
Juta US$
Sumber: BPS Provinsi Jambi
%

CaLK Konsolidasian dan GFS 63

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN
TINGKAT WILAYAH

B.1. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN TINGKAT WILAYAH

Pada tahun 2021 Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah mencapai Rp10.278.406.229.274 yang
merupakan Pendapatan Pemerintah Pusat Rp6.576.299.070.026 dan Pendapatan Pemerintah Daerah
Konsolidasian Rp3.702.107.159.247. Pendapatan Konsolidasian tersebut berasal dari konsolidasi Pendapatan
Perpajakan Rp7.924.922.147.961, konsolidasi Pendapatan Bukan Pajak Rp2.256.155.605.129, dan Pendapatan
Hibah Konsolidasian Rp97.328.476.184. Pendapatan Konsolidasian Tahun 2021 naik sebesar
Rp2.183.829.847.011 atau 26,98 persen dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar Rp8.094.576.382.263.
Pendapatan Perpajakan naik sebesar Rp1.885.110.618.776, Penerimaan Bukan Pajak naik sebesar
Rp692.914.006.596, sedangkan Pendapatan Hibah mengalami penurunan sebesar Rp394.194.778.361.
Kenaikan Pendapatan Konsolidasian tersebut sebagai dampak keberhasilan program Penanganan COVID-19
dan Pemulihan Ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama tahun 2021 sebesar 3,66 persen.

B.1.1. PENDAPATAN PERPAJAKAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Perpajakan Konsolidasian tahun 2021 sebesar Rp7.924.922.147.961 terdiri dari konsolidasi
Pendapatan Pajak Dalam Negeri sebesar Rp7.353.251.752.056 dan konsolidasi Pajak Perdagangan
Internasional sebesar Rp571.670.395.905. Pendapatan Perpajakan Konsolidasian tahun 2021 naik sebesar
Rp1.885.110.618.776 atau 31,21 persen dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar Rp6.039.811.529.185.
Pendapatan Pajak Dalam Negeri naik sebesar Rp1.459.375.532.508 atau 24,76 persen dan Pajak Perdagangan
Internasional naik signifikan sebesar Rp425.735.086.268 atau 291,73 persen. Kenaikan Pendapatan Perpajakan
tersebut karena adanya pemulihan ekonomi yang kuat sepanjang tahun 2021, pemberian relaksasi pajak yang
efektif, dan pengawasan pajak yang optimal selama masa pandemi COVID-19.

Pajak Dalam Negeri Konsolidasian tahun 2021 sebesar Rp7.353.251.752.056 terdiri dari Pajak Dalam
Negeri Pemerintah Pusat sebesar Rp5.279.034.294.160 atau 71,79 persen dan Pajak Daerah sebesar
Rp2.074.217.457.896 atau 28,21 persen. Dengan demikian Pajak Dalam Negeri Pemerintah Pusat mendominasi
penerimaan pajak di wilayah Provinsi Jambi.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Pusat tahun 2021 sebesar Rp5.279.034.294.160 dengan
rincian sebagai berikut:

Tabel 13: Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Pusat Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)
2.297.719.581.934
Pendapatan Pajak 2.001.273.286.191 296.446.295.743
Penghasilan (PPh) 2.745.868.086.685
Pendapatan Pajak 1.966.758.414.344 779.109.672.341
Pertambahan Nilai (PPN) 147.177.194.790

Pendapatan Pajak Bumi dan 0 120.024.471.087 27.152.723.703
Bangunan (PBB)
Pendapatan BPHTB 00

CaLK Konsolidasian dan GFS 64

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Pendapatan Cukai 0 40.000.000 -40.000.000
Pendapatan Pajak Lainnya 88.269.430.751 50.093.601.085 38.175.829.666
Jumlah 5.279.034.294.160 4.138.189.772.707 1.140.844.521.453

Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Pusat didominasi oleh Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp2.745.868.086.685 atau 52,01 persen dan Pajak Penghasilan sebesar Rp2.297.719.581.934 atau 43,52
persen.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Daerah tahun 2021 sebesar Rp2.074.217.457.896 dengan
rincian sebagai berkut:

Tabel 14: Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Daerah Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)
1.558.105.416.539 1.292.729.048.514 265.376.368.025
Provinsi Jambi -6.973.502.243
Kabupaten Batanghari 21.576.726.196 28.550.228.439 804.578.671
Kabupaten Tanjung Jabung 31.635.068.045 30.830.489.374
Barat
Kabupaten Bungo 44.859.993.588 35.331.492.363 9.528.501.225
Kabupaten Sarolangun 18.942.809.781 16.065.345.276 2.877.464.505
Kabupaten Kerinci 13.133.943.333 11.712.348.530 1.421.594.803
Kabupaten Merangin 29.071.195.349 23.205.906.082 5.865.289.267
Kabupaten Tanjung Jabung 19.776.698.794 15.859.280.137 3.917.418.657
Timur
Kabupaten Tebo 22.539.888.831 19.173.167.415 3.366.721.416
Kabupaten Muaro Jambi 61.336.706.678 54.187.881.584 7.148.825.094
Kota Jambi 244.726.978.039 216.961.981.307 27.764.996.732
Kota Sungai Penuh 8.512.032.723 7.265.748.342 1.246.284.381
Jumlah 2.074.217.457.896 1.751.872.917.363 322.344.540.533

Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Daerah tertinggi disumbang oleh Provinsi Jambi sebesar
Rp1.558.105.416.539 atau 75,12 persen yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor sebesar
Rp510.370.054.254, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar Rp408.140.058.000, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor sebesar Rp400.206.269.286, Pajak Rokok sebesar Rp237.884.895.667, dan Pajak Air
Permukaan sebesar Rp1.504.139.332. Selanjutnya disumbang oleh Kota Jambi sebesar Rp244.726.978.039
atau 11,80 persen, berturut-turut lima terbesar berasal dari Pajak Penerangan Jalan Rp68.870.350.791, BPHTB
Rp65.330.938.242, Pajak Restoran Rp43.790.034.759, PBB Perdesaan dan Perkotaan Rp30.259.314.517, dan
Pajak Reklame Rp11.566.937.828.

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Konsolidasian Tahun 2021 merupakan Pendapatan
Pemerintah Pusat sebesar Rp571.670.395.905 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 15: Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Pendapatan Bea Masuk 8.184.459.905 8.850.569.637 (666.109.732)
Pendapatan Bea Keluar 563.485.936.000 137.084.740.000 426.401.196.000
Jumlah 571.670.395.905 145.935.309.637 425.735.086.268

CaLK Konsolidasian dan GFS 65

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

B.1.2. PENDAPATAN BUKAN PAJAK KONSOLIDASIAN

Pendapatan Bukan Pajak Konsolidasian tahun 2021 sebesar Rp2.256.155.605.129, meningkat sebesar
Rp692.914.006.596 atau 44,33 persen dibandingkan dengan tahun 2020 seiring dengan meningkatnya harga
komoditas (minyak mentah, minerba, dan CPO) dan membaiknya layanan PNBP seiring dengan meningkatnya
aktivitas masyarakat. Pendapatan Bukan Pajak Konsolidasian terdiri dari:

a. Bagian Pemerintah atas Laba BUMD dan BUMN sebesar Rp122.667.233.133 merupakan Bagian Laba
yang dibagikan kepada Pemda atas penyertaan modal pada Perusahaaan Milik Daerah (BUMD) dan BUMN
terdiri dari:

Tabel 16: Bagian Pemda atas Laba BUMD per Wilayah Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Provinsi Jambi 28.028.487.059 27.923.864.762 104.622.297
Kabupaten Batanghari 10.290.193.227 10.251.220.621 38.972.606
Kab. Tanjung Jabung Barat 10.719.917.976 10.663.362.646 56.555.330
Kabupaten Bungo 7.685.159.765 7.343.654.057 341.505.708
Kabupaten Sarolangun 8.032.310.691 8.001.889.486 30.421.205
Kabupaten Kerinci 9.319.513.549 8.962.116.225 357.397.324
Kabupaten Merangin 6.265.202.339 5.896.472.394 368.729.945
Kab. Tanjung Jabung Timur 7.088.808.215 6.731.659.233 357.148.982
Kabupaten Tebo 8.777.303.549 8.221.154.219 556.149.330
Kabupaten Muaro Jambi 5.977.944.500 5.648.062.163 329.882.337
Kota Jambi 9.638.772.830 9.602.267.383 36.505.447
Kota Sungai Penuh 10.843.619.433 10.802.550.806 41.068.627
Jumlah 122.667.233.133 120.048.273.995 2.618.959.138

b. Pendapatan Bukan Pajak Lainnya sebesar Rp523.349.315.477 terdiri dari Pendapatan Bukan Pajak Lainnya
Pemerintah Pusat sebesar Rp212.249.148.213 dan Pendapatan Bukan Pajak Lainnya Pemerintah Daerah
sebesar Rp311.100.167.264.
Pendapatan Bukan Pajak Lainnya Pemerintah Pusat sebesar Rp212.249.148.213 dengan rincian sebagai
berikut:

Tabel 17: Pendapatan Bukan Pajak Lainnya Pemerintah Pusat Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan
(Penurunan)

Pendapatan dari Pengelolaan BMN 7.670.961.023 7.841.494.116 -170.533.093
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta
Pendapatan dari Penjualan 122.947.190.887 130.021.936.379 -7.074.745.492
Pendapatan Jasa 25.159.165.004 3.281.859.350 -3.281.859.350
Pendapatan Bunga 56.471.831.299 23.667.608.976 1.491.556.028
Pendapatan Pendidikan 212.249.148.213 3.008.765.002 -3.008.765.002
Pendapatan Iuran dan Denda 14.723.616.580 41.748.214.719
Pendapatan Lain-Lain 29.703.867.810
Jumlah 182.545.280.403

Sedangkan Pendapatan Pemerintah Daerah sebesar Rp311.100.167.263 terdiri dari Pendapatan Retribusi

Daerah sebesar Rp99.968.288.584, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (di luar Pendapatan

BLUD) sebesar Rp279.242.661.427.

CaLK Konsolidasian dan GFS 66

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp99.968.288.584 berdasarkan Pemerintah Daerah dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 18: Pendapatan Retribusi Daerah Per Wilayah Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Provinsi Jambi 12.616.308.643 18.593.509.421 (5.977.200.778)
Kabupaten Batanghari 4.067.285.542 3.244.534.410 822.751.132
Kab. Tanjung Jabung Barat 2.565.707.272 1.896.201.671 669.505.601
Kabupaten Bungo 4.089.471.667 3.571.096.952 518.374.715
Kabupaten Sarolangun 2.373.005.737 1.670.564.221 702.441.516
Kabupaten Kerinci 2.978.419.901 2.972.321.100 6.098.801
Kabupaten Merangin 3.997.414.341 4.842.449.301
Kab. Tanjung Jabung Timur 1.836.406.808 1.775.339.753 (845.034.960)
Kabupaten Tebo 2.830.768.040 3.017.427.010 61.067.055
Kabupaten Muaro Jambi 9.046.788.566 11.407.440.631
Kota Jambi 51.844.265.428 40.479.596.104 (186.658.970)
Kota Sungai Penuh 1.722.446.639 1.428.870.223 (2.360.652.065)
Jumlah 99.968.288.584 94.899.350.797 11.364.669.324

293.576.416
5.068.937.787

Pendapatan Retribusi terbesar disumbang oleh Kota Jambi Rp51.844.265.428 berturut-turut lima terbesar
berasal dari Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Rp11.508.497.566, Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan Rp10.271.078.369, Retribusi Pelayanan Kesehatan Rp9.980.773.050, Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum Rp 5.224.348.000, dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Rp3.950.905.000.

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah tahun 2021 sebesar Rp279.242.661.429 merupakan
pendapatan yang berasal dari Pemerintah Daerah di luar Pendapatan BLUD dengan rincian berdasarkan
wilayah sebagai berikut:

Tabel 19: Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Provinsi Jambi 70.799.317.797 43.859.821.766 26.939.496.031
Kabupaten Batanghari 10.633.768.379 17.846.109.336 -7.212.340.957
Kab. Tanjung Jabung Barat 30.909.477.527 36.978.691.873 -6.069.214.346
Kabupaten Bungo 24.782.401.123 19.075.151.746 5.707.249.377
Kabupaten Sarolangun 8.280.832.046 21.380.936.598 -13.100.104.552
Kabupaten Kerinci 30.274.126.916 19.136.207.115 11.137.919.801
Kabupaten Merangin 12.754.434.319 17.465.970.577 -4.711.536.258
Kab. Tanjung Jabung Timur 15.364.476.276 16.485.369.276 -1.120.893.000
Kabupaten Tebo 17.120.604.318 19.472.063.132 -2.351.458.814
Kabupaten Muaro Jambi 34.384.009.742 21.554.503.153 12.829.506.589
Kota Jambi 15.646.777.173 23.501.401.900 -7.854.624.727
Kota Sungai Penuh 8.292.435.813 9.553.356.567 -1.260.920.754
Jumlah 279.242.661.429 217.523.665.866 61.718.995.563

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah tahun 2021 didominasi oleh Pendapatan Jaminan Kesehatan
Nasional (BPJS) sebesar Rp68.012.479.873 atau 24,36 persen dari total Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah.

CaLK Konsolidasian dan GFS 67

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

c. Bantuan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2021 sebesar Rp396.273.236.199 merupakan pendapatan
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

d. Pendapatan BLU Konsolidasian Tahun 2021 sebesar Rp1.213.865.820.321 terdiri dari Pendapatan BLU
Pemerintah Pusat sebesar Rp513.345.231.748 dan BLUD Pemerintah Daerah sebesar Rp700.520.588.572.
Pendapatan BLU Pemerintah Pusat sebesar Rp513.345.231.748 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 20: Pendapatan BLU Konsolidasian Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)
177.629.261.528
Pendapatan Jasa Pelayanan 293.566.765.654 141.219.226.103 36.410.035.425
Rumah Sakit
Pendapatan Jasa Pelayanan 407.127.287 276.908.841.265 16.657.924.389
Pendidikan 57.600.000
Pendapatan Jasa Penyediaan 1.370.995.595 792.260.616 (385.133.329)
Barang dan Jasa Lainnya 5.297.741.448
Pendapatan Hasil Kerjasama 34.045.339.000 2.000.000 55.600.000
Perorangan
Pendapatan Hasil Kerja Sama 849.892.504 521.103.091
Lembaga/Badan Usaha
Pendapatan Jasa Layanan 3.480.249.054 1.817.492.394
Perbankan BLU
Pendapatan dari Pelayanan BLU 0 34.045.339.000
yang bersumber dari Entitas
Pemerintah Pusat di Luar K/L 230.061.236 507.879.788 (277.818.552)
yang membawahi BLU
Penerimaan Kembali Belanja 0 310.563.688 (310.563.688)
Barang BLU Tahun Anggaran
Yang Lalu 51.040.000 0 51.040.000
Penerimaan Kembali Belanja 293.000.000 272.877.136 20.122.864
Modal BLU Tahun Anggaran 58.000.000 52.000.000
Yang Lalu 338.300.000 6.000.000 (29.497.100)
Pendapatan Lain-Lain BLU 367.797.100 (20.000.000)
Pendapatan BLU Lainnya dari 0 20.000.000 88.607.644.494
Sewa Tanah 513.345.231.748 424.737.587.254
Pendapatan BLU Lainnya dari
Sewa Gedung
Pendapatan BLU Lainnya dari
Sewa Ruangan
Pendapatan BLU Lainnya dari
Sewa Peralatan dan Mesin
Jumlah

Pendapatan BLUD Pemerintah Daerah sebesar Rp700.520.588.572 dengan rincian sebagaii berikut:

Tabel 21: Pendapatan BLUD Pemerintah Daerah Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Provinsi Jambi 173.881.656.514 143.233.129.352 30.648.527.162
Kabupaten Batanghari 101.876.886.980 44.338.796.282 57.538.090.698
Kab. Tanjung Jabung Barat 42.696.273.188 35.188.064.738 7.508.208.450
Kabupaten Bungo 117.328.327.921 60.811.462.864 56.516.865.057
Kabupaten Sarolangun 25.959.550.867 22.980.071.401 2.979.479.466
Kabupaten Kerinci 11.188.431.459 38.882.610.762 (27.694.179.303)

CaLK Konsolidasian dan GFS 68

Kabupaten Merangin 55.791.580.796 48.911.589.397 Laporan
Kab. Tanjung Jabung Timur 37.535.081.809 8.794.863.114 GFS Tahun
Kabupaten Tebo 41.646.710.903 28.575.612.607
Kabupaten Muaro Jambi 2021
Kota Jambi 0 0 Audited
Kota Sungai Penuh 62.873.850.323 65.129.571.341
Jumlah 29.742.237.814 6.879.991.399
700.520.588.574 0 28.740.218.695
496.845.771.858 13.071.098.296

0
(2.255.721.018)
29.742.237.814
203.674.816.716

Tidak terdapat pendapatan BLUD pada Kabupaten Muaro Jambi.

B.1.3. PENDAPATAN HIBAH KONSOLIDASIAN

Pendapatan Hibah Konsolidasian Tahun 2021 sebesar Rp97.328.476.184 merupakan Pendapatan
Hibah Pemerintah Daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat sebesar Rp28.682.466.037 dan Pemerintah
daerah lainnya sebesar Rp68.646.010.146, dengan rincian berdasarkan wilayah sebagai berikut:

Tabel 22: Pendapatan Hibah Konsolidasian Tahun 2021 dan 2020

Uraian 2021 2020 Kenaikan (Penurunan)

Provinsi Jambi 1.608.000.000 2.552.308.925 (944.308.925)
Kabupaten Batanghari 4.500.000.000 44.523.788.843 (40.023.788.843)
Kab. Tanjung Jabung Barat 49.482.290.424 (49.482.290.424)
Kabupaten Bungo 0 63.595.914.607 (59.510.975.387)
Kabupaten Sarolangun 4.084.939.220 49.784.360.000 (49.784.360.000)
Kabupaten Kerinci 33.546.570.000 (28.655.570.000)
Kabupaten Merangin 0 57.351.730.000 (5.029.448.000)
Kab. Tanjung Jabung Timur 4.891.000.000 36.961.230.000 (36.961.230.000)
Kabupaten Tebo 52.322.282.000 55.889.690.000 (44.659.690.000)
Kabupaten Muaro Jambi 54.146.470.000 (53.887.327.866)
Kota Jambi 0 73.208.658.746 (72.505.750.466)
Kota Sungai Penuh 11.230.000.000 10.953.340.000
Eliminasi Hibah antar Pemda (40.473.097.000) 6.776.864.550
Jumlah 259.142.134 491.523.254.545 40.473.097.000
702.908.280 (394.194.778.361)
17.730.204.550

0
97.328.476.184

Grafik 9: Komposisi Pendapatan Hibah
Konsolidasian Tahun 2021 1%

Pendapatan Konsolidasian tahun 2021 PNBP
22%

didominasi oleh Pendapatan Perpajakan Perpajakan
Konsolidasian sebesar 77 persen, Pendapatan 77%

Bukan Pajak Konsolidasian sebesar 22 persen,

dan Pendapatan Hibah sebesar 1 persen dari

total Pendapatan Konsolidasian. Ditengah pandemi COVID-19 dan pemberian intensifikasi perpajakan, pajak

tetap merupakan pendapatan yang dominan dalam struktur Pendapatan. Hal ini didorong oleh berbagai

kebijakan dan langkah-langkah diantaranya menggunakan perpajakan sebagai salah satu instrumen untuk

mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan memberikan insentif yang selektif dan terukur

CaLK Konsolidasian dan GFS 69

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

menerapkan perluasan basis pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum. Walaupun pemerintah terus
mengupayakan peningkatan Pendapatan Bukan Pajak, pemerintah tetap menjaga kesinambungan Pendapatan
Perpajakan dalam struktur pendapatan negara.

Pendapatan Bukan Pajak Bantuan Bagian Laba
Konsolidasian tahun 2021 sebesar Keuangan BUMD
Rp2.256.155.605.129 atau 22 persen dari 5%
total Pendapatan Konsolidasian. Komposisi Pemda
Pendapatan Bukan Pajak Konsolidasian 18% PNBP
didominasi oleh Pendapatan BLU dan Lainnya
BLUD sebesar 54 persen, PNBP Lainnya Pendapatan
sebesar 23 persen, Bantuan Keuangan BLU 23%
Pemda sebesar 18 persen Pendapatan 54%
Bagian Laba BUMD sebesar 5 persen.

Grafik 10: Komposisi PNBP Konsolidasian Tahun 2021

B.2. BELANJA KONSOLIDASIAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Belanja Konsolidasian tahun 2021 dan 2020 sebesar Rp24.129.903.053.356 dan Rp23.600.693.155.798
mengalami kenaikan sebesar Rp529.209.897.558 atau 2,24 persen dibandingan dengan tahun 2020 seiring
dengan peningkatan pagu belanja untuk mendukung penanganan COVID-19 dan berbagai program Pemulihan
Ekonomi Nasiional (PC-PEN). Belanja Konsolidasian tahun 2021 sebesar Rp24.129.903.053.356 merupakan
Belanja Pemerintah sebesar Rp22.054.061.066.026 dan Belanja Transfer sebesar Rp2.075.841.987.330.

Dibandingkan dengan tahun 2020, kenaikan tertinggi belanja pemerintah terletak pada Belanja Modal
sebesar Rp607.916.203.146 atau 13,74 persen.

Belanja Konsolidasian tahun 2021 sebesar Pemerinta
Rp24.129.903.053.356 terdiri dari konsolidasi Belanja h Pusat
Pemerintah Pusat sebesar Rp6.903.614.572.471 dan 28,61%
Pemerintah Daerah sebesar Rp17.226.288.480.886.
Belanja Pemerintah Daerah berkontribusi sebesar Pemerinta
71,39 persen dari total Belanja Pemerintah h Daerah
Konsolidasian sedangkan sisanya sebesar 28,61 71,39%
persen merupakan belanja Pemerintah Pusat.

Grafik 11: Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun
2021

CaLK Konsolidasian dan GFS 70

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

B.2.1 BELANJA PEMERINTAH

Belanja Pemerintah Konsolidasian Tahun 2021 dan Tahun 2020 masing-masing sebesar Rp22.054.061.066.026
dan Rp21.552.190.143.391 mengalami kenaikan sebesar Rp501.870.922.635 atau 2,33 persen dibandingkan
dengan tahun 2020. Komposisi Belanja Pemerintah terdiri dari:

Tabel 23: Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun 2021 dan 2020

Belanja Pemerintah 2021 Konsolidasi % Kenaikan
Konsolidasian 9.186.316.092.276 % 2020 41,29 (Penurunan)
6.603.294.926.630 41,65 8.898.709.605.862 30,57 287.606.486.414
1. Belanja Pegawai 29,94 6.587.944.649.348
2. Belanja Barang 5.030.804.758.687 20,52 15.350.277.282
dan Jasa 7.762.188.781 22,81 4.422.888.555.541 0,01
3. Belanja Modal 13.811.774.965 0,04 1.288.171.890 0,10 607.916.203.146
4. Bunga Utang 0,06 21.841.071.600 5,05 6.474.016.891
5. Subsidi 1.056.066.638.955 4,79 0,41
6. Hibah 65.712.369.281 0,30 1.089.328.901.428 2,05 (8.029.296.635)
7. Bantuan Sosial 90.292.316.451 0,41 88.590.782.534 (33.262.262.473)
8. Belanja Lain- 441.598.405.188 100 (22.878.413.253)
22.054.061.066.026 (351.306.088.737)
Lain/Tak Terduga 100 21.552.190.143.391
Total 501.870.922.635

Komposisi Belanja Pemerintah Konsolidasian tahun 2021 menurut jenis belanja sebagai berikut:

Grafik 12: Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun 2021

Subsidi Hibah Bantuan Sosial Belanja Tak
0,06% 4,79% 0,30% Terduga
0,41%
Bunga Utang Belanja Modal
0,04% 22,81%

Belanja Pegawai
41,65%

Belanja Barang
dan Jasa
29,94%

Belanja Konsolidasian tahun 2021 berturut-turut didominasi oleh Belanja Pegawai sebesar 41,65 persen, Belanja
Barang dan Jasa sebesar 29,94 persen dan Belanja Modal sebesar 22,81 persen.

Dibandingkan dengan tahun 2020, Belanja yang mengalami kenaikan berturut-turut Belanja Modal naik
sebesar Rp607.916.203.146 atau 13,74 persen, Belanja Pegawai naik sebesar Rp287.606.486.414 atau 3,23
persen dan Belanja Barang dan Jasa naik sebesar Rp15.350.277.282 atau 0,23 persen. Kenaikan belanja
modal untuk mendukung digitalisasi dan pemulihan ekonomi, belanja pegawai untuk mendukung terciptanya

CaLK Konsolidasian dan GFS 71

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

SDM Aparatur yang berintegritas dan berkinerja tinggi dan belanja barang dan jasa untuk penajaman belanja
barang dan melanjutkan efisiensi.

Grafik 13: Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemda Tahun 2021 Berdasarkan Jenis Belanja

Pempus Pemda
2.567.828.244.383
6.618.487.847.893 2.475.226.903.238 1.844.505.024.850 1.056.066.638.955
4.128.068.023.392 3.186.299.733.837

0 0 0 16.054.400.000 0
7.762.188.781 13.811.774.965 49.657.969.281 90.292.316.451

BELANJA BELANJA BELANJA BUNGA BELANJA BELANJA BANTUAN BELANJA
PEGAWAI BARANG MODAL SUBSIDI HIBAH
SOSIAL TAK
DAN JASA
TERDUGA

Reformasi penganggaran melalui penerapan berbagai praktik kebijakan dapat meningkatkan kinerja
dengan menekankan good governance dan akuntabilitas telah memperbaiki proses perencanaan dan
penganggaran belanja pemerintah. APBN dan APBD sebagai piranti kebijakan Pemerintah memiliki fungsi
stabilisasi dan menggerakkan perekonomian.

Di tahun 2021, Belanja Pemerintah Konsolidasian didominasi oleh belanja operasional yakni Belanja
Pegawai Konsolidasian sebesar 41,65 persen, Belanja Barang dan Jasa Konsolidasian sebesar 29,94 persen,
dan Belanja Modal Konsolidasian sebesar 22,81 persen. Ketiga belanja tersebut mencakup 94,41 persen dari
total Belanja Pemerintah Konsolidasian. Besarnya kontribusi belanja operasional menunjukkan bahwa
Pemerintah membelanjakan APBN/APBD untuk pengeluaran-pengeluaran yang bersifat mengikat. Dengan
demikian Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan quality of spending agar dapat memperluas ruang
gerak Pemerintah dalam melakukan intervensi fiskal yang antara lain dilakukan dengan cara meningkatkan
pendapatan negara/daerah dan efisiensi belanja negara/daerah.

Tabel 24: Belanja Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut Fungsi Tahun 2021 dan 2020

No Fungsi 2021 % Konsolidasi % Kenaikan (Penurunan)
5.535.099.345.464 30,7 2020 31,8
1 Pelayanan Umum 1,78 -1.932.865.730.891
2 Pertahanan 0 0 7.467.965.076.355 6,49 -419.291.207.633
3 Ketertiban dan 302.188.355.313 1,68 419.291.207.633
-1.223.356.020.260
Keamanan 962.991.417.271 5,34 1.525.544.375.573
4 Ekonomi 166.476.955.310 0,92 -2.337.372.724.621
5 Lingkungan Hidup 3.300.364.141.892 9,62 -255.100.779.693
421.577.735.003 1,79

CaLK Konsolidasian dan GFS 72

Laporan
GFS Tahun

2021
Audited

No Fungsi 2021 % Konsolidasi % Kenaikan (Penurunan)
2.596.370.833.881 14,4 2020 11,9 (189.919.633.407)
6 Perumahan dan
Fasilitas Umum 2.786.290.467.288

7 Kesehatan 2.847.522.552.125 15,8 2.497.322.661.458 10,6 350.199.890.667
8 Pariwisata dan 11.637.863.207
80.413.106.623 0,45 68.775.243.416 0,29
Budaya
9 Agama 0 0 162.985.194.853 0,69 (162.985.194.853)
10 Pendidikan 5.314.602.206.230 29,5 5.664.890.759.153 24,1 (350.288.552.923)
11 Perlindungan Sosial 1,29 229.297.516.717 0,98
231.882.357.132 100 23.503.931.656.538 100 2.584.840.415
Total 18.037.547.129.348 (5.466.384.527.190)

Belanja Pemerintah dikelompokkan dalam 11 Fungsi yang menggambarkan aspek penyelenggaraan
Pemerintah yakni (1) Fungsi Pelayanan Umum. (2) Fungsi Pertahanan. (3) Fungsi Ketertiban dan Keamanan. (4)
Fungsi Ekonomi. (5) Fungsi Lingkungan Hidup. (6) Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum. (7) Fungsi
Kesehatan. (8) Fungsi Pariwisata dan Budaya. (9) Fungsi Agama. (10) Fungsi Pendidikan dan (11) Fungsi
Perlindungan Sosial. Dari 11 fungsi, hanya 9 fungsi yang ada di wilayah Provinsi Jambi yaitu (1) Fungsi
Pelayanan Umum. (2) Fungsi Ketertiban dan Keamanan. (3) Fungsi Ekonomi. (4) Fungsi Lingkungan Hidup. (5)
Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum. (6) Fungsi Kesehatan. (7) Fungsi Pariwisata dan Budaya. (8) Fungsi
Pendidikan, dan (9) Fungsi Perlindungan Sosial.

Berdasarkan tabel di atas bahwa belanja menurut fungsi dengan jumlah terbesar berturut-turut terdapat
pada belanja fungsi Pelayanan Umum sebesar Rp5.535.099.345.464 atau 30,69 persen, belanja fungsi
Pendidikan sebesar Rp5.314.602.206.230 atau 29,5 persen diikuti dengan dan belanja fungsi Kesehatan
sebesar Rp2.847.522.552.125 atau 15,8 persen. Ketiganya memiliki jumlah belanja yang lebih besar
dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain.

Belanja fungsi pelayanan umum selama tahun 2021 sebesar Rp5.535.099.345.464 atau 30,7 persen
menunjukkan bahwa masih besarnya biaya operasional dan biaya non operasional yang digunakan untuk
mendukung terselenggaranya pemerintahan. Biaya tersebut sebagian besar direalisasikan untuk pembayaran
gaji dan tunjangan PNS dan anggota TNI/Polri. Belanja Fungsi Pelayanan Umum digunakan untuk peningkatan
kinerja birokrasi yang efektif dan efisien, peningkatan akses dan kualitas pelayanan publik, akuntabilitas kinerja
birokrasi dan lain-lain. Pemerintah terus meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam mengakomodasi
kebutuhan masyarakat secara cepat, efektif, dan efisien.

Belanja Fungsi Pendidikan yang telah direalisasikan selama TA 2021 sebesar Rp5.314.602.206.230
atau 29,5 persen dari seluruh realisasi belanja per fungsi. Dari sisi jumlah nominal hal ini tentu sudah sesuai
dengan amanat dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pindidikan Nasional. Meningkatnya belanja
fungsi pendidikan harus diiringi dengan tersedianya lapangan kerja agar dapat mengurangi tingkat
pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Belanja Fungsi pendidikan digunakan untuk peningkatan akses dan
kualitas layanan pendidikan dasar, penjaminan mutu pendidikan, revitalisasi lembaga pendidikan dan lain-lain.

CaLK Konsolidasian dan GFS 73