The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku teks ini merupakan salah satu upaya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan dengan memberikan buku pegangan
pada peserta didik, agar membuka pikiran untuk mempelajari dan menambah wawasan
mengenai Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan. Dalam buku ini
dibahas tentang bagaimana melakukan pengajiran, penanaman tanaman penutup
tanah, penanaman tanaman perkebunan, dan pengairan pada tanaman perkebunan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Anita Trisnia, 2023-07-29 23:52:00

PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN

Buku teks ini merupakan salah satu upaya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan dengan memberikan buku pegangan
pada peserta didik, agar membuka pikiran untuk mempelajari dan menambah wawasan
mengenai Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan. Dalam buku ini
dibahas tentang bagaimana melakukan pengajiran, penanaman tanaman penutup
tanah, penanaman tanaman perkebunan, dan pengairan pada tanaman perkebunan.

Agribisnis Tanaman program keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan bidang keahlian Agribisnis dan Agroteknologi M. Sigit Mansyur Wahyu Nur Cahyo 2019 SMK/MAK jilid 2 Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan


iii AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Pengarah: Direktur Pembinaan SMK Kepala Sub Direktorat Kurikulum Kepala Seksi Penilaian Kepala Seksi Pembelajaran Penulis: M. Sigit Mansyur Wahyu Nur Cahyo Pengendali Mutu: Winih Wicaksono Penyunting: Rais Setiawan Erna Fauziah Editor: Radita Setyo Desain Sampul Sonny Rasdianto Layout/Editing: Chandra Prasetya REDAKSIONAL


iv AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN KATA PENGANTAR Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/ MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D. DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK. Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang menggunakannya. Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu, diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu mata pelajaran yang sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia. Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK. SMK Bisa! SMK Hebat! KATA PENGANTAR


v AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PRAKATA Buku Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan Kelas XII ini merupakan salah satu sumber pengetahuan tentang bagaimana mempersiapkan lahan dan prosedur penanaman tanaman perkebunan secara baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah prosedur persiapan lahan dan penanaman pada perusahaan perkebunan. Buku teks ini merupakan salah satu upaya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan dengan memberikan buku pegangan pada peserta didik, agar membuka pikiran untuk mempelajari dan menambah wawasan mengenai Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan. Dalam buku ini dibahas tentang bagaimana melakukan pengajiran, penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman perkebunan, dan pengairan pada tanaman perkebunan. Segala hal yang dituangkan dalam buku ini sudah berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, apabila ada sesuatu yang kurang berkenan baik isi maupun kalimat, mohon berkenan memberikan saran untuk perbaikan berikutnya. Terima Kasih Penulis PRAKATA


vi AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................................iv PRAKATA .................................................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................viii DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... x PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU.......................................................................................... xi PETA KONSEP ..........................................................................................................................xii APERSEPSI ..............................................................................................................................xiii BAB I PENGAJIRAN...................................................................................................................1 A.Pendahuluan .........................................................................................................................2 B.Pengertian dan Tujuan Pengajiran....................................................................................5 C.Jarak Tanam ...........................................................................................................................6 D.Metode Pengajiran...............................................................................................................9 E.Pelaksanaan Pengajiran ................................................................................................... 12 BAB II PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN ................................................................ 23 A.Pemilihan Bibit................................................................................................................... 24 B.Penentuan Jarak Tanam ................................................................................................... 38 C.Pembuatan Lubang Tanam.............................................................................................. 39 D.Penanaman......................................................................................................................... 41 BAB III TANAMAN PENUTUP TANAH.................................................................................. 48 A.Pendahuluan ...................................................................................................................... 49 B.Pengertian dan Fungsi Tanaman Penutup Tanah ....................................................... 50 C.Jenis-jenis Tanaman Penutup Tanah............................................................................. 51 D.Pembiakan Tanaman Penutup Tanah............................................................................ 56 E.Penanaman Tanaman Penutup Tanah ........................................................................... 56 F.Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah........................................................................ 56 PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL ................................................................................ 62 BAB IV PENGAIRAN TANAMAN PERKEBUNAN................................................................. 69 A.Pendahuluan ...................................................................................................................... 71 B.Menentukan Persyaratan Perencanaan Irigasi ........................................................... 72 C.Merencanakan dan Mengoperasikan Sistem Irigasi.................................................. 81 D.Merencanakan Drainase, Tampungan, dan Sistem Perlakuan................................. 84 E.Menetapkan Pemompaan dan Sistem Tenaga ............................................................ 92 F.Menentukan Anggaran Modal ......................................................................................... 97 G.Menyiapkan Peralatan Pembuatan Jaringan Irigasi dan Drainase......................... 99 H.Membuat Jaringan Irigasi dan Drainase ....................................................................102 I.Mengoperasikan Sistem Irigasi dan Drainase............................................................113 J.Memonitor Kecukupan Kebutuhan Air........................................................................115


vii AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP..............................................................................126 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................132 GLOSARIUM..........................................................................................................................134 BIODATA PENULIS ...............................................................................................................136 DAFTAR ISI


viii AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Perkebunan Sawit Terlihat dari Atas......................................................... 13 Gambar 1.2: Pola Tanam Tumpang Sari............................................................................ 15 Gambar 1.3: Sistem Multiple Cropping............................................................................... 15 Gambar 1.4. Ajir sebagai Penanda.................................................................................... 16 Gambar 1.5. Visualisasi Jarak Tanam................................................................................ 17 Gambar 1.6. Pola Pengajiran pada Lahan Datar............................................................. 21 Gambar 1.7. Pola Pengajiran pada Lahan Miring........................................................... 22 Gambar 1.8 Pancang Teras.................................................................................................. 22 Gambar 1.9. Meteran ........................................................................................................... 23 Gambar 1.10. Kompas.......................................................................................................... 24 Gambar 1.11. Teodolit......................................................................................................... 24 Gambar 1.12. Ajir Anakan ................................................................................................... 24 Gambar 1.13. Ajir Indukan.................................................................................................. 25 Gambar 1.14. Tiang Pancang dan Bendera ..................................................................... 25 Gambar.1.15. Parang............................................................................................................ 26 Gambar 1. 16 Tali Tambang ................................................................................................ 26 Gambar 1.17. Perlengkapan Mengajir ............................................................................. 26 Gambar 1.18. Pemancangan pada Lahan Praktik .......................................................... 28 Gambar. 1.19. Sketsa Hasil Pemancangan ...................................................................... 29 Gambar 2.1. Bibit yang Baik akan Memberi Hasil yang Baik ...................................... 24 Gambar 2.2. Bibit Karet Siap Tanam................................................................................. 25 Gambar 2.3. Contoh Buah Sawit Tipe Virescens .............................................................. 28 Gambar 2.4. Perbedaan Buah Sawit Dura, Ternera, dan Psifera................................. 29 Gambar: 2.5. Kecambah Kelapa Sawit.............................................................................. 30 Gambar 2.6. Bibit Sawit Umur 3-4 Bulan......................................................................... 31 Gambar 2.7. Bibit Sawit Siap Tanam................................................................................. 31 Gambar 2.8 Bibit Sawit Tidak Normal.............................................................................. 32 Gambar 2.9. Sumber Biji untuk Pembibitan ................................................................... 33 Gambar 2.10 Kegiatan Penyemaian Benih Kakao ......................................................... 34 Gambar 2.11 Bibit Kakao dari Biji..................................................................................... 34 Gambar 2.12 Bibit Kakao dari Pebanyakan Okulasi...................................................... 35 Gambar 2. 13. Tanaman Kakao MCC 02 ........................................................................... 35 Gambar 2.14. Tanaman Kakao ICCRI................................................................................. 35 Gambar 2.15. Bibit Kopi Unggul........................................................................................ 36 Gambar 2.16. Tanaman Kopi Robusta .............................................................................. 37 Gambar 2.17: Bahan Tanam Lada...................................................................................... 37 Gambar 2.18: Langkah Perbanyakan Bibit Lada secara Stek ...................................... 38 Gambar 2.19. Alat Pembuat Lubang Tanam.................................................................... 39 Gambar 2.20. Mal Lubang Tanam...................................................................................... 40 Gambar. 2.21: Lubang Tanam............................................................................................. 40 Gambar 2.22. Pengangkutan Bibit.................................................................................... 41 Gambar 2.23. Peletakan Bibit di Sisi Lubang Tanam .................................................... 42 Gambar 2.24. Penanaman Bibit......................................................................................... 43 Gambar 3.1 Lahan Gundul .................................................................................................. 49 DAFTAR GAMBAR


ix AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Gambar 3.2. Contoh Tanaman Legume............................................................................ 50 Gambar 3.3. Bintil Akar pada Tanaman Kacangan......................................................... 51 Gambar 3.4. Peuraria Javanica............................................................................................. 52 Gambar 3.5. Centrosema Pubescens ................................................................................... 53 Gambar 3.6. Calopogonium Muconoides ........................................................................... 53 Gambar 3.7. Psophocarpus Palustris................................................................................... 54 Gambar 3.8 Calopogonium Cearuleum............................................................................... 54 Gambar 3.9. Crotalaria Mucronata...................................................................................... 55 Gambar 3.10. Mucuna Bracteata.......................................................................................... 55 Gambar 4.1. Lahan Akibat Kekerigan ............................................................................... 70 Gambar 4.2. Irigasi pada Lahan Pembibitan................................................................... 72 Gambar 4.3. Drainase pada Lahan Gambut .................................................................... 73 Gambar 4.4 Daur Hidrologi................................................................................................. 74 Gambar 4.5 Drainase Alami................................................................................................ 78 Gambar 4.6 Drainase Buatan ............................................................................................. 78 Gambar 4.7 Saluran Drainase pada Perkebunan Sawit................................................ 79 Gambar 4.8 Luas Penampang Berbagai Bentuk Saluran.............................................. 89 Gambar 4.9 Pengukuran Metode Pelampung ................................................................ 90 Gambar 4.10 Current Meter................................................................................................... 91 Gambar 4.11 Parshal Flumme............................................................................................... 92 Gambar 4.12 Pompa Irigasi ................................................................................................ 94 Gambar 4.13 Pengairan dengan Model Springkler......................................................... 99 Gambar 4.14 Kanal Irigasi Perkebunan Sawit..............................................................103 Gambar 4.15 Lahan Perkebunan Tebu dengan Irigasi Sprinkler ...............................103 Gambar 4.16 Komponen-komponen Sistem Irigasi Sprinkler ...................................104 Gambar 4.17. Pompa Dengan Penggerak Listrik .........................................................105 Gambar 4.18 Berbagai Bentuk Pipa dan Sambungan Pipa........................................106 Gambar 4.19 Kepala Sprinkler dan Sambungannya....................................................107 Gambar 4.20 Penyambungan Rangkaian Pipa .............................................................107 Gambar 4.21 Pemasangan Springkler ..............................................................................108 Gambar 4.22. Skema Irigasi Tetes...................................................................................109 Gambar 4.23 Komponen Sistem Irigasi Tetes ..............................................................110 Gambar 4.24 Sistem Drainase di Areal Rendah...........................................................113 DAFTAR GAMBAR


x AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Tabel 1.1: Jarak Tanam Berbagai Tanaman Perkebunan .............................................. 22 Tabel 2.1. Jarak Tanam Tanaman Monokultur Beberapa Tanaman Perkebunan..... 38 Tabel: Identifikasi LCC.......................................................................................................... 57 Tabel 4.1 Klasifikasi Air ....................................................................................................... 86 Tabel 4.2 Perlengkapan kerja...........................................................................................101 Tabel 4.3 Skala Pengukur Tekanan Air ...........................................................................118 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL


xi AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini. Buku dengan judul Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Perkebunan ini diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan materi. 2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa ditanyakan kepada guru. 3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk memperluas wawasanmu. 4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini. Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan teman atau guru anda. Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah: Lembar Praktikum Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan peserta didik sesuai kompetensi keahlianya. Contoh Soal Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan ditanyakan dan cara menyelesaikannya. Cakrawala Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari. Jelajah Internet Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link dan QR code sumber belajar. Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab. Tugas Mandiri Kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta didik dalam memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu maupun kelompok (diskusi). Penilaian Akhir Bab Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab. Refleksi Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun guru di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi dan memberikan umpan balik kegiatan belajar mengajar. Penilaian Akhir Semester Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik setelah mempelajari materi dalam satu semester. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU


xii AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PETA KONSEP BUKU PETA KONSEP PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PENGAJIRAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN TANAMAN PENUTUP TANAH PENGAIRAN TANAMAN PERKEBUNAN


xiii AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN APERSEPSI Buku ini merupakan bagian integral dari kurikulum SMK tahun 2013 bidanng keahlian agribisnis dan agroteknologi, program keahlian agribisnis tanaman, kompetensi keahlian agribisnis tanaman perkebunan, mata pelajaran persiapan lahan, dan penanaman tanaman perkebunan. Mata pelajaran persiapan lahan dan penanaman tanaman perkebunan ini membahas masalah persiapan lahan hingga penanaman tanaman perkebunan, di mana yang meliputi 10 kompetensi dasar, yaitu sebagai berikut. 1. Menerapkan prinsip keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada tanaman perkebunan tahunan. 2. Menganalisis penentuan komoditas tanaman perkebunan. 3. Menganalisis yyarat tumbuh tanaman perkebunan. 4. Menganalisis persiapan lahan tanaman perkebunan. 5. Menerapkan teknik pengolahan tanah. 6. Menerapkan teknik pengajiran. 7. Menerapkan teknik penanaman tanaman perkebunan. 8. Menerapkan teknik tanaman penutup tanah. 9. Menganalisis pengairan tanaman perkebunan. 10. Mengevaluasi pengairan tanaman perkebunan. Buku yang dipelajari ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan, keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran tuhan yang menciptakannya. 2. Menyadari kebesaran tuhan yang menciptakan bumi dan seisinya yang memungkinkan bagi makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. 3. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi. 4. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan. 5. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. 6. Mengembangkan pengalaman menggunakan metode ilmiah untuk merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. 7. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip agribisnis tanaman perkebunan tahunan untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam serta menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 8. Menguasai konsep dan prinsip mempersiapkan lahan, dan melakukan penanaman tanaman perkebunan, serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengepmbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. APERSEPSI


xiv AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN APERSEPSI Buku ini terkait erat dengan buku-buku yang lainnya dalam program keahlian agribisnis tanaman. Buku ini berkaitan erat dengan penguasaan kompetensi dasar pada buku sebelumnya yaitu simulasi digital, dasar-dasar budi daya tanaman, alat mesin pertanian, pembiakan tanaman, dan Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan. Manfaat yang diperoleh setelah peserta didik menguasai buku ini adalah dapat melakukan kegiatan usaha tanaman perkebunan terutama dalam hal mempersiapkan lahan dan penanaman tanaman perkebunan yang benar.


1 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN BAB I PENGAJIRAN Pengajiran sebagai metode menentukan titik tanam Setelah memepelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu memahami tujuan pengajiran, mampu menentukan jarak tanam, memahami metode pengajiran, dan mampu menerapkan metode pengajiran di lapangan. PENGAJIRAN Pendahuluan Pengertian dan Tujuan Pengajiran Metode Pengajiran Jarak Tanam Pelaksanaan Pengajiran TUJUAN PEMBELAJARAN PETA KONSEP KATA KUNCI BAB I PENGAJIRAN


2 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PENDAHULUAN MATERI PEMBELAJARAN Produksi tanaman perkebunan yang tinggi dan bermutu sangat diharapkan dalam budi daya tanaman perkebunan. Faktor budi daya harus menjadi focus perhatian bagi para pelaku perkebunan. Teknis budi daya ini meliputi kegiatan persiapan lahan, pembibitan,penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Lokasi penanaman komoditas perkebunan memerlukan lahan yang luas, sehingga perluu penataan sedemikian rupa,hingga memiliki nilai ekonomis, hingga nilai estetika. Pengaturan jarak tanam sangat mempengaruhi nilai estetika dan hasil budi daya. Agar diperoleh jarak tanam yang tepat, maka langkah pertama adalah kegiatan pengajiran. Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian dan tujuan pengajiran, penentuan jarak tanam, teknik pengajiran, dan pelaksanaan pengajiran. Gambar 1.1. Perkebunan Sawit Terlihat dari Atas Sumber: www.rimbakita.com A. Pendahuluan Usaha untuk meningkatkan produktifitas perkebunan terus diupayakan oleh pemerintah dan pelaku perkebunan. Berbagai usaha, dari intensifikasi pertanian hingga ekstensifikasi pertanian. Pengembangan ekstensi pertanian sudah sangat tidak memungkinan karena seiring dengan perkembangan penduduk, sehingga luas wilayah pertanian semakin sempit. Pada kegiatan pembukaan lahan perkebunan, perlu perencanaan yang matang. Tahapan pekerjaan untuk sistem ini meliputi perencanaan penanaman, membuat rintisan, membagi petak petak tanaman, mengimas, menebang, merencek, membuat jalur tanam, dan membersihkan jalur tanaman. Pembuatan jalur tanam harus dilakuan kegiatan pemancangan. Jalur tanam dibuat menurut jarak antar barisan tanaman (gawangan). Hal ini dimaksud untuk memudahkan pembersihan jaklur tanam dari hasil rencengan.


3 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pelaku usaha pertanian dan perkebunan sudah mengenal pola tanam. Untuk memperoleh produktifitas yang tinggi, pekebun harus menanam pohon dengan kerapatan yang benar. Sebab jarak tanam yang terlalu dekat akan menyebabkan akar tanaman akan saling berebut makanan dan daun saling menutupi dari penyinaran matahari. Akibatnya produksi akan rendah. Sebelum kita menanam benih, kita harus bisa memastikan jumlah pohon per hektare yang akan ditanam, lalu tetapkan jarak tanam dengan memasang pancang pada rencana titik titik tanam. Ukur dengan hati-hati jarak yang sama untuk tiap baris pancang dan juga jarak yang sama antar tanaman. Barisan tanaman harus lurus dan tanaman selalu pada arah Utara-Selatan. Terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu sebagai berikut. 1. Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budi daya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budi daya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman. Beberapa kelebihan sistem tanam monokultur, antara lain, perawatan mudah, lebih hemat biaya (benih, pupuk, pestisida) dan hasil panen meningkat sedangkan kelemahan sistem monokultur adalah mudah terserang penyakit, berisiko gagal total, dan tidak bisa menambah kesuburan tanah. 2. Polikultur (tumpangsari) Polikurtur berasal dari imbuhan kata poly/poli yang berarti banyak. Jadi, pengertian polikultur adalah sistem tanam yang menggunakan tanaman lebih dari 1 jenis dalam luasan areal lahan. Kelebihan pola tanam polikultur adalah mampu mengendalikan hama dan penyakit, saling mengisi keuntungan, menambah kesuburan tanah, memutuskan rantai hama dan penyakit, serta jika gagal masih dapat panen tanaman jenis lainnya. 3. Rotasi tanaman Rotasi tanam atau gilir tanam adalah salah satu sistem budi daya tanaman dengan cara menggilir atau menanam lebih dari satu jenis tanaman yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan. Rotasi tanam tersebut sudah lama dikenal di dunia pertanian, bahkan hingga sekarang pun sering dijadikan rekomendasi untuk beberapa jenis budi daya tanaman. Rotasi tanaman memiliki banyak keunggulan. Pada beberapa sistem budi daya tanaman organik, rotasi tanaman sangat direkomendasikan. Beberapa keunggulan rotasi tanaman adalah mampu mengurangi intensitas serangan hama atau penyakit, meningkatkan kesuburan tanah, serta mampu membentuk ekosistem mikro yang stabil.


4 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/ lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Dengan demikian, pola intensifikasi lebih digalakkan. Salah satu pola yang dapat dikembangkan adalah dengan pengaturan pola tanam Gambar 1.2: Pola Tanam Tumpang Sari Sumber: https://8villages.com/full/petani/article/id/5b7fb94871d0320e46201766 Gambar 1.3: Sistem Multiple Cropping Sumber: https://www.gurugeografi.id/2017/04/keuntungan-multiple-croppingtumpangsari.html Pola tanam ini merupakan teknik pemanfaatan lahan agar memperoleh hasil yang maksimal. Prinsip pengaturan pola tanam adalah pemanfaatan selasela jarak tanam dengan menanam jenis tanaman menghasilkan dan tidak saling mengganggu. Tujuan akhir budi daya adalah memperoleh produktifitas yang tinggi, pekebun harus menanam pohon dengan kerapatan yang benar. Jarak tanam yang terlalu dekat akan menyebabkan akar tanaman akan saling berebut makanan dan pelepah saling menutupi dari penyinaran matahari. Akibatnya produksi akan rendah. Sebelum kita menanam pohon, kita harus bisa memastikan jumlah pohon per hektare yang akan ditanam, lalu tetapkan jarak tanam dengan memasang pancang pada rencana titik titik tanam atau pengajiran.


5 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN B. Pengertian dan Tujuan Pengajiran Pengajiran merupakan pengembangan dari kata ajir. Ajir adalah sepotong kayu yang ditancapkan di tanah untuk merambatkan tanaman (http://kbbi.co.id/ cari?kata=ajir). Dalam dunia pertanian, pengajiran adalah penopangan tanaman agar tanaman tetap berdiri tegak dan mendapat sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Pengertian lain pengajiran adalah kegiatan untuk menentukan tempat-tempat yang kelak akan ditanami. Sistem jarak tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam sesuai dengan kesuburan tanah. Bila keadaan tanah subur maka jarak tanam yang digunakan semakin lebar dan sebaliknya. Tiang yang digunakan sebagai penanda titik tanam disebut dengan tiang pancag. Tiang pancang yang dijadikan patokan disebut ajir induk. Ajir induk dipancang berurutan dari utara ke selatan atau sebaliknya. Tiang ajir yang dipancang sebagai penanda titik tanam dikenal dengan istilah anak ajir. Anak ajir dipancang pada arah barat ke timur. Pengajiran sangat penting dilakukan dalam pembukaan lahan, tujuan atau fungsi pengajiran ini yakni untuk mendapatkan tanaman yang rapi, barisan yang rapi lurus. Pada lahan datar atau pun miring, pengajiran merupakan cara yang dilakukan agar memudahkan penanaman dalam area yang miring dan tidak rata. Dengan adanya ajir, maka tanaman akan dibuat lurus dengan 1 titik ajir induk. Mempermudah kita dalam merawat tanaman, mengatur cahaya yang masuk apakah sudah cukup/atau akan saling terlindungi karena daun atau tajuk tanaman sudah bertemu. Pengajiran sangat bermanfaat dan berpengaruh terhadap hasil. Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami.Pengajiran pada dasarnya pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka pengajiran perlu dilakukan. Gambar 1.4. Ajir sebagai Penanda Sumber: dokumen pribadi Penjelasan-penjelasan tentang pengajiran tersebut menunjukkan bahwa hasil budi daya sangat tergantung pada persiapan budi daya. Langkah awal untuk menentukan titik tanam adalah dilakukannya pengajiran. Setelah lahan


6 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN perkebunan dilakukan pembersihan lahan,maka langkah selanjutnya dengan menentukan pengajiran. Perhitungan pada kegiatan awal pengajiran yang tepat akan menentukan ketepatan jarak tanam. C. Jarak Tanam Komoditi perkebunan sebelum ditanami perlu dilakukan penetapan jarak tanam dengan pengajiran. Setelah itu baru dilakukan pembuatan lobang tanam sesuai letak ajir. Selesai pembuatan lobang tanam baru dilakukan penanaman. Pengajiran bertujuan untuk penetapan lubang tanam yang akan ditanami dengan terlebih dahulu dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakuan untuk penempatan jalan kebun, areal tanaman terutama dalam bentuk bedengan. Setelah ditentukan jarak tanam, maka pengukuran lahan dilakukan kemudian pada tempat untuk dibuat lubang tanaman ditancapkan ajir yang terbuat dari bilah dengan ukuran panjang sekitar 1 meter dan lebar 2 cm dengan ujung yang diruncingkan untuk memudahkan penancapan ajir. Pada sistem pertanian yang baik dan benar, jarak tanam sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan di lapangan, jarak tanam sangat berkaitan dengan hasil produksi tanaman. Cara untuk mengatur jarak tanam agar rapi, lurus, dan teratur adalah dengan menggunakan cara mengajir, dan tempat yang yang diletakkan ajir ini adalah tempat yang akan digunakan untuk tempat tanam tanaman. Pengajiran adalah langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan. Gambar 1.5. Visualisasi Jarak Tanam Sumber: Dokumen Pribadi Jarak tanam sangat menentukan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh, mempermudah tindakan budi daya lainnya, tingkat dan jenis teknologi yang digunakan yang dapat ditentukan oleh, jenis tanaman, kesuburan tanah, kelembaban tanah, tujuan pengusahaan, dan teknologi yang digunakan (manual atau mesin). Pengaturan jarak tanam terbagi menjadi beberapa, yaitu, baris tunggal (single row), baris rangkap (double row), bujur sangkar (on the square), sama segala penjuru (equidistant), atau hexagonal.


7 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Tanjuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak tanam antar tanaman. Pengaturan jarak tanam ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih luas mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Pada sebuah artikel tentang jarak tanam pada tanaman kopi, menyatakan bahwa kopi yang ditanam tidak teratur menyebabkan daun kopi antar pohon saling menutupi. Keadaan tersebut mengakibatkan sinar matahari tidak bisa menyinari batang kopi. Akibat lain, daun yang tumpang tindih ini menjadi sarang semut. Akibat lanjut pada saat berbunga, kopi gagal dalam pembuahan. Akhirnya hasil panen pun berkurang. Korelasi antara jarak tanam dengan hasil tanaman kopi ternyata sangatt signifikan. Apabila dianalisis, maka pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Semakin lebar jarak tanam, semakin besar intensitas cahaya dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah pohonnya lebih sedikit. Sebaliknya semakin rapat jarak tanam semakin banyak jumlah pohonnya dan persaingan semakin ketat. Mawazin dan Hendi Suhaen di dalam sebuah artikel berjudul Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifolia Dyer (2008:387), menyebutkan bahwa semakin lebar jarak tanam, riap diameter cenderung meningkat, dan akan lebih nyata setelah berumur empat tahun dan seterusnya, juga sebaliknya semakin rapat jarak tanam riapnya semakin menurun. Perhitungan jarak tanam harus dilakukan dengan cermat, karena jarak tanam menjadi rancangan dasar dalam kegiatan berikutnya. Penentuan jarak tanam ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Menentukan jumlah populasi Perhitungan jarak dalam dunia pertanian, istilah jumlah populasi memang sudah tidak asing lagi bagi para petani dan penghobi pertanian. Menghitung jumlah populasi memang sangat pernitng dilakukan untuk menghindari kerugian karena mengalami kekeliruan dalam menyediakan benih atau bibit yang akan di butuhkan. Tanam berkaitan erat dengan jumlah bibit dan jumlah tanaman dalam luasan tertentu. Dengan menghitung jumlah bibit, kita dapat memperkirakan pekerjaan secara teknis di lapangan. Jumlah populasi dapat dihitung dengan rumus berikut ini. Contoh soal: Sebuah perusahaan memiliki lahan di blok A 100 Ha, dan akan ditanamai tanaman karet dengan jarak 5m x 4 m. hitunglah populasi tanaman pada areal blok A tersebut!


8 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Penyelesaian: Diketahui: luas lahan = 100 Ha = 1.000.000 m2 Jarak tanam = 5m x 4m = 20 m2 Rumus Populasi = 1.000.000 m2 20 m2 = 50.0000 tanaman Jadi pada blok A dengan luas areal 100 Ha terdapat 50.000 tanaman 2. Menurunkan tingkat kompetisi Kompetisi didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia, di mana ketersediaannya terbatas pada lahan dan waktu yang sama akan menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut contohnya, air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Persaingan tanaman dapat terjadi di antara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi di antara jenisjenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Usaha untuk mengurangi dampak negatif dari persaingan/kompetisi tanaman berupa penggunaan bibit unggul dan mengatur jarak tanam. Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik, hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun, dan pertumbuhan tanaman. Pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan petunjuk penanaman, tentu sudah diperhitungkan dengan matang. Perhitungan tersebut telah mempertimbangkan luas lahan, jenis tanaman, bentuk tajuk, perakaran, dan lain-lain. Semakin dekat jarak tanam, semakin ketat persingan antar tanaman. Persaingan terjadi pada intensitas cahaya matahari dan perebutan unsur hara antar tanaman yang diusahakan. Sementara jika jarak tanam terlalu luas, maka efisiensi lahan menurun. Hal tersebut terjadi karena populasi tanaman pada lahan berkurang. Kompetisi yang tinggi dan populasi yang kurang menyebabkan produktifitas berkurang.


9 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 3. Memberikan ruang pemeliharaan Perawatan tanaman memerlukan ruang yang luasnya cukup. Ruang gerak pekerja harus mencukupi untuk mobilitas kegiatan. Apabila ruang terlalu sempit, maka akan menyebabkann kerusakan pada tanaman akibat singgungan langsung antara pekerja dengan tanaman. Kerusakan yang fatal pada tanaman, akan menyebabkan terganggunya proses fisiologis tanaman, sehingga produksi tanaman menurun. Pada tanaman perkebunan, perlakuan jarak tanam juga berfungsi sebagai gawangan. Gawangan sendiri berfungsi sebagai tempat pengangkutan hasil dan tempat penyusunan pelepah ketika dilakukan pemeliharaan seperti pruning. Setiap tanaman memiliki jarak tanam yang berbeda. Perbedaan tersebut telah disesuaikan dengan kondisi lahan, jenis tanaman dan tajuk tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh atas perlakuan jarak tanam terhadp hasil tanaman. Berikut disajikan tabel berbagai jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia. Tabel 1.1: Jarak Tanam Berbagai Tanaman Perkebunan No Komoditas Jarak Tanam Populasi (tanaman/Hektar) Batas Minimal Usaha 1 Karet 6 m x 3 m 550 120 2 Kelapa sawit 9,42 x 9,42 m 111 15 3 Kopi 2,5 m x 2,5 m 1.600 75 4 Kakao 3 m x 3 m 1.111 30 5 Lada 2m x 2,5 m 2.000 15 6 Vanili 2 m x 1 m 5.000 75 7 The 0,7 m x 1,2 m 11.905 1.000 8 Tebu 1 m x 0,1 m 80.000 9 Tembakau 0,5 m x 1,4 m 22.000 10 Nilam 0,9 m x 1 m 10.000 Tanaman yang memiliki bentuk tajuk luas, memerlukan jarak tanam yang panjang, agar tidak terjadi penaungan antar tanaman. Sebagai contoh, tanaman kelapa sawit memiliki daun yang panjang pelepahnya mencapai 4 m, sehingga jarak tanam kelapa sawit dua kali panjang pelepah daun. D. Metode Pengajiran Kegiatan pelaksanaan penanaman tanaman perkebunan diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman. Lahan tempat tumbuh tanaman harus bersih dari sisa-sisa


10 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat. Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Pemancangan pada lahan yang datar dan luas pemasangan tidak terlalu sukar. Pemancangan pada daerah yang topografinya berbukit-bukit atau miring, pemasangan ajir cukup sukar dan perlu membuat teras-teras. Metode pemancangan, secara teknis tergantung pada tingkat kemiringan lahan, yaitu sebaga berikut. 1. Pengajiran pada lahan datar Kategori lahan datar ini memiliki tingkat kemiringan antara 00%-80%. Pada kondisi lahan seperti ini, jarak tanam yang disarankan oleh berbagai instansi adalah 7 m x 3 m Pada jarak tanam tersebut, populasi tanaman adalah 476 lubang/hektar, berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur ke Barat berjarak 7 m dan arah Utara ke Selatan berjarak 3 m. Pemancangan atau pengajiran pada lahan datar ini dimulai dari luas lahan 1 Ha terlebih dahulu, dan menyusul pada luas lahan yang lebih luas. Gambar 1.6. Pola Pengajiran pada Lahan Datar Sumber: Dokumen pribadi


11 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 2. Pengajiran pada lahan miring Lahan miring terdapat pada lahan berbukit, dengan tingkat kemiringan 8%-15%. Mengingat lahan seperti ini adalah lahan yang rawan terhadap erosi, maka tanaman perkebunan seperti sawit tidak dianjurkan ditanam di lahan ini. Hal tersebut dipandang perlu untuk pengawetan lahan dan air. Tetapi melihat realita bahwa semakin sempitnya lahan perkebunan yang tersedia untuk ekstensifikasi pertanian, maka penanaman tanaman perkebunan pada lahan miring menjadi hal yang wajar. Kegiatan ini harus mempertimbangkan pengawetan lahan dan air, dengan teknik pembuatan teras sambung atau teras individu. Metode pengajiran atau pemancangan pada areal berbukit dilakukan dengan metode “violle”. Metode ini dilakukan dengan menentukan satu titiik pada areal tercuram. Jarak tanam yang disarankan oleh institusi penghasil benih, pada lahan miring diterapkan jarak tanam 8m x 2,5 m. Pada jarak tanam tersebut, populasi tanaman adalah 500 lubang/ha pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m. Gambar 1.7. Pola Pengajiran pada Lahan Miring Sumber: Dokumen pribadi Gambar 1.8 Pancang Teras Sumber: https://slideplayer.info/slide/3206853/ Pola pengajiran pada lahan miring pada gambar tersebut dilihat dari atas. Apabila dilihat dari sisi miring sebagaimana terlihat pada gambar berikut.


12 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Setiap titik pancang dibuat penanda berwarna merah, biru atau kuning, dengan tujuan untuk meudahkan dalam membedakan jenis tiang pancang. Pada pengajiran beberapa tanaman perkebunan menggunakan cara yan berbeda-beda. Sebagai contoh, pada tanaman sawit pengajiran menggunakan metode bujur sangkar dan segi tiga sama sisi. Pada lahan datar, penanaman kelapa sawit menggunakan sistem segitiga sama sisi. E. Pelaksanaan Pengajiran Agar memperoleh tata letak sesuai dengan sistem jarak tanaman yang telah ditetapkan, maka sebelum membuat lubang tanam terlebih dahulu dilakukan pemancangan ajir. Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Pemancangan pada lahan yang datar dan luas pemasangan ajir tidak terlalu sukar. Pemancangan pada daerah yang topografinya berbukit-bukit atau miring, pemasangan ajir cukup sukar dan perlu membuat teras-teras. Dalam pelaksanan pengajiran dapat dilakukan secara team. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan pengajiran lebih cepat dan tepat. Berikut merupakan beberapa perlengkapan dan peralatan yang digunakan dalam pengajiran. 1. Meteran Alat ini digunakan untuk mengukur jarak tanam atau jarak antar anak ajir. Spesifikasi alat yang digunakan yakni panjang jangkauan alat 30 m-100 m, terbuat dari bahan yang lentur. Gambar 1.9. Meteran Sumber : https://www.bukalapak.com/p/rumah-tangga/perkakas-rumah-tangga/1bfnx2g-jual-roll-meter-t100m-atau-meteran-rol-tancap-gulung-meteran-tanah-100-mtr 2. Kompas Kompas digunakan untuk menentukan arah di lahan. Di dalam areal lahan perkebunan alat kompas sangat membantu, karena areal yang begitu luas. Pada era modern ini, kompas sudah terinclude dengan alat pengukur kontur tanah, yaitu teodolit. Di dalam penggunaan teodolit memerlukan tenaga ahli atau yang berpengalaman.


13 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 3. Ajir Ajir atau tiang pancang ini terdiri dari dua jenis,yaitu ajir utama dan ajir anak. Ajir utama atau juga disebut ajir induk memiliki panjang 2-2,5 m. Ajir utama digunakan untuk memancang dari arah utara ke selatan. Ajir anakan memiliki panjang 1-1,25 m. Ajir anakan digunakan untuk menandai titik tanam yang terpancang dari arah Barat ke Timur. Gambar 1.10. Kompas Sumber: www.wikimedia.org Gambar 1.11. Teodolit Sumber: http://pusatpelatihan.co.id/survey-topografi/ Gambar 1.12. Ajir Anakan Sumber : https://8villages.com/full/petani/article/id/5b0d0b5c18d63d327606a97f


14 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 4. Bendera Bendera kecil digunakan sebagai tanda untuk membedakan warna pancang yang berbeda. Bendera yang digunakan berasal dari kain berbentuk segi tiga berwarna merah, biru dan kuning, atau sesuai dengan standar perusahaan. Gambar 1.13. Ajir Indukan Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 1.14. Tiang Pancang dan Bendera Sumber: Dokumen Pribadi 5. Parang Kendala di lahan pada pemancangan atau pengajiran adalah sisa-sisa vegatsi pada pembersihan lahan. Anak kayu yang masih berdiri dapat menghalangi pandangan dan penarikan tali, sehingga mengakibatkan titik tanam tidak lurus. Dengan demikian, anak kayu yang menghalagi harus ditebaas dengan parang.


15 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 6. Tali Tali yang digunakan berupa tali berbahan tambang atau kawat seling. Tali digunakan untuk menarik garis lurus antar titik. Gambar.1.15. Parang Sumber : https://otomania.gridoto.com/read/241739695/perkara-rp-2-ribu-parang-berayun-ayun-di-depanmobil-anggota-tni Gambar 1. 16 Tali Tambang Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 1.17. Perlengkapan Mengajir Sumber: Dokumen Pribadi Pada perkebunan rakyat, alat yang dipergunakan tidak lengkap sebagaimana pada perusahaan. Pemancangan tidak menggunakan kompas, apa lagi teodolit, tetapi biasanya mengandalkan meteran dan tali dalam menetapkan garis utama yang selanjutnya mengandalkan mata untuk melihat kelurusan barisan ajir. Pada pemancangan tanaman kelapa sawit, penentuan titik ajir secara cepat dan praktis, dapat menggunakan tali sepanjang 18 m yang dipasangi pasak di masingmasing ujung dan di titik pertengahannya sehingga jarak antar pasak menjadi 9 m. Demikian juga untuk tanaman perkebunan lain seperti karet, alat dan bahan yang digunakan sama, hanya berbeda pada jarak tanam dan metode yang digunakan.


16 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Berikut contoh pemancangan pada lahan kelapa sawit dengan pola tanam segitiga sama sisi. 1. Pancangan pada lahan datar Pancangan dimulai dari luasan 1 hektare terlebih dahulu. a. Tentukan garis pancang utama. Garis pancang utama ini biasanya merupakan kelanjutan dari pemancangan sebelumnya. b. Areal yang akan dipancang dibagi menjadi blok-blok dan diberi tanda sementara pancang sudut. c. Tentukan jalur pancang kepala dengan sudut yang tepat (900 ) terhadap garis pancang utama. Garis pancang kepala blok harus sejajar dengan jalan produksi. d. Beri tanda titik tanam sepanjang garis pancang kepala. e. Tali ditarik dengan membentuk sudut 600 antara titik-titik pada garis pancang kepala blok dengan titik-titik pada garis pancang kepala utama. Titik-titik di antaranya diberi tanda dengan pancang. f. Sekali satu bagian areal telah dipancang, selanjutnya bagian ini dijadikan acuan untuk pemancangan pada blok tersebut. Tentukan titik tanam dengan menggunakan kawat yang telah diberi tanda jarak tanam. g. Beri tanda tengah-tengah calon jalan produksi dengan pancang merah. Jalan produksi ini mengo rbankan satu titik tanam setiap 2 baris tanam. 2. Pemancangan pada Lahan Miring Pembuatan teras bersambung menyebabkan tingkat kesuburan tanah berkurang, ada beberapa aspek menguntungkan yang harus diperhitungkan dalam memutuskan pembuatan teras, yaitu sebagai berikut. a. Pembuatan teras akan mengurangi bahaya erosi sekaligus juga mengawetkan air, sehingga relatif tersedia bagi tanaman. Adapun penanaman secara langsung di daerah berbukit akan menimbulkan ma salah erosi yang serius. b. Penanaman dan pekerjaan perawatan rutin lainnya menjadi lebih mudah sehingga prestasi kerja akan meningkat dan biaya produksi dapat ditekan. c. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, pekerjaan panen, dan mengeluarkan hasil panen dari dalam blok akan lebih mudah. Oleh karena pekerjaan panen di daerah datar lebih mudah, maka prestasi kerja pemanen akan meningkat dan biaya panen akan lebih murah dari pada biaya pan en di daerah berbukit yang tidak ada terasnya. Pada sistem teras yang baik, biaya panen pada daerah berbukit tidak begitu banyak berbeda dengan biaya panen di daerah yang rata. Pertimbangan dalam penentuan perlu atau tidaknya pembuatan teras biasanya lebih dititikberatkan pada pertimbangan aspek panen. Penentuan jumlah kerapatan teras per ha harus sudah ditentukan sebelum pekerjaan memancang titik tanam. Idealnya, pertemuan garis kontur dengan garis kemiringan lahan yang tercuram adalah pada jarak horiso ntal yang tetap, yaitu 7,97 m. Jika jarak antar dua teras yang bersebelahan > 12 m bergerak menjauhi garis kemiringan lahan yang tercuram, maka dibuat teras ta mbahan dengan jarak sekitar 7,3 m. Teras tambahan ini secara teoritis akan terpoptong jika kemiringan lahan meningkat dan akan bersatu kembali dengan teras utama.


17 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pemancangan untuk pembuatan teras dilakukan dengan menarik satu garis lurus dari salah satu titik tertinggi ke daerah yang terendah dengan sudut kemiringan lahan yang tercuram. Sepanjang garis lurus ini dipasang pancang dengan jarak 7,97 m. Jika sudut kemiringan lahan yang tercuram ini pada arah Utara-Selatan, maka jarak pancang dibuat 9,2 m. Sementara bila arahnya TimurBarat, maka jarak pancangnya 7,97 m. Jarak antar pokok di dalam barisan ini dipilih sedemikian rupa, sehingga setiap 100 m horisontal terdapat 10-13 teras. Diawali dari pancang tersebut, maka pemancangan menurut garis-garis kontur dapat dilakukan untuk seluruh areal. Untuk ketepatan pemancangan, sebaiknya digunakan alat bantu water pass. Cara pemancangan pada areal berbukit dan bergunung dilakukan dengan pola tanam teras kontur, memakai metode sistem “Violle.” Teknis pemancangan dengan sistim “Violle” dilakukan dengan menentukan satu titik di areal tercuram. Kemudian, ditentukan satu garis lurus ke arah lembah dengan jarak masing-masing titik 7,3 m. Setiap titik dibuat warna merah, biru, dan kuning. Jarak antar teras minimum 7,3 m dan maksimum 8,9 m. Jika jarak antar teras menyempit (< 7,3 m) atau melebar (> 8,9 m) maka pembuatan teras tersebut harus diputus atau dihentikan. Selanjutnya, dimulai pembuatan teras dengan titik baru dengan jarak 7,3 m. Cara yang dilakukan untuk membedakan pancang teras antara satu terasan dengan terasan yang lain yaitu dengan membedakan warna pancang yang berbeda dengan susunan merah, biru, kuning, dan seterusnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan operator alat berat berpindah dari satu teras ke teras yang lain pada waktu pembuatan teras. Untuk bagian teras di tempattempat tertentu yang kurang horizontal, harus dibuat benteng penahan (stop bund) melintang dengan ukuran lebar 50 cm dan tinggi 30 cm untuk menahan aliran air dan mencegah erosi sepanjang terasan tersebut. Gambar 1.18. Pemancangan pada Lahan Praktik Sumber: Dokumen Pribadi


18 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pembuatan teras kontur harus selalu dimulai dari teras yang paling atas, kemudian dilanjutkan pada terasan di bawahnya. Letak garis kontur untuk teras kontur harus timbang dengan air (water pass). Teras kontur dibuat dengan permukaan yang miring ke dinding teras dengan sudut miring 10-150 dan tepat pada pancang tanaman dengan lebar teras berkisar 3-4 m. Pada saat pembuatan teras, permukaan tanah dibersihkan dari humus, tunggul-tunggul, dan kayu. Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun. Setelah terbentuk, diadakan pengerasan hingga padat. Tanah timbunan harus membentuk sudut kemiringan 10-150 ke dinding teras. Dengan penggunaan bulldozer, proses pemadatan dilakukan secara alamiah karena tekanan track link bulldozer sehingga tidak perlu dikeraskan lagi. Gambar. 1.19. Sketsa Hasil Pemancangan Sumber: www.antoncabon.us LEMBAR PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan a. Pancang bamboo b. Tali c. Pita ukur d. Alat tulis 2. Langkah Kerja a. Siapkan alat yang digunakan! b. Tentukan lokasi lahan yang akan dipancang! c. Tentukan garis pancang utama sejajar dengan jalan utama! d. Berilah tanda pada titik tanam sesuai jarak yang ditentukan! e. Tentukan jalur pancang induk dengan sudut tepat 900 terhadap garis pancang utama!


19 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN LEMBAR PRAKTIKUM f. Berilah tanda titik tanam mati dan titik tanam hidup sepanjang garis pancang induk! g. Tariklah tali yan telah diberi tanda dengan membentuk sudut 600 antara titiktitik pada garis pancang induk dengan titik titik pada garis pancang utama. titik-titik di antaranya diberi tanda dengan pancang sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan! 1. Pak Bambang seorang petani karet yang rajin, lahan pekarangan yang ada luasnya 1 ha, untuk menanan karet Pak Bambang perlu alat untuk mengetahui jarak tanam tanaman karet yang ingin ditanam pak bambang, alat ukur yang digunakan pak bambang adalah adalah… A. Micrometer B. Alat meteran C. Penggaris D. Neraca pegas E. Jangka sorong Jawaban: B Pembahasan: Alat untuk mengukur jarak tanam secara manual adalah meteran. 2. Untuk menentukan titik tanam yang tepat, maka perlu dilakukan pekerjaan... A. Penganjiran/pancangan B. Pembuatan jalan pikul C. Pembuatan lubang tanam D. Penanaman pohon naungan E. Tumbang maksimum Jawaban: A Pembahasan: Pengajiran dilakukan untuk menentukan jarak tanam dengan tepat. 3. Berikut ini adalah beberapa tahapan kegiatan: a. Pembuatan teras sering (terutama bagi lahan miring). b. Penanaman tanaman penutup tanah atau cover crops (bagi lahan yang baru dibuka). c. Penentuan kepadatan tanam dan jarak tanamnya yang dikaitkan dengan konservasi tanah. d. Perlakuan-perlakuan dengan bahan kimia bila perlu terutama bagi lahan penanaman kedua dan selanjutnya. e. Pembuatan saluran air. f. Pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Tahapan-tahapan kegiatan tersebut adalah tahapan.... A. Pembibitan tanaman CONTOH SOAL


20 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN CONTOH SOAL B. Pemeliharaan tanaman C. Pemuliaan tanaman D. Mempersiapkan lahan bagi tanaman perkebunan E. Mempersiapkan lahan tanaman pangan Jawaban: D Pembahasan: kegiatan mempersiapkan lahan, meliputi, pembuatan teras sering, penanaman tanaman penutup tanah atau cover crops, penentuan kepadatan tanam, jarak tanam, pembuatan saluran air, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Korelasi kerapatan kemiringan lahan terhadap kerapatan tanam Menurut penuturan Direktur PT Global Mapindo, Eddie Purwanto, yang perlu diperhatikan dalam menanam ialah keteraturan tanaman dalam posisi maupun kerapatan tiap hektare untuk memudahlan pengelolaan tanaman, utamanya dikala pemanenan, pemeliharaan, dan perlakuan teknis agronomisnya. Menurut Eddie, berdasarkan riset yang sudah di lakukan dengan memodifikasi dari standar yang sudah ada maka untuk kebun seluas 10 ha, dari hasil uji coba itu untuk areal bergelombang dengan kemiringan rata-rata 30 derajat atau 60%, diperoleh kerapatan tanaman mencapai 135,4 pohon/ha. “Supaya pemanenan tidak sulit perlu juga ditentukan sejak dini pembuatan jalan memotong teras maksimal jarak 150-200 m,” papar Eddie kepada InfoSAWIT. Namun demikian, kondisi kemiringan dan kontur bukit mengakibatkan jumlah pohon sawit setiap hektare bisa berbeda-beda setiap kebun. Misalnya, untuk kemiringan rata-rata antara 20 derajat atau 36%, dengan mengikuti garis kontur, kerapatan tanaman bisa mencapai 136 pohon/ha, dengan jarak kontur teras minimum 6 meter dan maksimum 12 meter. Namun demikian, modifikasi bisa saja dilakukan seusia dengan kondisi di lapangan. Teori pemancangan pada persiapan penanaman perlu diterapkan dengan tepat. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil tanaman. Untuk memperjelas teori dalam buku ini, maka bukalah link berikut. https://www.youtube.com/watch?v=Yl8xMwm3RGk&t=203s CAKRAWALA JELAJAH INTERNET


21 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Pengajiran sangat penting dan merupakan syarat untuk melakukan penanaman tanaman perkebunan, apalagi menanam dalam skala yang luas. Dengan pengajiran akan diperoleh tanaman yang rapi, lurus beraturan, jarak tanam samabaik antar tanaman maupun antar barisan, memperoleh tanaman yang baik, tidak terjadi persaingan unsur hara antar tanaman, memudahkan dalam perawatan, dan pemanenan. Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran ada dasarnya dari pemancangan yang digunakan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman. Agar pengetahuan Anda bertambah, bukalah link youtube dan cari tayangan tentang teknik pemancangan untuk tanaman kelapa sawit. Lakukan pengamatan terhadap langkah kerja pada video tersebut! Lakukan pemancangan ulang berdasarkan video yang ada pada youtube! Gunakan halaman sekolah untuk melakukan pemancangan tersebut. Lakukan dengan teliti menggunakan skala yang tepat! Kerjakan soal - soal dibawah ini dengan baik dan tepat! 1. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa ada korelasi antara pola tanam dengan hasil produksi tanaman jahe merah. Pola tanam yang diterapkan adalah tumpang sari dengan tanaman hortikultura. Jelaskan jenis tanaman nortikultura yang ideal untuk ditanam bersama jahe merah! 2. Sebuah perusahaan memiliki lahan di blok A 1000 Ha, dan akan ditanamai tanaman karet dengan jarak 7 m x 5 m. Hitunglah populasi tanaman pada areal blok A tersebut! 3. Pengajiran perlu dilakukan untuk memperoleh populasi tanaman yang optimum. Pengajiran harus dilakukan sesuai SOP. Susunlah SOP sederhana untuk pengajiran! 4. Intensitas, kualitas, dan lamanya penyinaran matahari merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologis tanaman. Tanaman yang terlindung pertumbuhannya akan meninggi (etiolasi), habitusnya rendah (kurus) dan lemah. Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang. Jelaskan bentuk kongkrit kegiatan untuk mengantisipasi pada permasalahan tersebut! RANGKUMAN TUGAS MANDIRI PENILAIAN AKHIR BAB


22 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN REFLEKSI Agribisnis tanaman perkebunan tahunan adalah penanaman investasi dalam jangka waktu yang panjang yaitu antara 20-30 tahun, di mana tanaman sudah dapat berproduksi antara 4-6 tahun tergantung jenis tanamannya. Misalnya, tanaman karet dapat disadap pada umur 6 tahun, sehingga masa produksi bisa mencapai 24 tahun. Supaya masa produksi bisa optimal sesuai dengan harapan, makap semua rangkaian kegiatan budi daya harus dijalani dengan baik dan benar. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah merancang jarak tanam dengan mepnentukan titik tanam yang tepat. PENILAIAN AKHIR BAB 5. Terdapat hubungan antara jarak tanam kelapa sawit, pola tanam, dan populasi per hektar. Jelaskan secara singkat korelasii pada pernyataan tersebut! 


23 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN BAB II PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Penanaman Setelah mempelajari kompetensi ini, peserta didik mampu melakukan penanaman sesuai standar bila disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. TUJUAN PEMBELAJARAN KATA KUNCI PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN Pemilihan Bibit Penentuan Jarak Tanam Penanaman Pembuatan Lubang Tanam PETA KONSEP BAB II PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN


24 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN PENDAHULUAN MATERI PEMBELAJARAN Keberhasilan usaha budi daya tanaman perkebunan tahunan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal (sifat genetik) maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budi daya tanaman perkebunan tahunan adalah penanaman. Untuk meminimalkan kegagalan penanaman tersebut perlu memahami tentang pemilihan bibit, penentuan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, dan penanaman A. Pemilihan Bibit Agribisnis tanaman perkebunan adalah penanaman investasi dalam jangka waktu yang panjang, yaitu antara 20-30 tahun. Di mana tanaman sudah dapat berproduksi antara 4-6 tahun tergantung jenis tanamannya, misalnya tanaman karet dapat disadap pada umur 6 tahun, sehingga masa produksi bisa mencapai 24 tahun. Supaya masa produksi bisa optimal sesuai dengan harapan, maka semua rangkaian kegiatan budi daya harus dijalani dengan baik dan benar. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pemilihan bibit, yaitu varietas atau klon yang akan ditanam. Pemilihan varietas atau klon merupakan hal yang sangat penting yang akan menentukan dimasa produksi. Kesalahan pemilihan varietas atau klon tersebut akan menimbulkan penyesalan selama masa produksi tanaman tersebut. Hal itu karena ada kemungkinan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan, baik kualitas hasil maupun kuantitasnya. Untuk menghindari kegagalan tersebut, maka dalam pemilihan varietas atau klon yang akan ditanam harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu keunggulannya, syarat tumbuhnya, dan tujuan penanaman. Perlu dipahami bahwa tidak ada varietas atau klon yang sesuai untuk semua lokasi, setiap varietas atau klon dirakit dari tetua mereka yang memiliki sifat Gambar 2.1. Bibit yang Baik akan Memberi Hasil yang Baik Sumber : Dokumentasi Pribadi


25 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN unggul di satu lokasi namun kurang optimal di lokasi lainnya, dengan kata lain: satu varietas atau klon akan tumbuh dan berproduksi optimal pada agroekosistem yang sesuai dengan sifat-sifatnya. Berikut ini adalah contoh-contoh criteria bibit tanaman perkebunan yang baik. 1. Bibit karet Hasil panen yang maksimal tentunya di butuhkan cara dalam memilih bibit karet yang baik dan benar. Banyak jenis bibit karet yang dapat kalian pilih untuk menghasilkan produksi karet yang banyak. Bibit karet dapat dipilih dari cara okulasi dan bibit dari alam, namun bibit karet yang berasal dari alam tidak direkomendasikan karena bibit alam memiliki banyak kekurangan. Kualitas dan standar mutu benih harus diperhatikan mulai dari biji untuk batang bawah sampai bibit karet yang siap ditanam dilapang (klon). a. Biji batang bawah Berasal dari pohon induk yang berumur minimal 10 tahun dan berasal dari klon diketahui pasti. Biji masih segar, bernas, mengkilat, tidak berlobang, dan tidak cacat. b. Biji yang sudah disemai dan akan dipindahkan ke pembibitan. Telah berkecambah sebelum hari ke-22, akar tunggang kecambah lurus, biji bebas hama, dan penyakit c. Bibit batang bawah untuk okulasi Pertumbuhan bibit relatif seragam, sudah mencapai diameter batang tertentu untuk diokulasi hijau atau coklat. d. Mata okulasi entres Berasal dari kebun kayu okulasi (kebun entres) yang sudah dimurnikan, terawat baik dan sehat. e. Stum mata tidur Akar tunggang lurus, tidak bercabang, mempunyai akar lateral 5-10 cm dan panjang akarnya 35cm. Umur stum tidak lebih dari 12 bulan. f. Bahan tanam dalam polybag Tinggi daun payung pertama diukur dari pertautan okulasi sampai titik tumbuh >25 cm dan diameter minimal 8 mm diukur pada ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi. Daun hijau segar dan sehat. Gambar 2.2. Bibit Karet Siap Tanam Sumber: dokumentasi pribadi


26 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pada umumnya, bibit karet dihasilkan dari metode okulasi, sehingga memiliki sistem perakaran yang kuat dan produktivitas yang tinggi. Berikut ini conoth jenis bibit karet asal okulasi ini yaitu sebagai berikut. a. Jenis 1. Bibit Karet PBM Bibit karet PBM sangat baik jika ditanam di lahan yang mempunyai tanah dengan kondisi yang agak lembab. Kelebihan utama bibit jenis ini adalah mengandung getah dalam kadar yang tinggi. Bahkan di saat musim kemarau pun, jumlah getah tersebut relatif tetap stabil dan tidak mengalami penurunan secara drastis. Namun tanaman karet asal dari bibit PBM baru bisa berproduksi secara optimal setelah usianya mencapai 8 tahun. b. Jenis 2. Bibit Karet IRR Bibit karet yang unggul selanjutnya ialah bibit karet IRR. Sama seperti bibit karet PBM, bibit karet yang berjenis IRR ini juga bisa tumbuh dengan baik di lahan yang mengandung tanah dengan kondisi cenderung lembab dan mengandung cukup banyak air. Getah yang dihasilkan oleh bibit karet IRR juga termasuk banyak. Tetapi itu hanya terjadi pada musim penghujan. Sedangkan saat musim kemarau produksi getahnya akan menurun. c. Bibit Karet IRC Jenis bibit karet unggul yang ketiga adalah bibit karet IRC. Kondisi ideal lahan untuk ditanami bibit karet IRC yaitu lahan yang mengandung tanah cenderung kering. Kadar getah di dalam pohon karet IRC ini bisa sama dengan kandungan air di dalam tanah. Jadi bisa dibilang bahwa bibit karet IRC mampu menghasilkan getah yang melimpah. Namun kulitnya gampang rusak dan tidak terlalu mulus, sehingga berpengaruh terhadap kestabilan karet yang dihasilkan. d. Bibit Karet Kusen Bibit karet dari jenis kusen cocok sekali jika ditanam di tanah yang kering karena kandungan air di dalam pohon karet kusen terbilang cukup tinggi. Oleh karena itu, hanya daerah-daerah tertentu saja yang bisa ditanami tumbuhan karet ini. Hasil getahnya pun luar biasa banyak. Sayangnya proses perawatan karet kusen sangat rumit. Apabila Anda keliru saat merawat karet ini, bukan tidak mungkin dampaknya tanaman akan berhenti menghasilkan getah. e. Bibit Karet GT Bibit karet GT termasuk salah satu jenis bibit karet yang memiliki kelebihan-kelebihan. Salah satunya ialah daya tahan yang dipunyai oleh bibit jenis ini sangat tinggi. Hal ini memungkinkan tanaman karet GT dapat dibudidayakan di lahan yang kondisinya lembab. Keistimewaan yang lain dari bibit karet GT yaitu getah yang dihasilkannya tidak berkurang di musim kemarau. Tetapi hasil getah di lapisan kulit kedua akan menurun drastis. f. Bibit Karet PB Secara garis besar, bibit tanaman karet yang berjenis PB mempunyai keunggulan yaitu tahan terhadap kondisi yang cukup lembab serta hasil produksi getahnya akan tetap stabil di musim kemarau. Beberapa  klon anjuran dari karet PB ini, antara lain sebagai berikut.


27 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 1) Klon PB 260 adalah bibit karet yang mudah didapatkan dan memiliki produktivitas lateks tinggi. Namun klon ini tidak tahan terhadap tiupan angin yang kencang 2) Klon PB 330 adalah bibit karet yang mempunyai ketahanan sangat baik dari serangan jamur upas. Tapi batangnya yang rapuh membuatnya rentan rusak karena angin. 3) Klon PB 340 bibit karet yang memiliki tingkat pertumbuhan batang sangat baik serta ukuran batangnya relatif besar. 4) Klon PB 217 adalah bibit karet yang responsif terhadap stimulan yang diberikan. Tetapi klon ini rentan terserang penyakit oidium. 5) Klon PB 235 adalah bibit karet yang mempunyai tingkat produktivitas karet yang cukup baik. Sayangnya kini sulit mendapatkan klon ini. Bibit karet juga bisa dihasilkan dari biji yang disemai sedemikian rupa hingga tumbuh menjadi tanaman kecil yang siap dipindahtanamkan ke lahan. Bibit jenis ini umumnya bisa tumbuh dengan baik saat ditanam di lahan yang kering atau lahan rawa-rawa sebab mempunyai sistem perakaran yang berjenis akar tunggang. Pohon karet dari biji dapat tumbuh hingga usianya sangat tua dan tetap mampu memproduksi getah. Sayangnya dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk Anda bisa memanen getah dari bibit karet asal biji ini. Beberapa klon karet yang dihasilkan oleh lembaga riset pemerintah atau swasta, misalkan Balai Penelitian Karet Getas, Sungai Putih atau Sembawa atau Bah Lias Riset  PT London Sumatera Plantation. Pemilihan bibit karet ini disesuaikan dengan tujuan penanaman. Apabila kita memiliki tujuan pada penghasil lateks, maka kita pilih klon penghasil lateks. Berikut ini adalah contoh klon tanaman karet ditinjau dari hasil yang diharapkan. Klon penghasil lateks: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 260, PB 217. Klon penghasil lateks dan kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIc 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32. Klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik, antara lain, berproduksi tinggi, hasil tinggi, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam, antara lain sebagai berikut. a. Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua. b. Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas c. Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral d. Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih). 2. Bibit Kelapa sawit Sumber bibit sawit diperoleh dengan metode perbanyakan secara generatif. Perbanyakan secara vegetatif hanya mungkin dilakukan dengan metode kultur jaringan. Namun metode kultur jaringan untuk memperoleh bibit sawit sangat kecil kemungkinan karena tingkat ketelitian yang tinggi sangat dituntut. Varietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan oleh berbagai lembaga riset adalah tenera yang merupakan hibrida dura x pisifera (DxP), yaitu bunga jantan


28 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN (pollen) dari jenis pisifera dikawinkan pada bunga betina dari jenis dura. Jadi, benih yang membawah sifat gabungan kedua jenis sawit tersebut adalah biji dari dura. Benih biji hibrida dengan yang bukan hibrida tidak bisa dibedakan baik dalam hal ukuran, bentuk, dan warnanya sehingga membuka peluang pemalsuan. Begitu pula dengan bibitnya, tidak dapat dibedakan secara kasat mata. Selain menjual benih dura, para pemalsu benih juga menjual biji dari tenera yang dipanen dari kebun produksi. Kekeliruan memilih benih baru disadari ketika tanaman sudah memasuki fase berproduksi. Jika biji palsu berasal dari dura, maka seluruh tanaman adalah dura, tetapi kalau berasal dari biji tenera, maka sebagian akan kembali ke induk dura, sebagian kembali ke induk pisifera dan sisanya seperti tenera, sehingga kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Untuk meminimalisir kesalahan, usahakan membeli benih kelapa sawit hanya dari produsen resmi yang bersertifikat melalui prosedur resmi yang ditetapkan oleh produsen bersangkutan. Jangan sekali-kali membeli benih dari perorangan, meskipun ia bekerja di perusahaan produsen benih, apa lagi dari pedagang. Sebaiknya petani berkelompok dan menghubungi Dinas Perkebunan setempat untuk membantu menghubungkan dengan produsen benih. Penerimaan benih harus dilengkapi dengan berita acara agar kemudian hari dapat ditelusuri jika ada masalah. Mengingat proses pembuatannya memakan waktu lama, disarankan pemesanan benih dilakukan satu tahun sebelum rencana penanaman. Berdasarkan warna buahnya, sawit digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu sebagai berikut. a. Nigrescens Karakteristik tipe ini adalah buah muda berwarna ungu gelap sampai hitam lalu berubah jadi jingga sampai merah setelah matang. b. Virescens Ciri-ciri sawit tipe virescens yaitu, buah muda berwarna hijau yang berubah menjadi kuning kemerahan pada saat matang. c. Albescens Tipe sawit albescens memiliki ciri buah muda berwarna kuning dan pucat tembus cahaya karena kandungan karotennya dalam mesokarpnya rendah. Gambar 2.3. Contoh Buah Sawit Tipe Virescens Sumber: https://www.tokopedia.com/onlinelovers/biji-benih-tanaman-pohon-buah-kelapa-sawit-lokal-indo


29 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Sedangkan berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa sawit dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut. a. Dura Sawit dengan tipe dura, mempunyai cangkang (tempurung) tebal, 6-8 mm, porsi mesokarp terhadap buah berkisar 35-65 % (Dura Deli), kernel besar, tetapi minyak terekstrak rendah, 17-19 %. Cangkang tebal dura diduga dapat memperpendek umur mesin pengolah. b. Pisifera, tanpa cangkang, kernel kecil dengan lapisan fiber tipis, proporsi mesokarp tinggi dan kadar minyak terekstrak tinggi, tetapi sebagian besar betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. c. Tenera merupakan hasil silangan antara dura dan pisifera, sehingga mempunyai karakteristik gabungan antara dura dan pisifera sehingga meminimalisir kelemahan masingmasing. Kernel berukuran sedang dengan cangkang menjadi lebih tipis (0,5-4 mm), tetapi bunga betina tetap fertile. Proporsi mesokarp tinggi (60-95%) dan kadar minyak 22-25%, bahkan ada yang mencapai 28%. Dengan demikian, hibrida tenera menjadi bahan tanam yang digunakan dalam budi daya komersial, sedangkan dura dan pisifera terus digunakan untuk menemukan varietas unggul baru. Gambar 2.4. Perbedaan Buah Sawit Dura, Ternera, dan Psifera Sumber: Budi daya Kelapa Sawit Dalam menentukan kelapa sawit yang bermutu dan berkualitas, harus mengenal bibit yang akan digunakan sebelum perbanyakan atau pengembangan dalam lahan maupun kebun. Pemilihan bibit yang akan digunakan sangat mempengaruhi potensi hasil yang akan di proleh, oleh sebab itu, bibit kelapa sawit harus benar-benar di perhatikan dan diambil dengan teliti.


30 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pemilihan benih yang unggul dan berkualitas sebaiknya melakukan proses pembelian pada sebuah perusahaan pertanian yang sudah jelas dan sudah melakukan tahapan-tahapan seleksinya. Dalam pembelian bibit/benih dalam perusahaan usahan sebaiknya benih/bibit di cap (stempel) berdasarkan jenis dan varietesnya. Selain itu, proses pemilihan dilakukan dengan melakukan pemilihan benih kelapa sawit pada setiap umur, yaitu pada umur 0-1 bulan, 3-4 dan umur 6-12 bulan. Hal ini dilakukan karena pada tahapan tersebut benih sawit menunjukkan tingkat pertumbuhan benih hingga bibit siap tanam. Tingkat pertumbuhan tersebut yaitu mulai dari pembenihan, perkecambahan (pertumbuhan tunas kecil) dan pemilihan bibit siap tanam. Pemilihan benih pada fase pertumbuhan 0-3 bulan, benih berupa bentuk perkecambahan maupun dalam bentuk masih belum perkecambahan. Hal ini dapat dilakukan pada pengamatan pada benih sebagai berikut. a. Benih memiliki tenera yang sangat ideal. b. Benih memiliki perbijian dengan tempurung yang relatif kecil. c. Benih dura unggulan, memiliki biji yang tebal, dan percangkangan yang tebal. d. Perkecambahan yang baik, memiliki tunas bersih, normal, dan panjang perakaran mencapai 1-2 cm bahkan lebih. e. Benih berwarna hitam mengkilap, dilapisi dengan urat-urat kasar berwarna kecoklatan muda, berbentuk lonjong memanjang. f. Bebas terhadap jamur, maupun tidak abnormal. g. Pertumbuhan tunas dan perakaran normal. Gambar: 2.5. Kecambah Kelapa Sawit Sumber: www.fredikurniawan.com Selanjutnya, pada pemilihan benih maupun bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3-4 bulan yang berkualitas memiliki tanda ciri sebagai berikut. a. Memiliki beberapa helai daun muda hingga tua mengkilap. b. Memiliki percabangan besar dan duri tajam yang tampak normal. c. Memiliki perbatangan besar dan kuat menopang daun. d. Perakaran bibit kuat, dengan kedalaman mencapi 3-4 cm bahkan lebih. e. Pertumbuhan normal, dan tidak adanya kecacatan. f. Tidak dalam terserang hama maupun penyakit.


31 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pemlihan selanjutnya pada bibit besar (umur 6 bulan-12 bulan). Pada tahap inin,bibit sudah siap dipasarkan atau siap tanam di lahan. Pemilihan bibit pada tingkat ini sangat mudah dilakukan karena sudah tampak jelas berdasarkan fisiologisnya hal ini dapat ditandai dengan cara sebagi berikut. a. Memiliki daun yang sudah banyak dan berwarna hijau pekat. b. Memiliki pelepah yang sangat besar dan kuat berwarna hijau muda maupun tua. c. Memiliki batang dan bonggol yang besar serta kuat dan kokoh. d. Tidak abnormal dan dalam terserang hama dan penyakit. e. Tingkat pertumbuhan jauh lebih cepat. Gambar 2.6. Bibit Sawit Umur 3-4 Bulan Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 2.7. Bibit Sawit Siap Tanam Sumber: Dokumen Pribadi Bibit sawit yang sudah siap tanam atau siap jual, harus diperhatikan dan diseleksi, sehingga tidak mengurangi kuallitas bibit untuk konsumen atau untuk kita sendiri. Pertumbuhan bibit harus seragam dan tidak terserang hama penyakit. Kegiatan seleksi bibit sebelum tanam perlu dilakukan. Kelainan pada bibit menyebabkan bahan tanam tidak seragam, terserag penyakit dan produktivitasnya menurun. Kelainan bibit tersebut dapat diakibatkan karena perlakuan pada pembibitan kuang baik. Berikut ini adalah contoh bibit sawit yang tidak layak ditanam karena terdapat kelainan pada bibit.


32 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa bibit yang mengalami kelainan terlihat jelas dari penampakan daun. Searah jarum jam, dapat dijelaskan bahwa pada gambar pertama,daun rata atas dan tidak beraturan. Selanjutnya, internodia daun atau jarak buku pada daun terlalu pendek. Selanjutnya, daun mengalami juvenile atau daun tidak mengembang. Sedangkan gambar terakhir, daun yang memiliki internodia terlalu lebar. Kelainan-kelainan tersebut harus dihindari pada saat pengangkutan bibit. 3. Bibit kakao Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kakao adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaannya. Walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan kakao yang baik. Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif. Kakao diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang terpilih. Sedangkan kakao juga umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun kakao dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif, hal ini untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budi daya kakao sangat ditentukan oleh ketersediaan benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu. Langkah awal yang harus dilakukan pada pembibitan kakao adalah penyiapan bahan tanam. Bahan tanam kakao berupa biji, yang dapat diperoleh dari kebun produksi atau dengan pembelian ke sumber benih terpercaya. Apabila penyediaan bahan tanam dari kebun produksi, maka tanaman induk Gambar 2.8 Bibit Sawit Tidak Normal Sumber: Buku Lapangan,1998


33 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN yang akan digunakan sebagai sumber benih harus memenuhi persyaratan, antara lain sebagai berikut. a. Kondisi tanaman sehat Tanaman induk yang akan dipergunakan sebagai sumber benih harus terbebas dari gangguan hama dan penyakit. Kondisi seperti ini akan mempermudah identifikasi sumber benih tanaman kakao. Apabila tanaman induk terserang penyakit atau hama, maka hasil benih akan tertular. b. Kondisi tanaman kuat Tanaman induk yang kuat, baik perakaran dan percabangannya, akan mempengaruhi produktivitas buah. Diharapkan dengan keadaan tanaman yang kuat, akan mampu menopang buah yang banyak. Kondisi ini sangat didukung oleh pemeliharaan. c. Memiliki produktivitas tinggi Produktivitas yang tinggi pada tanaman induk merupakan salah satu indikasi bahwa tanaman tersebut layak untuk dijadikan sumber bahan tanam. Klon yang baik akan menunjukkan produktivitas yang tinggi. Dengan dijadikan bahan tanam, maka hasil pada tanaman generasi berikutnya diharapkan juga tinggi. d. Berumur antara 12-18 tahun Tanaman yang sudah berusia 12 hingga 18 tahun merupakan tanaman yang sudah produksi, yang dikenal juga dengan istilah Tanaman Menghasilkan (TM). Pada masa ini, tanaman sudah berbuah berkali-kali dan telah terlihat produktifitas tanaman, sehingga sudah dapat dijadikan bahan tanam. Berasal dari tanaman induk tersebut diambil buah yang sudah masak sempurna. Buah yang sudah masak ditandai dengan perubahan warna pada kulit buah. Warna kulit yang semula ungu menjadi kuning untuk buah yang kulitnya hijau atau menjadi jingga untuk buah yang kulitnya merah. Buahbuah tersebut kemudian dipecah dan diambil bizinya. Biji yang digunakan sebagai benih terletak pada bagian poros atau tengah-tengah buah. Dalam satu buah umumnya hanya digunakan 20-25 biji saja. Gambar 2.9. Sumber Biji untuk Pembibitan Sumber: SCPP, 2012


34 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Biji-biji terpilih tersebut kemudian dibersihkan dari lendir (pulp) yang menempel. Caranya, campurkan serbuk gergaji atau abu gosok pada biji yang berlendir. Kemudian remas-remas dengan tangan. Setelah itu biji dicuci menggunakan air mengalir untuk kemudian diangin-anginkan hingga kering selama 1 hari. Setelah kering biji siap untuk dikecambahkan. Perkecambahan pada benih kakao perlakuannya tidak jauh berbeda dengan tanaman perkebunan yang lain. Setelah benih diperlakukan dengan berbagai perlakuan, maka benih harus di semai terlebih dahulu. Penyemaian dilakukan hingga muncul kecambah. Gambar 2.10 Kegiatan Penyemaian Benih Kakao Sumber: dokumen pribadi Gambar 2.11 Bibit Kakao dari Biji Sumber: SCPP, 2012 Bila kita tidak memiliki sumber tanaman untuk pembibitan kakao, benih bisa didapatkan dengan membeli. Kami menganjurkan untuk membeli benih di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, di Jember. Bisa dipesan secara online. Harga satu butir benih kakao sangat tergantung jenis klonnya.


35 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN Beberapa contoh klon yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, antara lain, ICCRI 03, ICCRI 04, ICCRI 07, Sulawesi 01, Sulawesi 02, RCC 70, MCC 01, MCC 02. Masing-masing klon memiliki kelebihan tersendiri serta memiliki potensi hasil yang berbeda-beda. Dari berbagai klon tersebut, klon yang memiliki potensi hasil terbesar adalah MCC 02, dengan hasil 3,13 ton/Ha/Th. Gambar 2.12 Bibit Kakao dari Pebanyakan Okulasi Sumber: SCPP, 2012 Gambar 2. 13. Tanaman Kakao MCC 02 Sumber: https://thehijau.com/kakaotop-3-ton-ha/ Gambar 2.14. Tanaman Kakao ICCRI Sumber: https://kabartani.com/menanam-tanamankakao-agar-berbuah-dengan-cepat-dan-lebat.html Dengan mengetahui klon dan potensi hasil serta kelebihan dan kekurangan klon yang akan dipilih sebagai bibit, maka kita dapat melakukan analisis budi daya dan hasil budi daya. Pengetahuan dasar tentang pemilihan bibit sangat diperlukan dalam melakukan teknis awal budi daya kakao. 4. Bibit kopi Pemilihan bahan tanam untuk tanaman kopi memerlukan ketelitian yang tinggi dan pengetahuan yang lebih. Hal ini untuk menghindari kekeliruan dalam memilih bibit kopi yang baik. Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki


36 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN sifat unggul, yakni mampu menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harapannya bibit kopi unggul ini mampu tumbuh menjadi  tanaman kopi  yang berpotensi produksi tinggi. Ciri-ciri tanman kopi yang baik adalah sebagai berikut. a. Tingkat produktifitasnya tinggi. b. Berbuah dengan cepat. c.Buahnya memiliki rasa dan aroma yang nikmat. d. Ukuran buahnya besar dengan biji yang besar. e. Tahan terhadap hama dan penyakit. Pada tanaman kopi, faktor yang menentukan keunggulan bibit terutama dipengaruhi oleh mutu buah yang dihasilkannya. Jika buah tersebut mempunyai sifat yang disukai oleh konsumen semakin banyak, maka secara otomatis makin tinggi pula kualitas dari bibit kopi tersebut. Bibit kopi yang seperti ini bisa disebut sebagai bibit yang baik. Cirri-ciri bibit kopi yang unggul adalah sebagai berikut. a. Bibit kopi sehat dan normal. b. Kondisinya bersih dari kotoran. c. Bentuk dan ukurannya seragam. d. Berasal dari benih/indukan yang jelas. e. Tingkat pertumbuhannya bagus. f. Daya tahannya juga tinggi. g. Bibit memiliki perakaran yang sempurna Gambar 2.15. Bibit Kopi Unggul Sumber: www.kabartani.com Beberapa contoh klon yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, antara lain, Arabika, Robusta, dan Excelca. Apabila kita akan memilih salah satu klon kopi tersebut, kita harus memilih klon yang cocok dengan syarat tumbuh tanaman kopi di daerah kita. Sebagai contoh apabila di lingkungan kita memiliki tipe iklim kering, tinggi tempat lebih dari 1000 m dpl, maka disarankan untuk memilih klon kopi Arabika S 795, Gayo 1, Andungsari 2K, Komasti.


37 AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN MATERI PEMBELAJARAN 5. Bibit lada Langkah pertama dalam menanam lada adalah pemilihan bibit unggul. Penggunaan bibit yang memiliki kualitas baik maka hasil buah nantinya akan baik juga. Banyak petani pemula yang menganggap penggunaan bibit unggulan tidak terlalu penting serta kurangnya pengetahuan mengenai ciri dan cara memilih atau membuat bibit lada berkualitas. Bibit lada yang baik diperoleh dari bahan tanam berupa sulur yang baik. Bibit tanaman lada yang baik memiliki cirri-ciri sebagai berikut. a. Pertumbuhan bibit seragam Maksudnya adalah jika bibit yang anda tanaman benar benar memiliki kualitas yang baik maka proses pertumbuhannya akan seragam atau bareng. b. Tahan saat dipindah Pemindahan atau transplanting bibit tidak luput dari pergeseran tempat, yang mempengaruhi metabolisme tanaman muda. Bibit yang memiliki kualitas baik akan tahan saat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. c. Proses pertumbuhan cepat Bibit yang berkualitas dan bibit yang tidak berkualitas dapat dilihat dengan melihat proses atau lama pertumbuhan bibit. Jika bibit yang dipilih tumbuh lebih cepat dari masa pertumbuhan serta seragam maka bibit tersebut berkualitas baik. Gambar 2.16. Tanaman Kopi Robusta Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 2.17: Bahan Tanam Lada Sumber: https://sentrabudidaya.com/


Click to View FlipBook Version