Samasta
PERTEMANAN YANG RUMIT
Karya : Muhammad Rasyid Raykeenan
Pada suatu saat ada anak laki-laki yang bernama Ray, Ray adalah
orang yang sangat baik kepada orang-orang disekitarnya, Ray berumur 8
tahun dan dia bersekolah di sebuah SD, dan suatu hari ada murid baru yang
bergabung dengan kelas Ray namaya itu Arya, Arya adalah tipe orang yang
mengikuti siapapun yang sangat gaul dan well known, saat pertama
memasuki kelasnya Arya sangat gugup dan juga malu, dan Ray pun
menyadari kalau Arya merasa tidak nyaman dan dia pun menghampiri Arya
dan mencoba membuatnya merasa nyaman di lingkungannya, Ray berkata
“hey Arya kalau kamu gapunya temen sekarang mendingan sama aku aja
yu”, Arya pun membalas “ohh oke”, Arya dan Ray pun mulai melakukan
banyak hal bersama.
Seperti pergi ke kantin secara bersama, makan bersama, sholat
bersama, keluar gerbang sekolah bersama, sejak Ray mendekati Arya
mereka telah menjadi sahabat, waktu pun berjalan sebagai sungai yang
beralir, Ray dan Arya pun naik kelas, dan kebetulan Ray dan Arya berada
di kelas yang sama, mereka pun merasa bahagia walaupun teman-teman
dari kelas sebelumnya hanya sebagian yang mendapat kelas yang sama, Ray
dan Arya tetap bahagia karena mereka sekelas dengan sahabat baiknya, dan
di kelas 4 SD ini mereka mendapat teman-teman baru yaitu Rafi, Rafi yaitu
orang yang selalu bersifat sebagai pemimpin dan selalu memposisikan
151
Samasta
dirinya di garis depan, ada juga Dio, Dio adalah anak yang sangat pintar
dalam melakukan segala hal, mau itu dalam segi pelajaran, akrifitas santai
apapun, ada juga Ibra, Ibra adalah anak yang nakal, dia selalu membuat
onar dan juga kacau tetapi orangnya sangat menyenangkan.
Dengan teman-teman baru ini Ray kira hidupnya akan membaik,
tetapi dia salah, waktu pun berjalan, dan Ray menyadari kalau Arya sudah
mulai lebih dekat kepada Rafi, Dio, dan juga Ibra, Ray pun merasa khawatir
kalau dia akan kehilangan sahabatnya Arya, jadi Ray pun mengikuti
pergaulan mereka, dan untuk sementara waktunya memang
menyenangkan, tetapi diberi waktu lagi, Rafi,Dio,Ibra dan terutama Arya,
mulai menjauhi Ray, hal ini pun membuat Ray gelisah, Ray pun melakukan
apapun yang dia bisa untuk bergabung pertemanan mereka.
Dan Ray pun berhasil bergabung pertemanan mereka, walaupun
Ray berhasil bergabung pertemanan ini ada harganya, dengan adanya Ibra
di pertemana ini yang selalu mempunyai sifat selfish dan Rafi yang cukup
gaul, Ray dijadikan target untuk dibully, Ray dibully seakan akan dia telah
melakukan sesuatu yang, tetapi sebenarnya Ray tidak melakukan apa apa
selain menjadi orang yang baik sejak mengikuti pertemanan ini, tampan
atau tidak. Kaya atau miskin Ray tetap saja dibully oleh mereka, tetapi Dio
dan Arya masih tetap ada disisi Ray, Dio berkata “tenang da Ray aku sama
Arya gaakan ngebully kamu da”, Arya berkata “iya kok Ray tenang aku kan
sahabat kamu”Ray berkata “makasih ya kalian ga bully aku”, Arya berkata
152
Samasta
“ke kantin yu Ray Dio kita cari makanan”, Ray dan Dio berkata dengan
sesama “yu”.
Beberapa waktu pun berjalan dan mereka semua naik kelas, dan
mereka semua kebetulan berada dikelas yang sama lagi, sama seperti Rafi,
Arya dan Dio, mulai secara perlahan menghianati Ray dan mulai
menjauhinya, walaupun Ray diajuhi oleh mereka, mereka tetap masih ada
di pertemanan yang sama, Ray bingung dengan apa yang harus dia lakukan,
apakah dia harus memenangi Arya lagi atau haruskah Ray mencari teman
baru, walaupun Arya memang orangnya itu adalah seorang pengikut,
persahabatan antara Ray dan Arya masih ada di hatinya.
Pada suatu saat Ray baru saja pulang dari sebuah liburan bersama
keluarganya dan membawa oleh-oleh untuk teman-temannya, Ray berkata
“kalian ambil nih oleh-oleh dari aku sebagai token appresiasi dari aku buat
kalian yang udah nemenin aku”, mereka semuapun berterima kasih kepada
Ray, dan saat istirahat Rafi bertanya kepada Ray dikelas, Rafi berkata “Ray
kamu udh dibully banyak sama kita tapi ngasih oleh-oleh?”, Ray berkata
“iya”, Rafi berkata “kamu baik banget sih sama kita”, Ray berkata “ya
walaupun aku dibully kalian tetep menjadi temen aku yang sangat aku
hargain”.
Walaupun Ray lelah atas semua yang sudah dia lakukan, semangat
Ray untuk menjalin hubungan baik dengan sahabatnya masih membara,
waktupun berjalan dan Ray pun dapat mendapatkan sahabatnya kembali,
153
Samasta
tetapi Arya tetap terlihat kalau dia lebih nyaman dengan Rafi, Dio, dan Ibra,
walaupun Ray tidak sepenuhnya memiliki sahabatnya kembali, Ray tetap
merasa bahagia kalau dia dapat sahabatnya kembali.
✧✧✧
154
Samasta
RANGGA DAN SEPEDANYA
Karya : Naila Rahma Fadhilah
Rangga melamun menatap kantor pegadaian. Dadanya sesak
membayangkan “Mr. Philip” radio kesayangan ayahnya berada di dalam
kantor itu. Dia gundah mendengar orang bergunjing bahwa acara yang
mereka tunggu tunggu dan pasti ayah tunggu tunggu juga akan segera
mengudara. Malam harinya Rangga tidak bisa tidur karena kesepian tak ada
lagi bunyi kemerosok gelombang radio. Dia sedih karena ayahnya telah
kehilangan hiburan satu satunya. Otaknya berputar cepat hingga
semangatnya meletup, dia seakan baru menemukan resolusi hidupnya yaitu
dia ingin bekerja mencari uang yang akan digunakan selain menebus radio
ayah di pegadaian akan digunakan untuk pengobatan ibunya.
Pulang dari sekolah esoknya, Rangga segera berangkat ke pabrik
tali. Dia masuk ke kantor lalu langsung berbicara kepada pemiliknya bahwa
ia ingin bekerja.
“Kerja apa?” tanya sang pemilik
“Apa saja, pak”
“Berapa umurmu?”
“11 tahun”
“Masih sekolah?”
155
Samasta
“Ya”
“SD?”
“Ya”
“Mengapa ingin bekerja?”
“Butuh uang untuk menebus radio milik ayah saya di pegadaian dan untuk
berobat ibu”
Setelah setengah jam diceramahi pemilik pabrik, Rangga disuruh pulang.
Meskipun masih kecil, keadaan yang sulit membuat Rangga tak
asing dengan pekerjaan berat. Libur sekolah dia biasa bekerja musiman di
perkebunan karet, kopi, atau kelapa sawit. Namun, kali ini dia benar benar
harus mendapatkan uang tersebut untuk menebus radio ayah di pegadaian
dan untuk pengobatan ibu.
“Saya mampu bekerja keras bu, sama seperti orang dewasa” ucap Rangga
kepada seorang pemilik pabrik obat nyamuk yang ia datangi selanjutnya
“Resiko nya terlalu besar nak, tidak baik untuk anak kecil apalagi pekerjaan
itu berurusan dengan bahan bahan kimia berbahaya”
“Saya sanggup menanggung resiko, bu”
“Saya tau kamu sanggup, tapi saya tidak sanggup”
156
Samasta
Kemudian ibu tersebut memberi Rangga ongkos untuk pulang namun ia
menolak dengan sopan.
Ternyata tidak mudah mencari pekerjaan meski hanya menjadi kuli
apalagi di usia nya yang masih kecil. Rangga juga sempat terfikir untuk
menjadi kuli panggul di pasar namun sayang, orang lebih suka pada orang
berbadan besar untuk pekerjaan tersebut dan jika Rangga menawarkan diri,
orang orang akan tidak tega melihat badan kecilnya bekerja berat seperti
itu.
Rangga mutasi ke tugas kebersihan pasar karena upahnya
berdasarkan banyaknya pekerjaan, tetapi tidak lama dia berhenti bukan
karena pekerjaan itu berat dan jorok atau karena harus memikul keranjang
sampah, namun karena berdasarkan perhitungannya upah harian itu akan
sangat lama terkumpul mencapai sesuai kebutuhannya.
Gelisah dan hampir putus asa kesana kemari anak kecil itu
menawarkan diri, tetapi pintu tertutup untuknya. Dalam kekecewaan yang
dalam, dia berdoa dan terkabul. Di dinding kantor dinas pasar dilihatnya
pengumuman lomba balap sepeda di Kabupaten. Rangga melonjak melihat
hadiah untuk juara 3 nya saja sebesar Rp. 5.000.000 dan jelas itu lebih dari
cukup untuk menebus radio ayah bahkan tersisa banyak untuk pengobatan
ibu, kemudian jika masih tersisa lagi akan ia gunakan untuk membelikan
kedua adik nya Amir dan Fathir hadiah.
157
Samasta
Malaikat malaikat turun untuk melihat niat yang baik, begitu
ayahnya selalu berkata. Perkataan itu benar, Rangga terharu. Hal lain yang
membuat Rangga girang bukan hanya hadiahnya melainkan keyakinan
dirinya akan menang paling tidak juara 3. Alasannya masuk akal, dia terbiasa
bekerja keras otomatis tenaganya lebih besar dari ratarata anak seusianya.
Dalam balap sepeda sesama anak kampung, dia selalu berhasil
mengalahkan kawan kawannya.
Pada hari perlombaan, Rangga meminta izin kepada ayah dan ibu
untuk membawa kedua adiknya jalan jalan ke Kabupaten. Sebelum
berangkat Rangga mencium tangankedua orangtua nya terutama ibu lama
sekali.
“Tidak usah khawatir bu, aku akan segera membawa ibu berobat di
rumah sakit terbaik. Disana ada dokter dokter hebat dan perawat khusus
untuk ibu. Suhu, pernapasan, detak jantung, semua diperiksa. Kamar ibu
juga tidak akan panas karena ada AC. Ibu akan istirahat di ranjang yang
nyaman dengan bunga ros kesukaan ibu di dalam vas cantik diatas meja
samping tempat tidur. Ibu bisa istirahat dengan nyaman dan tenang karena
tidak banyak orang hanya ada ibu sendiri”
Rangga tersenyum lebar lalu berpamitan sembari membonceng
kedua adiknya. Mereka bersepeda dengan gembira. Ini adalah hari yang
sangat ditunggudan akan menyenangkan bagi Rangga. Kepada kedua
adiknya ia memberitahu bahwa ia akan ikut balap sepeda di Kabupaten.
158
Samasta
Sesampainya di pusat kota, dekat garis finish ada sebuah kursi dan
Rangga meminta kedua adiknya untuk menunggu ia disitu. Amir sudah bisa
menjaga adik kecilnya Fathir. Amir dan Fathir sudah bersiap dengan
bendera kecilnya yang akan di kibar kibar kan jika abang nya menjadi juara
nanti.
Jika semuanya berjalan dengan baik, rencana Rangga adalah
mengajak adik adik nya ke pegadaian menebus radio ayah lalu ia akan
membelikan adik adiknya hadiah setelah itu sisa nya yang masih banyak
untuk biaya pengobatan ibu. Dia pun akan pulang membawa kejutan untuk
sang ayah. Betapa manisnya rencana itu, membuat Rangga tak sabar
memacu sepeda nya agar segera memenangkan perlombaan itu.
Sesampainya di garis start ia terkejut melihat begitu banyak orang
telah berkumpul disana. Pembalap pembalap remaja dan dewasa berwarna
warni meriah, berkacamata, mengenakan helm khusus, sarung tangan,
sepatu khusus, dan kostum bersepeda. Sepeda yang mereka gunakan juga
adalah sepeda balap modern. Rangga sadar ia hanya mengenakan sandal,
kemeja biasa, dan sepeda nya adalah sepeda kampung karatan yang biasa
digunakan membawa kayu bakar. Rangga menjadi ragu untuk mendaftar,
ketika yang lain ingin cepat cepat ia justru meminggirkan diri dan
sepedanya. Setelah tiba gilirannya dan tempat pendaftaran agak sepi karena
peserta lain sudah mendapatkan nomor, ia memberanikan diri untuk
mendaftar karena sangat butuh uang tersebut lagipula adik adik nya sudah
menunggu ia di garis finish.
159
Samasta
Yang dicemaskan terjadi, panitia tidak mengizinkannya mengikuti
lomba karena tidak memenuhi syarat. Rangga menuntun sepeda nya
menjauh dari meja pendaftaran. Dia tersandar lesu dibawah pohon. Tidak
lama di dengarnya suara terompet yang menandakan perlombaan sudah
dimulai. Semangat Rangga meredup, ia ingin sekali mengikuti lomba
tersebut. Ia sudah berlatih keras dan lebih dari siap untuk bertarung.
Namun sayang, ia tidak memenuhi syarat sehingga panitia tidak
mengizinkannya mengikuti perlombaan balap sepeda di Kabupaten itu.
Kaki nya gemetar menahan perasaannya. Dalam waktu singkat
lokasi start menjadi sepi, orang orang yang menonton pun sudah bergegas
menuju pusat kota untuk menunggu di garis finish dan melihat sang juara.
Rangga teringat adik adik nya menunggu disana, setelah itu ia bergegas
menuju pusat kota. Dari jauh, terlihat Amir dan Fathir duduk manis
menunggu dirinya sambil mengibarkan bendera kecil yang sudah mereka
pegang sejak tadi. Segera Rangga menaikkan kedua adiknya ke boncengan
sepeda lalu pulang. Sepanjang perjalanan kedua adiknya masih
mengibarkan bendara kecil itu dengan bahagia. Rangga yang sedang merasa
sedih dan putus asa hanya fokus mengayuh sepeda nya. Mereka melewati
kantor pegadaian dengan pintu pintu nya yang sudah tertutup.
✿✿✿
160
Samasta
PERJALANAN DAN PENGALAMAN BARU
Karya : Rabia Nur Aisyah
Semuanya sudah terencana. Setidaknya itulah yang ada dipikiran
Jalindra sebelum lelaki dengan surai hitam itu mengalami kecelakaan yang
cukup parah. Tungkai bawah sebelah kirinya terluka berat yang membuat
dirinya harus memakai alat bantu jalan dan gips untuk waktu yang bisa
dibilang lama.
Jalindra merupakan seorang atlet bola basket yang handal. Menjadi
atlet termuda tim nasional dan memenangkan pertAndingan nasional
adalah mimpinya yang sudah Ia dambakan sejak kecil. Berlatih setiap hari
juga merupakan rutinitas yang sudah Ia jalankan bertahun-tahun lamanya.
Namun, dunianya seakan runtuh seketika saat kejadian naas itu
menimpanya.
Hal itu membuatnya tidak bisa lagi bermain bola basket. Berdebat
dengan dokter, berbagai umpatan keluar dari mulut lelaki bersurai hitam
itu, tidak terima dengan kenyataan pahit yang Ia dapatkan walaupun
sebenarnya kelalaian dirinya sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Dirinya berangsur-angsur membaik, sudah tidak memerlukan alat
bantu jalan dan gips. Hanya saja, Ia harus rutin melakukan kunjungan
dokter, tidak jarang juga Ia merasakan nyeri saat melakukan aktivitas yang
berat. Perlahan-lahan Ia mulai bangkit, walaupun impiannya untuk menjadi
atlet nasional sudah tidak memungkinkan dengan kondisinya saat ini, Ia
161
Samasta
mulai mengasah lagi kemampuan bernyanyinya. Selain bermain bola
basket, dirinya juga memiliki hobi bernyanyi sejak kecil namun lebih
memilih untuk mendalami bidang olahraga karena sebagian besar
keluarganya juga menekuni bidang yang sama, olahraga.
Lelaki berumur 19 tahun itu mengunggah video dirinya bernyanyi
ke media sosial dan video itu berhasil mendapatkan banyak perhatian dari
khalayak umum. Jalindra tidak menyangka video dirinya bernyanyi bisa
menjadi terkenal. Saat Ia sedang memeriksa kotak pesan pribadi media
sosialnya, seseorang yang Ia tidak kenal bertanya dan mengajaknya untuk
bergabung dengan band musik miliknya. Awalnya Jalindra ragu dan setelah
berdebat dengan dirinya sendiri Ia memutuskan untuk menerima ajakan
tersebut. “Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?” pikirnya.
Setelah memberi tahu bahwa dirinya setuju, Ia diberikan letak
lokasi. “Tempat kumpul kita.” Orang itu memberi tahunya dan
memintanya untuk datang ke lokasi yang sudah dikirimkan esok hari.
Keesokan harinya Ia berdiri di depan sebuah gudang tua namun bersih dan
terawat. Setelah Ia memberi tahu bahwa dirinya sudah sampai, Ia
dipertemukan dengan seorang lelaki bersurai coklat terang, perawakannya
kecil, dan tatapan matanya yang lembut namun tajam.
“Jalindra, kan?” Ucap lelaki bersurai coklat terang itu. Jalindra
hanya mengangguk sebagai jawaban. “Kenalin, gue Hadi. Orang yang
ngehubungin lo di Instagram.” Lanjut Hadi dengan senyum tipis. Setelah
162
Samasta
perkenalan singkat itu, Hadi mengajaknya untuk masuk ke dalam gudang
tua itu.
“Guys, ini Jalindra, orang yang gue ceritain kemarin.” Ucap Hadi
dengan sedikit berteriak. Di hadapannya ada 6 orang lelaki lagi. Lalu, Hadi
mengenalkan satu persatu dari mereka kepadanya. “Yang rambut hitam
keriting, itu Sakaria. Yang lagi pegang bass, itu Yohan. Kalau lagi main
keyboard namanya Yonathan. Nah, yang baju putih itu Samudra di
sebelahnya ada Wirya. Terus terakhir ada Mada, tuh, yang lagi pake
headphone.” Jelas Hadi.
“Hai.” Ucap Jalindra dengan singkat. Dirinya mendapat acungan
jempol secara bersamaan dari keenam lelaki itu. “Nah, hari ini kita saling
mengakrabkan diri dulu aja. Latihan mulai minggu depan, tiap weekend.
Tapi kalau lo mau datang ke sini buat sekedar melepas penat, datang aja.
Kami ada di sini tiap hari, kok.” Hadi membuka suaranya lagi lalu
tersenyum ke arahnya.
Setelah hari itu, Ia mulai akrab dengan ketujuh dari mereka. Datang
sesuai dengan jadwal latihan yang sudah diberitahu oleh Hadi ataupun
hanya untuk sekedar melepas penat. Mereka berhasil menyelesaikan
penampilan pertama mereka di festival sebuah universitas dan mendapat
sorakan ramai dari penonton atas penampilan mereka yang mengagumkan.
4 bulan, 5 bulan, 6 bulan, penampilan demi penampilan mereka
lakukan, festival demi festival mereka hadiri. Jalindra senang tentu saja,
163
Samasta
sampai terjadi permasalahan internal yang mereka harus hadapi. Pada saat
Mada mengatakan bahwa lelaki dengan perawakan yang tinggi itu ingin
berhenti dan keluar dari band. Jalindra yang pada saat itu tengah lelah seusai
latihan, tersulut emosinya dan tanpa sadar mendorong kuat Mada,
membuat lelaki itu mengerang.
Rekan-rekannya yang lain berusaha untuk menenangkannya yang
masih tersulut emosi. Tidak sedikit umpatan yang Ia lontarkan kepada
Mada. Semuanya berhenti ketika Hadi mengatakan “Cukup.” dengan tegas
dan penuh penekanan. Pertikaiannya dengan Mada berujung dengan rehat
band selama 1 bulan. Rehat selesai ketika Mada datang untuk meminta
maaf karena telah membuat keributan.
Sebenarnya, Jalindra hanya takut. Takut mimpinya akan hancur lagi
setelah semua yang sudah Ia lewati semenjak kecelakaan itu menimpanya.
Tetapi, di sinilah Ia sekarang, berdiri di atas panggung, siap untuk tampil
bersama dengan keluarga barunya. Sekarang Ia yakin bahwa dibalik setiap
peristiwa buruk, pasti akan selalu ada peristiwa yang lebih baik mengikuti.
✿✿✿
164
Samasta
SAHABAT ATAU PACAR
Karya : Rafli Firman Gani
Dody adalah orang yang memiliki banyak sahabat sejalan yaitu
Ngkos, yaitu orang yang sangat patuh sama pacar nya karena dia pertama
kali pacaran karena wajah nya yang jelek, Fajar, dia adalah orang yang setia
kawan baik hati dan sangat bijak, dan Puji, puji orang yang konyol. sahabat
sahabatnya rata rata sudah memiliki pacar, hanya dia saja yang tidak
memiliki pacar karena dia merasa di umur SMA ini berteman saja sudah
membuat hidupnya bahagia tapi kalo dia memiliki pacar mungkin bisa lebih
bahagia.
Setiap hari sepulang sekolah dia selalu mencari teman teman nya
untuk mengajaknya nongkrong dan pulang bareng, tapi pada akhirnya dia
selalu pergi sendiri karna teman temannya lebih memilih pacarnya daripada
dirinya.
Dody orang yang sangat asik, dia suka sekali menghibur teman
temannya, sayangnya dia belum memiliki pacar ataupun sahabat cewe
berbeda dengan teman teman nya yang sudah memiliki pacar dan sahabat
cewe, padahal dia orang yang sangat humoris, wajahnya juga dia pas tidak
jelek jelek amat, tapi wanita jarang ada yg ingin jadi pacarnya itulah
mengapa dia masih sendiri sampai sekarang.
165
Samasta
Suatu hari di sekolah dody, fajar, ngkos, puji dan kawan lainnya
sedang nongkrong di kantin sekolah dan ngobrol santai, lalu dody bertanya
kepada teman temannya tentang pacar atau sahabat.
“oi siang siang gini panas mending kalian aku tanya kalau di suruh
memilih antara pacar atau sahabat kalian akan pilih yang mana”Tanya dody
kepada teman teman nya “kalau aku si pacar lah orang pacar aku kalian
mah saat gabut weh kalo pacar segalanya, aku rela lakukan apapun demi
pacar aku rela menyebrangi lautan cuman demi pacarku dan juga rela
meninggalkan sekolah demi pacar” ucap ngkos kepada dody. “kalo aku si
lebih kepada kalian sih kawan kawan ku,karena kalian yang selalu
menghiburku disaat sedih di saat sepi apa lagi kalo aku lagi berantem sm
pacar ku pasti kalian yang menghiburku” ucap fajar kepada kawan kawan
“ah cewe cewe amat, pusinggg sakit kepala aku kalo dengar kata cewe, bisa
muntah emas aku tuh kalo bahas soal cewe, mending temanan saja sama
banyak cewe kaya aku, enak hidup macam aku dan dody, hari hari ketawa
jenaka, bebas, senang senang ah pokok nya ini baru hidup yang
sebenarnya…..”ucap puji kepada semua sambil berlaga konyol yang lebay
“ah gimana kamu saja lah ji, kamu ini tidak pengertian sekali sama kawan
kita yang punya pacar ini, lagi pula kamu ga harusnya juga selebay itu soal
cewe kaya orang ga suka sm cewe aja,hahahaha”ucap dody kepada puji
“tapi kos kamu ga boleh gituu ke kita, tanpa kita kamu ga akan kenal sama
pacarmu yang sekarang, lagi pula kamu kalo galau pasti kamu telpon kita
lagi yakan, jangan egois dong kos kita kan sahabat kamu dari smp” kata
166
Samasta
dody “ya benar kata dody, walau kamu punya pacar kamu harus ingat
kembali kepada ssahabat sahabt kamu, kamu harus bisa adil karena kamu
sama pacar mu juga belom tentu nikah juga dengan pacar mu jadi jangan
terlalu berlebihan, dan juga karna kita masih sma kewajiban kita itu belajar
agar sukses ingat itu kos” kata fajar menasehati ngkos “oh iya benar juga
kata kalian ternyata aku terlalu berlebihan, maaf kan aku kawan kawan aku
sudah di butakan oleh cinta” ucap ngkos “iya pokok nya sekolah dan masa
depan harus di perjuangkan, kalau kamu sukses di masa depan cari cewe
tidak terlalu sulit” ucap dody “terimakasih kawan kawan sudah
menyadarkan ku dari sihir wanita yang membutakan ku, aku tidak akan
mengulanginya lagi” ucap ngkos kepada semuanya
Ngkos pun bertaubat dan ngobrol santai lagi dengan kawan kawan,
dan bertanya kepada dody dan puji yang sudah lama sendiri tanpa
pendamping
“kalau kalian berdua kenapa ga nyoba pacaran lagi?, kan kalian nih
orang nya asik siapa tau bisa dapet kan yang di MIPA 7, cantik banget loh
dia” Tanya ngkos “ah gila aja sih kalo deketin cewe itu terlalu nekat aku
kalo deketin, dan juga aku udah ga percaya diri sih udah minderan gak ada
duit pula, sama juga aku udah terlalu mikirin kedepannya gimana aku gak
mau di masa depan aku makan jengkol tiap hari kan kasian istriku nanti bau
jengkol heheh” ucap dody ”kalau aku sih emang cewe nya belum ada yang
standar selera aku sih abisnya standar aku itu lalisa blackpink itu standar
aku heheheh” ucap puji ”ah ji kamu canda teruss bilang aja belom niat
167
Samasta
pacaran, tapi dod kamu ga boleh minder, kamu harus percaya diri, orang
kamu ini keren wajah juga tampan ah ngapain minder, pokoknya percaya
diri aja, mamaku pernah bilang kalo kamu keseringan ga percaya diri kamu
gak akan pernah maju kamu akan diam di tempat” ucap fajar ”oh iya benar
juga nanti aku bakal coba untuk percaya diri trimakasih jar kamu emang
orang yang bijak”ucap dody.
Sejak obrolan di kantin ngkos dan dody pun mendapat pelajaran
percaya diri itu penting dan pacaran itu boleh asal tidak berlebihan karena
tidak baik apa lagi semasa sma itu seharusnya belajar untuk masa depan,
dan juga sahabat merupakan orang yang akan selalu ada saat kamu kesulitan
atau keadaan susah.
✧✧✧
168
Samasta
KARMA
Karya : Raisya Zahra Khairul
Pada saat jam istirahat makan di sekolah anak-anak beristirahat dan
mengambil makanan di kantin, ketika Alycia hendak membawa makanan
ya ke meja makan, tiba-tiba ibu kantin memanggil namanya, "Alycia, maaf
kartu mu ini tidak bisa digunakan untuk membayar makanan ini". Alycia
pun menoleh bingung karena iya sendiri tahu bahwa didalam kartunya itu
tidak ada sepeser saldo uang pun, lalu ibu kantin memberikan roti gratis
untuk Alycia makan, ia pun berterimakasih kepada ibu kantin itu, ia pun
pergi duduk sendiri di meja makan, lalu tiga anak kelasnya itu melihat
Alycia duduk dan memakan roti gratis itu sendirian, mereka adalah Jade,
Satin dan Anna, mereka pun berdiri dihadapan Alycia dan mengatakan
"Mengapa kamu makan roti gratis itu? semiskin itukah dirimu?", ucap Jade
dengan nada mengejek, lalu mereka langsung pergi begitu saja sembari
menertawakan Alycia yang memakan roti gratis, Alycia melihat ketiga
temannya itu memakan makanan kantin yang sangat lezat tentu saja
harganya mahal.
Walaupun temannya berbicara begitu Alycia tidak sedih karena ia
masih bisa makan roti yang layak untuk dimakan. saat pulang sekolah ia
bertemu dengan ketiga temannya itu lagi, Alycia berjalan sembari
menghitung koin yang akan digunakannya untuk membayar tiket bis, ketika
sedang menghitung koinnya ia menabrak Jade dan membuat koinnya itu
169
Samasta
terjatuh, lalu koin itu diinjak oleh Jade. "Jade tolong kembalikan koin itu,
aku hanya mempunyai koin itu tidak lebih untuk aku aku membayar tiket
bis", ucap Alycia, Jade pun tertawa mendengar Alycia memohon seperti itu.
"HAHAHA, pulang sekolah pun kamu perlu menaiki bis dan tidak punya
uang selain koin ini? kamu ini kasihan sekali ya benar-benar miskin" ucap
Jade kepada Alycia, lalu menendang koin yang Alycia jatuhkan tadi. "Lihat!
ibuku menjemputku dengan mobil Tesla terbaru yang kami miliki", ucap
Jade sombong. "Tuh ambil koin mu yang sangat berharga itu" ucap Jade
lalu pergi meninggalkan Alycia. "Kasian sekali hidup mu hahahaha" ucap
Satin dan Anna lalu meninggalkan Alycia mengikuti jejak Jade. Alycia pun
mengambil koin itu lalu bergegas pulang.
Keesokan harinya pada hari libur ia bertemu Jade di jalan ketika ia
baru selesai membeli baju di toko baju bekas, Jade melihat Alycia membawa
sekantong plastik di genggamannya lalu ia memperhatikan toko yang baru
saja di masuki Alycia. "Kamu baru beli baju dari toko baju bekas itu?" ucap
Jade sambil menunjuk ke toko baju bekas tersebut. Alycia pun
mengangguk, dan ia melihat Jade membawa banyak paper bag dari toko
baju yang mahal. "Kamu ini benar benar miskin ya? mengapa hidup mu itu
begitu menyedihkan? seperti kemarin, memakan roti gratis dari kantin, lalu
sekarang? membeli baju di toko baju bekas? huhh how sad.." ucap Jade
kepada Alycia.
Ibu Jade yang sedang menelepon itu mendengar pembicaraan Jade
dengan Alycia, seketika ibu nya Jade menghampiri mereka berdua. "Jade
170
Samasta
apa yang kamu katakan kepadanya? Apakah ibu pernah mengajarkan kamu
untuk berkata seperti itu kepada orang lain?!" ucap ibu Jade dengan nada
agak tinggi kepada Jade. "Ihh mami ini kenapa sih? memang bener kan dia
tuh miskin! dan juga tidak punya teman! aku ini cuman ngomong fakta kok"
jawab Jade kepada ibunya. "Mulai besok ibu tidak akan menjemput mu
dengan mobil lagi! biar kamu merasakan bagaimana pulang sekolah
mandiri! dan fasilitas yang ibu berikan kepada mu juga akan ibu tarik. Kita
bicara kan ini dirumah ayo pulang". ucap Ibu nya Jade. "Ini uang untuk
membeli tiket bis untuk pulang ya" ucap Ibu Jade kepada Alycia sembari
memberikan uang kepadanya. "Tidak bu, tidak usah. Saya bisa berjalan kaki
saja" jawab Alycia menolak pemberian ibu Jade. "Sudah tidak apa, ambil
saja" ucap ibu Jade lalu menaruh uang di telapak tangan Alycia. "Maafkan
anak saya sudah berperilaku dan berbicara tidak sopan kepada mu, kami
pulang duluan ya" ucap ibu Jade lalu pergi pulang.
Keesokan harinya lagi saat pada jam istirahat disekolah, Alycia
masih memakan roti tawar gratis yang diberikan ibu kantin. Sambil duduk
sendiri di meja makan kantin, ia melihat Jade di jauhi dan ditinggalkan oleh
kedua temannya itu karena Jade hanya memakan roti yang sama seperti
Alycia. "Kami tidak ingin duduk bersama orang miskin yang hanya
memakan roti gratis pemberian ibu kantin" ucap kedua teman Jade lalu
pergi meninggalkan ia sendiri. Alycia pun beranjak dari tempatnya lalu
mengajak Jade untuk duduk bersamanya. "Ayo duduk dan makan bersama"
ajak Alycia kepada Jade. Sambil menunduk Jade pun mengikuti Alycia dan
171
Samasta
duduk bersamanya. "Mengapa kamu mengajak aku makan bersama?
padahal aku sering menghina dan mengejekmu" ucap Jade. "Tidak apa, agar
kamu memiliki teman saja, karena menu makan kita sama dan agar kamu
tidak malu memakan roti itu sendirian" jawab Alycia. Setelah makan pun
mereka berdua masuk kelas.
Sampai pada jam pulang sekolah Alycia melihat Jade sedang
berjalan kaki menuju halte bus. Ia pun menghampiri Jade dan mengikuti
jejak nya. "Kamu pulang naik bis hari ini? tanya Alycia kepada Jade. "Ya,
kenapa? Gak suka? jawab Jade ketus. "Hmm gak apa apa sih, kalo gitu ayo
menunggu bis bersama!" ajak Alycia kepada Jade. Jade yang mendengar
pun langsung menoleh dan menatap Alycia. "Kamu ini kenapa masih saja
memperlakukan aku baik seperti teman mu? padahal aku sering membuat
mu sedih dengan perkataan ku Aly" ucap Jade sembari mengeluarkan air
mata. Alycia yang melihat Jade menangis pun langsung kaget karena ia takut
orang orang menganggap dirinya telah menyakiti Jade. "Gak apa apa Jade,
aku tidak sakit hati kok, jangan menangis ya? maaf kan aku" ucap Alycia
kepada Jade. "Aku yang harus nya meminta maaf kepada mu Aly, aku, Satin
dan Anna sering sekali berbicara kasar kepadamu dan menghina mu di
depan orang lain, maaf kan aku Aly" ucap Jade tersedu sedu. "Iya tidak apa
Jade sudah aku maafkan kok, sudah ya jangan menangis lagi" jawab Alycia.
Jade pun mengusap air matanya. "Terimakasih Aly kamu sudah memaafkan
aku, jadi apakah kita bisa berteman dengan baik?" tanya Jade. "Tentu Jade
dengan senang hati, ayo kita ke halte bersama" jawab Alycia. Lalu mereka
172
Samasta
berdua pun menjadi teman baik dan selalu bermain bersama dan pulang
sekolah bersama menaiki bis sekolah.
✿✿✿
173
Samasta
MUSUH YANG MENJADI SAHABAT
Karya : Rezatya Tsany Fakharsyah
Pada suatu hari, seorang anak bernama Randi lulus dari SMP
dengan nilai terbaik di sekolahnya. Di bangku SMA, dia sekelas dengan
anak bernama Rafi yang mempunyai sifat pemarah dan suka menindas
orang yang lebih lemah dari dia. Suatu saat, Rafi menindas Randi, “Randi,
minta uang dong!”. “Uang jajan aku sedikit” jawab Randi. “Kamu bohong
kan, sini dompet kamu!”.
Disaat itu, Rafi langsung merampas uang Randi. Rafi berkali kali
menindas Randi sampai Randi pun muak. Akhirnya Randi memberanikan
diri untuk melapor ke guru. Tetapi, Rafi tidak kapok. Dia terus menindas
Randi dan semua orang yang lebih lemah dari dia.
Tidak hanya meminta uang, Rafi juga sering menyontek ke Randi
dan juga teman - temannya, bahkan memaksa dan tidak jarang sampai
mengancam. Pada saat sedang istirahat, Randi memutuskan untuk pergi ke
kantin untuk membeli makanan. Di sana, Randi bertemu dengan Rafi dan
beberapa temannya. Randi sudah berusaha menghindar dari Rafi, tetapi
Randi tetap terlihat oleh Rafi dan akhirnya makanan Randi pun diambil
oleh Rafi.
“Ran, sini. Bagi makanan dong” ucap si Rafi. “Tapi aku belum
makan dari pagi Raf, nanti kalau asam lambung aku kambuh gimana?”
Jawab si Randi. “Gak usah banyak ngomong, aku gak peduli asam lambung
174
Samasta
kamu bakal kambuh atau gak, sini makanannya.” Rafi mengambil makanan
Randi yang baru ia beli.
Tidak hanya di sekolah, Rafi juga suka menindas Randi di luar
sekolah. Seperti pada saat Randi satu kelompok dengan Rafi, ia tidak peduli
sedang berada di mana. Rafi tetap menindas Randi dan teman
sekelompoknya yang lebih lemah dari dia.
Pada saat Rafi sedang menindas Randi dan beberapa temannya, ada
satu teman sekelas mereka berdua yang secara fisik lebih kuat dari Rafi dan
merasa kasihan kepada Randi. “Hey Rafi, kalo kamu kamu mengganggu
mereka lagi, aku akan melaporkan kamu ke pihak sekolah.” Disitu Rafi
langsung meninggalkan Randi dan beberapa temannya sambil memasang
muka kesal. Tetapi, Rafi seperti tidak peduli dengan ancaman itu, disaat
temannya yang lebih kuat tidak melihat, Rafi tetap menindas Randi dan
teman - temannya.
Padahal, Rafi sudah berkali - kali membuat onar di sekolah sampai
diberi surat peringatan dan dipanggil orang tuanya. Tetapi Rafi tidak peduli
dengan itu, dia terus dan terus menindas orang - orang yang lebih lemah
dari dia di lingkungan sekolah. Pihak sekolah pun tidak bisa berbuat apa -
apa karena orang tua Rafi merupakan orang yang cukup berpengaruh di
sekolahnya.
Sampai suatu saat di perjalanan pulang, Randi bertemu dengan Rafi
yang sedang di palak oleh preman. “MANA UANG KAMU!” ucap si
175
Samasta
preman. “Saya gak ada uang bang” jawab Rafi, “AH, SAYA GAK
PEDULI, MANA UANG KAMU!” ucap si preman sambil menodongkan
pisau ke Rafi.
Disitu Randi merasa kasihan kepada Rafi, akhirnya Randi
mengambil balok kayu dan memukul si preman menggunakan balok kayu
tersebut. “PERGI KAMU, INI TEMAN SAYA, JANGAN MACAM
MACAM KAMU!”, dan si preman pun langsung lari ketakutan. “Terima
kasih ya Randi, maaf aku sering menindas kamu” ucap Rafi. “Tidak apa -
apa, kita harus saling menolong sesama manusia walaupun kamu sering
menindas aku”. “Mulai sekarang aku tidak akan menindas kamu dan orang
lain lagi”. Disaat itulah akhirnya mereka menjadi sahabat yang sangat dekat.
✧✧✧
176
Samasta
SANG PENARI
Karya : Tifa Alifah Hermawan
Aku adalah anak bungsu dari 10 bersaudara, aku terlahir dari
keluarga yang dasarnya bukan dari seniman, tetapi ayahku sangat menyukai
drama tari pada zaman Presiden RI pertama. Ayahku suka bercerita ketika
beliau menjabat sebagai staff administrasi tentara pada zamannya, beliau
selalu menonton drama tari. Sehingga beliau ingin suatu saat anaknya ada
yang bisa menjadi penari yang tampil di kenegaraan. Hampir saja keinginan
ayahku tidak terwujud karena kakak-kakakku tidak ada yang mau menari,
alasannya karena mereka malu untuk menari. Setelah aku SD aku mulai
menari di acara pentas seni, biasanya setiap tampil aku selalu menarikan 2
tarian dengan kostum yang berbeda, dari situ aku mengembangkan bakat
di bidang tari. Sampai aku kelas 6 SD aku selalu jadi perwakilan daerah
tempat tinggalku untuk tampil di acara kelurahan dan untungnya aku selalu
menang. Dari sini ayahku mendaftarkan aku kursus tari jaipong. Akhirnya
aku masuk SMP, aku masih menjadi perwakilan daerah untuk menari dan
juga aku menjadi perwakilan sekolah selama 3 tahun.
Setelah lulus SMP, aku masuk ke sekolah seni tingkat SMA. Tapi
untuk masuk ke sekolah ini aku harus melakukan beberapa tes seperti bakat
menari, sejarah tokoh tari dan musik seni tradisi khususnya seni musik
sunda. Setelah aku melakukan beberapa tes tersebut aku diterima di sekolah
itu dan masuk jurusan tari. Saat aku kelas 1 SMA aku menjalani ospek
177
Samasta
selama seminggu, aku diberi ilmu pelajaran praktek dan adab bertemu guru
atau kakak tingkat. Aku harus sudah ada di sekolah jam 04.00 WIB, hari
pertamaku di jurusan tari aku mengikuti olah tubuh, pembimbing olah
tubuhnya oleh kakak tingkat, saat olah tubuh kami diajarkan duduk
jengkeng, caranya duduk di salah satu kaki dengan berat badan di tumpuan
kaki yang satunya, kedua kaki ditekuk sedikit tetapi menyamping dan satu
tangan berada di pinggang dan satunya lagi di lutut. Saat melakukan itu
badanku bergetar dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak hanya
melakukan duduk jengkeng tetapi kami melakukan olah tubuh mulai dari
lari 3 lantai, sit up, squat jump, dan trisi atau jalan kecil dengan badan tegap,
kaki ditekuk dan rapat. Kaki ku sampai berdarah karena kami melakukan
olah tubuh bukan di lapangan tapi di jalan aspal, dan kami juga harus
melakukannya dengan cepat, olah tubuh berlangsung selama 3 jam dari
04.00-07.00 WIB. Setelah kami olah tubuh, kami mulai masuk sekolah
untuk belajar materi dan praktek tari yang diajarkan oleh guru. Selama
sebulan aku di SMA, kami rutin melakukan olah tubuh dan belajar
akademik.
Memasuki ke 3 bulan aku SMA, di sekolah suka ada utusan jurusan
untuk pemilihan PU. Aku tidak tahu kepanjangan PU itu apa tapi yang aku
tau di PU itu adalah siswa-siswi terbaik yang terpilih untuk jadi perwakilan
jurusan dan aku terpilih masuk PU. Setelah aku terpilih, aku jadi sering
pentas di acara besar seperti acara pernikahan sampai acara kedutaan dan
lain-lain. Saat akhir tahun, di jurusanku selalu ada ujian praktek kelas 3 dan
178
Samasta
aku dipilih oleh kakak tingkat untuk membantu ujian praktek. Saat itu aku
selalu ikut latihan setiap hari setelah pulang sekolah dan pulang kerumah
jam 16.00 WIB.
Setelah 2 bulan, ada kejadian yang membuatku sakit hati. Karena
saat itu aku tidak tahu kalau saat latihan tidak boleh izin, akhirnya aku
dipanggil ke kantor dan dimarahi oleh guru tari. Saat aku dimarahi, banyak
kata-kata yang tidak baik untuk diucapkan. Disitu perasaanku jadi campur
aduk, aku kesal, marah dan kecewa disaat yang bersamaan. Tapi aku tidak
takut atau putus asa tetapi aku tunjukkan bahwa aku adalah penari terbaik.
Sampai akhirnya ujian kelas 3 selesai, aku dan teman sejurusan
dikumpulkan oleh ketua jurusan untuk pengumuman siapa saja yang
mendapat gelar penari terbaik. Yang mendapat gelar itu dari pihak laki-laki
adalah kakak tingkatku dan dari pihak perempuan aku yang terpilih,
bukannya dihargai tapi kakak tingkatku malah menyindir saat aku sedang
olah tubuh. Tapi aku tak terlalu memperhatikan itu, sebenarnya cita-citaku
ingin menjadi polwan dari SD-SMP aku selalu mengikuti ekskul pramuka
dan paskibra. Dulu saat latihan pramuka atau paskibra aku dilatih mulai
dari latihan fisik dan latihan mental dengan sangat keras.
Jadi sekarang aku di SMA mau aku disindir, dimarahi atau main
fisik, aku tidak takut karena mental dan fisik ku sudah terlatih dengan keras
dan aku tidak akan bisa untuk dibully. Semenjak pengumuman penari
terbaik, kakak tingkatku tidak hanya menyindir saat olah tubuh tetapi saat
sedang sekolah pun ada kakak tingkat yang menyindirku. Kakak tingkatku
179
Samasta
hanya berani menyindir, tidak berani melakukan hal lebih dari itu. Karena
katanya aku seram sebab selalu berpakaian tomboy. Lama-lama orang yang
selalu menyindir ku jadi berkurang karena semakin lama aku semakin jadi
yang terbaik dari yang lainnya. Sampai namaku terdengar ke fakultas seni
terbaik di kota ku.
Setelah aku lulus SMA, aku masuk fakultas seni terbaik di kota ku.
Disini aku terpilih menjadi duta kesenian karena aku adalah penari terbaik
saat SMA. Selama aku menjadi mahasiswa, aku menjadi lebih sering tampil.
Banyak acara besar yang sudah kulakukan bersama tim ku. Tapi ada satu
acara yang membuatku sangat berkesan, yaitu ketika aku diminta untuk
menarikan peran sebagai ibu pertiwi karya dari salah satu budayawan di
Bandung. Peran tersebut adalah tokoh utama dalam drama tari di acara ini.
Saat aku sudah mulai latihan untuk drama tari ini, aku dapat
permasalahan lagi. Permasalahan kali ini karena kesalahpahaman aku dan
budayawan yang membuat drama tari ini. Beliau bilang aku tidak menjiwai
sebagai ibu pertiwi saat aku menari siluet di belakang tirai. Disitu aku dicaci
maki oleh beliau di depan semua orang, ketika aku dicaci maki perasaanku
sangat campur aduk tetapi aku tahan dan aku luapkan ketika latihan
kembali dimulai. Saat latihan menari kembali dimulai aku tak kuasa
menahan emosi sampai akhirnya aku menangis. Tapi karena aku menangis
sambil menari semua orang terpukau melihat tarianku.
180
Samasta
Tibalah waktunya acara dimulai, banyak tokoh penting yang datang
untuk menonton acara ini seperti Presiden RI ke 5 dan para pejabat lainnya,
ayahku juga datang untuk menonton. Pentas pun dimulai, semua tim dan
seniman sudah bersiap menampilkan drama tari ini. Selama 1 jam drama
tari berlangsung, para penonton diam memperhatikan. Lalu, setelah pentas
selesai. Para penonton berdiri memberikan tepuk tangan dan banyak juga
yang memberikan aku karangan bunga. Selain itu, Presiden RI ke 5 naik
keatas panggung untuk memelukku dan ia mengucapkan terima kasih dan
selamat. Kejadian ini banyak diliput oleh para wartawan.
Setelah acara selesai, aku bertemu dengan ayahku. Disitu ayahku
berkata “atosnya, dugi dieu narina, a’pa tos bangga ningali nyai nari.” (udah
ya, sampai disini narinya, ayah sudah bangga melihat kamu menari). Ayahku
bangga karena dulu ia pernah menonton seni drama tari, dulu ayahku
menonton orang lain yang tampil didepan Presiden RI kesatu sekarang
anaknya yang tampil di depan Presiden RI ke 5. Setelah ayahku berkata
seperti itu, entah kenapa aku berani menolak ketika aku diminta menjadi
duta atau tampil di berbagai acara, tanpa disadari aku perlahan mundur dari
dunia kesenian. Sampai disinilah kisahku sebagai sang penari.
✿✿✿
181
Samasta
SCAN HERE
182
Samasta
183