The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kumpulan Cerpen XI - IPS 1

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by momypinapin, 2021-10-21 10:19:26

Samasta

Kumpulan Cerpen XI - IPS 1

Samasta
jadi otomatis aku sekelompok dengan Atharic dan Aidan. Aku menghela
nafas, sedikit jengkel karena harus sekelompok dengan Aidan. Lelaki itu
adalah anggota geng tawuran disekolahku. Dia punya sifat yang angkuh dan
selalu terlihat sombong kepada siapapun. Jujur, sifatnya sangat berbAnding
terbalik dengan Atharic.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku membereskan meja lalu
buru-buru keluar kelas karena ada jadwal les. Aku adalah anak yang dididik
untuk belajar seumur hidupku. Ayahku tidak pernah membiarkanku untuk
bermain atau sekedar melakukan hobiku. Ayah akan memarahiku jika
nilaiku tidak sempurna dan akan memaksaku untuk menambah jadwalku
ditempat les. Aku tidak pernah melawan atau membantah karena aku
sayang ayahku dan akan selalu menuruti kemauannya. Karena jadwal
belajarku yang sangat padat itu, aku menjadi siswa yang berprestasi
disekolah. Namun sayangnya, aku jadi kurang melihat dunia luar karena
terlalu sibuk mengejar ambisi ayahku.

Keesokkannya, saat jam istirahat kantin sekolahku tiba-tiba ramai.
Ternyata Calvin, si anak pemilk sekolahku sedang merundung Dafa, salah
satu teman sekelasku yang memang pendiam. Ia sudah sering menjadi
pesuruh Calvin. Saat dafa memberi minum yang ia beli untuk Calvin, ia
malah didorong lalu disiram oleh air yang ia bawa tadi. Namun hal yang
lebih mengejutkan lagi, Atharic tiba-tiba dating lalu membantu Dafa untuk
bangkit. “kenapa kalian gak bantuin?” Atharic berteriak. Tanpa lama ia
membawa Dafa ke UKS. Ia lewat didepan mejaku dengan ekspresi yang

101

Samasta
terlihat kecewa. Aku bukan tidak mau membantu, tapi ayahku selalu bilang
aku harus mengurusi urusanku sendiri.

Besok malamnya, aku baru saja selesai mengerjakan tugas
kelompok sosiologi yang harusnya dikerjakan bersama Atharic dan Aidan.
Aku mengirim file nya ke grup wa yang dibuat oleh Atharic. Namun mereka
berdua marah karena aku mengerjakan tugas ini sendirian tanpa mengajak
mereka berdiskusi. Karena malas memperpanjang perdebatan antara aku
dan Aidan, Atharic pun memutuskan untuk melakukan zoom dan
mengerjakan ulang bersama. Dimenit-menit pertama kami memang serius
mengerjakan tugas, namun karena Atharic terlalu banyak bicara, tanpa
sadar ia bercerita tentang kehidupannya dihadapanku dan Aidan. Ia
bercerita mulai dari dirinya yang bukan anak kandung ayahnya, bundanya
yang meninggal, lalu dia yang dikucilkan disekolah lamanya, dan banyak
lagi. “itu alasan kenapa aku marah banget waktu Dafa dirundung, aku
pernah ngalamin jadi dia soalnya, hehehe.” Ujar Atharic. Aku buru-buru
mematikan laptop saat ayahku sudah meneriaki ku dari luar untuk fokus
belajar.

Semenjak kegiatan zoom tersebut, kami bertiga semakin dekat dan
bersahabat. Aku pun jadi lebih ekspresif dari biasanya, Aidan juga lebih
sering berkumpul bersama kami daripada geng nya, sementara Atharic
semakin menjadi-jadi. Kami juga berteman dengan Dafa.

102

Samasta
Siang itu, aku dan Atharic sedang makan berdua dikantin. Aidan
sedang kumpul dengan klub sepakbola nya. “eh ziel, kamu mau ikut open
recruitment nya sporadis gak? Ayo bareng kita ikut seleksi!” Atharic
mengajakku dengan antusias. Aku hanya bisa membatin, sejujurnya aku
memang sangat menyukai sepakbola. Tapi, ayahku tidak akan pernah
mengijinkanku sedikit pun untuk mengikuti kegiatan selain belajar. “gak
dulu ric, gak bakal dibolehin ayah.” Tuturku. Lalu Aidan datang sambil
membawa 2 buah kertas ditangannya. “nih ambil, terus isi.” Ucapnya
singkat. “udah ziel, ikut aja, masalah ayah kamu biaar nanti lagi!” saut
Atharic. Aku pun mengiyakan, karena aku memang benar-benar
menginginkan ini. “aku pengen kamu ikut juga bukan apa-apa, tapi karena
waktu pelajaran olahraga, cara kamu main bola bagus ziel.” Ujar Aidan.

Saat seleksi, aku dan Atharic lolos dan kami pun jadi member baru
klub sepakbola kita, sporadis. Aku sangat senang, namun juga takut karena
jika ayah tau, ia akan memarahiku habis-habisan. Berbeda dengan ayah
Atharic yang asik, atau ayah Aidan yang baik dan penyabar, ayahku tidak
begitu. Aku sangat iri, namun aku tetap menyayangi ayahku.

Singkat cerita, saat itu seharusnya sporadis ada pertAndingan melawan
sekolah lain, namun ternyata kami dijebak dan itu adalah ulah geng tawuran
yang menjadi musuh sekolah kami. Aidan dengan cepat memberi tahu
gengnya untuk segera melawan. Karena baru kami bertiga yang sampai
digor tempat pertAndingan, akhirnya mau tidak mau aku, Atharic, dan
Aidan melawan mereka yang berkeroyok. Kami babak belur dan kabar ini

103

Samasta
menyebar bahkan sampai telinga guru. Orang tua kami bertiga pun
dipanggil untuk menghadap kepala sekolah. Aku ketakutan, karena aku
tidak bisa membayangkan betapa marahnya ayahku karena sudah
membohongi bahkan ikut tawuran seperti ini. “tenang ziel jangan gemeter,
kita sama-sama kok.” Atharic mencoba menenangkan ku. Aidan hanya
menoleh singkat, kelihatannya ia sedang emosi.

Ayah kami bertiga datang bersamaan. Ayahku dengan wajahnya
yang terlihat menahan marah, ayah Atharic yang menghampiri anaknya,
dan ayah Aidan yang dengan cemas menatap wajah anaknya. Mereka pun
masuk diikuti oleh kami beritga ke ruang kepala sekolah. Didalam terjadi
banyak perdebatan, kami bertiga tidak salah disini karena kami dijebak dan
diserang. Setelah selesai finalnya kami diberi skors selama 2 minggu. Saat
keluar dari ruang kepala sekolah kami pulang masing-masing Bersama ayah
kami. Aku dimarahi habis-habisan oleh ayahku.

Besoknya, Atharic dan Aidan mengunjungi rumahku. Mereka ingin
membantuku untuk memberontak pada ayahku. Jujur aku juga merasa
ayahku sudah keterlaluan, aku tidak bersalah dikasus ini namun dia tetap
menghukumku. Aku dipaksa belajar dan tidak diperbolehkan untuk keluar
selama masa skorsing ku. Namun kali ini aku tidak akan mau dipaksa lagi.
Aku ingin membuktikan bahwa aku masih bisa menjadi siswa berprestasi
meskipun masuk klub sepakbola, aku ingin membuktikan bahwa aku masih
bisa mendapat nilai bagus meskipun les hanya 2 kali seminggu, aku ingin
membuktikan pada ayahku jika aku masih bisa membanggakannya

104

Samasta
meskipun tetap melakukan hal menyenangkan lainnya. Aku menyayangi
ayahku, namun aku tidak suka caranya mendidik ku. Maka dari itu aku akan
jujur pada ayah hari ini. Aku menghampiri ayahku diruang kerjanya, diikuti
oleh Atharic dan Aidan. “ada apa kamu kesini? Kamu harus belajar!
Kenapa malah mengajak teman-temanmu?” ayah terlihat marah. “ayah aku
mau jujur, tolong dengar aku sekali ini.” Aku menghela nafas, “ayah aku
gak suka les tambahan sampai malam, aku gak suka belajar dari pagi sampai
malam, aku gak mau ikut les lain, aku gak mau dipaksa masuk univesitas
yang ayah mau, aku suka bola ayah, aku suka sepakbola, aku bisa main
sepakbola, aku juga mau main sama temen-temen aku yang lain, aku gak
mau belajar terus ayah.” Karena tidak kuat akupun menangis. “aku sering
mimisan tiap malem ayah, aku pusing, kepalaku sakit, aku masih bisa jadi
siswa berprstasi sekalipun masuk klub sepakbola ayah.” Kataku.

Ayah pun ikut menangis mendengarku dan akhirnya memelukku
erat. Ia mengucap maaf berkali-kali kepadaku. Aku tidak marah pada ayah.
“PELUKAN JUGAAAA!” Atharic menarik Aidan untuk ikut berpelukan
denganku dan ayah. Akhirnya semua yang aku pendam bisa terucap, ayah
sekarang sudah bisa mengerti bagaimana seharusnya ia bertindak. Lagipula
jika aku jujur bahwa aku tidak sanggup untuk terus menerus belajar dari
dulu, mungkin ayah akan lebih cepat mengerti. Jadi tidak semua salah ayah.
Aku sayang ayah. Aku juga senang berteman dengan Atharic dan Aidan,
mereka yang membuat aku berani bertindak seperti sekarang.

105

Samasta

USAHA TAK MENGHIANATI HASIL

Karya : Guntur Putra Pamungkas

Kerja keras dan ketekunan yakni kunci kesuksesan aku.” Itulah
yang dikatakan oleh Pak Yanto terhadap karyawannya ketika beliau ditanya
mengenai kesuksesan dirinya ketika sekarang. Laki-laki yang berumur
empat puluh tahun hal yang demikian mengisahkan di permulaan mula
memulai usahanya hal yang demikian.

“Sesudah lulus SMP sekitar tahun 90an, aku kemudian meneruskan ke
tingkat SMK dengan jurusan Tata Busana.”

“Loh, Melainkan kan sekolah buat wanita pak?” Tanya Ratih, salah seorang
karyawanannya.

“Buat wanita sih tidak juga, namun memang mayoritas muridnya
yakni perempuan. Melainkan apa salahnya? Sebab aku renungkan dengan
keahilan tipe itu aku bisa merintis usaha sendiri.” ujar Pak Yanto yang kala
itu sedang asik mengobrol dengan ratih

Melainkan demikian itu, adap yang terjadi di lapangan tidak seindah
yang dibayangkan Pak yanto. Sesudah Pak yanto lulus, beliau tidak cukup
mempunyai modal buat merintis usaha kios jahitnya sendiri. Padahal,
sesudah beliau lulus, Pak Yanto pergi merantau menuju Jakarta. Tanpa
kawan dan tanpa pengalaman, beliau cuma seorang diri melamar profesi
kesana-kemari. Melainkan dua minggu Pak yanto konsisten saja

106

Samasta
menganggur sebab belum menemukan profesi, namun dia pada alhasil

mendapatkan lowongan profesi di suatu perusahaan konveksi yang dia cari

selama ia merantau di jakarta.

“Di perusahaan itu aku mendapat banyak pengalaman bernilai. Pengalaman
yang lebih penting dan berguna diperbandingkan di pelajaran sekolah.”
Ujar Pak Yanto.

Kemudian, mengapa bapak mengundurkan diri dari perusahaan hal yang
demikian?” Tanya Ratih.

Dari permulaan Pak yanto memang mempunyai asa untuk merintis
kios jahit sendiri, dan kemauannya hal yang demikian sudah benar benar
tidak tertahan lagi di saat selama lima tahun beliau berprofesi, gajinya tidak
lantas naik naik.

“Pada masa itu gaji aku perbulannya yakni seratus ribu, tentunya
sih agak cukup buat hidup di tahun 95-an. Melainkan, dengan jumlah segitu
tentunya masih minim buat bertahan hidup di Jakarta. Mulai situ aku
kemudian berharap berharap pulang kampung.”

Lewat jumlah modal yang cukup dari perolehan kerja di Jakarta,

Pak yanto kemudian merintis kios Jahitnya sendiri. Pada mulanya, bisnis

Pak yanto tidak berlangsung mulus. Sebab pertama, kios Pak yanto masih

tidak ada pembeli. Akan namun, sebab kesabaran serta usaha kerasnya, para

pembeli kios Pak yanto pun mulai bertambah banyak seiring berjalannya

waktu.

107

Samasta
Hingga itulah Pak yanto mulai mendapatkan karyawan
karyawannya. Hingga ketika sekarang, Pak yanti sudah memilih karyawan
yang berjumlah sepuluh orang, termasuk Ratih. Ruang di Rumahnya juga
sudah tidak lagi memadai buat usahanya hal yang demikian. Oleh sebab itu,
pak yanto membeli seuluruh tanah kosong di samping rumahnya supaya
dibangun daerah lagi dan agar lebih luas untuk bisa menampung karyawan
karyawannya yang berjumlah sepuluh orang itu atau mungkin juga bisa
bertambah banyak kalau pak yanto ingin merekrut lebih banyak anggotanya
lagi
“Jadi, segala ini yakni hasil dari usaha jahit bapak ya pak?”
“Benar sekali! ini sebab hasil kerja keras aku membangun usaha jahit ini
selama beberapa tahun terkahir.”
Tak terasa waktu pun sudah sore, Ratih dan pak Yanto yang sedang asik
mengobrol ....
“Terus, mengapa kios jahit ini diberi nama ‘Pangestu Tailor’ pak?”
“Pangestu Tailor itu artinya aku berharap usaha ini direstui oleh Allah dan
mendapatkan restu dari orang tua.”, Tutur Pak yanto mengakhiri ceritanya.

✧✧✧

108

Samasta

MENSYUKURI KEHADIRANNYA

Karya : Hergustami Forma Justitia

Dahulu, orang tuaku berencana memiliki dua orang anak yang
sepasang, yaitu, laki-laki dan perempuan, yang dimana anak pertamanya
adalah perempuan agar bisa menjaga adiknya, katanya. Ibuku bercerita, saat
aku masih berada di dalam kandungan, ibuku pergi ke dokter dan
memeriksa kandungannya dengan menggunakan USG. Kata dokter, jenis
kelamin bayinya adalah laki-laki, setelah mendengar itu ayah dan ibuku pun
jika membeli perlengkapan bayi kebanyakan bernuansa biru.

Ibuku kembali untuk pemeriksaan kandungannya yang terakhir.
Saat pemeriksaan kali ini dokter bilang kalau jenis kelamin anaknya adalah
perempuan, ayah dan ibuku pun terkejut karena adanya salah pembacaan
jenis kelamin pada saat pemeriksaan sebelumnya. Karena ayah dan ibuku
sudah membeli perlengkapan bayi yang bernuansa biru, biarlah jika nasi
telah menjadi bubur.

Akhirnya aku pun lahir, “Hoaaaa hoaaa,” rengek ku. Orang tuaku
memberiku nama Tamara Fasya Devaraleena.Saat aku lahir, aku berada di
Jakarta kebetulan waktu itu rumah eyang dan rumah orang tuaku berada di
sana. Kehadiranku disambut hangat oleh para tetangga serta keluarga. Aku
memiliki masa kecil yang menyenangkan, di mana aku dimanjakan kedua
orang tuaku, dibelikan apapun yang ku ingin, diajak jalan-jalan, dan seluruh
perhatian tertuju padaku, lagi pula aku anak dan cucu pertama.

109

Samasta
Dua tahun kemudian setelah kelahiranku, adikku pun lahir dan
ternyata ia berjenis kelamin laki-laki, “Hoaaa hoaaa,” rengeknya. Adikku
bernama Dhenandaya Revaldyo Fasgya, sama sepertiku ia juga lahir di
Jakarta. Seiring kita beranjak besar, aku sering bermain bersamanya,
terkadang kitapun bertengkar karena berebut mainan, dan aku selalu harus
mengalah, “Ngalah aja sama adiknya,” celoteh ibuku.

Saat aku kira-kira berumur enam tahun, sampai aku berumur
delapan tahun, aku dan adikku terkadang ditanya, “Mau punya adik lagi
nggak?” tanya beberapa orang yang termasuk orang tuaku, dan aku ingat
sekali, “Iya, ingin punya adik lagi,” itulah jawabannya. Aku ingin sekali jika
adikku perempuan, karena bisa ku ajak main, dan melakukan beberapa hal
bersama, namun kata adikku ia ingin memiliki adik laki-laki, ntah ya
mungkin ia hanya ingin ada teman main.

Akhirnya saat aku berumur delapan tahun, kemungkinan waktu itu
hampir akhir bulan, ibuku hamil, itu tandanya aku akan punya adik baru,
ntah kenapa perasaan ku waktu itu sangat senang, sampai-sampai berfikir
kalau nanti adiknya perempuan namanya siapa ya. Lagi-lagi ada pertanyaan
yang muncul, “Inginnya adik cewe atau cowo?” tanya beberapa orang yang
juga termasuk orang tuaku, “Ya cewe donk,” jawabku, namun adikku
menjawab, “Inginnya adik cowo biar bisa main robot barengan,” yang
akhirnya aku dan adikku pun adu bicara tentang hal itu. Suatu ketika aku
bertanya kepada orang tuaku “Bapak sama Ibu maunya adik cewe atau

110

Samasta
cowo?” tanyaku, “Bapak sama ibu mah apa aja, mau cewe atau cowo ngak
apa-apa,” jawab ayah ku.

Pada akhirnya dokter pun mengatakan bahwa bayi di dalam
kandungan ibuku berjenis kelamin laki-laki, rasanya ku sedih mendengar
itu. Orang tuaku bersiap ke Jakarta, karena orang tuaku ingin kalau tempat
kelahiran semua anaknya sama. Saat dua bulan sebelum adik kedua ku lahir,
ayahku mendapat panggilan kerja ke Yogyakarta dan hal itu juga tidak bisa
ditinggal. Tadinya aku dan ayahku tetap di Bandung karena ayahku ingin
aku tetap sekolah, sedangkan adik pertama ku dan ibuku tinggal di Jakarta
untuk dua atau tiga bulan kedepan.

Akhirnya ayahku memutuskan ibuku dan adik pertama ku untuk
segera ke Jakarta dan tinggal di rumah eyang, sedangkan ayahku ke
Yogyakarta, aku dititipkan ke rumah sahabatku yang bernama Jauzza.
Jauzza satu SD dengan ku, rumah ku dan rumahnya berdekatan, aku juga
sudah lama dekat dengan Jauzza, kami sering bermain bersama, apalagi
orangtua kita juga berteman. Aku dititipkan di rumah Jauzza selama kurang
lebih satu bulan. Ntah kenapa saat aku akan dititipkan di rumah Jauzza
senang rasanya, layaknya aku memiliki saudara dan akan bermain bersama
karena kita sangat berdekatan, apalagi Jauzza juga memiliki dua orang kakak
perempuan, aku semakin merasa memiliki saudara perempuan.

Saat ibuku sedang mengandung adik kedua ku, keluargaku hampir
tidak pernah pergi atau jalan-jalan ke luar, jadinya saat aku diajak bepergian

111

Samasta
dengan keluarga Jauzza aku pun merasa sangat senang. Setiap hari saat aku
disana aku melakukan berbagai kegiatan bersama Jauzza, dari bangun tidur
hingga tidur lagi, namun saat di sekolah kita tidak selalu bersama karena
berada di kelas yang berbeda, aku di kelas 2A dan Jauzza berada di kelas
2D, berjauhan.

Jauzza hobi bermain sepak bola, jadi saat kita sampai di sekolah ia
langsung berlari ke lapangan dan segera bermain bola bersama teman
sekelasnya, sedangkan aku langsung menuju kelas. Saat pulang pun ia tetap
bermain sepak bola yang terkadang sampai sore, aku selalu menunggunya
sampai selesai bermain sepak bola, karena kita disuruh pulang bareng, jadi
terkadang aku juga mampir ke rumah temanku yang berada di dekat
sekolah atau mengobrol di koridor sekolah sambil menikmati enaknya
jajanan di sekolahku.

Satu bulan pun telah berlalu, saat malam telah tiba ayahku datang
menjemputku, setelah itu ia memberi tahu jika adikku telah lahir, dan diberi
nama Hanzel Dareen Fasgya. Sayangnya saat adikku lahir ayahku tidak
berada disana untuk mendampingi ibuku, kejadiannya juga sama saat adik
pertama ku lahir. Aku merasa senang karena ibu dan adikku selamat. Kata
ayahku ibuku akan tetap berada di Jakarta selama 2 bulan ke depan. Aku
tetap bersekolah seperti biasa, namun rumah terasa sepi.

Akhirnya ibuku pun datang, ia menggendong adikku, ia sangat
berat dan gembul, pipinya tumpah-tumpah, betapa lucunya. “Hoaaa hoaaa

112

Samasta
hoaaa,” ia merengek di tengah malam, ia juga sering merengek saat siang
atapun pagi hari dan itu menggangguku, mungkin aku juga seperti itu saat
kecil, namun aku tidak menyukai suara rengekan yang berisik. Semenjak
adikku lahir aku selalu saja diminta tolong menjaga adikku, awalnya aku
senang namun semakin kesini rasanya sangat berat.

Adik keduaku semakin lama semakin besar, ia semakin lincah dan
bisa merangkak. Suatu hari aku sedang menonton serial kartun kesukaan
ku, “Ra,” panggil ibuku, “Ya?” sahutku, “Tolong jagain Hanzel dulu, ibu
mau ke pasar,” kata ibuku, “Ya Rara ke bawah,” jawabku. Hal itu pun terus
berulang setiap hari dengan alasan yang bermacam, entah pagi, siang, sore,
maupun malam. Aku tidak suka jalan kesana kemari, ataupun mengawasi
dengan diam, dan kusadari aku tidaklah menyukai anak kecil. Lucu,
menggemaskan, dan hal lainnya itulah yang orang bilang tentang anak kecil,
aku pun sependapat, namun mereka juga menyusahkan, ya, mungking
memang tidak ada orang yang tidak menyusahkan.

Dua tahun kemudian saat adik kedua ku sudah berumur tiga tahun,
ia sudah bisa berjalan, dan aku pun semakin kesulitan saat menjaga adikku,
ia berjalan kesana kemari dan terkadang berlari kecil. Aku juga semakin
sering diminta tolong menyuapi adikku, serta menjaga adikku, maupun hal
lain. “Ra, tolong suapin Hanzel dulu, ibu mau ke superindo,” kata ibuku,
padahal saat itu aku sedang mengerjakan pr, “Iya sebentar lagi,” hanya
kalimat itu yang terucap oleh ku, akupun menyuapi adikku dengan wajah
cemberut. Aku sempat berfikir, “Kenapa ngak minta tolong ke Dyo aja,

113

Samasta
lagian Dyo juga lagi ngak ngapa-ngapain, cuma nonton doang” kataku
dalam hati.

Pernah suatu saat aku bilang ke ibuku, “Bu kenapa sih minta
tolongnya ke Rara terus, padahal Dyo juga ngak lagi ngapa-ngapain,”
ucapku, “Tapi kan kamu anak pertama, apalagi kamu perempuan, harus
bisa bantuin ibunya di rumah,” jawab ibuku, rasanya saat itu juga aku tidak
ingin menjadi anak pertama, dan lebih tepatnya aku tidak ingin memiliki
adik lagi. Senang sih punya adik, tapi…, gimana ya, aku berfikir apakah saat
ibuku menjaga ku dan adikku juga merasa seperti itu? Apakah ibuku merasa
risih saat aku ataupun adikku tidak bisa diam dan membuatnya lelah?
Sebenarnya banyak pertanyaan yang terlintas difikiranku, namun
kuurungkan untuk bertanya.

Saat ini aku membayangkan bagaimana rasanya memiliki kakak,
dan tidak memiliki adik, apakah seluruh perhatian akan tertuju padaku
karena aku anak terakhir, apa nanti aku bisa diajak bepergian berdua dengan
kakakku, sambil bertanya hal-hal yang ingin ku ketahui. Mungkin memang
enak memiliki kakak perempuan apalagi yang perbedaan usianya sampai
lima, enam, atau bahkan tujuh tahun. Namun aku berfikir kembali, jika
kakak pertamaku adalah permpuan dan aku adalah adiknya, apa ia juga akan
diminta tolong menjagaku, menyuapiku? Pasti ia juga merasakan apa yang
aku rasakan saat ini.

114

Samasta
Aku teringat, bahwa dulu aku dan adik pertama ku lah yang
menginginkan adik, dan karena itu akupun harus bisa menjaga dan merawat
adikku. Lagipula tidak buruk juga memiliki adik lagi, karena semakin lama
ia akan semakin dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri yang akhirnya
akupun tidak menyesali memiliki adik lagi. Aku senang memiliki adik, ya
walaupun terkadang mengganggu sih, tapi seru ternyata masih ada yang
meramaikan rumah.
Untuk siapapun yang sepertiku, maksudnya yang menganggap adik
itu adalah pengganggu, dan tidak senang memiliki adik, tidak selamanya
adik itu mengesalkan, ia bisa jadi penyemangat kita dengan tingkahnya yang
lucu dan menggemaskan, jadi jaga dan rawatlah adik dengan sebaik-
baiknya, karena hal-hal yang kita ajarkan saat ia masih kecil
berkemungkinan masih diingatnya sampai dewasa dan bisa juga
mencerminkan sifatnya nanti.

✿✿✿

115

Samasta

GADIS YANG PENYABAR

Karya : Keisya Nazzala Rachman

Keyla adalah gadis berumur 14 tahun yang berada di kursi kelas dua
smp di sekolah swasta. Keyla adalah gadis yang tidak terlalu banyak bicara
tapi dia cukup dikenal karena berteman dengan gadis gadis cantik terkenal
lain nya. Geng mereka sangat dikenal karena isinya adalah kumpulan anak
gaul yang cantik. bukan berarti menuju ke hal yang baik, mereka terbiasa
menindas murid lain jika ada hal yang membuat mereka geram, mereka juga
selalu berkeliaran keluar rumah dan tidak pernah belajar. Sebenarnya Keyla
sangat tersiksa bersahabat dengan mereka, tetapi jika dia memutuskan
untuk keluar dia tau dia tidak akan memiliki teman karena sudah di cap
buruk dengan murid lain dan juga dia akan ditindas oleh mantan sahabat
sahabatnya itu. Suatu hari Keyla ditarik untuk ikut ke salah satu kelas 7.
Sahabat sahabatnya terlihat sedang mengintrogasi adik kelas mereka.
“kamu itu jangan sok kecantikan” ujar nayra “masih kelas 1 aja udah
songong rebut pacar orang!” timpal darin yang terduga pacarnya direbut
oleh adik kelas lugu bernama salma. “maaf kak aku ngga bermaksud, aku
ngga ngerti apa apa” ucap salma menahan desak tangisnya. “gak usah
nangis dasar cengeng, darin ayo cepat labrak dia lagi! Biar dia tau rasa dan
kapok” ujar findo yang terlihat memanaskan suasana. Keyla hanya
menunduk dan berdiri diam tidak berani menatap sahabat sahabatnya itu,
sejujurnya dia tidak ingin bersangkutan dengan ini semua. Setelah sahabat
sahabatnya pergi, Keyla masih berada di ruang kelas itu dia menatap

116

Samasta
kasihan kepada salma. Lalu diam diam dia mengajak salma pergi ke taman
“salma, menangislah tidak apa apa, maafkan teman temanku tadi dan maaf
aku tidak bisa membantumu” ucapnya tersenyum. Salma langsung
memeluk Keyla dan menangis tersedu sedu, Keyla pun ikut menangis dan
merasa bersalah. Sesampainya dirumah Keyla langsung masuk ke kamar
dan menangis. Ibunya Keyla masuk ke kamar dan bertanya “kamu kenapa
nangis, ada apa?” lalu Keyla menceritakan semua yang dia rasakan selama
ini, perasaan yang selalu ia pendam sendirian. Ibunya Keyla langsung
memegang wajah Keyla “Keyla, kamu itu sudah remaja kamu harus tau
mana pilihan baik dan buruk, jangan pernah kamu melakukan hal buruk
pada orang lain hanya karena kamu takut hal buruk itu terjadi kepadamu.
Semua yang kamu lakukan pada orang lain akan terbalaskan suatu saat nanti
kamu akan merasakan apa yang dirasakan mereka” ucap ibu Keyla dengan
halus. Keyla memeluk ibunya dan menyadari kesalahan nya, awalnya dia
sangat benci pada dirinya sendiri karena menjadi orang yang lemah dan
takut pada segala hal, tetapi dia perlahan bisa belajar dari kesalahan nya.

Besok hari Keyla mulai menjalani hari nya sendirian, terlihat
menyedihkan tetapi perasaan Keyla sebenarnya dia sangat bahagia bisa
bebas dari hal yang membuatnya terpuruk. Akhirnya Keyla dan salma
bersahabat baik sampai Keyla lulus dari SMP itu.

Keyla pun berhasil masuk ke sma favorit di bandung, disana dia
tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Sebisa mungkin Keyla
menjauhi lingkungan yang buruk, dia akhirnya mendapatkan 2 orang teman

117

Samasta
baik dari kelasnya yaitu naomi dan lifah. Sifat kedua sahabatnya sangat ceria
dan asik. Meskipun Keyla tidak banyak bicara mereka tetap menjalankan
persahabatan itu dengan kebahagiaan. masa lalu nya ia jadikan sebagai
pelajaran untuk kedepan nya.

✿✿✿

118

Samasta

PERPISAHAN YANG TAK TERDUGA

Karya : Lamira Anzani Syahwa

Hari ini begitu cerah hingga aku pun ikut tersenyum memandangi
suasana pagi ini melalui kaca jendela mobilku. Suasana hati ini ikut cerah
mengingat hari ini adalah hari ulangtahun sahabatku dan kejutan sudap siap
sesuai rencana.

Oh iya perkenalkan namaku Yuna. Aku tinggal bersama mama,
papa, dan pembantu rumah tangga. Ya, walaupun papa jarang pulang ke
rumah karena papa sibuk kerja dan sering ke luar kota. Aku adalah anak
tunggal. Aku duduk di kelas 3 SMA dan aku memiliki sahabat bernama
Abrian. Aku bersahabat dari sejak kecil, karena orang tua kami bersahabat
sejak mereka masih SMP. Kami terbiasa melakukan hal bersama bahkan
abrian dan keluarganya memutuskan untuk pindah rumah agar kami
menjadi tetangga yang dekat dan abrian bisa menjaga. Abrian sudah seperti
kakak sendiri bagiku.

Aku bersyukur Tuhan memberikan sahabat seperti Abrian, ia
adalah orang yang penyayang tapi juga suka bercanda, ia juga orang yang
cerdas tapi mudah ditipu, dan yang paling diingat oleh setiap orang yang
mengenalnya yaitu Abrian adalah orang yang paling susah untuk
memaafkan.

Mobil hitamku memasuki parkiran sekolah dan sudah terlihat
banyak teman-teman yang sudah menungguku di samping sekolah, sesuai

119

Samasta
perjanjian. Aku memarkirkan mobilku dan mengambil barang istimewa

yang kuletakkan di bagasi belakang. Aku segera berjalan menuju

segerombolan teman-teman yang terlihat membawa begitu banyak balon

warna-warni, se-ember air, trompet, dan tepung yang siap disiramkan pada

abrian.

Setelah semua selesai persiapannya. Terdengar deruman motor
khas Abrian yang juga terlihat memasuki daerah parkiran. Aku dan teman-
teman menanti kedatangannya, aku menghampirinya sambil membawa kue
yang cantik dengan lilin diatasnya. Teman-teman yang lain pun ikut
bersorak 'happy birthday' sambil menyiramkan air juga tepung. Terukir
senyum bahagia di bibirnya.

"Thanks a lot Yun."

"Sama-sama ian, make a wish dulu."

Abrian memejamkan mata sebentar kemudian meniup lilin
tersebut. Selesai acara Yuna dan Abrian ngobrol berdua tiba-tiba Yuna
muncul pertanyaan ke Abrian.

"By the way, tadi wish lo apaan ian?"

"Dih kepo."

"Emang, makanya kasih tau donk biar gue gak kepo."

"Oke okee, Tadi gue wish tentang kita, semoga aja gak ada perpisahan

diantara kita."

120

Samasta
"Bukannya do'a biar lulus atau apaan malah gapenting gitu."kataku
bercanda

"Kita itu penting Yun."

Aku hanya mengabaikannya.

Setelah beberapa bulan kemudian, kita lulus dan merayakan
semuanya bersama dengan keluargaku dan Abrian, setelah merayakannya
mama Abrian ingin menyampaikan sesuatu kepada kita semua katanya
penting dengan berat hati mama Abrian mengatakan bahwa keluarga
mereka akan pindah ke luar negeri, lebih tepatnya negara kincir angin,
Belanda. Mereka berangkat besok siang. Karena mama Abrian sudah
menyiapkan segala keperluan mereka sekeluarga disana tanpa
sepengetahuan Abrian. Tentu Abrian marah dan sedih, karena cita-cita
untuk menuntut ilmu di negeri sendiri telah kandas.

Disitu lah Abrian merasa make a wish yang dulu disaat dia ucapkan
tidak dikabulkan oleh Tuhan. Besok siang Yuna dan keluarganya akan
mengantarkan keluarga Abrian ke bandara. Sebelum Abrian betul-betul
akan pergi, Yuna dan Abrian berpelukan karena mereka akan benar-benar
berpisah. Tidak seperti dulu mereka berdua hanya berpisah untuk masuk
ke rumah, ke kelas. Yuna merasa sedih karena akan ditinggalkan oleh
sahabat dari kecilnya. Abrian maupun Yuna harus meninggalkan kebiasaan
mereka disaat bersama-sama. Tetapi mereka berjanji akan selalu melakukan
komunikasi walaupun tidak seperti disaat mereka sedang bersama-sama.

121

Samasta
Walaupun mereka berdua sangat berat untuk saling melepaskan karena
mereka sudah bersama-sama dari balita. Tapi persahabatan mereka tidak
akan pernah terlupakan dan akan selalu ada di hati Yuna dan Abrian.

✿✿✿

122

Samasta

DR. RAVINDRA

Karya : Marsha Ardelia Nursiska

Dinginnya udara malam ini menyelimuti suasana UGD Rumah
Sakit Alethya yang sepi tidak seperti biasanya. Malam ini merupakan malam
yang begitu damai dan tenang, karena tidak ada pasien darurat yang datang.
Para perawat dan dokter jaga yang bertugas akhirnya dapat beristirahat
sebentar. Dr. Ravindra yang merupakan dokter spesialis bedah umum
sedang bertugas jaga malam hari ini. Ia ditempatkan di rumah sakit ini sejak
ia baru pertama kali menjadi dokter spesialis bedah umum, yang artinya itu
baru 1 bulan kebelakang. Walaupun ia masih baru bekerja disitu, ia sudah
dikenal sebagai orang yang kompeten, rajin, dan ramah dikalangan dokter
– dokter lainnya. Sehabis memeriksa pasiennya di ICU, ia berniat
mengunjungi UGD sebentar untuk nenyapa teman – temannya.

“Wahhh sepertinya malam ini UGD sangat sepi, hingga engkau
bisa minum kopi sambil nonton film” sapa dr. Ravindra. “Hei, jangan
berkata seperti itu, pasien bisa langsung berdatangan jika ada yang
mengucapkan kalimat kramat itu” ujar dr. Bagas, dokter jaga UGD disitu.
“Hahaha maaf maaf aku tidak sengaja mengucapkannya” balasnya.

Tidak lama dari itu dering telfon memecahkan suasana hening
UGD. “Ternyata kalimat kramat itu benar – benar menjadi kenyataan” ujar
dr. Ravindra dalam hati. Resepsionis UGD segera mengangkat telfon
tersebut, raut wajahnya menunjukkan perasaan kaget dan panik. Setelah

123

Samasta
menutup telfon tersebut sang resepsionis langsung memberitahu bahwa
pasien yang akan datang adalah salah seorang menteri yang mengalami
kecelakaan lalu lintas. UGD yang semula sangat tenang, berubah menjadi
sangat sibuk. Para perawat dan dokter yang ada bergegas menyiapkan
berbagai peralatan medis. 5 menit setelah itu, suara sirine ambulans
terdengar mendekati UGD. Sang menteri segera ditangani oleh para
petugas medis. Menteri tersebut datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi
tidak sadar. Luka di luar tubuhnya memang terlihat tidak terlalu parah,
tetapi pasien bisa saja mengalami pendarahan di dalam tubuhnya, yang
mana hal tersebut akan lebih berbahaya. Maka dari itu, dr. Bagas segera
memeriksanya melalui USG, dan benar saja setalah diUSG ternyata
terdapat pendarahan di perutnya. Beruntung ada dr. Ravindra, dokter
bedah umum yang bisa segera menindaklanjutinya.

Setelah melihat hasil USG tersebut, dr. Ravindra langsung
mengambil keputusan bahwa pasien harus segera dioperasi, karena
pendarahan yang dialami cukup parah. Dr. Ravindra meminta perawat
untuk menyiapkan ruang operasi dan memanggil dokter anastesi untuk
bersiap melakukan operasi. Namun, tidak lama dari itu perawat kembali
lagi menemui dr. Ravindra dan mengatakan bahwa ia tidak diizinkan
menjadi dokter utama dalam operasi tersebut. “Siapa yang tidak
mengizinkan ku untuk melakukan operasi?” Tanya dr. Ravindra “maaf dok,
tadi dr. Cassandra menelfon bahwa ia melarang anda menjadi dokter utama
dalam operasi ini, karena dr. Cassandra sendiri yang akan menjadi dokter

124

Samasta
utama dalam operasi ini” jawab perawat itu “Coba berikan telfonnya aku
mau bicara langsung dengan dia” ujar dr. Ravindra “Dok kenapa saya tidak
boleh mengoperasi pasien ini? Keadaannya darurat, pasien dalam kondisi
bahaya jika tidak segera dioperasi” Tanya dr. Ravindra kepada dr.
Cassandra “Sudah pokoknya kamu tunggu saya saja, 10 menit lagi saya
sampai, operasi ini merupakan operasi yang penting dan harus berhasil,
saya tidak bisa membiarkan operasi ini ditangani oleh dokter yang masih
baru” jawab dr. Cassandra tegas. Belum sempat dr. Ravindra menjawab
ucapan dr. Cassandra, ia langsung mematikan telfonnya begitu saja.

Dr. Cassandra dapat mengetahui kejadian kecelakaan sang menteri,
karena ia memang sudah kenal dengan keluarga sang menteri, sehingga
keluarga sang menteri mempercayakan segala tindakan yang dibutuhkan
kepadanya. Dr. Cassandra juga merupakan kepala divisi bedah umum di
RS. Alethya. Sebenarnya dr. Ravindra sudah tidak heran lagi dengan hal –
hal seperti ini, ia memang dikenal sebagai dokter yang memiliki relasi
dengan berbagai orang penting di luar sana. Ia juga merupakan dokter yang
bisa dibilang gila dengan jabatan. Dr. Ravindra juga sadar dalam kasus ini
dr. Cassandra ingin mengoperasi sang menteri agar ia bisa dipuji oleh
keluarga sang menteri dan disorot oleh berbagai media yang bisa
membuatnya menjadi lebih populer. Selain itu, sudah menjadi rahasia
umum bahwa dr. Cassandra tidak menyukai dr. Ravindra, karena ia takut
dengan keterampilan yang dimiliki dr. Ravindra itu dapat menyaingi
ketenarannya.

125

Samasta
Akhirnya dr. Cassandra sampai juga di rumah sakit. Ia meminta dr.
Ravindra untuk menjadi asistennya hari ini, karena tidak ada dokter lain
mengingat saat ini masihlah tengah malam. Saat operasi berlangsung dr.
Cassandra berhasil menemukan asal pendarahan dan segera mengatasinya.
Namun, detak jantung pasien masih terus menurun, itu berarti masih
terdapat pendarahan yang belum diatasi. Ruangan operasi berubah menjadi
tegang, dr. Cassandra pun ikut panik, karena pasien yang sedang dioperasi
bukanlah orang biasa, namun seorang menteri, yang mana jika operasi ini
gagal akan banyak media yang menyorot. Dr. Ravindra pun turut
membantu mencari dari mana asal pendarahan ini. Suasana menjadi
semakin tegang, karena kondisi pasien kian memburuk. Beruntung dr.
Ravindra akhirnya menemukan asal pendarahan ini. Namun, dr. Cassandra
kesusahan mengatasi pendarahan tersebut. Hal itu menyebabkan pasien
mengalami kehilangan banyak darah dan akhirnya sang menteri meninggal
di meja operasi.

Tentu saja dr. Cassandra terkejut dan panik akan kejadian ini. Ia
tidak mau reputasinya menjadi jelek karena gagalnya operasi kali ini. Selain
itu, keluarga sang menteri pasti menyalahkan dr. Cassandra atas kejadian
ini. Maka dari itu, ia berniat menyalahkan dr. Ravindra atas kejadian yang
sudah terjadi. Ia berencana memberitahu keluarga sang menteri bahwa
kegagalan operasi tersebut disebabkan oleh kesalahan asistennya, dr.
Ravindra. Ia juga akan menyuap para dokter lain dan perawat yang ada di
ruang operasi tersebut untuk tutup mulut atas apa yang telah terjadi.

126

Samasta
Kebetulan keluarga sang menteri belum tiba, sehingga ia pergi ke
ruangannya terlebih dahulu dan mengumpulkan semua orang yang ada di
ruangan operasi tadi, kecuali dr. Ravindra. Ia membicarakan rencananya
tadi kepada mereka. Semua orang yang ada di situ dipaksa menyetujui
rencana itu, karena jika tidak mereka diancam akan dikeluarkan dari rumah
sakit ini, selain itu mereka juga tergiur dengan tawaran uang yang diberikan
dr. Cassandra. Dr. Cassandra memiliki kekuasaan yang sangat kuat, relasi
yang dimilikinya dengan para petinggi rumah sakit membuatnya mudah saja
untuk melakukan hal seperti ini.

Para dokter dan perawat yang menangani operasi sang menteri
mendatangi keluarganya setelah mereka datang dr. Cassandra mengatakan
bahwa kegagalan operasi tersebut disebabkan oleh kesalahan asistennya, dr.
Ravindra. Tentu saja dr. Ravindra kaget atas pernyataan itu, karena
kegagalan operasi itu disebabkan oleh ketidakmampuan dr. Cassandra
dalam menangani pendarahan. “Apa yang dikatakan dr. Cassandra itu tidak
benar, saya hanya membantu dr. Cassandra di ruang operasi, kegagalan
operasi itu disebabkan oleh ketidakmampuan dr. Cassandra sendiri dalam
menangani pendarahan” ujar dr. Ravindra kepada keluarga sang menteri.
“Loh apa benar yang barusan dikatakan oleh dr. Ravindra?” Tanya keluarga
sang menteri heran. “Tentu saja itu tidak benar pak, ia pasti mengelak
karena tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, coba saja tanya
perawat lain yang tadi ikut mengoperasi” ujar dr. Cassandra. “Iya pak, benar
memang kegagalan operasi itu disebabkan oleh kesalahan dr. Ravindra”

127

Samasta
ujar salah satu perawat. Akhirnya terjadilah perdebatan antara dr.
Cassandra, dr. Ravindra, dan keluarga sang menteri.

Perdebatan itu akhirnya dimenangkan oleh dr. Cassandra. Keluarga
sang menteri lebih memercayai ucapan dr. Cassandra, karena memang
mereka sudah memiliki hubungan dari sebelumnya dan juga didukung oleh
pernyataan perawat. Keluarga sang menteri meminta dr. Ravindra
mendapat hukuman yang setimpal. Kesempatan ini dipakai dr. Cassandra
untuk menyingkirkan dr. Ravindra. Akhirnya dr. Ravindra diberi 2 pilihan
oleh dr. Cassandra, yang pertama lisensi dokternya dicabut atau dia tetap
bisa bekerja, namun ia akan dipindahkan ke rumah sakit di pedesaan.
Dengan berat hati, akhirnya ia memilih menjadi dokter di pedesaan, karena
ia tidak bisa membiarkan begitu saja karinya menjadi dokter akan berakhir
karena hal seperti ini, perjuangannya untuk mencapai titik ini tidaklah
mudah dan juga membutuhkan waktu yang lama.

Mengambil keputusan ini bukanlah hal yang mudah bagi dr.
Ravindra. Ia sempat merasa jika bekerja di pedesaan gajinya tentu akan
lebih kecil, dan juga ia juga pasti akan sulit untuk melakukan penelitian,
karena pasti rumah sakit di sana tidak memiliki banyak dana yang dapat
menunjang kegiatan penelitiannya. Namun, ia kembali ingat akan tujuan
awalnya menjadi seorang dokter yang akan terus membantu pasien tanpa
pamrih, sehingga walaupun gaji yang ia terima akan lebih kecil, ia berusaha
ikhlas menerimanya. Untuk melanjutkan studinya, ia percaya asal ada niat
dan kerja keras, ia pasti bisa menempuhnya.

128

Samasta
Hari ini dr. Ravindra mulai bekerja di rumah sakit barunya, yaitu
Rumah Sakit Eleos. Tentu saja ia masih merasa sedih atas pemindahan
tempat kerjanya ini. Namun, ia tetap mencoba untuk terlihat baik – baik
saja di depan rekan kerja barunya. Ia harus mulai beradaptasi lagi dengan
lingkungan kerjanya yang baru. Hari ini, ia berkenalan dengan sebagai besar
karyawan disini, ia juga bertemu dengan presdir rumah sakit, dr. Astarea, ia
terlihat sudah sangat tua untuk menjadi direktur rumah sakit.

Saat istirahat makan siang, dr. Ravindra diajak untuk makan
bersama, ia merasa para karyawan disini memiliki rasa kekeluargaan yang
erat, walaupun ia baru sehari bekerja disini, namun karyawan yang lain
memperlakukannya seperti orang yang sudah kenal lama. Sembari makan
siang, dokter yang sudah lama bekerja di RS tersebut menceritakan
bagaimana kegiatan sehari – hari disana dan juga bagaimana sifat – sifat
karyawan di RS Eleos. Mereka menceritakan bahwa presdir rumah sakit ini
merupakan seorang dokter bedah umum yang terkenal akan keahlian yang
luar biasa, bahkan banyak orang yang menyebutnya bahwa ia memiliki
tangan dewa, karena sebagian besar operasi yang ditanganinya selalu
berhasil. Sebelum bekerja disini, ia bekerja di rumah sakit besar di Jakarta,
ia menjadi dokter yang sangat terkenal di sana, namun ia memutuskan
untuk pindah ke rumah sakit di pedesaan agar ia bisa sedikit istirahat. Ia
merasa lelah dengan para dokter di kota yang lebih banyak mementingkan
jabatan dan ketenaran dari pada merawat pasien dengan baik.

129

Samasta
Mendengarkan cerita itu membuat dr. Ravindra tidak sabar untuk dapat
segera belajar dan bekerja dengan beliau.

Selama di RS. Eleos dr. Ravindra banyak belajar dari dr. Astarea. Ia
mendapat banyak masukan dari dr. Astarea yang membuatnya menjadi
terus lebih baik. Ia juga mendapat nasehat bahwa menjadi dokter bukanlah
tentang mencari jabatan setinggi tingginya, namun menjadi dokter itu
haruslah mencari ilmu sebanyak – banyaknya agar semakin banyak pasien
yang dapat diobati. Dr. Astarea berkata seperti itu, karena ia juga sudah
sering bertemu dengan dokter yang gila jabatan sewaktu ia bekerja di rumah
sakit lamanya.

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa dr. Ravindra telah
bekerja selama 6 bulan di RS. Eleos. Selama bekerja disini, ia selalu
berkomunikasi dengan dr. Bagas yang masih tetap bekerja di RS. Alethya.
Dr. Bagas menceritakan bahwa presdir di RS. Alethya telah diganti karena
beliau meninggal dunia. Beliau digantikan oleh anaknya, dr. Gara yang
memiliki sifat yang sangat berbeda dengan ayahnya. Ia merupakan orang
yang sangat idealis dan independent, sehingga ia sangat anti dengan dokter
yang suka menjilat dan menyuap orang lain demi menutupi kesalahannya
sendiri, seperti dr. Cassandra.

Bagas menceritakan bahwa beberapa waktu yang lalu, dr. Cassandra
mengalami kejadian yang mirip dengan kejadian yang melibatkan dr.
Ravindra waktu itu. Karena presdir RS. Alethya yang baru bersifat idealis

130

Samasta
dan independent, ia tidak akan menolerir hal – hal seperti itu terjadi di
rumah sakitnya. Maka dari itu, dr. Gara ikut menangani kasus yang baru
dialami dr. Cassandra ini. Dari kasus inilah masalah – masalah yang
sebelumnya tidak terselesaikan dengan baik mulai terkuak. Karena begitu
banyak masalah yang telah diperbuat oleh dr. Cassandra, dr. Gara akhirnya
memutuskan untuk mencabut lisensi dokternya. Tentu saja dr. Ravindra
merasa sangat puas atas keputusan itu.

Seiring berjalannya waktu dr. Ravindra merasa pemindahan
kerjanya kesini membawa banyak hikmah. Ia bisa mendapat rekan – rekan
kerja yang begitu suportif, atasan yang selalu memberinya nasehat, serta
rekan – rekan kerjanya di sini tidak memiliki sifat gila akan jabatan. Bahkan
suatu waktu ia pernah ditawari untuk pindah kembali ke rumah sakit besar
di tengah kota, namun ia menolaknya, karena ia sudah sangat nyaman
berada disini. Dr. Ravindra sadar bahwa semua kejadian yang dialaminya
itu merupakan jalan yang terbaik. Walaupun memang awalnya susah untuk
menerima hal itu, namun jika tetap dikerjakan dengan perasaan ikhlas pasti
akan ada hikmahnya. Ia juga yakin segala perbuatan yang di lakukan entah
itu perbuatan baik atau perbuatan burul pasti akan mendapat balasannya.

✿✿✿

131

Samasta

TEMAN ESOK HARI

Karya : Muhammad Kevin Khairurizal

Aku adalah siswa SMA biasa yang duduk dibangku kelas 11, pada
suatu hari aku bertemu dengan seorang siswi di perpustakaan sekolah.
Nama gadis itu adalah Violet. Aku menemukan kartu anggota perpustakaan
milik Violet yang tertinggal di perpustakaan. Violet pun memergoki diriku
sedang memegang kartu miliknya. Di perjalanan pulang, Violet
melemparkan buku pinjaman milikku yang hampir tertinggal di kereta.
Sejak saat itu, Aku memiliki ketertarikan pada seorang gadis yang terkenal
sebagai gadis yang dingin dan suka menyendiri di kelas bernama Violet.
Aku tertarik dengan Violet dan ingin berteman dengannya. Namun,
ajakanku untuk berteman ditolak oleh Violet. Ajakan makan siang bersama
di atap sekolah pun juga ditolak olehnya. Violet pada dasarnya adalah gadis
yang baik, namun dikelasnya dia terkenal sebagai gadis yang dingin dan
sombong. Hal ini disebabkan karena Violet selalu menolak untuk dekat
dengan temannya dan bersikap dingin pada mereka. Violet sebenarnya
ingin sekali memiliki teman seperti yang lainnya bahkan itu adalah
impiannya. Semangatku untuk berteman dengannya tidak surut dan aku
semakin bertekad agar bisa dekat dengan Violet.

Hal ini diketahui oleh Bu Mira, wali kelasku. Bu Mira menjelaskan
tentang keadaan Violet bahwa ia mengidap penyakit amnesia disosiatif dan
ingatannya hanya bertahan selama seminggu. Di hari Senin, ia akan

132

Samasta
melupakan kejadian dan teman-temannya, termasuk diriku. setelah
mengetahui hal tersebut Aku pun memikirkan cara agar Violet dapat
mengingat tentang dirinya dan teman-temannya dengan cara membuat
sebuah diary book, maka Violet perlu menuliskan kejadian yang dia alami
hari demi hari. Dengan cara ini, kehidupan SMA Violet yang
membosankan akan berubah menjadi lebih menyenangkan. hari demi hari
Violet yang dikenal selalu bersikap dingin terhadap orang-orang pada
akhirnya dapat terlihat sebagai Violet yang ceria. Kehadiran teman-
temanku yang lain seperti Andre dan Ezra menambah semarak
persahabatan antara diriku dan Violet.

Namun, kebahagiaan Violet terganggu oleh kehadiran dua tokoh
dari masa lalunya, yaitu Brando dan Regi. Kehadiran kedua kawan lama
Violet ini membawa luka pada perasaan dan ingatannya. Mereka terus
menerus membuat Violet merasa terganggu Berulang kali Violet mencoba
menghindari mereka agar tidak mengalami trauma akan masa lalu nya. dia
merasa sedih dan kesal akan kedua teman lamanya. Namun, diary book
milik violet justru hilang saat dia sedang sedih dan menghindari orang lain
termasuk diriku, ketika Violet memutuskan untuk pulang setelah bertemu
dengan kedua teman lamanya, Violet tidak sadar jika bukunya telah hilang.

Satu minggu kemudian Violet masuk sekolah dengan keadaan
hilang ingatan akan temannya, dia melupakan diriku dan teman-temannya.
hal ini membuatku takut dan berpikir apa yang sedang terjadi. Aku pun
berusaha mencari tahu mengapa ingatan Violet kembali hilang, dan Aku

133

Samasta
pun menduga jika Diary Book Violet hilang, Aku pun bergegas mencarinya
hingga larut malam, saat Aku sudah menemukan buku milik Violet di
taman, ternyata dia sudah berdiri dibelakangku, ternyata dia sedang mencari
diriku. sambil menangis terisak-isak dia pun memelukku sambil meminta
maaf karena sudah melupakanku. Saat itu Aku menyadari bahwa Ingatan
Violet sudah kembali dan dia kembali mengingatku. Violet pun sudah bisa
mengingat teman-temannya walaupun tanpa diary book nya. Sejak saat itu
trauma dan penyakit Violet perlahan-lahan sembuh hingga kami bisa lulus
dari SMA bersama-sama.

✧✧✧

134

Samasta

TARING TERAKHIR

Karya : Muhammad Rafly Akbar

Alkisah, di sebuah lembah sungai perbatasan desa. Tempat dimana
konflik selalu terjadi yang turun – temurun dari generasi ke generasi lainnya.
Hingga lembah sungai itu dikenal dengan Lembah Merah, karena
banyaknya pertumpahan darah yang terjadi namun tak kunjung usai. Cerita
dimulai ketika ada seseorang anak lelaki yang selalu bermain dengan
adiknya di sepanjang sungai. Anak lelaki itu selalu bermain dan mengajari
adiknya cara melempar batu yang baik dan benar. Anak itu sangat
menyayangi adik laki – laki nya itu. Sampai suatu saat, adik dari anak laki –
laki itu terinfeksi sebuah penyakit yang tak tahu dari mana asalnya, yang
terpaksa membuat sang adik harus beristirahat agar kondisinya cepat
memulih.

Hari – hari dilewati, minggu – minggu dilalui, hingga berbulan –
bulan anak itu bermain sendiri di tepi sungai tanpa sang adik. Tak hanya
bermain, anak laki – laki itu selalu berlatih sendiri. Ia melatih kekuatan fisik,
mental, dan keterampilan yang lain, salah satunya melempar batu itu
sendiri. Anak laki – laki itu memiliki pencapaian yang harus dia capai sendiri
dalam pelatihan yang selalu ia lakukan, demi menunjukkan kehebatannya
kepada sang adik, saat sang adik sudah dalam kondisi pulih.

Hingga suatu ketika, anak laki – laki itu sedang mencoba tantangan
baru dalam proses mencapai pencapaian yang inginkan. Ia melempar batu

135

Samasta
dengan keterampilan dan kekuatan nya sendiri dengan hasil kerja keras
yang tak henti – hentinya. Batu mulai dilempar ke suatu arah yang
diinginkan, namun dengan cepat nya ada batu lain yang lebih cepat, bahkan
menangkis dan memberhentikan batu yang dilempar anak itu hingga retak.
Anak itu terheran – heran dan kesal atas peristiwa yang baru saja ia
saksikan.

Tiba – tiba suara lantang tedengar, “Nampaknya, kau belum makan
siang, kawan!”. Saat anak itu menoleh, ternyata ada seorang anak yang
nampaknya seumuran dengan dirinya sendiri mengatakan seperti itu. “Apa
maksudmu?”. Saut keras respon dari anak itu. “Hahahah, petang besok kita
bertemu lagi, akan kuajari kau cara melempar dengan terampil. Oh iya ingat
baik – baik, aku Asta!” sautnya. Lalu anak yang bernama Asta tersebut pergi
dan pulang. Semalaman anak itu memikirkan siapa orang yang bernama
Asta tadi. Wajahnya terlihat asing, seperti bukan dari daerah nya. Keesokan
harinya, mereka bertemu di tempat yang sama.

Mereka saling beradu lempar batu dengan sangat kompetitif.
Namun sama halnya seperti kemarin, Asta jauh lebih unggul. Karena kesal,
entah mengapa tangan anak tersebut langsung melayang tepat di muka
Asta. “BUAAKH”, dengan kerasnya suara pukulan terdengar. “Apa –
apaan ini?!” Asta berteriak. Asta yang tak mau tinggal diam akhirnya
membalaskan beberapa pukulan tepat di wajah dan perut anak itu.
Perkelahian tak kunjung henti, hingga keduanya babak belur dan diam
sejenak di pinggir lembah itu. “Entah mengapa, tangan ku tiba – tiba

136

Samasta
tergerak sendiri saat kesal denganmu. Mereka berdua kebingungan,
masalahnya Asta pun merasakan sensasi yang sama ada di dalam tubuhnya.
Namun Asta ragu dan tetap mengelak, “Ah, itu kau saja yang bodoh! Apa
– apaan coba, dasar aneh!” saut Asta dengan kesal. Saat mereka tergeletak,
seketika datanglah seorang pria tua datang mengunjungi kedua anak
tersebut.

“Takdir, telah ditentukan. Takdir, telah ditentukan!!” teriak sang
pria tua tersebut. Kedua anak itu heran dan bertanya – tanya, siapa orang
aneh ini yang tiba – tiba muncul. “Bangunlah kalian para ‘subjek pencetus’
zaman ini.” Kedua anak tersebut masih sangat terheran – heran dengan apa
yang dikatakan pria itu. “Aku benar – benar membuktikannya!
Hahahahahaa!” ucap pria aneh itu. “Selamat sore, Asta dan Renji”, dengan
hangatnya sapaan pria itu kepada kedua anak tersebut. Asta baru menyadari
bahwa anak yang bermain dan berkelahi dengannya, ternyata bernama
Renji. “Kalian lah yang akan mewarisi akhir dari sejarah yang telah tercipta,
apakah akan terhenti atau masih berlanjut. Perkenalkan namaku Kenny!”.
Ucap pria itu yang mengenalkan namanya siapa.

Tahun – tahun berlalu, kedua anak itu tumbuh beranjak remaja.
Dan banyak yang meninggalkan daerah dimana mereka tinggal karena
kondisi geologis yang tak kondusif. Akhirnya sebagian penduduk harus
pindah dan ada beberapa yang menetap. Termasuk Renji maupun Asta
berpindah yang masing – masing dari mereka tak tahu menahu dimana satu
sama lain tinggal. Mereka bersekolah layaknya anak pada umumnya,

137

Samasta
mengikuti pembelajaran dasar hingga menengah. Sampai suatu ketika, Asta
yang sudah beranjak remaja, memiliki sebuah geng yang dipimpin oleh
dirinya sendiri. Ia mengumpulkan anak – anak yatim yang terlantar untuk
dijadikan anggota nya, dan diberi suatu tempat untuk mereka tinggal
ataupun berkumpul. Asta yang saat itu sedang berada diatas motor Suzuki
TS125 miliknya yang sedang berangkat sekolah, tiba – tiba di serang dan di
kejar oleh sekumpulan pria – pria bermotor lainnya. Dengan gesitnya ia
mencoba melarikan diri dengan sadar ia akan kesulitan menghadapi
sekumpulan pria itu. Ia yang awalnya berniat menghadiri kelas tepat waktu,
harus merubah rencananya itu agar bisa lolos.

Asta yang sedangg tertekan saat itu mencari – cari jalan pintas agar
tak diikuti lagi. Hingga jalannya itu membawa ia ke suatu kaki bukit yang ia
sendiri entah dimana. “Sial, bisa – bisanya aku tertekan seperti ini.” Ucap
Asta dalam hatinya. Asta berhasil sedikit lebih jauh dari sebelumnya
daripada kejaran sekumpulan pria – pria tak dikenal itu. “Hahahahah, dasar
payah!” Saut Asta sambil menoleh kebelakang, tanpa sadar didepan nya ada
sebuah gubug rumah. Yang akhirnya hancur karena bertabrakan dengan
motor. Saat para pria – pria yang mengejar Asta mengikuti jejaknya, yang
mereka lihat hanyalah sebuah gubug rusak yang tak berpenghuni. Mereka
mencari – cari kemana anak itu kabur. Namun setelah beberapa saat, salah
satu dari mereka menerima telepon. “Ayo cepat, kita harus kembali segera!”
ucap salah satu pria yang sedang menerima panggilan telepon. Akhirnya
mereka semua pergi.

138

Samasta
Disaat yang bersamaan, ternyata Asta yang sedang di dalam gubug
itu, di tutup mulutnya dan di pegang erat – erat kedua tangannya oleh
seorang gadis yang bernama Vanessa. Rumah Gubug yang ia tabrak yakni,
di miliki oleh seorang gadis cantik yang bernama Vanessa. Gubug itu
dijadikannya tempat beristirahat apabila Vanessa lelah dengan keramaian
kota. “Diamlah, aku tahu kau sedang di incar. Tenang lah sebentar.” Ucap
Vanessa terhadap Asta. “Siapa kau?!” Asta bertanya dengan penuh
keheranan. “Kenalkan, Vanessa.” Perkenalan awal Vanessa dengan Asta
dengan sangat ramah. “Asta, sebelumnya aku meminta maaf atas kejadian
ini, soalnya aku sed---“Asta yang meminta maaf, langsung dipotong
seketika oleh Vanessa. “Tak apa, sebagai gantinya, antar aku pulang!” ucap
Vanessa. Asta dengan motor setengah rusaknya akhirnya mengantar
Vanessa pulang.

Sepulang Asta mengantarkan Vanessa, ia bergegas ke markas geng
nya itu, untuk memperbaiki motornya sekaligus membahas balas dendam
dengan apa yang telah terjadi padanya hari itu juga. “Mereka memakai
motor apa?” tanya salah satu anggota. “WIN 100” balas Asta. “Nex!
Komunitas ibukota yang selalu berbuat onar. Salah satu mantan rekan beta
ada disana, namun ia telah meninggalkan kota ini.” Asta menyambung
“Cari, Orca!”. Orca adalah anggota, sahabat, sekaligus tangan kanan Asta
di geng itu. Tanpa basa – basi Asta langsung mencari dimana tempat Nex
berada. Asta yang memimpin segerombolan temannya berada paling depan
dan Orca menuntun kemana arah jalan akan dilewati.

139

Samasta
Saat Sang Satelit Bumi telah menampakkan wujudnya, mereka
semua tiba di markas Nex, dengan upaya akan membongkar dan
membuktikan atas peristiwa yang menimpa Asta tadi. Dengan strategi yang
telah di bangun sedemikian rupa, Asta dan anggota – anggota yang lainnya
telah mengepung sebuah gudang yang di anggap merupakan markas dari
Nex. “Bos, ada ngerasa aneh ga?” ucap salah satu anggota Nex di dalam
markas itu. Seorang Pria gagah berani mulai berdiri dari tempat duduknya.
“Lo semua diem, pegang bangku erat – erat, entar gue kasih kode, ada yang
ga beres soalnya”. Kata salah seorang pria gagah itu. “Insting lo gapernah
salah, Killua!”. Seorang ketua Geng Nex yang memuji asisten nya yang
bernama Killua. Di waktu yang bersamaan, Asta sudah mengumpulkan
bukti bahwasanya, Nex lah yang telah menyerangnya pagi tadi. “Udah
dirasa, bener yang ini Ca”. kata Asta kepada Orca.

Seketika suasana mulai sunyi, dan saat penyerangan ingin
dilaksanakan, salah satu motor skuter milik anggota geng milik Asta
meledak. Dan Asta melihat semua orang di dalam gudang itu keluar
membawa sebongkah batang kayu. “Sial, mereka dah tau! Langsung
serang!” sorak Asta. Peperangan terjadi antara kedua geng, mereka semua
berkelahi satu sama lain. Kedua geng tersebut Nampak imbang dari segi
jumlah massa yang ada ataupun keterampilan dalam berkelahi. Saat Asta
sang cempiang itu telah menghabisi 10 anggota Nex, saat ia hendak
menyerang anggota lain, ia dipukul tepat dibelakang kepalanya.
“BERHENTI SEMUA!” sorak orang yang memukul Asta dan yang di

140

Samasta
duga sebagai Ketua Nex itu. Para massa yang sudah babak belur,
berlumuran darah, seketika berhenti atas perintah sang ketua, begitu juga
sebaliknya. “Main lo jauh juga Ta.” Ucap sang ketua,

Siapa sangka ketua yang memukul Asta itu, ialah Renji. “Lo kan?
Dasar keparat!”. Asta yang hendak memukul Renji namun Renji berhasil
mengelak dan memukul telak Asta di perut. “Gini deh, kalian semua
melingkar, biar urusan kalian jadi urusan ketua kalian juga.” Ucap Renji
kepada semua orang di sana. Akhirnya mereka semua berbaris membuat
lingkaran, beberapa orang pilihan memegang obor yang telah membara
sebagai peringatan siapapun yang mengganggu jalan nya pertarungan, akan
berhadapan langsung dengan obor tersebut. Killua dan Orca lah yang
memegang tanggung jawab tersebut, sebagai tangan kanan dari masing –
masing ketua. Pertarungan pun dimulai, mereka berdua saling menjual beli
pukulan, Asta yang awalnya telak terpukul, sekarang bisa memukul telak
balik Renji. 17 menit pun berlalu, mereka berdua masih beradu jotos ke
masing – masing tubuh dari mereka. Beberapa anggota yang melihat
kejadian tersebut ada yang sampai muntah karena tak tahan melihat
kejadian yang ada di hadapan mereka saat itu. Satu jam berlalu, kedua
jawara telah babak belur, muka yang ditampilkan sudah hampir tak
berbentuk.

Saat keduanya mulai lemas, Asta dan Renji ingin melesatkan
pukulan terakhir mereka tepat di kedua wajah. Saat kedua tangan melayang
dan menyambar kedua mereka, seketika mereka merasakan kilas balik saat

141

Samasta
mereka berkelahi di usia kecil di tepi sungai. Dengan sensasi yang sama
pula. Mereka berdua tiba – tiba mengingat perkataan pria tua yang bernama
Kenny, yang dulu berbicara pada mereka disaat mereka selepas mereka
berkelahi. “Takdir, telah ditentukan. Takdir, telah ditentukan!!” teriak
Kenny dahulu kala. Terlintas di kedua telinga Asta maupun Renji.
“DDDDUUUWAARRRR!!!!” hantaman keras saling menyambar wajah
satu sama lain. Mereka berdua pun akhirnya pingsan. Dan dilarikan
kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, mereka tak kebagian kamar
yang pas dan terpaksa harus dirawat di satu ruangan yang sama.

Ternyata setelah beberapa hari kedepan , mereka sudah bersiuman,
ternyata Nex saat itu sedang mengincar predator pelecehan yang ada di
lingkungan sekolah, namun mereka salah target dan mereka salah telah
menyerang Asta. Renji yang malu akan penjelasan itu, dengan terpaksa
harus meminta maaf kepada semua anggota geng Asta. “Sensasi yang
sama.” Ucap Asta kepada Renji yang tengah berbaring di kasur rumah sakit.
“Entahlah.” Saut Renji.

Beberapa tahun berlalu mereka berdua beranjak dewasa, dan
memasuki perguruan tinggi. Di Universitas dimana Renji kuliah, ia
mempertahankan Nex di sana. Ia bermaksud ingin membuat ciri khas Nex
pada kampusnya itu. Siapa sangka Asta pun memasukki Universitas yang
sama, saat itu Asta adalah murid yang telat saat ada kelas. “Mohon maaf
bu, saya telat masuk.” Maaf Asta kepada sang dosen yang sedang mengajar.
“Taka pa, asalkan nanti kamu antar saya pulang yah!” balas sang dosen.

142

Samasta
Terkejut bukan main saat Astta mendengar kalimat tersebut, dan
melihat kearah sang dosen. “Vanessa?! Kok bisa?!” Ternyata dosen yang
sedang mengajar di kelas nya itu merupakan Vanessa, pemilik gubug di kaki
bukit yang beberapa tahun lalu Asta hancurkan. “Silakan duduk, dan buka
buku paket halaman 1012!” perintah Dosen Vanessa terhadap Asta yang
masih terheran – heran itu. Satu – satunya bangku kosong yang tersedia
yakni bangku disamping Renji duduk. “Kenapa ya, gua harus ketemu orang
bodoh itu terus?!” ucap dalam hati Renji. Asta pun memiliki pemikiran
yang sama saat ia melihat kearah bangku kosong disamping Renji pula.

Saat Asta hendak duduk, Renji dengan sengaja menendang bangku
dimana Asta akan duduk, hingga mengenai Asta dan ia hampir terjatuh.
Suasana yang panas saat mereka nyaris adu jotos dan menatap mata satu
sama lain. Dengan kedua tangan yang telah erat mencengkram kedua kerah
baju mereka. “Harap tenang, atau saya keluar!” tegas Vanessa kepada
mereka berdua. Saat kelas telah usai, Asta bertanya kepada Renji. “Nex, lo
bawa kesini lagi?” tanya Asta. “Kenapa? Mau lo serang lagi?” balas Renji.
Obrolan mereka berdua terdengar oleh Vanessa yang sedang bersiap – siap
keluar kelas. Namun Vanessa tiba – tiba menghampiri mereka berdua yang
saat itu hanya ada mereka bertiga di dalam kelas. “Gue dah tau semua nya
Ren, Ta.” Ucap Vanessa. “Kalian kenal dimana? Kayanya akrab banget?”
tanya Renji dan Asta kepada Vanessa dengan berbarengan menanyakan
hubungan mereka bertiga. “Lo semua lucu, hahahaa. Renji itu kakak nya
temen gue, gue suka main sama adiknya Renji, jadi otomatis gua tau dia.

143

Samasta
Kalo Asta, gua kenal dia di suasana yang unik, gubug bapa gue ditabrak
ama Asta, disana gue akrab ama dia.” Jelas Vanessa kepada mereka berdua.

Hal yang sama juga, ternya Asta pun membawa kembali geng nya
ke universitas dimana Asta dan Renji kuliah. Orca dan Killua pun juga
sebagai tangan kanan dari ketua mereka, hendak mengikuti jejaknya. Jadi di
universitas yang sama, terpecah menjadi dua kubu. Antara kubu Renji,
ataupun Asta. Suatu ketika Asta menemui Renji di kantin kampus. “Gua
tunggu lo ama Nex di Aula Kampus jam 11 malem entar!” Ajakan Asta
terhadap Renji yang sedang makan. “Renji yang tersulut emosi karena
menduga akan ada nya perebutan tahta kekuasaan Universitas, menyetujui
tawaran Asta tersebut.

Singkat cerita malam telah tiba. Kedua kubu telah berkumpul di
Aula Kampus yang sangat besar. “Mana tangan kanan lo?” Asta yang
menanyakan Killua, tangan kanan Renji karena ketidakhadirannya.
“Gausah pura – pura gatau lo, sialan!” Teriak Renji sambil memukul Asta
yang tak tahu menahu apa yang terjadi. Kedua masing – masing anggota
geng sudah hampir mulai menyerang satu sama lain karena melihat kedua
ketua telah memulainya. Asta dengan tegas menyuru mereka semua
berhenti. “Hahahaha, dasar bodoh. Gajelas lo Ren!” Tawa Asta mengiringi
ucapan nya kepada Renji. Akhirnya mereka berdua duduk saling
berhadapan namun suasana masih saja tetap panas diantara kedua kubu.
Mereka berbicara satu sama lain. Lalu Asta menjelaskan apa tujuan nya
mengajak Renji ke Aula. Ternyata beberapa anggota geng Asta seketika

144

Samasta
menghilang tanpa jejak, ia ingin menanyai tanpa maksud menuduh. Renji
yang sontak kaget mendengar kabar itu menjelaskan kemana Killua
sebenarnya. Killua sedang koma di rumah sakit, karena ia di pukul habis –
habisan oleh segerombolan orang berdasi saat ia hendak berkumpul di
markas.

Dengan bijaknya, Asta tanpa ada rasa malu ataupun enggan
terhadap Renji mengajak untuk bersatu membuat Geng baru, untuk
memberantas penjahat yang mengincar Universitas ini. Renji yang kaget
melihat rivalnya mengajak bekerja sama. Semua orang dalam Aula kaget
mendengar perbincangan kedua Jawaranya. Renji akhirnya meyetujui
tawaran itu, walaupun sebagian anggota dari masing – masing kubu heran
dan bahkan tak menerima keputusan mau tidak mau harus mengikuti
keputusan ketua. Akhirnya mereka berdua bersatu, dan Nex geng awal yang
didirikan Renji diganti nama menjadi ‘Nue’. Dalam suatu kelompok
pastinya memerlukan ketua untuk membimbing para anggotanya. Akhirnya
mereka semua mendapatkan kesempatan melakukan pemungutan suara.

Tak terduga, ternyata hasil pemungutan suara berhasil imbang atau
seri. Namun kedua ketua belum menyuarakan suaranya untuk memilih
siapa yang harus menjadi pemimpin. Renji yang memilih dirinya sendiri
untuk menjadi ketua menjadi 1 point tambahan untuk dirinya sendiri. Siapa
sangka, Asta justru tak memilih dirinya sendiri, namun memilih rival nya
Renji. Semua orang satu Aula kaget terheran – heran. Dipilihlah Renji
menjadi Ketua dari Nue.

145

Samasta
Sepulang dari aula ada yang berpesta, berkelahi, diam saja, dan
pulang kerumah masing – masing. Orca yang sedang tak enak badan kala
itu terpaksa harus menolak tawaran berpesta dari teman – temannya. Orca
pamit kepada Renji sang ketua baru. Tak lupa berpamitan dengan Asta
mantan ketuanya yang akan selalu menjadi ketua bagi Orca yang sedang
berada di luar Aula. “Gue pulang dulu, Ta. Gua bakal nganggap lo sebagai
ketua yang asli. Lo jauh lebih bijak” ucap Orca kepada Asta sambil
meneteskan air mata. “Tenang aja Ca, gue percaya Renji, lo percaya gua,
artinya lo percaya Renji lewat gua.” Balas Asta kepada Orca. Dengan
Yamaha DT250 nya pulang melewati dinginnya malam. Di tengah perjalan
2 mobil seperti mengejar Orca. Orca terkejar, ditembak langsung oleh
seseorang di dalam mobil hingga ia terjatuh. Motor yang rusak parah
dibawa oleh sekumpulan orang itu. Namun Orca yang kritis, didiamkan
tergeletak.

Keesokan harinya, berita tersebut terdengar di kedua telinga Sang
Jawara itu, bahwa, Orca telah meninggal dunia. Asta yang seketika emosi
langsung meminta berkumpulnya satu Nue di markas mereka. Riset yang
menyatakan Mafia – mafia telah ada sejak generasi ke generasi untuk
mengambil alih Universitas karena saham yang sangat tinggi dari
Universitas tersebut, dengan cara meneror semua mahasiswa yang ada di
dalamnya. Namun entah mengapa Mafia ini memiliki informasi tentang
kedua jawara yang ada di dalam universitas tersebut. Kedua jawara Renji
dan Asta di kenal dengan dulukan ‘Taring Serigala’ karena keduanya yang

146

Samasta
selalu dengan mudah menikam para orang – orang yang bertentangan
dengan mereka.

Hari – hari berlalu, kabar berita duka selalu bermunculan, Asta yang
muak dengan kesedihan yang terus berlarut, membuat rencana dengan
semua anggota Nue beserta ketuanya Renji. Asta yang sedih, harus
memikirkan rencana tanpa seorang Orca, tangan kanan nya. Hari demi hari
dilewati dengan bergugurannya anggota Nue satu persatu. Hingga tersisa
pentolan – pentolan dan bawahan nya. Sisanya mereka banyak yang mati,
keluar, stress, atau bahkan terluka parah. Kejadian yang tak bisa diterima
itu menyerang kedua Jawara tersebut. Suatu ketika saat Renji, Asta, dan
anggota – anggota yang lainnya sedang berdiam di markas. Datang seorang
wanita cantik yang tidak lain tidak bukan Vanessa. Vanessa yang turut
berduka atas banyak nya keguguran teman – teman Renji maupun Asta
menemani mereka semua di suasana berkabung. Di tengah suasana sedih
itu, Vanessa mengeluarkan sebuah flashdisk yang katanya berisikan
informasi.

Tanpa basa – basi Asta mengambil flashdisk tersebut dan langsung
mengaplikasikannya di suatu perangkat miliknya. Semua informasi tentang
sejarah kelam dan nama – nama mafia lainnya ada semua di dalam data
yang di berikan Vanessa itu. Sekumpulan Mafia di pimpin oleh pria
bernama Levi. Ia pria yang bengis dan kejam. Renji dengan tegas langsung
membuat rencana. “Semoga beruntung kalian semua, dan tetaplah hidup.”
Ucap Vanessa sambil meninggalkan tempat tersebut.

147

Samasta
Rencana telah dibuat matang oleh Nue, untuk membantai semua
mafia yang ada di kota itu. Sang Jawara yang telah bersiap diri akan
menyerang markas para mafia itu. Renji dengan GLPRO yang ia kendarai
dan Asta dengan Suzuki TS100 nya mulai membantai satu persatu markas
yang ada dengan diam – diam. Semua anggota Nue bekerja keras dalam
misi ini. Singkat cerita markas pusat lah yang tersisa dengan penjagaan yang
ketat. Mereka berencana akan menyerang Mafia dengan cara terang –
terangan. Perang dimulai ketika salah satu mobil kesayangan Levi
dihancurkan dan diledakkan oleh beberapa anggota Nue. Kejadian yang
memancing perhatian seluruh anggota mafia akhirnya keluar dan perang
dimulai. Para anggota yang mengorbankan nyawa mereka berperang sekuat
tenaga. Hingga perang dimulai Renji, Asta, dan Killua yang tersisa untuk
menemui ketua mafia, yakni Levi.

Siapa sangka, Levi dan antek – anteknya telah bersiap diri
menghadapi kedua Taring Serigala karena mereka mengetahui kemampuan
dari kedua orang itu. Killua yang harus gugur karena tak sanggup melawan
para bandit – bandit suruhan Levi. Tersisa kedua jawara yang bertarung
menghadapi semua bandit, namun ternyata tak berhasil. Levi yang licik,
menempelkan sebuah peledak tepat di hadapan Renji. Renji yang tak bisa
kemana – mana terpaksa harus menerima ledakan yang cukup besar. Dan
membuat kondisi tubuhya sangat – sangat kritis. Asta yang melihat kejadian
itu, sontak mengalami kilas balik memori tentang pertemuan pertamanya
dengan Renji hingga perkelahian nya. Dan kalimat Kenny saat dahulu kala.

148

Samasta
“Takdir, telah ditentukan. Takdir, telah ditentukan!! Bangunlah kalian para
‘subjek pencetus’ zaman ini!

Sensasi yang melebihi apapun membuat Asta gelap mata. Dan
membantai semua bandit – bandit bawahan Levi. Hingga akhirnya hanya
ada Levi dan Asta di atas gedung itu. Mereka berkelahi satu lawan satu
hingga terbitnya fajar. Kedua petarung yang tak bisa menahan rasa sakit
dan lelah lagi akan segera tumbang. Asta yang sudah sekarat, tiba – tiba
mendengar suara Renji yang sedang kritis dan sekarat juga keaadannya.
“Cepatlah bodoh! Taklukan keparat itu! Hahahhaha jangan mau dibuat
seperti kacung, bodoh!!!!” suara Renji menggema di telinga Asta. “Dasar
Keparattt!!!!!!” teriak Asta dengan satu pukulan mematikan melayang
kearah Levi hingga Levi terpental jatuh dari atas gedung dan akhirnya
tewas. Asta yang kritis menghampiri Renji yang sekarat. “Apa maumu
sekarang?” tanya Asta. Kuburkanku, di tempat dimana semuanya dimulai.

Akhirnya, setelah semuanya usai. Mereka semua lulus dari
universitas. Ada yang menikah, bekerja dan melakukan hal – hal lainnya.
Anggota Nue yang tersisa sangatlah sedikit dan melangsungkan hidupnya
masing – masing. Suatu hari, Asta dan Vanessa membawa karangan bunga
dan berziarah di makam para teman – temannya dimakamkan. “Renji,
Killua, Orca, dan kalian semua, aku sangat mencintai kalian.” Ucap Asta
kepada semua kawan nya yang telah gugur. Singkat cerita Asta menikahi
Vanessa dan memiliki 3 orang anak. Ketiga anak mereka diberi nama Renji

149

Samasta
Arlert Vanta, Killua Zoldyck Vanta, dan Orca Ackerman Vanta. Akhirnya
mereka pun hidup bahagia.

✧✧✧

150


Click to View FlipBook Version