penelitian Santoso (2001c) yang menemukan bahwa pada tingkat tertentu ekstrak
daun katuk mampu meningkatkan jumlah Lactobacillus sp tersebut dalam kotoran
broiler, maka diduga bahwa ekstrak tersebut mampu meningkatkan jumlah
Lactobacillus sp. tersebut dalam daging. Peningkatan mikrobia ini merupakan hal
yang positif, karena konsumsi mikrobia tersebut dapat meningkatkan kesehatan
manusia.
Tabel 21. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap jumlah mikrobia
dalamkotoran ayam broiler (109 /g).
Control 1,5 3 4,5
Salmonella sp 21,75 17,00 11,25 10,75
Bacillus subtilis 146,25 162,00 212,00 143,25
Streptococcus sp 68,25 46,25 38,50 31,00
Lactobacillus sp 135,25 281,50 171,50 178,50
Escherichia coli 182,50 109,25 170,00 119,00
Sumber: Santoso (2001c)
Tabel 22. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap Salmonella sp dan Escherichia coli
pada daging broiler.
0g 9g 13,5 g 18 g
Salmonella sp (x 105) 103,6 44,1 38,9 17,5
Escherichia coli (x 107) 93,7 67,6 58,7 70,2
Sumber: Santoso et al (1999)
Sauropus androgynus (L.) Merr yang masuk dalam Euphorbiaceae biasanya
digunakan sebagai tumbuhan obat dalam penyembuhan penyakit kecing manis,
kanker, inflamasi, infeksi mikrobia, kolesterol dan alergi disebabkan daun katuk kaya
akan antioksidan. Daun katuk efektif sebagai antibakteri terhadap Klebsiella
pneumoniae and Staphylococcus aureus. Respon katuk bervariasi bergantung pada
pelarut yang digunakan. Ekstrak etanol mempunyai sifat antibakteri lebih tinggi
daripada ekstrak air untuk kedua tipe bakteri tersebut. Pengaruh penghambatan ini
dibandingkan dengan antibiotic Gentamicin pada kultur bakteri (Paul dan Anto,
2011).
46
Selvi et al. (2011) menemukan bahwa daun dan bunga katuk bersifat
antijamur, yaitu terhadap Aspergillus flavus, Candida albicans, Mucor species,
Pennicillium species, dan Rhizopus species. Selanjutnya dinyatakan bahwa katuk juga
mempunyai sifat antioksidan. Daun katuk efektif sebagai antibakteri terhadap
organisme gram positif dan kurang efektif terhadap organisme gram negatif jika
dibandingkan dengan gentamycin dan juga bersifat antijamur terhadap Candida
albicans (Christi et al., 2011). Selvi dan Basker (2012) menemukan 1,14-
tetradecanediol sebagai antimikrobia, 1-Octadecyne sebagai anti radang, antibakteri
dan fragrance, 1-Hexadecyne sebagai antibakteri, decanoic acid, ethyl ester sebagai
flavor dan obat cacing, phytol sebagai obat pencegah kanker, auto immune response,
pyrene, hexadecahydro sebagai anti-bakteri dan fragrance, 2(1H) naphthalenone,
3,5,6,7,8,8a-hexahydro-4,8a-dimethyl-6-(1-methylethenyl)- sebagai antiradang,
azulene, 1,2,3,5,6,7,8,8aoctahydro-1,4-dimethyl-7-(1-methylethenyl)-, [1-
methylethenyl)- sebagai antialergi, antihistamik, antiradang, antipiretik, antiseptic,
antispasmodic dan antiulcer, squalene sebagai antibakteri, antioksidan, antitumor,
antikanker, kemopreventif, immunostimulant, dan penghambat lipooxygenase.
47
BAB V
KATUK SEBAGAI PELANCAR AIR SUSU IBU
5. 1. Air Susu
Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, manusia harus mengkonsumsi bahan
makanan yang beragam. Hal ini disebabkan karena sangat jarang bahan makanan
yang sangat lengkap zat gizinya. Dengan mengkombinasikan bahan makanan
sedemikian rupa maka akan dicapai keseimbangan zat gizi yang diperlukan tubuh.
Banyak bahan makanan yang sedikit sekali mengandung zat gizi yang diperlukan,
disamping sedikit sekali bahan makanan yang mempunyai keseimbngan gizi yang
baik. Salah satu bahan makanan yang cukup sempurna za gizi dan keseimbangannya
adalah air susu.
Sewaktu anak dilahirkan, ia mendapat beberapa cadangan gizi dari ibunya.
Cadangan gizi tersebut (antara lain vitamin A dan D, besi, tembaga di hati) ditambah
dengan air susu ibu (ASI) membentuk makanan yang sempurna. ASI mengandung
paling sedikit 66 zat gizi yaitu satu bagian karbohidrat yang terdapat dalam bentuk
laktosa, 17 asam lemak yang terdapat dalam lemak lemak susu, 11 asam amino yang
terdapat dalam bentuk kasein (protein susu), 21 mineral yang terdapat dalam garam-
garam air susu dan 16 vitamin yang sebagaian terdapat dalam lemak dan sebagian
lainnya dalam plasma air susu.
ASI merupakan bahan makanan sempurna dikarenakan oleh beberapa hal
yaitu antara lain:
1. ASI mengandung hamper semua zat gizi yang diperlukan tubuh.
2. Perbandingan yang sempurna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI.
3. Zat-zat gizi yang diperlukan dapat dicerna dan dapat diserap oleh usus secara
sempurna.
4. Protein dan lemak susu bermutu lebih tinggi daripada yang ada dalam bahan
makanan lainnya.
5.1.1. komposisi Kimia Air Susu
Air susu mengandung tiga komponen karakteristik yaitu lactose, kasein dan
lemak susu, disamping mengandung bahan-bahan lainnya seperti air, mineral, vitamin
dll. Banyaknya tiap-tiap zat berbeda-beda bergantung kepada spesies hewan, factor
genetic dan factor lingkungan. Table 15 memperlihatkan komposisi kimia air susu
berbagai hewan.
48
Tabel 23. Komposisi kimia air susu ibu dan berbagai hewan
Spesies Lemak Protein Laktosa Abu (%) Bahan padat
total (%)
(%) (%) (%) 20,7
15,2
Anjing 8,3 9,5 3,7 1,2 19,9
42,9
Antelope 1,3 6,9 4,0 1,30 13,2
16,3
Babi 8,2 5,8 4,8 0,63 Dtt
26,9
Beruang kutub 31,0 10,2 0,5 1,20 51,2
12,0
Bison 1,7 4,8 5,7 0,96 9,5
10,2
Domba 5,3 5,5 4,6 0,90 21,5
14,5
Dolphin 14,1 10,4 5,9 Dtt 26,4
11,0
Gajah 15,1 4,9 3,4 0,76 Dtt
15,8
Ikan paus 34,8 13,6 1,8 1,60 12,6
22,6
Kambing 3,5 3,1 4,6 0,79 24,5
36,7
Kangguru 2,1 6,2 Trace 1,20 34,1
Keledai 1,2 1,7 6,9 0,45 13,3
13,3
Kerbau (Filipina) 10,4 5,9 4,3 0,80 14,4
12,2
Kera 3,9 2,1 5,9 2,60 15,0
14,7
Kelinci 12,2 10,4 1,8 2,0
Kuda 1,6 2,7 6,1 0,51
Kucing 10,9 11,1 3,4 Dtt
Marmot 3,9 8,1 3,0 0,82
Manusia 4,5 1,1 6,8 0,20
Mink 8,0 7,0 6,9 0,70
Opossum 6,1 9,2 3,2 1,60
Reinder 22,5 10,3 2,5 1,40
Rusa 19,7 10,4 2,6 1,40
Sapi
Ayshire 4,1 3,6 4,7 0,70
Brown Swiss 4,0 3,6 5,0 0,70
Guernsey 5,0 3,8 4,9 0,70
Holstein 3,5 3,1 4,9 0,70
Jersey 5,5 3,9 4,9 0,70
Zebu 4,9 3,9 5,1 0,80
49
Seal kelabu 53,2 11,2 2,6 0,70 67,7
1,50 31,7
Tikus (rat) 14,8 11,3 2,9 0,70 14,4
Unta 4,9 3,7 5,1
Sumber: Schidt (1971). Dtt = data tidak tersedia
Dari tabel 23 dapat dibaca bahwa kadar lemak tertinggi pada hewan sel kelabu
yaitu 53,2% dan teendah pada keledai yaitu 1,2%, sedangkan pada manusia sebesar
4,5%.. Kadar protein susu tertinggi pada hewan ikan paus yaitu sebesar 13,6% dan
terendah pada manusia yaitu sebesar 1,1%. Kadar laktosa tetinggi terdapat pada air
susu keledai dan mink yaitu sebesar 6,9% dan terendah pada kangguru, sedangkan air
susu manusia mengandung 6,8%. Kadar abu tertinggi pada kera sebesar 2,6% dan
terendah pada manusia yaitu sebesar 0,2%. Kadar bahan padat total tertinggi pada seal
kelabu dan hewan mamalia air lainnya, dan terrendah pada kangguru yaitu sebesar
9,5%, sedangkan pada manusia sebesar 12,6%.
Lemak air susu
Lemak air susu merupakan sumber energi sempurna. Oleh karena air susu
banyak mengandung lemak, maka kadar energinya relative tinggi. Selain sebagai
lemak cadangan tubuh – pada anak-anak dan orang kurus sedikit sekali --, maka tubuh
memerlukan sejumlah lemak untuk aktivitas dalam sel-sel tubuh. Lemak ini
dinamakan lemak sirkulasi atau lemak fisiologis. Untuk pembentukkan lemak
fisiologis ini sangat diperlukan lemak air susu. Pada anak-anak bahkan ditemukan
lemak susu yang tidak tergantikan, karena di dalam lemak susu ditemukan beberapa
asam lemak esensial. Selain itu lemak susu juga mengandung beberapa vitamin yang
larut di dalmnya. Berat jenis lemak susu adalah 0,93.
Laktosa susu
Laktosa yang terkandung di dalam susu merupakan sumber energi bagi tubuh.
Pada beberapa orang jika mengkonsumsi susu akan diare. Hal ini disebabkan oleh
laktosa yang ada dalam susu tidak dicerna secara sempurna. Peristiwa ini disebut
lactose intolerant.
Protein air susu
Protein pada susu disebut kasein. Kasein mempunyai nilai biologis yang
tinggi, mudah dicerna serta mempnyai keseimbangan asam amino yang sempurna dan
terlengkap. Dapat dinyatakan bahwa semua asam amino esensial ada dalam susu.
50
Selain berfungsi sebagai pengganti protein tubuh yang telah rusak, protein juga
berfungsi sebagai zat pembangun untuk keperluan tubuh yang sedang bertumbuh.
Mineral air susu
Di dalam air susu ditemukan 21 macam mineral. Dapat dinyatakan semua
macam mineral dan semua mineral jarang (trace mineral) ditemukan dalam susu.
Selain itu, perbandingan mineral dalam susu sangat seimbang. Air susu relative
mengandung kalsium yang tinggi serta perbandingan kalsium dan fosfor yang baik.
Bagi anak-anak yang sedang bertumbuh, air susu merupakan sumber kalsium yang
baik. Kalsium dan fosfor di dalam air susu ditemukan dalam bentuk kalsium fosfat,
kalsium karbonat dan kalsium klorida. Garam-garam ini mudah diserap. Satu-satunya
kekurangan air susu adalah rendahnya mineral pembentuk darah terutama besi. Untuk
menunuti kekurangan ini, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran.
Vitamin air susu
Air susu juga merupakan sumber vitamin esensial. Semua vitamin esensial
ditemukan di dalamnya. Vitamin A dan provitmin A (karotin) ditemukan dalam
jumlah yang tinggi tanpa banyak dipengaruhi oleh makanan dan iklim. Selain itu,
banyak ditemukan vitamin lainnya seperti vitamin D, K, C, B dan lain sebagainya.
Zat-zat lain dalam susu
Disamping zat-zat gizi yzng telah disebutkan di atas, maka susu juga
mempunyai zat-zat penting lainnya antara lain enzim, zat bakterisid, antibody dll.
Enzim-enzim tersebut antara lain peroksidase, reduktase, katalase dan fosfatase serta
amylase. Di dalam air susu juga terdapat zat bakterisid suatu zat pembunuh kuman.
Antibodi yang ditemukan dalam air susu antara lain agglutinin, haemolisin, presipitin
dan opsonin. Beberapa toksin juga dapat masuk ke dalam air susu.
5. 1. 2. Sifat Fisik Air Susu
Warna air susu putih disebabkan oleh berjuta-juta bagian kecil lemak, bahan
keju dan garam-garam yang merelisir kembali sinar matahari. Yang terpenting adalah
bahan lemak. Warna air susu kebiru-biruan yang terjadi bila dicampur dengan air.
Warna kehijauan berarti air susu mengandung banyak vitamin B kompleks. Warna
kuning terutama disebabkan oleh karotin. Warna merah disebabkan oleh sel darah
merah dan hemoglobin.
Umumnya air susu sedikit berasa manis yang disebabkan oleh laktosa. Berat
jenis air susu berkisar antara 1,027 – 1,035. Pada umumnya air susu lebih padat
51
daripada iar. Kepadatan ini disebabkan oleh keju dan lemak.Air susu dingin biasanya
lebih padat dari pada air susu yang baru (hangat).
Bila air susu dibiarkan dalam panic beberapa saat, maka dipermukaan air susu
ada selapis krim. Hal ini disebabkan karena butir-butir lemak mengapung ke atas. Air
susu membeku (titik beku) pada suhu 0,52 oC, sedangkan titik masak air susu adalah
100,16 oC.
Sekresi air susu
Sekresi air susu adalah sintesis air susu oleh sel-sel epitel dan mengalirnya air
susu dari sitoplasma sel ke dalam lumen alveoli. Sebelum terjadi kelahiran lipida dan
granula-granula protein terbentuk di dalam sel-sel epitel dan tertimbun dalam lumen
alveoli berupa kolostrum. Pada tikus, laktosa tidaklah terbentuk sebelum terjadi
kelahiran. Awal sekresi air susu ditandai dengan bertambahnya rasio antara
RNA:DNA, kenaikkan jumlah ribosoma, kenaikkan yang menonjol retikulum
endoplasma, dan adanya kenaikkan jumlah mitokondria per sel. Perubahan histologis
terutama berhubungan dengan perubahan yang disebabkan oleh penimbunan air susu
dalam lumen alveoli.
Hormon prolaktin menyebabkan inisiasi local sekresi air susu, bilamana
hormone ini diinjeksikan ke dalam kelenjar susu kelinci. Selain itu, hormone-hormon
adrenokortikoid diperlukan untuk inisiasi laktasi pada kebanyakan hewan. Insulin dan
kortisol adalah hormone-hormon yang minimal diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan jaringan kelenjar susu in vitro. Agar sel-sel kelenjar susu mensisntesis
kasein, maka sel haruslah mengadakan pembelahan. Pembelahan sel terjadi jika
terdapat insulin dan kontisone agar sel membuat kasein sebagai respon terhadap
prolaktin.
Sekresi prolaktin dan/atau pelepasannya oleh kelenjar pituitaria dikontrol oleh
hipotalamus dan oleh aksi langsung senyawa-senyawa yang terdapat dalam kelenjar
pituitaria. Hipotalamus menghasilkan suatu senyawa yaitu Prolactin Inhibitory Factor
(PIF) yang menghambat produksi prolaktin yang dilepaskan.
Mempertahankan sekresi air susu tergantung dari pemerahan dan penyusuan
oleh pedet pada kebanyakan hewan kecuali kambing. Penyusunan oleh pedet atau
bayi ikut campur dalam pelepasan prolaktin, ACTH dan oksitosin dari kelenjar
pituataria.
Ekstrak kelenjar pituitaria bila diinjeksikan ke dalam tubuh sapi akan
menaikkan produksi susu pada sapi laktasi. Kebanykkan kenaikkan ini disebabkan
52
oleh karena kandungan STH didalamnya. Prolaktin sedikit sekali pengaruhnya dalam
menaikkan produksi susu pada sapi laktasi, tetapi menyebabkan sedikit kenaikkan
produksi susu pada kambing pada akhir laktasi. Injeksi prolaktin pada tikus yang
sedang laktasi akan menambah pertumbuhan anak. Prolaktin yang diinjeksikan ke
dalam tubuh kelinci yang laktasi akan menyebabkan pada akhir laktasi terjadi
kenaikkan produksi susu dan persentase laktosa. Banyak hormone lain yang dapat
meningkatkan produksi susu antara lain somatotropin, T4, T3 dll.
Mempertahankan laktasi pada kebanyakan hewan tergantung pada rangsangan
pada waktu pemerahan atau penyusuan oleh anakanya dan hilangnya air susu dari
kelenjar susu. Sistema nervorum memegang peranan penting dalam hal ini. Nurvus
juga mengontrol aliran darah yang melalui kelenjar susu sehingga dapat mengatur
suplai hormone dan bahan-bahan pembentuk air susu ke dalam kelenjar susu.
Rangsangan menyusu diperlukan untuk melepaskan hormone prolaktin dan ACTH
dari kelenjar pituitaria. Kedua hormone ini memegang peranan dalam sekresi air susu.
Rangsangan menyusu juga menambah konsumsi makanan dan air dan menyebabkan
ereksi putting susu. Hubungan syaraf antara kelenjar susu dan sentral sistema
nervorum tidak perlu untuk mempertahankan sekresi air susu pada kambing dan
domba.
Pengosongan air susu dari kelenjar susu tergantung pada proses refleks
neurohormonal dari pencurahan air susu. Hal ini dapat berupa rangsangan syaraf yang
berhubungan dengan proses pemerahan dan penyusuan, misalnya palpasi pada puting
susu atau anak yang menyusu induknya. Rangsangan ini mencapai system syaraf
pusat dan menyebabkan lobus posterior kelenjar pituitaria melepaskan hormone
oksitosin. Oksitosin menuju ke ambing/payudara melalui darah dan menyebabkan sel-
sel mioepitel berkonstraksi. Kontraksi ini memaksa air susu yang di dalam alveoli
terperah keluar menuju duktus-duktus seterusnya ke “glang dan teat cistern”.
Sebaliknya adrenalin akan menghambat proses tersebut.
Proses pencurahan air susu dihambat oleh hormone adrenalin yang terjadi
karena hewan terkejut, takut atau gangguan emosional. Pengaruh menghambat
adrenalin dapat sentral atau local (pada kelenjar susu). Adrenalin akan menghambat
pada beberapa titik system syaraf sentral untuk mencegah terbebasnya oksitosin.
Adrenalin juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menuju ke
ambing/payudara, sehingga akan mencegah oksitosin mencapai sel mioepitel. Selain
itu, adrenalin dapat bertindak sebagai suatu antagonis terhadap oksitosin.
53
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh pengaruh betareseptor yang nampaknya banyak
terdapat di dalam sel-sel mioepitel.
5. 2. Katuk meningkatkan Produksi Susu
Dari pengalaman empiric, daun katuk memiliki khasiat memperlancar
produksi susu, baik pada manusia maupun hewan. Pada ibu-ibu yang mengalami
gangguan pengeluaran air susu, maka biasanya mereka memakan antara lain daun
katuk ini. Djojosoebagio (1964) menginjeksikan ekstrak daun katuk kepada kelinci,
dan menemukan bahwa daun katuk mampu meningkatkan prosuksi air susu. Pada
kambing, Soeprayogi (1993) juga menemkan bahwa injeksi ekstrak daun katuk
ternyata mampu meningkatkan produksi susu sebesar 20%. Injeksi ekstrak ini tidak
mengubah kadar lemak, protein dan bahan kering tanpa lemak. Pada aktifitas
metabolisme glukosa terjadi peningkatan sebesar lebih dari 50% yang berarti kelenjar
ambing bekerja lebih ekstra untuk mensintesis air susu. Kadar prolaktin tikus
menyusui dan jumlah sel neuraglia anak tikus setelah diberi fraksi ekstrak daun katuk
mempunyai kadar hormon prolaktin yang lebih tinggi dan jumlah sel neuraglia lebih
banyak pada dosis 48 dan 72 mg (Kamariyah, 2012)..Sari (2003) juga menemukan
bahwa ekstrak Sauropus androgynus. Mempunyai pengaruh laktagogen yang ditandai
oleh peningkatan kadar hormone prolaktin.
Berdasarkan hasil penelitian pada kambing tersebut, maka Suprayogi (1993)
mengkalkulasi bahwa pada sapi perah juga pemberian daun katuk diasumsikan akan
meningkat. Memang perlu penelitian yang lebih lanjut dalam jumlahyang lebih besar
tentang pengaruh daun katuk terhadap produksi air susu. Jika terbukti bahwa
pemberian daun katuk secara ekonomis sangat menguntungkan untuk meningkatkan
produktifitas ternak perah, maka dapat dikembangkan teknologi pengolahan daun
katuk ini untuk merangsang produksi susu.
Oleh karena daun kaya akan β-carotene, maka konsumsi daun katuk dalam
jumlah tertentu diduga akan meningkatkan kadar vitamin A dalam susu. Selain itu
dapat memperkaya kadar vitamin terutama vitamin C dan mineral terutama zat besi.
Penggunaan daun katuk dalam jamu berbungkus juga telah dilakukan oleh
pengusaha jamu, meskipun belum begitu banyak. Jamu tersebut mempunyai fungsi
untuk memperlancar air susu.
Yasril (1997) melakukan penelitian pengaruh daun katuk terhadap frekuensi
dan lama menyusui bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daun katuk
54
oleh ibu-bu menyusui akan meningkatkan waktu menyusui bayi perempuan,
sedangkan pada bayi laki-laki tampak hanya kecenderungan peningkatan frekuensi
dan lama menyusui jika mengkonsumsi daun katuk. Hal ini menunjukkan bahwa
memang mengkonsumsi daun katuk dapat meningkatkan produksi air susu ibu.
Memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut efek negatif (jika ada) bila sang
ibu mengkonsumsi daun katuk dalam waktu yang lama.
Tabel 24. Nilai rata-rata lamanya menyusui bayi perempuan
Hari Tanpa katuk (menit) Konsumsi katuk (menit)
Pertama 9.3 9.4
Kedua 9.57 11.43
Ketiga 9.7 11.71
Keempat 9.86 13.42
Kelima 11.14 15.43
Sumber: Yaril (1997)
Daun katuk dikenal sebagai laktagoga, yaitu menyubur air susu ibu.
Kemampuan menyuburkan air susu ibu berhubungan dengan peranannya dalam
refleks prolaktin, yaitu refleks yang merangsang alveoli untuk memproduksi susu.
Refleks ini dihasilkan dari reaksi antara prolaktin dengan hormone adrenal steroid dan
tiroksin (Sudarto, 1990). Daun katuk mengandung polifenol dan steroid yang berperan
dalam refleks prolaktin.
Selain dapat meningkatkan volume ASI, konsumsi daun katuk juga dapat
meningkatkan kandungan vitamin A dan protein ASI (Pradjonggo, 1983). Dosis yang
efektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI adalah 400 g daun segar tiap
hari (Sadi, 1983).
Saroni et al. (2004) menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk pada
kelompok ibu melahirkan dan menyusui bayinya dengan dosis 3 x 300mg/hari selama
15 hari terus-menerus mulai hari ke-2 atau hari ke-3 setelah melahirkan dapat
meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu
melahirkan dan menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Pemberian
ekstrak daun katuk tersebut dapat mengurangi jumlah subyek kurang ASI sebesar
55
12,5%. Pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan kualitas ASI, karena
pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan kadar protein dan kadar lemak ASI.
Pradjonggo (1983) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh katuk
terhadap gambaran histology kelenjar susu mencit betina menyusui, dan hasilnya
menunjukkan ada perbedaan bermakna jumlah asini dalam lobulus mencit. Sunarto
(1991) menemukan bahwa pemberian daun katuk dalam bentuk infuse secara oral
meningkatkan sekresi air susu mencit betina menyusui. Suprayogi et al. (2001)
menemukan bahwa peningkatan produksi susu antara lain disebabkan oleh
peningkatan populasi sel sekretori (DNA total) dan aktivitas sintetik (RNA total).
Wuryaningsih et al (1997) menemukan bahwa pemberian infuse daun katuk
kadar 20%, 30%, 40%, dan 80% pada mencit hamil selama periode organogenesis
tidak menimbulkan cacat bawaan (teratogenik) dan tidak menyebabkan resorbsi.
Dari uraian tersebut, maka dapat diambil benang merah bahwa konsumsi daun
katuk kemungkinan besar dapat meningkatkan produksi ASI dan tidak membawa
dampak negatif bagi kesehatan sang ibu ataupun sang bayi. Memang masih banyak
hal yang harus dievaluasi berkenaan dengan pengaruh konsumsi daun katuk terhadap
kualitas ASI pada manusia. Mekanisme yang berkaitan dengan meningkatkan
produksi ASI juga masih sangat gelap. Beberapateori yang dikemukakan oleh para
peneliti tersebut, masih memerlukan studi lanjutan.
Selain katuk tumbuhan obat yang dapat memperlancar ASI antara lain adalah
jagung, lobak, paria, kecipir, pisang klutuk (kuncup bunga), singkong (daun muda),
bayam duri, bayam kremah, papaya jantan, papaya betina, murbei (daun muda), dadap
daun (daun muda), dadap serep (daun muda), orang-oring (daun), beluntas (daun
muda), kemuning (daun), daun deres, jintan (daun dan biji kering), jeruk purut (daun),
temulawak, kunyit, temu ireng, lempuyang, sereh, pulosari, adas, kedawung,
kayumanis, cabe jawa, ketumbar, pala, kapulaga, bidara laut, merica, asam, ketumbar,
lengkuas, kayu angina. Sedangkan tumbuhan yang dapat mengentikan ASI antara lain
camcau, melati, kacang panjang (daun), dan kapur barus (buah kering).
56
BAB VI.
KATUK SEBAGAI ANTI LEMAK DAN ANTIOKSIDAN
4.1 Anti lemak
Daun katuk juga dapat mempengaruhi metabolisme lemak, setidak-tidaknya
pada ayam broiler. Hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001) menunjukkan bahwa
tepung daunkatuk menurunkan akumulasi lemak pada perut, sementara Santoso
(1999) melaporkan bahwa tepung daun katuk menurunkan lemak pada karkas broiler.
Tabel 25. Pengaruh tepung daun katuk terhadap akumulasi lemak pada broiler.
Variabel 0 g katuk 10 g katuk 20 g katuk 30 g katuk
Lemak tubuh (%) 11,3 9,7 9,6 9,3
Lemak perut (%) 1 0,5 0,5 0,4
Lemak hati* 1,8 1,4 1,2 1,1
*Lemak hati diekskresikan sebagai fatty liver score dengan warna sebagai indicator.
Sumber: Santoso (1999).
Dari tabel 25 diatas dapat dibaca bahwa pemberian tepung daun katuk sebanyak
30g/kg ransom memberikan akumulasi lemak yang terendah. Turunnya akumulasi
lemak oleh katuk diduga disebabkan oleh zat aktif yang ada dalam daun katuk. Daun
katuk mengandung flavonoid, saponin, dan tannin. Telah diketahui bahwa ketiga zat
tersebut mempunyai khasiat untuk menurunkan akumulasi lemak. Selain itu,
kandungan vitamin C yang tinggi juga amat berperan. Daun katuk juga tinggi kadar
lemaknya (Santoso dan Sartini, 2001). Diduga lemak daun katuk banyak mengandung
asam lemak tak jenuh yang mempunyai khasiat menurunkan akumulasi lemak.
Dewasa ini, banyak produk-produk hewan telah dimodifikasi kadar lemaknya
yaitu dengan meningkatkan kandungan asam lemak tak jenuhnya dan menurunkan
asam lemak jenuhnya. Sebagai contoh misalnya telur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa telur mengandung kolesterol dalam jumlah yang tinggi serta amat sulit untuk
menurunka kadar kolesterol tersebut. Jika dilakukan penurunan kadar kolesterol,
maka produktifitas telur akan menurun. Agar supaya jika mengkonsumsi telur tidak
terjadi kenaikan kadar kolesterol darah, maka telah dilakukan modifikasi komposisi
asam lemaktelur, yaitu dengan menambahkan asam lemak tak jenuh tertentu. Metode
ini ternyata sangat efektif untuk mengurangi resiko kenaikan kolesterol darah karena
57
mengkonsumsi telur. Cara ini dapat digunakan untuk memodifikasi komposisi asam
lemak pada produk hewan lainnya seperti susu dan daging serta produk-produk
olahannya.
Metabolisme lemak antara ayam denganmanusia mempunyai sisi kesamaan
yaitu sebagian besar asam lemak disintesis di hati, dan kemudian lemak disikresikan
kedarah dan kelebihan lemaknya disimpan dalam bentuk trigliserida dalam jaringan
lemak. Dipandang dari sisi ini, maka ayam merupakan model yang tepat untuk
mempelajari prilaku metabolisme lemak sebagai akibat perlakuan tertentu. Oleh
karena itu, penurunan akumulasi lemak oleh tepung daun katuk ini, dapat dijadikan
asumsi dasar bahwa kemungkinan konsumsi daun katuk pada manusia juga akan
menghasilkan akibat yang relative sama. Hal ini memang memerlukanvpembuktian
lebih lanjut.
Penelitian dilanjutkan dengan pemberian eksrak daun katuk kedalam air
minum, dan ditemukan pemberian ekstrak daun katuk menurunkan akumulasi lemak
perut, hari, dan lemak karkas.
Tabel 26. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap akumulasi lemak pada broiler
Variable 0 g EDK/l 1,5 g EDK/l 3 g EDK/l 4,5 g EDK/l
Lemak leher (%) 1,022 0,83 0,70 0,62
Lemak perut (%) 3,04 2,42 2,56 2,32
Lemak hati* 2,40 1,62 1,62 1,68
*Lemak hati diekskresikan sebagai fatty liver score dengan warna sebagai indicator.
Sumber: Santoso (2001b).
Table 27. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap akumulasi lemak pada broiler
Variabel 0 g EDK/kg 9 g EDK/kg 13,5 g EDK/kg 18 g EDK/kg
Lemak leher (%) 0,53 0,45 0,71 0,39
Lemak perut (%) 1,78 1,47 1,60 1,41
Lemak paha (%) 0,36 0,39 0,36 0,39
Total lemak (%) 2,67 2,31 2,67 2,19
Sumber: Santoso et al. (1999)
58
Dari tabel 26 dapat dibaca bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 4,5
g/l air memberikan akumulasi lemak yang paling rendah. Penelitian tersebut diperkuat
dengan pemberian ekstrak daun katuk ke dalam ransom broiler sebesar 18 g/kg
ransom mampu menurunkan akumulasi lemak.
Dari tabel 27 dapat dibaca bahwa akumulasi lemak yang tampak secara total
cenderung menurun pada pemberian ekstrak daun katuk sebanyak 9 g atau 18 g/kg
pakan. Namun jika dilihat setiap bagian depot lemak, maka dapat dibaca bahwa
ekstrak daun katuk menaikkan akumulasi lemak pada leher. Ini berarti bahwa ekstrak
daun katuk mampu mengubah distribusi lemak pada setiap depot. Penurunan
akumulasi lemak pada depot lain seperti pada dan perut diimbangi dengan kenaikan
akumulasi lemak pada leher pada broiler yang diberi 13,5 g/kg ekstrak daun katuk.
Penelitian kemudian dilanjutkan untuk mengevaluasi pengaruh lama
pemberian ekstrak daun katuk terhadap akumulasi lemak. Diperoleh hasil bahwa
bahwa pada broiler pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18g/kg ransum selama 28
hari memberikan akumulasi lemak yang paling rendah (Rahmawati, 2000). Sementara
Gusmawati (2000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebasar 18
g/kg ransom selama 2 minggu sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan dan meningkatkan keuntungan peternak. Jika hasil ini
dikombinasikan dengan hasil penelitian Santoso (1997b) dan Santoso (2001a,b,c),
maka lama pemberian ekstrak daun katuk maksimal adalah 3 minggu dari umur 3
minggu sampai dengan 6 minggu.
Dari hasil penelitian pada broiler, dapat disimpulkan bahwa daun katuk dan
ekstraknya mempunyai khasiat untuk menurunkan kadar lemak dalam tubuh.
Penelitian perlu dilanjutkan kepada bagaimana pengaruh daun katuk terhadap fraksi
lemak seperti kolesterol, trigliserida, fosfolipid, kolesterol ester dan lain-lain.
Penelitian ini sangat penting artinya bagi konsumen yang menginginkan konsentrasi
kolesterol dan trigliseridanya menurun sampai batas normal. Hasil analisis ragam
memperlihatkan bahwa pemberian tepung daun katuk sebesar 5, 10 dan 15% dalam
ransum memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) menurunkan kolesterol
telur dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05)
mempengaruhi kolesterol, LDL dan HDL serum darah itik (Nugraha, 2008).
Pemberian tepung daun katuk sebanyak 0,04% BB dalam pakan sapi FH laktasi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar trigliserida dan hormone triiodotironin darah
(Sumardi, 2008).
59
Suplementasi ekstrak daun katuk dan minyak lemuru menurunkan deposisi
lemak dan kolesterol daging, dan meningkatkan vitamin A dan vitamin E pada
daging broiler. Suplementasi minyak lemuru meningkatkan EPA, DHA, asam stearat
dan asam arakidonat tetapi menurunkan asam linolenat dalam daging. Selain itu,
terajadi peningkatan oksidasi asam lemak oleh minyak lemuru dapat dicegah dengan
ekstrak daun katuk dalam kombinasinya dengan v beitamin E (Santoso et al., 2010a).
Partisi alkaloid dan non alkaloid sangat efektif untuk menurunkan resiko
atherosclerosis. Selain itu partisi alkaloid lebih efektif daripada non alkaloid untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam telur. Partisi alkaloid dan non alkaloid pada dosis
tertentu menurunkan Staphylococcus sp. pada kerabang telur (Santoso et al., 2010b).
Penurunan kadar lemak pada produk peternakan sangat penting artinya bagi
kesehatan manusia. Hal ini disebabkan oleh data penelitian yang membuktikan bahwa
lemak yang tinggi merupakan salah satu factor yang menyebabkan naiknya risiko
terkena penyakit penyempitan pembuluh darah (atherosclerosis), jantung koroner,
tekanan darah tinggi, kanker dll. Selain lemak yang tinggi, factor-faktor lain yang
diidentifikasikan berhubungan dengan kejadian penyakit tersebut di atas antara lain
adalah sebagaai berikut:
1. Olahraga dan kondisi fisik
Kurang aktivitas dan kondisi fisik yang buruk menambah risko, sementara
olahraga yang cukup dan fisik yang bagus akan menurunkan risiko.
2. Individu dan tensi
Orang yang dibawah tensi/tekanan, agresif atau kompetitif mempunyai risiko
yang lebih besar daripada mereka yang relaks.
3. Merokok
4. Penggunaan rokok yang tinggi dihubungkan dengan tingginya risiko.
Penggunaan alkohol yang berlebihan lebih berisiko terkena penyakit
atherosclerosis.
5. Tekanan darah
Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko.
6. Lipida darah
Hiperlipidemia (konsentrasi lipida darah yang tinggi) meningkatkan risiko.
7. Penyakit organik
Kencing manis meningkatkan risiko.
8. Jenis kelamin
60
Laki-laki lebih berisiko daripada perempuan
9. Polar as dan geografi
Beberapa daerah dan orang mempunyai kematian yang lebih tinggi karena
penyakit atherosclerosis daripada daerah lain. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan
hereditas, makanan, struktur sosial dan pola hidup.
10. Pola gizi
Sejumlah komponen gizi juga dihubungkan dengan level lipida darah atau
kejadian atherosclerosis. Kekurangan suplai air minum dikaitkan dengan risiko
penyakit ini. Daerah yang sulit mendapatkan air minum mempunyai risiko yang lebih
rendah kematian karena penyakit jantung. Sifat dan level lemak juga berperan. Lemak
jenuh dikaitkan dengan tingginya kadar kolesterol darah dan dikaitkan dengan
penyakit atherosclerosis daripada lemak tak jenuh. Selain itu, kolesterol pangan yang
lebih tinggi mengkontribusi terhadap level kolesterol darah yang lebih tinggi yang
dikaitkan dengan peningkatan penyakit atherosclerosis. Tipe karbohidrat juga diduga
berperan dalam berkembangnya penyakit ini. Gula sederhana, terutama sukrosa dan
fruktosa mengkontribusi hiperlipidemia, sementara karbohidrat yang rendah atau pati
menurunkan lipida darah. Juga, konsumsi kalori yang berlebihan berkaitan dengan
kegemukkan dan level lipida darah yang berlebihan.
Harus ditekankan bahwa meskipun hubungan antara factor-faktor tersebut dan
level lipida darah atau penyakit atherosclerosis ditemukan, namun belum terbukti
bahwa ada hubungan pengaruh dan sebab diantara mereka. Lebih lanjut adalah
mungkin bahwa factor tersebut dapat berpengaruh secara nyata jika dilengkapi dengan
factor-faktor risiko lainnya. Oleh sebab itu, banyak factor yang berpengaruh terhadap
kejadian atherosclerosis dan bahwa lemak dan kolesterol hanyalah sebagian saja.
Senyawa yang berperan sebagai antilipi dalam daun katuk secara pasti belum
diketahui. Namun demikian, diduga senyawa seperti saponin, tannin, flavonoid dan
alkaloid mempunyai peranan yang sangat penting dalam penurunan kadar lemak.
Ueda et al. (1996) menemukan bahwa saponin mempunyai efek hipokolesterolemik
yang artinya saponin mampu menurunkan kadar kolesterol.
4. 2. Antioksidan
Seperti yang telah dibahas bahwa daun katuk mengandung β-karotin, vitamin
C, tannin, flavonoid, saponin dll. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai khasiat
sebagai antioksidan.
61
Antioksidan ini sangat efektif menghambat proses otooksidasi lemak tidak
jenuh, efektif menghambat polimerisasi dan beberapa diantaranya dapat menghambat
degradasi polimer oleh ozon.
Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama, yaitu
mengandung cincin benzene tidak jenuh disertai gugusan hidroksi atau gugusan
amino.
Antioksidan yang termasuk dalam golongan phenol biasanya mempunyai
intensitas warna yang rendah atau kadang-kadang tidak berwarna dan banyak
digunakan karena tidak beracun (Ketaren, 1986). Antioksidan golongan phenol
meliputi sebagian antioksidan yang dihasilkan oleh alam dan sejumlah kecil
antioksidan sintesis, serta banyak digunakan dalam lemak atau bahan pangan
berlemak. Beberapa contoh antioksidan yang termasuk golongan phenol antara lain
hidrokwinon, gossypol, pyrogallol, catechol, resorsinol, dan eugenol.
Antioksidan yang mengandung gugus amino atau diamino yang terikat pada
cincin benzene biasanya mempunyai potensi tinggi sebagai antioksidan, namun
beracun dan biasanya menghasilkan warna yang intensif jika dioksidasi atau bereaksi
dengan ion logam dan umumnya stabil terhadap panas serta ekstraksi engan kaustik.
Antioksidan yang termasuk golongan amin banyak digunakan dalam industri non-
pangan, terutama industri karet. Beberapa contoh golongan ini antara lain N, N’
difenil p-fenilene diamin, difenilhidrazin, difenilguanidine, dan difenil amin.
Golongan antioksidan lainnya adalah amino-phenol. Golongan ini biasanya
mengandung gugusan phenolat dan amino yang merupakan gugus fungsional
penyebab aktifitas antioksidan. Golongan persenyawaan aminophenol ini banyak
digunakan dalam industri petroleum, untuk mencegah terbentuknya gum dalam
gasoline. Contoh golongan ini antara lain N-butil-p-amino-phenol dan N-sikloheksil-
p-amino phenol.
Pembagian antioksidan juga dapat didasarkan kepada penggabungan sifat
sinergis dari antioksidan yaitu antioksidan dengan jumlah phenol yang sangat besar
dan antioksidan dengan jumlah asam yang sangat besar. Aktifitas antioksidan tipe
phenol mempunyai hubungan dengan proses keseimbangan oksidasi-reduksi antara
Quinol dengan quinon. Antioksidan ini biasanya digunakan pada minyak atau lemak
pangan. Beberapa antioksidan tipe asam biasanya bersifat sinergis. Vitamin C
termasuk antioksidan yang bersifat sinergis.
62
Senyawa penting lain yang ada dalam daun katuk yang mempunyai sifat
antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid mempunyai banyak fungsi. Sebagai pigmen
bungaflavonoid berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga.
Beberapa flavonoid tanwarna, tetapi flavonoid yang menyerap sinar ultraviolet
barangkali penting juga dalam mengarahkan serangga. Fungsi lainnya adalah sebagai
pengatur tubuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikrobia dan antivirus, dan kerja
terhadap serangga. Beberapa flavonoid, seperti jenis fitoaleksin lain, merupakan
komponen abnormal yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi atau
luka dan kemudian menghambat fungus menyerangnya. Beberapa flavonoid yang
dihasilkan oleh tumbuhan polong mengimbas gen pembintilan dalam bacteria bintil
penambat nitrogen, sementara flavonoid yang lainnya membalikkan pengaktifan
tersebut. Selain itu ia berfungsi sebagai inhibitor kuat pernapasan, menghambat
fosfodiesterase, DNA polymerase, dan lipooksigenase. Sebagai antioksidan, flavonoid
bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dan dengan
demikian melindungi membrane lipid terhadap reaksi yang merusak. Flavonoid
tertentu dalam makanan tampaknya menurunkan agregasi platelet dan dengan
demikian mengurangi pembekuan darah, tetapi jika dipakai dikulit flavonoid lainnya
menghambat pendarahan. Flavonoid mempunyai peranan sebagai astiskorbut dengan
cara melindungi vitamin C dari oksidasi.
63
BAB VII
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA TERNAK
Penggunaan tanaman obat-obatan telah terbukti mampu meningkatkan
keuntungan peternak, menekan bau kandang terutama ammonia, serta dapat menekan
kontaminasi mikrobia pathogen dan meningkatkan kualitas daging broiler yang berarti
dapat memecahkan beberapa masalah peternakan sekaligus. Tanaman katuk
(Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat yang mempunyai zay gizi tinggi,
mengndung zat anti bakteri, mengandung β-karoten yang tinggi. Katuk telah terbukti
mampu meningkatkan efisiensi produksi sehingga meningkatkan keuntungan yang
diperoleh peternak, menurunkan bau kandang akibat gas ammonia dan gas lainnya,
menurunkan lemak daging, menurunkan Salmonella sp dan Escherichia coli daging
dan kotoran, meningkatkan warna kulit karkas, menurunkan bau amis daging
sertameningkatkan rasa daging (Santoso, 1997a,b; Santoso, 1999; Santoso et al.,
1999). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemberian ekstrak daun katuk lebih efektif
daripada dalam bentuk tepung. Santoso (1997b) telah mengembangkan teknologi
tepat guna ekstraksi daun katuk yang sederhana, murah dan mudah dilakukan oleh
siapa saja.
7.2. Peningkatan Performans
Pada dunia peternakan yang dimaksud dengan performans adalah penampilan
ternak yang diukur melalui pertumbuhan, konsumsi pakan dan konversi pakan atau
efisiensi penggunaan pakan. Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk berat
dan besar jaringan-jaringan tubuh seperti otot daging, tulang, jantung, otak, dan
semua jaringan tubuh lainnya. Pertumbuhan merupakan manifestasi dari perubahan
unit terkecil (sel) yang mengalami pertambahan jumlah (hyperplasia) dan pembesaran
ukuran (hyperthropy). Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh dua factor penting yaitu
genetic dan lingkungan. Factor lingkungan yang sangat berperan adalah pakan dan
manajemen. Optimalisasi dan efisiensi produksi hanya dapat dicapai dengan
mengombinasikan factor genetic yang dibarengi dengan kondisi lingkungan yang
kondusif. Interkasi factor-faktor tersebut harus didukung oleh pakan, manajemen dan
factor iklim yang menguntungkan ternak. Jenis kelamin juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Secara umum, ternak jantan mempunyai berat badan yang
lebih tinggi daripada betina.
64
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dalam
satuam waktu tertentu. Pakan merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam
peningkatan pertumbuhan suatu ternak. Agar dicapai pertumbuhan yang optimal,
maka diperlukan pakan yang bermutu tinggi dalam arti mempunyai kandungan gizi
yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Jadi, konsumsi pakanternak
yang tinggi belum tentu akan menghasilkan pertumbuhan yang efisien jika mutu
pakan tersebut tidak baik – dalam arti tidak seimbang. Demikian pula, konsumsi yang
rendah belum tentu akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah. Meskipun
konsumsi pakan lebih rendah tetapi jika diimbangi dengan gizi yang seimbang,
pemilihan bahanpakan yang bermutu tinggi serta factor-faktor lain yang mendukung
pertumbuhan, maka pertumbuhan yang optimal dapat dicapai.
Banyak factor yang mempengaruhi konsumsi pakan. Konsumsi pakan
dipengaruhi oleh palatabilitas (cita rasa), strain, dan keaktifan ternak sehari-hari.
Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kesehatan, keturunan, umur,
imbangan zat-zat makanan, cekaman stress, kecepatan pertumbuhan, tingkat energi
dan proteinpakan dan manajemen pemeliharaan.
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dihabiskan
sampai ternak tersebut dijual dengan berat badan pada waktu itu. Konversi pakan
dapat dinyatakan dalam mingguan ini adalah merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh ternak dalam minggu tersebut dengan pertambahan berat
badan dalam minggu tersebut.
Konversi pakan selain menggambarkan efek fisiologis dalam memanfaatkan
zat-zat gizi, tetapi dapat pula menyatakan besar kecilnya keuntungan yang diterima
oleh peternak. Semakin kecil angkanya maka semakin baik tingkat konversi
pakannya.
Konversi pakan dipengaruhi oleh kadar protein pakan, energi pakan, umur,
bangsa ternak, besar tubuh, ketersediaan zat-zat gizi dalam pakan, suhu lingkungan
dan kesehatan ternaak.
Pemberian tepungdaun katuk ternyata mampu meningkatkan performans
broiler. Pemberian tepung daun katuk cederung menurunkan berat badan,
menurunkan konsumsi pakan dan memperbaiki konversi pakan. Table
memperlihatkan pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap performans broiler.
65
Tabel 28. Pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap performans ayam broiler
Perlakuan Konsumsi pakan Pertambahan berat Konversi pakan
(g/ekor) badan (g/ekor)
0% tepung daun 2102 1172 1.79
katuk
1% tepung 2188 1137 1.92
daunkatuk
2% tepung daun 2010 1108 1.82
katuk
3% tepung daun 1891 1159 1.63
katuk
Sumber: Santoso dan Sartini (2001)
Dari tabel 28 tersebut maka dibaca bahwa pemberian tepung daun katuk
menurunkan konsumsi pakan. Seperti yang diketahui bahwa daun katuk mengandung
alkaloid tertentu. Alkaloid tersebut jika dikonsumsi akan dioksidasi dalam hati, yang
kemudian menghasilkan metabolit seperti “dehydrosparteine”. Pengaruh metabolk
alkaloid dan metabolitnya adalah terutama menghambat neural. Hal ini menyebabkan
antipalatabilitas yang berarti menurunkan konsumsi pakan. Pengaruh antipalatabilitas
saponin juga disebabkan oleh pengaruh penghambatan neurologik.
Selain itu, pemberian tepung daun katuk cenderung menurunkan pertumbuhan
broiler. Daun katuk juga mengandung tannin dan saponin. Secara umum, tannin
menyebabkan gangguan pada proses pencernaan dalam saluran pencernaan sehingga
menurunkan pertumbuhan. Selain itu, saponin meningkatkan permeabilitas sel
mukosa usus halus, yang berakibat penghambatan transport nutrisi aktif dan
menyebabkan penganbilan/penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan menjadi
terganggu. Unggas lebih sensitive terhadap saponin daripada ternak monogastrik
lainnya. Hal ini menyebabkan turunnya pertambahan berat badan.
Saponin dan tannin juga menyebabkan meningkatan konversi pakan, yang
berarti penggunaan pakan menjadi kurang efisien. Sampai pemberian 2% tepung daun
katuk dalam pakan broiler meningkatkan konversi pakan. Namun pembrian sebesar
3% menurunkan konversi pakan yang berarti penggunaan pakan lebih efisien. Sebab
dari fenomena ini masih belum diketahui.
66
Untuk mengurangi pengaruh tannin dan saponin, maka kemudian dilakukan
ekstraksi dengan air panas. Air panas mengurangi kandungan sapono dan tannin
dalam suatu bahan pakan. Hasil penelitian tersebut tertera dalam table berikut.
Tabel 29. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap performans broiler.
Perlakuan Pertambahan berat Konsumsi pakan Konversi pakan
badan (g/ekor) (g/ekor)
0 g/liter air minum 1267 2332 1,84
1,5 g/liter air 1306 2260 1,73
minum
3,0 g/liter air 1285 2205 1,72
minum
4,5 g/liter air 1335 2238 1,68
minum
Sumber: Santoso (2001a)
Dari tabel 29 tersebut diatas dapat dibaca bahwa pemberian ekstrak daun
katuk cenderung meningkatkan pertambahan berat badan daan menurunkan konversi
pakan. Penurunan konversi pakan dan peningkatan pertambahan berat badan dapat
dijelaskan oleh karena diduga kandungan tannin dan saponin dalam ekstrak menurun
dikarenakan proses perebusan dalam air panas. Namun demikian, pada level
pemberian tertentu konsumsi pakan masih cenderung turun.
Santoso et al. (1999) kemudian melanjutkan penelitiannya. Pada penelitian ini
ekstrak daun katuk ditambahkan ke dalam pakan komersial sebanyak 0 g, 9g, 13,5 g,
atau 18 g/kg pakan. Hasil penelitian tersebut tertera pada table dibawah ini.
Tabel 30. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap performans ayam broiler.
Variable 0 g 9 g 13,5 g 18 g
1470
Pertambahan berat badan 1370 1346 1299
2542
(g/ekor) 1,73
Konsumsi pakan (g/ekor) 2790 2505 2511
Konversi pakan 2,04 1,87 1,97
Sumber: Santoso et al. (1999).
67
Dari tabel 30 diatas dapat dibaca bahwa pemberian ekstrak daun katuk yang
disuplementasi ke dalam pakan broiler sebesar 18g/kg pakan memberikan
pertambahan berat badan tertinggi dengan konversi pakan terendah. Namun,
pemberian ekstrak tersebut menurunkan konsumsi pakan jika dibandingkan dengan
control. Belum diketahui sebabnya mengapa pada tingkat pemberin 13,5 g/kg pakan
menghasilkan performans yang jelek.
Sinaga (2012) menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebanyak 3
g/ekor/hari tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum (3,787 – 3,842
kilogram/ekor/hari), tetapi meningkatkan pertambahan bobot badan anak (330-410
gram/ekor/hari) dan berat sapih (13,92 – 18,22 kg/ekor). Pemberian ekstrak daun
katuk sebanyak 3 g/ekor/hari dapat diberikan pada ransum induk babi menyusui
sebagai feed additive.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa taraf EDK dalam ransum
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot sapih dan PBBA dan tidak
berpengaruh nyata terhadap terhadap litter size lahir, bobot lahir, litter size sapih,
mortalitas, konsumsi ransum induk dan konsumsi ransum anak. Waktu pemberian
(hari ke-104 kebuntingan dan saat induk beranak) berpengaruh nyata terhadap bobot
sapih dan PBBA. Waktu pemberian (hari ke-104 kebuntingan dan saat induk beranak)
tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum induk, litter size lahir, bobot lahir,
litter size sapih, mortalitas, dan konsumsi ransum anak. Tidak terjadi interaksi antara
taraf dengan waktu pemberian terhadap peubah yang diamati. Taraf EDK sebesar
0,10% memberikan efek yang lebih baik untuk peningkatan bobot sapih dan PBBA
babi (Simorangkir, 2008).
Putra et al. (2013) menunjukkan bahwa ekstrak katuk secara nyata
meningkatkan pertumbuhan dan konsumis pakan serta menurunkan konversi pakan
ketika ikan diberi pakan yang mengandung 1% ekstrak. Namun, ekstrak katuk tidak
nyata mempengaruhi angka mortalitas, factor kondisi, indeks viscerosomatic dan
indeks hepatosomatic. Jadi suplementasi ekstrak katuk dapat digunakan untuk ikan
dan dapat merangsang nafsu makan ikan, merangsang pertumbuhan dan
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
Hasil penelitian Gusmawati (2000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
daun katuk sebesar 18 g/kg ransom selama 2 minggu dari umur 28-42 hari cenderung
meningkatkan pertambahan berat badan broiler dan menurunkan konversi pakan atau
68
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan serta memberikan keuntungan yang lebih
besar ebanyak Rp 278,-/ekor.
Gusmawati (2000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk
sebanyak 18 g/kg ransom selama 2 minggu menurunkan berat relative usus. Ini
menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya dinding usus yang lebih tipis. Dengan
menipisnya dinding usus, maka penyerapan zat-zat makanan akan berjalan baik.
Menipisnya dinding usus ini antara lain disebabkan oleh turunya jumlah mikrobia
pathogen dalam usus. Oleh sebab itu sangat logis, jika konversi pakannya menjadi
lebih baik.
Hasil penelitian Rahmawati (2000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
daun katuk sebesar 18 g/kg ransom selama 2 minggu tidak memperbaiki kualitas
karkas pada broiler. Perbaikan kualitas karkas baru terjadi jika pemberian ekstrak
daun katuk selama 1 bulan. Perbaikan kualitas karkas ditandai dengan kecenderungan
menurunnya persentase susut masak, meningkatnya lingkar drumstick, menurunnya
bau amis karkas, dan menurunnya lemak perut.
Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa pemberian tepung daun katuk dan
ekstraknya pada tingkat pemberian tertentu dapat memperbaiki performans broiler
dengan cara meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan konversi pakan.
Satu hal yang masih menjadi tanda Tanya adalah mekanisme turunnya konsumsi
pakan oleh ekstrak daun katuk tersebut. Ada beberapa asumsi yang dapat menjelaskan
hal tersebut. Pertama, perebusan daun katuk dalam suhu 90 C selama 20 menit belum
mampu sepenuhnya menghilangkan tannin dan saponin dalam ekstrak, shingga hal ini
menjadi salah satu sebab turunnya konsumsi pakan. Kedua, adalah bahwa dalam daun
katuk tersebut masih terdapat zat-zat antinutrisi yang menyebabkan turunnya
konsumsi pakan yang tidak rusak hanya oleh perebusan. Ketiga, adalah kombinasi
dari kedua asumsi tersebut di atas. Oleh sebab itu, meningkatnya efisiensi penggunaan
pakan oleh ekstrak daun katuk mungkin lebih disebabkan oleh factor lain daripada
turunnya level zat antinutrisi dalam katuk. Penurunan efisiensi pakan mungkin lebih
disebabkan oleh membaiknya keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan
dimana dengan pemberian ekstrak katuk menekan pertumbuhan mikrobia pathogen
seperti Salmonella sp., Escherichia coli tanpa menekan atau bahkan meningkatkan
pertumbuhaan mikrobia efektif seperti Lactobacilus sp. dalam pencernaan. Dengan
semakin membaiknya keadaan flora-fauna dalam saluran pencernaan itu, pemecahan,
asimilasi dan penyerapan zat-zat gizi menjadi lebih baik.
69
Diperlukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembuatan ekstrak katuk,
sehingga dihasilkan ekstrak katuk yang mampu meningkatkan berat badan, konsumsi
pakan dan menekan konversi pakan. Penelitian pengaruh daun katuk terhadap ternak
lain perlu dilakukan untuk melengkapi informasi yang telah ditulis dalam buku ini.
7.3. Peningkatan Kualitas Karkas
Kualitas karkas merupakan nilai karkas yang dihasilkan relative terhadap
suatu permintaan pasar. Banyak factor yang mempengaruhi kualitas karkas antara
lain berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan factor-faktor lainnya.
Kualitas karkas dapat dilibat dari bentuk tulang dada yang normal, dada
melengkung panjang, ramping seperti perahu. Dada yang melengkung dan tajam
merupakan tanda kualitas karkas yang kurang baik. Selain itu, juga punggung rata dan
pertumbuhan daging dada, paha dan sayap baik dan berisi padat.
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh factor sebelum dan sesudah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas karkas
adalah genetic, spesies, pakan, sedangkan factor setelah pemotongan adalah metode
pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan
tambahan, lemak intramuskuler, metode penyimpanan, macam otot daging, lokasi otot
daging dll.
Selain itu, kualitas karkas juga dapat dinilai dari warna, baud an rasa karkas
atau daging. Meskipun rasa, baud an warna barangkali kurang berkaitan dengan nilai
gizi suatu bahan pangan, namun hal ini akan sangat menentukan apakah produk
ternak tersebut laku atau tidak. Dalam hal ini, produsen harus mampu dan bersedia
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan selera konsumen. Berdasarkan hal ini,
maka terdapat perbedaan umur potong, pengolahan dll pada suatu daerah ataupun
suatu Negara.
Warna merupakan suatu sensasi seseorang oleh akrena adanya rangsangan dari
seberkas energi radiasi yang jatuh ke indera mata atau retina mata, bukan merupakan
suatu zat atau benda. Lebih dari 60% ibu-ibu dalam memilih daging
mempertimbangkan warna sebagai salah satu aspek yang terpenting.
Citarasa terdiri dari tiga komponen yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut. Bau
makanan banyak menentukan kelezatan bahan pangan. Bau lebih banyak sangkut
pautnya dengan panca indera pembau. Keterangan mengenai bau yang keluar dari
bahan pangan dapat diperoleh melalui epitel olfaktori, yaitu suatu bagian yang
70
berwarna kuning berukuran 2 cm yang terletak pada bagian atap dinding rongga
hidung di atas tulang turbinate.
Rasa daging banyak ditentukan oleh aktivitas ternak. Ternak yang banyak
bergerak akan meningkatkan kadar asam laktat, sehingga kemungkinan dapat
membantu meningkatkan rasa. Rasa daging juga dipengaruhi oleh kandungan IMP,
ion K+ dan asam glutamate dalam daging ayam. Semakin tinggi kadarnya dalam
daging – sampai batas tertentu – akan semakin enak rasa daging ayam tersebut.
Tabel 31 menunjukan pengaruh ekstrak daun katuk terhadap warna, baud an
rasa daging ayam broiler.
Tabel 31. Pengaruh ekstrak katuk terhadap rasa, bau dan warna daging broiler
Level pemberian Warna daging Bau daging Rasa daging
0 g/kg ransum 3,2 2,8 2,5
9 g/kg ransum 2,8 2,8 2,8
13,5 g/kg ransum 2,3 3,3 2,9
18 g/kg ransum 2,4 3,6 3,1
Sumber: Santoso et al. (1999)
Dari tabel 31 di atas dapat dibaca bahwa warna daging cenderung menurun
pada daging yang diberikan ekstrak katuk yang semakin meningkat. Penurunan warna
daging diduga disebabkan oleh menurunnya konsentrasi oksimyoglobin. Telah
diketahui bahwa daun katuk banyak mengandung tannin. Tanin dapat mengikat zat
besi yang dibutuhkan untuk membentuk oksimyoglobin. Dengan demikian
ketersediaan zat besi bagi pembentukkannya menjadi menurun. Sebagai akibatnya,
warna daging menurun. Meskipun selama pembuatan ekstrak kemungkinan banyak
zat tannin yang rusak, namun kemungkinan besar zat tannin yang terkandung di
dalam ekstrak masih cukup besar. Untuk mengurangi pengaruh zat tanin, maka
diperlukan perbaikan metode ekstraksi daun katuk, agar diperoleh ekstrak yang bebas
tannin.
Pemberian ekstrak daun katuk juga mampu meningkatkan warna kuning pada
kaki dan kulit karkas broiler. Hal ini sangat wajar karena ekstrak daun katuk ini kaya
akan β-carotene.
71
Angka yang semakin tinggi pada nilai bau menunjukkan bahwa bau amis dan
baud aging lainnya semakin menurun. Pemberian ekstrak daun katuk ternyata mampu
menurunkan baun amis daging. Bau daging dipengaruhi oleh perubahan ATP menjadi
hipoksantin setelah ternak dipotong. Semakin tinggi ATP yang diubah menjadi
hipoksantin semakin tinggi pula bau daging. Bau amis daging disebabkan oleh
berbagai zat kimia, antara lain adalah oleh asam lemak-asam lemak tertentu.
Angka yang semakin tinggi pada nilai rasa menunjukkan bahwa rasa daging
semakin enak. Pemberian ekstrak katuk ternyata mampu meningkatkan rasa daging.
Peningkatan rasa daging dipengaruhi oleh beberapa zat kimia. Pada daging ayam,
inosinin monofosfat (IMP), K + dan asam glutamate sangat berperan dalam penentuan
rasa daging ayam. Perubahan ATP menjadi IMP sangat menentukan rasa daging.
Belum diketahui penyebab meningkatnya rasa daging oleh ekstrak daun katuk. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasa daun katuk adalah asin, sehingga kemungkinan
terdapat ion-ion yang berkaitan dengan rasa seperti K= dan Na+ sangat mungkin.
Selain itu, katuk juga sangat kaya akan protein dan pilopeptidA, Sehingga
kemungkinan adanya asam glutamat dalam daun katuk sangat mungkin. Ekstrak daun
katuk mampu meningkatkan tekstur daging broiler, sehingga daging berasa agak
kenyal serta tidak lembek. Kondisi seperti ini sangat disukai oleh konsumen terutama
di Indonesia.
Selain itu, ekstrak daun katuk juga mampu menurunkan susut masak daging
ayam. Susut masak merupakan fungsi dari temperature dan lama pemasakan yang
dipengaruhi oleh pH, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut otot,
status kontraksi myofibril dan berat sample daging dan penampang lintang daging.
Pada umumnya susut masak bervariasi antara 1,5% - 54,5%. Daging dengan susut
masak yang rendah mempunyai kualitas daging yang lebih bai, karena kehilangan
nutrisi selama pemasakan akan lebih sedikit. Semakin rendahnya susut masak oleh
ekstrak daun katuk mungkin disebabkan oleh meningkatnya protein daging. Semakin
meningkatnya protein daging, maka kemampuannya untuk mengikat air akan
meningkat sehingga cairan yan keluar selama pemasakan akan terhambat.
Peningkatan protein daging oleh pemberian ekstrak daun katuk sangat mungkin
karena ekstrak tersebut kaya akan protein.
Pemberian ekstrak daun katuk juga mampu menurunkan cacat pada daging
paha dan dada ayam broiler. Cacat dada dan paha yang tinggi dapat menurunkan mutu
daging dan karkas broiler.
72
Pemberian ekstrak daun katuk juga mampu menurunkan persentase berat
punggung pada broiler. Hal ini sangat menguntngkan bagi produsen pemroses ayam
broiler, karena harga punggung broiler relative lebih rendah. Ekstrak juga menaikkan
berat dada, dan pada pemberian 4,5 g/l air berat paha cenderung lebih tinggi (Tabel
32).
Tabel 32. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap komposisi karkas broiler
Ekstrak (g/l Berat karkas Sayap (% Dada (% Paha (% Punggung
air minum (g/ekor) berat) berat) berat) (% berat)
0 1218 11,9 27,9 34,8 25,4
1,5 1218 12,4 30,2 34,3 23,0
3 1122 12,3 30,0 34,3 23,8
4,5 1213 12,5 30,4 35,5 19,9
Santoso et al. (1999) juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk ke
dalam pakan broiler cenderung menurunkan porsi berat punggung dan cenderung
meningkatkan porsi berat dada dan paha. Meskipun perubahan tersebut relative kecil,
namun jika diproduksi dalam jumlah yang besar, maka pabrik pengolah daging broiler
akan mendapatkan keuntungan tambahan yang cukup besar.
Masalah mutu karkas dan daging di Indonesia masih belum menjadi
kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat. Konsumen dalam memilih produk-produk
ternak masih didasarkan kepada harganya yang murah. Oleh karena itu, tidaklah
menjadi soal bagi konsumen apakah produk tersebut mempunyai mutu yang buruk
ataupun baik. Yang penting adalah murah. Meskipun demikian sebagian masyarakat,
terutama di perkotaan, telah memperhatikan masalah mutu produk. Mereka bersedia
membeli lebih mahal suatu produk jika mutunya lebih baik. Dalam menghadapi era
pasar bebas maka kualitas produk ternak harus menjadi sorotan utama, jika kita ingin
produk ternak kita dapat bersaing baik di pasar domestic dan apalagi di pasar
internasional. Agar produk ternak kita mampu menembus pasar dunia – seperti halnya
dengan Thailand yang telah mampu menembus pasar dunia --, maka produk ternak
kita harus ditingkatkan mutunya sesuai dengan tuntutan konsumen internasional
dengan harga yang bersaing. Oleh karena itu, perbaikan mutu karkas dengan
73
pemberian ekstrak katuk sangat menopang dunia peternakan untuk menembus pasar
dunia.
7.4. Penurunan Produksi Amonia
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk mampu
menurunkan bau kandang/kotoran broiler yang disebabkan oleh gas ammonia dan gas
lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, maka diduga bahwa produksi gas amonia pada
broiler menurun. Kemungkinan penurunan gas amonia tersebut didukung oleh data
bahwa pemberian ekstrak daun katuk mampu meningkatkan Lactobasilus dan
Bacillus subtilis dalam kotoran ternak. Bacillus subtilis telah terbukti mampu
menurunkan kadar gas amonia pada kandang unggas (Santoso et al., 1999).
Lactobacilus juga diduga mampu menghambat pertumbuhan mikrobia pemecah asam
urat dan urea sehingga pembentukan gas ammonia menjadi terhambat.
Tabel 33. Pengaruh kultur Bacillus subtilis terhadap produksi gas amonia dalam
kandang ayam petelur (ppm)
Lama pemberian (minggu) Tanpa Bacillus subtilis 2% kultur Bacillus subtilis
2 3.3 1.5
4 17.7 6.4
6 82.0 32.0
8 140.0 80.0
Sumber : Santoso et al. (1999)
Tabel 34. Pengaruh kultur Bacillus subtilis terhadap produksi gas ammonia dalam
tempat penyimpanan kotoran ayam (ppm)
Lama penyimpanan Tanpa Bacillus subtilis 2% kultur Bacillus subtilis
(minggu)
2 140.2 50.0
4 223.3 130.0
7 203.2 110.0
11 180.0 87.6
14 153.3 63.3
Sumber : Santoso et al. (1999).
74
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh ekstrak daun katuk terhadap
produksi amonia dan gas-gas lainnya.
7.5 Peningkatan Produksi Susu
Djojosoebagio (1964) menemukan bahwa hasil uji coba pendahuluan pada
kelinci diperoleh hasil bahwa daun katuk mengandung zat aktif yang bekerja pada
mioepithelium kelenjar ambing (oxytocin-like substance). Suprayogi (1993)
melakukan penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas pada kambing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk 20% melalui
abomasum pada kambing laktasi tanpa ekstrak daun katuk. Hasil lainnya adalah
bahwa susu dengan ekstrak ini tidak mengubah komposisi susu terutama kadar lemak,
protein dan tanpa kering tanpa lemak. Pada aktifitas metabolisme glukosa terjadi
peningkatan sebesar lebih dari 50%, yang berarti kelenjar ambing bekerja lebih ekstra
untuk mensintesa susu. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada sapi perah. Namun
Suprayogi (1993) memberikan analog dari hasil penelitian di atas bahwa pemberian
ekstrak daun katuk dapat meningkatkan produksi susu pada sapi perah serta dapat
meningkatkan keuntungan yang diterima oleh peternak.
Hasil riset terakhir yang dilakukan Agik Suprayogi menunjukkan bahwa daun
katuk ternyata dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi susu kambing
laktasi hingga 7,7%. Cara pemberian yang terbaik adalah dengan pemberian secara
oral, dan daun katuknya berbentuk kering giling (powder) sebanyak 7,44 g/hari.
Peningkatan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian ekstrak dosis 1,89
g/hari, yang peningkatannya hanya 0,89%. Peningkatan produksi susu ini terjadi
karena senyawa aktif daun katuk mampu meningkatkan populasi sesl-sel sekretorik di
kelenjar ambing yang dibarengi oleh peningkatan aktifitas sintesis sel-sel sekretorik
tersebut. Disamping itu, pada saat yang sama senyawa aktif daun katuk juga mampu
meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam darah yang menuju ke kelenjar ambing.
Selain mampu meninkatkan produksi susu, daun katuk ternyata juga mampu
meningkatkan berat badan kambing laktasi.
7.6. Peningkatan Pendapatan
Hasil perhitungan ekonomi oleh Santoso et al. (1999) menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun katuk dapat meningkatkan pendapatan peternak yang ditandai
dengan lebih tingginya income over feed cost. Hal ini disajikan pada table 28.
75
Tabel 35. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap income over feed cost
pada broiler
Perlakuan Harga Biaya Pendapatan IOFC
(g/kg pakan) pakan pakan Harga broi- (Rp/ekor)
(Rp/kg)
(Rp/kg) (Rp/ekor)
ler (Rp/kg)
0 3000 8370 6500 8905 535
9 3153 7898 6500 8749 851
13,5 3230 8109 6500 8444 334
18 3306 8404 6500 9555 1151
Dari tabel 35 di atas dapat dibaca bahwa pemberian ekstrak sebanyak 18 g/kg
pakan memberikan keuntungan yang tertinggi. Hasil perhitungan pembuatan ekstrak
adalah Rp 20.000/kg. Meskipun pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan biaya
pakan, namun karena dimbangi oleh meningkatnya berat badan dan menurunnya
konversi pakan, maka dihasilkan keuntungan yang lebih besar kecuali pada broiler
yang diberi 13,5 g/kg pakan.
7.7. Pembuatan Tepung Daun Katuk
Cara pembuatan tepung daun katuk sangat mudah. Daun katuk segar
dikeringkan di bawah sinar matahari atau dioven atau dikeringanginkan. Kelemahan
pada penjemuran di bawah sinar matahari adalah tingkat kontaminasi oleh benda-
benda asing sangat tinggi. Disamping itu juga bergantung kepada cuaca. Pada cuaca
yang tidak menguntungkan, maka kerusakan selama penjemuran semakin tinggi.
Namun penjemuran di bawah sinar matahari memerlukan biaya yang relative murah.
Untuk mengurangi jumlah daun katuk yang rusak, maka selama penjemuran daun
katuk dibolak-balik secara intensif. Setelah kering, daun katuk kemudian digiling
halus. Tepung yang diperoleh disimpan di kantong-kantong plastic agar awet dan
tetap kering sampai digunakan.
7. 8. Pembuatan Ekstrak Daun Katuk
Daun katuk segar direbus dalam air dengan perbandingan satu bagian daun
dan empat/lima bagian air pada suhu 90oC selama 20 menit. Wadah yang digunakan
untuk merebus daun katuk sebaiknya dari bahan yang inert atau wadah yang tidak
76
akan bereaksi dengan rebusan katuk seperti kuali tanah, gelas dll. Hal ini sangat
penting diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas ekstrak yang dihasilkan.
Hasil perubusan kemudian diperas. Sisa daun aktuk kemudian diekstrak kembali.
Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali. Cairan yang diperoleh kemudian dikeringkan
pada suhu 55 oC sampai kering (kurang lebih 36 jam). Setelah kering ekstrak
ditumbuk halus. Ekstrak yang diperoleh kemudian disimpa dalam kantong plastic
untuk menjaga mutunya. Rasa ekstrak daun katuk adalah asin dengan bau layaknya
jamu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari satu kilogram daun katuk diperoleh
200-350 gram. Perbedaan hasil ekstraksi ini bervariasi disebabkan antara lain oleh
umur daun dan varietas tumbuhan katuk.
Pembuatan ekstrak menggunakan air panas ini amat praktis dan murah
harganya serta menghasilkan rendemen yang tinggi. Namun perebusan dengan air ini
akan sangat mempengaruhi mutu ekstrak yang diperoleh. Dengan perebusan,
beberapa zat gizi dan zat kimia lainnya akan rusak. Hal ini tentu saja akan
menurunkan khasiat ekstrak. Namun perebusan juga amat bermanfaat untuk menekan
senyawa kimia yang menyebabkan penyakit paru-paru.
77
BAB VIII
KEGUNAAN KATUK LAINNYA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelinci, ekstrak daun katuk (infus)
mampu menurunkan suhu rectal (Djojosoebabio, 1964). Oleh sebab itu ekstrak daun
katuk dapat digunakan sebagai obat demam. Namun hasil penelitian Santoso (1997b)
menunjukkan bahwa pada broiler ekstrak daun katuk tidak mempunyai efek pada
suhu rectal (Tabel 36)
Tabel 36. Pengaruh ekstrak daun katuk (EDK) terhadap temperatur rectal broiler.
Lama Tanpa EDK 1,5 EDK 3,0 g EDK 4,5 g EDK
pemberian
(hari)
0 40,83 40,83 40,90 40,85
7 40,71 40,73 40,80 40,61
14 41,06 40,90 41,01 40,90
21 41,33 41,26 41,30 41,20
Kegunaan lainnya adalah bahwa ekstrak daun katuk dapat menurunkan
tekanan darah (Djojosoebagio, 1964), merendahkan frekwensi dan amplitude denyut
jantung, mengkontraksi usus dan uterus, aborvatium dan menurunkan suhu badan.
Selain itu untuk membersihkan darah kotor.
Daun dan akar katuk mempunyai fungsi sebagai pelancar air seni. Diuretika
adalah obat yang bekerja untuk mempercepat diuresis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infuse akar katuk mempunyai efek antipiretik pada merpati, dan pada
pengamatan fisik ada indikasi diuresis. Astuti et al. (1997) menemukan bahwa
pemberian infus akar katuk meningkatkan volume air kencing. Meskipun demikian
cara kerja infus katuk pada proses diuresis belum diketahui. Akarnya jika direbus juga
dapat dijadikan obat demam, dan sebagai obat luar terhadap frambusia.
Selain itu, daun katuk juga digunakan untuk pewarna makanan, menurunkan
demam. Jus daun katuk dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit mata.
Penggunaan jus daun katuk untuk penyakit mata tertentu adalah wajar, karena daun
katuk kaya akan β-carotene yang merupakan provitamin A. Vitamin A sangat
78
berperan dalam kesehatan penglihatan (mata). Tentu saja penyakit yang dapat
disembuhkan adalah penyakit mata yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A.
Tabel 37. Volume urin (ml) tikus yang diberi akar katuk, HCT, dan akuades sampai
jam ke 8
Ulangan Dosis Dosis Dosis HCT Akuades
24 mg/100 72 mg/100 240 mg/100 16 mg/kg
g bb* g bb* g bb* bb
1 2.10 1.20 0.50 6.00 1.00
2 0.20 1.80 1.00 4.20 0.80
3 1.20 2.80 1.20 3.60 1.20
4 0.80 2.40 1.40 2.80 0.40
5 0.40 1.50 0.70 3.80 0.50
Rata-rata 0.94 1.94 0.96 4.08 0.80
* Infus akar katuk dengan dosis 24 mg, 72 mg dan 240 mg/100 g berat badan
Sumber : Astuti et al. (1997).
Bila daunnya diremas-remas dengan tangan dapat memberikan warna hijau
kepada beberapa makanan seperti kelepon , tape dan ketan. Dapat dikatakan bahwa
daun pewarna hijau pada bahan pangan, ia juga dapat sebagai sumber provitamin A.
Buahnya yang kecil dan berwarna putih kadang-kadang dibuat manisan.
Ekstrak daun katuk juga telah terbukti mampu menurunkan kelainan kaki
pada broiler. Penurunan kelainan kaki ini sangat bermanfaat bagi peningkatan
produktivitas broiler. Kelainan kaki pada broiler mengakibatkan broiler tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik seperti makan dan minum. Hal ini
mengakibatkan penurunan berat badan yang sangat drastis serta menyebabkan broiler
harus disingkirkan dan bahkan menyebabkan kematian. Tentu saja kondisi ini dapat
menurunkan keuntungan yang diperoleh peternak. Tabel berikut ini hasil penelitian
Santoso (2001a) tentang pengaruh ekstrak daun katuk terhadap kelainan kaki pada
broiler.
Dari tabel 38 dapat dibaca bahwa pemberian EDK mampu menurunkan angka
kelainan kaki pada broiler. Analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi
penberian EDK akan semakin menurunkan kelainan kaki pada broiler dengan
79
mengikuti persamaan Y = 1,303 – 0,075 X (r = - 0,97). Jika dihitung berdasarkan
persentase maka kelainan kaki adalah berturut-turut 12,0%, 21,8% dan 24,8% untuk
1,5 g, 3,0 g dan 4,5 g EDK. Dalam skala komersial kelainan kaki kurang lebih 1-2%
dari total populasi ayam broiler. Jika kita memelihara broiler sebanyak 100.000 ekor
maka penurunan kelainan kaki berkisar antara 1000-2000 ekor. Dengan pemberian
EDK sebesar 4,5 g/1 air, maka jumlah ayam yang mempunyai kelainan kaki menurun
menjadi 752-1502 ekor.
Tabel 38. Pengaruh ekstrak daun katuk (EDK) terhadap kelainan kaki pada broiler.
Kelinan kaki Tanpa EDK 1,5 g EDK 3,0 g EDK 4,5 g EDK
1,33a 1,17b 1,04c 1,00c
Superskripts yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Hal ini yang perlu dipertimbangkan untuk diolah menjadi produk berguna
adalah limbah katuk. Limbah katuk dapat berupa batang muda yang tidak digunakan
untuk sayur. Selain itu, jika daun katuk digunakan untuk zat pewarna atau untuk
diambil ekstraknya, maka limbahnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk
seperti pakan ternak ruminansia atau kompos.
Pembuatan pakan ternak dari limbah katuk secara sederhana adalah dilakukan
pengeringan. Setelah kering, limbah tersebut digiling halus dan disimpan dalam
kantong plastic sebelum digunakan. Limbah daun katuk diduga masih banyak
mengandung zat gizi yang berguna. Kandungan zat gizi limbah daun katuk tergantung
pada metode ekstraksi yang digunakan, umur daun katuk dll. Limbah berupa batang
muda dapat diberikan kepada ternak ruminansia secara langsung. Batang katuk diduga
juga mempunyai khasiat sebagai pelancar air susu meskipun tidak sebaik daunnya.
Ruminansia akan mampu memanfaatkan batang katuk sebagai pakannya, dikarenakan
ruminansia mempunyai rumen dimana di rumen terdapat mikroorganisme yang
mampu mencerna serat kasar yang ada dalam batang tersebut.
Selain itu, limbah daun katuk mampu dibuat kompos. Pengubahan limbah
katuk menjadi mempunyai nilai tambah yang baik dan sangat besar manfaatnya,
seperti dapat mengubah tanah tandus menjadi tanah yang subur, zat-zat hara dalam
kompos mudah diserap oleh tanaman, dan dapat menahan erosi karena daya serap
terhadap air yang tinggi.
80
Pembuatan kompos secara sederhana dapat dilakukan secara tradisionil.
Limbah katuk dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup rapat-rapat bagian atas
dengan tanah. Untuk mempercepat proses pengomposan/pembusukan, maka bila
tanah disekitar kering, perlu ditambahkan air agar lembab. Proses pengomposan
demikian memerlukan waktu cukup lama, kira-kira 7-8 bulan. Setelah itu hasilnya
baru dapat dipergunakan sebagai pupuk. Proses pengomposan dapat dipercepat
dengan cara setiap bulan diaduk sehingga pembusukan lebih cepat. Proses dengan
cara ini hanya berlangsung kira-kira 3 bulan.
Proses tradisionil ini berjalan secara anaerob. Bakteri-bakteri pembusuk
anaerob mengubah limbah katuk menjadi kompos tanpa udara. Dalam proses
pembusukan atau fermentasi suhu system akan naik kira-kira mencapai 65 C.
Biasanya pembuatan kompos demikian, penggunaannya perlu dicampur dengan tanah,
agar tidak terlalu tinggi dosisnya.
Cara semimodern terkenal dengan nama proses Baccari-Verdie, yaitu nama
penemunya. Alat pengomposan (fermetator)-nya adalah suatu bak dari beton atau
batayang di bagian atas-bawah dan samping ada lubang-lubang udara.
Mula-mula cacahan limbah katuk dimasukkan ke dalam bak fermentasi, dan
ditutup rapat. Proses fermentasi yang terjadi mula-mula adalah proses anaerob, yang
berjalan selama kira-kira tiga minggu. Suhu system akan naik mencapai 65oC.
Setelah tiga minggu, udara dialirkan ke dalam bak fermentasi melalui lubang-lubang.
Maka terjadilah proses fermentasi aerob. Bakteri aerob bekerja dengan membusukkan
limbah katuk. Selama fermentasi, suhu akan naik lebih tinggi yaitu 70-80oC. Setelah
fermentasi aerob selesai, suhu akan turun pelan-pelan sampai suhu kamar (27oC).
Proses fermentasi aerob berlangsung kira-kira satu minggu. Jadi untuk membuat
kompos dengan cara ini diperlukan waktu kira-kira 4-5 minggu.
Lubang-lubang yang ada pada bak fermentasi tidak hanya berfungsi sebagai
pengalir udara ke dalam dan keluar fermentator, tetapi juga berfungsi untuk mencegah
system menjadi padat. Air yang ada dalam limbah katuk akan lebih mudah keluar
melalui lubang tersebut. Keuntngan cara ini adalah waktu mengomposan yang lebih
cepat, kualitas kompos lebih baik, dan bakteri-bakteri penyakit mati.
Pembuatan kompos tersebut dapat dipercepat dengan hasil yang lebih baik,
dengan cara memberikan mikroorganisme efektif ke dalam bahan yang akan dibuat
kompos. Mikroorganisme efektif komersial yang telah dengan luas digunakan antara
lain adalah EM4.
81
Mengingat bahwa daun katuk bersifat antibakteri, maka pengembangan daun
katuk sebagai bahan pengawet makanan yang alami adalah sangat memungkinkan.
Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.
Pada ayam petelur, pemberian daun katuk diharapkan mampu meningkatkan
warna kuning telur. Suatu warna yang amat disukai oleh consume terutama di
Indonesia. Hal ini sangat logis karena daun katuk kaya akan β-karotin. Oleh akrena
kadar vitamin C, kalsium, fosfor dan besi serta zat gizi lainnya yang tinggi, maka
pemanfaatan daun katuk dalam campuran pakan ayam petelur akan meningkatkan
produksi dan kualitas telur. Senyawa utama dalam daun katuk seperti 3,4-dimethyl-2-
oxoclopent-3-enylacetic acid, monomethyl succinate, phenyl malonic acid,
cyclopentanol, 2-methyl-acetate dan methylpyroglutamate akan dihidrolisis menjadi
succinate, malonic acid, acetate dan glutamate. Hasil hidrolisis ini sangat penting
dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, sehingga mempercepat proses
metabolisme dalam tubuh ayam. Hal yang perlu diwaspadai adalah daun katuk
mengandung zat antinutrisi yang dapat menggangu penyerapan kalsium dan fosfor
oleh saluran pencernaan.
Hasil penelitian Wiradimadja et al. (2004) menunjukkan bahwa pemberian
15% tepung daun katuk pada puyuh menurunkan konsentrasi hormon estradiol dan
sehingga memperlambat umur dewasa kelamin puyuh.
Burhanuddin et al. (2004) menemukan bahwa pemberian 15% tepung daun
katuk menghasilkan kadar kolesterol kuning telur yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan 0, 7,5%, namun kadar lemak kuning telur yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya.
Wiradimadja et al. (2004) menemukan bahwa pemberian daun katuk 15% dalam
ransum ayam memberikan kualitas telur terbaik dibandingkan dengan 0% dan 7,5%
yang ditandai oleh meningkatnya warna kuning telur, tebal kerabang dan kadar
vitamin A kuning telur.
Subekti et al. (2008) menemukan bahwa penggunaan tepung daun katuk mampu
meningkatkan fertilitas dan daya tetas pada puyuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa
peningkatan ini berkaitan dengan tingginya kandungan nutrisi dalam daun katuk.
Selain itu tingginya karotenoid, vitamin C, vitamin E dan fitosterol dalam daun katuk
berperan dalam peningkatan fertilitas dan daya tetas. Sebagai contoh, fitosterol itu
adalah precursor hormon steroid yang berperan dalam fungsi reproduksi unggas.
Fitosterol secara struktural dan fungsional sama dengan 17β-estradiol, yaitu
82
isoflavon,atau estrogen sintetik misalnya dietilstilbestrol, yaitu lignan. Metabolisme
fitoestrogen menyerupai aksi estrogen endogen, beraksi sebagai estrogen antagonis,
mengubah pola sintesis dan metabolisme hormone endogen, dan memodifikasi kadar
reseptor hormon. Fitosterol bersifat estrogenik pada wanita menopouse(Wu et al.,
2005).
83
BAB IX
RESEP MASAKAN KATUK
Begitu banyak manfaat daun katuk bagi kesehatan manusia, maka logislah jika daun
katuk menjadi asupan sehari-hari. Berikut resep masakan daun katuk yang saya unduh
dari berbagai sumber.
Sup Katuk Daging
1. 300 gram daging sapi, potong-potong
2. 600 cc air
3. 60 gram jagung manis, pipil
4. 2 buah wortel, potong-potong
5. 1 buah tomat, potong-potong
6. 1 tangkai daun bawang, otong-potong
7. 3 buah kentang, potong-potong
8. 150 gram daun katuk
9. 1 sendok teh garam
10. ½ sendok teh lada bubuk
11. ½ sendok teh penyedap rasa. Jika suka
12. ¼ sendok teh pala bubuk.
Cara Membuat Resep Masakan Sup Katuk Daging:
1. Rebus daging sapi hingga empuk, masukkan kentang wortel, jagung, masak
setengah matang.
2. Masukkan tomat, daun bawang, lada, penyedap rasa, air, garam, pala, masak
hingga matang.
3. Masukkan daun katuk, masak sebentar, Angkat.
4. Hidangkan.
( http://resepmasakanmu.com/resep-masakan-sup-katuk-daging.htm)
Rerep Tumis Katuk Ebi
Bahan:
1 ikat daun katuk (cuci dan siangi, ambil daunnya saja)
84
200 gram ebi (boleh diganti teri), cuci bersih, tiriskan
3 butir bawang putih, iris halus
3 butir bawang merah, iris halus
4 buah cabai merah, iris serong
1/2 buah tomat, belah jadi 2
daun salam
garam halus secukupnya
gula pasir secukupnya
minyak untuk menumis
air secukupnya
Cara membuat :
1. Goreng ebi dengan minyak secukupnya hingga kering. Setelah itu, masukkan
bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, dan daun salam. Tumis hingga
harum.
2. Masukkan daun katuk, biarkan sedikit layu. Lalu tambahkan air.
3. Terakhir, berikan garam dan gula pasir secukupnya, masak hingga matang.
4. Tumis katuk siap dihidangkan.
Sayur Bening Jagung Katuk
Bahan:
1 ikat daun katuk, cuci dan siangi
1 buah jagung manis, pipil
2 buah wortel, iris melingkar
bawang merah, iris tipis
daun salam
garam halus
gula pasir
air secukupnya
Cara membuat:
85
1. Panaskan air dalam panci, masukkan bawang merah yang sudah diiris tipis,
dan daun salam. Lalu masukkan wortel dan jagung pipil. Biarkan sampai
mendidih dan wortel menjadi lebih empuk.
2. Masukkan daun katuk, tambahkan gula dan garam lalu masak hingga matang.
3. Sayur bening siap disajikan.
Sayur Santan Daun Katuk
Bahan:
1 ikat daun katuk, cuci dan siangi
1 buah jipan atau labu siam, potong dadu
1 genggam kulit buah melinjo
3 buah cabai hijau, potong menyerong
3 buah bawang putih, iris tipis
daun salam
500 ml santan
garam halus
gula pasir
Cara membuat:
1. Masak santan dengan api sedang. Masukkan bawang putih, cabai hijau, dan
daun salam.
2. Masukkan jipan atau labu siam yang sudah dipotong dadu, dan kulit melinjo.
Masak hingga mendidih.
3. Setelah mendidih, masukkan daun katuk. Tambahkan gula dan garam, lalu
masak hingga matang
4. Sayur santan daun katuk siap disantap.
(http://www.rumahbunda.com/foods-drinks/resep-resep-sayur-daun-katuk-untuk-
lancar-asi/)
Sayur Daun Katuk Bumbu Gurih
86
Bahan-bahan/bumbu-bumbu :
1 ikat (130 gram) daun katuk, disiangi
150 gram jagung putren, dipotong serong
8 butir telur puyuh
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, dimemarkan
1 sendok makan garam
2 sendok teh gula pasir
1.200 ml santan dari 1/2 butir kelapa
1 sendok makan minyak untuk menumis
2 sendok makan bawang merah goreng untuk taburan
Bumbu Halus:
4 siung bawang putih
10 butir bawang merah
1 cm kunyit, dibakar
1 sendok teh ebi, disangrai
3 butir kemiri, disangrai
Cara Pengolahan :
1. Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, daun salam, dan lengkuas sampai
harum. Tambahkan telur puyuh dan jagung putren. Aduk rata.
2. Masukkan santan, garam, dan gula pasir. Masak sampai mendidih. Tambahkan
daun katuk. Masak sampai matang.
3. Sajikan dengan taburan bawang merah goreng.
Untuk 4 porsi
(Sajiansedap dalam http://resepmasakandanduniaibu.blogspot.com/2013/04/resep-
sayur-daun-katuk-bumbu-gurih.html)
Resep Tumis Daun Katuk
Bahan
87
1 ikat daun katuk, dipetiki
100 gram jagung manis pipil
50 gram keputren, dipotong serong
6 butir bawang merah, diiris tipis
3 buah cabai merah keriting, diiris 1 cm
3 buah cabai rawit merah, diiris 1 cm
1 lembar daun salam
1 buah tomat merah, dipotong kotak
½ sendok teh garam
¼ sendok teh merica bubuk
¼ sendok teh gula pasir
¼ sendok teh kaldu ayam bubuk
100 ml air
2 sendok makan minyak untuk menumis
Cara membuat
Panaskan minyak. Tumis bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan daun salam
sampai harum.
Tambahkan jagung, keputren, dan tomat. Aduk rata. Masak sampai setengah layu.
Masukkan daun katuk, gram, merica bubuk, gula pasir, dan kaldu ayam bubuk. Aduk
rata.
Tuang air. Aduk rata. Masak sampai matang dan meresap.
( http://resep-masakkanku.blogspot.com/2013/03/resep-tumis-daun-katuk.html)
Sup Daun Katuk
Bahan:
2 siung bawang putih, haluskan
2 cm jahe, iris tipis
1 lembar daun salam
2 sdm minyak untuk menumis
15 buah ampela ayam, masing-masing potong 4 bagian memanjang
500 ml air
2500 ml kaldu daging
88
1 sdt pala bubuk
1 1/2 sdm kecap asin
3 3/4 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
2 1/2 sdt gula pasir
300 gr tahu, potong ukuran 2 cm, rebus
125 gr daun katuk, ambil daunnya jadi 50 gr
1 batang daun seledri, potong-potong
Cara Membuat:
1. Panaskan minyak goreng, tumis bawang putih, jahe dan daun salam sampai
harum
2. Masukkan ampela, aduk sampai berubah warna. Tambahkan air, rebus sampai
ampela matang
3. Masukkan kaldu, pala, kecap, garam, merica, dan gula pasir. Didihkan
4. Tambahkan tahu, daun katuk dan daun seledri.
5. Masak sampai semua bahan matang
(http://resepmasakanpraktis.com/menu-sehat/sup-daun-katuk/)
Resep Daun Katuk
Bahan-bahan
Bahan:
200 gr daun katuk
250 gr labu siam, kupas, potong dadu 2 cm
200 gr baby corn
1000 ml air
Bumbu halus:
3 butir bawang merah
1 cm kunyit
1 sdt garam
89
1 sdt gula pasir
2 lembar daun salam
1 cm lengkuas
Cara membuat
1. Rebus air, masukkan bumbu halus, daun salam dan lengkuas. Didihkan.
2. Masukkan labu siam, masak hingga setengah matang.
3. Masukkan baby corn dan daun katuk.
4. Masak sebentar hingga daun katuk layu. Hidangkan hangat.
( http://www.bacaresepdulu.com/resep-daun-katuk/)
Stik Daun Katuk
Bahan
- 100 g tepung tapioca
- ½ sdt merica bubuk
- 150 g keju parut
- 1 butir telur, kocok lepas
- 100 g tepung terigu
- 1 sdt garam
- 50 g daun katuk, haluskan
- 5 sendok makan, cairkan
- 600 cc minyak goring
Cara membuat
1. Campur dan aduk rata tepung terigu, tepung tapioca, garam, daun katuk dan
keju. Tambahkan mentega cair dan telur kocok, aduk hingga kalis.
2. Gilas adonan hingga tipis, potong sesuai selera.
3. Goring adonan di atas minyak dengan api sedang hingga matang kuning
keemasan.
90
4. Angkat dan tiriskan, simpan dalam wadah kedap udara, sajikan sebagai
penganan di sore hari atau cemilan.
(http://www.kembarqueen.com/resep-stik-daun-katuk-cocok-untuk-bundaa-yang-
sedang-menyusui/)
Sayur katuk masak santan
Bahan-bahan/bumbu-bumbu :
1 ikat (50 gram) daun katuk
1.300 ml santan dari 1 butir kelapa
10 buah petai bakar, diiris panjang
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, dimemarkan
2 1/4 sendok teh garam
1/2 sendok teh merica bubuk
2 sendok makan minyak untuk menumis
Bumbu Halus:
6 butir bawang merah
3 siung bawang putih
3 butir kemiri
1 sendok makan gula merah
Cara Pengolahan :
1. Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, daun salam, dan lengkuas sampai
harum. Tambahkan petai. Aduk sampai layu.
2. Masukkan santan, garam, dan merica bubuk. Didihkan. Masukkan daun katuk.
Masak sampai matang.
Untuk 5 porsi
( http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/8526/sayur-katuk-masak-santan)
Daun Katuk Masak Telur Puyuh
91
Bahan:
2 ikat daun katuk, disiangi
10 butir telur puyuh rebus
1 buah cabai merah, diiris serong
4 buah bawang merah, diiris
2 siung bawang putih
2 lembar daun salam
3 cm temu kunci
1 1/2 sendok teh garam
1/2 sendok teh merica bubuk
1 1/2 sendok teh gula pasir
1 blok kaldu ayam
1.500 ml air
Cara membuat:
1. Rebus bawang, cabai, daun salam, dan temu kunci samapai harum.
2. Masukkan daun katuk dan telur puyuh. Tambahkan bahan yang lainnya.
Masak hingga matang.
Untuk 5 porsi
( http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/14156/daun-katuk-masak-telur-puyuh)
Sayur Bening Daun Katuk
Bahan:
- 3 ikat daun katuk, ambil daun yang masih muda dan tidak terlalu keras
- 500 - 600 ml air
Bumbu:
- 4 butir bawang merah, iris halus
- 1 sendok makan gula pasir
- 1/4 sendok makan garam, tambahkan jika kurang asin
Cara membuat:
92
Rebus air bersama bawang merah hingga mendidih, masukkan daun katuk, garam dan
gula. Masak hingga daun empuk dan matang. Cicipi rasanya dan angkat. Sayur bening
siap dihidangkan dengan nasi putih. Seger banget lho!
(Wikipedia - Katuk dalam http://www.justtryandtaste.com/2011/05/sayur-bening-
daun-katuk.html)
Sayur Daun Katuk
Bahan:
* Daun katuk 2 ikat , ambil daunnya , cuci bersih
* Jagung manis 1 buah, potong bagi 5
* Air 500 ml
Bumbu * Bawang merah 5 siung, iris halus
* Bawang putih 3 siung, iris halus
* Temu kunci 5 btg, memarkan
* Gula pasir 3 sdm
* Garam 1 sdt
Cara Membuat:
1. Didihkan air dalam panci, masukkan semua bumbu ke dalamnya, hingga tercium
aroma harum
2. Tambahkan potongan jagung manis, masak hingga matang
3. Terakhir masukkkan daun katuk ke dalam panci, masak hingga mendidih.
4. Angkat, hidangkan hangat-hangat.
(http://www.koleksiresepku.com/2012/11/resep-sayur-bening-daun-katuk/)
Omelet Daun Katuk
Bahan:
25 g daun katuk diseduh, dicincang kasar
¼ buah bawang Bombay, dicincang halus
50 g daging giling
3 butir telur
2 sendok makan susu cair
93
½ sendok the garam
¼ sendok the merica bubuk
1 buah tomat, dibuang biji, dipotong kecil
1 sendok makan margarine untuk menumis
Cara membuat:
1. Tumis bawang Bombay dengan margarine sampai harum. Tambahkan
daging giling. Aduk sampai berubah warna. Angkat
2. Kocok lepas telur, garam dan merica bubuk. Tambahkan susu cair,
tomat, daun katuk dan bahan tumisan. Aduk rata.
3. Tuang di wajan datar yang dioles margarine. Aduk dan biarkan sampai
setengah matang, lipat dua. Tutup dan biarkan matang.
( http://www.eresep.com/3048/5/resep-masakan-Omelet-daun-katuk-recipes/)
94
BAB X
EFEK SAMPING KATUK
Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa obat-obatan yang beasal dari
produk alami tidak mempunyai efek samping (pengaruh negatif) bagi kesehatan
manusia. Anggapan masyarakat ini sebagai hasil iklan produk herbal yang selalu
menyatakan bahwa obat herbal tidak mengandung efek negatif. Anggapan ini
mengakibatkan perilaku yang berbahaya, yaitu mengkonsumsi obat herbal secara
berlebihan dan tidak teratur. Padahal, obat herbal sebagaimana obat sintetik juga
mempunyai efek negatif yang tidak bisa diabaikan. Sebelum membahas efek samping
daun katuk saya bermaksud menguraikan beberapa efek samping obat herbal.
Selain masalah di atas, banyak penelitian obat herbal yang belum tuntas tapi
sudah diproduksi secara masal dan dijual bebas. Padahal suatu bahan obat untuk bisa
dijadikan obat yang aman harus melalui tahapan uji tertentu yang memakan waktu
lama. Nah, akibat belum tuntasnya tahapan yang harus dilalui oleh obat herbal
membuat tingkat keamanan obat herbal tersebut sangat diragukan. Oleh sebab itu,
masyarakat harus jeli dalam memberi dan mengkonsumsi obat herbal agar tidak
terjebak dalam efek samping yang berbahaya.
Telah banyak contoh efek samping dari obat herbal, sehingga di beberapa
negara obat herbal tertentu dilarang karena mempunyai efek samping yang sangat
berbahaya. Beberapa obat pelangsing yang dijual di Amerika dan Eropa telah terbukti
membawa efek samping yang berbahaya seperti 30 kasus gagal hati akut, sehingga
akhirnya obat herbal tersebut dilarang beredar. Beberapa teh herbal yang banyak
digunakan di Amerika telah terbukti menimbulkan hepatitis akut. Demikian beberapa
obat Cina yang berfungsi sebagai pelangsing ternyata terbukti bersifat racun,
menyebabkan gagal ginjal, fibrosis ginjal bahkan kematian. Oleh sebab itu, sebelum
mengkonsumsi obat herbal perlu pengetahuan yang memadai mengenai obat herbal
tersebut seperti dosis penggunaan, efek samping dll.
Reaksi Alergi
Beberapa obat herbal menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Royal jelly misalnya
dikaitkan dengan bronchospasm yang berat, sementara obat herbal lain dikaitkan
dengan reaksi alergi dalam lupus-like syndrome.
Reaksi Racun
Banyak obat herbal mengandung flavonoid. Memang benar bahwa flavonoid
mempunyai manfaat yang banyak seperti sebagai antioksidan atau penurunan pada
95