Isnaini Siwi Handayani
BUKU AJAR
ETNOBOTANI
TERINTEGRASI ISLAM
Penyusun:
Isnaini Siwi Handayani, S.Pd.
Pembimbing:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd.
Dr. Dharmono, M.Si.
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2|Petunjuk Penggunaan
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah, sehingga penyusunan buku ajar
etnobotani elektronik terintegrasi keislaman ini dapat selesai. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan selalu kepada manusia termulia yakni baginda Nabi
Muhammad Saw. yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam
persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku umatnya selalu
mengikuti jalan Nabi Muhammad Saw.
Penyusun menyadari bahwa keberhasilan penyusunan buku ini tidak lepas
dari bimbingan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi
penghargaan dan terimakasih, secara khusus penyusun menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya buku ajar ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan
kepada penyusun mendapatkan balasan dari Allah Swt. dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran guna
perbaikan buku ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga buku ajar ini dapat
bermanfaat, khususnya untuk menunjang proses pembelajaran mata kuliah
etnobotani.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Banjarmasin, 2021
Penyusun
i|Kata Pengantar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU .......................................................... iii
PETA KONSEP .............................................................................................. v
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB 1 KAJIAN ETNOBOTANI................................................................ 3
BAB 2 KAJIAN BOTANI ........................................................................... 11
BAB 3 KAJIAN ETNO-EKOLOGI........................................................... 25
BAB 4 KAJIAN ETNO-FARMAKOLOGI .............................................. 35
BAB 5 KAJIAN ETNO-ANTROPOLOGI................................................ 51
BAB 6 KAJIAN ETNO-LINGUISTIK...................................................... 61
BAB 7 KAJIAN ETNO-EKONOMI.......................................................... 69
BAB 8 KAJIAN ETNO-KONSERVASI.................................................... 81
BAB 9 CONTOH KAJIAN ETNOBOTANI............................................. 99
GLOSARIUM ................................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 117
BIODATA PENYUSUN................................................................................. 125
ii | E t n o b o t a n i
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
DAFTAR ISI
Berguna untuk mencari halaman buku
yang akan dipelajari.
PETA KONSEP
Berguna untuk mengetahui konsep apa
saja yang dibahas dalam buku.
KATA KUNCI
Berguna untuk mengetahui kata kunci
dalam setiap pembahasan bab.
PENDAHULUAN
Berguna untuk mengetahui latar
belakang dan tujuan disusunnya buku
ajar ini.
iii | P e t u n j u k P e n g g u n a a n B u k u
HALAMAN BAB
Berisi judul bab, tujuan, gambar terkait
materi bab dan bahan diskusi kelompok.
RANGKUMAN
Berguna untuk melihat ringkasan
materi dalam setiap bab.
SOAL LATIHAN
Berguna untuk mengetahui tingkat
pemahaman mahasiswa.
GLOSARIUM
Berguna untuk mengetahui beberapa
istilah yang ada pada buku.
DAFTAR PUSTAKA
Berguna untuk melihat referensi yang
dikutip pada buku.
iv | E t n o b o t a n i
PETA KONSEP
KAJIAN BOTANI
KAJIAN ETNO- KAJIAN ETNO-
KONSERVASI EKOLOGI
KAJIAN
ETNOBOTANI
KAJIAN ETNO- KAJIAN ETNO-
EKONOMI FARMAKOLOGI
KAJIAN ETNO- KAJIAN ETNO-
LINGUISTIK ANTROPOLOGI
1. Botani 6. Etno-Farmakologi
2. Etnobotani 7. Etno-Konservasi
3. Etno-Antropologi 8. Etno-Linguistik
4. Etno-Ekologi 9. Islam
5. Etno-Ekonomi 10. Tumbuhan
v|Peta Konsep
PENDAHULUAN
Etnobotani merupakan kajian yang menarik dan bermanfaat untuk dibahas,
karena kajiannya berisi tentang pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat pribumi yang mana terdiri dari berbagai macam etnis atau suku
bangsa dengan keunikan budayanya masing-masing. Hal ini pastinya dapat
menambah khasanah keilmuan dan mendukung kelestarian alam dengan
memanfaatkan kearifan lokal. Menurut Walujo (2017) Etnobotani merupakan studi
tentang hubungan manusia dengan tumbuhan atau tanaman disekitarnya. Selain itu,
Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang menggunakan pengalaman
pengetahuan tradisional dalam meningkatkan kualitas hidup, tidak hanya bagi
manusia tetapi juga kualitas lingkungan (Suryadarma, 2008).
Sejak Etnobotani dikenal sebagai salah satu disiplin ilmu, hasil penelitian
menunjukkan banyak pengetahuan ekologi yang berhubungan dengan masyarakat
tradisional, dimana mereka hidup dengan memanfaatkan alam sekitar dan sekaligus
memelihara kelestariannya. Menurut Dharmono (2008) pada awalnya para ahli
Etnobotani hanya memfokuskan penelitiannya pada 2 ruang lingkup, yaitu kearah
Etno-Ekonomi untuk mencari tumbuhan baru yang bernilai ekonomi, dan kearah
Etno-Sains yang lebih menekankan pada pemahaman terhadap teori bagaimana
manusia memandang, serta mengurus lingkungan. Kemudian sejak akhir tahun
1960-an, para ahli Etnobotani lebih mengutamakan kajian ini kepada masalah-
masalah pemeliharaan dan pembangunan. Selain itu, ada pula usaha pemanfaatan
tumbuhan sebagai obat kesehatan bagi manusia dan mempromosikan pengetahuan
ekologi tradisional.
Kajian Etnobotani tidak hanya berisi kumpulan pengetahuan semata, tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Penelitian Etnobotani berkaitan dengan
usaha mencari rahasia pemanfaatan tradisional suatu tumbuhan dimasyarakat, yang
kemudian diteliti lebih mendalam. Apabila ditemukan tumbuhan yang potensial,
selanjutnya bisa dipublikasi dan dimanfaatkan secara modern, serta dilestarikan
keberadaannya. Etnobotani diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
1|Pendahuluan
untuk mempelajari tumbuhan yang ada disekitarnya dan memanfaatkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dharmono (2008) pembelajaran Etnobotani
hendaknya menggunakan model inquiri, sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang tumbuhan di
sekitarnya. Sehingga, proses pembelajaran Etnobotani haruslah menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik
agar mempelajari dan memahami tumbuhan secara ilmiah.
Etnobotani memiliki objek kajian berupa tumbuhan. Apabila ditinjau dari
perspektif Islam, Allah Swt. telah mengabarkan di dalam Alquran bahwa Dialah
yang telah menciptakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini,
sehingga manusia dapat mengambil manfaatnya dan diharuskan untuk
melestarikannya. Sebenarnya antara sains dengan Alquran itu saling berkaitan dan
suatu proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila terintegrasikan keislaman.
Menurut Hanif, Ibrohim & Rohmah (2016) spiritualitas yang dihadirkan dalam
pendidikan akan memberi makna besar terhadap kehidupan bangsa yang
menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Oleh karena itu, integrasi keislaman dalam
buku ajar bermanfaat untuk membangun karakter islami dan meningkatkan
kedalaman intelektualitas sekaligus ketajaman spiritualitas mahasiswa di PTKIN,
sehingga tidak terjadi sekulerisasi ilmu pengetahuan.
Buku Ajar Etnobotani ini bertujuan agar mahasiswa/dosen pada Mata
Kuliah Etnobotani memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Allah Swt.
sebagai pencipta alam semesta dan kehidupan.
2. Mengembangkan pemahaman tentang definisi, sejarah, dan ruang lingkup
kajian Etnobotani, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap,
bertindak, dan berkomunikasi secara ilmiah.
4. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan di bidang biologi,
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
5. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai, memelihara, menjaga, dan
melestarikan alam sekitar.
2|Etnobotani
BAB 1
KAJIAN ETNOBOTANI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi kajian Etnobotani.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah kajian Etnobotani.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup kajian Etnobotani.
Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id
Tumbuhan merupakan objek yang tidak pernah habis untuk dibahas, karena
manfaatnya sangatlah banyak bagi kehidupan. Tahukah anda bahwa ada kajian
tentang tumbuh-tumbuhan pada etnis tertentu? Apakah ada hubungan antara
tumbuhan dengan kebudayaan manusia? Ayo, diskusikan bersama!
3|E t n o b o t a n i
A. Definisi Etnobotani
Etnobotani terdiri dari dua suku kata Yunani, yaitu Ethnos dan
Botany. Etno (etnis atau suku) berasal dari kata Ethnos yang berarti kelompok
sosial dalam suatu masyarakat dengan kebudayaan yang khas, sehingga ada
perbedaan antara etnis yang satu dengan etnis yang lain, baik dari segi
keturunan, adat, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Sedangkan botani berasal
dari kata Botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Sehingga, Etnobotani ialah
kajian interaksi antara masyarakat setempat dengan tumbuh-tumbuhan, atau
dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu
budaya etnis tertentu (Sofiah, 2014).
Menurut Dharmono (2008) Etnobotani merupakan sebuah cabang
ilmu yang mengkaji tentang hubungan antara tumbuhan yang dipergunakan
masyarakat etnis tertentu dengan segala aspek kebudayaannya. Studi
Etnobotani terkait dengan pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan,
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan
disekitarnya, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut, yang mana
lebih diutamakan untuk kepentingan kelestarian sumber daya alam dan budaya,
sehingga studinya tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja. Istilah
Etnobotani sudah dikenal cukup lama dan statusnya sebagai ilmu tidak
mengalami masalah, tetapi status objek penelitiannya sangat rawan karena
cepatnya laju erosi sumber daya alam terutama tumbuhan dan pengetahuan
tradisional pemanfaatan tumbuhan dari suku bangsa tertentu. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa habitat tumbuhan di muka bumi ini dan
adanya perubahan pada suku bangsa ke arah modern (Friedberg & Claudine,
1995).
Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional, dimana masyarakat
awam telah menggunakan berbagai macam jenis tumbuhan untuk menunjang
kehidupannya. Tumbuhan menjadi pendukung kehidupan manusia, baik untuk
kepentingan pangan, pengobatan, pertanian, peternakan, bahan bangunan,
bahan pakaian, pelengkap upacara adat, budaya, bahan pewarna dan lainnya.
4|Kajian Etnobotani
Semua kelompok masyarakat sesuai karakter wilayah dan adatnya
memiliki ketergantungan pada berbagai tumbuhan, paling tidak untuk sumber
pangan. Di era modern sekarang ini, telah dikenal lebih dari seratus jenis
tumbuhan untuk sumber pangan, walaupun sebenarnya berbagai etnik telah
memanfaatkan ribuan jenis tumbuhan di berbagai belahan bumi untuk
menunjang kehidupannya (Suryadarma, 2008). Berikut foto tumbuh-tumbuhan
yang dimanfaatkan suku Dayak dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id
Gambar 1.1 Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan suku Dayak
B. Sejarah Etnobotani
Menurut Rifai yang dikutip Dharmono (2008) Enobotani adalah salah
satu sarana yang dapat digunakan untuk pemanfaatan tumbuhan. Istilah
Etnobotani pertama kali digunakan oleh Harshberger pada tahun 1895. Sejak
saat itu etnobotani berkembang dan meliputi berbagai aspek. Ilmu yang
diperkenalkannya ini mempelajari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara
adat.
Menurut Acharya & Anshu (2008) sejarah Etnobotani berawal pada
abad ke-18, Rumphius telah membuat Herbarium Amboinense yang kemudian
mengarah ke ekonomi botani. Kemudian Hasskarl pada tahun 1845 telah
mencatat penggunaan lebih dari 900 jenis tumbuhan Indonesia. Tahun 1982
dibangun museum Etnobotani di Balai Penelitian Botani-Puslit Biologi, LIPI.
Selanjutnya setiap tiga tahun sekali diadakan seminar Etnobotani, sampai
5|E t n o b o t a n i
akhirnya pada tahun 1998 tercapailah masyarakat Etnobotani Indonesia.
Beberapa perguruan tinggi, seperti Institut Pertanian Bogor dan Universitas
Indonesia kini membangun program pascasarjana mengenai Etnobotani.
Kajian Etnobotani sudah mulai banyak dilakukan oleh para peneliti dan
sudah banyak dikenal terutama para akademisi, walau pada umumnya
masyarakat awam belum terlalu mengenalnya. Masalah yang timbul sekarang
ini adalah kurangnya pendekatan partisipatif kepada masyarakat, sehingga
kurang adanya interaksi antara peneliti dengan masyarakat lokal. Oleh karena
itu, perlu adanya pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan peneliti
diterima di lingkungan masyarakat lokal, sehingga mengurangi hambatan yang
bersifat budaya.
C. Objek Material Kajian Etnobotani
Menurut Dharmono (2008) objek material dalam kajian Etnobotani
adalah biodiversitas, khususnya tumbuhan. Kajian terhadap tumbuhan antara
lain sebagai berikut.
1. Taksonomi (klasifikasi)
2. Ekologi (ekosistem)
3. Anatomi (struktur bagian dalam)
4. Morfologi (struktur bagian luar)
5. Fisiologi (mekanisme organ)
6. Fosil (bukti masa lalu)
D. Ilmu Pendukung
Menurut Dharmono (2008) ilmu pendukung dalam kajian Etnobotani
antara lain sebagai berikut.
1. Taksonomi (deskripsi, tata nama, dan klasifikasi tumbuhan)
2. Ekologi (Autekologi dan Sinekologi)
3. Fitogeografi (penyebaran tumbuhan di muka bumi, termasuk komposisi, habitat
dan sejarah)
4. Paleontologi (fosil bekas tumbuhan pada lapisan tanah)
6|Kajian Etnobotani
5. Struktur (morfologi dan anatomi tumbuhan)
6. Kimia (dilakukannya uji fitokimia kandungan tumbuhan)
7. Genetik (berkaitan dengan reproduksi tumbuhan)
8. Sosiologi manusia (kebudayaan)
E. Ruang Lingkup Kajian Etnobotani
Menurut Dharmono (2008) kajian Etnobotani meliputi kajian inti dan
kajian pengembangan, yaitu sebagai berikut.
1. Kajian Inti Etnobotani
a. Botani (morfologi, anatomi, fisiologi dan taksonomi)
b. Pangan (senyawa metabolit primer)
c. Obat (senyawa metabolit sekunder)
d. Ornamen (asesoris, hiasan, pakaian dan papan)
e. Sosial (kebudayaan)
f. Ritual (adat istiadat)
g. Historis bahasa (linguistik)
2. Kajian Pengembangan Etnobotani
a. Etno-Medicine (pengobatan tradisional)
b. Etno-Agronomi (budidaya tanaman)
c. Etno-Ekonomi (nilai jual tumbuhan)
d. Etno-Faramakologi (ramuan obat)
e. Etno-Antropologi (tumbuhan dalam kebudayaan)
f. Etno-Paleontology (fosil tumbuhan)
g. Etno-Ekologi (ekosistem)
h. Etno-Agroforestry (sistem pertanian)
Menurut Dharmono (2008) ruang lingkup kajian Etnobotani yang perlu
untuk dibahas yaitu sebagai berikut.
1. Kajian Botani, merupakan studi mengenai tumbuh-tumbuhan yang
kajiannya mencakup morfologi, anatomi, fisiologi dan taksonomi suatu
tumbuhan. Etnobotani erat kaitannya dengan kajian botani, karena dalam
etnobotani selalu ada pembahasan tentang kajian botani.
7|E t n o b o t a n i
2. Kajian Etno-Ekologi, merupakan cabang dari etnobotani yang menelaah
cara-cara suatu etnis masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola
lingkungan disekitarnya.
3. Kajian Etno-Farmakologi, merupakan cabang dari etnobotani yang
berkaitan dengan tumbuhan obat, dimana kajiannya membahas tentang
pemanfaatan tumbuhan herbal secara khas oleh suatu etnis masyarakat.
4. Kajian Etno-Antropologi, merupakan cabang dari etnobotani yang
difokuskan pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam suatu kebudayaan
etnis masyarakat tertentu yang bersifat khas dan sudah turun-temurun.
5. Kajian Etno-Linguistik, merupakan cabang dari etnobotani mengenai
penamaan suatu tumbuhan pada suatu masyarakat etnis tertentu, dimana
suatu spesies tumbuhan bisa memiliki nama atau penyebutan yang
berbeda-beda untuk setiap etnis masyarakat.
6. Kajian Etno-Ekonomi, merupakan cabang dari etnobotani yang berkaitan
dengan kebermanfaatan atau nilai jual suatu tumbuhan, baik untuk
kebutuhan pokok maupun menambah pendapatan bagi masyarakat etnis
tertentu.
7. Kajian Etno-Konservasi, merupakan cabang dari etnobotani yang
menelaah berbagai usaha untuk menjaga dan melestarikan sumber daya
alam, khususnya tumbuhan dengan memanfaatkan kearifan lokal suatu
etnis masyarakat.
8|Kajian Etnobotani
RANGKUMAN
1. Etnobotani ialah kajian tentang interaksi antara masyarakat setempat dengan
tumbuh-tumbuhan, atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan
tumbuhan pada suatu budaya etnis tertentu.
2. Istilah Etnobotani pertama kali digunakan oleh Harshberger pada tahun 1895.
Sejak saat itu etnobotani berkembang dan meliputi berbagai aspek. Ilmu yang
diperkenalkannya ini mempelajari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara
adat.
3. Ruang lingkup kajian Etnobotani yaitu sebagai berikut: Kajian Botani, Kajian
Etno-Ekologi, Kajian Etno-Farmakologi, Kajian Etno-Antropologi, Kajian
Etno-Linguistik, Kajian Etno-Ekonomi, dan Kajian Etno-Konservasi.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan definisi kajian Etnobotani!
2. Jelaskan sejarah kajian Etnobotani!
3. Sebutkan dan jelaskan ruang lingkup kajian Etnobotani!
9|E t n o b o t a n i
10 | K a j i a n E t n o b o t a n i
BAB 2
KAJIAN BOTANI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian botani.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian botani dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara tumbuhan dengan nilai-
nilai keislaman.
4.
Sumber: www.agroinform.hu
Tumbuhan yang ada didunia sangatlah beranekaragam. Sebagai seorang
akademisi, apa yang seharusnya kita lakukan terhadap tumbuhan? Pernahkah anda
memikirkan, mengapa Allah Swt. menciptakan tumbuhan bermacam-macam? Ayo,
diskusikan bersama!
11 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Botani
Botani merupakan cabang dari Biologi yang khusus mempelajari
tentang tumbuh-tumbuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Aldo
Leopold (dalam The Botanical World) botani adalah ilmu yang mempelajari
tentang tumbuhan dan peran tumbuhan bagi kehidupan. Tumbuhan dari
karakteristiknya terdiri dari bagian akar, batang, daun, dan bunga maupun buah
(Tjitrosoepomo, 2005). Tumbuhan merupakan makhluk hidup autotrof yang
pada umumnya dapat membuat makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis, yaitu dengan menggunakan klorofil dan cahaya matahari. Bahan
makanan yang dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan untuk tumbuhan itu
sendiri, melainkan juga untuk manusia dan hewan. Selain itu, bukan zat
makanan saja yang dihasilkan, melainkan tumbuhan juga dapat menghasilkan
Oksigen (O2). Tumbuhan mengubah Karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan
oleh manusia dan hewan menjadi Oksigen (O2) yang dapat digunakan oleh
mahkluk hidup lain (Campbell, 2002).
Botani adalah multidisiplin ilmu, yang mana pembahasannya meliputi
klasifikasi (taksonomi) tumbuhan, morfologi tumbuhan, anatomi tumbuhan,
fisiologi tumbuhan, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, genetika dan
pemuliaan tanaman, metabolisme tumbuhan, agronomi (teori, praktek produksi
dan pengelolaan), ekologi tumbuhan, fitokimia, reproduksi tumbuhan, dan
sebagainya. Mempelajari ilmu botani tidak hanya mempelajari teorinya
semata, tapi mendalami ilmu botani dimaksudkan untuk lebih menghargai dan
menyadari peran penting tumbuhan secara fungsional bagi kehidupan.
Kajian botani merupakan pembahasan yang selalu ada dalam kajian
etnobotani, karena untuk mendeskripsikan tumbuhan hasil temuan di suatu
daerah perlu dilakukannya kajian botani pada tanaman tersebut. Kajian botani
dalam etnobotani hanya mencakup morfologi suatu tumbuhan yang meliputi
bentuk hidup, jenis perakaran, percabangan batang, serta mengukur bagian-
bagian batang (tinggi, diameter dan interkalar), daun, bunga dan buah di habitat
aslinya (Dharmono, 2019). Berikut foto sampel herbarium yang dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
12 | K a j i a n B o t a n i
Sumber: www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id
Gambar 2.1 Sampel herbarium
B. Penerapan Kajian Botani
Penerapan kajian botani dapat di lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku
Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado” (Dharmono, 2007).
2. “Pemanfaatan Etnomedisin dari Famili Zingiberaceae pada Masyarakat
Etnis Lampung Pesisir Kabupaten Tanggamus Kecamatan Semaka
Provinsi Lampung” (Zen, Kamelia & Noor, 2019).
3. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) di Desa
Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur” (Lestari, 2017).
4. “Kajian Etnobotani Rotan Batang (Calamus zollingeri B.) Masyarakat
Desa Matalagi Kecamatan Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara”
(Sarwiana, Munir & Sudrajat, 2016).
5. “Kajian Etnobotani Tanaman Famili Zingiberaceae pada Masyarakat Suku
Using Kabupaten Banyuwangi” (Nurchayati & Ardiyansyah, 2018).
13 | E t n o b o t a n i
Menurut Dharmono (2008) hal yang perlu dilakukan dalam bidang
Etnobotani antara lain; mengumpulkan dan mengelompokkan tumbuhan,
dokumentasi catatan lapangan, mencatat informasi etnobotani, pembuatan
awetan tumbuhan, pengepresan tumbuhan, pengeringan tumbuhan, deskripsi
dan penamaan spesimen tumbuhan, pengawetan sampel tumbuhan,
mengumpulkan sampel kayu dan kulit kayu, serta membuat koleksi - koleksi
hidup tumbuhan. Berikut foto kegiatan dokumentasi dan pencatatan data
tumbuhan yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Sumber: www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id
Gambar 2.2 Kegiatan dokumentasi dan pencatatan data tumbuhan.
C. Tumbuhan dalam Perspektif Islam
Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(Kementerian Agama RI, 2010) manguraikan bahwa tumbuhan dipandang
Alquran sebagai ciptaan yang bernilai tinggi. Tumbuhan dan bagiannya banyak
disebutkan di dalam Alquran, baik dalam gambaran fisiknya maupun sebagai
tamsil (perumpamaan). Alquran menegaskan bahwa tumbuhan adalah
anugerah khusus yang Allah berikan kepada manusia. Banyak ayat yang
menyebutkan secara jelas manfaat tumbuhan sebagai sumber makanan bagi
manusia dan makhluk lain. Salah satunya adalah pada surah al-An’am (6) ayat
141 berikut ini.
۞ َو ُه َو الَّ ِذي اَن َشاَ َجنّٰت َّمع ُرو ٰشت َّو َغي َر َمع ُرو ٰشت َّوالنَّخ َل َوال َّزر َع
ُكلُوا ِمن ثَ َم ِره ُمتَ َشابِه ُمتَ َشابِ ًها َّو َغي َر اِ ُمذَاختَاَِلثفً َام َراُ ُكَلُو ٰاهتُوَاوال ََّحز ّقَيتُهويَ َنو َم َوا َلح ُّر ََّصماا ِدَنه
١٤١ ال ُمس ِر ِفي َن َل يُ ِح ُّب َو َل تُس ِرفُوا ِا َّنه
14 | K a j i a n B o t a n i
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat
dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka
ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila
ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik
hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebihan” (Qs. Al-An’am [6]:
141).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu Allah menegaskan bahwa Dialah yang
menciptakan kebun-kebun yang menjalar dan yang tidak menjalar tanamannya.
Dialah yang menciptakan pohon kurma dan pohon-pohon lain yang buahnya
beraneka ragam bentuk, warna, dan rasanya. Seharusnya hal itu menarik
perhatian hamba-Nya dan menjadikannya beriman, bersyukur, serta bertakwa
kepada-Nya. Buah kurma yang masak dan masih segar dapat dimakan, rasanya
sangat manis, dari pohon kurma akan diperoleh berbagai macam manfaat.
Selain itu, buah kurma dapat pula disimpan untuk jangka waktu yang lama dan
dapat dibawa ke mana pun dalam perjalanan, serta tidak perlu dimasak lagi
seperti masakan lainnya. Allah mengaruniakan pula pohon zaitun dan delima,
ada yang serupa bentuk, tapi beda rasanya. Allah membolehkan hamba-Nya
menikmati hasil dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia
dari Allah.
Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil
tanaman diwaktu panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim,
untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia.
Adapun Azbabun Nuzul ayat ini yaitu diriwayatkan oleh Maimun bin Mihran
dan Zaid bin al-A'sham bahwa penduduk kota Madinah, bila mereka memanen
kurma, mereka membawa tangkai-tangkai kurma ke mesjid, lalu mereka
letakkan di sana, maka berdatanganlah fakir miskin, lalu dipukulkannya
tangkai kurma itu dan diberikannya kepada mereka kurma yang berjatuhan dari
tangkainya. Menurut Sa'id bin Jubair, hal ini berlaku sebelum turunnya
perintah zakat. Orang-orang Arab selalu memberikan sebagian dari hasil
15 | E t n o b o t a n i
tanamannya untuk makanan binatang, sedekah kepada anak yatim dan fakir
miskin. Kebiasaan ini dilestarikan oleh Islam ketika memberlakukan wajib
zakat (pada tahun kedua Hijriah dimana zakat hasil pertanian harus diberikan
atau dikeluarkan segera begitu mereka panen, tanpa ditangguhkan).
Selanjutnya Allah melarang makan berlebih-lebihan, karena hal itu
sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-macam
penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih
kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu.
Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(Kementerian Agama RI, 2010) manguraikan bahwa tumbuhan mempunyai
peran amat penting dibumi sehingga bumi bisa dihuni manusia maupun hewan.
Tumbuhan diketahui berperan besar dalam membersihkan udara, membuat
suhu udara relatif konstan, serta menyeimbangkan proporsi gas di atmosfer.
Tumbuhan juga menghasilkan oksigen yang dihirup saat proses pernapasan
manusia dan hewan. Selain itu, tumbuhan diperlukan manusia dan hewan
sebagai bahan makanan maupun untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Perhatikan surah al-An’am (6) ayat 99 berikut ini.
َو ُه َو ا َّل ِذي اَن َز َل ِم َن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَاَخ َرجنَا ِبه َنبَا َت ُك ِل َشيء فَاَخ َرجنَا
ِمنهُ َخ ِض ًرا نُّخ ِر ُج ِمنهُ َح ًّبا ُّمتَ َرا ِكبًا َو ِم َن ال َّنخ ِل ِمن َطل ِع َها قِن َوان َدا ِنيَة
اُن ُظ ُروا َّو َغي َر ُمتَ َشا ِبه اَ اِعنََذاا اَبث َم ََّورال َوَّزَيينتُ ِعوه َناِ َّنَوا ِفل ُّري َّم ٰاذ ِل َنُكمُم َشٰلتَٰي ِب ًهتا ِاَّٰلو َجىنّٰثَ َتم ِرِمهن
٩٩ ِلقَوم يُّؤ ِمنُو َن
Artinya: “Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau,
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang beriman” (Qs. Al-An’am [6]: 99).
16 | K a j i a n B o t a n i
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsiran ayat tersebut bahwa melalui ayat tersebut Allah
menjelaskan kejadian hal-hal yang menjadi kebutuhan manusia sehari-hari,
agar mereka secara mudah dapat memahami kekuasaan, kebijaksanaan, serta
pengetahuan Allah. Allah menjelaskan bahwa Allah-lah yang menurunkan
hujan dari langit, yang menyebabkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuh-
tumbuhan yang terdiri dari berbagai ragam bentuk, macam dan rasa.
Allah menjelaskan bahwa air itu sebagai sebab bagi tumbuhnya segala
macam tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam bentuk jenis dan rasanya, agar
manusia dapat mengetahui betapa kekuasaan Allah mengatur kehidupan
tumbuh-tumbuhan itu. Manusia yang suka memperhatikan siklus peredaran air
akan dapat mengetahui betapa tingginya hukum-hukum Allah. Hukum-Nya
berlaku secara tetap dan berlangsung terus tanpa henti-hentinya, sampai tiba
saat yang telah ditentukan.
Kemudian disebutkan pula perincian dari tumbuh-tumbuhan yang
beraneka ragam itu; di antaranya ialah rerumputan yang tumbuh berumpun-
rumpun sehingga kelihatan menghijau. Tumbuh-tumbuhan jenis ini
mengeluarkan buah yang berbentuk butiran-butiran kecil yang terhimpun
dalam sebuah tangkai seperti gandum, syair dan padi. Jenis yang lain dari
tumbuh-tumbuhan itu ialah pohon palma yang mengeluarkan buah yang
terhimpun dalam sebuah tandan yang menjulai rendah sehingga mudah dipetik.
Jenis yang lain lagi dari jenis tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam
itu ialah anggur, zaitun, dan delima. Ketika jenis buah-buahan ini disebutkan
secara beruntun, karena masing-masing ada yang mempunyai persamaan dan
perbedaan, sifat, bentuk dan rasanya, sehingga ada yang berwarna kehitam-
hitaman dan ada pula yang berwarna kehijau-hijauan; ada yang berdaun agak
lebar, dan ada pula yang berdaun agak kecil; begitu pula ada yang rasanya
manis dan ada yang asam.
Berdasarkan penelitian para ilmuwan diketahui bahwa sel tumbuhan
berbeda dengan sel manusia dan hewan. Sel pada tumbuhan dapat melakukan
proses fotosintesis. Proses ini dilakukan oleh kloroplas, organel yang memberi
17 | E t n o b o t a n i
warna hijau pada daun, yang mana dalam kloroplas inilah terdapat klorofil. Al-
Qur'an menyebut kloroplas atau “pabrik hijau” itu dengan nama al-Khaďir,
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi green substance. Di dalam
kloroplas ini tumbuhan memanfaatkan sinar matahari untuk mengubah air dan
karbondioksida menjadi karbohidrat dan oksigen.
Kesemuanya itu adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah yang
menciptakan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam itu. Allah
memerintahkan kepada manusia agar memperhatikan tumbuh-tumbuhan yang
beraneka ragam itu pada saat berbuah bagaimana buah-buahan itu tersembul
dari batang atau rantingnya, kemudian merekah sebagai bunga, setelah nampak
buahnya, akhirnya menjadi buah yang sempurna (matang).
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa dalam proses kejadian
pembuahan itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat teliti
pengurusannya serta tinggi ilmu-Nya. Tanda-tanda kekuasaan Allah itu
menjadi bukti bagi orang yang beriman. Dari ayat-ayat ini dapat dipahami
bahwa perhatian manusia pada segala macam tumbuh-tumbuhan hanya
terbatas pada keadaan lahir sebagai bukti adanya kekuasaan Allah, tidak
sampai mengungkap rahasia kekuasaan Allah terhadap penciptaan tumbuh-
tumbuhan itu.
Lafad “nabata kullisyai’in” bermakna segala macam tumbuh-tumbuhan
yang dapat tumbuh. Padahal tanah tempat tumbuhnya serta air yang
menyiraminya berasal dari satu sumber yang sama, akan tetapi bentuk, jenis
dan rasa dari setiap tumbuh-tumbuhan dapat beraneka ragam (Ash-Shiddieqy,
2000). Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menurunkan air
hujan untuk menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan yang beraneka ragam
jenis dan manfaatnya bagi umat manusia. Keanekaragaman jenis dan manfaat
tumbuhan inilah yang harus dipelajari dan digali lagi terkait potensinya mulai
dari tumbuhan sebagai makanan, pakaian, alat rumah tangga, kecantikan dan
sebagai obat tradisional. Pengetahuan akan potensi setiap jenis tumbuh-
tumbuhan yang diciptakan Allah Swt. diharapkan mampu meningkatkan iman
18 | K a j i a n B o t a n i
dan taqwa, karena hanya orang-orang yang beriman yang senantiasa
memikirkan berbagai ciptaan Allah Swt.
Selain beranekaragam, Allah Swt. juga menciptakan tumbuh-
tumbuhan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam surah asy-Syu’ara (26) ayat 7
berikut ini.
٧ اَ َو َلم َي َروا ِالَى الَر ِض َكم اَْۢنبَتنَا ِفي َها ِمن ُك ِل َزوج َك ِريم
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak
Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh-
tumbuhan) yang baik?” (Qs. Asy-Syu’ara [26]: 7).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsiran ayat tersebut, bahwasanya pada ayat sebelumnya
memaparkan tentang mereka (penduduk mekah) yang tidak beriman dan
mendustakan Alquran, kemudian Allah mengajak mereka untuk belajar dari
keseluruhan alam, agar mereka tahu bahwa hanya Allah saja yang berhak untuk
disembah. Dan apakah mereka yaitu orang musyrik itu tidak memperhatikan
apa yang mereka lihat di hamparan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di
bumi itu berbagai macam pasangan tumbuh-tumbuhan yang baik? yang
membawa banyak sekali kemanfaatan bagi manusia. Bukankah itu pertanda
atas kekuasaan Allah, dan anugerah-Nya yang tak terhingga kepada manusia?.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah yang mampu
menghidupkan tanah yang gersang, menciptakan berbagai ragam tanaman, dan
tumbuh-tumbuhan. Tetapi Betapa pun banyaknya bukti-bukti kekuasaan Allah
yang ada di hadapan mereka, kebanyakan mereka tidak beriman, karena
kedengkian, takabur, dan ingin mempertahankan status sosial mereka.
Akhirnya Allah mengunci hati mereka.
Menurut Shihab (2002) lafad “zaujin kariim” bermakna tumbuhan yang
baik, yakni tumbuhan yang subur dan bermanfaat. Sebagaimana kata “kariim”
yang menggambarkan segala sesuatu yang baik bagi setiap obyek yang
disifatinya. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan
19 | E t n o b o t a n i
kepada manusia agar memperhatikan bumi, sebagaimana Allah Swt. telah
banyak menumbuhkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Berdasarkan firman Allah Swt. di atas dapat diketahui bahwa Allah
Swt. menciptakan tumbuh-tumbuhan yang baik dan memiliki banyak manfaat,
serta bisa digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah
juga menciptakan tumbuhan beserta organnya yaitu akar, batang, daun, bunga,
buah, biji dan lain-lain dengan segala manfaatnya untuk hambanya sebagai
rezeki. Manfaat tumbuhan itu tidak hanya sebatas sebagai makanan pokok
seperti padi, gandum dan kurma, tentunya masih banyak manfaat penciptaan
tumbuhan yang perlu diteliti lebih jauh, misalnya pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat tradisional untuk menjaga kesehatan atau mengobati suatu
penyakit. Tumbuhan sebagai obat tradisional adalah salah satu manfaat
tumbuhan yang baik berdasarkan surat asy-Syu’ara (26) ayat 7.
Qardhawi (2002) menjelaskan bahwa jauh sebelum ilmu pengetahuan
dan teknologi modern berkembang pesat seperti zaman sekarang ini, Allah
Swt. telah menerangkan dalam Alquran berabad-abad yang lalu bahwasanya
tumbuhan yang tumbuh di bumi ini beranekaragam spesies dan manfaatnya
bagi kehidupan manusia, tinggal bagaimana manusia mengolah dan
mempelajari dengan akalnya. Allah Swt. berfirman dalam surah Thahaa (20)
ayat 53 berikut ini.
ال َّس َم ۤا ِء ِم َن َّواَن َز َل ُسبُ ًل َمه ًدا َّو َسلَ َك لَ ُكم ِفي َها ا َملَّ ۤاِذ ًءي َفاَ َجخ َعَر َلج َنلَا ُك ُبِمها اَلَزرَوا ًَجضا
٥٣ ِمن ّنَ َبات َشتّٰى
Artinya: “(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu,
dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang
menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan
dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-
tumbuhan” (Qs. Thahaa [20]: 53).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsiran ayat tersebut, bahwasanya untuk memperkuat jawaban
Musa kepada Firaun bahwa Allah itu tidak akan salah dan lupa, dan untuk
menolak kemungkinan timbulnya sangkaan bahwa catatan yang ada di "Lauh
20 | K a j i a n B o t a n i
Mahfudz" itu bisa salah dan ada yang tidak tercatat karena lupa, maka pada ayat
ini ditegaskan bahwa Tuhan yang menguasai pencatatan itu, ialah Tuhan Yang
menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas
untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, tidur dan berpergian dengan bebas
ke mana-mana.
Tuhanlah yang telah menjadikan jalan-jalan di bumi ini, baik di
gunung-gunung maupun di tempat-tempat yang rendah untuk menghubungkan
satu tempat dengan tempat yang lain, antara satu kota dengan kota yang lain,
antar satu desa dengan desa yang lain, guna memudahkan melaksanakan
keperluan-keperluan manusia.
Tuhanlah, yang menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan
tumbuhnya tanam-tanaman dan buah-buahan yang bermacam-macam cita
rasanya, ada yang masam, ada yang manis, bermacam ragam maupun jenis dan
manfaatnya. Ada yang layak untuk manusia, ada yang baik untuk binatang,
yang kesemuanya itu menunjukkan besarnya karunia dan banyaknya nikmat
yang dilimpahkan Allah kepada semua hamba-Nya.
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir, diketahui lafad “nabatin syatta” berarti
“tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”, yakni berbagai macam tumbuh-
tumbuhan berupa tanaman-tanaman dan buah-buahan, baik yang asam, manis
maupun pahit dan berbagai macam lainnya (Katsir, 2003). Ayat di atas
menerangkan dengan jelas bahwa tumbuhan diciptakan berjenis-jenis dan
bermacam-macam. Tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman tumbuhan
adalah fenomena alam yang harus dikaji dan dipelajari, untuk dimanfaatkan
sepenuhnya bagi kesejahteraan manusia. Keanekaragaman tumbuhan juga
fenomena alam yang merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
dan tanda-tanda tersebut hanya diketahui oleh orang-orang yang berakal
(Rossidy, 2008).
Berangkat dari penjelasan diatas, diketahui bahwasanya ilmu
pengetahuan merupakan sarana bagi manusia untuk selalu berupaya menggali
potensi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang diciptakan oleh Allah Swt. Baik itu
dari segi bidang pendidikan, ekonomi, spiritual, nilai-nilai budaya, dan
21 | E t n o b o t a n i
kesehatan. Pengetahuan ini bisa didapatkan antara lain dengan mempelajarinya
dari suku-suku bangsa tertentu di suatu negara.
RANGKUMAN
1. Kajian botani dalam Etnobotani merupakan studi mengenai tumbuhan yang
kajiannya mencakup morfologi suatu tumbuhan yang meliputi bentuk hidup,
jenis perakaran, percabangan batang, serta mengukur bagian-bagian batang
(tinggi dan diameter), daun, bunga dan buah di habitat aslinya.
22 | K a j i a n B o t a n i
2. Penerapan kajian botani dapat dilihat dari beberapa penelitian yang sudah
dilakukan. Hal yang perlu dilakukan dalam bidang Etnobotani antara lain;
mengumpulkan dan mengelompokkan tumbuhan, dokumentasi catatan
lapangan, mencatat informasi etnobotani, pembuatan awetan tumbuhan,
pengepresan tumbuhan, pengeringan tumbuhan, deskripsi dan penamaan
spesimen tumbuhan, pengawetan sampel tumbuhan, mengumpulkan sampel
kayu dan kulit kayu, serta membuat koleksi - koleksi hidup tumbuhan.
3. Beberapa ayat Alquran telah menerangkan dengan jelas bahwa tumbuhan
diciptakan Allah bermacam-macam dan untuk menunjang kehidupan manusia
dan hewan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman tumbuhan adalah
fenomena alam yang harus dikaji dan dipelajari, serta dimanfaatkan secara
bijak untuk kesejahteraan manusia. Keanekaragaman tumbuhan juga
merupakan fenomena alam yang menjadi bagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah Swt. dan tanda-tanda tersebut hanya diketahui oleh orang-orang yang
berakal.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian botani!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian botani!
3. Jelaskan integrasi antara tumbuhan dengan nilai-nilai keislaman!
23 | E t n o b o t a n i
24 | K a j i a n B o t a n i
BAB 3
KAJIAN ETNO-EKOLOGI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-ekologi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-ekologi dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara ekologi dengan nilai-nilai
keislaman.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Lingkungan yang ada disekitar kita terus mengalami perubahan. Apa
sebenarnya yang menyebabkan lingkungan mengalami perubahan? Apakah ada
hubungannya dengan aktivitas manusia? Tahukah anda bahwa ada ilmu yang
mempelajari tentang ekologi dan dikaitkan dengan masyarakat etnis tertentu?
Pernahkah anda memikirkan betapa Maha Kuasanya Allah Swt. sebagai pencipta
alam semesta dan menetapkan segalanya menurut ukuran tertentu? Ayo, diskusikan
bersama!
25 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Etno-Ekologi
Ernest Haeckel, ahli biologi dari Jerman mempergunakan istilah
ekologi untuk pertama kali pada tahun 1868 (Daldjoeni, 1982). Tumbuhan,
hewan, manusia dan lingkungan merupakan persekutuan hidup yang tidak
bersifat kebetulan, melainkan ada hubungan yang saling ketergantungan satu
dengan yang lainnya, hal inilah yang menjadi dasar mempelajari ilmu ekologi.
Kata Ekologi berasal dari Bahasa Yunani “oikos” yang secara bahasa berarti
“rumah” dan “logos” yang artinya “pembahasan” (Miller & Spoolman, 2009).
Ekologi berarti “ilmu tentang interaksi antara makhluk hidup dan lingkungan
fisik” (Reece, dkk, 2011).
Ekologi juga merupakan ilmu dasar untuk memahami bagaimana alam
bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan,
bagaimana individu-individu dalam spesies itu beradaptasi dan mengalami
pertumbuhan sebagai bagian dari populasi atau komunitas. Semuanya ini
berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan
alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi dapat berusaha
untuk memahaminya (Winarno, 1992).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ekologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
makhluk hidup lainnya maupun dengan lingkungan disekitarnya. Selain itu,
kondisi ekologi akan selalu dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Menurut Hilmanto (2010: 1) ekosistem yang merupakan bagian dari
ekologi selalu mengalami perubahan secara terus-menerus, hal tersebut
dikarenakan adanya pengaruh dari interaksi dan adaptasi antara manusia, alam,
budaya, serta lingkungan sosialnya. Pengembangan budaya yang berimbas
pada berubahnya ekosistem akan nampak pada fenomena lingkungan alam
yang terjadi di sekitar kita. Kehidupan masyarakat pada umumnya bergantung
pada alam, sehingga seharusnya lebih dekat dengan alam dan tahu bagaimana
cara mengelolanya. Salah satu ilmu yang mempelajari relasi antara manusia
sebagai objek dengan lingkungannya adalah ilmu etnoekologi.
26 | K a j i a n E t n o - E k o l o g i
Menurut Daldjoeni (1982) dasar‐dasar ilmu etnoekologi mulai ada
sejak tahun 1950‐an, berasal dari ilmu bangsa‐bangsa (etnologi), dimana ada
kaitan antara masyarakat etnis tertentu dengan lingkungannya. Ilmu
etnoekologi merupakan cabang ilmu yang menelaah cara-cara masyarakat
dalam memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan alam dan
sosialnya (Hilmanto, 2010: 2).
Etnoekologi merupakan suatu bidang keilmuan yang membahas
mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungannya, ruang hidup, dan
aktivitas manusia di bumi, dalam hal ini manusia lebih banyak ditekankan
sebagai objek kajiannya (Hilmanto, 2010: 14). Berdasarkan beberapa
penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu etnoekologi merupakan
jembatan yang menghubungkan antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan, dimana masyarakat yang terdiri dari bermacam-
macam etnis memiliki cara-cara tersendiri atau budaya yang khas dalam
memanfaatkan dan mengelola lingkungan disekitarnya.
Kebanyakan masyarakat tradisional memanfaatkan dan melestarikan
alam dengan konsep kearifan lokal, sehingga hubungan antara manusia dengan
lingkungan terlihat harmonis. Hal tersebut berbeda dengan kebanyakan
masyarakat modern yang diliputi keserakahan dan tidak segan merusak alam,
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem. Oleh karena itu,
pengetahuan akan ilmu etnoekologi perlu diperkenalkan kepada masyarakat
modern agar bisa lebih bijaksana dalam memanfaatkan alam. Berikut foto
lahan pertanian berbasis kearifan lokal yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.1 Lahan Pertanian Holtikultura Masyarakat jalan Bangaris V
Kota Palangka Raya
27 | E t n o b o t a n i
Pemahaman ilmu etnoekologi akan mengalami perkembangan terus-
menerus seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan hasil penelitian‐
penelitian yang bersifat dinamis. Intisari ilmu etnoekologi yang di adaptasi dari
Daldjoeni (1982) mencakup hal‐hal sebagai berikut.
1. Etnoekologi sebagai ilmu pengetahuan bio‐fisis: hal ini dikarenakan yang
mendasari analisis atas seluk beluk tanah, air, iklim dan curah hujan sebagai
habitat manusia adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan
abiotik dan biotik.
2. Etnoekologi sebagai ilmu land‐scape study: hal ini dikarenakan yang
mendasari analisis dan pembahasan pada daerah pantai, pegunungan,
dataran rendah sebagai habitat manusia untuk melakukan aktivitas adaptasi
keruangan (spatial adaptation) mereka.
3. Etnoekologi sebagai ekologi budaya: hal ini dikarenakan yang mendasari
analisis dan pembahasannya mengenai semua aspek kebudayaan saling
berhubungan secara fungsional dengan cara yang tidak pasti.
4. Etnoekologi sebagai ekologi dan adaptasi manusia: hal ini dikarenakan
analisis dan pembahasan mengenai adaptasi manusia bersama budaya yang
melekat terhadap habitatnya dan makhluk hidup lainnya. Manusia tidak
hanya sebagai makhluk biotik bagian dari alam dilingkungannya, tetapi
manusia sebagai kekuatan untuk mengubah alam. Setiap masyarakat akan
memiliki teknik‐teknik adaptasi yang diwariskan dari generasi sebelumnya
secara turun‐temurun dan teknik‐teknik tersebut akan mengalami
perkembangan yang dinamis. Pembahasan dan analisis yang dilakukan
terkadang kurang memperhatikan adanya saling pengaruh antara wilayah
yang satu dengan wilayah yang lainnya.
B. Penerapan Kajian Etno-Ekologi
Penerapan kajian etnoekologi dapat di lihat dari beberapa penelitian
yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Menggali Hidup di Balik Hitamnya Gambut: Sebuah Kajian
Etnoekologi” (Iban & Putra, 2013).
28 | K a j i a n E t n o - E k o l o g i
2. “Etnoekologi Perladangan dan Kehilangan Karbon di Areal Konsesi PT.
Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah (Studi Kasus Masyarakat Dayak
Pangin, Dohoi, dan Melahui)” (Wibowo & Awang, 2013).
3. “Etnoekologi dan Pengelolaan Agroekosistem oleh Penduduk Desa
Karangwangi Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan Jawa Barat” (Iskandar
& Iskandar, 2016).
4. “Etnoekologi, Biodiversitas Padi dan Modernisasi Budidaya Padi: Studi
Kasus pada Masyarakat Baduy dan Kampung Naga” (Iskandar & Iskandar,
2018).
5. “Etnoekologi Sebagai Upaya Membentuk Karakter Peduli Lingkungan
Melalui Program Adiwiyata di SD Negeri Lidah Kulon I/464 Surabaya”
(Ambarwati & Istianah, 2018).
Etno-ekologi adalah kajian untuk mengetahui keterkaitan antara
tumbuhan yang dikaji terhadap kondisi ekologi atau lingkungannya yang
meliputi; kerapatannya, status kelangkaan, ancaman, upaya pelestarian,
manfaat bagi lingkungan (peneduh, reboisasi, penahan erosi, dll), kondisi
fisiko-kimia tanah, iklim, air dan interaksi tumbuhan tersebut dengan
tumbuhannya lainnya, misalnya fungsi allelopati, parasit, pesaing dan lain-lain
(Dharmono, 2019). Penelitian etno-ekologi dapat dilakukan dengan melakukan
wawancara dan observasi pada suatu masyarakat etnis tertentu di suatu daerah.
Berikut foto kegiatan observasi dilapangan yang dapat dilihat pada Gambar
3.2.
Sumber: www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id
Gambar 3.2 Kegiatan observasi dilapangan
29 | E t n o b o t a n i
C. Ekologi dalam Perspektif Islam
Sistem ekologi dibumi memiliki ukuran dan sistem tertentu,
sebagaimana firman Allah Swt. di dalam surah al-Hijr (15) ayat 19 berikut ini.
َوالَر َض َم َدد ٰن َها َواَل َقي َنا ِفي َها َر َوا ِس َي َواَْۢنبَتنَا فِي َها ِمن ُك ِل َشيء َّمو ُزون
١٩
Artinya: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan
padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala
sesuatu menurut ukuran” (Qs. Al-Hijr [15]: 19).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsiran ayat tersebut yaitu, setelah Allah Swt. menerangkan tanda
kebesaran dan kekuasaan-Nya di langit, dalam ayat ini Allah menerangkan
tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan, dan
dipikirkan oleh manusia. Di antaranya, Allah menciptakan bumi seakan-akan
terhampar, sehingga mudah didiami manusia, memungkinkan mereka
bercocok tanam di atasnya, dan memudahkan mereka bepergian ke segala
penjuru dunia mencari rezeki yang halal dan bersenang-senang.
Allah telah menciptakan beraneka ragam tanam-tanaman dan tumbuh-
tumbuhan, masing-masing mempunyai ukuran dan kadar yang ditentukan.
Pohon durian yang batangnya kokoh itu serasi dengan buahnya yang besar dan
berduri. Batang padi serasi dan sesuai pula dengan buahnya yang bertangkai
dan tanah untuk tempat tumbuhnya. Demikian pula tumbuh-tumbuhan yang
lain diciptakan Allah seimbang, serasi, dan sesuai dengan iklim, keadaan
daerah, dan keperluan manusia atau binatang tempat ia tumbuh. Sementara itu,
perbedaan daerah dan tanah tempat tumbuh suatu pohon akan menimbulkan
perbedaan rasa maupun ukuran buahnya. Unsur gula di dalam tebu berlainan
dengan unsur gula dalam air kelapa, serta berlainan manisnya dengan mangga
dan jeruk. Buah salak sewaktu masih berupa putik dikelilingi oleh duri-duri
yang tajam, tetapi setelah ia masak, seakan-akan duri-duri itu menguakkan diri,
sehingga mudah untuk manusia mengambil buahnya yang rasanya manis. Putik
pepaya pahit rasanya sewaktu masih kecil, sehingga manusia tidak mau
mengambil dan memakannya. Semakin besar putiknya itu, semakin berkurang
30 | K a j i a n E t n o - E k o l o g i
rasa pahitnya, dan semakin dekat pula manusia kepadanya. Setelah masak,
buahnya dipetik dan menjadi makanan yang disenangi. Demikian Allah
menciptakan sesuatu dengan ukuran dan kadar yang tertentu, sehingga melihat
kesempurnaan ciptaan-Nya itu akan bertambah pula iman di dalam hati orang
yang mau berpikir dan bertambah pula keyakinan bahwa Allah adalah Maha
Sempurna.
Selain itu terdapat kata kunci “biqadar” (ukuran, sistem, prinsip) bagi
masing-masing makhluk hidup beserta habitat dan ekosistemnya, yang mana
dapat di lihat dalam surah al-Qamar (54) ayat 49 berikut ini.
٤٩ ِا ّنَا ُك َّل َشيء َخلَق ٰنهُ بِ َق َدر
Artinya: “Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Qs.
Al-Qamar [54]: 49).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsiran ayat ini, yaitu menerangkan seluruh makhluk yang ada di
alam semesta adalah ciptaan Allah Swt. Dia menciptakan makhluk menurut
kehendak dan ketentuan-Nya, serta disesuaikan dengan hukum-hukum yang
ditetapkan-Nya untuk alam semesta ini yang terkenal dengan sunatulkaun
(undang-undang alam).
Berbicara tentang ekologi, maka akan berkaitan dengan ekosistem yang
merupakan bagian dari ekologi. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi
dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan.
Ekosistem meliputi semua organisme dalam suatu daerah tertentu dan faktor-
faktor abiotik yang berinteraksi dengannya, atau suatu komunitas dengan
lingkungan fisiknya. Faktor penyusun ekosistem dikelompokkan menjadi dua
yaitu faktor biotik (hayati) dan abiotik (non hayati). Faktor biotik terdiri dari
berbagai jenis makhluk hidup yang secara fungsional dibagi ke dalam
kelompok produsen (tumbuhan), konsumen, dan pengurai. Faktor abiotik
terdiri dari makhluk tak hidup, misalnya: air, udara, tanah, dan cahaya. Energi
dan materi berpindah diantara kedua kelompok ini, ke dalam atau ke luar dari
sistem (Supriadi & Jumrodah, 2013).
31 | E t n o b o t a n i
Menurut Supriadi & Jumrodah (2013) proses-proses yang terjadi di
dalam ekosistem dapat dihitung dengan mengukur laju pergerakan energi dan
materi ini (misalnya: produksi tumbuhan, penguraian sampah, atau kelarutan
unsur hara). Semua ekosistem memiliki ciri-ciri meliputi: 1) aliran energi; 2)
Pendauran nutrien; 3) pengaturan ukuran populasi (jumlah individu).
Berdasarkan beberapa ayat tersebut diketahui bahwa sesungguhnya
alam raya ini telah tercipta, tersusun dan berjalan dalam sebuah gugus
matarantai dan sistem baku yang dikenal dengan sunnatullah. Artinya, jika
terjadi kerusakan pada satu mata rantai ekosistem, maka akan berakibat pada
ketidakstabilan, ketidakseimbangan, serta kerusakan dalam struktur kehidupan
makhluk hidup dimuka bumi.
32 | K a j i a n E t n o - E k o l o g i
RANGKUMAN
1. Etnoekologi merupakan jembatan yang menghubungkan antara ilmu
pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan kemasyarakatan, dimana
masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam etnis memiliki cara-cara
tersendiri atau budaya yang khas dalam memanfaatkan dan mengelola
lingkungan disekitarnya.
2. Penerapan kajian etnoekologi dapat di lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. Penelitian etno-ekologi dapat dilakukan dengan melakukan
wawancara dan observasi pada suatu masyarakat etnis tertentu di suatu daerah.
3. Berdasarkan beberapa ayat Alquran diketahui bahwa sesungguhnya alam raya
ini telah tercipta, tersusun dan berjalan dalam sebuah gugus matarantai dan
sistem baku yang dikenal dengan sunnatullah. Artinya, jika terjadi kerusakan
pada satu mata rantai ekosistem, maka akan berakibat pada ketidakstabilan,
ketidakseimbangan, serta kerusakan dalam struktur kehidupan makhluk hidup
dimuka bumi.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian etno-ekologi!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian etno-ekologi!
3. Jelaskan integrasi antara ekologi dengan nilai-nilai keislaman!
33 | E t n o b o t a n i
34 | K a j i a n E t n o - E k o l o g i
BAB 4
KAJIAN ETNO-FARMAKOLOGI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-farmakologi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-farmakologi dalam sebuah
judul penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara tumbuhan obat dengan
nilai-nilai keislaman.
Sumber: www.spicyip.com
Didunia ini banyak sekali tumbuhan herbal yang dapat dimanfaatkan untuk
penyembuhan suatu penyakit maupun untuk menjaga daya tahan tubuh. Apa
sebenarnya yang dikandung oleh tumbuhan sehingga bisa dijadikan obat? Tahukah
anda bahwa ada ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan berkhasiat
obat oleh masyarakat etnis tertentu? Tahukah Anda bahwa Allah Swt. menciptakan
penyakit dengan menciptakan obatnya juga dan kita dianjurkan berikhtiar dalam
hal kesehatan? Ayo, diskusikan bersama!
35 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Etno-Farmakologi
Farmakologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang obat dengan
seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, mekanisme fisiologi,
reabsorpsi, dan efeknya pada makhluk hidup (Indijah, 2016). Sedangkan
Etnofarmakologi merupakan cabang dari etnobotani yang berkaitan dengan
tumbuhan obat, dimana kajiannya membahas tentang pemanfaatan tumbuhan
herbal secara khas oleh suatu etnis masyarakat. Menurut Hadju (2016) kajian
etnofarmakologi adalah kajian tentang penggunaan tumbuhan sebagai ramuan
atau obat suatu penyakit oleh penduduk sekitar secara tradisional.
Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan obat
dan khasiatnya, baik untuk mencegah, mengobati penyakit umum, maupun
mendokumentasikan pengetahuan tradisional dari suatu etnis masyarakat
mengenai khasiat beberapa tumbuhan sebagai obat herbal. Pencapaian
masyarakat pedesaan yang memiliki pengetahuan unik dan endemik tentang
tumbuhan obat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit yang diderita
merupakan ketergantungan manusia pada alam dalam kelangsungan hidupnya
(Mirdeilami, 2011).
Menurut Dharmono (2019) kajian etnofarmakologi adalah penggunaan
tumbuhan yang berfungsi sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan penduduk
setempat untuk pengobatan yang meliputi; bagian-bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai obat serta manfaatnya, proses pembuatan, alat yang
digunakan, bahan atau tumbuhan lain sebagai campuran, cara menggunakan,
kapan digunakan dan pantangan saat menggunakan. Sehingga,
etnofarmakolagi merupakan kajian tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat-obatan oleh masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu.
Sebagaimana beberapa kelompok masyarakat di Indonesia masih
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan secara tradisional. Pemanfaatan
tumbuhan ini dilakukan dengan sistem pewarisan yang berasal dari penuturan
ahli-ahli pengobatan di suatu daerah atau berasal dari kebiasaan yang diajarkan
oleh orang tua kepada anak-anaknya (Rizki & Leilani, 2018).
36 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
Sejauh ini telah ditemukan sekitar 9.606 spesies tumbuhan dengan efek
farmakologi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan (LIPI,
2016). Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat-obatan ini telah banyak
dilakukan, baik diolah menjadi racikan obat-obatan yang telah dikemas dalam
bentuk tablet, pil, kapsul dan serbuk, maupun pemanfaatan secara langsung
(tradisional).
Masyarakat Indonesia telah lama memiliki pengetahuan tentang obat-
obatan yang diwariskan secara turun temurun, namun informasi tentang
pemanfaatan tumbuhan ini belum terdokumentasi dengan baik. Sehingga
banyak dari pengetahuan tersebut hilang karena gerusan perkembangan
teknologi dibidang kedokteran dan pengobatan modern. Pengetahuan tentang
tumbuhan obat ini sangat penting untuk menunjang peningkatan ilmu
pengetahuan dibidang pengobatan dan agar tidak terjadinya erosi pengetahuan
tradisional karena kurangnya kesadaran akan pentingnya aset karya intelektual
(Setyowati, 2010).
Sehingga, perlu adanya usaha pendokumentasian informasi tentang
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat guna menunjang peningkatan ilmu
pengetahuan dibidang pengobatan dan mengurangi pemakaian obat kimia pada
masyarakat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memanfaatkan kajian
etnofarmakologi dalam sebuah penelitian. Etnofarmakologi dalam pengertian
modern hanya menjadi mungkin dengan adanya pengujian secara ilmiah untuk
mempelajari efek suatu zat dari ekstrak tumbuhan yang diteliti secara
sistematis.
B. Senyawa Metabolit pada Tumbuhan
Kajian etnofarmakologi merupakan studi yang membahas tentang
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu tumbuhan (Hartanto
& Sofiyanti, 2014). Telah diketahui bahwa tumbuhan memiliki dua jenis
senyawa metabolit, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.
Metabolit primer digunakan tumbuhan untuk pertumbuhan, sedangkan
metabolit sekunder tidak berperan secara langsung bagi tumbuhan untuk
37 | E t n o b o t a n i
pertumbuhan (Setyorini, 2017). Menurut Dharmono (2008) tumbuhan
memiliki komponen awal yang disebut metabolit primer, itu dihasilkan oleh
kebanyakan tumbuhan karena ia berguna untuk proses biokimia yang
menunjang pertumbuhan, fotosintesis, respirasi, pembuangan, dan proses–
proses lainnya. Bahan-bahan yang termasuk metabolit primer ialah
karbohidrat, protein, lemak dan asid nukleik, yang mana berupa komponen
dasar dalam nutrien manusia.
Sedangkan, metabolit sekunder diproduksi tanaman dalam jumlah
tertentu pada kondisi tercekam. Contoh metabolit sekunder di antaranya adalah
antibiotik, lilin, pigmen, tanin, resin, karet/latek, minyak kolatin, saponin,
hormon, alkaloid, dan lain-lain (Dharmono, 2008). Setiap jenis senyawa
metabolit sekunder memiliki fungsi yang berbeda-beda dan senyawa ini tidak
berperan penting untuk kelangsungan hidup tanaman, tetapi memberi beberapa
keuntungan. Metabolit sekunder berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tanaman, baik dari cekaman biotik maupun abiotik. Selain sebagai mekanisme
pertahanan, senyawa ini juga berfungsi sebagai atraktan. Senyawa metabolit
sekunder tertentu dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai antioksidan atau
bahan baku obat (Setyorini, 2017).
C. Penerapan Kajian Etno-Farmakologi
Penerapan kajian etnofarmakologi dapat di lihat dari beberapa
penelitian yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Kajian Empiris dan Etnofarmakologi Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat
Asal Desa Tumbang Rungan Kelurahan Pahandut Kota Palangkaraya
Kalimantan Tengah” (Qamariah, Handayani & Novaryatiin, 2018).
2. “Kajian Etnofarmakologi Tumbuhan Obat oleh Masyarakat di Kecamatan
Tanta Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan” (Mulyani,
Ryana & Selifiana, 2019).
3. “Studi Etnofarmakologi Antiparasit Masyarakat Komunitas Adat Dusun
Limbungan di Lombok Timur” (Marjuliana, Sukenti, & Pratama, 2019).
38 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
4. “Kajian Komposisi Kimia, Nilai Nutrisi, dan Etnofarmakologis Tanaman
Genus Kenari” (Rahman, Anggadiredja, Gusdinar, Sitompul & Ryadin,
2019).
5. “Kajian Etnofarmakologi Pemanfaatan Tanaman Obat oleh Masyarakat di
Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat” (Mulyani,
Hasimun & Sumarna, 2020).
Penelitian etnofarmakologi dapat dilakukan dengan melakukan
wawancara dan observasi pada suatu masyarakat etnis tertentu di suatu daerah.
Menurut Dharmono (2019) hal-hal yang perlu dikaji pada kajian etno-
farmakologi untuk mendapatkan informasi awal yaitu sebagai berikut.
1. Inventarisasi tumbuh-tumbuhan yang digunakan masyarakat etnis tertentu
dalam rangka pengobatan tradisional.
2. Cara masyarakat mendapatkan tumbuhan yang berkhasiat obat.
3. Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat dan manfaatnya.
4. Cara pengolahan tumbuhan hingga menjadi ramuan obat.
5. Alat yang digunakan dalam pembuatan ramuan obat.
6. Bahan atau tumbuhan lain sebagai campuran.
7. Cara penggunaan ramuan tumbuhan, kapan digunakan dan pantangan
dalam rangka untuk penyembuhan suatu penyakit.
Setelah mendapatkan informasi awal dari masyarakat terkait tumbuhan
yang berkhasiat obat, penelitian dapat dilanjutkan dengan melakukan uji
fitokimia dilaboratorium untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder apa
saja yang dikandung tumbuhan, sehingga bisa dipastikan senyawa apa yang
berkhasiat sebagai obat suatu penyakit. Kemudian untuk mengetahui efek
senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan tersebut dapat dilakukan uji coba
penggunaan obat pada hewan percobaan. Berikut foto kegiatan wawancara
dengan masyarakat setempat yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
39 | E t n o b o t a n i
Sumber: www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id
Gambar 4.1 Wawancara dengan masyarakat setempat.
D. Tumbuhan Obat dalam Perspektif Islam
Allah Swt. telah menciptakan beragamnya tumbuh-tumbuhan tidaklah
dengan sia-sia, melainkan sebagai rezeki bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Alquran telah mengisyaratkan tentang khasiat tumbuhan
tertentu baik sebagai makanan bergizi maupun sebagai obat. Perhatikan firman
Allah Swt. dalam surah al-Baqarah (2) ayat 61 dan surah ar-Rad (13) ayat 4
berikut ini.
اِبََِموتاَََساَِّنَّامَلذساُهتتَُمبمقُتُِْۢلدنتلُُبَِكمواَونُُٰتَينوُمااُضالَّوِرَِلَيذَٰبسكرفُيىتُر َُلهُضو ََعونَلَن ِيماَنَّ ِْۢهدِبنُٰٰنما ٰيص َبِبىاقلَِتِلرِذِب َلَّاهَّلّاةُلَِعذّٰلٰلِا َ َوويىِقاَثلَّواَيَهُمِٕىقَطَوتَُهسلَُعااَكونََمخ َ َيوةُن َّفُوراَاوولِِبَمنَّحِۤاابَِدهيُءاهبَِفَوناَ ُوطد ِبِبوَعَغاعَُغ َدي ِلَِِمرسَنَضاَهاابصلَرً ََربَّحِوامبََ ِكقَنَف ِايَُصَِّّللنٰذّٰخلَهِلِاِاَلر َ ُككجمٰذقَ ِبِلاَل ََّمَنمََكالاا
٦١ َع َصوا َّو َكانُوا َيعتَ ُدو َن
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak
tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka
mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami
apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa)
menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti
dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan
memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa
40 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat
kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang
benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui
batas” (Qs. Al-Baqarah (2): 61).
َّو َن ِخيل َِّمونُنفَ ِاَضعُلَنا َبعب َضَّو َه َازر َع ٰلعى فَِو ِفِصىنىاَوالُانُك َل ِلَّور ِا َغ َّيِن ُضرفِ ِقيِص َٰطذن ِلَعواَكنُّمَ ٰتَلُّيٰيٰجس ِٰقوت ٰرِلى َقبِتو َممۤا َّ َءّيوعََّجِقونّٰلُا ِوحت َدن
بَعض ٤
Artinya: “Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-
kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang,
dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi
Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal
rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti” (Qs. Ar-Rad
[13]: 4).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir surah al-Baqarah (2) ayat 61 yaitu bercerita bahwa ketika
Bani Israil tersesat di padang pasir Sinai, mereka berkata kepada Nabi Musa
bahwa mereka tidak tahan terhadap satu jenis makanan saja, sedang yang ada
hanya mann dan salwa saja (al-Baqarah/2:57). Mereka berkata demikian
karena keingkaran mereka terhadap Nabi Musa as. dan kebanggaan terhadap
kehidupan mereka dahulu. Bani Israil kemudian meminta kepada Musa as. agar
berdoa kepada Tuhan semoga Dia mengeluarkan sayur-sayuran yang
ditumbuhkan bumi sebagai ganti mann dan salwa. Mereka tidak mau berdoa
sendiri, tetapi mengharapkan Musa yang berdoa kepada Tuhan, karena mereka
memandang Musa orang yang dekat kepada Tuhan dan lagi pula dia seorang
Nabi yang dapat bermunajat kepada Allah Swt. Sayur-mayur dan lain-lain yang
mereka minta itu banyak terdapat di kota-kota, tapi tidak terdapat di padang
pasir. Sebenarnya permintaan itu tidak sukar dicari, karena mereka dapat
memperolehnya asal saja mereka pergi ke kota. Nabi Musa menolak
permintaan itu dengan penuh kekecewaan dan kejengkelan serta mencela sikap
mereka karena mereka menolak mann dan salwa, makanan yang sebenarnya
41 | E t n o b o t a n i
mengandung nilai gizi yang lebih tinggi dan sangat diperlukan oleh tubuh,
dibandingkan dengan sayur-mayur.
Kemudian dalam Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian
Agama RI, 2016) menjelaskan tafsiran surah ar-Rad (13) ayat 4 yaitu
merupakan kelanjutan dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di bumi,
yaitu bahwa di bumi terdapat bagian-bagian tanah yang berdekatan dan
berdampingan tetapi berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur
untuk ditanami tanaman apa saja, ada pula tanah yang hanya dapat ditanami
pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik untuk ditanami tanaman palawija atau
sebaliknya, ada pula tanah yang lunak dan ada pula yang keras atau sulit untuk
digemburkan. Di bumi terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija, dan
pohon yang bercabang dan tidak bercabang. Semuanya itu disiram dengan air
yang sama tetapi menghasilkan buah yang beraneka ragam rasanya, seperti
pohon tebu yang rasanya manis, buah jeruk yang rasanya manis dan masam,
serta buah paria yang rasanya pahit, dan lain sebagainya. Allah melebihkan
sebahagian tanaman-tanaman atas sebagian yang lain baik dari bentuknya,
rasanya dan baunya. Semua tanda-tanda itu menunjukkan kekuasaan Allah dan
menjadi dalil yang bisa menimbulkan keyakinan bagi orang-orang yang mau
berpikir.
Menurut kajian saintis, perbedaan rasa dari buah-buahan atau tanaman,
disebabkan perbedaan kandungan kimiawi yang ada di dalamnya. Zat atau
molekul kimiawi ini, dalam bahasa ilmu biokimia dikenal dengan sebutan
metabolit. Perbedaan jenis maupun kuantitas metabolit inilah yang
memberikan rasa yang berbeda-beda dari tanaman atau buah yang berbeda.
Kemudian dalam narasi Alquran tentang Nabi Yunus as. disebutkan
tentang tanaman sayuran sejenis labu yang ditumbuhkan sebagai penyembuh
bagi Nabi Yunus as. yaitu dalam surah al-Shaffat (39) ayat 139-146 berikut ini.
١٤٠ اِذ اَبَ َق ِالَى الفُل ِك ال َمش ُحو ِن١٣٩ َواِ َّن يُونُ َس َل ِم َن ال ُمر َس ِلي َن
١ل١َ ٤و٤َل٤َف٦١نَن٤يو٢ُ ِبَو َفاَْۢاَنثل َبتَت َقفَِن َاميهُ َعاَب َلليطُِحهنِوه َش ُاِتٰلَج ََوىرةًهُ َيَ ِومو ِمُمن ِلييَُيّبمق َع ِطث١ََلل١٤١٤١٤٥ن٣َ اَففََ َنّنَ َبَسهاذ ٰن َهَكهَُام َبِفَنا َلكاَِعم ََنَرنۤا ِ ِماءل َن َُموالَسهُ ِبَُمو ِدحي َحَس َِنق ِيضمي
42 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i