Artinya: “Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul,
(ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian
dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah
(dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan
tercela. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak
berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di
perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan. Kemudian Kami
lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan
sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari
jenis labu” (Qs. Al-Shaffat [39]: 139-146).
Terkait ayat tersebut, dalam Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya
(Kementerian Agama RI, 2016) menjelaskan tafsiran ayat ini yaitu setelah satu,
atau tiga, atau beberapa hari (menurut beberapa pendapat) Nabi Yunus berada
di dalam perut ikan besar itu, kemudian Allah memerintahkan ikan tersebut
memuntahkannya ke suatu daerah tandus yang tidak ditumbuhi tanaman apa
pun. Karena beberapa saat berada di dalam perut ikan, kondisi Nabi Yunus
lemah sekali. Untuk menyelamatkannya dari terpaan panas matahari, Allah
menumbuhkan pohon yaqthin (sejenis labu) di sampingnya. Daun pohon itu
melindunginya dan buahnya jadi makanan sekaligus obat yang menjadikanya
pulih setelah sakit.
Selain itu, Allah Swt. juga mengkabarkan bahwasanya Alquran adalah
sebagai penyembuh, yaitu firman Allah Swt. dalam surah al-Israa (17) ayat 82
berikut ini.
َونُ َن ِز ُل ِم َن القُر ٰا ِن َما ُه َو ِشفَ ۤاء َّو َرح َمة ِلل ُمؤ ِم ِني َن َو َل َي ِزي ُد ال ّٰظ ِل ِمي َن
٨٢ ِا َّل َخ َسا ًرا
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang
zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian” (Qs. Al-
Israa [17]: 82).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu menerangkan bahwa Allah Swt. menurunkan
Alquran kepada Muhammad sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan,
kekafiran, dan kemunafikan. Alquran juga merupakan rahmat bagi kaum
43 | E t n o b o t a n i
muslimin karena memberi petunjuk kepada mereka, sehingga mereka masuk
surga dan terhindar dari azab Allah. Ayat ini juga mengingatkan kaum
Muslimin bahwa bagi orang-orang yang zalim, yaitu yang ingkar, syirik, dan
munafik, Alquran hanya akan menambah kerugian bagi diri mereka, karena
setiap ajaran yang dibawa Alquran akan mereka tolak. Padahal jika diterima,
pasti akan menguntungkan mereka.
Selain itu, Nabi Muhammad Saw. pernah ditanya seseorang tentang
adakah obat untuk penyakit yang dideritanya, kemudian didepan para
sahabatnya Nabi bersabda sebagai berikut.
فَِإذَا أُ ِصيْ َب َدَواءُ ال َّداِء بََرأَ ِبِ ْذ ِن اللِه َعَّز َو َج َّل،ٌلِ ُك ِّلِ َداٍء َدَواء
Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai
sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu sembuh” (HR.
Muslim dan Ahmad).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa segala macam penyakit pasti akan
ada obatnya. Akan tetapi, pemilihan obat yang tepat sasaran menjadi tantangan
besar bagi manusia untuk mengupayakan dan menggali pengetahuannya,
dimana Allah Swt. telah menciptakan tumbuhan yang beraneka ragam.
Disamping itu juga Allah Swt menciptakan alam semesta dengan berbagai
keanekaragaman hayatinya sebagai nikmat bagi kehidupan manusia, di
dalamnya terkandung manfaat yang sangat beragam, contohnya tumbuhan
yang tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal, beberapa tumbuhannya
pasti dapat dipergunakan sebagai obat. Pengobatan dengan tumbuhan (herbal
medicine), dari dulu hingga sekarang masih sering dipergunakan sebagai obat
alternatif penyembuhan suatu penyakit.
Sekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia sekitar
9.600 spesies telah diketahui berkhasiat obat, dari jumlah tersebut tercatat
bahwa 283 spesies merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat
tradisional (Kusuma, 2005). Segala macam penyakit pasti ada obatnya dan bisa
disembuhkan dengan izin Allah Swt. tergantung bagaimana cara mengatasi
penyakit tersebut.
44 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
Manusia yang dikaruniai akal, punya kemampuan mengkaji dan
mempelajari tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat penyakit tertentu,
apabila itu dimaksimalkan maka kesejahteraan hidup manusia akan mudah
tercapai (An-Najjar, 2006). Islam sangat menganjurkan umatnya mencari tau
obat dalam hal pengobatan suatu penyakit. Selain itu juga mengarahkan
umatnya agar memakai bahan pengobatan yang halal, thoyyib dan caranya
baik. Kesembuhan suatu penyakit dipengaruhi oleh bahan dan cara
pengobatan yang baik. Beberapa bahan obat-obatan terkhusus yang berasal
dari bahan alam seperti tumbuhan telah banyak dipakai dan dipraktikkan
dalam pengobatan sejak zaman Rasulullah Saw. Beberapa bahan obat yang
berasal dari tumbuhan yaitu kurma. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw. terkait manfaat kurma sebagai berikut.
ًلَ َ َرَسحم َِّدمُسيَثَعَنوا َُُضلتأَ َّبُرّلهُوَعَّلاِا َذِبَمِلكَرَِكَصرلَّبابلَنىيَ ُنوّلَسَأمََّل ِباُع ِد ُيس َعٌّمبلَيَِشنَويِه َبَأَلِبَةَوي َِسسَحّلَ َ َّدوَحمثَّقَ َنارَياقُ أَوبُص ُلو َيقُأَُمو َسناُل َتمَةَ َس َِصمبََّعع َحن ُت ِب َه َساَسب ِعش ِعًِدماتَب َيَم ِقُنَروا ُ َهلات ِش َسمَعِمقَجعاَو َُةتل
Artinya: “Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah,
Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hasyim bin
Hasyim dia berkata; Aku mendengar ' Amir bin Sa'd bin Abu
Waqqash berkata; 'Aku mendengar Sa'd berkata; Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang makan tujuh butir kurma 'Ajuwa pada pagi hari, maka pada
hari itu dia tidak akan celaka oleh racun maupun sihir” (HR.
Muslim).
َح َّدثَ َنا ِإس َح ُق ب ُن إِس َم ِعي َل َح َّدثَ َنا ُسفيَا ُن َعن اب ِن أَ ِبي نَ ِجيح َعن ُم َجا ِهد
َعن َسعد قَا َل َم ِرض ُت َم َر ًضا أَتَانِي َر ُسو ُل ّل َّل ِا َصلَّى ّل َّل ُا َع َلي ِه َو َسلَّ َم
َأَو َخَجادثَ ِقُتي بَفر َدفَإَِهنَّاهُ َع ََلر ُىج فلُ َؤيَاتَِد َط َبّي َفُبَقا َف َلل َيأإِنَّ ُخ َذك َحتَّى يَعُو ُدنِي فَ َو َض َع َي َدهُ بَي َن ثَديَ َّي
ََكلَ َدة َر ُجل َمفئُود ائ ِت ال َحا ِر َث ب َن
َسب َع تَ َم َرات ِمن َعج َو ِة ال َم ِدينَ ِة فَليَ َجأ ُه َّن ِب َن َواهُ َّن ثُ َّم ِل َيلُ َّد َك ِب ِه َّن
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isma'il telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abu Najih dari Mujahid
dari Sa'd ia berkata, "Aku pernah mengalami sakit, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam lalu datang menjengukku, beliau
kemudian meletakkan tangannya di antara kedua dadaku hingga aku
45 | E t n o b o t a n i
merasakan dinginnya tangan beliau pada dadaku. Kemudian beliau
bersabda: "Sesungguhnya engkau adalah seorang laki-laki yang
terkena penyakit pada hatinya, datanglah kepada Al Harits bin
Kaladah saudara Tsaqif, ia orang yang bisa kedokteran. Hendaknya
ia mengambil tujuh buah kurma 'ajwah Madinah, hendaknya ia
tumbuk bersamaan dengan bijinya, kemudian meminumkannya
kepadamu!" (HR. Abu Dawud).
Selain kurma, biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) juga digunakan
pada zaman Rasulullah Saw. untuk mengobati berbagai penyakit. Penggunaan
biji jintan hitam sebagai obat pada zaman Rasulullah Saw. tampak ketika
Muhammad bin Dzuraikh mengeluh kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq karena
merasakan nyeri di perutnya, maka beliau menganjurkannya untuk memakan
jintan hitam (Al-Idrus, 2009). Keutamaan jintan hitam disebutkan dalam hadits
Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. sebagai berikut.
ِإََّل ِم َن إل َّسام،ِإ َّن َه ِذ ِه إلحَبَّ َة إل َّس ْو َدإ َء ِش َفا ٌء ِم ْن ُ ِلك َدإ ٍء
Artinya: “Sesungguhnya habbatus sauda’ ini mengandung obat segala
penyakit, kecuali kematian” (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut, Rasulullah Saw. telah memberi petunjuk tentang
manfaat biji jintan hitam (habbatus sauda’) sebagai obat alami yang dapat
menyembuhkan penyakit bagi manusia, seperti asam urat. Al-Jauziah (2008)
menyatakan bahwa jintan hitam (Nigella sativa L) adalah salah satu tumbuhan
obat yang tertera dalam hadits Rasulullah Saw.
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa Rasulullah Saw.
menggunakan tumbuhan-tumbuhan juga dalam proses pengobatan, seperti
halnya pengobatan tradisional yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Hal
ini menunjukkan bahwa antara tumbuhan dengan manusia mempunyai
hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk menuntun
manusia dalam mengembangkan akal pikirannya, guna kebaikan manusia dan
alam sekitarnya. Allah Swt. menciptakan berbagai macam tumbuhan di muka
bumi ini agar manusia dapat mengelolanya dan dapat mengambil manfaatnya.
Nabi Muhammad Saw. menyeru kepada umatnya agar berusaha mencari obat
46 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
ketika tubuh sedang dalam kondisi sakit, karena itu merupakan bentuk dari rasa
sabar yang dicontohkan beliau, sebagaimana telah disebutkan dalam sabdanya.
Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata sebagai
berikut.
َْْلجَََرََُملّي:َلَاو:لهَقَفَاَعََقَلّاز،أََمْاعفَِإَراَُهّنَُوبال؟،ال:ءَتَقَاَدِلُاتَواوْاْو.ا،َدوا اَِلحولهٍَِدج،َاَعءنًَلََعْيَغِْهمَْْيَََيوَدَساَِعلٍّءبََما:أَاإِنَللَتَنَّاَِّدِّاِبَوَو َضىَصََعل؟ّ لَفىَهَُقاالِلَشهلَُف د،َِالِعلْنه ُكْن ُت
َر ُسْوَل
ًََلْ يَ َض ْع َداء
Artinya: “Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya,
“Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab:
“Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan
meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya:
“Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR.
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan
shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits
ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish
Shahihain, 4/486).
Hadis ini mencakup obat-obat qalbu, jiwa, dan fisik, sekaligus jenis
penawarnya. Nabi Saw. mengatakan bahwa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan ialah penyakit tua. Pada hadis lain Nabi Saw. juga menjadikan
kebodohan sebagai penyakit dan menjadikan obatnya kebodohan adalah
dengan bertanya kepada para ulama.
Terkait obat tradisional, pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam
selama tidak merusak diri sendiri maupun orang lain. Pengobatan tradisional
diperbolehkan dalam islam selama tidak membawa manusia kepada perbuatan
syirik seperti adanya ritual, mantra, berdoa kepada jin, dan bergantung pada
jimat. Hal tersebut dilarang, karena Islam merupakan agama tauhid. Hanya saja
pengobatan tradisional yang berbau mistik ini masih akan tetap subur di
Indonesia selama umatnya masih percaya kepada hal-hal mistik, supranatural,
ruh halus dan ruh jahat. Hal tersebut terjadi selama pemahaman ilmu agama
47 | E t n o b o t a n i
beberapa umat Islam masih rendah, terutama pemahaman Islam mengenai
aqidah tidak mendalam, sehingga belum mengerti dan menghayati arti maupun
makna tauhid (Purwanto, 1999).
Berdasarkan firman Allah Swt. dan Hadis Rasulullah Saw.
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Islam menghargai dan menyetujui pengobatan melalui tumbuh-tumbuhan.
Namun, pemakaiannya haruslah disesuaikan dengan ajaran Islam, dapat
dipahami akal, sesuai sunatullah, dan tidak boleh membawa kepada syirik.
RANGKUMAN
1. Etnofarmakologi merupakan cabang dari etnobotani yang berkaitan dengan
tumbuhan obat, dimana kajiannya membahas tentang pemanfaatan tumbuhan
herbal secara khas oleh suatu etnis masyarakat.
2. Penerapan kajian etnofarmakologi dapat di lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. Penelitian etnofarmakologi dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara dan observasi pada suatu masyarakat etnis tertentu di
suatu daerah.
3. Obat tradisional dari tumbuhan pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam
selama tidak merusak diri sendiri maupun orang lain. Pengobatan tradisional
48 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
diperbolehkan dalam islam selama tidak membawa manusia kepada perbuatan
syirik, seperti adanya ritual, mantra, berdoa kepada jin, dan bergantung pada
jimat. Segala macam penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan dengan
izin Allah Swt. tergantung bagaimana cara mengatasi penyakit tersebut.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian etno-farmakologi!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian etno-farmakologi!
3. Jelaskan integrasi antara tumbuhan obat dengan nilai-nilai keislaman!
49 | E t n o b o t a n i
50 | K a j i a n E t n o - F a r m a k o l o g i
BAB 5
KAJIAN ETNO-ANTROPOLOGI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-antropologi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-antropologi dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara antropologi dengan nilai-
nilai keislaman.
Sumber: www.seputarpernikahan.com
Manusia sebagai makhluk sosial pasti memiliki sebuah kebudayaan, yang
mana setiap etnis masyarakat memiliki kebudayaannya masing-masing. Tahukah
Anda bahwa beberapa kebudayaan manusia yang khas melibatkan beberapa
tumbuh-tumbuhan? Kemudian, tahukah Anda bahwa beberapa kebudayaan
manusia juga ada yg berhubungan dengan hal mistik? Seperti apa pandangan Islam
mengenai kebudayaan manusia yang berhubungan dengan sesuatu yang mistik?
Ayo, diskusikan bersama!
51 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Etno-Antropologi
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia.
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia
dan logos yang berarti ilmu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
secara terminologi, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia,
khususnya tentang asul-usul, aneka warna, bentuk fisik, bahasa, adat istiadat,
dan kepercayaannya.
Beberapa definisi berikut ini akan membantu kita dalam memahami
pengertian antropologi. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya (Sahar, 2015). Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang manusia secara holistik sebagai mahluk biologi dan
manusia sebagai mahluk sosio-budaya, yaitu sebagai suatu kesatuan bio-sosio-
budaya (Harsoyo, 1999: 1). Antropologi adalah ilmu yang mempelajari
manusia pada umumnya baik mengenai bentuk fisik, warna kulit, maupun
kebudayaan yang dihasilkan (Koentjaraningrat, 2009: 12). Adapun definisi lain
yang dikemukakan oleh pakar antropologi antara lain adalah menurut Peacock
(1998) pengertian antropologi itu memfokuskan pada aspek pemahaman secara
menyeluruh dari keanekaragaman manusia.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa
antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, baik dari segi fisik,
sosial, bahasa, kepercayaan dan kebudayaannya. Etnoantropologi merupakan
cabang ilmu dari kajian etnobotani yang difokuskan pada perilaku manusia
dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan serta pelestarian lingkungan dengan
kebudayaan yang sudah turun-temurun pada suatu etnis masyarakat. Menurut
Dharmono (2019) kajian etnoantropologi meliputi penggunaan tumbuhan
dalam permainan, acara ritual keagamaan, kepercayaan maupun mitos yang
diyakini oleh masyarakat setempat dan sifatnya khas.
Kajian etnobotani yang ditinjau dari segi antropologi atau biasa disebut
etno-antropologi merupakan pemanfaatan spesies tumbuhan dalam kehidupan
masyarakat lokal terkait dengan prosesi adat atau ritual yang berkembang dan
52 | K a j i a n E t n o - A n t r o p o l o g i
dilakukan secara turun-temurun, serta sangat erat kaitannya dengan hal-hal
berorientasi mistik (Hartanto & Sofiyanti, 2014).
Masyarakat tradisional di berbagai belahan bumi memiliki keyakinan
yang kuat terhadap bumi sebagai ibu pertiwi dan tumbuhan sebagai sumber
kehidupan. Keberadaan tumbuhan sebagai sandang, pangan, papan, obat-
obatan dan pelengkap pada adat istiadat merupakan elemen penunjang dasar
kehidupan dan kebudayaan manusia mulai awal sejarahnya (Suryadarma,
2008).
Hanya saja kajian etnoantropologi dalam penelitian etnobotani belum
terlalu dikenal, ditambah lagi belum banyak peneliti yang mengkaji tumbuhan
dari segi antropologinya. Sehingga membuka peluang besar bagi para peneliti
etnobotani yang mau mengkaji tumbuhan dari segi antropologinya dan
mendokumentasikannya dalam sebuah karya tulis ilmiah. Kajian
etnoantropologi memiliki beberapa manfaat, diantaranya yaitu sebagai
kekayaan ilmu pengetahuan berbasis kearifan lokal, guna mendokumentasikan
kebudayaan masyarakat setempat dalam memanfaatkan maupun melestarikan
tumbuhan sekitar, agar tidak menghilang begitu saja tergerus arus modernisasi.
B. Penerapan Kajian Etno-Antropologi
Penerapan kajian etnoantropologi dapat di lihat dari beberapa penelitian
yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Studi Etnobotani Famili Zingiberaceae dalam Kehidupan Masyarakat
Lokal di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi, Riau”
(Hartanto & Sofiyanti, 2014).
2. “Kajian Etnobotani Rotan Batang (Calamus zollingeri B.) Masyarakat
Desa Matalagi Kecamatan Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara”
(Sarwiana, Munir & Sudrajat, 2016).
3. “Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Bunga pada Masyarakat Suku Banjar di
Kecamatan Karang Intan Kalimantan Selatan” (Ningsih, Gunawan &
Pujawati, 2017).
53 | E t n o b o t a n i
4. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku
Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado” (Dharmono, 2018).
5. “Pemanfaatan Etnomedisin dari Famili Zingiberaceae pada Masyarakat
Etnis Lampung Pesisir Kabupaten Tanggamus Kecamatan Semaka
Provinsi Lampung” (Zen, Kamelia & Noor, 2019).
Teknik pengumpulan data etnoantropologi dalam suatu penelitian
etnobotani dapat dilakukan dengan terjun langsung kemasyarakat dan
melakukan interaksi secara langsung dengan masyarakat setempat. Menurut
Dharmono (2008) teknik pengumpulan informasi dapat diperoleh dengan
memilih responden dari masyarakat setempat, kemudian melakukan
wawancara. Hal-hal yang perlu dikaji pada kajian etno-antropologi yaitu acara
ritual keagamaan dan kepercayaan maupun mitos yang diyakini oleh
masyarakat setempat yang sifatnya khas, serta kebudayaan atau kebiasaan yang
turun-temurun dari masyarakat (Dharmono, 2019). Berikut foto ritual yang
memanfaatkan tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id
Gambar 5.1 Ritual Laluhan dalam Tradisi Dayak Ngaju
C. Antropologi dalam Perspektif Islam
Terkait kajian etno-antropologi yang fokus kajiannya berupa tradisi
yang memanfaatkan tumbuhan, diketahui bahwa dahulu Nabi dan Salafush
Shaleh pernah melakukan pembakaran kemenyan, sebagaimana disebutkan
54 | K a j i a n E t n o - A n t r o p o l o g i
didalam berbagai hadis. Misalnya hadis shohih riwayat Imam Muslim berikut
ini.
ََي َقواطَس َلَلَّر َم َُكحاهُ َن َما َعب ُانْلَلُ ُع َّوَمةِ َرثُ َّمِإذَقَاا اَلستََه َكجذََما َر َكاا َنستَ َيجس َمتَ َرج ِمبِاُرْلَ َلُر َّو ُسةِو َُغليَّلر َّل ِا ُم َط َص ََّّلراةى َعن نَا ِفع
َو ِب َكافُور
ّل َّلاُ َع َلي ِه
Artinya: “Dari Nafi’, ia berkata, "Apabila Ibnu Umar mengukup mayat
(membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu
gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang
dicampurkan dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata,
“Beginilah cara Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika
mengukup jenazah (membakar kemenyan untuk mayat)” (HR.
Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw. dan
para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari
minyak wangi hingga kemenyan, ini merupakan tradisi yang dijalankan oleh
Nabi Muhammad Saw. dan para Sahabat. Namun yang perlu digaris bawahi
ialah, kemenyan yang Nabi Muhammad Saw. bakar dimaksudkan hanya untuk
pewangi ruangan dan tidak ada hubungannya dengan hal mistik.
Terkait adat-istiadat (tradisi) bukan lagi sesuatu yang asing bagi
masyarakat, karena sudah membudaya. Istilah adat istiadat mengacu pada tata
kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi ke generasi lain sebagai
warisan, sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 5-6). Adapun makna lainnya ialah
bahwa adat-istiadat disebut sebagai suatu hal yang dilakukan berulang-ulang
secara terus-menerus hingga akhirnya melekat, dipikirkan dan dipahami oleh
setiap orang tanpa perlu penjabaran.
Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, Alquran sebagai pedoman hidup
telah menjelaskan bagaimana kedudukan tradisi (adat-istiadat) dalam agama
itu sendiri. Biasanya nilai-nilai yang termaktub dalam sebuah tradisi dipercaya
dapat mengantarkan keberuntungan, kesuksesan, kesembuhan, kelimpahan,
maupun keberhasilan bagi masyarakat tersebut. Sehingga, eksistensi adat-
istiadat tersebut juga tidak sedikit menimbulkan polemik jika ditinjau dari
55 | E t n o b o t a n i
kacamata Islam yang berlandaskan tauhid dan adanya larangan menyekutukan
Allah dengan sesuatu apapun.
Islam sebagai agama yang syariatnya telah sempurna berfungsi untuk
mengatur segenap makhluk hidup yang ada dibumi dan salah satunya manusia.
Setiap aturan-aturan, anjuran, perintah tentu saja akan memberi dampak positif
dan setiap larangan yang diindahkan membawa keberuntungan bagi hidup
manusia. Salah satu larangan yang akan membawa maslahat bagi manusia
adalah menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan nenek moyang terdahulu
yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal tersebut sebagaimana yang Allah
firmankan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 170 berikut ini.
ٰابَ ۤا َءنَا َعلَي ِه َقالُوا َبل نَتَّ ِب ُع َما اَلفَينَا َما اَن َز َل ّل ّٰل ُا قِ َكيا َل َن َل ٰا ُهبَ ُۤام ُؤاتَُّه ِبمعُ َولا َو ِاذَا
١٧٠ َّو َل يَهتَ ُدو َن َيع ِقلُو َن َشيـًٔا اَ َو َلو
Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti
apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).”
Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan
tidak mendapat petunjuk” (Qs. Al-Baqarah [2]: 170).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu apabila dikatakan kepada mereka, yaitu orang-
orang musyrik, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah kepada para nabi yaitu
tuntunan mengenai kebenaran, mereka menolak nasihat tersebut dan mereka
menjawab, Tidak! Kami tidak mau mengikuti nasihat itu, karena cukup bagi
kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami. Mereka
mengatakan hal ini karena ingin melestarikan tradisi yang dilakukan nenek
moyang mereka, antara lain menyembah berhala, meminum minuman keras,
dan perilaku tidak terpuji lainnya. Padahal, nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa pun tentang tradisi yang dijalankan selain juga mengikuti
nenek moyang sebelumnya, dan mereka tidak mendapat petunjuk dasar-dasar
kebenaran tradisi tersebut.
Perumpamaan bagi penyeru yang mengajak orang kafir agar mereka
mengikuti kebenaran, yaitu beriman kepada Allah dan hari Akhir, adalah
56 | K a j i a n E t n o - A n t r o p o l o g i
seperti penggembala yang meneriaki binatang gembalaannya yang tidak
mendengar selain panggilan dan teriakan. Mereka mendengar panggilan dan
ajakan, tetapi mereka tidak memahami maksud dan manfaatnya, sehingga
mereka memilih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka. Hal itu
karena telinga mereka tuli tidak berfungsi untuk mendengarkan nasihat dan
bimbingan, mulut mereka bisu tidak bisa difungsikan untuk bertanya dan
berbicara kebenaran, mata mereka buta tidak dapat melihat tanda-tanda
keesaan dan kekuasaan Allah yang tersebar di alam nyata. Maka mereka tidak
mengerti dan tidak menyadari kalau sudah melakukan kesalahan yang besar,
yaitu mengikuti tradisi nenek moyang yang keliru padahal telah datang ajaran
kebenaran yang dibawa oleh para rasul Allah.
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita tentang orang-orang yang lebih
patuh pada ajaran dan perintah nenek moyangnya daripada syariat yang
diwahyukan oleh Allah didalam Alquran. Seperti adanya kepercayaan-
kepercayaan tertentu pada ritual-ritual yang menjanjikan keselamatan,
ketenangan hidup, penolak bala yang menjadi salah satu tradisi masyarakat di
berbagai daerah.
Padahal seharusnya sikap seorang muslim haruslah mendahulukan
dalil-dalil dalam Alquran dan Hadis dibanding adat atau tradisi. Sebagaimana
firman Allah pada surah al-Ahzab (33) ayat 36 berikut ini.
ُه ُم٣َل٦اَلو َِمخا َي َرَكةاُ َنِم ِلن ُماَؤمِمِرن ِهمَّو ََول َم ُمنؤ َِيّمنَعة ِ ِاصَذاّل َّٰقلاَ ََضو َرى ُّسل ّٰلو ُاَله َوفََرَقد ُسولُ َضه َّلاَم ًر َضاٰل ًاَلن ُّم ّيَ ِبيُك ًنوا َن
Artinya: “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata” (Qs. Al-
Ahzab [33]: 36).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu Allah menjelaskan bahwa tidak patut bagi
orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, apabila Allah
57 | E t n o b o t a n i
dan rasul-Nya telah menetapkan ketentuan, mereka memilih ketentuan lain
yang bertentangan dengan ketetapan keduanya. Menentukan pilihan sendiri
yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Allah dan rasul-Nya berarti
mendurhakai perintah keduanya, dan tersesat dari jalan yang benar.
Allah juga memerintahkan umat Muslim agar berIslam secara kaffah
(menyeluruh) sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah (2) ayat 208
berikut ini.
ٰياَ ُّي َها الَّ ِذي َن ٰا َمنُوا اد ُخلُوا ِفى ال ِسل ِم َك ۤا ّفَةً َّو َل تَتَّ ِبعُوا ُخ ُط ٰو ِت ال َّشي ٰط ِن
٢٠٨ ِا َنّه َل ُكم َع ُد ٌّو ُّم ِبين
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam
secara kaffah (menyeluruh) dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syeitan adalah
musuh besar bagi kalian” (Qs. Al-Baqarah [2]: 208).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu menekankan agar orang-orang mukmin, baik
yang baru saja masuk Islam seperti halnya seorang Yahudi yang bernama
Abdullah bin Salam, maupun orang munafik yang masih melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan ajaran Islam agar mereka taat melaksanakan ajaran
Islam sepenuhnya, jangan setengah-setengah, jangan seperti mengerjakan
ibadah puasa pada bulan Ramadan tetapi salat lima waktu ditinggalkan, dan
jangan bersifat sebagaimana yang digambarkan Allah di dalam Al-Qur'an
tentang sifat orang Yahudi yang beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan
ingkar kepada sebagian (yang lain).
Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk berIslam secara
menyeluruh yaitu secara batin dan dzahir. Seorang muslim tidaklah patut
mencukupkan dirinya pada aspek ibadah saja, tetapi lalai pada persoalan aqidah
dan muamalah, pun demikian pula sebaliknya memahami aqidah tetapi lalai
dari sisi ibadah dan muamalah. Seorang muslim juga tidak boleh lalai dalam
memperhatikan akhlaknya kepada Allah dan pada sesama manusia. Akhlak
kepada Allah inilah yang dibuktikan dengan sikap menerima, mentaati syariat
58 | K a j i a n E t n o - A n t r o p o l o g i
Allah dan Sunnah Rasulullah Saw. Jika hal ini bisa teraktualisasi pada diri
seorang muslim maka tidak akan kita temukan lagi sikap menolak pada syariat
baik yang bersumber dari Alquran dan Sunnah Nabi-Nya.
Perlu dipahami bahwa adanya syariat tidaklah berupaya menghapuskan
tradisi/adat-istiadat, Islam berupaya memfilter tradisi tersebut agar setiap nilai-
nilai yang dianut dan diaktualisasikan oleh masyarakat setempat tidak
bertolakbelakang dengan Syariat. Sebab tradisi yang dilakukan oleh setiap
suku bangsa yang nota bene beragama Islam tidak boleh menyelisihi syariat.
Karena kedudukan akal tidak akan pernah lebih utama dibandingkan wahyu
Allah Swt. Inilah pemahaman yang esensi lagi krusial yang harus dimiliki oleh
setiap Muslim. Keyakinan Islam sebagai agama universal dan mengatur segala
sendi-sendi kehidupan bukan hanya pada hubungan transendental antara
hamba dan Pencipta, tetapi juga aspek hidup lainnya seperti ekonomi, sosial,
budaya, politik dan lain sebagainya. Kadangkala pemahaman parsial inilah
yang masih diyakini oleh umat Islam. Oleh karena itu, sikap syariat Islam
terhadap adat-istiadat senantiasa mendahulukan dalil-dalil dalam Alquran dan
Hadis dibanding adat atau tradisi.
RANGKUMAN
59 | E t n o b o t a n i
1. Antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, baik dari segi fisik,
sosial, kepercayaan dan kebudayaannya. Etnoantropologi merupakan cabang
ilmu dari kajian etnobotani, dimana kajin etnoantropologi disini difokuskan
pada perilaku manusia dalam memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan serta
pelestarian lingkungan dengan kebudayaan yang sudah turun-temurun pada
suatu etnis masyarakat.
2. Penerapan kajian etnoantropologi dapat kita lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. Hal-hal yang perlu dikaji pada kajian etno-antropologi yaitu
acara ritual keagamaan dan kepercayaan maupun mitos yang diyakini oleh
masyarakat setempat yang sifatnya khas, serta kebudayaan atau kebiasaan yang
turun-temurun dari masyarakat.
3. Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, Alquran sebagai pedoman hidup telah
menjelaskan bagaimana kedudukan tradisi (adat-istiadat) dalam agama itu
sendiri. Namun, eksistensi adat-istiadat tidak sedikit menimbulkan polemik
jika ditinjau dari kacamata Islam yang berlandaskan tauhid dan adanya
larangan menyukutukan Allah dengan sesuatu apapun. Oleh karena itu, sikap
syariat Islam terhadap adat-istiadat senantiasa mendahulukan dalil-dalil dalam
Alquran dan Hadis dibanding adat atau tradisi.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian etno-antropologi!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian etno- antropologi!
3. Jelaskan integrasi antara antropologi dengan nilai-nilai keislaman!
60 | K a j i a n E t n o - A n t r o p o l o g i
BAB 6
KAJIAN ETNO-LINGUISTIK
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-linguistik.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-linguistik dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara linguistik dengan nilai-nilai
keislaman.
Sumber: www.cure-naturali.it
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaraman etnisnya. Setiap
etnis memiliki ciri khas bahasanya masing-masing. Tahukah kamu bahwa suatu
spesies tumbuhan memiliki nama yang berbeda-beda disetiap daerahnya? Apa yang
menyebabkan perbedaan nama tumbuhan disetiap daerah? Kemudian, seperti apa
pandangan Islam terkait adanya keanekaragaman etnis pada manusia? Ayo,
diskusikan bersama!
61 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Etno-Linguistik
Etnolingustik berasal dari kata etnologi dan linguistik, yang lahir
sebagai penggabungan antara pendekatan oleh etnolog atau antropolog budaya
dengan pendekatan linguistik. Etnolinguistik dapat digolongkan menjadi dua
yaitu, (1) kajian linguistik yang memberikan sumbangan bagi etnolog dan (2)
kajian etnologi yang memberi sumbangan bagi linguistik. Kajian tentang
masalah kebahasaan suatu masyarakat merupakan fenomena budaya, yang
dapat dipakai sebagai pemahaman suatu budaya. Dari pengertian tersebut
mengandung dua aspek penting yang saling berhubungan yaitu antara bahasa
dengan budaya masyarakat (Sugianto, 2015).
Etnolinguistik yang dimaksudkan disini merupakan cabang dari kajian
etnobotani yang ditinjau dari segi linguistik. Menurut Martin (1998) kajian
etnolinguistik adalah kajian yang mempelajari tentang asal mula kejadian
pemberian nama suatu tumbuhan dalam bahasa daerah. Sedangkan menurut
Dharmono (2019) kajian etnolinguistik meliputi asal kata atau nama tumbuhan
disuatu daerah, arti nama, dan cara penyampaian informasi kepada generasi
penerus. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa etnolinguistik merupakan kajian
mengenai penamaan suatu tumbuhan pada suatu masyarakat etnis tertentu,
dimana suatu spesies tumbuhan bisa memiliki nama atau penyebutan yang
berbeda-beda untuk setiap daerah.
Etnolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik memiliki cakupan yang
luas antara bahasa dan budaya. Kedua cakupan ini menarik banyak kaum
akademisi untuk melakukan penelitian terkait dengan studi etnolinguistik,
sehingga berbagai pengetahuan baru akhirnya dihasilkan dari penelitian
melalui kajian ilmu ini. Pengetahuan baru tersebut merupakan salah satu cara
inventarisasi hasil-hasil kebudayaan berbentuk bahasa yang telah ada di
tengah-tengah masyarakat sejak dahulu hingga sekarang. Berbagai macam
bentuk penelitian dengan kajian etnolinguistik terus berlanjut sesuai dengan
pergerakan kebudayaan yang dinamis. Hal ini disebabkan karena setiap budaya
baru akan menghasilkan bahasa atau tradisi lisan yang baru pula sesuai dengan
zamannya.
62 | K a j i a n E t n o - L i n g u i s t i k
B. Penerapan Kajian Etno-Linguistik
Penerapan kajian etno-linguistik dapat kita lihat dari beberapa
penelitian yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Kosakata Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Melayu Sambas:
Pendekatan Etnolinguistik” (Yustira, Amir & Syahrani, 2016).
2. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) di Desa
Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur” (Lestari, 2017).
3. “Dokumentasi Etnobotani-Linguistik Tumbuhan Sagu: Laporan Awal dari
Etnis Marori di Taman Nasional Wasur Merauke” (Hisa, Mahuze & Arka,
2017).
4. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku
Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado” (Dharmono, 2007).
5. “Etnobotani Meniran Hijau (Phyllanthus ninuri L) sebagai Potensi Obat
Kayap Ular (Herpes Zoster) dalam Tradisi Suku Dayak Ngaju” (Ervina &
Mulyono, 2018).
Menurut Dharmono (2007) contoh kajian etnolinguistik yaitu pada
tumbuhan spesies Centella asiatica L yang dalam bahasa Indonesia disebut
Pegagan. Nama lokal lainnya untuk pegagan menurut Kompasiana.com yaitu
pegaga (Aceh), jalukap (Banjar), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga (Batak),
antanan (Sunda), rendeng (Jawa), piduh (Bali), sandanan (Irian), semanggen
(Indramayu, Cirebon), pagaga (Makassar), dan daun tungke (Bugis).
Menurut Dharmono (2007) tumbuhan pegagan disebut Jalukap (dalam
bahasa Banjar) yang berarti telapak tangan, tumbuhan ini diberi nama Jalukap
disebabkan karena bentuk daun tumbuhannya menyerupai telapak tangan
dengan tulang daun yang menyerupai jari-jari tangan. Pemberian nama
tumbuhan dalam konteks bahasa didasarkan atas analogi, yaitu pemberian
nama atas dasar persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang
berbeda; kesepadanan antara bentuk-bentuk bahasa yang menjadi dasar
terjadinya bentuk-bentuk lain; sesuatu yang sama dalam bentuk, tujuan, atau
fungsi tetapi berlainan asal usul sehingga tidak ada hubungan kekerabatan,
kesamaan, sebagai ciri antara 2 benda atau hal yang dapat dipakai sebagai dasar
63 | E t n o b o t a n i
perbandingan, maupun kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya
di persamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu
(Dharmono, 2007). Berikut foto tumbuhan Jalukap (Pegagan) yang dapat
dilihat pada Gambar 7.1.
Sumber: www.health.nusantaratv.com
Gambar 7.1 Tumbuhan Jalukap (Pegagan)
C. Linguistik dalam Perspektif Islam
Perbedaan linguistik atau bahasa antar suku merupakan suatu
keniscayaan dan menjadi kekayaan budaya pada suatu bangsa.
Keanekaragaman suku, bahasa, agama, golongan dan budaya merupakan
kekayaan yang pada dasarnya adalah sebuah anugerah yang indah dalam
kehidupan. Tentang kebinekaan dalam etnisitas, Allah Swt. menciptakan umat
manusia berbangsa-bangsa dan berbeda-beda untuk tujuan tertentu, yakni agar
saling berkenalan, saling belajar, dan tolong-menolong dalam arti yang seluas-
luasnya (Chirzin, 2011). Mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman dalam
surah ar-Rum (30) ayat 22 berikut ini.
ِفي اِ َّن َواَل َوانِ ُكم اَل ِسنَ ِت ُكم َواختِ َل ُف َوالَر ِض َخل ُق ال َّس ٰم ٰو ِت َٰذوِل ِم َكن َٰاٰلٰيٰيتِهت
٢٢ ِلل ٰع ِل ِمي َن
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit
dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada
64 | K a j i a n E t n o - L i n g u i s t i k
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang mengetahui” (Qs. Ar-Rum [30]: 22).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat tersebut yaitu bahwa setelah menyebutkan kebesaran
Allah melalui penciptaan langit dan bumi, ayat di atas menyatakan adanya
keanekaragaman bahasa dan warna kulit. Di sini Allah menyatakan bahwa Dia
secara haq menjadikan manusia terdiri atas banyak ras yang kedudukannya
sama di mata-Nya. Berbicara mengenai ras, Allah menjelaskannya melalui
lidah atau lisan. Dalam hal ini, kata lidah mempunyai dua arti. Pertama, lidah
yang secara fisik berada pada rongga mulut dan sangat berperan dalam
mengeluarkan bunyi. Bunyi inilah yang menjadi dasar munculnya bahasa
untuk keperluan berkomunikasi. Kedua, lidah adalah bahasa itu sendiri. Ayat
ini sangat antropologis, karena dalam ayat ini Allah Swt. mengakui bahwa
keberagaman manusia merupakan tanda kebesaran-Nya. Di ayat ini Allah Swt.
mengatakan bahwa perbedaan tersebut merupakan sunnatullah. Allah Swt.
sengaja menciptakan perbedaan tersebut sebagai ujian bagi manusia.
Kemudian Allah Swt. berfirman dalam surah al-Hujurat (49) ayat 13
berikut ini.
ِلتَ َعا َرفُوا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ذَ َكر َّواُن ٰثى َو َج َعل ٰن ُكم ُشعُو ًبا ِا َّنا َخ َلق ٰن ُكم ِمن ٰياَ ُيّ َها ال ّنَا ُس
١٣ اِ َّن ّل ّٰلاَ َع ِليم َخبِير ِعن َد ّل ّٰلاِ اَت ٰقى ُكم ِا َّن اَك َر َم ُكم
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti” (Qs. Al-Hujurat [49]:13).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu bahwa Allah menciptakan manusia dari
seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya
berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk
saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Ayat ini
65 | E t n o b o t a n i
ditujukan kepada umat manusia seluruhnya, tak hanya kepada kaum Muslimin.
Suku, ras dan bangsa mereka merupakan nama-nama untuk memudahkan saja,
sehingga dengan itu kita dapat mengenali perbedaan sifat-sifat tertentu. Di
hadapan Allah Swt. semua manusia itu sama, namun yang paling mulia ialah
yang paling bertakwa.
Melalui perkenalan, manusia akan saling belajar, saling memahami,
saling mengerti dan saling memperoleh manfaat, baik moril maupun materil.
Kemajemukan niscaya menjadikan hidup mereka dinamis dan menginspirasi
semua pihak untuk menjadi lebih baik dari yang lain dan untuk berkompetisi,
berlomba-lomba untuk berbuat yang terbaik. Allah menciptakan manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia saling mengenal.
Perbedaan bahasa dan warna kulit juga merupakan tanda-tanda
kebesaran-Nya. Hal ini mengandung makna yang mendalam. Selama ini
manusia selalu bertengkar dan berperang satu sama lain karena perbedaan
agama, ras, suku bangsa, bahasa dan warna kulit. Perbedaan yang ada
merupakan ujian bagi manusia untuk menguji siapa yang paling baik amalnya.
Umat manusia harus berlomba-lomba dalam kebajikan untuk memperoleh
ridha Allah Swt. Perbedaan di antara umat manusia sesungguhnya merupakan
cara Allah Swt. menjadikan manusia untuk saling memahami dan mengenal.
Allah Swt. tidak menciptakan satu umat saja untuk mewarnai dunia ini.
Beragam bahasa dan warna kulit manusia di muka bumi menyemarakkan
kehidupan manusia itu sendiri.
RANGKUMAN
66 | K a j i a n E t n o - L i n g u i s t i k
1. Etnolinguistik yang dimaksudkan disini merupakan cabang dari kajian
etnobotani yang ditinjau dari segi linguistik. Etnolinguistik merupakan kajian
mengenai penamaan tumbuhan pada suatu masyarakat etnis tertentu, dimana
suatu spesies tumbuhan bisa memiliki nama atau penyebutan yang berbeda-
beda untuk setiap daerah.
2. Penerapan kajian etnolinguistik dapat di lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. Pemberian nama tumbuhan dalam konteks bahasa didasarkan
atas analogi.
3. Perbedaan linguistik atau bahasa antar suku merupakan tanda-tanda kebesaran-
Nya, suatu keniscayaan dan menjadi kekayaan budaya pada suatu bangsa.
Perbedaan yang ada merupakan ujian bagi manusia untuk menguji siapa yang
paling baik amalnya. Umat manusia harus berlomba-lomba dalam kebajikan
untuk memperoleh ridha Allah Swt. Perbedaan di antara umat manusia
sesungguhnya merupakan cara Allah Swt. menjadikan manusia untuk saling
memahami dan mengenal. Allah Swt. tidak menciptakan satu umat saja untuk
mewarnai dunia ini. Beragam bahasa dan warna kulit manusia di muka bumi
menyemarakkan kehidupan manusia itu sendiri.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian etno-linguistik!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian etno-linguistik!
3. Jelaskan integrasi antara linguistik dengan nilai-nilai keislaman!
67 | E t n o b o t a n i
BAB 7
KAJIAN ETNO-EKONOMI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-ekonomi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-ekonomi dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara ekonomi dengan nilai-nilai
keislaman.
Sumber: www.mongabay.co.id
Gambar tersebut merupakan produk-produk berbahan dasar tumbuhan
herbal khas suku Dayak. Tahukah kamu, apa saja syarat tumbuhan yang bernilai
ekonomi? Apakah penjualan dari produk tumbuhan herbal dapat meningkatkan
taraf pendapatan masyarakat? Seperti apa pandangan Islam terkait transaksi jual
beli tumbuhan? Ayo, diskusikan bersama!
68 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
A. Definisi Etno-Ekonomi
Etnoekonomi merupakan cabang dari kajian etnobotani yang ditinjau
dari segi ekonomi. Menurut Dharmono (2019) etnoekonomi ialah kajian
mengenai segi manfaat tumbuhan dalam nilai ekonomis sebagai penambah
pendapatan masyarakat yang meliputi sebagai bahan makanan, bahan
bangunan, bahan bakar, perhiasan, dan alat-alat lain dalam rumah tangga.
Etnoekonomi adalah kajian mengenai nilai ekonomi suatu tumbuhan yang
biasa dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sandang, papan, obat, ritual,
peneduh, serta peran ekosistem lainnya seperti produsen oksigen, penahan
erosi, penahan angin dan sebagainnya. Selain itu, etnoekonomi merupakan
pemanfaatan tumbuhan sebagai penambah pendapatan petani (Dikaumaya &
Wati, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa etnoekonomi merupakan kajian terkait kebermanfaatan maupun nilai
jual suatu tumbuhan, baik untuk kebutuhan pokok maupun menambah
pendapatan bagi masyarakat etnis tertentu. Berikut foto kegiatan penjualan
obat herbal khas suku Dayak dalam sebuah pameran yang dapat dilihat pada
Gambar 6.1.
Sumber: www.palangkaraya.go.id
Gambar 6.1 Penjualan obat herbal khas suku Dayak
69 | E t n o b o t a n i
Menurut Dharmono (2008) sejumlah peneliti dari India yang diketuai
oleh K. C Malhotra melakukan penelitian sebagai kajian mereka tentang
peranan hasil hutan bukan kayu dalam ekonomi rakyat di daerah Midnapare,
Bengkala Barat. Sebagai salah satu usaha terakhir mengenai regenerasi hutan
asal, mereka meneliti kegunaan sumber-sumber hutan. Setelah mengumpulkan
data tentang hutan dan daerah-daerah yang ikut serta, mereka melakukan satu
pertemuan dengan 216 kepala keluarga yang telah dipilih untuk mewakili dari
berbagai sosial ekonomi, dan etnik dalam komunikasi tersebut.
Mereka membuat tinjauan-tinjauan keluarga yang mirip dengan
kawasan lain: 1) pengetahuan keluarga, 2) struktur umur jenis kelamin
keluarga, 3) hewan-hewan peliharaan, 4) hak dan kepemilikan tanah dan
produktivitasnya, 5) pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan, 6) pendapatan
tahunan keluarga, 7) jenis tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan yang
digunakan keluarga, 8) tujuan dan kegunaan akhir hutan, 9) musim apa
tumbuhan itu bisa didapatkan dan digunakan, 10) harga pasaran/penjualan hasil
bukan kayu, 11) penggunaan bahan bakar dalam setahun untuk memasak,
merebus nasi, menyuling arak, membasuh pakaian dan seterusnya, 12) sumber-
sumber bahan bakar, 13) jumlah makanan ternak yang didapatkan dari hutan,
14) jumlah bahan yang bisa diproses dari yang dikumpulkan dari hasil hutan,
15) jumlah jenis-jenis makanan yang dikumpul dari pada hutan. Kita
diperbolehkan untuk mengkarekterisasikan berbagai sumber pendapatan
masyarakat, kemudian membuat suatu perkiraan tentang sumbangan relatif
kepada ekonomi masyarakat dari pada hasil-hasil yang diperdagangkan
dan juga sumber-sumber yang digunakan masyarakat. Banyak sekali
tumbuhan hutan yang digunakan untuk pembangunan rumah, bahan bakar,
makanan ternak dan bahan pangan. Kemudian, untuk memperkirakan nilai
keuangan hasil-hasil keuangan, peneliti telah menerapkan harga pasaran
dengan jumlah setiap sumber yang digunakan disetiap desa seperti yang
digunakan dalam peninjauan keluarga (Dharmono, 2008).
70 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
B. Penerapan Kajian Etno-Ekonomi
Penerapan kajian etno-ekonomi dapat kita lihat dari beberapa penelitian
yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Kajian Etnobotani Rotan Batang (Calamus zollingeri B.) Masyarakat
Desa Matalagi Kecamatan Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara”
(Sarwiana, Munir & Sudrajat, 2016).
2. “Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Bunga pada Masyarakat Suku Banjar di
Kecamatan Karang Intan Kalimantan Selatan” (Ningsih, Gunawan &
Pujawati, 2017).
3. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) di Desa
Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur” (Lestari, 2017).
4. “Kajian Etnobotani Tanaman Famili Zingiberaceae pada Masyarakat Suku
Using Kabupaten Banyuwangi” (Nurchayati & Ardiyansyah, 2018).
5. “Etnoekonomi Tumbuhan Sebagai Bahan Pangan oleh Petani”
(Dikaumaya & Wati, 2019).
Menurut Dharmono (2008) penekanan kajian Etno-Ekonomi saat ini
mengarah pada konservasi, yaitu reklamasi vegetasi/ revegetasi yang meliputi
nilai lingkungan dan nilai produksi, penjelasnnya ialah sebagai berikut.
1. Nilai Lingkungan
Nilai lingkungan meliputi nilai pemanfaatan, nilai estetis, dan nilai
etika, penjelasannya ialah sebagai berikut.
a. Nilai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dapat dilihat secara langsung
maupun tidak langsung.
1) Langsung : sebagai pangan, sandang, papan, obat, ritual, dan lain-
lain.
2) Tidak langsung : sebagai peneduh, dan peran ekosistem lainnya.
b. Nilai estetis atau keindahan dapat dilihat pada objek pariwisata, seperti
wisata alam (komunitas) dan budidaya tanaman langka (populasi).
c. Nilai etika merupakan kearifan masyarakat dalam menjaga vegetasi
disekitarnya.
71 | E t n o b o t a n i
2. Nilai Produksi
Nilai produksi berkaitan dengan laju pemanfaatan tumbuhan dengan
laju pertambahan penduduk di daerah. Semakin banyak penduduk maka
pemanfaatan tumbuhan akan semakin besar, sehingga hal ini perlu menjadi
perhatian utama. Agar pemanfaatan tumbuhan tidak berlebihan, perlu
dilakukan upaya penekanan terhadap eksploitasi tumbuhan dengan budaya
masyarakat yang berkonsep kelestarian.
C. Ekonomi dalam Perspekif Islam
Beberapa ayat Alquran mengisyaratkan tentang manfaat tanaman dan
buah-buahan yang berguna secara ekonomis bagi kebutuhan manusia,
diantaranya yaitu pada surah an-Nahl (16) 67 berikut ini.
نَا ِب تَتَّ ِخذُو َن ِمنهُ َس َك ًرا َّو ِرزقًا َح َسنًا ِا َّن فِي٦ع٧ََٰذوِل ِم َكن َثَٰل َيَم ٰةًر ِل َقِتواملنَّيَّ ِخعيِقلُ ِلو ََونال
Artinya: “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
mengerti” (Qs. An-Nahl [16]: 67).
Terkait penjelasan ayat tersebut, dalam Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam
Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Kementerian Agama RI, 2010) diuraikan
bahwa ayat tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Arab era Nabi
Muhammad Saw. telah menguasai teknologi fermentasi buah-buahan dengan
menggunakan mikroba yang digunakan baik untuk kepentingan konsumsi,
ekonomi maupun kesehatan. Hanya saja, karena pada saat ayat ini turun,
khamar belum diharamkan, maka terdapat semacam anjuran atau himbauan
persuasif agar meninggalkan model pengolahan bahan makanan yang
cenderung mengandung unsur khamr yang memabukkan.
Selanjutnya, dalam Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya
(Kementerian Agama RI, 2016) menjelaskan tafsir ayat tersebut yaitu bahwa
Allah Swt. meminta para hamba-Nya agar memperhatikan buah kurma dan
72 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
anggur. Dari kedua buah-buahan itu, manusia dapat memproduksi sakar, yaitu
minuman memabukkan yang diharamkan dan minuman baik yang dihalalkan.
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Sakar ialah minuman
yang diharamkan yang berasal dari buah kurma dan anggur. Rezeki yang baik
ialah makanan halal yang bisa diproduksi dari kurma dan anggur. Jadi manusia
dapat memproduksi berbagai jenis makanan dari kurma dan anggur. Di
antaranya ada yang memudaratkan dan ada yang bermanfaat. Makanan yang
memudaratkan dilarang oleh agama, sedang yang bermanfaat dibolehkan untuk
diproduksi. Dengan demikian, ayat ini sudah mengandung isyarat bagi mereka
yang berpikiran suci bahwa meminum minuman keras itu haram hukumnya
dan tidak boleh diproduksi. Di akhir ayat, Allah Swt. menegaskan bahwa dalam
penciptaan kedua macam tumbuh-tumbuhan itu terdapat tanda-tanda yang jelas
untuk menunjukkan keesaan Tuhan bagi orang-orang yang mempergunakan
pikirannya untuk meneliti, memperhatikan, dan mengambil pelajaran dari
penciptaan tumbuh-tumbuhan yang disebutkan dalam ayat itu.
Secara tersirat (implisit), ayat tersebut mengisyaratkan tentang
kebolehan mengolah bahan tumbuhan baik dari buah-buahan maupun biji-
bijian menjadi produk yang bermanfaat sebagai konsumsi serta bahan ekonomi
dan bisnis. Tentu dengan syarat bahwa kandungan dan prosesnya harus
memenuhi dua syarat, yaitu halal dan thayyib (higienis, sehat), seperti
ditegaskan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 168 berikut ini.
ٰياَ ُيّ َها النَّا ُس ُكلُوا ِم َّما فِى الَر ِض َح ٰل ًل َطيِبًا َّو َل تَتَّ ِب ُعوا ُخ ُط ٰو ِت ال َّشي ٰط ِن
١٦٨ اِ ّنَه لَ ُكم َع ُد ٌّو ُّمبِين
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu” (Qs. Al-
Baqarah [2]:168).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat tersebut yaitu bahwasanya Allah menyeru manusia agar
makan dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun
cara memperolehnya. Selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang
73 | E t n o b o t a n i
sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di
bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi
kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan
ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha
menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan
bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagi manusia. Ibnu 'Abbas
mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu kaum yang terdiri dari Bani
Saqif, Bani Amir bin Sa'sa'ah, Khuza'ah dan Bani Mudli. Mereka
mengharamkan dan menghalalkan suatu makanan menurut kemauan mereka
sendiri. Padahal Allah telah menurunkan beberapa ayat yang menjelaskan apa
saja makanan yang haram dan yang halal.
Kemudian, terkait kajian mengenai ekonomi selalu berkaitan dengan
adanya perdagangan atau jual beli yang merupakan aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Manusia hidup di dunia secara
individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
berupa sandang, pangan, papan dan lain sebagainya. Kebutuhan seperti itu
tidak pernah terputus dan tidak pernah terhenti selama manusia itu hidup.
Terkait perdagangan, Allah Swt. berfirman dalam surat an-Nisa (4) ayat 29
berikut ini.
ًٰياَ ُّي َها ا َّل ِذي َن ٰا َمنُوا َل تَأ ُكلُوا اَم َوالَ ُكم َبي َن ُكم بِال َبا ِط ِل اِ َّل اَن تَ ُكو َن تِ َجا َرة
٢٩ َعن تَ َراض ِمن ُكم َو َل تَقتُلُوا اَنفُ َس ُكم اِ َّن ّل ّٰلاَ َكا َن ِب ُكم َر ِحي ًما
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu” (Qs. an-Nisa [4]: 29).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat ini yaitu bahwa ayat-ayat sebelumnya telah berbicara
tentang hukum pernikahan, sementara pernikahan itu tidak bisa dilepaskan dari
harta, terutama berkaitan dengan maskawin. Oleh sebab itu, ayat berikut
berbicara tentang bagaimana manusia beriman mengelola harta sesuai dengan
74 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
keridaan Allah. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam surah as-Saf (61) ayat
10-11 berikut ini.
ٰذ ِل ُكم١م٠ِِبماَنم َوا َعِلذَُكامبَواَاَنِلفيُم ِس ُك ٰياَ ُّي َها ا َّل ِذي َن ٰا َمنُوا َهل اَ ُد ُّل ُكم َع ٰلى تِ َجا َرة تُن ِجي ُكم
ّل ّٰل ِا َس ِبي ِل ِفي َو َر ُسو ِله َوتُ َجا ِه ُدو َن تُؤ ِمنُو َن ِباّ ّٰل ِل
١١ ُكنتُم تَعلَ ُمو َن َخير لَّ ُكم ِان
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan
suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab
yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagi kamu jika kamu mengetahui,” (Qs. As-Saf [61]: 10-11).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat diatas yaitu menyatakan suatu bisnis yang
menyelamatkan manusia dari azab itu adalah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dengan mantap, kokoh, serta siap berjihad di jalan Allah, yaitu berusaha
sekuat tenaga untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim, serta membela
hak, martabat dan kehormatan kaum muslim dari serangan musuh-musuh Islam
dengan harta dan jiwa hingga mati syahid. Itulah bisnis yang lebih baik dengan
Allah Swt. Selain itu Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat al-Jumuah (62)
ayat 9-11 berikut ini.
ُلرااالِٕىى ًَلّماََّعصِذّٰلَلقُك ُكوِةملر١يِت ِا ًَٰق١ُمُكَهاَُعافَرل ِاِة ّٰوَذَرواا َِفتَزاَّقُِقلريّٰلس َُاكِ ََعنضو َي َوكاَِثك٩ ٰلاَىخبَ َيمَيوانُاَِعروذََلااِٰذمرِلاِ ََنُركذَاَِاماوضلناَُّل َخ َوهيِتو ِادِو َبرجتَاَيََّلوَغُرُِِكلمةوًلما َناَاِ َِّصاموٰللنتِنَلو َِةهُكجفَ ًناوتُِاَمرمۨضةِاننتَِلَفَوعَيّّلَّللوُّٰلمُّّٰلِضاُماِووااَََنلخوااِي َُلجذُير١ِاَنفِا٠ّٰيتفََُلماافَّٰلاُِّيلنِاتََهُحاَِعِوشنو َذُاَدرََّلُنرِذوّاليوّٰلا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk
melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. Dan
apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka
segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau
(Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang
75 | E t n o b o t a n i
ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,”
dan Allah pemberi rezeki yang terbaik” (Qs. Al-Jumuah [62]: 9-11).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2016)
menjelaskan tafsir ayat diatas yaitu berisi himbauan Allah Swt. kepada orang-
orang beriman agar segera ke masjid untuk salat berjamaah apabila azan sudah
dikumandangkan dan meninggalkan jual beli serta berbagai kegiatan lainnya.
Segera melaksanakan salat wajib berjamaah di masjid, lebih baik dibandingkan
dengan menunda salat, karena ada keutamaan salat di awal waktu dengan
berjamaah di masjid. Apabila salat wajib telah dilaksanakan di awal waktu
dengan berjamaah di masjid, maka bertebaranlah di bumi, kembali bekerja dan
berbisnis, mencari karunia Allah, rezeki yang halal, berkah, dan melimpah,
serta mengingat Allah banyak-banyak ketika salat maupun ketika bekerja atau
berbisnis agar beruntung. Menjadi pribadi yang seimbang, serta sehat mental
dan fisik. Ayat sebelumnya mengingatkan orang-orang beriman agar kembali
bekerja mencari rezeki yang halal apabila sudah melaksanakan salat Jumat.
Ayat ini menegur kaum muslim yang meninggalkan Rasulullah ketika sedang
menyampaikan khutbah Jumat untuk berburu barang dagangan.
Selain beberapa ayat diatas, Rasulullah Saw. pernah mengisyaratkan
tentang perdagangan dengan tumbuhan khas arab yaitu kurma, sebagaimana
dalam hadis berikut ini.
أَخبَ َر َنا َع ِل ُّي ب ُن ُحجر َقا َل َح َّدثَ َنا َج ِرير َعن ُم ِغي َرةَ َعن ال َّشع ِبيِ َعن
ِبفَفََوََشجَأََرايج ِبلَئًَصاُسنِصر َوَنسفَاقَ ِفلفَا ِفَطهَُلَلّتَليثَُّلمتَُِاَّمبَُأَوراِفعإِبَكَلَ ََعييَصل ّلَِأهَهُثمَعىأَب ِإص ُلَدوَفّنَلأَاَّّلَّبَيفًِفلاُ َّالواَِقايااَبعلأََلَلفَ ُيَعنَقوفَاِهفَجَسََعلَ َعوَ ِلومطةَ ِلِِهَسرُتَّليوَثعَُم َفَلَّمبا َلجىََِّنَقعان َلاِب َء َِلَُّىيحح َرَدَرِةكا ُسُغملََصوَروَّل َقِلَُملالِعاىَقِئَّذلل ِوَّهلّ َِِاَلقموَّلأَتُاَ َقاَنارب َص َّلََِعَلنَيكَليىفََدِهََِّيضزكللنًيَّلعُاَُادووُتَفا َاسَع َّللََعَل ِلََسيممُهتَِهمنىاش َذفَو ََدحَِهعيحتََّسنِّلََد َُِةهتمىب
أَو َفيتُ ُهم ثُ َّم َب ِق َي تَم ِري َكأَن َلم يَنقُص ِمنهُ َشيء
Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Hujr berkata; telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Mughirah dari Asy Sya'bi dari
Jabir berkata, "Abdullah bin 'Amru bin Haran meninggal dan
meninggalkan hutang, kemudian aku meminta bantuan Rasulullah
76 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
shallallahu 'alaihi wasallam menghadapi para pemilik piutang agar
mereka menggugurkan sebagian hutangnya. Kemudian Jabir
meminta dari mereka namun mereka menolak. Kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "Pergilah
kemudian kelompokkan kurmamu menjadi beberapa jenis, 'Ajwa`
tersendiri, 'Idzq bin Zaid tersendiri dan jenis-jenisnya. Kemudian
kirimkan kepadaku utusan kepadaku." Jabir berkata, "Kemudian
aku melakukannya, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
datang dan duduk di atasnya atau di tengahnya kemudian bersabda:
"Takarlah untuk orang-orang tersebut." Jabir berkata, "Kemudian
aku menakar untuk mereka hingga memenuhi hak mereka, kemudian
tersisa kurmaku dan seakan-akan tidak berkurang sedikitpun” (HR.
An-Nasa’i).
Berdasarkan ayat dan hadis yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa Allah Swt. memperbolehkan kepada manusia untuk
melaksanakan transaksi jual beli demi memenuhi kebutuhan hidupnya,
termasuk dalam konteks mengolah hasil pertanian dan perkebunan untuk
dikonsumsi dan diperjualbelikan. Akan tetapi tentu saja transaksi jual beli itu
harus sesuai dengan koridor atau ketentuan dari Allah Swt. antara lain harus
halal dan baik (higiensis). Di samping itu, kegiatan ekonomi dan bisnis jangan
sampai melalaikan manusia untuk menjalankan kewajiban beribadah. Allah
Swt. juga menyerukan kepada manusia agar mencari karuniannya setelah
selesai shalat dan selalu ingat kepadanya dalam segala aktifitas.
RANGKUMAN
1. Etnoekonomi merupakan cabang dari kajian etnobotani yang ditinjau dari segi
ekonomi. Etnoekonomi merupakan kajian terkait kebermanfaatan maupun nilai
jual suatu tumbuhan, baik untuk kebutuhan pokok maupun menambah
pendapatan bagi masyarakat etnis tertentu.
2. Penerapan kajian etnoekonomi dapat di lihat dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. penekanan kajian Etno-Ekonomi saat ini mengarah pada
77 | E t n o b o t a n i
konservasi, yaitu reklamasi vegetasi/ revegetasi yang meliputi nilai lingkungan
dan nilai produksi
3. Kajian mengenai ekonomi selalu berkaitan dengan adanya perdagangan atau
jual beli yang merupakan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, termasuk dalam konteks mengolah hasil pertanian dan
perkebunan untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Akan tetapi tentu saja
transaksi jual beli itu harus sesuai dengan koridor atau ketentuan dari Allah
Swt. antara lain harus halal dan baik (higiensis). Di samping itu, kegiatan
ekonomi dan bisnis jangan sampai melalaikan manusia untuk menjalankan
kewajiban beribadah. Allah Swt. juga menyerukan kepada manusia agar
mencari karuniannya setelah selesai shalat dan selalu ingat kepadanya dalam
segala aktifitas.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan hasil analisis anda mengenai kajian etno-ekonomi!
2. Buatlah sebuah judul penelitian yang menerapkan kajian etno-ekonomi!
3. Jelaskan integrasi antara ekonomi dengan nilai-nilai keislaman!
78 | K a j i a n E t n o - E k o n o m i
BAB 8
KAJIAN ETNO-KONSERVASI
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menganalisis kajian etno-konservasi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan kajian etno-konservasi dalam sebuah judul
penelitian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi antara konservasi dengan nilai-
nilai keislaman.
Sumber: www. ksmtour.com
Indonesia dikenal sebagai mega biodiversity country yang memiliki
keanekaragaman hayati dan sumber daya genetik yang sangat tinggi. Tahukah anda
bahwa ada kegiatan konservasi berbasis kearifan lokal? Pernahkah anda
memikirkan, kenapa Allah Swt. menjadikan kita sebagai Khalifah dimuka bumi?
Apa akibatnya apabila kita melakukan kerusakan dimuka bumi? Ayo, diskusikan
bersama!
79 | E t n o b o t a n i
A. Definisi Etno-Konservasi
Konservasi berasal dari kata “conservation”, perpaduan dari kata con
(selalu) dan servare (melindungi). Pemerintah Indonesia menenerjemahkan
definisi konservasi sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya yang
berbunyi bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan
sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
serta meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (Forqan & Fadli,
2009). Konservasi secara umum diartikan sebagai upaya perlindungan
terhadap sesuatu, yang dalam hal ini diartikan sebagai upaya perlindungan
terhadap alam dan lingkungan, serta merupakan ilmu lintas disiplin dengan
cakupan lebih umum demi melindungi seluruh aspek keanekaragaman hayati
(Indrawan, Primack & Supriatna, 2007).
Konservasi adalah berbagai usaha untuk melestarikan dan
memperbarui sumber daya alam agar dapat memberikan manfaat ekonomi
maupun sosial kepada masyarakat dalam jangka waktu panjang. Sumber-
sumber alam yang harus dilestarikan dan diperbarui antara lain yaitu sungai,
danau, laut, hutan, kawasan alam terbuka, serta populasi fauna yang beraneka
ragam, termasuk juga tanah yang subur dan udara yang bersih. Tujuan utama
program konservasi adalah untuk melestarikan segala makhluk penghuni
alam yaitu berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang merupakan
keanekaragaman hayati di planet bumi ini dengan cara melindungi bumi serta
air yang menjadi tempat mereka hidup (Mangunjaya, 2005).
Menurut Tamalene, dkk (2016) peran masyarakat lokal dalam kegiatan
konservasi untuk melindungi keanekaragaman hayati di tingkat lokal telah
lama dipraktikkan, dengan menekankan pada kegiatan perlindungan berbasis
pada kearifan lokal (local wisdom). Praktik yang dilakukan oleh masyarakat
lokal merupakan bentuk implementasi dari kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) yang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pembangunan berkelanjutan. Pendekatan konservasi berbasis kearifan lokal
80 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
ini disebut etno-konservasi. Etno-konservasi merupakan cabang dari kajian
etnobotani, yang mana membahas tentang berbagai usaha untuk melestarikan
dan memperbarui sumber daya alam dengan memanfaatkan kearifan lokal.
Masyarakat lokal telah mengembangkan cara hidup yang diselaraskan
dengan lingkungan hidupnya. Orientasi masyarakat lokal dalam
memanfaatkan lingkungannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya, baru kemudian sebagai sumber penghasilan, yang seringkali masih
selaras dengan lingkungannya. Hubungan yang erat dengan suatu kawasan
lahan menyebabkan keterikatan yang kuat dengan kawasan lahan tersebut
yang diwujudkan dalam bentuk hukum adat, skema kepercayaan, simbolisme
yang kompleks, dan ilmu pengetahuan tentang sumber daya yang terinci.
Banyak penduduk asli yang melihat bahwa mereka akan bertahan dalam
jangka waktu yang lama dengan mempertahankan alam lingkungannya untuk
generasi mendatang (Colchester, 2009).
Masyarakat, terutama yang bertempat tinggal di kawasan konservasi,
secara ekologis merupakan bagian dari kawasan itu sendiri. Kombinasi antara
hubungan dengan lingkungan hidup yang telah berlangsung lama ini dan
komitmen untuk bertahan disana demi masa depan menjadi motivasi
masyarakat untuk mengelola secara berhati-hati, namun secara relatif kearifan
tersebut dapat bertahan di tengah perubahan zaman yang cepat ini.
Terkait dengan pengelolaan suatu kawasan konservasi dengan campur
tangan pemegang kekuasaan, baik oleh pemerintahan atau lembaga yang lain,
masyarakat perlu dilibatkan dalam pembuatan rencana pengelolaan dan
kebijakan penggunaan kawasan, karena masyarakat setempat telah terbiasa
memanfaatkan hasil dari kawasan tersebut. Baiknya, masyarakat setempat
mengalami hal berikut: 1) dilibatkan sejak tahap perencanaan dan
pengelolaannya, 2) dilibatkan secara resmi untuk melestarikan kawasan, dan
3) mendapatkan manfaat dari kawasan konservasi tersebut (Habibi, 2012).
Keberhasilan atau kegagalan suatu upaya konservasi tidak lepas dari
peran masyarakat lokal. Pelaksanaan pembangunan berbasis komunitas
(community based development) merupakan alternatif pelaksanaan
81 | E t n o b o t a n i
pembangunan dengan keberpihakan pada masyarakat. Pada tahapan ini,
masyarakat tidak dianggap sebagai obyek melainkan salah satu penentu
kebijakan dan pelaku itu sendiri. Masyarakat sebagai pelaku utama dalam
melakukan pengawasan, pemeliharaan, pengelolaan, dan pelaksanaan
program konservasi itu sendiri (Marfai, 2005). Hal serupa dinyatakan oleh
Indrawan, Primack & Supriatna (2007) bahwa campur tangan masyarakat
merupakan salah satu syarat keberadaan kawasan konservasi. Pemahaman
dan tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap proses konservasi dapat
terlaksana dengan optimal ketika masyarakat ditempatkan sebagai salah satu
komponen penentu kebijakan dan duduk bersama dengan penentu kebijakan
yang lain seperti pemerintah, LSM, dan swasta.
B. Penerapan Kajian Etno-Konservasi
Penerapan kajian etno-konservasi dapat di lihat dari beberapa penelitian
yang sudah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1. “Studi Etnobotani dan Persepsi Konservasi Tumbuhan dalam Perspektif
Islam oleh Masyarakat Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang” (Rohmah, 2013).
2. “Pelestarian Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis Kearifan Lokal”
(Suparmini, Setyawati & Sumunar, 2013).
3. “Kearifan Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Hutan di Desa Rano
Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala” (Ariyanto,
Rachman & Toknok, 2014).
4. “Kearifan Lokal Masyarakat sebagai Upaya Konservasi Hutan Pelawan di
Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung” (Henri, Hakim & Batoro,
2018).
5. “Etnobotani Tanaman Agroforestry dan Persepsi Konservasi oleh
Masyarakat Adat Samin Dusun Jepang, Margomulyo Kabupaten
Bojonegoro” (Setyowati, 2019).
Adapun usaha yang dapat diterapkan dalam kegiatan konservasi yaitu
sebagai berikut.
82 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
1. Penggunaan Pengetahuan Ekologi Tradisional
Sejak Etnobotani dikenal sebagai salah satu disiplin ilmu, hasil
penelitian menunjukkan banyak pengetahuan ekologi yang berhubungan
dengan masyarakat tradisional, dimana mereka hidup dengan
memanfaatkan alam sekitar dan sekaligus memelihara kelestariannya.
Perhutanan sosial adalah suatu istilah secara luas yang digunakan untuk
beberapa inisiatif bila mana masyarakat bertindak sebagai pengurus primer
tanaman hutan. Para ahli etnobotani dapat ikut serta dalam mengurus hutan
dengan mengutamakan pertumbuhan spesies-spesies natif yang
mempunyai nilai swadiri dan komersil. Penebangan terhadap pohon-
pohon dapat mengganggu terhadap perlindungan herba dan rerumputan.
Regenerasi hutan juga dapat mengurangi keperluan terhadap spesies yang
eksotik dan juga memberikan kesan negatif terhadap orang-orang disekitar
hutan. Orang-orang di sekitar lingkungan hutan dapat melindungi hutan
dan mereka boleh memanfaatkan tumbuhan untuk makanan ternak, kayu
api dan bahan untuk obat (Dharmono, 2008). Berikut foto seorang dari
suku Dayak yang sedang mencari bahan makanan dihutan dapat dilihat
pada Gambar 8.1.
Sumber: www. kompasiana.com
Gambar 8.1 Seorang dari suku Dayak yang sedang mencari bahan makanan
dihutan.
83 | E t n o b o t a n i
2. Agrosilvikutur
Menurut Ainurrasjid (2001) agroforestri adalah manajemen
pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara
mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit
pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan
fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta.
Agrosilvikultur adalah salah satu jenis sistem agroforestri yang
mengkombinasikan komponen kehutanan (tanaman berkayu) dengan
komponen pertanian (tanaman non-kayu) (Nair, 1993). Berikut foto lahan
agroforestri dengan sistem agrosilvikultur yang dapat dilihat pada Gambar
8.2.
Sumber: www. ugm.ac.id
Gambar 8.2 Lahan agroforestri dengan sistem agrosilvikultur.
Agroekologi berkaitan erat dengan ekologi yang komplek dan
merupakan dasar dari sistem penghasilan pertanian serta termasuk di
dalamnya interaksi antara tumbuhan, petani, serangga, mikroorganisme
tanah maupun elemen-elemen yang ada di sekitarnya. Ahli Etnobotani
dapat bekerjasama dengan ahli agroekologi untuk mendokumentasikan
hasil pertanian dan membantu dalam pemindahan teknologi dalam suatu
kawasan etnik kepada yang lain. Ahli etnobotani dapat mencadangkan
adanya spesies liar atau separuh liar yang digabungkan dalam agroforestri
atau agroekosistem (Dharmono, 2008).
84 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
3. Pemeliharaan Tanaman Liar Berguna yang Terancam
Pemeliharaan spesies-spesies liar yang tidak bernilai ekonomi
dapat di manfaatkan sebagai kegiatan untuk penelitian persilangan dan
bioteknologi yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan makanan dan
setelah itu dipromosikan kegunaannya keluar daerah yang memerlukan.
Perlindungan terhadap tumbuhan dan hewan sudah sepantasnya
diseimbangkan dengan keperluan masyarakat setempat dalam
membolehkan mereka mengakses sumber Biologi yang penting bagi
aktivitas sendiri dan perdagangan mereka (Dharmono, 2008). Berikut foto
tumbuhan Kantong Semar, tanaman liar terancam punah di Kalimantan
Tengah yang dapat dilihat pada Gambar 8.3.
Sumber: www.faunadanflora.com
Gambar 8.3 Tumbuhan Kantong Semar, tanaman liar terancam punah di
Kalimantan Tengah.
4. Taman-Taman Botani
Taman-taman Botani merupakan tempat yang penting dalam
sejarah Botani ekonomi karena tempat-tempat ini telah menjadi titik
masuk bagi banyak tumbuhan pertanian masa kini yang ditanam di seluruh
dunia. Sebagian taman meneruskan kegiatan ini dengan menanam kerabat
liar atau ras-ras khusus, berupa tumbuhan pertanian dan mengkaji
85 | E t n o b o t a n i
penanaman spesies liar yang berlebihan. Tumbuh-tumbuhan tersebut
berpotensi untuk ditumbuhkembangkan dalam sistem penanaman
majemuk dan sistem agroperhutanan. Bisa juga dengan melatih orang
awam tentang perlunya melindungi habitat-habitat yang terancam,
memberikan latihan teknik pemeliharaan tumbuhan dan menjalankan
penyelidikan asas dan kegunaan di kawasan-kawasan seluruh dunia.
Taman-taman Botani selalu mempunyai kemudahan untuk menganalisis
komposisi nutrisi dan ciri-ciri farmakologi tumbuhan (Dharmono, 2008).
Berikut foto taman botani di Indonesia yang dapat dilihat pada Gambar
8.4.
Sumber: www.commons.wikimedia.org
Gambar 8.4 Taman Botani di Indonesia.
Sebagian ahli Botani yang berhubungan dengan taman-taman
botani mengambil bagian dalam penyelamatan tumbuhan berguna yang
terancam oleh pemusnahan habitat atau pengumpulan hasil yang
berlebihan. Spesies-spesies ini bisa dilindungi dengan memelihara
kawasan asal tumbuhan itu dimana mereka tumbuh, pendekatan ini
disebut pemeliharaan in situ. Tumbuhan bisa juga diselamatkan dengan
mengumpulkan biji benihnya untuk disimpan dalam bank Germplasma
atau mempropagasi tumbuhan di taman botani, teknik ini dikenal
sebagai pemeliharaan ex situ. Sebagai bagian dari strategi pemeliharaan
86 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
ini, sebagian taman khusus pada pengenalan semula mempropagasi
tumbuh-tumbuhan terancam dan memindahkannya ke kawasan-
kawasan liar yang serupa dengan habitat asalnya (Dharmono, 2008).
5. Herbarium-Herbarium Masyarakat
Setiap anak-anak dibekali dengan lukisan garis setiap spesies yang
perlu diwarnakan sehingga menjadi seakan-akan hidup, menggunakan
tumbuhan hidup sebagai peraga. Mereka bisa menekan sampel herbarium
tersebut yang kemudian dilekatkan bersama lukisan garis pada
permukaannya dan mengisi label-label pengumpulan yang tersedia.
Apabila herbarium mini telah disediakan, mereka diarahkan untuk
memperhatikan cara bagaimana ibu-ibu mereka, nenek atau orang dewasa
lain menggunakan herbarium tersebut. Pendekatan ini tidak hanya
memperkenalkan anak-anak kepada manfaat-manfaat etnobotani, tapi juga
menggalakkan mereka untuk mempelajari pengetahuan orang-orang yang
lebih tua dari mereka, satu proses tradisional yang beangsur hilang di
kalangan sebagian masyarakat (Dharmono, 2008). Berikut foto herbarium
buatan anak-anak yang dapat dilihat pada Gambar 8.5.
Sumber: www. webblogkkn.unsyiah.ac.id
Gambar 8.5 Herbarium buatan anak-anak.
87 | E t n o b o t a n i
6. Pendidikan
Ahli botani khawatir akan kehilangan pengetahuan ekologi
tradisional yang begitu cepat. Perubahan budaya bisa berkembang dengan
cepat di masyarakat pribumi, terutama apabila generasi baru mengambil
peluang untuk tidak bersama dengan mareka yang lebih tua, seperti
menghadiri sekolah, mempelajari bahasa kebangsaan dan pindah ke
kawasan kota. Walaupun ini merupakan langkah penting kearah
meningkatkan taraf kehidupan dan buta huruf di kawasan luar kota, yang
selalu menyebabkan kehilangan cara interaksi yang tradisional dengan
lingkungan sekitar asal. Interaksi ini akan mendatangkan manfaat yang
sama banyaknya dengan usaha-usaha seperti diatas. Idealnya, anak-anak
perlu menghargai apa yang telah mereka pelajari di sekolah dan di rumah,
mampu berdwi bahasa, berdwi budaya sepenuhnya jika mereka mau
(Dharmono, 2008). Berikut foto penanaman pohon oleh anak-anak sekolah
yang dapat dilihat pada Gambar 8.6.
Sumber: www. jurnalsecurity.com
Gambar 8.6 Penanaman pohon oleh anak-anak sekolah.
Salah satu cara dalam mencapai tujuan ini adalah dengan memberi
peluang kepada generasi muda menguasai pengetahuan ekologi mereka
dari yang lebih tua. Ahli obat-obatan tradisional mengambil pelatih dan
anak-anak ini untuk mempelajari bagaimana penggunaan tumbuh-
88 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
tumbuhan setempat yang berguna sebagai bagian dari keseluruhan usaha
memerangi pemusnahan hutan dan pembudayaannya.
7. Wilayah Pariwisata
Jumlah wisatawan yang kini mendekati tempat-tempat yang lebih
menarik makin bertambah, terutama kawasan yang biasa saja menjadi
tempat yang sangat indah. Hal ini bisa memberi rangsangan pemulihan
keberbagai bagian biologi, apabila aktivitas-aktivitas wisatawan diatur
dengan baik, karena pengunjung menyumbang untuk pendapatan yang
bisa digunakan untuk penjagaan taman. Bukan itu saja, usaha ini
memberikan nilai politik untuk usaha-usaha melindungi kawasan yang
rusak. Ahli etnobotani bisa mengambil peranan utama dalam membentuk
program interpretif yang membawa gambaran tepat tentang pengetahuan
ekologi tradisional kepada wisatawan, pada waktu yang sama mengurangi
kesan kunjungan orang-orang luar kekawasan orang pribumi (Dharmono,
2008). Berikut foto kawasan Wisata Alam Dermaga Kereng Bangkirai di
Taman Nasional Sebangau yang dapat dilihat pada Gambar 8.7.
Sumber: www. mediacenter.palangkaraya.go.id
Gambar 8.7 Kawasan Wisata Alam Dermaga Kereng Bangkirai di Taman
Nasional Sebangau.
89 | E t n o b o t a n i
8. Pemeliharan Kesehatan
Pendokumenan usaha perobatan tradisional, dan sementara
mancari jalan untuk memperbaiki kesehatan penduduk setempat. Tujuan
utama usaha ini adalah untuk memperbolehkan secara perundangan
disamping mempromosikan perawatan tradisional dan menyadarkan orang
bahwa aspek terhadap tumbuhan obat-obatan bergantung kepada
perbaikan hutan. Di banyak negara dipikirkan pendekatan penjagaan
kesehatan yang terlaksana akan lebih menguntungkan, berdasarkan kepada
kriteria-kriteria ekonomi, kebudayaan dan sekitarnya (Dharmono, 2008).
Berikut foto tumbuhan obat yaitu Pasak Bumi di hutan Kalimantan Tengah
yang dapat dilihat pada Gambar 8.8.
Sumber: www.kompasiana.com
Gambar 8.8 Tumbuhan Pasak Bumi di hutan Kalimantan Tengah.
C. Konservasi dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang memainkan sebuah peran penting pada
konservasi dan pendidikan di dalam manajemen sumber daya alam. Hal
tersebut ditujukan untuk menggali ilmu pengetahuan tentang keragaman hayati
dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal, membangun kepercayaan diri
masyarakat, serta berbagi dan bertukar informasi melalui "pendidikan
90 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i
konservasi”, yaitu pendidikan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan secara
berkelanjutan yang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan
kelangsungan hidup makhluk lainnya. Manusia sebagai komponen populasi
mempunyai peranan yang besar dalam memanfaatkan, mengelola dan
mengendalikan fenomena yang terjadi di alam. Maka manusia bertanggung
jawab terhadap keberlanjutan ekosistem, karena manusia diciptakan sebagai
khalifah di muka bumi (Nahdi, 2008). Sebagaimana firman Allah Swt. dalam
surah al-Baqarah (2) ayat 30 berikut ini. ِلل َم ٰۤل ِٕى َك ِة
َويَس ِف ُك
اَتَج َع ُل فِي َها اِانِل ِدي َم ۤا َجَءا َِعو َنلح ِف ُنىنُا َس ِبَل ُرح بِ ِ َحضم ِدَخ ِل َيك َف َةًونُقَقَِدالُ ُوسا َقا َل َر ُّب َك َواِذ
لَ َك قَا َل ُّيف ِس ُد ِفي َها َمن
٣٠ ِانِي اَعلَ ُم َما َل تَع َل ُمو َن
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Qs. Al-Baqarah [2]: 30).
Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI,
2016) menjelaskan tafsir ayat diatas yaitu setelah pada ayat-ayat terdahulu
Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-
Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan kejadian pada masa Nabi Adam.
Satu kisah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat, bahwa Dia hendak
menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan
penguasa, di bumi. Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke
generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan
melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.
Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk
mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Malaikat menganggap bahwa diri
merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba
Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya
dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat
91 | E t n o b o t a n i
tersebut, Allah berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah
MahaTahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang
dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari
sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai
kemaslahatan yang besar jangan sampai gagal hanya karena kekhawatiran
adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.
Secara etimologis, khalifah bermakna "duta" atau "wakil". Manusia
adalah wakil Allah di muka bumi yang diberi hak untuk menggunakan dan
kewajiban untuk memakmurkan bumi. Sebagai khalifah Allah, manusia
dilengkapi dengan akal yang menyebabkan ia mampu mengenali
lingkungannya. Manusia dilengkapi dengan berbagai macam organ tubuh
sehingga ia mampu mengelola bumi. Bumi ini dijadikan hamparan oleh Allah
untuk digunakan oleh manusia. Bumi menumbuhkan berbagai macam
tumbuhan dan buah-buahan yang merupakan karunia Allah untuk manusia.
Dalam sebuah ayat Alquran, Allah mengabarkan bahwa telah menjadikan
seluruh bumi dan kekayaan yang dikandungnya hanya untuk manusia.
Pemberian gratis dari Allah ini harus diikuti dengan sikap penyembahan
manusia kepada Allah sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Lingkungan hidup merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt.
kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk dimanfaatkan secara baik.
Lingkungan harus dijaga dan dilestarikan sebagai wujud kepedulian untuk
memanifestasikan rasa cinta dan sayang terhadap ciptaan Allah Swt. Agama
Islam mengajarkan tentang pemeliharaan lingkungan hidup yang harus
diimplementasikan dalam sikap dan perilaku manusia untuk tidak membuat
kerusakan di bumi (Suriyani & Kotijah, 2013). Allah telah memperingatkan
manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi yaitu dalam surah al-
A’raaf (7) ayat 56 berikut ini.
َو َل تُف ِس ُدوا فِى الَر ِض َبع َد اِص َل ِح َها َواد ُعوهُ َخوفًا َّو َط َم ًعا ِا َّن
٥٦ َرح َم َت ّل ّٰل ِا َق ِريب ِم َن ال ُمح ِس ِني َن
92 | K a j i a n E t n o - K o n s e r v a s i