36 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Kemudian, oosit sekunder melanjutkan ke tahap meiosis dua. Akan tetapi
pada meiosis dua oosit sekunder tidak diselesaikan langsung sampai tahap
akhir, tetapi berhenti sampai ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi atau
pembuahan oosit sekunder mengalami degenerasi. Namun apabila ada
penetrasi sperma, maka meiosis ke dua oosit akan dilanjutkan kembali. Pada
akhirnya meiosis II oosit sekunder menghasilkan satu sel besar yaitu ootid
serta satu sel kecil yang disebut badan polar kedua atau polosit sekunder.
Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Pada tahap
akhir terdapat tiga badan polar dan satu ootid yang tumbuh menjadi ovum dari
oogenesis dari satu oogonium.
Oogonium yang berada dalam oosit berada di dalam satu folikel telur, folikel
telur adalah sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Fungsi
dari foliker adalah menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel akan
mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan oosit primer menjadi oosit
sekunder, sehingga terjadi ovulasi. Muncul pertama kali foliker primer untuk
menyelubungi oosit primer. Foliker primer berkembang menjadi foliker
sekunder, saat berada di tahap meiosis pertama pada oosit primer. Saat
terbentuk oosit sekunder, foliker sekunder berkembang menjadi foliker tersier.
Pada masa ovulasi, foliker tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel
matang). Setelah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi korpus
luteum korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikans.
Gambar 3.9: Bagan oogenesis
Bab 3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi 37
4. Hormon Pada Wanita
Progesteron Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan
ovulasi. Estrogen, fungsi hormon estrogen adalah untuk membantu
perkembangan dan perubahan tubuh saat masa pubertas, meliputi
perkembangan fungsi organ seksual, dan memastikan proses ovulasi dalam
siklus menstruasi bulanan. Hormon estrogen juga berperan pada proses
keluarnya ASI setelah massa partus, mengontrol mood atau suasana hati, dan
proses penuaan.
Testosteron, hormon testosteron pada wanita tidak setinggi pria, akan tetapi
hormon ini tetap mempunyai peran penting pada kesehatan wanita. Peran
hormone testosteron adalah mengatur libido, menjaga kesehatan vagina,
payudara dan kesuburan. Luteinizing hormone (LH), LH pada wanita
berfungsi untuk bertanggung jawab membantu tubuh mengatur siklus
menstruasi dan ovulasi, karena hormon ini juga mempunyai peran pada masa
pubertas. Hormon LH diproduksi oleh kelenjar hipofisis, umumnya, kadar
hormon LH wanita meningkat selama dan setelah menopause. Kelebihan
Kadar LH pada wanita dapat menyebabkan masalah reproduksi.
Follicle-stimulating hormone (FSH), hormon FSH juga diproduksi di kelenjar
hipofisis dan mempunyai peran penting dalam sistem reproduksi. Hormon
FSH membantu mengontrol siklus menstruasi dan produksi sel telur di
ovarium. FSH yang rendah mengindikasikan wanita tersebut tidak berovulasi,
dan adanya gangguan kelenjar hipofisis, atau bisa juga menandakan
kehamilan. Begitupun sebaliknya, hormon FSH yang tinggi menunjukkan
adanya indikasikan bahwa seorang wanita memasuki masa menopause dan
tumor hipofisis atau gejala sindroma Turner.
Oksitosin hormone ini diproduksi oleh kelenjar pituitari pada otak biasanya
meningkat saat hamil, terutama sebelum melahirkan. Pada saat kadar hormon
meningkat, rahim akan distimulus untuk berkontraksi sehingga bersiap untuk
melahirkan. Setelah partus, oksitosin menstimulus payudara untuk
memproduksi ASI (Koes Irianto, 2012).
38 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Bab 4
Pertumbuhan dan
Perkembangan Fetus
4.1 Pendahuluan
Reproduksi adalah suatu fungsi manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat
pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi
berupa persalinan, maka lahirlah satu (dua, bahkan lebih) insan baru yang akan
menjadi generasi penerus (Hanafiah, 2007). Kehamilan merupakan suatu
momen yang sangat membahagiakan bagi orang tua. Kehamilan normal
biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9 bulan kalender, atau 40
minggu, atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir (HPMT). Akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu
setelah hari pertama menstruasi terakhir. Dengan demikian umur janin pasca
konsepsi ada selisih kira-kira dua minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia
pasca konsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin
(Kusmiati dan Sujiyatini, 2009).
Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan. Fertilisasi adalah kelanjutan dari proses
konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan sperma
40 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
dengan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-
sperma hingga menjadi buah kehamilan. Implantasi (nidasi) adalah masuknya
atau tertanamnya hasil konsepsi dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh
suatu simpai, disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau
mencairkan jaringan (Sulistyawati, 2012).
Kehamilan merupakan suatu proses penyatuan antara spermatozoa dengan
ovum, kemudian terjadi implantasi atau penempelan hasil konsepsi. Proses
kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester 1 berlangsung 12 minggu
(minggu ke 0-12), trimester 2 berlangsung 15 minggu (minggu ke 13-27), dan
yang terakhir trimester 3 berlangsung 13 minggu (minggu ke 28-40). Dalam
kondisi ini normal bila ada perubahan-perubahan fisik maupun psikologis
(Prawirohardjo, 2014).
Fase pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya terjadi saat anak lahir,
tetapi juga saat anak masih di dalam kandungan. Pertumbuhan dan
perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi. Perubahan-perubahan
dan organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan. Oleh karena itu
perlu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan fetus saat masih di
dalam kandungan. Menurut Tawakal (2015), mengetahui dan memantau
perkembangan janin merupakan proses yang penting bagi ibu hamil dan
petugas medis. Perkembangan janin yang terpantau akan memudahkan untuk
mendeteksi adanya gejala janin tidak normal, sehingga dapat dilakukan
tindakan medis sesegera mungkin. Perkembangan janin yang dipantau antara
lain adalah prediksi berat serta usia janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh
kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta sebagai akar yang akan
memberikan nutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi
atau sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2013) diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin.
4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
Sebagian ahli berpendapat bahwa istilah perkembangan dan pertumbuhan
adalah sama, karena kedua-duanya merupakan suatu proses perubahan menuju
kea rah tertentu, namun ada juga yang membedakan walaupun sebenarnya
Bab 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus 41
sulit untuk dipisahkan. Pertumbuhan adalah peningkatan pada ukuran, fungsi
dan kompleksitas yang mengarah ke titik kematangan, terutama menunjuk
pada perubahan fisik, sedangkan perkembangan mengacu pada sifat-sifat yang
khas dari gejala-gejala psikologis yang tampak (Soetjiningsih, 2018).
Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati (The
progressive and continue in the organism from birth to death). Pengertian lain
dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2011).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Mansur, 2009).
Prinsip – prinsip perkembangan menurut Yusuf (2011) yaitu:
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never
Ending Process)
b. Semua aspek perkembangan saling memengaruhi
c. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap
sebelumnya yang merupakan syarat bagi perkembangan selanjutnya.
d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan (ada yang cepat
dan ada yang lambat).
e. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas Setiap individu yang
normal akan mengalami tahap / fase perkembangan. Prinsip ini
berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia
panjang individu akan mengalami fase– fase perkembangan: janin,
bayi, kanak – kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan
rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola
tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau periodisasi
perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat–pendapat itu secara
garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan analisis biologis,
didaktis dan psikologi. Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis
42 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Menurut Elizabeth Hurlock yang dikutip dari Yusuf (2011) mengemukakan
penahapan perkembangan individu, yakni sebagi berikut :
a. Tahap I : Fase prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai
proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.
b. Tahap II : Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14 hari.
c. Tahap III : Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2
tahun.
d. Tahap IV : Childhood (kanakkanak), mulai 2 tahun sampai masa
remaja (puber).
e. Tahap V : Adolesence / puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai
usia 21 tahun.
4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan
Fetus
Embrio yaitu merupakan sel atau organisme yang hidup pada masa di awal
pertumbuhan yang tidak bisa bertahan hidup sendiri. Sebenarnya definisi
tentang embrio itu bervariasi, tergantung pada organisme masing-masing.
Misal pada manusia, yaitu organisme yang berkembang biak secara seksual,
ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut
zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan,
hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah untuk menghasilkan
organisme multisel. Hasil dari proses ini disebut embrio. Pada manusia,
terbentuk embrio (mudhghah) antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan
sudah tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh (Syahruli, 2006).
Masa kehidupan intra uterin manusia secara umum menurut dibagi menjadi 3
periode utama, yaitu germinal (zygote), embryonic, dan fetal/fetus atau janin.
a. Periode germinal (zygote)
Periode ini berlangsung sejak ovum dibuahi hingga 10-14 hari kemudian
(sekitar dua minggu). Periode ini meliputi terjadinya zygote (zygote =
ovum/sel telur yang dibuahi), dilanjutkan dengan pembelahan sel, dan
terjadinya implantation yaitu menempelnya dinding zygote pada dinding
Bab 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus 43
uterus/kandungan yang berlangsung kira-kira 10 hari setelah pembuahan.
Sekitar seminggu setelah pembuahan, zygote terdiri dari 100 sampai 150 sel,
dan pembelahan sel telah dimulai ketika lapisan dalam dan lapisan luar
organisme terbentuk. Lapisan-lapisan tersebut adalah blastocyst, yaitu lapisan
dalam sel yang berkembang selama periode germinal dan yang kemudian
berkembang menjadi embrio, dan trophoblast, yaitu lapisan luar sel yang
berkembang selama periode germinal yang kemudian menyediakan gizi dan
melindungi embrio (sistem penunjang kehidupan), yaitu amnion, tali pusar,
dan placenta (ari-ari).
b. Masa embrional
Masa embrional meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia
kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang dibuahi (zigot) mengadakan
pembelahan dan diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ yang hampir lengkap
sampai terbentuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia.
Proses pembentukan organ dari tidak ada menjadi ada (organogenesis) pada
beberapa sistem organ, misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai
minggu ke-12 sehingga beberapa sumber mengklasifikasikan pertumbuhan
masa embrional sampai dengan minggu ke-12 (trimester pertama kehamilan).
Masa embrional berlangsung dari minggu ketiga sampai kedelapan setelah
pembuahan, ditandai dengan perkembangan yang pesat pada organ dan sistem
tubuh utama, yaitu pernafasan, pencernaan, dan saraf. Pada periode ini terjadi
peningkatan diferensiasi sel, sistem saraf berkembang, dan pada akhir minggu
ketiga jantung mulai berdetak. Selanjutnya di akhir periode ini, organ-organ
mulai tampak sehingga bentuk dan wajah organisme sudah menampak. Usia
21 hari, mata mulai kelihatan, sudah terbentuk jari-jari tangan dan kaki serta
alat kelamin eksternal. Pada eperiode ini, embrio dilindungi atau didukung
oleh ari-ari (placenta), tali pusar (umbilical cord), dan amnion. Amnion
merupakan suatu kantong yang berisi cairan bening sebagai tempat embrio
mengapung serta berfungsi sebagai pengatur suhu dan kelembapan dan
penahan benturan atau melindungi bayi dari guncangan.
Pada minggu ke-5 ini, kadar hormon HCG yang diproduksi oleh blastokista
akan meningkat signifikan. Hal ini menandakan ovarium telah berhenti
melepaskan sel telur, menghasilkan lebih banyak estrogen dan progesteron.
Peningkatan kadar hormon ini akan menghentikan periode menstruasi dan
mendorong pertumbuhan plasenta. Ini berguna untuk membentuk suplai darah
44 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
yang kaya akan oksigen dan nutrisi untuk janin. Di tahap ini, embrio mulai
memiliki tiga lapisan:
a. Ektoderm: membentuk lapisan kulit terluar bayi, sistem saraf pusat
dan perifer, mata, serta telinga bagian dalam.
b. Mesoderm: berfungsi sebagai dasar untuk tulang bayi, otot, ginjal,
dan sistem reproduksi.
c. Endoderm: tempat paru-paru, hati, pankreas dan usus bayi akan
berkembang.
Pada minggu ke-6, pipa saraf di sepanjang punggung bayi akan tertutup. Otak
dan sumsum tulang belakang akan mulai berkembang. Jantung dan organ lain
juga mulai terbentuk. Struktur dasar mata dan telinga pun mulai berkembang.
Tubuh bayi mulai membentuk huruf C. Pada minggu ke-7, tumbuhnya otak
dan wajah bayi. Bentuk hidung mulai terlihat, dan retina pun mulai terbentuk.
Awal perkembangan tangan dan kaki janin pun terjadi pada periode trimester
pertama ini. Telinga bagian dalam juga mulai berkembang. Perkembangan
janin di minggu ke-8 trimester pertama ditandai dengan jari-jari yang sudah
mulai terbentuk. Bentuk telinga dan mata bayi mulai menjadi semakin jelas.
Bibir atas dan hidung telah terbentuk. Calon tulang dan leher pun mulai lurus.
Pada periode ini, bayi berukuran sekitar 1/2 inci (11-14 milimeter). Organ-
organ yang terbentuk pada periode ini masih sangat rapuh terhadap perubahan-
perubahan lingkungan, sehingga ibu hamil harus hati-hati karena aborsi
(keguguran) spontan biasanya terjadi pada saat ini. Pada usia 8 minggu, berat
embrio kira-kira satu gram dan panjangnya kira-kira satu inci (kurang lebih 2,5
cm).
d. Masa fetal
Masa fetal meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan
minggu ke 8-12 sampai dengan sekitar minggu ke-40 (pada kehamilan normal
/ aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan
yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstra uterin)
Yuliakhah (2006).
Pada minggu ke-9, jari-jari kaki bayi muncul. Di sini, lengan dan siku janin
muncul. Jari-jari terlihat, kelopak mata terbentuk, dan kepala bayi mulai
membesar. Pada akhir minggu ini, panjang bayi sekitar 3/4 inci (16-18
Bab 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus 45
milimeter). Pada minggu ke-10, kepala bayi menjadi lebih bundar. Janin mulai
bisa menekuk sikunya. Jari-jari semakin panjang, kelopak mata dan telinga
luar terus berkembang. Tali pusat pun terlihat jelas. Pada minggu ke-11, wajah
bayi melebar, mata terpisah jauh, kelopak mata menyatu, posisi telinga rendah,
dan tunas gigi muncul. Sel darah merah mulai terbentuk di hati bayi. Akhirnya,
alat kelamin eksternal bayi mulai berkembang menjadi penis atau klitoris dan
labia mayora.
Fetus bertumbuh dengan cepat, panjangnya kira-kira 20 kali dari sebelumnya,
juga sistem organ-organ dan tubuh menjadi lebih kompleks. Janin yang berusia
3 bulan panjangnya kira-kira tiga inci dan beratnya kira-kira 14 gram. Saat ini
janin semakin aktif, dapat menggerakkan tangan dan kaki serta dapat
membuka dan menutup mulutnya, menggerakkan kepalanya, sudah dapat
diidentifikasi jenis kemaninnya, dan dapat tersenyum, merengut, mengisap,
dan menelan. Pada akhir bulan keempat panjangnya sekitar 5,5 inci dan
beratnya sekitar 100 gram, refleks prenatal makin kuat, serta gerakan lengan
dan kaki dapat dirasakan pertama kali oleh ibunya. Juga pada saat ini denyut
jantung menjadi kuat, muncul rambut halus (lanugo) yang menutup tubuh,
serta tumbuh kuku jari tangan dan kaki.
Pada akhir bulan kelima, kira-kira panjangnya 10-12 inci, beratnya kira-kira
500 gram dan janin sudah dapat mengisap ibu jarinya, tersedak dan denyut
jantung dapat didengar memalui stetoskop serta rambut kepala, bulu mata dan
alis mata muncul/tumbuh. Akhir bulan keenam, panjang janin kira-kira 14 inci
dan beratnya naik sekitar 0,5 sampai 1 pon lagi. Saat ini mata sudah terbuka
dan tangannya mampu memegang dengan erat.
Pada saat usia 7 bulan panjang janin sudah mencapai sekitar 14-17 inci dan
beratnya sekitar 1 kg. Janin sangat aktif, lemak tubuhnya bertambah dan
gerakan pernafasan mulai muncul walau belum sempurna. Usia tujuh bulan
(28 minggu) merupakan the age of viability (usia kelangsungan hidup) yang
merupakan saat penting dalam perkembangan pralahir karena pada usia ini
sitsem fisik fetus (janin) sudah memungkinkan untuk bertahan hidup jika
dilahirkan prematur. Pada bulan ke-8 dan ke-9, pertambahan panjang dan berat
tubuh janin bertambah cepat. Usia delapan bulan beratnya bertambah 1,5 kg
dan usia 9 bulan atau saat dilahirkan panjang tubuhnya kira-kira mencapai 19
inci (kurang lebih 50 cm) dan beratnya kira-kira 3 kg serta lingkar kepla 34
cm. Pada bulan-bulan ini, janin memiliki periode tidur dan bangun, kerutan
kulit berkurang, lanugo (rambut-rambut halus) menghilang, keaktifan
berkurang, dan berada dalam posisi lahir.
46 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Tabel 4.1: Perubahan-Perubahan dan Organogenesis Pada Periode Kehamilan
Minggu (Bulan) Perubahan
Minggu ke-0 Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel
(Bulan ke-0) pada hari ke-11
Minggu ke-4
(Bulan ke-1) Bagian tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang
belakang, otak, dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan
Minggu ke-8 pencernaan juga sudah terbentuk.
(Bulan ke-2)
Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan
Minggu ke-12 bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di
(Bulan ke-3) bawah kulit yang tipis.
Minggu ke-16 Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan).
(Bulan ke-4) Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada
gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin.
Minggu ke-20
(Bulan ke-5) Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah
atas simpisis – pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem
Minggu ke-24 saraf mulai melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang cepat.
(Bulan ke-6) Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas
Minggu ke-28 memproduksi insulin. Kelamin luar sudah dapat ditentukan jenisnya.
(Bulan ke-7)
Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi
Minggu ke-32 pusat. Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga
(Bulan ke-8) minyak pada kulit. Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin
membuat jadwal teratur tidur, menelan dan menendang.
Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas
pusat. Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan.
Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara
pertengahan pusat – prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas, menelan
dan mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai
membuka dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir.
Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua
pertiga di atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin
mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak
aktif.
Minggu ke-36 Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi
(Bulan ke-9) prosessus xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna.
Minggu ke-40 Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari
(Bulan ke-10) bawah prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas
panggul), kuku panjang, testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada
lanugo.
Bab 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus 47
4.4 Stimulasi Pada Fetus
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pancaindera maupun
otak fetus :
a. Indera perasa
Indera perasa pada janin terbentuk saat mendekati usia kehamilan delapan
minggu dan yang pertama kali yang berfungsi adalah sensor terhadap
sentuhan. Sesekali pun ketika usia kehamilan delapan minggu ibu belum dapat
merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 20 minggu ke atas, gerakannya
sudah mulai terasa. Cara menstimulasi yaitu mencoba membelai, menekan
perlahan atau menyentuh perut saat ibu merasakan ada bagian tubuh janin
yang bersentuhan dengan dinding rahim. Hal ini akan membantunya
bereksplorasi terhadap sensor perasaannya. Mayoritas dokter spesialis anak
saat ini percaya bahwa sentuhan ibu pada anaknya ketika masih di dalam
rahim adalah sesuatu yang penting dalam membentuk ikatan batin ibu dan
anaknya. Hal ini dimulai sejak bayi masih berada dalam rahim. Sentuhan
pertama antara ibu dan anak adalah sesuatu yang istimewa, karena itu biarkan
janin mengenali sentuhan ibunya, meskipun masih dalam rahim.
b. Indera pengecap
Indera pengecap janin mulai berfungsi saat kehamilan berusia 13-15 minggu.
Sari-sari makanan yang dikonsumsi ibu akan terbawa ke air ketuban, sehingga
janin bisa mencium atau merasakan aromanya, bahkan menelan cairan
ketuban. Cara menstimulasinya dengan mengonsumsi makanan sehat yang
rasanya agak tajam seperti bawang putih, rempah-rempah, atau bahkan rasa
manis, asam dan lainnya untuk melatih janin merasakan beraneka macam
aroma di lidahnya. Penelitian menunjukkan bahwa janin lebih banyak menelan
air ketuban saat ibu mengonsumsi makanan yang manis dan berkurang ketika
ibu mengonsumsi makanan yang asam atau pahit.
c. Indera penciuman
Hidung pada janin mulai terbentuk saat usia kehamilan memasuki usia 11-15
minggu. Sejatinya, hal ini membingungkan karena bagaimana mungkin janin
bisa mencium, sementara semua orang tahu bahwa proses mencium
berhubungan dengan udara dan pernafasan. Stimulasi untuk indera penciuman
ini bisa dilakukan dengan cara yang sama seperti stimulasi pada indera
48 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
pengecap. Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika bayi lahir, secara
otomatis akan tertarik untuk merangkak menuju puting susu ibunya (saat
melakukan IMD) yang ternyata disebabkan oleh aroma puting susu ibu sama
dengan aroma air ketuban.
d. Indera penglihatan
Saat usia kehamilan 26 minggu, mata janin sudah mulai berkedip. Walaupun
di dalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat menangkap cahaya
dari luar rahim. Cara menstimulasi yaitu dengan menempelkan senter yang
menyala di perut ibu dan rasakan gerakan janin saat melihat adanya sinar.
Permainan menempelkan senter ini akan membantu stimulasi mata dan
keingintahuannya akan sesuatu. e. Indera pendengaran Telinga janin telah
terbentuk dan sempurna saat memasuki usia kehamilan 24 minggu dan saat
usia kehamilan 25 minggu, janin dalam kandungan sudah bisa mendengar
suara dari luar, meskipun suaranya agak terpendam dan lebih banyak
mendengarkan suara dengan frekuensi rendah. Stimulasi untuk pendengaran
janin adalah bentuk yang paling mudah dilakukan karena secara otomatis
sudah sering mendengar suara di dalam tubuh ibunya, seperti suara detak
jantung, cairan tubuh dan pencernaan. Namun, untuk menstimulasi dari luar,
bisa dilakukan dengan mendengarkan musik-musik yang menenangkan,
seperti musik relaksasi atau musik klasik. Jika ibu juga menyukai jenis musik
yang dipilih, ikutlah mendengarkan bersama janin. Tidak perlu terlalu keras,
karena air ketuban dapat menyalurkan suara dengan baik sehingga musik akan
terdengar oleh janin. Namun, jika ibu tidak menyukai jenis musiknya, biarkan
janin mendengarkan musik tersebut melalui earphone atau headphone yang
ditempelkan langsung ke bagian perutnya. Hal ini penting untuk mencegah
rasa tidak nyaman pada ibu hamil jika terpaksa mendengarkan musik yang
tidak disukai, karena akan memicu hormon stres dan rasa tidak nyaman, yang
pada akhirnya akan memengaruhi janin. Sejatinya, selain mendengarkan
musik dari radio atau media elektronik lainnya, ada satu cara sederhana yang
cukup efektif dan dapat didengarkan oleh janin yaitu suara ibunya (Andriana,
2012).
Bab 5
Konsep Dasar Kehamilan
5.1 Definisi
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari),
dan terbagi dalam periode 3 triwulan / trimester (Nugroho, 2014) Menurut
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester. Trimester
pertama berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28
hingga minggu ke 40) (Prawirohardjo, 2009).
Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda tidak pasti
a. Amenorrhea (terlambat datang bulan)
b. Mual dan muntah
c. Mastodinia
d. Gangguan kencing
e. Konstipasi
f. Perubahan berat badan
50 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
g. Perubahan warna kulit
h. Perubahan payudara
i. Mengidam (ingin makan khusus)
j. Lelah (Fatique)
k. Varises
2. Tanda mungkin hamil
a. Rahim membesar
b. Tanda Hegar
c. Tanda Chadwick
d. Tanda Piskacek
e. Braxton hicks
f. Tes urine kehamilan (tes hCG) positif
3. Tanda Pasti Kehamilan
a. Teraba gerakan janin
b. Teraba bagian-bagian janin
c. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan (Yulizawati et al., 2017):
a. Fetal electrocarddiograph pada kehamilan 12 minggu
b. Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu
c. Stetoskop leanec pada kehamilan 18-20 minggu
d. 4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen
e. 5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa
ukuran kantong.
Kehamilan Trimester I, II, III
Tentunya kalian mengenal pengertian trimester I, II, dan III. Status kehamilan
ibu dapat dituliskan dengan GPA. G menunjukkan berapa kali ibu pernah
hamil. P menunjukkan berapa kali ibu melahirkan baik per vaginam (melalui
jalan lahir) maupun per abdominal (melalui operasi), baik premature, matur,
ataupun post–matur/serotinus. A menunjukkan bahwa berapa kali ibu
mengalami abortus (keguguran)/curettage (kuret).
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 51
Ibu hamil harus mengetahui kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Hal
ini dimaksudkan agar petugas kesehatan dapat mengetahui kapan taksiran
persalinan (TP) ibu hamil tersebut. Tujuannya adalah petugas kesehatan dapat
mengetahui apakah ibu hamil tersebut memiliki usia kehamilan yang sesuai
dengan persalinannya atau tidak. Usia kehamilan yang matur/normal atau
fisiologis adalah antara 37–41 minggu. Jika usia kehamilan antara 32–36
minggu, maka kehamilannya adalah kehamilan premature. Jika usia kehamilan
lebih dari 42 minggu, maka kehamilannya adalah kehamilan postmatur/
serotinus.
Rumus Naegle merupakan rumus standar yang digunakan untuk mengetahui
taksiran persalinan (TP). Caranya adalah :
Contoh kasus:
Seorang ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan sudah 2 bulan tidak haid.
Ibu mengeluh mual muntah dan pusing. Ibu mengatakan hari pertama haid
terakhir (HPHT) adalah tanggal 27 September 2015. Ibu menanyakan kapan
ibu melahirkan? Atau kapan taksiran persalinan (TP) nya ?
Jawaban: HPHT : 27 September 2015
Rumus Naegle : +7 – 3 + 1
TP : 4 Juli 2016
Perkiraan berat janin berdasarkan rumus Jhonson yaitu :
dengan :
N adalah 12 jika vertex berada tepat atau di atas spina ischiadika.
N adalah 11 jika vertex di bawah spina ischiadika.
52 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Contoh kasus:
Ibu hamil G3P1A1, hasil pemeriksaan tinggi fundus uterus (TFU) 35 cm, dan
kepala berada tepat di atas spina ischiadika. Berapa besar taksiran berat badan
janin ibu tersebut?
Jawaban:
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) = (35–12) x 155 = 3565 gram.
Menurut Chapman & Durham, 2010, kehamilan dibagi menjadi 3 trimester
yaitu :
a. Trimester I (HPHT s.d. 12 minggu kehamilan),
b. Trimester II (13 minggu s.d. 27 minggu kehamilan),
c. Trimester III (28 minggu s.d. 40 minggu kehamilan).
5.2 Perubahan Anatomi dan Adaptasi
Fisiologis Pada Ibu Hamil
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim.
1. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Sebelum terjadinya kehamilan, mula - mula berat uterus hanya 30
gram. Kemudian terjadi hipertrofi dan hiperplasia, sehingga beratnya
menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat
mengikuti pembesaran uterus karena pertumbuhan janin. Hal ini
diduga karena pengaruh hormon esterogen. Isthmus uteri manjadi
lunak dan memanjang sehingga pada pemeriksaan dalam seolah - olah
kedua jari dapat saling sentuh, perlunakan isthmus disebut Tanda
Hegar. Pertumbuhan rahim tidak rata ke semua arah, tetapi terjadi
pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga
rahim bentuknya tidak sama yang disebut dengan Tanda Piskacek.
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 53
b) Cervix
Cervix uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormone esterogen dan dapat menyebabkan hypervaskularisasi maka
konsistensi cervix menjadi lunak. Progesteron menyebabkan sel sekret
endocervix menjadi lebih tebal dan memberikan perlindungan
terhadap infeksi aterm.
c) Vagina
Akibat hormone esterogen, vagina dan vulva juga mengalam
perubahan. Adanya hypervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vulva tampak lebih merah dan kebiru-biruan (livide). Tanda ini
disebut tanda Chadwick, warna portiopun tampak livide.
d) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone esterogen, progesteron
dan somatomammotropin.
Fungsi hormone tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Esterogen
• Menyebabkan hipertrofi system saluran payudara.
• Menyebabkan penimbunan lemak dan air serta garam
sehingga payudara tampak semakin membesar.
• Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan
garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
(2) Progesteron
• Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
• Menambah jumlah sel asinus.
(3) Somatomammotropin
• Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,
laktalbumin dan laktoglobulin.
• Penimbunan lemak sekitar alveolus.
• Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.
54 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Papilla mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam seperti
seluruh areola mamma karena hyperpigmentasi. Glandula Montgomery
tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola mamma. Pada kehamilan 12
minggu keatas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih
yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar
asinus yang mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan
warnanya agak kuning. Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan,
pengeluaran air susu belum berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH
(prolactine inhibiting hormone).
2. Sistem Endokrin
Berikut ini adalah beberapa hormon yang diproduksi selama kehamilan,
berikut fungsi dan dampak yang dihasilkan, yaitu:
a) Hormon Esterogen
Dihasilkan oleh ovarium dan memengaruhi pertumbuhan endometrium rahim,
perubahan-perubahan histologi pada vagina. Memengaruhi pertumbuhan
saluran kelenjar mammae sewaktu menyusui, mengontrol pelepasan LH dan
FSH, mensensitifkan otot-otot uterus, mengendorkan serviks, vagina, vulva,
serta menimbulkan kontraksi pada rahim. Esterogen juga memperkuat dinding
rahim untuk mengatasi kontraksi saat persalinan.
Dampak
Dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga terjadi penimbunan
cairan yang menyebabkan pembengkakan. Selain itu dengan peningkatan
hormon ini ibu hamil sering merasa sakit punggung. Dapat juga menyebabkan
varises.
b) Hormon Progesteron
Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk
menyangga plasenta di dalam rahim. Juga dapat berfungsi untuk mencegah
gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim, sehingga persalinan dini
bisa dihindari. Hormon ini juga membantu menyiapkan payudara untuk
menyusui.
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 55
Dampak
Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan
tekanan darah, itu penyebab mengapa ibu hamil sering merasa pusing.
Hormon ini juga membuat sistem pencernaan menjadi lambat, perut menjadi
kembung atau sembelit. Hormon ini juga memengaruhi perasaan dan suasana
hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan
menurunnya gairah seks selama hamil.
c) Hormon HCG ( Human Chorionic Gonadotrophin )
Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil
yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan
jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini
berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur
sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan
meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan.
Hormon kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai
contoh diperkirakan HCG memengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan.
Hormon ini merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang
melalui air seni.
Dampak
Kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning
sickness).
d) Hormon Kehamilan HPL (Human Placental Lactogen)
Dihasilkan oleh plasenta, merupakan hormon protein yang merangsang
pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme karbohidrat
dan lemak. Hormon kehamilan ini berperan penting dalam produksi ASI.
Kadar HPL yang rendah mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi
dengan baik.
Dampak
Memberikan perubahan terhadap payudara. Perubahan ini berupa pembesaran
pada payudara, serta membuat rasa ngilu dan sakit pada puting jika disentuh.
56 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
e) Hormon Kehamilan Relaxin
Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta.
Melembutkan leher rahim dan merelaksasikan sendi panggul.
Dampak
Menimbulkan relaksasi pada ligamen dan sendi.
f) Hormon Kehamilan MSH (Melanophore Stimulating Hormone)
Hormon kehamilan ini merangsang terjadinya pigmentasi pada kulit.
Dampak
Menggelapkan warna puting susu dan daerah sekitarnya. Pigmentasi
kecoklatan pada wajah, pada bagian dalam dan garis dari pusar ke bawah
(linea nigra) (Pujiastuti, 2014).
3. Sistem Respirasi
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang
wanita hamil selalu bernafas dalam, dan bagian bawah toraxnya juga melebar
ke sisi, yang sudah partus kadang-kadang menetap jika tidak dirawat dengan
baik. Peningkatan BMR (basal Methabolic Rate) ibu hamil dan peningkatan
berat badan menyebabkan peningkatan pemakaian oksigen, hal ini
menyebabkan ventilasi yang meningkat (Dan, Ari and Pekawinan, 2008).
4. Sistem Digestivus
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin dan perubahan ini berada dibawah
pengaruh hormon dan mekanis. Esterogen menyebabkan peningkatan aliran
darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan
gingivitis. Janin memperoleh kalsium dari cadangan kalsium didalam tubuh
ibu, bukan dari gigi ibu. Salivasi adalah pengeluaran air liur berlebihan
daripada biasa. Bila terlalu banyak merupakan keadaan yang patologik. Saliva
menjadi lebih asam, tetapi jumlahnya tidak meningkat. Tonus pada sfingter
esofagus bagian bawah melemah dibawah pengaruh hormon progesteron yang
menyebabkan relaksasi otot polos. Pergeseran diafragma dan penekanan akibat
pembesaran uterus yang diperburuk oleh hilangnya tonus sfingter, yang
mengakibatkan refluks dan nyeri ulu hati. Kerja progesteron pada otot-otot
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 57
polos menyebabkan lambung hipotonus yang disertai penurunan motilitas dan
waktu pengosongan yang memanjang. Semua perubahan yang terjadi akibat
progesteron ini dialami seluruh saluran usus halus (Nugroho, 2014).
5. Sistem Kardiovaskular
Volume darah : Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak
akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25%,
dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung (cardiac
output) yang meningkat sebanyak 30%. Akibat hemodilusi yang mulai jelas
kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat
jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis. Kenaikan plasma darah dapat
mencapai 40% saat mendekati cukup bulan. Protein darah: Gambaran protein
dalam serum berubah ; jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun
dalam triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan.
Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.
Hitung jenis dan hemoglobin: Hematokrit cenderung menurun karena
kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat
untuk memenuhi kebutuhan transpor O2 yang sangat diperlukan selama
kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar
dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil. Anemia fisiologis ini
disebabkan oleh volume plasma yang meningkat. Dalam kehamilan, leukosit
meningkat sampai 10.000/cc, begitu pula dengan produksi trombosit. Nadi dan
tekanan darah : Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama
trimester kedua dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra-hamil. Tekanan
vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas dan bawah cenderung
naik setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84
kali/permenit.
Jantung : Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan
dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Jantung bergeser
ke atas dan ke kiri ketika diafragma terdesak ke atas secara progresif akibat
perkembangan kehamilan. Hal ini menyebabkan apeks jantung dalam posisi
lateral dan meningkatkan ukuran jantung yang sekilas tampak lebih besar pada
hasil pemeriksaan sinar-X (amariyah, N., Anggasari, Y., & Muflihah, 2014).
58 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
6. Sistem Integumen
Meski penyebab pigmentasi kulit belum jelas hingga kini diduga bahwa
progesteron dan esterogen memiliki efek menstimulasi melanosit. Efek ini
dapat membuat warna puting dan areola primer menjadi gelap (mempergelap
areola di sekitar puting). Kadua hal ini terjadi pada bulan ketiga kehamilan.
Penggelapan warna ini juga dapat terjadi pada areola sekunder (mottling pada
kulit disekitar dan di area melewati daerah primer) ; linea nigra (garis tipis hasil
pigmentasi kulit pada garis tengah abdomen mulai simfisis pubis sampai
umbilikus) ; striae (tanda peregangan kulit) pada abdomen (striae gravidarum);
Payudara membesar dan biasanya terjadi pada area bokong dan paha bagian
atas ; serta koasma (topeng kehamilan, perubahan warna menjadi kecoklat-
coklatan dan tidak merata pada area dahi, hidung, pipi dan leher. Semuanya
terjadi sekitar bulan kelima dan keenam kehamilan. Sebagian besar perubahan
pigmentasi kehamilan akan bekurang dan hilang setelah kehamian berakhir,
kecuali untuk striae. Pigmentasi warna coklat kemerahan striae akan hilang,
tetapi garis putih keperakan halus pada jaringan fibrosa yang berkilauan akan
menetap (Manuaba, 2009).
7. Metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita
hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.
a) Tingkat metabolik basal (basal methabolic rate, BMR) pada wanita
hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.
b) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat
kandungan, payudara dan badan ibu serta untuk persiapan laktasi.
c) Hidrat arang : seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan
kuat, sering kencing dan kadangkala dijumpai glukosuria yang
mengingatkan kita pada DM. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar
endokrin agak terasa, seperti somatomammotropin, plasma insulin
dan hormon-hormo adrenal-17-ketosteroid.
d) Metabolisme juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai 350mg
atau lebih per 100cc. Hormon somatomammotropin mempunyai
peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak
lainnya terdapat pada badan, perut, paha dan lengan.
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 59
e) Metabolisme mineral :
• Kalsium : dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk
pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimester terakhir
dibutuhkan 30-40 gram.
• Fosfor : dibutuhkan rata-rata 2 gram per hari.
• Zat besi : dibutuhkan zat besi kurang lebih 800mg atau 30-50mg
sehari.
• Air : wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
• Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg.
Kenaikan berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada (pre-
eklampsi dan eklampsi).
Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh :
• Janin, uri, air ketuban, uterus.
• Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air.
f) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori
yang dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat
arang khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun, bila
dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori.
g) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus
mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai
penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita
hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan
vitamin.
h) Metabolisme Karbohidrat
• Karbohidrat (dlm bentuk glukosa) untuk sumber energi dan
pertumbuhan janin, juga disimpan sebagai glikogen dlm plasenta,
hati dan otot jantung janin sbg cadangan energi stlh persalinan.
• Seiring usia kehamilan, plasenta tumbuh dan secara progresif
memproduksi hormon (hPL, esterogen dan progesteron).
Produksi kortisol oleh kelenjar adrenal jg ↑, akibatnya
menurunkan kemampuan ibu menggunakan insulin → tujuan
mekanisme tersebut untuk menjamin suplai glukosa yg stabil pd
janin (Fatimah and Nuryaningsih, 2018).
60 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
8. Berat Badan dan IMT
The Institute of Medicine’s Subcomitte on Nutrirional Status and Weight Gain
During Pregnancy berpendapat bahwa kenaikan berat badan selama
kehamilan dapat dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) wanita
sebelum hamil.
Tabel 5.1: Rekomendasi Kisaran Kenaikan BB Total untuk Wanita Hamil
Berdasarkan IMT Sebelum Hamil
Karakteristik Pertambahan BB
1. Bila BB sebelum hamil normal, maka pertambahan sebaiknya antara
9 – 12 kg.
2. Bila BB sebelum hamil berlebih, maka pertambahan sebaiknya antara
6 – 9 kg.
3. Bila mengandung bayi kembar dua / lebih, maka kemungkinan BB
akan bertambah lebih banyak dari jika mengandung satu bayi
(Anggarani, Deri Rizki, S. Gz, 2013).
1. TRIMESTER I : 1 – 2,5 kilogram
Trimester pertama penting karena saat itu terjadi pembentukan dan
pertumbuhan otak, syaraf, jantung dan organ-organ reproduksi janin. Pada saat
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 61
yang sama, kemungkinan nafsu makan ibu berkurang karena mual-mual dan
muntah. Tidak heran jika kenaikan bobot ibu pada trimester pertama tidak
banyak. Bahkan kadang berat badan malah turun sekilo, dua kilo.
2. TRIMESTER II : 5 kilogram
Pada trimester kedua nafsu makan anda biasanya pulih sehingga berat badan
meningkat rata-rata 0,35-0,4 kg per minggu. Pertumbuhan janin pun ngebut.
Sebagian besar berat badan anda ‘terserap’ untuk pertambahan berat janin.
3. TRIMESTER III: 4 – 5 kilogram
Meski pada minggu ke-28 pertambahan volume darah ibu hamil mencapai
puncaknya, namun secara keseluruhan pertambahan berat badan pada trimester
ini kembali melambat.
9. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan vesica urinaria tertekan oleh uterus yang
mulai membesar, sehingga terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering
kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin
mulai turun kebawah PAP, keluhan sering kencing akan timbul lagi Karena
vesica urinaria mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan, ureter berdilatasi
karena pengaruh hormon progesterone. Tetapi ureter kanan lebih membesar
daripada ureter kiri, karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan
dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar
kearah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan
kanannya atau disebabkan oleh letak colon sigmoid yang berada di belakang
kiri uterus.
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga
pembentukan air senipun akan bertambah. Filtrasi pada glomerulus bertambah
sekitar 69% sampai 70%. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih
banyak dapat dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik
dalam kehamilan (Nugroho, 2014)
62 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
5.3 Perubahan dan Adaptasi Psikologi
Selama Masa Kehamilan
1. Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Trimester 1
Pada awal kehamilan wanita kadang merasa senang dan sedih. Biasanya juga
dipengaruhi oleh rasa lelah, mual dan sering kencing. Perubahan tersebut
sering sekali menampakkan episode dengan penuh air mata dan sangat peka.
Untuk itu wanita yang sebelumnya memiliki cara pandang terhadap dirinya
atau jika ada beberapa masalah yang muncul diawal kehamilan, maka masa ini
adalah masa yang mencemaskan. Kecemasan dan beberapa penyulit akan
menyebabkan rasa tidak nyaman dalam kehamilan sampai melahirkan. Pada
saat ini mereka sangat membutuhkan kehadiran orang lain untuk menceritakan
tentang kehamilannya dan untuk membuat keputusan bagi janin mereka
sampai mereka yakin kehamilannnya berlangsung aman. Pada kehamilan
pertama sebesar 15% kejadian gangguan kejiwaan terjadi pada trimester I.
Dengan adanya rasa lelah dan tidak nyaman pada awal kehamilan, agak sulit
untuk membedakan reaksi emosional yang normal dan gangguan kejiwaan
(Susanti, 2008). Reaksi psikologis dan emosional wanita pertama kali hamil
ditunjukkan dengan adanya ; kecemasan, kegusaran, ketakutan dan kepanikan.
Upaya untuk mengatasi perubahan yang terjadi, Mengikuti kursus program
orang tua di beberap RS – Pasutri akan dipandu dan diberikan info tentang:
• Proses perkembangan kehamilan
• Nutrisi ibu hamil
• Hidup sehat selama hamil.
2. Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Trimester II
Pada periode ini umumnya wanita hamil sudah bisa menerima kehamilannya
dengan baik, secara fisi k ibu sudah merasakan gerakan dan DJJ. Akan tetapi
perasaan cemas muncul kembali ketika melihat:
a) Keadaan perut mulai membesar
b) Payudara semakin membesar
c) Bercak hitam di perut semakin melebar
Bab 5 Konsep Dasar Kehamilan 63
Perasaan ini muncul karena khawatir penampilan ibu rusak dan merasa takut
suami tidak akan mencintainya lagi. Sebagian besar suami menganggap
istrinya sangat seksi sehingga istri merasa takut terjadi perubahan pada suami
oleh karena itu suami menganggap istrinya sangat seksi sehingga istri merasa
takut terjadi perubahan pada suami oleh karena itu suami dianjurkan untuk
memberikan dukungan moril yang lebih besar pada istri (Prawirohardjo,
2009). Asuhan keperawatan yang perlu diberikan adalah mempersiapkan
program ASI Eksklusif. Anjurkan ibu Senam Hamil sebaiknya konsultasi
dengan dokter yang menangani atau memeriksa kehamilanya untuk
mengetahui ada tidaknya kontra indikasi
3. Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Trimester III
Bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan perasaan yang tidak
nyaman dan perasaan ingin segera melahirkan. Pada periode ini wanita akan
disibukkan dengan persiapan kelahiran bayinya – kebutuhan bayi,
pengontrolan kehamilan yang lebih ketat. Menjelang 2 minggu kelahiran
bayinya ibu merasa sudah tidak sabar ingin melihat dan menyentuh bayinya.
Pada periode ini sang suami harus memberikan dukungan yang lebih besar lagi
kepada istri. Jika kehamilan bukan anak pertama, suami dapat melakukan
pendekatan pada kakak2 bayi dan mengambil alih perawat mereka sehingga
istri tidak khawatir pada kondisi mereka dan dapat memfokuskan diri pada
proses kelahirannya. Dan ibu tidak khawatir dan memikirkan kondisi putra-
putri mereka setelah ibu melahirkan (Susanti, 2008). Jika bayi pertama maka
suami harus memberikan dukungan, semangat dan selalu mendampingi istri
pada saat dibutuhkan.
Kecemasan dalam menghadapi proses persalinan akan muncul dan mulai
dirasakan, ibu mulai mempunyai pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya:
a) Apakah ia bisa melahirkan normal
b) Apakah bayinya akan lahir normal
c) Bagaimana cara mengejan dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah perubahan psikologi ibu pada periode ini:
Diperlukan peran suami dan dukungan keluarga:
a) Berikan rasa aman pada ibu.
b) Dukung untuk melakukan berbagai kegiatan misal senam bersama
64 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
c) Mendampingi istri saat mengontrol kehamilannya.
d) Memberi support setiap istri membutuhkan
Dengan cara ini akan muncul rasa percaya diri pada istri dan ibu memiliki
mental yang kuat menghadapi proses persalinannya.
Bab 6
Konsep Dasar Persalinan
6.1 Pendahuluan
Persalinan dan kelahiran bagi banyak wanita, merupakan aspek yang paling
mendebarkan, seperti perubahan fisik dari kehamilan itu sendiri pemahaman
akan proses-proses yang terlibat membantu mengurangi kecemasan. Wanita
yang hamil 9 bulan siap untuk melahirkan, dan agar berpartisipasi penuh
dalam pengalaman itu dia semestinya menjadi tahu dengan semua
kemungkinan yang ada. Menjelang persalinan sebagian besar ibu merasa takut
menghadapi persalinannya apalagi bagi yang untuk pertama kali. Di sinilah
pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling mendukung dengan
penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan dengan lancar (Walyani
and Purwoastuti, 2019).
6.2 Definisi Persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Varney, Kriebs and Gregor, 2008). Persalinan adalah proses
66 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni and
Margareth, 2019).
6.3 Teori Terjadinya Persalinan
Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu penurunan kadar
progesteron, teori oksitosin, peregangan otot-otot uterus yang berlebihan,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin (Mutmainnah, Johan and Llyod, 2017).
1. Teori penurunan kadar hormon progesteron
Hormon progesteron merupakan hormon yang mengakibatkan relaksasi pada
otot-otot rahim, sedangkan hormon estrogen meningkatkan kerentanan otot
rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara progesteron dan
estrogen di dalam darah. Progesteron menghambat kontraksi kontraksi selama
kehamilan sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya estrogen mempunyai
kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas uterus. Baik progesteron
maupun estrogen disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin
bertambah selama kehamilan. Namun, saat kehamilan mulai masuk usia 7
bulan dan seterusnya, sekresi estrogen terus meningkat, sedangkan sekresi
progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun sehingga terjadi
kontraksi braxton hicks saat akhir kehamilan yang selanjutnya bertindak
sebagai kontraksi persalinan.
2. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim
sehingga mudah terangsang dan persalinan dapat berlangsung.
3. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 67
4. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan menyebabkan
kadar estrogen dan progesteron turun. Hal ini juga mengakibatkan kejang pada
pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi.
5. Distensi rahim
Seperti halnya kandung kemih, yang bila dindingnya meregang karena isinya,
demikian pula dengan rahim. Seiring bertambahnya usia kehamilan maka otot-
otot rahim akan semakin meregang. Rahim yang membesar dan meregang
menyebabkan iskemi otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero
plasenter kemudian timbullah kontraksi
6. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus Franken Hauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul
kontraksi.
6.4 Tahap Persalinan
Pada proses persalinan, dibagi menjadi 4 tahapan persalinan, yaitu kala I, kala
II, kala III, dan kala IV.
6.4.1 Persalinan Kala I
Persalinan Kala I atau Kala Pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi
lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi
(Diana, Mail and Rufaida, 2019; Walyani and Purwoastuti, 2019):
a. Fase Laten, dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap: pembukaan
kurang dari 4 cm, dan biasanya berlangsung selama 8 jam.
68 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
b. Fase Aktif
Pada fase aktif, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), serviks membuka dari 4 cm hingga 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi
penurunan bagian bawah janin, berlangsung selama 6 jam.
Fase aktif terbagi lagi menjadi
a. Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
c. Fase deselerasi, dari pembukaan 9 cm hingga 10 cm.
6.4.2 Persalinan Kala II
Persalinan kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran janin. Ciri khas pada
kala II ini di antaranya his terkoordinir kuat cepat dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rektum sehingga
ibu merasa ingin BAB, dan anus membuka. Lama kala II pada primipara
berlangsung 1,5 jam - 2 jam, sedangkan pada multipara berlangsung 0,5 jam –
1 jam (Walyani and Purwoastuti, 2019).
6.4.3 Persalinan Kala III
Persalinan kala III disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
Batasan kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium
berkontraksi mengikuti penyusunan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas (dengan gaya gravitasi) plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina (JNPKKR, 2016).
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 69
Mekanisme pelepasan plasenta terdiri dari (Bidan dan Dosen Kebidanan,
2018):
1. Schultze
Pelepasan dimulai dari tengah, darah berkumpul di tengah plasenta sehingga
terbentuk bekuan retroplasenta. Peningkatan berat memberi tekanan pada titik
tengah perlekatan plasenta sehingga membantu melepas tepi lateral yang
melekat. Peningkatan berat ini juga membantu melepas membran dari dinding
uterus sehingga bekuan yang terbentuk tertutup kantong membran pada saat
plasenta mengalami penurunan, yang didahului oleh permukaan plasenta yang
menempel pada janin. Proses pemisahan ini berkaitan dengan pemisahan
lengkap plasenta dan membran serta kehilangan darah yang lebih sedikit.
2. Matthews Duncan.
Mekanisme pelepasan plasenta menurut Duncan dimulai dari tepi plasenta.
Plasenta mulai mengalami pemisahan yang tidak merata pada salah satu tepi
lateralnya. Darah keluar sehingga pemisahan tidak dibantu oleh pembentukan
bekuan retroplasenta. Plasenta menurun dan tergelincir ke samping yang
didahului oleh permukaan plasenta yang menempel pada ibu. Proses ini
membutuhkan waktu lebih lama berkaitan dengan pengeluaran membran yang
tidak sempurna dan kehilangan darah yang lebih banyak.
Perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta (Walyani and Purwoastuti, 2019):
1. Kustner
Perasat Kustner dilakukan dengan cara tangan kanan menegangkan tali pusat,
tangan kiri menekan supra-simpisis. Jika tali pusat masuk kembali ke dalam
vagina, artinya plasenta belum lepas dari dinding uterus. Jika tetap dan tidak
masuk kembali ke dalam vagina, artinya plasenta sudah terlepas dari dinding
uterus.
2. Klein
Perasat klein dilakukan dengan cara meminta ibu bersalin untuk mengedan
sehingga tali pusat tampak turun ke bawah. Jika mengedan dihentikan dan tali
pusat tidak masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta telah terlepas dari
dinding uterus.
70 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
3. Strassman
Perasat strassman dilakukan dengan metode tangan kanan menegangkan tali
pusat, tangan kiri mengetuk fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat
yang ditegangkan (getaran terasa sampai tangan kanan), artinya plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Apabila tidak terasa getaran, artinya plasenta telah
terlepas dari dinding uterus.
Tanda-tanda pelepasan plasenta (JNPKKR, 2016; Bidan dan Dosen
Kebidanan, 2018):
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga
atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (perubahan
bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler).
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld). Hal ini
disebabkan oleh plasenta turun ke segmen bawah uteri atau ke rongga vagina.
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpalan darah
(retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan
dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu
satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit. Tujuan Manajemen
Aktif Kala III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah selama kala III. Manajemen aktif kala II terdiri dari tiga langkah utama
yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali (PTT), dan masase fundus uteri
(JNPKKR, 2016).
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 71
6.4.4 Persalinan Kala IV
Kala IV dimulai setelah plasenta lahir dan berlanjut sampai dua jam
berikutnya. Ada beberapa hal yang perlu dipantau pada kala ini yaitu kondisi
ibu dan bayi, serta proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Selama kala IV,
konsistensi uterus harus selalu diperhatikan. Kejadian perdarahan uteri sering
terjadi pada kala ini. Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan plasenta
dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang
tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga
menyebabkan perdarahan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat
dilakukan dengan masase agar uterus tidak menjadi lembek dan mampu
berkontraksi dengan baik. Menyusui merupakan metode efektif untuk
meningkatkan tonus uterus (Bidan dan Dosen Kebidanan, 2018). Diagnosis
keperawatan mengarahkan jenis tindakan keperawatan yang diperlukan dalam
menerapkan rencana keperawatan.
Berikut ini contoh diagnosis keperawatan yang sering muncul pada kala IV
persalinan (Fauziah, 2015).
1. Risiko tinggi defisit volume cairan/perdarahan sehubungan dengan
Atonia Uteri setelah melahirkan
2. Retensi Urine sehubungan dengan efek persalinan atau melahirkan
pada sensasi saluran kemih
3. Nyeri sehubungan dengan luka akibat proses kelahiran bayi
4. Risiko tinggi cidera sehubungan dengan ambulasi dini
5. Risiko tinggi perubahan peran orang tua sehubungan dengan nyeri
atau keletihan pascapartum, atau kekecewaan terhadap jenis kelamin
atau penampilan bayi baru lahir.
6. Perubahan proses keluarga sehubungan dengan bertambahnya
anggota keluarga baru
7. Menyusui bayi yang tidak efektif sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
72 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
6.5 Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal secara umum yaitu mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi pada ibu dan
bayi melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal. Upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh
adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan
adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (Hidayat
and Sujiatini, 2010).
Tujuan asuhan persalinan yaitu memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih, aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi (Walyani and Purwoastuti,
2019). Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan (JNPKKR, 2016).
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan hati ibu beserta
anggota-anggota keluarganya.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya.
9. Secara konsisten lakukan praktik pencegahan infeksi yang baik.
10. Hargai privasi ibu.
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 73
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya.
13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episiotomi.
15. Anjurkan ibu memeluk bayinya sesegera mungkin.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
bayi lahir.
17. Siapkan rencana rujukan bila perlu.
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
6.6 Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan seperti (Mutmainnah, Johan and Llyod, 2017; Diana,
Mail and Rufaida, 2019):
1. Lightening
Menjelang minggu ke-36, tanda pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh
kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum
rotundum, dan gaya berat janin di mana kepala ke arah bawah, masuknya bayi
ke pintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan:
a. Ringan di bagian atas dan rasa sesaknya berkurang
b. Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
c. Terjadinya kesulitan saat berjalan
d. Sering kencing
74 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
2. Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan kepala janin sudah
mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung
kemih tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing.
3. False Labor
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi
pengaruh signifikan pada serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul karena Braxton hicks. Akibat dari braxton hicks ini, wanita mengalami
kurang tidur dan kehilangan energi dalam menghadapinya. Bagaimanapun
persalinan palsu juga mengidentifikasi bahwa persalinan sudah dekat.
4. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin matang. Perubahan serviks diduga
terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.
5. Bloody Show
Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya lendir berasal
dari kanalis servikalis. Dengan pengeluaran darah disebabkan robeknya
pembuluh darah sewaktu serviks membuka.
6. Energy Spurt
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24-48 jam sebelum
persalinan. Umumnya para wanita ini merasa energik selama beberapa jam
sehingga bersemangat melaksanakan aktivitas seperti pekerjaan rumah tangga.
Akibatnya saat memasuki persalinan sering merasa letih dan sering sekali
persalinan menjadi sulit dan lama. Terjadinya lonjakan energi belum dapat
dijelaskan selain bahwa hal tersebut terjadi secara alamiah yang
memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani
persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi
ini dan diarahkan untuk menahan diri dan menggunakannya untuk persalinan.
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 75
6.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Persalinan
Faktor yang memengaruhi persalinan yaitu power, passage, passanger.
Persalinan dapat berlangsung dengan normal bila ketiganya dapat
berkoordinasi dengan baik.
6.7.1 Power
Bidan dan Dosen Kebidanan (2018) Power atau kekuatan yang mendorong
janin pada saat persalinan adalah his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma,
dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan
adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga mengedan
ibu. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His dibedakan
menjadi his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his palsu,
yang sebenarnya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His
pendahuluan bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian
bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang
ke perut bagian bawah seperti his persalinan. His Pendahuluan tidak
berpengaruh terhadap serviks.
Perasaan nyeri bergantung pada ambang nyeri dari seseorang yang ditentukan
oleh kondisi jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak
dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat dipengaruhi dari luar, misalnya
rangsangan oleh jari-jari tangan. Sifat his yang normal yaitu fundal dominan
(kekuatan paling tinggi di fundus uteri), otot rahim yang tidak berkontraksi
tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan
segmen bawah rahim, pada saat his terjadi perubahan pada serviks menipis dan
membuka. Hal-hal yang harus diobservasi pada his persalinan adalah
frekuensi, intensitas, aktivitas his, durasi his, datangnya his terjadi sering,
teratur/tidak, dan masa relaksasi.
6.7.2 Passage
Passage adalah jalan lahir. Jalan lahir dibagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras meliputi tulang-tulang panggul dan bagian lunak meliputi
uterus, otot dasar panggul, dan perineum. Janin harus mampu menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
76 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (Bidan dan
Dosen Kebidanan, 2018). Tulang panggul dipisahkan oleh Pintu Atas Panggul
(PAP) menjadi dua bagian panggul palsu dan panggul sejati. Panggul palsu
adalah bagian di atas Pintu Atas Panggul (PAP) dan tidak berkaitan dengan
persalinan. Panggul sejati dibagi menjadi 3 bidang: pintu atas panggul, panggul
tengah atau rongga panggul, pintu bawah panggul. Panggul sejati atau disebut
juga true pelvis yaitu bagian pelvis yang terletak di bawah linea terminalis,
mempunyai peranan penting dalam obstetri (Fauziah, 2015).
Gambar 6.1: Rongga panggul ibu bersalin A. Pintu atas dan bidang tengah
panggul, pintu bahwa panggul. B. Rongga Panggul Sejati. C. Perhatikan
lengkung sakrum dan sumbu janin (Fauziah, 2015)
Tulang panggul terdiri dari :
1. Os koksa : os ilium, os iskium, os pubis
2. Os sakrum
3. Os koksigis
Tulang yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Hubungan kedua
os pubis kanan dan kiri di depan dinamakan simfisis pubis. Os sakrum dan os
ilium di belakang dihungkan oleh artikulasio sakro-iliaka. Os sakrum dengan
os koksigis di bawah dihubungkan oleh artikulasio sakro-koksigea. Pada
kehamilan dan persalinan, artikulasio ini dapat bergeser lebih jauh dan longgar.
Ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang jika terlalu menonjol ke depan
pada saat partus. Seorang wanita hamil yang bergerak terlalu cepat dari duduk
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 77
langsung berdiri, sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakro-
iliaka dan menimbulkan rasa sakit.
Bagian panggul
1. Pintu Atas Panggul (pelvic inlet)
Bidang yang dibentuk oleh promontorium, korpus vertebra sakral 1, linea
inominata, tepi atas simpisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul,
yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter obliqua
(Prawirohardjo, 2016).
Ukuran dalam PAP:
a. Konjugata vera : panjang jarak dari tepi atas simpisis ke
promontorium (±11 cm)
b. Diameter transversa: jarak terjauh garis melintang pada PAP (±12,5-
13 cm)
c. Diameter oblik : garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik pertemuan
antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata (±13 cm)
d. Konjugata obstetrika : jarak bagian dalam tengah simfisis ke
promontorium , dan merupakan ukuran yang paling penting.
Gambar 6.2: Pintu atas panggul, diameter transversa dan diameter oblikua
(Prawirohardjo, 2016)
78 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
2. Ruang panggul (Bidan dan Dosen Kebidanan, 2018)
a. Bidang luas panggul
Bidang dengan ukuran-ukuran terbesar antara pertengahan simfisis,
pertengahan acetabulum, dan pertemuan antara ruas sakral II dan III. Ukuran
muka belakang ±12,75 cm, ukuran melintang ±12,5 cm. Bidang ini tidak
menimbulkan kesulitan dalam persalinan karena tidak ada ukuran yang kecil.
b. Bidang sempit panggul
Bidang dengan ukuran-ukuran terkecil. Terletak setinggi tepi bawah simfisis,
spina iskiadika dan memotong sakrum, ±1-2 cm di atas ujung sakrum. Ukuran
muka belakang ±11,5 cm, ukuran melintang ±10 cm. Diameter sagitalis
posterior (dari sakrum ke pertengahan antara spina iskiadika) ±5 cm. Sulit
penilaiannya karena ukurannya paling kecil dan sulit mengukurnya.
Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidang sempit
panggul.
3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet)
Terdiri dari 2 bidang (segitiga) dengan dasar yang sama (garis yang
menghubungkan kedua tuber iskiadikum kiri dan kanan). Puncak segitiga yang
belakang adalah ujung os sakrum, sisanya ligamentum sakrotuberusum kiri
dan kanan. Segitiga depan dibatasi oleh arkus pubis, yaitu tepi bawah simfisis
berbentuk elngkung ke bawah dan membentuk sudut. Dalam keadaan normal
besarnya sudut ini ±900 atau lebih sedikit (membentuk sudut tumpul). Jika
<900, kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih
banyak ke dorsal.
4. Sumbu carus
Sumbu carus yaitu bentuk pelvis minor yang menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan. Garis yang menghubungkan titik
temu antara diameter transversa dan konjugata vera pada PAP dengan titik-
titik sejenis di hodge I, II, III dan IV, sampai dekat hodge III sumbu itu lurus,
sejajar dengan sakrum, kemudian melengkung ke depan sesuai dengan
lengkungan sakrum (Bidan dan Dosen Kebidanan, 2018).
Bab 6 Konsep Dasar Persalinan 79
5. Bidang hodge
Bidang hodge dipelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian
terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan (Prawirohardjo, 2016)
a. Bidang hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul.
b. Bidang hodge II: bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
c. Bidang hodge III: bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Bidang hodge III ini
disebut juga station 0.
d. Bidang hodge IV: bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, III
terletak setinggi os koksigis.
Gambar 6.3: Bidang hodge (Prawirohardjo, 2016)
6.7.3 Passanger
(Bidan dan Dosen Kebidanan, 2018) Passanger terdiri dari janin dan plasenta.
Janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
80 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Janin dapat memengaruhi persalinan karena presentasi dan ukurannya. Pada
presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum
keras, tepi tulang dapat menyisip di antara tulang yang satu dengan tulang
yang lainnya (disebut moulage/molase) sehingga ukuran kepala bayi menjadi
lebih kecil.
Bab 7
Asuhan Keperawatan Pada
Persalinan
7.1 Pendahuluan
Persalinan merupakan peristiwa yang paling menegangkan dan mencemaskan
bagi semua ibu hamil, terutama jika persalinan tersebut merupakan persalinan
yang pertama. Ketika seorang wanita mengetahui bahwa dirinya hamil maka
wanita tersebut harus siap untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan, mulai
dari perubahan fisik sampai perubahan psikologis yang dapat memengaruhi
emosinya. Selain menjalani perubahan fisik dan psikologis, wanita hamil juga
akan dihadapkan proses persalinannya. Adanya kecemasan dan kekhawatiran
pada wanita pasti akan terjadi, terutama jika hal belum ada pengetahuan dan
pengalaman tentang kehamilan ataupun persalinan.
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Proses persalinan
dibagi menjadi empat tahap dan setiap tahapan tersebut kemungkinan adanya
penyulit yang dapat terjadi (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999).
90 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
Pada fase persalinan akan menimbulkan gangguan akibat perubahan fisik di
antaranya, sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, merasa lelah, lemas,
lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur dengan nyenyak, susah untuk
bernafas. Selain perubahan fisik, juga akan mengalami gangguan perubahan
psikis yaitu adanya rasa takut, takut kalau terjadi bahaya saat persalinan, takut
tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya dan adanya rasa trauma pada
pengalaman persalinan sebelumnya (Cristina’s Ibrahim, 1993).
Seorang wanita hamil merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual
yang memerlukan/ mendapatkan perhatian khusus dari perawat dalam
menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan kesehatan dan mencegah
komplikasi lebih lanjut saat menghadapi proses persalinan. Perawat adalah
bagian dari team pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan ibu. Perawat
mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah pada persalinan melalui
proses perawatan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus
menguasai teori, terampil dalam melakukan tindakan keperawatan serta
memiliki sikap profesional. Apabila melakukan tindakan asuhan yang kurang
tepat maka akan dapat menimbulkan komplikasi pada proses persalinan.
7.2 Definisi
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluarnya (ekspulsi) hasil
pembuahan yaitu janin, plasenta dan selaput ketuban yang keluar dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Farrer,1999). Persalinan merupakan
proses fisiologis pengeluaran janin, plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir.
Persalinan secara alami adalah persalinan yang dilakukan pada proses
persalinan dan kelahiran tanpa intervensi medis serta obato-batan penghilang
rasa sakit, namun juga membutuhkan dukungan. Melahirkan secara alami
merupakan harapan bagi setiap ibu hamil, dalam beberapa kasus intervensi
medis minimal diperlukan (Indrayani, 2016).
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam melalui jalan lahir.
Bab 7 Asuhan Keperawatan Pada Persalinan 91
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase: Fase Laten
(8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih
kuat dan sering selama Fase aktif.
Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi.
Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
7.3 Asuhan Keperawatan Klien dengan
Persalinan Fisiologis
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan persalinan
fisiologis, hendaklah menggunakan manajemen pendekatan pada proses
asuhan keperawatan dengan langkah langkah pengkajian data, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan. Pemberian asuhan
keperawatan harus dilakukan dengan tepat, sesuai kondisi dan kebutuhan klien
pada setiap tahapan proses persalinan. Berikut manajemen asuhan keperawatan
pada setiap tahapan proses persalinan:
7.3.1 Kala I
1. Pengkajian pada kala 1, meliputi
Anamnesa
Pelaksanaan anamnesa klien pada kala 1 adalah sebagai berikut:
a. Nama, umur, dan alamat
92 Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d. Riwayat alergi obat
e. Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan
bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya,
cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah
keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir
makan dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
f. Riwayat kehamilan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
h. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
i. Pemeriksaan fisik
j. Tunjukkan sikap ramah
k. Minta mengosongkan kandung kemih
l. Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
m. Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi di antara dua kontraksi.
n. Pemeriksaan abdomen
o. Menentukan tinggi fundus
p. Kontraksi uterus
Pemeriksaan palpasi abdomen
untuk menentukan jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
a. Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
b. Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
c. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Bab 7 Asuhan Keperawatan Pada Persalinan 93
Melakukan pemeriksaan dalam
1) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
2) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
3) Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya (Depkes RI,
1993).
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan kadar Hb, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan pemeriksaan serologi
untuk sifilis jika ada indikasi (Persis Mary Hamilton, 1995).
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
b. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi
akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama
persalinan (Sharon J Reeder Et all, 1987).
3. Perencanaan
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan: diharapkan ibu mampu mengendalikan rasa nyerinya
Kriteria evaluasi: ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses
fisiologis persalinan
Intervensi:
a. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (frekuensi, durasi,
intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu
b. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialami
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda–beda tiap individu.
Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu serta
dukungan emosional termasuk orang yang dicintai (Henderson, 2006).