The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

PENYAKIT KEGAWATDARURATAN OBSTETRI - publish

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by shunnarirescue, 2023-01-13 04:01:06

PENYAKIT KEGAWATDARURATAN OBSTETRI - publish

PENYAKIT KEGAWATDARURATAN OBSTETRI - publish

Israini Suriati 141 BAB XII PROLAPSE TALI PUSAT Oleh Israini Suriati 12.1 Pendahuluan Prolaps tali pusat adalah suatu kondisi di mana tali pusar atau tali pusat bayi berada mendahului kepala bayi di leher rahim (serviks). Bahkan, tali pusat bayi masuk sampai ke vagina Anda, padahal posisi bayi masih berada di belakangnya. Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012). Prolaps tali pusat merupakan keadan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright, 2004). Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000). Prolaps tali pusat dapat menyebabkan keadaan hipoksia fetus intrauterin, sehingga proses persalinan dengan kondisi prolaps tali pusat harus diselesaikan secepatnya. Metode persalinan yang dipilih umumnya seksio sesarea. Pada kasus yang jarang, persalinan per vaginam menjadi pilihan karena dapat lebih cepat, tetapi harus dilakukan oleh spesialis obstetrik yang berpengalaman. Tata laksana sementara dengan dekompresi tali pusat dapat dilakukan saat proses rujukan, hingga persalinan memungkinkan. 12.2 Pengertian Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu


Israini Suriati 142 mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013). Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012). Prolaps tali pusat merupakan keadan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright, 2004). Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000). Dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa prolaps tali pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu. 12.3 Klasifikasi Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu : 1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina:


Israini Suriati 143 2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah. 3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah (Winkjosastro, 2005). 12.4 Etiologi Etiologi fetal : a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang,presentasi bokong, terutama presentasi kaki. b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur,yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif bergerak. c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan presentasi yang tidak normal. d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yangtidak. Secara umum etiologi prolaps tali pusat disebabkan oleh beberapa risiko yang terjadi saat kehamilan, atau bisa karena tindakan prosedur (iatrogenik). Diagnosis prolaps tali pusat ditegakkan dengan pemeriksaan dalam vagina, atau dengan inspeksi spekulum. Pada palpasi akan teraba tali pusat sebagai


Israini Suriati 144 massa lembut dan berdenyut, sedangkan pada inspeksi akan terlihat ekstrusi tali pusat pada vagina. Prolaps tali pusat harus dicurigai saat observasi denyut jantung janin tidak normal atau bradikardi, khususnya ketika terjadi pecah ketuban. Etiologi prolaps tali pusat disebabkan oleh kondisi kehamilan yang menyebabkan kegagalan fetus engage pada pelvis, atau dapat pula disebabkan kelainan pada tali pusat, seperti true knots, sedikitnya gel Wharton atau satu arteri umbilikal. Namun, teori mengenai kelainan tali pusat tidak saling mendukung, sehingga keterlibatan tali pusat sebagai etiologi prolaps tali pusat masih tidak jelas. Tali pusat normalnya terdiri dari 2 arteri dan 1 vena, bisa hanya terdiri dari 1 arteri umbilikal pada 1% kehamilan tunggal dan 5% kehamilan kembar. Satu arteri umbilikal meningkatkan risiko untuk kelainan pada fetus, seperti kelainan kardiovaskular, defek gastrointestinal, atresia esofagus, defek renal, sindrom multiple anomali, dan bayi lahir kecil dari usia kehamilan. Kelainan pada fetus ini merupakan risiko untuk terjadinya prolaps tali pusat. Selain itu, tali pusat yang tipis, tidak melingkar, memiliki sedikit gel Wharton, dan tidak kaku berisiko lebih tinggi untuk menjadi prolaps pada saat ketuban pecah 12.5 Faktor Risiko Prolaps tali pusat sering terjadi pada kehamilan atau persalinan dengan faktor risiko sebagai berikut: Malpresentasi, kehamilan dengan malpresentasi menyebabkan prolaps tali pusat sebesar 50,6%, yaitu 40 dari 79 pasien prolaps tali pusat. Prematur dan berat badan lahir rendah, persalinan prematur <37 minggu umumnya disertai dengan bayi kecil <2,5 kg, sehingga bagian terbawah fetus sering tidak terfiksasi pada pelvis dan berisiko prolaps tali pusat. Multiparitas, berdasarkan penelitian risiko prolaps tali pusat meningkat sebesar 54% setelah 3 kali persalinan, dan 67% setelah 4 persalinan. Multipel gestasi atau kehamilan kembar, dimana presentasi vertexvertex memiliki risiko prolaps tali pusat pada anak kedua sebesar 35%.


Israini Suriati 145 Polihidramnion atau cairan amnion yang berlebih menyebabkan station persalinan lebih tinggi, sehingga meningkatkan kejadian tali pusat hingga 10 kali. Ketuban pecah dini atau ketuban pecah spontan, 57% kasus prolaps tali pusat terjadi kira-kira 5 menit setelah ketuban pecah, 67% kasus terjadi setelah 1 jam, dan 5% kasus setelah 24 jam. Kelainan kongenital pada fetus. Jenis kelamin fetus laki-laki: berdasarkan penelitian jenis kelamin laki-laki memiliki risiko 1,26 kali lebih besar untuk prolaps tali pusat. Studi menunjukkan bahwa lakilaki berhubungan dengan kelahiran preterm. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun. 12.6 Diagnosis Diagnosis prolaps tali pusat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan palpasi dalam vagina teraba massa yang berdenyut, dan pada pemeriksaan inspeksi spekulum terlihat tali pusat prolaps overt. Kejadian prolaps tali pusat harus dicurigai apabila terjadi bradikardi fetus atau deselerasi rekuren, khususnya saat proses persalinan setelah ketuban pecah. Pemeriksaan penunjang USG dapat dilakukan terutama pada kasus prolaps occult. Anamnesis Dalam anamnesis prolaps tali pusat, terdapat beberapa faktor risiko yang harus ditanyakan. Perlu diketahui usia ibu, paritas ibu, bagian terbawah janin pada riwayat antenatal, ketuban telah pecah atau belum, usia kehamilan, dan taksiran berat janin. Penting juga untuk mengetahui hasil USG sebelumnya untuk menjadi pertimbangan risiko ibu. 12.7 Patofisiologi Patofisiologi prolaps tali pusat adalah karena kegagalan fetus engaged di pelvis, sehingga terdapat ruang kosong yang mengakibatkan tali pusat turun melewati fetus ketika ketuban pecah. Kantong amnion memiliki tekanan yang lebih besar daripada lingkungan luar, sehingga ketika ketuban pecah, cairan terdorong keluar oleh gravitasi. Oleh karena itu, tindakan


Israini Suriati 146 amniotomi tidak boleh dilakukan ketika bagian terbawah fetus belum melekat pada pelvis. Tali pusat yang prolaps akan tertekan antara fetus dengan dinding pelvis atau serviks, yang menyebabkan kompresi arteri umbilikal. Selain itu, akan terjadi pula vasospasme pada arteri umbilikal karena temperatur yang rendah di vagina. Oleh karena 50% sirkulasi fetus berasal dari arteri umbilikal, maka prolaps tali pusat akan mengakibatkan perubahan pada kardiovaskular fetus, bahkan asfiksia total akut yang ditandai denyut jantung fetus berkurang atau bradikardia. Kegagalan mekanisme autoregulasi otak juga menyebabkan hipotensi dan bradikardi pada fetus, sehingga aliran darah ke otak berkurang dan dapat menyebabkan manifestasi neurologi jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa prolaps tali pusat merupakan “all or none event” untuk janin. Prolaps tali pusat iatrogenik dapat terjadi pada +47%, beberapa tindakan medis yang berisiko prolaps tali pusat adalah: 1. Amniotomy dengan fetus letak tinggi 2. External cephalic version 3. Internal podalic version 4. Induksi persalinan dengan kateter transcervical 5. Amnioinfusion 6. Pemasangan elektroda pada kepala fetus 7. Menggunakan balloon untuk mematangkan serviks 12.8 Epidimiologi Epidemiologi prolaps tali pusat tidak diketahui secara pasti karena merupakan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi. Secara global insidensi prolaps tali pusat sekitar 0,1-0,6% dari seluruh persalinan. Global Secara keseluruhan insidensi prolaps tali pusat dilaporkan 0,1-0,6% dari persalinan, yang semakin meningkat dengan berbagai faktor risiko. Diperkirakan bahwa 77% kasus terjadi pada kehamilan tunggal, 9% terjadi pada anak pertama


Israini Suriati 147 pada kehamilan kembar, dan 14% pada anak kedua. Namun, insidensi kejadian prolaps tali pusat dilaporkan semakin berkurang setiap tahunnya, yaitu 0,6% pada tahun 1932, 0,2% pada tahun 1990, dan 0,018% pada tahun 2016. Indonesia Prevalensi kasus prolaps tali pusat di Indonesia tidak diketahui secara khusus. Berdasarkan data di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek tahun 2012, sebanyak 105 ibu bersalin dengan ekstraksi vakum, dimana 7 kasus (6,7%) disebabkan oleh prolaps tali pusat. Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2017–2018, dari 3584 persalinan, terjadi 125 kasus intrauterine fetal death (IUFD) dengan 1,2% kasus disebabkan oleh prolaps tali pusat. Mortalitas Prolaps tali pusat merupakan kegawatdaruratan obstetrik akut yang dapat menyebabkan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas perinatal. Kematian fetus pada prolaps tali pusat disebabkan karena asfiksia akut. Pada tahun 1950, diperkirakan kematian janin karena prolaps tali pusat sebesar 32-47%, tetapi saat ini telah berkurang, menjadi sebanyak 10%. Berdasarkan penelitian di Dublin, pada 156.130 persalinan dengan 307 mengalami prolaps tali pusat, terjadi kematian perinatal sebanyak 21 (6,8%), yang menunjukkan risiko kematian pada bayi dengan prolaps tali pusat sebesar 1 dari 14 kejadian. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa lebih dari 50% kematian janin karena prolaps tali pusat yang terjadi saat pecahnya ketuban. Kematian janin oleh karena prolaps tali pusat iatrogenik kurang dari 15%. 12.9 Penatalaksanaan Penatalaksanaan prolaps tali pusat merupakan kegawatdaruratan obstetrik yang memerlukan persalinan secepatnya. Umumnya, metode persalinan yang dipilih adalah dengan seksio sesarea, tetapi persalinan pervaginam dapat dipilih apabila dapat dilaksanakan lebih cepat. Tata laksana yang dilakukan sebelum persalinan adalah dekompresi tali pusat.


Israini Suriati 148 Dekompresi Tali Pusat Dekompresi tali pusat adalah tindakan mengurangi tekanan pada tali pusat dari bagian terbawah fetus. Tindakan ini dilakukan bila proses persalinan belum dapat dilanjutkan, misalnya harus dirujuk untuk seksio sesarea. Terdapat berbagai macam prosedur dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.


Israini Suriati 149 DAFTAR PUSTAKA Sayed Ahmed WA, Hamdy MA. Optimal management of umbilical cord prolapse. Int J Womens Health. 2018;10:459-465 Institute of Obstetrician and Gynaecologists. Clinical Practice Guideline Cord Prolapse. 2015: 1 – 15 Maher MD, Heavey E. When the Cord Comes First: Umbilical Cord Prolapse. Nursing. 2014; 45 (7): 53 – 6. Royal College of Obstetricians and Gynecologists. Umbilical Cord Prolapse: Green-top Guideline No. 50. London, UK: RCOG, 2014. Holbrook BD, Phelan ST. Umbilical Cord Prolapse. Obstet Gynecol Clin N Am. 2013; 40: 1 – 14.


Siti Hasanah 150 BAB XIII CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD) Oleh Siti Hasanah 13.1 Pendahuluan Cephalopelvic Disproportion (CPD) yang berhubungan dengan ukuran janin yang berlebihan (4000 gramatau lebih) terjadi pad 5% kelahiran aterm. Ukuran janin yang besar atau makrosomia berhubungan dengan diabetes melitus maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu atau kedua orang tua. Distosia bahu, kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk kedalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promotorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum, ( Maryunani, 2004). Disproporsi fetopelvik ketidak mampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolute atau relative. Absolut apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat dapat melwati jalan lahir. Disproporsi dapat relative terjadi apabila faktor-faktor yang lain ikut berpengaruh, (Hakimi, M, 2010). Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah satu dari berbagai komplikasi yang terjadi selama persalinan. Komplikasi persalinan ini bisa terjadi karena ukuran kepala bayi yang terlalu besar atau ukuran pinggulnya yang terlalu kecil. Salah satu faktor yang dapat meningkatakan risiko Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah tinggi badan ibu yang rendah. Ibu dengan tinggi badan kuran 145 cm berisiko tinggi mengalami maslah saat melahirkan normal dimana ibu dengan tinggi badab pendek biasananya mempunyai ukuran panggul yang lebih kecil dibandimngkan dengan ukuran kepala bayi.


Siti Hasanah 151 Berdasarkan American Pregnancy Association, Cephalopelvic Disproportion (CPD) biasanya baru bisa didiagnosis dengan jelas saat persalinan normal berlangsung. CPD adalah kasus yang jarang terlihat sebelum persalinan dimulai. Akan tetapi ada berbagai pemeriksaan medis yang bisa dilakukan oleh dokter maupun bidan untuk membantu mengetahui ukuran panggul ibu dan kepala bayi. Adapaun pemeriksaan yang bisa dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik pada panggul, dengan menggunakan Ultrasonografi (USG), atau dengan cara Manetic Resonance Imaging ( MRI) pada pelvis untuk menilai ukuran panggul inu serta ukuran kepala bayi di dalam kandungan. Data epidemiologi dari WHO menunjukkan bahwa Cephalopelvic Disproportion (CPD) penyebab tersering dari partus macet. Secara global di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa penyebab utama kematian pada ibu hamil karena partus macet dimana disebabakan karena Cephalopelvic Disproportion (CPD). Komplikasi yang ditemukan berupa trauma jalan lahir, perderahan postpartum, dan infeksi genetalia. Cephalopelvic Disproportion (CPD) dapat ditemukan pada 1-3 % ibu primigravida. Sedangkan pada ibu hamil multigravida Cephalopelvic Disproportion (CPD) dapat terjadi jika ukuran janin lebih besar, terjadi malpresentasi janin, atau spondilolistesis yang dapat mengurangi diameter anteroposterior panggul. Pertolongan persalinan pada kasus Cephalopelvic Disproportion (CPD) melalu jalan vaginal, memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Sehingga jika ditemukan kasus ibu hamil dengan Cephalopelvic Disproportion (CPD) maka dianjurkan persalinannya dengan sectio caesarea. Sectio caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau sectio caesarea adalah suatu histerektomia untuk melahirkan janin dalam rahim.


Siti Hasanah 152 13.2 Konsep Dasar Cephalopelvic Disproportion (CPD) 13.2.1 Pengertian Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolute atau relative. Absolute apabila janin sama sekali tidak akan selamat melewati jalan lahir. Disproporsi relative terjadi apabila fakto-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat diatsi dengan kontraksi uterus yang efesien. Kelonggaran jaringan lunak, letak presentasi dan kedudukan janin untuk mengadakan kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan maulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal dan ketidak mampuan kepala untuk mengadakan maulage sebagaimana mestinya. Semuanya dapat menyebakan persalinan vaginal tidak mungkin. (Hakimi M, 2010). Istilah Cephalopelvic Disproportion (CPD) berasal dari kata chepalo yang berarti kepala dan pelvic yang berarti panggul. Secara umum CPD diartikan sebagai kondisi ketika kepala bayi sulit masuk ke panggul atau jalan lahir dimana jika seorang wanita hamil mengalami kondisi seperti ini biasanya akan mengalami persalinan macet sehingga sulit untuk melahirkan secara normal. 13.2.2 Panggul ( The Passege) 1. Ukuran Panggul Meskipun persoalannya adalah hubungan antara panggul dengan janin tertentu, pada beberapa kasus panggul yang sedemikian sempitnya sehingga janin normal tidak akan lewat. Ukuran yang sempit dapat berada pada setiap bidang: Pintu atas panggul (PAP), Pintu tengah panggul (PTP), atau Pintu bawah panggul(PBP). Kadang- kadang seluruh bidangnya sempit sehingga panggul sempit menyeluruh. (Hakimi M, 2010). a. Kesempitan Pintu Tas Panggul Kesempitan pintu atas panggul terjadi kalau diamaeter anteroposterior (conjugata obstetrica) kurang


Siti Hasanah 153 dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pintu atas panggu dapat merupakan akibat ricketsia atau pertumbuhan menyeluruh yang jelek (Varney, 2007). Pengaruh pada janin : Bagian terenda tidak bisa masuk panggul Sering terjadi mal posisi Sikap defleksi. Ansyklitismus yang berlebihan. Moulage berat. Terbentuknya caput succedaneum yang besar. Tali pusat menumbung, terjadi komplikasi ini karena bagian terendah tidak menutup PAP dengan baik. Pengaruh pada persalinan : Pembukaan serviks lambat dan sering kali tidak lengkap. Biasa terjadi ketuban pecah dini awal. Seringkali disertai kontraksi uterus yang efisien. b. Kesempitan Pintu Tengah Panggul Kesempitan pintu tengah panggul pada dasarnya merupakan penyempitan bidang yang melalui apex dari arcus punis, spina ischiadika, dan sacrum. Biasanya antara segmen keempat dan kelima. Kesempitan pintu tengah panggul merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan operatif. Sebab kalau kepala janin sudah tidak masuk pintu atas panggul maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus diakhiri dengan sectio caesarea. Akan tetapi kalau kepala dapat masuk kedalam panggul maka penolong segan untuk melakukan sectio caesarea oleh karena mengharap kepala akan turun sampai ketitik dimana dapat dilakukan ekstraksi dengan forsep. Bahaya disini adalah dengan adanya moulage dan pembentukan caput maka kepala akan lebih rendah dari sesungguhnya. Yang akan dikerjakan adalah forsep tengah akan tetapi terpaksa dilakukanforsep tinggi. Seringkali dengan akibat yang berbahaya baik ibu maupun anaknya.


Siti Hasanah 154 Kesempitan pintu tengah panggul dapat menghalng-halangi berputarnya ubun-ubun kecil kedepan dan mengarahkannya ke lengkung sacrum. Tidak terjadi putaran paksi dan sikap defleksi sering kali terdapat pada cavum pelvis yang sempit. (Varney,2007). c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul Kesempitan pintu bawah panggul terjadi apabila distansia intertuberosum kurang dari 8 cm. Distosia dapat diharapkan akan terjadi kalau diameter intertuberosum ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, pengurangan distansia intertuberosum dan angulus sub pubicus akan mendorong kepala ke belakang, dengan demikian prognosisnya tergantung kepada kapasitas segmen posterior, mobilitas artilation sacro coccigalis, dan kemampuan jaringan lunak untuk mengakomodasikan anak. Sisi-sisi segitiga posterior tidak terbentuk dari tulang. Mskipun kesempitan pintu bawah panggul banyak mengakibatkan robekan perineum dan lebih sering diperlukan pertolongan dengan forsep, jarang merupakan dengan indikasi seksio sesarea tanpa adanya distosia oleh karena kesempitan pintu atas panggul atau pintu tengah panggul. Oleh karena distansia intertuberosum dapat diukur secara manual dapat memberikan petunjuk akan kemungkinan adanya kesempitan pada bidang yang lebih tinggi, maka distansia intertuberosum harus dinilai sebagai bagan dari pemeriksaan rutin. Kepala yang tertahan lama dipintu bawah panggul dapat disebabkan oleh perineum yang kaku. Jaringannya tidak teregang dengan baik, dan apabila robek terjadi robekan luas yang tidak teratur. Terapinya adalah dengan episiotomi mediolateralis segera setelah diketahui. (Varney, 2007). 2. Pengaruh Bentuk Panggul Kapasitas obstetrika dari suatu panggul wanita ditentukan oleh ukuran dan bentuk atau konfigurasinya. Dengan teknik radiologi klasifikasi bentuk panggul dapat dipercaya dari pada pengukuran diameter-diameternya. Oleh karena itu,


Siti Hasanah 155 dengan pengecualian kasus dimana panggulnya sangat sempit, dirasakan bahwa dalam usaha menentukan prognosis tipe panggul adalah lebih penting dari pada ukurannya. Faktorfaktor ini saling melengkapi (Sarwono,2007). Panggul gynecoid atau panggul wanita normal mempunyai diameter terbaik di tiga bidang untuk lahirnya janin tanpa komplikasi. Panggul android adalah panggul laki-laki mempunyai reputasi abstetrik yang jelek dengan berkurangnya segmen posterior disemua bidang panggul, ubun-ubun kecil cenderung untuk masuk pintu atas panggul dibelakang putaran paksinya di pintu tengah panggul terhambat, dan terdorong ke belekang pintu bawah panggul. Akibatnya adalah tertahannya penurunan kepala, tidak terjadi putaran paksi dan robekan perineum dan rectum (Sarwono, 2007). Panggul antropoid pengukuran transversal diberbagai bidang adalah relatve dan dikompensasikan dengan diameter occipito posterior dengan mudah dan dilahirkan dengan muka menghadap kearah pubis. Umumnya prognosisnya lebih baik dari pada panggul tipe antdroid dan plathypeloid (Hakimi,2010). 3. Pangul-panggul Abnormal a. Panggul Naegele Pertumbuhan yang tidak semourna atau tidak adanya salah satu alae ossisacri menyebabkan panggul sempit dan miring. b. Panggul Robert Panggul yang menyempit simetris pada arah transversal yang disebabkan oleh tidak adanya kedua alae ossisacri. c. Split Pelvis Kedua os pubis tidak menjadi satu. Seringkali disertai dengan tidak bersatunya dinding-dinding vesica urinaria dan dinding anterior abdominal d. Panggul Asimilasi Adalah panggul yang memanjang dimana vertebrata lumbalis terakhir atau vertebratara coccygealis pertama meyerupai vertebrata sacrali dan seperti merupakan


Siti Hasanah 156 bagian os sacrum. Bukan vertebrata lumbalis ataupun coccygealis. e. Panggul Ostomalacia Terjadi pelunakan tulang yang kemudian melengkung kedalam cavum pelvis, sehingga dapat mengurangi semua ukuran diameternya. f. Panggul Spondilolisthik Vertebrata lumbalis terakhir tergeser kedepan dan kebawah diatas promontorium. Kehamilan dapat memperberat keadaan sampai timbul gejala-gejala untuk pertama kalinya. Seringkali terjadi partus lama dan memerlukan tindakan operatif. 13.2.3 Anak ( The Passenger) 1. Besarnya anak Besarnya anak adalah penting. Kadang-kadang anak terlalu besar untuk sebuah panggul. Masalahnya adalah hubungan antara anak dengan panggul. Anak dikatakan terlalu besar apabila beratnya 4.500 gram atau lebih. (Hakimi M,2010). 2. Maulage Moulage kepala janin dapat sangat menentukan. Kemampuan kepala untuk berubah bentuk menyesuaikan diri dengan panggul memungkinkan kepala melewati panggul dengan selamat. Moulage yang berat dapat menimbulkan kerusakan otak dan ini harus di pertimbangankan dalam menentukan apaka janin dapat lahir pervaginam.pengurangan diameter biparietal lebih dari 0,5 cm dianggap berbahaya. 3. Pembesaran perut janin Keadaan yang jarang ini dapat menyebabkan distosia. Diagnosisnya dibuat setelah kepala lahir badan tidak dapat keluar. Kematian janin tinggi oleh karena janin dapat mati dalam uterus, dan trauma akibat persalinan yang sulit dapat menyebabkan kematian.


Siti Hasanah 157 13.2.4 Kontraksi Uterus Pada disproporsi absolute kontaksi uterus yang kuat jangan dibiarkan janin melewati panggul. Akan tetapi pada disproporsi ringan kontaksi uterus dapat merupakan soal keberhasilan atau kegagalan. 13.2.5 Ukuran-Ukuran Panggul Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor yaitu jalan lahir, janin dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang terdiri atas tulang – tulang panggul dengan sendi nya (artikulasio), dan bagian lunak terdiri atas otot – otot, jaringan – jaringan dan ligamen. Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras dari pada bagian janin yang lain yang akan dilahirkan. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi kepala tersebut. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas. Ukuran – ukuran Panggul Dalam dan Luar Bagian keras : tulang tulang panggul Bagian lunak : otot, jaringan dan ligament Pintu Atas Panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, sayap sacrum, linea innominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas symphysis. a. Conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah symphisis ke promontorium) ialah 11 cm. b. Diameter transversa (ukuran melintang yaitu antara linea innominta kanan dan kiri) 12,5-13 cm. c. Diameter oblique ( Ukuran serong dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pubicum dari belahan panggul yang bertentangan) 13 cm.


Siti Hasanah 158 Pada persalinan ujung tulang dapat ditolak sedikit kebelakang sehingga PBP bertambah besar empat bidang panggul. 1. Pintu Atas Panggul Pinggir atas symphisis ke promontorium. Jarak terjauh garis melintang PAP Garis dari articulatio sacro iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa, konjugata vera diteruskan ke linea innominata. 2. Bidang Luas Panggul Antara pertengahan symphisis, pertengahan acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Terdapat 2 ukuran : Ukuran muka belakang 12,75 cm Ukuran melintang 12,5 cm. 3. Bidang Sempit Panggul Antar setinggi pinggir bawah symphisis, kedua spina ichiadica dan memotong sacrum ± 1-2 cm di ujung sacrum. Terdapat 3 ukuran : Ukuran muka belakang 11,5 cm Ukuran melintang 10 cm Diameter sagitalis posterior: dari sacrum ke pertengahan antara spina ischiadica 5 cm. 4. Pintu Bawah Panggul


Siti Hasanah 159 Terdiri dari 2 segitiga dasar yang sama : garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan. Segitiga depan, arcus pubis, pincak dari segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri dan kanan. Terdapat 3 ukuran : Ukuran muka belakang 11,5 cm, dari pinggir bawah symphisis pubis ke ujung sacrum. Ukuran melintang 10,5 cm, antara tuber ischiadikum kiri dan kanan sebelah dalam. Diameter sagitalis posterior 7,5 cm, dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang. Ukuran Panggul Luar : 1. Distansia Spinarum (Jarak antara spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra ). 24 – 26 cm. 2. Distansia Cristarum ( Jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada Crista iliaka sinistra dan dekstra) 28-30 cm. 3. Distansia Oblique Eksterna ( Jarak antara spina iliaka posterior kiri dan spina iliaka anterior superior kanan dan dari spina iliaka posterior kanan ke spina iliaka anterior superior kiri). Bila tidak normal ukuran keduanya beda. 4. Distansia Intertrokanterika ( Jarak antara kedua trochanter mayor).


Siti Hasanah 160 5. Distansia Boudeluque ( Jarak antara bagian atas symphisis ke lumbal 5 ) 18 – 20 cm. 6. Distansia Tuberum ( Jarak antara tuber ischii kanan dan kiri). Ukuran – ukuran Kepala Janin : Kepala janin Merupakan bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya persalinan. Trauma pada kepala bayi selama persalinan dapat mempengaruhi kehidupannya : hidup sempurna, cacat, atau meninggal. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang-tulang tengkorak (kranium), tulang- tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang-tulang muka. Tulang tengkorak (kranium) bayi paling menentukan keberhasilan proses persalinan pervaginam, karena daerahnya relatif paling luas dan mengalami kontak langsung dengan jalan lahir. Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya: Presentasi Belakang Kepala, Kepala melewati vulva dengan diameter sub mentobregmantika ( 9,5 cm). Presentasi Puncak Kepala, Diameter yang berperan Diameter Oksipito Frontalis ( ±11,5cm). Presentasi Dahi, Diameter Oksipitomentalis ( ±13 cm). Presentasi Muka, Diameter Submentobregmantika ( 9,5 cm). Diameter Biparietalis, Ukuran lintang antara os parietal kanan / kiri. Diameter Bitemporalis, Ukuran lintang terkecil antara 2 temporalis (±8cm).


Siti Hasanah 161 Ukuran-ukuran sirkumferensia / lingkar kepala bayi: Sirkumferensia Suboksipito-bregmatika ( 32 cm). Sirkumferensia Oksipito-frontalis ( 34 cm). Sirkumferensia Mento oksipitalis ( 35 cm) Sirkumferensia Submento-bregmatikus ( 32 cm) Bidang Hodge : Hodge, menemukan bidang-bidang lain dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurun kepala pada panggul yang dikenal dengan Bidang Hodge. Beliau juga mengajarkan pelajaran kebidanan tentang letak verteks/letak belakang kepala, mekanisme letak sungsang, pemasangan forsep, dan mengubah letak kepala dengan tangan sebelum memasang cunam. Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang: Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium.


Siti Hasanah 162 Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah symphysis. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina isciadika kanan dan kiri. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus. Sutura : Sutura adalah batas antara 2 tulang, sedangkan fontanella merupakan antara sudut – sudut tulang terdapat ruang ditutup dengan membran. Beberapa sutura pada tengkorak : 1. Sutura sagitalis superior, yang menghubungkan kedua ossis parietalis kiri dan kanan. 2. Sutura Koronaria, yang menghubungkan os parietalis dengan os frontalis. 3. Sutura Lamboidea , yang menghubungkan os parietalis dengan os oksipitalis. 4. Sutura Frontalis, yang menghubungkan kedua ossis frontalis. Terdapat 2 fontanella (Ubun- Ubun) Yaitu : Fontanella Minor (Ubun-ubun Kecil), berbentuk segitiga, dan terdapat ditempat sutura sagitalis superior bersilang dengan sutura lamboidea. Fontanella Mayor (Ubun-ubun Besar), berbentuk segiempat panjang, terdapat ditempat sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria. 13.2.6 Pemeriksaan Adanya Disproporsi Dalam usaha menentukan apakah seorang bayi akan dapat dilahirkan pervaginam tanpa menimbulkan perlukaan pada dirinya maupun pada ibunya, cara-cara pemeriksaan perlu dilaksanakan: a. Anamnesis Sampai batas-batas tertentu informasi yang dicari tergantung pada paritas penderita. Kalau ada riwayat


Siti Hasanah 163 kehamilan ddan persalinan sebelumnya maka perincian mengenai kehamilan dan persalinan tersebut sangat membantu dalam menetapkan prognosisnya. Pada primigravida informadi lain diperlukan untuk membuat keputusan b. Bagian terendah yang tidak turun Meskipun keragu-raguan mengenai kapasitas panggul akan dapat dihilangkan dengan pemeriksaan yang mendalam, salah satu masalah yang banyak dijumpai adalah kepala yang tidak turun pada primigravida mendekati aterm. Umumnya pada primigravida dengan panggul normal kepala akan masuk panggul kurang lebih 3 minggu sebelum aterm. Sebaliknya pada presentasi bokong seringkali bokong baru turun setelah dalam persalinan. 13.2.7 Komplikasi a. Komplikasi pada kehamilan 1) Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah janin, menyebabkan fundus tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernapas, terasa penuh diulu hati dan perut besar. 2) Bagian terbawah anak goyang 3) Perut seperti abdomen pendulus 4) Dijumpai kesalahan-kesalahan letak 5) Fiksasi kepala tidak ada bahkan setelah persalinan dimulai 6) Sering dijumpai tali pusat menumbung. b. Komplikasi Persalinan 1) Pada ibu: Persalinan akan berlangsung lama, sering dijumpai KPD, karena kepala tidak mau turun dan sering terjadi tali pusat menumbung, sering terjadi inertia uteri sekunder, pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri sekunder, partus yang lama akan menyebabkan peregangan segmen bawah rahim dan bila berlarut-larut menyebabkan rupture uteri, dapat terjaddi simfiolisis, partus lama mengakibatkan oedema


Siti Hasanah 164 dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan terjadilah fistula. 2) Pada anak: Infeksi intrapartal, kematian janin intrapartal, moulage kepala berlangsung lama, prolaps funipuli, perdarahan intracarnial, caput succedaneum sefalohematoma yang besar, robekan pada tentorium selebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama. 13.2.8 Penanganan Disproporsi Sevalopelvik a. Persalinan percobaan Persalinan percobaan adalah persalinan yang dilakukan untuk membuktikan apakah persalinan pervaginam dapat berlangsung atau harus dilakukan melalui seksio sesarea dengan memperhatikan penurunan kepala janin dan terjadinya moulage kepala. Persalinan percobaan dikatakan gagal apabila terjadi hal-hal sebagai berikut Kemajuan persalinan a) Pembukaan kurang lancar b) Penurunan kepala lambat Pertimbangkan persalinan pervaginam dengan trauma maternal dan janin cukup besar dan berbahaya. Pemantauan janin intrautrine terjadi asfiksia.


Siti Hasanah 165 DAFTAR PUSTAKA Hakimi, 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi kebidanan. Yogjakarta: YME Manuaba. (2006). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Kb. Jakarta: EGC Mochtar. 1998. Sinopsi obstetric jilid 1. Jakarta: EGC. Maryunani, 2004. Perawatan Luka Terlengkap & Terkini, Jakarta: In Media Prawirohardjo, S. (2005). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Sulistiawaty 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin. (2012). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Jakarta. Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta: EGC Varney, 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta: EGC Varney, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta: EGC Yulianti, 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Jakarta : EGC


Pitri Subani 166 BAB XIV RUPTUR UTERI Oleh Pitri Subani 14.1 Definisi Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding uterus akibat di lampauinya daya renggang miometrium. Penyebab ruptur uteri adalah disproporsi dalam panggul, partus macet atau traumatik. Ruptur uteri termasuk salah satu diagnosis banding jika wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bagian bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya. Ruptur uteri adalah robeknya dinding rahim pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Ruptur uteri sendiri dapat dibedakan menjadi ruptur uteri komplit dan ruptur uteri inkomplit. Ruptur uteri inkomplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum vicerale dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuhnya keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen. Pada ruptur uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut masi dibatasi oleh peritoneum vicerale. Pada keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam rongga peritoneum. 14.2 Etiologi Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sebelunmya sudah ada, atau dapat menjadi komplikasi dalam persalinan dengan uterus yang sebelumnya tidak ada parut.


Pitri Subani 167 Faktor predisposisi ruptur uteri lain yang sering di jumpai adalah riwayat manipulasi atau operasi traumatik msialnya kuretase, perforasi, dan miomektomi. Stimulasi uterus yang berlebihan atau tidak tepat dengan oksitosin juga dapat menjadi penyebabnya, meskipun hal ini sekarang sudah sangat jarang terjadi. Umumnya, uterus yang sebelumnya tidak pernah mengalami trauma dan persalinan secara spontan, tidak akan terus berkontraksi dengan kuat sehingga merusak dirinya sendiri. 14.3 klasifikasi 1. Menurut keadaan robek Ruptur inkomplit Ruptur uteri yang hanya di dinding uterus yang robek sedangkan lapisan serosa (peritoneum) tetep utuh. Ruptur uteri komplit Ruptur uteri selain dinding uterusnya robek, lapisan serosa (peritoneum)juga robek sehingga dapat berada di rongga perut. 2. Menurut kapan terjadi a) Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri Gravidarum). b) Ruptur uteri yng terjadi karena dinding uterus lemah yang dapat di sebabkan oleh: bekas seksio sesaria bekas enukleasi mioma uteri bekas kuretase/ plasenta manual sepsis postpartum hipoplasia uteri c) ruptur uteri pada waktu persalianan (ruptur uteri inpartu) d) ruptur uteri pada dinding uterus baik, tapi bagian terbawah janin tidak maju/ turun yang dapat di sebabkan oleh: versi ekstraksi ekstraksi forcep ekstraksi bahu


Pitri Subani 168 manual plasenta 3. Menurut etiologi Ruptur uteri spontan Ruptur uteri spontan pada uterus normal dapat terjadi karena beberapa penyebab yang menyebabkan persalinan tidak maju. Persalinan yang tidak maju ini dapat terjadi karena adanya rintangan misalnya penggul sempit, hidrosefalus, makrosomia, janin dalam letak lintang, presentasi bokong, hamil ganda dan tumor pada jalan lahir. Ruptur uteri traumatika Faktor trauma pada uterus meliputi kecelakaan dan tindakan. Kecelakaan sebagai faktor trauma pada uterus berarti tidak berhubungan dengan proses kehamilan dan persalinan misalnya trauma pada abdomen. Tindakan berarti berhubungan dengan proses kehamilan dan persalianan misalnya versi ekstraksi, ekstraksi forcep, alat-alat embriotomi, manual plasenta, dan ekspresi/dorongan. Ruptur uteri jaringan parut Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada dinding uterus sebelumnya, enukleasi mioma atau miomektomi, histerektomi, histerorafi dan lain-lain. Seksio sesarea klasik empat kali lebih sering menimbulkan ruptur uteri daripada parut bekas seksio sesaria profunda. Hal ini di disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. 14. 4 Gejala Gejala –gejalan ancaman robekan rahim yaitu: Lingkaran Bandl tinggi, mendekati pusat dan naik terus Kontraksi rahim kuat dan terus menerus. Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah, juga diluar his.


Pitri Subani 169 Pada palpasi SBR nyeri (diatas sympyse). Ligamen rotunda tegang, juga di luar his. Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami asphyxia disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan. Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau tertekan). Kalau keadaan ini berlarut terjadi rupture uteri, karena itu gejala-gejala ancaman robekan rahim merupakan indikasi untuk segera menyelesaikan persalinan, dengan perforasi atau dekapitasi pada anak mati, di Sc pada anak hidup. Selagi menunggu persiapan penolong dapat di beri 20 mg morphin untuk mengurangi kekuatan his. Gejala-gejala Ruptur Uteri sebagai berikut: a. Sewaktu kontraksi yag kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang meringis di perut bagian bawah. b. Segmen bawah rahim nyeri sekali kalau di palpasi. c. His berhenti d. Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak bnyak. e. Bagian-bagian anak muda diraba, kalau anak masuk ke dalam ronga perut. f. Kadang-kadang tidak teraba lagi karena masuk dalam rongga perut. g. Pasien jatu dalam syok h. Bunyi jantung anak tidak ada 14.5 Penatalaksanaan Ruptur Uteri. 1. Perbaiki keadaan umum a. Atasi syok dengan pemberian cairan dan darah b. Berikan antibiotika c. Oksigen


Pitri Subani 170 2. Laparotomi a. Histerektomi Histeroktomi dilakukan jika; - Fungsi Reproduksi ibu tidak diharapkan lagi - Kondisi yang membahayakan ibu b. Repair uterus (Histeroraf) Histerorafi di lakukan jika: - Masih mengharapkan reproduksinya - Kondisi klinis


Pitri Subani 171


Pitri Subani 172 Gambar 11. Ruptur Uteri (Sumber : https://www.ruptur+uteri.com)


Pitri Subani 173 DAFTAR PUSTAKA Maryunani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP. https://www.dictio.id/c/kedokteran/kebidanan/43. https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-rupturuteri/5899 Husodo L. Pembedahan dengan laparotomi. Dalam: prawiroharjo s, wiknjosastro H, saifudin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-5. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo;2010 Sweeten KM, Graves WK, Athanassiou A. Spontaneous rupture of the unscarred uterus. Am J Obstet Gynecol. 1995;172(6):1851-6. Ripley DL. Uterine Emergencies: atony,inversion, and rupture. Obstet Gynecol Clin North AM. 1999; 26(3):419-34


174 BIODATA PENULIS Sri Wahyuningsih, S. Kep. Ns. M. Kes. Staf Dosen Akper Yapenas 21 Maros Penulis lahir di Ujung Pandang Tanggal 22 April 1987. Penulis adalah dosen tetap di Akper Yapenas 21 Maros. Menyeleseikan Pendidikan S1 Keperawatan dan Ners Tahun 2011 kemudian melanjutkan S2 Kesehatan dan lulus pada tahun 2016. Penulis menekuni bidang Kesehatan.


175 BIODATA PENULIS Penulis merupakan anak perempuan pertama dari Bpk.H.Moh.Thoha dan Ibu Lilik Sukartini yang lahir pada tanggal 12 Desember 1983 di Kabupaten Tulungagung. Penulis bekerja sebagai dosen di Program Studi Kebidanan Kediri Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Malang. Riwayat Pendidikan penulis yaitu telah menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan di Program Studi Kebidanan Kediri Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Malang lulus tahun 2004 dan D4 Kebidanan di Universitas Kadiri lulus tahun 2011, kemudian melanjutkan S2 Kebidanan di Universitas Brawijaya lulus tahun 2016. Penulis menekuni bidang Kebidanan dan tertarik mempelajari dan mengembangkan ilmu biomedik. Arika Indah Setyarini. Staf Dosen Poltekkes Kemenkes Malang


176 BIODATA PENULIS Flora niu. Dosen Tetap Di Prodi DIII Kebidanan Jayapura Poltekkes Kemenkes Jayapura Penulis lahir di Pasi Kabupaten Biak Numfor - Papua, lahir pada tanggal 18 November 1976. Riwayat pekerjaan penulis merupakan dosen tetap di Prodi DIII Kebidanan Jayapura Poltekkes Kemenkes Jayapura pada Tahun 2007 - Sekarang. Penulis menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Jayapura lulus Tahun 2005 dan melanjutkan pendidkan D-IV Bidan pendidik di Poltekkes Kemenkes Bandung lulus Tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Magister Kebidanan Universitas Hasanuddin Makassar dan lulus pada Tahun 2015. Beberapa mata kuliah yang telah diampu antara lain, Konsep kebidanan, Pengantar Asuhan Kebidanan, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita dan anak Prasekolah, Asuhan Kebidanan Nifas dan Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Penulis juga merupakan anggota Organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penulis dapat dihubungi melalui email : [email protected]


177 BIODATA PENULIS Deby Utami siska Ariani. Dosen STIK Bina Husada Palembang Penulis lahir di Palembang tahun 1983. Beliau menyelesaikan pendidikan D-3 Kebidanan tahun 2004 di Poltekkes DepKes Palembang. Setelah menyelesaikan pendidikan D-3 Kebidanan, penulis bekerja di Klinik Bersalin Mitra selama hampir 2 tahun pada tahun 2004 - 2005. Penulis pernah menjadi asisten dokter OBGIN di Graha Bunda Palembang selama 2 tahun dari tahun 2005 – 2007. Selain itu, penulis juga pernah menjalani sebagai bidan PTT di Kabupaten Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan selama 4 tahun dari tahun 2007 - 2010. Ketertarikan penulis didunia pendidikan, membuat penulis melanjutkan pendidikan kembali pada D-4 Bidan Pendidik di Universitas Kader Bangsa Palembang dan lulus tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan D-4 Bidan Pendidik, beliau langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang lulus tahun 2014. Selama penulis menyelesaikan pendidikan S-2, beliau sdh bekerja menjadi dosen magang selama 1 tahun di STIK Bina Husada. Sejak tahun 2013 sampai dengan saat ini, penulis masih aktif mengajar dan sudah menjadi dosen tetap Program Studi Kebidanan. Selain itu, penulis juga menjabat Ka. Sub Unit PPM dari tahun 2019 sampai sekarang di STIK Bina Husada Palembang.


178 BIODATA PENULIS Ririn Indriani. Dosen Prodi Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang Penulis lahir di Tulungagung tanggal 30 Januari 1979. Penulis adalah staf pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang. Menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya dan D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu serta melanjutkan S2 pada Magister Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang. Penulis menekuni bidang Kebidanan di awali dengan pengabdian di pelayanan sebagai bidan PTT di Kec. Singgahan Tuban (1998-2021), Pelaksana KIA (2004-2006) di Puskesmas Anyer dan Klinik Afina Cilegon Banten. Penanggung jawab KIA di Puskesmas Kepala Curup Binduriang, Rejang Lebong Bengkulu. Beralih ke bidang pendidikan mulai tahun 2012- 2015 Prodi Kebidanan Curup Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Staf Dosen Prodi Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang (2015-sekarang). Semoga bermanfa’at kontak email [email protected]


179 BIODATA PENULIS Shinta Kristianti. Dosen Poltekkes Kemenkes Malang Penulis lahir di Kediri tanggal 17 Juni 1980. Penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kediri Politeknik Kesehatan Kemenekes Malang. Menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya, D4 Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran dan melanjutkan S2 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Promosi Kesehatan Konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan HIV-AIDS Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menekuni bidang keilmuan kebidanan termasuk kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana.


180 BIODATA PENULIS \ Ajeng Maharani Pratiwi, S.ST, M.Keb. Dosen di Universitas Kusuma Husada Surakart, Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Penulis lahir di Wonosobo pada tanggal 21 April 1991. Penulis adalah staf dosen di Universitas Kusuma Husada Surakart, Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi. Menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan di Politeknik Banjarnegara, DIV Bidan Pendidik Universitas Respati Yogyakarta dan S2 Kebidanan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Buku ini merupakan karya pertama penulis, semoga bisa bermanfaat untuk teman-teman yang membaca. [email protected]


181 BIODATA PENULIS Nur Rahmatillah, S. Kep., Ners. Perawat di Puskesmas Situbondo Lahir di Situbondo, 23 Oktober 1994. Menempuh pendidikan S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jember lulus tahun 2017, selanjutnya menempuh Profesi Ners di Universitas yang sama dan lulus tahun 2019. Saat ini aktif sebagai perawat di Puskesmas Situbondo dan mulai mendalami dunia menulis bidang kesehatan khususnya bidang keperawatan. Kontak email : [email protected]


182 BIODATA PENULIS Ns. Muhammadong, S.Kep., M.Kes Dosen Di Program Studi D3 Keperawatan Akper Yapenas Maros Lahir di Pangkajene, 09 Mei 1985. Anak ke-3 dari 4 bersaudara, merupakan keturunan bugis makassar. Penulis memulai karirnya dibidang pelayanan kesehatan di IGD rumah sakit Batara Siang Pangkep, saat ia lulus dari program magister biomedik konsentrasi emergency and disaster management Universitas Hasanuddin Makassar dan memutuskan untuk mengajar sebagai dosen di Program Studi D3 Keperawatan Akper Yapenas Maros. Sebelumnya penulis pernah bekerja di Public Safety Centre (PSC) 118 Pangkep. Penulis juga aktif di Klinik Swasta yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap. Saat ini penulis menjabat sebagai General Manager di Klinik Maharani Pangkep. Penulis juga merupakan seorang pengusaha di bidang Food. Tahun 2020 penulis mendirikan Rumah Makan dan Catering Tika, selain itu penulis juga aktif menjadi narasumber serta aktif menulis karya ilmiah, penelitian, buku dan artikel. Motto penulis “Success is process not a coincidence, sukses itu proses bukan kebetulan”.


183 BIODATA PENULIS Dosen STIKes Karsa Husada Garut Penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 29 Juni 1986. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan di Poltekkes Negeri Bandung Prodi Kebidanan Bogor lulus tahun 2007, kemudian menempuh pendidikan Diploma IV Kebidanan di UNPAD lulus tahun 2009 serta menempuh pendidikan Magister Kebidanan di Universitas Padjadjaran Bandung lulus tahun 2019. Riwayat Pekerjaan penulis sebelum di dunia Pendidikan adalah di dunia klinik bidan di tahun 2007 s.d 2009 dan selanjutnya bekerja di STIKes Karsa Husada Garut tahun 2010 sampai sekarang. Penulis juga merupakan anggota organisasi profesi kebidanan yaitu Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penulis aktif sebagai tenaga pengajar, peneliti, dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kontak penulis bisa melalui email [email protected] Titi Purwiasari Handayani, SST., M.Keb


184 BIODATA PENULIS Palopo Lahir di Cilellang, 20 Februari 1990. Merupakan dosen Prodi DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Palopo. Penulis saat ini tinggal di Lorong Toangkajang, Desa Saluparemang Selatan, RT. 01 RW. 01. Kec. Kamanre, Kab. Luwu, Sul-Sel. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 249 Turangan Datu (996-2001), SLTP Negeri 1, Cilallang (2001 – 2004), SMA Neg.1 Belopa (2004-2007), D-3 Kebidanan AKBID Muhammadiyah Palopo (2007 – 2010), D-4 Bidan Pendidik STIKES Mega Buana , Palopo ( 2010 – 2011). Pada tahun 2012 penulis menjadi Laboran AKBID Muhammadiyah Palopo hingga tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan Studi Magister Ilmu Kebidanan di Universitas Hasanuddin Makassar dan lulus pada tahun 2018. Pernah menjabat Sekretaris UPM AKBID Muh.Palopo pada tahun 2017-2019. Penulis menjabat sebagai sekretaris LPM UM Palopo pada tahun 2019 hingga sekarang. Pengalaman Organisasi penulis, sejak 2011- sekarang telah terdaftar sebagai anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Cab. Kota Palopo. Tahun 2010 hingga 2014 penulis masuk di divisi kesehatan PD. Nasiyatul Aisyiyah, kemudian di tahun 2014-2018 sebagai Anggota Majelis Kesehatan PD. Aisyiyah Kota Palopo Penulis sering mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu Israini Suriati, S.ST.,M.Keb.,CBMHCT Dosen Prodi DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah


185 Pelatihan Perseptor / Mentor Clinical Instructur (CI), Palopo, Workshop Nasional Peningkatan Mutu Dosen Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Program Riset Terapan di Makassar. Pada pertengahan Tahun 2021 kemarin penulis telah mengikuti Baby and Mom Spa, yang di selenggarakan di Kota Makassar. Selain menjadi dosen penulis juga terdaftar sebagai dosen bidan yang magang serta selalu meng-update ilmunya di Klinik Bersalin Nashirah yang terletak di Kota Palopo. Sekarang penulis juga sibuk menjadi Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Kampus Mengajar yang merupakan bagian dari program Kementrian.


186 BIODATA PENULIS Dosen Di Stikes Muhammadiyah Aceh Penulis lahir di Lamlheu / Aceh Besar tanggal 1 Juli 1984. Penulis adalah dosen tetap di Stikes Muhammadiyah Aceh Prodi D3 Kebidanan. Pendidikan D3 : Akademi Kebidanan Muhammadiyah Aceh, Pendidikan D4 : UNPAD , Pendidikan S2 : URINDO Jakarta Siti Hasanah, SST, M.Kes


187 BIODATA PENULIS Dosen STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Penulis lahir di Kota Bengkulu pada tanggal 15 Mei 1988. Penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Kebidanan di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Telah Menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu, D4 Bidan pendidik di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan melanjutkan S2. di URINDO Jakarta. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Studi DIII Kebidanan STIKES Tri Mnadiri Sakti. Penulis juga merupakan Anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang Kota Bengkulu dan sedang menjabat sebagai Ketua Ranting Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Kota Bengkulu. Pitri Subani, SST, M.Kes


Click to View FlipBook Version