Gangguan pemeriksaan atau lebih, atau
imunologik c. Limfopenia <1500/mm3 pada dua kali
pemeriksaan atau lebih, atau
d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa
disebabkan obat-obatan
a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan
titer yang abnormal, atau
b. Anti-SM: terdapatnya antibodi terhadap antigen
nukluear SM
Antibodi Titer abnormal dari antibodi antinuklear
antinuklear berdasarkan pemeriksaan imunofluoresensi
positif (ANA) atau pemeriksaan setingkat pada kurun waktu
perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat
yang diketahui berhubungan dnegan sindrom
lupus yang diinduksi obat
d. Manifestasi klinis
a) Manifestasi pada kulit merupakan yang paling umum
pada kelainan Sistemic Lupus Erythematosus,
kejadiannya berkisar antara 80-90% dari kasus. Dari
kriteria diagnosis terdapat empat diantaranya
merupakan kelainan pada kulit seperti fotosensitivitas,
ruam malar, lesi diskoid serta lesi mukokutan (lesi
pada mulut)
b) Ruam “kupu-kupu” atau malar klasik sering menjadi
gejala awal lupus dan terjadi kekambuhan setelah
pajanan matahari. Eritema yang menetap, rata atau
menonjol, pada daerah malar dan cenderung tidak
melibatkan lipat nasolabial
c) Artritis.
d) Serositis (radang membran serosa), yaitu pleuritis
(radang pleura) atau perikarditis (radang
perikardium).
e) Rambut rontok, hilangnya nafsu makan, bengkak, sakit
kepala, mual dan muntah
Tunik 141
f) Kelainan ginjal, yaitu proteinuria (adanya protein pada
urin) persisten > 0.5 gr/hari
g) Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang
h) Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik atau
leucopenia
i) Kelainan imunologik, yaitu ditemukan adanya sel LE
positif atau anti DNA positif.
j) BB turun
(Kuhn A, et al, 2015)
2) Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara focus dan menyeluruh, sesuai
dengan sistem yang terkena pada pasien.
a. Keluhan utama : pada umumnya pasien mengeluh nyeri
dan kaku pada seluruh badan, kulit kering, bersisik dan
mengelupas pada beberapa bagian kulit, rasa sakit
biasanya dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, pasien juga
merasa lemah
b. Pemeriksaan wajah dan integument : Terdapat ruam
(malar) pada pipi yang tampak kemerah – merahan,
terdapat butterfly rash pada wajah terutama pipi dan
sekitar hidung, telinga, dagu, daerah pada leher
c. Pemeriksaan gigi dan mulut : Pada pasien biasanya akan
terjadi sariawan dan bibir pecah – pecah, gigi keropos, gigi
patah.
d. Pemeriksaan sistem musculoskeletal : Artalgia, artritis,
pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
e. Pemeriksaan sistem pernapasan : Pleuritis atau efusi
pleura
3) Diagnosis keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
inflamasi dan kerusakan jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun
c. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas
penyakit, rasa nyeri, depresi
Tunik 142
4) Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri
1. Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, itensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberkan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan teknik nonformakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Tunik 143
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
9.4.3 Guillain Barre Syndrome (GBS)
1) Konsep penyakit GBS
a. Definisi
Sindrom Guillain Barre (SGB) adalah sekumplan gejala
poliradikuloneuropati autoimun yang terjadi pasca infeksi,
terutama mengenai neuron motorik, namun dapat juga
mengenai neuron sensorik dan otonom
b. Penyebab
Sindroma Guillain Barre telah dihubungkan dengan infeksi
virus dan bakteri yang mendahuluinya, pemberian vaksin
tertentu serta penyakit sistemik lainnya. Penyakit ini
dianggap sebagai penyakit paska infeksi yang diperantarai
sistem imun yang menyerang saraf perifer. Sindroma
Guillain Barre sering terjadi paska infeksi pernafasan atau
penyakit saluran cerna tetapi telah dilaporkan suatu infeksi
spesifik seperti cytomegalovirus, EpsteinBarr virus,
enterovirus, Campylobacter jejuni, mycoplasma dan paska
imunisasi. Agen pencetus yang paling sering teridentifikasi
adalah C.jejuni (13-39% kasus), cytomegalovirus (5-22%),
Epstein-barr virus (1-13% kasus) dan Mycoplasma
pneumonia (5% kasus). Seluruh kuman ini memiliki sekuens
karbohidrat (antigen) yang menyerupai jaringan saraf tepi
(Kemala, I. 2014)
c. Tanda gejala
Gejala timbul secara progresif dan meliputi :
a) Kelemahan otot yang simetris (tanda neurologi utama)
dan muncul pertama – tama pada tungkai (tipe
asenden) yang kemudian meluas ke lengan serta
mengenai nervus fasialis dalam 24 hingga 72 jam akibat
tergangguanya transmisi impuls melalui radiks saraf
anterior.
b) Kelemahan otot yang pertama – tama terasa pada
lengan (tipe desenden) atau terjadi sekaligus pada
Tunik 144
lengan dan tungkai akibat terganggunya transmisi
impuls melalui radiks saraf anterior.
c) Tidak terdapat kelemahan otot atau hanya mengenai
nervus fasialis (pada bentuk yang ringan).
d) Parestesia yang kadang – kadang mendahului
kelemahan otot, tetapi akan menghilang dengan cepat;
keluhan ini terjadi karena tergangguanya transmisi
impuls lewat radiks saraf dorsalis.
e) Diplegia yang mungkin disertai oftalmoplegia (paralisis
okuler) akibat terganggunya transmisi impuls melalui
radiks saraf motorik dan terkenannya nervus kranialis
III, IV, dan VI.
f) Disfagia atau disartria dan yang lebih jarang terjadi,
kelemahan otot yang dipersarafi nervus kranialis XI
(nervus aksesorius spinalis)
g) Hipotonia dan arefleksia akibat terganggunya lengkung
refleks. (Kowalak, Wels dan Mayer, 2013)
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara medis terhadap penderita GBS
sebagai berikut :
a) GBS dianggap sebagai kondisi kedarurtan medis; pasien
di tangani di dalam unit perawatan intensif.
b) Masalah pernafasan mungkin memerlukan terapi
pernapasan atau ventilasi mekanis.
c) Intubasi elektif dapat diimplementasikan sebelum
awitan keletihan otot pernapasan yang ekstrem.
d) Agens antikoagulan dan stocking antiembolisme atau
sepatu kompresi berurut dapat digunakan untuk
mencegah thrombosis dan emboli pulmonal.
e) Plasmaferesis (pertukaran plasma) atau
immunoglobulin intravena (IVIG) dapat digunakan
untuk secara langsung mempengaruhi kadar antibodi
myelin saraf perifer.
f) Pemantauan EKG secara kontinu; pantau dan tangani
disritmia jantung dan komplikasi labil lain akibat
disfungsi autonom. Takikardia dan hipertensi ditangani
dengan obat kerja singkat, seperti agens penyekat alfa-
adrenergik. Hipotensi di tangani dengan meningkatkan
Tunik 145
jumlah cairan intravena yang diberikan. (Brunner &
Suddarth, 2011)
2) Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun
local seperti melemahnya otot – otot pernapasan.
b. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan Tanda-tanda vital : Suhu pada umumnya
normal, Penurunan denyut nadi, peningkatan frekwensi
nafas, tekanan darah terjadi ortostatik hipotensi atau
terjadi hipertensi transient
b) B1 (Breathing) Inspeksi didapatkan klien batuk,
peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan
otot bantu napas, auskultasi bunyi napas tambah seperti
ronkhi.
c) B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada
klien GBS menunjukan bradikardia akibat penurunan
fungsi perifer. Tekanan darah didapatkan ortostatik
hipotensi atau Tekanan Darah (TD) meningkat
(hipertensi transien) akibat penurunan reaksi saraf
simpatis dan parasimpatis.
d) B3 (Brain)
1) Kesadaran pada umumnya komposmentis
2) Pengkajian saraf kranial Pada saraf kranial klien
dengan GBS mengalami beberapa gangguan, yaitu
pada saraf III, IV, VI terjadi penurunan kemampuan
membuka dan menutup kelopak mata, paralisis
ocular. Pada saraf V, klien mengalami paralisis pada
otot wajah sehingga menganggu proses mengunyah.
Pada saraf VII, presepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris karena adanya paralisis
unilateral. Saraf IX, dan X, klien mengalami paralisis
otot orofaring, kesulitan berbicara, mengunyah dan
menelan. Kemampuan menelan kurang baik,
sehingga menangganggu pemenuhan nutrisi via
oral.
3) Pengkajian sistem motorik Kekuatan otot menurun,
kelemahan motorik.
Tunik 146
4) Pengkajian sistem sensorik Parestesia (kesemutan)
dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang
ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah.
Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian
sensorik raba, nyeri, dan suhu.
e) B4 (Bladder) Pemeriksaan pada sistem perkemihan
biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran
urine.
f) B5 (Bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan
peningkatan produksi asam lambung.
g) B6 (Bone) Penurunan kekuatan otot dan penurunan
tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara
umum.
3) Diagnosis keperawatan
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan
progresif cepat otot- otot pernafasan
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi secret
c) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung
d) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan otot dan penurunan
kesadaran
4) Intervensi
a) Ketidakefektifan pola nafas
Intervensi Keperawatan : Pemantauan Respirasi
1. Oservasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman,dan upaya
napas
Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Tunik 147
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Kerusakan mobilitas fisik
Intervensi Keperawatan : Dukungan Ambulasi
1. Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
2. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
peningkatan ambulasi
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prsedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)
9.4.4 Grave Disease
1) Konsep penyakit Grave Disease
a) Definisi
Penyakit Graves (PG) adalah penyakit autoimun akibat
pembentukan antibodi TSH receptor-stimulating
Tunik 148
immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan produksi
hormon tiroid meningkat (Purwani, 2022). Penyakit
Graves merupakan penyebab utama dari hipertiroid,
gangguan yang menyebabkan tiroid memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan (Ariani, 2016)
b) Etiologi
Etiologi pasti Penyakit Graves masih belum diketahui
secara keseluruhan. Namun, sebagian besar peneliti
berbagi konsep bahwa penyakit Graves merupakan
penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh interaksi
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan yang
menyebabkan hilangnya toleransi terhadap antigen tiroid
sehingga menginisiasi reaksi imun terhadap kelenjar
tiroid.
c) Patofisiologi
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme dengan
penyebabnya peristiwa imunologi dimana terbentuknya
IgG yang mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin
disebut thyroid-stimulating antibody (TSAb) yang
menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia folikuler yang
berakibat membesarnya kelenjar dan meningkatnya
produksi hormon tiroid. Peyakit Graves terjadi pada 0.5%
populasi dan sebagian besar diderita oleh wanita. Jika
dibandingkan dengan penyebab hipertiroid lainnya,
penyakit Graves merupakan penyebab tersering dari
hipertiroidisme, yaitu 70-80% dari kasus hipertiroidisme
(Ariani, 2016)
d) Tanda dan gejala
Penyakit grave mempunyai beberapa tanda dan gejala,
akibat dari pembesaran kelenjar tiroid (Subekti, 2018),
antara lain :
1) Hiperaktivitas
2) Berdebar-debar
3) Tachycardia
4) Agitation
5) Atrial fibrilation
6) Fatigue
7) Systolic hypertension
Tunik 149
8) Tidak tahan terhadap panas
9) Tremor
10)Hyper-reflexia
11)Nafsu makan meningkat
12)Kelemahan otot
13)Berat badan turun
14)Gangguan menstruasi
e) Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan penyakit ini adalah untuk
mengontrol dan memperbaiki kondisi dasar, gejala yang
muncul akibat penyakit ini. pemberian glukokortikoid
dapat mengurangi kadar T3 dan T4. Penatalaksaan lain
yaitu dengan pemberian obat antitiroid, pembedahan dan
pemebrian RAI (radioactive iodine treatment).
Keberhasialn penatalaksanaan penderita grave ini
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain keparahan
dari tiroktosikosis, usia, ukuran dari kelenjar kelenjar yang
membesar, respon pengobatan dan adanya penyakit
penyerta dari penderita penyakit grave tersebut (Subekti,
2018)
2) Pengkajian
Pengkajian focus pada pasien yang mengalami penyakit grave
adalah :
a) Pemeriksaan tanda vital : terjadi takikardia, peningkatan
tekanan darah, suhu tubuh cenderung meningkat.
b) Sistem cardiovaskuler : pasien merasakan agitasi,
berdebar-debar, pada pemeriksaan EKG akan terlihat atrial
fibrilasi
c) Pengkajian nutrisi : pasien mengalami peningkatan nafsu
makan tetapi berat badan menurun
d) Aktivitas : terjadi kelemahan secara umum, ketidaksediaan
energy untuk melakukan aktivitas
e) Kenyaaman : Peningkatan laju metabolism basal dan
produksi panas, intoleransi terhadap panas, keringat
berlebihan
f) Pemeriksaan leher : terdapat pembesaran kelenjar tiroid
pada pemeriksaan tiroid.
Tunik 150
3) Diagnosis keperawatan
a) Gangguan aktivitas berhubungan dengan palpitasi,
kelemahan
b) Kecemaasan berhubungan dengan keadaan umum, kurang
pengetahuan
4) Intervensi
a) Gangguan aktivitas berhubungan dengan palpitasi,
kelemahan
Intervensi Keperawatan : Manajemen Energi
1. Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilatasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivatas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untukmengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Tunik 151
Intervensi Keperawatan : Dukungan Perawatan Diri
1. Observasi
Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia
Monitor tingkat kemandirian
Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
suasana hangat, rileks, privasi)
Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3. Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
9.4.5 Miastenia Gravis
1) Konsep penyakit Miastenia Gravis
a) Definisi
Miastenia gravis adalah penyakit autoimun yang
melibatkan neuromucular junction (NMJ) dari otot rangka
(Nurfaizah, 2021). Miastenia Gravis merupakan penyakit
autoimun kronis yang menyerang area neuromuscular
junction (NMJ) yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan otot dalam berkontraksi yang mengakibatkan
terjadinya kelemahan (Putri, 2017)
b) Etiologi
Penyakit ini terjadi akibat produksi autoantibodi patogenik
yang berikatan dengan neuromuscular junction (NMJ),
terutama reseptor asetilkolinesterase (AChR). Kerusakan
Tunik 152
yang mendasarinya adalah berkurangnya jumlah reseptor
asetilkolin (AchRs) yang tersedia pada NMJ secara
menyeluruh dan merusak membran postsinaptik
c) Tanda dan gejala
Kamarudin, 2019, menyebutkan beberapa tanda dan gejala
yang dialami oleh penderita miastenia gravis, antara lain :
a. Kelemahan otot yang disertai ptosis, diplopia,
disartria, disfagia, serta kelemahan otot pernapasan
dan anggota gerak. Sekitar setengah pasien memiliki
keluhan okular. Yang lain dapat mengeluhkan gejala
pernapasan, disarthria, disfagia, atau kelelahan dan
kelemahan otot anggota gerak
b. kelemahan otot dengan karakteristik tidak ada nyeri
dan seringkali diperburuk dengan melakukan aktivitas
c. Kelemahan biasanya melibatkan otot-otot mata,
tenggorokan, dan ekstremitas
2) Pengkajian
a) Pengkajian otot wajah : Ekspresi wajah yang terbatas,
asimetris otot wajah
b) Pengkajian mata : Salah satu atau kedua kelopak mata
penderita turun, Penglihatan ganda atau kabur
c) Pengkajian kemampuan menelan : Sulit menelan dan
mengunyah, kelemahan otot rahang
d) Pengkajian sistem pernapasan : Sulit bernafas, terutama
saat beraktivitas atau berbaring, keterbatasn gerak otot
diafragma
e) Pengkajian musculoskeletal : terjadinya kelemahan otot
tangan, kaki dan leher, penurunan kekuatan otot,
kelemahan meningkat dengan aktivitas.
f) Pengkajian psikologis : kecemasan, frustasi, marah,
kebencian, ketakutan, penolakan, merasa bersalah, depresi,
dan ketidakmampuan atau ketidakberdayaan
g) Perubahan kualitas suara (sengau, pelan)
3) Diagnosis keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan
otot pernafasan
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
otot-otot volunter
Tunik 153
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
d) Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan otot-
otot pharyngeal
e) Risiko konstipasi berhubungan dengan kurangnya
mobilitas, penurunan motilitas usus
f) Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan otot-otot
untuk melakukan pergerakan
4) Intervensi
a) Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan
otot-otot pharyngeal
Intervensi Keperawatan : Dukungan Perawatan Diri :
Makan/Minum
1. Observasi
Identifikasi diet yang dianjurkan
Monitor kemampuan menelan
Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang yang menyenangkan
selama makan
Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Sediakan makanan yang mudah untuk ditelan,
seperti makanan halus
Letakkan makanan disisi mata yang sehat, jika
pasien mengalami gangguan penglihatan
Sediakan sedotan untuk minum
Siapkan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
Sediakan makanan dan minuman yang disukai,
yang tidak bertentangan dengan diet pasien
Berikan bantuan saat makan/minum sesuai
dengan tingkat kemandirian
Motivasi untuk makan di ruang makan
Tunik 154
3. Edukasi
Jelaskan porsi makanan pada pasien yang
mengalami gangguan penglihatan dengan
menggunkan arah jarum jam
Jelaskan porsi makan dalam bentuk lunak untuk
pasien yang mengalami gangguan menelan
4. kolaborasi
kolaborasi pemberian obat sesuai dengan indikasi,
misal antiemetic, analgesik
Tunik 155
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. 2016. Ny. z usia 47 tahun dengan penyakit graves. Jurnal
Medula, 4(3), 30-34.
Camarasari, L. 2022. Asuhan Keperawatan Pada Pasien An. F
Dengan Diagnosis Medis Sistemic Lupus Erythematosus
(Sle) Di Ruang Padmanaba Timur Rsup Dr.
Sardjito (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).Davids HR, Oleszek JL, Cha-Kim A. Guillain-
Barre Syndrome.2009. Available from:
http//www.emedicine.com/PMR/topic48.htm
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana
Asuhan KeperawatanMedikal-BedahDiagnosis Nanda-1
2015-2017 IntervensiNIC Hasil NOC. Jakarta : EGC
Fava, A., & Petri, M. 2019. Sistemic lupus erythematosus: diagnosis
and clinical management. Journal of autoimmunity, 96, 1-13.
J.H.L. Playfair & B.M. Chain. 2009. At a Glance IMUNOLOGI. Edisi
Kesembilan. Alih Bahasa oleh Winardini. Penerbit Erlangga
Kamarudin, S., & Chairani, L. 2019. Tinjauan Pustaka: Miastenia
Gravis. Syifa'MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 10(1), 62-70
Kemala, I. 2014. Sindroma Guillain-Barre. Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatra Utara.
Kuhn, A., Bonsmann, G., Anders, H. J., Herzer, P., Tenbrock, K., &
Schneider, M. 2015. The diagnosis and treatment of sistemic
lupus erythematosus. Deutsches Ärzteblatt
International, 112(25), 423.
Kurniawati, Ninuk D dan Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Edisi Pertama. Jakarta :
Salemba Medika
Manurung, Nixson 2018. Keperawatan Medikal Bedah, Konsep,
Mind Mapping Dan Nanda NIC NOC, Solusi Cerdas Lulus
UKOM Bidang Keperawatan-Jilid 3. Jakarta Timur : Trans
Info Media
Tunik 156
Michael T Andary, MD, Ms;chief Editor: Milton J Klein,DO, MBA.
2022. Guillain Barre Syndrome. Available from
https://emedicine.medscape.com/article/315632-overview
Nurfaizah, F. Z. 2021. Miastenia Gravis Okular Juvenil: Laporan
Kasus. Jurnal Ilmu Medis Indonesia, 1(1), 39-52.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Purwani, N. P. A. E. N., & Sucipta, A. A. M. 2022. Penyakit Graves
pada Anak Perempuan Usia 10 Tahun. Cermin Dunia
Kedokteran, 49(5), 280-283.
Putri, T. A. R. K. 2017. Status Emosional Dan Kualitas Hidup Pada
Pasien Miastenia Gravis. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 3(2), 111-120.
Subekti, I., & Pramono, L. A. 2018. Current diagnosis and
management of Graves' disease. Acta Med Indones, 50(2),
177-182.
Wulandari,N.A & Setiyorini, E. 2016. Asuhan Keperawatan Pada
Odha (Orang Dengan Hiv/ Aids). Media Nusa Creative
Tunik 157
BIODATA PENULIS
Wibowo Hanafi Ari Susanto, M.Kep
Staf Dosen Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jayapura
Penulis lahir di Klaten tanggal 4 Januari 1987. Penulis
adalah dosen tetap pada Program Studi D III Keperawatan Nabire,
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Jayapura.
Menyelesaikan pendidikan S2 pada Prodi Magister Keperawatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2018. Sampai
sekarang penulis aktif mengajar di Prodi D III Keperawatan Nabire
dan aktif di Organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesa
sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Nabire hingga
sekarang.
Email : [email protected]
158
BIODATA PENULIS
Ns. Daniel Suranta Ginting, M.Kep
Staf Dosen Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua
Penulis lahir di Kota Medan tanggal 29 Agustus 1995.
Penulis adalah dosen tetap pada Fakultas Keperawatan Institut
Kesehatan Deli Husada Deli Tua. Penulis adalah putra dari Sakeus
Ginting Munthe dan Mester Br. Tarigan Penulis Menyelesaikan
pendidikan Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Lulus Tahun
2018 dan melanjutkan pendidikan ke jenjang magister
keparawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Lulus Tahun 2021. Buku Ini adalah buku kedua yang ditulis
oleh penulis masih banyak kekurangan tapi penulis tidak akan
pernah berhenti belajar terus untuk selalu memperbaiki diri
kedepannya.
159
BIODATA PENULIS
Ns. Umi Rachmawati Wasil Sardjan, M.Kep.,Sp.Kep.J.
Dosen Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Mandala Waluya
Penulis lahir di Bogor tanggal 12 September 1982. Penulis
adalah dosen tetap dan Koordinator Departemen Keperawatan
Jiwa untuk tahap akademik dan profesi pada Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Mandala
Waluya Kendari. Menyelesaikan pendidikan S1 tahap akademik
dan Profesi Ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, dan melanjutkan pendidikan
Ners Spesialis Keperawatan Jiwa (Sp-1) pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis aktif dalam kegiatan
seminat pada profesi perawat yakni perawat kesehatan jiwa PW
IPKJI Provinsi Sulawesi Tenggara. Penulis juga aktif sebaga nara
sumber di tingkat Provinsi untuk berbagai pelatihan keperawatan
kesehatan jiwa.
160
BIODATA PENULIS
Siti Na’imah, S.Kep., Ns., M.Kep
Dosen Program Studi Keperawatan Pendidikan Profesi Ners Stikes
Guna Bangsa Yogyakarta
Penulis lahir di Musi Rawas tanggal 3 April 1990. Penulis
adalah dosen tetap pada Program Studi Keperawatan Pendidikan
Profesi Ners Stikes Guna Bangsa Yogyakarta. Menyelesaikan
pendidikan S1Ilmu Keperawatan dan melanjutkan S2 Keperawatan
konsentrasi Keperawatan Medikal Bedah. Selain menjadi dosen,
penulis juga menjadi tentor pada Uji Kompetensi di Aveecena.
161
BIODATA PENULIS
Arif Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep.
Dosen Program Studi D-III Keperawatan Kampus Blitar
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Penulis lahir di Sampang tanggal 29 Juli 1975. Penulis
adalah dosen tetap pada Dosen Program Studi D-III Keperawatan
Kampus Blitar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang. Menyelesaikan pendidikan S1 pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar dan
melanjutkan S2 pada Program Magister Keperawatan Univeritas
Padjadjaran Bandung. Penulis menekuni bidang keperawatan
khususnya Keperawatan Medikal Bedah serta Keperawatan
Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana.
162
BIODATA PENULIS
Wiwin Martiningsih
Dosen Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Malang, Kampus 3 Blitar
Penulis lahir di Surabaya, 22 September 1971 dengan nama
Wiwin Martiningsih. Menyelesaikan pendidikan D3 Keperawatan
Malang (1993), S1 Keperawatan di PSIK Unair Surabaya (2003), S2
Keperawatan Unair (2010) dan S3 Keperawatan di St. Paul
University Philippines (2019). Mengawali karier sebagai Perawat di
salah satu RS Swasta di Jakarta dan Surabaya selama 3 tahun mulai
tahun 1993 s.d 1996 dan akhirnya sebagai Dosen Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang, Program Studi D3 Keperawatan
Blitar sampai sekarang. Penulis menekuni bidang Keperawatan
dasar dan Keperawatan Medikal Bedah khususnya HIV-AIDS.
Terlibat dalam kegiatan Komisi penanggulangan HIV-AIDS dan
terlibat dalam program Warga Peduli AIDS di Kota Blitar.
Penulis dapat dihubungi di:
Hp: 081334961613
Email: [email protected]
163
BIODATA PENULIS
Septian Mixrova Sebayang, S. Kep., Ns., M. Kep.
Dosen Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
Penulis lahir di Medan tanggal 10 September 1989. Penulis
adalah dosen tetap pada Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa, Purwokerto,
Banyumas, Jawa Tengah. Menyelesaikan pendidikan S1 pada
Jurusan Ilmu Keperawatan dan melanjutkan S2 pada Jurusan
Keperawatan Medikal Bedah di Kampus Universitas Sumatera
Utara (USU). Penulis menekuni bidang Keperawatan dan
Anestesiology.
Penulis aktif mengikuti oral presentation di berbagai
conference dan aktif menulis artikel di berbagai jurnal. Sekarang
penulis fokus dalam penulisan artikel review berbasis Systematic
review dan meta-analysis untuk bidang kesehatan dan
keperawatan.
164
BIODATA PENULIS
Viyan Septiyana Achmad
Dosen di Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Viyan Septiyana Achmad lahir di Bandung, 12 September
1981 merupakan Dosen di Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan PPNI
Jawa Barat pada tahun 2003. Pendidikan Sarjana Keperawatan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran pada tahun
2006. Pendidikan Program Profesi Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjadjaran pada tahun 2007 dan
Pendidikan Magister Keperawatan peminatan keperawatan kritis
di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran pada tahun
2013. Penulis tergabung dalam Organisasi Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) dan Anggota Himpunan Perawat Gawat
Darurat (HIPGABI) provinsi Banten.
165
BIODATA PENULIS
Tunik
Dosen Program Studi D-III Keperawatan Kampus Trenggalek
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Penulis lahir di Trenggalek, tanggal 25 Februari 1983.
Penulis adalah Dosen tetap pada Program Studi D-III Keperawatan
Kampus Trenggalek Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang. Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Trenggalek tahun 2005, Pendidikan S1 pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Brawijaya Malang dan melanjutkan S2
pada Program Magister Keperawatan Univeritas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulis menekuni bidang keperawatan khususnya
Keperawatan Medikal Bedah serta Keperawatan Anak.
Email : [email protected]
166