The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by zchaa1039, 2022-11-16 20:03:41

1001 CERPEN AMAZING

KUMPULAN CERPEN AMAZING

Meara yang awal nya penasaran kemudian langsung mengangguk paham, dan Raim yang sedari tadi
makan hanya mendengarkan apa yang Cheoya katakan. Selama di sekolah barunya Raim dan Meara
menjadi pusat perhatian karena mereka berdua memiliki paras yang cantik.

“Kring.. Kring..” bel pulang sekolah berbunyi.

Raim yang langsung keluar gerbang sekolah dan berjalan kaki menuju rumah sambil mendengarkan
musik menggunakan headset nya, sedangkan Meara dijemput Ayah nya. Ditengah-tengah
perjalanan Raim yang berada di sekitaran taman,

tiba-tiba “Hey..!!!” teriak seorang perempuan yang berada agak jauh darinya.

Ternyata itu adalah Divaa, namun karena Raim menggunakan headset jadi dia tidak mendengar
panggilan yang tertuju padanya. Divaa yang mulai emosi karena Raim menghiraukan panggilan
darinya, lalu Divaa dan geng menghampiri Raim dan memanggilnya lagi

“Hey..!!! murid cupu Tae-Pyeong.”

Karena Raim merasa ada teriakan dari arah belakang nya, dia pun melihat ke arah belakang. Raim
pun hanya diam dan menatap sekumpulan perempuan yang berada tepat di depan nya.

“Kau yang menabrak ku tadi pagi kan cupu?!!” teriak Divaa.

Raim yang malas berbicara dengan orang yang dia pikir tidak penting, dari tadi hanya
memperhatikan geng yang berada di depan nya itu.

Kemudian Divaa yang semakin kesal karena sudah 3 kali perkataan nya dihiraukan oleh
seorang Raim, lalu menyuruh teman-temannya untuk memukuli Raim. Maka terjadi lah perkelahian
antara 7 murid melawan 1 murid. Namun 1 di antara geng tersebut disuruh untuk merekam kejadian
perkelahian tersebut, itu karena Divaa sangat suka menonton ulang video pembullyan yang di
lakukan oleh geng nya itu. Raim yang pandai berkelahi awalnya dapat menghindari pukulan yang
beruntun dari perempuan-perempuan didepan nya. Divaa melihat Raim yang mulai kelelehan dan
berkata,

“Hey.. kau!, berlututlah di hadapan ku dan minta maaf lah, ya mungkin setelah kau lakukan
itu aku akan membiarkan mu pergi.”

Lalu Raim yang dari tadi tidak melakukan perlawanan, dia hanya menghindari pukulan yang datang
ke arah nya walaupun ada 1 atau 2 kali terkena tubuhnya.

“Apakah kita pernah kenal sebelumnya? dan apa urusan mu padaku?.” ucap Raim.

“Hey kau tadi pagi telah menabrak kami dan kau rasa itu bukan sebuah kesalahan hah!!...” teriak
Divaa,

lanjutnya “Apakah kau tidak mengenalku hah.. Aku ini Divaa ketua geng perempuan yang paling di
takuti dari semua sekolah yang berada di Seoul.” ucapnya.

Raim yang baru menyadari bahwa orang yang tepat di depan nya ini adalah perempuan yang di
ceritakan oleh Cheoya saat di kantin tadi, lalu dia hanya tersenyum kecil dan sedikit tertawa karena
dia tidak menyangka bahwa dia bisa langsung menemui Divaa tanpa perlu mencarinya.

“Apa kau meledekku?.” ucap Divaa yang semakin kesal dengan kelakukan Raim.

“Hey kalian semua (dengan aura kejam) habisi dia.” ucapnya kepada geng nya dengan tatapan
tajam dan menunjuk wajah Raim yang di hadapan nya.

“Akh.. sial aku sudah lelah.” gumam Raim.

Namun geng tersebut tetap memukuli, menendang, dan melukai Raim, dan satu diantara mereka
tetap memegang kamera dan merekam kejadian tersebut.

“Bruk..” mereka membanting tubuh Raim yang sudah lemas dan babak belur kebawah kaki Divaa.

“Jyo.. apakah kamu juga ikut memukulnya tadi?.” Tanya Divaa kepada salah satu perempuan yang
berada di perkelahian tadi,

“Ahh.. iya.” jawab Jyo dengan nada ketakutan.

Sebenarnya Jyo tidak memukul Raim sama sekali, namun dia hanya pura-pura ikut berkelahi supaya
Divaa tidak memarahinya. Kim Ji Oh adalah nama anak itu, biasanya di panggil dengan sebutan
Jyo. Dia orang yang cupu dan penakut dan dulu adalah korban bullying Divaa, namun dia kini
masuk ke dalam geng Divaa dan harus menuruti semua perkataan Divaa, jika tidak maka dia akan
di hukum.

“Kau berbohong pada ku jyo?.” ucap Divaa.

Jyo hanya menatap ke arah Raim yang di bawahnya dan menahan air matanya yang hampir jatuh,
karena takut nasibnya akan sama seperti Raim yang berada di bawahnya.

“Ah sudah lupakan dasar cengeng, lalu anak ini (menunjuk ke arah Raim) letakkan dia di bawah
pohon disana.” ucap Divaa dan dia langsung pergi karena sudah mulai malam.

Setelah mereka semua pergi, Raim bangun dan memegang tangannya yang terkena sayatan silet.

“Akh.. sakit, sial banget hari ini. Siapa sih mereka? lihat saja nanti tidak mudah berurusan dengan
orang seperti ku.” gumamnya.

Kemudian Raim berjalan dengan pincang menuju rumahnya. Sesampainya di rumah dan itu sekitar
jam 19.30, lalu tiba-tiba ada suara telepon berbunyi dari ponsel Raim. Dia melihat siapa yang
menelepon, dan ternyata itu adalah Meara. Meara telah menghubungi Raim sedari tadi untuk
mengajak Raim makan malam bersama di rumahnya. Lalu Raim mengangkat telepon dari Meara
dan membuat suara nya seolah-olah tidak terjadi hal apapun.

“Ya ada apa?” tanya Raim.

“Apakah kamu sudah pulang? kenapa tidak menjawab telepon ku tadi?.” tanya Meara.

Lalu Raim menjawab “Maaf tadi aku ketiduran.” bohong nya.

“Oh begitu ya sudah mau makan disini? atau aku antar kesana Ra?.” tanya Meara.

Raim menjawab “Ah.. sudah tidak perlu, di perjalanan pulang tadi aku sudah singgah ke mini
market untuk makan mie instant.”

Meara yang mengkhawatirkan Raim akhirnya sudah tenang,

“Ya sudah, kamu istirahat ya.. maaf tadi aku menggangu tidur mu.” ucap Meara. Lalu Meara
mematikan telepon nya.

Keesokan harinya, Meara berangkat pagi lagi agar tidak terlambat ke sekolah. Sampainya di
sekolah dia melihat kursi Raim yang masih kosong.

Dan “Kring.. Kring..” suara bel masuk pun berbunyi namun Raim belum kunjung tiba.

Meara yang ingin menelepon Raim terhenti karena Pak guru yang sudah memasuki kelas. Tiba
waktu istirahat Meara ke kantin bersama teman barunya, Cheoya bertanya kepada Meara,

“Meara.. apakah kamu tau kenapa Raim tidak masuk hari ini?.”

Meara menggeleng karena dia pun tidak tau alasan sahabat nya tidak masuk sekolah hari itu. Dan
Meara yang sedari tadi sudah mencoba menghubungi Raim dan mengirimi beberapa pesan, namun
ponsel Raim tidak aktif dan centang 1. Meara yang merasa bahwa dia harus kerumah sahabatnya
itu, tapi dia tidak bisa karena sekarang dia berada di sekolah.

Sementara itu, Raim bangun dan melihat jam di ponsel nya sudah menunjukan jam 10.00,
dia pun kembali membaringkan tubuh nya yang merasakan sakit karena perkelahian kemarin sore.

“Ah.. sudah lah hari ini aku tidak usah sekolah.” ucapnya.

Lalu dia melihat ponselnya dan menyadari bahwa Meara telah menghubunginya berkali-kali dan
mengirimi pesan. Namun Raim tidak membuka pesan dari Meara karena tau, bahwa Meara akan
menanyakan mengapa dia tidak sekolah hari ini. Kemudian Raim lanjut tidur kembali sampai sore.
Ketika sudah sore Raim pun terbangun dari tidurnya karena perutnya merasa lapar, lalu dia mandi
dan bersiap untuk pergi ke mini market untuk membeli makanan.

Setelah dia makan, di mini market dia berjalan pulang ke arah rumahnya, namun di tengah-
tengah perjalanan dia melihat Divaa yang sedang sendirian habis pulang sekolah dan tidak di temeni
dengan geng nya. Raim yang merasa dendam dengan Divaa, langsung menghampiri nya dan
mendorong tubuh Divaa ke arah dinding.

“Hiya..!!!” teriak Divaa.

“Apakah kau takut dengan ku D-I-V-A-A.” tanya Raim sambil mengeja nama Divaa.

Divaa hanya melihat Raim dan langsung memukul perut Raim dan berusaha untuk kabur. Namun
tidak semudah itu lari dari Raim, dan akhirnya terjadilah perkelahian disana antara Divaa dan Raim.
Karena pada dasar nya Raim memang lebih kuat di bandingkan Divaa, akhirnya Divaa terjatuh
karena sudah lelah dengan perkelahian tersebut. Divaa langsung mengeluarkan silet dari tasnya dan

“Srek..” dia menggores wajah Raim dengan silet nya itu.

Raim memegang wajah nya yang mulai bercucuran darah, dan langsung menampar kasar pipi Divaa
sehingga gigi Divaa patah dan mulut nya berdarah. Lalu Raim pergi dari sana dengan keadaan
wajah nya yang berdarah akibat sayatan silet. Sedangkan Divaa, dia menangis dan merasa
kesakitan, lalu dia menelepon orang tua nya untuk menjemputnya.

Sedangkan Meara, setelah pulang sekolah dia memberitahu Ayah nya jika dia akan bermain
ke rumah Raim sebentar, dan menyuruh Ayah nya tidak usah menjemput nya hari itu. Meara yang
bergegas ke kost an Raim dan menekan bel nya berkali-kali, namun tidak ada respon dari dalam.
Meara semakin mengkhawatirkan Raim karena sedari tadi Raim juga tidak mengangkat telepon nya
dan juga tidak membalas pesan dari Meara.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Raim datang dan dia masih memegang wajahnya
yang terkena sayatan tadi, walaupun sudah cukup mengering.

“Yak..! kamu kenapa??.” tanya Meara, yang melihat wajah Raim yang melebam dan ada goresan
yang cukup panjang.

Raim pun kaget karena keberadaan Meara di hadapan nya, dia hanya melihat ke arah Meara namun
tidak menjawab sepatah kata pun.
“ Hey.. Raim jawab pertanyaan ku, kamu berkelahi dengan siapa ha?!! siapa yang berani menyakiti
mu?....” ucap Meara sambil menangis karena tidak sanggup melihat wajah sahabat nya itu.

Lalu Raim menarik Meara dan mereka masuk ke dalam Kost an Raim, mereka berdua pun duduk di
kasur Raim.
“Sudahlah jangan menangis, kamu cengeng sekali.” ucap Raim.
Meara yang sedari tidak berhenti menangis lalu berkata “Hey.. katakan siapa yang memukuli mu
Raim.. hiks...hiks..” tanya nya sambil menangis.

Lalu Raim menceritakan semua kejadian yang dia alami selama 2 hari itu kepada Meara.
Meara pun bertanya
“Bagaimana selanjutnya? apakah mereka akan tetap mengganggu mu?.” sambil menghapus air
matanya.
Raim pun menjawab “ Y mung-“
perkataannya terpotong karena tiba-tiba Meara berkata “Kan sudah Cheoya katakan.. jangan pernah
berurusan dengan Divaa, kamu keras kepala banget si..” ucapnya dan langsung menangis lagi.

Raim yang capek melihat kelakuan sahabat nya sedari tadi, dia hanya membaringkan tubuhnya
sambil mendengar Meara yang nangis sesenggukan. Meara pun berdiri dan pergi ke arah dapur,
Raim yang heran dan hanya melanjutkan tidurnya.
Meara pun datang “Raim bangun lah.” ucapnya,

Raim pun bangun dan melihat Meara membawa P3K.
“Ah.. sudah lah tidak usah di obati, nanti juga bakal sembuh kok.” ucap Raim
Meara pun memukul kepala Raim “Plak..”
“Hey..!” ucap Raim,
Meara pun menjawab “Sudah lah kamu diam, atau ku bilang ke Ayah ni.” Akhirnya Raim nurut dan
Meara mengobati wajah Raim perlahan.
“Apakah besok kamu sekolah?.” tanya Meara.

“Jika luka ku sudah kering aku akan sekolah.” ucap Raim.

Setelah Meara mengobati Raim, dia pun pulang. Dan Raim istirahat lebih awal agar besok dia tidak
terlambat datang ke sekolah.

Keesokan paginya, Raim bangun tepat waktu. Dia langsung segera mandi, ganti baju, dan
sarapan. Sampainya di sekolah, semua pandangan tertuju padanya karena wajah Raim ada bekas
goresan dan sedikit lebam. Namun Raim hanya melanjutkan langkah nya menuju kelas dan tidak
mempedulikan sekitar. Ketika di kelas, dia melihat Meara yang sudah berada di dalam kelas dan
segera duduk ke kursinya yang berada di pojok, semua orang menghampiri Raim dan bertanya-
tanya mengapa wajah Raim bisa lebam dan tergores seperti itu. Meara menyuruh semua temannya
duduk, karena tau Raim sangat risih dengan keadaan itu.

“Kring..Kring..” suara bel masuk pun berbunyi.

Pak guru pun masuk ke kelas,

“Ok, anak-anak siapa yang tidak hadir hari ini?.” tanya Pak guru

mereka semua menjawab “Nihil Pak.”

Pak guru pun melihat ke arah Raim, karena Raim kemarin tidak masuk sekolah. Pak guru pun kaget
melihat wajah Raim yang babak belur, dan menghampiri nya

“Raim.. kenapa wajah mu seperti ini nak?.” ucap Pak guru,

Raim hanya diam tidak membalas pertanyaan Pak guru.

“Ayo sekarang kamu ikut Bapak ke kantor.” ucapnya.

Lalu Raim mengikuti Pak guru ke arah kantor. Sedangkan Meara menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi, kepada teman nya di kelas.

Sementara itu Raim, Pak guru menanyainya mengapa dia bisa babak belur seperti itu. Lalu
Raim meceritakan dengan jujur semua yang terjadi dalam 2 hari itu. Pak guru pun bingung
bagaimana cara membantu Raim, namun Pak guru hanya menasehati Raim

“Ya jika kamu tidak bersalah, ya memang tidak ada salah nya jika kamu membela diri. Tapi jangan
membalas perbuatan orang itu dengan kekerasan juga, kamu kan bisa berdamai dengan mereka. Jika
kamu membalas mereka dengan kekerasan juga, Bapak yakin permasalahan kamu tidak akan selesai
dengan mudah. Mereka juga akan memiliki dendam yang lebih lagi kepada mu. Ok, bisa di pahami
ya Raim?.” ucap Pak guru.

Raim hanya menangguk dan menatap ke arah lantai.
“Kring..Kring..” bel istirahat berbunyi.

Meara, Raim dan teman-teman sedang berjalan menuju kantin untuk makan siang. Semua perhatian
tertuju lagi kepada Raim, karena yang mereka lihat kemaren Raim sangat cantik, sedangkan
sekarang muka nya hancur babak belur. Ketika mereka semua sedang menikmati makan siang nya,
“Brak…” suara pukulan meja yang tepat di samping meja Raim.

Ada sepasang orang tua dan 1 orang anak dengan seragam Pyeong-Sang menghampiri meja Raim,
dan mereka adalah Orang tua Divaa dan Divaa. Satu tamparan melayang ke arah Raim
“Plak….” pipi Raim yang kini memerah, dia pun berdiri dan melihat orang yang menamparnya itu.
“Heh…!!! kau siapa?.” ucap Raim dengan nada emosi.

Mama Divaa langsung menjawab pertanyaan Raim,
“Setelah kau melukai Putri ku, kau tidak merasa bersalah gadis bodoh??!” ucapnya.

Sontak Raim melihat ke arah belakang orang tua itu dan disana ada Divaa, lalu Raim pun tertawa
“Haha, dasar orang tua. kalian tidak tau kah? bahwa Putri kalian tu lebih bodoh dari pada aku?.”
ucapnya.

Divaa yang hanya bersembunyi di belakang Orang tua nya, sedangkan yang lain sibuk menonton,
merekam, dan melaporkan kejadian itu kepada Guru.

Lalu Orang tua Divaa yang semakin kesal karena Raim mengatakan bahwa Putri nya bodoh,
dan akan menampar ke arah Raim sekali lagi, namun tamparan itu ditahan oleh Pak guru karena
sudah sampai di tempat kejadian.
“Pak, Buk, jika ada masalah ayo kita selesaikan di kantor.” ucapnya sambil menarik tangan Raim.

Kemudian mereka sampai di ruang BK, Orang tua Divaa sebenarnya tidak mengetahui bahwa
putrinya itu seorang ketua geng yang sering membully murid-murid lain.

Flashback, malam kemarin ketika Divaa di jemput Orang tua nya, dia bercerita bahwa dia
telah di bully oleh Raim dan geng sehingga dia babak belur seperti itu (dengan berbohong) dan gigi
nya patah. Maka dari itu Orang tua Divaa menemui Raim di sekolah nya hari ini.

Lalu Mama Divaa berkata

“Pak, buk anak ini telah melukai Putri saya yang tidak memiliki kesalahan apapun..”

Lalu Mama Divaa menceritakan sesuai dengan apa yang putri nya ucapkan kemarin malam,
sedangkan Pak guru yang bingung karena cerita yang di sampaikan oleh Raim dan Mama Divaa itu
sangat berbeda. Guru BK pun meyakini bahwa Mama Divaa bercerita dengan benar dan tidak hal
yang menjanggal, Raim pun juga bingung mengapa cerita yang di sampaikan Mama Divaa sangat
berbeda dengan hal yang sebenarnya terjadi.
“Hey.. Divaa! kau berbohong pada orang tua mu ha?!!” ucap Raim,

kemudian Raim menceritakan hal yang dia alami kepada Guru BK itu. Akhirnya setelah lama
berpikir, Guru BK pun mengeluarkan keputusan,
“Raim, kamu di skors 2 minggu. Renungkan lah kesalahan mu.” ucapnya.
“Mana bisa seperti itu Bu seharus nya anak itu (menunjuk ke arah Raim) di keluarkan saja dari
sekolah ini.” ucap Mama Divaa.

Namun Guru BK yang tidak bisa mengambil keputusan semena-mena akhir nya menyelesaikan
perdebatan itu
“Sudah lah Pak, Buk, biarkan Raim menyesali perbuatan nya selama 2 minggu di rumah.” ucap
Guru BK.
Tiba-tiba Raim berkata “Lihat saja nanti 2 minggu itu adalah waktu yang sangat panjang bagi ku
hanya untuk menemukan bukti, bahwasanya Putri kalian itu telah berbohong tentang ini semua.”
ucap Raim dan langsung keluar dari Ruangan BK dan menuju kelasnya.

“Tok..Tok..” Raim yang mengetuk pintu karena di dalam ada Guru yang sedang mengajar.
Kemudian Raim langsung mengambil tasnya
“Saya izin pulang.” ucapnya kepada Guru dan langsung keluar.

Se isi kelas heran kepada Raim
“Apakah Raim di skors? tapi kan dia tidak bersalah.” tanya Cheoya,
“Aku tidak tau, tapi nanti pulang sekolah temani aku ke kost Raim ya Cheoya..” ucap Meara.

Cheoya mengangguk, dan Guru pun melanjutkan pembelajarannya.

Sudah jam pulang sekolah, Meara dan Cheoya langsung pergi menuju kost an Raim.

“Ting.. Ting..” suara bel kost Raim berbunyi.

Raim yang sedang tidur pun terbangun dan langsung membuka pintu dan kaget karena 2 teman nya
itu berada di depan kost an nya.
“Raim.. apakah kamu baik-baik saja?.” ucap Meara.

Raim hanya diam dan mempersilahkan kedua temannya itu masuk.
“Apakah kamu di skors?.” tanya Cheoya.
Lalu Raim menjawab “Ya, 2 minggu.” Mereka berdua pun kaget,
“Jadi apa yang mau kamu lakukan selama di rumah Ra?.” tanya Meara.
“Tidak tau, tapi mungkin aku akan mencari bukti bahwa aku tidak bersalah.” jawab Raim.

Kemudian Cheoya langsung mengatakan
“Eh, setahu ku Divaa selalu merekam kejadian pembullyan yang dia lakukan. Ya kamu bisa
mencari video itu Ra..”
Raim berpikir sejenak “Bagaimana aku bisa mendapatkan video itu dari ponsel Divaa?.” tanya nya.

Cheoya memberi tahu kepada Raim, bahwa dia bisa meminta video itu kepada salah satu geng
Divaa yang namanya Kim Ji Oh (Jyo).
“Kamu bisa menemuinya, dia gadis yang penakut. Namun ku yakin jika kamu berbicara baik-baik
kepadanya, dia pasti akan membantu mu.” ucap Cheoya.

Tiga hari kemudian, Raim yang hanya mengahabiskan waktu di kost nya dan mempasrahkan
hidupnya kepada tuhan. Akhirnya dia berinisiatif untuk mencari Jyo sore itu. Lalu Raim menunggu
di taman tempat Raim di pukuli oleh 7 orang itu, setelah cukup lama menunggu akhirnya dia
melihat gadis kecil ya itu adalah Jyo. Raim langsung menghampiri Jyo,
“Hey.. Jyo.” ucap Raim

Jyo melihat orang yang memanggilnya dan kaget karena itu adalah Raim, lalu dia berusaha kabur.
Namun Raim langsung menahan tangan nya.
“Kenapa kamu pergi?.” tanya Raim
“Tolong kumohon jangan sakiti aku hiks..” ucap Jyo dan mulai menangis karena ketakutan.

“Aku tidak akan melukai orang yang tidak melukai ku.” ucap Raim

Jyo pun bingung, Raim sebenarnya tahu bahwa di saat perkelahian itu Jyo tidak menyentuhnya
sama sekali.
“Aku tahu kamu di perbudak oleh Divaa kan? mau ku bantu untuk lepas darinya?.” ucap Raim

Jyo hanya diam tidak menjawab sepatah kata pun, namun setelah beberappa detik dia pun
mengangguk.
“Sudah kuduga haha.. tapi kamu juga harus membantu ku ya.” ucap Raim dengan tatapan yang
hangat.

Lalu Raim mulai menjelaskan bahwa Jyo harus mengambil beberapa bukti video pembullyan dari
ponselnya Divaa dan memberikan nya kepada Raim.
kemudian Jyo berkata “Aku tidak bisa melakukan hal itu.”
Raim menjawab “Aku yakin kamu bisa (sambil menepuk bahu Jyo) kumohon tolong aku ya.”

Akhirnya Jyo mengangguk dan setelah perbincangan mereka berakhir Raim pun pergi, sedangkan
Jyo masih berpikir bagaimana cara dia untuk meminta video itu dari ponsel Divaa.

Esoknya geng Divaa pun berkumpul seperti biasanya, tak terkecuali Jyo. Dia berpikir akan
mencoba meminjam ponsel Divaa di saat itu.
“Divaa.. apakah aku boleh meminjam ponsel mu?.” ucap Jyo dengan sedikit nada ketakutan.
“Mana ponsel mu Jyo.. mengapa meminjam ponsel ku heum..?” tanya Divaa

Jyo pun yang mulai kebingungan, akhirnya dia membuat alasan aneh.
“Emm… ponsel ku kemarin rusak, jadi aku meletakkan nya di tempat servis.” ucap Jyo
“Kamu bisa meminjam ponsel teman yang lain, mengapa meminjam ponsel ku?” tanya Divaa yang
agak sedikit kebingungan.
“A-ah.. itu aku mau menghubungi ibu ku, tapi aku lupa nomor telepon nya. Seingat ku, aku pernah
menghubungi ibu di ponsel kamu..” ucap Jyo yang semakin ketakutan, takut nya Divaa mulai
mencurigainya.
“Oh begitu, ya sudah ni (memberikan ponselnya) jangan lama-lama ya.” jawab Divaa
“I-iyaa..” ucap Jyo

Kemudian Jyo langsung pergi agak jauh dari kumpulan geng nya itu, dengan sigap nya membuka
galeri dan langsung mengirim video-video itu ke ponselnya. dan menyimpan video itu dari
ponselnya, dan mengahpus pesan dari ponselnya Divaa agar Divaa tidak curiga. Setelah itu Jyo
langsung izin pulang kepada Divaa, karena Ibu nya menyuruhnya pulang.

Jyo langsung mengirimi Raim video—video itu langsung. Raim yang melihat beberapa nontifikasi
dari ponselnya dan tersenyum dengan kiriman pesan yang berasal dari Jyo itu. Lalu Raim membalas
pesannya,

“Terima kasih Jyo..” ucapnya.

Beberapa hari kemudian tepat nya hari senin, Raim datang ke sekolah dan langsung menuju
ke ruangan BK. Sedangkan murid-murid lain menatap heran atas kedatangan Raim ke sekolah hari
itu. Dia mengetuk pintu ruang BK nya,

“Tok.. Tok..” suara ketukan pintu. Kemudian Raim langsung masuk dan memberikan video
pembullyan yang dilakukan Divaa kepada nya.

“Apa ini Raim?..” tanya Guru BK

Pak guru yang mengetahui kedatangan Raim langsung berlari menuju ruang BK dan melihat Raim
yang sedang memberikan sebuah video kepada Guru BK.

lalu Raim menjawab “Lihat saja videonya Bu, saya tidak bersalah atas ini semua.” ucapnya.

Guru BK yang mengetahui kelakukan Divaa yang sebenarnya langsung menghubungi Orang tua
Divaa, dan menghubungi pihak BK sekolah Divaa untuk mengadakan pertemuan bersama. Ketika
mereka semua sudah berkumpul di sebuah Aula besar. Guru BK Tae-Pyeong pun mempertontonkan
aksi Divaa yang sering dan suka membully teman-temannya bersama geng nya. Semua orang disana
pun terkejut, sedangkan Divaa bingung dan panik dia berpikir bagaimana video nya itu tersebar.

“Tidak.. Tidak.. Papa Mama… semua itu kebohongan. Raim merekayasa video itu (dan dia mulai
menangis berharap orang mempercayainya) tolong jangan percaya hiks.. hiks..” ucapnya sambil
menangis.

Orang tua Divaa yang sedari tadi hanya terdiam dan tidak menyangka Putri nya itu adalah seorang
berandalan.

“Hiya…!! mengapa kau berbohong pada kami hah..!!” bentak Papa Divaa.

“Pak sudah jangan memarahi nya terlalu berlebihan.” ucap Guru BK Tae-Pyeong,

Guru BK Pyeong-Sang, melihat kejadian yang memalukan nama baik sekolah nya pun hanya
terdiam, kaget dan tidak menyangka. Sedangkan Divaa masih menangis terisak-isak. Sementara itu
Raim yang memperhatikan kejadian itu hanya tersenyum karena merasa bahwa dia menang dalam
pertempuran itu.

Beberapa hari kemudian, Raim yang sudah masuk sekolah normal seperti biasanya. Namun
hampir setiap hari orang-orang disekitarnya tetap bertanya mengenai Divaa, tapi Raim tidak mau
menjawab karena dia rasa hal itu sudah tidak penting baginya.

“Tring.. Tring..” bel istirahat berbunyi.

Raim, Meara dan teman-teman pergi ke kantin untuk makan siang. Tiba-tiba Cheoya memulai
percakapan saat mereka sedang makan,

“Kalian tau ngga? aku dengar Divaa di keluarkan dari SMA Pyeong-Sang loh.” ucap Cheoya

“Oh ya? benarkah? bagaimana ceritanya? ceritaka dong Cheoyaaa..” jawab murid A

Raim yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan temannya, hanya diam dan merasa sedikit
kasihan kepada Divaa. Tapi dia hanya diam karena tidak tahu mau ngomong apa.

Sudah jam pulang sekolah, lalu Raim dan Meara berjalan bersama. Karena hari ini Meara
mau menginap di kost an Raim. Di perjalanan, Meara melihat Divaa yang sedang duduk di bawah
pohon, lalu Raim memanggil Meara namun dia tidak membalas. Raim pun melihat ke arah mana
mata Meara tertuju, dan Raim melihat disana ada Divaa yang sedang duduk sendirian dengan
kondisi baju nya sedikit basah. Lalu Raim langsung pergi ke arah Divaa, sedangkan Meara kaget
dan menarik baju Raim,

“Hey.. mau kemana?.” bisik Meara

“Ke tempat Divaa.” ucap Raim

“Is.. ngapain?? inget kata Cheoya kalau ketemu Divaa sebaiknya kita lari.” ucap Meara yang sedikit
panik.

“Sudah lah jika tidak mau ikut, tunggu saja disini sebentar.” ucap Raim dan melanjutkan langkah
nya menuju Divaa, Meara pun mengikuti Raim dari belakang.

Sesampainya di bawah pohon Raim melihat Divaa dengan baju nya yang basah dan sedikit berbau
telur busuk, lalu memanggilnya,

“Hai.. lama tidak berjumpa.” sapa Raim kepada Divaa

Divaa hanya diam dan melihat ke sumber suara dia kaget melihat Raim yang berada di hadapannya.

“Apakah kamu marah kepada ku? bukan kah seharusnya aku yang marah pada mu?.” tanya Raim

“Sudah pergi lah sana, aku tidak mengenal mu.” ucapnya sambil menundukkan kepala nya kembali.

“Yah.. padahal aku mau mengajak mu berteman.” ucap Raim

Namun Divaa hanya diam dan melihat ke arah kakinya karena dia malu dengan penampilan kucel
nya, Divaa dia telah di keluarkan dari sekolah lamanya dan sekarang dia sekolah di SMA yang tidak
terlalu terkenal, dia pun sekarang menjadi korban bully di sekolah barunya.

“Sudah lah tidak perlu di pikirkan ini namanya juga Kenakalan Remaja, bukan kah itu hal yang
biasa?.” ucap Raim yang sedari tadi melihat Divaa di bawahnya.

“Ok lah aku pergi ya, semoga suatu saat kita bisa menjadi teman.” ucap Raim dan dan satu persatu
langkah meninggalkan Divaa.

Kemudian Raim berbalik karena lupa ingin mengatakan sesuatu, sedangkan Divaa air matanya
sudah mulai berjatuhan.

“Oh ya, aku lupa. Aku mau minta maaf pada mu karena saat itu aku memukul mu sampai gigi mu
patah. Maafkan yah..” lalu Raim pun lanjut pergi meninggalkan Divaa.

“Hey..!!” teriak Divaa kepada Raim,

Langkah Raim pun terhenti lalu dia melihat ke belakang dan Divaa sekarang berada dihadapan nya.

“Maafkan aku juga yang telah memukuli mu.” ucap Divaa

“Haha.. kau sebenarnya tidak perlu minta maaf padaku, tapi ke orang-orang yang pernah kamu
bully dulu.” ucap Raim

“Ah sudah lah, dan aku tidak mau menjadi teman mu.” ucap Divaa yang langsung pergi setelah
mengatakan hal itu.

“Ya sudah.” jawab Raim yang juga pergi kembali menuju rumahnya.

Sementara itu, Divaa di perjalanan pulang nya. Sedari tadi hanya menangis dan merasa malu
pada dirinya sendiri. Orang-orang di sekitar jalanan memperhatikannya karena dia berbau telur
busuk yang cukup menyengat. Dia di benci oleh orang tuanya karena menjadi seoarang anak
berandalan, di jauhi teman-temannya, dan dia merasa seperti kehilangan semua dari hidupnya.

“Hiks… sudah lah aku jalani saja hidup ini, mungkin ini memang Karma untuk ku, karena dulu
selalu menganggu anak-anak lain.” ucapnya dan lanjut menangis, sambil berjalan menuju rumah
nya.

Air mata kesabaran

Kinar,gadis cacat yang selalu dikucilkan oleh orang-orang sekitar. Tengah berjalan dengan terbata-
bata dengan bantuan alat kruk untuk mengantarkan sang adik ke sekolah. Dea silva,adik perempuan
kinar yang masih duduk dikelas 3 SD.Kinar tidak ingin membiarkan adiknya berjalan kaki. Gadis
itu menggendong sang adik diatas punggungnya. Kinar tidak peduli dengan keadaan kakinya.
Asalkan Dea bisa sampai disekolah tanpa merasa letih.Sesampainya didepan gerbang sekolah
Dea,Kinar membungkukkan punggungnya dengan tangan yang bertumpu ke trotoar agar adiknya
bisa turun dari punggungnya.

“Makasih kak” Ucap Dea sembari membantu Kinar berdiri dan memberikan kruk kakaknya.

“Sama-sama cepat masuk sana” jawab Kinar

“Kak,besok ga usah anterin Dea lagi ya kak?”

“Loh emangnya kenapa?” tanya Kinar

“Dea malu kak,temen-temen Dea banyak yang ngejekin Dea”

Kinar diam sejenak kemudian berdehem dan mencoba bertanya lagi kepada sang adik.

“Mereka bilang apa sama kamu?”

“Mereka ngatain Dea punya kakak cacat,punya kakak lumpuh,punya kakak sakit-sakitan”

Hati Dea rasanya seperti ditusuk jarum,ketika teman-temannya mengejeknya.

“Kamu jangan dengerin mereka ya,udah mendingan kamu belajar yang bener aja.”

“T-tapi kak..”

“Ya udah besok kakak ngga nganterin kamu lagi kok” ucap Kinar dan memaksakan senyumnya.

“Makasih kak,Dea masuk dulu ya kak,dah kak!”

Kemudian Kinar melanjutkan jalannya menuju sekolah mereka,Dia lebih memilih berjalan
menggunakan kruknya daripada harus naik bus atau angkutan umum. Bukan karena dia tidak ingin
mengeluarkan uang,namun faktanya keluarganya sangat-sangat miskin sehingga untuk ongkos saja
Kinar tidak punya. Ibu Kinar adalah seorang pembantu rumah tangga,sedangkan ayahnya sudah
meninggal sejak 10 tahun yang lalu.Kinar bersekolah di SMA 1 Harapan sekolah favorit di Ibu Kota
Jakarta dan juga merupakan sekolahnnya anak-anak berada.

Kinar bersekolah di situ karena dia mendapatkan beasiswa berprestasi sehingga dia bisa
melanjutkan pendidikannya disana.

“Heh cacat!”

Tiga orang anak perempuan dengan seragam sekolah mereka yang serba ketat menghadang jalan
Kinar.

“I-iya,ada apa? “ Ucap Kinar semabri terbata-bata

“Mana Nyokap lo?belakangan ini dia sering lama dateng ke rumah gue,mau makan gaji buta?”
bentak Sasya anak seorang CEO di perusahaan besar.

“Maaf,ibu aku lagi kurang sehat.Makannya dia sering telat datang” jawab Kinar.

“Mau sehat kek,mau sakit kek,suruh itu si ibu-ibu tua datengnya jam 5 pag ! Lo pikir kerjaan
dirumah gue sedikit?”

“Iya”

Ketika Kinar berjalan melewati Sasya dan teman-temannya,dengan sengaja gadis sombong itu
menendang kruk yang Kinar gunakan dan membuat Kinar jatuh tersungkur. Anak-anak yang berlalu
lalang dikoridor sekolah ini,yang menyaksikan mereka,semuanya tertawa mengejek Kinar.

“Udah tau cacat masih aja sekolah”

“Hahahaha,resiko jadi orang cacat .”

“Sakit ga tuhh?”

“Udah cacat sakit mental lagi ni anak”

Begitulah cacian yang selalu menjadi sarapan pagi Kinar ketika dia menginjakkan kaki disekolah
elit ini. Dengan susah payah Kinar berdiri dengan satu kakinya,Ya,gadis malang ini hanya
mempunyai satu kaki.

“Sasya” suara seseorang yang memanggil.

Sasya membalikkan badannya dan menemukan seorang laki-laki yang memiliki wajah tampan bak
pangeran. Bibirnya yang tipis dan dagunya agak lancip menambah kesan menawan pada laki-laki
tersebut.

“Daniel?” ucap Sasya sedikit terkejut.

“Kenapa ini?” tanya Daniel.

“Nih si cacat pagi-pagi udah buat onar aja”

Daniel menatap Kinar dengan tatapan yang sangat dingin dan menusuk,sedangkan Kinar hanya
menundukkan wajahnya.

“Yah dasar dia lagi dia lagi”

Lalu Daniel menendang kruk yang digunakan Kinar.

Anak-anak lain kembali menertawai Kinar,bahkan sampai ada yang melempari Kinar dengan boto
minuman serta sisa-sisa makanan mereka. Kinar menunduk pasrah,kemudian melanjutkan
langkahnya menuju kamar mandi untuk membersihkan bajunya yang kotor karna dilempari
minuman oleh anak-anak.

Selama 15 menit Kinar habiskan untuk membersihkan seragamnya,kemudian dia kembali ke
kelasnya dan sayang nya sudah ada guru yang masuk disana.

“Assalamu’alaikum,permisi bu.” Ucap Kinar sembari mengetuk pintu kelas.

“Astaga,baru datang jam segini kamu/Niat sekolah atau tidak?” bentak sang guru yaitu Bu Yeyen.

“Maaf bu,saya telat bangun”

“Ngapain aja kamu dirumah sampai bisa bangun telat?”

“Habis membantu orangtua bu” jawab Kinar

Dia terpaksa berbohong kepada gurunya itu

“Ya sudah sana duduk.”

Ketika Kinar hendak duduk,tiba-tiba bu Yeyen bertanya

“Baju kamu kenapa kotor kayak gitu? “

“Saya tadi jatuh bu,baju saya kena becek “dengan berat hati dia harus berbohong lagi seperti itu.

“Ya sudah sana duduk,lain kali kalo jalan hati-hati!”

“iya bu,maaf “ jawab Kinar Lalu dia langsung duduk dikursi paling belakang.

Kinar membereskan perlengkapan sekolahnya dengan tergesa-gesa,hari ini dia mendapat
tugas tambahan untuk membersihkan halaman sekolah agar beasiswanya tidak di cabut. Ya
begitulah mereka,memanfaatkan keadaan Kinar untuk mengancam dia. Mereka mengatakan bahwa
jika Kinar ingin terus bersekolah disini dan mendapatkan beasiswa,dia harus bersedia juga menjadi
tukang bersih taman dan halaman sekolah.

Sungguh kejam bukan?

Bayangkan saja ,seorang anak remaja yang hanya memiliki satu kaki dan berjalan dengan
bantuan alat kruk ditugaskan untuk membersihkan halaman sekolah yang sangat luas ni

”Kinar.” Panggil seseorang membuat ia menghentikan aktivitasnya.

“Kamu lagi ngapain?” tanya orang itu dan mulai mendekati Kinar

Yohan Pramudya,ketua osis SMA 1 Harapan yang terkenal akan kebaikan dan
keramahannya kepada semua orang.Yohan tidak seperti anak-anak lain,ketika semua orang
menjauhi dan menghina Kinar,hal iitu tidak berlaku untuk seorang Yohan.

“Tugas tambahan dari sekolah” jawab Kinar

Saat itu Kinar merasa tidak nyaman karena hanya ada dia dan Yohan saja disini,Kinar takut itu akan
menimbulkan fitnah.

“Aku bantuin ya?” ucap Yohan

“Terima kasih atas tawarannya,tapi lebih baik kamu pulang saja,aku bisa sendiri.” Jawab Kinar

“Kamu takut dilihat orang lain?” tanya Yohan

Kinar hanya menundukkan kepalanya sambil terdiam

“Ya udah aku duluan ya” ucap Yohan

“Hati-hati” balas Kinar

Yohan hanya tersenyum tipis kemuadian mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan Kinar.
Setelah 2 jam Kinar habiskan waktunya untuk membersihkan taman dan halaman sekolah,sekarang
Kinar menuju rumah Sasya untuk menyusul ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga
disana.

Kinar berjalan tergesa-gesa,sungguh dia tidak ingin membiarkan ibunya bekerja lebih lama lagi
disana.

“Assalamua’alaikum.” Ucap Kinar saat memasuki rumah Sasya

“Heh anak cacat ,dari mana aja kamu lama banget si?Sana bantuin ibumu kerja!” bentak sang
nyonya rumah ini,Mariska.

“Maaf nyonya” jawab kinar

Kinar kemudian jalan ke arah dapur,melihat ibunya yang sedang mencuci priring dan
menghampirinya.

“ Ibu.. “
“Dari mana saja kamu?” tanya bu Idah datar.
“Maaf bu ,tadi Kinar ada tugas sekolah “
“Kamu ga liat ibu lagi kurang sehat ?Tega kamu biarin ibu kerja lama-lama disini”
“Maaf bu”
“Sana kamu masak,abis itu Laundry pakaian mereka. “
“Iya bu,ehmm lebih baik ibu pulang saja biar Kinar yang menyelesaikan semuanya,kasihan ibu
kurang sehat kayak gini.”

Bu Idah menatap Kinar datar,kemudian mengangguk dan membersihkan tangannya. Setelah
itu Bu Idah pulang membiarkan Kinar menyelesaikan semua pekerjaan rumah ini sendirian.
Kinar melanjutkan piring cucian ibunya tadi,setelah itu mencuci baju sang pemilik rumah ini,dan
kemudian menyiapkan makan malam.
“Kinar!” teriak Sasya tiba-tiba
Dengan segera Kinar meraih kruknya dan menghampiri Sasya yang tenagah duduk di ruang
keluarga.
“Ada apa non?”
“Buatin gue jus mangga,udah itu kamu harus pel lantai rumah ini.” Perintah Sasya.
“Baik non “
“Kinar kembali ke dapur dan membuatkan segelas jus kemudian mengantarkannya kepada Sasya.

Setelah itu Kinar mengambil ember dan mengisi air serta mencampurkan pembersih lantai
kedalamnya. Kinar mulai mengepel lantai menggunakan kain.
Kinar mengepel sambil merangkak,karena sangat sulit jika harus mengepel dengan bantuan alat
kruk. Kinar sering kali terjatuh karena tidak bisa menyeimbangi badannya.
Byurrr!
Tiba-tiba seseorang datang dengan sengaja menendang ember yang berisi air tersebut dan mengenai
Kinar,yang membuat Kinar basah kuyup.
“Sicacat Kinar,ngapain disini?”tanya Daniel yang berdiri dengan angkuhnya didepan Kinar yang
masih duduk.

“D-daniel?” ucap Kinar gugup.

Kemudian Daniel berjongkok dihadapan Kinar,menatap gadis itu dengan tatapan yang sangat remeh
kemudian tersenyum sinis.

“Basah ya? Kasihan banger Kinar..” lalu Daniel tertawa

“Menjauhlah”

Daniel menghentikan tawanya, kembali menatap Kinar tidak suka.Menurut laki-laki itu,perkataan
yang Kinar ucapkan merupakan suatu penghinaanbaginya. Seumur hidup,tidak pernah satupun
perempuan yang menyuruh ia untuk menjauh.Bahkan merekalah yang sealu menempelkan diri pada
Daniel

Tapi sekarang?Gadis cacat didepannya ini dengan mudahnya mengatakan itu?

“Heh cacat,ngomong apa lo barusan?”

“Menjauh dariku.” Ulang Kinar sekali lagi dengan wajah yang tertunduk.

“Sombong banget lo” bentak daniel kepada Kinar.

“Lo pikir lo udah hebat ngomong kayak gitu?Dasar cacat!” sarkas Daniel kemudian berdiri dan
menendang kaki Kinar yang tidak utuh.

Kinar hanya bisa meringis kesakitan tanpa bisa melawan,sunguh rasanya teramat sakit sekali.

Daniel tidak main-main ketika menendang kakinya.

Setelah Daniel pergi dari sana,Kinar dengan segera membersihkan air sabun yang tumpah
tadi.Sangat bahaya jika penghuni rumah ini melihat lantai mereka banjir,bisa-bisa Kinar akan
dianiyaya oleh mereka.

“Astaga Kinar?!”

Kinar mendongak,wajahnya memucat, jantunya berdetak lebih cepat ketika melihat sang pemilik
rumah tengah berdiri sembari menatapnya dengan ekspresi yang sangat mengerikan.

“Nyon-nyonya”

“Kamu bisa kerja yang bener ga si? Ini kenapa lantai rumah saya makin kotor,hah?!” bentak
Mariska,selaku nyonya di rumah ini.

“Saya tidak sengaja menumpahkannya nyonya” jawab Kinar takut-takut.

“Dasar anak cacat sekali-kali kamu harus dikasih pelajaran.” Mariska berjalan mendekati Kinar,
mengambil kruk Kinar yang terletak didekatnya.

“Sini kamu!”

Bukh !

Bukhhh!

Buakkhhh!

“Ini yang kamu mau?!”

Kinar yang masih duduk dilantai hanya bisa diam sembari menahan sakitnya kruk yang dipukulkan
Mariska ke tubuh dan kakinya.

Bukhh!

Bukhh!

Tanpa ampun dan tanpa rasa iba,Mariska terus memukul gadis malang itu. Memukul Kinar dengan
sekuat tenagannya,bahkan sampai badan Kinar itu terlihat lebam.

“Cepet bersihin semuanya,kamu saya siksa lagi” titah Mariska dan melemparkan kruk Kinar hingga
mengenai wajah gadis itu.

Dengan susah payah Kinar kembali membersihkan tumpahan air tadi, menghiraukan rasa sakit yang
mengjalar ditubuhnya.

Ingin melawan?tapi apa yang ingin Kinar lawan?Sudahlah, beginlah dia, takdirnya mengharuskan
untuk terus diam dan tidak membantah.

Kinar sadar diri,sadar akan kekurangannya, jadi tidak ada gunanya dia melawan ataupun membela
diri. Orang-orang juga tidak akanada yang peduli dengannya.

``````````````

Hari sudah mulai gelap,Kinar berpamitan pulang pada Marisaka. Kinar berjalan mencari masjid
untuk melaksanakan kewajiban sholat maghrib,karena setelah ini dia harus bekerja lagi ke tempat
lain.

Kinar berhenti di mushola kecil, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Berdo’a pada
Allah agar dia diberi kekuatan untuk bertahan dalam kondisi seperti ini.

Setelah itu Kinar melanjutkan perjalanannya menuju rumah makan kecil tempat dia bekerja paruh
waktu.

Jadwalnya disini pada malam hari, untuk memcuci piring-piring kotor dan membersihkan meja
pelanggan.

“Assalamu”alaikum.” Ucap Kinar .

“Wa’alaikumsalam,kenapa lama datangnya?” tanya sang pemilik rumah makan Bi Sum namanya.

“Maaf bi,tadi saya habis bekerja di rumah Nyonya Mariska.”

“ Kamu serius tidak si bekeja disini? Jangan seenaknnya datang terlambat, harusnya kamu bisa
membagi waktu.”

“Iya maaf bi,besok tidak saya ulangi lagi”

“Ya udah sana kebelakang,piring kotor udah numpuk”

“Baik bi..”

Kinar berjalan kedapur rumah makan ini,meletakkan kruknya dan merangkak mendekati tumpukan
piring kotor yang menjulang tinggi.

Rumah makan ini masih terbilang sangat sederhana,bahkan tempat mencuci pringnya terletak
dibawah,tidak menggunakan wastafel.

Kinar sebenarnya merasa bersyukur ,karena tidak kesusahan jika harus berdiri.

Setelah selesai mencuci piring,Kinar melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9
malam.

Kinar menghampiri Bi Sum, menanyakan apakah ada yang bisa ia kerjakan lagi agar ia bisa pulang
cepat.

“Bi,ada lagi yang bisa saya kerjakan?”

“Kamu bersihkan semua meja sana,harus benar-benar bersih!Kalau tidak,saya tidak akan memberi
kamu upah.”

Kinar tersenyum dan mengangguk, kemuadia mulai membersihkan semua meja yang ada dirumah
makan ini.

Kinar benar-benar telaten dalam membersihkannya,tidak dia biarkan setitik nodapun yang tertinggal
disana.

Sekitar 30 menit,akhirnya Kinar selesai dengan semua pekerjaanya.

“Sudah bi”
“Ya sudah, ini upahmu untuk hari ini.Besok datang lagi,tepat waktu!” ujar Bi Sum dan memberi 2
lembar uang senilai Rp 10.000.
Ya begitulah,pekerjaan Kinar tidak sebanding dengan upah yang ia dapat.Namun dia tidak pernah
mengeluh,dia selalu bersyukur dengan apa yang didapatnya.
“Terimakasih bi,saya pamit dulu.”
“Iya.”
Kinar pulang dengan perasaan bahagia,senyuman manisnya mengembang sepanjang perjalanan.
Akhirnya hari yang melelahkan ini bisa ia lewati juga.
Bahkan,sakit dibadannya akibat pukulan Nyonya Mariska tadi sudah tidak ia rasakan lagi.
“Terimakasih ya Allah,masih memberikan Kinar kekuatan.” Ucap Kinar sembari menatap langit
malam.
Kinar berencana untuk membelikan adik dan ibunya makanan pencuci mulut menggunakan upah
kerjanya yang tidak seberapa itu.
Ya walaupun dari pagi dia belum makan,tapi Kinar tidak peduli.Yan penting malam ini,dia bisa
melihat adik dan ibunya makan makanan enak.
Kinar berhenti ditempat pedagang yang terletak dipinggir jalan,dia ingin membeli martabak coklat.
Karna uangnya hanya cukup untuk membeli makanan manis itu.
“Berapa pak?”

“16.000 neng.”
Kinar memberi uang hasil kerjanya tadi,dan sekarang sisa uang Kinar hanya tinggal Rp 4000 dan itu
akan ditabung untuk biaya sekolah adiknya.
Kinar kembali melanjutkan jalannya dan tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Kinar mempercepat langkahnya,berdo’a dalam hati semoga ibunya tidak memarahinya ketika dia
sampai rumah nanti.
Tin!tin!

Kinar terlonjak kaget,bahkan hampir jatuh ketika sebuah mobil berhenti disampingnya. Kaca mobil
itu terbuka perlahan.
“Kinar!” panggil orang yang didalamnya.
“Yohan?”
“Mau kemana kamu?” tanya Yohan.
“Ini mau pulang.”
“Yuk,aku antar.” Tawar Yohan dengan senyum khasnya .
“Ah?kamu duluan saja.”
“Tenang aja,aku gak bakal ngapa-ngapain kok.Aku Cuma mau antar aja,kasian kamu ini udah
malem banget.”
“Tapi..”
“Gak baik loh anak perempuan jalan sendiri malam-malam begini.”
“Kamu bener,Tapi aku tidak merepotkan ini?
“Engga Kinar,yuk?”
Kinar mengangguk,kemudian ia berjalan mendekati mobil Yohan dan masuk kedalam dengan
bantuan Yohan.
Didalam perjalanan,hanya ada alunan musik yang menemani kesunyian didalam mobil itu.
Jarak rumah Kinar dari tempatnya bekerja lumayan jauh,jika ditempuh mobil mungkin akan
memamakan waktu sekitar 20 menitan.
“Kamu habis dari mana?” tanya Yohan memecah keheningan.
“Aku?”
“Ya kamulah,emangnya ada orang lain lagi didalam mobil ini?” Yohan terkekeh pelan.
“Maaf...Aku baru saja pulang bekerja.”
“Kerja?Kamu kerja apa?Dimana kamu kerjanya?Terus kerja buat apa?”
“Pertanyaan kamu banyal sekali han.”
Yohan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tertawa canggung.Tumben sekali dia banyak
bertanya pada wanita yang baru dikenalinya,pikir Yohan.

“Sorry Kinar,aku tanya sekali lagi deh,kamu kerja?”
“Iya aku kerja”
“Kerja apa kamu?”
“Banyak yang aku kerjakan”
“Untuk apa kamu bekerja?”
“Untuk mendapatkan upah.”
“Buat apa upah itu?Bukannya kamu penerima beasiswa berprestasi disekolah?”
“Beasiswa itu hanya untuk uang sekolahku,tidak untuk biaya hidup keluargaku.”
“Maksudnya,kamu kerja untuk menafkahi keluargamu?”
“Ya begitulah.”
“Kamu bekerja dengan kondisi seperti ini?Tidak kesulitan?”
“Yohan,disabilitasku ini bukan penghalang.Jangan anggap aku manusia yang tidak bisa berbuat
apa-apa hanya karena aku memiliki satu kaki,aku tetap orang normal seperti kalian.”
Yohan terkesiap mendengar jawaban dari Kinar barusan. Antara takjub dan salut bercampur
menjadi satu.
“Aku salut sama kamu.” Ujar Yohan tiba-tiba.
“Apa maksud kamu?”
“Kamu lucu dan kamu unik”
“Jangan berkata seperti itu.”
“Aku suka cara bicara kamu seperti anak-anak.”
“Apa-apaan kamu ini?! Jangan menggodaku seperti itu!”
“Hahaha,kenapa? kamu malu?” Yohan tertawa geli melihat Kinar yang salah tingkah.
“Tentu saja aku malu!”
“Hahaha lucu ya kamu.”
“Berhenti Yohan,kamu mau berdosa karena terus-terus menggodaku?”
“Astagfirullah,tidak..Maaf,aku khilaf Kinar.”

“Dasar!”
Yohan kembali terkekeh melihat Kinar yang sepertinya sedang kesal setengah mati padanya.
........................
“Kinar!”
“I-iya” Ucap Kinar kaget.
“Beliin gua bakso gih dikantin.” perintah Desi teman sekelas Yohan.
“Kamukan bisa beli sendiri?”
“Gausah ngelawan cacat,lo mau gua laporin ke kespesk hah?!”
“Baiklah,maafkan aku.”
“Udah,sana beli cepetan!” titat Desi dan mendorong badan Kinar agar cepat pergi dari sana.
Kinar, dengan bantuan alat kruknya berjalan perlahan menuju kantin dan mengantri disana untuk
membeli semangkuk bakso yang dipesan oleh Desi.
Memang dijam istirahat seperti ini,kantin akan sangat ramai dipenuhi oleh manusia-manusia yang
kelaparan.
Tiba giliran Kinar, dia memesan bakso tersebut dan segera keluar dari kantin menuju kelasnya.
Namun na’as, ditengah perjalanan tiba-tiba gadis sombong yang bernama Sasya menyikut kaki
Kinar, membuat Kinar terjatuh dan bakso yang dia bawa tumpah.
Kuah panas dari bakso itu mengenai kulit tangan Kinar,membuatnya sedikit melepuh.
“Dih,dih, cacat bisa jalan yang bener ga si?” ejek Sasya.
“Mana bisa kakinya cuma satu.” Sambung Kesya.
“Hahahahahaha.”
Tawa dari semua anak-anak yang melihat kejadian itu,menggema disepanjang koridor.
“Sasya kamu ini kenapa?
“Apa lo bilang?Lo tuh yang kenapa?!” bentak Sasya.
‘Aku tidak mengganggu kalian.”
“Kehadiran lo disini tuh udah lebih dari mengganggu cacat!”

Kinar hanya diam, kemudian Kinar beralih membersihkan dan mengumpulkan pecahan kaca
mangkuk bakso tadi.
“Dapat uang dari mana tuh,bisa beli bakso gitu?”
“Ini punya Desi, dan kamu mlah menumpahkannya.”
“Nuduh gua?”
“Memang itu faktanya.”
Bugh!
Sasya memukul kepala Kinar dengan sekuat tenaganya,membuat Kinar meringis kesakitan.
“Berani lo sekarang?”
Kinar kembali diam tak melawan.
“Woy kalian, panggilin Desi gih! Bilang sicacat Kinar udah numpahin baksonya.” Teriak Sasya
memerintah anak-anak yang berada disana.
Benar saja, tak berapa lama Desi datang dengan wajahnya yang terlihat emosi.
“KINAR!” teriak Desi tepat didepan wajah Kinar.
“LO TUH IKHLAS GAK SIH BANTUIN GUE!”
“Aku ikhlas Desi..”
“TERUS KENAPA INI LO TUMPAHIN BAKSONYA!”
“Ma-maaf,aku tidak sengaja.”
“Mati aja lo, sumpah!”
Brakk
Desi mendorong badan Kinar kasar sampai gadis malang itu terjatuh dan meringis kesakitan.
“Hajar aja,Nih.” Ucap Sasya, dan melemparkan sebotol cola ketangan Desi.
Tanpa sungkan-sungkan,Desi langsung menyiram Kinar yang masih terduduk dilantai koridor
sekolah ini.
“Rasain lo cacat!” desis Desi.
Kinar hanya diam meringkuk diatas lantai tanpa melakukan perlawanan sedikitpun.

Setelah isi cola tersebut habis, botolnya Desi lemparkan tepat mengenai wajah Kinar.
“Sekarang ganti uang gua.”
Kinar mendongak,menatap Desi tidak percaya. Setelah dia menganiaya Kinar, sekarang dia
meminta ganti uang?
“Aku tidak punya uang..”
“Gua gak mau tau,pokoknya lo harus ganti!”
“Tapi aku tidak memiliki uang sedikitpun, Desi.”
“Nyuri kan bisa.” Celetuk Sasya.
“Aku tidak akan melakukan perbuatan dosa itu.”
“Gak usah so suci lo.” Sambung Rosa kemudian menendang kaki Kinar.
“Ya udah.Kalo lo gak ganti, gua bakalan laporin BK karna lo nyuri uang gua dan beliin kebakso.”
Ancam Desi.
Kinar melotot mendengar penuturan dari Desi barusan, apa-apaan itu?
“Heh lo,panggilin pak Jhony gih.” Perintah Desi pada salah satu seorang murid.
Tentu saja orang yang disuruh Desi tadi sangat menyeramkan.
Tak berapa lama pak Jhony selaku guru BK disekolah ini datang dengan wajahnya yang sangat
menyeramkan.
“Kenapa ini?” tanya pak Jhony to the point.
“Kinar nyuri uang saya pak.”
Kinar meraih kruknya dan berdiri tergesa-gesa,menggeleng kuat dan menatap pak Jhony dengan
tatapan memohon.
“Itu tidak benar pak.”
“Masih mau ngelak? Itu buktinya lo udah beliin kebakso.”
“Desi,ini bakso kamu!”
“Bohong dia pak! Saya tanya tadi, dia ngaku kalau itu baksonya.” Celetuk Sasya.
“Benar Kinar?”
Kinar menatap Sasya tidak percaya, memcoba menahan air matanya agar tidak mengalir.

Kenapa semua orang malah menuduhnya?
“Saya bersumpah pak, Desi yang menyuruh saya membeli bakso ini.”
“Sejak kapan woi?! Gila, udah cacat pinter akting lagi.” Bantah Desi.
“Desi, aku mohon jujurlah..” pinta Kinar memohon.
“Pak percaya sama kita, ini ada banyak saksi yang liat kalau Kinar tadi ngaku itu bakso punya dia.”
Ujar Sasya.
“Iya pak..”
“Bener tuh.”
“Iya, percaya deh pak.”
“Yang dibilang Sasya bener pak!”
“Saya juga tadi liat dia lagi bongkarin tasnya Desi pak.” Timpal Rosa.
“Tidak! Bahkan kita tidak sekelas, darimana kamu tau?!”
“Ngaku aja cacat,tadi gua lewat dari depan kelas kalian.”
“Pak, saya tidak melakukan itu sungguh.”
"Kalau gitu, kenapa uang gua yang didalam tas hilang? Pasti lo yang ngambil."
"Desi tolong... Tadi kamu yang memberiku uang untuk membeli bakso ini."
"Kapan? Gak ada yah! Ngarang dia pak."
"Kinar ikut saya keruang BK!"
"T-tapi pak..."
"Ikut atau beasiswamu dicabut?"
"Bailkah..."
Diruangan pak Jhony, Kinar sudah duduk ketakutan. Takut karna guru didepannya ini akan marah
besar kepadanya.
"Kenapa kamu mencuri?" tanya pak Jhony dingin.
"Saya tidak mencuri pak."
"Mau alasan apa lagi kamu, semuanya sudah jelas mengatakan kamu pencuri."

"Sungguh pak."
"Lebih baik kamu mengaku sekarang Kinar, sebelum beasiswamu dicabut oleh sekolah."
Kinar mendongak cepat dan menggeleng kuat, menatap pak Jhony dengan tatapan memohon.
"Pak..."
"Ayo mengaku!"
"Iya, saya mencuri uang Desi."
"Bagus, kalau begitu suruh orang tuamu besok datang kesekolah."
"T-tapi..."
"Sekalian saya juga sangat ingin bertemu dengan orang tuamu, saya mau tau kamu ini asal usulnya
darimana. Semenjak masuk kesekolah ini, sepertinya orang tuamu tidak pernah menghadiri acara-
acara sekolah dan memanimu mengambil raport."
"Baiklah." ucap Kinar pasrah.
----------
13.45 Siang

Kinar berjalan menuju musholla disekolah mereka untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Setelah selesai menjalankan kewajibannya, ia segera keluar dan mencari kruknya yang ia letakkan
didekat pintu musholla.

Namun nihil, kruk Kinar tidak ada disana. Sampai pandangan Kinar tertuju pada
segerombolan anak-anak yang tengah tertawa kegirangan.

Kinar melihat kruknya tengah dibakar. Dengan kemampuan yang terbatas, gadis malang
itu merangkak menghampiri gerombolan anak-anak itu.
Kinar menerobos masuk kedalam dan melihat kruknya sudah tidak berbentuk lagi. Kruk itu
dipatahkan kemudian dibakar.
"Apa-apaan kalian ini?!" teriak Kinar.
"Heh cacat, berani lo teriakin kita?!"
"Tolong padamkan api itu."

"Padamin aja sendiri!" ucap seorang anak dan mendorong kepala Kinar yang bersimpuh ditanah
dengan kasar. Kinar hanya terdiam ketika anak-anak yang lain juga ikut mendorongi badan dan
kepalanya, dia melihat kruknya sudah hangus dilalap api. Kinar hanya bisa pasrah.

Dia merasa kesal tentu saja, ketika anak-anak itu merampas dan menghancurkan miliknya. Tapi
Kinar tetaplah Kinar, dia hanya bisa diam tanpa melawan.

"Gak terima lo? Mau marahin kita?!"

"Aku tidak pernah menggangu kalian, jadi kumohon berhenti mengangguku."

"Banyak omong lu!"

Kinar menghela nafas panjang dan memejamkan matanya sebentar, kemudian merangkak
mendekati kruknya yang telah berubah menjadi abu.

"Udah deh, kalo gak bisa jalan diem ditempat aja. Kaya suster ngesot gua liat lu ngerangkak gitu,
bikin eneg aja sih lo! Minggir ga?!" salah seorang siswa mendorong Kinar menggunakan kakinya,
lebih tepatnya menendang Kinar.

"Udah cacat, belagu lagi."

"Cacat gatau diri."

"Dasar sakit lo!"

"Jauh-jauh sana!”

Kinar mati-matian untuk menahan air matanya, apapun yang terjadi dia tidak boleh menangis.

"Kalian yang harusnya menjauh dariku, jika tidak suka denganku jangan mengusikku!"

"Oh, berani banget nih ngelawan kita." ujar seorang anak laki-laki bertubuh jangkung, matanya
memiliki eyesmile namun wajahnya terlihat sangar.

"Hajar aja sicacat, gua yang tanggung jawab." perintah anak itu, yang bernama Rayhan.

Semua bersorak gembira kemudian mereka beramai-ramai mulai mendorong, memukul, mencakar,
bahkan menendang Kinar.

"BERHENTI WOY!" teriak seseorang dengan lantang, membuat anak-anak yang menghajar Kinar
berhenti dan beralih menatap orang tersebut.

"Daniel? Ngapain lo?" tanya Rayhan bingung.

"Lu siapa sok berkuasa nyuruh-nyuruh mereka ngeroyokin sicacat itu?"

"Emang kenapa?!”
"Cuma gua yang berhak."
"Cih, kenapa? Ahh jangan-jangan Io prihatin ya liat sicacat itu?"
"Banyak omong! Heh lo semua pada bubar gak, mau gua laporin polisi?"
Satu-persatu anak-anak yang disana mundur perlahan karna takut dengan ancaman Daniel namun
tidak bagi Rayhan.
"Ngapain lo masih disini?" tanya Daniel.
"Pahlawan banget ya hari ini, biasanya juga selalu ngeludahin sicacat tuh."
"Disekolah ini kedudukan gua yang paling tinggi, semua nasib murid disekolah ini ada ditangan
gua. Terserah gua dong mau ngapain, mau gua tolong kek, mau engga, juga itu urusan gua.
Mending lo pergi sana!"
"Sialan!" desis Rayhan meninggalkan Daniel dan Kinar yang masih meringkuk diatas tanah.
Kemudian Daniel melihat kondisi Kinar yang sekarang sangat mengenaskan karna habis dipukuli.
"Heh cacat bangun!" ucap Daniel dan berjongkok dihadapan Kinar.
Kinar diam dan menunduk, menyembunyikan wajahnya.
"Lo denger gak sih!"
"M-maaf, kamu silahkan pergi saja. Aku bisa sendiri." Daniel diam dan masih menatap Kinar yang
terus menundukkan dan menyembunyikan wajahnya. Sret!
Daniel menarik paksa tangan Kinar yang sedang tadi menutupi wajahnya. Sungguh demi apapun,
laki-laki itu sangat penasaran dengan wajah sicacat yang ada didepannya ini,karena selama ini dia
tidak pernah memerhatikan wajahnya sebelumnya.Gara-gara tadi dia mulai penasaran akan
wajahnya.
"Kinar?" Daniel tertegun.
Dengan sigap Kinar menarik tangannya yang dipegang oleh Daniel, kemudian kembali
menundukkan wajahnya.
"Jangan sembarangan menyentuhku! Dosa!" teriak Kinar kesal.
"Ehmm, m-maaf gua gak sengaja."
"Pergilah."

"Gua bantuin, tenang aja gak gua pegang kok."
"Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin jadi korban penindasan kamu, ku mohon." Daniel kembali
terdiam, memperhatikan wajah Kinar yang membuat jantungnya berdetak dua kali Iebih cepat.
"Jangan menatapku seperti itu, bisa menimbulka zina."
"Ah? I-iya sorry."
"Pulanglah, orang tuamu pasti sudah menunggu."
"Terus lo?"
"Aku tidak apa-apa, aku bisa sendiri."
"Yakin?"
"Kenapa kamu jadi cerewet seperti ini? Kamu sedang tidak kerasukan jin baikkan?"
"Heh! Enak aja. Kalo gitu gua duluan, lo bisa sendirikan?"
"Tentu saja bisa."
"Yaudah, hati-hati. Langsung pulang kerumah, jangan keluyuran! Kaki lo cuma satu."
Kinar metotot mendengar ucapan Daniel barusan. Seperti dia sedang mengkhwatirkan Kinar,
namun tetap saja masih menyelipkan hinaan didalam kalimatnya.
‘Ah,sial kenapa wajahnya adem banget’ batin Daniel.
---------

Bu Idah, ibu kandung Kinar benar-benar datang kesekolah anaknya itu untuk memenuhi
panggilan dari pak Jhony.

Sedangkan Kinar disuruh membolos oleh Bu Idah, dikarenakan dia tidak ingin nantinya
teman-teman Kinar akan mengetahui kalau beliau adalah ibunda Kinar.
Sepulangnya Bu Idah dari sekolah Kinar, dia melihat anak itu tengah merangkak mengepel lantai
rumah mereka.

Bu Idah menatap Kinar nyalang, seakan-akan dia ingin memakan Kinar, ingin membunuh
Kinar sekarang juga.

Bu Idah mendekati Kinar kemudian mengangkat ember yang terletak disamping Kinar dan
menyiramkannya kebadan anak itu.

"I-ibu?" ucap Kinar kaget.

"Kasih tau saya kenapa kamu mencuri?!" nada suara Bu Idah terdengar sangat mencekam.

Kinar diam, bagaimana is harus menjawab pertanyaan ini? Apakah kalau dia mengatakan jika dia
bukan pencuri, Bu Idah akan percaya?

"Saya tau saya miskin dan tidak bisa memberi kamu uang saku, bukan berarti kamu harus mencuri
anak sialan!"

Anak itu hanya bisa diam dan diam, mendengarkan bentakan sang ibunda yang sangat mengiris
hatinya.

Dia hanya bisa bergetar, memejamkan matanya dan berharap semoga ibunya mau berbelas kasih.

Anak itu pasrah dengan keadaan.

"Bikin malu kamu!" Plakk! Poona melayangkan sebuah tamparan keras dipipi kanan Azka.
"KENAPA KAMU HARUS LAHIR?! SAYA UDAH CUKUP MALU PUNYAANAK CACAT
SEPERTIMU, KENAPA KAMU MALAH BIKIN SAYA TAM BAH MALU DENGAN CARA
KAMU MENCURI!"

"KENAPA TIDAK MATI SAJA KAMU?!"

Kata-kata itu menusuk jantung Kinar, kalimat yang sangat menyakitkan dari pukulan maupun
kekerasan fisik manapun.

Bu Idah mengambil gagang sapu, memukuli Kinar menggunakan gagangnya, mendorong anak itu
hingga tersungkur kemudian memukulinya lagi.

Buakk

Buak

Buakhh

"Kamu selalu saja membawa masalah!"

"Ibu, sakit..."

"Ini pantas kamu rasakan!"

Bu Idah memukul kaki Kinar sebelah kanan yang utuh, memukul tulang keringnya sekuat mungkin
membuat anak itu berjengit kesakitan.

"DASAR PEMBAWA SIAL!"

"Ibu..."
Buakghh!
Buakk!
"GAK MALU KAMU SAMA AYAH KAMU YANG UDAH MENDIDIK KAMU
HAH?!"
"AYAH KAMU YANG RELA MENGORBANKAN NYAWANYA DEMI MANUSIA CACAT
SEPERTI KAMU!"
Kinar merasakan sakit yang luar biasa dihatinya, anak itu teringat akan sosok ayahnya yang sudah
meninggal dunia.
Sosok ayah yang sangat dikaguminya, yang selalu membimbing dan menyayanginya. Yang rela
mengorbankan nyawanya demi seorang Kinar.
"Ibu..."
"Jangan pernah panggil saya ibu! Dan kamu harus saya kasih hukuman supaya tidak terbiasa
mencuri.”
Kemudian Bu Idah mengambil sesuatu di saku bajunya.
Sebatang rokok dan korek. Perlu kalian tau, Bu Idah memang seorang perokok. Wanita paruh baya
itu kemudian menyalakan rokok tersebut dan menempelkan bara apinya ke telapak tangan Kinar.
"Buka tanganmu!" Teriak Bu Idah memaksa membuka telapak tangan anaknya.
"IBU, SAKIT..."
"Saya tidak peduli, rasakan itu!" Bu Idah terus menekan ujung rokok yang menyala ke tangan
Kinar, membuat telapak tangan anak itu melepuh dan berdarah.
"Ibu tolong kasihani Kinar, sa-kit..."
"Mati kamu sialan!" Kinar merintih dan menjerit tertahan.
Sungguh ia tak kuat menahan rasa sakit tangannya yang dibakar oleh bara api rokok dari sang Ibu.
"Harusnya yang mati itu kamu Kinar, bukan suami saya!" desis Bu Idah dan meninggalkan Kinar
yang merintih kesakitan dilantai rumah mereka.
Kinar menangis, pertahanannya runtuh ketika dia mengingat almarhum ayahnya. Anak itu menangis
karena rasa sakit dihatinya ditambah rasa sakit dibadannya.

"Ayah..."
Kinar menyingkupkan baju kurungnya untuk melihat nasib kakinya yang baru saja dipukuli oleh Bu
Idah.
Sangat mengerikan, kaki anak itu membangkak, membiru bahkan sampai berdarah.
Kemudian Kinar melihat telapak tangannya yang sangat mengenaskan. Bengkak, melepuh, dan
darah juga sudah memenuhi telapak tangan anak itu.
"Ayah sakit..."
"Kak Kinar?" Kinar mendongak, melihat orang yang baru saja menyebutkan namanya.
"Dea? Sudah pulang?" ucap Kinar sambil menutupi kaki dan tangannya agar Dea tidak melihat
luka-luka itu.
"Kakak kenapa?"
"Ahh tidak a a-a a, sana ganti baju kamu. Kita akan makan siang ."
Dea hanya mengangguk dan pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian, meninggalkan Kinar
yang tengah berusaha mati-matian untuk berdiri.
--------
Sore ini Kinar tengah bersiap-siap pergi ke sekolahnya, untuk membersihkan seluruh pekarangan
sekolah tersebut.
Itu sudah menjadi kewajiban Kinar, agar beasiswanya tidak dicabut oleh pihak sekolah.
"Mau kemana lagi kamu pencuri?" Kinar yang tengah melilit kakinya dengan perban, segera
membalikkan badannya dan menatap Bu Idah dengan nanar.
"Mau kemana kamu?"
"Kinar pergi bekerja."
"Mau kerja atau mau mencuri lagi?"
"Ibu, Kinar bukan pencu--”
"Yaudah sana, kalau kamu mencuri juga saya tidak peduli lagi. Palingan saya yang melaporkanmu
ke polisi." Bu Idah memotong ucapan Kinar dan menatap anak itu sangat tajam.

Kinar menarik nafasnya dalam dan segera berdiri dengan bantuan kruk barunya yang terbuat dari
bambu. Anak itu yang membuatnya sendiri, mengingat kruk Kinar yang lama sudah dibakar oleh
teman-temannya.
"Kinar izin bu."
"Pergi sana."
Dengan rasa bersalah yang amat sangat, Kinar berjalan tertatih sembari terus memikirkan kesalahan
besar yang telah dia perbuat.
"Kenapa ibu benci sekali dengan Kinar?" ucap anak itu sambil menatap langit sore yang tampak
mendung.
"Siapa yang benci kamu?"
Kinar terkejut, tiba-tiba saja ada orang yang sudah berdiri tepat disampingnya dan gilanya ikut
berjalan dengan Kinar.
"Yohan?" Ya, orang itu adalah Yohan yang akhir-akhir ini selalu mengikuti Kinar.
Entahlah, Yohan sengaja mengikuti Kinar atau memang tidak sengaja bertemu dengan Kinar.
"Siapa yang benci sama karma"
"Ah, t-tidak ada." jawab Kinar gugup.
"Tadi aku denger ya, gausah bohong."
"Kamu menguping?"
"Heh enak aja! Aku ga sengaja denger."
"Bohong."
"Bener sayang."
Kinar melotot, kemudian menatap Yohan dengan kesal. Apa-apaan jawaban yang dilontarkan laki-
laki itu.
"Kenapa kamu?"
"Tidak!"
"Hahaha salting yah aku panggil sayang?"
"Tidak!"

"Cie salting wkwkwk."
"Yohan!"
"Kenapa sayang?"
"Pergilah, kamu hanya ingin menggangguku."
"Yah marah,Maaf, ga lagi deh." Kinar hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan
jalannya kesekolah tanpa menghiraukan Yohan yang terus mengikutinya.
"Kinar, kamu mau kemana?"
"Sekolah."
"Ngapain? Tadi aja kamu ga masuk."
"Tadi aku ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan."
"Urusan apa?"
"Diamlah, kamu tertalu banyak bertanya."
"Kan aku pengen tau."
"Kamu tidak perlu tau."
"Perlu dong."
"Tidak."
"Yah, gimana dong caranya aku halalin kamu kalau kamunya aja tertutup sama aku?"
Kinar tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Yohan barusan. Anak itu memberhentikan
langkahnya dan menatap Yohan bingung.
"Apa katamu?"
"Ah? Gak, gapapa."
"Aku mendengarnya."
"Lupain aja, aku cuma bercanda."
Kinar mengangguk dan kembali melanjutkan jalannya. Begitu juga dengan Yohan yang mengekor
dibelakang Kinar layaknya anak kucing yang berjalan dibelakang majikannya.
Tak lama, mereka sampai ke sekolah. Sedangkan Yohan masih tidak tau ada keperluan apa Kinar
datang ke tempat itu.

"Kamu mau ngapain?" tanya Yohan.
"Aku bekerja."
"Kerja apa?"
"Pergilah, jangan ganggu aku."
"Aku ganggu banget nih?"
"Sebenarnya tadi kamu mau kemana? Kenapa malah mengikutiku?"
"Tadi aku mau ke rumah Daniel. Kebetulan liat kamu, yaudah aku ikut kamu aja."
"Daniel pasti sudah menunggumu, pergi sana."
"Males, aku disini aja."
"Terserah! Diam saja disitu, jangan ganggu aku."
"Gak ganggu, cuma liatin kamu doang kok." Kinar melotot, namun berusaha mengabaikan siketua
osis yang memiliki tubuh dengan tinggi minimalis itu.
Sekitar 30 menit-an, akhirnya Kinar selesai mengerjakan pekerjaannya sendirian. Dan Yohan benar-
benar hanya melihat saja tanpa ada niat membantu.
Ketika Yohan sedang sibuk memperhatikan pergerakan Kinar, laki-laki itu tidak sengaja melihat
telapak tangan Kinar yang dililit oleh perban.
"Kinar sebentar." Ucap Yohan sedikit berteriak.
"Ada apa?"
"Tangan kamu, kenapa itu?" Kinar tampak gugup, anak itu dengan segera menyembunyikan telapak
tangannya agar tidak terlihat oleh Yohan.
"Kinar, jawab aku."
"Ini tidak apa-apa."
"Apa itu ada hubungannya sama kamu yang tidak masuk sekolah tadi?"
"Tidak!"
"Kok ngegas?"
"Maaf, aku tidak sengaja."
"Coba sini aku liat tangan kamu."

Yohan maju selangkah dua langkah mendekati Kinar, gadis itu tampaknya sangat ketakutan ketika
Yohan mulai mendekatinya.
"Bagus banget, disuruh dateng kerumah gua eh malah mesra-mesraan sama si cacat." Ujar
seseorang yang menyaksikan Yohan dan Kinar.

Bersambung.

Tiga Kebohongan

Duo Bengis adalah julukan buat dua penjahat bengis. Banyak orang yang membicarakan mereka,
bahkan bertahun tahun mereka diburu oleh para warga. Namun, kini nama mereka mulai dilupakan
dan tak pernah terdengar lagi. Ada seorang pemuda yang lebih terkenal, ia bernama Ezhar. Mereka
menjadi sangat iri. Diam diam, mereka menyelidiki. Ternyata, Ezhar hanyalah seorang pemuda
sederhana yang hidup di gubug tua.

Dahulu Ezhar adalah anak yang bahagia tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah yang indah.
Namun semua itu berubah saat ia lulus SMA, ayah dan ibunya mengalami kecelakaan. Mereka
sedang dalam perjalanan pulang dari pekerjaan mereka di luar kota dan akan pulang menemui anak
kesayangannya. Namun, karena kondisi yang kelelahan dan mengantuk. ayahnya tak sanggup
menahan kantuknya sehingga tak sadar bahwa ada mobil besar yang lewat di depan mereka.

Ayah dan ibu Ezhar ditemukan 1 hari setelah itu, karena jalan yang di lewatinya adalah jalan yang
sangat jarang untuk orang lewati, jalan itu biasa di gunakan untuk mobil mobil besar pengangkut
barang. Tentu itu bukan kenangan yang indah untuk Ezhar. Setelah kejadian itu ia mulai hidup
sendiri. Ia memutuskan untuk tinggal di sebuah gubug tua, dan menjual rumahnya itu.

Sejak kecil ia memiliki kenangan yang indah dengan ayah ibunya, ia selalu diajarkan untuk
melakukan kebaikan kepada siapa saja. Setelah mengenang semua kenangan yang tersisa, Ezhar
tidak putus asa dan tumbuh menjadi pemuda yang baik, rajin membantu sesama, bahkan ia sampai
berjanji untuk selalu menerapkan semua hal hal yang sudah di ajarkan oleh kedua orang tua nya itu.

Duo Bengis menjadi penasaran, tidak ada yang spesial dari anak itu tapi kenapa ia bisa seterkenal
itu bahkan melebihi mereka. Mereka memutuskan bertanya kepada warga desa. Saat pagi hari,
mereka menyamar memasuki desa. Penjahat satu langsung saja menanyai seorang petani, “Tahukah
Bapak kenapa bisa Ezhar terkenal?” “Oh tentu saja!, ia rajin membantu saya dan juga penduduk
tanpa mengharapkan imbalan apa pun," jawab Pak Tani. Kedua penjahat berpandan-pandangan.
“Kalau bisa merampok, mengapa kita harus kerja keras! bikin cape diri sendiri saja" pikir mereka
dalam hati.

Penjahat dua lalu bertanya pada seorang ibu di jalan, “Maaf, apakah Ibu mengenal pemuda bernama
Ezhar?” “Tentu saja!” sahut ibu itu. “Saat panen sawahku gagal, Ezhar membagi hasil panennya,
walaupun panennya hanya sedikit.” Duo Bengis menggeleng. Harta mereka didapat dengan taruhan
nyawa. Tak mungkin mereka membaginya. Setelah itu, mereka bertemu seorang gadis yang sedang
menimba air di sebuah sumur.

Penjahat satu lalu bertanya lagi, “Tahukah kau siapa Ezhar?” “tentu saja saya tahu, dia adalah
pemuda yang sangat jujur dan tak pernah sekali pun berbohong,” jawab gadis itu. Duo Bengis
kembali menggelengkan kepala. Jikalau mereka berkata jujur, semua kejahatan mereka akan
terbongkar. Polisi bisa menangkap mereka kapan saja. Selanjutnya, mereka bertemu dengan salah
seorang anak anak, “hei nak! Apakah kau mengenal Ezhar?“ tanya penjahat kedua pada kepada
anak tersebut.

“tentu saja, dia adalah pemuda yang sangat baik dan sering membantu warga disini “jawab anak
tersebut. Duo Bengis semakin iri dibuatnya, bahkan anak kecil pun memujinya. Mereka pun
akhirnya mencari akal untuk mengalahkan Ezhar. “Ini semua tidak bisa dibiarkan lagi“ kesal
mereka dalam hati. Akhirnya, mereka mendapat ide yang cemerlang.

Ketika malam tiba, kedua penjahat mendatangi rumah Ezhar dan mendobrak pintu nya. Tidak lupa
membawa benda yang dapat digunakan untuk mengancam Ezhar. Ternyata mereka memilih pisau
dan golok untuk menghunus dan mengancam Ezhar. “Dulu nama kami sangat terkenal. Gara-gara
namamu muncul, kami tidak terkenal lagi. Agar namamu menjadi terkenal, kamu mesti berbuat
culas” kata penjahat satu.

Mata Ezhar membelalak karna kaget, jujur saja ia tidak pernah terpikirkan untuk melakukan hal
licik hanya untuk ketenaran. Penjahat dua berkata dengan licik, “Kami mengajakmu bertaruh.
Buatlah tiga kebohongan. Bila kau berhasil, kami akan pergi dan tak menganggu desa ini lagi. Bila
kau gagal, kaulah yang harus pergi sehingga nama kami saja yang diingat di desa ini. ”Ezhar mau
tidak mau harus setuju. Ancaman tersebut tidak membuat Ezhar takut, justru ia merasa tertantang
untuk bisa melawan penjahat tersebut.

Keesokan harinya, kedua penjahat mengirim Ezhar ke ladang. Petani menyambut, “Selamat pagi,
Ezhar. Siapa kedua orang yang menemanimu?” “Mereka ini sangat pemalas! Kerjanya hanya
meminta-minta saja!” kata Ezhar. “Tidak benar!” teriak Duo Bengis. “Buktikan omongan kalian!”
petani menyeret kedua penjahat ke tengah ladang. Sampai siang, mereka terpaksa menyiangi
ladang. Pakaian mereka jadi kotor dan mereka pun mulai lelah.

Kemudian, mereka bertemu dengan ibu yang pernah mereka temui. Ibu itu menyapa, “Ezhar, siapa
orang orang yang dibawa oleh mu ini?” “Mereka orang-orang yang miskin yang dikutuk karena
kikir,” jawab Ezhar sembari menunjukan pakaian Duo Bengis yang kotor. “Bohong!” teriak
penjahat Dua. “Kami memiliki harta melimpah di rumah. Kami rajin berderma.” “Buktikan ucapan
kalian!” kata Ibu itu.

Dengan berat hati, para penjahat mengajak ibu itu ke rumah mereka yang berada di atas bukit.
Orang orang desa pun juga ikut mengikuti mereka. Sesampai di rumah itu, Duo Bengis akhirnya

membagi-bagikan harta mereka. Duo Bengis menatap Ezhar dengan marah. “Tinggal satu
kebohongan lagi!” kata Penjahat kedua.

Di tepi sungai, mereka bertemu gadis yang mencari air. “Ezhar!” panggil gadis itu. “Siapa teman
teman barumu itu?” “ Mereka orang-orang baik, Mereka jujur dan selalu siap membantu. Bila
kau…” belum sempat Ezhar menyelesaikan ucapannya, penjahat itu sudah menimpali omongannya
“Jangan percaya! Hari ini, dia tiga kali berkata bohong!” tukas Penjahat Satu. Ia khawatir si gadis
mengharapkan bantuan juga dari mereka.

Penjahat Dua membuka samarannya, “Kamilah Duo Bengis, penjahat yang paling dicari!” “Ada
perampoook! Tangkaaap!” si gadis berteriak nyaring. Para pemancing di sekitar sungai, lari
mengejar Duo Bengis. Kedua penjahat lari tunggang-langgang. Sejak itu, berkat kecerdasan dan
rencana Ezhar dalam memeragangi kejahatan yang terjadi, Duo Bengis tak berani muncul di desa
itu lagi. Ezhar serta warga lainnya tidak pernah mendapat gangguan lagi dan hidup tenang di desa
mereka.

Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita pendek diatas adalah kecerdasan dapat mengalahkan
kejahatan (kekuatan fisik akan kalah dengan otak yang cerdas). Cerita diatas bukan mengajarkan
kita untuk berbohong, melainkan dapat memikirkan cara menyelesaikan masalah dengan
kecerdasan yang di punya. Dan juga kita tidak boleh iri dengan orang lain, kita mempunyai
kelebihan masing-masing. Seharusnya kita intropeksi diri dan menjadikan diri kita lebih baik lagi.

Nama : Rifqy Fadhilah

Kelas : FASE E-AMAZING

Perjuangan Anak Pendek

Suatu hari hiduplah seorang anak smp bernama Riky yang memiliki tubuh
yang pendek, walaupun begitu ia memiliki badan yang atletis. Riky adalah anak yang
ceria dan memiliki banyak teman. Pada suatu hari, ia sedang bermain sepeda dan
terhenti di sebuah warung karena melihat acara tv. Secara tidak sengaja, ia melihat
pertandingan voli. Lalu ia berkata di dalam hati ‘’Wah, keren aku juga ingin bermain
seperti dia’’. Ternyata yang ia lihat adalah seorang pemain voli yang memiliki tubuh
pendek tetapi sangat handal dalam bermain voli.

Keesokan harinya, ia pergi ke sekolah dan hendak mendaftar ekskul voli.
Namun, sekolah hanya terdapat ekskul voli perempuan. Saat para anggota ekskul
voli perempuan sedang berlatih, ia hanya bisa melihat dan berlatih sendiri di samping
lapangan. Setahun kemudian, ia meranjak menjadi murid SMA. Ia berhasil masuk ke
SMA impiannya. SMA tersebut dulu pernah memiliki club voli yang bagus dan
terkenal. Riky mendaftar menjadi anggotaclub voli sekolah tersebut dan diterima.

Keesokan harinya, ia datang kelapangan untuk berlatih. Ketika tiba di
lapangan tidak ada satu pun orang. Kemudia, datanglah ia seorang anggota club
yang ternyata masih baru sama seperti Riky. Orang itu bernama Iqbal. Riky dan Iqbal
pun berkenalan dan menjadi teman. Mereka berlatih bersama anggota club baru
lainnya dan anggotaclub yang sudah lama.

Saat sedang berlatih, semua orang kaget melihat Riky. Mereka kaget karena
Riky memilih tubuh yang pendek tetapi ia bisa lompat sangat tinggi. Lompatan Riky
melebihi lompatan anggota club yang memiliki tubuh tinggi. Mulai saat itu, ia
mendapat julukan “Raksasa kecil’’. Riky bisa lompat sangat tinggi karena sejak ia
kecil sudah memiliki badan yang atletis.

Hari demi hari ia berlalu, Riky terus berlatih hingga suatu hari akan diadakan
pertandinan antar SMA. Riky dan temannya sangat bersemangat mengetahui adanya
pertandingan tersebut. Pertandingan tersebut akan diselenggarakan minggu depan.
Riky dan temannya sangat berlatih keras untuk pertandingan tersebut.

Hari yang di tunggu tunggu pun tiba. Mereka bertanding dengan penuh
semangat. Namun, pada saat bertanding kejadian tidak terduga pun terjadi. Riky
mengalami cidera pada kaki kiri. Tim Riky harus menerima kekalahan dan
mendapatkan juara 2. Riky dan tim merasa sedih. Walaupun begitu, mereka tidak
menyerah karena masih ada kesempatan pada pertandingan antar sekolah lagi bulan
depan.

Sebulan kemudian, mereka bertanding dengan semangat baru dan sangat
ingin memenangi pertandingan tersebut. Setelah usaha dan kerja keras mereka,
akhirnya hari yang di tunggu Riky dan teman teman clubnya pun tiba . Di
pertandingan tersebut mereka berjuang dengan sangat keras, dan mereka berhasil
masuk 16 besar . Dan di pertandingan selanjutnya mereka akan bertemu tim yang
pernah mengalahkan mereka sebelumnya . Tim Riky memiliki sedikit ketakutan
kerena lawan yang mereka hadapi merupakan lawan yang tangguh dan mereka
memiliki julakan “penantang terkuat” . Tapi Riky meyakinkan tim nya bahwa tim nya
bisa menang dan menjuarai pertandingan tersebut . Akhirnya mereka bertanding
dengan penuh semangat dan percaya diri . Dan setelah pertandingan yang sengit
mereka akhirnya dapat memenangkan pertandingan melawan “ penantang terkuat”
tersebut . Semua penonton yang melihat pertandingan tersebut terkejut karena tim
Riky dapat memenangkan pertandingan tersebut . Dan akhirnya mereka memasuki
babak 8 besar, selanjutnya mereka akan melawan tim kuat lagi dan memiliki pemain
– pemain yang berbadan sangat tinggi salah satu dari anggota tim tersebut memiliki
tinggi 190 cm dan juga mereka memiliki anggota tim yang masuk ke dalam tim
muda nasional . Mereka akan melawan tim Riky pada esok hari.

Keesokan harinya pun tiba, nampak Riky dan teman teman timnya sedang
pemanasan untuk persiapan pertandingan tersebut . Sambil melakukan pemanasan
mereka berdiskusi cara melawan tim yang akan mereka hadapi mengingat lawan
yang akan mereka hadapi merupakan lawan yang berbadan sangat tinggi dan juga
ada pemain tim muda nasional. Tim yang akan di hadapi tim Riky merupakan lawan
yang sangat tangguh jadi mereka harus memikirkan segala cara agar bisa menang
dari lawan yang tangguh itu . Lalu Rky berkaya “ sekuat apapun lawan yang kita

hadapi, setangguh apapun lawan yang kita hadapi, setinggi apapun lawan yang kita
hadapi kita pasti akan menang jika bekerja sama dan berjuang Bersama sama” ucap
Riky sambal berteriak kepada timnya . Karena perkataan Riky timnya merasa sangat
bersemangat dan merasa siap untuk melawan tim yang sangat tanggah tersebut .

Petandingan di mulai, dan Iqbal sedikit gugup karena harus servis pertama
kali . Servis merupakan awalan untuk memulai permainan bola voly, dan servis yang
baik dapat membangun suasana tim agar tim bisa pede menyerang . Iqbal pun
melakukan servis yang sangat baik hingga lawan tidak bisa menahan servis dari
Iqbal . Lawanpun terkejut, dan penontonpun ikut terkejut karena melihat kekuatan
dari servis Iqbal . Karena tadi Iqbal memulai dengan sangat baik, dia menjadi pede
ketika melakukan servis lagi, iapun melakukan servis yang bagus lagi tapi kali ini
servis Iqbal dapat ditahan oleh lawan . pertandinganpun berlangsung dengan sangat
seru dan sengit . Riky dan timnya mencetak banyak poin, begitu juga dengan lawan
mereka . saat ini kedudukan poin mereka berbeda 1 poin dan jika 1 poin masuk
untuk tim Riky mereka akan memenangkan set pertama dari pertandingan ini. Kali ini
tim Riky tidak beruntung karena lawan mereka mendapatkan poin, dan kedudukan
poin mereka sama . setelah pertarungan yang sengit akhirnya tim Riky
memenangkan set pertama dari pertandingan tersebut ,

Set keduapun di mulai dan pertandingan berlangsung dengan sangat sengit
lagi kedua tim saling menunjukan kemampuan terbaik mereka . Di set kedua ini
tensi dari kedua tim meningkat sehingga mereka mudah emosi dan marah . Ketika
tim Riky mencetak point wasit berkata tidak masuk, namun Riky melihat bola
menyentuh pas garis samping lapangan . Riky pun protes kepada wasit dan
mengatakan bola masuk . Wasit mengambil keputusan dan tetap mengatakan bola
tidak masuk . Tensi dan emosi Riky pun semakin meningkat dan Riky berusaha sabar
. Karena Riky sangat emosi akhirya Riky memaksa lompat setinggi mungkin dan
memukul dengan sekuat tenaga,, dan di tengah pertandingan terjadi insiden yang
sangat tidak di inginkan Riky, dan insiden tersebut adalah cidera kaki kiri Riky . Kaki

Riky cidera lagi pada kaki yang sama, dan cidera yang sama persis pada
pertandingan sebelumnya yang membuat tim Riky kalah . Pertandingan pun terhenti
sejenak karena insiden tersebut, Dan akhirnya Riky digantikan oleh pemain cadangan
timnya . Riky meresa sedih karena tidak dapat bermain lagi, Riky berfikir timnya akan
kalah karena kekurangan kekuatan menyerang . Tetapi siapa sangka ternyata dapat
memenangkan set kedua tersebut dan lolos ke babak selanjutnya . Mendengar kebar
tersebut Riky pun ikut senang karena timnya meraih kemenangan yang tak terduga .

Pertandingan demi pertandingan pun tim Riky hadapi Bersama Iqbal, tetapi
tanpa Riky Mereka berjuang sekuat tenaga dan semngat . Dan siapa sangka mereka
berhasil menjuarai pertandingan tersebut dan mengalahkan semua tim yang mereka
hadapi . Mereka mendapatkan juara 1 dan Iqbal mendapat penghargaan sebagai
best player . Riky,Iqbal dan timnya tersebut merasa sangat senang dan Bahagia .
Tetapi di satu sisi Riky meresa sedih karena dia tidak bisa ikut memperjuangkan
timnya menuju juara . Riky memiliki rasa bersalah kepada timnya sendiri karena tidak
bisa bermain untuk sementara, tetapi Iqbal dan timnya tersebut meyakinkan Riky
agar tidak merasa bersalah atas insiden yang sudah terjadi .

Beberapa bulan berlalu dan Riky Kembali berlatih Bersama timnya . Riky
merasa performa dia sedikit berkurang karena tidak bermain karena masa
pemulihan kaki kirinya yang cidera . Dia Kembali berlatih dengan sangat keras dan
kali ini dia berlatih dengan hati hati agar tidak cidera lagi . Riky pun mendapatkan
Kembali performanya dan Kembali bertanding untuk membela sekolahnya tersebut .
Turnamen demi turnamen mereka hadapi Bersama, terkadang mereka kalah
terkadang mereka menang . Sampai pada saat mereka kelas 12 dan mereka harus
berpisah karena harus melanjutkan karir masing-masing . Dan akhirnya impian Riky
tercapai yaitu menjadi atlet professional . Begitu juga dengan Iqbal, ia melanjutkan
karirnya sebagai atlet professional . Tak jarang kedua tim Riky dan Iqbal bertemu di
turnamen nasional . Dan akhhirnya mereka menjadi rival sejati yang selalu berselisih
meraih kemenangan .

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Riky adalah terus berjuang dan
pantang menyerah apapun keadaannya . Apapun keadaannya menyerah bukan cara

untuk menyelesaikan masalah tersebut . menyerah sama saja dengan memberikan
kemenangan kepada lawan yang akan kita hadapi . Dan juga kita harus yakin dan
percaya kepada teman dan kepada tim sendiri, kepercayaan sangat di perlukan agar
membangun kerja sama yang baik .

Sepenggal Kenangan Yang Telah Usai

Hari ini, angin bertiup sangat kencang dan udara hari ini
terasa sangat dingin. Setetes demi setetes air pun mulai
membasahi tanah, hujan pun turun. Aku tiba-tiba termenung
memikirkan sahabatku, Aiden. Aiden suka hujan. Seorang
lelaki yang baik, pintar, ceria, dan jago bermain badminton.
Aku jadi teringat bagaimana waktu pertama kali aku bertemu
dengannya.

Pada saat itu aku duduk dikelas 3 smp, aku tidak
mempunyai teman dan selalu duduk sendirian. Sampai pada
suatu hari kelas ku kedatangan anak baru yaitu Aiden. Ibu
guru menyuruh Aiden untuk duduk disampingku, karena
hanya kursi sampingku saja yang kosong. Lalu ia menyapa
ku dan kami pun berkenalan. “Halo namaku Aiden, aku
pindah kesini karena ada tugas pindahan ayah ku, jadi aku
otomatis ikut pindah deh hehe semoga kita bisa cepat akrab
ya” ucapnya sambil tersenyum manis. Lalu aku menjawab
“Halo Aiden, nama ku alvinka tapi panggilnya vinka aja biar
ga kepanjangan. Ayah kamu polisi ya?”. “iya vinka ayah ku
seorang polisi, jadi aku sudah biasa berpindah-pindah
sekolah”. “oohh begitu yaa”.

Tak terasa 2 bulan pun berlalu, hari demi hari kami lewati
bersama, kami mengerjakan tugas bersama, Aiden selalu
mengajari ku suatu materi dari yang aku tidak paham
sampai paham, Aiden juga selalu mengajakku untuk
mengulang materi agar tidak lupa dengan materi yang telah
lalu, kami makan dikantin bersama, bahkan ia mengajari ku
cara bermain badminton. Aku sedikit terkejut karena
ternyata Aiden jago sekali bermain badminton, berkali kali ia
mengalahkan ku. Ia pernah bercerita bahwa ia pernah
memenangkan beberapa olimpiade bulu tangkis. Namun
pada saat itu aku tidak percaya karna belum melihat
kemampuan bermainnya secara langsung, tetapi sekarang
aku jadi percaya.

Keesokan harinya Aiden mengajak ku untuk pergi
kerumah nya. Katanya sih bundanya yang mengajakku untuk
mendatangi rumah Aiden. Saat tiba dirumahnya, aku melihat
banyak sekali piala, medali, dan sertifikat yang tertata
diruang tamunya. Orang tua nya pun menyambutku dengan
hangat. “sini nak duduk dan minum teh nya, saya bunda nya


Click to View FlipBook Version