Merintih Karenamu
Hari-hari berlalu mengiringi setiap langkahku
Merenungi nasib bumiku ini
Kupandangi langit di setiap malamku
Berharap engkau memberikan keadilan pada bumiku
Bukankah engkau yang memberikan nikmat ini?
Seluruh penjuru alam ingin memulihkan kondisi ini
Corona
Ku tak tega melihat jiwa manusia melayang karenamu
Para tenaga medis berjuang di garda terdepan
Demi melihat bumiku ini tersenyum kembali
Namun saat ini bumiku tampak lesu karenamu
Denganmu ku tak bisa menikmati hidup normalku
Pikiranku selalu teringat tentangmu
Ku berharap wahai corona segeralah berlalu
Ku tak ingin bumiku menangis
Melihat penderitaan umat manusia
Mereka yang berusaha mempertahankan
nasib hidupnya
Engkau datang membawa kekacauan
Kali ini ku berharap engkau segeralah pergi
Suara Hati di Masa Pandemi| 142
Kebersamaan Corona
Corona membuat kita tersadar
Akan kematian yang tiba - tiba datang
Corona membuat kita tahu pentingnya kehidupan
Kesibukan yang setiap hari dilakukan
Hingga melupakan rasa kebersamaan
Corona membuat arti tersendiri dalam kehidupan
Corona membuat kita berkumpul dengan keluarga
Hal yang biasanya tidak dapat dilakukan
Karna corona kini dapat terwujudkan
Walau harus terus berdiam diri dirumah
Namun terasa nyaman dan mengasyikkan
Orang - orang yang biasanya sibuk bekerja
Kini juga berdiam diri dirumah
Saling bercengkerama bersama keluarga
Untuk mengantisipasi corona
Suara Hati di Masa Pandemi| 143
Sudahi Covid-19
Covid-19 membuatmu sadar
Satu kali makan di restoran
Cukup untuk sepekan hidup di desa
Dan bikin kita mengerti
Nelayan, peternak dan petani
Harus tetap bekerja di luar
Agar yang tinggal dalam rumah
Tetap makan sate dan gulai ikan
Minum susu, menikmati nasi
Mengunyah roti gandum yang gurih
Tidak takut lapar dan sedih.
Suara Hati di Masa Pandemi| 144
Karenamu Virus Corona
Corona
Semuanya berubah karenamu
Pintu rumah tertutup
Wajah pun tertutup
Canda tawa perlahan menghilang
Kini yang ada hanya kecemasan
Sampai kapan kau akan tinggal
Banyak orang yang sudah menderita
Corona
Mungkin ini adalah cobaan
Tetapi dibalik itu semua
Kau mengajarkan kepada manusia
Akan pentingnya kebersihan
Suara Hati di Masa Pandemi| 145
Pandemi Covid-19
Sejak engkau datang, kami mengurung diri
dalam rumah. Mengunci pintu dan jendela, menutup
Lubang angin, menutup segala yang terbuka dari rasa
takut. Padahal kami tak tahu, engkau ada di luar
Atau di dalam tubuh kami.
Hari ini, kami memang akhirnya mengunci diri
Dalam rumah, tapi kami tidak sedang menyerah.
Peluru-peluru sedang kami siapkan dari doa-doa
yang setiap saat kami rapalkan. Kami punya iman
yang setiap waktu menyala dalam kegelapan.
Suara Hati di Masa Pandemi| 146
Pandemi Corona
Kau yang telah merebak sejak pertengahan bulan Maret
lalu
Kau juga melumpuhkan berbagai aktivitas
Mulai dari aktivitas pendidikan,
pekerjaan, bahkan industri
Sektor ekonomi pun juga kau buat lumpuh
Karenamu, hampir semua aktivitas terhenti
Akibatmu, diterapkanlah physical distancing
Akibatmu pula, banyak aktivitas hanya bisa
dikerjakan dari rumah
Kami sebagai korbanmu menjadi sulit untuk saling
bertemu
Sulit untuk beraktivitas seperti sediakala
Wahai pandemi corona
Lekaslah lenyap dari bumiku
Agar kami dapat beraktivitas seperti sediakala
Kami rindu untuk saling bertemu dan bersenda gurau
Semoga kau lekas sembuh, wahai bumiku
Suara Hati di Masa Pandemi| 147
Lawan Corona
Hari demi hari telah berlalu
Semua telah merasakan akibatnya
Menghilang dari hiruk pikuknya dunia
Menjalani aktivitas dengan apa adanya
Berdoa dan memohon kepada yang maha esa
Berharap agar semua hendak berlalu
Kembali sebagaimana semestinya
Bertemu sekadar bersapa saja tidak boleh
Hanya bisa menikmati hidup melalu jendela rumah
Yang bekerja diliburkan, yang sekolah dirumah, yang
beribadah dirumah
Apalah daya kita hanya manusia hanya bisa menerima dan
menjalaninya dengan tabah
Kuatkan diri agar selalu sehat
Selalu waspada
Manakala nanti kita kena covid
Suara Hati di Masa Pandemi| 148
Hindari kerumunan dan dekatkan diri pada Allah
Meskipun kehadiran mu sungguh tidak diharapkan oleh
kita semua
Tapi dengan adanya dirimu kita menjadi lebih dekat
dengan keluarga
Jangan banyak mengeluh
Dan jangan menyerah
Bersama kita pasti bisa
Hadapi dengan senyuman
Bersama kita lawan
Meraih keberhasilan
SEMANGAT
Suara Hati di Masa Pandemi| 149
Lekas Pergi Corona
Corona corona dan corona
membuat terbatas semuanya
online class lahir engkau penyebabnya
akan ku usir kau dengan kupanjatkan doa
kini semua telah membeku
seolah semuanya telah tergganggu
menugggu kapan engkau berlalu
Corona cepatlah membisu
Suara Hati di Masa Pandemi| 150
TENTANG PENULIS
Siti Aminatun, S.Pd., M.Par. dilahirkan 46 tahun
silam di sebuah desa terpencil yang menjadi bagian dari
Kota Solo, tepatnya di Sukoharjo, 9 Maret 1974 dari
pasangan Bapak Wiyono dan Ibu Sri Murtini.
Penulis menamatkan SD Jagan 1 pada tahun
1986.Lulus SMP Negeri 1 Bendosari tahun 1989. Tahun
1992 memperoleh ijazah dari SMA Veteran 02
Sukoharjo.Gelar Sarjana Pendidikan diperoleh dari IKIP
Negeri Semarang jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Suara Hati di Masa Pandemi| 151
pada tahun 1997. Pendidikan Pascasarjana diselesaikan
tahun 2010 dari STIEPARI Semarang jurusan Manajemen
Pariwisata.
Pengalaman bekerja di mulai dari mengabdikan diri
sebagai guru di SMK Negeri 5 Surakarta sejak tahun 1997
– 2000. Pernah menjadi instruktur di Lembaga Bimbingan
Belajar Primagama sejak lulus sarjana hingga 2006. Tahun
2001 tinggal di Kota Kendal dan mengajar di SMA
Muhammadiyah 4 Kendal tahun 2001 - 2007. Terhitung
sejak 1 Januari 2008 sampai sekarang mengabdikan diri
ikut membantu mencerdaskan anak bangsa di SMK Negeri
4 Kendal.
Tempat tinggal penulis sekarang di Desa Rejosari
RT . 02 RW. 02. Kecamatan Brangsong, Kabupaten
Kendal. Untuk urusan surat- menyurat bias melalui email:
[email protected] dan Whats App di nomor
081228860330.
Suara Hati di Masa Pandemi| 152
Rumisih, M.Pd. bernama pena Rumisih Roem
dilahirkan di Semarang, 15 Maret 1972. Penulis
menamatkan SD Negeri Kramas 2 Semarang 1986.
Lulus SMP Negeri 21 Semarang 1989. Tahun 1992
memperoleh ijazah dari SMA Teuku Umar Semarang.
Gelar Sarjana Pendidikan diraihnya 1997 di jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia-FPBS IKIP Negeri
Semarang. Pendidikan Pascasarjananya diselesaikan 2013
dari Universitas Negeri Semarang pada jurusan yang
sama.
Pernah mengajar di SMK Teuku Umar Semarang,
SMP Eka Sakti Semarang, SMP Negeri 17 Semarang,
dan SMA Negeri 2 Ungaran. Mulai 1 Januari 2005 sampai
sekarang penulis mengabdikan diri di SMA Negeri 9
Suara Hati di Masa Pandemi| 153
Semarang sambil “momong” anak-anak belajar Bahasa
Indonesia.
Pertemanan dan persaudaraan dapat dibuka di FB
Rumisih Roem atau [email protected]. Lewat
WA 085742409484, telepon 087823625667 atau datang
langsung ke Kuwungsari III No.25 RT 05 RW 1
Gedawang Banyumanik Semarang Jawa Tengah.
Karya yang telah dihasilkan dari tangan dinginnya
Untuk sebuah Nama 2015, Puisi Menolak Korupsi-5
2015, Memo untuk Wakil Rakyat 2015, Nusantara Ayo
Bangkit 2015, Catatan Bersampul Merah 2015,
Malaikat Tak Bersayap 2015, Mantraku 2015, Kita
Kata dan Cinta 2015, The Dream Wing 2015, Bunga
Putra Bangsa 2016, Sekuntum Melati 2016, Mantra
Persahabatan 2016, Dermaga Cinta 2016, Memo Anti
Kekerasan terhadap Anak 2016, Puisi Menolak
Korupsi-6 2017, Menantu untuk Ibu, Manusia Batu-2
2019, Jangan Menangis Mama-1,2 2020, Dekapan
Rindu Hingga Pelabuhan terakhir 2020, Kisah Kecil di
Tengah Pandemi 2020, Pantun Nasihat Guru untuk
Murid 2020, Pantun Nasihat ASEAN 2020, Komposisi
Ingatan 2020, Cerpen Horor 2020
Suara Hati di Masa Pandemi| 154
Dra.Retnaningsih, M.Pd., biasa dipanggil Ning
dalam keluarganya dan Retno oleh semua teman-
temannya, lahir di Semarang, 23 November 1964 dari
pasangan bernama Martono dan Sri Sudarinah sebagai
anak ketiga dalam keluarga.
Perjalanan akademiknya dimulai di Sekolah Dasar
Negeri Jogosetran Klaten lulus pada tahun 1976, di SMP
Pangudi Luhur Klaten dan menyelesaikan studinya tahun
1979. Pada tahun yang sama, ia mendaftar ke Sekolah
Menengah Negeri 2 Klaten dan lulus 1984. Sekolah
Menengah Atas khusus baginya karena dia menerima
pendidikan dan mengalami kegiatan yang berarti di dalam
dan di luar sekolah. Pada 1984 tepat setelah
Suara Hati di Masa Pandemi| 155
menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Atas.
Retnaningsih diterima sebagai mahasiswa jurusan Sastra
Inggris di Universitas Diponegoro. Sejak itu, ia tinggal di
Semarang. Pada Juni 1990, setelah bertahun-tahun belajar,
ia lulus Sarjana Sastra. Pada tahun-tahun itu, dia mulai
berpikir bahwa dia perlu belajar lebih banyak untuk
mendapatkan lebih banyak pengetahuan ketika dia
memutuskan untuk mendaftar sebagai mahasiswa magister
di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan lulus pada
tahun 2011. Di Srondol Timur, ia mulai mengabdikan
dirinya untuk mengajar bahasa Inggris sejak 1987. Di
beberapa sekolah di sekitar Srondol Timur, ia belajar
untuk menjadi lebih bijaksana, lebih bertanggung jawab,
dan memperkuat kesediaannya untuk mengabdi menjadi
seorang guru. Akhirnya, pada Januari 2008, ia dapat
membuktikan dirinya dan mulai memiliki langkah-langkah
yang lebih kuat sejak ia diterima sebagai pegawai negeri
sipil pemerintah atau CPNS. Sebagai pegawai negeri sipil
pemerintah, ia ditugaskan menjadi guru bahasa Inggris di
SMA Negeri 9 Semarang. Mulai 1 Januari 2008 hingga
sekarang, penulis telah mengajar dan mengabdikan dirinya
di SMAN 9 Semarang.
Suara Hati di Masa Pandemi| 156
Seperti pepatah lama mengatakan, "Satu juta teman
masih kurang, satu musuh terlalu banyak", Retnaningsih
terus melakukan yang terbaik untuk sekolahnya dan para
siswa dengan sepenuh hati. Dia percaya bahwa "Tuhan
tidak akan pernah meninggalkan beban kepada kita dan
akan selalu memberi kita kemampuan untuk meningkatkan
diri kita sendiri. "Setelah dia berpikir dia gagal, dia
percaya bahwa orang yang jatuh adalah hal biasa, tetapi
orang yang jatuh dan segera bangkit kembali adalah luar
biasa. Itu membuatnya kuat dan tangguh dalam melewati
semua tantangan dalam hidupnya. Terakhir, dia juga
percaya bahwa "Pengalaman adalah guru yang baik, dan
guru terbaik adalah orang yang memiliki banyak
pengalaman dan pengetahuan". Moto-moto itu telah
memperkuatnya dalam mengejar mimpinya. Akhirnya,
dengan melengkapi koleksi cerita pendek ini, dia ingin
memberikan rasa terima kasihnya kepada cucu cucunya
yang cantik dan ganteng, anak-anaknya, orang tua, semua
kerabat, dan teman-teman yang telah memberikan banyak
dukungan dan berdoa dalam menyelesaikan buku.
Suara Hati di Masa Pandemi| 157