Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Bagawan Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani, Arya Dandunwacana
yang kalah dalam peperangan melawan Bima/Werkudara akhirnya menjelma/sejiwa
dengan diri Bima.
Kepada Bima, Arya Dandunwacana menyerahkan; hak memakai nama Arya
Dandunwacana, negara Jodipati, gada pusaka bernama Rujakpala dan seluruh
balatentaranya antara lain Patih Gagakbaka dan para putra Slagahima antara lain ;
Podangbinurehan, Dandangminangsi, Jangettinelon, Celengdemalung,
Menjanganketawang dan Cecakandon.
DARMA
BATHARA DARMA adalah Dewa Keadilan. Ia
adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti
cucu Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang.
Bathara Darma mempunyai saudara kandung
bernama Bathara Panyarikan. Ia mempunyai
tugas kewajiban memberi petunjuk, fatwa dan
ajaran kebajikan kepada umat di Arcapada.
Pada jaman Lokapala, Bathara Darma menitis
pada Prabu Lokawana, bertugas memberikan
fatwa tentang tatanan peradaban kepada
manusia dan golongan raksasa. Pada jaman
Ramayana, ia menitis pada Prabu Banaputra, raja
negara Ayodya, kemudian menitis pada Raden
Bharata, putra Prabu Dasarata dengan Dewi
Kekayi, bertugas memberi ajaran tentang hak dan
kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh orang
perorang dalam tatanan hidup bermasyarakat.
Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara
Darma menitis pada Prabu Puntadewa/Yudhistira, raja negara Amarta, bertugas
memberi contoh tentang perilaku kebajikan dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara.
Dalam Kitab Mahabharata, parwa ke-XVII, Maha Prastanikaparwa, Bathara Darma
menjelma menjadi seekor anjing yang berhasil menuntun Prabu Puntadewa/Yudhistira
masuk ke Swargaloka.
51
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DASAMUKA
Dasamuka, adalah tokoh wayang cerita
Ramayana, Dasamuka atau Rahwana adalah
putra Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri
Prabu Sumali raja negara Alengka.
Dasamuka mempunyai tiga orang saudara
kandung masing-masing bernama:
Arya Kumbakarna,
Dewi Sarpakenaka dan
Arya Wibisana.
Dasamuka juga mempunyai saudara seayah lain
ibu bernama Wisrawana (Prabu Danaraja) raja
negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan
Dewi Lokawati.
Dasamuka berwatak angkara murka, ingin
menangnya sendiri, penganiaya dan penghianat.
Berani dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat
sakti.
Memiliki Aji Rawarontek dari Prabu Danaraja dan Aji Pancasona dari Resi Subali.
Dasamuka menjadi raja negara Alengka mengantikan kakeknya, Prabu Sumali
dengan menyingkirkan pamannya, Prahasta.
Dasamuka membunuh Prabu Danaraja kakak tirinya dan merebut negara Lokapala.
Dasamuka pernah menyerang Suralaya dan memperoleh Dewi Tari, putri Bathara
Indra dengan Dewi Wiyati yang menjadi istrinya dan berputra Indrajid (Megananda).
Dasamuka juga menikah dengan Dewi Urangrayung, putri Bagawan Minalodra dan
berputra Pratalamayam.
Dari beberapa orang istri lainnya, Dasamuka berputra antara lain: Yaksadewa,
Trisirah, Trimuka dan Trimurda.
Dasamuka sangat menginginkan dapat memperistri wanita titisan Bathari Sri
Widowati.
Dasamuka pernah mengejar-ngejar Dewi Kusalya, ibu Prabu Rama dan kemudian
menculik serta mensekap Dewi Sinta, istri Prabu Rama selama hampir 12 tahun di
taman Hargasoka negara Alengka.
52
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DASARATA
DASARATA adalah putra Prabu Aya, raja negara
Duryapura dengan permaisuri Dewi Tunjungbiru,
putri Bathara Kandikota. Ia menjadi murid Resi
Yogiswara dari pertapaan Yogisrama di hutan
Dandaka. Dasarata kemudian menikah dengan
Dewi Kusalya, putri tunggal Prabu Banaputra
dengan Dewi Barawati dari negara Ayodya. Ia
dinobatkan menjadi raja Ayodya mengantikan
mertuanya, Prabu Banaputra yang terbunuh mati
dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka,
raja negara Alengka. Dari permaisuri Dewi
Kusalya, ia memperoleh seorang putra bernama
Ramawijaya/Ramaragawa.
Atas seijin Dewi Kusalya, Prabu Dasarata
mempunyai pula dua orang permaisuri yang lain,
yaitu : 1. Dewi Sumitra, putri Prabu Ruryana raja
Maespati berputra Laksmana. 2. Dewi Kekayi,
putri Prabu Kekaya raja negara Padnapura, berputra tiga orang masing-masing
bernama; Barata, Satrugna dan Dewi Kawakwa.
Prabu Dasarata meninggal karena sakit akibat kesedihan yang beruntun. Pertama ia
gagal menobatkan Ramawijaya sebagai putra mahkota, dan kedua harus merelakan
kepergian Rama yang diikuti oleh Dewi Sinta dan Laksamana meninggalkan negara
Ayodya untuk menjalani pengasingan selama 13 tahun. Semua itu karena tuntutan
Dewi Kekayi yang menghendaki Barata menjadi raja negara Ayodya.
DENTAWILUKRAMA
DENTAWIKLUKRAMA adalah putra kedua
(bungsu) Arya Wibisana dari negara Alengka
dengan Dewi Triwati, seorang hapsari keturunan
Sanghyang Taya. Ia mempunyai kakak kandung
bernama Dewi Trijata yang menjadi isteri Resi
Jembawan dan tinggal di pertapaan
Gadamadana.
Pada waktu terjadi perang Alengka, negara
Alengka diserbu balatentara kera Prabu Rama di
bawah pimpibnan Narpati Sugriwa, raja kera
kerajaan Gowa Kiskenda, Dentawilikrama masih
kecil. Ia tinggal bersama ibunya, Dewi Triwati di
kesatrian Antarapura. Setelah berakhirnya perang
Alengka dan ayahnya, Arya Wibisana dinobatkan
menjadi raja negara Alengka yang pusat
pemerintahnanya dipindahkan ke Singgela,
Dentawilukrama ditetapkan sebagai putra mahkota kerajaan Singgela.
Setelah Prabu Wibisana mundur dari tampuk pemerintahan dan hidup sebagai
brahmana, Dentawilukrama dinobatkan sebagai raja negara Singgela, bergelar Prabu
Bisawarna. Ia berumur panjang, hidup sampai jaman Mahabhrata (Pandawa-Kurawa).
Prabu Bisawarna mewarisi upacara kerajaan/keprabon (Jawa) pusaka peninggalan
Sri Ramawijaya yang berupa ; Balai Kencana Saka Domas, yaitu balai Sri Rama
53
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
waktu bersingasana di Suwelagiri (balai dibuat dari emas yang bertiang delapan
ratus), dan kereta bernama Jatasura berkuda yaksa/raksasa, yaitu kereta Sri Rama
pada waktu perang tanding melawan Prabu Dasamuka. Kedua pusaka tersebut
pernah dipinjam Pandawa pada waktu perkawinan Arjuna dengan Dewi Sumbadra.
Prabu Bisawarna meninggal dalam usia lanjut. Jenazahnya dimakamkan di gunung
Kutarunggu. Di sebelah makam Prabu Rama, Laksmana dan Arya Wibisana.
DEWARUCI
DEWARUCI mempunyai wujud dan bentuk
sebagai dewa kerdil. Tokoh Dewaruci hanya
dikenal dalam cerita pedalangan Jawa dan hanya
ditampilkan saat Bima /Werkudara, satria kedua
Pandawa, putra Prabu, raja negara Astina
dengan permaisuri Dewi Kunti, mendapat
perintah Resi Drona untuk mencari Tirta Amrta/air
kehidupan atau Prawitasari.
Dengan kesaktiannya, Dewaruci dapat
memasukkan tubuh Bima yang besarnya
beberapa kali lipat dari tubuhnya, masuk ke
dalam tubuhnya melalui lubang telinga, dimana di
dalam tubuh Dewaruci, Bima dapat melihat
segala persoalan hidup atas petunjuk Dewaruci.
Dwaruci juga merupakan satu-satunya makhuk
yang dapat membuat Bima, orang yang selama
hidupnya tidak bisa berlutut kepada siapapun,
mendadak berlutut dan bersujud menyembah
kepadanya.
Kepada Bima, Dewaruci memberikan dan menjabarkan tentang ilmu Sangkan
Paraning Dumadi dan lmu kasampurnan. Ia banyak menguraikan masalah kebenaran
sejati, tentang hakekat dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Berkat ajaran Dewaruci, Bima menjadi satria yang berbudi luhur, dapat membedakan
antara hak dan kewajiban, mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang
salah yang harus dihindari.
54
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DEWASRANI
BATHARA DEWASRANI adalah putra
Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan
Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena
kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana
siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani
mempunyai lima orang saudara satu ibu lain
ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari
Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala,
masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya,
Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara
Kalagotama dan Bathara Kartinea.
Bathara Dewasrani berwajah tamapan. Selain
sakti, juga mempunyai Aji Kawrastawan, dapat
beralih rupa menjadi apa saja sesuai
kehendaknya. Bathara Dewasrani mempunyai
sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam,
suka membuat usil dan mau benarnya sendiri.
Berkali-kali ia membuat keributan di
Jonggrisaloka dengan berbagai tuntutan yang aneh-aneh.
Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan
dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang
Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga
pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu sampai
keluar Kahyangan Untarasegara. Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu
menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya, Dewi
Pramuni.
Berkali-kali Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat
kekacauaan di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan
Bathara Wisnu. Karena berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang
kejahatan.
55
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DEWAYANI
DEWI DEWAYANI adalah nenek-moyang
keluarga wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka.
Dewi Dewayani merupakan putri tunggal Resi
Sukra dengan Dewi Jayanti, putri Sanghyang
Indra.
Resi Sukra adalah brahmana mahasakti yang
menjadi guru para daitya/raksasa di negara
Sakiya.
Karena menghendaki kemenangan para daitya,
Resi Sukra bertapa memuja Bathara Prameswara
selama l.000 tahun dan mendapat ilmu Sanjiwani,
mantra sakti yang dapat menghidupkan orang
mati.
Karena berselisih dengan Dewi Sarmista, putri
tunggal Prabu Wrisaparwa, raja daitya negara
Parwata, Dewayani meminta Resi Sukra, ayahnya agar menghukum Prabu
Wrisaparma dan Dewi Sarmista yang telah menghina dan mendorongnya ke dalam
lumpur.
Karena takut terhadap kutuk pastu Resi Sukra, Prabu Wrisaparwa dan Dewi Sarmista
memohon ampun dan bersedia memenuhi serta melaksanakan apa yang
diminta/dikehendaki Dewayani.
Dewayani meminta agar Sarmista menjadi budaknya, dan dipenuhi dengan senang
hati oleh Sarmista.
Dewayani kemudian menikah dengan Prabu Yayati, raja negara Astina. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra lelaki, masing-masing bernama ;
Yadu dan Turwasu.
Kedua putranya tersebut kelak menurunkan golongan wangsa Yadawa, Wresni dan
Andaka (keluarga Mandura, Lesanpura, Kumbina dan Dwarawti).
Dewayani akhirnya dimadu dengan Dewi Sarmista yang diambil istri Prabu Yayati,
dan berputra tiga orang lelaki, masing-masing bernama ; Druhyu, Anu dan Puru
(menurunkan wangsa Kuru/Pandawa-Kurawa).
56
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DRESTADYUMNA
ARYA DRESTADYUMNA atau Trustajumena
adalah putra bungsu Prabu Drupada, raja negara
Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati,
putri Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandini. Ia
mempunyai kakak kandung dua orang masing-
masing bernama; Dewi Drupadi, istri Prabu
Yudhistira, raja Amarta, dan Dewi Srikandi, istri
Arjuna.
Konon Arya Drestadyumna lahir dari tungku
pedupaan hasil pemujaan Prabu Drupada kepada
Dewata yang menginginkan seorang putra lelaki
yang dapat membinasakan Resi Drona yang telah
mengalahkan dan menghinanya. Drestadyumna
berwajah tampan, memiliki sifat pemberani,
cerdik, tangkas dan trenginas. Ia menikah dengan
Dewi Suwarni, putri Prabu Hiranyawarma, raja
negara Dasarna. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra lelaki bernama; Drestaka dan Drestara.
Drestadyumna ikut terjun dalam kancah perang Bharatayuda. Ia tampil sebagai
senapati perang Pandawa, menghadapi senapati perang Kurawa, yaitu Resi Drona.
Pada saat itu roh Ekalaya, raja negara Parangggelung yang ingin menuntut balas
pada Resi Drona menyusup dalam diri Drestadyumna. Setelah melalui pertempuran
sengit, akhirnya Resi Drona dapat dibinasakan oleh Drestadyumna dengan dipenggal
lehernya.
Drestadyumna mati setelah berakhirnya perang Bharatayuda. Ia tewas dibunuh
Aswatama, putra Resi Drona, yang berhasil menyusup masuk istana Astina dalam
usahanya membunuh bayi Parikesit.
DRESTARASTA
DRESTARASTA adalah putra Resi
Abiyasa/PrabuKresnadwipayana, raja negara
Astina dengan Dewi Ambika, putri Prabu
Darmahambara dengan Dewi Swargandini dari
negara Kasi. Ia mempunyai dua orang saudara
lain ibu, yaitu Pandu dan Yamawidura.
Drestarasta memiliki cacat buta kedua matanya
sejak lahir. Sebagai orang buta, ia memiliki sifat
tenang, arif bijaksana, tetapi lemah dalam
pendirian. Ia mendapat anugrah Dewata
kesaktian yang sangat hebat, bernama ; Aji
Leburseketi, yang daya kesaktiannya, apa saja
yang diraba dan dipegangnya, pasti lebur menjadi
abu.
Drestarasta kawin dengan Dewi Gandari, putri
Prabu Gandara dengan Dewi Gandini, dari
negara Gandaradesa/Plasajenar. Ia mempunyai
57
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
putra sebanyak 100 (seratus) orang = 99 orang lelaki dan 1 (satu) orang wanita --
yang dikenal dengan sebutan Sata Kurawa.
Drestarasta naik tahta kerajaan Astina mewakili Prabu Pandu yang mengundurkan
diri, dengan syarat akan menyerahkan kembali negara Astina kepada anak-anak
Pandu (= Pandawa) setelah mereka dewasa. Tapi karena hasutan Arya Sangkuni,
adik Dewi Gandari, Drestarasta mengangkat Duryudana, putra sulungnya menjadi raja
Astina. Keputusannya ini menjadi awal perselisihan antara keluarga Pandawa dan
Kurawa yang berakhir di perang Bharatayuda.
Drestarasta mati setelah perang Bharatayuda. Ia mati moksa didalam pancaka
bersama Dewi Gandari dan Dewi Kunti.
DRUPADA
PRABU DRUPADA yang waktu mudanya
bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara
dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke
tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra
bersaudara sepupu dengan Bambang
Kumbayana/Resi Drona dan menjadi saudara
seperguruan sama-sama berguru pada Resi
Baratmadya.
Untuk mencari pengalaman hidup, Arya Sucitra
pergi meninggalkan Hargajembangan,
mengabdikan diri ke negara Astina kehadapan
Prabu Pandudewanata. Ia menekuni seluk beluk
tata kenegaraan dan tata pemerintahan. Karena
kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh
Prabu Pandu ia di jodohkan/dikawinkan dengan
Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu
dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh
tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya
Drestadyumna.
Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak
menjadi raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu
Drupada. Dalam masa kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Drona,
dan separo dari wilayah negara Pancala direbut secara paksa melalui peperangan
oleh Resi Drona dengan bantuan anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai senapati perang
Pandawa. Ia gugur melawan Resi Drona terkena panah Cundamanik
58
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DRUPADI
DEWI DRUPADI atau Dewi Kresna dan dikenal
pula dengan nama Pancali (Mahabharata) adalah
putri sulung Prabu Drupada, raja negara Pancala
dengan permaisuri Dewi Gandawati, Putri Prabu
Gandabayu dengan Dewi Gandini.
Dewi Drupadi mempunyai dua orang adik
kandung bernama: Dewi Srikandi dan Arya
Drestadyumna.
Dewi Drupadi berwajah sangat cantik, luhur
budinya, bijaksana,sabar, teliti dan setia.
Dewi Drupadi selalu berbakti terhadap suaminya.
Menurut pedalangan Jawa, Dewi Drupadi
menikah dengan Prabu Yudhistira/Puntadewa,
raja negara Amarta dan berputra Pancawala.
Sedangkan menurut Mahabharata, Dewi Drupadi
menikah dengan lima orang satria Pandawa, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan
Sahadewa. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra, yaitu;
1.Partawindya dari Yudhistira.
2. Srutasoma dari Bima.
3. Srutakirti dari Arjuna
4. Srutanika dari Nakula
5. Srutawarman dari Sahadewa.
Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Drupadi mati moksa bersama-sama dengan kelima
satria Pandawa setelah berakhirnya perang Bharatayuda.
DRUWASA
RESI DRUWASA adalah brahmana kerajaan
negara Mandura dari pertapaan Jagadwitana.
Ia.menjadi guru Prabu Basukunti dan putra-putra
kerajaan Mandura.
Resi Druwasa memberikan Aji Gineng, Aji
Pepanggil atau Aji Putu Wekaning Tunggal
(pedalangan Jawa) kepada Dewi Kunti, putri
tunggal dan anak kedua dari empat orang
bersaudara putra Prabu Basukunti dengan Dewi
Dayita. Daya khasiat Aji Pepanggil, dapat
mendatangkan Dewa sesuai dengan
keingnannya. Aji Pepanggil pernah digunakan
Dewi Kunti untuk mendatangkan Bathara Surya,
Akibatnya Dewi Kunti hamil. Dengan
kesaktiannya, Resi Druwasa melahirkan si jabang
bayi melalui luibang telinga sebelah kanan Dewi
Kunti, hingga Dewi Kunti tetap perawan. Anak
tersebut diberi nama Suryatmaja yang setelah
dewasa dikenal dengan nama Basukarna ata
Adipati Karna. Sedangkan mwenurut Mahabharata, yang menolong melahirkan Dew
Kunti afalah Bathara Surya.
59
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Resi Druwasa berumur sangat panjang. Ia hidup sampai jaman Kakrasana-Narayana,
cucu-cucu Prabu Basukunti. Ia mati moksa setelah merestui penobatan Kakrasana
menjadi raja negara Mandura bergelar Prabu Baladewa.
DURGA
BATHARI DURGA pada mulanya bernama Dewi
Danapati/Dewi Pramuni. Bertahun - tahun ia
bertapa di hutan Krendayana karena bercita-cita
ingin menjadi istri Sanghyang Manikmaya, raja
Tribuana. Keinginannya terkabul, tetapi hanya
badan wadagnya/raganya saja. Oleh Sanghyang
Manikmaya, badan halusnya/sukmya
dipertukarkan dengan badan halus/sukma Dewi
Umayi yang pada waktu itu badan raganya telah
menjadi raseksi bernama Bathari Durga.
Oleh Sanghyang Manikmaya, Bathari Durga
ditempatkan di Kahyangan
Setragandamayit/Setraganda Umayi di hutan
Krendayana, menjadi ratu/penguasa golongan
makhluk siluman. Setelah berputra Bathara
Dewasrani sebagai istri Sanghyang Manikmaya,
Bathari Durga kemudian dinikahkan dengan
Bathara Kala, putra bungsu Sanghyang
Manikmaya dengan Dewi Umayi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang
putra masing-msing bernama ; Bathara Siwahjaya, Bathari Kalayuwati, Bathara
Kalayuwana, Bathara Kalagota dan Bathara Kartinea.
Sebagai penguasa makhluk siluman, Bathari Durga berhak memberi anugrah kepada
para pemujanya, baik berupa harta benda/kekayaan ataupun ilmu kesaktian. Karena
berwujud akyan/badan halus, Bathari Durga bersifat abadi, hidup sepanjang jaman.
DURMAGATI
DURMAGATI adalah salah seorang diantara 100
orang keluarga Kurawa (Sata Kurawa) yang
terkemuka. Ia putra Prabu Drestarasta, raja
negara Astina dengan Dewi Gandari, putri Prabu
Gandara dengan Dewi Gandini dari negara
Gandaradesa. Dari 100 orang saudaranya yang
dikenal dalam pedalangan adalah ; Duryudana
(raja negara Astina), Bogadatta (raja negara
Turilaya), Bomawikata, Wikataboma, Citraksa,
Citraksi, Citraboma, Citrayuda, Carucitra,
Dursasana (Adipati Banjarjumut), Durmuka,
Durgempo, Gardapati (raja negara Bukasapta),
Gardapura, Kartamarma (raja negara
Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda,
Windandini (raja negara Purantara) dan Dewi
Dursilawati.
Durmagati memiliki perwatakan ; lucu, acuh tak acuh, banyak akal dan pandai bicara.
Ia juga mahir dalam olah keprajuritan mempermainkan senjata gada dan trisula.
60
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Ketika berlangsung perang Bharatayuda, Durmagati bersama beberapa orang
saudaranya, diantaranya; Citrakundala, Durbahu, Durgama, Jalasaha, Jalasantana,
Jalasuma dan Bimasuwala bermaksud mengeroyok Bima yang sedang ngamuk
menuntuk balas atas kematian Gatotkaca. Dalam peperangan tersebut, Durmagati
dan sembilan orang saudaranya tewas terkena hantaman gada Rujakpala.
DURNA
RESI DRONA atau Durna yang waktu mudanya
bernama Bambang Kumbayana adalah putra
Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan
Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah
seibu bernama ; Arya Kumbayaka dan Dewi
Kumbayani.
Resi Drona berwatak; tinggi hati, sombong,
congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi
kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan
kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir
dalam siasat perang. Karena kesaktian dan
kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona
dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan
Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud
keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali
(diberikan kepada Arjuna).
Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri
Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama
Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil
merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa,
setelah gugurnya Resi Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat
menentukan gelar perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan
pedang Drestadyumna, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya.
Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara
Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumna.
DURSALA
DURSALA adalah putra Arya Dursasana, Adipati
Banjarjumut yang merupakan salah satu dari
seratus orang keluarga Kurawa dengan Dewi
Saltani.
Dursala berbadan besar, gagah dan bermulut
lemar.
Dursala mempunyai watak dan sifat; takabur,
besar kepala dan senang meremehkan orang
lain, ia sangat sakti.
Selain pernah berguru pada Resi Durna, Dursala
juga menjadi murid kesayangan Bagawan Pisaca,
seorang pendeta raksasa dari pertapaan
61
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Carangwulung di hutan Wanayasa.
Dursala diberi Aji Gineng oleh Bagawan Pisaca yang berkhasiat kesaktian siapa saja
yang digertaknya badannya akan hancur lebur. Dursala menikah dengan Dewi
Sumini.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama Arya
Susena.
Dursala tewas dalam pertempuran melawan Gatotkaca tatkala ia bermaksud
menguasai negara Amarta.
Badannya hancur terkena hantaman Aji Narantaka.
DURSASANA
DURSASANA adalah putra Prabu Drestarasta,
raja negara Astina dengan permaisuri Dewi
Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi
Gandini dari negara Gandaradesa.
Dursasana bersaudara 100 orang --{99 orang pria
dan 1 orang wanita} yang disebut Sata Kurawa.
Diantaranya yang dikenal dalam pedalangan
adalah Duryudana (raja Negara Astina),
Bogadatta (raja negara Turilaya), Bomawikata,
Citraksa, Citraksi, Carucitra, Citrayuda,
Citraboma, Durmuka, Durmagati, Durgempo,
Gardapati (raja Negara Bukasapta), Gardapura ,
Kartamarma, (raja negara Banyutinalang),
Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Wikataboma,
Widandini (raja negara Purantara) dan Dewi
Dursilawati.
Dursasana menikah dengan Dewi Saltani, putri Adipati Banjarjungut.
Dari perkawinan ini ia berputra seorang lelaki bernama Dursala. Dursasana berbadan
besar, gagah dan bermulut lebar, mempunyai watak dan sifat; takabur, gemar
bertindak sewenang-wenang, besar kepala, senang meremehkan dan menghina
orang lain.
Dursasana mempunyai pusaka sebuah keris yang luar biasa besarnya bernama Kyai
Barla.
Dursasana mati di medan perang Bharatayuda oleh Bima/Werkudara dalam keadaan
sangat menyedihkan.
Dadanya dibelah dengan kuku Pancanaka. Darah yang menyembur ditampung Bima
untuk memenuhi sumpah Dewi Drupadi, yang akan dibuat kramas dan mencuci
rambutnya.
Anggota tubuh dan kepala Dursasana hancur berkeping-keping, dihantam gada
Rujakpala.
62
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DURSILAWATI
DEWI DURSILAWATI adalah satu-satunya wanita
dari 100 (seratus) orang putra Prabu Drestarasta,
raja negara Astina dengan permaisuri Dewi
Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi
Gandini dari negara Gandaradesa.
Diantara 100 orang, keluarga Kurawa yang
dikenal dalam pedalangan adalah; Duryudana
(raja Negara Astina), Bogadatta (raja negara
Turilaya), Bomawikata, Citraksa, Citraksi,
Carucitra, Citrayuda, Citraboma, Dursasana
(Adipati Banjar Jumut), Durmuka, Durmagati,
Durgempo, Gardapati (raja negara Bukasapta),
Gardapura, Kartamarma (raja negara
Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda,
Wikataboma, dan Widandini (raja negara
Purantara).
Dewi Dursilawati sangat dimanja oleh orang
tuanya dan saudara-saudaranya.
Hidupnya serba mewah, keinginanya selalu terlaksana.
Dewi Dursilawati jarang sekali keluar dari lingkungan istana.
Wataknya bersahaja, menarik hati, gaya dan kata-katanya serba menarik.
Dewi Dursilawati menikah dengan Arya Sinduraja/Arya Tirtanata atau lebih dikenal
dengan nama Arya Jayadrata, raja negara Sindu.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Arya Wiruta dan
Arya Surata.
Setelah berakhirnya perang Bharatayuda dengan tewasnya suaminya, Arya Jayadrata
dan seluruh saudaranya dimedan perang Kurusetra, Dewi Dursilawati tinggal dinegara
Sindu bersama putranya, Arya Surata yang bertahta menjadi raja negara Sindu
menggantikan ayahnya.
Sesekali ia datang kenegara Astina untuk membangun dan melanggengkan
keakraban hubungan kekeluarga dengan keluarga Pandawa dan keturunannya.
63
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
DURYUDANA
DURYUDANA adalah putra sulung Prabu
Drestarastra, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Gandari, putri Prabu Gandara
dari negara Gandaradesa
(Plasajenar/Pedalangan Jawa). Ia bersaudara
100 (seratus) orang, --- 99 orang laki-laki dan 1
orang wanita, yang disebut dengan Sata Kurawa.
Diantaranya yang terkenal adalah ; Bogadatta
(raja negara Turilaya), Bomawikata, Citraksa,
Citraksi, Durmagati, Dursasana (Adipati
Banjarjungut), Gardapati, Gardapura (raja negara
Bukasapta), Kartamarma (raja negara
Banyutinalang) dan Patiweya.
Duryudana berwatak jujur, mudah terpengaruh
karena dungunya dan menyenangi sesuatu yang
serba enak dan bergelimang dengan
kemewahan. Sebagai pimpinan/orang yang tertua dari keluarga Kurawa yang
berdarah Kuru, Duryudana pun disebut dengan nama Kurupati. Ia juga dikenal
dengan nama Detaputra, Gendarisuta (anak Dewi Gendari), Jakawitana dan
Suyudana.
Duryudana menikah dengan Dewi Banowati, putri ketiga Prabu Salya dengan Dewi
Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh
dua orang putra bernama ; Leksmanamandrakumara dan Dewi Leksmanawati
(setelah dewasa kawin dengan Warsakusuma, putra Adipati Karna).
Duryudana pandai bermain gada, dan memiliki kesaktian kebal dari segala macam
senjata berkat daya kesaktian Minyak Tala yang membaluri/membasuh seluruh
tubuhnya. Ia gugur dalam perang Bhatarayuda melawan Bima. Tubuhnya hancur
terkena hantaman Gada Rujakpala.
64
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
EKALAYA
EKALAYA atau Ekalya (Mahabharata) dalam
cerita pedalangan dikenal pula dengan nama
Palgunadi.
Ekalaya adalah raja negara Paranggelung.
Ekalaya mempunyai isteri yang sangat cantik dan
sangat setia bernama Dewi Anggraini, putri
hapsari/bidadari Warsiki.
Ekalaya seorang raja kesatria, yang selalu
mendalami olah keprajuritan dan menekuni ilmu
perang.
Ekalaya sangat sakti dan sangat mahir
mampergunakan senjata panah.
Ekalaya juga mempunyai cincin pusaka bernama
Mustika Ampal yang menyatu dengan ibu jari
tangan kanannya.
Ekalaya berwatak; jujur, setia, tekun dan tabah,
sangat mencintai istrinya. Dalam perselisihannya dengan Arjuna, dengan penuh
keikhlasan Ekalaya merelakan ibu jari tangan kanannya dipotong oleh Resi Durna,
yang mengakibatkan kematiaannya karena cincin Mustika Ampal lepas dari tubuhnya.
Menjelang kematiaanya, Ekalaya berjanji akan membalas kematiannya pada Resi
Durna.
Dalam perang Bharatayuda kutuk dendam Ekalaya menjadi kenyataan. Arwahnya
menyatu dalam tubuh Arya Drestadyumna satria Pancala, yang memenggal putus
kepala Resi Drona hingga menemui ajalnya.
ENDRA / INDRA
SANGHYANG INDRA adalah Dewa Keindahan
yang memerintan dan menguasai bidadari /
hapsari di Kahyangan Kainderan. Ia merupakan
putra ketiga Sanghyang Manikmaya, raja
Tribuana dengan permasuri Dewi Umayi.
Sanghyang Indra mempunyai lima orang saudara
kandung masing-masing bernama, Sanghyang
Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Bayu,
Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Ia juga
mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu,
putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi
Umarakti yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang
Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Indra sangat sakti. Apabila
bertiwikrama mempunyai perbawa halilintar. Ia
juga mempunyai kendaraan gajah yang sangat
besar bernama Erawana. Sanghyang Indra
mempunyai perwatakan ; pengasih, penyayang
dan cinta kepada seni serta keindahan. Ia bertahta di Kahyangan Tinjamaya dan
65
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
mempunyai istri bernama Dewi Wiryati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tujuh
orang putra-putri masing-maising bernama : Dewi Tara, Dewi Tari, Bathara Citrarata,
Bathara Citragama, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara
Harjunawangsa.
Putri Sanghyang Indra, Dewi Tara dianugerahkan kepada Prabu Sugriwa, raja kera
kerajaan Goa Kiskenda yang kemudian diambil Resi Subali dan mempunyai anak
berujud wanara (manusia kera) bernama Anggada. Sedangkan Dewi Tari menjadi istri
Prabu Dasamuka, raja raksasa kerajaan Alengka dan mempunyai anak bernama
Indrajid atau Megananda.
Sanghyang Indra pernah menjadi raja di Arcapada di negara Medanggana bergelar
Maharaja Sukra. Ia juga pernah berubah wujud menjadi brahmana tua bernama Resi
Padya untuk membangunkan tapa Arjuna yang bergelar Bagawan Ciptaning di Goa
Mintaraga, hutan Kaliasa gunung Indrakila.
ERAWATI
DEWI ERAWATI adalah putri sulung Prabu Salya
raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi
Pujawati/Setyawati putri tunggal Bagawan
Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia
mempunyai empat saudara kandung masing-
masing bernama; Dewi Surtikanti, Dewi Banowati,
Arya Burisrawa dan Bambang Rukmarata.
Dewi Erawati menikah dengan Prabu
Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura, putra
Prabu Basudewa dari permaisuri Dewi
Mahindra/Maerah (Ped. Jawa). Dari perkawinan
tersebut ia memperoleh dua orang putra
bernama; Winata dan Wimuka/Wilmuka.
Dewi Erawati berwatak; penuh belas kasih, setia,
sabar dan wingit. Ia dan suaminya hidup tenang
dan bahagia sampai masa sesudah perang
Bharatayuda. Hal ini karena mereka sekeluarga
berada di luar pertikaian keluarga Kurawa dan keluarga Pandawa yang meletus dalam
perang Bharatayuda.
66
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GAGAKBAKA
GAGAKBAKA adalah patih negara Jodipati,
semenjak jaman Arya Dandunwacana, sampai
kemudian diserahkan kepada Bima/Werkudara
setelah keluarga Pandawa berhasil membangun
negara Amarta di bekas hutan Mertani.
Gagakbaka berperawakan tinggi besar dan gagah
perkasa.
Gagakbaka sangat setia dan taat dalam
pengabdiannya terhadap negara dan
junjungannya.
Gagakbaka pernah disuruh oleh Bima pergi
kepertapaan Pandansurat untuk meminta
kesediaan Resi Prancandaseta (Kera putih)
menari di alun-alun negara Dwarawati
memeriahkan upacara perkawinan Arjuna dengan Dewi Sumbadra.
Pada mulanya Resi Pancandaseta menolak. Tapi setelah kalah berperang melawan
Gagakbaka akhirnya bersedia pula datang dan menari di alun-alun Dwarawati.
Gagakbaka ikut terjun ke medan perang Bharatayuda memimpin pasukan balatentara
Jodipati.
Gagakbaka tewas dalam pertempuran melawan Prabu Salya, raja negara Mandaraka.
GAGAR MAYANG
DEWI GAGARMAYANG adalah bidadari
keturunan Sanghyang Triyarta. Ia mempunyai
saudara kembar yang bernama Dewi Prabasini.
Meski memiliki bentuik badan yang kurus, namun
karena kecantikannya dan daya sensualnya yang
tinggi, Dewi Gagarmayang oleh Sanghyang
Manikmaya ditetapkan sebagai salah satu dari
tujuh bidadari Upacara di Suralaya. Keenam
bidari upacara lainnya adalah ; Dewi Supraba,
Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi
Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama.
Kecantikan Dewi Gagarmayang pernah
menggoncangkan Suralaya, ketika Bathara
Kalayuwana, putra Bathara Kala dengan Dewi
Durga yang ingin memperistri Dewi Gagarmayang
ditolak Bathara Guru. Perang tak dapat
dihindarkan antara para dewa Suralaya melawan
para raksasa dan makhluk-makhluk siluman dari
Setragandamayit. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun ke
arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri
dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi Brahmanisri adalah putrid sulung
Sanghyang Brahmn dengan Dewi Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi
Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan
raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka.
67
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Dalam kisah ―Arjuna Wiwaha‖ Dewi Gagarmayang pernah turun ke arcapada bersama
keenam bidadari upacara Suralaya lainnya melaksanakan perintah Sanghyang Indra,
untuk membuyarkan atau menggagalkan Arjuna yang sedang bertapa di Goa
Mintaraga, hutan Kaliasa di lereng gunung Indrakilo.
GANDABAYU
PRABU GANDABAYU adalah raja negara
Pancala.
Konon ia masih keturunan Resi Suksrana, murid
Resi Boma, nama samaran Bathara Bayu ketika
menjadi raja di negara Medanggora.
Prabu Gandabayu menikah dengan Dewi
Gandarini, dan berputra dua orang bernama;
Dewi Gandawati dan Arya Gandamana.
Prabu Gandabayu menurut wujudnya telah
mencerminkan wataknya; gagah berani, teguh
sentosa, bersahaja, pendiam dan sakti.
dikawinkan dengan Arya Prabu Gandabayu mempunyai hubungan yang
Pandudewanata. sangat karib dengan Prabu Pandudewanata, raja
negara Astina, sehingga Dewi Gandawati
Sucitra, punggawa dan murid kesayangan Prabu
Prabu Gandabayu memerintah negara Pancala sampai mangkatnya.
Karena penggantinya, putra mahkota Arya Gandamana tidak bersedia memegang
kedudukan raja dan lebih senang menjabat Patih di negara Astina.
GANDAMANA
ARYA GANDAMANA adalah putra mahkota
negara Pancala. Putra Prabu Gandabayu dengan
permaisuri Dewi Gandarini.
Arya Gandamana mempunyai kakak kandung
bernama Dewi Gandawati. Arya Gandamana
adalah kesatria yang tiada tandingannya.
Arya Gandamana berwajah tampan, gagah,
tegap, pendiam, pemberani, kuat dan sakti serta
memiliki ilmu andalan Aji Bandungbandawasa
dan Glagah Pangantol-atol.
Arya Gandamana pernah menderita penyakit
yang tak tersembuhkan. Penyakit itu baru
sembuh setelah ia berikrar, mengucapkan
sumpah tidak akan menjadi raja sesuai wangsit
Dewata.
Gandamana kemudian pergi mengabdikan ke negara Astina kehadapan Prabu
Pandu, dan diangkat menjadi patih negara Astina.
68
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Jabatan itu dipegangnya sampai ia harus meninggalkan negara Astina karena
penghianatan Sakuni.
Ketika ayahnya, Prabu Gandabayu meninggal, Gandamana tetap teguh dengan
sumpahnya.
Arya Gandamana relakan haknya menjadi raja kepada kakak iparnya, Arya Sucitra
yang menjadi raja Pancala bergelar Prabu Drupada.
Akhir riwayat Gandamana diceritakan; menurut Mahabharata, Gandamana tewas
dalam peperangan melawan Bima saat terjadi penyerbuan anak-anak Kurawa dan
Pandawa ke negara Pancala atas perintah Resi Durna. Sedangkan menurut
pedalangan, Gandamana tewas dalam peperangan melawan Bima saat ia melakukan
pasanggiri/sayembara tanding dalam upaya mencarikan jodoh untuk Dewi Drupadi.
GANDAWATI
DEWI GANDAWATI adalah putri sulung Prabu
Gandabayu, raja negara Pancala atau
Pancalaradya (pedalangan Jawa) dengan
permaisuri Dewi Gandarini.
Dewi Gandawati mempunyai seorang adik
kandung bernama Arya Gandamana yang
menjadi patih negara Astina pada jaman
pemerintahan Prabu Pandu.
Dewi Gandawati seorang putri cantik jelita, luhur
budinya, bijaksana, sabar dan teliti serta setia. Ia
sangat berbakti terhadap suaminya.
Dewi Gandawati menikah dengan Arya Sucitra,
putra Arya Sangara dari Hargajambangan yang
telah lama mengabdi dan berguru pada Prabu
Pandu di negara Astina.
Sepeninggal Prabu Gandabayu, Arya Sucitra, suaminya naik tahta kerajaan Pancala,
bergelar Prabu Drupada.
Hal ini karena Gandamana menolak untuk dinobatkan menjadi raja.
Dari perkawinan tersebut Dewi Gandawati memperoleh tiga orang putra, masing-
masing bernama:
1. Dewi Drupadi atau Pancali (Mahabharata) yang kemudian menjadi istri Prabu
Yudhistira, raja negara Amarta.
2. Dewi Srikandi, yang kemudian menjadi istri Arjuna, 3. Dretadyumna/ Trustajumena,
yang dalam perang Bharatayuda berhasil membunuh Resi Durna.
Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Gandawati ikut belapati, terjun ke dalam pancaka
(api pembakaran jenasah) Prabu Drupada, suaminya yang gugur di medan perang
Bharatayuda melawan Resi Durna.
69
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GANESA
BATHARA GANESA disebut pula dengan nama
Bathara Gana. Ia dewa ilmu pengetahuan
berwujud raksasa berkepala gajah. Bathara
Ganesa adalah putra Bathara Guru/Sanghyang
Manikmaya dengan Dewi Uma. Ia lahir atas
keinginan Bathara Guru yang menginginkan
seorang putra yang ahli dalam hal mendidik. Hal
ini karena Bathara Guru ingin menyadarkan
Prabu Nilarudraka, raja raksasa dari negara
Glugutinatar yang dengan pasukan gajahnya
mengamuk di Suralaya agar keinginannya
memperistri Dewi Garmayang dikabulkan Bathara
Guru.
Dewi Uma yang saat itu sedang mengandung,
sangat terkejut dan lari ketakukan begitu melihat
gajah Erawana, kendaran Bathra Indra, yang
sangat luar biasa dalam bentuk dan wujudnya serta mempunyai kesan sangat
mengerikan dan menakutkan. Pengaruh ketakutan itu terwujud pada kelahiran
putranya yang berwujud raksasa berkepala gajah. Anak tersebut kemudian diberi
nama Bathara Ganesa.
Bathara Ganesa kemudian dibawa ke medan perang untuk dihadapkan dengan Prabu
Nilarudraka. Dalam peperangan, Bathara Ganesa akhirnya dapat membunuh dan
membinasakan Prabu Nilarudraka, sedangkan pasukan gajah Glugutinatar dapat
dihancurkan pasukan gajah Suralaya dibawah pimpinan Batahra Indra yang menaiki
gajah Erawana.
Dalam masa hidupnya, Bathara Ganesa bertugas memberi pelajaran ilmu
pengetahuan kepada umat di Tribuana. Oleh karena itu ia diagung-agungkan sebagai
lambang sumber segala ilmu.
GARDAPATI
GARDAPATI adalah putra Prabu Drestarasta,
raja negara Astina dengan permaisuri Dewi
Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi
Gandini dari negara Gandaradesa.
Gardapati bersaudara 100 orang --{99 orang pria
dan 1 orang wanita} yang disebut Sata Kurawa.
Diantaranya yang dikenal dalam pedalangan
adalah Duryudana (raja Negara Astina),
Bogadatta (raja negara Turilaya), Bomawikata,
Citraksa, Citraksi, Carucitra, Citrayuda,
Citraboma, Dursasana (Adipati Banjarjungut),
Durmuka, Durmagati, Durgempo, Gardapura ,
Kartamarma (raja negara Banyutinalang),
Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Wikataboma,
Widandini (raja negara Purantara) dan Dewi
Dursilawati.
70
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Gardapati berwatak keras hati, congkak, cerdik dan licik. Ia pandai dalam olah
ketrampilan mempergunakan senjata gada dan lembing.
Dengan kesaktiannya, ia berhasil merebut negara Bukasapta, dan mengangkat
dirinya menjadi raja bergelar Prabu Gardapati.
Adik kesayangannya Gardapura di angkat menjadi raja muda bergelar Prabu Anom
Gardapura.
Saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Gardapati diangkat menjadi senapati
perang Kurawa dengan senapati pendamping Prabu Wresaya, raja negara
Glagahtinalang.
Gardapati tewas dalam peperangan melawan Bima. Tubuhnya hancur dihantam gada
Rujakpala.
GARENG
GARENG lazim disebut sebagai anaknya Semar, dan
masuk dalam golongan panakawan. Aslinya, Gareng
bernama Bambang Sukskati, putra Resi Sukskadi dari
padepokan Bluluktiba.
Bertahun-tahun Bambang Sukskati bertapa di bukit
Candala untuk mendapatkan kesaktian.
Setelah selesai tapanya, ia kemudian minta ijin pada
ayahnya untuk pergi menaklukan raja-raja.
Di tengah perjalanan Bambang Sukskati bertemu
dengan Bambang Panyukilan, putra Bagawan
Salantara dari padepokan Kembangsore. Karena
sama-sama congkaknya dan sama-sama
mempertahankan pendiriannya, terjadilah peperangan
antara keduanya.
Mereka mempunyai kesaktian yang seimbang,
sehingga tiada yang kalah dan menang.
Mereka juga tak mau berhenti berkelahi walau tubuh mereka telah saling cacad tak
karuan.
Perkelahian baru berakhir setelah dilerai oleh Semar/Sanghyang Ismaya. Karena
sabda Sanghyang Ismaya, berubahlah wujud keduanya menjadi sangat jelek.
Tubuh Bambang Sukskati menjadi cacad. Matanya juling, hidung bulat bundar, tak
berleher, perut gendut, kaki pincang, tangannya bengkok/tekle/ceko (Jawa).
Oleh Sanghyang Ismaya namanya diganti menjadi Nala Gareng, sedangkan
Bambang Panyukilan menjadi Petruk.
Nala Gareng menikah dengan Dewi Sariwati, putri Prabu Sarawasesa dengan
permaisuri Dewi Saradewati dari negara Salarengka, yang diperolehnya atas bantuan
Resi Tritusta dari negara Purwaduksina.
Nala Gareng berumur sangat panjang, ia hidup sampai jaman Madya.
71
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GATOTKACA
GATOTKACA adalah putra Bima/Werkudara,
dengan Dewi Arimbi, putri Prabu Arimbaka, raja
raksasa negara Pringgondani dengan raseksi
Hidimba. Ia memiliki dua saudara lelaki lain ibu,
yaitu ; Raden Anantareja --- putra Bima dengan
Dewi Naganini, dan Raden Anantasena --- putra
Bima dengan Dewi Urangayu.
Saat masih bayi Gatotkaca dijadikan jago
Kadewatan membinasakan Prabu Pracona dan
patihnya, Sakipu, yang mengamuk di
Jonggringsaloka karena pinangannya memperistri
Bathari Prabasini, ditolak Bathara Guru. Sebelum
diadu perang, lebih dulu Gatotkaca dimasukkan
kedalam Kawah Candradimuka dan diaduk
dengan berbagai jenis senjata milik para dewa.
Atas jasanya tersebut, ia mendapat anugrah dewata berupa tiga pusaka sakti, yaitu :
1. Baju/Kutang Antakusuma.
2. Caping Basunanda, dan
3. Sepatu Pada Kucarma,
Setelah dewasa, Gatotkaca diangkat menjadi raja negara Pringgondani,
menggantikan ibunya. Ia mempunyai 3 (tiga) orang istri dan 3 (tiga) orang putra lelaki.
Mereka adalah :
1. Arya Jayasupena , dari ibu Dewi Sumpani.
2. Arya Sasikirana , dari ibu Dewi Pergiwa.
3. Suryakeca , dari ibu Dewi Suryawati.
Gatotkaca mempunyai sifat perwatakan ; berani, teguh, tangguh, cerdik pandai,
waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Ia
sangat sakti, memiliki Aji Narantaka, pemberian Resi Seta.
Gatotkaca juga dikenal dengan nama ; Arimbiatmaja, Bimasiwi, Guritna, Gurudaya,
Kacanegara (= teladan cintanya terhadap negara), Purbaya, Kancingjaya (= kunci
kemenangan), Bambang Tetuka. Akhir riwayatnya diceritakan, gugur dalam perang
Bharatayuda oleh panah Kunta milik Adipati Karna, raja negara Awangga.
72
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GENDARI
DEWI GENDARI adalah putra Prabu Gandara,
raja negara Gandaradesa dengan permaisuri
Dewi Gandini.
Dewi Gendari mempunyai tiga orang saudara
kandung, masing-masing bernama ; Arya Sakuni,
Arya Surabasata dan Arya Gajaksa.
Dewi Gendari menikah dengan Prabu
Drestarasta, raja negara Astina, putra Prabu
Kresnadwipayana/Bagawan Abiyasa dengan
permaisuri Dewi Ambika.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh 100
(seratus) orang anak, tetapi pada waktu lahirnya
berwujud gumpalan darah kental, yang oleh Dewi
Gendari dicerai beraikan menjadi seratus
potongan, dan atas kehendak Dewata menjelma
menjadi bayi Manusia.
Keseratus putra Dewi Gandari tersebut dikenal
dengan nama Sata Kurawa.
Diantara mereka yang terkenal dalam pedalangan adalah: Duryudana (raja negara
Astina). Bogadatta, (raja negara Turilaya), Carucitra, Citrayuda, Citraboma,
Dursasana (Adipati Banjarjungut), Durmuka, Durmagati, Durgempo, Gardapati (raja
negara Bukasapta), Gardapura, Kartamarma (raja negara Banyutinalang), Kartadenta,
Surtayu, Surtayuda, Wikataboma, Widandini (raja negara Purantara) dan Dewi
Dursilawati.
Dewi Gendari mempunyai sifat kejam dan bengis.
Dewi Gendari selalu mementingkan diri sendiri dan tidak segan-segan berkhianat
serta pendendam.
Dendam dan kebenciannya terhadap Pandu, menjadi penyebab utama kebencian
anak-anaknya, Kurawa terhadap Pandawa.
Dewi Gendari mati terjun ke dalam Pancaka/api pembakaran jenazah bersama Dewi
Kunti dan Prabu Drestarasta setelah berakhirnya perang Bharatayuda.
73
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GORAWANGSA
PRABU GORAWANGSA adalah raja raksasa
negara Guwabarong. Ia mempunyai adik kandung
bernama Ditya Suratimantra. Mereka masih
keturunan Bathara Kalagotama, putra Bathara
Kala dengan Dewi Pramuni/Bathari Durga dari
kahyangan Setragandamayit.
Sebagai keturunan Dewi Pramuni, Prabu
Gorawangsa sangat sakti. Ia mempunyai Aji
Kemayan yang dapat beralih rupa sesuai dengan
kehendaknya. Gorawangsa berwatak angkara
murka, serakah, tinggi hati, suka menurutkan kata
hati. Karena ingin membalas dendam atas
kematian leluhurnya di negara Mandura, dengan
beralih rupa/wujud menjadi Prabu Basudewa
(palsu), Gorawangsa memasuki keputrian
Mandura dan berman asmara dengan Dewi
Mahindra/Maerah, permaisuri Prabu Basudewa.
Saat itu Prabu Basudewa bersama kedua
adiknya, Arya Prabu Rukma dan Arya Ugrasena
sedang melakukan pesta perburuan di hutan.
Perbutan culas Gorawangsa akhirnya dapat diketahui oleh Arya Prabu Rukma yang
lebih dulu kembali ke Mandura. Gorawangsa akhirnya tewas dalam peperangan
melawan Arya Prabu Rukma. Namun akibat dari perbuatannya itu, Dewi Maerah
menjadi hamil, dan melahirkan n seorang putra setengah raksasa yang diberi nama
Kangsa/Kangsadewa. yang setalah deasa menjadi raja di negara Sengkapura.
GOTAMA
RESI GOTAMA adalah seorang brahmana di
pertapaan Dewasana /Grastina. Ia putra tunggal
Resi Dewasana, putra sulung Bathara
Dewanggana yang merupakan cucu buyut
Bathara Surya. Resi Gotama bersaudara sepupu
dengan Prabu Heriya, raja negara Maespati yang
merupakan kakek Prabu Arjunasasrabahu , dan
Resi Wisanggeni dari pertapaan Ardi Sekar yang
merupakan kakek dari Bambang Sumantri dan
Ramaparasu (Ramabargawa).
Resi Gotama sangat sakti dan termasyur dalam
ilmi Kasidan. Resi Gotama menikah dengan Dewi
Indradi/Windradi, seorang bidadari keturunan
Bathara Asmara. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh tiga orang putra masing-masing
bernama; Dewi Anjani, Subali/Guwarsi dan
Sugriwa/Guwarsa. Malapetaka telah terjadi atas
keluarganya akibat Cupumanik Astagina, milik
Dewi Indradi sebagai hadiah perkawinan dari
Bathara Surya. Cupu yang diberikan kepada Dewi Anjani menjadi perebutan dengan
Subali dan Sugriwa. Dewi Indradi yang bersikap membisu tentang asal-usul Cupu
74
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
tersebut, dikutuk oleh Resi Gotama menjadi tugu batu dan dibuang ke angkasa jatuh
di wilayah negara Alengka.
Untuk keadilan Resi Gotama membuang Cupumanik Astagina ke udara untuk
diperebutkan ketiga putranya. Cupu jatuh di hutan pecah menjadi dua buah telaga
bernama telaga Sumala dan telaga Nirmala. Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa yang
terjun ke dalam telaga Sumala berubah wujud menjadi kera. Untuk menebus
kesalahan dan agar bisa kembali menjadi manusia. Resi Gotama menganjurkan
ketiga putranya untuk pergi bertapa. Dewi Anjani bertapa nyantika (seperti katak) di
telaga Madirda, Subali melakukan tapa ngalong (seperti kelelawar) dan Sugriwa
melakukan tapa seperti kijang di hutan Sunyapringga.
Resi Gotama meninggal dalam usia lanjut, menyusul kematian Dewi Anjani yang baru
saja melahirkan Anoman.
GUNADEWA
ARYAGUNADEWA adalah putra Prabu Kresna,
raja negara Dwarawati dari permaisuri Dewi
Jembawati, putri Resi Jembawan dengan Dewi
Trijata dari pertapaan Gadamadana. Ia
mempunyai kakak kandung bernama Raden
Samba/Wisnubrata. Gunadewa juga memiliki 6
(enam) saudara lain ibu, yaitu : Saranadewa
(berujud raksasa), Partadewa dan Dewi
Sitisari/Titisari (dari permaisuri Dewi Rukmini),
Arya Setyaka (dari permaisuri Dewi Setyaboma),
Bambang Sitija/Prabu Bomanarakasura dan Dewi
Siti Sundari (dari permaisuri Dewi Pertiwi).
Ia sangat tekun bertapa hingga memilki
berbagaiimu kesaktian. Ia jugamenguasai
berbagai ajaran Weda dan hidup sebagai
brahmana bersama kakeknya, Resi Jembawan di
pertapaan Gadamadana.
Gunadewa berumur sasngat panjang. Bersama
Saranadewa, saudara lain ibu yang berudjud raksasa, mereka merupakan dua
saudara yang tidak terlibat dalam perang gada sesama wangsa Yadawa yang
memusnahkan semua keturunan Prabu Yadu. Gunadewa mati moksa dalam usia
sangat lanjut.
75
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
GURU / MANIKMAYA
SANGHYANG MANIKMAYA adalah putra ketiga
Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi
Rekatama, raja Samodralaya. Ia mempunyai dua
saudara kandung masing-masing bernama ;
Sanghyang Tejamaya/Antaga dan Sanghyang
Ismaya. Sanghyang Manikmaya juga mempunyai
tiga orang saudara seayah lain ibu putra Dewi
Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari
Selong, masing-masing bernama ; Sanghyang
Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan
Sanghyang Darmastuti.
Sanghyang Manikmaya mempunyai 27 nama
gelar, tapi yang dikenal diantaranya ; Sanghyang
Jagadnata, Sanghyang Jagadpratingkah,
Sanghyang Pramesti Guru, Sanghyang Siwa dan
Sanghyang Girinata. Sanghyang Manikmaya
adalah seorang tokoh yang mempunyai
kekuasaan tertinggi di dalam dunia pewayangan.
Ia menguasai tiga benua yaitu; Mayapada (dunia
Kadewatan), Madyapada (dunia makluk halus)
dan Arcapada (dunia Fana/ dunia manusia di
bumi).
Sanghyang Manikmaya bersemayam di Kahyangan Jonggrisaloka. Ia mempunyai dua
orang permaisuri, keduanya putri Umaran, hartawan di Merut dengan Dewi Nurweni,
putri Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Permaisuri I, Dewi Umayi berputra enam
orang msing - masing bernama : Batahra Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra,
Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala. Permaisuri II bernama Dewi
Umarakti/Umaranti, berputra tiga orang masing-masing bernama ; Bathara Cakra,
Bathara Mahadewa dan Bathara Asmara.
Sanghyang Manikmaya mempunyai pusaka sakti bernama Cis Kalaminta dan senjata
Trisula. Ia juga memiliki aji kesaktian bernama : Aji Kawrastawan (kewaspadaan), Aji
Pangambaran (pemberantasan) dan Aji Kemayan yang dapat beralih rupa sesuai
dengan kehendaknya.
76
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
HIRANYA KASIPU
HIRANYA KASIPU adalah raja raksasa negara
Alengka pertama. Bertahun-tahun ia bertapa di
dasar samudra untuk mendapatkan kesaktian
yang luar biasa; tidak terkalahkan oleh manusia
dan makhluk lainnya di Tribuana (jagad
Mayapada, Masdyapada dan Arcapada). Karena
ketekunan dan kesungguhannya bertapa, Dewata
mengabulkan permohonannya.
Prabu Hiranyakasipu kemudian menyerang
negara Banapura. Prabu Nasa dapat ditaklukkan
dan Dewi Nariti, putri Prabu Nasa diambil sebagai
istrinya. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh
seorang putra dan dua orang putri, masing-
masing bernama; Banjaranjali, Dewi Kasipi dan
Dewi Kistapi. Ketiga putranya ini kelak menjadi
menantu Sanghyang Brahma. Banjaranjali
menikah dengan Dewi Bremani. Dewi Kasipi dengan Bathara Brahmanatiyasa dan
Dewi Kistapi dengan Bathara Brahmanayana.
Prabu Hiranyakasipu kemudian bersekutu dengan Prabu Hiranyawreka, raja negara
Kasi untuk menyerang negara Medanggili dan menaklukkan Maharaja Sunda
(penjelmaan Sanghyang Brahma). Dalam peperangan tersebut Prabu Hiranyakasipu
dan Prabu Hiranyawreka akhirnya dapat dibinasakan oleh Maharaja Suman
(pemjelmaan Sanghyang Wisnu) raja negara Medangpura, yang berubah wuiud
menjadi Narasinga (orang berkepala harimau).
INDRAJIT
INDRAJID atau Megananda (pedalangan Jawa)
adalah putra mahkota negara Alengka. Ia adalah
putra Prabu Rahwana/Dasamuka dengan
permaisuri Dewi Tari, putri Bathara Indra dengan
Dewi Wiyati. Indrajid mempunyai beberapa orang
saudara seayah lain ibu masing-masing bernama
; Pratalamariyam dari ibu Dewi Urangrayung,
Yaksadewa, Trisirah dan Trimuka dari ibu Dewi
Wisandi serta Trimurda.
Selain sakti, Indrajid juga menpunyai pusaka-
pusaka andalan yang tiada tanding, antara lain;
Panah Nagapasa, Senjata Rantai dan Ajisirep
Megananda. Ia juga mempunyai kereta perang
yang ditarik raksasa berkepala singa bernama Yaksasinga. Indrajid mepunyai sifat
mudah naik darah, wataknya bengis, kejam dan mau menangnya sendiri. Ia
merupakan senapati perang andalan Prabu Dasamuka yang bertugas menaklukan
negara-negara sekitarnya, Indrajid mempunyai seorang istri bernama Dewi Sumbaga,
putri dari negara Kotawindu.
Pada waktu pecah perang besar Alengka, negara Alengka diserang balatentara kera
Prabu Rama dalam upaya membebaskan Dewi Sinta yang disekap Prabu Dasamuka,
Indrajid tampil sebagai senapati perang Alengka. Ia berperang melawan Jaya
Anggada saudara sepupunya sendiri., putra Resi Subali dengan Dewi Tari. Keduanya
77
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
sama-sama sakti dan perkasa. Perang antara kedua cucu Bathara Indra itu
berlangsung seru dan dahsyat, disaksikan para Dewa dan bidadari. Tapi akhirnya,
Indrajid dapat dibinasakan oleh Laksamana dengan panah sakti Surawijaya.
IRAWAN
BAMBANG IRAWAN adalah putra Arjuna, salah
satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi
Ulupi, putri Bagawan Kanwa (Bagawan
Jayawilapa-pedalangan Jawa), dari pertapaan
Yasarata.
Bambang Irawan mempunyai 13 orang saudara
lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras,
Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni,
Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang
Pregiwati, Prabukusuma, Wijanarka, Antakadena
dan Bambang Sumbada.
Irawan lahir di pertapaan Yasarata dan sejak kecil
tinggal di pertapaan bersama ibu dan kakeknya.
Irawan berwatak tenang, jatmika, tekun dan
wingit.
Menurut kisah pedalangan Irawan tewas dalam
peperangan melawan Ditya Kalasrenggi putra
Prabu Jatagempol dengan Dewi Jatagini dari
negara Gowabarong, menjelang pecah perang Bharatayuda.
Sedangkan menurut Mahabharata, Irawan gugur dalam awal perang Bharatayuda
melawan Ditya Kalaseringgi, raja negara Gowabarong yang berperang di pihak
keluarga Kurawa/Astina.
IRIM-IRIM
DEWI IRIMIRIM dikenal pula dengan nama Dewi
Surendra (pedalangan Jawa), yang mempunyai
arti ; ―Seorang yang nafsu birahinya (semangat
keseksualannya) amat besar.‖ Dewi Irimirin
adalah salah seorang diantara bidadari upacara
Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi
Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irnimirin,
Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi
Warsiki dan Dewi Wilutama.
Karena kecantikannya Dewi Irimirin pernah
menimbulkan peperangan hebat amtara Suralaya
dengan negara Nusahambara. Prabu
Kalimantara, raja raksasa negara tersebut
mengutus kedua senapati perangnya Arya Dadali
dan Arya Sarotama untuk melawar Dewi Irimirin.
Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu
Kalimantara mengerahkan angkatan perangnya
untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang
78
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
dewa tidak dapat membendung serangan negara Nusahambara. Kesaktian Prabu
Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan oleh para dewa. Dewa
kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari pertapaan
Retawu untuk menghadapinya.
Dengan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membinasakan Prabu Kalimantara, Arya
Dadali dan Sarotama yang kemudian berubah wujud menjadi pusaka-pusaka
kadewatan berupa ; Jamus Kalimasada, panah Ardadadali dan panah Sarotama.
Dengan peristiwa tersebut. Dewi Irimirin merupakan bidadari pertama yang menjadi
awal mula turunnya pusaka-pusaka kadewatan diberikan kepada umat arcapada.
ISMAYA
SANGHYANG ISMAYA (Semar) adalah putra
kedua Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi
Rekatama, raja Samodralaya. Ia mempunyai dua
saudara kandung bernama Sanghyang
Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang
Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai
tiga orang saudara kandung seayah lain ibu,
putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka
dari Selong, masing-masing bernama ;
Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang
Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama
Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah
dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening.
Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10
orang putra masing-masing bernama ; Bathara
Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera,
Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara
Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
Sanghyang Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang
Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang
berhak menjadi raja Tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh
Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor.
Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit telur, kemudian Sanghyang
Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning
telur.
Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke
Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara
dan berganti nama menjadi Togog.
79
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
JAMADAGNI
JAMADAGNI adalah putra brahmana
Ricika/Wisanggeni, putra Maharsi Brigu
(Dewatama) dari pertapaan Jatisrana, dengan
Dewi Setiawati, putri Prabu Gadi raja negara
Kanyakawaya. Ia mempunyai saudara kandung
bernama Swandagni yang menjadi brahmana di
pertapaan Ardisekar.
Jamadagni menjadi raja negara Kanyakawaya
menggantikan kakeknya, Prabu Gadi yang
meninggal karena usia lanjut. Ia menikah dengan
Dewi Renuka, putri Prabu Prasnajid. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang
putra semuanya lelaki dan yang bungsu bernama
Ramaparasu atau Jamadagni Putra.
Merasa bosan dan jenuh hidup sebagai raja
dengan segala kemewahan dan kemuliaannya,
Jamadagni memutuskan untuk hidup sebagai
brahmana. Tahta kerajaan diserahkan kepada
murid dan putra angkatnya bernama Hehaya, yang naik tahta kerajaan Kanyakawaya
bergelar Prabu Hehaya, istri dan semua anaknya diboyong masuk ke dalam hutan. Ia
membuat pertapaan bernama Dewatama dan bergelar Resi Jamadagni.
Beberapa tahun kemudian, suatu malapetaka menimpa keluarganya. Pertapaan
Dewatama diserang Prabu Hehaya. Resi Jamadagni yang membela kehormatan
keluarganya, mati dibunuh Prabu Hehaya. Sedangkan Prabu Hehaya sendiri akhirnya
mati dibunuh Ramaparasu.
JAMBUMANGLI
Ditya JAMBUMANGLI adalah putra Ditya
Maliawan, adik Prabu Sumali, raja negara
Alengka. Meskipun memiliki bentuk tubuh agak
pendek menurut ukuran raksasa, karena
ketekunanya bertapa, Jambumangli menjadi
sangat sakti.
Jambumangli sebenarnya ingin memperistri Dewi
Sukesi, putri Prabu Sumali, yang berarti saudara
sepupunya sendiri. Tetapi keinginan itu hanya
disimpan dalam hati, takut mengutarakan dengan
terus terang. Ketika Dewi Sukesi menjadi lamaran
banyak satria dan raja-raja, dan Dewi Sukesi
sendiri juga mengeluarkan persyaratan
penjabaran ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat",
Jambumangli memaksakan keinginannya kepada Prabu Sumali agar dirinya dijadikan
satu persyaratan : bahwa hanya mereka yang dapat mengalahkannya yang berhak
memperistri Dewi Sukesi.
Akhirnya Jambumangli tewas dalam pertempuran melawan Resi Wisrawa, brahmana
dari pertapaan Girijembatan yang datang melamar Dewi Sukesi untuk putranya, Prabu
Danaraja raja negara Lokapala. Resi Wisrawa juga berhasil menjabarkan ilmu "Sastra
80
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Harjendra Yuningrat" Jambumangli mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Anggota tubuhnya terpotong-poptong. Sebelum ajal merenggut jiawanya,
Jambumangli mengeluarkan kutukan, bahwa kelak akan ada anak Wisrawa yang mati
dengan cara yang sama sepertyi dirinya.
JANAKA
PRABU JANAKA adalah raja negara Mantili atau
Matila (Mahabharata), ayah Dewi Sinta. Prabu
Janaka merupakan seorang raja yang masih
keturunan Bathara Isyawa, putra ke – 2
Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi
Sripujayanti. Prabu Janaka merupakan seorang
raja yang berwatak brahmana, berperilaku adil
paramarta, bijaksana, berhati lurus dan bersih.
Prabu Janaka bersahabat baik dengan Brahmana
Kala, brahmana raksasa dari pertapaan
Dwarawati. Dari Brahmana Kala itulah ia
mendapatkan busur dan panah Dewa Siwa
sebagai persyaratan mencari jodoh untuk
putrinya, Dewi Sinta yang diyakini sebagai titisan
Batahri Sri Widowati. Menurut Brahmana Kala
hanya satria titisan Dewa Wisnu yang mampu
mengangkat busur tersebut. Apa yang dikatakan
Brahmana Kala menjadi kenyataan. Dewi Sinta
akhirnya diperistri oleh Ramawijaya, putra Prabu Dasarata, raja negara Ayodya
dengan permaisuri Dewi Kusalya. Sebagai satria titisan Dewa Wisnu, Ramawijaya
berhasil mengangkat busur Dewa Siwa dan memenangjkan Sayembara Mantili..
Prabu Janaka berumur sangat panjang. Ia meninggal setelah menyerahkan tahta
kerajaan Mantili kepada cucunya, Kusya, putra Dewi Sinta dengan Prabu
Ramawijaya.
JARASANDA
PRABU JARASANDA adalah raja negara
Magada, masih keturunan Prabu Darmawisesa,
raja raksasa dari negara Widarba.
Karenanya berbadan tinggi besar, gagah,
perkasa dan berwajah setengah raksasa.
Prabu Jarasanda berwatak angkara murka, ingin
menangnya sendiri, penganiaya, bengis, keras
hati, berani serta selalu menurutkan kata hatinya.
Prabu Jarasanda sangat sakti, dengan dukungan
sahabat karibnya yang juga sekutunya, Prabu
Supala raja negara Kadi, Prabu Jarasanda
berkeinginan menjadi raja besar yang menguasai
jagad raya.
Untuk memenuhi ambisinya, Prabu Jarasanda
81
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
bermaksud menyelenggarakan persembahan darah seratus orang raja kepada
Bathari Durga.
Karena niat jahatnya itu bertentangan dengan kodrat hidup dan dapat merusak
ketentraman jagad raya, maka ia harus berhadapan dengan Bathara Wisnu.
Prabu Jarasanda akhirnya tewas dalam pertempuran melawan Bima/Werkudara.
Tubuhnya hancur terkena hantaman gada Rujakpolo.
JATAGINI
DEWI JATAGINI berwujud raseksi. Ia istri Prabu
Jatagempol, raja raksasa negara Guwabarong.
Karena ketekunannya bertapa, ia menjadi sangat
sakti. Berwatak kejam, bengis dan pendedam.
Bersama suaminya, Prabu Jatagempol, Dewi
Jatagini menyerang negara Amarta. Ia ingin
membinasakan keluarga Pandawa, sebagai
upaya balas dendam atas kematian leluhurnya,
Prabu Kalasasradewa, raja negara Guwamiring
yang tewas dalam peperangan melawan Prabu
Pandu di nergara Mandura. Dalam pertempuran
tersebut, Prabu Jatagempol mati oleh Arjuna.
Dewi Jatagini kembali ke negara Guwabarong
dan mendidik putra tunggalnya Kalaserenggi
dengan berbagai ilmu kesaktian. Setelah
Kalasernggi dewasa, Jatagini menyuruh putranya
untuk melakukan balas dendam membunuh Arjuna. Kepergian Kalasrenggi
bertepatan dengan awal berlangsungnya perang Bharatayuda.
Di Tegal Kurusetra, Kalasrenggi kemudian bertemu dengan Irawan, putra Arjuna
dengan Dewi Ulupi, yang disangkanya Arjuna. Kalasrengi berhasil menggit mati
Irawan, tetapi akhirnya ia tewas oleh panah Hrudadali yang dilepaskan Arjuna.
Mengetahui putranya mati, Jatagini pergi mengamuk ke Kurusetra. Ia pun akhirnya
mati oleh panah Arjuna. Tubuihnya hancur oleh hantaman Kyai Sarotama.
JATASURA
JATASURA berwujud harimau yang mempunyai
rambut di lehernya. Karena ketekunannya
bertapa, ia menjadi sangat sakti dan dapat
mengerti bahasa manusia. Jatasura mempunyai
saudara sepeguruan bernama Maesasura,
raksasa berkepala kerbau. Ketika Maesasura
menjadi raja di negara Gowa Kiskenda, Jatasura
diangkat menjadi senapati perangnya, disamping
patih Lembusura (raksasa berkepala sapi) dan
Diradasura (raksasa berkepala gajah).
Sebagai saudara seperguruan, Jatasura dan Maesasura hidup dalam satu jiwa.
Artinya bila salah satu diantara mereka mati dan dilangkai oleh yang masih hidup,
maka yang mati akan hidup kembali. Karena kesaktiannya tersebut, Jatasura sangat
mendukung keinginan Prabu Maesasura untuk memperistri Dewi Tara, bidadari
82
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Suralaya putri Sanghyang Indra dari permaisuri Dewi Wiyati. Ketika lamarannya
ditolak Bathara Guru., mereka mengamuk di Suralaya dan berhasil mengalahkan para
dewa.
Bathara Guru kemudian meminta bantuan Subali dan Sugriwa, putra Resi Gotama
dengan Dewi Windradi/Indradi dari pertapaan Erraya/Grastina yang sedang bertapa di
hutan Sunyapringga. Jatasura dan Maesasura akhirnya mati sampyuh, kepala mereka
diadu kumba hingga pecah oleh Resi Subali yang memiliki Aji Pancasona.
JATAYU
JATAYU adalah burung garuda yang dapat
berbicara seperti manusia. Garuda Jatayu adalah
putra ketiga Resi Briswawa, yang berarti masih
keturunan langsung Dewi Brahmanistri, putri
Bathara Brahma. Ia mempunyai tiga saudara
kandung masing-masing bernama ; Garuda
Harna, Garuda Brihawan dan Garuda Sempati.
Jatayu bersahabat karib dengan Prabu Dasarata,
raja negara Ayodya. Mereka bersahabat sejak kecil, karena kakek Prabu Dasarata,
Bathara Kandikota bersahabat karib dengan Resi Briswawa. Ketika Jatayu
mendengar jeritan Dewi Sinta yang menyebut-nyebut nama Ramawijaya dan negara
Ayodya, tahulah Jatayu bahwa wanita yang dikempit oleh Prabu Dasamuka terbang di
atas hutan Dandaka adalah menantu Prabu Dasarata. Dengan mengerahkan seluruh
kesaktian dan kemampuannya, Jatayu berusaha merebut Dewi Sinta dari tangan
Prabu Dasamuka. Tapi Prabu Dasamuka yang memiliki Aji Rawarontek dan
Pancasona tidak terkalahkan. Tubuh Jatayu mengalami luka parah dan kedua
sayapnya putus oleh sabetan pedang Prabu Dasamuka.
Namun dalam keadaan tak berdaya, disaat menjelang ajal, Jatayu masih sempat
bertemu dengan Ramawijaya, dan memberitahukan keberadaan Dewi Sinta yang
diculik Prabu Dasamuka, raja negara Alengka
JAYADRATA ARYA JAYADRATA nama sesungguhnya adalah
Arya Tirtanata atau Bambang Sagara.
Jayadrata.
Arya jayadrata putra angkat Resi
Sapwani/Sempani dari padepokan Kalingga, yang
tercipta dari bungkus Bima/Werkudara.
Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja
negara Sindu, dan bergelar Prabu Sinduraja.
Karena ingin memperdalam pengetahuannya
dalam bidang tata pemerintahan dan tata
kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara
Astina untuk berguru pada Prabu Pandu
Dewanata.
Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia
menukar namanya dengan nama patihnya,
83
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Di negara Astina Jayadrata bertemu dengan Keluarga Kurawa, dan akhirnya diambil
menantu Prabu Drestarasta, dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat
sebagai Adipati Buanakeling.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Arya Wirata dan
Arya Surata.
Jayadrata mempunyai sifat perwatakan; berani, penuh kesungguhan dan setia.
Arya Jayadrata mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada.
Oleh Resi Sapwani ia diberi pusaka gada bernama Kyai Glinggang. Jayadrata tewas
oleh Arjuna di medan perang Bharatayuda sebagai senapati perang Kurawa.
Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti Pasopati.
JEMBAWAN
JEMBAWAN adalah putra Resi Pulastya dari
pertapan Grastina. Ia menjadi pengasuh
Subali/Guwarsi, putra Resi Gotama dengan Dewi
Indradi/Windradi. Dalam peristiwa rebutan
Cupumanik Astagina, Jembawan ikut terjun
kedalam telaga Sumala dan berubah wujud
menjadi kera.
Saat terjadi perselisihana antara Subali dengan
Sugriwa memperebutkan Dewi Tara dan kerajaan
Gowa Kiskenda, Jambawan kembali ke
pertapaan Grastina ikut mengasuh Anoman yang
setelah ditinggal mati ibunya, Dewi Anjani, diasuh
oleh Kapi Saraba. Setelah Anoman besar,
mereka kemudian mengabdi kepada Prabu
Sugriwa di Gowa Kiskenda.
Dalam perang besar Alengka, Jembawan ikut
terjun di medan pertempuran, menjadi salah satu senapati perang tentara kera.
Karena pengabdinnya itu, Jembawan kembali menjadi manusia berwajah tampan,
sehingga dapat memperistri Dewi Trijata, putri Arya Wibisana dengan Dewi Triwati
(Mahabharata). Sedangkan menurut pedalangan (Jawa), Jembawan berhasil
memperistri Dewi Trijata dengan cara beralih rupa menjadi Laksmana palsu yang
berhasil merayu Dewi Trijata. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putri
bernama Dewi Jembawati yang setelah dewasa memjadi istri Prabu Kresna, raja
negara Dwarawati.
Setelah perang Alengka, Jambawan dan keluarganya hidup di pertapaan
Gadamadana. Ia hidup sebagai brahmana. Resi Jambawan meninggal dalam usia
lanjut, jenazahnya dimakamkan di pertapaan Gadamadana.
84
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
JEMBAWATI
DEWI JEMBAWATI adalah Putri tunggal Resi
Jembawan (berwujud kera/Wanara) dari
pertapaan Gadamadana, dengan Dewi Trijata,
putri Gunawan Wibisana dengan Dewi Triwati
(seorang hapsari/bidadari) dari negara
Alengka/Singgela.
Sesuai janji Dewata kepada Dewi Trijata, ibunya,
Dewi Jembawati dapat bersuamikan Prabu
Kresna, raja negara Dwarawati, yang merupakan
raja titisan Sanghyang Wisnu yang terakhir.
Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh dua
orang putra bernama ; Samba, yang berwajah
sangat tampan, dan Gunadewa, berwujud
sebagai wanara / kera, karena garis keturunan
dari Resi Jembawan. Dewi Jembawati berwatak
jujur, setia, sabar, sangat berbakti dan penuh
belas kasih.
Selama menjadi permaisuri Prabu Kresna, ia lebih sering tinggal di pertapaan
Gadamadana mengasuh Gunadewa, daripada tinggal di istana Dwarawati.
Dewi Jembawati meninggal dalam usia lanjut dan dimakamkan di pertapaan
Gadamadana.
JUNGKUNGMARDEYA
PRABU JUNGKUNGMADEYA adalah raja negara
Awu-awulangit. Tokoh Jungkungmardeya hanya
dikenal dalam cerita pedalangan Jawa dan
dimunculkan dalam lakon "Cocogan".
Prabu Jungkungmardeya sangat sakti, selain
memiliki aji sirep juga dapat beralih rupa.
Prabu Jungkungmardeya bercita-cita ingin
memperistri Dewi Srikandi, putri kedua Prabu
Drupada dengan Dewi Gandawati dari negara
Pancala. Ketika lamarannya ditolak, dengan
beralih rupa menjadi Arya Drestadyumna (adik
Dewi Srikandi) palsu, ia berhasil memasuki
keputrian Pancala dan menculik Dewi Srikandi.
Drestadyumna yang mengetahui perbuatannya,
berusaha merebut Dewi Srikandi dari tangan
Prabu Jungkungmardeya, tapi aklhirnya tewas
terbunuh dalam peperangan.
Untuk membebaskan Dewi Srikandi, Prabu Drupada kemudian meminta bantuan
keluarga Pandawa.
Karena mati sebelum takdir, Drestadyumna dapat dihidupkan kembali oleh Prabu
Kresna, raja negara Dwarawati, berkat kesaktian Bunga Wjayakusuma.
85
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Arjuna yang mengejar ke negara Awu-awulangit berhasil menemukan Dewi Srikandi.
Prabu Jungkungmardeya akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna dengan
panah Pasopati.
KALA
BATHARA KALA adalah putra yang ke-
enam/putra bungsu Sanghyang Manikmaya, raja
Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu - satunya
yang berwujud raksasa dari ke-enam saudara
kandungnya, karena ia tercipta dari "kama salah"
Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam
samodra dan menjelma menjadi bayi rakasasa.
Ke-lima kakak kandungnya masing-masing
bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang
Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan
Sanghyang Wisnu. Bathara Kala juga mempunyai
tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi
Umakarti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang
Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan
Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi
Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang
berkahyangan di Setragandamayit. Dari
perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing
bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara
Kalagotama dan Bathara Kartinea.
Bathara Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa
ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya
dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite.
Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan
Bathara Kala.
Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan
persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja,
hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila
diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi
karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan
sebagai lambang keangkaramurkaan.
86
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KALABENDANA
ARYA KALABENDANA adalah putra bungsu
Prabu Arimbaka raja raksasa negara
Pringgandani dengan Dewi Hadimba. Ia
mempunyai tujuh orang saudara kandung,
bernama; Arimba/Hidimba, Dewi Arimbi,
Brajadenta, Prabkesa, Brajamusti, Brajalamatan
dan Brajawikalpa.
Kalabendana mempunyai sifat dan perwatakan;
sangat jujur, setia, suka berterus terang dan tidak
bisa menyimpan rahasia. Kalabendana meninggal
karena pukulan/tamparan Gatotkaca yang tidak
sengaja membunuhnya. Tamparan Gatotkaca ke
kepala Kalabendana hanya bermaksud
menghentikan teriakan Kalabendana yang
membuka rahasia perkawinan Abimanyu (putra
Arjuna dengan Dewi Sumbandra) dengan Siti Sundari (putri Prabu Kresna dengan
Dewi Pratiwi) tatkala Abimanyu akan menikah dengan Dewi Utari, putri bungsu Prabu
Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata.
Dendam Kalabendana terhadap Gatotkaca terlampiaskan saat berlangsung perang
Bharatayuda. Arwahnya mengantar/menuntun senjata Kunta yang dilepas Adipati
Karna, raja Awangga, tepat menghujam masuk ke dalam pusar Gatotkaca yang
mengakibatkan kematiannya.
KALAGUMARANG
BATHARA KALAGUMARANG adalah putra
Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari
Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, dari
kahyangan Setragandamayit. Bathara
Kalagumarang diperintahkan oleh Sanghyang
Manikmaya untuk turun ke Arcapada mencari
seperangkat gamelan ketoprak. Benda tersebut
sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya
untuk memenui permintaan Dewi Tisnowati,
wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah milik Sanghyang Kanekaputra yang
jatuh ke dalam rongga mulut Hyang Anantaboga.
Kerena mendapat wewenang untuk berbuat apa saja sesuai kehendaknya, dalan
perjalannya Bathara Kalagumarang selalu membuat keonaran. Setiap dewa yang
ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk dan
membunuh orang-orang yang tak berdosa. Tindakannya itu menimbulkan banyak
kekacauan di Arcapada.
Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu dengan Dewi Sri, istri Sanghyang
Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan bermaksud untuk memperistrinya.
Perbuatannya itu diketahui Sanghyang Wisnu yang mengutuknya menjadi babi hutan.
Mengetahui wujudnya berubah menjadi babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin
marah dan berungas. Ia terus mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di
negara Medangkamulan. Bathara Kalagumarang akhirnya mati dipanah oleh Prabu
Makukuhan, yang sesungguhnya penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu
dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati.
87
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KALAKARNA
PRABU KALAKARNA sering pula disebut dengan
nama Karnamandra (pedalangan). Ia adalah raja
raksasa negara Awangga. Ia masih keturunan
Bathara Kartinea, putra bungsu Bathara Kala
dengan Dewi Pramuni dari Kahyangan
Setragandamayit.
Sebagai keturunan Dewi Pramuni/Bathari Durga,
Prabu Kalakarna sangat sakti. Berwatak angkara
murka, serakah, tinggi hati dan mau menangnya
sendiri. Prabu Kalakarna penah menginginkan
memperistri Dewi Surtikanti, putri kedua Prabu
Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri
Dewi Pujawati/ Setyawati. Untuk memenuhi
keinginannya, Prabu Kalakarna menyuruh
punggawa kepercayaannya bernama Kidanganti
menculik Dewi Surtikanti. Dengan beralih rupa
menjadi seorang dayang, Kidanganti berhasil
berhasil melarikan Dewi Surtikanti ke negara Awangga.
Prabu Kalakarna akhirnya tewas dalam petempuran melawan Basukarna/ Suyaputra,
putra Bathara Surya dengan Dewi Kunti, yang menyerbu negara Awangga bersama
keluarga Pandawa dalam upaya membebaskan Dewi Surtikanti.
KALASRENGGI
DITYA KALASRENGGI adalah putra Prabu
Jatagempol, raja raksasa dari negara
Gowabarong dengan Dewi Jatagini. Ia
mempunyai rasa dendam terhadap Arjuna, putra
Prabu Pandu dengan Dewi Kunti dari negara
Amarta, karena ayahnya Prabu Jatagempol mati
terbunuh oleh Arjuna.
Kalasrenggi muncul bertepatan dengan awal
pecahnya perang Bharatayuda. Pada waktu ia
melayang-layang di atas Kurusetra, Kalasrenggi
melihat gambaran seorang satria mirip Arjuna. Ia
langsung menukik dan menyambarnya. Ternyata
ia salah sasaran sebab satria yang disambarnya
bukan Arjuna, melainkan Bambang Irawan, putra
Arjuna dengan Dewi Palupi/Ulupi. Perang seru
terjadi. Dalam suatu kesempatan Kalasrenggi
berhasil mengigit putus leher Irawan dengan
taringnya yang berbisa, menyebabkan Irawan
tewas seketika.
Arjuna yang mengetahui kejadian tersebut, segera melepaskan panah Hrudadali tepat
mengenai dada Kalasrenggi yang tengah terbang melayang. Tubuh Kalasrenggi jatuh
kebumi dan mati seketika.
88
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KALAYUWANA
BATHARA KALAYUWANA adalah putra ke-tiga
dari lima bersaudara putra Bathara Kala dengan
Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit.
Ke-empat saudaranya yang lain adalah Bathara
Siwahjaya, Dewi Kalayuwati --- menikah dengan
Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki (berujud
raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang
kemudian menurunkan para raja raksasa,
diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra
Prabu Yudakalakresna serta Arya
Singamulangjaya, raja dan patih negara
Dwarawati --- , Bathara Kalagotama dan Bathara
Kartinea.
Sebagaimana anak Bathara Kala yang lain,
Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat
perwatakan ; berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya sendiri.
Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana perang besar
pernah terjadi di Suralaya, antara para dewa melawan pasukan raksasa dan para
siluman dari Setragandamayit. Peperangan terjadi sebagai akibat kemaraan Bathara
Kalayuwana yang tidak dapat menerima penolakan Bathara Guru atas pinangannya
terhadap Dewi Gagarmayang. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun
ke arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri
dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi Brahmanisri adalah putrid sulung
Sanghyang Brahma dengan Dewi Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi
Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan
raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka.
KAMAJAYA
BATHARA KAMAJAYA mempunyai wajah sangat
tampan. Ia merupakan makhluk yang berwajah
paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada,
Madyapada dan Arcapada). Bersama isterinya,
Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, kedua
suami-istri tersebur merupakan lambang
kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka
terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih,
sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai.
Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari
kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara
Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan
orang saudaranya masing-masing bernama;
Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara
Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera,
Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati,
Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
Bathara Kamajaya bertempat tinggal di
Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti
bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang
89
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden
Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan
Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu
Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna,
dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu
permasalahan dan marabahaya.
Sebagai makhluk yang berwujud "akyan" hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
KANGSADEWA
KANGSADEWA, sering pula disebut Kangsa
sesungguhnya putra Gorawangsa, raja raksasa
negara Gowabarong yang beralih rupa menjadi
Prabu Basudewa dan berhasil bermain asmara
dengan Dewi Mahira/Maerah (Jawa), permaisuri
Prabu Basudewa, raja Mandura.
Kangsadewa lahir di negara Bombawirayang, dan
sejak kecil hidup dalam asuhan ditya
Suratrimantra, adik Prabu Gorawangsa.
Setelah remaja, oleh Suratrimantra, Kangsa
dibawa ke negara Mandura untuk menuntut
haknya sebagai putra Prabu Basudewa.
Karena sangat sakti, Prabu Basudewa akkhirnya
bersedia mengakui Kangsa sebagi putranya dan diberi kedudukan Adipati di Kesatrian
Sengkapura Kangsa berwatak angkara murka, ingin menangnya sendiri, penghianat,
keras hati, berani dan selalu menurutkan kata hatinya.
Dengan dukungan Suratimantra, pamannya yang sakti, Kangsa berniat merebut tahta
kekuasaan negara Mandura dari tangan Prabu Basudewa. Pemberontakan Kangsa
gagal.
Ia mati terbunuh dalam peperangan melawan Kakrasana dan Narayana, putra Prabu
Basudewa dari permaisuri Dewi Mahendra/Maekah (Jawa). Sedangkan Suratimatra
tewas melawan Bima/Werkudara, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti.
90
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KANIRARAS
DEWI KANIRARAS atau Dewi Retnowati, adalah
putri sulung Bathara Hira, putra Sanghyang
Triyarta yang berarti keturunan Sanghyang
Wening/ Darmayaka dengan Dewi Sikandi.
Ibunya bernama Dewi Illawati, bidadari hasil
pujaan Sanghyang Pancaresi. Dewi Kaniraras
mempunyai adik kandung beranama Dewi
Kanesti yang menjadi istri
Smarasanta/Smara/Semar, putra Bathara
Wungkuam, yang berarti cucu Sanghyang Ismaya
dengan Dewi Senggani.
Dewi Kaniraras menikah dengan Resi
Manumayasa/Karnumayasa, putra Bathara
Parikenan dengan Dewi Bramananeki, yang
menjadi brahmana di pertapaan Wukir Retawu,
salah pucak Gunung Saptaarga. Dari perkawinan
tersebut ia mempunyai tiga orang putra, masing-
masing bernama; Bambang Manudewa, Bambang Sakutrem/Satrukem dan Dewi
Sriyati.
Ketika mengandung putranya yang kedua, Dewi Kaniraras ingin sekali makan
(nyidam-Jawa) buah Sumarwana yang terletak di atas pohon rukem yang dijaga oleh
raksasa Satrutama di hutan Wanasaya. Buah Sumarwana akhirnya dapat diambil
Resi Manumayasa setalah membunuh ditya Satrutama. Begitu makan buah
Sumawana, Dewi Kaniraras langsung melahirkan jabang bayi pria yang sangat tanpan
dan diberi nama Bambang Sakutrem/Satrukem. Atas kehendak dewata, putranya
tersebut ditakdirkan akan menjadi cikal bakal trah witaradya (keturunan para raja) di
dunia.
Dewi Kaniraras berusia sangat panjang, Ia mati moksa bersama suaminya, Resi
Manumayasa, kembalike kahyangan.
91
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KARNA
ADIPATI KARNA yang nama lengkapnya
Basukarna, adalah putra Dewi Kunti/Dewi Prita ---
Putri Prabu Basukunti, raja Negara Mandura,
dengan Bathara Surya. Karna lahir diluar
perkawinan yang syah akibat kesalahan Dewi
Kunti membaca mantera Aji Pameling ajaran Resi
Druwasa. Atas kesaktian Bathara Surya, bayi
Karna dilahirkan melalui telinga, hingga Kunti
tetap perawan. Bayi Karna kemudian
dihanyutkan/dilarung ke dalam sungai Gangga
dan ditemukan oleh Rada, sais/ kusir kereta
kerajaan Astina.
Dari garis keturunan Ibu (Dewi Kunti), Karna
mempunyai tiga saudara lelaki lain ayah. Mereka
adalah ; Puntedewa, Bima dan Arjuna. Karna
bersahabat baik dengan Prabu Duryudana, raja
Negara Astina. Ia kemudian diangkat menjadi raja
negara Awangga, sehingga lebih dikenal dengan
sebutan Adipati Karna. Karna memiliki sifat perwatakan ; Pemberani, tahu harga diri,
setia, prajurit ulung, teguh dalam pendirian. Ia juga dikenal dengan nama ;
Suryatmaja, Suryaputra dan Aradea.
Selain sakti, Karna juga ahli mempergunakan senjata panah. Ia pernah berguru pada
Resi Parasurama di pertapaan Daksinapatra, dan mendapatkan Aji Kalakupa serta Aji
Naracabala. Karna juga memiliki pusaka kadewatan, yaitu Kutang/rompi Kawacayuda
dan Cincin Socamaningrat. Sedangkan pusaka yang dimilikinya adalah : Panah
Kunta, pemberian Bathara Narada dan Panah Wijayacapa, dari Bathara Indra serta
Keris Kiai Jalak.
Karna menikah dengan Dewi Surtikanti --- Putri Prabu Salya, dengan Dewi Setyawati,
dan memperoleh 2 (dua) orang putra bernama ; Warsasena dan Warsakumara dari
negara Mandaraka. Akhir riwayatnya diceritakan, gugur dalam perang Bharatayuda
oleh panah Pasopati milik Arjuna.
92
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KARTAMARMA
KARTAMARMA adalah salah seorang diantara
100 orang keluarga Kurawa (Sata Kurawa) yang
terkemuka.
Kartamarma putra Prabu Drestarasta raja negara
Astina dengan permaisuri Dewi Gandari, putri
Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari negara
Gandaradesa.
Diantara saudaranya yang dikenal dalam
pedalangan adalah; Duryudana (raja Negara
Astina), Bogadatta (raja negara Turilaya),
Bomawikata, Citraksa, Citraksi, Carucitra,
Citrayuda, Citraboma, Dursasana (Adipati
Banjarjungut), Durmuka, Durmagati, Durgempo,
Gardapati (raja negara Bukasapta), Gardapura,
Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Wikataboma,
Widandini (raja negara Purantara) dan Dewi
Dursilawati.
Kartamarma memliki perwatakan; keras hati, pandai bicara, cerdik, lincah, agak
pengecut dan selalu ingin enaknya sendiri.
Kartamarma menikah dengan Dewi Karastri, putri raja Banyutinalang. Setelah
mertuanya meninggal, Kartamarma dinobatkan menjadi raja di Banyutinalang.
Kartamarma tidak mati di medan perang Bharatayuda.
Kartamarma mati dibunuh oleh Bima setelah berakhirnya perang Bharatayuda, tatkala
bersama Aswatama menyeludup masuk ke dalam istana negara Astina dengna niat
menculik dan membunuh bayi Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari.
KARTAWIYOGA
KARTAPIYOGA atau Kartawiyoga adalah putra
Prabu Kurandageni dari negara Tirtakandasan.
Kartapiyoga berbadan besar, gagah dan
berwajah setengah raksasa. Kartawiyoga
berwatak keras hati, berani dan selalu menuruti
kata hati. Nama Kartawiyoga mulai dikenal
karena dengan kesaktiannya ia nekad memasuki
keputrian negara Mandaraka dan menculik Dewi
Erawati, putri sulung Prabu Salya dengan Dewi
Pujawati/Setyawati.
Dewi Erawati ia larikan ke negara Tirtakandasan
dengan maksud akan diperistri.
Namun sebelum maksud Kartawiyoga terlaksana,
telah datang menyusul Kakrasana, putra Prabu Baladewa dengan Dewi Mahindra dari
negara Mandura yang datang bersama Arjuna, satu dari lima satria Pandawa untuk
membebaskan Dewi Erawati.
93
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Akhirnya Kartawiyoga tewas dalam peperangan melawan Kakrasana. Tubuhnya
hancur terkena hantaman Alugara.
KEKAYI
DEWI KEKAYI adalah putri Prabu Kekaya, raja
negara Padnapura. Konon sesungguhnya Dewi
Kekayi adalah putri Prabu Samresi, raja Wangsa
Hehaya. Prabu Samresi terbunuh mati dalam
pertempuran melawan Ramaparasu, dan Dewi
Kekayi yang masih bayi berhasil diselamatkan
oleh emban Matara yang kemudian diangkat anak
oleh Prabu Kekaya.
Dewi Kekayi sangat menginginkan dan bercita-
cita menurunkan raja. Berkat ketekunannya
bertapa ia dapat diperistri Prabu Dasarata, raja
negara Ayodya. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh tiga orang putra, masing-masing
bernama; Barata, Satrugna dan Dewi Kawakwa.
Atas jasanya menyelamatkan nyawa Prabu
Dasarata, Dewi Kekayi dijanjikan hak atas tahta
dan negara Ayodya untuk putranya. Janji Prabu Dasarata itu ditagihnya menjelang
penobatan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan permaisuri Dewi Kusalya. Dewi
Kekayi juga meminta agar Prabu Dasarata mengusir Ramawijaya dari negara Ayodya
dan tidak boleh kembali selama waktu 13 tahun. Permintaan Dewi Kekayi tersebut
dikabulkan oleh Prabu Dasarata, yang menyebabkan Prabu Dasarata jatuh sakit dan
akhirnya meninggal. Cita-cita Dewi Kekayi menurunkan raja terpenuhi, walau Barata
putranya hanya bersedia menjadi "raja wakil" sebelum Ramawijaya kembali ke
Ayodya. Selama itu Dewi Kekayi hidup bahagia di bawah perlindungan Prabu Barata.
KENCAKARUPA
KENCAKARUPA atau Kecaka (Mahabharata)
adalah putra angkat Resi Palasara, dari
padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini,
putri Prabu Basukesti raja negara Wirata.
Kencakarupa tercipta dari kemudi perahu yang
pecah terbentur batu besar, yang digunakan Resi
Palasara dan Dewi Durgandini menyeberangi
sungai Gangga.
Kencakarupa terjadi berbarengan dengan
saudaranya yang lain, yaitu; Rajamala, Upakeca /
Rupakeca, Setatama, Gendawana dan Dewi Ni
Yutisnawati / Rekatawati.
Kencakarupa juga mempunyai tiga saudara
angkat lainnya, yaitu;
Bagawan Abiyasa, putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini, Citragada dan
Wicitrawirya, keduanya putra Dewi Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara
Astina.
94
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Kencakarupa berwatak keras hati, penghianat, ingin menangnya sendiri, berani dan
selalu menurutkan kata hati.
Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan
lembing/tombak.
Akhir riwayatnya diceritakan, Kencakarupa tewas dalam peperangan melawan
Bilawa/Bima karena bersama saudaranya Rupakenca, Setatama dan Gandawana
melakukan pemberontakan untuk mengulingkan kekuasaan raja Wirata, Prabu
Matswapati.
KREPA
RESI KREPA atau Kirpa (Mahabharata) adalah
putra kedua Prabu Purungaji, raja negara
Tempuru dengan permaisuri Dewi Uruwaci.
Resi Krepa mempunyai kakak kandung bernama
Dewi Krepi yang kemudian menjadi istri Resi
Drona.
Dari padepokan Sokalima Sejak muda Krepa
mengabdi di negara Astina sejak masa
pemerintahan Prabu Pandu.
Karena mahir dalam ilmu falsafah ia diangkat
menjadi penasehat kerajaan. Krepa berwatak
jujur, setia dan penuh pengabdian.
Resi Krepa hidup sebagai pendeta wadat (tidak
bersentuhan dengan wanita).
Ada beberapa versi tentang akhir hidup Resi Krepa, Dalam Mahabharata diceritakan,
Resi Krepa hidup sampai jaman Prabu Parikesit, dan diangkat menjadi
Parampara/Ahli nujum kerajaan.
Cerita Pedalangan menyebutkan, Krepa mati oleh tangan Adipati Karna, karena ia
menentang pengangkatan Adipati Karna menjadi Senapati Agung Kurawa.
Kisah lain menyebutkan. Krepa mati oleh panah Arjuna setelah berakhirnya perang
Bharatayuda, tatkala ia bersama Aswatama menyelundup masuk ke dalam istana
Astina untuk membunuh Parikesit.
95
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KREPI
DEWI KREPI atau Kirpi (Mahabharata) adalah
putri sulung Prabu Purungaji, raja negara
Tempuru dengan Permaisuri Dewi Uruwaci.
Dewi Krepi mempunyai adik kandung bernama
Krepa/Kirpa yang menjadi pendeta Istana Negara
Astina.
Dewi Krepi mempunyai kesaktian dapat beralih
rupa menjadi apa saja yang ia kehendaki.
Dewi Krepi pernah beralih rupa menjadi Kuda
Sembrani betina untuk menolong Bambang
Kumbayana/Resi Drona terbang menyeberangi
lautan. Dewi Krepi kemudian menjadi isteri
Bambang Kumbayana, dan berputra seorang
lelaki bernama Bambang Aswatama.
Ketika Resi Drona dan Aswatama tinggal di
negara Astina dan berhasil membangun padepokan Sokalima, Dewi Krepi tetap
menetap di negara Tumpuru, sampai akhir hayatnya.
KRESNA
PRABU KRESNA yang waktu mudanya bernama
Narayana, adalah putra Prabu Basudewa, raja
negara Mandura dengan permaisuri Dewi
Mahendra/Maekah (Jawa).
Prabu Kresna lahir kembar bersama kakaknya,
Kakrasana, dan mempunyai adik lain ibu
bernama Dewi Sumbadra/Dewi Lara Ireng, putri
Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi
Badrahini.
Prabu Kresna juga mempunyai saudara lain ibu
bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa
dengan Ken Sagupi, seorang swarawati keraton
Mandura.
Prabu Kresna adalah titisan Sanghyang Wisnu
yang terakhir.
Selain sangat sakti dan dapat bertiwikrama, ia
juga mempunyai pusaka-pusaka sakti, antara lain; Senjata Cakra, Kembang
Wijayakusuma, Terompet/Sangkala Pancajahnya, Kaca paesan, Aji Pameling dan Aji
Kawrastawan.
Prabu Kresna mendapat negara Dwarawati setelah mengalahkan Prabu Narasinga,
kemudian naik tahta bergelar Prabu Sri Bathara Kresna.
Prabu Kresna mempunyai 4 (empat) orang permaisuri :
1.Dewi Jembawati, putri Resi Jembawan dengan Dewi Trijata dari pertapaan
Gadamadana, berputra ; Samba dan Gunadewa (berwujud kera).
96
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
2.Dewi Rukmini, putri Prabu Bismaka/Arya Prabu Rukma dengan Dewi Rumbini dari
negara Kumbina, berputra: Saradewa (berwujud raksasa), Partadewa dan Dewi
Titisari/Sitisari.
3.Dewi Setyaboma, putri Prabu Setyajid/Arya Ugrasena dengan Dewi Wersini, dari
negara Lesanpura, berputra ; Arya Setyaka.
4.Dewi Pratiwi, istri turunan sebagai titisan Sanghyang Wisnu, putri Nagaraja dari
Sumur Jalatunda, berputra ; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari.
Setelah meninggalnya Prabu Baladewa/Resi Balarama, kakaknya, dan musnahnya
seluruh Wangsa Yadawa, Prabu Kresna menginginkan moksa. Prabu Kresna wafat
dalam keadaan bertapa dengan perantaraan panah seorang pemburu bernama Ki
Jara yang mengenai kakinya.
KUMBAKARNA
ARYA KUMBAKARNA adalah putra kedua Resi
Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu
Sumali, raja negara Alengka. Ia mempunyai tiga
orang saudara kandung bernama;
Dasamuka/Rahwana, Dewi Sarpakenaka dan
Arya Wibisana. Kumbakarna juga mempunyai
saudara lain ibu bernama Wisrawana/Prabu
Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi
Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Kumbakarna mempunyai tempat kedudukan di
kesatrian/negara Leburgangsa. Ia berwatak jujur,
berani karena benar dan bersifat satria. Pada
waktu mudanya ia pergi bertapa dengan maksud
agar dapat anugerah Dewa berupa kejujuran dan
kesaktian. Kumbakarna pernah ikut serta Prabu
Dasamuka menyerang Suralaya, dan
memperoleh Dewi Aswani sebagai istrinya. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Kumba-kumba dan
Aswanikumba.
Pada waktu pecah perang besar Alengka, negara Alengka diserang balatentara kera
Prabu Rama, dibawah panglima perangnya Narpati Sugriwa untuk membebaskan
Dewi Sinta yang disekap Prabu Dasamuka, Kumbakana maju sebagai senapati
perang. Ia berperang bukan membela keangkaramurkaan Prabu Dasamuka tetapi
membela negara Alengka, tanah leluhurnya yang telah memberinya hidup.
Kumbakarna akhirnya gugur dalam pertempuran melawan Prabu Rama dan
Laksmana. Tubuhnya terpotong-potong menjadi beberapa bagian oleh hantaman
senjata panah yang dilepas secara bersamaan. Apa yang terjadi pada diri
Kumbakarna merupakan karma perbuatan Resi Wisrawa, ayahnya tatkala membunuh
Jambumangli.
97
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
KUMBAKUMBA
Ditya KUMBAKUMBA adalah putra sulung Arya
Kumbakarna dengan Dewi Aswani. Ia mempunyai
seorang adik laki-laki bernama Aswanikumba.
Kumbakumba tinggal berasama orang tuanya di
kesatrian/negara Leburgangsa, wilayah negara
Alengka.
Kumbakumba memiliki sifat dan perwatakan;
pemberani, jujur, setia dan patuh. Pada saat
pecah perang Alengka, negara Alengka diserang
oleh balatentara kera Prabu Rama di bawah
pimpinan Prabu Sugriwa, raja kera dari Gowa
Kiskenda dalam upaya membebaskan Dewi Sinta
dari sekapan Prabu Dasamuka, Kumbakumba
masih kanak-kanak. Atas perintah Prabu
Dasamuka, ia maju ke medan peperangan karena
ayahnya, Kumbakarna sedang tapa tidur tidak
bisa dibangunkan.
Kumbakumba sangat sakti dan tak tertandingi oleh senapati perang lawan. Tapi
akhirnya ia gugur dalam pertempuran melawan Anoman.
KUNTI
DEWI KUNTI atau Dewi Prita (Mahabrata) adalah
putri kedua Prabu Basukunti, raja negara
Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri
Prabu Kunti, raja Boja.
Dewi Kunti mempunyai tiga orang saudara
kandung bernama; Arya Basudewa, Arya Prabu
Rukma dan Arya Ugrasena.
Dewi Kunti menikah dengan Prabu Pandu, raja
negara Astina, putra Bagawan Abiyasa dengan
Dewi Ambiki.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga
orang putra bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna.
Sebelum menikah dengan Prabu Pandu, Dewi
Kunti telah mempunyai seorang putra dari
Bathara Surya sebagai akibat kesalahannya merapal/membaca mantera Aji
Pepanggil/Aji Gineng ajaran Resi Druwasa.
Putranya tersebut bernama Basukarna/Aradea atau Suryatmaja yang setelah menjadi
raja di negara Awangga dikenal dengan nama Adipati Karna.
Dewi Kunti sangat menyenangi dan mempelajari ilmu-ilmu kejiwaan/kebatinan.
Dewi Kunti berwatak penuh belas kasih, setia dan wingit.
98
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
Dengan penuh kecintaan ia mengasuh dan mendidik dua orang anak tirinya. Nakula
dan Sadewa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Madrim, melebihi kecintaannya pada
putra-putranya sendiri.
Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Kunti mati moksa bersama-sama dengan Dewi
Gandari dan Prabu Drestarasta setelah selesainya perang Bharatayuda.
KUWERA
BATHARA KUWERA adalah putra ketiga
Sanghyang Ismaya dangan Dewi Senggani. Ia
mempunyai sembilan orang saudara kandung
masing-masing bernama; Bathara Wungkuam,
Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara
Siwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara
Yama/Yamadipati, Bathra Kamajaya dan Dewi
Darmanasti.
Bathara Kuwera adalah Dewa lambang kebaktian
dan kemanusiaan. Ia bertugas memberi petunjuk,
fatwa, pahala dan perlindungan serta pertolongan
kepada umat di Arcapada. Pada jaman
Ramayana, ia menitis pada Brahmana Sutiksna,
brahmana suci di Gunung Citrakuta/Kutarunggu
untuk memberi wejangan ilmu Asthabrata, yaitu
ajaran kepemimpinana yang diilhami kebesaran
dan keseimbangan delapan unsur alam, kepada Ramawijaya. Sedangkan pada jaman
Mahabharata, Bathara Kuwera menitis pada Resi Lomosa, brahmana suci negara
Amarta yang dengan setia mendampingi dan memberin nasehat Prabu Yudhistira
selama masa pemgembaraan dihutan sebagaia kibat kalah dalam taruhan
permainana dadu dengan keluarga Kurawa.
Bersama Sanghyang Cakra, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti,
Bathra Kurewa ditetapkan sebagai juru tulis/pencatat hasil sidang para dewa yang
menetapkan lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda
antara keluarga Kurawa melawan keluarga Pandawa di tegal Kurusetra.
Bathara Kuwera menikah dengan Dewi Sumarekti, putri Sanghyang Caturkanaka
dengan Dewi Hira, putra Sanghyang Heramaya.
99
Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa
LAWA DAN KUSYA
LAWA dan
KUSYA adalah
putra kembar,
putra Prabu
Ramawijaya, raja
negara Ayodya
dengan Dewi
Sinta. Menurut
Kitab Ramayana,
mereka lahir di
pertapaan
Wismaloka
tempat tinggal
Resi Walmiki.
Lawa dan Kusya
lahir tatkala Dewi
Sinta hidup dalam
pengasingan. Sebagai akibat sikap Prabu Rama yang tetap meragukan kesucian
Dewi Sinta yang hampir 12 tahun dalam sekapan Prabu Dasamuka, raja Alengka
meski kesucian Dewi Sinta telah dibuktikan dengan masuk api pembakaran, Dewi
Sinta yang dalam keadaan hamil diasingkan ke dalam hutan. Dewi Sinta kemudian
tinggal di pertapaan Wisamaloka dalam lindungan Resi Walmiki.
Lawa dan Kusya yang telah remaja berhasil memenangkan sayembara memanah di
negara Ayodya. Mereka kemudian menuntut hak atas tahta negara Ayodya pada
Prabu Rama. Peperangan tak bisa dihindarkan. Prabu Rama yang terdesak kalah,
akhirnya mengeluarkan senjata panah Gowawijaya. Pada saat itulah datang Resi
Walmiki melerai dan menjelaskan, bahwa Lawa dan Kusya adalah putra-putra Prabu
Rama sendiri.
Lawa dan Kusya akhirnya diakui sebagai putra-putra Prabu Rama. Lawa kemudian
menjadi raja negara Ayodya menggantikan Prabu Rama yang hidup sebagai
brahmana di gunung Kutarunggu, bergelar Prabu Ramabadlawa. Sedangkan Kusya
menjadi raja negara Mantili menggantikan kakeknya, Prabu Janaka, bergelar Prabu
Ramakusya.
100