The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2021-03-19 11:41:38

Mengenal Tokoh Wayang

Compiled by Getfunboy

Keywords: mengenal,tokoh,wayang

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SAKSADEWA

SAKSADEWA atau Yaksadewa adalah putra Prabu Rahwana/Dasamuka raja negara
Alengka dengan permaisuri Dewi Satiwati. Ia mempunyai beberapa orang saudara
seayah lain ibu masing-masing bernama ; Indrajid/Megananda, putra Dewi Tari,
Pratalamariyam, putra Dewi Urangayung, Trisirah putra Dewi Tisnawati, Trimurda
putra Dewi Wiraksi serta saudara kembar Trikaya dan Trimuka putra Dewi Wisandi.
Selain sakti, Saksadewa mempunyai pusaka panah sakti bernama Candrasa. Ia juga
mempunyai kereta perang yang ditarik singa dan dapat terbang, pemberian Bathara
Brahma.
Ketika Anoman mengamuk dan merusak Taman Hargasoka setelah berhasil menemui
Dewi Sinta dan menyerahkan cincin Prabu Rama, Saksadewa diperintahkan Prabu
Dasamuka untuk menangkap Anoman. Perang seru terjadi,. Kereta perang
Saksadewa dapat dihancurkan Anoman, Yaksadewa sendiri akhirnya tewas dalam
pertempuran melawan Anoman. Tubuhnya hancur dihantam batang pohon nagasari.

SAKUNI

ARYA SAKUNI yang waktu mudanya bernama
Trigantalpati adalah putra kedua Prabu Gandara,
raja negara Gandaradesa dengan permaisuri
Dewi Gandini. Ia mempunyai tiga orang saudara
kandung masing-masing bernama Dewi Gandari,
Arya Surabasata dan Arya Gajaksa.
Arya Sakuni menikah dengan Dewi Sukesti, putri
Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang
putra bernama ; Arya Antisura/Arya Surakesti,
Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian
diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.
Sakuni mempunyai sifat perwatakan ; tangkas,
pandai bicara, buruk hati, dengki dan licik. Ia bukan saja ahli dalam siasat dan tata
pemerintahan serta ketatanegaraan, tetapi juga mahir dalam olah keprajuritan. Sakuni
mempunyai pusaka berwujud Cis (=Tombak pendek untuk memerintah gajah) yang
mempunyai khasiat dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah.
Dalam perang Bharatayuda, Sakuni diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa setelah
gugurnya Prabu Salya, raja negara Mandaraka. Ia mati dengan sangat menyedihkan
di tangan Bima. Tubuhnya dikuliti dan kulitnya diberikan kepada Dewi Kunti untuk
melunasi sumpahnya. Mayat Sakuni kemudian dihancurkan dengan gada Rujakpala.

151

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SAKUTREM

Bambang SAKUTREM dikenal pula dengan nama
Bambang Kalingga. Ia putra kedua dari tiga
bersaudara, putra Resi Manumayasa dengan
Dewi Kaniraras/Dewi Retnowati, dari pertapaan
Retawu di gunung Saptaarga. Dua saudaranya
yang lain ialah Bambang Manudewa dan Dewi
Sriyati.
Oleh Dewata, Sakutrem telah ditetapkan sebagai
satria yang akan menurunkan Trah Witaradya
(silsilah para raja). Karena saat mengandung
dirinya, Dewi Retnowati telah makan buah
Sumarwana (= buah sorga) yang berada di
puncak pohon rukem di hutan Wanasaya yang
dijaga oleh raksasa sakti bernama Satrutama.
Selain gemar bertapa, Sakutrem juga senang
berburu dan mahir menggunakan senjata panah.
Bersama Resi Manumayasa, ayahnya, ia menjadi
jago kadewatan membinasakan Prabu
Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama, raksasa-raksasa dari negara
Nusahantara. Karena jasanya kepada Dewa dan Suralaya, oleh Bathara Guru,
Sakutrem diberi kehormatan gelar ―Bathara Darma―, yang mempunyai arti ; berkorban
untuk Dewa dan Keluhuran. Ia juga seorang yang menyebabkan mulai timbulnya
pusaka-pusaka Keprabon (= Keprabu - an) dimasa datang.
Sakutrem menikah dengan Dewi Nilawati, putri Prabu Nilantaka raja negara
Pujangkara, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Sakri. Setelah usia
lanjut, Sakutrem menyerahkan Padepokan Retawu kepada Bambang Sakri. Ia
kemudian tinggal di pertapaan Girisarangan (Gunung cadas/karang), salah satu dari
tujuh puncak gunung Saptaarga.
Sakutrem meninggal dalam usia sangat lanjut, jenasahnya dimakamkan di pertapaan
Girisarangan.

152

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SALYA

PRABU SALYA ketika mudanya bernama
Narasoma. Ia adalah putra Prabu Mandrapati,
raja Negara Mandaraka dari permaisuri Dewi
Tejawati. Prabu Salya mempunyai saudara
kandung bernama Dewi Madri/Dewi Madrim yang
kemudian menjadi isteri Prabu Pandu, raja negra
Astina

Prabu Salya menikah dengan Dewi Pujawati/Dewi

Setyawati. Putri tunggal Bagawan Bagaspati,

brahmana raksasa di pertapan Argabelah,

dengan Dewi Darmastuti, seorang

hapsari/bidadari. Dari perkawinan tersebut., ia

dikaruniai 5 (lima) orang putra, yaitu; Dewi

Erawati, Dewi Surtikanti, Dewi Banowati, Arya

Burisrawa dan Bambang Rukmarata.

Prabu Salya mempunyai sifat dan perwatakan;

tinggi hati, sombong, congkak, banyak bicara,
cerdik dan pandai. Ia sangat sakti, lebih–lebih setelah mendapat warisan Aji

Candrabirawa dari mendiang mertuanya, Bagawan Bagaspati yang mati dibunuh

olehnya.

Prabu Salya naik tahta kerajaan Mandaraka menggantikan ayahnya, Prabu
Mandrapati yang meninggal bunuh diri. Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Salya
gugur di medan pertempuran Bharatayuda oleh Prabu Yudhistrira/Prabu Puntadewa
dengan pusaka Jamus Kalimasada

SAMBA

RADEN SAMBA dikenal pula dengan nama
Wisnubrata. Ia adalah putra Prabu Kresna, raja
negara Dwarawati dengan permaisuri Dewi
Jembawati, putri Resi Jembawan dengan Dewi
Trijata dari pertapaan Gadamadana. Ia
mempunyai adik kandung bernama Gunadewa
(berwujud kera). Samba juga memiliki enam
orang saudara lain ibu, yaitu; Saranadewa
(berwujud raksasa), Partadewa dan Dewi
Titisari/Sitisari (dari permaisuri Dewi Rukmini),
Arya Setyaka (dari permaisuri Dewi Setyaboma),
Sitija dan Dewi Siti Sundari (dari permaisuri Dewi
Pretiwi).

Samba tinggal di kesatrian Paranggaruda. Ia
berparas cakap dan sangat tampan. Memiliki
perwatakan; ladak/galak, pandai bicara, cerdik,
limpad, congkak, agak pengecut dan selalu ingin
enaknya sendiri.

Sebagai titisan Bathara Drema, Samba inigin memperistri Dewi
Yadnyanawati/Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura raja negara Surateleng yang
diyakini sebagai titis Bathari Dremi, yang telah diperistri Prabu Bomanarakasura/Sitija,

153

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Putra Prabu Kresna dengan Dewi Pretiwi. Samba tewas dalam peperangan melawan
Prabu Bomanarakasura, tetapi dihidupkan kembali oleh Prabu Kresna, yang
kemudian membinasakan Prabu Bomanarakasura dengan senjata Cakra

Samba mati setelah berakhirnya perang Bharatayuda dalam peristiwa perang gada
sesama keluarga sendiri Trah Yadawa, Wresni dan Andaka.

SAMBO

SANGHYANG SAMBO atau Sambu adalah putra sulung Sanghyang Manikmaya, raja
Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia mempunyai lima orang saudara
kandung masing-masing bernama ; Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra,
Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Sambo juga
mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-
masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang
Asmara.

Sanghyang Sambo bersemayam di kahyangan Swelagringging. Ia menikah dengan
Dewi Hastuti, putri Sanghyang Darmastuti, cucu Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Darmani. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing
bernama ; Bathara Sambosa, Bathara Sambawa, Bathara Sambujana dan Bathara
Sambodana.

Bathara Sambo memiliki sifat dan perwatakan ; jujur dan terpercaya, bertanggung
jawab, dan cakap. Karena itu apabila ada masalah yang harus dirundingkan atau
diselesaikan, Bathara Sambolah yang diminta menyelesaikannya. Ia sangat sakti, dan
apabila bertiwikrama dari tubuhnya akan keluar prabawa hawa yang dapat
menundukkan lawannya. Bathara Sambo pernah turun ke arcapada dan menjadi raja
di negara Medangprawa bergelar Sri Maharaja Maldewa

SANGASANGA

ARYA SANGSANGA atau Jaya Sangasanga
(pedalangan Jawa) adalah putra Arya Setyaki dari
negara Lesanpura, dengan Dewi Garbarini, putri
Prabu Garbanata, raja negara Garbaruci. Ia
seorang prajurit yang sangat berani, gagah
perkasa dan pantang mundur.

Arya Sangasanga dalam segala hal bertindak
serba adil dan jujur. Bicaranya singkat, tegas dan
serba penting, mencerminkan wataknya yang
berjiwa prajurit. Dalam usia muda ia dinobatkan
menjadi raja negara Lesanpura menggantikan
kedudukan kakeknya, Prabu Setyajid/Arya
Ugrasena yang tewas dalam peperangan
melawan Prabu Bomanarakasura raja negara
Surateleng/Prajatisa. Ia menikah dengan Dewi
Kawati, putri Arya Nirbita, patih negara Wirata.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang
putra yang diberi nama; Arya Nabantara.

Arya Sangasanga ikut terjun ke medan perang Bharatayuda membela keluarga
Pandawa. Karena jasanya, setelah perang Bharatayuda berakhir, ia diangkat sebagai

154

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

senapati perang negara Astina di bawah pemerintahan Prabu Parikesit. Jabatan raja
negara Lesanpura kemudian ia serahkan kepada putranya, Arya Nabantara.

Akhir riwayatnya diceritakan, Arya Sangasanga ikut tewas dalam peristiwa perang
gada sesama Wangsa Yadawa, yang membinasakan semua keturunan Wangsa
Yadawa, Wresni dan Andaka.

SANJAYA

ARYA SANJAYA adalah putra Arya

Widura/Yamawidura, putra Prabu

Krisnadwipayana/Bagawan Abiyasa raja negra

Astina dari permaisuri Dewi Ambiki/Ambalika,

dengan Dewi Padmarini, putri Prabu Dipasandra.

Ia mempunyai adik kandung bernama Arya

Yuyutsuh.

Sanjaya berwajah tampan. Ia mempunyai sifat
dan perwatakan ; jujur, setia, tekun dan teliti,
sangat berbakti dan sangat patuh terhadap orang
tua. Selain penyabar, Sanjaya juga pendai
bercerita. Oleh ayahnya, Sanjaya ditugaskan
menjadi pengawal dan pengasuh pribadi Prabu
Drestarasta, kakak ayahnya yang memiliki cacat
buta kedua matanya sejak lahir.

Pada saat berlangsungnya perang Bharatayuda,
Sanjaya disaktikan oleh kakeknya, Bagawan
Abiyasa agar dapat melihat seluruh jalannya pertempuran yang berlangsung di Tegal
Kurusetra dari dalam keraton Astina. Hanya dengan memejamkan matanya, Sanjaya
senantiasa memutarkan dan memaparkan seluruh kejadian di medan perang
Bharatayuda dengan jelas seperti peristiwanya kepada Prabu Drestarasta yang
mendengarkannya dengan tekun dan sesekali menangis sedih bila ada putranya yang
gugur.

Setelah parang Bharatayuda selesai dan Astina jatuh ketangan Pandawa yang
berhak, Sanjaya dengan setia mengikuti Prabu Drestarasta dan Dewi Gandari masuk
ke hutan untuk mencari Moksa.

Versi lain menyebutkan kalau Sanjaya ikut berperang dan berada dipihak Pandawa
setelah sebelumnya berada dipihak Kurawa, pada akhirnya Sanjaya gugur di tangan
Karna dan berubah menjadi sendang / telaga.

155

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SANTANU

SANTANU merupakan keturunan ke-34 dari
Bathara Darma. Ia putra Prabu Pratipa, raja
negara Astina dari permaisuri Dewi Sumanda.
Setelah dewasa, Santanu menggantikan ayahnya
sebagai raja Astina.

Santanu kawin dengan Dewi Gangga/Dewi
Jahnawi. Setelah lahir Dewabrata, sesuai
perjanjian Dewi Jahnawi moksa kembali ke
kahyangan. Dalam upaya mencari wanita yang
sanggup menyusui Dewabrata, Santanu sampai
di negara Wirata dan bertemu dengan Dewi
Durgandini, istri Palasara. Terdorong oleh rasa
kasih dan kemanusiaan, Dewi Durgandini
bersedia menyusui bayi Dewabrata. Bahkan
akhirnya Palasara sendiri merelakan Dewi
Durgandini menjadi istri Prabu Santanu.

Dengan Dewi Durgandini, Prabu Santanu
berputra dua orang, yaitu ; Citragada dan Wicitrawirya. Sesudah mengawinkan
Citragada dengan Dewi Ambika, dan Wicitrawirya dengan Dewi Ambiki/Ambalika,
Prabu Santanu mengundurkan diri dari pemerintahan. Tahta kerajaan Astina
diserahkan kepada Citragada. Sayang, Citragada tak begitu lama memerintah negara
Astina. Ia meninggal dalam usia muda. Hal serupa dialami Wicitrawirya. Ia yang naik
tahta menggantikan kakaknya, juga meninggal dalam usia muda karena sakit.

Santanu kemudian pergi ke kahyangan memprotes kematian kedua putranya yang
terlalu mudatersebut. Protesnya ditolak Hyang Jagadpratingkah, bahkan akhirnya
Santanu sendiri dipersingkat hidupnya atas permintaannya sendiri.

SAPUANGIN DITYA SAPUANGIN menurut pedalangan Jawa
adalah jin raksasa senapati perang negara
Sahadewa. Mertani di bawah pemerintahan Prabu Yudhistira.
Negara Mertani adalah sebuah kerajaan siluman
yang dalam penglihatan mata biasa merupakan
hutan belantara yang sangat angker.

Ketika hutan Mertani ditaklukan keluarga
Pandawa, putra Prabu Pandu raja negara Astina,
Ditya Sapuangin maju menghadapi putra-putra
Pandawa. Ia sangat sakti. Bersama Arya
Dananjaya, Ditya Sapuangin berhasil
mengalahkan dan menawan Bima/Werkudara,
Nakula dan Sahadewa. Berkat daya kesaktian
minyak Jayengkaton, pemberian Bagawan
Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan
Pringcendani, yang apabila dioleskan di pelupuk
mata akan dapat melihat mahluk-mahluk siluman,
Arjuna dapat membebaskan Bima, Nakula dan

156

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Ditya Sapuangin akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna. Arwahnya
manunggal dalam diri Arjuna, berubah menjadi ilmu kesaktian/ajian yang bernama Aji
Sepiangin, yang mempunyai daya kesaktian; dapat berjalan secepat angin.

SAPUJAGAD

DITYA SAPUJAGAD menurut cerita pedalangan
Jawa adalah jin raksasa dari kesatrian Sawojajar,
wilayah negara Mertani, sebuah kerajaan siluman
yang dalam penglihatan mata biasa merupakan
hutan belantara yang sangat angker. Ia
mempunyai saudara kembar bernama Ditya
Sapulebu yang tinggal di kesatrian Baweratalun.
Ditya Sapujagad juga mempunyai tiga saudara
seayah lain ibu masing-masing bernama : Prabu
Yudhistira, raja jin negara Mertani, Arya
Dandunwacana dari kesatrian Jodipati dan Arya
Dananjaya yang tinggal di kesatrian Madukara.

Ditya Sapujagad sangat sakti. Ia memiliki Aji
Purnamajati, yang berkhasiat : dapat mengerti
dan mengingat dengan jelas pada semua
peristiwa. Ketika hutan Mertani ditaklukan
keluarga Pandawa, putra Prabu Pandu, raja
negara Astina, Ditya Sapujagad maju perang
mengahadapi Nakula, putra Prabu Pandu dengan
Dewi Madrim. Setelah mengetahui Arya Dandunwacana manunggal dalam diri Bima
dan Arya Dananjaya manunggal dalam diri Arjuna, Ditya Sapujagad yang dikalahkan
oleh Nakula, ikut manuksma, manunggal/sejiwa dalam diri Nakula.

Sebelum meninggal, kepada Nakula, Ditya Sapujagad menyerahkan Aji Purnamajati
dan kesatrian Sawojajar berikut seluruh balatentaranya.

SAPULEBU

DITYA SAPULEBU menurut cerita pedalangan Jawa adalah jin raksasa dari kesatrian
Baweratalun, wilayah negara Mertani, sebuah kerajaan siluman yang dalam
penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara yang sangat angker. Ia
mempunyai saudara kembar bernama Ditya Sapujagad yang tinggal di kesatrian
Sawojajar. Ditya Sapulebu juga mempunyai tiga saudara seayah lain ibu masing-
masing bernama ; Prabu Yudhistira, raja jin negara Mertani, Arya Dandunwacana dari
kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang tinggal di kesatrian Madukara.

Ditya Sapulebu sangat sakti. Ia memiliki Aji Pramanajati, yang berkhasiat tidak bisa
khilaf/lupa. Ketika hutan Mertani ditaklukan keluarga Pandawa, putra Prabu Pandu
raja negara Astina, Ditya Sapulebu maju perang menghadapi Sahadewa, putra Prabu
Pandu dengan permaisur Dewi Madrim. Setelah mengetahui, Arya Dandunwacana
manunggal dalam diri Bima, Arya Dananjaya manunggal dalam diri Arjuna, dan
saudara kembarnya Ditya Sapujagad menunggal dalam diri Nakula, Ditya Sapulebu
memutuskan untuk manunggal/sejiwa dengan Sahadewa.

Sebelum menukswa/menjelma Ditya Sapulebu menyerahkan Aji Purnamajati dan
kesatrian Baweratalun beserta seluruh balatentaranya kepada Sahadewa.

157

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SAPWANI

RESI SAPWANI atau Sempani (Pedalangan Jawa) adalah pendeta sakti dari
padepokan Kalingga di Jasirah/Buwana Keling. Ia menjabat sebagai penasehat
Agung Raja dari negara Sindu.

Resi Sapwani mempunyai kesaktian, dapat mencipta apa saja yang ia kehendaki. Ia
juga memiliki "air Kehidupan" dengan daya khasiat dapat menghidupkan barang yang
mati. Atas perkenan Dewata, Resi Sapwani mencipta kulit bungkus Bima/Werkudara
yang mengapung di samudra menjadi anak lelaki yang kemudian dihidupkan dengan
percikan "air Kehidupan". Anak lelaki tersebut ia beri nama Bambang Segara,
sementara isterinya. Nyai Sempani memberinya nama Arya Tirtanata.

Akhir riwayatnya diceritakan, Resi Sapwani tewas di medan perang Bharatayuda oleh
panah Pasopati yang dilepas Arjuna karena membela kematian putra angkatnya,
Jayadrata/Arya Tirtanata.

SARAGUPITA

ARYA SARAGUPITA adalah patih negara Mandura pada jaman Prabu Basudewa. Ia
masih saudara sepupu Prabu Kurandapati, raja negara Widarba, ayah dari Dewi
Maekah dan Dewi Maerah – keduanya menjadi istri Prabu Basudewa.

Arya Saragupita berperawakan tinggi besar dan gagah perkasa. Mempunyai sifat dan
perwatakan; pemberani, jujur, setia dan sangat berbakti. Selain menguasai ilmu tata
pemerintaan dan tata kenegaraan, Saraggupita juga ahli dalam tatagelar perang serta
mahir mempergunakan senjata lembing dan gada. Ia menikah dengan Dewi
Prabawati, dan mempunyai seorang putra yang diberi nama, Arya Prabawa.

Akhir riwayatnya diceritakan: Arya Saragupita tewas bersama-sama dengan Prabu
Basudewa dalam peperangan melawan Prabu Bomanarakasura/ Sitija, putra Prabu
Kresna dengan Dewi Pratiwi tatkala raja negara Surateleng/Prajatisa itu menggempur
negera Mandura. Jabatan patih negara Mandura kemudian digantikan oleh putranya,
Arya Prabawa.

SARANADEWA

ARYA SARANADEWA adalah putra Prabu Kresna, raja negara Dwarawati dari
permaisuri Dewi Rukmini, putri Prabu Bismaka, raja Kumbina dengan permaisuri Dewi
Rumbini. Ia mempunyaidua orang adik kandung masing-masing bernama Partadewa
dan Dewi Titisari/Sitisari. Saranadewa juga memiliki 5 (lima) saudara lain ibu, yaitu :
Gunadewa (berujud kera) dan Raden Samba/Wisnubrata (dari permaisuri Dewi
Jembawati), Arya Setyaka (dari permaisuri Dewi Setyaboma), Bambang Sitija/Prabu
Bomanarakasura dan Dewi Siti Sundari (dari permaisuri Dewi Pertiwi).

Tidak seperti kedua orang saudaranya yang lain yang bewajah tampan da cantik,
Saranadewa lahir berwujud raksasa. Hal ini disebabkan karena ketika Prabu Kresna
menemui Dewi Rukmini dan melakukan persenggamaan dalam keadaan
berwtiwikrama (berwujud rakssa). Walau berujud raksasa, Saranadadewa beradat-
istiadat sangat baik dan memiliki kesaktian luar biasa. Ia jugamenguasai berbagai
ajaran Weda dan hidup sebagai brahmana bersama.

Saranadewa beruur sasngat panjang. Bersama Gunadewa, saudara lain ibu yang
berudjud kera, mereka merupakan dua saudara yang tidak terlibat dalam perang gada
sesama wangsa Yadawa yang memusnahkan semua keturunan Prabu Yadu.
Saranadewa mati moksa dalam usia sangat lanjut.

158

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SARAWITA

SARAWITA dikenal pula dengan nama Bilung. Ia adalah saudara angkat Togog atau
Tejamanttri yang merupakan pengejawantahan dari Sanghyang Tejamaya / Antaga.

Tokoh Sarawita atau Bilung hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa. Asal-
usulnya pun juga tidak jelas. Menurut paricarita, Sarawita dahulunya adalah anak raja
Jin yang bercita-cita ingin memiliki kesaktian yang tak terkalahkan oleh semua
makhluk dan berkuasa di jagad raya. Untuk memenuhi keinginannya itu, ratusan
tahun Sarawita bertapa di dasar samodra dengan mulut terbuka, dan hanya memakan
hewan laut yang masuk ke rongga mulutnya.

Sanghyang Tejamaya yang karena perintah Sanghyang Tunggal turun ke arcapada
untuk menjadi pamong golongan raksasa, membutuhkan seorang teman. Oleh
Sanghyang Tunggal ia disuruh mencari Sarawita di dasar samodra. Pada mulanya
Sarawita menolak ajakan Sanghyang Tejamaya karena tugas itu sangat bertentangan
dengan keinginannya. Tetapi setelah kalah dalam mengadu kesaktian, dan mendapat
wejangan dari Sanghang Tejamaya, akhirnya Sarawita bersedia menjadi pengikut dan
saudara angkat Sanghyang Tejamaya. Mereka kemudian merubah wujudnya dan
berganti nama, Sanghyang Tejamaya menjadi Togog, dan Sarawita menjadi Bilung.

Sarawita hidup sampai akhir jaman Purwa. Bahkan pada awal jaman Madya, tokoh
Sarawita masih sering ditampilkan.

SARMISTA

DEWI SARMISTA adalah nenek moyang keluarga Pandawa dan Kurawa. Ia
merupakan purtri tunggal Prabu Wrisaparwa, raja daitya/setengah raksasa negara
Parwata. Ibunya seorang habsari keturunan Bathara Mahedewa. Sarmista berwajah
cantik, memiliki sifat dan perwatakan; lembut, baik hati, setia dan sangat berbakti.

Karena suatu kesalahan yang tidak disengaja, bertahun-tahun Sarmista harus
menjkalani hinaan dan siksaan bathin menjadi budak sahabatnya sendiri, Dewi
Dewayani, putri tunggal Resi Sukra. Peristiwanya terjadi, tatkala mereka dan
pengiringnya selesai mandi di telaga, Sarmista salah mengambil pakaian Dewayani
karena pakaian mereka saling menumpuk akibat tiupan angin. Dewayani marah-
marah dan mengumpat. Sarmista yang marah tanpa sengaja mendorong tubuh
Dewayani sampai jartuh ke lumpur. Karena takut terkerna kutuk pastu Resi Sukra,
ayah Dewayani yang sangat sakti dan memiliki mantra Sanjiwani, Sarmista akhirnya
menertima pemintaan Dewayani agar ia dan semua pengiringnya menjadi budak
Dewayani.

Ketika Dewayani menjadi permaisuri Prabu Yayati, raja negara Astina, Sarmista tetap
menjadi budaknya. Namun karena kecantikan dan sikap pribadinya yang menarik,
Prabu Yayati akhirnya membebaskan Sarmista dari perbudakan dengan
mengambilnya sebagai istri. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra
lelaki masing-masing bernama ; Druhyu (menurunkan wangsa Boja), Anu dan Puru
(menurunkan wangsa Kuru/Pandawa dan Kurawa). Kelak setelah Prabu Yayati
meninggal, Puru lah yang ditetapkan sebagai penggantinya, sebagai raja negara
Astina, sesuai janji Prabu Yayati.

159

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SARPAKENAKA

DEWI SARPAKENAKA adalah putri ketiga Resi
Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu
Sumali, raja negara Alengka. Ia mempunyai tiga
orang saudara kandung masing-masing bernama;
Dasamuka/Rahwana, Arya Kumbakarna dan Arya
Wibisana. Sarpakenaka juga mempunyai saudara
seayah lain ibu bernama : Prabu
Danaraja/Danapati, raja negara Lokapala, putra
Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.

Walau seorang raksesi, Sarpakenaka sangat
sakti. Ia memiliki kuku yang berbisa ular dan
merupakan senjata pusaka yang diandalkan.
Sarpakenaka berwatak : congkak, ganas, bengis,
angkara murka dan serakah. Ia mempunyai dua
orang suami masing-masing bernama : Ditya
Kardusana dan Ditya Nopati. Dengan kesaktiannya Dewi Sarpakenaka pernah beralih
rupa menjadi wanita cantik dan mengoda/merayu Laksmana di hutan Dandaka ingin
menjadi istrinya. Lamarannya ditolak. Karena ia tetap memaksakan kehendaknya,
membuat Laksmana marah dan memangkas kutung hidungnya serata pipi.

Pada waktu negara Alengka diserbu Prabu Rama dengan balatentara keranya dalam
upaya membebaskan Dewi Shinta yang diculik dan disekap Prabu Dasamuka, Dewi
Sarpakenaka maju sebagai senapati perang Alengka.. Dengan penuh dendam ia
bertempur melawan Laksmana. Akhirnya Sarpakenaka mati terbunuh oleh panah
sakti Surawijaya

SASIKIRANA BAMBANG SASIKIRANA adalah putra
Gatotkaca, raja negara Pringgandani dengan
cerdik pandai dan trengginas. Dewi Pregiwa, putri Arjuna dengan Dewi
Manuhara. Ia mempunyai dua orang saudara
seayah lain ibu bernama; Arya Jayasupena, putra
Dewi Sumpani, dan Arya Suryakaca, putra Dewi
Suryawati, putri Bathara Surya dengan Dewi
Ngruni.

Ketika berlangsung perang Bharatayuda,
Sasikirana tidak ikut terjun kemedan peperangan,
meskipun telah cukup dewasa untuk ikut
berperang. Setelah berakhirnya perang
Bharatayuda dan negara Astina kembali ke dalam
kekuasaan keluaraga Pandawa, Sasikirana
diangkat sebagai Senapati Astina pada jaman
pemerintahan Prabu Parikesit.

Sasikirana berwatak, pemberani, teguh, tangguh,

160

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SATABALI

SATABALI adalah kera berkepala ayam jantan/jago. Ia merupakan wanara
balatentara Gowa Kiskenda di bawah pemerintahan Prabu Sugriwa. Satabali adalah
kera ciptaan Bathara Kuwera, yang ditugaskan untuk membantu Ramawijaya dalam
upaya merebut kembali Dewi Sinta, dari tawanan Prabu Rahwana raja negara
Alengka.

Satabali mempunyai kesaktian dalam suaranya. Suara kokoknya yang keras
melengking mempunyai kekuatan gaib yang luar biasa, dapat didengar samopai
radius ribuan meter. Dalam pasukan kera Gowa Kiskenda, Satabali mempunyai
peranan yang sangat penting. Ia bertugas membangunkan para wadya wanara yang
jutaan jumlahnya. Irama kokoknya juga bermacam-macam, sehingga bisa menjadi
suatu isyarat atau pertanda tentang sesuatu peristiwa. Suara kokoknya inilah yang
membuat pasukan kera Gowa Kiskenda selalu dapat mengetahui setiap gerakan
pasukan Alengka yang kadang-kadang secara mendadak dan tersembunyi
menyerang perkemahan Suwelagiri.

Setelah berakhirnya perang Alengka, sebagaimana wanara lainnya, Satabali tidak
diketahui lagi nasibnya.

SAYEMPRABA

DEWI SAYEMPRABA adalah putri Prabu
Wisakarma, raja raksasa negara Kotawindu
dengan permaisuri Dewi Merusupami atau Dewi
Sumeru (Mahabharata), salah seorang keturunan
Sanghyang Taya..Dewi Sayempraba berwajah
cantik, berpenampilan halus dan sopan santun,
tapi dalam hatinya terkandung sifat kejam dan
senang mencelakakan orang lain. Setelah kedua
orang tuanya meninggal dan istana Kotawindu
dihancurkan Bathara Indra, Dewi Sayempraba
tetap tinggal di bekas reruntuhan istana yang
kemudian dikenal dengan nama Gowawindu,
yang terletak di lereng gunung Warawendya.

Selain sakti dan dapat beralih rupa menjadi apa
saja yang dikehendaki, Dewin Sayempraba juga
ahli aklam soal racun, dan menjadi orang
kepercayaan Prabu Dasamuka/Rahwana, raja
negara Alengka. Dengan mantra racunnya, Dewi
Sayempraba pernah membuat buta mata Anoman dan laskar kera Gowa Kiskenda
tatkala mereka tersesat masuk kawasan Gowawindu dalam perjalanan menuju negara
Alengka. Kebutaan Anoman dan laskar keranya dapat disembuhkan kembali oleh
Garuda Sempati yang memiliki mantra penawar racun ajaran Resi Rawatmaja.

Akhir riwayat Dewi Sayempraba diceritakan; setelah berakhirnya perang Alengka, ia
kemudian diperistri oleh Anoman yang merasa kecewa karena gagal memperistri
Dewi Trijata. Dewi Sayempraba meninggal tanpa mempunyai keturunan. Jenasahnya
dimakamkan di dalam istana Gowawindu.

161

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SEMAR

SEMAR/SMARA atau Smarasanta adalah
pamong/parampara trah keturunan Witaradya
(sejarah keturunan para raja). Semar adalah
putra Bathara Wungkuam, yang berarti cucu
Sanghang Ismaya. Semar juga merupakan
pamukswa/penjelmaan Sanghyang Ismaya,
kakeknya sendiri.

Versi lain menyebutkan kalau Semar adalah
Sanghyang Ismaya sendiri putra Sanghyang
Tunggal, mempunyai 2 saudara yaitu Sanghyang
Antaga (Togog), dan Sanghyang Manikmaya
(Bhatara Guru).

Semar mempunyai sifat dan perwatakan sabar, longgar, momong
(menjaga/mengasuh), bicaranya mengandung fatwa sehat. Dalam cerita pedalangan
Semar dikenal sebagai manusia boga sampir. Berbadan gemuk pendek, rambutnya
bekuncung putih, mata rembes, hidung kecil, bibir cabik. Semar menikah dengan
Dewi Kanistri, putrid dari Bathara Hira, keturunan Sanghyang Caturwarna, putra
Sanghyang Caturkanaka.

Selama hidupnya Semar selalu menjadi pamong/parampara trah keturunan witaradya
bersama dengan Bagong, kemudian bertambah dengan Gareng dan Petruk. Ketiga
temannya itu kemudian diakuinya sebagai putra angkatnya. Sehari-harinya, Semar
berlaku sebagai panakawan biasa, tetapi bilamana perlu ia tidak segan-segan
bertindak untuk membenarkan hal-hal yanmg tidak betul, yang terjadi d arcapada.
Sebagai pamukswa Sanghyang Ismaya, Semar juga memiliki kebebasan dan
keleluasan untuk dating ke Jonggringsaloka bertemu dengan Sanghyang Manikmaya,
atau menemui Sanghyang Tunggal di kahyangan Alangalangkumitir.

Sebagai penjelmaan Sanghyang Ismaya, Semar berumur sangat panjang mencapai
ribuan tahun. Ia hidup dari jaman Lokapala, Ramayana, Mahabharata dan jaman
Parikesit. Bahkan dalam lakon wayang Madya, jaman Sri Jayabaya raja Negara
Mamenang, Semar masih dkisahkan, tetapi sudfah menjadi sangat tua sekali.

SEMPATI

SEMPATI adalah burung Garuda yang dapat
berbicara seperti manusia. Garuda Sempati
adalah putra ketiga Resi Briswawa, yang berarti
masih keturunan langsung Dewi Brahmanistri,
putri Bathara Brahma. Ia mempunyai tiga saudara
kandung masing-masing bernama; Garuda
Harna, Garuda Brihawan dan Garuda Jatayu
yang menjadi sahabat karib Prabu Dasarata, raja
negara Ayodya.

Garuda Sempati bersahabat karib dengan Resi
Rawatmaja dari pertapaan Puncakmolah. Ia
pernah menyelamatkan Resi Rawatmaja dan Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra
raja negara Ayodya dari kejaran Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Sempati
kalah dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka. Seluruh bulu di tubuhnya

162

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

dicabuti oleh Prabu Dasamuka. Kemudian dalam keadaan terondol tubuh Sempati
dilempar jauh ke angkasa, jatuh di lereng gunung Warawendya.

Dalam sisa hidupnya, dengan mantra sakti penawar racun ajaran Resi Rawatmaja,
Sempati masih bisa menolong Anoman dan laskar kera Pancawati yang menderita
kebutaan matanya karena diracun oleh Dewi Sayempraba, putri Prabu Wisakarma
dari Gowawindu. Ia meninggal hanya beberapa saat setelah kepergian Anoman dan
laskar keranya.

SENGGANA

SANGHYANG SENGGANA dikenal pula sebagai Dewa Surapati atau Perang. Ia
adalah putra kedua Sanghyang Wenang dengan Dewi Saoti. Sanghyang Senggana
mempunyai empat orang saudara kandung masing-masing bernama ; Dewi Sayati,
Sanghyang Heramaya, Sanghyang Nioya dan Sanghyang Tunggal.

Sebagai dewa perang, selain menguasai berbagai ilmu kesaktian, Sanghyang
Senggana juga menguasi berbagai tata gelar perang. Sepertinya dialah yang
menguasai ilmu perang dari Sanghyang Wenang ayahnya. Ketika Sanghyang
Manikmaya menjadi raja Tribuana menggantikan Sanghyang Tunggal, ayahnya,
Sanghyang Senggana mendapat tugas mengajarkan tata gelar perang kepada para
dewa. Sanghyang Sengana-lah yang selalu menjadi senapati perang para dewa
apabila Suralaya mendapat serbuan dari golongan asura (para raksasa).

Sebagaimana halnya dengan Sanghyang Wisnu, Sanghyang Senggana juga sering
turun ke arcapada, menitis pada satria utama yang bertugas menegakkan kebenaran
dan kebajikan serta memerangi kebatilan. Pada jaman Lokapala, Sanghyang
Senggana pernah menitis pada Bambang Sumantri, patih negara Maespati, dan pada
Laksmana, putra Raja Dasarata dari Ayodya. Penitisannya mendampingi Prabu
Ajunasasrabahu dan Ramawijaya yang keduanya raja titisan Sanghyang Wisnu.
Sedangkan pada jaman Mahabharata, Sanghyang Senggana pernah menitis pada
Basukarna/Adipati Karna, raja negara Awangga.

SETA RESI SETA adalah putra sulung
PrabuMatswapati/Durgandana, raja negara
Kyai Pecatnyawa. Wirata dengan permaisuri Dewi Ni
Yustinawati/Rekatawati, putri angkat Resi
Palasara dengan Dewi Durgandini. Ia mempunyai
tiga orang adik kandung masing-masing bernama
; Arya Utara, Arya Sangka / Wratsangka dan
Dewi Utari.

Seta adalah putra mahkota negara Wirata, dan
mempunyai tempat bersemayam di Cemarasewu.
Ia bergelar Resi karena seorang kesatria yang
mempunyai ilmu kependetaan yang dalam. Seta
mempunyai sifat perwatakan berani, tenang dan
sabar. Ia mempunyai Aji Narataka/Narantaka
yang kemudian diturunkan kepada murid
tunggalnya Gatotkaca, dan gada pusaka bernama

163

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Seta hidup sebagai kesatria wadat (tidak bersentuhan dengan lain jenis). Ia terjun ke
kancah perang Bharatayuda sebagai senapati Agung Pandawa yang pertama,
melawan Resi Bisma senapati Agung Kurawa. Ia gugur oleh tombak pusaka Kyai
Salukat milik Resi Bisma.

SETATAMA

ARYA SETATAMA adalah putra angkat Resi Palasara dari padepokann Retawu
dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi, raja negara Wirata. Setatama berasal
dari ulat, mala penyakit Dewi Durgandini/Dewi Laraamis. Ia tercipta berbarengan
dengan saudaranya yang lain, yaitu; Kecaka/Kencakarupa, Rajamala,
Rupakenca/Upakeca, Gandawana dan Dewi Niyutisnawati/ Rekatawati.

Dari enam bersaudara, hanya Setatama sendiri yang tercipta dari makhluk bernyawa.
Karena itu ia mempunyai sifat dan perwatakan yang berbeda. Ia sangat cakap dan
rajin, berwatak jujur, penuh rasa tanggung jawab , setia dan sangat mencintai
saudara-saudaranya. Setatama menjadi murid patih Jatikanda, patih negara Wirata
pada masa pemerintahan Prabu Basuketi, dalam oleh keprajan dan ketatanegaraan.
Setelah patih Jatikanda mangkat Arya Setatama diangkat menjadi patih oleh Prabu
Basuketi menggantikan gurunya. Setelah setelah Prabu Basuketi mangkat
danDurgandana bertahta menggantikan kedudukannya sebagai patih Wirata.

Akhir riwayat Arya Setatama diceritakan, ia tewas dalam peperangan melawan
Ballawa (nama Bima pada waktu menyamar di Wirata), karena membela saudaranya,
Kecaka/Kencakarupa yang berencana melakukan pemberontakan.

SETYABOMA

DEWI SETYABOMA adalah putri sulung Prabu
Setyajid / Arya Ugrasena, raja negara Lesanpura
dengan permaisuri Dewi Wersini. Ia mempunyai
adik kandung bernama Arya Setyaki yang setelah
dewasa menjadi Senapati perang negara
Dwarawati. Dewi Setyaboma juga mempunyai
dua orang saudara lain ibu bernama Arya Pragota
dan Arya Adimanggala, putra Arya Ugrasena
dengan Ken Sagupi, swarawati keraton Mandura.

Dewi Setyaboma menikah dengan Narayana,
saudara sepupunya sendiri, putra Prabu
Basudewa, raja negara Mandura dengan
permaisuri Dewi Mahendra/Maerah (Jawa).
Setelah Narayana berhasil merebut negara
Dwarawati dengan membunuh Prabu Narasinga
dan naik tahta bergelar Prabu Bathara Kresna,
Dewi Setyaboma diangkat menjadi permaisuri,
dari pernikahan tersebut ia memperoleh seorang

putra bernama Arya Satyaka.

Dewi Setyaboma berwatak setia, jujur, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan
sangat berbakti terhadap suaminya. Setelah Prabu Kresna mati moksa, ia bersama
istri Prabu Kresna yang lain, yaitu Dewi Rukmini yang masih saudara sepupunya
terjun ke dalam Pancaka (api pembakaran jenazah) bela pati menyusul suaminya
kembali ke Nirwana.

164

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SETYAKA

ARYA SETYAKA adalah putra Prabu Kresna, raja
negara Dwarawati dengan permaisuri Dewi
Setyaboma, putri Prabu Setyajid/Arya Ugrasena
dengan Dewi Warsini, dari negara Lesanpura. Ia
mempunyai tujuh orang saudara seayah lain ibu,
yaitu ; Samba dan Gunadewa (berwujud
raksasa), dari permaisuri Dewi Jembawati,
Saranadewa (berwujud raksasa), Partadewa dan
Dewi Titisari/Sitisari, dari permaisuri Dewi
Rukmini, Bambang Sitija/Bomanarakasura dan
Dewi Siti Sundari, dari permaisuri Dewi Pretiwi.

Arya Setyaka tinggal di kesatiran
Tambakwungkal. Ia menikah dengan Dewi Setiati,
dan memperoleh seorang putra yang diberi nama
Arya Susatya. Araya Setyaka mempunyai sifat
dan perwatakan ; tenang, pemberani, baik tingkah
lakunya dan sangat berbakti. Arya Setyaka tidak terlibat dalam perang Bharatayuda.
Ia ditugaskan oleh ayahnya, Prabu Kresna untuk melayani Prabu Baladewa, raja
negara Mandura yang bertapa di Grojogansewu.

Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Arya Setyaka kembali ke Dwarawati lalu
pulang ke kesatrian Tambangwungkal. Ia tewas dalam peristiwa perang gada sesama
keluarga Wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka (Mahabharata). Sedangkan menurut
pedalangan Jawa, Arya Setyaka mati dibunuh Prabu Baladewa yang marah karena
merasa dibohongi oleh laporan Setyaka yang selalu mengatakan bahwa perang
Bharatayuda belum selesai.

SETYAKI

ARYA SETYAKI juga dikenal dengan nama Arya
Wresniwara, yang berarti perwira dari suku
Wresni. Sedangkan julukan Singamulangjaya,
karena apabila berperang, Setyaki memiliki
gerakan yang sangat cekatan, trengginas dan
pantang menyerah layaknya singa yang terluka.

Arya Setyaki adalah putra Prabu
Setyajid/Ugrasena, raja negara Lesanpura
dengan Dewi Sini/Wresini, putri Prabu
Sanaprabawa. Kakak kandungnya, Dewi
Setyaboma, menjadi istri Prabu Kresna, raja
negara Dwarawati, yang masih saudara
sepupunya sendiri. Setyaki ikut membantu Sri
Kresna ketika merebut negara Dwarawati dari
kekuasaan Prabu Narasinga. Ia berhasil
mengalahkan dan membunuh Singamulangjaya, senapati negara Dwarawati, dan
mendapat warisan Gada Wesikuning.

Setyaki menikah dengan Dewi Garbarini, putri Prabu Garbanata raja negara
Garbaruci, dan memperoleh seorang putra lelaki yang diberi nama Arya Sangasanga.
Pada masa mudanya, Setyaki sangat gemar olah keprajuritan dan bertapa,

165

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

menjadikan dirinya sangat sakti. Ia mendapat anugrah pusaka dari Dewata berupa
gada yang bernama Lukitasari.
Setyaki memiliki sifat perwatakan ; pemberani, cerdas, kuat, keras hati dan nekad.
Akhir riwayatnya diceritakan, ia meninggal setelah perang Bharatayuda akibat perang
gada sesama keluarga Wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka.

SINTA

DEWI SINTA adalah putri Prabu Janaka, raja negara
Mantili atau Mitila (Mahabharata). Dewi Sinta diyakini
sebagai titisan Bathari Sri Widowati, istri Bathara
Wisnu. Selain sangat cantik, Dewi Sinta merupakan
putri yang sangat setia, jatmika (selalu dengan
sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran
dan hati)nya. Dewi Sinta menikah dengan
Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan Dewi
Kusalya dari negara Ayodya, setelah Rama
memenangkan sayembara mengangkat busur Dewa
Siwa di negara Mantili. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra masing-masing
bernama; Lawa dan Kusya.
Dengan setia Dewi Sinta mengikuti suaminya,
Ramawijaya menjalani pengasingan. Karena
terpesona oleh keindahan Kijang Kencana
penjelmaan Ditya Marica, Dewi Sinta akhirnya diculik oleh Prabu Dasamuka dan
ditawan di taman Argasoka negara Alengka hampir 12 tahun lamanya. Ia akhirnya
dapat dibebaskan oleh Ramawijaya, setelah berhasil membinasakan Prabu
Dasamuka dan semua senapati perang Alengka.
Menurut Mahabharata, Dewi Sinta tidak lama tinggal di istana Ayodya sebagai
permaisuri Prabu Rama. Karena kecurigaan Prabu Rama terhadap kesucian Dewi
Sinta walau telah dibuktikan dengan hukum bakar di Alengka, Dewi Sinta kemudian
diasingkan dari istana Ayodya, dan hidup di pertapaan Resi Walmiki. Di tempat itulah
Dewi Sinta melahirkan kedua putra kembarnya. Lawa dan Kusya. Akhir riwayatnya
diceritakan, Dewi Sinta mati ditelan bumi saat akan boyong kembali ke istana Ayodya.

166

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SITI SUNDARI

DEWI SITI SUNDARI sesungguhnya putri
Bathara Wisnu dengan Dewi Pratiwi, putri Prabu
Nagaraja dari kerajaan Sumur Jalatunda. Ia
mempunyai kakak kandung bernama Bambang
Sitija, yang setelah turun ke Arcapada dan
menjadi raja di negara Trajutisna bergelar Prabu
Bomanarakasura.

Ketika Bathara Wisnu turun ke Arcapada menitis
pada Prbau Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi
Siti Sundari menyusul turun ke Arcapada dan
diakui sebagai putri Prabu Kresna. Ia mempunyai
sifat perwatakan; baik budi, sabar, setia dan
sangat berbakti.

Dewi Siti Sundari menikah dengan
Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan
Dewi Sumbandra, adik Prabu Kresna. Dalam
perkawinan tersebut ia tidak mempunyai anak. Ia
mati masuk ke dalam Pancaka/api pembakaran jenazah bela pati atas kematian
suaminya, Abimanyu yang gugur di medan perang Bharatayuda

SITIJA

BAMBANG SITIJA adalah putra Sanghyang
Wisnu dengan permaisuri Dewi Pratiwi. Putri
Prabu Nagaraja, raja dikerajaan Sumur
Jalatunda. Ia mempunyai adik kandung bernama
Dewi Siti Sundari.

Ketika Bathara Wisnu turun ke Marcapada
menitis pada Prabu Kresna, raja negara
Dwarawati, Sitija juga turun ke Marcapada
sebagai putra Prabu Kresna. Ia sangat sakti,
dapat masuk/amblas bumi serta memiliki
kendaraan tunggangan berwujud Garuda
berkepala raksasa bernama Wilmana. Sitija juga
memiliki Aji Pancasonabumi dan pusaka Cangkok
Wijayamulya pemberian Bathara Wisnu.

Dengan kesaktiannya, Sitija merebut negara
Surateleng dengan mengalahkan Prabu Narakasura, dan kemudian merebut negara
Prajatisa dari kekuasaan Prabu Bomantara, negara Surateleng dan Prajatisa ia
dijadikan satu. Ia memproklamirkan diri sebagai raja Prajatisa bergelar Prabu
Bomanarakasura.

Sitija menikah dengan Dewi Yadnyanawati/Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura,
raja Surateleng, dan memperoleh seorang putra bernama Arya Watubaji. Akhir
riwayatnya diceritakan, Sitija/Bomanarakasura tewas dalam peperangan melawan
Prabu Kresna, ayahnya sendiri dengan senjata Cakra karena kesalahannya
membunuh Raden Samba, putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati, karena
persoalan memperebutkan Dewi Hagnyanawati.

167

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SIWAHJAYA

BATHARA SIWAHJAYA adalah putra sulung dari lima bersaudara putra Bathara Kala
dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-empat adiknya yang lain
adalah Dewi Kalayuwati --- menikah dengan Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki
(berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang kemudian menurunkan para
raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra Prabu Yudakalakresna
serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara Dwarawati --- , Bathara
Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.

Mengandalkan kesaktiannya, Bathara Siwahjaya pernah pergi ke Jonggringsaloka
menghadap Baftara Guru dan meminta untuk dijodohkan dengan Dewi Uruwaci,
bidadari kecintaan Bathara Guru. Ketika lamarannya ditolak, Bathara Siwahjaya
mengamuk, kemudian mengerahkan pasukan raksasa dari kahangan
Selamangumpen dan para silumn dari Stragandamayit menyerang Suralaya. Perang
seru terjadi. Ketika para Dewa tak dapat mengalahkan Bathara Siwahjaya,
Sanghyang Narada turun ke arcapada dan meminta bantuan Resi Palasara dari
pertapaan Paremana, gunung Saptaarga. Dalam peperangan tersebut Parasara
berhasil mengalahkan Bathara Siwahjaya dan mengusir para raksasa dari
Selamangumpen dan siluman Setragandamayiit dari Suralaya.

SODA

PRABU SODA adalah raja negara Sodapura, sebuah negara kecil masuk dalam
wilayah kekuasaan negera Maespati. Prabu Soda naik tahta kerajaan Sodapura
menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Herutama, raja keturunan Bathara Sambo.
Prabu Soda mempunyai adik kandung bernama Dewi Sintren yang menjadi istri Prabu
Kalinggapati, raja negara Kalinggapura yang masih keturunan Bathara Surya.

Sebagai lazimnya satria keturunan Hyang Sambo, Prabu Soda memiliki sifat dan
perwatakan arif bijaksana, setia, pemberani dan teguh dalam pendirian. Ketika terjadi
perang di negara Magada memperebutkan Dewi Citrawati, Prabu Soda ikut
mendampingi Bambang Sumantri yang merupakan utusan resmi Prabu
Arjunasasrabahu membantu negara Magada menghadapi serbuan persekutuan
seribu negara pimpinan Prabu Darmawisesa dari Widarba, dan memboyong Dewi
Citrawati ke Maespati.

Prabu Soda pernah tewas dalam peperangan melawan Rahwana / Dasamuka, ketika
raja raksasa negera Alengka itu menyerang Maespati. Penyerangan terjadi akibat
pesanggrahan Rahwana di bukit Nusamanik terendam luapan air sungai yang
dibendung oleh tubuh Prabu Arjunasasrabahu yang bertiwikrama, sehingga menjadi
sebuah danau untuk mandi dan bercengkerama Dewi Citrawati dan delapan ratus
selirnya. Tapi berkat kesaktian Bathara Pulasta, kakek buyut Prabu Dasamuka, Prabu
Soda dapat dihidupkan kembali.

Setelah Prabu Arjunasasra tewas dalam pertempuran melawan Ramaparasu, Prabu
Soda kembali ke negara Sodapura. Ia meninggal dalam usia lanjut.

SRENGGANAWATI

DEWI SRENGGANAWATI adalah putri Resi Badawanangala, kura-kura raksasa yang
tingal di Sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal
sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Ibunya bernama Dewi Srunggarini.
Dewi Srengganawati mempunyai saudara kembar bernama Dewi Srengginiwati yang
menjadi istri Sadewa, bungsu Pandawa.

168

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Dewi Srengganawati menikah dengan Raden Nakula, putra keempat Pandawa, putra
Pabu Pandu raja negara Astina dari permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati
dari negara Mandaraka. Dewi Srengganawati dapat bertemu dengan Nakula, karena
bersama-sama dengan adik kembanya, Dewi Srengginiwati menemukan tubuh Raden
Sadewa dalam keadaan tak berbnyawa tergeletak di pertapaan Sumur Upas. Sadewa
kemudian dihidupkan kembali oleh Resi Badawanangala bekat saktian air kehidupan
dari Cupu Tirtamanik. Setelah berhasil menjabarkan makna/arti ―Sejatining lanang dan
sejatining wadon/wanita‖ Dewi Srengganawati dan Dewi Srengginiwati oleh Resi
Badawanangala diserahkan kepada Sadewa. Kedua putri tersebu oleh Sadewa
dibawa ke Amarta. Oleh Sadewa, Dewi Srengganawati diserahkan kepada kakaknya,
Nakula.

Dari perkawinannya dengan Nakula, Dewi Srengganawati memperoleh seorang putri
bernama Dewi Sritanjung, yang setelah dewasa menikah dengan Bambang
Sidapaksa/Widapaksa, putra Dewi Srengginiwati dengan Sadewa.

SRENGGINIWATI

DEWI SRENGGINIWATI adalah putri Resi Badawanangala, kura-kura raksasa yang
tinggal di Sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal
sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekacakra). Ibunya bernama Dewi Srunggarini.
Dewi Srengginiwati mempunyai saudara kembar bernama Dewi Srengganawati yang
menikah dengan Raden Nakula, putra keempat Pandawa.

Dewi Srenggniniwati menikah dengan Raden Sadewa, bungsu Pandawa, putra Prabu
Pandu raja negara Astina dari permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dari
negara Mandaraka. Dewi Srengginiwati bertemu dengan Sadewa, karena ia bersama
kakaknya, Dewi Srengganawati menemukan tubuh Sadewa yang dalam keadaan tak
benyawa tergeletak di pertapaan Sumur Upas. Berkat kesaktian air kehidupan yang
berasal dari Cupu Tirtamanik, Sadewa dapat dihidupnkan kembali oleh Resi
Badawanangala. Dewi Srengginiwati dan Dewi Srengganawati kemudian diserahkan
kepada Sadewa, setelah Sadewa dapat menjabarkan dengan benar arti ―Sejatining
lanang dan sejatining wadon/wanita.‖ Oleh Sadewa kedua putri tersebut dibawa ke
Amarta. Dewi Srengganawati kemudian diserahkan kepada kakaknya, Nakula.

Dari pertkawinannya dengan Sadewa, Dewi Srengginiwati memperoleh seorang putra
yang diberi nama Bambang Sidapaksa/Widapaksa, yang setelah dewasa menikah
dengan Dewi Sritanjung, putri Dewi Srengganawati dengan Nakula.

SRI

DEWI SRI atau Dewi Sulastri (pedalangan Jawa) adalah putri sulung Prabu Sri
Mahapunggung, raja negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati. Prabu Sri
Mahapunggung adalah nama gelar Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan
Dewi Sri Sekar/Sri Widowati yang turun ke Arcapada untuk menjaga kelestarian
dunia. Dewi Sri mempunyai tiga orang adik kandung, yaitu ; Sadana, Wandu dan Oya.

Dewi Sri berwajah sangat cantik. Ia diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati,
neneknya. Dewi Sri memiliki sifat dan perwataan: murah hat, baik budi, sabar dan
bijaksana. Bersama adiknya, Sadana, ia dikenal sebagai Dewa lambang kemakmuran
hasil bumi. Dewi Sri sebagai Dewa Padi, sedangkan Sadana sebagai Dewa hasil bumi
lainnya, seperti : umbi-umbian, kentang, sayur-sayuran dan buah-buhanan. Oleh
karena itu mereka tidak pernah dipisahkan.

Dalam lakon ―Sri Sadana‖ diceritakan, bahwa Sadana meloloskan diri pergi dari
negara Medangkamulan karena dimarai oleh ayahnya. Dewi Sri setelah mengetahui

169

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

kepergian adiknya, lalu pergi mencarinya. Setelah melalui berbagai rintangan dan
pengalaman pahit karena dalam perjalanan bertemu dengan raksasa
Kalagumarang/Karungkala yang terus menerus mengejarnya. Setelahselamadari
nafsu jahat Karungkala, akhirnya Dewi Sri dapat bertemu kembali dengan Sadana.

Sebagai Dewa Hasil Bumi, Dewi Sri dan adiknya. Sadana diyakini hidup sampai akhir
jaman, sebab mempunyai tugas memberikan kemakmuran kepada masyarakat.

SRI WIDOWATI

DEWI SRI WIDOWATI dikenal pula dengan nama Dewi Srisekar. Ia adalah permaisuri
utama Sanghyang Wisnu. Dewi Sri Widowati berasal dari Cupu Linggamanik, sebagai
hasil semedi Hyang Anantaboga dari kahyangan Saptapratala. Dari perkawinan
tersebut, ia memperoleh tiga orang putra masing-msing bernama; Bathara Srigati,
Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dewi Sri Widowati selain sangat cantik dan
anggun juga memiliki kharisma yang tinggi sebagai wanita utama.

Dewi Sri dan Bathara Wisnu merupakan pasangan yang tak terpisahkan. Apabila
Bathara Wisnu turun menitis ke Arcapada dalam mengemban tugas mengembalikan
keseimbangan dunia dari tindakan keserakahan dan perbuatan keangkaramurkaan,
Dewi Sri akan ikut turun menitis sebagai pasangannya, walau harus melalui berbagai
rintangan. Karena itu titisan Dewi Sri selalu menjadi incaran/buruan para penyandang
sifat angkara murka, sepeti Prabu Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka.

Pada jaman Ramayana, Dewi Sri menitis pada Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra,
raja negara Ayodya, ibu Ramawijaya. Kemudian menitis pada Dewi Citrawati, putri
Magada dan menjadi istri Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati, selanjutnya
menitis pada diri Dewi Sinta, putri Prabu Janaka raja negara Mantili dan menjadi istri
Ramawijaya. Pada jaman Mahabharata, ketika Bathara Wisnu menitis pada diri Sri
Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi Sri menitis pada diri Dewi Sumbadra, adik Sri
Kresna dan menjadi istri Arjuna, satria Pandawa.

SRIGATI

BATHARA SRIGATI adalah putra sulung Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi
Srisekar/Dewi Sri Widowati. Ia mempunyai dua orang saudara kandung masing-
masing bernama; Bathara Srinada yang turun ke Arcapada dan menjadi raja negara
Wirata bergelar Prabu Basurata, dan Bathari Srinadi. Bathara Srigati juga mempunyai
15 orang saudara seayah lain ibu, putra-putri Dewi Pratiwi dan Dewi Sri Pujayanti.
Diantara mereka yang dikenal adalah ; Bambang Sitija/Prabu Bomanarakasura yang
menjadi raja di negara Surateleng, Dewi Siti Sundari, Bathara Bhisawa, Dewi
Srihuna/Srihunon yang menikah dengan Bathara Brahmanaresi dan menurunkan trah
Saptaarga, Dewi Srihuni dan Bathara Isnapura yang menurunkan Prabu
Yudakalakresna, raja raksasa dari negara Dwarawati.

Bathara Srigati turun ke Arcapada dan menjadi raja di negara Purwacarita bergelar
Prabu Sri Mahapungung. Ia menikah dengan Dewi Danawati dan mempunyai empat
orang putra masing-msing bernama ; Dewi Sri, Sadana,Wandu dan Oya.

Bathara Srigati sangat sakti. Ia pernah dimintai bantuan ayahnya Sanghyang Wisnu
yang menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk
membinasakan Prabu Watugunung raja negara Gilingwesi yang selain berani
menyerang Suralaya juga telah bertindak keliru mengawini ibu kandung dan ibu
tirinya.

170

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Setelah lanjut usia dan merasa tidak mampu lagi mengendalikan roda pemerintahan,
Prabu Sri Mahapunggung menyerahkan tahta kerajaannya kepada putra ketiga, yaitu
Wandu yang setelah naik tahta kerajaan Purwacarita bergelar Prabu Srimahawan.

SRIHUNA

DEWI SRIHUNA atau Dewi Srihunon adalah putri kesembilan Sanghyang Wisnu
dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia mempunyai l2 saudara kandung, masing-
masing bernama: Bathara Herumaya, Bathara Isawa, Bathara Bisawa, Bathara
Isnawa. Bathara Isnapura --- yang disabda menjadi raksasa dan berganti nama Ditya
Rudramurti yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara
Dwarawati ---, Bathara Madura, Bathara Madusena,. Bathara Madusadana, Dewi
Srtihuni, Bathara Pujarta, Bathara Parwanboja dan Bathara Hardanari.

Dewi Srihuna juga mempunyai lima orang saudara lain ibu, putra-putri Sanghyang
Wisnu dengan Dewi Srisekar dan Dewi Pratiwi. Mereka adalah, Bathara Srigati yang
menjadi raja negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapunggung. Kemudian
Bathara Srinada yang menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Basurata. Batara
Srinadi yang menurunkan raja-jara Mandaraka, Bambang Sitija/Bomanarakasura raja
negara Surateleng dan Dewi Siti Sundari.

Pada mulanya Dewi Srihuna akan dinikahkan dengan Bathara Brahmanasadara
(Bremana), Putra Sanghyang Brahma dengan Dewi Sarasyati.Tapi Bathara Bremana
menolak. Dewi Srihuna kemudian dinikahkan dengan Bathara Brahmanaresi
(Bremani) adik Bathara Bremana. Dari perkawinan tersebut ia mempunyai seorang
putra bernama Bambang Parikenan, yang merupakan cikal-bakal keturunan trah
Wukir Retawu/Saptaarga.

Karena Bathara Bremana kemudian jatuh cinta pada Dewi Srihuna, maka setelah
Bambang Parikenan lahir, oleh Bathara Brahmanaresi, Dewi Srihuna diserahkan
kepada kakaknya, Bathara Brahmanasadara (Bremana). Dari perkawinan tersebut,
Dewi Srihuna mempunyai dua orang putri, masing-masing bernama : Dewi Srini dan
Dewi Satapi.

SRIKANDI

DEWI SRIKANDI adalah putri kedua Prabu
Drupada, raja negara Pancala dengan permaisuri
Dewi Gandawati, putri Prabu Gandabayu dengan
Dewi Gandini. Ia mempunyai dua orang saudara
kandung bernama; Dewi Drupadi/Dewi Kresna
dan Arya Drestadyumna.

Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah
keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan
senjata panah. Kepandaiannya tersebut
didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang
kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan
tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.

Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit
wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab
keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara
dengan segala isinya. Dalam perang
Bharatayuda, Dewi Srikandi tampil sebagai

171

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, satria Wirata yang telah gugur
untuk menghadapi Resi Bisma, senapati Agung balatentara Kurawa. Dengan panah
Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Resi Bisma, sesuai kutukan Dewi
Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh
Resi Bisma.

Akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan : Ia tewas dibunuh Aswatama yang
menyelundup masuk ke keraton Astina setelah berakhirnya perang Bharatayuda.

SRITANJUNG

DEWI SRITANJUNG is the daughter of Nakula,
the knight of Sawojajar, state of Amarta with Dewi
Srengganawati –the daughter of Resi
Badawanangala, the giant turtle who lives in
Wailu river-- (base on Purwacarita,
Badawanangala well known as the king of
Gisiksamodra/Ekapratala). Dewi Sritajung has
two half brothers that were Bambang Pramunista
and Dewi Pramuniwati –as the sons of Nakula
and Dewi Sayati--.

Dewi Sritajung very beautiful, she is also smart,
clever and strong. She is one of the woman
soldier who powerful and respite. Dewi Sritanjung
has will a Cupu that contain ―Banyu Panguripan /
the water of life‖ the given of her mother, and
magic of Pengasihan the given of her grandfather.

Since she was baby, Dewi Sritanjung lives with her grandfather, Resi Badawanangala
in asceticism Wailu. In the end war of Bharatayuda, Dewi Sritanjung was gone to the
state of Astina to look for her father. In her journey, Dewi Sritanjung met Prabu
Ajibarang, the giant king from Gowasiluman in the forest Tunggarana who succeeding
to deceive her and she was invited to attack Astina.

In Astina, Dewi Sritanjung met Bambang Widapaksa, her own cousin as the son of
Sahadewa and Dewi Srengganawati. Later, they were to kill Prabu Ajibarang. By their
fathers (Nakula and Sahadewa), Dewi Sritanjung and Bambang Widapaksa were
made a match.

STANU

SANGHYANG STANU dikenal sebagai dewa hutan. Menurut kitab ―Mahabharata‖ ,
Sanghyang Stanu termasuk satu dari delapam dewa yang lahir dari sebuah telur ajaib
yang dikena dengan nama ―Antiga Mahadwipa‖. Ketujuh dewa lainnya adalah
Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Manu
dewa laut, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas atau Sanghyang Parameswara yang
dikenal sebagai dewa lambang kemuliaan dan kejayaan, dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Stabu sangat sakti dan berwatak keras hati sesuai dengan tempat
tinggalnya di hutan dan bergaul dengan golongan asura. Bersama Resi Pulastya dan
Resi Yogiswara -- pada jaman Lokapala, Sanghyang Manu bertugas memberi
perlindungan serta pertolongan kepada semua makhluk yang hidup di lautan.

Sanghyang Stanu menikah dengan Dewi Arumdanu, bidadari keturunan Sanghyang
Triyarta. Dari perkawinan ini lahir beberapa orang anak diantaranya para raksasa

172

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

serfta makhluk hutan yang berujud aneh-aneh, seperti raksasa berkepala singa,
manusia berkala lembu atau sapi dan lain sebagainya. Makhkuk-makhluk aneh
keturunan Sanghyang Manu yang terkenal dalam cerita pedalangan karena
kesaktiannya dan perbutannya yang menggegerkan jagad raya antara lain :
Maesasura dan Lembusura, raja dan patih negara Kiskenda yang pernah menyerang
kahyangan karena ingin memperistri Dewi Tari, bidadari putri Sanghyang Brahma.
Maesasuta mati oleh Resi Subali, sedangkan Lembusura mati dalam peperangan
melawan Sugriwa.

SUBALI

Subali dikenal pula dengan nama Guwarsi
(pedalangan).Ia putera kedua Resi Gotama, dari
pertapan Erraya/Grastina, dengan Dewi
Indradi/Windradi, bidadari keturunan Bhatara
Asmara. Subali mempunyai dua orang saudara
kandung masing-masing bernama ; Dewi Anjani
dan Sugriwa/Guwarsa.

Karena rebutan Cupumanik Astagina dengan
kedua saudaranya, ia berubah wujud menjadi
kera setelah masuk ke dalam telaga Sumala.
Untuk menebus kesalahannya dan agar bisa
kembali menjadi manusia, atas anjuran ayahnya,
Subali melakukan tapa Ngalong (seperti
kelelawar) di hutan Sunyapringga. Atas
ketekunannya bertapa, Subali mendapatkan Aji
Pancasona, yang berarti hidup rangkap lima.

Resi Subali pernah mengalahkan Prabu
Dasamuka, raja negara Alengka, bahkan kemudian Dasamuka menjadi muridnya
untuk mendapatkan Aji Pancasona. Resi Subali juga berhasil membinasakan Prabu
Maesasura, raja raksasa berkepala kerbau dari kerajaan Gowa Kiskenda bersama
saudara seperguruannya Jatasura, berwujud harimau yang akan menghancurkan
Suralaya karena lamarannya memperisteri Dewi Tara ditolak Bhatara Indra. Atas
persetujuan Subali, Dewi Tara dan kerajaan Gowa Kiskenda diberikan kepada
Sugriwa.

Akibat termakan tipu daya dan hasutan Prabu Dasamuka, Resi Subali merebut Dewi
Tara dan istana Gowa Kiskenda dari tangan Sugriwa. Selama berhubungan
dengannya, Dewi Tara hamil. Dengan bantuan Ramawijaya, Sugriwa dapat merebut
kembali Dewi Tara dan istana Gowa Kiskenda. Akibat dari dosa dan kesalahannya
Resi Subali dapat dibunuh oleh Ramawijaya. Daya kesaktian Aji Pancasona lenyap
terhisap oleh daya kesaktian panah Gowawijaya. Sepeninggal Resi Subali, Dewi Tara
melahirkan bayi berwujud kera berbulu merah yang diberi nama , Anggada.

SUBRAHMANIA

BATHARA SUBRAHMANIA adalah dewa bermata enam. Ia dikenal pula dengan
nama Sanghyang Pitamaha. Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Bathara Subrahmania
atau Sanghyang Pitamaha termasuk satu dari delapan dewa yang lahir dari sebuah
telur ajaib yang dikenal dengan nama ―Antiga Mahadwipa‖. Ketujuh dewa lainnya
adalah Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Stanu, Sanghyang
Manu, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas dan Sanghyang Daksa.

173

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Bathara Subrahmania sangat sakti namun berwatak penyabar dan memilki sifat
murah hati. Karena itu ia dikenal sebagai dewa lambang keadilan dan kejayaan dan
menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin
mendapatkan keadilan dan kejayaan dalam hidupnya.

Bathara Subrahmana adalahdewa yang telah mm,ebntikan kaklung untaian bunga
melati kepada Dewi Amba, putri Negara Kasi. Dikisahkan, Dewi Amba yang merasa
sakit hati dan debdam tehadap Dewabrata / Resi Bisma karena menolak cintanya dan
menghancurkan harapan hidupnya, pergi meminta keadilan kepada Bathara
Subrahmania. Kepada dewi Amba, dewa bermata enam itu memberikan kalung
untaian bunga melati dengan kutukan siapapun yang memakai kalung bunga melati
itu ia akan menjadi lawan Dewabrata. Ketika tak seorangpun satria atau raja yang
bersedia memakai kalung itu, Dewi Amba yang dalam keputusasaan
menggantungkan/mencantelkan kalung itu di pintu gerbang istana kerajaan Pancala.
Beberapa tahun kemudian kalung bunga melati itu ditemukan dan dipakai oleh Dewi
Srikandi, putrid Prabu Drupada dengan Dewi Gandawati.

Apa yang dikutukkan dan dijanjikan Bathara Subrahmania menjadi kenyataan. Dalam
perang Bharatayuda, Dewi Srikandi berhasil menewaskan Dewabrata atau Resi
Bisma.

SUGRIWA

SUGRIWA dikenal pula dengan nama Guwarsa
(pedalangan). Ia merupakan putra bungsu Resi
Gotama dari pertapaan Erraya/Grastina dengan
Dewi Indradi/Windardi, bidadari keturunan
Bathara Asmara. Sugriwa mempunyai dua orang
saudra kandung masing-masing bernama : Dewi
Anjani dan Subali.

Setelah menjadi wanara/kera, dalam perebutan
Cupumanik Astagina, Sugriwa diperintahkan
ayahnya untuk bertapa Ngidang (hidup sebagai
kijang) di dalam hutan Sunyapringga apabila
menginginkan kembali berwujud manusia. Atas
jasa Resi Subali yang berhasil membunuh Prabu
Maesasura dan Jatasura, Sugriwa dapat
memperistri Dewi Tara dan menjadi raja di
kerajaan Gowa Kiskenda serta wadya/
balatentara kera. Prabu Sugriwa juga menikah
dengan Endang Suwarsih, pamong Dewi Anjani
dan memperoleh seorang putra berwujud kera yang diberi nama Kapi Suweda.

Dewi Tara dan kerajaan Kiskenda pernah direbut oleh Resi Subali yang terkena
hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Dengan bantuan Ramawijaya
yang berhasil membunuh Resi Subali dengan panah Gowawijaya, Sugriwa berhasil
mendapatkan kembali Dewi Tara dan negaranya. Sebagai imbalannya, Sugriwa
mengerahkan prajurit keranya membantu Ramawijaya membebaskan Dewi Sinta dari
sekapan Prabu Dasamuka.

Ketika berlangsungnya perang Alengka, Sugriwa tampil sebagai senapati perang
Prabu Rama. Ia berhasil membunuh beberapa senapati perang Alengka, antara lain;
Pragasa, Kampana dan Gatodara. Setelah perang berakhir, Sugriwa kembali ke
Gowa Kiskenda, hidup bahagia dengan istrinya, Dewi Tara. Ia tidak bisa kembali

174

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

kewujud aslinya sebagai manusia, karena penyerahan dirinya kepada Dewata belum
sempurna, masih terbelenggu oleh kenikmatan duniawi.

SUKESI

DEWI SUKESI adalah putri sulung Prabu Sumali,
raja negara Alengka dengan permaisuri Dewi
Desidara. Ia mempunyai adik kandung bernama
Prahasta. Walau ayahnya berwujud raksasa Dewi
Sukesi berwajah cantik seperti ibunya, seorang
hapsari/bidadari. Ia mempunyai perwatakan,
sangat bersahaja, jujur, setia dan kuat dalam
pendirian.

Setelah dewasa Dewi Sukesi menjadi lamaran
para satria dan raja. Untuk menentukan pilihan,
Dewi Sukesi menggelar sayembara : barang
siapa yang bisa menjabarkan ilmu "Sastra
Harjendra Yuningrat" dialah yang berhak menjadi
suaminya. Selain itu, pamannya, Ditya
Jambumangli putra Ditya Maliawan, yang secara
diam-diam mencintai Dewi Sukesi ikut
mengajukan satu persyaratan ; bahwa hanya
mereka yang dapat mengalahkan dirinya yang

berhak mengawini Dewi Sukesi.

Sayembara akhirnya dimenangkan oleh Resi Wisrawa, brahmana dari pertapaan
Girijembatan, yang meminang Dewi Sukesi atas nama putranya, Prabu
Wisrawana/Danaraja, raja negara Lokapala. Selain dapat menjabarkan ilmu "Sastra
Harjendra Yuningrat", Resi Wisrawa juga berhasil membunuh Ditya Jambumangli.
Dewi Sukesi yang menolak dinikahkan dengan Prabu Danaraja, akhirnya menikah
dengan Resi Wisrawa. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh empat orang putra,
masing-masing bernama ; Rahwana, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Arya
Wibisana.

Akhir riwayat Dewi Sukesi diceritakan, ia meninggal karena sedih dan sakit seelah
istana Alengka dibakar oleh Anoman.

175

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SUKRASANA

SUKASRANA berwujud raksasa kerdil/bajang. Ia
putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar
dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari
keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang
Sambo. Ia mempunyai seorang kakak bernama
Bambang Sumantri, yang berwajah sangat
tampan.

Walaupun berwujud raksasa kerdil, Sukasrana
memiliki kesaktian luar biasa. Ia mengabdi pada
Bathara Wisnu dan bertugas sebagai juru taman
Sriwedari di Kahyangan Untarasegara. Suatu
ketika ia sangat merindukan keluarganya dan
datang ke pertapaan Argesekar. Ia tidak menemui
kakaknya yang sangat dicintainya. Setelah
mendapat penjelasan dari ayahnya, bahwa
Sumantri pergi ke negara Maespati untuk
mengabdi pada Prabu Arjunasasra, Sukasrana
pergi menyusul.

Di tengah hutan Sukasrana bertemu dengan Sumantri yang sedang sedih, karena
harus memenuhi persyaratan Prabu Arjunasasra, memindahkan taman Sriwedari ke
negara Maespati bila pengabdiannya ingin diterima. Sukasrana bersedia menolong
kakaknya, dengan syarat ia boleh ikut mengabdi di Maespati. Tapi setelah taman
Sriwedari berhasil dipindahkan, Sumantri ingkar janji, bahkan tanpa sengaja
Suskarana mati terbunuh oleh panah Sumantri. Sebelum ajal, Sukasrana bersumpah
akan hidup bersama-sama dengan Sumantri dalam Nirwana, dan kematiannya akan
dibalasnya melalui seorang raja raksasa.

Sumpah Sukasrana terpenuhi. Ketika negara Maespati diserang balatentara Alengka,
dan Sumantri berperang melawan Prabu Rahwana/Dasamuka, arwah Sukasrana
menyusup/menjelma pada taring Prabu Dasamuka dan Sumantri digigit sampai mati.

SUKSARA

PRABU SUKSARA adalah putra Prabu Brahmanatama, raja negara Alengka dengan
permaisuri Dewi Sukati. Ia naik tahta menjadi raja negara Alengka ke-lima
menggantikan ayahnya, Prabu Brahmanatama yang hidup sebagai brahmana. Raja-
raja negara Alengka sebelumnya adalah: Prabu Hiranyakasipu, Prabu Banjaranjali
dan Prabu Getahbanjaran, yang kesemuanya adalah keturunan Bathara Brahma.

Prabu Suksara menikah dengan Dewi Aswanti, seorang hapsari/bidadari yang masih
keturunan Bathara Semeru. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra
bernama; Ditya Sumali dan Ditya Maliawan.

Walau berwujud raksasa, Prabu Suksara berwatak brahmana. Ia memerintah negara
Alengka dengan sifat adil dan bijaksana. Setelah Ditya Sumali dewasa, Prabu
Suksara menyerahkan tahta negara Alengka kepada putranya. Ia kemudian hidup
sebagai brahmana karena ia berharap ada anak keturunannya yang lahir satria dan
berwatak brahmana, yang menjadi kekasih Sanghyang Wisnu. Keingginannya kelak
menjadi kenyataan. Salah satu keturunannya, Arya Wibisana menjadi sahabat dan
kekasih Prabu Rama, raja titisan Sanghyang Wisnu.

176

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SUMALI

PRABU SUMALI adalah putra Prabu Suksara,
raja raksasa negara Alengka dengan permaisuri
Dewi Subakti. Ia mempunyai adik kandung
bernama Ditya Maliawan. Prabu Sumali menjadi
raja negara Alengka menggantikan kedudukan
ayahnya, Prabu Suksara yang mengundurkan diri
hidup sabagai brahmana.

Prabu Sumali adalah raja Aditya yang berwatak
brahmana. Ia memerintah negara dengan arif dan
bijaksana, adil dan jujur. Prabu Sumali menikah
dengan Dewi Desidara, seorang hapsari
keturunan Bathara Brahma dari permaisuri Dewi
Sarasyati. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra masing-masing
bernama ; Dewi Sukesi dan Prahasta.

Atas desakan Ditya Jambumangli, putra Ditya Maliawan, Prabu Sumali
menyelenggarakan sayembara tanding untuk mencari jodoh bagi putrinya, Dewi
Sukesi. Sayembara itu dimenangkan oleh Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan
wilayah negara Lokapala setelah menewaskan Ditya Jambumangli, dan berhasil
menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat" atas permintaan Dewi Sukesi.

Setelah usianya lanjut dan merasa tak mampu lagi menangani pemerintahan negara,
Prabu Sumali kemudian menyerahkan kekuasaan kerajaan Alengka kepada cucunya,
Rahwana, putra Dewi Sukesi dengan Wisrawa. Prabu Sumali meninggal setelah
peristiwa pembakaran istana Alengka oleh Anoman.

SUMANTRI

BAMBANG SUMANTRI adalah putra Resi
Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan
permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari/bidadari
keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang
Sambo. Ia mempunyai seorang adik bernama
Bambang Sukasarana/Sukrasana, berwujud
raksasa kerdil/bajang.

Sumantri sangat sakti dan memiliki senjata
pusaka berupa Panah Cakra. Selain ahli dalam
ilmu tata pemerintahan dan tata kenegaraan.
Sumantri juga mahir dalam olah keprajuritan dan
menguasai berbagai tata gelar perang. Setelah
dewasa, ia mengabdi pada Prabu
Arjunasasra/Arjunawijaya di negara Maespati.
Sebagai batu ujian, ia ditugaskan melamar Dewi
Citrawati, putri negara Magada yang waktu itu
menjadi rebutan/lamaran raja-raja dari seribu
negara.

Sumantri berhasil memboyong Dewi Citrawati. Tapi sebelum menyerahkan kepada
Prabu Arjunasasra, ia lebih dulu ingin menguji kemampuan dan kesaktian Prabu
Arjunasasra sesuai dengan cita-citanya ingin mengabdi pada raja yang dapat

177

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

mengungguli kesaktiannya. Dalam perang tanding, Sumantri dapat dikalahkan Prabu
Arjunasasra yang bertiwikrama. Ia kemudian disuruh memindahkan Taman Sriwedari
dari Kahyangan Untarasegara ke negara Maespati bila ingin pengabdiannya diterima.
Dengan bantuan adiknya, Sukasrana, Taman Sriwedari dapat dipindahkan, tapi
secara tak sengaja Sukasrana mati terbunuh olehnya dengan senjata Cakra. Oleh
Prabu Arjunasasra, Sumantri diangkat menjadi patih negara Maespati bergelar Patih
Suwanda.

Akhir riwayat Sumantri/Patih Suwanda diceritakan; ia gugur dalam pertempuran
melawan Prabu Dasamuka, raja negara Alengka yang dalam taringnya menjelma
arwah Sukasrana.

SUMARMA

PRABU SUMARMA adaklah raja negara Trigardapura. Ia berbadan besar dan gagah
perkasa. Prabu Sumarma berwatak keras hati, pemberani dan selalu menurutkan kata
hati. Selain pandai dalam tata gelar perang, Prabu Sumarma juga mahir dalam olah
keprajuritan, khsusunya mempergunakan senjata gada dan lembing.

Prabu Sumarma masih bersudara sepupu dengan Rupakenca dan Kencakarupa, dua
orang saudara angkat Prabu Matswapati/Durgandana, dari negara Wirata. Rupakenca
dan Kencakarupa tewas dalam peperangan melawan Jagalabilawa/Bima ketika
mereka bemaksud merebut tahta kerajaan Wirata dari kekuasan Prabu Matswapati.

Karena dendamnya terhadap Bima, ketika pecah perang Bharatayuda, Prabu
Sumarma membela keluarga Kurawa. Ia terjun ke medan perang setelah gugurnya
Resi Bisma. Bersama dengan Prabu Prartipeya , raja negara Swandapura, secara
curang ia menyerang kubu pertahanan keluarga Pandawa di Randuwatangan.
Akhirnya ia tewas dalam peperangan melawan Bima. Tubuhnya hancur dihantam
gada Rujakpala.

SUMBADRA

DEWI SUMBADRA atau Dewi Sumbadra
(pedalangan Jawa), dikenal pula dengan nama
Dewi Mrenges, Dewi Rara Ireng, Dewi Bratajaya
dan Dewi Kendengpamali. Ia adalah putri Prabu
Basudewa, raja negara Mandura dari permaisuri
Dewi Rohini/Dewi Badrahini.

Dewi Sumbadra mempunyai 4 orang saudara lain
ibu, yaitu; Kakrasana dan Narayana dari Dewi
Mahindra/Maerah (Ped.Jawa), Kangsa, dari Ibu
Dewi Mahira/Maekah — (Kangsa sebenarnya
putra Dewi Mahira dengan raksasa Gorawangsa
yang menyaru/beralih rupa menjadi Prabu
Basudewa palsu dan bermain asmara dengan
Dewi Mahira), Udawa, dari ibu Ken Sagupi,
seorang swaraswati Keraton Mandura.

Dewi Sumbadra diyakini sebagai titisan Bathari
Sri Widowati, istri Bathara Wisnu. Ia mempunyai watak; setia, murah hati, baik budi,
sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun), menarik hati/merakati dan mudah
tersinggung. Sumbadra menikah dengan Raden Arjuna, satria Pandawa putra Prabu
Pandu, raja negara Astina dengan Dewi Kunti, dan dikaruniai seorang putra yang

178

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

diberi nama Angkawijaya/Abimanyu. Ia tinggal di taman Banoncinawi, Kadipaten
Madukara wilayah negara Amarta.

Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati moksa bersama keluarga Pandawa setelah
Parikesit, Putra Abimanyu dengan Dewi Utari, dinobatkan sebagai raja Astina
menggantikan Prabu Kalimataya/Prabu Puntadewa.

SUMBAGA

DEWI SUMBAGA adalah bidadari keturunan Sanghyang Taya. Ia merupakan adik
Dewi Merusupadmi/Dewi Sumeru, istri Prabu Wisakarma, raksasa ahli racun dari
Goawindu atau Kotawindu.

Dewi Sumbaga memiliki sifat dan perwatakan ; setia, baik budi, sabar dan jatmika
(selalu dengan sopan santun). Ia turun ke marcapada mendampingi kakaknya, Dewi
Sumeru dan tinggal di istana Goawindu yang terletak di gunung Warawendya.

Dewi Sumbaga menikah dengan Indrajid/Megananda, putra sulung Prabu
Dasamuka/Rahwana, raja raksasa negara Alengka dengan permaisuri Dewi Tari. Dari
perkawinan tersebut ia mempunyai seorang putra yang diberi nama, Begasura
Setelah Indrajid dan Begasura tewas dalam perang Alengka melawan Laksmana,
Dewi Sumbaga kembali ke kahyangan Kainderan, hidup sebagai bidadari.

SUMERU

DEWI SUMERU dikenal pula dengan nama Dewi Merusupadmi. Dewi Sumeru adalah
bidadari keturunan Sanghyang Taya yang turun ke marcapada bersama adiknya,
Dewi Sumbaga dan tinggal di Goa Windu di lereng gunung Warawendya. Dewi
Sumeru menikah dengan Wisakarma, raksasa ahli racun yang kemudian menciptakan
kerajaan Kotawindu dan bergelar Prabu Wisakarma.

Dewi Sumeru memiliki sifat dan perwatakan ; setia, baik budi, sabar dan jatmika
(selalu dengan sopan santun). Dari perkawinannya dengan Prabu Wisakarma, ia
mempunyai seorang putri yang diberi nama Dewi Sayempraba yang kecantikannya
tak ubahnya seorang bidadari. Sedangkan adiknya, Dewi Sumbaga menikah dengan
Indrajid/Megananda, putra sulung Prabu Dasamuka/Rahwana, raja raksasa negara
Alengka dari permaisuri Dewi Tari, dan mempunyai seorang putra yang diberi nama,
Begasura

Aklibat dari kesombongan Prabu Wisakarma yang membangun taman kerajaaan
Kotawindu lengkap beserta istananya dengan mengambil pola Taman Indraloka,
taman dan istana Bathara Indra, telah membangkitkan kemarahan Bathara Indra.
Panah angin dilepaskan Dewa Indra dari pintu kahyangan, menghantam dan
memporak-porandakan istana Kotawindu. Prabu Wisakarma dan Dewi
Merusupadmi/Dewi Sumeru tewas dalam peristiwa tersebut. Bekas istana Kotawindu
kemudian berubah menjadi Goawindu dan dihuni oleh Dewi Sayempraba yang
selamat dari tragedi panah angin Bathara Indra. Beberapa tahun kemudian setelah
selesainya perang Alengka dengan kahancuran Rahwana, Dewi Sayempraba
menikah dengan Anoman.

179

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SUMITRA

DEWI SUMITRA dikenal pula dengan nama Dewi
Priti. Ia putri dari Bathara Hira/Prabu Ruryana,
raja negara Maespati, yang berarti cucu Prabu
Arjunawijaya atau Prabu Arjunasasra dengan
permaisuri Dewi Citrawati. Dewi Sumitra berwajah
sangat cantik. Ia memilki sifat dan perwatakan;
setia, murah hati,baik budi, sabar, jatmika (selalu
dengan sopan santun) dan sangat berbakti.

Dewi Sumitra menjadi permaisuri ketiga Prabu
Dasarata, Raja negara Ayodya. Kedua permaisuri
Prabu Dasarata yang lain ialah; Dewi
Kusalya/Dewi Ragu, ibu Ramawijaya, dan Dewi
Kekayi, ibu Barata. Dari perkawinannya dengan
Prabu Dasarata, Dewi Sumitra memperoleh
seorang putra yang berwajah sangat tampan
bernama, Raden Lesmana yang diyakini sebagai
penjelmaan Bathara Suman. Tigabelas tahun
lamanya Dewi Sumitra harus berpisah dengan
putra tunggalnya, Lesmana yang pergi mengikuti Ramawijaya, meninggalkan negara
Ayodya untuk menjalani hukum buang atas kehendak Dewi Kekayi. Selama masa
itulah ia dengan setia dan sabar mendampingi seta menghibur hati Dewi Kusalya.

Dewi Sumitra meninggal dalam usia lanjut. Ia masih sempat ikut menyaksikan dan
menikmati masa kejayaan negara Ayodya di bawah pemerintahan Prabu Ramawijaya
dengan pendamping Lesmana, putra tunggalnya.

SUMITRA

BAMBANG SUMITRA adalah putra Arjuna, salah
satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi
Rarasati/Larasati, putri Arya Prabu Rukma/Prabu
Bismaka, raja negara Kumbina dengan Ken
Sagupi dari padepokan Widarakandang. Ia
mempunyai 13 (tiga belas) orang saudara lain
ibu, yaitu; Abimanyu, Bratalaras, Bambang
Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wilugangga,
Endang Pregiwa, Endang Pregiwati,
Prabakusuma, Wijarnaka, Antakadewa dan
Bambang Sumbada.

Bambang Sumitra ikut pula terjun ke medan
perang Bharatayuda. Bersama-sama dengan
Prabakusuma, Wilungangga, Wijanarka dan
Antakadewa, gugur di medan peperangan
melawan Resi Bisma. Versi lain menyebutkan
Sumitra gugur ditangan Karna, ini dilakukan oleh
Karna supaya Abimanyu yg bersama Sumitra menjadi takut dan pergi dari medan
pertempuran.

180

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SUMPANI

DEWI SUMPANI adalah seorang hapsari keurunan Sanghyang Pancaresi, putra
Sanghyang Darmajaka, adik Sanghyang Wenang. Ia turun ke arcapada dan menjadi
putri angkat Resi Maruta di pertapaan Daksina. Dewi Sumpani mempunyai sifat
perwatakan; pemberani, teguh dalam pendirian, setia, baik budi dan cinta terhadap
sesamanya.

Dengan restu Resi Maruta, Dewi Sumpani menghadang perjalanan Gatotkaca, raja
negara Pringgandani, putra Bima/Werkudara dengan Dewi Arimbi yang baru saja
memperoleh Aji Narantaka dari gurunya, Resi Seta di pertapaan Cemarasewu.
Dengan keteguhan hatinya Dewi Sumpani ingin mencoba keampuhan Aji Narantaka
yang mempunyai daya kesaktian, siapapun yang terkena ajian tersebut tubuhnya
akan hacur menjadi debu. Gatotkaca menolak keinginan Dewi Sumpani, tapi ia terus
mendesaknya dan akan mengikuti terus kemana Gatotkaca pergi. Menghadapi
keteguhan hati Dewi Sumpani, Gatotkaca akhirnya meluluskan keinmginannya dan
berjanji akan memperistri Dewi Sumpani buila ia selamat dari hantaman Aji
Narantaka.

Karena keluhuran budinya, Dewi Sumpani berhasil selamat dari hantaman Aji
Narantaka. Ia kemudian diperistri oleh Gatotkaca. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh seorang putra yang diberi nama, Arya Jayasupena.

SUPALA

ARYA SUPALA adalah putra Prabu Kandiraja,
raja negara Kadi. Ia mempunyai cacad tubuh
sejak lahir. Bertangan empat, berkaki empat, dan
bermata tiga, satu mata berada di tengah dahi.
Wangsit dewata yang diterima Prabu Kandiraja,
cacad Supala hanya dapat disembuhkan oleh
tangan Dewa Wisnu, tapi di tangan
penyembuhnya itulah hidup mati Supala
berada.Cacad tubuh Supala akhirnya dapat
disembuhkan oleh Narayana/Prabu Kresna, putra
Prabu Basudewa dengan Dewi Mahindra dari
negara Mandura. Saat itu Narayana berjanji tidak
akan membunuh Supala sampai Supala
menghina dan merendahkan martabatnya di
hadapan seratus raja.

Setelah dewasa, Supala menjadi raja negara Kadi
menggantikan kedudukan ayahnya. Ia menjalin
hubungan yang sangat dekat dengan Prabu Jarasanda, raja negara Magada. Supala
berwatak; angkuh, keras hati, pandai bicara dan selalu menuruti kata hati.

Akhir riwayatnya diceritakan, Supala tewas oleh Prabu Kresna. Kepalanya hancur
terkena hantaman senjata Cakra, akibat dari kelancangan Supala menghina dan
merendahkan martabat Prabu Kresna di hadapan lebih dari 100 raja yang hadir dalam
acara Sesajirajasuya, pesta besar penobatan Puntadewa menjadi raja negara Amarta.

SUPALAWA

RESI SUPALAWA berujud manusia kera/wanara berbulu puith. Ia bersaudara kembar
(dampit) gondangkasih dengan Wisnukapiwara yang berbulu hitam (lutung). Mereka

181

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

adalah sahabat Sanghyang Wisnu dan tinggal di Kahyangan Untarasegara. Oleh
Sanghyang Wisnu, Supalawa ditugaskan sebagai pengasuh Bathara Parikenan, cucu
Sanghyang Wisnu, putra Bathari Srihunon dengan Bathara Bramanaresi (Bremani),
putra Sanghyang Brahma.

Ketika Manumayasa/Kanumayasa, putra Bathara Parikenan dengan Dewi Bramaneki
turun ke Arcapada, oleh Sanghyang Wisnu, Supalawa diperintahkan untuk
menyertainya. Ia ikut membantu Manumayasa membangun padepokan Retawu di
salah satu puncak Gunung Saptaarga. Sebagai andel kepercayaan Resi
Manumayasa, Supalawa berhasil menjaga ketenteraman padepokan Retawu. Dengan
kesaktiannya ia juga berhasil mengusir raksasa-raksasa Pringgandani dibawah
pimpinan Prabu Arimbaka yang menyerang padepokan Retawu.

Setelah usianya lanjut, Supalawa meninggalkan padepokan Retawu, mendahului Resi
Manumayasa, untuk tinggal di Paremana, masih di kawasan Gunung Saptaarga, di
bekas pertapaan Bathara Bramanaresi (Bremani), kakek Resi Manumayasa. Atas
perkenan Sanghyang Wisnu, ia menikah dengan seorang hapsari, dan menurunkan
para wanara/manusia kera, diantaranya Resi Mayanggaseta/Pracandaseta, kera putih
yang tinggal di pertapaan Pandansurat, wilayah kerajaan Jodipati, negara Amarta.

Akhir riwayatnya diceritakan, Resi Supalawa mati moksa dalam usia sangat lanjut,
dan arwahnya kembali ke nirwana.

SUPRABA

DEWI SUPRABA adalah bidadari yang sangat terkenal karena kecantikannya. Ia
masih keturunan Dewi Kanika, putri Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang.
Banyak titah Arcapada yang tergila-gila ingin memperistri Dewi Supraba. Dengan
mengandalkan kesaktian, mereka nekad datang melamar ke Suralaya dengan
pertaruhan nyawa.

Dari sekian banyak titah Arcapada yang sangat bernafsu dan juga karena dendam
ingin memperistri Dewi Supraba adalah Prabu Niwatakawaca, raja raksasa negara
Manikmantaka. Mata kanan Prabu Niwatakawaca yang waktu mudanya bernama Arya
Nirbita menjadi buta karena ditusuk dengan kacip (pemotong buah gambir) oleh Dewi
Supraba saat ia sedang mengintip tingkah pola para bidadari di kahyangan Kaideran.
Prabu Niwatakawaca yang sangat sakti dan tak terkalahkan oleh para dewa, akhirnya
mati oleh panah Pasopati yang dilepas Arjuna, setelah rahasia
kesaktiannya/kematiannya berupa noktah hitam dilangit-langit mulutnya diceritakan
sendiri kepada Dewi Supraba.

Oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Supraba dihadiahkan kepada Arjuna yang atas
jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca dinobatkan sebagai raja Kaideran bergelar
Prabu Kariti. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama
; Prabakusuma. Dewi Supraba adalah salah seorang bidadari upacara Suralaya yang
terdiri dari tujuh orang, yaitu ; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi
Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin, Dewi Warsiki, dan Dewi Wilutama.

SURAGURU

SANGHYANG SURAGURU adalah dewa perang, karena itu ia sering juga disebut
dengan nama Dewa Surapati. Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Sanghyang Suraguru
atau Dewa Surapati termasuk satu dari delapan dewa yang lahir dari ―Ant6iga
Mahadwipa‖, yang berujud sebuah telur ajaib. Ketujuh dewa lainnya adalah
Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Stanu, Sanghyang Manu,
Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas dan Sanghyang Daksa.

182

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Sanghyang Suraguru sangat sakti. Sebagai dewa perang, ia menguasai berbagai ilmu
kesaktian serta menguasi berbagai tata gelar perang. Bersama Sanghyang Pancaresi
dan Sanghyang Senggana, Sanghyang Suraguru selalu menjadi senapati perang para
dewa apabila Suralaya mendapat serbuan dari golongan asura (para raksasa).

Karena kesaktiannya dan penguasaanya tentang berbagai ilmu peperangan,
Sanghyang Suraguru sering menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat
arcapada yang ingin mendapatkan kesakian dan kejayaan dalam hidupnya.
Sanghyang Suraguru juga pernah turun ke arcapada menitis pada beberapa satria.
Pada jaman Lokapala, ia pernah menitis pada Bambang Sumantri, satria dari
pertapaan Ardisekar, putra Resi Suwandagni yang mengabdikan diri pada Prabu
Arjunasasrabahu, raja negara Maespati. Sedang pada jaman Mahabharata,
Sanghyang Suraguru pernah menitis pada Basukarna atau Adipati Karna, putra Dewi
Kunti dengan Bathara Surya yang menjadi raja di negara Awangga dan menjadi
senapati perang Kurawa dalam perang Kurusetra.

SURAKESTI

ARYA SURAKESTI adalah putra Arya Sakuni, patih negara Astina dengan Dewi
Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Ia mempunyai dua orang
saudara kandung masing-masing bernama ; Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang
kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.

Arya Surakesti menikah dengan Dewi Aswati dan mempunyai seorang putra bernama
Arya Kestawa. Arya Surakesti memiliki perwatakan; berani, pendian, baik tingkah
lakunya dan ingin selalu berbuat kebenaran.

Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Surakesti yang tadinya bersikap netral,
akhirnya memutuskan untuk memihak keluarga Pandawa. Sebagai bukti kesetiaannya
pada Pandawa, Arya Surakesti membeberkan/membuka rahasia kesaktiaanya dan
kematian ayahnya, Arya Sakuni. Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, ia
dinobatkan menjadi raja negara Gandara menggantikan Prabu Gandara yang telah
mangkat.

SURATA

ARYA SURATA adalah anak kedua dari dua bersaudara putra Arya
Jayadrata/Tirtanata, raja negara Sindu dengan Dewi Dursilawati, satu-satunya wanita
dari seratus orang keluarga Kurawa, putra Prabu Destrarasta dengan Dewi Gandari
dari negara Astina. Ia mempunyai seorang kakak kandung benama Arya Wiruta.
Sejak kecil sampai dewasa, ia tinggal di kesatrian Banakeling, wilayah negara Astina.

Arya Surata mempunyai sifat perwatakan, berani, penuh kesungguhan, sertia, dan
sangat berbakti. Selain sakti, karena menjadi murid Resi Sapwani – guru dan ayah
angjkat Jayadrata, Arya Surata juga mahir mempergunakan panah dan sangat ahli
bermain gada.

Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Surata tidak ikut terjun ke medan
peperangan. Selain karena masih kecil dan belum layak terjun ke medan perang, ia
juga sangat patuh pada keinginan ibunya, Dewi Dursilawati yang tidak menghendaki
punahnya Wangsa Kuru.

Setelah perang Baharatayuda berakhir, Arya Surata dan ibunya pergi ke negara
Sindu. Ia kemudian diangkat sebagai raja negara Sindu, mewarisi tahta dan kerajaan
ayahnya. Sampai akhir hidupnya, Arya Surata tetap menjalin hubungan kekelurgaan

183

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

dengan negara Astina, sejak masa pemerintahan Prabu Kalimataya/Puntadewa
sampai masa pemerintahan Prabu Parikesit.

SURATIMANTRA

DITYA SURATIMANTRA adalah adik Prabu
Gorawangsa, raja negara Gowabarong. Ia naik
tahta menjadi raja Gowabarong setelah
Gorawangsa mati terbunuh oleh Arya Prabu
Rukma di kerajaan Mandura, akibat dari
perbuatannya beralih rupa menjadi Prabu
Basudewa palsu dan menggauli Dewi
Mahira/Maerah permaisuri Prabu Basudewa, raja
negara Mandura.

Suratimatra sangat sakti. Ia mempunyai kesaktian
berwujud air/banyu semangka sebagai air
kehidupan. Apabila mati, tubuhnya kemudian
dimasukkan kedalam kolam air tersebut ia akan
hidup kembali. Dengan mengandalkan
kesaktiannya, Suratimantra menghasut Prabu
Kangsa, putra Dewi Maerah dengan Gorawangsa
yang telah diakui sebagai putra oleh Prabu
Basudewa dan diberi kedudukan di kadipaten Sengkapura, merebut tahta negara
Mandura dari tangan Prabu Basudewa. Jalan yang ditempuhnya dengan cara adu
jago manusia dengan taruhan tahta negara Mandura dan Sengkapura.

Suratimatra yang menjadi jago Sengkapura, akhirnya mati dalam pertempuran
melawan Bima/Werkundara. Tubuhnya robek oleh Kuku Pancanaka, setelah terlebih
dahulu daya kesaktian air kehidupan banyu semangka ditawarkan oleh keris pusaka
Arjuna, bahkan berubah menjadi air keras yang menghancurkan. Sedangkan Prabu
Kangsa, mati dalam pertempuran melawan Kakrasana dan Narayana, putra Prabu
Basudewa dengan permaisuri Dewi Mahendra/Maekah.

SURTIKANTI

DEWI SURTIKANTI adalah putri kedua Prabu
Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri
Dewi Pujawati/Setyawati, putri tunggal Bagawan
Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mepunyai
empat saudara kandung masing-masing
bernama; Dewi Erawati, Dewi Banowati, Arya
Burisrawa dan Bambang Rukmarata.

Dewi Surtikanti menikah dengan

Basukarna/Adipati Karna, raja negara

Awangga/Angga (Mahabharata) putra Dewi Kunti

dengan Bathara Surya. Dari perkawinan tersebut,

ia memperoleh dua orang putra bernama :

Warsasena dan Warsakusuma.

Dewi Surtikanti berwatak ; penuh belas kasih,
setia, sabar dan sangat berbakti. Ia mati bunuh
diri untuk bela pati atas kematian suaminya. Dewi
Surtikanti tewas sebelum Adipati Karna gugur dalam perang tanding dengan Arjuna

184

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

dalam perang Bharatayuda karena kesalahan dan keteledoran ucapan Adimangala.
patih negara Awangga yang mengucapkan ; Adipati Karna minta sedah / sirih
terucapkan menjadi Adipati Karna Seda / Mati.

SURYA

BATHARA SURYA adalah Dewa Matahari yang bertugas menerangi Arcapada,
memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi
disiang hari. Bathara Surya adalah putra keenam Sanghyang Ismaya dengan Dewi
Senggani. Ia mempunyai sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama;
Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara
Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi
Darmanasti.
Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga
orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi
Prati/Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi
Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa
Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra ; Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh
Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya
berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah
pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina/keturunan Resi Gotama dengan Dewi
Indradi.
Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra
Suryatmaja/Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina
kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu ; Dewi
Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera.
Bathara Surya mempunyai kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah
dipinjam Batahra Wisnu untuk memusnahkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi.
Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta,
hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara
Wisnu.

185

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SURYAKACA

ARYA SURYAKACA adalah putra Gatotkaca. raja
negara Pringgandani dengan permaisuri Dewi
Suryawati, putra Bathara Surya dengan Dewi
Ngruni. Ia mempunyai dua orang saudara seayah
lain ibu, yaitu; Arya Jayasupena, putra Dewi
Sumpani, dan Bambang Sasikirana, putra Dewi
Pregiwa, putri Arjuna dengan Dewi Manuhara.

Seperti ayahnya, Suryakaca mempunyai watak
seorang pemberani, sopan santun, teguh,
tangguh dan senang melindungi yang lemah.
Selain sakti, ia juga bisa terbang ke dirgantara.

Seperti dua orang saudaranya, Arya Jayasupena
dan Bambang Sasikirana, Suryakaca juga tidak
ikut terjun kekancah pertempuran perang
Bharatayuda. Setelah berakhirnya perang
Bharatayuda dan Parikesit naik tahta negara
Astina menggantikan kakeknya, Prabu
Karimataya/Prabu Yudhistira, Suryakaca diangkat menjadi senapati negara Astina.

SURYAKESTU

PRABU SURYAKESTU adalah putra Prabu Mandrakestu, raja negara Kidarba dari
perwaisuri Dewi Isnawari. Di dalam sarasilah Parisawuli, Mandrakestu dikenal dengan
nama Bramakestu, putra Bathara Bramanadewa, keturunan Bathara Brama, dengan
Dewi Srinadi, putri Bathara Wisnu. Prabu Suryakestu mempunyai saudara kembar
yang merupakan adiknya bernama Candrakestu, yang menjadi raja di negara Takiya.
Suryakestu menjadi raja negara Kidarba menggantikan ayahnya yang meninggal
karena usia lanjut.

Prabu Suryakestu dan negara Sakiya masuk dalam wilayah kekuasaan negara
Maespati di bawah kekuasaan Prabu Arjunawijaya/Arjunasasra. Karena itu selain
menjadi raja negara Kidarba, Prabu Suryakestu juga menjabat senapati perang
negara Maespati. Karena kesaktian dan kesetiaannya, Prabu Suryakestu ditugaskan
untuk membantu Bambang Sumantri berperang menghadapi raja-raja dari 25 negara
di negara Magada dalam upaya mendapatkan Dewi Citrawati.

Prabu Suryakestu pernah mati dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka, saat
menjaga keselamatan Prabu Arjunasasra yang sedang tidur bertiwikrama
membendung aliran sungai menjadi telaga buatan untuk tempat pemandian Dewi
Citrawati dan 800 orang selir berikut para dayangnya. Tapi berkat kesaktian Bathara
Pulasta, kakek buyut Prabu Dasamuka, Prabu Suryakestu dapat dihidupkan kembali.

Setelah Prabu Arjunasasra tewas dalam pertempuran melawan Ramaparasu, Prabu
Suryakestu kembali ke negara Kidarba. Ia meninggal dalam usia lanjut.

186

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SURYAWATI

DEWI SURYAWATI adalah putri Sanghyang
Surya dari pemaisuri Dewi Ngruni. Ia mempunyai
saudara kandung bernama Bambang
Suryanirada. Dewi Setyawati juga mempunyai
dua saudara seayah lain ibu, putra-putra Dewi
Ngruna (kakak Dewi Ngruni) yang berwujud
burung garuda masin-masing bernama ; Garuda
Sempati dan Garuda Jatayu (Pedalangan Jawa).
Sedangkan menurut kitab Mahabharata, saudara
Dewi Setyawati bernama Batara Rawiatmaja,
putra Sanghyang Surya dengan Dewi Prasti/Dewi
Haruti, putri Hyang Ramaparwa (putra
Sanghyang Wening), yang menurunkan raja-jara
negara Maespati (Prabu Kartawirya, Prabu
Arjunasasra/Arjunawijaya dan keturunannya).

Oleh Sanghyang Surya, Dewi Suryawati
dianugrahkan/dinikahkan dengan Gatotkaca, raja
negara Pringgandani, putra Bima./Werkudara dengan Dewi Arimbi, sesuai janji
Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru kepada Gatotkaca yang ketika masih bayi
(bernama Bambang Tetuka) berhasil membinasakan Prabu P:racona dan patihnya
Sakipu, raksasa-raksasa dari negara Gilungwesi yang mengamuk di Suralaya
karenangin memperistri Dewi Gagarmayang.

Dari perkawinannya dengan Gatotkaca, Dewi Suryawati memperoleh seorang putra
yang sangat mirip dengan Gatotkaca dalam keberanian dan ketangguhan dan
tangkas dalam medan perang, yang diberi nama Bambang Suryakaca, yang sesudah
berakhirnya perang Bharatayuda diangkat menjadi senapati perang negara Astina
pada masa pemerinrtahan Prabu Parikesit.

SUSARMA

PRABU SUSARMA adalah raja negara Trigarta. Bertubuh besar dan berwajah
setengah raksasa. Konon ia masih keturunan Prabu Nilarudraka dari negara
Gluguhtinatar.

Prabu Susarma pernah berselisih dengan Prabu Matswapati dari negara Wirata.
Akibatnya negara Trigarta diserang dan diobrak-abrik oleh Rajamala, senapati perang
negara Wirata yang juga adik ipar Prabu Matswapati. Prabu Susarma kalah dan
menyatakan takluk kepada Rajamala.

Setelah Rajamala tewas terbunuh oleh Jagalabilawa/Bima, Prabu Susarma
bersengkongkol dengan Prabu Duryudana, raja negara Astina untuk menyerang
negara Wirata. Prabu Duryudana ingin membongkar persembunyian keluarga
Pandawa di negara Wirata, sedangkan Prabu Susarma ingin balas dendam atas
perbuatan Rajamala. Dalam penyerbuan tersebut, Prabu Susarma mati oleh
Jagalabilawa/Bima.

SUWANDAGNI

RESI SUWANDAGNI adalah brahmana di pertapaan Argasekar. Ia putra kedua dari
Resi Wisanggeni yang dalam Serat Ramayana dikenal dengan nama Ricika --- Resi
Wisanggeni merupakan putra bungsu dari dua bersaudara putra Bagawan Dewatama,

187

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

yang berarti cucu Bathara Dewanggana, turun ke-3 dari Bathara Surya. --- Kakak
kandungnya, Jamadagni yang sebelum menjadi brahmana di pertapaan Dewasana,
lebih dulu menjadi raja negara Kanyakawaya menggantikan Raja Gadi, kakeknya.

Resi Suwandagni menikah dengan Dewi Darini, seorang hapsari/bidadari keturunan
bathara Sambujana, putra Sang Hyang Sambo. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang Sumantri yang
berparas tampan, dan Bambang Sukasarana/Sukasrana, berwujud raksasa
kerdil/bajang.

Resi Suwandagni sangat sayang kepada putra-putranya. Pendidikannya diarahkan
kepada hal-hal yang bersifat kesantikan, kesaktian dan menanamkan rasa kebaktian
kepada umat. Olah keprajuritan sangat diutamakan, sehingga kedua putranya sangat
mendalami jiwa keprajuritan dan kepahlawanan. Setelah dewasa, Bambang Sumantri
mengabdi pada Prabu Arjunasasra / Arjunawijaya dan menjadi patih di negara
Maespati. Sedangkan Sukasrana mengabdi pada Bathara Wisnu dan ditugaskan
menjadi juru Taman Sriwedari di Kahyangan Untarasegara.

Resi Suwandagni moksa setelah mendengar, bahwa Bambang Sumantri/Patih
Suwanda gugur dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka, raja negara Alengka,
dan Sukasrana mati oleh tangan kakaknya sendiri.

TAMBAKGANGENG

ARYA TAMBAKGANGGENG adalah patih dalam

negara Amarta di bawah pemerintahan Prabu

Puntadewa/Yudhistira. Ia masih keturunan

Gajahangunangun, manusia yang tercipta dari

seekor gajah yang disabda oleh Resi Palasara

pada waktu bertahta di kerajaan Gajahoya.

Secara turun-temurun keturunan

Gajahangunangun mengabdi pada keturunan

Resi Palasara, mulai dari Prabu Kresnadipayana

(Bagawan Abiyasa) menjadi raja negara Astina,

Prabu Pandu sampai Arya Tambakganggeng

mengabdi pada keluarga Pandawa di negara

Amarta.

Arya Tambakgangeng memiliki perawakan tinggi
besar, mempunyai sifat dan perwatakan ; jujur,
setia, sangat berbakti dan pemberani. Selain menguasi ilmu pemerintahan dan
ketatanegaraan, ia juga pandai dalam olah keprajuritan terutama memainkan senjata
gada dan trisula.

Pada waktu perang Bharatayudha, patih Tambakganggeng memimpin pasukan
Amarta terjun ke medan peperangan. Ia tewas dalam perempuran melawan Adipati
Karna, raja negara Awangga.

TARA

DEWI TARA adalah seorang hapsari/bidadari, putri sulung Bathara Indra penguasa
kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan permaisuri Dewi Wiyati. Ia
mempunyai enam saudara kandung, masing-masing bernama; Dewi Tari (menjadi istri
Prabu Dasamuka), raja negara Alengka), Bathara Citrarata, Bathara Citragara,
Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa.

188

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Oleh Bathara Guru, Dewi Tara diberikan kepada Sugriwa, putra Resi Gotama dengan
Dewi Indradi/Windradi dari pertapaan Grastina/Erraya sebagai imbalan atas jasa
Subali (kakak Sugriwa) yang telah berhasil membunuh Prabu Maesasura dan
Jatasura dari kerajaan Gowa Kiskenda. Belum lama menjadi istri Sugriwa, Dewi Tara
direbut Resi Subali yang termakan hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara
Alengka. Selama menjadi istri Resi Subali, Dewi Tara hamil.

Setelah Resi Subali meninggal oleh panah Gowawijaya milik Ramawijaya, Dewi Tara
kembali menjadi istri Sugriwa. Ia kemudian melahirkan putra berwujud kera berbulu
merah yang diberi nama : Anggada, sesuai dengan pesan Resi Subali sebelum ajal.
Setelah Prabu Sugriwa meninggal karena usia lanjut Dewi Tara kembali ke
kahyangan Kaindran, kembali hidup sebagai bidadari

TARI

DEWI TARI adalah seorang hapsari/bidadari, putri kedua Bathara Indra penguasa
Kahyangan Kaindran (tempat tinggal para bidadari) dengan Dewi Wiyati. Ia
mempunyai enam saudara kandung masing-masing bernama : Dewi Tara, Bathara
Citrarata, Bathara Citragara, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara
Harjunawangsa.

Oleh Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru, Dewi Tari dan dua bidadari lainnya yaitu
Dewi Aswani dan Dewi Triwati diberikan kepada tiga putra Alengka, yaitu Prabu
Dasamuka, Kumbakarna dan Arya Wibisana. Mereka dijadikan persyaratan
perdamaian karena kekalahan para Dewa menghadapi serangan Prabu Dasamuka
dan balatentara negara Alengka. Dewi Tari menikah dengan Prabu Dasamuka, Dewi
Aswani menikah dengan Kumbakarna dan Dewi Triwati dengan Arya Wibisana. Dari
perkawinan tersebut, Dewi Tari mempunyai seorang putra bernama
Indrajid/Megananda.

Setelah berakhinya perang besar Alengka dengan tewasnya Indrajid dan Prabu
Dasamuka, Dewi Tari kembali ke Kahyangan Kaindran, hidup sebagai bidadari.

TATAKSINI

DITYA TATAKINI adalah punggawa raksasa negara Alengka. Karena kesaktian dan
keahliannya dalam hal menyelam, ia dan saudaranya bernama Wilkataksini oleh
Prabu Dasamuka ditugaskan untuk menjaga keamanan lautan dan pantai negara
Alengka

Dengan kesaktiannya yang luar biasa. Tatakini berhasil menghisap tubuh Anoman
masuk ke dalam perutnya. Waktu itu Anoman sedang terbang melintas di atas
samodra menuju negara Alengka, sebagai duta Prabu Rama untuk mencari
kebenaran keberadaan Dewi Sinta sebagai tawanan Prabu Dasamuka.

Berkat daya kesaktian Cupumanik Astagina, Anoman dapat bertiwikrama. Tubuh
Anoman membesar sebesar bukit dan menjebol hancur dinding perut Tatakini. Ditya
Tatakini mati seketika dengan perut hancur berantakan.

189

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

TEJAMAYA

SANGHYANG TEJAMAYA dikenal pula dengan
nama Sanghyang Taga/Antaga (Serat
"Purwacarita), Sanghyang Puguh (Purwakandal)
dan Sanghyang Tejamantri (Pedalangan). Ia
adalah putra Sanghyang Tunggal dengan
permaisuri kedua Dewi Wirandi/Rekatawati, putri
Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja Samodralaya.
Sanghyang Tejamaya mempunyai dua saudara
kandung bernama; Sanghyang Ismaya dan
Sanghyang Manikmaya. Ia juga mempunyai tiga
orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi
Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari
Selong, masing - masing bernama ; Sanghyang
Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan
Sanghyang Darmastuti.

Sanghyang Antaga bertempat tinggal di
Kahyangan Sataluri. Karena ingin menjadi raja
Tribuana, ia bertengkar dan berkelahi dengan
Sanghyang Ismaya, yang juga mempunyai keinginan yang sama. Mereka bertanding
kesaktian dengan menelan gunung. Siapa yang dapat menelan dan memuntahkannya
kembali, akan menjadi bukti dialah yang terkuat dan berhak menjadi raja Tribuana.

Sanghyang Tejamaya mendahului menelan gunung, tapi sampai mulutnya robek tidak
dapat melaksanakan hal itu. Sanghyang Ismaya mendapat giliran berikutnya. Ia
berhasil menelan gunung tersebut, tetapi tidak dapat memuntahkannya kembali. Atas
perbuatannya yang tecela itu, oleh Sanghyang Tunggal, Sanghyang Tejamaya dan
Sanghyang Ismaya mendapat hukuman, turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya
mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog.
Sedangkan Sanghyang Ismaya mendapat tugas sebagai pamong trah/keturunan
Witaradya, dan berganti nama menjadi Semar.

TEMBORA

BATHARA TEMBORA dikenal pula dengan nama
Bathara Patuk.Ia merupakan putra kedua Bathara
Ismaya dengan Dewi Senggani. Bathara Tembora
mempunyai sembilan orang saudara kandung,
masing-masing bernama : Bathara Wungkuam,
Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara
Syiwah,. Bathara Surya, Bathara Candra,.
Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya
dan Dewi Darmastuti.

Bathara Tembora mempunyai gaya penampilan
yang jenaka. Ia sangat pandi melawak dan gaya
penampilan yang lucu. Karena keahliannya
melucu dan sikapnya yang jenaka, Bathara
Tembora menjadi dewa kesayangan Sanghyang
Manikmaya/Bathara Guru. Karena dialah satu-
satunya Dewa yang dapat menjadi pelipur lara
dan penghibur penghibur Sanghyang Manikmaya.

190

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

TOGOG

TOGOG dikenal pula dengan nama Tejamantri
atau Catugora. Ia diyakini sebagai
pengejawantahan dari Sanghyang
Antaga/Tejamaya, putra sulung dari tiga
bersaudara, putra Sanghyang Tunggal dengan
Dewi Rekatawati. Dua saudaraya yang lain
adalah Sanghyang Ismaya dan Sanghyang
Manikmaya.

Karena melakukan suatu kesalahan, Sanghyang
Antaga oleh ayahnya diperintahkan turun ke
arcapada dengan tugas membina dan memberi
tuntunan kepada golongan asura (golongan
raksasa dan angkara). Ketika akan turun ke
arcapada, Sanghyang Antaga meminta kepada Sanghyang Tuggal agar diberikan
seorang kawan yang bisa mendjadi teman bertukar pikiran dan bercanda. Sanghyang
Tanggal kemudian menyuruh Sanghyang Antaga mencari anak jin bernama Sarawita
yang kala itu sedang bertapa di dasar samodra. Ketika menjumpa Sarawita,
Sanghyang Antaga sangar terkejut karena anak jin itu bertapa dengan mulut terbuka
lebar dan mulutnya penuh dengan binatang laut.

Sanghyang Antaga kemudian menghentikan tapa Sarawita dan memintanya untuk
jadi pengikutnya. Sarawita yang merasa sakti menjadi marah apalagi ajakan
Sanghyang Antaga sangat bertentangan dengan keinginannya yang ingin menguasai
dunia. Mereka lalu mengadu kesaktian. Begiti kalah Sarawita lalu menyatakan
kesediaannya menjadi pengkut Sanghyang Antaga dan bersedia jadi adik angkatnya.
Mareka kemudian merubah wujudnya dan berganti nama, Sanghyang Antaga menjadi
Togog dan Sarawita menjadi Bilung.

Togog digambarkan sebagai manusia bermata besar dan bermulut sangat lebar/luas
mengkiaskan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang sangat luas, karena banyak
hal yang diketahuinya.

Togog hidup sampai akhir jaman Purwa. Bahkan pada awal jaman Madya, tokoh
Togog masih sering ditampilkan, namun sudah sangat tua.

TRI SIRAH

Ditya TRISIRAH adalah putra Prabu
Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka dari
permaisuri Dewi Tisnawati. Ia mempunyai
beberapa orang saudara seayah lain ibu,
diantaranya ; Indrajid/Megananda, putra Dewi
Tari, Pratalamariyam/Bukbis putra Dewi
Urangrayung, Trikaya dan Trimuka putra Dewi
Wisandi, Saksadewa putra Dewi Satiwati dan
Trimurda putra Dewi Wiraksi.

Ditya Trisirah sangat sakti. Memiliki perwatakan
pemberani, keras dalam pendirian, tegas dan
cepat naik darah. Selain ahli dalam tatagelar
perang, ia juga mahir dalam mempermainkan
senjata gada dan lembing. Apabila bertiwikrama,

191

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

kepalanya bisa berubah menjadi tiga. Ketika pecah perang Alengka, negara Alengka
diserang jutaan laskar kera Prabu Rama di bawah pimpinan Narpati Sugriwa, raja
kera dari kerajaan Gowa Kiskenda dalam upaya membebaskan Dewi Sinta dari
sekapan Rahwana, Ditya Trisirah maju ke medan perang membela negaranya. Sepak
terjangnya sangat menakutkan, membunuh beberapa wanara (manusia kera)
senapati Gowa Kiskenda.

Wibisana, adik Prabu Dasamuka yang berpihak pada Prabu Rama, yang mengetahui
rahasia kesaktian/hidup mati Trisirah, segera menyuruh Lesmana untuk
menghadapinya. Ditya Trisirah akhirnya tewas dalam peperangan setelah ketiga
kepalanya terpangkas secara bersamaan oleh panah sakti yang dilepas Lesmana.

TRIGANGGA

TRIGANGGA atau Trihangga berwujud wanara
(manusia kera) berbulu putih. Ia putra Anoman
dengan Dewi Urangrayung, putri Bagawan
Minalodra dari pertapaan Kandabumi. Ia
mempunyai saudara seayah lain ibu, putra Dewi
Purwati dari pertapaan Andonsumawi bernama
Bambang Purwaganti. Trigangga juga
mempunyai saudara satu ibu, yitu putra Dewi
Urangrayung dengan Prabu Dasamuka, raja
Alengka bernama Pratalamariyam atau Bukbis.

Sejak kecil Trigangga bersama Pratalamariyam
tinggal bersama ibu dan kakeknya di pertapaan
Kandabumi. Setelah dewsa, pada saat
berlangsungnya perang Alengka, mereka pamit
meninggalkan pertapaan Kandabumi untu
mencari ayahnya, namun nyasar ke negara Alernga dan bertemu dengan Prabu
Dasamuka. Dengan tipu muslihatnya, Trigangga diperintahkan untuk menculik
Ramawijaya dan Laksmana di pesanggrahan Suwelagiri. Apabila penculikan itu
behasil, ia akan diakui sebagai putranya

Dengan mempergunakan aji sirtep, Trigangga berhasil menculik Rama dan
Laksamana yang dimasukkan ke dalam kendaga kencana dan diserahkan kepada
Prabu Dasamuka. Perbuatan Trigangga ini diketahui oleh Anoman yang terus
mengejarnya. Perang seru terjadi antara Anoman dan Trigangga, hinga kemudian
dilerai oleh Bathara Narada. Setelah mengetahui dirinya putra Anoman dan telah
diperalat Prabu Dasamuka, Trigangga kemudian kembali mencuri kendaga kencana
berisi Prabu Rama dan Laksamana dari tangan Prabu Dasamuka untuk kemudian
diserahkan kepada Anoman.

Perbuatan Trigangga diketahui oleh Pratalamariyam. Terjadilah perang seru antara
saudara satu ibu. Dengan bantuan Anoman yang mempergunakan kacabengkala,
Pratalamariyan yang bersenjatakan Topeng Waja dapat dibinasakan. Trigangga
kemudian mengabdikan diri kepada Sri Rama sampai perang Alengka berakhir,
setelah itu kembali ke pertapaan Kandabumi.

TRIGARTA

PRABU TRIGARTA adalah raja kerajaan Tunggulwenang. Ia masih keturunan
Sanghyang Rudra, putra ketiga Sanghyang Tunggal dengan Dewi Dremani, yang
mendapat julukan sebagai Dewa Angkara karena sifat dan perwatakannya yang keras

192

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

hati dan cepat marah. Sanghyang Rudra juga sering turun ke Arcapada, menjelma
sebagai raksasa dan melakukan perkawinan gandarwa dengan para raseksi yang
kemudian melahirkan para raksasa sakti karena mendapat ilmu kesaktian darinya.

Prabu Trigarta pernah menyerang Negara Wirata dengan bantuan Kurawa.
Penyerangan ini terjadi setelah kematian Rajamala, senapati perang Wirata yang
sangat disegani ole lawan-lawannya karena kesaktiannya.

Dalam penyerbuan tersebut Prabu Trigarta berhasil menjebak Prabu Matswapati dan
menangkapnya. Pada saat itu Pandawa sedang menyamar sebagai abdi negara
WIrata dalam persembunyian di tahun ke-13 dari masa pembuangannya akibat kalah
main dadu dengan Kurawa. Bima dan Arjuna segera turun tangan menyelamatkan
negara Wifrata. Arjuna maju ke medan perang menghadapi balatentara Kurawa,
sedangkan Bima menghadapi balatentara Tunggulwenang yang melakukan
penyetrangan dari arah belakang. Berkat petolongan Bima, Prabu Matswapati dapat
dibebaskan dari tawanan, dan Prabu Trigarta tewas dalam peperangan melawan
Bima.

TRIJATA

DEWI TRIJATA adalah putri sulung Arya
Wibisana, dari negara Alengka dengan Dewi
Triwati, seorang hapsari keturunan Sanghyang
Taya. Ia mempunyai adik kandung bernama;
Dentawilukrama. Dewi Trijata sangat cantik.
Mempunyai watak; setia, murah hati, baik budi,
sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun).

Dewi Trijata sangat berjasa dalam melayani dan
mengasuh serta melindungi Dewi Sinta yang
pada saat itu menjadi tawanan Prabu Dasamuka,
di puri Taman Hargasoka negara Alengka. Ia
dapat mempertahankan Dewi Sinta dari sentuhan
tangan kotor Prabu Dasamuka yang akan
memaksakan kehendaknya tuk memperistri Dewi
Sinta. Prabu Dasamuka yang merasa sangat
kesal karena keinginanya selalu dihalangi oleh
Dewi Trijata, mengeluarkan kutuk saktinya,
bahwa Trijata kelak akan bersuamikan monyet tuek (kera tua bangka). Dewi Trijata
yang menangis sedih atas kutukan Prabu Dasamuka, akhirnya terhibur oleh janji Dewi
Sinta yang akan memohon pada Dewata, walaupun bersuamikan kera tua, kelak anak
perempuan Dewi Trijata akan diperistri satria titisan Bathara Wisnu.

Setelah berakhirnya perang Alengka, Dewi Trijata diperistri oleh Kapi Jembawan, kera
tua pengasuh Resi Subali dan Anoman. Ia dan Kapi Jembawan kemudian tinggal di
pertapaan Gadamadana. Dari perkawinan tersebut, ia mempunyai seorang putri yang
diberi nama; Dewi Jembawati, yang setelah dewasa menjadi istri Prabu Kresna, raja
titisan Bathara Wisnu, dari negara Dwarawati. Dewi Trijata meninggal dalam usia
lanjut dan jenazahnya dimakamkan di pertapaan Gadamadana.

193

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

TRIKAYA

Ditya TRIKAYA adalah putra Prabu
Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka
dengan Dewi Wisandi adik Prabu Wisakarma dari
Gowawindu. Ia mempunyai saudara kembar
bernama Ditya Trimuka. Trikaya juga mempunyai
beberapa orang saudara seayah lain ibu
diantaranya bernama Indrajid/ Megananda dari
Ibu Dewi Tari, Pratalamariyam/Bukbis dari ibu
Dewi Urangayung, Saksadewa dari ibu Dewi
Satiwati dan Trisirah dari Ibu Dewi Tisnawati.

Trikaya selain sakti juga ahli menggunakan
senjata racun. Trikaya dan Trimuka merupakan
saudara satu guru sehingga hidup dalam satu
jiwa. Apabila salah satu dari mereka mati dan
mayatnya dilangkahi oleh yang masih hidup,
maka yang mati akan hidup kembali.

Pada waktu pecah perang Alengka, negara Alengka diserang balatentara kera Prabu
Rama di bawah pimpinan Prabu Sugriwa, raja kera dari Gowa Kiskenda, dalam upaya
membebaskan Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka, Trikaya dan Trimuka tampil
senapati perang Alengka. Sepak terjang mereka sangat ganas, menakutkan dan tak
tertandingi lawan. Atas petunjuk Arya Wibisana, Anoman dapat membunuh kedua
raksasa kembar tersebut. Kepala Trikaya dan Trimuka diadu kumba (saling
dibenturkan) hingga pecah. Trikaya dan Trimuka mati secara bersamaan.

TRIMUKA

Ditya TRIMUKA adalah putra Prabu Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka
dengan Dewi Wisandi adik Prabu Wisakarma dari Gowawindu. Ia lahir kembar
bersama saudaranya bernama Trikaya. Ditya Trimuka juga mempunyai beberapa
orang saudara seayah lain ibu diantaranya bernama Indrajid/Megananda dari Ibu
Dewi Tari, Pratalamariyam/Bukbis dari ibu Dewi Urangayung, Saksadewa dari ibu
Dewi Satiwati dan Trisirah dari ibu Dewi Tisnawati.

Ditya Trimuka sangat sakti dan ahli menggunakan senjata racun. Trimuka bersama
saudara kembanya, Trikaya, merupakan saudara satu guru sehingga hidup dalam
satu jiwa. Apabila salah satu dari mereka mati dan mayatnya dilangkahi oleh yang
masih hidup, maka yang mati akan hidup kembali.

Pada waktu pecah perang Alengka, negara Alengka diserang balatentara kera Prabu
Rama di bawah pimpinan Prabu Sugriwa, raja kera dari Gowa Kiskenda, dalam upaya
membebaskan Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka, secara bersama-sama
Trimuka dan Trikaya tampil senapati perang Alengka. Sepak terjang mereka sangat
ganas, menakutkan dan tak tertandingi lawan. Hanya karena petunjuk Arya Wibisana
yang mengetahui rahasia hidup wati mereka, Anoman akhirnya dapat membunuh
kedua raksasa kembar tersebut. Kepala Trmuka diadu kumba (saling dibenturkan)
dengan kepala Trikaya hingga pecah. Kedua raksasa kembar itu mati secara
bersamaan

194

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

TRIMURDA

Ditya TRIMURDA adalah putra Prabu Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka
dengan Dewi Wiraksi, raseksi dari hutan Dandaka. Trimurda mempunyai beberapa
orang saudara seayah lain ibu, diantaranya ; Indrajid/Megananda, putra Dewi Tari,
Pratalamariyam/Bukbis putra Dewi Urangrayung, Trikaya dan Trimuka putra Dewi
Wisandi, Saksadewa dari ibu Dewi Satiwati dan Trisirah dari ibu Dewi Tisnawati.

Ditya Trimurda sangat sakti. Memiliki sifat dan perwatakan ; pemberani, keras dalam
pendirian, tegas dan pemarah. Selain ahli dalam tatagelar perang, ia juga mahir
dalam mempermainkan senjata panah dan tombak. Apabila bertiwikrama, tubuhnya
bisa menjadi sebesar bukit dan dari kedua matanya keluar gumpalan api yang daya
kekuatannya dapat menghancurkan batu gilang.

Ketika pecah perang Alengka dimana negara Alengka diserang jutaan laskar kera
Prabu Rama di bawah pimpinan Narpati Sugriwa, raja kera dari kerajaan Gowa
Kiskenda dalam upaya membebaskan Dewi Sinta dari sekapan Rahwana, Ditya
Trimurda maju ke medan perang membela negaranya. Sepak terjangnya sangat
menakutkan, membunuh ratusan prajurit kera dan beberapa wanara (manusia kera)
senapati Gowa Kiskenda.

Wibisana, adik Prabu Dasamuka yang berpihak pada Prabu Rama, yang mengetahui
rahasia kemati Trisirah, segera menyuruh Lesmana untuk menghadapinya. Ditya
Trisirah akhirnya tewas dalam peperangan setelah kekedua matanya secara
bersamaan tertembus panah sakti yang dilepas Lesmana.

TRIWATI

DEWI TRIWATI adalah bidadari Suralaya keturunan Bathara Indra dengan Dewi
Wiyati. Oleh Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru ia bersama dua bidadari lainnya,
yaitu Dewi Tari dan Dewi Aswani, dianugerahkan kepada Prabu Dasamuka/Rahwana
bersaudara sebagai sarana perdamaian atas kekalahan para dewa menghadapi
serangan putra-putra Alengka.

Dewi Triwati menikah dengan Arya Wibisana, putra bungsu Resi Wisrawa dengan
Dewi Sukesi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra, masing-
masing bernama ; Dewi Trijata dan Dentawilukrama. Putri sulungnya Dewi Trijata
menjadi istri Resi Jembawan, pendeta wanara (manusia kera) dari pertapaan
Gadamadana, melahirkan seorang putri benama Dewi Jembawati yang menjadi istri
Prabu Kresna raja negara Dwarawati. Sedangkan Dentawilukrama, kelak sesudah
Prabu Wibisana mengundurkan diri sebagai raja Singgela (nama baru negara
Alengka), kemudian menggantkan ayahnya menduduki singgasana kerajaan Singgela
tersebut bergelar Prabu Bisawarna.

Akhir riwayat Dewi Triwati diceritakan, setelah kematian suaminya, Prabu Wibisana, ia
kembali ke Suralaya, kembali hidup sebagai bidadari.

TRIYARTA

SANGHYANG TRIYARTA adalah Dewa Kesuburan, Keluhuran dan kemuliaan. Ia
bersemayam di Kahyangan Argamaya. Sanghyang Triyarta adalah putra keempat dari
enam bersaudara putra Sanghyang Wening/ Sanghyang Darmajaka dangan Dewi
Sikandi. Kelima orang saudara kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang
Pancaresi, Sanghyang Narada – yang menjadi lurahnya para dewa –, Sanghyang

195

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Caturkanaka, Sanghyang Dermaya dan Dewi Dremani yang menjadi istri Sanghyang
Tunggal.

Sanghyang Triyarta menikah dengan Dewi Suyati, saudara sepupunya sendiri, putri
dari Sanghyang Wenang, adik Sangyang Wening, dengan Dewi Saoti.

Seperti sudah menjadi kehendak Sang Maha Pencipta, Sanghyang Triyarta dan Dewi
Suyati menjadi perantara lahirnya para bidadari. Karena itu dari 77 (tujuh puluh tujuh)
orang anaknya semuanya perempuan. Para bidadari putri Sanghyang Triyarta dengan
Dewi Suyati inilah yang kemudian menjadi istri para dewa keturunan Sanghyang
Tunggal, baik anak ketururan Sanghyang Ismaya maupun anak keturunan Sanghyang
Manikmaya.

Dari sekian banyak putri Sanghyang Triyarta yang dikenal dalam pedalangan
diantaranya Dewi Tunjungbiru yang pernah turun ke arcapada, menjelma/menitis
sebagai putri Bathara Kandikota (turun ke-empat dari Sanghyang Darmajaka). Dalam
penitisannya itu Dewi Tunjungbiru menikah dengan Prabu Arya/Aya, raja negara
Duryapura dan mempunyai seorang putra yang diberi nama, Dasarata yang setelah
dewasa menjadi raja negara Ayodya.

TUHAYATA

ARYA TUHAYATA adalah patih negara
Mandaraka sejak jaman pemerintahan Prabu
Mandradipa. Jabatan tersebut terus dipegangnya
hingga masa pemerintahan Prabu Mandrapati
dan Prabu Salya. Ia berwatak sangat jujur dan
sangat patuh kepada kewajibannya serta setia
terhadap raja serta negara.

Arya Tuhayata sangat mahir dalam ilmu
pemerintahan dan kenegaraan. Ia juga ahli dalam
ilmu keprajuritan, sakti dan menguasai berbagai
tata gelar perang. Pada awal perang Bharatayuda
antara keluarga Kurawa dan Pandawa, ia
terpaksa mengikuti kemauan Rukmarata, putra
bungsu Prabu Salya dengan Dewi Pujawati, pegi
menonton jalannya pertempuran ke Tegal
Kurusetra. Mereka menonton dari luar garis pertempuran. Tuhayata telah mencoba
memperingatkan dan mencegah tindakan Rukmarata yang berbuat usil mengganggu
jalannya pertempuran. Namun nasehat dan larangannya tidak diindahkan oleh
Rukmarata. Dengan sikap iseng, Rukmarata melepaskan anak panahnya ke arah
tubuh Resi Seta, senapati perang Pandawa. Akibatnya Rukmarata terbunuh,
tubuhnya hancur bersama kereta kendaraannya karena dihantam gada Kyai
Pecatnyawa oleh Resi Seta.

Merasa bertanggung jawab akan keselamatan dan kehormatan junjungannya,
Tuhayata maju menghadapi Resi Seta. Ia akhirnya tewas dalam perempuran ,
tubuhnya hancur dihantam gada Kyai Pecatnyawa.

196

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

TUNGGAL

SANGHYANG TUNGGAL adalah putra sulung
Sanghyang Wenang dengan permaisuri Dewi
Sahoti, putri Prabu Hari, raja Keling negara
Hindu. Ia lahir dalam wujud "akyan" (badan
halus/jin) dan mempunyai empat saudara
kandung masing-masing bernama ; Dewi Suyati,
Bathara Nioya, Bathara Herumaya dan Bathara
Senggana.

Dalam segala hal, Sanghyang Tunggal
merupakan personafikasi dari Sanghyang
Wenang, karena hidup sejiwa dengan Sanghyang
Wenang, ayahnya. Ia mempunyai pusaka
pemberian Sanghyang Wenang antara lain ;
Cupu Retnadumilah, Cupu Manik astagina, Lata
Maha Usadi/Lata Mausadi dan Kayu Rewan
Sanghyang Tunggal bersemayam di Kahyangan
Alangalang Kumitir. Ia mempunyai dua orang
permaisuri, yaitu Dewi Darmani, putri
Sangghyang Darnayaka dari Selong dan Dewi Wirandi/Dewi Rakti/Dewi Rekatawati,
putri Prabu Yuyut, seorang raja jin (dalam cerita pedalangan, Prabu Yuyut dikenal
pula dengan nama Resi Rekatama, berwujud Ketam/Yuyu Raksasa). Dalam
perkawinan itu Sanghyang Tunggal menurunkan tokoh-tokoh yang kemudian akan
mewujudkan peran-peran yang akan menentukan di dalam dunia Pewayangan,
Pedalangan dan Pakeliran.

Dengan Dewi Darmani, Sanghyang Tunggal berputra tiga orang masing-masing
bernama; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang
Darmastuti. Sedangkan dengan permaisuri Dewi Wirandi/Rekatawati, berputra tiga
orang, masing-masing bernama ; Sanghyang Tejamaya/Antaga, Sanghyang Ismaya
dan Sanghyang Manikmaya.

TUNJUNG BIRU

DEWI TUNJUNGBIRU adalah salah seorang dari
tujuh bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari ;
Dewi Supraba. Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin,
Dewi Gagarmayang, Dewi Wilutama, Dewi
Warsiki dan Dewi Tunjungbiru sendiri.

Karena kecerdasannya dan sifatnya yang murah
hati, setia dan penyabar, Dewi Tunjungbiru
pernah diperintahkan oleh Sanghyang
Manikmaya/Batara Guru untuk turun ke
marcapada, menjelma/menitis sebagai putri
Bathara Kandikota (turun ke-empat dari
Sanghyang Darmajaka). Dalam penitisannya itu
ia menikah dengan Prabu Arya/Aya, raja negara
Duryapura. Dari perkawinan tersebut, Dewi
Tunjungbiru mempunyai seorang putra yang
diberi nama, Dasarata. Putranya ini kelak
menikah dengan Dewi Kusalya, pewaris tahta
negara Ayodya, dan menurunkan Ramawijaya

197

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya, Dewi Tunjungbiru pernah
ditugaskan Bathara Indra turun ke marapada, untuk membangunkan tapa Arjuna di
Goa Mintaraga, di lereng Gunung Indrakila bergelar Bagawan Ciptaning. Namun tidak
berhasil membangunkan kekhusukkan tapa Bagawan Ciptaning.

UDAKAWANA

ARYA UDAKAWANA adalah putra Arya Kundakawana, patih dalam negara Astina
dalam masa pemerintahan Prabu Pandudewanata. Sedangkan patih luar negara
Astina pada waktu itu dijabat oleh Arya Gandamana, putra sulung Prabu Gandabayu
dari negara Pancala. Arya Udakawana masih cucu langsung Andakawana, manusia
yang tercipta dari seekor banteng yang disabda oleh Resi Palasara pada waktu
bertahta di kerajaan Gajahoya (kota lama Astina), dan diangkat sebagai patih negara
Gajahoya.

Arya Udakawana mempunyai sifat dan perwatakan; jujur, setia, sangat berbakti dan
pemberani. Ia juga pandai dalam olah keprajuritan terutama memainkan senjata gada
dan lembing. Sejak kecil Udakawana menjadi andel (pengawal) kepercayaan
Puntadewa, putra sulung Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Ketika keluarga Pandawa
berhasil menaklukkan dan menguasai negara siluman Mertani serta mengubahnya
menjadi negara Amarta, oleh Prabu Puntadewa, Udakawana dinaikkan derajatnya
menjadi patih dalam negara Amarta, mendampingi patih Arya Tambakganggeng.

Pada waktu perang Bharatayudha, patih Udakawana memimpin pasukan Amarta
terjun ke medan pertempuran.

Setelah perang selesai, riwayatnya tidak diketahui lagi.

UDAWA

ARYA UDAWA konon adalah putra Arya
Basudewa yang setelah naik tahta negara
Mandura bergelar Prabu Basudewa, dengan Ken
Sagupi/Sagopi, seorang swarawati Keraton
Mandura. Setelah Ken Sagupi dikawinkan dengan
Antagopa, seorang gembala dan tinggal di
Kabuyutan Widarakanda / Widarakandang
(Jawa), Arya Udawa dianggap sebagai putra Ken
Sagupi dengan Antagopa.

Dari garis keturunan Prabu Basudewa, Arya
Udawa mempunyai saudara tiga orang masing-
masing bernama: Kakrasana dan Narayana, putra
Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi
Mahendra/Maerah, serta Dewi Sumbadra/Dewi
Lara Ireng,putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini. Sedangkan dari
garis keturunan ibunya, Ken Sagupi, ia mempunyai tiga orang saudara, yaitu; Arya
Pragota dan Arya Adimanggala, kedua putra Ken Sagupi dengan Arya Ugrasena,
serta Dewi Rarasati / Larasati, putri Ken Sagupi dengan Arya Prabu Rukma.

Udawa menikah dengan Dewi Antiwati. Putri bungsu Arya Sakuni, patih negara Astina
dengan Dewi Sukesti. Ia mempunyai watak sangat setia, pendiam dan suka
mengalah. Dalam segala hal ia tak pernah jauh dengan Narayana. Ketika Narayana
menjadi raja Dwarawati bergelar Prabu Bathara Kresna, Arya Udawa diangkat
menjadi patih negara Dwarawati.

198

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Akhir riwayatnya diceritakan, Arya Udawa tewas dalam peristiwa perang gada antara
keluarga sendiri Trah Yadawa, Wresni dan Andaka, setelah selesainya Perang
Bharatayuda.

UGRASENA

ARYA UGRASENA adalah putra ke-empat
(bungsu) Prabu Basukunti, raja negara Mandura
dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti,
raja Boja. Ia mempunyai tiga orang saudara
kandung bernama; Arya Basudewa, Dewi
Kunti/Dewi Prita dan Arya Prabu Rukma.

Arya Ugrasena menikah dengan Dewi Wersini,
seorang bidadari keturunan Sanghyang
Pancaresi. Ia dapat memperistri Dewi Wersini
berkat bantuan Prabu Pandu, raja negara Astina,
yang berhasil membinasakan Prabu Kalaruci, raja
negara Karanggubarja yang menyerang Suralaya
karena ingin memperistri Dewi Wersini. Oleh
Bathara Guru, negara Karanggubarja diserahkan
kepada Arya Ugrasena, yang kemudian iak tahta bergelar Prabu Setyajid. Negara
Karanggubarja pun diganti nama menjadi Lesanpura. Dari perkawinan Dewi Wersini,
ia memperoleh dua orang putra bernama; Dewi Setyaboma dan Arya Setyaki. Secara
tidak resmi Arya Ugrasena juga mengawini Ken Sagupi, swaraswati Keraton Mandura,
dan memperoleh dua orang putra bernama; Arya Pragota dan Arya Adimanggala

Arya Ugrasena mempunyai sifat dan perwatakan; berani, cerdik pandai, tangkas dan
pandai mempermainkan senjata gada. Ia menjadi raja negara Lesanpura
menggantikan mertuanya, Prabu Wersaya dan bergelar Prabu Setyajid.Akhir
riwayatnya diceritakan, Prabu Setyajid/Ugrasena gugur dimedan perang melawan
Prabu Bomanarakasura, raja negara Surateleng atau Trajutisna.

ULUPI

DEWI ULUPI atau Dewi Palupi (pedalangan Jawa) adalah putri tunggal Resi Kanwa
atau Bagawan Jayawilapa (pedalangan Jawa) di pertapaan Pataka atau Yasarata
(pedalangan Jawa). Dewi Ulupi seorang putri cantik jelita, luhur budinya, 7bijaksana;
sabar, cinta kasih terhadap sesama, setia dan sangat bebakti baik terhadap suami
maupun orang tuanya.

Dewi Palupi menikah dengan Raden Arjuna, satria Pandawa. Pertemuannya terjadi,
tatkala Arjuna yang dalam keadaan pinsan jatuh di pertapaan Yasarata dari udara.
Ketika itu Arjuna sedang diminta bantuannya oleh Dewata untuk mengusir Prabu
Pracona dan patihnya Sakipu dari negara Gilingwesi yang sedang mengamuk di
Suralaya akibat lamarannya ingin memperistri Dewi Gagarmayang ditolak Bathara
Guru. Arjuna yang kalah dalam peperangan, dalam keadaan tak sadarkan diri
tubuhnya dilempar ke angkasa oleh Prabu Pracona, melayang-layang dan akhirnya
jatuh di pertapaan Yarasata.

Dari perkawinannya dengan Arjuna, Dewi Ulupi memperoleh seorang putra lelaki yang
berwajah sangat tampan, dan diberi nama Bambang Irawan. Dewi Ulupi sangat kasih
dan sayang terhadap putranya. Sejengkalpun tak pernah berpisah. Ia baru berpisah
dengan Bambang Irawan menjelang pecah perang Bharatayudha. Irawan pergi ke
Amarta untuk menemui ayahnya, Arjuna karena ingin mengabdikan diri pada keluaga

199

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Pandawa dalam perang melawan keluarga Kurawa. Itulah perpisahan pertama dan
terakhir Dewi Ulupi dengan putranya, karena Bambang Irawan tewas dalam
pertempueran melawan Ditya Kalasrenggi, raja raksasa negara Gowabarong pada
awal pecah perang Bharatayuda.

UMA

DEWI UMAYI dikenal pula dengan nama Dewi
Uma. Ia adalah putri Umaran, seorang hartawan
di Merut. Ibunya bernama Dewi Nurweni, putri
Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Dewi Umayi
mempunyai adik kandung bernama Dewi
Umarakti/Umaranti, yang menjadi permaisuri
kedua Sanghyang Manikmaya.

Dewi Umayi lahir dalam wujud bayangan yang
ada dalam cahaya yang tidak dapat dipandang
dengan nyata. Berkat kesaktian Sanghyang
Manikmaya yang bertiwikrama hingga
mempunyai tangan sebanyak searah kiblat,
bayangan tersebut dapat ditangkap dan berubah
wujud menjadi bayi perempuan berkelamin
ganda. Oleh Sanghyang Manikmaya bayi tersebut
kemudian diruwat menjadi wanita sempurna.
Dewi Umayi kemudian menjadi permaisuri
pertama Sanghyang Manikmaya dan berputra
enam orang masing-masing bernama; Bathara Sambo, Bathara Brahma, Bathara
Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala.

Ketika mengandung Bathara Kala, Dewi Umayi terkena kutuk Sanghyang Manikmaya
dan berubah wujud menjadi raksesi bernama Dewi Durga. Atas kesaktian Sanghyang
Manikmya, sukmanya/badan halusnya dipertukarkan dengan badan halus/sukma
Dewi Pramuni/Dewi Danapati, sehingga raga Dewi Durga bersukma Dewi Pramuni
dan raga Dewi Pramuni bersukma Dewi Umayi.

Dewi Umayi berwatak sabar, perasaannya halus serta tajam. Pendiriannya tetap dan
sangat adil, berani karena benar, mengerti tanggung jawab, baik kepada suami
maupun keturunannya. Ia sangat berbakti kepada suami, tetapi pada saat mendapat
penindasan ia akan berontak. Mempunyai kesaktian dalam kata-katanya

UMARAKTI

DEWI UMARAKTI adalah permaisuri Sanghyang Manikmaya yang ke-dua. Ia adalah
putra jadian hartawan bernama Sang Umaran. Riwayatnya diceritakan : konon setelah
peristiwa Krendayana, Sanghyang Manikmaya minta kepada hartawan Umaran
mencarikan ganti seorang putri yang wajahnya mirip dengan Dewi Umayi, anak
Umaran. Apabila Sang Umaran tidak dapat memenui kehendaknya, maka Dewi
Umayi yang telah beubah wujud menjadi raksasa itu akan kembali ke orang tuanya.

Pada suatu malam Umaran melihat sekilas cahaya jatuh melengkung di rumpun
pohon ranti yang tumbuh di kebun sayurnya. Buah rani yang gemerlapan itu kemudian
dipetiknya, dibawa mask ke dalam rumah dan diletakkan di atas pelaminan. Pada
waktu fajar menyingsing, buah ranti iitu lenyap dan di tempat[ pelaminan itu duduklah
seorang gadis jelita yang cantik molek yang wajahnya mirip dengan Dew Umayi.
Gadis itu kemudian diambil sebagai anaknya dan diberi nama Dewi Umaranti.

200


Click to View FlipBook Version