The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2021-03-19 11:41:38

Mengenal Tokoh Wayang

Compiled by Getfunboy

Keywords: mengenal,tokoh,wayang

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

LEKSMANA

LEKSMANA atau Laksmanawidagda adalah putra
Prabu Dasarata, raja negara Ayodya dengan
permaisuri kedua Dewi Sumitra, putri Prabu
Ruryana raja negara Maespati. Ia mempunyai
empat orang saudara seayah lain ibu masing-
masing bernama ; Ramawijaya/Ramadewa, dari
permaisuri Dewi Kusalya, dan Barata, Satrugna
serta Dewi Kawakwa ketiganya putra Prabu
Dasarata dengan permaisuri Dewi Kekayi.
Leksmana bertempat tinggal di kesatrian Girituba.
Ia seorang satria brahmacari (tidak kawin).
Mempunyai watak halus, setia dan tak kenal
takut. Sejak kecil Leksmana sangat rapat dan
sangat sayang kepada Ramawijaya. Leksmana
diyakini sebagai titisan Bathara Suman, pasangan
Bathara Wisnu.
Dengan setia Leksmana mengikuti Ramawijaya
menjalani pengasingan selama 13 tahun bersama
Dewi Sinta. Ketika Dewi Sinta diculik Prabu
Dasamuka dari tengah hutan Dandaka dan disekap di taman Argasoka negara
Alengka, Leksmana membantu perjuangan Ramawijaya merebut dan membebaskan
kembali Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka. Di dalam perang besar Alengka,
Leksmana banyak menewaskan senapati ulung andalan negara Alengka. Ia
menewaskan Dewi Sarpakenaka serta Indrajid/Megananda, keduanya adik dan putra
kesayagan Prabu Dasamuka.
Setelah berakhirnya perang Alengka dan Ramawijaya beserta Dewi Sinta kembali
kenegara Ayodya, dengan setia Leksmana tetap membantu Prabu Ramawijaya
mengatur tata pemerintahan negara Ayodya. Ia meninggal dalam usia lanjut, dan
jenazahnya dimakamkan di gunung Kutarunggu berdampingan dengan makam Prabu
Ramawijaya.

101

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

LEMBUSURA

LEMBUSURA berwujud raksasa berkepala sapi
(lembu). Karena kesaktiannya, dia diangkat
menjadi patih negara Gowa Kiskenda dibawah
pemerintahan Prabu Maesasura, raksasa berkela
kerbau. Ia mempunyai saudara seperguruan
bernama Diradasura, berwujud raksasa berkepala
gajah.

pertapaan Erraya/Grastina Oleh Prabu Maesasura, patih Lembusura
Sunyapringga. ditugaskan pergi ke Suralaya untuk melamar
Dewi Tara, putri Sanghyang Indra dengan Dewi
Wiyati. Ia pergi disertai Diradasura. Ketika
lamarannya ditolak oleh Bathara Guru, dengan
wewenang yang diberikan rajanya, Lembusura
dan Diradasura mengamuk di Suralaya dan
berhasil mengalahkan para Dewa. Bathara Guru
kemudian menugaskan Bathara Narada turu ke
Arcapada, meminta bantuan Sugriwa, putra Resi
Gotama dengan Dewi Windradi/Indradi dari
yang saat itu sedang bertapa ngijang di hutan

Dalam pertempyuran di Mrepatkepanasan (nama lapangan di Suralaya). Lambusura
dan Diradasura akhirnya mati oleh Sugriwa.

LENGLENG MULAT

DEWI LENGLENG MULAT Dikenal pula dengan
nama Dewi Lengleng Mandanu (pedalangan
Jawa), yang mempunyai arti ; ―Seorang dengan
paras muka yang demikian indahnya, hingga
pasti akan menarik dan membelenggu tiap
perhatian yang diarahkan kepadanya‖ Dewi
Lengleng Mulat adalah salah seorang diantara
bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh
orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Irimirin, Dewi
Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki
dan Dewi Wilutama.

Karena kecantikannya Dewi Lengleng Mulat
pernah menimbulkan peperangan hebat antara
Suralaya dengan negara Kasi. Prabu
Hiranyayaksa mengerahkan pasukan raksasa
menyerang Suralaya akibat keinginannya
memperistri Dewi Lengleng Mulat ditolak Bathara
Guru. Dalam peperangan tersebut, angkatan
perang dewa tidak dapat membendung serangan Negara Kasi. Kesaktian Prabu
Hiranyayaksa tidak terkalahkan oleh para dewa. Untuk menyelamatkan Suralaya,
Bathara Narada turun ke arcapada, minta bantuan Prabu Harjunawijaya,.raja negara
Mataswapati.

Dengan kesaktiannya, :Prabu Harjunawijaya berhasil mengalahkan Prabu
Hiranyayaksa dan mengusir pasukan raksasa dari Suralaya. Prabu Hiranyayaksa

102

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

kelak bersekutu dengan Prabu Darmawisesa, raja Widarba menyerang negara
Magada dalam memperebutkan Dewi Citrawati. Ia tewas dalam peperangan melawan
Bambang Sumantri.

LESMANA MANDRAKUMARA

BAMBANG LESMANAMANDRAKUMARA dikenal
pula dengan nama Bambang Sarajakusuma
(pedalangan Jawa).

Lesmana Mandrakumara adalah putra sulung
Prabu Suyudana/Duryudana, raja negara Astina
dengan permaisuri Dewi Banowati, putri Prabu
Salya dengan Dewi Pujawati/Setyawati dari
negara Mandaraka.

Lesmana Mandrakumara mempunyai seorang
adik perempuan bernama Dewi Lesmanawati,
yang menjadi istri Arya Warsakapura, putra kedua
Adipati Karna dengan Dewi Surtikanti dari negara
Awangga. Lesmana Mandrakumara sangat
dimanja oleh orang tuanya.

Lesmana Mandrakumara mempunyai daya pikir
yang lambat dan agak pengecut.

Lesmana Mandrakumara ikut terjun di medan
pertempuran perang Bharatayuda.

Lesmana Mandrakumara yang bermaksud membunuh Abimanyu, putra Arjuna
dengan Dewi Sumbadra yang sudah dalam keadaan tak berdaya, akhirnya tewas oleh
Abimanyu karena lebih dahulu tertusuk keris Pulanggeni.

MADRIM DEWI MADRIM atau Dewi Madri adalah putri
Prabu Mandrapati, raja negara Mandaraka
Kunti. dengan permaisuri Dewi Tejawati. Ia mempunyai
kakak kandung bernama Narasoma, yang setelah
menjadi raja Mandaraka bergelar Prabu Salya.

Dewi Madrim menikah dengan Prabu Pandu, raja
negara Astina dan menjadi permaisuri ke dua
mendampingi Dewi Kunti. Dari perkawinan
tersebut, ia berputra dua orang kembar yang
diberi nama Nakula dan Sadewa. Dewi Madrim
berwatak penuh belas kasih, setia, sabar dan
Wingit.

Akhir riwayat Dewi Madrim diceritakan, ia terjun
kedalam Pancaka (api pembakaran jenazah) ikut
bela pati atas kematian suaminya, Prabu Pandu.
Kedua putra kembarnya, Nakula dan Sadewa
yang masih bayi kemudian diasuh oleh Dewi

103

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

MAEKAH

DEWI MAEKAH atau Dewi Mahindra (Mahabharata) adalah putri Prabu Kurandapati,
raja negara Widarba. Ia mempunyai kakak kadung bernama Dewi Maerah atau Dewi
Mahira (Mahabharata). Dewi Maekah dan Dewi Maerah, keduanya menjadi
pernmaisuri Prabu Basudewa, raja negara Mandura.

Kedua putri itu mempunyai nasib yang berbeda. Dewi Maerah tanpa sengaja terkena
tipu daya Prabu Gorawangsa, raja raksasa negara Gowabarong yang dengan beralih
rupa menjadi Prabu Basudewa palsu berhasil menggauilinya dan menghamilinya. Ia
kemudian diasingkan ke Kadipaten Sengkapura dan melahirkan anak berwujud
setengah raksasa yang diberi nama Kangsa. Sementara Dewi Maekah dalam
perkawinanya dengan Prabu Basudewa memperoleh dua orang putra yang lahir
kembar gondang kasih (berbeda warna) masing-masing bernama ; Kakrasana,
berkulit putih/bule, dan Narayana yang berkulit hitam.

Akibat ancaman Kangsa yang ingin merebut kekuasaan negara Mandura dan
membinasakan putra-putra Prabu Basudewa yang lain, Dewi Maekah terpaksa harus
berpisah dengan kedua putranya sejak kecil. Demi keselamatan jiwanya, Kakrasana
dan Narayana dititipkan di padepokan Widarakandang dalam asuhan Demang
Antagopa dan Nyai Sagupi. Dewi Maekah dapat berkumpul kembali dengan kedua
putranya setelah Kakrasana dan Narayana dewasa, dan mereka telah berhasil
membinasakan Kangsadewa. Dalam masa tuanya Dewi Maekah hidup dalam
kebahagiaan. Kedua putranya berhasil menjadi raja besar. Kakrasana menjadi raja
negara Mandura bergelar Prabu Baladewa, sedangkan Narayana menjadi raja negara
Dwarawati bergelar Prabu Kresna/Sri Bathara Kresna.

MAERAH

DEWI MAERAH atau Dewi Mahira (Mahabharata) adalah putra Prabu Kurandapati,
raja negara Widarba. Ia mempunyai adik kandung bernama Dewi Mahindra atau Dewi
Maekah (pedalangan Jawa). Dewi Maerah dan Dewi Maekah

keduanya menjadi permaisuri Prabu Basudewa, raja negara Mandura.

Dengan tidak disengaja dan disadarinya, Dewi Maerah telah mengalami malapetaka,
digauli oleh Prabu Gorawangsa, raja raksasa negara Gowabarong yang beralih rupa
menjadi Prabu Basudewa palsu. Atas perbuatannya itu ia mendapat hukuman, diusir
keluar dari negara Mandura. Dewi Maerah yang dalam keadaan hamil ditempatkan di
negara Bombawirayang, diserahkan kepada ditya Suratrmantra, adik Prabu
Gorawangsa. Di tempat pengasingannya itu Dewi Maerah melahirkan seorang putra
lelaki yang berwujud setenah raksasa yang diberi nama Kangsa atau Kangsadewa.

Setelah Kangsa dewasa dengan terus terang, Dewi Maerah menceritakan keadaan
sebenarnya, bahwa ia sesungguhnya permaisuri Prabu Basudewa, raja negara
Mandura. Kangsa tidak sepenuhnya putra Gorawangsa, tetapi juga putra Prabu
Basudewa, sehingga berhak mendapat pengakuan sebagai putra Prabu Basudewa.
Dengan dukungan Suratrimantra, Kangsa pergi kenegara Mandura. Ia akhirnya diakui
sebagai putra Prabu Basudewa dan diangkat menjadi Adipati di Sengkapura. Oleh
Kangsa, Dewi Maerah diboyong ke Sengkapura. Ketika Kangsa tewas dalam
peperangan melawan Kakrasana dan Narayana, Dewi Maerah ikut belamati, terjun ke
dalam pancaka (api pembakaran mayat) demi kehormatan dan harga dirinya.

104

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

MAESASURA

PRABU MAESASURA adalah raja negara Guwa
Kiskenda. Ia berwujud raksasa berkepala kerbau.
Prabu Maesasura mempunyai seorang patih yang
bernama Lembusura, raksasa berkepala sapi.
Prabu Maesasura sangat sakti karena
mempunyai saudara seperguruan bernama
Jatasura, seekor harimau yang memiliki rambut
gimbal di lehernya. Prabu Maesasura dan
Jatasura seolah-olah dua jiwa yang satu, artinya ;
keduanya tidak dapat mati, apabila hanya satu
dari mereka yang tewas.

Karena merasa sangat sakti, Prabu Maesasura
datang ke Kahyangan Kaindran untuk melamar
Dewi Tara, putri Sulung Bathara Indra dengan
Dewi Wiyati. Kalau lamarannya ditolak, Prabu
Maesasura dan Jatasura mengancam akan
menghancurkan Kahyangan Keindran dengan
seluruh bala tentaranya yang sangat kuat.
Bathara Indra kemudian meminta bantuan kepada Subali dan Sugriwa, keduanya
putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi dari pertapaan Grastina/Erraya, untuk
mengahadapi dan membunuh Prabu Maesasura, Jatasura dan Lembusura.

Prabu Maesasura, dan Jatasura akhirnya dapat dibinasakan oleh Subali yang
menantang masuk ke dalam Gowa Kiskenda. Kepala Maesasura dan Jatasura diadu
kumba (saling dibenturkan satu dengan yang lain) hingga pecah dan mati seketika di
dalam saat yang bersamaan. Sedangkan patih Lembusura dapat dibinasakan oleh
Sugriwa.

MAHADEWA

SANGHYANG MAHADEWA adalah Dewa
Keluhuran, kemuliaan dan kepahlawanan. Ia
bersemayam di Kahyangan Argapura. Sanghyang
Mahadewa adalah putra kedua Sanghyang
Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi
Umarakti/Umaranti. Ia mempunyai dua orang
saudara kandung masing-masing bernama ;
Sanghyang Cakra dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Mahadewa juga mempunyai enam
orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi
masing - masing bernama : Sanghyang Sambo,
Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra,
Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara
Kala.

Perwatakan Sanghyang Mahadewa meliputi
perwatakan semua saudara-saudaranya.
Kejujurannya seperti Sanghyang Sambo,
semangatnya seperti Sanghyang Brahma, tajam
perasaannya seperti Sanghyang Indra,
kebijaksanaannya seperti Sanghyang Wisnu, taat dan patuhnya seperti Bhatara Kala,
bening dan telitinya seperti Sanghyang Cakra.

105

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Sanghyang Mahadewa bertugas untuk memberikan anugrah kepada para tapa dan
selalu diutus/ditugaskan membawa pakaian raja dan tanda kebesaran kerajaan
apabila ada penobatan raja yang direstui Sanghyang Manikmaya. Seperti penyerahan
jamang/mahkota yang terbuat dari emas kepada Prabu Pandu, raja negara Astina,
dan Balai Kencana Soka Domas (balai yang terbuat dari emas yang bertiang delapan
ratus) sebagai singgasana Prabu Rama di Suwelagiri.

Sanghyang Mahadewa diserahi wewenang untuk menguasai sorga. Ia juga
merupakan seorang prajurit pilihan dan menjadi senapati angkatan perang Dewa.

MAMANGMURKA

Ditya MAMANGMURKA adalah patih negara
Manikmantaka dalam pemerintahan Prabu
Niwatakawaca. Konon ia masih keturunan Patih
Sakipu/Kasipu dari negara Gilingwesi yang tewas
dalam pertempueran melawan Bambang
Tetuka/Gatotkaca di Suralaya.

Ditya Mamangmurka pernah diperintahkan oleh
Prabu Niwatakawaca pergi menemui Bagawan
Ciptaning yang sedang bertapa di Goa Mintaraga,
hutan Kaliasa, gunung Indrakila untuk
memintakan restu atas rencana perkawinan
Prabu Niwatakawaca dengan Dewi Supraba.
Karena tidak berhasil menemukan goa Mintaraga,
Mamangmurka lalu mengobrak-abrik kawasan
hutan Kaliasa.

Akibat dari perbuatan itu, Mamangmurka terkena
kutuk Bagawan Ciptaning berubah wujud menjadi
babi hutan/waraha. Mamangmurka semakin marah, mengamuk, membabi-buta
merusak tatanan hutan Kaliasa. Perbuatannya yang sudah keterlaluan itu
menimbulkan kemarahan Bagawan Ciptaning yang segera memanahnya. Ditya
Mamangmurka akhirnya mati oleh panah Bagawan Ciptaning dan panah Prabu
Kilatawarna (penjelmaan Bathara Guru) yang tepat menancap di tubuhnyua pada satu
sasaran.

MANDRADIPA

PRABU MANDRADIPA adalah raja negara Mandaraka. Ia masih keturunan Prabu
Mandrakestu, raja negara Kidarba. Di dalam sarasilah Parisawuli, Mandrakestu
disebutkan dengan nama Brahmakestu, putra Bathara Brahmanadewa (putra
Sanghyang Brahma) dengan Dewi Srinadi, putri Sanghyang Wisnu dengan permaisuri
Dewi Srisekar.

Prabu Mandradipa menikah dengan Dewi Ayutanayi, keturunan Prabu Ruryana, raja
negara Maespati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi
nama, Arya Mandrapati. Prabu Mandradipa bersahabat baik dengan Resi Jaladara ,
dari pertapaan Dewasana. Persahabatan dan persaudraan ini terus dilanjutkan oleh
putranya, Arya dengan gelar Prabu Matswapati, Arya Setatama tetap menjabat
sebagai patih Wirata.

Arya Setatama menikah dengan Dewi Kandini, enam keturunan dari Batara
Brahmanakanda putra Hyang Brahma. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh

106

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

seorang putra yang bernama, Arya Nirbita, yang setelah dewasa Mandrapati dengan
Bambang Anggana Putra, putra Resi Jaladara. Dalam kisah selanjutnya, Bambang
Anggana Putra yang setelah menjadi brahmana di pertapaan Argabelah bergelar
Bagawan Bagaspati akhirnya mati dibunuh oleh Narasoma/Prabu Salya putra Prabu
Mandrapati.

Setelah usianya lanjut dan merasa tidak mampu lagi mengendalikan tampuk
pemerintahan, Prabu Mandradipa menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya,
Mandrapati. Ia kemudian hidup sebagai brahmana sampai akhir hayatnya.

MANDRAKESTU

PRABU MANDRAKESTU adalah raja negara Kidarba. Di dalam sarasilah Parisawuli,
Mandrakestu disebutkan dengan nama Brahmakestu, putra Bathara Brahmanadewa
(putra Sanghyang Brahma), dengan Dewi Srinadi, putri Sanghyang Wisnu dari
permaisuri Dewi Srisekar/Dewi Sri Widowati. Prabu Mandrakwestu mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan Prabu Meriya, raja negara Maespati dan
dilanjutkan persahabatannya dengan Prabu Kartawirya, raja Maespati berikutnya.

Prabu Mandrakestu menikah dengan Dewi Isnawari, seorang hapsari keturunan
Sanghyang Taya. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra kembar,
masing-masing bernama Arya Suryakestu dan Arya Candrakestu, yang terus
melanjutkan hubungan persaudaraan itu dengan pengabdiannya terhadap Prabu
Arjunawijaya, raja negara Maespati yang termasyhur sebagai penjelmaan Sanghyang
Wisnu dan mempunyai gelar yang sangat terkenal ; Prabu Arjunasasrabahu.

Setelah usianya lanjut dan merasa tidak mampu lagi memegang tampuk
pemerintahan, Prabu Mandrakestu menyerahkan tahta kerajaan Kidarba kepada Arya
Suryakestu. Sedangkan Arya Candrakestu menjadi raja di negara Takiya,
menggantikan kedudukan mertuanya.

MANDRAPATI

PRABU MANDRAPATI adalah putra Prabu Mandradipa raja negara Mandaraka
dengan permaisuri Dewi Ayutamayi. Ia termasuk keturunan Wangsa Yadawa, yang
berdasarkan garis keturunan masih memiliki hubungan dengan keluarga Mandura dan
Dwarawati (Wangsa Yadawa) Wangsa Boja dan Wangsa Kuru (Kurawa dan
Pandawa). Prabu Mandrapati menjadi raja negara Mandaraka menggantikan
ayahnya, Prabu Mandradipa yang mengundurkan diri hidup sebagai brahmana.

Prabu Mandrapati menikah dengan Dewi Tejawati, seorang hapsari/bidadari, dan
dikarunia 2 (dua) orang putra, yaitu; Narasoma dan Dewi Madrim. Mandrapati
mempunyai watak; sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan Tuhan, tahu membalas
guna dan selalu bertindak adil. Ia bersahabat karib dengan Bagawan Bagaspati,
Pendeta raksasa di pertapaan Argabelah.

Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Mandrapati meninggal karena bunuh diri akibat
tidak tahan menanggung malu atas perbuatan putranya, Narasoma yang sangat
tercela membunuh Bagawan Bagasapati.

MANIKMAYA

SANGHYANG MANIKMAYA adalah putra ketiga Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja Samodralaya. Ia
mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ; Sanghyang

107

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Tejamaya/Antaga dan Sanghyang Ismaya. Sanghyang Manikmaya juga mempunyai
tiga orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka
dari Selong, masing-masing bernama ; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang
Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.

Sanghyang Manikmaya mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya ;
Sanghyang Jagadnata, Sanghyang Jagadpratingkah, Sanghyang Pramesti Guru,
Sanghyang Siwa dan Sanghyang Girinata. Sanghyang Manikmaya adalah seorang
tokoh yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam dunia pewayangan. Ia
menguasai tiga benua yaitu; Mayapada (dunia Kadewatan), Madyapada (dunia
makluk halus) dan Arcapada (dunia Fana/ dunia manusia di bumi).

Sanghyang Manikmaya bersemayam di Kahyangan Jonggrisaloka. Ia mempunyai dua
orang permaisuri, keduanya putri Umaran, hartawan di Merut dengan Dewi Nurweni,
putri Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Permaisuri I, Dewi Umayi berputra enam
orang msing - masing bernama : Batahra Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra,
Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala. Permaisuri II bernama Dewi
Umarakti/Umaranti, berputra tiga orang masing-masing bernama ; Bathara Cakra,
Bathara Mahadewa dan Bathara Asmara.

Sanghyang Manikmaya mempunyai pusaka sakti bernama Cis Kalaminta dan senjata
Trisula. Ia juga memiliki aji kesaktian bernama : Aji Kawrastawan (kewaspadaan), Aji
Pangambaran (pemberantasan) dan Aji Kemayan yang dapat beralih rupa sesuai
dengan kehendaknya.

MANU

SANGHYANG MANU dikenal sebagai dewa laut. Menurut kitab ―Mahabharata‖ ,
Sanghyang Manu termasuk satu dari delapam dewa yang lahir dari sebuah telur ajaib
yang dikenal dengan nama ―Antiga Mahadwipa‖.Ketujuh dewa lainnya adalah
Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati yang dikenal sebagai dewa perang,
Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Stanu dewa hutan, Sanghyang Ka, Sanghyang
Pracetas atau Sanghyang Parameswara dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Manu sangat sakti dan berwatak penyabar sesuai dengan tempat
tinggalnya yang berada di dasar lautan. Bersama Bathara Waruna, Sanghyang Manu
bertugas memberi perlindungan serta pertolongan kepada semua makhluk yang hidup
di lautan.

Sanghyang Manu menikah dengan Dewi Tirtawati, bidadari keturunan Sanghyang
Triyarta. Dari perkawinan ini lahir bebarapa orang anak diantaranya para raksasa
yang menjadi raja di dasar lautan. Beberapa orang keturunan Sanghyang Manu yang
terkenal dalam cerita pedalangan antara lain : Prabu Kalalodra, rajanegara
Girikadasar. Kemudian Prabu Kurandageni raja negara Tirtakandasan, ayah dari
Kartapoyoga yang tewas dalam peperangan melawan Kakrasana, putra raja Mandura
karena memperebutkan Dewi Erawati, putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka.

108

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

MANUMAYASA

Resi MANUMAYASA dikenal pula dengan nama
Kanumayasa atau Kariyasa. Manumayasa lahir di
Kahyangan Daksinageni (Kahyangannya Bathara
Brahma). Ia putra kedua dari empat bersaudara
putra Bathara Parikenan dengan Dewi
Bramaneki, yang berarti cucu buyut Bathara
Wisnu dan Bathara Brahma. Adapun ketiga
saudaranya yang lain adalah : Dewi Kanika, Resi
Manobawa dan Resi Paridarma.

Manumayasa turun ke Marcapada dengan tugas
memelihara ketentraman dan kesejahteraan umat
manusia. Atas seijin Prabu Basukesti, Raja
negara Wirata, Manumayasa mendirikan
padepokan Retawu di gunung Saptaarga. Ia
menikah dengan Dewi Kaniraras/Dewi Retnowati,
dan memperoleh tiga orang putra, yaitu : Bambang Manudewa, Bambang Sakutrem
dan Dewi Sriyati.

Bersama Sakutrem, Resi Manumayasa menjadi jago Kadewatan membinasakan
Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama, tiga raksasa dari negara
Nusahantara yang mengamuk di Suralaya karena keinginannya memperistri Dewi
Irimirin ditolak Bathara Guru. Jasad ketiga raksasa tersebut berubah wujud menjadi
Kitab/Jamus Kalimasada, Panah Hrudadali dan Panah Sarotama. Sementara Paksi
Banarasa yang karena kesalahan paham menyerang Resi Manumayasa, ikut pula
menemui ajalnya dan berubah wujud menjadi Payung Tunggulnaga. Resi
Manumayasa juga mendapat anugrah Dewa berujud panah sakti bernama Pasopati.

Setelah usia lanjut, Resi Manumayasa menyerahkan Padepokan Retawu kepada
Sakutrem. Ia kemudian tinggal di pertapaan Paremana (Gunung yang subur), salah
satu dari tujuh puncak gunung Saptaarga. Resi Manumayasa meninggal dalam usia
sangat lanjut. Jenasahnya dimakamkan di Pertapaan Paremana.

MATSWAPATI

Prabu Matswapati yang pada masa mudanya
bernama Durgandana adalah putra Prabu
Basuketi dengan Dewi Yukti. Ia mempunyai
seorang saudara kandung bernama Dewi
Durgandini/Dewi Setyawati yang menjadi istri
Resi Palasara, dari Pertapaan Srengga, Gunung
Saptaarga, yang juga pendiri negara Gajahoya.

Prabu Matswapati menikah dengan Dewi
Rekatawati/Ni Yutisnawati, putri angkat Resi
Palasara dan Dewi Durgandini. Dari perkawinan
tersebut, ia memperoleh 4 (empat) orang putra
bernama : Resi Seta, Raden Utara, Raden
Wratsangka dan Dewi Utari. Disamping
memperistri Dewi Rekatawati, Prabu Matswapati
juga menerima pengabdian kelima saudara
angkatnya, yaitu : Kencaka/Kencakarupa,
Upakeca/Rupakenca, Rajamala, Setatama dan Gandawana.

109

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Prabu Matswapati berumur sangat panjang --- sampai lima generasi, dari jaman Resi
Palasara sampai jaman Prabu Parikesit. Setelah Parikesit --- cucunya, putra Dewi
Utari dengan Abimanyu, dinobatkan menjadi raja negara Astinapura menggantikan
Prabu Kalimataya/Puntadewa, Prabu Matswapati merasa tugas hidupnya di dunia
sudah selesai. Ia dan istrinya, Dewi Rekatawati, kembali menjadi ikan mas, yang
kemudian dilabuh di Sungai Gangga.

MAYANGGASETA

RESI MAYANGGASETA atau Resi Pracandaseta (cerita pedalangan) berwujud
kera/wanara putih dan bertempat tinggal di pertapaan Pandansurat, di daerah
kerajaan Jodipati, wilayah negara Mertani. Menurut purwacarita, Resi Mayanggaseta
masih keturunan Resi Supalawa, kera putih andel kepercayaan Resi
Manumayasa/Kanumayasa di pertapaan Paremana, salah satu dari tujuh puncak
Gunung Saptaarga. Ketika negara Mertani berhasil ditahklukkan dan dikuasi oleh
keluarga Pandawa menjadi negara Amarta, dan kerajaan Jodipati berada dalam
kekuasaan Bima/Werkudara, padepokan Pandansurat dimerdekakan, menjadi tanah
perdikan yang bebas darti pembayaran pajak atau upeti.

Resi Mayanggaseta pernah diminta bantuannya oleh keluarga Pandawa agar
bersedia menari di alun-alun negara Dwarawati sebagai persyaratan memeriahkan
upacara perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Wara Sumbadra, adik Prabu Kresna
raja negara Dwarawati. Untuk meminta kesediaan Resi Mayanggaseta, Bima
mengutus patih Gagakbaka ke pertapaan Pandansurat.

Pada mulanya Resi Mayanggaseta menolak, karena ia merasa dihinakan/direndahkan
martabatnya, sebab walau berwujud kera ia seorang brahmana yang juga bisa
berbicara dan beradat istiadat sebagaimana manusia. Selain itu ia juga masih
keturunan Resi Supalawa, manusia kera kekasih dewata. Namun setelah ia kalah
berperang melawan Gagakbaka, Resi Mayanggaseta akhirnya bersedia memenuhi
permintaan Bima dan keluarga Pandawa untuk pergi ke negara Dwarawati,
memperrtunjukkan kemahirannya menari. Akhir riwayatnya tidak banyak diceritakan.
Konon ia mati moksa karena usia lanjut.

MAYANGKARA

DITYA MAYANGJARA berujud raksasa salewah, artinya sebelah kulitnya berwarna
hitam dan sebelah lagi berwarna putih. Ia adalah putra Ditya Wisnungkara raksasa
hitam putra Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyan Wisnu
dengan Dewi Sri Pujayanti). Sedangkan ibunya bernama Dewi Mayangsari, hapsari
keturunan Sanghyang Nioya.

Meski berujud raksa, Ditya Mayangkara memiliki sifat dan perwatakan ; jujur, setia,
baik budi dan suka menolong. Oleh Bathara Wisnu ia mendapat tugas memelihara
dan menjaga Taman Sriwedari di kahyangan Untara Segara bersama Sukasarana,
putra Bagawan Suwandagni yang berujud raksasa bajang (kerdil).

Pada jaman Lokapala, Ditya Mayangkara pernah menis pada Anoman, hingga
Anoman memiliki kekuatan yang luar biasa. Sedangkan pada jaman Mahabharata,
Ditya Mayangkara pernah menitis pada Resi Pracandaseta, berwujud kera/wanara
putih dan bertempat tinggal di pertapaan Pandansurat, di daerah kerajaan Jodipati,
wilayah negara Mertani. Resi Pracandaseta yang dikenal pula dengan nama Resi
Mayanggaseta pernah diminta bantuannya oleh keluarga Pandawa agar bersedia
menari di alun-alun negara Dwarawati sebagai persyaratan memeriahkan upacara

110

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Wara Sumbadra, adik Prabu Kresna raja
negara Dwarawati.

Ditya Mayangkara menikah dengan hapsari keturunan Sanghyang Darmayaka dan
mempunyai seorang putra berujud raksasa berkulit hitam yang diberi nama
Kalakresna, yang setelah dewasa dibawa Sanghyang Triyarta turun ke arcapada dan
membangun kerajaan baru di tanah Astaka di tepi hutan Kamiyaka.

MINTARAGA

Mintaraga, yakni Arjuna pada waktu bertapa
mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga
berarti badan yang kasar, jadi pada masa itu
Arjuna menjernihkan pikirannya, supaya terpisah
dari badan yang, kasar. Kehendak Arjuna bertapa
itu supaya jaya nanti pada perang Baratayudha.

Pada umumnya, seorang bertapa mendapat
godaan dari segala setan, supaya batal tapanya.
Dalam cerita ini diriwayatkanlah seorang raja
raksasa bernama Prabu Niwatakawaca di Ima-
imantaka. Raja ini berkehendak akan meminang
seorang bidadari di Suralaya (tempat dewa-dewa)
bernama Dewi Supraba, tetapi permintaan itu
ditolak oleh Hyang Indra. Karena penolakan ini,
Prabu Niwatakawaca sangat murka, ia hendak
merusak Kaendran (tempat Betara Indra). Pada
masa kejadian ini, Raden Arjuna sedang bertapa
di bukit Indrakila dengan bergelar Begawan
Mintaraga. Tetapi sebenarnya tapa Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra,
karena Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan seorang raja raksasa Prabu
Niwatakawaca itu, yang akan menempuh Kaendran. Maka Betara Indra menitipkan
pada para bidadari untuk menggoda Arjuna, supaya batal dalam tapanya. Tetapi
penggoda itu tak dapat membatalkan tapa Arjuna, malah sebaliknya mereka
merindukan pada Arjuna.

Kesusul pula oleh kedatangan duta Prabu Niwatakawaca kepertapaan itu, berupa
seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka. Kedatangan raksasa ini berkehendak
akan membinasakan Raden Arjuna. Setiba Mamangmurka di pertapaan itu lalu
merusak daerah pertapaan. Setelah hal ini diketahui oleh Arjuna, berkatalah Arjuna
sebagai menyumpahi pada Mamangmurka, katanya: Tingkah laku raksasa ini sebagai
seekor, babi hutan. Seketika itu juga Mamangmurka berganti rupa jadi babi hutan dan
diikuti oleh Hyang Indra dengan mengganti rupa seperti seorang pendeta bernama
Resi Padya dan berhajat akan membunuh babi. hutan itu. Ia melepaskan anak
panahnya mengenai badan babi hutan itu, pun Arjuna mengikuti babi hutan itu dan
memanahnya juga mengenai binatang itu.

Karena itu terjadi selisih antara keduanya, masing-masing mengakui, bahwa anak
panah yang mengenai babi hutan itu anak panahnya. Tetapi sebenarnya Hyang Indra
sangat sukacita akan kejadian itu karena Hyang Endra dapat memberatkan tapi
Arjuna dan akan minta bantuan pada Arjuna untuk memusnakan Prabu
Niwatakawaca. Kehendak Hyang Indra ini terlaksana, Niwatakawaca dibinasakan oleh
Arjuna.

111

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Untuk hadiah pada Arjuna, Arjuna diangkatlah sebagai raja di Kaindran untuk
sementara hari lamanya. Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia itu sama
dengan sebulan di Kaindran. Arjuna bergelar prabu Kariti.

MINTUNA

BAGAWAN MINTUNA adalah Dewa ikan air tawar. Ia mempunyai tempat kedudukan
di pertapaan/kahyangan Kisiknarmada. Ia mendapat hak sebagai dewa dan mendapat
gelar Bathara dari anugrah Sanghyang Manikmaya/ Bathara Guru raja Tribuana. Ia
diberi wewenang sama dengan Dewa seperti Anantaboga, karena jasa-jasanya telah
membimbing cucunya, Anantasena membinasakan Prabu Kalalodra, raja negara
Girikadasar yang menyerang Suralaya. Bagawan Mintuna juga diberi kekuasaan
merajai makhluk yang hidup di seluruh air tawar.

Bagawan Mintuna mempunyai seorang putri, Dewi Urangayu yang kawin dengan
Bima, salah satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu. raja negara Astina
dengan Dewi Kunti. Bagawan Mintuna bertemu dan membantu Bima untuk
memenangkan perlombaan kecepatan membuat sungai dengan keluarga kurawa.
Bima kemudian dinikahkan dengan Dewi Urangayu. Dari perkawinan tersebut lahir
seorang putra yang diberi nama, Anantasena

Bagawan Mintuna berumur sangat panjang, Hal ini karena ia telah minum air
kehidupan dari Cupu Madusena yang mempunya kesaktian tidak bisa mati sebelum ia
sendiri yang menghendakinya serta masih bersentuhan dengan air tawar.

MULATI

DITYA MULATANI adalah putra angkat Detya Maliawan, adik Prabu Sumali, raja
negara Alengka. Ia tercipta dari ari-ari Detya Jambumangli, putra tunggal Detya
Maliawan. Meskipun memiliki bentuk tubuh agak pendek menurut ukuran raksasa,
karena ketekunannya bertapa, Mulatani menjadi sangat sakti.

Detya Mulatani berwatak pemberani, jujur, setia dan penuh pengabdian. Ia
mengabdikan diri di negara Alengka sejak masa pemerintahan Prabu Sumali hingga
masa pemerintahan Prabu Dasamuka dengan pangkat Tumenggung. Menjelang akhir
perang Alengka, dimana negara Alengka diserbu jutaan laskar kera Gowa Kiskenda
dibawah pimpinan Prabu Sugriwa yang membantu Prabu Rama dalam upaya merebut
dan membebaskan Dewi Sinta dari sekapan Dasamuka, Detya Mulatani diangkat
menjadi patih negara Alengka menggantikan Patih Prahasta yang tewas dalam
peperangan melawan Anila.

Setelah Indrajid/Megananda, putra Prabu Dasamuka dengan Dewi Tari tewas dalam
peperangan oleh panah Surawijaya yang dilepas Laksmana, Mulatani maju ke medan
perang memimpin sisa-sisa laskar perang Alengka. Ia akhirnya tewas dalam
peperangan melawan Anggada, putra Resi Subali dengan

MUMPUNI

DEWI MUMPUNI adalah seorang hapsari/bidadari, putri Resi Kasyapa dengan Dewi
Muni, putri Hyang Daksa. Ia mempunyai sifat dan perwatakan ; jujur, penurut dan
penuh cinta kasih. Oleh Sanghyang Indra, Dewi Mumpuni dinikahkan dengan Bathara
Yama/Yamadipati, dewa pemegang kunci Yamani/neraka, putra Sanghyang Ismaya
dengan Dewi Senggani. Dengan terpaksa Dewi Mumpuni melaksanakan perintah
Sanghyang Indra dimana sebenarnya hatinya sama sekali tidak mencintai suaminya

112

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

itu. Ia memaksakan dirinya karena patuhnya terhadap perintah Sanghyang Indra,
yang tak dapat dibantahnya.

Pada suatu saat datang ke kahyangan Hargadumilah, tempat tinggal Dewi Mumpuni,
Bambang Nagatatmala, putra Sanghyang Anantaboga dengan Dewi Supreti.
Pertemuan tersebut mencetuskan api asmara yang tak terpadamkan dan
menimbulkan kasih cinta asmara yang mendalam tiada terpisahkan. Setelah ada kata
sepakat, Bambang Nagatatmala dan Dewi Mumpuni lari meninggalkan kahyangan
Hargadumilah ke kahyangan Saptapratala.

Bathara Yama begitu mengetahui peristiwa tersebut segera menyusul istrinya ke
Saptapratala. Peperangan tak dapat dihindarkan antara Nagatatmala melawan
Bathara Yama. Akhirnya Sanghyang Maniikmaya turun ke Saptapratala melerai
pertengkaran tersebut. Oleh Sanghyang Manikmaya dijelaskan, bahwa sesuai takdir
Dewi Mumpuni memang harus bersuamikan Bambang Nagatatmala. Karena itu
Bathara Yama harus merelakan Dewi Mumpuni diperistri Bambang Nagatatmala.

MUSTAKAWENI

DEWI MUSTAKAWENI adalah putri Prabu
Niwatakawaca/Arya Nirbita, raja negara
Manikmantaka dengan permaisuri Dewi Sanjiwati.
Ia mempunyai kakak kandung bernama
Nilarudraka, yang menjadi raja di negara
Tegalparung.

Walau ayahnya raksasa, Dewi Mustakaweni
berwujud manusia biasa dan berwajah cantik.
Berwatak pemberani, berjiwa prajurit dan pandai
menggunakan senjata panah. Selain sakti, Dewi
Mustakaweni juga memiliki Aji Kamayan, yang
dapat beralih rupa sesuai yang dikehendakinya.

Atas perintah kakaknya, Prabu Nilarudraka, Dewi
Mustakaweni pernah mencuri pusaka keluarga
Pandawa, Jamus Kalimasada. Dengan beralih
rupa menjadi Gatotkaca palsu, Dewi Mustakaweni
berhasil mengelabuhi dan mengalahkan Dewi Srikandi. Tapi usaha pencurian Jamus
Kalimasada itu akhirnya dapat digagalkan oleh Bambang Prabakusuma /Bambang
Priyambada, putera Arjuna dengan Dewi Supraba. Bahkan Dewi Mustakaweni jatuh
cinta pada Bambang Priyambada, dan bersedia menjadi istrinya.

NAGABAGINDA

PRABU NAGABAGINDA adalah raja negara Jangkarbumi. Ia ingin menguasai negara
di dalam semua lapisan bumi. Untuk memenuhi cita-cuitanya itu, hampir seratus tahun
lamanya ia bertapa di pusaran samudra, memuja Bathari Durga, untuk memperoleh
berbagai ilmu kesaktian.

Merasa sangat sakti, Prabu Nagabaginda kemudian pergi ke Suralaya, menagih janji
Sanghyang Manikmaya yang akan memberikan Dewi Supreti dan kekuasan untuk
merajai seluruh dasar bumi. Tetapi Sanghyang Manikmaya tidak dapat memenuhi
janjinya, karena Dewi Supreti telah dianugerahkan kepada Anantaboga, yang telah
mendapat kedudukan setingkat dewa dan kekuasaan penuh untuk menguasai tujuh
bagian bumi/ Saptapratala.

113

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Prabu Nagabaginda menjadi marah dan menyerang Suralaya. Ia berhasil
mengalahkan para dewa. Tapi akhirnya Prabu Nagabaginda tewas dalam peperangan
melawan Anantareja, putra Dewi Nagagini -- putri Hyang Anantaboga, dengan Bima --
satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan Dewi
Kunti. Oleh Bathara Guru, negara Jangkarbumi kemudian diserahkan kepada
Anantareja.

NAGAGINI DEWI NAGAGINI adalah putri Hyang Anantaboga
dengan Dewi Supreti dari Kahyangan
makhluk dan suka menolong. Saptapratala. Ia mempunyai adik kandung
bernama Bambang Nagatatmala.

Dewi Nagagini menikah dengan

Bima/Werkundara, salah satu dari lima satria

Pandawa, putra Prabu Pandu raja negara Astina,

dengan permaisuri Dewi Kunti. Mereka bertemu,

tatkala keluarga Pandawa dan Dewi Kunti dalam

upaya menyelamatkan diri dari rencana

pembunuhan oleh keluarga Kurawa dalam

peristiwa ru,ah damar di hutan Wanayasa

(peristiwa ―Bale Sigala-gala‖) sampai di

Kahyangan Saptapratala. Dari perkawinan

tersebut, lahir seorang putra yang diberi nama

Arya Anantareja.

Dewi Nagagini mempunyai sifat dan perwatakan;
setia, sangat berbakti, cinta terhadap sesama

NAGAPAYA

PRABU NAGAPAYA adalah raja raksasa negara Kiskenda. Ia masih keturnan
Bathara Siwahjaya, putra Bathara Kala dengan Dewi Pramuni dari kahyangan
Setragandamayit. Prabu Nagapaya memiliki sifat dan perwatakan, pemberani,
serakah, nemios, kejam serta mau benar dan menangnya sendiri.

Merasa sangat sakti, Prabu Nagapaya datang ke Suralaya untuk meminang Dewi
Supraba, bidadari tecantik di kaendran. Ketka pinanganya ditiolak, Prabu Nagapaya
mengamuk, kemudian mengerahkan balatentara raksasa Kiskenda untuk menyerang
Suralaya. Ketika pasukan dewa tak kuasa mengatasi amukan bala raksasa Kiskenda,
dan tak seoranjg dewa pun dapat mengalahkan Prabu Nagapaya, Bathara Guru
kemudian mengutus Bathara Narada turun ke Arcapada untuk meminta bantuan
Prabu Pandu, raka negara Astina. Pandu kemudian pergi ke Suralaya dengan
mengerahkan pasukan Astina dibawah pimpian patih Gandamana dan Arya Sucitra.
Dalam peperangan tersebut, Prabu Nagapaya dapat dibinasakan oleh Pandu.

NAGARAJA

PRABU NAGARAJA adalah raja tatsaka/raja ular naga yang bersemayam di Sumur
Jalatunda. Pemaisurinya bernama Dewi Tatsiki. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra masing-masing bernama Dewi Pratiwi dan Bambang
Pratiwanggana.

114

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Prabu Nagaraja adalah mertua Sanghyang Wisnu, yang kawin dengan putrinya, Dewi
Pratwiwi, dan berputra dua orang, yaitu; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari, yang
kemudian diambil hak sebagi putra-putri Prabu Kresna, raja negara Dwarawati,
sebagai penjelmaan Sanghyang Wisnu. Prabu Nagaraja bersedia menerima lamaran
Sanghyang Wisnu dan menyerahkan putrinya Dewi Pratiwi apabila Sanghyang Wisnu
dapat memenuhi satu persyaratan, menyerahkan Cangkok Wijayamulya, yang
mempnyai khasiat dapat menghidupkan kematian. Atas petunjuknya pula Sanghyang
Wisnu akhirnya dapat menemukan dan mendapatkan Cangkok Wijayamulya yang
berada dalam mulut banteng Wisnuhara.

Cangkok Wijayamulya oleh Prabu Nagaraja diberikan kepada Dewi P:ratiwi, yang
kemudian diberikan kepada Bambang Sitija saat Sitija turun ke arcapada mencari
penjelmaan dan titis Sanghyang Wisnu di arcapada.

NAGATATMALA

BAMBANG NAGATATMALA adalah putra kedua
(bungsu) Sanghyang Anantaboga dari
Kahyangan Saptapratala dengan Dewi Supreti. Ia
mempunyai kakak kandung seorang perempuan
bernama Dewi Nagagini yang menjadi istri
Bima/Werkudara, salah satu dari lima satria
Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina
dengan Dewi Kunti.

Bambang Nagatatmala berwajah tampan,
memiliki sifat dan perwatakan berani,. jujur, setia,
keras dalam kemauan dan sangat berbakti. Pada
suatu ketika ia melihat lukisan semua makhluk
bernyawa termasuk para Dewa dan bidadari.
Ketika melihat lukisan pasangan suami-istri Dewi
Mumpuni dengan Bathara Yama, dewa penjaga
neraka dari kahyangan Paranggumiwang atau
Yamani (Mahabharata), ia langsung tertarik pada
Dewi Mumpuni. Nagatatmala kemudian
menanyakan riwayat kedua pasangan itu kepada Dewi Supreti, ibunya. Oleh Dewi
Supreti diceritakan kisah kehidupan rumah tangga Dewi Mumpuni dengan Bathara
Yama yang tidak harmonis, karena sesungguhnya Dew Mumpuni tidak mencintai
suaminya. Dewi Mumpuni .bersedia menikah dengan Bathara Yama karena
melaksanakan perintah Bathara Guru.

Bambang Nagatatmala merasa tertarik dengan cerita tersebut. Ia segera pergi ike
kahyangan Parangumiwang untuk menemui Dewi Mumpuni. Setelah terjadi
pertemuan, mereka saling jatuh cinta, dan bersepakat untuk menjadi suami-istri.
Bambang Nagatatmala kemudian membawa lari ewi Mumpuni ke kahyangan
Sapta;pratala. Tuntutan Bathara Yama untuk kembalinya Dewi Mumpuni ditolak
Batrhara Guru, karena menurut ketentuan Dewata, Dewi Mumpuni memang telah
ditakdirkan menjadi isri Bambang Nagatatmala.

115

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

NAKULA

NAKULA yang dalam pedalangan Jawa disebut
pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-
tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan
sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati
dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia
lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau
Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga
menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu
Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura
bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan
Arjuna

Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib.
Ia mahir menunggang kuda dan pandai
mempergunakan senjata panah dan lembing.
Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal
yang diketahui karena ia mepunyai Aji
Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad,
Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai
cupu berisi, ―Banyu Panguripan/Air kehidupan‖

pemberian Bhatara Indra.

Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan
dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta.
Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu ; 1. Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja
negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putra masing-masing bernama;
Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati. 2. Dewi Srengganawati, putri Resi
Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut
Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala)
dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula
mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.

Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka
sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan,
Nakula mati moksa bersama keempat saudaranya

NANDI

NANDI atau Nanda merupakan nama lembu gumarang (lembu yang mempunyai
dasar warna bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan). Dalam cerita
pedalangan, Nandi dikenal pula dengan nama Nandini atau Handini. Nandi adalah
anak raja jin bernama Prabu Patanam di negara Dahulagiri, sebelah timur laut
Pegunungan Tengguru/Himalaya. Ia mempunyai saudar sekandung yang dilahirkan
kembar berwujud raksasa masing-masing bernama Cingkarabala dan Balakupata,
yang menjadi penjaga pintu gapura Selamatangkep di kahyangan Jonggringsaloka.

Nandi sangat sakti, kuat dan bengal. Karena kesaktiannya itu ia menobatkan diri
sebagai penguasa jagad raya, disanjung dan dipuja rakyat di jasirah Dahulagiri.
Mendengar pemujaan Nandi yang berkebihan itu, Sanghyang Manikmaya/Bathara
Guru menjadi sangat murka. Karena di seluruh Tribuana (jagad Mayapada,

116

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Madyapada dan Arcapada) seharusnya tidak ada yang pantas dipuja dan disembah
kecuali dirinya sebagai raja Dewata.

Bathara Guru kemudian datang ke Dahulagiri untuk memerangi Nandi. Peperangan
pun tejadilah. Dengan Aji Kamayan, Bathara Guru berhasil menundukkan Nandi. Ia
menyerah dan mohon pengampunan. Oleh Bathara Guru, Nandi diampuni dan
diboyong ke Suralaya, dijadikan tunggangan pribadi Bathara Guru. Nandi pernah
dipinjam oleh Prabu Pandu, raja negara Astina, memenuhi permintaan Dewi Madrim,
istrinya yang waktu itu sedang mengandung Nakula dan Sadewa, untuk dinaiki
terbang berputar-putar di atas taman Kadilengleng negara Astina.

NARADA

SANGHAYANG NARADA dikenal pula dengan
nama Sanghyang Kanwakaputra atau Sanghyang
Kanekaputra. Ia adalah putra sulung dari empat
bersaudara putra Sanghyang Caturkanaka
dengan Dewi Laksmi, yang berarti cucu
Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang.
Tiga saudara kandungnya masing-masing
bernama ; Sanghyang Pitanjala, Dewi Tiksnawati
dan Sanghyang Caturwarna.

Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah
bertapa di atas permukaan air samudra sambil
menggenggam Cupu Linggamanik. Karena
kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya,
ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan,
sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi
pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai
imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya,
Sanghyang Narada diangkat menjadi tuwangga
(= patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan sebutan
"kakang/kakanda".

Sanghyang Narada sangat dipatuhi/disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul
dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu
pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-
gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi.

Sanghyang Narada tinggal di kahyangan Siddi Udaludal atau Sudukpangudaludal
(pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama ; Dewi Kanekawati, yang
kemudian dianugerahkan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raja negara
Wirata, dan Bathara Malangdewa.

117

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

NARAKASURA

PRABU NARAKASURA adalah raja negara
Surateleng. Ia masih keturunan Bathara
Kalayuwana, putra Bathara Kala dengan Bathari
Durga/Dewi Pramuni dari kahyangan
Setragandamayit. Ia berwatak angakra murka,
keras hati dan ingin menangnya sendiri.

Prabu Narakasura sangat sakti. Ia pernah
menyerang Suralaya dan mengalahkan para
Dewa. Prabu Narakasura ingin mengalahkan
Prabu Kresna dan merebut kembali negara
Dwarawati sebagai upaya balas dendam atas
kematian saudaranya, Prabu Narasinga raja
negara Dwarawati yang tewas dalam peperangan
malawan Prabu Kresna. Ia kerahkan seluruh
prajurit Surateleng di bawah pimpinan patih
Pancatnyana menyerang negara Dwarawati.

Akhirnya Prabu Narakasura tewas dalam
peperangan malawan Bambang Sitija, putra Prabu Kresna dengan Dewi Pretiwi, putri
Prabu Nagaraja dari kerjaan Sumur Jalatunda. Arwahnya menyatu dalam tubuh
Bambang Sitija, yang kemudian menjadi raja negara Surateleng bergelar Prabu
Narakasura.

NARASINGA

PRABU NARASINGA adalah raja negara Dwaraka/Dwarawati. Ia masih bersaudara
dengan Prabu Narakasura, raja negara Surateleng, yang berarti masih keturunan
Bathara Kalayuwana, putra Bathara Kala dengan Bathari Durga/Dewi Pramuni dari
kahyangan Sentragandamayit/Ganda Umayi.

Karena ketekunannya bertapa, Narasinga menjadi sangat sakti. Ia merebut negara
Dwarawati setelah menewaskan Prabu Yudakalakresna dalam satu peperangan.
Setelah mengangkat dirinya menjadi raja negara Dwarawati bergelar Prabu
Narasingamurti, Arya Singamulangjaya, adik mendiang Prabu Yudakalakresna
diangkatnya menajadi Senapati perangnya.

Prabu Narasinga tidak terlalu lama memerintah negara Dwarawati. Ia tewas dalam
peperangan melawan Narayana, putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dari
permaisuri Dewi Mahendra/Maerah (Jawa), yang merebut negara Dwarawati dengan
bantuan keluarga Pandawa. Senapati perang Dwarawati, Arya Singamulajaya tewas
dalam peperangan melawan Arya Setyaki putra Arya Ugarsena/Prabu Setyajid
dengan Dewi Wersini, dari negara Lesanpura.

NILARUDRAKA

PRABU NILARUDRAKA adalah putra Prabu Niwatakawaca/Arya Nirbita, raja raksasa
negara Manikmantaka dengan permaisuri Dewi Sanjiwati. Ia mempunyai adik
kandung bernama Dewi Mustakaweni. Karena ketekunannya bertapa, ia menjadi
sangat sakti. Berwatak angkara murka, kejam, bengis, pendendam, dan selalu
menurutkan kata hatinya.

118

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Nilarudraka berhasil merebut negara Tanjung Parang setelah menewaskan Prabu
Kalaludra dalam satu peperangan. Prabu Nilarudraka menyuruh adiknya, Dewi
Mustakaweni untuk mencuri pusaka Jamus Kalimasada milik Prabu Puntadewa. Ia
ingin membinasakan keluarga Pandawa, untuk membalas dendam atas kematian
ayahnya, Prabu Niwatakawaca yang mati oleh Arjuna dengan panah Pasopati.
Usahanya gagal karena Dewi Mustakaweni jatuh cinta pada Prabakusuma/Bambang
Priyambada, putra Arjuna dengan Dewi Supraba.

Untuk melampiaskan kejengkelannya, Prabu Nilarudraka kemudian menyerang
kahyangan, mengobrak-abrik Suralaya dan mengalahkan para Dewa. Akhirnya Prabu
Nilarudraka tewas dalam peperangan melawan Ganesa, manusia berkepala gajah,
putra Bhatara Guru dengan Dewi Uma.

NIOYA

SANGHYANG NIOYA adalah Dewa kasih sayang, Kesuburan dan kemuliaan. Ia
bersemayam di Kahyangan Argamaya, satu kahyangan bersama Sanghyang Triyarta.
Sanghyang Nioya adalah putra keempat dari lima bersaudara putra Sanghyang
Wenang dengan Dewi Saoti. Keempat orang saudara kandungnya masing-masing
bernama ; Dewi Sayati, Sanghyang Sengganam Sanghyang Heramaya dan
Sanghyang Tunggal.

Sangyang Nioya menikah dengan Bathari Darmastuti, yang masih kemenakannya
sendiri karena Bathari Darmastuti adalah putri Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Dremani, putri Sanghyang Darmajaka.

Seperti sudah menjadi kehendak Sang Maha Pencipta, perkawinan Sanghyang Nioya
dengan Bathari Darmastuti sebagai perantara lahirnya para bidadari. Hal ini karena
ke-40 (empat puluh) orang anak Sanghyang Nioya dengan Bathari Darmastuti
semuanya perempuan yang kesemuanya hidup sebagai bidadari dan hapsari. Para
bidadari inilah yang kemudian menjadi istri para dewa keturunan Sanghyang Tunggal,
baik anak ketururan Sanghyang Ismaya maupun anak keturunan Sanghyang
Manikmaya. Sedangkan para hapsari turun ke arcapada menjadi istri para raja baik
dari golongan satria maupun raksasa, juga menjadi istri para resi.

Dari sekian banyak putri Sanghyang Nioya yang dikenal dalam pedalangan
diantaranya Dewi Warsiki yang merupakan salah satu tujuh bidadari upacara di
kahyangan, dan Dewi Urwaci, bidadari paling seksi di kahyangan dan menjadi
kecintaan Bathara Guru.

NIRBITA

ARYA NIRBITA adalah putra Arya Setatama, putra angkat Resi Palasara dengan
Dewi Durgandini/Dewi Setyawati, putri Prabu Basukesti dari negara Wirata. Ibunya
bernama Dewi Kandini, enam keturunan dari Bathara Brahmanakanda, putra
Sanghyang Brahma.

Arya Nirbita pernah berguru pada Resi Parasara di padepokan Paremana, salah satu
puncak gunung Saptaarga dalam hal ilmu kasidan/kesaktian. Sedangkan dalam olah
keprajuritan, selain berguru pada ayahnya, ia juga berguru pada Rajamala pamannya.
Karena itu selain sakti, Arya Nirbita sangat pandai bermain gada dan senjata trisula.
Arya Nirbita memiliki sifat dan perwatakan ; jujur, setia, patuh pada perintah dan
sangat berbakti kepada negara dan rajanya.

Setelah ayahnya, Arya Setatama tewas dalam pertempuran melawan
Jagalabilawa/Bima karena terlibat dalam tindakan makar menggulingkan Prabu

119

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Durgandana/Matswapati yang dilakukan Rupakenca dan Kencakarupa, oleh Prabu
Matswapati ia diangkat menjadi patih negara Wirata menggantikasn ayahnya. Arya
Nirbita menikah dengan Dewi Kuwari, putri Arya Kidangtalun, andel Resi Palasara,
manusia yang tercipta dari seekor menjangan/kidang sewaktu Resi Palasara menjadi
raja di kerajaan Gajahoya..Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra
yang diberi nama Arya Kawakwa.
Pada saat berkobarnya perang Bharatayuda, Arya Nirbita memangku jabatan
pimpinan pasukan negara Wirata terjun ke medan perang membela keluarga
Pandawa. Ia gugur dalam pertempuran melawan Prabu Salya, raja negara
Mandaraka.

NIWATAKAWACA

PRABU NIWATAKAWACA waktu mudanya
bernama Arya Nirbita. Ia adalah keturunan dari
Prabu Pracona, raja raksasa negara Gowabarong
yang tewas dalam peperangan melawan
Bambang Tutuka/Gatotkaca di Suralaya. Karena
ketekunannya bertapa Arya Nirbita menjadi
sangat sakti. Ia tidak dapat mati bila noktah
belang yang berada di langit-langit mulutnya tidak
dikenai senjata.
Arya Nirbita berhasil menjadi raja di negara
Manikmantaka dan bergelar Prabu
Niwatakawaca. Ia meikah dengan Dewi Sanjiwati
dan mempunyai dua orang putra masing-masing
bernama : Arya Nilarudraka, yang setelah dewasa
menjadi raja negara Tegalparang dan Dewi
Mustakaweni. Seperti ayahnya, Prabu Pracona,
Prabu Niwatakawaca juga ingin memperistri seorang bidadari. Ia kemudian pergi ke
Suralaya melamar Dewi Supraba. Ketika lamarannya ditolak, Prabu Niwatakawaca
mengamuk menyerang dan mengalahkan para Dewa.
Bhatara Guru dan Bahtara Narada turun ke Arcapada untuk meminta bantuan Arjuna
yang waktu itu sedang mejadi brahmana di goa Mintaraga, gunung Indrakila bergelar
Bagawan Ciptaning. Prabu Niwatakawaca akhirnya tewas dalam pertempuran
melawan Arjuna setelah noktah belang yang berada dilangit-langit mulutnya terkena
pusaka panah Pasopati yang dengan bantuan Dewi Supraba dapat mengetahui
rahasia hidup mati Prabu Niwatakawaca.

120

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PALASARA

PALASARA adalah putra tunggal Bambang Sakri,
dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Sati, putri
Prabu Partawijaya, raja negara Tabelasuket. Ia
diberi nama Palasara oleh kakeknya, Resi
Manumayasa, yang berarti ; senjata yang ampuh.
Nama tersebut merupakan anugrah Sanghyang
Jagadnata yang disampaikan oleh Sanghyang
Narada.
Sejak kecil Palasara tekun bertapa dan
mempelajari ilmu pengobatan. Wataknya halus,
penuh semangat, pendiam, cinta dan kasih
kepada sesama makluk. Ia memiliki ilmu
kesaktian yang dapat menciptakan apa saja
sesuai yang dikehendaki. Ketekunannya bertapa
pernah diuji oleh Dewata yang beralih rupa
menjadi sepasang burung pipit yang bersarang
dan menetas di kepalanya, yang menjadi sarana
ia bertemu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu
Basuketi, raja Wirata. Saat itu Dewi Durgandini sedang melakukan ruwat ngrame
untuk mengobati penyakitnya, menjadi pendayung perahu di Sungai Gangga dengan
nama Dewi Lara Amis.
Dengan kesaktiannya Palasara berhasil menyembuhkan penyakit Dewi Durgandini.
Mereka kemudian kawin dan berputra seorang lelaki yang diberi nama Abiyasa.
Palasara kemudian menciptakan negara baru Gajahoya, sedangkan prajurit dan
rajyatnya diciptakan dari semua mahluk yang hidup di hutan tersebut. Palasara dan
Dewi Durgandini juga mempunyai 6 (enam) orang putra angkat yang tercipta dari
mala penyakit Dewi Durgandini dan pecahan perahunya, yaitu ; Dewi Ni Yutisnawati,
Setatama, Gandawana, Rajamala, Kecakarupa dan Rupakenca.
Atas keluhuran budinya, Palasara merelakan Dewi Durgandini diperistri Prabu
Santanu, raja Astina. Ia kemudian membawa Abiyasa kembali ke pertapaan Retawu.
Ia meninggal dalam usia lanjut di pertapaan Srungga, masih dalam kawasan gunung
Saptaarga.

121

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PALUPI

Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi
Palupi atau Dewi Ulupi adalah putri tunggal
Bagawan Jayawilapa di pertapaan Yasarata.
Dewi Ulupi seorang putri cantik jelita, luhur
budinya, bijaksana, sabar, cinta kasih terhadap
sesama, setia dan sangat bebakti baik terhadap
suami maupun orang tuanya.

Dewi Palupi menikah dengan Raden Arjuna satria
Pandawa. Pertemuannya terjadi tatkala Arjuna
yang dalam keadaan pinsan jatuh di pertapaan
Yasarata dari udara. Ketika itu Arjuna sedang
diminta bantuannya oleh Dewata untuk mengusir
Prabu Pracona dan patihnya Sakipu dari negara
Gilingwesi yang sedang mengamuk di Suralaya
akibat lamarannya ingin memperistri Dewi
Gagarmayang ditolak Bathara Guru. Arjuna yang
kalah dalam peperangan dalam keadaan tak
sadarkan diri tubuhnya dilempar ke angkasa oleh
Prabu Pracona melayang-layang dan akhirnya jatuh di pertapaan Yarasata.

Dari perkawinannya dengan Arjuna Dewi Ulupi memperoleh seorang putra lelaki yang
berwajah sangat tampan dan diberi nama Bambang Irawan. Dewi Ulupi sangat kasih
dan sayang terhadap putranya. Sejengkalpun tak pernah berpisah. Ia baru berpisah
dengan Bambang Irawan menjelang pecah perang Baratayudha. Irawan pergi ke
Amarta untuk menemui ayahnya, Arjuna karena ingin mengabdikan diri pada keluaga
Pandawa dalam perang melawan keluarga Kurawa. Itulah perpisahan pertama dan
terakhir Dewi Ulupi dengan putranya karena Bambang Irawan tewas dalam
pertempuran melawan Ditya Kalasrenggi, raja raksasa negara Gowabarong pada
awal pecah perang Baratayuda.

PANCARESI

SANGHYANG PANCARESI adalah putra sulung dari enam bersaudara putra
Sanghyang Wening/ Sanghyang Darmajaka dangan Dewi Sikandi. Kelima orang
saudara kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Narada, Canghyang
Caturkana, Sanghyang Triyarta, Sanghyang Drermana dan Dewi Dremani yang
menjadi istri Sanghyang Tunggal.

Sanghyang Pancaresi sangat sakti dan berwatak penyabar. Karena itu ia disebut pula
sebagai dewa lambang kejayaan, kebaktian dan kemanusiaan. Ia bertugas memberi
petunjuk, fatwa, anugrah dan perlindungan serta pertolongan kepada umat di
Arcapada. Karena itu Sanghyang Pancaresi sering menjadi tumpuhan pemujaan dan
persembahan umat arcapada yang ingin mendapatkan kejayaan dan kemuliaan
dalam hidupnya.

Pada jaman Lokapala Sanghyang Pancaresi pernah menitis pada Resi Dewasana
putra dari Bathara Dewanggana yang hidup sebagai pertapa untuk memberi wejangan
baik kepada golongan sura (manusia) ataupun asura (raksasa) tentang ajaran
kepemimpinana yang diilhami kebesaran dan keseimbangan alam dan seluruh isinya.
Sedangkan pada jaman Mahabharata, Sanghyang Pancaresi pernah menitis pada
Resi Padmanaba, pertapa sakti di pertapaan Untarayana yang pernah menjadi guru
Sri Kresna dan Arjuna. Juga pernah menitis pada Resi Seta, putra Prabu Matswapati

122

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

raja Wirata, yang hidup sebagai pertapa di pertapaan Cenarasewu dan memberikan
Aji Narantaka kepada Gatotkaca.

PANCATNYANA

DITYA PANCATNYANA adalah patih negara Surateleng pada masa pemerintahan
Prabu Narakasura. Selain sakti, ia juga cerdik dan mahir dalam tata gelar perang.
Ketika Prabu Narakasura tewas dalam peperangan melawan Bambang Sitija, putra
Prabu Kresna, raja negara Dwarawati dengan Dewi Pretiwi, dan Bambang Sitija
menjadi raja Surateleng, Pancatnyana tetap menduduki jabatan patih.

Pancatnyana pula yang mengatur strategi perang dan menghancurkan angkatan
perang negara Prajatisa di bawah pimpinan Prabu Bomantara yang menyerang
negara Surateleng. Prabu Bomantara tewas dalam peperangan melawan Prabu
Sitija/Narakasura. Ketika negara Prajatisa disatukan dengan Surateleng, kekuasaan
Pancatnyana semakin besar, ia menjadi patih Surateleng/Prajatisa dan orang
kepercayaan Prabu Bomanarakasura (nama gelar Bambang Sitija setelah menjadi
raja Surateleng dan Prajatisa).

Akhir riwayatnya diceritakan, Pancatnyana tewas dalam peperangan melawan Prabu
Gatotkaca, raja negara Praiggandani dalam peristiwa persengketaan hutan
Tunggarana.

PANCAWALA

PANCAWALA dalam cerita pedalangan Jawa
dikenal sebagai putra tunggal Prabu
Yudhistira/Puntadewa raja negara Amarta dengan
Dewi Drupadi, putri sulung Prabu Drupada
dengan Dewi Gandawati dari negara Pancala.
Sebagai putra mahkota negara Amarta, ia sangat
dimanja oleh orang tuanya. Pancawala
mempunyai perwatakan ; halus , tenang,
pemberani, baik tingkah lakunya dan sangat
berbakti.

Pancala menikah dengan Endang Pregiwati, adik
kembar Endang Pregiwa, istri Gatotkaca. Mereka
masih bersaudara sepupu karena Endang
Pregiwati adalah putra Arjuna, adik Prabu
Puntadewa, dengan Dewi Manuhara, putri
Bagawan Sidik Wacana dari pertapaan Andong
Sumiwi.

Pada waktu berlangsungnya perang
Bharatayuda, Pancawala ikut pula terjun ke medan peperangan. Ia meninggal setelah
berakhirnya perang Bharatayuda, tewas dibunuh oleh Aswatama, putra Resi Drona
dengan Dewi Krepi, yang menyeludup masuk ke dalam Istana Astina dalam upaya
membunuh bayi Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari.

123

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PANDU

PANDU adalah putra Prabu

Kresnadwipayana/Bagawan Abiyasa, raja negara

Astina dengan permaisuri kedua Dewi

Ambiki/Ambalika, putri Prabu Darmahambara

dengan Dewi Swargandini dari negara Kasi. Ia

mempunyai saudara lain ibu, yaitu ; Drestarasta

dan Yamawidura. Ia naik tahta kerajaan Astina

menggantikan ayahnya, yang kembali

kepertapaan Retawu hidup sebagai brahmana.

Pandu mempunyai istri 2 (dua) orang. Pertama,
Dewi Kunti/Dewi Prita, putri Prabu Basukunti
dengan Dewi Dayita, dari negara Mandura, dan
berputra tiga orang, yaitu ; Puntadewa,
Bima/Werkudara dan Arjuna. Istri kedua bernama
Dewi Madrim, Putri Prabu Mandrapati dari negara
Mandaraka, dan berputra kembar 2 (dua) orang,
yaitu ; Pinten/Nakula dan Tansen/Sadewa.

Pandu banyak jasanya kepada Dewata dan
Suralaya. Ia mendapat anugrah pusaka Hrudadali, Minyak/Lenga Tala dan gelar
Dewanata. Tapi Pandu dua kali melanggar ketentuan Dewata. Pertama, membangun
taman Kadilengleng istana Astina, dengan mengambil pola Taman Tejamaya di
Suralaya tanpa seijin Sanghyang Manikmaya. Kedua, karena menuruti keinginan
Dewi Madrim, ia berani meminjam lembu Andini, kendaraan Bathara Guru.

Pandu meninggal dalam usia muda karena kutukan Resi Kimindana. Dengan amanat
Bagawan Abiyasa, negara Astina dipercayakan kepada Drestarasta dengan syarat
diserahkan kembali kepada putra-putra Pandu setelah mereka dewasa.

PANYARIKAN

BATHARA PANYARIKAN adalah putra
Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang
Taya, adik Sanghyang Wenang. Ia mempunyai
saudara kandung bernama Bathara Darma yang
dikenal sebagai dewa keadilan. Bathara
Panyarikan mempunyai suatu keahlian yang tidak
dimilki para dewa lainnya, yaitu tulisannya sangat
bagus serta pandai menulis cepat.

Bathara Panyarikan memiliki daya ingatan yang
sangat tajam. Apa saja yang pernah didengar dan
dilihatnya akan selalu diingatnya dengan baik.
Selain itu ia juga pandai menyimpan rahasia.
Oleh Bathara Guru, Bathara Panyarikan
ditugaskankan sebagai juru tulis kadewatan.
Mencatat dan mendukumentasikan semua hasil
persidangan dan keputusan yang telah diambil
para dewa.

Menjelang pecah perang Bharatayudha di tegal
Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa, Bathara Panyarikan

124

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

mempunyai tugas dan peranan yang sangat penting. Bersama Bathara Kuwera, ia
ditugaskan mencatat hasil sidang para dewa yang memutuskan lawan-lawan yang
akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda, serta rahasia kematian setiap
senapati perang, baik yang berpihak pada keluarga Pandawa maupun berpihak pada
keluarga Kurawa.

Sebagaimana para dewa lainnya, karena berwujud akyan/badan halus, maka hidup
Bathara Panyarikan bersifat abadi.

PARAMESWARA

SANGHYANG PARAMESWARA dikenal pula dengan nama Sanghyang Pracetas.
Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Sanghyang Parameswara termasuk satu dari delapam
dewa yang lahir dari ―Antiga Mahadwipa‖ berujud sebuah telur ajaib. Ketujuh dewa
lainnya adalah Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru,
Sanghyang Stanu, Sanghyang Manu, Sanghyang Ka dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Parameswara sangat sakti namun berwatak penyabar dan memilki sifat
murah hati. Karena itu ia dikenal sebagai dewa lambang kemulian dan kejayaan dan
menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin
mendapatkan kemuliaan dan kejayaan dalam hidupnya.

Sanghyang Parameswara adalah dewa yang telah menganugrahkan Ilmu Sanjiwani
kepada Resi Sukra, seorang brahmana sakti yang karena ketekunannya bertapa
memujanya selama l.000 tahun. Ilmu Sanjiwani merupakan mantra sakti yang dapat
menghidupkan orang yang sudah mati, walau telah menjadi abu sekalipun.

Sanghyang Parameswara juga pernah menganugrahkan Ajian ―Putergiling‖ kepada
Sukasrana, raksasa kerdil putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar. Dengan
mantra Ajian ―Putergiling‖ inilah Sukasrana berhasil memindahkan Taman Sriwedari,
taman milik Bathara Wisnu dari kahyangan Untarasegara ke kerajaan Maespati
sebagai persyaratan Bambang Sumantri, kakaknya dapat diterima mengabdi pada
Prabu Arjunasasrabahu.

PARIKENAN

BATHARA PARIKENAN atau Bambang

Parikenan adalah putra Bathara

Brahmanaresi/Bremani (pedalangan jawa)

dengan Dewi Srihuna/Srihunon, putri Sanghyang

Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia

mempunyai dua orang saudara seibu lain ayah,

putra Dewi Srihuna dengan Bathara

Brahmanasadewa/Brahmanaraja, kakak kandung

Bathara Brahmanaresi, masing-masing bernama ;

Dewi Srini dan Dewi Satapi.

Sejak kecil Bambang Parikenan tinggal di
kahyangan Untarasagara dalam asuhan
Sanghyang Wisnu dan Dewi Sripujayanti, karena
ayahnya Bathara Brahmanaresi turun ke
Arcapada hidup sebagai brahmana di pertapaan
Paremana, pegunungan Saptaarga. Sedangkan
ibunya Dewi Srihuna tinggal di kahyangan
Daksinageni, kahyangannya Bathara Brahma.

125

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Bambang Parikenan menikah dengan saudara sepupunya sendiri, Dewi Bramaneki,
putri Prabu Basurata/Bathara Srinada raja negara Wirata dengan Dewi Bremaniyuta
(Bathara Srinada adalah putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati,
sedangkan Dewi Bremaniyuta adalah putri Bathara Brahma dengan Dewi Rarasyati).
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama
; Dewi Kanika. Kariyasa/Resi Manumayasa, Resi Manobawa dan Resi Paridarma.
Resi Manumayasa kelak turun ke Arcapada membuat pertapaan di puncak Retawu,
gunung Saptaarga, menikah dengan Dewi Kaniraras, turun-temurun menurunkan
keluarga Pandawa dan Kurawa.

PARIKESIT

PARIKESIT adalah putra Abimanyu/Angkawijaya
satria Plangkawati dengan permaisuri Dewi Utari,
putri Prabu Matswapti dengan Dewi Ni
Yustinawati dari negara Wirata. Ia seorang anak
yatim, karena ketika ayahnya gugur di medan
perang Bharatayuda, ia masih dalam kandungan
ibunya. Parikesit lahir di istana Astina setelah
keluarga Pandawa boyong dari Amarta ke Astina.

Parikesit naik tahta negara Astina menggantikan
kakeknya Prabu Karimataya, nama gelar Prabu
Yudhistira setelah menjadi raja negara Astina. Ia
berwatak bijaksana, jujur dan adil.

Prabu Parikesit mempunyai 5 (lima) orang
permasuri dan 8 (delapan) orang putra, yaitu ;
1. Dewi Puyangan, berputra ; Ramayana dan
Pramasata
2. Dewi Gentang, berputra ; Dewi Tamioyi
3. Dewi Satapi/Dewi Tapen, berputra ; Yudayana
dan Dewi Pramasti
4. Dewi Impun, berputra ; Dewi Niyedi
5. Dewi Dangan, berputra ; Ramaprawa dan Basanta.

Dalam kitab Adiparwa, akhir riwayatnya diceritakan : Prabu Parikesit meninggal
karena digigit Naga Taksaka sesuai dengan kutukan Brahmana Granggi yang merasa
sakit hati karena Prabu Parikesit telah mengkalungkan bangkai ular hitam di leher
ayahnya. Bagawan Sarmiti.

PARTAWIJAYA

PRABU PARTAWIJAYA adalah raja negara Tabelasuket. Permaisurinya bernama
Dewi Pratini. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh serang putri tunggal yang diberi
nama Dewi Sati.

Karena kecintaannya terhadap putri tunggalnya, Prabu Partawijaya pergi
meninggalkan negara Tabelasuket, berkelana mencari seorang satria yang bentuk
dan perawakannya sesuai dengan gambaan mimpi Dewi Sati, karena satria itulah
yang oleh Dewa telah dijodohkan dengan putrinya. Prabu Partawijaya akhirnya dapat
bertemu dengan Bambang Sakri, putra Resi Sakutrem dengan Dewi Nilawati dari
pertapaan Retawu yang saat itu sedang berkelana di tengah hutan. Dalam suatu
peperangan, Pabru Partawijaya berhasl mengalahkan Bambang Sakri dan

126

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

memboyongnya ke negara Tabelasuket untuk dijodohkan dengan Dewi Sati. Dari
perkawinan itu lahir seorang putra yang diberi nama Palasara.

Dalam masa pemerintahannya, negara Tabelasuket pernah terserang pagebluk
.Rakyatnya dilanda berbagai macam penyakit, kekeringan yang berkepanjangan yang
mengakibatkan kekurangan pangan dan timbulnya bahaya kelaparan. Untuk
mengatasinya, Prabu Patawijaya bermaksud pergi ke pertapaan Retawu meminta
pertolongan Resi Manumayasa. Namun perjalannya nyasar ke padepokan Resi
Dwapara seorang guru besar di Atasangin, yang bersedia menolongnya dengan
syarat Prabu Partawijaya dapat membunuh Resi Manumayasa. Prabu Partawijaya
kemudian menyerang padepokan Retawu, tapi dapat dikalahkan oleh Resi Sakutrem.
Karena peristiwa itulah ia akhirnya dapat bertemu dan bekenalan dengan ayah dari
menantunya sendiri, Bambang Sakri.

PETRUK

PETRUK dikenal pula dengan nama Dawala,
Kantongbolong, Dublajaya dan Pentungpinanggul.
Petruk lazim disebut sebagai anak Semar, masuk
dalam golongan panakawan. Sebelumnya ia
benama Bambang Pecrukpanyukilan, ,putra
Bagawan Salantara dari padepokan
Kembangsore. Ia sangat gemar bersendagurau,
baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan
senang berkelai.

Bamban Pecrukpanyukilan pergi berkelana untuk
menguji kesaktian. Di tengah jalan ia bertemu
dengan Bambang Sukskati , putra Resi Sukskadi
dari padepokan Blubluktba, yang pergi dari
padepokannya di atas bukit untuk mencoba
kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang
sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka
berkelai sangat lama, berhantam, bergumul, tarik-
menarik, tendang-menendang, injak-menginjak,
hingga tubuhnya menjadi penuh cacad dan beda sama sekali dari wujud aslinya yang
tampan. Perkelaian mereka berhenti setelah dilerai oleh Sanghyang Ismaya/Semar
dan Bagong.

Setelah diberi fatwa dan nasehat, Bambang Sukskati dan Bambang Pecrukpanyukilan
menyerahkan diri dan berguru kepada Semar, dan mengabdi kepada Sanghyang
Ismaya. Karena perubahan wujud tersebut, mereka masing-masing beganti nama,
Bambang Sukskati menjadi Nala Gareng, sedangkan Bambang Pecrukpanyukilan
menjadi Petruk.

Petruk menikah dengan Dewi Ambarawati, putri Prabu Ambararaya, raja Negara
Pandansurat yang didapatnya dengan melauli perang tanding mengalahkan para
pelamar lainnya, diantaranya : Kalagumarang, Prabu Kalawahana, raja raksasa di
Gowa Siluman. Perkawinannya berlangsung di pertapaan Girisarangan, salah satu
dari puncak gunung Saptaarga, dengan Resi Parikenan bertindak sebagai pemangku
perkawinan. Petruk berumur sangat panjang. Ia hidup sampai jaman Madya.

127

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PRABAKESA

ARYA PRABAKESA atau Prabakeswa
(Mahabharata) adalah putra ke-empat Prabu
Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani
dengan Dewi Hadimba. Ia mempunyai tujuh
saudara kandung, bernama; Arimba/Hidimba.
Dewi Arimbi, Brajadenta, Brajamusti,
Brajalamatan, Brajawikalpa dan Kalabendana.

Prabakesa mempunyai sifat dan perwatakan;
jujur, setia, berbakti dan teguh dalam pendirian. Ia
dan adik bungsunya, Arya Kalabendana
menentang rencana pemberontakan Brajadenta
dan tiga saudaranya yang akan merebut
kekuasaan dan tahta kerajaan Pringgandani dari
tangan Dewi Arimbi.

Ketika Gatotkaca naik tahta menjadi raja
Pringgandani mengantikan ibunya, Dewi Arimbi, Prabakesa diangkat menjadi patih
negara Pringgandani. Akhir riwayatnya diceritakan, gugur dalam perang Bharatayuda
bersama–sama Gatotkaca melawan Adipati Karna, raja negara Awangga.

PRABAKUSUMA

BAMBANG PRABAKUSUMA di dalam

pedalangan Jawa disebut dengan nama

Bambang Priyambada. Ia adalah putra Arjuna,

satria Pandawa putra Prabu Pandu, raja negara

Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, dengan

Dewi Supraba, putri Bathara Indra. Prabakusuma

lahir di Kahyangan Kainderan saat Arjuna

menjadi raja di Suralaya bergelar Prabu Kariti

sebagai anugerah Sanghyang

Jagadnata/Sanghyang Manikmaya atas jasanya

membunuh Prabu Niwatakawaca, raja raksasa

dari negara Manikmantaka.

Prabakusuma mempunyai sifat dan perwatakan;
halus, tenang, jatmika, baik tingkah lakunya,
besar tanggung jawabnya, juga ahli dalam ilmu
pengobatan. Ia mempunyai 13 orang saudara lain
ibu, yaitu; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras,
Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni,
Wilugangga, Bambang Irawan, Endang Pregiwa,
Endang Pregiwati, Wijarnaka, Antakawulan dan Bambang Sumbada.

Prabakusuma pernah menjadi penyelamat keluarga Pandawa. Ia berhasil merebut
kembali pusaka Jamus Kalimasada dari tangan si pencuri, Dewi Mustakaweni, putri
Prabu Niwatakawaca dari negara Manikmantaka, Dewi Mustakaweni kemudian
menjadi istri Prabakusuma.

Akhir riwayatnya diceritakan, Prabakusuma gugur pada awal perang Bharatayuda
bersama-sama dengan Sumitra, Wilugangga, Wijanarka dan Antakadewa saat
melawan Resi Bisma.

128

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PRABASINI

DEWI PRABASINI adalah bidadari keturunan
Sanghyang Triyarta. Ia mempunyai saudara
kembar yang bernama Dewi Gagarmayang yang
dipilih oleh Bathara Guru masuk dalam kelompok
Bidadari Upacara Suralaya yang terdiri dari tujuih
bidadari.

Dewi Prabasini pernah turun ke arcapada dan
menjadi istri Prabu Niwatakawaca, raja raksasa
dari negara Manikmantaka. Perjodohan ini terjadi
ketika Arya Nirbita, raksasa keturunan dari Prabu
Pracona --- raja negara Gowabarong yang tewas
dalam peperangan melawan Bambang
Tutuka/Gatotkaca di Suralaya --- , berhasil
menjadi raja di Negara Manikmantaka bergelar
Prabu Niwatakawaca, datang ke Suralaya minta
dijodohkan dengan Dewi Gagarmayang. Karena
para dewa merasa takut menghadapi Niwatakaca
yang sangat sakti setelah memiliki Aji Gineng
Sukaweda, sedangkan bidadari upacara tidak dipekenankan hidup di arcapada,
Bathara Guru kemudian melakukan penipuan, menyerahkan Dewi Prabasini yang
wajah dari bentuk tubuhnya persis sama dengan Dewi Gagarmayang, saudara
kembarnya, kepada Niwatakawaca. Beberapa tahun kemudian, ketika Niwatakawaca
menyadari bahwa yang diperistri bukan Dewi Gagamayang tetapi Dewi Prabasini,
saudara kembarnya, ia kembali lagi ke Suralaya untuk meminang Dewi Supraba.
Namun pinangannya itu ditolak Batahara Guru, dan Niwatakawaca akhirnya tewas
dalam peperangan melawan Arjuna.

PRABAWA

ARYA PRABAWA adalah putra patih Saragupita,
mangkubumi negara Mandura pada masa
pemerintahan Prabu Basudewa. Menurut
pedalangan (Jawa) Arya Prabawa disebutkan
sebabagi adik Patih Pragota. Sedangkan menurut
Mahabhrata, Arya Pragota adalah putra Ken
Sagupi dengan Arya Ugrasena/Prabu Setyajid,
raja negara Lesanpura.

Arya Prabawa mempunyai perawakan tinggi
besar dan gagah. Ia sangat ahli dalam ilmu
pemerintahan dan ketetanegaraan. Ketika
ayahnya meninggal, Arya Prabawa diangkat
sebagai patih dalam/urusan pemerintahan negara
Mandura dalam masa pemerintahan Prabu
Baladewa. Ia mendampingi Arya Pragota yang

menjabat sebagai patih luar.

Sesudah berakhirnya perang Bhratayuda, oleh Prabu Baladewa, Arya Prabawa diberi
wewenang penuh mengendalika roda pemeintahan negara Mandura. Hal ini karena
Prabu Baladewa yang telah bergelar Resi Balarama, lebih banyak tinggal di negara
Astina sebagai pengasuh dan penasehat utama Prabu Parikesit.

129

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Akhir riwayat Arya Prabawa diceritakan; Ia ikut tewas dalam peristiwa perang gada
sesama wangsa Yadawa, yang menewaskan seluruh keluarga wangsa Yadawa,
Andaka dan Wresni, anak keturunan Pabu Yadu, pendiri negara Mandura dan cikal-
bakal wangsa Yadawa.

PRACONA

PRABU PRACONA adalah raja raksasa dari negara Tasikwaja, atau sering pula
disebut negara Gilingwesi. Konon ia masih keturunan Prabu Jonggirupaksa raja
negara Jonggarba. Ia sangat sakti, berwatak angkara murka, bengis dan selalu ingin
benarnya sendiri.

Prabu Pracona ingin mempunyai isteri seorang bidadari. Ia kemudian mengutus
patihnya, Detya Sakipu pergi ke Suralaya meminang/melamar Dewi Gagarmayang.
Karena lamarannya ditolak Bathara Guru, Prabu Pracona dan Sakipu mengamuk di
Suralaya, mengalahkan semua para Dewa.

Atas keputusan Bathara Guru, Bambang Tetuka/Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dari
negara Pringgandani dengan Bima/Werkudara yang waktu itu belum berumur
sepekan, dipinjam ke Suralaya sebagai jago kadewatan melawan Prabu Pracona dan
Kasipu.

Prabu Pracona dan Patih Sakipu akhirnya tewas dalam peperangan melawan
Bambang Tetuka yang sebelunya telah dimasukan kedalam kawah Candradimuka,
diaduk dengan segala macam senjata milik para Dewa.

PRAGOTA

ARYA PRAGOTA konon adalah putra Arya
Ugrasena yang setelah naik tahta negara
Lesanpura bergelar Prabu Setyajid, dengan Ken
Sagupi, seorang swarawati Keraton Mandura.
Setelah Ken Sagupi dikawinkan dengan
Antagopa, seorang gembala dan tinggal di
kabuyutan Widarakanda/Widarakandang, Arya
Pragota dianggap sebagai putra Ken Sagupi
dengan Antagopa.

Arya Pragota mempunyai adik kandung bernama
Arya Adimanggala yang menjadi patih Adipati
Karna di negara Awangga. Selain itu dari garis
keturunan Arya Ugrasena, ia mempunyai dua
orang saudara bernama; Dewi Setyaboma (istri
Prabu Kresna) dan Arya Setyaki. Sedangkan dari garis keturunan ibunya, Ken Sagupi,
selain Arya Adimanggala ia mempunyai dua orang saudara, yaitu; Arya Udawa, putra
Ken Sagupi dengan Prabu Basudewa, dan Dewi Rarasati/Larasati, putri Ken Sagupi
dengan Arya Prabu Rukma.

Arya Pragota mempunyai perawakan tinggi besar dan gagah. Suaranya lantang,
senang bergurau, kalau bicara disudahi dengan gelak tawa yang berderai. Ia menjadi
patih negara Mandura mendampingi Prabu Baladewa.

Akhir riwayatnya diceritakan; Arya Pragota tewas dalam peristiwa perang gada antara
keluarga sendiri Trah Yadawa, Wresni dan Andaka, setelah selesainya perang
Bharatayuda.

130

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PRAHASTA

PRAHASTA adalah putra Prabu Sumali, raja
raksasa negara Alengka dengan Dewi Desidara.
Ia mempunyai kakak kandung bernama Dewi
Sukesi yang menjadi istri Resi Wisrawa dari
pertapaan Girijembatan, wilayah negara
Lokapala.

Prahasta berwatak; jujur, setia dan penuh
pengabdian. Ia sesungguhnya putra mahkota
negara Alengka. Tetapi karena ia takut dengan
kesaktian yang dimiliki Rahwana, putra Dewi
Sukesi dengan Resi Wisrawa, Prahasta
merelakan tahta negara Alengka oleh ayahnya
diberikan kepada Rahwana dan dia bersedia
menduduki jabatan patih.

Ketika pecah perang Alengka, Prahasta maju
sebagai senapati perang setelah gugurnya Dewi Sarpakenaka. Tak terhitung jumlah
balatentara kera Prabu Rama yang mati oleh keganasan Prahasta. Anila patih negara
Kiskenda akhirnya maju menghadapi keperkasaan Prahasta, dengan siasat perang
menghindar, mundur dan balas menyerang. Prahasta terus mengejar Anila, hingga
pertempuran sampai di tepi hutan.

Anila yang hampir terjebak tiba-tiba melihat sebuah patung batu. Dengan
mengerahkan seluruh tenaganya patung itu diangkatnya dan dihantamkan ke kepala
Prahasta. Prahasta tewas seketika dengan kepala hancur bersamaan dengan
pecahnya tugu tersebut. Kiranya tugu itu adalah penjelmaan Dewi Indradi, ibu dari
Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa yang terkena kutuk Resi Gotama, suaminya sendiri.

PRAJAPATI

Menurut kitab ―Mahabharata‖ , SANGHYANG PRAJAPATI termasuk satu dari delapan
dewa yang lahir ―Antiga Nahadwipa‖ yang berujud sebuah telur ajaib. Ketujuh dewa
lainnya adalah Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Stanu,
Sanghyang Manu, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas atau Sanghyang
Parameswara dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Prajapati sangat sakti dan memiliki perwatakan keras hati. Ia juga dikenal
sebagai dewa perang karena menguasai berbagai ilmu kesaktian serta menguasi
berbagai tata gelar perang. Bersama Sanghyang Sutaguru dan Sanghyang
Senggana, Sanghyang Prajapati selalu menjadi senapati perang para dewa apabila
Suralaya mendapat serbuan dari golongan asura (para raksasa).

Karena kesaktiannya dan sifatnya yang keras hati dan cenderung berangasan,
Sanghyang Prajapati sering menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat
arcapada yang ingin mendapatkan kejayaan dan kemuliaan dalam hidupnya, terutama
dari golongan raksasa. Sanghyang Prajapati juga pernah turun ke arcapada menitis
pada Prabu Nagapaya, raja rakssa dari negara Kiskenda, yang menyerang Suralaya
karena ingin memperistri Dewi Supraba, tapi tewas dalam peperangan melawan
Prabu Pandudewanata dari Astina.

Sanghyang Prajapati kemudian kembali menitis pada Prabu Kalaruci. Merasa sangat
sakti raja raksasa negara Karanggubarja ini datang ke Suralaya untuk meminang
Dewi Wersini, seorang bidadari keturunan Sanghyang Pancaresi, yang waktu itu telah

131

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

diperjodohkan dengan Arya Ugrasena, putra ke-empat Prabu Basukunti, dari negara
Mandura, namun akhirnya tewas dalam peperangan melawan Prabu Pandudewanata.

PRAMEYA

PRAMEYA atau Kapi Sarpacita (Mahabharata) adalah wanara/kera ahli selam. Ia
tercipta dari hasil pemujaan Bathara Waruna. Prameya dapat berbicara dan beradat-
istiadat seperti manusia Oleh Bathara Waruna, Prameya disuruh mengabdi pada
Ramawijaya di Pesanggrahan Maliawan. Ia kemudian menjadi salah satu senapati
perang balatentara kera kerajaan Kiskenda di bawah pimpinan Prabu Sugriwa

Premeya mempunyai andil yang sangat besar dalam menyelamatkan pembuatan
tambak/jembatan penyeberangan di atas laut untuk jalan menyeberang jutaan laskar
kera ke negara Alengka. Ia berhasil menyelidiki dan menangkap Yuyurumpung,
raksasa berkepala ketam/yuyu, punggawa Prabu Dasamuka yang mendapat tugas
mengagalkan pembuatan tambak. Dengan ekornya, Prameya berhasil menarik tubuh
Yuyurumpung ke daratan. Yuyurumpung akhirnya mati dalam pertempuran melawan
Kapimenda.

Setelah berakhirnya perang Alengka, seperti halnya wanara lainnya, Prameya tidak
dapat diketahui akhir hidupnya.

PRAMUJABAHU

PRAMUJABAHU dikenal pula dengan nama Kapi Sarpacita. adalah salah seorang
senapati wadya wanara/kera kerajaan Kiskenda, balatentara Prabu Sugriwa, yang
membantu Sri Rama menyerang dan menggempur Negara Alengka.

Di dalam lakon ―Rama Tambak‖ dikisahkan, ketika balatentara wanara/kera laskar
Ramawijaya sedang membuat tanggul untuk jembatan penyeberangan angkatan
perangnya ke Alengka, Yuyurumpung, raksasa berkepala gudul yang bertugas
menjaga perairan Alengka, mengganggu pembuatan jembatan itu dengan
meruntuhkan dasar tanggul. Akibatnya, berkali-kali wadya wanara membangun
tanggul, sekian kali pula tanggul runtuh oleh perbuatan Yuyurumpung.

Apa yang diperbuat oleh Yuyurumpung, akhirnya dapat diketahui oleh Pramyjabahu
yang sedang melakukan penyelidikan. Perang seru terjadi. Pramujabahu yang
terdesak, dalam satu kesempatan dapat melilit tubuh Yuyurumpung dengan ekornya
dan menariknya ke dataran. Akhirnya Yuyurumpung mati dalam pertempuran dengan
kepala hancur.

PRAMUSINTA

BAMBANG PRAMUSINTA adalah putra Nakula, salah satu dari lima satria Pandawa,
putra Prabu Pandu, raja negara Astina dari permaisri Dewi Madrim, putri negara
Manadaraka (adik Prabu Salya/Narasoma). Ibunya bernama Dewi Suyati, putri Prabu
Kridakerata, raja negara Awuawulangit. Bambang Pramusinta mempunyai seorang
adik kandung benama Dewi Pramuwati. Ia juga mempunyai saudara seayah lain ibu,
putri Dewi Srengganawati dari negara Gisiksamodra/Ekapratala bernama Dewi
Sritanjung.

Pramusinta mempunyai sifat dan perwatakan: pemberani, jujur, setia, taat, belas kasih
dan selalu memegang teguh keperwiraannya. Sejak kecil ia dan adiknya, Dewi
Pramuwati tinggal di negara Awuawulangit dalam asuhan kekeknya, Prabu
Kridakerata. Pranusinta tidak ikut teuun ke medan perang Bharatayuda, karena ketika

132

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

terjadi perang Kurusetra tersebut, ia masih kecil dan belum layak terjun ke medan
peperangan.

Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Pramusinta banyak mewakili tugas
ayahnya, Prabu Nakula sebagai raja negara Mandaraka. Hal ini karena Nakula, lebih
banyak tinggal di negara Astina, karena kedudukannya sebagai patih Prabu
Kalimataya/Yudhistira. Setelah Prabu Nakula mati moksa bersama pinisepuh
Pandawa lainnya, Bambang Pramusinta dinobatkan sebagai raja negara Mandaraka.

Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Pramusinta meninggal dalam usia lanjut, saat
mana cerita wayang mulai memasuki Jaman Madya.

PRATALAMARYAM

PRATALAMARIYAM dalam cerita pedalangan Jawa dikenal pula dengan nama
Bukbis. Ia putra Prabu Dasamuka, raja negara Alengka dengan Dewi Urangrayung
putri Bagawan Minalodra dari negara Kandabumi. Pratalamariyam mempunyai
mempunyai beberapa orang saudara seayah lain ibu masing-masing bernama :
Indrajid/Megananda, dari ibu Dewi Tari, Trisirah, Trimuka dari ibu Dewi
Wisandi,Yaksadewa dan Trimurda.Ia juga mempunyai saudara se ibu lain ayah
bernama Trihangga/Trigangga, putra Dewi Urangayung dengan Anoman.

Pratalamariyam sangat sakti. Ia memiliki pusaka bernama Topengwaja, yang
berkesaktian; siapa saja yang dipandang dengan mata topeng itu akan terbakar
hangus. Pada waktu pecah perang Alengka, atas perintah Prabu Dasamuka,
Pratalamariyam dengan dibantu Trihangga berhasil menculik Prabu Rama dan
Laksamana yang di masukkan ke dalam Kendaga dan diberikan kepada Prabu
Dasamuka. Kendaga berisi Prabu Rama dan Laksamana kemudian direbut kembali
oleh Trihangga setelah Trihangga mengetahui bahwa ia putra kandung Anoman.

Perang seru terjadi antara Pratalamariyam dengan Trihangga. Akhirnya atas petunjuk
Arya Wibisana, Anoman dapat membinasakan Pratalamariyam dengan menggunakan
senjata kaca Raksa. Tubuh Pratalamariyam hangus terbakar oleh pantulan
pandangan mata Topengwaja, pusakanya sendiri.

PRATIPA

PRATIPA adalah putra Prabu Bhimasena, raja
negara Astina dengan Dewi Kumari. Ia
merupakan keturunan ke-33 Bathara Darma, dan
menjadi raja ke-24 negara Astina.

Prabu Pratipa kawin dengan Dewi Sumanda. Ia
dikaruniai seorang putra yang diberi nama
Santanu, yang diyakini sebagai titisan/reinkarnasi
Bathara Mahabhima yang karena kutukan
Bathara Brahma menjelma menjadi manusia.

Merasa usianya sudah lanjut, Prabu Pratipa
menyerahkan tahta kerajaan Astina kepada
Santanu. Ia kemudian hidup sebagai brahmana
sampai akhir hayatnya. Namun demikian ia telah
memenuhi janjinya, menikahkan putranya,
Santanu dengan Dewi Gangga/Dewi Jahnawi,
wanita yang ditemuinya tatkala ia bertapa di Sungai Gangga.

133

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PRATIPEYA

PRABU PRATIPEYA adaklah raja negara Swandapura. Ia berperawakan sedang,
berpenampilan tegap dan gagah. Prabu Pratipeya sangat sakti. Memiliki sifat dan
perwatakan ; pemberani, keras hati dan selalu menurutkan kata hati.Ia juga mahir
dalam olah keprajuritan, khsusunya mempergunakan senjata panah.
Prabu Pratipeya masih keturunan Prabu Kalaruci, raja negara Paranggubarja. Prabu
Kalaruci tewas dalam peperangan melawan Prabu Pandu, ayah keluarga Pandawa,
dalam memperebutkan Dewi Wersini, bidadari Suralaya keturunan Sanghyang
Pancaresi yang telah dijodohkan dengan Arya Ugrasena, putra Prabu Basukunti, raja
Mandura.
Karena dendamnya terhadap keluarga Pandawa, ketika pecah perang Bharatayuda,
Prabu Pratipeya membela keluarga Kurawa. Ia terjun ke medan perang setelah
gugurnya Resi Bisma. Bersama dengan Prabu Sumarma, raja negara Trigardapura,
secara curang ia menyerang kubu pertahanan keluarga Pandawa di Randuwatangan.
Akhirnya Prabu Pratipeya tewas dalam peperangan melawan Arjuna oleh panah
Hrudadali.

PRATIWI

DEWI PRATIWI adalah putri Prabu Nagaraja, raja
di kerajaan Sumur Jalatunda. Ia mempunyai adik
kandung bernama Bambang Pratiwanggana.
Dewi Pratiwi sesungguhnya istri Bathara Wisnu,
Dewa keadilan dan kesejahteraan.
Ketika Bathara Wisnu turun ke Mancapda dan
menitis pada Narayana/Prabu Kresna. Dewi
Pratiwi ikut menjadi isteri Prabu Kresna. Kedua
putranya, yaitu : Bambang Sitija dan Dewi Siti
Sundari, juga ikut turun sebagai putra Prabu
Kresna. Bambang Sitija menjadi raja di negara
Surateleng dan bergelar Prabu Bomanarakasura.
Sedangkan Dewi Siti Sundari menjadi isteri
Abimanyu atau Angkawijaya, putra Arjuna dengan
Dewi Sumbadra.
Dewi Pratiwi berwatak setia, jujur, penuh belas
kasih, dan sangat berbakti. Ia sangat sakti dan
memiliki pusaka Cangkok Wijayamulya, yang kemudian diberikan kepada putranya,
Sitija.

134

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PREGIWA

ENDANG PREGIWA is the daughter of Arjuna,
one of Pandawa with Dewi Manuhara –the
daughter of Bagawan Sidik Wacana from
asceticism of Andong Sumiwi--. Endang Pregiwa
has a sister namely Endang Pregiwati, they were
twice. Pregiwa also has 14 (fourteen) half
brothers they were: Abimanyu, Sumitra,
Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa,
Kumalasakti, Wilugangga, Prabakusuma,
Wijanarka, antakadewa and Bambang Sumbada.

Since she was baby, Pregiwa and Pregiwati were
lives in asceticism of Andong Sumiwi with mother
and their grandfather. When they were adult,
Pregiwa and Pregiwati were living the asceticism
to gone to Manduraka to look for their father,
Arjuna.

Pregiwa has characters loyal, patience, nice and
good behavior. Pregiwa was married with Raden Gatotkaca, the king of Pringgondani
–as the son of Bima and Dewi Arimbi— it means her own cousin. From that marriage,
she got a son namely Arya Sasikirana.

PREGIWATI

ENDANG PREGIWATI adalah putri Arjuna, putra
Prabu Pandu raja negara Astina dari permaisuri
Dewi Kunti, dengan Dewi Manuhara, putri
Bagawan Sidik Wacana dari pertapaan Andong
Sumiwi. Ia mempunyai saudara kandung yang
merupakan kakak kembarnya bernama Endang
Pregiwa. Pregiwati juga mempunyai 12 orang
saudara lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra,
Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa,
Kumalasakti, Wilugangga, Prabakusuma,
Wijanarka, Antakadewa dan Bambang Sumbada.

Sejak kecil Endang Pregiwati dan kakaknya,
Pregiwa tinggal di pertapaan Andong Sumiwi
bersama ibu dan kakeknya. Baru setelah remaja
ia dan Pregiwa pergi ke Madukara untuk
menemui ayahnya, Arjuna.

Pregiwati memiliki sifat dan perwatakan; setia, jujur, sabar dan jatmika (selalu dengan
sopan santun), menarik hati/merakati dan mudah tersinggung. Pregiwati menikah
dengan Raden Pancawala, putra Prabu Puntadewa, raja negara Amarta dengan Dewi
Drupadi yang berarti masih saudara sepupu sendiri.

PUJAWATI

DEWI PUJAWATI adalah putri tunggal Bagawan Bagaspati brahmana raksasa dari
pertapaan Argabelah, dengan Dewi Darmastuti, seorang hapsari/bidadari. Ia menikah

135

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

dengan Narasoma/Prabu Salya, putra sulung Prabu Mandrapati dengan Dewi
Tejawati dari negara Mandaraka.
Perkawinan Dewi Pujawati dengan Narasoma/Prabu Salya dikarunia lima orang putra,
masing-masing bernama; Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Dewi Banowati, Arya
Burisrawa dan Bambang Rukmarata. Dewi Pujawati berwatak; jujur, setia, sabar,
penuh belas kasih dan sangat berbakti terhadap suami. Karena kesetiaanya terhadap
suaminya itulah maka oleh Prabu Salya namanya diganti menjadi Dewi Setyawati.
Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Pujawati/Setyawati mati bunuh diri, ikut bela pati
sebagai rasa cinta dan baktinya terhadap suamiya, Prabu Salya yang gugur di medan
perang Bharatayuda.

PULASTA

RESI PULASTA adalah putra Resi Wasista,
keturunan Bathara Sambodana, putra Bathara
Sambu. Ayahnya, Resi Wasista merupakan kakak
kandung Prabu Danurdana, raja negara
Lokapala. Resi Pulasta menikah dengan Dewi
Padmarini, seorang hapsari dan mempunyai
seorang putra bernama Supadma/Resi Supadma
yang menjadi brahmana di pertapaan
Hargajembatan.
Resi Supadma sangat tekun bertapa sehingga
menjadi sangat sakti. Memiliki sifat dan
perwatakan ; jujur, arif bijaksana dan suka
melucu. Ia merupakan makluk yang dicintai
Dewata, karenanya setelah usianya lanjut , Resi
Pulasta diangkat derajatnya menjadi dewa
bergelar Bathara Pulasta.
Resi Pulasta pernah menolong Prabu Dasamuka,
raja negara Alengka yang masih cucu buyutnya dari siksaan Prabu Arjunasasra, raja
negara Maespati. Ia menukar kebebasan Prabu Dasamuka dengan kesaktiannya
menghidupkan kembali para senapati perang dan prajurit Maespati yang tewas dalam
peperangan melawan prajurit Alengka. Pada saat berlangsungnya perang Alengka,
Resi Pulasta turun dari kahyangan menemui Kumbakarna yang akan maju ke medan
peperangan membela tanah leluhurnya dari serangan Prabu Rama dan laskar
keranya. Kepada Kumbakarna, Resi Pulasta memberikan wejangan tentang darma
bagi seorang satria.

136

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PUNTODEWO

PUNTADEWA adalah putra sulung Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti
dengan Dewi Dayita dari negara Mandura. Ia
mempunyai dua orang adik kandung masing-
masing bernama ; Bima/Werkudara dan Arjuna,
dan dua orang adik kembar lain ibu, bernama
Nakula/Pinten dan Sahadewa/Tansen, putra
Prabu Pandu dengan Dewi Madrim, putri Prabu
Mandrapati dari negara Mandaraka.

Puntadewa adalah titisan Bathara Darma. Ia
mempunyai watak; sabar, ikhlas, percaya atas
kekuasaan Tuhan, tekun dalam agamanya, tahu
membalas guna dan selalu bertindak adil dan
jujur. Ia juga terkenal pandai bermain catur.
Setelah Pandawa berhasil membangun negara
Amarta di hutan Mertani, Puntadewa dinobatkan
sebagai raja negara Amarta bergelar Prabu
Darmakusuma. Ia juga bergelar Prabu Yudhistira karena dalam tubuhnya menunggal
arwah Prabu Yudhistira, raja jin negara Mertani.

Prabu Puntadewa menikah dengan Dewi Drupadi, putri Prabu Drupada dengan Dewi
Gandawati dari negara Pancala, dan mempunyai seorang putra bernama Pancawala.
Prabu Puntadewa mempunyai pusaka kerajaan berwujud payung bernama Kyai
Tunggulnaga dan sebuah tombak bernama Kyai Karawelang.

Dalam perang Bharatayuda, Prabu Puntadewa tampil sebagai senapati perang
Pandawa, dan berhasil menewaskan Prabu Salya, raja negara Mandaraka. Sesudah
berakhirnya perang Bharatayuda, Prabu Puntadewa menjadi raja negara Astina
bergelar Prabu Karimataya / Kalimataya. Setelah menobatkan Parikesit, putra
Abimanyu dengan Dewi Utari sebagai raja negara Astina, Prabu Puntadewa
memimpin perjalanan moksa para Pandawa yang diikuti Dewi Drupadi.

PUROCANA

PUROCANA adalah patih Mangkubumi negara Astina di bawah pemerintahan prabu
Pandudewanata. Dengan demikian kekuasaannya di bawah patih utama, Arya
Gamdamana, putra Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala.

Selain ahli dalam tata pemerintahan dan kenegaraan, Purocana juga ahli dalam tata
bangunan. Ia seorang arsitek ulung. Sayangnya ia berwatak lilck dan culas, serta
berjiwa penjilat. Purocana ikut membantu Arya Sakuni merebut kedudukan patih
negara Astina dengan mencelakakan Arya Gandamana. Setelah Drestarasta menjadi
raja negara Astina menggantikan Prabu Pandu, Purocana tetap menjabat sebagai
patih Manmgkubumi dan menjadi orang keprcayaan Patih Sakuni.

Atas perintah Arya Sakuni, Purocana menjadi perencana dan palaksana
pembangunan "Rumah Damar" di hutan Wanayasa untuk membiunasakan keluarga
Pandawa. Akhirnya Purocana ikut mati terbakar dalam peristiwa kebakaran "Rumah
Damar" yang dibuatnya sendiri. Sedangkan keluarga Pandawa selamat berkat
terowongan yang dibuat Yamawidura.

137

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

PURU

PURU adalah putra bungsu dari tiga bersaudara putra Prabu Yayati, raja negara
Astina dari istri Dewi Sarmista, putri raja raksasa Prabu Wisaparwa. Dua saudaranya
yang lain adalah ; Druhyu dan Anu. Puru juga mempunyai dua orang saudara lain ibu,
putra Prabu Yayati dengan permaisuri Dewi Dewayani, putri Bagawan Sukra, yaitu ;
Yadu dan Turwasu.

Puru mendapat warisan hak atas tahta kerajaan astina karena kepatuhannya,
kecintaan dan kesetiaannya terhadap ayahnya. Tatkala Prabu Yayati terkena kutukan
Bagawan Sukra, mertuanya yang karena mengumbar hawa nafsu, menjadi lelaki
jompo yang renta, dengan iklas ia menyerahkan kemudaannya demi kebahagiaan
ayahnya. Masa muda Puru ditukar dengan kerentaan Prabu Yayati. Puru berubah
menjadi lelaki jompo tua renta, sedang Prabu Yayati berubah menjadi pemuda
perkasa.

Seribu tahun kemudian sesuai janjinya, Prabu Yayati menyerahkan kembali masa
kemudaan Puru. Puru menjadi muda kembali dan dinobatkan menjadi raja negara
Astina, sedangkan Prabu Yayati hidup sebagai brahmana.

Prabu Puru kawin dengan Dewi Kosalya, seorang hapsari/bidadari dari Suralaya, dan
memperoleh seorang putra yang diberi nama Janamejaya, yang setelah dewasa
menggantikan kedudukannya sebagai raja Astina.

PURWAGANTI

BAMBANG PURWAGANTI hanya dikenal dalam

cerita pedalangan Jawa. Ia putra Resi

Mayangkara/Anoman, kera putih yang menjadi

pertapa di pertapaan Kendalisada. Ibunya

bernama Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari

pertapaan Andonsumawi. Bambang Purwaganti

mempunyai saudara seayah lain ibu, putra Dewi

Urangrayung, putri Bagawan Minalodra dari

pertapaan Kandabumi, bernama

Trigangga/Trihangga yang berwujud manara

(manusia kera) berbulu putih.

Purwaganti adalah kesatria yang gagah berani,
cerdik pandai, tangkas, baik tingkah lakunya dan
selalu memegang teguh rasa keperwiraannya.
Purwaganti pernah menyelanmatkan keluarga
Pandawa/negara Amarta. Pada saat itu
Purwaganti yang sedang mencari ayahnya,
Anoman di perjalanan bertemu dengan Prabu Kresna. Ia dijanjikan akan
dipertemukan dengan ayahnya apabila bisa membinasakan Patih Dasagriwa dari
negara Purwantara yang ingin menaklukkan keluarga Pandawa dan Kurawa atas
perintah rajanya, Prabu Dewakusma.

Akhirnya Purwaganti berhasil mengalahkan Dasagriwa, sedangkan Prabu
Dewakusuma berhasil dikalahkan Nakula dan badar (kembali kewujud aslinya)
sebagai Sahadewa. Atas jasa Prabu Kresna, Purwaganti kemudian dapat bertemu
dengan ayahnya, Anoman.

Dari perkawinannya dengan Prabu Niwatakawaca, Dewi Prabasini mempunyai dua
orang putra masing-masing bernama : Arya Nilarudraka, yang setelah dewasa

138

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

menjadi raja negara Tegalparang dan Dewi Mustakaweni, yang menjadi istri Bambang
Prabakusuma (Priyambada), putra Arjuna dengan Dewi Dewi Supraba. Setelah
kematian Niwatakawaca, Dewi Prabasini kembali ke Suralaya, hidup sebagai bidadari.

RADEYA

PRABU RADEYA adalah raja negara
Petapralaya. Di dalam cerita pedalangan Jawa,
Prabu Radeya mempunyai anak angkat bernama
Basukarna atau Aradeya yang sesungguhnya
putra Bathara Surya dengan Dewi Kunti, putri
Prabu Basukunti raja negara Mandura.
Basukarna diambil sebagai anak ketika Prabu
Radeya masih menjalani bulan madu dengan
istrinya, Dewi Nirada, sebagai persyaratan agar
segera mempunyai anak sendiri.Sedangkan
menurut Mahabharata yang mengambil
Basukarna sebagai anak adalah suami-istri
Adirata dan Ni Rada, sais kereta kerajaan Astina.

Dari perkawinannya dengan Dewi Nirada, Prabu
Radeya memperoleh dua orang putra-putri,
masing-masing bernama ; Bambang Suryanirada
dan Dewi Suryawati. Tokoh Prabu Radeya hanya
ditampilkan dalam lakon "Alap-alapan Surtikanti",
kisah perkawinan Basukarna/Suryaputra dengan Dewi Surtikanti, putri kedua Prabu
Salya dengan Dewi Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka.

Dalam peristiwa perang besar Bharatayudha antara keluarga Pandawa dan Kurawa di
Tegal Kurusetra, Prabu Radeya berpihak pada keluarga Kurawa. Ia maju ke medan
pertempuran memimpin sendiri prajurit negara Petapralaya. Prabu Radeya tewas
dalam pertempuran melawan Arjuna.

RAJAMALA

RAJAMALA adalah putra angkat Resi Palasara,
dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini,
putri Prabu Basukesti raja negara Wirata. Ia
tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini/Dewi
Lara Amis yang tertelan seekor ikan betina. Ia
terjadi berbarengan dengan saudaranya yang
lain, bernama; Kecaka/Kencakarupa,
Upakeca/Rupakenca, Setatama, Gandawana dan
Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati.

Rajamala juga mempunyai tiga orang saudara
angkat lainnya yaitu : Bagawan Abiyasa, putra
Resi Palasara dengan Dewi Durgandini,
Citragada dan Wicitrawiya, keduanya putra Dewi
Duragandini dengan Prabu Santanu, raja negara

Astina.

Rajamala berwatak keras hati, berani, ingin selalu menangnya sendiri dan selalu
menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, tidak bisa mati selama masih terkena air.
Menurut ketentuan dewata, hanya ada lima orang satria yang dapat mengalahkan dan

139

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

membunuh Rajamala, yaitu: Resi Bisma, Adipati Karna, Resi Balarama/Baladewa,
Duryudana dan Bima.
Rajamala akhirnya tewas dalam peperangan melawan Bima, yang waktu itu hidup
menyamar dinegara Wirata dengan nama Balawa, sebagai tindakan Rajamala yang
ingin menjamah Salidri nama samaran Dewi Drupadi.

RAMA PARASU

RAMAPARASU adalah putra bungsu dari lima bersaudara lelaki, putra Prabu
Jamadagni raja negara Kanyakawaya yang kemudian hidup sebagai brahmana di
pertapaan Dewasana. Ibunya bernama Dewi Renuka, putri Prabu Prasnajid.
Ramaparasu adalah seorang brahmancari/tidak kawin, karena sangat menggemari
olah kejiwaan. Ia juga menekuni olah kesaktian dan olah keprajuritan hingga menjadi
sangat sakti. Ramaparasu berperawakan birawa/gagah perkasa, mempunyai pusaka
berwujud busur beserta anak panahnya yang luar biasa besarnya dan bernama
Bargawasta (panah Sang Bargawa).
Ketika ayahnya, Resi Jamadagni dibunuh Prabu Hehaya, timbul kebencian
Ramaparasu terhadap golongan satria dan bersumpah akan membunuh setiap satria
yang dijumpainya. Ia kemudian pergi mengembara. Setiap satria yang dijumpainya
ditantangnya mengadu kesaktian. Tak satupun yang berhasil mengalahkannya.
Hampir seluruh satria Wangsa Hehaya binasa ditangannya.
Setelah usianya semakin tua, ia ingin muksa. Dicarinya satria penjelmaan Dewa
Wisnu, karena hanya dialah yang bisa membunuhnya. Ramaparasu bertemu dan
bertanding dengan Prabu Arjunasasrabahu, raja negara Maespati yang diyakini
sebagai titisan Dewa Wisnu. Tapi Arjnasasrabahu dapat dikalahkannya. Akhirnya
Ramaparasu bertemu dengan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan Dewi
Kusalya dari negara Ayodya. Ramaparasu kalah bertanding melawan Ramawijaya.
Ketika ia minta muksa Ramawijaya menganjurkan untuk kembali bertapa.
Ramaparasu kemudian kembali ke petapaan Dewasana, hidup sebagai brahmana
bergelar Resi Ramaparasu. Selama hidupnya ia hanya mempunyai tiga orang urid,
yaitu; Bisma, Drona dan Karna.

140

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

RAMAWIJAYA

RAMAWIJAYA dikenal pula dengan nama
Ramayana, Ramaragawa, Ramacandra,
Ramabadra, Rawadewa dan Raguputra. Ia
merupakan putra tunggal Prabu Dasarata, raja
negara Ayodya dengan permaisuri Dewi Kusalya.
Ramawijaya mempunyai empat orang saudara
seayah lain ibu masing-masing bernama ;
Leksmana/Leksmanawidagda dari permaisuri
Dewi Sumitra, Barata, Satrugna dan Dewi
Kawakwa dari permaisuri Dewi Kekayi.

Rama adalah titisan Dewa Wisnu yang bertugas
menciptakan kesejahteraan dunia. Ia berjuang
bersama adiknya, Leksmana. Rama menikah
dengan Dewi Sinta, titisan Bathari Sri Widowati.
putri Prabu Janaka raja negara Mantili. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang
putra masing-masing bernama; Lawa dan Kusya.

Rama berkedudukan sebagai putra mahkota
Ayodya. Tapi ia gagal naik tahta karena Prabu Dasarata terpaksa memenuhi tuntutan
Dewi Kekayi yang menghendaki Barata sebagai raja Ayodya. Rama bahkan harus
meningggalkan Ayodya, menjalani pengasingan selama 13 tahun. Berbagai dharma
satria telah dilaksanakan oleh Ramawijaya. Ia telah mengalahkan dan menyadarkan
Ramaparasu yang salah menjalankan dharmanya. Rama juga membunuh Resi
Subali, putra Resi Gotamadari dari pertapaan Grastina/Daksinapata karena bersikap
angkara murka. Terakhir, Rama berhasil, membunuh Prabu Dasamuka, raja negara
Alengka, yang bukan saja menculik Dewi Sinta, tetapi juga telah berbuat angkara
murka dan menimbulkan berbagai kesengsaraan umat Ancapada.

Setelah berakhirnya perang Alengka dan 13 tahun hidup dalam pengasingan, Rama
kembali ke negara Ayodya. Ia naik tahta negara Ayodya, menggantikan Prabu Barata
yang mengundurkan diri. Ramawijaya meninggal dalam usia lanjut dan jenazahnya
dimakamkan di gunung Kutarunggu.

RARASATI

DEWI RARASATI atau Dewi Larasati, konon adalah putri Arya Prabu Rukma yang
setelah naik tahta negara Kumbina bergelar Prabu Bismaka, dengan Ken Sagupi,
seorang swarawati keraton Mandura. Setelah Ken Sagupi dikawinkan dengan
Antagopa, seorang gembala dan tinggal di Kebuyutan Widarakanda/Widarakandang,
Dewi Rarasati dianggap sebagai putri Ken Sagupi dengan Antagopa.

Dari garis keturunan ayahnya, Arya Prabu Rukma, Dewi Rarasati mempunyai seorang
saudara bernama Dewi Rukmini (istri Prabu Kresna), putri Arya Prabu Rukma.dengan
permaisuri Dewi Rumbini. Sedangkan dari garis keturunan ibuny, Ken Sagupi, ia
mempunyai tiga orang saudara, yaitu : Arya Udawa, putra Ken Sagupi dengan Arya
Basudewa, dan Arya Pragota serta Arya Adimanggala, keduanya putra Ken Sagupi
dengan Arya Ugrasena.

Dewi Rarasati berwatak setia, patuh dan berbakti. Ia memiliki tabiat senang
menyenangkan hati orang lain, sabar, sangat menginsyafi, mengerti dan menguasai
dirinya. Selain pandai dalam mengurus rumah tangga. Dewi Rarasati juga pandai
berolah keparajuritan. Ia mahir menggunakan senjata panah dan keris.

141

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Dewi Rarasati menikah dengan Arjuna dan menjadi isterinya yang pertama. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Bambang Sumitra dan
Bratalaras. Ia sangat dekat hubungannya dengan Dewi Sumbadra, istri pertama
Arjuna, karena semasa kecil hidup bersama di Widarakandang.

RATIH

DEWI RATIH atau Dewi Kamaratih, adalah putri Bathara Soma, putra Sanghyang
Pancaresi yang berarti keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Dewi
Ratih menikah dengan Bathara Kamajaya, putra kesembilan Sanghyang Ismaya
dengan Dewi Senggani. Ia bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang.

Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat dan perwatakan; sangat setia dan
cinta kasih, murah hati, baik budi, sabar dan sangat berbakti terhadap suami.
Bersama suaminya Bathara Kamajaya, suami-istri tersebut merupakan lambang
kerukunan suami-istri di jagad raya. Karena kerukunannya dan cinta kasihnya satu
dengan yang lain.

Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu
Hidayat kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja negara Wirata
dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/ Setyawati. Wahyu Hidayat diturunkan
sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat yang diturunkan Bathara Kamajaya kepada
Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra.

Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup Dewi Ratih pun bersifat abadi, tidak
mengenal kematian.

RATRI

DEWI RATRI adalah putri Prabu Yudhistira, raja jin negara Mertani dengan permaisuri
Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala dengan Dewi Sumirat dari negara Madukara.

Ketika negara Mertani ditaklukkan oleh keluarga Pandawa, putra-putra Prabu Pandu,
raja Astina dengan Dewi Kunti dan Dewi Madrim, Prabu Yudhisira kemudian
manuksma, manunggal dalam tubuh Puntadewa, sulung Pandawa. Sementara itu
adik Prabu Yudistra, Arya Dananjaya yang menguasai negera Madukara manunggal
dalam diri Arjuna. Sebelum meninggal, Arya Dananjaya berpesan, agar Arjuna
mengawini Dewi Ratri, karena sesunguhnya Dewi Ratri yang memiliki hak waris atas
negara Madukara. Amanat itu dilaksanakan oleh Arjuna. Setelah negara menjadi
aman dan negara jin Mertani berubah menjadi negera Amarta, Arjuna kemudian
mengawini Dewi Ratri.

Dalam perkawinannya dengan Arjuna, Dewi Ratri memperoleh seorang putra yang
bernama, Bambang Wijanarka.

RAWATMEJA

RESI RAWATMAJA adalah brahmana tua dari pertapaan Puncakmolah yang terletak
di hutan Dandaka. Ia bersahabat baik dengan Garuda Sempati, putra Resi Bisrawa.

Resi Rawatmaja adalah brahmana wadat/tidak bersentuhan dengan lain jenis. Tapi
untuk melaksanakan dharma, ia bersedia melakasanakan perintah Bhatara Narada
untuk memperistri Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra raja negara Ayodya, yang
sedang menderita penyakit lumpuh. Perkawinannya dengan Dewi Kusalya hanyalah
sebagai perantara untuk dapat mempertemukan Dewi Kusalya dengan Dasarata.

142

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Oleh Dewata, Dasarata yang saat itu sedang berguru pada Resi Yogiswara di
pertapaan Yogisrama telah ditetapkan menjadi suami yang sesungguhnya dari Dewi
Kusalya.

Dengan air mukjizat Mayamahadi pemberian Bathara Narada, Resi Rawatmaja
berhasil menyembuhkan penyakit Dewi Kusalya dan berhak menjadi suaminya sesuai
bunyi sayembara. Tapi belum usai pesta perkawinan, negara Ayodya telah diserang
Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Resi Rawatmaja yang berusaha melindungi
Dewi Kusalya, dan membawanya lari ke pertapaan Puncakmolah, tewas dalam
pertempuran melawan Prabu Dasamuka. Namun sebelum menemui ajalnya. Resi
Rawatmaja masih sempat memberitahu Dewi Kusalya, bahwa suami yang
sesungguhnya benama Dasarata dan kini berada di pertapaan Yogisrama menjadi
murid Resi Yogiswara.

REKATAWATI

DEWI REKATAWATI dikenal pula dengan nama Dewi Rakti atau Dewi Wirandi. Ia
adalah putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, berwujud ketam/yuyu, raja negara
Samodralaya. Oleh Sanghyang Wenang, Dewi Rekatawati dinikahkan dengan
Sanghyang Tunggal putra Sanghyang Wenang dengan Dewi Sahoti.

Karena Sanghyang Tunggal berwujud "akyan" (makluk halus) maka yang lahir dari
kandungannya berwujud sebutir telur, terbang melayang-layang yang setelah
ditangkap oleh Sanghyang Tunggal pecah berubah wujud menjadi tiga orang anak
kembar. Sama-sama tampan, cakap dan memancarkan cahaya keagungan. Oleh
Sanghyang Tunggal ketiga putranya tersebut masing-masing diberi nama :
Sanghyang Tejamaya/Antaga (terjadi dari kulit telur), Sanghyang Ismaya (terjadi dari
putih telur) dan Sanghyang Manikmaya (terjadi dari kuning telur).

Karena berwujud badan rokhani, hidup Dewi Rekatawati bersifat abadi. Ia
bersemayam di kahyangan Alangalangkumitir.

RENUKA

DEWI RENUKA adalah putri Prabu Prasnajid. Ia
menikah dengan Prabu Jamadagni, raja negara
Kanyakawaya, putra brahmana Ricika dengan
Dewi Setyawati. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh lima orang putra lelaki, dan putra
bungsunya bernama Ramaparasu.

Ketika Prabu Jamadagni memutuskan untuk

hidup sebagai brahmana, Dewi Renuka dan

kelima putranya ikut boyong ke pertapaan

Dewasana. Mereka hidup dalam kebahagiaan

sampai suatu peristiwa sedih melanda kehidupan

mereka. Suatu ketika Dewi Renuka tergiur oleh

ketampanan Prabu Citarata dan mereka

melakukan perkawinan gandarwa

(perselingkuhan seksual). Perbuatan terkutuk itu

diketahui Resi Jamadagni, yang kemudian

menyuruh Ramaparasu untuk membunuh Dewi

Renuka, sebagai upaya penebusan dosa. Tapi

kemudian Dewi Renuka dihidupkan kembali oleh Resi Jamadagni atas permintaan

Ramaparasu.

143

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Dewi Renuka kembali hidup bahagia bersama suami dan kelima putranya sampai
suatu malapetaka menimpa kebahagiaan mereka. Pertapaan Dewasana diserbu
balatentara Prabu Hehaya, dan Resi Jamadagni gugur dalam peperangan. Kesedihan
Dewi Renuka pun semakin bertambah, ketika Ramaparasu pergi meninggalkan
pertapaan Dewasana, menggembara untuk melaksanakan sumpahnya yang akan
membunuh semua satria yang dijumpainya. Akhir riwayat Dewi Renuka diceritakan, ia
meninggal dalam kesedihan setelah satu persatu dari ke empat putranya meninggal
dunia.

RESI PADMANABA

Resi Padmanaba adalah titisan dari Wisnu Anjali.

Wisnu Anjali adalah kerabat Sanghyang Wisnu

yang berkewajiban membina kesejahteraan di

dalam lingkungan para pendeta. Ia lebih banyak

tinggal di arcapada, menjelma sebagai brahmana

atau satria mendamping penjelmaan Sanghyang

Wisnu dalam melaksanakan tugas menjaga

ketentaraman dan kesejahteraan dunia. Pada

jaman Lokapala (sebelum jaman Ramayana),

Wisnu Anjali menitis pada Resi Supadma, ayah

Resi Wisrawa atau kakek Rahwana di pertapaan

Girijembatan. Tugasnya memberi ajaran

kebajikan di kalangan para raksasa yang waktu

itu menjadi penduduk terbesar di wilayah

Lokapala dan Alengka. Pada jaman Ramayana,

Wisnu Anjali menjelma sebagai Resi Sutikna di

pertapaan Kutarunggu/Citrakuta untuk

menyampaikan ajaran ilmu Asthabrata yang

berisikan delapan ajaran kepemimpinan yang

bersumber dari derlapan unsur alam kepada Ramawijaya. Ia kemudian manuksma

dan bersatu dengan Arya Wibisana, putra Bagawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi,

dan saudara muda Prabu Rahwana, raja Alengka.

Resi Padmanaba dari pertapaan Untarayana menjadi guru Arjuna dan Narayana/Sri
Kresna. Setelah memeberikan bunga Wijayakusuma dan senjata Cakra kepada
Narayana, Resi Padmanaba kemudian manukswa dan bersatu dengan diri Sri Kresna.
Beberapa tahun kemudian, Wisnu Anjali sejiwa dan manuksma di dalam diri Resi
Kesawasidi di gunung Kutarunggu, untuk memberikan wejangan ajaran ilmu
Asthabrata kepada Arjuna.

RETNA KASIMPAR

DEWI RETNA KASIMPAR adalah putri Prabu Jayaindra, raja negara Tasikmadu
dengan permaisuri Dewi Retnawati. Ia mempunyai saudara lain ibu bernama Dewi
Retnajuwita, putri prabu Jayaindra dengan Dewi Ceklatoma.

Dewi Retna Kasimpar merupakan satu-satunya wanita di dunia yang memiliki gajah
putih dan sekaligus menjadi pawangnya. Gajah putih berpawang wanita/putri ini
pernah menjadi persyaratan Dewi Banowati, putri ketiga Prabu Salya dengan Dewi
Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka, untuk dapat menerima pinangan Prabu
Duryudana, raja negara Astina. Arjuna yang dimintai bantuan oleh keluarga kurawa,
berhasil mendapatkan Dewi Retna Kasimpar dan gajah putihnya, setelah lebih dulu

144

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

mengalahkan Prabu Kurandageni, raja negara Tirtakandasan yang ingin memperistri
Dewi Retna Kasimpar.

Dewi Retna Kasimpar kemudian menjadi isteri Arjuna. Dari perkawinan tersebut ia
tidak mempunyai putra.

RUDRA

SANGHYANG RUDRA adalah putra ketiga Sanghyang Tunggal dengan Dewi
Dremani. Ia mempunyai dua orang kakak kandung masing-masing bernama ; Bathari
Darmastuti dan Bathara Dewanjali. Sanghyang Rudra juga mempunyai tiga orang
saudara seayah lain ibu, putra Sanghyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati, masing
- masing bernama : Sanghyang Antaga, Sanghyang Ismaya dan Sanghyang
Manikmaya.

Sanghyang Rudra mendapat julukan sebagai Dewa Angkara karena sifat dan
perwatakannya yang keras hati dan cepat marah. Karena sifat dan perwatakannya
itulah Sanghyang Rudra sering turun ke Arcapada, menjelma sebagai raksasa dan
melakukan perkawinan gandarwa dengan para raseksi yang kemudian melahirkan
para raksasa sakti karena mendapat ilmu kesaktian darinya. Karena itulah dikalangan
golongan raksasa, Sanghyang Rudra dianggap sebagai dewa kebajikan, karena
kepada raksasa yang bertapa memujanya Sanghyang Rudra tidak segan-segan
memberikan berbagai ilmu kesaktian dan senjata pamungkas.

Untuk melampiaskan nafsu angkaranya, beberapa kali Sanghyang Rudra turun ke
arcpada menitis pada raja raksasa. Pada jaman Lokapala ia pernah menitis pada
Prabu Hiranyakasipu, raja Alengka dan pada Saksadewa, putra Rahwana. Pada
jaman Mahabharata, Sanghyang Rudra pernah menitis pada Prabu Nilarudraka, raja
raksasa negara Tanjung Parang yang menyerang kahyangan dan akhirnya tewas
dalam peperangan melawan Ganesa, manusia berkepala gajah, putra Bhatara Guru
dengan Dewi Uma.

RUKMAKA DAN RUKMAKALA

RUKMAKA dan RUKMAKALA adalah raksasa
penjelamaan Bathara Indra dan Bathara Bayu.
Kedua raksasa ini hanya tampil dalam lakon
―Dewaruci‖ yaitu kisah tentang perjuangan Bima
dalam upaya mencari Tirta Amrta (air kehidiupan)
atau Prawitasari atas perintah gurunya, Resi
Drona.

Rukmaka dan Rukmakala bertempat tinggal dii
gunung Reksamuka dengan maksud
menghadanh Bima untuk memberiitahukan,
bahwa Tirta Amrta yang ditunjukkan oleh Resi
Drona tidak berada di gunung Reksamuka. Bima
yang merasa dihalang-halangi usahanya menjad
marah, maka terjadilah peperangan melawan
kedua raksasa tersebut. Rukmaka dan
Rukmakala baru bisa dikalahkan Bima setelah
kepala mereka saling dibenturkan atau diadu
kumba. Matilah kedua raksasa itu dan jasadnya kembali menjelma sebagai Bathara
Indra dan Bathara Bayu.

145

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Kepada Bima, kedua dewa itu kemudian memberikan fatwa-fatwa dan petunjuk-
petunjuk mengenai kebenaran yang sangat berguna bagi Bima. Kepada Bima kedua
dewa itu juga menjelaskan bahwa perintah Resi Drona adalah tidak menyesatkan
karena sesungguhnya Tirta Amta tidak ada di dunia.

RUKMARATA

BAMBANG RUKMARATA adalah putra bungsu Prabu
Salya, raja negara Mandaraka dengan Permaisuri Dewi
Pujawati/Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari
pertapaan Argabelah. Ia mempunyai empat orang saudara
kandung, yaitu; Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Dewi
Banowati dan Arya Burisrawa.

Rukmarata mempunyai sifat dan perwatakan; halus,
tenang, cerdik pandai, hatinya keras dan sedikit suka usil.
Ia tewas di hantam gada Kyai Pecatnyawa oleh Resi Seta,
putra Prabu Matswapati dari negara Wirata, pada awal
perang Bharatayuda akibat dari keusilannya, memanah
Resi Seta dari luar garis pertempuran.

RUKMINI

DEWI RUKMINI adalah putri sulung Prabu
Bismaka / Arya Prabu Rukma, raja negara
Kumbina dengan permaisuri Dewi Rumbini. Ia
mempunyai adik kandung bernama Arya
Rukmana dan saudara lain ibu bernama Dewi
Rarasati/Dewi Larasati putri Arya Prabu Rukma
dengan Ken Sagupi seorang swarawati keraton
Mandura.

Dewi Rukmini menikah dengan saudara
sepupunya, Narayana, putra Prabu Basudewa
raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi
Mahendra/Maerah (Jawa). Setelah Narayana
berhasil merebut negara Dwarawati dari
kekuasaan Prabu Narasinga, dan menobatkan
diri sebagai raja Dwarawati bergelar Prabu Sri
Bathara Kresna, Dewi Rukmini diangkat menjadi
permaisuri. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh 3 (tiga) orang putra masing-masing
bernama: Saranadewa (berwujud raksasa), Partadewa dan Dewi Titisari/Sitisari, yang
setelah dewasa menjadi isteri Bambang Irawan, putra Arjuna dengan Dewi
Ulupi/Palupi.

Dewi Rukmini berwatak : penuh belas kasih, sabar, setia dan jatmika (selalu dengan
sopan santun). Ia meningal dalam usia lanjut. Setelah Prabu Kresna mati moksa, ia
bersama isteri Prabu Kresna yang lain, terjun ke dalam Pancaka (api pembakaran
jenazah), bela pati menyusul suaminya kembali ke Nirwana.

146

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

RUPAKENCA

RUPAKENCA atau Upakenca (Mahabharta)

adalah putra angkat Resi Palasara, dari

padepokan Retawu, dengan Dewi Durgandini,

putri Prabu Basukesti raja negara Wirata. Ia

tercipta dari kemudi perahu yang pecah terbentur

batu besar, yang digunakan Resi Palasara dan

Dewi Durgandini menyeberangi sungai Gangga.

Rupakenca terjadi berbarengan dengan

saudaranya yang lain, bernama; Rajamala,

Kencaka/Kencakarupa, Setatama,

Gandawanadan Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati.

Rupakenca juga mempunyai tiga orang saudara
angkat lainnya, bernama; Bagawan Abiyasa,
putra Resi Palasara dengan Dewi Durgandini,
Citragada dan Wicitrawirya, keduanya putra Dewi
Durgandini dengan Prabu Santanu, raja negara Astina.

Rupakenca berwatak tinggi hati, sombong, keras kepala dan mau menangnya sendiri.
Sangat sakti dan mahir dalam olah keprajuritan mempergunakan senjata gada dan
lembing.

Akhir riwayatnya diceritakan, Rupakenca tewas dalam peperangan melawan
Bilawa/Bima karena bersama saudaranya Kencakarupa, Setatama dan Gandawana
melakukan pemberontakan untuk mengulingkan kekuasaan raja Wirata, Prabu
Matswapati.

SADANA

RADEN SADANA adalah putra ke-dua dari empat
bersaudara putra Prabu Sri Mahapunggung, raja
negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati.
Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar
Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan
Dewi Sri Sekar/Sri Widowati yang turun ke
Arcapada untuk menjaga kelestarian dunia. Tiga
saudara kandungnya yang lain adfalah, Dewi Sri,
Wandu dan Oya.

Raden Sadana berwajah sangat tampan, dan
memiliki sifat perwatakan: murah hati, baik budi,
sabar dan bijaksana. Bersama kakaknya, Dewi
Sri, ia dikenal sebagai Dewa lambang
kemakmuran hasil bumi. Sadana dikenal sebagai
Dewa umbi-umbian, kentang, sayur-sayuran dan
buah-buhanan, sedangkan Dewi Sri sebagai
Dewa Padi. Oleh karena itu mereka tidak pernah
dipisahkan.

Dalam lakon ―Sri Sadana‖ diceritakan, bahwa Sadana meloloskan diri pergi dari
negara Medangkamulan karena dimarahi oleh ayahnya. Dewi Sri setelah mengetahui
kepergian adiknya, lalu pergi mencarinya. Setelah melalui berbagai rintangan dan
pengalaman pahit karena dalam perjalanan bertemu dengan raksasa

147

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Kalagumarang/Karungkala yang terus menerus mengejarnya. Setelah selamat dari
nafsu jahat Karungkala, akhirnya Dewi Sri dapat bertemu kembali dengan Sadana
sebagai Dewa Hasil Bumi, Sadana dan kakaknya, Dewi Sri diyakini hidup sampai
akhir jaman, sebab mempunyai tugas memberikan kemakmuran kepada masyarakat.

SADEWA

SAHADEWA atau Sadewa yang dalam
pedalangan Jawa disebut pula dengan nama
Tangsen (=buah dari tumbuh–tumbuhan yang
daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk
obat) adalah putra ke-lima/bungsu Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati
dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia
lahir kembar bersama kakanya, Nakula. Sadewa
juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah,
putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari
negara Mandura, bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna.

Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa
Tabib. Ia sangat mahir dalam ilmu kasidan
(Jawa)/seorang mistikus. Mahir menunggang
kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan
lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga
memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya
Sapulebu, Senapati negara Mretani yang
berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat
dengan jelas pada semua peristiwa.

Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan
dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah
negara Amarta. Sahadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi
Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang
tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal
sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa).

Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina
mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistrira. Akhir riwayatnya di ceritakan,
Sahadewa mati moksa bersama ke empat saudaranya.

SAGOTRA

KI SAGOTRA adalah seorang hartawan di dukuh Kebayan. Ia kawin dengan Rara
Winihan, anak ketua dukuh tersebut. Bertahun-tahun menjadi suami- istri, tetapi Rara
Winhan belum mau juga melayani kasih sayangnya.

Dikisahkan, Pandawa yang selamat dari pembakaran Balai Sigala-gala dalam
pengembaraannya sampai di dukuh tersebut. Arjuna yang sedang mencari makanan
untuk Nakula dan Sadewa, tiba di tepi sendang dimana Rara Winihan sedang
mengambil air sambil duduk membelakangi arah Arjuna datang. Arjuna ingin bertanya
dukuh yang dilihatnya itu, kemudian menggamit Rara Winihan pada punggungnya.

148

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

Rara Winihan terperanjat dan terus berlari pulang kembali ke rumahnya. Arjuna
menguntitnya.

Setiba di tempat kediamannya, Ki Sagotra sedang duduk. Ia melihat istrinya berlari-
lari dan menyongsongnya. Dengan tak sadar Rara Winihan memeluk Ki Sagotra
dengan erat sambil berteiak-teriak minta agar Sagotra membunuh orang yang
mengejarnya. Ki Sagotra membelainya dan berjanji akan menghadapi orang yang
tanpa sopan-santun itu. Tidak lama datanglah Arjuna. Rara.Winihan menunjuk Arjuna
bahwa itulah orang yang dimaksud. Setelah tanya jawab, Rara Winihan disuruh
menanak nasi dan lauk pauknya. Di pendapa Arjuna menuturkan kisah
pengembaraannya dan Sagotra menyampaikan rasa terimakasihnya yang besar
karena Arjuna telah dapat menciptakan kasih sayang suami-istri yang sejak kawin
sampai saat itu belum pernah dirasakannya.

Kisah selanjutnya, kepada Ajuna dan keluarga Pandawa, Ki Sagotra berjanji :
Bilamana terjadi perang besar antara Pandawa lawan Kurawa, ia sanggup membantu
dengan biaya dan makan. Setelah Baratayuda meledak, Sagotra pergi ke Kurusetra
untuk menetapi janjinya. Tetapi di tengah jalan ia bertemu dengan Kurawa. Akhirnya
Sagotra mati dibunuh Dursasana. Kisah lain, Sagiotra yang bersedia menjadi tawur
Pandawa, ketika datang ke Kuursestra nyasar ke perkemahan Kurawa. Ia kemudian
dipaksa menjadi tawur Kurawa, dan dibunuh oleh Dursasana. Sukma Sagiotra bejanji
akan membalas Dursasana.

SAGUPI

KEN SAGUPI yang waktu mudanya bernama
Yasuda, adalah seorang swarawati keraton
Mandura. Selain suaranya sangat merdu. Ia
berwajah cantik dan merakati/menarik hati. Sikap
dan polahnya serba luwes, sabar dan memiliki
tabiat senang menyenangkan hati orang lain.

Dengan hati ikhlas, Ken Sagupi menerima
keputusan Prabu Basudewa untuk dinikahkan
dengan Antagopa, perjaka tua yang tidak bisa
punya keturunan, anak Buyut Gupala pemelihara
kebuyutan Widarakanda/Widarakandang. Secara
tidak resmi, Ken Sagupi diperistri oleh tiga orang
satria Mandura, yaitu kakak beradik, Arya
Basudewa, Arya prabu Rukma dan Arya
Ugrasena. Dari hubungan suami-isteri itu, Ken
Sagupi memperoleh empat orang putra. Dengan
Arya Basudewa ia berputra Arya Udawa, dengan
Arya Prabu Rukma berputra Dewi
Rarasati/larasati, sedang dengan Arya Ugrasena, Ken Sagupi berputra dua orang,
Arya Pragota dan Arya Adimanggala.

Selain pandai mengurus dan mengatur rumah tangga, Ken Sagupi juga pandai
mengasuh dan mendidik anak. Karena itu ia dipercaya mengasuh Kakrasana,
Narayana dan Dewi Sumbadra, putra-putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi
Mahendra dan Dewi Badrahini.

Ken Sagupi hidup bahagia sampai hari tua. Ia disayang dan sangat dihormati oleh
putra-putri asuhnya yang semuanya menjadi orang-orang terhormat.

149

Mengenal Tokoh Pewayangan Jawa

SAKIPU

DITYA SAKIPU atau sering pula disebut Kasipu,
adalah patih negara Tasikwaja, atau sering pula
disebut negara Gilingwesi di bawah pemerintahan
raja Prabu Pracona. Meski bertubuh agak pendek
untuk golongan raksasa, Sakipu sangat sakti.
Berwatak gagah berani, bengis dan kejam.

Sakipu pergi ke Suralaya melaksanakan perintah
Prabu Pracona untuk melamar Dewi
Gagarmayang. Lamarannya ditolak Bathara Guru
karena melanggar kodrat hidup. Sakipu marah
dan mengamuk. Suralaya geger, para Dewa
cemas dan ketakutan karena tidak satupun yang
dapat mengalahkan Sakipu, lebih - lebih setelah
Prabu Pracona juga menyusul dan ikut
mengamuk di Suralaya.

Bathara Guru mencari sarana. Bambang
Tetuko/Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dari negara Pringgandani dengan
Bima/Werkudara yang belum berumur sepekan, dipinjam ke Suralaya sebagai jagoan
melawan Sakipu dan Prabu Pracona.

Patih Sakipu dan Prabu Pracona akhirnya tewas di tangan Bambang Tetuko yang
sebelumnya telah di gembleng, dimasukan ke dalam kawah Candradimuka, diaduk
dengan sedala macam senjata milik para Dewa.

SAKRI

Bambang SAKRI adalah putra tunggal Resi
Sakutrem dengan Dewi Nilawati, dari pertapaan
Retawu, puncak gunung Saptaarga. Ia lahir
bertepatan dengan terjadinya telaga di gunung
tersebut yang kemudian dikenal dengan nama
Telaga Retawu.

Bambang Sakri sangat gemar bertapa dan
berburu, Ia sangat sakti dan mahir
mempergunakan senjata panah. Bambang Sakri
menikah dengan Dewi Sati, putri Prabu
Partawijaya, raja negara Tabelasuket. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh seorang
putra bernama Palasara.

Oleh ayahnya, diserahi padepokan Retawu, Resi
Sakutrem kemudian menetap di pertapaan
Girisarangan. Setelah Palasara dewasa,
padepokan Retawu oleh Resi Sakri diserahkan
kepada Palasara. Ia kemudian menetap di
pertapaan Argacandi (= gunung yang wingit/angker), salah satu dari tujuh puncak
gunung Saptaarga.

Bambang Sakri banyak berjasa pada Dewata dan Suralaya. Karena itu ia mendapat
anugrah gelar ―Bathara‖. Ia meninggal dalam usia lanjut. Jenasahnya dimakamkan di
pertapaan Argacandi.

150


Click to View FlipBook Version