The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2020-01-12 09:57:39

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Keywords: Peradaban,Arsitektur,Klasik,Yunani,Romawi

Ashadi

Peradaban dan Arsitektur

KLASIK
YUNANI-ROMAWI

Arsitektur UMJ Press

Peradaban dan Arsitektur

KLASIK
YUNANI-ROMAWI

Ashadi

Penerbit Arsitektur UMJ Press
2016

Peradaban dan Arsitektur
KLASIK YUNANI-ROMAWI

|arsitekturUMJpress|
|

Penulis: ASHADI

CETAKAN PERTAMA, AGUSTUS 2016

Hak Cipta Pada Penulis
Hak Cipta Penulis dilindungi Undang-Undang Hak Cipta 2002
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Desain Sampul : Abu Ghozi

Tata Letak : Abu Ghozi

Perpustakaan Nasional – Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ASHADI
Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi
Jumlah halaman 134

ISBN 978-602-72929-8-7

Diterbitkan Oleh Arsitektur UMJ Press
Jln. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
Tetp. 021-4256024, Fax. 021-4256023
E-mail: [email protected]

Gambar Sampul: Akropolis
(http://www.zadumanie21w.republika.pl, akses 3 Juli 2016)

Dicetak dan dijilid di Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan

Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).

KATA PENGANTAR

Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi
merupakan pondasi Peradaban dan Arsitektur Dunia
Barat. Ilmu-ilmu yang lahir dan berkembang di Dunia
Barat, seperti filsafat, keagamaan, astronomi, matematika,
logika, fisika, biologi, hukum, politik, pemerintahan,
sosial, ekonomi, estetika dan arsitektur, semuanya
mengacu kepada pemikiran para filsuf besar Yunani,
Sokrates, Plato, Aristoteles, dan seorang teoritikus ilmu
arsitektur dan rekayasa Romawi, Vitruvius.

Buku ini mencoba mendeskripsikan secara detail
Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi, mulai
dari kejayaan dan keruntuhan puncak hasil karya
manusia Pulau Krete hingga lahirnya Kekaisaran Romawi,
dengan mengeksplorasi kota-kota, bangunan-bangunan,
ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa, dan kehidupan
manusianya.

Ucapan terimakasih saya haturkan kepada
Penerbit Arsitektur UMJ Press, yang telah bersedia
menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi
kalangan pencinta buku.

Jakarta, Agustus 2016
Penulis

i

ii

PENGANTAR PENERBIT

Alhamdulillah, tulisan Ashadi, berjudul Peradaban dan
Arsitektur Klasik Yunani-Romawi, dapat kami terbitkan.
Buku ini adalah buku kedua dari empat buku yang
diterbitkan dalam waktu bersamaan. Empat buku
tersebut: (1) Peradaban dan Arsitektur Dunia Kuno:
Sumeria-Mesir-India; (2) Peradaban dan Arsitektur Klasik
Yunani-Romawi; (3) Peradaban dan Arsitektur Zaman
Pertengahan Byzantium, Kekristenan, Arab dan Islam; dan
(4) Peradaban dan Arsitektur Modern.

Dalam buku ini, penulis mendeskripsikan secara
detail peradaban dan arsitektur Yunani dan Romawi,
melalui tema-tema yang menarik, dengan menempatkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu yang
panjang, dengan dilengkapi gambar-gambar foto dan
ilustrasi, yang dapat membantu memahami isi buku ini
dengan baik.

Buku ini bagaikan penyejuk dahaga bagi kalangan
pencita buku akan pengetahuan dan pemahaman
Peradaban dan Arsitektur Yunani dan Romawi, dan
kehadirannya perlu mendapat apresiasi sebagai suplemen
dalam khasanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, Agustus 2016
Penerbit

iii

iv

DAFTAR ISI HAL.
i
KATA PENGANTAR iii
PENGANTAR PENERBIT v
DAFTAR ISI
1
Bagian 1 Peradaban Pulau Krete 11
Bagian 2 Bangsa Yunani 21
Bagian 3 Sparta Dan Athena 37
Bagian 4 Para Filsuf Yunani 51
Bagian 5 Arsitektur Yunani 63
Bagian 6 Alexander Menggenggam Dunia 69
Bagian 7 Bangsa Romawi Menggeliat 79
Bagian 8 Perang Funisia 85
Bagian 9 Pemerintahan Triumvirat 93
Bagian 10 Kalender Romawi 99
Bagian 11 Nubuat Juru Selamat 107
Bagian 12 Kaisar Membangun Forum 119
Bagian 13 De Architectura Libri Decem
125
DAFTAR PUSTAKA

v

vi

BAGIAN 1
PERADABAN PULAU KRETE

Peradaban awal dari sejarah Yunani Kuno berada di
Kepulauan Lautan Aegean, tepatnya di Pulau Krete, di
sebelah Selatan Semenanjung Yunani, yang telah
berlangsung sejak sekitar 3000 SM.

Gambar 1.1 Peta lokasi wilayah Pulau Krete

(Sumber: http://www.keyword-suggestions.com, akses 21 Juni 2016)

Peradaban Krete yang tumbuh selama 2500-2000
SM, bisa jadi terilhami dan dipengaruhi oleh peradaban-
peradaban Sumeria dan Mesir yang usianya lebih tua.
Peradaban Asli Krete adalah Peradaban Minoan,
didasarkan atas nama rajanya, Minos dari Kota Knossos.

1

2

Peradaban Minoan telah mampu memproduksi barang-
barang seperti tembikar, perhiasan, logam, dan tekstil
yang telah memberikan kehidupan masyarakatnya dan
memperluas perdagangan dengan negara-negara seberang
Laut Mediterranean (Sumeria dan Mesir).

Gambar 1.2 Peta Pulau Krete

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 21 Juni 2016)

Pada 2000-1700 SM, Peradaban Minoan di Krete
sedang berada di puncak pertumbuhannya. Tiga buah
kota istananya yang termasyhur: Knossos, Phaistos, dan
Mallia dibangun pada masa ini; semuanya telah hancur
atau dihancurkan. Kota-kota ini menampung keluarga
istana, pelayan, seniman, pengrajin, dan budak yang
semuanya diatur oleh seorang Priest-King. Kehancuran
kota-kota tersebut disebabkan oleh bencana gempa bumi,
letusan gunung berapi dan serangan musuh. Bencana
pertama yang meluluh-lantakkan istana-istana Krete
terjadi sekitar 1750-1700 SM, namun kemudian dibangun
lagi.

3

Dilihat dari berbagai segi, Peradaban Krete adalah
yang termaju di seantero Laut Mediterranean sesudah
Mesir. Krete seolah menjadi batas yang memisahkan
daerah yang maju dan kaya, Mesir, di sebelah Selatan,
dengan daerah-daerah miskin di Yunani, Sisilia, Italia dan
sekitar Laut Adriatik.

Lewat perdagangan dan pelayaran, Pulau Krete,
memainkan peranannya yang amat berarti. Hubungan
yang erat dengan Mesir telah menciptakan ketinggian
corak ketata-negaraan di Pulau Krete sebagai suatu
negara maritim yang terus berkembang.

Krete seolah pantulan berbagai hal yang datang
dari Mesir. Bahkan Krete juga berdagang ke tanah
Spanyol untuk mengambil perunggu dan perak; perunggu
yang merupakan campuran tembaga dan timah itu oleh
Bangsa Krete dijual ke Mesir. Timah itu oleh Bangsa
Spanyol diambil dari Pulau Scilly di Inggris Selatan. Ketika
kekuasaan Bangsa Krete itu runtuh, perdagangan timah
dilanjutkan oleh Bangsa Funisia dari Sydon dan Tyrus
(Tyre), di pesisir Asia Barat.

Salah satu peninggalan Peradaban Minoan yang
monumental adalah istana di Knossos (sekarang dikenal
Heraklion), yang terletak di atas suatu bukit; Kota
Knossos tidak memiliki dinding, bentuk tapaknya secara
tidak langsung telah memberikan perlindungan alami.
Dengan tanpa dinding perlindungan kota, memperlihatkan
bahwa masyarakatnya menyukai jalan masuk dan keluar
yang bebas ke arah lautan dan mengadakan kontak
dagang dengan pulau-pulau lain di sekitarnya.

4

Gambar 1.3 Denah Istana Knossos

(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 21 Juni 2016)

Hal yang menarik dari arsitektur istana Knossos
adalah bentuk denahnya serba tidak beraturan, banyak
lorong di sana sini. Mengapa demikian, bisa jadi susunan
kamar-kamar, ruangan-ruangan dan lorong-lorong yang
dapat dikatakan ruwet dan membingungkan itu
dimaksudkan untuk menghalang-halangi para musuh
atau pengganggu yang ingin masuk istana.

Model istana Knossos ini dikenal dengan labyrint,
suatu bangunan yang dirancang sedemikian rupa hingga
seseorang, terutama orang asing, akan menjadi bingung
dan mudah tersesat. Demikian pula letak singgasana raja,
yang seringkali oleh beberapa ahli sejarah disamakan
dengan singgasana fir’aun dari Mesir.

Istana Knossos adalah situs arkeologi zaman
perunggu terbesar di pulau Kreta dan diduga sebagai
pusat upacara, politik, dan budaya Peradaban Minoa.

5

Istana ini berbentuk seperti lorong-lorong rumit yang
digunakan sebagai ruang kerja, tempat tinggal, dan
gudang yang terletak dekat dengan lapangan tengah.

Gambar 1.4 Reruntuhan Istana Knossos

(Sumber: http://love.flawlesslogic.com, akses 21 Juni 2016)

Karena tanahnya menurun ke lembah, maka
ruang-ruang istana Knossos ditata sedemikian rupa
sehingga ruang-ruang mendapatkan pemandangan yang
luas dan lepas.

Gambar 1.5 Pilar Istana Knossos

(Sumber: http://www.sherwoodonline.de, akses 21 Juni 2016)

6

Gambar 1.6 Perspektif Istana Knossos (sebuah model)

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 21 Juni 2016)

Selain Knossos, Mallia adalah kota berperadaban
tinggi di Pulau Kreta. Mallia yang terletak di kawasan
pantai Utara Pulau Krete, tepatnya di Timur Laut Knossos.
Kota Mallia memiliki istana terbesar ketiga dari
peninggalan peradaban Minoan. Kompleks istana Mallia
luasnya sekitar 7500 meter persegi. Banyak ruangan
terdapat di istana Mallia, di antaranya hall utama, ruang-
ruang untuk pejabat, ruang pemujaan, ruang pertemuan,
ruang workshop dan gudang, dan ruang penyiksaan.
Kompleks istana Mallia pertama dibangun sekitar 2000-
1900 SM. Istana ini sempat hancur akibat perang dan
dibangun ulang pada 1650 SM. Lagi-lagi istana baru
tersebut pun dihancurkan pada 1450 SM, bersama
kehancuran istana-istana lain yang dibangun peradaban
Minoan.

7

Gambar 1.7 Denah Istana Mallia

(Sumber: http://backscreenpass.blogspot.co.id, akses 21 Juni 2016)

Keagamaan orang-orang Krete adalah politeisme,
mengenal banyak dewa. Peradaban Krete pun mengenal
Dewi Kesuburan, sebentuk patung wanita berpotongan
langsing dengan dada yang menonjol. Ada pula Dewa
Velchanos, yang ditakuti karena seringkali bangkit dari
kubur.

Ketakutan orang-orang Krete kepada hal-hal yang
sudah mati, diperlihatkan ketika mereka memperlakukan
orang yang meninggal dunia. Mayat biasanya ditaruh di
dalam peti, alasannya adalah supaya si mayat tidak bisa
bangkit lagi ke dunia. Agar tidak bangkit dan betah di
dalam petinya, si mayit ditemani oleh benda-benda
kesukaannya saat masih hidup di dunia. Maka, semenjak

8

itu, muncul tradisi memasukkan mayat ke dalam peti
dalam peradaban masyarakat Barat.

Gambar 1.8 Reruntuhan Istana Mallia

(Sumber: http://www.villadiktynna.gr, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.9 Perspektif Istana Mallia (sebuah model)

(Sumber: http://www.visioninconsciousness.org, akses 21 Juni 2016)

9

Gambar 1.10 Jambangan dari tanah liat di reruntuhan Istana Mallia

(Sumber: http://www.afar.com, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.11 Fresco bergambar banteng melompat di Istana Knossos

(Sumber: http://www.funkystockphotos.com, akses 21 Juni 2016)

10

Gambar 1.12 Denah Istana Phaistos

(Sumber: http://backscreenpass.blogspot.co.id, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.13 Reruntuhan Istana Phaistos

(Sumber: http://www.dreamstime.com, akses 21 Juni 2016)

BAGIAN 2
BANGSA YUNANI

Sementara itu di wilayah utama Yunani, invasi
barbar, oleh penyerbu dari Utara, sekitar 1900 SM, yang
mungkin berperan dalam memperkenalkan Bahasa
Yunani, tidak diragukan lagi telah memperlambat lahirnya
sebuah peradaban regional di sana. Krete, yang lolos dari
invasi tersebut, mengalami kemajuan pesat melampaui
wilayah utama Yunani selama tiga abad berikutnya,
sehingga kemudian pada akhir abad ke-17 atau awal abad
ke-16 SM, orang-orang di wilayah utama Yunani itu tiba-
tiba menerima seni-seni yang berasal dari Peradaban
Minoan. Penerimaan ini berjalan sampai sedemikian jauh
sehingga wilayah utama Yunani mungkin memang telah
ditakdirkan untuk berasimilasi dengan kebudayaan
Minoan secara utuh.

Peradaban Mycenae, demikian nama peradaban
itu, tumbuh berdampingan dengan Peradaban Minoan
pada sekitar 1480/1450 SM. Seniman-seniman Mycenae
sama pentingnya dengan guru-guru Minoan. Tapi
anehnya, kemudian, tidak lama setelah tahun 1450 SM,
orang-orang Mycenae menyerang dan menduduki istana
Knossos yang memanfaatkannya sebagai kubu
pertahanan untuk menyerang dan menghancurkan pusat-
pusat Peradaban Minoan lainnya di Pulau Krete.

11

12

Gambar 2.1 Peta Wilayah Yunani Kuno

(Sumber: http://www.kenney-mencher.com, akses 24 Juni 2016)

Sebelumnya, Sekitar 1500 SM, Gunung Thera,
yang letaknya 100 km sebelah Utara Krete, meletus, dan
konon dianggap telah menghancurkan aktifitas kehidupan
rakyat Krete. Setelah menguasai wilayah Krete, Mycenae
memperkuat angkatan perangnya dan juga membangun
istana-istana di Mycenae dan Tiryns pada 1300 SM.
Namun tidak lama, sekitar 1200-1150 SM, terjadi
pengrusakan dan perampasan di istana-istana Mycenae,
kecuali sebuah benteng di Athena, oleh orang-orang
barbar dari Utara, yakni Suku Doria. Maka berakhirlah
Peradaban Mycenae yang sebelumnya orang-orang
Mycenae juga telah merontokkan Peradaban Minoan.

13

Istana di Mycenae adalah salah satu peninggalan
Peradaban dan arsitektur Mycenae yang penting di
daratan Yunani Kuno. Istana Mycenae terletak di atas
sebuah bukit, berada di dalam benteng, artinya dikelilingi
oleh dinding perlindungan. Denah ruangannya tidak
serumit istana Knossos. Di salah satu gerbang masuk
istana, di bagian atasnya terdapat dua patung singa
kembar dengan posisi setengah berdiri berhadapan,
hingga dikenal dengan Lion Gate.

Gambar 2.2 Denah Kota Berbenteng (citadel) Mycenae

(Sumber: http://arthistoryresources.net, akses 24 Juni 2016)

14

Gambar 2.3 Reruntuhan Kota Berbenteng (citadel) Mycenae

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.4 Kota Berbenteng (citadel) Mycenae (rekonstruksi)

(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 24 Juni 2016)

15

Gambar 2.5 Lion Gate

(Sumber: http://arthistoryresources.net, akses 24 Juni 2016)

Istana Tiryns yang dibangun tidak jauh dari istana
Mycenae, juga merupakan warisan peradaban suku
bangsa Mycenae yang penting. Istana Tiryns letaknya di
atas bukit.

Arsitektur istana Tiryns memiliki halaman
belakang yang sangat luas (lower terrace). Untuk
memasuki ruang-ruang istana melalui halaman depan
(courtyard dan palace forecourt). Bagian penting yang ada
di istana Tiryns (dan juga Mycenae) adalah megaron.
Megaron (domos) adalah balai pertemuan besar yang
dilengkapi dengan tempat perapian yang berbentuk bulat
besar di tengahnya. Tempat perapian itu memiliki struktur
atap yang didukung oleh empat kolom. Pada bagian atap
terdapat bukaan asap dan berfungsi juga untuk melarikan
diri. singgasana raja terletak ke satu sisi. Keberadaan
tempat perapian di istana Tiryns terkait dengan musim
dingin Eropa yang juga dialami oleh daratan Yunani.

16

Beberapa ruang penting istana Tyrins, dindingnya
dicat dengan band-band dari spiral dan gambar-gambar
adegan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Mycenae, seperti adegan berburu, adegan perang dan
adegan prosesi ritual.

Gambar 2.6 Denah Istana Tyrins

(Sumber: http://class.lism.catholic.edu.au, akses 24 Juni 2016)

Keberadaan benteng pada komplek istana Tiryns
(dan juga di Athena-Mycenae) mengawali tumbuh dan
berkembangnya kota-kota Yunani yang dikenal dengan
Akropolis (negara kota). Orang-orang Yunani hidup di
dalam polis, hal inilah yang membedakan dengan bangsa-
bangsa lain. Dan Peradaban Yunani yang sebenarnya
berawal dari sini.

17

Gambar 2.7 Reruntuhan Istana Tyrins

(Sumber: http://navarinonetwork.org, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.8 Perspektif Istana Tyrins (rekonstruksi)

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 24 Juni 2016

18

Bangsa Yunani tiba di Yunani dalam tiga
gelombang berturut-turut. Yang pertama adalah Bangsa
Ionia, kemudian Bangsa Achaea, dan terakhir Bangsa
Doria. Meskipun penakluk, Bangsa Ionia tampak
mengambil-alih Peradaban Krete secara lengkap. Namun
kemudian Bangsa Ionia disisihkan, dan sebagian
kekuasaannya direbut oleh Bangsa Achaea (sepupu jauh
para pengendara kereta perang Hyksos) yang
menggantikannya (mungkin sekitar 1500-an SM).

Peradaban Mycenae, yang telah melemah karena
peperangan antara Ionia dan Achaea, sepenuhnya
dihancurkan oleh Bangsa Doria, penyerbu Yunani
terakhir. Baik selama masa-masa akhir zaman Mycenae
maupun sesudah kepunahannya, sejumlah penyerbu
telah hidup menetap dan mengembangkan pertanian,
sementara sebagian lainnya terdesak, pertama ke pulau-
pulau sekitar dan ke Asia Kecil, Asia Barat, kemudian ke
Sisilia dan Italia Selatan, dimana mereka mendirikan kota-
kota yang dikembangkan lewat perdagangan bahari. Di
kota-kota bahari inilah Bangsa Yunani pertama kalinya
memberikan sumbangan baru secara kualitatif pada
peradaban; supremasi Athena terjadi belakangan, dan
berkaitan juga dengan kekuatan angkatan laut.

Wilayah Yunani daratan berupa gunung-gunung
dan sebagian besar tanahnya tandus. Tetapi di antara
gunung-gunung itu, yang menyulitkan saling komunikasi
lewat darat, terdapat banyak lembah-lembah subur
dengan akses yang mudah menuju laut. Di masing-masing
lembah itu berkembanglah komunitas kecil yang terpisah
dengan komunitas lain, hidup bertani, di sekeliling kota
yang menjadi pusatnya, yang biasanya dekat laut; ia

19

merupakan kota pelabuhan atau kota dagang. Keadaan
kota yang saling terisolir itu, dan masing-masing terbuka
ke arah laut, maka sifat orang Yunani Kuno adalah
merdeka dan bebas.

Tiap-tiap kota di Yunani Kuno mempunyai
pemerintahan sendiri dan tidak ada hubungan antara
kota satu dengan kota lainnya. Oleh karena jiwa yang
bebas dan merdeka itu, maka pemerintahan kotanya
bersifat demokratis – pemerintahan oleh seluruh warga,
dengan mengecualikan para budak dan kaum perempuan.
Kota-kota semacam ini disebut Negara Kota atau Polis. Di
antara pemerintahan kota yang terkemuka di Yunani pada
saat itu adalah Sparta dan Athena.

Gambar 2.9 Gambar cat (berburu babi) di dinding Istana Tyrins

(Sumber: http://www.kenney-mencher.com,
akses 24 Juni 2016)

20

Gambar 2.10 Megaron Istana Mycenae (sebuah model)

(Sumber: https://arsartisticadventureofmankind.
wordpress.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.11 Interior Megaron Istana Mycenae (sebuah model)

(Sumber: http://www.irasov.com, akses 24 Juni 2016)

BAGIAN 3
SPARTA DAN ATHENA

Negara Kota Sparta terletak di bukit-bukit di atas Padang
Lakedaemon yang terkurung daratan. Penduduk Sparta
adalah kaum bangsawan Doria, yang curiga terhadap
orang luar dan terlalu angkuh untuk mengotori tangan
dengan bekerja. Mereka juga tidak suka berbagi hak milik.
Kalau seorang Sparta meninggal, satu anak laki-laki
menjadi pewaris, dan anak lainnya mencari tanah baru.

Ketika Yunani bangkit dari ‘zaman kegelapan’,
sekitar 750 SM, orang-orang Sparta bersiap memecahkan
‘masalah kembar’ mereka – tenaga kerja dan tanah –
melalui perang. Mereka mulai berlatih taktik baru: Falanx
Hoplite. Falanx adalah barisan rapat, 8 orang ke samping,
8 orang ke belakang. Hoplite adalah prajurit infantri
bersenjata berat. Perlengkapan Hoplite terbuat dari
perunggu dan besi. Lalu, mereka berangkat untuk
memperbudak tetangga mereka di dataran Messenia. Dan
setelah 20 tahun melakukan perlawanan sengit, akhirnya
Messenia berhasil ditaklukkan oleh Bangsa Doria.

Suku Doria (diambil dari nama leluhur legendaris
mereka Dorus), memiliki dialek bahasa yang terdengar
sedikit kasar di telinga orang-orang Selatan yang lebih
beradab. Relatif tak dimanja oleh peradaban, mereka
masih menikmati kebiasaan kesukuan seperti

21

22

musyawarah umum. Dan seperti banyak suku terbelakang
lain, mereka sangat peduli pada sesama mereka, tapi
sangat kejam pada orang luar. Suku Doria melindas
semua yang ada di depan mereka, menduduki sebagian
besar Peloponnesos (paro Selatan Yunani), membuat
penduduknya mengungsi kocar-kacir ke segala arah.

Konstitusi orang-orang Sparta seluruhnya dibuat
oleh seorang pembuat hukum yang hebat dan misterius,
Lykurgos. Garis besarnya: untuk memberikan ‘orang
Sparta sejati’ andil dalam negara, tanah dibagi-bagi
kembali di antara warga kota. Tanah itu diolah para Helot,
penggarap tanah yang ‘memberi’ separo panen mereka
kepada para bangsawan Sparta. Orang Sparta harus
hidup sederhana. Perak, emas, dan perhiasan lainnya
dilarang. Menurut hukum, langit-langit rumah Sparta
harus dibuat kasar dengan kapak. Sang Efor, atau kepala,
diangkat oleh Majelis Warga. Ia memimpin suatu dewan
yang terdiri dari 30 laki-laki ‘terbaik’. Semua orang Sparta
harus bergabung dalam ‘klub makan’ dan sepanjang
hidup harus makan bersama; mereka dilarang makan di
rumah. Perempuan Sparta selalu bebas, menikmati lebih
banyak hak ketimbang perempuan di manapun di Yunani.
Mereka berlatih militer, punya harta, dan memerintah
Sparta ketika kaum laki-laki Sparta berangkat berperang.
Agar semua orang Sparta tahu hukum, hukum itu tak
pernah ditulis, tetapi dinyanyikan dalam festival dari
waktu ke waktu.

Orang Sparta mengutamakan kebugaran jasmani:
bayi penyakitan ditelantarkan sampai mati, dan yang
hidup tidak dimanjakan. Atlet-atlet terbaik dikirim ke
Olimpiade di Elis, yang dimulai sejak 776 SM, dan

23

diselenggarakan setiap empat tahun. Orang Sparta yang
memulai kebiasaan bertanding telanjang di Olimpiade,
biasa berhasil baik dalam pertandingan yang mereka ikuti.

Pada usia 7 tahun anak-anak Sparta meninggalkan
rumah dan masuk asrama. Pada usia 12 tahun, dia
menyerahkan seluruh bajunya dan hanya diberi satu
jubah – pakaian satu-satunya, sekaligus selimut. Pada
umur 16 tahun, dia pergi sendirian untuk beberapa
minggu ‘hidup seperti manusia serigala’, dianjurkan
merampok dan membunuh kaum Helot. Namun jika
tertangkap dia mungkin dicambuk sampai mati – sehingga
yang lain belajar hidup bersama kematian.

Pada 550 SM, Sparta menjadi negara terkuat di
Yunani. Seluruh Peloponnesos gemetar di hadapan para
penghuni Lakedaemonia.

Berbeda dengan kebanyakan orang Yunani
lainnya, orang Athena selalu ada di satu tempat, Athena,
kotanya Dewi Athena, dan pedesaan Attika di
sekelilingnya yang terkenal dengan tanahnya yang jelek
dan hanya bagus untuk membuat guci. Dalam kekacauan
setelah Perang Troya, ketika orang-orang Yunani lainnya
berpindah-pindah dan saling bantai, Athena tetap tak
tertaklukkan. Tapi sejumlah orang Athena memang kabur
menyeberangi Laut Aegean dan mendirikan duabelas kota
Ionia (sesuai dengan nama Suku Bangsa nenek
moyangnya), dan belakangan para perempuan Athena
meniru gaya Ionia.

Perdagangan mengakibatkan kemakmuran yang
melimpah di Yunani Selatan dan kemakmuran ini disusul
oleh meningkatnya jumlah penduduk. Sekitar tahun 600-

24

an SM, karena penduduk di daratan Yunani selalu
bertambah, Bangsa Yunani menyeberang lautan dan
mendirikan tempat kediaman baru di pantai Barat Asia
Kecil, seperti Ionia, Ephesus, Miletus, Pergamum; di Italia
Selatan, seperti Croton dan Sybaris; dan di Sisilia dengan
kota Syracus sebagai kota yang terbesar.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Koloni Yunani Kuno

(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Hingga akhirnya, Bangsa Yunani terlibat pertikaian
dengan Persia yang meluaskan wilayahnya di Asia Kecil.
Pertikaian itu dipicu oleh orang-orang Athena yang
membantu saudaranya di kota-kota koloni Yunani di Asia
Kecil. Dalam pertikaian itu, yang berlangsung antara
tahun 500-494 SM, Bangsa Yunani di Asia Kecil dapat

25

dikalahkan oleh Raja Persia, Darius. Persia terus
menyerang daratan Yunani. Pada 490 SM, terjadi
pertempurang sengit di Maraton, tentara Athena di bawah
komando Miltiades berhasil mengalahkan pasukan Persia.
Berita kemenangan ini disampaikan oleh salah seorang
prajurit Athena dengan berlari dari Maraton hingga
Athena sejauh 42 kilometer lebih (Kejadian itu mengilhami
lari jarak jauh Maraton di Abad Modern).

Gambar 3.2 Peta Peperangan Yunani-Persia

(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Raja Xerxes, pengganti Darius, melanjutkan
peperangan dengan Yunani. Tentara Persia berangkat dari
Sardes, setelah menyeberangi Selat Dardanella, mereka

26

mulai menyerang Yunani dari arah Utara. Meskipun
berhasil menghancurkan Athena, pada akhirnya Persia
dapat dikalahkan pasukan gabungan Athena dan Sparta,
di Plateae, pada 479 SM. Di kemudian hari, Athena
dibangun kembali.

Gambar 3.3 Formasi Militer Yunani Kuno

(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Ribuan orang Yunani daratan yang tak punya
tanah, ada juga yang pergi ke Mesir untuk bekerja
menjadi tentara fir’aun, yang lain datang sebagai
pedagang. Terkesan pada kekayaan Mesir, pedagang
Yunani datang berbondong-bondong sehingga fir’aun
memberikan satu kota, Naukratis, untuk mereka
gunakan. Orang Yunani terkesan dengan agama dan
mistisisme Mesir, hingga mereka mengubah beberapa

27

ritus Yunani dengan meniru cara-cara Mesir yang lebih
beradab.

Di Yunani Utara sejumlah penduduk pedesaan
memuja Dionysos, Dewa Anggur. Mereka memuja
Dionysos dengan meminum berguci guci minuman
sucinya dan berkeliaran dari ujung ke ujung desa pada
malam hari. Dalam keadaan mabuk, mereka menggotong
kambing, sapi jantan, atau bahkan bayi, segala lambang
Dionysos, lalu, dengan gigi dan tangan saja, mereka
merobek-robeknya hingga berkeping-keping. Bagi
kebanyakan orang Yunani, ritus ini kelihatan agak kasar,
sehingga pada mulanya Dionysos tidak popular.

Sementara di Mesir, dalam mitos, tubuh Raja
Osiris juga terpotong-potong. Ratunya, Isis,
mengumpulkan semua potongan tubuhnya, kecuali
penisnya, menyatukan lagi tubuh itu, menambahkan
pembungkus mummi dan falus kayu, dan menghidupkan
Osiris kembali. Orang-orang Yunani yang berada di Mesir
memperhatikan ritus Osiris: drama, doktrin rahasia,
parade boneka Osiris, yang falusnya dikibas-kibaskan
untuk merayakan kebangkitan kembali sang dewa, tanpa
adanya kesadisan. Kemudian mereka membawa tata cara
ritual Osiris ke daratan Yunani. Dan kultus Dionysos –
yang tidak lagi berdarah-darah – segera mendapat
dukungan resmi. Diduga kultus ini tumbuh bersamaan
dengan pertumbuhan perdagangan anggur. Seperti di
Mesir, bagian yang berdarah-darah masih dimainkan, tapi
dalam sandiwara.

Festival Dionysia (Dionysos) Yang Agung (The Great
Dionysia), peristiwa besar bagi tragedi dan komedi di

28

dalam polis dalam masa kejayaan, adalah pengumpulan
warga negara formal yang terbesar dalam kalender; angka
standar memperkirakan total 14.000-17.000 orang.
Mayoritas dari yang hadir adalah warga negara – orang
dewasa, laki-laki yang memiliki hak suara. Duta besar
negara asing dan beberapa tamu dari negara lain juga
hadir.

Ada empat upacara besar yang dilaksanakan di
teater di depan warga negara sebelum pertunjukan
dimulai. Yang pertama, sepuluh orang jenderal, tokoh-
tokoh politik dan militer negara yang terkemuka,
menuangkan a libation untuk pengorbanan pembuka.
Yang kedua, ada pengumuman dari sebuah bentara dari
nama-nama warga negara yang telah menyumbang
sesuatu bagi negara dan telah mendapatkan tanda jasa
atas sumbangan mereka. Yang ketiga, ada sebuah prosesi
yang memperlihatkan semua perak yang dibayarkan
sebagai upeti dari negara-negara dalam kekaisaran
Athena. Yang keempat, ada perarakan ephebes yang ayah-
ayah mereka terbunuh dalam pertempuran membela
negara; anak-anak yatim ini dipelihara dan dididik atas
biaya negara, dan ketika mereka dewasa, mereka
dihadirkan dalam teater, dengan pakaian tempur lengkap,
dan mereka bersumpah untuk bertempur dan mati bagi
negara sebagaimana ayah-ayah mereka.

Agama tradisional orang-orang Yunani menurut
pujangga Yunani, Homerus (Homer), adalah agama yang
tumbuh berdasarkan kepercayaan terhadap kekuatan
alam yang berada di lingkungan hidup orang-orang
Yunani pada masa itu. Hubungan manusia dengan Tuhan
(Dewa) nya bersifat formalistik. Tuhan digambarkan dalam

29

bentuk muka yang menakutkan dan menyeramkan.
Kepala Tuhan digambarkan besar, mulut lebar, mata
melotot, dan rambut panjang tidak teratur. Kedudukan
Tuhan terpisah dari kehidupan masyarakat. Tuhan tidak
menyatu dengan manusia yang memujanya.

Gambar 3.4 Pertunjukan di Teater Dionysia (rekonstruksi)

(Sumber: http://www.allposters.com, akses 24 Juni 2016)

Homerus tidak senang terhadap agama tradisi
orang-orang Yunani, karena selain bentuk Tuhan yang
sangat menakutkan, juga penganutnya terperangkap oleh
tradisi agama itu. Homerus kemudian mengkritik agama
yang mengikat kebebasan manusia itu. Sikap Homerus ini
adalah merupakan perkembangan baru terhadap sistem
kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Tindakan
Homerus ini mempunyai pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, dan dalam perkembangan kemudian, sistem

30

kepercayaan yang hidup di Yunani berubah menjadi
agama yang rasionalistis.

Di dalam sistem agama yang baru, Tuhan tidak
lagi digambarkan dalam bentuk yang mengerikan, tapi
telah dirubah bentuknya seperti bentuk manusia biasa,
yang dikenal dengan istilah anthropomorah (Tuhan
berbentuk manusia). Karena Tuhan sudah berbentuk
manusia, maka Tuhan itu diberi pakaian seperti manusia,
wajah, rambut, hidung dan semua anggota badannya
mengikuti bentuk manusia. Sifat-sifatnya pun
digambarkan seperti halnya dengan manusia yang hidup
di muka bumi ini. Tuhan mempunyai istri dan anak,
berjudi, berpesta sambil menari, minum anggur, dan lain
sebagainya.

Pada 477 SM, sebagian besar Pulau Aegean dan
kota-kota Ionia bergabung dengan Athena dalam
persekutuan militer, Liga Delia. Masing-masing kota
setuju untuk memberi sumbangan tahunan dalam bentuk
kapal atau uang pada liga. Banyak sekutu yang merasa
lebih mudah menyumbang uang; Athena selalu
menyumbang kapal. Pada 468 SM, ketika anggota liga,
Naxos, tak mau menyumbang, Athena menyerang Naxos
dan mengambil uangnya. Dengan angkatan laut yang
hampir semuanya berasal dari Athena, dan dibiayai pajak
oleh sekutu lainnya, ‘liga’ jadi dikenal sebagai
kemaharajaan Athena.

Masa 470-an SM dikenang oleh warga sesudahnya
sebagai ‘masa lalu yang bahagia’ ketika para sekutu setia,
Sparta bersahabat, dan para warga kaya mengatur negara.
‘Masa lalu bahagia’ secara resmi berakhir pada 463 SM,
dengan bangkitnya kelompok politik baru, bernama

31

Demokrat Radikal. Kaum radikal memperjuangkan hak
politik lebih besar untuk kelas bawah. Mereka umumnya
memusuhi pemerintah aristokrat, dan juga memusuhi
Sparta. Akhirnya, pada 461 SM, kaum radikal sekarang
berkuasa. Setelah dua bulan memerintah, pemimpin
radikal, Efialtes, terbunuh. Tokoh Demokrat yang
menggantikan Efialtes, yaitu Perikles, terus mendominasi
politik Athena selama tigapuluh tahun berikutnya.

Zaman keemasan Athena disebut Zaman Periklean.
Tidak korup, kalem, menjaga jarak, berwawasan masa
depan, cerdik, tegar, dan pembicara yang menggeledek,
Perikles disebut Sang Olympian (dari gunung Olympus,
kediaman para dewa).

Gambar 3.5 Perikles

(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

32

Berikut adalah pemerintahan Perikles: Majelis
warga laki-laki, memutuskan hampir segala urusan.
Ruang sidang majelis menampung 18.000 orang, sebagian
besarnya adalah jago bicara. Dewan beranggotakan 500
orang, yang dipilih setiap tahunnya dengan undian,
menentukan agenda majelis. Setiap bulan (kalender
Athena terdiri dari sepuluh bulan), 50 anggota bergiliran
bertugas selama 24 jam di Gedung Bulat. Tuntutan
hukum dan kejahatan diadili oleh juri berjumlah 501,
1001, atau lebih; tak boleh ada pengacara. Hakim atau
Arkhon, dipilih lewat pemilu; inilah Saung Agung Arkhon,
yang selalu berasal dari sisa keluarga Kerajaan Athena
Kuno. Sepuluh jenderal yang dipilih lewat pemilu
mengurus masalah militer. Areopagus atau Majelis orang
kaya masih bersidang, tapi kekuasaannya berkurang.

Ya, inilah demokrasi total – tapi tetap saja
perempuan dan budak tidak dianggap, padahal
seharusnya demikian. Dan demokrasi itu juga tidak punya
presiden atau perdana mentri. Warga terkemuka, seperti
Perikles, hanya dapat mempengaruhi Athena melalui
bujukan, dan segera setelah mulai berkuasa, Perikles
membujuk Athena untuk berperang. Selama limabelas
tahun mereka berperang untuk memperluas wilayah
kekuasaan dan pengaruh mereka, bahkan sampai ke
Mesir, sampai mereka jenuh, pada 445 SM, terwujud
perdamaian. Pada 445 SM, Athena, ibukota kemaharajaan
yang kaya akhirnya damai, dan ribuan laki-laki yang biasa
mengandalkan perang untuk nafkah, mendadak jadi
pengangguran.

33

Bagi pengunjung, Athena pada 445 SM, tak
tampak seperti ibukota kemaharajaan, kotanya jorok –
Akropolis masih polos. Maka Perikles mengusulkan untuk
menyalurkan pendapatan kemaharajaan – dan para pelaut
serta prajurit yang nganggur – untuk mempercantik
Athena dengan kuil-kuil, patung-patung, lukisan-lukisan,
taman umum, dan sarana olah raga. Majelis menyetujui
proyek pekerjaan umum itu, dan pembangunan dimulai.
Sebenarnya sebagian besar pekerja bukan orang Athena
merdeka, melainkan budak. Dari mana budak itu ?
Athena yang kerap menang perang, mendapat banyak
budak dalam perang. Budak dianggap bukan sebagai
warga-negara.

Pada zaman Perikles, warga negara yang
jumlahnya 40.000 orang menghasilkan sejumlah seniman,
penulis, dan pemikir terbesar dalam sejarah. Dramawan
Sofokles (496-406 SM) menyempurnakan seni tragedi,
meletakkan dasar segala drama Barat setelahnya. Fidias
(500-sekitar 430 SM) adalah pematung paling kesohor
pada Zaman Yunani Kuno.

Sebelum Fidias, patung berbentuk kaku. Apa
kesamaan para seniman itu ? proporsi seimbang,
kemurnian ekspresi, ornamen tak berlebihan, emosi yang
dikendalikan nalar – itulah unsur-unsur gaya klasik yang
mencapai puncaknya di satu bangunan. Bangunan itu
adalah Parthenon, Kuil Athena yang membuat terpana
para pelancong zaman dahulu maupun sekarang. Di
bagian dalamnya yang teduh berdirilah patung raksasa
Athena dari gading dan emas yang dipahat Fidias. Para
arsiteknya membuat bangunan menjadi lebih enak dilihat

34

dengan sedikit kemiringan tiangnya ke dalam dan
mengangkat lantai membentuk lengkung yang lembut.
Panel-panel berwarna cemerlang memeriahkan marmer
putih yang mengkilap.

Gambar 3.6 Reruntuhan Kuil Parthenon

(Sumber: http://www.britannica.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 3.7 Kuil Parthenon (rekonstruksi)

(Sumber: https://www.tripadvisor.com.pe, akses 24 Juni 2016)

35

Gambar 3.8 Dewi Athena di Kuil Parthenon (rekonstruksi)

(Sumber: https://ferrelljenkins.wordpress.com, akses 24 Juni 2016)

Nama ‘Parthenon’ berasal dari ‘parthenos’ berarti
‘sang perawan’, dilahirkan secara perawan pula – muncul
berbentuk dewasa dari kening Zeus, tanpa ibu. Parthenon
memiliki tiang marmer putih yang menopang atap
bergenteng merah berhias emas dan patung-patung yang
warnanya benar-benar hidup. Orang Yunani suka
mengecat patung-patung marmer, tetapi warnanya
dipudarkan waktu. Duaribu tahun kemudian ketika
arsitektur klasik dihidupkan kembali, warna terlupakan.
Inilah mengapa bangunan neo-klasik tampak kelabu dan
tidak hidup.

Pada akhir 430-an SM, Athena agresif lagi,
berseteru dengan sejumlah sekutu Sparta. Jelaslah
Perikles menghendaki perang. Pada 431 SM, Sparta sudah
cukup terpancing, dan tentaranya berbaris ke Utara
untuk membakar ladang-ladang Athena. Perikles
mengusulkan strategi: semua penghuni pedesaan Athena

36

harus meninggalkan ladang mereka dan masuk tembok
kota. Dengan angkatan laut, kemaharajaan dan uangnya,
Athena dapat dengan mudah membeli dan mengimpor
banyak makanan selama perang. Tapi kota menjadi
sumpek. Seperti dinyatakan teori kuman penyakit,
kerumunan itu jadi tempat mikroba berpesta. Pada musim
panas 430 dan 429 SM, wabah datang lewat kapal,
membunuh seperempat dari orang-orang yang berjubel
dalam tembok Athena. Guncangan itu terlalu berat buat
Perikles, hingga ia mati pada 429 SM. Akhirnya pada 421
SM, Sparta dan Athena menyepakati genjatan senjata.

Perikles, sosok negarawan yang membawa Yunani
mencapai puncak kejayaannya, menjadi penyumbang
besar Peradaban Hellenis. Kata ‘Hellenis’ yang merupakan
nama umum baru orang-orang Yunani, berarti ‘penduduk
Kota Hellas’, sebuah distrik di Yunani Tengah yang
mempunyai banyak kuil seperti Kuil Artemis di Athena
dekat Thermopylae, Kuil Dewa Apollo dan Kuil Dewa
Dionysos di Delphi. Kuil kembar ini dikelola oleh dua belas
wilayah negara kota Yunani yang berdampingan
(Amfiksionis). Pengembangan wilayah ini dilakukan sambil
menyebarluaskan nama ‘Hellas’ dan ‘Hellenis’, sebagai
penanda peradaban baru yang tumbuh di Lembah Aegean
abad 11 SM yang semakin meluas sejak abad 8 SM.
Sehingga, abad 8 SM dianggap sebagai awal mula
pengetahuan tentang Yunani Kuno, yakni saat
merebaknya Peradaban Hellenis.

BAGIAN 4
PARA FILSUF YUNANI

Kebebasan berpikir Yunani telah melahirkan
orang-orang yang memahami fenomena alam semesta
dengan menggunakan metode berpikir, logika,
pengamatan, dan bahkan beberapa percobaan; dan ini
mengawali studi filsafat (bahasa Yunani: philosophos =
pencinta kebijaksanaan). Filsafat adalah sesuatu yang
berada di tengah-tengah antara sains dan teologi. Semua
pengetahuan definitif masuk ke dalam sains, dan semua
dogma, yang melampaui pengetahuan definitif, masuk ke
dalam teologi. Tetapi, di antara sains dan teologi terdapat
sebuah wilayah yang tidak ‘bertuan’ yang disebut filsafat.
Hampir semua persoalan yang sangat menarik bagi
pikiran-pikiran spekulatif tidak bisa dijawab oleh sains,
dan jawaban-jawaban yang meyakinkan dari para teolog
tidak lagi terlihat begitu meyakinkan.

Filsuf ilmiah pertama yang dikenal adalah Thales
(636-546 SM) dari Miletus, di Asia Kecil, sebuah kota
niaga yang maju. Ia percaya bahwa segala sesuatu berasal
dari air, dan terdiri dari air, dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Dia juga menghitung tinggi piramida dengan
mengukur bayangannya.

Murid Thales, Anaximander (610-545 SM), menolak
gagasan bahwa segala sesuatunya berasal dari air. Dia

37

38

menganggap bumi berevolusi dan orang adalah keturunan
ikan. Anaximander juga membawa jam matahari, alat dari
Babilonia ke Yunani; dan berteori tentang jagat raya. Ia
konon adalah orang pertama yang membuat peta. Ia
berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti silinder.
Anaximenes (570-500 SM), yang juga dari Miletus, berkata
bahwa segala sesuatu terbuat dari berbagai bentuk udara,
dan bahwa pelangi adalah sesuatu yang alamiah bukan
ghaib dari dewa.

Sementara itu, Phytagoras (540-480 SM) dari
Samos, yakin bahwa matematika bisa menjawab
kebanyakan pertanyaan, dan bahwa segala sesuatu
adalah angka. Kepercayaan pada bilangan tersebut,
membawa Pythagoras ke wilayah-wilayah memukau.
Dengan mempelajari getaran dawai, ia menemukan
harmoni musik yang bisa dituliskan sebagai nisbah
bilangan bulat tertentu. Dalam geometri, ia membuktikan
Teorema Pythagoras: pada segitiga siku-siku, jumlah
kuadrat dua sisi siku-sikunya sama dengan kuadrat garis
miringnya (‘Hipotenusa’).

Dalam bidang filsafat, rupanya Athena hanya
menyumbang dua nama besar: Sokrates (469-399 SM) dan
Plato (427-348 SM). Apa yang kita ketahui tentang
Sokrates berasal dari catatan muridnya, Plato.

Sokrates selalu bertanya dan mencari tahu tentang
segalanya yang ada di sekelilingnya. Ia percaya bahwa
orang, apabila ditanya dengan cara yang benar, akan
mendapatkan jawaban dari dalam dirinya sendiri, dan
dengan demikian mendidik diri sendiri. Dari sinilah
muncul tradisi Sokrates, menambah pengetahuan dengan
cara bertanya, yaitu dialog. Dan banyak muridnya dari

39

kalangan anak muda. Namun, pada usia 70 tahun, ia
dituduh menyesatkan dan merusak kehidupan anak-anak
muda Athena dengan pertanyaan-pertanyaannya; ia
kemudian dihukum mati dengan minum racun.

Tujuan filsafat Sokrates ialah mencari kebenaran
yang berlaku untuk selama-lamanya. Pandangannya
sangat berbeda dengan guru-guru sofis yang mengajarkan
bahwa semuanya adalah relatif dan subyektif, dan harus
dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Kaum sofis
beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif
kebenarannya, dan tidak ada pengetahuan yang bersifat
umum. Sokrates berpendapat bahwa kebenaran itu ada
yang tetap dan bersifat umum, dan harus dicari.

Filsafat Sokrates adalah suatu reaksi dan suatu
kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami
perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 M, istilah itu
berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 M, para
sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”,
melainkan “filosofis”, filsuf. Sementara sebutan “sofis”
dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari kota ke
kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak
harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang
menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang
tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang
-orang yang minta uang bagi ajaran mereka.

Sokrates mengajarkan cara berfikir dengan konsep
pertanyaan yang dilontarkan pada lawan bicara. Setelah
mendapatkan jawaban dari pertanyaan pertama, maka
dilakukan pertanyaan kedua untuk mendapatkan jawaban
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, sehingga kita

40

bisa mengambil kesimpulan dari jawaban-jawaban tadi.
Hal ini bisa dianggap sebagai metode dialektika.
Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan yang
umum dari berbagai jawaban yang bersifat khusus.
Metode seperti ini juga dinamakan metode induksi.

Sokrates menganggap bahwa objek yang sangat
penting bagi filsafat bukanlah alam seperti apa yang telah
disinggung oleh para pendahulunya, akan tetapi adalah
manusia. Manusia bagi Sokrates haruslah menjadi sosok
yang bersifat melindungi baik alam maupun sesamanya.
Oleh karenanya, Sokrates dalam kehidupanya jarang
sekali membicarakan masalah alam, sebab baginya alam
adalah urusan tuhan. Dunia ini dijadikan dari apa dan
untuk tujuan apa dunia diciptakan merupakan urusan
tuhan semata, manusia hanyalah pemelihara alam yang
telah dititipkan kepadanya sebagai mahkluk yang berakal.

Tentang jiwa manusia, Sokrates mengatakan
bahwa jiwa adalah intisari manusia, hakekat manusia
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Menurut
Sokrates, manusia wajib mengutamakan kebahagiaan
jiwanya dari pada kebahagiaan tubuhnya atau
kebahagiaan yang lahiriah. Manusia harus membuat
jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau hanya
hidup saja, hal tersebut belum ada artinya.

Pendirian Sokrates yang terkenal adalah
“Keutamaan adalah Pengetahuan”. Manusia yang memiliki
keutamaan tentu menjadikan dia dapat hidup dengan
baik, dengan cara mempraktekkan pengetahuan yang
dimilikinya tentang bagaimana hidup baik itu. Jadi baik
dan jahat perilaku manusia dikaitkan dengan soal
pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.


Click to View FlipBook Version