The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2020-01-12 09:57:39

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Peradaban Dan Arsitektur Klasik Yunani Romawi

Keywords: Peradaban,Arsitektur,Klasik,Yunani,Romawi

41

Sokrates percaya bahwa ada kehidupan setelah
mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke
dunia selanjutnya. Orang mati hanya meninggalkan jasad.
Sokrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum
manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui.
Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh manusia,
tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada
asalnya semua. Dalam kematian, yang hancur luluh
adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal (abadi).

Setelah kematian Sokrates, sebagai muridnya,
Plato membuka sekolah filsafat yang dinamakan
akademia, di Athena pada tahun 387 SM. Salah satu
murid akademia ini adalah Aristoteles (384-322 SM) dari
Stagira di Thracea.

Gambar 4.1 Filosof Besar Yunani Kuno

(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Plato adalah salah satu filsuf terbesar sepanjang
masa. Ia lahir sekitar 427 SM, dekat dengan waktu
kematian Perikels, dan ia meninggal pada 348 SM, tak
lama setelah kelahiran Aleksander Agung. Plato lahir di

42

Athena, dari keluarga yang kaya dan kuat. Gagasan-
gagasan Plato telah ikut membentuk pondasi peradaban
Barat, mulai dari bidang filsafat, etika, estetika, politik,
astronomi, matematika, metafisika, fisika, pemerintahan,
hingga ilmu logika.

Karya-karya Plato semuanya berbentuk dialog,
terbagi ke dalam tiga periode dialog. Pertama, Dialog Awal,
meliputi: Apologia, Hippias Meizon (minor), Hippias Elatton
(mayor), Laches, Xarmides, Protagoras, Eutyphron, Menon,
Gorgias, Euthydemos, Lysis, Menexenos. Kedua, Dialog
Pertengahan, meliputi: Politeria, Phaidros, Phaidon,
Symposion, Republica. Dan ketiga, Dialog Akhir, meliputi:
Theaitetos, Parmenides, Sophistes, Politikos, Philebos,
Timaeus, kritias, Nomoi.

Seluruh filsafat Plato bertumpu pada penalaran
tentang Dunia Ide. Ia mengajarkan bahwa dunia yang
kelihatan hanyalah merupakan bayangan dari dunia yang
asli yaitu dunia ide-ide yang abadi. Jiwa manusia berasal
dari dunia ide yang terkurung di dalam tubuh. Manusia
itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia
pengalaman dan dunia ide. Dunia pengalaman memiliki
sifat tidak tetap, bermacam-macam, dan berubah-ubah.
Sementara, dunia ide memiliki sifat tetap, hanya satu
macam, dan tidak berubah-ubah. Dunia pengalaman
merupakan bayang-bayang dari dunia ide. Sedangkan
dunia ide sendiri merupakan dunia yang sesungguhnya,
yaitu dunia realitas. Dengan demikian, dunia yang
sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide. Dunia
ide ini hanya dapat ditangkap oleh akal.

Menurut Plato, ide mendasari dan menyebabkan
benda-benda jasmani (yang bisa ditangkap panca indera).

43

Hubungan antara ide dan realitas jasmani bersifat
sedemikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa
berada tanpa pendasaran oleh ide-ide itu. Hubungan
antara ide dan realitas jasmani ini melalui tiga cara:
pertama, ide hadir dalam benda-benda konkrit, kedua,
benda konkrit mengambil bagian dalam ide, dan ketiga,
ide merupakan model atau contoh bagi benda-benda
konkrit. Benda-benda konkrit itu merupakan gambaran
tak sempurna yang menyerupai model tersebut.

Pandangan Plato tentang ide, mempengaruhinya
dalam menilai karya seni. Plato menilai karya seni
sebagai mimesis (tiruan). Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realitas yang ada. Realitas yang ada
adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah
yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik,
dan lebih indah daripada yang nyata ini. Keindahan yang
sesungguhnya terletak pada dunia ide. Kesederhanaan
adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta
maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan
yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan
semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang
lebih rendah.

Ajaran Plato tentang manusia dalam sejarah
filsafat dinamakan “dualisme”. Menurut Plato, manusia itu
terdiri atas jiwa dan tubuh. Jiwa dan tubuh tidak
merupakan kesatuan. Jiwa dan tubuh dipandang sebagai
dua kenyataan yang harus dibedakan dan dipisahkan.
Jiwa berada sendiri.

Jiwa terdiri dari tiga bagian atau fungsi: bagian
rasional, bagian keberanian, dan bagian keinginan. Plato

44

menghubungkan ketiga bagian dengan masing-masing
keutamaan. Bagian rasional memiliki hubungan dengan
keutamaan kebijaksanaan. Bagian keberanian memiliki
hubungan dengan keutamaan kegagahan. Bagian
keinginan memiliki hubungan dengan pengendalian diri.

Dalam Timaeus (deskrpsi dialog antara Sokrates,
Timaeus, Hermokrates, dan Kritias), sebuah dokumen
yang sangat berpengaruh dalam pembentukan teori
arsitektur Dunia Barat, Plato menyatakan bahwa segala
sesuatu harus mewadaq, kasat mata, dan teraba. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat kasat mata tanpa adanya api.
Tidak ada sesuatu pun yang dapat teraba kecuali
bermassa. Tidak ada sesuatu pun yang bermassa tanpa
adanya unsur tanah. Maka Tuhan pun menciptakan
dunia dari api dan tanah. Tuhan membuat dunia ini
sebagai kesatuan yang kasat mata dan teraba dengan
menambahkan dan meletakkan unsur air dan udara di
antara api dan tanah sedemikian rupa sehingga antara
yang satu dengan lainnya sebanding (God accordingly set
air and water between fire and earth, and making them as
far as possible exactly proportional, thus he compacted and
constructed a universe visible and tangible). (Archer-Hind,
1888:97-99).

Empat elemen mendasari bentuk-bentuk geometri:
tetrahedron (4 bidang), hexahedron(6 bidang), oktahedron
(8 bidang), dan ikosahedron (20 bidang), dimana masing-
masing bentuk tersebut menggambarkan elemen api,
tanah, udara, dan air. Plato sempat menyebut elemen
kelima. Api diasosiasikan dengan bentuk 4 bidang, tanah
diasosiasikan dengan bentuk 6 bidang, udara
diasosiasikan dengan bentuk 8 bidang, air diasosiasikan

45

dengan bentuk 20 bidang, dan elemen kelima
diasosiasikan dengan bentuk 12 bidang (dodekahedron).
Bentuk-bentuk ini kemudian lebih dikenal dengan nama
Platonic Solid (Padatan Platonik). Belakangan, Aristoteles
menyebut eter sebagai elemen kelima.

Tentang eksistensi dan ruang, Plato, dalam
Timaeus, memberi penjelasan sebagai berikut. Terdapat
jenis pertama, yaitu Yang Ada (Being): ide yang senantiasa
tetap, tak diciptakan dan tak termusnahkan, tak pernah
menerima apapun ke dalam dirinya sendiri dari ketiadaan,
tak pula ia keluar menuju apa pun yang lain, melainkan
tak terlihat dan tak tercerap oleh indera apapun, dan
itulah yang dapat ditangkap melalui kontemplasi yang
dimiliki oleh pikiran. Dan ada jenis kedua yang bernama
seperti itu: dapat diterima akal (sensible), tercipta dan
senantiasa bergerak, datang untuk berada di tempat yang
tertentu dan kemudian musnah dari tempatnya, yang
dipahami oleh opini dan sensasi. Dan ada jenis ketiga,
yaitu ruang: yang abadi, terhindar dari kemusnahan, dan
menyediakan tempat bagi semua ciptaan yang datang
untuk menjadi Yang Ada (Being), dan bisa dipahami tanpa
sensasi, melainkan dengan akal yang tak murni, dan ia
hampir tidak nyata (hardly matter of belief); sesuatu yang
kita lihat seperti dalam mimpi, dan demikianlah segala
eksistensi pasti berada di suatu ruang (space) dan
menempati suatu tempat (place), sedangkan apa yang tak
berada di langit atau di bumi adalah sia-sia (tak
bereksistensi). (Archer-Hind, 1888:183-185; Russel,
2002:198).

46

Filsuf besar ketiga Yunani Kuno adalah Aristoteles.
Pada 343 SM, Aristoteles menjadi guru bagi seorang
Pangeran Macedonia berumur 13 tahun, Alexander. Ketika
berusia 20 tahun (336 SM), Alexander siap menaklukkan
dunia. Pada 337 SM, ayah Alexander, Philip, nyaris telah
menaklukkan hampir seluruh Yunani. Athena tidak lagi
merdeka. Pada 335 SM, Aristoteles kembali ke Athena dan
mendirikan sekolahnya sendiri, Lykeum. Aristoteles
menyarankan agar orang dibiarkan bebas mencari
kebenaran, terutama dengan logika dan deduksi, dan juga
dengan mengamati dunia nyata.

Karya-karya Aristoteles, yang kemudian banyak
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yaitu Organon
(terdiri atas: Categories, On Interpretation, Prior Analitics,
Posterior Analytics, Topics, On Sophistical Refutations),
Physics, On the Heavens, On Generation and Corruption,
Meteorology, On the Soul, Parva Naturalia, History of
Animal, On the Parts of Animals, On the Motion of Animals,
On the Gait of Animals, On the Generation of Animals,
Metaphysics, Nicomachean Ethics, Politics, Athenian
Constitution, Rhetoric, dan Poetics.

Dalam Organon (Prior and Posterior Analitics),
Aristoteles menjelaskan, bahwa pengetahuan baru dapat
dihasilkan melalui dua cara yaitu induksi dan deduksi.
Induksi yaitu bertolak dari kasus-kasus yang khusus
menghasilkan pengetahuan tentang yang umum.
Sedangkan deduksi bertolak dari dua kasus yang tidak
disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran
yang ketiga. Cara deduksi inilah yang di sebut silogisme.
Induksi tergantung pada pengetahuan indrawi, sedangkan
deduksi atau silogisme sama sekali lepas dari pegetahuan

47

indrawi. Itula sebabnya mengapa Aristoteles menganggap
deduksi sebagai salah satu cara, selain induksi, menuju
pengetahuan baru. Contoh pemikiran silogisme: semua
manusia akan mati (premis mayor), Aristoteles seorang
manusia (premis minor), dengan demikian, Aristoteles
akan mati (kesimpulan).

Pandangan-pandangan Aristoteles tidak jarang
berbeda dengan gurunya, Plato. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita,
sementara Aristoteles berpendapat bahwa realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles
mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk
mencapai pengetahuan yang sempurna. Akal merupakan
ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-
makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong
sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut
Aristoteles, pada manusia tidak ada ide bawaan.

Tentang alam semesta, Aristoteles menuturkan
sebagai berikut. Segala sesuatu di bawah bulan tunduk
pada kebangkitan dan keruntuhan; sedangkan dari bulan
ke atas, segala sesuatu tidak dibangkitkan dan tidak
diruntuhkan. Bumi, yang bentuknya bulat, berada di
pusat alam semesta. Di dalam lingkungan sublunary,
segala sesuatu tersusun dari empat unsur (elemen), ialah
tanah, air, udara, dan api; namun masih ada unsur
kelima (eter), yang menyusun benda-benda langit.
Gerakan alami unsur-unsur di bumi adalah lurus, namun
gerakan unsur kelima adalah sirkular. Langit berbentuk
bulat sempurna, dan bagian yang lebih atas lebih suci
daripada bagian yang lebih bawah. Bintang-bintang dan

48

planet-planet tidak tersusun dari api, melainkan dari
unsur kelima; gerakan mereka bersumber dari gerakan
bola di mana mereka melekat. (Russel, 2002:281).

Aristoteles juga menjelaskan tentang matter
(materi?) dan form (bentuk?). Matter dan form itu bersatu,
matter memberikan subtansi sesuatu, form memberikan
pelingkupnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form.
Matter itu potensial dan form itu aktualitas. Namun ada
sesuatu yang murni form, tanpa matter yaitu Tuhan.
Aristoteles percaya adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan
menurutnya adalah Tuhan sebagai yang pertama
penyebab gerak (a first cause of motion).

Tentang jiwa dan tubuh, Aristoteles berpendapat
bahwa jiwa dan tubuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa
adalah bentuk dan tubuh adalah materi. Jiwa merupakan
asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan.
Jiwa adalah penggrak tubuh. Kehendak jiwa menentukan
perbuatan dan tujuan yang akan dicapai. Secara spesifik
jiwa adalah pengendali atas reproduksi, pergerakan dan
persepsi. Aristoteles mengibaratkan jiwa dan tubuh
bagaikan kampak. Jika kampak adalah benda hidup,
maka tubuhya adalah kayu atau metal, sedangkan
jiwanya adalah kemampuan untuk membelah. Sebuah
kampak tidak bisa disebut kampak apabila tidak bisa
untuk membelah atau memotong. Tubuh bisa mati dan
oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati. Seperti
kampak tadi yang kehilangan kemampuannya, manusia
juga demikian ketika mati, ia akan kehilangan
kemampuan berfikir dan berkehendak.

Tentang manusia dan politik negara, Aristoteles
menekankan bahwa tujuan alamiah manusia adalah

49

kebahagiaan. Kebahagiaan adalah aktivitas jiwa agar
sesuai dengan kebijakan yang sempurna. Kebahagiaan
yang sejati hanya mampu dicapai dengan mengupayakan
kehidupan moral dan kebaikan intelektual. Sebagai
mahluk hidup manusia memerlukan kebersamaan sosial
dan politik dengan semua yang implikasinya untuk
memperoleh keuntungan, kesempatan pendidikan,
pertumbuhan asketik, keilmuan moral dan pengetahuan
yang luas. Terbentuknya suatu negara yang bermula dari
kehidupan manusia secara terpisah yang kemudian
membentuk komunitas yang lebih besar merupakan
proses alamiah yang didirikan atas struktur faktual watak
manusia.

Tentang keindahan, Aristoteles menyatakan bahwa
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni
ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni
adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil
chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke
luar, yang disertai dorongan normatif. Dorongan normatif
yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi
wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru
dari apa yang ada di dalam kenyataan.

Dalam bidang arsitektur, Aristoteles menyumbang
teori topos. Arsitoteles merangkum karakteristik hakiki
ruang sebagai berikut: (a) tempat melingkupi objek yang
ada padanya (Place is what contains that of which it is the
place); (b) tempat bukan bagian dari yang dilingkupinya
(Place is no part of the thing); (c) tempat sesuatu objek
tidak lebih besar dan tidak lebih kecil daripada objek
tersebut (The immediate place of a thing is neither less nor

50

greater than the thing); (d) tempat dapat ditinggalkan oleh
objek dan dapat dipisahkan dari objek itu (Place can be left
behind by the thing and is separable); dan (e) tempat selalu
mengikuti objek, meskipun objek terus berpindah ke atas
dan ke bawah sampai berhenti pada posisinya (All place
admits of the distinction of up and down, and each of the
bodies is naturally carried to its appropriate place and rests
there, and this makes the place either up or down). (Ross,
tt:684-685); van de Ven,1991:18-19).

Gambar 4.2 Platonic Solids

(Sumber: http://www.archiestudio.in, akses 28 Juni 2016)

BAGIAN 5
ARSITEKTUR YUNANI

Di bidang arsitektur, berkembang tiga aliran –
order – yang didasarkan pada susunan atau konstruksi
kolom dan balok pada bangunan, terutama kuil, yaitu
order Dorik, Ionik, dan Korinthian. Masing-masing order
mempunyai ciri khas.

Gambar 5.1 Order Yunani

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 2 Juli 2016)

51

52

Order Dorik, (Doric) yang dikembangkan mula-
mula oleh Suku Bangsa Doria, bentuknya sederhana dan
terkesan kokoh, mempunyai ciri-ciri : kolom bulat gemuk,
berdiri tanpa base, kapitel tanpa ornamen. Salah satu
peninggalan bangunan ber-order Dorik adalah Kuil
Parthenon di Akropolis Athena.

Order Ionik (Ionic) mula-mula dikembangkan oleh
Suku Bangsa Ionia, bentuknya agak rumit terutama pada
bagian atas kolom, dan terkesan anggun, memiliki ciri-ciri
: kolom bulat ramping, mempunyai base pada bagian
bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen dengan motif
hiasan flora dan fauna. Order Ionik dapat dijumpai pada
Kuil Erechtheion di Akropolis Athena.

Sementara order Korinthian (Corinthian) mula-
mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan
kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi,
bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian
atas kolom, dan terkesan elegan, memiliki ciri-ciri : kolom
bulat ramping, mempunyai base pada bagian bawah
kolom, kapitel dipenuhi ornamen, paling banyak dengan
motih flora, berupa daun Acanthus. Ornamen pada balok –
Entablature – order Korinthian umumnya juga lebih rumit
dan indah dibandingkan dengan order Dorik dan Ionik.

Sementara pertumbuhan dan perkembangan kota-
kota Yunani Kuno, pada umumnya, bermula dari suatu
tempat yang dibentengi untuk suatu perlindungan.
Kemudian secara bertahap menjadi singgasana kekuatan
yang dominan dan akhirnya menjadi area yang sakral,
dimana kuil, monumen, dan altar terletak. Akropolis, inti
dari kota-kota Yunani Kuno, dibentengi tapi tidak pernah
menjadi bagian dari perbentengan hunian/permukiman

53

yang merentang di bawahnya. Selama permulaan abad
kuno, Akropolis juga menjadi tempat berkumpul, sebuah
fungsi yang kemudian digantikan oleh Agora dengan
perkembangan dan pertumbuhan kota selanjutnya.

Hippodamus, kelahiran Miletus pada 480 SM, yang
dianggap sebagai salah seorang perencana kota kuno
Yunani, mengembangkan konsep sebuah Agora – sebuah
pasar sentral – yang diatur disepanjang garis-garis segi
empat. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan.
Di beberapa kota periode awal, Agora ditemukan dekat
gerbang kota. Aristoteles mempertalikan nama
Hippodamus pada penemuan metode pembagian kota
dengan penyediaan tapak untuk tujuan publik seperti
kuil, kantor-kantor pemerintah, teater, stadium,
gymnasium dan Agora, dan mengatur hunian di sepanjang
jalan lurus dari susunan yang cukup lebar pada sebuah
grid atau lebih dikenal dengan pola papan catur. Agora
tersebut berbeda dari lapangan majelis politik rakyat yang
disebut pnix, tetapi sering kali berdekatan letaknya. Di
lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Terdapat
beberapa bukti bahwa peraturan-peraturan bangunan
telah dikembangkan untuk mencegah pelanggaran
perorangan pada tempat-tempat publik dan jalur umum.

Tanpa keraguan, keberadaan kuil, patung, dan
monumen yang lain dari Akropolis membuktikan bahwa
permulaan Yunani telah mencoba secara sadar untuk
mempercantik dan menghias areal sakral mereka. Tetapi
cukup jelas bahwa mereka tidak mengarahkan kepada
jenis penyatuan dan integrasi ruang. Teknik pendefinisian
ruang pada kesetaraan skala dengan kebutuhan manusia

54

belum dikembangkan oleh Yunani. Pada umumnya
keinginan untuk membentuk ruang berkembang sangat
lambat setelah abad 5 SM, secara perlahan meningkat
hingga pada puncaknya pada zaman arsitektur dan
perencanaan kota Romawi.

Akropolis Athena adalah sebuah pemandangan
dari eksperimen arsitektural secara terus-menerus yang
mencapai puncaknya pada zaman Perikles; ia
memperlihatkan sebuah kemegahan, keagungan dan
martabat yang tidak ada sejajarnya dengan Peradaban
Dunia Kuno manapun.

Akropolis dikelilingi tembok; masuk ke dalamnya
harus melewati Propylea. Di bagian atas tapak, terdapat
Kuil Parthenon yang terkesan agung; dan Kuil Erechtheion
yang anggun, juga ada Kuil Nike Athena yang sederhana
dan elegan, dan kuil-kuil lainnya yang disertai patung-
patung yang kesemuanya berkombinasi menghasilkan
sebuah halaman yang sifatnya religius. Di luar tembok
bagian Selatan terdapat Teater Dionysos, menjadi tempat
lahirnya drama-drama Yunani. Teater Dionysos yang
dibangun pada tahun 330 SM, seluruhnya dapat
menampung 18.000 penonton, suatu ukuran luar biasa
besar pada masa itu.

Di luar Akropolis yang berada di atas bukit di
Athena, terdapat komplek lain yang juga penting yakni
Agora. Pada mulanya, Agora merupakan sebuah tempat
untuk perkumpulan politik dan pertemuan wakil rakyat.
Kemudian berubah secara bertahap menjadi sebuah pusat
untuk kegiatan pasar, dan akhirnya kegiatan komersial
sangat mendominasi Agora. Sedangkan fungsi politik

55

Agora diambil alih oleh pertemuan wakil rakyat di areal
sakral Akropolis.

Selama periode kuno, dari akhir abad 8 SM hingga
menjelang abad 5 SM, tata letak Agora Athena belumlah
teratur dan kurang terorganisir, hanya didefinisikan oleh
bentuk kondisi topografi. Faktor penentu yang
menghalangi keteraturan adalah arah dari Rute
Panathenaik, sebuah jalan yang terbentuk untuk
memfasilitasi pergerakan dari suatu prosesi di Zaman
Yunani Kuno, yang memotong secara diagonal areal
komplek Agora.

Gambar 5.2 Peta wilayah Athena Kuno

(Sumber: https://en.wikipedia.org, akses 2 Juli 2016)

56

Salah satu contoh sejarah yang brilian dari sebuah
pergerakan aliran manusia adalah apa yang dinamakan
prosesi Panathenaik di zaman Yunani Kuno, yang terjadi
setiap tahun sekali dan pada setiap empat tahun
dirayakan secara mewah dan megah, sebagai peristiwa
yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Athena.
Prosesi mengambil tempat di sepanjang rute yang telah
ditandai dengan jelas dari gerbang Dipylon, di dinding
luar kota, melintasi Athena dan terus naik ke lereng
dataran tinggi Akropolis untuk menuju titik kulminasi
yaitu Patung Athena.

Gambar 5.3 Lay Out Agora Athena

(Sumber: http://www.gogreece.com, akses 2 Juli 2016)

57

Key
1. Parthenon
2. Temple of Athene Polias
3. Altar of Athene Polias
4. Erechtheion
5. Statue of Athene Promachos
6. Propylaia
7. Temple of Athene Nike
8. Sanctuary of Aphrodite Pandemos and Peitho
9. Pelasgian Wall (Mycenaean Wall)
10. Sanctuary of Artemis Brauronia
11. Chalkotheke
12. Sanctuary of Athene Ergane (possible location)
13. Pandroseion
14. Arrhephoreion
15. Sanctuary of Zeus Polieus
16. Sanctuary of Pandion
17. Temple of Augustus and Roma
18. Memorial of Agrippa
19. Beule Gate
20. Odeon of Herodes Atticus
21. Stoa of Eumenes
22. Asclepieion
23. Theatre of Dionysus
24. Sanctuary of Dionysus Eleuthereus
25. Choragic Monument of Thrasyllos

58

26. Choragic Monument of Nicias
27. Odeon of Pericles
28. Peripatos
29. Klepsydra
30. Caves of Apollo Hypoakraios, Olympian Zeus and Pan
31. Mycenaean Fountain
32. Sanctuary of Aphrodite and Eros
33. Peripatos inscription
34. Aglaureion
35. Panathenaic Way

Gambar 5.4 Lay Out Akropolis Athena

(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 3 Juli 2016)

Pertumbuhan Agora Athena, pada awalnya, sekitar
500 SM, terlihat Rute Panathenaik melewati secara
diagonal tempat pasar yang tidak berbentuk dan bekas
gedung pemerintah yang merentang di sepanjang kaki
punggung bukit di sebelah Baratnya. Ke arah Selatan
terdapat Bouleuterion Lama atau Council House. Dan ke
arah Utara terdapat tiga kuil kecil.

Sekitar 420 SM, memperlihatkan perkembangan
dari sebuah Agora segera setelah dibangunnya Kuil
Hephaisteion. Satu lorong yang sangat kuat menuju ke
arah kuil ini, yang pengaruhnya terasa sebagai sebuah
elemen pengarah. Bouleuterion Baru dengan bentuk semi-
circularnya dibangun di sisi bukit di belakang bangunan
lama. Stoa Zeus terletak memanjang secara lurus
mengikuti garis horizontal pada kaki bukit. Definisi dari
batas-batas ruang Agora masih belum terbentuk.

Sekitar tiga abad sebelum dimulainya Abad
Masehi, Agora telah membentuk dirinya semakin dewasa
dalam perkembangannya. Bouleuterion Lama dihadapkan
dengan Metroon yang berada di sepanjang garis dasar
horizontal, berupa sebuah Collonade yang melengkapi

59

Stoa Zeus yang terlebih dulu ada, ke arah Utara. Di
sebelah Selatan Stoa telah dibangun sebuah Kuil Apollo
Patross, dan Stoa Baru ditambahkan. Stoa Attalos
dibangun tegak lurus Apollo Patross dari garis Rute
Panathenaik. Sehingga pada periode ini, ruang Agora lebih
terisi.

Key
S : Agora dan Stoa
T : Temple (Kuil)
C : Council-House (Gedung Pertemuan)
F : Fountain-House (Rumah Air Mancur)
O : Odeion (Teater Tertutup)
L : Lybrary (Perpustakaan)
A : Akropolis

Gambar 5.5 Perspektif Kompleks Agora Athena (Burke, 1971)

60

Gambar 5.6 Perspektif Kompleks Akropolis Athena

(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 5.7 Denah Kuil Erechtheion

(Sumber: http://www.hellenicaworld.com, akses 3 Juli 2016)

61

Gambar 5.8 Perspektif Kuil Erechtheion (Rekonstruksi)

(Sumber: https://www.flickr.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 5.9 Denah dan Potongan Kuil Parthenon

(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 3 Juli 2016)

62

BAGIAN 6
ALEXANDER
MENGGENGGAM DUNIA

Pada 431 SM, Athena dan Sparta terlibat dalam
perang melawan satu sama lain, yang berakibat fatal bagi
keduanya. Kekaisaran Athena jatuh pada 405 SM, Sparta
yang menggantikannya juga dijatuhkan pada 371 SM.
Semua negara kota di Yunani, kecuali Sparta, dikuasai
secara cepat oleh tetangga Utaranya, Raja Philip II dari
Macedonia yang akhirnya berhasil dipaksa olehnya untuk
membentuk liga baru, dengan pusat di Corinth, tapi
dengan Raja Philip sebagai presidennya. Tujuan Liga
Corinth ini adalah menyerang Kekaisaran Persia dengan
pasukan yang dimilikinya.

Tentara terlatih Macedonia sudah tiba di Asia saat
pada tahun 336 SM, Raja Philip II dibunuh di puncak
karirnya. Putra Philip II, Alexander, dengan energi yang
nyaris di luar kemampuan manusia biasa, meneruskan
cita-cita ayahnya, menyerbu kemaharajaan Persia. Dia
memasuki Asia pada 334 SM, menaklukkan Syria pada
333 SM, menaklukkan Funisia dan Mesir pada 332 SM.
Alexander telah berada di Timur Sungai Tigris pada 331
SM; kemudian, pada 330 SM, pusat Kekaisaran Persia

63

64

dijatuhkan dan Macedonia memulai penaklukkan Iran
Timur.

Dalam tiga tahun yang luar biasa, Alexander dan
pasukannya menjelajahi gunung-gunung Asia Tengah.
Datang dari Kashmir, mereka menyusuri Sungai Jhelum
menuju Rann Kutch (India sekarang). Pada tahun 323 SM,
Alexander meninggal secara tiba-tiba dan tanpa disangka-
sangka. Akibatnya keberhasilan politiknya meskipun
sangat luar biasa, berakhir dengan buruk.

Dua negara pengganti Kekaisaran Persia yang
penting didirikan oleh dua perwira Alexander, yaitu
Ptolomeus dan Seleucus. Ptolomeus memperoleh Mesir
dan separoh daerah Selatan Syria. Seleucus memperoleh
daerah terpenting, semua sisa daerah warisan Kekaisaran
Persia.

Gambar 6.1 Peta Wilayah kekuasaan Alexander

(Sumber: https://www.britannica.com, akses 3 Juli 2016)

Kemenangan demi kemenangan yang diraih
Alexander dan pasukannya ikut pula menyebar-luaskan

65

Peradaban Hellenis ke wilayah-wilayah yang ditaklukkan.
Mereka menyebarkan peradaban itu dalam skala luas
secara sadar. Selama selang waktu empat abad sebelum
ekspedisi Alexander ke Timur, generasi awal Hellenis telah
membukakan jalan baginya. Mereka telah mengunjungi
Syria dan Mesir sebagai pedagang, mengabdi di Mesir dan
Babilonia serta Kekaisaran Persia sebagai prajurit
bayaran.

Gambar 6.2 Alexander memimpin pasukan perang Macedonia

(Sumber: http://republic-of-macedonia.jimdo.com, akses 3 Juli 2016)

Koin mata uang Yunani telah beredar di pasaran
Kekaisaran Persia dan bersaing dengan mata uang resmi
kekaisaran. Yunani telah menduduki secara paksa pantai-
pantai Tenggara Italia dan Sisilia. Mereka juga telah
mendirikan pos-pos dagang di sepanjang bagian besar
Laut Hitam yang paling luar. Pada tahun 334 SM, di
Sisilia, penduduk asli yang bertahan di pedalaman pulau

66

dipaksa untuk berbicara dalam Bahasa Yunani dan hidup
di kota yang bergaya Hellenis.

Gambar 6.3 Koin Alexander

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)

Sementara itu di Italia, orang Etrusca, Apelia dan
orang-orang non Yunani lainnya telah meniru gaya hidup
Hellenis dengan taraf yang berbeda-beda. Setelah
Kekaisaran Persia yang luas ditaklukkan oleh tentara
Yunani, Yunani harus memutuskan apakah mereka akan
menjadikan dirinya sebagai ras yang berkuasa terhadap
populasi yang mereka taklukkan, atau mereka berniat
untuk hidup dan mungkin mengadakan pernikahan
dengan orang non-Yunani tersebut, dan menempatkan diri
mereka sejajar dengan bangsa taklukannya tersebut dan
hidup berdampingan sebagai sesama manusia.

Dan sesaat sebelum kematiannya yang terlalu
cepat, Alexander sudah mulai menerapkan pemikiran
tentang persamaan hak terhadap kesejahteraan penduduk
Iran yang menjadi bawahannya dalam semua taraf. Dia

67

telah merayakan festival perdamaian dan telah mendorong
dan menghargai perkawinan campuran antara Yunani-
Iran dan dengan bangsa Asia lainnya. Untuk memperkuat
kedudukannya, begitu pula untuk memajukan
perekonomian dan peradaban, dimana-mana (Mesir,
Mesopotamia dan India) didirikan kota-kota yang indah
dan kebanyakan diberi nama Alexandria.

Sebagai jalan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan, di Alexandria, Mesir, didirikan sebuah
Universitet yang disebut Mouseion (kata ini kelak menjadi
Museum), lengkap dengan perpustakaan, yang
menyimpan berpuluh-puluh ribu buku pengetahuan yang
ditulis di atas daun papyrus atau di atas perkamen
(sejenis kulit). Berkat kegiatan ahli filsafat Yunani di
Alexandria, banyak buku-buku pengetahuan yang
tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di wilayah-
wilayah Hellenis.

Seperti di pusat Peradaban Hellenis di Syria,
banyak ilmuwan pada saat itu yang menerjemahkan
filsafat-filsafat Yunani itu ke dalam Bahasa Aramean,
bahasa perantara di Asia Barat. Nanti, ketika Islam mulai
berkembang di Syria dan Mesir, filsafat Yunani dalam
Bahasa Aramean itu diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab. Dan ketika Bangsa Arab menaklukkan Spanyol,
Spanyol menjadi pusat pengetahuan Islam yang
berdasarkan filsafat Yunani; dan banyak pemuda-pemuda
Eropa belajar di Spanyol untuk memperdalam Bahasa
Arab dan filsafat Yunani. Dengan melalui Bahasa
Aramean, Bahasa Arab, dan Bahasa Spanyol, filsafat
Yunani masuk dan mulai menyebar di Eropa. Sebagai

68

akibat meluasnya Peradaban Hellenis, di negeri-negeri
seperti Afrika Utara, Italia Selatan, Yunani dan Macedonia,
Mesir, Syria, Persia, Babilonia, dan India, berkembang
suatu kebudayaan dunia yang dalam garis besarnya
sama.

Gambar 6.4 Alexander sedang berguru kepada Aristoteles

(Sumber: http://www.greece-is.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 6.5 Kota Alexandria Kuno di Mesir (sebuah model)

(Sumber: https://jumpingpolarbear.wordpress.com, akses 3 Juli 2016)

BAGIAN 7
BANGSA ROMAWI MENGGELIAT

Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh
Alexander, selama sepuluh tahun antara 334-323 SM, di
wilayah-wilayah Kekaisaran Persia, sebagian Mesir dan
India, menjadikan kawasan Mediterranean Barat tak
terjamah; wilayah itu, pada awal abad 3 SM, dikuasai oleh
salah satu negara kota yang kuat, yakni Karthago.

Karthago (Tunisia modern), yang ditakdirkan
menjadi salah satu kota mandiri paling berkuasa di
seluruh wilayah Mediterranean Barat, ditemukan oleh
Bangsa Funisia, yakni orang-orang yang berdiam di
wilayah pantai Levant (Asia Barat), yang kini disebut
Lebanon, pada tahun 810 SM.

Sebelumnya, armada Funisia – yang mencakup
kapal militer dan kapal dagang – telah menyinggahi setiap
pelabuhan, besar atau kecil, di sepanjang pantai Laut
Mediterranean. Armada itu berlayar sampai Selat Gibraltar
di Samudra Atlantik, berlabuh di pelabuhan-pelabuhan di
Eropa Utara dan menelusuri pantai Afrika. Bangsa Funisia
juga menjajah sejumlah wilayah, dari Siprus hingga
Korsika dan kemudian Spanyol.

Sementara Roma yang semula berupa sebuah
dusun pertanian, yang terletak di atas Sungai Tiber, di
Bukit Palatinus, memerlukan waktu sekitar 550 tahun,

69

70

sejak didirikan oleh Romulus pada 753 SM, untuk
meneguhkan pengaruh kekuasaannya hingga melewati
Semenanjung Italia sebagai sebuah pemerintahan
Romawi.

Gambar 7.1 Peta Wilayah Semenanjung Italia Kuno

(Sumber: http://pirate.shu.edu, akses 3 Juli 2016)

71

Gambar 7.2 Roma: Kota di Bukit Yang Tujuh

(Sumber: https://www.mirrorservice.org, akses 3 Juli 2016)

Kalau Yunani berorientasi ke Timur, tempat
lahirnya peradaban, Roma berpaling ke Barat. Dalam
proses memperluas lingkaran kekuasaannya, Roma harus
berbenturan dengan Karthago. Pemenang dalam adu
kuasa ini nantinya akan menjadi penguasa Eropa bagian
Barat dan akhirnya seluruh wilayah Timur Laut
Mediterranean.

Sekitar tahun 800 SM, Suku Bangsa Etrusca, yang
tidak diketahui asal-usulnya, mungkin dari Asia Kecil,
mendarat di pesisir Italia sebelah Utara Sungai Tiber dan
masuk ke pedalaman; bahasa mereka tidak dimengerti.

72

Kemudian menyusul Suku Bangsa Etruria yang mendiami
Latium sebelah Utara yang berbatasan dengan Laut
Mediterranean.

Tidak ketinggalan Suku Bangsa Campania juga
masuk dan bermukim di sebelah Selatan Latium.
Sementara itu Suku Bangsa Latin menempati muara
Sungai Tiber, yang kemudian, setelah tumbuh besar,
dikenal dengan Bangsa Romawi.

Usaha pertama untuk menyatukan Italia secara
politik dilakukan oleh Bangsa Etrusca sekitar 550-423
SM. Pada abad 6 SM, Bangsa Etrusca menguasai dua
jembatan utama, Fidenae dan Roma, di tepi sungai
sebelah kanan Sungai Tiber di bagian yang lebih rendah,
dan kemudian mereka menduduki dataran rendah,
menuju Tenggara, sejauh daerah pedalaman Cumae. Pada
arah yang berlawanan mereka menduduki dari dataran
tinggi Liguaria jalan utama dari Faesulae (Fiesde) ke
Felsina (Bologna). Mereka mulai mengembangkan
kekayaan agraria yang berpotensi di Lembah Sungai Po
dengan mulai mengalirkan sungai tersebut, dan mereka
bekerja sama dengan Yunani dalam mendirikan
pelabuhan dagang di Spina, di daerah rawa sekitar mulut
Sungai Po.

Keberuntungan yang menyenangkan bagi Bangsa
Etrusca, karena sekitar tahun 500 SM, pergolakan di
bagian dalam perdagangan Benua Eropa yang dialihkan
dari Lembah Rhone ke Lembah Sungai Po melewati Alps
(Pegunungan Alpen).

Sekitar 525 SM nampak seolah-olah Bangsa
Etrusca akan menyatukan di bawah kekuasaan mereka
tidak hanya Italia Peninsular tetapi juga Lembah Sungai

73

Po. Tetapi pada tahun 524 SM mereka berusaha dan gagal
mengambil alih Cumae; antara sekitar 509 dan 474 SM,
mereka kehilangan kekuasaan mereka terhadap Latium
dan Roma; pada tahun 474 SM, mereka dikalahkan dalam
pertempuran Laut Sumae oleh Bangsa Syracuse; antara
sekitar 450 dan 350 SM, sebagian besar perkampungan
mereka di Lembah Sungai Po diserbu oleh orang-orang
berbaris Celtic (Gauls) dari Alps.

Pada tahun 423 SM orang-orang Pegunungan
Oscan dari dataran tinggi Campania mengambil Capua
dari tangan Etrusca dan kemudian pada tahun 421 SM
merebut Cumae dari Bangsa Yunani. Akhirnya, negara-
negara bagian Etrusca membiarkan diri mereka
ditaklukan, satu per satu oleh Roma. Pada tahun 264 SM,
Roma berhasil dalam usahanya menyatukan seluruh Italia
Peninsular di bawah kekuasaannya.

Tata Pemerintahan Romawi, pada awalnya, hingga
pada 507 SM, berbentuk kerajaan. Raja-raja dipilih oleh
lapisan rakyat kelas tertinggi, yakni kaum bangsawan.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, seorang raja
dibantu oleh Majelis Senat, yang anggotanya terdiri dari
orang-orang bangsawan. Rakyat jelata yang sebagian
besar adalah petani dan prajurit dianggap rendah
kedudukannya. Raja Romawi terakhir, Lucius Tarqin,
adalah seorang tiran sejati; dia membunuh musuh-
musuhnya, merampas harta mereka, dan memicu
peperangan. Salah satu peninggalannya yang
monumental: Kuil Yupiter yang dua kali lebih besar
daripada Parthenon Athena.

74

Pada 507 SM, terjadi pemberontakan melawan
keluarga Tarqin, dan berhasil menurunkan raja dari
takhta; sejak itu Romawi menjadi republik. Pemerintahan
dijalankan oleh dua orang konsul, kepala pemerintahan
dengan kekuasaan setingkat raja, yang dipilih senat untuk
masa jabatan satu tahun. Para senator, para putra
keluarga-keluarga paling tua dan terhormat di Roma,
merupakan anggota seumur hidup dalam lembaga
pembuat hukum itu. Para senator dipilih oleh senat. Jadi,
mula-mula Roma diperintah oleh keluarga-keluarga tua
dan terhormat atau kaum Patricia. Warga lainnya adalah
orang-orang kelas bawah atau kaum Plebeia, atau yang
dikenal dengan Pleb saja.

Sejarah Republik Romawi awal adalah perjuangan
rakyat kelas bawah, Plebeia, untuk mendapatkan suara
yang lebih banyak agar dapat duduk di pemerintahan, dan
memperjuangkan persamaan social. Hal ini dikarenakan
perbedaan dan batas antara kaum bangsawan, Patricia,
dengan rakyat kelas bawah begitu jelas dan menyolok
sehingga praktis merupakan kelompok masyarakat
terpisah.

Sepanjang waktu kaum Patricia barangkali hanya
memikirkan kebaikan negeri. Jadi ketika kaum Pleb pergi
berperang kaum Patricia membantu keluarga mereka
dengan memberi pinjaman. Dan pinjaman harus dibayar.
Para serdadu pada dasarnya hidup dari barang-barang
rampasan, namun jika mereka gagal merampas harta, ia
akan kehilangan tabungan, tanah, bahkan kebebasan.

Setelah para bangsawan pemberi pinjaman,
memiskinkan, menyiksa, memperbudak, dan membunuh
cukup banyak pengutang, kaum Pleb menuntut

75

perubahan. Pihak senat menunda-nunda pembahasan
tentang perubahan itu. Kaum Pleb yang memberontak
menuntut perubahan bergerak keluar kota dan
mendirikan kamp; mereka melepaskan diri dari negara.
Akhirnya, kaum Pleb dan senat setuju menciptakan
lembaga baru dalam pemerintahan Roma. Lembaga ini
dirancang semata-mata untuk melindungi kaum Pleb:
Tribun Rakyat. Dipilih oleh rakyat, masing-masing
anggota tribun tidak boleh diusik secara pribadi, dengan
kata lain mengganggu mereka dianggap melanggar
hukum.

Selama masa peralihan, dipilih lima anggota tribun
– termasuk Sicinus. Tribun berhak mem-veto hukum
apapun yang disahkan senat. Selama berabad-abad, veto
mendengung di Roma. Beberapa orang Patricia
memberontak, salah satunya Coriolianus. Yang lain
bereaksi dengan mencoba merangkul kaum Pleb.

Selama 60 tahun berikutnya pertentangan antar
kelas timbul-tenggelam. Pertentangan tersela sejenak
sekitar 390 SM, ketika Bangsa Galia menyerbu Italia. Pada
387 SM, Bangsa Galia menyerbu dan membumi-
hanguskan Roma. Seluruh catatan sejarah yang ada
hancur jadi abu. Karena itulah segala sesuatu yang terjadi
sebelum 387 SM kini hanya legenda. Kemudian tanpa
alasan yang jelas Bangsa Galia angkat kaki.

Sementara di dalam negeri, Roma menghadapi
pemberontakan kaum Pleb, kerusuhan, goyahnya
pemerintahan, malah kadang-kadang ketiadaan
pemerintahan. Pada 367 SM, dua orang Plebeia anggota
tribun, Licinius dan Sextus, berhasil mendorong

76

disahkannya program yang menjadi dasar konstitusi
klasik Republik Roma : selain memutihkan utang, mereka
mengijinkan kaum Pleb memegang jabatan pada semua
lembaga negara. Pada tahun itu juga, Camillus tua si
veteran perang membangun kuil kerukunan untuk
melambangkan harmoni antar kelas. Akhirnya pada 326
SM, perbudakan akibat utang dihapuskan; tak bisa lagi
orang Roma memperbudak sesamanya. Kejadian ini
menyodorkan tantangan baru bagi orang kaya Roma.

Selain senat, konsul, dan tribun, sekarang di Roma
terdapat lebih banyak jabatan: Praetor, Quaestor, dan
Sensor, dengan tugasnya masing-masing. Sederhana,
Praetor seperti walikota, Quaestor itu hakim, dan Sensor
melakukan sensus dan melarang pornografi. Ada pula alat
pemerintah yang popular, Dewan Suku. (Istilah ‘tribun’
dan ‘tribut’ sama-sama berasal dari kata ‘tribe’
atau’suku’). Tapi tidak seperti dewan rakyat lainnya,
dewan ini tidak bekerja dengan prinsip satu orang satu
suara. Untuk kepentingan pemilihan, setiap orang Roma
dimasukkan ke satu suku, dan masing-masing suku
punya satu suara. Meskipun kaum Pleb adalah mayoritas
dalam populasi Roma, suku-suku Pleb jumlahnya kurang
daripada setengah keseluruhan jumlah suku yang ada.
Perwakilan yang tidak memadai tersebut melindungi
kepentingan kelas atas.

Sekarang setelah saling gempur antar kelas
berhenti, mereka lalu siap menggempur semua bangsa
lain. Dimulai pada 290 SM, mereka mendesak ke Selatan,
menyerang Samnium.

Ada jeda singkat pada 280-an SM, ketika Raja
Pyrrhus dari Epirus, yang datang dari daratan Yunani,

77

menyerang Italia. Pyrrhus memenangkan pertempuran
demi pertempuran, tapi ia kehilangan banyak prajurit
sehingga ia harus mundur. Itulah asal-muasal timbulnya
ungkapan ‘pyrrhic victory’ – kemenangan yang ongkosnya
begitu besar bagi sang pemenang hingga tidak berarti.
Roma memulai kembali Perang Samnium, dan pada 260
SM, Bangsa Romawi telah menguasai seluruh Italia, dari
Sungai Po di Utara sampai ujung Selatan Italia.

Di bawah arahan Appius Claudius, seorang konsul
sekaligus insinyur, Roma membangun jalan militer
mereka yang pertama, Jalan Appius, Akuaduk, dan Circus
Maximus, arena pertandingan kereta. Seluruh
pembangunan menggunakan bahan-bahan yang kuat,
pondasi kokoh, dan saluran air yang baik. Karena itulah
banyak jalan Romawi yang masih bertahan sampai
sekarang.

Gambar 7.3 Aquaduk The Aqua Appia di Roma, dibangun 312 SM.

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)

78

Gambar 7.4 Peta Wilayah Kota Roma Kuno

(Sumber: https://newsela.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 7.5 Circus Maximus

(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)

BAGIAN 8
PERANG FUNISIA

Ketegangan antara Roma dan Karthago untuk
saling menguasai perdagangan laut di wilayah Barat Laut
Mediterranean, akhirnya berubah menjadi bentrokan
bersenjata, maka pecahlah Perang Funisia Pertama (264-
241 SM).

Gambar 8.1 Peta Rute Perdagangan Funisia

(Sumber: http://www.lascelleshistory.com, akses 4 Juli 2016)

79

80

Perang terus berlangsung selama hampir
seperempat abad, terutama, di Sisilia, dan akhirnya
Karthago yang lebih dulu kelelahan dan menyerah.
Karthago membayar sejumlah besar uang pampasan
perang, dan Roma kemudian mengendalikan Sisilia dan
Sardinia. Tapi Karthago bangkit kembali berkat Jenderal
Funisia, Hamilcar Barca, yang menyerang Spanyol,
merampas tambang-tambang yang kaya dan
menggunakan warganya yang miskin sebagai serdadu.
Sesudah mendirikan Carthagena (Kota Karthago di
Spanyol) mereka terus meluaskan daerahnya ke Utara.
Pada 218 SM, cucu Halmicar yang pemberani, Hannibal,
dengan pasukan gajah, bergerak menuju Roma dari arah
Utara. Maka Perang Funisia Kedua (218-202 SM) tidak
terelakkan.

Gambar 8.2 Peta Rute Invasi Hannibal pada Perang Funisia II

(Sumber: https://www.britannica.com, akses 4 Juli 2016)

81

Gambar 8.3 Salah satu tipe Kapal Perang Romawi

(Sumber: http://www.twcenter.net, akses 4 Juli 2016)

Hannibal bergerak dari Ebro menyeberangi
Pyrenees, Rhone, dan Alpen (Alps) menuju ke Lembah
Sungai Po. Tentara pertama Romawi yang mencoba
menghambat laju Hannibal dapat dikalahkan, kemudian
pasukan Hannibal menyeberangi Appennines, dan
menghancurkan tentara kedua Romawi di Danau
Trasimene, di Etruria, pada 217 SM.

Klimaks kehancuran tentara Romawi terjadi di
Cannae, pada 216 SM; puluhan ribu prajurit, tentara
terbesar dari tiga satuan tentara yang dikirim Romawi,
ditewaskan serbuan kavaleri Hannibal yang terkoordinasi.
Namun, walaupun tinggal selangkah lagi, karena
perbekalan tidak cukup, Hannibal tidak dapat menyerbu
ibukota Roma.

Kini keadaan mulai berbalik. Pasukan Romawi di
bawah pimpinan Jenderal Publius Cornelius Scipio (237-
183 SM), yang juga dikenal sebagai Africanus berhasil

82

mendaratkan pasukannya di Spanyol dan menghancurkan
benteng Funisia di Carthagena, dan kemudian terus
menuju Afrika. Dan pada 205 SM, Scipio berhasil
menginvasi wilayah jantung Karthago di Afrika Utara.

Pada 203 SM, Hannibal dan pasukannya
meninggalkan Italia berusaha kembali ke Karthago untuk
menghentikan sepak terjang pasukan Romawi. Dalam
pertempuran di Zama (sebelah Barat Daya Karthago),
tahun 202 SM, Scipio berhasil mengalahkan pasukan
Hannibal. Dengan kekalahan itu, segala kekuasaan
perdagangan di Lautan Mediterranean jatuh ke tangan
Bangsa Romawi.

Antara 200 dan 168 SM, Roma memantapkan
dominasinya di seluruh pinggiran lembah sungai
Mediterranean bagian Timur. Pada 197 SM, Roma
mengalahkan Macedonia secara telak di Cynoscephalae,
Thessaly dan mengusir penduduk Macedonia dari semua
milik mereka di Yunani ke Selatan Gunung Olympus dan
di Asia Kecil Barat Daya.

Pada 195 SM, kekuatan ekspedisi Roma di Yunani
menumbangkan Sparta dengan mengusirnya dari semua
pelabuhannya. Sparta sekarang adalah negara kecil yang
dikelilingi daratan sebagaimana keadaannya dulu sebelum
ia memperluas wilayahnya selama paruh kedua abad ke-8
SM. Pada 192 SM, Antiochus (Antioch, Antiokhia) dan
Aetolia bersama-sama berperang dengan Roma. Antiochus
dipaksa menyerah pada 190 SM, dan Aetolia tahun 189
SM. Antiochus harus menyerahkan semua wilayah
Seleucid sampai Barat Laut barisan Taurus. Dalam Perang
Romano-Macedonia Ketiga (171-168 SM), Roma
menggulingkan kerajaan Macedonia dan membagi bekas

83

wilayahnya menjadi empat kanton republik di bawah
kekuasaan kerajaan Roma.

Sementera itu, sekitar tahun 146 SM, pada saat
kekuatan lama, Karthago, dapat menghidupkan kembali
perdagangannya, Roma menanggapinya dengan sangat
serius, maka pecahlah Perang Funisia Ketiga, dengan
akibat yang sangat fatal bagi Karthago; sebab Roma tidak
hanya berhasil melumpuhkan bala tentara Karthago, tapi
juga membakar dan menghancurkan kota tersebut.
Namun demikian, secara material Karthago tidak begitu
menderita dibandingkan Roma dalam Perang Funisia.
Karthago berperang di wilayahnya sendiri hanya selama
tiga tahun (205-202 SM), sementara Hannibal
menghancurkan Semenanjung Italia selama lima belas
tahun (218-203 SM). Hal ini mempunyai dampak ekonomi,
sosial, dan politik.

Pada 215 SM, tahun keempat Perang Funisia
Kedua, perbendaharaan Roma bangkrut, tetapi
kontraktor-kontraktor yang mensuplai makanan, pakaian
dan senjata bagi tentara Roma di Italia dan di luar negeri
terus menyediakan suplai yang sangat diperlukan dengan
cara kredit selama berlangsungnya perang, dan mereka
terbukti mempunyai modal cair yang cukup untuk terus
melakukan hal ini dari 215 sampai 201 SM. Lebih dari itu,
tahun 205 SM, sejumlah negara-kota yang belum hancur
di Semenanjung Italia Barat Laut – sebagian adalah
kotapraja Roma dan sebagian adalah sekutu Roma –
melengkapi pasukan ekspedisi dengan banyak hadiah
sukarela yang dikumpulkan Scipio untuk invasinya ke
Karthago Afrika. Pada tahun yang sama, perbendaharaan

84

Roma yang bangkrut menawarkan penjualan sebagian
tanah yang mempunyai nilai tinggi yang diambil alih dari
kotapraja Roma di Campania yang menyerah pada 215
SM, dan ditundukkan kembali pada 211 SM, dan ini
merangsang para pembeli yang bisa membayar dengan
uang tunai.

Dari tahun 215 SM seterusnya, pemerintah Roma
berada di bawah kendali kreditor swasta; ia harus
membuat ketentuan-ketentuan yang memberikan
kesempatan emas kepada mereka untuk melakukan
kecurangan; dan, ketika kecurangan mereka sudah
mencolok, pejabat negara tidak serius dalam mengadili
kontraktor-kontraktor yang curang; mereka takut para
terdakwa ini akan memotong suplai dan ini akan
menyebabkan Roma menderita kekalahan militer secara
cepat.

Pada 204 dan 202 SM, sebelum perang berakhir,
perbendaharaan harus mulai membayar kembali kreditor
dengan angsuran, dan pada 200 SM, ia harus mengubah
bentuk angsuran terakhir, sangat menguntungkan bagi
kreditor, yaitu melakukan pembayaran dalam bentuk
tanah umum dalam radius limapuluh mile dari Roma,
lokasi dimana nilai tanah jelas semakin bertambah. Selain
menambah kredit dengan ketentuan yang tidak
menguntungkan, perbendaharaan sudah membiayai
Perang Funisia sebagian dengan menetapkan pajak modal
tahunan kepada pembayar pajak. Jadi, dari 215 SM
seterusnya, minoritas orang kaya Roma menjadi semakin
kaya dan mayoritas orang miskin menjadi semakin
miskin.

BAGIAN 9
PEMERINTAHAN TRIUMVIRAT

Pada 133 SM, rakyat memilih seorang tribun yang
radikal, Tiberius Gracchius. Gracchius mengusulkan
rancangan undang-undang pemberian tanah bagi warga
yang tak memiliki tanah. Senat yang dipenuhi para tuan
tanah memusuhi Tiberius, tapi secara hukum mereka tak
bisa menghalangi undang-undang buatan Gracchius.
Maka mereka menuduhnya berkhianat, menggalang
massa, dan menyerang si tribun. Tiberius dan 300
pengikunya dipukuli sampai mati dan dilempar ke sungai.
Tapi Tiberius mempunyai seorang adik laki-laki
pemberani, Gaius Gracchius, yang pada 126 SM, diangkat
sebagai tribun. Ia tidak hanya mengesahkan rancangan
undang-undang pembaruan tanah, tapi sampai 122 SM
ialah bos Roma yang sesungguhnya. Lagi-lagi senat
mengirim massa dan Gaius mengalami nasib yang sama
seperti kakaknya. Meskipun Graccius bersaudara telah
tewas, program mereka terus dijalankan, dan banyak
orang miskin Roma yang kembali ke tanah mereka.

Pada 107 SM, terpilih konsul yang baru, Gaius
Marius. Meskipun Marius sendiri tak tersentuh, banyak
teman-temannya dari kelompok liberal yang dibunuh.
Maka Marius meninggalkan Roma.

85

86

Sementara itu, tetangga-tetangga Roma, orang-
orang Italia non-Roma sedang kelabakan, program
pembaruan tanah menempatkan orang-orang Romawi
sebagai pemilik tanah orang-orang Italia. Di bawah hukum
Roma, orang-orang Italia itu bukan warga negara,
melainkan ‘sekutu’ karena tidak bisa menuntut,
merekapun menyatakan perang pada 90 SM.

Ketika Italia bergolak, pada 90 SM, tampillah
Jenderal Cornelius Sulla yang menyalurkan
kemurkaannya pada kaum liberal; dia menggerakan
pasukannya ke Roma dan ikut mengawasi pembantaian
ratusan ‘musuh negara’. Tapi ketika Sulla pergi berperang
ke luar negeri pada 86 SM, Marius kembali. Ia membantai
teman-teman Sulla. Marius meninggal di usia tua. Sulla
kembali pada 82 SM, dan kali ini ia membunuh ribuan
orang secara sistematis. Setelah membatalkan semua
reformasi populer yang dipraktekkan 200 tahun
belakangan, Sulla berhenti sebagai diktator dan kembali
ke rumahnya di pedesaan. Di sana ia meninggal pada
tahun 78 SM.

Pada 74 SM, seorang gladiator bernama Spartacus
memimpin pemberontakan pembebasan budak-budak dari
penjara. Para budak bangkit di seluruh Italia dan selama
dua tahun mereka mengalahkan tentara Romawi dalam
berbagai pertempuran. Crassus, jenderal yang akhirnya
mengalahkan Spartacus, dan Pompeius, yang juga
berperan serta, membantai dan menyalib ribuan budak.
Mereka menggerakkan tentara ke Roma dan minta
dijadikan konsul. Meskipun Crassus dan Pompeius adalah
bawahan Sulla, sebagai konsul mereka membatalkan
seluruh program Sulla. Bahan pangan menjadi murah,

87

veteran mendapat tanah, senat bisa diajak kerjasama.
Roma menjadi stabil untuk sementara. Pada 66 SM,
Pompeius pergi ke Timur, menjadikan Asia Kecil, Suriah,
dan Palestina jajahan Romawi.

Sementara di Roma, muncul seorang tokoh yang
tak tertandingi oleh siapa pun dalam hal: ambisi,
kecerdikan, kefasihan bicara, energi, dan nafsu birahi; ia
adalah Julius Caesar, keponakan Marius, berusia 32
tahun, berasal dari keluarga Patricia tua. Untuk
meningkatkan karirnya, Caesar menghabiskan
bertumpuk-tumpuk uang – yang dipinjam dari Crassus
dan orang-orang lain – untuk (mensponsori) gladiator;
rakyat menyukainya. Dan ketika Pompeius pulang, Caesar
membujuk Crassus dan Pompeius untuk membentuk
kemitraaan tiga pihak (‘triumvirat’) dengannya.

Caesar dipilih sebagai konsul pada 59 SM.
Sekarang giliran Caesar memperoleh kejayaan, ia
membentuk pasukan, menyerbu dan menaklukkan Galia
(sekarang Perancis); peristiwa ini terjadi pada 55 SM.
Selama dua tahun berikutnya, Caesar melancarkan
serangan dan mengklaim telah menguasai sebagian besar
tanah Inggris. Ia juga menyeberangi Sungai Rhein untuk
memerangi orang Jerman. Di Roma, Caesar dianggap
sebagai pahlawan yang perkasa, dielu-elukan rakyat,
namun ia menghadapi pertikaian politik dengan Pompeius
yang sekarang menduduki jabatan sebagai Kepala Pejabat
Sipil di bidang hukum.

Tanda-tanda kehancuran triumvirat sudah
nampak: Crassus mati konyol ketika sembarangan
menyerang Irak. Karena ingin mendapatkan kemenangan

88

militer bagi dirinya dan untuk meningkatkan popularitas,
seperti apa yang telah dicapai oleh dua koleganya,
Pompeius dan Caesar, Crassus membawa satu pasukan
Romawi ke Timur Tengah; dan ia dikalahkan oleh orang
Parthia.

Di Roma, Pompeius bersekongkol dengan anggota
senat yang anti-Caesar, memberi perintah kepada Caesar
supaya meletakkan jabatan sebagai Kepala Daerah
Propinsi Galia dan kembali ke Roma sendirian tanpa
pasukan. Memang menurut hukum yang berlaku, jenderal
tidak diizinkan untuk membawa masuk pasukannya ke
dalam Kota Roma, melainkan meninggalkannya di suatu
tempat di sebelah Utara Sungai Rubikon. Sebagai
imbangan, Caesar meminta Pompeius juga meletakkan
jabatannya, namun Pompeius menolak mentah-mentah.

Dengan mengabaikan hukum, Caesar dan
tentaranya menyeberangi Rubikon pada 50 SM dan
menyerbu Kota Roma untuk melancarkan sebuah kudeta.
Pompeius dan beberapa orang senat takut dan lari ke
Timur. Caesar terus mengejar hingga ke Mesir. Dalam
perburuannya, pasukan Caesar berhasil memenggal
kepala Pompeius. Setelah ikut campur tangan dalam
kemelut di kerajaan Mesir, dengan mendudukkan kembali
Cleopatra sebagai Ratu Mesir, Caesar menuju Asia Kecil
dan memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang
ingin merobohkan pemerintahan Romawi di Asia Kecil. Di
dalam peristiwa itu, karena selalu dengan mudah dapat
mengalahkan lawan-lawannya, Caesar berkata: Veni, Vidi,
Vici – saya datang, saya melihat, dan saya menang. Pada
46 SM, Caesar pulang membawa kemenangan. Sejak itu
Caesar memerintah sebagai diktator. Pada 15 Maret 44

89

SM, Caesar didekati oleh segerombolan senator, termasuk
Junius Brutus, keturunan Brutus yang menggulingkan
Tarqin, dan kemudian membunuhnya.

Kematian Caesar menimbulkan pergulatan sengit
dan lama di antara petinggi politik dan militer untuk
menduduki kursi kekuasaan. Octavianus, cucu
keponakan Julius Caesar, yang baru berumur delapan
belas tahun, ikut terlibat dalam pergulatan ini. Karena
merasa seperti anak Caesar (Caesar sendiri tidak
mempunyai anak), Octavianus berusaha merebut
kemenangan politik dengan mencari dukungan pasukan-
pasukan Caesar dan menunjuk Marcus Antonius, ajudan
dan sahabat terdekat Caesar, sebagai pendukung
utamanya. Serangkaian pertempuran pada tahun-tahun
berikutnya dapat menyingkirkan lawan-lawan politiknya
dalam rangka merebut kekuasaan. Kemudian, bersama
Lepidus, seorang abdi negara yang dihormati, mereka
bertiga membentuk ‘triumvirat’ kedua. Untuk
menyederhanakan pemerintahan, ketiga orang ini, pada
36 SM, membagi kekaisaran Romawi menjadi tiga unit
administrasi. Octavianus menguasai Roma dan wilayah
bagian Barat (Spanyol), Lepidus di wilayah Tengah (Afrika
Utara dan Sisilia), dan Marcus Antonius menguasai Mesir
dan wilayah bagian Timur. Namun tidak lama, Lepidus
digulingkan oleh kedua koleganya tersebut.

Marcus Antonius mengawali pemerintahannya di
kota kosmopolitan Alexandria (Afrika Utara), dimana ia
jatuh cinta kepada Ratu Mesir, Cleopatra, yang kemudian
dinikahinya. Dia sering menghadiahi istrinya dengan
benda-benda yang mahal, yang kemudian menimbulkan

90

kabar angin bahwa ia berniat memberikan kota Roma
kepada istrinya sebagai hadiah. Octavianus menggunakan
ini sebagai alasan menyerang Antonius. Perang saudara
pecah lagi, berakhir pada 28 SM, dengan kekalahan
Antonius di Actium dan bunuh dirinya Cleopatra dengan
gigitan ular. Sekarang Roma benar-benar diperintah oleh
satu orang, Octavianus, yang bergelar Caesar Augustus.

Masa pemerintahan Augustus merupakan zaman
emas Kekaisaran Romawi. Wilayah kekuasaannya
membentang hingga Laut Atlantik, di sebelah Barat;
Sungai Donau (Danube) dan Sungai Rhine, di sebelah
Utara; Gurun Sahara, Afrika, dan Gurun Arab, di sebelah
Selatan; dan Sungai Eufrat dan Laut Hitam, di sebelah
Timur. Kesenian dan kesusasteraan mulai menjadi bagian
kehidupan yang penting di banyak kota besar di Roma.

Karena Peradaban Yunani dinilai lebih halus dan
tinggi, banyak pemuda Roma lebih suka mempelajari
kebudayaan dan bahasa Yunani di Athena. Sehingga di
seluruh wilayah Kekaisaran Romawi berkembang dua
kebudayaan dan bahasa: di bagian Timur berkebudayaan
dan berbahasa Yunani, dan di bagian Barat
berkebudayaan dan berbahasa Latin. Negeri-negeri yang
terpengaruh oleh bahasa Latin sampai kini mempunyai
bahasa yang berdekatan dengan bahasa Latin, seperti
bahasa Italia, Spanyol, Portugal, dan Perancis.

Proyek-proyek pembangunan dilaksanakan untuk
membuat jalan, jembatan, terowongan air, stadion besar,
apartemen, dan bangunan-bangunan publik lainnya di
Kota Roma maupun di seantero kekaisaran. Kuil-kuil
dibangun dan Augustus mendorong ketaatan kepada
agama Romawi. Augustus mengizinkan penghormatan


Click to View FlipBook Version