The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

kumpulan tulisan singkat tetang peradaban Todakka

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by MUHAMMAD HASBI, 2023-08-31 07:50:46

Catatan sejarah Bunga Rampai Todakka

kumpulan tulisan singkat tetang peradaban Todakka

Keywords: Todakka,Suku,Sulawesi Barat

1


2 BAB 1 PAKULI TODOLO ( OBAT TRADISIONAL) 1. DOUNG ANDRAPPE Dalam kehidupan sehari - hari masyarakat Todakka berinteraksi dengan alam membuat kearifan lokal tersendiri terkhusus dalam mengobati penyakit, karna keyakinan sebagian masyarakat Todakka bahwa tubuh terbuat dari unsur alam sehingga dalam pengobatan penyakit pun diambil dari alam. Salah satu tumbuhan liar yang biasanya di ambil untuk di jadikan obat iyalah doung andrappe (benalu). Tumbuhan ini selain dianggap sebagai tanaman pengganggu ternyata mengandung nilai pengobatan yang luar biasa pada masyarakat todakka jaman dulu. Jenis tumbuhan ini menurut todakka terbagi atas dua yaitu To andrappe laki dan to andrappe birong. Tumbuhan ini dijadikan sebagai obat sakiono' (tumor). Salah satu kearifan mengapa sehingga doung andrappe dijadikan obat tersebut karna dari sifat tumbuhan ini yang membunuh tempat tumbuhan ini hidup.


3 Namun dalam pemilihan tumbuhan ini untuk dijadikan obat mempunyai syarat tersendiri yaitu dalam pengolahannya yaitu diantaranya tumbuhan yang dijadikan obat berasal dari tumbuhan yang buahnya tidak di konsumsi oleh masyarakat Todakka pada umumnya contoh to andrappe yang hidup di pohon jati. Dan juga tumbuhan ini harus diambil dan berjumlah 7 jenis pohon yang di tumbuhi oleh tumbuhan ini. Dan jenis yang dijadikan obat adalah jenis to andrappe laki'. Doung Andrappe / Benalu ( gambar : Muhammad Hasbi)


4 Setelah pengambilan daun tersebut dari 7 pohon yang berbeda, kemudian tangkai pucuknya diambil dan disatukan di belanga tanah liat dan direbus hingga mendidih kemudian di tapis dan didinginkan dalam gelas lalu di minumkan ke penderita, dengan izin allah diminumkan berulang hingga penderita bisa sehat seperti sedia kala. Dan juga dalam kehidupan Todakka punya filosofi yang berkaitan dengan To andrappe yang berbunyi " Da a Tuo sindruppa to andrappe umbe - umbe nasungei tuo tatta mappamate" 2. DOUNG BUCCERE Salah satu lagi tanaman yang daunya dapat dijadikan obat oleh orang- orang suku Todakka yaitu doung buccere, tanaman ini banyak di temukan di kebun – kebun samping rumah dan juga biasa dijadikan pagar hidup sebagai pembatas antara satu kebun dengan kebun yang lainnya. Karna sebagian suku todakka profesinya sebagai pekebun sehingga orang – orang todakka dalam melakoni profesinya biasa terjadi kecelakaan di kebun misalnya di iris parang saat membersihkan kebunnya,


5 sehingga ketika terjadi hal tersebut membuat orang todakka mencari obat alternatif untuk mengobati lukanya dijadikan sebagai pertolongan pertama. Doung Buccere Fhoto : Muhammad Hasbi, Cara penggunaan pada lukanya yaitu mengambil beberapa helai daun lalu di tumbuk dan dioleskan di luka. Insyaallah luka tersebut akan cepat mengering dan


6 sembuh atas ijin pongallataala. Menurut oppulolo Nasima juga mengatakan bahwa daun buccere tersebut juga dapat mengobati penyakit Maag, cara penggunaanya yaitu mengambil segenggam daun buccere yang muda ditambahkan dengan segelas air putih lalu dimasak dan ketika mendidih airnya kemudian disaring ke gelas lalu di di dinginkan sebentar dan diminum dipagi hari ketika perut masih dalam keadaan kosong. Atas ijin pongallataala penyakit tersebut dapat di ringankan dan sembuh. Amiinnn Selain itu tanaman Buccere ini buahnya juga biasa dimamfaatkan oleh anak – anak Todakka dalam bermain tradisional dahulu yaitu main tembak – tembak bambu dengan cara yaitu, mengambil buahnya yang besar kemudian di masukkan dalam bambu lalu di tembakkan, penulis waktu kecil pernah merasakan nikmatnya bermain tembak – tembak bambu dengan peluru buah buccere ini. Bermain seperti ini walau terkena rasanya sakit namun tetap saja keseruan dan nikmatnya mengalahkan keseruan permainan modern yang menggunakan barang elektronik. Namun kekinian


7 permainan ini sudah jarang lagi dimainkan oleh anakanak todakka saat ini Bua Buccere Fhoto : Muhammad Hasbi Moga kedepannya tanaman ini dapat diteliti lagi dan moga saja buahnya dapat kembali lagi dimainkan oleh anak- anak Todakka lagi. 3. DOUNG PENAGORO Alam dengan segenap isinya menyimpan sesuatu yang sangat berguna dalam kelangsungan hidup manusia, salah satu dalam tulisan kali ini yaitu tentang tumbuhan


8 yang biasa dijadikan obat oleh masyarakat Todakka yang berprofesi pekebun adalah doung penagoro. Doung penagoro ini banyak hidup di kebun dan biasanya tumbuhan ini di matikan karna menjadi tumbuhan penggangu bagi tanaman lain yang berada dikebun. Namun dibalik tumbuhan ini ternyata menyimpan khasiat yang diyakini dapat menyembuhkan luka dan penyakit. Salah satu khasiat doung penagoro ini dijadikan obat luka, jika orang melakukan aktifitas dikebun dan tidak sengaja mendapatkan luka maka dengan segera akan mengambil beberapa lembar pucuk doung panagoro dan tumbuk dengan sedikit campuran air hingga menghasilkan cairan dari campuran air dan serat doung panagoro lalu di teteskan keluka dan dapat juga di bungkus dengan kain daun penagoro lalu diikat bersama ke luka, dengan izin allah luka tersebut akan mengering dan sembuh dalam beberapa hari tergantung besar luka yang ada. Selain sebagai obat luka tumbuhan ini juga di yakini sebagian masyarakat Todakka dan di jadikan sebagai obat penyakit mapi'di ulu ate' (maag), dengan cara pucuk


9 doung ini di rebus dan diminum secara berulang-ulang hingga penyakit ini sembuh. Doung penagoro Fhoto : Muhammad Hasbi 4. DOUNG TABA'-TABA' Beberapa keyakinan masyarakat todakka dahulu tentang pongobatan spritual yang menggunakan kearifan lokal alam diantaranya yaitu penggunaan doung/daun taba taba dalam mengobati penyakit terhadap orang yang terkena guna-guna atau sihir seseorang. Penggunaan daun ini dengan cara dicampur dengan air dalam bempa/baskom kemudian di siram dan di mandikan ke orang yang bersangkutan. Selain itu khasiat lain yang diyakini orang todakka yaitu jika terjadi kebakaran di


10 uma/kebun maka pohon tumbuhan ini diambil dan di hamparkan sampai dimana batas api akan membakar nantinya. Sehingga tidak jarang di temui jaman dahulu di uma/kebun orang todakka pohon ini di jadikan sebagai pagar hidup. Menurut saudara sulaiman Itu biasa beliau gunakan kalau sakit mata, dengan caraAirnya di peras baru di tetesan ke mata yg sakit. Doung Taba’-Taba’ Fhoto : Muhammad Hasbi


11 5. DOUNG TAGARI Doung Tagari Fhoto : Muhammad Hasbi Kekayaan alam dalam aneka ragam tumbuhan menjadi ayat alam tersendiri bagi manusia dalam memaknai kehidupan. Salah satu tumbuhan yang biasa wajib ada di rumah-rumah masyarakat todakka pada jaman Dahulu yaitu DOUNG TAGARI (daun tumbuhan tagari), yang selalu di jadikan sebagai pengharum pada


12 saat melakukan hajatan. Alasan menjadikan Tagari ini menjadi pengharum ruangan karna memiliki aroma yang khas dibanding daun lain ketika di letakkan di wadah api, atau orang Todakka menyebutnya paddabungong. Pengambilan daun ini tuk dijadikan pengharum yaitu dengan memilih daun yang telah kering kemudian di oles sedikit dengan minyak goreng yang di tono' tarru lalu di letakkan di dalam bara api agar daun terbakar sedikit demi sedikit sehingga mengeluarkan aroma yang harum. Di balik aroma yang dihasilka dari daun tagari ini ternyata menyimpan beberapa misteri yang diyakini oleh sebahagian orang, diantaranya jika ada manusia yang kerasukan mahluk halus lantas dibakarkan daun ini dengan segera orang itu kembali sadar setelah menghirup aroma tagari ini. Namun saat ini keberadaan tumbuhan ini mulai susah di temukan dikarenakan sudah mulai jarang digunakan, semenjak saat adanya kemenyang yang di perjual belikan di pasar-pasar. Namun tetapi daung tagari ini tetap hadir jika diperuntukkan untuk pengobatan tradisional tertentu seperti mengusir keberadaan mahluk - mahluk yang tidak di inginkan.


13 6. TO' APPACCE Di alam bebas tumbuhan mempunyai keunikan tersendiri baik dijadikan sebagai tenaman pelindung ada juga dijadikan sebagai tenaman penghias serta ada pula yang dibjadikan obat baik untuk obat bagi manusia maupun obat untuk hewan. Dalam coretan kali ini Salah satu tumbuhan yang dijadikan sebagai obat yaitu bagi masyarakat Todakka menyebutnya To' appacce (pohon appacce). Pohon ini biasa dijumpai di kebun-kebun karna dijadikan sebagai pohon pelindung. Menurut sebahagian masyarakat todakka pohon ini dapat dijadikan obat bagi kambing yang tergigit oleh anjing baik itu anjing gila maupun anjing biasa. Proses pengolahan pohon ini menjadi obat yaitu dengan cara mengambil batang pohon ini kemudian di bakar hingga menjadi arang kemudian arang dari pohon ini ditumbuk sampai halus kemudian dicampurkan sedikit dengan minyak kelapa lalu diolesakan dibekas gigitan anjing pada kambing tersebut, ini diulang terus menurus sampai kambing menjadi sehat kembali.


14 Namun akhir-akhir ini pohon ini menjadi buruan bagi pencinta bunga, menurut salah satu orang yang mengambil pohon ini mengatakan pohon ini akan dijadikan tanaman hias. To Appacce Fhoto : Muhammad Hasbi


15 7. TO' BANDA-BANDA To Banda-banda Fhoto : Muhammad Hasbi Karunia tuhan yang di curahkan kepada manusia melalui alam sungguh sangat melimpah, tergantung manusia memaknai dan menghargai alam. Salah satu tumbuhan liar yang ada di alam yang punya khasiat untuk penyembuhan yaitu masyarakat Todakka mengenalnya dengan tumbuhan TO' BANDA-BANDA. Tumbuhan ini secara sepintas daunya mirip daun sereh namun setelah diperhatikan ternyata berbeda dikerenakan


16 tumbuhan ini mempunyai batang yang menjulang tinggi, yang bilamana batang itu tertimpa kayu dan bengkok maka akan kembali lurus seperti sedia kala dalam beberapa jam tergantung seberapa parah kebengkokan dari batang tersebut, Hal inilah yang mendasari sehingga mesyarakat Todakka menjadikannya Obat khususnya obat untuk Patah Tulang atau Todakka menyebutnya POLO TA'BU. Di alam tumbuhan ini sudah mulai jarang di temukan dikarenakan para pemilik kebun membunuhnya dengan dibabat dan disemprot racun rumput. Proses pengolahan To Banda-banda ini dijadikan obat patah tulang yaitu dengan cara mengambil beberapa batang muda dari pohon ini dan di Tolo' / anyam lalu di Ba'bakan /diikat ke tulang yang patah. Dengan berdasar dari keunikan pohon ini yang mampu memperbaiki batangnya yang bengkok, maka dengan begitu pula diharapakan dengan di ikatkan batang pohon ini ke tulang yang patah agar tulang dapat kembali utuh seperti sedia kala, sambil berdoa kepada ALLAH SWT yang maha kuasa agar di berikan kesembuhan.


17 8. BOLU (sirih) dalam perspektif Todakka Salah satu Tumbuhan yang kaya akan khasiat yang tidak diragukan lagi di kalangan masyarakat yaitu tumbuhan sirih. Tumbuhan yang daunnya sangat berguna ini bagi sebahagian kalangan masyarakat Todakka digunakan sebagai obat herbal dalam menangani ragam penyakit. Namun uniknya dalam pemahaman Todakka tentang daun sirih atau dikenal dengan sebutan Doung Belu ini yaitu doung yang bisa digunakan untuk obat yaitu doung belu yang sitammu ura'na ( daun sirih yang urat daunnya bertemu ) Belu ini pun bagi Todakka terbagi dua yaitu belu pangala/belu kaju dan belu tongeng, dan yang dapat dijadikan obat yaitu belu Tongeng. Perbedaaan keduanya yaitu dari bentuk daunnya, jika belu kaju daunnya kecil dibandingkan dengan belu tongeng. Selain di jadikan obat belu ini juga merupakan sebuah kelengkapan penting dalam mangngota dan mappora', daun ini digunakan sebagai pembungkus dari rempahrempah mangota dan mappora' karna mempunyai aroma yang khas ketika di kunyah.


18 Belu ( sirih ) Fhoto : Muhammad Hasbi 9. Dalle Galisi Dalam Persfektif Todakka Alam merupakan penghasil sumber daya alam yang sangat melimpah bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Khususnya di tanah dakka ini pun juga


19 seperti itu, salah satu tanaman yang hidup dan menjadi sumber penghidupan bagi orang dakka yaitu Dalle galisi. tanaman ini pada jaman sebelum masuknya padi yang mejadi bahan pokok makanan utama bagi orang dakka, tanaman ini merupakan bahan makanan utama dalam sehari-hari. Dalle galisi ini tumbuh di daerah pegunungan berama dalle/jagung biasa. Dan biasanya dalle ini menjadi pagar bagi dalle biasa yang ditanam di pegunungan. Dalle ini selain diolah sebagai makanan juga tanaman ini digunakan sebagai obat, diantaranya obat mata dan obat sehabis kena penyakit tuo-tuo. Dalle ini pun terbagi menjadi dua jenis yaitu dalle pulu dan dalle biasa Dalam tulisan kali ini kami coba memaparkan tanaman ini digunakan sebagai obat khususnya obat mata dan obat tuo-tuo. Dalle galisi ini dijadikan sebagai obat mata dengan cara biji diolah menjadi tepung, dan dioleskan ke bagian tepi mata yang sakit. Dalam pengolahan dalle galisi menjadi tepung sebaiknya digunakan cara tradisional yaitu di tumbuk menggunakan lesung batu


20 atau lesung kayu, dikeranakan biji dalle ini tergolong keras. Setelah melalui proses penumbukan di lesung sehingga menjadi tepung yang halus kemudian di campur sedikit dengan air dan diaduk lalu di oleskan ke bagian tepi mata secara berulang-ulang sampai mata tersebut sembuh dengan tidak lupa berdoa kepada yang maha kuasa. Dan Begitu pula untuk orang yang habis kena penyakit tuotuo. Tanaman Dalle galisi saat ini sudah mulai jarang ditemukan mungkin salah satu penyebanya adalah kurangnya nilai komersial yang didapat oleh petani. Namun di daerah pegunungan masih dapat dijumpai namun hanya sebatas konsumsi pribadi, karna menurut mereka tanaman ini sehat dan tidak terpapar oleh pestisida dan berkhasiat mencegah penyakit diabetes.


21 Dalle galisi fhoto : Muhammad Hasbi 10. PAKULI KALINDOROWONG (OBAT CACING) Dalam keyakinan sebagian masyarakat Todakka dalam mengobati seorang anak yang dalam masa pertumbuhan yang sering buang air besar berlebihan atau dalam bahasa Todakka yaitu Tiburru dan di iringi malas makan/ kumandre, yang masyarakat Todakka menyebutnya Kalindorowong, yaitu dengan memberikan racikan obat herbal yang dinamainya DILUPAH.


22 Pakuli dilupah ini terdiri dari racikan daun sarikaja / daun sirsak dengan kapu'/ kapur. Daun sarikaja ini diambil 7 lembar dan di remas dengan kapu' dan sedikit ditambah dengan air sehingga semua bahan menyatu. Setelah semua bahan sudah menyatu kemudian dioleskan ke tubuh anak yang lagi sakit dimulai dari perut terus ke belakang dan terakhir di oleskan di ubun-ubun anak dan sedikit dibacakan Doa. Dan Pengobatan ini dilakukan pada sore hari dan di pagi hari. Pakuli kalindorowong Fhoto : Muhammad Hasbi


23 11. LASSUNA (BAWANG MERAH) Lassuna ( bawang merah ) Fhoto : Muhammad Hasbi Bawang merah atau dalam bahasa Todakkanya Lassuna merupakan sebuah obat yang sangat manjur dalam mengatasi berbagai penyakit fisik maupun non fisik, diantaranya ketika badan demam lassuna di oleskan keseluruh tubuh sampai merasa hangat. lassuna juga digunakan sebagai obat untuk orang yang kerasukan dengan cara mengoleskan lassuna di hidung dan jari jemarinya, dengan berbagai perlakuan khusus terhadap lassuna maka akan di dapatkan sesuai khasiat yang di


24 inginkan, dan kegunaan lassuna yang paling ampuh yaitu di gunakan sebagai bumbu dalam setiap makanan. sesuai dengan peposong Todolona Todakka " DA A LE'BA NAPELLEI DAPUROMMU LASSUNA NAMO APANNA, NASABA IYA TUDIO LASSUNA TONONGONG PURA DIJAPPI I" ARTINYA: "JANGAN PERNAH DI TINGGALKAN BAWANG DI DAPUR BAGAIMANAPUN KEADAANNYA, KARNA BAWANG ITU TANAMAN YANG DI BERKATI" 12. MAPPORA' Dalam sebuah tradisi pongobatan tradisional suku - suku di nusantara memang sangat unik dan beragam dalam menangani sebuah penyakit. Terkhusus dalam suku Dakka juga melakukan hal pengobatan tradisional dengan memanfaatkan kearifan lokal alam. Salah satunya dikenal dengan sebutan pora' atau mappora'. Pengobatan cara ini dilakukan oleh seorang Sandro yang faham tentang asal usul sebuah penyakit. Untuk pengobatan


25 mappora' ini merupakan langkah terakhir dilakukan jika penyakit tersebut sangat membandel pada seseorang yang telah diobati atau biasa dikenal dengan istilah saki bangkulong (penyakit yang membandel) Untuk kelengkapan dan langkah dalam pengobatan tradisonal ini memerlukan beberapa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai duri dan harus berjumlah 7 jenis, dan setiap jenis berjumlah 3 buah duri, diantaranya yaitu : 1. Colli abo' 2. Duri lemo 3. Laso rea 4. Colli uco-uco 5. Duri kapo' 6. Duri sala 7. Colli pondreng Kelengkapan yang lain digunakan yaitu kalosi dan dowung belu, dan daun yang digunakan ini yang digunakan harus daun yang sitammu ura'na. Dan satu lagi yaitu kapu'. Kesemua bahan yang telah ada kemudian di tumbuk menjadi satu dalam issong bainni agar menjadi halus dan


26 menyatu sehingga berubah warna menjadi kemerah merahan. Mappora’ Fhoto : Muhammad Hasbi Setalah selesai semua dihaluskan kemudian sandro akan mangngota dari bahan campuran tersebut lalu di semburkan ke tempat penyakit yang membandel tersebut, dan diiringi dengan beberapa kalimat-kalimat khusus. Dari hasil wawancara singkat mengapa harus menggunakan duri - duri tersebut kareba dengan harapan bahwa duri tersebut akan menusuk - nusuk penyakit tersebut hingga penyakit tersebut pergi dan tidak kembali lagi.


27 13. EDISI OBAT BISUL (BUNDRONGONG) TODAKKA Obat untuk penyakit macam ini banyak tergantung kepercayaan dalam pongabatan diantaranya : 1. Campuran beberapa irisan rempah diantaranya kunyit, bawang merah. 2. Menurut kepercayaan lainnya yaitu kotoran cacin tanah dan pucuk kelapa, namun kotoran cacin tanah ini ada ciri khusus untuk pengobatan bukan asal saja. Bundrongong ( bisul ) Fhoto : Muhammad Hasbi


28 14. SABONGONG (gizi buruk) Di dalam kehidupan sehari hari masyarakat tidak luput dari berbagai macam penyakit yang menimpa mulai dari orang dewasa hingga anak kecil. Penyakit yang biasa di derita oleh anak anak yaitu gizi buruk yang dalam Suku Dakka di kenal dengan istilah Sabongong. Sabongong ini diyakini oleh sebagian Masyarakat Todakka merupakan penyakit yang tidak dapat di tangani oleh dokter medis, tetapi penyakit ini hanya bisa di sembuhkan oleh orang tertentu yang memahami asal usul penyakit ini, menurut orang tua seorang anak yang pernah mengalami penyakit ini anaknya disembuhkan oleh seorang sandro yang memandikan anaknya dengan menggunakan kearifan lokal alam disekitarnya diantaranya menggunakan daun dari tanaman Appollong anna Tollong dan diiringi dengan sedikit bahasa yang diucapkan oleh sandro, dan atas izin yang maha kuasa anak Sabongong kembali seperti biasanya. 15. TO'BIRA Penciptaan tumbuhan liar di alam mempunyai maksut tertentu, diantara tumbuhan yang ada mempunyai


29 keterkaitan satu sama lain. Ada tumbuhan yang menjadi penawar bagi tumbuhan yang lain, sebagai contoh salah satunya tumbuhan yang dikenal masyarakat Todakka dengan nama To'Bira. To’ Bira Fhoto : Muhammad Hasbi


30 Tumbuhan To'Bira ini mempunyai beberapa jenis diantaranya yang pernah dijumpai yaitu bira balo/bori' (belang), bira malea (merah) dan bira malotong (hitam). Tumbuhan To'Bira ini dijadikan oleh masyarakat Todakka yang berprofesi sebagai pekerja kebun sebagai obat penawar gatal yang diakibatkan oleh tumbuhan Beuwa', yang tumbuhan itu telah dijelaskan di tulisan sebelumnya. Cara penggunaan Bira dalam mengobati gatal akibat Beuwa' yaitu dengan mengoleskan getah batang dari Bira setelah di potong ke bagian yang gatal, dan dengan ijin ALLAH SWT gatal tersebut akan hilang. 16. DOUNG CUREDE Dalam sebuah ritual sakral pernikahan masyarakat Todakka selalu menghadirkan keunikan tersendiri dengan hadirnya beberapa dedaunan dan buahbuahan yang mempunyai nilai filosofis tersendiri, salah satu yang wajib hadir di acara pernikahan yaitu masyarakat todakka menyebutnya doung Curede, daun ini hadir pada saat satu malam sebelum hari pernikahan


31 atau bungi maccurede, malam ini diambil sesuai dengan nama daun yang akan digunakan pada acara tersebut. Daun curede ini pula dipakai pada saat menjelang bulan puasa oleh gadis-gadis untuk mewarnai kuku-kuku jari tangan agar terlihat indah. Doung Curede Fhoto : Muhammad Hasbi


32 Daun curede ini juga dijadikan sebagai obat TOLONGON pada jari tangan dengan cara mengambil daun curede sebanyak 7 lembar dan ditumbuk dan dilekatkan di jari yang sakit, atas ijin allah SWT sakit Tolongon akan sembuh seperti sedia kala. 17. KAJU SOPPONG Dalam tradisi masyarakat todakka ada beberapa keunikan diantaranya ketika hendak mengadakan sebuah acara dan menghadirkan banyak tamu, tentu diperlu banyak di perlukan banyak persiapan diantaranya konsumsi, jauh hari sebelum hari H dilaksanakan wanita todakka mempersiapkan terlebih dahulu air minum yang banyak, dalam mengawetkan dan memberikan keunikan tersendiri yaitu air putih yang telah di masak dalam jumlah banyak yang di satukan dalam tempat yang namanya BEMPA, kemudian mencampurkan salah satu bahan yang orang todakka biasa menyebutnya KAJU SOPPONG yang dimana khasiatnya menurut muliati yaitu memberikan sensasi warna yang hampir merah dan pink selain itu juga mengatakan bahwa dengan menambahkan benda tersebut air putih yang telah di


33 masak akan bertahan lama dan tidak kotor, hal ini pun sangat sering di jumpai di acara pernikahan sebelum maraknya beredar air gelas kemasan yang katanya lebih praktis. Kaju sopping Fhoto : Muh. Nursyamsi


34 BAB II PERSAKSIAN SEJARAH TODAKKA 1. BATU DAN BUTTU SARRE DALAM LINTASAN ZAMAN Buttu Sarre Fhoto : Muhammad Hasbi Batu merupakan salah satu nama daerah yang dahulu menjadi daerah dari sebuah wilayah adat yang dahulu menganut ada' mappuraondro, kini batu menjadi sebuah desa di kecamatan Tapango, dilisankan sebelum masuk daerah wilayah ada' mappuraondro dahulu batu merupakan daerah yang selalu bertikai antara beberapa aruwong yang berada disekitar daerah tersebut atau orang


35 biasanya menyebut sikandre bale tau. Namun setelah didamaikan oleh ada', daerah batu akhirnya di berikan sebuah kepala atau pemimpin baru yang dahulu disebut sebagai arowong batu. Di daerah batu ini juga terdapat sebuah gunung / buttu yang sangat menanjak dan juga memiliki ragam cerita yang orang sekitar menyebutnya Buttu Sarre, di buttu sarre inilah tempat berkumpulnya beberapa arowong ketika ada masalah di sekitarnya untuk diselesaikan, menurut lisan I. A RUSDI di buttu sarre ini juga jika malam menjelang dan mendengar suara dentuman yang keras maka di daerah sekitar batu ini akan ada seseorang Tomatua kappung yang meninggal. Selain itu di daerah dekat buttu sarre ini ada tamposisi (ular phyton yang sangat besar). Di puncak tertinggi buttu ini pula di penuhi oleh pohon bambu yang menurut orang abo simula lino, dan sebatang pohon To' Barana yang sangat besar, dari pengalaman pribadi ketika menginjakkan kaki di puncak buttu ini serasa berada di atas karet, dan Di puncak buttu ini pula kita dapat memandang pemandangan yang indah,


36 2. BUTTU ONO' TANETE Salah satu Bukit yang terletak dalam wilayah geografis kerajaan Todakka pada jamannya yaitu buttu yang masyarakat Todakka menyebutnya buttu ono' tanete. Buttu ini memiliki ragam cerita lisan bagi masyarakat yang pernah menginjakkan kaki di buttu tersebut. Buttu ini di penuhi dengan bebatuan yang besar dan di buttu ini juga di jadikan oleh sebagian masyarakat disekitar sebagai tempat baca syukuran dengan adanya sebuah sapo - sapo yang dibuat khusus. Menurut salah satu lisan mengatakan bahwa di tempat tersebut dahulu dijadikan sebagai tempat ibadah untuk penganut faham animisme. Salah satu cerita mistik yang juga mengiringi buttu ini yaitu diatas buttu tersebut jika di datangi oleh orang yang tak dikehendaki oleh penghuni buttu tersebut maka akan di buat tersesat sampai ada orang pintar yang menemukannya. Di buttu juga ini konon kita dapat di pertemukan dengan bubun/sumur dengan timba emas dan tanaman lombok yang besar jika dikehendaki oleh pemilik buttu tersebut.


37 Buttu ono’ Tanete Fhoto : Muhammad Hasbi Dahulu disekitar buttu tersebut sebelum jadi persawahan merupakan tempat makkaja bale / tempat menangkap ikan bagi masyarakat todakka yang bersinggungan langsung dengan kame-kame, menurut tutur pua' era bahwa masyarakat disekitar buttu tersebut tidak akan turun menangkap ikan sebelum ditangkap dahulu oleh pemangku adat Todakka. Lanjut beliau mengatakan bahwa di tepi buttu tersebut terdapat to'barana yang besar yang juga merupakan tempat peristirahatan to keuwai / buaya yang sehingga banyak masyarakat todakka enggan mendekati daerah tersebut..


38 Buttu tersebut juga merupakan Salah satu lokasi tempo dulu yang bebas dari banjir ketika daerah labasang dan kampuno dilanda banjir karena luapan sungai labasang dan salu Dakka. 3. JALUR TRANSPORTASI Jalur transportasi air pada masyarakat Todakka berhubungan dengan masyarakat luar dan jalur perdagangan dari luar ke lito'na to ke ada'. Dari laut terus ke muara uwai pakka tallu - uwai lotong - botong-botong - uwai sulili - kakaeta - sumpongna matakali - sumpongna kame-kame - kampuno - salu labosong - matakalikali - sumpa' pulung di bulung. 4. LANGKOGO POKKI salah satu nama persaksian sejarah batas terluar Ada' Mappuraondro dikenal oleh sebagian masyarakat Todakka yaitu langkogo pokki. Langkogo pokki merupakan sebuah pohon yang tumbuh dengan batang tegak lurus, pohon ini biasa di tempati oleh burung untuk bersarang seperti dongi Kalakeo, kadanga anna Dorra.


39 Pohon langkogo pokki ini menjadi sebuah sejarah lisan setelah terjadinya gejolak di daerah wilayah ada' mappuraondro yang di invasi oleh kerajaan yang menurut lisan adalah kerajaan passokkorang. Langkogo pokki ini menjadi batas wilayah pemerintahan ada' mappuraondro dengan kerajaan passokkorang setelah terjadinya perang yang sengit. Dikisahkan bahwa dahulu langkogo ini tinggi menjulang namun setelah penyerangan pohon ini di tebas menjadi dua sehingga terpotong dan patahannya tetap jatuh dan berdiri di samping pohon pokok sehingga tumbuh bersama dan pada saat itulah dijadikan sebagai batas wilayah pemerintahan. 5. PORO' Salah satu lagi tempat menangkap ikan yang mempunyai nilai sejarah yang luar biasa oleh sebagian masyarakat Todakka jaman dahulu yaitu oleh masyarakat menyebutnya PORO'. Menurut bapak sail (papa husni) pada jaman dulu di tempat tersebut merupakan tempat menangkap ikan yang sangat bagus di keranakan daerah tersebut sangat banyak ikan yang dapat diperoleh ketika


40 pergi makkaja, dan menurut beliau jika tempat tersebut sudah kering maka itu menandakan bahwa kemarau sudah sangat panjang. Poro’ Fhoto : Muhammad Hasbi Sebagain lisan menjelaskan bahwa daerah tersebut ditumbuhi oleh pohon nipa yang dari dahulu sampai sekarang masih tumbuh subur dan tak seorang pun yang mengambilnya bahkan sampai membunuhnya dan tumbuhnya saat ini berada di tengah tambak, hingga saat ini masih timbul pertanyaan pohon nipa tersebut ditanam oleh seseorang ataukah tumbuh dengan sendirinya. Poro' dahulu dan sekarang sudah jauh berbeda dimana sewaktu masih jaman pemerintahan Adat dan


41 jaman kekinian, sewaktu masih dalam naungan pemerintahan adat menurut lisan bahwa tempat tersebut tidak akan dikaja jika belum ada perintah dari pemimpin pada waktu itu, Dan Jaman dahulu di tempat ini pula hidup sekawanan Tomatoa yang banyak, dan banyak kisah yang tercipta dari setiap orang yang pernah majjala atau mallandra di daerah tersebut. 6. SAPO SOBA’ Dalam sebuah kelompok suku di nusantara masing masing memiliki sebuah tempat yang digunakan sebagai pusat pemerintahan adat, misalnya makassar dengan balla’ lompoa, toraja dengan tongkonannya begitupula halnya pada suku todakka yang berdiam di kepulauan sulawesi, suku todakka juga mempunyai sebuah tempat yang masyarakat todakka menyebutnya sebagai sapo soba’. Sapo soba’ adalah sebuah tempat berkumpulnya masyarakat todakka secara umum dalam melangsungkan roda pemerintahan adat dan juga digunakan untuk


42 menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi dalam wilayah pemerintahan adat todakka. Sapo soba juga digunakan sebagai tempat menyambut tamu kebesaran dari suku lain. Sebuah kisah yang sempat di dapat oleh penulis yaitu sewaktu tibanya orang berkulit putih yang berambut jagung ingin melakukan perniagaan di tanah todakka maka disambutlah iya di sapo soba oleh pemuka adat dan melakukan negosiasi, tamu tersebut mengutarakan niatnya untuk membeli dan mengambil alih wilayah sumpa’ pulung namun ditolak secara halus oleh pemuka adat dengan cara menugaskan beberapa anggotanya untuk mengumpulkan semua daun kering yang ada di wilyah sekitar sapo soba dan memasukkanya kedalam karung goni dan memberikannya kepada tamu tersebut dan mengatakan bahwa jikalau engkau menginginkan wilayah ini maka engkau harus menggangntikan semua yang ada didalam karung ini dengan uang kertas yang kalian punya. Alangkah kagetnya tamu tersebut hingga akhirnya mereka pulang dengan kecewa. Sepulangnya tamu tersebut pemuka adat mengumpulkan semua ketua – ketua adat dan menyampaikan kepada masyrakatnya agar siap – siap


43 menerima serangan dari tamu tersebut karna tamu tersebut akan kembali dengan tentaranya merebut tempat ini. Sapo soba di kelola dan di huni oleh struktur adat todakka yang dikepalai langsung oleh ketua ada’ Todakka yang mempunyai gelarang INDRO ARUONG. Menurut penuturan alm. HAMMA bin LAUNU PUOANG TAMABARIAH mengatakan bahwa eksistensi sapo soba terakhir terjadi pada pemerintahan ayahandanya yang bernama LAUNU PUONG TAMBARIAH. Sapo soba terletak ditengah – tengah wilayah yang sangat strategis yaitu tepat di dekat dermaga sumpa’ pulung dan pasar niaga dari suku – suku dinusantara . Sapo soba mengalami kehancuran oleh waktu disebabkan oleh beberapa bahan konstruksinya terbuat dari kayu. Setelah indonesia merdeka dan pemerintahan diambil alih oleh negara maka secara perlahan eksistensi sapo soba mulai terlupakan oleh sebagian masyarakat


44 todakka, hingga generasi muda suku todakka mulai tidak memahami dan melupakantentang sejarah sapo soba’. 7. UWAI TALLU PAKKA Menurut penuturan dari pemangku adat masyarakat Todakka mengatakan bahwa salah satu batas wilayah kerajaan Todakka jaman dahulu yaitu uwai tallu pakka atau muara sungai yang bercabang tiga yang berbatasan langsung dengan laut Todakka. Uwai tallu pakka ini merupakan salah satu sumber penghasil ikan yang memenuhi kebutuhan masyarakat todakka pada jamannya, letaknya yang sangat strategis pertemuan dari tiga sumber arus sehingga menjadi tempat berbagai jenis ikan bisa di temukan di tempat itu. Dari hasil perjalanan Tim Komunitas Pencinta Budaya Todakka (KPBD) mengunjungi uwai tallu pakka untuk melihat secara langsung letak sejarah kerajaan todakka sungguh luar biasa mulai dari medan hingga menelusuri antara pohon bakau untuk demi merasakan hawa masa lampau jejak kebesaran suku Todakka pada jamannya. Sepanjang pinggiran sungai masih di tumbuhi


45 pepohonan nipa dan bakau beragam jenis dan beberapa satwa yang masih menghirup udara di sekitaran uwai tallu pakka. Perjalanan menuju uwai tallu pakka Fhoto : Muhammad Hasbi Uwai tallu pakka merupakan perpaduan dari beberapa sumber air dari hulu diantaranya uwai lotong, uwai padada dan paobu. Dari pertemuan beberapa sumber air tersebut hingga menyebabkan daerah pertemuan itu disebut oleh masyrakat menjadi uwai tallu pakka Akses jalan menuju uwai tallu pakka ada beberapa diantaranya melalui daerah rumpae bulu bawang menelusuri salu madatte dan empang yang luas, juga dapat melalui jalur derah mampie. Di dekat uwai


46 tallu pakka ini pula masih ada tempat bersejarah lagi buat warga todakka yang biasanya disebut dengan uwai lotong dan sulilie, namun letaknya lebih kedalam, hingga saat ini penulis belum sempat mengunjungi tempat tersebut. 8. UWAI SULILI Salah satu rute transportasi air pada masyarakat todakka jaman dahulu dikenal dengan jalur yang ekstream yaitu uwai sulili, menurut beberapa sumber mengatakan bahwa jalur ini sering menelan korban jiwa bagi masyarakat baru yang hendak ke tanah to Dakka yang tidak mengerti cara menyebrangi jalur ini. Menurut alawi bahwa pernah terjadi di daerah uwai sulili sebuah perahu tenggelam dalam pusaran dan muncul di terrusan akibat sang nakhoda belum faham cara menyebrangi jalur tersebut. Ada juga sepenggal cerita mengatakan bahwa di sekitar daerah tersebut terdapat to keuwai (Buaya) yang sangat besar yang sering memunculkan diri dan mengganggu para masyarakat yang hendak melintasi jalur ini. Namun bagi masyarakat todakka yang sudah memahami daerah ini mempunyai jalur alternatif untuk


47 melintas namun juga memerlukan keahlian khusus karena jalur ini terbilang kecil untuk dilalui. Dan adapun lisan mengisahkan bahwa pada masa kerajaan dari jalur inilah pencari kehidupan dari masyarakat luar mencari kehidupan di tanah Todakka yang makmur pada jamannya. Dan dari jalur ini pula yang digunakan oleh bangsa penjajah memasuki tanah Todakka. dan ditempat ini pulalah menurut lisan seseorang berkata bahwa pernah tinggal seseorang yang mampu berkomunikasi dengan To keuwai (Buaya/Tomatoa) dan mampu mendatangi perkampungan Tokeuwai di perairan sulili.. Uwai Sulili Fhoto : Muhammad Hasbi


48 Namun seiring pesatnya pembangunan irigasi dan perubahan jalur air maka menyebabkan uwai sulili ini kehilangan kekeramatannya dan sudah tidak pernah lagi memunculkan pusaran air yang besar dan sekarang hanya meninggalkan kenangan bagi masyarakat yang masih melintas di daerah tersebut.. 9. UWAI LOTONGNA TODAKKA (SUNGAI BERAIR HITAM) Menurut Muhklis bin Hamma bin Launu P.Tambaria tokoh masyarakat todakka mengatakan bahwa uwai lotong ini merupakan tempat menangkap ikan dari beberapa kepala daerah di todakka diantaranya mampie, beliau mengatakan bahwa ketika tiba masa makkaja/menangkap ikan dan yang pertama makkaja/menangkap dari uwai lotong maka harus memberi tanda di tempat tersebut dengan menancapkan sattolo’bale atau satu ikat ikan di pinggir sungai sebagai penanda bahwa telah ada penagkap ikan dari masyarakat todakka, sehingga masyarakat lain yang ingin makkaja sudah mengerti bahwa telah ada masyarakat todakka


49 yang melakukan penagkapan ikan. Dan masyarakat yang telah melakukan penangkapan ikan tidak boleh mengambil terlalu banyak ikan dan selalu menyisahkan untuk masyarakat lain, dan hal itu di kontrol oleh pemangku adat Indro Aruong Todakka. Menurut indo’ Raba’ salah satu masyarak Todakka yang bermukim di kampuno mengatakan bahwa uwai lotong juga dihuni oleh buaya- buaya yang besar, beliau juga mengatakan bahwa buaya tersebut akan menjadi ganas dan memangsa manusia jika ketika hendak makkaja / menagkap ikan tanpa permisi dulu sama yang empunya dan penguasa uwai lotong. Dan beliau juga menagatakan bahwa sampai saat ini penguasa uwai lotong ini masih mendiami daerah tersebut namun pada saat penulis mengunjungi tempat tersebut alhamdulillah tidak bertemu dengan sang penguasa uwai lotong yang juga katanya merupakan sahabat dari nenek penulis. Menurut beliau juga uwai lotong merupakan tempat masuknya kapal dari luar daerah untuk membawa dan membeli serta memasarkan rempah – rempah dari dan di tanah todakka, di ceritakan pula bahwa di uwai


50 lotong pula lah tempat masuknya orang-orang berambut jagung dengan menggunakan speedboatnya menuju ke tanah todakka untuk mengambil hasil buminya. Uwai Lotong Fhoto : Muhammad Hasbi Akses jalan menuju uwai tallu pakka ada beberapa diantaranya melalui jalur salu labosong terus kekampuno hingga ke muara uwai lotong, juga melalui jalur babbana matakali hingga ke muara uwai lotong dengan menggunakan perahu, dan juga melalui daerah rumpae bulu bawang menelusuri salu madatte dan empang yang luas. Di dekat uwai lotong ini pula masih ada satu tempat bersejarah lagi buat warga todakka yang


Click to View FlipBook Version