Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – First Time On Plane
Bekasi to Tangerang was not jammed so we could
take it for 2 hours.
Arriving in Bekasi, we immediately greeted
each other and talked to treat the feeling of
homesickness because we haven’t seen each
other for a long time. I can’t believe. It’s already
11 in the afternoon. We immediately said
goodbye to go to Soekarno hatta airport to go
back to Surabaya. That’s my short story of
traveling to Jakarta for the first time by plane.
See you in my next story.
88
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
KUCING KESAYANGAN
Oleh Ananda Tri Sugianti
Fika adalah anak yang sangat menyukai kucing.
Namun, Fika tidak diperbolehkan memelihara
kucing dengan orang tuanya. Orang tua Fika
takut kalau Fika tidak bisa mengurusnya.Tidak
berhenti di situ, Fika tetap mencoba untuk
meminta izin ke orang tuanya.
“Ma… Pa… Fika ‘kan suka kucing,“ kata
Fika.
“Lalu?” tanya Mama.
“Fika boleh enggak memelihara kucing?
Fika janji akan merawatnya dengan benar,” bujuk
Fika yang tetap ingin memelihara kucing.
89
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
“Benar ya, Fika? Kamu harus janji. Jika
kamu tidak menepati janji itu, Mama akan kasih
kucing ke saudara kita saja,” pesan Mama.
Akhirnya orang tua Fika menyetujui
permintaan Fika yang ingin memelihara kucing.
Keesokan harinya, Fika dan orang tuanya
berangkat ke Sidoarjo untuk mengadopsi kucing.
Sesampainya di sana, Fika langsung memilih
kucing. Namun, dia bingung karena kucing-kucing
di sana terlihat lucu. Akhirnya Fika menemukan
kucing yang sangat dia sukai. Warnanya abu-abu
dan Fika memutuskan untuk mengadopsi kucing
tersebut.
Sesampainya di rumah. Fika mengeluarkan
kucing dari kandangnya. Fika suka sekali dengan
90
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
kucing itu. Fika menamai kucing tersebut dengan
Boyboy.
Beberapa hari kemudian teman-teman Fika
yang bernama Eko, Putri, dan Salsa berkunjung
ke rumahnya. Mereka berniat untuk melihat
Boyboy. Teman-teman Fika sangat menyukai
Boyboy.
“Wah, lucu sekali kucing kamu! Aku jadi
pengen memelihara kucing seperti kamu,” kata
Salsa.
Eko menjawab, “Iya bener banget, salsa.
Seru juga bisa diajak main kalau kita kesepian.“
Putri pun bertanya , “Fika kamu adopsi
dimana kucing itu? Aku juga pengen.“
91
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
“Aku adopsi di Sidoarjo, kemarin aku
diantarkan orang tuaku.”
Hari semakin sore, akhirnya teman-teman
Fika pulang. Kemudian Fika diajak ngobrol
dengan orang tuanya.
“Fika, lusa kita mau ke Malang untuk
menghadiri arisan keluarga besar kita. Kamu ikut
ya?” kata Mama.
“Iya, Ma. Tapi bagaimana kucingku, Ma?”
kata Fika.
“Kucingmu nanti dititipkan ke tetangga
saja, Fika,” kata Papa.
“Oh, ya sudah,” kata Fika pasrah
Dua hari kemudian, Fika dan orang tuanya
berangkat ke Malang. Dia sangat sedih, karena
92
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
meninggalkan kucingnya. Mereka berangkat dan
akhirnya sampai di Malang. Mereka bertemu
dengan keluarga besar. Setelah itu langsung
istirahat sambil mengobrol.
Siang hari saat acara arisan dimulai,Papa
ditelepon oleh tetangga untukmenyampaikan
kabar kalau Boyboy hilang. Fika langsung
mengajak orang tuanya pulang setelah acara
selesai karena ingin mencari Boyboy.
Sesampai di rumah, dia langsung mencari
Boyboy. Dia melihat Salsa dari kejauhan
membawa Boyboy. Fika langsung berlari ke arah
Salsa.
93
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Kucing Kesayangan
“Fika, tadi aku menemukan Boyboy di
bawah pohon. Aku juga bingung ketika
menemukannya di sana?” kata Salsa.
“Terima kasih Salsa, sudah menemukan
Boyboy”.
Fika pun lega. Akhirnya dia bisa bermain
dengan Boyboy kembali.
94
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Belajar Jujur
BELAJAR JUJUR
Oleh Arshafino Findi Ramadhani
Setiap hari aku bangun pagi, pukul 04.30. Aku
bergegas mandi lalu berwudu melaksanakan salat
Subuh. Kemudian aku membersihkan tempat
tidur, lalu mandi. Pukul 06.00, aku dan keluarga
sarapan pagi. Seusai sarapan, kami mencuci
piring dan siap-siap berangkat sekolah. Aku
selalu berangkat diantar oleh Ayah.
“Fino, nanti di sekolah belajar yang baik
ya!” pesan Ayah.
“Ya, Ayah. Fino janji.”
Sekitar 10 menit perjalanan, aku sampai di
sekolah. Lalu pukul 07.00 pelajaran dimulai, tapi
diawali berdoa terlebih dahulu. Seusai berdoa,
95
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Belajar Jujur
pelajaran dimulai. Aku pun teringat jika buku
tulis pelajaran Matematikatertinggal. Aku
langsung panik.
Bagaimana nanti kalau guru marah?
Bagaimana kalau nanti aku tidak bisa menepati
janji untuk belajar dengan baik? tanyaku dalam
hati.
Pelajaran pun dimulai. Bu Guru langsung
menyuruh mengeluarkan buku tulis. Bu Guru
meminta kami mengerjakan soal yang sudah
ditulis di papan tulis. Semua teman sudah
mengeluarkan buku dan memulai mengerjakan.
Aku hanya bingung dan diam di bangku. Ternyata
Bu Guru melihat dari jauh.
96
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Belajar Jujur
“Fino, kenapa diam saja? Ayo, mulai
dikerjakan!” ucap Bu Guru.
“Iya, Bu,” jawab Fino.
Aku kebingungan untuk melanjutkan
belajar. Kalau mengerjakan pakai buku mata
pelajaran lain, nanti Bu Guru malah marah. Coba
berkata jujur, tapi Aku takut. Ingin jujur takut,
ingin berbohong tidak berani.
“Fino!” Bu Guru memanggil.
Seketika aku kaget. Sebelum Bu Guru
menghampiri, aku harus memilih jujur atau
berbohong.
“Bu, Fino lupa membawa buku tulis
Matematika,” ucapku.
“Kenapa bisa?” tanya Bu Guru.
97
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Belajar Jujur
“Semalam habis dipakai belajar, saya lupa
memasukkan ke dalam tas. Mohon maaf, Bu,”
jelas Fino.
Mendengar pengakuanku, Bu Guru diam.
Sepertinya berpikir.
“Ibu maafkan, Fino. Lain kali jangan
sampai lupa lagi ya!” pesan Bu Guru.
Aku kaget ternyata Bu Guru tidak terlalu
marah. Bu Guru malah memberi nasihat. Seperti
keputusanku untuk berkata jujur adalah hal
benar. Jadi aku bisa menepati janji kepada Ayah
untuk belajar dengan baik.
Selanjutnya Bu Guru menyuruhku untuk
mengerjakan dengan kertas sobekan, dengan
syarat nanti disalin ke buku Matematika.
98
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Belajar Jujur
Aku jadi mengerti sekarang, kalau
kejujuran itu besar manfaatnya. Mulai saat itu,
aku harus menjadi murid yang memiliki sikap dan
sifat yang baik.
99
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Selamanya
SAHABAT SELAMANYA
Oleh Adinda Felicia Fijri
Di sebuah kampung ada tiga orang sahabat yang
sedang asyik beraktivitas di dekat sungai.
Mereka sedang mencari ikan. Saat di sungai,
mereka juga bercanda dan mengobrol satu sama
lain. Mereka bernama Linda, Lia, dan Febri. Tak
terasa hari sudah mulai petang, mereka segera
bergegas pulang ke rumah sambil membawa hasil
tangkapannya untuk diserahkan kepada Ibu
mereka masing-masing.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Begitu juga dengan tali persahabatan mereka
yang sudah berlangsung lama. Kini mereka sudah
lulus sekolah dan masing-masing melanjutkan
100
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Selamanya
sekolahnya di kota. Meskipun dalam keadaan
jauh dan tidak bisa bertemu, tetapi mereka yakin
bahwa nantinya mereka juga akan bertemu
kembali. Seperti janji mereka untuk menjaga
persahabatan.
Suatu ketika saat berada di sungai, mereka
berbaring di atas batu besar di pinggiran sungai.
Mereka berbaring menghadap langit dan
mengenang masa-masa indah persahabatan yang
sudah berlalu. Mereka melakukan itu karena
besok merupakan hari perpisahan.
“Apakah kalian masih ingat waktu dulu
kita berjalan-jalan di Taman Bunga Anggrek?”
tanya Linda.
101
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Selamanya
“Sudah pasti ingat,” Lia dan Febri
menjawab bersama.
“Mengingat itu, sungguh menyenangkan
ya!” sahut Linda.
Saat sedang asyik mengenang masa lalu.
Tidak disadari, langit sudah terlihat sedikit gelap.
Mereka memutuskan untuk pulang.
Waktu cepat berlalu. Setelah masing-
masing dari mereka sudah lulus kuliah, kini
mereka mulai bekerja. Setelah lama merintis karir
dan telah sukses di kota, mereka akan kembali ke
kampung.
Sesampainya di kampung, mereka pulang
terlebih dahulu untuk menemui orang tua
mereka. Lalu mereka berjanji untuk bertemu di
102
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Selamanya
Taman Bunga Anggrek. Namun, ternyata yang
terjadi sungguh tidak terkira. Linda tidak terlihat
datang. Lia dan Febri bingung, karena
sebelumnya mereka sudah berkabar lewat
Whatsapp.
“Di mana, Linda?” tanya Febri kepada Lia.
“Wah, aku kurang tahu juga. Whatsapp
dia tidak aktif,” jawab Lia.
Lia dan Febri terlihat mulai sedih. Mereka
bingung karena Linda tidak hadir.Bahkan
menganggap kalau Linda sengaja tidak datang.
“Mungkin Linda membohongi kita,” ucap
Lia.
“Iya juga. Dia pasti sudah lupa dengan
kita,” sahut Febri.-
103
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Selamanya
“Ayo, kita pergi saja!” ajak Lia
Mereka berdua sudah bersiap-siap untuk
pergi. Ada dua tangan melingkar merangkul
pundak Lia dan Febri. Linda ada di belakang
mereka berdua dan sengaja untuk memberikan
kejutan.
“Aku tidak akan melupakan sahabat-
sahabatku sampai akhir hayat,” ucap Linda.
Melihat kejadian itu, Lia dan Febri terkejut
dan langsung memutar badan. Mereka bertiga
berpelukan. Persahabatan mereka tetap utuh
sampai akhir hayat. Seperti janji mereka dulu.
104
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
SALAH SANGKA
Oleh Kennaura Carisa Putri
Aku dan Kak Nadya bersahabat sejak kecil. Usia
kami berbeda dua tahun. Kak Nadya itu orangnya
baik, cantik, sabar, dan kadang–kadang sedikit
cerewet. Sedangkan aku orangnya keras kepala.
Kami pertama kenal di lingkungan rumah, sejak
aku pindah ke rumah baru.
“Halo, kamu penghuni baru di kampung ini
ya?” tanya Kak Nadya menghampiriku yang
sedang bermain sendiri di taman dekat rumah.
“Iya kak, aku baru saja pindah ke sini,”
jawabku malu.
“Aku Nadya, namamu siapa?” tanya Kak
Nadya.
105
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
“Aku Rani, Kak,” jawabku.
Kami pun bermain bersama. Setelah
selesai bermain dan saatnyapulang, kami baru
tahu kalau rumah kami bersebelahan. Aku juga
masuk di sekolah Kak Nadya. Sejak itu kami
bersahabat dan selalu bersama. Namun, aku
sedih ketika Kak Nadya lulus sekolah dan masuk
SMP yang cukup jauh dari rumah. Aku jadi jarang
bertemu dengan Kak Nadya karena
kesibukannya.
Aku juga memiliki tetangga yang bernama
Kak Wira. Kak Wira orangnya baik, humble, dan
parasnya juga ganteng. Aku diam-diam
mengaguminya. Ternyata Kak Wira sekolah di
SMP yang sama dengan Kak Nadya.
106
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
“Hai Kak Nad, aku kangen sekali
denganmu. Kita jadi jarang bertemu,” sapaku
saat bertemu Kak Nadya di toko dekat rumah.
“Hai, Rani. Iya sekarang aku jarang keluar
bermain karena tugas sekolahku yang menumpuk
setiap harinya,” jawab Kak Nadya
“Apa Kak Nadya dan Kak Wira satu kelas?
Aku sering melihat Kak Wira dan teman Kak Nad
yang lain datang ke rumahmu,” tanyaku
penasaran.
“Iya aku dan Wira satu kelas. Kita
memang sering mengerjakan tugas kelompok
bersama. Duluan ya, Ran,” jawab Kak Nadya
meninggalkanku.
Akhir-akhir ini aku sering melihat Kak Wira
107
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
dekat dengan Kak Nadya. Terkadang aku melihat
mereka berdua berangkat dan pulang sekolah
bersama. Kak Wira juga sering terlihat datang ke
rumah Kak Nadya. Aku iri dengan kedekatan
mereka. Itu membuatku marah dengan Kak
Nadya. Seringkali aku menolak ajakan bermain
Kak Nadya. Aku juga sering mengabaikan
panggilan Kak Nadya karena aku merasa jengkel.
Setiap melihat Kak Nadya dekat dengan
Kak Wira aku langsung berlari dengan muka
kesal. Aku juga sering diam-diam memandangi
Kak Wira dari jauh. Terlalu sering aku melakukan
hal itu.
Suatu hari Kak Nadya menghampiriku yang
sedang melihat Kak Wira bermain bola dengan
108
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
teman-temannya.
“Sedang apa kau di sini, Ran?” sapa Kak
Nadya membubarkan lamunanku.
“Hanya duduk saja menikmati udara sore
hari,” jawabku ketus.
“Kak Nad sering melihat kamu diam-diam
memperhatikan Kak Wira. Apa Kak Nad salah?”
tanya Kak Nadya.
“Iya, aku tahu Kak Nad dekat Kak Wira.
Enggak boleh ya aku memperhatikan Kak Wira
diam-diam?” balasku.
“Wah, pasti Rani ada salah paham dengan
Kak Nad,” jawab Kak Nadya lembut.
Kak Nadya sepertinya mengetahui apa
yang aku pikirkan. Akhirnya Kak Nadya
109
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Salah Sangka
menjelaskan bahwa ia dan Kak Wira hanya teman
sekelas yang dekat hanya karena tugas kelompok
dari sekolahnya. Aku hanya salah paham saja.
“Aku minta maaf ya, Kak,” kataku sambil
memeluk Kak Nadya.
“Dimaafin kok, Rani kan sahabat yang
paling Kak Nad sayang,” jawab Kak Nadya.
Mereka berdua akhirnya berbaikan dan
lebih sering menanyakan hal-hal mengganjal di
antara mereka untuk menghindari
kesalahpahaman.
110
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
BUAH KEBAIKAN
Oleh Ainun Hayati Ayunda Putri
Namaku Talitha Nura Nabila. Aku biasa dipanggil
Nura atau Rara. Namaku memiliki arti, yaitu anak
perempuan penuh cahaya yang berakhlak mulia.
Hal ini juga cerminan doa kedua orang tuaku.
Semoga aku bisa menjadi anak yang sesuai
dengan doa mereka berdua.
Saat ini aku berusia 11 tahun, kelas 5
salah satu SD Negeri di Surabaya. Aku adalah
anak tunggal dari Ayah dan Ibu. Meskipun
demikian, aku tidak merasa kesepian. Karena aku
memiliki banyak teman dan saudara di dekat
rumah.
111
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
Aku dan teman-teman di sekitar rumah
selalu bermain bersama sepuasnya. Namun, sejak
pandemi kami mulai jarang bermain karena
memang Ayah dan Ibu menyuruh agar aku tidak
terlalu sering keluar rumah. Sedih juga rasanya,
tapi aku menurut saja karena demi keselamatan
kami sekeluarga dan orang-orang di sekitar kami.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini,
sekolahku dilaksanakan secara daring. Tidak
hanya sekolahku saja, hampir semua sekolah
melaksanakan pembelajaran daring untuk
mencegah penyebaran Covid-19. Menurutku, ada
kelebihan dan kekurangan saat sekolah
dilaksanakan secara daring. Kelebihannya adalah
aku bisa bangun agak siang, karena biasanya
112
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
tugas-tugas sekolah bisa dikerjakan sampai
malam hari. Kekurangannya adalah sekolah
daring membuat aku tidak bisa bertemu dengan
guru-guru, sehingga tidak bisa memahami
pelajaran dengan maksimal. Selain itu juga, aku
juga tidak bisa bertemu dan bermain dengan
teman-teman sekolah.
Pandemi ini sudah dua tahun melanda
negeriku, bahkan hampir di seluruh dunia.
Sampai-sampai banyak orang yang merasakan
kesulitan ekonomi karena kehilangan mata
pencaharian. Namun, aku bersyukur karena
kedua orang tuaku masih tetap bisa bekerja di
masa pandemi ini. Ibuku adalah seorang guru di
salah satu SMP swasta di Surabaya, sedangkan
113
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
Ayah adalah seorang karyawan di salah satu
kantor ekspedisi atau jasa pengiriman barang
melalui laut.
Suatu hari, aku ingin pergi bermain
bersama teman-teman yang berada di dekat
rumah. Kami sudah saling chatting di grup
Whatsapp. Kami berencana pergi ke taman dekat
lingkungan rumah kami. Namun, Ibu melarangku
dengan alasan karena sekarang masih pandemi.
Jadi aku tidak boleh pergi ke tempat umum yang
ramai. Padahal aku sudah berjanji dan
meyakinkan Ibu kalau aku dan teman-teman akan
tetap mematuhi protokol kesehatan. Tetap saja
Ibu tidak mengizinkanku pergi. Sampai akhirnya
aku memberitahu teman-teman di grup
114
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
Whatsapp, kalau aku tidak bisa pergi kali ini.
Akibatnya, pertemanan kami agak renggang.
Teman-teman seperti cuek padaku. Aku merasa
sedih, tetapi aku tetap berpikir positif saja.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat
kabar dari Ibubahwa beberapa temanku sakit
setelah pulang dari taman.
“Ra, ada kabar buruk dari teman-temanmu
yang kemarin pergi ke taman. Mereka jatuh
sakit,” ucap Ibu.
“Ah masa, Bu?”
Pantas saja, beberapa hari lalu grup
Whatsapp sangat sepi dari obrolan. Setelah
diperiksa oleh dokter, ternyata mereka
mengalami demam, batuk, dan flu. Aku berdoa
115
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Buah Kebaikan
semoga mereka baik-baik saja dan cepat sembuh.
Aku merenung dan berpikir kembali, beruntung
waktu itu aku menurut nasihat Ibu agar tidak
ikut pergi ke taman.
“Terima kasih, Ibu.”
116
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Sejati
SAHABAT SEJATI
Oleh Afiqah Gisella Rachman
Saat masih kelas 3 SD, setiap hari aku bertemu
dengan sahabatku.Dia anak yang comel dan suka
mengomel. Adel dan Lia namanya. Mereka berdua
selalu membuat aku tertawa karena ulah mereka
yang suka usil dan lucu.
Kami bertiga selalu bermain bersama saat
istirahat dan pulang sekolah. Suatu hari, kami
bertiga ikut rekreasi ke tempat wisata di kota
Malang. Bersama orang tua kami masing-masing.
Dihari itu, kami menikmati hampir semua
wahana yang ada di tempat wisata bersama
teman-teman. Saat pulang dari Malang, kami
bertiga mengobrol di dalam mobil.
117
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Sejati
“Apa permainan yang kamu suka tadi?”
tanyaku.
“Aku suka bermain trampolin,” jawab Lia.
“Kalau aku suka waktu kita memetik apel,”
sambung Adel.
Setiap kami selesai bermain bersama, kami
selalu suka membicarakannya. Bahkan kadang-
kadang, kami suka berkhayal tentang
persahabatan kita di masa yang akan datang.
Aku selalu mendoakan agar kita bisa selalu
bersahabat selamanya.
Kala kami sudah tumbuh menjadi dewasa
nanti.Kami bertiga berjanji tetap menjadi
sahabat dalam senang maupun susah. Itulah
impian kami.
118
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Sahabat Sejati
Sekarang kami bertiga harus belajar di
sekolah. Agar kelak kami bisa menjadi anak yang
pandai dan bermartabat. Sehingga bisa
membahagiakan Ibu dan Ayah serta keluarga
kami.
“Terima kasih sahabat sejatiku. Semoga
saat dewasa, kita akan bersahabat selamanya.”
119
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan Bersama Keluarga
LIBURAN BERSAMA KELUARGA
Oleh Poppy Nur Ramadhani
Aku anak ketiga dari tiga bersaudara.
Mempunyai dua Kakak. Satu Kakak sudah
berkeluarga dan satu lainnya masih kerja.
***
Cerita berawal pada tanggal 21 Desember.
Aku, Kakak, dan Kakakiparku berencana akan
merayakan ulang tahun dan berliburdi Malang.
Kami berangkat pada pukul 8 pagi dan sampai
pukul 10 pagi. Kita check in hotel pada pukul 1
siang, lalu kita tinggal makan di Warung Wareg.
Setelah makan, kita memutuskan menuju ke
hotel. Sewaktu di perjalanan ke hotel, hujan pun
turun.
120
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan Bersama Keluarga
Sesampai di hotel, aku langsung bergegas
ke kamar. Aku sekamar dengan Kakakku. Kita
berencana pergi ke tempat wisata pada pukul 3
sore nanti. Namun, rencana itu gagal
dikarenakan hujan turun dan kabut muncul
sangat tebal. Akhirnya kita memilih berenang
saja di hotel tersebut.
"Dik, bagaimana perasaanmu sekarang?"
tanya Kakak.
"Aku sangat senang. Apalagi berlIbur
bersama keluarga," jawabku.
"Oh, ya?" Kakak meyakinkan.
"Iya, kak," jawabku.
Selesai berenang, aku langsung mandi dan
beristirahat. Pukul 7 malam, aku pergi ke Alun-
121
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan Bersama Keluarga
Alun Kota Batu. Di sana, kita berpencar. Aku
bersama Kakak, Kakak ipar, dan anaknya.
"Jangan lupa, setelah membeli makanan
kita bertemu di tempat ini," pesan Kakak.
"Iya, Kak," jawabku.
Setelah bertemu kita makan bersama-
sama dan kembali ke hotel.
Keesokan harinya kita sarapan bersama di
resto hotel.
"Dik, apa kamu suka dengan makanan
hotel ini?" tanya Kakak.
"Aku rasa ini cukup enak," jawabku
singkat.
"Aku tidak suka makanan di hotel ini,"
bisik Kakak.
122
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan Bersama Keluarga
"Nanti kita makan di luar saja ya, Kak,"
kataku.
Setelah itu, kita balik ke kamar untuk
bersantai. Pada pukul 11 siang, kita bergegas ke
tempat wisata Santerra De Laponte di Pujon.
Pada pukul 1 siang, kita makan dan meniup
lilin. Setelah memakan kue untuk perayaan ulang
tahun, kita bersantaidi Koperasi Susu Sae Pujon.
Pada pukul 5 sore, kita membeli oleh-oleh lagi
disekitar Batu. Setelah itu kita memutuskan
pulang dan sampai di Surabaya pukul 9 malam.
123
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Turnamen Sepak Bola
TURNAMEN SEPAK BOLA
Oleh Arya Maulana Wibisana
Pada Sabtu, 5 Maret 2022, saya mengikuti
turnamen sepak bola. Turnamen itu adalah
Anniversary Gelora Delta. Dilaksanakan di
lapangan Siwalan Panji Buduran Sidoarjo.
Pesertanya berjumlah 16 tim yang berasal dari
kota lain.
Saya sangat senang karena ikut turnamen
dengan banyak teman. Tim saya adalah Bina
Yunior. Pada pertandingan pertama, Bina Yunior
menang dengan skor 1-0. Pertandingan kedua
unggul 2-0. Pertandingan yang ketiga juga
mengalami kemenangan 1-0, sehingga Bina
Yunior lolos masuk 8 Besar.
124
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Turnamen Sepak Bola
Hari Minggu, 6 Maret 2022 kembali lagi
untuk mengikuti pertandingan 8 Besar. Di
pertandingan kali ini, tim saya gugur. Tim saya
mengalami kekalahan dengan skor 0-1, akan
tetapi Tim Bina Yunior tidak berkecil hati. Tetap
semangat dan terus berlatih.
Setelah menjalani pertandingan yang
berakhir kekalahan, kami segera bergegas pulang
dengan menggunakan bus. Walaupun suasana
hati sedang tidak baik, kami mencoba untuk tetap
riang. Kapten tim kami mengajak bernyanyi dan
juga memberikan semangat agar tidak terbawa
suasana kekalahan.
“Ayo, teman-teman! Jangan berkecil hati.
Turnamen ini cuma salah satu proses dari sekian
125
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Turnamen Sepak Bola
banyak. Masih ada turnamen lain di luar sana,”
ucap Kapten.
Terlihat raut muka dari seisi bus yakin dan
merespon ucapan Kapten.
“Benar! Bina Yunior Selalu di Hati!” riuh
ucapan beberapa anggota tim.
Melihat suasana seperti itu, saya
tersenyum sendiri.
“Semoga, di turnamen-turnamen
selanjutnya bisa juara dan pulang membawa
piala,” gumamku.
126
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan di Kediri
LIBURAN DI KEDIRI
Oleh Febry Eradipa Noor Hudda
LIburan akhir semester ini, aku dan
keluargamemilih berlibur ke rumah Kakek di
Kediri. Sudah hampir 2 tahun kami tidak pernah
ke sana. Aku sudah rindu dengan Kakek dan
saudara-saudara. Kami berangkat naik mobil
pribadi. Ibu menyiapkan semua keperluan yang
perlu dibawa. Kami sekeluarga menikmati
perjalanan hingga tiba di rumah Kakek.
“Kakek, aku sangat rindu padamu,”
teriakku sambil berlari ke arah Kakek yang sudah
menunggu di depan rumah.
“Kakek juga kangen dengan kalian semua,”
sahut Kakek.
127
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan di Kediri
Selama liburan di sana, aku bermain dan
berkumpul bersama keluarga yang rumahnya
tidak jauh dari rumah Kakek. Aku bermain
bersama teman saudaraku. Ketika sudah sore,
Kakek mengajakku dan Radifa, Adikku berjalan-
jalan ke Simpang Lima Gumul yang tak jauh dari
dsor. Di sana banyak mainan untuk anak-anak
dan berbagai macam kuliner. Setelah itu, kami
melanjutkan perjalanan. Kakek mengajak kami
pergi ke Taman Brantas untuk melihat beraneka
ragam lampu di taman. Kami berfoto-foto
bersama keluarga. Kami memutuskan untuk
pulang karena waktu sudah larut malam.
Keesokan harinya, aku bangun kesiangan
dan di dalam rumah sangat sepi. Ternyata semua
128
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan di Kediri
keluargaku sedang asyik bersantai di halaman
rumah Kakek yang sangat luas. Aku menghampiri
mereka dan bercanda tawa bersama.
”Febry, Radifa, kalian mau jalan-jalan ke
mana lagi hari ini?’’ tanya Kakek.
“Aku mau renang di Marwah Tirta, Kek,”
jawabku antusias.
“Ya, Kek. Radifa juga mau ke sana,” sahut
Radifa.
Ayah menyetujui usulanku dan Radifa.
Akhirnya kami sekeluarga besar pergi berenang
ke Marwah Tirta. Selain kolam renang, di sana
juga banyak permainan dan kolam pancing.
Sesampai di sana, kami langsung menuju
ke kolam renang. Kami semua berenang sampai
129
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan di Kediri
tak terasa sudah hampir sore. Kami semua mandi
dan berkemas kemudian melanjutkan keliling di
taman Marwah Tirta. Ada monumen kapal besar
dan juga Menara Eiffel seperti yang ada Paris.
Kami menghabiskan waktu untuk berfoto-foto
bersama keluarga.
Waktu semakin larut, kami melanjutkan
perjalanan ke rumah makan yang tidak jauh dari
sana. Setelah selesai makan kami melanjutkan
perjalanan menuju pusat oleh-oleh. Kami
membeli beberapa oleh-oleh untuk tetangga. Hari
mulai malam, kami kembali ke rumah Kakek.
Sesampai di rumah, kami semua langsung
istirahat karena lelah. Tidak terasa lIburan
selama dua hari dirumah Kakek sudah harus
130
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Liburan di Kediri
berakhir. Sebenarnya masih banyak tempat-
tempat wisata yang belum aku kunjungi. Namun,
kami harus pulang esok hari karena Ayah harus
bekerja.
131
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
RAJA AWAN
Oleh Hafidz Nur Firmansyah
Sebuah kerajaan langit dipimpin oleh Raja Awan.
Raja Awan mempunyai wilayah kekuasaan yang
sangat luas. Walaupun demikian, Raja Awan
bukanlah raja yang bengis dan sombong. Dia
sangatlah dicintai rakyatnya.
Raja Awan juga memiliki 4 orang
permaisuri yang biasa menemani hari-harinya.
Permaisuri itu bernama Merah, Kuning, Hijau,
dan Hitam. Agar keempat permaisuri tidak
bertengkar, Raja Awan membuatkan istana kecil
untuk masing-masing dari mereka. Sehingga para
132
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
permaisuri hidup damai dan rukun selama berada
di kerajaan awan.
Permaisuri Merah, Kuning dan Hijau
sangat senang sekali menari dan berdandan.
Mereka selalu terlihat bersama saat di pendopo.
Berbeda dengan Hitam yang selalu menyendiri.
Para permaisuri yang lain tidak
mempermasalahkan hal itu.
Namun, semua berubah semenjak acara
persiapan ulang tahun Raja Awan. Ketiga
permaisuri sangat antusias dan ingin
menampilkan sebuah tarian. Mereka berlatih
berhari-hari agar gerakannya terlihat kompak
dan indah.
133
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
“Hai ... Hitam. Ayolah berlatih bersama
kami!” ajak Merah.
“Iya Hitam. Ini momen penting untuk Raja.
Sekali-kali kamu harus menghibur dia karena
penat memikirkan masalah kerajaan,” tambah
Kuning.
“Maaf. Aku tidak bisa,” jawab Hitam lalu
meninggalkan mereka.
Permaisuri lain menjadi sangat kesal dan
marah atas perilaku Hitam yang kurang sopan.
Namun, Hijau mengingatkan bahwa mereka harus
fokus dan berlatih.
134
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
Mengapa aku harus sama dengan mereka?
Jika aku ikut, aku akan merusak semua yang
sudah mereka siapkan, batin Hitam.
Hitam pun kembali ke istana miliknya
sambil termenung. Hitam tidak melihat depan
dengan seksama sehingga menabrak Raja Awan.
Raja Awan menyadari perilaku Hitam yang
berbeda.
“Kenapa kau diam, Hitam?” tanya Raja
Awan penasaran.
“Aku hanya bingung akan memberikan
persembahan apa untukmu, Raja Awan? Karena
aku tidak bisa menari,” ratap Hitam.
135
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
“Kau tak perlu menari layaknya mereka.
Kau hanya bisa bekerja sama dengan mereka.”
Perkataan Raja Awan membuat Hitam
kembali berpikir. Hal apa yang bisa dilakukannya
bersama permaisuri lain. Hitam pun
memberanikan diri bertemu ketiga permaisuri
dan mengutarakan niatnya. Awalnya mereka
keberatan, tetapi setelah dipikir-pikir memang
bagus ide Hitam.
Hari ulang tahun pun tiba. Semua
penduduk langit datang ke pendopo untuk
mengucapkan selamat pada Raja Awan. Ketiga
permaisuri pun tak sabar menampilkan tarian
mereka.Sebelum mereka tampil, hitam
menampilkan pertunjukan mendung dan tak lama
136
Gendis Sewu Berkarya:
Aksara Muda – Raja Awan
kemudian turunlah hujan. Acara selanjutnya,
ketiga permaisuri menari dengan gemulai
sehingga menimbulkan warna yang indah yang
disebut pelangi.
Raja sangat senang dan menikmati
persembahan dari para permaisuri. Sedangkan
para permaisuri sudah kembali bersama setelah
hari ulang tahun Raja Awan.
137