The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul ini berisi tentang Proses Penyusunan RDTR Mata kuliah Studio RDTR Dilengkapi dengan video pembelajaran yang bisa memudahkan mahasiswa dalam belajar

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by alfiahrindang, 2021-08-18 02:12:08

MODUL STUDIO RDTR

Modul ini berisi tentang Proses Penyusunan RDTR Mata kuliah Studio RDTR Dilengkapi dengan video pembelajaran yang bisa memudahkan mahasiswa dalam belajar

Keywords: RDTR

3

KATA PENGANTAR

Penataan ruang merupakan salah satu instrumen yang bernilai strategis untuk
mewadahi proses pembangunan, karena didalamnya terdapat upaya-upaya
penanganan lingkungan, pembangunan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Penataan ruang sebagai sebuah konsep pemikiran atau
gagasan, mencakup penataan semua kegiatan beserta karakteristiknya yang
berkaitan dengan ruang.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa
lingkup kegiatan pelaksanaan penataan ruang meliputi tiga tahapan, yaitu tahap
perencanaan tata ruang, tahap pemanfaatan ruang, dan tahap pengendalian
pemanfataan ruang. Ketiga tahapan tersebut selayaknya berjalan secara kontinyu
tanpa putus dengan keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan penataan ruang.
Dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah pemerintah daerah mempunyai
wewenang dalam hal perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayahnya.
Pemahaman dasar mengenai tata ruang dan aspek apa saja yang harus disoroti
dalam penyusunan produk tata ruang menjadi pertimbangan utama penyusunan
materi perkuliahan Studio Perencanaan RDTR. Maksud dari disususunnya modul
ini adalah sebagai panduan instruksional dalam proses penyampaian mata kuliah
pada setiap prosesnya baik itu materi ajar dan evaluasi (berupa tugas dan ujian).
Modul ini terdiri dari kumpulan materi pada mata kuliah dan kemudian diikuti
dengan instruksional tugas beserta evaluasi tertulis.
Seluruh isi dari modul ini merupakan hasil diskusi dari tim penyusun dengan
harapan dapat menjadi acuan pada proses pembelajaran matakuliah Studio
Perencanaan RDTR. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini
untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.
Semoga modul ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Jember, Juli 2021

4

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 3
DAFTAR ISI .....................................................................................................4
CAPAIAN PEMBELAJARAN PRODI ............................................................. 5
PETA KONSEP CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP) MATAKULIAH DAN
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIRENCANAKAN (KAD)........................... 7
RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 1 ..........................................13
RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 2 ..........................................16
RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 3 ..........................................19
PENDAHULUAN ............................................................................................ 23
PROSES PENGUMPULAN DATA.................................................................39
ANALISA RDTR ............................................................................................. 43
RENCANA RDTR............................................................................................ 83
EVALUASI .................................................................................................109
PENUTUP .................................................................................................112

5

CAPAIAN PEMBELAJARAN PRODI

1. SIKAP :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa;
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
i. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan
j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
k. Etis dan estetis, komunikatif, adaptif, dan apresiatif.

2. PENGETAHUAN:
a. menguasai konsep teoritis yang relevan digunakan dalam bidang
perencanaan wilayah dan kota;
b. menguasai prinsip dan proses dalam bidang perencanaan wilayah dan kota;
c. menguasai teknik analisis berbasis ipteks yang relevan dalam bidang
perencanaan wilayah dan kota;
d. menguasai metode perencanaan dalam (alternatif) pengambilan keputusan
di bidang perencanaan wilayah dan kota;
e. menguasai norma dan nilai-nilai dalam perencanaan wilayah dan kota di
Indonesia

3. KETERAMPILAN KHUSUS:
a. mampu menerapkan konsep umum maupun teoretis untuk menyelesaikan
masalah dalam bidang perencanaan wilayah dan kota;
b. mampu menerapkan prinsip dan proses dalam bidang perencanaan wilayah
dan kota;
c. menganalisis potensi dan permasalahan konteks keruangan maupun non
keruangan dalam permasalahan perencanaan wilayah dan kota;
d. mampu menerapkan teknik-teknik formulasi rencana
e. mampu menjelaskan pemanfaatan, pengendalian, dan evaluasi hasil
perencanaan;
f. mampu memformulasikan alternatif solusi dalam perencanaan wilayah
dan kota;
g. mampu mendokumentasikan dan mengkomunikasikan hasil perencanaan
wilayah dan kota;

6

h. mampu menerapkan norma dan nilai di Indonesia dalam praktek
perencanaan wilayah dan kota

4. KETERAMPILAN UMUM
a. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang
sesuai dengan bidang keahliannya;
b. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
c. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memerhatikan dan menerapkan nilai
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan
etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik
seni;
d. mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam
bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman
perguruan tinggi;
e. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan
data;
f. mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya;
g. mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada dibawah tanggung jawabnya;
h. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
berada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran
secara mandiri;
i. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan
menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah
plagiasi;
j. mampu beradaptasi, bekerja sama, berkreasi, berkontribusi, dan berinovasi
dalam menerapkan ilmu pengetahuan pada kehidupan bermasyarakat serta
mampu berperan sebagai warga dunia yang berwawasan global;
k. mampu menegakkan integritas akademik secara umum dan mencegah
terjadinya praktek plagiarisme;

7

PETA KONSEP CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)

MATAKULIAH DAN KEMAMPUAN AKHIR YANG

DIRENCANAKAN (KAD)

Nama/Kode MK : Studio Perencanaan II (Perencanaan RDTRK) /
TKW
1407
SKS :4
Semester : Genap
Prodi/Jurusan : S1 Perencanaan wilayah dan kota
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Jember

8

Minggu Kemampuan Akhir Kriteria dan Metode Materi Pembelajaran Bobot
ke- yang Diharapkan Bentuk Pembelajaran [Pustaka] Penila
(KAD) Penilaian
[Estimasi • Penjelasan ian
1 Mahaiswa mampu Kriteria: Waktu] mengenai (%)
Diskusi perkuliahan, tugas
memahami proses Ketepatan [TM : 1*(4*50 dan evaluasinya. -
menit)]
perkuliahan selama dan • Penjelasan umum -
Diskusi materi kuliah
satu semester penguasaan [TM : 1*(4*50 -
menit)] • Proses, prosedur,
materi siklus; karakteristik
Bentuk: Kuliah proses perencanaan
Metode: dan diskusi (Undang-undang
Model: No. 26 Tahun 2007
Pemaparan Discovery tentang Penataan
Learning Ruang, UU Nomor
materi dan [TM : 1*50 11 Tahun 2020
menit)] tentang Cipta
diskusi [Terstruktur + Kerja dan PP No.
Mandiri: 21 Tahun 2021 )
2 Mahasiswa mampu Kriteria: 1*60menit)]
[praktik studio • Potensi dan
memahami dasar Ketepatan : 3*170menit)] permasalahan
perkotaan
Rencana Detail Tata dan Bentuk: Kuliah Contoh :
dan diskusi - Permasalahan
Ruang penguasaan Model: kota-kota di
Discovery Indonesia
materi - Permasalahan
kota-kota di
Metode: dunia
Pemaparan - Kebijakan dan
materi dan strategi
diskusi pengembangan
perkotaan di
3 Mahasiswa mampu Kriteria: Indonesia

mengidentifikasi Ketepatan • Standar pemilihan
kawasan perkotaan
potensi dan dan studi kasus
perencanaan
permasalahan penguasaan
• Praktik pemilihan
perkotaan pada studi materi kawasan perkotaan
studi kasus
kasus wilayah perencanaan

perkotaan terpilih Metode: • Kebijakan Tata
Ruang
Pemaparan
• Review aspek
materi, Kebijakan Tata

diskusi +

praktek

dengan tugas

terstruktur

4 Mahasiswa mampu Kriteria:

mengaplikasikan Ketepatan

standar proses dan

9

Minggu Kemampuan Akhir Kriteria dan Metode Materi Pembelajaran Bobot
ke- yang Diharapkan Bentuk Pembelajaran [Pustaka] Penila
(KAD) Penilaian
[Estimasi Ruang ian
perencanaan penguasaan Waktu] • Alur Proses (%)
RDTRK materi Learning
[TM : 1*50 perencanaan 15 %
5 Mahasiswa mampu Metode: menit)] RDTRK
mereview dan Pemaparan [Terstruktur + • Melakukan kegiatan
menganalisa materi, Mandiri: persiapan
kebijakan tata ruang diskusi + 1*60menit)] penyusunan produk
yang ada pada praktek [praktik studio perencanaan studio
wilayah perkotaan dengan tugas : 3*170menit)] • Menyusun Desain
studi kasus terpilih terstruktur survey dan
Bentuk: Kuliah kebutuhan data
6 Mahasiswa mampu Kriteria: dan diskusi • Penjelasan evaluasi
menyusun profil Ketepatan Model: I (Laporan
wilayah perkotaan dan Discovery pendahuluan)
studi kasus terpilih penguasaan Learning
serta materi [TM : 1*50 • Presentasi Laporan
mengidentifikasi menit)] pendahuluan
potensi Metode: [Terstruktur + (evaluasi I)
permasalahan yang Pemaparan Mandiri:
ada dan materi, 1*60menit)] • Analisis -
mengaplikasikan diskusi + [praktik studio Kemampuan dan
metode dan teknik praktek : 3*170menit)] Kesesuaian Lahan
analisis pada studi dengan tugas
kasus terpilih terstruktur Bentuk: Kuliah • Penjelasan evaluasi
Kriteria: dan diskusi II (Laporan Fakta-
Ketepatan Model: Analisa)
dan Discovery
penguasaan Learning
materi [TM : 1*50
menit)]
Metode: [Terstruktur +
Pemaparan Mandiri:
materi, 1*60menit)]
diskusi + [praktik studio
praktek : 3*170menit)]
dengan tugas
terstruktur

7 Mahasiswa mampu Kriteria: Bentuk: Kuliah  Analisa Sistem -

menyusun profil Ketepatan dan diskusi Pengangkutan Dan

wilayah perkotaan dan Model: Transportasi

studi kasus terpilih penguasaan Discovery

serta materi Learning

mengidentifikasi [TM : 1*50

potensi Metode: menit)]

10

Minggu Kemampuan Akhir Kriteria dan Metode Materi Pembelajaran Bobot
ke- yang Diharapkan Bentuk Pembelajaran [Pustaka] Penila
(KAD) Penilaian
[Estimasi • Analisis Fasiitas ian
permasalahan yang Pemaparan Waktu] Umum Kota (%)
ada dan materi, [Terstruktur +
mengaplikasikan diskusi + Mandiri:  Analisis Utilitas -
metode dan teknik praktek 1*60menit)] Kota
analisis pada studi dengan tugas [praktik studio -
kasus terpilih terstruktur : 3*170menit)]
berupa
8 Mahasiswa mampu survey Bentuk: Kuliah
menyusun profil lapangan dan diskusi
wilayah perkotaan Kriteria: Model:
studi kasus terpilih Ketepatan Discovery
serta dan Learning
mengidentifikasi penguasaan [TM : 1*50
potensi materi menit)]
permasalahan yang [Terstruktur +
ada dan Metode: Mandiri:
mengaplikasikan Pemaparan 1*60menit)]
metode dan teknik materi, [praktik studio
analisis pada studi diskusi + : 3*170menit)]
kasus terpilih praktek
dengan tugas Bentuk: Kuliah
9 Mahasiswa mampu terstruktur dan diskusi
menyusun profil berupa Model:
wilayah perkotaan survey Discovery
studi kasus terpilih lapangan Learning
serta Kriteria: [TM : 1*50
mengidentifikasi Ketepatan menit)]
potensi dan [Terstruktur +
permasalahan yang penguasaan Mandiri:
ada dan materi 1*60menit)]
mengaplikasikan [praktik studio
metode dan teknik Metode: : 3*170menit)]
analisis pada studi Pemaparan
kasus terpilih materi,
diskusi +
praktek
dengan tugas
terstruktur

10 Mahasiswa mampu Kriteria: Bentuk: Kuliah 25%
menyusun analisa Ketepatan
dan diskusi • Presentasi Laporan

perencanaan dan Model: Fakta Analisa

wilayah perkotaan penguasaan Discovery (evaluasi II)

studi kasus terpilih materi Learning

[TM : 1*50

Metode: menit)]

Pemaparan [Terstruktur +

materi, Mandiri:

11

Minggu Kemampuan Akhir Kriteria dan Metode Materi Pembelajaran Bobot
ke- yang Diharapkan Bentuk Pembelajaran [Pustaka] Penila
(KAD) Penilaian
[Estimasi • Ketentuan ian
11 Mahasiswa mampu diskusi + Waktu] Pemanfaatan Ruang (%)
menyusun Konsep praktek 1*60menit)]
dan skenario dengan tugas [praktik studio • Penjelasan evaluasi -
pengembangan terstruktur : 3*170menit)] III (Laporan
wilayah perkotaan Kriteria: Rencana) -
studi kasus terpilih Ketepatan Bentuk: Kuliah
dan dan diskusi • Konsep dan -
12 Mahasiswa mampu penguasaan Model: skenario
menyusun materi Discovery pengembangan -
kebijakan, rencana, Learning perkotaan
dan program Metode: [TM : 1*50
perencanaan dalam Pemaparan menit)] • Rencana
dokumen Rencana materi, [Terstruktur + pengembangan
detail tata ruang diskusi + Mandiri: wilayah perkotaan
sesuai dengan arah praktek 1*60menit)]
konsep dan skenario dengan tugas [praktik studio • Penyusunan
pengembangan terstruktur : 3*170menit)] Peraturan Zonasi
wilayah perkotaan Kriteria:
studi kasus terpilih Ketepatan Bentuk: Kuliah • Zoning Regulation:
dan dan diskusi Zoning text dam
13 Mahasiswa mampu penguasaan Model: zoning map
menyusun materi Discovery
kebijakan, rencana, Learning
dan program Metode: [TM : 1*50
perencanaan dalam Pemaparan menit)]
dokumen Rencana materi, [Terstruktur +
detail tata ruang diskusi + Mandiri:
sesuai dengan arah praktek 1*60menit)]
konsep dan skenario dengan tugas [praktik studio
pengembangan terstruktur : 3*170menit)]
wilayah perkotaan Kriteria:
studi kasus terpilih Ketepatan Bentuk: Kuliah
dan dan diskusi
14 Mahasiswa mampu penguasaan Model:
menyusun Zoning materi Discovery
text dam zoning Learning
map Metode : [TM : 1*50
Pemaparan menit)]
materi, [Terstruktur +
diskusi + Mandiri:
praktek 1*60menit)]
dengan tugas [praktik studio
terstruktur : 3*170menit)]

Kriteria: Bentuk: Kuliah
Ketepatan dan diskusi
dan Model:
penguasaan Discovery
materi Learning

12

Minggu Kemampuan Akhir Kriteria dan Metode Materi Pembelajaran Bobot
ke- yang Diharapkan Bentuk Pembelajaran [Pustaka] Penila
Penilaian
15 (KAD) [Estimasi • Presentasi Laporan ian
Metode : Waktu] Rencana (evaluasi (%)
16 Mahasiswa mampu Pemaparan [TM : 1*50 III)
mengkritisi dan materi, menit)] 25%
mengkomunikasikan diskusi + [Terstruktur + Pengumpulan tugas
hasil temuan studi praktek Mandiri: besar (evaluasi IV) 30%
kasus dalam sebuah dengan tugas 1*60menit)]
presentasi kelas terstruktur [praktik studio
Kriteria: : 3*170menit)]
Mahasiswa mampu Ketepatan
menyusun produk dan Bentuk:
perencanaan penguasaan presentasi
Rencana detail tata materi tugas
ruang Model: diskusi
Metode : kelas
Presentasi [TM : 1*(4*50
kelompok menit)]
[Terstruktur +
Kriteria: Mandiri:
Ketepatan 1*(4*60menit)]
dan Bentuk : projek
penguasaan tugas besar
materi Model: praktik
studio
Metode : [Terstruktur +
Pengumpulan Mandiri:
tugas besar 1*(4*60menit)]
kelompok

13

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 1

Nama/Kode MK : Studio Perencanaan II (Perencanaan RDTRK) /
TKW 1407
SKS :4
Semester : Genap
Prodi/Jurusan : S1 Perencanaan wilayah dan kota
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Jember

1. TUJUAN
Tugas ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam merumuskan tahapan
perencanaan pada proses pengerjaan produk perencanaan. Dalam pembuatan
produk perencanaan, tahapan yang dimaksud terpapar pada LAPORAN
PENDAHULUAN. Laporan pendahuluan pada matakuliah studio
perencanaan II ditekankan terutama fokus bahasan pada gambaran umum
(profil) wilayah perencanaan. Konten pelengkap lainnya yang harus disertakan
adalah : latar belakang perencanaan, tujuan, sasaran, kajian teori/pustaka,
metode analisa, pendekatan perencanaan yang digunakan, kajian teori,
kebutuhan data, , rencana waktu pengerjaan, dan organisasi pengerjaan.

2. BENTUK TUGAS :
 Tugas I merupakan tugas kelompok, dengan anggota kelompok 10
mahasiswa.
 Tugas ini berupa penyusunan makalah dengan konten laporan
pendahuluan tahapan perencanaan terutama fokus bahasan pada gambaran
umum (profil) wilayah perencanaan guna identifikasi potensi
permasalahan.
 STUDI KASUS : dipilih kawasan perkotaan berdasarkan karakteristik
wilayah perkotaan yang ditentukan deliniasinya oleh mahasiswa atau
mengacu pada dokumen tata ruang yang ada.
 Substansi pembahasan meliputi:
 Latar belakang perencanaan yang ditentukan berdasarkan topik yang
dipilih disertai dengan tujuan dan sasaran perencanaan.

14

 Pendekatan perencanaan yang digunakan
 Kajian teori yang relevan dengan topik perencanaan yang dipilih.
 Rancangan metode analisa yang akan dipakai.
 Kebutuhan data dan desain survey
 Gambaran umum wilayah yang dipilih beserta potensi dan

permasalahan yang teridentifikasi.
 Rencana waktu pengerjaan (time schedule)
 Organisasi pengerjaan yang berisi komposisi perkiraan tenaga ahli.
 Wilayah studi ditentukan oleh masing-masing kelompok.
 Pembahasan laporan dapat didasarkan pada studi literatur dan contoh
produk perencanaan yang didapat berdasarkan hasil survey sekunder.

3. FORMAT PENULISAN
 Paper ditulis dalam kertas A4, font 11 jenis Arial, jilid bebas.
 Sistematika penulisan :
 Bagian 1 pengantar: latar belakang, tujuan, sasaran perencanaan, dan
pendekatan perencanaan.
 Bagian 2 kajian teori: teori – teori yang berkaitan dengan topik
perencanaan yang dikirim (ex: teori minapolitan untuk perencanaan
berbasis pesisir, teori agropolitan untuk perencanaan kawasan
pertanian)
 Bagian 3 gambaran umum wilayah studi : memuat aspek fisik dan non
fisik yang digambarkan secara singkat dilengkapi dengan potensi
permaslahan yang teridentifikasi
 Bagian 4 metoda: bagaimana pola pikir proses pengerjaan produk
perencanaan dari input hingga output, Teknik Analisa apa saja yang
digunakan, kebutuhan data dan desain survey data yang dibutuhkan
 Bagian 5 teknis pengerjaan: bagaimana schedule dan Organisasi
pengerjaan yang berisi komposisi perkiraan tenaga ahli.
 Jumlah halaman maksimum 50 lembar (tidak termasuk foto-foto, peta dan
cover judul). Pembahasan ditulis secara singkat dan sistematis.

15

4. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria penilaian tugas adalah sebagai berikut:
 Pendahuluan (15%)
 Tinjuauan Pustaka (20%)
 Kedalaman dan kedetailan substansi Gambaran Umum & Pembahasan
Potensi, Masalah (45%)
 Estetika/kemampuan komunikasi visual(20%)

5. PENGUMPULAN TUGAS
 Tugas dikumpulkan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
 Laporan dikumpulkan hardcopy 1 eksemplar disertai softcopy diupload ke
dropbox (silakan membuat 1 account dropbox untuk seluruh tugas kelas)

Indikator dan kriteria Penilaian

Indikator Sangat Memuaskan Cukup Kurang Di bawah
Memuaskan Memuaskan Standard
Membuat Membuat Tidak
Ketepatan Membuat Membuat makalah makalah Membuat
sesuai namun Makalah
Penjelasan makalah terkait Makalah instruksi dibawah min
halaman/
produk dengan tidak
menggunakan
perencanaan pemabahasan karya sendiri

dengan yang

mengangkat komprehensif

inovasi yang dan runtut

berbeda dan sesuai

konstruktif dari kaedah

materi kuliah / Ilmiah

memberikan

materi atau

original

pemikiran

sendiri

16

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 2

Nama/Kode MK : Studio Perencanaan II (Perencanaan RDTRK) /
TKW 1407
SKS :4
Semester : Genap
Prodi/Jurusan : S1 Perencanaan wilayah dan kota
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Jember

1. TUJUAN
Tugas ini adalah tahap lanjutan laporan pendahuluan yang sudah disusun
sebelumnya. Tugas II merupakan penyusunan LAPORAN FAKTA –
ANALISA yang bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam merumuskan
kondisi profil perencanaan dan proses analisa pada tahapan pengerjaan produk
perencanaan RDTRK. Secara umum konten tugas ini minimal memuat profil
wilayah perencanaan (aspek fisik – non fisik), review kebijakan tata ruang yang
berlaku, struktur ruang dan pola ruang eksisting, analisa kawasan, kebutuhan
perencanaan RDTRK, konsep teoritis, dan skenario konsep pengembangan
perkotaan.

2. BENTUK TUGAS :
 Tugas II merupakan tugas kelompok, dengan anggota kelompok 10
mahasiswa (sama seperti kelompok pada tugas I.
 Tugas ini berupa penyusunan makalah dengan konten tahapan Laporan
Fakta - Analisa proses pengerjaan produk perencanaan RDTRK.
 STUDI KASUS : dipilih kawasan perkotaan berdasarkan karakteristik
wilayah perkotaan yang ditentukan deliniasinya oleh mahasiswa atau
mengacu pada dokumen tata ruang yang ada (tetap seperti tugas I).
 Substansi pembahasan meliputi:
 Latar belakang perencanaan yang ditentukan berdasarkan topik yang
dipilih disertai dengan tujuan dan sasaran perencanaan.
 Review kebijakan tata ruang

17

 Profil wilayah perencanaan
 Struktur ruang dan pola ruang
 Analisa wilayah perkotaan
 Konsep dan skenario pengembangan perkotaan
 Pembahasan laporan dapat didasarkan pada studi literatur dan contoh
produk perencanaan yang didapat berdasarkan hasil survey sekunder.

3. FORMAT PENULISAN
 Paper ditulis dalam kertas A4, font 11 jenis Arial, jilid bebas.
 Sistematika penulisan :
 Bagian 1 pengantar: latar belakang, tujuan, sasaran perencanaan, dan
pendekatan perencanaan.
 Bagian 2 Review kebijakan tata ruang : berkaitan dengan konten
kebijakan yang ada dan diberlakukan pada deliniasi wilayah
perencanaan (misal : struktur ruang, pola ruang, kebijakan, strategi dan
rencana program pengembangan kawasan)
 Bagian 3 profil wilayah perencanaan : memuat aspek fisik, non fisik,
struktur dan pola ruang eksisting yang digambarkan detail sesuai
dengan hasil survey maupun review data sekunder
 Bagian 4 analiasa kawasan : memuat hasil analisa berupa analisa
kebijakan, analisa fisik dan non fisik kebutuhan pengembangan
kawasan, potensi permasalahan, dan isu strategis.
 Bagian 5 Konsep dan skenario pengembangan kawasan : berisi skenario
visi misi kawasan, skenario pengembangan fisik dan non fisik, skenario
manajemen kelembagaan, dst
 Jumlah halaman maksimum 80 lembar (tidak termasuk foto-foto, peta dan
cover judul). Pembahasan ditulis secara singkat dan sistematis.

4. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria penilaian tugas adalah sebagai berikut:
 Definisi dan gambaran umum studi case terpilih berdasarkan topik
perencanaan yang dipilih (20%)

18

 Pembahasan (30%)
 Kedalaman dan kedetailan substansi yang dibahas (30%)
 Estetika/kemampuan komunikasi visual(20%)

5. PENGUMPULAN TUGAS
 Tugas dikumpulkan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
 Laporan dikumpulkan hardcopy 1 eksemplar disertai softcopy diupload ke
dropbox (silakan membuat 1 account dropbox untuk seluruh tugas kelas)

Indikator dan kriteria Penilaian

Indikator Sangat Memuaskan Cukup Kurang Di bawah

Memuaskan Memuaskan Standard

Ketepatan Membuat Membuat Membuat Membuat Tidak
Penjelasan makalah Makalah makalah makalah Membuat
terkait produk dengan sesuai namun Makalah
perencanaan pemabahasan instruksi dibawah min
dengan yang halaman/
mengangkat komprehensif tidak
inovasi yang dan runtut menggunakan
berbeda dan sesuai kaedah karya sendiri
konstruktif Ilmiah
dari materi
kuliah /
memberikan
materi atau
original
pemikiran
sendiri

19

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM) 3

Nama/Kode MK : Studio Perencanaan II (Perencanaan RDTRK) /
TKW 1407
SKS :4
Semester : Genap
Prodi/Jurusan : S1 Perencanaan wilayah dan kota
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Jember

1. TUJUAN
Tugas ini adalah tahap lanjutan laporan fakta - analisa yang sudah disusun
sebelumnya. Tugas III merupakan penyusunan LAPORAN RENCANA yang
bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam merumuskan produk akhir
perencanaan yaitu konsep dan desain rencana detail tata ruang perkotaan dan
rencana zonasi. Secara umum konten tugas ini minimal memuat konsep umum
perencanaan detail tata ruang perkotaan, konsep visi-misi, konsep perencanaan
struktur dan pola ruang, kawasan strategis, panduan detail perencanaan yang
memuat kebijakan, rencana, dan program pengembangan wilayah perkotaan,
serta rencana zonasi.

2. BENTUK TUGAS :
 Tugas III merupakan tugas kelompok, dengan anggota kelompok 10
mahasiswa (sama seperti kelompok pada tugas I dan II.
 Tugas ini berupa penyusunan makalah dengan konten tahapan Laporan
Rencana proses pengerjaan produk perencanaan RDTRK dilengkapi
dengan poster visualisasi produk akhir.
 STUDI KASUS : dipilih kawasan perkotaan berdasarkan karakteristik
wilayah perkotaan yang ditentukan deliniasinya oleh mahasiswa atau
mengacu pada dokumen tata ruang yang ada (tetap seperti tugas I).
 Substansi pembahasan meliputi:
 Latar belakang perencanaan yang ditentukan berdasarkan topik yang
dipilih disertai dengan tujuan dan sasaran perencanaan.
 Profil wilayah perencanaan

20

 Analisa kawasan
 Konsep pengembangan kawasan
 Panduan detail perencanaan (kebijakan, rencana, dan program

pengembangan Kawasan)
 Rencana zonasi
 Pembahasan laporan dapat didasarkan pada studi literatur dan contoh
produk perencanaan yang didapat berdasarkan hasil survey sekunder.

3. FORMAT PENULISAN
 Paper ditulis dalam kertas A4, font 11 jenis Arial, jilid bebas.
 Sistematika penulisan :
 Bagian 1 pengantar: latar belakang, tujuan, sasaran perencanaan, dan
pendekatan perencanaan.
 Bagian 2 profil wilayah perencanaan : memuat aspek fisik dan non fisik
yang digambarkan detail sesuai dengan hasil survey maupun review
data sekunder
 Bagian 3 analiasa kawasan : memuat hasil analisa berupa analisa
kebijakan, analisa fisik dan non fisik kebutuhan pengembangan
kawasan, potensi permasalahan, dan isu strategis.
 Bagian 4 konsep pengembangan kawasan : konsep visi misi kawasan,
konsep pengembangan fisik dan non fisik, konsep perencanaan struktur
tata bangunan dan lingkungan, Konsep komponen perencanaan
kawasan, dst
 Bagian 5 Panduan detail perencanaan : memuat kebijakan, rencana, dan
program pengembangan Kawasan
 Bagian 6 rencana zonasi : memuat zoning text dan zoning map

4. FORMAT POSTER
 Poster disajikan berdasarkan standar x-banner
 Poster berisi rangkaian penjelasan yang berupa teks, peta dan gambar
 Representasi menarik dan komunikatif

5. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria penilaian tugas adalah sebagai berikut:

21

 Pembahasan (20%)
 Kedalaman dan kedetailan substansi yang dibahas (30%)
 Ide konsep perencanaan dan poster(30%)
 Estetika/kemampuan komunikasi visual(20%)

6. PENGUMPULAN TUGAS
 Tugas dikumpulkan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
 Laporan dikumpulkan hardcopy 1 eksemplar disertai softcopy diupload ke
dropbox (silakan membuat 1 account dropbox untuk seluruh tugas kelas)

Indikator dan kriteria Penilaian

Indikator Sangat Memuaskan Cukup Kurang Di bawah
Memuaskan Memuaskan Standard
Membuat Membuat Tidak
Ketepatan Membuat Membuat makalah makalah Membuat
sesuai namun Makalah
Penjelasan makalah terkait Makalah instruksi dibawah min
halaman/
produk dengan tidak
menggunakan
perencanaan pemabahasan karya sendiri

dengan yang

mengangkat komprehensif

inovasi yang dan runtut

berbeda dan sesuai

konstruktif dari kaedah

materi kuliah / Ilmiah

memberikan

materi atau

original

pemikiran

sendiri

22

1
PENDAHULUAN

23

Proses, Prosedur, Siklus dan Karakteristik Proses Perencanaan

Kondisi saat ini kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang sangat cepat
dan berbeda-beda arah pengembangannya. Untuk itu perlu diarahkan supaya merata
dan menyeluruh di kawasan perkotaan dan kawasan sekitarnya. Untuk dapat
mewujudkan ruang yang aman, nyaman dan berkelanjutan, hal tersebut dapat
diwujudkan dengan rencana tata ruang yang baik. Sesuai ketentuan Pasal 55
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, Penyusunan RDTR kabupaten/kota dapat mencakup kawasan dengan
karakteristik perkotaan, karakteristik perdesaan, serta kawasan lintas
kabupaten/kota.
Wilayah perencanaan RDTR antara lain mencakup wilayah administrasi, kawasan
fungsional, bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan,
kawasan strategis provinsi/kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan
dan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan perdesaan dan
direncanakan menjadi kawasan perkotaan. Dalam upaya pemanfaatan dan
pengendalian, muatan RTRW Kota perlu dirinci dan termuat dalam RDTR pada
wilayah Kota. Oleh karena itu, perlu disusun RDTR yang muatan materinya
lengkap, termasuk di dalamnya yaitu peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan
RTBL. RDTR juga disusun lengkap dengan peraturan zonasi yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sesuai dengan Pasal 83 ayat (3) PP No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, waktu penetapan rencana rinci tata ruang tidak melebihi masa
berakhirnya rencana rinci tata ruang yang berlaku. Artinya penetapan RDTR baru
tidak boleh melebihi masa berlakunya RDTR yang telah ada atau sedang berlaku di
suatu wilayah untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum. Pemerintah Daerah
wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai standar
dimana RDTR merupakan dasar pemberian konfirmasi kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang (KKPR), Persetujuan Bangunan Gedung, dan dasar tata
bangunan dan lingkungan. Modul Pengantar RDTR dapat memberi pemahaman

24

bagi aparatur bidang penataan ruang di pusat maupun daerah dalam rangka

melakukan pemanfaatan ruang melalui penyusunan RDTR.

Rencana Detail Tata

Ruang (RDTR)

merupakan salah satu alat

untuk pengendalian

pemanfaatan ruang agar

sesuai dengan rencana tata

ruang. Berdasarkan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku,

penyusunan RDTR harus mencakup penyusunan Peraturan Zonasi. Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) yang wilayah perencanaannya mencakup kabupaten/kota

memiliki skala peta kecil sehingga belum cukup untuk dipakai sebagai alat untuk

menerbitkan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan Persetujuan

Bangunan Gedung yang diminta oleh pelaku pembangunan, untuk itu perlu disusun

RDTR yang dibuat pada peta skala besar (1: 5.000). Dalam peta skala besar

tersebut, nampak informasi tentang apa yang ada atau direncanakan di dalam persil

dan persil sekitarnya. Peraturan zonasi memberi kejelasan secara eksplisit

mengenai ketentuan kegiatan. pemanfaatan ruang yang diizinkan, intensitas

pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, prasarana minimal yang dibutuhkan

pada zona atau sub zona dan ketentuan pelaksanaan yang memberi kejelasan

tentang variasi kegiatan yang terjadi saat ini atau masa yang akan datang dalam

zona yang telah ditetapkan kegiatan pemanfaatan ruangnya. Bagaimana

penanganan terhadap kasus kegiatan pemanfaatan ruang yang telah ada hingga saat

ini tetapi tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau keinginan pelaku

pembangunan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruangnya merupakan contoh kasus yang perlu disikapi dalam

memberikan ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang. Dengan menggali

persoalan-persoalan di setiap tahapan penyusunan RDTR berikut alternatif solusi

yang bisa dilakukan, diharapkan mampu meminimalisir potensi permasalahan yang

akan terjadi saat implementasi penyusunan RDTR.

25

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah rencana yang digambarkan secara
terperinci tentang tata ruang kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten/kota. RDTR berperan sebagai penjabaran dari RTRW
Kabupaten/Kota yang menjadi rujukan bagi penyusunan rencana teknis sektor dan
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang. RDTR disusun dengan ketelitian
skala 1:5.000. Penetapan skala 1:5000 sebagai skala peta RDTR merupakan
keputusan yang dibuat setelah melalui beberapa pertimbangan.
Pertama, pemilihan skala dikembalikan pada tujuan utama RDTR, yaitu
memberikan arahan pemanfaatan ruang terperinci pada sebuah kawasan. Para pakar
sepakat bahwa RDTR selayaknya mengatur blok/kapling sebagai bentuk
pendetailan terhadap kawasan yang direncanakan pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW). Secara umum blok akan tampak nyata pada peta skala 1:5.000.
Kedua, pada skala lebih kecil, tidak semua ukuran blok dapat terlihat secara jelas.
Sebaliknya pada skala lebih besar, akan ada unsur permukaan bumi lain yang akan
tergambar pada peta. Seharusnya untuk unsur-unsur lain tersebut ada aturan
hukumnya, namun karena RDTR ditujukan untuk mengatur kapling, maka skala
peta 1:5.000 dianggap cukup. Pada RDTR, peraturan zonasi disusun untuk setiap
zona peruntukan baik zona budidaya maupun zona lindung dengan memperhatikan
esensi fungsinya yang ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat
mengikat / regulatory. Dalam sistem regulatory, seluruh kawasan perkotaan terbagi
habis ke dalam zona peruntukan ruang yang tergambarkan dalam peta rencana pola
ruang. Pada setiap zona peruntukan akan berlaku satu aturan dasar tertentu yang
mengatur perpetakan, kegiatan, intensitas ruang dan tata bangunan. Peraturan
zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RDTR.
Peraturan zonasi sebagai bagian dari RDTR berfungsi untuk: a. Perangkat
operasional pengendalian pemanfaatan ruang; b. Acuan dalam pemberian
rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air
right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah; c. Acuan dalam
pemberian insentif dan disinsentif; d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan e.
Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi
investasi.

26

RDTR disusun apabila :
o RTRW kabupaten/kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
karena tingkat ketelitian peta belum mencapai 1:5.000
o RTRW kab/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu
disusun RDTR-nya
o RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun.

Urgensi Penyusunan RDTR :
Kebutuhan akan RDTR bagi para pemangku kepentingan di daerah merupakan hal
yang mendesak, mengingat RDTR sangat diperlukan sebagai acuan operasional
bagi pemberian konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR).
Sebelum adanya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dikenal istilah
penerbitan perizinan lokasi pembangunan sebagai izin pemanfaatan ruang atau izin
lokasi. Perizinan pemanfaatan ruang di daerah yang telah diterbitkan masih banyak
yang hanya mengacu pada RTRW Kabupaten/Kota, mengingat masih minimnya
jumlah daerah yang telah memiliki RDTR. Setelah adanya UU Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, izin pemanfaatan ruang digantikan dengan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dalam bentuk konfirmasi, persetujuan, dan
rekomendasi. RTRW Kabupaten/Kota dapat dijadikan dasar dalam pemberian
persetujuan KKPR, hanya apabila Pemerintah Daerah belum menyusun dan
menyediakan RDTR Kabupaten/Kota sebagai dasar pemberian konfirmasi KKPR.
Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 kali dalam 5 tahun,
jika:

a. terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi WP RDTR.
b. terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan

ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala
besar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas
wilayah daerah
Waktu penetapan dan masa berlaku RDTR :

27

Berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2021, Waktu penetapan rencana rinci tata ruang
termasuk penetapan RDTR tidak melebihi masa berakhirnya rencana rinci tata
ruang yang saat itu sedang berlaku. Penetapan RDTR terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat (Menteri). Setelah
mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri, sesuai UU Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja dan PP No. 21 Tahun 2021 tentang tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, Bupati/Wali Kota wajib menetapkan rancangan peraturan kepala
daerah (Raperkada) tentang RDTR kabupaten/kota dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) bulan. Jika telah mencapai 2 (dua) bulan sejak mendapat persetujuan
substansi belum ditetapkan Raperkada oleh Bupati/Wali Kota, RDTR ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat dengan Peraturan Menteri setelah mendapatkan persetujuan
Presiden. RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis
berupa bencana alam skala besar, perubahan batas teritorial negara, perubahan
Batas Daerah, dan perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis
sebagaimana tercantum dalam peraturan perundangan yang berlaku terkait
penyusunan RDTR. Peninjauan kembali RDTR lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun dengan alasan perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis
dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi Forum Penataan Ruang berdasarkan
kriteria yang ditetapkan Menteri.

28

SCAN LINK BERIKUT UNTUK MENGAKSES VIDEO PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN RDTR

https://unej.id/VIDEOPENGANTARRDTR

29

Potensi dan Permasalahan Perkotaan

Studi Kasus: Kota Malang
Potensi yang dimiliki Kota Malang berkaitan dengan perkembangan sektor

industri adalah sebagai berikut:
 Potensi kependudukan
Jumlah penduduk yang besar merupakan pangsa pasar yang ideal dan sekaligus

juga sumber tenaga kerja. Dilihat dari sisi jumlah angkatan kerja yang belum
tersalurkan pada tahun 2008 terdapat 45.808 jiwa atau sekitar 10% dari angkatan
kerja yang ada di Kota Malang yang belum tersalurkan, yang berarti di Kota Malang
terdapat potensi penduduk sekitar 45.808 jiwa yang dapat digunakan sebagai salah
satu modal untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota Malang. Apabila
dilihat per-kecamatan maka kecamatan yang mempunyai potensi jumlah tenaga
kerja yang belum tersalurkan terbanyak adalah Kecamatan Klojen sebanyak 10.113
jiwa atau 22,08% dari total jumlah angkatan kerja yang belum tersalurkan, diikuti
oleh Kecamatan Sukun sebanyak 9.680 jiwa atau 21,13% , kemudian Kecamatan
Blimbing sebanyak 9.393 jiwa atau 20,51% dan Kecamatan Lowokwaru sebanyak
9.238 jiwa atau 20,17%. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah angkatan
kerja yang belum tersalurkan paling kecil adalah Kecamatan Kedungkandang
sebanyak 7.384 jiwa atau 16,12%. Bila dilihat dari kualitas sumber daya manusia,
dengan adanya berbagai perguruan tinggi ternama dan sekolah – sekolah yang
berkualitas akan menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi di dunia
kerja. Hal ini membuat perusahaan – perusahaan di Kota Malang tidak perlu
bersusah payah mencari tenaga kerja berkualitas ke luar daerah.

 Potensi tanah, air, dan udara
Kota Malang terletak di pegunungan, memiliki kontur berbukit. Terdapat pula
bagian lain kota yang relatif datar. Kondisi tanah di Kota Malang bagian selatan
yang merupakan dataran tinggi yang cukup luas sehingga cocok untuk digunakan
untuk kawasan terbangun. Bagian tengah yang merupakan pusat kota yang telah
berkembang sejak jaman kolonial Belanda, dimana mempunyai nilai ekonomis
yang relatif tinggi. Karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka menyebabkan

30

adanya kecenderungan peralihan fungsi dari perumahan menjadi perdagangan.
Bagian utara yang juga merupakan kawasan yang relatif kosong, sehingga potensial
untuk perkembangan peruntukan fasilitas. Bagian barat yang juga merupakan
kawasan yang relatif kosong, dimana pada saat ini cenderung mengalami
perkembangan penggunaan tanah untuk perumahan karena adanya beberapa
kawasan pendidikan khususnya perguruan tinggi. Bagian timur yang juga
merupakan dataran tinggi dengan kondisi tanah kurang subur, sehingga potensial
untuk perumahan. Potensi yang dimiliki oleh Kota Malang dilihat dari segi udara
yakni bahwa Kota Malang mempunyai udara yang sejuk kering sepanjang tahun
sehingga memungkinkan untuk dijadikan tempat peristirahatan, berwisata,
konferensi/ resepsi/ seminar, ataupun sebagai tempat pengembangan pendidikan
dan latihan. Ketersediaan ruang terbuka hijau mampu mempertahankan suhu Kota
Malang tetap sejuk. Dari sisi air maka potensi yang dimiliki yaitu di Kota Malang
dialiri/ dilewati oleh tiga buah sungai yaitu Sungai Brantas, Sungai Amprong dan
Sungai Bango, sehingga sungai-sungai ini dapat digunakan sebagai saluran irigasi,
drainase kota, pendukung penyediaan air bersih/minum, serta wisata dan olah raga
air. Selain itu Kota Malang dekat dengan sumber air (sumber air Wendit), sehingga
mudah didalam pelayanan air bersih. Pada kawasan tertentu yang tidak terlayani
PDAM, bisa menggunakan sumur (air permukaan relatif dangkal). Untuk sistem
drainase yang ada di Kota Malang relatif bagus. Hal ini disebabkan karena faktor
topografi yang relatif berbukit, sehingga memudahkan dalam hal pembuangan.

 Potensi Ekonomi
Sebagai daerah yang mempunyai peran sebagai pengatur arus barang dan

jasa, Kota Malang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Dari tabel
1 dapat dilihat bahwa Kota Malang secara ekonomi mempunyai potensi di sektor
perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Hal itu
perlu didukung oleh keberadaan produk unggulan. Produk unggulan disini adalah
industri kecil dan industri rumah tangga yang memiliki prospek untuk berkembang
yang ada di suatu kawasan, bisa berupa desa atau kelurahan. Produk unggulan ini
juga bisa menjadi ciri khas tersendiri pada setiap kawasan itu. Produk unggulan
yang ada di Kota Malang berdasarkan desa atau kelurahan adalah sebagai berikut:

31

a. Kecamatan Blimbing
Kelurahan Pandanwangi : Marning jagung
Kelurahan Purwantoro : Tempe

b. Kecamatan Kedungkandang
Kelurahan Cemorokandang : Kripik Singkong
Kelurahan Mergosono : Sangkar Burung

c. Kecamatan Sukun
Kelurahan Sukun : Fiberglass
Kelurahan Karangbesuki : Jahe Instan

d. Kecamatan Klojen
Kelurahan Sukoharjo : Garmen
Kelurahan Kiduldalem : Sepatu

e. Kecamatan Lowokwaru
Kelurahan Tulusrejo : Rajutan
Kelurahan Dinoyo : Keramik

 Transportasi
Kota Malang terletak hanya 90 km dari Surabaya. Hal ini menyebabkan

mobilitas barang dan penumpang sangat tinggi, sebagai imbas dari pertumbuhan
Kota Surabaya. Sebagian besar barang dan penumpang bergerak melalui moda
transportasi darat. Mobil penumpang, bus dan truk masuk ke Kota Malang, baik
memang bertujuan akhir di kota ini maupun sebagai lintasan ke daerah lain seperti
Kota Batu, Kepanjen, maupun ke kabupaten lain seperti Blitar dan Lumajang.
Terdapat beberapa terminal bus di Malang. Terminal Arjosari yang terletak di
Kecamatan Blimbing melayani rute antar kota dan antar provinsi. Sementara
Terminal Landungsari di Kecamatan Lowokwaru dan Terminal Gadang di
Kecamatan Sukun berfungsi melayani rute antar kota dalam provinsi.
Pembangunan Terminal Hamid Rusdi di Kecamatan Kedungkandang yang akan
menggantikan Terminal Gadang akan dapat meningkatkan pelayanan kepada
penumpang dan memacu perekonomian di sektar kawasan tersebut. Kota Malang
juga dilayani oleh jalur kereta api. Kereta penumpang jarak menengah seperti
Kediri, Blitar, Jember dan Surabaya serta jarak jauh seperti ke Jakarta, Bandung

32

dan Yogyakarta memperbesar peluang akses transportasi warga dan wisatawan.
Selain itu tersedianya bandara udara—meski terletak di luar Kota Malang—juga
membawa akses transportasi yang lebih baik. Jaringan jalan raya di Kota Malang
berbentuk ring-radial. Terdapat jalan poros yang menghubungkan pusat kota
dengan daerah pinggiran. Selain itu terdapat jalur lintasan bagi kendaraan barang.
Di kawasan pusat kota, jalan – jalan adalah warisan jaman kolonial yang saat ini
sudah mengalami peningkatan kualitas. Taman – taman dan jalur hijau yang banyak
ditemukan di kota ini turut menambah keunikan Kota Malang. Kelancaran
transportasi di kota ini akan lenih baik saat pembangunan jalan ringroad yang
berada di sisi barat dan timur kota. Selain itu mega proyek ruas tol Surabaya –
Malang akan memperlancar mobilitas antar kota. Sistem transportasi umum dalam
kota juga terlayani dengan baik. Angkutan kota beroperasi sampai larut malam.
Taksi dan becak juga dapat mudah ditemui di seluruh penjuru kota.

 Pelayanan
Fungsi pelayanan di Kota Malang terpusat di pusat kota yakni di kawasan

alun – alun. Tidak hanya pemerintahan, namun juga perdagangan dan jasa. Dalam
perkembangannya pelayanan mulai diarahkan ke daerah yang lebih luar.
Terbentuknya BWK merupakan salah satu upaya untuk memecah kepadatan
pelayanan di pusat kota.
Fungsi pelayanan dalam hal pendidikan tinggi cenderung terkonsentrasi. Adanya
Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM) yang lokasinya
berdekatan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya.
Universitas lain yang lebih kecil juga terletak di kawasan yang sama. Ke arah barat
laut, dapat ditemui Universitas Islam Malang (Unisma) dan Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) yang lokasinya hanya dalam radius 3 km dari UB
dan UM. Ke arah barat, ada lebih banyak universitas lagi. Begitu pula di utara dan
barat daya UB dan UM, terdapat berbagai kampus yang memiliki reputasi baik.
Kawasan militer terletak di Ksatrian. Kawasan ini merupakan obyek vital untuk
menunjang pertahanan dan keamanan nasional. Bentuk maupun tata ruang kawasan
ini masih terjaga keasliannya. Masih banyak terdapat lahan hijau, sehingga
dimanfaatkan juga sebagai lahan resapan air. Sebagai kota pariwisata, Kota Malang

33

lebih diarahkan sebagai penyedia prasarana wisata seperti akomodasi, tempat
makan dan tempat berbelanja. Perdagangan juga tidak lagi terpusat di kawasan alun
– alun. Perdagangan barang dalam skala besar kini tersebar di berbagai jalan poros,
seperti koridor Ahmad Yani - Letjen Sutoyo - Basuki Rahmad, koridor Jl. Panji
Suroso - Tumenggung Suryo, dan koridor Jl. RE Martadinata – Kol. Sugiono.
Sementara dalam skala yang lebih kecil, perdagangan terdapat di sepanjang Jl.
Soekarno-Hatta, JL. Borobudur, Jl. MT Haryono dan Jl. Kawi. Kawasan
pergudangan di kota ini tidak memiliki lokasi tertentu, namun bercampur di
kawasan perdagangan. Secara lebih spesifik, terdapat sekumpulan pergudangan di
kawasan Bandulan dan Ciptomulyo. Pembangunan pusat perbelanjaan modern juga
menyebabkan tumbuhnya pusat perekonomian baru seperti di JL. Veteran, Kawi,
Dieng dan Blimbing Permasalahan yang Dihadapi dalam Perkembangan
Perekonomian di Kota Malang.

Terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat perkembangan sektor
industri di Kota Malang.

 Permasalahan Kependudukan
Jumlah tenaga kerja yang belum tersalurkan merupakan potensi yang

seharusnya dapat dimanfaatkan oleh sektor industri. Namun tentu harus dilihat
terlebih dahulu kualifikasi tenaga kerja yang belum tersalurkan tersebut. Kualitas
tenaga kerja merupakan point penting untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja yang
belum tersalurkan tersebut. Bila dilihat dari peranan sektor industri dalam menyerap
tenaga kerja di Kota Malang, terlihat bahwa sektor industri menggunakan sekitar
16 persen tenaga kerja yang tersedia. Porsi terbesar tetap pada sektor perdagangan
dan jasa yang masing – masingnya dapat menyerap hingga 30 persen angkatan kerja
di Kota Malang.

 Permasalahan Lingkungan
Jumlah penduduk yang besar serta terbatasnya kemampuan yang dimiliki

tenaga kerja akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima. Hal ini
membuat masyarakat berpenghasilan rendah mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan akan perumahan. Akhirnya, muncul daerah – daerah kumuh

34

terutama di kawasan pusat kota. Dengan kurangnya perhatian pemerintah, maka
kawasan tersebut menjadi semakin padat dan tidak terkendali. Hal ini dapat dilihat
pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di Kelurahan Penanggungan,
Samaan, Oro-oro Dowo dan Kelurahan Kiduldalem di Kecamatan Klojen,
Kelurahan Polehan di Kecamatan Blilmbing, Kelurahan Jodipan, Kotalama dan
Mergosono di Kecamatan kedungkandang. Selain itu terdapat di sepanjang
pinggiran Kali Amprong di Kelurahan Madyopuro dan Lesanpuro di Kecamatan
Kedungkandang. Selain di pinggir sungai, kawasan kumuh juga terdapat di
sepanjang rel kereta api di kelurahan Kotalama, Ciptomulyo, Klojen, Rampal
Celaket, Purwantoro, Kebonsari, Polowijen, Blimbing dan Purwodadi.
Permasalahan lain yang mucul adalah pencemaran, baik udara maupun air.
Kawasan – kawasan kumuh akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air
sungai. Dari sisi udara, masih belum berkembangnya upaya penghijauan membuat
ruang terbuka hijau di Kota Malang mengalami perkembangan yang tidak
signifikan. Ruang terbuka hijau yang ada saat ini sebagian besar merupakan
peninggalan jaman Belanda. Pembangunan kawasan pemukiman baru di pinggir
kota masih belum diimbangi dengan upaya menyediakan lahan hijau yang labih
baik. Masalah lain yang muncul adalah kurangnya kesadaran warga untuk menjaga
dan memelihara drainase. Akibatnya, setiap hujan datang, selalu timbul genangan
– genangan air, bahkan merata di seluruh penjuru kota. Ketinggian genangan air
bervariasi hingga 50 cm. Meski Kota Malang dilalui oleh beberapa sungai besar,
namun aliran air ke sungai – sungai tersebut tidak lancar. Hal ini akan menimbulkan
efek berantai pada tergerusnya lapisan tanah subur, rusaknya jalan dan trotoar serta
terhambatnya arus lalu lintas.

 Masalah Ekonomi
Berkaitan dengan ekonomi, masalah yang muncul adalah terkonsentrasinya

kegiatan perekonomian hanya pada wilayah tertentu saja. Kawasan alun – alun
menjadi titik sentral perekonomian Kota Malang. Kemudian perkembangan kota
bergerak ke arah utara (yakni ke arah Surabaya) dan barat laut (yakni ke arah Batu).
Aktivitas ekonomi di kawasan – kawasan tersebut sangat tinggi. Hal ini akan
menarik masyarakat untuk bertempat tinggal, berusaha dan mencari pengasilan di
kawasan – kawasan yang bernilai ekonomi tinggi. Dampak yang terjadi adalah

35

adanya ketimpangan perekonomian antara wilayah pusat dengan pinggiran,
penyebaran penduduk yang tidak merata, yang bisa merembet pada masalah
rendahnya kualitas lingkungan, kemacetan bahkan sampai pada masalah sosial dan
keamanan. Masih terdapat daerah – daerah yang tergolong lambat berkembang,
seperti kawasan Buring dan Mulyorejo. Selain jarang penduduk, di kedua daerah
ini tidak terdapat pusat keramaian atau pusat pertumbuhan ekonomi.

 Permasalahan Transportasi
Perkembangan sektor transportasi di Kota Malang terkendala oleh panjang

jalan dan kualitas jalan yang relatif stagnan. Akibatnya terjadi titik – titik
kemacetan, terutama pada jam sibuk. Titik – titik tersebut seperti di kawasan alun
– alun, persimpangan – persimpangan di Jl. Ahmad Yani sampai Jl. Basuki
Rahmad, kawasan Lapangan Rampal sampai Jalan Ranu Grati, daerah Jl. RE
Martadinata sampai perempatan Terminal Gadang, Jl. Bandulan, sepanjang Jl MT
Haryono sampai Tlogomas, sepanjang Jl. Gajayana sampai Jl. Bendungan Sutami
serta sepanjang Jl. Arif Margono sampai Jl. S. Supriyadi. Kepadatan tersebut
diperparah oleh banyaknya gang yang berada di sepanjang jalan. Pemukiman –
pemukiman yang ada memiliki terlalu banyak jalan masuk. Sehingga arus lalu lintas
terhambat karena banyaknya kendaraan warga yang keluar-masuk gang. Selain itu
masih rendahnya kesadaran tertib berlalu lintas masih perlu ditingkatkan.
Pelanggaran akan rambu dan marka masih sering terjadi, terutama di kawasan
pinggiran kota. Permasalahan lain yang muncul adalah padatnya lalu lintas di
perbatasan – perbatasan kota. Di kawasan Arjosari (ruas utama transportasi
Surabaya - Malang ), kawasan Tlogomas (ruas utama Batu - Malang), serta kawasan
Gadang (poros Malang – Kepanjen – Blitar dan Lumajang) menyebabkan
terhambatnya arus kendaraan dari luar kota maupun kendaraan dari dalam kota.
Volume arus kendaraan yang besar tidak mampu diimbangi oleh lebarnya ruas
jalan.

 Pelayanan
Terdapat kecenderungan fungsi pelayanan masih terpusat di kawasan

tertentu saja. Pusat pendidikan yang terlalu terkonsentrasi di sekitar dua universitas
utama yakni Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM)

36

menarik perguruan tinggi lain untuk mendirikan kampus di sekitar kawasan yang
sama. Hal yang terjadi adalah kepadatan penduduk yang sangat tinggi, kawasan
pemukiman yang tidak terkendali serta kepadatan lalu lintas terutama di kawasan
Tlogomas, Jl. Gajayana, Sumbersari, dan Bendungan Sutami. Aktivitas
perdagangan yang terpusat pada ruas jalan – jalan protokol menyebabkan terjadinya
konsentrasi perekonomian hanya terbatas pada jalan – jalan utama saja. Kawasan
lain terutama yang jauh dari jalan protokol akan berkembang dengan perlahan.
Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan kota. Mobilitas dan
aktivitas warga hanya akan bertumpuk di kawasan – kawasan tertentu saja. Daya
dukung kota akan semakin terbatas dan melemah seiring dengan pesatnya kemajuan
ekonomi di kawasan tersebut.

(PDF) Pusat Pertumbuhan di Kota Malang: Potensi dan Permasalahan.:
https://www.researchgate.net/publication/321111114_Pusat_Pertumbuhan_di

_Kota_Malang_Potensi_dan_Permasalahan [accessed Oct 09 2018].

37

SCAN LINK BERIKUT UNTUK MENGAKSES CONTOH VIDEO PROFIL
WILAYAH

https://unej.id/CONTOHVIDEPROFIL

38

2
PROSES
PENGUMPULAN

DATA

39

Alur Proses Pe

erencanaan RDTRK

40

Sumber: Modul Diklat Penyusunan RDTR Tingk

kat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang 2021

41

SCAN LINK BERIKUT UNTUK MENGAKSES VIDEO PEMBELAJARAN
PENGUMPULAN DATA RDTR

https://unej.id/VIDEOPENGUMPULANDATARDTR

42

3
ANALISA RDTR

43

Pola Ruang Dan Struktur Ruang

Pola Ruang
• Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.

• Rencana pola ruang berfungsi sebagai:

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta
kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan;
b. Dasar penerbitan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(KKKPR);
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

• Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria:

a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota;
b. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dan infrastruktur dalam wilayah perencana;
c. Memperkirakan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan, khususnya untuk kawasan
perkotaan yang memiliki kegiatan yang berpotensi menimbulkan bangkitan
yang cukup besar;
d. Mempertimbangkan ketersediaan ruang yang ada;
e. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
f. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada wilayah perencanaan,
termasuk dampak perubahan iklim; dan
g. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat.
• Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.

44

• Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

Fungsi Pola Ruang
 Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian
 Fungsi lingkungan dalam wp;
 Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
 Dasar penyusunan rtbl; dan
 Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Dasar Perumusan
1. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam WP; dan
2. perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
dan pelestarian fungsi lingkungan.

Kriteria Perumusan
1. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW;
2. memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
3. memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada WP, termasuk dampak
perubahan iklim
4. menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat.

RENCANA POLA RUANG dalam RDTR merupakan rencana distribusi
subzona peruntukan yang antara lain meliputi:
1. Zona Hutan lindung (HL),
2. Zona Lindung Gambut (LG)
3. Zona perlindungan setempat (PS)
4. Zona Ruang Terbuka Hijau(RTH),
5. Zona Konservasi (KS)

45

6. Zona Hutan Adat (ADT)
7. Zona Lindung Geologi (LGE)
8. Zona Cagar Budaya (CB)
9. Zona Ekosistem Mangrove (EM)
10. Zona Badan Air (BA)
11. Zona Hutan Produksi (KHP)
12. Zona Perkebunan Rakyat (KR)
13. Zona Pertanian (P)
14. Zona Perikanan (IIK)
15. Zona Pertambangan (T)
16. Zona Pembangkitan Tenaga Listrik (PLT)
17. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
18. Zona Perumahan (R)
19. Zona Perdagangan dan jasa,(K)
20. Zona Perkantoran (KT)
21. Zona Sarana pelayanan umum (SPU)
22. Zona Terbuka Non Hijau (RTNH)
23. Zona Pengelolaan Persampahan
24. Zona campuran (C)
25. Zona Transportasi (TR)
26. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
27. Zona Peruntukan Lainnya (PL)
28. Zona Badan Jalan (BJ)

Muatan Rencana Pola Ruang
a. Zona Lindung

o zona hutan lindung;
o zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya yang

meliputi zona bergambut dan zona resapan air;
o zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan

sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar mata air;

46

o zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman
kota dan pemakaman;

o zona suaka alam dan cagar budaya;
o zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan tanah

longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; dan
o zona lindung lainnya.
b. Zona Budidaya
o zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan

kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila
diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel,
rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona
perumahan juga dapat dirinci berdasarkan kekhususan jenis perumahan,
seperti perumahan tradisional, rumah sederhana/sangat sederhana, rumah
sosial, dan rumah singgah;
o zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke
dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan,
dan sebagainya);
o zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta;
o zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan
umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana
pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana
pelayanan umum social budaya, dan sarana pelayanan umum
peribadatan;
o zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan
logam dasar, industri kecil, dan aneka industri;
o zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke
dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka
5 yang antara lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan
keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;

47

o zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara
lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata;
dan

o zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi
dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa,
perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.

Kawasan Budidaya
• Kawasan perumahan, meliputi perumahan dgn kepadatan tinggi,
perumahan dgn kepadatan sedang, dan perumahan dgn kepadatan rendah;
• Kawasan perdagangan dan jasa, diantaranya terdiri atas pasar tradisional,
pusat perbelanjaan dan toko modern;
• Kawasan perkantoran yang diantaranya terdiri atas perkantoran
pemerintahan dan perkantoran swasta;
• Kawasan industri, yang meliputi industri rumah tangga/kecil dan industri
ringan;
• Kawasan pariwisata, yg diantaranya terdiri atas wisata budaya, wisata
alam, dan wisata buatan;
• Kawasan ruang terbuka non hijau;
• Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang
lainnya yg dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana
terjadi;
• Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
• Kawasan peruntukan lainnya, antara lain: pertanian, pertambangan
(disertai persyaratan yg ketat utk pelaksanaan penambangannya),
pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan
keselamatan), militer, dan lain-lain sesuai dengan peran dan fungsi kota.

Kawasan Budidaya Pertanian
• Kawasan tanaman pangan lahan basah/sawah
– Kemiringan lereng 0-15 %
– Ketinggian 0 – 1000 m dpl

48

– Kedalaman efektif tanah lebih besar dari 60 cm
– Jenis tanah grumosol, alluvial, latosol, regosol
– Tekstur tanah halus sampai sedang
• Kawasan tanaman pangan lahan kering/kebun campuran
– Kemiringan lereng kurang dari 40%
– Ketinggian 0 – 1000 m dpl
– Kedalaman efektif tanah lebih besar dari 30 cm
– Curah hujan kurang dari 3000 mm/thn
• Kawasan tanaman tahunan/perkebunan
– Kemiringan lereng kurang dari 40%
– Ketinggian kurang dari 2000 m dpl
– Kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm
– Tekstur tanah halus sampai sedang
– Curah hujan lebih dari 1500 mm/thn

Kawasan Permukiman
• Kriteria lokasi dan keseuaian lahan :
– Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
– Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai
air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
– Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
abrasi);
– Drainase baik sampai sedang;
– Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/
waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah
aman penerbangan;
– Tidak berada pada kawasan lindung;
– Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
– Menghindari sawah irigasi teknis.
• Kawasan permukiman juga dilengkapi dengan :
– Sarana pendidikan

49

– Sarana kesehatan
– RTH, taman & lapangan olah raga
– Sarana perdagangan & niaga

Kawasan Pertambangan
• Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan
pertambangan golongan bahan galian C:
– Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang
bergelombang atau landai {kemiringan lereng antara (0° - 17°),
curam (17° - 36°) hingga sangat curam (> 36°)}, pada alur sungai,
dan cara pencapaian;
– Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;
– Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur-alur sungai (yang
umumnya bergradien dasar sungai yang tinggi);
– Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan
kecepatan sedimentasi;
– Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara
ekonomis menguntungkan untuk dieksplorasi;
– Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam
seperti gerakan tanah, jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan
sebagainya.

Kawasan Industri
• Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan industri
yang berorientasi bahan mentah:
– Kemiringan lereng : kemiringan lereng yg sesuai utk keg industri
berkisar 0% - 25%, pada kemiringan > 25% - 45% dapat
dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta
ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl;
– Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase
baik sampai sedang;

50


Click to View FlipBook Version