PIUTANG WESEL
Pengertian
Piutang wesel adalah piutang yang disertai dengan surat janji tertulis
(instrumen kredit formal) dari debitor yang menyatakan bahwa dia akan
membayar sejumlah uang tertentu di waktu yang akan datang tanpa syarat.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 51
PIUTANG WESEL (LANJ)
Perhitungan Bunga
Jika wesel berbunga, maka formula untuk menghitung bunga wesel adalah:
Nilai Suku Jangka
Bunga = Nominal x Bunga x Waktu
Wesel Setahun Wesel
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 52
PIUTANG WESEL (LANJ)
Contoh :
jika jangka waktu wesel adalah 60 hari, maka 60 hari harus dinyatakan sebagai 60/360 atau
60/365 tergantung kesepakatan jumlah hari dalam setahun. Jika jangka waktu wesel adalah 4
bulan, maka 4 bulan dinyatakan sebagai 4/12 karena setahun adalah 12 bulan.
Misalnya, sebuah wesel dikeluarkan oleh PT SERUNI pada 1 Juni 2017 dengan nilai nominal
Rp5.000.000, bunga 12%/tahun, dan jangka waktu 4 bulan atau jatuh temponya 1 Oktober 2017.
Sesuai dengan formula di atas, maka jumlah bunganya adalah sebagai berikut.
Bunga = Rp5.000.000 x 12% x 4/12
= Rp200.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 53
PIUTANG WESEL (LANJ)
Nilai Jatuh Tempo
• Nilai jatuh tempo wesel berbunga adalah nilai nominal plus bunga selama perioda wesel.
• Contoh wesel PT CAD adalah wesel berbunga. Nilai jatuh temponya adalah Rp5.200.000 dengan
perhitungan sebagai berikut.
Nilai nominal ...................................................... Rp5.000.000
(+) Bunga ........................................................... 200.000
-------------
Nilai jatuh tempo ................................................................................... Rp5.200.000
========
Andaikan wesel PT CAD adalah wesel takberbunga, maka nilai jatuh temponya adalah
Rp5.000.000.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 54
PENDISKONTOAN WESEL SEBELUM JATUH TEMPO
Jika sebagai pemegang wesel memerlukan uang sebelum jatuh tempo piutang
wesel, maka perusahaan sebagai pemegang wesel dapat mendiskontokannya ke
lembaga keuangan, misalnya bank, dengan dipotong diskonto. Besarnya diskonto
dihitung sebagai berikut:
Diskonto = Nilai Perioda
Jatuh x% Diskonto x Memegang Wesel
Tempo
Bagi Pendiskonto
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 55
PENDISKONTOAN WESEL SEBELUM JATUH TEMPO
Contoh :
Pada tanggal 1 Agustus 2017, PT KELELAWAR mendiskontokan wesel berikut ke Bank Mandiri:
Nominal wesel ..................................... Rp3.000.000
Tanggal wesel...................................... 1 Juni 2017
Jangka waktu wesel .............................. 6 bulan
Bunga Nominal ..................................... 12%
Tanggal jatuh tempo ........................... 1 Desember 2017
Berapakah jumlah yang dipotong oleh bank, jika bank menetapkan tingkat diskonto sebesar 18%?
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 56
PENDISKONTOAN WESEL SEBELUM JATUH TEMPO
Nilai nominal .................................................................................. Rp3.000.000 ======
(+) Bunga Rp300.000 x 12% x 6/12 .... .......................................... 180.000
-------------
----------- ========
Nilai jatuh tempo ........................................................................... Rp3.180.000
57
Periode bank akan memegang wesel adalah sejak tanggal pendiskontoan
sampai tanggal jatuh tempo, yakni 4 bulan terhitung dari 1 Agustus sampai 1
Desember. Jadi, diskontonya adalah sebagai berikut.
Diskonto = Rp3.180.000 x 18% x 4/12
= Rp190.800
Jumlah yang diterima oleh PT KELELAWAR adalah:
Nilai jatuh tempo.....................................................................Rp3.180.000
(-) Diskonto .......................................................................... 190.800
Jumlah diterima .................................................................. Rp2.989.200
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
BAB IV 58
PERSEDIAAN
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
RENCANA PEMBELAJARAN 59
Definisi persediaan di perusahaan
Klasifikasi persediaan
Metode pencatatan persediaan
Penilaian persediaan dan harga pokok penjualan
Penyajian akun persediaan dalam laporan keuangan
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
DEFINISI PERSEDIAAN
PSAK 14 menyatakan bahwa persediaan sebagai aset yang
• (1) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
• (2) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut;
• (3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan tergantung dari sifat bisnis suatu entitas.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 60
KLASIFIKASI PERSEDIAAN
• Perusahaan perdagangan seperti perusahaan ritel mencatat persediaan sebagai persediaan barang
dagangan (merchandise inventory). Persediaan diperoleh dari pemasok dan dijual kepada konsumen
tanpa mengalami perubahan bentuk
• Sementara itu, perusahaan manufaktur (pengolahaan) adalah perusahaan yang menjual barang dengan
bentuk baru dan bernilai tambah sehingga perusahaan manufaktur mengklasifikasikan persediaan
sebagai berikut:
1) persediaan barang jadi (finished good inventory), barang yang telah jadi yang siap
untuk dijual.
2) persediaan barang dalam proses (work in process inventory), barang setengah jadi
dalam proses produksi.
3) persediaan bahan baku atau barang mentah (raw material inventory), bahan yang
menjadi masukan dalam proses produksi.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 61
CAKUPAN BARANG PERSEDIAAN
Cakupan persediaan terkait dengan pengakuan kepemilikan atas persediaan ketika persediaan didapatkan atau dilepaskan hak
kepemilikannya. Terdapat tiga kelompok cakupan pengakuan barang persediaan yaitu:
(1) Barang dalam transit
• Free on Board (FOB) Shipping Point, yaitu barang menjadi milik pembeli (hak kepemilikan beralih ke pembeli) ketika
dinaikkan ke kapal di pelabuhan pengiriman sehingga biaya transportasi akan dibayarkan oleh pembeli selama periode
transit (shipping).
• Free on Board (FOB) Destination Point, yaitu barang menjadi milik pembeli (hak kepemilikan beralih ke pembeli) ketika
diturunkan dari kapal di pelabuhan tujuan sehingga biaya transportasi akan dibayar oleh penjual selama periode transit
(shipping).
(2) Barang konsinyasi
• Persediaan barang konsinyasi adalah barang yang dititipkan kepada penjual (consignee) untuk dijual dan hak
kepemilikan barang persediaan tersebut masih berada pada pemilik barang (consignor). Consignor mencatat barang
tersebut sebagai persediannya sementara consignee tidak mengakui barang tersebut sebagai bagian dari persediaan
miliknya.
(3) Barang atas Penjualan dengan Perjanjian Khusus
• Ketika terjadi penjualan maka hak kepemilikan akan beralih dari penjual ke pembeli, tetapi terdapat situasi dimana
penjual masih memegang risiko dan manfaat atas barang tersebut berdasarkan pernjanjian khusus seperti penjualan
dengan perjanjian pembelian kembali, penjualan dengan tingkat pengembalian yang tinggi, dan penjualan dengan
cicilan.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 62
SISTEM AKUNTANSI PENCATATAN PERSEDIAAN
1. Metode Periodik
• Metode periodik adalah metode pencatatan jumlah persediaan secara
berkala (periodik) dengan cara melakukan perhitungan fisik (stock opname).
Dalam metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala
(periodik) dengan melakukan perhitungan fisik dan mengalikan jumlah unit
tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada
pada saat itu
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 63
PRINSIP PENCATATAN PERIODIK
Terdapat beberapa ketentuan dalam sistem periodik, yaitu:
a. Pembelian barang dagangan selama satu periode, baik tunai maupun kredit, dicatat
dalam akun Pembelian (Purchases).
b. Untuk mengetahui harga pokok penjualan (HPP), dilakukan perhitungan persediaan
secara fisik (inventory taking) pada akhir periode. Setelah ditentukan nilai persediaan
akhir barulah dihitung harga pokok penjualannya.
c. Akun Persediaan (Inventory) adalah untuk mencatat harga pokok (cost) persediaan
yang masih tersisa pada akhir periode, yang akan dicatat melalui jurnal penyesuaian.
Penambahan persediaan yang timbul dari pembelian dan pengurangan yang timbul dari
penjualan tidak dicatat dalam akun ini.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 64
CONTOH PENCATATAN PERIODIK
• Pada tanggal 1 Januari 2021 PT ABC memiliki persediaan awal 200 unit berdasarkan perhitungan fisik
akhir tahun lalu pada tanggal 31 Desember 2020 dengan harga Rp10.000. PT ABC melaukan pembelian
secara kredit pada tanggal 10 Juni 2021 sebanyak 900 unit dengan harga Rp10.000 dan pada tanggal 20
Juni 2020 melakukan penjualan kembali secara kredit sebesar 500 unit dengan harga Rp20.000. Pada
akhir Desember 2021 saldo akhir persedian berdasarkan perhitungan fisik akhir tahun diketahui sebesar
600 unit dengan harga Rp10.000.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 65
CONTOH PENCATATAN PERIODIK
Tanggal Keterangan Jurnal Debit Kredit
01 Januari 2021
10 Juni 2021 Akun persediaan menunjukkan saldo sebesar Rp2.000.000 (200unit x Rp10.000)
20 Juni 2021 Pembelian Pembelian Rp9.000.000
secara kredit Utang Dagang Rp9.000.000
900 unit dengan
harga Rp10.000
Penjualan secara Piutang Dagang Rp10.000.000
kredit 500 unit Penjualan Rp10.000.000
dengan harga
Rp20.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 66
CONTOH PENCATATAN PERIODIK
Pada akhir Pada akhir Desember 2021 saldo akhir persedian berdasarkan
perhitungan fisik akhir tahun diketahui sebesar 600 unit dengan harga Rp10.000.
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dilakukan perhitungan Harga Pokok
Penjualan sebagai berikut:
Persediaan Awal 1 Januari 2021 Rp2.000.000
Ditambah: Pembelian selama periode 2021 Rp9.000.000
Persediaan yang tersedia untuk dijual selama periode 2021 Rp11.000.000
Dikurangi: Persediaan Akhir (Rp6.000.000)
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp5.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 67
Berdasarkan perhitungan tersebut dilakukan ayat jurnal penyesuaian sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Jurnal Debit Kredit
31 Desember 2021 Rp6.000.000
Penjurnalan Persediaan (Akhir) Rp5.000.000 Rp9.000.000
Rp2.000.000
pada akhir Harga Pokok Penjualan
periode dengan Pembelian
saldo akhir Persediaan (Awal)
persediaan 600
unit pada harga
Rp10.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 68
SISTEM AKUNTANSI PENCATATAN PERSEDIAAN
2. Metode Perpetual
• Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan (update) setiap kali
terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu mengetahui
kuantitas dan nilai persediaannya setiap saat. Setiap kali dilakukan pembelian barang
maka perusahaan akan mendebit akun Persediaan (bukan pembelian). Setiap kali terjadi
penjualan, selain membukukan Penjualan sejumlah harga jual, sekaligus juga dihitung
dan dibukukan Harga Pokok Penjualan dengan mengurangi langsung akun Persediaan
sejumlah harga pokok, dengan mendebit akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit
akun Persediaan
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 69
CONTOH PENCATATAN PERPETUAL
• Pada tanggal 1 Januari 2021 PT ABC memiliki persediaan awal 200 unit berdasarkan
perhitungan fisik akhir tahun lalu pada tanggal 31 Desember 2020 dengan harga
Rp10.000. PT ABC melaukan pembelian secara kredit pada tanggal 10 Juni 2021
sebanyak 900 unit dengan harga Rp10.000 dan pada tanggal 20 Juni 2020 melakukan
penjualan kembali secara kredit sebesar 500 unit dengan harga Rp20.000. Pada akhir
Desember 2021 saldo akhir persediaan diketahui sebesar 600 unit dengan harga
Rp10.000.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 70
CONTOH PENCATATAN PERPETUAL
Tanggal Keterangan Jurnal Debit Kredit
01 Januari 2021
10 Juni 2021 Akun persediaan menunjukkan saldo sebesar Rp2.000.000 (200unit x Rp10.000)
20 Juni 2021 Pembelian secara Persediaan Rp9.000.000
31 Desember 2021 kredit 900 unit Utang Dagang Rp9.000.000
dengan harga
Rp10.000
Penjualan secara Piutang dagang Rp10.000.000
kredit 500 unit Penjualan Rp10.000.000
dengan harga Harga Pokok Penjualan Rp5.000.000
Rp20.000 Persediaan Rp5.000.000
Akun persediaan Tidak ada penjurnalan
menunjukkan
saldo akhir
sebesar
Rp6.000.000
(Rp2.000.000 +
Rp9.000.000 -
Rp5.000.000)
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 71
BIAYA PEROLEHAN PERSEDIAAN
PSAK 14 menyatakan bahwa persediaan harus diukur pada harga terendah antara biaya perolehan dan nilai
realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Biaya persediaan adalah semua biaya yang meliputi
biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
lokasi saat ini.
Biaya Pembelian
• Biaya pembelian persediaan terdiri dari harga beli, pajak dan bea impor, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya-biaya lainnya yang dapat diatribusi pada biaya perolehan persediaan. Jika terdapat
diskon dagang, rabat, atau potongan lain yang serupa makan akan mengurangi biaya pembelian
Biaya Konversi
• Biaya konversi adakah biaya yang berlaku di perusahaan manufaktur dimana bahan baku dibeli dan melalui
proses produksi dikonversi menjadi barang untuk dijual. Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung
terkait denga unit yang diproduksi dan biaya overhead tetap (biaya produksi tidak langsung yang relatif
konstan tanpa mempertimbahkan volume produksi) serta biaya overhead variabel (biaya produksi tidak
langsung yang berubah mengikuti perubahan volume produksi).
Biaya Lainnya
• Biaya lainnya dapat dibebankan dalam biaya persediaan sepanjang biaya tersebut terjadi agar persediaan
tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini yang siap untuk dijual atau dipakai.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 72
ASUMSI ARUS BIAYA PERSEDIAAN
1. Metode Periodik
• Dalam metode periodik, dilakukan perhitungan fisik barang pada setiap akhir periode
untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Setiap jenis persediaan yang ada pada akhir
periode, kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Dalam perusahaan,
masalah akuntansi yang sering terjadi adalah ketika diperolehnya barang yang jenisnya
sama tetapi biayanya berbeda pada suatu periode
• Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan biaya per unit dengan menggunakan asumsi
arus/aliran biaya agar pencatatan ayat jurnal akuntansinya tepat. Metode aliran biaya (flow
of cost) adalah isu penting dalam akuntansi keuangan karena metode ini akan
mempengaruhi laba rugi dan persediaan.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 73
Sebagai contoh, transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan selama bulan Desember adalah
sebagai berikut:
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
Des. 1 15.000 unit @ Rp1.200 17.000 unit 5.000 unit @ Rp1.000
16.000 unit @ Rp1.400 20.000 unit
10 3.000 unit
20 19.000 unit
26
Harga pokok barang tersedia untuk dijual dapat dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal (5.000 unit x Rp1.000) Rp 5.000.000
Pembelian {(15.000 unit x Rp1.200) + (16.000 unit x Rp1.400)} 40.400.000
Harga pokok barang tersedia dijual
Rp45.400.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 74
Asumsi Arus Biaya Persediaan- Periodik
Metode Identifikasi Khusus
• Pengukuran biaya pada persediaan dengan metode identifikasi khusus memang jarang
digunakan pada perusahaan. Tapi tidak sedikit pula perusahaan atau entitas yang
menggunakan metode ini. Perusahaan atau entitas yang menggunakan metode identifikasi
khusus jika memiliki persediaan yang dapat diidentifikasi dan pada saat penjualannya tidak
dapat disubtitusikan.
• Persediaan yang dimiliki baik persediaan awal, pembelian, sampai persediaan akhir dapat di identifikasi
masing-masing nilai perolehannya. Persediaan yang tidak dapat disubtitusi penjualannya atau pemakaiannya
dapat dicontohkan pada perusahaan dagang yang menjualkan mobil. Jika konsumen sudah menunjuk satu
mobil yang disukai dan hendak dibeli, maka mobil tersebut yang langsung keluar. Jadi pada metode
identifikasi khusus tidak terikat seperti metode first in firs out atau last in last out (sudah tidak
diperkenankan)
Metode FIFO (First in First Out) atau Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
• Metode ini menganggap barang yang pertama kali dibeli adalah yang mempunyai urutan pertama keluar
dari perusahaan, sehingga barang yang tersisa di akhir adalah barang yang dibeli paling akhir.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 75
ASUMSI ARUS BIAYA PERSEDIAAN- PERIODIK
Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)
• Dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang (weighted average), biaya barang yang tersedia
untuk dijual (persediaan awal ditambah dengan pembelian) dibagi dengan untuk yang tersedia untuk
dijual sehingga didapatkan biaya rata-rata per unit. Disebut tertimbang (weighted) karena harga pokok
per unitnya diberi bobot harga masing-masing
• bahwa biaya setiap unit barang dagangan adalah rata-rata dari biaya total yang dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
BiayaRata-rataperUnit = BiayayangTersediaDijual
Total Unit Barang yang Tersedia Dijual
Kos perUnit = BiayayangTersediaDijual =Rp1.261,10
Total Unit Barang yang Tersedia
Dijual
Jadi, biaya persediaan akhir adalah sebesar Rp23.960.900 (19.000 x Rp1.261,10) dan harga pokok penjualan
adalah sebesar Rp21.439.100
(Rp45.400.000 - Rp23.960.900).
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 76
ASUMSI ARUS BIAYA PERSEDIAAN
2. Metode Perpetual
• Metode perpetual menghitung harga pokok persediaan pada setiap terjadi penjualan barang
dagangan. Aliran biayanya dapat menggunakan metode rerata bergerak (moving average) atau FIFO.
Untuk setiap jenis barang disediakan kartu persediaan yang berfungsi sebagai buku pembantu akun
Persediaan Sebagai contoh, data transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan selama bulan
Desember adalah sebagai berikut:
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
Des. 1 25.000 unit @ Rp1.200 8.000 unit @ Rp1.000
20.000 unit @ Rp1.400 16.000 unit 33.000 unit
10 18.000 unit 17.000 unit
15 (-) 2.000 unit retur 37.000 unit
20 19.000 unit
25 21.000 unit
27
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 77
Asumsi Arus Biaya Persediaan- Perpetual
1) Metode Rata-rata Bergerak
• Rata-rata bergerak (moving average) dihitung dengan menjumlah seluruh harga pokok total persediaan dari persediaan awal dan pembelian,
kemudian dibagi dengan saldo unit persediaan. Jika terjadi penjualan, maka harga pokok penjualannya dihitung berdasarkan harga pokok rata-rata
yang terakhir, dan rata-ratanya berubah (dihitung kembali). Seterusnya setiap terjadi pembelian baru dengan harga per unit berbeda dan setiap
terjadi penjualan, maka rata-ratanya berubah (dihitung kembali). Demikian juga jika terjadi retur penjualan akan menyebabkan perubahan harga
pokok rata-rata.
• Berdasarkan data di atas, kartu persediaan bulan Desember dengan metode ini tampak sebagai berikut:
Kartu Persediaan Rerata Bergerak
Tgl Keterangan Bertambah Berkurang Saldo
Biaya/U
Des. 1 Saldo awal Unit Biaya/U Total Unit Biaya/U Total Unit Total
10 Pembelian (Rp) (x1000)
15 Penjualan (Rp) (x1000) (Rp) (x1000) 8000 (Rp)
20 Pembelian 33000 1000,0
25 Penjualan (Rp) (Rp) 17000 1151,5 8000,0
27 Retur pnjln 37000 1151,5
- - -- - - 19000 1285,8 38000,0
21000 1285,9
25000 1200 30.000 - - - 1285,9 19576,0
- - - 16000 1151,5 18424,0 47576,0
20000 1400 28.000 - - - 24431,6
27003,4
- - - 18000 1285,8 23144,4
- - - (2000) 1285,9 (2571,8)
Berdasarkan kartu persediaan di atas, menurut metode rata-rata bergerak, harga pokok persediaan akhir per 27 Desember adalah R27.003.400 dan harga pokok
penjualan adalah sebesar Rp38.996.600 (Rp18.424.000+Rp23.144.400– Rp2.571.800)
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 78
Asumsi Arus Biaya Persediaan- Perpetual
2) Metode FIFO
• Metode FIFO menganggap barang yang pertama kali dibeli adalah yang mempunyai urutan pertama keluar dari perusahaan
(dijual), sehingga retur penjualan adalah meretur barang yang terakhir dijual pada penjualan yang terakhir serta saldo yang tersisa
setelah penjualan adalah barang yang dibeli paling akhir. Berdasarkan data di atas, kartu persediaan bulan Desember dengan
metode ini tampak sebagai berikut:
Kartu Persediaan FIFO
Tgl Keterangan Bertambah Berkurang Saldo
Biaya/U Biaya/U
Unit (Rp) Total Unit Biaya/U Total Unit Total
(x1000) (Rp) (x1000)
- (x1000) (Rp) 8.000 (Rp)
25000 (Rp) 8.000 1.000
(Rp) 25.000 1.000 8.000
- 33.000 1.200 8.000
Des. Saldo awal -- - - 17.000 30.000
1 Pembelian - 1.200 38.000
1200 30.000 - - 17.000 20.400
10 20.000 1.200
37.000 1.400 20.400
15 Penjualan - - - 8.000 1.000 8.000 19..000 1.400 28.000
20000 1400 28.000 8.000 1.200 9.600 48.400
20 Pembelian 16.000 17.600 21.000 1.400 26.600
-
- - 29.400
25 Penjualan - - - 17.000 1.200 20.400
1.000 1.400 1.400
18.000 21.800
27 Retur pnjln - - - (2.000) 1.400 (2.800)
• Berdasarkan kartu persediaan di atas, menurut metode FIFO, harga pokok persediaan akhir per 27 Desember adalah Rp29.400.000
dan harga pokok penjualan adalah sebesar Rp36.600.000 (Rp17.600.000+Rp21.800.000–Rp2.800.000).
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 79
Nilai Realisasi Neto (NRN) / Net Realizable Value (NRV)
• Persediaan disajikan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (NRN). NRN adalah nilai neto yang diharapkan akan direalisasikan
dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha normal. NRN merupakan taksiran harga penjualan dalam usaha normal dikurangi biaya penyelesaian dan
taksiran biara yang diperlukan untuk melakukan penjualan. Contohnya, PT ABC memiliki persediaan senilai Rp10.000.000 dengan takiusan biaya penyelesaian
sebesar Rp1.600.000 dan taksiran margin keuntungan normal sebesar 10%. NRN dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai jual Persediaan Rp 10.000.000
Dikurangi Taksiran Biaya Penyelesaian 1.600.000)
NRN
Dikurangi Penyisihan Margin Keuntungan Normal (10%) Rp8.400.000
NRN dikurangi keuntungan normal 1.000.000)
Rp7.400.000
• Setiap penurunan nilai persediaan (biaya perolehan lebih rendah dari NRN) maka terjadi kerugian penurunan nilai persediaan yang harus diakui sebagai beban pada periode
terjadinya kerugian tersebut. Jika terjadi pemulihan kembali karena peningkatan nilai NRN maka diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada
periode terjadinya pemulihan tersebut.
• Menurut PSAK 14, Lower of Cost or Net Relizable Value (LCNRV) dapat dicontohkan sebagai berikut:
•:
Item Biaya Perolehan NRN (Rp) LCNRV (Rp)
(Rp)
Jeruk 5.500.000 5.450.000 5.450.000
Mangga 7.250.000 7.255.000 7.250.000
Apel 9.725.000 9.700.000 9.700.000
22.475.000 22.400.000
Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dilakukan adalah:
Kerugian Penurunan Nilai Persediaan 75.000 ‐
Persediaan ‐ 75.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 80
PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
• Persediaan biasanya disajikan dalam laporan harga pokok penjualan perusahaan yang merupakan bagian dari laporan
laba rugi periode berjalan. Di dalam neraca atau laporan posisi keuangan, persediaan dilaporkan pada bagian aset
(aktiva) lancar yang diletakkan setelah atau di bawah piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang
digunakan oleh perusahaan baik harga pokok (FIFO, Rata-rata Tertimbang), metode taksiran maupun LCM harus di
cantumkan. Rincian dari pengguna metode ini dapat diungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam catatan kaki
atas laporan keuangan perusahaan. Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan untuk alasan yang masuk akal harus
diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam
laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut:
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 81
source: www.qsstudy.com 82
BAB V
ASET TETAP
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
RENCANA PEMBELAJARAN 4. Perubahan Kebijakan
Depresiasi
1. Definisi, Jenis, dan Pengakuan
Aset Tetap serta Konsep Biaya 5. Jurnal Pelepasan Aset Tetap
2. Jurnal Perolehan Aset Tetap 6. Konstruksi Dalam
Pengerjaan
3. Jurnal Depresiasi Aset Tetap
83
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
KONSEP BIAYA PEROLEHAN SERTA PENGELUARAN
MODAL DAN BEBAN
Aset Tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi. Dengan demikian
karakteristik aset tetap adalah:
1. Berwujud, yakni secara fisik dapat dilihat dan disentuh.
2. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa dan tidak untuk dijual.
3. Digunakan untuk jangka panjang, yakni lebih dari satu periode akuntansi (lebih dari satu tahun).
Dalam Laporan Keuangan, Asset Tetap dilaporkan pada Laporan Posisi Keuangan atau Neraca. Yang termasuk
jenis Aset Tetap yaitu:
1. Tanah
2. Gedung dan Bangunan
3. Peralatan (termasuk mesin dan perabotan)
4. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut, dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 84
KONSEP BIAYA PEROLEHAN SERTA PENGELUARAN
MODAL DAN BEBAN
Biaya perolehan aset tetap yang harus diakui dalam pengukuran awal meliputi biaya sebagai berikut:
1. Harga pembelian, termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
2. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung atas perolehan aset tetap tersebut, seperti biaya pengujian
alat dan komisi professional.
3. Biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Di dalam suatu Perusahaan umumnya terdapat kebijakan mengenai pengeluaran terkait aset tetap, apakah
akan di kapitalisasi ke aset tetap bersangkutan atau akan menjadi beban. Dalam praktiknya, untuk tujuan
kepraktisan, meskipun biaya yang dikeluarkan terkait dengan aset tetap memberikan manfaat ekonomi bagi
perusahaan dan nilainya dapat diukur secara handal, namun demikian perusahaan dapat membuat kebijakan
tentang nilai perolehan aset tetap yang dapat dikapitalisasi ke aset tetap bersangkutan, misalkan perolehan
aset tetap pealatan akan dikapitalisasi jika nilai per satuan diatas Rp1.000.000.
Terdapat dua jenis pengeluaran terkait dengan aset tetap, yakni:
1. Pengeluaran Modal, yakni pengeluaran yang akan dicatat ke dalam aset tetap, yang nilainya melebihi batas
kapitalisasi.
2. Pengeluaran Beban, yakni pengeluaran yang akan dicatat ke dalam beban, yang nilainya dibawah batas
kapitalisasi.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 85
PEROLEHAN ASET TETAP 86
1 Perolehan dari pembelian tunai
2 Perolehan dengan membangun sendiri
3 Perolehan dari hibah
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected]
1. PEROLEHAN DARI PEMBELIAN TUNAI
▪ Pembelian tunai merupakan cara yang paling sering kita temukan dalam perolehan aset tetap. Jika ada
potongan harga/diskon atas pembelian aset tetap tersebut, maka potongan tersebut akan menjadi
pengurang harga beli tersebut.
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 Januari 2020 membeli Bus dari Jerman dengan Pricelist Rp5 Milyar
secara Tunai dengan Cash Diskon sebesar 5%. Selain itu PT Harapan Jaya mengeluarkan Biaya Pengangkutan
sebesar Rp200 juta dan Biaya Instalasi sebesar Rp40 juta. Buatlah jurnal perolehan aset tetap pada tanggal 1
Januari 2020.
▪ Harga Perolehan = Rp5.000.000.000 - (5%x Rp5.000.000.000) + Rp200.000.000 + Rp40.000.000 = Rp4,99
Milyar
Tgl Jurnal
1 Jan 2020
Jurnal Perolehan Aset Tetap
Peralatan - Kendaraan Bus 4.990.000.000
4.990.000.000
Kas
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 87
2. PEROLEHAN DENGAN MEMBANGUN SENDIRI
▪ Dalam memperoleh aset tetap, perusahaan dapat membangun sendiri aset tetap tersebut. Misalkan dalam
perolehan gedung dan bangunan dengan membangun sendiri, semua biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh gedung dan bangunan akan di kapitalisasi.
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal Tahun 2020 Gedung Kantor. Biaya yang dikeluarkan adalah untuk
pembayaran jasa design Rp50.000.000, Upah Tukang Rp500.000.000, dan material Rp800.000.000.
Buatlah jurnal untuk pembangunan Gedung Kantor tersebut pada Tahun 2020.
▪ Harga Perolehan = Rp50.000.000 + Rp500.000.000 + Rp800.000.000 = Rp1,35 Milyar
Tgl Jurnal
2020
Jurnal Perolehan Aset Tetap
Gedung 1.350.000.000
1.350.000.000
Kas
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 88
3. PEROLEHAN DARI HIBAH
sumber: healthnetsolutions.org ▪ Aset tetap dapat diperoleh dari hibah/sumbangan, misalnya dari pemerintah
atau lembaga lain, dan dicatat sebesar harga pasar dengan pendekatan
pendapatan
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 Januari 2020 menerima Hibah dari
Pemerintah, yakni Eks Bus Damri dengan Nilai Buku sebesar Rp1 Milyar dan
Nilai Wajar nya sebesar Rp1,1 Milyar.
▪ Harga Perolehan = Harga Pasar = Rp1,1 Milyar
Tgl Jurnal
1 Jan 2020
Jurnal Perolehan Aset Tetap
Peralatan - Kendaraan Bus 1.100.000.000
1.100.000.000
Kas
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 89
DEPRESIASI
sumber: zambianguardian.com Penyusutan atau Depresiasi Aset Tetap adalah pengalokasian harga perolehan dari
suatu aset tetap karena adanya penurunan nilai aktiva tetap tersebut selama masa
manfaat.
Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penyusutan, yaitu:
1. Harga perolehan aset tetap, yakni semua biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset tetap bersangkutan
2. Masa manfaat aset tetap, yakni estimasi jangka waktu (biasa tahunan) atas
pemanfaatan aset tetap
3. Estimasi nilai sisa pada akhir masa manfaat (nilai residu), yakni estimasi nilai aset
tetap pada akhir periode pemanfaatan.
4. Metode yang digunakan, yakni teknik yang digunakan untuk menghitung beban
depresiasi/penyusutan atas aset tetap.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 90
METODE DEPRESIASI/PENYUSUTAN
Metode Penyusutan Sumber: workful.com.com
Metode Metode Saldo Metode Jumlah Metode
Garis Lurus Menurun Ganda Angka Tahun Aktivitas
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 91
1. METODE GARIS LURUS
▪ Yakni metode yang menghitung depresiasi berdasarkan usia aset tetap tersebut, bukan atas penggunaan
aset tersebut. ( − )
▪ = x Fraksi Waktu
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 April 2020 membeli Peralatan dengan harga Rp1,3 Milyar. Peralatan
tersebut disusutkan selama 5 tahun dengan Metode Garis Lurus dengan nilai sisa Rp100 juta. Buatlah jurnal
untuk penyusutan Peralatan bagi PT Harapan Jaya pada tanggal 31 Desember 2020 dan 31 Desember 2021.
▪ Depresiasi Tahun 2020 = ((1.300.000.000 – 100.000.000)/5) x 9/12 = Rp180.000.000
▪ Depresiasai Tahun 2021 = ((1.300.000.000 – 100.000.000)/5) x 12/12 = Rp240.000.000
Tgl Jurnal Tgl Jurnal
31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2020 31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2021
2020 Beban Penyusutan 180.000.000 2021 Beban Penyusutan 240.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 180.000.000 Akumulasi Penyusutan Peralatan 240.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 92
2. METODE SALDO MENURUN GANDA
▪ Yakni metode yang menghitung depresiasi dengan cara mengalikan nilai buku aset dengan tarif depresiasi
yang dinyatakan dengan persentase (%) yang besarnya persentase biasanya dua kali lipat tarif depresiasi
pada metode garis lurus, dari harga perolehan/nilai buku
▪ = x 200% x Nilai Buku x Fraksi Waktu
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 April 2020 membeli Peralatan dengan harga Rp1,3 Milyar. Peralatan
tersebut disusutkan selama 5 tahun dengan Metode Saldo Menurun Ganda dengan nilai sisa Rp100 juta.
Buatlah jurnal untuk penyusutan Peralatan bagi PT Harapan Jaya pada tanggal 31 Desember 2020 dan 31
Desember 2021.
▪ Depresiasi Tahun 2020 = 1/5 x 200% x 1.300.000.000 x 9/12 = Rp390.000.000
▪ Depresiasai Tahun 2021 = 1/5 x 200% x (1.300.000.000-390.000.000) x 12/12 = Rp364.000.000
Tgl Jurnal Tgl Jurnal
31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2020 31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2021
2020 Beban Penyusutan 390.000.000 2021 Beban Penyusutan 364.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 390.000.000 Akumulasi Penyusutan Peralatan 364.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 93
3. METODE JUMLAH ANGKA TAHUN (1)
▪ Yakni metode yang menghitung depresiasi berdasarkan perbandingan usia manfaat aset tersebut dengan
jumlah angka tahun dari usia aset tersebut.
▪ = x (Harga Perolehan - Nilai Sisa) x Fraksi Waktu
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 April 2020 membeli Peralatan dengan harga Rp1,3 Milyar. Peralatan
tersebut disusutkan selama 5 tahun dengan Metode Jumlah Angka Tahun dengan nilai sisa Rp100 juta.
Buatlah jurnal untuk penyusutan Peralatan bagi PT Harapan Jaya pada tanggal 31 Desember 2020 dan 31
Desember 2021.
▪ Tahun pertama n = 5, tahun kedua n = 4, tahun ketiga n = 3, tahun keempat n = 2, tahun kelima n = 1
▪ Jumlah Tahun = 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15
▪ Depresiasi Tahun 2020 = 5/15 x (1.300.000.000 - 100.000.000) x 9/12 = Rp300.000.000
▪ Depresiasai Tahun 2021 sebesar Rp340.000.000, terdiri dari:
• 5/15 x (1.300.000.000 - 100.000.000) x 3/12 = Rp100.000.000
• 4/15 x (1.300.000.000 - 100.000.000) x 9/12 = Rp240.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 94
3. METODE JUMLAH ANGKA TAHUN (2)
Tgl Jurnal Tgl Jurnal
31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2020 31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2021
2020 Beban Penyusutan 300.000.000 2021 Beban Penyusutan 340.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 300.000.000 Akumulasi Penyusutan Peralatan 340.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 95
4. METODE AKTIVITAS
▪ Yakni metode yang menghitung depresiasi berdasarkan usia aset tetap tersebut, bukan atas penggunaan
▪ aset tersebut. = ( − ) x Jam Tahun ini
▪ Contoh: PT Harapan Jaya pada tanggal 1 April 2020 membeli Peralatan dengan harga Rp1,3 Milyar. Peralatan
tersebut disusutkan dengan Metode Aktivitas dengan nilai sisa Rp100 juta. Total estimasi pemakaian adalah
sebesar 30.000 jam. Jumlah pemakaian selama Tahun 2020 adalah 4.000 jam dan Tahun 2021 adalah 5.000
jam. Buatlah jurnal untuk penyusutan Peralatan bagi PT Harapan Jaya pada tanggal 31 Desember 2020 dan 31
Desember 2021.
▪ Depresiasi Tahun 2020 = ((1.300.000.000 – 100.000.000)/30.000) x 4.000 = Rp160.000.000
▪ Depresiasai Tahun 2021 = ((1.300.000.000 – 100.000.000)/30.000) x 5.000 = Rp200.000.000
Tgl Jurnal Tgl Jurnal
31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2020 31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2021
2020 Beban Penyusutan 160.000.000 2021 Beban Penyusutan 200.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 160.000.000 Akumulasi Penyusutan Peralatan 200.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 96
PERUBAHAN KEBIJAKAN DEPRESIASI
Sumber: deskera.com Perusahaan, dapat melakukan perubahan metode depresiasi,
termasuk melakukan perubahan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
Perubahan tersebut dapat dilakukan di awal periode akuntansi.
Perubahan tersebut sifatnya adalah prospektif, artinya metode,
perubahan estimasi, dan nilai sisa hanya berlaku mulai perubahan
tersebut dilakukan sampai dengan ke depan.
Secara umum, langkah perubahan kebijakan depresiasi adalah:
1. Menghitung Nilai Buku Aset Tetap pada tanggal perubahan kebijakan depresiasi dilakukan. Nilai buku dihitung
dari Harga Perolehan Aset Tetap - Akumulasi Depresiasi sampai dengan Aset Tetap tersebut diubah kebijakan
depresiasinya. Nilai Buku ini dianggap sebagai Harga Perolehan baru yang akan dijadikan sebagai dasar untuk
melakukan penyusutan dengan kebijakan baru.
2. Menghitung depresiasi dengan kebijakan baru (metode, estimasi masa manfaat, dan/atau nilai sisa).
3. Membuat Jurnal.
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 97
PERUBAHAN METODE DEPRESIASI
Pada tanggal 1 Januari 2020, PT A membeli peralatan sebesar Rp250 juta. Peralatan tersebut disusutkan selama
5 tahun dengan metode saldo menurun ganda dengan nilai sisa Rp20 juta.
Pada tanggal 1 Januari 2021 PT A merubah penyusutan menjadi Garis Lurus dengan nilai sisa tetap Rp10 juta.
Buatlah jurnal penyesuaian untuk Depresiasi Tahun 2021 (Jurnal dibuat pada tanggal 31 Desember Tahun 2021)?
1. Nilai Buku Peralatan pada tanggal 1 Januari 2021 = Harga Perolehan 1 Januari 2020 - Akumulasi Depresiasi
sampai 1 Januari 2021
▪ Peralatan diperoleh pada tanggal 1 Januari 2020, berarti pada saat metode penyusutan diubah pada
tanggal 1 Januari 2021, peralatan tersebut telah disusutkan selama 1 Tahun (1 Januari 2020 - 31 Desember
2020).
▪ Depresiasi 2020 = 1/5 x 200% x Rp250.000.000 = Rp100.000.000
▪ Nilai Buku 1 Januari 2021 (Nilai Buku 31 Desember 2020) = Rp250.000.000 - Rp100.000.000 = Rp150.000.000
2. Menghitung Depresiasi untuk Tahun 2021
Nilai Buku 1 Januari 2021 = Rp150.000.000
Sisa masa manfaat (tahun) per 1 Januari 2021 = 5 - 1 = 4
Metode garis lurus dengan nilai sisa/residu baru = Rp10.000.000
Depresiasi 2021 = ((Rp150.000.000 - 10.000.000)/4) x 12/12 = Rp35.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 98
PERUBAHAN METODE DEPRESIASI
Tgl Jurnal
31 Des Jurnal Penyusutan Aset Tetap 31 Des 2021
2021 Beban Penyusutan 35.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 35.000.000
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] Sumber: badabusiness.com
99
PELEPASAN ASET TETAP
Perusahaan dapat melakukan penjualan atas aset tetap yang dimiliki. Dalam penjualan aset tetap, ada
kemunginan keuntungan/kerugian yang harus diakui. Secara umum, langkah yang harus dibuat pada saat
penjualan aset tetap adalah:
1. Menghitung Nilai Buku Aset Tetap pada tanggal penjualan Aset Tetap. Nilai buku dihitung dari Harga
Perolehan Aset Tetap - Akumulasi Depresiasi sampai dengan Aset Tetap tersebut dijual.
2. Membandingkan antara Nilai Buku Aset Tetap yang dijual dengan Harga Jual (Kas/Piutang yang diterima),
yakni:
a. Jika Harga Jual > Nilai Buku Aset Tetap, maka akan diakui keuntungan sebesar Harga Jual - Nilai Buku
Aset Tetap
b. Jika Harga Jual < Nilai Buku Aset Tetap, maka akan diakui kerugian sebesar Nilai Buku Aset Tetap -
Harga Jual
c. Jika Harga Jual = Nilai Buku, tidak ada keuntungan/kerugian yang diakui
3. Membuat jurnal penjualan Aset Tetap
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: [email protected] 100