MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITASSULTANAGENG TIRTAYASA ANA NURHASANAH M.PD. DI SUSUN OLEH : PRODIPENDIDIKANGURUSEKOLAHDASAR FAKULTASKEGURUANDANILMUPENDIDIKANUNIVERSITAS SULTANAGENGTIRTAYASA 2023
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur kehadiran Allah SWT karena atas segala Rahmat dan KaruniaNya lah sehingga dapat menyelesaikan buku rampai ini guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan yang yang diampu oleh Ibu ana Nurhasah M. Pd., selaku dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Shalawat serta salam tak lupa pula kami curah limpahkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, Kepada Keluarga, Sahabat, dan umatNya hingga akhir zaman nanti. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Ana Nurhasanah atas bimbingan dan arahan selama kegiatan pembelajaran di semester 6 ini. Semoga dengan adanya buku rampai ini dapat bermanfaat bagi kami khsususnya, dan bagi pembaca pada umumnya dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan. Kami menyadari bahwasanya dalam menyusun buku rampai ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kami dapat lebih baik di masa yang akan datang. i
ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................................ii PEMBAHASAN ..........................................................................................................1 A. Analisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana di sekolah dasar ..................................................................................1 B. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SDN Pondok Pucung 04 ......14 C. Analisis manajemen penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Negeri tahun ajaran 2022/2022 ....................................................................................30 D. Peningkatan manajemen penerimaan peserta didik dalammeningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar .............................................................................49 E. Analisis peran manajemen perpustakaan terhadap minat baca siswa ..............62 F. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam pembelajaran di SD .....73 G. Analisis manajemen sarana dan prasarana di SD Negeri serang 02 ..................85 H. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar .................................................................................................................97 I. Manajemen pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran di Sekolah Dasar .........................................................................................................................115 J. Analisis manajemen pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (bos) pada lingkup pendidikan Sekolah Dasar Negeri .................................................... 125
ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH DASAR Yunita Dewi Lestari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email: [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan seorang kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan guna mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah dasar (2) untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar (3) untuk mengetahui ruang lingkup yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi literatur (literature review). Penelitian ini menggunakan metode metaanalisis dengan tahapan merumuskan masalah, lalu menelusuri hasil penelitian yang relevan untuk dianalisis. Dalam hal ini digunakan penelusuran jurnal elektronik melalu Google Scholar dengan kata kunci “pengaruh kepemimpinan kepala sekolah” dan “manajemen sarana dan prasarana”. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan disajikan dengan metode nonformal. Berdasarkan hasil literatur yang telah dilakukan melalui Google Scholar dengan kata kunci Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Manajemen Pendidikan Dasar, Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar cukup memberikan pengaruh yang baik terhadap oprimalisasi proses pembelajaran di sekolah dasar melalui tahapan-tahapan dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana dan dengan acuan prinsipprinsip pengelolaan yang tepat. Kata Kunci: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Manajemen Pendidikan Dasar, Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar, 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat formal, nonformal, dan informal yang menjadi suatu wadah dari sekukumpulan manusia dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam proses mencapai tujuan pendidikan yang ideal, sekolah harus dapat menyediakan sumber daya yang baik. Sumber daya di sekolah dapat meliputi kepala sekolah, tenaga pendidik atau guru, staff sekolah, bahkan sumber daya penunjang seperti sarana dan prasarana sekolah. Sarana adalah alat yang secara langsung dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpusatakaan, laboratorium, dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah alat yang secara tidak langsung dapat mendukung tercapainya tujuan peserti lokasi atau tempat, lapangan olahraga, uang, dan sebagainya (Daryanto dalam Syafaruddin, dkk, 2016: 156). Salah satu permasalahan yang mengakibatkan terhambatnyna pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yaitu minimnya penyediaan sarana dan prasarana baik secara kualitas maupun kuantitas. Minimnya penyediaan sarana dan prasarana ini tentu dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan dana yang dimiliki, rendahnya kesadaan sebagaian guru untuk terlibat dalam pengelolaan sarana dan prasarana khususnya perawatan dan koordinasi, sulitnya akses pada sekolah terpencil, kurang sigap kepala sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana sekolahnya. Manager atau pengelola pertama di sekolah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah ialah seorang manager yang mengatur, mengelola, dan mengawasi proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Dalam pelaksanaannya kepala sekolah yang baik ialah kepala sekolah yang memiliki kompetensi atau keterampilan dalam memanage atau mengelola. Keterampilan yang harus dimiliki kepala sekolah ini akan menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang baik, teratur, dan terarah serta dapat memengaruhi hasil dari proses pendidikan tersebut. Keterampilan kepala sekolah dalam mengelola, bukan hanya terfokus pada kemampuan mengelola kurikulum, tenaga pendidik atau bahkan pembiayaan saja. Namun keterampilan mengelola dan mengatur sarana dan prasarana sekolah juga perlu diperhatikan. Keterampilan mengelola dan mengatur sarana prasarana ini berkaitan dengan (1) kepala sekolah mampu merencanakan kebutuhan fasilitas sekolah sesuai 2
dengan rencana pengembangan sekolah, (2) kepala sekolah mampu mengelola pengadaan dan pemeliharan fasilitas, (3) kepala sekolah mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana, serta (4) kepala sekolah mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah. Dalam memliki kemampuan ini kepala sekolah dapat menyediakan wadah pendidikan yang baik dan memadai. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk menunjang pembelajaran di skeolah. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana juga dapat diperlukan untuk menunjang pembelaajran agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan utama dalam mendukung proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebagaimana ditetapkan dalam UU sisdiknas No 20/2003 Bab XII Pasal 45 Ayat 1 yang menjelaskan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Pasal ini menekankan pentingnya sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan, sebab tanpa adanya sarana dan prasarana yang relevan, maka proses pelaksanaan pendidikan tidak dapat berjalan secara efektif. Maka dengan itu gagal atau berhasilnya proses belajar mengajar ini dipengaruhi oleh sistem manajemen atau pengelolaan yang baik, dengan sarana dan prasarana yang lengkap, sumber daya manusia yang berintegritas, efektivitas pengajaran dan sebagainya. Dengan adanya sarana prasaran sekolah yang memadai, proses pelaksanan belajar mengajar akan efektif dan efisien. Oleh karena itu, manager sekolah yaitu kepala sekolah perlu sekali memahami apa saja langkah-langkah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah, memahami pentingnya mengelola dan mengatur segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan fasilitas belajar, serta memahami bahwa pengelolaan seorang kepala sekolah memberikan pengaruh bagi peserta didik guna mempermudah pendidik dalam melakukan belajar mengajar di kelas serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar di sekolah dasar, 3
yang dapat membuka sudut pandang pembaca dalam mengelola sebuah sarana dan prasarana lembaga pendidikan. B. Fokus Analisis 1. Bagaimana pengaruh kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah? 2. Bagaimana prinsip-prinsip dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah? 3. Bagaimana ruang lingkup kegiatan yang seharusnya dilaksanakan oleh kepala sekolah dan warga sekolah lainnya? C. Tujuan Analisis 1. Untuk mengetahui pengaruh kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah. 2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah. 3. Untuk mengetahui ruang lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah dan warga sekolah. D. Manfaat Analisis 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding dan menjadi wawasan bagi parah pembaca tentang manajemen sarana dan prasarana. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kaca perbandingan dan menjadi inovasi bagi para pendidik, maupun calon pendidik. 3. Bagi penulis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan karya ilmiah khususnya dalam penulisan manajemen sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti lain, diharapkan para pembaca dan peneliti lain dapat menemukan dan menjadi dasar dalam melakukan managerial pada sarana dan prasarana di Lembaga Pendidikannya. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber dari artikel atau buku sebagai bahan kajian pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dibahas. Salah satu kajian yang telah memamparkan tentang pengaruh pengaruh proses manajemen sarana dan prasarana yang ditulis oleh Reinikah Fajarani, dkk. Dalam tulisannya Reinikah dkk menjelaskan bahwa manajemen sarana mempunyai tugas untuk mengelola dan menjaga agar memberikan pengaruh secara maksimal bagi jalannya proses belajar mengajar. Pengelolaan ini terdiri dari kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Pada proses pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya menciptakan situasi pembelajaran yang nyaman dan rapi sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas dan relevan dengan kebutuhan pendidikan dapat menciptakan pembelajaran yang optimal juga. (Fajarani, Sholihah, & Khanafi, 2021) Tidak hanya itu, menurut Inggri Andrea Fraliantina dalam peneliannya memaparkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam tugasnya yaitu memimpin, mengelola, mengatur, menyediakan lingkungan yang positif akan memengaruhi kualitas praktik pengajaran dan pencapaian belajar peserta didik. Dalam hasilnya pula dijelaskan bahwa tugas kepala sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana pada proses pelaksanaan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran peserta didik. Keberadaan sarana dan prasarana tersebut dapat mempermudah guru dalam proses belajar mengajar pada bidang muatan pelajaran penjas dan olahraga, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, daya cipta, jasmani dan rohani, dan juga disiplin siswa. Menurutnya, keberadaan sarana dan prasarana di sekolah juga harus dirawat dengan baik dan disimpan di tempat yang baik pula, agar kualitas dari sarana dan prasarana tersebut tetap terjaga. (Fraliantina, 2016) Selanjutnya, menurut Eva Luthf Fakhru Ahsani, dkk dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Sarana Prasarana Dalam Menunjang Prestasi Belajar Siswa SD 5
di Sekolah Indonesia Den Haag memaparkan bahwa sarana prasarana merupakan alat yang mendukung proses pembelajaran yang diberikan oleh sekolah. Dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa minimnnya sarana dan prasarana bukanlah suatu hal yang menjadi pengaruh prestasi siswa di sekolah, karena walaupun sarana dan prasarana sekolah ini terbatas namun ia memiliki keunggulan lain yaitu seperti koneksi jaringan internet dan sumber belajar digital yang cepat untuk diakses. Selain itu, jumlah siswa yang terdapat di sekolah tersebut juga tidak terlalu banyak. Sehingga minimnya sarana dan prasarana ini bukan menjadi halangan dalam prestasi siswa. Dalam hasil penelitiannya juga dijelaskan, sarana dan prasarana tetap menjadi hal penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi kalau jumlah peserta didik pada sekolah tersebut banyak. (Ahsani, Mastura, Ni'mah, Inayah, & Amalia, 2021) 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi literatur (literature review). Penelitian ini menggunakan metode metaanalisis dengan tahapan merumuskan masalah, lalu menelusuri hasil penelitian yang relevan untuk dianalisis. Dalam hal ini digunakan penelusuran jurnal elektronik melalu Google Scholar dengan kata kunci “pengaruh kepemimpinan kepala sekolah” dan “manajemen sarana dan prasarana”. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan disajikan dengan metode nonformal, yakni penyajian dengan kata-kata atau kalimat dan bukan dengan angka/simbol (Mahsun, 2017). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis pada jurnal atau artikel pendidikan dengan topik yang sedang dibahas. Dengan sumber data dari Google Scholar dengan kata kunci Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Manajemen Pendidikan, dan Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan di Sekolah Dasar. 7
BAB IV PEMBAHASAN Hasil penelitian ini disajikan dengan memaparkan tiga pembahasan yaitu: (1) pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”, kata kepala diartikan sebagai ketua atau pemimpin organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah berarti lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran (Basri, 2014: 40). Dalam kepemimpinannya seorang kepala sekolah sangat perlu memperhatikan persyaratan yang berlaku, karena kepribadian seorang kepala sekolah akan menentukan kualitas dari sekolah yang ia pimpin. Kepemimpinan kepala sekolah harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah untuk memengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia untuk mengikuti kehendaknya, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan kepala sekolah di bidang pengelolaan sarana dan prasarana juga dapat memengaruhi kualitas sekolahnya. Terbukti ketika penulis melakukan penelitian kepada suatu sekolah, kepala sekolah dari SDN Karangtumaritis yaitu Bapak Nakjumi, M.Pd yang menjelaskan bahwa kesediaan sarana prasarana dengan disertai pengelolaan dari seorang kepala sekolah tentu akan memengaruhi kualitas sekolahnya. Karena peran sarana dan prasarana yaitu menjadi penunjang dalam proses pembelajaran di kelas tentu akan memengaruhi kualitas hasil belajar siswanya juga, terutama dengan kuantitas peserta didik dengan bobot gemuk pada setiap rombel kelasnya. Berdasarkan hasil wawancara pula Bapak Nakjumi, M.Pd juga menjelaskan bahwa dalam pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah tentu perlu juga adanya kerja sama antara pendidik, peserta didik serta wali murid baik dalam hal penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarananya. Dengan terciptanya hubungan kerja sama ini tentu akan banyak membantu seorang kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolahnya. Pembahasan (2) menjawab tentang bagaimana prinsip-prinsip dalam pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah dasar menurut (Bafadal, 2014: 5) yaitu diantaranya a) Prinsip Pencapaian Tujuan, pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan maksud agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat 8
dikatakan berhasil apabila fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat ketika ingin digunakan, b) Prinsip Efisiensi, prinsip ini berkaitan dengan semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui kegiatan perencanaan yang hatihati, sehingga dapat memeroleh kualitas sarana dan prasarana yang baik dengan harga yang relatif murah. Prinsip efisiensi ini juga berarti pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan bijak agar dapat mengurangi pemborosan. Maka dengan hal itu, manajemen sarana dan prasarana ini perlu dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya dan dikomunikasikan dengan seluruh warga sekolah yang diperkiraan akan menggunakannya. Selanjutnya c) Prinsip Administrstif, berarti semua prilaku pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dilakukan dengan selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan pedoman yang diberlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya penerapannya, maka setiap penanggungjawab pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan hendaknya memahami semua peraturan perundang-undang tersebut dan menginformasikan kepada semua personil sekolah yang diperkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. d) Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab, dalam prinsip ini berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi seluruh warga sekolah yang terlibat yang dideskripsikan dengan jelas sehingga pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat berjalan dengan baik, e) Prinsip Kekohesifan, prinsip ini berkaitan dengan terealisasikannya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Pembahasan (3) berkaitan dengan ruang lingkup kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga penyediaan sarana dan prasarana dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional ruang lingkup kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidikan yaitu diantaranya a) Analisis Kebutuhan dan Perencanaan, kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis dan menetapkan fasilitas apa yang sedang dibutuhkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran. Analisis kebutuhan dilakukan melalui mendata keperluan sarana dan prasarana pada menjelang tahun ajaran baru, dan mengidentifikasi atau mendata sarana dan prasarana yang ada dan masih dalam kondisi baik yang perlu diperbaiki karena rusak ringan dan yang perlu dihapus karena rusak berat. b) Pengadaan, kegiatan ini hakikaynya kelanjutan dari kegiatan perencanaan yang telah disusun 9
oleh sekolah sebelumnya. Dalam pengadaan ini harus dilakukan sesuai dengan rencana yaang telah disusun dengan memperhatikan skala prioritas yang dibutuhkam oleh sekolah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Langkah-langkah pengadaan meliputi: menampung usulan semua pengadaan dari berbagai sumber (guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, stakeholder), menyesuaikan dengan analisis kebutuhan yang telah disusun, menyesuaikan antara kebutuhan dengan anggaran yang tersedia, dan menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana dalam kurun waktu minimum 1 tahun. c) Inventarisasi, yaitu kegiatan pencatatan dan pembuatan kode barang serta pembuatan laporan pengadaan barang. d) Pendistribusian dan Pemanfaatan, setelah barang di inventarisasi, didistribusikan sesuai dengan penggunaannya untuk selanjutnya dimanfaatkan sesuai keperluan pemanfaatan barrang harus memperhatikan prinsisp efisien dan efektif. Pemanfaatan atau penggunaan fasilitas sekolah perlu memperhatikan dan dibuatkan SOP nya agar ada pengaturan yang jelas tentang pemanfaatan sarana dan prasarana tertentu. Dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan, terdapat beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan yaitu tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kesesuaian antar media yang akan digunakan dengan materi yang akan dibahas, ketersediaan sarana dan prasarana serta karakteristik siswa. e) Pemeliharaan, sarana dan prasarana di sekolah idealnya adalah selalu siap pakai. Maka dari itu, sarana dan prasarana harus ditata, digunakan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Terdapat macam-macam pemeliharaan yang dilakukan yang dilakukan sekolah yang dibedakan menjadi dua yaitu pertama, ditinjau dari sifatnya yaitu pemeliharaan sarana dan prasarana dibedakan menjadi empat aktivitas yaitu pemeliharan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan ringan dan perbaikan berat. Kedua, ditinjau dari waktu pemeliharaan dibedakan ada pemeliharaan setiap hari misalnya menyapu, mengepel, membersihkan pintu dan pemeliharaan berkala, contohnya pengontrolan genting dan pengecatan tembok. Program pemeliharaan dapat ditempuh melalui tahapan berikut yaitu membentuk tim pelaksana pemeliharaan preventif di sekolah, membuat daftar sarana dan prasarana termasuk seluruh pemeliharaan yang ada di sekolah, menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan fasilitas sekolah, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian di sekolah, dan memberi penghargaan bagi meeka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka 10
meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana di sekolah. f) Penghapusan, yaitu kegiatan meniadakan barang-barang miliki negara atau milik lembaga dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Adapun tujuan dari penghapusan ini yaitu mencegah pengeluaran yang besar untuk biaya pengamanan atau pemeliharaan, mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan atas barang inventaris yang tidak berguna, membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan, dan meringankan beban inventarisasi. Lalu g) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (Pelaporan), pengawasan terhadap fasilitas sekolah ini merupakan usaha yang dilakukan dalam pengontrolan terhadap fasilitas sebagai bagian dari aktivitas menjaga, memelihara, dan memanfaatkan fasilitas dengan sebaik mungkin demi keberhasilan pembelajaran di sekolah. Pengawasan sarana dan prasarana dilakukan bersama antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, orang tua/wali murid, komite sekolah, dan stakeholder lainnya. 11
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan seorang kepala sekolah sangat memberikan dampak baik buruknya terhadap kualitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, kepribadian dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang kepala sekolah sangat penting dalam perannya menjadi kepala sekolah. Dalam hal ini, seorang kepala sekolah perlu selalu melakukan pengembangan diri atas dirinya sendiri, agar dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah dalam dan mencapai tujuan pendidikan. Kemampuan yang perlu dimiliki salah satunya ialah dalam kegiatan pengelolaan atau memanage sarana dan prasarana yang perlu disediakan guna menunjang kegiatan pembelajaran di kelas antara pendidik dan peserta didik, maka dengan ini keberadaan sarana dan prasarana di sekolah cukup memberikan pengaruh juga terhadap hasil pembelajaran siswa. Dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah terdapat prinsipprinsip yang melandasinya sehingga tujuan dari manajemen sarana dan prasarana ini dapat dicapai yaitu diantaranya (1) prinsip pencapaian tujuan, (2) prinsip efisiensi, (3) prinsip administratif, (4) prinsip kejelasan tanggung jawab, dan (5) prinsip kekohesifan. Selain itu, dalam pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana tentu perlu melalui tahapan-tahapan yang terstruktur sehingga pengelolaan sarana dan prasarana ini dapat berjalan dengan optimal. Ruang lingkup dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana ini diantaranya (1) analisis kebutuhan dan perencanaa, (2) pengadaan, (3) inventarisasi, (4) pendistribusian dan pemanfaatan , (5) pemeliharaan, (6) penghapusan, dan (7) pengawasan dan pertanggungjawaban. 12
DAFTAR PUSTAKA Ahsani, E. L., Mastura, E., Ni'mah, L. S., Inayah, C., & Amalia, V. (2021). PENGARUH SARANA PRASARANA DALAM MENUNJANG PRESTASI BELAJARSISWA SDDI SEKOLAH INDONESIA DEN HAAG. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 52-63. Ananda, R. (2018). Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. Ananda, R., & Banurea, O. K. (2017). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Medan: CV. Widya Puspita. Fajarani, R., Sholihah, U., & Khanafi, A. F. (2021). MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DALAM MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1233-1241. Fraliantina, I. A. (2016). PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SARANA PRASARANA OLAHRAGA TERHADAP PRESTASI SEKOLAH DI BIDANG OLAHRAGA. JUARA: Jurnal Olahraga, 100-109. Syahril. (2018). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Padang: SUKABINA Press. 13
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI SDN PONDOK PUCUNG 04 Widea Herlina Safiitri 2227200027 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi manajemen sarana dan prasarana di SDN Pondok Pucung 04. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menjelaskan hasil data yang ditemukan atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta serta fenomena- fenomena yang diselidiki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN Pondok Pucung 04 mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah SDN Pondok Pucung 04 ini adalah bahwa sekolah tersebut memiliki fasilitas yang cukup lengkap diantaranya adalah ruang kelas sebanyak 6 unit, ruang guru, ruang kepala sekolah, toilet siswa, toilet guru, ruang komputer, ruang perpustakaan, UKS, musolla dan lapangan. Kata Kunci : Manajemen, Sarana dan Prasarana, Pendidikan Abstract : This study aims to determine the optimization of facilities and infrastructure management at SDN Pondok Pucung 04. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. Descriptive method is a method used to explain the results of the data found or descriptions in a systematic, factual and accurate manner based on the facts and phenomena investigated. The results of research conducted by researchers at Pondok Pucung 04 Elementary School regarding the facilities and infrastructure at Pondok Pucung 04 Elementary School are that the school has quite complete facilities including 6 classrooms, teacher's room, principal's room, student toilets , teacher toilets, computer room, library room, UKS, prayer room and field. Keywords: Management, Facilities and Infrastructure, Education 14
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi penting dan memiliki peranan strategis bagi terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas (Irwandani et al., 2017). Selain itu, pendidikan memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya manusia (Abidin, 2017). Semakin jelas pendidikan itu, maka semakin tampak pula perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sistem pendidikan harus mampu menjamin peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan (Setiawan, 2016). Penyelenggaraan program pendidikan di sekolah tidak akan terlepas dari konsep manajemen pendidikan (Nur et al., 2018) dimana sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar (Bafadal, 2018). Oleh karena itu kualitas suatu lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kualitas pembelajaran semata, namun juga dipengaruhi bagaimana lembaga pendidikan tersebut mampu mengelola sumber daya manusianya (Komariah, 2018). Sekolah adalah lembaga pendidikan sebagai tempat berlangsungnya atau dilaksanakannya kegiatan pendidikan (Saebani & Ahmad, 2012). Dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien maka dibutuhkan sarana dan prasarana (Awaludin & Saputra, 2017). Peralatan yang berupa gedung, perpustakaan, dan alat-alat yang digunakan ketika belajar di kelas sangat erat hubungannya dengan mutu sekolah (Tafsir, 2010). Apalagi bila menggunakan alat–alat peraga, alat bantu seperti dalam pengajaran fisika, biologi, anatomi, atau geografi (Kristiawan, 2017). Prasarana merupakan alat tidak langsung yang berfungsi untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, diantaranya lokasi, tempat, bangunan sekolah, sedangkan sarana seperti alat langsung yang berfungsi mencapai tujuan pendidikan, diantaranya ruangan, buku, perpustakaan, laboratorium (Darmawan, 2016). Proses pendidikan memang memerlukan fasilitas atau peralatan, dan semua peralatan atau fasilitas harus diadakan sesuai dengan 15
kebutuhan. Menurut Ananda dan Banurea (2017), ada dua jenis pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah, yakni pemeliharaan seharihari dan pemeliharaan secara berkala. Pemeliharaan sehari-hari biasanya dilakukan oleh staf yang diserahi tugas dan tanggung jawab terhadap fasilitas tersebut. Misalnya untuk mesin-mesin praktik di SMK yang setiap hari selalu harus dirawat agar kinerjanya tetap terjaga ketika digunakan siswa. Pemeliharaan berkala (periodic maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah diprogramkan. Pembuatan jadwal itu berdasarkan kepentingan perlakuan terhadap objek pemeliharaan misalnya keperluan penggantian oli seharusnya berapa jam kerja, penyetelan ulang bagian-bagian yang bergerak setiap berapa bulan dan sebagainya. Di dalam pemeliharaan berkala ini kita kenal adanya pemeliharaan mingguan, bulanan, dan tahunan. Dalam memfasilitasi pembelajaran dengan sarana dan prasarana haruslah dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu manajemen sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan kegiatan mengelola dari mulai menata, merencanakan kebutuhan sekolah, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, penataan bangunan, perlengkapan dan peralatan sekolah yang tersetruktur dengan tepat. Seperti yang disampaikan oleh Rohiat (2006) yang menyatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala peralatan/material bagi terselnggaranya proses pendidikan. Penelitian ini dilakukan dengan terstruktur dalam mendeskripsikan bagaimana manajemen sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, pemeliharaan sampai dengan pelaporan dan pertanggung jawaban di SDN Pondok Pucung 04. B. Fokus Analisis 16
Fokus dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan analisis manajemen sarana dan prasarana yang dilaksanakan di SD Negeri Pondok Pucung 04. Agar tidak terjadinya perluasan pembahasan yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan pembahasan yaitu mengenai manajemen perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pelaporan dan pertanggung jawaban sarana dan prasarana di SDN Pondok Pucung 04. C. Tujuan Analisis Tujuan dari analisis yang dilakukan adalah untuk mengetahui perencanaan manajemen sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Pondok Pucung 04, mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana di sekolah tersebut dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh sekolah tersebut untuk mengelola sarana dan pra sarana yang terdapat di SDN Pondok Pucung 04. D. Manfaat Analisis Hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang membaca, serta dapat memberikan jawaban yang sesuai dari permasalahan yang tercatat dalam latar belakang masalah. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Pihak Sekolah, agar pihak sekolah dapat melakukan manajemen sarana dan prasarana dengan lebih baik untuk sekolah. 2. Pembaca, agar dapat menjadi referensi bagi pembaca untuk dijadikan penelitian selanjutnya. 3. Penulis, diharapkan mampu membuat laporan dengan baik dan benar serta data yang tercantum sesuai dan tepat. II. KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen 17
Manajemen adalah proses pendayagunaan semua sumberdaya dalam rangka mencapai tujuan.Menurut Stoner dalam Taupik(2009:88) mengatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Menurut Sulistyorini (2009:11 )mengatakan bahwa manajemen adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi,lembaga atau sekolah yang bersifat manusia maupun nonmanusia,sehingga tujuan organisasi, Lembaga atau sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Malayu (2011:2) mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Menurut Rosidah (1997:126) istilah manajemen juga sering didefinisikan sebagai kegiatan mengelola berbagai sumberdaya dengan cara bekerjasama dengan orang lain melalui proses tertentu untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah koordinasi semua sumber daya dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi, pada dasarnya manajemen merupakan sebuah usaha untuk mengatur sesuatu agar mencapai suatu tujuan. B. Sarana dan Prasarana Sarana pendidikan, yaitu perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk proses pendidikan, seperti meja, kursi dan media pengajaran, sedangkan prasarana pendidikan ialah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, dan taman. Menurut (Ismaya, 2015) Sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat menunjang proses kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan atau sekolah. 18
Menurut Roestiyah (Kelompoklansia 3 Desember 2017) sarana belajar adalah peralatan belajar yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Menurut E. Mulyasa, sarana belajar adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran, khususnya proses belajar, mengajar, seperti bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan menurut Wahyuningrum (2004), sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana pendidikan yaitu segala perlengkapan/ fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran baik yang bergerak maupun tidak bergerak seperti kursi, meja, ruang kelas dan lain-lain dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. C. Pendidikan Dalam Perundang-undangan tentang SistemPendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi dari Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara maupum tindakan membimbing. Dapat didefinisi pengajaran ialah sebuah cara perubahan etika serta prilaku oleh individu atau sosial dalam upaya mewujudkan kemandirian dalam rangka mematangkan atau mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan, pembelajaran, bimbingan serta pembinaan. 19
Definisi pendidikan dalam arti luas adalah Hidup. Artinya bahwa pendidikan adalah seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang hayat dalam semua tempat serta situasi yang memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan setiap makhluk individu. Bahwa pendidikan berlangsung selama sepanjang hayat (long life education). Pengajaran dalam pengertian luas juga merupakan sebuah proses kegiatan mengajar, danmelaksanakan pembelajaran itu bisa terjadi di lingkungan manapun dan kapanpun (Amirin:2013:4). Secara harfiah arti pendidikan adalah mendidik yang dilaksanakan oleh seorang pengajar kepada peserta didik, diharapkan orang dewasa pada anak-anak untuk bisa memberikan contoh tauladan, pembelajaran, pengarahan, dan peningkatan etika-akhlak, serta menggali pengetahuan setiap individu. Pengajaran yang diberikan pada peserta didik bukan saja dari pendidikan formal yang dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan, namun dalam hal ini fungsi keluarga serta masyarakatlah yang amat penting dan menjadi wadah pembinaan yang bisa membangkitkan serta mengembangkan pengetahuan serta pemahaman (Ab Marisyah1, Firman2, 2019). III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menjelaskan hasil data yang ditemukan atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta serta fenomena- fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014) adalah bahan yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengolah dan menghasilkan data penelitian yang bersifat deskriptif seperti wawancara, catatan rekaman, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh 20
Bogdan dan Taylor (1975) bahwasanya penelitian kualitatif juga termasuk metodologi yang dimanfaatkan untuk prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif adalah data yang ditulis menggunakan katakata secara mendetail. Pada penelitian ini, dideskripsikan dan digambarkan mengenai proses pengelolaan atau ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana di tingkat Sekolah Dasar. Data yang akan dikumpulkan oleh dalam penelitian ini berupa perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, pengawasan, dan perawatan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Lokasi penelitian dilakukan di SDN Pondok Pucung 04. Adapun subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan koordinator sarana dan prasarana sebagai sumber informan di SDN Pondok Pucung 04. Dalam memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan penelitian tersebut, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik wawancara menurut Sugiyono (2014:233) bertujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan juga ide-idenya. Sedangkan Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena yang diselidiki (Hadi, 1999:171). Dengan observasi penulis melakukan pengamatan secara langsung dan berkala guna memperoleh informasi dan data yang tepat dan jelas tentang pengelolaan manajemen sarana dan prasaran di SDN Pondok Pucung 04. Selain wawancara dan observasi, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk mendokumentasikan pengelolaan sarana dan prasarana di SDN Pondok Pucung 04. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data menggunakan model Miles dan Huberman meliputi reduksi data reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan conclutions drowing/verifiying. Pada penelitian ini, akan digunakan cara triangulasi dalam pengujian data yaitu triangulasi sumber data yaitu kepala sekolah dan koordinator sarana dan prasaran di SDN Pondok Pucung 04. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN Pondok Pucung 04 mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah SDN Pondok Pucung 04 ini adalah bahwa sekolah tersebut memiliki fasilitas yang cukup lengkap diantaranya adalah ruang kelas sebanyak 6 unit, ruang guru, ruang kepala sekolah, toilet siswa, toilet guru, ruang komputer, ruang perpustakaan, UKS, musolla dan lapangan. Selain itu juga terdapat sumber belajar seperti buku bacaan dan juga media pembelajaran berupa kit belajar yang terdiri dari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS dan PKN dan juga alat peraga yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam pengelolaan Manajemen Sarana dan Prasarana di SDN Pondok Pucung 04 ada tahapan-tahapan yang ditemukan yaitu tahap perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pemeliharaan, penghapusan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Perencanaan Tahap pertama yang dilakukan ialah perencanaan dengan menganalisis kebutuhan terhadap sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran. Pada tahap ini, untuk dapat menganalisis kebutuhan SDN Pondok Pucung 04 mengadapakan rapat koordinasi untuk penetapan program dan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. Rapat ini dipimpin langsung oleh kepala sekolah selaku managerial yang dihadiri para guru, staff dan juga komite sekolah. Dalam rapat tersebut, para hadirin saling mengajukan pendapat dan memberikan usulan terkait kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Rapat ini tidak dilaksanakan secara rutin, di SDN Pondok Pucung 04 dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana lebih sering berdasarkan laporan atau pengajuan dari para guru. Para guru biasanya melaporkan mengenai sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kemudian dilakukan perencanaan pengadaan sarana dan prasarana tersebut, tentu saja dengan mempertimbangkan anggaran yang ada. 22
10 Pengadaan Selanjutnya, setelah menerima dan merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana maka dilakukanlah pengadaan sebagai tindak lanjut dari perencanaan yang sudah dilakukan. Pada tahap ini, pengadaan sarana dan prasarana direalisasikan berdasarkan hasil kesepakatan bersama dan hasil tinjauan kebenaran. Dengan mempriotaskan kebutuhan jika terdapat peralatan yang rusak, hilang, ataupun yang diajukan oleh guru atas kekurangan. Di SDN Pondok Pucung 04 dalam pengadaan sarana dan prasarana tersebut, biaya yang diperlukan bersumber dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sekolah dan siswa seperti meja, kursi, buku dan sebagainya. Pendayagunaan Setelah sarana dan prasarana diadakan, tahap selanjutnya adalah melakukan pendayagunaan terkait sarana dan prasarana yang tersedia. Pada tahap ini, sarana dan prasarana yang ada disalurkan dan dimanfaatkan warga sekolah untuk menunjang pembelajaran. Di SDN Pondok Pucung 04 sendiri pendistribusian barang dilakukan oleh pustakawan, di mana setelah barang diterima dilakukan pencatatan atau inventarisasi yang dimulai dari jumlah unit, nama barang, tanggal diterima, kondisi barang, peruntukan barang, asal barang, dan sebagainya. Selain itu sarana dan prasarana yang sudah ada dimanfaatkan dengan optimal, baik oleh guru, siswa, maupun warga sekolah lainnya untuk menunjang kegiatan pendidikan. Pendistribusian fasilitas belajar tersebut disesuaikan dengan kuantitas yang tersedia, jika memungkinkan dapat disalurkan ke seluruh guru, namun jika tidak maka akan digunakan secara bergantian. Seperti buku pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh setiap guru dalam waktu yang bersamaan, namun seprti alat peraga, media karena jumlahnya yang terbatas maka dapat digunakan secara bergantian. Pemeliharaan 23
Setelah pengadaan dan pendayagunaan fasilitas, tentu diperlukan adanya pemeliharaan yang dimaksudkan untuk merawat sarana dan prasarana yang tersedia agar dapat bertahan lama. Dengan begitu, akan menghemat pengeluaran dan dana dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak. Di SDN Pondok Pucung 04 sendiri untuk pemeliharaan fasilitas perpustakaan, media ajar dan alat peraga dilakukan secara berkala yang dilihat melalui pencataan pada inventarisasi barang, jika terdapat kerusakan maka akan dilakukan perbaikan. Pemeliharaan sarana dan prasarana di SDN Pondok Pucung 04 secara umum dilakukan oleh warga sekolah dan dibantu oleh petugas penjaga untuk melakukan perawatan dan pembersihan. Selain itu, untuk menjaga fasilitas yang ada tidak hilang, warga sekolah di SDN Pondok Pucung 04 ini membiasakan diri untuk menyimpan kembali peralatan yang telah digunakan di tempat semula. Misalnya setelah peserta didik membaca buku di perpustakaan, maka buku tersebut harus dikembalikan di rak buku. Hal itu berlaku untuk pemakaian alat peraga dan media ajar lainnya. Selain itu peralatan untuk olahraga akan disimpan kembali ke ruangan yang disediakan. Dengan begitu, baik guru, peserta didik maupun staff sekolah saling bekerjasama untuk memelihara fasilitas pendidikan di sekolah. Penghapusan Setelah tahap pemeliharaan, apabila ditemukan sarana dan prasarana yang sudah tidak layak pakai, maka selanjutnya akan dilakukan penghapusan. Pada tahap ini sarana dan prasarana yang sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki maupun buku yang sudah tidak relevan lagi, akan dilakukan penghapusan. Di SDN Pondok Pucung 04 sendiri tahap pengapusan ini masih kurang optimal, karena tidak ada pembentukan tim khusus untuk melakukan penghapusan. Sehingga penghapusan sarana dan prasarana seperti meja dan kursi yang tidak dapat digunakan lagi hanya dikeluarkan dari kelas alu terbengkalai di gudang dan buku-buku yang sudah tidak sesuai dengan kurikulum tetap disimpan di perpustakaan sehingga menumpuk. 24
Pelaporan dan Pertanggungjawaban Tahap terakhir yang dilakukan dalam memanajemen fasilitas pendidikan yakni pengawasan dan pertanggungjawaban. Pada tahap ini, di SDN Pondok Pucung 04 kepala sekolah dan para guru melakukan pengecekan dan inventarisasi mengenai kondisi sarana dan prasarana yang tersedia. Kemudian setelah melakukan pendataan ulang, kepala sekolah dan guru dibantu dengan operator sekolah untuk menyusun laporan terkait kondisi sarana dan prasarana tersebut yang nantinya akan dilaporkan kepada dinas pendidikan setiap tahun ajaran baru sebagai bentuk pertanggungjawaban. B. Pembahasan Manajemen fasilitas pendidikan adalah proses kerja sama dengan pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan dengan efektif dan efisien. Dari definisi tersebut perlu dipertegas bahwa manajemen sarana dan prasarana adalah sebuah proses yang memiliki beberapa proses tertentu secara sistematis. Adapun proses manajemen sarana dan prasarana sekolah dapat dijelaskan bahwa dalam manajemen sarana dan prasarana di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, pemeliharanaa, penghapusan serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Perencanaan adalah tahap awal dari manajemen sarana dan prasarana yang juga merupakan langkah pertama pengadaan, menurut Kompri (2014) perpendapat bahwa analisis kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan pada proses perencanaan juga analisis ini juga berkaitan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran. Maksudnya adalah perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas kegiatan untuk dilakukannya sesuai dan memiliki tingkat kepentingan. Dilakukannya perencanaan adalah bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan dan juga kegagalan yang tidak diinginkan, juga untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaannnya. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan sendiri memiliki arti keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk menghadirkan atau menyediakan 25
semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana atau usul kebutuhan yang telah ditetapkan (Syahril, 2012). Setelah sarana dan prasarana yang diperlukan telah dimiliki oleh sekolah maka dalam hal pendayagunaan harus dilakukan secara efektif dan efisien sesuai fungsinya, agar barang dapat bermanfaat dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan. Dalam penggunaan barang juga ada hubungannya dengan proses pemakaian dan juga peminjaman barang yang dilakukan oleh warga sekolah. Kegiatan distribusi barang yang telah diterima oleh sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan barang pada beberapa bagian sekolah, dengan melihat kondisi barang, kualitas barang dan juga melihat kuantitas barang yang ada. Barang yang sudah dimiliki lalu digunakan maka harus dijaga atau dirawat baik-baik. Merawat adalah kegiatan yang diakukan untuk mempertahankan dan juga mengembalikan peralatan dengan keadaan atau kondisi yang baik seperti pada saat awal menerima. Kondisi yang selalu dapat diterima tersebut dimaksudkan agar sarana atau fasilitas sekolah dalam keadaan siap pakai seoptimal mungkin, untuk meningkatkan unjuk kerja dan memperpanjang usia pakai, mengetahui adanya kerusakan atau gejala kerusakan serta untuk menghindari terjadinya kerusakan yang lebih fatal. Dilihat berdasarkan sifatnya perawatan dibagi menjadi empat macam diantaranya adalah perawatan yang bersifat pencegahan, yang bersifat pengecekan, yang bersifat perbaikan ringan dan perawatan yang bersifat perbaikan besar atau berat. Sedangkan apabila ditinjau dari waktu perbaikannya, ada dua macam yaitu: pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan secara berkala. Arifin dan Widyaiswara dalam (Kompri, 2014: 260) bependapat bahwa penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya perawatan dan juga membebaskan sebuah lembaga atau sekolah dari tanggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana. Sejalan dengan itu dikutip dari Saepulloh (2021) mengatakan bahwa penghapusan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barangbarang miliki negara dari daftar inventaris departemen pendidikan dan kebudayaan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 26
Barang yang akan dihapuskan ini mellaui beberapa pertimbangan yang dilakukan, yakni: dalam keadaan rusak, perbaikan memerlukan biaya yang relatif besar, dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kegiatan pelaporan barang atau disebut inventarisasi ini adalah suatu pencatatan dan juga penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan juga teratur yang berdasarkan dengan ketetentuan atau pedoman yang telah di tetapkan (Ibrahim Badafal, 2004: 55). Pencatatan barang ini merupakan kegiatan untuk dapat mengetahui identitas barang dan jumlah unit barang untuk pada saat pelaporan ke dinas pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban. V. KESIMPULAN Dari hasil pengumpulan juga pembahasan yang telah peneliti lakukan mengenai pengelolaan manajemen sarana dan prasarana di SDN Pondok Pucung 04 dapat disimpulkan bahwa implementasi manajemen sarana dan prasarana yang dilaksanakan di SDN Pondok Pucung 04 cukup optimal dalam tahapan-tahapan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pemeliharaan, penghapusan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Selain itu, SDN Pondok Pucung 04 juga melakukan pengadaan dengan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang disusan, melaksanakan pengorganisasian yang sesuai tupoksi sekolah, melaksanakan pengawasan terkait dengan pengadaan dan juga penggunaan sarana dan prasarana susuai dengan prosedur yang sebelumnya telah ditetapkan. Pada proses pengelolaan manajemen sarana dan prasarana ini semua harus turut berkontribusi dan berperan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang pembelajaran di Sekolah Dasar. Dalam pengadaan sarana dan prasarana sudah berdasarkan kebutuhan, dana yang diperoleh dari bantuan operasional sekolah (BOS). Pada tahap pelaksanaan juga, sarana dan prasarana yang ada sudah salurkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh setiap warga sekolah. Pada tahap pemeliharaan, baik guru, peserta didik, staff sekolah dan warga sekolah yang lain sudah saling membantu untuk bekerjasama melakukan pemeliharaan 27
sarana dan prasarana. Terakhir pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban sudah dilakukan sebagaimana mestinya, dengan melakukan pengecekan dan inventarisasi sarana dan prasarana yang kemudian dilaporkan kepada dinas pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban. 28
DAFTAR PUSTAKA Khikmah, N. (2020). Manajemen Sarana Dan Prasarana Untuk Mengembangkan Mutu Pendidikan. JAMP: Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, 3(2), 123- 130. Herawati, S., Arafat, Y., & Puspita, Y. (2020). Manajemen Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Pembelajaran. Attractive: Innovative Education Journal, 2(3), 21-28. Syafrizal, F. (2016). Peran kepala sekolah dalam pengembangan manajemen sekolah sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di SD plus islam excellent bukittinggi. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan), 1(2), 65-79. Fitrah, M. (2017). Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(1), 31-42. Muhammad, S., & Rahman, M. (2017). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah Dasar Islam Insan Kamil Bacan Kabupaten Halmahera Selatan. Edukasi, 15(1). Susiani, K., Arnyana, I. B. P., & Suastra, W. (2022). Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia: Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar. Jurnal Penjaminan Mutu, 8(02), 173-182. Manurung, R., Harahap, E., Tahrun, T., & Suharyadi, A. (2020). Manajemen Sarana Prasarana di Sekolah Dasar Negeri 1 Kota Prabumulih. Jurnal Manajemen Pendidikan: Jurnal Ilmiah Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, 2(2), 168-177. 29
ANALISIS MANAJEMEN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAHUN AJARAN 2022/2023 SITI NURFADILAH [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan sistem penerimaan peserta didik baru, (2) kriteria penerimaan peserta didik baru, dan (3) Prosedur penerimaan peserta didik baru. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi Literatur. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis data, yaitu menyimpulkan data temuan untuk mendapatkan sebuah hasil yang tepat dan akurat. Data yang didapatkan melalui hasil penelusuran jurnal dan buku menjelaskan jika manajemen penerimaan peserta didik disekolah dasar memiliki dua sistem yakni sistem promosi dan sistem seleksi administratif sementara seleksi prestasi tidak dianjurkan untuk tingkat sekolah dasar. Kriteria penerimaan yang digunakan pada tingkah sekolah dasar adalah kriteria daya tampung sekolah dimana sekolah telah lebih dulu menentukan kuota penerimaan peserta didik. Prosedur penerimaan diantaranya diawali dengan perencanaan, membentuk panitia penerimaan peserta didik baru (PPDB), mengadakan rapat untuk menentukan jadwal pembukaan pendaftaran dan tanggal pelaksanaan, membuka pengumuman pendaftaran diantaranya dengan memberikan gambaran mengenai program-program sekolah dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan ketika akan mendaftar, pelaksanaan pendaftaran calon peserta didik, menyeleksi penerimaan peserta didik proses ini biasanya memperhatikan aspek usia, jarak rumah peserta didik dengan sekolah serta kelengkapan dokumen, penentuan peserta didik yang akan diterima kemudian peserta didik yang sudah dinyatakan diterima diminta untuk melakukan daftar ulang kembali. Kata Kunci : Manajemen, Penerimaan, Peserta Didik I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan layanan yang memberikan kesempatan kepada seluruh manusia untuk menambah wawasan, mengembangakan potensi, mengasah keterampilan dan sebagainya. Tercapainya sebuah tujuan pendidikan menjadi tolak ukur berkembangnya kualitas sumber daya manusia, maka pendidikan yang baik tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Layanan pendidikan yang ada di Indonesia diantaranya ada tiga jenis yakni, pendidikan formal, non formal dan informal. Sekolah Dasar Negeri merupakan jenis pendidikan formal, dalam pendidikan formal memiliki tahapan diawal yaitu proses penerimaan peserta didik baru atau (PPDB). Menurut Muammar (2019) mengemukakan bahwa PPDB merupakan proses seleksi akademis calon peserta didik pada jenjang tertentu dengan aturan yang telah ditentukan. Adapun kriteria penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dikemukakan oleh oleh 30
Badrudin (Setiawan, 2016) yaitu kriteria acuan patokan, kriteria acuan norma, dan kriteria yang berdasarkan pada daya tampung sekolah. Dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, diketahui bahwa Pasal 16 telah diatur tata cara pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) melalui jalur zonasi, prestasi, dan perpindahan tugas orang tua/wali. Banyak orang tua yang mengeluh karena tidak bisa mendaftarkan anaknya disekolah baru yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan adanya pembatasan kuota penerimaan pada peserta didik yang bukan berasal dari daerah sekitar sekolah tujuan. Fenomena sekolah favorit menjadi rebutan tentunya sudah tidak asing lagi. Sehingga sekolah tersebut harus melakukan seleksi untuk membatasi kuota penerimaan, agar tidak terjadi overload. Menanggapi hal tersebut Permendikbud No. 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru dengan sistem zonasi. Dengan peraturan tersebut diharapkan setiap sekolah bisa menyesuaikan dengan jumlah kuota yang sudah disiapkan. Disamping itu juga diharapkan kualitas pendidikan semakin merata tidak hanya pada sekolah unggulan saja. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk memeratakan pendidikan di Indonesia. Namun masalah pemerataan pendidikan ini belum benar-benar diselesaikan. Ada banyak permasalahan yang berkaitan dengan hal ini diantaranya masih banyak ditemui sekolah yang belum memiliki fasilitas yang layak atau bahan belum tersedia, kesenjangan antara sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah kota dengan desa, minimnya guru yang profesional di beberapa sekolah yang ada di daerah, dan masih banyak warga yang tidak mampu untuk membiayai anaknya untuk sekolah meskipun mereka sudah tinggal di kota besar. Hal tersebut membuat beberapa anak usia sekolah sudah bekerja untuk membantu kedua orang tuanya. Fenomena tersebut tentunya harus mendorong setiap sekolah untuk terus meningkatkan kualitas baik dari segi fasilitas, pengajar, sarana dan prasarana, dan sebgainya. Agar dapat memberikan layanan yang baik dan berkualitas kepada peserta didik. sehingga tidak ada lagi istilah sekolah ramai peminat dan sepi peminat. dengan demikian setiap anak diseluruh kota dan daerah dapat merasakan dan juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar. Tujuan PPDB berdasarkan pada Permendibud Nomor 44 Tahun 2019, Bab I Pasal 3 tentang penerimaan peserta didik baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, 31
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan yaitu a) mendorong peningkatan akses layanan pendidikan, b) digunakan pedoman bagi : 1) kepala daerah untuk membuat kebijakan teknis pelaksanaan PPDB dan menetapkan zonasi sesuai dengan kewenangannya, 2) kepala sekolah dalam melaksanakan PPDB. Prosedur PPDB ada 7 langkah menurut Imron (Ansar, dkk. 2019) yaitu Pembentukan Panitia PPDB, Rapat penentuan PPDB, Pembuatan, pengiriman/pemasangan pengumuman, pendaftaran calon peserta didik baru, seleksi peserta didik baru, penentuan peserta didik yang diterima, dan pendaftaran ulang peserta didik yang diterima. PPDB merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan pada pertengahan tahun dibulan juli atau setiap tahun ajaran baru. Permendikbud (2020), pembagian kuota jalur PPDB 2020 yaitu jalur zonasi 50% dari jumlah peserta didik baru yang diterima, jalur prestasi 30% dari jumlah peserta didik baru yang diterima, dan jalur afirmasi 15% dari jumlah peserta didik yang diterima. Patras et al., (2019: 806) menjelaskan, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah strategi desentralisasi pengambilan keputusan pendidikan dengan melibatkan orang tua, siswa, guru, pejabat, dan masyarakat untuk mencapai otonomi, fleksibilitas, partisipasi, kemandirian, tanggung jawab, dan akuntabilitas sekolah. MBS disebut berhasil manakala dukungan kepala sekolah, guru, sumber keuangan yang cukup, komitmen yang jelas, tanggung jawab, keterampilan, kualifikasi pejabat sekolah, rencana yang tepat, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk memberikan gambaran mengenai sistem penerimaan peserta didik baru sekolah dasar negeri. B. Fokus Analisis Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, analisis ini memfokuskan pada sistem penerimaan peserta didik baru di sekolah dasar. Adapun sub fokus dari analisis ini adalah : 1. Kriteria penerimaan peserta didik baru di sekolah dasar negeri. 2. Prosedur penerimaan peserta didik baru di sekolah dasar negeri. C. Tujuan Analisis Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran serta wawasan mengenai sistem dalam kegiatan manajemen penerimaan peserta didik baru di Sekolah dasar Negeri diantaranya kriteria dan prosedur penerimaann peserta didik baru. D. Manfaat Analisis 32
Sebagai bahan rujukan yang berkaitan di setiap sekolah dasar negeri dalam mengoptimalkan sistem penerimaan peserta didik baru dengan efektif dan efisien. II. Kajian Pustaka A. Manajemen Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari kata management (bahasa Inggris) yang terdiri dari kata manage atau to manage yang berarti menyelenggarakan, membawa, atau mengarah. Kata manage juga bermakna mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau menata (Danim dan Danim, 2010:16). Beberapa konsep ahli tentang pengertian manajemen adalah sebagai berikut: 1. Manajemen merupakan proses mendesain dan memelihara lingkungan, di mana individu bekerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu secara efisien (Koontz dan Weihrich dalam Danim dan Danim, 2010:18). 2. Manajemen adalah aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (Sikula dalam Nasihin dan Sururi, 2009:204). Dari beberapa definisi tentang manajemen di atas dapat ditarik beberapa hal pokok antara lain: (1) manajemen menekankan adanya kerjasama antara unsur dalam organisasi, (2) adanya usaha pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki organisasi, dan (3) adanya tujuan yang jelas yang akan dicapai. Dengan demikian aktivitas manajemen mencakup spektrum yang luas, sebab mulai dari kegiatan bagaimana menentukan arah organisasi di masa depan, menciptakan kegiatan-kegiatan organisasi, mendorong terbinanya kerjasama antara sesama anggota organisasi serta mengawasi kegiatan dalam mencapai tujuan. B. Penerimaan Penerimaan peserta didik baru merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan (Mustari, 2014:111). Selanjutnya dijelaskan oleh Mustari bahwa penerimaan peserta didik merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada peserta didik yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sekolah menjelang tahun ajaran baru. Dengan demikian, penerimaan peserta didik merupakan kegiatan mencari peserta didik baru untuk dapat mendaftar di suatu sekolah. Tatang Amirin menyebutkan dalam penerimaan atau rekrutmen peserta didik 33
baru, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan diantaranya: membentuk kepanitiaan dan pembuatan ataupun pemasangan iklan. a. Membentuk kepanitiaan penerimaan peserta didik baru, panitia tersebut melibatkan guru dan tenaga kependidikan. Pembentukan kepanitiaan dilakukan secara musyawarah yang terdiri dari semua unsur guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah.105 Tugas dari panitia ini adalah mengadakan pendaftaran calon peserta didik, melakukan seleksi terhadap calon peserta didik dan menerima pendaftaran kembali peserta didik yang lulus dari seleksi penerimaan. b. Pembuatan dan pemasangan iklan pengumuman penerimaan mahasiswa baru secara terbuka. Isi dari pengumuman penerimaan peserta didik baru terdiri dari: gambaran singkat sekolah yang meliputi: a) visi, misi tujuan, sejarah, kelengkapan atau fasilitas sekolah; b) persyaratan pendaftaran peserta didik baru; c) cara melakukan pendaftaran; d) waktu dan tempat pendaftaran; e) berapa uang pendaftaran; f) waktu dan tempat seleksi; g) pengumuman waktu seleksi yang meliputi waktu pengumuman dan tempat pengumuman hasil seleksi Tahapan penerimaan peserta didik baru menerangkan beberapa proses, antara lain: ketentuan penerimaan peserta didik, aturan penerimaan peserta didik, barometer penerimaan peserta didik baru, tahapan penerimaan peserta didik baru, dan permasalahan penerimaan peserta didik baru (Rifa’i, 2018). Proses penerimaan peserta didik baru antara lain: (1) penyusunan panitia, (2) perundingan penerimaan peserta didik, (3) publikasi, (4) pendaftaran calon peserta didik, (5) pemilihan peserta didik baru, (6) pengumuman (7) pendaftaran ulang (Rifa’i, 2018). PPDB dilaksanakan berdasarkan nondiskriminatif, objektif, transfaran, akuntabel, dan berkeadilan (Muammar, 2019). Tujuan penerimaan peserta didik baru adalah memberikan layanan bagi anak usia sekolah/lulusan untuk memasuki satuan pendidikan yang lebih tinggi secara tertib, terarah, dan berkualitas. Prinsip penerimaan peserta didik baru meliputi: 1. Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. 2. Tidak ada penolakan penerimaan peserta didik baru bagi yang memenuhi syarat, kecuali jika daya tampung di sekolah yang bersangkutan tidak mencukupi dan ketentuan waktu proses penerimaan peserta didik baru telah berakhir. 3. Sejak awal pendaftaran calon peserta didik dapat menentukan pilihannya, ke sekolah negeri atau ke sekolah swasta 34
Asas penerimaan peserta didik baru sebagai berikut: 1. Objektif. Objektif bermakna bahwa penerimaan peserta didik baru baik peserta didik baru maupun pindahan harus memenuhi ketentuan umum yang telah ditetapkan. 2. Transparan. Transparan artinya penerimaan peserta didik baru bersifat terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua peserta didik, untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. 3. Akuntabel. Akuntabel artinya penerimaan peserta didik baru dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik prosedur maupun hasilnya. 4. Tidak diskriminatif. Tidak diskriminatif artinya penerimaan peserta didik baru tidak membedakan suku, agama, dan golongan kecuali sekolah dengan karakteristik yang tersendiri misalnya MI, MTs dan MA yang siswanya harus beragama Islam. 5. Kompetitif. Kompetitif artinya penerimaan peserta didik baru dilakukan melalui seleksi berdasarkan kompetensi yang disyaratkan oleh satuan pendidikan tertentu. C. Peserta Didik Djamarah (2005:51) menyatakan peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam konteks yang lebih luas peserta didik menurut Prawiradilaga (2007:12) adalah siapa saja yang belajar mulai dari TK, SD sampai SMA, mahasiswa, peserta pelatihan di lembaga pendidikan pemerintah atau swasta. Peserta didik adalah miniature adult yang dalam keterbatasannya mendapatkan bimbingan oleh orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, atau lebih dalam ilmu pengetahuannya, sehingga oleh karenanya menjadi individu yang lebih matang (Spodek dalam Hernimo, 2016:9). Selanjutnya menurut Nasihin dan Sururi (2009:205) peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Peserta didik adalah orang/ individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya (Mustari, 2014:108). Sementara itu menurut Ruhimat dkk sebagaimana dikutip Hermino (2016:9) peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit yang mampu tumbuh, yang 35
mana padanya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya. Menurut Arikunto (1986:12) peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Hal senada dijelaskan oleh Imron (2016:6) peserta didik adalah mereka yang sedang mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan peserta didik merupakan seseorang yang menyadari dirinya memiliki potensi dan selalu berkeinginan untuk terus mengembangkan potensinya melalui berbagai macam jenis lembaga pendidikan, baik secara akademin maupun non akademik dengan terus menerus mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan. III. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dipakai yaitu penelitian kepustakaan atau Studi Literatur Zed (2008: 3) menguraikan jika penelitian Studi Literatur adalah penelitian yang melibatkan data yang menggunakan data perpustakaan yang dengan cara membaca dan mendaftar dan kemudian memprosesnya tanpa memerlukan penelitian langsung (penelitian lapangan). Prosedur penelitian yang digunakan oleh zed (2008:81) sebagai berikut 1) Menggali ide umum tentang penelitian 2) mempertegas focus penelitian 3) mengatur dan menyusun bahan yang digunakan dalam penelitian 4) mencari dan menemukan bahan bacaan 5) penyusunan kembali bahan agar menjadi baik 6) review dan membuat catatan penelitian 7) penyusunan bahan kembali 8) menulis hasil penelitian. Penelitian Studi Literatur ini tidak hanya mencatat data-data yang terkumpul dari berbagai penelitian sebelumnya, melainkan peneliti dituntut untuk mampu mengolah data yang telah terkumpul dengan menggunakan tahapan-tahapan penelitian kepustakaan. Penulis memilih menggunakan metode penelitian kepustakaan karena dalam sebuah penelitian, pengumpulan data tidak harus dikumpulkan secara langsung, adakalanya data penelitian didapatkan dari dokumen-dokumen yang telah ada. Dalam penelitian ini terfokus pada penemuan berbagai teori, dalil, hukum, gagasan atau prinsip untuk dapat memecahkan suatu pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang didapatkan bukan dari pengmatan langsung, melainkan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Sumber dan data sumber didapat dari buku, atau laporan ilmiah yang terdapat dalam jurnal, artikel atau skripsi. 36
Penelitian ini menggunakan metode analisa data berupa teknik analisis isi (content analysis). Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka diperlukan analisis data, yaitu menyimpulkan data temuan untuk mendapatkan sebuah hasil yang tepat dan akurat. Sifat dari analisis ini berupa pembahasan yang mendalam terhadap suatu isi bahasan yang tertulis atau pun tercetak di media massa. IV.Pembahasan Sistem Penerimaan Sistem penerimaan peserta didik baru dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: (1) sistem promosi, dan (2) sistem seleksi (Imron, 2016:43). 1. Sistem Promosi Sistem promosi adalah penerimaan peserta didik yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Peserta didik yang mendaftar sebagai peserta didik baru di suatu sekolah, diterima semua begitu saja, karena itu mereka yang mendaftar menjadi peserta didik tidak ada yang ditolak. Sistem promosi ini bisanya berlaku pada sekolah-sekolah yang minat pendaftarannya kurang atau daya tampung yang ada cukup banyak namun pendaftarnya masih belum mencapai target daya tampung. 2. Sistem Seleksi Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta ddik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku (Nasihin dan Sururi, 2009:209). Sedangkan yang dimaksudkan dengan sistem seleksi adalah proses penerimaan peserta didik baru yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria seleksi tertentu. Sistem seleksi pada lazimnya dilakukan melalui dua tahapan yaitu: (1) seleksi administratif, dan (2) seleksi akademik. Seleksi administratif adalah seleksi atas kelengkapan-kelengkapan administratif calon peserta didik. Apakah kelengkapan-kelengkapan administratif yang dipersyaratkan bagi calon peserta didik telah dapat dipenuhi ataukah tidak. Jika calon peserta didik tidak dapat memenuhi kriteria persyaratan administratif yang telah ditentukan maka mereka tidak dapat mengikuti seleksi akademik. Seleksi akademik adalah suatu aktivitas yang bermaksud untuk mengetahui kemampuan akademik calon peserta didik yaitu apakah calon yang akan diterima di suatu sekolah tersebut dapat memenuhi kemampuan persyaratan yang ditentukan ataukah tidak. Seleksi akademik tidak diperuntukan untuk tingkat dasar atau SD. 37
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim telah menghapus tes calistung pada calon peserta didik sekolah dasar. Dengan demikian proses seleksi yang digunakan oleh tingkat sekolah dasar hanyalah seleksi administratif atau kelengkapan dokumen yang dibutuhkan. Kriteria Penerimaan Kriteria penerimaan peserta didik adalah patokanpatokan yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang untuk diterima sebagai peserta didik. Menurut Imron (2016:46) terdapat tiga macam kriteria penerimaan peserta didik yaitu: 1. Kriteria Acuan Patokan Kriteria acuan patokan yaitu suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini sekolah lebih dahulu membuat patokan bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat dengan sekolah yang menerima peserta didik. Konsekuensi dari penerimaan peserta didik yang didasarkan pada kriteria acuan patokan adalah jika seluruh calon peserta didik yang mengikuti seleksi memenuhi patokan minimal yang ditentukan maka peserta didik harus diterima semua. Sebaliknya jika calon peserta didik yang mendaftar kurang memenuhi patokan minimal yang telah ditentukan, maka peserta didik akan tidak diterima. 2. Kriteria Acuan Norma Kriteria acuan norma yaitu penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi peserta didik dijumlah, kemudian dicari rataratanya. Calon peserta didik yang nilainya diatas rata-rata, digolongkan sebagai calon yang dapat diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang berada dibawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima. Kriteria acuan norma 3. Kriteria yang Didasarkan atas Daya Tampung Sekolah Sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa jumlah peserta didik baru yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi yang paling rendah. Penentuan prestasi peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara mengurut dari atas ke bawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi. Jika ada diantara siswa yang sama rangkingnya, 38
sedangkan mereka sama-sama berada di rangking kritis penerimaan, sekolah dapat mengambil kebijaksanaan lain, melalui tes ulang atas siswa-siswa yang rangkingnya sama tersebut. Atau, dapat pula memilih diantara mereka dengan mengamati prestasi lainnya. Bisa juga, menangguhkan penerimaan mereka dengan menempatkan dalam cadangan, dengan catatan jika sewaktu-waktu ada calon peserta didik yang rangkingnya berada diatasnya mengundurkan diri, yang bersangkutan dipanggil untuk mengisi formasi tersebut. Alternatif mana yang dipilih, tentulah harus disepakati bersama dengan tenaga kependidikan di sekolah sejak awalawal perencanaan, sebab dengan penetapan demikian terlebih dahulu, telah terdapat kesepakatan bersama antara para personalia sekolah yang lainnya. Disinilah pentingnya rapat penerimaan peserta didik baru. Untuk tingkat sekolah dasar acuan alternatif yang cocok untuk kriteria penerimaan peserta didik baru ialah menggunakan kriteria yang didasarkan pada daya tampung sekolah. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Prosedur penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan, pemasangan, atau pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi, penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima dan registrasi peserta didik yang diterima. Prosedur penerimaan peserta didik baru dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) pembentukan panitia, (2) rapat penerimaan peserta didik, (3) pembuatan, pengiriman/ pemasangan pengumuman, (4) pendaftaran calon peserta didik, (5) seleksi peserta didik baru, (6) penentuan peserta didik baru yang diterima, dan (7) pendaftaran ulang. 1. Pembentukan Panitia Kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia. Panitia ini dibentuk, dengan maksud agar secepat mungkin melaksanakan pekerjaanya. Panitia yang sudah dibentuk, umumnya di formalkan dengan menggunakan Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Susunan panitia penerimaan peserta didik baru dapat mengambil alternatif sebagai berikut: a. Ketua umum. 39
Bertanggung jawab secara umum atas pelaksanan peserta didik baru, baik yang sifatnya ke dalam, maupun keluar. b. Ketua Pelaksana. Bertanggung jawab atas terselenggaranya penerimaan peserta didik baru sejak awal perencanaan sampai dengan yang di inginkan. c. Sekretaris. Bertanggung jawab atas tersusunnya konsep menyeluruh mengenai penerimaan peserta didik baru. d. Bendahara. Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran anggaran penerimaan peserta didik baru dengan sepengetahuan ketua pelaksana e. Seksi Kesekretariatan. Membantu sekretaris dalam hal pencatatan, penyimpanan, pengadahan, pencarian kembali dan mengirim konsepkonsep, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan dalam penerimaan peserta didik baru. f. Seksi Pengumuman/Publikasi. Mengumumkan penerimaan peserta didik baru sehingga dapat diketahui oleh sebanyak mungkin calon peserta didik yang dapat memasuki sekolah. g. Seksi Pendaftaran. Melakukan pendaftaran calon peserta didik baru berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah di tentukan. Melakukan pendaftaran ulang atas peserta didik yang telah dinyatakan diterima. h. Seksi Seleksi. Mengatur pada pengawas sehingga mereka melaksanakan tugas kepengawasan ujian secara tertib dan disiplin. i. Seksi Kepengawasan. Mengadakan seleksi atas peserta didik berdasarkan ketentuan yang telah dibuat bersama. 2. Rapat Penerimaan Peserta Didik Rapat penerimaan peserta didik dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Hal yang dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan ketentuan penerimaan peserta didik baru. Walaupun penerimaan peserta didik merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap tahun, tetapi 40
ketentuan-ketentuan yang berkenan dengan penerimaan harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh mereka yang terlibat. Dalam rapat ini, keseluruhan anggota panitia dapat berbicara sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing. Aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dibicarakan setuntas mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota panitia tinggal menindak lanjuti saja. Apa yang sudah diputuskan dalam rapat hendaknya tidak dimentahkan, melainkan diikuti dengan langkah selanjutnya. Hasil rapat panitia penerimaan peserta didik baru disebut, dicatat dalam buku notulen rapat. Buku notulen rapat merupakan buku catatan tentang rapat yang dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk membuat keputusan-keputusan sekolah. Dalam rapat banyak sekali pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan cemerlang yang perlu didokumentasikan. Bahan untuk mendokumentasikannya melalui buku catatan rapat. Hal-hal yang tercantum dalam buku notulen rapat adalah: a. Tanggal rapat. b. Waktu rapat. c. Tempat rapat. d. Agenda rapat. e. Daftar hadir peserta rapat. f. Hal-hal yang menjadi keputusan rapat 3. Pembuatan, pengiriman/pemasangan pengumuman Setelah rapat mengenai penerimaan peserta didik baru berhasil mengambil keputusan-keputusan penting, seksi pengumuman membuat pengumuman yang berisi hal-hal sebagai berikut: a. Gambaran singkat mengenai sekolah meliputi sejarah singkat sekolah, kelengkapan gedung yang dimiliki, fasilitas-fasilitas sekolah yang dimiliki serta tenega-tenaga kependidikan: guru, pustakawan, laboran, dan sebagainya. Dengan gambaran demikian, bisa juga dikemukakan prospektif sekolah tersebut. b. Persyaratan pendaftaran peserta didik baru yang meliputi: Persyaratan calon PPDB kelas 1 (satu) SD sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Nomor 44 Tahun 2019 Bab II Pasal 5 tentang Penerimaan. Peserta. Didik. Baru. pada. Taman. Kanak-Kanak,. Sekolah. 41
Dasar,. Sekolah. Menengah. Pertama,. Sekolah. Menengah. Atas,. dan. Sekolah. Menengah. Kejuruan. (Mendikbud, 2019) adalah: (1) Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD berusia: (a) 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun; atau (b) paling rendah 6 (tahun) pada tanggal 1 juli tahun berjalan. (2) Sekolah wajib menerima peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun; (3) Pengecualian syarat usia paling rendah 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan yang diperuntukkan bagi calon peserta didik yang mewakili potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. c. Cara pendaftaran meliputi (1) pendaftaran secara kolektif melalui kepala sekolah tempat dimana peserta didik tersebut sebelumnya sekolah, dan (2) pendaftaran secara individu oleh masing-masing calon peserta didik. Hendaknya dijelaskan, apakah pendaftaran selain secara kolektif oleh kepala sekolah tersebut, dapat diwakilkan oleh orang lain atau tidak. d. Waktu pendaftaran, yang memuat keterangan kapan waktu pendaftaran dimulai dan kapan pendaftaran diakhiri. Waktu pendaftaran ini meliputi: hari, tanggal dan jam pelayanan. e. Tempat pendaftaran yang menyatakan dimana saja calon peserta didik tersebut dapat mendaftarkan diri. Tempat pendaftaran ini disarankan agar berada ditempat yang mudah dijangkau oleh peserta didik. f. Berapa uang pendaftarannya, dan kepada siapa uang tersebut harus diserahkan (melalui petugas pendaftaran atau bank yang ditunjuk), serta bagaimana cara pembayarannya (tunai atau mengangsur). g. Waktu dan tempat seleksi dilakukan (hari, tanggal, jam, dan tempat). h. Kapan pengumuman hasil seleksi diumumkan, dan dimana calon peserta didik tersebut dapat memperolehnya. Pengumuman yang telah dibuat hendaknya ditempelkan pada tempat-tempat yang strategis agar dapat dibaca oleh para calon peserta didik. Selain itu, pengumuman dapat juga dikirimkan ke sekolah tempat konsentrasi peserta didik 42
berada. Dengan cara demikian, calon peserta didik akan mengetahui tentang adanya penerimaan peserta didik di suatu sekolah. 4. Pendaftaran Calon Peserta Didik Pada saat pendaftaran peserta didik baru adalah loket pendaftaran, loket informasi, dan formulir pendaftaran. Sedangkan yang harus diketahui oleh calon peserta adalah kapan formulir boleh diambil, bagaimana cara pengisian formulir tersebut, dan kapan formulir yang sudah terisi dikembalikan. Loket pendaftaran haruslah dibuka secukupnya sehingga para calon tidak terlalu lama antrenya. Selanjutnya jangan sampai dibuka terlalu banyak karena akan memboroskan tenaga. Yang harus disiapkan di loket pendaftaran ini adalah seorang petugas yang mengatur antrean calon peserta didik. Jangan sampai mereka berebutan ketika akan mengambil. Khusus mengenai pengambilan formulir pendaftaran, hendaknya diatur, mereka yang datang lebih dahulu didepan, menyusul yang datang kemudian. Loket informasi disediakan untik peserta didik yang menginginkan informasi mengenai hal-hal yang belum jelas dalam pengumuman. Loket ini juga memberikan keterangan dan informasi kepada calon peserta didik yang mengalami kesulitan, baik kesulitan dalam hal pengisian formulir maupun kesulitan teknis lainya. Formulir hendaknya disediakan secukupnya berdasarkan antisipasi awal. Semakin banyak formulir yang distribusikan berarti semakin besar peluang tersebut untuk mendapatkan siswa sesuai dengan yang diinginkan. Sangat ideal, jika semua calon peserta didik yang akan masuk sekolah tersebut, mendapatkan formulir semua. Dengan cara demikian, mereka mendapatkan peluang yang sama untuk mengikuti tes. Jika pengisian formulir tersebut memang membutuhkan penjelasan, maka sekolah dapat menerbitkan petunjuk pengisian formulir. Batas waktu pengambilan formulir juga harus jelas, dan diterapkan secara kongsisten. Harus disebut dengan jelas, konsekuensinya jika calon peserta didik terlambat mengembalikan formulir. 5. Seleksi Peserta Didik Baru Seleksi peserta didik baru, sebagaimana dikemukakan diatas, selain dengan menggunakan nilai raport (jika menggunakan sistem PMDK) dan nilai ebtanas murni (jika menggunakan sistem danem), juga menggunakan tes. Jika yang digunakan sebagai alat seleksi adalah tes, maka berapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengatur pengawas tes, dan peserta tes. 43
Pengawas tes perlu diatur, agar mereka dapat mengerjakan tugasnya sesuai dengan yang ditentukan. Para pengawas ini, sehari sebelum melaksanakan tugasnya, perlu diberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang tidak pada saat pelayanan tes. Mereka juga diberitahu, kapan atau jam berapa harus datang pada hari pelaksanaan tes. Untuk itu, perlu ditetapkan tata tertib pengawas dalam pelaksanaan tes. Tata tertib yang harus dibacakan oleh pengawas kepada peserta adalah sebagai berikut: a. Sehari sebelum pelaksanan ujian peserta telah mengetahui ruangan dan tempat tes. b. Peserta sudah ada di lokasi ujian lima belas menit sebelum tes di mulai. c. Peserta tidak boleh masuk ruangan sebelum mendapatkan aba-aba dari pengawas. d. Peserta dapat berpakaian bebas namun tetap rapi dan sopan. e. Pada saat akan masuk ruangan, peserta harus menunjukan kartu peserta kepada pengawas. f. Peserta tidak boleh menjamah buku soal sebelum mendapat aba-aba dari pengawas. g. Peserta tidak boleh keluar ruangan sebelum pelaksanaan tes berlangsung. Peserta tes hanya dapat keluar setelah mendapatkan ijin dari pengawas. h. Ketika mengerjakakan tes peserta tidak boleh saling meminjamkan alat-alat tulis kepada peserta lainnya. i. Peserta harus mengerjakan sendiri soal-soal tes dan tidak boleh berbuat curang. j. Waktu mengerjakan tes peserta tidak boleh menoleh, melirik dan membantu peserta lainnya. k. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum mendapatkan aba-aba dari pengawas. l. Setelah pengawas menyatakan bahwa waktu mengerjakan tes habis, semua peserta harus berhenti bekerja. m. Pelanggaran diatas tata tertib berakibat tidak diikutsertakannya peserta dalam seleksi peserta didik. Adakalanya jumlah mereka yang mendaftar melebihi tempat yang dapat di sediakan untuk menyelenggarakan tes. Jika hal demikian terjadi, sekolah dapat 44
meminjam atau menyewa gedung sekolah lain ketika bermaksud menyelanggarakan tes. Tetapi jika hal tersebut juga masih belum memenuhi, tes dapat dilakukan ke dalam beberapa gelombang, dengan catatan tidak melebihi waktu yang telah di tentukan berkenaan dengan penerimaan peserta didik baru. 6. Penentuan Peserta Didik yang Diterima Pada sekolah-sekolah yang sistem penerimaannya berdasarkan DANEM, ketentuan siswa yang di terima berdasarkan atas ranking DANEM yang dibuat. Sedangkan pada sekolah yang menggunakan sistem PMDK, ketentuan penerimaannya di dasarkan atas hasil ranking nilai rapot peserta didik. Sementara pada sekolah yang menggunakan sistem tes, dalam penerimaanya di dasarkan atas hasil tes. Walaupun demikian, umumnya yang terlebih dahulu yang di pertimbangkan sekolah adalah berapa daya tampung kelas baru tersebut, sebab apapun jenis seleksi yang di pergunakan, ketentuan penerimaanya masih berdasarkan atas daya tampung kelas baru. Sementara itu, daya tamping kelas baru kelas baru juga masih mempertimbangkan jumlah peserta didik yang tinggal di kelas satu. Hasil penerimaan penerimaan peserta didik berupa tiga macam kebijaksanaan sekolah, yakni peserta didik yang di terima, peserta didik di cadangan, peserta didik yang tidak di terima. Hasil penentuan demikian kemudian diumumkan. Ada dua macam pengumuman, yaitu pengumuman tertutup dan terbuka. Yang dimaksud pengumuman tertutup adalah suatu pengumuman tentang diterima atau tidaknya seorang menjadi peserta didik secara tertutup melalui surat. Oleh karena sifatnya tertutup, maka yang tahu di terima atau tidaknya calon peserta didik tersebut adalah yang bersangkutan sendiri. Dalam pengumuman sistem tertetutup ini, umunya surat pemberitahuan atau pengumuman berguna untuk mendaftar ulang menjadi peserta didik di sekolah tersebut. Adapun yang di maksud dengan sistem terbuka adalah pengumuman secara terbuka mengenai peserta didik yang di terima dan yang menjadi cadangan. Umumnya, pengumuman demikian di tempelkan di papan pengumuman sekolah. Mereka yang tidak di terima secara umum tidak tercantum nomor ujian atau tesnya. Yang di cantumkan terbatas nomornomor ujian atau tes yang di terima dan yang cadangan saja. Pada pengumuman yang menggunakan sistem terbuka, pendaftaran ulang lazimnya dengan membawa kartu peserta ujian atau tes. 45
7. Pendaftaran ulang Calon peserta didik yang dinyatakan terima diharuskan mendaftar ulang dengan memenuhi persyaratan dan kelengkapan yang di minta oleh sekolah. Sekolah harus menetapkan batas waktu pendaftaran ulang dimulai dan di tutup. Jika pendaftaran ulang sudah dinyatakan di tutup maka calon peserta didik yang tidak mendaftar dinyatakan gugur, terkecuali yang bersangkutan memberi keterangan yang sah mengenai alasan keterlambatan mendaftar ulang, kehilangan haknya sebagai peserta didik di sekolah tersebut, dan kemudian dapat diisi dengan cadangan. Demikian juga mereka yang di nyatakan cadangan, ada saat kapan ia di panggil untuk mendaftar ulang. Pemanggilan demikian, juga sekaligus mencantumkan kapan batas waktu pendaftaran di buka dan kapan batas waktu pendaftaran di tutup. Jika ternyata cadangan ini tidak mendaftar ulang setelah pemanggilan atau diumumkan sesuai dengan batas waktu yang di tentukan, akan diisi oleh cadangan lain demikian seterusnya. Pemanggilan cadangan di dasarkan atas ranking nilai yang telah di buat pada saat penentuan peserta didik yang diterima dan yang menjadi cadangan. Cadangan yang di panggil untuk mendaftar ulang ini juga harus memenuhi kelengkapan yang di persyaratkan oleh sekolah. Peserta didik yang mendaftar ulang, di catat dalam buku induk sekolah. Yang di maksud buku induk sekolah adalah buku yang memuat data penting mengenai peserta didik yang bersekolah di sekolahnya. Kedudukan buku induk ini sangat penting, karena jika kita bermaksud mengetahui siapa siswa tersebut sebenarnya, bagaimana latar belakangnya, dapat di lacak pada buku induk. Adapun hal-hal yang tercantum dalam buku induk adalah sebagai berikut: a. Nomor urut. b. Nomor Induk. c. Identitas peserta didik meliputi: (1) nama lengkap peserta didik, (2) tempat/tanggal lahir, (3) kebangsaan peserta didik, dan (4) alamat peserta didik. d. Identitas orang tua wali peserta didik, meliputi: (1) nama ayah peserta didik, (2) nama ibu peserta didik, (3) nama wali peserta didik, (4) hubungan dengan wali dengan peserta didik, (5) alamat ayah peserta didik, (6) alamat ibu peserta didik, dan (7) alamat wali peserta didik. 46
e. Latar belakang pendidikan: (1) asal sekolah, dan (2) nomor STTB/ijazah peserta didik. f. Nilai raport peserta didik di sekolah tiap semester. Buku induk ini perlu di rawat serapi mungkin, karena ia harus ada selama sekolah tersebut masih ada. Ia berisi catatan mengenai hal penting tentang diri siswa sejak sekolah berdiri. Nomor induk siswa tersebut di buat urut, mulai dari siswa yang terdaftar pertama kali di sekolah sampai yang terakhir. Informasi yang dimuat dalam buku induk tersebut banyak, sementara nomor induk tersebut juga sebanyak siswa siswa yang pernah terdaftar dalam sekolah tersebut maka untuk memudahkan pencarian identitas/data siswa dibantu dengan buku klapper, apa lagi kebanyakan siswa lupa dengan nomor induknya. Nomor induk peserta tersebut pasti berbeda, meskipun mungkin sama namanya. Mengapa buku induk perlu di rawat dengan baik? Agar siapapun yang berkeinginan mengecek keberadaan peserta didik dan yang sudah menjadi alumni, mudah melakukanya. Misalnya saja ada dugaan mengenai ijazah palsu, nilai palsu pada buku rapot atau STTB, langsung dapat dicek ke sekolah tersebut melalui buku induk. Dengan demikian, apakah dugaan pemalsuan tersebut memang benar ataukah tidak. V. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian ini, maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan. Oleh karena itu setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Setiap sekolah perlu mempersiapkan diri dan terus meningkatkan kualitasnya. Sehingga tidak ada lagi fenomena rebut-rebutan sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memeratakan pendidikan. Dengan begitu setiap sekolah dapat mencapai kuota dan tidak melebihi kuota ketika menerima peserta didik. Proses penerimaan peserta didik tentunya memerlukan manajamen yang baik, mulai dari perencanaan, dan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan diawali dengan membentuk panita khusus untuk melayani proses PPDB, menentukan jadwal pembukaan pendaftaran, menentukan persyaratan apa saja yang dibutuhkan dan sebagainya. pada kegiatan pelaksanaan panita menyeleksi setiap calon peserta didik yang sudah mendaftar, dan menentukan peserta didik yang akan diterima hingga pada tahap proses mendaftar ulang. 47