©2020 Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Coretan pustakawan : antologi esai pustakawan
Perpustakaan Nasional/ editor, tim Perpusnas Press. –
Jakarta : Perpusnas Press, 2020.
v, 125 hlm. : ilus.; 21 cm.
Buku ini merupakan kumpulan esai yang ditulis oleh
peserta workshop menulis kreatif
Bibliografi : hlm. ….
ISBN : 978-623-7871-42-2 (cetak)
: 978-623-7871-43-9 (pdf)
1. Perpustakaan – Esai I. Tim Perpusnas Press. 020
Penulis : Peserta workshop menulis kreatif
Penyunting : Tim Perpusnas Press
Penata Letak : Tim Perpusnas Press
Desain Sampul : Tim Perpusnas Press
Penerbit
Perpusnas PRESS
Anggota IKAPI
Jl. Salemba Raya No. 28a Jakarta
Telp. (021) 3922749
Surel : [email protected]
Laman: https://press.perpusnas.go.id
BUKU INI MILIK PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
DAN TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................v
BAGIAN I INOVASI PERPUSTAKAAN DAN LITERASI
Tantangan Pustakawan dan Peluang di Era Industri 4.0
Diana Toyang........................................................................... 2
Peran Duta Baca Indonesia dalam Peningkatan
Kegemaran Membaca di Indonesia
Endy Santoso.. ....................................................................... 9
Literasi Digital bagi Generasi Milenial
Tri Utami................................................................................. 18
BAGIAN II PERPUSTAKAAN DAN LAYANANNYA
Peran Pustakawan Dalam Pelayanan Koleksi Foto,
Peta dan Lukisan Perpustakaan Nasional
Alia Ali..................................................................................... 24
Perpustakaan Akan Hilang: Tantangan Perpustakaan
di Era Disrupsi
Destiya P. Prabowo................................................................. 35
Gaman Perpustakaan Menuju Layanan Berkualitas
Imas Halimatun Sadiah........... .............................................. 42
Layanan Perpustakaan Bagi Disabilitas
Lana Yurisa Ayodya................................................................. 62
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional iii
Mengorganisasikan Informasi
Mariana Ginting...................................................................... 66
Apa, Sih, Susahnya Mengelola Acara (Event)
Bagi Pustakawan Ketika Harus Berkarya
Renda Khris Ardhi Artha.......................................................... 69
Akun Belanja Perpustakaan Nasional: Implementasi,
Masalah dan Solusinya
Wahyu Nurhayati.................................................................... 74
BAGIAN III SERBA -SERBI PUS TAKA WAN
Tipe-Tipe Pengunjung Perpustakaan Nasional
Arief Delta Riswanto .............................................................. 84
Peran Mendongeng dalam Meningkatkan Kecerdasan Anak
Faizuddin Ahmad ................................................................... 89
Helaian Daun Panjang yang “Berisi”
Leni Sudiarti ........................................................................... 92
Mengejar Impian di Negeri Beruang Merah
Rini Nila .................................................................................. 96
Sukses Naik Pangkat dan Jabatan Bagi Pustakawan
Triani Rahmawati ................................................................... 104
Publish or Perish?
Edi Wiyono ............................................................................. 108
TENTANG PENULIS.................................................................114
TENTANG PERPUSNAS PRESS ................................................125
iv Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat limpahan karunia-Nya, dapat menyelesaikan buku
Coretan Pustakawan: Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan
Nasional. Buku antologi ini merupakan hasil dari workshop pustakawan
di lingkungan Perpustakaan Nasional yang diselenggarakan beberapa
waktu lalu.
Setelah melewati proses pelatihan dan pendampingan, akhirnya
ada enam belas tulisan pustakawan yang dibagi dalam tiga kategori
yaitu Inovasi Perpustakaan dan Literasi, Perpustakaan dan Layanannya
dan Serba - Serbi Pustakawan yang dikemas dalam buku antologi.
Informasi cukup beragam ini menggambarkan pemikiran
pustakawan yang berbeda-beda dengan gaya penyampaian yang
bervariasi juga.
Antologi ini diharapkan mendorong para pustakawan untuk dapat
menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam bentuk tulisan yang
diterbitkan menjadi buku. Karya ini tentunya masih terdapat kekurangan,
baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa karena ini adalah
antologi pertama dari pustakawan di Perpustakaan Nasional. Kami tunggu
saran dan masukannnya untuk perbaikan ke depan. Terimakasih kepada
semua pihak yang telah mendukung hingga terbitnya Antologi Coretan
Pustakawan ini. Akhirnya, mudah-mudahan buku ini bermanfaat.
Kepala Biro Hukum dan Perencanan
Perpustakaan Nasional RI
Dr. Joko Santoso, M. Hum
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional v
BAGIAN I
INOVASI PERPUSTAKAAN
DAN LITERASI
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 1
Tantangan Pustakawan dan
Peluang di Era Industri 4.0
Diana Toyang
Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi merupakan hal yang
tidak bisa dihindarkan. Keterbukaan era informasi yang begitu pesat
menjadikan dunia tidak mengenal batas ruang dan waktu. Untuk itu,
demi meningkatkan perkembangan literasi dan minat baca masyarakat,
pustakawan harus ikut mengambil peran. Mereka perlu berbenah diri
untuk menjawab tantangan dan peluang di era industri 4.0 yang penuh
dinamika.
Pustakawan perlu memiliki motivasi diri untuk menghasilkan
inovasi dan kreativitas. Bukan hanya dalam menyajikan informasi dan
pelayanan kepada masyarakat tetapi juga menyediakan bahan bacaan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi dan kreativitas seorang
pustakawan hendaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat
pengguna informasi. Minat baca masyarakat dapat disikapi dengan
menyesuaikan kebutuhan bahan bacaan. Hal ini disebabkan kemajuan
teknologi informasi sudah memengaruhi semua lini kehidupan, termasuk
keberadaan perpustakaan harus ditunjang oleh berbagai fasilitas digital/
internet yang memadai dengan sumber daya manusia yang profesional
(pustakawan).
Dampak perkembangan teknologi informasi yang tidak mengenal
batas waktu dan jarak merupakan pekerjaan rumah pustakawan yang
sangat penting, yang mana jika tidak disikapi dengan bijak dan benar
2 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
akan berdampak pada rendahnya minat baca masyarakat. Kondisi ini
akan memperburuk perkembangan minat baca yang sedang didengung-
dengungkan oleh pemerintah melalui Gerakan Literasi Sekolah dan
Gerakan Literasi Nasional.
Sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam
sambutannya pada peresmian Gedung Perpustakaan Nasional RI 14
September 2017 menyatakan bahwa “melalui perpustakaan minat baca
anak-anak Indonesia perlu ditingkatkan. Apalagi anak-anak masa kini,
yang biasa disebut dengan generasi milenial, memiliki pola pikir yang
jauh berbeda bila dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya”.
Kehadiran perpustakaan sebagai pusat informasi memiliki peran penting
dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui penyediaan
bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pustakawan
sebagai pemegang ujung tombak kemajuan suatu perpustakaan dituntut
memiliki kompetensi yang memadai untuk berperan aktif dalam
meningkatkan minat baca. Selain melakukan pelayanan bahan bacaan,
pustakawan juga dituntut memiliki keterampilan dalam menyajikan
informasi. Tuntutan kemajuan teknologi informasi merupakan tantangan
besar sekaligus peluang besar bagi pustakawan untuk ikut berkompetisi
dengan segala perubahan. Semua lapisan masyarakat akan menghadapi
perubahan dari kemajuan teknologi informasi yang diberi nama “zaman
now” dan dilanjutkan lagi dengan “era industri 4.0”. Era industri 4.0
ditandai dengan hadirnya industri berbasis digital, ilmu komputer,
Internet of Things (IoT) dan analisis big data yang dapat menimbulkan
perubahan (disrupsi) di segala lini kehidupan.
Menghadapi generasi milenial, perpustakaan zaman now turut
dipengaruhi teknologi digital. Suka tidak suka, fenomena ini sudah
menjadi primadona dalam menyapa semua lini kehidupan. Pustakawan
seolah-olah dibukakan keran untuk menghadapi kemajuan teknologi
informasi dengan tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 3
informasi untuk menghadapi perubahan. Akankah pustakawan dapat
menghadapi era zaman now menuju era industri 4.0 dengan segala
perubahan? Motivasi diri dan inovasi yang kreatif diperlukan dengan
berbekal diri peningkatan kompetensi yang memadai, jika tidak mau
ditinggalkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan pasal 1 ayat (8), pustakawan adalah “seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang
pustakawan harus memiliki kompetensi, karakter dan soft skill agar
profesional baik dari aspek pengetahuan, keahlian, sikap kerja, maupun
kompetensi secara personal berupa kepribadian dan interaksi sosial yang
memadai.
Tantangan Pustakawan di Era Industri 4.0
Tantangan perpustakaan pada era industri 4.0 di mana era tersebut
teknologi informasi dan komunikasi memiliki/menutut peran penting
seperti: 1) Kemudahan dalam mengakses informasi, sehingga pustakawan
dituntut memiliki kemampuan menyediakan dan melayankan informasi
untuk pengguna informasi; 2) Daya jangkau di mana interkoneksi antar
penyedia informasi tumbuh bagaikan jamur sehingga semuanya akan
bersaing untuk memanjakan pengguna informasi. Perpustakaan perlu
menyesuaikan dan melengkapi semua perangkat yang diperlukan
termasuk juga sumber daya manusia. Dalam hal ini pustakawan harus
memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan penyedia informasi
lainnya; 3) Inovasi layanan. Informasi teknologi untuk meningkatkan
daya guna perpustakaan bagi peningkatan kualitas sumber daya
4 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
manusia dan kesejahteraan masyarakat; 4) Cepat dan benar. Pengguna
informasi menginginkan memperoleh informasi yang cepat dan benar.
Apakah memungkinkan teknologi informasi untuk mengembangkan
inovasi layanan yang mampu mendorong pustakawan dan perpustakaan
melakukan kerja-kerja praksis untuk meningkatkan daya guna
perpustakaan bagi masyarakat? (Pertanyaan ini merupakan cuplikan dari
pembahasan Arah Kebijakan Pembangunan Perpustakaan 2020-2024
oleh Didik Darmanto, MPA Kepala Sub-Direktorat Kebudayaan Banda
Aceh, pada acara KPDI di Aceh 12 November 2019).
Sehubungan dengan hal di atas, untuk melakukan layanan prima,
pustakawan perlu membangun citra positif profesinya melalui kinerja
terbaik, cepat, tepat, fokus, berorientasi pada hasil dan dilakukan
dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal.
Dalam berinteraksi dengan pengguna, pustakawan dapat memberikan
layanan koleksi digital secara online dengan berbekal kemampuan
menguasai digital dengan melihat berbagai kebutuhan informasi dalam
setiap lini masyarakat. Ikhlas melayani pengguna informasi ditunjang
dengan kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, pustakawan harus
“berkarya”, yakni karya pelayanan yang kreatif dan inovatif kepada
pengguna tanpa diskriminasi. Melalui kinerja terbaik, cepat, tepat, fokus,
berorientasi pada hasil dan dilakukan dengan penuh keikhlasan agar
berkah dan menjadi ladang amal. Karya pelayanan ini tentunya harus
didukung dengan kompetensi profesional pustakawan, yakni kompetensi
yang dilandasi dengan pondasi pengetahuan dan keilmuan serta soft skill
yang kuat.
Peluang Pustakawan di era Industri 4.0
Perpustakaan sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan berperan
untukmewujudkanmasyarakatyangcerdasdansejahterabagimasyarakat
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 5
Indonesia. Peran perpustakaan dalam kemajuan pembangunan adalah
sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat kebudayaan. Oleh karena itu, dalam mendukung peranan
perpustakaan sebagai motor penggerak, diperlukan sumber daya
manusia yang tangguh dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi untuk menjawab kemajuan teknologi dan komunikasi
di era industri 4.0.
Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan harus
menyesuaikan kemampuan sumber daya manusia, dalam hal ini
pustakawan, agar mampu menciptakan inovasi dan kreativitas dalam
melayani masyarakat pengguna melalui transfer pengetahuan (knowledge
transformation), atau melayani secara prima dengan penuh keikhlasan
agar berkah dan menjadi ladang amal yang baik. Perpustakaan sebagai
pusat pemberdayaan masyarakat, di mana perpustakaan harus dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk mengembangkan
potensi berbasis literasi. Perpustakaan sebagai pusat kebudayaan perlu
dipelihara dan dilestarikan karena merupakan budaya bangsa yang
memiliki nilai-nilai sejarah.
Adapun peran pustakawan dalam era industri 4.0 dapat dilihat dari
Peran Perpustakaan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Sinergi Lintas Sektor, yaitu Pelayanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
yang bertujuan 1) Mengakhiri kemiskinan: penanganan perubahan iklim
pemerataan akses pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk
kesejahteraan; 2) Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan: Peningkatan literasi gaya hidup sehat untuk mengurangi
angka kematian dini akibat penyakit tidak menular; 3) Menjamin
pendidikan berkualitas: menumbuhkan budaya kegemaran membaca;
4) Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan:
meningkatkan akses literasi terapan untuk pemberdayaan perempuan; 5)
Ketersediaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi: meningkatkan
6 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
akses literasi informasi terapan bagi pemuda; 6) Pengembangan industri,
inovasi dan infrastruktur: penyediaan e-resource untuk mendukung
riset dan pengembangan inovasi; 7) Penanganan perubahan iklim:
menumbuhkan kesadaran perubahan iklim melalui akses literasi informasi
berbasis TIK. Bahwa pada era industri 4.0 perpustakaan mengambil
peran bersama-sama dengan instansi pemerintah lainnya untuk mengisi
poin-poin tersebut di atas di mana pustakawan berperan sebagai kunci
keberhasilan perpustakaan. Peran perpustakaan dalam SDGs akan efektif
ketika pustakawan bergerak bersama, mengadvokasi masyarakat, baik di
tingkat lokal, nasional, maupun regional. (Didik Darmanto, MPA pada
acara KPDI di Aceh 12 November 2019).
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan adalah program Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
disahkan pada akhir September 2015 yang dikenal sebagai Agenda PBB
2030. SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target, dan 241 indikator
yang terukur, dengan waktu 15 tahun. Agenda tersebut oleh PBB
ditentukan sebagai agenda pembangunan untuk kemaslahatan manusia
dan planet bumi menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Dengan memerhatikan penjelasan di atas, maka perpustakaan
sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan perlu mengambil langkah
cepat dan tepat untuk berbenah diri menghadapi persaingan yang
kian ketat, baik dari segi e-resource maupun dari kemajuan teknologi
informasi yang begitu cepat di era industri 4.0. Era ini ditandai dengan
hadirnya industri berbasis digital, ilmu komputer, Internet of Things (IoT)
dan analisis big data yang dapat menimbulkan perubahan (disrupsi) di
segala lini kehidupan, juga dihadapkan dengan generasi milenial yang
membawa tantangan tersendiri.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 7
Pustakawan perlu membangun citra positifnya melalui kinerja
terbaik, cepat, tepat, fokus, berorientasi pada hasil, dan dilakukan
dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal. Soft
skill atau karakter yang kuat dan ilmu pengetahuan yang memadai
juga dibutuhkan agar dapat berinovasi dan kreatif dalam menyediakan
informasi, mentransfer informasi dan knowledge trasformation, serta
dapat berkarya sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sustainable
Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
merupakan suatu tantangan dan peluang bagi pustakawan untuk ikut
mengambil bagian penting dengan berbekal pondasi ilmu pengetahuan
dan keilmuan yang kuat.[]
8 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Peran Duta Baca Indonesia
dalam Peningkatan Kegemaran
Membaca di Indonesia
Endy Santoso
Usaha peningkatan kegemaran membaca di Indonesia kini berada dalam
babak baru. Hal ini seiring berubahnya aspek kehidupan masyarakat.
Tingginya pemanfaatan teknologi dan berubahnya interaksi masyarakat
pada media sosial memberikan arah strategi yang berbeda dalam usaha
peningkatan pembudayaan kegemaran membaca. Usaha peningkatan
kegemaran membaca perlu dilakukan dengan cara yang lebih kreatif,
berbasis pada pemanfaatan teknologi, dan memberi perhatian pada
interaksi digital melalui media sosial. Hal ini juga mengacu pada salah
satu strategi peningkatan kegemaran membaca yang dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas).
Salah satu strategi peningkatan kegemaran membaca yang
dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI adalah melalui program Duta
Baca Indonesia. Melalui program penyertaan public figure, Perpusnas
mengusung misi memasyarakatkan budaya kegemaran membaca melalui
pendayagunaan perpustakaan dan berbagai media promosi potensial
lainnya. Pada periode 2015 - 2020, Perpusnas bekerja sama dengan
Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia dalam mengkampanyekan
Gerakan Nasional Gemar Membaca di berbagai kalangan masyarakat
Indonesia.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 9
Kiprah Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia
Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia adalah sebuah bentuk
tanggung jawab untuk memajukan pengetahuan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman pada bidang
jurnalistik, Najwa Shihab mempunyai beberapa strategi yang digunakan
untuk dapat meningkatkan perhatian masyarakat terhadap usaha
pengembangan pembudayaan kegemaran membaca di Indonesia.
Strategi dilakukan melalui pengembangan pendekatan digital dan sosial
media. Penggunaan pendekatan digital dan sosial media seiring dengan
strategi yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia pada saat
ini, yaitu usaha pengembangan digital dan sosial media. Namun, sebagai
Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab juga mempunyai strategi unik yang
digunakan untuk mengembangkan kegemaran membaca masyarakat
Indonesia saat ini.
Peran Duta Baca Indonesia dalam peningkatan pembudayaan
kegemaran membaca adalah menjadikan dirinya sebagai role model
pemasyarakatan budaya kebiasaan membaca di Indonesia. Hal ini
menuntut untuk mempunyai peran aktif dalam menyukseskan program
nasional menumbuhkembangkan kegemaran membaca masyarakat
Indonesia secara berkelanjutan.
Duta Baca Indonesia (DBI) bersama Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (Perpusnas) bekerja sama dengan seluruh dinas
perpustakaan daerah di seluruh Indonesia melakukan kegiatan
pemasyarakatan kegemaran membaca di berbagai daerah di Indonesia.
Duta Baca Indonesia (DBI) memberikan inspirasi dalam kunjungan ke
daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Selain menjadi pembicara atau narasumber dalam berbagai
kegiatan pertemuan promosi dalam bentuk seminar, diskusi dan
lokakarya yang berkaitan dengan peningkatan kegemaran membaca
10 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
masyarakat yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia
di berbagai daerah di Indonesia, Duta Baca Indonesia mengadakan
komunikasi dengan fans/penggemar melalui media sosial sehubungan
dengan peningkatan kegemaran membaca. Melalui Najwa Shihab,
program Duta Baca Indonesia menjadi acara jumpa fans/penggemar
dalam berbagai kegiatan sehubungan dengan peningkatan kegemaran
membaca; dan Indonesia membuka jejaring kerjasama dengan lintas
sektor dalam pembudayaan kegemaran membaca.
Pelaksanaan kegiatan Duta Baca Indonesia saat ini juga menjadi
inspirasi dalam pelaksanaan kegiatan Duta Baca Daerah yang diadakan
di semua provinsi di Indonesia. Pengetahuan tentang Najwa Shihab
sebagai Duta Baca Indonesia untuk peningkatan kegemaran membaca di
Indonesia. Hal ini diharapkan juga akan memberikan basis pengetahuan
Duta Baca Daerah di tingkat masing-masing provinsi. Ini akan memberikan
pengetahuan yang menjadi pengetahuan di setiap Duta Baca Daerah baik
tingkat provinsi maupun kabupaten / kota di seluruh Indonesia.
Kemampuan Personal Najwa Shihab sebagai Jurnalis dan Duta
Baca Indonesia
Najwa Shihab sebagai jurnalis mewajibkannya untuk berpengetahuan
luas dan gemar membaca. Kebiasaan dia untuk membaca menjadi modal
utama dalam usaha promosi pembudayaan kegemaran membaca di
Indonesia. Berbagai pengalaman Najwa Shihab dalam dunia jurnalistik
maupun dunia entertainment selalu dihubungkan dengan usaha promosi
pembudayaan kegemaran membaca. Kegemaran membaca adalah
modal awal seorang Najwa Shihab untuk menjadi public figure saat ini.
Mampu menjadi pesohor di Indonesia, Najwa Shihab memulai dengan
kegemaran membaca.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 11
Dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik, seorang Najwa Shihab
menyiapkan segalanya dengan sangat baik, salah satu ciri khas lain
strategi Najwa Shihab adalah tatapan mata Najwa Shihab yang tajam
kepada narasumbernya saat melakukan wawancara dalam acara
talkshow atau wawancara yang lain. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar adanya acara Mata Najwa yang identik terhadap tatapan mata
Najwa Shihab saat melakukan wawancara kepada narasumber.
Catatan Najwa sebagai Strategi Najwa Shihab Branding Diri
Catatan Najwa adalah penyusunan kesimpulan pada setiap acara Mata
Najwa di televisi. Namun, pada kegiatan Duta Baca Indonesia, Najwa
Shihab juga menggunakan strategi Catatan Najwa untuk memberikan
motivasi kepada masyarakat untuk gemar membaca. Pada penulisan
Catatan Najwa, terdapat berbagai cerita mengenai pandangan seorang
Najwa Shihab tentang permasalahan kegemaran membaca masyarakat
dengan menggunakan pendekatan bahasa yang puitis dan mengutamakan
segi estetis tanpa meninggalkan makna yang ingin disampaikan kepada
masyarakat. Penulisan Catatan Najwa melihat sisi estetis dengan
memperhatikan rima dari Catatan Najwa yang ingin diberikan. Dalam
penyampaian Catatan Najwa, Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia
juga selalu menggunakannya dalam berbagai kesempatan dalam
kegiatan di seluruh daerah di Indonesia. Pada berbagai kesempatan,
pembacaan Catatan Najwa merupakan hal yang sangat ditunggu dalam
berbagai kegiatan tentang Duta Baca Indonesia yang dilaksanakan oleh
Perpustakaan Nasional Indonesia.
Kegiatan pembacaan Catatan Najwa dalam kegiatan Duta Baca
Indonesia kerap digunakan sebagai konklusi dari rangkaian talkshow
tentang peningkatan kegemaran membaca yang dilaksanakan di
berbagai daerah di Indonesia bersama Najwa Shihab. Peserta kegiatan
biasanya memberikan perhatian penuh terhadap pembacaan Catatan
12 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Najwa. Dalam membacakan Catatan Najwa, Najwa Shihab bersikap
tenang namun tetap meyakinkan, memberikan intonasi yang tepat dan
memberikan tekanan dan nada suara yang tepat pada setiap kata yang
ada dalam pembacaan Catatan Najwa.
Selain itu, tampilan Najwa Shihab dalam membacakan Catatan
Najwa juga mendukung seluruh penampilan tersebut. Dengan
memberikan penampilan yang tetap cantik, tidak berlebih, berpakaian
yang pantas dan kerap menggunakan baju kain-kain tertentu yang
khas berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Penampilan ini sangat
mendukung dari seluruh usaha pembudayaan kegemaran membaca di
Indonesia.
Pembacaan Catatan Najwa dalam kegiatan pembudayaan
kegemaran membaca di Indonesia melalui kegiatan Duta Baca Indonesia
memberikan kesan tersendiri terhadap pelaksanaan kegiatan Duta Baca
Indonesia. Penggunaan strategi Catatan Najwa sebagai salah satu strategi
pembudayaan kegemaran membaca sangat efektif sebagai strategi
pembudayaan kegemaran membaca di Indonesia.
Pemanfaatan Media Sosial sebagai Motivasi Pembudayaan
Kegemaran Membaca Masyarakat Indonesia
Pada saat ini penggunaan media sosial sungguh mempunyai peran yang
besar dalam berbagai usaha promosi digital. Hal ini tentu akan memberikan
pengaruh terhadap usaha promosi pembudayaan kegemaran membaca
itu sendiri. Pendekatan terhadap sosial media menjadi salah satu
strategi yang efektif, khususnya pada generasi milenial saat ini. Terdapat
peralihan penggunaan media dari penggunaan media televisi, radio, dan
koran menjadi media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube).
Hal ini juga akan memberikan pengaruh terhadap usaha pembudayaan
kegemaran membaca dan pendekatan yang perlu dilakukan.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 13
Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam
usaha pembudayaan kegemaran membaca melalui sosial media, yaitu
pembuatan pamflet, pembuatan video, dan berbagai hal lain. Pendekatan
ini juga dapat dilihat dari besarnya jumlah subscriber di seluruh akun
sosial media Najwa Shihab. Pengaruh yang besar dan masif akan terasa
jika promosi melalui media sosial dilakukan dengan strategi yang baik
dan secara kontinu.
Penggunaan sosial media juga terkait erat dengan kehidupan
nyata dalam keseharian. Pada setiap kegiatan, Najwa Shihab sebagai
Duta Baca Indonesia selalu mengaitkan pada penggunaan sosial media
dalam setiap kegiatan pemasyarakatan pembudayaan kegemaran
membaca yang dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia. Sosial media
kemudian digunakan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat
yang sudah membaca memberikan posting terhadap bacaan yang telah
dibaca dengan memberikan tautan kepada akun Duta Baca Indonesia.
Digital Activity ini dapat meningkatkan pemanfaatan media sosial
untuk kegiatan yang positif melalui berbagai cara yang dapat dilakukan.
Usaha-usaha digital activity ini juga memberikan promosi terhadap
Perpustakaan Nasional Indonesia sebagai lembaga yang menaungi Duta
Baca Indonesia dengan penggunaan hastag ataupun berbagai kegiatan
lain.
Penggunaan tanda pagar (#) atau hastag #DutaBacaIndonesia juga
memberikan pengalaman kebaruan dalam pendekatan pembudayaan
kegemaran membaca di Indonesia. Segala kegiatan yang berkaitan
dengan kegiatan Duta Baca Indonesia, menggunakan hastag. Terdapat
beberapa alasan, mengapa penggunaan tanda pagar (tagar/ #) di media
sosial menjadi penting. Penggunaan hastag #DutaBacaIndonesia dapat
memudahkan pengguna dalam melakukan pencarian dengan kata kunci
Duta Baca Indonesia. Hastag #DutaBacaIndonesia dapat menghubungkan
penggunanya pada topik kegiatan yang dilakukan oleh Duta Baca
14 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Indonesia sehubungan dengan kegiatan pembudayaan kegemaran
membaca. Selain itu hastag #DutaBacaIndonesia secara universal dapat
digunakan untuk keperluan dokumentasi, evaluasi, refleksi kegiatan, dan
masih banyak lagi lainnya sehubungan dengan peningkatan kegemaran
membaca di Indonesia.
Apa yang kemudian dapat disimpulkan?
Sebagai Duta Baca Indonesia ketiga, Najwa Shihab telah memberikan
warna yang berbeda dalam peningkatan pembudayaan kegemaran
membaca di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari berbagai peningkatan
positif yang diterima oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
khususnya pada promosi melalui media sosial maupun berbagai bentuk
promosi lainnya. Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia memberikan
arah pengembangan usaha pembudayaan kegemaran membaca di
Indonesia menjadi lebih menarik.
Latar belakang pengetahuan Najwa Shihab sebagai jurnalis
memberikan banyak keuntungan pada usaha pembudayaan kegemaran
membaca yang telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI. Duta Baca
Indonesia memberikan strategi nyata branding Perpustakaan Nasional RI
secara strategis melalui berbagai hal teknis.
Konektivitas seorang Najwa Shihab sebagai jurnalis senior dengan
berbagai penghargaan yang telah diraih memberikan kemudahan bagi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk membentuk dan
mengembangkan jaringan lembaga dalam bidang pengembangan
kegemaran membaca di Indonesia.
Najwa Shihab sampai saat ini juga secara kontinu tampil di
televisi melalui tayangan Mata Najwa setiap hari Rabu jam 20.00 di
sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia. Hal ini memberikan branding
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 15
yang positif dan kuat bagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
mengenai usaha pembudayaan kegemaran membaca di Indonesia.
Setiap tayangan Mata Najwa di televisi, memberikan penguatan
branding Duta Baca Indonesia yang cerdas dan memang mempunyai
kegemaran membaca yang tinggi. Hal ini karena semua penonton dan
pemirsa Mata Najwa menyadari dalam talk show Mata Najwa, proses
wawancara narasumber yang ada dilakukan berdasarkan riset, pencarian
data, dan tentunya kegiatan membaca secara mendalam.
Najwa Shihab secara konsisten memberikan inspirasi melalui
Catatan Najwa yang menjadikan kekuatan kebahasaaan dan pengetahuan
menjadi penyusunan Catatan Najwa yang puitis. Seluruh persepsi yang
ada pada penonton Mata Najwa menebarkan inspirasi pembudayaan
kegemaran membaca masayarakat melalui sosok Duta Baca Indonesia
yang cerdas, cantik, lugas, dan gemar membaca.
Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia melalui pendekatan
media sosial diharapkan mampu menginspirasi pustakawan dalam
pelayanan perpustakaan secara berkelanjutan di seluruh lapisan
masyarakat Indonesia dalam usaha pembudayaan kegemaran membaca
di Indonesia secara berkelanjutan.
Sehubungan dengan pentingnya peran dan pengetahuan
seorang Duta Baca Indonesia dalam pengembangan pembudayaan
kegemaran membaca di Indonesia, perlu direkomendasikan mengenai
penyususunan standar pengetahuan Duta Baca Indonesia dalam
menghadapi permasalahan pembudayaan kegemaran membaca pada
era digital seperti saat ini. Standar pengetahuan seorang Najwa Shihab
dapat dijadikan standar minimal untuk penyusunan pengetahuan Duta
Baca Indonesia yang mungkin akan menggantikan seorang Najwa Shihab
sebagai Duta Baca Indonesia pada masa yang akan datang.
16 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Perpustakaan Nasional Indonesia dapat mengadopsi strategi
pembudayaan kegemaran membaca dengan meningkatkan konektivitas
antara individu dan lembaga untuk meningkatkan kegemaran membaca
masyarakat Indonesia.
Penyusunan Catatan Najwa memang merupakan teknik yang
orisinil dan otentik seorang Najwa Shihab, namun Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dapat mengutip, menyadur, ataupun membagikan
Catatan Najwa melalui berbagai media yang dimiliki secara resmi.
Penyusunan program Duta Baca pada berbagai tingkatan: sekolah,
universitas, lembaga, pemerintah daerah perlu dilaksanakan sehingga
usaha pembudayaan kegemaran membaca secara berkelanjutan dapat
dilaksanakan. Selanjutnya, tidak ada aturan yang menghalangi seorang
Najwa Shihab untuk tidak dipilih lagi menjadi Duta Baca Indonesia karena
berbagai program dan pengetahuan yang telah dimiliki.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 17
Literasi Digital bagi
Generasi Milenial
Tri Utami
Era revolusi industri 4.0 kini telah menambah list kebutuhan primer
manusia. Dahulu, kebutuhan primer adalah sandang, pangan, dan
papan. Tetapi saat ini kebutuhan primer itu bertambah satu, yaitu
kebutuhan akan internet. Sudah bisa dipastikan, di era ini kita tidak bisa
ketinggalan apalagi berlepas diri dari kebutuhan akan akses internet baik
untuk memenuhi kebutuhan informasi, kebutuhan untuk aktualisasi dan
eksistensi diri, kebutuhan transportasi, kebutuhan transaksi jual beli,
kebutuhan komunikasi dan bersosialisasi, dan masih banyak kebutuhan
lain yang memerlukan akses internet dalam pemenuhannya.
Dengan kemudahan akses internet yang bisa ditemukan di mana
pun, kapan pun, dan dilakukan oleh siapa pun. Tentu membuat informasi
yang beredar semakin banyak dan beragam. Informasi yang dihasilkan
pun mencakup beberapa macam, ada informasi yang kontennya bisa
dipercaya dan aktual. Ada pula disinformasi atau hoaks. Di sinilah peran
penting dari literasi digital.
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital
Literacy (1997), literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber
yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Pengertian lain
dari literasi digital disampaikan oleh Iin Hermiyanto dalam Kompasiana,
beliau mendefinisikan literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan
18 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi
untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan
berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif
dalam masyarakat.
Literasi digital intinya adalah kemampuan untuk bisa mencari,
menemukan, menggunakan, dan menyebarluaskan kembali informasi
yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan menggunakan media
digital. Literasi digital merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh pengguna internet, khususnya generasi milenial. Hal ini
bukan hanya sebatas proses generasi milenial berinteraksi dengan
media digital, tetapi lebih kepada manfaat interaksi tersebut terhadap
kehidupan generasi milenial.
Tidak dapat dipungkiri, generasi milenial saat ini setiap harinya
pasti mengakses internet, tidak hanya milenial urban tetapi juga
milenial rural di rumah, di sekolah, dan di tempat kerja pun, milenial
akan selalu terpaut dengan internet. Menghindarinya adalah hal yang
mustahil, tetapi mengajari dan mendampingi milenial saat berselancar
di dunia maya dengan lebih baik dan bermanfaat adalah hal yang sangat
memungkinkan bagi orang tua maupun pendidik.
Dari data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) menerangkan sebanyak 143,26 juta dari total 262 juta
orang Indonesia sudah bisa mengakses internet. Dari 143, 26 juta orang
pengguna internet tersebut, ternyata 49,52% di antaranya adalah anak
muda. Rincian usianya yaitu 13-18 tahun di angka 16,68%, usia 19-34
tahun 49,52%, usia 35- 54 tahun 29,55% dan di atas 54 tahun sebanyak
4,24%. Angka-angka tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan
APJII sepanjang tahun 2017. Itu artinya generasi milenial merupakan
pengguna internet terbanyak di Indonesia.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 19
Sosial media adalah salah satu menu utama yang digunakan
generasi milenial. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan komunikasi
dan sosialisasi, tapi demi eksistensi diri. Bersosial media kini menjadi
bagian dari hidup milenial. Upload video atau foto, update status di
media sosial yang kita miliki adalah bagian dari data. Setiap harinya ada
lebih 400 juta tweet yang dikirim ke Twitter dan 72 jam video Youtube di
upload tiap menitnya.
Zaman mem-bludak-nya informasi digital saat ini, menjadi salah
satu cara oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoaks
atau melakukan cyber crime. Hoaks bukan hanya sebuah lelucon untuk
menghibur orang, tetapi menjadi sarana mengadu domba antar ras dan
golongan, penyebaran ujaran kebencian antar umat beragama bahkan
sengaja dibuat untuk menjatuhkan image seseorang demi kepentingan
politik.
Berangkat dari hal inilah, generasi milenial perlu dibekali dengan
kemampuan literasi digital. Menurut Douglas A. J. Belshaw dalam
tesisnya What is “Digital Literacy”? (2011) mengatakan bahwa ada
delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yaitu:
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi
di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Krisis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial
Lalu, bagaimana Perpusnas mendukung gerakan literasi digital
ini? Baru-baru ini Perpusnas dan Duta Baca Indonesia bersinergi
20 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
mendukung Nusa Tenggara Barat untuk meningkatkan Literasi Digital.
Dalam sambutannya, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Perpusnas Woro Titi Haryanti mengatakan literasi digital adalah sikap
dalam penggunaan teknologi digital dan alat komunikasi. “Literasi digital
juga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat dalam mengakses,
membuat, dan mengelola informasi, dan memanfaatkan secara bijak
dan cerdas,” ujar Woro dalam talkshow Pembudayaan Gemar Membaca
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Jadi, sebagai golongan pengguna internet terbesar di Indonesia,
generasi milenial perlu didampingi dan dibekali kemampuan literasi
digital. Hal ini bertujuan untuk menjadikan generasi milenial lebih
produktif dalam berinternet, sehingga berinternet sehat dan aman bisa
membudaya di masyarakat Indonesia. Selain itu, literasi digital juga bisa
menjadi bekal untuk menjaga generasi milenial dari serangan hoaks
atau korban cyber crime oknum yang tidak bertanggung jawab yang bisa
merugikan dirinya sendiri, keluarga, bahkan masyarakat luas.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 21
BAGIAN II
PERPUSTAKAAN DAN
LAYANANNYA
Peran Pustakawan Dalam
Pelayanan Koleksi Foto,
Peta dan Lukisan
Perpustakaan Nasional
Alia Ali
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi para pemustaka. Koleksi perpustakaan adalah semua
informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam
dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun,
diolah, dan dilayankan.
Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang,
dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu
pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa
serta berbagai fungsi lainnya. Peran dan tujuan dari perpustakaan
adalah sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa supaya tercapai
masyarakat yang terdidik. Keberadaan perpustakaan dapat diartikan juga
sebagai pemenuhan kebutuhan yang diakui masyarakat, kebutuhan ini
menentukan bentuk, tujuan, fungsi, program, dan jasa perpustakaan.
24 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Dalam mengoptimalkan peran tersebut, pengorganisasian
informasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna perpustakaan
dalam menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.
Oleh karena itu, layanan yang dilakukan selalu berorientasi pada
masyarakat sebagai pengguna informasi. Kepuasan pengguna merupakan
petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi.
Pengertian Pelayanan Perpustakaan
Pelayanan adalah usaha memenuhi kebutuhan orang lain dengan
memperoleh imbalan (uang) jasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia
[KBBI]). Dengan kata lain, pelayanan ialah kegiatan yang memberikan
bantuan kepada pemustaka untuk dapat memperoleh informasi yang
sesuai dengan kebutuhannya, dengan sarana dan fasilitas yang tersedia
di perpustakaan. Melalui kegiatan layanan di Perpustakaan Nasional,
pemustaka dapat memperoleh hal berikut:
a. Informasi yang dibutuhkan secara optimal dari berbagai
media.
b. Manfaat berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia.
Kegiatan pelayanan yang diberikan di Perpustakaan Nasional
harus memenuhi prinsip-prinsip dasar, di antaranya:
a. Kesesuaian dengan kebutuhan dan keinginan pemustaka.
b. Keseragaman, keadilan, dan sama rata dalam memberikan
pelayanan.
c. Memberikan pelayanan secara optimal dan dilandasi oleh
peraturan yang jelas.
d. Memberikan layanan secara cepat dan tepat.
e. Menarik dan menyenangkan.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 25
Peran Pustakawan dalam Kegiatan Pelayanan
Peran pustakawan dalam kegiatan pelayanan perpustakaan begitu
penting karena pustakawanlah ujung tombak dari keberhasilan kegiatan
pelayanan tersebut. Apalah artinya sarana dan fasilitas yang lengkap
dan koleksi bahan pustaka yang memadai, apabila hal tersebut tidak
ditunjang oleh pustakawan yang mampu bekerja secara profesional.
Berkaitan dengan masalah pelayanan, perlu diperhatikan bahwa
pustakawan yang bertugas di bagian pelayanan hendaknya:
a. Orang-orang yang mempunyai sikap dan kepribadian yang baik,
b. memiliki wawasan pengetahuan yang luas,
c. inovatif,
d. berpenampilan menarik,
e. mampu berkomunikasi dengan baik,
f. ramah, sopan, dan supel.
Tenaga perpustakaan memiliki kewajiban:
a. memberikan layanan prima terhadap pemustaka;
b. menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif;
c. memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan
kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Hendaknya pustakawan menghindari sikap kerja yang santai,
menunggu, dan ada kesan selalu menghindari untuk berinteraksi dengan
pemustaka, birokratis, dan berbelit-belit dalam menyelesaikan suatu
masalah.
Perlu disadari bahwa pada kegiatan pelayanan perpustakaan,
pustakawan lebih banyak berinteraksi dengan pengguna dibandingkan
dengan jenis pekerjaan yang lain di perpustakaan. Maka dalam kegiatan
26 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
pelayanan tersebut pustakawan dituntut untuk lebih aktif dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan penggunanya.
Sekarang ini terdapat kecendrungan perubahan sikap
pustakawan. Dahulu pustakawan lebih banyak bersikap menunggu
pemustaka dan membiarkan pemustaka yang datang mencari sendiri
informasi yang dibutuhkannya, serta menghindari semaksimal mungkin
berinteraksi dengan pustakawan. Sikap mereka ini lebih mengarah ke
sikap pustakawan yang pasif-reaktif (passive-reactive).
Kini pustakawan dituntut untuk bersikap lebih aktif mengejar
pemustaka dan lebih responsif terhadap berbagai kebutuhan informasi
pemustaka. Ini artinya pustakawan dituntut untuk lebih aktif-responsif
(active-responsive).
Pendekatan profesional ini mengharuskan pustakawan
mengetahui informasi apa yang dibutuhkan oleh pemustaka, seberapa
cepat dia mampu menyediakan informasi, dalam bentuk apa informasi
tersebut disajikan, dan dari sumber mana saja informasi tersebut
didapatkan.
Tanpa disadari banyak pustakawan hanya berhubungan dengan
pemustaka dengan sangat terbatas. Mereka hanya menjawab bila
kebetulan ditanya oleh pengguna dan jarang berinteraksi dengan
pemustaka, sehingga hal tersebut membuat pengguna kurang simpati
dan enggan untuk datang kembali ke perpustakaan.
Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional RI adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam
bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,
perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian,
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 27
perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta
berkedudukan di ibukota negara.
Koleksi Foto, Peta, dan Lukisan Perpustakaan Nasional RI
Salah satu koleksi yang ada di Perpustakaan Nasional yang berada di
Bidang Layanan Koleksi Khusus, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi,
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi adalah
koleksi foto, peta, dan lukisan. Koleksi-koleksi ini sering kali menjadi
rujukan banyak pihak ketika mencari referensi yang valid dan tepercaya.
Koleksi layanan Foto, Peta, dan Lukisan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan layanan koleksi foto, peta, dan lukisan.
b. Bertanggung jawab atas semua sarana dan prasarana pada kelompok
layanan koleksi foto, peta, dan lukisan.
c. Membuat literatur sekunder dalam bentuk katalog peta beranotasi,
indeks peta beranotasi, katalog foto, dan indeks foto.
d. Membimbing Praktek Kerja Lapangan (magang) bagi mahasiswa
jurusan Ilmu Perpustakaan dan keilmuan lainnya, dan peserta
pelatihan perpustakaan.
e. Melakukan penelusuran foto, peta, dan lukisan untuk penelitian
atau penulisan ilmiah.
f. Menyeleksi peta dan foto yang akan dikonservasi.
g. Menyeleksi peta dan foto yang akan dilakukan alih media.
h. Mengusulkan pengadaan peta yang sesuai dengan kebutuhan.
i. Pelayanan Perpustakaan koleksi foto, peta dan lukisan.
Waktu Pelayanan
Waktu pelayanan Koleksi Foto, Peta, dan Lukisan, sudah terjadwal secara
rutin setiap hari yang biasanya disesuaikan dengan jam kerja kantor dan
28 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
terdapat perpanjangan waktu dua jam selama lima hari dan hari Sabtu-
Minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Jam buka perpustakaan pada pukul 8.00 WIB dan tutup pada
pukul 18.00 WIB, Sabtu-Minggu buka mulai pukul 08.00 sampai 16.00
WIB. Apalagi dengan banyaknya keberagaman aktivitas pemustaka yang
menyebabkan mereka tidak bisa memiliki waktu yang bisa ditentukan
untuk dapat berkunjung ke perpustakaan, khususnya koleksi Foto, Peta
dan Lukisan. Oleh sebab itu, diberikan perpanjangan untuk layanan
tersebut.
Awal Januari tahun 2020, Perpustakaan Nasional RI, sudah
menerapkan beberapa layanan tertentu yang jam tutupnya sampai jam
21.00 WIB, antara lain layanan Audio Visual, Multi Media dan layanan
Monograf Terbuka.
Pemustaka perpustakaan di masa sekarang cenderung mempunyai
keinginan jam buka perpustakaan tersebut selama tujuh (7) hari dalam
seminggu selama 24 jam perhari. Ini artinya perpustakaan tidak boleh
tutup. Pada layanan yang konvensional hal tersebut mungkin tidak dapat
dilakukan karena pengguna harus dilayani oleh pustakawan secara fisik,
artinya pelayanan yang diberikan sangat tergantung kepada kehadiran
pustakawan secara fisik. Tetapi pada layanan yang bersifat modern maka
kehadiran pustakawan secara fisik tidak lagi diperlukan.
Jadi yang terpenting lagi, hal yang berkaitan dengan jam buka
layanan perpustakaan ini adalah bagaimana perpustakaan mampu
menyediakan sebuah sarana/fasilitas yang dapat membuat seorang
pengguna dapat memanfaatkan/mengakses perpustakaan kapanpun
dan di manapun si pemustaka tersebut berada, tidak tergantung pada
jam buka perpustakaan.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 29
Misalnya saja dengan penyediaan sarana akses secara online
terhadap perpustakaan. Perpustakaan membuka website perpustakaan
yang memuat profil perpustakaan, koleksi perpustakaan, sarana
dan fasilitas, serta cara-cara yang memudahkan pengguna untuk
dapat mengakses seluruh sumber daya informasi yang dimiliki oleh
Perpustakaan Desa tersebut.
Dengan layanan yang bersifat online seperti ini pada saat
pemustaka sedang berada di rumah dia tetap bisa melihat katalog
perpustakaan sehingga si pengguna dapat memastikan buku yang
dicarinya tersedia atau tidak di perpustakaan.
Perpustakaan juga perlu menyediakan fasilitas wifi sehingga
memudahkan pemustaka untuk melakukan akses informasi secara online
dan gratis ke semua sumber informasi.
Sistem Pelayanan Perpustakaan koleksi Foto, Peta dan Lukisan,
adalah akses layanan tertutup (close access),
Akses layanan tertutup memiliki arti pemustaka tidak boleh
langsung mengambil koleksi bahan pustaka yang diinginkannya di rak
melainkan harus melalui pustakawan di koleksi tersebut perpustakaan.
Pemustaka dapat memilih koleksi bahan pustaka yang
diinginkannya melalui OPAC (catalogue online) Perpustakaan Nasional
yang disediakan. Sistem ini ditujukan untuk koleksi khusus yang
keberadaannya perlu memperoleh pengamanan. Misalnya jumlah
eksemplarnya yang terbatas atau koleksi yang bersifat langka.
Akses layanan tertutup ini akan membuat pustakawan menjadi
lebih sibuk karena harus mencari bahan pustaka di rak koleksi tersebut,
terutama pada jam-jam sibuk pada saat banyak pemustaka yang
memerlukan bahan pustaka.
30 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Kelebihan:
a. Kelebihan menggunakan akses layanan tertutup ini antara lain :
b. Koleksi lebih terjaga kerapian susunannya di rak karena hanya
pustakawan/petugas perpustakaan yang dapat mengambil buku
dari rak.
c. Kemungkinan koleksi hilang sangat kecil.
d. Koleksi bahan pustaka tidak cepat rusak.
e. Pengawasan dapat dilakukan lebih longgar.
f. Proses temu kembali informasi lebih efektif.
Kekurangan:
a. Pengguna kurang puas dalam mencari koleksi bahan pustaka yang
diinginkannya.
b. Koleksi yang didapat kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan
pemustaka.
c. Tidak semua pemustaka paham menggunakan online katalog (OPAC)
d. Tidak semua koleksi dapat didayagunakan oleh pemustaka.
e. Pustakawan/pengelola perpustakaan lebih sibuk.
Layanan Sirkulasi
Adalah layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka kepada
pemustaka yang telah menjadi anggota perpustakaan Nasional RI. Di
dalam layanan ini pemustaka yang telah menjadi anggota perpustakaan
dapat meminjam bahan pustaka Koleksi Foto, Peta dan Lukisan,
jadi layanan sirkulasi berkaitan dengan peredaran bahan pustaka
perpustakaan. Pelayanan ini ditujukan agar pemustaka perpustakaan
dapat meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai
kesempatan dan waktu yang ada.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 31
Kegiatan sirkulasi sering dianggap sebagai ujung tombak atau tolok
ukur keberhasilan perpustakaan, karena bagian ini rutinitas kegiatannya
berhubungan langsung dengan pemakai.
Layanan Bimbingan/Pendidikan Pemakai Layanan Bimbingan/
Pendidikan Pemakai merupakan kegiatan layanan dengan cara
memberikan bimbingan dan pendidikan kepada pemustaka tentang
bagaimana cara memanfaatkan seluruh sarana dan fasilitas perpustakaan
dengan baik dan benar. Tujuan dari layanan ini adalah optimalisasi
pemanfaatan sarana, fasilitas dan layanan yang tersedia.
Tingginya antusiasme pemustaka ternyata membuat kondisi
perpustakaan berubah drastis. Pustakawan menjadi lebih sibuk dalam
memandu dan melayani pertanyaan-pertanyaan pengunjung. Kondisi
ini sebenarnya sangat wajar terjadi, karena sebagian besar pemustaka
tersebut merupakan pengunjung baru yang belum terbiasa dengan sistem
layanan perpustakaan, disinilah pentingnya bimbingan dan pendidikan
pemustaka. Setiap anggota baru perpustakaan jamaknya harus diberikan
bimbingan terlebih dahulu sebelum mereka memanfaatkan layanan
yang ada di Koleksi Foto, Peta dan Lukisan. Salah satu caranya adalah
dengan memberikan pengetahuan tentang cara penelusuran informasi
melalui online catalog yang tersedia. Hal ini sangat penting dilakukan
agar pengunjung bisa dengan cepat dan tepat menemukan koleksi yang
dibutuhkan, sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga.
Adapun bentuk dan cara menyampaikan layanan Bimbingan dan
Pendidikan pemustaka di koleksi foto, Peta dan Lukisan adalah dengan
cara :
a. Ceramah kelompok
b. Bimbingan kelompok
c. Melihat ruang penyimpanan koleksi foto, peta dan lukisan
berkelompok
32 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Layanan Baca dan Layanan Ruang Diskusi di Koleksi Foto,
Peta dan Lukisan
Layanan baca ini adalah layanan baca yang berada di koleksi Foto, Peta
dan Lukisan, Bidang Layanan Koleksi Khusus Perpustakaan Nasional
yang diperuntukan kepada para pemustaka perpustakaan dengan
menyediakan ruangan khusus untuk membaca peta dan juga dilengkapi
dengan banyak meja untuk baca dan kursi untuk kenyamanan pemustaka.
Begitu juga ketersediaan ruang diskusi yang yang dapat di manfaatkan
untuk pemustaka berdiskusi dalam ruang tertutup, dengan adanya syarat
minimal tiga orang dan maksimal 8 orang.
Pelayanan di koleksi foto, Peta dan Lukisan perpustakaan Nasional
merupakan salah satu koleksi yang dapat di manfaatkan dan di akses oleh
pemustaka dan tujuan akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh semua
pengelola perpustakaan yang diarahkan pada terciptanya suasana yang
kondusif sehingga layanan perpustakaan dapat dilaksanakan dengan
maksimal dan seefisien mungkin dan banyak masyarakan tahu akan
adanya salah satu koleksi khusus yang ada di Perpustakaan Nasional R.I.
Untuk mencapai semua itu maka koleksi Foto, Peta dan Lukisan
perlu membuat sebuah sistem pelayanan sebaik dan seefektif mungkin,
sehingga semua layanan tersebut dapat memberikan manfaat kepada
pemustaka secara maksimal.
Koleksi Foto, Peta dan Lukisan juga perlu membekali pustakawan/
pengelola koleksi dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar
tentang layanan yang diberikan kepada pemustaka, sehingga dalam
pelaksanaannya layanan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik.
Kualitas pelayanan menjadi ukuran bermanfaat tidaknya sebuah
perpustakaan bagi pemustakanya. Pelayanan Perpustakaan koleksi Foto,
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 33
Peta dan Lukisan yang baik tentu membuat kehadiran perpustakaan
tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Pelaksanaannya kontrol dan evaluasi harus terus dilakukan, baik
evaluasi terhadap sistem pelayanannya maupun evaluasi terhadap
pelaksanaan tugas pustakawannya. Hal ini dapat dijadikan sebagai
feedback atau umpan balik dalam upaya peningkatan pelayanan
perpustakaan yang cepat, tepat, santun, dan memuaskan.[]
34 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Perpustakaan Akan Hilang:
Tantangan Perpustakaan
di Era Disrupsi
Destiya P. Prabowo
Perpustakaan akan hilang? Mungkin pertanyaan itu terdengar
mengejutkan, namun jika tidak diantisipasi maka akan betul-betul hilang.
Bagaimana tidak, kehadiran internet saat ini membuat masyarakat
dimanjakan dengan berbagai macam kemudahan dalam kehidupan.
Moda transportasi konvensional sedang akan tergantikan dengan
transportasi berbasis aplikasi, masa depan restoran adalah aplikasi
dengan embel-embel “Food”. Masyarakat mencari berbagai kebutuhan
informasi melalui mesin pencari raksasa Google. Saking raksasanya,
tidak ada yang mampu menyainginya bahkan Microsoft dengan mesin
pencari Bing tidak mampu mengambil alih posisi raksasa tersebut di hati
masyarakat. Terlepas dari itu, perpustakaan sebagai institusi pengelola
informasi diharapkan mampu untuk tetap berjalan tegar di era yang
serba disrupsi.
Pakar disrupsi Indonesia, Prof. Rhenald Kasali mengingatkan
agar pelaku usaha, BUMN, dan lembaga pemerintah bisa membedakan
ancaman resesi dengan disrupsi. Terlebih saat sejumlah unicorn atau
sering disebut start-up (aplikasi) mulai diuji di pasar modal dan beralih
dari investor ke publik. “Tahun lalu, 12 unicorn global menguji nyali
di NYSE walaupun totalnya rugi $14 miliar. Setelah itu, berita buruk
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 35
terhadap Uber membuat harga sahamnya anjlok. Di sini, berita tentang
PHK di Bukalapak juga menghiasi media sehingga banyak pertanyaan.”
Jadi, apakah sebetulnya disrupsi itu? Secara bahasa, disruption
artinya gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang
mengganggu suatu peristiwa, aktivitas, atau proses (disturbance or
problems which interrupt an event, activity, or process). Masih menurut
Prof. Rhenald Kasali, secara praktis, disrupsi adalah perubahan berbagai
sektor akibat digitalisasi dan “Internet of Thing” (IoT) atau “Internet
untuk Segala”. Dalam teori bisnis, dikenal istilah “inovasi disruptif”
(disruptive innovation), yaitu inovasi yang menciptakan pasar baru dan
jaringan nilai dan akhirnya mengganggu pasar dan jaringan nilai yang ada,
menggantikan perusahaan, produk, dan aliansi terkemuka di pasar yang
sudah mapan. Prof. Rhenald Kasali menyebut pula, disrupsi teknologi
mengakibatkan pasar tergerus oleh pendatang baru, mengalami great
shifting, terimbas substitusi, dan mengakibatkan sumber-sumber
pendapatan usaha yang utama kehilangan relevansi.
Hal ini dapat berimbas kepada perpustakaan. Perpustakaan
mungkin saja akan segera dijauhi oleh para user (pemustaka) jika
tidak mengambil langkah-langkah inovatif dalam penyediaan layanan
informasi. Banyak sekali korban-korban dari disrupsi ini. Misalnya, saat
ini industri surat kabar tidak bisa lagi mengandalkan pendapatan dari
penjualan koran. Mi instan terancam Go-food. Kantor-kantor cabang
bank masih dipertahankan kendati sudah jarang nasabah yang datang.
Mungkin saja, jika kendaraan beralih ke mobil listrik, bagaimana nasib
SPBU atau pompa bensin? Belum lagi model bisnis yang mengandalkan
kendali atas seluruh sumberdaya yang digantikan platform yang efisien.
Kata kuncinya adalah efisiensi. Bagaimana Perpustakaan dapat
membuat dan memberikan layanan yang efisien untuk para user-nya.
Perpustakaan harus mulai menggunakan cara-cara baru, ubah sudut
36 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
pandang, dan jangan asal membeli teknologi, lalu sudah merasa telah
melakukan transformasi digital. Padahal belum tentu semua itu dapat
memberikan pelayanan yang efisien bagi user.
Oleh karena itu, mau tidak mau, perpustakaan harus berubah.
Perpustakaan terus bergerak dalam menghadapi perkembangan
peradaban dunia. Hal ini sudah dimulai dengan adanya perkembangan
teknologi dan adanya interaksi budaya baru yang timbul akibat
perkembangan tersebut. Peningkatan layanan perpustakaan yang
berbasis pada patron/pemustaka dan teknologi informasi menjadi
tantangan bagi perpustakaan ke depan. Dengan demikian, ketersediaan
koleksi yang lengkap dan mutakhir sangat diharapkan, di samping
tuntutan pengorganisasian koleksi yang selalu mengikuti perkembangan
standar yang berkembang sehingga mudah diakses dan lebih informatif
bagi pemustaka.
Dalam rangka memperkuat sumber informasi, baik berupa data
bibliografis maupun full-text kandungan isinya, diperlukan perluasan
jaringan dan kerjasama antarperpustakaan atau lembaga lain sebagai
mitra yang saling menguntungkan. Adapun, dalam pengembangan
sumber daya manusia di bidang perpustakaan dan pembudayaan
kegemaran membaca, perlu terobosan baru dan penguatan fokus
kegiatan agar menghasilkan dampak yang lebih signifikan. Lagi-lagi,
kata kuncinya adalah mitra. Di era disrupsi, kehadiran mitra kerja yang
saling menguntungkan wajib hukumnya untuk direalisasikan, seperti
halnya perusahan Gojek Indonesia yang mendapatkan mitra kerja dari
masyarakat untuk menjadi pengemudi transportasi berbasis aplikasi yang
saling menguntungkan. Contoh ini dapat dilakukan oleh perpustakaan
melalui kemitraan dengan Perguruan Tinggi agar dapat memberikan
kontribusi ilmu kepada perpustakaan agar lebih dapat didayagunakan
bagi user.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 37
Hal yang dapat dilihat pada era disrupsi teknologi yaitu
kemudahan dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Masyarakat, saat
ini dapat langsung menggunakan gawainya untuk melakukan pencarian
informasi yang dibutuhkan, dapat langsung disimpan dalam gawainya
dan dibaca berulangkali. Berbagai mesin pencari mampu menjawab
segala pertanyaan yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari. Mulai dari cara memasak, resep masakan, bahkan pembelian
bahan-bahan dapat dilakukan melalui aplikasi atau pun e-commerce.
Karakteristik masyarakat kini yaitu menginginkan segala sesuatu
didapatkan dengan mudah, cepat, dan efisien.
Bahkan, melihat fenomena dan karakteristik masyarakat di era
kini, perkembangan teknologi juga terjadi pada bidang penerbitan buku.
Beberapa bisnis penerbitan menyediakan buku dan jurnal dalam bentuk
elektronik, hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan antara kebutuhan
dan karakteristik masyarakat saat ini dan juga menghadapi persaingan
agar tidak tergerus dalam era disrupsi teknologi. Beberapa perusahaan
koran dan majalah juga menyediakan aplikasi khusus yang menyediakan
koran dan majalah elektronik untuk masyarakat agar dapat membaca
secara nyaman di mana pun dan kapan pun.
Hal yang tersedia di era disrupsi teknologi juga memunculkan dua
mata pisau bagi masyarakat, yaitu di balik kemudahan juga memunculkan
suatu masalah tersendiri. Kemudahan dalam melakukan pencarian
informasi dari berbagai sumber informasi yang disediakan oleh search
engine, masih perlu dipertanyakan relevansi dari suatu informasi. Ribuan
bahkan jutaan informasi yang tersedia tidak dapat dipastikan apakah
berasal dari sumber terpercaya atau hanya hoaks semata. Seperti yang
diketahui bahwa fenomena hoaks sedang gencar terjadi di era kini.
Perkembangan dalam bidang penerbitan yang menyediakan
produk buku elektronik juga menimbulkan suatu tantangan tersendiri,
yaitu dalam hal preservasi dokumen elektronik dan hak cipta. Buku
38 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
elektronik memerlukan suatu perawatan agar dapat terus diakses oleh
pengguna. Hal yang terjadi saat ini seringkali preservasi buku elektronik
terabaikan karena telah terlena dengan kecanggihan dari teknologi itu
sendiri. Padahal suatu benda dengan bentuk elektronik juga mengalami
keusangan apabila tidak dilakukan perawatan yang sesuai. Perkembangan
teknologi yang terus gencar akan memunculkan suatu format-format
dokumen digital dengan versi terbaru dalam hal akses buku elektronik.
Apabila suatu format digital tidak terus diperbarui, maka akan menjadi
suatu akhir bagi dokumen digital itu sendiri. Buku elektronik yang
termasuk salah satu dari dokumen digital tidak akan dapat diakses
kembali jika format digitalnya telah usang. Selain pembaharuan pada
format digital, juga pada media penyimpanan yang digunakan untuk
menyimpan dokumen digital tersebut. Upaya yang dilakukan yaitu
dengan melakukan preservasi digital dan meningkatkan kemampuan
tenaga pengelola dokumen digital.
Fenomena yang terjadi pada era disrupsi menuntut setiap lini
masyarakat untuk mengikuti perkembangan, karena jika tidak, maka
hanya akan tergerus perubahan zaman. Begitupun perpustakaan yang
merupakan tempat sumber informasi dituntut untuk berinovasi dengan
mengikuti karakteristik pemustaka yang telah mengalami perubahan gaya
hidup. Pemustaka lebih menginginkan informasi yang mudah didapat
dan fleksibel. Mereka terkadang menghabiskan waktu berjam-jam di
kafe untuk menikmati Wi-Fi gratis dengan hanya membeli secangkir kopi
atau milkshake. Bahkan, di perpustakaan sendiri ruangan yang banyak
diminati oleh pemustaka yaitu spot dengan akses Wi-Fi yang lancar.
Beberapa perpustakaan telah berupaya untuk menyediakan
layanan yang disesuaikan dengan karakteristik pemustaka saat ini.
Layanan buku dan jurnal elektronik yang dilanggan dari penerbit global
disediakan guna mempermudah pemustaka untuk melakukan pencarian
referensi penelitian mereka. Bahkan, beberapa koleksi tugas akhir dan
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 39
hasil penelitian civitas akademika dapat diakses di repositori institusi
perguruan tinggi sehingga pemustaka dapat mengakses di mana pun
tanpa terbatas oleh waktu.
Perpustakaan juga telah menyediakan beberapa tempat untuk
melakukan akses pencarian informasi secara digital dengan disertai
jaringan Wi-Fi gratis. Saat ini sedang populer layanan co-working space
di area perpustakaan. Implementasi co-working space di perpustakaan
yaitu dengan menyediakan ruangan/tempat yang nyaman bagi
pemustaka dengan disertai jaringan internet yang lancar. Keberadaan co-
working space dapat menjawab tantangan yang terjadi di era disrupsi.
Apabila perpustakaan belum mampu menyediakan peralatan teknologi
yang canggih, namun setidaknya cara sederhana yang dapat dilakukan
yaitu menyediakan ruangan yang nyaman dan jaringan internet bagi para
pemustaka dalam melakukan pencarian informasi digital. Dengan begitu,
perpustakaan akan tetap eksis tidak tergerus perkembangan era disrupsi
teknologi.
Hal yang tak kalah penting lagi di era disrupsi ini adalah
perkembangan media sosial dan situs web yang merupakan bagian dari
internet dapat menjadi sarana komunikasi sosial secara online di dunia
maya. Media sosial dan situs web memberikan pengaruh besar terhadap
masyarakat sebagai media komunikasi edukasi, di mana masyarakat
dapat memberikan pendapat dan saling memberikan informasi satu sama
lain. Di sisi lain, media ini dapat pula mengubah karakter masyarakat.
Pemanfaatan media sosial dan situs web juga berguna sebagai media
eksistensi diri. Masyarakat yang menggunakan media sosial dapat
menampilkan kegiatan dan aktivitas yang dikerjakan, mengeluarkan
pendapat, dan mengekspresikan perasaan mereka.
Eksistensi masyarakat dalam sosial media ini yang harus bisa
ditangkap, sebagai alat teropong dalam melihat koleksi seperti apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan sekaligus sebagai promosi koleksi
40 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
yang dimiliki perpustakaan. Hal ini dimungkinkan dengan membentuk
semacam tim media sosial yang bertugas memantau berbagai aktivitas
masyarakat di media sosial. Tidak perlu secara lengkap melihat, namun
dapat menggunakan fitur seperti trending topic pada sosial media Twitter
dan melihat berapa banyak hastag (#) yang digunakan oleh pengguna
Instagram. Dari situ sebetulnya akan terlihat koleksi seperti apa yang
dibutuhkan oleh pemustaka.
Saat ini perpustakaan telah menjalankan media sosial dan
situs web sebagai bagian dari pengembangan koleksi serta pelayanan
perpustakaan yang benar-benar dibutuhkan oleh pemustaka. Melalui
media sosial seperti Facebook dan Twitter serta website baik yang
dikelola oleh perpustakaan.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 41
Gaman Perpustakaan Menuju
Layanan Berkualitas
Imas Halimatun Sadiah
Layanan Perpustakaan
Perpustakaan adalah lembaga atau institusi yang bertujuan memberikan
jasa/layanan informasi kepada pelanggan/pemustaka. Sebagai suatu
lembaga atau institusi jasa/layanan, perpustakaan dituntut untuk
memberikan layanan yang bermutu atau berkualitas. Layanan yang
berkualitas adalah layanan maksimal yang diberikan oleh perpustakaan,
atas terpenuhinya kebutuhan informasi dan harapan pemustaka sehingga
tercapai suatu kepuasan (satisfaction).
Maka dari itu, perpustakaan harus menerapkan konsep tersebut
sesuai dalam Undang-undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 tentang
layanan perpustakaan pada Pasal 14, yaitu layanan yang dilakukan
secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka (ayat 1), dan
dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan pemustaka. Undang-undang juga memberikan
penjelasan pada Pasal 32a yang berbunyi “Tenaga perpustakaan
berkewajiban memberikan pelayanan prima kepada pemustaka”.
Berdasarkan undang-undang tersebut terlihat bahwa tujuan akhir dari
layanan perpustakaan adalah kepuasan pemustaka.
Banyak hal yang dapat mendukung tercapainya kepuasan
pemustaka terhadap layanan perpustakaan, Di antaranya adalah sistem
42 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
layanan yang cepat, tepat, dan akurat akan informasi yang diperlukan
pemustaka. Selain itu, kualitas sebuah perpustakaan juga dapat dilihat
dari tertib administrasinya, seperti mekanisme kerja yang efektif dan
efisien, baik secara vertikal maupun horizontal. Mekanisme yang
efektif dan efisien dapat meningkatkan kinerja perpustakaan, sehingga
dapat membantu dalam pencapaian tujuan perpustakaan. Mengingat
tujuan perpustakaan adalah memberikan jasa/layanan, maka kepuasan
pemustaka ditentukan oleh layanan yang diterimanya di perpustakaan,
sedangkan kepuasan pemustaka akan menentukan citra perpustakaan.
Maka perlu upaya mempertahankan pemustaka untuk datang kembali
ke perpustakaan.
Salah satu upaya untuk mempertahankan pemustaka ialah
dengan cara memperbaiki mutu layanan yang diberikan. Namun, upaya
perbaikan tersebut diperlukan sebuah standarisasi mutu pelayanan
yang dilakukan sebuah organisasi. Ialah ISO (International Organization
for Standardization) merupakan lembaga standarisasi perbaikan untuk
mengukur efektivitas layanan yang telah diberikan oleh perpustakaan
selama ini.
Pentingnya Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
bagi Perpustakaan
Fokus utama ISO adalah kepuasan pelanggan. Agar kepuasan pelanggan
dapat tercapai dengan efektif, maka disusun sasaran mutu yang perlu
dicapai dengan fokus efektivitas sistem manajemen mutu dalam rangka
memenuhi persyaratan pelanggan. Sistem manajemen dibutuhkan
untuk mengukur mutu atau kualitas layanan di perpustakaan. Karena
mutu atau kualitas yang baik hanya bisa dihasilkan oleh organisasi yang
memiliki sistem manajemen mutu yang handal. Tapi sistem manajemen
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 43