mutu hanyalah alat bantu untuk bekerja secara efektif dan efisien. Tolak
ukur keberhasilan organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan pada
produk atau layanan yang diberikan, bukan dari keberhasilan untuk
mendapatkan sertifikasi suatu standar sistem mutu tertentu.
Sistem manajemen mutu adalah sistem yang digunakan
untuk menetapkan kebijakan (pernyataan resmi oleh manajemen
puncak berkaitan dengan perhatian dan arah organisasinya di bidang
mutu) dan sasaran mutu (segala sesuatu yang terkait dengan mutu
dan dijadikan sasaran pencapaian dengan menetapkan ukuran atau
kriteria pencapaiannya). Karena itu, penerapan ISO pada perpustakaan
merupakan suatu proses berkesinambungan serta membutuhkan
dukungan dari semua pihak.
Manfaat ISO memberikan banyak perubahan positif bagi
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. ISO 9001, bertujuan
membantu organisasi meningkatkan kepuasan pelanggan dengan fokus
dan konsisten memerhatikan mutu atau kualitas layanannya. Berdasarkan
hasil lembaga survei internasional, manfaat utama yang dirasakan pada
penerapan ISO 9001 ialah peningkatan kualitas pada proses internal,
sedangkan manfaat besarnya terasa pada peningkatan image perusahaan
serta meningkatkan hubungan baik kepada pelanggan.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem
yang dapat dijadikan platform perbaikan kinerja organisasi. Maka dari
itu, sebuah perpustakaan perlu menerapkan sistem tersebut yang
dimaksudkan sebagai alat untuk memperbaiki kualitas pelayanan
dan kepuasan pelanggan/pemustaka. Semua ini dilaksanakan agar
penyelenggara perpustakaan dapat memberi jaminan kepada para
pemustakanya, bahwa jasa yang disediakan adalah jasa/layanan yang
bermutu.
44 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Adapun manfaat dari penerapan ISO 9001:2000 pada institusi
perpustakaan di antaranya:
1. Dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pemustaka
melalui jaminan yang terorganisasi dan sistemik
2. Meningkatkan image institusi perpustakaan serta daya saing
dalam memasuki pasar global
3. Meningkatkan kesadaran mutu perpustakaan
4. Dapat menjadikan suatu perubahan positif dalam hal kultur
mutu pada institusi perpustakaan
ISO 9001: 2000 dalam lembaga jasa seperti perpustakaan
dikembangkan berdasarkan pada suatu model, dengan menggunakan
delapan prinsip manajemen mutu yang menunjang suatu evolusi
menuju lembaga perpustakaan yang baik dan dengan menekankan pada
kepuasan pemustaka1. Delapan prinsip manajemen mutu itu, dapat
menunjang atau memfasilitasi suatu sistem layanan yang baik, yakni:
1. Berfokus kepada pelanggan (customer focus). Sebuah institusi
perpustakaan sangat tergantung kepada pemustakanya,
sehingga manajemen sebuah lembaga perpustakaan perlu
mengerti kebutuhan pemustaka saat ini dan kebutuhan
mendatang. Selanjutnya institusi perpustakaan juga harus
dapat memenuhi kebutuhan dan berjuang untuk melampaui
harapan pemustaka.
2. Kepemimpinan (leadership). Seorang kepala perpustakaan
harus menetapkan tujuan dan arah institusi perpustakaan.
Mereka harus menciptakan dan memelihara suatu lingkungan
kerja yang baik di mana semua personel dapat terlibat penuh
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
1 (http://sulipan.com/index.php?option=com)
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 45
3. Keterlibatan semua orang (involvement of people). Personel
di setiap tingkatan adalah hal yang penting dari suatu institusi
perpustakaan dan keterlibatan kemampuan mereka dapat
bermanfaat bagi perpustakaan.
4. Pendekatan proses (proses approach). Hasil yang diinginkan
dapat dicapai dengan lebih efisien ketika kegiatan dan sumber
data yang ada dikelola sebagai suatu proses.
5. Manajemen dengan pendekatan sistem (system approach to
management). Mengidentifikasi, mengerti, dan menangani
semua proses yang berhubungan sebagai suatu sistem yang
dapat memberi kontribusi pada efektivitas dan efisiensi
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.
6. Peningkatan berkelanjutan (continual improvement).
Peningkatan berkelanjutan dari performa keseluruhan
lembaga perpustakaan harus menjadi tujuan tetap dari
organisasi.
7. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan (factual
approach to decision making). Keputusan yang efektif dalam
lembaga perpustakaan didasarkan pada analisis data dan
informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah,
sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara
efektif dan efisien.
8. Relasi dengan pemasok yang saling menguntungkan (mutually
beneficial supplier relationships). Lembaga perpustakaan
dan para pemasoknya merupakan hubungan yang saling
bergantung dan saling menguntungkan sehingga dapat
memperkuat kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai
tambah2.
2 (Mulyono, 2008: 309-312)
46 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Berdasarkan perihal tersebut, maka sistem manajemen mutu
dianggap penting dalam dunia perpustakaan. Lantaran perpustakaan
sebuah wadah penyedia sumber-sumber informasi dan sarana belajar
masyarakat. Apabila sistem manajemen mutu bertujuan untuk memiliki
relevansi terhadap perpustakaan, maka ia harus memberi penekanan
pada penyediaan mutu layanan terhadap tiap-tiap pemustakanya.
Sehingga lembaga perpustakaan dapat dikatakan berhasil dalam
memberi kepuasan kepada pemustakanya3.
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana
bisnis dan manajemen. Organisasi bisnis dan nonbisnis pun berlomba-
lomba mencanangkannya sebagai salah satu tujuan strateginya, misalnya
melalui slogan-slogan seperti: “pelanggan adalah raja”, Kepuasan
Anda adalah tujuan kami dan sejenisnya. Semua organisasi yang ingin
mempertahankan keberhasilannya harus terobsesi pada mutu4. Mutu
harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu
adalah keinginan pelanggan bukan keinginan perpustakaan. Tanpa mutu
yang sesuai dengan keinginan pelanggan, perpustakaan akan kehilangan
pemustakanya yang berakibat bubarnya perpustakaan tersebut. Oleh
karena itu, sistem manajemen mutu sangatlah diperlukan dalam dunia
perpustakaan.
Tahapan Penerapan ISO 9001:2000 dalam Institusi
Perpustakaan
Langkah awal dalam penerapan ISO 9001:2000 pada institusi
perpustakaan adalah komitmen manajemen puncak yang kemudian
diikuti dengan menciptakan suatu struktur personil untuk merencanakan
dan mengawasi penerapannya. Selanjutnya dibentuk tim penerapan ISO
9001 tingkat manajemen puncak. Tim ini dapat pula disebut “Panitia
3 (Edward Sallis, 2008: 86)
4 (Usman Husaini, 2006: 460)
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 47
Pengarah Mutu”. Kemudian setelah panitia pengarah mutu, yang
semua anggotanya harus mengerti betul tentang unsur-unsur proses di
tempatnya bekerja.
1. Tahap persiapan ini berisikan segala bentuk cara yang perlu
dilakukan, mulai dari seleksi konsultan untuk mendiagnostik sistem
organisasi hingga menyusun program kerja.
2. Penyusunan dan pengesahan dokumen. Tahapan ini sangat penting
dalam penerapan sistem manajemen mutu. Kebijakan mutu
merupakan pernyataan dari top management tentang komitmennya
terhadap mutu. Kebijakan mutu ini harus dipahami dan dimengerti
oleh setiap staf perpustakaan.
Pada tahap ini dirasakan sebagai tahap yang cukup berat bagi
institusi perpustakaan maupun staf layanan. Semua departemen
atau bagian layanan akan mendapat tugas menyusun dokumen
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, serta berpedoman
pada persyaratan yang diberikan pada sistem manajemen mutu.
Setelah dokumen disusun, maka diadakan pengesahan dokumen
yang itu merupakan prosedur operasional standar atau SOP. Isi
dokumen mutu ISO 9001:2000 adalah sebagai berikut:
• Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu adalah suatu maksud atau arahan secara
menyeluruh sebuah organisasi tentang mutu.
• Sasaran Mutu
Sasaran mutu adalah sesuatu yang dicari atau dituju, berkaitan
dengan mutu. Susunan kalimat dalam menyusun mutu harus
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time
Frame).
48 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
• Pedoman Mutu
Pedoman mutu adalah dokumen yang merincikan sistem
manajemen mutu organisasi sesuai persyaratan standar ISO
9001: 2000.
• Standard Operational Procedur (SOP) /Prosedur Operasional
Standar (POS)
POS adalah cara-cara tertentu untuk melaksanakan suatu
kegiatan organisasi yang disesuaikan dengan tuntutan dari
setiap elemen ISO 9001:2000.
• Instruksi Kerja (IK)
IK adalah tata kerja yang memerinci aktifitas secara spesifik untuk
suatu proses. Instruksi kerja ini harus dibuat jika ketiadaannya
dapat memengaruhi mutu.
• Formulir/Rekaman
Formulir merupakan sarana dalam operasi mutu sehari-hari,
sedangkan rekaman merupakan bukti dilakukannya aktivitas
mutu yang ditentukan.
3. Setelah semua dokumen dan sistem manajemen mutu selesai
disusun dan disahkan, maka saatnya untuk menerapkan semua
sistem dokumentasi mutu tersebut. Pada tahap ini, tanggung
jawab tiap staf layanan/karyawan sangat penting, karena tiap staf/
karyawan yang menjalankan sistem tersebut.
Jika terjadi proses yang tidak sesuai dengan prosedur yang
telah disusun, maka akan memengaruhi organisasi atau perusahaan
dalam memperoleh sertifikat. Apalagi, Jika tidak diadakan tindakan
koreksi atau pencegahan, maka menjadi temuan negatif ketika
dilaksanakan sertifikasi oleh badan sertifikasi, dan akan mengurangi
kinerja organisasi atau institusi perpustakaan.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 49
Sebelum diadakan sertifikasi oleh badan sertifikasi, organisasi
harus melakukan audit mutu internal, yang berarti harus membentuk
tim audit. Tim ini bertugas untuk memastikan bahwa yang ditulis
memang telah dilaksanakan dengan bukti tertulis berupa catatan-
catatan (rekaman mutu). Hasil dari audit berupa temuan-temuan
ketidaksesuaian atau pertimpangan. Tim audit akan melaporkan
hasil temuannya pada manajemen untuk diambil tindakan koreksi
dan pencegahan (corrective and preventive action).
Proses penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
pada institusi perpustakaan secara rinci dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Presentasi proposal kepada tim manajemen.
2. Pembentukan Steering Commitee dan tim kerja sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000.
3. Pelatihan kesadaran mutu pada tim kerja sistem manajemen
mutu ISO.
4. Sosialisasi kesadaran mutu.
5. Penyusunan kebijakan mutu dan sasaran mutu.
6. Penyusunan pedoman mutu, prosedur, dan instruksi kerja.
7. Pelaksanaan, evaluasi, dan revisi dokumen.
8. Pengesahan dokumen mutu.
9. Penetapan pelaksanaan sistem manajemen mutu.
10. Sosialisasi pelaksanaan secara internal dan eksternal.
11. Pelatihan audit internal.
12. Pelaksanaan audit internal.
13. Pelaksanaan rapat tinjauan manajemen (RTM).
14. Pelaksanaan pre-audit oleh lembaga sertifikasi.
15. Penyempurnaan dan revisi dokumen dan sistem.
16. Final audit sertifikasi oleh lembaga sertifikasi.
17. Pencegahan sertifikat sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
50 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
4. Sertifikasi
Setelah dilakukan audit internal, organisasi harus yakin bahwa sistem
telah berjalan sesuai dengan standar ISO 9001 dan aplikasinya siap
untuk diaudit oleh badan sertifikasi. Badan sertifikasi akan meninjau
semua dokumen yang ada dan dibandingkan dengan ketentuan
dalam ISO 9001:2000. Kemudian membandingkan semua prosedur
yang telah ditulis dengan penerapannya di lapangan.
Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dapat
diterima dengan mudah dari badan sertifikasi jika segala ketentuan
dan persyaratan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
telah terpenuhi dan dari lembaga penilai dinyatakan layak untuk
mendapatkan sertifikat. Dan yang perlu diketahui terdapat manfaat
dari penerapan ISO 9001: 2000 pada institusi perpustakaan, antara
lain:
a) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pemustaka melalui
jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik. Proses
dokumentasi dalam ISO 9001: 2000 menunjukan bahwa
kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan mutu
telah direncanakan dengan baik.
b) Institusi perpustakaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2000
diijinkan untuk mengiklankan pada media masa bahwa sistem
manajemen mutu dari institusi perpustakaan tersebut telah
diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image
institusi perpustakaan serta daya saing dalam memasuki pasar
global.
c) Audit sistem manajemen mutu dari sebuah institusi
perpustakaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000
dilakukan secara periodik oleh registrar dari lembaga registrasi,
sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 51
Jadi, dapat menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit
sistem mutu oleh pelanggan.
d) Institusi perpustakaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi,
sehingga apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok
bersertifikat ISO 9001:2000, akan menghubungi lembaga
registrasi.
e) Meningkatkan mutu dan produktifitas dari manajemen melalui
kerja sama dan komunikasi, sistem pengendalian yang konsisten,
serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi
internal menjadi lebih baik.
f) Meningkatkan kesadaran mutu dalam institusi.
g) Memberikan training secara sistematik kepada seluruh karyawan
dan manajer organisasi melalui prosedur dan instruksi-instruksi
yang terdefinisi secara baik.
h) Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota
organisasi atau dalam sebuah institusi, karena manajer/
pimpinan dan karyawan terdorong untuk mempertahankan
sertifikat ISO 9001:2000 yang umumnya hanya berlaku selama
tiga tahun dan tiap tahun sekali diadakan surveillance oleh
badan sertifikasi5.
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam
Menunjang Pelayanan Informasi Perpustakaan Proklamator
Bung Hatta
Salah satu jenis Standarisasi ISO adalah ISO 9001 yang merupakan
standar internasional terkait Sistem Manajemen Mutu (TQM) yang
paling populer di dunia. ISO bermula dari IOS (International Organization
5 (Vincent Gaspersz, 2001:17)
52 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
for Standarization), yaitu sebuah organisasi internasional yang
mengkhususkan diri dalam hal standarisasi. ISO didirikan pada tanggal
23 Februari 1947 di Geneva, Swiss. Terdapat beberapa jenis standarisasi
yang telah dibentuk oleh organisasi ini yang mencakup berbagai hal.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 adalah versi terbaru
dari versi sebelumnya, yaitu ISO 9001:2008. Salah satu ciri penerapan
ISO 9001:2015 adalah diterapkannya pedoman Manajemen Risiko yang
bertujuan untuk meningkatkan pondasi dan konsistensi dalam beberapa
tahun ke depan. Perbedaan dari ISO 9001:2008 yaitu manajemen puncak
atau Top Management diminta untuk ikut berperan aktif dalam proses
yang berjalan pada perusahaan atau organisasi dan menerapkan kontrol
risiko dalam organisasinya.
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sebagai Unit Pelaksana
Teknis Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah mendapatkan
sertifikat Sistem Mutu ISO 9001:2008 dengan nomor sertifikat QMS/518
dan berhasil mempertahankan sertifikat ISO sejak 4 Desember 2015.
Dalam hal ini sertifikat diberikan atas pemenuhan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) terhadap persyaratan SNI ISO 9001:2008 dengan ruang
lingkup sertifikasi pada Seksi Pelayanan Informasi Perpustakaan, yang
telah menerapkan ISO 9001:2008. Namun, karena masa berlaku ISO
9001:2008 habis pada tanggal 21 September 2018, maka organisasi ini
dianjurkan beralih ke ISO 9001:2015 jika ingin memiliki sertifikasi.
Untuk membantu organisasi ini melakukan upgrade Sertifikasi
SMM ISO 9001:2008 ke ISO 9001:2015 dalam pelaksanaannya
di tahun 2018, Perpustakaan Proklamator Bung di mentori oleh
Tim Pendampingan dari PT. Anugrah Lintas Zaman (ALZ), sebuah
perusahaan jasa konsultan ISO. Agussyarief adalah salah satu tim
pendampingan sekaligus direktur pada PT. Anugrah Lintas Zaman
(ALZ) yang melakukan pendampingan resertifikasi.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 53
Selasa (17/4) tahun 2018 lalu Agussyarief mengatakan, “Sejak
diterbitkan pertama kali pada tahun 1987, ISO 9001 telah
mengalami beberapa kali revisi, yaitu pada tahun 1994, tahun
2000, tahun 2008, dan revisi yang terbaru adalah ISO 9001:2015
yang merupakan Sistem Manajemen Mutu Edisi Kelima yang
telah terbit sejak tanggal 15 September 2015. Sebelumnya,
perpustakaan membuat kebijakan mutu dan sasaran mutu yang
ingin dicapai. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan
Proklamator Bung Hatta juga mengacu pada standar mutu
Perpustakaan Nasional RI. Lembaga pemberi sertifikat ISO
kemudian mengauditnya. Perpustakaan Proklamator Bung Hatta
sudah masuk tahun ke tiga.“ ujar Agusyarief.
Agussyarief menambahkan, “Logikanya, kalau Sistem
Manajemen Mutu Pelayanan Informasi Perpustakaan sudah
terstandar secara internasional, seharusnya kualitas pelayanan
perpustakaan juga baik. Dengan upgrade sertifikasi ISO
9001:2015, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta harus berupaya
memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan (pemustaka) jika
terjadi kesalahan harus diperbaiki sesuai standar pelayanan yang
berkualitas sehingga bermanfaat bagi pemustaka dan stakeholder
dan ke depannya. Sertifikasi ISO akan di-upgrade menjadi ISO
9001:2015, yang akan menjadikan Perpustakaan Proklamator
Bung Hatta lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada
pemustaka dan Stakeholder.“ Pungkasnya.
Tim pendampingan Agussyarief mengatakan, sertifikasi ISO untuk
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Secara keseluruhan Sistem
Manajemen Mutu Pelayanan Informasi Perpustakaan dan perusahaan
yang telah mendapatkan sertifikat ISO, memiliki kepastian jaminan
mutu, dan pelaksanaan resertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM)
9001:2015 di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dilaksanakan pada
54 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
tanggal 9–12 Juli 2018, yang disertifikasi langsung oleh Tim Surveillance
Audit dari PT. Mutuagung Lestari.
PT. Mutuagung Lestari adalah sebuah lembaga sertifikasi yang
sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sehingga,
pada tahun 2018 lalu, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta kembali
memperoleh Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dengan melanjutkan
atau meng-upgrade Sertifikasi SMM ISO 9001:2008 ke ISO 9001:2015
untuk periode 3 (tiga) tahun ke depan, tahun anggaran 2019–2021
dengan nomor sertifikat QMS/518 berlaku dari tanggal 01 November
2018 hingga 03 Desember 2021.
Banyak manfaat penerapan ISO 9001:2015, yakni sebagai jaminan
kualitas produk dan layanan secara konsisten, meningkatkan kepuasan
pelanggan, mengenal risiko dan peluang dalam pencapaian sasaran,
dan dapat membuktikan bahwa sistem manajemen mutunya sesuai
dengan persyaratan standar Penerapan ISO 9001:2015. Perpustakaan
Proklamator Bung Hatta yang berada di bawah kepemimpinan Purwanto,
S.IPI menugaskan Seksi Pelayanan Informasi Perpustakaan untuk
memperluas lingkup penerapan sistem mutu sekaligus meningkatkan
standar yang digunakan untuk pelayanan menjadi standar ISO 9001:2015.
Penerapan standar dan persyaratan dalam ISO 9001:2015 di
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta akan memengaruhi kegiatan
pelayanan informasi Perpustakaan, baik internal maupun eksternal
organisasi jasa. Pengaruh internal seperti adanya standarisasi prosedur
kerja dan pengaruh eksternal yaitu meningkatnya persepsi pelanggan
atau pemustaka terhadap kualitas layanan dari Perpustakaan Proklamator
Bung Hatta. Kualitas pelayanan informasi perpustakaan sangat penting
karena pelayanan merupakan ujung tombak perpustakaan. Keberhasilan
kegiatan layanan akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan
atau pemustaka terhadap Perpustakaan Proklamator Bung Hatta.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 55
Pada masa sekarang, pelanggan atau pemustaka memiliki
kesadaran mengenai kualitas pelayanan semakin meningkat. Pemustaka
menginginkan layanan prima. Maka kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan organisasi perlu diperhatikan, untuk itu penerapan yang
konsisten akan memengaruhi loyalitas pelanggan atau pemustaka. Di sini
peran manajemen puncak atau top management sangat penting untuk
memahami kondisi dan kebutuhan pelanggan atau pemustaka serta
merancang strategi yang tepat untuk pencapaian kebijakan mutu dan
sasaran mutu yang ditetapkan.
Kebijakan mutu yang ditetapkan Perpustakaan Proklamator Bung
Hatta yakni “Top Manajemen dan segenap pegawai UPT Perpustakaan
Proklamator Bung Hatta Bukittinggi berkomitmen untuk:
• Mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan.
• Meningkatkan Kualitas pelayanan kepada pemustaka.
• Menerapkan sistem manajemen mutu secara berkesinambungan
untuk mencapai target dan dan sasaran yang ditetapkan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku. Kebijakan mutu ini akan
ditinjau minimal satu tahun sekali, apabila terdapat perubahan
kebijakan yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah atau hal–
hal lainnya.
Lingkup penerapan Sistem Mutu baru untuk meningkatkan
standar pelayanan di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, ialah dengan
dikeluarkannya Sasaran Mutu baru untuk Sistem Mutu ISO 9001:2015,
yaitu: “Standar pelayanan minimal tercapai sesuai target jumlah keluhan
pemustaka 10% dan tingkat kepuasan pelanggan (pemustaka) kategori
baik sesuai target respon pelanggan kategori baik 85%.” Untuk lingkup
baru Sistem Mutu ini sekaligus mengintegrasi Penerapan Sistem Mutu
yang sebelumnya (ISO 9001:2008).
56 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta merupakan suatu langkah
yang tepat untuk menjaga konsistensi mutu layanan dan juga untuk
memenangkan persaingan global. Dalam upaya penerapan sistem yang
baru, dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap pihak yang terlibat
di dalam organisasi dan tindakan tegas dari top management dalam
organisasi. Salah satu aspek keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Mutu adalah adanya komitmen manajemen yang kuat dan berkelanjutan.
Selain komitmen pada penerapan sistem mutu ISO, UPT
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta memastikan penetapan sasaran
mutu dapat dijalankan secara konsisten, dan melakukan tinjauan
manajemen secara berkala. Hambatan-hambatan seperti sumber daya
manusia yang terbatas sampai banyaknya pekerjaan, menyebabkan
fokus karyawan mudah terbagi. Jangan sampai terjadi kendala dalam
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015, karena hal itu
dapat merugikan organisasi di kemudian hari jika terus diabaikan.
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta perlu merumuskan suatu
perencanaan, pengendalian, dan peningkatan mutu yang berkelanjutan
sehingga hambatan yang ada dapat diatasi agar manajemen organisasi
lebih rapi sehingga pencapaian tujuannya lebih mudah.
Langkah awal yang dilakukan Perpustakaan Proklamator Bung
Hatta untuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
dalam menunjang pelayanan informasi perpustakaan adalah adanya
sosialisasi dari top management untuk pihak eksternal dan internal.
Dengan memberikan kesadaran kepada karyawan terhadap pentingnya
menjaga kualitas produk dan jasa agar eksistensi organisasi tetap terjaga
berdasarkan standarisasi prosedur kerja. Kesadaran setiap individu yang
terlibat, dalam memahami pentingnya sistem manajemen, membuat
prosedur dan pertanggungjawaban kerja dalam struktur organisasi
semakin jelas. Kemudian akan berdampak pada peningkatan persepsi
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 57
pemustaka terhadap kualitas, yang dapat dilihat melalui survey kepuasan
pelanggan. Kita menyadari bahwa segala hambatan dapat diatasi apabila
semua pihak dapat terlibat dalam kegiatan organisasi.
Tim Pendampingan Agussyarief mengatakan, “Yang harus
dilakukan untuk penerapan ISO 9001:2015 adalah kerja sama/
teamwork semua karyawan dan pimpinan, support dari Top
Management, kesamaan tujuan penerapan ISO 9001:2015,
komitmen menjalankan apa yang sudah disepakati, tindakan
perbaikan dan peningkatan berkelanjutan.” ujarnya.
International Organization for Standarization (ISO) menyebutkan
ada 7 (tujuh) prinsip yang mendasari Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 yaitu; fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan karyawan,
pendekatan proses, improvement atau perbaikan, pengambilan
keputusan berdasarkan bukti, dan manajemen hubungan. Sebab,
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 berisi tentang penekanan pada
keterlibatan kepemimpinan, pengarahan risiko, peluang perusahaan
secara terstruktur, penggunaan bahasa, dan istilah yang umum serta
sederhana. Sehingga memudahkan organisasi lain yang menggunakan
beberapa sistem manajemen; pengarahan manajemen rantai pasokan
yang lebih efektif; serta lebih mudah digunakan untuk perusahaan jasa
dan perusahaan yang berbasis pengetahuan.
Saat ini Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sedang melakukan
pembenahan untuk berusaha meningkatkan kepercayaan pemustaka
dengan penerapan sistem mutu ISO 9001:2015. Oleh karena itu,
tulisan artikel ini akan berlanjut pada pembahasan berikutnya dengan
mengupas bagaimana langkah melakukan Upgrade Sistem Manajemen
Mutu (SMM) ISO 9001:2008 ke versi 2015. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi perusahaan atau organisasi
yang ingin mempertahankan sertifikat ISO sebagai komitmen untuk
menjaga konsistensi mutu layanan.
58 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ISO bukanlah tujuan
akhir, tetapi alat untuk mencapai tujuan kepuasan pelanggan. Apabila
manajemen dan administrasi tertata rapi, tetapi tidak memberikan
kepuasan kepada pelanggan, maka seritifikasi ISO itu tidak ada gunanya.
Dengan adanya sertifikasi ISO ini tentunya perpustakaan akan selalu
meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan dan diharapkan pimpinan serta semua karyawan selalu
berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perbaikan
secara terus menerus dan berkelanjutan.
Saat ini di Indonesia, banyak perpustakaan yang sudah
menjaminkan mutunya dengan standard internasional, “Good is not
enough if better is possible”, demikian slogan motivasi yang harus kita
yakini bersama. Apabila penjaminan mutu secara internal semakin baik
maka perpustakaan tidak akan mendapatkan kesulitan untuk memenuhi
ukuran penjaminan mutu yang ditetapkan secara global.
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 di dunia
perpustakaan merupakan suatu proses berkesinambungan dan
membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam organisasi tersebut.
Manajemen puncak (top management) dalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 diharuskan cukup aktif dan selalu mendorong
anak buahnya untuk dapat menjalankan sistem mutu tersebut dengan
optimal dan selalu ada dalam proses.
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 dalam dunia
perpustakaan bukan bertujuan untuk memperoleh sertifikat. Oleh karena
itu, sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat sangatlah keliru jika
perpustakaan menerapkan sistem tersebut hanya bertujuan untuk
mendapatkan sertifikat. Hal yang lebih penting dan harus dipertahankan
bahkan ditingkatkan oleh perpustakaan yang menerapkan sistem
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 59
manajemen mutu ISO 9001:2000 tersebut adalah komitmen organisasi
terhadap mutu jasa kepada pemustaka, dan improvement proses operasi.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 adalah versi terbaru
dari versi sebelumnya yaitu ISO 9001:2008. Salah satu ciri penerapan
ISO 9001:2015 adalah diterapkannya pedoman Manajemen Risiko yang
bertujuan untuk meningkatkan pondasi dan konsistensi dalam beberapa
tahun ke depan. Perbedaan dari ISO 9001:2008 yaitu manajemen puncak
atau Top Management diminta untuk ikut berperan aktif dalam proses
yang berjalan pada perusahaan atau organisasi dan menerapkan kontrol
risiko dalam organisasinya.
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sebagai Unit Pelaksana
Teknis Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah mendapatkan
sertifikat Sistem Mutu ISO 9001:2008 dengan nomor sertifikat QMS/518
dan berhasil mempertahankan sertifikat ISO sejak 4 Desember 2015.
Dalam hal ini sertifikat diberikan atas pemenuhan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) terhadap persyaratan SNI ISO 9001:2008 dengan ruang
lingkup sertifikasi pada Seksi Pelayanan Informasi Perpustakaan, yang
telah menerapkan ISO 9001:2008.
Namun, organisasi yang ingin memiliki sertifikasi dianjurkan
beralih ke ISO 9001:2015, karena masa berlaku ISO 9001:2008 habis
pada tanggal 21 September 2018. Karena komitmen dan konsistensi
dari top management dan Stakeholder, maka Perpustakaan Proklamator
Bung Hatta kembali memperoleh sertifikasi sistem manajemen mutu
dengan melanjutkan atau meng-upgrade sertifikasi SMM ISO 9001:2008
ke ISO 9001:2015 untuk periode tiga tahun ke depan, tahun anggaran
2019–2021 dengan nomor sertifikat QMS/518 berlaku dari tanggal 1
November 2018 hingga 03 Desember 2021.
Dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta merupakan suatu langkah
60 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
yang tepat untuk menjaga konsistensi mutu layanan dan juga untuk
memenangkan persaingan global. Dalam upaya penerapan sistem yang
baru, dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap pihak yang terlibat
di dalam organisasi, dan tindakan tegas dari top management dalam
organisasi. Salah satu aspek keberhasilan penerapan sistem manajemen
mutu adalah adanya komitmen manajemen yang kuat dan berkelanjutan.
Selain komitmen pada penerapan sistem mutu ISO, juga menjalankan
kebijakan mutu UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, memastikan
penetapan sasaran mutu yang dijalankan secara konsisten, melakukan
tinjauan manajemen secara berkala, dan memastikan sumber daya yang
berkualitas.
Langkah awal yang dilakukan Perpustakaan Proklamator Bung
Hatta untuk Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam
menunjang Pelayanan Informasi Perpustakaan adalah adanya sosialisasi
dari top management untuk pihak eksternal dan internal. Dengan cara
memberikan kesadaran kepada karyawan betapa pentingnya menjaga
kualitas produk dan jasa agar eksistensi organisasi tetap terjaga
berdasarkan standarisasi prosedur kerja. Keterlibatan kesadaran individu
dalam hal ini bersifat urgent guna memahami sistem manajemen, ini
didasari agar pertanggungjawaban kerja di setiap struktur organisasi pun
semakin jelas. Yang kemudian ke depan diprediksi akan meningkatkan
persepsi pemustaka terhadap kualitas layanan melalui survey kepuasan
pelanggan. Kita menyadari bahwa segala hambatan dapat diatasi apabila
semua pihak dapat terlibat dalam kegiatan organisasi.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 61
Layanan Perpustakaan
Bagi Disabilitas
Lana Yurisa Ayodya
Buku merupakan jendela dunia adalah salah satu pepatah yang tak lagi
asing di telinga kita. Di dalam buku kita dapat membaca isi-isi pemikiran
manusia dari berbagai zaman maupun tempat. Dalam dimensi tertentu,
dapat dikatakan bahwa buku merupakan sebuah sarana sosialisasi, yang
di dalamnya terdapat informasi-informasi yang tertuang dalam simbol-
simbol yang terangkai hingga memiliki makna. Lebih jauh lagi, apa yang
dibaca oleh seseorang dapat menentukan atau mengarahkan tingkat
intelektual, luasnya wawasan, bahkan pola pikir seseorang.
Dalam perkembangan zaman, buku-buku tersebut dikumpulkan,
dan dijadikanlah sebuah perpustakaan, yang bukan hanya menjadi tempat
untuk menyimpan buku, namun juga tempat untuk belajar, mencari
dan mengembangkan informasi ataupun lembaga pendidikan, dan juga
sebagai sarana edukatif dalam pendidikan yang dikelola sedemikian
rupa. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia
yang tercantum dalam UUD 1945 ialah mencerdaskan kehidupan
bangsa secara menyeluruh dan merata melalui proses pendidikan yang
berkaitan langsung dengan kegiatan belajar dan membaca. Untuk dapat
mengamalkan tujuan tersebut, perpustakaan harus dapat dijangkau oleh
semua masyarakat Indonesia. Hal ini terwujud dalam sila ke-5 Pancasila
yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
62 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Indonesia terdiri dari berbagai unsur masyarakat, baik itu suku,
agama, budaya, dan ras, termasuk di dalamnya adalah penyandang
disabilitas. Merujuk pada pembukaan UUD 1945 dan juga sila ke-5
Pancasila, maka penyandang disabilitas berhak untuk memiliki akses
pada pelayanan publik, baik itu instansi kepemerintahan maupun swasta.
Perpustakaan sebagai salah satu lembaga pelayanan publik, bukan hanya
harus dapat diakses oleh penyandang disabilitas, namun juga harus
dapat memberikan pelayanan yang dapat mewadahi kebutuhan para
disabilitas.
Kaum disabilitas adalah mereka yang anak memiliki kelainan dari
orang pada umumnya (kurang atau melebihi orang pada umumnya), lalu
kelainan tersebut menimbulkan hambatan, dan juga hambatan tersebut
membutuhkan pelayanan khusus. Pada dasarnya, terdapat beberapa
jenis hambatan pada kaum disabilitas, yaitu tunanetra (hambatan
penglihatan), tunarungu (hambatan mendengar), tunagrahita (hambatan
intelektual), tunadaksa (hambatan fisik), tunalaras (hambatan emosi dan
perilaku).
Pada kenyataannya, fasilitas layanan untuk disabilitas di
Perpustakaan Nasional Indonesia sudah ada, dengan menyediakan
guiding block, tempat khusus parkir kendaaraan untuk disabilitas, akses
kursi roda, maupun ruang layanan lansia dan disabilitas yang terletak di
lantai 7. Akan tetapi, di layanan disabilitas sendiri baru memadai untuk
pemustaka tunanetra. Hal ini terlihat dari ragam koleksi braille dan juga
audiobook. Koleksi pada ruangan ini tidaklah memadai untuk kaum
disabilitas dengan hambatan-hambatan lain. Memang, kaum disabilitas
lain tidak membutuhkan jenis koleksi khusus seperti tunanetra, namun
mereka tetap membutuhkan pelayanan khusus. Selain itu, karena
sebagian besar tunanetra bekerja sebagai pemijat dan pemusik, maka
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 63
akan lebih baik apabila diadakan koleksi-koleksi mengenai ilmu memijat,
teori musik, serta partitur musik.
Pelayanan khusus yang dibutuhkan tunagrahita dan autistik yaitu
diperlukannya perhatian khusus dari pustakawan, karena pada beberapa
kasus, anak autis memiliki rasa over sensitif terhadap rangsangan-
rangsangan tertentu, seperti rangsangan suara, sentuhan, dan visual.
Selain itu, anak tunagrahita dan autis membutuhkan buku yang sesuai
dengan tingkat intelegensi dan ketertarikan mereka. Biasanya mereka
tertarik dengan buku anak yang penuh dengan gambar dan berwarna-
warni.
Untuk para tunarungu dengan hambatan komunikasi dan
pendengaran, dibutuhkan pustakawan yang menguasai bahasa isyarat,
sehingga masalah komunikasi dapat terpecahkan. Selain itu, karena
sebagian besar tunarungu bermata penghasilan sebagai pengrajin
kerajinan tangan, buku-buku mengenai kerajinan tangan perlu
diperbanyak. Untuk keadaan darurat, diperlukannya pictogram atau
simbol-simbol lainnya yang menunjukkan keadaan darurat serta arah
pintu darurat secara visual.
Adapun pelayanan khusus bagi tunadaksa terletak pada rak-
rak buku yang mudah diraih, dan Lorong-lorong antar rak yang dapat
dilewati kursi roda dan tongkat kruk. Selain itu, struktur bangunan juga
harus memadai, dengan tersedianya jalur khusus kursi roda serta toilet
khusus yang dilengkapi dengan pegangan yang kokoh di area toilet.
Untuk tunalaras, tidak ada syarat maupun jenis koleksi khusus,
mengingat tunalaras memiliki tingkat intelegensi rata-rata orang pada
umumnya. Pelayanan yang dapat dilakukan, yakni dengan mempersiapkan
pustakawan untuk memberikan perhatian lebih, karena anak tunalaras
memiliki hambatan dalam pengendalian emosi dan hubungan sosial.
64 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Pada akhirnya, perpustakaan dapat digunakan sebagai wadah
untuk membaca. Perpustakaan juga harus dapat diakses oleh seluruh
masyarakat Indonesia, termasuk kaum disabilitas. Tentu saja, bukan
hanya koleksi, namun pelayanan disabilitas harus disesuaikan dan
dipertimbangkan agar dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
terutama kaum disabilitas.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 65
Mengorganisasikan Informasi
Mariana Ginting
Perpustakaan merupakan sistem informasi yang berfungsi menyediakan,
mengolah, dan menyampaikan informasi yang terdapat dalam koleksinya.
Koleksi perpustakaan harus diorganisir dan diolah sesuai standar yang
ditetapkan, sehingga informasi tersebut dapat disimpan dan ditemukan
kembali secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, perpustakaan
memerlukan suatu sistem temu kembali informasi (information retrieval
system).
Seorang manajer di perpustakaan harus mampu mengendalikan
dan memanfaatkan semua faktor dan sumber daya yang ada agar
dapat digunakan secara efektif dalam mencapai sasaran. Perpustakaan
sebagai wadah yang sifatnya statis maupun sebagai kegiatan yang
sifatnya dinamis, di dalamnya terdapat suatu proses penggunaan dan
pemanfaatan semua sumber daya yang dilakukan oleh manajer yang
diarahkan untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditentukan.
Dalam praktiknya, kegiatan organisasi koleksi berkaitan dengan
pembuatan katalog perpustakaan. Berdasarkan Standar Nasional
Perpustakaan (SNP) kegiatan pengorganisasian dimulai dengan
mendeskripsikan bahan pustaka, diklasifikasi, diberi tajuk subjek dan
disusun secara sistematis dengan pedoman yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional. Jadi pengorganisasian bahan pustaka bisa
penulis artikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk mengatur
bahan pustaka agar sistematis dan mudah diakses oleh pengguna.
66 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Pengorganisasian bahan perpustakaan merupakan salah satu
kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan ini
memungkinkan koleksi perpustakaan tertata secara sistematis dan
dapat ditemukan kembali secara efektif dan efisien. Sebagai kegiatan
pokok, kinerja pengolahan bahan perpustakaan sangat memengaruhi
keberhasilan perpustakaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Untuk itu, kegiatan pengolahan bahan perpustakaan perlu dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya secara profesional dan taat asas. Pengolahan
bahan-bahan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan di
perpustakaan yang bertujuan untuk melakukan pengaturan bahan
perpustakaan yang tersedia agar dapat disimpan di tempatnya menurut
susunan tertentu.
Temu kembali informasi
Salah satu kiat untuk temu kembali informasi yang ada di perpustakaan
dengan puluhan ribu bahkan jutaan judul buku adalah dengan cara
mengolahnya. Cara ini biasa disebut dengan katalogisasi, atau lebih
spesifiknya disebut pengatalogan deskriptif (descriptive cataloguing).
Menurut Sulistyo-Basuki (2013), pengatalogan deskriptif adalah proses
pengatalogan yang mengidentifikasi dan mendeskripsi paket informasi,
perekaman informasi dalam cantuman bibliografis, dan pembentukan titik
akses. Katalogisasi sendiri memiliki arti sebagai proses membuat katalog,
sedangkan katalog adalah daftar koleksi sebuah perpustakaan. Katalog
yang sering kita dengar sehari-hari merupakan kata/istilah yang berasal
dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau benda yang
disusun untuk tujuan tertentu, sedangkan katalog berdasarkan ilmu
perpustakaan berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang
disusun menurut sistem tertentu. Katalog perpustakaan memuat semua
bahan perpustakaan (buku, majalah, kaset, CD, dan lain lain) yang ada di
rak koleksi.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 67
Katalog merupakan wakil dokumen yang dikoleksi oleh suatu
perpustakaan. Melalui katalog seseorang dapat mencari bahan
perpustakaan/menelusuri informasi dengan cepat dan tepat, baik
melalui pengarang, subjek, dan judul bahan perpustakaan. Pustakawan
perlu memerhatikan kaidah/ peraturan yang telah ditetapkan pada
AACR II atau Peraturan Katalogisasi Indonesia secara konsisten dalam
membuat katalog. Ada delapan daerah dalam deskripsi bibliografi
bahan pustaka, yaitu judul dan dan penanggung jawab karya, edisi,
data khusus, impresum, kolasi, seri, catatan, dan nomor standar.
Adanya perkembangan teknologi memungkinkan kegiatan pengatalogan
dilakukan dengan menggunakan Format INDOMARC, yaitu suatu format
yang seragam untuk memudahkan temu kembali secara online dan juga
untuk pertukaran data.[]
68 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Apa, Sih, Susahnya Mengelola
Acara (Event) Bagi Pustakawan
Ketika Harus Berkarya
Renda Khris Ardhi Artha
Pengetahuan umum masyarakat bahwa pustakawan adalah seseorang
yang bekerja di perpustakaan untuk membantu orang menemukan buku,
majalah, koran (surat kabar) dan informasi lainnya yang dibutuhkan.
Gambaran yang terbayang di kepala adalah berkacamata, kutu buku,
judes, tidak murah senyum, galak dan asumsi negatif lainnya.
Bukan salah masyarakat awam, jika mereka tidak mengetahui apa
dan bagaimana kerja pustakawan. Pada awal tahun 2019, Perpustakaan
Nasional mencanangkan tagline “Pustakawan Berkarya berbasis inklusi
sosial untuk kesejahteraan” dimaknai sebagai upaya mewujudkan peran
pustakawan dan perpustakaan menjadi bagian dalam menyejahterakan
masyarakat dengan pendekatan pelayanan perpustakaan yang
berkomitmen meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Sebuah tuntutan peran pustakawan untuk memiliki banyak ide dan
gagasan dalam melakukan terobosan baru untuk membangun citra yang
lebih baik, menarik, dan menjadi kebutuhan masyarakat. Ide, gagasan,
dan terobosan diseminasi literasi ini bermuara keaktifan membaca
baik yang tersirat maupun tersurat akan meningkatkan keterampilan
dan pemahaman masyarakat, disertai dengan mengikuti workshop-
workshop, talkshow, bimbingan teknis, pendidikan, dan pelatihan yang
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 69
diselenggarakan pihak perpustakaan secara berkelanjutan. Dampak
yang diharapkan adalah wawasan masyarakat meningkat, dukungan
keterampilan siap kerja dan tersertifikasi (certified) sesuai standar profesi
yang diakui Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi.
Pustakawan menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 9 Tahun 2014 adalah jabatan fungsional (PNS)
yang diberi tanggung jawab, wewenang, dan hak melakukan kegiatan
kepustakawanan, dengan tugas pokok pustakawan adalah melaksanakan
kegiatan di bidang kepustakawanan yang meliputi pengelolaan
perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan sistem
kepustakawanan. Kesimpulan profesi pustakawan memiliki kewenangan
teknis.
Kita ketahui bahwa untuk menyelenggarakan kegiatan
teknis diperlukan dukungan biaya (anggaran) dan sarana prasarana.
Kewenangan administrasi ini berada pada manajemen yang diwakili oleh
pejabat struktural di perpustakaan. Idealnya, profesi pustakawan wajib
bersinergi dengan manajemen sehingga aktivitas teknis yang dikelolanya
bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Kendala dan hambatan yang terjadi adalah tidak tercapainya
kesepahaman antara pustakawan dan manajemen. Banyak faktor
yang menjadi sumber ketidaksepahaman adalah perbedaan visi dan
misi, manajemen yang menyusun dan memiliki program/kegiatan
tidak berkoordinasi dengan pustakawan, rendahnya opini manajemen
terhadap pustakawan, rendahnya keterlibatan pustakawan dalam
pelaksanaan kegiatan/program yang diselenggarakan oleh manajemen.
Kendala yang paling sederhana adalah mewujudkan tagline yang
dideklarasikan. Kenapa bisa begitu? Penjelasan sederhananya adalah
rencana anggaran/pembiayaan diajukan pada tahun sebelumnya,
70 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
sementara tagline dibuat atau disusun, disepakati, dan dideklarasikan
di awal tahun anggaran berjalan. Dampaknya adalah program/kegiatan
yang sudah disahkan harus direvisi, atau output-outcome mendadak
disesuaikan dengan tagline, dan seterusnya.
Pembiayaan di perpustakaan itu terencana, bisa direvisi, yang
pasti tidak fleksibel. Sebagai pustakawan yang dituntut untuk profesional,
permasalahan administrasi wajib mampu disiasati sehingga dapat
mewujudkan ide dan gagasan dalam bentuk program/kegiatan sesuai
kebijakan yang ditetapkan.
Deklarasi tagline 2019, “Pustakawan Berkarya berbasis inklusi
sosial untuk kesejahteraan”, kita cermati sebagai pustakawan profesional
pasti berkarya. Basis inklusi sosial wajib mengikutsertakan masyarakat
dalam kegiatan yang diinisiasi oleh pustakawan maupun perpustakaan
dengan memperhatikan kepentingan, profesi, hobi, dan minat masyarakat
yang beragam.
Tidak semuanya bisa diapresiasi dalam bentuk program/
kegiatan perpustakaan karena di luar pakem penganggaran serta susah
mempertahankan argumentasi ketika diajukan pembiayaannya. Semisal
trending minat pengguna perpustakaan terhadap profesi tata rias
wajah (make-up artist), tarot (membaca kartu tarot), e-sport (games/
permainan), drone, Literasi Kopi (budaya baru tentang kopi), dan
lainnya. Penyelenggaraan workshop dan talkshow ini bisa diinisiasi oleh
pustakawan dengan biaya yang rendah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pustakawan selaku
penyelenggara atau Person In Care (PIC), adalah: tema, audiens/peserta,
narasumber, lokasi dan sarananya, publikasi, sertifikat.
Umumnya, institusi perpustakaan temanya tidak jauh dari
bahan pustaka (buku dan sejenisnya), pustakawan (SDM di lingkungan
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 71
perpustakaan), dan kepustakawanan (pengembangan profesi). Secara
umum, tema tersebut telah disediakan biaya/anggaran. Di luar konteks
tersebut, pustakawan wajib mengemas tema acara semenarik mungkin
bagi masyarakat calon peserta acara, disesuaikan dengan tren terbaru,
semisal, smartphone fotografi, selebgram, blogger, vlog (video blog), dan
lainnya. Tren tersebut dikemas materi literasinya, lalu didiseminasikan
dalam bentuk workshop.
Bila tema menarik dan sedang menjadi pembicaraan di
masyarakat (trending topic) akan sangat mudah menarik banyak peserta
untuk mengikuti acara yang diselenggarakan. Bila jumlah peminat banyak
bisa dibagi menjadi sejumlah event yang disesuaikan jumlah kursi yang
tersedia.
Pengumuman acara karena tidak memiliki biaya, buatlah infografis
(flyer) semenarik mungkin dengan dukungan gambar dan warna serta
informasi yang mencakup penanggungjawab acara (logo dan/atau
nama intitusi), tema acara, siapa narasumber, siapa narahubung, media
komunikasi narahubung, ketentuan peserta yang bisa mengikuti acara
dimaksud, lokasi dan waktu acara, informasi berbayar/gratis, cara
pendaftaran/registrasi, dan disebarkan melalui media sosial seperti
instagram, facebook, dan whatsapp group. Pendaftaran dan registrasi
online baik berbasis web, menggunakan google form atau bisa melalui
www.loket.com portal web acara yang berbiaya Rp0,00.
Narasumber/instruktur yang ahli di bidangnya atau dinilai pakar/
ahli oleh masyarakat akan menarik minat masyarakat untuk mengikuti
acara. Kendalanya adalah besarnya tarif narasumber dan tidak adanya
biaya dari penyelenggara, kuncinya adalah pada kedekatan atau
pendekatan personal pustakawan ke narasumber.
Oleh karena minim biaya, lokasi acara dan sarana pendukung
memanfaatkan ruang serbaguna perpustakaan, termasuk sarana LCD
72 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
projector, screen, sound system, meja kursi, lighting panggung, dan
seterusnya. Bila tidak tidak tersedia, solusinya adalah berkolaborasi
dengan pemilik ruang pertemuan yang sesuai dan selaras dengan
tujuan dan fungsi organisasi. Contohnya, terkait literasi dengan institusi
perpustakaan, misalnya, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Provinsi
maupun Perpustakaan Kabuaten/Kota. Terkait dengan pengembangan
SDM dan Budaya dengan institusi pendidikan, misalnya, Kemendikbud
dan Dinas Pendidikan, tema Jurnalistik dan pewarta foto dengan unit
kerja kehumasan/dinas penerangan, dan seterusnya.
Acara bisa dilaksanakan half day (dilaksanakan antara jam 08.00-
11.00 WIB atau 13.00-16.00 WIB) atau bila dilakukan sepanjang hari (full
day) disampaikan pengumuman atau pemberitahuan, baik langsung
maupun pada flyer bahwa acara bersifat untuk umum dan gratis, panitia
tidak menyediakan konsumsi dan seminar kit.
Terakhir adalah pengiriman e-Sertifikat ke peserta melalui email,
media sosial (Whatsapp, Line, dan lain-lain), atau link share google
drive. E-Sertifikat dibuat menggunakan aplikasi desain grafis, seperti
Photoshop, Corel Draw, Adobe Illustrator, dalam soft file pdf.
Banyak jalan menuju Roma, demikian bagi pustakawan
profesional. Hambatan wajib diatasi sehingga ide dan gagasan bisa
diwujudkan, implementasi pustakawan berkarya dan perpustakaan
berbasis inklusi sosial untuk kesejahteraan terwujud. Semangat berkarya
pustakawan. Salam literasi![]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 73
Akun Belanja Perpustakaan
Nasional: Implementasi,
Masalah dan Solusinya
Wahyu Nurhayati
Joko Widodo menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden
terpilih pada Pilpres 2019 di Sentul International Convention Center
(SICC) Bogor, Minggu (14/7/2019) malam.
Kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru
dalam mencari solusi dari setiap masalah-masalah yang kita hadapi
dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus mau dan akan kita
paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola
lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga,
maupun dalam mengelola pemerintahan. yang sudah tidak efektif, kita
buat menjadi efektif. yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien.
Poin KEEMPAT, Beliau menyampaikan bahwa sangat penting bagi
kita untuk mereformasi birokrasi kita, agar lembaga semakin sederhana,
semakin simpel, semakin lincah!
Serta poin KELIMA, disampaikan bahwa kita harus menjamin
penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran. Setiap rupiah yang
keluar dari APBN, semuanya harus kita pastikan memiliki manfaat
ekonomi, memberikan manfaat untuk dan kesejahteraan untuk
masyarakat.
74 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Demikianlah memastikan penggunaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang fokus dan tepat sasaran di Perpustakaan
Nasional RI tercinta merupakan bagian tugas pokok dan fungsi dari
Inspektorat Perpustakaan Nasional RI selaku Lembaga Negara non
Kementerian di Indonesia.
Selaku auditor internal pada Inspektorat sebagai Aparat
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dituntut untuk melaksanakan
fungsi sebagaimana definisi auditor intern yang dikembangkan oleh
organisasi auditor internasional (The Institute of Internal Auditors/IIA):
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s. Its help an
organization accomplish its objectives by bringing systematic, diciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management,
control and governance process”.
Prinsipnya bahwa pelaksanaan peran Inspektorat sebagai APIP
yang efektif adalah membantu manajemen di lingkungan Perpustakaan
Nasional dalam mencapai tujuan organisasi secara taat, hemat dan efisien
sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, dengan memberikan nilai
tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Di mana karakter auditor
intern adalah sebagai penjamin (assurance) yang independen dan tidak
berpihak (objective) dan aktivitas konsultasi (consulting). Inspektorat
menyinergikan antara kegiatan proses manajemen risiko, pengendalian
dan tata kelola akan menghasilkan lingkungan pengendalian yang
kondusif. Peran Inspektorat sebagai internal auditor tersebut sesuai
dengan maksud pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang SPIP yang menyatakan perwujudan peran APIP yang efektif:
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi, serta efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 75
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah;
3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Inspektorat Perpustakaan Nasional secara efektif harus dapat
mewujudkan peran dan fungsinya dalam memberikan jaminan kualitas
(quality assurance) atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan
akuntabilitas kinerja kepada Pimpinan Perpustakaan Nasional, serta
memberikan keyakinan dan konsultasi kepada seluruh unit di lingkungan
Perpustakaan Nasional.
Permasalahan Akun Belanja
Akun Belanja adalah daftar akun buku besar yang ditetapkan dan disusun
secara sistematis untuk memudahan perencanaan dan pelaksanaan
anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah.
Masalah akun belanja Perpustakaan Nasional RI.
1. Laporan Hasil Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
RI atas Sistem Pengendalian Intern nomor: 84B/HP/XVI/05/2018
tanggal 11 Mei 2018
Pada LHP tersebut disebutkan bahwa adanya belanja barang
direalisasikan untuk belanja modal dan belanja modal digunakan
untuk belanja barang, dengan rincian sebagai berikut:
a. Belanja barang digunakan untuk pengadaan jasa konsultan
pengawas pekerjaan perolehan aset (belanja modal);
76 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
b. Belanja barang digunakan untuk perolehan aset tetap peralatan
dan mesin;
c. Belanja modal digunakan untuk belanja barang yang diserahkan
kepada masyarakat;
d. Belanja modal digunakan untuk belanja pemeliharaan;
e. Belanja modal digunakan untuk pembelian bahan habis
2. Laporan Hasil Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
RI atas Sistem Pengendalian Intern nomor: 84B/HP/XVI/05/2018
tanggal 15 Mei 2019.
Pada LHP tersebut disebutkan adanya belanja modal
direalisasikan untk belanja barang, dengan rincian sebagai berikut:
a. Belanja modal direalisasikan sebagai belanja bahan (tabel hal.
9 LHP)
b. Belanja modal direalisasikan untuk beban non operasional
lainnya (tabel hal. 10)
c. Belanja modal direalisasikan untuk beban pemeliharaan Gedung
dan bangunan (tabel hal. 10)
d. Belanja modal direalisasikan untuk beban pemeliharaan
peralatan dan mesin
Pada LHP tersebut disebutkan bahwa adanya belanja barang
digunakan untuk belanja modal dan belanja modal digunakan untuk
belanja barang senilai
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 77
Temuan BPK terkait Akun Belanja
Implementasi dan Solusi Akun Belanja
1. Perencanaan:
a. Perencanaan kegiatan;
1) Dimulai dari apa rencana kegiatan yang akan disusun
melalui Kerangka Acuan Kerja.
Pada tahap ini disusun mulai dari latar belakang,
maksud tujuan, sasaran ruang lingkup, apa berapa lama,
dan dimana kegiatan akan dilakukan, berapa anggaran yang
akan digunakan dengan pembebanan akun belanja yang
sesuai dan juga output maupun outcome-nya.
2) Pada kerangka acuan kerja ini, auditor dapat memberikan
masukan melalui reviu.
Dilakukan pembahasan antara penyelenggara
kegiatan, Biro Hukum dan Perencanaan serta Inspektorat.
78 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
b. Perencanaan pertanggungjawaban keuangan;
Pada tahap ini dianalisis berdasarkan rencana dari kegiatan,
apakah akan dipertanggungjawabkan melalui penggantian
uang persediaan (UP) atau secara langsung (LS) baik yg bersifat
swakelola maupun tender.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Penyelenggara kegiatan harus konsisten terhadap segala
sesuatu yang telah dituangkan pada saat penyusunan rencana
kerja yang tertuang pada KAK, dengan kata lain perencanaan
sama dengan pelaksanaan.
b. Jika terdapat penambahan atau pengurangan terhadap
pekerjaan, harus dianalisis apakah sampai berdampak dengan
akun belanja yang digunakan.
c. Pada saat pengajuan pertanggungjawaban keuangan,
peran dari tim verifikasi keuangan perlu dioptimalkan, tidak
terbatas pada petunjuk operasional kegiatan terkait kegiatan
dan jumlah anggaran, tetapi sampai dengan konten dari
pertanggungjawaban keuangan itu sendiri/kesesuaian antara
kegiatan yang dipertanggungjawabkan dengan pembebanan
akun belanjanya, juga peran Bagian Keuangan pada saat
melakukan evaluasi pertanggungjawaban keuangan.
d. Peran Inspektorat, dalam hal ini auditor pada saat melakukan
pemeriksaan maupun evaluasi perlu dioptimalkan, khususnya
mengenai esensi dari kegiatan dengan pembebanan akun
belanjanya.
e. Peran tim dari UAKPB/tim pengelola aplikasi SIMAK BMN
perlu dioptimalkan, yaitu pada saat melakukan perekaman/
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 79
penginputan kedalam aplikasi SIMAK BMN agar dilakukan
analisis terlebih dahulu mengenai esensi pertanggungjawaban
keuangan dengan pembebanan akun belanjanya.
3. Pelaporan
a. Peran dari Tim Penyusun Laporan Keuangan agar dioptimalkan
terkait dengan kode perkiraan/akun dan nilai pada neraca
dengan sumber-sumber perolehan akun belanja terkait.
b. Peran dari Inspektorat dalam melakukan pendampingan
penyusunan laporan keuangan perlu dioptimalkan.
Permasalahan akun belanja yang berulang selama 5 tahun
terakhir di Perpustakaan Nasional mengindikasikan rendahnya
kinerja SDM pengelola keuangan Perpustakaan Nasional dalam
pengelolaan anggaran. Pada proses perencanaan perlu keterbukaan
dan kejelasan Kerangka Acuan Kerja yang meminimalisir kesalahan
penempatan kode akun belanja. Pada pelaksanaan idealnya realisasi
anggaran mengikuti “kurva S”, yaitu cenderung stabil pada awal
tahun, kemudian meningkat pada pertengahan tahun dan kembali
stabil menjelang akhir tahun anggaran, hanya menyelesaikan
sisa kegiatan dan merapikan administrasi pengelolaan keuangan.
Faktanya adalah realisasi anggaran yang cenderung rendah di awal
tahun dan menumpuk di akhir tahun. Imbasnya adalah berkurangnya
kontrol dan kecermatan SDM pengelola keuangan.
Dampak yang timbul adalah tidak akuratnya Laporan
Keuangan Perpustakaan Nasional yang berimbas pada pernyataan
profesional pemeriksa (Opini BPK RI) mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan Perpustakaan
Nasional. Di mana Pemberian opini audit ini dapat meningkatkan
kepercayaan pengguna laporan keuangan pemerintah atas informasi
80 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
yang disajikan serta mencerminkan tingkat kinerja pengelola
keuangan Perpustakaan Nasional.
Alternatif solusinya adalah:
1. Bagian Hukum dan Perencanaan membuat rencana penggunaan
akun belanja pada tahun anggaran yang akan berjalan dalam
bentuk keputusan dan didiseminasikan kepada seluruh
pengelola keuangan di lingkungan Perpustakaan Nasional;
2. Meningkatkan kualitas SDM Pengelola keuangan,di lingkungan
Perpustakaan Nasional;
3. Konsultasi pengelolaan keuangan ke Bagian Keuangan, Bagian
Perencanaan dan/atau ke Inspektorat Perpustakaan Nasional;
4. Update regulasi yang diterbitkan pemerintah terkait
pengelolaan keuangan serta membuat aturan turunan dan
mendiseminasikannya dilingkungan Perpustakaan Nasional.
Capaian yang di harapkan adalah terwujudnya pengelolaan
APBN Perpustakaan Nasional yang fokus dan tepat sasaran berbasis
inklusi sosial untuk kesejahteraan untuk masyarakat.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 81
BAGIAN III
SERBA-SERBI PUSTAKAWAN
Tipe-Tipe Pengunjung
Perpustakaan Nasional
Arief Delta Riswanto
Perpustakaan Nasional ibarat rumah peradaban. Ia berperan
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koleksi yang disediakan
bagi para pengunjung. Perpustakaan Nasional juga merupakan titik
evakuasi mereka yang ingin menemukan keselamatan dari serangan
gelombang informasi yang datang bertubi-tubi tanpa penyaring. Selain
itu, Perpustakaan Nasional juga berperan sebagai pusat berkumpulnya
masyarakat dari berbagai latar belakang.
Setiap hari, ribuan orang berkunjung ke Perpustakaan Nasional.
Mulai pria hingga wanita, balita hingga orang tua, lajang sampai
bertunangan, dari dulu sampai sekarang. Bagaimanapun kondisinya,
para petugas perpustakaan akan melayani semua pengunjung yang
datang. Mereka akan berhadapan dengan sifat dan karakteristik para
pengunjung, sebab manusia adalah makhluk unik yang memiliki ribuan
kombinasi karakteristik yang berbeda satu sama lain. Khusus tentang para
pengunjung perpustakaan, setidaknya terdapat sepuluh tipe pengunjung
Perpustakaan Nasional yang menonjol.
Ramah Tamah
Tipe pengunjung ramah adalah favorit semua petugas. Mereka datang
dengan wajah berseri, penuh semangat, menyapa, dan menebar senyum
kepada setiap orang. Halus perangai, membuat senang orang-orang
84 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
yang melihatnya. Tipe ini biasanya datang, menyapa, mencari koleksi,
meminjam atau sekadar membaca di tempat, mengembalikan, menyapa
lagi, dan pulang. Simpel, efektif, dan efisien.
Si Setia
Pengunjung tipe ini adalah “pelanggan” setia Perpustakaan Nasional.
Hampir setiap hari mereka berkunjung ke perpustakaan. Pengunjung
ini bisa datang pada pagi, siang, atau sore hari. Mereka merupakan
pengunjung yang loyal pada beberapa layanan. Pengunjung ini dapat
dinominasikan sebagai pengunjung setia atau pengunjung paling rajin.
Terkadang, pengunjung tipe ini hafal betul koleksi yang ada di rak dan
lokasi-lokasi di setiap sudut ruang layanan.
Rock n Roll
Pengunjung tipe rock ‘n roll dapat dilihat dari gaya berpakaian yang
khas. Sering kali tipe ini merangkap tipe pengunjung setia. Oleh karena
begitu akrab dengan petugas Perpustakaan Nasional, dia menganggap
perpustakaan seperti rumah sendiri yang perlu dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan lancar dan fasih,
terkadang mengajak bersenda gurau dengan petugas yang ada.
Diam Seribu Bahasa
Bertolak belakang dengan tipe pengunjung sebelumnya. Tipe pengunjung
ini datang dan pergi tanpa suara, seolah mengendap-ngendap tanpa
jejak. Itulah tipe pengunjung yang diam seribu bahasa. Banyak teka-teki
yang harus petugas pecahkan ketika dia memasuki layanan perpustakaan.
Wajah datarnya lurus memandang rak koleksi tanpa menghiraukan
keberadaan petugas layanan. Inisiatif untuk bertanya maksud dan tujuan
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 85
pengunjung merupakan hal yang sebaiknya dilakukan oleh petugas jika
menemui tipe pengunjung seperti ini. Pengunjung ini adalah pengunjung
yang suka ketenangan, tidak suka intervensi, bahkan suara kursi yang
bergeser pun dapat memecahkan konsentrasinya.
Si Naik Pitam
Dia datang dengan semua masalah berat yang dialami. Tugas, PR,
penelitian, riset untuk pekerjaan, dan lain sebagainya. Kemudian,
ia mencurahkan semua kekesalan dan tekanannya tersebut kepada
petugas yang melayani tidak sesuai dengan kehendaknya. Namun, api
tidak bisa dilawan dengan api. Hanya petugas berhati lembutlah yang
dapat menaklukkan tipe pengunjung seperti ini. Maka, akan berbahaya
jika kita mengimbanginya dengan perasaan yang terlalu larut. Terlebih
jika ada penyakit yang ada dalam diri. Nikmati saja dan tetap profesional,
itulah kuncinya.
Tim “Hore!”
Suasana perpustakaan akan berubah ketika Tim Hore datang.
Perpustakaan akan lebih meriah, berdebar-debar, lebih bersemangat,
lalu tiba-tiba ruangan menjadi ramai. Tim Hore minimal beranggotakan
tiga hingga dua puluh orang dalam satu kelompok. Tim hore biasanya
datang pada hari tertentu. Misalnya pada hari libur. Mereka biasanya
mengunjungi setiap layanan yang ada di perpustakaan. Tim hore juga
berhasil membantu meningkatkan statistik kunjungan dalam satu hari.
Mabuk Asmara
Seperti kata pujangga, orang yang jatuh cinta seolah melihat dunia hanya
milik berdua. Di manapun tempatnya, dunia milik berdua. Di mikrolet,
86 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
di trotoar, di bajaj, bahkan di perpustakaan. Membaca buku berdua,
berkeliling rak bedua, menonton film berdua. Tapi tolong, tetap junjung
budaya ketimuran. Norma agama dan masyarakat tetap harus dipatuhi.
Kritikus Andal
Jika perpustakaan ingin melaju dan berkembang pesat, maka gandenglah
tipe pengunjung yang suka mengkritik. Dia akan berkomentar segala hal
yang terdapat di perpustakaan. Dia juga akan mengkritik segala kebijakan
yang akan, sedang, dan telah dilakukan. Namun, tipe pengunjung seperti
ini akan menjadi “musuh” petugas. Terlebih jika kritik yang disampaikan
adalah hal-hal yang sebenarnya masih bisa ditangani dan tidak perlu
dibesar-besarkan. Tapi bagaimanapun, demi kemajuan perpustakaan
dan petugasnya sendiri, kita harus selalu siap dikritik, entah itu kritik
pedas, manis, kecut, hingga pahit.
Anak-Anak “Kompleks Sebelah”
Tipe pengunjung ini dapat mengubah perpustakaan yang sakral menjadi
taman bermain yang membahagiakan. Kaos gambar Ultraman, celana
kolor, dan sandal jepit sebagai outfit andalan. Dengan modal kartu
anggota, mereka menyusuri setiap layanan. Tanpa didampingi orang tua,
mereka bebas berlarian. Namun, tipe pengunjung ini perlu diapresiasi
karena di umur yang belia, mereka sudah mengenal perpustakaan atas
kehendak pribadi. Jarang sekali orang tua mengenalkan perpustakaan
dan manfaatnya kepada anak-anak mereka. Maka, sebagai petugas
perlu juga untuk mengawasi dan mengarahkan anak-anak tersebut.
Pengunjung tipe ini biasanya datang pada saat libur sekolah atau libur
weekend.
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 87
Biarpun terkadang rumit dan penuh kejutan, Perpustakaan
Nasional akan melayani semua pengunjung yang datang. Dari Sabang
sampai Merauke, dari Pulau Rote sampai Miangas, dari balita hingga
orang tua, dan dari dulu sampai sekarang, akan selalu memberikan
pelayanan yang terbaik. Namun untuk memanfaatkan fasilitas negara
seperti Perpustakaan Nasional, pengunjung harus senantiasa mematuhi
peraturan yang ada demi ketertiban bersama, serta memahami bahwa
pengunjung Perpustakaan Nasional tidak hanya dikau seorang.
Perpustakaan Nasional adalah rumah yang akan menjadi tempat
kembali di saat lelah pergi mencari kebenaran informasi. Sebuah rumah
yang tak mewah tapi banyak yang berkunjung, beda dengan rumah yang
megah tapi sepi. Apa gunanya disediakan rumah tapi dibiarkan hanya
berdiri, tak disinggahi, dijauhi bahkan dikucilkan. Padahal, kita semualah
yang membangun fasilitas negara ini. Oleh karena itu, tumbuhkanlah rasa
memiliki sehingga Perpustakaan Nasional dapat menjadi perpustakaan
terbaik yang dimiliki seluruh masyarakat Indonesia. Jaya perpustakaan,
jaya pula bangsanya.[]
88 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Peran Mendongeng dalam
Meningkatkan Kecerdasan Anak
Faizuddin Ahmad
Mendongeng tentu saja bukan aktivitas baru bagi masyarakat. Banyak
orang tua dahulu yang menggunakan kegiatan mendongeng sebagai
sarana menidurkan si buah hatinya. Namun, tanpa disadari mendongeng
sudah jarang dilakukan oleh masyarakat. Padahal dengan perkembangan
zaman di era digital seperti sekarang ini orang tua lebih dimudahkan
untuk mengakses buku dongeng yang diinginkan.
Albert Einstein, ilmuwan jenius yang berkontribusi besar di
bidang fisika, bahkan mengakui pentingnya dari dongeng. Albert
Einstein mengatakan, “Logika akan mengantarkanmu dari titik A ke titik
B. Tetapi imajinasi membawamu pergi ke mana pun.” Adanya distorsi
mendongeng di masyarakat tentu saja menjadi perhatian khusus bagi
pemerhati dongeng di Indonesia. Banyak komunitas-komunitas yang
ingin memunculkan lagi kegiatan mendongeng di Indonesia, misalnya
Ayo Mendongeng Indonesia yang diinisiasi oleh Ariyo Zidni dan Rumah
Dongeng Mentari yang didirikan oleh anak muda inspiratif, Rona Mentari,
di Jogjakarta. Adanya kedua komunitas ini bertujuan untuk menyadarkan
para orang tua pentingnya mendongeng.
Manfaat Mendongeng bagi Anak
Ada seorang anak perempuan yang menderita down syndrome bernama
Jennifer Thomas. Dikabarkan bahwa sejak usia sekolah dasar ia sudah
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 89
memiliki nilai IQ 110 dan di atas rata-rata teman sebayanya. Berkat
kemampuannya tersebut, akhirnya ia dapat diterima di University of
Cambridge, Inggris. Usut punya usut, ternyata peningkatan kecerdasan
dari Jennifer Thomas berkat orang tuannya yang selalu membacakan
dongeng pada Jennifer sejak kecil.
Itulah sekelumit kisah dari keajaiban mendongeng yang
dapat membuat decak kagum semua orang. Maka dari itu, aktivitas
mendongeng menjadi sangat penting untuk orang tua. Mendongeng
dapat dijadikan sebagai sebuah kebiasaan yang bermanfaat untuk
meningkatkan kecerdasan anak. Berdasarkan penelitian dari G. Reid
Lyon, Ph.D, mendongeng kepada anak sebelum tidur bisa memicu
peningkatan perkembangan otak. Ada indikasi yang jelas perbedaan
neurologis antara anak-anak yang didongengkan dengan yang tidak.
Perbedaan itu mencakup kemampuan anak untuk lebih cepat terampil
berbahasa ketika ia terbiasa mendengarkan dongeng.
Pada dasarnya, mendongeng adalah perantara mengajar terbaik
bagi anak-anak. Anak akan cepat menerima dan melakukan sesuatu
lewat cerita yang didengarnya. Tak khayal melalui cerita-cerita yang
disampaikan lewat mendongeng, anak-anak akan lebih menerima nilai-
nilai dan moral yang terkandung dalam isi cerita. Dibandingkan ketika
orang tua memberitahunya secara langsung atau melalui sikap yang
keras. Anak-anak akan mengetahui nilai-nilai universal yang terdapat
pada setiap karakter di dalam cerita seperti gotong royong, berbagi
kepada orang lain, berbakti kepada orang tua dan membantu sesama.
Mereka akan mampu menyaring sifat-sifat yang baik dan buruk yang
kemudian akan diimplementasikan di alam nyata. Manfaat lain dari
mendongeng adalah mempererat hubungan emosional antara anak dan
orang tua.
90 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
Peran Pustakawan dalam Memperkenalkan Mendongeng
Perpustakaan sebagai sumber literasi memiliki peran penting dalam
memperkenalkan kembali kegiatan mendongeng pada masyarakat.
Perpustakaan Nasional RI, khususnya di layanan anak, senantiasa
mengadakan kegiatan mendongeng bagi anak-anak setiap ada kunjungan
dari sekolah atau pun komunitas tertentu. Bahan buku yang digunakan
diambil dari koleksi layanan anak sebagai upaya promosi sehingga anak-
anak banyak yang tertarik untuk membaca bukunya kembali.
Setiap setahun sekali, Perpustakaan Nasional bekerja sama dengan
komunitas-komunitas mendongeng di Indonesia untuk mengadakan
acara Festival Mendongeng Nusantara. Acara tersebut sangat bermanfaat
untuk menumbuhkan kembali kegiatan mendongeng di Indonesia.
Selain menghadirkan pendongeng-pendongeng terkenal di Indonesia,
festival ini juga menghadirkan beberapa pendongeng internasional,
seperti pendongeng asal Taiwan Chen Ming Hsiang dan Richard Dian
dari Filipina. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan seperti ini bisa diadopsi
oleh perpustakaan-perpustakaan di daerah untuk mengadakan kegiatan
serupa. Bisa dilakukan dengan merangkul pemerhati-pemerhati dongeng
di daerah tersebut untuk menggalakkan kegiatan dongeng kepada
masyarakat. Jika seluruh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia sudah
mampu berbuat sesuatu untuk memperkenalkan kembali kegiatan
dongeng di masyarakat, maka dijamin 10-15 tahun lagi Indonesia akan
menjadi Indonesia emas yang telah digadang-gadangkan selama ini.[]
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 91
Helaian Daun Panjang
yang “Berisi”
Leni Sudiarti
Pernahkah Anda melihat sebuah naskah atau manuskrip yang ditulis di
atas helaian daun panjang serupa daun kelapa yang telah dikeringkan?
Manuskrip seperti ini bisa saja ditemukan di daerah-daerah tertentu,
misalnya di Bali, Lombok (NTB), Jawa, dan beberapa daerah lainnya.
Bisa juga ditemukan di beberapa museum, perpustakaan (termasuk
Perpustakaan Nasional RI), dan para pemilik naskah (pribadi). Manuskrip
inilah yang disebut manuskrip daun lontar (Palm leaf manuscript).
Daun lontar dipilih sebagai media penulisan, terutama oleh
nenek moyang kita sebelum adanya kertas, karena salah satu sifatnya
yaitu cukup kuat dan awet disimpan untuk jangka panjang. Namun,
tidak sekonyong-konyong daun lontar tersebut dapat ditulisi langsung.
Perlu proses panjang untuk menjadikannya siap menjadi media tulis,
dengan kondisi yang maksimal. Dan tahukah Anda, berapa kira-kira
waktu yang dibutuhkan tersebut? Boleh percaya atau tidak, namun
inilah kenyataannya: untuk mendapatkan helaian siap tulis, yang disebut
blanko lontar, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Mulai
dari pemetikan daun, hingga helaian siap tulis.
Biasanya, naskah terdiri atas beberapa helai daun yang disatukan
dengan tali pada bagian tengahnya. Sebagai pelindung, biasanya diberi
cover atau sampul dari kayu, bambu, dan sebagainya, yang disebut
92 Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional
sebagai “kropak”. Kropak pun ada yang tampil cantik, misalnya dengan
adanya hiasan ukiran.
Manuskrip lontar umumnya berisikan informasi tentang religius
atau spiritual, pengobatan, sejarah, astronomi, arsitektur, ramalan, karya
sastra, dan sebagainya. Bahasa dan aksara yang digunakan pun beberapa
jenis, antara lain: Pegon, Jawa Kuno, Bali, Sunda Kuno. Jadi, seandainya
saja dituangkan ke dalam berbagai bentuk tulisan, kandungan isi
manuskrip lontar tersebut bisa menghasilkan sangat banyak tulisan
yang bermanfaat dan tak ternilai. Jadi, masih adakah yang meragukan
kekayaan khazanah Nusantara?
Sayangnya, kekayaan tersebut kurang tergali. Tak banyak yang
tertarik untuk memahaminya. Aksara dan bahasa yang “aneh”, belum lagi
tampilan yang mungkin terkesan kurang “milenial”, barangkali menjadi
salah penyebab “tersimpannya” naskah-naskah lontar tersebut, tanpa
tersentuh. Dan bukan tidak mungkin, saat baru disadari keberadaannya,
manuskrip lontar tersebut justru sudah hancur.
Barangkali terlalu “parno” jika berasumsi seperti itu. Namun,
bisa jadi itulah kenyataannya. Naskah lontar terabaikan sekian lama,
tanpa tersentuh. Bagaimana akan menyelamatkan kandungan isinya jika
kondisi fisiknya tidak bisa terjaga? Sementara di luar sana, banyak pihak
yang bisa mengincar keberadaan naskah-naskah lontar yang berharga
tersebut dan siap untuk mengambil alihnya. Tapi, relakah kita?
Mungkin, ada baiknya jika belum bisa memanfaatkannya atau
menyumbangkan naskah yang ada kepada lembaga yang berkompeten
(seperti Perpustakaan Nasional RI) kita bisa menjaga kondisi fisik naskah
lontar tersebut dari kerusakan atau kehancuran.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada
naskah atau manuskrip lontar tersebut. Misalnya saja:
Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional 93