Gambar 21. Megakarioblast
2. Promegakariosit
Promegakariosit mengandung inti yang terbagi menjadi 2 atau 4 lobus, dalam
sitoplasma biasanya mulai melakukan pematangan dengan membentuk pemadatan seperti
granula berwarna bening kebiru-biruan dan sitoplasma tidak terlalu biru. Pada saat
mekanisme pematangan sel ini, tampak tonjolan-tonjolan sitoplasma seperti gelembung. Inti
menjadi sangat poliploid mengandung DNA sampai 30 kali banyak dari sel normal. Sitoplasma
sel ini homogen dan berwarna kebiru-biruan atau sangat basofilik.
Gambar 22. Promegakariosit
44 Hemostatis
3. Megakariosit
Megakariosit biasanya berukuran lebih besar daripada sel pendahulunya. Pada saat
perubahan menjadi sel megakaryosit, perkembangan sitoplasma sangat besar. Perubahan
terpusat pada sitoplasma dan melakukan pemadatan membentuk gumpalan-gumpalan
granula dan melebar sehingga bentuk sel ini tampak sangat besar dengan ukuran bisa sampai
diameter 35 – 150 mikron, inti dengan berlobus tidak teratur, kromatin kasar,anak inti tidak
terlihat dan bersitoplasma banyak. Sitoplasma penuh terisi mitokondria, mengandung sebuah
Retikulum Endoplasma Kasar (RE Rough) yang berkembang baik dan sebuah Kompleks Golgi
luas. Dalam sitoplasma terdapat banyak granula berwarna biru kemerah-merahan. Dengan
matangnya Megakariosit terjadi banyak invaginasi dari membran plasma yang membelah-
belah seluruh sitoplasma, membentuk membran dermakasi yang memberi sekat pada tiap
tempat. Sistem ini membatasi daerah sitoplasma megakariosit dan beberapa bagian dari
sitoplasma yang bergranula itu kemudian melepaskan diri dan membentuk trombosit. Dari
satu megakariosit yang sudah tua dan matang akan pecah menjadi kepingkeping atau
fragmen-fragmen menjadi trombosit. Satu megakaryosit akan menghasilkan keping-keping
darah atau trombosit sampai 3000-4000 sel trombosit. Setelah megakariosit melepaskan
banyak trombosit dan sitoplasma yang berisi trombosit habis maka yang tertinggal hanya inti
saja dan oleh sistem RES dalam hal ini makrofag akan memfagositosis inti ini untuk
dihancurkan dan dicernakan.
Gambar 23. Megakariosit
4. Thrombosit (Platelet)
Merupakan sel yang berbentuk kepingan berukuran 2-4 mikron, dikeluarkan dari
sitoplasma megakariosit dan kemudian memasuki darah perifer sebagai sel untuk menutup
luka. Trombosit terdiri dari sitoplasma yang bersifat basofilik yang pucat (hialomer), memiliki
Hemostatis 45
granula berupa granula azurofil (granulomer). Dengan pewarnaan Romanowsky akan
berwarna merah pucat. Dalam darah tepi berumur pendek yaitu sekitar 10 hari, jumlahnya
tidak merata, mudah menggumpal dan mudah rusak. Dalam darah orang normal ditemukan
150.000-300.000 sel permm3 darah.
Gambar 24. Thrombosit
Trombosit berukuran sekitar 2 – 4 mikron, bagian selnya berbentuk bulat atau oval, dan
trombosit tidak memiliki inti sel. Walaupun tidak memiliki inti, trombosit masih dapat
melakukan sintesis protein karena memiliki kandungan RNA di dalam sitoplasmanya.
Diameter selnya berkisar antara 1-3 mikron.
Trombosit memiliki sistem membran tiga lapis (trilaminar) dan sistem membran yang
memiliki ruang (kanalikuli). Bagian lapisan paling luar disebut zona perifer, membran ini
berfungsi sebagai pelindung trombosit dari lingkungan luar sel dan berfungsi sebagai reseptor
terhadap adanya kolagen yang muncul pada saat luka. Pada bagian tengah terdapat membran
trombosit yang kaya akan fosfolipid yang akan membantu dalam proses pembekuan darah.
Pada bagian dalam atau sub membran trombosit terdapat komponen mikrofilamen yang
disebut trombastin. Komponen ini memiliki fungsi seperti aktomiosin yang berperan dalam
kontraksi otot. Bentuk trombosit bulat atau kadang-kadang oval tergantung kondisi pada saat
melakukan fungsinya.
46 Hemostatis
Gambar 25. Struktur trombosit
Gambar 26. Struktur trombosit
Di dalam sitoplasma trombosit terdapat berbagai organel sel organel dan struktur
penting lainnya, antara lain adalah mikrotubulus, nukletida, lisosom, granula, glikogen,
mitokondria, dense body, dll. Antigen trombosit, pada permukaan trombosit juga ditemukan
antigen penting yang merupakan penyebab penyakit autoimun terhadap trombosit. Atigen ini
disebut Human Platelet Antigen (HPA).
Hemostatis 47
Topik 2
Jumlah Trombosit
D
arah terbentuk dari dua bagian, yaitu bentuk cairan (plasma darah) dan padat. Pada
bagian yang padat terbagi lagi menjadi menjadi beberapa komponen yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit), dan juga trombosit (platelet). Setiap sel
darah memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Misalnya, sel darah merah memiliki peran
penting dalam membawa oksigen, sel darah putih berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi, sedangkan trombosit memiliki peranan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi
pada tubuh saat terluka.
Trombosit dapat ditemukan dalam darah dan limpa. Sel darah ini bening dan tidak
berwarna dan memiliki siklus hidup hanya selama 10 hari. Pada kondisi normal tubuh akan
memperbaharui persediaan trombosit dengan menghasilkan trombosit baru yang diproduksi
di sumsum tulang.
Saat terjadi luka, trombosit memiliki peranan untuk membantu menyeembuhkan luka
dalam arti trombosit akan menghentikan perdarahan atau menutup luka agar darah tidak
keluar lagi. Bila kondisi seseorang tidak memiliki cukup trombosit di dalam darah, maka tubuh
akan kesulitan menggumpalkan dan menghentikan perdarahan saat terluka, sehingga proses
perdarahan menjadi lama.
Pemeriksaan jumlah trombosit biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan darah
lengkap. Umumnya, jumlah trombosit normal dalam darah adalah sekitar 150.000 hingga
400.000 trombosit per milimiter kubik. Rentang jumlah trombosit normal pada setiap orang
bisa berbeda. Seseorang dikatakan memiliki jumlah trombosit yang tidak normal jika kadar
trombosit mereka berada di luar rentang nilai tersebut secara signifikan.
Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya)
bentuk tidak beraturan dengan ukuran diameter 1-4 µm yang merupakan fragmentasi dari
sitoplasma megakariosit. Trombosit berada didalam darah dan bersirkulasi dalam darah dan
berperan di dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan
membentuk sumbatan trombosit (platelet plug). Trombosit tidak mempunyai inti, berbentuk
cakram dengan diameter 1-4 mikrometer dan volume 7-8 fl. Nilai normal trombosit bervariasi
sesuai metode yang dipakai. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah.
Jumlah trombosit dapat digunakan sebagai metode skrining (deteksi dini) dan
mendiagnosis berbagai penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan masalah pada
penggumpalan darah. Oleh karena itu, penting bagi seseorang memiliki jumlah trombosit
normal untuk menghalau penyakit yang mungkin akan muncul.
48 Hemostatis
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
2+
pembekuan darah, yaitu Ca dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan
zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin
2+
dengan pertolongan Ca akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan
menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin dibuat didalam hati
dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
Trombosit akan pecah apabila menyentuh area yang mengalami cedera. Saat proses
perpecahan tersebut, trombosit akan mengeluarkan enzim yang bernama trombokinase.
Enzim trombokinase ini nantinya akan memicu perubahan pada protrombin agar menjadi
trombin. Perubahan tersebut dibantu oleh ion kalsium. tahap Selanjutnya, thrombin akan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menutupi luka
Trombosit berasal dari sel yang diproduksi di sumsum tulang yang disebut megakariosit.
Megakariosit adalah sel besar yang masuk ke fragmen untuk membentuk trombosit. Fragmen
sel ini tidak memiliki inti, tetapi mengandung struktur yang disebut granula. Protein granula
diperlukan untuk pembekuan darah dan memperbaiki pembuluh darah yang rusak.
Trombosit beredar dalam system sirkulasi darah atau aliran darah selama sekitar 7
sampai 10 hari. Apabila trombosit sudah menjadi tua atau rusak, maka sel trombosit akan
dikeluarkan dari peredaran oleh limpa. Tidak hanya penyaring sel tua darah, tetapi limpa juga
menyimpan sel fungsional darah merah, trombosit, dan sel-sel darah putih. Dalam kasus di
mana pendarahan ekstrim terjadi, trombosit, sel darah merah, dan sel-sel darah putih
tertentu (makrofag) dilepaskan dari limpa.
Hemostatis 49
Topik 3
Fungsi Trombosit
T
rombosit atau keping sel darah merupakan salah satu komponen darah yang
mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja dengan
menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benang fibrin seperti
jaring-jaring yang akan menutup kerusakan tersebut. Trombosit manusia berukuran kecil dan
berbentuk bulat, bentuk dan ukuran trombosit tersebut memungkinkan trombosit masuk ke
pembuluh darah yang kecil dan mampu menempatkan diri pada lokasi yang paling optimal
dalam menjaga keutuhan pembuluh darah.
Trombosit dibentuk di dalam sumsum tulang dalam bentuk yang lebih besar yang
disebut dengan megakariosit (sel dengan inti yang besar), kemudian mengalami pematangan
menjadi trombosit yang tidak memiliki inti sel lagi dan beredar di peredaran darah. Masa
hidup trombosit dalam peredaran darah kurang lebih 10 hari.
Fungsi Trombosit
Fungsi utama trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Bila terdapat luka,
trombosit akan berkumpul karena adanya rangsangan kolagen yang terbuka sehingga
trombosit akanmenuju ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengkerut
(supaya tidak banyak darah yang keluar) dan memicu pembentukan benang-benang
pembekuan darah yang disebut dengan benag-benang fibrin. Benang-benang fibrin tersebut
akan membentuk formasi seperti jaring-jaring yang akan menutupi daerah luka sehingga
menghentikan perdarah aktif yang terjadi pada luka. Selain itu, ternyata trombosit juga
mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan
bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh lainnya
menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.
Dengan sifat trombosit yang mudah pecah dan bergumpal bila ada suatu gangguan,
trombosit juga mempunyai peran dalam pembentukan plak dalam pembuluh darah. Plak
tersebut justru dapat menjadi hambatan aliran darah, yang seringkali terjadi di dalam
pembuluh darah jantung maupun otak. Gangguan tersebut dapat memicu terjadinya stroke
dan serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien-pasien dengan stroke dan serangan
jantung diberikan obat-obatan (anti-platelet) supaya trombosit tidak terlalu mudah
bergumpul dan membentuk plak di pembuluh darah. Pembentukan sumbat mekanik atau
pembentukan platelet plug selama respons hemostasis normal terhadap cedera vascular
sebagai respon untuk menghentukan perdarahan dengan cara mengurangi derasnya aliran
50 Hemostatis
darah yang keluar. Tanpa peran trombosit, atau jika jumlah trombosit kurang dapat
mengakibatkan terjadinya kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi
trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas proagulannya sangat
penting untuk fungsinya.
Gambar 27. Inisiasi trombosit aktif
Fungsi utama trombosit atau platelet adalah untuk pembekuan darah. Ketika
pembuluh darah luka atau bocor, maka tubuh akan melakukan 3 mekanisme utama untuk
menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung, yaitu :
Melakukan pengkerutan (kontriksi).
Aktivitas trombosit.
Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya di dalam plasma darah.
Jika terjadi luka atau jaringan robek, maka komponen cairan yang ada di dalam jaringan
akan keluar, seperti serotonin. Serotonin ini yang akan merangsang pembuluh darah untuk
melakukan penyempetin yang disebut dengan Vasokonstriksi.
Gambar 28. Pengkerutan pembuluh darah
Hemostatis 51
Pada bagian yang luka, didalam sel endotel, maka kolagen yang berbentuk serat
(kolagen fiber) akan menonjol dan akan menjadi perangsang untuk menempelnya trombosit
yang disebut dngan fungsi adhesi. Trombosit yang menempel akan menjadi trombosit yang
aktif dan berubah bentuk dan akan mengeluarkan isi-isi granula yang ada (release reaction)
dan granula yang dikeluarkannya salah satunya Tromboksan A2.
Gambar 29. Adhesi
Pada bagian yang luka, trombosit aktif akan mengeluarkan bagian isi seperti ADP, yang
akan merangsang trombosit lain untuk menempel pada trombosit yang dikenal dengan istilah
agregasi.
Gambar 30. Agregasi
Dengan terbentuknya agregasi trombosit, maka bagian luka akan tertutup sehingga
darah tidak keluar lagi. Dengan proses hemostasis, maka dengan bantuan faktor pembekuan
52 Hemostatis
akan diikat kuat dengan benang benang fibrin sehingga bekuan menjadi padat membentuk
hemostatic plug.
Gambar 31. Pembentukan hemostatic plug
Gambar 32. Mekanisme fungsi trombosit
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan terdeteksi, demikian pula jika terjadi
perdarahan. Reaksi pertama yang dilakukan oleh tubuh adalah dengan mengkerutkan
pembuluh darah yang terluka, tujuannya adalah agar darah yang keluar lebih sedikit karena
Hemostatis 53
lubanh kebocoran mengecil. Reaksi tersebut akan memicu trombosit menempel pada area
pembuluh darah yang cedera. Trombosit ini akan memberikan sinyal kepada trombosit lain
dan berbagai faktor pembekuan darah agar menuju ke area cedera untuk membantunya
menutup luka. Bentuk trombosit yang awalnya bulat sedikit berubah menjadi berduri (seperti
tentakel), ini berfungsi agar perlekatan antar trombosit lebih mudah terjadi.
Adhesi dan agregasi trombosit sebagai respons terhadap cedera vaskular
Setelah cedera pembuluh darah, trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel
yang terbuka. Mikrofibril subendotel mengikat multimer vWF yang lebih besar, yang berikatan
dengan membran trombosit. Di bawah pengaruh tekanan shear stress, trombosit bergerak di
sepanjang permukaan pembuluh darah sampai GPIa/IIa (integrin α2β1) mengikat kolagen dan
menghentikan translokasi. Aktivasi trombosit kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb/IIIa
(integrin αIIbβ3) yang mengikat fibrinogen untuk menghasilkan agregasi trombosit. Kompleks
reseptor IIb/IIIa juga membentuk tempat pengikatan sekunder dengan vWF yang
menyebabkan adhesi lebih lanjut.
Faktor von Willebrand (vWF) membawa faktor VIII dimana terlibat dalam adhesi
trombosit pada dinding pembuluh darah. vWF ini disintesis oleh sel endotel dan megakariosit
serta disimpan dalam badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula α yang spesifik
untuk trombosit. Adanya stress dan olahraga atau pemberian infuse adrenalin atau
desmopresin menyebabkan peningkatan yang cukup besar dalam kadar vWF dalam darah.
Gambar 33. Pembentukan sumbatan platelet trombosit
54 Hemostatis
Gambar 34. Pelekatan platelet trombosit
Gambar 35. Reaksi pelepasan platelet trombosit
Hemostatis 55
Gambar 36. Penyatuan platelet trombosit
Reaksi Pelepasan Trombosit
Pemajanan kolagen atau kerja thrombin menyebabkan sekresi isi granula trombosit.
Kolagen dan thrombin ini dapat mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit. Terjadi
pelepasan diasilgliserol (yang mengaktifkan sintesis fosforilasi protein melalui protein kinase
C) dan inositol trifosfat (yang menyebabkan pelepasan ion kalsium intrasel) dari membrane,
yang menyebabkan pembentukan suatu senyawa yaitu tromboksan A2. Tromboksan A2
berfungsi dalam memperkuat agregasi trombosit dan merupakan vasokonstriktor yang kuat.
Reaksi pelepasannya dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit, yaitu
prostasiklin yang disintesis oleh sel endotel vaskuler. Prostasiklin merupakan inhibitor
agregasi trombosit yang kuat dan mencegah deposisi trombosit pada endotel vascular normal.
56 Hemostatis
Gambar 37. Sintesis Prostasiklin dan Tromboksan
Agregasi Trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang
beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan
mendorong membrane trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain. Selain itu
terdapat umpan balik positif yang menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder
sehingga terbentuk massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan
endotel.
Aktivitas Prokoagulan Trombosit
Setelah agregasi trombosit dan pelepasan tersebut, fosfolipid membrane terpajan
tersedia untuk dua jenis reaksi dalam kaskade koagulasi. Kedua reaksi yang diperantarai
fosfolipid ini tergantung pada ion kalsium. Reaksi pertama (tenase) melibatkan faktor IXa,
VIIIa, dan X dalam pembentukan faktor Xa. Reaksi kedua (protrombinase) menghasilkan
pembentukan thrombin dari interaksi faktor Xa, Va, dan protrombin. Permukaan fosfolipid
membentuk cetakan yang ideal untuk konsentrasi dan orientasi protein-protein tersebut yang
penting.
Hemostatis 57
Gambar 38. Jalur Koagulasi
Agregasi Trombosit Ireversibel
Konsentrasi ADP yang tinggi, enzim yang dilepaskan selama reaksi pelepasan, dan
protein kontraktil trombosit menyebabkan fusi yang ireversibel pada trombosit-trombosit
yang beragregasi pada lokasi cedera vascular. Trombin juga mendorong terjadinya fusi
trombosit, dan pembentukan fibrin memperkuat stabilitas sumbat trombosit yang terbentuk.
58 Hemostatis
Latihan
Untuk memperdalam dan pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1. Jelaskan tentang Trombosit
2. Gambarkan struktur trombosit, bagian bagian trombosit
3. Jelaskan fungsi trombosit (adhesi dan agregasi)
4. Mekanisme fungsi trombosit dalam hemostasis
5. Kelainan trombosit
Ringkasan
1) Trombosit adalah
2) Struktur trombosit
3) Fungsi trombosit
4) Fungsi trombosit dalam hemostasis dalam hemostasis
5) Mekanisme Adhesi Agregasi
Tes 3
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Trombosit adalah komponen darah yang berukuran
a. 2-4 mikron
b. 6-8 mikron
c. 8-14 mikron
d. 12-20 mikron
e. 20-45 mikron
2) Masa hidup trombosit adalah
a. 6-8 jam
b. 1-4 hari
c. 9-10 hari
Hemostatis 59
d. 21-30 hari
e. 100-120 hari
3) Jumlah trombosit normal di dalam tubuh adalah
a. 4000-10000 sel/mm3
b. 20000-50000 sel/mm3
c. 150000-400000 sel/mm3
d. 4,000.000-5.500.000 sel/mm3
e. 4.500.000-6.000.000 sel/mm3
4) Fungsi trombosit dalam tubuh adalah adhesi, yaitu
a. Trombosit menempel pada eritrosit
b. Trombosit menempel pada serat kolagen
c. Trombosit menempel pada sel endotel
d. Trombosit menempel pada limfosit
e. Trombosit menempel pada trombosit
5) Fungsi agregasi trombosit adalah
a. Trombosit menempel pada eritrosit
b. Trombosit menempel pada serat kolagen
c. Trombosit menempel pada sel endotel
d. Trombosit menempel pada limfosit
e. Trombosit menempel pada trombosit
60 Hemostatis
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) A.
2) C.
3) C.
4) B.
5) B.
Hemostatis 61
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Martin R. Howard, Haematology, Second Edition, Churchill Livingstone, 2002.
Arthur Simmons, Hematology: a Combined Theoritical & Technical Approach, WB Saunders
Company, 1989.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Iman Supardiman, Hematologi Klinik, edisi revisi, Bandung, 1993.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
62 Hemostatis
Bab 4
FAKTOR PEMBEKUAN
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis adalah kemampuan alami dan merupakan proses normal sebagai respon
untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah,
adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari
endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).
Komponen-komponen yang berperan dalam Hemostasis terdiri dari beberapa faktor
diantaranya yaitu: pembuluh darah (kolagen), trombosit, procoagulant plasma protein
faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua
komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang
tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat
memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga
menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal
hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik
dan faktor antithrombotik.
Proses pembekuan darah ini merupakan mekanisme bertingkat yang melibatkan
kesinambungan pengaktifan faktor yang satu dengan yang lainnya. Pada tahap terakhir
pembekuan darah, trombin akan mengubah fibrinogen menjadi serat atau benang-benang
fibrin yang dapat menjaring komponen-komponen darah yang berukuran besar, sel darah
merah, dan plasma sehingga terbentuk bekuan darah.
Jika terjadi luka atau kerusakan jaringan dan berdarah, tubuh akan berusaha untuk
menghentikan pendarahan dengan cara menutup luka oleh pembekuan darah, atau bisa
disebut blood clotting.
Banyak terdapat zat-zat penting yang mempengaruhi pembekuan darah yang berada
di dalam darah dan jaringan, beberapa di antaranya mempermudah terjadinya pembekuanm
Hemostatis 63
disebut prokoagulan dan yang lain menghambat pembekuan, disebut antikoagulan.Dalam
keadaan normal, antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku, tetapi bila
pembuluh darah rusak, prokoagulan di daerah yang rusak menjadi teraktivasi dan melebihi
aktivitas antikoagulan, dan bekuan pun terbentuk.
Dari mekanisme yang berperan dalam hemostasis, pembekuan darah terjadi melalui
tiga langkah utama:
1. Sebagai respons teradap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri,
maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan –
faktor-faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks
substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut activator protrombin.
2. Activator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin mejadi trombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Terdapat beberapa faktor pembekuan darah yang menyebabkan terhentinya perdarahan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respon terhadap cedera jaringan
diperankan oleh lintasan di luar pembuluh darah. Sedangkan lintasan yang berada di dalam
pembuluh darah terjadi karena pengaruh dari protein kolagen dan kalikrein di dalam tubuh.
64 Hemostatis
Topik 1
Faktor Pembekuan
F
aktor Pembekuan (clotting faktor) adalah sejumlah protein yang berkaitan dengan
reaksi penggumpalan darah. Hasil akhir dari proses pembekuan adalah terbentuknya
hemostatic plug, luka tertutuk dan darah tidak keluar lagi.
Faktor pembekuan (faktor koagulasi) adalah protein (misalnya, fibrinogen, protrombin,
Faktor VIII) yang diperlukan untuk pembekuan darah normal. Beberapa faktor pembekuan
disintesis oleh hati dan produksinya dapat terganggu bila hati rusak. Orang yang kekurangan
faktor pembekuan kemungkinan besar akan mengalami perdarahan berkepanjangan dan
mudah memar.
Faal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup
kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat
terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem
trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis. Sistem vaskuler, sitem trombosit, sistem
koagulasi, dan sistem fibrinolisis harus bekerja sama dalam suatu proses yang
berkeseimbangan dan saling mengontrol untuk mendapatkan faal hemostasis yang baik.
Kelebihan atau kekurangan suatu komponen akan menyebabkan kelainan. Kelebihan fungsi
hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan kekurangan faal hemostasis akan
menyebabkan perdarahan (hemorrhagic diathesis).
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan
melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam
darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan
untuk mengatasi kerusakan vascular sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan, tetapi
proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah terjadinya kerusakan, tidak
boleh menyebar ke tempat lain karena akan membahayakan peredaran darah
Hemostatis 65
Topik 2
Jenis Faktor Pembekuan
D
arah merupakan cairan yang berada di dalam tubuh semua mahluk hidup berfungsi
sebagai alat transfortasi zat-zat nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap bakteri dan benda asing yang masuk.
Darah berperan sangat penting untuk kesehatan pada mahluk hidup. Jika terjadi luka
bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan bahkan menyebabkan kehilangan darah yang
parah. Peran trombosit dengan fungsinya adhesi agregasi menyebabkan darah membeku,
menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya
kehilangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah
atau hemorrhage.
Untuk menghentikan terjadinya perdarahan selain diperankan oleh vaskuler dan
trombosit, faktor-faktor pembekuan darah memegang peran yang sangat penting untuk
menutup luka. Terdapat tiga belas faktor pembekuan di dalam tubuh manusia diantaranya,
yaitu:
1. Faktor I (Fibrinogen )
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang fibrin melalui proses yang diperankan
oleh trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan fibriogen disebut afibrinogenemia atau
yang lebih dikenal dengan hypofibrinogenemia. Gejala kekurangan fibrinogen ini yaitu
terjadinya perdarahan yang memanjang.
Fungsi fibrinogen sebagai komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesis
dalam hati dan diubah menjadi fibrin.
66 Hemostatis
Gambar 39. Fibrinogen dalam tubuh
Fibrinogen merupakan senyawa protein (polipeptida) yang karena adanya enzim akan
diubah menjadi fibrin. Fibrin ini bersama sumbatan trombosit yang membentuk gumpalan
membentuk sekitar 200-400 mg/dl. Fibrinogen berada di dalam rangkaian pembekuan darah
yang berada dalam jalur bersama (common pathway). Fibrinogen akan diubah menjadi fibrin
berbentuk benang oleh adanya thrombin. Fibrinogen ini diproduksi di dalam hati dan
berperan sebagai protein phase akut. Dalam keadaan patologis, fibrinogen meningkat
terdapat pada penyakit jantung coroner, myocardial infark, stroke, penyakit arterial
peripheral.
Fibrinogen pada orang dewasa normal berkisar antara 200-400 mg/dl. Atau sekitar 2-4
gram/L. pada bayi yang baru lahir jumlah fibrinogen sekitar 125-300 mg/dl. Nilai kritisnya
adalah < 100 mg/dl.
Di dalam kondisi tertentu, fibrinogen terjadi peningkatan pada keadaanimplamasi,
infeksi (rheumatoid arthritis, pneumonia, tuberkulosos). Infark myocardial akut, penyakit
jantung coroner, kehamilan dan preklamsia.
Dalam keadaan dimana kadar fibrinogen menurun ditemukan pada kondisi penyakit hati
(hepatitis, serosis), DIC, kanker, fibrinolysis primer, malnutrisis, transfuse darah, kanker lanjut.
2. Faktor II (Prothrombin)
Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi menjadi bentuk yang aktif berupa
trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan aktivasi faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan
protrombin dapat mengakibatkan hypoprothrombinemia.
Hemostatis 67
Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi senyawa aktif trombin (faktor IIa) melalui
proses pembelahan yang mengaktifkan salah satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur
umum dari proses pembekuan
Thrombin di dalam tubuh diproduksi di hati yang biasa disebut prothrombin. Gene
penanda prothrombin berada pada lokasi kromosom #11. Kekuarangan faktor pembekuan
dan vitamin K akan berakibat pada perubahan prothrombin untuk merubah menjadi
thrombin. Thrombin berperan sebagai enzim dan hampir sebagian berat molekul adalah
prothrombin. Thrombin mengubah larutan plasma protein menjadi bekuan fibrin yang
komplek yang disebut benang fibrin.
Gambar 40. Pembentukan benang fibrin
3. Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin)
Factor III atau thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi faktor VII untuk
membentuk trombin.Jaringan Tromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Jaringan Tromboplastin: merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
yang berasal dari sejumlah sumber yang berbeda didalam tubuh, misalnya seperti otak serta
68 Hemostatis
paru-paru. Jaringan Tromboplastin sangat diperlukan dalam membentuk prothrombin
ekstrinsik.
Gene faktor 3 penanda faktor pembekuan faktor III biasa merupakan glikoprotein
permukaan.Factor ini merupakan sel yang mampu menginisiasi proses pembekuan darah, dan
berfungsi sebagai afinitas reseptor yang kuat terhadap faktor pembekuan faktor VII. Hasil
proses Komplek sebagai katalis yang bertanggung jawab terhadap inisiasi pembekuan. Tidak
seperti kofaktor yang lainnya enzim protease ini yang bersirkulasi sebagai nonfungsional
precursor. Factor ini merupakan inisiator yang khususnya berperan pada saat terbukanya
pada permukaan.
Gambar 41. Activated thromboplastin
4. Faktor IV (Ion Calcium) (Font: Calibri, size 12)
2+
Ion Kalsium adalah ion Ca , yang mempunyai bilangan oksidasi 2 dan termasuk logam
alkali. Dalam system periodic unsur-unsur Kalsium termasuk dalam gol. II A. Ion Kalsium bisa
2
-
berikatan dengan ion OH membentuk senyawa Ca(OH) atau calsium hidroksida.
Dalam tubuh ion Kalsium terdapat di dalam system pembekuan darah, yang termasuk
faktor pembekuan faktor IV, yang ada di dalam darah dan jaringan berbentuk ion bebas yang
suatu saat bisa berikatan dengan ion lainnya.
Factor IV atau ion kalsium adalah sejenis ion yang fungsinya digunakan disemua proses
pembekuan darah pada setiap jalur pembekuan.Kalsium ini merupakan sebuah faktor
koagulasi yang diperlukan dalam fase pembekuan darah jalur pembekuan intrinsic, jalur
pembekuan ekstrinsik dan pada jalur pembekuan bersama dan berbentuk ion yang setiap saat
akan mudah berikatan dengan bentuk ion yang lain.
5. Faktor V (Proakselerin, Labil Factor)
Factor pembekuan faktor V atau Proaccelerin merupakan salah satu faktor pembekuan
darah atau koagulasi dalam menyimpan panas, yang ada didalam plasma, memiliki fungsi
intrinsik dan ekstrinsik yang berada di dalam jalur koagulasi. Proaccelerin melakukan katalisis
atau pembelahan prothrombin trombin yang masih aktif. Seseorang yang mengalami
Hemostatis 69
kekurangan faktor ini, akan memiliki darah yang langka yang biasa disebut dengan
parahemophilia, pada tahapan yang parah disebut dengan akselerator globulin.
Fungsi faktor V ini sebagai sistem intrinsik dan ekstrinsik dan juga sebagai katalisis
pembelahan protrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor Proakselerin dapat
mengakibatkan parahemophilia.
Proaccelerin sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang ada
dalam plasma, tetapi tidak ada di dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang
langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin
6. Faktor VI (unknown)
Factor pembekuan faktor VI atau faktor yang belum diketahui (unknown), Faktor ini
sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti faktor V.Sebuah faktor koagulasi
sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema
hemostasis.
7. Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor)
Factor pembekuan faktor VII atau prokonvertin berfungsi sebagai sistem yang bekerja
di dalam jalur intrinsik.Proconvertin ini merupakan sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini
diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor
X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh
(yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.
Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
Proconvertin merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
penyimpanan yang stabil dan panas serta ikut berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik.
Proses ini melibatkan kalsium, dan bersama-sama mengaktifkan faktor III dan faktor X.
8. Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin)
Factor pembekuan faktor VIII atau antihemophilic faktor, faktor antihemofilia A,
globulin antihemofilia/ AHG). berfungsi sebagai sistem ekstrinsik.Antihemophilic faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik
dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam
aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
70 Hemostatis
Antihemophilic faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
penyimpanan yang labil serta berpartisipasi didalam jalur intrinsik dari pembekuan darah atau
koagulasi, biasanya bertindak sebagai kofaktor didalam proses aktivasi faktor X. Defisiensi
merupakan sebuah resesif yang terkait dengan sifat X, yang menjadi penyebab hemofilia A
biasanya disebut juga dengan sebutan antihemophilic globulin serta faktor antihemophilic A.
9. Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismas Factor)
Factor pembekuan faktor IX atau Krismas faktor berfungsi sebagai sistem
ekstrinsik.Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Tromboplastin Plasma komponen, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau
koagulasi penyimpanan yang stabil sera melibatkan diri dalam jalur intrinsik dari pembekuan
darah atau koagulasi. Setelah proses aktivasi diaktifkan, Defisiensi dari faktor X merupakan
hasil pada hemofilia B. Yang disebut juga dengan sebutan faktor Natal serta faktor
antihemophilic B.
10. Faktor X (faktor stuart-prower)
Factor pembekuan faktor X atau Stuart faktor berfungsi sebagai sistem intrinstik dan
ekstrinsik.Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk
memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan
kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
Stuart faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
penyimpanan yang stabil dan ikut berpartisipasi dalam faktor intrinsik dan ekstrinsik pada jalur
pembekuan darah atau koagulasi, yang dapat menyatukan mereka untuk melakukan
penbekuan darah atau koagulasi pada jalur umum dari pembekuan. Setelah proses diaktifkan,
nantinya akan membentuk proses yang kompleks dengan melibatkan fosfolipid, kalsium, serta
faktor V, yang disebut prothrombinase. Proses ini dapat membelah serta mengaktifkan
prothrombin menjadi trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan pada faktor ini akan
menyebabkan gangguan pada koagulasi sistemik. Biasanya sering disebut juga dengan
sebutan Prower Stuart-faktor.
11. Faktor XI (Plasma Thromboplastin Antecedantfaktor antihemofilia C)
Hemostatis 71
Factor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin Antecedant atau
antihemophilic C berfungsi sebagai sistem intrinsik.Tromboplastin plasma yang di atas, faktor
koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu
mengaktifkan faktor IX. Kondisi dengan kekurangan faktor XI, Disebut juga faktor
antihemophilic C.
12. Faktor XII (Faktor Hageman, Contack faktor)
Factor pembekuan faktor XII atau Hageman faktor berfungsi sebagai sistem
intrinsik.Hageman faktor faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca
atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan
faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
13. Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)
Factor pembekuan faktor XIII atau yang disebut faktor stabilisasi fibrin atau fibrinasi
berfungsi sebagai penghubung silang filamen fibril.Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah
faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil
dan tidak larut di dalam, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor pembekuan ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut
transglutaminase.
72 Hemostatis
Topik 3
Mekanisme Pembekuan
M
ekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan sistem
ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII inaktif
menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh kininogen HMW dan
kalikrein. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan
faktor IX. Faktor IX yang aktif membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif. Kompleks
2+
IXa dan VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit dan Ca diperlukan untuk
mengaktifkan faktor X secara sempurna.
Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III (tromboplastin) dari
jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III dan faktor VIIa mengaktifkan faktor IX dan X.
2+
Dengan adanya fosfolipid, Ca , dan faktor V, maka faktor X akan mengkatalisis konversi
protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi
fibrin. Untuk memahami proses penejelasan di atas, silahkan lihat jalur pembekuan darah
dalam bagan berikut:
Gambar 42. Skema pembekuan
1. Jalur Ekstrinsik
Hemostatis 73
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan faktor
Xa. Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi faktor jaringan
pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya; faktor
VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati.
Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan menggalakkan aktivitas
enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. faktor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam
faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi faktor X
menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa
kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan
intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini
dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in
vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan faktor XII,
prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa
lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan
Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan
inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang
beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung faktor Xa dengan
terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.
Jalur ekstrinsik dengan menggunakan zat-zat yang bukan nerasal dari darah. Jaringan dan pembuluh
yang rusak akan menghasilkan tromboplastin (faktor III suatu kompleks protein-fosfolipid) yang
secara langsung dapat mengubah faktor X menjadi faktor VII dan faktor V. Jalur ekstrinsik lebih cepat
dari jalur intrinsik . Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat yang trauma dalam respons terhadap
pelepasan tissue faktor (faktor III). Kaskade koagulasi diaktifasi
apabilatissuefaktor dieksresikan pada sel-sel yang rusak atau distimulasi ( sel-sel vaskuler atau
monosit), sehingga kontak dengan faktor VIIa sirkulasi dan membentuk kompleks dengan
adanya ion kalsium. Tissue faktor adalah suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang dikatalisa
faktor VIIa. Faktor VIIa, suatu residu gla yang mengandung serine protease, memecah faktor
X menjadi faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari jalurinstrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi
melalui kerja trombin atau faktor Xa.
Tissue faktor banyak terdapat dalam jaringan termasuk adventitia pembuluh darah,
epidermis, mukosa usus dan respiratory, korteks serebral, miokardium dan glomerulus ginjal.
Aktifasi tissue faktor juga dijumpai pada subendotelium. Sel-sel endotelium dan monosit juga
dapat menghasilkan dan mengekspresikan aktifitastissue faktor atas stimulasi dengan
74 Hemostatis
interleukin-1 atau endotoksin, dimana menunjukan bahwa cytokine dapat mengatur
ekspresi tissue faktor dan deposisi fibrin pada tempat inflamasi.
Gambar 43. Jalur Ekstrinsik
2. Jalur Intrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan intinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X, prekalikrein, kininogen dengan berat
molekul tinggi/ High Molecular Weight Kininogen (HMWK), ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit.
Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif). Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut
teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada
permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh
kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak
kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, faktor xiia
mengaktifkan faktor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan faktor IX, menjadi enzim serin
protease, yaitu faktor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X
untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa. Reaksi yang belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam
semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (faktor II, VII, IX dan X), residu
Hemostatis 75
Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan
berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus
diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol
yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein,
bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk
faktor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan
jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh
thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah berasal dari darah. Jalur ini
memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI, dan faktor XII, selain itu juga memerlukan
prekalikrein dan HMWK, begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari
trombosit. Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah yang kasar
secara bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX. Selanjutnya faktor IX akan
mengaktifkan faktor X yang aktif bereaksi dengan faktor V, Ca2+ dan fosfolipid dari trombosit
untuk mengatur aktifator protrombin. Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK,
faktor XI dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk
fase kontak. Kumpulan komponen-komponen fase kontak merubah prekallikrein menjadi
kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian
dapat menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade yang saling
mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan menyebabkan
pelepasan bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+, faktor
XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi faktor X menjadi
faktor Xa.
76 Hemostatis
Gambar 44. Jalur Intrinsik
3. Jalur Bersama
Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan
trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas
fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protrombin. Factor V yang disintesis
dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai
kofaktor dng kerja mirip faktor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh
sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane
trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta protrombin. Selanjutnya
kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan
menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin.
Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region
terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif
yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah
Hemostatis 77
terikat dengan kompleks faktor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah
oleh faktor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang
aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin
disatukan oleh ikatan disulfide.
Proses konversi Fibrinogen menjadi Fibrin. Fibrinogen (faktor 1, 340 kDa) merupakan
glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida
nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y
mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut
keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang
sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal
amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan
disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan
molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ, diberi nama
difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya
masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu
aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB.
Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga
berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara
molekul-molekul fibrinogen. Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh
kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul
fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul
fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit
(αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul
fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran
molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul
monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur
hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang
menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos
merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya
melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah faktor XIII menjadi
XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan
secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida
residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang
lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Bersama dengan aktivasi dan aggregasi platelet interaksi dengan faktor-faktor koagulasi
terlarut memfasilitasi pembentukan hubungan silang bekuan fibrin. Cascade koagulasi,
78 Hemostatis
sebagaimana telah diketahui, diilustrasikan pada gambar 13-1. Mekanisme utama koagulasi
in vivo melalui “jalur extrinsik” juga berperan sebagai jalur faktor jaringan. Faktor jaringan (TF)
dilepaskan oleh jaringan vaskuler yang mengalami trauma dan bertindak sebagai cofaktor
untuk aktivasi faktor VII. Faktor VII yang sudah aktif mengaktivasi faktor X dan IX. Paparan
faktor sirkulasi XII secara negatif menyerang konstituten dinding pembuluh darah yang rusak
menimbulkan aktivasi “jalur intrinsik”. Faktor XII, prekallikrein, dan kininogen berat molekul
tinggi, bersama-sama bertindak sebagai sistem penghubung, merupakan umpan balik positif
yang lebih lanjut mengaktivasi sistem intrinsik. Sistem intrinsik “proximal” faktor XI diyakini
memiliki peranan kecil dalam hemostasis, efeknya pada faktor penghubung tidak
berhubungan dengan kecenderungan perdarahan.
Gambar 45. Mekanisme pembekuan darah
Lintasan intrinsik, ekstrinsik, dan lintasan terakhir melibatkan banyak macam protein
yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: zimogen protease, kofaktor, fibrinogen,
transglutaminase, dan protein pengatur.
Hemostatis 79
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut! (Font: Calibri, size 12)
1) Istilah Faktor Pembekuan atau faktor koagulasi.
2) Jenis Faktor Pembekuan.
3) Sifat-sifat dan faktor pembekuan dan peran dalam hemostasis
Ringkasan
1. Istilah Faktor Pembekuan.
2. Jenis-jenis Faktor Pembekuan.
3. Sifat-sifat dan fungsi faktor pembekuan darah dalam hemostasis.
Tes 4
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Istilah Faktor pembekuan darah:
A. Activator dalam hemostasis
B. inhibitor koagulasi dalam hemostasis
C. Protein C untuk pembentukan darah
D. Protein yang berperan dalam pembekuan darah
E. Zat anti pembekuan darah
2) Istilah Faktor pembekuan darahjalur intrinsic yaitu
A. Factor pembekuan yang ada di dalah hepar
B. Factor pembekuan yang ada di dalam sumsum tulang
C. Faktor pembekuan yang ada di dalam jaringan
D. Faktor pembekuan yang ada di dalam pembuluh darah
E. Faktor pembekuan yang ada di dalam limfa
3) Yang termasuk Faktor pembekuan jalur Intrinsik adalah faktor
80 Hemostatis
A. X
B. XIII
C. XII
D. III
E. VII
4) Istilah Faktor pembekuan darahjalur Ekstrinsic yaitu
A. Factor pembekuan yang ada di dalah hepar
B. Factor pembekuan yang ada di dalam sumsum tulang
C. Faktor pembekuan yang ada di dalam jaringan
D. Faktor pembekuan yang ada di dalam pembuluh darah
E. Faktor pembekuan yang ada di dalam limfa
5) Yang termasuk Faktor pembekuan Ektrinsik adalah faktor
A. X
B. XIII
C. XII
D. III
E. VII
Hemostatis 81
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) D.
2) D.
3) C.
4) D.
5) E.
82 Hemostatis
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Martin R. Howard, Haematology, Second Edition, Churchill Livingstone, 2002.
Arthur Simmons, Hematology: a Combined Theoritical & Technical Approach, WB Saunders
Company, 1989.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Iman Supardiman, Hematologi Klinik, edisi revisi, Bandung, 1993.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
Hemostatis 83
Bab 5
FIBRINOLISIS DAN KELAINAN
HEMOSTASIS
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis adalah mekanisme normal yang dilakukan oleh tubuh untuk
menghentikan perdarahan pada lokasi yang mengalami kerusakan atau
luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk menghentikan keluarnya darah yang
diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi, agregasi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha
menjaga agar darah tetap cair dan tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan sistim hemostasis
yaitu suatu mekanisme untuk melindungi serta mempertahankan komposisi dan fluiditas
darah sehingga tubuh dalam keadaan fisiologik dapat mempertahankan aliran darah dalam
pembuluh darah, menutup kerusakan dinding pembuluh darah untuk mengurangi kehilangan
darah pada saat terjadi kerusakan pembuluh darah (luka). Hemostasis artinya darah stasis
yang berarti mempertahankan. Hemostasis didefinisikan sebagai suatu proses biokimia dalam
tubuh untuk menghentikan perdarahan dengan mempertahankan komposisi dan fluiditas
darah dalam pembuluh darah, serta mengembalikan struktur semula pembuluh darah jika
terjadi kerusakan. Dalam kondisi normal dan sehat, semua komponen hemostasis seperti
pembuluh darah (vaskuler), trombosit, faktor-faktor koagulasi dan sistem fibrinolitik atau
inhibitor pada tubuh manusia berada dalam keseimbangan sempurna yang disebut dengan
homeostasis. Apabila terjadi luka atau kerusakan pada jaringan vaskuler, maka keseimbangan
tersebut menjadi terganggu dan segera terbentuk proses hemostasis.
84 Hemostatis
Topik 1
Fibrinolisis
F
ibrinolisis merupakan mekanisme pecahnya benang fibrin (salah satu agen pembeku
darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi). Darah juga
mengandungenzim fibrinolitik yang berguna mecegah pembentukan gumpalan atau
pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan menghalangi aliran darah,
dan juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Trombosis merupakan
pembentukan gumpalan atau bekuan darah yang tidak normal, yang terjadi bila terdapat
gangguan pada jalur pembekuan darah dan pemecahan fibrin. Obat yang dapat mengaktifkan
kerja fibrinolisis dapat juga menyembuhkan penyakit seperti embolisme paru-paru, daninfark
myocardial yang disebabkan karena adanya gumpalan darah yang menghalangi aliran darah.
Gambar 46.Mekanisme Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yangbekerja secara konstan dengan sistimpembekuan darah
untuk menjamin lancarnyaaliran darah ke organ perifer atau jaringantubuh
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat sehingga
seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai dengan fibrinolisis
demikian juga sebaliknya.dalam system koagulasis dan fibrinolisis terdapat system lain yang
mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor-
Hemostatis 85
faktor penghambat ( inhibitor). Seluruh proses merupakan mekanisme terpadu antara
aktifitas pembuluh darah,fungsi trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi
dengan trombosit ,aktifasi fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
Gambar 47.Mekanisme Fibrinolisis
86 Hemostatis
Topik 2
Kelainan Hemostasis
H
emostasis adalah mekanisme normal yang dilakukan oleh tubuh untuk
menghentikan perdarahan pada lokasi yang mengalami kerusakan atau
luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk menghentikan keluarnya darah yang
diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi, agregasi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha
menjaga agar darah tetap cair dan tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik
Hemostasis (haima=darah, stasis=tetap,berhenti), berarti darah tetap berada dalam
system pembuluh darah. terdapat beberapa komponen dalam mekanisme hemostasis, yaitu:
trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant
proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia
dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat
menjalankan mekanisme hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu
terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat
proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal hemostasis
dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor
antithrombotik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai fisiologik dan patofisiologik serta
prinsip pemeriksaan laboratorium dari masing-masing faktor yang berperan dalam proses
hemostasis, seperti faktor vaskuler, faktor trombosit dan faktor pembekuan serta interpretasi
hasilnya.
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat sehingga
seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai dengan fibrinolisis
demikian juga sebaliknya.dalam system koagulasis dan fibrinolisis terdapat system lain yang
mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor-
faktor penghambat (inhibitor). Seluruh proses merupakan mekanisme terpadu antara aktifitas
pembuluh darah,fungsi trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi dengan
trombosit ,aktifasi fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
Hemostatis 87
Topik 3
Kelainan Vaskuler
PTECHIAE (bintik merah)
Ptechiae adalah bintik merah kecil yang tampak pada permukaan kulit yang
disebabkan karena perdarahan kecil, atau karena bocornya pembuluh darah sehingga darah
merembes keluar membentuk titik merah.
Ptechiae bisa merupakan sebagai tanda atau akibat kekurangan jumlah trombosit
(thrombocytopenia) di dalam tubuh. Kondisi ini juga bisa timbul pada keadaan dimana jumlah
trombosit dan fugsi trombosit tidak seperti biasanya. (contohnya pada keadaan terjadinya
infeksiatau apabila kelebihan tekanan seperti pada kasus tekanan yang berlebihan pada
jaringan (seperti pada tourniquet test dipakai pada batuk yang berlebihan).
Gambar 48.Lapisan endotel pembuluh
Gambar 49.Kebocoran endotel pembuluh
88 Hemostatis
Gambar 50.Lapisan endotel pembuluh
ECCHYMOSIS
Ecchymosis yaitu perubahan warna pada kulit yang disebabkan terjadinya perdarahan
dalam. Warna merah yang tampak kelihatan disebabkan karena keluarnya darah dari
pembuluh darah ke dalam jaringan. Ekimosis atau ecchymosis adalah purpura (ekstravasasi
darah) di bawah kulit yang ukurannya lebih besar dari 1 cm atau hematoma. Ekimosis
seringkali dinyatakan sebagai istilah lain untuk memar atau bercak biru kehitam-hitaman yang
tampak di kulit tubuh. Namun ekimosis memiliki perbedaan dengan memar biasa. Memar
terjadi disebabkan oleh trauma (benturan), sedangkan Ekimosis tidak disebabkan oleh
benturan
Gambar 51.Lapisan endotel pembuluh
Gambar 52. Lapisan endotel pembuluh
Kelainan Vaskuler Bawaan (congenital) :
Hemostatis 89
A. HEREDITERY HEMORRHAGIC TELEANGIECTASIA
Yaitu perdarahan kulit dan membrana mukosa dimana terjadi dilatasi multiple dari kapiler
dan arteriol, dinding tipis dan vasokonstriksi jelek
Telangiectasias, juga dikenal dengan istilah spider veins, yaitu, dimana pembuluh darah
melebar kecil di dekat permukaan kulit atau selaput lendir, berukuran antara 0,5 dan 1
milimeter.Pembuluh darah yang melebar ini bisa berkembang dimana saja di tubuh tapi
biasanya terlihat di sekitar hidung, pipi, dan dagu. Telangiektasis disebabkan oleh kelainan
perkembangan yang dapat meniru perilaku neoplasma vaskular jinak dengan baik.
Mereka mungkin terdiri dari kumpulan arteriol, kapiler, atau venula abnormal. Karena
telangiektasis adalah lesi vaskular, maka pucat saat diobati dengan diascopy.
Gambar 53. Pembuluh vena laba-laba di paha (kiri) dan bibir yang terkena gejala
telangiectases (kanan)
B. HEREDITERYCAPILLARY FRAGILITY VASCULAR Pseudohemophilia, variant dari Von
Willebran Disease, Waktu perdarahan memanjangpenyakit Von Willebrand (vWD)
ditemukan oleh Erik Adolf von Willebrand, adalah kelainan pembekuan darah herediter
yang paling umum pada manusia. Bentuk yang diakuisisi terkadang dapat diakibatkan
oleh kondisi medis lainnya. Penyakit ini timbul dari kekurangan kualitas atau kuantitas
faktor von Willebrand (vWF), protein multimerik yang dibutuhkan untuk adhesi platelet.
C. EHLERS-DANLOS SYNDROME
Yaitu kelainan kolagen, Fragility Kafiler >> Perdarahan Hematome
Sindrom Ehlers-Danlos (EDS) adalah kelompok dari tiga belas kondisi genetik individu,
yang semuanya mempengaruhi jaringan ikat tubuh. Jaringan ikat terletak di antara
jaringan dan organ lain, menjaga agar tetap terpisah sementara menghubungkannya,
90 Hemostatis
menahan segala sesuatu dan memberikan dukungan, seperti mortar di antara batu bata.
Pada EDS, mutasi gen menyebabkan jaringan ikat jenis tertentu - jenisnya akan
bergantung pada jenis EDS namun biasanya berbentuk kolagen - menjadi rapuh dan
melar.
Kelainan Vaskuler Didapat (Acquired) :
A. PURPURA SIMPLEX
Purpura is purple-colored spots and patches that occur on the skin, on organs, and
in mucous membranes, including the lining of the mouth. Tourniquet test (+), Biasa pada
wanitra reproduksi
Pada purpura simplex, gejala memar biru yang tiba-tiba muncul di tubuh bisa jadi
karena gejala penyakit lain, atau terkena purpura simplex.Purpura simplex disebabkan
adanya penggumpalan darah akibat pecahnya dinding pembuluh darah. Purpura simplex
lebih sering terjadi pada wanita akibat pengaruh hormonal. Memar biru pun bisa muncul
di bagian paha, tungkai kaki, serta lengan. Stres dan kelelahan dapat memicu
penggumpalan darah.
Purpura simplex nggak hanya terjadi saat kita kelelahan. Jika suka mengonsumsi
obat jenis aspirin, warfrafin, clopidogrel, dan prasurgel juga berpengaruh pada peredaran
darah. Keempat obat tersebut dapat meningkatkan peredaran darah. Sehingga, derasnya
aliran darah membentuk bercak biru di tubuh kita.
Biasanya, purpura simplex tidak menyebabkan efek samping. Tetapi jika muncul keluhan
lain seperti flu, demam, dan sakit saat terbentur. Jika terjadi, maka harus segara
berkonsultasi dengan dokter ahli penyakit dalam. Sebab, bisa jadi bukan purpura simplex
yang muncul, melainkan penyakit lain.
B. SENILE PURPURA
Purpura pada masa tua (60 th), Trauma kecil bisa purpura,Atropi Kolagen (kulit
mudah digerakan)Senil purpura adalah kondisi yang biasa terjadi pada lansia dan disebut
dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa orang tahu pikun pikura sebagai purpura
senilis, hemorrhages kulit, atau sebagai purpura Bateman.
Kondisi Senil purpura yang paling sederhana adalah saat lansia lebih rentan
terhadap memar. Individu yang lebih tua memiliki kulit yang lebih tipis dan rapuh,
sehingga memar lebih mungkin terbentuk sebagai hasilnya. Pada tahap awal, memar ini
tampak berwarna keunguan. Sudah umum bagi lansia untuk mengembangkan purpura
pikun di lengan bawah mereka. Purpura juga bisa terjadi pada selaput lendir, terutama di
mulut dan organ dalam. Meskipun mungkin tampak seperti orang dengan senil purpura
telah mengalami trauma serius, kemungkinan sejenis trauma ringan menyebabkan
Hemostatis 91
perkembangan memar yang keunguan. Bintik purpura besar disebut ecchymosis dan
bintik-bintik kecilnya dikenal sebagai petchiae.
92 Hemostatis
Topik 4
Kelainan Trombosit
Kelainan jumlah
A. Trombositosis
B. Trombositemia
C. Trombositopenia
A. Trombositosis :
trombositosis adalah kondisi dimana jumlah trombosit di dalam darah jumlahnya lebih
dari normal (tinggi), dan keadaan ini bisa berupa reaktif atau primer (juga disebut penting dan
disebabkan oleh penyakit myeloproliferative). Meskipun sering tanpa gejala (terutama bila
merupakan reaksi sekunder), trombositosis dapat menjadi predisposisi trombosis pada
beberapa keadaan dari pasien.
Peningkatan jumlah trombosit sementara
o Fisiologi : - gerak badan
o Patologis : - trauma
- keganasan
- peradangan
Kondisi trombositosis meningkat karena adanya rangsangan, tetapi apabila rangsangan yang
menyebabkan tingginya trombosit hilang, maka jumlah trombosit kembali normal. Kondisi
trombositosis berupa kelainan pada tingginya jumlah trombosit yang diproduksi oleh tubuh.
9
Pada orang dewasa, batas normal trombosit adalah 150-450 x 10 /l atau 150.000-450.000
platelet per mikroliter darah, sementara seorang penderita trombositosis dapat memiliki
9
jumlah trombosit hingga 600 x 10 /l atau lebih. Trombositosis bisa menjadi penyebab utama
kondisi penggumpalan darah. Kondisi ini dapat terpicu pula oleh penyakit lain yang sudah
dimiliki atau diderita sebelumnya sehingga pemeriksaan awal dapat turut menentukan jenis
trombositosis apa yang dialami pasien.
Penyebab trombositosis
Trombositosis dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pada tulang dan sumsum tulang, atau
kondisi lainnya. Beberapa jenis trombositosis, antara lain:
Hemostatis 93