The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul teknik pengolahan Audio video kelas XII

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Che Luth Dhia A Yusron, 2021-08-22 22:19:11

E-Modul Teknik pengolahan Audio video

Modul teknik pengolahan Audio video kelas XII

gambar video, dengan adanya review ini diharapkan masih ada kesempatan untuk
dilakukan proses perekaman ulang sebagai penyempurnaan.

Fungsi lain dari pentingnya melakukan review adalah dapat menambah ide-ide
baru yang muncul pada saat diskusi dalam tahapan review. Ide-ide baru yang lebih
kreatif dan tidak terpikirkan sebelumnya bisa saja muncul secara spontan sebagai
akibat dari adanya diskusi dalam proses review. Oleh karena itu, proses review sangat
memungkinkan untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.
B. Aspek yang perlu diperhatikan dalam review

Pada prinsipnya proses review dilakukan dengan tujuan untuk melihat secara
rinci hasil kerja keseluruhan proses produksi dari fase praproduksi hingga
pascaproduksi. Proses review tentu diikuti oleh beberapa unsur internal yang terkait
dan diharapkan juga mampu memberikan evaluasi terhadap hasil akhir produksi
sehingga tujuan dasar dari kegiatan review ini tercapai.

Untuk mencapai hasil yang lebih maksimal selain diikuti oleh tim internal,
sebaiknya juga mengikutsertakan pihak-pihak luar yang memiliki kompetensi dalam
sinematografi agar dapat memberi masukan yang berkaitan dengan konsep sehingga
mampu meningkatkan kualitas hasil produksi visual yang sengan dibuat.

Ada pun secara umum unsur-unsur yang terlibat dalam proses review dan
alasan perlunya keberadaan mereka dalam proses review, yaitu sebagai berikut
1. Produser, bertanggung jawab terhadap seluruh isi dan kelayakan dari hasil

produksi.
2. Sutradara, bertanggung jawab terhadap konten dramatical dari hasil proses

perekaman sesuai dengan konsep dan tujuan produksi.
3. Direktor fotografi, bertanggung jawab terhadap kualitas gambar pada saat

dilakukannya proses perekaman gambar.
4. Seluruh kru teknis dan nonteknis, bertanggung jawab terhadap kelayakan

peralatan selama digunakan dalam proses produksi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
5. Editor, bertanggung jawab terhadap hasil akhir dalam hal penyuntingan gambar.
6. Ahli sinematografi, ahli sinematografi diharapkan mampu memberi evaluasi dari
hasil pengamatannya setelah melihat hasil review.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

7. Pengamat sinematografi, pengamat sinematografi diharapkan mampu memberi
masukan dan evaluasi terhadap daya tarik hasil produksi yang sedang di review.
Adapun hal-hal yang menjadi aspek sangat penting untuk dilakukan review,
antara lain sebagai berikut.
a. Ekspresi dan lakon pemeran
Selama tayangan sedang dinikmati oleh penonton, yang akan sangat
menjadi perhatian adalah ekspresi dan lakon pemerannya dalam alur cerita.
Apabila tidak sesuai dalam ekspresi maupun lakon dari pemeran, akan
menjadi satu kegagalan yang sangat fatal sehingga penonton akan dengan
mudah meninggalkan dan memutuskan untuk tidak mengikuti alur cerita
hingga selesai.
b. Kualitas gambar hasil perekaman video
Memanjakan mata penonton dengan memberikan kualitas gambar dan
keindahan sisi videografi merupakan suatu keharusan sehingga membuat
penonton menikmati tayangan hingga akhir cerita. Kualitas gambar yang
kurang baik akan membuat mereka menangguhkan niatnya untuk melihat
tayangan video sejak awal dimulainya video disajikan
c. Hasil editing
Alur cerita yang disuguhkan akan mudah diikuti dan sangat
menghibur apabila disajikan dari hasil editing yang baik. Penempatan
transisi antargambar yang terlihat halus dan sesuai akan membuat penonton
terbawa dalam alur cerita. Selain itu, penempatan efek audio dan video juga
musik latar akan menambah dramatical cerita sehingga penonton sangat
terhibur dan menikmatinya hingga akhir.
d. Daya tarik hasil video
Daya tarik tayangan juga harus dilakukan review karena sejauh mana
daya tarik yang ditampilkan akan mempengaruhi khalayak yang
berkeinginan untuk menonton tayangan tersebut dan bersedia pula untuk
menonton hingga akhir cerita. Apabila daya tarik belum terlihat pada saat
dilakukannya review, seluruh yang terlibat harus berdiskusi untuk mencari
inovasi baru agar dapat meningkatkan daya tarik tayangan

C. Uji Coba dan Revisi

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Metode dalam melakukan review sangat bermacam-macam sesuai dengan
karakteristik dari kelompok yang membuat hasil produksi audio visual. Sebaiknya,
satu kelompok produksi audio vidual melakukan review secara formal, lengkap, dan
tersetruktur. Namun, ada pula yang melakukannya dengan cara yang biasa dan
terkesan seperti diskusi kelompok internal.

Cara malakukan penayangan hasil produksi untuk di review juga bermcam-
macam, diantaranya dengan menggunakan screen dan proyektor dengan lengkap
dengan sound system yang sangat memadai agar terdengar audionya secara jelas.
Ada pula yang memperlihatkan malalui media LED berlayar lebar ataupun
menggunakan perangkat PC atau laptop untuk melakukan review.

Selain metode penayangan, cara menyajikan hasil kerja atau hasil editing yang
akan di review pun berbeda-beda. Sebaiknya, hasil file video disajikan dalam
bentuk flashdisk atau di review. Hal lain yang bisa dilakukan adalah menyajikan
hasil editing secara langsung dari software editing video yang dihubungkan dengan
monitor tambahan.

Cara penyajian hasil editing sebagai hasil produksi untuk dilakukan review
sama halnya dengan melakukan uji coba peenayangan video sebagaai hasil akhir
produksi. Oleh karena itu, dukungan media visual dan sound system yang memadai
sangat perlu untuk disiapkan agar proses review seperti uji coba penayangan dalam
bentuk simulasi nyata.

Setelah proses review selesai dilakukan, sudah tentu akan ditemukan beberapa
hal yang perlu dilakukan revisi atau diperbaiki. Proses revisi harus
mempertimbangkan waktu, tenaga, dan biaya yang diperlukan. Ada kalanya, suatu
produksi bisa saja melakukan revisi atau perbaikan menyeluruh sehingga
menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Hal seperti ini sangat
mungkin terjadi karena adanya kesalahan fatal sehingga harus dilakukan perbaikan
menyeluruh.

Proses revisi terdiri atas beberapa tingkatan, ada revisi dalam tingkat
mikro, middle, hingga makro (harus diperbaiki secara menyeluruh). Tingkat mikro
berarti revisi hanya dilakukan pada bagian tertentu dan sedikit sekali hal-hal yang
perlu diperbaiki atau direvisi. Sementara itu, revisi tingkat middle atau menengah

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

membutuhkan waktu yang cukup panjang serta penambahan biaya yang cukup besar
untuk memperbaiki kesalahan atau merevisi
D. Ada 5 bagian dalam menulis sebuah review.
1. Pendahuluan

Pada bagian ini tulis mengapa Anda menulis produk
2. Latar belakang

Pada bagian ini silahkan tulis tentang produk atau jasa yang akan di-review.
Produksi siapa, milik siapa, bekerjasama dengan siapa, kapan mulai beroperasi
dan sebagainya.
3. Keunggulan
Bagian ini menuliskan keunggulan produk atau jasa yang kita review. Sumbernya
bisa dari 'product knowledge' yang ada pada website atau testimoni dari orang
lain. Bisa juga dari sisi pandang kita sendiri.
4. Kekurangan
setelah kita menulis keunggulan dari produk yang kita review kita juga bisa
menuliskan satu kekurangan dari produk atau jasa yang kita review. Namun
jangan menulis kekurangan yang prinsip. Tuliskan saja kekurangan umum yang
juga banyak dimiliki oleh produk atau jasa sejenis
5. Kesimpulan
Pada bagian pamungkas ini, kita wajib membuat kesimpulan sekaligus ajakan
untuk menggunakan produk atau jasa, mengajak membuka website resmi produk
atau jasa yang kita review. untuk tidak terlalu buat anda bingung saya akan coba
memaparkan contoh reviwnya.

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) / JOBSHEET

SMKS ASTRINDO KOTA TEGAL

Kompetensi Keahlian Multimedia

Tahun Pelajaran 2021 / 2022

Nama Siswa / Mata Pelajaran : Teknik Pengolahan Audio Video
Kelompok
Kelas : XII Semester : Gasal Nilai

Jobsheet 8

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

A. KOMPETENSI DASAR
4.9 Membuat review produk audio visual

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
4.9.1 Menciptakan review produk audio visual
4.9.2 Mendemontrasikan review produk audio visual

C. TUJUAN
Setelah menyaksikan tayangan video siswa dapat
 Menciptakan review produk audio visual
 Mendemontrasikan review produk audio visual

D. ALAT DAN BAHAN
 Laptop / PC
 Adobe premier
 Headset

E. LANGKAH – LANGKAH (PETUNJUK) KERJA
 Buka Adobe Premiere Pro > Lalu buat Project Baru


F. RUBLIK PENILAIAN KETRAMPILAN Skore 7-8 9-10
1-5
No Keterangan

1 Proses Editing
2 Hasil Editing

Mengetahui; Tegal, Juli 2021
Kepala SMK Astrindo Kota Tegal Guru Mata Pelajaran

Suswono, M.Kom Lutfatul Kholifah, ST
NIPY. 08.81.002.0006 NIPY. 21.83.002.0036

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

3.10

KOMPETENSI DASAR
3.10 Mendiskusikan proses pembuatan video pendek
4.10 Membuat alur proses video pendek (video profile, fiture dan video pendek

lainnya)

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.10.1 Mendiskusikan proses pembuatan video pendek
3.10.2 Memahami proses pembuatan video pendek
4.10.1 Mengemas alur proses video pendek (video profile, fiture dan video pendek

lainnya)
4.10.2 Mendemontrasikan alur proses video pendek (video profile, fiture dan video

pendek lainnya)

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Setelah bekerja sama dengan teman dan didampingi oleh guru siswa dapat

mendiskusikan dan Memahami proses pembuatan video pendek
 Setelah menyaksikan tayangan video siswa dapat mengemas dan

Mendemontrasikan alur proses video pendek (video profile, fiture dan video
pendek lainnya)

MATERI

Membuat film pendek saat ini telah menjadi hobi baru bagi anak muda. Film pendek
selain bisa dijadikan sebagai media penyaluran gagasan, bisa juga dijadikan sebagai batu
loncatan bagi mereka yang ingin bekerja dan membuat film panjang.

Proses membuat film berarti mempertemukan gagasan kepada orang lain melalui
media film/audio visual. Apapun gagasannya, video ataupun film bisa menjadi media
yang paling efektif untuk mengkomunikasikan pada orang lain. Dengan karya audio

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

visual, seseorang dapat dengan mudah menerima pesan dengan media yang dapat
dipandang dan didengar.

Proses membuat film secara garis besar dapat dibagi menjadi lima tahap yaitu :
Menentukan ide cerita, pra produksi, produksi, pasca produksi dan distribusi.

Dengan mengacu pada tahap-tahap tersebut, diharapkan dalam membuat film bisa
berjalan dengan efektif dan efisien.
A. Dasar pembuatan film

Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:
1. Temukan Ide Cerita

Kalau tak ada ide cerita, walaupun Anda punya kamera yang mahal dan
bagus, film tak tercipta juga. Untuk itulah, dalam proses produksi film, langkah
pertama adalah temukan ide cerita Anda. Usahakan cerita dengan ide yang baru
dan unik. Belum pernah ada sebelumnya.
2. Riset

Ini tak kalah penting. Riset inilah yang akan membawa film ada
mempunyai reputasi yang tinggi. Apalagi kalau Anda sedang ingin membuat
film bergenre sejarah. Riset ini bisa dilakukan dengan misalnya membaca
referensi, buku-buku literatur yang mendukung film tersebut, atau bisa juga
misalnya dengan melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh atau ahli yang
terkait dengan tema film yang sedang digarap.
3. Casting

Ini terkait dengan rekruitment tokoh. Proses seleksi dan pencarian tokoh
berbakat yang akan memerankan film tersebut. Baik itu tokoh utama, maupun
tokoh tambahan. Dalam beberapa adegan, mungkin akan terjadi adegan ekstrem
seperti perkelahian atau adegan ekstrem lainya. Untuk itu diperlukan tokoh
pengganti. Dalam proses inilah semua itu berlangsung.
4. Shooting

Proses ini adalah tahap pengambilan gambar. Dalam proses ini sang
sutradara menjadi ujung tombak dalam mengarahkan kameramen melakukan
kerja-kerjanya. Memang, kameramen pasti punya cukup keahlian untuk
mengambil gambar. Tapi, sang sutradaralah yang menentukan bagaimana sudut

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

pandang pengambilan gambar, mana yang harus ditonjolkan dsb. Begitu juga,
saat shooting ini, sang sutradara juga mengarahkan tokoh-tokoh atau pemeran
film tersebut agar sesuai dengan skenario yang telah disusun sebelumnya.
5. Editing

Inilah tahap akhir proses produksi film. Saat pengambilan gambar
mungkin terjadi kesalahan-kesalahan. Dalam tahap inilah Anda atau tim Anda
bisa melakukan editing atas sebuah film. Editing ini sebenarnya adalah proses
penggabungan adegan-adegan film yang telah diambil gambarnya sebelumnya.
Menambah efek-efek dalam adegan yang terekam, atau mengurangi atau meng-
cut adegan-adegan yang tidak atau kurang perlu. Nah, setelah selesai proses
pengeditan saatnya film itu diedarkan ke publik.

Pada umumnya cara pembuatan film sama saja, tidak terlalu memusingkan.
Mungkin yang akan menjadi tantangan adalah bagaimana mewujudkan step by
step pembuatan film tersebut. Berikut adalah langkah-langkah dasar yang bisa Anda
tapaki :
1. Ide dan Pengembangan Membuat Film

Mencari dan menemukan ide cerita dalam film merupakan langkah awal
dalam proses membuat film. Dalam tahap ini seseorang dapat menentukan
APA yang ingin dikatakan pada dunia lewat film. Tidak setiap ide untuk sebuah
film adalah ide yang baik, namun ketika seseorang telah menemukan ide yang
menarik tentu akan dituntut untuk mengembangkannya agar dapat menjadi sebuah
rangkaian cerita yang menarik. Proses pengembangan ide ini akan membantu tim
produksi dalam memahami apa yang akan disampaikan dan bagaimana cara
menyampaikan lewat film.

Menulis dalam kertas atas ide tersebut akan
mempermudah dalam membuat kerangka berpikir. Dari sini kita bisa mentukan
struktur film dari babak ke babak, target penonton, siapa penontonnya dan apa
yang ingin penonton rasakan setelah melihat filmnya dan lain-lain. Kemampuan
menuliskan ide dasar dalam satu kalimat yang menarik tentu akan dapat
membantu setiap orang untuk memahami tentang cerita yang akan difilmkan.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Ketika ide dasar telah ada, proses selanjutnya adalah mengembangannya
menjadi sebuah naskah/skenario. Disinilah penulis dapat membangun karakter
tokoh-tokoh yang ada didalamnya, merancang visualisai dan merancang suara
sehingga dapat dipahami oleh seluruh tim produksi. Dalam proses ini tentu tidak
luput dari proses riset untuk memperkuat gagasan, dengan melakukan pengamatan
dan penelitian yang lengkap akan menyempurnakan proses perencanaan
dan pembuatan film tersebut.
a. Buatlah Ide

Carilah ide yang menarik, yang sensasional dan tidak pasaran. Biasanya
orang suka menonton film karena merasa ada bagian dari film itu yang dekat
dengan dirinya. Carilah tema yang unik tetapi dekat dan familiar di
hati masyarakat.
b. Buatlah sasaran ide kita

Setelah mendapatkan ide, kita tentukan film kita mau ditujukan untuk
siapa? Mahasiswa? Pelajar? Anak-anak? Keluarga? Bila kita sudah
menemukan segmen yang tepat, akan lebih mudah bagi kita untuk
menentukan alur cerita.
c. Sinopsis film

Tak akan ada sebuah film yang bagus tanpa sinopsis. Bahkan, film
dokumenter pun memerlukan sinopsis untuk narasi dan menggambarkan
cerita apa yang akan diusung. Buatlah sinopsis yang ringkas, padat, jelas,
langsung pada sasaran, konflik yang jelas dan ending yang mengejutkan.
d. Naskah Skenario

Bila film telah selesai, buatlah skenario. Anda bisa meminta orang lain
untuk menulis, lalu Anda mengurusi hal lain atau Anda tulis sendiri skenario
Anda. Setelah skenario jadi, mulailah membuat film.
2. Pra Produksi

Tahap Pra-Produksi merupakan tahapan yang paling penting dalam sebuah
proses membuat film. Dalam pra-produksi Anda merencanakan semua aspek
logistik dan kreatif produksi, disinilah Anda dituntut untuk berpikir tentang semua
masalah yang mungkin terjadi dan mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut dimuka.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Untuk mempermudah mengorganisir setiap elemen dalam proses membuat
film, biasanya akan dibuat script breakdown. Dengan proses pra-produksi yang
matang akan dapat menghemat banyak waktu, uang dan usaha.

Casting pemain berlangsung dalam tahap pra-produksi, penentuan jadwal
produksi, menentukan durasi waktu yang dibutuhkan, menentukan
anggaran, menemukan lokasi, merancang dan membangun set, menentukan aspek
rasio film, perencanaan jenis shot dan gerakan kamera, menentukan tim produksi
dan menentukan kemungkinan-kemungkinan lainnya jika terjadi sesuatu atau
ketika agenda yang ada tidak berjalan seperti yang direncanakan (misalnya
masalah cuaca)
a. Mulai membuat Film

Tentukan story board film kita, tentukan lokasi, cari view yang bagus
untuk lokasi agar sesuai dengan tempat yang diinginkan dalam skenario.
Tempat yang sesuai mendukung cerita.
b. Siapkan alat-alat teknis

Siapkan kru. Siapkan lampu, kamera, setting, property, kostum, piñata
make up, dan lain-lain sebagainya.
c. Tentukan budget

Setelah menentukan apa dan siapa yang kita inginkan, kita bisa
memulai membuat budget atau anggaran film. Tetapi lebih baik budget sudah
disiapkan sejak awal.
d. Syuting dan Editing

Setelah mendapatkan izin dan lain sebagainya, Anda bisa mulai syuting.
Begitu selesai syuting, adegan-adegan film diedit berdasarkan urutan scene
di dalam skenario.
e. Review dan Revisi

Review, lihat ulang hasil film yang sudah Anda buat. Lalu revisi bila
ada bagian scene yang jelek, bisa Anda buang. Bila ada scene yang kurang,
bisa Anda tambahkan yang baru.
f. Buat promosi

Siapkan media untuk promosi seperti spanduk, iklan, trailer, pamflet,
poster dan lain-lain.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

g. Masukkan dalam DVD
Setelah film Anda finish, Anda bisa masukkan dalam keeping DVD.

Dan gandakan keping DVD itu untuk keperluan pribadi, distribusi atau
promosi.

Itulah tadi langkah-langkah dasar dalam membuat film. Tentu saja
pelaksanaannya tidak semudah teori, namun tidak ada salahnya mencoba dan
terjun langsung. Dengan mengerjakan sesuatu yang menurut kita susah,
lambat laun akan menjadi mudah.
3. Pasca Produksi

Proses Pasca-Produksi merupakan proses penyuntingan seluruh stok
gambar dan suara yang telah diproduksi. Proses penyuntingan (editing) sendiri
merupakan proses memotong dan mengatur ulang, membuang apa yang tidak
diperlukan dan memastikan bahwa apa yang tersisa menceritakan kisah dengan
jelas.

Biasanya proses pasca-produksi membutuhkan waktu yang lebih lama dari
pada proses produksi itu sendiri, hal ini disebabkan pada saat proses editing harus
tetap mengacu dan menggunakan script beserta catatan yang ada pada saat pra-
prosuksi dan produksi.

Dalam proses pasca produksi, efek visual, suara khusus, soundtrack film,
judul, credit title, subtitle terjemahan, koreksi warna dan kadang-kadang narasi
ditambahkan yang semua materi tersebut disatukan sehingga menjadi satu karya
yang utuh.
4. Distribusi (Setelah Membuat Film Selesai)

Distribusi adalah proses di mana film dapat bertemu dengan penonton.
Proses distribusi film dapat dilakukan melalui distributor film maupun dilakukan
secara mandiri. Distribusi film bisa dilakukan melalui jaringan bioskop, televisi,
pemutaran oleh komunitas film, mengikuti festival film, maupun penjualan DVD
dari rumah-kerumah. Saat ini, film juga dapat diunggah di internet melalui media
sosial, youtube, maupun platform distribusi film online lainnya.

B. LANGKAH MEMBUAT FILM PENDEK
1. Riset Awal!

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Kita cari tahu dulu tentang latar belakang yang ingin kita buat film. Kalau
serius, riset ini harusnya sangat detail, tetapi kalau mau sederhana, kita bisa saja
browsing dulu di internet atau bertanya kepada teman atau orang yang sudah
mengalaminya. Kita catat data-data yang kita dapat tadi.
2. Siapkan Peralatan

Perlengkapan yang diperlukan adalah handycam atau kamera video apa pun
beserta baterai dan charger. Jangan lupa bawa juga mikrofon tambahan dan kabel
ekstensinya, tripod, dan yang paling penting, kaset-kaset kosong (bawa cadangan
ya).
3. Riset Lapangan

Waktu sampai di tempat tujuan, kita harus melakukan riset lebih dalam dari
riset awal yang sudah kita lakukan di rumah. Cocokkan data yang didapat saat
riset awal dengan keadaan di lapangan.
4. Buat Alur Cerita Kasar

Tentukan siapa saja yang mau diangkat sebagai tokoh dalam film. Biasanya,
dari hasil riset di lapangan, kita bisa mendapatkan sebuah ide yang lebih spesifik
dan menarik untuk diangkat dari ide awal kita di rumah. Misalnya, “Keseharian
hidup badut di Dufan”. Kemudian, buatlah alur cerita kasar dari ide tersebut.
Misalnya, tugas-tugas si badut di Dufan dan tempat-tempat wajib yang harus
didatangi si badut.
5. Buatlah Sinopsis

Cerita singkat tentang seperti apa film yang kita buat ini. Dari sinopsis kita
bisa menentukan siapa saja yang harus kita wawancara, daftar pertanyaan untuk
setiap wawancara, dan daftar gambar-gambar (footage) yang dibutuhkan di luar
wawancara.
6. Syuting atau Pengambilan Gambar

Dari hasil riset, kita sudah tahu di mana saja dan kapan saja orang-orang
yang ingin kita wawancara berada. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan
untuk pengambilan gambar.
a. Datangi dan minta izin mereka untuk melakukan wawancara. Ingat, jangan

sekali-kali merekam wawancara tanpa izin! Tidak etis dan bisa bikin mereka
tidak suka.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

b. Jangan lupa menggunakan mikrofon tambahan ketika melakukan wawancara,
apalagi kalau kita berada di tengah keramaian.

c. Gunakan daftar pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya sebagai acuan,
tetapi jangan terlalu kaku, kita boleh bertanya hal-hal lain di luar daftar
tersebut.

d. Buat suasana wawancara sesantai mungkin, bertanyalah seperti kita sedang
mengobrol biasa. Sebab, keberadaan kamera video bisa membuat orang
gugup, jaim, dan tidak bisa menjawab jujur.

e. Gunakan tripod bila wawancara berlangsung cukup lama dan tidak dilakukan
sambil bergerak. Keenam, Selesaikan semua wawancara dari daftar orang
yang sudah kita buat. Setelah itu rekam semua gambar yang sudah kita tulis
dalam daftar footage kita. Kalau kita masih punya waktu dan kaset cadangan,
kita boleh kok merekam gambar-gambar tambahan lain yang mungkin nanti
bisa berguna saat tahap editing.

f. Setelah semua selesai direkam. Periksa lagi semua daftar yang kita punya.
Baca lagi sinopsis awal kita. Apa semua sudah cukup. Jangan sampai ada
yang terlupa.

7. Buat Alur Cerita Final
Sesuaikan hasil catatan dengan hasil wawancara yang sudah kita buat.

Masih sesuaikah? Harus diubahkah? Ke arah mana harus dikembangkan?
Hal ini sangat mungkin terjadi karena hasil wawancara bisa banget

menghasilkan data-data yang lebih banyak dan mungkin berbeda dari apa yang
sudah kita siapkan sebelumnya. Enggak masalah kok. Perbaiki dan buat sinopsis
baru yang bisa disusun dari hasil rekaman yang sudah kita tonton berulang kali.

Setelah selesai, barulah sinopsis final ini bisa jadi panduan untuk mulai
mengedit.
8. Mengedit Film

Mulai capture hasil rekaman yang sudah kita pilih sebelumnya ke dalam
komputer menggunakan program editing yang biasa kita pakai. Setelah itu susun
film kita berdasarkan sinopsis final yang sudah kita buat sebelumnya.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Masukkan footage-footage yang kita sudah rekam. Buat alur semenarik
mungkin, jangan terlalu banyak wawancara yang bisa membosankan. Idealnya,
panjang film 8-12 menit.
9. Musik Latar atau “Soundtrack”

Tambahkan musik latar yang sesuai, jangan pakai musik orang
sembarangan ya! Sebisa mungkin buat musik sendiri atau minta teman yang
pandai membuat musik untuk membuatkan musik untuk film ini.
10. Terakhir, koreksi warna atau “color correction”

Masukkan opening title (pilih judul yang catchy dan bisa menggambarkan
keseluruhan film), tambahkan credit title, mixing suara, wrap! Jadikan DVD biar
bisa ditonton beramai-ramai.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

3.11

KOMPETENSI DASAR
3.11 Menganalisis perekaman gambar bergerak (video) dengan kamera
4.11 Merekam gambar bergerak (video) menggunakan kamera

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.11.1 Menganalisis perekaman gambar bergerak (video) dengan kamera
3.11.2 Merinci perekaman gambar bergerak (video) dengan kamera
4.11.1 Mendemontrasikan gambar bergerak (video) menggunakan kamera
4.11.2 Memproduksi gambar bergerak (video) menggunakan kamera

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Setelah bekerja sama dengan teman dan didampingi oleh guru siswa dapat

menganalisisdanMerinci perekaman gambar bergerak (video) dengan kamera

 Setelah menyaksikan tayangan video siswa dapat

mendemontrasikandanMemproduksi gambar bergerak (video) menggunakan

kamera

MATERI

Dalam memegang sebuah kamera ada teknik-teknik tertentu yang harus kita ketahui
dan pahami terlebih dahulu, berikut beberapa teknik memegang kamera video yang baik
dan benar:

A. Teknik Memegang Kamera Video
1. Posisi Tangan
Sikut menekan tumbuhTangan kiri memegang kamera ,sambil jari-jari
memegang grip zoom lensa. Tangan kanan memegang bagian shutter kamera,
disini tangan kanan berfungsi untuk mengatur setting kamera. Kedua siku
menekan tubuh, posisi ini berfungsi agar kamera tidak banyak goyang,karena
ada tumpuan di badan.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

a. Sikut Menekan Tubuh
Tangan kiri memegang kamera, sambil jari – jari memegang grip

zoom lensa. Tangan bagian shutter kamera, disini tangan kanan berfungsi
untuk mengatur setting kamera. Kedua siku menekan tubuh, posisi ini
berfungsi agar kamera tidak banyak goyang, karena ada tumpuan badan.

b. Menggunakan Benda Disekitar Untuk Menambah Kestabilan

c. Menurunkan lutut Berlutut dengan lutut kiri dan menempatkan siku yang
memegang camcorder pada lutut, tangan akan memberi pondasi yang kokoh
bagi rekaman.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

d. Bidik dengan posisi tiarap
Sudut seperti ini tidak hanya bagus merekam subyek yang rendah,

tetapi dengan Led-siku dilantai dijamin akan memperorel hasil yang
mantap.

e. Pegang Camcorder Dengan Kedua Tangan
Letakkan satu tangan lewat gerip (semoga mudah menjangkau tombol

zoom dan rekam) dan gunakan tangan satunya untuk membantu memegang
kamera.

2. Sikap Tubuh
a. Berdirilah dengan benar
Satu lutut sedikit membengkok, posisi kaki bersudut 45 derajat satu
sama lain. Meskipun sederhana, teknik ini benarbenar berpengaruh pada
hasil rekaman Anda. Berdirilah dengan sebelah kaki sedikit berada di depan
lainnya. Cara ini akan meningkatkan kestabilan badan sehingga Anda bisa
berdiri lebih kokoh. Seperti dalam teknik silat, posisi kuda-kuda akan
menentukan kekokohan badan Anda.
b. Pegang camcorder dengan kedua tangan
Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Meskipun camcorder Anda adalah model yang paling tipis
dibandingkan lainnya. Lebih baik terlihat wajar dengan cara merekam yang
kokoh dan perlahan, daripada terlihat berakrobat dengan membawa kamera
dalam satu tangan. Letakkan satu tangan lewat grip (supaya mudah
menjangkau tombol zoom dan rekam), dan gunakan tangan satunya untuk
membantu memegang kamera.
c. Letakkan kedua siku tangan di dekat dada

Akan membantu membuat sebuah dudukan yang kuat untuk
camcorder Anda, dan membantu mencegah miringnya kamera, yang bisa
terjadi pada tangan Anda jika berada jauh dari badan.
d. Bersandarlah pada sesuatu

Sebuah pohon, dinding bangunan, mobil, atau apa pun asalkan
obyeknya kokoh dan tidak bergeser, bisa Anda pakai. Pada ruangan yang
sempit dan kurang cahaya, cara ini akan sangat membantu.
e. Menurunkan lutut

Untuk menurunkan pusat gravitasi badan Anda bisa mengurangi
goncangan camcorder. Berlutut dengan lutut kiri di lantai dan menempatkan
siku yang memegang camcorder pada lutut kanan akan memberi pondasi
yang kokoh bagi rekaman Anda.
f. Bidik dengan posisi tiarap

Sudut seperti ini tidak hanya bagus untuk merekam subyek yang
rendah (misalnya bayi merangkak), tetapi dengan Led- siku di la-tai, dijamin
Anda akan memperoleh rekaman yang mantap.
g. Gunakan lensa sudut lebar

Mendekatlah pada obyek. jangan tergoda untuk mencoba lensa zoom
20x (tele), karena penggunaan lensa tele akan meningkatkan efek
goncangan kamera, sedangkan lensa sudut lebar akan menutupinya. Dengan
mendekat ke obyek, 3erekaman suara juga akan lebih baik. Jika Anda harus
berjalan selama perekaman, tetaplah menggunakan lensa wide. Supaya tidak
goyang, pemakaian lensa tele harus dilengkapi dengan tripod, atau
tempatkan pada permukaan yang datar.
h. Obyek yang bergerak

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

Misalnya si kecil yang naik sepeda, gunakan mobil. Mintalah bantuan
seseorang untuk merekam lewat jendela mobil yang berjalan perlahan.
Tentu saja pengemudi harus menyesuaikan kecepatan dengan obyekyang
bergerak. Cara itu menghasilkan rekaman bergerakyang dramatis. Mobil
lebih dapat menyerap guncangan yang terjadi, dibandingkan jika Anda
melakukannya sambil berjalan atau berlari.
9.AKTIFKAN IMAGE STABILIZER atau Steady Shoot.
Feature ini cukup berarti dalam mengurangi guncangan kamera. Sebagian
camcorder menggunakan sistem digital (Digital Image Stabiliser), dan
lainnya memakai Optical.
i. Letakkan kamera

Kadang-kadang cara terbaik untuk merekam tanpa guncangan adalah
dengan tidak memegang camcorder. Cari suatu permukaan yang kokoh,
sehingga Anda bisa mengatur kamera saat sedang merekam, hanya dengan
remote control. Bagian atas meja, bangku, mobil atau dinding bisa
dimanfaatkan.
B. Cara Memegang Kamera Video.
Peganglah kamera dengan mantap. Gunakan satu tangan untuk memegang
kamera dan mengoperasikan kontrol zoom, dan tangan yang lain untuk menjaga agar
posisi kamera tidak mudah goyah. dapat digerakkan ke berbagai posisi, tergantung
dari sudut pengambilan yang diinginkan – pada banyak kondisi gunakan selalu tripod
untuk menjaga gambar tetap stabil.
1. Zoom.

Hindarkan penggunaan tehnik zoom untuk merekam pemandangan yang
luas tanpa menggunakan tripod. Ini adalah cara dasar untuk menghindari
terjadinya guncangan pada gambar yang dapat berakibat tidak bergunanya
gambar yang terekam.
2. Suara.

Perlu diperhatikan mengenai suara. Bila kita tidak menggunakan
earphone, kamera tetap merekam suara-suara latar yang tidak diperlukan, maka
jangan mengeluarkan suara yang tak perlu atau berbicara ketika sedang
merekam.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

3. Peraturan 10 detik.
Peraturan penting dalam merekam adalah, rekamlah dalam waktu yang

lebih lama dan hindarkan pergerakan-pergerakan kemera yang tidak perlu.
Selalu rekam satu adegan sekurangnya dalam 10 detik. Ini akan memudahkan
editor film untuk mengambil potongan-potongan gambar yang diperlukan. Ingat
untuk tetap menghitung sampai 10 detik, meskipun pada kondisi yang sulit, 10
detik ini terasa lama. Rekam subyek Anda selama 10-20 detik, stop dan ambil
gambar yang lain.
4. Panning & Tilting

Panning (mengambil gambar bergerak secara horizontal)
dan Tilting (mengambil gambar bergerak secara vertikal) sebaiknya digunakan
secukupnya saja bila ingin mendapatkan gambar dasar dengan berpindah posisi
gambar, atau bila kita sudah berpengalaman sebagai operator film. Bila kita
memutuskan untuk melakukan panning, gerakkanlah kamera sehalus yang kita
bisa dan jangan mendadak. Ingat selalu aturan10 detik untuk setiap gambar
diam/statis pada awal dan juga pada akhir pengambilan gambar panning. Selalu
lebih baik mengambil banyak gambar statis, dan ingat juga bahwa nantinya
gambar yang kita ambil akan diedit kembali oleh editor.
Penggunaan panning sebaiknya jangan terlalu lama (antara 3 sampai 5 detik).
5. Fokus, Exposure and White balance (Keseimbangan warna) .

Periksa selalu fokus dan exposure. Bila menggunakan zoom jauh dan
dekat fokuskan selalu pada jarak ideal ke objek yang kita inginkan untuk
direkam dan ketika kita melakukan zoom jauh semuanya terlihat fokus – bila kita
melakukan zoom pada objek terdekat terlebih dahulu lalu kita zoom pada objek
lain di kejauhan (contohnya hewan di kejauhan) maka akan membuat gambar
sama sekali tidak fokus. Adanya perbedaan antara objek yang samar dan objek
utama yang jelas adalah sangat penting. Bahkan objek yang hanya sedikit tidak
fokus akan membuat film menjadi tidak berguna. Periksa selalu exposure dan
cobalah merekam pada objek yang sama dengan cara manual dan otomatis untuk
memastikan kita mendapatkan gambar terbaik yang kita inginkan. Bila kita
sudah memiliki banyak pengalaman, hal ini menjadi tidak perlu lagi untuk
dilakukan .

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)

6. Tanggal dan Waktu.
Jangan pernah memasang tanda tanggal dan waktu pada layar film yang

terekam, ini akan membuat film sama sekali tidak dapat digunakan . Penulisan
tanggal dan waktu pada layar film tidak membuktikan bahwa film ini diambil
pada saat yang tertulis dilayar, karena bisa saja yang tertulis tanggal 5 November
1950 tidak menjamin pengambilan film tersebut pada tahun 1950, bisa saja
setiap orang merubah tanggal dan waktu tersebut. Namun, sebaiknya kita selalu
merekam suara kita pada awal pengambilan gambar yang menjelaskan kapan
gambar tersebut direkam, lokasi dan negara dimana kita merekam gambar- cara
inilah yang dapat merekam secara permanen informasi waktu dan tempat
pengambilan film. Hal ini sangatlah penting dan seringkali terlupa, dan bila kita
lupa apa dan dimana persisnya sebuah gambar diambil, celakalah kita. Bila kita
memiliki GPS untuk menunjukkan lokasi kita berada, selalu rekam dengan film
pembacaannya dan juga rekam latar belakangnya. Tidak seperti tanda tanggal
dan waktu, hal ini dapat memberikan bukti.
7. Cutaways (Gambar pengisi).

Bila kita merekam sebuah obyek, kegiatan ataupun wawancara kita perlu
selalu mengambil gambar yang lain. Sebagai contoh, bila kita merekam sebuah
wawancara kita perlu untuk merekam juga kantor orang yang kita wawancarai
atau sesuatu yang lain untuk memberikan penjelasan tambahan bagi film
wawancara kita. Kita lihat contoh lain, bila kita membuat film tentang orang
utan, jangan lupa untuk merekam hutan dimana mereka tinggal dan kebakaran
hutan yang merusakan habitatnya. Ini akan membuat sebuah film lebih
informatif.

Mata Pelajaran
Teknik Pengolahan Audio Video (TPAV)


Click to View FlipBook Version