The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-book ini adalah Kisah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam dari sebelum beliau lahir sampai beliau wafat

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bintiumarhafshah, 2022-12-31 01:36:43

Sirah Nabawiyah

E-book ini adalah Kisah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam dari sebelum beliau lahir sampai beliau wafat

Keywords: sirah nabawiyah

2. Pasar Ukaz
Mekkah merupakan wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan dari seluruh

wilayah sekitar. Selain karena letak geografisnya yang strategis, Mekkah menjadi destinasi
masyarakat untuk melaksanakan ibadah di Ka’bah. Wilayah Ukaz, Mijanah dan Dzul Majas
adalah tiga pasar yang menjadi tempat utama para pedagang dari seluruh kawasan pada
ketika itu. Selain komoditas barang dagangan, setiap kafilah membawa pemikir dan
penyairnya untuk dipertandingkan di pasar-pasar tersebut.35
a. Sejarah Pasar Ukaz

Sudah menjadi tradisi penduduk Arab, jika memasuki bulan-bulan haram maka
akan digelarlah pesta rakyat di tiga pasar terkenal, Ukaz, Majinnah dan Dzilmajaz.
Begitu akhir bulan Syawal datang, maka prajurit dari berbagai suku mulai
mempersiapkan diri untuk berjaga-jaga di tiga pasar itu. Pelaku-pelaku kriminal
ditangkap dan tingkah pola mereka dicela. Secara serentak larangan perang pun
diberlakukan dengan ketat.

Ukaz adalah pasar ternama kali yang dibuka untuk merayakan pekan raya
tahunan. Di bulan Dzulqa’dah penduduk jazirah Arabia berduyun-duyun menuju pasar
yang terletak diantara Mekkah dan Thaif. Pasar ini diadakan pada bulan Dzulqa’dah,
berlangsung sekitar 15 sampai 20 hari. Di pasar ini diperdagangkan barang-barang
yang didatangkan dari berbagai daerah, mulai dari Afrika Timur, India maupun Persia.
Kain katun, sutra, wol, domba, pedang, perisai, kuda sampai budak akan begitu mudah
dijumpai disini.36

Disebutkan, di Ukaz juga terdapat sebuah monumen yang dibuat oleh orang-
orang Jahiliyah yang berfungsi sebagai tempat tawaf mereka. Letaknya di sebuah tanah
lapang yang terdapat aliran air irigasi untuk perkebunan kurma. Dalam Perang Fijar,
orang-orang Quraisy minum di daerah Ukaz.

Ukaz adalah pekan raya kebanggaan bangsa Arab jahiliyah. Kebanggan yang
memuat segala hiburan duniawi yang mereka senangi, sama seperti pekan raya yang
terjadi pada hari ini dengan berbagai hiburan yang disenangi orang-orang masa kini.
Dahulu, orang-orang Arab sangat kagum dengan kepandaian bahasa dan keindahan
syair, maka di Ukaz dipamerkanlah tujuh syair terbaik di masa jahiliyah yang mereka
gantungkan di dinding Ka’bah (sab’u mu’allaqat). Tampillah penyair-penyair handal
dari berbagai kabilah menasyidkan syair-syair dan karya sastra mereka. Karya yang
baru dan orisinil, akan mendapat pujian. Dan karya tiruan akan diremehkan.

Selain barang-barang kebutuhan dari jenis benda mati, di Ukaz juga diperjual-
belikan budak dan hewan-hewan. Sebagaimana halnya Ummul mukminin Khadijah
binti Khuwailid radhiallahu ‘anha membeli Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu di
Pasar Ukaz. Budak-budak yang diperjua-belikan di Ukaz kebanyakan hasil dari
peperangan.

Ketenaran dan kebesaran nama Ukaz di kalangan bangsa Arab terus berlangsung
hingga datangnya Islam. Pasar ini mulai turun pamornya dan hilang pada tahun 129 H.
Hal itu lantaran munculnya gerakan Khawarij Haruriyah, mulailah terjadi penjarahan
di pasar ini dan orang-orang pun khawatir akan keselamatan mereka. Akhirnya momen
besar ini mulai ditinggalkan dan tidak disemarakkan lagi.

35 Muhammad Choirin, “Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW di Era Mekkah dan Relevansinya di Era
Modern” dalam Jurnal Misykat Al-Anwar (Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta) vol.4.No.2,h. 105

36M. Quraish Shihab, Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan Hadits-
Hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), h. 66

56


Pasar Ukaz dikatakan sebagai pesan sasta dan budaya yang resmi. Hal itu dikuatkan
oleh pendapat Bahruddin Dallau, yang mengatakan pasar Ukaz tidak saja merupakan
pesan diskusi sastra arab secara umum, di mana para penyair dan khutoba berkumpul
dan berlomba-lomba dalam berpuisi dan berkhotbah.37 Pasar-pasar tersebut telah
berperan dalam memunculkan pesan sastra dalam mempercepat proses ilmiah
(obyektif) untuk menatap keadaan sosial, ekonomi dan budaya demi mencapai
persatuan.

b. Ukaz di Masa Islam

Salah satu cara rasulullah SAW. dakwah yaitu dengan menghapus monopoli
dagang kaum Quraisy di pasar Ukaz dan Dzul-Majaz setelah penaklukan Mekkah.
Penghapusan monopoli ini meningkatkan efisiensi dan distribusi pendapatan yang
lebih baik. Permintaan efektif dan permintaan transaksi terhadap uang meningkat
sehingga mempercepat peredaran uang.38

Setelah Islam datang, Ukaz tidak lagi semeriah masa-masa sebelumnya. Di antara

penyebabnya adalah:
Pertama: Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Ukaz adalah

tempat yang istimewa dan tempat berniaga di masa Jahiliyah. Ketika Islam datang,
orang-orang mulai meninggalkannya hingga Allah menurunkan ayat ‘Tidak ada dosa
bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu di musim haji’.

Mereka sibuk dengan menunaikan ibadah haji dan tidak melakukan aktivitas

perdagangan. Allah turunkan ayat:

‫من ركام‬ ‫ابتَغ˚وا‬ ‫لَ ايس اي ام جن أ‬
‫َ’ب‬ ‫فَضنت‬ ‫عل ك َ ح‬

‫َا‬

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah: 198). Diriwayatkan oleh Al-Qurthubi dalam

tafsirnya.

Dan demikianlah memang keadaan orang-orang Arab Jahiliyah, mereka

menganggap berdosa melakukan perniagaan di musim haji. Mereka tidak berhaji dan

juga tidak berdagang. Oleh karena itu, pasar-pasar mereka tidak diadakan di musim

haji. Hingga Allah menurunkan firma-Nya:

}‫{لَ ايس علَ ايك ام ج َناح أَن تَ ا َبتغ˚وا فَض َال من ر َ’بك ام‬
]198 :‫[البقرة‬

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah: 198).

Mereka pun mendapat keringanan untuk berniaga dan membawa barang-barang

dagangannya. Allah halalkan berniaga di musim haji Dijelaskan dari Tafsir al-

Qurthubi.
Kedua: Hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah. Hijrahnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah berpengaruh besar pada

perekonomian masyarakat Mekah. Termasuk di antaranya berimbas ke Pasar Ukaz.

37 Qomi Akit Jauhari, “Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Jahiliyyah” dalam Jurnal Lingua

Scientia, (Malang: UIN Maliki Malang) vol.3 No.1,h.66
38 Rahmat Fauzi, “Prospek Hukum Islam Di Bidang Penguatan Moneter Dengan Pemberlakuan Mata

Uang Dinar dan Dirham” dalam Jurnal Jurnal Cendikia Hukum, (Payakumbuh: STIH Putri Payakumbuh) vol. 3

No.2,h.216


57


Sebagian tokoh-tokoh Quraisy turut serta bersama Nabi menuju Madinah. Mereka pun
meramaikan pasar-pasar Madinah. Para sahabat sangat senang untuk selalu dekat dan
senantiasa mendapingi Rasulullah. Kebersamaan itu lebih mereka cintai daripada
melakukan aktivitas berdagang yang mengharuskan mereka bersafar keluar Madinah.

Kemudian ada juga yang beralih profesi dari pedagang menjadi petani. Aktivitas
politik dilakukan dengan mengutus duta, tanpa harus bertatap muka antar pemimpin.
Dan kegiatan jihad juga membuat orang-orang tidak lagi mementingkan Ukaz.

B. Intimidasi Kafir Quraisy Kepada Nabi dan Sahabat

1. Penentangan Kaum Kafir Quraisy terhadap Kenabian Nabi Muhammad SAW

Tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad sama sekali tidak menghentikan
dakwahnya, mereka memeras pikirannya sekali lagi.39 Untuk itu mereka memilih beberapa cara
untuk memupus dakwahnya ini, yang bisa disimpulkan dalam beberapa hal berikut ini :

a. Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk
melecehkan orang-orang muslim dam mengembosi kekuatan mental mereka. Untuk itu
mereka melemparkan berbagai tuduhan yang mengada-ngada dan ejekan sekenanya
terhadap nabi. mereka menyebut beliau sebagai orang gila. Seperti dalam Firman Allah:

]6 :‫{ َوقَال˚وا يَا أَيََ َها ال َذي ن˚ َ’ز ال َذ’ اك ˚رك لَ َم اجن˚و ˚ن} [الحجر‬
‫ل إنعلَ اي َه‬

“Dan mereka berkata,”wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an, sesungguhnya
engkau (Muhammad) benar-benar orang gila. (Al-Hijr : 6)

Mereka juga menyebut beliau sebagai tukang sihir dan pendusta, firman Allah :

‫{ َوعجب˚وا أَن جاء ام م ان َذر م انه ام و َقال ا الكا َفرون ه َذا ساحر كذ‬
} ‫اب‬

]4 :‫[ص‬

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul)
dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,“Orang ini adalah pesihir yang
banyak berdusta.” (Shad : 4)

Jika ada sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang duduk di sekitar beliau, mereka
mengolok-ngolok dan berkata, “inilah rekan-rekannya,” sebagaimana yang dijelaskan allah
dalam firmannya :

‫{ َوكذَ َلك َتنا عضه ام ب بَعض ل َيق˚ول˚وا أَهؤ ََل َء من لَال˚ علَ ايه ام من ب اي‬
‫َننَا أَلَ ايس للَا˚ بَأَعلَ َم‬

]53 :‫بَالشا َك َرين} [األنعام‬

“Demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan
sebagian yang lain orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata,
“Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?”
(Allah berfirman), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur
(kepada-Nya)?” (Al-An’am : 53)

b. Menjelek-jelekkan ajaran beliau, menghembuskan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-
anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau mereka tiada henti
melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada manusia untuk menelaah dakwah

39 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: ummul Qura’ ,2013) hal. 163


58


beliau, di dalam Al-Qur’an terdapat banyak contoh penentangan mereka terhadap beliau.40
mereka berkata tentang Al-Qur’an :

‫˚زو َرا وقَال˚واطي ˚ر ا األَ و َلين‬ ‫وقَال ال َذين ˚روا إ ان هذَا إ َل َراه˚ وأَ انه˚ علَ اي َه ˚رون ˚ءوا لا‬
‫)و أَسا‬4( ‫قَ او ˚م آك اافتَ فَقَداخ اج َم‬ ‫اف كف‬

‫ا‬

]5 ،4 :‫ا اكتَتَبَ َها فَ َه ت˚ َه ب˚ اكصي اَل [الفرقان‬
َ‫املَى َرةَ وأ‬
‫ي علَاي‬

“Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang
diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka
telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “(itu hanya) dongeng-

dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng
itu kepadanya setiap pagi dan petang.”(Al-Furqan : 4-5)

c. Menandingi Al-Qur’an sebagai dongeng-dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan
manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.

Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan menempuh
jalan apa saja, salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam pemboikotan tersebut
antara lain: mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti
pernikahan, silaturrahmi dan jual beli.41

2. Berbagai Macam Tekanan
Orang-orang kafir Quraisy menerapkan cara-cara yang disebutkan di atas sedikit demi

sedikit, untuk menghentikan dawah setelah disebarkan secara terang-teranggan sejak ermulaan
tahun keempat dari nubuwah.

Para kaum Quraisy memutuskan untuk memerangi Islam dan menganggu beliau
menyiksa orang-orang yang masuk Islam dikarenakan cara di atas kurang efektif dalam
menghentikan dakwah beliau.

Sebelum itu Abu Lahab sudah menikahkan kedua anaknya, Utbah dan Utaibah dengan
kedua putri beliau yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulstum. Tepatnya sebelum Nabi diutus sebagai
Rasul. Tetapi setelah itu Abu Lahab menyuruh anak anaknya untuk menceraikan istrinya
masing- masing dengan disertai ancaman keras. Tidak ada pilihan lain bagi keduanya kecuali
menceraikan istrinya.

Begitu pula yang dilakukan tetangga-tetangga beliau yang lain, yang selalu
menganggu selagi beliau ada drumah. Menurut Ibnu Ishaq, orang orang yang biasa menyaiti
beliau saat dirumah adalah Abu Lahab,Al-ahkam bin Abul Ash bin Umayyah , Uqbah bin Abu
Mu’ith, Adi bin hamraats-tsaqafi, Ibnul Ashda’ Al-hudzali. Semuanya merupakan tetangga
beliau. Tak seorang pun yang masuk Islam selain Al-Ahkam bin Abul Ash.

Di antara mereka ada yang melemparkan isi perut seekor domba selagi beliau sedang
shalat. Diantara mereka ada juga yang meletakan nya di atas periuk beliau

Al-Bukhari meriwayatkan dari ibnu mas’ud bahwa suatu kali Nabi SAW sedang shalat
di dekat Ka’bah, sedangkan Abu Jahal dan rekan-rekannya sedang duduk-duduk. Kemudian
Uqbah bin Abu Mu’ith meletakkan kotoran unta di antara pundak beliau disaat beliau sedang
sujud.

Umayyah bin Khalaf ketika melihat Rasulullah, ia mengumpat dan mencela Rasulullah.
Tentang dirinya, turunlah surah Al Humazah artinya orang yang mencela orang lain secara
blak-blakan.42

Gangguan dan sisksaan-siksaan seperti ini tidaklah begitu berarti bagi diri rasulullah
karena beliau memiliki kepribadian yang tidak ada duanya,berwibawa dan dihormati setiap

40 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, h.164
41 Patmawati, “Sejarah Dakwah Rasulullah di Mekkah dan Madinah” dalam Jurnal At-Taghyir (Padang

Sidempuan: UIN Syahada Padangsidimpuan) vol.
42 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, h.165


59


orang, umum maupun khusus, selain itu beliau juga masih dapat perlindungan khusus dari abu
thalib,orang yang paling disegani dan di hormati di mekah.

Hal ini berbeda dengan yang dirasakan oleh orang-orang muslim, terutama lagi bagi
mereka yang lemah. Semua itu sangat terasa pahit dan berat. Pada saat yang sama setiap kabilah
pasti siapapun ynag condong terhadap islam dengan berbagai macam siksaan.

Setiap kali Abu Jahal mendengar seseorang masuk Islam, dia memperingatkan,
menakut-nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut dari kalangan
yang terpandang .adapun terhadap orang yang awam dan lemah makan akan disiksa.

Utsman bin Affan pernah diselubungi tikar dari daun kurma oleh pamannya, lalu
diasapi bawahnya. Tatkala ibu Mus’ab bin Umair tahu anaknya masuk islam, dia tidak diberi
makan dan di usir dari rumah. Bilal, yang saat itu menjadi budak Umayyah bin Khalaf, pernah
dikalungi tali dilehernya, lalu diserahkan kepada anak-anak kecil lalu mereka mengaraknya di
pegunungan mekah. Lehernya menampakan luka bekas jeratan tali itu, karena Umayyah
mengikatnya dengan kencang-kencang. Setelah itu dia disuruh duduk di bawah terik matahari
dan dibiarkan kelaparan. Penyiksaan yang paling keras yang dialami oleh Bilal adalah ketika
dia dibawa keluar selagi matahari tapat ditengah ufuk, lalu ditelentangkan di atas padang pasir
Mekkah. Ummayah meminta batu besar lalu meletakannya di atas dada bilal sambil
memaksanya untuk menyebutkan berhala yaitu Latta dan Uzza. Bilal hanya mampu berucap
“ahadun,ahad!” sampai akhirnya Abu Bakar melihat Bilal dan membelinya dari Ummayah
untuk dibebaskan .43

Ammar bin Yasir, budak Bani Makzum, masuk Islam bersama ibu dan bapaknya.
Orang-orang musyrik yang dipimpin Abu Jahal menyeret mereka ke tengah padang pasir yang
panas membara, lalu menyiksa mereka. Nabi lewat selagi mereka disiksa. Beliau bersabda “
sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang sudah dijanjikan bagi kalian adalah
surga” Yasir meninggal dalam penyiksaan itu dan ibu Ammar, Sumayyah ditikam oleh Abu
Jahal dengan menggunakan tombak hingga meninggal dunia. Dialah wanita pertama yang
syahid Islam.

Abu Fakihah,yang nama aslinya Aflah , budak Abdud Dar, diikat kakinya dengan
ikatan yang kencang,lalu dia diseret di atas tanah .Khabbab bin Al-Aratt, budak milik Ummu
Ammar binti Siba’al-kuza’iyah,juga mendapat berbagai macam penyiksaan. Mereka
menjambak rambutnya kuat-kuat. Mereka juga membelitkan tali dilehernya lalu
menelentangkannya ke tanah hingga beberapa kali diatas pasir yang menyengat.

Abu Bakar membeli semua budak yang masuk Islam itu dan memerdekakan mereka
sebagaimana dia telah memerdekakan Bilal dan Amir bin Fuhairah.
Orang-orang kafir Quraisy biasa mengikat sebagian sahabat di tepat gembalaan unta dan sapi,
lalu melemparkannya di atas padang pasir yang menyengat, lalu melentangkan nya di atas pasir
yang sangat panas. Sebagian lain ada yang dikenakan pakaian besi dan dilentangkan di atas
pasir yang sangat panas.

pada tahun keempat, Sa’ad bin Abi Waqash memukul seorang pria musyrikin sehingga
melukainya. Penyebabnya, ketika itu para sahabat Rasulullah SAW. berkumpul di lembah-
lembah untuk melaksanakan shalat. Seorang pria kafir bersama sekelompok orang Quraisy
melihat mereka. Maka, orang-orang kafir itu mencemooh para sahabat. Sa’ad memukul salah
seorang dari mereka sehingga darah mengalir dari lukanya. Itulah darah pertama yang dialirkan
dalam Islam.44

43 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, h.170
44 Muhammad bin Abdul Wahab, Mukhtashar Sirah Rasul, (Surakarta: Al-Qowam, 2012) cet.1, hal.101

60


PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setelah Rasulullah berdakwah secara sembunyi sembunyi yang kurang lebih selama 3 tahun,
beliau mendapat perintah dari Allah untuk berdakwah secara terang-terangan. Dimulai dari
keluarga terdekatnya, yaitu Bani Hasyim. Pertama kali, Rasulullah mengundang sekitar 45
orang untuk dijamu dan mendengar dakwah beliau, yaitu dakwah dan ajaran untuk masuk
Islam. Namun, pada saat Rasulullah ingin berbicara di forum, Abu Lahab memotong
pembicaraan beliau, dan akhirnya dakwah tersebut gagal. Pada kedua kalinya, beliau
mengundang mereka lagi dan menyampaikan dakwahnya, kalo ini beliau mendapat dukungan
dari Abu Thalib, dan akhirnya berhasil untuk menyampaikan dakwahnya. Pada akhirnya,
karena dukungan dari Abu Thalib tersebut, Rasulullah bisa melanjutkan dan memperluas seruan
dakwahnya. Rasulullah SAW adalah orang yang sangat gigih dalam memperjuangkan.

2. Musim haji adalah musim dimana para penduduk yang berasal dari luar Mekkah menuju kota
Mekkah untuk berhaji, mereka akan menginap di Mekkah selama beberapa hari. Kondisi inilah
yang dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW untuk menyebarkan ajarannya dan mengajak orang
yang berasal dari luar kota Mekkah untuk beriman kepada Allah. Namun, tidak sedikit dakwah
Rasulullah ditolak oleh mereka karena mereka terpengaruh oleh propaganda dari kafir Quraisy
yang meyakinkan mereka bahwa Rasulullah adalah tukang sihir, orang jahat, dan penghina
ajaran leluhur.

3. Pasar Ukaz adalah pasar yang terletak diantara Mekkah dan Thaif. Pasar ini merupakan pasar
yang dimana para pedagang dan pebisnis mengadakan transaksi jual-beli. Para politisi
mengadakan lobi-lobi penting. Mereka merundingkan perdamaian, persekutuan, atau bahkan
membicarakan rencana peperangan. Disana pula para penyair dan orator unjuk kemampuan,
membacakan untaian kalimat indah yang mereka susun sekaligus mengungkapkan isu-isu
hangat yang sedang terjadi. Namun setelah datang Islam, Ukaz tidak lagi semeriah masa
sebelumnya, dikarenakan dua hal yaitu ; Abdulkah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma
mengatakan, "Ukaz adalah tempat yang istimewa dan tempat berniaga di masa Jahiliyah. Ketika
Islam datang, orang-orang meninggalkannya hingga Allah menurunkan ayat 198 surah Al-
Baqarah.Dan penyebab yang kedua yaitu hijrahnya Rasulullah ke Madinah.

4. Penentangan orang Kafir Quraisy terhadap kenabian Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu; pertama Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Kedua,
Menjelek-jelekkan ajaran Rasulullah SAW. Ketiga, menandingi Al-Qur'an sebagai dongeng
orang terdahulu. Selain itu, mereka juga melakukan banyak tekanan serta Penindasan terhadap
Rasulullah dan orang-orang yang telah beriman kepada Allah.

61


DAFTAR PUSTAKA
Nasriah, Siti. (2016). “Dakwah Pada Masa Nabi Muhammad SAW.” dalam Jurnal Tabligh. (Makassar:

UIN Alauddin Makassar) vol.17.No.2
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2010. Ensiklopedia leadership & Manajemen Dakwah. Jakarta: Tazkia

Publishing.
Choirin, Muhammad. 2021. “Pendekatan dakwah Nabi Muhammad SAW. di Era Makkah dan

Relevansinya di Era Modern” dalam Jurnal Misykat Al-Anwar. (Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Jakarta) vol.4.No.2
Shihab, Quraisy. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-
Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.
Jauhari, Qomi Akit. 2011. “Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Jahiliyyah” dalam Jurnal Lingua
Scientia. (Malang: UIN Maliki Malang) vol.3.No.3
Fauzi, Rahmat.(2018). “Prospek Hukum Islam Di Bidang Penguatan Moneter Dengan Pemberlakuan
Mata Uang Dinar dan Dirham” dalam Jurnal Jurnal Cendikia Hukum. (Payakumbuh: STIH
Putri Payakumbuh) vol.3.No.2
Mubarakfuri, Shafiyurrahman. 2013. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Ummul Qura’.
Patwawati. 2016. “Sejarah Dakwah Rasulullah di Mekkah dan Madinah” dalam Jurnal At-Taghyir.
(Padang Sidempuan: UIN Syahada Padangsidimpuan) vol.16
Wahab, Muhammad bin Abdul. 2012. Mukhtashar Sirah Rasul. Surakarta: Al-Qowam.

62


DIPLOMASI QURAISY DAN PENCARIAN SUAKA POLITIK KE
HABASYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang pembawa risalah dari tuhan, sudah menjadi kewajiban menyampaikan pada umat
manusia apapun dan bagaimanapun resikonya. Itulah ajaran yang di wasiatkan pemimpin kita ,pemimpin
umat manusia ( umat Islam).
Ejekan, cemooh, fitnah telah mewarnai perjalanan dakwah Rasulullah SAW,Gangguan dari kaum
musyrikin yang begitu hebat sehingga membuat Rasul dan sahabat kadang patah semangat dan menurun
kadar kekuatan iman mereka. Tapi sebagai ibrah yang akan menjadi pedoman umat manusia Allah telah
menjaganya dari tipu daya dunia.
Untuk memperoleh dan mempertahankan keimanan serta dasar-dasar agama. Hijrah merupakan langkah
yang baik dan harus di tempuh dalam mencapainya. Manusia yang hakekatnya mempuyai perasaan cinta
dan takut yang menyebabkan manusia memiliki kecenderungan membutuhkan sandaran pada kekuatan
yang mampu membuat hatinya tenang. Karena perasaan inilah kaum muslimin terdorong untuk
melakukan hijrah, maka demi memperkuat akidah mereka sangat antusias terhadap perintah Allah dan
Rasul-Nya dalam mempertahankannya dengan gigih setiap asasnya. Hijrah merupakan sunnatullah yang
berlaku bagi para Nabi dan Rasul sejak zaman Nabi Adam as; termasuk Nabi yang lain. Nabi Nuh as
dengan kapal besar mengangkut umatnya yang beriman (QS. al-Qamar: 10-14). Hijrah Nabi Musa as
pada waktu dan tempat yang di tetapkan Allah terhadap keadaan Musa as (QS. ad-Dukhan: 23-24). Nabi
Luth as tentang kaumnya (QS. al-Qamar:33-34)begitu juga pada masa Nabi Muahmmad SAW.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW adalah jihad terhadap perlawanan kaum Musyrik demi
menegakkan hukum Allah SWT atas manusia waktu itu Setiap orang yang ingin memperjuangkan
agamanya tidak akan terlepas dari hijrah dan tidak pula merasa terpaksa melakukannya, karena hijrah
dapat menempatkan orang-orang mukmin di bawah naungan Allah SWT. (QS. al-Anfal: 26).

67


DIPLOMASI QURAISY DAN PENCARIAN SUAKA
POLITIK KE HABASYI
PEMBAHASAN

A. latar Belakang Para sahabat hijrah ke Abisinia / Habasyah
Inilah kisah hijrah pertama kala Muslim terpaksa harus pergi ke Abisinia (kekaisaran Ethopia) karena
tekanan kaum Quraisy yang sangat luar biasa. Sebagian kaum Muslim pada masa awal di Makkah
memilih meminta perlindungan ke Kaisar Abisinia, Najasi. Dia memang penganut agama Kristen.
Namun dia menolak dan terus melindungi Muslim Mekah mesti utusan Quraisy agar dia
melepaskannya.
Gangguan terhadap kaum Muslimin makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa,
dan semacamnya. Waktu itu Nabi Muhammad menyarankan supaya mereka terpencar-pencar. Ketika
mereka bertanya kepadanya, “Kemana mereka akan pergi?” . Mereka diberi nasihat supaya pergi ke
Abisinia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang
yang dianiaya di situ. Bumi terlalu jujur, sampai nanti Allah membukakan jalan untuk kita semua.
Habasyah menjadi pilihan Nabi Muhammad SAW sebagai negeri tempat para sahabat untuk berhijrah
dikarenakan tempatnya yang prospektif bagi kaum muslimin agar mendapatkan perlakuan yang layak
sehingga ketenangan serta kedamaian akan mereka dapatkan dalam menjalankan ibadah-ibadah di
dalamnya, selain itu juga karena letaknya yang mudah dijangkau dan dapat di tempuh dengan
transportasi berupa perahu, mengingat bahwa kala itu hanya terdapat perahu sederhana yang juga
merupakan trnaspostasi yang tersedia pada masa itu. Serta keberadaan sosok raja yang adil dan
bijkasana sehingga mampu memikat harapan kaum muslimin untuk mencari suaka ke negeri tersebut,
mengingat mereka haus akan keadilam atas perlakuan orang-orang Quraisy yang mengintimidasi
selama ini.
Kaum muslimin yakin bahwa perjalanan hijrah tersebut adalah sebuah ketentuan dari Allah, ketika
kedzaliman terjadi diantara umat manusia, maka janji Allah adalah nyata dengan memberikan tempat
yang lebih baik di dunia. Dan balasan lebih besar akan menanti di kehidupan selanjutnya45 maka
hikmah dan rahmat Allah akan senantiasa menyertai46.

A. Hijrah ke Habasyah yang pertama
Berbagai tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy dimulai pada pertengahan atau akhir

tahun keempat dari nubuwuah, terutama diarahkan kepada orang-orang yang lemah. Hari demi hari
dan bulan demi bulan tekanan mereka semakin keras hingga pertengahan tahun kelima, sehingga
Makkah terasa sempit bagi orang-orang muslim yang lemah itu. Mereka mulai berpikir untuk mencari

45 Q.S . An-Nahl: 41
46 QS. Al-Baqarah: 218

68


jalan keluar dari siksaan pedih ini. Dalam kondisi yang sempit dan terjepit ini, turun surah Al-kahfi,
sebagai sanggahan terhadap berbagai pertanyaan yang disampaikan orang-orang musyrik kepada nabi
SAW. Surat ini meliputi tiga kisah, disamping di dalamnya terkandung isyarat yang pas dari Allah
terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.

Kisah pertama, tentang Ashabul Kahfi yang diberi petunjuk untuk hijrah dari pusat kekufuran dan
permusuhan, karena dikhawatirkan mendatangkan cobaan terhadap agama, dengan memasrahkan diri
kepada Allah.

Firman-Nya,

‫ا الكهف انشر ام َ ام ’م رحمَتَه‬ َ‫اون للَا‬ ‫وا َذ ا لات˚˚م او ام وم‬
‫ك َك ن‬ ‫لَى‬ ˚ ‫عب˚د˚ َ فَأا‬ ‫عتَ َز ا‬
‫ب‬ ‫ل َوا‬

‫ر‬

‫وي˚ َئ ل ام ا ام ام ’مرفَقَا‬
‫ي’ ك َر’من ك‬
‫ه‬

“Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah

tempat berlindung ke dalam gua itu, niscayab Rabb kalian akan melimpahkan Sebagian rahmat-Nya
kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian” (Al-

Kahfi:16)

Kisah kedua, tentang khidr dan musa, yang memberikan suatu pengertian bahwa berbagai factor

tidak selamanya bisa berjalan dan berhasil dengan bergantung kepada riil semata, tetapi

permasalahannya bisa berbalik total tidak seperti yang di tampak. Di sini terdapat isyarat yang lembut

bahwa usaha memerangi orang-orang muslim bisa membalikkan kenyataan secara total , dan orang-

orang musyrik yang berbuat semena-mena terhadap orang-orang muslim yang lemah itu bisa di balik

keadaanya.

Kisah ketiga, tentang Dzil-Qarnain, yang memberikan suatu pengertian bahwa bumi ini adalah milik

Allah, yang di wasiatkan-Nya kepada siapa pun yang di kehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, bahwa

keberuntungan hanya diperoleh di jalan iman, bukan di jalan kekufuran, bahwa dari waktu ke waktu

Allah senantiasa akan menurunkan orang yang siap membela dan menyelamatkan prang-orang yang
lemha, seperti Ya’juj dan Ma’juj pada zaman itu, bahwa yang layak mewarisi bumu adalah hamba-

hamba Allah yang shalih.

Kemudian turun Az-Zumar yang mengisyaratkan hijrah dan menyatakan bahwa bumi Allah ini tidaklah

sempit. Firman-Nya,

‫ان ي˚ َوف ى صَراون ا ام َب اي َر‬ ‫لاض‬ ‫َوا‬ ‫اوا ه َذ َه‬ ‫ن اح„ب‬
˚‫َ واسعَة˚ الما ب جره‬ ˚‫ارحسنَة‬ َ‫في الد‬
َ ‫سن˚ َ ان‬
‫َل‬ ‫َيا‬


‫ا س ح َ ل َذ اي‬

‫‪69‬‬


“orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi itu telah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(Az-Zumar:10)

Rasulullah SAW, sudah tahu bahwa ashhamah An-Najasyi, raja yang berkuasa di Habasyah adalah
seorang raja yang adil, tak bakal ada seorang pun yang teraniaya di sisinya. Oleh karena itu beliau
memerintahkan beberapa orang muslim hijrah ke habasyah, melepaskan diri dari cobaan sambal
membawa agamanya.

Pada bulan rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke
Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang dipimpin oleh Utsman
bin Affan. Dalam rombongan ini ikut pula Sayyidah Ruqayyah, putri Rasullah SAW. Beliau bersabda
tentang keduanya, “mereka berdua adalah penduduk Baitul-Haram pertama yang hijrah di jalan Allah
setelah Ibrahim dan Luth”.

Dengan berjalan mengendap-endap ditengah malam, mereka pergi menuju pantai, agar tidak
diketahui orang-orang Quraisy. Secara kebetulan saat mereka tiba dipelabuhan Syaiban, ada dua kapal
yang datang bertolak menuju Habasyah. Setelah orang-orang Quraisy mengetahui kepergian orang-
orang Muslim ini, mereka segera mengejar. Tetapi tatkal mereka tiba di pinggir pantai, orang-orang
muslim sudah bertolak dengan selamat. Orang-orang muslim hidup di sana dengan mendapat perlakuan
yang baik.
Adapun diantara yang hijrah ke Habasyah tahap pertama adalah:
 Utsman bin Affan
 Ruqayyah (istri Utsman dan putri Nabi Muhammad SAW)
 Abu Hudzaifah
 Sahlah binti Suhail bin Amr (istri Abu Hudzaifah)
 Zubair bin Awwam
 Mush’ab bin Umair
 Abu Salamah
 Ummu Salamah binti Abu Umaiyyyah (istri Abu Salamah)
 Utsman bin Madz’un
 Abdurrahman bin Auf

sampai di Habasyah mereka diperlakukan dengan baik oleh raja Najasyi. Kemudian ditempatkan
di Negash yang terletak disebelah utara provinsi Tigray. Wilayah yang kemudian menjadi pusat
penyebaran islam di Habasyah.
B. Hijrah untuk kedua kalinya ke Abisinia/Habasyah

Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Nabi SAW keluar dari Masjidil Haram, yang saat itu
para pemuka dan pembesar Quraisy sedang berkumpul di sana. Beliau berdiri dihadapan mereka, lalu
seketika itu pula membacakan surah An-Najm. Orang-orang kafir itu tidak pernah mendengarkan

70


kalam Allah yang seperti itu sebelumnya. Sebab redaksi mereka Panjang-panjang seperti biasanya,
memaksa Sebagian di antara mereka untuk menjelaskan kepada Sebagian yang lain, seperti yang di
jelaskan Allah.
“Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘Janganlah kalian mendengar dengan sungguh-sungguh akan
Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kalian dapat mengalahkannya”
(Fushshilat:26)

Tetapi tatkala dilantunkan bacaan surat ini, gendang telinga mereka diketuk kalam ilahi yang indah
menawan, yang keindahannya sulit dilukiskan dengan suatu gambaran, mereka pun diam terpesona,
menyimak isinya dan semua orang khidmat mendengarnya, sehingga tidak ada pikiran lain yang
melintas di dalam benak mereka. Tatkala beliau membacakan penutup surat ini, hati mereka terasa
terbang. Akhirnya beliau membaca ayat terakhir, yang artinya:
“ Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)” . (An-Najm:62)
Tak seorangpun dari mereka mampu menguasai dirinya, maka mereka pun sujud seketika. Cahaya
kebenaran telah masuk ke dalam relung hati dan perasaan terdalam kumpulan orang sombong dan suka
mengumpat itu. Ketidakmampuan mereka menahan sujud adlah bukti keagungan Allah SWT. Tetapi
cercaan dari beberapa orang Quraisy yang tidak ikut sujud waktu itu membuat mereka berdusta pada
Nabi Muhammad dan mengada-ngadakan perkataan untuk memojokan beliau. Keahlian mereka
membuat kedustaan benar-benar nyata sebagai alasan untuk menutupi sujudnya bersama Nabi.
Tindakan seperti ini sangat biasa dilakukan orang kafir Quraisy, maka tak heran atas kepiawaian
mereka mengarang cerita-cerita bohong.47
Kabar berita tentang orang-orang musyrik yang sujud bersama Nabi terdengar oleh muhajirin di
Habasyah, tetapi lebih di ada-adakan sehingga membuat para Muhajirin ikut senang mendengarnya.
Kabar yang terdengar adalah bahwa orang-orang kaum Quraisy telah masuk islam. Dengan mendengar
kabar tersebut maka mereka memutuskan berkunjung dan kembali ke Mekkah pada bulan Syawal
masih di tahun yang sama. Begitu sebelum tengah hari dan akan mendekati Mekkah, mereka pun tahu
kebenaran atas kabar palsu itu. Maka sebagian dari mereka berbalik arah bertolak menuju Habasyah
kembali, sedangkan sisanya memutuskan melanjutkan kunjungannya ke Mekah masuk dengan cara
menyelinap. Selain itu orang-orang Quraisy semakin menindas orang-orang Muslim, maka tidak cara
lain bagi Nabi Muhammad untuk mereka agar melakukan hijrah kembali dengan membawa pasukan
hijrah yang lebih banyak menuju Habasyah. Tentu saja dalam hijrah kedua ini lebih sulit daripada
hijrah pertama, karena kewaspadaan orang-orang Quraisy lebih diperketat agar rencana kali ini dapat
digagalkan.
Hijrah yang kedua ini lebih banyak dari sebelumnya, kali ini julah orang yang ikut hijrah mencapai
delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas atau sembilan belas wanita. Akhirnya mereka
bertemu dengan Raja Najasyi, raja negeri Habasyah. Raja Najasyi adalah laki-laki yang cerdas, baik

47 Tafhimul-Qur’an, 5/188. Makna inilah yang bisa disimpulkan para peneliti mengenai hadis Gharaniq.

71


cara berfikirnya, mengenal Allah, serta berakidah. Disana mereka mendapat kemanan lingkungan dan
perlakuan yang baik yang merupakan hal di dambakan atas penyiksaan yang selama ini menimpa kaum
muslimin.48
Rasulullah dan para sahabat yang tidak ikut ke Habasyah menetap di Syi’ib keluar dari kota Mekah
yang terletak di celah bukit. Disitulah saksi biru atas perjungan Rasulullah bersama keluarganya Bani
Hasyim dan Bani Muthalib juga sisa kaum muslimin yang tidak ikut ke Habasyah selama sekitar tiga
tahun mereka menetap disana dan terpencilkan oleh kaum Quraisy.
Mendengar bahwa orang-orang islam hijrah ke Habasyah membuat para pembesar Quraisy semakin
marah dan ingin sesegera mungkin mengakhiri perbuatan yanng menurut mereka (kaum Quraisy) telah
menikuti ajaran baru yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang mereka yakini. Kesepakatan
kaum Musyrikin untuk membunuh Nabi dan menjemput orang-orang muslimin agar kembali ke Mekah
dengan tujuan agar tidak semakin menyulitkan orang-orang Quraisy, maka diutuslah dua orang dari
mereka yaitu Amr bin Ash dan Umarah bin Walid dengan tujuan membujuk Raja Najasyi agar mau
mngembalikan kaum muslimin dengan hadiah-hadiah yang mereka bawa. Ketika Raja Najasyi
bertanya kepada mereka apa maksud dari kedatangan kemari,kemudian mereka menjawab kepada Raja
Najasyi agar orang-orang yang hijrah supaya dikembalikan dan dipulangkan karena orang-orang ini
adalah dari seorang pendusta yang telah memecah belah kaum keluarganya. Maka dipanggillah
pemimpin orang Islam waktu itu oleh raja Najasyi. Bertanyalah sang raja kepada pemimpin rombongan
tersebut yaitu Ja’far bin Abi Thalib “apakah ajaran yang dibawa oleh Nabimu itu ?” Ja’far menjawab
“Dia membawa kitab kepada kami, yang disana tertulis bahwa manusia harus menjalankan keadilan
dan kejujuran, tentu tidak dibenarkan ketidakadilan membatasi umat manusia. Dia menyerukan agar
umat manusia berlaku baik, saling menolong menyenangkan anak-anak yatim, dan mengesakan Allah”
Sungguh senang raja Najasyi dengan pernyataan Ja’far, tak terkecuali saat Ja’far membacakan
beberapa ayat dari Al-Qur’an, surah ke sembilan belas yang menceritakan tentang kelahiran Isa as dari
seorang wanita yang suci bernama Maryam. Begitu memikatnya kalimat yang dilantunkan Ja’far
sampai membuat air mata sang raja berlinang jatuh di atas kitabnya, tidak terkecuali para pendeta pun
ikut merasakan hal yang sama. Lalu berkatalah sang raja “Demi Allah sungguh ajaran dan perkataan
keduanya adalah sama yang dibawakan dari ssatu jendela. Berbahagialah kalian dengan orang-orang
yang datang bersama kalian. Dan aku telah mengetahui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang
telah diberitakan beserta kegembiraan Isa as. Dan sekiranya aku tidak sedang mengemban tugas
kerajaan, pastilah aku mendtanginya sampai mencium terompahnya.” Raja Najasyi mempersilahkan
kaum muslimin untuk tinggal di negerinya sesuka hati, dan menegmbalikan hadiah-hadiah dari kaum
musyrikin serta mengutusnya agar kembali pulang.49

48 Al-Mubarakfuri S. 2012,hal. 100
49 Soekanto, 2018, hal 55-57.

72


Berbagai macam dilakukan kaum Quraisy gara bisa mendapatkan Nabi Muhamaad SAW dalam rangka
membunuhnya, tetapin sejarah mencatat bahwa semakin islam di tindas maka dia semkin kokoh.
Terbukti dengan masuknya pahlawan-pahlawan yang masuk islam diantaranya, Hamzah bin Abdul
Mutahlib, Umar bin al-Khattab, dan yang lainnya. Perlu diketahui bahwa mereka (kaum kafir Musyrik)
akan memusuhi ajaran islam hingga nanti Allah tentukan waktunya tiba. Mereka hanya bisa membunuh
bunga-bunga, tetapi tidak bisa menghentikan musim semi itu datang kembali. Islam akan berjaya suatu
saat nanti karena Allah SWT telah menjanjikannya.

C. Peristiwa seputar pencarian suaka politik ke tanah Raja Najasyi
pencarian suaka politik ke Habsyi yang dilakukan oleh kaum muslimin dipelopori oleh gangguan yang
dilakukan oleh kaum Quraisy yang senakin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan
semacamnya. Waktu itu Nabi Muhmmad menyarankan agar mereka terpencar-pencar. Ketika mereka
bertanya kemana mereka akan pergi, mereka diberi nasihat agar pergi ke Habsy yang rakyatnya
mengatut agama kristen.
Sebagian kaum muslim pada waktu itu lalu beragkat ke Habsy guna enghindari fitnah dan tetap
berlindung kepada tuhan dengan memepertahankan agama. Mereka berangkat dengan melakukan dua
kali hijrah. Yang pertama terdiri dari sebelas orag pria dan empat wanita. Dengan sembunyi-sembunyi
mereka keluar dari Mekkah untuk mencari perlindungan. Kemudian mereka mendapat tempat yang baik
di bawah Najasyi. Lalu mereka hijrah yang kedua dilakukan delapan puluh orang pria tanpa kaum istri
dan anak-anak. Mereka tinggal di Habsyi sampai hijrah Nabi ke Yastrib.
Setelah menegtahui kaum muslimin hijrah ke Habsyi, kaum Quraisy mengirimkan dua orang utusan
untuk menemui raja Najasyi utusan tersebut adalah Amr bin Ash dan dan Abdullah bin Abi Rabi’a.
kepada raja Najasyi dan para pembesar istana mereka memebrikan hadiah-hadiah yang dimaksudkan
agar mereka mau mengembalikan kaum Muslimin yang hijrah ke Habsyi kepada kum Quraisy.
Sebenarnya kedua utusan itu telah mengadakan persetujuan dengan pembesar-pembesar istana
kerajaan, setelah mereka menerima hadiah-hadiah dari penduduk Mekkah mereka akan membantu
usaha mengembalikan kaum muslimin itu kepada kaum Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai
diketahui oleh raja. Tetapi baginda raja menolak sebelum mendengar sendiri keterangan dari pihak
kaum Muslimin. Lalu dimintanya mereka menghadap
Pada saat itu Ja’far bin Abi Thalib adalah perwakilan dari kaum muslimin yang menghadap kepada raja.
Raja bertanya kepadanya. “agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat
tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agamku atau agama lain ?”
Lalu Ja’far bin Abi Thalib pun menjawab “ketika itu kami maysrakat yang bodoh, kami menyembah
berhala, bangkai pun kami makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan kerabat,
dengan tetangga kami pun tidak baik, yang kuat akan menindas yang lemah. Demikian yang kami,
sampai tuhan mengutus seorang Rasul dari kalngan kmi yang sudah kami kenal asal usulnya, dia jujur,
dapat dipercaya, dan bersih pula. Ia mengajak kami hanya menyembah kepada Allah yang naha Esa
dan meinggalkan batu-batu dan patung-patung yang selama itu kami dan nenek moyang kami sembah.

73


Ia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk berlaku jujur serta mengadakan hubungan keluarga
dan tetangga yang baik, serta menyudahi pertumapahan darah dan perbuatan terlarang lainnya. Ia
melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, memakan harta anak
yatim, atau mencemarkan wanita-wanita bersih. Ia minta kami hana menyembah Allah dan tidak
memeprsekutukan-Nya. Selanjutnya kami sholat, zakat, dan puasa. (lalu disebutkan beberapa ketentuan
islam) kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah yang maha Tunggal,
tidak mempersekutukan-Nya. Dengan apa dan siapapun juga. Segala keharaman kami jauhi dan yang
halal kami lakukan. Karena itukah masyarakat memusuhi kami, menyksa kami, menghasut kami agar
meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala, supaya kami membenrakan keburukan
yang pernah kami lakukan dulu. Oleh karena itu ereka menyiksa kami, menekan kami, mereka
menghalang-halangi ami dari agama kami, maka kami pun keluar pergi ke negeri tuan ini. Tuan
jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat tuan, dengan harapan di sinila
kami terhindar dari penganiayaan.”
“adakah ajaran Tuhan yang di bawanya itu yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami ?” tanya raja
itu lagi.
“ya”, jawab Ja’far. Lalu membacakan surah Maryam dari pertama sampai pada firman Allah:
“lalu ia memberi isyarat menunjuk kepadanya” kata mereka: “bagaimana kami bicara dengan anak
yang masih muda belia? Dia Isa berkata: ‘aku adalah hamba Allah, diberi-Nya aku kitab dan
dijadikan-Nya aku seorang Nabi. Dijadikan-Nya aku pembawa berkah dimana saja aku berada dan
dipesankan-Nya kepadaku melakukan sembahyang dan zakat selama hdupku. Dan berbaktilah aku
kepada ibuku, bukan dijadikan-Nya aku orang yang congkak yang celaka. Bahagialah aku tatkala aku
dilahirkan, tatkala aku mati dan tatkala aku hidup kembali”.
Setelah mendengar keterangan tersebut membenarkan apa yang ada di Injil, pemuka-pemuka istana
terkejut, mereka mengatakan bahwa kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang keluar dari sumber
yang mengeluarkan kata-kata Yesus Kritus. Kemudian raja Najasyi meminta dua orang utusan dari
Quraisy untuk pergi, dan mengatakan bahwa beliau tidak akan menyerahkan kaum Muslimin kepada
mereka.
Keesokan harinya Amr bin Ash kembali menghadap raja dengan mengatakan, bahwa kaum Muslimin
mengeluarkan tuduhan yang luar biasa terhadap Isa anak Maryam. Panggilah dan tanyakan apa yang
mereka katakan, setelah mereka datang Ja’far berkata “tentang dia pendapat kami adalah seperti
dikatakan Nabi kami: Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya Ruh-Nya dan firman-Nya yan
disampaikan pada Maryam” lalu Raja Najasyi mengambil tongkat dan menggoreskannya ke tanah.
Dengan gembira sekali baginda berkata: “antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak
lebih dari garis ini.”
Selama di Habsyi itu kaum Muslimin merasa aman dan tentram setelah di kabarkan pada kaum
Muslimin bahwa gangguan kaum Quraisy mulai reda, lalu mereka kembali ke Mekah untuk pertama

74


kalinya, dan pada saat itu Nabi Muhammad masih berada di Mekkah. Akan tetapi ternyata kaum
Quraisy masih menggangu kum Muslimin dan akhirnya mereka pun kembali lagi ke Habsy dan hijrah
yang kedua ini terdiri dari delapan puluh orang laki-laki tanpa wanita dan anak-anak.

75


DAFTAR PUSTAKA
Sirah nabawiyah, Syaikh shafiyurrahman Al-Mubarakfuri

Tafhimul-Qur’an, 5/188. Makna inilah yang bisa disimpulkan para peneliti mengenai hadis Gharaniq.
Al-Mubarakfuri S. 2012,hal. 100

Soekanto,

76


“TAHUN DUKA CITA DAN PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agamanya kaum muslimin yang berlandaskan pada kepercayaan terhadap
Tuhan yang Esa yang di sampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan Allah. Islam
sebagai penyempurna agama hadir untuk manusia di semua zaman dan segala ruang.
Kehadiran Islam adalah untuk mengingatkan manusia kepada kecenderungan dasarnya
yaitu menghayati dan melaksanakan sebagai nilai kebaikan yang telah tertanam di
dalam diri. Agama sempurna ini disampaikan Allah kepada manusia melalui Nabi
Muhammad Saw. Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. atau yang dikenal dengan
sebutan Sirah Nabawiyah, diceritakan bahwa beliau pernah dalam keadaaan duka cita yang
amat mendalam. Tahun kesedihan dan terberat yang dialami Rasulullah Saw. ini dikenal
dengan sebutan amul huzni. Amul huzni ini erat kaitannya dengan peristiwa Isra Miraj yang
dialami Nabi Muhammad pada 27 Rajab. Salah satunya yang membuat beliau bersedih lantaran
beliau ditinggalkan oleh dua orang yang begitu beliau dikasihi. Dua orang yang selama ini
menjadi penjaga bagi Nabi Muhammad Saw. Apalagi di tahun-tahun tersebut, cobaan terhadap
kaum muslim atas dakwah beliau sedang menjadi-jadi. Teror, siksaan dan hujatan seakan
datang tak henti-hentinya. Nabi Muhammad, keluarga dan mereka yang percaya akan Islam
juga diboikot oleh Quraisy, tidak boleh berdagang maupun aktivitas lainnya yang beririsan
dengan penduduk. Hal itu ditambah, dua orang yang dikasihinya tersebut, yakni istri beliau
Sayyidah Khadijah dan pamannya Abu Thalib wafat. Sebelum berhijrah ke Madinah, Nabi
Muhammad mendapatkan sebuah pengalaman yang luar biasa yang merupakan
bagian penyempurnaan agama islam. Pengalaman itu adalah isra’ mi’raj. peristiwa isra’
mi’raj Nabi Muhammad Saw. menjadi momentum yang sangat sakral dan bersejarah bagi umat
islam khususnya.

80


TAHUN DUKA CITA (AMUL HUZNI) DAN PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ

PEMBAHASAN

A. Peristiwa Amul Huzni Nabi Muhammad Saw.

1. Sejarah Terjadinya Tahun Kesedihan

Secara bahasa tahun kesedihan di kenal dengan istilah ‘amul huzni. Peristiwa ini terjadi
pada tahun ke sepuluh kenabian50. Dikatakan tahun kesedihan sebab ada dua peristiwa duka
lara yang melanda Rasulullah Saw., yang pertama adalah kematian Abu Thalib dan kematian
istrinya yaitu Khadijah yang telah menemaninya selama 25 tahun. Kematian kedua tokoh
sentral pendukung dakwah Rasulullah relatif berdekatan, walau para sejarawan berbeda
pendapat, siapa yang meninggal lebih dulu, Abu Thalib atau Khadijah. Ada yang berpendapat
bahwa Abu Thalib meninggal di bulan Rajab, dan Khadijah di bulan Ramadhan. Pendapat lain,
Khadijah wafat pada 10 Ramadhan, dan Abu Thalib menyusul tiga bulan kemudian. Yang jelas,
keduanya wafat di tahun kesepuluh kenabian, tidak perlu dipermasalahkan siapa di antara
keduanya lebih awal tutup usia.

Dakwah Nabi Muhammad Saw. mengalami penentangan hebat dari masyarakat
Mekkah. Kepedihan yang luar biasa di alami Nabi Muhammad dalam rangka menyampaikan
pesan dari Tuhan. Dalam kesedihan-kesedihan itu, istri beliau senantiasa menemani
dan memberi dukungan.Tidak hanya itu, Khadijah yang dikenal sebagai saudagar kaya telah
sangat banyak memberikan dukungan materi kepada Nabi Muhammad sebagai bekal untuk
berdakwah. Sosok lainnya yang sangat berjasa kepada Nabi Muhammad adalah pamannya
yaitu Abu Thalib. Sosok tersebut terkenal sangat keras dan tegas pembelaannya terhadap
Nabi Muhammad sehingga para penentang Nabi Muhamad di mekkah menjadi gentar
untuk melakukan hal-hal buruk kepada Nabi Muhammad51.

Pada bulan Muharram tahun ke sepuluh kenabian, yakni setelah melewati tiga tahun masa
pemboikotan, papan piagam yang digantung di dinding ka’bah rusak dan isinya terhapus.
Kondisi ini memberikan peluang bagi suku-suku yang tidak setuju dengan pemboikotan itu
untuk membatalkannya. Sejak awal, sebenarnya banyak suku yang tidak setuju dengan
pemboikotan itu, namun mayoritas mereka tidak berani menyuarakannya karena posisi mereka

50 Said Ramadhan Al-Buthy, “Fikih Sirah”, (Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika, 2010), Cet. Ke-1, Hal.
142.

51 Dzul Fahmi & Miswari, “Historitas dan Rasionalitas Isra’ Mi’raj”, At-Tafkir, Vol. 12, No. 2,
(Desember 2019), Hal. 154.

81


sebagai suku kecil. Mengetahui papan piagam itu rusak, suara keadilan pun menggema di
seluruh mekkah sehingga beliau bersama kaum muslimin terbebas dari pemboikotan itu serta
dapat menjalankan dakwah lebih maksimal.

Ketika pemboikotan di batalkan, orang-orang musyrik semakin gencar dalam menghalangi
dakwah dengan berbagai macam upaya yang dapat mereka lakukan. Tidak lama setelah
pemboikotan itu di batalkan, orang yang paling menyayangi beliau di kala resah, melindungi
beliau di saat-saat kritis, dan selalu mendampingi beliau dalam menyebarkan risalah, yakni istri
tercinta beliau, Khadijah meninggal dunia. Sebelumnya beliau juga di tinggalkan oleh tokoh
Quraisy terkemuka sekaligus paman beliau yang sejak dakwah islam di dengungkan terus
memberikan perlindungan, yaitu Abu Thalib. Hal inilah yang menjadikan tahun pasca
pembebasan dari pemboikotan itu di kenal dalam sejarah dengan nama ‘amul huzni (tahun
kesedihan)52.

2. Wafatnya Abu Thalib

Boikot yang berkepanjangan beberapa waktu lalu telah melemahkan kondisi Abu Thalib.
Pada bulan Rajab tahun ke sepuluh kenabian, keadaan Abu Thalib benar-benar sangat lemah.
Fisiknya melemah akan tetapi semangatnya untuk melindungi keponakannya tak pernah surut.
semenjak Rasulullah berada di bawah asuhan pamannya, beliau tidak pernah melihat pamannya
melakukan berbagai ritual yang sering dilakukan kaumnya. Abu Thalib seolah mematri dirinya
pernah menyatakan iman di hadapannya, akan tetapi lelaki yang selama ini mengasuhnya,
selalu membenarkan kata-kata Rasul, membela, dan menolong kegiatan dakwahnya yakni Abu
Thalib tak berkenan mengucapkan syahadat. Rasulullah prihatin dengan keadaan Abu Thalib
yang tak berkenan mengucapkan syahadat, namun Rasulullah sangat bangga dengan semua
pengorbanan pamannya dalam memperjuangkan islam.

Sakit yang dialami oleh Abu Thalib semakin parah, maka tak lama dari itu beliau menemui
ajalnya, yaitu pada bulan Rajab tahun ke sepuluh kenabian, setelah enam bulan keluar dari
pemboikotan. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa beliau wafat pada bulan Ramadhan
tiga hari sebelum Khadijah wafat.

Dalam shahih di sebutkan dari Sa’id bin al-Musayyib bahwa Ketika Abu Thalib dalam
keadaan sekarat, Nabi Muhammad Saw. mendatanginya sementara di sampingnya ada Abu

52 Muhammad Makhyaruddin, “Muhammad Saw. The Super Husband”, (Jakarta Selatan: PT. Mizan
Publika, 2013), Cet. Ke-1, Hal. 103-104.

82


Jahal. Rasulullah bertutur kepada nya, “wahai pamanku! Katakanlah laa ilaaha illallah,
kalimat ini akan kujadikan hujjah untukmu di sisi Allah”. Namun Abu Jahal Abdullah bin Abi
Muayyah memotong, “wahai Abu Thalib! Sudah bencikah engkau terhadap agama Abdul

Muththalib? Keduanya terus mendesaknya demikian, hingga kalimat terakhir yang di ucapkan
Abu Thalib kepada mereka adalah “aku masih tetap dalam agama Abdul Muththalib (agama
Hanif)”.

Rasulullah Saw. sangat terpukul dengan wafatnya Abu Thalib. Sesaat kemudian Allah

menurunkan ayat sebagai penegas agar Rasulullah Saw. tidak berlarut-larut dalam dukanya:

‫يش˜ا ء َوعل ممهتَ َد اين‬ ‫ول َََل َد‬ ‫اه من ا ح‬ ‫نك‬
‫من َ ا َ َبا‬ ‫َكنت لا يه‬ ‫َدي َب‬
‫َ ال‬
َ ‫َلت اب‬
‫و‬

Artinya: “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia
kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”53.

Ayat di atas bukanlah menunjukkan bahwa Abu Thalib meninggal dalam keadaan kufur,
namun merupakan bentuk hiburan agar Rasulullah tidak begitu terhanyut dalam kesedihan.
Dalam ayat ini Allah seolah menegaskan kepada beliau bahwa sebagai manusia, meskipun
berstatus sebagai Nabi, tak akan pernah mampu mengupayakan yang namanya petunjuk. Itu
adalah kuasa Tuhan, rahasia bagi kehidupan. Sebagai Rasul beliau hanya di perintahkan untuk
memberi peringatan pada orang yang menyimpang dari jalan-Nya. Memberi kabar gembira
bagi mereka yang berkenan mengikuti ajarannya.

Dalam kesempatan lain, Allah juga memberikan ilham-Nya bahwa kelak paman beliau
tidak akan di siksa seperti halnya orang-orang kafir. Sebagaimana yang beliau sabdakan sendiri
bahwa kelak di hari pembalasan siapapun yang menyekutukan Allah maka mereka akan
menerima siksaan paling pedih. Namun Abu Thalib hanya mendapatkan siksa ringan. Hal itu
di karenakan sejatinya beliau adalah seorang mukmin, namun tak pernah berkenan
menjalankan ibadah dan lain sebagainya demi menjaga keponakannya. Inilah akhirnya yang
menjadi penyebab Tuhan tetap memberikan hukuman pada Abu Thalib. Siksa atas kemaksiatan
meskipun semua itu demi kebaikan, bahkan kebaikan Rasulullah Saw.


53 QS. Al-Qashash: 56.

83


Sebagai penghormatan terakhir, Rasulullah memerintahkan agar pamannya dikebumikan
layaknya orang mukmin. “Ali, mandikan, kafani dan kebumikan beliau. Aku akan selalu
memohonkan ampun kepada Allah sampai aku di larang mendoakannya”. Maka turunlah ayat:

‫ان عَد‬² ‫ما كان َب وال امن˚ اوان ي س َراوا الم شََ او اوا ا˚و ق˚ ار‬
‫لن َذ اي اَن َ ف ل َر َك ولَ َلكان˚ َبىي م‬
‫َ غ اين‬ َ‫ي‬
‫ت‬

َ

‫ما تَ َب ين ما همصحب ا الجح اي َم‬
‫اَن ا‬

‫ه‬

Artinya: “Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik sekalipun orang-orang itu kaum
kerabat(nya) setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni
Neraka Jahannam”54.

hanya itu yang beliau perintahkan karena waktu itu Allah Swt. belum memerintahkan
untuk melakukan shalat jenazah. Begitulah akhir hayat paman Rasulullah. Seorang paman
termulia yang telah mencurahkan segenap jiwanya bagi makhluk termulia pula55.

3. Berpulangnya Khadijah ke Rahmatullah

Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin, Khadijah
kemudian sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari
kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam kondisi sakit yang tidak terlalu lama
itu, pada usia 65 tahun wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, yaitu
Khadijah binti Khuwailid.

Khadijah wafat pada 10 Ramadhan pada tahun ke sepuluh kenabian atau tiga tahun

sebelum hijrah ke Madinah atau 619 M. Ketika itu usia Rasulullah Saw. sekitar 50 tahunan56.

Dalam sebuah riwayat di ceritakan tatkala ajal hendak menjemputnya, Rasulullah Saw.
menemui Khadijah seraya berkata, “engkau tidak suka apa yang aku ketahui dari dirimu.
Ketahuilah Allah telah meletakkan suatu kebaikan dalam kebencian tersebut”. Hal ini sesuai

dengan apa yang telah di firmankan Allah dalam ayat berikut ini: ‫اوا‬ ‫اكرن ت‬

‫َاش ََ ايـو َو و خاي رل ك ََ ام وعسى‬

84


َ‫عسى ا‬ ‫ا ال و ل ام‬ َ‫ك ايعل‬
َ ˚‫َقت كره‬ ‫َت‬
َ َ ‫َا‬ ‫ب‬
‫لكم و و‬
‫ك‬ ‫ت عم اون‬
‫َل‬
‫ل‬ ‫لشر ام و َ عل نات˚ ام‬ ‫اَن ت˚ اواحشايـوا َو‬
َ‫ك ي َ وا‬ ˚‫ََ وه‬

‫ََلا م‬ ‫ب‬
˚

54 QS. Al-Taubah: 113.
55 M. Haris, dkk, “Lentera”, (Kediri: Pustaka Gerbang Lama, 2010), Cet. 1, Hal. 188 dan 191.
56 Haris Priyatna & Lisdy Rahayu, “Perempuan yang Menggetarkan Surga”, (Yogyakarta: PT. Mizan

Pustaka, 2014), Cet. 1, Hal. 92.

84


Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan
bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”57.

Ketika Khadijah meninggal dunia, Rasulullah turun untuk memakamkannya. Rasulullah
yang memasukkan Khadijah ke dalam liang kubur dengan tangannya yang mulia. Beliau
dimakamkan di dataran tinggi Mekkah yang di kenal dengan sebutan kompleks pemakaman
al-Ma’la, bukit Jabal as-Sayyidah, perkampungan al-Hujun.

Peristiwa wafatnya Khadijah mempunyai dampak yang sangat kuat dalam jiwa Rasulullah
Saw. karena Khadijah merupakan istri teladan yang selalu memberikan kehangatan dan
ketentraman setiap kali beliau berada di sisinya58.

B. Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
1. Pengertian Isra’ dan Mi’raj

Isra’ dan Mi’raj adalah salah satu peristiwa sejarah yang sangat penting dan agung dalam
perjalanan risalah Nabi Muhammad Saw. sebuah perjalanan yang sangat jauh dan sangat sulit
untuk bisa di gambarkan serta akan lemah kemampuan akal kita untuk menerima penjelasan
tersebut. Namun peristiwa ini benar-benar nyata dan di alami oleh Nabi Muhammad Saw.

Kisah perjalanan Isra’ dan Mi’raj di jelaskan Allah Swt. pada dua surah berbeda di dalam
al-Qur’an. Perjalanan Isra’ (perjalanan bumi) di sebutkan dalam ayat:

‫’من ٱ َد ٱَل حرا َم َد ٱَأل صا ٱل َذیر َكنَا‬ ‫َعَب َد ۦهَ ل‬ ‫نٱل ی أسر‬ ‫ح‬ ‫سَب‬
َََ‫َلم سج إلَى ٱَلم َق سج ب َـ‬ ‫َي َال ى َب‬ ‫َذ‬ ‫َـ‬

َ

َ

‫ح َولَهۥ˚ َي ۥه˚ َ َتن ˜ا ۥه˚ ه˚ َو س َلصير‬
‫لن˚َر ن ءاَيَـ ٱلن َ َبع‬
‫مي ٱ‬ ‫م‬

Artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad)

pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi

sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran)

Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”59.

85


Sementara itu kisah Mi’raj (naik ke langit) disebutkan Allah Swt. dalam ayat:

57 QS. Al-Baqarah: 216.
58 Abdurrahman Umairah, “Taman-Taman Cinta Sang Nabi”, (Jakarta Timur: Mirqat, 2008), Cet. 1, Hal.
21.
59 QS. Al-Isra’: 1.

85


)15( ‫) ج نة˚ ا الع مأا َوى‬14( ََََ‫) ع س‬13( ‫ولَ َقد رآَه˚ زلَ أ˚ خرى‬
‫اندَ َََدر انت هى نادَها ذ‬

َ ‫َة ا ال‬
‫م‬
َ‫) رأَى من آ‬17( ‫غشَََى ال ’سَََدرة شَََى زاغ ا ال صَََ طغَى‬
‫) ما َب ر وما لَقَد يَات‬16( ‫َ ما يغ‬

(18)‫ر َ’به ا الك اب رى‬

Artinya: “(13) Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (14) (yaitu) di Sidratilmuntaha (15) Di dekatnya ada
surga tempat tinggal, (16) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi
oleh sesuatu yang meliputinya, (17) penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang
dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (18) Sungguh, dia telah
melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar”60.

Disebutkannya kisah Isra’ dan Mi’raj ini secara terpisah oleh Allah Swt. seakan
memberikan isyarat bahwa kedua bentuk perjalanan ini adalah perjalanan untuk tujuan yang
berbeda sekalipun subtansisnya sama yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi Saw. sebagian
tanda kebesaran Allah Swt. baik di langit maupun di bumi. Perbedaan tempat penyebutan kedua
peristiwa ini oleh Allah Swt. dalam dua surat berbeda memberikan isyarat bahwa kedua
perjalanan ini adalah dua mu’jizat yang berbeda. Jika Isra’ adalah perjalanan yang merupakan
mu’jizat yang tidak satupun penduduk bumi yang mampu melakukannya, maka Mi’raj adalah
perjalanan luar biasa dan merupakan mu’jizat yang penduduk langitpun tidak akan mampu
melakukannya. Bukankah disebutkan bahwa Jibril hanya mampu berjalan menemani Nabi
Saw. sampai Sidratul Muntaha, sementara perjalanan berikutnya hanya Nabi Muhammad Saw.
yang bisa melakukan-nya untuk bertemu langsung dengan Tuhan di tempat yang hanya
diketahui Allah Swt. dan Nabi Muhammad Saw. saja.

Dikarenakan perjalanan ini merupakan mu’jizat agung, wajar ketika Allah swt
menjelaskan tentang perjalanan Isra’ dan Mi’raj nabi Muhammad Saw. tersebut, Dia memulai
ayat-Nya dengan ungkapan ta’ajjub (kekaguman) yaitu subhanallah yang artinya Maha Suci
Allah seperti terlihat dalam ayat di atas. Demikian itu, karena memang Isra’ dan Mi’raj adalah
peristiwa yang ajaib dan luar biasa serta sangat sulit diterima kebenarannya jika hanya diukur
dengan ukuran akal dan logika. Perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Saw. untuk bertemu
dengan Allah Swt. sekaligus menjadi bukti nyata kedudukan Nabi Muhammad Saw. sebagai
kekasih Allah Swt. Demikian itu dikarenakan pertemuan tersebut atas kehendak Allah Swt.


60 QS. Al-Najm: 13-18.

86


dan atas undangan Allah Swt. tanpa ada persiapan Nabi Muhammad Saw. Berbeda dengan nabi

Musa As. misalnya, yang jika hendak bertemu Allah Swt. harus meminta izin dan mengadakan
perjanjian terlebih dahulu, seperti disebutkan dalam satu ayat al-Qur’an:

َ‫„ر م ميقَا ر ارَبن لَ ايل‬ ‫وأ م‬ ‫و َوا عدن موسى ثَ َال ايل‬
‫ش ت ت َ َعيه أ‬ ‫َ امنَا‬ َ ‫َثين‬ ‫َا‬
’‫ب‬ ‫تا ها‬

Artinya: “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah

berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan

sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya

empat puluh malam”61.

Isra’ dan Mi’raj sendiri terdiri dari dua kata yaitu Isra’yang secara harfiyah berarti
perjalanan di malam hari dan Mi’raj yang berarti anak tangga yang dipakai untuk naik. Dengan
demikian, Isra’ dan Mi’raj berarti perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Masjid al-Haram di
Mekkah hingga masjid al-Aqsha di Palestina dan terus naik menghadap Tuhan hingga sampai
batas terjauh yang bisa dicapai makhluk yaitu Sidrataul Muntaha. Sepanjang perjalanan
banyak hal yang disaksikan Nabi Muhammad Saw. sebagai bukti keagungan Allah Swt. dan
kasih sayang-Nya kepada hambanya yang muhsin. Itulah kenapa di akhir surat al-Nahl, Allah
Swt. menutupnya dengan sebutan kebersamaan Allah Swt. dengan makhluk-Nya yang terbaik
(muhsin)62. dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi:

‫ن َََلا مع ال ات قَ وال ه˚ ام محسن˚ون‬
‫َذي اوان َذي ن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang
yang berbuat kebaikan”63.

2. Reaksi Masyarakat Mekkah Terhadap Peristiwa Isra’ Mi’raj
Ibnu Qayyim menuturkan, esok paginya Rasulullah menemui warga Mekkah dan
menyampaikan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang telah diperlihatkan kepada beliau.
Mendengar paparan dari Rasulullah mereka makin keras mendustakan Rasulullah dan
makin kekeh menolak beliau. Namun masyarakat Mekkah pun menantang beliau untuk
menggambarkan Baitul Maqdis. Maka Allah memperlihatkan secara detail Baitul Maqdis
dihadapan Rasulullah Saw., seakan beliau berdiri langsung didepan bangunannya. Para tokoh
kafir Quraisy menghasut penduduk Mekkah islam agar tidak mengikuti ajaran Nabi

61 QS. Al-A’raf: 142.
62 Syofyan Hadi, “Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw.”, (Serang: A-Empat, 2021), Cet. 1, Hal.

1-3.
63 QS. Al-Nahl: 128.


87


Muhammad Saw. Mereka menuduh Nabi Muhammad Saw. sebagai pembohong. Karena rasa
penasarannya mereka pun menemui Abu Bakar untuk menanyakan perihal peristiwa Isra’
Mi’raj. Dengan tegas dan penuh keyakinan, Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj
tersebut. Abu Bakar merupakan orang pertama yang membela dan membenarkan
peristiwa Isra’ Mi’raj, atas ketulusan dan keberaniannya Abu Bakar diberi gelar as-Shiddiq
yang artinya membenarkan64.

3. Tujuan Isra’ dan Mi’raj
Memang tujuan utama dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini adalah untuk menjemput perintah
shalat fardhu yang lima waktu. Namun, terdapat beberapa tujuan lainnya seperti agar nabi
Muhammad Saw. melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Allah Swt. di alam raya ini seperti
dalam ungkapan linuriyahu min ayatina ( ‫ ) لنريه من آياتنا‬.Selain itu, tujuan yang tidak kalah
pentingnya dari perjalanan itu adalah bahwa Allah Swt. ingin menghibur kekasih-Nya yang
memang ketika itu sedang berduka. Seperti diketahui, ketika itu dalam waktu bersamaan beliau
ditinggal dua sosok yang paling dicintainya yaitu Khadijah isteri tercinta yang dengan penuh
kesetiaan menemani beliau menghadapi masa-masa sulit selama 25 tahun dan Abu Thalib
paman yang selalu melindungi dan membela beliau sejak usia 8 tahun. Maka perjalanan Isra’
dan Mi’raj ini merupakan hiburan untuk beliau dari Allah Swt. sebagai bukti bahwa Allah
selalu bersama beliau dan tidak sedikitpun meninggalkan makhluk terbaik-Nya dan merupakan
kekasih-Nya65.

4. Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj
Di setiap peristiwa yang pernah dilalui pasti ada hikmah yang dapat kita ambil. Seperti
halnya dengan peristiwa Isra’ Mi’raj ini. Didalam surat al-Isra’ Allah menyebutkan kisah Isra’
hanya satu kali pada ayat pertama. Selanjutnya beralih pada skandal dan kejahatan orang-
orang Yahudi, kemudian memperingatkan kepada mereka bahwa al-Qur’an lah petunjuk
kepada jalan yang lurus. Dengan sistematika seperti ini, Allah hendak menunjukan bahwa
Isra’ berakhir di Baitul Maqdis karena orang-orang yahudi akan dilengserkan dari tampuk
kepemimpinan umat, mengingat keberagaman kekejian dan kejahatan mereka. Selanjutnya
Allah akan mengalihkan kepemimpinan umat ini kepada Rasulullah, dan menyatukan dua
pusat dakwah agama Ibrahim dalam diri beliau. Sudah tiba saatnya dilakukan pergeseran

64 Yuyun Yunita, “Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw dan Pembelajarannya”, Dewantara,
Vol. 11, (Januari 2021), Hal. 128.

65 Syofyan Hadi, “Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw.”, Cet. 1, Hal. 5.

88


kendali spiritual, yakni dari satu bangsa yang sejarahnya sarat di warnai penghianatan, tipu
daya, kejahatan, dan dosa, kepada bangsa lain, dan lembaran hidupnya berhiaskan
kebaikan. Sementara Rasul yang diutus ini masih menikmati wahyu al-Qur’an yang memberi
petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Selain itu ada juga didalam QS. an-Najm 13-18.

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah
melihat malaikat Jibril dan Allah Swt. secara langsung tanpa ada halangan suatu apapun,
selain itu Rasulullah juga melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. serta surga tempat
tinggal diperlihatkan kepada Rasulullah. Berikut hikmah peristiwa Isra’ Mi’raj:

a. Wajib melaksanakan sholat fardhu lima waktu.
b. Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan kita terhadap kekuasaan Allah Swt.

yang Maha berkehendak.
c. Membuat kita semakin mengamati bahwa Nabi Muhammad adalah utusan yang

membawa perintah Allah Swt.
d. Menyakini bahwa setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan dari Allah Swt.,

dimana setiap cobaan tersebut juga dapat meningkatkan keimanan kita atas kuasa
Allah Swt.
e. Kita juga dapat mengetahui apabila kita melanggar perintah Allah maka Allah
akan menghukum kita sesuai dengan apa yang kita lakukan.
f. Kita juga dapat mengetahui tentang tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Itulah beberapa hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw yang bisa kita
jadikan tauladan bagi umat islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari66.

66 Yuyun Yunita, “Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw dan Pembelajarannya”, Dewantara,
Vol. 11, Hal. 129.

89


PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan yang telah kami paparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam islam, ‘Amul Huzni adalah tahun duka cita atau kesedihan, di mana peristiwa di
baliknya yang melatar belakangi Isra’ Mi’raj.

2. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah ke Masjidil
al-Aqsa di Yerussalem hingga di naikkan ke langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha.

3. Tujuan Nabi Muhammad di Isra’ Mi’rajkan adalah untuk menerima perintah shalat lima
waktu dan untuk memperlihatkan Sebagian tanda-tanda kebesaran Allah.

4. Hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu ujian keimanan pada diri seseorang, eksplorasi
langit dan alam semesta, serta perintah shalat.

90


DAFTAR PUSTAKA
A. Dari Jurnal

Fahmi, Dzul. & Miswari. (2019). Historis dan Rasionalitas Isra’ Mi’raj. Jurnal At-
Tafkir. Vol. 12. No. 2.

Yunita, Yuyun. (2021). Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dan
Pembelajarannya. Jurnal Dewantara. Vol. 11.

B. Dari Buku
Al-Buthy, Said, Ramadhan. (2010). Fikih Sirah. Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika.
Makhyaruddin, Muhammad. (2013). Muhammad Saw. The Super Husband. Jakarta
Selatan: PT. Mizan Publika.
Haris, M. dkk. (2010). Lentera. Kediri: Pustaka Gerbang Lama.
Priyatna, Haris. & Rahayu, Lisdy. (2014). Perempuan yang Menggetarkan Surga.
Yogyakarta: PT. Mizan Pustaka.
Umairah, Abdurrahman. (2008). Taman-Taman Cinta Sang Nabi. Jakarta Timur:
Mirqat.
Hadi, Syofyan. (2021). Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Serang: A-
Empat.

91


HIJRAH KE YATSRIB (MADINAH),

KARAKTERISTIK MUHAJIRIN DAN ANSHAR

PEMBAHASAN

B. 1. Arti Hijrah dan Keterangannya
Sebelum membahas tentang hijrah Nabi SAW ke kota Madinah, lebih dahulu perlulah

kami uraikan sementara tentang arti hijrah di dalam Islam dan keterangannya. Perkataan "Hijrah"
itu berasal dari bahasa Arab, yang artinya, "Meninggalkan suatu perbuatan" atau "Menjauhkan diri
dari pergaulan" atau "Berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain." Hijrah juga diartikan
sebagai perginya suatu kaum dari suatu wilayah ke wilayah lain.67 Adapun artinya menurut syari'at,
hijrah itu adalah tiga macamnya.

Pertama, hijrah dari (meninggalkan) semua perbuatan yang terlarang oleh ALLAH. Hijrah
ini adalah wajib dikerjakan oleh tiap-tiap orang yang telah mengaku beragama Islam. Nabi SAW
telah bersabda:

Orang-orang yang berhijrah itu ialah orang yang meninggalkan segala apa yang Allah
telah melarang daripadanya. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya dari sahabat
'Abdullah bin Umar r.a.) Jadi, barangsiapa dari orang-orang Islam, telah meninggalkan semua
perbuatan yang dilarang oleh Allah, maka ia termasuk daripada orang yang mengerjakan hijrah
yang pertama.

Kedua, hijrah (mengasingkan) diri dari pergaulan orang-orang musyrik atau orang-orang
kafir yang memfitnahkan orang-orang yang telah memeluk Islam maka hijrah ini adalah wajib juga
dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam. Jadi, seorang Islam yang tidak dapat mengerjakan perintah-
perintah Islam dan menjauhi larangan-larangan Islam di suatu kampung, kota, atau negeri,
disebabkan oleh adanya fitnah yang diperbuat oleh orang-orang kafir atau orang-orang Musyrik,
maka ia wajib mengasingkan diri ke kam- pung, kota, daerah atau negeri lainnya, yang kiranya
dapat dipergunaka untuk mengerjakan perintah-perintah Islam dan menjauhi larangan-larangan
nya. Di zaman Nabi SAW. hijrah ini pernah dikerjakan oleh kaum Muslimin, yakni hijrah
sebahagian kaum Muslimin diwaktu itu ke negeri Habsyi (Abbessinia) sampai terjadi dua kali.

Ketiga, hijrah (berpindah) dari negeri atau daerah orang-orang kafi atau Musyrik ke negeri
atau daerah orang-orang Muslimin, seperti hijrah Na- bi dan kaum muslimin dari Makkah ke
Madinah. Hijrah inipun wajib pula dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam. Yaitu: orang-orang Islam
yang berdiam atau tinggal di negeri atau daerah orang-orang kafir atau musyrik, padahal ia tidak
kuasa membongkar atau memusnahkan keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatan mereka yang
nyata-nyata terlarang oleh Allah, maka kaum muslimin wajib berpindah (berhijrah) ke negeri atau
daerah lain yang kiranya dapat jauh daripada keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatan yang
terkutuk oleh Allah itu.68

B. 2. Kronologi hijrah Nabi dan para sahabat ke Yatsrib (Madinah)
Begitu Rasulullah SAW melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai

diarahkan kepada Nabi SAW dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu,
Rasulullah SAW senantiasa berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga
terjadilah hijrah kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah. Hijrah Nabi
Muhammad SAW dilakukan pada tahun 622 M dari Makkah ke Madinah. Hijrah itu terjadi karena

67 Ahzami Sami’un Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006),
hal. 15.

68 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001), hal. 3-4.

97


penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Nabi dan para sahabatnya.
Setelah Bai’atul Aqabah kedua dan semakin banyaknya penduduk Madinah yang menerima agama

Islam, Rasulullah bersama para sahabatnya mulai merencanakan untuk hijrah ke Madinah, namun

beliau tidak mengambil keputusan sebelum memperoleh kepastian yang jelas melalui wahyu yang

membawa perintah ilahi. Pada saat beliau memikirkan rencana untuk berhijrah dan menantikan

perintah Allah, turunlah wahyu yang memerintahkan beliau supaya meninggalkan kota Makkah

menuju Yasrib atau Madinah.

‫من ديَا‬ ‫ع َلى َلقَ َد اير ََ َرنجاوا‬ ‫او اظ‬ ‫َقاتَل˚ اون‬ ‫ا˚ َذن َذ‬
‫َره ام‬ ‫ َال َذ ايهام ا˚خ‬٩٣ ‫َلم َََلا نَص‬ ˚‫بَاَن ه امني‬ ‫ايلل‬
‫َوا و َب َيع‬ ‫وان َر‬ ˚‫َل اَن ي ق‬
‫ر َ بَ نَا لاَل˚ للَاَ الن ام ب َبعض ل َم‬ ‫اول˚ اواح „ق ا‬ ‫اي َر‬
‫َمع‬ ‫عضه ته‬ ‫اس‬ َ‫د‬ ‫ََل‬ ‫او‬ َ‫َول‬
‫ص‬ ’‫َد‬ ‫افع‬

ََ‫وصلَ َوت ومسجد˚ ي˚ذكر ف ايها اسم للَاَ ك َث اير ا ولَ َي انصرن لاَل˚ من انصر ه˚ ان لال‬

٠٤ ‫لَقَوي ع َز ايز‬

“Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya

mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka.

(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya, tanpa alasan yang benar
hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Seandainya Allah tidak

menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah

dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di

dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh, Allah pasti menolong orang yang

menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa.” (Qs. Al-Hajj (22): 39-40).

Beberapa hari setelah turunnya ayat ini, Rasulullah memerintahkan para sahabat di

Makkah untuk bergabung dengan kaum muslimin lain di Madinah. Rasulullah mengingatkan

agar mereka berhati-hati ketika meninggalkan Makkah, tidak bergerombol dan menyelinap di

waktu malam atau siang hari, agar jangan sampai diketahui kaum Quraisy. Atas dasar perintah

Rasulullah itu para sahabat berangkat ke Madinah di malam yang sunyi, ada yang secara

perorangan, ada yang bersama keluarga atau beberapa teman Mereka pun keluar berhijrah
secara berkelompok-kelompok.69 Orang yang pertama berhijrah dari Makkah ke Madinah
adalah Abu Salamah bin Abdul Asad kemudian ‘Amir bin Rabi’ah bersama istrinya Laila.
Kemudian ‘Abdullah bin Jahsy, kemudian sahabat-sahabat lain radhiyallahu ‘anhum, secara
berkelompok, selanjutnya Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bersama saudaranya
Zaid bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah. Tidak ada yang tinggal di Makkah melainkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa

orang sahabat karena ditawan serta ada faktor lainnya. Abu Bakar termasuk sahabat yang paling
sering meminta kepada Rasulullah supaya diizinkan hijrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Abu Bakar, “Janganlah engkau terburu-buru, wahai Abu Bakar, semoga
Allah memberikan kawan yang baik sewaktu kamu hijrah.” Lalu Abu Bakar pun merasa tenang
dan berharap kawannya itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah telah mempersiapkan hijrahnya hampir dua bulan dengan perencanaan yang
matang. Beliau menyiapkan rencana dengan melihat situasi dan kondisi di kota Mekkah.
Adapun proses atau kronologi hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Pemuka-pemuka Quraisy berkumpul dan bermusyawarah membicarakan Rasulullah
SAW

Tatkala orang-orang Quraisy menyadari bahwa pengikut dan sahabat-sahabat Rasulullah
SAW semakin bertambah banyak di negeri lain selain negeri mareka dan hijrahnya kaum
Muhajirin ke Madinah secara bergelombang, mereka pun mulai mengambil ancang-ancang
menyusun strategibaru agar bisa menghalangi hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah. Mereka
juga menyadari bahwa kaum Muslimin telah bersepakat untuk memerangi mereka. Karena


itulah, mereka segera menyelenggarakan rapat di Daar An-Nadwah membahas Rasulullah

69 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Jilid I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 406.

98


SAW. Pada hari Yawmu Az-Zahmah. Pada hari itu, mereka dicegat iblis yang menjelma
menyerupai seorang tua yang berwibawa yang memakai mantel kemudian berdiri di depan
pintu Daar An-Nadwah. Ketika orang Quraisy melihatnya, mereka bertanya kepadanya: "Siapa
anda?" Iblis menjawab: "Aku penduduk Najed. Aku dengar kalian akan mengadakan rapat
membahas Muhammad. Aku ingin menyertai rapat kalian agar kalian bisa mendengarkan
pendapat dan nasihat dariku. Orang-orang Quraisy berkata: "Baik, silahkan masuk!" Iblis pun
masuk bersama mereka. Sebagian dari mereka membuka pembicaraan kepada sebagian yang
lain: "Sesungguhnya Muhammad semakin berbahaya saja. Kita tidak merasa aman jika
sewaktu-waktu para pengikutnya yang berasal dari selain kita menyerang kita. Oleh karena itu,
apa yang harus kita lakukan pada orang ini". Salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana
kalau dia kita penjara saja sebagaimana menimpa para penyair sebelumnya, seperti Zuhair dan
An-Nabighah dan orang-orang yang mati sebelumnya hingga ia mengalami seperti apa yang
mereka alami."Iblis berkata: “Ini bukanlah sebuah pandangan yang paling tepat untuk kalian.
Sebab, jika kalian memenjarakannya tetap saja dia bisa berkomunikasi dan memberi perintah
kepada para sahabatnya, kemudian mereka menyerang kalian dan membebaskannya. Ini bukan
pandangan yang tepat. Carilah pandangan yang lain.” Salah seorang dari mereka berkata:
"Bagaimana kalau kita usir saja dia dari negeri kita lalu kita asingkan ke negeri lain. Bukankah
jika dia telah diusir dari negeri kita, maka kita tidak terlalu resah dia akan pergi ke mana dan
akan singgah di mana. Dengan begitu, kita tidak terganggu olehnya, kemudian kita bersatu
seperti semula.?"Iblis berkata: "Ini juga bukan pandangan yang paling tepat buat kalian.
Tidakkah kalian perhatikan retorika yang indah, manis dan apalagi ia memiliki daya pikat yang
mana apabila orang Arab di negeri lain mendengarnya, maka mereka akan mengikutinya,
kemudian dia bersama mereka berangkat ke tempat kalian, lalu mereka menginjak negeri
kalian dan merampas kepemimpinan dari tangan kalian. Carilah pandangan yang lain!" Abu
Jahal berkata: Sesungguhnya aku mempunyai ide yang lebih brilian dari kalian." Mereka
berkata: "Apa itu, wahai Abu Al-Hakam." Abu Jahal berkata: "Bagaimana kalau kita kerahkan
para pemuda yang tangguh dalam bertarung untuk mem-bunuhnya sehingga kita bisa tenang
setelah kematiannya. Jika para pemuda tersebut berhasil melakukannya, maka banyak kabilah
yang akan mendukung mereka dan Bani Abdu Manaf tidak akan kuasa membalas dendam.
Jika mereka meminta uang ganti rugi, kita berikan saja." Iblis berkata: "Inilah pandangan yang
paling tepat." Setelah itu orang-orang Quraisy berpencar dan melaksanakan usulan Abu
Jahal.70

2. Rasulullah meninggalkan rumah

Setelah ada ketetapan yang bulat untuk menghabisi nabi SAW, jibril turun kepada
beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan persengkokolan Quraisy dan bahwa
Allah sudah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah, seraya berkata,
"Janganlah engkau tidur di tempat tidurmu malam ini seperti biasanya. Pada tengah hari Nabi
menemui Abu Bakar agar menyertainya dalam hijrah. Di samping itu para pemuka Quraisy
membuat persiapan untuk melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan Parlamen Makkah di
Darun Nadwah pada pagi harinya. Untuk melaksanakan rencana ini, ditunjuk sebelas orang
terkemuka di anatara mareka, yaitu Abu Jahan bin Hisyam, Al-Hakam bin Abul Ash, Uqbah
bin Abu Mu’aith, Umayyah bin Khalaf, Zam'ah bin Al-Aswad, Thu'aimah bin Adi, Abu Lahab,
Ubay bin Khalaf, Nubih bin Al-Hajaj, dan Munabbih Al-Hajjaj.

Seperti yang sudah dirancang, rencana jahat itu akan dilaksanakan pada tengah malam.
Maka dari itu mereka terus berjaga menunggu saat yang sudah ditentukan. Tetapi Allah lebih
berkuasa atas masalah ini. Di tangan- Nyalah terletak segala kerajaan langit dan bumi, Dia
berbuat apa pun yang dikehendak-Nya. Dia melindungi dan tidak membutuhkan perlindungan.
Dia melaksanakan apa yang pernah disampaikan-Nya kepada Rasulullah SAW, sebagaimana
dalam firman-Nya:

70 Ibnu Ishaq & Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah SAW, terj.
Samson Rahman (Jakarta: Akbarmedia, 2018), hal. 280-281.

99


˚‫َي و ََلا‬ ‫اون‬ ‫اَ او َج اوك ام‬ ˚‫َبت˚ او يَ اقت˚ل‬ ‫ال َذ كراوا‬ ‫َب‬ ‫واذ‬
‫امكرو ََل‬ ‫كر‬ ‫ي˚ك ر و‬ ‫اولي˚ثا اوك ا‬ ‫اينك ف‬ ‫امكر‬
˚‫لا‬ ‫خ َي‬

٠٣ ‫خ اي ا ال َمن‬

‫َك َر اير‬

"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafair (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu, dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu
daya." (QS. Al-Anfal (8): 30)

Sekalipun orang-orang Quraisy sudah mempersiapkan secara matang untuk
melaksanakan rencana mereka, tetap saja mereka gagal total. Pada saat-saat yang kritis itu
Rasulullah dan berkata kepada Ali bin Abu Thalib, Tidurlah di atas tempat tidurku,
berselimutlah dengan mantelku warna hijau yang berasal dari Hadhramaut ini. Tidurlah dengan
berselimut mantel itu. Rasulullah Saw berpesan kepada Ali bin Abi Thalib setelah Nabi hijrah
untuk tinggal dulu di Mekkah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Sementara itu pemuda-pemuda terpilih dari kaum Quraisy telah mengintai tempat
pembaringan Rasulullah SAW dari celahcelah dinding dan merasa yakin bahwa beliau masih
tidur nyenyak. Beberapa saat lewat tengah malam Rasulullah SAW keluar mengambil
segenggam pasir lalu ditaburkan ke arah para pemuda yang sedang mengepung kediaman beliau
SAW. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui bahwa beliau ke luar rumah, saat
itu beliau membaca awal surat Yasin sampai dengan firman Allah SWT:

٩ ‫ان اَ اي ام سد َ خال ام سدََا ايه ام ام ي˚ ابصر اون‬² ‫وج النَا‬
‫م َد اييان ه َ من َ ه فَاَ َ ه َل‬
‫َ و ف غ نش‬
‫ا‬

“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding
(pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Qs.
Yāsīn [36]: 9)

Maka, ketika kafir Quraisy mengintip dari celah pintu mereka mengintip ke dalam
rumah, dan menangkap sesosok tubuh yang sedang tidur (Ali). Mereka berkata, "itu adalah
Muhammad sedang tidur berselimut mantelnya. Ternyata sampai pagi hari mereka tidak
berbuat apa-apa. Ali bangkit dari tempat tidur dan langsung dikepung. Mereka bertanya
keberadaan Muhammad. Ali menjawab, "Aku tidak tahu." Setelah tahu bahwa yang tidur aalah
Ali bin Abi Thalib, mereka menyeretnya ke Masjid Haram dan menyiksanya, lalu
melepaskannya.71

3. Nabi Muhammad Saw Menetap di Gua Tsur

Rasulullah meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 Shafar tahun 14 nubuwah
menuju rumah rekan sejatinya, Abu Bakar, lalu berdua mereka meninggalkan rumah dari pintu
belakang untuk keluar dari Makkah secara tergesa-gesa sebelum fajar menyingsing. Rasulullah
& menyadari sepenuhnya bahwa tentunya orang-orang Quraisy akan mencarinya mati-matian,
dan jalur satu-satunya yang mereka perkirakan adalah jalur utama ke Madinah yang mengarah
ke utara. Untuk itu beliau justru mengambil jalur yang berbeda, yaitu jalur yang mengarah ke
Yaman, dari Makkah ke arah selatan. Beliau menempuh jalan ini sekitar 5 mil hingga tiba di
sebuah gunung yang disebut Gunung Tsur.

Waktu itu Nabi SAW berjalan kaki dengan kaki telanjang. Dan karena beliau tidak
biasa berjalan dengan kaki telanjang, maka dari jauhnya perjalanan malam itu kaki beliau
mendapat luka-luka.

100


Patut diterangkan lebih dulu bahwa gua Tsur itu adalah gua yang didalamnya terdapat
banyak binatang-binatang liar dan buas, dan sering kali ditempati oleh ular-ular yang berbisa.
Hal ini telah umum diketahui oleh orang banyak pada masa itu, sehingga tidak seorangpun
berani masuk kedalamnya. Tetapi Nabi SAW beserta sahabat Abu Bakar dengan hati berani
serta tulus dan karena Allah semata-mata memasuki gua itu.

71 Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al
Kautsar, 2022), hal. 187-193.

100


Mereka sampai di gunung Tsur pada waktu larut malam, di mana-mana gelap gulita
dan sunyi-senyap. Lebih dahulu sahabat Abu Bakar masuk ke dalam gua itu, sedang Nabi masih
tinggal di luar. Yang demikian itu disebabkan oleh cintanya sahabat Abu Bakar kepada beliau.
Di dalam gua itu sahabat Abu Bakar membersih-bersihkan dalam gua itu, dengan maksud kalau
di dalamnya ada binatang-binatang liar atau ular-ular yang berbisa agar ia sendirilah yang
terkena oleh mereka, dan jangan sampai nanti Nabi s.a.w yang terkena. Kesemuanya itu timbul
dari perasaannya yang suci, bahwa diri Nabi adalah lebih berharga daripada dirinya sendiri.
Inilah suatu contoh bagi kita bahwa diri seorang penuntun atau pemimpin itu lebih berharga
daripada diri seorang yang dituntun dan dipimpinnya.72

Sesampai di mulut gua, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, janganlah engkau masuk ke
dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres,
biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau." Lalu Abu Bakar memasuki gua dengan
menyisihkan kotoran yang menghalangi. Di sebelahnya dia mendapatkan lubang. Dia merobek
mantelnya menjadi dua bagian dan mengikatnya ke lubang itu. Robekan satunya lagi dia
balutkan ke kakinya. Setelah itu Abu Bakar berkata kepada beliau, "Masuklah!" Maka beliau
pun masuk ke dalam gua. Setelah mengambil tempat di dalam gua, beliau merebahkan kepala
di atas pangkuan Abu Bakar dan tertidur. Tiba-tiba Abu Bakar disengat hewan dari lubangnya.
Namun dia tidak berani bergerak, karena takut akan menganggu tidur Rasulullah. Dengan
menahan rasa sakit, air matanya menetes ke wajah beliau. "Apa yang terjadi wahai Abu Bakar?"
tanya beliau. Abu Bakar menjawab, "Demi ayah dan ibuku menjadi jaminanmu, aku digigit
binatang. Rasulullah & meludahi bagian yang digigit sehingga hilang rasa sakitnya. Mereka
berdua bersembunyi di dalam gua selama tiga malam, yaitu malam Jum'at, malam Sabtu, dan
malam Ahad.

Sementara orang-orang Quraisy seperti hilang akalnya dan tidak waras setelah pagi
harinya kehilangan jejak Rasulullah. Pertama kali yang mereka lakukan ialah memukuli Ali
dan menyeretnya ke dekat ka’bah serta menahannya, dengan harapan mereka bisa mengorek
keterangan tentang diri beliau. Tatkala tidak mampu mengorek keterangan sedikit pun dari Ali,
mereka segera ke rumah Abu Bakar. Mereka menggedor pintu rumahnya. Asma' binti Abu
Bakar menemui mereka di ambang pintu. "Mana ayahmu?" tanya mereka. "Demi Allah, aku
tidak tahu di mana ayahku berada," jawabnya. Abu Jahal langsung mengangkat tangannya dan
menampar pipi Asma hingga anting-antingnya terlepas. Lewat pertemuan yang singkat dan
cepat mereka memutuskan untuk menggunakan segala cara yang memungkinkan dilakukan
untuk menemukan Rasulullah dan Abu Bakar. Di setiap jalur di Makkah ditempatkan beberapa
penjaga dengan dibekali senjata yang lengkap, dan siapa pun yang bisa membawa beliau kepada
orang-orang Quraisy dalam keadaan hidup atau mati, disediakan hadiah seratus ekor onta, siapa
pun dia.

Pada saat itu setiap penunggang kuda, pejalan kaki, dan para pencari jejak mencari
beliau. Mereka menyebar ke gunung dan lembah, ke dataran tinggi dan dataran rendah. Tetapi
hasilnya nihil. Sebenarnya ada di antara mereka yang sudah mendekati mulut gua. Tetapi Allah
lebih berkuasa. Di sinilah terjadi mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi-Nya.
Akhirnya para pencari itu kembali, padahal jarak antara mereka dan beliau tinggal berberapa
langkah kaki saja.

4. Perjalanan ke Madinah

Tatkala usaha pencarian sudah mulai mengendor dan setelah tiga hari gejolak orang-
orang Quraisy sudah menurun, tanpa membawa hasil apa pun, Rasulullah dan rekannya bersiap-
siap untuk pergi ke Madinah. Mereka berdua mengupah Abdullah bin Uraiqith, seorang
penunjuk Jalan yang sudah matang dan mengetahui seluk beluk jalan. Sekalipun dia masih
memeluk agama orang-orang kafir Quraisy, namun mereka berdua mempercayainya dan
menyerahkan dua ekor onta kepadanya. Setelah tiga malam berada di gua, dia diminta datang
ke gua dengan membawa dua ekor unta itu. Maka pada malam Senin, 16 September tahun 622
M. Abdullah bin Uraiqith datang ke gua. Asma’ binti Abu Bakar datang sambil membawa

72 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh, Buku Ketiga (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001), hal. 25.

101


rangsum makanan untuk perjalanan mereka berdua. Selanjutnya Rasulullah berangkat bersama
Abu Bakar dan Amir bin Fuhairah. Abullah bin Uraiqith yang menjadi penunjuk jalan
mengambil jalan pesisir. Jalan yang pertama kali ditempuh adalah ke arah selatan menuju jalan
Yaman, baru setelah itu mengarah ke barat menuju pesisir, hingga setelah tiba di jalan yang
tidak biasa dilalui orang, perjalanan diarahkan ke utara di dekat pesisir Laut Merah. Ini
merupakan perjalanan yang jarang dilalui orang.

Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan,
mereka yakin itu adalah Muhammad dan sahabatnya. Suraqah bin Malik bin Ju’syum, salah
seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin
memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa
itu bukan Muhammad. Tetapi diam-diam ia menyuruh pembantunya untuk menyiapkan kuda
dan perlengkapannya. Ketika tidak ada orang yang melihatnya, ia segera memacu
kendaraannya ke pesisir yang ditunjukkan orang tersebut. Suraqah mengendarai kuda yang
cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah Nabi Muhammad SAW tersebut dan
jaraknya semakin dekat. Nabi Muhammad Saw tetap tenang, sementara Abu Bakar yang duduk
di boncengan unta Nabi Saw, terlihat cemas dan berkali-kali melihat ke belakang. Setelah jarak
makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh, Nabi Muhammad SAW terus saja
berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil mendekati lagi,
Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya terjerembab, sementara Nabi
Muhammad SAW terus berjalan. Masih juga penasaran, setelah berhasil membebaskan
kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya, kudanya terjerembab dan kali ini diikuti
dengan debu yang bertaburan di udara. Sadarlah Suraqah bahwa orang yang dikejarnya
bukanlah orang sembarangan. Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat
untuk menangkap atau membunuh Nabi Muhammad SAW, ia berhasil mendekati rombongan
beliau dan memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi Muhammad SAW, ia meminta
maaf dan memohon untuk tidak diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan
perbekalan yang dibawanya. Nabi Muhammad SAW memaafkannya tetapi menolak
pemberiannya, hanya saja beliau meminta untuk merahasiakan pertemuannya itu. Akhimya
Suraqah pulang dan mendapatkan orang-orang masih berusaha mencari. Maka dia berkata,
"Aku tidak memperoleh kabar apa-apa untuk kalian. Lebih baik kalian diam saja di sini."
Begitulah Suraqah, yang pada pagi harinya bersemangat mencari Rasulullah, namun pada sore
harinya dia menjaga beliau.

Manakala Abu Jahal mendengar kisah Suraqah dengan Nabi dan sikapnya kepadanya,
dia mencibir Suraqah atas kepicikannya dan ketakutannya sehingga dia menyia-nyiakan
kesempatan. Maka Suraqah bin Malik menjawab cibirannya dengan berkata, Wahai Abu
Hakam, demi Allah, seandainya kamu menyaksikan keadaan kudaku manakala kakinya
terbenam ke dalam tanah niscaya kamu mengetahui dan tidak meragukan bahwa Muhammad
adalah rasul dengan bukti nyata, lalu siapa yang akan melawannya?.73

Ditengah perjalanan ini juga, Nabi bertemu dengan Abu Buraidah, pemimpin kaumnya.
Dia pergi untuk mencari beliau dan Abu Bakar, dengan harapan bisa mendapatkan hadiah yang
telah diumumkan Quraisy. Tatkala dia berhadapan dengan Rasulullah dan beliau mengajaknya
berbicara, maka seketika itu dia masuk Islam bersama tujuh puluh orang dari kaumnya. Dia
melepas ikat kepalanya dan mengikatkan di tombaknya sebagai bendera, sambil berseru, bahwa
pemimpin yang membawa keamanan dan perdamaian telah datang untuk memenuhi dunia
dengan keadilan.

5. Berada di Quba’

Pada hari Senin tanggal 8 Rabi'ul Awwal tahun ke-14 dari nubuwah atau tahun pertama
dari hijrah, bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M, Rasulullah SAW tiba di Quba’.
Abdullah bin Az-Zubair menuturkan, bahwa tatkala orang-orang Muslim di Madinah
mendengar kabar tentang Rasulullah SAW dari Makkah, maka setiap pagi mereka keluar

73 Izuddin Karimi, Jejak Perjuangan dan Keteladanan Sahabat-sahabat Nabi, (Jakarta: Darul Haq,
2018), hal. 393.

102


menuju tanah lapang menunggu kedatangan beliau. Lalu mereka pulang tatkala panas matahari
menyengat pada tengah hari. Suatu hari ketika mereka sedang pulang setelah menunggu sekian
lama, ada salah seorang Yahudi yang naik ke atas benteng mereka dan untuk keperluan, Saat
itu dia melihat Rasulullah SAW dan rekan-rekannya, membentuk titik putih yang kabur karena
fatamorgana. Orang Yahudi itu tidak kuasa menahan diri untuk berteriak dengan suara nyaring,
“Wahai semua orang Arab, itulah kakek kalian yang kalian tunggu-tunggu. Seketika itu juga
orang-orang Muslim menghampiri senjatanya. Beliau disambut hangat oleh penduduk Quba
dan singgah di rumah Kultsum bin Hadm selama 4 hari. Selama di Quba Rasulullah SAW
membangun masjid yang dalam sejarah islam terkenal dengan nama “Masjid Quba” masjid
yang didirikan atas dasar taqwa setelah nubuwah atau masjid pertama yang didirikan setelah
masa kenabian.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan nabi, setelah menyelesaikan
segala urusan di Makkah. Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya.
Waktu yang mereka tunggu- tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini
mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai
penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi)
atau sering pula disebut Madinatul Munawwaroh (Kota yang Bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut
Madinah saja.74

6. Memasuki Madinah

Seusai shalat Jum’at, Nabi SAW memasuki Madinah. Sejak hari itulah Yastrib
dinamakan Madinatur Rasul, yang kemudian disingkat dengan nama Madinah. Inilah hari yang
sangat monumental. Semua rumah dan jalan ramai dengan suara tahmid dan taqdis. Sementara
anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait syair karena senang dan gembira:

"Purnama telah terbit di atas kami

dari arah Tsaniyyatul Wada'

Kita wajib mengucap syukur

dengan doa kepada Allah semata

wahai orang yang diutus kepada kami

kau datang membawa urusan yang ditaati."

Sekalipun orang-orang Anshar bukan termasuk orang-orang yang sangat kaya, tetapi
setiap orang di antara mereka berharap agar Rasulullah SAW singgah di rumahnya. Tak ada
satu pun rumah yang dilalui beliau melainkan mereka pasti memegang tali kekang onta beliau,
sambil meminta agar beliau berkenan singgah di rumahnya. Demikianlah semua menginginkan
Rasulullah tinggal di rumahnya. Mereka menarik kendali unta agar Rasulullah SAW mau, tetapi
beliau bersabda, “Biarkan saja unta ini berjalan, dia diperintah.” Unta beliau terus berjalan
hingga sampai di tempat lapangan penjemuran kurma milik dua orang anak yatim dari Bani al-
Najjar, tepat di depan rumah Abu Ayyub al-Ansari. Saat itu beliau berkata, “Di sinilah aku
hendak membangun masjid insya Allah.” Yang sekarang dinamakan dengan masjid Nabawi.
Abu Ayyub pun segera menjemput Rasulullah dan membawakan barang-barang beliau untuk
singgah di rumahnya. Sesudah tiga hari barulah Ali bin Abi Ṭalib menyusul setelah tugasnya
mengembalikan amanat orang-orang yang dititipkan kepada Rasululllah ketika beliau ke
Makkah. Menyusul juga keluarga dan isteri Rasulullah SAW Saudah binti Zam’ah bersama
Fathimah dan Ummu Kultsum, Usamah bin Zaid dan Ummu Aiman.

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa kaum Muhajirin berhasil hijrah ke Madinah, namun
sebagian mereka ada juga yang tidak hijrah karena mendapat sika atau ditahan oleh orang-orang
Quraisy. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah saat itu tidak bisa membawa keluarga dan

74 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hal. 25.

103


harta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya SAW. kecuali Bani Madz'un dari Bani Jumah, Bani
Jahsy bin Riab sekutu Bani Umayyah, Bani Al-Bukair dari Bani Sa'ad bin Laits sekutu dari
Bani Adi bin Kaab.

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW tinggal di rumah Abu Ayub sejak beliau tiba di
sana pada bulan Rabiul Awwal hingga bulan Shafar pada depannya, sampai masjid dan
rumahnya selesai dibangun, serta perkampungan kaum Anshar telah masuk Islam. Hampir
semua perkampungan kaum Anshar, telah masuk lslam, kecuali perkampungan Khatmah,
Wagi, Wail dan Umayyah. Semua perkampungan tersebut masih berada dalam kemusyrikan.75

Periode Madinah bisa di bagi menjadi tiga tahapan masa:

1. Tahapan masa yang banyak diwarnai guncangan dan cobaan, banyak rintangan yang
muncul dari dalam, sementara mush dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan
para pendatangnya. Tahapan ini berakhir dengan dikukuhkannya Perjanjian Hudaibiyah
pada bulan Dzul-Qa'dah tahun ke-6 dari hijrah.

2. Tahapan masa perdamaian dengan para memimpin paganisme, yang berakhir dengan Fathu
Makkah pada bulan Ramadhan tahun ke-8 dari hijrah. Ini juga merupakan tahapan masa
berdakwah kepada para raja agar masuk Islam.

3. Tahapan masa masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa
datangnya para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini membentang
hingga wafatnya Rasulullah 3 pada bulan Rabi' ul Awwal tahun ke-11 dari hijrah.76

Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan
Islam yang pesat itu membuat orang-orang Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi
risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh nabi, sebagai kepala pemerintahan,
mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang dengan dua
alasan: (1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya dan (2) menjaga
keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang
menghalang-halanginya.77

B. 3. Kaum Muhajirin dan Anshar
1. Definisi kaum Muhajirin dan Anshar

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajid, kaum Muhajirin adalah orang-orang yang
telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah (pembebasan Makkah) dan berhijrah menuju Rasululllah
di Madinah dan menetap di sana dengan meninggalkan negeri mereka, hartanya dan keluarganya
karena mengharap apa yang ada di sisi Allah, ridha- Nya dan untuk menolong agama islam.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid mendefinisikan Anshar sebagai berikut: "Para
penduduk Madinah yang menyambut Rasulullah dan para sahabatnya dari kalangan Muhajirin dan
memberikan kepada mereka tempat perlindungan dan membagi harta mereka serta tidak bersikap
bakhil sama sekali. Mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.

75 Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, terj. Samson Rahman, (Jakarta: Akbar Media, 2018),
hal. 290.

76 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1997), hal.187-198.

77 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah non Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Kota Kembang, 1989),
hal. 28-29.

104


2. Keutamaan kaum Muhajirin dan Anshar
Keutamaan kaum Muhajirin dan Anshar disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai sebuah

kehormataan dari Allah SWT. Kepada mereka karena keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah
dan Rasul-Nya. Keutamaan Muhajirin dan Anshar adalah sebagai berikut:

a. Allah mengakui mereka sebagai orang yang beriman dengan sebenar-benarnya serta
memberikan kepada mereka maghfirah (ampunan) dan rezeki yang mulia. (Qs. al-Anfal : 74)

b. Allah meridhai kaum Muhajirin dan Anshar, serta menyiapkan surga untuk mereka. (Qs. at-
Taubah : 100)

c. Allah telah menerima taubat kaum Muhajirin dan Anshar. (Qs. at-Taubah : 117)

Selain Allah menyebutkan keutamaan keduanya, secara khusus juga terdapat keutamaan kaum
Muhajirin, yakni :

a. Allah menyebutkan para Muhajirin dengan shadiquun ( orang-orang yang memiliki iman yang
benar dan kokoh). (Qs. al-Hasyr : 8)

b. Mendapatkan tempat perlindungan yang banyak dan rezeki yang luas. (Qs. an-Nisa’: 100)
c. Allah memberikan tempat yang baik di dunia dan pahala yang lebih besar di akhirat. (Qs. an-

Nahl : 41)

Adapun keutamaan khusus kaum Anshar, yakni :

a. Allah telah memberikan kesaksian bahwa orang-orang Anshar adalah orang-orang yang telah
beruntung. (Qs. al-Hasyr : 90)

b. Rasulullah mengutamakan pilihan Anshar.
c. Tanda keimanan adalah mencintai orang Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci

orang Anshar.
d. Rasulullah mendoakan orang-orang Anshar, anak-anaknya, dan cucu-cucunya agar diampuni

oleh Allah.

3. Karakteristik kaum Muhajirin dan Anshar

Karakteristik kaum Muhajirin, diantaranya adalah:
a. Allah menyebut mereka di dalam Al-Qur’an sebagai fakir
b. Mereka berhijrah bukan demi keuntungan duniawi berupa apapun. Dapat dipastikan bahwa

mereka melakukannya demi mencari ridha Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan untuk
mencari karunia-Nya di hari pembalasan kelak.
c. Mereka berhijrah untuk menolong Allah dan Rasulullah SAW. Maksud dari menolong Allah
disini adalah menolong dalam hal mendakwahkan Islam.
d. Mereka berdiri tegak diatas ikrar yang mereka ucapkan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Karakteristik kaum Anshar, diantaranya adalah:

a. Mereka dibesarkan di kota yang dimuliakan, karena dipersiapkan sebagai tempat bernaung bagi
Rasulullah SAW dan para pengikutnya.

b. Kaum Anshar tidak memandang kedatangan para Muhajirin yang tak berdaya itu sebagai hal
yang menyulitkan atas diri mereka.

c. Mereka menerima dengan sepenuh hati apapun yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada
kaum Muhajirin.

d. Mereka lebih cenderung mencukupi kebutuhan kaum Muhajirin, walaupun mereka juga
mempunyai kebutuhan yang sama.78

A. Penutup

78 Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Hayat Al-Sahabat, terj. Bey Arifin, (Beirut: Maktabah al-
Bananiyah al-Markaziyah, 1988), hal. 16–17.

105


Dari pembahasan mengenai kronologi hijrah Rasulullah SAW ke Yatsrib (Madinah) dan
karekteristik kaum Muhajirin dan Anshar maka kami menarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Hijrah Nabi Muhammad SAW dilakukan pada tahun 622 M dari Makkah ke Madinah. Hijrah

itu terjadi karena penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Nabi dan
para sahabatnya.
2. Sebelum sampai ke Madinah, Rasulullah melalui beberapa proses perjalanan dari awal perintah
untuk hijrah meninggalkan rumah, singgah di gua tsur, berada di Quba, hingga memasuki
Madinah.
3. Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah
(pembebasan Makkah) dan berhijrah bersama Rasululllah di Madinah. Keutamaan kaum
Muhajirin mareka berhijrah bahkan menetap di sana dengan meninggalkan negeri mereka,
hartanya dan keluarganya karena mengharap apa yang ada di sisi Allah, ridha- Nya dan untuk
menolong agama islam.
4. Kaum Anshar adalah para penduduk Madinah yang menyambut Rasulullah dan para sahabatnya
dari kalangan Muhajirin. Keutamaan kaum Anshar maereka memberikan tempat perlindungan
dan membagi harta mereka serta tidak bersikap bakhil sama sekali kepada Rasulullah SAW. dan
kaum Muhajirin. Mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.

DAFTAR PUSTAKA
106


Click to View FlipBook Version