Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, Cet. I, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1997).
Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2022).
Al-Kandahlawi, Muhammad Yusuf, Hayat Al-Sahabat, Terj. Bey Arifin, (Beirut: Maktabah al-Bananiyah al-
Markaziyah, 1988).
Hasan, Ibrahim Hasan, Sejarah non Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989).
Ishaq, Ibnu, Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah SAW, Terj. Samson Rahman,
(Jakarta: Akbarmedia, 2018).
Jazuli, Ahzami Sami’un, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006).
Khalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001).
Khalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Jilid I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).
Kinas, Muhammad Raji Hasan, Ensiklopedia Sahabat Nabi, (Jakarta: Zaman, 2012).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017).
107
PEMBENTUKAN MASYARAKAT ISLAM DAN PIAGAM MADINAH
PEMBAHASAN
A. Langkah awal Rasulullah Saw. dalam mendirikan masjid
Masjid sudah ada sejak masa Rasulullah Saw. pada waktu hijrah dari Makkah ke
Madinah dengan ditemani sahabat Abu Bakar, Rasulullah Saw melewati daerah yang
disebut dengan Quba, dan akhirnya disana beliau mendirikan masjid pertama sejak
kenabiannya, yaitu masjid Quba. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an
surah At-Taubah ayat 108 sebagaimana berikut:
الت اق من أ „م أحلق أ نم فيه يه أَ أ˚سجد˚ ’س َل تَق˚ ام
تَق و َوىعلَى َبدَا س
˚و َياو
لَم
]108 :َفيه رجال ي˚ حن أ َيتطهروا و ي˚حب ا الم ’هرين [التوبة
ََلا˚ ط َن
َب
و
“ Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid
yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat
didalamnya. Didalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri, Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih ” (Q.S At-Taubah : 108)
Masjid Quba yaitu masjid pertama yang dibina pada hari pertama Rasulullah Saw. tiba di
Madinah. Baginda tiba di Madinah pada hari Isnin dan menginap sehingga hari jum’at dan diikuti
masjid Nabawi bukan saja menjadi tempat ummat Islam menunaikan ibadah shalat, bahkan menjadi
pusat perkembangan ilmu penegtahuan, pusat kemajuan ekonomi ummah, pusat perjumpaan
komuniti dan sebagainya. Masjid Quba lebih banyak difungsikan untuk pengajaran dan melakukan
penguatan kemasyarakatan yang langsung dilakukan serta dicontohkan oleh nabi sendiri.79
Masjid Quba dibangun dengan bentuk sederhana, dibuat dari pelepah-pelepah dan daun kurma
serta batu-batu bata. Masjid mempunyai ruang bersegi empat dengan dinding sekelilingnya. Di
sebelah utara dibuat serambi untuk sholat, bertiang pohon kurma, beratap datar dari pelepah dan
daun kurma bercampur tanah liat. Ditengah-tengah lapangan terbuka dalam masjid ada sebuah
sumur tempat mengambil wudhu bagi jamaah. Dengan demikian, sudah wajar rasanya bila masjid
1 (jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019 ) hal. 251.
112
Quba berbentuk yang sederhana karena menjadi awal dalam pembuatan masjid disaat itu.80
79 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam : Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),
hal. 150.
80 Ahmad Putra, Prasetio Rumondor, Eksistensi Masjid di Era Rasulullah dan Era Milenial. Vol 17. No
1 (jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019 ) hal. 251.
112
Perjuangan Rasulullah dan pengikutnya dalam membangun masjid menggambarkan kepada
manusia betapa pentingnya makna dari masjid. Setelah 12 tahun menjalankan tugas sebagai Rasul
di Makkah, Allah perintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk hijrah ke Madinah. Ditilik dari ilmu
perang, hijrah itu merupakan taktik. Strategi nabi adalah addin dan mengislamkan ummat. Taktik
untuk mencapai tujuan strategi dijalankan beliau di Makkah. Tetapi kemajuan sangat lambat
sehingga perlawanan dari musuh begitu kuat. Sehingga Rasulullah Saw. menjadikan Madinah
sebagai markass besarnya. Ternyata cara yang ditempuh ini berhasil. Pada hari dimana dan
rombongannya sampai di Madinah, beliau secara bersama-sama mendirikan masjid, tempat
bersujud kepada Allah Swt. nabi sendiri pun ikut mengangkat batu dan dibantu oleh kaum muslimin
lainnya. Semua pekerja itu bekerja dengan berlandaskan ketakwaan dan keikhlasan.81
Masjid Nabawi adalah masjid yang kedua dibina Rasulullah Saw. setelah masjid Quba.
Mengikuti sejarah, selepas memasuki kota Madinah, baginda menolak perlawanan beberapa
sahabat supaya menginap dikediaman masing-masing. Sebaliknya Rasulullah Saw membiarkan
untanya menentukan tempat yang baginda akan berhenti. Unta tersebut berlutut merebahkan dirinya
disatu tapak milik dua orang anak yatim Bernama Sahal dan Suhail. Kedua anak yatim itu ingin
menghadiahkan tapak tersebut kepada Rasulullah Saw. tetapi baginda enggan menerimanya,
bahkan baginda membeli dengan harga sepuluh dinar emas.82
Pada mulanya, Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun Nabi dengan sangat sederhana,
sebagaimana bangunan masjid di pedalaman dan pelosok desa. Bah kan bangunan tersebut identik
dengan mushalla dalam konotasi murakhir. Tetapi, dalam perjalanannya Masjid Nabawi menjelma
sebagai bangunan yang sangat megah. Dinasti-dinasti Islamlah yang memprakarsal renovasi besar-
besaran. Dimulai Dinasti Umayah, Dinasti Abbasi yah, Dinasti Ottoman, dan Dinasti Arab Saudi
modern. Sedangkan renovasi yang sangat mewah dengan ang garan yang melimpah-ruah adalah
renovasi kedua Di nasti Saudi yang diprakarsal oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz.
Kemegahan83 Masjid Nabawi pada masa modern ini mempunyai dua sisi: positif dan negatif.
Positifnya, ka rena Dinasti Arab Saudi mempunyai kepedulian yang tinggi untuk memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi para tamu Allah yang sedang berziarah ke Madinah. Tetapi,
negatifnya, kemudian muncul kesan seolah olah bangunan masjid harus megah dan bahkan ka
dangkala melebihi kapasitas jemaahnya.
Di saat Islam masih pada perkembangan awal ke berbagai pelosok negeri, ketika ummat Islam
menetap disuatu daerah yang abru, maka salah satu asrana untuk kepentingan umum dan orang
81 Ahmad Putra, Prasetio Rumondor. Eksistensi Masjid di Era Rasulullah dan Era Milenial. hal 252.
82 Ahmad Putra, Prasetio Rumondor. Eksistensi Masjid di Era Rasulullah dan Era Milenial. hal 253.
83 Zuhairi Misrawi. Madinah : Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw. ( Penerbit
Buku Kompas Bukukita.com 2009) hal 27.
113
banyak yang mereka buat adalah masjid. Jadi masjid bukan hanya sebagai beribadah saja, akan
tetapi tempat berlindung bagi khalayak banyak.84
Menurut M. Quraish Shihab dalam Jusmawati mencatat bahwa dalam perjalanan sejarah masjid
pertama didirikan (Nabawi) mengemban sepuluh fungsi yaitu, tempat ibadah, pendidikan,
konsultasi, dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial, dan budaya), santunan sosial, latihan militer,
dan persiapan alat-alatnya, pengobatan para korban perang, perdamaian dan pengadilan sengketa,
aula tempat menerima tamu, seperti menawan tahanan dan pusat. penerangan serta pembinaan
Islam. Masjid Nabawi juga menjadi tempat pusat informasi Islam, tempat menyelesaikan hukum,
peradilan dan sengketa di masyarakat. Kegiatan ekonomi pun menjadi salah satu aktivitas di masjid
Nabawi sekaligus pusat kegiatan sosial dan politik.85
Ada empat peranan dari fungsi masjid, yakni sebagai tempat ibadah (pembinaan iman dan
taqwa) itu sendiri, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia, dan
ekonomi. Bila kita pantau secara jelas dan mendalam lagi secara rinci, maka akan banyak terlihat
keberfungsian masjid tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri
bahwa sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang didirikan oleh Rasulullah saw memiliki tidak
kurang dari sepuluh peranan dan fungsi. Di antaranya adalah sebagai tempat dalam melakukan
urusan ibadah (shalat dan zikir), konsultasi dan membentuk komunikasi, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, santunan sosial, latihan militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban perang,
perjanjian perdamaian, pengadilan sengketa, menerima tamu, menawan tahanan perang, serta pusat
penerangan dan pembelaan agama.86
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 18 sebagai berikut :
لا يَ او َم ا وأم ال صالة وآتَى كاة منن با ََل َ َإن َ عم مساجد
الز َ َ آم ل َي ر ل
َق اَلخراو ما لا
ا
]18سىك أن كون˚ من ا المهتَن [التوبة ولَ ام يخ
َع أ˚ول َ
وا َدي ل
ش
للَا َئ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beiman
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S At-Taubah : 18).
Masjid memang telah dijadikan tempat yang mulia, yaitu tempat untuk bersujud kepada sang
114
Ilahi. Dimasa itu, Rasulullah Saw. dan kaum Muhajirin dan Ansar mendirikan shalat secara
84 Mohd Ismail bin Mustari, Menjaga Pengurusan Masjid Inovatif: Satu Keperluan Era Globalisasi.
Prosiding Seminar Pengurusan Masjid Inovatif.UTM hal. 256
85 Aziz Muslim,“Manajemen Pengelolaan Masjid, dalam Jurnal Aplikasia (Aplikasia Ilmu-ilmu
Agama)”,Vol V, No. 2 (Desember 2004) hal. 105-114.
86 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000) hal. 2.
115
berjamaah. Rasulullah Saw. menekankan bahwa masjid merupakan tempat sembahyang yang
dikerjakan lima waktu sehari semalam, bernilai fardhu, baik secara munfarid atau berjamaah. Bukan
hanya sampai disitu, tapi juga menjadikan masjid tempat pelaksanaan shalat-shalat sunnah.
Selanjutnya, Rasulullah dan pengikutnya menjadikan masjid untuk pelaksanaan shalat Jum’at dan
ketika ada hari-hari besar Islam maka masjid juga menjadi tempat yang pas sebagai tempat
pelaksanaan, salah satunya ialah shalat hari raya. Rasulullah Saw. juga menjadikan masjid sebagai
tempat berkumpul kaum muslim dan tempat mengumumkan hal-hal penting yang menyangkut
hidup masyarakat Muslim. Apapun itu, berkaitan dengan masyarakat dan acara-acara besar Islam
juga diumumkan agar semua orang mengetahuinya.87
B. Proses Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor
Walaupun kaum Muhajirin diterima di Madinah, mereka belum terbiasa menggunakan
cara hidup yang berlaku pada kota Madinah. Sebagian besar mereka merupakan pedagang,
seperti halnya hampir semua Quraisy, sedangkan kaum Anshar sebagian besar ialah petani.
Suatu upaya keras penyesuaian harus dilakukan oleh nabi. Yakni antara Muhajirin serta Anshar
yaitu untuk mengurangi perpecahan yang mungkin muncul sampai sekecil mungkin. oleh
karena itu, Nabi memanggil semua pengikutnya bertujuan buat membentuk sebuah ikatan
persaudaraan yang spesifik. Tiap-tiap orang Muhajirin harus menjadi saudara bagi tiap-tiap
orang Anshar. rencana persaudaraan antara Muhajirin serta Anshar yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. sudah membentuk suatu persaudaraan baru yakni persaudaraan sesuai agama,
yang telah menggantikan persaudaraan dengan sesuai darah. Persaudaraan tersebut merupakan
satu-satunya untuk persaudaraan Islam secara internasional.
Persaudaraan itu menjadi pelopor kebangkitan suatu umat yang mempunyai misi
dakwah serta risalah, menuju pembentukan global baru bersumber pada akidah yang benar juga
tujuan yang baik. Yaitu dunia baru yang akan menyelamatkan dunia ini dari penyimpangan
serta penghancuran diri. dunia baru yang dibangun berdasar pada korelasi-hubungan baru,
mirip hubungan keimanan, korelasi persaudaraan batin dan korelasi kerja sama. 88Pada hal ini
Ibnu Katsir mengutip riwayat Imam Ahmad, Pada karyanya al-Bidayah wa al-Nihayah, bahwa
Rasulullah SAW mempersaudarakan antara kaum Anshar serta Muhajirin di tempat tinggal
Anas bin Malik. Kaum Anshar dengan ikhlas membantu kaum Muhajirin dalam hal apapun,
seperti rumah bahkan harta benda sekalipun. Persaudaraan ini lalu bisa menghilangkan sekat
kesukuan, dan saling tolong menolong terhadap sesama. lalu kaum Anshar mensedekahkan
87 Ahmad Putra, Prasetio Rumondor. Eksistensi Masjid di Era Rasulullah dan Era Milenial. hal 254.
88 Nurul Hidayati, Potret Manajemen Rasullullah Saw Ketika Berdakwah di Madinah A-Munawwarah,
Manajemen Dakwah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016: hal, 74, Tersedia di:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/tadbir/article/download/2706/2043
116
tempat tinggal yang mereka, bahkan istri mereka ada yang diceraikan agar dinikahkan dengan
kaum Muhajirin.
Persaudaraan ini menjadi lebih kuat daripada hanya berdasarkan keturunan.
Sebelumnya kaum Anshar yang terdiri dari suku Aus serta Khazraj saling bermusuhan, ukhwah
yang berasaskan iman dibawah risalah Nabi Muhammad SAW sudah melunakkan hati mereka.
Keberhasilan Rasulullah pada mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar berasaskan
iman tidak lepas melalui kecerdasan beliau dalam melenyapkan ikatan kesukuan (tribalisme).
Adapun keberadaan kabilah sebagai bagian dari sunatullah serta fitrah penciptaan manusia,
tetap ada dan tidak di hapus. yang di hapus oleh Nabi Muhammad SAW ialah paham kesukuan
yang sempit serta picik serta primordialisme, ta’assub jahiliah yang memberi pengakuan bahwa
sukunya paling unggul, super, mulia, paling baik dan berkualitas. Maka awal dari sinilah Nabi
SAW menciptakan warga Islam yang dijiwai oleh semangat ukhuwwah Islamiyah,
egalitarisme, di atas fondasi iman dan akidah Islam89
C. Kesepakatan Rasulullah Saw. dan penduduk Madinah non Muslim
Setelah Makkah, ada kota Madinah. Dua kota tersebut bagaikan siang dan malam.
Jika Makkah bagaikan siang, Madinah bisa diibaratkan malam. Dan langit-langit nya
diterangi lembutnya cahaya bulan, yang pada hal ini Rasulullah Saw. lah yang pantas
di ibartkan. Sedangkan keindahan bintang malamnya bisa diibaratkan oleh jajaran
sahabat nabi yang selalu mendedikaikan dirinya untuk tegaknya kebajikan, keadilan,
serta kedamaian untuk seluruh ummat manusia.
Seperti pada sya’ir :
طلَع ا ال بَدا ˚ر علَ اي َنا م ان ثَت ا ال َودَاع
َن يَا
َوجب ال اك˚ر علَ اينا عى هلل ماد
ش دَاع
Artinya :
Wahai rembulan yang terbit kepada kita dari lembah wada’
Dan wajiblah kita mengucap syukur dimana seruan adalah kepada Allah.
Fakta tersebut tidak berlebihan karena Madinah adalah kota yang identik
dengan nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arab biasa disebut Madinatun nabi, yaitu
kota nabi. Kehidupan nabi yang di tulis dalam sejarah-sejarah serta semua ajarannya
89 Ummu Salamah Ali, Peradaban Islam Madinah ( Refleksi terhadap Primordialisme Suku Auz dan Khazraj),
Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 15, No. 2, September 2017: hal, 191, Tersedia di:
117
http://dx.doi.org/10.21111/klm.v15i2.1495
118
yang luhur tersebut juga dikukuhkan di Madinah. Bahkan, saat nabi telah berhasil
menguasai Makkah, beliau pun memeilih untuk kembali dan menetap di Madinah.
Masa-masa akhir nabi ditulis dengan tinta emas di kota ini.
Madinah adalah salah satu kota yang mempersatukan ummat Islam. Madinah juga
salah satu kota yang dekat dengan ummat Islam. betapa banyak aliran dan perbedaan
paham dikalangan Muslim, tetapi kalo sudah disebutkan kota ini mereka menyepakati,
bahwa Madinah adalah salah satu kota penting bagi spirutualitas dan moralitas ummat
Islam. Mereka terhanyut pada kerinduan nabi, keluarga, dan para sahabatnya. Madinah
adalah salah satu potret kota idaman dan kota idaman yang memungkinkan masyarakat
dapat saling berhubungan dengan menghargai dan menghormati.
Puncak keistimewaan Madinah, karena kota ini identik dengan Rasulullah Saw.
Madinah adalah satu-satunya kota yang dilekatkan pada Rasulullah Saw. beliau berdoa
kepada tuhan agar dianugerahi cinta yang lebih pada Madinah. Rupanya, tuhan
mengabulkan doa tersebut, sehingga Madinah menjadi tempat peristirahatan terakhir
nabi. Setelah membebaskan kota Makkah nabi memilih untuk kembali ke kota
Madinah, sebagai bukti kecintaannya yang sangat mendalam terhadap kota hijau ini.
Madinah adalah kota nabi, oleh karenanya beliau mengundang seluruh ummatnya
untuk datang ke kota ini, terutama mereka yang berkesempatan untuk melaksanakan
umroh dan haji.
Selain itu, Madinah juga dikenal sebagai kota ilmu dan kota pertanian. Madinah
menjadi tempat penempaan kader-kader muda Muslim untuk menimba ilmu. Nabi
memprakasai misi tersebut dengan mengajarkan langsung para sahabat dan mereka
tinggal di al-shuffah. Merekalah kemudian yang melestarikan pesan-pesan nabi yang
tertuang dalam hadis dan mengantarkan pada proyek kodifikasi Al-Qur’an. Tradisi
keilmuan di Madinah terus dilanjutkan oleh para ulama hingga masa sekarang. Di
antara ulama’ fiqh yang sangat tersohor, yaitu Malik bin Anas. Pandangan
keagamaannya menjadi salah satu rujukan penting, terutama dalam bidang hadis dan
fiqh.
Madinah pada masa Nabi ditandai dengan kehidupan beragama yang gegap-
gempita. Masjid dijadikan sebagai pusat pengenalan ajaran Islam yang mengajak um
atnya pada ketauhidan dan kehidupan yang damai. Di samping itu, adanya komunikasi
yang bersifat intensif antara Nabi dengan pihak-pihak yang berada di Madi nah. Begitu
119
pula, terbit komitmen bersama untuk melawan segala bentuk kezaliman yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang mengganggu ketenangan hidup di Madinah.
Muhammad SAW dicatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang berhasil
menjadikan Madinah sebagai kota yang aman dan damai untuk seluruh penduduknya,
sehingga dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagian besar penduduk
Madinah memeluk Islam. Apa lagi setelah kemenangan diraih Nabi dalam beberapa
peperangan, hal tersebut telah menyebabkan munculnya kepercayaan yang tinggi,
bahwa Nabi dapat melindungi mereka dari berbagai ancaman pihak luar.
Pada masa sebelum Islam, orang-orang Yahudi ke rapkali membangun rumah dan
benteng-benteng perta hanan, karena mereka takut bilamana ada agresi dari luar,
terutama agresi dari orang-orang Arab nomaden. Tetapi pada masa Nabi, orang-orang
Madinah tidak me merlukan lagi benteng-benteng pertahanan, karena Nabi telah
memberikan jaminan kepada mereka tentang keamanan dari musuh. Dan jaminan
tersebut diperoleh setelah adanya kesepakatan bersama untuk menjadikan Madinah
sebagai kota yang dibangun di atas fondasi kebersamaan, termasuk kebersamaan dalam
melawan musuh.
Muhammad Saw. pada masa Islam telah berhasil membangun persaudaraan di
internal umat Islam, terutama kalangan Anshar dan Muhajirin. Persaudaraan internal
merupakan modal yang sangat besar untuk memberikan keteladanan keda orang-orang
lain. Per saudaraan yang begitu hangal dan harmonis telah me nyebabkan kelompok-
kelompok lainnya turut serta untuk menjadikan Nabi sebagai simbol persaudaraan yang
bersifat luas, yaitu persaudaraan di antara seluruh penduduk Madinah.90
Piagam Madinah telah menjadi khazanah yang sangat baik untuk membangun
sebuah negara-bangsa yang di satu sisi lain memberikan jaminan kebebasan beragama.
Spiritualitas yang di bangun adalah spiritualitas inklusif, yang di antara tujuannya
adalah adalah membangun persaudaraan dan perdamaian. Piagam Madinah membuat
nilai-nilai yang sangat penting, terutama dalam hal kesetaran antarwarga kebebasan
beragama dan jaminan keamanan. Ketiga hal ini menjadi nilai yang sangat penting dan
pada beberapa tahun mjutakhir diperbincangkan sebagai sebuah keniscayaan dalam
demokrasi.91
90 Zuhairi Misrawi. Madinah : Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw. hal. 24.
91 Zuhairi Misrawi. Madinah : Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw hal 26.
120
Dalam sejarah Islam, setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah, beliau membuat peraturan
yang disebut dengan “Konstitusi Madinah” atau “Piagam Madinah”. Isi penting dari prinsip
Piagam Madinah adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis, mengatur sebuah umat
dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak. Piagam Madinah juga merupakan
suatu konstitusi yang telah meletakkan dasar-dasar sosial politik bagi masyarakat Madinah
dalam sebuah pemerintahan di bawah kepemimpinan nabi Muhammad. Piagam Madinah
dianggap oleh para pakar politik sebagai UndangUndang Dasar pertama dalam negara Islam
yang didirikan oleh nabi Muhammad.92
Dalam hal ini, Madinah pada masa Muhammad SAW telah memberikan
pengalaman dan pelajaran yang sa ngat berharga, yang perlu untuk dijadikan rujukan
sehingga umat Islam dapat melanjutkan keteladanan poli tik, sebagaimana diwariskan
oleh Nabi dan para saha batnya. Umat Islam tidak perlu khawatir dengan demo krasi,
karena Piagam Madinah pada hakikatnya merupa kan sebuah konstitusi yang dilahirkan
dari proses demo krasi deliberatif. Yaitu demokrasi yang bersumber dari aspirasi
seluruh penduduk Madinah, yang diperkuat dengan sendi-sendi moralitas dan
spiritualitas dalam agama-agama samawi, khususnya Islam.93.
Piagam Madinah atau yang bisa disebut dengan “Shahîfat alMadînah” atau konstitusi
Madinah adalah perjanjian yang disepakati oleh Rasulullah saw sebagai pemimpin besar umat
Islam (Muhajirin dan Anshar), yang pada saat itu beliau baru sampai di Yasrib, dengan para
penduduk kaum Yahudi Madinah yang terdiri dari beberapa kabilah, suku, yang faktualnya
adalah kaum penduduk mayoritas, di samping terdapat menganut keyakinan minoritas yang
berada di Madinah. Konstitusi Madinah juga sebagai dokumen tertulis pertama yang dibuat
Rasulullah dengan suku-suku dan komunitas yang ada di Yasrib dan nantinya akan membawa
keadilan hukum yang berlaku dan sebagai landasan hidup bagi umat Islam kedepan dan akan
menguak cakrawala baru dalam kehidupan politik, sebagai prospek babak awal bagi
berlangsungnya kehidupan mereka, dan bagaimana sebuah komunitas nantinya akan terpadu
menjadi satu wadah yakni Yasrib.94
Piagam Madinah atau Shahîfat al-Madînah, juga dikenal dengan sebutan Konstitusi
Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad saw, yang merupakan
suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di
Yasrib (kemudian bernama Madinah) di tahun 622 M. Sejak hijrah dari Mekkah ke Madinah
pada tahun 622 M, nabi Muhammad saw telah mempraktikkan kehidupan bermasyarakat dan
92 Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis. Jurnal
Hukum. Vol 6, No 2 2016 Hal 273-274.
93 Zuhairi Misrawi. Madinah : Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw hal 27.
94 Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis. Hal. 279.
121
bernegara yang demokratis di tengah masyarakat yang plural dengan aliran ideologi dan politik
yang heterogen. Tipe kepemimpinan yang sangat demokratis dan toleran terhadap semua pihak,
menjadikan semua penduduk merasa aman dan tenteram, akhirnya kota Yasrib berubah menjadi
Madinah al-Munawarah, yang berarti kota yang bercahaya.95
Shahîfat al-Madînah sebagai undang-undang dasar telah mendeklarasikan Yastrib
bertransformasi menjadi negara Madinah (City-State of Madinah), membangun aturan-aturan
pemerintahan, mengamanatkan isu-isu sosial yang spesifik yang dapat mengubur perpecahan
yang telah lama terjadi di kota itu, mengamanatkan perlindungan terhadap hak dan kewajiban
warga negara, dan mengamanatkan penyediaan pelayanan hukum yang adil bagi semua pihak
sehingga tidak ada lagi penyelesaian masalah dengan aksi-aksi militer dari masing-masing
suku.96
Piagam Madinah dibuat dengan maksud untuk memberikan wawasan pada kaum
muslimin waktu itu tentang bagaimana cara bekerja sama dengan penganut bermacam-macam
agama yang lain yang pada akhirnya menghasilkan kemauan untuk bekerja bersama-sama
dalam upaya mempertahankan agama. Strategi nabi tersebut sangat ampuh, terbukti dengan
tidak memerlukan waktu lama masyarakat Islam, baik Muhajirin maupun Anshar telah mampu
mengejawantahkan strategi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan strategi
tersebut tidak terlepas dari kepiawaian nabi dalam melihat kondisi masyarakat sekitarnya yang
sangat memerlukan arahan dan tauladan dari pemimpin guna menciptakan keadaan yang lebih
baik. Perubahan tatanan masyarakat di Madinah merupakan tolak ukur dari keberhasilan atas
perjanjian damai yang dibuat oleh Nabi.97
Piagam Madinah memang sarat muatan demokrasi dan toleransi. Agar lebih jelas dan
lebih memahami betapa demokratis dan toleransi menjadi muatan-muatan yang terdapat dalam
Piagam Madinah, mari kita lihat sebagian isi dari Piagam Madinah. Konstitusi Madinah dibuka
dengan sebuah ungkapan:
Bismillâhirrahmânirrahīm. Hâdzâ kitâb min Muhammad Nabī shallallâhu ‘alaih wa
sallam, bayna al-mu’minîn wa al-muslimîn min Quraisy wa Yatsrib wa man tabi’ahum falahiqa
bihim wa jâhada ma’ahum (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Inilah piagam tertulis dari Nabi saw. kepada orangorang mukmin dan muslim, baik yang
berasal dari suku Quraisy maupun suku Yatsrib, dan kepada segenap warga yang ikut bersama
mereka, yang telah membentuk kepentingan bersama dengan mereka dan telah berjuang
bersama mereka). Dari sini jelas terlihat bahwa Rasulullah mengedepankan kebersamaan dan
95 Muchsin, Sebuah Ikhtisar Piagam Madinah, Filsafat Timur, Filosof Islam dan Pemikirannya, (Jakarta:
STIH Iblam) hal. 1.
96 Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Negara yang Pertama di Dunia,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal. 93.
97 Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis. Hal. 280-
281.
122
persatuan. Kejayaan negara adalah kejayaan bersama, dan kepentingan yang ada kaitannya
dengan negara adalah juga kepentingan bersama seluruh warga negara, tanpa memandang
golongan, ras, dan agama.
Dalam Piagam Madinah juga terdapat beberapa pasal yang mengatur hubungan antara
umat beragama, antara lain pasal 16:
“Bahwa sesungguhnya kaum-bangsa Yahudi yang setia kepada (negara) kita, berhak
mendapat bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh diasingkan
dari pergaulan umum”. Pasal 24: “Warga negara (dari golongan) Yahudi ikut memikul biaya
bersama-sama dengan kaum beriman, selama negara dalam peperangan”. Pasal 25: “(1)
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu bangsa-negara (umat) dengan warga yang beriman,
(2) Kaum Yahudi bebas memeluk agama mereka, sebagaimana kaum muslimin bebas memeluk
agama mereka, (3) Kebebasan ini berlaku juga terhadap pengikutpengikut/sekutu-sekutu
mereka, dan diri mereka sendiri. (4) Kecuali kalau ada yang mengacau dan berbuat kejahatan,
yang menimpa diri orang yang bersangkutan dan keluarganya”98
Kepiawaian dan kesuksesan nabi dalam menata peradaban yang gemilang di Madinah
sehingga kehidupan demokratis dan toleran dapat tumbuh dan berkembang dengan subur di
sana, diterapkan juga oleh para penerusnya. Khalifah kedua, Umar bin Khaththab, pada tahun
636 M., menandatangani perjanjian Aelia dengan kaum Kristen di Yerussalem. Selaku pihak
yang menang perang, Khalifah Umar tidak menerapkan politik pembantaian terhadap kalangan
Kristen. Sikap Umar mencerminkan ketinggian budinya yang didasari oleh keluhuran ajaran
Islam, khususnya dalam kasus penaklukan Yerussalem, yang menurut pujian Karen Armstrong,
belum pernah dilakukan oleh penguasa mana pun sebelumnya.99
98 Adian Husaini, “Piagam Madinah dan Toleransi Beragama” dalam Tim Penulis Ditjen Bimas Islam
Kementerian Agama R.I, Islam dan Isu-isu Kontemporer: Artikel Dakwah dari Jurnal dan Website, (Jakarta:
Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama R.I, 2010), hal. 144.
99 Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis. Hal 289.
123
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masjid sudah ada sejak masa Rasulullah Saw. pada waktu hijrah dari Makkah ke Madinah
dengan ditemani sahabat Abu Bakar, Rasulullah Saw melewati daerah yang disebut dengan
Quba, dan akhirnya disana beliau mendirikan masjid pertama sejak kenabiannya, yaitu masjid
Quba
2. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar menjadi pelopor kebangkitan suatu umat yang
mempunyai misi dakwah serta risalah, menuju pembentukan global baru bersumber pada
akidah yang benar juga tujuan yang baik.
3. Madinah adalah salah satu kota yang mempersatukan ummat Islam. Madinah juga salah satu
kota yang dekat dengan ummat Islam. betapa banyak aliran dan perbedaan paham dikalangan
Muslim, tetapi kalo sudah disebutkan kota ini mereka menyepakati, bahwa Madinah adalah
salah satu kota penting bagi spirutualitas dan moralitas ummat Islam. Piagam Madinah atau
yang bisa disebut dengan “Shahîfat alMadînah” atau konstitusi Madinah adalah perjanjian yang
disepakati oleh Rasulullah saw sebagai pemimpin besar umat Islam (Muhajirin dan Anshar),
yang pada saat itu beliau baru sampai di Yasrib, dengan para penduduk kaum Yahudi Madinah
yang terdiri dari beberapa kabilah, suku, yang faktualnya adalah kaum penduduk mayoritas, di
samping terdapat menganut keyakinan minoritas yang berada di Madinah.
BUKU : DAFTAR PUSTAKA
124
Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis.
Moh Ismail bin Mustari, Menjaga Pengurusan Masjid Inovatif: Satu Keperluan Era
Globalisasi. Prosiding Seminar Pengurusan Masjid Inovatif.UTM
Muchsin, Sebuah Ikhtisar Piagam Madinah, Filsafat Timur, Filosof Islam dan Pemikirannya,
(Jakarta: STIH IBLAM)
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam : Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang,
1976)
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Negara yang Pertama di
Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
Zuhairi Misrawi. Madinah : Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw. (
Penerbit Buku Kompas Bukukita.com 2009)
JURNAL :
Adian Husaini, “Piagam Madinah dan Toleransi Beragama” dalam Tim Penulis Ditjen Bimas
Islam Kementerian Agama R.I, Islam dan Isu-isu Kontemporer: Artikel Dakwah dari Jurnal
dan Website, (Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama R.I, 2010)
Ali Ummu Salamah, Peradapan Islam Madinah : Refleksi terhadap Primordialisme Suku Auz
dan Khazraj. Studi Agama-agama dan Pemikiran Islam, Vol 15, No 2 (September, 2017)
Aziz Muslim,“Manajemen Pengelolaan Masjid, dalam Jurnal Aplikasia (Aplikasia Ilmu-ilmu
Agama)”,Vol V, No. 2 (Desember 2004)
Hidayati Nurul, Potret Manajemen Rasulullah Saw Ketika Berdakwah di Maadinah al-
Munawwarah. Manajemen Dakwah Vol 1 No 2 (Desember, 2016)
PEPERANGAN PENTING SEMASA RASULULLAH
PEMBAHASAN
A. Definisi Ghazwah dan Sariyah
125
a. Pengertian Ghazwah
Kata Ghazwah di dalam Al-Qur’an disebutkan sekali dalam QS. Ali Imran:
156.
ن ت ون˚و ˚ا ˚ا ٱل َذيءان َيَأَ ََي َها َرب˚و ˚ا َخََو ˚ا ˚رو˚ا َفى
َل َمن˚و إَذَاض َ َن وقَال˚و كف
َ
ل َه ام
ذي
كٱل
ل او غ˚ كان˚و ˚ا أَ او ٱ أالَ ارض حس َرةَ َ ٱّلَل˚ك َي َ ق˚ َ مات˚و ˚ا ما عند
ََزىكان˚و˚ا ل ل ع َتل˚و ما َن
ج ˚ال و ذ
َا
صي ˚ر تَ اع َمل˚و َب وٱَّلل˚ َ وي˚ حىۦ وٱَّلل˚ َ ق˚ل˚و َب َه ام ى
˚َمي ي َما
نت
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-
orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-
saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau
mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka
tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka)
yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam
hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang
kamu kerjakan.”
Kata ini berakar dari kata ghaza-yaghzu yang bermakna menyerang atau
menyerbu. Adapun ghazwan, ghazawah, ghazwan, yang bermakna
penyerbuan, penyerangan dan perang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ghazwah selalu melibatkan perlawanan fisik sehingga ada pihak yang
menang dan kalah. Ghazwah sering dikenal dengan istilah peperangan yang
Rasulullah SAW. ikut serta di dalamnya untuk menghadapi musuh baik terjadi
pertempuran atau tidak. Menurut Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi
mengatakan, “Para penulis sejarah secara umum menyebut setiap kelompok
kaum Muslimin yang pergi bersama Nabi SAW. untuk menghadapi musuhnya
dengan istilah ghazwah baik terjadi pertempuran dalam ekspedisi tersebut
ataukah tidak, baik jumlah pasukannya besar atau pun kecil.Invalid source
specified.100 Berikut beberapa perang ghazwah atau perang yang diikuti oleh
Rasulullah SAW:
129
Nama Ghazwah Tanggal Tempat
Waddan Shafar 2 H Waddan
100 Mohammad Jakfar dan Fasha Faishal Hilmi, “Konsep Perang Menurut Wahbah Az-Zuhayli”,
Izzatuna, Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Vol. 2, No. 1, 2021, hal. 7
130
Bani Quraizhah Dzul Qa’dah 5 H Pinggiran Madinah
Khaibar Muharram 7 H
Hunain Khaibar
Thaif Syawal 8 H
Syawal 8 H Lembah Hunain
Fathu Makkah Ramadhan 8 H
Thaif
Dzatu Riqa’ 7H
Makkah al-
Mukarramah
Dekat Najed utara
Khaibar
b. Pengertian Sariyah
Secara bahasa السريةberarti yang keluar di malam hari. Disebut dengan
sariyah karena ia berjalan di malam hari secara tersembunyi agar tidak
diketahui oleh musuh yang bisa membuat mereka bersikap waspada dan
melakukan antisipasi. Adapun secara istilah menurut Ibnul Atsir adalah
sekelompok pasukan yang jumlahnya maksimal 400 personil yang dikirim
untuk menghadapi musuh. Bentuk jamak dari السريةadalah السرايا. Dinamakan
dengan sariyah karena mereka itu adalah pasukan tempur ini. Mereka adalah
pasukan yang berharga, berasal dari sesuatu yang rahasia dan berharga.
Alhafidz Ibnu Hajar dan Ibnul Mandzur menyatakan sariyah itu berkisar antara
100 hingga 500 oarang. Adapun sariyah mu’tah jumlah pasukannya mencapai
3000 orang. Dalam sirah nabawiyah jumlah personil sariyah itu tidak lebih
dari 3000 pasukan tidak ada jumlah sariyah yang lebih besar dari sariyah
mu’tah. Demikian pula, tidak ada batasan minimal jumlah personil sariyah
dalam sirah nabawiyah bahkan kadang jumlah personil sariyah hanya satu
orang saja.101 Berikut beberapa perang sariyah pada zaman Rasulullah SAW:
Nama Sariyah Tahun Tempat / Tujuan
Ramadhan 1 H Saiful Bahri
Sariyah Hamzah bin
Abdullah Muthalib
101 Ali Muhammad Ash-Shalabi, “As-Sirah An-Nabawiyah ‘Ardhu Waqai’ wa Tahlilu Ahdats”,
(Beirut, Lebanon: Darul Ma’rifah, 1429 H/208M), hal. 366.
131
Sariyah ‘Ubaidah bin Syawal 1 H Bathi Rabigh
Al-Harits Dzul Qa’dah 1 H
Al- Kharrar
Sariyah Sa’ad bin Abi Rajab 2 H
Waqqash Rajab 2 H Sebuah kampung suku
Ramadhan 2 H Kinanah
Sariyah Sa’ad bin Abi Nakhlah
Waqqash
Untuk membunuh
Sariyah Abdullah bin ‘Ashma binti Marwa
Jahsy
Sariyah ‘Umar bin
‘Adi
B. Peperangan Penting pada Masa Rasulullah SAW di Madinah
Berikut beberapa perang yang terjadi di madinah ketika masa Rasulullah
SAW:
a. Perang Khaibar
Perang Khaibar terjadi pada tahun ke-7 Hijriyah. Rasulullah SAW
berangkat meninggalkan Madinah menuju ke Khaibar di awal bulan Muharam,
sepulang dari perjalanan umrah yang terhambat di Hudaibiyah. Dinamakan
perang Khaibar karena terjadinya di suatu daerah milik Yahudi bernama
Khaibar, berjarak 160 kilometer di utara Madinah yang merupakan tanah subur
penghasil kurma terbaik di dunia.
b. Perang Qainuqa
Bani Qainuqa adalah satu di antara tiga suku Yahudi yang tinggal di
Yatsrib, sekarang Madinah. Pada tahun 624, mereka diusir oleh Nabi Islam,
Muhammad, karena dituduh melanggar perjanjian yang dikenal sebagai
Piagam Madinah. Sebagian besar Ulama Ahli Sejarah menyebutkan bahwa
peperangan ini terjadi setelah Perang Badar Kubra.
Perperangan dengan Bani Qainuqa ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-
2 H dan dimenangkan oleh Kaum Muslimin. Penyebab terjadinya perang Bani
Qainuqa' ialah seorang wanita Arab datang membawa barang dagangannya
untuk dijual di pasar Bani Qainuqa' kemudian duduk bersebelahan dengan
seorang tukang emas dan perak. Orang-orang Yahudi meminta wanita Arab
tersebut menyingkap wajahnya, tapi wanita itu menolak permintaan mereka.
132
Tukang emas mendekat ke ujung pakaian wanita tadi dan mengikatkannya ke
punggungnya. Saat wanita Arab tadi berdiri, maka tersingkaplah auratnya dan
orang-orang Yahudi pun tertawa terbahak-bahak menyaksikan peristiwa
tersebut. Mendapatkan perlakuan keji seperti itu, wanita Arab tadi berteriak
kencang. Maka salah seorang dari kaum muslimin melompat ke tukang emas
Yahudi itu lalu membunuhnya. Yahudi-yahudi lainnya tidak tinggal diam.
Mereka menarik lelaki muslim tadi dan membunuhnya juga. Akibat peristiwa
tersebut, keluarga lelaki muslim yang dibunuh berteriak memanggil kaum
muslimin seraya menyebutkan aksi kurang ajar orang-orang Yahudi. Kaum
muslimin pun geram sehingga meledaklah perang antara kaum muslimin
dengan orang-orang Yahudi.102
c. Perang Quraizhah
Bani Quraizhah adalah kabilah Yahudi yang tinggal di kota Madinah pada
permulaan tahun-tahun pertama setelah hijrah Nabi Muhammad SAW. Perang
terakhir Nabi Muhammad SAW dengan Yahudi kota Madinah adalah perang
melawan Bani Quraizhah yang terjadi pada bulan Dzul Qa’idah tahun ke-5 H
dan bernama Perang Bani Quraizhah. Perang Bani Quraizhah terjadi pada akhir
perang Khandaq. Ini adalah peristiwa dikepungnya benteng milik Bani
Quraizhah dan dibunuhnya semua penghuninya, karena mereka telah
berkhianat. Awalnya ketika Rasulullah SAW pulang dari perang Khandaq dan
hendak meletakkan baju perangnya, tiba-tiba datang malaikat Jibril yang
membawa perintah Allah untuk meneruskan perang mengepung Benteng
Yahudi Bani Quraizhah.103
Kaum Muslimin yang berangkat menuju Bani Quraizhah berjumlah 3000
orang. Pengepungan terus berlangsung selama 25 hari. Sebenarnya Bani
Quraizhah dapat bertahan dalam pengepungan tersebut dalam waktu lebih
lama, mengingat kuatnya benteng mereka dan tersedianya bahan makanan dan
minuman di dalamnya. Sementara di sisi lain, udara dingin tanpa perlindungan
menghadang kaum muslimin disertai rasa lapar yang sangat. Namun
peperangan ini lebih bersifat perang urat saraf dan karena mereka telah
102 Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap kehidupan Rasulullah”, (Jakarta: Akbar
Media, 2012), hal. 477
103 Fuji E Permana, Ani Nursalikah, ” Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad”,
Islam Digest, 10 Juni 2020, (diakses pada 22 November 2022, 07.30 WIB)
133
dihantui rasa takut oleh kekuatan kaum muslimin, akhirnya kaum Yahudi Bani
Quraizhah tunduk dan mereka menyerahkan keputusannya kepada Rasulullah
SAW. Orang-orang Anshar menghadap Rasulullah untuk meminta keringanan
hukuman terhadap Bani Quraizhah, mengingat hubungan baik mereka selama
ini. Maka dengan bijaksana Rasulullah menunjuk seorang shabat dari kalangan
anshar yang Bernama Sa’ad bin Mu’adz memberi ketetapan berupa hukuman
mati kepada setiap laki-laki dewasa dari bani Quraizhah, sedangkan kaum
Wanita ditawan dan harta-harta mereka dibagi-bagikan. Mendengar keputusan
tersebut rasulullah berkomentar:
“Engkau telah menetapkan hukum Allah dari atas tujuh lapis langit”.
Maka segeralah dilaksanakan eksekusi hukuman mati dengan memenggal
kepala orang dewasa dari Bani Quraizhah yang berjumlah antara 600 hingga
700 orang termasuk di dalam tokoh Yahudi Bani Nadhir, yaitu Huyay bin
Akhtab, bapak dari Shafiyah Ummul Mu’min Radhiallahuanha, yang saat itu
juga ikut berlindung di benteng Bani Quraizhah.
Hukuman yang sepintas sangat keras ini sebenarnya sangat layak diberikan
kepada Bani Quraizhah mengingat penghianatan mereka di saat-saat
Rasulullah sangat membutuhkan bantuan mereka berdasarkan perjanjian yang
telah diseepakati. Apalagi ternyata diketahui kemudian setelah kaum Muslim
memeriksa benteng mereka didapati di dalamnya perlengkapan sangat banyak.
Hal itu menunjukkan bahwa mereka pada memiliki rencana lebih besar
terhadap kaum Muslimin. Mereka layak dikatakan sebagai penjehat perang
yang harus dihukum mati.104
C. Perang Besar Pada Masa Rasulullah SAW
Berikut 4 perang besar di masa Rasulullah :
a. Perang Badar
Perang Badar terjadi di Lembah Badar pada 17 Ramadhan 2 H, 125 km
selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum
muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan
oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan
104 Shafiy al-Rahman al-Mubarakfury, dan Abdullah Haidir (Penerjemah) “Sejarah hidup dan
Perjuangan Rasulullah SAW disarikan dari Kitab al-Rahiq al-Makhtum”, (Riyadh: Kantor
Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay, 2005), hal. 133-134
134
oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya
menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka
terjamin. Latar belakang dari peristiwa perang Badar Kubra adalah untuk
menghadang kafilah dagang Abu Sufyan, pemimpin kafir Quraisy. Tidak
hanya itu, tetapi juga untuk memberikan pukulan pollitik, ekonomi, dan militer
ketubuh kafir Quraisy.105
Kaum Muslimin memasuki pertempuran dengan taktik baru yang belum
pernah di kenal sebelumnya oleh bangsa Arab yaitu: Formasi bershaf dengan
tempat pertahanan yang begitu sempurna bagi pimpinan, dan pasukan berada
di bawah kontrol seorang panglima. Sementara kaum Musyrikin menerapkan
taktik perang “menyerang dan lari” tanpa kepentingan yang jelas dan kontrol
yang rapi, dimana peperangan mereka berjalan seperti layaknya orang tawuran
yang bergerak secara individual, bukan sebagai kelompok dalam sebuah
kesatuan. Rasulullah SAW sendiri turun memimpin barisan pasukannya.
Pasukan tersebut mendekat secara perlahan-lahan ke arah barisan pasukan
Quraisy yang telah kehilangan para pemimpinnya, sampai akhirnya mereka
berhasil mengobrak-abrik kekuatan pasukan kaum Musyrikin.
Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan
gemilang. Tiga tokoh Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah
bin Rabi'ah, al-Walid dan Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim
seperti Ali bin Abi Thalib. Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Adapun di pihak muslim Ubaidah bin Haris meninggal karena terluka.
b. Perang Uhud
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud pada Syakban 3 H. Perang Uhud
dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul
keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim.
Sejak kekalahan besar mereka yang sangat menyakitkan dalm perang
Badar, maka kaum Quraisy bertekat bulat hendak menuntut balas terhadap
kaum Muslimin. Untuk itu mereka gigih menyiapkan kekuatan militer guna
mengemblikan kehormatan dan nama baik mereka. Setelah perang Badar, satu
strategi Rasulullah SAW yang sangat urgen adalah menempatkan para
105 Zulyadain, dan Fitrah Sugiarto, “Sirah Nabawiyah”, (Mataram: Sanabil, 2021), hal. 113-114
135
intelegennya di Mekkah untuk memberikan informasi-informasi yang terkait
tentang pasukan Quraisy. Salah satunya adalah Abbas bin Abdul Muthalib,
pamannya sendiri. Jumlah pasukan kaum Muslim ketika itu 1000 orang.
Pasukan itu terdiri atas 100 prajurit mengenakan baju besi dan 50 penunggang
kuda dan sisanya pasukan berpedang.
Kaum Musyrikin Quraisy maju berperang dalam keadaan bergolak aliran
darahnya untuk menuntut balas atas pemuka-pemuka dan tokoh-tokoh
pimpinan mereka yang terbunug pada perang Badar, sementara wanita-
wanitanya berdiri di belakang mereka mengobarkan semangat dan keberanian
mereka. Tak hanya seorang dari kaum wanita mereka itu yang menjanjikan
hadiah besar dan melimpah kepada kaum budak yang berhasil membalaskan
dendam dan sakit hati mereka dalam perang Badar dan kematian bapak atau
saudara atau suami atau orang yang dicintainya. Wahsyi menungu-nunggu
kesempatan diantara barisan pasukan mengincar Hamzah bin Abdul Muthalib,
sampai akhirnya dia melihat Hamzah berada diantara barisan lawan sedang
menjatuhkan pahlawan-pahlawan Quraisy. Lalu dia membidikkan lembingnya
ke arah Hamzah. Lembing terdebut dapat mengenai perut Hamzah dibagian
bawah pusarnya dan ujungnya keluar diantara kedua selangkangan kakinya,
sehingga syahidlah Hamzah bin Abdul Muthalib lantaran tusukan lembing itu.
Kendati kaum Muslimin menderita kerugian yang cukup besar dengan
kesyahidan Hamzah, akan tetapi pasukan mereka tetap menguasai secara
mutlak situasi pertempuran yang berlangsung saat itu.
Pasukan Muslimin berhasil memukul mundur pasukan Musyrikin dan
menjauhkan mereka dari markas pertahanan mereka, kemudian setelah
melakukan pengejaran sesaat mereka balik lagi untuk mengumpulkan
ghanimah. Pasukan pemanah yang telah mendapat perintah Rasulullah supaya
tidka meninggalkan posisi mereka, begitu melihat kaum Musyrikin berlarian
mereka pun berpikir untuk membangkang perintah Nabi. Hingga pada
akhirnya pasukan kaum Muslimin pada saat itu dalam kondisi rawan,
kemudian Khalid bin Walid memanfaatkan kesempatan untuk menyerang
balik. Pertahanan kaum Muslimin semakin rapuh. Kondisi berubah seketika
saat itu, Rasulullah SAW di kabarkan telah meninggal dan membuat kaum
Muslimin yang berperang semakin mundur.
136
Rantai yang pecah itu membuat pedang dengan luasa menembus pipi
Rasulullah SAW hingga gigi seri beliau pecah sentak saja wajah Nabi Allah
SWT ini berlumuran darah. Dua sahabat yang masih tersisa itulah yang
melindungi Rasulullah SAW sampai putus beberapa jari jemari. Pada
pertempuran ini tentara Muslim banyak yang menjadi korban. Pada perang ini
kaum Musyrikin yang mati terbunuh sebanyak 12 orang. Dan kaum Muslimin
mati syahid sebanyak 71 orang.106
c. Perang Khandaq
Setelah perang Uhud, kaum Muslimin berhasil menerbitkan kembali
tatanan pemerintahan sehingga kendali kekuasaan di Madinah berada penuh di
tangan mereka dan Merekapun dapat membebaskan diri dari rong-rongan
orang-orang Yahudi bani Nadhir. Maka dengan demikian kedudukan mereka
di Madinah menjadi kuat sehingga Madinah betul-betul menjadi Qa’idah
Aminah bagi Islam dan kaum Muslimin. Mereka juga berhasil
menggoyangkan moral kaum Musyrikin Quraisy dan kabilah-kabilah yang
bernafsu mekakukan penyerangan ke Madinah.
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara pada
Syawal 5 H. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan).
Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang
kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka bekerjasama melawan Nabi SAW. Di
samping itu, orang Yahudi juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang
terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara, Asyja', Bani Sulaim, Bani Sa'ad dan Ka'ab
bin Asad. Usaha pemimpin Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil.
Pasukannya berangkat ke Madinah untuk menyerang kaum muslim. Berita
penyerangan itu didengar oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum muslim segera
menyiapkan strategi perang yang tepat untuk menghadapi pasukan musuh.
Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman
tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem
pertahanan parit (Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan
kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukman musuh akan terhambat
oleh parit tersebut. Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
d. Perang Fath al-Makkah / Penaklukan Kota Mekkah
106 Zulyadain, dan Fitrah Sugiarto, “Sirah Nabawiyah”, (Mataram: Sanabil, 2021), hal. 119-124
137
Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah pada tahun 8 H. Latar
belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan
kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu'tah. Kaum Quraisy
beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak penting lagi, maka mereka
mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza'ah yang berada dibawa
perlindungan kaum muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan
pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak
mendapat perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin
Ikrimah dan Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak
kaum Quraisy masuk Islam.
138
PENUTUP
Kesimpulan
Ghazwah secara bahasa bermakna menyerang atau menyerbu. Ghazwah itu selalu
melibatkan perlawanan fisik sehingga ada pihak yang menang dan kalah. Namun secara
istilah Ghazwah ialah peperangan yang Rasulullah ikut serta didalamnya untuk
menghadapi musuh baik terjadi pertempuran atau tidak. Sariyyah secara bahasa berarti
yang keluar di malam hari. Disebut dengan sariyyah karena ia berjalan di malam hari secara
tersembunyi agar tidak diketahui oleh musuh yang bisa membuat mereka bersikap waspada
dan melakukan antisipasi. Adapun secara istilah menurut Ibnul Atsir adalah sekelompok
pasukan yang jumlahnya maksimal 400 personil yang dikirim untuk menghadapi musuh.
Peperangan penting semasa Rasulullah SAW, yaitu perang Badar, perang Uhud,
perang Khandaq, dan perang Fath al-Makkah. Pertama, Perang Badar terjadi pada 7
Ramadhan, dua tahun setelah hijrah. Perang badar merupakan perang pertama yang
dilakukan kaum muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi sejarah perkembangan
dakwah Islam. Kedua, Perang Uhud merupakan perang balasan terhadap orang muslim,
karena pada saat perang badar kaum Quraisy dikalahkan oleh kaum Muslim dan kafilah
dagang kaum Quraisy dirampas oleh kaum Muslimin. Perang Khandaq terjadi pada tahun
5 H. Ketiga, Perang Khandaq disebut juga perang ahzab, artinya perang gabungan.
Muaranya adalah ketidakpuasan beberapa orang Yahudi Bani Nadhir akan keputusan
Rasulullah yang menempatkan mereka di luar Madinah. Keempat, Perang Fath al-Makkah
terjadi di sekitar kota Mekah pada tahun 8 H. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya
anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di
Mu'tah.
139
DAFTAR PUSTAKA
almanhaj.or.id. 13 April 2014. Bani Qainuqa. Diakses pada 21 November 2022.
al-Mubarakfury, Shafiy al-Rahman, dan Abdullah Haidir (Penerjemah). 2005. Sejarah
hidup dan Perjuangan Rasulullah SAW disarikan dari Kitab al-Rahiq al-Makhtum.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay.
dalamislam.com. 13 Maret 2019. Peperangan yang Terjadi di Zaman Rasulullah SAW.
Diakses pada 21 November 2022.
fitrianahadi.blogspot.com. 9 Januari 2016. Peperangan Penting Semasa Rasulullah SAW.
Diakses pada 21 November 2022.
Hisyam, Ibnu. 2012. Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. Jakarta:
Akbar Media.
Jakfar, Mohammad, dan Fasha Faishal Hilmi. 2021. Konsep Perang Menurut Wahbah Az-
Zuhayli. Izzatuna, Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir, 2(1).
pusatjamdigital.com. Pengertian Ghazwah dan Sariyah: Sejarah, Sebab, Perbedaan,
Tabel Lengkap. Diakses pada 21 November 2022.
republika.co.id. 10 Juni 2020. Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad.
Diakses pada 21 November 2022.
risalahmu
139
PERJANJIAN DAMAI HUDAIBIYAH
PEMBAHASAN
A. Perjanjian Hudaibiyah
Hudaibiyah merupakan sebuah sumur 107 yang namanya sesuai dengan nama daerah
tersebut. Daerah atau wilayah yang dimaksud tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Jaraknya dari Madinah 9 Marhalah, dan jaraknya dari Makkah 1 Marhalah. Sebagian dari
Hudaibiyah termasuk tanah halal, dan sebagiannya termasuk tanah Haram.
1. Kronologi Terjadinya Perjanjian Hudaibiyah
Berawal dari apa yang disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya ihwal mimpi
beliau yang masuk kota Makkah dan berṭawaf mengitari Baitullah al-Haram, tanpa
kejelasan mengenai waktu, bulan dan tahunnya. Para sahabat utamanya kaum Muhajirin
sangat gembira dengan kabar yang disampaikan oleh Rasulullah itu. Mereka pun tidak
meragukan sama sekali bahwa mimpi beliau pasti terjadi dan akan menjadi kenyataan
dalam tahun itu juga. Pentakwilan mereka seperti itu terpadu dengan hasrat serta keinginan
mereka yang demikian besar sehingga membangkitkan kerinduan yang telah sekian lama
terpendam. Itulah antara lain yang membuat mereka begitu semangat dan antusias untuk
siap-siap berangkat ke Makkah bersama Rasulullah. Sebelum berbicara tentang penyebab
langsung rekonsiliasi, perlu untuk menunjukkan alasan mula-mula keberangkatan ke
Hudaibiyah. Beberapa ahli ilmu (sarjana) mengatakan bahwa sebab tersebut adalah mimpi
yang dilihat oleh Nabi, dan ia melihat bahwa ia dan para sahabatnya akan masuk ke rumah
suci (Ka’bah) dan diantara mereka saling memotong rambut (mencukur). Diantara tokoh
yang berpendapat demikian adalah al-Waqidi, al-Ya’qubi, al-Makriziy, al-Zarqani, Syekh
Muhammad bin Abdul Wahhab.
Pada tahun ke-6 H bulan Dzulqa’dah, bersama rombongan kaum muslimin sebanyak
1400108 Rasulullah berangkat ke Makkah, dengan tujuan untuk berumrah, bukan untuk
berperang. Dalam perjalanan menuju Makkah Rasulullah berusaha menampakkan dengan
gamblang niat beliau menghormati Ka’bah dan kerena itu Rasulullah membawa 70 ekor
unta yang gemuk-gemuk dan beberapa domba. Setibanya mereka di sebuah tempat
bernama Dzu al-Halifah mereka berihram umrah, agar orang-orang Makkah mengetahui
107 Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Depok: Gema Insani Press, 2001) hlm. 123
108 Anonim, Perjanjian Hudaibiyah, file:///C:/Users/Windows/Downloads/Bab%203.pdf diakses tanggal 20 November
2022 pukul 21: 35 WIB
139
bahwa kedatangan Rasulullah ke Makkah bersama rombongan kaum muslimin tidak
bermaksud lain kecuali hendak berziarah ke Baitullah.
Berita tentang perjalanan Nabi dan kaum Muslimin yang akan menunaikan ibadah
umrah tersebut telah sampai ke kaum Quraisy, namun kaum Quraisy karena bisa saja hanya
sebagai taktik untuk menembus kota Mekkah. Oleh karena itu, pada umumnya para pemuka
Quraisy tetap pada pendirian mereka, bahwa dalih apapun yang disampaikan oleh kaum
muslimin itu tetap dilarang memasuki kota Mekkah, Sebesar apapun pengorbanan yang
harus dilakukan guna menegakkan keputusan mereka.
Untuk itu, kaum Quraisy segera menyiapkan pasukan berjumlah 200 orang di bawah
panglima Khalid ibnu Walid guna merintangi Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin
dari maksud dan tujuan mereka datang di Mekkah. Sementara itu rombongan dari Madinah
di bawah pimpinan Usman yang sedang menuju Usfan dan ketika mereka tiba di daerah
tersebut Nabi bertemu
dengan seseorang dari suku Ka'ab dan berhasil memperoleh informasi bahwa kaum Quraisy
juga telah menuju ke suatu daerah yaitu Kiral Gharim dan mereka bersumpah bahwa
Muhammad dan kaum Muslimin tidak boleh masuk di kota Mekkah109.
Setelah mendengar informasi ini, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para
sahabat yang hasilnya adalah tetap melanjutkan perjalanan, sebab niat dari awal memang
untuk umrah. Demikian Rasulullah dan rombongan sepakat melanjutkan perjalanan. Di
Asfan setelah mendengar kehadiran pasukan berkuda kaum mushrikin, dan demi kehati-
hatian, Rasulullah bersama dengan romobongan melaksanakan shalat khauf.
Untuk melanjutkan perjalanan dengan aman dan agar tidak terjadi pertumpahan darah,
serta menghindari pasukan berkuda Khalid bin al-Walid agar tidak terjadi pertumpahan
darah, Rasulullah menempuh jalur yang berat tidak langsung menuju Makkah. Jalan itu
sangat sulit dan dipenuhi oleh batu-batu keras dan melukai kaki pejalan. Ternyata hal itu
diketahui oleh Khalid bin al- Walid dan pasukannya. Setelah mengetahui perubahan jalur
Rasullullah Khalid Bin Walid dan pasukannya kembali ke Makkah untuk bergabung
dengan kaum mushrikin Quraysh. Ketika rombongan Rasulullah mendekat ke Hudaibiyah
unta Rasulullah berhenti. Para sahabat yang melihat kejadian itu berkata, “al-Quswha telah
berhenti untuk menetap di sini.” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak! Dia tidak berhenti
untuk menetap, tetapi yang menghalanginya adalah yang menghalangi gajah.” Kemudian
Rasulullah melanjutkan,
109 Ahmad Syallabi, Attarikhul Islami Walhadharatul Islamiyah, diterjemahkan oleh H.
Mukhtar Yahya dan M. Sanusi Latief dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 186.
140
“Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, mereka tidak meminta kepadaku
sesuatu jalan yang mengandung pengagungan sesuatu yang terhormat di sisi Allah kecuali
aku perkenanankan buat mereka.”
Rasulullah dan rombongan kaum muslimin kemudian mengambil jalur yang tidak
langsung menuju Makkah tetapi jalan menuju ke arah Hudaibiyah. Rasulullah mengambil
jalur yang sulit dan berat di celah-celah gunung. 110Di tempat inilah Rasulullah bermarkas
dan membuat tenda-tenda, namun ternyata sumber air di tempat ini sangat sedikit dan tidak
cukup untuk diminum rombongan. Anggota rombongan banyak yang mengeluh kehausan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah mengambil anak panah dan
memerintahkan untuk menusuk ke dalam sumur, setelah itu airnya memancar dengan
derasnya dan semua rombongan bisa minum sepuas –puasnya.
B. Upaya-Upaya Diplomasi
Rasulullah mengirim beberapa utusan untuk meyakinkan tokoh-tokoh Makkah bahwa
maksud kedatangan beliau bukan untuk berperang, tetapi hanya untuk melaksanakan umroh
dan mengagungkan Ka’bah. Utsman diutus untuk menyampaikan maksud tersebut keoada
petinggi Quraisy. 111Bebrapa utusan tersebut antara lain Khurrasy bin Umayyah Al-Khuza’i
yang hampir saja dibunuh oleh kaum musyrikin Makkah. Selanjutnya mengutus Umar Bin
Khattab, akan tetapi menurut Umar orang-orang mushrikin Quraysh sangat memusuhinya dan
tidak akan membelanya jika terjadi perihal yang tidak diinginkan.
Lobi dan perundingan yang dilakukan oleh Usman bin Affan dan kaum
Musyrikin Quraisy menghabiskan waktu yang cukup lama sehingga tersiar bahwa
Usman bin Affan telah dibunuh, menanggapi kabar tersebut Rasulullah saw. mengajak seluruh
rombongan untuk berbai’at, sambil berdiri di bawah pohon, Nabi mengumpulkan semua
rombongan untuk membulatkan tekad dan bersiap untuk menghadapi kaum Musyrikin Quraisy,
mereka semua berjabat tangan dan
menyatakan janji setia kepada Nabi Muhammad saw. dengan semangat berkobar-kobar dan
kebulatan iman yang teguh, kecuali seorang munafik bernama al-Jud bin Qais. Peristiwa inilah
yang dalam sejarah islam dikenal dengan nama Bait al-Ridhwan, yang kemudian diabadikan
dalam Surat Al-Fath ayat 18. Suasana tegang itu tiba-tiba sirna ketika terdengar berita bahwa
Usman tidak dibunuh dan tidak lama Usman datang, ia melaporkan kepada Rasulullah bahwa
orang Musyrikin Quraisy akan mengirim utusan untuk mengecek kebenaran bahwa kedatangan
Rasulullah memang tidak ada tujuan lain kecuali berumrah dan beribadah.
110 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Qisthi Press, 2016), hlm. 385
111 Yudi Asmara Harianto, Kepemimpinan Rasulullah Dalam Peristiwa Hudaibiyah, (Bojonegoro: Perkumpulan Zhena
Ardh Grumma, 2020 ) hlm. 79
141
Utusan pertama dari Musyrikin Quraiys yakni delegasi Budail bin Warqa’ alKhuzai,
setelah Rasulullah memberikan penjelasan dan mereka mendengarkan dan melihat kenyataan
di lokasi rombongan kaum Muslimin, Budail dan kawan-kawannya percaya bahwa memang
Rasulullah tidak bermaksud untuk berperang melainkan beribadah, Budail menyampaikan
laporan ke tokoh-tokoh Musyrikin Quraisy, namun ia malah dicurigai karena ia dari suku
Khuza’ah yang selama ini memiliki hubungan baik dengan keluarga Rasulullah dari Bani
Hashim.
Tokoh kaum Musyrikin Quraisy tidak puas dengan laporan dari Urwah, lalu mengutus
delegasi Hulais bin al-Qamah, setelah kedatangannya Rasulullah menyampaikan kepada para
sahabatnya bahwa Hulais adalah orang dari kaum yang memiliki rasa keagamaan yang baik,
oleh sebab itu Nabi memerintahkan para sahabat untuk menggiring unta yang akan
dipersembahkan agar Hulais melihat. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah terbukti, hanya
dengan melihat unta-unta yang digiring untuk qurban, Hulais merasa tidak perlu menemui
Rasulullah atau menyelidiki lebih dalam maksud dan tujuan Rasulullah berkunjung ke Makkah.
Ia kembali kepada tokoh-tokoh mushrikin Quraysh dan mengatakan bahwa Rasulullah tidak
datang kecuali untuk beribadah dan mengagungkan Ka’bah. Setelah mendapatkan laporan dari
Hulais, Beberapa tokoh mushrikin Quraysh masih tidak puas dengan laporan Hulais bahkan
mereka mengejek Hulais sebagai orang gunung yang bodoh dan mudah dikelabuhi.
Mushrikin Quraysh kembali mengutus delegasi lagi pimpinan Mukriz bin Hafs yang
pada akhirnya juga memberikan laporan yang tidak beda seperti tiga delegasi sebelumnya.
Sampai akhirnya mushrikin Quraysh mengutus Suhail bin Amr dengan mandat penuh. Tetapi
dengan syarat yang tidak boleh diabaikan oleh Suhail bahwa untuk tahun ini Muhammad dan
rombongannya tidak diperbolehkan memaski kota Makkah apapun alasannya. Ketika
Rasulullah melihat kedatangan Suhail bin Amr beliau optimis akan mendapatkan jalan keluar
yang terbaik. Optimisme ini muncul dari “nama” utusan mushrikin Quraysh itu. Namanya
Suhail yang seakar dengan kata sahl yang berarti mudah. Rasulullah SAW bersabda,
“Telah dipermudah untuk kalian urusan kalian.” (Hr. Ahmad) ق ْد س ه لك ْم أ ْم
مل ْرك ْم
ن
C. Proses Perjanjian Hudaibiyah
Perundingan melalui beberapa delegasi memang berjalan alot, tetapi kesepakatan
akhirnya ditemukan, ketika disusun konsep teks perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengutus
Ali bin Abi Thalib yang bertindak sebagai juru tulis. 112
112 Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad Saw Dari
142
Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Malang: Darul Haq, 2017), hlm. 506
143
Nabi memerintahkan untuk menulis kalimat ”Bismillahirrahmanirrahim” maka Suhail
keberatan dengan berkata saya tidak mengenal apa itu al-Rahman al-Rahim tapi tulislah
“Bismikallahumma” (dengan nama-Mu ya Allah) Rasulullah memerintahkan Ali Ra. untuk
menghapus dan mengganti sesuai usul Suhail, tetapi sahabat-sahabat Nabi yang menyaksikan
penulisan naskah itu memprotes,
وهللا َل نكتبها إَل بسم هللا الرحمن الرحيم
“Tidak, demi Allah kami hanya bersedia menulis Bismillah al-Rahman al-Rahim.”
Tetapi nabi Muhammad SAW. Dengan tegas berkata:
اكتب باسمك اللهم هذا ما قاضى عليه محمد رسول هللاا
“Wahai Ali tuliskan Bismika Allahumma kemudian lanjutkan dengan “inilah yang menjadi
keputusan Muhammad Rasulullah.”
mendengar hal itu Suhaill keberatan dengan alasan “jika kami mengakui Anda Rasulullah tentu
kami tidak akan menghalangi Anda berkunjung ke Baitullah dan kami tidak akan memerangi
Anda, tuliskan saja Muhammad bin ‘Abdullah”. Tetapi dengan tenang Rasulullah berkata
وهللا إني لرسول هللا وإن كذبتموني اكتب محمد بن عبدهللاا
“Demi Allah, aku adalah Rasulullah walau kalian mengingkariku. Wahai Ali hapuslah, lalu
tuliskan saja Muhamma bin Abdullah.”
Berdasarkan riwayat Muslim, setelah mendengar perintah dari Rasulullah Ali tidak mau
menghapusnya. Rasulullah pun paham mengapa Ali tidak mau menghapusnya.
Singkatnya Suhail menyetujui tetapi tahun depan, nanti orang Arab berkata bahwa
kami dipaksa, lalu Suhail melanjutkan dengan syarat engkau harus mengembalikan kepada
kami siapapun dari pihak kami yang datang kepadamu walau menganut agamamu, mendengar
syarat ini para sahabat sangat keberatan, bagaimana bisa kami harus mengembalikan seorang
Muslim kepada kaum Musyrik? Dalam situasi demikian, tiba-tiba muncul Abu Jandal al-Ashi,
putra Suhail binti ‘Amr yang dengan berat berjalan karena kedua kakinya dibelenggu, dia baru
saja datang dari Mekkah. Suhail lalu berkata, ini yang pertama saya tuntut untuk dikembalikan,
Nabi lalu berkata kita belum memutuskan perjanjian, kemudian Suhail berkata kalau demikian
aku tidak akan mengikat perjanjian apapun, Nabi bersabda, kecualikan ini saja, Suhail
keberatan dan berkata aku tidak setuju, Nabi kemudian bersabda, ayolah... perkenankanlah
yang ini, Suhail berkata tidak, aku tidak akan memperkenankan, Mukriz yang juga hadir dalam
rombongan Suhail berkata, tapi dalam kenyataan tidak demikian, Abu Jandal tidak diizinkan
bergabung dengan kaum Muslim.
144
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya disepakati dan ditandatangi oleh kedua
belah pihak. Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati itu mengandung butir-butir pokok sebagai
berikut:
1. Gencatan senjata selama sepuluh tahun, Tidak ada permusuhan dan tindakan yang buruk
terhadap masing-masing dari kedua pihak selama masa tersebut.113
2. Siapa yang datang dari kaum Musyrik kepada Nabi tanpa izin keluarganya, harus
dikembalikan ke Mekkah, tetapi bila ada diantara kaum Muslim yang berbalik dan
mendatangi kaum Musyrik, maka ia tidak akan dikembalikan.
3. Diperkenankan siapa saja di antar suku-suku Arab untuk mengikat perjanjian damai dan
menggabungkan diri kepada salah satu pihak, Ketika itu suku Khuza’ah menjalin kerja
sama dengan mengikat janji pertahanan bersama pihak Nabi saw. dan Banu Bakar memihak
kepada kaum Musyrik.
4. Tahun ini Nabi bersama rombongan belum diperkenankan masuk kota Makkah, tetapi
tahun depan dan dengan syarat hanya bermukim tiga hari tanpa membawa senjata kecuali
pedang yang tidak dihunus.
5. Perjaanjian ini diikat atas dasar ketulusan dan kesediaan penuh untuk melaksanakan, tanpa
penipuan atau penyelewengan.114
D. Analisis Terhadap Butir-Butir Perjanjian Hudaibiyah
Setelah terjadinya kesepakatan perjanjian Hudaibiyah, kaum Muslimin merasa kecewa
atas hasil yang dicapai, mereka menilai bahwa perjanjian itu adalah merupakan suatu
kelemahan dan kekalahan, hal ini dapat dipahami dari sikap Umar Bin Khattab yang tidak rela
atas kesepakatan yang telah dicapai, kesepakatan tersebut tidak ubahnya sebuah sikap
perendahan dan penghinaan terhadap Islam, Nabi dan para pengikutnya. Akan tetapi
sebenarnya Nabi memiliki maksud yang tidak dimengerti oleh kaum muslimin dan para
sahabatnya.
Atas dasar butir pertama, lalu Nabi semakin meningkatkan gerak dalam menyebarkan
agama Islam tidak hanya di sekitar Madinah tapi juga Makkah. Saat beribadah haji pada tahun
7 H115. saat berkumpul orang-orang dari berbagai suku di semenanjung Arab, Nabi jadikan
kesempatan untuk meneyeru kepada kebenaran absolut, kebenaran menurut Allah bukan atas
dasar kehendak manusia yang banyak kelemahan. Sebagaimana banyak dicatat, bahwa Nabi
113 Rafli Difinubun, Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis Historis Tentang Penyebaran Agama Islam di Jazirah Arab),
(Makassar:UIN Alaudin, 2018), hlm. 82
114 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadis-Hadis Shahih
(Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 799
115 Yusak Burhanudin, Muhammad Najib, Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. (Jakarta: Bumi Aksara, 2021), hlm. 93
145
memiliki kefasehan dalam bertutur, berkomunikasi efektif dan berdaya tarik, lebih dari itu sifat
pribadi yang lembut dan jujur membuat siapapun terpikat bila mendengar atau melihatnya,
itulah fakta bahwa kerelaan para pengikut terhadap Nabi, di samping alasan kebenaran. religius
yang dibawa dan juga karena tertarik pada kepribadian Nabi Muhammad saw.
Butir kedua, dari isi perjanjian Hudaibiyah, sebenarnya terdapat makna yang paling
esensial yang merupakan suatu kemenangan bagi kaum Muslimin, hal ini dapat ditelaah bahwa
warga Madinah yang keluar dari daerahnya menuju Makkah bermakna telah keluar dari
agamanya atau murtad, sementara orang murtad cenderung akan merusak keutuhan umat, entah
dengan cara fitnah atau bentuk perusakan lainnya, jadi bila ia keluar kemudian dikembalikan
lagi ke Madinah justru akan menghancurkan persatuan umat Muslim di Madinah dan minimal
mengganggu ketertiban umat Muslim dalam bermasyarakat. Sebaliknya, orang Quraisy yang
datang kepada Nabi dengan jiwa yang penuh semangat, Islam menolak dengan bijaksana oleh
Nabi dan dikembalikan kepada Quraisy, tetapi orang-orang yang ditolak tersebut akhirnya
menjadi bahaya bagi pihak Quraisy. Penolakan Nabi dengan perasaan terharu karena ikatan
perjanjian itu menimbulkan dendam dalam hati mereka kepada Quraisy. Pihak Qurasiy yang
kembali dari Madinah tidak meneruskan perjalanan ke Mekkah, tetapi mendirikan kemah di
jalanjalan yang biasa dilalui kafilah-kafilah Quraisy, setiap kafilah Quraisy yang lewat di
tempat mereka senantiasa mendapat serangan, hal itu jelas sangat merugikan pihak Quraisy dan
menyadari hal itu akhirnya Quraisy terpaksa meminta kepada Nabi supaya mereka diterima
menggabungkan diri ke Madinah. Dengan demikian, berarti butir kedua dari isi perjanjian
Hudaibiyah sangat menguntungkan kaum Muslimin.
Butir keempat adalah hal yang paling berat untuk dihadapi oleh pengikut Nabi dan para
sahabat, terbukti bahwa Nabi dan kaum Muslimin gagal menunaikan ibadah umrah pada saat
itu, dengan kata lain kaum Quraisy telah berhasil menekan keinginan lawan, akan tetapi
sebenarnya penilaian secara sepintas meski nampak faktual, akan tetapi hal itu adalah sebuah
kekeliruan karena justru butir kedua dan keempat adalah merupakan bukti kepiawaian Nabi
dalam berdiplomasi, hal ini dapat dipahami dari usul yang ditawarkan oleh pihak Quraisy
langsung diterima tanpa dipangkas oleh Nabi. Ini merupakan suatu teknik untuk mencapai butir
selanjutnya, di samping itu Nabi sepertinya memancing pihak lawan agar menunjukkan reaksi
positif setelah Nabi menyetujui, perhitungan Nabi adalah merupakan suatu prospek jangka
panjang demi keselamatan atau kelangsungan hidup agama Allah dan penganutnya.
Butir ketiga dari isi perjanjian kelihatannya seimbang karena adanya kebebasan
masing-masing suku yang ingin menggabungkan diri atau bersekutu kepada salah satu pihak
tanpa adanya tekanan dan paksaan, adanya jaminan tersebut telah memberi peluang kepada
suku yang ada pada waktu itu untuk bebas dalam menentukan persekutuan, hal ini terbukti
penggabungan Bani Khuza'ah ke dalam barisan Islam, penggabungan ini adalah memberi arti
146
tersendiri bagi kekuatan Muslim, hal ini mengingat letak daerah Bani Khuza'ah tidak jauh dari
wilayah Madinah, sehingga manakala terjadi sesuatu yang mengancam posisi kaum Muslim di
Madinah maka mereka bisa dikerahkan dengan mudah serta hal yang lebih esensial lagi adalah
penggabungan Bani Khuza'ah tersebut berarti mengurangi jumlah kaum Quraisy.
Butir kelima dalam perjanjian ini menyebutkan bahwa perjanjian harus berdasarkan
dengan ketulusan dan kesediaan penuh tanpa ada unsur paksaan dan ketepaksaan, penipuan,
atau penyelewengan dalam melaksanakan, namun terbukti pihak Quraisy yang lebih awal
dalam melakukan pelanggaran perjanjian, yaitu Bani Bakr menyerang suku Khuza’ah yang
secara otomatis bertentangan dengan butir pertama dan kelima dalam perjanjian yang berakibat
pada pembatalan perjanjian.
Ahli sejarah menuturkan bahwa orang-orang yang memeluk agama Islam dalam waktu
semenjak perjanjian Hudaibiyah itu diadakan, yakni dua tahun setelah itu jumlah manusia yang
masuk agama Islam adalah jauh lebih besar dari pada orang-orang yang masuk agama Islam di
tahun-tahun sebelum terjadinya perjanjian Hudaibiyah.
E. Kontak Militer Pasca Perjanjian Hudaibiyah
Berikut beberapa perang pasca perjanjian Hudaibiyah:
1. Perang Khaibar (7 H/628 M)
Khaibar berarti benteng yang berasal dari leksikon bahasa Ibrani. Nama ini sendiri
digunakan karena di beberapa wilayah tersebut terdapat beberapa benteng. Namun, dalam
beberapa pendapat lain mengatakan bahwa khaibar sendiri diambil dari nama seorang pria
yaitu Khaibar bin Qaniyah bin Abil bin Mahlail bin Aram yang merupakan saudara ‘Ad
bin Ghaut bin Syam bin Nuh. Merupakan berasal dari komunitas Yahudi.
Menurut Ibnu Ishaq, sebelum penyerangan terhadap khaibar, nabi Rasulullah Saw.
Telah mengirim surat kepada khaibar dengan berisi ajakan masuk islam dan mengingatkan
mereka tentang munculnya Rasulullah saw. Seperti yang sebelumnya sering mereka
publikasikan.116
Khaibar merupakan wilayah yang subur dan strategis. Singkat cerita, perang terjadi
antara umat muslim dan khaibar Yahudi. Perang ini merupakan salah satu peperangan yang
sangat sengit, karena Yahudi sangat kuat waktu itu. Lalu dimenangkanlah oleh kaum
muslimin dalam peperangan yang berlangsung kurang lebih dua Minggu.
2. Perang Wadi al-Qurra dan Taima (7H/628 M)
116 Zhaenal Fanani, MUHAMMAD : Korespondensi, Perjanjian, Fathu Makkah, (Solo: Tinta Medina, 2020), hlm. 26-27
147
Hal penting dari perang ini adalah momentum pengangkatan Panglima terakhir
Rasulullah saw. Yakni adalah Usamah bin Zaid bin Haritsah yang merupakan panglima
termuda yang saat itu berumur 18 tahun.
Setelah Usamah pamit dengan Rsulullah Saw. Belum jauh bergerak terdengar berita
kepergian Rasulullah Saw. Lalu sang panglima memerintahkan para sahabat untuk
berhenti. Seketika itu meneteslah air mata pasukan kaum muslimin hingga kaki dan lutut
meraka lemas terjatuh ke padang pasir yang luas itu. Mendengar berita tersebut, Umar bin
Khattab tak terima dan menghunuskan pedang sambil mengatakan bahwa siapa saja yang
mengtakan Rasulullah Saw. Telah wafat, maka beliau akan membunuh-Nya. Tetapi Abu
bakar As-Shiddiq bertindak tegas dan menenangkan Umar bahwa memang benar
Rasulullah telah pergi.
Usamah bin Zaid diperintahkan Abu Bakar untuk menyelesaikan perintah dari
Rasulullah menuntaskan misi perang al-Qura. Setelah 40 hari mereka berhasil
memenangkan perang menaklukkan Yaman.
3. Perang Dzatu Riqa’ (7 H/628 M)
Pada perang Dzatu Riqa’ ini tidak sampai kepada kontak senjata, Dalam perjalanan ke
Madinah, saat pasukan Islam dan Rasulullah istirahat, Rasulullah pun berteduh sambil
menggantungkan pedangnya di pohon. Kemudian tidur. Tiba-tiba ada seseorang Badui
menghampiri Nabi dan mengambil pedang beliau dan menodongkan pedang itu ke leher
beliau.Hingga membuar Rasulullah terjaga. Rasulullah tidak takut sama sekali, akan tetapi
si Badui ketakutan akan keberanian dan ketenangan Rasulullah. Badui tersebut
diperintahkan untuk masuk islam, tetapi dia menolak dengan halus. Akhirnya Badui itu
pulang dan berkata “Aku datang menemui kalian dari sisi manusia terbaik.”
4. Umrah Qadha’ (7 H/629 M)
Disebut Umrah qadha’, Menurut jumhur ulama bahwa hal itu dikarenakan Rasulullah
dan kaum Quraisy telah sama-sama mengambil keputusan qadha’ pada tahun sebelumnya
di Hudaibiyah.117 Tetapi yang dimaksud adalah qadha’ untuk suatu ketentuan, bukan berarti
membayar umrah yang tidak jadi dilaksanakan.
Perang Umrah Qada’ terjadi setelah peristiwa Fathu Makkah dan nabi langsung yang
memimpin. Tujuan hanya memperlihatkan kekuatan kaum Muslim kepada kaum Quraisy.
5. Perang Mu’tah (8 H/629 M)
Pertempuran terdahsyat dan benar-benar melelahkan dalam sejarah islam terjadi pada
masa ini. Banyak-Nya Syuhada’ dan sahabat yang syahid di medan perang.
117 Muhammad Ridha, Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan diterjemahkan oleh: Sumbodo & Eni Oesman dengan judul
Perang Khaibar serta Masuk Islamnya ‘Amr Ibnul ‘Ash dan Khalid Bin Walid, hlm. 20-21
148
Bermula dipenggalnya utusan Islam al-Harits bin Umair oleh Surahbil bin ‘Amr al-
Ghassani. Hingga Rasulullah sangat sedih, dan dipersiapkanlah balatentara untuk
menyerang Romawi. Pasukan islam terdiri dari 3000 orang. Rasulullah menunjuk Zaid bin
Haritsah sebagai pemimpin delegasi perang. Waktu itu Rasulullah berseru : “ Jika Zaid
gugur maka Ja’far bin Abu Thalib lah, yang memimpin pasuka. Jika Ja’far gugur, maka
Abdullah bin Rawahah yang memimpin pasukan. Jika dia gugur juga maka pasukan
muslimin memilih orang yang disukai diantara mereka untuk menjadi panglima.”118 Kaum
muslimin melawan lebih dari 200.000 pasukan musuh. Perang terjadi dan gugurlah semua
panglima yang ditunjuk tadi. Terpilih-Lah Khalid bin Walid sebagai panglima perang, dan
berhasil menyatukan kaum muslimin kembali. Peperangan dimenangkan oleh kaum
muslimin. Dan dikatakan bahwa perang ini merupakan kemenangan dan pertolongan. Yaitu
pertolongan dari Allah.
F. Pengaruh Perjanjian Hudaibiyah Terhadap Penyebaran Agama Islam
Perjanjian Hudaibiyah terbukti memiliki perngaruh besar dalam melancarkan
perkembangan misi Islam, kaum Muslimin memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengan
mayoritas penduduk bangsa Arab, menyeru dan mengajak mereka memeluk agama Allah swt.
kenyataan sejarah membuktikan bahwa perjanjian yang mencerminkan pandangan jauh dan
kebijaksanaan Nabi Muhammad saw. itu terbukti hanya dalam waktu dua tahun telah
memperlihatkan keberhasilan dan kemajuan pesat yang sangat menguntungkan Islam dan kaum
Muslimin. Adapun beberapa hasil atau konsekuensi dari perjanjian Hudaibiyah ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan Terhadap Pemerintahan Islam
Seorang penulis barat berkebangsaan Amerika Serikat, Michael H. Hart menulis dalam
bukunya ‚Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah‛ bahwa manusia yang
paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan ialah Nabi Muhammad saw, bukan tanpa
alasan ia menjatuhkan pilihan tersebut kepada Nabi Muhammad saw. diperingkat pertama,
alasan yang paling mendasar ialah Nabi Muhammad saw. merupakan seorang pemuka
agama yang berhasil menyebarkan agama Islam dan merupakan seorang pemimpin negara
yang terampil serta ahli berdiplomasi.119 Maka ajaran Islam tidak dapat berpaling dari Nabi
Muhammad saw. sebagai rujukan untuk melakukan aktifitas dalam penyiaran Islam,
118 Muhammad Ridha, Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan, diterjemahkan oleh : Sumbodo & Eni Oesman dengan judul
Perang Mu’tah Melawan Romawi dan Perang Fathu Makkah, hlm. 4-9
119 Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Penerjemah: Mahbub Djunaidi, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1986), hlm. 28-29.
149
sejarah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad saw. merupakan teladan terbaik bagi
kehidupan manusia.
Di Madinah, Rasulullah saw. berhasil menciptakan dan memberlakukan berbagai hal
yang mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan, diantaranya keberhasilan
memberlakukan hukum, administrasi pemerintahan, sistem perekonomian bahkan
pembentukan angkatan perang dan sebagainya. Di bawah kepemimpinan Rasulullah saw.
keadaan betul-betul diperuntukkan untuk kepentingan misi Islam, semua kebijakan negara
dibuat untuk kebaikan agama dan masyarakat, masyarakat betul-betul mencintai negeri dan
siap mengorbankan segala yang dimiliki untuk memerintahkan eksistensi negeri yang juga
identik dengan memperhatikan agamanya. Fakta lain dari latar belakang Nabi Muhammad
saw. dalam menyebarkan Islam adalah pengakuan masyarakat Arab terhadap ajaran Islam
yang memperlihatkan bahwa kenabian Muhammad saw. ditujukan kepada seluruh umat
manusia bukan kepada suatu golongan atau kelompok tertentu.
2. Pengiriman Surat
Berikut adalah beberapa surat yang Nabi Muhammad saw. kirim kepada para raja dan
penguasa melalui utusan:
a. Heraclius, Kaisar Romawi120
b. Chosroes, Penguasa Persia
c. Cyrus (al-Muqauqis) penguasa Mesir121
d. Negus, Penguasa Abessinia
e. Penguasa Bahrain, Munzir bin Sawi
f. Haudzan bin Ali, Pemimpin Yamamah
g. Alharits bin Abi Syamir Al-Ghassani, Pemimpin Damaskus
h. Raja Oman
Surat-surat Nabi Muhammad saw. itu singkat tetapi padat, karena hanya
menyampaikan tujuan utama dari pengirimanya, yaitu mengajak kepada Islam, ini karena
Nabi mengandalkan para utusanya untuk memberi penjelasan rinci yang dibutuhkan oleh
yang disurat, apabila diamati dari surat-surat itu ciri keislamanya, yaitu dimulai dengan
basmalah dan tidak jarang disertai dengan ayat Alquran, dalam surat-surat itu Nabi
Muhammad saw. tidak lupa memberi penghormatan yang layak terhadap tokoh yang
disurati.122
120 Khalid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, terj. HA Aziz Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1993), hlm.
27.
121 Uhaimid Muhammad Al-Uqaili, Surat-surat Nabi saw. Kepada Raja dan Panglima Perang, (Surabaya: Pustaka Yassir,
2011), hlm. 241
122 Ahmad Hatta, The Great Story of Muhammad, (Maghfirah Pustaka, 2014), hlm. 435
150
Hasil misi Islam yang dilakukan Nabi Muhammad saw. melalui media surat ini
sangatlah beragam, ada raja yang beriman dan mengakui Islam seperti Najasyi, ada yang
menolak dengan cara yang baik tetapi tidak masuk Islam seperti Muqouqis Raja Mesir dan
Heraclius Raja Romawi, namun ada yang menolak dengan cara merobek surat dari
Rasulullah saw. yaitu Raja Kisra Abrawaiz.
3. Perluasan Wilayah Islam
Perjuangan dalam usaha untuk memperluaskan wilayah Islam adalah Nabi
mengerahkan pasukan Islam yang jumlahnya cukup besar untuk menghadapi sebuah
pasukan yang besar di Utara Jazirah Arab yaitu wilayah Syria yang merupakan daerah
kekuasaan Romawi, melihat besarnya tentara Islam yang penuh semangat itu maka mereka
melarikan diri sebelum berperang, sehingga Nabi dan tentara Islam lainya mengadakan
perjanjian dengan penduduk setempat, selain itu mereka diajarakan tentang nilai-nilai
Islam, menurut catatan sejarah bahwa ekspedisi yang dilakukan Nabi ini terjadi pada tahun
631 H. perang ini dinamakan dengan perang Tabuk yang merupakan perang terakhir yang
diikuti oleh Nabi Muhammad saw
4. Fathu Makkah
Penaklukkan kota Mekkah banyak membawa pengaruh di hati bangsa Arab, banyak
dari masyarakat Arab yang dibukakan hatinya untuk masuk Islam, suku-suku dan kabilah
Arab pada umumnya ingin masuk Islam namun karena mereka terikat suatu perjanjian
dengan kaum Quraisy akhirnya mereka terhalang untuk masuk Islam. Akan tetapi pada
umumnya suku-suku dan kabilah Arab sangat segan dan menghormati kaum Quraisy,
waktu suku Quraisy masi berjaya mereka enggan untuk masuk Islam, namun setelah
mereka tahu bahwa kaum Quraisy menyerah, akhirnya mereka kemudian masuk Islam
maka hambatan yang menghalangi mereka untuk masuk Islam terpinggirkan.
151
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian Hudaibiyah memiliki pengaruh yang besar bagi kaum muslimin. Bukan
hanya kemenangan moral, semakin berkembangnya syi’ar islam, tetapi juga kehidupan
masyarakat lebih aman dan damai, serta kemenangan umat islam mengalahkan semua agama
di dunia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, nabi Muhammad, para
sahabat, dan kaum muslimin akhirnya bisa menghadapi hal tersebut dan hasil dari perjanjian
Hudaibiyah menunjukkan misi Nabi Muhammad semakin terbuka dan diterima oleh
masyarakat luas.
152
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Maulana Muhammad. 2015. Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir. Jakarta: Darul Kutubil
Islamiyah
al-Mubarakfuri. 2016. Shafiyurrahman, Ar-Rahiq al-Makhtum. Sirah Nabawiyah. Jakarta:
Qisthi Press
al-Mabarakfuri, Shafiyyurrahman. 2017. Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Malang: Darul
Haq
Al-Uqaili, Uhaimid M. 2011. Surat-surat Nabi saw. Kepada Raja dan Panglima Perang.
Surabaya: Pustaka Yassir
Burhanudin, Y, Muhammad Najib. 2021. Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Bumi
Aksara
Fanani, Zhaenal. 2020. MUHAMMAD : Korespondensi, Perjanjian, Fathu Makkah. Solo: Tinta
Medina
Hatta, Ahmad. The Great Story of Muhammad. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Haekal, Muhammad Husain. 2013. Hayat Muhammad. Terj. Ali Audah. Sejarah Hidup
Muhammad . Jakarta: Tintamas Indonesia
Harianto, Yudi A. 2020. Kepemimpinan Rasulullah Dalam Peristiwa Hudaibiyah.
Bojonegoro: Perkumpulan Zhena Ardh Grumma
Hart, Michael H. 1986. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,
Penerjemah: Mahbub Djunaidi. Jakarta: Pustaka Jaya
Khalil, Munawwar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press
Ridha, Muhammad. 2021. Delegasi Perang Qirtha dan Terjadinya Perdamaian Hudaibiyah.
Jakarta Selatan: Hikam Pustaka
Shihab, M. Quraish. 2012. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan alQur’an
dan Hadis-Hadis Shahih. Tangerang: Lentera Hati
Syalabi, Ahmad. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Amin Iskandar. 2019. Hikmah Dibalik Perjanjian Hudaibiyah. Jurnal Studi Hadis Nusantara.
1(1): 11-14
Difinubun, R. 2018. Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis Historis Tentang Penyebaran
Agama Islam di Jazirah Arab), Skripsi. Makassar: UIN Alaudin
Azizah, N. 2022. Sejarah Isi Perjanjian Hudaibiyah serta Latar Belakang & Hikmahnya.
https://tirto.id/sejarah-isi-perjanjian-hudaibiyah-serta-latar-belakang-hikmahnya-
gnKV. Diakses pada Senin, 26 November 2022 pukul 10.00 WIB
153
Anonym. Bab IV Laporan Hasil Penelitian. Diakses dari
file:///C:/Users/Windows/Downloads/sirah%20nabawiyah.pdf
Difinubun, R. (2018). Perjanian Hudaibiyah (Suatu Analisis Historis Tentang Penyebaran
Agama Islam di Jazirah Arab). (Tesis, UIN Alaudin Makassar) diakses dari
154
FATHU MAKKAH,HAJI WADA’ DAN KEHIDUPAN PASCA RASULULLAH SAW
PEMBAHASAN
A. Fathu Makkah
Penyebab langsung terjadinya fathul Makkah adalah pelanggaran yang dilakukan kaum
Quraisy Makkah atas perjanjian Hudaibiyah. Mereka melanggar salah satu poin perjanjian
tersebut yaitu gencatan senjata selama sepuluh tahun. Salah satu karakteristik masyarakat Arab
pra Islam adalah mereka terpecahpecah satu dengan yang lainnya dan mereka sangat sangat
fanatik akan keangungan kabilahnya. nya antara satu kabilah dengan kabilah yang lainnya
sering terjadi konflik atau peperangan di antara mereka. Hal tersebut masih berlanjut sampai
kedatangan agama Islam di tengah-tengah mereka. Di antara suku yang terlibat permusuhan
sejak masa pra Islam dan berlangsung sampai kedatangan Islam adalah Bani Bakr dan Bani
Khuza’ah.
Pada masa pra Islam, Qabilah Khuza’ah pernah menyerang dan membunuh tokoh-
tokoh Bani Bakr. Di antara tokoh-tokoh bani Bakr yang terbunuh yaitu: Salma, Kultsum dan
Dhuaib. Mereka dibunuh oleh Kabilah Khuza’ah di Araf perbatasan Tanah Haram.123 Tidak
diketahui secara pasti apa yang menyebabkan pembunuhan tokohtokoh Bani Bakr tersebut.
Padahal, Qabilah Khuza’ah dan Qabilah Bani Bakr merupakan dua suku yang bersekutu
mengusir Qabilah Jurhum dari Makkah dan merebut pengelolaan Baitullah dari Qabilah
Jurhum. Namun, apapun alasan Qabilah Khuza’ah atas pembunuhan tersebut, persitiwa
tersebut melahirkan dendam yang luar biasa dari Qabilah Bani Bakr.
Penyerangan orang-orang Bani Bakr ke Kabilah Khuza’ah diawali dengan orang-orang
Bani Bakr menyerang Kabilah Khuza’ah pada malam hari secara mendadak di Mata Air al-
Watir. Kedua, setelah terlibat pertempuran Kabilah Khuza’ah terdesak sampai ke tanah haram,
di tempat tersebut orang-orang Khuza’ah masih melakukan penyerangan meskipun dalam
tradisi masyarkat Arab dilarang melakukan pertumpahan darah di tanah haram. Penyerangan
Kabilah Bani Bakr tersebut dan keterlibatan Quraisy membantunya menyerang Kabilah
Khuza’ah yang merupakan sekutu kaum muslimin dan menangkap anggota Kabilah Khuza’ah
kemudian membunuhnya adalah sebuah pelanggaran atas perjanjian Hudaibiyah yang telah
mereka sepakati pada tahun ke-8 Hijriyah.
Sebelum delegasi resmi Kabilah Khuza’ah menemui Nabi Muhammad saw. Mereka
telah didahului oleh salah seorang anggota Kabilah Khuza’ah yang melapor kepada Nabi
Muhammad saw. atas kejadian penyerangan Bani Bakr dan keterlibatan Quraisy membantu
Bani Bakr. Orang tersebut bernama Amr bin Salim, dan Nabi Muhammad menyatakan kepada
Amr bahwa ia akan dibantu. Mendung di langit ditunjukkan Nabi saw. kepada Amr kemudian
Nabi saw berkata: sesungguhnya mendung ini akan membawa pertolongan bagi Bani Ka’ab
dari Kabilah Khuza’ah.
Terkait dengan penyerangan Bani Bakr terhadap Kabilah Khuza’ah dan keterlibatan
orang-orang Quraisy membantu Bani ad-Dail dari Kabilah Bani Bakr membuat Bani Ka’ab
123 Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. As-Sirah An-Nabawiyah Li Ibni Hisyam, terj. Fadhli
Bahri; Shirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2. (Cet 16, Bekasi: PT Darul Falah, 2016), h. 359.
155
dari Kabilah Khuza’ah mengirim delegasi ke Madinah untuk melaporkan kejadian tersebut
kepada Nabi Muhammad saw. dan meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad saw.124
Kedatangan Abu Sufyan ke Madinah tidak membuahkan hasil kesepakatan dengan
kaum muslimin. Pertama-tama Abu Sufyan mendatangi Nabi Muhammad saw. namun, nabi
saw. tidak menggubrisnya. Kemudian ia mendatangi Abu Bakr dan Abu Bakr juga menolak.
Kemudian ia mendatangi Umar bin Khattab dan ia ditolak denga kasar oleh Umar. Terakhir, ia
mendatangi Ali bin Abi Thalib dan Ali juga tidak bisa bernegosiasi bila Nabi saw. tidak
melakukannya. Usaha Abu Sufyan meminta campur tangan sahabat dekat Nabi saw. untuk
memperbaharui perjanjian tersebut gagal. Akhirnya, Abu Sufyan pulang ke Makkah dengan
perasaan khawatir.
Rasulullah bersama pasukannya bersiap diri untuk memasuki Kota Mekkah. Setelah
bertahun-tahun jumlah pasukan Rasulullah semakin besar.. Rasulullah membagi pasukannya
ke jalan yang berbeda. Pada hari yang telah ditentukan dan melihat tidak ada tanda-tanda
perlawanan, Nabi Muhammad saw. bersama pasukannya memasuki Kota Makkah dari empat
penjuru.25 Ia menunjuk Khalid bin Walid di sayap kanan dan Zubayr di sayap kiri, pasukan
Nabi saw. sendiri berada di tengah dan dibagi dua lagi, sebagian dipimpin oleh Sa’ad dan
sebagian lagi, tempat beliau berada dipimpin Abu `Ubaydah. Mereka diberi komando oleh
Nabi saw. Maka mereka memasuki kota dengan empat penjuru, Khalid bin Walid dari bawah
dan yang lainnya dari bukit. 125
Ketika pasukan Muslim menyerbu Mekkah, kaum Quraisy hanya bisa pasrah. Mereka
tidak mampu melawan pasukan Muslim yang sebesar itu. Abu Sufyan dan pemimpin Mekkah
lainnya menyerah kepada Rasulullah. Selain perlawanan kecil-kecilan Ikrimah tersebut, tidak
ada lagi perlawanan dari pihak Quraisy karena memang tokoh-tokoh mereka memutuskan
untuk tidak berperang. Jadi, setelah mereka memusuhi Nabi Muhammad saw. dan para
pengikutnya selama dua puluh satu tahun, kini masyarakat Quraisy Makkah memutuskan
untuk menyerah dan mengakui keunggulan Nabi Muhammad saw. Nabi saw. memasuki
Makkah dengan penuh kesyukuran atas kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT
Akhirnya Rasulullah bersama pasukan Muslim pun menang dan berhasil menguasai Mekkah
tanpa pertumpahan darah.
B. Ketakutan Quraisy Saat Kesepakatan Hudaibiyah
Dalam proses kesepakatan perjanjian itu kafir Quraisy menolak adanya istilah-istilah
dalam Islam: Sebagai contoh: mereka meminta agar tulisan“Bismillahirahmanirahim”diganti
menjadi“Bismika Allahuma” dan “Muhammad Rasullullah SAW” diganti menjadi
Muhammad bin Abdullah” Meskipun demikian Rasullualah tetap bersabar dan menerima
usulan mereka. 1. Pelanggaran Kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah
124 Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. As-Sirah An-Nabawiyah Li Ibni Hisyam, terj. Fadhli
Bahri; Shirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2. (Cet 16, Bekasi: PT Darul Falah, 2016), h. 359.
125 S.Intan. Fathul Makkah Keteguhan Nabi Muhammad saw. Menjalankan Perjanjian. (Jurnal al-Hikmah,2019)
cet. 21. hal (2).
156
Baru 2 tahun perjanjian Hudaibiyah dilaksananakan kaum Quraisy telahmelanggar isi
perjanjian yang telah mereka buat. Mereka membantu Bani Bakarmenyerang Bani Khuza’ah
yang telah masuk Islam. Sejak masa Jahiliyah Bani Bakar dan Bani Khuza’ah tidak pernah
berdamai. Mereka selalu bermusuhan. Setelah perjanjian Hudaibiyah Bani Khuza’ah
Menyatakan masuk Islam dan bergabung dengan Kaum Muslimin.Ketika mendengar Bani
Khuzaah masuk Islam, Bani Bakar sangat marah. Mereka meminta bantuan kepada kafir
Quraisy untuk menyerang Bani Khuza’ah. Mereka mengepung dan menyerang Bani Khuza’ah
di al-Watir. Penyerangan itu dilakukan pada malam hari, sehingga beberapa orang Bani
Khaza’ah tewas. Amar bin Salam al-Khuza’i melaporkan peristiwa itu kepada Rasulullah
SAW.
Amar bin Salim al-Khuza’i melaporkan, bahwa:
a) Kaum Quraisy telah mengingkari perjanjian damai, mereka ikut dalam
penyeranganterhadap Bani Khuza’ah.
b) Bani Khuza’ah berada dalam pengepungan selama beberapa hari.
c) Bani Khuza’ah banyak yang meninggal karena penyerangan tersebut.Mendengarberita itu
Rasulullah SAW segera menyiapkan 10.000 orang pasukan. Mereka akan membantu Bani
Khuza’ah.
Kaum kafir merasa ketakutan. Mereka menghentikan bala bantuan kepada Bani Bakar.
Abu Sufyan, seorang pemimpin kafir Quraisy memohon maaf kepadaRasulullah dan
mengharap agar perjanjian itu diperpanjang.Tetapi keinginan AbuSufyan ditolak oleh
Rasulullah SAW. Penolakan Rasulullah SAW bukan tanpaalasan, karena sebelumnya
Rasulullah sudah menyampaikan pesan ataspelanggaran yang mereka lakukan.
Pesan tersebut berisi pilihan sebagai berikut:
a.Kaum Quraisy membayar diat (denda).
b.Kaum Quraisy memutuskan hubungan persekutuan dengan Bani Bakar,
c.Kaum Quraisy menyatakan perjanjian Hudaibiyah tidak berlaku lagi. Ini berarti kaum
muslimin akan mengamankan Kota Makkah.
Mereka memilih pilihan ketiga. Mereka menyadari pilihannya keliru. Merekamengirim
Abu Sufyan kembali ke Madinah untuk memperbaharui perjanjian denganpihak kaum
muslimin. Akan tetapi usaha Abu Sufyan tidak berhasil. Kaum Muslimintelah siap
membebaskan Kota Makkah dari kafir Quraisy.126
126 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri Al Rahiqul Makhtuq , Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah. Terj Kathur Suhardi.
Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar. 1997. hlm. 558-560.
157
C. Kehidupan Akhir Rasulullah SAW
Sebelum kita mengayunkan langkah berikutnya untuk menyimak masa-masa
terakhir dari kehidupan Rasulullah, ada baiknya jika kita memandang sekilas kinerja
yang agung dan sekaligus merupakan inti dari kehidupan beliau, yang karenanya beliau
berbeda dengan para rasul dan nabi yang lain, hingga Allah mengangkat beliau sebagai
pemimpin bagi orang-orang yang127terdahulu dan orang-orang di kemudian hari.
Dikatakan kepada Rasulullah di dalam surat Al-Muzzammil ayat 1-2
٢ - ق˚ َم ا ل ايل ا َل َل اي َ َ اَل- ١ ََياَ َ يَ َها ا ال ˚م ز َ’م ََ ˚ل
Artinya :“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat)
pada malam hari, kecuali sedikit (darinya).
Begitu pula dalam surat Al-Mudatstsir. "Hai orang-orang yang berselimut bangunlah
dan berilah peringatan..." dan seterusnya.
Karena perintah inilah beliau bangkit lebih dari 20 tahun, memanggul beban
amanat yang sangat besar di bumi ini, beban seluruh kehidupan manusia, beban seluruh
akidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan. Beliau memanggul beban
perjuangan dan jihad di kancah perasaan manusia yang tenggelam dalam ilusi dan
konsepsi jahiliyah, yang diberati beban kehidupan dunia dan yang dilumuri noda-noda
syahwat.
Ketika perasaan sebagian orang sudah bisa melepaskan diri dari semua jerat
jahiliyah ini, mulailah peperangan lain di medan lain. Bahkan peperangan itu datang
bertubi- tubi tiada henti-hentinya, melawan musuh-musuh Allah, dan para
pendukungnya serta mereka yang berpegang teguh kepada keyakinan jahiliyah,
sebelum keyakinan jahiliyah ini berkembang biak di segala penjuru, lalu membentuk
medan yang lain.128 Hampir semua Jazirah Arab dirambah peperangan ini, bahkan
pasukan Romawi pun menggelar pasukan besar untuk menghadapi umat yang baru ini
dan bersiap sedia menghadangnya agar tidak merambah ke utara.
Selama berlangsungnya berbagai peperangan ini, peperangan pertama yang merupakan
peperangan perasaan tidak pernah padam, karena ini merupakan peperangan abadi.
Pemicunya adalah setan, yang sesaat pun tidak pernah terpicing untuk mengusik sanubari
manusia. Rasulullah melaksanakan dakwah Allah di saria, di tengah peperangan yang terus
berkecamuk di berbagai medannya, sambil terus berusaha untuk mempertahankan kehidupan.
Sementara orang-orang mukmin di sekitar beliau mengharapkan terciptanya keamanan dan
ketenteraman.
Beliau melaksanakan semua tugas ini dengan semangat yang tidak pernah mengendor
dan penuh kesabaran. Pada malam harinya beliau bangun untuk beribadah kepada Allah,
membaca Al-Qur'an dan tunduk kepada Allah seperti yang diperintahkan- Nya.129 Begitulah
128 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri Al Rahiqul Makhtuq , Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah. Terj Kathur Suhardi.
Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar. 1997. hlm. 558-560.
129 Uraian ini dinukil dari pernyataan Sayyid Qutb dalam Zhilalul Qur'an, 29 hlm.168-169.
158
Rasulullah menjalani kehidupan dalam kancah peperangan yang seakan tidak ada ujungnya
selama lebih dari 20 tahun. Selama itu pula beliau tidak pernah lalai terhadap satu urusan
tertentu, karena sibuk mengurusi urusan yang lain, hingga akhirnya dakwah Islam berhasil
secara gemilang. merambah kawasan yang amat luas, sulit diterima nalar manusia.
Seluruh Jazirah Arab tunduk kepada dakwah Islam, debu-debu jahiliyah tidak lagi
tampak di udara dan akal yang tadinya menyimpang kini menjadi lurus, sehingga berhala
ditinggalkan bahkan dihancurkan. Udara Arab berubah dipenuhi suara-suara tauhid, adzan
untuk shalat terdengar memecah angkasa dan sela-sela gurun yang telah dihidupkan iman.
Para pengajar Al-Qur'an pergi ke arah utara dan selatan, membacakan ayat-ayat di dalam
Kitab Allah dan menegakkan hukum-hukum-Nya.
Berbagai kabilah dan suku yang bertebaran di mana-mana bersatu padu. Semua orang
keluar terhadap penyembahan hamba kepada penyembahan terhadap Allah. Di sana tidak ada
pihak yang merasa dipaksa dan pihak yang memaksa, tuan dan hamba, pejabat dan rakyat,
orang zhalim dan dizhalimi. Semua manusia adalah hamba Allah, saudara yang saling
mencintai dan melaksanakan hukum Allah. Allah telah menyingkirkan gelombang jahiliyah,
kesombongan dan pengagungan terhadap nenek moyang.
Di sana tidak ada sisa-sisa kelebihan orang Arab atas non-Arab, ataupun kelebihan
orang non- Arab atas orang Arab, tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah atas orang
yang berkulit hitam ataupun kelebihan orang yang berkulit hitam atas orang yang berkulit
merah, kecuali dengan ukuran takwa. Semua manusia adalah anak keturunan Adam dan
Adam tercipta dari tanah. Berkat kelebihan dakwah Islam ini terciptalah kesatuan bangsa
Arab, kesatuan manusia, keadilan sosial, kebahagiaan manusia di segala aspek kehidupan
dunia dan juga permalasahan kehidupan akhirat.
Perjalanan hari dan wajah bumi berubah total, garis sejarah bertoreh membentuk garis
yang lurus dan cara berpikir pun berubah drastis. Sebelum ada dakwah Islam, ruh jahiliyah
menguasai dunia, membuat perasaan dan jiwanya sakit, mengenyahkan nilai-nilainya,
meliputinya dengan kegelapan dan perbudakan, menciptakan jurang pemisah antara
kehidupan yang serba mewah dan kemiskinan, menyelimutinya dengan kekufuran, kesesatan
dan kegelapan.
Sekalipun di sana ada agama samawi, tetapi agama ini sudah kehilangan taringnya,
tidak lagi mempunyai kekuasaan, sudah tersusupi penyimpangan dan pengubahan, sehingga
yang menyisa hanya upacara-upacara yang kaku tanpa memiliki kehidupan ruh. Setelah
dakwah Islam tampil memainkan perannya dalam kehidupan manusia, maka ruh manusia bisa
lepas dari ilusi dan khurafat, dari perhambaan dan perbudakan, dari kerusakan dan
pembusukan, dari noda dan penyimpangan. bisa lepas dari kezhaliman dan kesewenang-
wenangan, dari perpecahan dan kehancuran, dari perbedaan kelas, kediktatoran penguasa, dan
pelecehan para dukun.
Dakwah ini tampil membangun dunia berdasarkan kehormatan dan kebersihan, hal-hal
yang positif dan membangun, kebebasan dan pembaruan, berangkat dari pengetahuan dan
keyakinan, kepercayaan dan iman, keadilan dan kehormatan serta kinerja yang
berkesinambungan, untuk membangkitkan dan meningkatkan kehidupan serta memberikan
hak kepada semua orang. Dengan tahap-tahap perkembangan ini, Jazirah Arab bisa
menyaksikan kebangkitan yang penuh barakah, yang tidak pernah disaksikan perkembangan
159