The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Untuk Memenuhi tugas yang di ampu oleh pak belardo farjan toky, M. PD

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Bintang ayb, 2020-12-07 04:21:39

Bimbingan Dan Konseling Karir

Untuk Memenuhi tugas yang di ampu oleh pak belardo farjan toky, M. PD

Keywords: #bk_karir

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR

BUKU AJAR

Disusun oleh:
M. Bintang Ayubi

1911080123

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020
1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita sampaikan ke hadirat allah SWT, atas izin dan
kehendak-Nya bahwa penulisan buku dengan judul Bimbingan dan Konseling Karir dapat
diselesaikan.

Sebagaimana diketahui, Bahwa Bimbingan dan Konseling Karir merupakan mata
kuliah di Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Negeri Raden Intan Lampung ( UIN RIL ), Dimana mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Karir sangat diperlukan dalam memperkuat kapasitas dan kompetensi mahasiswa dalam
pengelolaan Bimbingan Karir tersebut.

Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah: Pertama, Perencanaan sumber daya manusia
dalam Bimbingan Konseling Karir, Menambah Pengetahuan Dalam Konseling Karir,
Pengembangan sumber daya manusia, dan Pembinaan Kinerja Sumber Daya Manusia. Dimana
hal-hal diatas, Merupakan pengetahuan bahkan skil yang sangat diperlukan dalam Bimbingan
Dan Komseling Karir untuk kegiatan dan program yang dilaksanakan dimasyarakat.
Mahasiswa sebagai actor yang berperan dalam memfasilitasi pengembangan bimbingan dan
konseling karir, hal pada tingkat operasionalisasi dilapangan dimana hal-hal diatas dapat
ditemukan dan dicarikan solusi dalam rangka memajukan masyarakat tersebut.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Belardo Farjan
Toky, M. PD yang telah memberikan kesempatan untuk menulis buku tentang Bimbingan dan
Konseling Karir. Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan kita semua dapat
memajukan bangsa ini melalui karya-karya yang kreatif, cerdas dan inovatif untuk membangun
peradaban yang gemilang. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah
membantu kelancaran penulisan buku ini. Akhirnya, saya meyakini ada banyak kekurangan
dengan buku ini, untuk itu Kritik dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan agar buku
ini menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lampung, 10 Desember 2020

M. Bintang Ayubi

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………….3

BAB 1

KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIR “SEJARAH BIMBINGAN KARIR”

a) Pengertian Bimbingan Karir___6
b) Pengertian Bimbingan Karir Menurut Para Ahli___6
c) Sejarah Bimbingan Dan Konseling Di Dunia___7
d) Sejarah Bimbingan Konseling Di Indonesia ___9
e) Konsep Dasar Bimbingan Karir___12

BAB 2

URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR

a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling___15
b) Urgensi Bimbingan Dan Konseling ___15
c) Urgensi BK Di Sekolah ___17
d) Landasan Bimbingan Dan Konseling___18

BAB 3

KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIER, TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP-
PRINSIP BIMBINGAN KARIER

a) Pengertian Konsep Dasar Bimbingan Karier___22
b) Tujuan Bimbingan Karir___23
c) Fungsi Bimbingan Karier___24
d) Prinsip-Prinsip Bimbingan Karier___26

BAB 4

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER ANAK-ANAK

a) Definisi Anak-Anak___28
b) Pembagian Masa Pada Anak-Anak___28
c) Karakteristik Anak-Anak____28
d) Aspek Perkembangan Anak-Anak___30
e) Tugas Perkembangan Anak-Anak___34
f) Bimbingan Karier Anak-Anak di Sd___35
g) Indicator Kematangan Karier Anak-Anak___37

BAB 5

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIR PADA REMAJA

a) Pengertian Pengembangan Karier___39
b) Karakteristik Perkembangan Pada Remaja___39
c) Karakteristik Perkembangan Karir Pada Remaja___40

3

d) Indicator Kematangan Karir Remaja___43
e) Tugas Perkembangan Remaja SMP dan SMA___45
f) Penelusuran Peminatan SMP dan SMA___46
g) Materi Layanan Konseling Karir___47

BAB 6

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER DEWASA

a) Karakteristik Perkembangan Dewasa___49
b) Karakteristik Perkembangan Karier___50
c) Indikator Kematangan dan Masalah-Masalah Karier Dewasa

BAB 7

TEORI-TEORI KARIER: TEORI DARI HOLLAND

a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling Karier___55
b) Tujuan Bimbingan Dan Konseling Karier____55
c) Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Karier di Sekolah___56
d) Teori Pemilihan Karier dari Holland____57

BAB 8

TEORI-TEORI KARIER: TEORI TRAIT AND FACTOR

a) Pengertian Konseling Trait And Factor___61
b) Konsep Dasar Konseling Trait And Factor___61
c) Pandangan Tentang Manusia ___62
d) Pandangan Tentang Kepribadian____63
e) Asumsi Dasar Trait And Factor____64
f) Tujuan Konseling Trait And Factor___64
g) Hubungan Antara Konselor dan Klien___65
h) Proses Konseling___65

BAB 9

TEORI-TEORI: TEORI MYER BRIGHT TYPE INDIKATOR (MBTI)

a) Kajian Teori___68
b) Empat Skala Kecenderungan___68
c) Manfaat MBTI___73
d) Kelebihan Dan Kekurangan___73

BAB 10

TEORI-TEORI DONALD E. SUPER

a) Pengertian Bimbingan Karier___74
b) Konsep-Konsep Dasar Teori Donald Super___74
c) Teori Perkembangan Donald Super ___75

BAB 11

4

PEMAHAMAN DIRI: POTENSI DIRI, ARAH PILIH KARIR, TEKNIK
PENGUKURAN POTENSI DIRI DAN MENGUKUR KEPUTUSAN KARIR

a) Pemahaman Diri___78
b) Potensi Diri___82
c) Arah Pilih Karir___89
d) Teknik Pengukuran Potensi Diri___91
e) Mengukur Keputusan Karir___93
BAB 12
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KARIER DI SEKOLAH
a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling Karier___100
b) Bimbingan Konseling Karier Di Sekolah Menengah Pertama (SMP)___100
c) Bimbingan Konseling Karier Di Sekolah Menengah Atas (SMA)___103
d) Pentingnya Pelaksanaan Bimbingan Karir Bagi Siswa di Sekolah___104
BAB 13

INFORMASI DAN PERENCANAAN KARIR
a) Dunia kerja___107
b) Study lanjut___108
c) Perencanaan bimbingan dan konseling___109
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………110

5

BAB 1

KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIER

A. Pengertian Bimbingan Karier

Istilah “konseling karir” mengaju pada konseling bilamana klien atau konseling
mengekspresikan perhatian atau minatnya dalam memperbincangkan tentang masa depan
kariernya. Karena “karir” adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian yang cukup luas,
pembanasan dapat menjangkau mulai dari rencana pendidikan sampai pada pemilihan
jabatan, gaya hidup, rencana kawin, pekerjaan paruh waktu.1

Bimbingan karir adalah sebuah aktivitas atau program yang membantu individu
melakukan penyesuaian (Asimilasi) dan menggabungkan (Integrasi) didalam aspek
pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan :

a. Pengenalan diri adalah hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsinya sendiri,
serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya, baik secara fisik, psikis
maupun moral.

b. Pemahaman atau Pengenalan terhadap kerja masyarakat dan factor-faktor yang
mempengaruhi perubahannya, termasuk sikap-sikap dan disiplin kerja.

c. Kesadaran atas waktu luang yang bias berperanan dalam kehidupan seseorang.
d. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya factor yang harus dipertimbangkan dalam

perencanaan karir.
e. Pemahaman terhadap informasi dan pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu

luang.
f. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan keputusan karier

B. Pengertian Bimbingan Karier menurut beberapa Para Ahli

1. Menurut NVGA (1951), Bimbingan Karier adalah Proses membantu seseorang
mengembangkan dan menerima gambaran diri yang terintegrasi, memenuhi syarat (Adekuat)
didalam peranan dunia kerja, memperbaiki (Entas) dan mengubah (Konversi) konsepnya
dalam realitas, dengan kepuasan bagi dirinya serta keuntungan bagi masyarakat.

2. Menurut Miller, Bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan kepada individu
seseorang dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri (Guidance is the proces of
helping individualis achieve the selfunderstanding and self and direction), sedangkan Karier
adalah Suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah
pada dunia kerja. Jadi, Bimbingan Karier adalah Suatu Proses tatanan atau pengarahan

1 Nursalim, Mochamad. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Penerbit Erlangga.
2015). Hlm: 45.

6

kepada individu seseorang untuk mencapai pemahaman didalam pekerjaan, jabatan, dan
kedudukan seseorang.

3. Menurut Sukardi, Bimbingan Karier adalah Bantuan layanan yang diberikan kepada
individu seseorang untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya
dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.

C. Sejarah Bimbingan Karier di Dunia

Pada tahun 1908, Frank Person mencetuskan sebuah kegiatan Bimbingan Karier yang
bermula dari Bimbingan Jabatan. Beliau membentuk suatu lembaga yang bertujuan
membantu anak-anak muda untuk memperoleh pekerjaan. Pada saat itu, Bimbingan Karier
dipandang sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara melakukan
persamaan antara ciri-ciri dan faktor individu. Lalu, persamaan antara ciri-ciri dan faktor
pekerjaan yang ada di lingkungannya. Awalnya penggunaan istilah “Vocational Huidance”
lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu
pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan
untuk memasuki suatu pekerjaan. Selama ini frank person dikenal sebagai tokoh dalam
merintis bimbingan karir, sejak 1000 tahun sebelum beliau mengemukakan gagasannya itu,
sebelumnya telah ditemukan di basrah bahwa ada tokoh-tokoh islam klasik yang merintis
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan 3 variabel dalam pengambilan keputusan karir.
Oleh karena itu praktik-praktik cara mencocokkan ciri-ciri individu dengan ciri pekerjaan
telah berlangsung sejak lama, namun kala itu belum disebut sebagai bimbingan karir.2

Konsep bimbingan bermula di Amerika Serikat dilandasi oleh berbagai kondisi
objektif pada masa itu, diantaranya :

a. Keadaan Ekonomi.

b. Keadaan Sosial, seperti urbanisasi.

c. Kondisi Ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan
menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan
kemampuan diri dan statusnya.

d. Perkembangan Ilmu, khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi
eksperimental Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan vocationl guidance
yang kemudiaan tersebar keseluruh negara, termasuk ke indonesia.

Setelah itu, Pada Tahun 1911 dibentuk biro jabatan dengan editor-editor Frederick J.
Alien yang menerbitkan Vocational Guidance News Letter sebagai jurnal pertama yang
kemudian berganti menjadi Vocational Guidance Magazine, kemudian Occpation Guidance,
dan di olah lagi menjadi Personal and Guidance Journal. Pada tahun 1913, fledgling guidance
movement yang berarti gerakan bimbingan anak muda yang berpengalaman dalam bekerja
diwadahi dengan organisasi yang bernama National Vocational Guidance Association dengan
menerbitkan jurnal pertamanya yang dikenal dengan nama Vocational Guidance. Enam puluh
tahun kemudian ciri kegiatan yang sama dengan tersebut bermunculan dengan dipertegas

2 Gibson, Robert L dan Marrianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

7

dengan nama career education and guidance movement sehingga untuk membedakan dengan
gerakan sebelumnya yaitu vocational guidance.

Pada tahun 1920-an beberapa SMA melihat keberhasilan gerakan bimbingan yang
menggunakan tes standar untuk bidang kerja yang cocok bagi mereka nantinya. Pada tahun
1925, Harry D. Kitson seorang pionir dalam latihan konselor vokasional, mula-mula di
Indiana University, kemudian berkembang ke Teachers College dan Columbia University
sehingga menerbitkan buku yang berjudul The Psychology of Vocational Adjustment dimana
memandang bimbingan dan konseling karir itu suatu bidang khusus yang harus diajarkan oleh
para profesional terlatih dan dilakukan juga oleh para profesional terlatih pula. Bahkan
muncul konsep magang sejak dekade 1930-an yang kemudian secara antusias sekolah
mengadopsi sistem tersebut yang menjelaskan konseling itu sangat dibutuhkan. Pada masa ini
istilah konseling belum terlalu dikenal yang sama labelnya dengan bimbingan yang
memberikan bantuan tentang jenjang pendidikan dan pilihan karir mana yang terbaik buat
mereka per individu.3

Pada tahun 1931, The Minnesota Employment Stabilization Research Institute
dibawah pimpinan Dolald G. Paterson dan rekan-rekannya dari University of Minnesota
meneliti faktor psikologis dalam pekerjaan dan pengangguran yang berkesimpulan pada
prinsipnya teknik layanan bimbingan dan seleksi karyawan harus lebih baik sehingga
membantu menyehatkan dunia usaha dan membina tenaga kerja agar lebih stabil lagi. Di
akhir 1950-an dan 1960-an, dengan lahirnya national defense Education Act tahun 1958,
penempatan dan tindak lanjut juga menjadi aktivitas yang signifikan bagi fase bimbingan
karier disekolah-sekolah dan lembaga-lembaga AS. Pada tahun 1951, Donald E. Super
meluncurkan The Career Patters Study yang menjelaskan pembebasan bimbingan dan
konseling karir dari konsep pengambilan keputusan yang statik dan single choiche at a point
in time yang menempatkan studi perilaku karir dalam konteks perkembangan manusia.

Pada masa ini dikenal dengan National Defense Education Act yaitu September 1958
dimana merupakan satu tonggak penting dalam pendidikan di Amerika karena monumen
kesuksesan gerakan bimbingan demi memaksimalkan fungsi pendidikan dan proses dalam
bimbingan tersebut. Di tahun 1960-an, terbit Statement of Policy for Secondary School
Counselors dari Asosiasi Konselor Sekolah dimana tidak cukup memahami dinamika anak
muda saja tetapi bagaimana semua generasi dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan cepat teknologi dan sistem dunia. Pada tahun 1964, terbitlah publikasi The
National Vocational Guidance Association yang berjudul Man in a World at Work yang
disunting oleh Henry Borow yang menggambarkan dimulainya membangun kembali
bimbingan dan konseling karir yang telah ketinggalan jauh dari psikologi vokasional sejak
tahun 1950-an. Pada tahun 1966, beberapa konselor karir yang berorientasi behavioral
menggemborkan katakan “revolusi dalam konseling”. Tokohnua Krumblotz mencoba teknik
baru dalam pengambilan keputusan karir, termasuk counselor modelling, goal setting, dan
reinforcement.

Namun di tahun 1971 Departemen Pendidikan AS, lewat komisioner pendidikan saat
itu, Sidney P.Marland Jr., mengalokasikan labih dari $9 juta dana untuk riset dan proyek
pengembangan yang berfokus kepada penetapan model pendidikan karier yang komprehensif.
Melalui undang-undang ini, konsep pendidikan karier sebagai tanggung jawab semua

3 Sukardi, Dewa Ketut. Tes Dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.

8

sekolah diresmikan, dan konselor bukan lagi satu-satunya professional yang mengemban
tugas menyediakan konseling dan bimbingan Karier untuk siswa-siswa disekolah. Pada tahun
1973, National Commission on The Reform of Secondary Education menerbitkan laporan
yang merekomendasikan pemfungsian konselor SMP untuk memfokuskan bimbingan kepada
arah penempatana pendidikan sesuai dengan karir terbaik yang bisa atau ingin diraih
nantinya. Pada masa ini juga, muncul instrumen yang bernama Career Maturity Invertory dan
kemudian direvisi pada tahun 1978 sebagai suatu model hierarkis dari kematangan karir yang
didasarkan pada isi dan proses pilihan karir yang sebelumnya.

Ditahun 1990-an, sebuah kecendrungan yang muncul sekali lagi mengakui konselor
sebagai profesional utama menyediakan bimbingan dan konseling karier. contohya, di tahun
1994 Kongres As mengakui peran konselor menyediakan bantuan karier dengan
diberlakukannya school-to-Work Opportunities Act. Undang-undang ini menyediakan sebuah
kerangka kerja di semua Negara bagian, dengan konseling karier sebagai prioritas
tertingginya. Kecendrungan tambahan mencakup pula perkembangan dan pengakuan
terhadap spesialis konseling karier dan pembangunan pusat-pusat karier untuk populasi
tertentu seperti mahasiswa akademi,wanita,kaum minoritas dan para pensiunan. Selain itu,
kita juga mulai melihat perluasan layanan konseling bagi warga miskin dan para tunawisma,
selain juga munculnya spesialis bagi konsultasi mana jemen dan professional .perubahan
yang terus terjadi di dunia kerja akan menuntut kebutuhan akan konseling karier lebih jauh
kedepan di semua lingkup.

D. Sejarah Bimbingan Karier di Indonesia

Perkembangan BK di Indonesia berbeda dengan perkembangan BK di Amerika.
Perkembangan BK di Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian
berangsur angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Bimbingan Konseling di
Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan
adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan nama menjadi
SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya dikelas I menjadi di kelas
II. Program penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa
ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. 4

Dalam rencana Pembelajaran SMA Gaya Baru, diantaranya ditegaskan sebagai
berikut :

a. Dikelas I setiap pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan minatnya,
dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran yang ada di SMA, dan dengan
bimbingan penyuluhan yang teliti dari para guru maupun orang tua.

b. Dengan menggunakan peraturan kenaikan kelas dan bahan-bahan catatan dalam kartu
pribadi setiap murid, para pelajar disalurkan ke kelas II kelompok khusus : Budaya,
Sosial, Pasti dan Pengetahuan Alam.

c. Untuk kepentingan tersebut, maka pengisian kartu pribadi mirid harus dilaksanakan
seteliti-telitinya (Rochman Natawidjaja,1971).

4 Manrihu, Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

9

Pada tahun 1960 tepatnya pada tanggal 20 sampai tanggal 24 Agustus, di adakan
konferensi FKIP seluruh di indosneia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan
penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah
yang lebih maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu
yang di dalamnya di kupas juga mengenai karir dapat dikupas secara ilmiah. Perumusan dan
pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA ini di susul dengan berbagai kegiatan
pengembangan Layanan BK di Sekolah, seperti rapat kerja, penataran, dan lokakarya. Puncak
dari usaha ini adalah didirikannya jurusan bimbingan dan Penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP ( intitut keguruan dan ilmu pengetahuan) Negeri. Salah satu yang membuka
jurusan BP adalah IKIP Bandung, yaitu pada tahun 1963. IKIP Bandung ini sekarang sudah
berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan di adakannya bermacam-
macam latihan jabatan oleh yang berwenang menunjukkan bahwa masalah bk karir di
indonesia pada waktu ini mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah maupun
dalam masyarakat yang luas.

Dengan diperkenalkannya gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970/1971,
peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan Sekolah Pmbangunan Persiapan
(SMPP), yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan lama menjadi
sekolah pembangunan. Pembentukan (SMPP) ini dimaktubkan dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0199/0/1973. Untuk melaksanakan bimbingan
dan penyuluhan di SMPP ini, Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan telah menyusun Program Bimbingan dan Penyuluhan SMPP. Usaha
mewujudkan sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek
pembaharuan pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP).
PPSP ini diujicobakan didelapan IKIP, yang diantaranya adalah IKIP Bandung dan Jakarta.
Badan Pengembangan Pendidikan, melalui lokakarya-lakokarya telah berhasil menyusun dua
naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia, yaitu sebagai
berikut :

a. Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan melalui
Proyek-Proyek Perintis sekolah Pembangunan.

b. Pedoman Operasional Pelayanan Bimbingan pada Proyek-Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan.

Secara formal BK diprogramkan disekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975,
yang menyatakan bahwa BK merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada
tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini
memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, maka dalam dekade 80-an bimbingan diupayakan agar lebih
mantap. Pemantapan terutama diusahkan upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada
profesionalisasi yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam
6 dekade ini adalah Penyempurnaan Kurikulum, dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984.
Dalam kurikulum 1984 telah dimasukkan bimbingan karir didalamnya.

Pada tahun 1981 dikukuhkan Kurikulum Inti Program Studi Bimbingan dan
Konseling pada Strata I dan D3. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi sudah membuka biro
konsultasi atau pusat bimbingan di kampus unyuk menampung mahasiswa-mahasiswi yang
membutuhkan bantuan psikologis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dewasa ini.
Mulai dasawarsa 1980-an terbitan buku-buku yang membahas pelayanan bimbingan pada

10

institusi atau lembaga pendidikan bertambah banyak. Selain itu, terbitlah pedoman-pedoman
dari berbagai instansi pengelola pendidikan yang merupakan pembaharuan dan perluasan
terhadap pedoman terdahulu, misalnya Pedoman Pendidikan Guru oleh Direktorat Pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis pada tahun 1981, dan Kurikulum: Pedoman Bimbingan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, pada tahun 1986.

Kalau di tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan terutama terfokus pada
beraneka kesulitan yang dialami oleh siswa selama belajar di SMA, sekarang ini fokus
diarahkan ke masa sesudah pendidikan di SMA selesai, sehingga pelayanan bimbingan lebih
bermakna sebagai penunjang pada persiapan siswa-siswi bagi masa depannya (studi di
perguruan tinggi dan kemudian membangun suatu karir di masyarakat). Pergesaran fokus ini
nampaknya dalam perumusan tentang tujuan bimbingan karir, yaitu agar membantu siswa
dalam memahami diri sendiri, dalam memahami lingkungan hidupnya, dan dalam
mengembangkan rencana masa depannya. Kelima buku paket Bimbingan Karir di SMA yang
sudah terbit pada tahun 1982, menampakkan fokus yang sama dengan hal tersebut. Artinya
pada pemberlakuan Kurikulum 1984 ini, bimbingan dan konseling berwujud dalam bentuk
bimbingan karir.

Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, sebutan untuk guru BP berubah menjadi
Guru Pembimbing yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 025/0/1995. Perundang-undangan semakin memperkuat posisi bimbingan
dan konseling dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan konselor itu adalah pendidik artinya bimbingan dan
konseling merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu
pengembangan diri yang didalamnya terdapat kompetensi peserta peserta didik yang harus
dikembangkan untuk mewujudkan self actualization dan capacity development. Setelah itu,
pada tahun 2014, terbitlah dua Permendikbud yang mengokohkan posisi bimbingan dan
konseling khususnya bimbingan karir yaitu Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Peminatan dan Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Kedua peraturan tersebut untuk menyukseskan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Di dalam peraturan itu dijelaskan bahwa peran utama seorang
konselor itu adalah memberikan rekomendasi pada peserta didik untuk memilih tiga mata
pelajaran dari empat mata pelajaran yang tersedia pada masing-masing kelompok peminatan.
Selain itu, konselor bertugas memberikan rekomendasi kepada peserta didik yang
menginginkan perpindahan kelompok peminatan akademik serta memberikan rekomendasi
bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke SMA atau SMK, dan untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu ke perguruan tinggi.

Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No.
2/1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa : “
pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.” Posisi bimbingan yang
termaktub dalam Undang-Undang No.2 di atas diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP).
No.28 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27/1990 yang menyatakan bahwa “
Bimbingan merupaakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.” Penataan
bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.84/1993 tentang jabatan

11

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah
menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.

Pada tahun yang sama keluar juga Surat Keputusan Bersama Mendikbud dengan
Kepala BAKN No.0433/P/1993 dan No.26 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang tercantum pada Bab III Pasal 4 ayat 1, 2, dan 3
yaitu sebagai berikut :

a. Standar Prestasi Kerja Guru Pratama sampai Guru Dewasa Tingkat I dalam
melaksanakan PMB atau Bimbingan meliputi hal berikut :

1) Persiapan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling (BK).

2) Penyajian program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling.

3) Evaluasi program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan koseling.

b. Standar prestasi kerja guru pembina sampai guru utama selain tersebut pada ayat
ditambah dengan hal berikut :

1) Analisis hasil evaluasi pengajaran atau praktik atau BK.

2) Penyusunan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut pelaksanaan BK.

3) Pengembangan profesi dengan angka kredit sekurang-kurangnya 12.

c. Khusus standar prestasi kerja guru kelas, selain tersebut pada ayat (1) atau ayat (2).
Sesuain dengan jenjang jabatannya ditambah melaksanakan program BK dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya.

Perkembangan BK di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya
perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini
dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa BK harus tampil sebagai profesi yang mendapat
pengakuan dan kepercayaan publik. Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap
perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia melalui lima periode yaitu :
Periode Prawacana, Periode Pengenalan, Periode Pemasyarakatan, Periode Konsolidasi, dan
Periode Tinggal Landas.

E. Konsep Dasar Bimbingan Karir

Konsep layanan bimbingan karir sulit dipisahkan dari konsep vocational guidance yang
berubah menjadi career guidance seperti yang dikemukakan oleh National Vocational
Guidance Association (NVGA) pada tahun 1973, yang diartikan sebagai proses membantu
dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan di
dalamnya (Herr and Cramer, 1979: 6). Pada tahun 1951, Donal Super mengajukan revisi
terhadap definisi bimbingan jabatan sebagai suatu proses bantuan terhadap individu untuk
menerima dan mengembangkan diri dan peranannya secara terpadu dalam dunia kerja,
mengetes konsepnya dengan realitas dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat (Herr and

12

Cramer, 1979: 6). Atas dasar analisis itu, Super (Tennyson, et. al. , 1974: 146) mengganti
konsep vocational choice menjadi vocational development.5

Kematangan vokasional menunjukkan pada tingkat perkembangan, tingkat yang dicapai pada
kontinum perkembangan diri dari tahap eksplorasi ke tahap kemunduran. Kematangan
vokasional dipandang sebagai umur vokasional yang secara konseptual sama dengan umur
mental (Super. 1975: 185-186). Sejak tahun 1951 terjadilah pergeseran dari model
okupasional yang dianut oleh para ahli bimbingan vokasional sebelum tahun 1951 ke model
karir.

Model okupasional terutama menekankan pada adanya kesesuaian antara bakat dan minat
dengan tuntutan pekerjaan; sedangkan model karir mencoba menghubungkan dengan
tujuantujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, kebutuhan, konsep diri, rencana-
rencana pribadi dan sejenisnya ikut dipertimbangkan.

Sejalan dengan terjadiya pergeseran konsep vocational guidance menjadi career guidance dan
model okupasional menjadi karir telah banvak dikemukakan definisi mengenai bimbingan
karir.

1. Prinsip Bimbingan Karir

Bimbingan karir dalam menjalankannya membutuhkan prinsip-prinsip dasar supaya tidak
melenceng dari tujuan utama yang menjadi sebuah targetan layanan bimbingan karir, salah
satu diantara beberapa prinsip dalam menjalankan bimbingan karir adalah :

a. Pemahaman bahwa bimbingan karir bukanlah sebuah proses yang terpilah satu
sama lain, akan tetapi bimbingan karir merupakan sebuah proses yang berkelanjutan
dalam seluruh perjalanan hidup manusia. Dengan ini dapat dipahami bahwasannya
bimbingan karir adalah serangkaian perjalanan hidup manusia yang terkait dengan
seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalani.

b. Bimbingan karir tidak diperuntukkan pada satu individu saja, akan tetapi bagi
Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan pada individu yang sedang dalam
proses berkembang.

c. Semua orang jelaslah memiliki hak untuk menentukan pilihan, memutuskan jalan
pilihannya yang sekaligus dipertanggungjawabkan atas segala resiko dan
konskwensinya. Namun dalam bimbingan karir ini tidaklah sekedar memperhatikan
hak individu untuk menentukan dan memilih pilihannya tetapi juga membantu untuk
mengembangkan cara-cara penentuan pilihan secara Pemilihan dan penyesuaian karir
dimulai dengan pengetahuan tentang jati diri pribadinya.

d. Bimbingan karir membantu individu untuk memahamidunia kerja dan sejumlah pekerjaan
yang ada di lingkungan masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.

2. Tujuan bimbingan karir

a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.

5 Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

13

b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai
dengan norma agama.
d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-
cita karirnya masa depan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

14

BAB 2
URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

A. Pengertian bimbingan dan konseling

1. Pengertian bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian konseling

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman
siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana
ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus
ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-
masalahnya sendiri tanpa bantuan.6

B. Urgensi Bimbingan dan Konseling

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau
ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta
didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral-spiritual).

Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses
perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan
kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

6Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 2

15

Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial.
Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan
yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan)
perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan
yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya:
pertumbuhan jumlah

penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat,
revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur
masyarakat dari agraris ke industri.

Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan
dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman
keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan
bebas (free sex).

Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai
dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu:

(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
(2) berakhlak mulia,
(3) memiliki pengetahuan dan keterampilan,
(4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
(5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
(6)memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut
mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan
untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.7

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan adalah
mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram
untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang
perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan
tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan,
bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang
hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang

7ohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 34

16

bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam
aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek
kepribadian.

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan
konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan
konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).

Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas
perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-
tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli,
sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard
based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.

Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para
personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf
administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi
pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan
proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para
konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Atas dasar tersebut, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai
makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

C. Urgensi BK di Sekolah

Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada UU No.23 tentang sisdiknas, yakni
UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional,
sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu profesi dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak yang terkait. Untuk menjadi konselor yang profesional perlu melakukan
peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang
akan menjadi determinan eksistensi ketahanan hidup manusia belajar sepanjang hayat menjadi
strategi belajar pada masyarakat global. Dalam melaksanakan tugas konselor diperlukan tenaga
yang profesional sesuai dengan tuntutan dan kondisi saat ini.8

8Huda, Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN.

17

D. Landasan bimbingan dan konseling

Landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik, berdasarkan hasil
studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat lima aspek pokok yang mendasari
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis,
landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi, dan landasan
religius. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan
bimbingan dan konseling tersebut :

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang
lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam
bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas
pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ?

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan
dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern
dan bahkan filsafat post-modern. Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap
upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia
itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan
dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a)
motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar;
dan (e) kepribadian.

a.Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku
baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu
semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan
tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,–
baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada
suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan
mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna

18

kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada
dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.

c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek
fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam menjalankan
tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang
dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta
keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan
dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat
kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan
belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.

e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian
secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi
tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia
menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat
dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik
yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata
kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling serta dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami
dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang
dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek
potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait
dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-
aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan
keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai
landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan
baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi
pendidikan dan psikologi kepribadian.9

3. Landasan Sosial-Budaya

9Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 37

19

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan
untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di
sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan
tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan
melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses
pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien,
yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin
timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat
menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang
berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan
sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice)
yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan
penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan
muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya
dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya
dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan
kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat
terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode,
seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis
laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan
ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara
ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003)
memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis,
landasan religius dan landasan yuridis-formal.

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a)
pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu
bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan
(c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.10
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok,
yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari

10Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 43-49

20

perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya
yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat
budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan
dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah.

5. Landasan religius

Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan

2)Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama

3)Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :

a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan
tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya
bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.

c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat
menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri
sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai
pedoman hidup ia memiliki fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan

21

BAB 3

KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIR, TUJUAN, FUNGSI, DAN PRINSIP-
PRINSIP BIMBINGAN KARIR

A. Pengertian Umum Bimbingan Karier
 Menurut Frank Parson dalam buku Choosing a Vocation (1909) dan dikutip oleh

Wikipedia (2012)
Pada awalnya penggunaan istilah ini lebih merujuk pada usaha membantu

individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya
berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu
pekerjaan. Namun selanjutnya terjadi perubahan pendekatan dari model okupasional
(occupational) ke model karir (career). Kedua model ini memiliki perbedaan, dimana
pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan
tuntutan dan persyaratan pekerjaan, sedang pada model karir, tidak hanya sekedar
memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula
menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh
sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya
mulai turut dipertimbangkan.
 Menurut Calhoun dan Finch (1976)

Bahwa program pendidikan karir di memiliki tahapan berupa kesadaran karir,
eksplorasi karir, dan persiapan karir.

Mendefinisikan bimbingan karier sebagai aktivitas-aktivitas dan program-
program yang membantu individu rnengasimilasikan dan mengintegrasikan
pengetahuan, pengalaman dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan:
1. Pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsi-
persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.
2. Pemahaman, pengenalan terhadap kerja masyarakat dan faktor yang mempengaruhi
perubahanya, termasuk sikap-sikap dan disiplin kerja.
3. Kesadaran akan waktu luang yang bisa berperan dalam kehidupan seseorang.
4. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan karier.
5. Pemahaman terhadap informasi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
6. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan dan keputusan karier.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat
diperoleh pengertian bahwa bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang
diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari, dan menyesuaikan
diri terhadap karier yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga
dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga dapat menemukan karier dan
melaksanakan karier yang efektif dan memberi kepuasan dan kelayakan.

22

Dasar-dasar Pelaksanan Bimbingan Karir Disekolah : Pelaksanaan layanan
bimbingan karir disekolah kepada setiap pendidik dituntut untuk memahami dengan
mendalam dan seksama mengenai dasar-dasar atau pokok-pokok pikiran yang
melandasi pelaksanaan bimbingan karir di sekolah.

Dasar-dasar atau pokok pikiran yang melandasi pelaksanaan bimbingan karir
disekolah diantaranya :
1. Perkembangan anak didik menuntut kemampuan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan
2. Sebagian hidup manusia berlangsung dalam dunia kerja
3. Bimbingan karir diperlukan agar menghasilkan tenaga pembangunan yang cakap dan
terampil dalam melakukan pekerjaan untuk pembangunan
4. Bimbingan karir diperlukan berdasarkan bahwa setiap pekerjaan atau jabatan
menuntut persyaratan tertentu untuk melaksanakannya. Pekerjaan atau jabatan
itupun menuntut persyaratan tertentu dari individu-individu yang melaksanakannya
5. Bimbingan karir dilaksanakan disekolah atas dasar kompleksitas masyarakat dan
dunia kerja
6. Manusia mampu berfikir secara rasional
7. Bimbingan karir dilandaskan pada nilai-nilai dan norma-norma yang cakup dalam
falsafah pancasila
8. Bimbingan karir menjunjung tinggi nilai-nilai martabat manusia baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat.

B. Konsep Bimbingan Karier
Konsep layanan bimbingan karir sulit dipisahkan dari konsep vocational

guidance yang berubah menjadi career guidance seperti yang dikemukakan oleh
National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1973, yang diartikan
sebagai proses membantu dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan, memasuki dan
memperoleh kemajuan di dalamnya (Herr and Cramer, 1979: 6). Pada tahun 1951,
Donal Super mengajukan revisi terhadap definisi bimbingan jabatan sebagai suatu
proses bantuan terhadap individu untuk menerima dan mengembangkan diri dan
peranannya secara terpadu dalam dunia kerja, mengetes konsepnya dengan realitas
dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat (Herr and Cramer, 1979: 6). Atas dasar
analisis itu, Super (Tennyson, et. al. , 1974: 146) mengganti konsep vocational choice
menjadi vocational development.

Kematangan vokasional menunjukkan pada tingkat perkembangan, tingkat
yang dicapai pada kontinum perkembangan diri dari tahap eksplorasi ke tahap
kemunduran. Kematangan vokasional dipandang sebagai umur vokasional yang
secara konseptual sama dengan umur mental (Super. 1975: 185-186). Sejak tahun
1951 terjadilah pergeseran dari model okupasional yang dianut oleh para ahli
bimbingan vokasional sebelum tahun 1951 ke model karir.

Model okupasional terutama menekankan pada adanya kesesuaian antara
bakat dan minat dengan tuntutan pekerjaan; sedangkan model karir mencoba
menghubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi,
kebutuhan, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan sejenisnya ikut
dipertimbangkan.

Sejalan dengan terjadiya pergeseran konsep vocational guidance menjadi
career guidance dan model okupasional menjadi karir telah banvak dikemukakan
definisi mengenai bimbingan karir.

23

C. Tujuan Bimbingan Karier

 Menurut Dewa Ketut Sukardi
Tujuan dari Bimbingan Karir secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu tujuan umum dan Khusus.
Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah

membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan
keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada
karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi,
dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.

Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman diri siswa.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang dunia kerja.
3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha
dalam mempersiapkan diri dari suatu jabatan.
4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan
dan melaksanakan keputusan itu.
5. Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita-citakan,
termasuk jabatan. Menopang kemampuan berkomunikasi dan bekerja sarna.

 Menurut International Labour Office (2010)
Merumuskan bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling karir terkait

erat dengan empat kompetensi utama bagi para siswa agar dapat menghadapi masa
depan karir mereka yaitu :
1. Kesadaran diri atau pengenalan diri sendiri
2. Kesadaran akan kesempatan bekerja
3. Pembuatan keputusan pendidikan dan karir
4. Pembelajaran transisional dan pengetahuan akan persyaratan kerja.

 Menurut Peters dan Shetzer (1974:267)
Mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan

cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing
hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karimya sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.

 Menurut Bimo Walgito (2010)
Tujuan bimbingan karir tersebut membantu para siswa agar :

1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan potensi
yang ada dalam dirinya.

2. Memahami dan menyadari nilai-nilai yang ada pada dirinya dan dalam masyarakat.
3. Mengetahui jenis pendidikan dan atau pekerjaan yang cocok dengan potensi yang

ada pada dirinya.
4. Menemukan hambatan yang mungkin timbul dan mencari jalan keluar untuk

mengatasi hambatan tersebut.
5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya, dan menemukan karir dan

kehidupan yang sesuai atau serasi.

 Menurut Popon Syarif Arifin (dalam Aryatmi Siswohardjono, 1990:457)
Mengemukakan bahwa bimbingan karier bertujuan untuk membantu anak

dalam rnengembangkan dirinya secara optimal sehingga dapat merencanakan

24

pencapaian pekerjaan sebagai landasan kariernya yang sesuai dengan
kernampuannya.

 Menurut Moh. Surya (1988.14)
Menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu

memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan peralanan
hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal. Dari
penjelasan-penjelasan tersebut, secara essensial bimbingan karir merupakan salah
satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri,
pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya
serta perencanaan masa depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan
di tunggu. Awal masa depan itu adalah "di sini dan sekarang". Persiapan untuk
menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui
pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa
dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap-sikap tertentu.
Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan uttuk mempersiapkan mereka
memasuki dunia kerja.

Selain yang telah dikemukakan diatas secara rinci tujuan dari bimbingan karir
tersebut ialah membantu para siswa agar :
1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi
yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita-citanya
yang darinya peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai
dengan dirinya.
2. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia
(karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat kekuasan karir yang ditawarkan,
deskripsi tugas dalam berbagai bidang pekerjaan, pengaruh perkembangan teknologi
terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang
pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-
bidang pekerjaan tertentu di masa depan.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada
dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi
suatu bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan
masa depan.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya
sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut.
5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan
kehidupan yang serasi, yang sesuai (Depdikbub, Petunjuk Pelaksanaan bimbingan
Karir,1985).
6. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia yang
relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik
memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang
dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.
7. Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri, merencanakan
langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang realistik bagi
dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan faktor dan dampak
negatif dan memaksimalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan karir.
8. Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi
optimal dalam karir (studi dan kerja), carney, l987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar
Santoadi, 2007).

25

Dari uraian diatas nampak bahwa bimbingan karir merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan
baik dan diarahkan untuk membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan
kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan
pola hidup yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

D. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi atau
landasan bagi layanan bimbingan karier. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep
filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan
atau bimbingan karier, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu
adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan karier ditujukan bagi semua individu. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan
karier diberikan kepada semua pihak atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja maupun
dewasa. Dengan demikian, bimbingan karier merupakan suatu proses bantuan atau
layanan yang berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, bukan
merupakan peristiwa yang terpilah satu sama lainnya.
2. Bimbingan karier merupakan bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang
sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian, ciri-ciri dan tugas-tugas
perkembangan pada tahap tertentu hendaknya dijadikan dasar pertimbangan dalam
setiap kegiatan bimbingan karier. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan karier lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan
(kuratif); dan lebih diutamakan teknik atau pendekatan dalam setting (adegan)
kelompok daripada perseorangan (individual). Pendekatan preventif adalah layanan
bimbingan untuk mencegah individu/klien agar tidak terjerumus kepada masalah
dalam proses pengembangan dirinya. Pendekatan pengembangan adalah layanan
bimbingan untuk memfasilitasi laju perkembangan individu/klien. Pendekatan kuratif
adalah layanan bimbingan untuk menyembuhkan individu/klien dari masalah
psikologis atau model pencarian jalan keluar dari masalah yang dihadapi individu.
3. Bimbingan karier bersifat individual. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama
lainnya), dan melalui bimbingan karier individu dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi
fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya
menggunakan tekik kelompok.
4. Bimbingan karier menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan karier karena bimbingan
karier dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan itu, bahwa dalam hal ini bimbingan karier sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan pengembangan kekuatan dalam diri dan kesuksesan,
karena bimbingan karier merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif
terhadap diri sendiri, memberikan dorongan dan peluang untuk berkembang.
5. Bimbingan karier merupakan usaha bersama. Bimbingan karier bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru dan kepala sekolah. Mereka
sebagai tim kerja terlibat dalam proses bimbingan karier. Program bimbingan karier

26

akan berlangsng efektif apabila ada upaya kerja sama antar personel sekolah, juga
dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orang tua siswa atau para spesialis.
6. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan karier.
Bimbingan karier diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil kariernya. Bimbingan karier berperan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada individu. Hal itu sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan kariernya. Kehidupan karier individu diarahkan oleh tujuan kariernya, dan
bimbingan karier memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri,
dan menyempurnakan tujuan karier melalui pengambilan keputusan yang tepan dan
bertanggung jawab atas keputusan itu. Kemampuan individu untuk membuat pilihan
secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus
dikembangkan. Oleh karena itu, bimbingan karier tidak sekedar memperhatikan hak
individu untuk menentukan pilihan atau mengambil keputusan sendiri, tetapi juga
membantu individu agar memperoleh keterampilan dalam mengembangkan cara-cara
pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab.
7. Bimbingan karier berlangsung dalam berbagai latar kehidupan. Pemberian layanan
bimbingan karier tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan
keluarga, perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat. Bidang
layanan bimbingan karier pun bersifat multi-aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial
dan pendidikan yang terkait dengan karier.

27

BAB 4
PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER ANAK-ANAK

A. Definisi Anak-Anak
Anak-anak yang dimaksud oleh penulis adalah anak-anak pada masa sekolah dasar

yang biasanya terjadi pada usia sekitar 6-12 tahun. Antara anak-anak dan kanak-kanak jelaslah
berbeda jika anak-anak merupakan masa sekolah dasar sedang kanak-kanak merupakan masa
prasekolah. Selain masa yang membedakan, masa anak-anak pertumbuhan dan
perkembangannya terjadi relatif stabil atau tenang baik secara fisik maupun psikis. Menurut
Hurlock (1993:146) anak usia sekolah dasar atau yang disebut dengan late childhoold
berlangsung pada usia enam tahun sampai tiba saaatnya anak menjadi matang secara seksual.
B. Pembagian Masa Anak-Anak

Periode anak-anak terbentang antara umur 6-12 tahun yang terbagi ke dalam dua masa
yaitu masa pertengahan dan masa akhir.
1. Masa Pertengahan

Masa ini disebut juga dengan masa kelas rendah yakni kelas 1,2,3 sekolah dasar. Dalam
hal ini biasanya terjadi pada usia kira-kira 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun.
2. Masa Akhir
Masa ini terjadi pada anak sekolah dasar di kelas tinggi yaitu dari kelas 4,5,dan 6. Masa akhir
terbentang dari umur 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13.
C. Karakteristik Anak-Anak

28

Setiap periode dalam rentang kehidupan manusia pasti memiliki karakteristik yang
menunjukkan bahwa individu sedang dalam periode tersebut. Dalam periode anak-anak
tepatnya pada usia sekolah dasar terdapat karakteristik yang terbagi kedalam dua masa, yaitu:

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar
Beberapi ciri khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebut dibawah ini
:
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan
prestasi sekolah.

b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu permasalahan maka permasalahan itu
dianggapnya tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapot) yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
Beberapa ciri khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, hal ini menimbulkan
adanya kecenderuangan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang
oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor yang ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-
faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun

29

pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya sendiri.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagi ukuran yang tepat (sebaik-
baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat
bermain bersama-sama di dalam permainan ini, biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

D. Aspek Perkembangan Anak-Anak

Pada setiap individu dan periode dalam rentang kehidupannya baik dari bayi hingga
dewasa memiliki ciri atau karakteristik dalam membedakan antarperiode. Ciri tersebut
dijelaskan dalam aspek perkembangan yang merupakan kenormalan pada setiap individu
dalam periodenya. Di bawah ini dijelaskan beberapa aspek perkembangan yang terjadi dalam
periode anak-anak. Jika aspek perkembangan ini terjadi dan dilakukan oleh anak-anak maka
dapat dikatakan anak tersebut berkembang dengan baik, begitupun dengan sebaliknya.

1. Aspek Fisik

Pada periode anak-anak pertumbuhan dan perkembangan fisik berjalan lambat dan
konsisten hingga bertemu dengan masa pubertas. Perkembamgan fisik menurut Kuhlen dan
Thomson mencangkup empat bahasan yaitu:

a. Sistem Syaraf

Sistem syaraf ini dikenal dengan nama otak yang memiliki hubungan atau koneksi
dengan sel-sel lain bahkan dengan organ-organ lain sehingga otak merupakan pusat
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dalam hal ini sistem syaraf erat berpengaruh pada
pekembangan kecerdasan. Namun selain berpengaruh pada perkembangan kecerdasan, sistem
syaraf mempengaruhi perkembangan motorik, emosional, sosial, moral maupun kepribadian.

b. Otot

Otot sangat mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Jika
perkembangan ototnya baik maka motoriknya akan semakin terkoordinasi dengan baik pula.
Pada anak-anak setiap gerakan anggota tubuhnya sudah selaras dengan keinginan atau
minatnya. Contohnya anak yang menggerakan tangannya untuk menulis, menggerakan
kakinya untuk menendang bola, dan sebagainya. Pada periode ini aktivitas motorik anak

30

memanglah lincah. Sehingga sangatlah tepat jika pada usia ini individu belajar keterampilan
fisik baik yang ringan atau halus seperti menulis dan menggambar serta keterampilan yang
berat atau kasar seperti belajar baris-berbaris dalam pramuka. Dalam pelatihan biasanya
mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai keberhasilan dan kebanggaan atas
pencapaiannya. Dengan terus berlatih maka peningkatan dan ketepatan akan didapatkan.Pada
saat yang sama, masa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah. Pertambahan
kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan
jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan.

c. Kelenjar Endoktrin

Kelenjar endoktrin menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru. Terdapat
lima kelenjar endoktrin yang sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-
anak yaitu pituitary, thiroid, testes, ovarium, dan adrenalin. Inti dari fungsi kelima kelenjar
tersebut dalam pertumbuhan anak-anak adalah merangsang pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan otak selain itu mempersiapkan kematangan fisik anak pada masa pubertas nanti.
Sehingga anak akan semakin terarah pada perilaku sesuai gendernya.

d. Struktur Tubuh

Struktur tubuh meliputi tinggi, berat dan proporsi tubuh. Pada anak-anak anggota-
anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Menurut Mussen,
Conger & Kagan (1969). Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5% hingga
6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah
46 inchi dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inchi
dan berat 40-42,5 kg. Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada
panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar.
Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.

2. Aspek Intelektual

Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar dapat ditelusuri mulai dari masa
bermain. Pada usia sekolah, anak sudah dapat memberi reaksi dari stimulus atau rangsangan
intelektual atau dalam arti lain mampu melaksanakan tugas belajarnya yang menuntut
kemampuan intelektual dan kemampuan kognitifnya yaitu membaca, menulis, dan menghitung
yang sering dikenal dengan CALISTUNG.

31

Menurut Piaget periode anak berada pada tahap operasional konkret artinya anak mulai
memiliki konsep yang semakin jelas, tidak seperti pada masa kanak-kanak yang banyak
berkhayal atau imajinasi. Ini ditandai dengan kemampuan mengelompokan benda-benda yang
memiliki karakteristik yang sama, menyusun atau menghubungkan dan menghitung angka-
angka, serta dapat memecahkan maslah yang dikategorikan masih sederhana. Biasanya anak
akan mulai berpikir kritis dengan banyak bertanya. Apalagi terhadap lingkungan yang
diamatinya, tidak hanya pemahaman mengenai lingkungan disekolah tetapi diperluas melalui
pertukaran pikiran dengan teman sebaya dan melalui kemampuan membacanya. Dari
pengalamannya yang diperluas dan pelajaran-pelajaran di sekolah, anak mengembangkan sikap
yang lebih realistis. Aktivitas ini biasanya mengacu pada aktivitas kognisi yaitu mengingat dan
berpikir. Anak akan mengingat pengalaman yang dapat menjadikannya sebagai bahan
informasi atau menjadi konsep dalam dirinya.

3. Aspek Emosi

Anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima
dalam masyarakat terjadi saat menginjak atau berada pada kelas tinggi sekolah dasar yaitu kelas
4, 5, dan 6 maka mereka mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh suasana kehidupan ekspresi emosi didalam keluarga. Anak
akan belajar mengontrol emosinya dengan cara meniru orang dewasa disekitarnya.

Berbagai emosi yang dialami anak sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan yang meluap. Emosi pada anak dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu emosi positif dan emosi negatif. Contoh dari emosi positif yaitu
rasa senang, bergairah, bersemangat, dan rasa ingin tahu. Emosi positif ini dapat kita indikasi
dengan mengetahui ciri-cirinya yaitu menunjukkan wajah yang ceria, mau bergaul dengan
teman sebaya secara baik, bergairah dalam belajar, dapat berkonsentrasi dalam belajar, dan
bersikap respek atau menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedang emosi negatif
yaitu perasaan tidak suka, kecewa, sedih, tidak bergairah dengan ciri atau karakteristik yaitu
menunjukkan wajah yang murung, mudah tersinggung, tidak mau bergaul dengan orang lain,
suka marah-marah, suka mengganggu teman dan tidak percaya diri. Emosi positif dan negatif
sangat mempengaruhi sikap dan tindakan anak. Dalam proses belajar emosi negatif dapat
menjadi penghambat bagi anak untuk belajar.

4. Aspek Bahasa

32

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Usia sekolah merupakan
masa berkembangnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Menurut
Abin Syamsuddin M dan Nana Syaodih S. anak sudah mampu menguasai sekitar 2.500 kata
dan pada akhir masa anak-anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata.

Dengan dikusainya keterampilan membaca dan berkomunikasi anak sudah mulai gemar
membaca atau mendengar cerita. Selain itu, anak mulai menyukai pemakaiaan bahasa yang
hanya dimengerti oleh anggota kelompok sebaya dengan maksud untuk menjaga privasi. Di
samping itu, sekolah mengajarkan pula perkembangan perbendaharaan kata dan susunan
kalimat sehingga anak semakin mengenal bentuk-bentuk susunan kalimat yang benar.
Pengajaran ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan dan menguasai bahasa untuk
berkomunikasui secara baik dengan orang lain, mengekspresikan pikiran, perasaaan, sikap atau
pendapatnya, dan memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya. Selain dari
lingkungan sekolah yang mengajarkan bahasa, anak juga belajar dari pembicaraan dengan
teman dan orang dewasa lainnya. Agar aspek bahasa dapat dikuasai anak dengan baik, maka
anak harus sering dilatih melalui tulisan. Contohnhya seperti menuliskan perasaan atau
pengalamannya

5. Aspek Sosial

Aspek sosial adalah aspek yang mengacu pada pencapaian dalam hubungan atau
interaksi sosial. Aspek ini merupakan perkembangan anak sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan teman bermain dan lingkuangannya. Perkembangan sosial anak usia
sekolah ditandai dengan perluasaan hubungan seperti dengan teman sebaya sehingga ruang
gerak hubungan sosialnya semakin bertambah luas. Anak pada kelas tinggi sekolah dasar sudah
mudah untuk menyesuaikan diri pada kelompoknya. Menjalin pertemanan dengan teman
sebayanya sangat dibutuhkan oleh anak untuk saling berbagi, menngisi, dan mengerti karena
pada usia ini anak akan mencari teman dekat yang memilki kesamaan minat dan kebutuhannya
hingga usia akhir sekolah anak semakin memilih teman karibnya yang biasanya dipilih karena
persamaan latarbelakang sosial ekonomi, ras, dan agama.

Dengan perkembangna sosial yang baik ini akan mendukung anak dalam belajarnya disekolah.
Seperti saat mendapat tugas kolompok, atau jadwal piket, dan dalam ekstrakulikulernya.

6. Aspek Moral

33

Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan
mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah ataua baik-buruk. Karena dalam hal ini anak berada pad
tahap moralitas konvensional atau moralitas yang didasarkan dari aturan-aturan dan
penyesuaian konvensional.Pada anak kelas tinggi sekolah dasar, moral siswa sangat
dipengaruhi oleh moralitas kelompok bermainnya tanpa meninggalkan moral yang diajarkan
oleh orangtuanya.

7. Aspek Religi

Menurut Makmun ciri-ciri pada aspek religi yaitu sikap keagamaan yang reseptif
namun sudah disertai dengan pengertian. Ciri yang kedua yaitu pandangan dan paham
ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman
pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari kebesaran Tuhannya. Selain itu
pengahayatan rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritualnya diterima sebagai
keharusan moral.

Sebagai anak yang tengah berada dalam tahap pemikiran operasional konkret, maka
anak-anak usia sekolah dasar akan memahami segala sesuatu yang abstrak dengan interpretasi
secara konkret. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemahamannya mengenai konsep-konsep
keagamaan. Misalnya gambaran tentang tuhan, pada awalnya anak-anak akan memahami tuhan
sebagai subuah konsep konkret yang mempunyai perwujudan real, serta memiliki sifat pribadi
seperti manusia. Namun seiring perkembangan kognitifnya, konsep ketuhanan yang bersifat
konkret ini mulai berubah menjadi abstrak. Dengan demikian, gagasan-gagasan keagamaan,
yang bersifat abstrak dipahami secara konkret, seperti tuhan itu satu, tuhan itu amat dekat,
tuhan itu ada dimana-mana, mulai dapat di pahami. Sehingga dalam hal ini pendidikan anak di
sekolah dasar sangatlah diperlukan untuk memperkenalkna tuhannya.

E. Tugas Perkembangan Anak-Anak

Proses perjalanan kehidupan manusia dalam periode anak-anak memiliki tugas
perkembangan yang harus dilakukan oleh setiap individu karena dengan memenuhi tugas
perkembangan, individu akan mendapatkan kebahagiaan. Menurut salah satu tokoh yaitu
Havighurst (1961:2) mendefinisikan bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas

34

berikutnya. Sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan sehingga menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-
kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Berikut adalah tugas perkembangan anak-anak, sebagai berikut:
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5. Belajar keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung.
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).

9. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok sosial.

F. Bimbingan Karir Anak-Anak Di Sd
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui direktorat Pendidikan
Dasar telah menerbitkan buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar
dalam rangka pelaksanaan kurikulum tahun 1994, dalam buku pedoman itu disebutkan bahwa
isi layanan bimbingan di sekolah dasar ada tiga , yaitu:

1. Bimbingan pribadi-sosial.

2. Bimbingan belajar.
3. Bimbingan karier.
Jadi jelaslah secara formal dan legal program bimingan karier sudah diberikan sejak usia
sekolah dasar. Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada Buku Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan karir untuk kelas rendah (kelas 1,2, dan 3)
maupun untuk kelas-kelas tinggi (4,5, dan 6) sebagai berikut:
1. Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari pedoman BP-SD, 1994, hal.
16-17 ):

35

a. Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya .
b. Menggambarkan perkembangan siswa.
c. Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan.
d. Mengenalkan keterampilan yang dimiliki siswa.
e. Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada dilingkungan sekolah.
f. Menggambarkan kegiatan setelah tamat sd.
g. Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik.
h. Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih bisa
berubah.
i. Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang.
j. Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran.
k. Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya.
2. Isi bimbingan karier untuk kals-kelas tinggi (dikutip dari pedoman BP-SD, 1994, hal.19-
20) adalah:
a. Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil.
b. Melatih siswa menggambarkan kehidupan dimasa yang akan datang.
c. Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria.
d. Menjelaskan jenis-jenis keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu.
e. Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun
kelak.
f. Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya.
g. Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan.
h. Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladani tokoh panutan dapat
mempengaruhi karir.
i. Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa.

36

j. Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaaan orang terhadap kehidupan
anak.

k. Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan.
l. Mengenalkan bermacam-macam cara untuk kemajuan prestasi.

m. Mengenalkan macam-macam pekerjaaan yang ada dilingkungan sekitar.

G. Indikator Kematangan Karir Anak-Anak
Anak-anak memanglah belum memiliki perencanan karir yang matang seperti periode remaja
atau dewasa namun dalam periode anak-anak terdapat perjalanan karir yang berpengaruh pada
periode masa mendatang ketika dewasa nanti. Perjalanan atau perkembangan dan kematangan
karir anak-anak hanya sampai pada kesadaran akan karir seperti contoh anak yang tahu profesi
orangtuanya atau memiliki keinginan ketika besar nanti ia akan menjadi seperti orang tuanya.
Anak-anak dapat dikatakan matang dalam karir atau sadar akan dunia karir, maka harus dilihat
dari indikator yang menunjukkan bahwa anak itu tahu dan mengerti mengenai karir. Dibawah
ini adalah beberapa indikator anak-anak dapat dikatangan matang dalam karirnya, yaitu:
1. Pentingnya pengetahuan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir.

2. Keterampilan berinteraksi dengan orang lain.

3. Kesadaran pentingnya perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir.
4. Kesadaran pentingnya pencapaian prestasi untuk mendapatkan kesempatan karir.
5. Kesadaran hubungan antara pekerjaan dan belajar.
6. Keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karir.

7. Kesadaran hubungan antara tanggung jawab personal, kebiasaan bekerja yang baik dan
kesempatan karir.
8. Kesadaran bagaimana karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan di masyarakat.
9. Memahami bagaimana cara mengambil keputusan dan memilih alternatif berdasarkan
pendidikan dan tujuan karir.
10. Kesadaran hubungan antara peran dalam kehidupan dan karir.
11. Kesadaran tentang perbedaan pekerjaan dan perubahan peran laki-laki dan perempuan.

37

12. Kesadaran terhadap proses perencanaan karir. Commented [u1]: Perlu di perhatikan dan di benahi dalma
pembuatan makalah atau karya ilmiah:

- Dalma makalah menggunakna spasi 1,5
-Dalam pembuatan penomoran di perhatikan
A

1
2

a
b

1)
2)
- Setiap paragrap menjorok kedalam

Anak-anak yang dimaksud oleh penulis adalah anak-anak
pada masa sekolah dasar yang biasanya

Commented [A2R1]:

38

BAB 5

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER REMAJA

A. Pengertian Pengembangan Karir
Pengembangan karir merupakan usaha yang terorganisasi, dan terencana yang

terdiri atas aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan usaha
perencanaan karir timbal balik antara pegawai atau organisasi.
Atau dapat didefinisikan pula bahwa pengembangan karir adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan seseorang dalam kegiatannya untuk
mengembangkan karyawannya dimana kegiatan ini dilaksanakan secara formal
oleh organisasi dengan tujuan mendapatkan keseimbangan antara karir individu
dengan jenjang karir yang ditentukan organisasi.

B. Karakteristik Perkembangan Remaja
Seorang ahli psikologi perkembangan, Hurlock mengemukakan beberapa

karakteristik yang menggambarkan kekhasan kehidupan remaja, antara lain sebagai
berikut.

`1. Masa remaja sebagai periode yang dinilai penting, yaitu dimana pada masa ini
seseorang dapat menentukan bagaimana kehidupan dewasanya kelak.

2.Masa remaja merupakan periode peralihan, yaitu transisi antara masa anak-anak
menuju dewasa, dalam arti pada masa ini seseorang akan mengalami sebuah
penyesuaian baru, baik dalam sikap maupun perilaku yang cukup dilematis.

3. Masa remaja merupakan periode perubahan, yaitu baik perubahan sikap, perilaku
ataupun fisik. Berikut ini adalah macam perubahan yang terjadi pada masa remaja:

(a) meningkatnya emosi yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi;

(b) perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
diperankan, dan ini menimbulkan masalah baru;

(c) perubahan nilai-nilai yang dipegang, yaitu yang bergantung pada perubahan
minat dan pola perilaku remaja itu sendiri;

39

(d) munculnya sikap yang abivalen di diri remaja yang berkaitan dengan perubahan
itu sendiri, di satu sisi seorang remaja sudah menentut kebebasan diri sebagai
individu yang mandari, namun di sisi lain karena belum cukup berani untuk
bertanggung jawab akibat yang ditimbulkan dari tuntutan kebebasan itu.

4. Masa remaja digambarkan sebagai periode pencarian identitas diri, proses ini
mempengaruhi perilaku remaja, karena dalam prosesnya, seorang remaja berusaha
untuk memunculkan diri lewat usaha-usahanya dan berperilaku agar dapat diterima
oleh lingkungannya. Pemodelan sebagai aspek yang sangat penting dalam
membimbing pembentukan identitas itu, karena pada masa ini seorang remaja
sengaja mencari idola untuk membantu penyempurnaan pembentukan identitas
dirinya.
5. Masa remaja juga merupakan periode yang tidak realistis, remaja cenderung
memandang kehidupan melalui kacamata bewarna merah jambu. Ia melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana
adanya, terlebih dalam hal mendapatkan apa yang diinginkan. Masa remaja sebagai
ambang masa dewasa, dengan semakin dekatnya usia kematangan yang sebenarnya,
para remaja mulai gelisah untuk meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka memang sudah dewasa. Oleh karena itu mereka
mulai berperilaku seperti halnya perilaku orang dewasa menurut persepsinya.

C. Karakteristik Perkembangan Karir Remaja
1. Individu berbeda dalam kemampuan-kemampuan, minat-minat dan
kepribadian-kepribadiannya.
2. Dengan sifat-sifat yang berbeda, individu mempunyai kewenangan untuk
melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Masing-masing pekerjaan menuntut pola khas kemapuan sifat-sifat
kepribadian.
4. Perfensi (pilihan atau kecenderungan akan karir yang diminati) dan kompetensi
vokasional dapat berubah sesuai dengan kehidupan.
5. Proses perubahan dapat dirangkum dalam suatu rangkain kehidupan.
6. Sifat dan pola karir ditentukan oleh taraf sosioekonomik, mental, dan
kesempatan yang terbuka dan karekteristik kepribadian individu.

40

7. Perkembangan karir adalah fungsi dari kematangan biologis dan realitas dalam
perkembangan konsep diri.

8. Faktor yang banyak menentukan dalam perkembangan karir adalah
perkembangan dan implementasi konsep diri.

9. Proses pemulihan karir merupakan hasil perpaduan antar faktor individual dan
faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan.

10. Keputusan karir tergantung pada dimana individu menentukan yang memadai
bagi kemampuan, minat, sifat kepribadian dan nilai.

11. Taraf kepuasan yang individu peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat
dimana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya.

12. Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk kepribadian baik pria
maupun wanita.

Berdasarkan proposisi tersebut, membagi tahap perkembangan karir menjadi lima
tahapan, yaitu:
1. Fase Pengembangan (Growth)
Setiap individu yang dilahirkan mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda,
dimana setiap karakter ini memiliki sebuah keunikannya masing-masing. Ketika
individu berumur kurang dari 15 tahun, pada masa itu setiap anak akan
mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya, pandangan khas, sikap,
minat, dan berbagai kebutuhan-kebutuhannya yang dipadukan anak dalam stukutur
gambaran dirinya (self-concept structure). - - Tahap pertumbuhan ada tiga sub tahap
yaitu :
A. Fantasi (4-10 tahun) yang ditandai dengan dominannya aspek kebutuhan akan

rasa keingintahuan (curiousity).
B. Minat (11-12 tahun) yang ditandai dengan tumbuhnya rasa senang sebagai

determinan utama dari aspirasi dan aktivitas.
C. Kapasitas (13-14 tahun) yang ditandai dengan pertimbangan bertambahnya

bobot kemampuan, persyaratan, dan latihan karir.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Kemudian pada umur 15 sampai 24 tahun individu akan memikirkan berbagai
alternative jabatan yang dipilihnya, namun pada masa ini individu belum bisa
mengambil keputusan yang sifatnya mengikat.
Tahap ini meliputi tiga sub tahap :

41

A. Tentatif (15-17 tahun) yang ditandai dengan aspek-aspek kebutuhan, minat,
kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh.

B. Transisi (18-21 tahun) ditandai dengan menonjolkan pertimbangan yang lebih
realistis untuk memasuki dunia kerja atau latihan profesional serta berusaha
mengimplementasikan konsep diri.

C. Mencoba atau trial (22-24 tahun) ditandai dengan ditemukannya lahan atau
lapangan pekerjaan yang sangat potensial.

3. Fase Pemantapan atau Pendirian (Establisment)
Pada fase ini dimana individu berkisar pada umur 25 tahun sampai 44 tahun. Pada
masa ini individu mempunyai ciri dimana ia akan berusaha mentekunkan
memantapan dirinya melalui seluk-beluk pengalaman selama ia menjalani karir
tertentu.
A. Mencoba dengan komitmen yang bersifat stabil (25-30 tahun) yang ditandai

dengan dugaan tentang kurang memuaskan lapangan pekerjaan tertentu. Pada
tahap ini perubahan terjadi satu atau dua bidang pekerjaan yang diakhiri dengan
ditemukannya bidang pekerjaan yang mantap.
B. Lanjutan atau Advancement (31-44 tahun) yang ditandai dengan semakin
jelasnya pola karir serta usaha-usaha yang mengarah pada pemantapan dan
pengamanan posisi dalam bidang tersebut. Bagi kebanyakan orang tahap ini
merupakan tahap-tahap kreatif.
4. Fase Pembinaan (Maintance)
Pada fase pembinaan yaitu berkisar sekitar umur 45 tahun sampai 64 tahun, dimana
dalam fase ini orang dewasa sudah mampu menyesuaikan dirinya, menikmati, dan
memaknai karir yang sedang dijalaninya.
5. Fase Kemunduran (Decline)
Dalam fase ini, dimana seseorang akan memasuki masa pensiun. Setelah masuk
pada masa pensiun maka mereka harus menemukan pola hidup baru setelah mereka
melepaskan jabatan yang sebelumnya. Tahap kemunduran terdiri atas dua sub tahap
:
A. Perlambatan (65-70 tahun) ditandai dengan kelelahan sebagai pekerja, langkah
kerja berkurang, pelaksanaan kerja yang tidak penuh, serta berkurangnya
kapasitas kerja. Kebanyakan pekerja melakukan pekerjaan paruh waktu untuk
menggantikan pekerjaan utamanya.

42

B. Pengunduran diri (retirement) (71 tahun keatas) ditandai dengan menyerahkan
atau mewariskan Kekuasaan kepada gererasi penerus. Beberapa orang dapat
menerimanya dengan hidup menyenangkan, beberapa yang lain berakhir
dengan kekecewaan dan kesulitan kemudian sisanya berakhir dengan kematian.
Kelima fase ini dianggap sangat berpengaruh pada munculnya sikap-sikap dan
perilaku yang menyangkut pada suatu jabatan. Sikap dan perilaku ini akan
nampak pada tugas-tugas perkembangan karir yang dilakukannya.

D. Indikator Kematangan Karir Remaja
Kematangan karir remaja dapat diukur dari indikator-indikator karir sebagai berikut
Uman Suherman.
1. Aspek perencanaan karir (career planing) yaitu:
(a) mempelajari informasi karir,
(b) membicarakan karir dengan orang dewasa,
(c) mengikuti pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang
keputusan karir,
(d) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler,
(e) mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan,
(f) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan,
(g) mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan ,
(h) dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah,
(i) mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan,
dan
(j) mampu mengatur waktu luang secara efektif.

2.Aspek eksplorasi karir (career exploration) yaitu:

(a) berusaha menggali dan mencari informasi karir dari berbagai sumber (guru
BK, orang tua, orang yang sukses),

(b) memiliki pengetahuan tentang potensi diri, diantara bakat, minat,
intelegensi, kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi,

(c) memiliki cukup banyak informasi karir.

3. Pengetahuan tentang membuat keputusan karir (decision making) yaitu:
(a) mengetahui cara-cara membuat keputusan,

43

(b) mengetahui langkah-langkah dalam membuat keputusan karir terutama
penyusunan rencana karir,
(c) mempelajari cara orang lain membuat keputusan karir,
(d) menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir.

4. Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information)
yaitu memiliki dua komponen dasar,

(a) berhubungan dengan tugas perkembangan ketika individu harus mengetahui
minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara orang lain memperoleh hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaanya serta mengetahui alasan orang lain
berganti pekerjaan,
(b) konsep yang berkaitan dengan pengetahuan tentang tugas-tugas
perkembangan dalam satu vokasional dan perilaku-perilaku dalam bekerja.

5.Aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai
(knowledge of preferred occupational group) yaitu:

(a) memahami dari tugas yang diinginkan,
(b) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diinginkan,
(c) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan yang diinginkan,
(d) mengetahui minat-minta dalam alasan-alasan yang tepat dalam memilih
pekerjaan.
6. Aspek realisme keputusan karir (realism) yaitu:
(a) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan dari
berhubungan dengan pilihan karir yang diinginkan,
(b) mampu melihat faktor yang akan mendukung atau menghambat karir yang
diinginkan,
(c) mampu melihat kesempatan yang ada, berkaitan dengan pilihan karir yang
diinginkan,
(d) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dan berbagi pekerjaan yang
beragam,
(e) dapat mengembangkan kebiasaan karir dan bekerja secara efektif.

7.Orientasi karir (career orientation) yaitu didefinisikan sebagai skor total dari

44

(a) sikap trhadap karir,

(b) keterampilan membuat keputusan karir, dan

(c) informaasi dunia kerja.

E. Tugas Perkembangan Remaja SMP dan SMA

1.Tugas perkembangan siswa SMP, Madrasah Tsanawiyah dan yang sederajat adalah:

A. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap
perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang
sehat.

C. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya
sebagai pria atau wanita.

D. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial yang lebih luas.

E. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan
apresiasi seni.

F. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dalam mempersiapkan karier serta berperan untuk
kehidupan masyarakat.

G. Mengenal gambar dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri,
secara emosional, sosial, dan ekonomi.

H. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota, masyarakat, dan warga negara.

2.Tugas perkembangan siswa SMA atau SMK, Madrasah Aliyah, dan yang sederajat:

A. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

B. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam
perannya sebagai pria atau wanita.

C. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat.

45

D. Mengembangkan pengusahaan ilmu, teknologi, seni sesuai dengan program
kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta
berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

E. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.
F. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara

emosional, sosial, intelektual, dan bernegara.
G. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan keluarga, H.
H. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi
seni.
I. Mengembangkan kematangan dalam sistem etika dan nilai.

F. Penelusan Peminatan SMP dan SMA
1. Penelusuran Peminatan SMP
Untuk setiap tingkat arah penelusuran minat digunakan enam aspek pokok sebagai
dasar pertimbangan bagi arah peminatan yang akan ditempuh. Enam aspek tersebut
secara langsung mengacu kepada beberapa karakteristik pribadi peserta didik dan
lingkungannya, kondisi sekolah dan kondisi pihak-pihak yang bertanggung jawab
atas pendidikan peserta didik yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. Bakat, minat, dan kecenderungan pribadi, yang dapat diukur dengan tes bakat
atau inventori tentang bakat dan minat.
b. Kemampuan dasar umum (kecerdasan), yaitu kemampuan dasar yang biasanya
diukur dengan tes inteligensi.
c. Kondisi dan kurikulum yang memuat mata pelajaran dan praktik atau latihan
yang dapat didalami peserta didik atas dasar pilihan, serta sistem Satuan Kredit
Semester (SKS) yang dilaksanakan.
d. Prestasi belajar yaitu nilai hasil belajar yang diperoleh peserta didik di sekolah
baik
(a) rata-rata pada umumnya maupun
(b) permata pelajaran, baik yang bersifat wajib maupun pilihan dalam rangka
peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan.
e. Ketersediaan fasilitas sekolah yaitu apa yang ada di tempat peserta didik belajar
yang dapat menunjang pilihan atau arah peminatannya.

46

f. Dorongan moral dan finansial yaitu kemungkinan penguatan dan berbagai sumber
yang dapat membantu peserta didik, seperti orang tua dan kemungkinan bantuan
dari pihak lain, seta beasiswa.

2. Penelusuran Peminatan SMA
Untuk jenjang pendidikan menengah (satuan pendidikan SMA), peminatan
akademik meliputi:
(a) matematika dan ilmu pengetahuan alam,
(b) ilmu pengetahuan sosial,
(c) bahasa dan budaya. Untuk satuan pendidikan SMK, peminatan kejuruan
meliputi:
1.teknologi dan rekayasa
2. Kesehatan
3. seni, kerajinan, dan pariwisata
4. teknologi informasi dan komunikasi
5. peminatan agrobisnis dan agroteknologi
6. bisnis dan manajemen dan peminatan lainnya yang diperlukan masyarakat.
Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru BK atau konselor membantu dalam
memenuhi arah peminatan sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat dan
kecenderungan umum pribadi masing-masing peserta didik. Layanan bimbingan
dan konseling dalam bentuk peminatan memberikan kesempatan yang cukup luas
bagi peserta didik untuk menyalurkan dan menempatkan diri pada jalur yang lebih
tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam
menempuh pendidikan selanjutnya.
G. Materi Layanan Konseling Karir
1. Materi layanan konseling karir di SMP
Menurut Sciarra menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan
diberikan pada siswa SMP meliputi:
a. Identifikasi minat karir dan menghubungkan minat tersebut dalam

merencanakan dimasa depan.
b. Pengenalan hubungan antara performasi sekolah dan rencana karir.
c. Identifikasi dan menggunakan sumber-sumber untuk informasi dan eksplorasi

karir.
d. Menentukan rencana karir dalam membuat pilihan-pilihan pendidikan.

47

e. Menggambarkan tentang keterampilan, kemampuan, dan minat yang
dimilikinya.

2. Materi layanan konseling karir di SMA
Menurut Sciarra menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan
diberikan pada siswa SMA meliputi:
a. Identifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki untuk memilih karir

yang sesuai dengan bidangnya atau yang diminati.
b. Pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karir yang telah dibuat.
c. Mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk membuat rencana karir.
d. Memahami potensi, bakat, dan minat yang dimiliki.
e. Membuat keputusan terhadap pilihan karir.
f. Memahami bahwa perkembangan karir merupakan suatu proses yang harus

dijalani selama hidup.

48

BAB 6
PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER DEWASA

A. Karakteristik Perkembangan Dewasa
Secara kronologis, masa dewasa dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu: dewasa muda

(early adulthood, sekitar usia 18-40 tahun), dewasa madya (middle adulthood, sekitar usia
40-60 tahun), dan dewasa lanjut (old age, sekitar usia 60 tahun keatas) (Hurlock, 1988).
Untuk memahami karakteristik orang dewasa dapat disimak dari beberapa aspek
perkembangan berikut:
- Perkembangan fisik biologis

Secara biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan fisik dan kesiapan untuk bereproduksi
(berketurunan).
-Perkembangan Psikologis
Masa dewasa diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan kematangan. Dalam aspek intelektual dan sosio-emosional, seperti:

 Memiliki kemampuan berfikir yang logis dan realistis
 Dapat memecahkan masalah atau mengambil keputusan
 Memiliki kestabilan emosi
 Memiliki sense of reality (kesadaran realitas) yang cukup tinggi
 Bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
 Aspek sosio-religius.

Masa dewasa ditandai dengan ciri-ciri:

49

2. Rasa bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya dan kepeduliannya
memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan juga orang lain.

3. Berperilaku sesuai dengan tuntutan atau norma agama
4. Memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya
5. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat
B. Karakteristik Perkembangan Karir Dewasa
Dalam teori rentan hidup (life-span) dari Super, perkembangan karier masa dewasa
menggunakan dua konsep utama yaitu peranan dan tahapan dalam kehidupan. Bagi super
beberapa peranan penting seorang individu adalah belajar, bekerja, pelayanan masyarakat,
aktivitas dirumah dan keluarga dan aktivitas diwaktu luang.
Super (Sharf, 1992:175) percaya bahwa setiap orang berbeda dalam memaknai
pentingnya bekerja didalam kehidupannya. Pada kenyataannya, menurut data normative dari
Salience Inventory (Nevill dan Super dalam Sharf, 1992:175) menunjukkan bahwa orang-
orang pada usia yang berbeda, budaya yang berbeda, menilai pekerjaan secara berbeda.
Nevill dan Super (Sharf, 1992:175-176) dalam Salience Inventory mengukur tiga aspek
peran hidup yaitu komitmen, partisipasi dan ekspektasi nilai-nilai. Peran-peran hidup tersebut
diaplikasikan kedalam beberapa aktivitas, yaitu:
 Belajar (studying)
Aktivitas selama sekolah meliputi pergi kesekolah, mengikuti kursus, dan belajar dirumah atau
perpustakaan.

D. Bekerja (working)
Dapat dimulai dari masa kanak-kanak ketika anak menolong orang tua mereka dirumah,
menjadi penjajah koran atau mengasuh anak (adiknya atau dari keluarga lain).

g. Pelayanan masyarakat (community service)

50


Click to View FlipBook Version