Meliputi aktivitas sebagai sukarelawan dibidang sosial, politik atau keagamaan. Mereka
umumnya melakukan pekerjaan seperti kerja bakti, membersihkan lingkungan, membantu
menangani bencana alam dan sebagainya.
2. Aktivitas dirumah dan keluarga (home and family)
Peran ini bervariasi tergantung usia individu. Anak-anak mungkin diberi tugas membersihkan
kamarnya atau membereskan mainannya. Remaja umumnya memiliki tanggung jawab yang
lebih besar dan kompleks dibandingkan ketika mereka masih kanak-kanak. Sebagai orang
dewasa yang telah berkeluarga, mereka bertanggung jawab atas anak-anak mereka dan
mungkin juga merawat orang tua mereka yang telah lanjut usia.
e. Aktivitas diwaktu luang (leisure activity)
Aktivitas ini sangat bermakna pada saat usia kanak-kanak atau remaja, seperti aktivitas
bermain, mengikuti kegiatan olah raga, menonton televise, membaca komik atau novel. Pada
orang dewasa, aktivitas ini menjadi lebih bersifat intelektual seperti mengikuti seminar-
seminar, bergabung dalam kelompok untuk mendiskusikan buku-buku ilmiah, masalah sosial
atau keagamaan.
Lebih lanjut Sharf (1992:176-179) mengemukakan bahwa tidak hanya pentingnya perubahan
selama seumur hidup seseorang, tetapi juga sifat alamiah dari perubahan keterlibatan itu.
Aspek-aspek tersebut dijabarkan dalam indikator-indikator salience, sebagai berikut:
Partisipasi, konsep partisipasi terutama sekali bermanfaat karena mengukur perilaku
nyata dari individu, tidak hanya sesuatu yang diketahui tetapi hal penting yang
dikatakan.
Komitmen, komitmen dapat berhubungan dengan keinginan untuk terlibat aktif
dalam suatu aktivitas.
H. Pengetahuan, The Salience Inventory tidak mengukur pengetahuan. Pengukuran
pengetahuan tersedia hanya untuk peran pekerja dalam Career Development
Inventory, dan sub skala Decision Making, World pf Work Information, and Knowledge
of the Preferred Occupational Group.
51
Harapan-harapan nilai, nilai-nilai diukur oleh dua instrument Super yaitu Values Scale
dan Salience Inventory.
D. Pemanfaatan kemampuan, kemampuan yang digunakan adalah berbagai
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Hal ini dapat berarti
melakukan pekerjaan atau belajar untuk mengembangkan kemampuannya.
Prestasi, prestasi menunjukan perasaan bahwa seseorang telah menghasilkan sesuatu
yang baik. Jika peran itu menyenagkan, prestasi dapat berarti suatu perasaan
memenuhi sesuatu yang penting didalam olahraga atau music.
J. Estetika, nilai ini berhubungan dengan keindahan didalam peran yang dipilih
seseorang. Sering dihubungkan dengan nilai-nilai artistic, yang puas dengan
menciptakan lukisan, komposisi lagu atau puisi.
6. Altruism, mengacu pada membantu orang lain yang mengalami permasalahan.
Seseorang dapat membantu orang lain dari permasalahan pribadi didalam keluarga
dan karir.
Otonomi, beberapa individu menghargai peluang kebebasan dan bekerja untuk diri
mereka sendiri, sperti membuat keputusan mereka sendiri tentang study, olahraga,
dan cara berumah tangga dalam kehidupan keluarga yang dibinanya.
C. Kreativitas, mampu untuk mencoba gagasan-gagasan baru didalam suatu hobi atau
organisasi masyarakat dapat menjadi penting bagi sebagian orang seperti membuat
produk baru ditempat kerja.
Hadiah ekonomis, meskipun study pada akhirnya menjurus pada pendapatan tinggi,
dan keluarga yang kaya bertindak sebagai sumber untuk beberapa orang untuk
mendapatkan pendapatan yang tinggi, peran utama untuk memperoleh hadiah
ekonomis adalah sebagai seorang pekerja.
Gaya hidup, kerja adalah peran yang paling sering dilakukan dengan orang lain dan
tentunya pelayanan masyarakat dan kehidupan keluarga membuatnya sulit untuk
hidup sesuai keinginan, kecuali individu dapat menemukan orang-orang yang merasa
memiliki cara yang sama dalam melakukan sesuatu.
52
Aktivitas fisik, meskipun secara fisik aktif didalam studi itu sungguh menyulitkan,
peran-peran yang lain memberikan peluang untuk aktivitas fisik.
Prestise, prestise biasanya dihubungkan dengan peran bekerja, para guru mengenali
siswa-siswa yang baik dan masyarakat-masyarakat lokal mengenali konstribusi warga
Negara.
13. Resiko, sebagian orang menyukai tantangan dan hal-hal yang menyenangkan.
Kesenangan dapat menyediakan peluang itu. Aktivitas-aktivitas seperti climbing, wind
surfing, dan paraclute jumping menyediakan kesempatan itu.
Interaksi sosial, dengan orang lain dan bekerja disuatu kelompok dapat tercapai
didalam semua peran. Sebagian orang lebih suka belajar didalam kelompok, dan
sebagian senang bekerja sebagai bagian dari regu pada suatu proyek.
Variasi, mampu mengubah aktivitas pekerjaan sangat menyenangkan bagi sebagian
orang. Variasi didalam peran-peran yang lain bisa berarti mengubah subjek yang
dipelajari atau bergerak dari jenis tugas satu ketugas yang lainnya.
C. Kondisi kerja, kondisi kerja termasuk pencahayaan, temperature yang menyenangkan,
dan peralatan yang baik dapat menjadi penting dalam bekerja dengan organisasi
masyarakat atau ditempat kerja sendiri.
Senada dengan uraian tersebut, Schein (Manrihu, 1992) menyebutkan siklus kehidupan
karir menjadi empat tahap yaitu entry, socialization, midcareer, dan late career. Orang
dewasa berada pada siklus midcareer dan latecareer.
Tugas-tugas tahap midcareer ditandai dengan ditemukannya karir anchors (“career
anchor”) adalah suatu konsep diri okupasional sebagai hasil dari persepsi diri dalam hal bakat-
bakat dan kemampuan-kemampuan. Sementara itu, kompetensi yang diharapkan yaitu
kompetensi teknis/fungsional, kompetensi manajerial, keamanan dan stabilitas, otonomi,
kreativitas, identitas dasar, layanan terhadap orang-orang lain, kekuasaan, pengaruh, dan
control, keragaman, dan spesialisasi dan generalisasi.
53
Tugas-tugas tahap late-career adalah menjadi mentor, pencapaian keseimbangan yang
tepat dari keterlibatan dalam pekerjaan, keluarga dan perkembangan diri, dan
mengundurkan diri dan pensiun.
D. Indikator Kematangan dan Masalah-masalah Karir Dewasa
Kematangan karir pada masa dewasa ditandai dengan stabilisasi dalam pekerjaan,
kemajuan dalam pekerjaan, inovasi dalam pekerjaan, dan perbaikan dalam pekerjaan. ( Super
dalam Sharf, 1992).
Menurut Super (Sharf, 1992) munculnya post power syndrome dan disengagement
merupakan ketakutan orang dewasa saat datangnya masa 54ension.
Disengagement
Didalam tahap pemeliharaan, jika individu tidak memperbaharui pengetahuan mereka
dan membuat beberapa usaha inovasi, mereka dalam bahaya kehilangan pekerjaan. Super
(Sharf, 1992) mula-mula menunjuk tahap ini sebagai “kemunduran” (decline), tetapi
mengubah labelnya karena konotsi negatifnya untuk banyak orang.
Sub tahap Disengagement-decelerating, Retirement planning, dan Retirement living
dapat dilihat sebagai tugas-tugas orang dewasa akhir, tetapi tidak selalu harus
dipertimbangkan.
Decelerating
Perlambatan tanggung jawab karena seseorang. Gambaran dari permasalahan yang sulit
pada pekerjaan dan keinginan untuk menghindari tekanan batas waktu adalah tanda-tanda
dari Decelerating.
Retirement Living
Tahap ini umumnya untuk orang-orang usia akhir 60-an, yang sering kali mengalami
perubahan dalam peran kehidupan. Penggunaan waktu luang, aktivitas dirumah dan keluarga
dan pelayanan masyarakat menjadi lebih penting, sedangkan pekerjaan akan menjadi kurang
penting. Aspek penting Retirement living adalah tempat dimana seseorang tinggal dan
penggunaan waktu luang.
54
BAB 7
TEORI-TEORI KARIR: TEORI DARI HOLLAND
A .Pengertian Bimbingan dan Konseling Karir
Menurut Ruslan A.Gani (2012:13), bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan,
layanan, dan pendekatan terhadap individu, (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan
dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
untuk menentukan pilihanya, dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusanya tersebut
adalah yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-
persyaratan dan tujuan pekerjaan/karir yang dipilihnya.
Menurut Bezanson & Monsebrateen (dalam Sukardi, 1994:8), mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan konseling karir adalah: wawancara diantara seorang konselor dan seorang
konseli yang dititik beratkan dalam mengenal dan membahas kemungkinan-kemungkinan
pekerjaan, jabatan atau karir konseli secara realistis, mengenal cara pemecahan masalah dan
tindakan-tindakan korektif yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan
mengimplementasikan suatu rencana pengintregasian arah kegiatan konseli kedalam pasaran
kerja.
Dengan demikian pengertian bimbingan dan konseling karir dalah suatu wawancara yang
dilakukan oleh konselor berupa layanan, bantuan, dan pendekatan terhadap konseli yang
menitikberatkan pekerjaan/karir, agar konseli yang bersangkutan dapat mengenal dan
memahami diri dan karirnya sesuai dengan pilihan pekerjaan/karirnya, dapat mengenal cara
pemecahan masalah yang kemungkinan terjadi dalam suatu pekerjaan/karirnya sehingga tujuan
suatu pekerjaan/lkarir dapat tercapai secara optimal.
B.Tujuan bimbingan dan konseling karir
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling karir diatas maka dapat dikemukakan
bahwa tujuan bimbingan dan konseling karir antara lain:
1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat,
sikap, dan kecakapan.
2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu
pekerjaan.
3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan dan potensi yang berhubungan
dengan potensi dan minatnya.
4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya skiswa dapat
memberikan penghargaan wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.
5. Memperoleh penghargaan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada dilingkunganya.
6. Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan tertentu.
55
7.Dapat memberikan penialaian pekerjaan secara tepat.Surya (dalam Ruslan A.Gani
2012:14).
8.Mengajar konseli untuk bebas berupaya dalam mencapai dan mempertahankan kepuasan
kerja.
9. Untuk memperkuat pilihan suatu pekerjaan/karir yang telah konseli pilih secara tepat.
10. Menemukan fakta tentang diri dan dunia pekerjaan/karir yang belum diketahui.
Dari tujuan bimbingan dan konseling karir diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pada
pokoknya untuk membatu individu dapat memahami dirinya, memahami dunia kerjanya,
dan mngadakan penyesuaian diri dan dunia kerja melalui pembuatan rencana karir dan
pengambilan karir secara tetap dan efektif. Untuk mewujudkan tujuan tersebut kepada
setiap konselor yang melibatkan dirinya dalam masalah karir dituntut untuk meningkatkan
kepercayaan diri
konseli, melalui pendekatan-pendekatan dan teknik yang sesuai bagi masing-masing
konseli, terutama untuk membantu konseli dalam proses merencanakan, memilih,
menetapkan, mengimplementasikan, \serta memutuskan pekerjaan/karir masa depanya
secara tepat dan efektif. Ketut Sukardi(1994:18).
C.Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling karir di sekolah
Menurut Tatang,Bimbingan karier di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip
bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator
sekolah pada umumnya, terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan
karier di sekolah. Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di Sekolah, adalah sebagai
berikut:
1. Seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam
pencapaian kariernya secara tepat. Tidak ada perkecualian, baik itu yang kaya maupun yang
miskin, dan faktor-faktor lainnya.
2. Setiap siswa harus memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan
pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
3.Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadahi
terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkernbangan sosial pribadi dan perencanaan
pendidikan karier.
4.Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang
hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
5. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai peranan
dan ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna yang memiliki
aplikasi bagi karier di masa depannya.
6. Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi
oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
56
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan
bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas
dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan
tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam
menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai
kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.
D . Teori pemilihan karir dari Holland
1. Konsep Dasar Teori Holland
Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa lingkungan-lingkungan okupasional itu
adalah realisrik, intelektual, artistik, sosial, pengusaha dan konvensional demikian juga tipe
kepribadian yang diberi nama yang sama. Tingkatan orientasi kepribadian individu menetukan
lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatan orientasi model pribadi (suatu proses
perkembangan yang ditentukan melalui pembawaan dan riwayat hidup yang bereaksi dengan
tuntutan lingkungan) individu menetukan lingkungan maka semakin efektif pencarian
lingkungan yang sesuai. Pengetahuan individu tentang diri dan lingkungan diperlukan untuk
menetapkan pilihan yang sesuai.
Pada tahun 1973 teori Holland direvisi bahwa tipe-tipe kepribadian dan okupasi lingkungan
itu realistik, investigatif, artistik, sosial, pengusaha, dan konvensional. Dan holland juga
mnegakui bahwa pandanganya berakar dalam psikologi diferensial, teutama penelitian dan
pengukuran terhadap minat, dan tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari tipe-tipe
kepribadian. Dari dua sumber tersebut Holland mengasumsikan bahwa orang yang memiliki
minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlainan sebenarnya adalah
orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda.
Menurut Holland (dalam Ketut Sukardi 1994:50), pilihan karir ialah suatu ekspresi atau
suatu perluasan kepribadian dalam dunia kerja yang diikuti oleh identifikasi berikutnya dengan
stereotipe pekerjaan yang spesifik. Perbandingan antara diri (self) dengan persepsi terhadap
suatu pekerjaan dan penerimaan atau penolakan adalah penentu utama dalam pilihan karir.
Keseuaian antara tinjauan diri (self) seseorang dengan penetapan pemilihan pekerjaan ialah
berhubungan dengan model gaya pribadi.
2. Tipe Kepribadian Menurut Holland
John L. Holland merumuskan tipe kepribadian menjadi enam golongan, setiap
golongan dijabarkan kedalam suatu model teori yang disebut orientasi model.
Orientasi model pribadi adalah suatu proses perkembangan yang ditentukan melalaui
pembawaan dan riwayat hidup individu yang bereaksi dengan tuntutan lingkungan dengan
penyesuaian yang khas (adaptive behaviors), motif dan kebutuhan psikologis, konsep diri,
riwayat hidup, tujuan kependidikan dan karir, peran pekerjaan yang diinginkan, kemampuan
dasar, dan intelegensi. Kemiripan seseorang dengan masing-masing model disebut pola
kepribadianya. Seseorang yang paling mendekati kemiripanya dengan suatu orientasi model
tertentu, model itulah yang merupakan tipe kepribadiannya.
Dalam perkembangan tipe kepribadian merupakan hasil dari interaksi-interaksi faktor-
faktor pembawaan dan lingkungan dan interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-
57
preferensi untuk jenis aktivitas khusus yang pada giliranya mengarahkan individu kepada tipe
prilaku-prilaku tertentu yang rangkumanya adalah sebagai berikut, Manrihu 1992:
A. Tipe realistik
Tipe realistik, yaitu: tipe pribadi yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap objek-objek, alat-alat,
masin-mesin, dan binatang binatang. Tidak suka aktivitas pemberi bantuan atau pendidikan.
Preferensinya membawa kepada pengembanagn konpetensi dalam bekerja dengan benda-
benda, binatang-binaytang, alat-alat, dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi
sosial dan pendidikan. Mengggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak
cakap dalam ketrampilan sosial.
b.Tipe insvestigatif
yaitu tipe pribadi yangmemrlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik,
dan kreatif terhadap fenomea fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan
mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas persuasif, sosial, dan repuratif.
Contoh-contoh uanag memilih kebutuhan tipe ini adalah ahli kimia, fisika.
c. Tipe artistik
yaitu lebih menyukai aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk
menciptakan produk artistik, seperti lukisan, darama karangan. Tidak menyukai aktivitas yang
sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi dalam upaya artistik dikembangkan secara rutin,
sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen dan
memiliki kemapuan artistik. Ciri khusus adalah emosional, imaginatif, dan murni.
d. Tipe sosial
yaitu lebih menyukai aktivitas yang melibatkan orang lain dengan penekanan pada
membatu, mengajar, atau menyediakn bantuan. Tidak menyukai aktivitas rutin dan sistematik
yang melibatkan objek-objek dan materi-materi. Kompetensi sosial cenderung dikembangkan,
dan hal yang bersifat manual&teknik diabaikan. Menganggap diri konponen dalam membantu
dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas hubungan sosial. Ciri khusus kerja sama,
bersahabat, persuasif, dan bijaksana.
e. Tipe enterprising
yaitu lebih menyukai aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain
untuk perolehan ekonomik atau tujuan organisi. Tidak menyukai aktivitas yang sistematik,
abstrak, dan ilmuah. Konpetensi kepemimpinan, persuatif, dan yang bersifat supervisi
dikembngkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, popular, percaya
diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomi dinilai tinggi.
Ciri khusus ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
f. Tipe konvensional
yaitu lebih menyukai aktivitas yang manipulasi data yang ekplisit, teratur, dan
sistematik guna memberikan kontibusi kepada tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas
58
yang tidak pasti, bebas dan tdak sistematik. Kompetensi dikembangkan dalam bidang klerikal,
kompuasional, dan sistem usaha. aktivitasartistik, dan semacamnya diabaikan. Memandang
diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki ketrampilan klerikal nuerikal. Ciri
khusus efesien, keteraturan, praktikalitas, dan pemegang buku.
3. Teori Tipe Kepribadian
Kepribadian seseorang karena pengaruh lingkungan dan bawaan dari diri sendiri atau
keturunan, Holland menjelaskan pandanganya menjadi 3 ide yaitu:
a. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan samapai berapa jauh mereka
mendekati salah satu diantara tipe kepribadian, semakin mirip seseorang dengan salah satu
enam tipe kepribadian tersebut maka semakin tampak ciri-ciri dan corak teoritis atau tipe ideal,
yang merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal. Berdasarkan interaksi
manusia dapat menemukan hal-hal yang baru dan menyenangkan, kemudian melahirkan
sesuatu minat yang kuat dan menumbuhkan katrampilan tertentu. Bila tipe kepribadian sanagat
mirip dianatara enam tipe kepribadian maka dapat diambil profil total melalaui testing
psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.
b.Berbagai lingkungan yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan
menurut patokan samapi berapa jauh suatu lingkungan mendekati salah satu model lingkungan
yaitu: lingkungan realistik (realistik), lingkungan penelitian/pengusutan (investigative),
lingkungan kesenian (artistic), lingkungan pengusaha (enterprising), lingkungan pelayanan
sosial (sosial), lingkungan bersuasana kegiatan rutin (konvensional). Semakin mirip
lingkungan teretentu denagn model lingkungan maka semakin tampak didalamnya corak dan
suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan yang bersangkutan. Orang yang menempati
suatu lingkungan tertentu dengan tipe keribadian tertentu dan berkumpul untuk hidup bekerja
sama mereka menciptakan susana yang menarik untuk menggabungkan diri dengan tipe yang
sama, metode untuk mengetahui tipe kepribadian dapat menghitung jumlah orang yang dari
berbagai tipe dan dari jumlah tersebut ditransformasikan menjadi presentase, semakin tinggi
presentase maka semakin khas kepribadian tersebut menciptakan suasana.
c. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan
keselarasan dan kecocokan, sehingga seseorang dapat mengembnagkan diri dalam lingkungan
okupasi tertentu dan merasa puas.
4. Aplikasi Teori Holland Disekolah
Pandangan holland sangat relevan bagi bimbingan karir pada jenjang pendidikan
awal dan pendidikan tinggi. Penekanan yang diberiakn pada tingkat pemahan diri
sehubungan dengan beberapa kualitas bombingan yang dimiliki konselor untuk informasi
yang akurat mengenai lingkungan okupasi, menyandarkan lembaga bimbingan akan
tugasnya membantu individu menal dirinya dan lingkungan hal ini sangat diperlukan untuk
memilih okupasi yang matang. Selanjutntya Holland juga mengembangkan alat untuk
individu dalam pemilihan karir yaitu the occupations finder dan the self-directed search,
yang manyakan kagiatan/aktivitas yang diminati, dan dievalusi diri dalam bebrapa
ketrampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandasan pada teori
yang sama, dengan demikian individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi
untuk pertimbangan lebih lanjut.
5.Kelebihan Dan Keuntungan Teori Holland
59
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau dari proses perkembangan yang
melandas keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukkan fase tertentu dalam proses
perkembangan dan rentang umur.
Teori hollad dinilai sebagai teori komperhensif oleh para ahli psikologis karena
meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai
teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian yang menyangkut model
lingkungan dan tipe krpbadian.
6.Teori Kepribadian dan Psikologis Individu Menurut Holland
1. Realistic . Kemampuan mekanikal, psikomotor dan atlentik yang baik. Jujur, setia,
suka kegiatan diluar, lebih suka bekerja dengan alat (, tumbuhan dan hewan), lebih suka
kegiatan fisik, lebihmesin kegiatan konkrit, tidak suka bersosialisasi, menyukai hal suka yang
sederhana (buruh, petani supir).
2. Investigasi. Kemapuan memecahkan masalh dan analitis yang baik, berfikir
matematis, suka mengobservasi, lebih suka bekerja sendiri, pemberi ide, (hari-hati, kritis,
dan selalu ingin tahu), suka kedisiplinana, sistematis. Lingkungan okupasional ilmiah seperti
ahli kimia, fisika, matematik. Teknis seperti teknis lab, programer, pekerja elektronik.
3. Artistic. Berfikir abstrak, menyukai keindahan, (kreatif, suka hal kompleks,
emosional, intuitif, ideal), suka bekerja secara mandiri, (suka menyanyi, menulis, berekting,
melukis), imagnatif, tidak dapat diduga, suka sistematis.
4. Sosial. Komunikatif, (bersahabat, mudah bergaul), (suka memberi dan membantu),
baik, bertanggung jawab, mempunyai toleransi yang baik, dapat memahami, kemampuan
verbal dan personal yang baik. Okupasionalnya edukasional guru, administrasi pendidikan
dan profesor. Kesejahteraan sosial seperti pekerja sosial, sosiologi, konselor.
5.Enterprising. percaya diri, mudah beradaptasi, ambisius, (kemampuan bahasa dan
pemimpin yang baik), suka pengaruh seseorang, kemampuan interpersonal yang baik,
(penuh energi, optimis persuasif), suka mengambil resiko, spontan suka mengontrol.
Okupasinalnya manager
6. Convensioanl. Tergantung pada orang lain, tidak kreatif, ()suka disiplindan
ketetapan, suka memperhatikan detail, efesien, melaksanakan tugas secara teratur,
kelampuan klerikel dan numerical yang baik, stabil dan tradisional.
60
BAB 8
TEORI-TEORI KARIER: TEORI TRAIT AND FACTOR
A. PENGERTIAN KONSELING TEORI TRAIT AND FACTOR
Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu.
Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan
tes-tes psikologis untuk menganalisis atu mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
dimensi/aspek kepibadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau keggalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu
dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.
B. KONSEP DASAR KONSELING TRAIT AND FACTOR
Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor sifat/watak bagi
pengambilan keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama
dari sekian pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait an Factor
tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.
Sayekti (1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual
logis dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien,cara pemecahan
kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling
dengan pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula
konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling
semacam inilah yang banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar
negeri maupun di negara kita.
Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak
konseling ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di
Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa
dihubungkan dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham,
John Darley, Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan
ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan,
minat, tingkah laku dan kepribadiannya.
Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang
cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan
pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu. Williamson berpendapat
bahwa dasar konseling modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi
keunikannya tersebut, melalui pengukuran yang objektif.
61
Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah
yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell,
2011:454)
1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti kemampuannya,
minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.
3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah
perencanaan karir yang sukses.
Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar untuk
pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi asal
punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the
choice of a vacation)
C. Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang
manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
- Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan.
Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka
seorang konselor mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat
menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika manusia belajar
menggunakan kemampuannya.
- Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya
manusia tidak dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
- Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun
sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor
kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba hati
(berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampaisangat rendah.
62
Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu
struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk
menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :
A. Common Trait atau Unique Trait
a) Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya
oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama
b) unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu masing-
masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang demikian.
Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :
- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya unsur-unsur sifat
itu
-intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
2. Surface Trait dan Source Trait
a) Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.
b) Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi
yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada
sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat
asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih berarti dan
lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan
dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah
yang lebih mendasari tingkah laku seorang individu (klien).
Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan
menjadi tiga macam,yaitu:
a) Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan
untuk mencapai suatu tujuan.
b) Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau
tidaknya individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c) Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek
konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-sama
berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.
D. Pandangan Tentang Kepribadian
Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang kepribadian dalam
teori Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2. Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3. Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan
sifat yang unik.
4. Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk
memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5. Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan
ketepatan dalam tingkah laku.
63
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep dasar
dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan
dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.
E. Asumsi Dasar Trait and Factor
Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam
Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf
intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan,
yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan
yang berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada
seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
c. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif
apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
d. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri
sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang mendasari
teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan
potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum
sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan
kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri
dengan berpikir baik-baik.
F. Tujuan Konseling Trait and Factor
Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
a) membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan
membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
b) Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat
bereaksi secara wajar dan stabil.
c) Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan
menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan
pendekatan Trait and Factor adalah:
a) Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan
manusia.
b) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
c) Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
d) Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan
metode ilmiah.
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan
menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah
64
tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu
klien mengalami:
a) Klarifikasi diri (self clarification)
b) Pemahaman diri (self understanding)
c) Pengarahan diri (self acceptance)
d) Pengarahan diri (self direction)
e) Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga
dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
G. Hubungan antara Konselor dan Klien
Menurut Sayekti (2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor
adalah:
a) Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil
testing, angket dan alat pengkukur yang lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut
konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan,
pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi klien. Konselor membantu klien menentukan
tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Dengan memberitakukan sifat
serta bakat klien, maka klien dapat mengelola hidupnya sendiri dapat hidup bahagia.
b) Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
c) Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk
menentukan individualitasnya, karena ia tak dapat memahami dirinya secara penuh, diagnosis
ekternal yang dilakukan konselor melengkapi persepsinya. Berdasarkan data yang ada,
konselor merumuskan hipotesis untuk memahami individu.
d) Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi,
mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru,
yang bertugas mengajar klien belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sesuai dengan penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan
konselor disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu
pendekatan ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.
H. Proses Konseling
Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik terhadap proses
konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional, logis, dan intelektual, tetapi
dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat kepadaEmpirisme, yang
mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun manusia telah dibekali pembawaan, tetapi
itu tidak menentukan.
Masih dalam Sayekti, pelopor teori Trait and Factor E.G. Williamson dalam Theories of
Counseling and Psychotherapy menyebutkan filsafatnya Personalisme, atau mempunyai
perhatian besar terhadap keseluruhan individu, bahwa manusia merupakan seorang individu
yang unik yang sebagian dapat mempengaruhi dan menguasainya baik pembawaan dan
lingkungannya. Dalam proses pelaksanaannya teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik
yang dapat digunakan oleh Konselor untuk melakukan proses konseling. Tenik-tenik tersebut
adalah sebagai berikut:
Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam
teori Trait and Factor:
65
a) Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain yang hanya
dapat diungkap dengan tes.
b) Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi, dokumentasi, dan yang
lain.
Demikian terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam teori Trait and Factor,
yaitu teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran teknik non tes juga dibutuhkan
dalam pengumpulan data sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
memutuskan pilihan karir.
Lutfi Fauzan (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam
prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak
lanjut ( follow-up ).
a. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien
beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian yang
dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang
dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri klien pada umumnya. Data yang
dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
2. Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain sebagainya.
3. Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.
4. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya):
keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya,
lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain sebagainya.
b. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang
telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan
keseluruhan gambaran tentang diri klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien,
kelemahan serta kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri.
Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut:
cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara
konselor dan klien.
c. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema
yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan
simpulan yang logis.
Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan,
yaitu :
1. Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh, dapat
merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
2. Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu, masa kini
atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan
intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosis
sementara.
3. Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor bertanggung jawab dan
membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri,
berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab
mungkin saja secara logis mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.
66
d. Prognosis
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta berbagai
implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya
memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada
sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia
malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima
dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.
e. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada
dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam
penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis
bantuan yaitu:
1. Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
2. Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk
mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
3. Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan
trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh teraputik atau
kuratif.
5. Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.
Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan
Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:
1. belajar terpimpin menuju pengertian diri.
2. mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat
untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip
dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
5. suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien
begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.
f. Tindak Lanjut (Follow Up)
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh
layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah
yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah
dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor
harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki
keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
67
BAB 9
TEORI-TEORI: TEORI MYER BRIGHT TYPE INDIKATOR (MBTI)
A. Kajian Teori
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI IB Myers Briggs & KC, 1943/1 976) adalah
instrumen kepribadian dengan berbagai aplikasi. Tipe ini dapat dimanfaatkan dalam proses
konseling karir. MBTl telah terbukti berguna untuk para profesional dalam konseling dan
strategi dengan klien tentang preferensi klien psikologis, keluarga karir yang optimal, dan
peluang pekerjaan yang potensial.
Tipe kepribadian, sebagaimana gaya kognitif, tipe kepribadian juga merujuk pada konstruk-
konstruk yang telah digunakan untuk menjelaskan kesamaan dan pebedaan dalam modus
pemikiran, persepsi dan prilaku yang disukai oleh individu. Pada dasarnya, tipe-tipe
kepribadian adalah kategori-kategori yang dirumuskan oleh konfigurasi dua atau lebih ciri atau
atribut tertentu. Sebagai penjelasan untuk perilaku manusia, tipologi memiliki sejarah untuk
prilaku manusia, tipologi memiliki sejarah yang panjang. Sistem-sistem tipologi kerap kali
memiliki daya tarik populer yang luar biasa karena sistem-sistem ini menawarkan basis
pemahaman yang relatif sederhana namun kuat dan bisa menjelaskan prilaku seseorang atau
orang lain.
Salah satu kualifikasi tipologis yang paling bertahan dirancang oleh C.G Jung (1921-1971).
Dimana MBTI Myers-Briggs Type Indicator ini didasarkan pada pemikiran C.G Jung (1921-
1971) mengenai persepsi, judgment dan sikap yang digunakan oleh setiap tipe yang berbeda
dari individu. Persepsi adalah kemampuan psikologis individu untuk sadar pada hal-hal, orang-
orang dan ide-ide. Judgment melibatkan berbagai cara untuk menyimpulkan apa yang telah
dipersepsikan individu tersebut. Kalau orang berbeda satu sama lain ketika mempersepsikan
sesuatu juga ketika melakukan judgment, maka perbedaan ini juga mempengaruhi minat,
ketrampilan, nilai-nilai serta reaksi mereka.11
B. Empat Skala Kecenderungan
MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Walaupun
berlawanan sebetulnya kita memiliki semuanya, hanya saja kita lebih cenderung / nyaman pada
salah satu arah tertentu. Seperti es krim dan coklat panas, mungkin kita mau dua-duanya tetapi
cenderung lebih menyukai salah satunya. Masing-masing ada sisi positifnya tapi ada pula sisi
negatifnya. Nah, seperti itu pula dalam skala kecenderungan MBTI.
Berikut empat skala kecenderungan MBTI :
The MBTI® attempts to describe individual’s personality in terms of four dichotomous indices:
Extraversion (E) – Introversion (I); Sensing (S) – Intuition (N); Thinking (T) – Feeling (F);
Judgement (J) – Perception (P)
1.Extrovert (E) vs. Introvert (I)
11 Mudrika, N. 2004. “Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer Briggs Type Indicator)”.
Psikologi UGM Press. Yogyakarta
68
Dimensi EI melihat orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi
yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial, beraktifitas dengan
orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action oriented. Mereka bagus dalam hal
berurusan dengan orang dan hal operasional. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang
suka dunia dalam (diri sendiri). Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan
tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri, penuh
konsentrasi dan focus. Mereka bagus dalam pengolahan data secara internal dan pekerjaan back
office.
2.Sensing (S) vs. Intuition (N)
Dimensi SN melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan
cara bersandar pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka
menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang sudah
terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Mereka bagus
dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Sementara tipe intuition memproses data dengan
melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan
yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa
depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh inspirasi dan
ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi jangka panjang.
3.Thinking (T) vs. Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang
selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka
cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka
menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga
prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta
nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada
hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik
dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.12
4.Judging (J) vs. Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti
judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada
rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-
lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin
merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka bagus dalam penjadwalan,
penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka
yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam
12 Journal . “The Myers-Briggs Type Indicator and Career Obstacles”. Charles C. Healy Georffrey A.
Woodward
3
69
peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat
mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
Masing-masing tipe diidentifikasi dengan 4 huruf seperti ENFJ. Metode ini sangat populer,
sehingga dapat menemukannya pada pribadi seseorang. Dengan menggabungkan dimensi yang
berlainan, Myers dan briggs mengidentifikasi 16 jenis kepribadian yang berbeda, setiap
kepribadian dengan kelebihan dan minatnya sendiri. Dengan menjelaskan sebagai berikut :
ISTJ ISFJ INFJ INTJ
ISTP ISFP INFP INTP
ESTP ESFP ENFP ENTP
ESTJ ESFJ ENFJ ENTJ
1.ISTJ (Introverted sensing with thinking)
Perasaan introvert dengan berfikir. Mereka ini adalah tulang punggung kekuatan. Mereka
saling berusaha mengubah pasangan atau orang lain. Mereka cocok menjadi praktisi bank,
auditor, akuntan, analis pajak, pengawas perpustakaan, dan rumah sakit, pebisnis, dan
sebagainya.
4
2.ISFJ (Introverted sensing with feeling)
Pengindraan introvert dengan perasaan. Orang ini senang melayani dan pekerja keras. Mereka
tidak menyenangi waktu luang dan akan berusaha mencari-cari masalah apabila tidak ada yang
akan dikerjaan. Mereka cocok menjadi perawat, guru, sekretaris, pustakawan, manager, dan
ibu rumah tangga.
3.INFJ (Introverted intuiting with feeling)
Pengintuisian introvert dengan perasaan. Tipe ini adalah pelajar atau pekerja serius yang benar-
benar ingin punya andil. Mereka suka menyendiri dan mudah tersinggung. Mereka bisa
menjadi pasangan yang baik dan seara fisik sangat menyenangkan. Mereka dianggap mampu
memahami aspek kejiwaan orang lain. Mereka dapat menjadi terapis, pengabdi masyarakat dan
menteri yang baik.
4.INTJ (Introverted intuiting with thinking)
Pengintuisian dengan berfikir. Ini adalah tipe yang paling independen dibanding tipe-tipe yang
lain. Mereka menyenangi logika dan gagasan baru serta mau terjun kedalam penelitian ilmiah.
70
Tapi tidak jarang diantara mereka menjadi orang yang picik. Mereka cocok dalam pekerjaan
analisis komputer, insinyur, hakim, pengacara, ilmuwan, ilmuan sosial.
5.ISTP (Introverted thinking with sensing)
Berpikir introvert dengan mengindra. Orang semacam ini menyenangi tindakan, tidak memiliki
rasa takut dan selalu ingin gembira. Mereka akan sangat impulsif dan berbahaya apabila
dihentikan. Mereka lebih menyenangi perkakas, alat-alat dan senjata, dan biasanya cocok
sebagai ahli teknik. Mereka tidak senang berkomunikasi dan kerap didiagnosis sebagai orang
yang hiperaktif. Biasanya orang semacam ini tidak pintar disekolah.
6.ISFP (Introverted feeling with sensing)
Perasaan introvert dengan mengindra. Mereka ini adalah orang yang pemalu dan cepat lelah,
tidak suka bicara tapi senang pekerja fisik. Mereka cocok jadi pelukis, pematung, komposer,
dan penari (seni seara umum), dan mereka mencintai alam. Mereka ini tidak terlalu peduli
dengan komitmen.
7.INFP (introverted feeling with intuiting)
Perasaan intreovert dengan intuisi. Mereka ini adalah orang-orang yang idealis, mau
mengorbankan dirinya, sangat dingin dan mampu menahan diri. Mereka lebih mementingkan
keluarga, tapi dengan cara yang santai. Anda akan menemukan mereka berkiprah dibidang
psikologi, arsitekturm, agama tapi tidak dalam bisnis.
5
8.INTP (introverted thinking with intuiting)
Berpikir introvert dengan intuisi. Orang ini dapat dipercaya, selalu berpikir masak-masak, dan
pemaaf serta sangat mencintai buku. Mereka cenderung sangat hemat dengan bahasa yang
dipakai, menyenangi logika dan matematika. Mereka cocok jadi filosof atau ilmuan teoritis,
tapi tidak tepat menjadi penulis atau sales.
9.ESTP (Extroverted sensing with thinking)
Mengindra extrovert dengan berpikir. Tipe ini adalah orang yang berorientasi pada tindakan,
kadang canggih, kadang sembrono, seperti James Bond. Sebagai pasangan, orang ini sangat
menyenangkan dan hangat, tapi mereka lemah pada soal komitmen. Mereka dapat menjadi
pengusaha atau artis yang baik.
10.ESFP (Extroverted sensing with feeling)
Mengindra ekstrovert dengan perasaan. Orang ini bersifat impulsif, mereka tidak tahan dengan
kecemasan. Mereka cocok sebagai sosok yang tampil kedepan karena sangat menyenangi publi
relation dan sangat senang dengan telepon. Mereka tidak akan pernah menyenangi hal-hal
akademis, terutama sains. Mereka cocok dalam pekerjaan penitipan anak, insinyur
pertambangan, sekertaris dan supervaisor.
11.ENFP (Extroverted Intuiting With Feeling)
Pengintuisian extrovert lewat perasaan. Tipe orang ini suka hal-hal yang baru dan kejutan.
Mereka sangat dikuasai oleh perasaan dan ekspresi. Mereka sangat peka dengan perubahan
tubuh dan mempunyai kesadaran diri yang baik. Mereka cocok menjadi sales, politisi, dan
actor.
71
12.ENTP (Extroverted Intuiting With Thinking)
Pengintuisian ekstrovert dengan berpikir. Tipe ini adalah orang yang hidup dan bersemangat,
tidak cuek, dan tidak pula rapi. Sebagai pasangan, mereka sedikit tidak menyenangkan,
khususnya secara ekonomi. Mereka cocok menjadi analis dan entertainer. Mereka juga
cenderung ingin mengedepankan diri.
13.ESTJ (Extroverted thinking with sensing)
Berfikir ekstrovert dengan mengindra. Mereka adalah pasangan yang bertanggung jawab,
orang tua yang baik dan pekerja yang loyal. Mereka bersifat realistis dan menyayangi tradisi
yang berlaku. Mereka cocok menjadi administrator, manajer keuangan, pengawas.
14.ESFJ (Extroverted Feeling With Sensing)
Perasaan ekstrovert dengan mengindra. Tipe ini adalah orang yang menyukai harmoni. Mereka
bisa tegas untuk menyatakan “ya atau tidak”. Mereka cenderung tergantung, terutama pada
orang tua dan kemudian pada keluarga. Mereka mengabdikan hati dan hidupnya untuk orang
lain. Mereka cocok menjadi pekerja kesehatan, manajer kantor, sekertaris dan guru.
15.ENFJ (Extroverted Feeling With Intuting)
Perasaan extrovert lewat intuisi. Tipe orang ini adalah suka bicara. Mereka cenderung melebih-
lebihkan kawannya. Mereka akan menjadi orang tua yang baik, tapi cenderung membiarkan
diri mereka dimanfaatkan oleh orang lain. Mereka cocok menjadi Ahli terapi, guru, eksekutif
perusahaan dan sales.
16.ENTJ (Extroverted Thinking With Intuiting)
Berfikir ekstrovert dengan intuisi. Tipe kepribadian ini adalah orang yang suka dirumah dan
berkumpul dengan keluarga. Mereka menyenangi organisasi dan struktur yang tertata. Tipe ini
sangat cocok untuk eksekutif perusahaan dan administrator.
Myers-Briggs Type Indicator dapat digunakan bagi pendidik untuk memahami banyaknya
ragam cara yang dapat dilakukan peserta didik untuk merasakan dan menilai informasi saat
belajar.
Di dalam kajian Myers-Briggs Type Indicator, bahwasanya :
“Psychometrics and personality tests can be hugely beneficial in improving knowledge of self
and other people, example : motivations, strengths, weaknesses, preferred thinking and
working styles, and also strengths and preferred styles for communications, learning,
management, being managed, and team-working”
Akan tetapi menurut Jung, sebagian dari kita extraverts (McGuire dan Hull 1997: 213).
Ekstravert adalah preferensi Jung. Semua kutipan adalah untuk McGuire dan Hull, bahwasanya
mereka lebih dipengaruhi oleh lingkungan mereka daripada niat mereka sendiri. ekstravert
adalah orang yang pergi oleh pengaruh dunia luar , misalnya masyarakat atau rasa persepsi.
Namun hasil-haisl MBTI Myers-Briggs Type Indicator, tidak seperti hasil dari inventori
kepribadian lainnya, terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh responden dan disajikan
dalam cara yang tidak menilai. Dua dari premis paling dasar yang digunakan dalam
menaksirkan hasil-hasil MBTI adalah (a) bahwa semua tipe itu berharga dan niscaya serta
memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu, (b) bahwa individu lebih terampil dalam fungsi ,
72
proses, dan sikap yang mereka sukai. Ciri-ciri itu telah meningkatkan popularitas MBTI dan
aplikasinya untuk berbagai maksud, termasuk bimbingan karir, konseling, dan selektif tim serta
pengembangan tim.
C. Manfaat MBTI
Bimbingan Konseling
MBTI sangat berguna di dunia pendidikan dan pengembangan karir. MBTI bisa digunakan
sebagai panduan untuk memilih jurusan kuliah sampai dengan profesi yang cocok dengan
kepribadian.
Pengembangan Diri
Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus kelemahan
(Weakness) yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus mengembangkan kelebihan kita
sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif kita.
Memahami Orang Lain Dengan Lebih Baik
MBTI membantu memperbaiki hubungan dan cara pandang kita terhadap orang lain. Kita bisa
lebih memahami dan menerima perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan
berperilaku seperti cara kita berprilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Individu lebih mudah dipahami melalui tes kepribadian karena hanya ada 2 pilihan alternatif
yaitu “Ya atau Tidak”.
Dengan metode ENFJ dalam MBTI memudahkan individu untuk menyesuaikan pribadinya
dengan pekerjaan yang di sukainya.
Individu menggunakan minat, bakat, kemampuan, dan niat dalam dirinya untuk memilih karir
yang sesuai dengan kepribadiannya tanpa ada paksaan dari luar.
Tujuan dari MBTI dibuat untuk mempelajari tipe kepribadian berdasarkan teori Jung.
Individu mencoba menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan
karirnya berdasarkan fakta yang ada dilingkungannya.
Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus kelemahan
(Weakness) yang ada pada diri sendiri.
Kekurangan:
Individu cenderung merasa terpaksa atas pilihannya, karena harus memilih salah satu pilihan
yang keduanya dianggap sesuai dengan kemampuannya.
Individu lebih dituntut atas niat dalam dirinya saja, tanpa melihat faktor pendukung lain yang
berada dilingkungannya.13
13 Journal . “Using the myers-briggs type indicator® in career counseling”. R. Bryan Kennedy
D. Ashley Kennedy
73
BAB 10
TEORI-TEORI DONALD E. SUPER
A.PENGERTIAN BIMBINGAN KARIER
Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta
membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai
bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman
belajar bidang studi. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk
kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan
bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan
dengan persyaratan-persyaratan dan tuntan pekerjaan / karir yang dipilihnya (Ruslan A.Gani :
11) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia
kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab
B.KONSEP-KONSEP DASAR TEORI DONALD SUPER
Donal Super memberikan suatu pandangan bahwa perkembangan karier merupakan suatu
yang luas, karena perkembangan karier tersebut mencakup berbagai faktor, baik dalam
dirinya sendiri maupun faktor lingkungan yang mempengaruhi pekembangan karier. Faktor
dalam diri yaitu bisa mencakup sifat-sifat kepribadiannya, intelektual dan diluar diri individu
bisa faktor ekonomi keluarga, sosial serta budaya, tetapi titik berat dari semua yang
disebutkan di atas yaitu faktor-faktor dalam diri individu itu sendiri
Teori donald Super ini lebih menekan tentang self consept, unsur yang paling mendasar dari
teori Super ini ialah konsep diri atau gambaran diri sehubung dengan pekerjaan yang akan di
lakukannya dan di pegangnya. Gambaran diri ini merupakan suatu dorongan internal untuk
mengantarkan seseorang ke suatu bidang pekerjaan untuk mencapai kesusksesan dan
merasakan kepuasan tersendiri. Dengan gambaran diri ini maka individu bisa mewujudkan
atau mengekpresikan dirinya melalui suatu pekerjaan tertentu. Berikut ini beberapa prinsip
dasar teori Donald Super
1.Setiap orang mempunyai potensi.
2.Setiap orang mempunyai Konsep diri ( self consept ).
3.Pengembangan karir adalah kehidupan panjang dan terdiri dari lima tahap utama
74
kehidupan: Growth, Exploration, Establishment, Maintenance and Disengagement .
4. Ada lima tahapan berurutan. Seseorang melalui siklus dari masing-masing tahapan ketika
mereka mulai memasuki transisi karir.
5. Seseorang memainkan peran yang berbeda sesuai dengan kehidupannya termasuk peran
sebagai pekerja
C.TEORI PERKEMBANGAN DONALD SUPER
Teori self-concept merupakan bagian yang sangat penting dari pendekatan Super terhadap
perilaku vokasional. Penelitian menunjukkan bahwa vocational self-concept berkembang
melalui pertumbuhan fisik dan mental, observasi kehidupan bekerja, mengidentifikasi orang
dewasa yang bekerja, lingkungan umum, dan pengalaman pada umumnya. Pada akhirnya,
perbedaan dan persamaan antara diri sendiri dan orang lain akan terasimilasi. Bila
pengalaman yang terkait dengan dunia kerja sudah menjadi lebih luas, maka konsep diri
vokasional yang lebih baik pun akan terbentuk. Meskipun vocational self-concept hanya
merupakan bagian dari konsep diri secara keseluruhan, namun konsep tersebut merupakan
tenaga penggerak yang membentuk pola karir yang akan diikuti oleh individu sepanjang
hidupnya. Jadi, individu mengimplementasikan konsep dirinya ke dalam karir yang akan
menjadi alat ekspresi dirinya yang paling efisien. Menurut Super ada 5 Proses perkembangan
karier melalui tahapan usia yaitu:
1.Tahap Pengembangan (Growth) 0-15 tahun
2.Tahap Eksplorasi (Exploration) 15-24 tahun
3.Tahap Pemantapan (Establishment) 25-44
4.Tahap Pembinaan (Maintenance) 45-64 3
5.Tahap penurunan ( decline ) 65 tahun ke atas Berdasarkan tahapan umur diatas maka setiap
tahapan umur mempunyai tugas-tugas perkembangan vokasional berdasarkan umur tertentu
yaitu
1.Perencanaan (Crystalization) antara umur 14-18 tahun
2.Penentuan (Specification) antara umur 18-21 tahun
3.Implementasi antara umur 21-24
tahun 4.Pemantapan
(Establishment) antara 24-35 tahun 5.Pengakaran
(Consolidation) sesudah umur 35 tahun Pemetaan proses perkembangan karier Super dalam
tahapan usia sebaga berikut
Tahapan umur Karakteristik Tahap pertumbuhan ( growth ) 0-15 tahun Pembentukan konsep
diri, mengembangkan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan serta membentuk sebuah
pemahaman umum dari dunia kerja Tahap penjajakan (ekplorasi ) 15-24 tahun try out”
melalui kelas – kelas, pengalaman kerja, hobi – hobi. Mengumpulkasn informasi yang
relevan. Pilihan tentative dan pengembangan skill – skill terkait
Tahap pemantapan (establishment) 25-44 tahun Memasuki pembangunan skill dan stabilisasi
melalui pengalaman kerja. Tahap pembinaan (maintenance) 45-65 tahun Proses penyesuaian
berlanjut untuk meningkatkan posisi. Tahap penurunan ( decline ) 65 tahun ke atas Mengurangi
output, menyiapkan diri untuk masa pensiun. 4 Pemetaan Tahap Tugas perkembangan
vokasional yaitu :
Vokasional Umur Karakteristik Crystalization 14-18 tahun Mengembangkan dan
merencanakan sebuah tujuan vokasional yang mungkin untuk diraih oleh individu. Spesifikasi
75
18-21 tahun Memantapkan tujuan vokasional yang dipilih. Implementasi 21-24 tahun
Melakukan Pelatihan dan menghasilkan pekerjaan. Stabilitasi 24-35 tahun Bekerja dan
memantap pilihan karir. Konsolidasi 35 tahun ke atas Peningkatan dalam karir yang dipilih.
Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada masing-masing tahapan
merupakan indikasi kematangan vokasional (vocational maturity).
Kematangan vokasional itu tampaknya lebih terkait dengan inteligensi daripada usia. Hasil
penelitian longitudinal (Super, 1951) yang mengikuti perkembangan sejumlah siswa kelas 9
menunjukkan bahwa berbagai ciri kematangan vokasional (seperti merencanakan, menerima
tanggung jawab, dan kesadaran akan berbagai aspek pekerjaan yang disukai) tidak beraturan
dan tidak stabil selama periode SMA. Akan tetapi, individu yang dipandang memiliki
kematangan vokasional di kelas 9 (berdasarkan pengetahuannya tentang okupasi, perencanaan,
dan minat) secara signifikan lebih berhasil ketika mereka mencapai awal masa dewasa.
Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara kematangan karir dengan pencapaian
anak remaja dalam self-awareness, pengetahuannya tentang okupasi, dan kemampuannya
dalam perencanaan. Jadi, perilaku vokasional di kelas 9 memiliki validitas prediktif untuk masa
depannya.
Dengan kata lain, individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada
setiap tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa kehidupan
selanjutnya.
Konsep kematangan karir yang dikembangkan oleh Super itu mempunyai implikasi yang besar
bagi program pendidikan karir dan konseling karir. Fase-fase perkembangan kematangan karir
merupakan titik di mana kita dapat mengidentifikasi dan mengakses sikap dan kompetensi yang
terkait dengan pertumbuhan karir yang efektif. Lebih jauh, gambaran tentang sikap dan
kompetensi yang diharapkan dicapai dalam setiap tahap itu memungkinkan kita menentukan
tujuan instruksional dan konseling yang dirancang untuk membantu perkembangan
kematangan karir Aspek-aspek perkembangan dari teori Super memberikan penjelasan tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi proses pemilihan karir. 5 Dua prinsip dasar berikut
individu pergunakan dalam teori perkembangan pada umumnya :
1.Perkembangan karir merupakan proses seumur hidup yang terjadi pada periode-
periode perkembangan tertentu.
2.Konsep diri terbentuk pada saat masing-masing fase kehidupan mendesakkan pengaruhnya
pada perilaku manusia. Super (1984) mengklarifikasi pandanganya tentang teori konsep diri
bahwa pada esensinya konsep diri merupakan kecocokan antara pandangan individu terhadap
atributnya sendiri dengan atribut yang dibutuhkan oleh sebuah okupasi. Super membagi teori
konsep diri ke dalam dua komponen:
1.Personal atau psikologis, yang berfokus pada cara individu memilih dan beradaptasi pada
pilihannya
2.Sosial yang berfokus pada asesmen pribadi yang dilakukan oleh individu terhadap situasi
sosioekonominya dan struktur sosial di mana dia bekerja dan tinggal saat ini. Hubungan
antara konsep diri dengan perkembangan karier merupakan salah satu kontribusi utama teori
Super.
Jika konselor akan merancang strategi yang efektif dalam bekerja sama dengan klien, mereka
harus akrab dengan setiap tahapan dan sub-tahapan sehingga mereka dapat menyesuaikan
76
teknik mereka yang sesuai dengan tugas-tugas unik tertentu bagi tonggak perkembangan.
Sebagai contoh, konselor pada sekolah dasar akan sangat bodoh jika untuk membantu anak
dalam membuat pilihan karir tertentu, dan konselor perguruan tinggi lalai untuk mendorong
mahasiswa agar cepat menjadi mapan dalam kariernya.
Pendekatan perkembangan Super telah menambah dimensi penting dalam pemahaman
tentang proses pengembangan karir dengan membuat kita menyadari tugas perkembangan
secara menyeluruh yang dihadapi individu-individu sepanjang hidup mereka. Konsep
kematangan karir yang dikembangkan oleh Super itu mempunyai implikasi yang besar bagi
program pendidikan karir dan konseling karir. Fase-fase perkembangan kematangan karir
merupakan titik di mana kita dapat mengidentifikasi dan mengases sikap dan kompetensi
yang terkait dengan pertumbuhan karir yang efektif. Lebih jauh, gambaran tentang sikap dan
kompetensi yang diharapkan dicapai dalam setiap tahap itu memungkinkan kita menentukan
tujuan instruksional dan konseling yang dirancang untuk membantu perkembangan
kematangan karir. Dalam teori super ini juga dapat digunakan sebagai dasar konseling karier
yang bisa digunakan oleh seorang konselor sebagai salah satu teknik dalam memberikan
bimbingan karier. Keobyektifan dalam konseling karier dapat membantu perkembangan
karier individu dalam mencapai kematangan dalam berkarier. 6 Proses tersebut dapat dibagi
menjadi 6 komponen-komponen (Super, Thomson, Jordaan & Myer, 1984 ). 1.Perencanaan
Karier 2.Ekplorasi Karier
3.Pembuatan keputusan
4.Informasi Dunia kerja
5.Pengetahuan pekerjaan yang lebih di sukai
6.Orientasi karier
77
BAB 11
PEMAHAMAN DIRI: POTENSI DIRI, ARAH PILIH KARIR, TEKNIK
PENGUKURAN, POTENSI DIRI DAN MENGUKUR KEPUTUSAN KARIR
A. Pemahaman Diri
Pemahaman diri merupakan suatu bentuk upaya pencitraan diri seseorang tentang
bagaimana individu tersebut memahami akan kekurangan dan kelebihannya. Maka individu
tersebut akan membentuk rasa percaya diri yang timbul dari pemahaman dirinya. Karena, orang
dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka tidak terus menerus merenungi diri
sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan
mereka selalu ingin tahu bgaimana pendapat orang lain tentang diri mereka.
Maria Antoinete menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang
memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis),
identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi.
Pemahaman diri adalah suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi dan atau
masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.
Menurut Santrock, Pemahaman diri (self – Understanding) adalah gambaran kognitif
remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja.
Menurut Hartono pemahaman diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam atas
potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap yang
mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan siswa atas
keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri. Kekuatan merupakan
seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat potensial maupun aktual.
Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan pribadi siswa, sedang kekurangan
siswa adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki siswa. Kekurangan siswa menggambarkan
ketidak mampuan siswa yang menjadi hambatan siswa dalam meraih cita-cita.
Kalau seseorang memiliki pemahaman diri yang baik, mereka akan :
78
6. Sangat menyadari kekuatan mereka dan karena itu jauh lebih mampu
mengembangkan kemampuan mereka sepenuhnya.
7. Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka dan karena itu kecil kemungkinan
mereka membiarkan diri mengalami kegagalan berulang kali.
8. Tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas mereka sendiri dan karena itu
mereka jauh lebih mampu dan puas menjadi seorang ‘pribadi’ dan tidak mengikuti
begitu saja ‘khalayak ramai’.
9. Cenderung mempunyai teman-teman yang ‘tepat’ karena mereka tahu apa yang mereka
inginkan dari persahabatn itu.
10. Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain dan tidak selalu melonjak untuk
membela diri, begitu dikritik orang.
11. Mau dan sedia mendapat bantuan dan pelajaran karena mereka bukan ‘orang yang serba
tahu’.
Apabila kita sudah memahami tentang dirinya maka akan timbul citra diri. Maksudnya adalah
jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif
sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra
positif adalah orang yang beruntung.
3. Tujuan Pemahaman Diri
Pemahaman diri merupakan aspek penting bagi siswa SMA. Siswa yang memahamai diri lebih
memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum mengenal
dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah memahi
kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada dalam
diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka
memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri.
pemahaman diri ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia
kerja, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier.Pemahaman diri atau disebut knowing
yourself oleh Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra merupakan aspek penting dalam
pengambilan keputusan selanjutnya kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan karier
merupakan wujud nyata dari kematangan perkembangan karier siswa.
Tujuan pemahaman diri bagi siswa adalah:
Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka yang mencakup: minat, abilitas, dan cita-
cita sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi diri.
79
Siswa bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan
persiapan yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier.
Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier
Siswa mampu mengambil keputusan karier secara mandiri
4. Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirin
mereka yang memahami diri yaitu :
Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-
konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan
dengan makna kehidupan
Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk
mencapai arah dan tujuan hidup mereka
Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah
bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya
Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang , akan
muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap
kehidupan mereka.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa
Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan
kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang turut
mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang
terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup
adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang
mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Terhadap pemahaman diri siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi,
guru mata pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah mencakup empat
bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan bimbingan
80
belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor perlu melaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya adalah layanan informasi.
Pemahaman diri siswa di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang
bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup,
potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau kelebihan dan
kekurangan/ kelemahan diri.
6. Aspek-aspek pemahaman diri
Aspek Fisik
Seluruh anggota badan individu termasuk bagian-bagiannya. Artinya individu harus
mengenali dan memahami kondisi jasmaniahnya dengan segala potensinya. Apakah kondisi
jasmani semua sehat ? Apakah kondisi jasmaniahnya normal dan sebagainya. Hal ini penting
agar individu mampu mengambil keputusan dengan tepat dan mampu menyikapi hidup ini
dengan benar.
Aspek Psikis
Adalah yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu.Bagaimana kecerdasannya,
bagaimana emosinya.Sehingga individu mampu menyikapi pilihan-pilihan karir dan masa
depan juga mampu menempatkan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain
Aspek Minat.
Minat adalah rasa tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Hal ini penting untuk
dipahami individu,karena dengan adanya minat yang kuat terhadap obyek pilihan maka
prestasi, keberhasilan yang diharapkan mudah tercapai demikian juga sebaliknya. Oleh karena
itu perlu penanaman minat terhadap diri individu terhadap berbagai obyek positif,sehingga
timbul rasa menyenangi dengan motivasi tinggi.
Aspek Bakat.
Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan bersifat menurun (
genetik ). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah agar individu mampu
mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat berkembang dengan baik apabila
ditunjang dengan sarana dan prasarana. Oleh karena itu peran semua masyarakat untuk
memberi wadah penyaluran bakat-bakat terpendam positif sehingga memunculkan putra-putri
berbakan di tanah air kita.
81
Aspek Cita-cita.
Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri seseorang. Ada yang menyebut “Potret
Diri” seseorang. Artinya apabila individu mengatakan dengan lisan, misalnya : “Cita-cita saya
ingin menjadi TNI/POLRI”. Individu harus memahami apakah dirinya sudah memiliki potret
diri menjadi seorang TNI/POLRI..Sudah tergambarkah secara keseluruhan dalam diri individu
kriteria , syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi untuk bisa menjadi anggota
TNI/POLRI. Hal ini penting untuk dipahami dengan cermat gambaran dirinya,sehingga ia
benar-benar mampu dan dapat memilih karir sesuai dengan cita-citanya.
Aspek Kebutuhan-kebutuhan Pokok
Hal ini penting juga untuk dipahami oleh individu,kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa
yang diinginkan dalam menjalani kehidupan ini. Apakah hidup ini hanya untuk makan atau
makan untuk hidup.Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan jasmani saja, atau
individu disamping perlu kebutuhan-kebutuhan untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan
bathin, dan sebagainya. Misalnya : makan,minum,keamanan, kasih sayang, rekreasi,aktualisasi
diri,sosialisasi,dan sebagainya. Oleh karena itu individu perlu menentukan kebutuhan-
kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam hidup ini.
Aspek Gaya Hidup
Gaya hidup yang diinginkan oleh masing-masing orang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ada yang ingin bergaya hidup elite, ada yang ingin bergaya hidup biasa-biasa saja atau bergaya
hidup sederhana. Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”,ini perlu dipahami dengan benar.
Individu hendaknya menyesuaikan dengan kemampuannya,sehingga dalam menyikapi hidup
ini tidak diperbudak oleh hawa nafsunya.Ketrampilan, kerja keras, pengalaman dan sebagainya
akan mempermudah untuk memutuskan gaya hidup seseorang.
B. Potensi Diri
Secara harfiah, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras atau
kuat. Budianto (2004) mengartikan kata potensi berarti kemampuan ,kekuatan dayab baik yang
belum terwujud maupun yang sudah terwjud tetapi belum optimal. Dalam kamus bahasa
Indonesia dikemukakan bahwa potensi adalah kemampuan-kemampuan atau kualitas-kualitas
yang dimiliki seseorang namun belum dipergunakan secara maksimal. Sedangkan menurut
82
Buchori Zainun seebagaimana di kutip Budianto (2004), potensi adalah daya. Daya tersebut
bisa bersifaat positif yang berupa power (kekuatan) dan bersifat negatif atau kelemahan
(weakness). Contoh potensi manusia antara lain : Kejujuran, Ketegasan, Kematangan,
Kedewasaan, Kecerdasan, Kebijakan, Kebenaran, dll
Potensi diri merupakan suatu gambaran citra diri individu tentang sejauh mana kita
mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri, sejauh mana kita punya sesuatu yang kita
rasakan bernilai atau berharga di dalam diri sendiri. Citra diri yang sehat sangat penting untuk
dimiliki oleh semua orang untuk bidang apapun. Bagaimana kita melihat diri sendiri sangat
mempengaruhi seberapa baik dan seberapa jauh kita menjalani kehidupan. Itu sebabnya Mark
Browser berpendapat “Jika seseorang yang mempunyai profesi namun tidak memiliki citra diri
yang baik, maka orang tersebut tidak akan berhasil di bidangnya.
Orang yang memiliki citra diri yang positif adalah orang yang telah mampu menerima,
menghargai dan menyukai dirinya sendiri serta orang lain. Dengan dasar dimana individu
tersebut mengetahui akan potensi dirinya, orang ini akan relatif lebih mudah untuk
membangkitkan rasa percaya diri dalam melakukan pencarian prospek kedepannya.
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Kemampuan dasar: seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya
tangkap.
Etos kerja : seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap
tekanan.
Kepribadian : yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan
seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara
khas di bawah aneka pengaruh luar.
Cara kita memperbaiki potensi diri, di antaranya :
Intropeksi diri
Merasa terus kecewa dengan diri sendiri apabila selalu merasa mengecewakan orang
lain.
Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berusaha memperbaiki diri.
83
Menerima kritikan untuk diperbaiki lagi.
Adapun aspek-aspek memahami akan potensi diri dari setiap cara hidup yang ada:
Watak / karakter
Watak atau karakter, kepribadian (personality) menurut Allport adalah satu dan semua
akan tetapi bisa berbeda bila dipandang dari segi yang berlainan. Kalau kita hendak
menggunakan norma atau menggunakan penilaian, maka lebih tepat dipergunakan istilah
“watak” dan kalau kita tidak memberikan penilaian atau hanya memberikan gambaran apa
adanya maka dipakai istilah “kepribadian”.
Bakat
Bakat yaitu kemampuan individu untuk melakukan sesuatu dengan sedikit sekali
tergantung pada faktor latihan, hal ini sering juga disebut bakat khusus. Sedang bakat
umum adalah kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang berkaitan dengan intelegensi.
Bakat merupakan potensi-potensi yang berisi kemungkinan untuk berkembang kesuatu
arah. Bakat bukanlah sesuatu yang terjadi dan terbentuk pada waktu individu dilahirkan,
tetapi baru merupakan potensi-potensi saja, agar potensi ini menjadi nyata/terwujud
dibutuhkan kesempatan untuk mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut, karena itu ada
bakat yang tidak dapat berkembang karena kesempatan kurang atau tidak memungkinkan,
sehingga muncul istilah bakat terpendam.
Minat/Inters
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan yang biasanya diikuti dengan perasaan senang, apa yang direnungkan
individu sehari-hari seringkali mempengaruhi minat individu tersebut dalam mempelajari
sesuatu. Jika sejak dini individu diperkenalkan atau diberikan informasi yang menarik
tentang sesuatu hal, maka potensi yang di miliki individu tersebut akan lebih menonjol.
Cita-cita
Cita-cita atau keinginan merupakan tujuan atau hal yang ingin dicapai pada kehidupan
mendatang. Oleh karena itu belajar yang efektif baik dan teratur diyakini dapat membantu
tercapainya cita-cita yang diinginkan.
Sikap
Menurut Bimo Walgito, sikap adalah sebagai suatu efek baik yang bersifat positif maupun
negatif dalam hubungan dengan obyek psikologis. Efek positif yaitu senang, dengan demikian
adanya sikap menerima atau setuju. Sedangkan efek negatif adalah adanya sikap menolak atau
tidak senang.
84
7. Ciri Potensi Diri
Ciri-ciri seseorang yang memahami atau mengerti potensi dirinya itu dapat atau bisa dilihat
dalam sikap serta perilakunya sehari-hari baik itu di dalam kehidupan keluarga, sekolah serta
masyarakat disebabkan ini bisa menjadi tolak ukur bagi seseorang terebut. Selain dari itu
seseorang yang berpotensi itu memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut :
f. Senang belajar dan selalu melihat kekurangan dirinya.
g. Mempunyai sikap yang luwes.
h. Tidak takut melakukan perubahan secara total untuk perbaikan.
i. Tidak menyalahkan orang lain maupun keadaan.
j. Mempunyai sikap yang tulus bukan kelicikan.
k. Rasa tanggung jawab ada padanya.
l. Menerima kiritik dan saran dari orang.
m. Berjiwa optimis, tidak mudah putus asa.
8. Mengembangkan Potensi Diri
a. Introspeksi Diri “Pengukuran Individual”
Dengan berdasarkan cara ini, seseorang itu meluangkan waktunya untuk dapat
mengevaluasi apa yang sudah dilakukannya selama ini, apa yang sudah atau telah ia raih serta
apa yang ia punyai saat yang mana hal tersebut sebagai suatu kelebihan yang dapat atau bisa
mendukung serta apa yang ia miliki yakni sebagai suatu kekurangan yang memperlambat
tercapainya prestasi tinggi. Cara ini sangat efektif yang mana individu tersebut bersikap jujur,
terbuka pada dirinya sendiri, mau dengan sungguh-sungguh untuk memperhatikan kata
hatinya.
b. Feedback Dari Orang Lain
Feedback dari orang lain artinya seseorang itu kemudian meminta masukan berupa data
penilaian atau juga informasi mengenai dirinya menurut pendapat orang lain. Masukan berupa
umpan balik “feedback” tersebut kemudian mencangkup segala sesuatu mengenai sikap serta
juga perlikau seseorang yang terlihat dipersepsi oleh orang lain yang berjumpa dengannya,
85
berinteraksi dengannya. Cara lain untuk memiliki tujuan untuk membantu seseorang
memperbaiki diri serta juga meningkatkan potensi diri.
9. Jenis Kemampuan Potensi Diri
Jenis potensi diri tersebut bisa atau dapat dipahami yakni sebagai kemampuan atau juga
kecerdasan seseorang yang munculnya bisa dari bakat, atau juga dari belajar.
E. Kemampuan sosiologis
Merupakan kemampuan dimana seseorang untuk peka terhadap suatu permasalahan sosial
di lingkungan sekitar. Kepekaan tersebut mendorong dirinya untuk kemudian berpikir kritis
serta emansipatoris. Simpati serta empati adalah wujud dari kepekaan yang dimiliki mereka
yang punya potensi kemampuan berpikir secara sosiologis.
F. Kemampuan naturalis
Merupakan suatu kemampuan yang seseorang untuk kemudian merasa peka terhadap
lingkungan alam sekitar. Orang yang memiliki potensi kemampuan naturalis tersebut
kemudian akan merasa sakit apabila alam itu disakiti. Tak hanya itu, potensi tersebut juga dapat
atau bisa digambarkan dengan adanya kemampuan di dalammemahami kehidupan ekologi di
bumi.
G. Kemampuan musikal
Merupakan kecerdasan seseorang di dalam menciptakan harmoni lewat suatu suara. Suara
ini umumnya diciptakan lewat permainan dari alat musik. Skill di dalam memainkan alat musik
serta kecerdasan dalam menghayati alunan nada ini adalah beberapa contoh potensi yang hanya
dipunyai oleh orang tertentu.
H. Kemampuan spasial
Merupakan suatu kecerdasan yang berhubungan dengan adanya pemahaman akan ruang
spasial. Ruang spasial tersebut sering dikaitkan dengan suatu pemetaan. Sopir profesional itu
biasanya akan mengembangkan potensi ini. Contoh, pada saat ia lewat suatu jalan yang asing,
kemudian masuk ke dalam gang-gang yang sempit, ia masih tetap bisa keluar dari gang itu
tanpa kesasar. Kemampuan ini adalah kemampuan spasial.
86
I. Kemampuan visual
Merupakan kecerdasan di dalam menciptakan kreasi visual. Kreasi tersebut dapa atau bisa
berupa gambar, lukisan, atau juga film. Tak hanya hal tersebut, mereka yang punya potensi
tersebut bisa atau dapat memahami suatu teka-teki yang tampak dengan secara visual, misalnya
seperti menerjemahkan makna dari sebuah lukisan.
J. Kemampuan logika
Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam berpikir logis serta matematis. Potensi
tersebut berhubungan dengan kecerdasan di dalam pikirannya untuk kemudian memahami
sesuatu hal itu secara numerik, termasuk itu menghitung serta juga menghapal rumus-rumus
matematis. Potensi kemampuan logika tersebut dapat atau bisa diperoleh dari bakat atau
juga belajar.
K. Kemampuan linguistik
Merupakan suatu kemampuan individu di dalam berbahasa. Kemampuan tersebut
mempunyai cakupan yang luas, tidak hanya memahami teks deskriptif tersebut, tetapi juga
berceramah, berbicara,serta diskusi. Kemampuan tersebut berhubungan erat dengan
kecerdasan yang dipunyai seseorang di dalam mengembangkan skill aktualisasi diri dengan
secara verbal.
L. Kemampuan kinestetik
Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam menggerakkan tubuhnya. Tak hanya
bergerak tetapi juga dalam mengembangkan elastisitas (kelenturan) dari tubuh serta juga
mencipakan harmoni itu dengan melalui gerakanfisik yang mempesona serta juga tepat seperti
penari profesional.
M. Kemampuan interpersonal
Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam menjalin hubungan sosial. Potensi
kecerdasan seseorang yang piawai di dalam melakukan hubungan interpersonal tersebut
terlihat dari kemampuannya melobi, mewawancarai, berkomunikasi dengan orang lain atau
87
semacamnya. Kemampuan tersebut ini ialah mengenai menciptakan serta menjaga hubungan
antar manusia.
N. Kemempuan intrapersonal
Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam mengatur, memahami, dan juga
memanajemen diri sendiri. Orang yang berhasil dalam mengembangkan potensi
intrapersonalnya itu akan piawai di dalam merancang visi, mengambil keputusan,serta
menetapkan tujuan hidup. Kemampuan intrapersonal tersebut dapat dilatih dengan melalui
upaya di dalam pengendalian emosi diri.
10. Faktor Mengembangkan Potensi Diri
Ada faktor yang mendukung dalam potensi diri dan juga ada faktor yang justru
menghambat potensi dir.
14. Faktor Pendukung Dalam Potensi Diri
Potensi seseorang itu kemudian akan dapat atau bisa berkembang dengan baik apabila
didukung oleh sejumlah faktor, antara lain sebagai berikut :
Minat serta kegemaran, hobi
Motivasi
Kepintaran atau juga intelektual
Lingkungan baik itu keluarga, sekolah atau juga masyarakat
Sarana prasarana
15. Faktor Penghambat Potensi Diri
Selain hambatan dari luar, seseorang itu juga sering menghadapi hambatan yang berasal
dalam dirinya sendiri. Hambatan tersebut bisa atau dapat menyebabkan seseorang itu kemudian
tidak mampu mengaktualisasikan atau juga menggali potensi yang ada pada dirinya dengan
secara maksimal.
Hambatan tersebut diantaranya :
K. Merasa tidak yakin atas kemampuan diri
88
L. Tidak mempunyai rasa percaya diri yang cukup atau juga kurang percaya diri
M. Tidak tekun dalam melatih potensi yang ada
secara umum potensi diri yang ada pada setiap manusia dapat dibedakan menjadi 5 macam
yaitu:
I. Potensi Fisik (Psychomotoric)
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai
kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki
untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.
J. Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri).
Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
K. Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan).
Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan
kesadaran diri.
L. Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient
merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.
M. Potensi Daya Juang (Adversity Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini,
seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.
C. Arah Pilih Karir
Pemilihan karir merupakan salah satu proses pembuatan keputusan terpenting dalam
kehidupan individu. Keputusan yang ia buat akan berdampak pada apa yang akan dilalui dalam
hidupnya. Pemilihan karir juga merupakan aspek kehidupan sosial seseorang yang tidak dapat
89
terelakkan karena hal tersebut merupakan salah satu proses pembuatan keputusan setelah
individu melewati beberapa tahap perkembangan dalam hidupnya.
Memilih sebuah karir lebih dari sekedar menentukan apa yang akan dilakukan seseorang untuk
mencari nafkah. Henderson (Gladding, 2012: 402) menyebutkan bahwa:
Individu yang sangat bahagia dengan pekerjaannya akan setia dalam menjalankan apa
yang menjadi minatnya, memperlihatkan kompetensi dan kekuatan pribadi yang luas, dan
berfungsi dalam lingkungan kerja yang dicirikan dengan kebebasan, tantangan, arti, dan
atmosfer sosial yang positif.
Menurut Byrne dan Reinhart (Purnamasari, 2006:40) kesesuaian antara jenis pekerjaan dengan
karakteristik kepribadian merupakan hal yang diharapkan oleh semua orang yang bekerja,
khususnya bagi individu yang baru atau akan memasuki dunia kerja. Pada masa-masa orientasi
karir, individu selalu diharapkan memiliki pertimbangan mengenai kecocokan antara
karakteristik pribadi dengan pekerjaan yang dipilih, baik dalam minat, bakat maupun nilai-nilai
pribadi yang dianut karena dengan kecocokan antara jenis pekerjaan dengan karakteristik
kepribadian sangat besar kemungkinan bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam karir.
Menurut Crites (1969) arah pilihan karir adalah pemilihan karir yang tidak dibuat
berdasarkan fantasi atau khayalan namun berdasarkan minat, kapasitas, dan nilai-nilai yang
dianut oleh seseorang setelah mengekploitasi dunia dengan cara mengelaborasi serta
mengklarifikasi minat, bakat, kemampuan serta nilai-nilai
pribadi yang dianut setelah terlebih dahulu mengalami perkembangan karir dalam jangka
waktu yang cukup panjang. Aspek-aspek kejelasan arah pilihan karir menurut Crites (1969)
adalah mengeksplorasi kondisi pribadi, mengeksplorasi bidang minat karir, kecenderungan
untuk mencapai keadaan yang menyempit dalam pilihan bidang minat karir, menentukan arah
pilihan bidang minat karir, kesediaan untuk mempertahankan arah pilihan bidang minat karir
yang sudah dibuat, keyakinan bahwa pilihan bidang minat karirnya akan tercapai, serta
kepastian dan spesifikasi minat karir.
Pentingnya mempertimbangkan kecocokan karakteristik pribadi dengan karakteristik pilihan
bidang minat karir juga didukung oleh pernyataan Jones (2010) terkait kecocokan kepribadian
dengan pilihan bidang studi lanjutan. Ia menyatakan bahwa semakin cocok individu dengan
pilihan bidang studi semakin baik performa individu tersebut, dengan kata lain semakin ia
sukses dalam studinya.
90
D. Teknik Pengukuran Potensi Diri
Pengenalan dan pengukuran potensi diri sangat diperlukan bagi seseorang. Pengertian diri
adalah keseluruhan dari self maupun ego yang ada pada diri dan kepribadian. Sedangkan
potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang
namun belum dipergunakan secara maksimal.
Jadi Pengenalan dan pengukuran potensi diri adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan, kekuatan dan daya yang ada pada diri dengan menggunakan cara,
metode, dan alat ukur atau instrument tertentu dengan aturan/tolok ukur atau karakteristik
tertentu. Adapun tujuan dari pengenalan dan pengukuran potensi diri ini adalah untuk
memberikan gambaran kepribadian seseorang, gambaran kecenderungan seseorang dalam
berperilaku, sementara manfaatnya adalah untuk mengembangkan nature (kepribadian
manusia yang terbentuk dari bawaan/lahir/bakat) dan nurture (kepribadian manusia yang
terbentuk karena pengaruh lingkungan). Sementara metode pengukuran potensi diri dapat
dilakukan melalui diri sendiri (self assessment), melalui feedback dari orang lain dan tes-tes
psikologis seperti tes kecerdasan, tes kepribadian, tes kepemimpinan, tes kreativitas dll.
. Sebelum melakukan pengembangan potensi diri, diperlukan pengukuran. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan metode:
f. Self assessment (introspeksi)
adalah menilai diri sendiri. Ada juga yang mengatakan instropeksi. Sebagian orang
mengatakan bahwa dengan cara ini penilaian yang dilakukan sangat subyektif, karena
orang umumnya tidak mau melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Tapi pendapat
lain mengatakan bahwa yang paling kenal diri anda adalah anda sendiri.
g. Feed back : langsung dan tidak langsung; evaluatif dan deskriptif; bermanfaat
Feed back merupakan komunikasi yang ditujukan kepada seseorang yang akan
memberikan informasi kepada orang yang bersangkutan, bagaimana orang lain terkena
dampak olehnya, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah laku
yang ditunjukkannya. Feed back membantu seseorang untuk menelaah dan memperbaiki
tingkah lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-hal yang
91
diinginkannya.
h. Tes psikologis/kepribadian melalui:
Tipologi diri: Kepribadian Sanguinis Populer (ekstrovert, membicara, optimis);
Kepribadian Koleris Kuat (ekstrovert, pelaku, optimis); Kepribadian Melankolis
Sempurna (introvert, pemikir, pesimis); Kepribadian Phlegmatis Damai (Introvert,
Pengamat, Pesimis)
Tingkat Kepercayaan Diri: Menciptakan definisi diri positif, memperjuangkan
keinginan yang positif, mengatasi masalah secara positif, memiliki dasar keputusan
yang positif, memiliki metode/teladan yang positif (menghindari mencari-cari alasan,
menggunakan daya imajinasi, tidak takut gagal, berpenampilan membentuk
kepercayaan diri, menyusun catatan mengenai sukses yang diperoleh)
Ambisi: menumbuhkan dan mengendalikan ambisi dengan cara: miliki tujuan yang
jelas dan mengacu pada tujuan tersebut, tentukan kapan akan dikerja untuk
direalisasikan, jika gagal pelajari penyebabnya, jangan ubah tujuan hanya karna gagal,
bekerjasama dengan orang-orang yang dapat membantu tercapainya tujuan, eksploitasi
gagasan untuk merumuskan tujuan yang jelas, selalu berpikir positif.
Pengembangan potensi diri tidak semudah dibayangkan. Ada banyak hambatan, baik dari
diri sendiri maupun lingkungan, dan yang paling menghambat biasanya ada dalam diri seperti
ketidakmampuan mengatur diri, nilai pribadi yang tidak jelas, tujuan pribadi yang tidak jelas,
pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas
rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial rendah, kemampuan menyelia
rendah, kemampuan latih rendah, kemampuan membina tim rendah. Oleh krena itu, yang
pertama harus disingkirkan adalah hambatan-hambatan yang ada dalam diri sendiri. Kemudian
untuk dapat mengembangkan potensi diri, perlu diperjelas dalam pikiran seperti apa yang kita
ingin menjadi di masa yang akan datang, misalnya dengan: menentukan sasaran yang jelas,
menentukan cara menilai keberhasilan, mensyukuri kemajuan waluapun hanya sedikit, berani
mengambil resiko, perkembangan diatur oleh diri sendiri, memanfaatkan setiap kesempatan
yang ada, terbuka untuk belajar dari siapa saja, belajar dari kesalahan dan selalu bersikap
realistis, jangan hanya berbicara, tetapi kerjakan yang kita ucapkan. Sedangkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan untuk rancangan pengembangan haruslah tertulis, karena kalau
tidak tertulis sama saja dengan angan-angan bukan tujuan.
92
Adapun langkah-langkahnya yakni: menuliskan gambaran yang kita inginkan dalam
bidang-bidang, menuliskan potensi atau perilaku yang kita ingin hilangkan dan upaya untuk
menghilangkan, menuliskan potensi yang ingin kita kembangkan, menentukan langkah-
langkah kegiatan serta waktu pencapaiannya, menentukan tolok ukur untuk nilai
keberhasilannya Pengembangan diri harus diawali dengan pengenalan diri, salah satu caranya
adalah melalui pengukuran potensi diri. Pengenalan diri akan membantu individu melihat
kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui hal-hal yang berkembang
dengan hal-hal yang masih perlu dikembangkan. Pengukuran potensi diri dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang
diperoleh melalui introspeksi diri maupun malalui feed back dari orang lain serta tes
psikologis.
E. Mengukur Keputusan Karir
pengukuran tentang kematangan karier sangat diperlukan agar:
a. dapat menilai kesiapan pribadi untuk mengambil keputusan-keputusan
pendidikan/karier, atau untuk berperan serta dalam berbagai macam pengalaman
perkembangan karier yang khusus
b. berfungsi sebagai instrumen-instrumen diagnostik dalam menentukan perlakuan
c. dapat mengevaluasi tingkat di mana strategi-strategi yang ditujukan dapat membantu
layanan bimbingan karier mencapai tujuan-tujuannya. Sehingga maklum jika selama
ini guru pembimbing atau konselor sekolah mengembangkan dan menjalankan program
layanan bimbingan karier “seadanya”, tanpa didasari oleh kondisi objektif siswa, baik
kemampuan maupun kebutuhan-kebutuhan pribadinya.
Diharapkan dengan hadirnya alat ukur kematangan karier yang baku (teruji validitas
dan reliabilitasnya), nantinya guru pembimbing atau konselor di SMA bisa
mendapatkan data atau informasi yang valid, reliabel dan akurat berkaitan dengan
kematangan karier siswa SMA. Dengan demikian, berdasarkan ukuran (data) ini guru
pembimbing atau konselor sekolah dapat mengambil kebijakan bagi program layanan
bimbingan karier yang akan dikembangkannya, agar benar-benar mendorong kesiapan
siswa SMA dalam membuat keputusan-keputusan karier yang tepat dan bijaksana.
93
pengambilan keputusan karir adalah suatu proses seleksi atau pemilihan dari beberapa
alternatif pilihan karir yang ada, berdasarkan hasil pemahaman diri dan pemahaman
karir serta perilaku pengambilan keputusan karir meliputi bersekolah, serta memasuki
program pelatihan, melamar pekerjaan, meningkatkan pekerjaan, perubahan jabatan
dan memasuki pekerjaan baru.
1. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir
Berdasarkan teori Krumboltz melahirkan empat kategori faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan karir seseorang, yaitu faktor-faktor genetik, lingkungan, pembelajaran,
dan keterampilan menghadapi tugas atau masalah.
a. Genetik
94
Faktor ini dibawa dari lahir merupa wujud dan keadaan fisik (wajah, jenis kelamin, suku
bangsa, dan cacatnya) dan kemampuan. Keadaan diri bisa membatasi preferensi atau
keterampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja. Teori
ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau kecil
untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan
keadaan diri (pengalaman orang laki-laki lain 15 dari pada pengalaman orang perempuan,
tantangan orang normal lain dari pada tantangan yang dihadapi orang cacat). Kemampuan-
kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat musik, demikianpun gerak otot, merupakan hasil
interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi seseorang.
95
dari pada pengalaman orang perempuan, tantangan orang normal lain dari pada tantangan yang
dihadapi orang cacat). Kemampuan-kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat musik,
demikianpun gerak otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan
yang dihadapi seseorang.
b. Kondisi lingkungan.
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan keputusan kerja ini, berupa
kesempatan kerja (apa dan beberapa banyak), kesempatan pendidikan dan pelatihan ( formal,
nonformal, negeri, swasta), kebijakan dan prosedur seleksi (peraturan, persyaratan, dsb),
imbalan (uang penghargaan sosial), undang-undang dan peraturan pemburuhan, peristiwa alam
(bencana), sumber alam (tersedianya dan kebutuhan), kemajuan teknologi, perubahan dalam
organisasi sosial, sumber keluarga (pendidikan, kemampuan keuangan, nilai, penghargaan),
sistem pendidikan (organisasi, kebijaksanaan, keterampilan dan kepribadian guru dan
sebagainya), lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar (pengaruhnya), pengalaman belajar.
Faktor-faktor ini umunya ada diluar kendali individu, tetapi pengaruh bisa direncanakan.
c. Faktor belajar
Kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar. Pengalaman belajar akan
mempengaruhi tingkah laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan karir. Setiap
orang memiliki
96
sejarah pengalaman belajar yang khas. Ada dua jenis belajar, yaitu belajar instumental dan
asosiatif. Belajar instrumental ialah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu
berada didalam suatu lingkungan dan ia “mengajarkan” langsung (berbuat sesuatu atas,
mereaksi terhadap) lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu sebagian hasil dari tindak
perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya. Tiga komponen pengalaman belajar ini
adalah anteseden (yang mendahului peristiwa belajar), respon (perbuatan), dan konsekuensi
(buah atau hasil perbuatan). Anteseden ialah segala sesuatu mengenai diri, lingkungan,
kejadian yang hadir sebelum, atau mendahului, dan ada sangkut pautnya dengan perbuatan
(respon) itu : ciri pribadi, keadaan fisik, kemampuan umum, bakat, lingkungan, keadaan,
kejadian. Respon perbuatan ialah apa yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang
tidak (menendang bola, menyapa orang, menerima tawaran, menyetujui pendapat orang,
menerima sasaran). Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi (pada diri, diluar diri) setelah
perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang kelihatan langsung sebagai hasil atau akibat,
yang tidak kelihatan (reaksi dalam diri berupa perasaan atau pemikiran, dampak pada orang
lain).
d. Keterampilan menghadapi tugas
Keterampilan ini dicapai sebagai buah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik,
kemampuan khusus (bakat), dan lingkungan. Termasuk didalam keterampilan ini adalah
standar kinerja, nilai kinerja,
97
kebiasaan kerja dan proses persepsi dan kognitif (perhatian, daya ingat), set mental, respon
emosional. Dalam pengalamannya individu penerapkan keterampilan ini untuk menghadapi
dan menangani tugas-tugas baru. Keterampilan menghadapi tugas ini sendiri, bisa berubah oleh
pengalaman dan oleh balikan yang diperoleh dari hasil atau hal hal yang menyangkut hasil
pengalaman itu. Keterampilan mengancang tugas ini hasil belajar dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya yang merupakan faktor yang berpengaruh pada bagaimana hasil
tindakan, jika orang menghadapi tugas atau masalah, sedangkan keterampilan-keterampilan itu
sendiri, bisa berubah oleh pengalaman dan balikannya yang diterima mengenai perbuatannya.
2. Keterampilan Mengancang Tugas dan Pengambilan Keputusan Karir
Menurut Krumboltz dan Barker (Munandir, 1996), hal yang penting dalam
pengambilan keputusan karir adalah kemampuan untuk :
Mengenal situasi keputusan yang penting.
Menentukan apa keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang realistis.
Memeriksa dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi observasi diri dan
generalisasi pandangan atas dunia.
Menyusun alternatif-alternatif yang luas dan beragam.
Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu.
Menentukan sumber informasi mana yang paling handal, cermat, dan relevan.
Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan
yang disebut diatas.
Sedangkan kematanngan karier menurut Super memilki enam dimensi yaitu :
dimensi membuat pilihan karier
dimensi kompetensi khusus tentang mencari informasi karier dan keterampilan-
keterampilan membuat perencanaan karier
dimensi konsistensi pilihan-pilihan
dimensi pengenbangan konsep diri
98
dimensi kebebasan membuaat keputusan karier
dimensi konsistensi membuat pilihan yang realistis berdasarkan tujuan pribadi.
Siswa SMA merupakan usia dimana seseorang mencapai kematangan kariernya.
Kematangan karier bagi siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier secara
mandiri, dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri siswa.
99
BAB 12
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KARIR DI SEKOLAH
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Karir
Dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (1987:22), mendefinisikan Bimbingan Karier
adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih,
menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta
memperoleh kebahagiaan daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier dapat
dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu
terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan ketrampilan/
keahlian informasi karier, dan pemahaman diri.14
Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah suatu
proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu
agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan
pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa keputusan
tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.
B. Bimbingan Karir di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1. Pengertian anak SMP
Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang
pendidikan dasar SD yang memasuki anak pada usia 13-15 tahun pada pendidikan formal
di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama
ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia
remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa
remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Masa remaja
awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-
perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang
kehidupan.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui
guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat
14Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah – Sekolah, (Denpasar: GI, 1984), h.224
100