PORTOFOLIO MIKROBIOLOGI
DISUSUN OLEH:
NAMA : RANI SENGKA
NIM : 190202029
DOSEN PENGAMPU : AHMAD YANI, S. Pd., M. Pd.
PENDIDIKAN BIOLOGI 4
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan limpahan rahmat-
Nya lah sehingga penyusun dapat menyelesaikan portofolio ini dengan tepat waktu sebagai
tugas akhir semester empat mata kuliah Mikrobiologi. Penyusun menyadari bahwa terdapat
berbagai kekurangan yang ada pada portofolio ini sebagai akibat dari pengetahuan dan
keterbatasan penyusun. Sehubung dengan hal tersebut, penyusun akan selalu membuka diri
untuk menerima segala kritik yang membangun dari berbagai pihak sebagai salah satu usaha
guna menutup kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam portofolio ini.
Akhir kata, sebagai penyusun portofolio ini, saya berterimakasih kepada bapak Ahmad
Yani, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pembimbing dan juga saya berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan portofolio ini. Semoga portofolio ini dapat
membawa manfaat dan memberikan nilai tambah kepada para pembacanya.
Sengkang, 28 Juni 2021
Penyusun,
Rani Sengka
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Mikrobiologi merupakan mata kuliah yang membahas konsep dasar yang diperlukan
dalam pemahaman dan penjelasan materi dengan penggunaan teknologi informasi. Secara
umum materi Mikrobiologi meliputi definisi mikroorganisme, sejarah mikrobiologi, fungsi dan
manfaat mikroba, distribusi mikroorganisme, contoh-contoh mikroba yang menguntungkan
dan merugikan, identifikasi dan klasifikasi mikroba, struktur sel mikroba, kurva dan kinetika
pertumbuhan mikroba, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, metode perhitungan mikroba,
pengisolasian mikroba, macam sterilisasi, pemeriksaan air secara bakteriologis, peran mikroba
di bidang makanan, industry, pertanian, kesehatan, dan lingkungan.
Mata kuliah mikrobiologi sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam rangka
merefleksikan dasar ilmu mikrobiologi dan aplikasinya pada kehidupan sehari-sehari, industry,
serta teknologi terkait. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa secaraa khusus diarahkan untuk
mampu memahami konsep, regulasi dan merangcang suatu aplikasi mikrobiologi dengan
menggunakan kerangka logis (logical framework), baik secara mandiri ataupun dalam
kelompok kerja. Secara umum, melalui mata kuliah ini mahasiswa juga akan diarahkan untuk
dapat menerapkan pemikiran yang logis, kritis, dan sistematis, bertanggung jawab dengan
keahliannya, memformulasikan masalah dan penyelesaiannya secara mandiri dan
berkelompok, serta menyampaikan pemahamannya kepada pihak lain (masyarakat).
Untuk mendapatkan penilaian dari mata kuliah ini, mahasiswa harus terlibat dalam
keseluruhan proses pembelajaran yakni kehadiran di kelas, tugas mandiri, dan praktikum.
Mengingat adanya kemungkinan-kesmungkinan yang tidak bisa dihindari, maka presensi kelas
minimal 75%. Mengenai penilaian, adapun cara untuk menilai perkembangan mahasiswa yaitu
dengan Portofolio.
Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan
dosen kepada mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui penilaian portofolio
mahasiswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan hasil karya mahasiswa
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya sebagai mahasiswa menyusun portofolio ini
dengan tujuan untuk menilai perkembangan pengetahuan saya dan kemampuan saya selama
mempelajari mikrobiologi.
ANALISIS
A) Menganalisis Artikel
Tabel 1. Analisis A
No Indikator Analisis Artikel 1
1 Judul penelitian KEANEKARAGAMAN LUMUT Komu
KERAK (liken) SEBAGAI Tama
BIOINDIKATOR Kabu
PENCEMARAN UDARA DI
TAMAN WISATA ALAM
CAMPLONG KABUPATEN
KUPAN
2 Nama penulis Hetkandra Madjeni, Arnold Ch Fitria
Hendrik, Novi I Bullu
3 Mengapa dilakukan Karena Taman Wisata Camplong Indon
penelitian tersebut merupakan jalur penghubung mega
antara kota Kupang dan beberapa kekay
kabupaten maka tentunya ada tingg
berbagai macam kendaraan yang berm
melintas setiap hari mulai dari pemb
kendaraan bermotor hingga truk- keane
S ARIKEL
Artikel Bagian Satu
Artikel 2 Artikel 3
unitas Lumut Kerak (Lichens) di A PRELIMINARY STUDY OF
an Wisata Alam Suranadi LICHEN DIVERSITY IN
upaten Lombok Barat GUNUNG HALIMUN SALAK
NATIONAL PARK
anti, Fatrurrahman, Sukiman Fandri Sofiana, Fastanti, Dewi
Susan, Yayan Supriyanti, Sutikno
nesia sebagai salah satu negara Taman Nasional Gunung Halimun
abiodiversitas di dunia, memiliki Salak (TNGHS) merupakan salah
yaan keanekaragaman hayati satu kawasan konservasi di Jawa
gi sebagai bioresource yang Barat yang terletak di dataran tinggi.
manfaat untuk modal Studi keanekaragaman kriptogam di
bangunan. Salah satu kawasan TNGHS masih belum
ekaragaman hayati di Indonesia lengkap. Keanekaragaman
truk besar. Seiring dengan yang
perkembangan jaman, kendraan biore
yang melintas pun semakin Besar
bertambah dan hal ini tentunya kerak
berpengaruh pada udara di sekitar minim
Taman Wisata Alam Camplong. atau s
Kita dapat mengetahui dampak Data
adanya pencemaran udara di daerah lumu
ini dengan mengamati yang
perkembangan dan jenis Lumut dan t
kerak (liken) (Pratiwi, 2006). Sund
Liken merupakan satu diantara Minim
beberapa organisme yang dapat diseb
dijadikan sebagai indicator biologis takso
pencemaran udara. Liken dapat meng
digunakan sebagai indicator kesad
pencemaran udara karena hayat
sensitifitas yang tinggi terhadap 2013b
udara yang tercemar, penyebaran (2004
secara geografis sangat luas, biodi
ditemukan melimpah, bentuk menil
memiliki potensi sebagai kriptogam yang pernah dilaporkan
esource adalah lumut kerak. adalah tumbuhan lumut sejati oleh
rnya potensi yang dimiliki lumut Tan et al. (2006) sebanyak 150 jenis.
k tidak sebanding dengan Selain lumut, jenis-jenis jamur
mnya informasi baik dari pustaka makroskopis juga pernah dilaporkan
spesimen yang ada di Indonesia. di kawasan ini sebanyak 38 jenis dan
tahun 2013, sebanyak 595 jenis berhasil mengisolasi 14 jenis 47 /
ut kerak tercatat di Indonesia, Fastanti, P.S., Susan, D., Supriyanti,
terbanyak 300 jenis dari Jawa Y., Sutikno jamur (Ramadhani et al.
terkecil 19 jenis dari Kepulauan 2019). Selain lumut dan jamur,
da Kecil (Rahajoe et al., 2016). keanekaragaman kriptogam lainnya
mnya informasi ini, salah satunya seperti lichen yang berasal dari
babkan oleh sedikitnya pakar kawasan ini belum pernah
onomi dan biosistematika yang dilaporkan.
gkaji lumut kerak serta kurangnya
daran akan nilai keanekaragaman
ti tersebut (Supriyanti et al.,
b). Padahal menurut Cranfield
4), ketersediaan data
iversitas menjadi dasar untuk
lai konservasi spesies,
4 Tujuan penelitian morfologi umumnya tidak berubah penge
dalam waktu yang panjang, dan penge
tidak adanya lapisan kutikula spesim
membuat liken melalui permukaan
talus secara langsung mampu untuk
menyerap gas dan polutan-polutan
lainnya
Penelitian ini bertujuan untuk Adap
memperoleh data jumlah penel
kelimpahan spesies liken yang meng
dikaitkan dengan kualitas udara terdap
dari beberapa lokasi berbeda di Suran
Taman Wisata Alam Camplong Alam
penel
kawa
Suran
hutan
kawa
pertu
2015)
dilaku
embangan kunci identifikasi dan
elolaan informasi terkait
men.
pun tujuan dilakukannya Penelitian ini bertujuan untuk
litian ini yaitu untuk memberikan informasi awal terkait
gidentifikasi lumut kerak yang dengan keanekaragaman lichen di
pat di Taman Wisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun
nadi. Pemilihan Taman Wisata Salak.
m Suranadi sebagai lokasi
litian didasarkan pada jenis
asan Taman Wisata Alam
nadi yang merupakan kawasan
n.Kawasan hutan merupakan
asan yang potensial untuk
umbuhan lumut kerak (Yalang,
). Selain itu, belum pernah
ukannya penelitian mengenai
lumu
Wisa
langk
upaya
lumu
Suran
5 Metode penelitian Penelitian ini menggunakan Penel
yang digunakan metode deskriptif eksploratif deskr
dengan teknik survei, dan penga
pengambilan sampel menggunakan denga
teknik purposive sampling berstr
6 Hasil yang diperoleh Berdasarkan penelitian diketahui Berda
bahwa di Kawasan Taman Wisata telah
Alam Camplong terdapat 7 jenis Alam
liken, yaitu: jenis Parmelia sulcate, lumu
Graphis sp, Haematomma kerak
accolens, Lepraria sp, Hafellia dalam
leviere, Opegrapha atra. Jenis Bacid
liken yang ditemukan dengan terma
jumlah terbanyak dalam penelitian Rama
ini yaitu Parmelia sulcata dengan serta
ut kerak pada kawasan Taman
ata Alam Suranadi merupakan
kah awal untuk perlindungan dan
a konservasi terhadap jenis-jenis
ut kerak yang terdapat di TWA
nadi.
litian menggunakan metode Sampel lichen dikoleksi
riptif ekploratif., dan menggunakan metode jelajah
ambilan sampelnya dilakukan dengan cara mengambil jenis-jenis
an metode sampling acak lichen yang dijumpai di sepanjang
rata jalan utama di TNGHS
asarkan hasil penelitian yang Taman Nasional Gunung Halimun
dilaksanakan di Taman Wisata Salak (TNGHS) memiliki habitat
m Suranadi, ditemukan 5 spesies yang cocok bagi lichen. Hampir
ut kerak. Empat spesies lumut seluruh lichen yang dijumpai pada
k yang teridentifikasi termasuk ke penelitian ini adalah lichen epifit
m filum Ascomycota yaitu pada kulit batang pohon dan ranting
dia sp. dan Graphis sp. yang kayu. Hanya satu jenis lichen yang
asuk ke dalam famili dijumpai di tanah.
alinaceae dan Cryptothecia striata Jenis lichen dijumpai didominasi
Chrysothrix sp. yang termasuk oleh suku Graphidaceae sebanyak
jumlah 29 kali. Sedangkan, jenis ke d
yang paling sedikit ditemukan satu s
adalah Haematomma accolens dan Nilai
Opegrapha atra yang ditemui (Lich
sebanyak 5 kali. Umumnya liken beras
ditemukan pada pepohonan besar perlin
seperti pohon asam (Tamarindus terend
indica), beringin (Ficus sp), dan dari
pulai ( Alstonia scholaris). tingk
Jenis tipe talus yang ditemukan diseb
dalam penelitian ini yaitu, 2 tipe dari l
talus yaitu crustose dan foliose. Lumu
Pengamatan yang dilakukan di tiga samp
stasiun, liken dengan tipe talus seban
crustose terlihat dominan atau lebih pada
banyak ditemukan dibandingkan plot
liken bertalus foliose. Hal ini masin
diduga karena liken dengan tipe dan
talus crustose lebih muda tumbuh samp
sesuai dengan iklim di pulau jumla
Timor. Liken crustose diketahui seban
dalam famili Arthoniaceae, dan 11 jenis diikuti oleh suku
spesies belum teridentifikasi. Parmeliaceae sebanyak 5 jenis.
keanekaragaman lumut kerak Suku lainnya yang dijumpai adalah
hen Diversity Value) tertinggi Cladoniaceae, Collemataceae,
sal dari unit sampel ke-5 dari blok Lecanoraceae, Lobariaceae,
ndungan. Sedangkan, nilai Pannariaceae, Pertussariaceae,
dah berasal dari unit sampel ke-8 Physciaceae, dan Pyrenulaceae.
blok perlindungan. Perbedaan Graphidaceae merupakan lichen
kat keanekaragaman ini bertalus crustose yang banyak
babkan oleh perbedaan jumlah dijumpai mulai dataran rendah
lumut kerak pada spesies inang. hingga dataran tinggi. Suku ini
ut kerak yang teramati pada unit dicirikan dengan adanya organ
pel ke-5 dari blok perlindungan reproduksi berupa lirellae yang
nyak 162 individu, 56 individu merupakan struktur apothecia
plot arah utara, 46 individu pada memanjang, biasanya berbentuk
arah barat dan 30 individu bercabang atau berbentuk bintang
ng-masing pada plot arah selatan (Perlmutter 2009). Graphis
timur. Sedangkan pada unit merupakan salah satu marga dengan
pel ke-8 blok perlindungan, jenis terbanyak pada suku
ah individu yang teramati Grapidaceae. Marga ini memiliki
nyak 94 individu, 23 individu sebaran yang luas dan merupakan
memiliki pertumbuhan lebih pada
lambat dibandingkan liken foliose, plot a
walaupun liken crustose mampu arah s
bertahan pada berbagai variasi arah t
kondisi lingkungan. Berda
Selain itu, berdasarkan hasil Wisa
penelitian menunjukkan bahwa tingk
jenis lumut kerak yang memiliki denga
nilai indeks kelimpahan tertinggi yang
yaitu Parmelia sulcata dengan nilai tingk
indeks kelimpahan mencapai 1 yang
yakni pada plot 2 stasiun B. Hal ini diketa
dikarenakan letak stasiun B yang spesie
jauh dari jalan raya, dipenuhi oleh Alam
pepohonan, dan dekat dengan yakni
sumber mata air. Kestabilan
pertumbuhan dan kesuburan
dipengaruhi pula kelembaban
substratnya dalam hal ini
dipermukaan kulit batang pohon.
plot arah utara, 21 individu pada kelompok lichen bertalus crustose
arah barat, 36 individu pada plot terbesar. Lichen crustose dikenal
selatan dan 14 individu pada plot memiliki tubuh yang menempel erat
timur. pada substratnya dan tidak
asarkan indeks Shannon, Taman memerlukan banyak air dalam
ata Alam Suranadi memiliki pertumbuhannya (Kusmoro et al.
kat keanekaragaman lumut kerak 2019). Hal ini menyebabkan lichen
an nilai H’ sebesar 0,58. Nilai H’ crustose sering dijumpai di berbagai
berada di bawah 1 menunjukkan tempat karena pertumbuhannya
kat keanekaragaman lumut kerak relatif lebih mudah dibandingkan
rendah. Melalui indeks Pielou, lichen lainnya. Hampir seluruh jenis
ahui bahwa nilai kemerataan yang dijumpai merupakan lichen
es lumut kerak di Taman Wisata bertalus foliose dan crustose . Hanya
m Suranadi tergolong rendah, satu jenis lichen bertalus fruticose
i 0,32. yang ditemukan pada penelitian ini
yaitu Cladonia (Cladoniaceae).
Cladonia di TNGHS dijumpai di
atas permukaan tanah pinggir jalan
TNGHS yang memiliki hutan
dengan kanopi terbuka. Marga ini
diketahui dimanfaatkan sebagai obat
7 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang Berda
dilakukan di Taman Wisata Alam kerak
Camplong maka dapat disimpulkan Suran
sebagai berikut: Lumut Kerak 1 jen
(Liken) yang ditemukan di Taman spesie
Wisata Alam Camplong ada 7 jenis sp. d
anatara lain Parmelia sulcate, Lecan
(Kusmoro et al. 2018) dan memiliki
senyawa anti-kanker (Nugraha et al.
2019). Jenis lichen lainnya yang
dijumpai berasal dari marga
Leptogium, Diorygma, Diplolabia,
Fissurina, Graphis, Myriotrema,
Lecanora, Lobaria, Pannaria,
Bulbothrix, Hypotrachyna,
Parmotrema, Pertusaria,
Heterodermia, Phaeophyscia,
Pyrenula, dan Strigula. Parmotrema
dan Lobaria diketahui berpotensi
sebagai bahan pewarna (Kusmoro et
al. 2018).
asarkan hasil penelitian lumut Berdasarkan penelitian ini dapat
k di wilayah Taman Wisata Alam disimpulkan bahwa
nadi, dari 5 jenis yang ditemukan, keanekaragaman lichen yang
nis belum teridentifikasi. Empat ditemukan sebanyak 30 jenis. Jenis
es yang ditemukan yakni Bacidia terbanyak berasal dari suku
dan Graphis sp. mewakili kelas Graphidaceae. Lichen yang
noromycetes. Cryptothecia ditemukan di TNGHS didominasi
8 Biobliglarifi Haematomma accolens, Graphis striata
sp, Caloplaca chrysodeta, kelas
Opegrapha atra, Hafellia levieri, Diver
Lepraria sp. Tingkat kepadatan blok
lalu lintas berpengaruh terhadap sedan
keragaman liken, pada stasiun 1 perlin
transek 1 yang berdekatan dengan indek
jalan umum ditemukan jumlah indek
liken lebih sedikit dibandingkan
dengan transek 2 dan transek 3
yakni 19 liken, transek 2 sebanyak
23 liken, dan transek 3 yang
terletak semakin dalam memiliki
jumlah 28 liken
Armstrong, R.A. & Bradwell, T., Asta
2010: Growth of crustose
lichens. A review.
Geografiska Annaler, 92A
(1): 3–17.
Atabay, M.M, Kekillioğlu A, &
Arslan M. 2011. Heavy
a dan Chrysothrix sp. mewakili oleh lichen bertalus crustose dan
s Arthoniomycetes. Nilai Lichen tumbuh epifit pada ranting pohon.
rsity Value tertinggi adalah dari
Perlindungan ke-5 sebesar 13,5
ngkan terendah berada pada blok
ndungan ke8 sebesar 7,83. Nilai
ks Shannon sebesar 0,57 dan
ks Pielou diperoleh sebesar 0,32.
J., Erhardt W., Ferretti M., Asih SM, Jumari, Murningsih. 2013.
Fornasier Keanekaragaman jenis
F., Kirschbaum U., Nimis PL., lichens epifit pada hutan kopi
Purvis OW., Pirintsos A., dan hutan campuran di
Scheidegger C., dan Van Nglimut Gonoharjo Kendal.
Haluwyn C., 2002, Mapping Jurnal Biologi Vol. 2 No. 2:
Lichen Diversity As An 27-36.
metal accumulations of
Allium cepa L. as a
bioindicator for air
pollution in Ereğli, Turkey.
Afr. J. Agric. Res. Cranf
6(30):6432-6439.
Blagnytė R, & Paliulis D. 2010.
Research into heavy metals
pollution of atmosphere Fitria
applying moss as
bioindicator: a literature
review. Environ. Res., Eng.
Manage.4(54):26-33.
Baron, G. (1999). Understanding
likens, Richmond Giord
Publishing Co., Slough
Boonpragob, K. 2003. Using
Likens as Bioindicatorof
airpollution
Conti, M.E & Cecchetti G. 2000.
Biological monitoring:
Indicator Of Environmental Ellis CJ. 2013. Lichen epiphyte
Quality, Monitoring with diversity: a species,
Lichens–Monitoring Lichens, community and trait-based
273–279 (4). review. Perspectives in Plant
field, Raymond J., 2004, Lichen Ecology, Evolution and
Census of Western Australia. Systematics 14: 131-152.
Nuytsia, 193-220. Jannah M, Habibi M, Madihah M.
2017. Studi keanekaragaman
anti, 2016. Jenis-Jenis Lumut lichen di hutan daerah Malang
Kerak Berdasarkan Propinsi Jawa Timur sebagai
Karakteristik Morfologi di langkah awal pemanfaatan
Taman Wisata Alam Suranadi, lichen di Indonesia. Journal
Laporan PKL, Universitas Science Pharmacy Vol. 3 No.
Mataram. 2: 9-14.
dani, Paolo dan Giorgio Brunialti, Jannah M, Rahayu DA, Saptasari M,
2015, Recent Advances in Untari LF. 2019. The fruticose
Lichenology : Modern Methods lichens in the forest Tahura
and Approaches in (Taman Hutan Raya) R.
Biomonitoring and Odum, Soeryo, East Java. Biotropika:
Eugene Pleasants dan Gary W. Journal of Tropical Biology
Vol.7 No. 2: 63-66.
likens as bioindicators of Barre
air pollution assessment – a
review. Environmentall
Pollution 114 : 47-492
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Raha
Mitchell, L.G. (2003).
Biologi.Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa :
Wasmen. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Furi, A.R & Roziaty, E.. 2016.
Eksplorasi liken di
sepanjang jalan raya solo
Tawangmangu dan kawasan
hutan sekipan karanganyar
jawa tengah. 12 hlm.
Krebs CK. 2002. Ecological
Methodology. Ed ke-2. New
York: Harper & Row
Publisher. Supri
et, 2008, Fundamentals of Jannah M, Untari LF. 2019.
Ecology, Boston: Cengange Taxonomy of crustose lichens
Learning Inc. in the forest of Tahura R.
Soeryo, Batu, East Java.
ajoe, Joenie Setijoe, Rosichon Biotropic The Journal of
Ubaidillah, Ibnu Maryanto, Tropical Biology Vol. 3 No. 1:
Fahmi Hakim, Teguh Adi 1-12.
Prasetyo, Sudhiani Pratiwi, Kusmoro J, Noer IS, Jatnika MF,
Kusmulyan, Vidya Sari Permatasari RE, Partasasmita
Nalang, Rachman Kurniawan, R. 2018. Lichen diversity in
Alimatul Rahim, Bambang geothermal area of Kamojang,
Nooryanto, Jeremia Jefferson, Bandung, West Java,
Fatoni, Eka Saprudin dan Titi Indonesia and its potential for
Astuti, 2016. Indonesan medicines and dyes.
Biodiversity Strategy and Plan Biodiversitas Vol. 19 No. 6:
2015-2020, Jakarta: 2335-2343.
Kementerian Perencanaan Kusmoro J, Mayawatie B, Budiono
Pembangunan Nasional R, Noer IS, Permatasari RE,
(BAPPENAS). Aptroot A and Schumm F. 2012. A
iyanti, Nanik, Risma Wahyu Microscopical Atlas of some
Hatinignsih, M. Fadly Tropical Lichen from SE-
Loopi S, Ivanov D, & Boccardi R.
2002. Biodiversity of
Epiphytic Likens and Air
Pollution in the Town of
Siena (Central Italy).
Environmental Pollution Yalan
116 : 123-128.
Ludwig, J.A, & Reynolds, J.F.
1988. Statistical Ecology: A
Primer on Methods and
Computing. Singapore: John
Wiley and Sons.
Lutgens, F.K. & Tarbuck, J. 1982. Zamb
The Atmosphere. An
Introduction to
Meteorology. Prentinc Hall
Inc., Englewood Cliffs New
Jersey.
Muzayyinah. (2005).
Keanekaragaman
Tumbuhan Tak
Suhendra dan Sarwendah Asia (Thailand, Cambodia,
Puspita Dewi, 2013, Philippines, Vietnam)
Bioresources Untuk Volume One and Two.
Pembangunan Ekonomi Hijau, Herstellung und Verlag:
Jakarta: LIPI. Books on Demand GmbH.
ng, Rosna, 2015, Identifikasi Nordertedt. ISBN 978-3-
Jenis Lichenes Di Kawasan 8448-9258-1.
Pegunungan Duasen
Tohupodaa Desa Molanihu Nurwahidah A, Satriawati R,
Kecamatan Bongomeme Arum D, Saragih DE, Widya
Kabupaten Gorontalo, Skripsi, R, Jatnika MF, Makarim A,
Universitas Negeri Gorontalo. Partasasmita R. 2019. Short
bare, Vasudeo P. dan Lew P. Communication: Species
Christopher, 2012, diversity of corticolous
Biopharmaceutical Potential Of lichens in the arboretum of
Lichens, Informa Healthcare, Padjadjaran University,
50 (6). Jatinangor, Indonesia.
Biodiversitas Vol. 20 No. 6:
1606-1616.
Lücking R, Mangold A, Lumbsch
HT. 2016. A worldwide key
Berpembuluh. Surakarta,
Jawa Tengah:
Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta.
Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar
Ekologi. Edisi Ke-3.Gadjah
Mada. University Press,
Yogyakarta.
Pratiwi, E.P. 2006. Kajian Lumut
Kerak Sebagai Bioindikator
Kualitas Udara. Institut
Pertanian Bogor (Skripsi).
Pryanka, A. 2014.
Keanekaragaman Lumut
Kerak Tiga Taman Kota Di
Jakarta Selatan Sebagai
Bioindikator Pencemaran
Udara. Institut Pertanian
Bogor (Skripsi)
Rindita. 2014. Analisis Populasi
Liken Makro Epifitik
to species of the genera
Myriotrema and Glaucotrema
(lichenized Ascomycota:
Graphidaceae), with a
nomenclatural checklist of
species published in
Myriotrema. Herzogia 29 (2):
493-513.
Nugraha AS, Pratoko DK,
Damayanti YD, Lestari ND,
Laksono TA, Addy HS,
Untari LF, Kuumawardani B,
Wangchuk P. 2019.
Antibacterial and anticancer
activities of nine lichens of
Indonesian Java Island.
Journal of Biologically Active
Products from Nature 9 (1):
39-46.
Permatasari RE, Noer IS, Jatnika
MF, Kusmoro J, Hendrawan.
Sebagai Bioindikator
Kualitas Udara Di Kota
Bogor, Jawa Barat. Institut
Pertanian Bogor (Tesis)
Robles, C., Greff, S., Pasqualini,
V., Garzino, S., Bousquet-
Mélou, Fernandez, C.,
Korboulewsky, N., Bonin,
G. 2003. Phenols and
flavonoids in Aleppo pine
needles as bioindicators of
air pollution. J. Environ.
Qual. 32:2265-2271.
Sofyan, N. 2017. Keanekaragaman
Lumut Kerak Sebagai
Bioindikator Kualitas Udara
Di Kawasan Industri
Citeureup Dan Hutan
Penelitian Dramaga. .
Institut Pertanian Bogor
(Skripsi).
2016. Studi pendahuluan
99’anekaan likhen di Kawasan
Geopark Ciletuh Sukabumi,
Jawa Barat. Prosiding Seminar
Nasional MIPA ‘Peran
Penelitian Ilmu Dasar dalam
Menunjang Pembangunan
Berkelanjutan’. ISBN 978-
602-72216-1-1: 89-96.
Perlmutter GB. 2009. Basic
lichenology 2: Reproduction.
Bulletin of the Callifornia
Lichen Society 16 (1):7-11.
Retnowati A, Rugayah, Rahajoe JS,
Arifiani D. 2019. Status
Keanekaragaman Hayati
Indonesia: Kekayaan Jenis
Tumbuhan dan Jamur
Indonesia(ed). Jakarta: LIPI
Press.
No Indikator Analisis Tabel 2. Analisis A
1 Judul penelitian
Artikel 1
2 Nama penulis ANALISIS PROTEIN DAN A
NATTO, MAKANAN FERMEN
KUNING OLEH BASILLUS SUBT
Sahirman
3 Mengapa dilakukan Penelitian ini dilakukan karena sepe
penelitian tersebut bahwa natto terbuat dari kacang
kacang kedelai tersebut memiliki k
tertinggi yaitu 40%. Selain it
mengandung asam amino yang dipe
Tan BC, Ho BC, Linis V, Iskandar
AP, Nurhasanah I, Damayanti
L, Mulyati S, Haerida I. 2006.
Mosses of Gunung Halimun
National Park West Java,
Indonesia. Reinwardtia12:
205-214.
Artikel Bagian Dua
Artikel 2
ASAM AMINO Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap
NTASI KEDELAI Bakteri
TILLIS NATTO Escherichia coli secara In Vitro
Nastasha Mufti1 , Elizabeth Bahar2 , Dessy
Arisanti3
erti yang diketahui Penelitian ini dilakukan karena E. coli merupakan
g kedelai dimana flora normal pada saluran pencernaan yang
kandungan protein mempunyai potensi menimbulkan penyakit. E. coli
tu juga, kedelai menjadi patogen jika jumlahnya dalam saluran
erlukan oleh tubuh pencernaan meningkat seperti mengkonsumsi air
manusia. Proses pembuatan natto
tahapan pembersihan dan sortasi ke
sortasi basah, pengukusan, inokulas
subtilis natto, pewadahan, fermen
produk. Bakteri Bacillus subtili
pembuatan natto dapat meningk
isoflavon aglikon genistein and daid
hitam varieties detam 2 yang mempu
kesehatan (Hasim, et al., 2015). Ha
mendasari dilakukakannya penelitia
dilakukan melalui maupun makanan yang terkontaminasi atau masuk
ering, perendaman, ke dalam tubuh dengan sistem kekebalan yang
si dengan Bacillus rendah seperti pada bayi, anak, lansia dan orang
ntasi dan sortasi yang sedang sakit. Penelitian daun sawo sebagai
is dalam proses antibakteri dilaporkan dari University of Rajshahi,
katkan kandungan Bangladesh bahwa terdapat daya hambat ekstrak
dzein pada kedelai daun sawo sebesar 6-9 mm terhadap pertumbuhan
unyai manfaat bagi beberapa bakteri Gram positif maupun Gram
al tersebutlah yang negatif seperti Streptococcus agalactiae, Bacillus
an ini. cereus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus
vulgaris, E. coli, dan Shigella dysentriae
Berdasarkan hal itulah dilakukan penelitian tentang
ekstrak daun sawo sebagai alternatif penghambat
bakteri. Penggunaan daun sawo lebih dipilih karena
lebih mudah didapatkan, tidak tergantung pada
musim sepertihalnya buah, serta pengambilannya
tidak merusak tanaman sawo dibandingkan dengan
penggunaan kulit batang.
4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk m
protein kasar dan profil asam am
kuning asal Vedca Cianjur.
5 Metode penelitian yang Analisis protein dilakukan dengan m
digunakan Kjeldahl, sedangkan analisis
menggunakan Kromatografi Cair
6 Hasil yang diperoleh (KCKT).
Berdasarkan penelitian tersebut, me
kadar protein kasar rata-rata berdas
adalah 20.1 0.65 % wb dan kadar p
rata berdasarkan berat kering adalah
Jika dibandingkan dengan kadar
berdasarkan perhitungan berat bas
natto mengalami penurunan hal itu d
tingginya kadar air dalam natto men
protein kedelai adalah 39% wb
(Pradhananga, 2019), Kadar protein
berat kering dibandingkan denga
kedelai menunjukkan perbedaan na
jauh. Analisis komposisi asam amin
menganalisis kadar Tujuan penelitian ini adalah menentukan daya
mino natto kedelai hambat ekstrak daun sawo terhadap bakteri
Escherichia coli (E. coli) strain patogen secara in-
vitro.
metode Semi-mikro Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium
asam amino menggunakan 6 bakteri uji E. coli berbeda dengan
r Kinerja Tinggi 2 kali pengulangan menggunakan metode difusi
enunjukkan bahwa Penelitian mengenai uji daya hambat ekstrak daun
sarkan berat basah sawo terhadap bakteri Escherichia coli ini
protein kasar rata- mendapatkan hasil bahwa ekstrak daun sawo
h 48,11.48 % wb. mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan E.
r protein kedelai coli. Hal ini terbukti dengan terdapatnya diameter
sah kadar protein zona hambat disekitar cakram mengandung ekstrak
disebabkan karena daun sawo. Ekstrak daun sawo dengan konsentrasi
ncapai 57%. Kadar 15%, 30%, 45%, 60%, dan 100% dapat
atau 42,48% db menghambat pertumbuhan E. coli yang berasal dari
n natto berdasarkan 6 sampel spesimen pasien berbeda.
an kadar protein Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona
amun tidak terlalu hambat, ekstrak daun sawo dengan konsentrasi
no dilakukan untuk 15% memiliki daya hambat paling kecil yaitu 7
mengetahui jenis asam amino ens
amino non esensial dari natto sert
asam amino natto disajikan dalam
berdasarkan berat basah (wb) dan
kering (db). Adapun hasil analisis 15
rata dalam natto dengan KCKT me
persentase berat basah asam amin
Histidin (0,46%wb), Leusin (1,2
(0,59% wb), Valin (0,81% wb), Met
Isoleusin (0,76% wb), Fenilalanine
asam amino non esensial yaitu S
Asam Aspartat (1,89%wb), Arginin
(0,83 %wb), Glutamat (3,62%wb)
wb), Alanin (0,67% wb), dan Ti
Glutamat merupakan asam amin
tertinggi (3,62% wb), diikuti denga
(1,89% wb) dan Leusin (1,25% wb)
analisis komposisi asam amino b
kering menunjukkan persentase asa
Histidin (1,09 %db), Leusin (2,96
(1,40 %db), Valin (1,92 %db), Met
sensial dan asam mm, sedangkan pada konsentrasi 100% memiliki
ta data komposisi daya hambat terbesar yaitu 14 mm. Diameter zona
m dua jenis yaitu hambat ekstrak daun sawo cenderung meningkat
berdasarkan berat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Efektivitas
5 asam amino rata- zat antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat
enunjukkan bahwa tersebut. Peningkatan konsentrasi zat menyebabkan
no esensial yaitu peningkatan kandungan senyawa aktif antibakteri
25%wb), Treonin sehingga kemampuannya dalam membunuh bakteri
tionin (0,13% wb), juga semakin meningkat.
e (0,87%wb) dan Hasil uji statistik juga menunjukkan perbedaan
Serin (0,72%wb), yang bermakna pada setiap konsentrasi ekstrak
n (0,91%wb), Lisin daun sawo (p<0,05). Ekstrak daun dengan
), Glisin (0,65 % konsentrasi terbesar yaitu 100% merupakan
irosin (0,3% wb). konsentrasi paling efektif dalam menghambat
no dengan kadar pertumbuhan bakteri E. coli. Namun, ekstrak daun
an, Asam aspartat sawo dengan konsentrasi 100% juga menunjukkan
). Sedangkan, hasil perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif
berdasarkan berat antibakteri kloramfenikol pada p = 0,000.
am amino esensial. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun sawo
6 %db), Treonin dengan konsentrasi yang sama memiliki efek daya
tionin (0,31 %db), hambat yang berbeda terhadap bakteri uji E. coli.
Isoleusin (1,80 %db), Fenilalan
sedangkan persentase asam amino n
Asam aspartate (4,48 %db), Se
Glutamat (8,59 %db), Glisin (1,54 %
%db), Tirosin (0,71 %db), Lisin
Arginin (2,16).
7 Kesimpulan Hasil analisis natto menunjuka
mengandung protein kasar rata-rata
asam amino rata-rata sebesar 14,46%
asam amino rata-rata dalam natto
berdasarkan berat basah menunjukk
3 kadar asam amino tertinggi yaitu
wb), Asam aspartat (1,89% wb) da
wb). Sedangkan, dari data komposisi
disajikan berdasarkan berat kering
nin (2,06 %db), Variasi efek daya hambat ekstrak daun sawo
non esensial yaitu disebabkan karena bakteri uji E. coli yang
erin (1,71 %db), digunakan dalam penelitian ini berasal dari 6
%db), Alanin (1,59 sampel spesimen pasien berbeda. Bakteri yang
(1,97 %db), dan berasal dari pasien mempunyai keefektifan yang
berbeda terhadap zat antibakteri. Bakteri yang
diambil dari beberapa pasien berbeda
memungkinkan adanya perbedaan strain bakteri.
Perbedaan strain bakteri menyebabkan perbedaan
enzim atau zat lainnya yang dihasilkan oleh bakteri
sehingga memberikan respon yang berbeda
terhadap zat antibakteri.
an bahwa natto Ekstrak daun sawo dengan konsentrasi 15%, 30%,
a 20,1% dan kadar 45%, 60%, dan 100% mempunyai daya hambat
%. Hasil analisis 15 yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri
o dengan KCKT Escherichia coli. Konsentrasi ekstrak daun sawo
kan bahwa terdapat yang paling efektif dalam menghambat
u Glutamat (3,62% pertumbuhan bakteri E. coli adalah konsentrasi
an Leusin (1,25% 100%.
i asam amino yang
g ,terdapat empat
8 Biobligarifi komposisi asam amino tertingi
glutamat (8,59 %db), asam aspartat (
(2,96 %db) dan Argenin (2.16%db).
Sahirman, S. (2020). ANALISIS
ASAM AMINO NATTO,
FERMENTASI KEDELAI KU
BASILLUS SUBTILLIS NATTO.
PANGAN HALAL, 1(2), 55-58.
No Indikator Analisis Tabel 3. Analisis A
1 Judul penelitian
Artikel 1
2 Nama penulis BIODIVERSITAS DAN POT
3 Mengapa dilakukan BASIDIOMYCOTA DI KAWASAN
KASEPUHAN CISUNGSANG,
penelitian tersebut LEBAK, BANTEN
Ahmad Ni’matullah Al Ulya*, Suro
Rida Oktorida Khastini
Penelitian ini dilakukan karena B
Basidiomycota di kawasan konserva
Gunung Halimun Salak (TNGHS)
pada natto yaitu
(4.48 %db), leusin
.
PROTEIN DAN Mufti, N., Bahar, E., & Arisanti, D. (2017). Uji
MAKANAN Daya Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap
UNING OLEH Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Jurnal
JURNAL ILMIAH Kesehatan Andalas, 6(2), 289-294
Artikel Bagian Tiga
Artikel 2
TENSI JAMUR EKSTRAK DAUN MANGGA (Mangifera indica
N L.) SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP
KABUPATEN JAMUR Candida albicans DAN IDENTIFIKASI
GOLONGAN SENYAWANYA
oso Mukti Leksono, Dian Riana Ningsih*, Zusfahair, Diyu Mantari
Biodiversitas jamur Penelitian ini dilakukan karena seperti yang telah
asi Taman Nasional diketahui bahwa infeksi merupakan penyakit yang
) yang terletak di mudah ditemukan di daerah tropis seperti
Kabupaten Lebak, Provinsi Bante
diteliti sebelumnya dimana kaw
tersebut dihuni oleh masyarakat ad
Cisungsang, yang selama ini mem
dalam kehidupan sehari-hari.
4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menge
dan pemanfaatan Basidiomycota ole
Kasepuhan Cisungsang.
5 Metode penelitian yang Metodologi pengambilan sampel
digunakan metode eksplorasi dan wawancara d
untuk mendapatkan data yang
pengetahuan lokal yang berh
biodiversitas dan tentang pemanfaat
en, belum pernah Indonesia. Penyebab penyakit infeksi yang mudah
wasan konservasi ditemukan diantaranya adalah infeksi karena
dat dari Kasepuhan jamur. Jamur yang banyak menyebabkan infeksi
manfaatkan jamur adalah jamur Candida. Infeksi yang disebabkan
oleh Candida dikenal dengan Candidiasis. Nah,
Salah satu bahan obat alami dari ekstrak tanaman
yang berpotensi sebagai antijamur adalah ekstrak
daun mangga (Mangifera indica L.).
etahui biodiversitas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
eh masyarakat adat antijamur daun mangga terhadap C. albicans,
penentuan konsentrasi hambat tumbuh minimum
(KHTM) dan mengidentifikasi golongan senyawa
kimia dari ekstrak tersebut yang berpotensi sebagai
antijamur
dilakukan dengan Daun mangga diekstraksi secara maserasi
dengan key person menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol
g akurat tentang daun mangga yang dihasilkan dilakukan uji
hubungan dengan aktivitas antijamur terhadap C. albicans dengan
tan jamur. menggunakan metode difusi. Setelah diketahui
aktivitasnya, ekstrak metanol daun mangga
kemudian ditentukan konsentrasi hambat tumbuh
6 Hasil yang diperoleh Hasil penelitian yang telah dilaku
tingginya biodiversitas jamur B
Kasepuhan Cisungsang
Berdasarkan data hasil eksplorasi b
diperoleh 34 spesies dari 22 marg
bangsa) yang ditemukan di sawah, p
talun atau dudukan, dan hutan. Kelo
banyak ditemukan adalah dari b
dengan 10 keluarga, 12 marga, dan 1
Tampubolon et al. (2012), ba
merupakan jamur makroskopis yang
dalam beberapa penelitian. Kelo
memiliki ciri umum berbentuk tudun
Sedangkan, kelompok jamur yang se
kawasan ini adalah bangsa Auricula
1 marga, dan 4 spesies), bangsa Bol
2 marga, dan 3 spesies), dan bangsa
keluarga, 1 marga, dan 1 spesie
(2002), faktor lingkungan san
minimum (KHTM) dan diuji kandungan metabolit
sekundernya dengan uji fitokimia.
ukan menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas jamur
Basidiomycota di terhadap C. albicans menunjukkan bahwa ekstrak
daun mangga memiliki aktivitas antijamur
biodiversitas jamur terhadap C. albicans. Aktivitas antijamur pada
ga (16 keluarga, 5 konsentrasi 1000 ppm yakni sebesar 8,12 mm.
pekarangan, kebun, Kontrol positif ketokonazol dengan konsentrasi
ompok yang paling 1000 ppm memiliki aktivitas sebesar 8,30 mm dan
bangsa Agaricales aquades sebagai kontrol negatif menunjukkan nilai
18 spesies. Menurut negatif, yakni 0 mm.
angsa Agaricales Selain itu berdasarkan hasil penelitian terhadap
g sering ditemukan konsentrasi hambat tumbuhan minimum (KHTM)
ompok jamur ini menunjukkan bahwa aktivitas antijamur ekstrak
ng seperti payung. metanol daun mangga menurun seiring dengan
edikit ditemukan di menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan
ariales (1 keluarga, pernyataan Pelchar dan Chan (1988), bahwa
letales (2 keluarga, semakin tinggi konsentrasi suatu bahan
Dacrymycetales (1 antimikroba maka aktivitas antimikrobanya
es). Menurut Suin semakin besar pula. Ekstrak metanol dengan
ngat menentukan konsentrasi terkecil yaitu konsentrasi 65 ppm
penyebaran dan pertumbuhan suatu
setiap spesies hanya dapat hidup pa
tertentu yang berada dalam kisar
cocok bagi organisme tersebut.
Selaijn itu, kelompok jamur yang
setelah bangsa Agaricales adalah s
bangsa Aphylloporales (4 keluarga
spesies). Kelompok Aphyllopo
kemampuan adaptasi yang lebih b
Auriculariales, Dacrymycetales,
Menurut Hiola (2011), bangsa Aphy
tumbuh di pohon-pohon yang tum
lapuk, dengan kondisi optimum su
10−15 ºC, dan kelembapan sekita
besar jamur dari bangsa Aphy
ditemukan bersifat parasit, yaitu tu
pohon, sehingga dapat menyebabka
pohon atau pohon menjadi mati. F
dan suhu juga mempengaruhi pe
makroskopis di wilayah ini. H
u organisme, yaitu masih dapat menghambat pertumbuhan jamur C.
ada kondisi abiotik albicansyakni sebesar 0,64 mm sedangkan pada
ran toleransi yang konsentrasi 30 ppm hingga 1 ppm sudah tidak
dapat menghambat pertumbuhan jamur C.
sering ditemukan albicans.
spesiesspesies dari Sedangkan, hasil penelitian berdasarkan uji
a, 5 marga, dan 8 fitokimia yang bertujuan untuk mengidentifikasi
orales memiliki senyawa kimia ekstrak methanol daun mangga
baik dibandingkan menunjukkan bahwa terdapat golongan senyawa
dan Bolatales. metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
ylloporales banyak methanol daun mangga berdasarkan uji warna
mbang dan sudah yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, stereoid,
uhu yang berkisar polifenol, tannin, dan saponin. Senyawa metabolit
ar 90%. Sebagian sekunder tersebut merupakan zat aktif yang diduga
yllophorales yang sebagai anti jamur yang menjadi alasan
umbuh pada batang penghambatan ekstrak methanol daun mangga
an kerusakan pada terhadap C.albicans.
Faktor kelembapan
ertumbuhan jamur
Hasil pengukuran
kelembapan berkisar 80−91%,
berkisar 22−27 ºC.
Pemanfaatan jamur Basidiomyc
literatur dan keterangan dari beb
Kasepuhan Cisungsang jamur bia
sebagai bahan makanan serta obat-
Dari 22 marga yang ditemukan, s
jamur dimanfaatkan sebagai sumb
warga di wilayah ini dalam kehid
Tujuh marga jamur tersebut adalah
amis, supa beas, supa tiram, su
tunggal, dan supa kebo. Sementar
dimanfaatkan sebagai bahan obat-
belum ditemukan, karena pada
memiliki beberapa kendala, yaitu
mendukung dan akses yang sulit dil
Salah satu contoh jamur Bas
dimanfaatkan oleh warga Kasep
adalah supa ceuli atau jamur ku
dimanfaatkan sebagai sumber mak
memiliki rasa yang lezat. Hal i
sedangkan suhu
cota berdasarkan
berapa masyarakat
asanya digunakan
-obatan tradisional.
sebanyak 7 marga
ber makanan oleh
dupan sehari-hari .
h supa ceuli, supa
upa jerami, suung
ra itu, jamur yang
-obatan tradisional
a saat eksplorasi
cuaca yang tidak
lalui.
sidiomycota yang
puhan Cisungsang
uping yang sering
kanan dikarenakan
ini sesuai dengan