The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Portofolio Mikrobiologi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sengkarani86, 2021-06-29 22:02:22

Portofolio

Portofolio Mikrobiologi

Keywords: Portofolio

7 Kesimpulan kandungan pada jamur kuping san
komposisi: air 89,1%, protein 4,
karbohidrat 2,8%, serat 19,8% da
(Muchroji & Cahyana, 2008; Chang
Sementara itu, supa sinduk ata
dimanfaatkan warga sebagai bahan
pada jamur ini yang bermanfaat untu
polisakarida adalah 1,3-D-glukan
glukan, triterpenoid berupa ganoder
protein berupa lingzhi-8, minera
kalsium, magnesium, sedikit germa
senyawa-senyawa lain berupa erg
mannitol, vitamin, dan mineral.
Terdapat 34 spesies dari 22 marga,
bangsa jamur Basidiomycota yan
sawah, pekarangan, kebun, talun at
di wilayah Kasepuhan Cisungsang
yang banyak ditemukan adalah an
Agaricales (10 keluarga, 12 marga
bangsa Aphylloporales (4 keluarga
spesies). Jamur yang sedikit ditemuk

ngat tinggi, dengan
,2%, lemak 5,3%
an kalori 351 mg
g & Milles, 1989).
au jamur Lingzhi
n obat. Kandungan
uk obat terdiri dari

dan beta-1,6-D-
ric acid, adenosin,
al berupa kalium,
anium organik, dan
gosterol, kumarin,

16 keluarga, dan 5 Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
ng ditemukan di simpulan sebagai berikut :Ekstrak metanol daun
tau dudukan, hutan mangga terbukti dapat menghambat pertumbuhan
g, Banten. Jamur C. albicans pada konsentrasi 1000 ppm dengan
nggota dari bangsa zona hambat sebesar 8,12 mm. Konsentrasi hambat
a, 18 spesies) dan tumbuh minimum (KHTM) ekstrak metanol daun
a, 5 marga, dan 8 mangga terhadap C. albicans yaitu pada
kan adalah bangsa konsentrasi 65ppm dengan zona hambat 0,64 mm.

8 Biobliglarifi Auriculariales (1 keluarga, 1 marg
bangsa Boletales (2 keluarga, 2 mar
dan bangsa
Dacrymycetales (1 keluarga, 1 marg
Terdapat 7 marga jamur yang dim
sumber makanan oleh warga di w
kehidupan seharihari, yaitu Supa
Supa beas, Supa tiram, Supa jeram
dan Supa kebo.

Ni’matullah Al Ulya, A., Leksono,
R. O. (2017). Biodiversitas Da
Basidiomycota di Kawasan Kasep
Kabupaten Lebak, Banten. Al-K
Biologi, 10(1), 9-16.

Tabel 4. Analisis Ar

NO Indikator Analisis Artikel 1
1 Judul penelitian
PEMANFAATAN ASAP CAIR Pema

TEMPURUNG KELAPA Redu

ga, dan 4 spesies), Golongan senyawa metabolit sekunder yang
rga, dan 3 spesies) terdapat dalam ekstrak metanol daun mangga

berdasarkanuji warna yaitu senyawa alkaloid,
ga, dan 1 spesies). flavonoid, stereoid, polifenol, tanin, dan saponin.
manfaatkan sebagai
wilayah ini dalam
ceuli, Supa amis,
mi, Suung tunggal,

S. M., & Khastini, Ningsih, D. R. (2017). Ekstrak daun mangga
an Potensi Jamur (Mangifera indica L.) sebagai antijamur terhadap
puhan Cisungsang, jamur Candida albicans dan identifikasi golongan
Kauniyah: Jurnal senyawanya. Jurnal Kimia Riset, 2(1), 61-68.

rtikel Bagian Empat

Artikel 2 Artikel 3

anfaatan Bakteri Indigenus dalam WATER QUALITY AND

uksi Logam Berat Cu pada POLLUTION INDEX OF LAKE

DALAM PENGAWETAN Limb

DAGING SAPI Circu

2 Nama penulis Fitrahuddin Assidiq, Tina Dewi Pasca

Rosahdi, Baiq Vera El Viera Wibo

Murw

3 Mengapa dilakukan Penelitian ini dilakukan karena Penel

penelitian tersebut seperti yang diketahui bahwa yang

apabila hewan ternak tidak dari

ditangani dengan benar setelah dihas

dipotong, bahan pangan hewani memi

akan cepat mengalami kerusakan kandu

karena adanya mikroba yang tingg

merusak jaringan. Oleh karena itu etchin

maka perlu dilakukan pengawetan meng

untuk meningkatkan masa simpan meru

suatu daging. Salah satu metode air, s

pengawetan terkenal secara sekita

tradisonal yaitu metode dilaku

pengasapan. Proses pengawetan meng

makanan dengan pengasapan PCB

secara tradisional dapat digantikan salah

bah Cair Proses Etching Printed TEMPE INSOUTH SULAWESI,

uit Board (PCB) INDONESIA

alia Shendy Anggriany, A. Ahmad Yani, Mohamad Amin,

owo Nugroho Jati, L. Indah Fatchur Rohman, Endang Suarsini,

wani Haerunnisa

litian ini dilakukan karena seperti Penelitian ini dilakukan karena

telah diketahui bahwa limbah seperti yang diketahui bahwa Danau

proses etching PCB yang Tempe merupakan salah satu danau

silkan bersifat toksik karena terbesar di Sulawesi Selatan.

iliki pH yang sangat rendah dan Letaknya di Kecamatan Wajo.

ungan logam berat Cu yang Sumber utama air Danau Tempe

gi. Dampak negatif dari limbah adalah beberapa sungai di sekitarnya

ng PCB ini yaitu dapat yang menampung sejumlah aktivitas

ghilangkan kesuburan tanah, manusia seperti transportasi, mandi,

usak nutrisi tanah dan mencemari mencuci, pertanian, dan aktivitas

serta meracuni makhluk hidup lainnya. Interaksi langsung

ar. Oleh karena itu perlu masyarakat dengan sungai-sungai

ukan bioremediasi untuk yang bermuara di danau dapat

golah limbah hasil proses etching berdampak buruk bagi ekosistem

tersebut. Bioremediasi adalah perairan. Oleh karena itu sangat

h satu cara pengolahan limbah penting untuk menjaga kualitas air.

dengan asap cair. Asap cair dari denga

tempurung kelapa dapat dan e

dimanfaatkan untuk mengawetkan meru

bahan makanan yang aman. limba

biolo

biore

kema

sehin

tumb

lingk

meng

pertu

pelua

bakte

mikro

lingk

satu

meng

lump

an metode biologi yang efisien Untuk menjaga kualitas air perlu

efektif. Bakteri indigenus yang dilakukan pengkajian dan

upakan bakteri alami dalam pemantauan parameter fisikokimia

ah itu sendiri merupakan agen air secara berkala serta pemeriksaan

ogi yang dapat digunakan dalam polutan di perairan yang secara rutin

emediasi. Bakteri mempunyai digunakan oleh masyarakat.

ampuan adaptasi yang tinggi

ngga memungkinkan untuk dapat

buh dalam substrat dan

kungan yang sangat tidak

guntungkan untuk

umbuhannya. Hal ini membuka

ang besar untuk menggunakan

eri sebagai salah satu

oorganisme untuk bioremediasi

kungan yang telah tercemar. Salah

metode bioremediasi yang

ggunakan bakteri adalah metode

pur aktif.

4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Penel

menganalisis pengaruh variasi efekti

konsentrasi dan lama waktu biolo

perendaman asap cair tempurung limba

kelapa terhadap daya tahan daging logam

sapi isolat

kualit

PCB.

5 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan Meto

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dalam

eksperimen. . Daya tahan daging ekspe

sapi dianalisis menggunakan melip

analisis TPC. Variasi konsentrasi hari d

asap cair tempurung kelapa perlak

yangdigunakanadalah 1%; etchin

1,5%;2%;dan 2,5% v/v, sedangkan logam

variasi lama perendaman yang dan 3

digunakan yaitu 10, 20, 30 dan 40 pada

menit. bakte

meng

Param

litian ini bertujuan mengetahui Penelitian ini bertujuan untuk
ifitas pengolahan limbah secara menganalisis kualitas air dan indeks
ogi dalam mengurangi toksisitas pencemar Danau Tempe.
ah, meliputi pH dan kandungan
m berat Cu, serta mengetahui
t bakteri yang dapat memperbaiki
tas limbah cair proses etching
.
ode penelitian yang digunakan Metode penelitian yang digunakan
m penelitian ini yaitu metode dalam penelitian ini yaitu metode
erimen. Tahapan penelitian ini deksriptif kuantitatif. Sampel air
puti inkubasi limbah selama 7 Danau Tempe dikumpulkan dari
dalam sistem lumpur aktif dengan tujuh titik pengambilan sampel.
kuan penambahan limbah Pengukuran in-situ :suhu, ion
ngPCB dengan konsentrasi hidrogen (pH), oksigen terlarut
m Cu 50 ppm, 150 ppm, 250 ppm (DO) dan ex-situ: kekeruhan, total
350 ppm, pengukuran parameter padatan tersuspensi (TSS),

hari ke-0 dan ke-7, isolasi kebutuhan oksigen biokimia (BOD),
eri, serta analisis data fosfat (PO4), nitrat (NO3) dilakukan
ggunakan software SPSS ver 15. untuk memeriksa parameter fisik-
meter yang diukur adalah kimia air.

kandu

BOD

berat

spekt

6 Hasil yang diperoleh Hasil dari pirolisis tempurung Setela

kelapa menghasilkan asap cair kandu

yang berbau sangat menyengat dan BOD

berwarna coklat pekat. Asap cair serta

tersebut kemudian dikarakterisasi Perla

dengan menggunakan penur

Spektrofotometer GC-MS untuk paling

menganalisis kandungan senyawa diiku

yang terkandung di dalamnya. denga

Adapun senyawa yang terkandung perlak

dalam asap cair tersebut yaitu penur

Asam Propanoat (54,44 %), Fenol perlak

(21,59 %), Furfural (6,67 %), penur

Treonina (4,13 %), Asam Asetat tiga

(3,32 %), Benzena (2,79 %), bakte

Caprolactam (2,79 %), Pirola (2,71 Hasil

%), dan Asam Butanoat (1,56 %). menu

ungan logam berat Cu, pH, TSS,
D dan COD. Pengukuran logam

Cu dilakukan menggunakan
trofotometer direct Lovibond.
ah 7 hari masa inkubasi, Hasil uji parameter fisika dan kimia
ungan logam berat Cu, COD, menunjukkan penurunan kualitas air
D dan TSS mengalami penurunan Danau Tempe dengan rangkaian

pH mengalami kenaikan. nilai: suhu (29-31,50 °C), pH (6-7),
akuan A (50 ppm) mengalami DO (3,5-6 mg/L), BOD (5,5-8,00
runan kadar logam Cu. yang mg/L), kekeruhan (60-80 mg/L),
g tinggi yaitu sebesar 93,18%, TSS (80-180 mg/L), PO4 (0,10-0,31
uti dengan perlakuan B (150 ppm) mg/L) dan NO3 (0,10-0,25 mg/L).
an penurunan sebesar 81,94%, Berdasarkan peraturan pemerintah
kuan D (350 ppm) dengan tentang baku mutu air Indonesia
runan sebesar 31,57% dan tentang pengelolaan kualitas air dan
kuan C (250 ppm) dengan pengendalian pencemaran air,
runan sebesar 18,09%. Terdapat angka-angka ini menunjukkan

bakteri indigenus hasil isolasi bahwa danau tersebut “cemar
eri yaitu isolat bakteri X, Y dan Z. sedang”. Berdasarkan hasil analisis
l karakterisasi bakteri indeks kualitas air, poin 1, 2, 4, dan
unjukkan bahwa isolat X, Y, dan 5 termasuk dalam kelas “sedang”

Berdasarkan hasil analisis Z me
konsentrasi kandungan asap cair tepi k
tempurung kelapa menunjukkan katala
bahwa konsentrasi optimum asap Isolat
cair tempurung kelapa 1,5% eleva
dengan lama waktu perendaman keruh
optimum 20 menit mampu serta
menurunkan kadar air daging sapi bentu
dari 28% menjadi 21,79%, warna
sedangkan kadar lemak dan kadar karbo
protein daging sapi setelah Isolat
perendaman asap cair berturut- eleva
turut sebesar 7,45% dan 28,48%. putih
Daging sapi yang telah direndam laktos
pada konsentrasi 1,5% selama 20 positi
menit mampu bertahan selama 3 indek
hari pada suhu kamar karena masih Suran
berada di bawah ambang batas keane
jumlah mikroba yang ada dalam nilai
bahan pangan yang telah berad
ditentukan SNI 01-2897- tingk

emiliki bentuk koloni circular, dan poin 3, 6, dan 7 termasuk dalam
koloni entire, Gram negatif, motil, kelas “buruk”.
ase positif dan indol positif.
t X memiliki bentuk sel rod,
asi koloni flat, warna koloni putih
h, fermentasi karbohidrat negatif

nitrat negatif. Isolat Y memiliki
uk sel coccus, elevasi koloni flat,
a koloni kuning, fermentasi
ohidrat negatif serta nitrat positif.
t Z memiliki bentuk sel coccus,
asi koloni raised, warna koloni
h susu, fermentasi sukrosa dan
sa negatif, fermentasi glukosa
if serta nitrat positifBerdasarkan
ks Shannon, Taman Wisata Alam
nadi memiliki tingkat
ekaragaman lumut kerak dengan
H’ sebesar 0,58. Nilai H’ yang
da di bawah 1 menunjukkan
kat keanekaragaman lumut kerak

1992sebesar 1x106cfu/g. yang

Sementara daging sapi tanpa diketa

perlakuan pada hari pertama sudah spesie

melebihi ambang batas maksimum. Alam

yakni

7 Kesimpulan Karakteristik asap cair tempurung Hasil

kelapa dengan menggunakan menu

Spektrofotometer GC-MS Z me

mengandung senyawa-senyawa tepi k

seperti Treonin, Asam Butanoat, katala

Asam Propanoat, Kaprolaktam, Pengo

Furfural, Asam Asetat, Pirola, meng

Benzen dan Fenol. Konsentrasi lump

asap cair yang optimal untuk Cu s

mengawetkan daging sapi dalam

diperoleh 1,5%, dengan hasil melak

analisis kadar air, lemak dan dilaku

protein secara berturut-turut seper

sebesar 21,79% ; 7,45%; dan untuk

28,48%.. Analisis kadar air inden

menunjukkan lama waktu meng

rendah. Melalui indeks Pielou,
ahui bahwa nilai kemerataan
es lumut kerak di Taman Wisata
m Suranadi tergolong rendah,
i 0,32.
l karakterisasi isolat bakteri Hasil penelitian ini menunjukkan
unjukkan bahwa isolat X, Y, dan bahwa parameter fisikokimia
emiliki bentuk koloni circular, sampel air yang dikumpulkan dari
koloni entire, Gram negatif, motil, tujuh lokasi telah melebihi baku
ase positif dan indol positif. mutu air yang disarankan oleh baku
olahan limbah cair etching PCB mutu air Indonesia. Parameter yang
ggunakan bioreaktor sistem diamati yang berdampak pada
pur aktif dapat menurunkan kadar penurunan kualitas dan status Danau
sebesar 18,09% hingga 93,18%. Tempe (menjadi tercemar sedang)
m bioreaktor untuk dapat antara lain kekeruhan, TSS, BOD,
kukan pengolahan limbah. Perlu nitrat, dan fosfat. Selain itu,
ukan identifikasi secara spesifik berdasarkan analisis indeks kualitas
rti menggunakan medium selektif air menunjukkan bahwa tiga titik
k pertumbuhan bakteri serta pengambilan sampel termasuk
ntifikasi secara molekuler untuk dalam kelas “buruk” dan empat
garah ke genus atau spesies.

perendaman optimal adalah 20

menit dengan kadar air sebesar

21,79%, sedangkan untuk kadar

lemak dan protein sebesar 7,45%

dan 28,48%. Analisis total plate

count (TPC) pada daging sapi yang

direndam dalam asap cair dengan

konsentrasi 1,5% selama 20 menit

menunjukkan bahwa daging sapi

layak dikonsumsi sampai hari

ketiga penyimpanan pada suhu

kamar.

8 Biobliglarifi Assidiq, F., Rosahdi, T. D., & El Nugr

Viera, B. V. (2018). Pemanfaatan (2018

Asap Cair Tempurung Kelapa Indig

dalam Pengawetan Daging Sapi. al- Berat

Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Etchi

Terapan, 5(1), 34-41. Biota

Haya

lainnya berada pada kelas
“menengah”.

roho, P. S. S. A. W., & Jati, L. YANI, A., AMIN, M., &
8). Pemanfaatan Bakteri ROHMAN, F. WATER QUALITY
genus dalam Reduksi Logam AND POLLUTION INDEX OF
t Cu pada Limbah Cair Proses LAKE TEMPE IN SOUTH
ing Printed Circuit Board (PCB). SULAWESI, INDONESIA.
a: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
ati, 3(2), 87-95.

B. Refleksi Diri Tentang Analisis Artikel

Saya menyadari bahwa sebagai mahasiswa saya dituntut untuk me
pengetahuan ilmiah dan melakukan penelitian. Salah satu cara untuk meni
membiasakan diri menganalisis artikel-artikel ilmiah. Awalnya saya m
kurangnya pemahaman yang saya miliki mengenai bagaimana mengana
menganalisis artikel secara tidak sadar kemampuan berfikir saya suda
menyusun artikel ilmiah, baik dari penyusunan pendahuluan, perancan
menarik kesimpulan, dan penulisan daftar pustaka yang benar meskipun

Kendala yang saya alami selama menganalisis artikel ilmiah yaitu
diperoleh dari penelitian dan bagaimana menyusun kesimpulan yang tepa
saya gunakan sangat bertele-tele sehingga akan sulit dimengerti dan juga
agak sulit untuk menentukan metode penelitian yang digunakan. Saya mas
artikel penelitian yang saya analisis.

Menganalisis artikel ilmiah menurut saya adalah hal yang berat
memberikan saya pemahaman juga mendorong saya untuk selalu berfikir
sendiri yaitu saya sudah mampu untuk menganalisis artikel dengan benar

emiliki kemampuan berfikir ilmiah sebagai dasar untuk membahas sebuah
ingkatkan serta mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah yaitu dengan
merasa berat dengan tugas menganalisis artikel yang diberikan karena
alisis artikel yang baik dan benar. Namun, seiring dengan keterbiasaan
ah sedikit meningkat, saya sudah mampu untuk memahami bagaimana
ngan metode penelitian, penyusunan hasil dan pembahasan, bagaimana
terkadang saya masih merasa bingung akan hal itu.

u saya terkadang masih bingung bagaimana untuk menyusun hasil yang
at dan jelas. Terkadang dalam menyusun kedua poin tersebut bahasa yang
hasil yang saya cantumkan tidak terlalu jelas. Selain itu, saya juga masih
sih bingung bagaimana menyesuaikan jenis penelitian yang cocok dengan

sekaligus menantang karena dengan menganalisis artikel ilmiah selain
kritis dan analitis. Yang saya harapkan untuk kedepannya untuk diri saya
r, mampu untuk menyusun artikel ilmiah, dan mampu berfikir ilmiah.

MAKALAH

A) Identitas Makalah Kelompok

MAKALAH

Genetika Mikroba, Immunolgi, Flora Normal Tubuh Manusia, dan Cara Masuk
Mikroba ke Dalam Tubuh Manusia

Disusun Oleh Kelompok Tujuh:
Rani Sengka (190202029)
Ayu Lestari (190202008)

Muh. Fadryansah (190202018)

Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Puangrimaggalatung
2021

B) Naskah Makalah
RINGKASAN

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat turun temurun sifat
induk dan variasi sifat karakteristik mikroba. Mikroba atau mikroorganisme dapat
ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Mereka
ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik,atmosfer (udara), makanan, dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh
manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam
kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. Mikroorganisme yang
mendiami tubuh manusia sehat ini sering dikatakan sebagai flora normal pada
tubuh manusia. Oleh karena itu, kami pun menyusun makalah ini dengan tujuan
untuk memahami bagaimana perpindahan DNA pada bakteri, kekebalan spesies
dan ras, pertahanan mekanis dan kimiawi, mekanisme sistem kekebalan tubuh,
penggolongan flora normal, kekhususan flora normal, macam – macam flora
normal berdasarkan tempatnya padaa tubuh manusia, serta cara masuknya
mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan
dan saluran genitouriner.

i

DAFTAR ISI
RINGKASAN ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pemindahan DNA Pada Bakteri................................................................................. 3
B. Kekebalan Species atau Ras ....................................................................................... 6
C. Pertahanan Mekanis dan Pertahanan Kimiawi ........................................................... 6
D. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh........................................................................ 7
E. Penggolongan Flora Normal..................................................................................... 16
F. Kekhususan Flora Normal ........................................................................................ 17
G. Macam-Macam Flora Normal Berdasarkan Tempatnya (P) .................................... 21
H. Cara Masuk Mikroba ke Dalam Tubuh Melalui Saluran Pernafasan....................... 33
I. Cara Masuk Mikroba ke Dalam Tubuh Melalui Pencernaan .................................... 34
J. Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Genitouriner ................................................. 35
BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 38

i

BAB I PENDAHULUAN
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat turun temurun sifat
induk dan variasi sifat karakteristik mikroba. Mikroba contohnya bakteri
mempunyai populasi yang berkembang cepat dan beraneka ragam variasinya.
Bakteri untuk memperoleh variasi yang beragam dapat melalui mutase. Peristiwa
seksual yang semula diduga tidak terjadi, dapat dibuktikan oleh para ahli. Bahkan,
perpindahan bahan genetik (DNA) dapat didemonstrasikan dari satu mikroba ke
mikroba lain.
Mikroba atau mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan
akuatik,atmosfer (udara), makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme
tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam
tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat
menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan
penyakit. Mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia sehat ini sering dikatakan
sebagai flora normal pada tubuh manusia.
Berdasarkan urain diatas, kami pun menyusun makalah ini dengan tujuan
untuk memahami bagaimana perpindahan DNA pada bakteri, kekebalan spesies
dan ras, pertahanan mekanis dan kimiawi, mekanisme sistem kekebalan tubuh,
penggolongan flora normal, kekhususan flora normal, macam – macam flora
normal berdasarkan tempatnya padaa tubuh manusia, serta cara masuknya mikroba
ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan
saluran genitouriner.

2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemindahan DNA Pada Bakteri
1. Konjugasi

Konjugasi merupakan mekanisme perpindahan informasi genetik (DNA)
dari sel donor ke sel resipien yang terjadi akibat adanya kontak sel dengan sel.
Konjugasi bakteri pertama kali ditemukan oleh Lederberg dan Tatum pada tahun
1946. Mereka menggabungkan dua galur mutan Escherichia coli yang berbeda
yang tidak mampu mensintesis satu atau lebih faktor tumbuh esensiil dan
memberinya kesempatan untuk kawin.

Jika suatu sel E.coli mengandung faktor F yang berupa badan terpisah dari
kromosom utama, maka ia dinyatakan berkelamin jantan. Namun, jika tak
mengandung F pada sel tersebut, maka dinyatakan berkelamin betina. Transfer
materi genetik dari sel E.coli jantan ke sel E.coli betina didahului terbentuknya
pasangan konjugasi antara kedua sel. Pasangan konjugasi ini terbentuk melalui
perlekatan suatu pilus kelamin jantan pada permukaan suatu sel kelamin betina.

Menurut Watson (1987), pilus yang berlekatan di atas, merangsang suatu
rangkaian kejadian yang mendorong terjadinya replikasi DNA faktor F yang
membawa transfer DNA faktor F (hasil replikasi) kepada sel F-. Hanya DNA
faktor F (hasil replikasi) yang ditransfer. Transfer materi genetik faktor F
mengakibatkan seluruh sel kelamin betina (F-) di sekitarnya segera berubah
menjadi sel kelamin jantan (F+).

Gambar 2.1 perlekatan suatu pilus kelamin jantan pada permukaan suatu
sel kelamin betina

3

Gambar 2.2 mekanisme konjugasi pada bakteri

2. Tranformasi

Transformasi pertama kali ditemukan oleh Frederick Griffith pada tahun
1928. Dia mempelajari transformasi satu tipe Streptococcus pneumoniae menjadi
tipe yang berbeda. S. Pneumoniae dibagi menjadi 100 tipe lain yang berbeda atas
dasar perbedaan kimia pada kapsulnya. Jadi, tipe 1 menghasilkan kapsul yang
berbeda dengan tipe 2, dan seterusnya. Transformasi ialah proses pemindahan
DNA bebas sel yang mengandung sejumlah informasi genetik (DNA) dari satu
sel ke sel lainnya. DNA tersebut diperoleh dari sel donor melalui lisis sel alamiah
atau dengan cara ekstraksi kimiawi. Begitu fragmen DNA dari sel donor
tertangkap oleh sel resipien, maka terjadilah rekombinasi.

Manfaat yang didapatkan dari transformasi gen pada bakteri adalah:

• Sarana penting dalam rekayasa genetik
• Memetakan kromosom bakteri
• Bermanfaat dalam penelitian-penelitian genetik bakteri di laboratorium

3. Transduksi

Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel bakteri. Virus-virus yang
inangnya adalah bakteri seringkali disebut bakteriofage atau fage. Pada waktu
fage menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke dalam bakteri tersebut.
DNA fage ini kemudian bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan
kromosom bakteri. Inilah yang dikenal dengan transduksi. Jadi, transduksi adalah
proses perpindahan gen dari suatu bakteri ke bakteri lain oleh bakteriofage lalu
oleh bakteriofage tersebut plasmid ditransfer ke populasi bakteri. Transduksi
ditemukan oleh Norton Zinder dan Joshua Lederberg pada tahun 1952. Pada

4

waktu DNA fage dikemas di dalam pembungkusnya untuk membentuk bakteri-
bakteri fage baru, DNA fage tersebut dapat membawa sebagian dari DNA bakteri
yang telah menjadi inangnya. Selanjutnya, bila fage menginfeksi bakteri lainnya,
maka fage akan memasukkan DNA-nya yang mengandung sebagian dari DNA
bakteri inang sebelumnya. Dengan demikian, fage tidak hanya memasukkan
DNA-nya sendiri ke dalam sel bakteri yang diinfeksinya, tetapi juga memasukkan
DNA dari bakteri lain yang ikut terbawa pada DNA fage. Jadi, secara alami fage
memindahkan DNA dari satu sel bakteri ke bakteri lainnya.
Ada dua tipe transduksi, yaitu:

a) Transduksi terbatas
Pada proses ini tidak semua gen dapat ditransfer. Transduksi terbatas

terjadi saat profage telah terintegrasi pada kromosom bakteri. Gen-gen
bakteri yang mengalami transduksi terbatas adalah yang berdekatan dengan
profage yang terintegrasi.
b) Transduksi umum

Gambar 2.3 Proses Transduksi pada Sel Bakteri
Transduksi umum terjadi bila suatu fage memindahkan gen dari
kromosom bakteri atau plasmid. Pada saat fage memulai siklus litik, enzim-
enzim virus menghidrolisis kromosom bakteri menjadi potongan-potongan
kecil DNA. Setiap bagian dari kromosom bakteri tersebut dapat
digabungkan dengan kepala fage selama perakitan fage. Fage yang telah
berisi DNA sel bakteri dapat menginfeksi sel lain dan mentransfer gen
bakteri di dalam sel resipien DNA bakteri dan bergabung dengan
rekombinasi homolog menggantikan gen dalam sel resipien. Transduksi ini
terjadi pada bakteri gram positif dan gram negatif.

5

B. Kekebalan Species atau Ras
1. Kekebalan Ras

Lima ilmuwan dari Universitas Simon Fraser, British Colombia, Kanada,
berhasil memecahkan kode genetik yang sangat kompleks. Kode tersebut
menyingkap bahwa etnis seseorang memengaruhi seberapa kuat seseorang
mampu menangkis beberapa penyakit, seperti pilek (common cold) dan HIV.

Sebanyak 425 orang dengan latar belakang keturunan Asia, Afrika serta
Eropa, menjadi objek. Dari penelitian ini ditemukan keterkaitan antara ras dengan
daya tubuh seseorang.

Corey Watson, salah satu dari tim peneliti mengungkapkan bahwa kondisi
gen antibodi yang berbeda-beda pada setiap orang mungkin disebabkan oleh
kondisi lingkungan atau paparan patogen tertentu. Oleh karena itu, beberapa
kelompok etnis tertentu dapat memerangi penyakit dengan cara yang berbeda.

Contoh: Statistik membuktikan bahwa orang berkulit berwarna lebih peka
terhadap penyakit TB dari pada kulit putih.

2. Kekebalan Species

• Penyakit lepra dan gonorea secara alam hanya terdapat pada manusia dan
tidak ditemukan pada hewan.

• Penyakit tetanus yang terdapat pada manusia tidak terdapat pada burung.
C. Pertahanan Mekanis dan Pertahanan Kimiawi
1. Pertahanan Mekanis

Pertahanan mekanis dilakukan oleh rambut dan silia. Rambut hidung
berfungsi menyaring udara yang dihirup dari partikel-partikel berbahaya maupun
mikroorganisme. Sementara itu, silia yang terdapat pada trakea berfungsi
menyapu partikel-partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir agar keluar
bersama ludah.

2. Pertahanan Kimiawi

6

Pertahanan kimiawi dilakukan oleh cairan sekret yang dihasilkan oleh kulit
dan membran mukosa. Cairan sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Contohnya, minyak dan
keringat. Kedua cairan sekret tersebut memberikan suasana asam sehingga
mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sementara itu, air liur (Saliva),
air mata, dan sekresi mukosa mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh
bakteri. Enzim tersebut menghidrolisis dinding sel patogen sehingga sel
kemudian pecah dan mati.

D. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Pada umumnya, mekanisme sistem kekebalan tubuh digolongkan menjadi 2,

yaitu:

(1) Pertahanan Nonspesifik (Alamiah)

Pertahanan Nonspesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir, berupa
komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap
mencegah serta menyingkirkan dengan cepat antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Pertahanan nonspesifik meliputi pertahanan fisik, kimia, dan mekanis terhadap
agen infeksi; fagotosit; inflamasi; serta zat antimikroba nonspesiif yang
diproduksi tubuh.

a. Pertahanan Fisik, Kimia, dan Mekanis Terhadap Mekanisme Terhadap
Agen Infeksi
• Kulit yang sehat dan utuh, menjadi garis besar pertahanan pertama
terhadap antigen. Sebaliknya, kulit yang rusak atau hilang akan
meningkatkan resiko infeksi.
• Membran mukosa, yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh,
menyekresikan mukus sehingga dapat memerangkap antigen, serta
menutup jalannya ke sel epitel.
• Cairan tubuh yang mengandung zat kimia antimikroba.
• Pembilasan oleh air mata, saliva dan urine.

b. Fagositosis
Fagositosis merupakan garis pertahanan ke- 2 bagi tubuh terhadap

agen infeksi. Fagositosis meliputi proses penelaan dan pencernaaan

7

mikroorganisme dan toksin yang berhasil masuk ke dalam tubuh, ini
dilakukan oleh jenis sel darah putih tertentu. Sel darah putih (leukosit)
terdiri atas monosit, neutrofil dan eousinofil. Neutrofil adalah sel darah yang
terbanyak dalam leukosit, yaitu sekitar 70%. Neutrofil bekerja dengan
memasuki jaringan yang telah terinfeksi, kemudian memakan dan merusak
mikroba yang terdapat di sana. Sel-sel yang terinfeksi oleh mikroba akan
mengeluarkan sinyal kimiawi sehingga menarik neutrofil untuk datang.
Proses tersebut disebut dengan kemotaksis.

Monosit hanya menyusun 5% dari leukosit. Cara kerja monosit hampir
sama denga neutrofil. Perbedaanya, monosit akan menjadi makrofag setelah
masuk ke dalam jaringan. Makrofag merupakan sel fagotosis yang terbesar.
Sel makrofag ini memilikki kaki semu (pseudopodia). Pseudopodia ini
berfungsi untuk melekatkan diri pada mikroba. Mikroba yang menempel
pada pseudopodia ini akan ditelan dan kemudian dirusak oleh enzim-enzim
lisosom mikrofag.
Makrofag dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

• Makrofag jaringan ikat (histiosit) merupakan makrofag yang
menetap atau berkeliaran.

• Markofag dan psekursornya (monosit) yang berdifusi untuk
membentuk sel raksaa asing (sel multilateral) sebagai pertahanan di
anttara massa benda asing yang besar dan jaringa tubuh.

• Sistem fagosit mononukleus yang merupakan kombinasi antara
monosit fagositik, makrofag bergerak dan makrofag jaringan tetap.
Makrofag jaringan tetap contohnya, makrofagg alveulus, sel kupffer
dalam hati, sel langerhans pada epidermis, mikrogilia pada saraf
pusat, sel mesangial pada ginjal, dan sel retikuler dalam limpa,
nodus limfa, timus, serta sumsum tulang.
Eosinofil bekerja melawan parasit yang ukurannya lebih besar,
seperti cacing darah. Eosinofil dapat melepaskan enzim-enzim
untuk merusak dinding eksternal parasit.

8

c. Inflamasi
Pembengkakan Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi

atau cedera. Inflamasi dapat bersifat akut dan kronik. Tanda-tanda respons
inflamasi, yaitu kemerahan, panas, , nyeri, atau kehilangan fungsi. Efek
inflamsi menyebabkan demama (suhu tubuh tinggi abnormal). Demam itu
sendiri merupakna respons tubuh terhadap radang. Selain itu, sel leukosit
tertentu akan memproduksi moleku yang bernama pirogen. Pirogen ini
dapat menyebabkan suhu tubuh menjadi tinggi. Suhu tubuh yang tinggi
dapat membantu pertahanan tubuh dengan cara menghambat pertumbuhan
bebrapa mikroba. Selain itu, demam dapat mempermudah fagositosis dan
perbaikan jaringan.
Mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dilihat pada gambar
berikut.

Berdasarkan gambar diatas mekanisme pertahanan tubuh secara
inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut.

• Jaringan mengalami luka dan merangsang pengeluaran histamin.
• Histamin menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah serta

peningkatan aliran darah yang menyebabkan permeabilitas
pembuluh darah meningkat, hal ini menyebabkan perpindahan sel-
sel fagosit (neutrofil, monosit, dan eosinofil)
• Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen.
Setelah infeksi tertanggulangi, neutrofil dan sel-sel fagosit akan mati
seiring dengan matinya sel-sel tubuh dan patogen. Sel-sel fagosit yang hidup
atau mati serta sel-sel tubuh yang rusak akan membentuk nanah. Inflamasi
mencegah infeksi ke jaringan lain serta mempercepat proses penyembuhan.

9

d. Protein Antimikroba
Protein antimikroba ini sering juga disebut sitem komplemen, sistem

ini terdiri atas 20 protein. Protein ini normalnya dalam keadaan non aktif.
Tetapi, apabila mikroba masuk ke dalam tubuh, glikoprotein dari
permukaan sel tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen ini.
Berikut ini beberapa fungsi dari komplemen yang sudah aktif.

• Menghasilkan opsonin, yaitu suatu zat yag melekatkan mikroba
pada leukosit sehingga memudahkan proses fagositosi

• Menyebabkan pelepasan histamin oleh mastosit. Histamin
menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan
meningkatakan permebilitas kapiler terhadap protein.

• Menimbulkan suatu reaksiterhadap membran sel mikroba berupa
munculnyalubang pada membran. Pristiwa ini akan memtikan bagi
mikroba.

Aktivitas komplemen yang menghancurkan mikroorganisme atau
antigen asing, terkadang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh
sendiri. Selain komplemen, terdapat kumpulan protein sebagai pertahanan
non spesifik yaitu interferon (IFN), interferon ini diproduksi oleh sel-sel
yang terinfekksi virus. Kemudian inteferon tersebut akan berikatan dengan
resptor membran plasma pada sel-sel yang sehat. Sel-sel sehat yang telah
terikat dengan interferon tersebut akan membentuk suatu protein antivirus
yang berfungsi untuk menghalangi multiplikasi virus. Interferon tertentu
akan langsung membunuh dan menghancurkan sel-sel yang telah terinfeksi
virus.

10

e. Sel Natural Killer (sel NK)
Sel NK berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik. Sel NK

merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel
kanker serta sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkannya sel
kekebalan adiptik. Sel NK tidak bersifat fagositik. Sel ini membunuh
dengan cara menyerang membran sel target dan melepaskan senyawa kimia
yang disebut perforin.

(2) Pertahanan Spesifik ( Adaptik)

Pertahanan Spesifik merupakan sistem kompleks yang memberikan respon
imun terhadap antigen spesifik. Pertahanan spesifik mampu mengenal benda
asing bagi dirinya dan memiliki memori terhadap kontak sebelumnya dengan
suatu aagen tertentu. Sistem ini bekerja apabila antigen asing telah melewati
pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik disebut juaga
sistem kekebalan tubuh dan menjadi garis pertahanan yang ketiga dari tubuh.

Ciri-cirinya :

• Bersifat selektif
• Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
• Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
• Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
• Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem Pertahanan Spesifik ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

11

a) Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang paling berperan pada sistem imun spesifik humoral ini ada Sel B

atau Limfosit B. Sel B ini berasal dari sumsum tulang dan akan
menghasilkan sel Plasma lalu menghasilkan Antibodi. Antibodi inilah yang
akan melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular, virus dan bakteri, serta
menetralkan toksinnya.
Struktur antibodi :

• Pada umunya berbentuk seperti huruf Y.
• Dua rantai berat dan 2 rantai ringan yang dihubungkan jembatan

disulfida.
• Daerah variabel anatar molekul memiliki rangkaian asam amino

yang berbeda dan embentuk suatu reseptor untuk antigen spesifik.
• Daerah konstan (C) menstabilkan sisi pengikat antigen.
• Daerah hinge (engsel) memungkinkan kedua lengan Y dapat

membuka atau menutup untuk mengkomodasi pengikatan terhadap
dua determinan antigen yang terpisah pada jarak tertentu seperti
yang ditemukanpada permukaan bakteri.

Antibodi merupakan protein plasma yang disebut imunoglobulin (Ig).
Terdapat lima kelas imunoglobin, yaitu;

• Ig M, berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada
tahap awalrespons sel plasma.,serta mengaktivitaskan komplemen
dan memperbanayk fagosistosis.

• Ig G, Ig G terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons
terhadap antigen yg sama, Ig M dan IgG berperan jika terjadi invasi
bakteri dan virus serta aktivasi komplemen

• Ig E ,melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator
pd reaksi alergi; melepaskan histamin dari basofil dan sel mast

• Ig A ,ditemukan pada sekresi sistem perncernaan, pernapasan, dan
perkemihan. Ig A, berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh.
( contoh : pada airmata dan ASI)

12

• Ig D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada
sel B.

Terdapat beberapa cara antibodi dalam menghadapi antigen yaitu :
• Netralisasi, yaitu antibodi memblokir tempat-tempat dimana antigen
seharusnya berikatan dengan sel inang. Selain itu antibodi
menetralkan bakteri beracun dengan menyelubungi bagian
beracunya sehingga makrofag dapat dengan mudah memfagositnya.
• Penggumpalan atau aglutinasi patogen atau antigen sehingga
memudahkan makrofag dalam menjalankan aktivitas fagositnya
terhadap patogen.
• Pengendapan, yaitu dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi
yang menyebabkan antigen terlarut tidak dapat bergerak sehingga
mudah ditangkap makrofag.
• Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dimana antibodi
berikatan dengan antigen akan mengaktifkan protein komplemen
untuk membentuk pori atau lubang pada sel patogen.
Setelah infeksi berakhir sel B plasma akan mati, sedangkan sel B

pengingat akan tetap hidup dalam waktu yang lama. Masuknya antigen atau
patogen pertama kali dan serangkaian respon imun awal ini disebut respon
kekebalan primer.

Seringkali antigen yang sama masuk kedua kalinya dalam tubuh, hal
ini direspon sel B pengingat yang selanjutnya akan menstimulasi
pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi, respon untuk
kedua kalinya ini disebut respon kekebalan sekunder dimana dalam
prosesnya antibodi dalam menghadapi antigen berlangsung lebih cepat dan
lebih besar dari respon kekebalan primer, hal ini dikarenakan adanya
memori imunologi dalam hal ini adalah sel B pengingat, memori imunologi
adalah kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh.

13

b) Sistem Imun Spesifik Selular
Pada sistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan. Sel

ini juga berasal dari sumsum tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi
umum sistem imun ini adalah melawan bakteri yang hidup intraseluler,
virus, jamur, parasit dan tumor. Sel T nantinya akan menghasilkan berbagai
macam sel, yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3). Antibody akan
menyerang bakteri atau virus sebelem pathogen tersebut masuk ke dalam
sel tubuh. Antibody dihasilkan oleh limfosit B dan teraktivasi bila
mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan
bantuan sel limfosit T.
Terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu:

• Sel B plasma : Mensekresikan antibody ke system sirkulasi tubuh.
Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik.

• Sel B memori : Sel yang diprogram untuk mengingat suatu antigen
yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi
infeksi kedua.

• Sel B pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi
sel-sel limfosit B.

Apabila kemudian antibodi menang melawan antigen mak morang
tersebut akan sehat dan memiliki sel memori untuk melawan antigen yang
sama di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, jika suatu saat orang
tersebut dimasuki oleh antigen (kuman) berjenis sama, tubuh orang tersebut
akan mengaktifkan sel-sel memori yang telah terbentuk sebelumnya. Waktu
untuk menanggapi dan melawan kuman tersebut cenderung lebih pendek di
bandingkan respons pertahanan primer. Hal ini disebut respons pertahanan
sekunder.

14

Imunitas yang diperantarai sel, melibatkan sel dalam menyerang organism
asing. Terdapat 3 jenis sel T.

• Sel T pembantu : Membantu atau mengontrol komponen respon
imun spesifik lainnya. Mengaktivasi makrofag untuk segera bersiap
memfagosit pathogen dan sisa-sisa sel.

• Sel T pembuluh : Menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel-sel
pathogen yang relative besar secara langsung.

• Sel T supreso : Berfungsi untuk menurunkan dan menghentikan
respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika respon imun
sudah mulai lebih dari yang diperlukan, atau ketika infeksi sudah
berhasil diatasi.

Mekanisme Respons Imunitas Seluler
• Ekstraseluler
➢ Antigen ditelan oleh makrofag.
➢ Makrofag membentuk molekul MHC kelas II, dan molekul
tersebut bergerak menuju ke permukaan makrofag.
➢ MHC kelas II menangkap peptida antigen dan membawanya
ke permukaan serta memperlihatkannya ke sel T penolong.
➢ Sel T penolong akan mengaktivitaskan makrofag untuk
menghancurkan mikroorganisme yang ditelan.
• Intraseluler
➢ Antigen menginfeksi sel tubuh.
➢ Sel tubuh membentuk molekul MHC kelas I dan bergerak ke
permukaan sel
➢ MHC kelas I menangkap peptida virus dan membawanya ke
permukaan sel, serta memperlihatkannya ke sel T pembuluh
(CTL).
➢ Sel T pembuluh akan teraktivitasi oleh kompleks MHC kelas
I, peptida virus pada sel yang terinfeksi dan sel T penolong.
Sel T pembuluh kemudian terdiferensiasi menjadi sel
pembunu aktif yang akan menghancurkan sel terinfeksi.

15

➢ Sel T pembuluh yang tidak terdiferensiasi akan menjadi sel
T memori.

➢ Sel T memori berfungsi dalam respons imunitas sekunder
jika terjadi pajanan antigen berulang.

E. Penggolongan Flora Normal
Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya

digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu:

(1) Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)

Mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganisme akan selalu tetap, baik
jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora
normal lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan
dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan butuh memperoleh
vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya
dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.

Contoh: Streptococcus viridans, S faecalis, Pityrosporum ovale, Candila
albicans.

(2) Mikroorganisme sementara (trasient flora)

Yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di
kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau
minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat
disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak
menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika
flora berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan
menimbulkan penyakit.

Contoh: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium perfringens,
Goardia lamblia, virus Norwalk, dan Hepatitis A.

16

F. Kekhususan Flora Normal
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat

komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor
biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat
penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan
karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup.
(Dwijoseputro, 1990)

Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa
anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan
berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit
dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat
gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi
pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat
antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi
antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem
kekebalan tubuh normal.

Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi
tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-
hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan
dihilangkan dan masuk le dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin
menjadi patogen.

Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di
usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke
rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh
tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi
tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang
asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.

17

Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas
atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat
sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibat kan subacute bacterial
endocarditis. Bacteroides yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan
peritonitis mengikuti suatu trauma Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang
paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut.
Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan
bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi( proses pembentukan
nanah akibat proses radang.) dan bakterimia (terdapatnya bakteri di dalam aliran
darah). Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak
berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya
atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit
jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-
faktor predisposisi.

Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang hubungan antara
manusia dan flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai interaksi. Baik
host dan bakteri sama-sama bertujuan untuk memperoleh manfaat satu sama
lain.Flora normal berasal dari host yang kaya akan pasokan nutrisi, lingkungan yang
stabil, dan lain-lain. Host memperoleh manfaat tertentu dari flora normal seperti
dalam proses pencernaan makanan, stimulasi dari kegiatan pembangunan sel tubuh,
sistem imun, dan perlindungan diri untuk melawan kolonisasi dan infeksi oleh
mikroba patogen.

Sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup menumpang pada hostnya),
dan beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit yang
dihasilkan oleh flora normal pada hospes mereka dapat disebut penyakit endogen.
Kebanyakan endogen bakteri penyakit infeksi oportunistik. Contoh dari infeksi
oportunistik adalah bronkitis kronis pada perokok dimana bakteri flora normal
dapat menyerang paru-paru yang melemah.

Sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih memilih untuk menjajah
jaringan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan kecocokan tempatnya
.Kekhususan jaringan biasanya disebabkan oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan

18

bakteri.Berikut ini adalah mekanisme bakteri dalam menentukan kekhususan pada
hostnya (Dwijoseputro, 1990):

(1) Tropisme jaringan
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan bakteri pada

jaringan tertentu untuk pertumbuhannya. Salah satu penjelasan untuk
jaringan tropism ini adalah bahwa tuan rumah (host) menyediakan nutrisi
penting untuk faktor pertumbuhan bakteri, selain itu kesesuaian akan
oksigen, pH, dan suhu juga merupakan faktor penting yang untuk
pertumbuhan juga dapat dijadikan faktor kekhususan . Contoh :
Lactobacillus acidophilus, atau yang dikenal sebagai “Doderlein’s bacillus”
adalah bakteri yang hidup berkoloni di vagina karena dihasilkan glikogen
yang menyediakan bakteri sumber gula yang dapat mereka memfermentasi
untuk asam laktat.
(2) Spesifik kepatuhan

Kebanyakan bakteri dapat menjajah suatu jaringan tertentu karena
mereka dapat mematuhi cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang
saling melengkapi antara dua permukaan. Pada biokimia, kepatuhan
melibatkan interaksi antara komponen permukaan bakteri (ligan atau
adhesins) dan molekul reseptor sel inang. Komponen bakteri yang
menyediakan molekul adhesins adalah bagian dari kapsul, fimbriae, atau
dinding sel mereka. Reseptor pada sel manusia atau jaringan molekul
glikoprotein biasanya terletak pada host permukaan sel atau jaringan.
Khusus kepatuhan melibatkan interaksi kimia yang saling melengkapi
antara sel inang dan permukaan bakteri.
(3) Pembentukan Biofilm

2.4 Gambar Pembentukan Biofilm

19

Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri,
yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat
yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm terbentuk karena mikroorganisme
cenderung menciptakan lingkungan mikro dan relung (niche) mereka
sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi
mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan
pada sistem yang mengalir.Permukaan sendiri adalah habitat yang penting
bagi mikroorganisme karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan
sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih tinggi daripada di dalam
larutan.Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada permukaan
biasanya lebih tinggi daripada di air.

Pembentukan biofilm dimulai dengan menempelnya
mikroorganisme yang mengambang bebas ke suatu permukaan. Koloni
pertama ini melekat secara lemah pada permukaan. Adhesi reversibel
melalui gaya van der Waals . Jika koloni ini tidak segera lepas dari
permukaan, mereka dapat membuat jangkar sendiri lebih permanen
menggunakan sel adhesi, yaitu suatu struktur seperti pili.

Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan
menyediakan lebih beragam tempat untuk adhesi dan memulai untuk
membangun matrik yang dapat berpegangan bersama-sama di dalam
biofilm. Beberapa spesies tidak dapat melekat permukaan sendiri tetapi
seringkali mampu mengkait diri dengan suatu matrik atau langsung ke
koloni sebelumnya. Selama kolonisasi ini, sel mampu berkomunikasi
melalui quorum sensing(mekanisme untuk memastikan jumlah sel
mencukupi sebelum suatu spesies melakukan respon biologi khusus).
Setelah kolonialisai dimulai, biofilm tumbuh melalui kombinasi dari
pembelahan sel dan pengambilan. Tahap akhir pada pembentukan biofilm
dikenal sebagai perkembangan dan merupakan tahap di mana biofilm
dibangun untuk dapat berubah dalam bentuk dan ukurannya. Perkembangan
biofilm memungkinkan untuk pembentukan koloni agregat sel (koloni)
yang akan semakin tahan terhadap antibiotik.

20

Ada lima tahap perkembangan biofilm yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.5 Tahapan Biofilm
1. Penempelan awal
2. Perlekatan irreversible
3. Pematangan I
4. pematangan II
5. Penyebaran
Penyebaran sel dari koloni suatu biofilm merupakan tahap penting dari
siklus hidup biofilm. Penyebaran memungkinkan biofilm untuk tersebar dan
mengkoloni permukaan yang baru. Enzim yang dapat mendegradasi matriks
ekstraselular biofilm, seperti B dispersin dan deoxyribonuclease mungkin
memainkan peran dalam penyebaran biofilm.
G. Macam-Macam Flora Normal Berdasarkan Tempatnya (P)

Gambar 2.6 Flora Normal Pada Tubuh Manusia

21

Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang
kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran
urogenital, mata, dan telinga.
1. Kulit

Gambar 2.7 Flora Normal Kulit (Propionibacterium acnes)
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari
bendabenda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit
tidak sesuai untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,
Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008). Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau
rusak bila dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura.
Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat
efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat
menembus kulit utuh yang telanjang tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur kurang
dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara
konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut
akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang -lubang alami yang
terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat
memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun
lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat
merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding
sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.

22

Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah
mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari
bakteri nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu
mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit
harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan
tempat kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora
normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif
seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa
terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.

Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat
berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang
ada pada permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada
di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah
terspesifikasi yang disebut dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT).
Fungsi SALT adalah mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih
jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif
sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe
selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang terspesialisasi yang membantu
tipe sel yang lain, specialized skin- seeking lymphocyte, untuk memproduksi
antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga memproduksi sitokin, protein yang
merangsang sel -sel dari sistem imun dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen
SALT yang lain adalah keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis
dan bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat
asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan
membunuh bakteri.

Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh
luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit
termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang
ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan
dengan luka bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar
mati karena infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami
penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di

23

bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk
kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum pada
infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah
sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling
efektif bila aksi antibakterial mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh
sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri
telah membuat infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi
tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita luka
bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang
terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan
area kulit yang terbakar.

Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan
hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh,
kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat
menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang
kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam
lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain.

Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan
bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel
mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri
aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri
anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat.
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang
bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai
tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi
buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan
kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara
keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak
pada stratum (lapisan) korneum.

24

Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit
adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim.
Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau
mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan
mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun yang
mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat
muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada hubungan
secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup
rapat pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan
sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit.
2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)

Gambar 2.8 Flora Normal Hidung (Staphylococcus aureus)
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus
(Jawetz, Melnick, daan Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology), 2005: 280). .Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga
dijumpai bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan
Haemophilus influenzae(suatu batang gram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.

25

3. Mulut

Gambar 2.9 Flora Normal Mulut (Streptococccus sp.)
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan
juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal
bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam;
banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing -masing individu. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino,
protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur
merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai
sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme
sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi
rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan Lactobacillus. (Michael
J.Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta
hubungan antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda
seperti handuk serta botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu
diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah
Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah
aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti

26

Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena
jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anae robik. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)

Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua
spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus
sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi.
Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat
adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakaride bakteri. Sifat menempel
ini sangat penting bagi kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur
mampu menyatukan bakteri bakteri tertentu dan mengikat mereka pada
permukaan gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah matriks
polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan
secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu,
terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga).

Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan
berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor
genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi
pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang
baik mengandung cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam
mulut dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut
yang sering. Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor pada air
mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap asam. Pengendalian
penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi dan kebersihan mulut.
4. Orofaring (oropharinx)

Gambar 2.10 Flora Normal Orofaring (Staphylococcus epidermidis)

27

Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar bakteri
Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok
bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus
hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan yang
ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya Branchamella
catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen
(Streptococcus pneumonia)

Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang
lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia,
yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -
bahan lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk
dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang
pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring
bakteri dari udara yang dihirup.
5. Perut

Gambar 2.11 Flora Normal Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di
dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah
tetapi segera menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH
zat alir perut pun menurun.

28


Click to View FlipBook Version