The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini mengisahkan tentang penelusuran jejak-jejak sejarah jemaat GKI Pniel Kotaraja. ditulis agar jemaat dapat belajar dan memahami sejarah gerejanya dengan benar dan mereka juga belajar untuk melihat rencana Allah digenapi terhadap umatNya. Jejak sejarah jemaat GKI Pniel Kotaraja menjadi bagian tak terpisahkan dari penggenapan dan panggilan Allah terhadap manusia. Kiranya Allah yang adalah pencipta dan sejarah itu memberkati sejarah jemaatNya.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gabrielpapua34, 2021-11-01 18:11:55

Jejak Sejarah Jemaat GKI Pniel Kotaraja

Buku ini mengisahkan tentang penelusuran jejak-jejak sejarah jemaat GKI Pniel Kotaraja. ditulis agar jemaat dapat belajar dan memahami sejarah gerejanya dengan benar dan mereka juga belajar untuk melihat rencana Allah digenapi terhadap umatNya. Jejak sejarah jemaat GKI Pniel Kotaraja menjadi bagian tak terpisahkan dari penggenapan dan panggilan Allah terhadap manusia. Kiranya Allah yang adalah pencipta dan sejarah itu memberkati sejarah jemaatNya.

Wakil Bendahara : Aleida
Boekorsyom

2) Wilayah Pelayanan
Wilayah Pelayanan sudah menjadi 16
Wijk dengan batas wilayah pelayanan
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1
Batas Wilayah Pelayanan (Wijk I XVI) Jemaat GKI Pniel

Kotaraja Tahun 1999

WIJK BATAS WILAYAH PELAYANAN
I
Kompleks Yahwaf Mangga HI, Kompleks
II Nusantara, dan Skyline Kantor Tanaman
III Pangan.
IV Kompleks Perumahan DPRD, Perumahan
V Bhayangkara, dan Perumahan Uncen Kotaraja
Luar
VI Batas Kiri Jalan Jeruk Nipis dan Kali Sborhoinyi
VII depan STM menuju LPMP.
VIII Kompleks Perumahan Kodam Bucend IV,
IX Belakang Masjid, Kotaraja Luar
Kompleks Perumahan Pemda HI Melati batas
lapangan Basket sebelah kiri, Jalan Baru, dan
Perumahan DPRP.
Kompleks Perumahan Pemda II Cigombong Blok

A, B dan D 1–20.

Kompleks Perumahan Pemda II Cigombong Blok
A, C dan E 1–20
Kompleks Perumahan Pemda II Cigombong Blok
D 21–36 dan F, K.
Kompleks Pemda II Cigombong Blok E 21–40,
G, H

148

X Kompleks Perumahan Pemda II Cigombong Blok
L dan M

XI Kompleks Perumahan Pemda III Melati batas
lapangan basket sebelah kanan.

Kompleks Perumahan Pemda IV, Perumahan
Sehat, BPG, Kompleks SD Inpres, Kompleks SMK
XII Negeri 2 Kotaraja, dan Perumahan Uncen

Belakang LPTQ Kotaraja.

XIII Kompleks Perumahan BPD dan BTN Skyline
Indah Kotaraja

XIV Kompleks Brimob Kotaraja

Kompleks Perumahan Pertambangan,
Perumahan Silva Lestari, Perumahan Imigrasi,
XV Perumahan Murah, Belakang Perumahan

Kodam, dan BTN Puskopad Furia.

Kompleks Perumahan BPD, Kompleks
XVI Kehutanan, Kompleks PLN, dan Perumahan
Furia Alam Indah Kotaraja.

Sumber : Hasil Sidang Jemaat XXVI Tahun 2015

3) Kelompok Pendukung Pelayanan
Kelompok pendukung pelayanan pada
ibadah-ibadah jemaat pada periode ini
dilayani oleh:
a) Paduan Suara Jemaat Pniel
b) Vokal Group Suara Kasih
c) Vokal Group Askelon
d) Sanggar Seni Marising

149

4) Pos Pekabaran Injil (Pos PI)51
Pada periode ini 2003–2010

terdapat program pekabaran Injil,
yaitu Pos Pekabaran Injil di Wilayah
Mamberamo Hulu Atas. Pos PI ini
terdiri dari Bakal Jemaat Melindra,
Bakal Jemaat Muara Nawa, dan Bakal
Jemaat Narfe. Bakal jemaat dimaksud
merupakan binaan Jemaat GKI Pniel
Kotaraja. Kegiatan pelayanannya
sehari-hari ditangani oleh Sdr. Andrias
Kasu dibantu Sdr. Musa Sita, Comeies
Hurahura, dan Thomas Manufandu.
Pada Bulan Januari–Mei 2000
ditempatkan 3 (tiga) orang Mahasiswa
STT GKI I. S. Kijne pada Pos PI ini,
yaitu Soleman Awom ditempatkan di
Lakel Jemaat Melindra, Aifons di
Narfe, dan Buce Fakdawer di Muara
Nawa.

Kondisi pelayanan dan rutinitas
pembinaan bakal jemaat sering
mengalami hambatan karena kondisi
transportasi dengan jarak tempuh yang

51 Lihat hasil Sidang Jemaat ke-12 tahun 2001

150

cukup jauh. Misalnya jarak dari
Melindra ke Muara Nawa yang
memerlukan waktu 11 jam berjalan
kaki. Sementara dari Muara Nawa ke
Narfe pun memakan waktu 11 jam
perjalanan melalui sungai dengan
perahu.

Di samping faktor kondisi alam
dan geografis, faktor budaya seperti
keberadaan adat istiadat yang
mengikat dan kawin usia muda, serta
faktor pendidikan, yakni tingginya
angka buta aksara turut menghambat
pertumbuhan jemaat. Contoh kasus,
pernah terjadi pada Bakal Jemaat
Milindra pada saat itu ± 15 KK
meninggalkan rumah mereka karena
mereka masih kuat memegang
kepercayaan pada adat-istiadat mereka
daripada patuh kepada Firman Allah
(lnjil) yang disampaikan oleh penginjil
Andarias Kasu dan kawan-kawan
sekerja.

151

b. Majelis Periode 2003—2008 (Gereja
Bahtera dan GSG Guru lnjil Laurens Songgi
Mano)52
1) Organisasi Jemaat
Pada Periode Majelis ini Pengurus
Harian Majelis Jemaat yang disingkat
PHMJ berubah menjadi Badan Pelayan
Majelis Jemaat (BPMJ) dengan susunan
sebagai berikut.
Ketua : Pdt. Benhard lmbir, S.Th.
Wakil Ketua : Pnt. Frengky Fonataba
Sekretaris : Pnt. Max Karu
Wakil Sekretaris: Pnt. Yantje
Leimehanwa
Bendahara : Sym. John Kafiar
Dilengkapi Urusan Pembinaan Jemaat,
Urusan Pekabaran lnjil, Urusan
Diakonia, Urusan Ekubang, Urusan
Pendidikan.

2) Unsur-unsur Jemaat
Pengurus Unsur- unsur Jemaat pada
periode ini dapat tertera sebagai
berikut.

52 Lihat Hasil Sidang Jemaat XVI Tahun 2004

152

a) Pengurus PKB Jemaat periode
2003—2008
Ketua : Bpk. Paulus Surira
Wakil Ketua : Bpk. Tommy Alan
Wakum
Sekretaris : Bpk. Marthen Koibur
Wakil Ketua : Bpk. Ferry Wally
Bendahara : Bpk. John Naa

b) Pengurus PW Jemaat Periode
2001—2008
Ketua : Ibu Juliana Benyamina
Nahumuri
Wakil ketua : Ibu Poppy Selvy
Suyono
Sekretaris: Ibu Elisabeth Sariaty Lipu
Wakil Sekretaris : Ibu Mintje
Rumbiak
Bendahara : Ibu Agela Sularso

c) Pengurus PAM Jemaat Periode
2003—2008
Ketua : Charles Ghandi
Wakil ketua : Sostenes Wamea
Sekretaris : Hugo Samoa
Wakil Ketua : Agustinus Mawara
Bendahara : Martince Ronsumbre

153

d) Pengurus PAR Jemaat Periode
2003—2008
Ketua : Boas Iriantje Lefta
Wakil ketua : Antonia Carolina
Sarwom
Sekretaris: Karel Ap
Wakil Ketua : Inumi Imbiri
Bendahara : Margaretha Merauje

3) Wilayah Pelayanan

Wilayah pelayanan dalam

melaksanakan Tri Panggilan Gereja

pada periode ini tetap 16 wijk

dengan batas-batas wilayah yang

telah ditetapkan di atas.

4) Kelompok Pendukung Pelayanan
Kelompok pendukung pelayanan
pada setiap peribadatan di dalam
Jemaat GKI Pniel Kotaraja adalah:
a) Panduan suara PAM Jemaat GKI
Pniel
b) Sanggar Seni Marising
c) Panduan Suara PW GKI Pniel
d) Vokal Group Askelon
e) Paduan Suara Wijk
f) Vokal Group Wijk

154

5) Badan Pengawas Perbendaharaan
Gereja (BPPG)
Pada periode Majelis Jemaat 2003—
2008, melalui sidang Jemaat 2003
telah ditetapkan sebuah badan
independen yang dinamakan Badan
Pengawas Perbendaharaan Gereja
(BPPG). Badan ini bertugas untuk
melaksanakan fungsi pengawasan
dan pembinaan terhadap
pengelolaan keuangan dan barang
gereja. Hal ini dianggap perlu
mengingat semakin besar transaksi
dan arus masuk-keluar uang gereja.
Komposisi dan personalia BPPG di
dalam Jemaat GKI Pniel Kotaraja
adalah sebagai berikut:
Ketua : Jhon Ruhulesin
Sekretaris : Marthen Talapessy
Anggota 5 orang:
1) Jan Ihallauw
2) Roy S. Nahumury
3) D. Manarang
4) John Boekorsyom
5) Clemen Awek

155

c. Majelis Jemaat Periode 2008—2013 (GSG
Gr. Injil Laurens Songgi Mano)53
1) Organisasi Jemaat
Majelis Jemaat periode ini ditetapkan
dengan susunan Badan Pelayan Majelis
Jemaat (BPMJ) berikut ini.
Ketua : Pdt. Benhard Imbir, S.Th.
Wakil Ketua : Pnt. Frengky Fonataba
Sekretaris : Pnt. Max Karu
Wakil Sekretaris : Pnt. Yance
Laimeheriwa
Bendahara : Sym. John Kafiar
Bendara barang : Pnt. Melkior
Aburyaan

2) Unsur-unsur Jemaat
Berikut ini adalah Pengurus Unsur-
unsur Jemaat pada Periode 2008—
2013.
a) Pengurus PKB Jemaat Periode
2008—2013
Ketua : Bpk. Djoni Naa
Wakil Ketua : Bpk. Nus Sahetapy
Sekretaris : Bpk. Williams Mahulette

53 Bandingkan Hasil Sidang Jemaat GKI Pniel Kotaraja
XXIV Tahun 2013

156

Wakil Sekretaris : Bpk. Yakobus
Amsor
Bendahara : Bpk. Christian Maker

b) Pengurus PW Jemaat Periode
2008—2013
Ketua : Sri Rahayu Sihombing
Laimeheriwa
Wakil Ketua : Christina Laluporo
Mano
Sekretaris : Pricilya Patty Matrutty
Wakil Sekretaris : Margaretha Pai
Bendahara : Eva Limbong Tondo
Imbiri

c) Pengurus PAM Jemaat Periode
2008—2013
Ketua : Jacob Samallo
Wakil Ketua : Christian Krey
Sekretaris : Allan Sosir
Wakil Sekretaris : Geraldi Fonataba
Bendahara: Thomas Rumbekwan

d) Pengurus PAR Periode 2008—2013
Ketua : Boas lriantje Lefta
Wakil Ketua : Marike Rumbiak
Sekretaris : Karel AP
Wakil Sekretaris: Silas Markus Saroy

157

Bendahara : Fanny Fairio/Hindom
Pembantu Bendahara : Agustina
Debbie Aronggear/Aburyaan
Koordinator Tim Pelajaran : lbu
Betty Afaar/Suebu

3) Wilayah Pelayanan
Wilayah pelayanan pada periode ini
pada dasarnya sama dengan periode
sebelumnya, yaitu sebanyak 16
(enam belas) wijk.

4) Kelompok Pendukung Pelayanan
Kelompok pendukung pelayanan
pada periode Majelis Jemaat Periode
2008—2013 sebagai berikut:
a) Paduan Suara PW Jemaat
b) Paduan Suara PAM Jemaat GKI
Pniel (2011)
c) Sanggar Seni Marising
d) Vocal Group Askelon
e) Paduan Suara Wijk
f) Vokal Group Wijk

158

5) Badan Pengawas Perbendaharaan
Gereja (BPPG)
Pada Periode 2008—2013, Pengurus
BPPG mengalami perubahan
pengurus, yaitu:
Ketua : John Y. Ruhulessin (Periode
ke-2)
Sekretaris : Edwin Olaf Monim
Anggota
1) Khristina Kansia T. Surira
2) Marthen Talapessy
3) Robert T. Araga
4) Fredrik H. Rumere

6. Periode 2010—2017 (GSG Gr. Injil Laurens
Songgi Mano)54
a. Organisasi Jemaat
Pada Periode 2010—2014 ini Periode
Majelisnya masih termasuk periode
Majelis tahun 2013—2018 dengan
susunan sebagai berikut ini.
a) Badan Pelayan Majelis Jemaat
(BPMJ)

54 Bandingkan Hasil Sidang Jemaat GKI Pniel Kotaraja
XXV Tahun 2014)

159

Ketua : Pdt. Justintje Mirino, S.Th
Wakil Ketua : Pnt. Benhur Tomi
Mano
Sekretaris : Pnt. Veince R. Hallatu
Wakil Sekretaris : Pnt. Hans. Z. Kaiwai
Bendahara : Sym. Yunus Tading Allo
Berhubung Sym. Yunus Toding Allo
mutasi tugas kedinasan keluar kota
Jayapura maka diangkat
Bendahara baru, yaitu Pnt. F.H.
Rumere.
Bendahara Barang : Pnt. Agustinus
Timotius Raprap

b) Pendeta Jemaat
Pendeta yang ditugaskan di Jemaat
GKI Pniel Kotaraja sebanyak 5 orang
dengan perincian: 3 orang pendeta
organik dan 2 orang pendeta non
organik yaitu: Pdt. J. Mirino, S.Th.
(Pendeta Organik), Pdt. F.Kayoi,
S.Th. (Pendeta Organik), Pdt. N.
Maloringan,S.Th (Pendeta Organik),
Pdt. I. Maryen, Pendeta Non-
Organik) Pdt. M. Toar/Senewe, S.Th.
(Pendeta Non-Organik)

160

Sehubungan dengan kepindahan Pdt.
N. Maloringan, S.Th. mengikuti suami
yang bertugas di Sulawesi Utara maka
terjadi kekurangan pelayan. Oleh
sebab itu, Badan Pekerja Klasis
Jayapura menempatkan Pdt. P.
Imoliana, S.Th. sebagai Pendeta
Organik.

c) Anggota Majelis Jemaat

Anggota Majelis Jemaat pada periode

ini sebanyak 155 orang, yang

mengurusi sejumlah urusan dalam

Jemaat yaitu urusan pembinaan

Jemaat (PJ), Urusan Penginjilan (PI),

Urusan Diakonia (DK), Urusan

Ekonomi, Keuangan, dan

Pembangunan (Ekubang).

1) Urusan Pembinaan Jemaat (PJ)

Koordinator : Pnt. Marthen

Kuwissy

Wakil Koordinator : Pnt. Lien Lea

Wamea

Sekretaris : Pnt. Wellem lndey

Anggota : 39 orang Anggota

Majelis

161

2) Urusan Pekabaran Injil (PI)
Koordinator : Pnt. Albert Deni So
Wendey
Wakil koordinator : Pnt. Yusuf
Maryen
Sekretaris: Pnt. Hein Joseph
Siwabessy
Anggota : 34 Orang Anggota
Majelis.

3) Urusan Diakonia (DK)
Koordinator : Sym. Helfrits
Maurits Waimuri
Wakil Koordinator : Sym. Leo
Hence Runtukahu
Sekretaris : Sym. Karel Ap
Anggota : 36 Orang Anggota
Majelis

4) Urusan Ekonomi, Keuangan, dan
Pembangunan (Ekubang)
Koordinator : Pnt. Ramses Wally
Wakil Koordinator : Sym. Yakob
Anggai
Sekretaris : Pnt. Raymond
Mandibondibo
Anggota : 35 Orang Anggota
Majelis

162

Dari jumlah 160 orang anggota
Majelis Jemaat berkurang menjadi
158 orang. Hal itu dikarenakan 2
Anggota Majelis Jemaat mendapat
mutasi tugas pokok, yaitu Pnt.
Marthen Teny Pitersz dan Pnt.
Charles Aronggear. Dengan
demikian, komposisi Majelis Jemaat
2013—2018 adalah 101 Penatua dan
57 Syamas.

d) Badan Pelayan Unsur Jemaat
Unsur-unsur Jemaat merupakan
perpanjangan tangan Majelis Jemaat
dalam melaksanakan Tri Panggilan
Gereja, yaitu Unsur Persekutuan
Kaum Bapak (PKB), Unsur
Persekutuan Wanita (PW), Unsur
Persekutuan Anggota Muda (PAM),
dan unsur Persekutuan Anak dan
Remaja (PAR).
(1) Persekutuan Kaum Bapak (PKB)
dengan susunan pengurus
sebagai berikut:
Ketua : Bpk. Dominggus Gah
Wakil Ketua : Bpk. Derek
Arobaya

163

Sekretaris : Bpk. Christian
Wugadje
Wakil Sekretaris: Bpk. Yohanes
Maloringan
Bendahara: Bpk. Justin Sitorus
Anggota Seksi : 23 Orang

(2) Persekutuan Wanita (PW)

dengan dengan susunan

pengurus sebagai berikut:

Ketua : lbu Sri Rahayu Sihombing

Laimeheriwa

Wakil Ketua : lbu Eva Limbang

Tondon/Imbiri

Sekretaris : lbu Jongsje Alfera

Laieno/Ratuela

Wakil Sekretaris : lbu Yuliana

Salakay/Ruhelesin

Bendahara: lbu Dian

Anggoear/Rumere

Anggota Seksi : 24 Orang

(3) Persekutuan Anggota Muda
(PAM) dengan susunan pengurus
sebagai berikut:
Ketua: Moses G. Rumansara
Wakil Ketua : Giraldi Fonataba

164

Sekretaris: Merlin Komelia
Rumbarar
Wakil Sekretaris: Yudith Redjauw
Bendahara : Silvana Amparani
Anggota Seksi : 22 Orang

(4) Persekutuan Anak dan Remaja
(PAR) dengan susunan pengurus
sebagai berikut:
Ketua : Antonia Carolina
Sarwom
Wakil Ketua : Hein Abaa
Sekretaris : Silas Markus Saroi
Wakil Sekretaris : Armand
Samuel Ap
Bendahara : Jamalis Mauri
Anggota Seksi : 35 Orang

b. Wilayah Pelayanan
Wilayah pelayanan tetap 16 Wijk, yaitu
Wijk I—Wikk XVI dengan batas-batas
wilayah pelayanan yang sama dengan
periode sebelumnya.

165

c. Kelompok Pendukung Pelayanan

Kelompok-kelompok pendukung

pelayanan pada periode kemajelisan

ini adalah:

1) Paduan Suara PKB Jemaat

2) Paduan Suara PW Jemaat

3) Paduan Suara PAM Jemaat

4) Vokal Group Askelon

5) Sanggar Seni Marising

6) Paduan Suara Wijk

7) Vokal Group Wijk.

d. Badan Pengurus Perbendaharaan
Gereja (BPPG)
Pengurus BPPG Periode 2013—2018
mengalami perubahan susunan
pengurus dari periode sebelumnya
(2008—2013) sebagai berikut:
Ketua : Marthen Talapessy
Sekretaris : Edwin Olaf Monim
Anggota :
1) Khristina Kansina Tandilino
2) Robert T. Aragae
3) Margaretha V. Kirina
4) Sevton Amrain Retraubun
5) John Y. Ruhulessin

166

e. Badan Musik Gereja (Bamuger)

Musik dan nyanyian sebagai

puji-pujian sangat memegang peranan

penting di dalam peribadatan umat

Kristen. Lebih dari itu, musik dan

nyanyian lebih banyak mendominasi

atau mengambil bagian terbesar dalam

suatu ibadah sebagai ungkapan

menyembah, memuji, dan

mengagungkan, serta mengucap syukur

kepada Allah Yang Mahakuasa, Khalik

langit dan bumi. Kenyataan ini sangat

dirasakan di dalam ibadah- badah di

Iingkungan Gereja Kristen lnjili (GKI) di

Tanah Papua. Puji-pujian dimaksud

dapat berupa nyanyian jemaat, paduan

suara, vokal group, bahkan penyanyi

tunggal.

Namun, dalam kenyataannya

penataan dan pemberdayaan potensi

bersaksi melalui puji-pujian tersebut

belum mendapat perhatian secara

optimal dalam penanganannya. Di

dalam organisasi GKI di Tanah Papua

belum terakomodir secara khusus suatu

komisi yang menangani bidang ini

karena dipandang merupakan bagian

yang tak perlu dipisahkan dari urusan

167

pembinaan Jemaat. Akibatnya,
berpuluh-puluh tahun hal penataan
puji-pujian di dalam jemaat-jemaat
GKI di Tanah Papua kurang mendapat
perhatian sebagaimana mestinya.
Padahal aktivitas pelayanan Urusan
Pembinaan Jemaat (UPJ) di luar
penataan puji-pujian sudah sangat
padat. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
komisi yang dapat memberikan
perhatian secara sungguh-sungguh di
bidang puji-pujian.

Berdasarkan pemahaman itu,
sangat penting menempatkan puji-
pujian secara bermakna dan lebih
berdaya guna dalam peribadatan di
tingkat Jemaat GKI Pniel Kotaraja.
Beberapa pemikir dan pemrakarsa
telah memberikan kontribusi pemikiran
kepada BPMJ GKI Pniel Kotaraja pada
tahun 2014 perihal pembentukan
Badan Musik Gereja. Gagasan itu
mendapat sambutan yang baik.
Dengan demikian, pada tanggal 16
November 2014 dibentuklah Pengurus
Badan Musik Gereja (Bamuger) Jemaat
GKI Peniel Kotaraja untuk pertama

168

kalinya (Periode I). Adapun Komposisi
Badan Pengurusnya sebagai berikut ini.
Ketua : Bpk. Frengky Korwa
Wakil Ketua : Bpk. Henk Arisoi
Sekretaris : Bpk. Wiliams Mahulette
Wakil Sekretaris : Bpk. Patriks Fandy
Bendahara : Sdri. Nonce Imbir

Bidang Musik dan Lagu
Koordinator : Bpk. Agus Samori
Anggota :
 Bpk. Dominggus Rumbewas
 Bpk. Helfrits M. Waimuri
 Bpk. Aski Anugerah Wakum
 Bpk. Yan Piet Kabak
 Sdr. Erwin Hutapea
 Bpk. Dixon Kapisa
 Bpk. Naomi Gandhy
 Ibu Florence Adoltje Boray

Bidang tari dan Drama
Koordinator : Bpk. Septinus Numberi
Anggota :
 Bpk. Enos H. Rumansara
 Bpk. Otniel Padwa
 Sdr. Reno Pattinama
 Bpk. Daniel Mano
 Bpk. Stery Douglas Haay

169

 Bpk. Telma B.V. Numbery
 Ibu Henry Ritha Rejauw

Bamuger Jemaat GKI Pniel

Kotaraja merupakan satu-satunya

Badan Musik Gereja di dalam Gereja

Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.

Oleh sebab itu, diharapkan komisi ini

dapat memainkan perannya secara

konkret agar berdaya guna dan

berhasil guna dalam menata dan

memberdayakan kelompok-kelompok

musik, paduan suara, vocal group,

penyanyi tunggal maupun aspek tari,

drama dan sastra dalam mendukung

suatu peribadatan yang berkualitas.

Suasana peribadahan yang bermakna

tersebut diharapkan mampu

memberikan sukacita rohani dalam

menyembah dan memuliakan Allah

Yang Mahakuasa. Harapan itu sesuai

dengan visi dan misi Bamuger Jemaat

GKI Pniel Kotaraja di masa kini dan di

masa yang akan datang.

170

B. Koordinator Pertama pada Masing-
masing Wijk Sejak Tahun 1966—2017

Pada awal keberadaannya, wilayah
pelayanan Jemaat GKI Pniel Kotaraja terbatas
mencakup 2 wilayah pelayanan (wijk) saja.
Selanjutnya, terjadi penambahan wilayah
pelayanan seiring dengan pertumbuhan
Jemaat GKI Pniel Kotaraja yang dipengaruhi
oleh pertumbuhan penduduk di daerah
Kotaraja dan sekitarnya. Wilayah pelayanan
yang terbatas berkembang menjadi 6 wijk, 11
wijk, 12 wijk, dan 16 wijk.

Demi memperlancar pelayanan di
dalam jemaat, dipilihlah seorang koordinator
untuk mengatur pelayanan di masing-masing
wijk. Koordinator masing-masing wijk sejak
awal berdirinya bakal Jemaat GKI Pniel
Kotaraja dapat dibagi ke dalam tiga (3) tahap,
yakni Tahap I (Wijk I dan II), Tahap II (Wijk
III–XI), dan Tahap 3 (Wijk XII).

1. Koordinator Pertama Tahap I (Wijk I dan
Wijk II)
Sebagai jemaat filial dari GKI

Viodolorosa Tobati, pada awal
keberadaannya, warga jemaat yang

171

beribadah di rumah Bapak Guru Yonathan
Mano di Cigombong Kotaraja masih
sedikit. Oleh sebab itu, belum dilakukan
pembagian wilayah pelayanan (wijk). Oleh
sebab itu, jemaat yang beribadah langsung
dikoordinasi oleh Guru Jemaat Yonathan
Mano.

Setelah jumlah warga jemaat
semakin banyak, wilayah pelayanan dibagi
menjadi 2 wijk, yaitu Wijk I dan Wijk II.
1) Koordinator Pertama Wijk I: Pnt.

Daniel Mano
2) Koordiantor Pertama Wijk II: Guru

Jemaat Yonathan Mano.

2. Koordinator Pertama Tahap II (Wijk III–

Wijk XI)

Pada masa pemerintahannya

(1973—1975), Gubernur Provinsi Irian Jaya

Brigadir Jenderal TNI Acub Zaenal

membangun perumahan Pemda II

Cigombong Kotaraja. Selain itu, Beliau

membangun pula fasilitas kantor

Pemerintah Daerah Provinsi Irian Jaya di

Melati. Fasilitas perumahan itu berfungsi

sebagai kantor sementara sambil menunggu

penyelesaian pembangunan Kantor

Gubernur Provinsi Irian Jaya di Dok II.

172

Bersamaan dengan itu, dibangun pula

perumahan Kodam (Bucen IV) Kotaraja.

Sedikit demi sedikit bertambah jumlah

masyarakat yang memasuki perumahan

Pemda II Cigombong Kotaraja dan

Perumahan Bucen IV. Setelah

pembangunan Kantor Gubernur Provinsi

Irian Jaya di Dok II rampung, maka kantor

pemerintah dipindahkan ke Dok II.

Perumahan di Melati yang berfungsi sebagai

kantor sementara dialihfungsikan menjadi

rumah tinggal pegawai dengan nama

Perumahan Pemda III Melati.

Penambahan perumahan itu

memberi pengaruh positif terhadap

perkembangan jemaat GKI Pniel Kotaraja.

Warga jemaat semakin bertambah banyak

karena banyak penghuni perumahan-

perumahan itu yang mengambil bagian

dalam ibadah di Jemaat Pniel Kotaraja.

Dengan demikian, terjadi pengembagan

wilayah pelayanan. Jumlah wilayah

pelayanan yang sebelumnya hanya

berjumlah 2 wijk di kembangkan menjadi 6

(enam) wijk.

Wilayah Pelayanan Wijk I, II, tetap

dan ditambah Wijk III, dengan wilayah

pelayanan meliputi Perumahan

173

Perhubungan, Perumahan Pertambangan,
Perumahan Murah Kodam sampai di
Kotaraja Dalam. Wijk IV meliputi Bucen IV
dan Perumahan Brimob. Jemaat Wijk V
adalah warga masyarakat yang menghuni
Perumahan Pemda III Melati, yaitu bekas
kantor sementara Pemerintah Provinsi Irian
Jaya. Selanjutnya, Wijk VI adalah seluruh
warga masyarakat Cigombong.

Pada kenyataannya, warga jemaat
Wijk VI Cigombong mengalami kesulitan
apabila pada hari ibadah keluarga. Hal itu
dikarenakan keterbatasan halaman rumah
dan ketersediaan kursi yang kurang
mencukupi. Padahal banyak warga jemaat
yang mengambil bagian dalam persekutuan
ibadah. Oleh karena itu, Pnt. P.M.L. Bella
sebagai koordinator Wijk VI mengambil
inisiatif membagi Wijk VI menjadi 5 wijk,
yaitu Wijk VIa, Wijk VIb, Wijk VIc, Wijk
VId, dan Wijk VIe.

Warga Jemaat di Wijk V juga
mengalami keadaan yang sama seperti Wijk
VI. Akhirnya, Wijk V dikembangkan
menjadi 2 (dua) wijk. Dengan demikian,
seluruh wijk berubah statusnya sebagai
berikut:

174

1) Wijk VI a menjadi Wijk VI,
2) Wijk VI b menjadi Wijk VII,
3) Wijk VI c menjadi Wijk VIII,
4) Wijk VI d menjadi Wijk IX,
5) Wijk VIe menjadi Wyk X,
6) Wijk V bagian Utara menjadi Wijk V,

dan
7) Wijk V bagian Selatan menjadi Wijk XI.

Berdasarkan pembagian di atas,
koordinator pertama setiap wijk Tahap II
ini terdata sebagai berikut:
1) Koordinator Pertama Wijk III: Pnt.

Nahor Afaar
2) Koordinator Pertama Wijk IV: Pnt.

Naomi Kubiari Masrukin.
3) Koordinator Pertama Wijk V: Pnt.

Frans Jozep Djopari
4) Koordinator Pertama Wijk VI (a, b, c,

d, e): Pnt. P. M. L. Bella
5) Koordinator Pertama Wijk VII : Pnt.

A.R. Wamafma
6) Koordinator Pertama Wijk VIII: Pnt. L.

Jarangga
7) Koordinator Pertama Wijk IX: Pnt.

Jairus Faidiban
8) Koordinator Pertama Wijk X: Pnt. P.

M. L. Bella

175

9) Koordinator Pertama Wijk XI: Pnt. R.
Soedarmono.

3. Koordinator Pertama Tahap III (Wijk XII)

Pelayanan bagi warga jemaat semakin
berkembang seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk. Sekitar tahun 1985/1986
dibangunlah Perumahan Pemda IV.
Bersamaan dengan itu, Universitas
Cenderawasih membangun Perumahan
Pegawai di Cigombong. Akhirnya, dari
Wijk XI berkembang lagi menjadi Wikk XII.
Wilayah pelayanannya meliputi Pemda IV
Kotaraja, sebagian Wijk VI, dan sebagian
Wijk III. Koordinator Pertama Wijk XII
adalah Pnt. Joel Borai.

C. Ketua Majelis Jemaat, Pendeta, Guru
Jemaat, dan Guru Injil dalam Jemaat

GKI Pniel Kotaraja Sejak Tahun 1966—
2017

Setelah berubah status menjadi
jemaat mandiri, secara de yure Organisasi
Jemaat GKI Pniel Kotaraja mulai terbentuk.
Berikut ini dikemukakan Ketua Majelis

176

Jemaat, Pendeta, Guru Jemaat, dan Guru Injil
dalam Jemaat GKI Pniel Kotaraja sejak tahun
1966—2017.

1. Majelis Jemaat ke-1 (1966–1970)
Ketua Majelis : Guru Injil Laurens Songgi
Mano
Para Pelayan :
 Guru Jemaat Yusuf Soumen
 Guru Jemaat Zeblum Ireeuw
 Guru Jemaat Yakob Mano
 Anggota Majelis Jemaat

2. Majelis Jemaat ke-2 (1970–1974)
Ketua Majelis : Pnt. Daniel Mano
Para Pelayan :
 Guru Injil Laurens Songgi Mano
 Guru Jemaat Yusuf Soumen
 Guru Jemaat Zeblum Ireeuw
 Guru Jemaat Yakob Mano
 Anggota Majelis Jemaat.

3. Majelis Jemaat ke-3 (1974–1977)
Ketua Majelis : Pnt. R. Soedarmono
Para Pelayan :
 Pdt. Amos Pattiasina, S.M.Th
 Gr. P.M.L. Bella
 Anggota Majelis Jemaat

177

4. Majelis Jemaat ke-4 (1977–1980)
Ketua Majelis : Pnt. Th. J. Nahumury
Para Pelayan :
 Pdt. Amos Pattiasina, S.M.Th
 Guru P. M. L. Bella
 Anggota Majelis Jemaat

5. Majelis Jemaat ke-5 (1980–1983)
Ketua Majelis : Pnt. Th. J. Nahumury
Para Pelayan :
 Pdt. Amos Pattiasina, S.M.Th
 Guru P. M. L. Bella
 Anggota Majelis Jemaat

6. Majelis Jemaat ke-6 (1983–1987)
Ketua Majelis : Pdt. Amos Pattiasina,
S.M.Th.
Para Pelayan :

 Guru P. M. L. Bella
 Guru Jemaat Okoseray
 Pnt. Th. J. Nahumury
 Anggota Majelis Jemaat

7. Majelis Jemaat ke-7 (1987–1991)
a) 1987–1988
Ketua Majelis : Guru P. M. L. Bella
Para Pelayan :

178

 Guru Jemaat Okoseray
 Pnt. Th. J. Nahumury
 Anggota Majelis Jemaat

b) 1988–1991
Ketua Majelis : Pdt. Isaskar Maryen
Para Pelayan :
 Guru P.M.L. Bella
 Guru Th. J. Nahumury
 Guru Jemaat Okoseray
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

8. Majelis Jemaat ke-8 (1991–1995)
Ketua Majelis : Pdt. Isaskar Maryen
Para Pelayan :
 Guru P. M. L. Bella
 Guru Jemaat Okoseray
 Guru Th. J. Nahumury
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

179

9. Majelis Jemaat ke-9 (1995–1999)
Ketua Majelis : Pdt. Isaskar Maryen
Para Pelayan :
 Guru P. M. L. Bella
 Guru Th. J. Nahumury
 Guru Jemaat Okoseray
 Guru Jemaat Watopa
 Guru Jemaat S. Rumbekwan
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. Jemima J. Mirino-Krey, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

10. Majelis Jemaat ke-10 (1999–2003)
Ketua Majelis : Pdt. Isaskar Maryen
Para Pelayan :
 Guru P. M. L. Bella
 Guru Th. J. Nahumury
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

11. Majelis Jemaat ke-11 (2003–2008)
Ketua Majelis : Pdt. Benhard Imbir, S.Th.
Para Pelayan :
 Pdt. Isaskar Maryen
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. T. Rarawi, S.Th.

180

 Pdt. E. Titaley, S.Th.
 Pdt. Frans Kayoi, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Pdt. Christin Tetjuari, S.Th.
 Pdt. Julius Mano, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

12. Majelis Jemaat ke-12 (2008–2013)
Ketua Majelis : Pdt. Benhard Imbir, S.Th.
Para Pelayan :
 Pdt. Isaskar Maryen
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. T. Rarawi, S.Th.
 Pdt. Frans Kayoi, S.Th.
 Pdt. Siregar, S.Th.
 Pdt. Hein Carlos Mano, S.Th.
 Anggota Majelis Jemaat

13. Majelis Jemaat ke-13 (2013–2017)
Ketua Majelis : Pdt. Justintje Mirino,
S.Th.
Para Pelayan :
 Pdt. Isaskar Maryen
 Pdt. M. Toar-Senewe, S.Th.
 Pdt. P.E. Imoliana, S.Th.
 Pdt. Frans Kayoi, M.Th.
 Pdt. Greace Sodanding, S.Th.
 Pdt. Prajanu D. Widjono, S. Si. Teol

181

 Anggota Majelis Jemaat

D. Statistik Perkembangan Anggota Jemaat
GKI Pniel Kotaraja Terhitung Tahun
2003—201355

Sebagai gambaran tentang perkembangan
warga Jemaat GKI Pniel Kotaraja maka perlu
disampaikan beberapa data statistik yang akurat.
Data tersebut dimulai dari tahun 2003—2013
karena kesulitan memperoleh data pada tahun-
tahun sebelumnya. Sementara untuk data awal
Jemaat Pertama dapat dilihat pada awal
penulisan buku ini.

55 Lihat pada lampiran buku ini di bagian akhir buku

182

E. Penerimaan Anggaran Jemaat GKI
Pniel Kotaraja Terhitung Tahun
Pelayanan 2003—2014 56

Warga jemaat perlu mendapatkan
gambaran secara global tentang perkembangan
pemberian persembahan dalam menunjang
pelayanan pekerjaan Gereja Kristen Injili di Tanah
Papua melalui Perbendaharaan Jemaat GKI Pniel
Kotaraja. Oleh sebab itu, daftar lengkap
persembahan dapat dilihat pada lampiran buku
ini di bagian belakang buku tentang data
penerimaan keuangan Jemaat terhitung tahun
2003—2014.

56 Lihat Buku Laporan Hasil Sidang Jemaat tahun 2008,
2009, 2012, 2013, 2014,2015.

183

184

BAB VI

QUO VADIS
JEMAAT GKI PNIEL

KOTARAJA

185

Jemaat GKI Pniel Kotaraja adalah
kumpulan orang percaya yang lahir, tumbuh, dan
berkembang di dalam konteks budaya warga
jemaatnya. Jemaat ini mampu menjalankan tugas
Tri Panggilan Gereja, yakni bersekutu, bersaksi,
dan melayani dengan setia dan penuh tanggung
jawab. Keberhasilan menjalankan pelayanan di
dalam jemaat, baik pada aras sinode maupun
klasis, tidak lantas menjadikan tugas dan misi
pelayanan gereja berhenti. Lebih dari itu, Jemaat
GKI Pniel Kotaraja memiliki tanggung jawab
untuk melanjutkan visi dan misi GKI di Tanah
Papua menghadapi tantangan industri 4.0.

Bab ke-5 ini merupakan simpulan dan
rekomendasi dari sisi teologis yang ditujukan
kepada Jemaat GKI Pniel Kotaraja. Dengan
demikian, usulan ini dapat memotivasi Majelis
Jemaat dan Unsur-unsur Jemaat agar dapat
mengulas balik sejarah dalam merancang sebuah
strategi pelayanan yang efektif sehingga mampu
merangkul semua lapisan unsur jemaat, tanpa
mengabaikan fakta-fakta sejarah yang melahirkan
Jemaat GKI Pniel Kotaraja.

186

A. Awal yang Baik

Cikal bakal berdiri jemaat GKI Pniel Kota
Raja berawal dari prakarsa orang-orang Tabati di
wilayah Reitbi yang meliputi bentangan dari
Skyline sampai Kali Acai. Reitbi merupakan
tempat berkebun dan mencari sagu. Untuk
memudahkan aktivitas itu, masyarakat
membangun pondok atau rumah singgah sebagai
tempat beristirahat dan menyimpan hasil kebun.
Lambat laun rumah singgah itu beralih fungsi
menjadi rumah tinggal dan jumlah warganya pun
semakin bertambah.

Kelompok awal ini berinisiatif untuk
membentuk persekutuan di rumah dengan
menjadikan rumah peninggalan tentara Sekutu
yang ditempati oleh Guru Yonathan Mano,
sebagai tempat beribadah. Rumah tersebut
terletak di antara lapangan basket dan lapangan
tenis Kotaraja (sekarang Kantor Koperasi Pegawai
Negeri). Kegiatan peribadahan setiap Hari
Minggu di rumah tersebut dimulai dari tahun
1962—1965.

Sama seperti Gereja Mula-mula yang
dimulai dari persekutuan dan peribadatan di

187

rumah masing-masing secara bergilir (Kisah Rasul
2:41–47) maka persekutuan awal Jemaat Pniel
berlangsung di rumah Guru Yonathan Mano.
Tentu dasar pemikiran seorang guru (generasi
berikut dari Laurens Mano) mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan jemaat awal. Dari
persekutuan rumah yang sederhana, iman jemaat
bertumbuh dan membara kerinduan untuk
bersekutu dengan Allah dan sesama manusia.
Tidak sampai di situ saja, kerekatan hubungan
tersebut mendorong mereka untuk bersaksi
tentang Injil Yesus Kristus sehingga dari kelompok
kecil lambat laun diperlukan tempat pertemuan
yang lebih besar untuk menampung jemaat yang
terus bertambah. Hal ini memperlihatkan ada
kemauan untuk bersama dengan saudara
sekampung dan dengan Allah pencipta langit dan
bumi.

B. Orang Lain Menjadi Tong Pu Orang

Salah satu ciri dari persekutuan suku
adalah menempatkan suku sendiri sebagai pusat.
Sesama dimengerti sebagai orang sesuku. Di luar
suku sendiri adalah “orang lain”. Ciri umum ini
bergesar menjadi persekutuan yang terbuka. Hal
ini telah diawali oleh Guru Laurens Songgi Mano,

188

yang terbuka dalam pergaulan dengan orang
Cina, Belanda, Maluku, dan dengan suku-suku
lain di Papua. Bahkan generasi sebelumnya, yakni
orang tuanya, merelakan Guru Laurens Songgi
Mano ke luar dari kampung halamannya,
menimba ilmu dari zendeling Frans van Hasselt di
Manokwari. Dalam pergeseran nilai-nilai yang
dipengaruhi oleh Injil dan perubahan sosial,
orang-orang Tabati dengan tulus hati dapat
menjadikan “orang lain” menjadi “ Tong pu
orang” (=orang saya).

Sikap keterbukaan masyarakat Tabati
menjadi konkret ketika mereka menerima
kelompok awal kedua dalam persekutuan jemaat
awal, yaitu orang-orang Papua dari berbagai
suku yang datang bekerja di Jayapura untuk
membangun jalan dari Jayapura ke Sentani bagi
kebutuhan Tentara Sekutu. Kelompok kedua ini
rindu untuk beribadah bersama, sehingga
bergabunglah mereka dengan jemaat-jemaat asal
Tabati menjadi satu persekutuan ibadah.

Kerinduan beribadah dan bersekutu
dengan alasan di atas sangatlah positif. Fenomena
ini menandakan bahwa kebutuhan materi dan
rohani merupakan dua sisi kebutuhan dasar
manusia yang tidak dapat diabaikan. Berawal dari
kelompok persekutuan orang-orang sesuku,
persekutuan ini mulai terbuka kepada orang-

189

orang di luar suku sendiri. Di sinilah kekuatan Injil
yang menyatukan manusia dari berbagai suku
menjadi satu keluarga Allah, satu Bapa, tanpa
membedakan kampung dan tanah asal.

Setelah menjadi bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdatanganlah suku-suku dari berbagai daerah
dari luar Papua. Mereka bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS, sekarang ASN= Aparatur Sipil
Negara), guru, pedagang, dan pekerja swasta
lainnya. Dibukalah pemukiman-pemukiman baru
untuk memenuhi kebutuhan para pekerja yang
telah datang dan bekerja di Jayapura. Orang-
orang Kristen yang bermukim di sekitar Kotaraja
dari berbagai Gereja Asal yang seazas, kemudian
bergabung dengan jemaat Pniel menjadi satu
persekutuan tubuh Kristus yang majemuk.

Penggabungan ini menjadikan Jemaat GKI
Pniel Kotaraja benar-benar heterogen dalam
suku. Kondisi ini merupakan suatu potensi yang
dapat menjadi peluang untuk menjadikan jemaat
ini sebagai jemaat yang missioner sesuai dengan
amanat GKI di Tanah Papua: “memberitakan Injil
di Tanah Papua dan di seluruh dunia”. Di sisi lain
perlu kehati-hatian dalam pengelolaan kehidupan
berjemaat, sehingga tidak ada anggota yang
tertinggal dalam pelayaran bahtera di tengah

190

samudera yang bergelora dengan rupa-rupa angin
pengajaran.

C.Benih Injil dan Awal Mula Gereja

Sejarah Gereja adalah “sejarah panggilan
Allah dan jawaban manusia atas panggilan Allah”.
Bertolak dari definisi ini, maka sejarah berdiri
sebuah gereja secara teologis ditentukan oleh
jawaban manusia atas panggilan Allah. Dalam
konteks iman Kristen, hal itu ditandai dengan
Sakramen Baptisan yang diterima oleh manusia
sebagai respon terhadap panggilan Allah untuk
menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat
pribadi.

Berkaitan dengan itu, Gereja di Tanah
Tabi sebenarnya telah dimulai sejak pembaptisan
pertama bagi dua anak muda Tabati, yaitu Waro
Itaar dan Fdaye Hamadi oleh zendeling G.L. Bink
(zendeling-pekerja/tukang) pada 26 Mei 1893.
Bink adalah Zendeling UZV yang pertama
mengunjungi Tabati pada tanggal 3 April 1892.
Sebelum meninggalkan Tabati, ia mengadakan
pembicaraan dengan penduduk Enggros dan
Nafri tentang tempat tinggal seorang zendeling.
Ketika akan kembali ke Pulau Roon, tempat
tugasnya, ia membawa serta dua anak dari
Kampung Tabati, yaitu Waro Itaar dan Fdaye

191

Hamadi. Kedua anak ini tinggal bersama Bink di
sana beberapa bulan lamanya sampai keduanya
dibaptis pada tanggal 26 Mei 1893 bersama-sama
dengan orang-orang di Pulau Roon. Dengan
demikian, Waro Itaar dan Fdaye Hamadi adalah
dua orang pertama asal Teluk Yotefa yang
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat yang ditandai dengan Sakramen
Pembaptisan.

Dengan demikian, tanggal baptisan
pertama, yaitu 26 Mei 1893 dapat dijadikan
sebagai Hari Lahir Gereja di Tabati. Mengingat
sejarah Gereja Pniel Kotaraja diawali oleh Jemaat
Viadolorosa Tabati, yakni Jemaat Pniel Kotaraja
merupakan kesinambungan dari Jemaat di Tabati,
maka tanggal ini pun dapat menjadi Hari Lahir
Jemaat GKI Pniel Kotaraja.

D. Anak-anak yang Lahir dari Jemaat
GKI Pniel Kotaraja

Sesungguhnya kesuburan dan manfaat
sebuah pohon diukur dari buah yang
dihasilkannya. Mazmur 1:1–3 menegaskan bahwa
Orang yang merenung-kan Taurat TUHAN siang
dan malam, seperti pohon yang ditanam di tepi
aliran air, yang menghasilkan buah pada

192

musimnya. Jemaat GKI Pniel Kotaraja telah
memperlihatkan aspek kedekatan pada Taurat
TUHAN, dengan melahirkan dua jemaat mandiri,
yaitu: Jemaat GKI Getsemani Worot dan Jemaat
GKI Hein Wani Kotaraja.

Pemekaran jemaat menjadi jemaat baru
dan mandiri adalah bentuk pembinaan yang
positif agar persekutuan, kesaksian dan pelayanan
dapat dilakukan dengan melibatkan banyak
orang secara efektif. Bila jemaat terfokus pada
jemaat induk tanpa terjadi pelipatgandaan, maka
ada banyak talenta di jemaat yang tidak dapat
didayagunakan karena terfokus pada kerja
kelompok kecil saja. Pertumbuhan jemaat dari
aspek jumlah maupun kualitas pelayanan dapat
diukur dari pelipatgandaan umat dan efektivitas
pelayanan.

Selain aspek pemekaran jemaat,
penginjilan yakni upaya untuk memberitakan Injil
Yesus Kristus agar manusia percaya dan
diselamatkan merupakan aspek lain yang tak
kalah penting yang berhubungan dengan hakikat
gereja itu sendiri. Langkah penginjilan itu telah
dilakukan oleh Jemaat GKI Pniel Kotaraja pada
tahun 2003–2010 dengan membuka Pos
Pekabaran Injil (Pos PI) di Wilayah Mamberamo
Hulu Atas. Pos PI ini terdiri dari Bakal Jemaat
Melindra, Muara Nawa, dan Narfe. Kegiatan

193

pelayanannya sehari-hari ditangani oleh Sdr.
Andrias Kasu dibantu Sdr. Musa Sita, Comeies
Hurahura, dan Thomas Manufandu. Pada Bulan
Januari–Mei 2000 ditempatkan 3 (tiga) orang
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kristen
Injili (STT-GKI) I. S. Kijne (sekarang: Sekolah
Tinggi Filsafat Teologi GKI/STFT-GKI) pada Pos
PI, yaitu: Soleman Awom ditempatkan di Lakel
Jemaat Melindra, Aifons di Narfe, dan Buce
Fakdawer di Muara Nawa.

Setelah Jemaat GKI Pniel Kotaraja
menjadi jemaat yang besar, maka penginjilan
mesti terus dilanjutkan. Caranya dengan merekrut
orang-orang muda dari semua suku untuk
berpartisipasi dalam menghadirkan tanda-tanda
Kerajaan Allah di dunia ini. Untuk itu, program
kaderisasi penginjil secara berjenjang perlu
dilakukan dan didanai oleh Jemaat GKI Pniel
Kotaraja sebagai bagian dari tanggung jawab
penginjilan.

E. Perubahan Sosial dan Misi yang
Menggglobal

Pada mileneum ketiga yang telah kita
jalani bersama, keadaan sosial, ekonomi, Iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi) berkembang

194

dan mengalami perubahan secara cepat dan jauh
berbeda dengan keadaan jemaat pada tahap
awal. Bila pada tahap awal pemrakarsa
pembentukan Jemaat Pniel Mula-mula adalah
anggota jemaat asal Tabati yang homogen, maka
sekarang Jemaat Pniel telah menjadi jemaat yang
heterogen, baik dari aspek suku, budaya, sosio-
ekonomi, maupun pendidikan.

Apalagi pada masa pandemi Covid-19
(untuk kita di Papua mulai Maret 2020), secara
cepat jemaat telah berinovasi untuk beribadah
dari rumah. Warga jemaat, terutama kaum
muda, telah menggunakan teknologi informasi
sehingga persekutuan ibadah tetap berlangsung.
Peribadatan kita tidak lagi sebatas lingkup Jemaat
Pniel di Kotaraja, tetapi melalui Zoom Meeting
atau Youtube kehidupan peribadahan telah
mengglobal sehingga pelayanan atau misi gereja
menjadi sangat terbuka dan mendunia. Itu
berarti, peribadahan jemaat mesti disiapkan
dengan baik sehingga menjadi saksi bagi banyak
orang di seluruh dunia.

Dengan perubahan teknologi dan cara
bersaksi, kita tidak lagi pergi dan mencari domba-
domba tetapi sekali tayang banyak domba
mendengar dan oleh kuasa Roh Allah banyak
orang dapat diselamatkan. Untuk itu, program
gereja perlu diubah sesuai perkembangan sosial

195

dan iptek. Baik aspek Koinonia, Diakonia,
maupun Marturia dan program-program terkait
perlu dirumuskan secara baru, dengan melibatkan
anggota-anggota jemaat yang multitalenta, agar
Jemaat GKI Pniel Kotaraja dapat mengemban misi
Yesus Kristus secara baru dalam konteks yang
telah berubah.

F. Catatan Untuk Jemaat GKI
Pniel Kotaraja

Jemaat GKI Pniel perlu memberi
perhatian khusus bagi masyarakat Tabati yang
merupakan penggagas pembentukan Jemaat GKI
Pniel Kotaraja pada tahap awal. Perhatian
konkret dapat diwujudkan melalui beberapa cara
sebagai berikut ini.
1) Membuat penelitian mengenai komposisi

Jemaat GKI Pniel Kotaraja untuk mengetahui
angka partisipasi masyarakat asli Tabati
dalam persekutuan jemaat.
2) Memberi tempat bagi orang-orang asli Tabati
untuk terlibat dalam pelayanan di Jemaat
GKI Pniel Kotaraja sebagai Majelis Jemaat
dan Pimpinan Unsur-unsur Jemaat.
3) Mendorong anak-anak Tabati dan pemuda
GKI Pniel Kotaraja lainnya untuk studi di
STFT-GKI agar mereka dapat menjadi

196

pelayan-pelayan Kristus, tidak saja di
Jayapura tetapi juga di seluruh Tanah Papua
dan di seluruh dunia.
4) Memberikan biaya studi kepada anak-anak
Tabati yang studi di STFT GKI maupun di
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama
dan Sekolah Menengan Atas, serta Perguruan
Tinggi. Hal ini dilakukan dalam rangka
menyiapkan sumber daya manusia unggul
yang dapat berperan di gereja dan
masyarakat pada umumnya.
5) Membuat pelatihan-pelatihan bagi kaum
muda agar mereka mampu untuk:
(a) melakukan penginjilan
(b) membuka usaha mandiri, dan
(c) melakukan Koinonia, Marturia dan

Diakonia terbarukan yang dapat
membuat umat merasakan syalom Allah
menjadi nyata.
6) Demi mendukung hal-hal di atas maka
persembahan umat perlu dikelola secara
maksimal agar pelaksanaan program yang
berorientasi pada upaya pewujudan misi
Allah melalui Jemaat GKI Pniel Kotaraja
dapat menjadi nyata.

197


Click to View FlipBook Version