The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rezikaayup, 2021-12-19 07:12:54

penyehatan tanah

penyehatan tanah

Keywords: rezika ayu,2B sanitasi

151

DAFTAR ISI

1. pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap PertumbuhanDan Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica
Oleracea Var. Bathytis L.)Pada Oxic Dystrudepts Lembantongoa ....................................................... 1

2. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Untuk Meningkatkan Serapan Nitrogen Serta Pertumbuhan Dan
Produksi Sawi (Brassica Juncea L.) Pada Tanah Berpasir ................................................................... 10

3. Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC)Limbah Kulit Nenas .......................... 20
4. Pemanfaatan Urine Kambing Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara

MAKRO (NPK) ................................................................................................................................... 27
5. Kombinasi Limbah Pertanian Dan Peternakan Sebagai Alternatif Pembuatan Pupuk Organik Cair

Melalui Proses Fermentasi Anaerob ................................................................................................... 37
6. Efek Pupuk Organik Dan Pupuk N,P,K Terhadap C-Organik, N-Total,C/N, Serapan N, Serta Hasil

Padi Hitam Pada Inceptisols................................................................................................................. 43
7. Analisis kandungan unsur hara makro dalam kompos dari serasah daun bambu dan limbah padat

pabrik gula (blotong)............................................................................................................................ 59
8. Pengaruh Penggunaan Bioaktivator Em4 Dan Penambahan Tepung IkanTerhadap Spesifikasi Pupuk

Organik Cair Rumput Laut Gracilaria Sp. .......................................................................................... 65
9. Aplikasi Pupuk Organik dan Zat PengaturTumbuh dalam Peningkatan ProduktivitasTanah dan

Tanaman............................................................................................................................................... 72
10. Kandungan Kalium Dan Rasio C/N Pupuk OrganikCair (Poc) Berbahan Daun-Daunan Dan Urine

Kambing Dengan Penambahan Bioaktivator Ragi Tape (Saccharomyces Cerevisiae) ..................... 84
11. Pengaruh Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Berbahan Daun-daunan dan Urine Kambing dengan

Penambahan Bioaktivator Ragi Tape (Saccharomyces cerevisiae) terhadap Kandungan Kalium ...... 95
12. Pengaruh Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Berbahan Daun-daunan dan Urine Kambing dengan

Penambahan Bioaktivator Ragi Tape (Saccharomyces cerevisiae) terhadap Kandungan Rasio C/N.. 99
13. Analisis Kandungan Unsur Hara Pada Kotoran Sapi Di Daerah Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah

............................................................................................................................................................ 102
14. Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman .............................. 116
15. Analisis Unsur Hara Pupuk Organik Cair Dari Limbah Ikan Mujair (Oreochromis

Mosambicus) Danau Lindu Dengan Variasi Volume Mikroorganisme Lokal (Mol)
Bonggol Pisang............................................................................................................................. 122
16. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica
Oleracea Var. Bathytis L.) Pada Oxic Dystrudepts Lembantongoa ................................................... 131
17. Kandungan Nitrogen Dan Kalium Pada Pupuk Organik Cair Kombinasi Kulit Pisang Dan Daun
Lamtoro DenganVariasi Penambahan Jerami Padi ............................................................................ 140

2

e-J. Agrotekbis 4 (2) :151-159 , April 2016 ISSN : 2338-3011

PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KUBIS

BUNGA (Brassica oleracea Var. Bathytis L.)PADA OXIC DYSTRUDEPTS
LEMBANTONGOA

1. Poultry Manure Effect On Plant Growth And Yield Of
CabbageFlowers (Brassica Oleracea Var. Bathytis L.) On
Oxic Dystrudepts Lembantongoa

Kurnia Mustika Sari 1), Anshar Pasigai2), Imam Wahyudi2)

1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
2) Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
E-mail : [email protected]
E-mail : [email protected]
E-mail :[email protected]

ABSTRACT

Cabbage flowers a vegetable that comes from sub tropical regions. Temperature range for growth of
cabbage flowers that minimum and maximum 15.5 to 18 0C 24 0C, so plants can grow cabbage flowers
in lowland and highland. Oxic Dystrudepts was characterized by a high level of soil acidity, nutrient
and organic matter is low. One way to increase growth and yield of cabbage flowers crop production by
performing fertilization. Poultry manure used in this study is chicken manure. This study aimed to
study the effect of poultry manure on the growth and yield of cabbage flowers (Brassica oleracea var.
Bathytis L. ) in Oxic Dystrudepts Lembantongoa. The research was conducted on October 2014 until
February 2015, in the Greenhouse of Agriculture Faculty, Tadulako University, Palu. The soil and the
plant analysis were carried out in the Laboratory of Soil Science, Agriculture Faculty, Tadulako
University, Palu. The soil for research were taken from Lembantongoa village, Palolo district, Sigi
Regency, Central Sulawesi. The researcher applied a random block design and used chicken cage
fertilizer as a treatment with seven levels of dose, namely: control, 10t ha-1, 15t ha-1, 20t ha-1, 25t ha-1,
30t ha-1, 35t ha-1. The data were analyzed based on the design used and followed by HSD 5% test.
Cabbage flowers plant growth (height , number of leaves , leaf area , chlorophyll , fresh weight of
flower/crop, and plant dry weight) was significantly affected by the dose of poultry manure.

Keywords : Oxic Dystrudepts, cabbage flowers, poultry manure.

ABSTRAK

Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Kisaran temperatur
untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15,5-18 0C dan maksimum 24 0C, sehingga tanaman
kubis bunga dapat tumbuh pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Oxic Dystrudepts dicirikan
oleh derajat kemasaman tanah yang tinggi, kekurangan unsur hara, dan bahan organik yang rendah.
Salah satu cara peningkatan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman kubis bunga yaitu dengan

1

melakukan pemupukan. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran ayam.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var. Bathytis L.) pada Oxic DystrudeptsLembantongoa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Februari 2015 di Rumah Kaca, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Analisis tanah dan tanaman
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Tanah
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dan menggunakan pupuk kandang ayam sebagai perlakuan dengan tujuh dosis, yaitu: kontrol, 10t ha-1,
15t ha-1, 20t ha-1, 25t ha-1, 30t ha-1, 35t ha-1. Data dianalisis sesuai rancangan yang digunakan dan
dilanjutkan dengan uji BNJ 5%. Pertumbuhan tanaman kubis bunga (tinggi, jumlah daun, luas daun,
klorofil, bobot segar bunga/krop, dan bobot kering tanaman) sangat nyata dipengaruhi oleh pemberian
dosis pupuk kandang ayam.

Kata Kunci : Oxic dystrudepts, kubis bunga, pupuk kandang ayam.

PENDAHULUAN tahunnya adalah lebih tinggi dari jumlah
produksi. Dari data yang diperoleh produksi
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, tanaman kubis bunga daerah Sulawesi Tengah
maka kebutuhan lahan pertanian semakin dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami
meningkat, namun jumlah lahan pertanian peningkatan dan penurunan produksi.
yang subur juga semakin terbatas Terhitung pada tahun 2010 produksi mencapai
ketersediaannya karena telah beralih fungsi 173 ton ha-1, dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi lahan-lahan pemukiman. Salah satu menjadi 239 ton ha-1. Sementara pada tahun
penyebab kurangnya produksi pertanian di 2012 produksi kubis mengalami penurunan
Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah menjadi 169 ton ha-1 dan pada tahun 2013
yaitu kurangnya penggunaan tanah masam produksi kubis sebesar 158 ton ha-1, sedangkan
yaitu Oxic Dystrudepts, sebagai lahan produksi pada tahun 2014 produksi kubis mengalami
pertanian. Faktor utama Oxic Dystrudepts peningkatan menjadi 361 ton ha-1.
adalah derajat keasaman yang tinggi, Meningkatnya jumlah produksi pada tahun
kekurangan unsur hara penting, dan kadar terakhir menunjukkan bahwa potensi sayur
bahan organik yang rendah. dari jenis kubis masih tergolong tinggi
(Direktorat Jendral Hortikultura, 2010). Angka
Darman (2005) menyatakan bahwa tanah tersebut menunjukkan bahwa potensi sayur dari
di Lembantongoa tergolong ke dalam Ordo jenis kubis masih tergolong tinggi. Hal ini
Inceptisols Sub Grup Oxic Dystrudepts. Oleh terlihat dari distribusi pemasaran kubis asal
karena itu, jenis tanah Oxic Dystrudepts dari Palu telah dapat dipasarkan antar pulau
Lembantongoa adalah salah satu areal yang khususnya pada daerah Kalimantan (Ramli,
potensial untuk dikembangkan. Sehingga perlu 2010). Kubis bunga merupakan salah satu
adanya pemanfaatan tanah Oxic Dystrudepts sayuran yang memiliki prospek pengembangan
sebagai tanah pertanian yang produktif guna karena mempunyai nilai ekonomi dan sosial
meningkatkan hasil produksi, terutama yang tinggi (Fitriani, 2009).
tanaman kubis bunga.
Salah satu peningkatan pertumbuhan dan
Kubis bunga merupakan jenis sayuran
yang cukup banyak disukai oleh masyarakat hasil produksi tanaman kubis bunga yaitu
Indonesia. Konsumsi kubis bunga setiap
dengan melakukan pemupukan yang bertujuan

2

untuk memelihara, memperbaiki dan A4 : pupuk kandang ayam 25 ton ha-1
mempertahankan kesuburan tanah. Muhsin A5 : pupuk kandang ayam 30 ton ha-1
(2003) menyatakan bahwa pupuk kandang A6 : pupuk kandang ayam 35 ton ha-1
ayam mempunyai potensi yang baik, karena
selain berperan dalam memperbaiki sifat fisik, Perlakuan diulang sebanyak tiga kali
kimia, dan biologi tanah pupuk kandang ayam sehingga di dapatkan 21 satuan percobaan.
juga mempunyai kandungan N, P, dan K yang Variabel amatan dianalisis dengan sidik ragam
lebih tinggi bila dibandingkan pupuk kandang (ANOVA) yang menunjukkan adanya
lainnya. pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji lanjut Beda Nyata
Sehubungan dengan uraian di atas, maka Jujur (BNJ) 5%.
penelitian mengenai pengaruh pupuk kandang Pelaksanaan Penelitian
ayam terhadap tumbuh kembang tanaman 1. Pengambilan dan penyiapan sampel tanah
kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts
Lembantongoa dianggap perlu dilakukan. Pada penelitian ini digunakan sampel Oxic
Sehingga dapat diharapkan pertumbuhan dan Dystrudepts yang terdapat di Desa
perkembangan tanaman di tanah Oxic Lembantongoa. Sampel tanah di ambil dari
Dystrudepts tidak lagi terhambat. Penelitian ini lapisan permukaan tanah sampai kedalaman
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kurang lebih 20 cm, kemudian tanah yang
dan mempelajari pengaruh pupuk kandang digunakan dalam penelitian dikering-anginkan
ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selama 1 minggu di ruang penyiapan contoh
kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts tanah laboratorium tanah Fakultas Pertanian
Lembantongoa. Universitas Tadulako. Sampel tanah yang
telah kering udara ditumbuk dengan kayu
METODE PENELITIAN untuk mendapatkan tanah yang ukuran
agregatnya lebih seragam dan lolos saringan 2
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mm. Sampel tanah yang telah disaring
Oktober 2014 hingga Februari 2015. Lokasi ditempatkan pada lantai yang beralaskan
pengambilan sampel tanah dilakukan di Desa plastik atau karung, kemudian dicampur
Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten merata untuk mendapatkan contoh tanah yang
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan homogen. Selanjutnya sampel tanah ditimbang
percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca, seberat 8 kg untuk persiapan polibag dan
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pemasangan label perlakuan setelah tanah
Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. terisi dalam polibag.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu 2. Pupuk kandang ayam
Tanah dan analisis tanaman di Laboratorium
Agronomi, Fakultas pertanian Universitas Pupuk kandang ayam di peroleh dari
Tadulako, Palu. kotoran ayam boiller dan diaplikasikan
sesuai dengan perlakuan pada Oxic
Penelitian ini disusun dengan Dystrudepts Lembantongoa.
menggunakan Rancangan Acak Kelompok 3. Pelaksanaan percobaan polibag
(RAK) dengan menggunakan pupuk kandang Sampel tanah kering udara yang lolos ayakan
ayam sebagai perlakuan dengan tujuh taraf 2 mm kemudian ditimbang sebanyak 8 kg
dosis, yaitu:
pada masing-masing polibag, kemudian
A0 : (kontrol)
A1 : pupuk kandang ayam 10 ton ha-1 dicampur merata dengan pupuk kandang ayam
A2 : pupuk kandang ayam 15 ton ha-1
A3 : pupuk kandang ayam 20 ton ha-1 sesuai dengan perlakuan kemudian

dimasukkan kedalam polibag yang telah diberi

label sesuai dengan kode perlakuan. Kemudian

masing-masing polibag diberi air hingga

3

kapasitas lapang dan di susun secara acak dengan menggunakan mistar/ penggaris

berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dimulai dari pangkal batang sampai ujung

(RAK). daun tertinggi.

4. Penanaman dan pemeliharaan b. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung pada saat berumur 1
Penanaman benih dilakukan langsung
MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST,
kedalam polibag yang telah diberi campuran 7 MST, 8 MST dengan menghitung jumlah
daun yang telah terbentuk sempurna dimulai
tanah halus dan pupuk kandang ayam sesuai dari daun paling bawah sampai daun teratas.
c. Luas daun (cm2)
dosis perlakuan. Setiap polibag ditanami tiga
Pengukuran dilakukan di Laboratorium
benih tanaman kubis bunga sedalam 0,2-1,0 Benih, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Luas daun tanaman diukur
cm. Kurang lebih tiga minggu setelah semai dengan menggunakan alat Leaf Area Meter,
dan sampel daun diperoleh pada saat panen.
atau ketika bibit telah berdaun sebanyak 3-4 Penghitungan dilakukan dengan mengukur
masing-masing sampel daun tiap tanaman
helai dilakukan pemilihan atau penyeleksian untuk memperoleh jumlah rata-ratanya.
d. Bobot segar bunga/krop dan bobot kering
bibit yang tumbuh seragam sehingga satu
tanaman kubis bunga (gram)
polibag tersisa satu tanaman kubis bunga. Penimbangan bobot kering, dan bobot
segar bunga dilakukan di Laboratorium Tanah,
Penyiraman di lakukan pada pagi dan sore Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
Tanaman kubis bunga yang telah di panen,
hari, dan pemanenan dilakukan saat tanaman kemudian dibersihkan terlebih dahulu dari
tanahnya. Tanaman dipisahkan berdasarkan
telah memasuki umur panen. kelompoknya, setelah itu tanaman kubis bunga
dipisahkan akar, tajuk, dan bunganya.
5. Panen Sebelum ditimbang terlebih dahulu akar
dikering anginkan untuk mengurangi kadar
Panen dilakukan pada minggu ke-8 MST airnya, sedangkan tajuk dan bunganya
langsung ditimbang bobot basahnya. Setelah
(Minggu Setelah Tanam), dan dipanen pada penimbangan bobot basah tajuk dan bunga,
sampel dimasukkan kedalam amplop berukuran
pagi atau sore hari agar tidak terjadi sedang dan dioven dengan suhu 70°C untuk
memperoleh berat kering tanaman. Kemudian
penguapan pada tanaman yang dipanen. setelah akar dikering anginkan, selanjutnya
dimasukkan kedalam amplop berukuran
Kemudian masing-masing tanaman kubis sedang dan dioven dengan suhu 70°C untuk
memperoleh bobot kering tanaman.
bunga ditimbang beratnya (akar, tajuk, dan e. Klorofil daun
Pengujian klorofil daun dilakukan di
bunga) untuk dianalisa lebih lanjut. Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu. Sampel daun
6. Analisis tanah oxic dystrudepts yang akan dianalisa kadar klorofilnya diambil
pada setiap tanaman percobaan (21 sampel)
Sebelum tanah digunakan untuk penelitian, setelah panen dilakukan. Pengukuran dilakukan

tanah dianalisis terlebih dahulu, variabel yang

diukur dalam analisis Oxic Dystrudepts di

laboratorium meliputi pH, P-tersedia, Al-dd,P-

total, C-organik, N-total tanah dan Kapasitas

Tukar Kation (KTK).

7. Analisis pupuk kandang ayam

Analisis pupuk kandang ayam boiller

dilakukan untuk mengetahui kadar C-organik,

N, P, dan K yang dikandungnya sebelum di

aplikasikan ke dalam perlakuan.

8. Variabel pengamatan tanaman

Pengamatan pertumbuhan tanaman kubis

bunga dimulai sejak masa penanaman sampai

panen (1-8 MST) dengan parameter

pengamatan sebagai berikut:

a. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman kubis bunga

dimulai pada saat berumur 1 MST, 2 MST, 3

MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, 8 MST

4

dengan cara menimbang sampel seberat 1 gram Lampiran 2. Hasil analisis laboratorium
dengan menggunakan timbangan analitik, lalu menunjukkan bahwa tekstur tanah Oxic
daun diekstrak (digerus dalam cawan porselin) Dystrudepts Lemban Tongoa termasuk ke
dengan sedikit pelarut etanol 96%. Kemudian dalam kelas lempung berpasir dengan
di saring dan diambil fitratnya lalu di kandungan pasir yaitu 58.7%, debu 28.5%, dan
centrifuge, setelah itu filtrat dimasukkan ke liat 12.8%. Kandungan C-Organik 3.38%
labu ukur 100 ml lalu ditambahkan pelarut tergolong tinggi, N-total yang tergolong
hingga 100 ml. Larutan klorofil dituang pada rendah yaitu 0.14%, tingkat keasaman yang
cuvet sampai tanda batas, kemudian tinggi dengan pH 4.80, dan KTK dengan nilai
permukaan cuvet dibersihkan dan diukur 9,95 cmol (+) kg-1 yang tergolong rendah. Hal
dengan spektrofotometer. Pengukuran kadar ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan
klorofil secara spektrofotometer didasarkan dalam penelitian ini merupakan tanah yang
pada hukum Lamber-Beer, metode untuk tergolong memiliki tingkat kesuburan yang
menghitung total klorofil, klorofil a dan rendah, sehingga perlu adanya pengelolaan
klorofil b telah dirumuskan oleh Wintermans yang tepat dalam pemanfaatannya untuk
dan De Mots (1965) dengan menggunakan budidaya tanaman guna meningkatkan
pelarut etanol 96% pada panjang gelombang produktivitas pertanian, khususnya tanaman
(λ)=649 dan (λ )= 665. sayuran. Menurut Wahyudi (2010) bahwa
jumlah penduduk yang semakin meningkat
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan lahan-lahan pertanian yang subur
semakin terbatas ketersediaannya terutama pada
Komposisi Kimia Pupuk Kandang Ayam wilayah tanah masam dan marginal. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis pupuk kandang antara lain disebabkan sebagian besar lahan
pertanian berada dalam kondisi kritis dan
ayam broiller (Tabel Lampiran 3) memiliki marginal yang kurang subur dan bereaksi
kandungan Nitrogen (N) 2,44%, Phospor (P) masam seperti tanah Oxic Dystrudepts.
0,67%, Kalium (K) 1,24%, dan C-Organik
16,10%. Kandungan N, P, dan K yang Tinggi Tanaman
terkandung dalam kotoran ayam broiller Hasil penelitian tentang pertumbuhan
memiliki kadar hara yang tinggi, sehingga
kotoran ayam broiller dapat memperbaiki tinggi tanaman kubis bunga dan sidik
tingkat kesuburan pada tanah yang bermasalah ragamnya disajikan pada lampiran 4b, 5b, 6b,
seperti jenis tanah Oxic Dystrudepts, serta 7b, 8b, 9b, 10b, dan 11b. Pengamatan tinggi
dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. tanaman dilakukan pada saat umur tanaman 1-
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mayadewi 8 MST. Tinggi tanaman diukur dengan
(2007) bahwa pupuk kandang memang dapat menggunakan mistar/penggaris dimulai dari
menambah tersedianya unsur hara bagi pangkal batang hingga ujung daun tanaman
tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah. tertinggi. Hasil sidik ragam menunjukkan
Pengaruh pupuk kandang dan kompos bahwa semua perlakuan berpengaruh sangat
terhadap perbaikan kesuburan tanah dan nyata terhadap tinggi tanaman. Laju
peningkatan hasil tanaman. pertumbuhan tinggi tanaman kubis bunga pada
perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat
Karakteristik Oxic Dystrudepts dilihat pada tabel 1.
Karakteristik fisik dan kimia tanah Oxic

Dystrudepts Lemban Tongoa disajikan pada

5

Tabel 1. Laju pertumbuhan tinggi tanaman kubis bunga pada perlakuan dosis pupuk kandang
ayam.

Dosis Pupuk 1 2 Tinggi Tanaman (cm) 7 8
Ton ha-1 MST MST MST MST
34 5 6
MST MST MST MST

0 4,23 b 14,67 c 19,67 c 25,90 b 10,33 b 31,00 b 31,90 b 33,00 d

10 4,40 a 16,67 b 25,13 a 34,90 a 10,67 b 41,50 a 42,77 a 43,33 a
15 4,43 a 18,17 a 23,13 b 32,00 a 11,33 a 41,40 a 41,67 a 42,33 a
20 4,50 a 18,23 a 24,77 a 33,83 a 12,00 a 36,83 a 37,67 a 38,17 bc
25 4,87 a 18,40 a 25,00 a 33,83 a 11,00 a 39,50 a 42,17 a 42,67 a
30 4,93 a 18,43 a 23,33 a 33,00 a 11,33 a 40,17 a 40,83 a 41,33 a

35 5,00 a 18,67 a 24,83 a 34,73 a 12,00 a 42,23 a 43,73 a 44,67 a

Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda pada uji

(BNJ 5%)

Perlakuan dosis pupuk kandang ayam ningkatkan kesuburan tanah (Widowati, 2004),

menunjukkan bahwa tinggi tanaman kubis sehingga akar lebih mudah menyerap unsur

bunga mengalami peningkatan setiap hara yang terkandung dalam tanah. Unsur hara

minggunya seiring bertambahnya umur yang terserap oleh akar akan digunakan oleh

tanaman. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan

tinggi tanaman terendah diperoleh pada tinggi tanaman.

perlakuan kontrol, sedangkan perlakuan dosis Jumlah Daun Tanaman
pupuk kandang ayam terus mengalami Hasil penelitian tentang pertumbuhan
peningkatan tinggi tanaman. Hal ini diduga
bahwa fungsi pupuk kandang ayam yaitu jumlah daun tanaman kubis bunga pada 1-8
mempertinggi daya serap dan daya simpan air MST dengan menggunakan pupuk kandang
yang secara keseluruhan mampu me ayam dapat dilihat pada tabel 2.

Dosis Pupuk 1 MST 2 MST Jumlah Daun Tanaman (Helai) 7 8
Ton ha-1 MST MST
45 6
3 MST MST MST MST

0 1,67 a 3,00 c 7,33 b 12,67 a 10,33 b 10,33 c 11,00 b 13,00 b
10 1,67 a 4,00 b 9,00 a 11,33 c 10,67 b 12,67 b 13,33 a 14,67 a
15 1,67 a 4,33 ab 9,33 a 12,67ab 11,33 a 12,00 b 14,33 a 15,67 a
20 1,67 a 4,00 b 9,00 a 13,33 a 12.00 a 12,33 b 13,00 a 15,00 a
25 2,00 a 4,33 a 9,67 a 11,67 b 11,00 a 12,67 b 14,00 a 15,33 a
30 2,00 a 4,00 b 9,00 a 12,00 b 11,33 a 12,67 b 14,33 a 14,67 a
35 2,00 a 4,67 a 9,67 a 12,00 b 12,00 a 14,00 a 14,00 a 15,67 a

Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda pada uji (BNJ 5%)

Jumlah daun tanaman berdasarkan sidik Pertumbuhan dan perkembangan jumlah daun

ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan tanaman yang lebih banyak dibandingkan

dosis pupuk kandang ayam berpengaruh dengan pupuk kandang lainnya.

sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman Luas Daun (cm2) dan Klorofil Daun (Mg L-
kubis bunga. Damanik dkk, (2011) 1)
menyatakan bahwa pupuk kandang ayam
mengandung nitrogen tiga kali lebih banyak Data luas daun tanaman kubis bunga
dibanding pupuk kandang lainnya. disajikan pada Tabel Lampiran 20a dan sidik
Kandungan inilah yang dapat meningkatkan ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 20b.

6

Dari sidik ragamnya menunjukkan bahwa Bobot Segar Bunga/Krop (g)
perlakuan dosis pupuk kandang ayam Sidik ragam perlakuan dosis pupuk
berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun
tanaman kubis bunga. kandang ayam berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot segar bunga pada tanaman
Dosis Luas Daun Per Klorofil Daun kubis bunga (Tabel Lampiran 22b). bobot
(Mg L-1) segar bunga pada perlakuan kontrol sangat
Pupuk Tanaman berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
Ton ha-1 (cm2) dosis pupuk kandang lainnya.

0 1219.09 d 4.04 c
10 1756.11 b 4.08 b

15 1577.09 c 4.09 b Dosis Pupuk Bobot Segar
(Ton ha-1) Bunga/Krop (g)
20 1946.76 a 4.15 a

25 1942.05 a 4.37 a 0 33.13 e

30 1806.56 b 4.52 ab 10 52.91 c

35 1926.09 a 4.58 a 15 51.40 c

Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada 20 71.06 a

masing-masing perlakuan tidak berbeda 25 33.39 d

pada uji (BNJ 5%). 30 58.58 b

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 35 53.98 c

luas daun pada masing-masing tanaman Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada
masing-masing perlakuan tidak berbeda
berbeda pada tiap perlakuan yang diberikan. pada uji (BNJ 5%).

Hal ini diduga bahwa dosis pupuk kandang Bobot segar bunga/krop pada perlakuan
kontrol memiliki nilai terendah dibandingkan
ayam berpengaruh terhadap permukaan luas dengan perlakuan dosis pupuk kandang ayam,
hal ini diduga karena tanah Oxic Dystrudepts
daun pada tanaman tiap perlakuan. Mayun merupakan jenis tanah masam yang memiliki
tingkat kesuburan rendah. Kurangnya unsur
(2007) menyatakan bahwa permukaan daun hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga dapat
menyebabkan produksi tanaman menjadi
yang luas meningkatkan penangkapan cahaya rendah dan lebih rentan terhadap serangan
hama dan penyakit. Menurut Andoko (2012)
dan CO2 yang lebih efektif, sehingga laju bahwa faktor serangan hama merupakan kendala
utama dalam pertumbuhan, perkembangan,
fotosintesis meningkat. Hasil fotosintesis dan hasil produksi tanaman kubis bunga.

ditranslokasikan ke daerah pemanfaatan

vegetatif yaitu akar, batang dan daun yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.

Sedangkan data klorofil daun tanaman

kubis bunga sidik ragamnya menunjukkan

bahwa perlakuan dosis pupuk kandang ayam

berpengaruh sangat nyata terhadap klorofil

daun tanaman kubis bunga. Dari data

pengamatan klorofil daun kubis bunga dapat Bobot Kering Per Tanaman
Sidik ragam bobot kering per tanaman
dilihat bahwa nilai terendah pada perlakuan
memperlihatkan bahwa perlakuan dosis pupuk
dosis pupuk kandang ayam adalah perlakuan kandang ayam berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot kering tanaman kubis bunga
kontrol. Hal ini diduga bahwa perlakuan dosis (Tabel Lampiran 23b). Bobot kering per
tanaman kubis bunga memiliki bobot yang
pupuk kandang ayam mampu meningkatkan bervariasi, hal ini terlihat dari semua perlakuan
berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini diduga faktor
unsur hara pada tanaman yang nantinya akan lingkungan menjadi penyebabnya seperti
kondisi cuaca yang tidak menentu pada saat
digunakan untuk proses fotosintesis. Menurut

Damanik, (2011), penggunaan nitrogen

berpengaruh langsung terhadap sintetis

karbohidrat didalam sel tanaman. Nitrogen

juga berperan sebagai penyusun klorofil yang

menyebabkan daun berwarna hijau.

7

umur panen dapat menjadi penyebab dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis
munculnya hama dan penyakit tanaman. Jika pupuk kandang ayam yang berbeda berpengaruh
lingkungan tidak mendukung maka tanaman sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
akan terhambat pertumbuhannya. Bobot tanaman kubis bunga. Pemberian dosis pupuk
kering per tanaman kubis bunga pada kandang ayam mampu meningkatkan
perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik,
dilihat pada tabel 5. kimia dan biologi tanah pada tanah masam, hal
ini terlihat dari hasil pengamatan bahwa
Dosis Pupuk (Ton Bobot Kering Per Tanaman perlakuan kontrol memiliki nilai terendah
dibandingkan perlakuan dosis pupuk kandang
ha-1) (g) ayam lainnya.
Saran
0 36.58 f Perlu adanya penelitian kembali tentang
pemberian dosis pupuk ini dengan varietas
10 90.75 b lain, sehingga diharapkan kedepannya tanah
masam bukan lagi menjadi masalah untuk
15 78.68 c membudidayakan tanaman.

20 76.20 d DAFTAR PUSTAKA

25 97.70 a Andoko, A. 2002. Budidaya Padi secara Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta : 9 hlm.
30 72.18 e
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, 2011.
35 85.87 b Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada Press. Medan.

masing-masing perlakuan tidak berbeda Darman. S. 2005. Penurunan Aktivitas Aluminium
pada uji (BNJ 5%). Monomerik, Peningkatan Efisiensi Pupuk
Fosfat dan HasilKedelai Akibat Pemberian
Perlakuan dosis pupuk kandang ayam Ekstrak Kompos dan Pupuk Fosfat pada Oxic
yang berbeda dapat mempengaruhi Dystrudepts. Disertasi. Program Pascasarjana
pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. UNPAD. Bandung.
Hal ini juga terlihat dari perlakuan kontrol
pada bobot kering tanaman yang secara umum Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Statistik Produksi
memiliki nilai terendah. Pemberian pupuk Hortikultura 2009, Direktorat Jendral
kandang ayam dapat meningkatkan kesuburan Hortikultura. Jakarta.
dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
meningkatkan aktivitas biologi tanah serta Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman Kubis Bunga
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. (Brassica oleracea var bathytis L.) di Kebun
Menurut Suryana (2008), suatu tanaman akan Benih Hortikultura KBH Tawangmangu.
tumbuh dan berkembang dengan subur apabila Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
unsur hara yang di butuhkan ada dan tersedia
cukup serta ada dalam bentuk yang sesuai Mayadewi, 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan
untuk di serap oleh bulu-bulu akar. Respon Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma
tanaman terhadap pemberian pupuk akan dan Hasil Jagung Manis. Agritrop, 26 (4) : 153
meningkat bila menggunakan jenis pupuk, – 159.
dosis, waktu dan cara pemberian yang tepat.
Mayun, I.A, 2007. Efek Mulasa Jerami Padi dan Pupuk
KESIMPULAN DAN SARAN Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Bawang Merah Didaerah Pesisir.
Kesimpulan Agritrop, 26 (1) : 33-40.
Berdasarkan hasil penelitian tentang

Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis
Bunga (Brassica oleracea Var. Bathytis L.)
Pada Oxic Dystrudepts LembanTongoa, maka

8

Muhsin, 2003. Pemberian Takaran Pupuk Kandang
Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Mentimun (Cucumi sativus, L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa.
Padang

Ramli, 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica
olaracea) Dataran Rendah Terhadap
Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Jurnal
Agroland Vol. 17 No. 1. Halaman 30-31.

Suryana, N, K. 2008. Pengaruh naungan dan pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman paprika (Capsicum annum
var.Grossum) Jurnal Agrisains, (9),(2):89-
95.

Wahyudi, I., 2010. Kajian Perubahan Status Fosfor
Tanah Akibat Pemberian Bokashi Kulit Buah
Kakao Pada Inseptisols Palolo. J. Agroland
17 (2) : 131 – 137.

Widowati. 2004. Pengaruh Kompos Pupuk Organik
Yang Dipekaya Dengan Bahan Mineral dan
Pupuk Hayati Terhadap Sifat-Sifat Tanah,
Serapan Hara dan Produksi Sayuran
Organik. Laporan Proyek Penelitian
Program Pengembangan Agribisnis. Balai
Penelitian Tanah.

9

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK
MENINGKATKAN SERAPAN NITROGEN SERTA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

PADA TANAH BERPASIR

The use of Liquid Organic Fertilizer to Increase Nitrogen Uptake and
Growth and Yield of Mustard (Brassica juncea L.) on Sandy Soil

Monica Febrianna, Sugeng Prijono*, Novalia Kusumarini

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang-65145
*Penulis Korespondensi: [email protected]

Abstract

Mustard is a kind of vegetable that is favored by the public. Liquid organic fertilizer (LOF) mixture
of leaves of gamal, chicken manure, and coconut water has a high nitrogen content, so they can
increase the nitrogen needed by mustard planted on sandy soil. The purposes of this study were (i)
to test the influence of nitrogen absorption LOF deployment against mustard plants, and (ii) to
analyse the application influence of LOF deployment against the chemical properties of soil and
growth and yield of mustard plant. This study used a randomized completely design with twelve
treatments and three replicates. The treatments were as follows: without LOF or watering with tap
water as a control (A0), LOF with watering every 2 days (I1), LOF withwatering every 4 days
(I2), and LOF with watering every 6 days (I3), LOF 0% dose concentration (P0), LOF 50% dose
concentration (P1), LOF 100% dose concentration (P2), and LOF 150% dose concentration (P3).
The result showed that application of liquid organic fertilizer significantly affected pH, organic-C,
total-N, Uptake of N, and towards growth and yield of mustard plant. The the best yield was in the
I2P2 treatment.

Keywords : liquid organic fertilizer, mustard, sandy soil, urea

Pendahuluan jenis tanah miskin unsur hara makro dan
mikro, salah satunya adalah unsur Nitrogen.
Sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang Peranan nitrogen bagi tanaman sawi adalah
digemari di kalangan masyarakat. Mengingat untuk memacu pertumbuhan daun dan batang,
permintaan yang terus meningkat sesuai dengan sehingga menguntungkan pada tanaman yang
pertambahan penduduk, maka perlu adanya menghasilkan batang dan daun (fase vegetatif)
usaha-usaha pengembangan pembudidayaan karena nitrogen diserap oleh akar tanaman
dalam budidaya sawi agar tumbuh dengan baik. dalam bentuk NO3- dan NH4-. Hal tersebut
Adapun syarat-syarat penting untuk bertanam disebabkan karena tanah tidak mampu
sawi ialah tanahnya gembur, banyak menahan unsur hara dan mudah meloloskan air
mengandung humus (subur), dan keadaan sehingga terjadi proses pencucian (leaching)
pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat (Hardjowigeno, 1995).
keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono
dan Rismunandar, 2004). Penelitian ini Upaya untuk meningkatkan nitrogen
menggunakan tanah dominan berpasir yang dalam tanah tersebut adalah pemberian
diambil dari Desa Wonoayu, Kecamatan pemupukan. Penelitian ini menggunakan
Wajak, Kabupaten Malang, yang merupakan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk cair lebih
mudah terserap oleh tanaman karena unsur-

100

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

unsur di dalamnya sudah terurai. Kelebihan banyak air kelapa yang terbuang begitu saja di
dari pupuk cair adalah kandungan haranya beberapa pasar tradisional. Oleh karena itu
bervariasi yaitu mengandung hara makro dan pada penelitian ini dilakukan pengaplikasian
mikro, penyerapan haranya berjalan lebih cepat daun gamal, kotoran ayam, dan limbah air
karena sudah terlarut, (Hadisuwito, 2007). kelapa sebagai Pupuk Organik Cair (POC)
untuk meningkatkan serapan nitrogen serta
Sumber bahan baku hara yang digunakan pertumbuhan dan produksi sawi. Pemanfaataan
sebagai POC dalam penelitian ini berasal dari pupuk organik cair ini diharapkan dapat
bahan-bahan alami yang mengandung unsur menghasilkan produksi sawi yang baik.
nitrogen, salah satunya adalah daun gamal,
kotoran ayam, dan limbah air kelapa. Gamal Metode Penelitian
adalah salah satu tanaman dari famili leguminosae
yang mengandung berbagai hara esensial yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-
cukup tinggi bagi pemenuhan hara bagi Agustus 2017 di Green House Gapoktan
tanaman pada umumnya. Jaringan daun Angkasa Abdul Rahman Saleh Malang,
tanaman gamal mengandung 3,15% N, 0,22% Provinsi Jawa Timur. Alat yang diperlukan
P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg dalam penelitian ini adalah : cangkul, sekop,
(Ibrahim, 2002). ember, karung, polibag isi 5kg, alfaboard (papan
penanda), gembor, penggaris, alat tulis, kamera,
Daun gamal di dapatkan dari lahan ngijo, peralatan laboratorium untuk analisis kimia
yang hanya dijadikan sebagai bahan pakan tanah. Bahan yang akan digunakan dalam
ternak, dan tanaman pagar. Selain daun gamal, penelitian ini meliputi (1) Daun Gamal dari
kotoran ayam juga dijadikan sebagai sumber Ngijo, (2) Peternakan ayam di Karangploso, (3)
bahan baku hara pada penelitian ini. Menurut Air Kelapa dari pasar tradisional Merjosari, (4)
Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa benih sawi varietas Caisim (5) pupuk anorganik
kotoran ayam mengandung unsur N tiga kali Urea, SP-36 dan KCl. Penelitian ini
lebih besar apabila dibandingkan dengan pupuk menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
kandang lainnya. Kotoran ayam ini didapatkan dengan 12 perlakuan dan 3 kali ulangan
dalam bentuk kotoran kering yang sudah siap sehingga terdapat 36 kombinasi perlakuan.
kemas dan telah diperjual-belikan di Peternakan Adapun Penentuan interval dan dosis
Karangploso, Malang. Selain daun gamal dan penelitian berdasarkan pada penelitian
kotoran ayam, limbah air kelapa juga dijadikan terdahulu Firdhasari (2015). (Tabel 1).
sebagai sumber bahan baku hara pada
penelitian ini. Limbah air kelapa dalam industri
pangan belum begitu menonjol, sehingga

Tabel 1. Perlakuan penelitian

Kode Perlakuan Dosis/Aplikasi

A1P0 Penyiraman 2 hari sekali air kran dengan POC 0% -

A2P0 Penyiraman 4 hari sekali air kran dengan POC 0% -

A3P0 Penyiraman 6 hari sekali air kran dengan POC 0% -

I1P1 Penyiraman 2 hari sekali dengan POC 50% 35 mL polibag-1

I2P1 Penyiraman 4 hari sekali dengan POC 50% 65 mL polibag-1

I3P1 Penyiraman 6 hari sekali dengan POC 50% 104 mL polibag-1

I1P2 Penyiraman 2 hari sekali dengan POC 100% 69 mL polibag-1

I2P2 Penyiraman 4 hari sekali dengan POC 100% 130 mL polibag-1

I3P2 Penyiraman 6 hari sekali dengan POC 100% 208 mL polibag-1

I1P3 Penyiraman 2 hari sekali dengan POC 150% 104 mL polibag-1

I2P3 Penyiraman 4 hari sekali dengan POC 150% 195 mL polibag-1
I3P3 Penyiraman 6 hari sekali dengan POC 150% 312 mL polibag-1

Keterangan : P0 = 0% aplikasi POC, P1 = 50% aplikasi POC, P2 = 100% aplikasi POC, P3 = 150% aplikasi
POC, I1 = aplikasi POC 2 hari sekali, I2 = aplikasi POC 4 hari sekali, I3 = aplikasi POC 6 hari sekali, A1 =
penyiraman 2 hari sekali air kran, A2 = penyiraman 4 hari sekali air kran, A3 = penyiraman 6 hari sekali air
kran

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Pelaksanaan penelitian terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji Duncan taraf 5%. Keeratan
Lokasi pengambilan tanah berpasir diambil hubungan antar parameter pengamatan
dari Desa Wonosari, Kecamatan Wajak, dilanjutkan uji korelasi dan regresi.
Kabupaten Malang. Tanah diambil pada
kedalaman 0-20 cm (lapisan olah). Tanah Hasil dan Pembahasan
terlebih dahulu dikering anginkan, dan diayak
lolos ayakan 2 mm. Selanjutnya ditimbang Pengaruh pemberian pupuk organik cair
sebanyak 5 kg dimasukkan ke dalam polibag. terhadap sifat kimia tanah
Sebelum tanah tersebut diberi perlakuan,
terlebih dahulu dilakukan analisis dasar tanah. C-organik tanah
Pembuatan POC dilakukan pada lab UPT
kompos. Pengamatan pertumbuhan sawi Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
dilakukan secara non destruktif. Pengamatan pengaplikasian POC pada tanah berpasir
non destruktif yang dilakukan adalah berpengaruh nyata terhadap C-Organik tanah.
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh pemberian POC terhadap nilai C-
yang dilakukan setiap 7 hari sekali (7 HST, 14 Organik tanah disajikan pada Tabel 2.
HST, 21 HST, dan 30 HST,). Parameter Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan I2P2
pengamatan tanah adalah N-total, Serapan N, dengan pemberian POC 4 hari sekali, dan
C-organik, dan pH tanah. Parameter 100% dosis POC, dengan nilai C-Organik 1,67
pengamatan tanaman adalah berat basah, berat dan tergolong dalam kriteria rendah. Sedangkan
kering, dan jumlah daun, dan tinggi tanaman perlakuan A2P0, dengan penyiraman air kran 4
sawi. hari sekali, dan 0% dosis POC, merupakan
perlakuan dengan nilai terendah, yaitu nilai C-
Analisis data Organik 0,44 dan tergolong dalam kriteria
sangat rendah.
Data yang diperoleh dianalisis ragam untuk
memperoleh hasil yang berbeda nyata Apabila

Tabel 2. Kondisi C-organik tanah setelah panen sawi

Perlakuan C-Organik (%) Kriteria C-Organik*

A1P0 0,45a Sangat Rendah
A2P0 0,44a Sangat Rendah
A3P0 0,44a Sangat Rendah
I1P1 1,22b
Rendah

I2P1 1,56bc Rendah
I3P1 1,12b Rendah

I1P2 1,31bc Rendah
I2P2 1,67c Rendah

I3P2 1,27b Rendah
I1P3 1,15b Rendah

I2P3 1,21b Rendah
I3P3 1,08b Rendah

Keterangan : Angka pada kolom yang sama, yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5%. A1P0
(penyiraman air kran 2 hari sekali, 0% dosis POC), A2P0 (penyiraman air kran 4 hari sekali, 0% dosis POC),
A3P0 (penyiraman air kran 6 hari sekali, 0% dosis POC), I1P1 (pemberian POC 2 hari sekali, 50% dosis POC),
I2P1 (pemberian POC 4 hari sekali, 50% dosis POC), I3P1 (pemberian POC 6 hari sekali, 50% dosis POC),
I1P2 (pemberian POC 2 hari sekali, 100% dosis POC), I2P2 (pemberian POC 4 hari sekali, 100% dosis POC),
I3P2 (pemberian POC 6 hari sekali, 100% dosis POC), I1P3 (pemberian POC 2 hari sekali, 150% dosis POC),
I2P3 (pemberian POC 4 hari sekali, 150% dosis POC), dan I3P3 (pemberian POC 6 hari sekali, 150% dosis
POC). *Kriteria pH Tanah Berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2009)

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Menurut Afandi et al. (2015) karbon merupakan Organik tanah. POC merupakan bahan
sumber makanan mikroorganisme tanah, organik, yang artinya pemberian POC pada
sehingga keberadaan C-organik dalam tanah tanah akan meningkatkan kandungan bahan
akan memacu kegiatan mikroorganisme, organik di dalam tanah. Hal ini sejalan dengan
meningkatkan proses dekomposisi POC di hasil penelitian Tobing (2016), bahwa aplikasi
dalam tanah dan juga reaksi-reaksi yang POC urin sapi sebagai bahan organik
memerlukan bantuan mikroorganisme, menghasilkan C-Organik lebih tinggi
misalnya fiksasi nitrogen. Wahyudi (2009) dibandingkan kontrol.
menyatakan bahwa peningkatan C-Organik
disebabkan oleh karbon (C) yang merupakan pH tanah
penyusun utama dari bahan organik itu sendiri.
Adanya penambahan bahan organik Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
berbanding lurus dengan peningkatan C- pengaplikasian POC pada tanah berpasir
Organik tanah. Sehingga dengan demikian, berpengaruh nyata terhadap pH tanah.
pencampuran daun Gamal, kotoran ayam, dan Pengaruh pemberian POC terhadap nilai pH
air kelapa merupakan bahan organik melalui tanah disajikan pada Tabel 3. Perlakuan terbaik
proses pencairan, yang artinya aplikasi POC terdapat pada perlakuan I2P2 dengan pemberian
pada tanah akan meningkatkan kandungan POC 4 hari sekali, dan 100% dosis POC,
bahan organik di dalam tanah. dengan nilai pH 6,60 dan tergolong dalam
kriteria netral. Sedangkan perlakuan A1P0,
Apabila bahan organik telah mengalami dengan penyiraman air kran 2 hari sekali, dan
dekomposisi maka akan dihasilkan sejumlah 0% dosis POC, merupakan perlakuan dengan
senyawa karbon seperti CO2, CO32-, HCO3-, nilai terendah, yaitu nilai pH 5,57 dan tergolong
CH4, dan C (Bertham, 2002). Zulkarnain, dalam kriteria masam. Hal ini disebabkan
Prasetya, dan Soemarno (2012) menyatakan karena tidak adanya pengaplikasian POC pada
bahwa pengaplikasian bahan organik perlakuan tersebut.
memberikan pengaruh nyata terhadap kadar C-

Tabel 3. Kondisi pH tanah setelah panen sawi

Perlakuan pH Kriteria pH tanah*
A1P0 5,57a Masam
A2P0 5,60a
A3P0 5,60a Agak Masam
I1P1 6,13b Agak Masam
Agak Masam
I2P1 6,20b Agak Masam
I3P1 6,17b Agak Masam
Agak Masam
I1P2 6,03b
I2P2 6,60c Netral
I3P2 Agak Masam
I1P3 6,27bc Agak Masam
I2P3 6,17b Agak Masam
I3P3 Agak Masam
6,50c
Keterangan sama dengan Tabel 2 6,00b terkandung dalam POC yang telah diberikan.
Daun Gamal, kotoran ayam, dan limbah air
Peningkatan pH terjadi akibat aplikasi POC kelapa merupakan hasil dekomposisi asam-
yang mampu melepaskan OH- ke tanah asam organik yang berperan dalam mereduksi
sehingga dapat menetralisir aktivitas ion H+. aktivitas aluminium dalam tanah sehingga
Pemberian bahan organik tanah sangat produksi ion H+ akibat terhidrolisisnya Al akan
berperan dalam peningkatan pH tanah. menurun.
Peningkatan pH tanah erat kaitannya dengan
proses dekomposisi asam-asam organik yang

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Gambar 1. Hubungan C-organik dengan pH tanah

Hubungan tersebut menunjukkan bahwa berpengaruh nyata terhadap N total tanah.
semakin tinggi C-Organik tanah maka akan Pengaruh pemberian POC terhadap nilai N
semakin meningkatkan pH tanah pada tanaman total tanah disajikan pada Tabel 4. Perlakuan
sawi. Menurut Nuraini dan Nanang (2003), terbaik terdapat pada perlakuan I2P2 dengan
besar kecilnya karbon dan nitrogen dalam pemberian POC 4 hari sekali, dan 100% dosis
tanah berpengaruh pada tingkat persaingan POC, dengan nilai N total 0,25% dan tergolong
mikroorganisme dalam tanah untuk dalam kriteria sedang.
kelangsungan hidupnya. Bila kadar C-Organik
(karbon) dalam tanah rendah, maka akan terjadi Perlakuan A1P0, dengan penyiraman air
persaingan dengan tanaman sehingga tidak
terjadi peningkatan terhadap pH tanah. kran 2 hari sekali, dan 0% dosis POC,
merupakan perlakuan dengan nilai terendah,
Nitrogen (N) total tanah yaitu dengan nilai N total 0,10% dan tergolong
dalam kriteria rendah. Hal ini disebabkan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa karena tidak adanya pengaplikasian POC pada
pengaplikasian POC pada tanah berpasir perlakuan tersebut.

Tabel 4. Nilai N total tanah setelah panen sawi

Perlakuan N-Total (%) Kriteria N Total Tanah*

A1P0 0,10a Rendah
A2P0 0,10a Rendah
A3P0 0,10a Rendah
I1P1 0,24b Sedang
I2P1 0,23b Sedang
I3P1 0,22b Sedang
I1P2 0,25b Sedang
I2P2 0,27c Sedang
I3P2 0,22b Sedang
I1P3 0,22b Sedang
I2P3 0,25b Sedang
I3P3 0,23b Sedang

Keterangan sama dengan Tabel 2

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Dari hasil korelasi dapat dilihat bahwa pH sangat erat (r = 0,83). Hubungan tersebut
mempengaruhi nilai N total tanah. Hasil antara menunjukkan bahwa semakin tinggi pH tanah
pH dengan N total tanah yang ditunjukkan maka akan semakin meningkatkan N total
pada tabel hasil analisis korelasi menunjukkan tanah pada tanaman sawi.
bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang

Gambar 2. Hubungan pH dengan n total tanah

Dari hasil korelasi dapat dilihat bahwa pH dilihat bahwa C-Organik mempengaruhi nilai
mempengaruhi nilai N total tanah. Hasil antara peningkatan N total tanah. Hasil antara C-
pH dengan N total tanah yang ditunjukkan Organik dengan N total tanah yang
pada tabel hasil analisis korelasi menunjukkan ditunjukkan pada tabel hasil analisis korelasi
bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan
sangat erat (r = 0,83). Hubungan tersebut hubungan yang sangat erat (r = 0,85).
menunjukkan bahwa semakin tinggi pH tanah Hubungan tersebut menunjukkan bahwa
maka akan semakin meningkatkan N total semakin tinggi C-Organik tanah maka akan
tanah pada tanaman sawi. Menurut semakin meningkatkan N total tanah pada
Hardjowigeno (2003) pentingnya pH tanah tanaman sawi. Peningkatan C-Organik,
terhadap pertumbuhan tanaman adalah untuk merupakan proses bahan organik sumber
menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara nitrogen yang telah mengalami peruraian
diserap tanaman, dan umumnya unsur hara menjadi asam-asam amino yang meningkatkan
mudah diserap akar tanaman pada pH tanah aktivitas mikroorganisme, sehingga kandungan
netral, karena pada pH tersebut unsur hara nitrogen total tanah juga meningkat.
mudah larut dalam air. Dari hasil korelasi dapat

Gambar 3. Hubungan C-organik dengan N total

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Adanya penambahan bahan organik tanaman terutama unsur hara N yang memiliki
berbanding lurus dengan peningkatan C- fungsi utama untuk perkembangan vegetatif
Organik tanah yang disebabkan oleh karbon tanaman seperti pembentukan daun. Menurut
(C) sebagai penyusun utama dari bahan organik Wahyudi (2009), peningkatan serapan N
itu sendiri (Utami dan Handayani, 2003). tanaman ada keterkaitannya dengan
Karbon merupakan sumber makanan peningkatan bobot kering tanaman, perbaikan
mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan C- perkembangan akar tanaman, dan peningkatan
Organik dalam tanah akan memacu kegiatan ketersediaan N tanah.
mikroorganisme sehingga meningkatkan proses
dekomposisi tanah yang akan menghasilkan Pengaruh pemberian pupuk organik cair
sejumlah protein dan asam-asam amino (NH+) terhadap pertumbuhan tanaman sawi
atau nitrat (NO3-) yang merupakan
penyumbang terbesar N dalam tanah. Tinggi tanaman

Serapan N tanaman Pengukuran tinggi tanaman sawi dilakukan
pada 7, 14, 21, dan 30 HST. Secara umum
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman dengan
pengaplikasian POC pada tanah berpasir bertambahnya umur tanaman. Hasil analisis
berpengaruh nyata terhadap serapan N ragam menunjukkan bahwa pengaplikasian
tanaman. Pengaruh pemberian POC terhadap POC pada tanah berpasir hanya berpengaruh
serapan N tanaman disajikan pada Tabel 5. nyata terhadap 30 HST tinggi tanaman. Hal ini
diduga karena perkembangan akar belum
Tabel 5. Serapan N tanaman setelah panen sawi maksimal pada umur tanaman 7, 14, dan 21
HST, sehingga penyerapan unsur hara masih
Perlakuan Serapan N (g tan-1) sama pada semua perlakuan dan terjadi
peningkatan pada umur tanaman 30 HST.
A1P0 0,10a Pengaruh pemberian POC terhadap tinggi
A2P0 0,14a tanaman disajikan pada Tabel 6.
A3P0 0,13a
I1P1 0,29b Tabel 6. Tinggi tanaman sawi 30 HST

I2P1 0,18a Perlakuan Tinggi Tanaman
I3P1 0,23ab 30 HST (cm)
I1P2 0,42c
I2P2 0,25ab A1P0 27,33 a
A2P0 27,33 a
I3P2 0,18a A3P0 27,33 a
I1P3 0,22b
I1P1 30,67 b
I2P3 0,34bc
I3P3 0,25ab I2P1 29,33 ab
I3P1 28,33 ab
Keterangan sama dengan Tabel 2
I1P2 31,33 bc
Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan I2P2 I2P2 33,67 c
dengan pemberian POC 4 hari sekali, dan
100% dosis POC, dengan nilai serapan N I3P2 30,67 bc
tanaman 0,42 g tan-1. Sedangkan perlakuan I1P3 29,00 bc
A1P0, dengan penyiraman air kran 2 hari sekali,
dan 0% dosis POC, merupakan perlakuan I2P3 29,33 bc
dengan nilai terendah, yaitu dengan nilai I3P3 31,17 b
serapan N tanaman 0,10 g tan-1. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya pengaplikasian Keterangan sama dengan Tabel 2
POC pada perlakuan tersebut. Menurut
Handayanto (1998), pemberian bahan organik Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan I2P2
yang tinggi dapat menambah unsur hara dengan pemberian POC 4 hari sekali, dan
esensial dan juga dapat meningkatkan 100% dosis POC, dengan tinggi tanaman 33,67
ketersediaan unsur hara dalam tanah bagi cm. Sedangkan perlakuan A1P0, dengan
penyiraman air kran 2 hari sekali, dan 0% dosis
POC, merupakan perlakuan dengan nilai
terendah, yaitu dengan tinggi tanaman 27,33

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

cm. Hal ini disebabkan karena tidak adanya mengandung unsur N cukup tinggi
pengaplikasian POC pada perlakuan tersebut. dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya
Pupuk cair yang mengandung air kelapa di (Simanungkalit et al., 2010). Dari hasil korelasi
dalamnya mengandung hormon-hormon yang dapat dilihat bahwa serapan N mempengaruhi
membantu menstimulir pertumbuhan dan peningkatan tinggi tanaman sawi. Hasil antara
perkembangan jaringan, seperti auksin, serapan N tanaman dengan tinggi tanaman
sitokinin, dan giberelin (Solihin, 2012). yang ditunjukkan pada tabel hasil analisis
Meningkatnya jumlah nitrogen yang diserap korelasi menunjukkan bahwa ada korelasi
oleh tanaman, maka jaringan meristematik pada positif dan hubungan yang sangat erat (r =
titik tumbuh batang semakin aktif sehingga 0,80). Hubungan tersebut menunjukkan bahwa
tanaman akan tumbuh tinggi. Selain itu pupuk semakin tinggi nilai serapan N tanaman maka
cair yang mengandung nitrogen sebesar 0,02% akan semakin meningkatkan tinggi tanaman
mengakibatkan tinggi tanaman sawi mengalami pada sawi. Pengaruh aplikasi dosis POC
peningkatan pada 30 HST. Selain itu pupuk cair memberikan pengaruh yang signifikan pada
juga terkandung campuran kotoran Ayam yang parameter pengamatan penelitian.

Gambar 4. Hubungan serapan N dengan tinggi tanaman

Koefisien determinasi menunjukkan bahwa berpengaruh nyata terhadap 14, 21, dan 30
serapan N mempengaruhi tinggi tanaman HST jumlah daun tanaman. Pengaruh
sebesar 64%. Menurut Soemarno (2013) pemberian POC terhadap jumlah daun
tumbuhan memerlukan senyawa nitrogen tanaman disajikan pada Tabel 7. Adanya
tersedia dalam tanah agar tanaman dapat perbedaan jumlah daun tanaman pada 30 HST
tumbuh dengan baik, hal ini dapat disuplai oleh diduga karena adanya pengaruh interval dan
bahan organik yang mengalami dekomposisi, dosis pemberian pupuk organik cair. Hal ini
bakteri fiksasi nitrogen, pupuk organik, atau sejalan dengan hasil penelitian Suwardi et al.
melalui alokasi pupuk nitrogen dalam budidaya (2009), yang menunjukkan bahwa pemberian N
pertanian. dapat meningkatkan nilai warna hijau daun dan
berhubungan dengan peningkatan hasil
Jumlah daun tanaman. Menurut Pardosi et al. (2014), hal ini
karena unsur-unsur N, P, dan K serta unsur-
Pengukuran jumlah daun tanaman sawi unsur lain yang terkandung di dalam pupuk
dilakukan pada 7, 14, 21, dan 30 HST. Secara organik cair yang tersedia dan dapat diserap
umum terjadi peningkatan jumlah daun oleh tanaman sawi sehingga proses fotosintesis
tanaman dengan bertambahnya umur tanaman. berjalan dengan lebih optimal dan fotosintat
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa yang dihasilkan juga semakin meningkat.
pengaplikasian POC pada tanah berpasir

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Tabel 7. Jumlah daun tanaman sawi 30 HST

Perlakuan 14 HST Jumlah Daun (helai) 30 HST
8a 21 HST 11a
A1P0 8a 10a 11a
A2P0 8a 10a 11a
A3P0 12b 10a 14a
I1P1 11ab 14b 17b
I2P1 11ab 12a 13a
I3P1 12b 12a 14a
I1P2 10ab 14b 23c
I2P2 10ab 14b 16ab
I3P2 12b 12a 18ab
I1P3 11ab 13ab 17ab
I2P3 10ab 12a 15ab
I3P3 12a

Keterangan sama dengan Tabel 2

Berat basah tanaman Berat kering tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaplikasian POC pada tanah berpasir
pengaplikasian POC pada tanah berpasir berpengaruh nyata terhadap berat kering
berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman. Perlakuan terbaik terdapat pada
tanaman. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan I2P2 dengan pemberian POC 4 hari
perlakuan I2P2 dengan pemberian POC 4 hari sekali, dan 100% dosis POC, dengan berat
sekali, dan 100% dosis POC, dengan berat kering tanaman 8 g tan-1. Sedangkan perlakuan
basah tanaman 120 g tan-1. Sedangkan A2P0, dengan penyiraman air kran 4 hari sekali,
perlakuan A3P0, dengan penyiraman air kran 6 dan 0% dosis POC, merupakan perlakuan
hari sekali, dan 0% dosis POC, merupakan dengan nilai terendah, yaitu dengan berat
perlakuan dengan nilai terendah, yaitu dengan kering tanaman 3,07 g tan-1. Hal ini disebabkan
berat basah tanaman 52,33 g tan-1. Hal ini karena tidak adanya pengaplikasian POC pada
disebabkan karena tidak adanya pengaplikasian perlakuan tersebut. Pengaruh pemberian POC
POC pada perlakuan tersebut. Pengaruh terhadap serapan N tanaman disajikan pada
pemberian POC terhadap berat basah tanaman Tabel 9.
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 9. Pengaruh pemberian POC terhadap
Tabel 8. Pengaruh pemberian POC terhadap berat kering tanaman sawi
berat basah tanaman sawi
Perlakuan Berat Kering (g tan-1)
Perlakuan Berat Basah (g tan-1)
A1P0 3,07 a
A1P0 53,00 a A2P0 3,03 a
A2P0 53,00 a A3P0 3,03 a
A3P0 52,33 a I1P1 5,80 bc
I1P1 I2P1 5,63 bc
I2P1 73,00 b I3P1 5,43 bc
I3P1 77,67 b I1P2 8,00 c
I1P2 72,67 b I2P2 6,03 bc
I2P2 76,00 b I3P2 5,43 b
I3P2 120,00 c I1P3 5,63 bc
I1P3 76,67 c I2P3 7,50 bc
I2P3 76,67 b I3P3 6,20 bc
I3P3 115,67 c
73,00 b Keterangan sama dengan Tabel 2
Keterangan sama dengan Tabel 2

http://jtsl.ub.ac.id

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 1009-1018, 2018
e-ISSN:2549-9793

Menurut Wahyudi (2009), peningkatan berat Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika
kering tanaman dikontrol oleh kemampuan Pressindo. Jakarta
tanah dalam menyuplai unsur N ke daerah
rhizosfer untuk diabsorpsi oleh tanaman. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan
Unsur nitrogen yang terkandung di dalam POC Pedogenesis (edisi revisi). Akademika Pressindo.
mudah tersedia dan dapat diserap oleh tanaman Jakarta
sawi sehingga proses fotosintesis berjalan
dengan lebih optimal dan sejalan dengan hasil Ibrahim, B. 2002. Intergrasi Jenis Tanaman Pohon
berat basah tanaman (Tabel 8). Leguminosae dalam Sistem Budidaya Pangan
Lahan Kering dan Pengaruhnya Terhadap Sifat
Kesimpulan Tanah, Erosi, Ddn Produktifitas Lahan.
Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas
Pemberian POC dengan dosis 100% dan Hasanuddin. Makassar
interval waktu 4 hari sekali mampu
meningkatkan serapan nitrogen tanaman sawi Nuraini, Y. dan Nanang, S.A. 2003. Pengaruh
sebesar 23,80% dibandingkan dengan pupuk hayati dan bahan organik terhadap sifat
perlakuan lainnya. Pengaplikasian POC pada kimia dan biologi tanah serta pertumbuhan dan
tanah berpasir mampu memperbaiki sifat kimia produksi tanaman jagung. Habitat 14 (3): 139–
tanah (meningkatkan pH tanah sebesar 145
14,31%, C-Organik, dan N total tanah sebesar
62,97%). Meningkatkan pertumbuhan tinggi Pardosi, A.H., Irianto, dan Mukhsin. 2014. Respons
tanaman sawi sebesar 19,06%, jumlah daun Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair
sebesar 18,75%, produksi berat basah tanaman Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol.
sebesar 55,84%, dan produksi berat kering Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal
tanaman sebesar 53,09%.
Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A.,
Daftar Pustaka Saraswati, R., Setyorini, D. dan Hartatik, W.
2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai
Afandi, F.N., Siswanto, B. dan Nuraini, Y. 2015. Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pengaruh pemberian berbagai jenis bahan
organik terhadap sifat kimia tanah pada Soemarno. 2013. Dasar Ilmu Tanah: Tanah
pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar di Inceptisols. Fakultas Pertanian UB. Malang
Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. Jurnal Tanah (diakses 10 Agustus 2017)
dan Sumberdaya Lahan 2 (2): 237-244
Solihin, A. 2012. Pengaruh Pemberian Air Kelapa
Arinong, A.R. dan Lasiwua, C.D. 2011. Aplikasi terhadap Media Hidroponik pada Tanaman
pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan Tomat.
produksi tanaman sawi. Jurnal Agrisistem 7 (1): http://ahmadsolixin.blogspot.com/2012/10/pe
27-34. ngaruh-pemberian-air-kelapa-terhadap.html.
Diakses tanggal 07 Februari 2017
Bertham, Y.H.Rr. 2002. Respon tanaman kedelai
(Glycine max (L) Merill) terhadap pemupukan Sunaryo dan Rismunandar. 2004. Berkebun 21 Jenis
fosfor dan kompos pada tanah Ultisol. Jurnal. Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 4 (2):78-83
Suwardi dan Effendi, R. 2009. Efisiensi Penggunaan
Firdhasari, A. 2015. Pengaruh dosis dan interval Pupuk N pada Jagung Komposit Menggunakan
pemberian pupuk organik cair terhadap serapan Bagian Warna Daun. Prosiding Seminar
N pada produksi tanaman kailan (Brassica Nasional Serealia, 108-11
oleraceae L.) pada Alfisol di Jatikerto. Skripsi
Universitas Brawijaya. Malang. Tobing, Y.V. 2016. Efektivitas Pemberian Pupuk
Organik Cair Terhadap Serapan N Serta
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea
Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. L.) pada Tanah Berpasir. Skripsi. Jurusan Tanah.
FP. Universitas Brawijaya. Malang
Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat kimia
Malang Entisol pada sistem pertanian organik. Ilmu
Pertanian 10 (2): 63-69

Wahyudi, I. 2009. Serapan N tanaman jagung (Zea
Mays L.) akibat pemberian pupuk guano dan
pupuk hijau lamtoro pada Ultisol Wanga. Jurnal
Agroland 16 (40): 265-27

http://jtsl.ub.ac.id

Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC)Limbah
Kulit Nenas

Neng Susi , Surtinah , Muhammad Rizal

Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning

ABSTRACT

This research was conducted at the Laboratory of Faculty of Agriculture, University of
Lancang Kuning. The study was conducted for 3 months from September to November 2015.
This study is a descriptive research, where the first process is the process of making organic
fertilizer derived from pineapple skin waste fermented for 1 month POC that has been taken
samplenya and tested in the laboratory to determine the content of micro and macro nutrients
and C-organicnya. To measure macro and micro nutrient content, the test method used was
Kjeldahl for nitrogen content, while for P, K, CaO, MgO and Fe, the Atomic Absobtion
spectrophometric (AAS) method was used and the C-organic content was tested by
spectrophometric method. The results showed that POC of Pineapple Skin Waste contained
P 23,63 ppm, K 08,25 ppm, N 01,27%, Ca 27,55 ppm, Mg 137,25 ppm, Na 79,52 ppm, Na 79,
52 ppm , Fe 1,27 ppm, Mn 28,75 ppm, Cu 0,17 ppm, Zn 0,53 ppm and C Organic 3,10%.

Keywords: POC, Pineapple Skin Waste, Nutrient Element

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan September sampai dengan Nopember
2015. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif, dimana proses pertama adalah proses
pembuatan pupuk organik yang berasal dari limbah kulit nenas yang difermentasi selama 1
bulan. POC yang sudah jadi diambil samplenya dan diuji di laboratorium untuk mengetahui
kandungan unsur hara mikro dan makro serta C-organiknya. Untuk mengukur kandungan
unsur hara makro dan mikro, metode uji yang digunakan adalah Kjeldahl untuk kandungan
nitrogen sedangkan untuk P, K, CaO, MgO dan Fe digunakan metode Atomic Absobtion
spectrophometric (AAS) dan kandungan C-organik diuji dengan metode spectrophometric.
Hasil uji menunjukkan bahwa POC Limbah Kulit Nenas mengandung P 23,63 ppm, K 08,25
ppm, N 01,27 %, Ca 27,55 ppm, Mg 137,25 ppm, Na 79,52 ppm, Na 79, 52 ppm, Fe 1,27
ppm, Mn 28,75 ppm, Cu 0,17 ppm, Zn 0,53 ppm dan C Organik 3,10 %

Kata Kunci : POC, Limbah kulit nenas, Unsur hara

PENDAHULUAN produktivitas lahan pertanian. Penggunaan
Sumber daya lahan memegang
pupuk kimia berlebih secara terus-menerus
peranan penting dalam menentukan
pencapaian keberhasilan dalam bidang yang diharapkan mampu meningkatkan
pertanian. Karena itu berbagai cara
dilakukan untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah justru menjadi penyebab

menurunnya kualitas tanah.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

Keseimbangan unsur hara dapat juga pengembalian bahan organik tanah.

ternganggu karena tidak adanya sehingga pengetahuan teknis tentang
fisiologi tanaman, sifat pupuk dan sifat
Pemupukan yang baik harus tanah, dimana pupuk akan diaplikasikan
sangat menentukan tingkat efesiensi
mengacu pada konsep efektifitas dan pemupukan
masih menimbulkan permasalahan yang
efesiensi yang maksimum. Kecermatan sulit dikendalikan. Timbunan limbah kulit
nenas yang tidak terkendalikan yang
dalam menentukan jenis pupuk diwarnai kemudian berdampak negatif yang akan
mempengaruhi berbagai segi kehidupan,
oleh pertimbangan teknis ekonomis, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada permasalahan di
Limbah merupakan bahan yang lingkungan yang menjadi sumber bakteri
penyakit, pencemaran udara, tanah, air,
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga dan lebih jauh lagi terjadinya bencana
ledakan gas metan, serta pencemaran udara
lagi. Limbah merupakan permasalahan akibat pembakaran terbuka yang
menyebabkan pemanasan global.
yang masih sulit untuk dipecahkan namun yang tepat selain juga dapat mengurangi
dampak negatif penggunaan pupuk an
sepertinya belum terlihat adanya langkah organic, karena pupuk yang diolah dari
limbah atau sampah organik lebih ramah
yang kongkrit guna menanggulangi lingkungan.

masalah limbah, terutama limbah kulit penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul ” Pengujian Kandungan
nenas, konsekuensi dari adanya aktivitas Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC)
Limbah Kulit Nenas”.
manusia seiring meningkatnya populasi

penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat

ini pengolahan limbah kulit nenas sebagian

besar daerah terutama di Desa Kualu

Nenas Kec. Tambang Propinsi Kampar

Harga pupuk yang semakin tinggi

karena pencabutan subsidi dari Pemerintah

dan semakin sedikitnya bahan baku pupuk

yang harus diimporkan, maka

pemanfaatan limbah atau sampah organik

menjadi alternatif pengguanaan pupuk

Limbah kulit nenas yang sudah

tidak bisa dimakan lagi, bisa dimanfaatkan

untuk pembuatan POC (Pupuk Organik

Cair). Berdasarkan permasalahan tersebut

TINJAUAN PUSTAKA

Buah nanas (Ananas comosus L. industri pertanian. Dari berbagai macam
pengolahana nanas seperti keripik, dodol,
Merr) merupakan salah satu jenis buah selai, manisan, sirup, dan lain-lain maka
akan didapatkan kulit yang cukup banyak
yang terdapat di Indonesia, mempunyai sebagai hasil sampingan.

penyebaran yang merata. Selain Mengingat kandungan karbohidrat dan
gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit
dikonsumsi sebagai buah segar, nanas juga nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan nutrisi
banyak digunakan sebagai bahan baku tanaman, salah satunya adalah
Mikroorganisme lokal (MOL)
Berdasarkan kandungan
langsung maupun tidak langsung
nutriennya, ternyata kulit buah nanas menyumbang bahan makanan bagi
tanaman. Dengan kata lain pemupukan
mengandung karbohidrat dan gula yang

cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991)

kulit nanas mengandung 81,72 % air;

20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat;

4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi.

Pemupukan bertujuan untuk

memelihara atau memperbaiki kesuburan

dan memberi zat-zat kepada tanah

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

adalah usaha penambahan unsur hara sesuai dengan tuntunan tanaman untuk
sehingga dapat memperbaiki sifat meningkatkan kualitas dan produksi hasil
tanaman (Sarif,1986).
fisik,Biologi dan kimia tanah sehingga meningkatkan ketersediaan unsur hara
Untuk menghasilkan teknologi dalam tanah dan khususnya untuk
memperbaiki kesuburan kimia dan biologi
yang dapat meningkatkan kesuburan tanah pada tanah lahan gambut merupakan
dengan mengurangi penggunaan pupuk alternatif yang tepat, hal ini sejalan dengan
kimia buatan telah banyak di lakukan, kebijakan yang dipilih dalam budidaya
tanaman yakni efisiensi energi dan selaras
salah satu teknologi yang saat ini dengan lingkungan (Suriadikarta, Ardi,
dikembangkan adalah pengelolaan hara Simanungkalit, 2006).

terpadu yang mendukung pemupukan panjang, padahal yang dibutuhkan 16
organik dan pemanfaatan pupuk hayati. unsur hara dan multihormon. Maka
pentingnya untuk kembali bertani ke
Pemanfaatan mikroorganisme sebagai essensinya, yaitu dengan cara penggunaan
bahan-bahan perbaikan tanah dalam pupuk organik dan anorganik yang
Pertanian yang berkelanjutan berimbang (Rachman, 2002).

harus memperhatikan 3 aspek utama, yaitu
aspek kimia, aspek fisika, dan aspek
biologi. Jika hanya bertumpu satu aspek
saja, terlebih jika hanya 3 unsur N, P, dan
K maka berdampak buruk untuk jangka

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN kandungan hara yang terdapat pada POC
limbah kulit nenas
Tujuan Penelitian
tentang kandungan hara POC limbah kulit
Adapun tujuan dilakukannya nenas
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Manfaat Penelitian difermentasi selama 1 bulan dengan
menggunakan bioaktifator EM4. Cara
Manfaat dari penelitian ini adalah pembuatan POC adalah sbb:
masyarakat mendapatkan informasi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian
diskriptif, dimana proses pertama adalah
proses pembuatan pupuk organik yang
berasal dari limbah kulit nenas yang
Bahan-bahan:

1. 5 kg Limbah kulit nenas yang sudah busuk.
2. 10 butir air kelapa
3. 1 kg gula jawa.
4. Air cucian beras

Cara Pembuatan:

1. Limbah kulit nenas dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk atau diparut.
2. Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
3. Tambahkan air kelapa dan air cucian beras.
4. Tambahkan gula.
5. Semua bahan diaduk sampai tercampur merata.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

6. Tutup drum dengan penutup. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa
menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga lain.

Semua bahan kemudian difermentasi yang digunakan adalah Kjeldahl untuk
selama 2 minggu. POC yang sudah jadi kandungan nitrogen sedangkan untuk P, K,
diambil samplenya dan diuji di CaO, MgO dan Fe digunakan metode
laboratorium untuk mengetahui kandungan Atomic absobtion spectrophometric (AAS)
unsur hara mikro dan makro serta C- dan kandungan C-organik diuji dengan
organiknya. Untuk mengukur kandungan metode spectrophometric.
unsur hara makro dan mikro, metode uji

HASIL YANG DICAPAI

Hasil

Hasil analisa terhadap parameter “ dari Pupuk Organik Cair Limbah Kulit

yang diuji di Laboratorium Perusahaan Nenas terdapat pada pada tabel 1.
Kelapa Sawit “ Mina Mas Research Centre

Tabel: Kandungan Unsur Hara Limbah Kulit Nenas

NO PARAMETER UJI KANDUNGAN METHODA
1 Phospat ( ppm ) 23, 63 Spektrofotometer
2 Kalium ( ppm ) 08,25
3 Nitrogen ( % ) 01,27 AAS
4 Kalsium /ca ( ppm ) 27,55 Destruksi Basah/ Kjedhal
5 Magnesium / Mg ( ppm ) 137,25
6 Natrium / Na ( ppm ) 79,52 AAS
7 Besi / Fe ( ppm ) 01,27 AAS
8 Mangan / Mn ( ppm ) 28,75 AAS
9 Tembaga / Cu ( ppm ) 00,17 AAS
10 Seng / Zn ( ppm ) 00,53 AAS
11 Organik Karbon ( % ) 03,10 AAS
AAS
Titrasi

Pembahasan (01,27 %), Calsium (27,55 ppm),
Magnesium (137,25 ppm), Natrium (79,52
Hasil yang diperoleh dari analisa terhadap ppm), Besi (01,27 ppm), Mangan (28,75
parameter yang diuji terlihat bahwa POC ppm), Tembaga (00,17 ppm), Seng (00,53
limbah kulit nenas mengandung hara yang ppm) dan Organik karbon (03,10 %).
dibutuhkan tanaman. Adapun hara yang
dikandungnya adalah Phosphat (23,63
ppm), Kalium (08,25 ppm), Nitrogen

Tanaman untuk pertumbuhan dan (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan
produksinya membutuhkan unsur hara, (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu),
baik unsur hara makro maupun mikro, Seng (Zn) dan Klor (Cl). Sebagian dari
diantara unsur hara yang dibutuhkan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H), tanaman tersebut terdapat pada POC
Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), limbah kulit nenas yaitu Phosphat,
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium Kalium, Nitrogen, Calsium, Magnesium,

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

Natrium, Besi, Mangan, Tembaga, Seng dan Organik karbon.

Unsur hara makro yang terdapat fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi,
pada POC limbah kulit nenas adalah enzim dan mineral, termasuk air,
Phospat, Kalium, Nitrogen, Kalsium, dan meningkatkan daya tahan atau kekebalan
Magnesium. Phospat bagi tanaman tanaman terhadap penyakit. Nitrogen
berfungsi untuk pengangkutan energi hasil berfungsi merangsang pertumbuhan
metabolisme dalam tanaman, merangsang tanaman secara keseluruhan, untuk sintesa
pembungaan, pembuahan, pertumbuhan asam amino dan protein dalam tanaman
akar, pembentukan biji, pembelaahan sel dan merangsang pertumbuhan vegetatif (
tanaman dan memperbesar jaringan sel. warna hijau ) seperti daun.
Kalium berfungsi dalam proses
Zn antara lain : pengaktif enim anolase,
Unsur hara mikro yang terdapat pada POC aldolase, asam oksalat dekarboksilase,
limbah kulit nenas adalah Besi (Fe) , lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin
Mangan (Mn), Tembaga (Cu) dan Seng deaminase, super okside demutase (SOD),
(Zn). Fungsi Fe antara lain sebagai dehidrogenase, karbon anhidrase,
penyusun klorofil, protein, enzim, dan proteinase dan peptidase. Juga berperan
berperanan dalam perkembangan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel
kloroplas, sebagai pelaksana pemindahan dan ruas batang. Fungsi dan peranan Cu
electron dalam proses metabolisme. Mn antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-
merupakan penyusun ribosom dan juga oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-
mengaktifkan polimerase, sintesis protein, fenolase dan laktase. Berperan dalam
karbohidrat. Berperan sebagai activator metabolisme protein dan karbohidrat,
bagi sejumlah enzim utama dalam siklus berperan terhadap perkembangan tanaman
krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik generatif, berperan terhadap fiksasi N
yang normal dalam kloroplas,ada indikasi secara simbiotis dan penyusunan lignin
dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Fungsi

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA tanaman. Tanaman pertama yang akan
diaplikasikan adalah selada sehubungan
Rencana tahapan berikutnya adalah dengan adanya penelitian Utama yang
menginformasikan ke mahasiswa dan didanai oleh APBU Unilak.
masyarakat bahwa POC limbah kulit nenas
mengandung unsur hara makro dan mikro
serta mengaplikasikan langsung ke

SIMPULAN DAN SARAN Nitrogen, Kalsium, Magnesium, Natrium,
Besi, Mangan, Cu, Zn dan Karbon
Simpulan
Limbah Kulit Nenas, baik unsur hara
Pupuk Organik Cair Limbah Kulit Nenas makro maupun unsur mikro maka
mengandung unsur hara Phospat, Kalium,
Saran

Sehubungan dengan banyaknya kandungan
unsur hara yang terdapat pada POC

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

dianjurkan agar memakai POC Limbah sekaligus menyelamatkan lingkungan
kulit nenas sebagai pupuk alternatif
Pertumbuhan dan Produksi Selada
DAFTAR PUSTAKA (Lactuca sativa). Skripsi Fakultas
Anonim, 2004. Klasifikasi Sawi. Pertanian Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru
http://www.plantamor.com/spcdtail
.php?. Diakses tanggal 29 Krisno, 2012. Agen Hayati Bacillus sp.
Desember 2004. http://www.sehatcommunity.com/2
011/06/agens - hayati sp. html ≠
, 2008. Klasifikasi Sawi. axzz2arcNLJD. Diakses tanggal 29
http://www.plantamor.com/spcdtail Oktober 2012.
.php?. Diakses tanggal 29
Desember 2008. Novizan, 2007. Budidaya Tanaman Sawi.
http://zuldesains.wordpress.com.
Arief, 1990. Hortikultura. Penebar Diakses tanggal 12 September
Swadaya. Jakarta. 2007.

Asti, 2010. Pengaruh Cairan Keong Mas Pepelakan, 2010. Pengaruh Bakteri Pada
Terhadap Pertumbuhan dan Pertumbuhan Tanaman.
Produksi Padi (Oryza sativa).
[Skripsi]. Fakultas Pertanian Razak, Abdul. 2012. Pengantar Statistik,
Pekanbaru: Universitas Lancang Malang: Intimedia.
Kuning
Sukarjo, 2010. Pengaruh Pemberian
Ati Prihatiningnur, 2013. Respon Mikroorganisme Lokal Nasi
Pertumbuhan dan Produksi Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet
Tanaman Caisim (Brassica juncea, ( Heved brasilliensis) Stump Mata
L) Akibat Pemberian Pupuk Tidur. [Skripsi]. Fakultas
Herbafarm. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Lancang
Pertanian Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru.
Kuning Pekanbaru

Habibi, 2013. Pengujian Mikroorganisme

Lokal (MOL) Terhadap

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari 2018

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

PEMANFAATAN URINE KAMBING PADA PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP KUALITAS UNSUR HARA
MAKRO (NPK)

Eddy Kurniawan1*, Zainuddin Ginting2, Putri Nurjannah3

1,2,3Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh
Kampus Bukit Indah, Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh 24352
*Email : [email protected]

ABSTRAK
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami
fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Pupuk organik cair mengandung unsur hara makro seperti,
fosfor, nitrogen, kalium dan unsur hara mikro lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman serta dapat memperbaiki
unsur hara dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung kandungan nitrogen, fosfor dan
kalium dalam pupuk organik cair yang terbuat dari bahan baku utama yaitu urine kambing serta bahan
pendukung yang berupa air buah nanas busuk, air kelapa, cocopeat, air gedebong pisang dan rumen sapi. Salah
satu pembuatan pupuk organik cair melalui teknik fermentasi. Dalam hal ini digunakan bioaktivator EM-4
effective microorganisme dan empat variasi penggunaan volume urine kambing untuk mengetahui pengaruh
unsur hara makro yang terbaik untuk pupuk organik cair. Variasi penambahan urine kambing antara lain: 150,
200, 250, dan 300 ml, dan difermentasikan selama 9, 12, 15, dan 18 hari. Hasil penelitian dari penggunaan
volume urine kambing yang terbaik pupuk organik cair terdapat pada Penggunaan volume urine kambing
sebanyak 300 ml dengan kandungan unsur hara makro nitrogen 0,69% fosfor 2,09% dan kalium 0,64% pada hari
ke 18. Nilai kecepatan maksimum enzimatik tertinggi (Vmax) adalah 0,021 ml/jam dengan waktu fermentasi
selama 15 hari. Semakin banyak substrat maka semakin tinggi kecepatan enzimatik. Dan nilai Km yang yang
tertinggi yaitu 1,6245 pada waktu fermentasi 9 hari

Kata kunci : Pupuk Organik Cair, Urine Kambing, Nitrogen, Fosfor, Kalium

ABSTRACT
Liquid fertilizer is organic fertilizer which is essentially a material derived from animals or plants that are
already experiencing forms of fermentation and its products in the form of liquid. Organic liquid fertilizer
contains macro nutrient elements such as phosphorus, nitrogen, potassium and other micro-nutrient elements
required by plants and can improve the nutrient elements in soils. The purpose of this study is to calculate the
content of nitrogen, phosphorus and potassium in organic liquid fertilizer made from primary raw materials
namely goat urine as well as supporting materials in the form of the pineapple water of putrid , cocopeat, coconut
water, water of gedebong and cow's rumen. One of the manufacture of liquid organic fertilizer through
fermentation techniques. In this case use bioaktivator EM-4 effective microorganisme and four variations of the
use of goat urine volume to know the influence of macro nutrient elements are best for liquid organic fertilizer.
Variation among others goat urine addition: 150, 200, 250, and 300 ml, and fermented for 9, 12, 15, and 18 days.
Research results from the use of goat urine volume is the best liquid organic fertilizer contained on the use of
goat urine volume by as much as 300 ml with macro nutrient elements nitrogen content of 0.69% 2.09%
phosphorus and potassium 0.64% on day 18. The value of maximum speed (Vmax) of the highest enzymatic is
0.021 ml/hour with a time of fermentation for 15 days. The more substrate is then the higher speed of enzymatic.
And the value of Km the highest i.e. 1.6245 on fermentation time of 9 days.

Keywords : Organic Liquid Fertilizers, Urine Goats, Nitrogen, Phosphorus, Potassium

PENDAHULUAN atau tumbuhan yang sudah mengalami
Pupuk organik cair berisi berbagai zat fermentasi dan bentuk produknya berupa
cairan. Kandungan bahan kimia di dalamnya
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. maksimum 5%.
Pupuk organik cair mengandung unsur hara,
posfor, nitrogen, dan kalium yang dibutuhkan Pupuk organik cair merupakan salah
oleh tanaman serta dapat memperbaiki unsur satu bahan yang sangat penting dalam upaya
hara dalam tanah. Pupuk organik cair adalah memperbaiki kesuburan tanah secara aman,
pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan dalam arti produk pertanian yang dihasilkan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

terbebas dari bahan-bahan kimia yang tanah, menekan bakteri yang merugikan dalam
berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga tanah, penggunaan terus menerus terhadap
aman dikonsumsi (Elmi Sundari, 2012). tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, aman bagi lingkungan.
Pupuk organik cair dari urine kambing
ini merupakan pupuk yang berbentuk cair yang Unsur nitrogen merupakan salah satu
mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur penyusun protein sebagai pembentuk
unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. jaringan dalam makhluk hidup, dan di dalam
Pupuk juga merupakan hara tanaman yang tanah unsur N sangat menentukan
umumnya secara alami ada dalam tanah, pertumbuhan tanaman, pengujian nitrogen
atmosfer, dan dalam kotoran hewan. dilakukan menggunakan metode kjedahl
(Sutanto, 2002). Nitrogen memegang peranan
Pupuk memegang peranan penting penting sebagai penyusun klorofil, yang
dalam meningkatkan hasil tanaman, terutama menjadikan daun berwarna hijau. Tanaman
pada tanah yang kandungan unsur haranya yang kaya nitrogen akan memperlihatkan
rendah. Sedangkan pupuk organik adalah nama warna daun kuning pucat sampai hijuan
kolektif suatu bahan yang berasal dari limbah kemerahan, sedangkan jika kelebihan unsur
perikanan atau peternakan. Pupuk organik nitrogen akan berwarna hijau kelam.
mengandung unsur hara lebih lengkap
dibandingkan dengan pupuk kimia Phosfor merupakan unsur hara yang
(Simanungkir et al, 2006). terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen.
Senyawa Phosfor juga mempunyai peranan
Pupuk organik bisa memacu dan dalam pembelahan sel, merangsang
meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, pertumbuhan awal pada akar, pemasakan buah,
jauh lebih besar daripada hanya memberikan transport energi dalam sel, pembentukan buah
pupuk kimia. Pupuk organik juga mampu dan produksi biji, pengujian phosfor
membenahi struktur dan kesuburan tanah. menggunakan metode spektrofotometer.
Tidak heran jika pupuk organik mampu Phosfor juga merupakan unsur hara essensial
mencegah terjadinya erosi tanah. Pada tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat
dasarnya, pembuatan pupuk organik cair juga mengganti fungsinya di dalam tanaman,
dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara sehingga tanaman harus mendapatkan atau
dalam pupuk tersebut. Dalam hal ini dapat mengandung P secara cukup untuk
digunakan urin kambing, atau biasa disebut pertumbuhannya secara normal. Fungsi
sebagai biourin. Bisa juga menggunakan penting phosfor di dalam tanaman yaitu dalam
kotoran-kotoran ternak yang padat (feses) atau proses fotosintesis, respirasi, transfer dan
disebut sebagai biokultur ( Dudung, 2013). penyimpanan energi, pembelahan dan
pembesaran sel serta proses-proses didalam
Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman lainnya. (Winarso, 2005).
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai. Tanaman menyerap hara Kalium (K) berperan dalam
terutama melalui akar, namun daun juga punya pembentukan protein dan karbohidrat,
kemampuan menyerap hara. Sehingga ada pengerasan bagian kayu dari tanaman,
manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya peningkatan kualitas biji dan buah serta
diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
bagian daun-daun (Elmi Sundari, 2012). serangan hama dan penyakit. Tanaman yang
kekurangan unsur K akan mengalami gejala
Pupuk organik cair mengandung nutrisi, kekeringan pada ujung daun, terutama daun
juga mengandung mikroba yang baik untuk tua. Ujung yang kering akan semakin menjalar
tanaman. Mikroba tersebut antara lain: bakteri hingga ke pangkal daun. Kadang-kadang
fotosin tesis, bakteri asam laktat, terlihat seperti tanaman yang kekurangan air.
Saccharomyces sp atau ragi, Actinomycetes, Kekurangan unsur K pada tanaman buah-
jamur fermentasi (Aspergillus sp). buahan mempengaruhi rasa manis buah.
Mikroorganisme ini penting bagi tanaman, Kekurangan kalium dapat menghambat
selain sebagai nutrisi bagi tanah, juga pertumbuhan tanaman, daun tampak keriting
mencegah penyakit pada tanaman (Indriani, Y. dan mengkilap. Selain itu, juga dapat
H, 2005). menyebabkan tangkai daun lemah sehingga

Adapun manfaat dari pupuk organik cair
tersebut diantaranya adalah menyediakan
unsur hara bagi tanaman, memperbaiki struktur

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

mudah terkulai dan kulit biji keriput (Winarso, mikrobia pengurai bahan organik. Menurut
2005).
Wulandari dkk (2009) gedebog pisang
Urine kambing merupakan salah satu
bahan pupuk organik cair yang belum banyak mengandung karbohidrat 66,2%. Dalam 100 g
dimanfaatkan oleh petani. Sementara urine
kambing ini mempunyai kandungan unsur N bahan, gedebog pisang kering mengandung
yang tingggi. Potensinya yakni satu ekor
kambing dewasa itu menghasilkan 2,5 liter karbohidrat 66,2 g dan pada gedebog pisang
urine/ekor/hari, sedangkan kotoran yang
dihasilkan adalah 1 karung/ekor/2 bulan. Urine segar mengandung karbohidrat 11,6 g.
ternak mempunyai kandungan nitrogen, fosfor,
kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan Kandungan karbohidrat yang tinggi akan
dengan kotoran kambing padat (Rismunandar,
1992 ). memacu perkembangan mikoorganisme.

Nanas, nenas, atau ananas adalah sejenis Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam
tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil,
Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk gedebog pisang memungkinkan untuk
dalam famili nanas-nanasan (Famili
Bromeliaceae). Buah nanas (Ananas difermentasi untuk menghasilkan cuka.
comosusL. Merr) merupakan salah satu jenis
buah yang terdapat di Indonesia, mempunyai Isi rumen (ruminal contents) adalah
penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi
sebagai buah segar, nanas juga banyak makanan yang belum dicerna secara sempurna
digunakan sebagai bahan baku industri
pertanian. pada lambung pertama ruminansia dan

Air kelapa merupakan salah satu mengandung makro nutrien seperti nitrogen,
produk tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesuburan dan fosfor, besi , kalium dan kalsium. Di dalam
pertumbuhan tanaman. Menurut
Dwijoseputro (1994) dalam Fatimah rumen ternak ruminansia terdapat berbagai
(2008) air kelapa selain mengandung
sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mikroorganisme yang terdiri dari protozoa,
mempergiat pertumbuhan tunas dan akar.
bakteri dan fungi. Salah satu kelompok bakteri
Sabut kelapa untuk media tanam, berasal
dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang sangat penting di dalam rumen sapi
yang kuat, cocopeat bersifat longgar,
menyerap air dan mudah didapat. Cocopeat adalah bakteri selulolitik. Proses biodegradasi
mempunyai serat yang kuat, mengandung
bahan organik, bebas dari hama,aerasi dan bahan yang mengandung selulosa sangat
drainase yang baik. Menurut Yuniati (2008),
komposisi buah kelapa yaitu sabut kelapa 35 ditentukan oleh kemampuan bakteri selulolitik
%, tempurung 12 %, daging buah 28 % dan air
buah 25 %. Satu buah kelapa dapat diperoleh untuk menghasilkan enzim selulase yang
rata-rata 0,4 kg sabut yang mengandung 30 %
serat. mempunyai aktivitas tinggi.

Gedebog pisang mengandung EM4 (Effective Microorganisme)
karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-
mineral penting. Menurut Sukasa dkk (1996), merupakan bahan yang mengandung beberapa
gedebog pisang mempunyai kandungan pati
45,4% dan kadar protein 4,35%. Gedebog mikroorganisme yang sangat bermanfaat
pisang juga dapat dijadikan sebagai sumber
mikroorganisme pengurai bahan organik atau dalam proses fermentasi. Effective
dekomposer. Gedebog pisang mengandung
mikroorganisme 4 merupakan campuran dari

mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah

mikroorganisme fermentasi didalam EM 4

sangat banyak, sekitar 80 jenis.

Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat

bekerja secara efektif dalam

memfermentasikan bahan organik

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pertumbuhan Mikroorganisme adalah sebagai

berikut:

1. Suplai Gizi

Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon,

nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, phosfor,

magnesium, zat besi dan sejumlah jenis

logam lainnya.

2. Waktu

Waktu antara masing-masing pembelahan

sel berbeda-beda tergantung dari spesies

dan kondisi lingkungan, tetapi untuk

kebanyakan bakteri waktu ini sekitar antara

10-60 menit.

3. Suhu

Suhu adalah suatu faktor lingkungan

terpenting yang mempengaruhi kehidupan

dan pertumbuhhan mikroorganik

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

4. Nilai pH fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi
Kebanyakan mikrorganisme membutuhkan glukosa selama proses dekomposisi awal dan
air untuk kehidupan. Air berperan dalam bakteri obligate yang respon dalam proses
reaksi metabolisme dalam sel dan dekomposisi akhir dari bahan organik yang
merupakan alat pengangkut zat-zat gizi atau menghasilkan bahan yang sangat berguna dan
bahan limbah kedalam dan keluar sel. alternatif energi pedesaaan.
Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam
bentuk cair dan apabila air tersebut Kinetika reaksi enzimatik dapat diukur
mengalami kristalisai dan membentuk es dengan mengukur jumlah substrat yang diubah
atau terikat secara kimia dalam larutan gula atau produk yang dihasilkan per satuan waktu,
atau garam. Maka air tersebut tidak dapat dan pada suatu waktu yang sangat pendek, atau
digunakan oleh mikroorganisme. pada satu titik tertentu pada grafik disebut
Fermentasi dapat terjadi karena adanya kecepatan sesaat (instantaneus velocity). Suatu
labu berisi enzim (E) dan substrat (S) pada
aktivitas mikroorganisme yang terdapat pada konsentrasi tertentu. Pada reaksi kinetika enzimatik
bahan organik yang sesuai, hal ini dapat ini terdapat suatu sistem tertutup dan selama terjadi
menyebabkan perubahan senyawa tersebut. reaksi antara keduanya, maka akan terjadi
Fermentasi juga merupakan proses pemecahan penurunan konsentrasi substrat dan peningkatan
senyawa organik menjadi senyawa sederhana konsentrasi produk. Reaksi enzimatik tersebut
yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi dapat dilukiskansebagaiberikut
juga sering didefinisikan sebagai pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerob (1)
yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa
yang dapat dipecah dalam proses fermentasi Keterangan
terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam [Er] : konsentrasi total enzim
amino dapat difermentasikan oleh beberapa [ES]: konsentrasi kompleks enzim-substrat
jenis bakteri tertentu. [E] : konsentrasi enzim bebas
[S] : konsentrasi substrat
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fermentasi ada beberapa macam diantaranya Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi
yaitu: enzim diantaranya adalah (Dwidjoseputro,
1. Temperatur 1992) suhu, pH, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat, aktivator dan inhibitor.
Suhu adalah satu faktor lingkungan Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada
terpenting dalam kehidupan dan suhu tertentu dan aktifitasnya akan berkurang
pertumbuhan organisme. Temperatur dapat jika berada pada kondisi di bawah atau di atas
pula mempengaruhi aspek-aspek lain pada titik tersebut.
mikroba
2. pH Kondisi yang menyebabkan kerja enzim
pH merupakan parameter yang menjadi efektif ini disebut kondisi optimal.
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan Sebagian besar enzim pada manusia
pembentukan produk. Sebagian besar mempunyai suhu optimal yang mendekati
mikroorganisme dapat hidup dengan baik suhub tubuh (35oC – 40oC). Pada suhu tinggi
pada pH 4-8. (>50oC), enzim dapat rusak dan pada suhu
3. Ketersediaan Oksigen rendah (0oC), enzim menjadi tidak aktif. Suhu
Mikroorganisme berbeda nyata dalam yang tidak sesuai tersebut akan menyebabkan
kebutuhan oksigen guna metabolisme nya, terjadinya perubahan bentuk sisi aktif enzim.
beberapa kelompok dapat digolongkan Sifat enzim yang tidak tahan panas atau dapat
sebagai organisme aerobik dan anaerobik. berubah karena pengaruh suhu ini disebut
termolabil.
Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan
limbah organik dihancurkan oleh mikroba
dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu
yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri
yang respon untuk fermentasi telah dimulai
sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua
tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap fungsi Gambar 3. Pengaruh konsentrasi substrat
enzim terhadap fungsi enzim
Selain suhu, faktor lingkungan yang
Pada konsentrasi substrat yang rendah,
empengaruhi kerja enzim adalah derajat kenaikan substrat akan meningkatkan
keasaman (pH). Sebagaimana faktor suhu, kecepatan reaksi enzimatis hampir secara
enzim juga mempunyai pH tertentu agar dapat linier. Jika konsentrasi substrat tinggi, maka
bekerja secara efektif. Enzim dapat bekerja peningkatan kecepatan reaksi enzimatis akan
optimal pada pH netral (pH = 7), pH basa, atau semakin menurun sejalan dengan peningkatan
pH asam tergantung pada jenis enzim masing- jumlah substratnya. kecepatan maksimum (v
masing. Enzim pencerna protein misalnya, maks) reaksi enzimatis ditunjukan dengan
mempunyai pH paling optimal 1-2, sedangkan garis mendatar yang menggambarkan
enzim pencernaan yang lain mempunyai pH peningkatan kecepatan yang rendah seiring
optimal 8. Pada pH tertentu, enzim dapat penambahan konsentrasi substrat.
mengubah substrat menjadi hasil akhir.
Kemudian, apabila pH tersebut diubah, enzim Zat-zat kimia tertentu dapat memacu atau
dapat mengubah kembali hasil akhir menjadi mengaktifkan kegiatan enzim. Contoh : garam-
substrat. garam dari logam alkali dan logam alkali tanah
dengan konsentrasi encer, ion kobalt (Co),
Gambar 2. Pengaruh pH terhadap fungsi enzim mangan (Mn), nikel (Ni), magnesium (Mg),
dan klor (Cl). Sedangkan inhibisi aktifitas
enzim adalah penurunan kecepatan suatu
reaksi enzimatik yang dalam makhluk hidup
penting pada proses metabolisme. Pada
keadaan tertentu suatu reaksi enzimatik dapat
membentuk dua atu lebih produk dan
hambatan tersebut dapat ditunjukan hanya
pada suatu produk, sedangkan pembentukan
produk yang lain tidak dipengarihi atau malah
di tingkatkan. Inhibitor adalah zat yang dapat
menghambat kerja enzim. Berdasarkan tempat
kerjanya, inhibitor terbagi atas, reaksi inhibitor
dengan apoenzim, reaksi inhibitor dengan
substrat, reaksi inhibitor dengan substrat,
reaksi inhibitor dengan koenzim, reaksi
inhibitor dengan kofaktor, reaksi inhibitor
dengan bentuk kompleks enzim (Rochmah
dkk, 2009).

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

METODE volume urine kambing 150, 200, 250 dan
Bahan pembuatan pupuk organik cair 300 ml

yaitu urine kambing 150, 200, 250 dan 300 ml, Hal ini dapat berpengaruh terhadap
cocopeat 10 gr, EM-4 Effective tanaman, karena bila kekurangan kadar
Microorganisme 15 ml, air batang pisang/air nitrogen tumbuhan dapat menyebabkan daun
gedebog pisang 20 ml, buah nanas 40 ml, kerdil, daun tampak kekuning-kuningan dan
rumen 20 ml dan air kelapa 20 ml. system perakaran yang terbatas (Esther,
2009).
Fermentasi selama 9, 12, 15 dan 18 hari,
setelah selesai fermentasi dan diaduk untuk Sedangkan pada waktu fermentasi 12
tujuan pemberian airasi pada proses dan 15 hari dengan volume urine kambing 150
pengomposan. Setelah diperoleh pupuk ml yaitu 0,20 dan 0,35 % meskipun volume
organik organik cair, penentuan kandungan urine kambing yang diberikan sama yaitu 150
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan pH. ml tetapi kadar nitrogen yang didapat semakin
meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian pada waktu 18 hari dengan
Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap volume urine kambing 150 ml kadar nitrogen
Kandungan Nitrogen Pada Volume Urine yang didapat semankin menigkat yaitu 0,43 %
Kambing 150, 200, 250 dan 300 ml dan pada hari selanjutnya dengan waktu
fermentasi 18 hari dan volume urine kambing
Pngaruh waktu fermentasi terhadap % 200, 250 dan 300 ml kadar nitrogen yang
Nitrogen yang dapat, dilihat pada Gambar didapat juga semakin meningkat dibandingkan
4engan memvariasikan penggunanaan volume hari ke 15. Hal ini dipengaruhi oleh
urine kambing pada proses fermentasi yang pertumbuhan mikroorganisme dan nutrisi atau
dilakukan. makanan yang diuraikan oleh mikroorganisme.
(Eustace and Dorothy, 2001).
Dimana kadar Nitrogen terendah yang
diperoleh terdapat pada volume urine kambing Pengaruh waktu fermentasi terhadap
150 ml pada waktu fermentasi 9 hari yaitu kandungan fosfor pada volume urine
0,14 %. Hal ini disebabkan karena dalam kambing 150, 200, 250 dan 300 ml
waktu fermentasi 9 hari terjadi pertumbuhan
mikroorganisme fase awal yang merupakan Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa
periode adaptasi yakni sejak inokulasi pada terjadi peningkatan kandungan fosfor.
medium dilakukan, selama fase awal ini massa Kandungan fosfor yang didapat sangat
sel dapat berubah tanpa adanya perubahan dipengaruhi oleh lamanya waktu fermentasi
jumlah sel yang terlalu signifikan. dan volume urine kambing yang divariasikan.
Fosfor dalam tanaman berperan dalam
pembentukan bunga, buah dan biji serta
berperan didalam transfer energi didalam sel
tanaman yang tidak dapat digantikan oleh
unsur lainnya (Esther, 2009).

Kandungan N dalam substrat, semakin
besar nitrogen dikandung maka multiplikasi
mikroorganisme yang merombak fosfor akan
meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam
pupuk juga meningkat (Yuli et al, 2011).

Gambar 4. Pengaruh waktu fermentasi
terhadap kandungan nitrogen pada

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Kandungan Fosfor (%) 2,1 urine kambing 150 ml
2,08 urine kambing 200 ml
2,06 urine kambing 250 ml
2,04 urine kambing 300 ml
2,02

2
1,98
1,96
1,94
1,92

9 12 15 18
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 5. Pengaruh waktu fermentasi Gambar 6. Pengaruh waktu fermentasi
terhadap kandungan fosfor pada volume terhadap kandungan kalium pada volume
urine kambing 150, 200, 250 dan 300 ml urine kambing 150, 200, 250 dan 300 ml

Kandungan fosfor terendah yang didapat Dari Gambar 7, diatas dapat dilihat bahwa
pada volume urine kambing 150 ml yaitu hari
ke 9 dengan kadar fosfor 1,94%, hal ini terjadi peningkatan kandungan kalium.
disebabkan karena dalam fermentasi terjadi
pertumbuhan mikroorganisme pada fase awal Kandungan kalium yang didapat berpengaruh
yang merupakan periode adaptasi yakni sejak
inokulasi pada medium dilakukan selama fase oleh lamanya waktu fermentasi dan volume
awal dimana massa sel dapat berubah tanpa
adanya perubahan jumlah sel. urine kambing yang divariasikan. kalium

Setelah perubahan massa selanjutnya dalam tanaman berperan dalam pembentukan
terjadi pertumbuhan mikroorganisme bergerak
ke fase eksponensial yaitu pada volume urine karbohidrat dan protein, memperkuat jaringan
kambing 200 ml dengan waktu fermentasi 9,
12, 15 dan 18 hari dimana mikroorganisme tanaman dan pembentukan antibodi untuk
yang ada berkembang secara optimal terhadap
jumlah sel mikroorganisme yang dihasilkan membantu tanaman melawan penyakit
sehingga kandungan fosfor yang didapat pun
semakin meningkat. Hasil yang terbaik kekeringan (Esther, 2009).
diperoleh yaitu pada hari ke 18 hari pada
volume urine kambing 300 ml yaitu 2,09%. Hasil yang terendah yaitu didapatkan pada

Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap volume urine kambing 150 ml dengan waktu
Kandungan Kalium Pada Volume Urine
Kambing Dari Gambar 5, diatas dapat dilihat fermentasi 9 hari hasil yang didapat yaitu
bahwa terjadi peningkatan kandungan kalium.
Kandungan kalium yang didapat berpengaruh 0,52%. Hal ini disebabkan karena dalam
oleh lamanya waktu fermentasi dan volume
urine kambing yang divariasikan. kalium fermentasi terjadi pertumbuhan
dalam tanaman berperan dalam pembentukan
karbohidrat dan protein, memperkuat jaringan mikroorganisme pada fase awal yang
tanaman dan pembentukan antibodi untuk
membantu tanaman melawan penyakit merupakan periode adaptasi yakni sejak
kekeringan (Esther, 2009). 150, 200, 250 dan
300 ml inokulasi pada medium dilakukan selama fase

awal dimana massa sel dapat berubah tanpa

adanya perubahan jumlah sel.

Setelah perubahan massa selanjutnya

terjadi pertumbuhan mikroorganisme bergerak

ke fase eksponensial dimana mikroorganisme

yang ada berkembang secara optimal terhadap

jumlah sel mikroorganisme yang dihasilkan

sehingga kandungan fosfor yang didapat pun

semakin meningkat. Hasil yang terbaik

diperoleh yaitu pada hari ke 18 hari pada

volume urine kambing 300 ml yaitu 0,64%.

Menurut Yuli et al (2011), kalium

digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan

substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran

bakteri dan aktifitasnya akan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan kalium.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Menurut Polprasert (1989), pH yang
Kandungan pH Pada Volume Urine dihasilkan dari pupuk cair cenderung asam. pH
Kambing 150, 200, 250 dan 300 ml yang basa menyebabkan kandungan nitrogen
turun, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Waktu fermentasi dan volume urine meningkatnya kandungan nitrogen ini
kambing yang digunakan berpengaruh disebabkan oleh pH yang bersifat asam.
terhadap kandungan pH yang didapat. Seperti
yang terlihat pada Gambar 8 derajat keasaman Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap
(pH) dari keempat perlakuan volume urine Volume Pupuk Organik Cair
kambing 150 ml, volume urine kambing 200
ml, volume urine kambing 250 ml dan volume Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat
urine kambing 300 ml berkisar antara 5,10 bahwa semakin lama waktu fermentasi, maka
sampai dengan 7,89. volume pupuk organik cair yang dihasilkan
semakin sedikit karena terjadi penguapan.
pH pada keempat perlakuan menunjukkan Pada sampel 150 ml dengan waktu fermentasi
perbedaan pada awal dan akhir fermentasi. 8 hari pupuk organik cair yang dihasilkan
Kandungan pH pada keempat perlakuan sebanyak 140 ml, pada waktu fermentasi 12
volume urine kambing 150 ml, volume urine hari pupuk organik cair yang dihasilkan 134 ml
kambing 200 ml, volume urine kambing 250 dan pada 15 hari pupuk organik cair yang
ml dan volume urine kambing 300 ml dihasilkan sebanyak 130 ml dan pada 18 hari
tergolong asam. Menurut Campbell dan Reece pupuk organik cair yang dihasilkan sebanyak
(2008), jika pH terlalu asam dapat disesusaikan 118 ml.
dengan menambahkan kapur yakni kalsium
karbonat atau kalsium hidroksida. Pada sampel 200 ml dengan waktu
fermentasi 9 hari pupuk organik cair yang
Pada hari ke-9 terjadi peningkatan dihasilkan sebanyak 181 ml, pada waktu
kandungan pH dan kemudian mengalami fermentasi 12 hari pupuk organik cair yang
penurunan pada akhir proses fermentasi, hal ini dihasilkan 178 ml, dan pada waktu fermentasi
sesuai dengan Prahesti dan Yulya (2008) yang ke 15 hari pupuk organik cair yang
bahwa tinggi rendahnya pH disebabkan oleh dihasilkan sebanyak 170 ml. dan pada 18 hari
aktivitas kelompok bakteri lainnya, misalkan pupuk organik cair yang dihasilkan sebanyak
bakteri metanogen yang mengkonversikan 160 ml.
asam-asam organik menjadi senyawa yang
lebih sederhana seperti metana, amoniak dan
karbondioksida.

Gambar 8. Pengaruh waktu fermentasi Gambar 9 Pengaruh waktu fermentasi terhadap
terhadap kandungan pH pada volume volume pupuk organik cair
urine kambing 150, 200, 250 dan 300 ml
Pada sampel 250 ml dengan waktu
fermentasi 9 hari pupuk organik cair yang
dihasilkan sebanyak 240 ml, pada waktu
fermentasi 12 hari pupuk organik cair yang

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

dihasilkan 235 ml, dan pada waktu fermentasi fermentasi 12 hari pupuk organik cair yang

15 hari pupuk organik cair yang dihasilkan dihasilkan 281 ml, dan pada waktu fermentasi

sebanyak 220 ml dan pada 18 hari pupuk 15 hari pupuk organik cair yang dihasilkan

organik cair yang dihasilkan sebanyak 210 ml. sebanyak 270 ml dan pada 18 hari pupuk

Pada sampel 300 ml dengan waktu organik cair yang dihasilkan sebanyak 268 ml.

fermentasi 9 hari pupuk organik cair yang

dihasilkan sebanyak 290 ml, pada waktu

Tabel 1. Kecepatan Reaksi Enzimatik

Waktu ( hari) Garis Persamaan Linier Vmax (ml/jam) Km
9
y = 50,9x + 85,5 Vmax = 1/a Km= b x Vmax
R2 = 0,9956 = 0,019 = 1,6245

12 y = 49,8x + 82,5 Vmax = 1/a Km = b x Vmax
R2 = 0,9976 = 0,020 = 1,65

15 y = 47x + 80 Vmax = 1/a Km = b x Vmax
R2 = 0,9973 = 0,021 = 1,68

y = 50x + 64 Vmax = 1/a Km = b x Vmax

18 R2 = 0,9949 = 0,02 = 1,28

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh nilai 4. Kecepatan maksimum enzimatik yang
kecepatan maksimum enzimatik tertinggi tertinggi (Vmax) adalah 0,021 ml/jam
(Vmax) adalah 0,021 ml/jam dengan waktu dengan waktu fermentasi selama 15 hari.
fermentasi selama 15 hari, sehingga dapat
disimpulkan bahwa banyak substrat maka DAFTAR PUSTAKA
semakin tinggi pula kecepatan maksimum dari Campbell, N. A. dan J.B. Reece. 2008. Biologi
reaksi enzimatik. Dan nilai Km yang tertinggi
yaitu 1,6245 pada waktu fermentasi 9 hari. edisi kedelapan. Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN Dudung. 2013. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan pupuk Parama, Yogyakarta
organik cair dengan memanfaatkan urine Elmi Sundari. 2012. Pembuatan Pupuk
kambing sebagai bahan baku dapat Organik Cair Menggunakan
disimpulkan sebagai berikut : Bioaktivator Biosca dan EM-4.
1. Kandungan N, P, K pada pupuk organik Karisius. Yogyakarta
Esther L. Tobing. 2009. Studi Tentang
cair yang terbaik ialah dengan waktu Kandungan Unsur Hara Makro dan
fermentasi 18 hari dan volume urine C/N dari Kompos Tumbuhan Kembang
kambing 300 ml, untuk nitrogen (N) Bulan (Tithonia Diversifolia). Skripsi,
0,69%, fosfor (P2O5) 2,09%, dan kalium Departemen Kimia. Fakultas
(K2O) 0,64%. Matematika dan Ilmu Pengetahuan
2. Kandungan N, P, K pada pupuk organik Alam. Universitas Sumatera Utara,
cair ini telah memenuhi SNI/19-7030- Medan.
2015 Badan Standarisasi Nasional dengan Eustace, A. I. and Dorothy, M. L. 2001.
kadar pembanding N >0,40% P2O5 Changes In Carbohydrate Fraction Of
>0,10% dan K2O >0,20% Cassava Peel Following Fungal Solid
3. Kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi State Fermentation. Journal Of Food
oleh jumlah bahan baku, semakin banyak and Technology In Africa.
bahan baku yang digunakan maka Indriyani, Y. H. 2005. Pengaruh Rasio
semakin tinggi kecepatan reaksi Penggunaan Limbah Ternak dan
enzimatik. Hijauan terhadap Kualitas Pupuk
Cair. Pangan Kanisius. Yogyakarta.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

TK- 023 p- ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Polprasert. 1999. Organic Waste Recyling.
John Wiley and Sons. Chicester

Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan
Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

Simanungkir, Susanton RH, Dahlan Z. 2006.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Balai Besar Litbang Sumber Daya
Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Sutanto, R. 2007. Penerapan Pertanian
Organik. Karisius. Yogyakarta

Winarso. 2005. Biologi Tanah dan Strategi
Pengolahannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta

Wulandari. 2009. Nutrend herbafarm Bio
Organik Fertilizer Plus Bio

Protectand, Paradigma Baru Pemupukan

Tanaman.

PT. Sidomuncul.

Semarang

Yuli A. Hidayati, Kottelat M, Kartikasari

SN, Anthony JW. . 2011. Kualitas

Pupuk Cair Hasil Pengolahan

Fesses Sapi Potong Menggunakan

Saccharomyces Cereviceae. Jurnal

Ilmu Ternak Vol.11, No. 2

Yuniati. 2008. Pertumbuhan Tanaman

Anthurium plowmanii Pada Media

Arang Sekam Dan Cocopeat

Dengan Pemberian Starbio. Skripsi.

Tidak dipublikasikan. Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

KOMBINASI LIMBAH PERTANIAN DAN PETERNAKAN SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR MELALUI
PROSES FERMENTASI ANAEROB

Dra. Kamariah Anwar, MS1)
M. Fachriansah Rangga P2), Hasanol Kifli3), I Made Ridha4),

Pratiwi Puji Lestari5), Hermawati Wulandari6)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia 2,3,4,5,6)

Jln. Kaliurang Km.14,5 Yogyakarta
Email : [email protected], [email protected]

Abstrak

Limbah secara umum dianggap sebagai bahan hasil pembuangan suatu proses tertentu yang
sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga keberadaannya menimbulkan masalah
tersendiri. Namun, tidak semua limbah memiliki persepsi demikian. Melalui perkembangan
penelitian yang ada, banyak jenis limbah yang dapat didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali.
Misalnya limbah pertanian dan peternakan. Lain halnya dengan jenis limbah yang dihasilkan
oleh industri-industri besar, limbah pertanian dan peternakan berbahan dasar organik yang
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. Pembuatan pupuk organik didasarkan
pasa efek negatif yang ditimbulkan oleh pupuk kimia, baik terhadap tanah maupun tanaman.
Pupuk organik hadir untuk memberikan solusi menangani masalah efek negatif pupuk kimia
yang dapat menguras kekayaan unsur hara tanah sebagai media tumbuh tanaman menjadi
tanah yang miskin unsur hara, sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut kekurangan
nutrisi dan tidak subur.

Kata kunci : Limbah, Organik dan Fermentasi

1. PENDAHULUAN Pada dasarnya bahan tersebut hanya merupakan bahan
buangan yang umum terdapat di masyarakat. Maka
Menanggapi permasalahan yang ditimbulkan oleh melalui penelitian ini diharapkan bahan-bahan tersebut
paket pertanian modern, beberapa penelitian terkait dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik dengan
masalah lingkungan hidup bersamaan dengan fungsi yang lebih baik. Pupuk organik sendiri terbagi
kelestarian dan kesehatan produksi tanaman pertanian menjadi dua macam, yaitu pupuk organik padat dan
telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Para pakar pupuk organik cair. Pupuk organik padat adalah yang
pertanian mulai meneliti mengenai nutrisi tanaman disebut pupuk kompos dan pupuk kandang.
yang baik bagi tanaman namun juga tidak merusak Penggunaan pupuk organik padat sudah umum
ekosistem tanah dan mencemari lingkungan sekitar. dilakukan oleh para petani. Sedangkan pupuk organik
Mulailah saat itu diperoleh temuan metode pemberian cair merupakan kombinasi diantara kedua jenis pupuk
nutrisi pada tanaman berupa pupuk yang terbuat dari padatan tersebut dengan memberikan tambahan bahan
bahan-bahan organik dengan harapan agar tidak organik lainnya yang memenuhi kandungan unsur hara,
merusak ekosistem tanah dan mencemari lingkungan sehingga dihasilkan pupuk organik berbentuk cair.
yang selanjutnya pupuk tersebut diberi nama pupuk Pupuk organik ini memenuhi prinsip-prinsip pertanian
organik. organik, yaitu prinsip kesehatan, ekologi dan
Adapun beberapa jenis bahan organik di lingkungan perlindungan. Prinsip kesehatan ialah dengan
kita, seperti urin sapi, kotoran sapi, air kelapa, susu melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
yang sudah basi, dedaunan, buah-buahan busuk dan tanaman dan lingkungan, prinsip ekologi dengan
lainnya, ternyata mengandung senyawa dan berbagai didasarkan pada proses dan daur ulang ekologi, prinsip
bekteri pengurai yang dapat meningkatkan kesuburan perlindungan ialah dengan menjaga kesehatan
tanah yaitu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, tanah dan lingkungan berarti juga menjaga
oleh tanah. Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan kesehatan hidup manusia, dan prinsip keadilan berarti
sebagai pupuk organik dengan mencampurkan berbagai melalui perbaikan kualitas tanaman, maka akan mampu
komponen bahan-bahan tertentu sesuai dengan kadar menjamin kesetaraan antara kesehatan lingkungan dan
yang dibutuhkan oleh tanah dan nutrisi pada tumbuhan.

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia

kesempatan hidup bersama (IFOAM, International 1. Unsur hara makro primer, terdiri dari Karbon (C),
Federation of Organic Agriculture Movement). Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N), Fosfor
(P)dan Kalium (K).
2. RUMUSAN MASALAH
2. Unsur hara makro sekunder, terdiri dari Kalsium
a. Bagaimanakah perbandingan komposisi antara (Ca), Sulfur (S) dan Magnesium (Mg).
limbah pertanian dan peternakan dalam proses
pembuatan pupuk organik cair? 3. Unsur hara mikro, terdiri dari Boron (B), Klor
(Cl), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn),
b. Bagaimanakah pengaruh bahan-bahan organik Zeng (Zn) dan Molibden (Mo).
terhadap pertumbuhan tanaman?
Dari semua jenis unsur hara tersebut, yang paling
c. Bagaimanakah cara/mekanisme pembuatan pupuk utama dibutuhkan oleh tanah sebagai media tumbuh
organik cair? tanaman adalah Nitrogen (N), Kalium (K) dan Phospor
(P). Pada umumnya pupuk organik mengandung hara
3. BATASAN MASALAH makro N, P, K yang rendah, tatapi mengandung hara
mikro dalam jumlah cukup yang sangat dibutuhkan
Batasan masalah pada penelitian ini mecakup : oleh tumbuhan. Sebagai bahan pembenah tanah pupuk
a. Perbandingan komposisi bahan pembuatan pupuk organik mecegah terjadinya erosi, pengerakan
permukaan tanah (crusting) dan retakan pada tanah.
organik cair
b. Pengaruh pupuk organik cair terhadap Mayoritas tanah atau sekitar 60% tanah yang ada di

pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah Indonesia merupakan jenis tanah yang miskin

4. TUJUAN PENELITIAN kimianya dan fisiknya buruk, serta mempunyai

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui program ini kandungan bahan organik tanah yang rendah sekitar
adalah untuk mengetahui perbandingan komposisi
limbah pertanian dan peternakan yang paling efektif kurang dari 2% (Balai Penelitian Tanah), sehingga
membantu dan mempercepat proses pertumbuhan pada
tanaman. dapat diperbaiki dengan jalan pemberian pupuk

5. DASAR TEORI organik sesuai keperluan unsur hara essensial/unsur

Pada masa dijalankannya program revolusi hijau, hara utama : N, P, K yang penting bagi tanaman.
petani Indonesia mulai dikenalkan dengan berbagai
jenis pupuk buatan (bersifat kimiawi), obat-obatan Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil
pembasmi hama-penyakit dan gulma (pestisida dan
herbisida) serta benih-benih yang berdaya hasil tinggi. yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi
Selain itu juga masalah pengerasan tanah akibat 150 cm, strukturnya gembur remah, Ph sekitar 6 – 6,5,
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan seperti
tersebut di atas, masalah lain yang patut diperhatikan di mempunyai aktifitas jasad renik yang tinggi
Indoneia adalah adanya indikasi proses pengurasan
atau pengurangan kandungan unsur hara. Seperti (maksimum). Selain itu juga kandungan unsur hara
diketahui saat ini (Journal ilmiah soil science,1998)
dari sekian banyak unsur yang ada di alam, semua jenis yang tersedia bagi tanaman cukup dan tidak terdapat
tanaman membutuhkan mutlak (harus tersedia, tidak pembatasan – pembatasan tanah untuk pertumbuhan
boleh tidak) 13 macam unsur hara untuk keperluan
proses pertumbuhan dan perkembangannya yang sering tanaman. Berdasarkan analisa, ternyata tanaman itu
dikenal dengan nama unsur hara essensial.
terdiri dari sekitar 50 elemen atau unsur. Sedang yang
Selanjutnya para pakar pertanian mulai meneliti jenis
pupuk yang tidak membahayakan tanaman dan dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan
lingkungan yang akhirnya hasil penelitian menuju pada
pemanfaatan bahan-bahan organik sebagai alternatif dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan
pembuatan pupuk organik. Pupuk organik merupakan
suatu bahan/materi pembenah tanah yang paling baik. unsur hara esensial Unsur hara makro relative lebih
Hal ini dikarenakan komponen penyusun dari pupuk
ini berasal dari alam yang banyak mengandung unsur banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara
hara yang dibutuhkan tanah dan tanaman. Bahan dasar
dari pupuk ini barasal dari limbah pertanian dan mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro,
peternakan. Kandungan dalam pupuk organik cair ini
meliputi enam belas unsur hara yang dibutuhkan oleh namun kebutuhan tanaman terhadap unsur hara
tumbuhan. Keenambelas unsur hara tersebut terbagi
menjadi : tersebut hanya sedikit. Ketidaklengkapan unsur hara

makro dan mikro, dapat mengakibatkan hambatan bagi

pertumbuhan/perkembangan tanaman dan

produktivitasnya.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi
pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian – bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang
dan akar. Namun bila terlalu banyak dapat
menghambat tumbuhnya bunga dan pembuahan pada
tanaman. Selain terkandung dalam udara yang tersebar
luas, nitrogen juga terkandung baik dalam kotoran
ternak. Tanaman yang termasuk famili Leguminosa
dapat menambahkan unsur N sehingga keberadaannya
dalam tanah akan mendorong jasad-jasad renik aktif
menguraikannya (jasad-jasad renik sendiri memerlukan

ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

N bagi perkembangannya). Tanaman Leguminosa Adapun perbedaan pupuk organik dengan pupuk
kandungan jumlah N-nya selalu bertambah, berasal anorganik (buatan) bisa ditampakkan melalui
dari N yang tersedia dalam tanah dan dari N bebas perbedaan cara pembuatan dan sumber bahan baku.
yang terdapat di udara. Jasad-jasad renik yang Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik
bersimbiosis dengan tanaman itu terdapat dalam bintil- dengan meramu bahan kimia, sehingga memenuhi
bintil akar (nodula) yang dapat mengikat N dari udara. kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Ini merupakan peran dari Rhizobium atau Bacillus Akan tetapi, pupuk buatan akan membawa dampak
radicicola. Bakteri pengikat nitrogen yang terdapat negatif yaitu tertinggalnya residu kimia dalam tanaman
didalam akar kacang-kacangan adalah jenis bakteri yang nantinya dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan
Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
akar dan menetap dalam akar tersebut dan membentuk seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari
bintil pada akar yang bersifat khas pada kacang- sisa tanaman atau hewan yang telah melalui proses
kacangan. Contoh tanaman yang bisa mengikat rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yag
nitrogen adalah kacang tanah (Arachis hypogeal) (L. digunakan untuk mensuplai hara tanaman,
Merr). Kacang tanah berguna untuk membantu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
menyuburkan tanah, karena pada akarnya terdapat Selain pemupukan demi tercapainya peningkatan hasil
bakteri Rhizobium yang dapat memperkaya kandungan perlu pula diperhatikan factor kesuburan (persedian
nitrogen tanah. Rumen terdapat populasi mikroba yang humus, kehidupan mikroorganisme, reaksi tanah,
cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi struktur tanah dan lain sebagainya.
dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi
(Czerkawski, 1986). 6. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Phospor fungsinya adalah sebagai zat pembangun dan Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan
keeberadaannya terikat dalam senyawa kimia yang pupuk organik cair dapat dijelaskan sebagai berikut:
terdapat dalam bahan organik, seperti urin sapi. Kalium
berfungsi pada asimilasi zat arang. Kalium bisa Bahan organik cair
didapat dari abu hasil pembakaran tanaman atau juga Kombinasi 1
terdapat cukup dalam air kelapa dan sedikit dalam
kotoran ternak. Air kelapa ternyata memiliki manfaat Bahan Jumlah (lt)
untuk meningkatkan pertumbuhan tanamandapat Urin Sapi 60
dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Selama ini, Air Kelapa 30
air kelapa banyak digunakan di laboratorium sebagai Susu 10
nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan Kombinasi 2 Jumlah (lt)
potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, 65
air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 Bahan 25
% dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya Urin Sapi 10
antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium Air Kelapa
(Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur Susu
(S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga
mengandung berbagai macam vitamin seperti asam Kombinasi 3 Jumlah (ltr)
sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat,
niacin, riboflavin, dan thiamin. Bahan 70
Urin Sapi 20
Tanaman menghisap zat mineral (unsur hara) yang Air Kelapa 10
terkandung dalam tanah sebagai nutrisi, sehingga tanah Susu
harus diberi pupuk untuk mengembalikan unsur –
unsur hara yang telah diserap/diambil tanaman. Tanah Dari ketiga kombinasi bahan organik cair tersebut,
yang dipakai terus menerus untuk menanam dan selanjutnya akan dicampurkan dengan bahan organik
mengembangkan tanaman tanpa dilakukan padat dengan jumlah yang sama untuk masing-masing
pemeliharaan atau perbaikan akan berkurang kombinasi. Berikut uraian bahan-bahan organik padat
kesuburannya. Maka dari itu diperlukan pupuk yang yang digunakan.
tepat dalam rangka memperbaiki kondisi tanah agar
produktivitas pertaniannya tidak semakin
menurun..Pupuk merupakan kunci dari kesuburan
tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk
menggantikan unsur untuk menggantikan unsur yang
habis terisap tanaman.

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia

Bahan Organik Padat Jumlah (Kg)  Tiga tanaman sawi kelompok I, dipupuk dengan
5 pupuk organik cair kombinasi I
Bahan Padat 5
Terasi 5  Tiga tanaman sawi kelompok II, dipupuk dengan
Rumen sapi 8 pupuk organik cair kombinasi II
Katul 5
Buah-buahan busuk 10  Tiga tanaman sawi kelompok III, dipupuk dengan
Akar kacang tanah 5 pupuk organik cair kombinasi III
Kotoran ternak
Gula jawa  Tiga tanaman sawi kelompok IV, dipupuk dengan
pupuk kimia
Alat Penunjang Program Jumlah (buah)
3  Tiga tanaman sawi kelompok V, tidak diberi
Alat Penunjang 4 pupuk
Tabung fermentasi 5
Ember kecil 3 Pegamatan dilakukan pada tiga parameter utama, yaitu
Plastik 3 kesuburan tanah, kesuburan tanaman dan kecepatan
Selang kecil 3 pertumbuhan tanaman. Parameter ini diambil sebagai
Saringan bambu 3 pembanding, yaitu karena dengan ketiga parameter
Saringan plastik 3 itulah suatu tanaman dapat dikatakan tumbuh dengan
Saringan kain subur sebagai tanda terpenuhinya nutrisi pada tanaman
Gayung 5 (pasang) tersebut akibat kondisi tanah yang kaya akan unsur
Sarung tangan hara.

6.1. Cara pembuatan meliputi : Dari proses yang dijalanan selama penelitian, hasil
a. Semua bahan dicampur dalam sebuah wadah yang diperoleh terbagi menjadi dua bagian, yaitu hasil
analisa kadar unsur yang terkandung dalam pupuk
(tabung) fermentasi yang kedap udara, karna organik cair dan hasil uji tanaman di lapagan.
proses fermentasi yang dilakukan adalah anaerob.
b. Bahan yang telah dimasukkan dalam tabung, Hasil uji analisa kadar unsur
ditutup rapat untuk mejalani proses fermetasi
anaerob. Proses fermentasi dilakukan selama dua Berdasarkan hasil analisa laboratorium mengenai
bulan. kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk
c. Setelah dua bulan, bahan-bahan dikeluarkan dan organik cair pada berbagai kombinasi diperoleh hasil
disaring sehingga terpisah antara bahan padat dan yang menunjukkan perbedaan persentase kandungan
cairnya. Bahan cairnya tersebut yang selanjutnya unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah
disebut pupuk organik cair. terbagi menjadi 16 unsur yang dikelompokkan menjadi
unsur hara makro dan mikro. Hasil analisanya
Pupuk organik cair selanjutnya diuji kadar unsunrya di terlampir.
laboratorium, sehingga hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut : Alalisa yang diperoleh untuk unsur hara makro N, P,
K, jika disandarkan pada salah satu contoh spesifikasi
Kode N tot (%) P tot (%) K tot (%) nilai minimum unsur hara makro pupuk organik yang
Komposisi I 0,30 0,10 0,22 ada di Indonesia, maka hasil analisa pada penelitian ini
Komposisi II 0,35 0,11 0,27 tidak memenuhi standar. Karena nilai minimum untuk
Komposisi III 0,33 0,10 0,23 NPK paling tidak 1,0% - 3,0%; 1,5% - 3,0% dan 1,0%
- 1,5%, sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian
6.2. Pengujian dan pengamatan pada tanaman ini kurang dari stnadar tersebut. Namun standar untuk
Pengujian pada tanaman didasarkan pada hasil NPK tersebut tidak bisa ditetapkan dengan rentang
pembuatan pupuk organik cair dengan kombinasi angka tertentu, karena kandungan organik yang
komposisi seperti di atas. Pada proses pengujian ini terdapat dalam pupuk organik cair berupa
akan digunakan sebagai tanaman ujicoba adalah mikroorganisme akan senantiasa bekerja dalam
tanaman sawi. Tanaman sawi dipilih karena waktu campuran bahan organik tersebut, sehingga sewaktu-
pertumbuhannya yang cukup cepat, sehingga mudah waktu persentase kandungan unsur hara dapa berubah
untuk dilakukan pengamatan. Kombinasi pengujian bahkan dapat menunjukkan nilai rentang jauh. Sebab,
pada tanaman mengalami sedikit revisi dari laporan bakteri fermentor yang bekerja selama dua bulan waktu
sementara karena mengingat kebutuhan data lapangan fermentasi, setelah itu hanya akan mengalami dormansi
yang diperlukan. Tanaman sawi akan dibagi menjadi (pingsan sementara), tapi pada dasarnya bakteri
lima kelompok tanaman : tersebut masih berproduksi aktiv. Sehingga hasil
analisa unsur hara pada penelitian ini, tetap dapat
dijadikan sebagai dasar kandungan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanah. Demikian juga pada kandungan
unsur hara mikro (terlampir) yang telah diujikan
memberikan hasil yang menunjukkan perbedaan pada

ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

setiap kombinasi. Maka dalam hal ini, untuk dapat  Kelompok IV : subur, tanaman besar dan tinggi,
mengetahui kandungan unsur hara terbaik yang terapat jumlah daun lebih banyak, tanah gembur dan
dalam pupuk organik cair harus dilakukan pengamatan lemek, pertumbuhan cepat.
pada tanaman.
 Kelompok V : subur, tanaman besar dan tinggi,
Hasil uji pada tanaman jumlah daun banyak, tanah kurang gembur,
pertumbuhan cepat.
Dari hasil tanaman uji (sawi) terlihat bahwa pengaruh
pupuk organik cair terlihat baik pada jenis kelompok Pada tanaman kelompok IV (tanaman dengan pupuk
tanaman sawi II yang diberi pupuk organik cair kimia) kondisi tanaman memang subur, namun
kombinasi II. Berdasarkan parameter yang digunakan, parameter yang terlihat masih di bawah kondisi
yaitu dengan mengamati kesuburan tanaman, tanah dan tanaman kelompok II (tanaman dengan pupuk organik
kecepatan pertumbuhan tanaman, maka tanaman sawi kombinasi II). Hal ini memang didasarkan pada konsep
kelompok II menunjukkan proses pertumbuhan yang pupuk kimia yang dapat memacu pertumbuhan
demikian. tanaman dengan cepat dan instan, sehingga terlihat
pada kondisi tanaman kelompok IV yang hampir sama
Tanah yang subur dengan tanaman kelompok II. Namun, jauh dari itu,
dipembahasan awal pupuk kimia tidak hanya
Pada kelompok tanaman sawi II, tanahnya gembur dan memberikan pengaruh pada kecepatan pertumbuhan
berwarna hitam kelam menandakan bahwa tanah tanaman yang bekerja dalam jangka pendek, tetapi
tersebut subur dan kaya akan unsur hara. Tanah yang bersamaan dengan itu pupuk kimia meninggalkan
subur dapat diketahui dari sifat fisik dan biologi tanah toksik berupa zat kimia yang tidak dapat terurai oleh
tersebut. Pada tanah yang subur, warna tanah akan tanah, sehingga untuk waktu jangka panjang pupuk
menjadi hitam kelam. Hal ini akan memberikan kimia akan merugikan tanah dengan menguras unsur
pengaruh baik pada sifat fisik tanah, dimana tanah akan hara tanah. Untuk pengamatan jangka panjang akan
menjadi gembur dan lepas-lepas, sehingga akan terlihat kondisi tanah yang kurang akan kandungan
mempermudah sistem aerasi pada tanah, ruang udara unsur hara yang ditandai dengan kondisi fisik tanah
menjadi lebih luas dan akan mempermudah proses yang tidak sehat dan pertumbuhan mikroorganisme
perakaran tanaman (Rachman Sutanto, 2002). pada tanah tersebut sangat sedikit atau bahkan tidak
ada sama sekali. Namun karena keterbatasan waktu,
Secara biologi, tanah yang subur akan menambah maka pengamatan untuk jangka panjang tidak dapat
energi yng diperlukan kehidupan mikoorganisme dilakukan pada tanah dan tanaman yang diberi pupuk
tanah. Tanah yang kaya akan bahan organik akan kimia pada pengujian tanaman penelitian ini. Oleh
mempercepat perbanyakan fungi dan bakteri pengurai karena itu, dalam pengamatan pada dampak
tanah (Rachman Sutanto, 2002). Hal ini terlihat pada penggunaan pupuk kimia kita melihat fakta yang
tumbuhnya fungi pada daun sawi yang membusuk dan terjadi di lapangan selama ini. Karena kemampuan
jatuh ke tanah. pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas tanah
dalam waktu relativ pendek, maka pupuk kimia
Kesuburan tanaman dan kecepatan dianggap sebagai senjata ampuh untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman produksi dan mengakhiri kerawanan pangan. Badan
dunia FAO mengemukakan bahwa penggunaan pupuk
Secara umum tanaman yang subur ditampakkan dari sepadan dan berimbang di Negara-negara sedang
tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan juga berkembang dapat meningkatkan hasil pangan
ukuran batang. Pada tanaman sawi kelompok II, idikasi mencapai 50% - 60% (IFDC, 1986). Seperti
tersebut terlihat dan membedakan dengan kelompok dikemukakan juga oleh seoran pengamat dunia Wolf
tanaman sawi yang lainnya. (1986) bahwa kenaikan produksi pangan dunia sejalan
Selanjutnya pada kelompok tanaman yang lainnya dengan penggunaan pupuk kimia.
menampakkan kondisi tanaman yang kesuburannya
berada di bawah kondisi tanaman sawi kelompok II Namun sejak akhir tahun delapan puluhan, mulai
dengan urutan sebagai berikut : tampak tanda-tanda terjadinya kelelahan pada tanah
 Kelompok I : kurang subur, tanaman kecil, tanah dan penurunan produktivitas pada hampir semua jenis
tanaman yang diusahakan. Hasil tanaman tidak
kurang gembur dan agak keras, kecepatan menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun
pertumbuhan lambat telah digunakan varietas unggul yang memerlukan
 Kelompok II : sangat subur, tanaman besar dan pemeliharaan dan pengelolaan hara secara intensif
tinggi, ukurana batang lebih besar, jumlah daun melalui bermacam-macam paket teknologi (Rachaman
banyak, tanah gembur dan lembek, pertumbuhan Sutanto, 2002).
cepat.
 Kelompok III : kurang subur, tanaman kecil, tanah Melalui pembahasan ini ditetapkan bahwa pupuk
kurang gembur dan agak keras, kecepatan organik kombinasi II merupakan kombinasi pupuk
pertumbuhan lambat.

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia

yang memberikan hasil baik pada tanaman uji dengan [3] Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian
pengamatan seperti yang telah dipaparka di atas. Dari Organik. Kaisius : Jogjakarta
hasil analisa laboraorium, pupuk organik komposisi II
memiliki kandungan unsur hara makro paling besar, [4] Orskov, E.R. 1982. Protein Nutrition in
yaitu berturut-turut NPK sebesar 0,35%; 0,11% dan Ruminants.
0,27%. Data ini menunjukkan bahwa kandungan makro
pada kombinasi II lebih baik dari pada kombinasi
lainnya. Pupuk organik pada dasarnya mengandung
NPK yang rendah, karena konsep yang diberikan untuk
proses perbaikan tanah adalah melakukan pembenahan
terhadap tanah dengan memenuhi unsur hara yang
diperlukan, sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah
tersebut dapat terpenuhi nutrisinya. Bersamaan dengan
konsep tersebut, maka efek yang dihasilkan, baik pada
tanah maupun tanaman tampak baik. Berbeda dengan
pupuk kimia yang hanya bekerja baik pada jangka
pendek, sedangkan jangka panjangnya meninggalkan
kerugian yang besar.

Selanjutnya pada unsur mikro, kombinasi II
menunjukkan perbandingan yang setara dengan jumlah
kandungan makro-nya, yaitu ditunjukkan dengan kadar
yang lebih sedikit dari kandungan komposisi I dan III.
Artinya, pada jumlah unsure makro dengan jumlah
banyak, maka unsure mikro-nya akan sedikit. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan tanah terhadap unsure mikro,
yaitu hanya membutuhkan sedikit unsur mikro.

7. KESIMPULAN

 Limbah pertanian dan peternakan dapat
dijadikan sebagai sumber bahan baku
pembuatan pupuk organik cair yang
memenuhi kebutuhan unsur hara tanah.

 Sebagai pemanfaatan teknologi tepat guna dan
ramah lingkungan, maka pupuk organik cair
merupakan teknologi yang proses
pembuatannya tidak menghasilkan hasil
samping yang merugikan (zero waste), bahkan
hasil padatannya dapat dijadikan sebagai
pupuk padat.

 Karena pembuatannya yang sangat sederhana,
para petani dapat membuatnya secara mandiri
dan dengan bahan baku yang umum terdapat
di masyarakat tentunya akan mengurangi
biaya produksi, sehingga kesejahteraan petani
meningkat.

 Dengan meminimalisir penggunaan
produk/paket modern yang serba instan, dan
pencanagan pupuk organik diharapkan
pertanian Indonesia dapat memberikan
kualitas produk yang sehat, sehingga dapat
menjadi solusi terhdap permasalahan pangan
Indonesia.

8. DAFTAR PUSTAKA

[1] Adisuwirjo, Djoko. 2008. Dasar Fisiologi Ternak.
[2] Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik.

Kanisius : Jogjakarta

EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N,P,K TERHADAP C-Organik,
N-Total,C/N, SERAPAN N, SERTA HASIL PADI HITAM PADA
INCEPTISOLS

The Effect of Organic and N,P,K Fertilizers on Organic C, Total N, C/N, N Uptake,
and Yields od Black Rice on Inceptisols

Anni Yuniarti 1,* Maya Damayani1 dan Dina Mustika Nur2
1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas

Padjadjaran, Jln. Raya Jatinangor Km. 21 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363,
[email protected] ; [email protected]
2 Alumni Fakultas Petanian, Universitas Padjadjaran. [email protected]
*) Penulis korespondensi

ABSTRAK

Padi hitam memiliki kandungan antosianin yang tinggi sehingga dijadikan
sebagai pangan fungsional karena bermanfaat bagi kesehatan. Tanah Inceptisol
termasuk tanah pertanian di Indonesia yang sebarannya cukup luas yaitu sekitar 70.52
juta ha (37.5%), akan tetapi memiliki permasalahan yaitu unsur N pada tanah yang
relatif rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik budidaya yang tepat. Salah
satunya melalui pemberian pupuk berimbang, yaitu pemberian pupuk organik yang
bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk
NPK, serta pemberian pupuk anorganik bertujuan untuk meningkatkan hasil padi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian macam pupuk
organik dan pupuk N,P,K terhadap C-Organik, N-Total, C/N, Serapan N, serta hasil
Padi Hitam (Oryza sativa L. indica) pada Inceptisol asal Jatinangor. Aplikasi macam
pupuk organik diharapkan mampu menurunkan dosis pupuk N,P,K tanpa mengurangi
hasil padi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018
di screen house kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian ± 750 meter di atas permukaan
laut. Rancangan percobaan yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dengan tiga ulangan. Macam pupuk organik yang
digunakan terdiri dari kompos jerami, kotoran ayam, kotoran sapi dan kotoran domba.
Pupuk N,P,K ½ dan 1 dosis (dosis anjuran pupuk N,P,K adalah Urea 300 kg/ha; TSP 50
kg/ha dan KCl 50 kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi macam pupuk
organik dan pupuk N,P,K memberikan pengaruh terhadap C-organik, C/N, serapan N,
serta hasil padi hitam. Aplikasi kotoran ayam dan 1 dosis N,P,K memberikan hasil padi
hitam terbaik yaitu sebesar 55,40 g/tanaman atau setara dengan 7,09 ton/ha.

Kata kunci: Inceptisol, padi hitam (Oryza sativa L. indica), pupuk organik

ABSTRACT

Black rice has high anthocyanin content so that it is used as a functional food
because its beneficial for health. Inceptisol soil is included in agricultural land in
Indonesia, which has a wide distribution of around 70.52 million ha (37.5%), but has a
problem that is the N element on relatively low soil. Therefore, it is necessary to do the

Jurnal Pertanian Presisi Vol. 3 No. 2 Desember 2019

right cultivation techniques. One of them is through the provision of balanced
fertilizers, namely the provision of organic fertilizers which aims to improve soil fertility
and reduce the use of NPK fertilizers, and the provision of inorganic fertilizers aims to
improve rice yield. This study aims to determine the effect of administration of various
types of organic fertilizers and N,P,K fertilizers on Organic C, Total N, C/N, N Uptake,
and yield of Black Rice (Oryza sativa L. indica) on Inceptisol from Jatinangor. The
application of various types of organic fertilizer is expected to reduce the dosage of
fertilizers N,P,K without reducing the rice yields. This research was conducted from
July 2018 to December 2018 in screen house at Ciparanje experiment field, Faculty of
Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang, West Java with altitude at
± 750 meters above sea levels. The experimental design used Randomized Block Design
(RBD) with 10 treatments and three replications. The types of organic fertilizer used
consisted of straw compost, chicken manure, cow manure and sheep manure. Fertilizer
N, P, K ½ and 1 dose (recommended dosage of fertilizer N, P, K are Urea 300 kg/ha;
TSP 50 kg/ha and KCl 50 kg/ha). The results showed that the application of various
types of organic fertilizers and N,P,K fertilizers had an influence on Organic C, C/N, N
Uptake, and black rice yield. The application of chicken manure and 1 dose of N,P,K
gave the best black rice yield of 55.40 g/plant or equivalent to 7.09 ton/ha.

Keywords: Inceptisol, black rice (Oryza sativa L. indica), organic fertilizer

PENDAHULUAN lama (5-6 bulan), batangnya mudah rebah
Padi hitam merupakan salah satu karena memiliki batang tinggi dan
pengaruh curah hujan yang tinggi.
jenis padi yang mulai populer dan Menurut Warman et. al. (2015), padi
dikonsumsi sebagai pangan fungsional hitam merupakan padi lokal yang
karena bermanfaat bagi kesehatan, di memiliki karakter yang sama dengan padi
antaranya dapat meningkatkan daya tahan lokal lainnya, seperti memiliki umur
tubuh terhadap penyakit, mem-perbaiki tanaman yang masih panjang (>145 hari)
kerusakan sel hati (hepatitis dan sirosis), dan perawakan yang lebih tinggi (>150
mencegah gangguan fungsi ginjal, cm). Hal ini mengakibatkan beras hitam di
mencegah kanker atau tumor, mem- Indonesia cenderung terbatas dan
perlambat penuaan, mencegah anemia, harganya relatif mahal (Hanifah et. al..,
membersihkan kolesterol dalam darah dan 2016). Selain itu, kendala lainnya adalah
sebagai antioksidan (Suardi & Ridwan, terjadinya degradasi lahan akibat praktik
2009). budidaya yang kurang tepat, pemberian
pupuk anorganik yang tidak sesuai dengan
Menurut Kristamtini et. al. (2012), anjuran, serta tidak dilakukan
pengembangan padi hitam masih relatif pengembalian bahan organik ke dalam
rendah karena belum dibudidayakan
secara luas dikarenakan umur panen yang

Yuniarti, Damayani, Nur, Efek Pupuk Organik…
https://doi.org/10.35760/jpp.2019.v3i2.2205

tanah yang mengakibatkan penurunan tidak dapat menjamin keberlangsungan
kualitas dan kesuburan pada tanah sawah pertumbuhan bibit yang optimum. Secara
Inceptisol.Menurut Pusat Penelitian Tanah umum, kesuburan dan sifat kimia
dan Agroklimat (2006), Inceptisol Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih
merupakan tanah pertanian utama di dapat diupayakan untuk ditingkatkan
Indonesia yang sebarannya cukup luas dengan penanganan dan teknologi yang
yaitu sekitar 70,52 juta ha (37,5%) tepat, yaitu dengan melakukan
sehingga berpotensi untuk budidaya pemupukan berimbang. Hal ini penting
tanaman pangan terutama padi, jagung dilakukan karena unsur hara merupakan
dan kedelai apabila dikelola dengan tepat salah satu faktor yang dapat menentukan
dan sesuai. Kendala yang dihadapi pada produktivitas padi. Pupuk berperan
Inceptisol adalah sifat kimia tanah yang menambah unsur hara yang dibutuhkan
kurang baik dilihat dari C-organik dan N tanaman. Menurut Hardjowigeno (2010),
tanah yang rendah. Inceptisol yang banyak produksi padi dapat ditingkatkan dengan
dijumpai pada tanah sawah memerlukan penambahan unsur hara. Menurut
masukan yang tinggi, baik untuk masukan Dobermann dan Fairhurst (2000), setiap
anorganik (pemupukan berimbang N, P, satu ton padi membutuhkan sekitar 14,7
dan K) maupun organik (pencampuran kg N/ha; 2,6 kg P/ha; dan 14,5 kg K/ha
sisa panen ke dalam tanah saat pengolahan yang diperoleh dari tanah, air irigasi dan
tanah, pemberian pupuk kandang atau pemupukan.
pupuk hijau). Berdasarkan Permentan
No.40 Tahun 2007 menyatakan bahwa Unsur N merupakan unsur hara
pengembalian bahan organik atau essensial yang termasuk ke dalam unsur
pemberian pupuk organik yang di- hara makro yakni diperlukan dalam
kombinasikan dengan pupuk anorganik jumlah banyak. Fungsi unsur nitrogen
dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi yaitu untuk memperbaiki pertumbuhan
dan kesuburan tanah. vegetatif tanaman dan pembentukkan
protein (Hardjowigeno, 2010). Unsur N
Menurut Sudirja et. al. (2007), mempunyai peranan yang penting dalam
menunjukkan bahwa sifat kimia Inceptisol pertumbuhan dan perkembangan semua
yang kurang baik dilihat dari jumlah C- jaringan hidup (Brady & Weil, 2002).
organik tanah yang rendah (1,88%) danN-
total tanah yang rendah (0,15%) yang Bahan organik merupakan sumber
N yang utama di dalam tanah

Jurnal Pertanian Presisi Vol. 3 No. 2 Desember 2019

(Hardjowigeno, 2010). Indonesia melampaui batas efisiensi teknis dan
ekonomis akan berdampak terhadap
merupakan salah satu negara yang pelandaian produksi. Aplikasi pupuk
organik pada lahan sawah diharapkan
memiliki tanah mineral bermasalah dalam dapat mengurangi dosis pupuk anorganik.
Sumber pupuk organik yang dapat
hubungannya dengan tingginya laju dimanfaatkan di antaranya kompos jerami,
pupuk kotoran ayam, sapi dan domba.
dekomposisi bahan organik dan pencucian Penelitian ini memanfaatkan empat
sumber pupuk organik karena ingin
hara. Bahan organik tanah yang umumnya mengurangi penggunaan pupuk anorganik
dan meningkatkan kesuburan tanah.
rendah (< 2%) dan pH tanah masam.
Jerami merupakan bahan organik
Menurut Las dan Setyorini (2010), bahwa yang tersedia dalam jumlah besar bagi
petani padi. Berdasarkan hasil analisis
± 73% lahan pertanian di Indonesia pupuk organik pada penelitian ini, kompos
jerami memiliki nilai kandungan C-
memiliki kandungan C-organik < 2,00%. organik paling rendah yaitu 9,19 % dan
memiliki nilai kandungan N paling rendah
Kurangnya kadar hara nitrogen 0,76%. Berdasarkan penelitian Indriyati
et. al. (2007), bahwa pemberian jerami
akan berpengaruh terhadap serapan N dapat meningkatkan aktivitas enzim
nitrogenase dalam proses penambatan N2
tanaman. Dalam mengatasi kendala ini, yang akan menjadi N tersedia bagi padi
pada stadia generatif, serta dapat
maka perlu dilakukan pemupukan ber- meningkatkan kandungan C-organik
dalam tanah
imbang untuk meningkatkan produktivitas
Menurut Widowati et. al. (2005),
tanah dan tanaman. Menurut Hardjowigeno pengomposan pupuk kandang akan
meningkatkan kadar hara makro. Zat - zat
(2003), dalam pemupukan perlu adanya hara yang terkandung dalam kotoran, akan
diubah menjadi bentuk yang mudah
keseimbangan jumlah unsur hara dalam

tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman

akan unsur hara tersebut. Penggunaan

pupuk secara tepat adalah salah satu faktor

untuk mempertahankan produktivitas

tanah sawah, di samping akan

menguntungkan baik secara teknis,

ekonomis, maupun lingkungan

(Hardjowigeno & Rayes, 2001).

Menurut Adiningsih dan

Soepartini (1995), penerapan pemupukan

berimbang bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi penggunaan pupuk serta mem-

perbaiki produktivitas tanah pertanian.

Apabila pemupukan anorganik digunakan

Yuniarti, Damayani, Nur, Efek Pupuk Organik…
https://doi.org/10.35760/jpp.2019.v3i2.2205

diserap tanaman, seperti unsur N yang lainnya. Selain itu, kotoran domba
mudah menguap akan dikonversi menjadi memiliki kandungan N sebesar 0,75%,
bentuk lain seperti protein. Menurut unsur P 0,50% dan unsur K 0,45%.
penelitian Herliana et. al. (2016),
menunjukkan bahwa jenis pupuk kandang Pemberian bahan organik
berpengaruh nyata terhadap tinggi bermanfaat dalam penyediaan unsur hara
tanaman, jumlah anakan per rumpun, dan mengaktifkan mikroorganisme tanah,
jumlah daun, jumlah anakan produktif, sehingga struktur tanah menjadi remah
bobot gabah per rumpun, bobot gabah per (Roidah, 2013). Struktur tanah yang
hektar, dan bobot 1000 butir. remah menyebabkan adanya perluasan
jangkauan perakaran dalam serapan unsur
Menurut Widowati et. al. (2005), hara dalam tanah. Unsur hara yang diserap
di antara jenis pupuk kandang, pupuk oleh akar akan ditranslokasikan ke bagian
kotoran sapi memiliki kadar serat yang vegetatif dan generatif tanaman untuk
tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari memacu proses fotosintesis secara optimal
hasil pengukuran C/N sebesar >40 (cukup sehingga dapat mempengaruhi berat
tinggi). Tingginya kadar C dalam pupuk kering tanaman. Berat kering brangkasan
kotoran sapi, menghambat penggunaan ialah peubah yang penting untuk
langsung ke lahan pertanian karena akan mengetahui akumulasi biomassa serta
menekan pertumbuhan tanaman utama. imbangan fotosintesis pada masing -
masing organ tanaman (Mahmud et. al..,
Menurut Widowati et. al. (2005), 2002). Aplikasi macam pupuk organik dan
pupuk kotoran ayam selalu memberikan pupuk N,P,K diharapkan dapat
respon tanaman yang terbaik pada musim meningkatkan C-organik, N-total, C/N,
pertama. Hal ini terjadi karena pupuk serapan N, serta hasil padi hitam (Oryza
kotoran ayam relatif lebih cepat sativa L. indica) pada Inceptisol asal
terdekomposisi serta mempunyai kadar Jatinangor.
hara yang cukup apabila dibandingkan
dengan jumlah unit yang sama dengan BAHAN DAN METODE
pupuk kotoran hewan jenis lainnya. Penelitian ini menggunakan
Sedangkan menurut Saleh (2004) bahwa
kotoran domba memiliki kandungan C- metode Rancangan Acak Kelompok
organik lebih tinggi yaitu sebesar 31,45% (RAK), terdapat 10 perlakuan, diulang
dibandingkan dengan pupuk kandang jenis sebanyak tiga kali, dan dibuat dua unit

Jurnal Pertanian Presisi Vol. 3 No. 2 Desember 2019

percobaan sehingga terdapat 60 satuan menunjukkan hasil dari uji lanjut jarak
percobaan. Setiap satuan percobaan berganda Duncan dengan taraf nyata 5%
ditanam dalm pot yang berbeda, sehingga terhadap C-organik tanah pada Inceptisol
terdapat 60 buah pot. Perlakuannya adalah asal Jatinangor. Tabel 1 menunjukkan
macam pupuk organik kompos jerami, bahwa pada perlakuan A (kontrol)
kotoran ayam, kotoran sapi dan kotoran memiliki nilai yang berbeda nyata dengan
domba) dan pupuk N,P,K ½ dan 1 dosis sembilan perlakuan lainnya, sedangkan
(dosis anjuran pupuk N,P,K adalah Urea pada perlakuan B (kompos jerami + 1/2
300 kg/ha; TSP 50 kg/ha dan KCl 50 kg/ha) dosis N,P,K) hingga perlakuan J (1 dosis
Hasil analisis awal tanah Inceptisol asal N,P,K) nilai C-organik tanah memiliki
jatinangor dalam penelitian ini memiliki nilai yang tidak berbeda nyata. Akan
pH netral (6,55), kandungan C-organik tetapi, dari sembilan perlakuan yang
rendah (1,89 %), N-total sedang (0,24 %) menunjukkan nilai kandungan C-organik
sehingga C/N rendah (8). Hasil uji tekstur tanah tertinggi terdapat pada perlakuan H
pada tanah tersebut menunjukkan tekstur (kotoran domba + ½ dosis N,P,K) sebesar
liat berdebu (pasir 13%, debu 41% dan liat 2,76%. Hal ini diduga karena pengaruh
46%). Tanah yang bertekstur liat kandungan C-organik pupuk kotoran
mempunyai kemampuan menahan air dan domba tergolong yang paling tinggi
me-nyediakan unsur hara tinggi, karena (31,45%) dibandingkan pupuk organik
termasuk ke dalam klasifikasi tanah halus lainnya (Harjowigeno,2010). Kotoran
yang setiap satuan beratnya mempunyai domba memiliki dekomposisi yang baik
luas permukaan yang lebih besar, dibandingkan dengan kotoran hewan yang
sehingga banyak ruang pori yang tersedia lainnya. Hal ini didukung oleh
(Hardjowigeno, 2010). Hardjowigeno (2010) yang menyatakan
bahwa pupuk kotoran domba meng-
C-Organik andung N dan K masing-masing dua kali
lebih besar daripada kotoran sapi.
Hasil analisis sidik ragam Menurut Mirwan (2015), kandungan C-
menunjukkan bahwa aplikasi macam organik berkaitan erat dengan proses
pupuk organik dan pupuk N,P,K dekomposisi bahan organik dalam
memberikan hasil yang berbeda nyata pengomposan dan kematangan kompos
terhadap C-organik tanah. Tabel

Yuniarti, Damayani, Nur, Efek Pupuk Organik…
https://doi.org/10.35760/jpp.2019.v3i2.2205


Click to View FlipBook Version