unsur hara. Unsur hara bisa diperoleh Kota Tomohon, dengan ketinggian sekitar
melalui sub sektor peternakan dengan 818 m dari permukaan laut dan di daerah
memanfaatkan limbah peternakan seperti dataran rendah Kalasey Kecamatan Pineleng
kotoran sapi sebagai pupuk organik. Kabupaten Minahasa dengan ketinggian
tempat berkisar 128 m dari permukaan laut,
Berdasarkan hal tersebut maka khususnya di lahan yang terdapat kotoran
dilakukan penelitian analisis kandungan ternak. Analisis sifat kimia dilakukan di
unsur hara pada kotoran sapi di daerah laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
dataran tinggi dan dataran rendah. Rumusan Fakultas Pertanian Universitas Sam
Masalah Ratulangi Manado. Penelitian ini dilakukan
Rumusan Masalah selama 1 Bulan yakni pada bulan mulai Mei
2019.
Apakah terdapat perbedaan Bahan dan Alat
kandungan unsur hara pada kotoran sapi di
daerah dataran tinggi dan dataran rendah ? Alat yang digunakan yaitu, kantong
Tujuan dan Manfaat plastik, GPS, kertas label, ayakan 0,5 mm,
timbangan, erlenmeyer, pipet, dan alat tulis
Adapun tujuan penelitian adalah menulis. Bahan berupa sampel berupa
untuk menganalisis kandungan unsur hara kotoran ternak (sapi) serta bahan yang
pada kotoran sapi di daerah dataran tinggi digunakan dalam metode analisis Kimia
dan dataran rendah. Manfaat penelitian agar tanah dilaboratorium khususnya metode
supaya dapat memberikan informasi tentang analisis pH (pH meter), Nitrogen (Metode
perbedaan kandungan kotoran sapi di Kjedhal), Fosfor (Metode Bray I), Kalium
dataran tinggi dan dataran rendah. Selain itu (Metode Bray I).
dapat dijadikan rekomendasi terkait
kandungan unsur hara pada kotoran sapi Metode Penelitian
sehingga nantinya berguna dalam Penelitian ini yang digunakan dalam
pembuatan pupuk organik.
penelitian ini adalah metode survey dan
METODOLOGI PENELITIAN analisis Laboratorium. Sampel kotoran
ternak diambil pada 2 titik yaitu di dataran
Tempat dan Waktu Penelitian tinggi dan datarn rendah. Masing-masing
Pengambilan kotoran ternak
dilaksanakan di daerah dataran tinggi yakni
titik diambil satu sampel sehingga didapat 2 Analisis Data
sampel kotoran ternak untuk di analisis. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif kuantitatif.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai berikut: Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Tomohon (daerah dataran tinggi)
a. Penelitian diawali dengan survey Penelitian dilakukan di Kota Tomohon
lapangan untuk penetapan lokasi sebagai keterwakilan daerah dataran tinggi
pengamatan dan penentuan titik dan berada pada ketinggian 400- 1500 meter
sampel. dpl dengan kisaran suhu 18° C - 30° C
(BPS, 2017). Pengambilan sampel kotoran
b. Pengambilan sampel pada titik sapi di Kota Tomohon dilakukan pada titik
pengamatan yang telah ditentukan. yaitu pada 01°20’44.7” N 124°50’20.3” E
dengan ketinggian 818 m dpl. Peta lokasi
c. Sampel kotoran ternak diambil pada pengambilan sampel penelitian di Kota
2 titik sampel di Tomohon dan di Tomohon disajikan pada gambar 1.
desa Kalasey
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan
d. Sampel kotoran ternak dibawah ke Sampel di Kota Tomohon
laboratorium dan dikering anginkan
Kalasey (daerah dataran rendah)
e. Kotoran ternak yang sudah di kering Pengambilan sampel kotoran sapi di
angingkan dan ditimbang selanjutnya
siap di analisis. dataran rendah di desa Kalasey Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa yang
Variabel pengamatan
1. Derajat kemasaman (pH)
2. Nitrogen Menggunakan Metode
Kjedhal
3. Fosfor dengan mengunakan Metode
Bray 1
4. Kalium menggunakan Metode Bray
1
5. C-organik
berada pada lahan perkebunan masyarakat Pakan untuk ternak sapi bisa
dengan vegetasi seperti tanaman pisang, dibedakan menjadi dua macam yakni pakan
kelapa dan vegetasi rumput berada pada titik serat dan konsentrat ataupun pakan penguat.
ketinggian 0-100 diatas permukaan laut. Kacang-kacangan atau legum, rumput dan
Titik pengambilan sampel berada pada 128 juga limbah pertanian (tanamanan pangan)
mdpl. termasuk sumber pakan serat yang
baik bagi sapi. Kualitas pakan tersebut
Desa kalasey berada di wilayah sejatinya dipengaruhi oleh umur tanaman,
pesisir pantai yang terletak antara apabila hijauan tanaman pakan dipanen saat
01°26’22.6” N dan 124°46’37.7” E. Lokasi umur tua maka kualitas dari hijauan tanaman
pengambilan sampel penelitian di Desa relatif rendah.
Kalasey disajikan pada gambar berikut.
Berdasarkan hasil survei di lapangan
Gambar 2. Peta Pengambilan Sampel di jenis pakan ternak sapi di Tomohon dengan
Desa Kalasey di Kalasey berbeda karena kondisi lahan
yang berbeda pula. Jenis pakan ternak di
Penggunaan Tanah Di Lokasi Penelitian Tomohon terdiri dari sisa jerami padi,
Penggunaan tanah di lokasi rumput gajah, rumput piso sedangkan pakan
di Kalasey seperti rumput raja atau King
penelitian baik di Kalasey maupun di Grass, Setaria atau Sphacelata, Rumput
Tomohon menunjukkan perbedaan. Tanah di Gajah Hawai atau Pennisetum Purperium.
lokasi Tomohon merupakan lahan bekas
sawah sedangkan tanah di Kalasey Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi
merupakan tanah ladang perkebunan Kotoran sapi adalah limbah hasil
sehingga terdapat vegetasi seperti kelapa.
Area di lokasi penelitian juga memberikan pencernaan sapi dan hewan dari sub famili
pengaruh terhadap pakan ternak dari Sapi. Bovinae lainnya. Kotoran sapi memiliki
warna yang bervariasi dari kehijauan hingga
kehitaman, tergantung makanan yang
dimakannya. Setelah terpapar udara, warna
dari kotoran sapi cenderung menjadi gelap
(Anonim, 2016). Kandungan unsur hara
dalam kotoran sapi bervariasi tergantung
pada keadaan tingkat produksinya, jenis, Gambar 3. Diagram C-Organik
jumlah konsumsi pakan, serta individu
ternak sendiri (Abdulgani, 1988). Berdasarkan hasil C-organik yang
diperoleh maka dapat diketahui pula bahan
Hal yang paling utama dari kotoran organik yang terkandung didalamnya
sapi adalah kandungan unsur haranya. Setiap menggunakan konversi C-organik menjadi
kandungan unsur hara yang terkandung bahan organik = % C-organik x 1,724.
dalam kotoran ternak dapat dimanfaatkan Pengukuran kandung bahan organik dengan
kembali dengan menggunakan kotoran metode walkey and black ditentukan
ternak sebagai pupuk kandang. Kandungan berdasarkan kandungan C-organik
unsur hara dalam kotoran yang penting (Foth,1994). Berikut disajikan hasil konversi
untuk tanaman adalah unsur nitrogen (N), C-organik menjadi Bahan Organik.
fosfor (P), dan kalium (K).
Berdasarkan tabel di atas
Dari hasil pemeriksaan kotoran sapi menunjukkan bahwa kandungan unsur hara
secara teknis di laboratorium diperoleh data- kotoran sapi pada lokasi penelitian memiliki
data beberapa kandungan unsur hara dari BO ≥ 2%. Menurut penelitian yang
kotoran sapi dilokasi pengamatan, seperti C- dilakukan oleh Musthofa (2007),
Organik, unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan menyatakan bahwa kandungan bahan
kalium (K).
C-Organik
C-Organik adalah penyusun utama
bahan organik. Bahan organik tanah adalah
senyawa-senyawa organik kompleks yang
sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi (Hanafiah
2007). Menurut Istomo (1994), bahan
organik ternyata mempunyai peranan yang
sangat penting dalam tanah terutama
pengaruhnya terhadap kesuburan tanah.
organik harus dipertahankan tidak kurang Gambar 4. Diagram Kandungan N-Total
dari 2 %. Karena pada dasarnya, bahan
organik dalam memiliki peranan dalam Tingginya nilai N-total kotoran sapi
penentuan kesuburan tanah. pada dua lokasi yang berbeda dikarenakan
tingginya bahan organik kotoran sapi
Nitrogen (N) tersebut. Adanya bahan organik yang tinggi
Nitrogen adalah unsur hara makro pada kotoran sapi dapat memberikan
sumbangan kedalam tanah sehingga bisa
utama yang dibutuhkan tanaman dalam direkomendasi untuk menjadi pupuk
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam organik, jadi dapat dikatakan bahwa
bentuk amonium (NH) dan nitrat (NO) semakin tinggi bahan organik pada kotoran
(Gardner dkk 1991). Hanafiah (2007) dalam sapi maka semakin tinggi pula kadar
bukunya menyatakan bahwa Nitrogen Nitrogen pada kotoran sapi tersebut. Hakim
menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan dkk, (1986) menyatakan bahwa senyawa
berfungsi terutama dalam pembentukan yang mengandung Nitrogen sebagai hasil
protein Hasil analisis kandungan N-Total dekomposisi bahan organik salah satunya
kotoran sapi dari dataran tinggi dataran adalah amonium yang merupakan bentuk N
rendah, menunjukkan bahwa nilai N-Total pertama yang diperoleh dari penguraian
berada pada kriteria tinggi seperti yang protein melalui proses enzimatik yang
ditampilkan pada Gambar 5. Nilai N-Total dibantu oleh jasad heterotropik.
tertinggi diperoleh dari kotoran sapi di Amonium inilah yang digunakan oleh jasad
dataran rendah (Kalasey) yaitu 0,88 % mikro, oleh tanaman atau diubah menjadi
(tinggi). Sedangkan nilai N-Total terendah Nitrat. Sedangkan Nitrat merupakan hasil
diperoleh pada daerah tomohon yaitu 0,68 % akhir dari dekomposisi senyawa Nitrogen.
(tinggi). Hasil analisis kandungan N-Total
di lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 4.
Fosfor (P) pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil (Foth, 1994).
Terdapat dua bentuk fosfor dalam tanah, Adapun hasil dari analisis kandungan P-
yakni fosfor anorganik dan fosfor organik. Total dari dua tipe penggunaan lahan yang
Sumber utama fosfat anorganik adalah hasil berbeda, menunjukkan bahwa semua nilai P-
pelapukan dari mineral-mineral apatit, dari Total berada pada kriteria sedang sampai
pupuk-pupuk buatan dan dekomposisi bahan rendah seperti yang ditampilkan pada
organik. Sebagian besar fosfat anorganik Gambar 6. Nilai P-Total tertinggi diperoleh
tanah berada dalam persenyawaan kalsium dari lahan Tomohon yaitu 0.34 (sedang).
(Ca-P), Alumunium (Al-P), dan besi (Fe-P) Sedangkan nilai P-Total terendah diperoleh
yang semuanya sulit larut di dalam air. dari lahan Kalasey yaitu 0.33 (rendah). Hasil
Fosfor organik tanah berada dalam tiga grup analisis kandungan P-Total dari dua tipe
senyawa, yaitu : fitin dan turunannya, asam penggunaan lahan yang berbeda,
nukleat, dan fosfolipida. Kadar fosfor menunjukkan bahwa semua nilai P-Total
organik tanah dijumpai lebih besar pada berada pada kriteria sedang seperti yang
lapisan tanah atas (top soil) dibandingkan ditampilkan pada gambar dibawah ini.
dengan lapisan tanah bawah (sub soil). Hal
ini terjadi karena pada lapisan atas terdapat Gambar 5. Diagram Kandungan
penumpukan sisa-sisa tanaman atau bahan P-Total pada Kotoran Sap
organik (Damanik et al., 2010).
Bentuk fosfor organik biasanya terdapat
banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan
bahan organik. Kadar fosfor organik dalam
bahan organik kurang lebih sama kadarnya
dalam tanaman yaitu 0,2 - 0,5 %. Tanah-
tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol)
umumnya berkadar alami fosfor rendah dan
berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman
tanpa memperhatikan suplai fosfor
kemungkinan besar akan gagal akibat
defisiensi fosfor. Jika kekurangan fosfor,
Kalium (K)
Kalium (K) adalah hara penting yang
sangat dibutuhkan tanaman. Penyerapan
kalium oleh tanaman tergolong tinggi
dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.
Keberadaan kalium pada beberapa jenis
tanah berkisar 0,5-2,5%. Umumnya Gambar 6. Diagram Kandungan K-Total
kandungan total kalium yang lebih rendah Kalium merupakan unsur hara ketiga
setelah nitrogen dan fosfor yang diserap oleh
terdapat pada tanah bertekstur kasar (coarse tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan
positif dari kalium akan membantu
texture) yang berasal dari batuan pasir atau menetralisir muatan listrik yang disebabkan
oleh muatan negative nitrat, fosfat, atau
kuarsa, sebaliknya kandungan kalium akan unsur lainnya.
lebih tinggi pada tanah yang bertekstur halus Hasil analisis kandungan K2O %
kotordan sapi dari dataran tinggi dataran
yang terbentuk dari batuan dengan rendah, menunjukkan bahwa nilai K2O %
berada pada kriteria tinggi seperti yang
kandungan mineral K yang tinggi (Havlin et ditampilkan pada gambar 7. Nilai K2O
tertinggi diperoleh dari kotoran sapi di
al.,1999; Rosemarkam & Yuwono, 2002). dataran rendah (Kalasey 1) yaitu 0,56%
(tinggi). Sedangkan nilai K2O % terendah
Kalium berfungsi dalam diperoleh dari lahan pada tomohon yaitu
0,4% (tinggi).
pembentukan protein dan karbohidrat, selain
Outerbridge (1991) menyatakan
itu, unsur ini juga berperan penting dalam bahwa kotoran ternak merupakan bahan
organik dengan nilai C/N rendah. Oleh
pembentukan antibodi tanaman untuk karena itu kotoran ternak dapat dicampur
dengan limbah tanaman yang memiliki C/N
melawan penyakit. Ciri fisik tanaman yang yang tinggi untuk dijadikan kompos yang
kekurangan kalium yaitu, daun tampak
keriting, dan mengilap. Lama kelamaan,
daun akan menguning di bagian pucuk dan
pinggirnya.
baik. Seekor sapi dapat menghasilkan Gambar 7. Diagram pH
kotoran antara 8-10 kg/harinya. Kotoran
sapi akan menimbulkan masalah bila tidak Analisis kandungan pH-Total
dimanfaatkan dan ditangani dengan baik. kotoran sapi dari dataran tinggi dataran
Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan rendah menunjukkan bahwa nilai pH-Total
begitu saja, karena selain mengganggu dan berada pada kriteria tinggi seperti yang
mengotori lingkungan, juga sangat ditampilkan pada gambar. Nilai pH-Total
berpotensi untuk menimbulkan penyakit tertinggi diperoleh dari kotoran sapi di
bagi masyarakat sekitarnya. dataran rendah (Kalasey 1) yaitu 7,6 %
(tinggi). Sedangkan nilai pH-Total terendah
Derajat Kemasaman (pH) diperoleh dari lahan pada tomohon yaitu
Reaksi tanah yang penting adalah 7,48 % (tinggi).
Selain itu untuk kadar air kotoran sapi
masam, netral atau alkalis. Hubungan menurut Hasil penelitian Lingga (1991)
dengan kotoran sapi yang banyak dijadikan bahwa kotoran sapi yang mempunyai kadar
sebagai bahan untuk pupuk organik dalam air 80 %. Sedangkan hasil penelitian yang
peningkatan unsur hara adalah adanya nilai dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda
pH yang terkandung dalam kotoran sapi baik di Tomohon maupun di Kalasey.
tersebut. Hal tersebut didasarkan pada Data hasil penelitian kadar air kotoran sapi
jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan di sajikan pada gambar berikut.
kotoran sapi. Reaksi yang menunjukkan
sifat kemasaman atau alkalinitas dinilai
berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan
dengan nilai pH. Berikut ini disajikan
diagram hasil pengukuran pH pada kotoran
sapi.
Gambar 8. Diagram Kadar Air Kotoran faktor yang mempengaruhi unsur-unsur
Sapi yang terdapat dalam kotoran sapi.
Diagram diatas menunjukkan kadar Penelitian kandungan hara kotoran
air tertinggi kotoran sapi terdapat pada titik sapi juga pernah dilakukan oleh Lingga
pengamatan di Tomohon (dataran tinggi) (1991), dengan hasil analisis yang dapat
dan kadar air kotoran sapi terendah berada dilihat pada tabel berikut.
pada titik pengamatan di Kalasey (dataran
rendah). Kondisi wilayah di dataran tinggi KESIMPULAN DAN SARAN
dengan curah hujan yang tinggi Kesimpulan
menyebabkan kadar air kotoran sapi di
Tomohon lebih tinggi dari kadar air kotoran Hasil penelitian menunjukkan
sapi di dataran rendah yaitu di Kalasey. bahwa:
1) C-Organik, tertinggi berada pada lokasi
Hasil penelitian kandungan hara
kotoran sapi di Tomohon dan di Kalasey di wilayah Tomohon 1, yaitu sebesar
menunjukkan perbedaan yang siginifkan 10,42 % . Sedangkan nilai C-Organik
dikedua lokasi tersebut. Kotoran Sapi di terendah berada pada lokasi di Desa
Tomohon memiliki kandungan bahan Kalasey yaitu sebesar 8,69 % .
organik yang tinggi dibandingkan dengan
bahan organik kotoran sapi di Kalasey,
begitu pun dengan kandungan hara lainnya
seperti Nitrogen, P2O5, K2O juga memilki
perbedaan. Hal tersebut dikarenakan jenis
ternak sapi, jumlah konsumsi pakan, serta
pola individu ternak itu sendiri menjadi
2) Nitrogen (N-total), nilai tertinggi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
diperoleh dari kotoran sapi di dataran Bogor: Bogor.
rendah (di wilayah Kalasey 1) yaitu
sebesar 0,88 %. Sedangkan nilai N-Total Damanik, M.M.B., Hasibuan, B.E. Fauzi,
terendah diperoleh pada daerah Sarifuddin dan Hanum, H. 2010.
Tomohon yaitu 0,68 %. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
USU Press: Medan.
3) Fosfor (P), nilai P2O5 tertinggi diperoleh
pada lahan di wilayah Tomohon yaitu Foth, D.H., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
0.34 % dengan, sedangkan nilai P2O5 Gadjah Mada University Press,
terendah diperoleh dari lahan di wilayah Yogyakarta.
Kalasey yaitu 0.22 %.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L.
4) Unsur kalium (K-total), nilai K2O Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
tertinggi diperoleh dari kotoran sapi di Budidaya. Terjemahan: Herawati
dataran rendah (di wilayah Kalasey 1) Susilo. UI Press, Jakarta.
yaitu sebesar 0,56%, sedangkan nilai
K2O terendah diperoleh pada lahan di Hasyim, A. dan M. Yusuf. 2008.
wilayah Tomohon yaitu sebesar 0,36 % Diversifikasi Produk Ubi jalar sebagai
Bahan Pangan Substitusi Beras. Badan
Saran Litbang Pertanian, Malang.
Hasil penelitian disarankan untuk
Hanafiah, K. A. (2007). Dasar-Dasar Ilmu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Tanah. Jakarta : Raja Grafindo
penggunaan kotoran ternak sapi sebagai Persada
pupuk organik dan diaplikasikan pada
tanaman. Hakim Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Lampung: Universitas
DAFTAR PUSTAKA Lampung
Anonim,2016.Wikipedia.http/unsurharakoto
Havlin, J.L., J.D. Beaton., S.L. Tisdale, and
ransapi.com W.L. Nelson. 1999. Soil Fertility and
Fertilizers. An Introduction to
Abdulgani, I. K., 1988. Seluk Beluk Kotoran Nutrient Management. Sixth Edition.
Sapi serta Manfaat Praktisnya. Prentice Hall, New Jersey. p. 255-264.
Irvan, A. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk
Sp-36, Kcl, Kieserit Dan Kotoran Sapi
Terhadap Jumlah Mikroorganisme
Pada Andisol Tongkoh Kabupaten
Karo. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Istomo, 1992.Tinjauan Ekosistem Hutan
Mangrove dan Pemenfaatan di
Indonesia. Bahan Acuan Ekologi
Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan north-eastern Thailand. J. Sci. Food
Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Agric., 92(9), 1956–1963.
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Saeed, S., Barozai, M.Y.K., Ahmad, A., &
Shah, S.H. (2014). Impact of altitude
Lingga, P. 1991. Jenis Kandungan Hara on soil physical and chemical
pada Beberapa Kotoran Ternak. Pusat properties in Sra Ghurgai (Takatu
Penelitian Pertanian dan Pedesaan mountain range) Quetta, Balochistan.
Swadaya (P4S). ANTANAN. Bogor. International Journal of Scientific &
Engineering Research, 5(3), 730–735.
Mustofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik,
Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan
Pertanian di Kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser. [Skripsi]. Bobor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba dalam
Pertanian Organik Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Outerbridge, Thomas (ed). (1991). Limbah
Padat di Indonesia : Masalah atau
Sumber Daya. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Ping, C., Gary, J., Michaelson, Cynthia, A.,
Stiles, & González, G. (2013). Soil
characteristics, carbon stores, and
nutrient distribution in eight forest
types along an elevation gradient,
eastern Puerto Rico. Ecological
Bulletins, 54, 67– 86.
Rosemarkam, A. dan Yuwono, N.W. (2002).
Ilmu kesuburan tanah. Kanisius.
Somporn, C., Kamtuo, A., Theerakulpisut,
P., & Siriamornpun, S. (2012). Effect
of shading on yield, sugar content,
phenolic acids and antioxidant
property of coffee beans (Coffea
arabica L. cv. Catimor) harvested from
ISSN 1907-0799
Makalah REVIEW
Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman
Role of Organic Fertilizer to Improving Soil and Crop Productivity
Wiwik Hartatik, Husnain, dan Ladiyani R. Widowati
Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor 16114. Email: [email protected]
Diterima 5 Agustus 2015; Direview 7 Oktober 2015; Disetujui dimuat 24 Nopember 2015
Abstrak: Pupuk organik berperan dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah serta mengefisienkan
penggunaan pupuk anorganik. Kualitas dan komposisi pupuk organik bervariasi tergantung dari bahan dasar kompos dan proses
pembuatannya. Penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover
crop) serta bahan organik insitu, perlu diintensifkan untuk mendukung pemanfaatan pupuk organik non komersial dan
pemulihan kesuburan tanah.Pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani dalam pengadaan pupuk organik dapat dilakukan
melalui: a) melatih petani membuat pupuk organik insitu yang berasal dari kotoran ternak dan sisa tanaman yang
dikomposkan;b) mendorong petani melakukan diversifikasi usaha pertanian berbasis ternak; dan c) mendorong petani
melakukan pengelolaan bahan organik insitu terutama pada lahan kering. Pemanfaatan pupuk organik telah diterapkan dalam
sistem budidaya pertanian organik (organic farming) dan System rice of intensification (SRI). Pemberian pupuk organik yang
dikombinasikan dengan pupuk anorganik, telah diterapkan dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT), sistem integrasi
padi/palawija dan ternak (SIPT), sistem pertanian mandiri yang mengintegrasikan ternak dan tanaman crop livestock system
(CLS).
Kata kunci: Pupuk Organik / Produktivitas Tanah / Tanaman
Abstract: It is inevitable that organic fertilizer plays a major role in increasing the fertility of the physical, chemical and biological
as well as the efficient use of inorganic fertilizers. The main composition of organic fertilizer when it decomposes will consist of
mostly water and cellulose, hemiselulose, lignin, and a small portion main macro nutrients, secondary macro nutrients, micro
elements and silica. There is also a growth regulating enzymes and vitamins as a byproduct of microbial decomposition. The main
component or specific parameters have a major role and the speed of the process of transformation of organic fertilizer into the
form of mineral nutrients and the end product is humus. The significance of organic fertilizer is widely recognized by agricultural
researchers and practitioners. In addition the use of organic fertilizers in paddy fields and dry land cultivation system of
agriculture that combines inorganic fertilizer and organic, has strived implemented by the government in this case the Ministry of
Agriculture that the system of integrated crop management (ICM), system integration paddy/crops and livestock (SIPT), an
independent agricultural systems that integrate livestock and crop plants livestock system (CLS). If the awareness of farmers on
the use of organic fertilizers increases, the availability of both in situ and have to come from outside should be available in
sufficient quantity and good quality. Technological innovation of Agricultural Research and Development Agency to support the
use of organic fertilizers continue to research and develop. Currently available guidebooks and technological innovation, such as
land management guidelines, management guidelines of organic materials and organic fertilizer, granular organic fertilizer
product (Tithoganik, POG, POCr), and decomposers products to accelerate the process of decomposition (such as M-dec).
Opportunities and challenges in increasing stakeholder awareness is not a barrier in optimizing organic fertilizer. The key is the
synergistic integration between institutions regulatory, technical institutions, Research Agency, producers and users in the
implementation of socialization, production, guidance and supervision.
Keywords: Organic Fertilizer / Soil / Crop Productivity
PENDAHULUAN pengurasan dan defisit hara; c) penurunan kadar bahan
organik tanah; d) pendangkalan lapisan tapak bajak; e)
P ada umumnya kondisi lahan pertanian di pencemaran oleh bahan agrokimia atau limbah;f)
Indonesia mengalami kemunduran kesuburan penurunan populasi dan aktivitas mikroba; dan g)
dan kerusakan tanah serta telah mengalami salinisasi/alkalinisasi.Akibat pengelolaan hara yang
penurunan produktivitas, khususnya lahan sawah kurang bijaksana, sebagian besar lahan sawah
intensifikasi. Penyebabnya diantaranya adalah: a) terindikasi berkadar bahan organik sangat rendah (C-
ketidakseimbangan kadar hara dalam tanah; b) organik <2%).Sekitar 65% dari 7,9 juta ha lahan sawah
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
di Indonesia memiliki kandungan bahan organik waktu pemanfaatan N; 3) meningkatkan serapan hara
rendah sampai sangat rendah (C-organik <2%), sekitar tanaman terutama P dan Ca; 4) mengurangi risiko
17% mempunyai kadar total P tanah yang rendah dan serangan hama dan penyakit tanaman dengan kese-
sekitar 12% berkadar total K rendah (Kasno et al. 2003). imbangan fungsi hara dalam tanah; 5) membuffer Sali-
Di lahan sawah intensifikasi, dijumpai pula lapisan nitas dalam tanah; dan 6) sebagai katalis meningkatkan
olah tanah yang semakin dangkal sehingga perakaran status C dalam tanah (Brady and Weil 2002).
tanaman padi tidak dapat berkembang dengan
sempurna. PUPUK ORGANIK
Penggunaan pupuk di lahan kering umumnya Definisi
menggunakan dosis yang kurang memadai, sehingga
diduga terjadi pengurasan hara. Selain itu, penggunaan Definisi pupuk organik menurut American Plant
pupuk organik atau mengembalikan sisa panen ke Food Control Officials (AAPFCO) adalah bahan yang
lahan pertanian hampir tidak dilakukan. Khusus untuk mengandung karbon dan satu atau lebih unsur hara
lahan kering di areal yang berlereng, belum menerap- selain H dan O yang esensial untuk pertumbuhan
kan tindakan konservasi tanah yang memadai, sehingga tanaman. sedangkan menurut USDA National Organic
terjadi erosi dan aliran permukaan yang tinggi. Hal ini Program adalahsemua pupuk organik yang tidak
menyebabkan kandungan hara dan bahan organik mengandung bahan terlarang dan berasal dari bahan
rendah. alami yaitu dari tanaman atau hewan, sewage sludge, dan
bahan non organik tidak termasuk. Menurut USEPA,
Untuk mengurangi kemunduran kesuburan pupuk organik adalah manure atau kompos yang
tanah dan meningkatkan produktivitas hasil yang diaplikasikan ke tanaman sebagai sumber unsur hara
berkelanjutan perlu pemanfaatan pupuk organik yang (Funk 2014). Berbagai definisi diatas pada intinya
memadai baik dalam jumlah, kualitas dan kontinui- adalah bahwa pupuk organik mengadung unsur karbon
tasnya. Pupuk organik saat ini sudah banyak dikenal dan unsur hara lainnya yang berkombinasi dengan
masyarakat bahkan menjadi program pemerintah untuk karbon.
meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal
PENTINGNYA BAHAN ORGANIK TANAH dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian
hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
Bahan organik tanah umumnya berasal dari melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair,
jaringan tanaman. Residu tanaman mengandung 60- dapat diperkaya dengan bahan mineral, dan/atau
90% air dan sisa bahan keringnya mengandung karbon mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan
(C), oksigen, hidrogen (H), dan sejumlah kecil sulfur kandungan hara dan bahan organik tanah serta mem-
(S), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), perbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Permentan
dan magnesium (Mg). Meskipun jumlahnya sangat No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).
kecil, namun unsur hara ini sangat penting dari
kesuburan tanah (Bot and Benites 2005). Karakteristik Pupuk Organik
Menurut Bot dan Benites (2005) sebagai Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis
penyumbang unsur hara bagi tanah, bahan organik bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan,
memiliki peranan kunci sebagai: tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah
1. Bahan organik yang berasal dari residu tanaman pasar, rumah tangga, dan pabrik serta pupuk hijau.
yang mengandung unsur hara essensial bagi tanah Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik
kemudian terakumulasi sebagai sumbermakanan sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan
bagi tanaman. sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan
proses pembuatannya.
2. Bahan organik yang sudah stabil (humus) berfungsi
mengadsorpsi dan menahan unsur hara dalam
bentuk tersedia bagi tanaman.
Fungsi penting humus dalam tanah adalah: 1)
meningkatkan efisiensi pupuk; 2) memperpanjang
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
Sangat penting untuk membuat kriteria dan hewan sangat bervariasi tergantung pada umur hewan,
seleksi terhadap bahan dasar pupuk organik untuk jumlah, dan jenis makanannya. Secara umum,
mengawasi mutunya. Bahan dasar yang berasal dari kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah
sisa tanaman dapat dipastikan sedikit mengandung dari pada pupuk anorganik. Oleh karena itu, dosis
bahan berbahaya seperti logam berat misalnya Pb, Cd, pemberian pupuk kandang jauh lebih besar dari pada
Hg, dan As. Pupuk organik serta pupuk kandang, pupuk anorganik (Tabel 1). Selain sebagai sumber hara,
limbah industri, dan limbah kota cukup mengkhawatir- pupuk organik berfungsi juga sebagai pembenah tanah.
kan karena disinyalir banyak mengandung bahan Pupuk kandang selain mengandung hara-hara yang
berbahaya logam berat dan asam-asam fenolat yang dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung asam-asam
dapat mencemari lingkungan dan meracuni tanaman. humat, fulvat, hormon tumbuh, dan lain-lain yang
Beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi bersifat memacu pertumbuhan tanaman sehingga
dalam limbah cair dan produk akhir pupuk selama serapan hara oleh tanaman meningkat (Stevenson
proses pengomposan. Untuk itu sangat diperlukan 1994).
aturan untuk menyeleksi penggunaan bahan dasar
pupuk organik yang mengandung bahan-bahan Komposisi hara dalam sisa tanaman sangat
berbahaya dan beracun (B3). spesifik dan bervariasi, tergantung dari jenis tanaman.
Pada umumnya rasio C/N sisa tanaman bervariasi dari
Komposisi hara dalam pupuk organik sangat 80:1 pada jerami gandum hingga 20:1 pada tanaman
tergantung dari sumber asal bahan dasar. Menurut legum. Sekam padi dan jerami mempunyai kandungan
sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal silika sangat tinggi namun berkadar nitrogen
dari kegiatan pertanian dan nonpertanian. Dari rendah.Sisa tanaman legum seperti kacang kedelaidan
pertanian dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak, kacang tanah, mengandung nitrogen cukup tinggi.
sedangkan dari non pertanian dapat berasal dari Jerami padi, tandan kosong kelapa sawit, kentang, dan
sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya ubi jalar mengandung kalium yang tinggi. Kandungan
(Tan 1993). Ca tanaman yang tinggi dijumpai diantaranya pada
tanaman kacang tanah (Tabel 2).
Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani
antara lain adalah ayam, sapi, kerbau, babi, dan Kandungan unsur kimia dan logam berat dari
kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran limbah cair industri sangat bervariasi tergantung jenis
Tabel 1. Kandungan hara beberapa jenis pupuk kandang dalam keadaan kering oven*
Table 1. Nutrient content from manure at dry oven condition
Sumber Kandungan unsur hara
Sapi Total-N P K Ca Mg S
Kuda
Ayam ………………………………....…….. kg t-1 ………………………………....……..
Domba
6 1,5 3,0 1,2 1,0 0,9
7 1,0 5,8 7,9 1,4 0,7
15 7 8,9 3,0 8,8 0,3
13 2 9,3 5,9 1,9 0,9
Sumber: Setyorini et al. 2006 (Diolah dari Myung and Lee2001); *Kering oven pada 60oC selama 12 jam
Tabel 2. Komposisi hara beberapa jenis sisa tanaman dalam keadaan segar
Table 2. Nutrient composition from plant residue at fresh condition
Jenis tanaman P Kandungan hara Mg S
Total-N K Ca
………………………………… kg t-1 bahan segar …………………………………
Jagung 10,00 0,06 2,90 0,09 1,33 0,38
Jerami padi 7,50 0,02 7,15 0,09 0,55 0,10
Kacang tanah 28,00 0,03 4,54 0,85 0,27 0,81
Tebu 0,19 0,08 1,81 0,28 0,18 0,36
Sumber: Setyorini et al. 2006(Diolah dari Agus dan Widianto,2004)
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
industri. Limbah dari industri makanan relatif rendah tanah, jauh melebihi pupuk kimia buatan. Peranan
logam beratnya, namun uji mutu tetap perlu dilakukan pupuk organik terhadap sifat kimia tanah adalah
untuk menjamin kualitas limbah. Limbah dari sebagai (a) penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan
peternakan umumnya mengandung hara lebih tinggi S) dan mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn dan Fe), (b)
dan sedikit logam berat, sehingga dapat digunakan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah,
sebagai pupuk organik. Limbah dari industri oli dan (c) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion
beverage mengandung logam berat cukup tinggi logam beracun seperti Al, Fe dan Mn sehingga logam-
sehingga tidak direkomendasikan sebagai pupuk logam ini tidak meracuni.
organik (Tabel 3).
Peranan pupuk organik terhadap sifat fisika
Komposisi fisika, kimia, dan biologi pupuk tanah antara lain adalah (a) memperbaiki struktur tanah
organik sangat bervariasi dan manfaatnya bagi tanaman karena bahan organik dapat “mengikat” partikel tanah
tidak secara langsung terlihat, serta respon tanaman menjadi agregat yang mantap, (b) memperbaiki
relatif lambat. Pupuk organik diperlukan dalam dosis distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air
yang relatif tinggi (minimal 2t ha-1 MT-1). Selain (water holding capacity) tanahmenjadi lebih baik dan
mempunyai fungsi sebagai sumber hara dan pembenah pergerakan udara (aerase) di dalam tanah juga menjadi
tanah, terdapat dampak negatif yang harus diwaspadai lebih baik, dan (c) mengurangi (buffer) fluktuasi suhu
dari penggunaan pupuk organik diantaranya adalah: a) tanah.
penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama
secara terus menerus dapat menimbulkan ketidak- Peranan pupuk organik terhadap sifat biologi
seimbangan hara; b) penggunaan kompos yang belum tanah adalah sebagai sumber energi dan makanan bagi
matang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi mikro dan meso fauna tanah. Dengan cukupnya
tanaman; dan c) kemungkinan adanya kandungan tersedia bahan organik maka aktivitas organisme tanah
logam berat yang melebihi ambang batas. meningkat yang juga meningkatkan ketersediaan hara,
siklus hara tanah, dan pembentukan pori mikro dan
Peranan Pupuk Organik terhadap Sifat Fisika, makro tanah oleh makroorganisme seperti cacing
Kimia, dan Biologi Tanah tanah, rayap, colembola.
Berbeda dengan pupuk kimia buatan yang hanya Pupuk kimia buatan hanya mampu menyediakan
menyediakan satu sampai beberapa jenis hara saja, satu (pupuk tunggal) sampai beberapa jenis (pupuk
pupuk organik mempunyai peran penting dalam majemuk) hara tanaman, namun tidak menyediakan
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. senyawa karbon yang berfungsi memperbaiki sifat fisik
Meskipun kadar hara yang dikandung pupukorganik dan biologi tanah. Dengan demikian penggunaan
relatif rendah, namun peranan terhadap sifat kimia pupuk anorganik yang tidak diimbangi dengan
pemberian pupuk organik dapat merusak struktur tanah
dan mengurangi aktivitas biologi tanah.
Tabel 3. Kandungan hara beberapa limbah industri cair (sludge) dan limbah kotoran manusia dalam keadaan kering
oven*
Table 3. Nutrient content some sludge and night soil at dry oven condition
Sumber Kandungan hara
Tekstil Total-C Total-N P K Cu Cr Cd Pb
Makanan
Peternakan …………………………………………………. kg t-1 ………………………………………………….
Kertas
Alkohol 308 37 7 2 0,30 0,41 0,00 0,04
Beverage
Oli 500 35 1 4 0,10 0,05 0,01 0,06
Kotoran manusia
433 59 21 4 0,07 0,03 0,00 0,01
307 5 1 2 0,11 0,04 0,00 0,04
384 43 5 8 0,13 0,02 0,00 0,07
417 41 9 5 0,16 0,09 0,02 0,15
371 15 3 2 0,43 0,12 0,02 0,19
323 23 3 3 0,14 0,04 0,00 0,07
Sumber: Setyorini et al. 2006 (Diolah dari Myung and Lee2001), * kering oven pada 60oC selama 12 jam
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
PROSES TRANSFORMASI PUPUK polyphenol, kadar selulosaatau kombinasinya kadang
ORGANIK DALAM TANAH bisa berpengaruh terhadap pola mineralisasi yang lebih
baik(Constantinides and Fownes 1994; Lehmann et al.
Pupuk organik ataupun bahan organik biasa 1995; Schwendener et al. 2005).
dipergunakan dalam sistem pertanian di Indonesia,
terutama pada sistem pertanian sayuran dataran tinggi. Selain mempercapat terjadinya proses minera-
Jenis pupuk yang umum di pasaran adalah pupuk lisasi, kadar nitrogen juga menjadi isu lingkungan
organik granul dengan bahan baku utama pupuk karena jumlah yang dilepaskan dan kecepatan
kandang sapi/ayam, jerami, ataupun tandan kosong mineralisasinya. Dari hasil observasi Widowati et
kelapa sawit, dan dilengkapi dengan filer yang dapat al.(2012).Kecepatan net mineralisasi N (kg N hari-1 ha-1)
berupa kapur, P-alam, gipsum, ataupun abu sekam. untuk jerami padi nilai rataan -0.091 kg N hari-1 ha-1
Sedangkan jenis bahan organik yang umum tersedia di dan 2.28 kg N hari-1 ha-1 untuk pukan ayam. Untuk
lapangan meliputi sisa panen (jerami, brangkasan jerami padi terdapat tendesi remineralisasi dari N yang
jagung, sisa tanaman sayuran seperti kubis, dan diimobilisasi setelah 70 hari inkubasi (Gambar 1).
brokoli), pupuk kandang (ayam, sapi, kambing, dan Residu brokoli memiliki relatif net N mineralisasi yang
kuda), pupuk hijau (tithonia, sesbania, dan legum). tertinggi (68,1% dari total N), dimana secara signifikan
paling tinggi dibanding dengan sumber bahan organik
Sumber organik tersebut akan mengalami lainnya, kemudian disusul oleh pukan ayam (47,3%
perombakan yang merubah dari bentuk organik dari total N yang diaplikasikan). Lebih rendah nilai
menjadi bentuk mineral dan komponen lainnya. Salah relatif mineralisasi N yang berasal dari pukan sapi dan
satu bentuk perubahan tersebut berupa mineralisasi dan kambing, bahkan kompos tithonia yang sudah matang
immobilisasi yang terjadi secara simultan ketika bahan hampir melepaskan N dalam jumlah N yang sangat
tersebut diaplikasikan ke dalam tanah, dimana proses sedikit (hanya 2,6%).
tersebut tergantung pada komposisi bio-kimia bahan,
aktivitas biologi tanah, dan faktor abiotik. Diantara Residu tanaman sisa panen brokoli dan kubis
parameter sifat bahan organik yang sangat berpengaruh lebih mudah terdekomposisi dibanding jerami dan
terhadap proses perubahan adalah C/N rasio dan kadar kompos tithonia. Demikian juga sumber dan jenis
N. Hal ini sesuai dengan hasil laporan penelitian pupuk kandang memiliki perbedaan komposisi yang
diperoleh bahwa rasio C/N dan kadar N dari residu menonjol. Komponen yang paling menonjol itulah
tanaman sering menjadi faktor pendorong proses yang berpengaruh terhadap kecepatan mineralisasi.
dekomposisi (Vanlauwe et al. 1996; Kemp et al. 2003). Koefisien korelasi merupakan indikator untuk
Selanjutnya sifat bio-kimia bahan organikseperti lignin, mengukur hubungan antara relatif mineralisasi N dan
karakteristik bahan organik terpilih (Tabel 4).
Sumber: Widowati et al. (2012)
Gambar 1. Rataan net N mineralisasi (NH 4+-N + NO -3N) dari tanah yang ditambah bahan organik
Figure 1. Net N mineralization (NH4+-N + NO3-N) from soil added organic matter
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
Diantara beberapa jenis pupuk kandang, pukan dan kubis. De Neve dan Hofman (1996) melaporkan
ayam lalu pukan sapi yangpaling sering dipergunakan mineralisasi 60% dari daun brokoli dan kubis merah
oleh petani sayuran. Relatif net N mineralisasi dalam waktu 15 minggu inkubasi.
diperoleh 47% dari total N yang ditambahkan (Tabel 5),
nilai ini setara dengan hasil penelitian Sims yakni Tithonia adalah tanaman perdu liar yang dapat
antara 40% dan 60% N yang dilepaskan dalam periode tumbuh disekitar lahan pertanian. Terukur bahwa
3 sampai 4 bulan (Sims 1995), serta Chae dan kadar N adalah 3,5% N secara rataan di Afrika (Jama et
Tabatabai (1986) memperoleh 61% dalam periode yang al. 2000), dan 2,73 % N dari Jawa Barat (Setyorini et al.
sama. Pukan sapi juga umum dipergunakan oleh 2000). Biomass Tithonia telah dikenal sebagai sumber
petani, tetapi pelepasan relatif N (17% dari total N) hara yang efektif untuk sayuran di bagian timur dan
adalah jauh lebih rendah dari pukan ayam. N yang selatan Afrika (Jama et al. 2000) dan untuk cabai di
dilepaskan oleh pukan sapi hampir sama dengan yang Ultisols dari Sumatra Barat (Novalina et al. 2003).
diperoleh oleh Eghball (2000), dimana mineralisasi N
selama musim tanam sekitar 21% dari bahan segar dan Persentase dari N termineralisasi dari bahan
11% dari kompos pukan sapi. N mineralisasi dari organik secara positif berkorelasi dengan total N dan N-
pukan kambing hampir sama dengan pukan sapi, tetapi organik, (Chaves et al. 2004; Constantinides and
ada yang melaporkan lebih rendah. Sorensen et al. Fownes 1994; De Neve et al. 1996; Trinsoutrot et al.
(1994a,b) mendapatkan 30% pukan kambing yang 2000). Sebenarnya mineralisasi adalah sebuah proses N
dilabel, melepaskan N dalam empat bulan pertama. mineralisasi yang komplek yang tidak hanya di
pengaruhi oleh kadar N. Tentu saja telah dilaporkan
Penggunaan residu tanaman sisa panen kubis- bahwa faktor seperti lignin, sellulose, polyphenols, dan
kubisan dapat menyumbangkan 150-200 kg N ha-1 kombinasinya dengan kadar N misalnya akan
(Rahn et al. 1992; De Neve and Hofman 1996). memperjelas hal tersebut dibandingkan bila hanya
Widowati et al. (2012) memperoleh 104 dan 36 kg N ha- dengan kadar N dan C/N rasio (Vanlauwe et al. 1996;
1 atau setara 68 dan 24% dari total N dari residu brokoli Bernhard-Reversat 1998). Beberapa peneliti mendapati
korelasi negatif antara mineralisasi N dan kadar lignin
Tabel 4. Koefisien korelasi antara net mineralisasi N dan sifat kimia dan biokimia terpilih
dari bahan organik yang ditambahkan
Table 4. Correlation coeffisien between net meneralization N and chemical properties and biochemistry
from added organic matter
Sifat kimia Koef. korelasi Fraksi Koef. korelasi
N total 0,374* Larut air 0,260ns
C-organik 0,039ns Hemisellulose -0,152ns
N-organik 0,476* 0,160ns
C/N -0,264ns sellulose -0,242ns
Lignin
Sumber: Widowati et al. (2012)
Tabel 5. Bahan kering, C-Organik, N-total, dan kandungan mineral N, C/N rasio danfraksi bahan organik pada
percobaan inkubasi
Table 5. Biomass, Organic-C, Total-N and N content, C/N ratio and organic matter fraction on incubation experiment
Sumber bahan organik Bahan N-Total Mineral Fraksi bahan organik
kering N
C C/N Kelarutan
dalam air
Hemiselulosa Selulosa Lignin
………. % ………. g kg-1 ………………………….. % …………………………..
40 39,4 0,71 0,018 55,6 20,6 (+2,15) 29,0 (+3,77) 35,5 (+3,65) 14,8 (+2,07)
Sisa tanaman kubis 20 39,1 2,50 0,043 15,6 26,2 (±2,64) 24,5 (±0,67) 38,6 (±2,13) 10,7 (±0,80)
Sisa tanaman brokoli 18 39,1 2,84 0,289 13,8 23,9 (±2,81) 31,9 (±1,89) 29,1 (±1,00) 15,1 (±0,87)
Kompos Tithonia 46 35,8 2,80 0,039 11,0 11,7 (±1,89) 34,2 (±7,64) 23,9 (±3,84) 30,2 (±1,92)
Pupuk kandang kambing 68 14,3 1,25 0,010 11,4 1,9 (±0,03) 48,1 (±0,57) 8,0 (±0,30) 42,0 (±0,14)
Pupuk kandang sapi 45 17,8 1,14 1,986 15,6 1,3 (±0,20) 47,7 (±0,16) 6,7 (±0,12) 44,4 (±1,60)
Pupuk kandang ayam 74 27,5 2,61 0,056 10,6 16,1 (±3,37) 27,5 (±4,62) 38,8 (±3,10) 17,6 (±1,77)
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
(Constatinides and Fownes 1994; Vanlauwe et al. 1996), juncea, Azolla mycrophyla, dan Sesbania rostrata di lahan
dan kadar hemisellulose (Vanlauwe et al. 1996). Selain
itu telah diperoleh nilai korelasi yang lebih besar antara sawah menunjukkan peningkatan hasil yang nyata.
mineralisasi N dengan fraksi larut air (r = 0,792, PembenamanSesbania rostrata (berumur 45 hari) yang
P<0,01) dan fraksi lignin (r = -0,789; P<0,01)untuk tahanterhadapgenangan danmembentuk bintil pada
pukan. batangnya dapat menyumbangkan biomassa 12,5 t ha-1
setara dengan 75 kg N ha-1 atau mensubstitusi lebih dari
HASIL-HASIL PENELITIAN PERANAN 50% dosis anjuran urea (Sri Adiningsih 1988).
PUPUK ORGANIK DALAM Demikian pula dengan Azolla microphylla yang
ditumbuhkan bersama-sama padi sawah dan
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS dibenamkan secara berkala dapat menyumbang sekitar
TANAMAN 40 t biomassa setara dengan 60 kg N ha-1 serta
meningkatkan KTK dan C-organik tanah (Prihatinidan
Terdapat korelasi positif antara kadar bahan Komariah 1986).
organik dan produktivitas tanaman padi sawah dimana
makin rendah kadar bahan organik, makin rendah Penelitian pengaruh pupuk organik granul dan
produktivitas lahan (Sri Adiningsih et al. 1988). Bahan curah terhadap tanaman caisim,menunjukkan bahwa
organik berperan sebagai penyangga biologi sehingga perlakuan dosis ½ NPK yang dikombinasikan dengan
tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah ber- pupuk organik granul dan curah tidak menunjukkan
imbang untuk tanaman. Tanah miskin bahan organik perbedaan yang nyata terhadap. tinggi tanaman dan
akan berkurang kemampuan daya sangga terhadap jumlah daun 4 MST dan produksi caisim (Tabel 6)
pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik berkurang (Suriadikarta 2010).
karena sebagian besar pupuk akan hilang dari
lingkungan perakaran (Sri Adiningsih et al. 1992). Aplikasi pupuk organik curah dengan dosis 150
Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kg ha-1 yang dikombinasikan dengan NPKtidak
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, maka menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan
pengelolaan hara harus dilakukan secara terpadu POG dosis 500 kg yang dikombinasikan dengan NPK
dimana pemberian pupuk anorganik berdasarkan uji terhadap produksi caisim (Tabel 7). Berdasarkan uraian
tanah dikombinasikan dengan pemupukan organik. diatas dapat dikemukakan bahwa aplikasi pupuk
organik curah mempunyai efektivitas yang lebih baik
Hasil penelitian pengaruh jerami selama enam atau relatif sama dengan pupuk organik granul.Pada
musim di tanah Latosol di Cicurug Sukabumi menun- tanaman caisim yang berumur pendek (1 bulan), pupuk
jukkan, bahwapemberianjerami meningkatkan hasil organik curah memberikan kecenderungan pengaruh-
padi dan efisiensi pupuk N dan P. Pemupukan urea 200 nya lebih baik dari pupuk organik granul. Hal ini
kg ha-1 dan TSP 150 kg ha-1 + 5 t jerami menghasilkan karena pupuk organik curah mempunyai luas
gabah sekitar 7 t ha-1 dan meningkatkan efisiensi pupuk permukaan kontak antara pupuk dan tanahlebih tinggi
N dan P (Sri Adiningsih 1986). dari pupuk organik granul sehingga perbaikan sifat
kimia, fisik dan biologi tanah lebih baik dari pupuk
Pemanfaatan tanaman legum yang mempunyai organik yang berbentuk granul, demikian juga
kemampuan memfiksasi N2 udara seperti Crotalaria penyediaan hara juga lebih cepat untuk mendukung
kebutuhan hara tanaman (Suriadikarta 2010).
Tabel 6. Pengaruh pupuk organik granul dan curah terhadap pertumbuhan danproduksi caisim di Rumah Kaca
Table 6. Effect of granule and bulk organic fertilizer on growth and production Chinese cabbage in green house
Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun Produksi
g pot-1
Kontrol ……………… cm ………………
POG 2 t/ha 35,57 c
PO curah 2 t/ha 2 MST 3 MST 4 MST 2 MST 3 MST 4 MST 49,97 bc
½ NPK + POG 2 t/ha 29,4 c 26,43 c 39,83 d 7,7 a 8,67 a 9,33 b 63,70 b
½ NPK + PO curah 2 t/ha 31,9 bc 30,57 bc 46,97 bc 7,7 a 9,33 a 11,67 a 92,40 a
30,8 c 29,80 c 43,30 cd 8,0 a 9,67 a 11,00 ab 96,33 a
33,8 b 35,50 ab 51,83 ab 8,0 a 10,00 a 11,67 a
36,7 a 36,57 a 53,67 a 7,7 a 9,33 a 10,67 ab
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf 5% uji DMRT
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
Penelitian pemupukan 75% dari dosis rekomen- kan produksi padi sawah dibanding dengan kontrol
dasi NPK yang dikombinasikan dengan 2 t ha-1 POG lengkap dan tidak berbeda nyata dengan pupuk standar.
tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK standar Perlakuan pupuk organik baik granul atau curah tanpa
terhadap parameter jumlah dan berat malai, berat basah pupuk NPKmemberikan produksi padi sawah lebih
dan kering gabah serta berat basah dan kering jerami rendah dari pupuk standar. Hal ini menunjukkan
(Tabel 8) dan memberikan nilai RAE 90,1 (Tabel 9). bahwa pemberian pupuk organik baik granul atau
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan curah harus dikombinasikan dengan pupuk NPK untuk
pemberian POG sebanyak 2 t ha-1 dapat mengefisien- meningkatkan produksi padi sawah (Tabel 10). Sejalan
kan pemakaian pupuk anorganik NPK sebesar 25% dengan data bobot gabah kering, perlakuan¾ NPK +
(Siregar dan Hartatik 2010). POch-1200 memberikan nilai RAE tertinggi yaitu
sebesar 114% dan perlakuan ¾ NPK + POG-
Uji efektivitas pupuk organik berbentuk granul 600memberikan nilai RAE 110%. Berdasar nilai RAE
dan curah terhadap tanaman padi sawah menunjukkan maka perlakuan tersebut efektif meningkatkan bobot
bahwa pupuk organik berpengaruh nyata terhadap gabah kering (Tabel 11) (Hartatik dan Suriadikarta
peningkatan produktivitas tanaman.Pupuk organik 2012).
yang dikombinasikan dengan ¾ NPK nyata meningkat-
Tabel 7. Pengaruh pupuk organik granul dan curah terhadap pertumbuhan caisim di Ultisol Cinangneng, Bogor
Table 7. Effect of granule and bulk organic fertilizer on growth Chinese cabbage on Ultisols Cinangneng, Bogor
No. Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun Produksi caisim
1. Kontrol cm 7,2 c t ha-1
2. PO Curah (300 kg/ha) 19,9 c 8,2 c 7,1 c
3. POG (500 kg/ha) 23,2 c 7,7 c 9,4 c
4. NPK 22,1 c 12,1 ab 10,9 c
5. NPK+ POG500 kg/ha 33,6 b 11,9 ab 17,7 b
6. NPK+ PO curah 150 kg/ha 32,6 b 10,8 ab 26,4 a
7. NPK+ PO curah 300 kg/ha 31,8 b 11,7 ab 29,1 a
8. NPK+ PO curah 450 kg/ha 32,4 b 11,8 ab 26,6 a
9. NPK+ PO curah 600 kg/ha 31,0 b 12,4 a 20,6 b
38,0 a 29,6 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf 5% uji DMRT
Tabel 8. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap berat kering dan basah gabah serta jerami tanaman padi varietas
IR-64 di rumah kaca
Table 8. Effect of fertilization treatment on dry and wet grain rice and straw in green house
No. Perlakuan Gabah Jerami
Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering
…………………..………….. g …………………..…………..
1. Kontrol 15,227 f 12,263 f 30,903 de 13,787 g
2. NPK standar
3. NPK + 2 t jerami 25,277 a 19,967 ab 49,010 abc 20,137 abc
4. NPK + 2 t pukan sapi
5. NPK + 2 t POG 26,283 a 21,223 a 46,523 a-d 20,940 ab
6. 50% NPK + 2 t jerami
7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 21,453 bc 16,313 cde 39,113 b-e 18,213 cde
8. 50% NPK + 2 t POG
9. 75% NPK + 2 t jerami 24,603 a 19,513 ab 55,307 a 21,577 a
10. 75% NPK + 2 t pukan sapi
11. 75% NPK + 2 t POG 17,723 ef 14,747 def 31,587 de 15,273 fg
17,673 ef 14,457 ef 32,330 de 16,567 ef
19,577 cde 17,630 bcd 35,343 cde 18,883 bcd
21,173 bcd 17,160 b-e 29,620 e 17,717 de
18,360 de 14,897 def 29,790 e 16,503 ef
24,093 ab 19,207 abc 51,673 ab 19,590 a-d
*) Angka yang diikuti oleh huruf sama dan pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
Tabel 9. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap berat kering gabah padi dan RAE
Table 9. Effect of fertilization treatment on dry grain rice and RAE
No. Perlakuan Berat kering gabah RAE
1. Kontrol g %
2. NPK standar 12,263 f -
3. NPK + 2 t jerami 19,967 ab 100
4. NPK + 2 t pukan sapi 21,223 a 116,3
5. NPK + 2 t POG 16,313 cde 52,6
6. 50% NPK + 2 t jerami 19,513 ab 94,1
7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 14,747 def 32,2
8. 50% NPK + 2 t POG 14,457 ef 28,5
9. 75% NPK + 2 t jerami 17,630 bcd 69,7
10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 17,160 b-e 63,6
11. 75% NPK + 2 t POG 14,897 def 34,2
19,207 abc 90,1
Tabel 10. Pengaruh pupuk organik curah dan granul terhadap bobot jerami dan gabah kering tanaman
padi sawah pada tanah Inceptisol, Bogor
Table 10. Effect of granule and bulk organic fertilizer on straw and dry grain on Inceptisols, Bogor
No. Perlakuan Bobot kering
1. Kontrol Lengkap Jerami Gabah Gabah 1.000 butir Gabah/jerami
2. POG (Granul)
3. PO curah (POch) ..................... t ha-1 ..................... ........................ g ........................
4. NPK standar
5. ¾ NPK + POG-600 6,25 cd 4,99 h 26,37 ab 0,80
6. ¾ NPK + POG-900
7. ¾ NPK + POG-1200 4,29 e 5,63 g 25,87 b 1,31
8. ¾ NPK+ POG-1500
9. ¾ NPK + POch-600 5,53 de 5,99 fg 26,47 ab 1,08
10. ¾ NPK + POch-900
11. ¾ NPk + POch-1200 8,42 b 8,15 abc 26,77 ab 0,97
12. ¾ NPK + POch-1500
13. ¾ NPK 6,64 bcd 8,47 ab 27,00 ab 1,28
14. ½ NPK
7,15 bcd 7,11 e 25,83 b 0,99
8,36 b 8,17 abc 26,23 ab 0,98
6,97 bcd 7,74 cd 25,80 b 1,11
7,85 bc 7,87 bcd 26,90 ab 1,00
10,33 a 8,19 abc 27,73 a 0,79
6,69 bcd 8,60 a 26,67 ab 1,29
7,64 bc 8,28 abc 26,97 ab 1,08
6,47 cd 7,31 de 25,40 b 1,13
6,66 bcd 6,40 f 27,00 ab 0,96
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Tabel 11. Pengaruh pupuk organik curah dan granul terhadap nilai relatif
efektivitasagronomi (RAE) pada tanah Inceptisols,Bogor
Table 11. Effect of granule and bulk organic fertilizer on relative agronomic effectiveness on
Inceptisols, Bogor
No. Perlakuan RAE (%)
1. Kontrol Lengkap -
2. POG (Granul) 20
3. PO curah (POch) 32
4. NPK standar 100
5. ¾ NPK + POG-600 110
6. ¾ NPK + POG-900 67
7. ¾ NPK + POG-1200 101
8. ¾ NPK+ POG-1500 87
9. ¾ NPK + POch-600 91
10. ¾ NPK + POch-900 101
11. ¾ NPk + POch-1200 114
12. ¾ NPK + POch-1500 104
13. ¾ NPK 73
14. ½ NPK
45
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK areal yang relatif kecil dan tanaman yang bernilai
BERBAGAI KOMODITAS PANGAN DI ekonomi tinggi seperti sayuran, petani malah
LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING menggunakan pupuk kandang sampai 30 t ha-1. Namun
untuk padi yang nilai jualnya relatif rendah, peng-
Pemanfaatan pupuk kandang untuk padi sawah gunaan pupuk organik dalam jumlah tinggi (memenuhi
jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada untuk lahan seluruh kebutuhan hara tanaman) hanya dapat
kering (pangan dan sayuran). Jumlah maksimum dilakukan oleh sejumlah kecil petani saja, misalnya
pupuk kandang yang umum dipergunakan petani padi dalam sistem budidaya pertanian organik.
sawah <2 t pukan ha-1, sedangkan petani sayuran men-
capai 25-75 tha-1. Hasil-hasil penelitian aplikasi pupuk INOVASI TEKNOLOGI PUPUK ORGANIK
kandang pada lahan sawah yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan efisiensi Pupuk organik yang beredar di pasaran
penggunaan pupuk organik dalam kisaran 2-20%. umumnya mempunyai kandungan hara yang rendah
dan penyediaan hara yang lambat dibandingkan pupuk
Pupuk organik mempunyai kandungan hara anorganik (buatan pabrik). Oleh karena itu, untuk
yang rendah, maka bahan/pupuk organik memerlukan meningkatkan kandungan hara dalam pupuk organik,
15-25 kali lebih berat untuk menyediakan hara yang diperlukan formulasi pupuk dengan pengkayaan bahan
sama jumlahnya dengan hara yang disediakan dari mineral dan bahan hijauan seperti Tithonia diversifolia
pupuk kimia buatan.Dalam 4 t jerami terkandung yang mempunyai kadar hara N, P, dan K tinggi.Bahan
sekitar 30 kg N, 2 kg P, 93 kg K, 10 kg Ca, 6 kg Mg, 1 mineral tersebut dapat berupa fosfat alam dan dolomit
kg S, dan sejumlah unsur mikro Fe, Mn, Zn, Si, Cu, B, yang merupakan bahan alami yang mengandung hara
Cl, Cu (Agus dan Widianto 2004). Apabila semua makro dan mikro serta harganya lebih murah.
jerami tersebut dikembalikan untuk tanaman, maka
jerami akan dapat mengembalikan hara setara dengan Penggunaan Tithonia sebagai sumber pupuk
pemberian 50 kg N, 12 kg SP36, dan hampir 180 kg dapat direkomendasikan untuk sayuran organik, karena
KCl, walaupun sebagian dari unsur tersebut hilang merupakan bahan insitu, mudah tumbuh, dan
melalui beberapa proses fisik, kimia, dan biologi mengandung hara N, P, dan K yang cukup tinggi.
sehingga tidak dapat dimanfaatkan tanaman. Apabila Kandungan N tanaman berkisar antara 1,46-4,0%; K
tanaman padi sawah memerlukan penambahan 250 kg sebesar 1,8-5,1%; dan P sebesar 0,3-1,3% (Setyorini et
urea, 75 kg SP36,dan 100 kg KCl maka masih al. 2004).
diperlukan tambahan sekitar 200 kg urea, dan 63 kg SP-
36. Sedangkan hampir semua kebutuhan K akan dapat Produk pupuk organik dari Balai Penelitian
dipenuhi dari jerami, terutama bila tanah mempunyai Tanah yaitu Tithoganic, POG, dan POCr plus.
status K tinggi. Tithoganic merupakan pupuk organik yang diperkaya
dengan bahan hijauan Tithonia diversifolia, fosfat
Apabila semua hara untuk padi tersebut dipenuhi alam/dolomit diharapkan dapat meningkatkan kadar
dari pupuk kandang sapi, maka dengan kandungan hara dan kualitas pupuk organik selain dapat
hara pupuk kandang 0,65% N, 0,15% P, dan 0,3% K mempercepat proses pengomposan, bersifat slow
diperlukan sebanyak kurang lebih 19 t ha-1 pupuk release, dan mengurangi dosis aplikasi. Tithoganic
kandang sapi atau 8 t ha-1 pupuk kandang ayam. berbentuk curah dan granul dengan kandungan hara
Namun di dalam 19 t pupuk kandang sapi tersebut, sebagai berikut:C-organik 20-35%; C/N 15-25%; pH 6-
selain 114 kg N terkandung pula sekitar 28 kg P, 57 kg 8; kadar P2O5 2-4%; K2O 2-4%; Ca 3-4%; Mg 0,5-2%;
K, 23 kg Ca, 19 kg Mg, dan 17 kg S. Dalam 8 t pupuk kadar air granul 3-15% dan curah 7-20%. Karakteristik
kandang ayam, selain 120 kg N, terkandung pulasekitar fisika: retensi air 20% dan stabilitas agregat 20%,
56 kg P, 71 kg K, 24 kg Ca, 70 kg Mg, dan 2,4 kg S sedangkan karakteristik biologi mampu meningkatkan
(Agus 2000). respirasi tanah. Keunggulan dari Tithoganic mampu
mengefisienkan dosis pupuk organik sampai 50%
Namun pada umumnya petani, terutama untuk dengan efek yang sama, meningkatkan efisiensi
padi sawah hanya mampu menyediakan sekitar 2-5 t pemupukan sehingga dapat mengurangi penggunaan
pupuk kandang (berat basah; dengan kadar air sekitar pupuk anorganik 30%.Pupuk organik curah dan granul
60%). Dengan demikianuntuk tanamanpadi, jagung, plus diformulasi untuk mengatasi permasalahan
dan tanaman biji-bijian lainnya pupuk kandang hanya
mampu menjadi suplemen (pelengkap), sehingga
penambahan pupuk buatan masih diperlukan. Untuk
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
rendahnya kualitas pupuk organik granul yang banyak defisiensi Mg. Penggunaan pupuk organik dengan C/N
beredar di masyarakat saat ini. rasio tinggi dan belum matang dapat menimbulkan
kekahatan N.
Pada saat ini banyak bermunculan berbagai jenis
pupuk organik umumnya dalam bentuk granul maupun Beberapa bahan dasar pembuatan pupuk organik
cair yang kualitas dan efektivitasnya terhadap tanaman yang terdiri atas bahan-bahan berserat panjang dan
bervariasi. Agar penggunaan pupuk organik berdaya keras dapat menyulitkan proses produksinya. Untuk itu
guna maka perlu di standarisasi oleh pemerintah. diperlukan alat pengolah/pemotong (chopper) agar
Pembinaan produsen pupuk organik dan pengawasan menjadi lebih kecil atau pendek sehingga mudah
mutu pupuk organik perlu dilakukan secara intensif dikomposkan. Selain itu, pupuk organik dapat memba-
agar petani tidak dirugikan dan produktivitas tanaman wa patogen dan telur serta serangga yang mengganggu
dapat di tingkatkan. tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih
gulma atau bibit penyakit bagi manusia.Pupuk kandang
Dalam upaya penertiban dan pengawasan kuali- juga mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan,
tas pupuk organik yang beredar di pasaran, Kementrian meskipun tidak beracun. Sedangkan pupuk hijau
Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri kadang-kadang dapat menimbulkan alelopati bagi
Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang tanaman pokok. Pupuk organik terutama yang berasal
Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. dari sampah kota atau limbah pabrik bisa mengandung
Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa semua logam berat. Jika pupuk tersebut digunakan pada tanah
pupuk organik dan pembenah tanah yang akan berdrainase buruk akan menimbulkan akumulasi logam
diedarkan di pasaran harus mempunyai nomor berat dan metan yang dapat berbahaya bagi ternak dan
pendaftaran.Untuk tujuan tersebut, perlu dilakukan uji manusia, baik langsung maupun melalui tanaman yang
mutu di laboratorium dan efektivitas pupuk di lapangan menyerap logam berat tersebut.
agar setiap pupuk yang beredar mempunyai mutu yang
sesuai dengan standar mutu dan efektif meningkatkan Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka
hasil tanaman dan atau memperbaiki kesuburan tanah. strategi yang dapat dilakukan untuk mendorong
implementasi penggunaan pupuk organik (Setyorini
PELUANG DAN TANTANGAN 2010) adalah:
PENGEMBANGAN PUPUK ORGANIK
a. Menerapkan teknologi yang relatif murah dan mu-
DI INDONESIA dah dikerjakan petani, misalnya dengan pengadaan
pupuk organik insitu secara alley cropping, strip
Indonesia tergolong daerah tropis dengan curah cropping, ataupun menanam cover crop, dan mengem-
hujan yang tinggi, tingkat perombakan bahan organik balikan sisa panen ke lahan usahataninya.
berjalan relatif cepat, sehingga pupuk organik
diperlukan dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan b. Mendorong tumbuhnya industri kecil, yaitu industri
kesulitan dalam pengangkutan, dan pengadaannya. pupuk organik di daerah sentra produksi yang mem-
Terlebih bila pupuk organik tersebut harus didatangkan punyai bahan baku melimpah, untuk mengatasi
dari tempat yang cukup jauh. masalah yang ada terutama pengangkutan karena
jumlah pupuk organik yang diperlukan relatif besar
Kadar hara dalam pupuk organik relatif rendah jumlahnya.
dan sangat bervariasi, sehingga manfaatnya bagi
tanaman berlangsung dalam jangka panjang. Oleh c. Kebijakan pemerintah memberikan bantuan alat
karena itu, penggunaan pupuk organik sebaiknya harus untuk membuat pupuk organik dan atau mikroba
dikombinasikan dengan pupuk anorganik dengan dekomposer agar mempercepat proses pengompos-
takaran yang lebih rendah. Apabila hanya mengguna- an kepada kelompok tani di sentra usahatani lahan
kan pupuk organik saja dikhawatirkan produktivitas sawah maupun lahan kering.
tanah dan tanaman akan terus merosot, karena tanam-
an menguras hara dalam tanah tanpa pengembalian d. Melaksanakan pengawasan mutu pupuk organik
unsur hara dari pupuk yang memadai. Penggunaan dan menerapkan standar mutu pupuk organik yang
pupuk organik dengan bahan yang sama terus-menerus ramah lingkungan.
juga akan menimbulkan ketidakseimbangan hara dalam
tanah sehingga dapat terjadi akumulasi hara K dan
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
PENUTUP Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi
Tanah Lahan Kering. World Agroforestry Centre.
Pengawasan dan monitoring terhadap mutu Bogor. Hlm 102. (www.worldagroforestrycentre.org
pupuk organik seperti yang tertuang dalam Permentan sea).
No. 70/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati,
dan Pembenah Tanah perlu ditingkatkan dalam rangka Bernhard-Reverseat, F. 1998. Change in CO2 Release
mengantisipasi semakin banyaknya peredaran pupuk relationships with initial litter quality during early
organik dalam berbagai jenis, bentuk, dan mutu yang laboratory decomposition of tropical leaf litters.
belum terjamin dan teruji kebenarannya, serta dikha- European Journal of Soil Science 34:117-122.
watirkan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Bot, A. and J. Benites. 2005. The Importance of Soil Organic
Pemanfaatan pupuk organik bersama pupuk Matter, Key to Drought-resistant Soil and Sustained
anorganik dalam sistem pengelolaan hara terpadu Food Production. Food and Agriculture Organization
spesifik lokasi seperti tertuang dalam Permentan No. of the United Nations.
40/2007 tentang Rekomendasi Pupuk N, P, K Padi
Sawah Spesifik Lokasi untuk meningkatkan produkti- Brady, N.C. and R.R.Weil. 2002. The Nature and Properties
vitas padi sawah perlu disosialisasikan secara intensif. of Soils, 14th Edition. Pearson Education, Inc. Upper
Pengembalian bahan organik atau pemberian pupuk Saddle River, New Jersey.
organik ke dalam tanah telah diterapkan dalam sistem
budidaya pertanian organik (organic farming) dan System Biocert. 2002. Info Organis. Penjaminan Produk dalam
rice of intensification (SRI). Sistem Pertanian Organik.Bogor.
Pemberian pupuk organik yang dikombinasikan Chae, Y.M. and M.A. Tabatabai. 1986. Mineralization of
dengan pupuk anorganik, telah diterapkan dalam nitrogen in soils amended with organic wastes. Journal
sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT), sistem of Environmental Quality 15:193-198.
integrasi padi/palawija dan ternak (SIPT), sistem
pertanian mandiri yang mengintegrasikan ternak dan Constantinides, M. and J.H. Fownes. 1994. Nitrogen
tanaman crop livestock system (CLS). Pemberian pupuk mineralization from leaves and litter of tropical plants:
organik dalam sistem pertanian tersebut bertujuan relationship to nitrogen, lignin and soluble polyphenol
untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi concentrations. Soil Biology and Biochemistry 26:49-
tanah serta mengefisienkan penggunaan pupuk an- 55.
organik. Penggunaan tanaman legum baik berupa
tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman Chaves, B., S. De Neve, G. Hofman, P. Boeckx, and O. Van
penutup tanah (cover crop) serta bahan organik insitu, Clemput. 2004. Nitrogen mineralization of vegetable
perlu diintensifkan untuk mendukung pengembangan root residues and green manures as related to their
pupuk organik non komersial dan pemulihan kesuburan (bio)chemical composition. Europ. J. Agronomy
tanah. 21:161-170.
Pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani De Neve, S. and G. Hofman. 1996. Modeling N
dalam pengadaan pupuk organik dapat dilakukan mela- mineralization of vegetable crop residues during
lui: a) melatih petani membuat pupuk organik insitu laboratory incubations. Soil Biology and Biochemistry
yang berasal dari kotoran ternak dan sisa tanaman yang 28:1451-1457.
dikomposkan menggunakan mikroba dekomposer atau
mikroba lokal (MOL); b) mendorong petani melakukan Diamond. 1985. Availability and management of phosphorus
diversifikasi usaha pertanian berbasis ternak; dan c) in wetland soils in relation to soil characteristic. Pp
mendorong petani melakukan pengelolaan bahan 269-283. In Wetland Soil: Characterization,
organik insitu terutama pada lahan kering. Classification and Utilization. IRRI, Los Banos,
Philippines.
DAFTAR PUSTAKA
Eghball, B. 2000. Nitrogen mineralization from field-applied
Agus, F. 2000. Konstibusi bahan organik untuk beef cattle feedlot manure or compost. Science Society
meningkatkan produksi pangan pada lahan kering of America Journal 64:2024-2030.
bereaksi masam. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Sumber Daya Lahan. Cisarua-Bogor, 9-11 Februari FAO. 1977. Cina: recycling of organic wastes in agricultures.
1999. Buku III. Pusat Penelitan Tanah dan Soil Bull. 40.
Agroklimat.
Funk, R.C. Comparing organic and inorganic fertilizer.
http://www.newenglandisa.org/FunkHandoutsOrgani
cInorganicFertilizers.pdf.
Hartatik, W. dan D.A. Suriadikarta. 2012. Pengaruh pupuk
organik granul dan curah terhadap sifat kimia tanah,
pertumbuhan dan produksi padi sawah. Dalam
Prosiding HITI X di Surakarta, 6-8 Desember 2011.
IFOAM (International Federation Organic Movement). 2002.
Organik agriculture worldwide: statistic and future
prospects. The World Organic Trade Fair Nurnberg,
BIO-FACH. Intensification, Soil Biodiversity and
Agroecosystem Function. Applied Soil Ecology 6:3-16.
Jama, B., C.A. Palm, and R.J. Buresh. 2000. Tithonia
diversivolia as a green manure for soil fertility
Wiwik Hartatik et al.: Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
improvement in Western Kenya: A review. Setyorini, D., L.R. Widowati, and W. Hartatik. 2000.
Agroforestry System 49:201-221. Organic fertilizer characteristic by composting
technique for organic farming cultivation. In
Kasno, A., D. Setyorini, dan Nurjaya. 2003. Status C-organik Proceeding IX HITI (Soil Science Society of
Lahan Sawah di Indonesia. Dalam Prosiding Indonesia), Yogyakarta.
Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, Universitas
Andalas, Padang. Setyorini, D., W. Hartatik, and L.R. Widowati. 2004.
Laporan Akhir Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara
Kemp, P.R., J.F. Reynolds, and R.A. Virginia. 2003. pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian
Decomposition of leaf and root litter of chihuahuan Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek
desert shrubs: effect of three years of summer drought. Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif.
Journal of Arid Environments 53:21-39.
Sims, J.T. 1995. Organic wastes as alternative nitrogen
Lehman, J., T. Feilner, G. Gebauer, and W. Zech. 1995. sources. Pp. 487-535. In Bacon P.E. et al. (Eds.).
Decomposition and nutrient release from leaves stems Nitrogen Fertilization in the Environment. Marcel
and roots of three ally-cropped tree legumes in Central Dekker, Inc., New York, NY.
Togo. Agroforestry Systems 29:21-36.
Siregar, A.F. dan W. Hartatik. 2010. Aplikasi Pupuk Organik
Myung Ho Un and Youn Lee. 2001. Evaluation of organic dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik pada
waste for composting and quality control of Lahan Sawah. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan
commercial composts in Korea. International Pertanian, Bogor, 30 November-1 Desember 2010.
Workshop on Recent Technologies of Composting and
their Application. SOEL-Survey Statistics Organic. 2004. The World of Organic
Agriculture.http://www.soel.de/inhalte/publicationen
Novalina, N.H. and T.B. Prasetyo. 2003. Substitution of Diakses 30 September 2007.
anorganik fertilizer N K with N K from Tithonia
(Tithonia diversivolia) for Chili (Capsicum annum L.) Sorensen, P., E.S. Jensen, and N.E. Nielsen. 1994a. Labeling
planted on an Ultisol-West Sumatera”. Pp 612-630 In of animal manure nitrogen with 15N. Plant and Soil,
Proceeding of HITI Conference (Soil Science Society of 162:31-37.
Indonesia). Padang, West Sumatera, 21-23 July 2003.
Sorensen, P., E.S. Jensen, and N.E. Nielsen. 1994b. The fate
Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/ of 15N-labelled organic nitrogen in sheep manure
2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan applied to soils of different texture under field
Pembenah Tanah. conditions. Plant and Soil, 162:39-47.
Prihatini, T. dan Komariah. 1986. Pemanfaatan Azolla dalam Sri Adiningsih, J., M. Sudjadi, and S. Rochayati. 1999.
budidaya padi sawah. Hlm 217-227. Dalam Prosiding Organic Matter Management to Increase Fertilizers
Pertemuan Teknis Pusat Penelitian Tanah, Cipayung, Efficiency and Soil Productivity: ESCAP/FAO-DCDC
18-20 Maret 1986. Regional Seminar on the Use of Recycled Organic
Matter. Guangchon-Chengdu, China, 4-14 May, 1998.
Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan Menteri Pertanian
No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang Rekomen- Sri Adiningsih, J. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan pupuk
dasi Pemupukan N, P, K pada Padi Sawah Spesifik untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi
Lokasi. Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang
Pertanian, Deptan.
Prasetyo, B.H., J.S. Adiningsih, dan K. Subagyono. 2004.
Mineralogi, kimia, fisika dan biologi tanah sawah. Sri Adiningsih, J., S. Rochayati, D. Setyorini, dan M.
Dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Sudjadi. 1988. Efisiensi penggunaan pupuk pada lahan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan sawah. Simposium Penelitian Tanaman Pangan II,
Agroklimat. Bogor. Puncak, Bogor, 21-23 Maret 1988.
Rahn, C.R., L.V. Vaidyanathan, and C.D. Paterson. 1992. Sri Adiningsih, J. 1986. Peranan Limbah Pertanian
Nitrogen Residues from Brassica Crops. Aspects of Khususnya Jerami dalam Penerapan Pemupukan
Applied Biology, 30:263-270. Berimbang. Hlm 203-215. Dalam Prosiding Pertemuan
Teknis Penelitian Tanah. Cipayung 18-20 Maret 1986.
Rao, N.S. 1982. Advance in Agricultural Microbiology. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Oxford & IBH Pub. Co. New Delhi, Bombay, Calcuta.
Sri Adiningsih, J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor terhadap
Schwendener, C.M., J. Lehmann, and P.B. de Camargo. Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi
2005. Nitrogen transfer between high and low quality dan Bogor. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian
leaves on a nutrient-poor Oxisols determined by 15N Bogor.
Enrichment. Soil Biology and Biochemistry, 37:787-
794. Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry Genesis,
Composition, Reactien. John Willey and Sons. New
Setyorini, D. Pengembangan Pupuk Organik. 2010. Bahan York.
Sinjak Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.
Suriadikarta, D.A. 2010. Pengaruh Pupuk Organik Granul
Setyorini, D., R. Saraswati, dan Ea Kosman Anwar. 2006. dan Curah Terhadap Tanaman Caisim. Laporan
Kompos. Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Penelitian Balai Penelitian Tanah. Bogor (unpublished).
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian,
Badan Litbang. Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker.
Inc. New York.
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2, Desember 2015; 107-120
Trinsoutrot, I., S. Recous, and B. Bentz. 2000. Biochemical
quality of crop residues and carbon nitrogen
mineralization kinetics under non limiting nitrogen
conditions. Soil Science Society of America Journal,
64:918-926.
Vanlauwe, B., O.C. Nwoke, N. Sanginga, and R. Merckx.
1996. Impact of residue quality on the c and n
mineralization of leaf and root residues of three
agroforestry species. Plant and Soil, 183:221-231.
Widowati, L.R., D. Setyorini, dan S. Rochayati. 2012a.
Pengukuran Pelepasan dan Serapan Fe dari Pupuk
Organik serta Uji Efektivitas Pupuk Organik
Petroganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Padi.Laporan Akhir Kerjasama Penelitian Balittanah
dan PT Petrokimia Gresik 2012. (unpublished).
Widowati, L.R., S. Sleutel, and D. Setyorini. 2012b. Nitrogen
mineralization from amended and unamended
intensively managed tropical Andisols and Inceptisols.
Soil Research, 50:136-144.
Widowati, L.R. dan S. Rochayati. 2003. Identifikasi Kahat
Hara S, Ca, Mg, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah Sawah
Intensifikasi. Makalah diseminarkan pada Kongres
HITI di Padang, 21-24 Juli 2003.
Yoshida, S. 1981. Foundamentals of Rice Crop. The
International Rice Research Institute, Manila,
Philippines.
J. Akad. Kim. 6(2): 92-97, May 2017
ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)
ANALISIS UNSUR HARA PUPUK ORGANIK CAIR DARI
LIMBAH IKAN MUJAIR (Oreochromis mosambicus) DANAU LINDU
DENGAN VARIASI VOLUME MIKROORGANISME LOKAL
(MOL) BONGGOL PISANG
Nutrient Analysis of Organic Liquid Fertilizer from Waste of Mujair Fish
(Oreochromis mosambicus) from Lindu Lake Using Local Microorganism
(MOL) of Banana Weevil Variation
*Winda Lepongbulan, Vanny M.A Tiwow dan Anang Wahid M. Diah
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 07 March 2017, Revised 07 April 2017, Accepted 08 May 2017
Abstract
Me Lake Lindu is one of the potential water resources in Central Sulawesi with various species of
fish and one of the most commonly found fish is species mujair fish. Mujair fish processing wastes such
as offal can be polluted the environment if not managed properly. Me study aim is to determine the
contents of NPK nutrients in the liquid organic fertilizer by adding MOL banana weevil. Me contents
of nitrogen (N), phosphorus (P), and potassium (K) was determined by using spectro direct. Me NPK
contents in the liquid organic fertilizer of mujair fish waste from Lake Lindu reached the maximum
NPK contents of nitrogen (N) of 0.311% by addition 100 mL MOL banana weevil, phosphorus (P)
0.167% by addition 150 mL of MOL banana weevil, and potassium (K) of 0.037% by addition 150
mL MOL banana weevil.
Keywords: organic liquid fertilizer, mujair fish, nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K)
Pendahuluan
Kekayaan ikan di kawasan Indonesia meningkatkan pendapatan bagi masyarakat.
berlimpah dan usaha untuk meningkatkan Danau Lindu kaya akan berbagai jenis ikan
hasil tangkapannya terus menerus diupayakan. seperti mujair, ikan mas, lele, gabus, sidat dan
Hasil tangkapan ikan yang berlimpah menjadi lain-lain (Baedah, 2010).
ikan sisa atau ikan buangan yang disebabkan
oleh berbagai hal misalnya keterbatasan Secara umum limbah ikan mengandung
pengetahuan dan sarana para nelayan dalam banyak nutrien yaitu N (Nitrogen), P
cara pengolahan ikan. Sisa ikan atau ikan-
ikan yang terbuang tersebut ternyata masih (Phosforus) dan K (Kalium) yang merupakan
dapat dimanfaatkan (Hapsari & Welasi, 2013). komponen penyusun pupuk organik (Hapsari
Limbah baik berupa padatan, cairan, atau gas & Welasi, 2013). Pemanfaatan ikan mujair
bila tidak dikelola dan diolah dengan baik akan seperti limbah jeroan yang banyak dihasilkan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi manusia dari kegiatan perikanan memiliki kandungan
dan lingkungan, bahkan dapat mencemari yang diharapkan dapat meningkatkan unsur
dan merusak lingkungan (Indriani, dkk., hara yang dibutuhkan tanaman dalam pupuk
2013). Limbah ikan banyak ditemukan di organik cair.
Kota Palu dan salah satu sumber penghasilan
ikan di Kota Palu berasal dari danau Lindu. Pupuk buatan yang beredar di pasaran
Danau Lindu merupakan salah satu sumber selain harganya mahal juga memiliki dampak
daya perairan yang potensial dikembangkan buruk bagi lingkungan seperti menurunkan
untuk memenuhi kebutuhan protein dan tingkat kesuburan tanah sehingga timbul
pemikiran untuk menggunakan pupuk
*Korespondensi: organik. Penggunaan Pupuk Anorganik yang
Winda Lepongbulan berkepanjangan menyebabkan menurunnya
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan tingkat kesuburan tanah secara signifikan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako sehingga menurunkan tingkat produktifitas
email: [email protected] tanaman (Kasim, dkk., 2011). Penggunaan
pupuk organik cair dapat meningkatkan
© 2017 - Universitas Tadulako kesuburan tanah yang dirusak oleh penggunaan
Winda Lepongbulan Analisis Unsur Hara Pupuk Organik Cair dari Limbah .............
pupuk anorganik. Pupuk organik cair berfungsi erlenmeyer, kertas saring, corong, gelas ukur,
meningkatkan pertumbuhan tanaman spatula, labu ukur, neraca digital, spectro direct
(Ganefati, dkk., 2014). (RS232 Serial No. 1257060900344), dan labu
kjeldahl .
Pupuk organik merupakan pupuk yang
terbuat dari bahan alam dan memiliki ciri Bahan yang digunakan pada penelitian
kandungan haranya banyak tetapi dalam ini meliputi: limbah jeroan ikan mujair, gula
jumlah sedikit. Penggunaan pupuk organik pasir, gula merah, aquadest, air bekas cucian
pada tanaman tidak hanya memberikan unsur- beras (cucian pertama), bongol pisang, tablet
unsur yang dibutuhkan tanaman, tetapi juga phosphate 1 dan 2, tablet kalium, larutan
dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk H2SO4 (Merck), tablet kjeldahl.
organik memiliki dua jenis yaitu pupuk organik
cair dan pupuk organik padat (Mazaya, dkk., Prosedur penelitian
2013). Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
Bonggol Pisang
Proses pembuatan pupuk organik cair
berlangsung secara anaerob (dalam kondisi tidak MOL bonggol pisang dibuat dari bonggol
membutuhkan oksigen) atau secara fermentasi pisang kepok (Musa acuminata balbisiana).
tanpa bantuan sinar matahari. Pupuk organik Sebanyak 1 kg bonggol pisang yang telah
merupakan pupuk yang terbuat dari bahan dihaluskan dimasukkan ke dalam wadah dan
organik. Sumber bahan baku organik ini dapat ditambahkan dengan air cucian beras sebanyak
diperoleh dari berbagai limbah. Biasanya untuk 2 liter dan gula merah sebanyak 1/5 kg.
membuat pupuk organik ini ditambahkan Kemudian ditutup rapat hingga tidak ada udara
larutan mikroorganisme untuk mempercepat yang bisa masuk dan selanjutnya difermentasi
pendegradasian (Prihandarini, 2014). selama 7 hari (Faridah, dkk., 2014).
Pupuk organik berperan dalam memperbaiki Pembuatan Molase
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Cairan molase dibuat dengan menambahkan
Pemanfaatan limbah ikan juga mengurangi
pencemaran lingkungan yang diakibatkan 1 kg gula pasir ke dalam 1000 mL aquadest
limbah hasil pengolahan ikan yang dibuang (perbandingan 1:1). Cairan molase ini berguna
begitu saja tanpa memperhatikan dampak sebagai sumber energi dan penyubur bakteri.
negatifnya terhadap lingkungan. Pemanfaatan
limbah ikan menjadi pupuk organik bertujuan Pembuatan Pupuk Organik Cair
untuk menghasilkan pupuk yang kaya berbagai Masing-masing sebanyak 200 gram
nutrien yang diperlukan tanaman, mengatasi
kelangkaan pupuk, dan mendukung program limbah jeroan ikan Mujair dimasukkan ke
pemerintah yaitu “Go Organic’ (Hapsari & dalam empat wadah tertutup. Selanjutnya
Welasi, 2013). ditambahkan sebanyak 100 mL cairan molase,
dan 1 liter aquades. Masing-masing wadah
MOL bonggol pisang adalah ditambahkan dengan MOL bonggol pisang
mikroorganisme lokal yang dibuat dari bonggol dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
pisang sebagai penambah nutrisi unsur hara wadah, yaitu 0 mL, 50 mL, 100 mL dan 150
tanaman dan digunakan sebagai biovaktor mL MOL bonggol pisang. Selanjutnya wadah
untuk mempercepat fermentasi. Tulisan ini ditutup rapat hingga udara tidak bisa masuk
dimaksudkan untuk mendeskripsikan kondisi dan kemudian di fermentasi selama 14 hari
optimum pembuatan pupuk organik cair dari (Waryanti, dkk., 2013).
limbah ikan mujair dengan membandingkan
pupuk yang ditambahkan oleh mikroorganisme Analisis Sampel
lokal yaitu MOL bonggol pisang dengan yang Pengujian sampel meliputi pengujian kadar
tidak ditambahkan dan untuk menentukan
kandungan unsur hara NPK pada pupuk NPK yang dilakukan di Laboratorium Kimia
organik cair dari limbah ikan Mujair yang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
berasal dari danau Lindu. Universitas Tadulako, meliputi:
Metode Kadar Nitrogen (N)
Alat dan Bahan Sampel hasil fermentasi diambil sebanyak
Alat yang digunakan pada penelitian 10 mL dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl,
ini meliputi: wadah sampel, gelas kimia, kemudian ditambahkan dengan 10 mL H2SO4
pekat dan satu sendok spatula tablet Kjeldahl.
Selanjutnya didestruksi (dipanaskan) sampai
mendidih dan larutan menjadi jernih. Setelah
Volume 6, No. 2, 2017: 92-97 Jurnal Akademika Kimia
didestruksi larutan dibiarkan beberapa saat Mikroba inilah yang akan mengurai bahan
sampai dingin. Selanjutnya larutan jernih organik. Mikroba pada MOL bonggol pisang
yang telah didestruksi diencerkan sampai
volume 100 mL. Sampel yang telah diencerkan akan bertindak sebagai dekomposer bahan
kemudian diambil masing-masing sebanyak organik yang akan dikomposkan (Ole, 2013).
10 mL dan dimasukkan ke dalam 3 buah
vial (tempat sampel berukuran 10 mL yang MOL bonggol pisang dibuat dengan cara
bentuknya menyerupai botol) untuk dianalisis menghaluskan 1 kg bonggol pisang kepok
menggunakan alat spectro direct (Warsito, kemudian ditambahkan dengan 2 L air cucian
2016) beras dan 200 g gula merah yang terlebih dahulu
dihaluskan. Hasil campuran tersebut kemudian
Kadar Phosforus (P) difermentasi selama 7 hari. Air cucian beras
Sampel pupuk organik cair disaring sehingga dan gula berfungsi sebagai sumber energi
dan penyubur bakteri. Molase mengandung
menghasilkan filtrat. Kemudian sebanyak 2 mL nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan
filtrat diencerkan dengan aquadest dalam labu mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan
ukur 30 mL sampai tanda batas. Larutan yang bahan alternatif untuk sumber energi dalam
telah siap dianalisis dimasukkan ke dalam vial. media fermentasi. MOL yang telah difermentasi
Analisis kadar P pada sampel pupuk organik selama 7 hari ini dapat digunakan langsung
cair dari limbah ikan mujair dilakukan dengan sebagai pupuk cair penambah nutrisi unsur hara
memasukkan masing-masing 10 mL sampel ke tanaman atau bisa digunakan sebagai biovaktor
dalam vial dan ditambahkan reagen P (tablet untuk mempercepat fermentasi. Pada proses
phosphate 1 dan 2) ke dalam masing-masing fermentasi penggunaan MOL akan dihasilkan
vial tersebut. Kemudian ketiga vial tersebut alkohol yang ditandai aroma alkohol setelah
dikocok sampai pereaksi larut semua menjadi fermentasi selama 7 hari. Proses fermentasi
homogen. Selanjutnya diukur kadar P dengan pembuatan MOL dihasilkan alkohol dengan
menggunakan spectro direct. reaksi sebagai berikut (Indriani, dkk., 2013):
Kadar Kalium (K) Proses fermentasi merupakan proses
Pupuk organik cair disaring dan filtrat hasil biokimia dimana terjadi perubahan-perubahan
penyaringan diambil sebanyak 2 mL. Kemudian atau reaksi-reaksi kimia dengan pertolongan
filtrat diencerkan dengan aquadest dalam labu jasad renik penyebab fermentasi tersebut
ukur 10 mL sampai tanda batas. Larutan yang
telah siap dianalisis dimasukkan ke dalam vial. bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai
Analisis kadar K pada sampel pupuk organik dengan pertumbuhannya. Akibat terjadinya
cair dari limbah ikan mujair dilakukan dengan fermentasi sebagian atau seluruhnya akan
memasukkan masing-masing 10 mL sampel berubah menjadi alkohol setelah beberapa
ke dalam 3 buah vial dan ditambahkan reagen
K (tablet Kalium) ke dalam masing-masing waktu lamanya (Endah, dkk., 2007).
vial tersebut. Kemudian ketiga vial tersebut Berikut reaksi yang terjadi pada
dikocok sampai pereaksi larut semua menjadi
homogen. Selanjutnya kadar K diukur dengan proses anaerobik saat pembuatan pupuk
menggunakan spectro direct. organik cair (Sundari, dkk., 2014) :
Hasil dan Pembahasan Kondisi optimum pada pembuatan pupuk
Pembuatan Pupuk Organik Cair organik cair dari limbah ikan mujair yang
berasal dari danau Lindu yaitu pada pupuk yang
MOL bonggol pisang adalah ditambahkan dengan mikroorganisme lokal
mikroorganisme lokal yang dibuat dari (MOL) bonggol pisang karena memiliki NPK
bonggol pisang. Bonggol pisang memiliki yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
banyak mata tunas yang didalamnya terdapat yang tidak ditambahkan dengan MOL bonggol
banyak giberelin dan sitokinin sehingga pisang. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
dapat mengundang mikroorganisme lain mikroorganisme yang terbuat dari bahan-
untuk datang. Bonggol pisang mengandung bahan alami sebagai medium berkembangnya
beberapa mikroorganisme yang berperan mikroorganisme yang berguna untuk
baik dalam penyuburan tanah (Faridah, dkk., mempercepat penghancuran bahan organik
2014). Jenis mikroba yang telah diidentifikasi (proses dekomposisi menjadi kompos/pupuk
pada MOL bonggol pisang antara lain organik). Disamping itu juga dapat berfungsi
Bacillus sp, Aeromonassp, Aspergillus nigger. sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman, yang
Winda Lepongbulan Analisis Unsur Hara Pupuk Organik Cair dari Limbah .............
dikembangkan dari mikroorganisme tersebut. menambahkan asam kuat pekat (asam sulfat)
Semakin banyak mikroorganisme pada bahan, dan tablet Kjeldahl ke dalam sampel dan proses
proses dekomposisi bahan organik atau
pengomposan semakin cepat (Panudju, 2011). pemanasanpadasuhutinggi, sehinggadihasilkan
larutan berwarna jernih yang mengandung
Kadar Nitrogen amonium sulfat (Andarwulan, dkk., 2011).
Berdasarkan studi yang telah dilakukan,
Sampel yang tidak ditambahkan dengan
dapat diketahui kadar nitrogen dari pupuk MOL bonggol pisang memiliki kadar nitrogen
organik cair dari limbah ikan mujair yang
berasal dari danau Lindu. Tabel 1 menunjukkan yang paling kecil yaitu 0,194% dibanding
kadar nitrogen yang diperoleh pada pupuk dengan sampel yang ditambahkan dengan
organik cair dari limbah ikan mujair. MOL bonggol pisang. Kandungan nitrogen
yang paling tinggi yaitu 0,311% yang terdapat
Tabel 1. Kadar Unsur Harpada Pupuk
Organik Cair dari Limbah Ikan Mujair pada sampel dengan penambahan MOL
sebanyak 100 mL, hal ini menandakan bahwa
Penentuan kadar nitrogen pada sampel
pupuk organik dari limbah ikan mujair penambahan MOL bonggol pisang paling
dilakukan dengan menggunakan metode optimal. Perbedaan kadar nitrogen dari masing-
Kjeldahl. Prosedur Kjeldahl memiliki tiga tahap masing sampel dikarenakan pemberian berbagai
yaitu penghancuran (destruksi), netralisasi atau sumber dekomposer yang berbeda menyebabkan
distilasi, dan yang terakhir yaitu titrasi. Studi
ini hanya dilakukan tahap destruksi saja, hal ini perbedaan kadar nitrogen (Rusvita, 2012).
karena penentuan nitrogen totalnya dilakukan Salah satu kandungan gizi dalam bonggol
dengan menggunakan alat spectro direct. pisang yaitu protein. Adanya penambahan
Analisis secara kuantitatif dengan MOL bonggol pisang maka akan meningkatkan
spectrofotometer harus menggunakan larutan kadar nitrogen dari pupuk organik tersebut.
berwarna dan bening agar kadar nitrogen dapat
diketahui. Sampel yang berupa larutan berwarna Kadar Phosforus (P)
dan keruh harus didestruksi dahulu agar Kadar phosforus yang diperoleh pada
didapatkan larutan yang siap untuk dianalisis.
Destruksi yang digunakan disini adalah studi analisis kadar unsur hara pada pupuk
destruksi basah. Destruksi basah merupakan organik cair dari limbah ikan mujair yang
proses perombakan oksidatif sampel organik berasal dari danau Lindu ditunjukkan pada
menggunakan asam pengoksidasi seperti asam Tabel 1. Penentuan kadar phosforus pada
nitrat, asam perkolat, asam sulfat atau campuran pupuk organik cair dari limbah ikan mujair
asam-asam tersebut. Kandungan ion-ion dalam dilakukan dengan menggunakan spectro
sampel dapat mengganggu proses analisis direct. Pengukuran konsentrasi logam dengan
metode spectrofotometer. Proses destruksi dapat menggunakan spectro direct haruslah berupa
menghilangkan kandungan ion lain sehingga larutan yang berwarna. Oleh karena itu
kesalahan dalam pembacaan saat analisis sampel pupuk organik cair dari limbah ikan
ditekan seminimal mungkin. Perombakan mujair disaring dan dikomplekskan dengan
organologam menjadi bentuk anorganik yang reagen (pereaksi) yaitu tablet phospate 1 dan
siap dianalisis terjadi pada proses ini. Destruksi 2. Reagent yang digunakan harus betul-betul
dikatakan berhasil apabila didapatkan larutan
akhir yang jernih (Mazaya, dkk., 2013). spesifik hanya bereaksi dengan analit yang
Metode Kjeldahl pada tahap destruksi akan dianalisis. Selain itu juga produk senyawa
dilakukan dengan cara sampel yang akan
dihancurkan (destruksi) secara sempurna berwarna yang dihasilkan harus stabil untuk
sehingga seluruh karbon dan oksigen teroksidasi jangka waktu lama (Sastrohamidjojo, 2007).
dan nitrogen diubah menjadi amonium sulfat.
Proses penghancuran ini dilakukan dengan Kandungan phosforus paling tinggi
pada studi ini yaitu 0,167% terdapat pada
penambahan MOL bonggol pisang dengan
volume 150 mL. Penambahan volume MOL
bonggol pisang menaikkan kadar phosforus.
Hal ini karena kandungan phosforus dalam
bonggol pisang kedua tertinggi setelah air
sehingga dengan pengurangan volume MOL
bonggol pisang maka akan menurunkan
kandungan phosforus (Ole, 2013).
Kandungan mineral pada ikan tergantung
pada spesies, jenis kelamin, siklus biologis, dan
bagian tubuh ikan yang dianalisis. Kandungan
mineral ikan juga tergantung pada faktor
ekologis seperti musim, tempat pengembangan
Volume 6, No. 2, 2017: 92-97 Jurnal Akademika Kimia
jumlah nutrisi yang tersedia, suhu dan Ucapan Terima Kasih
salinitas air. Mineral utama yang diperlukan Ucapan terimakasih penulis sampaikan
adalah kalsium dan phosforus. Kalsium dapat
dijumpai pada air-air berkesadahan tinggi kepada Paulus Hengky Abram dan Tasrik yang
sedangkan phosforus dapat dijumpai pada telah memberikan bimbingan dan masukan
tanaman air. Di dalam ekosistem air terjadi dalam menyelesaikan penelitian ini.
daur phosforus. Fosfat yang terlarut di dalam
air diserap oleh ganggang dan tumbuhan air, Referensi
sedangkan ikan-ikan mendapatkan fosfat Andarwulan, N., Kusnandar, F. & Herawati,
melalui rantai makanan (Ye, dkk., 2006) .
D. (2011). Analisis pangan. Jakarta: Dian
Rakyat.
Kadar Kalium (K) Baedah, M. A. (2010). Mengelola danau
lindu secara bijak. Sulawesi Tengah: Dinas
Sampel pupuk organik cair dari limbah Kelautan dan Perikan.
ikan mujair yang telah disaring dikomplekskan
dengan reagen yaitu tablet kalium. Kadar Dwicaksono, R. B. D., Suharto, B.& Susanawati,
kalium yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel L. D. (2015). Pengaruh penambahan
effective microorganism pada limbah cair
1. Kandungan kalium yang paling rendah industri perikanan terhadap kualitas pupuk
yaitu 0,030% terdapat pada sampel yang tidak organik cair. Jurnal Sumberdaya Alam dan
ditambahkan dengan MOL bonggol pisang dan Lingkungan, 1(1), 7-11.
yang paling tinggi yaitu 0,037% terdapat pada
sampel yang ditambahkan MOL bonggol pisang Endah, R. D., Sperisa, D., Nur, A. & Paryanto.
dengan volume 150 mL. Adanya perbedaan (2007). Pengaruh kondisi fermentasi
kadar kalium dari setiap sampel karena adanya terhadap yield etanol pada pembuatan
perbedaan komposisi bahan yang dicampurkan bioetanol dari pati garut. Jurnal Gema
Teknik, 10(2), 83-88.
sehingga mempengaruhi kandungan nutrisi
organik di dalamnya (Dwicaksono, dkk., 2015). Faridah, A., Sumiyati, S. & Handayani, D.
S. (2014). Studi perbandingan pengaruh
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman penambahan aktivator agri simba dengan
adalah untuk merangsang pertumbuhan secara mol bonggol pisang terhadap kandungan
unsur hara makro (CNPK) kompos dari
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan blotong (sugarcane filter cake) dengan
daun. Selain itu, nitrogen pun berperan dalam variasi penambahan kulit kopi. Jurnal
pembentukan hijau daun yang sangat berguna Teknik Lingkungan, 3(1), 1-9.
dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah
Ganefati, S. P., Sutomo, A. H. & Iswanto.
membentuk protein, lemak, dan berbagai (2014). Urinoir model as liquid organic
persenyawaan organik lainnya. Unsur phosforus fertilizer producer of nitrogen (N), phospate
(P) bagi tanaman berguna untuk merangsang (P), and potassium (K). International Journal
pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan of Public Health Science, 3(1), 23-28.
tanaman muda. Selain itu, phosforus berfungsi
sebagai bahan mentah untuk pembentukan Hapsari, N. & Welasi, T. (2013). Pemanfaatan
sejumlah protein tertentu, membantu limbah ikan menjadi pupuk organik. Jurnal
asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat Teknik Lingkungan, 2(1), 1-6.
pembungaan, pemasakan biji, dan buah. Fungsi
utama kalium pun berperan dalam memperkuat Indriani, F., Sutrisno, E. & Sumiyati, S. (2013).
tubuh tanaman agar daun bunga, dan buah Studi pengaruh penambahan limbah ikan
tidak mudah gugur (Lingga & Marsono, 2008). pada proses pembuatan pupuk cair dari urin
sapi terhadap kandungan unsur hara makro
Kesimpulan (CNPK) Jurnal Teknik Lingkungan, 2(2), 1-
16.
Hasil analisis kadar unsur hara NPK pada
pupuk organik cair dari limbah ikan mujair Kasim, S., Ahmed, O. H. & Majid, N. M.
yang berasal dari danau Lindu yaitu dengan A. (2011). Effectiveness of liquid organic-
nilai maksimum terhadap variasi volume MOL nitrogen fertilizer in enhancing nutrients
bonggol pisang dalam penelitian ini yaitu untuk
nitrogen (N) sebesar 0,311% pada penambahan
100 mL MOL bonggol pisang, phosfor 0,167%
pada penambahan 150 mL MOL bonggol
pisang, dan kalium 0,037% pada penambahan
150 mL MOL bonggol pisang.
Winda Lepongbulan Analisis Unsur Hara Pupuk Organik Cair dari Limbah .............
uptake and use efficiency in corn (zea mays). konsentrasi yang berbeda. Skripsi mahasiswa
African Journal of Biotechnology, 10(12), pada Program Studi Agroteknologi Fakultas
2274-2281. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Lingga, P. & Marsono. (2008). Petunjuk Retrieved from repository.win-suska.
penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar ac.id/5262-1-2012 201286PTN.pdf
Swadaya.
Sastrohamidjojo, H. (2007). Spektroskopi.
Mazaya, M., Susatyo, E. B. & Prasetya, A. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
T. (2013). Pemanfaatan tulan ikan kakap
untuk meningkatkan kadar fosfor pupuk Sundari, I., Maruf, W. F. & Dewi, E. N. (2014).
cair limbah tempe. Indonesian Journal of Pengaruh penggunaan bioaktivator EM4
Chemical Science, 2(1), 7-11. dan penambahan tepung ikan terhadap
spesifikasi pupuk organik cair rumput
Ole, M. B. B. (2013). Penggunaan laut gracilaria sp. Jurnal Pengolahan dan
mikroorganisme bonggol pisang (musa Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3), 88-94.
paradisiciaca) sebagai dekomposer sampah
organik. Skripsi mahasiswa sarjana pada Warsito, J. (2016). Pemanfaatan limbah tandan
Program Studi Biologi Universitas Atma kosong kelapa sawit sebagai bahan pembuatan
Jaya Yogyakarta. Retrieved from e-journal. pupuk organik. Skripsi sarjana pada Program
uajy.ac.id/3963/3/2BL01047.pdf Studi Pendidikan Kimia Universitas
Tadulako Palu., Tidak diterbitkan.
Panudju, T. I. (2011). Pedoman teknis
pengembangan rumah kompos tahun anggaran Waryanti, A., Sudarno & Sutrisno, E. (2013).
2011. Jakarta: Direktorat Perluasan dan Studi pengaruh penambahan sabut kelapa
Pengelolaan Lahan, Direktorat Jendral pada pembuatan pupuk cair dari limbah
Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian cucian ikan terhadap kualitas unsur hara
Pertanian. makro (CNPK). Jurnal Teknik Lingkungan,
2(2), 1-7.
Prihandarini, R. (2014). Manajemen sampah,
daur ulang sampah menjadi pupuk organik. Ye, C. X., Liu, Y. J., Tian, L. X., Mai, K. S., Du,
Jakarta: Penerbit PerPod. Z. Y., Yang, H. J. & Niu, J. (2006). Effect of
dietary calcium and phosphorus on growth,
Rusvita, L. (2012). Kualitas kompos tandan feed efficiency, mineral content and body
kosong kelapa sawit dengan pemberian composition of juvenil grouper, epinephelus
berbagai sumber dekomposer berbeda pada coioides. Aquaculture, 255(1-4), 263-271.
e-J. Agrotekbis 4 (2) :151-159 , April 2016 ISSN : 2338-3011
PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea Var. Bathytis
L.) PADA OXIC DYSTRUDEPTS LEMBANTONGOA
Poultry Manure Effect On Plant Growth And Yield Of Cabbage
Flowers (Brassica Oleracea Var. Bathytis L.) On
Oxic Dystrudepts Lembantongoa
Kurnia Mustika Sari 1), Anshar Pasigai2), Imam Wahyudi2)
1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
2) Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
E-mail : [email protected]
E-mail : [email protected]
E-mail :[email protected]
ABSTRACT
Cabbage flowers a vegetable that comes from sub tropical regions. Temperature range for growth of
cabbage flowers that minimum and maximum 15.5 to 18 0C 24 0C, so plants can grow cabbage flowers
in lowland and highland. Oxic Dystrudepts was characterized by a high level of soil acidity, nutrient
and organic matter is low. One way to increase growth and yield of cabbage flowers crop production by
performing fertilization. Poultry manure used in this study is chicken manure. This study aimed to
study the effect of poultry manure on the growth and yield of cabbage flowers (Brassica oleracea var.
Bathytis L. ) in Oxic Dystrudepts Lembantongoa. The research was conducted on October 2014 until
February 2015, in the Greenhouse of Agriculture Faculty, Tadulako University, Palu. The soil and the
plant analysis were carried out in the Laboratory of Soil Science, Agriculture Faculty, Tadulako
University, Palu. The soil for research were taken from Lembantongoa village, Palolo district, Sigi
Regency, Central Sulawesi. The researcher applied a random block design and used chicken cage
fertilizer as a treatment with seven levels of dose, namely: control, 10t ha-1, 15t ha-1, 20t ha-1, 25t ha-1,
30t ha-1, 35t ha-1. The data were analyzed based on the design used and followed by HSD 5% test.
Cabbage flowers plant growth (height , number of leaves , leaf area , chlorophyll , fresh weight of
flower/crop, and plant dry weight) was significantly affected by the dose of poultry manure.
Keywords : Oxic Dystrudepts, cabbage flowers, poultry manure.
ABSTRAK
Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Kisaran temperatur
untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15,5-18 0C dan maksimum 24 0C, sehingga tanaman
kubis bunga dapat tumbuh pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Oxic Dystrudepts dicirikan
oleh derajat kemasaman tanah yang tinggi, kekurangan unsur hara, dan bahan organik yang rendah.
Salah satu cara peningkatan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman kubis bunga yaitu dengan
melakukan pemupukan. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran ayam.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var. Bathytis L.) pada Oxic DystrudeptsLembantongoa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Februari 2015 di Rumah Kaca, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Analisis tanah dan tanaman
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Tanah
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dan menggunakan pupuk kandang ayam sebagai perlakuan dengan tujuh dosis, yaitu: kontrol, 10t ha-1,
15t ha-1, 20t ha-1, 25t ha-1, 30t ha-1, 35t ha-1. Data dianalisis sesuai rancangan yang digunakan dan
dilanjutkan dengan uji BNJ 5%. Pertumbuhan tanaman kubis bunga (tinggi, jumlah daun, luas daun,
klorofil, bobot segar bunga/krop, dan bobot kering tanaman) sangat nyata dipengaruhi oleh pemberian
dosis pupuk kandang ayam.
Kata Kunci : Oxic dystrudepts, kubis bunga, pupuk kandang ayam.
PENDAHULUAN tahunnya adalah lebih tinggi dari jumlah
produksi. Dari data yang diperoleh produksi
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, tanaman kubis bunga daerah Sulawesi Tengah
maka kebutuhan lahan pertanian semakin dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami
meningkat, namun jumlah lahan pertanian peningkatan dan penurunan produksi.
yang subur juga semakin terbatas Terhitung pada tahun 2010 produksi mencapai
ketersediaannya karena telah beralih fungsi 173 ton ha-1, dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi lahan-lahan pemukiman. Salah satu menjadi 239 ton ha-1. Sementara pada tahun
penyebab kurangnya produksi pertanian di 2012 produksi kubis mengalami penurunan
Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah menjadi 169 ton ha-1 dan pada tahun 2013
yaitu kurangnya penggunaan tanah masam produksi kubis sebesar 158 ton ha-1, sedangkan
yaitu Oxic Dystrudepts, sebagai lahan produksi pada tahun 2014 produksi kubis mengalami
pertanian. Faktor utama Oxic Dystrudepts peningkatan menjadi 361 ton ha-1.
adalah derajat keasaman yang tinggi, Meningkatnya jumlah produksi pada tahun
kekurangan unsur hara penting, dan kadar terakhir menunjukkan bahwa potensi sayur
bahan organik yang rendah. dari jenis kubis masih tergolong tinggi
(Direktorat Jendral Hortikultura, 2010). Angka
Darman (2005) menyatakan bahwa tanah tersebut menunjukkan bahwa potensi sayur dari
di Lembantongoa tergolong ke dalam Ordo jenis kubis masih tergolong tinggi. Hal ini
Inceptisols Sub Grup Oxic Dystrudepts. Oleh terlihat dari distribusi pemasaran kubis asal
karena itu, jenis tanah Oxic Dystrudepts dari Palu telah dapat dipasarkan antar pulau
Lembantongoa adalah salah satu areal yang khususnya pada daerah Kalimantan (Ramli,
potensial untuk dikembangkan. Sehingga perlu 2010). Kubis bunga merupakan salah satu
adanya pemanfaatan tanah Oxic Dystrudepts sayuran yang memiliki prospek pengembangan
sebagai tanah pertanian yang produktif guna karena mempunyai nilai ekonomi dan sosial
meningkatkan hasil produksi, terutama yang tinggi (Fitriani, 2009).
tanaman kubis bunga.
Salah satu peningkatan pertumbuhan dan
Kubis bunga merupakan jenis sayuran
yang cukup banyak disukai oleh masyarakat hasil produksi tanaman kubis bunga yaitu
Indonesia. Konsumsi kubis bunga setiap
dengan melakukan pemupukan yang bertujuan
untuk memelihara, memperbaiki dan A4 : pupuk kandang ayam 25 ton ha-1
mempertahankan kesuburan tanah. Muhsin A5 : pupuk kandang ayam 30 ton ha-1
(2003) menyatakan bahwa pupuk kandang A6 : pupuk kandang ayam 35 ton ha-1
ayam mempunyai potensi yang baik, karena
selain berperan dalam memperbaiki sifat fisik, Perlakuan diulang sebanyak tiga kali
kimia, dan biologi tanah pupuk kandang ayam sehingga di dapatkan 21 satuan percobaan.
juga mempunyai kandungan N, P, dan K yang Variabel amatan dianalisis dengan sidik ragam
lebih tinggi bila dibandingkan pupuk kandang (ANOVA) yang menunjukkan adanya
lainnya. pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji lanjut Beda Nyata
Sehubungan dengan uraian di atas, maka Jujur (BNJ) 5%.
penelitian mengenai pengaruh pupuk kandang Pelaksanaan Penelitian
ayam terhadap tumbuh kembang tanaman 1. Pengambilan dan penyiapan sampel tanah
kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts
Lembantongoa dianggap perlu dilakukan. Pada penelitian ini digunakan sampel Oxic
Sehingga dapat diharapkan pertumbuhan dan Dystrudepts yang terdapat di Desa
perkembangan tanaman di tanah Oxic Lembantongoa. Sampel tanah di ambil dari
Dystrudepts tidak lagi terhambat. Penelitian ini lapisan permukaan tanah sampai kedalaman
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kurang lebih 20 cm, kemudian tanah yang
dan mempelajari pengaruh pupuk kandang digunakan dalam penelitian dikering-anginkan
ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selama 1 minggu di ruang penyiapan contoh
kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts tanah laboratorium tanah Fakultas Pertanian
Lembantongoa. Universitas Tadulako. Sampel tanah yang
telah kering udara ditumbuk dengan kayu
METODE PENELITIAN untuk mendapatkan tanah yang ukuran
agregatnya lebih seragam dan lolos saringan 2
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mm. Sampel tanah yang telah disaring
Oktober 2014 hingga Februari 2015. Lokasi ditempatkan pada lantai yang beralaskan
pengambilan sampel tanah dilakukan di Desa plastik atau karung, kemudian dicampur
Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten merata untuk mendapatkan contoh tanah yang
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan homogen. Selanjutnya sampel tanah ditimbang
percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca, seberat 8 kg untuk persiapan polibag dan
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pemasangan label perlakuan setelah tanah
Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. terisi dalam polibag.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu 2. Pupuk kandang ayam
Tanah dan analisis tanaman di Laboratorium
Agronomi, Fakultas pertanian Universitas Pupuk kandang ayam di peroleh dari
Tadulako, Palu. kotoran ayam boiller dan diaplikasikan
sesuai dengan perlakuan pada Oxic
Penelitian ini disusun dengan Dystrudepts Lembantongoa.
menggunakan Rancangan Acak Kelompok 3. Pelaksanaan percobaan polibag
(RAK) dengan menggunakan pupuk kandang Sampel tanah kering udara yang lolos ayakan
ayam sebagai perlakuan dengan tujuh taraf 2 mm kemudian ditimbang sebanyak 8 kg
dosis, yaitu:
pada masing-masing polibag, kemudian
A0 : (kontrol)
A1 : pupuk kandang ayam 10 ton ha-1 dicampur merata dengan pupuk kandang ayam
A2 : pupuk kandang ayam 15 ton ha-1
A3 : pupuk kandang ayam 20 ton ha-1 sesuai dengan perlakuan kemudian
dimasukkan kedalam polibag yang telah diberi
label sesuai dengan kode perlakuan. Kemudian
masing-masing polibag diberi air hingga
kapasitas lapang dan di susun secara acak dengan menggunakan mistar/ penggaris
berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dimulai dari pangkal batang sampai ujung
(RAK). daun tertinggi.
4. Penanaman dan pemeliharaan b. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung pada saat berumur 1
Penanaman benih dilakukan langsung
MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST,
kedalam polibag yang telah diberi campuran 7 MST, 8 MST dengan menghitung jumlah
daun yang telah terbentuk sempurna dimulai
tanah halus dan pupuk kandang ayam sesuai dari daun paling bawah sampai daun teratas.
c. Luas daun (cm2)
dosis perlakuan. Setiap polibag ditanami tiga
Pengukuran dilakukan di Laboratorium
benih tanaman kubis bunga sedalam 0,2-1,0 Benih, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Luas daun tanaman diukur
cm. Kurang lebih tiga minggu setelah semai dengan menggunakan alat Leaf Area Meter,
dan sampel daun diperoleh pada saat panen.
atau ketika bibit telah berdaun sebanyak 3-4 Penghitungan dilakukan dengan mengukur
masing-masing sampel daun tiap tanaman
helai dilakukan pemilihan atau penyeleksian untuk memperoleh jumlah rata-ratanya.
d. Bobot segar bunga/krop dan bobot kering
bibit yang tumbuh seragam sehingga satu
tanaman kubis bunga (gram)
polibag tersisa satu tanaman kubis bunga. Penimbangan bobot kering, dan bobot
segar bunga dilakukan di Laboratorium Tanah,
Penyiraman di lakukan pada pagi dan sore Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
Tanaman kubis bunga yang telah di panen,
hari, dan pemanenan dilakukan saat tanaman kemudian dibersihkan terlebih dahulu dari
tanahnya. Tanaman dipisahkan berdasarkan
telah memasuki umur panen. kelompoknya, setelah itu tanaman kubis bunga
dipisahkan akar, tajuk, dan bunganya.
5. Panen Sebelum ditimbang terlebih dahulu akar
dikering anginkan untuk mengurangi kadar
Panen dilakukan pada minggu ke-8 MST airnya, sedangkan tajuk dan bunganya
langsung ditimbang bobot basahnya. Setelah
(Minggu Setelah Tanam), dan dipanen pada penimbangan bobot basah tajuk dan bunga,
sampel dimasukkan kedalam amplop berukuran
pagi atau sore hari agar tidak terjadi sedang dan dioven dengan suhu 70°C untuk
memperoleh berat kering tanaman. Kemudian
penguapan pada tanaman yang dipanen. setelah akar dikering anginkan, selanjutnya
dimasukkan kedalam amplop berukuran
Kemudian masing-masing tanaman kubis sedang dan dioven dengan suhu 70°C untuk
memperoleh bobot kering tanaman.
bunga ditimbang beratnya (akar, tajuk, dan e. Klorofil daun
Pengujian klorofil daun dilakukan di
bunga) untuk dianalisa lebih lanjut. Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu. Sampel daun
6. Analisis tanah oxic dystrudepts yang akan dianalisa kadar klorofilnya diambil
pada setiap tanaman percobaan (21 sampel)
Sebelum tanah digunakan untuk penelitian, setelah panen dilakukan. Pengukuran dilakukan
tanah dianalisis terlebih dahulu, variabel yang
diukur dalam analisis Oxic Dystrudepts di
laboratorium meliputi pH, P-tersedia, Al-dd,P-
total, C-organik, N-total tanah dan Kapasitas
Tukar Kation (KTK).
7. Analisis pupuk kandang ayam
Analisis pupuk kandang ayam boiller
dilakukan untuk mengetahui kadar C-organik,
N, P, dan K yang dikandungnya sebelum di
aplikasikan ke dalam perlakuan.
8. Variabel pengamatan tanaman
Pengamatan pertumbuhan tanaman kubis
bunga dimulai sejak masa penanaman sampai
panen (1-8 MST) dengan parameter
pengamatan sebagai berikut:
a. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman kubis bunga
dimulai pada saat berumur 1 MST, 2 MST, 3
MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, 8 MST
dengan cara menimbang sampel seberat 1 gram Lampiran 2. Hasil analisis laboratorium
dengan menggunakan timbangan analitik, lalu menunjukkan bahwa tekstur tanah Oxic
daun diekstrak (digerus dalam cawan porselin) Dystrudepts Lemban Tongoa termasuk ke
dengan sedikit pelarut etanol 96%. Kemudian dalam kelas lempung berpasir dengan
di saring dan diambil fitratnya lalu di kandungan pasir yaitu 58.7%, debu 28.5%, dan
centrifuge, setelah itu filtrat dimasukkan ke liat 12.8%. Kandungan C-Organik 3.38%
labu ukur 100 ml lalu ditambahkan pelarut tergolong tinggi, N-total yang tergolong
hingga 100 ml. Larutan klorofil dituang pada rendah yaitu 0.14%, tingkat keasaman yang
cuvet sampai tanda batas, kemudian tinggi dengan pH 4.80, dan KTK dengan nilai
permukaan cuvet dibersihkan dan diukur 9,95 cmol (+) kg-1 yang tergolong rendah. Hal
dengan spektrofotometer. Pengukuran kadar ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan
klorofil secara spektrofotometer didasarkan dalam penelitian ini merupakan tanah yang
pada hukum Lamber-Beer, metode untuk tergolong memiliki tingkat kesuburan yang
menghitung total klorofil, klorofil a dan rendah, sehingga perlu adanya pengelolaan
klorofil b telah dirumuskan oleh Wintermans yang tepat dalam pemanfaatannya untuk
dan De Mots (1965) dengan menggunakan budidaya tanaman guna meningkatkan
pelarut etanol 96% pada panjang gelombang produktivitas pertanian, khususnya tanaman
(λ)=649 dan (λ )= 665. sayuran. Menurut Wahyudi (2010) bahwa
jumlah penduduk yang semakin meningkat
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan lahan-lahan pertanian yang subur
semakin terbatas ketersediaannya terutama pada
Komposisi Kimia Pupuk Kandang Ayam wilayah tanah masam dan marginal. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis pupuk kandang antara lain disebabkan sebagian besar lahan
pertanian berada dalam kondisi kritis dan
ayam broiller (Tabel Lampiran 3) memiliki marginal yang kurang subur dan bereaksi
kandungan Nitrogen (N) 2,44%, Phospor (P) masam seperti tanah Oxic Dystrudepts.
0,67%, Kalium (K) 1,24%, dan C-Organik
16,10%. Kandungan N, P, dan K yang Tinggi Tanaman
terkandung dalam kotoran ayam broiller Hasil penelitian tentang pertumbuhan
memiliki kadar hara yang tinggi, sehingga
kotoran ayam broiller dapat memperbaiki tinggi tanaman kubis bunga dan sidik
tingkat kesuburan pada tanah yang bermasalah ragamnya disajikan pada lampiran 4b, 5b, 6b,
seperti jenis tanah Oxic Dystrudepts, serta 7b, 8b, 9b, 10b, dan 11b. Pengamatan tinggi
dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. tanaman dilakukan pada saat umur tanaman 1-
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mayadewi 8 MST. Tinggi tanaman diukur dengan
(2007) bahwa pupuk kandang memang dapat menggunakan mistar/penggaris dimulai dari
menambah tersedianya unsur hara bagi pangkal batang hingga ujung daun tanaman
tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah. tertinggi. Hasil sidik ragam menunjukkan
Pengaruh pupuk kandang dan kompos bahwa semua perlakuan berpengaruh sangat
terhadap perbaikan kesuburan tanah dan nyata terhadap tinggi tanaman. Laju
peningkatan hasil tanaman. pertumbuhan tinggi tanaman kubis bunga pada
perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat
Karakteristik Oxic Dystrudepts dilihat pada tabel 1.
Karakteristik fisik dan kimia tanah Oxic
Dystrudepts Lemban Tongoa disajikan pada
Tabel 1. Laju pertumbuhan tinggi tanaman kubis bunga pada perlakuan dosis pupuk kandang
ayam.
Dosis Pupuk 1 2 Tinggi Tanaman (cm) 7 8
Ton ha-1 MST MST MST MST
34 5 6
MST MST MST MST
0 4,23 b 14,67 c 19,67 c 25,90 b 10,33 b 31,00 b 31,90 b 33,00 d
10 4,40 a 16,67 b 25,13 a 34,90 a 10,67 b 41,50 a 42,77 a 43,33 a
15 4,43 a 18,17 a 23,13 b 32,00 a 11,33 a 41,40 a 41,67 a 42,33 a
20 4,50 a 18,23 a 24,77 a 33,83 a 12,00 a 36,83 a 37,67 a 38,17 bc
25 4,87 a 18,40 a 25,00 a 33,83 a 11,00 a 39,50 a 42,17 a 42,67 a
30 4,93 a 18,43 a 23,33 a 33,00 a 11,33 a 40,17 a 40,83 a 41,33 a
35 5,00 a 18,67 a 24,83 a 34,73 a 12,00 a 42,23 a 43,73 a 44,67 a
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda pada uji
(BNJ 5%)
Perlakuan dosis pupuk kandang ayam ningkatkan kesuburan tanah (Widowati, 2004),
menunjukkan bahwa tinggi tanaman kubis sehingga akar lebih mudah menyerap unsur
bunga mengalami peningkatan setiap hara yang terkandung dalam tanah. Unsur hara
minggunya seiring bertambahnya umur yang terserap oleh akar akan digunakan oleh
tanaman. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman terendah diperoleh pada tinggi tanaman.
perlakuan kontrol, sedangkan perlakuan dosis Jumlah Daun Tanaman
pupuk kandang ayam terus mengalami Hasil penelitian tentang pertumbuhan
peningkatan tinggi tanaman. Hal ini diduga
bahwa fungsi pupuk kandang ayam yaitu jumlah daun tanaman kubis bunga pada 1-8
mempertinggi daya serap dan daya simpan air MST dengan menggunakan pupuk kandang
yang secara keseluruhan mampu me ayam dapat dilihat pada tabel 2.
Dosis Pupuk 1 MST 2 MST Jumlah Daun Tanaman (Helai) 7 8
Ton ha-1 MST MST
45 6
3 MST MST MST MST
0 1,67 a 3,00 c 7,33 b 12,67 a 10,33 b 10,33 c 11,00 b 13,00 b
10 1,67 a 4,00 b 9,00 a 11,33 c 10,67 b 12,67 b 13,33 a 14,67 a
15 1,67 a 4,33 ab 9,33 a 12,67ab 11,33 a 12,00 b 14,33 a 15,67 a
20 1,67 a 4,00 b 9,00 a 13,33 a 12.00 a 12,33 b 13,00 a 15,00 a
25 2,00 a 4,33 a 9,67 a 11,67 b 11,00 a 12,67 b 14,00 a 15,33 a
30 2,00 a 4,00 b 9,00 a 12,00 b 11,33 a 12,67 b 14,33 a 14,67 a
35 2,00 a 4,67 a 9,67 a 12,00 b 12,00 a 14,00 a 14,00 a 15,67 a
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda pada uji (BNJ 5%)
Jumlah daun tanaman berdasarkan sidik Pertumbuhan dan perkembangan jumlah daun
ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan tanaman yang lebih banyak dibandingkan
dosis pupuk kandang ayam berpengaruh dengan pupuk kandang lainnya.
sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman Luas Daun (cm2) dan Klorofil Daun (Mg L-
kubis bunga. Damanik dkk, (2011) 1)
menyatakan bahwa pupuk kandang ayam
mengandung nitrogen tiga kali lebih banyak Data luas daun tanaman kubis bunga
dibanding pupuk kandang lainnya. disajikan pada Tabel Lampiran 20a dan sidik
Kandungan inilah yang dapat meningkatkan ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 20b.
Dari sidik ragamnya menunjukkan bahwa Bobot Segar Bunga/Krop (g)
perlakuan dosis pupuk kandang ayam Sidik ragam perlakuan dosis pupuk
berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun
tanaman kubis bunga. kandang ayam berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot segar bunga pada tanaman
Dosis Luas Daun Per Klorofil Daun kubis bunga (Tabel Lampiran 22b). bobot
(Mg L-1) segar bunga pada perlakuan kontrol sangat
Pupuk Tanaman berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
Ton ha-1 (cm2) dosis pupuk kandang lainnya.
0 1219.09 d 4.04 c
10 1756.11 b 4.08 b
15 1577.09 c 4.09 b Dosis Pupuk Bobot Segar
(Ton ha-1) Bunga/Krop (g)
20 1946.76 a 4.15 a
25 1942.05 a 4.37 a 0 33.13 e
30 1806.56 b 4.52 ab 10 52.91 c
35 1926.09 a 4.58 a 15 51.40 c
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada 20 71.06 a
masing-masing perlakuan tidak berbeda 25 33.39 d
pada uji (BNJ 5%). 30 58.58 b
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 35 53.98 c
luas daun pada masing-masing tanaman Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada
masing-masing perlakuan tidak berbeda
berbeda pada tiap perlakuan yang diberikan. pada uji (BNJ 5%).
Hal ini diduga bahwa dosis pupuk kandang Bobot segar bunga/krop pada perlakuan
kontrol memiliki nilai terendah dibandingkan
ayam berpengaruh terhadap permukaan luas dengan perlakuan dosis pupuk kandang ayam,
hal ini diduga karena tanah Oxic Dystrudepts
daun pada tanaman tiap perlakuan. Mayun merupakan jenis tanah masam yang memiliki
tingkat kesuburan rendah. Kurangnya unsur
(2007) menyatakan bahwa permukaan daun hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga dapat
menyebabkan produksi tanaman menjadi
yang luas meningkatkan penangkapan cahaya rendah dan lebih rentan terhadap serangan
hama dan penyakit. Menurut Andoko (2012)
dan CO2 yang lebih efektif, sehingga laju bahwa faktor serangan hama merupakan kendala
utama dalam pertumbuhan, perkembangan,
fotosintesis meningkat. Hasil fotosintesis dan hasil produksi tanaman kubis bunga.
ditranslokasikan ke daerah pemanfaatan
vegetatif yaitu akar, batang dan daun yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Sedangkan data klorofil daun tanaman
kubis bunga sidik ragamnya menunjukkan
bahwa perlakuan dosis pupuk kandang ayam
berpengaruh sangat nyata terhadap klorofil
daun tanaman kubis bunga. Dari data
pengamatan klorofil daun kubis bunga dapat Bobot Kering Per Tanaman
Sidik ragam bobot kering per tanaman
dilihat bahwa nilai terendah pada perlakuan
memperlihatkan bahwa perlakuan dosis pupuk
dosis pupuk kandang ayam adalah perlakuan kandang ayam berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot kering tanaman kubis bunga
kontrol. Hal ini diduga bahwa perlakuan dosis (Tabel Lampiran 23b). Bobot kering per
tanaman kubis bunga memiliki bobot yang
pupuk kandang ayam mampu meningkatkan bervariasi, hal ini terlihat dari semua perlakuan
berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini diduga faktor
unsur hara pada tanaman yang nantinya akan lingkungan menjadi penyebabnya seperti
kondisi cuaca yang tidak menentu pada saat
digunakan untuk proses fotosintesis. Menurut
Damanik, (2011), penggunaan nitrogen
berpengaruh langsung terhadap sintetis
karbohidrat didalam sel tanaman. Nitrogen
juga berperan sebagai penyusun klorofil yang
menyebabkan daun berwarna hijau.
umur panen dapat menjadi penyebab dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis
munculnya hama dan penyakit tanaman. Jika pupuk kandang ayam yang berbeda berpengaruh
lingkungan tidak mendukung maka tanaman sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
akan terhambat pertumbuhannya. Bobot tanaman kubis bunga. Pemberian dosis pupuk
kering per tanaman kubis bunga pada kandang ayam mampu meningkatkan
perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik,
dilihat pada tabel 5. kimia dan biologi tanah pada tanah masam, hal
ini terlihat dari hasil pengamatan bahwa
Dosis Pupuk (Ton Bobot Kering Per Tanaman perlakuan kontrol memiliki nilai terendah
dibandingkan perlakuan dosis pupuk kandang
ha-1) (g) ayam lainnya.
Saran
0 36.58 f Perlu adanya penelitian kembali tentang
pemberian dosis pupuk ini dengan varietas
10 90.75 b lain, sehingga diharapkan kedepannya tanah
masam bukan lagi menjadi masalah untuk
15 78.68 c membudidayakan tanaman.
20 76.20 d DAFTAR PUSTAKA
25 97.70 a Andoko, A. 2002. Budidaya Padi secara Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta : 9 hlm.
30 72.18 e
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, 2011.
35 85.87 b Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada Press. Medan.
masing-masing perlakuan tidak berbeda Darman. S. 2005. Penurunan Aktivitas Aluminium
pada uji (BNJ 5%). Monomerik, Peningkatan Efisiensi Pupuk
Fosfat dan HasilKedelai Akibat Pemberian
Perlakuan dosis pupuk kandang ayam Ekstrak Kompos dan Pupuk Fosfat pada Oxic
yang berbeda dapat mempengaruhi Dystrudepts. Disertasi. Program Pascasarjana
pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. UNPAD. Bandung.
Hal ini juga terlihat dari perlakuan kontrol
pada bobot kering tanaman yang secara umum Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Statistik Produksi
memiliki nilai terendah. Pemberian pupuk Hortikultura 2009, Direktorat Jendral
kandang ayam dapat meningkatkan kesuburan Hortikultura. Jakarta.
dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
meningkatkan aktivitas biologi tanah serta Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman Kubis Bunga
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. (Brassica oleracea var bathytis L.) di Kebun
Menurut Suryana (2008), suatu tanaman akan Benih Hortikultura KBH Tawangmangu.
tumbuh dan berkembang dengan subur apabila Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
unsur hara yang di butuhkan ada dan tersedia
cukup serta ada dalam bentuk yang sesuai Mayadewi, 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan
untuk di serap oleh bulu-bulu akar. Respon Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma
tanaman terhadap pemberian pupuk akan dan Hasil Jagung Manis. Agritrop, 26 (4) : 153
meningkat bila menggunakan jenis pupuk, – 159.
dosis, waktu dan cara pemberian yang tepat.
Mayun, I.A, 2007. Efek Mulasa Jerami Padi dan Pupuk
KESIMPULAN DAN SARAN Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Bawang Merah Didaerah Pesisir.
Kesimpulan Agritrop, 26 (1) : 33-40.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis
Bunga (Brassica oleracea Var. Bathytis L.)
Pada Oxic Dystrudepts LembanTongoa, maka
Muhsin, 2003. Pemberian Takaran Pupuk Kandang
Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Mentimun (Cucumi sativus, L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa.
Padang
Ramli, 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica
olaracea) Dataran Rendah Terhadap
Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Jurnal
Agroland Vol. 17 No. 1. Halaman 30-31.
Suryana, N, K. 2008. Pengaruh naungan dan pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman paprika (Capsicum annum
var.Grossum) Jurnal Agrisains, (9),(2):89-
95.
Wahyudi, I., 2010. Kajian Perubahan Status Fosfor
Tanah Akibat Pemberian Bokashi Kulit Buah
Kakao Pada Inseptisols Palolo. J. Agroland
17 (2) : 131 – 137.
Widowati. 2004. Pengaruh Kompos Pupuk Organik
Yang Dipekaya Dengan Bahan Mineral dan
Pupuk Hayati Terhadap Sifat-Sifat Tanah,
Serapan Hara dan Produksi Sayuran
Organik. Laporan Proyek Penelitian
Program Pengembangan Agribisnis. Balai
Penelitian Tanah.
KANDUNGAN NITROGEN DAN KALIUM PADA PUPUK
ORGANIK CAIR KOMBINASI KULIT PISANG DAN DAUN
LAMTORO DENGANVARIASI PENAMBAHAN JERAMI PADI
ABSTRAK
Pupuk organik cair merupakan pupuk yang berupa larutan dari hasil pembusukan
bahan-bahan organik. Kombinasi ekstrak kulit pisang, daun lamtoro dan jerami
padi dengan penambahan bioaktivator EM4 dapat diolah menjadi pupuk organik
cair yang mengandung makronutrien nitrogen dan kalium. Tujuan penelitian
untuk mengetahui kandungan nitrogen dan kalium pada pupuk organik cair
kombinasi kulit pisang dan daun lamtoro dengan variasi penambahan jerami padi.
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua
faktor, yaitu faktor 1: perbandingan komposisi (K) kulit pisang dan ekstrak daun
lamtoro (K1= 100 ml:200 ml, K2= 150 ml:150 ml, K3= 200 ml:100 ml) dan faktor
2: dosis jerami padi (D) (D1= 10%, D2= 15%). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan K3D2 yaitu 0,09%
dan kandungan terendah pada perlakuan K1D1 yaitu 0,06%. Sedangkan kandungan
kalium tertinggi terdapat pada perlakuan K3D2 yaitu 0,15% dan kandungan
terendah pada perlakuan K1D1 yaitu 0,09%.
Kata kunci: daun lamtoro, jerami padi, kulit pisang, kandungan N dan K, pupuk
organik cair.
ABSTRACT
Liquid organic fertilizer is a fertilizer in the form of a solution from the
decomposition of organic materials. The combination of banana peel extract,
lamtoro leaves and rice straw with the addition of EM4 bioactivator can be
processed into liquid organic fertilizer which containing nitrogen and potassium.
The purpose of this research is to know the content of nitrogen and potassium in
liquid organic fertilizer that made from combination of banana peel and lamtoro
leaves with variation of rice straw. The method of this research is Completely
Randomized Design with two factors, namely factor 1: composition ratio (K)
banana peel and lamtoro leaves extract (K1 = 100 ml: 200 ml, K2 = 150 ml: 150
ml, K3 = 200 ml: 100 ml) and factor 2: dose of rice straw (D) (D1 = 10%, D2 =
15%). The results showed that the highest nitrogen content was found in the K3D2
treatment is 0.09% and the lowest content in the K1D1 treatment is 0.06%. While
the highest potassium content found in K3D2 treatment is 0.15% and the lowest
content in treatment K1D1 is 0.09%.
Keywords: lamtoro leaves, rice straw, banana peel, the content of N and K, liquid
organic fertilizer.
1. PENDAHULUAN
Limbah organik merupakan limbah yang tersusun dari bahan-bahan
organik dan dapat terurai melalui proses biologis. Limbah tersebut dapat diolah
menjadi pupuk organik. Beberapa contoh limbah organik yang dapat dijadikan
pupuk cair yaitu kulit pisang, daun lamtoro, dan jerami padi yang masing-
masing mudah diperoleh dan mengandung unsur hara tinggi. Menurut Sriharti
dan Takiyah (2008) kulit pisang mengandung kadar air 82,12 %, C-organik
7,32 %, Nitrogen total 0,21 %, Nisba C/N 35 %, P2O5 0,07 % dan K2O 0,88 %.
Oleh karena itu, limbah kulit pisang sering dimanfaatkan sebagai pupuk
organik. Berdasarkan hasil penelitian Saragih (2016), pupuk organik cair kulit
pisang mengandung unsur hara Nitrogen 0,031 %, Fosfor 0,0155 %, dan
Kalium 0,0437 %. Untuk menambah nutrien pada pupuk kulit pisang, dapat
ditambah dengan bahan lain seperti daun lamtoro dan jerami padi.
Daun lamtoro mengandung senyawa yang bermanfaat bagi tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pane dkk (2014), penggunaan
pupuk ekstrak daun lamtoro dengan dosis 300 cc memberikan hasil terbaik
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman wijen serta dapat menambah unsur
hara pada tanah. Unsur hara tersebut antara lain Nitrogen 0,08 %, Fosfor
475,93 ppm, Kalium 0,016 %, Kalsium 298,05 %, dan Magnesium 77,18 %.
Sedangkan menurut Dobermann dan Fairhurst (2002), 1 ton jerami padi
mengandung N 0,5-0,8 %, P2O5 0,16-0,27 %, K2O 1,4-2,0 %, S 0,05-0,10 %,
dan Si 4-7 %. Jerami juga dapat menghasilkan kualitas pupuk kompos yang
baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Isra (2016), bahwa penggunaan
MOL hewani dengan level jerami 10 % dapat menghasilkan pupuk kompos
dengan karakteristik terbaik, yaitu pH 7,64 ± 0,02 %, C-Organik 17,53 ± 0,82
%, N-Organik 0,81 ± 0,21 %, dan Rasio C/N 22,33 ± 4,72.
Pembuatan pupuk organik dilakukan melalui proses fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme atau bioaktivator. Salah satu bioaktivator yang mudah
dijumpai di pasaran adalah EM4 (Effective-Microorganisme). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Marlinda (2015), bioaktivator EM4 lebih
efektif dalam mengdegradasi sampah organik dibanding bioaktivator Promi
karena mikrooragnisme yang ada di EM4 mempunyai klasifikasi yang lebih
banyak. Spesifikasi pupuk cair dari sampah organik dengan bioaktivator EM4
antara lain kadar C-organik sekitar 23%, N 3,8%, P2O5 3,0%, dan K2O 4,2%.
2. METODE
Penelitian ini dilakukan di Green House Universitas Muhammadiyah
Surakarta, pengujian kandungan nitrogen dan kalium di Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan
penelitian pada bulan April sampai Maret 2017. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental dengan menggunkan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL), pola faktor terdiri dari 2 faktor dengan 6 perlakuan. faktor 1
perbandingan komposisi (K) kulit pisang dan ekstrak daun lamtoro (K1= 100
ml : 200 ml, K2= 150 ml : 150 ml, K3= 200 ml : 100 ml) dan faktor 2 yaitu
dosis (D) jerami padi (D1= 10%, D2= 15%).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, kulit pisang, daun
lamtoro, jerami padi, EM4, H2SO4, aquadest, N2OH 40%, Zn, H3BO3 4%, HCL
0,1 N, HNO, HCIO, dan Amonium Heptamolibat Vanadate. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah botol air mineral 600 ml, toples volume
16 liter, telenan, blender, saringan, timbangan, pisau, corong, pengaduk kayu,
gelas ukur, alat dokumentasi, pipet tetes, tabung reaksi, pembakar spirtus,
flmephotometer, spectrophotometer, erlenmayer 50 ml, alat destruksi dan alat
destilasi.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan perendaman jerami selama 7 hari,
kemudian pembuatan ekstrak kulit pisang dan daun lamtoro. Pembuatan pupuk
organik cair dilakukan dengan pencampuran ekstrak kulit pisang, daun
lamtoro, dan jerami padi sesuai komposisi bahan yang difermentasi
menggunakan biaktivator EM4 selama 14 hari. Kemudian pupuk yang
dihasilkan siap diuji kandungan nitrogen dan kaliumnya di laboratorium.
Uji kandungan nitrogen melalui 3 tahap yaitu destruksi, destilasi dan
titrasi, sedangkan uji kalium dengan tahap destruksi. Analisis data yang adalah
deskriptif kualitatif untuk mengatahui kandungan nitrogen dan kalium pada
pupuk organik cair kombinasi limbah kulit pisang dan ekstrak daun lamtoro
dengan variasi penambahan jerami padi serta EM4 sebagai bioaktivator.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Table 4.1 Hasil Rata–Rata Kandungan N dan K pada Pupuk Organik Cair
Kombinasi Limbah Kulit Pisang dan Daun Lamtoro dengan
Variasi Penambahan Jerami Padi
Hasil Rata – Rata Kandungan Pupuk Organik Cair
No Perlakuan N (%) K (%)
Kjeldhal Destruksi HNO3 dan HCIO4
1 K1D1 0,06* 0,09*
2 K1D2 0,07 0,10
3 K2D1 0,07 0,09*
4 K2D2 0,09** 0,11
5 K3D1 0,08 0,12
0,09** 0,15**
6 K3D2
keterangan:
*kandungan hara terendah
**kandungan hara tertinggi
3.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian tentang uji kandungan N dan K pada pupuk
organik cair kombinasi kulit pisang dan daun lamtoro dengan variasi
penambahan jerami padi, hasilnya adalah sebagai berikut :
3.2.1. Hasil Uji Kandungan N
Hasil uji kadar nitrogen pada pupuk organik cair kombinasi
kulit pisang dan daun lamtoro dengan variasi penambahan jerami
padi menunjukkan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
kadar nitrogen (%) Kandungan Nitrogen Pupuk Organik Cair
0,1 0,09 0,09
0,08
0,08 0,07 0,07
0,06
0,06
0,04
0,02
0
K1D1 K1D2 K2D1 K2D2 K3D1 K3D2
perlakuan
Gambar 4.1 Grafik kandungan N pupuk organik cair
Berdasarkan gambar 4.1, menunjukkan bahwa perlakuan K2D2
dan K3D2 memiliki kandungan nitrogen tertinggi, yaitu 0,09%.
Tingginya kandungan nitrogen dikarenakan di dalam daun lamtoro
dan kulit pisang mengandung protein cukup tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian Zayed, et all (2014), daun lamtoro mengandung protein
kasar 23,48%. Sedangkan menurut Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri (2004), dalam 100 gram kulit pisang
mengandung protein 0,32 gram. Tingginya protein dalam bahan
organik dapat meningkatkan kandungan nitrogen pada pupuk organik
cair yang dihasilkan, karena nitrogen merupakan hasil dari
perombakan metabolisme protein.
Penambahan jerami padi dalam penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kandungan nitrogen karena jerami padi mengandung
unsur yang berperan dalam pembentukan nitrogen. Menurut BPTP
(2012), jerami mengandung bahan kering 47,95%, protein kasar
4,04%, serat kasar 31,62%, dan lemak 0,53%. Pada penelitian ini
penambahan dosis jerami 15% menghasilkan pupuk cair dengan
kandungan nitrogen tertinggi daripada dosis 10%. Semakin tinggi
level jerami yang diberikan, maka semakin baik karakter pupuk yang
dihasilkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Isra (2016), yang menyatakan bahwa penggunaan
Mikroorganisme Lokal (MOL) hewani dengan level jerami 10% dapat
menghasilkan pupuk kompos dengan karakteristik terbaik daripada
0% dan 5%.
Kandungan nitrogen terendah terdapat pada perlakuan K1D1,
yaitu sebanyak 0,07%. Rendahnya kadar nitrogen disebabkan karena
komposisi bahan paling kecil dari semua perlakuan, selain itu juga
dapat disebabkan karena berkurangnya zat nitrogen pada saat
fermentasi maupun persiapan pengujian kandungan unsur hara di
dalam laboratorium. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Capah
(2006), bahwa rendahnya kandungan nitrogen dapat disebabkan
terangkatnya zat nitrogen dalam bentuk gas nitrogen atau dalam
bentuk gas amoniak yang terbentuk selama proses pengomposan dan
selama pengemasan menjelang penganalisaan kandungan unsur hara.
3.2.2. Hasil Uji Kandungan K
Hasil uji kadar Kalium pada pupuk organik cair kombinasi kulit
pisang dan daun lamtoro dengan variasi penambahan jerami padi
menunjukkan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Kandungan Kalium Pupuk Organik Cair
0,15
kadar kalium (%) 0,15 0,09 0,1 0,11 0,12
0,1 0,09
0,05
0
K1D1 K1D2 K2D1 K2D2 K3D1 K3D2
perlakuan
Gambar 4.2 Grafik kandungan K pupuk organik cair
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa perlakuan
K3D2 memiliki kandungan kalium tertinggi, yaitu sebesar 0,15%. Hal
ini menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang dan penambahan
jerami padi terbanyak menghasilkan pupuk cair dengan kadar kalium
tertinggi. Tingginya kandungan kalium tersebut dikarenakan kulit
pisang segar mengandung kalium yang cukup tinggi. Menurut Sriharti
dan Takiyah (2008), kandungan kalium pada kulit pisang yaitu 0,88%.
Sedangkan Menurut Dobermann dan Fairhurst (2002), kandungan
kalium pada jerami padi sebanyak 1,4 – 2,0 %
Kalium yang terkandung dalam bahan organik dapat larut dalam
air setelah direndam, sehingga akan menghasilkan air rendaman yang
mengandung unsur kalium. Kalium merupakan katalisator bagi
mikroorganisme untuk mempercepat fermentasi. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam penelitian Hidayati dkk (2010), yang menyatakan
bahwa kalium (K2O) digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan
substrat sebagai katalisator, kehadiran bakteri dengan segala
aktivitasnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan
kalium. Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur,
jika didegradasi kembali maka kalium akan menjadi tersedia kembali.
Jerami padi yang ditambahkan dalam pembuatan pupuk
bertujuan untuk meningkatkan kandungan kalium pada pupuk, karena
jerami padi mengandung unsur-unsur yang potensial bagi tanaman.
Menurut Dobermann dan Fairhurst (2002), 1 ton jerami padi
mengandung N 0,5-0,8 %, P2O5 0,16-0,27 %, K2O 1,4-2,0 %, S 0,05-
0,10 %, dan Si 4-7 %. Dalam penelitian ini terbukti bahwa perlakuan
dengan penambahan dosis jerami terbanyak, menghasilkan pupuk
organik cair dengan kandungan kalium yang tinggi daripada perlakuan
yang ditambahkan rendaman jerami dengan dosis kecil.
Kandungan kalium terendah terdapat pada perlakuan K1D1 dan
K2D1, yaitu sebesar 0,09 %. Rendahnya kandungan kalium pada
pupuk dapat disebabkan karena pada perlakuan tersebut penggunaan
komposisi kulit pisang dan penambahan jerami paling kecil daripada
perlakuan yang lain, sehingga unsur kalium yang terkandung di dalam
bahan penyusun pupuk cair juga semakin kecil.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan kandungan
nitrogen dan kalium pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan kecepatan mikroorganisme dalam mengurai bahan organik
saat fermentasi (Mulyadi, 2013). Selain itu juga dapat disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi bahan pembuatan pupuk cair. Nitrogen dan
kalium dalam pupuk cair ini tergolong rendah dan belum memenuhi
standar mutu. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 70 Tahun
2011, standar mutu kandungan nitrogen dan kalium masing-masing
yaitu 3-6%. Sedangkan pupuk organik cair hasil penelitian ini
mengandung nitrogen dan kalium <1%.
4. PENUTUP
Berdasarkan analisi data dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa Terdapat perbedaan kandungan nitrogen dan kalium pada setiap
perlakuan. Kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan K2D2 dan
K3D2 dengan persentase 0,09 %. Kandungan nitrogen terendah terdapat pada
perlakuan K1D1 dengan persentase 0,06 %. Sedangkan kandungan kalium
tertinggi terdapat pada perlakuan K3D2 dengan persentase 0,15 %. Kandungan
kalium terendah terdapat pada perlakuan K1D1 dan K2D1 dengan persentase
0,09 %.
Saran dari peneliti yaitu diharapkan adanya uji lanjut tentang
kandungan nitrogen pada pupuk organik cair. Dilakukan uji lanjut tentang
pengaplikasian pupuk organik cair pada tanaman tertentu. Dilakukan penelitian
lanjut tentang pembuatan pupuk organik cair dengan bioaktivator EM4 yang
lebih banyak. Dilakukan penelitian lanjut tentang pembuatan pupuk organik
cair dengan bioaktivator selain EM4. Dilakukan dokumentasi pada semua
prosedur pelaksanaan penelitian pembuatan pupuk organik cair.
5. DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Ragam Inovasi
Pendukung Pertanian Daerah. Agroinovasi, Jakarta Selatan.
Capah, Richard L. 2006. “Kandungan Nitrogen dan Fosfor Pupuk Organik Cair
dari Sludge Instalasi Gas Bio dengan Penambahan Tepung Tulang
Ayam dan Tepung Darah Sapi”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Dobermann, A and T H Fairhurst. 2002. Rice Straw Management. Better Crops
International. Vol 16.
Hidayati, Erna . 2010. Kandungan Fosfor Rasio C/N dan pH Pupuk Cair
Hasil Fermentasi Kotoran berbagai Ternak Dengan Starter Stardec.
FMIPA. IKIP PGRI Semarang.
Isra, Nur Isra. 2016. “Karakteristik dan Analisis Keuntungan Kompos Feses
Sapi Bali yang Diproduksi Menggunakan Jenis Mikroorganisme Lokal
(Mol) dan Level Jerami Berbeda”. Skripsi. Universitas Hasanuddin
Makasar.
Marlinda. 2015. “Pengaruh Penambahan Bioaktivator EM4 dan Promi dalam
Pembuatan Pupuk Cair Organik dari Sampah Organik Rumah Tangga “.
Jurnal Konversi. Vol 4. No 2.
Mulyadi, Yovina. 2013. Studi Penambahan Air Kelapa pada Air Kelapa pada
Pembuatan Pupuk Cair Limbah Ikan terhadap Kandungan Hara Makro
C, N, P, dan K. Semarang. UNDIP.
Pane, Elvy Carolina; Bambang Pujiasmanto dan Samanhudi. 2014. “Kajian
Pupuk Organik Ekstrak Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala L.) dan
Penentuan Umur Panen terhadap Hasil dan Kualitas Benih Wijen
(Sesamum indicum L.)”. Jurnal El-Vivo.Vol 2. No 2. ISSN: 2339-1901.
Saragih, Eka Febriana. 2016. “Pengaruh Pupuk Cair Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca forma typical) terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Caisim (Brassica juncea L.)”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Sriharti dan Takiyah Salim. 2008. Pemanfaatan Limbah Pisang untuk
Pembutan Kompos Menggunakan Komposer Rotary Drum.
Yogyakarta: Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI.