Bukti lain kenapa
Surabaya disebut
sebagai kota pahlawan
adalah rentetan
pertempuran serta
peristiwa-peristiwa
heroik untuk
mempertahankan Retno Budiharti
Indonesia.
SURABAYA KOTA KENANGAN
Jarum jam menunjukkan pukul
03.00 dini hari aku bergegas bagun,
kubasuh muka dengan air wudhu
untuk bersimpuh berterima kasih
pada Tuhan Sang Maha Pencipta
Alam dan segala isinya, Sang
Pemberi nyawa seisi jagad raya,
sujud syukur senantiasa saya
panjatkan atas semua berkah dan
nikmat yang aku dan keluarga
terima. Selesai sholat tahajud
segera kulanjutkan membuat
persiapan bekal makan pagi karena
pukul 05.00 harus sudah sampai di
stasiun. Aku, adik, jagoanku dan
anak perempuanku berencana ke
Surabaya by train. Sampai di
stasiun kami segera memberikan
kode tiket online pada petugas,
saat kami menunjukkan kode
booking tiket petugas
menanyakan syarat wajib bagi
penumpang kereta api yaitu kartu
vaksin. Untung aku membawanya
namum adik dan kedua anakku
tidak membawa kartu vaksin.
Tidak kurang akal anak-anakku
yang cerdas segera membuka
peduli lindungi segera
ditunjukkan pada petugas.
“Luar biasa”, ternyata stasiun
yang sekarang beda dengan tempo
dulu. Ruang tunggunya begitu
nyaman dengan kursi empuk
tertata rapi berjajar
kebelakang.Begitu masuk hanya
hitungan beberapa menit sudah
diinformasikan kereta jurusan
babat Surabaya datang,
penumpang dimohon segera naik
sesuai gerbang dan tempat duduk
yang ada dalam tiket.Kebetulan
saat pesan tiket aku memilih kursi
secara beurutan yaitu 9,10,11,dan
12.
“Wow”, ini lebih menajubkan
lagi ternyata begitu masuk
gerbang udara dingin dari AC
menyapa kami. Kereta api dengan
hanya membayar
13.000 mendapat fasilitas
senyaman ini? Seperti tidak
percaya dengan ini semua.
Disepanjang perjalanan kami
terutama aku selalu memuji
kehebatan Menteri perhubungan
yang hebat mengelola
transportasi rakyat yang
senyaman ini. Tidak ada
pengamen yang turun naik atau
para pedagang yang menjajakan
dagangannya. “Jempol poolll
pokoknya!”.
Walau di setiap stasiun kereta
api berhenti beberapa saat lalu
melanjutkan perjalanannya
sampai pada pemberhentian di
stasiun Pasar Turi disitulah kami
turun hanya satu jam perjalanan.
Setelah semua urusan selesai
kami menyempatkan untuk
mampir ke tempat-tempat
bersejarah yang ada di Surabaya
sekalian menjawab penasaran
anak perempuanku tentang
sejarah Tugu Pahlawan ,Jembatan
Merah dan sentra bisnis yang ada
di kota Pahlawan.
Dari zaman dulu hingga
sekarang, Surabaya tetap identik
dengan sebutan kota Pahlawan.
Ini sebagai bukti mengenang
perjuangan arek-arek Suroboyo
atau pemuda-pemuda Surabaya
yang gagah berani melawan
musuhnya di masa penjajahan.
Bukti lain kenapa Surabaya
disebut sebagai kota pahlawan
adalah rentetan pertempuran
serta peristiwa-peristiwa heroik
untuk mempertahankan Indonesia.
Tak heran jika di Surabaya ini
telah dibangun sebuah bukti
monumental bersejarah yang
dinamakan tugu pahlawan.
Selain kental dengan jiwa
kepahlawanannya, dulunya
Surabaya merupakan salah satu
pintu gerbang perdagangan utama
di wilayah Indonesia Timur. Ini
dikarenakan Surabaya memiliki
potensi ekonomi yang sangat besar
jika dilihat dari letak geografis dan
fasilitas yang dimiliki cukup
unggul.
Sebut saja Kembang Jepun,
salah satu tempat di Surabaya
yang menjadi sentra bisnis dari
dulu hingga sekarang. Menurut
sejarahnya, Kembang Jepun ini
telah dijadikan tempat
mendaratnya kapal-kapal
pedagang asing.
Sejarah Jembatan Merah
Dari buku
yang
pernah aku
baca
sebelum tahun 1890, jembatan ini
masih terbuat dari kayu. Kemudian
tak lama, jembatan kayu ini di
bagian pembatas diganti besi.
Lantas apakah besinya merah,
sehingga disebut Jembatan Merah?
Konon katanya, sebelum
jembatan ini dihias lebih elegan
menggunakan cat merah. Warna
merah adalah simbol jati dirinya.
Di mana jembatan merah
merupakan saksi bisu pahlawan-
pahlawan Surabaya telah berjuang
demi Indonesia merdeka. Merah
adalah darah. Setiap tetes darah
yang mengalir dikenang pada
Jembatan Merah.
Masih ingat sejarah pertempuran
yang terjadi pada 10 November
1945?
Pada tanggal, bulan, dan tahun
tersebut jembatan merah menjadi
saksi bisu pertempuran bangsa
Indonesia melawan sekutu.
Kemudian disusul kasus tewasnya
Brigadir A.W.S Mallaby- petinggi
militer pasukan Inggris sebagai
pemimpin pasukan NICA pada
tanggal 30 Oktober 1945.
Puncaknya, jembatan merah
menjadi tempat terjadinya
peristiwa perobekan bendera
Belanda di Hotel Oranje, yang saat
ini menjadi hotel Majapahit.
Jembatan Merah pada masa
penjajahan merupakan tempat
lokasi penting, sebab merupakan
satu-satunya akses transportasi
perdagangan yang melewati
Kalimas dan Gedung residensi.
Jembatan Merah Jaman Now
Jembatan Merah berlokasi di jalan
Kembang Jepun No. 192, desa
Pabean Cantian, Kecamatan
Krembangan, penampakannya
tentu lebih indah. Apalagi setelah
ditetapkan sebagai salah satu
cagar budaya di Surabaya,
tentunya banyak orang khususnya
yang tinggal di daerah tersebut
lebih sadar untuk menjaga.
Memang, sekilas tak ada beda
antara Jembatan Merah ini dengan
Jembatan-jembatan lain di kota
Surabaya. Tapi warna merah .
menyala
serta
julukan
sebagai
ikonik kota
Surabaya ini, adalah bentuk
sekaligus upaya mengajak
generasi muda agar memiliki daya
juang seperti pahlawan-pahlawan
Surabaya yang mau
mengorbankan diri demi tanah air
tercintanya.
Selain warna merah yang menjadi
sorotan di masa kini, gedung-
gedung lama yang dibangun di
sekitar Jembatan Merah kini telah
beralih fungsi menjadi bank, hotel,
pertokoan dan museum terkenal,
yaitu House of Sampoerna.
Tak hanya itu saja, Kembang
Jepun saat ini telah menjadi pusat
perdagangan yang semakin maju.
Namanya lebih dikenal dengan
sebutan Kya-Kya. Kawasan
kulineran yang enak-enak. Hanya
saja kami hanya bisa jalan-jalan
saja saat singgah disini alias
menolak ajakan sahabatku untuk
mencoba kulineran disini karena
takut pulangnya ketinggalan
kereta api. Walaupun kami tidak
sempat kulineran langsung
sahabatku yang baik hati dan
tidak sombong sudah menyiapkan
bungkusan-bungkusan yang
berisikan makanan yang dibeli
disana untuk saya bawa pulang
sebagai oleh-oleh.
Perjalanan
kami lanjutkan
menuju wisata
relegi yang
berada di bagian
wilayah utara
yang dulunya
disebut kampung
Arab, kini menjadi pusat
wisata religi umat muslim. Yaitu
terdapat makam Sunan Ampel
yang seringkali didatangi banyak
orang untuk ziarah. Disinipun
hanya bisa melihat-lihat saja
untuk beberapa menit karena
waktu yang sudah beranjak sore.
Selanjutnya kami mengikuti pak
sopir dan nyonyanya yang tidak
lain sabahatku menuju tujuan
terakhir sebelum kami pulang
yaitu ke tempat sentra bisnis yang
berada tidak jauh dari jembatan
merah. Jembatan Merah Plaza
(JMP).
Sebuah bangunan megah berdiri
tidak jauh dari Jembatan Merah
yang tak kalah menarik. Jembatan
Merah Plaza yang saat ini menjadi
salah satu pusat perbelanjaan atau
mall di Surabaya. Terkadang ada
juga yang menggunakan JMP ini
sebagai gedung pre-wedding
bernuansa klasik serta spot berfoto
yang instagramable banget.
Namun dimasa pandemic ini
banyak pembisnis stop sementara
karena berkurangnya para
konsumen. Kami agak kecewa
karena tidak bisa jalan-jalan di
mall. Saat kami masuk kedalam
Mall tersebut hanya beberapa
pedagang yang masih berjualan
itupun hanya dilantai bawah
sedangkan lantai atas seperti
rumah hantu tak terawat.
Disinilah kami bertiga
beristirahat sambil makan rujak
cingur dan lontong balap dan
ternyata disitu sudah banyak
pendatang melakukan hal sama
dengan apa yang kami lakukan.
Makan di taman yang begitu asri
dengan beberapa bambu runcing
tertancap ditaman sebagai symbol
senjata yang digunakan arek-arek
Suroboyo dalam mengusir
penjajah.
Jembatan merah patut
menjadi jembatan legendaris
untuk mengenang pertempuran
arek Suroboyo dengan penjajah.
Maka dari itu, salah satu cara
menghargai perjuangan arek
Suroboyo tersebut. Sangatlah tepat
jika Jembatan Merah ini
ditetapkan sebagai cagar budaya
yang harus dilestarikan dengan
berbagai diantaranya adalah
Bahwasannya di sekitar
Jembatan Merah ini terdiri dari
beberapa etnis. Di sebelah timur
Kalimas banyak dihuni oleh
Chinese Camp (Kampung Cina).
Beberapa dari mereka ada di
Chinesevorstraat (kini menjadi
jalan karet), dan Hendelstraat
(Kini menjadi Jalan Kembang
Jepun). Ada juga Kampung Arab,
dan beberapa orang Madura.
Perbedaan etnis tersebut justru
membuat hubungan baik.
Mereka semua bisa membaur
rukun dalam hiruk-pikuk
zaman.
Beragam agama dengan budaya
berbeda ternyata mampu
memperkokoh nasionalisme.
Keistimewaan dari Jembatan Merah
yang menjadi penghubung
perdagangan vital Surabaya (tutur
perawat taman)
Warna merah khas dan
mencolok yang tidak dimiliki
oleh jembatan lain adalah
ditujukan untuk generasi muda
masa kini agar memiliki
semangat pejuang seperti
layaknya pahlawan terdahulu.
Jembatan Merah sebagai bukti
bahwa Surabaya adalah kota
komersil. Zaman penjajahan dulu,
Belanda tertarik menguasai
sebagian wilayah Surabaya yang
ada di pantai utara. Yaitu
pelabuhan Perak yang memiliki
potensi besar untuk kemajuan
perdagangan kala itu.
Terciptanya lagu "Jembatan Merah"
karya Gesang.
Hari sudah petang kamipun
bergegas pulang dengan grab
menuju stasiun Pasar Turi. Kami
masih ingin menikmati
kenyaman kereta api yang
murah meriah. Meskipun agak
kecewa namun aku
merasa senang bisa menjawab rasa
penasaran anak perempuanku akan
sejarah Jembatan Merah dengan
mengajaknya jalan-jalan. Seperti
kata pepatah sekali dayung dua tiga
pulau terlampaui. Maksudnya ke
Surabaya dengan maksud lain eh
….ternyata dapat bonus jalan-jalan
ke Jembatan Merah dan sentra
bisnis yang ada di Surabaya
gratis!Terima kasih sahabatku atas
undanganya….. aku tunggu
undangan berikutnya ya…..