The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by royndiki, 2022-09-22 05:14:29

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi

oleh
Diki Roy Nirwansyah
CGP Angkatan 5 Kabupaten Bandung

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam
tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara
mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan
mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang
memiliki hidup lahir dan batin.” Kutipan Ki Hajar Dewantara itulah yang seharusnya
semakin menegaskan keyakinan kita sebagai guru untuk lebih mengenal dan
memahami setiap murid dengan karakter, minat, bakat, dan keunikan mereka
masing-masing.

Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewatara bahwa pendidikan itu harus
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, maka terwujudnya
keberpihakan pada murid dengan memberikan pembelajaran yang berdasarkan
pada kebutuhan murid, sesuai minat, bakat, dan kemampuannya masing-masing
menjadi sebuah keharusan. Pendidikan atau dalam pengertian sempitnya bisa kita
sebut sekolah layaknya sebuah lahan pertanian atau kebun dan guru layaknya
seorang petani yang merawat dan mengolah lahan tersebut dengan beragam
tanaman dengan ciri dan karakteristik masing-masing yang unik. Petani harus bisa
membuat semua tanaman tumbuh subur dengan kebutuhan nutrisi masing-
masing dan dengan teknik perawatan yang beragam, sama halnya guru yang
seharusnya memperlakukan murid sesuai kodrat, minat, bakat, dan
kemampuannya tanpa menyamaratakan murid-muridnya. Hal ini tentunya
bertujuan tidak lain agar hasil yang diharapkan bisa tercapai secara maksimal.

Apa yang dipikirkan oleh Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan konsep
Pembelajaran Berdiferensiasi yang merupakan usaha guru untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.
Dengan kata lain, dengan diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi ini,
keadilan dalam pembelajaran akan Nampak jelas. Menurut Tomlinson (1999:14),
guru di kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi ini
melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Pada
dasarnya, keputusan masuk akal yang diambil oleh guru yang mengedepankan
keberpihakan pada kebutuhan murid ini memiliki tujuan pembelajaran yang
disusun secara jelas, dimana tujuan tersebut dipahami bersama baik oleh guru
dengan pengetahuan akan kondisi setiap muridnya, maupun oleh murid yang

1|Pembelajaran Berdiferensiasi

tentunya memiliki kemampuan pencapaian pembelajaran yang berbeda-beda.
Dengan adanya keyakinan kelas yang sudah dibuat dan dengan peran guru
sebagai "penuntun" pembelajaran, nantinya pembelajaran berdeferensiasi ini
mampu menciptakan suasana dan lingkungan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi murid.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate
Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah (1) kesiapan belajar murid, (2) minat murid, dan (3)
profil belajar murid. Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya, dalam
hal ini kita menyebutnya aspek kesiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan
kemampuan awal yang dimiliki murid untuk menerima pengetahuan dan
keterampilan yang baru. Minat adalah keingintahuan atau hasrat dalam diri
seorang murid untuk menerima pengetahuan yang baru. Minat merupakan
motivator seseorang untuk memulai belajar atau bekerja. Minat yang datang dari
diri sendiri dapat mengoptimalkan pemahaman seseorang pada hal baru. Profil
belajar murid merupakan cara dan gaya murid ketika belajar dalam menerima
pengetahuan dan keterampilan yang baru termasuk bagaimana murid memilih,
memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya
belajar ada tiga, yaitu (1) visual, (2) kinestetis, dan (3) audiovisual. Gaya belajar
inilah yang nantinya akan berpengaruh pada cara, media, dan sumber belajar
seperti apa saja yang bisa diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

Diawali dengan pemetaan kebutuhan belajar murid lewat tes diagnostik
non-kognitif, maka langkah selanjutnya adalah menentukan strategi diferensiasi
apa yang akan diterapkan kepada murid di dalam kelas, terutama kelas dengan
jumlah siswa yang besar. Lalu, untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi
dapat dilakukan dengan tiga strategi, yaitu:

• Diferensiasi Konten adalah strategi dimana segala materi pembelajaran
yang akan disampaikan oleh guru kepada muridnya yang mengacu kepada
kemampuan dan keterampilan. Contohnya artikel di koran, bacaan yang
lebih panjang di buku teks pelajaran, dan gambar ilustrasi lebih tepat
diberikan bagi murid yang cenderung visual, pemaparan langsung oleh
guru di depan kelas atau pemaparan oleh teman lebih tepat diberikan bagi
murid yang cenderung audio, tayangan video lebih tepat diberikan bagi
murid yang cenderung audio-visual, dan demonstrasi atau peragaan
langsung dengan gerakan badan lebih tepat bagi murid yang cenderung
kinestetik.

2|Pembelajaran Berdiferensiasi

• Diferensiasi Proses adalah strategi dimana rangkaian kegiatan selama
proses pembelajaran berlangsung secara sistematis dan variatif dengan
memperhatikan kebutuhan murid berdasarkan sejauh mana murid tersebut
perlu diberikan pendampingan dan bantuan yang bertahap (scaffolding)
ataupun bisa juga dalam bentuk pendekatan yang lebih emosional. Oleh
karena itu, pada diferensiasi proses akan nampak peran guru dalam
memantau dan menilai kegiatan yang dilakukan oleh murid dan sejauh
mana murid tersebut aktif dan kontributif dalam pembelajaran.

• Diferensiasi Produk adalah strategi dimana hasil atau capaian dari suatu
proses pembelajaran yang telah dilakukan murid sesuai pemahaman
belajar mereka dalam bentuk produk berupa pemahaman, keyakinan,
tulisan, karya fisik, presentasi, demonstrasi atau pertunjukan, dan lain
sebagaimana. Dalam diferensiasi produk ini, setiap hasil atau capaian yang
beragam bahkan untuk yang sederhana sekalipun akan tetap dihargai
karena yang paling penting tentunya hasil tersebut harus mencerminkan
pemahaman murid pada tujuan pembelajaran yang sejak awal ingin
dicapai.

Berbicara tentang kaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan
materi lain terutama nilai dan peran guru, visi dan impian, serta budaya positif dan
kebajikan universal, tentunya penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini adalah
upaya dan aksi nyata yang bisa merefleksikan tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu setiap anak atau murid bisa mencapai
kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sesuai kodratnya, guru
dapat berperan sebagai penuntun murid mencapai tujuan pendidikan tersebut
sesuai dengan visi dan impian yang sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya,
terwujudnya keyakinan dan motivasi intrinsik yang lebih dominan dibanding
motivasi ektrinsik, terwujudnya lingkungan sekolah yang positif, hingga akhirnya
semua hal tersebut bisa menjadi jalan untuk terwujudnya budaya positif yang akan
tertanam kuat menjadi sebuah bentuk pembelajaran yang sarat akan makna.

3|Pembelajaran Berdiferensiasi


Click to View FlipBook Version