Gambar 15
Gambar 16
2. Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan
2.1 Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan Sederhana Untuk
:
41
a. Membuat garis lurus antara dua titik di lapangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan
praktek.
b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-
langkah kerjanya.
c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).
d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus
permukaan
tanah).
e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah
ditentukan.
f. Membuat laporan kerja
2. Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan untuk
membuat garis lurus antara dua buh titik di lapangan yaitu :
1. Yalon (minimal 4 buah)
2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar
keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang
tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
4. Langkah Kerja
42
a. Tancapkan yalon di titik P dan Q
b. Minimum dilaksanakan oleh 2 orang.
c. Orang pertama berdiri di belakang yalon titik P sejauh X cm (
± 30 cm) menghadap ke arah titik Q dan memberi perintah
pada orang ke dua.
d. Orang ke dua diantara titik P dan Q memegang yalon dengan
ibu jari dan jari telunjuk, mengikuti petunjuk orang pertama
sehingga yalon A segaris lurus dengan P dan Q.
e. Orang kedua menancapkan yalon A setegak-mungkin pada
titik yang sudah didapat.
f. Orang pertama mengincar kembali posisi yalon, sehingga
benar-benar tampak yalon PAQ berimpit (hanya terlihat satu
yalon).
g. Demikian lakukan seperti di atas pada yalon B, C, dan
seterusnya.
h. Bila pekerjaan selesai maka titik-titik P, A, B, C, .... Q tampak
seperti satu yalon, karena lurus sekali.
Kegunaan membuat garis lurus di lapangan :
Diantaranya untuk membantu pada saat pengukuran jarak
langsung dengan pita ukur, yang mana bila panjang jarak yang
akan diukur melebihi dari panjangnya pita ukur .
Sehinga supaya jaraknya benar-benar lurus (tidak membelok
kekanan dan kekiri), maka dibuatlah garis lurus tersebut dengan
bantuan Yalon.
5. Pertanyaan Awal
a. Sebutkan kegunaan dari titik-titik pembagi (A,B,C) tersebut!
b. Dalam mengincar yalon, kita harus berdiri minimum 130 cm.
(benar/salah)
c. Cara memegang yalon pada waktu menerima aba- aba boleh
digenggam. (benar/salah)
43
d. Untuk memberi perintah pada teman yang jauh kita
menggunakan bahasa isyarat. (benar/salah)
e. Bolehkah membawa yalon dengan cara diseret?
6. Pertanyaan Akhir
a. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, membuat garis lurus ini
dilaksanakan?
b. Bila pada pekerjaan ini tidak ada yalon, apakah yang akan
dipakai sebagai pengganti yalon?
Gambar 17
b. Memperpanjang garis lurus dilapangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan
praktek.
b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-
langkah kerjanya.
c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).
d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus
permukaan
tanah).
e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah
44
ditentukan.
f. Membuat laporan kerja
2. Peralatan dan Perlengkapan
1. Yalon (minimal 4 buah)
2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar
keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang
tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
4. Langkah Kerja
a. Minimum pekerjaan dilakukan oleh satu orang (boleh lebih)
b. Membuat garis lurus PQ (tancapkan yalon P dan Q (yang akan
diperpanjang)
c. Orang yang berdiri di titik A (perpanjangan P-Q) membidik kea
rah Q - P dan berusaha agar yalon A – Q – P terlihan satu
buah saja.
d. Setelah tepat satu buah saja, kemudian yalon A ditancapkan,
lakukan hal tersebut pada titik B
e. Bila pekerjaan dilakukan oleh dua orang:
f. Membuat garis lurus PQ (dengan menancapkan yalon dititik P
dan Q)
45
g. Orang pertama berdiri di titik P, orang kedua di titik A menuruti
aba – aba dari orang pertama sambai yalon P – Q – A terlihat
satu buah saja.
h. Lakukan hal tersebut sampai pada titik titik yang diperlukan
5. Pertanyaan Awal
a. Jelaskan dengan singkat cara memperpanjang garis lurus di
lapangan!
b. Apa kegunaan dan alat yang digunakan untuk pengukuran ini?
c. Perlukah adanya pemeriksaan terakhir kala pengukuran ini telah
selesai?
d. Sesudah selesai, perlukah alat-alat yang digunakan untuk praktek
di bersihkan/dicuci?
6. Pertanyaan Akhir
a. Pada akhir pekerjaan-pekerjaan apakah, memperpanjang garis
lurus dilakukan?
b. Sesudah pekerjaan/pengukuran selesai, apa yang anda lakukan?
Gambar 18
c. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik Melalui Rintangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan
praktek.
46
b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-
langkah kerjanya.
c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).
d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus
permukaan
tanah).
e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah
ditentukan.
f. Membuat laporan kerja
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
1. Yalon (minimal 8 buah)
2. Patok-patok kayu/bambu sementara(minimal 4 buah)
3. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
4. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar
keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang
tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
4.Langkah Kerja
Cara I
a. Tancapkan yalon di titik P dan titik Q (P dan Q titik utama).
b. Tancap yalon R sehingga dapat melihat ke P dan Q.
c. Ukur PR dan QR.
d. Bagi PR menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4
bagian), sehingga RS = 1/4 RP.
47
e. Bagi RQ menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4
bagian), sehingga RT = 1/4 RQ.
g. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST//PQ.
h. Proyeksikan titik P ke perpanjangan TS di A, sehingga PA
tegak lurus ST (dengan menggunakan cermin sudut/penta
prisma atau dengan cara garis tinggi, setinggi segi tiga sama
kaki, (alasnya dibagi 2 sebagai titik A)
h. Proyeksikan pula Q ke perpanjangan ST di D, Sehingga
DQ=AP, dan DQ tegak lurus DT
i. Tentukan titik-titik pembagi B,C secukupnya buat BB’// DD’
dengan perbandingan segitiga = 3:4:5 dan tentukan titik B’
dengan ukur BB’ = AP.
j. Dengan jalan sama buat CC’//DQ, CC’= DQ
k. Jadi titik B, S, T, C segaris dengan garis PQ.
l. Lakukan untuk titik titik S’ T’ kemudian hubungkan titik – titik P
B’ S’ dan Q T’ dan C’, itulah garis PQ yang terhalang
bangunan
48
5. Pertanyaan
a. Dapat dilakukan oleh berapa orangkah pekerjaan ini?
b. Alat-alat apakah yang digunakan untuk pekerjaan ini?
c. Bolehkah ketika bekerja sambil bergurau?
d. Apa yang dimaksud 3:4:5, buat contoh dan buktikan?
e. Di manakah titik R ditempatkan pada pekerjaan ini?
f. Coba terangkan cara memproyeksikan suatu ttik pada suatu
garis!
g. Bagaimanakah cara mengontrol bahwa pengukur yang kamu
lakukan sudah betul-betul lurus?
h. Adakah cara lain untuk mengerjakan pekerjaan ini? Kalau ada
terangkan?
Gambar 19
Cara II :
49
Gambar 20
Pada cara II, dibuat suatu gris lurus lainnya sejajar dengan
PQ.pilihlah titik A dan titik B sedemikian rupa hingga jarak dari P
Q dan AB sama panjangnya = p. Dengan demikian, haruslah
dibuat < PAB = < QBA kedua-duanya 90o. Bagaimana sudut siku-
siku ini dibuatnya?
Tentukan titik-titik a, b, c, d, dan selanjutnya pada garis lurus AB
dan buatlah pada titik-titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama
dengan jarak P. Maka didapatkan titik a1, b1, c1, d1, dan
seterusnya yang merupakan titik-titik pada garis lurus PQ.
Cara III :
Pada cara ketiga, dicarilah titik A dilapangan yang letaknya
sedemikian rupa hingga titik P dan titik Q dapat terlihat dari titik A.
Buatlah di lapangan garis lurus PA (lihat gambar di bawah ini)
dan buatlah titik-titiknya a, b, c, dan d.
Hitunglah berturut-turut:
P1 Pa p; P2 Pb p; P3 Pc p;
Pq Pq Pq
P4 Pd p;
Pq
50
Gambar 21
Buatlah jarak P1, P2, P3, dan P4 sebagai garis tinggi-garis tinggi
berturut-turut dari titik a, b, c dan d, sehingga didapatlah titik-titik
a1, b1, c1 dan d1 yang akan terletak digaris lurus PQ.
Perlulah disini dibuat sudut-sudut dititik a, b, c, dan d yang
besarnya sama dengan 90o.
Cara ketiga ini memerlukan hitungan jarak-jarak P1 dan
seterusnya. Bila garis PQ panjang, maka banyaklah pula hitungan
yang harus dilakukan. Pada cara sebelumnya, tidak ada hitungan
yang harus dikerjakan karena jarak-jarak yang harus dibuat di
lapangan sama panjangnya dengan jarak p yang ditentukan.
d. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Yang Bersilangan di
Lapangan.
1. Petunjuk
a. Pelajarilah lembaran pekerjaan ini dengan langkah-langkah yang
baik dan benar!
b. Pekerjaan ini dapat dilakukan 3 orang.
c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan awal!
d. Jawablah pertanyaan-pertanyaan akhir!
e. Gambarlah hasil praktek untuk dijadikan laporan hasil pengukuran!
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a. Yalon (minimal 8 buah)
b. Patok-patok bambu/kayu sementara (minimal 8 buah)
c. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
51
d. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
Sama seperti pada praktek – praktek sebelumnya
4. Langkah Kerja
a. Pasanglah yalon di titik A, B, P, dan Q (pada titik-titik yang telah
ditentukan)
b. Orang pertama (I) membidikan yalon A ke B.
c. Orang kedua (II) membidikan yalon P ke Q.
d. Orang ketiga (III) menancapkan yalon S, kira-kira diperkirakan
tepat pada gars lurus AB dan PQ, dengan memperhatikan aba –
aba dari orang ke satu (I) dan orang ke dua (II)
e. Periksa kembali pekerjaannya apakah sudah memenuhi syarat
atau belum!
5. Pertanyaan Awal
a. Alat apa saja yang kita gunakan untuk pekerjaan ini dan berapa
banyaknya?
b. Minimal dilakukan oleh berapa orangkah pengukuran ini?
c. Bagaimanakah cara menancapkan yalon yang aman?
d. Apakah tugas orang ketiga di dalam pengukuran ini?
e. Perlukah membuat garis silang ini dibedakan kembali dari titik
yang lain?
6. Pertanyaan Akhir
e. Terangkan dengan singkat bagaimana langkah kerja di dalam
pengukuran ini?
f. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, menentukan titik potong ini
biasanya dilaksanakan?
Gambar kerja
52
Gambar 22
53
e. Membuat Garis Lurus Antara Dua Buah Titik Yang Terletak Pada
Sudut Bangunan.
1. Petunjuk
(sama dengan praktek – praktek sebelumna)
2. Keselamatn Keja
(sama dengan praktek – praktek sebelumnya)
3.Peralatan dan perlengkapan
(sama dengan pada saat praktek sebelumnya)
4. Langkah Kerja
Misalnya, titik P dan Q adalah titik-titik suatu gedung besar, maka
diperlukan dua orang untuk menempatkan titik-titik yang terletak di
satu garis dengan P dan Q (terletak antara titik P dan titik Q).
Orang pertama memegang yalon a dan orang kedua memegang yalon
b. Orang kedua berusaha menempatkan yalonnya di titik b1 dan orang
pertama menempatkan yalonhya di titik a1, dengan jalan kedua orang
tersebut saling membidik/melihat agar titik b1, a1, dan P dan a 1 dan
b 1 Q terlihat satu garis lurus.
.
Gambar 23
f. Mengukur Jarak antara 2 buah titik di lapangan.
Petunjuk, keselamatam kerja dan peralatannya sama dengan
praktek sebelumnya (peralatannya ditambah pen baja atau patok
bambu/kayu)
54
Bila menggunakan pita ukur, baik dari bahan kain linen,fibre glass
maupun baja, maka harus berhati-hati karena angka-angkanya mudah
terhapus dan apabila terlilit lama kelamaan dapat patah. Pita ukur
ujungnya mempunyai kaitan (pegangan) dan bertitik 0 pada jarak 10
cm dari pegangan.
Langkah kerja:
Dikerjakan minimal oleh 2 orang.
a. Tentukan titik-titik yang akan diukur (misalnya titik A dan titik B).
b. Apabila jaraknya melebihi panjang pita ukur, maka jarak A B dibagi
menjadi beberapa kali panjang pita ukur tersebut, dengan bantuan
yalon, lakukan seperti pada langkah membuat garis lurus di
lapangan, agar jarak AB atau garis AB benar-benar lurus, sehingga
jaraknya sangat teliti.
c. Agar jaraknya benar-benar datar, maka gunakanlah waterpas
tukang kayu/tukang batu (agar pita ukurnya selalu mendatar
kedudukannya)
d. Untuk membantu penghitungan jaraknya, biasanya
menggunanakan pen baja atau patok bambu
e. Pen baja/patok bambu gunanya untuk menghitung langkah
pengukuran. Misalnya, orang pertama pada akhir pengukuran
mengumpulkan 11 buah pen berarti jumlah langkah 11-1 = 10. Jadi,
jarak yang diukur 10 x panjang pita ukur, bila panjang pita ukur 20
m, maka jaraknya = 10 x 20 m = 200 m, ditambah sisanya yang
mungkin kurang dai 20 meter ( 8 meter) jadi pangjang totalnya 208
meter.
g. Membaca Rambu Ukur
Seperti dijelaskan sebelumnya, rambu ukur berfungsi sebagai alat
bantu dalam menentukan beda tinggi dengan menggunakan pesawat
55
sipat datar , rambu ukur biasanya terdiri dari beberapa jenis, antara
lain seperti gambar 24 di bawah ini.
56
Rambu Interval 5 mm Rambu Interval 10 mm
4 22
32 21
22 2m
12 19
2m 18
Gambar 24
Untuk mendapatkan ketinggian suatu titik, diperlukan data dari
suatu rambu bacaan ukur tersebut, lihat contoh hasil bacaan
rambu ukurr di bawah ini:
Gambar 25
Ditanya:
a. Berapa t (beda tinggi)
b. Berapa d (jarak optik)
Untuk menyelesaikan hal di atas, juru ukur/surveyor harus dapat
melaksanakan pembacaan rambu dengan pesawat. Cara
57
mendapatkan BA (benang atas), BT (benang tengah), BB (benang
bawah) adalah sebagai berikut :
22
21
2m BA = 2,160m
BT = 1,990m
19 BB = 1,820m
18
Gambar 26
58
ba 4
ba
ba 32
22
BA = 2,355m
12
BT = 2,201m
BB = 2,047
2m Gambar 27
= 2355Dari contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan angka didepan koma, (0,000) harus berpatokan
= 2201pada keberadaan benang atas (ba), benang tengah (bt), benang
= 2047bawah (bb), pada tiap-tiap kolom 10 cm.
Melihat contoh diatas, bila ba = 0,875, berarti nilai yang menjadi
patokan adalah satu angka didepan koma dan belakang koma,
0,8.
Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan dalam
menghasikan hasil yang tepat supaya beda tinggi dan jaraknya
mendekati kebenaran sesuai data di lapangan.
Pengukuran beda tinggi ada tiga cara.
1. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di atas titik
2. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di antara 2 titik
59
3. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di luar 2 titik
Untuk itu, pembacaan mempunyai ketentuan untuk koreksi
apakah bacaan ketiga benangnya benar atau salah, sebagai
berikut:
bt ba bb atau 2 bt ba bb
2
Sedangkan untuk mendapatkan jarak (d) mempunyai ketentuan
sebagai berikut:
D/ jarak optik = (ba – bb) x 100
t = bacaan bt belakang – bacaan bt muka.
h. Mengukur jarak datar tidak langsung (mengukur jarak miring dan
sudut lereng dulu antara dua buah titik) dengan klinometer di
lapangan.
1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda
atau binatang yang berbahaya.
b. Hati – hati dalam membaca sudut miring, agar hasilnya teliti
c. Hati –hati dalam membaca jarak miring, biasanya titik nol tidak
dimulai dari awal pita ukur
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a.Yalon (minimal 2 buah)
b. Klinometer
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)
d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
e. Rol meter yang 3m atau 5 meter
f. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
60
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul,
dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
Klinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut lereng
pada lapangan yang miring. Sudut miring yang didapat dari hasil
pengukuran ini, untuk keperluan/ mendapatkan jarak datar dan beda
tinggi, namun hasilnya kurang teliti.
Untuk mendapatkan jarak datar dapat dihitung dengan rumus:
Jarak datar = jarak miring x cos sudut miring.
Untuk menghitung beda tinggi adalah:
Beda tinggi = jarak miring x sin sudut miring.
Catatan : ketinggian yang dibidik pada yalon harus setinggi mata
pembidik.
Contoh:
Misalkan hasil pengukuran sudut miring = 30o, dan hasil pengukuran
jarak miring = 20,00m, maka jarak datar = 20,00 x Cos 30o = 20,00 x
0,866025 = 17,321 m
Sedangkan beda tinggi = 20,00 x Sin 30o = 20,00 x 0,0,500 = 10,00 m
i. Mengukur sudut Azimuth/ Sudut jurusan dengan Kompas
Kompas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan/
sudut azimut.
Yang kemudian data tersebut dapat untuk menghitung koordinat suatu
titik bila koordinat titik sebelumnya telah diketahui, jarak datar dan
sudut jurusannya juga diketahui. Adapun sudut juusan adalah sudut
yang diukur dari arah utara sebenarnya (astronomis) searah dengan
arah putaran jarum jam, pada jurusan yang dimaksud. Sedangkan
61
sudut azimut adalah sudut yang diukur dari arah utara magnetis,
searah dengan arah putaran jarum jam.
Perbedaaan antara utara astronomis dan utara magnetis disebut
deklinasi.
Langkah Kerja
a. Tempatkan tripod (statif) kompas (ada yang asli) atau membuat
sendiri, di titik A dan pasanglah kompas pada statif.
b. Pasanglah yalon pada tiitik B yang diukur Azimuthnya
c. Setel kompas dan aturlah visir segaris dengan jarum magnet.
d. Bila jarum magnet dan visir sudah terletak pada satu garis, artinya
kompas sudah mengaah ke Utara, aturlah skala sudut pembacaan
0° 0' arah Utara.
e. Arahkan kompas ke titik B, bidiklah melalui visir ke arah yalon B,
bacalah sudut kompas
f. Ukuran jarak A -B, dengan pita ukur (d1).
g. Contoh menghitung koordinat titik B bila koordinat titik A diketahui
:
Misal diketahui hasil pengukuran Azimut antara titik A dan titik B
(α A-B = 60o), jarak antara titik A dan B (d A-B = 20,000m), koordinat
titik A (XA, YA), = A ( 10m,10m), hitunglah koordinat titik B.
Penyelesaian :
∆X A-B = jarak datar x Sin α A-B = 20 x 0,86603 x 1m = 17,321 m
∆Y A-B = jarak datar x Cos α A-B= 20 x 0,50000 x 1m = 10,000 m
Maka X B = X A + ∆X A-B = 10,000m + 17,320m= 27,321m
Dan Y B = Y A + ∆Y A-B = 10,000m + 10,000m= 20,000m
j. Memproyeksikan suatu titik pada suatu garis di lapangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda
atau binatang yang berbahaya.
62
b. Hati – hati dalam mengunakan yalon, agar benar – benar tegak
c. Hati –hati dalam menggunakan penta prisma, usahakan
bayangan yalon dari sebelah kiri dan sebelah kanan benar –
benar tegak
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a. Yalon (minimal 3 buah)
b. Penta Prisma, cermin sudut
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)
d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
e. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul,
dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
Cara I :
Membuat sudut siku-siku di lapangan, dengan alat penta prisma.
Susunannya terdiri dari prisma bagian atas dan bawah, bagian atas
untuk bayangan yalon kanan, bagian bawah untuk bayangan yalon kiri,
dan bagian tengah yang merupakan kaca tembus pandang sebagai
jendela pembidik.
Bayangan yang terlihat pada prisma ini harus menyatu/ tegak, dari
bagian bawah, tengah dan bagian atas.
Langkah keja :
1. Orang ke I menancapkan yalon di titik A dan B yang benar-benar
tegak
63
2. Orang ke II menancapkan yalon C yang akan diproyeksikan ke garis
A – B 3. Orang ke I membawa penta prisma yang dilengkapi unting –
unting
bergerak kearah kiri atau kanan pada garis ukur A –B yang akan
ditancapkan dititik C’ (proyeksi dari titik C)
4 Apa bila bayangan yalon yang dititik A dan yang di titik B pada penta
prisma yang di pegang oleh orang I tadi sudah tegak, maka proyeksi
unting – unting pada prisma yang dibawa oleh orang I tadi adalah
meupakan tempat kedudukan titik C’ yang dicari.(poyeksi titik C
terhadap garis A – B).
Gambar 28
Cara II :
Menggunakan cermin sudut, yang pada prinsipnya seperti pada cara
pertama,
Dasar pemikiran yang dipakai pada alat ini adalah teori pemantulan
sinar yang jatuh pada cermin yang berada di dalam kotak. Sinar yang
datang dari yalon menuju bidang cermin, dipantulkan sedemikian rupa
sehingga sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal
adalah sama besar dengan sudut pantul sinar tersebut terhadap garis
normal. Sudut yang terjadi dari pemantulan sinar-sinar tersebut adalah
90° (siku-siku).
Langkah Kerja Menggunakan Cermin Sudut
a. Siapkan cermin sudut dan pasanglah unting-unting.
b. Tempatkan yalon di titik A, B, dan C dengan posisi tegak vertikal.
c. Berjalanlah searah garis AB dengan membawa cermin sudut.
64
d. Masukkan bayangan yalon A dan B ke dalam cermin sudut.
e. Bila bayangan yalon A dan B sudah masuk ke dalam cermin sudut,
kemudian bidikan ke arah yalon C.
f. Bila bayangan yalon AB dan bidikan yalon C di dalam cermin
sudah menyambung tegak, maka titik di mana unting-unting berada
(C1) merupakan titik proyeksi yalon, sehingga yalon CC1 tegak lurus
yalon AB.
Gambar 29
k. Mengukur Peta Situasi Dengan Kompas Cara Polar
1. Petunjuk
a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.
b. Putarlah kompas| searah dengan jarum jam.
c. Buatlah laporan hasil pengukuran.
2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Kompas.
b. Statief (tripod).
c. Pita ukur.
d. Yalon-dan patok.
e. Buku catatan.
3. Keselamatan Kerja
65
a. Pada saat pengukuran, jauhkan/hindarkan benda logam di
sekitar kompas.
b. Pakailah pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
c. Jangan bercanda pada saat bekerja.
d. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.
66
4. Langkah Kerja
a. Tentukan titik batas daerah yang akan djukur dan sketlah
pada buku catatan.
b. Tempatkan yalon di titik batas daerah yang akan diukur (P1-
P2, P3, P4, P5, P6).
c. Pasanglah kompas statief di titik Po sehingga dapat melihat ke
semua batas pengukuran,
d. Pasanglah kompas statief P0 dan aturlah posisi jarum magnet
dan visir serta skala sudut ke arah utara (0° 0')
e. Bidiklah visir pada kompas ke titik P1f baca sudut pada
kompas, ukurkan jarak P0 - P1 dengan pita ukur dan catatlah
pada buku catatan.
f. Putar dan arahkan visir kompas ke titik P2, bacalah sudut,
ukuran jarak P0 - P2 dan catatlah pada buku catatan, demikian
seterusnya sampai titik terakhir dengan cara yang sama,
sehingga didapat sudut dan jarak.
g. Hitunglah sudut datar B, yang merupakan sudut yang dicari
untuk perhitungan luas daerah.
h. Gambarkan hasil pengukuran.
Gambar 30
67
Contoh Soal :
Dietahui :
Jarak AB (Po – P1) = 20m
Jarak AC (Po – P2) = 10 3 = 17,321m
Sudut yang diapit sisi AB dan AC = 30o
Penyelesaian :
Rumus Luas Segitiga = ½ x AB x AC x Sin (sudut yang diapitnya)
Jadi Luas Segitiga ABC = ½ x 20 x 17,321x Sin 30o = 86,605 m2
Bila segitiganya lebih dari satu, sebaiknya rumusnya diprogram
dengan Kalkulator program misalnya CASIO fx 3650 P,fx 3950 P
atau kalkulator program lainnya
l. Mengukur Peta Situasi Dengan Koordinat Siku-Siku
1. Petunjuk
a. Peganglah prisma yang sudah dilengkapi unting - unting dengan
tangan kanan dengan posisi vertikal.
b. Bayangan yalon sebelah kiri pada prisma bagian bawah prisma,
dan bayangan yalon yang sebelah kanan ada dibagian atas prisma
harus menyambung lurus dan tegak.
c. Buatlah sket pengukuran secara detail sebelum diukur.
d. Buatlah laporan pekerjaan.
2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Yalon dan Patok
b. Prisma
c. Pita Ukur
d. Buku Catatan
3. Keselamatan Kerja dipegang, tidak boleh diletakkan
a. Prisma harus tetap
sembarangan.
68
b. Pada pengukuran jarak, pita ukur ditarik sedatar mungkin.
c. Pakailah pakaian kerja, sepatu, dan topi lapangan.
d. Kembalikan semua peralatan dengan baik, bersih, dan lengkap.
4. Langkah Kerja
a. Tentukan titik batas daerah yang akan diukur, dan sket daerah
tersebut pada buku catatan.
b. Tempatkan yalon di titik batas P1, P2, P3, P4, P5, P6.
c. Tentukan titik pembagi PQ dengan yalon sebagai pedoman
penentuan lurus garis kerja.
d. Pegang prisma dan proyeksikan semua titik mulai dari titik P1, P2,
P3 dan seterusnya terhadap garis ukur PQ.
e. Demikian seterusnya pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang
sama, sehingga titik batas daerah diproyeksikan ke arah garis
ukur PQ.
f. Ukurlah semua jarak P1,P2, P3, dan seterusnya terhadap garis
ukur yang merupakan jarak absis (X), ukurkan jarak titik proyeksi
yang satu terhadap yang lain pada garis ukur yang merupakan
jarak ordinat (Y) dan semua data harus dicatat pada buku catatan.
g. Untuk perhitungan luas daerah yang telah diukur adalah dengan
menjumlahkan luas dari bangun-bangun trapesium dan segi tiga.
h. Pengukuran selesai dan gambarkan hasil pengukuran dengan
skala tertentu.
69
Gambar 31
m. Membuat Peta Situasi Dengan Cara Rangkaian Segitiga
1. Petunjuk
a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.
b. Menarik pita ukur harus dalam keadaan tegang/kencang, lurus
dan mendatar.
c. Buatlah laporan hasil pengukuran.
2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Yalon dan Patok
b. Pita Ukur minimal 30 m
c. Alas tulis dan Catatan
3. Keselamatam Kerja
a. Pakailah selalu pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
b. Dalam bekerja tidak bolah bersenda guarau/bercanda.
70
c. Dalam menarik pita ukur harus diperhatikan tidak bolah
terlipat/kusut.
d. Jagalah alat jangan sampai hilang/rusak.
e. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.
4. Langkah Kerja
a. Tentukan batas daerah yang akan diukur dan sket daerah
tersebut dengan lengkap pada buku catatan.
b. Tempat yalon di titik P1, P2, P3, P4, P5, dan P6.
c. Ukurkan jarak dengan pita ukur yalon P1 – P2 (S1), yalon P2, - P6
(S2), dan Yalon P1 – P6 (S3), Yalon P2 – P5 (S4), Yalon P5 – P6
(S5), dan seterusnya, sehingga membentuk rangkaian segitiga.
d. Semua sisi jarak segitiga pada daerah tersebut (S1, S2, S3, S4,
S5, S6) harus diukur dan dicatat pada buku catatan.
e. Menghitung luas daerah yang diukur adalah dengan
menjumlahkan masing-masing luas segitiga dengan
menggunakan rumus.
f. Misalnya L segi tiga I (P1 P2 P6) = S (S S1)(S S2 )(S S3 )
g. Catatan : S 12 S1 S2 S3
h. Demikian sterusnya sampai segitiga terakhir, sehingga daerah
tersebut dapat dihitung luasnya dan dapat digambar.
71
Gambar 32
Contoh Soal :
Diketahui Jarak P2 -P1 (S1) = 30,000m
Jarak P2 P6 (S2) = 40,000m
Jarak P1 P6 (S2) = 50,000m
Ditanyakan : Hitung Luas Segitiga P2 P1 P6 =
S = (30m+40m+50m):2 = 60m
– 50)) Luas Segitiga P2 P1 P6 = (60 x (60 – 30) x (60 – 40) x (60
Luas Segitiga P2 P1 P6 = 600m2
n. Menghitung Hasil Pengukuran Luas Dengan Cara Rangkaian
Segitiga
72
Gambar 33
Untuk meyelesaikan luas bidang tanah seperti gambar di atas, kita
harus membagi segi diatas menjadi beberapa rangkaian segitiga.
Kemudian cara menyelesaikannya sebagai berikut:
Luas segi tiga I + Luas segi tiga II + Luas segi tiga III + Luas segi
tiga IV + Luas segi tiga V + Luas segi tiga VI.
Untuk luas segitiga I :
L SS aS bS h L 1
S 1 keliling abh
2 2
Gambar 34
Untuk segi tiga II:
L SS - bS - cS - h L 2
S 12 keliling c b h
2
73
Gambar 35
Untuk segi tiga III:
L SS - cS - dS - h L 3
S 12keliling c b h
2
GGamambabrar3636
Untuk segi tiga IV:
L SS - dS - eS - h L 4
S 1 keliling d e h
2 2
Gambar 37
74
Untuk segi tiga V:
L SS - eS - f S - h L 5
S ef h
2
Gambar 38
Untuk segi tiga VI:
L SS - f S - gS - h L 6
S f gh
2
Gambar 39
Luas bidang yang beraturan diatas :
L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6
Bila melihat gambar di atas, kita akan mendapatkan titik-titik
ABCDEFG yang membentuk sudut. Untuk mengetahui besarnya
sudut, dalam pengukuran itu kita menggunakan alat yang didebut
Kompas/Theodolite.
75
Gambar 40
Latihan I
Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar diatas panjang sisi-
sisinya:
AF = 30 m AB = 55 m
AE = 25 m BD = 33 m
FE = 10 m DC = 11 m
AD = 32 m BC = 32,50 m
AF = 8 m
Hitunglah luas bidang di atas
Latihan II
Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar di bawah ini.
Ditanya : tentukan luas bidang tersebut!
Gambar 41
76
Panjang sisi-sisinya: AF = 10 m EF = 10 m
AB = 17,50 m BC = 9 m
AC = 19,80 m CD = 9,50 m
AD = 22,50 m DE = 8 m
AB = 18 m
Ditanya : Luas bidang di atas
m. Menghitung hasil pengukuran Luas Dengan Cara Koordinat
Contoh Soal:
1) Dengan rumus silang :
Koordinat
Statio X Y 2 x Luas
n
A +3 +4 2 x luas = (3 x 3) - (4 x 6) = 21 - 24 =
B +6
C +8 +7 -3
A +3
+2 = (6 x 2) - (7 x 8) = 12 - 56 =
+4 -44
= (8 x 4) - (2 x 3) = 32 - 6 =
21
Jumlah harga mutlak =
-21
jadi luas tersebut = ½ x 21 =
10.50 m2
2). Jika Peta terletak di kwadran I, II, III dan IV
77
Lihat Gambar. Y
D(-1,+5)
C(+4,+3)
kw IV (-x,+y) kw. I (+x,+y)
X A(+2,-3) B(+6,-1)
Gambar 42 kw. II (+x,-y)
E(-3,-2)
kw. III (-x,-y)
Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat
Station Koordinat 2X Beda Cara Cara
(double Y 2 x luas Silang
XY Gari
s X)
A +2 -3 +8 +2 +16 (2x-1)-(3x6) =16
B +6 -1 AB +10 +4 +40 (6x3) -(-1x4)=22
C +4 +3 BC +3 +2 + 6 (4x 5)-(3x-1)=23
D - 1 +5 CD -4 -7 +28 (-1x-1)-(5x-3)=17
E - 3 -2 DE -1 -1 + 1 (-3x-3)-(-2x2)=13
A +2 -3 EA
jml = 91 jumlah =91
Luas=1/2
x91=45.5 luas=1/2x91=45.5
0 m2
0 m2
Soal Latihan :
1. Hitunglah luas sebuah bidang tanah yang dibatasi titik
ABCDEF yang masing-masing titik mempunyai koordinat sbb :
A =(1, 3) C = (8, 7) E = (7, 11)
B =(7, 2) D = (10, 8) F = (1, 8)
2. Sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEFG, masing-
masing titik-titik mempunyai koordinat :
78
A = (2, 2) C = (10, 4) E = (5, 7) G =(1, 5)
B = (8, 1) D = (8, 8) F = (3, 8)
E = (6, 10) F = (0, 8)
Ditanya :Luas bidang tanah yang dibatasi oleh titik- titik
tersebut di atas
3. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan jenis Optik.
3.1. Sipat Datar (Level)
Sipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan
pemetaan yang biasa digunakan untuk mengukur beda tinggi
antara titik yang satu dengan titik-titik lainnya, serta dapat
pula mengukur jarak (disebut jarak optik = jarak tidak
langsung)
3.1.1 Bagian-bagian Alat Sipat Datar :
Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang
menumpu pada kepala statip yang mana
mempunyai lubang sekrup untuk mengunci agar
pesawat menyatu secara kuat dengan statip
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup
untuk menyetel gelembung nivo tabung agar
kedudukan nya ditengah-tengah, sehingga garis
acuan sejajar dengan bidang horizontal
Kiap Atas (Tribrach) adalah landasan utama tempat berdirinya
puncak tiga sekrup penyetel. Disamping itu juga
sebagai pemikul bagian atas badan pesawat.
Teropong, didalamnya terdapat lensa objektif (di muka) dan
lensa okuler (di belakang). Juga terdapat garis bidik,
yakni garis khayal yang menghubungkan antara titik
potong benang silang diafragma dengan titik tengah
lensa objektif, diteruskan ke target/sasaran.
79
Teropong ini hanya dapat diputar pada sumbu
kesatu.
Nivo Tabung/Kotak adalah nivo yang digunakan sebagai
pedoman penyetelan pesawat agar garis bidiknya
sejajar dengan garis arah nivo. Nivo ini diletakkan
menjadi satu dengan teropong.
Lensa Objektif, adalah salah suatu lensa pada teropong yang
letaknya dibagian depan, dan paling besar
Lensa Okuler, adalah salah suatu lensa pada teropong yang
letaknya dibagian belakang yang lebih kecil dari
lensa objektif.
Cincin/Lingkaran Pengatur Diafragma, adalah alat yang
digunakan untuk mengatur agar gambar/bayangan
target kelihatan jelas didalam teropong.
Pada dasarnya alat Sipat Datar dapat dibedakan atas tiga tipe/jenis,
diantaranya :
a. Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)
Alat Sipat Datar tipe Kekar adalah jenis alat Sipat Datar yang
konstruksinya solid dan sangat sederhana.
80
Gambar 43
Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)
Ciri-ciri alat Sipat Datar Tipe Kekar adalah : Garis bidik telah
dibuat tegak lurus terhadap sumbu kesatu oleh pabriknya,
sehingga jika gelembung nivo telah berada ditengah-tengah, ini
berarti :
- garis arah nivo mendatar
- karena garis arah nivo sejajar dengan garis bidik dan garis
bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, maka garis arah nivo
tegak lurus dengan sumbu kesatu (sb. I).
b. Alat Sipat Datar tipe Ungkit (Tilting Level)
Adalah jenis alat Sipat Datar, yang bagian atas dan bawahnya
dipisahkan oleh sebuah engsel atau sendi, sehingga teropongnya
dapat diungkit naik maupun turun (ke atas / ke bawah) sedikit demi
sedikit, agar kedudukan garis bidik tegak lurus dengan sumbu
kesatu, seperti diperlihatkan pada gambar 2.
Bagian-bagian dari Alat Sipat Datar Tipe Ungkit :
Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang
menumpu pada kepala statip seperti pada tipe kekar
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk
menyetel gelembung nivo tabung/kotak, sehingga sumbu kesatu
tegak lurus dengan bidang acuan nivo dan benang silang mendatar.
81
Gambar 44
Alat Sipat Datar Tipe Ungkit
Kiap Atas (Tribrach) adalah tempat kedudukan nivo kotak serta
engsel.
Teropong, agak berbeda dengan tipe kekar, karena didalam/diluar
teropongnya terdapat nivo tabung (nivo koinsidensi)
Nivo Tabung/nivo koinsidensi adalah satu nivo yang digunakan untuk
pedoman sejajar tidaknya garis bidik dengan garis acuan
nivo.
Nivo Kotak, adalah nivo untuk pedoman bahwa sumbu kesatu telah
tegak lurus dengan bidang acuan nivo
Sendi (Engsel), untuk penghubung bagian bawah dan atas pesawat,
dimana melalui engsel inilah teropong dapat diungkit
keatas/kebawah, agar garis bidiknya sejajar dengan garis
acuan nivo dengan pedoman nivo tabung atau nivo
koinsidensi.
Sekrup Pengungkit, digunakan untuk mengungkit teropong ke atas /
ke bawah, sehingga gelembung nivo tabung/koinsidensi
seimbang, yang berarti garis bidik tegak lurus sumbu
kesatu.
c. Alat Sipat Datar Tipe Otomatis (Automatic Level)
Konstruksinya telah dilengkapi dengan bandul (kompensator)
otomatis, sehingga meskipun garis bidik belum dibuat tegak lurus
dengan sumbu kesatu oleh pabriknya, tetapi bila gelembung nivo
kotak telah ditengah, secara otomatis semua syarat-syarat telah
terpenuhi. Selain itu, konstruksinya biasanya kedap air.
82
Gambar 45
Alat Sipat Datar Tipe Otomatis
Bagian-bagian Alat Sipat Datar tipe Otomatis
Kiap bagian Bawah adalah landasan pesawat yang menumpu pada
kepala statip, yang mana mempunyai lubang sekrup pengunci
seperti pada alat Sipat Datar lainnya.
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran, terdiri dari tiga buah sekrup yang
gunanya untuk menyetel nivo kotak, sehingga arah sumbu
kesatu tegak lurus garis acuan nivo.
Teropong, yang terdiri dari tiga bagian lensa obyektif, prisma penegak
(prism a) atau disebut “bandul/kompensator”, prisma penegak
(prism b), dua lensa focus, dua bagian kaca tempat goresan
benang silang diafragma dan tiga bagian lensa penyetel
bayangan benang silang
Gambar 46 : Susunan Lensa
Pada Teropong Sipat Datar Otomatis
83
Nivo Kotak, adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman
penyetelan sumbu kesatu tegak lurus bidang acuan nivo, yaitu
bila gelembung nivo kotak telah ditengah.
Lingkaran Mendatar, adalah suatu lingkaran pada mana tercantum
skala sudut datar dari 0o sampai 360o
Tombol Pengatur Fokus, adalah suatu tombol yang digunakan untuk
menyetel ketajaman objek gambar (target), yang mana ada
yang diberi tanda/petunjuk arah (tidak terhingga), sehingga
dapat memutar kearah yang benar.
Sebelum membahas tentang penggunaan pesawat Sipat Datar, yang
harus diketahui terlebih dahulu yaitu persyaratan yang harus dipenuhi
setiap alat ukur Sipat Datar, yaitu :
Syarat Utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis
acuan
nivo
Syarat Kedua : garis acuan nivo harus tegak lurus dengan
sumbu kesatu
Syarat Ketiga: garis mendatar benang silang harus tegak lurus
dengan
sumbu kesatu
Cara Menyetel Alat Sipat Datar
1. Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
2. Memasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan
pesawat ke
landasan kepala statif,
3. Menyetel nivo kotak, dengan cara:
a. Memutar skrup A,B secara bersamaan (kearah masuk semua atau
keluar
semua, bila tampak atas gerakannya gelembung nivo kekiri atau
kekanan),
84
b. Sedangkan untuk menepatkan agar gelembung nivo di tengah
tengah lingkaran, ganti dengan memutar skrup yang satunya yaitu
skrup C dengan gerakan masuk atau keluar.(kalau tampak dari
atas, gerakannya ke bawah atau ke atas.
c. Bila ternyata belum tepat di tengah – tengah, maka lakukan langkah
a dan b berulang – ulang hingga gelembung nivo tepat di tengah
tengah lingkaran.
Gambar 47 Gambar 48
4. Memeriksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dengan cara
memutar teropong kesegala arah. Jika posisi gelembung nivo
bergeser, maka setel nivo beberapa kali lagi, hingga pada saat
pesawat diputar kesegala arah gelembung nivo tidak bergeser.
2.2. Sipat Ruang/Theodolite
Alat Sipat Ruang/Theodolite adalah salah satu alat pada lingkup survai
pemetaan, dimana digunakan untuk mengukur besarnya sudut datar,
sudut miring/zenit, dan bisa juga mengukur jarak optik dengan cara
pengukuran Tacheometry/ Takimetri.
Sipat Ruang/Theodolite pada umumnya dikenal ada dua macam, yaitu
Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi dan Sipat Ruang/Theodolite Repetisi
2.2.1 Sipat Ruang Reiterasi/Theodolie Reiterasi
Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi adalah alat pengukur sudut datar,
lereng, jarak optic dan beda tinggi. Dimana lingkaran skala
mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga lingkaran skala
mendatar tidak dapat diputar-putar (gambar 5)
85
Karena konstruksinya demikian, maka bacaan lingkaran mendatar
untuk suatu target tertentu adalah sembarang (tidak bisa di
nolkan). Sehingga besar sudut
yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target
adalah bacaan muka dikurang bacaan belakang (untuk sudut
yang atas), sedangkan bacaan belakang dikurangi bacaan
muka adalah untuk sudut yang bawah.
Gambar 49
Bagian-bagian dari Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi
Lingkaran Skala Tegak, adalah suatu lingkaran dimana terdapat skala
sudut vertikal untuk mengetahui besarnya sudut lereng/zenith
(untuk perhitungan Tacheometry/Takimetri).
Nivo Indeks Lingkaran Tegak, adalah nivo yang dipakai sebagai
pedoman penyetelan garis bidik supaya tegak lurus terhadap
sumbu kedua, bila gelembung nivonya telah ditengah-tengah. Bila
kedudukan nivo belum seimbang, maka sudut lereng/ zenith
belum boleh dibaca. (ada alat yang otomatis).
Teropong, terdapat lensa obyektif (di depan) dan lensa okuler (di
belakang)., ada juga yang sudah diberi lensa pembalik dan ada
yang belum
86
Penyangga Sumbu Mendatar, adalah termasuk pesawat bagian tengah,
yang terdapat nivo kotak, sekrup pengunci gerakan vertical,
lubang penerangan, sekrup penggerak halus vertical, pengunci
dan penggerak halus gerakan horizontal serta knop micrometer
sudut.
Lingkaran Mendatar, suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut
mendatar, dan ada juga yang diberi kompas.
Kiap, adalah landasan yang berkaki tiga, dan terdaat tiga buah sekrup
(disebut sekrup kaki kiap), yang berguna untuk menyetel agar
sumbu kesatu tegak lurus dengan sumbu kedua dan juga pada
bidang acuan nivo.
2.1.2 Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi ini pada prinsipnya
adalah sama dengan alat Sipat Ruang/Theodolit reiterasi,
bedanya adalah dalam hal konstruksinya.
Dimana lingkaran skala mendatar dapat diatur (pada sudut nol
derajat) dan juga mengelilingi sumbu tegak. Bila sekrup pengunci
skala mendatar dibuka, tidak dapat diperoleh bacaan ukuran
sudut datar.
Theodolite Repetisi konstruksinya dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
Bagian atas, yang terdiri dari :
Teorpong dengan konstruksinya yang tidak jauh berbeda
dengan alat Sipat Datar, lengkap dengan garis bidik
Lingkaran Skala Tegak
Sumbu Mendatar, dimana teropong dan lingkaran tegak
berputar
Indeks pembacaan lingkaran tegak
Bagian tengah, terdiri dari :
Kaki penyangga, untuk mengangga sumbu mendatar
87
Indeks pembacaan lingkaran mendatar, atau lingkaran skala
mendatar yang konsentris dengan lingkaran mendatar
pertama
Sumbu tegak, dimana seluruh bagian tengah dan atas dapat
berputar mengelilinginya.
Nivo tabung, untuk mengatur agar sumbu tegak benar-
benar tegak lurus dengan bidang acuan nivo.
Bagian bawah terdiri dari :
Lingkaran skala mendatar yang berputar mengelilingi sumbu
tegak
Landasan berkaki tiga (kiap)
Sekrup kaki kiap, terdiri dari tiga buah
Gambar 50
Alat Sipat Ruang/Teodolite Repetisi
88
Bagian-bagian Alat Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi
Lingkaran Skala Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite
Reiterasi.
Nivo Indeks Lingkaran Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Teodolit
reiterasi (tetapi ada juga yang otomatis)
Teoropong, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite reiterasi, tetapi ada
juga yang diberi nivo tabung
Penyangga Sumbu Mendatar, sama seperti alat Sipat
Ruang/Theodolite reiterasi
Lingakaran Mendatar, tidak sama dengan Sipat Ruang/Teodolit
reiterasi. Sebab lingkaran mendatarnya dapat diputar
mengelilingi sumbu tegak. Sehingga bila sekrup penguncinya
dibuka (sekrup repetisi), maka bacaan besar sudut tidak dapat
diperoleh.
Kiap, sama seperti Sipat Ruang/Theodolite reiterasi
Sebelum menggunakan pesawat Sipat Ruang/Theodolite, harus
diketahui terlebih dahulu persyaratan yang harus dipenuhi setiap Sipat
Ruang/Theodolite, yaitu :
Syarat Utama : sumbu tegak (sumbu kesatu) harus tegak lurus
dengan garis acuan nivo
Syarat Kedua : sumbu mendatar harus benar-benar mendatar atau
tegak lurus dengan sumbu kesatu
Syarat Ketiga :garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua (sumbu
mendatar)
Syarat Keempat :tidak adanya salah indeks pada skala lingkaran
tegak, yang disebabkan tidak tepatnya indeks bacaan 0o lingkaran
tegak jika kedudukan garis bidik mendatar atau garis bidik tegak ke
atas, tergantung dari sudut miring/zenit yang dibaca.
c. Rangkuman.
Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan sederhana (bukan
optik) antara lain :
89
1. Pita Ukur, rol meter
2. Rambu Ukurr
3. Penta Prisma
4. Cermin Sudut
5. Kompas
6. Yalon
7. Klinometer
Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan jenis optik antara lain
:
1. Sipat Datar (Leveling) ada 3 jenis yaitu :
1.1 Dumpy Level (sipat datar tipe kekar)
1.2 Tilting Level (sipat datar tipe jungkit)
1.3 Otuomatic Level (sipat datar tipe otomatis)
2. Sipat Ruang (Theodolite) ada 2 jenis yaitu :
2.1 Theodlite Reiterasi
2.2 Theodolite Repetisi
d. Tugas : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas
1. Apa yang membedakan sipat datar dumpy level dengan sipat
datar tilting level ?
2. Sebutkan fungsi nivo tabung pada pesawat Sipat Datar tipe
kekar ?
3. Berapa jumlah nivo yang terdapat pada pesawat Sipat Datar
tipe jungkit/tilting ?. Dan Sebutkan kegunaan nivo tersebut !
4. Mengapa pesawat Sipat Datar disebut pesawat otomatis ?
5. Jelaskan perbedaan antara Sipat Ruang/Teodolite Reiterasi
dengan Sipat Ruang/Teodolite Repetisi dilihat dari
konstruksinya.
Pengukuran untuk Perencanakan Bangunan
90