BUKU BAHAN AJAR UNTUK SMK KELAS X
SEMESTER 2
ILMU UKUR TANAH 2
Disusun oleh
Tim PPPPTK BMTI
2013
PRAKATA
Buku ini diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan Bidang
Keahlian Konstruksi Bangunan yang diberikan pada semester dua.
Buku ini membahas pengetahuan dasar tentang pengukuran dengan alat
sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang (theodolit), teknik perawatan alat
ukur jenis optik, teknik pengecekan alat ukur jenis optik, dan proses
pengecekan kebenaran data pengukuran.
Melalui buku ini siswa diharapkan dapat melaksanakan praktek ilmu ukur
tanah dengan menggunakan alat ukur tanah sederhana, alat sipat datar
dan alat sipat ruang tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.
Buku ini terdiri dari empat materi pokok yang diharapkan dapat
diselesaikan dalam empat kegiatan pembelajaran. Setiap kali melakukan
kegiatan praktek diawali penjelasan singkat paling lama 30 menit.
Akhirul kata, mudah-mudahan buku ini dapat dipergunakan sesuai dengan
yang diharapkan. Atas kritik dan saran pembaca bagi perbaikan buku ini,
penulis ucapkan terima kasih.
Bandung, Desember 2013
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
P R A K A T A .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang. .................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat................................................................ 1
C. Tujuan Pembelajaran ......................................................... 2
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN ...................................................... 3
A. Materi Pokok 1 : Melaksanakan Pengukuran dengan
Alat Sipat Datar (leveling) dan Alat sipat ruang
(theodolit) ........................................................................... 3
B. Materi Pokok 2 : Teknik Perawatan Alat Ukur Jenis
Optik. .................................................................................. 61
C. Materi Pokok 3 : Teknik Pengecekan Alat Ukur Jenis
Optik. .................................................................................. 69
D. Materi Pokok 4 : Proses Pengecekan Kebenaran Data
Pengukuran. ....................................................................... 92
Daftar Pustaka ......................................................................................... 97
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasinal dan penjelasan
Pasal 15 yang menyebutkan bahwa lembaga pendidikan kejuruan
merupakan lembaga pendidikan menengah untuk mempersiapkan
peserta didik terutama untuk mampu bekerja dalam bidang tertentu.
Dalam pembangunan banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan pemetaan suatu wilayah. Untuk dapat melakukan
pemetaan suatu wilayah, maka diperlukan pengetahuan tentang Jenis
Data dan Cara Pengambilan Data, Penentuan Posisi dan ketentuan
teknis pengukuran dan cara pengolahan data.
B. Deskripsi Singkat
Melaksanakan leveling merupakan salah satu bagian yang penting
didalam pekerjaan-pekerjaan survei. Untuk mendukung itu maka kita
tidak bisa terlepas dari penggunaan alat yang memenuhi standar untuk
dapat memperoleh hasil pengukuran yang baik. Walaupun demikian
hasil ukuran tidak selamanya terlepas dari kesalahan yang diakibatkan
karena kesalahan manusia maupun karena faktor alam. Oleh karena
itu hasil pengukuran perlu juga diperiksa apakah hasil pengukuran
cukup memenuhi toleransi atau tidak. Tanpa memahami akan
pengetahuan tersebut, sangatlah mustahil bagi seseorang untuk dapat
menghasilkan pengukuran-pengukuran/pemetaan yang baik.
Materi modul ini akan dapat membantu anda mampu menjelaskan
tentang melaksanakan leveling pada pekerjaan konstruksi gedung,
Melaksanakan Leveling bangunan air dan Melaksanakan Leveling
jalan dan jembatan dengan menggunakan Alat Sipat Datar (leveling)
dan Alat sipat ruang (theodolit), menjelaskan teknik perawatan alat
ukur jenis optik, teknik pengecekan alat ukur jenis optik dan cara
pengecekan kebenaran data pengukuran.
1
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:
Menjelaskan teknik Melaksanakan Pengukuran dengan Alat Sipat
Datar (leveling) dan Alat sipat ruang (theodolit).
Menjelaskan teknik Teknik Perawatan Alat Ukur Jenis Optik.
Menjelaskan Teknik Pengecekan Alat Ukur Jenis Optik.
Menjelaskan Proses Pengecekan Kebenaran Data Pengukuran.
2
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Materi Pokok 1 : Melaksanakan Pengukuran dengan
Alat Sipat Datar (leveling) dan Alat sipat ruang
(theodolit)
Melaksanakan pengukuran pada pekerjaan konstruksi.
Secara umum, Pekerjaan pengukuran pada Proyek Gedung meliputi :
Menentukan titik-titik batas area proyek, ini diperlukan untuk
pembuatan alur pagar proyek dan penentuan koordinat gedung.
Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan
untuk diaplikasikan dilapangan.
Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi dan lantai
basement, kesalahan dalam penentuan elevasi ini dapat
menyebabkan pemborosan pekerjaan urugan dan galian tanah.
Menentukan as bangunan untuk mencari lokasi titik tiang pancang
dan pile cap.
Memantau kedataran cor beton pada pekerjaan lantai basement
atau plat lantai diatasnya.
Marking atau menentukan as kolom gedung, pada pekerjaan ini
menggunakan istilah pinjaman as 1 m untuk mengecek apakah
pembesian dan bekisting kolom sudah terletak pada posisi yang
benar.
Pengecekan ketegakan kolom dengan menggunakan waterpass
atau benang ukur yang diberi bandul.
Menghitung ketinggian elevasi cor kolom beton agar pas untuk
menaruh balok dan plat lantai, kesalahan dalam pekerjaan ini
dapat menyebabkan adanya bobok beton atau cor ulang untuk
menambah ketinggia kolom.
Pengecekan kedataran elevasi balok lantai agar sesuai dengan
gambar rencana.
Marking perletakan stek besi tulangan struktur diatasnya.
3
Marking perletakan void dan lobang lift gedung agar berada tepat
pada posisi rencana.
Membuat as elevasi bangunan tiap lantai, dibuat dengan cara
membuat garis pinjaman dengan ketinggian 1 m dari lantai
gedung.
Membuat dan Mengukur penurunan gedung setiap hari atau
seminggu sekali untuk mengetahui apakah posisi gedung yang
sudah dibangun berada pada kondisi aman.
Marking posisi pekerjaan arsitektur seperti pemasangan dinding
batu bata, pemasangan kepalaan keramik, penentuan posisi titik
lampu, penentuan posisi sanitair toilet dll.
Melakukan Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan
Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan
jenis pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk
bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah
disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi
bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari
pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan
sumbu dinding tembok bangunan yang diperoleh dengan
menghubungakan titik-titik hasil pengukuran.
Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang
sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat
mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk
bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh
ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan
kembali.
Membuat Bidang Datar
Untuk membaut bidang datar ("waterpas") pada pekerjaan
pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar dan
luas dapat digunakan pesawat waterpassen, sedang untuk
4
bangunan yang berukuran kecil seperti rumah tinggal, cukup
menggunakan alat bantu sederhana berupa selang plastik yang
diisi dengan air hingga dua permukaan air dalam selang plastik
membentuk bidang datar.
Gambar 1, Membuat Bidang Waterpass dengan Selang Plastik
Untuk bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat datar
sederhana berupa selang plastik yang diisi air hasilnya cukup
akurat, namun untuk bangunan yang berukuran besar, alat
bantu tersebut kurang akurat hasilnya. Hal tersebut disebabkan
ukuran panjang selang plastik yang terbatas, sehingga dapat
mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran kurang
akurat.
Membuat Garis Siku-siku
Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan
dengan memanfaatkan dalil pythagoras, yaitu perbandingan sisi
miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan
angka perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.
5
Gambar 2, Membuat Garis Siku-siku
Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
o Menarik garis dari titik B sejajar dengan AC (BD),
o Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),
o Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan
di titik D, dan akan membentuk bidang segi empat.
o Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD.
o Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama
panjang, maka garis yang menghubungkan titik CAB belum
membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus
diulangi sampai jarak diagonal BC dengan AD sama
panjang.
Gambar 3, Kontrol Garis Siku-siku
6
Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan Papan Duga
Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank) adalah
sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan.
Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil
pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan
dan membentuk bidang datar.
Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan
perencanaan, pemasangan papan duga harus memenuhi
persyaratan:
Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
Berjarak cukup dari rencana galian.
Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.
Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal)
dengan papan bangunan (bouwplank) yang lain.
Letak kedudukan papan bangunan harus seragam
(diusahakan menghadap ke dalam bangunan).
Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang,
pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh
area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan
kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau
pertemuan bangunan.
7
Gambar 4, Pekerjaan Uitzet dan Bouwplank
Memasang Papan Duga Pekerjaan Pasangan Batu
Gambar 5, Pemasangan Bouwplank di Sekeliling Bangunan
8
Gambar 6, Pemasangan Bouwplank di Sudut/Pertemuan Dinding
o Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut
kedudukan tarikan benang (garis BA) sebagai dasar
pengukuran bangunan.
o Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis
CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis BA dengan
menggunakan perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).
o Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-pa-tok
menurut garis EF dan GH.
o Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya titik duga ± 0,00
dengan membuat bidang datar pada setiap patok.
o Pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga
tersebut.
o Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada
papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan beri tanda
dengan cat atau meni.
Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding tembok
dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi untuk
9
menarik benang sebagai sumbu tembok. Untuk menghindarkan
kesalahan yang disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku
diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank harus
diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang
datar (bidang waterpas). Bidang atas papan bangunan biasanya
dipasang pada kedudukan ± 0,00 sebagai duga lantai. Sudut
pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku, karena hal
tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding.
Gambar 7. Pemberian Tanda pada Bowplank
Sambungan papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu
patok, sehingga jarak patok harus memperhitungkan terhadap
panjang papan yang akan dipergunakan sebagai bouwplank. Bila
sambungan papan bouwplank terletak di antara patok, maka
sambungan papan harus harus menggunakan klem.
Gambar 8. Sambungan Papan pada Patok
10
Gambar 9, Sambungan Papan diantara Patok
Penentuan Titik As Kolom.
Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survei yaitu
berupa pengukuran dan pematokan. Pengukuran tersebut berupa
marking titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom.
Cara pengukuran penentuan as kolom :
Membaca gambar kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
penentuan as bangunan.
Menentukan satu titik pedoman untuk as bangunan, yang
diletakkan pada areal bangunan yang sekiranya tidak tergangu
oleh aktifitas pekerjaan sehingga titik acuan tidak bergerak.
Pengukuran areal dengan menggunakan meteran manual,
sedangkan untuk menentukan rencana as bangunan
menggunakan bouwplank.
Pada pekerjaan bouwplank, titik acuan dapat diukur dengan
waterpass manual menggunakan selang air, benang untuk
menentukan garis lurus maupun siku-siku suatu bangunan, dan
papan sebagai media dari bouwplank itu sendiri. Sehingga
11
didapatkan as bangunan sesuai dengan gambar kerja sebagai
acuan dalam penentuan as-as kolom yang lain.
Untuk menentukan letak as kolom lainnya yang sama/ sejajar
dapat ditentukan posisinya berdasarkan kolom acuan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Penentuan peil kolom lantai 2 digunakan selang air untuk
mendapatkan ketinggian yang sama antar kolom.
Posisi as kolom dilantai 2 harus sentris kedudukannya terhadap
as kolom pada lantai sebelumnya, untuk itu dilakukan
pengecekan dengan menggunakan tali dan selang air.
Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as kolom,
maka sebelum pekerjaan kolom dilaksanakan, perlu dilakukan
pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut
sesuai dengan gambar.
Mengukur Ketegakan Bidang.
Gambar 10, unting-unting.
Saat membuat bekisting, kolom dan sejenisnya ada satu pekerjaan
yang terlihat sederhana namun punya pengaruh yang sangat besar
terhadap kualitas dan kekuatan bangunan. Pekerjaan tersebut
12
adalah mengukur ketegakan bidang pada element tersebut.
Lalu bagaimanakah cara mengukur ketegakan bidang tersebut.
Saat ini cara yang paling mudah adalah menggunakan suatu alat
yang dinamakan unting-unting atau dalam bahasa Inggris disebut
plummet. Bentuk alat ini cukup sederhana, seperti bandul tapi pada
salah satu bagian ujungnya lancip seperti kerucut atau potlot
gambar sehabis diruncingkan. Sedangkan bagian ujung lainnya
berbentuk seperti silinder dan diberi rantai atau tali.
Tapi ada pula unting-unting atau plummet yang pada bagian ujung
atasnya dibuat seperti tabung lalu diatasnya diberi semacam tutup
atau topi yang juga lancip namun agak datar. Kemudian di bagian
tengah terdapat lubang kecil untuk meletakan tali atau benang.
Bentuk dari ujung yang digunakan untuk meletakan benang ini
memang bermacam-macam. Namun ujung yang berada dibawah
tetap sama, kerucut lancip. Ukuran besarnya sekitar satu
genggaman orang dewasa lebih sedikit.
Adapun bahan yang paling sering dipakai untuk membuat alat ini
adalah kuningan sebab dinilai sebagai logam dengan kualitas
terbaik dan tidak bisa berkarat. Namun ada pula yang terbuat dari
besi biasa atau besi putih.
Sistem kerja dan penggunaan alat ini juga tidak begitu rumit.
Pertama bagian atas bidang yang akan diukur ketegakannya diberi
balok atau kayu panjang maupun sejenisnya kemudian dipasang
secara horisontal. Lalu unting-unting diletakan atau digantungkan
pada media tersebut memakai rantai, tali atau benang. Usahakan
jarak antara media pemasangan dan unting-unting ini punya jarak
yang cukup tinggi atau jauh. Jadi talinya juga harus punya ukuran
yang agak panjang, tidak boleh terlalu pendek.
Setelah unting-unting ini menggantung, tunggu beberapa saat
hingga goyangannya berhenti dan diam tidak bergerak lagi. Setelah
itu lakukan pengecekan. Caranya yaitu dengan mengukur jarak tali
13
yang ada di bawah atau pada as dengan bidang atau dinding. Hal
yang sama juga dilakukan pada bagian atas tali yang berdekatan
dengan media penggantungan. Jika kedua jarak ini punya ukuran
yang sama, maka dipastikan bidang tersebut sudah berdiri dengan
tegak, tidak miring.
Sebaliknya apabila ukurannya tidak sama, maka kemungkinan
besar bidang tersebut belum tegak seratus persen. Jika ukurannya
lebih panjang atau besar pada bagian atas maka bidang itu miring
ke kanan. Namun bila ukuran jarak bagian atas lebih pendek maka
bidang yang sedang diukur miring ke kiri.
Selain bekisting, bidang lain yang bisa diukur ketegakannya
menggunakan alat ini yaitu dinding, kolom atau tiang, pemasangan
pintu dan jendela serta kusennya dan beberapa bidang lain yang
bentuknya selalu harus dalam kondisi yang tegak. Adapun teknik
dan caranya kurang lebih sama, tinggal menyesuaikan kondisi dan
keadaan.
Dan bukan hanya bidang yang tegak saja, namun bidang lain yang
bentuknya mendatar juga bisa memakai alat ini misalnya
permukaan lantai dan sebagainya. Untuk mengetahui apakah lantai
itu tidak miring, gunakan alat lain yang bentuknya seperti tripod.
Lalu unting-unting ini dipasang di bagian tengah atau as kemudian
diamkan beberapa saat sampai unting-unting yang menggantung
tersebut diam.
Selanjutnya ukurlah jarak antara tali unting-unting dengan masing-
masing kaki tripod. Apabila semua jarak pada ketiga kaki tripod
tersebut semuanya sama, maka permukaan lantai itu sudah benar-
benar datar dan lurus.
14
Melaksanakan pengukuran pada pekerjaan bangunan air.
Pengukuran sungai. (Diambil dari Konsep Pedoman Penyusunan
Spesifikasi teknis Pengukuran topografi dan pemetaan)
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pengukuran
sungai harus memuat :
Persiapan.
Kegiatan persiapan pekerjaan topografi dan pemetaan suangai
meliputi :
Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi antara lain berupa :
surat tugas personil pelaksana, surat izin survai;
hal-hal lain-lainnya yang diperlukan.
Persiapan teknik
Persiapan teknik, antara lain berupa :
penyediaan peta kerja;
penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian
yang telah ada di lokasi atau di sekitar lokasi pemetaan;
orientasi lapangan;
pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran
koordinat planimetris dan ketinggian titik ikat yang akan
digunakan;
penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan
digunakan;
penentuan letak base camp;
perencanaan jalur pengukuran;
perencanaan letak pemasangan patok tetap;
penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu;
penyediaan patok sementara;
perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara
dan nomor patok tetap;
15
penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang
telah ditetapkan;
kalibrasi alat ukur;
penyediaaan alat hitung;
penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan,
penyediaan tabel deklinasi untuk tahun pelaksanaan
pengamatan matahari,
persiapan lain yang diperlukan
Persiapan Managerial
Persiapan manajerial, antara lain berupa
pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan bila
pekerjaan pengukuran dan pemetaan teristris sungai
merupakan bagian kegiatan dari satu paket pekerjaan
desain, jadwal pelaksanaan pekerjaan supaya dibuat dua
macam, yaitu jadwal pelaksanaan keseluruhan kegiatan
dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengukuran dan
pemetaan teristris sungai;
pembuatan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan,
yang dilengkapi dengan status serta nama-nama personil
pelaksana;
pemberian pengarahan dan pemahaman pada personil
pelaksana;
penyusunan laporan pendahuluan;
hal-hal lain yang diperlukan.
Pengumpulan Data
Pemasangan patok
o Patok sementara
Semua patok sementara yang digunakan dibuat dari
kayu dengan ukuran tertentu;
Setiap patok sementara dipasang masing-masing
dengan letak dan jarak yang diperhitungkan terhadap
16
kebutuhan pengukuran kerangka horizontal peta,
kerangka vertikal peta, detail situasi, dan penampang
melintang sungai;
Semua patok sementara yang dipasang dicat dengan
warna merah, diberi paku di atasnya, serta diberi
nomor secara urut, jelas, dan sistematis.
Patok tetap
o Patok tetap utama
Semua patok tetap utama yang digunakan dibuat dari
beton bertulang dengan ukuran yang telah disepakati,
Patok tetap utama dipasang di sepanjang tepi sungai
setiap jarak 1 km,
Patok tetap utama cukup dipasang di sepanjang tepi
sungai jika :
· sungai yang dipetakan tidak lebar;
· kondisi tanah di sepanjang tepi sungai tidak
memungkinkan untuk dipasang patok tetap utama;
· penggunaan lahan di sepanjang tepi sungai tidak
memungkinkan untuk dipasang patok tetap utama;
· bangunan sungai hanya akan dibuat di areal di tepi
sungai.
· tidak ada masalah pembebasan tanah di areal di
sepanjang tepi sungai, dan
· berdasarkan pertimbangan lainnya.
Patok tetap utama dipasang di sepanjang tepi kiri dan
di sepanjang tepi kanan sungai, jika
· sungai yang dipetakan cukup lebar,
· kondisi tanah di sepanjang tepi kiri dan di
sepanjang tepi kanan sungai memungkinkan untuk
dipasang patok tetap utama,
17
penggunaan lahan di sepanjang tepi kiri dan di
sepanjang tepi kanan sungai memungkinkan untuk
dipasang patok tetap utama,
· bangunan sungai akan dibuat di areal di sepanjang
tepi kiri dan di sepanjang tepi kanan sungai,
· ada masalah pembebasan tanah di areal di
sepanjang tepi kiri dan di sepanjang tepi kanan
sungai,
· berdasarkan pertimbangan lainnya.
Letak pemasangan patok tetap utama dipilih pada
kondisi tanah yang stabil, aman, dan tidak
mengganggu atau terganggu oleh lalu lintas yang ada.
Semua patok tetap utama diberi nama, nomor, dan
bulan serta tahun pemasangannya.
Nama, nomor, bulan dan tahun pemasangan patok
tetap utama dibuat urut, jelas, sistematis, dan ditulis
dengan warna biru pada marmer putih atau pada
bahan lainnya.
Pemberian nomor patok tetap utama yang terkecil
dimulai dari bagian hilir sungai, terus ke arah hulu.
Setiap patok tetap utama dipasang dengan
memunggung sungai, dalam arti bahwa nama, nomor,
bulan dan tahun pemasangannya berada dalam posisi
membelakangi sungai.
Setiap patok tetap utama yang telah dipasang harus
dibuat deskripsinya.
Deskripsi patok tetap utama harus representatif,
dengan menampilkan pula nama desa, nama
kecamatan, nama kabupaten, arah utara, arah aliran
sungai, dan dilengkapi dengan sketsa serta foto patok
tetap utama.
18
Foto patok tetap utama harus berwarna dan foto
tersebut harus menampakkan nama dan nomor patok
tetap utama.
o Patok tetap bantu
Semua patok tetap bantu yang digunakan dibuat dari
beton bertulang dengan ukuran yang telah disepakati.
Patok tetap bantu dipasang di sepanjang tepi sungai
setiap jarak 200 m.
o Patok tetap bantu cukup dipasang di sepanjang salah satu
tepi sungai jika : sungai tidak
sungai yang dipetakan tidak lebar,
kondisi tanah di sepanjang tepi
memungkinkan untuk dipasang patok tetap bantu,
penggunaan lahan di sepanjang tepi sungai tidak
memungkinkan untuk dipasang patok tetap bantu,
bangunan sungai hanya akan dibuat di areal salah
satu tepi sungai,
tidak ada masalah pembebasan tanah di areal di
sepanjang tepi sungai, dan
berdasarkan pertimbangan lainnya,
o Patok tetap bantu dipasang di sepanjang tepi kiri dan di
sepanjang tepi kanan sungai jika
sungai yang dipetakan cukup lebar,
kondisi tanah di sepanjang tepi kiri dan di sepanjang
tepi kanan sungai memungkinkan untuk dipasang
patok tetap bantu,
penggunaan lahan di sepanjang tepi kiri dan di
sepanjang tepi kanan sungai memungkinkan untuk
dipasang patok tetap bantu,
bangunan sungai akan dibuat di areal di sepanjang
tepi kiri dan di sepanjang tepi kanan sungai,
19
ada masalah pembebasan tanah di areal di sepanjang
tepi kiri dan di sepanjang tepi kanan sungai, dan
berdasarkan pertimbangan lainnya,
o Letak pemasangan patok tetap bantu dipilih pada kondisi
tanah yang stabil, aman, dan tidak mengganggu atau
terganggu oleh lalu lintas yang ada.
o Semua patok tetap bantu diberi nama, nomor, dan bulan
serta tahun pemasangannya.
o Nama, nomor, bulan dan tahun pemasangan patok tetap
bantu dibuat urut, jelas, sistematis, dan ditulis dengan
warna biru pada marmer putih atau pada bahan lainnya.
o Pemberian nomor patok tetap bantu yang terkecil dimulai
dari bagian hilir sungai, terus ke arah hulu.
o Setiap patok tetap bantu dipasang dengan memunggung
sungai, dalam arti bahwa nama, nomor, bulan dan tahun
pemasangannya berada dalam posisi membelakangi
sungai.
o Setiap patok tetap bantu yang telah dipasang harus dibuat
deskripsinya.
o Deskripsi patok tetap bantu harus representatif, dengan
menampilkan pula nama desa, nama kecamatan, nama
kabupaten, arah utara, arah aliran sungai, dan dilengkapi
dengan sketsa serta foto patok tetap bantu yang
bersangkutan.
o Foto patok tetap bantu harus berwarna dan foto tersebut
harus menampakkan nama dan nomor patok tetap bantu.
Pengukuran Kerangka Horisontal Peta
Kerangka horizontal peta diukur dengan metode polygon
o Pengukuran poligon utama
20
Jika patok tetap utama dipasang di sepanjang tepi kiri
dan di sepanjang tepi kanan sungai, jalur pengukuran
poligon utama hanya melalui patok tetap utama.
Jika patok tetap utama hanya dipasang di sepanjang
tepi sungai, maka jalur pengukuran poligon utama di
sepanjang tepi sungai yang ada patok tetap utamanya
melalui patok tetap utama, sedangkan jalur
pengukuran poligon utamanya di sepanjang tepi
sungai yang tidak ada patok tetap utama melalui patok
sementara.
Bentuk poligon utama harus tertutup, sehingga pada
jarak tertentu patok yang berada di tepi kiri dan di tepi
kanan sungai (berseberangan) dihubungkan sebagai
sisi penutup.
Setiap sudut poligon utama diukur dengan universal
teodolit yang memiliki ketelitian ≤ 2 detik.
Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi teodolit.
Setiap sudut poligon utama diukur dengan cara
reiterasi sebanyak satu seri rangkap.
Kesalahan penutup sudut poligon utama harus ≤
10"√n, dengan pengertian bahwa n adalah banyaknya
titik poligon utama.
Semua sisi poligon utama diukur secara tidak
langsung, dengan menggunakan alat pengukur jarak
elektronik.
Setiap sisi poligon utama diukur sebanyak minimal 2
kali, dan dilakukan dengan cara pergi-pulang.
Jalur pengukuran poligon utama serta arah dan letak
tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya.
21
Sketsa jalur pengukuran poligon utama harus
dilengkapi dengan arah utara.
Kesalahan linier poligon utama harus ≤ 1/10.000.
Apabila pengikatan koordinat planimetris dilakukan
terhadap 2 titik ikat atau lebih, yang titik-titik ikat
tersebut berada dalam satu sistem koordinat, maka
sudut arah poligon menggunakan azimut titik ikatnya.
Apabila di lokasi atau di sekitar lokasi pekerjaan
pengukuran dan pemetaan teristris sungai hanya ada
satu titik ikat koordinat planimetris, atau belum ada,
sudut arah poligon menggunakan azimut astronomi,
yaitu dilakukan dengan pengamatan matahari.
Pengamatan matahari menggunakan metode tinggi
matahari, dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan
masing-masing pengamatan minimal sebanyak empat
seri.
Pelaksanaan pengamatan matahari sebaiknya
dilengkapi dengan prisma roulop.
Selisih nilai azimut pusat matahari dari hasil
pengamatan biasa terhadap hasil pengamatan luar
biasa 60 detik.
Setiap lembar formulir data ukur poligon utama dan
data pengamatan matahari harus ditulis nomor
lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat
yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan
keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran.
o Pengukuran polygon
Jalur pengukuran poligon cabang melalui semua
patok, yaitu dimulai dari salah patok tetap utama
kemudian berakhir di patok tetap utama yang lain.
22
Bentuk Poligon cabang adalah terbuka, dan terikat
pada kedua ujungnya.
Setiap sudut poligon cabang diukur dengan universal
teodolit yang memiliki ketelitian 10 detik.
Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi teodolit.
Setiap sudut poligon cabang diukur dengan cara
reiterasi sebanyak dua seri rangkap.
Kesalahan penutup sudut poligon cabang harus
20"√n, dengan pengertian bahwa n adalah banyaknya
titik poligon cabang.
Semua sisi poligon cabang diukur secara langsung
dengan menggunakan pita ukur.
Setiap sisi poligon cabang diukur sebanyak minimal 2
kali, dan dilakukan dengan cara pergi-pulang.
Jalur pengukuran poligon cabang serta arah dan letak
tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya.
Sketsa jalur pengukuran poligon cabang harus
dilengkapi dengan arah utara.
Kesalahan linier poligon cabang harus ≤ 1/5.000.
Sudut arah poligon cabang menggunakan azimut
poligon utama.
Setiap lembar formulir data ukur poligon cabang harus
ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama
pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri
alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran,
dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran.
o Pengukuran Kerangka Vertikal Peta
Kerangka vertikal peta diukur dengan metode waterpasing
memanjang yaitu sebagai berikut :
23
Jalur pengukuran waterpasing harus melalui semua
patok poligon.
Jalur pengukuran waterpasing harus membentuk
sirkuit (lingkaran) sehingga pada jarak tertentu
tertentu dilakukan pengukuran waterpasing dari patok
yang berada di tepi kiri sungai ke patok yang berada
di tepi kanan sungai (berseberangan), dan sebaliknya.
Alat ukur waterpas yang digunakan harus jenis
automatic level.
Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih
dahulu dilakukan kalibrasi alat ukur waterpas.
Jika lebar sungai yang diukur melampaui jangkauan
jarak baca alat ukur waterpas yang digunakan, maka
pengukuran waterpasing dari patok tetap utama ke
patok tetap utama yang saling berada di seberang
sungai bias dilakukan dengan bantuan permukaan air
sungai.
Jika menggunakan bantuan permukaan air sungai,
pengukuran dari patok tetap utama yang berada di
tepi kiri sungai harus dilakukan pada saat yang sama
dengan pengukuran dari patok tetap utama yang
berada di tepi kanan sungai. waterpasing harus
Pelaksanaan pengukuran
dilakukan secara pergi-pulang.
Rambu ukur yang digunakan harus mempunyai
interval skala yang benar.
Pada pengukuran setiap slag, usahakan agar alat
ukur waterpas selalu berdiri di tengah- tengah di
antara kedua rambu ukur.
24
Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada
ketiga benang, yaitu benang atas, benang tengah, dan
benang bawah.
Jumlah slag dalam tiap seksi pengukuran diusahakan
genap.
Jalur pengukuran waterpasing dan arah pembacaan
tiap slag harus dibuat sketsanya,
Sketsa jalur pengukuran waterpasing harus dilengkapi
dengan arah utara.
Selisih antara jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pergi dengan jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pulang dalam tiap seksi harus maksimal 8 √D mm ,
dengan pengertian bahwa D adalah panjang seksi
dalam satuan km.
Setiap lembar formulir data ukur waterpasing harus
ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama
pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri
alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran,
dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran.
o Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri,
yaitu sebagai berikut :
Teodolit yang digunakan sebaiknya dilengkapi
dengan bousole.
Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih
dahulu dilakukan kalibrasi teodolit.
Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval
skala yang benar.
25
Batas Areal di tepi kiri dan di tepi kanan sungai yang
diukur situasinya tergantung pada tujuan penggunaan
peta situasi.
Unsur situasi yang diukur terdiri atas
· bentuk planimetris alur sungai,
· bentuk palung sungai,
· semua drainase yang masuk ke sungai,
· bentuk planimetris alur drainase,
· bentuk palung drainase,
· bentuk planimetris tanggul,
· bentuk relief areal di sepanjang tepi kiri dan tepi
kanan sungai,
· batas perubahan bentuk penggunaan lahan di areal
tepi kiri dan tepi kanan sungai,
· semua bangunan yang ada di sepanjang areal di
tepi kiri dan di tepi kanan sungai,
· semua bangunan yang ada di sungai, misalnya
jembatan, tubuh bendung, ground sill, dermaga,
pelindung tebing sungai, rumah yang menjorok ke
alur sungai, dan semua bangunan lainnya,
· catat bentuk penggunaan lahan di areal tepi kiri dan
tepi kanan sungai,
Jumlah detail unsur situasi yang diukur harus betul-
betul representatif, oleh sebab itu kerapatan letak
detail harus selalu dipertimbangkan terhadap bentuk
unsur situasi serta skala dari peta yang akan dibuat,
Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada
ketiga benang, yaitu benang atas, benang tengah, dan
benang bawah,
Semua detail situasi yang diukur harus dibuat
sketsanya,
26
Sketsa detail situasi harus dilengkapi dengan arah
utara,
Setiap lembar formulir data ukur detail situasi harus
ditulis nomor lembarnya,
nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang
digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan
keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran.
o Pengukuran penampang melintang sungai
Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan
dengan metode tachymetri yaitu sebagai berikut.
Jarak antarpenampang melintang yang diukur
bergantung pada kegunaan gambar penampang
melintang tersebut.
Teodolit yang digunakan mempunyai ketelitian ≤ 30
detik.
Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi teodolit.
Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval
skala yang benar.
Arah penampang melintang yang diukur diusahakan
tegak lurus alur sungai.
Batas pengambilan detail di areal tepi kiri dan di areal
tepi kanan sungai tergantung pada kegunaan gambar
penampang melintang tersebut.
Detail yang ukur harus dapat mewakili bentuk irisan
melintang alur sungai dan relief areal di tepi kiri serta
di tepi kanan sungai setempat.
Apabila di areal tepi kiri atau di areal tepi kanan
sungai terdapat bangunan permanen seperti halnya
rumah, maka letak batas dan ketinggian lantai rumah
27
tersebut harus diukur, dan diperlakukan sebagai detail
irisan melintang.
Jumlah dan kerapatan letak detail yang diukur harus
dipertimbangkan pula terhadap skala gambar
penampang melintang yang akan dibuat.
Apabila kondisi aliran sungai tidak memungkinkan
untuk menggunakan rambu ukur, maka pengukuran
detail dasar sungai dilakukan dengan cara sounding.
Pelaksanaan sounding dapat dilakukan dengan
menggunakan echo sounder atau dengan peralatan
lainnya.
Ketinggian permukaan air sungai pada tiap
penampang melintang harus diukur pada saat
mengukur penampang melintang .
Setiap detail yang diukur harus dibuat sketsanya, dan
sketsa detail penampang melintang tidak boleh
terbalik antara letak tebing kiri sungai dengan letak
tebing kanan sungai.
Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada
ketiga benang, yaitu benang atas, benang tengah dan
benang bawah.
Setiap lembar formulir data ukur penampang
melintang harus ditulis nomor lembarnya, nama
pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan,
merek dan nomor seri alat yang digunakan, tanggal
dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat
melakukan pengukuran.
selisih antara jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pergi terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pulang dalam tiap seksi harus maksimal 8 √D mm ,
28
dengan pengertian bahwa D adalah panjang seksi
dalam satuan km.
Setiap lembar formulir data ukur waterpas harus ditulis
nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur,
alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan
keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran.
Pengolahan Data
Pengendalian data
o Setiap lembar data ukur dan data hitungan yang telah
disetujui harus diberi paraf di bagian bawah di sebelah
kanan.
o Semua data ukur dan data hitungan harus selalu
diklasifikasikan menurut macamnya, kemudian disusun
secara urut, dan disimpan pada tempat yang aman.
Penghitungan
o Hitungan poligon
Secara umum penghitungan poligon terdiri atas dua tahap,
yaitu tahap pertama adalah penghitungan koordinat
sementara dan tahap yang kedua merupakan penghitungan
koordinat definitif. Sistem proyeksi peta yang digunakan
adalah sistem proyeksi Universal Transfer Mercator (UTM)
Koordinat sementara
- Sudut
· Ratakan sudut-sudut horizontal hasil pengukuran
pada tiap titik poligon utama dan tiap titik poligon
cabang,
· Periksa kesalahan penutup sudut pada setiap
sirkuit, kemudian periksa pula kesalahan penutup
sudut pada seluruh sirkuit,
29
· Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi
UTM, sudut hasil ukuran diberi koreksi kappa (κ)
dan koreksi jurusan horizontal Psy (Ψ).
- Jarak
· Ratakan jarak hasil ukuran pada setiap sisi
poligon utama dan poligon cabang,
· Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi
UTM, jarak hasil ukuran diberi reduksi ke bidang
geoid dan reduksi ke bidang proyeksi.
- Azimut
Jika azimut yang digunakan merupakan azimut
astronomi hasil pengamatan matahari, untuk
membawanya ke bidang proyeksi UTM diberi reduksi
konvergensi meridian.
- Koordinat sementara
· Jumlah sudut-sudut poligon, di hitung kesalahan
penutupnya, lalu berikan koreksi sudut,
· Hitung azimut tiap sisi poligon,
· Hitung dsin α dan dcos α,
· Berikan koreksi fx dan fy,
· Hitung koordinat titik-titik poligon,
- Koordinat definitif
Penghitungan koordinat definitif dilakukan dengan
metode least square (kwadrat terkecil).
Hitungan waterpasing :
Secara umum penghitungan waterpasing terdiri dari
dua tahap, untuk tahap pertama adalah penghitungan
ketinggian sementara, dan tahap keduamerupakan
penghitungan ketinggian definitif.
- Ketinggian sementara :
· Hitung beda tinggi tiap slag.
30
· Periksa hasil pengukuran waterpasing denqan
menselisihkan jumlah beda tinggi hasil
pengukuran pergi terhadap jumlah beda tinggi
hasil pengukuran pulang.
· Apabila jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi
terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pulang tidak memenuhi toleransi yang ditetapkan,
maka periksa beda tinggi tiap slag dari hasil
pengukuran pergi dan beda tinggi tiap slag hasil
pengukuran pulang.
· Apabila beda tinggi salah satu slag hasil
pengukuran pergi dan hasil pengukuran
pulangnya janggal, maka beda tinggi pada slag
tersebut diukur ulang.
· Hitung kesalahan penutup tiap sirkuit.
· Berikan koreksi pada tiap slag.
· Hitung ketinggian patok sementara, patok tetap
bantu, dan patok tetap utama berdasarkan
ketinggian titik ikat yang digunakan.
- Ketinggian definitif :
Penghitungan ketinggian definitif dilakukan dengan
metode least square (kwadrat terkecil).
- Hitungan detail situasi
· Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak
tidak langsung (jarak optis) yang dihitung
berdasarkan fungsi goneometri sudut vertical dan
hasil bacaan rambu ukur,
· Beda tinggi tiap detail terhadap patok dihitung
dengan rumus tachymetri,
· Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan
ketinggian definitif.
31
- Hitungan detail penampang melintang :
· Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak
tidak langsung (jarak optis) yang dihitung
berdasarkan fungsi goneometri sudut vertikal dan
hasil bacaan rambu ukur,
· Beda Tinggi tiap detail terhadap patok dihitung
dengan rumus tachymetri,
· Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan
ketinggian definitif.
Penyajian Hasil
Penggambaran
o Penggambaran dengan cara manual
Peta Situasi
- Penggambaran draf
· Jenis kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah milimeter
kalkir yang factor penyusutan dan pemuaiannya
sangat kecil.
· Skala Peta Penetapan skala peta haruslah
proporsional, misalnya skala 1 : 5000, atau skala
1 : 2000, atau skala 1 : 1000, atau skala 1 : 500.
Pemilihan nilai penyebut skala harus
mempertimbangkan lebar sungai yang dipetakan
dan unsur apa saja yang akan disajikan.
Semakin besar skala peta maka unsur-unsur yang
disajikan di peta semakin mendekati keadaan
sebenarnya. Namun bila skala peta terlalu besar
maka penggunaan peta tersebut menjadi tidak
efisien.
Semakin kecil skala peta maka unsur-unsur yang
disajikan di peta semakin banyak mengalami
32
penyederhanaan bentuk. Bila unsurunsur yang
disajikan di peta banyak mengalami
penyederhanaan bentuk, nilai geometri unsur-
unsur tersebut banyak mengalami kesalahan
·
· Kerangka Peta
Koordinat planimetris dan ketinggian yang
digunakan merupakan koordinat dan ketinggian
yang telah definitif,
Nomor patok tetap utama dan nomor patok tetap
bantu harus ditulis sama dengan nomor patok
tetap tersebut di lapangan,
Ketinggian patok tetap utama dan ketinggian
patok tetap bantu ditulis hingga tiga desimal, dan
titik desimal tersebut harus diletakkan relatif
terhadap angka-angka, contoh : 25.673.
· Detail Situasi
Mistar skala dan busur derajat yang digunakan
harus memiliki interval yang benar,
Bila jumlah detail hasil pengukuran berlebihan,
maka detail yang tidak diperlukan jangan
digambar,
Ketinggian detail cukup ditulis dua desimal, dan
titik decimal tersebut harus diletakkan relatif
terhadap angka-angka, contoh : 72.16
· Penampang Melintang
Setiap penampang melintang sungai yang diukur
harus digambarkan pada peta situasi berupa garis
irisan melintang sungai,
33
Peletakan garis irisan melintang sungai pada peta
situasi berdasarkan koordinat patok yang
dipasang di tepi kiri dan di tepi kanan sungai,
Detail irisan melintang sungai diletakkan
berdasarkan jarak horizontal dari tiap detail
terhadap patok,
Ketinggian masing-masing detail irisan melintang
sungai cukup ditulis dua desimal, dan titik desimal
diletakkan relatif terhadap angka-angka.
· Garis Kontur
Relief palung sungai dan relief areal di sepanjang
tepian sungai ditunjukkan dengan garis kontur,
Garis kontur tidak boleh bersilangan,
Angka-angka nilai garis kontur ditulis tegak lurus
terhadap garis kontur yang bersangkutan,
Nilai interval kontur ditetapkan berdasarkan relief
alur sungai dan relief areal disepanjang tepian
sungai yang dipetakan, misalnya tiap 0,5 m atau
tiap 1 m,
Indek kontur diperlihatkan pada tiap interval 5 m.
- Penggambaran Manuskrip
· Jenis Kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah kalkir yang
faktor penyusutan dan pemuaiannya sangat kecil.
· Ukuran kertas
Ukuran kertas tergantung pada lebar sungai yang
diukur serta skala peta yang dipakai. Ukuran
kertas bisa menggunakan ukuran A1 atau A0.
· Batas muka peta
Garis tepi batas muka peta sebelah dalam
digambar dengan ketebalan 0,3 milimeter,
34
Garis tepi batas muka peta sebelah luar digambar
dengan ketebalan 0,5 milimeter,
Jarak antara garis tepi muka peta sebelah dalam
terhadap garis tepi muka peta sebelah luar
sebesar 3 cm.
· Grid
Grid digambar pada setiap 10 cm,
Panjang grid pada muka peta 10 X 10 mm,
Panjang grid pada garis tepi muka peta sebelah
dalam 5 mm,
Ketebalan grid 0,1 mm,
· Koordinat grid
Koordinat grid ditulis di luar muka peta.
· Pertampalan peta
Pertampalan antar lembar peta dibuat 10 cm.
· Garis kontur
Garis kontur digambar dengan ketebalan 0,1 mm,
Indeks kontur digambar dengan ketebalan 0,3
mm,
Angka-angka garis kontur harus ditulis tegak lurus
terhadap garis kontur yang bersangkutan,
Indeks kontur diperlihatkan pada tiap interval 5 m.
· Nama
Nama sungai, nama desa, nama gunung, bentuk
penggunaan lahan di areal sepanjang tepi kiri dan
tepi kanan sungai harus ditulis,
Semua nama tersebut ditulis dengan huruf cetak,
Nama-nama desa, nama gunung, bentuk
penggunaan lahan sepanjang tepi kiri dan tepi
kanan sungai ditulis.dengan tinggi huruf 3 mm dan
ketebalan huruf 0,3 mm,
35
Ukuran huruf untuk nama sungai dibuat
proporsional dengan lebar sungai,
Arah aliran sungai digambar dengan tanda panah,
Huruf awal dari suku kata tiap nama ditulis dengan
huruf besar,
· Patok Tetap
Nama dan nomor patok tetap yang ditulis pada
peta harus sama dengan nama dan nomor patok
tetap tersebut di lapangan dandalam deskripsinya.
· Arah utara Peta
Arah utara peta dibuat kearah atas dan harus
sejajar dengan garis tepi peta sebelah kiri dan
sebelah kanan,
Indeks arah utara peta diletakkan di bagian paling
atas pada kolom legenda.
· Legenda peta :
Legenda peta adalah macam simbol yang
disajikan sama dengan macam unsur yang
disajikan pada peta.
· Indek skala :
indeks skala dibuat dua macam, yaitu indeks
skala grafis dan indeks skala numeris,
indeks skala diletakkan di kolom legenda bagian
atas, yaitu di bawah indeks arah utara peta.
· Blok judul :
Blok judul diletakkan pada bagian bawah kolom
legenda.
· Titik ikat :
Titik ikat koordinat planimetris dan titik ikat
ketinggian yang digunakan ditulis di atas blok
judul, contoh: titik ikat koordinat planimetris dan
36
titik ikat ketinggian menggunakan patok tetap
BJ.15. Dalam hal ini BJ adalah nama patok tetap
dan 15 adalah nomor patok tetap.
· Waktu pengumpulan data
Waktu pengumpulan data ditulis di atas blok judul,
yaitu di atas tulisan mengenai titik ikat yang
digunakan, contoh : Pengumpulan data dilakukan
dari tanggal 14 Juli 2003 hingga tanggal 10
September 2003.
Penampang melintang
- Penggambaran draf
· Jenis kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah milimeter
kalkir yang factor penyusutan dan pemuaiannya
sangat kecil.
· Skala Peta
Penetapan skala gambar penampang melintang
bergantung pada perkiraan lebar rata-rata dan
perkiraan kedalaman rata-rata tebing sungai yang
diukur, misalnya skala horizontal 1 : 400 dan skala
vertikal 1 : 400 atau skala horizontal 1 : 200 dan
skala vertikal 1 : 200.
· Urutan gambar
Urutan susunan gambar penampang melintang
sungai pada tiap lembarnya disajikan dari atas ke
bawah dimulai dari hilir sungai ke arah hulu.
· Nomor gambar penampang melintang
Nomor dari tiap gambar penampang melintang
harus sama dengan nomor pada patok tiap
penampang melintang yang diukur di lapangan.
· Detail penampang melintang
37
Dalam membaca sketsa data ukur saat
penggambaran detail harus dilakukan dengan
hati-hati, jangan sampai terbalik antara letak tepi
kiri sungai dengan letak tepi kanan sungai.
Jarak tiap detail supaya dibaca dengan mistar
skala yang intervalnya benar.
· Tanggal pengukuran dan ketinggian muka air
sungai
Tanggal pengukuran tiap penampang melintang
dan ketinggian muka air sungai pada saat
dilakukan pengukuran penampang melintang
harus dicantumkan.
· Patok
Patok sementara dan patok tetap yang berada
pada penampang melintang digambar.
· Jarak dan ketinggian detail
Semua angka jarak ditulis dalam dua desimal,
Semua ketinggian detail ditulis dalam dua
desimal, Semua ketinggian patok tetap ditulis
dalam tiga desimal.
- Penggambaran Manuskrip
· Jenis Kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah kalkir yang
faktor penyusutan dan pemuaiannya sangat kecil.
· Ukuran kertas
Ukuran kertas tergantung pada lebarnya
penampang melintang sungai yang diukur serta
skala yang digunakan, Ukuran kertas dapat
menggunakan ukuran A1 atau A0,
38
Garis tepi sebelah dalam digambar dengan
ketebalan 0,3 mm, dan garis tepi sebelah luar
digambar dengan ketebalan 0,5 mm,
Jarak antara garis tepi sebelah dalam terhadap
garis tepi sebelah luar sebesar 3 cm.
· Garis dan angka
Garis kolom tempat penulisan ketinggian detail,
jarak detail, dan referensi ketinggian, digambar
dengan ketebalan 0,2 mm,
Semua angka ditulis dengan tinggi 2 mm dan
ketebalan angka 0,2 mm,
Tinggi semua huruf 3 mm dan ketebalan huruf 0,3
mm,
Garis tegak yang menunjukkan ketinggian detail
dari garis referensi ketinggian digambar dengan
ketebalan 0,1 mm,
Garis yang menghubungkan ketinggian tiap detail
digambar dengan ketebalan 0,3 mm,
· Patok Sementara dan Patok Tetap
Patok sementara dan patok tetap digambar
dengan cara eksagerasi.
· Pemotongan gambar penampang melintang
Apabila penampang melintang yang digambar
terlalu lebarsehingga melebihi ukuran kertas,
maka dilakukan pemotongan gambar. Kemudian
potongan gambar penampang melintang tersebut
diletakkan dibawahnya,
Pemotongan gambar tidak boleh pada palung
sungainya.
· Indeks skala :
39
indeks skala dibuat dua macam, yaitu indeks
skala grafis dan indeks skala numeris,
indeks skala diletakkan diatas blok judul.
· Blok judul :
Blok judul diletakkan di sudut bawah sebelah
kanan tiap lembar gambar.
Penampang memanjang
- Penggambaran draf
· Jenis kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah milimeter
kalkir yang factor penyusutan dan pemuaiannya
sangat kecil.
· Skala
Penetapan skala gambar penampang memanjang
bergantung pada panjang bagian alur sungai yang
dipetakan dan perbedaan ketinggian dasar sungai
yang terdalam pada penampang melintangnya.
Misalnya skala horizontal 1 : 5000 dan skala
vertical 1 : 100, atau skala horizontal 1 : 2000 dan
skala vertikal 1 : 100, atau skala horizontal 1 :
1000 dan skala vertikal 1 : 100, atau skala
horizontal 1 : 500 dan skala vertikal 1:100.
· Arah penggambaran :
Penggambaran penampang memanjang dimulai
dari hilir ke hulu yang pada lembar gambar
disajikan dari kiri ke kanan.
· Nomor detail
Nomor detail penampang memanjang adalah
sama dengan nomor patok penampang melintang.
· Data ketinggian detail penampang memanjang
40
Data ketinggian dasar sungai yang terdalam,
ketinggian bagian paling atas tebing kiri sungai,
ketinggian bagian paling atas tebing kanan
sungai, ketinggian tanggul, dan ketinggian muka
air sungai saat pengukuran diturunkan dari data
penampang melintang.
· Panjang penampang memanjang
Panjang penampang memanjang sama dengan
jumlah jarak antar penampang melintang sungai.
- Penggambaran manuskrip
· Jenis kertas
Jenis kertas yang digunakan adalah kalkir yang
faktor penyusutan dan pemuaiannya sangat kecil.
· Ukuran kertas :
Ukuran kertas bisa menggunakan ukuran A1 atau
A0,
Garis tepi sebelah dalam digambar dengan
ketebalan 0,3 mm,
Garis tepi sebelah luar digambar dengan
ketebalan 0,5 mm,
Jarak antar garis tepi sebelah dalam dengan garis
tepi sebelah luar sebesar 3 cm.
· Garis dan angka :
Garis kolom tempat penulisan ketinggian detail,
jarak detail, dan referensi ketinggian, digambar
dengan ketebalan 0,2 mm,
Jarak antara garis mendatar yang membatasi
ruang penulisan sebesar 1 cm,
Semua angka ditulis dengan ketebalan 0,2 mm,
Semua huruf ditulis dengan ketebalan 0,3 mm,
41
Garis tegak yang menunjukkan ketinggian tiap
detail dari garis referensi ketinggian digambar
dengan ketebalan 0,1 mm,
Garis yang menghubungkan ketinggian titik-titik
detail penampang memanjang digambar dengan
ketebalan 0,3 mm.
· Indeks skala :
indeks skala dibuat dua macam, yaitu indeks
skala grafis dan indeks skala numeris,
indeks skala ini diletakkan di atas blok judul.
· Blok judul :
Blok judul diletakkan di sudut bawah sebelah
kanan dari setiap lembar gambar.
Deskripsi patok tetap
- Semua deskripsi patok tetap harus digambar dengan
rapi dan jelas.
- Tiap lembar deskripsi patok tetap menyajikan
· nama dan nomor patok tetap sesuai dengan nama
dan nomor patok tetap tersebut di lapangan,
tanggal pemasangan patok tetap,
· nama personel serta nama instansi yang
memasang,
· nama desa dan nama kecamatan lokasi
pemasangan patok tetap,
· koordinat dan ketinggian tinggi definitif patok
tetap,
· titik ikat planimetris yang digunakan,
· sistem proyeksi peta yang gunakan, dan
· sketsa letak pemasangan patok tetap.
42
- Sketsa letak pemasangan patok tetap harus rinci, dan
dilengkapi dengan tanda arah utara serta tanda arah
aliran sungai.
- Setiap lembar deskripsi patok tetap harus dilengkapi
foto patok tetap, dan bukan fotokopi fotonya.
- foto tiap-tiap patok tetap harus berwarna, dan
memperlihatkan nama serta nomor patok tetap yang
bersangkutan.
o Penggambaran dengan cara digital
Penggambaran peta situasi, penampang melintang, dan
penampang memanjang sungai sangat dianjurkan dengan
cara digital. Pelaksanaan penggambaran bisa
menggunakan program yang telah tersedia. Adapun kaidah
kartografi yang digunakan mengacu pada uraian ketentuan
mengenai penggambaran manuskrip pada penggambaran
dengan cara manual.
Pengendalian Mutu.
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman
penyusunan spesifikasi teknis pengukuran topografi dan
pemetaan harus memuat :
Ketelitian
o Poligon
Poligon utama
- Kesalahan penutup sudut maksimum 10”√ N , dimana
N banyaknya titik poligon
- Ketelitian azimut 15”.
- Ketelitian linear poligon 1 : 10.000
Poligon cabang
- Kesalahan penutup sudut maksimum 20”√ N , dimana
N = banyaknya titik poligon
- Ketelitian linier poligon 1 : 5.000
43
o Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)
Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 √ D
mm, dimana D = jumlah jarak dalam km.
o Pengukuran situasi detail
- Ketelitian poligon raai untuk sudut 20√ n , dimana n =
banyaknya titik sudut
- Ketelitian linier poligon raai 1 : 1.000
- Ketelitian tinggi poligon Raai 10 cm √D (D dalam km)
o Penggambaran
- Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh
mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titk
kontrol horisontal terdekat
- Titik kontrol posisi horisontal tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 0,3 mm diukur dari garis grid
- Sembilan puluh lima persen (95%) dari bangunan
penting seperti bendung, dan jembatan, saluran dan
sungai tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,6
mm diukur dari garis grid atau titik kontrol horisontal
terdekat. Sisanya 5% (lima persen) tidak boleh
mempunyai kesalahan lebih dari 1,2 mm
- Sembilan puluh persen (90%) dari penarikan garis kontur
tidak boleh menyimpang lebih dari setengah kali interval
kontur yang bersangkutan dari letak sebenarnya yang
diperhitungkan dari titik kontrol horisontal, sisanya 10%
(sepuluh persen) tidak boleh menimpang dari satu kali
interval kontur yang bersangkutan
- Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain,
garis kontur, bangunan, saluran, sungai, harus tepat
tersambung. Batas pergeseran yang diperbolehkan
maksimum 0,3 mm.
44
Pengukuran saluran.
Pengukuran untuk pembuatan saluran irigasi primer dan tersier.
Langkah-langkah kerja sebagai berikut :
Pembuatan patok BM dan CP
Pembuatan koordinat dengan menggunakan GPS dan
Elevasi lokal.
Cek batas pembebasan lahan dan koridor.
Pengukuran long dan cross.
Pengukuran MC0.
Pengukuran menentukan patok as dengan staking out.
Pengukuran menentukan batas area kerja.
Pengukuran menentukan top tanggul dari lapangan, timbun
atau gali.
Pengukuran menentukan galian bottom / penampang basah.
Pengukuran menentukan kemiringan saluran irigasi selupan
1:1, 1:1.5, 1:2 .
Pengukuran beda tinggi untuk menentukan batas selupan
luar.
Cek elevasi timbunan dan galian.
Menentukan titik as bangunan sadap, pembagi, jembatan,
gorong‐gorong dengan cara
staking out, total station.
Melaksanakan pengukuran pada pekerjaan jalan dan jembatan.
Profil memanjang jalan diperlukan untuk membuat trase jalan kereta
api, jalan raya dan saluran air. Dalam pembuatan jalan profil
memanjang dibuat pada sumbu atau as jalan yang akan dibuat. Profil
memanjang dan melintang jalan diperlukan untuk menghitung volume
tanah yang harus digali dan juga diperlukan untuk menghitung
penimbunan (Elias, 1999).
45
Pembuatan penampang jalan termasuk pada survei lapangan
pemeriksaan lapangan dan mempelajari sifat-sifat topografi sering
membantu untuk memperoleh keterangan yang diperlukan tentang
tanah dan kondisi air tanah dalam menentukan program pemeriksaan,
di lapangan dapat mempelajari sifat-sifat yang dapat dilakukan antara
lain: Topografi setempat, Penggalian, Pemotongan,Penggalian batu,
keadaan erosi, dan longsor tanah, ukuran, kedudukan, air sumur dan
aliran debit dan drainase (Forsblad, 1989).
Dalam pembuatan penampang memanjang jalan diperlukan
penggalian dan penimbunan. Galian-galian seperti sumur dan alur
diberi tanda dengan rambu-rambu. Ini disusun dari 2 piket atau lebih
yang di bagian atasnya dipasang sepotong papan horizontal. Bagian
atas papan tersebut ditetapkan dengan cermat terhadap permukaan
tanah atau bagain atas tengah jalan, tergantung situasi setempat.
Penempatan rambu-rambu hendaknya diatur sedemikian rupa,
sehingga semua itu saat berlangsungnya penggalian tidak
menimbulkan getaran.
Suatu penampang melintang tertentu dapat menentukan tingkat
pelayanan dimana keamanan menjadi pertimbangan utama.
Pengetahuan tentang hal-hal ini belum lengkap sehingga tidak
diketahui sampai sejauh mana unsur-unsur tersebut serta interaksinya
berpengaruh terhadap kecelakaan. Profil memanjang dan melintang
jalan diperlukan untuk menghitung volume tanah yang harus digali
dan juga diperlukan untuk menghitung penimbunan.
Pembuatan penampang memanjang jalan dibuat setelah titik A – B
bisa dihubungkan. Titik-titik profil pada pembuatan trase jalan A – B
dipindahkan pada kertas mm. Skala vertikal merupakan ketinggian
tempat (m dpl), dengan skala peta 1 : 2000. Galian harus rasional,
dengan menggali lebih baik daripada menimbun. Dari segi mekanika
tanah, tanah timbunan lebih labil. Suatu permukaan tanah yang miring
dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal dan tidak dilindungi,
46
kita namakan sebagai talud tak tertahankan. Talud ini dapat menjadi
secara alamiah atau buatan (Elias, 1999).
Penampang memanjang jalan diperlukan untuk membuat trase jalan
kereta api, jalan raya, sungai, saluran irigasi (saluran air) misalnya
irisan tegak penampang memanjang yang mengikuti sumbu rute.
Penampang merupakan gambaran irisan tegak. Bila pada peta
tofografi bisa dilihat bentuk proyek tegak model bangunan, maka pada
gambar penampang bisa dilihat moel potongan tegak bangunan
dalam arah memanjang ataupun melintang tegak llurus arah potongan
memanjang (Forsblad, 1989).
Pada masa lalu, kemiringan yang besar masih merupakan standar
bagi beberapa perencanaan jalan raya karena tidak terlalu banyak
melobatkan pekerjaan tanah. Tetapi, pada tahun-tahun terakhir
kemiringan biasanya diperdatar lagi agar pengoperasian kenderaan
dapat lebih aman, memungkinkan penanaman pohon serta
mengurangi erosi dimana kestabilan merupakan hal yang pokok dan
untuk mengurangi biaya perawatan. Kemiringan yang curam pad
timbunan badan jalan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan yang
serius. Kemiringan timbunan yang datar memmiliki keuntungan yang
lain yaitu dapat dilihat dari tiap kenderaan sehingga jalan akan
nampak lebih aman untuk dilalui (Purwardjo, 1986).
Galian-galian seperti sumur-sumur dan alur-alur kita berikan tanda
dengan rambu-rambu. Rambu-rambu ini disusun dari dua buah piket
atau lebih yang dibagian atasnya dipasang sepotong papan
horizontal. Bagian atas papan ini ditetapkan dengan cermat terhadap
HAP. Permukaan tanah atau bagian atas tengah jalan tergantung dari
situasi setempat. Setidak-tidaknya kita pasangkan pada semua titik
dari galian sebuah rambu dan demikian pula untuk alur-alur dengan
jarak masing-masing maksimal sekitar 20 m. Penempatan rambu-
rambu hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kesemua itu
47