The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ebook ini berisikan materi tentang konseling populasi khusus

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Zeva izzat Salma, 2020-10-24 02:45:17

Konseling Populasi Khusus

Ebook ini berisikan materi tentang konseling populasi khusus

Keywords: #konseling #populasi #khusus

1

DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................... 4
KAJIAN TENTANG KLIEN BERBAKAT DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS ........... 4

A. Pengertian Berbakat dan Anak Berkebutuhan Khusus ......................................... 5
B. Jenis Keberbakatan dan Anak Berkebutuhan Khusus........................................... 6
C. Karakteristik Klien Berbakat dan Berkebutuhan Khusus ..................................... 9
D. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................... 13
E. Layanan BK Yang Tepat Bagi Klien Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus ....... 15
F. Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus .............. 19
BAB II................................................................................................................................ 24
KAJIAN TENTANG KLIEN PECANDU........................................................................ 24
A. Pengertian pecandu narkoba dan dampak menjadi pecandu .............................. 25
B. Jenis Pecandu Yang Ada di Lingkungan Masyarakat .......................................... 26
C. Jenis jenis Pecandu Narkoba ................................................................................. 31
D. Karakteristik Klien Pecandu Narkoba .................................................................. 32
E. Karakteristik Klien Korban Narkoba ................................................................... 33
F. Layanan BK yang Tepat Bagi Klien Pecandu ....................................................... 34
BAB III .............................................................................................................................. 39
KAJIAN TENTANG KLIEN PEREMPUAN, ANAK DAN MANULA ......................... 40
A. Pengertian Perempuan, Anak, Dan Manula ......................................................... 40
B. Hal Negatif Yang Dapat Terjadi Pada Perempuan, Anak, Dan Manula ............. 43
C. Karakteristik Klien Perempuan, Anak, Dan Manula ........................................... 51
D. Layanan Bk Yang Tepat Bagi Klien Perempuan, Anak, Dan Manula................. 53

2

BAB IV .............................................................................................................................. 59
KAJIAN TENTANG PASIEN HIV-AIDS DAN PASIEN DENGAN PENYAKIT
KRONIS ............................................................................................................................ 59

A. Pengertian HIV/AIDS ............................................................................................ 60
B. Tanda-Tanda Dan Gejala....................................................................................... 60
C. Faktor Risiko .......................................................................................................... 62
D. Komplikasi .............................................................................................................. 63
BAB V................................................................................................................................ 68
KAJIAN TENTANG KLIEN LGBT................................................................................ 68
A. Pengertian LGBT ................................................................................................... 69
B. Dampak yang muncul pada LGBT........................................................................ 71
C. Karakteristik Klien LGBT..................................................................................... 72
D. Layanan BK Yang Tepat Bagi LGBT ................................................................... 74
BAB VI .............................................................................................................................. 76
KAJIAN TENTANG KLIEN PEREMPUAN, ANAK DAN MANULA ......................... 76
A. Pengertian Korban Kekerasan Dan Penyintas Bencana....................................... 77
B. Dampak Yang Muncul Pada Klien Korban Kekerasan dan Penyintas Bencana 78
C. Karakteristik Klien Korban Kekerasan ................................................................ 79
D. Layanan BK yang tepat bagi klien korban kekerasan dan penyintas bencana. .. 85
E. Menangani Trauma ................................................................................................ 86
F. Rancangan Progam Pemulihan Trauma ............................................................... 87
BAB VII............................................................................................................................. 92
KAJIAN TENTANG KLIEN PENGHUNI LAPAS DAN PANTI SOSIAL ................... 92
A. PENGERTIAN LAPAS DAN PANTI SOSIAL .................................................... 93
B. DAMPAK YANG MUNCUL PADA KLIEN PENGHUNI LAPAS DAN PANTI
SOSIAL.......................................................................................................................... 98
C. KARAKTERISTIK KLIEN PENGHUNI LAPAS DAN PANTI SOSIAL .......... 99
D. LAYANAN BK YANG TEPAT BAGI PENGHUNI LAPAS DAN PANTI
SOSIAL........................................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 101

3

BAB I

KAJIAN TENTANG KLIEN BERBAKAT DAN
BERKEBUTUHAN KHUSUS

4

A. Pengertian Berbakat dan Anak Berkebutuhan Khusus
1. Berbakat

Renzuli (dalam Moh. Sholeh Y.A. Ichrom, 1988) mendefenisikan anak berbakat
sebagai berikut: ”Gifted merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang
menyatu, ikatan terdiri dari kemampuan yang umum yang tingkatnya di atas kemampuan
rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas,dan kreativitas yang tinggi. Anak
gifted dan talented adalah anak yang memiliki atau cakap mengembangkan gabungan
ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai”.

Sedangkan menurut Marland (dalam Moh. Sholeh Y.A. Ichrom, 1988), bahwa
anak yang berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh para ahli yang memiliki
potensi dan prestasi yang unggul, anak-anak ini memerlukan program layanan
pendidikan yang berbeda dengan yang dilaksanakan di sekolah regular agar mereka
dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakatnya.

Jadi yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun berupa khusus. (Conny
Seniawan, 1987) Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat
umum, misalnya bakat intelektual secara umum. Sedangkan bakat khusus apabila
kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat khusus, misalnya bakat akademik,
sosial, dan seni kinestetik. Bakat khusus ini biasanya disebut dengan talent, sedangkan
bakat umum (intelektual) sering disebut dengan istilah gifted. Oleh karena itu, anak yang
memiliki bakat khusus menonjol sering disebut dengan istilah talented children,
sedangkan anak yang memiliki bakat intelektual menonjol sering disebut dengan istilah
gifted children.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena

5

karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya
bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille
(tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa
tubuh).

Gearheart (1981) mendefinisikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai anak
yang memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal, dan
untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas, dan materi
khusus. Adapun Turner & Hamner (1990) mengungkapkan bahwa anak yang luar biasa
(exceptional child) adalah mereka yang berbeda dalam beberapa hal dari anak-anak pada
umumnya. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki kebutuhan yang unik yang
berbeda dengan kebanyakan anak yang lain untuk dapat mengembangkan kemampuan
mereka sampai pada potensial yang penuh dari masing-masing anak ini, sehingga mereka
disebut memiliki kebutuhan khusus. Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah anak
yang memiliki masalah khusus berhubungan dengan gangguan emosional, gangguan
fisik, gangguan sensorik, learning disabilities, retardasi mental, dan juga anak berbakat.

Jadi anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik
khusus terkait dengan kondisi psikis dan fisiknya sehingga membutuhkan materi atau
praktik instruksional yang sesuai agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

B. Jenis Keberbakatan dan Anak Berkebutuhan Khusus
3. Jenis-jenis Keberbakatan

Menurut Martison (Munandar, 1982)), keberbakatan meliputi: kemampuan
intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif dan
produktif, kemampuan dalam bidang seni, dan kemampuan psikomotor Bila mengacu
pada Howard Gardner (2003), maka keberbakatan meliputi:

a. Kecerdasan Linguistik (Bahasa)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan

bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang
berbeda untuk mengekspesikan gagasan/pemikirannya. Anak-anak dengan kecerdasan
linguistik yang tinggi biasanya sudah bisa dikenali sejak kecil (usia di bawah 4 tahun),
misalnya berbicara seperti orang dewasa, tertarik pada buku, mudah mengenali simbol
berupa kata-kata (misalnya Honda, Surya, Kijang, dsb), menguasai banyak kata-kata.

6

Dalam perkembangan berikutnya, anak-anak ini menyenangi kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan bahasa, seperti: membaca, menulis karangan, menulis
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dsb. Anak-anak ini juga cenderung memiliki daya
ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, atau hal-hal
yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara
mendengarkan dan verbalisasi. Umumnya mereka juga memiliki kemampuan yang
lebih tinggi Daripada anak lain dalam menguasai bahasa baru.

b. Kecerdasan logika-matematika
Kecerdasan ini mencakup kemampuan seseorang dalam berpikir induktif dan

deduktif (pola berpikir ilmiah), berpikir menggunakan aturan logika, memahami dan
menganalisis pola angka-angka dan penghitungan. Anak-anak dengan kecerdasan
logika-matematika tinggi cenderung menyukai kegiatan menganalisis dan
mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu, menyusun hipotesis, membuat
kategorisasi dan klasifikasi terhadap hal-hal yang dihadapinya. Mereka cenderung
menyukai kegiatan berhitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian) dan
memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika. Mereka juga
sangat menyukai permainan yang banyak menuntut kegiatan berpikir aktif, misalnya
bermain catur, teka-teki. Selain berdasarkan tes IQ, kecerdasan logika matematika
pada anak bisa diamati dari aktivitas sehari-hari anak, misalnya: saat bermain balok,
anak senang membuat bentuk bangunan menara, jembatan; tertarik dengan bentuk dan
bangun geometri, senang mendengar cerita yang berhubungan dengan angka dan
hitungan.

c. Kecerdasan ruang (visual-spatial)
Kecerdasan ruang adalah kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih

mendalam hubungan antara objek dengan ruang. Disebut juga kecerdasan imajinasi.
Anak-anak dengan kecerdasan ruang yang tinggi memiliki kemampuan, misalnya
menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga
dimensi (seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi arsitek suatu bangunan),
serta memiliki kemampuan menggambarkan apa yang mereka lihat secara akurat dan
penuh ketelitian. Bila diamati dalam keseharian, kita akan bisa melihat bahwa anak-
anak yang cerdas visual-spatial ini senang dengan kegiatan menggambar dan melukis,
bermain lilin/malam, puzzle, melihat-lihat peta atau foto, mencari jejak/petak umpet.

7

d. Kecerdasan musik
Adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal di

sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Anak-anak dengan
kecerdasan musik tinggi cenderung sangat menyukai mendengarkan nada dan irama
yang indah (bisa melalui lagu/irama yang disenandungkan/diciptakan sendiri, kaset,
radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik yang dimainkan sendiri), mudah
mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan
musik. Menurut Gardner, kecerdasan musik merupakan kecerdasan yang pertama kali
berkembang dalam diri seorang anak. Sebelum dilahirkan, seorang bayi sudah
memiliki kesadaran akan lingkungannya melalui pendengarannya, seperti denyut
jantung dan suara ibu serta suara dari luar yang disaring melalui rahim ibu. Penelitian
membuktikan bahwa memperdengarkan musik klasik ciptaan Mozart sejak janin
dapat meningkatkan IQ anak.

e. Kecerdasan gerakan badan
Kecerdasan badan adalah kemampuan seseorang untuk secara aktif

menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan berbagai masalah. Contohnya adalah pada anak yang unggul dalam
salah satu cabang olahraga, pandai menari, bermain sulap, atau bermain akrobat Pada
anak-anak, kecerdasan ini bisa diamati misalnya: dengan mudah melemparkan bola
secara terarah pada jarak sekitar 1 meter, suka naik turun tangga, bisa
memakai/melepas pakaian sendiri, dsb.

f. Kecerdasan naturalis (Kecerdasan lingkungan)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap

lingkungan alam dan kemampuan untuk memahami serta menghargai dampak
perbuatan terhadap alam.Orang dengan kecerdasan ini cenderung senang berada di
lingkungan alam terbuka, suka mengobservasi lingkungan alam, misalnya bebatuan,
flora dan fauna, laut, gunung, benda-benda angkasa. Hal ini bisa diamati sejak usia
anak-anak.

8

g. Kecerdasan antar pribadi
Yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan, temperamen,

keinginan, mood, dan tujuan orang lain, serta memberikan respons yang sesuai.
Kecerdasan ini seringkali disebut kecerdasan sosial.Dengan kecerdasan antar pribadi
yang tinggi, seseorang cenderung mudah memahami dan berinteraksi dengan orang
lain, sehingga mudah pula bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Juga
mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan orang lain, memimpin,
mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati dari
orang/teman lain. Pada anak-anak bisa dilihat, misalnya tidak pemalu, mudah
berteman, memiliki rasa ingin tahu yang dalam terhadap orang lain, mau berbagi
makanan/mainan dengan temannya, mau menunggu giliran saat bermain.

h. Kecerdasan intra pribadi (Cerdas diri)
Adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap dirinya sendiri,

mengenali/memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, dan
bertanggung jawab atas hidup pribadinya. Orang dengan kecerdasan intra pribadi
yang tinggi senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kelemahannya lalu
memperbaiki diri, percaya diri, dan mandiri. Anak yang cerdas diri biasanya
menyadari perasaannya, bisa memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan, mampu
belajar secara mandiri.

C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Adapun penjelasan mengenai individu khusus dikutip dari buku Psikologi Luar

Biasa karya Sutjihati Somantri pada tahun 2006 sebagai berikut:

a. Tunanetra
Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan lebih

akrab disebut tuna netra. Pengertian tuna netra tidak saja bagi mereka yang buta,
tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama dalam belajar. Jadi,
anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, low vision,
atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tuna netra. Anak-anak dengan gangguan
penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut.

a) Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
b) Terjadi kekurangan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.

9

c) Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
d) Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

b. Tunarungu
Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami gangguan

pendengaran, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Gangguan ini dapat
terjadi sejak lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah kelahiran. Andreas
Dwijoyo Sumarto mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu
mendengar suara dikatakan tuna rungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka
yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga
pendengaran tidak berfungsi lagi. Adapun kurang dengar adalah mereka yang indra
pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar,
baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

c. Tuna Grahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan

mental yang berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini
adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai IQ di
bawah normal dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Sebagaimana halnya anak
tunarungu, tunagrahita juga dapat dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang,
dan berat. Meskipun yang menonjol dalam hal ini adalah kemampuan mental yang di
bawah normal, namun kondisi ini berpengaruh pada kemampuan lainnya, seperti
kemampuan untuk bersosialisasi dan menolong diri sendiri.

Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa
asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental
deviciency, mental defective, dan lain-lain.

Untuk memahami anak tuna grahita atau terbelakang mental, ada baiknya
memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA). Mental Age adalah kemampuan
mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Sebagai contoh, anak yang
mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan yang sepadan dengan

10

kemampuan anak usia enam tahun pada umumnya. Artinya, anak yang berumur enam
tahun akan memiliki MA enam tahun.

Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (Cronolgy Age),
maka anak tersebut memiliki kemampuan mental atau kecerdasan di atas rata-rata.
Sebaliknya, jika MA seorang anak lebih rendah daripada umurnya, maka anak
tersebut memiliki kemampuan kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tuna grahita selalu
memiliki MA yang lebih rendah daripada CA secara jelas. Oleh karena itu, MA yang
sedikit saja kurangnya dari CA tidak termasuk tuna grahita. MA dipandang sebagai
indeks dari perkembangan kognitif seorang anak.

d. Tuna Daksa
Tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat

gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Tunadaksa sering juga diartikan sebagai
suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau
gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk
mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.

Istilah ini juga mencakup gangguan fisik dan kesehatan yang dialami oleh
anak sehingga fungsi yang harus dijalani sebagai anak normal, seperti koordinasi,
mobilitas, komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi, secara signifikan terganggu.
Oleh karena itu, ke dalam kelompok ini juga dapat dimasukkan anak-anak yang
menderita penyakit epilepsy (ayan), cerebral palsy, kelainan tulang belakang,
gangguan pada tulang dan otot, serta yang mengalami amputasi.

e. Tuna Laras
Anak tuna laras sering juga disebut anak tuna sosial karena tingkah laku anak

ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang
berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain. Dengan kata lain,
tingkah lakunya menyusahkan lingkungan.

Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang mengalami
gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul pada anak-anak
ini berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya mencabik-
cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka menyerang teman (agresif) atau

11

bentuk penyimpangan perilaku yang lain. Termasuk juga dalam kelompok ini adalah
anak-anak penderita autistik, yaitu anak-anak yang menunjukkan perilaku
menyimpang yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting benda-benda
di sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar. Di samping autistik atau autism,
dalam kelompok ini juga termasuk attention deficit disorder (ADD) dan attention
deficit hyperactive disorder (ADHD).

f. Tunaganda
Sesuai dengan makna istilah tunaganda, kelompok penyandang kelainan jenis

ini adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya,
penyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai
tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita sekaligus.

g. Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan

belajar bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya
mempunyai tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi
yang seharusnya karena mendapat kesulitan belajar.

h. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication

disorder, merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan
berkomunikasi memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Jika
kemampuan ini terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu pula. Secara
garis besar, gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu gangguan
bicara (karena kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa (speech disorder dan
language disorder). Gangguan bicara yang sering disebut sebagai tunawicara dapat
disebabkan oleh gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau kerusakan organ
bicara, misalnya lidah yang terlampau pendek sehingga anak tidak dapat
memproduksi bunyi secara sempurna. Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir
cenderung menjurus kepada gangguan bicara karena yangbersangkutan tidak pernah
mendengar suara sehingga tidak mengenal suara. Sebagai akibatnya, anak tidak
pernah punya persepsi tentang suara.

12

D. Karakteristik Klien Berbakat dan Berkebutuhan Khusus
1. Karakteristik Anak Berbakat
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang

membedakannya dengan anak-anak normal. Berikut adalah beberapa karakteristik yang
paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat. Namun demikian perlu dicatat
bahwa tidak semua anak berbakat (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki semua
karakteristik seperti ini. Utami Munandar (2002), menggambarkan karakteristik anak
berbakat dalam bentuk kreativitas, yaitu:
1. Anak berbakat mempunyai rasa ingin tahu yang besar, memiliki minat yang luas, dan

menyukai kegemaran dan aktivitas kreatif,
2. Anak berbakat biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih

berani mengambil risiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada
umumnya, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting
dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang lain.
3. Mereka tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka
walaupun mungkin tidak disetujui orang lain.
4. Mereka juga mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat suatu masalah dari
berbagai sudut tinjau dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep
atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan, yang kemudian terwujud menjadi
karya seni, sastra atau penemuan-penemuan baru.
5. Idealisme, kecenderungan untuk melakukan refleksi, merenungkan peran dan tujuan
hidup, serta makna atau arti keberadaan mereka.
6. Anak berbakat lebih cepat menunjukkan perhatian untuk masalah orang dewasa,
seperti politik, ekonomi, polusi, kriminalitas, dan masalah lain yang dapat mereka
amati di dalam masyarakat.
7. Minat untuk seni dan keindahan juga lebih kuat daripada rata-rata anak lainnya.
Walaupun tidak semua orang berbakat dapat menjadi seniman, tetapi mereka
mempunyai minat yang cukup besar terhadap seni, sastra, musik dan olahraga.

13

Dalam Teori Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan-kawan (1981)
menyatakan bahwa ada tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan)
keberbakatan, yaitu; keterkaitan antara kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas di
atas rata-rata, dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment cukup tinggi).
Desmita lebih lanjut menguraikan, bahwa anak berbakat biasanya memiliki karakter
positif yakni:

a. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
b. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
c. Kaya inisiatif
d. Mempunyai minat yang luas
e. Mempunyai kebebasan dalam berpikir
f. Biasanya memiliki tingkat inteligensi yang tinggi
g. Bersifat ingin tahu
h. Selalu ingin mendapatkan pengalaman baru
i. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat
j. Kritis, baik pada diri sendiri maupun orang lain
k. Penuh semangat
l. Berani mengambil resiko
m. Berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan.

Selain karakter positif yang dimiliki oleh anak berbakat, mereka juga memiliki
karater negatif, antaranya yaitu:

1. Prestasi dan minat pada satu pelajaran sangat tinggi namun pada pelajaran tertentu
sangat rendah

2. Mudah bosan
3. Cenderung perfectionist dan idealis
4. Memiliki kepekaan tinggi sehingga mudah tersinggung
5. Bekerja kurang konstruktif dalam kelompok karena cenderung individual
6. Mengalami kesulitan dalam hubungannya dengan teman sebaya.

Dalam Departemen Pendidikan Nasional juga dijelaskan mengenai karakteristik
negatif yang dimiliki anak berbakat, yaitu di antaranya adalah bersifat tidak kooperatif,

14

menuntut, egosentris, kurang sopan, acuh tak acuh terhadap peraturan, keras kepala,
emosional, menarik diri.

E. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak sekali mendapat perhatian

menurut Kauffman dan Hallahan (2005), antara lain :

1. Tunagrahita (Mental Retardation)
Ciri-ciri menurut (Lynn, 2009) sebagai berikut : gangguan kognitif, lambatnya
keterampilan mengungkapkan dan menangkap bahasa, gagal melewati tahap
perkembangan yang penting, lingkar kepala diatas atau dibawah normal,
kemungkinan keterlambatan pertumbuhan, kemungkinan tonus otot abnormal,
kemungkinan gambaran dismorfik, keterlambatan perkembangan motorik halus dan
kasar.

Gejala Tunagrahita

Bila ditinjau dari gejalanya, dapat dibagi dalam (Muttaqin, 2008) yaitu :

a. Tipe Klinik, biasanya mudah dideteksi sejak dini, mempunyai penyebab organik
dan kelainan fisikmaupun mental yang diderita cukup berat. Kebanyakan anak-
anak memerlukan perawatan secara terus-menerus

b. Tipe Sosio-budaya, biasanya baru diketahui setelah anak mencapai usia sekolah.
Penampilannya seperti anak normal, diagnosis RM baru ditegakkan setelah anak
masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Tipe anak ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi ringan.

2. Anak Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder/Anak dengan Hendaya
Perilaku Menyimpang)

Anak tunalaras adalah anak dengan hambatan emosional atau kelainan
perilaku, apabila ia menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen (Bower,
1981 dalam Delphie, 2006) antara lain :

a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau
kesehatan

b. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-
guru.

15

c. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d. Secara umum, mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan

atau depresi.
e. Bertendensi kearah symptoms fisik seperti : merasa sakit atau ketakutan berkaitan

dengan orang atau permasalahan disekolah.

3. Anak Tunarungu Wicara (Anak dengan Hendaya Pendengaran dan Bicara)

Tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran/bicara.

a. Anak Tunanetra (Anak dengan Hendaya Penglihatan)
Anak yang mengalami hambatan penglihatan atau tunanetra atau anak dengan
hendaya penglihatan, perkembangannya berbeda dengan anak-anak berkebutuhan
khusus lainnya, tidak hanya dari sisi penglihatan tetapi juga dari hal lain. Mengenai
perkembangan kognitif anak dengan hendaya penglihatan, terdapat tiga hal yang
berpengaruh buruk terhadap perkembangan kognitifnya (Lowenfeld, 1948 dalam
Delphie, 2006), antara lain :
1) Jarak dan beragamnya pengalaman yang dimiliki oleh anak dengan hendaya
penglihatan
2) Kemampuan yang telah diperoleh akan berkurang dan akan berpengaruh
terhadap pengalamannya terhadap lingkungan
3) Anak dengan hendaya penglihatan tidak memiliki kendali yang sama terhadap
lingkungan dan diri sendiri, seperti hal yang dilakukan oleh anak dewasa.

Dalam perkembangan sosialnya, anak dengan hendaya penglihatan melakukan
interkasi terhadap lingkungan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya.
Tidak ada kontak mata dan kurang ekspresi sehingga interaksi kurang menarik bagi
lawannya (Lewis, 2003 dalam Delphie, 2006).

4. Anak Autistik (Autistic child)
Autism syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada

ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejal
penyandang autism (delay & Deinaker, 1952, Marholin & Philips, 1976 dalam
Delphie, 2006) antara lain :
a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh,

muka pucat dan mata sayu selalu mandang kebawah

16

b. Selalu diam sepanjang waktu
c. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton
d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, serta tidak menyenangi

disekelilingnya
e. Tidak tampak ceria
f. Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang disukainya.

Misalnya boneka.

5. Anak Tunadaksa (Physical Disability)

Anak tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami
gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan
saraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang
atau adanya luka pada sistem saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya
cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya.

6. Anak Tunaganda
Satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak,

bahasa, atau hubungan-pribadi dimasyarakat. Delphie (2006), mengutip hukum di
Amerika berdasarkan PL. (Title II. Ps. 124, Tahun 1975), tentang kelainan
perkembangan secara ganda. Kelainan tersebut antara lain :
a. Mereka yang dikelompokkan kedalam kelainan ganda antara tunagrahita, cerebral

palsy, epilepsy atau autism.
b. Mereka yang termasuk mempunyai kondisi lain yang bertendensi kearah kelainan

tunagrahita dengan kondisi-kondisi kelainan fungsi secara menyeluruh.
c. Mereka yang mempunyai dyslexia disebabkan oleh kelainan hambatan seperti

cerebral palsy, epilepsy, atau autism.
d. Sebelum mereka berumur 18 tahun
e. Kelainannya terjadi secara terus-menerus atau kelainannya bertendensi kearah

yang berkelanjutan.
f. Kelainan ganda ini merupakan kelainan substansi kemampuan seseorang untuk

berfungsi secara normal dalam masyarakat.

17

Menurut Mulyono (Ahli anak) ia menyatakan bahwa Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) adalah seorang anak yang masuk dan tergolong cacat atau
menyandang ketunaan. Terdapat beberapa tingkatan mengenai Anak Berkebutuhan
Khusus, yaitu:
1) Sulit berkomunikasi
2) Kesulitan belajar
3) Kelainan fisik
4) Bersikap membangkang
5) Emosional
6) Sulit menulis atau membaca
7) Tidak mengerti arah
8) Bersikap sesuai dengan kebiasaan
9) Senang meniru atau membeo (echolalia)
10) Berbicara tanpa henti
11) Bertindak gugup
12) Iri pada orang lain
13) Sensitifitas tinggi
14) Triggered tanpa alasan (marah, menangis, tertawa)
15) Introvert
16) Berprasangka
17) Melukai diri sendiri

18

F. Layanan BK Yang Tepat Bagi Klien Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus
1. Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berbakat
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan

sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan
dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan "prestasi"
seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.

Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem
konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang
menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan
belajar untuk berprestasi.

Dengan adanya Pelayanan Bimbingan dan Konseling yaitu merupakan usaha
membantu siswa dalam mengembangkan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
memfasilitasi pengembangan diri salah satunya adalah bakat seseorang, jadi Pelayanan
ini juga bertujuan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi siswa.

Adapun Straregi untuk kebutuhan konseling akademis meliputi:

1) Pemberian informasi tentang hasil tes dan asesmen, menerapkan bidang subyek
akademis dalam kehidupan nyata, mengarahkan hubungan mentor yang bermakna
untuk kebutuhan kognitif/akademis dan efektif anak berbakat, dan memberikan
informasi tentang pilihan program dan mata ajaran.

2) Untuk kebutuhan konseling karier meliputi beberapa topik kunci untuk
didiskusikan, dan kegiatan yang membntu siswa merencanakan karir. Karakteristik
anak berbakat dan kondisi lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan rumah, sekolah
dan masyarkat yang menghambat ungkapan kretif mengakibatkan berbagai
ketegangan pada anak berbakat yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan
dalam belajar dan prilaku bermasalah.

G. Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan

tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan konseli, dan secara langsung
berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh

19

konseli itu. Berbagai jenis pelayanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap konseli.

Ada sejumlah layanan bimbingan dan konseling yang bisa diterapkan bagi anak
berkebutuhan khusus untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang sedang
dihadapinya, yaitu sebagai berikut:

1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak

berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya dapat memahami dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah, untuk mempermudah
atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Materi
pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran
baru.

2. Layanan Informasi
Menurut Winkel dalam buku Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan

seperti dikutip Tohirin menyatakan bahwa, layanan informasi merupakan suatu
layanan yang berupa memengaruhi kekurangan individu akan informasi yang
mereka perlukan. Selain itu layanan informasi juga untuk membantu anak
berkebutuhan khusus menerima dan memahami informasi sebagai pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Ketika memberikan layanan informasi harus
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi anak berkebutuhan khusus. Layanan
informasi bertujuan agar konseli mengetahui menguasai informasi yang selanjutnya
dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya.

Jenis-jenis informasi yang menjadi isi layanan itu disesuaikan dengan
kebutuhan konseli. Layanan ini diberikan untuk anak berkebutuhan khusus agar
anak tersebut mampu menerima dan memahami informasi sebagai pertimbangan
dirinya dalam mengambil keputusan agar memiliki bekal untuk kehidupannya di
masa yang akan datang sesuai dengan kemampuan dan kondisi anak berkebutuhan
khusus tersebut.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran adalah suatu kegiatan bimbingan yang

dilakukan untuk membantu anak atau kelompok yang mengalami ketidak sesuaian

20

antara potensi dengan usaha pengembangan, dan penempatan anak berkebutuhan
khusus pada lingkungan yang cocok bagi dirinya serta pemberian kesempatan
kepada anak untuk berkembang secara optimal.

Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang
memungkinkan anak berkebutuhan khusus memperoleh penempatan dan penyaluran
yang tepat. Layanan penempatan berkaitan dengan kemampuan bakat dan minat.
Layanan ini bertujuan agar anak berkebutuhan khusus memperoleh tempat yang
sesuai guna mengembangkan potensi dirinya. Tempat yang dimakhsud adalah
kondisi lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan
perkembangan anak berkebutuhan khusus.

4. Layanan Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar yaitu layanan yang memungkinkan anak

berkebutuhan khusus mengembangkan diri dalam sikap dan kebiasaan belajar yang
baik sehingga dapat mengatasi hambatan dalam belajarnya. Layanan ini diberikan
agar anak berkebutuhan khusus menguasai kemampuan dan kompetensi tertentu
melalui kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan khususnya. Layanan bimbingan
belajar dimakhsudkan agar memungkinkan siswa untuk memahami dan
mengembangkan sikap belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang
cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tutuntan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Layanan bimbingan belajar
dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Pengenalan peserta didik yang mengalami masalah
b. Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar
c. Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.

Layanan ini bagus untuk diberikan kepada anak berkebutuhan khusus karena
dengan layanan ini mereka mampu belajar dan memeroleh penyesuaian diri yang baik
sehingga mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal.

21

5. Layanan Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi

dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau profesi tertentu serta membekali diri
supaya anak siap memangku profesi tersebut, dan dalam menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.

Dalam kegiatan bimbingan karier, sekolah menyusun program yang sistematis,
melaksanakan proses, teknik, atau layanan yang dimakhsud untuk membantu anak
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.
6. Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan yaitu layanan yang memungkinkan anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan langsung secara tatap muka. Layanan
ini untuk membantu konseli mengentaskan masalah yang dialaminya. Pembahasan
masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam serta
menyentuh hal-hal penting tentang diri konseli, tetapi juga bersifat spesifik menuju
arah pemecahan masalahnya.Bagi anak-anak berkebutuhan khusus tentu memiliki
kesulitan dalam berkomunikasi atau dalam kegiatan tatap muka, maka perlu
diupayakan dengan memilih strategi dan penyesuaian cara yang sebaikbaiknya
dalam berkomunikasi dan dalam melaksanakan konseling perseorangan Tujuan
layanan konseling perorangan adalah agar konseli memahami keadaan dirinya
sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan
dirinya sehingga konseli mampu mengatasi masalahnya.
7. Layanan Mediasi

Layanan mediasi dilaksanakan oleh pembimbing konselor terhadap dua pihak
atau lebih yang sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan atau tidak
harmonis. Layanan mediasi ini bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang
positif dan kondusif di antara pihak-pihak yang berselisih atau ada ketidakcocokan.
Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru
dalam hubungan antara pihakpihak yang bermasalah. Secara umum, layanan
mediasi bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif
diantara para konseli atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan.

22

Dengan kata lain agar tercapai hubungan yang possitif dan kondusif diantara
peserta didik yang memiliki masalah satu dan lainnya. Layanan yang disuguhkan
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut dapat diterapkan dengan
melihat klien yang sedang dihadapi, sesuai dengan problem yang dihadapi klien
sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat berjalan lancar, efektif, dan
efisien sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri.

23

BAB II

KAJIAN TENTANG KLIEN PECANDU

24

A Pengertian pecandu narkoba dan dampak menjadi pecandu
Pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah mengalami

ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lain
(narkoba), baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan atau kecanduan narkoba
adalah dorongan untuk menggunakan dan mengkonsumsi narkoba terus menerus, dan
apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. Berat ringannya gejala putus zat
tergantung pada jenis narkoba, dosis yang digunakan, dan lama pemakaian. Semakin
tinggi dosis yang digunakan, semakin lama waktu pemakaian membuat gejala sakitnya
juga semakin hebat.

Gangguan ini tergantung dari jenis narkoba yang digunakan dan cara
menggunakannya, seperti penyakit hati, jantung, dan HIV/AIDS. Gangguan psikologis
meliputi rasa cemas, sulit tidur, depresi, dan paranoia.Biasanya, wujud gangguan fisik
dan psikologis bergantung pada jenis narkoba yang digunakan. Dan kemudian, gangguan
sosial meliputi kesulitan dengan orang tua, teman, sekolah, pekerjaan, keuangan, dan
berurusan dengan pihak berwenang.

Kecanduan dalam diri seseorang dapat dilihat dengan berbagai tahap, yaitu
apabila terdapat rasa keinginan kuat secara kompulsif untuk memakai narkoba berkali-
kali, lalu muncul kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba, baik dalam usaha
menghentikannya ataupun mengurangi tingkat pemakaian. Ciri lain, terjadi gejala putus
zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakain dikurangi.

Lalu ciri toleransi, jumlah narkoba yang diperlukan makin besar agar diperoleh
pengaruh yang sama terhadap tubuh. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan
meningkatnya waktu yang digunakan memperoleh narkoba. Terus memakai, meski
disadari akibat yang merugikan-merusak tersebut. Banyak kalangan pengguna
menyangkal, menolak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba dan
perangkat pemakaiannya serta gejala-gejala yang diakibatkan. Para pecandu tidak bisa
berhenti begitu saja. Jika berhenti pemakaian, timbul gejala putus obat. Putus obat, akan
berdampak pada intoksikasi, yaitu keracunan oleh narkoba. Di sini terjadi kerusakan
pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran. Dan dapat terjadi kerusakan otak dan
menjadi gila atau kematian.(Hawari, 2003.4).

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya
lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara
oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau

25

perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi)
fisik dan psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan hilangnya rasa dan mengalami ketergantungan pada obat-obat terlarang
atau Narkotika pada zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan.

B Jenis Pecandu Yang Ada di Lingkungan Masyarakat
Ini dia jenis-jenis narkoba yang marak disalahgunakan di Masyarakat. Menurut

survei yang dilakukan BNN pada tahun 2014, jenis narkoba yang paling sering
dikonsumsi di Indonesia adalah marijuana, shabu, ekstasi dan heroin.

1. Sabu-sabu
Sabu-sabu adalah jenis narkotika yang cukup populer di Indonesia.

Metamfetamin, sebutanlain dari sabu-sabu, adalah bubuk putih yang penggunaannya
bisa diisap, dihirup, atau melalui suntikan. Dengan sifatnya yang stimulan dan
halusinogen, metamfetamin dapat merangsang otak untuk menciptakan euforia,
imajinasi, dan khayalan tingkat tinggi. Efek dari sabu-sabu relatif singkat, sehingga
membuat pemakainya cenderung mengonsumsi secara berulang dalam rentang waktu
berdekatan.

Bahaya yang dapat ditimbulkan meliputi sesak napas, detak jantung semakin
cepat, meningkatnya tekanan darah, dan suhu tubuh meninggi. Tidak hanya itu,
penggunaan jangka panjang juga bisa menyebabkan:
a. Penurunan berat badan ekstrem
b. Masalah gigi dan kulit
c. Berbagai gangguan mental seperti depresi, cemas berlebih, delusi, halusinasi, dan

kebingungan
d. Bayi lahir cacat dan risiko keguguran pada ibu hamil
e. Risiko penularan penyakit AIDS dari penggunaan bersama jarum suntik

26

2. Kokain
Selain sabu-sabu, kokain adalah salah satu jenis narkotika yang paling populer

di Indonesia. Terbuat dari tanaman koka, kokain memiliki efek stimulan yang sangat
adiktif. Ia memengaruhi otak untuk melepaskan dopamin, hormon yang bisa
memunculkan rasa senang dan gembira. Oleh karena itu, narkotika ini biasanya
digunakan oleh orang-orang yang sedang depresi untuk memperbaiki suasana hatinya.

Penggunaannya kematian melalui suntikan atau dihirup melalui hidung.
Kristal yang ada padanya akan terserap ke dalam aliran darah, lalu dibawa menuju
paru-paru dan ke otak. Obat ini memiliki efek samping yang sangat membahayakan
tubuh, seperti:
a. Membuat detak jantung semakin kencang
b. Kerusakan organ jantung
c. Mual dan nyeri perut
d. Kerusakan saraf pada indra penciuman dan pengecap
e. Bayi lahir cacat dan risiko keguguran pada ibu hamil
f. Selain itu, dampak yang lebih serius bisa berupa stroke dan kematian. Pecandu

kokain sangat rentan tertular penyakit aids dan hepatitis C dari penggunaan jarum
suntik bersama.

3. Heroin
Heroin, atau yang juga populer dengan sebutan putaw, adalah narkotika yang

terbuat dari poppy, bunga liar yang biasa tumbuh di area pegunungan. Penggunaannya
dapat melalui suntikan, hirup, dan isap. Obat terlarang ini mudah terserap ke dalam
darah, lalu terbawa hingga ke otak. Heroin dapat memunculkan euforia berlebih pada
pemakainya, diikuti dengan sensasi berat di kaki dan lengan, serta pikiran yang tak
stabil.

Dari jenis-jenis narkoba yang ada, heroin adalah salah satu yang cukup
mematikan. Penggunaannya rawan overdosis, karena terdapat sifat adiktif yang bisa
menyebabkan kecanduan. Ada banyak bahaya yang mengintai dari penggunaannya,
seperti:
a. Infeksi pada kulit
b. Masalah sistem pencernaan akut
c. Kerusakan ginjal
d. Kerusakan pembuluh darah, terutama vena

27

e. Pernapasan terganggu
f. Kerusakan otak

4. Ekstasi
Selain bersifat stimulan, jenis narkotika yang satu ini juga dapat dikategorikan

sebagai halusinogen. Ekstasi merupakan narkoba sintetis, alias buatan manusia dan
bukan dari tanaman. Dibuat dari tiga campuran zat, yaitu katinon, pentilon, dan
cannabinoid sintetis. Ekstasi berbentuk pil, tablet, dan cairan yang disuntikkan ke
pembuluh darah, bekerja dengan meningkatkan senyawa kimia yang ada di otak,
seperti serotonin dan neropinefrin.

Peningkatan hormon tersebut dapat mengubah suasana hati, mood, dan emosi.
Pemakai akan merasakan euforia berlebih dari dorongan energi yang bertambah. Tapi
saat efeknya habis, penggunanya akan merasa kebingungan, cemas, dan sulit tidur.
Bahaya yang dapat ditimbulkan meliputi:
a. Detak jantung semakin kencang
b. Otot-otot menegang
c. Gangguan penglihatan
d. Mual dan nyeri di perut
e. Pusing

5. Ganja
Dari jenisjenis narkoba yang beredar di Indonesia, ganja merupakan salah satu

yang banyak disalahgunakan. Ganja terbuat dari tanaman Cannabis sativa.
Penggunaan yang paling populer adalah dengan cara diisap seperti sedang merokok.

Ganja dapat digolongkan sebagai stimulan, depresan, dan halusinogen
sekaligus. Seseorang menggunakannya untuk mendapat sensasi terbang atau fly,
menenangkan pikiran, dan mengubah suasana hati.

Padahal, ganja sangatlah merusak, dapat memengaruhi perkembangan otak,
dan mengganggu saraf kognitif. Tidak hanya itu, beberapa bahaya lain yang bisa
muncul adalah:
a. Masalah pernapasan
b. Gangguan kecemasan
c. Depresi
d. Risiko serangan jantung yang bisa berujung pada kematian

28

e. Penyakit mental seperti skizofrenia
6. LSD

LSD merupakan kepanjangan dari asam lisergat dietilamida, populer sejak
1960 hingga sekarang. LSD bersifat halusinogen, terbuat dari asam pada jamur yang
tumbuh pada biji-bijian dan tanaman gandum. Sesuai dengan sifatnya, LSD
digunakan untuk menciptakan halusinasi tingkat tinggi. Tidak main-main, efek yang
ditimbulkan bisa berlangsung hingga 12 jam. Dalam kurun waktu tersebut, pengguna
akan mendengar, melihat, dan merasakan sesuatu yang tidak real menjadi seolah-olah
nyata.

LSD mampu memicu bahaya yang serius, seperti peningkatan detak jantung
dan tekanan darah tidak stabil. Sedangkan, untuk efek samping ringannya berupa
tubuh gemetar, mulut kering, dan keringat berlebih.

7. Morfin
Morfin merupakan narkotika yang bersifat analgesik. Berasal dari kata

morphous yang memiliki makna „dewa mimpi‟, morfin adalah alkaloid yang dapat
ditemukan pada tanaman opium. Sesuai dengan sifatnya, morfin mampu meredakan
nyeri atau rasa sakit yang ada pada anggota tubuh. Beberapa obat-obatan umum juga
masih ada yang mengandung zat ini, tapi dalam dosis ketat sesuai saran kesehatan.

Morfin dikategorikan sebagai narkotika karena banyak yang
menyalahgunakannya, membawa bahaya yang cukup serius, seperti:
a. Jantung berdebar
b. Kesadaran menurun
c. Kejang
d. Penurunan produksi urine
e. Impotensi pada pria
f. Gangguan siklus menstruasi pada wanita
g. Pingsan

8. Flakka
Flakka merupakan salah satu jenis narkotika baru dan belum terlalu marak di

Indonesia. Menurut BNN, obat ini ditengarai sudah masuk ke Tanah Air sebelum
2017. Harga jual flakka diklaim lebih murah dari jenis narkotika lain. Tapi, efeknya

29

bisa mencapai 10 kali lipat dari kokain. Efek yang sangat kuat bisa membuat
pemakainya seolah-olah merasa bukan manusia, alias hilang rasionalitas.

Flakka berbentuk serbuk kristal, memiliki bahaya yang tidak boleh
diremehkan. Salah satunya adalah gejala perilaku was-was atau waspada berlebihan.
Efek sampingnya mirip dengan kokain dan amfetamin, yaitu detak jantung semakin
cepat, tekanan darah tinggi, hingga membuat tubuh lemah.

9. Amfetamin
Sebenarnya, secara farmalogi, amfetamin masuk dalam kategori psikotropika.

Hanya saja, sering disalahgunakan sebagai stimulan. Obat ini kemudian
diklasifikasikan sebagai obat-obatan terlarang, karena banyaknya kasus
penyalahgunaan tersebut.

Amfetamin mampu merangsang otak untuk mengubah suasana hati,
meningkatkan mood, dan membangkitkan euforia. Ini tak lepas dari produksi dopamin
di otak yang terus dipacu. Tak jarang, amfetamin kerap disalahgunakan oleh orang-
orang yang sedang depresi dan stres. Efek samping dari penggunaan amfetamin
meliputi:
a. Gangguan jantung
b. Kerusakan pembuluh darah
c. Berkurangnya urine
d. Menghambat penyerapan sejumlah nutrisi
e. Penurunan berat badan
f. Sakit kepala
g. Hilang nafsu makan
h. Rentan perdarahan, terutama pada hidung
i. Mudah gugup dan gelisah
j. Penurunan gairah seksual
k. Kaku otot
l. Gangguan penglihatan
m. Muncul ruam pada kulit
n. Badan gemetar

30

10. Kodein
Kodein merupakan bagian dari obat-obatan opioid. ggota tubuh.Penggunaan

narkotika apapun jenis selalu terdapat risiko dan bahaya yang mengintai, termasuk
kodein. Efek samping yang dapat ditimbulkan kodein adalah:
a. Mudah gelisah
b. Pusing atau sakit kepala tidak biasa
c. Kebingungan
d. Kaku otot di sejumlah bagian tubuh
e. Penglihatan kabur
f. Muncul ruam pada kulit
g. Sulit buang air kecil

Sedangkan efek yang lebih buruk bisa saja terjadi jika mengalami overdosis, berupa:

a. Kejang
b. Gangguan emosi
c. Mati rasa
d. Halusinasi tinggi
e. Penurunan fungsi otak yang dapat menyebabkan koma hingga kematian

C Jenis jenis Pecandu Narkoba
Dalam dunia narkoba adapun beberapa istilah yang berkaitan dengan konsep

tingkat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1. Abstinence, periode dimana seseorang tidak menggunakan narkoba sama sekali untuk

tujuan rekreasional
2. Social use, periode dimana seseorang sudah mulai mencoba narkoba untuk tujuan

rekreasional namun tidak berdampak pada kehidupan sosial, finansial dan juga medis
si pengguna. Artinya masih bisa mengendalikan kadar penggunaan narkoba tersebut.
3. Early problem use, individu sudah menyalahgunakan narkoba dan perilakunya sudah
menimbulkan efek dalam kehidupan sosial, seperti malas sekolah dan bergaul hanya
dengan orang-orang tertentu.
4. Early addiction, kondisi si pengguna yang mulai menunjukkan perilaku
ketergantungan baik fisik maupun psikologis, dan perilaku ini mengganggu kehidupan

31

sosialnya. Si pengguna ini sangat sulit untuk menyesuaikan dengan pola kehidupan
normal dan cenderung untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma yang
berlaku.
5. Severe addiction, seseorang yang hanya hidup untuk mempertahankan kecanduannya
dan sudah mengabaikan kehidupan sosial dan dirinya sendiri. Pada kondisi ini,
seseorang akan berani melakukan tindak kriminal demi mendapatkan kebutuhan
konsumsi narkoba.

D Karakteristik Klien Pecandu Narkoba
1. Pecandu kerap mengalami perubahan suasana hati
Pakar kesehatan menyebutkan bahwa pengguna narkoba yang paling mudah
diketahui adalah suasana hatinya yang sangat mudah berubah-ubah. Bisa jadi dalam
suatu waktu, ia merasa sangat senang namun dalam waktu sekejap, emosinya berubah
menjadi sangat buruk. Perubahan suasana hati dipengaruhi oleh efek narkoba yang
ada dalam tubuhnya.

2. Depresi dan euphoria
Mereka yang baru saja menggunakan narkoba bisa saja mengalami euphoria, sensasi
bahagia yang berlebihan untuk hal-hal yang sebenarnya biasa saja atau tidak masuk
akal. Selain itu, pengguna narkoba juga ada yang cenderung mengalami depresi
sebagai efek penggunaan narkoba dan baru merasa senang setelah menggunakan obat
terlarang ini. Selain itu, banyak pengguna narkoba yang mengalami kecemasan
berlebihan jika belum mengonsumsi obat ini.

3. Perubahan penampilan
Cukup banyak pecandu narkoba yang mengalami perubahan fisik, pengguna narkoba
biasanya terlihat kurus, sulit untuk fokus, hidung yang terasa terus gatal, muka yang
terlihat tirus, mata yang terlalu kering atau merah, pupil melebar, kerusakan gigi,
penurunan berat badan yang signifikan, kulit pucat, rambut rontok, dan adanya luka
yang tidak akan sembuh. Sementara bagi pengguna ganja, sebagian bahkan bisa
menjadi lebih gemuk.

32

4. Mulai melakukan tindakan kriminal
Bagi mereka yang sudah menjadi pecandu narkoba, namun tak lagi punya uang untuk
mendapatkannya, bisa jadi mereka menjadi lebih kasar dan melakukan tindakan
kriminal seperti memaksa orang lain memberikan uang atau bahkan mencuri dan
tindakan melawan hukum lainnya.

E Karakteristik Klien Korban Narkoba
Secara umum, seorang ahli psikologi, Kartono (1992) mengungkapkan

karakteristik orang yang mengalami ketergantungan obat, yakni :
1. Mempunyai keinginan yang tak tertahankan untuk menggunakan narkoba, sehingga

berupaya memperoleh dengan cara halal atau tidak halal.
2. Cenderung menambah dosis sesuai dengan toleransi tubuh,
3. Menjadi ketergantugan secara psikis dan fisik, akibatnya individu merasa kesulitan

untuk lepas dari kebiasaan tersebut.

Sementara itu, Gordon (1999) memberikan tips untuk mengetahui apakah seorang
remaja menggunakan obat-obatan atau alcohol. Untuk itu perlu dilihat bagaimana
karakteristik kehidupan remaja di rumah atau di sekolah. Karakteristik Pecandu di
Rumah:

1. Semakin jarang ikut kegitan keluarga
2. Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya
3. Teman sebayanya makin lama tampak mempunyai pengaruh negatif
4. Mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah
5. Lebih sering dihukum atau dimarahi
6. Bila dimarahi, ia makin menjadi-jadi dengan sikap membangkang
7. Tidak mau mempedulikan peraturan keluarga
8. Sering pulang lewat jam malam
9. Sering pergi ke disko, mall, atau berpesta
10. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang (bokek)
11. Sering mencuri uang dan barang berharga
12. Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai alasan

Karakteristik Pecandu di Sekolah:

1. Nilai sekolah menurun drastic
2. Motivasi belajar menurun, malas berangkat, dan malas membuat PR

33

3. Sering keluar kelas dan tidak kembali ke sekolah
4. Mengantuk dai kelas, sering bosan dan tidak memperhatikan guru
5. Meninggalkan hobi-hobi yang terdahulu ( missal : ekstrakulikuler / olah raga)
6. Mengeluh karena menganggap orang rumah tidak member kebebasan, atau telalu

menegakkan disiplin
7. Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah
8. Sering meminjam uang kepada teman
9. Sering pergi hingga malam, atau menginap di rumah teman

F. Layanan BK yang Tepat Bagi Klien Pecandu
Menurut Gibson, Mitchell untuk para pengguna, pecandu, yang merupakan

korban dari penyalahgunaan narkoba, di dalam bimbingan dan konseling termasuk dalam
kategori yang spesifik. Korban pengguna narkoba dalam klasifikasi konseling masik
dalam kategori kelompok klien populasi khusus, sehingga konselor bisa terlibat di dalam
program pencegahan, intervensi, penanganan krisis dan pemulihan. Penting ditekankan,
bahwa konselor yang bekerja dengan populasi pengguna narkoba memerlukan pelatiha
khusus, karena klien jenis ini sangat resisten tehadap perubahan kondisi akibat ketagihan
dan seringkali kondisinya melampaui kemampuan terapis mengendalikannya, sehingga
pelatihan konselor harus mengandung teknik-teknik yang efektif menangani kondisi-
kondisi ekstrem tersebut.

Di banyak program, bimbingan dan dan konseling individu maupun kelompok
digunakan sesuai kebutuhan dan ini dinilai efektif untuk penanganan korban pengguna
narkoba. Selain itu, konselor yang bekerja dengan populasi jenis ini harus memiliki
pengetahuan yang tepat dan luas mengenai penyebab, symptom dan efek potensial
problem, lebih jauh lagi di berbagai situasi individu, penanganan medis mungkin
dibutuhkan dan perujukan kepada / atau “pembelajaran” dengan seorang psikiater
mungkin saja dibutuhkan.

Jika klien sudah terlanjur menjadi korban penguna narkoba, untuk menghadapi
kondisi ini, keluarga tidak mungkin menangani korban sendirian, tetapi butuh bantuan
pihak terkait, polisi, dokter, rumah sakit, Badan Narkotika Nasional (BNN), serta balai
rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah suatu proses
pemulihan klien gangguan penggunaan narkoba baik dalam jangka waktu pendek

34

maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan fungsi
individu di masyarakat. Adapun proses-proses dari rehabilitasi adalah :

Penjangkauan, yaitu cara penyampaian informasi, menciptakan partisipasi dan
melayani masyarakat atau proses interaksi dengan individu atau kelompok masyarakat
tertentu dalam rangka mewujudkan suatu tujuan tertentu; Pengkajian, yaitu rangkaian
pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh tentang keadaan klien terkait pemakaian
narkoba dan dampaknya terhadap dirinya serta lingkungannya, sehinga di dapat
informasi lengkap tentang keadaan klien terkait pemakaian narkba dan dampaknya
terhadap dirinya serta lingkungannya, sehingga di dapat informasi lengkap tentang
keadaan klien sebelum dilakukan terapi atau tindakan lain yang diperlukan;
Detoksifikasi, yaitu salah satu tahapan awal proses pemulihan bagi para penyalahguna
narkoba yang memberikan layanan medis untuk memberhentikan proses kecanduan
beserta akibat yang ditimbulkan serta pemeriksaan dan tindak lanjut dari kondisi medis
klien (pasien).
1. Konseling Terpadu

Konseling Tepadu (KT) adalah upaya memberikan bantuan kepada klien
kecanduan narkoba dengan menggunakan beragam pendekatan konseling dan
memberdayakan klien terhadap lingkungan sosial agar klien segera menjadi anggota
masyarakat yang normal, bermoral, dan dapat menghidupi diri dan keluarga. Syarat
utama konseling terpadu adalah klien telah selesai dengan program detoksifikasi dari
RSKO. Dari penjelasan di atas ada dua hal penting yang harus mendapat penekanan
untuk upaya recovery klien. Ragam pendekatan konseling yang diterapkan pada
konseling terpadu sebagai berikut :
a. Konseling Individu

Penerapan konseling individu adalah upaya membantu klien oleh konselor
secara individual dengan mengutamakan hubungan konseling antara konselor
dengan klien yang bernuansa emosional, sehingga besar kepervcayaan klien
terhadap konselor. Pada gilirannya klien akan bicara jujur membuka rahasia
batinnya (disclosure) yang selama ini tidak pernah dikemukakan kepada orang
lain termasuk keluarga (Ivey & Downing, 1980). Menurut Dyere & Vriend
(1977) konseling individu bertujuan menanamkan kepercayaan diri klien atas
dasar kesadaran diri untuk :
1) Tidak menyalahkan orang lain atas kecerobohan dan kesalahannya

mengkonsumsi narkoba;

35

2) Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tangung jawab atas
perbuatannya yang desktuktif yang dilakukan selama ini dengan menerima
segala akibatnya seperti, keluar dari sekolah/kuliah, kehingan pekerjaan,
dijauhi orang yang dicintai, dsb;

3) Menerima realita hidup dengan jujur;
4) Membuat rencana-rencana hidup secara rasional dan sistematik untuk keluar

dari cengkraman setan narkoba dan menjadi manusia yang lebih baik;
5) Menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana

hidup tersebut.

Prosedur konseling individual adalah sebagai berikut :

a) Konselor menciptakan hubungan konseling yang menumbuhkan kepercayaan
konseli terhadap konselor, sehingga konseli menjadi jujur dan terbuka,
bersedia mengatakan segala isi hati dan rahasia pribadi berkaitan dengan
kecanduannya. Hal ini disebabkan oleh sikap empatim hangat, terbuka,
memahami, dan asli (genuine) dari konselor, serta memiliki kemampuan-
kemampuan teknik konseling yang baik.

b) Konselor membantu konseli agar dia mampu memahami diri dan
masalahnya.

c) Konselor membantu konseli untuk memahami dan mentaati rencana tau
program yang telah disusun konselor. Selanjutnya, konseli siap untuk
melaksnakan program tersebut.

b. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok bertujuan memberi kesempatan konseli untuk

berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai kelompok
masyarakat seperti mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh masyarakat, guru BK di
sekolah, para siswa, dan sebagainya. Melalui interpersonal relation, akan tumbuh
kepercayaan diri klien (Yalom, 1985). Prosedur bimbingan kelompok menjadikan
klien sebagai figur sentral meliputi :
1) Mempersiapkan mental klien untuk berani tampil menyampaikan kisah

kasusnya, dan selanjutnya berdiskusi dengan perserta. Jumlah peserta yang
ideal paling banyak 10 orang;

36

2) Mempersiapkan materi yang akan disampaikan klien kepada peserta diskusi
yaitu penjelasan tentang identitas diri dan kisah oanjang tentang proses
kecanduan sejak awal hingga saat ini beserta upaya-upaya penyembuhan
yang telah dilaluinya;

3) Mempersiapkan peserta agar mempunyai minat untuk berdiskusi dengan
klien pecandu narkoba, dan tidak segan-segan mengkritik dan memberi
masukan;

4) Mempersiapkan daftar hadir peserta dan kamera foto.

Dengan berdiskusi dengan beragam kelompok, diharapkan klien akan
makin meningkatkan kepercayaan diri untuk hidup normal dan juga tumbuh sikap
kepemimpinan diri, keluarga, dan masyarakat, sehingga setelah melakukan
konseling klien menjadi orang yang berguna. Pelajaran dari ceramah dan diskusi
yang dilakukan klien secara terus menerus akan mendewasakan klien sehingga
menjadi kuat kepribadian untuk menjadi anggota masyarakat.

c. Konseling Keluarga

Untuk membantu secepatnya pemulihan (recovery) konseli narkoba, amat
diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, istri, suami, dan
keluarga dekat lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan
pesertanya adalah konseli, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebaginya. Nuansa
emosional yang akrab harus mampu diciptakan oleh konselor agar terjadi
keterbukaan klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota keluarga mempunyai
rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pemulihan konseli. Dampaknya adalah
tumbuh rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan
kelaurga. Untuk mencapai keberhasilan konseling keluarga maka proses yang
harus ditempuh adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan mental klien narkoba untuk menghadapi anggota keluarga.
Alasannya karena ada sebagian anggota keluarga yang jengkel, marah, dan
bosan dengan kelakuan konseli yang mereka anggap rusak. Mempersiapkan
mental konseli berarti dia harus berani menerima kritikan-kritikan anggota
keluarga dan siap untuk berubah kepada kebaikan sesuai harapan keluarga.

2) Memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyapaikan
perasaan terpendam, kritikan-kritikan, dan perasaan-perasaan negatif lainnya

37

terhadap konseli. Di samping itu, ada kesempatan untuk memberi saran,
opesan, keinginan-keinginan terhadap konseli agar dia berubah.
3) Selanjutnya, konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk
menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan-
kesalahannya, serta penyesalan terhadap masa lalu. Kemudian, konseli
mengemukakan harapan hidup masa depan dan diberi kesempatan untuk
berbuat baik terhadap diri, keluarga, dan masyarakat.
4) Selanjutnya, konselor mengemukakan kepada keluarga tentang program
pemulihan konseli secara keseluruhan. Maksudnya supaya keluarga konseli
menaruh kepercayaan terhadap semua upaya konselor bersama konseli.
Selanjutnya, keluarga akan mendorong penyembuhan konseli dengan tulus
dan kasih sayang.
5) Konselor meminta tanggapan keluarga tentang progtam tersebut. Di samping
itu, diminta juga tanggapan mereka terhadap keadaan konseli saat ini.
Demikian juga, tanggapan konseli terhadap program yang telah disusun
konselor, dan juga tanggapan terhadap kelurganya. Tanggapan-tanggapan
dari kedua pihak terhadap program yang disusun konselor amat penting
supaya semua pihak terutama konseli sungguh-sungguh di dalam menjalan
program pemulihan dirinya.

38

BAB III

KAJIAN TENTANG KLIEN PEREMPUAN, ANAK DAN
MANULA

39

A. Pengertian Perempuan, Anak, Dan Manula
1. Pengertian Perempuan

Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”,
yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun menurut
Zaitunah Subhan (2004:19) kata perempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai.
Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari perempuan ke wanita. Kata wanita
dianggap berasal dari bahasa Sansekerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga
kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks.

Tetapi dalam bahasa Inggris wan ditulis dengan kata want, atau men dalam bahasa
Belanda, wun dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like,
wish,desire, aim. Kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya adalah wanted
(dibutuhkan atau dicari). Jadi, wanita adalah who is being wanted (seseorang yang
dibutuhkan) yaitu seseorang yang diingini. Para ilmuwan seperti Plato, mengatakan bahwa
perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual dan mental lebih lemah dari
laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.

Sedangkan gambaran tentang perempuan menurut pandangan yang didasarkan pada
kajian medis, psikologis dan sosial, terbagi atas dua faktor, yaitu faktor fisik dan psikis.
Secara biologis dari segi fisik, perempuan dibedakan atas dasar fisik perempuan yang lebih
kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus, perkembangan tubuh perempuan terjadi lebih dini,
kekuatan perempuan tidak sekuat laki-laki dan sebagainya. Dari segi psikis, perempuan
mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan perempuan lebih cepat menangis dan
bahkan pingsan apabila menghadapi persoalan berat (Muthahari, 1995:110). Menurut Kartini
Kartono (1989:4), perbedaan fisiologis yang dialami sejak lahir pada umumnya kemudian
diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial-
ekonomi serta pengaruh pendidikan.

2. Pengertian Anak

Merujuk dari Kamus Umum bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara
etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa.

Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa
dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”. Oleh karna
itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk

40

sosial yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru sering kali di tempatkan
dalam posisi yang paling di rugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka
sering menjadi korban tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian anak adalah
sebagai manusia yang masih kecil. Dalam sumber lain dijelaskan bahwa anak adalah keadaan
manusia normal yang masih muda usia dan sedang menentukan identitasnya serta sangat labil
jiwanya, sehingga sangat mudah dipengaruhi lingkungannya. Sementara itu menurut Romli
Atmasasmita, anak adalah seorang yang masih dibawah umur dan belum dewasa, serta belum
kawin.

Apabila mengacu pada aspek psikologis, pertumbuhan manusia mengalami fase-fase
perkembangan kejiwaan, yang masing-masing ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Untuk
menentukan kriteria seorang anak, disamping ditentukan atas dasar batas usia, juga dapat
dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang dialaminya. Dalam hal fase-fase
perkembangan, seorang anak mengalami tiga fase, yaitu:

1) Masa kanak-kanak, terbagi ke dalam:
a. Masa bayi, yaitu masa seorang anak dilahirkan sampai umur 2 tahun
b. Masa kanak-kanak pertama, yaitu anak umur 2-5 tahun
c. Masa kanak-kanak terakhir, yaitu antara umur 5-12 tahun.

2) Masa remaja, antara umur 13-20 tahun. Masa remaja adalah masa dimana perubahan
cepat terjadi dalam segala bidang; pada tubuh dari luar dan dalam; perubahan
perasaan, kecerdasan, sikap social, dan kepribadian.

3) Masa dewasa muda, antara umur 21-25 tahun. Pada masa dewasa muda ini pada
umumnya masih data dikelompokkan kepada generasi muda. Walaupun dari segi
perkembangan jasmani dan kecerdasan telah betul-betul dewasa, pada kondisi ini
anak sudah stabil. Namun, dari segi kemantapan agama dan ideology masih dalam
proses kemantapan.

3. Pengertian Manula

Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur tua
dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007). Menurut (Fatmah, 2010) lansia
merupakan proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana
ketika menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan

41

mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh. Istilah manusia usia lanjut
belum ada yang mematenkan sebab setiap orang memiliki penyebutannya masing-masing
seperti manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta ada
yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa
ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2016).

Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat mempertahankan tubuh dari infeksi
dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang rusak (Constantinides, 1994 dalam Sunaryo,
et.al, 2106).

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda, 2011)
menjadi tiga kelompok yakni :

1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Beberapa pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) tentang batasan-
batasan umur pada lansia sebagai berikut :

1) Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.

2) World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia
pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur 60-74
tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah
umur diatas 90 tahun.

42

3) Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari umur 25-
40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari umur 55-65 tahun
dan fase senium dari 65 tahun sampai kematian.

4) Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi menjadi 3
kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-80 tahun dan very
old 80 tahun keatas.

B. Hal Negatif Yang Dapat Terjadi Pada Perempuan, Anak, Dan Manula
1. Hal Negatif Yang Dapat Terjadi Pada Perempuan
1) Ketimpangan gender atau tidak ada kesetaraan jenis kelamin (gender)

Keadilan gender bermakna sebagai perlakuan yang sesuai dengan hak dan kewajiban
yang diterima oleh seseorang sebagai manusia yang bermartabat dan dapat memiliki
kesempatan yang sama. Namun, hingga saat ini masih banyak perlakuan diskriminatif
terhadap salah satu jenis kelamin, terutama perempuan. Berikut bentuk-bentuk ketidakadilan
gender di lingkungan sosial yang lebih sering dialami oleh perempuan.

2) Subordinasi atau Menomorduakan Perempuan Subordinasi. (Pexels/ Mentatdgt)

Dalam bidang apapun, semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama.
Namun realitasnya, perempuan sering kali dinomorduakan dibanding laki-laki. Contohnya
dalam pemberian jabatan, perempuan sering kali mendapat jabatan lebih rendah dibanding
laki-laki. Hal ini disebabkan oleh konstruk masyarakat bahwa perempuan yang nggak bisa
memimpin dan punya sifat yang lembek.

3) Stigma Negatif

Konstruk kuno masyarakat melekatkan berbagai stigma pada perempuan. Seperti
perempuan diharuskan bekerja pada ranah domestik, label negatif terhadap perempuan yang
sering pulang malam dan menampakkan bagian tubuh tertentu. Hal ini pula yang bikin
perempuann punya beban sosial yang lebih dibanding laki-laki.Rentan terhadap Kekerasan
Tindak kekerasan terhadap perempuan. (Shutterstock/ Daniel M Ernst) Hingga saat ini,
banyak perempuan yang jadi objek kekerasan oleh laki-laki. Hal tersebut terjadi karena masih
adanya anggapan bahwa laki-laki adalah kaum yang lebih berkuasa dan superior. Berbagai
kekerasan yang kerap diterima berupa kekerasan fisik dan mental. Tak jarang korban
kekerasan yang melawan dianggap berdusta, mencemarkan nama baik, dan hanya sekedar
mencari sensasi.

43

4) Beban Ganda

Beban ganda sering terjadi dalam ranah rumah tangga. Contohnya, perempuan yang
memiliki pekerjaan di ranah publik juga diharuskan untuk mengurus urusan domestik.
Pembagian kerja tanpa kesepakatan yang merugikan perempuan ini masih sering terjadi.

5) Marginalisasi Terhadap Perempuan

Peminggiran yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin masih sering terjadi
hingga saat ini. Salah satu faktornya adalah karena kurangnya pemahaman seksualitas
khususnya pada sistem reproduksi. Contohnya, saat seorang perempuan yang menjadi buruh
pabrik sedang hamil atau melahirkan, jika ia ijin tak masuk bekerja bisa diancam potong gaji
atau bahkan pemutusan hubungan kerja.

6) Kebiasaan buruk yang sering di lakukan saat premenstrual syndrome

PMS atau premenstrual syndrome dialami oleh kebanyakan wanita setiap bulannya.
Sekitar 8-20 persen wanita akan merasakan gejala PMS 1-2 minggu sebelum siklus haid
terjadi. Gejala yang dialami bisa berupa gejala fisik dan emosional seperti nyeri perut, nyeri
kepala, perut terasa begah, nyeri payudara hingga menjadi lebih sensitif dan mudah
tersinggung.

Gejala-gejala saat haid atau menstruasi tersebut tentunya dapat mengganggu aktivitas
seorang wanita. Namun, banyak wanita justru melakukan kebiasaan buruk ini saat sedang
PMS:

a) Makan berlebihan

Salah satu gejala yang dialami wanita saat PMS adalah craving alias mengidam makanan
tertentu. Namun, sering kali kebanyakan wanita akan memilih makanan cepat saji, camilan
yang asin ataupun makanan yang manis . Saat sedang PMS, coklat ataupun makanan manis
lainnya tentu dapat membuat Anda melupakan sejenak gejala PMS yang sedang dialami. Tapi
ingat, sebaiknya jangan mengonsuminya secara berlebihan.

Makanan yang tinggi akan kadar gula dan garam dapat membuat perut Anda terasa begah,
tidak nyaman dan memperburuk gejala PMS yang Anda alami. Menurut studi, wanita yang
sedang PMS cenderung mengonsumsi tambahan 200-500 kalori peri hari.Kalori tambahan
tersebut berasal dari lemak, karbohidrat dan makanan manis lainnya.

b) Malas menjaga kebersihan tubuh

44

Sering kali saat sedang PMS, banyak wanita menjadi malas untuk menjaga kebersihan
tubuh karena gejala PMS yang sedang dialami, seperti nyeri perut atau badan lemas.Padahal
dengan menjaga kebersihan tubuh, terutama kebersihan vagina akan membuat Anda terhindar
dari infeksi ataupun keputihan. Ganti pakaian dalam atau pembalut Anda secara rutin dan
jaga area kewanitaan tetap kering dan bersih.

c) Melewatkan waktu sarapan

Fluktuasi hormon yang terjadi saat PMS dapat berpengaruh pada nafsu makan Anda.
Untuk mencegah Anda lapar berlebihan, usahakan untuk makan teratur dalam porsi kecil
namun sering. Melewatkan waktu makan, terlebih melewatkan waktu sarapan akan membuat
suasana hati Anda semakin buruk dan gejala PMS pun bisa bertambah berat.

d) Konsumsi makanan tinggi garam berlebih

Saat sedang PMS dan sedang mengidam makanan tertentu, camilan asin seperti keripik
atau gorengan memang sering kali menggoda.Padahal, makanan-makanan tersebut
mengandung kadar garam yang tinggi dan dapat membuat perut menjadi kembung, terasa
penuh dan membuat Anda makin tidak nyaman dalam beraktivitas. Saat sedang PMS,
sebaiknya perbanyak minum air putih.

e) Malas berolahraga

Gejala-gejala yang dirasakan wanita saat sedang PMS tentu dapat membuat tidak nyaman
dan malas melakukan aktivitas, apalagi untuk berolahraga. Padahal, menurut berbagai
penelitian, menjaga berat badan tetap ideal dapat membantu mencegah PMS Salah satu cara
untuk menjaga berat badan ideal adalah dengan berolahraga. Selain itu, berolahraga juga
dapat mengurangi stres yang juga rentan memperparah gejala PMS.

f) Minum kopi

Sebagian orang penikmat kopi tentu tak dapat melewatkan rutinitas harian tanpa minum
kopi. Padahal menurut penelitian, kandungan kafein yang terkandung di dalam kopi bisa
meningkatkan rasa cemas dan memperburuk gejala PMS. Selain itu pada beberapa orang,
gejala PMS yang timbul dapat berupa diare. Kafein yang terkandung di dalam kopi bisa
membuat diare yang dialami bertambah berat. Meski begitu, Anda tetap boleh minum kopi
saat PMS namun hindari konsumsinya agar tidak berlebihan.

45

Berbagai kebiasaan buruk tersebut tanpa disadari sering dilakukan wanita saat sedang PMS.
Agar gejala PMS Anda tidak bertambah berat, hindari melakukan berbagai hal di atas.

2. Hal Negatif yang Sering Terjadi Pada Anak-anak

Hal negatif jika dibiarkan maka bisa berdampak buruk di masa depan sang anak. Bahkan,
bisa menyebabkan anak menjadi pendiam dan mempunyai keinginan untuk bunuh diri.
Contoh hal negatif yang sering terjadi pada anak.

a. Pemalu

Salah satu hal negatif yang sering ditemui pada anak-anak adalah pemalu. Anak-anak
yang memiliki rasa malu cenderung tertutup. Mereka tidak mengizinkan orang lain tahu
tentang apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka rasakan. Biasanya hal ini terjadi
karena beberapa faktor, seperti penolakan dan beberapa hal lainnya.

Contoh hal negatif ini sering kali disalah artikan sebagai sifat dari anak itu sendiri.
Padahal sifat itu tumbuh dari bagaimana pola yang diajarkan oleh orang tua dan juga
lingkungan. Jika orang tua mengajarkan anak untuk lebih berani dalam melakukan sesuatu,
maka anak bisa saja mengatasi rasa malunya.

Salah satu contoh untuk mengatasi anak yang memiliki rasa malu adalah dengan mencoba
mengenal apa yang dia suka. Anak-anak cenderung memiliki rasa penasaran meski sifatnya
pemalu. Jika Anda bisa memancing rasa penasarannya, maka anak bisa menunjukkan respons
positif dibandingkan dengan sebelumnya.

b. Cemburu

Siapa bilang anak-anak tidak bisa merasakan cemburu? Banyak anak-anak yang secara
diam merasakan cemburu lantaran beberapa faktor. Seperti adanya adik, membandingkan
anak dengan orang lain, dan sebagainya.

Contoh pertama, adanya adik bisa membuat anak menjadi cemburu. Hal ini dikarenakan
biasanya orang tua lebih mencurahkan kasih sayangnya kepada sang adik.Secara tidak
langsung hal tersebut membuat anak merasa bahwa dia tidak disayang lagi. Apalagi jika
orang tua berkata bahwa anak pertama harus mengalah kepada adik. Hal itu membuat anak
semakin merasa cemburu dan kecewa. Tidak heran jika banyak anak yang tidak menyukai
dan sering berantem dengan adiknya.

46

Untuk itu, sebelum mempunyai adik, ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan anak.
Apakah ingin mempunyai adik atau tidaknya. Jika anak setuju, Anda bisa menjelaskan
kondisinya. Bahwa kasih sayang tetap dicurahkan, hanya saja mengutamakan sang adik.
Dengan menjelaskan hal tersebut, anak bisa mencoba memahami dan mengerti.Ketika anak
sudah mengerti, secara tidak langsung juga anak akan mencoba menerima adiknya. Dengan
begitu mereka bisa bermain bersama.

c. Takut

Setiap orang pasti memiliki rasa takut, tak terkecuali pada anak-anak. Rasa takut
merupakan contoh hal negatif. Antara anak satu dengan anak yang lainnya pasti memiliki
rasa takut yang berbeda. Ada yang takut dipukul, dimarahi, dikurung, dan sebagainya. Ada
pula yang takut dengan hewan tertentu ada orang tertentu. Hal ini dikarenakan anak-anak
mengalami kejadian yang membuatnya trauma. Seperti contoh yang pertama. Sering kali
setiap anak melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan berupa pukulan atau kurungan.
Hal tersebut secara tidak langsung bisa membuat anak takut. Jika hal tersebut dilakukan
secara berulang, bisa saja membuat anak terbiasa dan juga mengalami trauma yang
mendalam.

Pernah mendengar tentang fobia ruang sempit? Hal itu bisa saja terjadi pada seseorang
yang masa lalunya suka dikurung. Alhasil pikirannya membuat penolakan akan situasi
tersebut. Tentu saja ini bisa berpengaruh terhadap psikisnya. Contoh lain adalah takut dengan
hewan. Jika anak takut dengan hewan tertentu, Anda bisa mengajarkannya secara perlahan.
Anda bisa menjelaskan bahwa hewan yang ditakuti itu sebenarnya baik. Atau Anda juga bisa
menunjukkan fakta tentang hewan tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti. Sehingga
anak bisa memiliki keberanian dalam mencoba menyentuh hewan tersebut. Jika anak sudah
berani mencoba, rasa penasaran akan muncul dan membuat rasa takutnya sedikit hilang.

d. Tidak Percaya Diri

Contoh hal negatif lainnya yang sering terjadi pada anak-anak adalah tidak percaya diri.
Biasanya anak-anak tidak percaya diri ketika ada sesamanya yang mengatainya tentang fisik,
tentang kemampuannya, dan lain sebagainya. Untuk itu penting mengajarkan pada anak
untuk tidak menjelekkan fisik orang lain.

Pada awalnya orang tua sudah memberikan rasa percaya diri kepada anak. Akan tetapi,
saat dihadapkan dalam dunia masyarakat dan penolakan yang diterima. Maka rasa percaya

47

diri yang muncul akan hilang seketika. Bahkan, anak-anak cenderung marah dan tidak
percaya akan perkataan orang tuanya.

Jika sudah begitu, Anda bisa menjelaskan kepada anak secara pelan-pelan. Bahwa
memang setiap anak memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Anak juga harus mempunyai
rasa percaya diri dan membuktikannya dengan prestasi serta bakat yang dimilikinya.

Apabila orang tua berhasil mengatasi rasa emosi negatif, maka emosi positif akan muncul
dengan sendirinya. Hal itu kembali lagi tentang bagaimana cara orang tua dalam mendidik
sang anak. Jika orang tua saja tidak peduli, jangan kaget jika anak Anda tumbuh dengan sifat
pemberontak dan membangkang.

Untuk menghindari hal tersebut, Anda bisa lebih peka lagi. Anak-anak juga
membutuhkan perhatian dari Anda saat Anda sibuk. Jangan sampai membuat anak terbiasa
dengan kesendirian. Hal itu menyebabkan diri sang anak menolak dan cenderung membenci
kondisi yang mereka rasakan. Mari buang contoh emosi negatif pada anak dari sekarang.

3. Hal Negatif Yang Sering Terjadi Pada Manula

Menjadi tua bukanlah sebuah pilihan. Sebagai makhluk dengan daur hidup yang relatif
singkat, manusia pada akhirnya akan menua dengan sendirinya. Pada titik tertentu, akan
disertai dengan beragam gangguan kesehatan akibat kinerja tubuh yang sudah tak lagi prima.
Gangguan kesehatan itu akan menimbulkan penyakit yaitu penyakit Degeneratif. Jenis
Penyakit degeneratif pada lansia banyak macamnya. Pada lansia biasanya akan menemui
berbagai gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada lansia disebut Sindrom Geriatri.
Kehadiran sindrom ini sejatinya adalah akumulasi dari pola hidup tidak sehat yang diakukan
semasa muda, seperti konsumsi junk food, makanan tinggi lemak, dan alkohol. Selain itu,
Sindrom Geriatri juga dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis pada tubuh penderita
sebagai dampak dari proses penuaan. Sindrom ini dapat berubah menjadi masalah kesehatan
yang serius apabila tidak segera ditangani. Beberapa penyakit pada lansia akan muncul.
Penyakit tersebut disebut Penyakit Degeneratif. Oleh karena itu, mengenal gejala kemunculan
Sindrom Geriatri pada lanjut usia sangat penting untuk dilakukan.

1) Gejala utama Sindrom Geriatri pada Lansia

Penurunan Mobilitas Tubuh (Kemampuan Gerak) Lansia pada umumnya memiliki
keterbatasan fungsi gerak tubuh sebagai dampak dari penuaan otot dan rangka tubuh. Khusus
bagi penderita Sindrom Geriatri, keterbatasan mobilitas tubuh ini sangat terlihat mulai dari

48

gerakan yang kaku, lambat, dan limbung. Penurunan mobilitas ini biasanya terjadi akibat
kurangnya konsumsi zat penting yang dibutuhkan tulang seperti kalsium, fosfor, dan vitamin
D. Krisis zat-zat tersebut akan secara langsung memengaruhi kondisi fisiologis lansia dengan
gangguan Sindrom Geratri, sehingga tubuh menjadi bungkuk dan sulit bergerak. Selain itu,
penderita sindrom ini juga mengalami inkontinensia urin alias sering mengompol, karena
hilangnya kemampuan untuk mengontrol otot yang mengatur saluran urine.

2. Munculnya perasaan stcounterpainres dan depresi secara bertahap

Sindrom Geriatri pada lansia secara bertahap membuat penderitanya cenderung menarik
diri dari masyarakat dan mudah terserang rasa kecemasan berlebih, stres, dan depresi. Untuk
mengatasi gejala ini, keluarga dan masyarakat memegang peranan penting pada proses
rehabilitasi si penderita. Selain itu, penderita juga dapat mengonsumsi suplemen yang
terbukti ampuh mengurangi kadar stres seperti ekstrak Ginkgo Biloba.

3. Timbulnya Gejala Penyakit yang Memengaruhi Memori (Delirium, Demensia, atau
Alzheimer).

Penyakit memori seperti delirium, demensia, dan alzheimer adalah gejala yang sangat
umum dirasakan para penderita Sindrom Geriatri. Lansia yang sudah terjangkit gejala ini
sering kali menunjukkan perilaku linglung, mudah lupa, sering berhalusinasi, dan sulit
berkomunikasi.Selain akibat dari Sindrom Geriatri, timbulnya gejala-gejala tersebut
seringnya juga berhubungan dengan malnutrisi pada lansia, yang berasal dari pola makan
tidak sehat atau faktor kondisi ekonomi seperti kemiskinan.

4. Malnutrisi pada Lansia.

Asupan nutrisi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia di
segala umur. Kandungan nutrisi yang cukup akan mengoptimalkan berbagai fungsi organ di
dalam tubuh sehingga kondisi kesehatan Anda tetap terjaga. Di usia senja, nutrisi memainkan
peranan vital dalam menjaga kondisi kesehatan seorang individu. Kemampuan sel dalam
menyerap asupan nutrisi di usia tua tak lagi secepat anak-anak muda. Karena itu, jumlah
nutrisi yang masuk harus seimbang agar proses penyerapannya dapat dilakukan secara
maksimal.

Malnutrisi adalah salah satu problem yang lazim dijumpai pada lansia. Kurangnya
perhatian pada asupan gizi yang dikonsumsi sehari-hari sering kali membuat lansia sangat
rentan terhadap masalah kesehatan yang satu ini. Kurangnya asupan nutrisi pada lansia dapat

49

berakibat sangat fatal. Karena itu, mengenali gejala awal malnutrisi pada lansia penting untuk
dilakukan. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terlihat:

5. Hilangnya Bobot Tubuh Secara Ekstrem

Salah satu gejala yang paling mudah dilihat pada orang yang mengalami malnutrisi
adalah hilangnya bobot tubuh secara ekstrem. Tubuh penderita dapat kehilangan hingga lebih
dari 5% bobot tubuhnya sebagai akibat dari kurangnya asupan nutrisi sehari-hari.Pada lansia,
gejala ini biasanya disertai dengan gangguan pada sistem pencernaan. Tubuh penderita akan
merasa lemas dan kehilangan nafsu makan. Selain itu, wajah juga akan terlihat lebih pucat
dan rambut mudah rontok meski hanya disisir.

6. Kulit Berubah Kering

Kulit memiliki pelembap alami yang berfungsi menjaga kontur kulit agar tidak kering.
Penderita malnutrisi biasanya memiliki kulit yang kering dan terlihat seperti bersisik akibat
kurangnya produksi cairan pelembap tersebut. Selain itu, biasanya kulit yang kering juga
disertai dengan timbulnya ederma (penumpukan cairan) di bawah kulit.Penderita gejala ini
biasanya belum berada dalam kondisi malnutrisi yang terlalu parah. Karena itu, pemberian
suplemen makanan yang cukup dan makanan dengan kandungan gizi seimbang secara
bertahap akan mengembalikan kelembapan alami kulit seperti sedia kala.

7. Munculnya Tanda-Tanda Sarkopenia

Sarkopenia merupakan suatu kondisi hilangnya massa otot sehingga bagian-bagian tulang
tampak menonjol (prominen). Gejala ini merupakan pertanda yang sangat jelas dari kondisi
malnutrisi seseorang. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan hilangnya lemak subkutaneus
yang biasanya terdapat di bawah permukaan kulit. Lansia dengan tingkat malnutrisi yang
parah akan menunjukkan gejala ini dengan jelas. Penanganan kondisi medis pada penderita
gejala tersebut harus dilakukan secara intensif oleh para ahli yang berpengalaman. Pembiaran
pada penderita kondisi ini dapat berujung pada kematian. Seiring bertambahnya usia, fungsi
jaringan dan organ tubuh manusia umumnya akan mengalami penurunan. Itulah mengapa
lansia menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
penurunan fungsi organ inilah yang dinamakan dengan penyakit degeneratif.

50


Click to View FlipBook Version