i | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o
ii | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan buku ini dapat terselesaikan. Buku ini yang berjudul “Pengantar ekonomi makro”. Adapun buku ini disusun untuk membantu serta mengedukasi para pembaca terutama mahasiswa untuk memahami dunia ekonomi,terutama pada ekonomi makro. Dalam penulisan buku ini tentu saja penulis tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat pada penyusunan buku ini, terutama kepada dosen yang telah membimbing serta memberi pengarahannya yaitu Ibu Putri Sari MJ Silaban, SE, M. Si, sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa buku ini tentu masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sekalian sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan buku ini. Akhir kata penulis mengucapakan terimakasih semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama mahasiswa UNIMED. Medan, April 2024 Kelompok 5
iii | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o DAFTAR ISI KATAPENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTRAR ISI .................................................................................................................. iii BAB 1 KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO .............................................. 1 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro ........................................................ 1 1.2 Aspek ontology ekonomi makro .................................................................................. 2 1.3 Aspek Epistomologi Ekonomi Makro ......................................................................... 2 1.4 Aspek Aksiologi Ekonomi Makro ............................................................................... 3 BAB 2 PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI MAKRO ........................................... 4 2.1 Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Klasik .............................................................. 4 2.2 Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Keynes ............................................................. 10 BAB 3 PENDAPATAN NASIONAL .............................................................................. 23 3.1 Pengertian Pendapatan Nasional .................................................................................. 23 3.2 Perhitungan Pendapatan Nasional ................................................................................ 26 3.3 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) ................................................................. 29 BAB 4 KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI ............................................... 33 4.1 Konsumsi dan Tabungan .............................................................................................. 33 4.2 Marginal Propencity to Consume (MPC) dan Marginal Propencity to Save (MPS) ... 35 4.3 Investasi ....................................................................................................................... 41 BAB 5 PENDAPATAN NASIONAL KESEIMBANGAN ........................................... 43 5.1 Pengertian Pendapatan Nasional Keseimbangan ......................................................... 43
iv | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 5.2 Penentuan pendapatan nasional keseimbangan ........................................................... 44 5.3 Multiplier ..................................................................................................................... 45 BAB 6 APBN ................................................................................................................... 49 6.1 Pengertian dan Tujuan Penyusunan APBN ................................................................. 49 6.2 Funsi APBN ................................................................................................................. 54 BAB 7 UANG DAN BANK ............................................................................................. 56 7.1 . Definisi Uang Dan Fungsi Uang ................................................................................ 56 7.2 Jenis – Jenis Uang ........................................................................................................ 57 7.3 Bank Dan Fungsi Bank ................................................................................................ 59 7.4 Proses Penciptaan Uang ............................................................................................... 60 7.5 Permintaan Dan Penawaran Uang ............................................................................... 60 7.6 Bunga Dan Investasi .................................................................................................... 63 BAB 8 PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NASIONAL KESEIMBANGAN .......................................................................................................... 65 8.1 Perdagangan luar negri, Nilai tukar dan neraca pembayaran internasional ................. 65 8.2 Beberapa pandangan tentang Perdagangan internasional ............................................ 65 8.3 Kebijakan ekonomi internasional ................................................................................ 67 BAB 9 EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI .......... 69 9.1 Masalah Pokok Pembangunan Ekonomi ..................................................................... 69 9.2 Karakteristik Negara Maju dan Negara Berkembang .................................................. 70 9.3 Pengertian ukuran pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan ekonomi ...................... 70 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 76
1 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o BAB 1 KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi didefinisikan sebagai ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara). Ekonomi merupakan sebuah ilmu yang menelaah mengenai pilihan-pilihan dalam mengoptimalkan kemampuannya dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kepuasan maksimum.Adapun ekonomi makro merupakan ilmu ekonomi yang menelaah mengenai kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Fokus kajiannya seluruh kegiatan perekoniman bukan hanya dalam bagian-bagian perekonomian atau hanya dalam suatu perusahaan saja. Menurut Adam Smith, bapak ekonomi dunia, ekonomi makro merupakan upaya untuk menganalisis suatu fenomena atau peristiwa yang biasanya ditujukan untuk mengetahui sebab akibat dari peristiwa tersebut. Terdapat tiga ruang lingkup utama ekonomi makro dalam penerapannya sebagai berikut. 1. Kebijakan Pemerintah Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan terkait ekonomi makro mampu mengatasi permasalahan inflasi, pengangguran, dan persoalan ekonomi makro lainnya. Ekonomi makro menjadi salah satu fokus permasalahan yang harus diselesaikan pemerintah karena menyangkut soal kesejahteraan rakyatnya.
2 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 2. Menentukan Perekonomian Negara Kemampuan produksi produk atupun jasa dari suatu negara menjadi salah satu ruang lingkup dari ekonomi makro. Ia mengkaji mengenai pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumssi rumah tangga, kegiatan ekspor impor, dan pengeluaran perusahaan atau investasi. 3. Pengeluaran Agregat atau Menyeluruh Ruang lingkup ekonomi makro selanjutnya adalah tingkat pengeluaran agregat atau secara menyeluruh. Jika tingkat pengeluaran agregat tidak ideal, maka akan muncul masalah ekonomi lainnya. 1.2 Aspek Ontology Ekonomi Makro Ontologi ilmu ekonomi berkaitan dengan objek yang ditelaah atau sasaran ilmu dan bagaimana wujud sebenarnya dari objek tersebut. Aspek ontology ekonomi makro, meliputi: apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran, dan kenyataan dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana untuk mempelajari masalah ekonomi secara keseluruhan. 1.3 Aspek Epistomologi Ekonomi Makro Epistemologi ilmu ekonomi membahas tentang asal mula atau sumber, struktur, metode dan validitas ilmu ekonomi. Persoalan yang diangkat dalam epistemologi ilmu ekonomi adalah bagaimana manusia dapat mengetahui ilmu ekonomi, darimana ilmu ekonomi berasal dan bagaimana mengetahui kebenaran tentang ilmu ekonomi. Aspek Epistemologi ekonomi makro, meliputi sumber, sarana dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk landasan ontologis akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan dipilih untuk mempelajari semua yang berhubungan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan dipilih.
3 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 1.4 Aspek Aksiologi Ekonomi Makro Aksiologi ilmu ekonomi berkaitan dengan kegunaan ilmu ekonomi. Disini nilai pengetahuan akan terlihat bagaimana peranan ilmu ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan aspek aksiologi ilmu ekonomi seperti masalah pengangguran, tanggung jawab sosial perusahaan, peningkatan mutu dan taraf kehidupan. Aspek Aksiologi ekonomi makro, meliputi: nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana di jumpai dalam kehidupan manusia yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, simbolik, ataupon kawasan fisik material, yang di gunakan untuk mempelajari perekonomian secara keselunihan.
4 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o BAB 2 PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1 Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Klasik Teori Makro klasik yang dikembangkan oleh Adam Smith pada jamannya adalah suatu langkah maju dalam perkembangan ilmu ekonomi dan menjadi acuan setiap Negara untuk mengembangkan perekonomiannya. Banyak pemikiran yang dicetuskan oleh Adam Smith yang dibahas dalam Bab ini antara lain tentang empat pasar dalam ekonomi makro, campur tangan pemerintah dalam perekonomian, bagaimana mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang optimal. Dalam empat pasar dalam ekonomi makro kaum klasik memberikan pandangan atas hubungan tiap pasar dan apa yang dilakukan seseorang apabila mengamati kondisi pasar, untuk campur tangan pemerintah kaum klasik mempertegas bahwa campur tangan pemerintah di perlukan hanya bidang pertahanan dan keamanan serta hokum, dan untuk masalah perekonomian tidak diperlukan biarkanlah pasar yang menentukan. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi yang optimal hal yang paling penting dikatakan adalah tidak ada penggangguran dalam kegiatan ekonomi yang optimal. Kaum Klasik adalah orang yang percaya akan keampuhan sistem ekonomi yang “liberal”. Mereka secara ideologis percaya bahwa sistem Lassez faire atau system dimana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apapun (dalam batasbatas hokum yang berlaku) bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. Sistem bebas berusaha, di mana campur tangan pemerintah adalah minimal, menurut kaum Klasik, bisa menjamin dicapainya: 1. Tingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal (full employment level of actifity). 2. Alokasi sumber-sumber alam dan faktor-faktor produksi lain diantara berbagai macam kegiatan ekonomi secara efisien.
5 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Menurut mereka, peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, sebab apa yang bisa dikerjakan oleh Pemerintah bisa dikerjakan oleh swasta memang betul-betul tidak bisa melakukannya secara efisien, misalnya dibidang pertahanan, hokum kepamongprajaan, dan mungkin juga pendidikan. Dengan cirri ideologis seperti ini, kita bisa menerka bahwa dibidang ekonomi makropun mereka tidak menghendaki bahwa: Suatu perekonomian Laizzer faire mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP) yang “full employment” secara otomatis. Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin berada di bawah atau di atas tingkat full-employment, tetapi kemudian akan segera kembali ke tingkat full employment. Campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka pendek adalah tidak perlu. 1. Pasar Barang Menurut kaum Klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi jangka panjang waktu yang lama. Kalau pada suatu saat ada kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada posisi dimana tingkat produksi total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total masyarakat secara “tepat” (full employment level of activity). Pendapat semacam ini dilandasi oleh adanya kepercayaan dikalangan kaum Klasik bahwa di dunia yang nyata ini: a) Hukum Say (Say’s Law) yang mengatakan bahwa “setiap barang yang diproduksikan selalu ada yang membutuhkannya (supply creates its own demand) berlaku dan b) Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa adalah fleksibel, yaitu bisa dengan mudah berubah (naik atau turun) sesuai dengan tarik-menarik antara penawarannya dan permintaannya. Hukum Say mengatakan bahwa “supply creates its own demand” berdasarkan logika sebagai berikut: Setiap proses produksi (dari suatu barang/jasa) mempunyai dua akibat:
6 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o a) Menghasilkan barang/jasa sebagai hasil produksi, dan b) Memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut, yang jumlahnya senilai dengan nilai dari hasil produksi tersebut. Jadi secara total di dalam suatu masyarakat pada suatu waktu selalu terdapat cukup penghasilan (daya beli, permintaan) untuk dibelanjakan pada hasil-hasil produksinya. Kekurangan permintaan akan hasil suatu barang tertentu masih bias terjadi, tetapi bahwa secara agregat (secara total) permintaan masyarakat tidak cukup untuk “membeli” hasilhasil produksinya sendiri adalah, menurut Say, tidak masuk akal. Kelebihan produksi secara umum atau general overproduction adalah tidak mungkin. Dan selanjutnya, bila kita percaya (seperti halnya kaum klasik) bahwa harga-harga cukup fleksibel untuk menampung tarik-menarik permintaan dan penawaran, maka bila seandainya barang A yang telah diproduksikan tidak bisa terjual (over produksi barang A), mekanisme harga akan mengakibatkan harga barang A turun, dan akan mengakibatkan, sesuai dengan hukum permintaan, kenaikan dari jumlah barang A yang diminta konsumen. Kalau harga barang A cukup fleksibel, maka harga tersebut akan turun sampai semua produksi barang A, dan tidak ada produksi dari barang-barang lainnya. Perekonomian sekali lagi ada pada posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran baik secara “makro” maupun secara “mikro” (full employment). 2. Pasar Tenaga Kerja Kaum Klasik menganggap bahwa pasar tenaga kerja ini tiada beda dengan pasarpasar barang lainnya. Bila harga dari tenaga kerja (yaitu, upah) juga cukup fleksibel maka permintaan akan tenaga kerja selalu seimbang denagn penawaran akan tenaga kerja. Per definisi tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran sukarela. Artinya pada tingkat upah (riil) yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan. Mereka yang menganggur, dengan demikian, hanyalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Jadi mereka ini adalah penganggur yang “sukarela”.
7 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 3. Pasar Uang Di pasar uang permintaan akan uang bertemu dengan penawaran akan uang. Untuk tahap pembahasan sekarang ini kita akan menganggap bahwa penawaran akan uang, yaitu jumlah uang yang beredar, ditentukan oleh pemerintah dan (untuk uang giral. Lembaga keuangan sesuai dengan jumlah kebijaksanaan tertentu. Dengan kata lain, jumlah uang yang beredar (yaitu, kartal plus uang giral) ditentukan oleh kebijaksanaan moneter yang kebetulan dianut oleh Pemerintah-cum-Lembaga Keuangan. Mengenai permintaan akan uang, kaum Klasik mempunyai suatu teori yang cukup terkenal, yang dinamakan Teori Kuantitas. Teori ini sekali lagi, adalah mengenai permintaan akan uang. Teori Kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar mereka (misalnya jual beli barang dan jasa). Uang dibutuhkan oleh masyarakat (disini termasuk rumah tangga maupun produsenprodusen) karena uang bisa mempermudah proses tukarmenukar anggota masyarakat tersebut, dan tidak karena sebab-sebab lain. Menurut kaum Klasik, karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali mempermudah transaksi, maka uang akan diminta oleh masyarakat sejumlah yang tidak lebih apa yang diharapkan untuk “membiayai” proses transaksi mereka. Jadi, semakin banyak transaksi yang dilakukan semakin uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sekarang, menurut kaum Klasik, volume transaksi ini tergantung pada dua hal, yaitu: volume barang/jasa yang diproduksikan oleh masyarakat (yang diukur dengan GDP riil GDP pada harga konstan) dan tingkat harga umum. Semakin besar GDP semakin banyak transaksi yang diharapkan untuk dilaksanakan oleh para anggota masyarakat. Dan semakin tinggi harga-harga barang, semakin besar uang yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi. Jadi, Penawaran akan uang Ms = ditentukan oleh kebijaksanaan moneter. Permintaan akan uang Md = kPQ dimana,k= suatu konstanta; Q = GDP dengan harga konstan; P = tingkat harga umum (rata-rata).
8 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Menurut kaum Klasik, k tidak berubah dalam jangka pendek, dan terutama sekali ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan, misalnya kebiasaan pembayaran gaji (bulanan, harian dan sebagainya). Jadi untuk teori makro jangka pendek, yang kita bahas dalam buku ini, k bisa dianggap sebagai suatu konstanta. Q atau GDP riil, seperti yang telah kita lihat di atas, ditentukan di pasar barang, dan tingkat Q yang “normal” adalah Q pada tingkat “full employment”. Sehingga Q menurut teori Klasik ditentukan di luar pasar uang, dan dengan demikian bisa dianggap sebagai sesuatu yang mendekati suatu konstanta (ditentukan sebelumnya). Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran akan uang dengan permintaan akan uang. Sehingga: Persamaan ini bisa ditaksirkan sebagai berikut: kalau volume uang beredar (yaitu Md) ditambah dengan, misalnya, 10%, maka tingkat harga umum (yaitu, P) akan naik dengan 10% pula, kecuali bila dan Q berubah (yang dalam jangka pendek memang tidak anggap berubah). Dan kalau misalnya volume uang yang beredar naik dengan 10% setiap triwulan, maka tingkat harga umum akan naik pula sebesar 10% setiap triwulan, dan kita mengatakan bahwa laju inflasi adalah 10% setiap triwulan. Ini adalah esensi teori moneter Klasik yang paling sederhana. Memang ada variasi dari teori moneter Klasik ini. Secara ringkas: pasar uang mempertemukan permintaan akan uang (teori Kuantitas) dan penawaran akan uang. Selanjutnya penawaran dan permintaan akan uang ini menentukan tingkat harga umum. Menurut kaum Klasik, di pasar uang ditentukanlah “nilai” dari uang, yaitu daya beli uang untuk dibelikan barang-barang (yang bisa diukur dengan harga-harga barang). Dalam bab berikutnya kita akan membicarakan teori moneter Keynes, yang mengatakan bahwa di pasar uang ditentukan “harga” dari uang (yaitu tingkat bunga), bukannya “nilai” dari uang (atau tingkat harga umum). Ms = Md = kPQ
9 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 4. Pasar Luar Negeri Di pasar luar negeripun kaum Klasik juga mempertahankan pandangan mereka mengenai dunia yang selalu bisa mengoreksi ketidakseimbangan secara otomatis. Esensi teori mereka di sektor luar negeri ini adalah bahwa suatu perekonomian nasional tak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijaksanaankebijaksanaan khusus, asal saja Pemerintahnya mau memulai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini: a) Sistem Standar Emas, yaitu sistem dimana uang dalam negeri (misalnya, rupiah) dijamin penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut (misalnya, satu rupiah) selalu bisa ditukarkan dengan emas murni seberat x gram pada Bank Sentral. b) Standar Kertas dan Kurs Devisa yang fleksibel. Dalam sistem ini kita boleh mempunyai sistem keuangan dalam negeri yang mengikuti “standar kertas”, yaitu menggunakan uang kertas yang tidak dijamin dengan emas (seperti uang rupiah kita sekarang), tetapi disamping itu kita juga menganut sistem kurs devisa yang “mengambang”. Arti “mengambang” ini adalah bahwa kita (atau pemerintah kita) tidak menentukan kurs atau paritas (perbandingan pertukaran) antara satu rupiah dengan, misalnya dollar, atau mata uang asing lainnya. Kurs rupiah terhadap mata uang asing manapun dibiarkan untuk naik turun secara bebas sesuai dengan tarik-menarik dan kekuatan-kekuatan pasar devisa. Asalkan semua saja negara memakai sistem standar emas maka setiap perekonomian nasional akan mempunyai suatu sistem neraca perdagangan yang bisa mengoreksi ketidakseimbangan secara otomatis. Dalam teori Klasik terkandung keyakinan bahwa masing-masing pasar (baik pasar “makro” maupun pasar “mikro”) yang bersama-sama membentuk suatu perekonomian memiliki daya mengatur diri sendiri (self-regulating) menuju keseimbangannya. Sistem ekonomi menurut kaum Klasik, adalah bagian dari “orde alamiah” (natural over) yang tunduk pada “hukum-hukum alam” (natural laws). Tindakan-tindakan manusia (berupa, misalnya
10 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o kebijaksanaan-kebijaksanaan pengaturan oleh pemerintah) justru sering menghambat penyesuaian alamiah dari perekonomian kearah keseimbangan. Namun kebanyakan kaum Klasik akan menyetujui dua macam campur tangan Pemerintah di bidang ekonomi (selain bidang pertahanan, hukum dan kepamongprajaan yang disebut di atas), yang satu pada tingkat “mikro” dan yang lain pada tingkat “makro”. Campur-tangan pada tingkat mikro tersebut menyangkut pengaturan-pengaturan atas industri-industri yang bersifat monopoli dan penghapusan hambatan-hambatan kelembagaan yang menghalangi fleksibilitas harga-harga untuk turun atau naik sesuai dengan tarik-menarik penawaran dan permintaan pasar. Tindakan-tindakan seperti ini dianggap akan membantu proses penyesuaian alamiah tersebut di atas. Campur-tangan yang kedua, yang menyangkut tingkat “makro” adalah tindakan pengaturan terhadap jumlah yang beredar (MS). Namun hal inipun hanya berlaku bagi negaranegara yang menganut standar kertas, dan bukan bagi mereka yang menggunakan standar emas. Kita lihat di atas bahwa tingkat harga umum (P) langsung ditentukan oleh besarnya uang yang beredar. Dalam sistem standar kertas, tugas utama dari Pemerintah adalah mengendalikan MS sehingga tercapai kestabilan tingkat harga umum (yaitu menjaga agar tidak timbul inflasi). MS harus dikendalikan agar dari waktu ke waktu meningkat sesuai dengan peningkatan kebutuhan uang untuk transaksi masyarakat, tidak lebih dan tidak kurang. Tugas pengendalian inflasi ini, menurut kaum Klasik, adalah satu-satunya tugas makro Pemerintah. Selebihnya dari itu, Pemerintah tidak perlu melakukan tindakan-tindakan makro lainnya. Perekonomian akan melakukan penyesuaian sendiri. 2.2 Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Keynes Dengan terbitnya buku J.M. Keynes, terutama yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money” (1936), maka peninjauan masalah-masalah ekonomi mengalami perubahan besar bahkan bersifat fundamental, yaitu dari peninjauan yang bersifat mikro berubah menjadi peninjauan yang bersifat makro ekonomi. Semenjak perubahan besar dan fundamental itu, berkembanglah kemudian apa yang disebut dengan “Keynesian
11 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Economic”. Akan tetapi tidaklah boleh dilupakan dengan faham dan teorinya yang baru itu, tidaklah berarti bahwa Keynes tidak terpengaruh sama sekali oleh faham ekonomi lama yang berkembang sebelum Keynes. Pengertian-pengertian seperti Marginal Propencity to Save, Marginal Effeciency of Capital dan lain-lain, adalah pengertian-pengertian yang berasal dari ahli-ahli ekonomi Neo Klasik. Ekonomi Swedia (aliran Stockholm) seperti Bertil, Ohlin, Lindahl, Myrdall dan lainlain, ikut secara aktif menyempurnakan faham ekonomi baru dari Keynes. Bilamana demikian maka benarlah apa yang dikatakan oleh Alexander Grey dalam bukunya “Development and Economics Doctrine” bahwa: Old doctrine never die, they only fade away. Lebih tegas lagi apa yang dikatakan oleh Marshall, yaitu bahwa teori ekonomi bukanlah. .a body of irri du truth, but an engine for the discovery of irri du truth. Disamping itu, agaknya benarlah bahwa bilamana diselidiki dan diperhatikan dengan seksama, maka berkembangnya suatu faham atau suatu teori, adalah didorong oleh suatu masalah yang dihadapi pada suatu masa, pada masa mana masyarakat menghendaki pemecahan dan penyelesaian masalah itu secara mendasar dan menyeluruh. Teori Keynes apa yang dibentangkan dalam bukunya “The General Theory of Employment, Interest and Money” (1930), dalam keseluruhannya adalah merupakan penolakan total terhadap teori-teori ekonomi Klasik yang lama berkembang sebelum Keynes. Teori – teori ekonomi Klasik, seperti apa yang ditujukan oleh sejarah, gagal dalam mengatasi masalah ekonomi yaitu over produksi dan pengangguran yang hebat di tahuntahun tiga puluhan (masa depresi besar 1929- 1930). Sifat Umum Dari Teori Keynes Sesuai dengan nama bukunya, maka Keynes menekankan bahwa teorinya adalah bersifat umum (general). Dalam artian bahwa teori Keynes itu ditujukan untuk semua tingkat employment (kesempatan kerja). Tidak seperti ekonomi tradisional (Klasik) yang hanya berlaku dalam suatu tingkat (macam) employment, yaitu full employment. Mengapa teori
12 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Klasik bersifat khusus, yaitu teori khusus untuk full employment, sebab para ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa dalam irri perekonomian yang didasarkan atas kebebasan pribadi (laissez faire), dalam perekonomian itu senantiasa ada tendensi full employment. Jelasnya full employment adalah normal menurut Klasik, sedangkan kurang dari full employment adalah normal menurut Keynes. Sebab itu teori Klasik adalah bersifat khusus (special) dan keseimbangannya adalah statis. Sebaliknya teori ekonomi dari Keynes adalah keseimbangan yang berubah-ubah (shitting equilibrium). Dari sini jelaslah bahwa pangkalan atau dasar dari teori ekonomi Klasik dan teori ekonomi dari Keynes adalah berbeda, yaitu atas dasar full employment, dan kurang dari full employment. Oleh karena itu teori-teori yang dikembangkan atas dasar yang berbeda, dengan sendirinya pun tidak sama. Segi lain dari Keynes yang bersifat umum ialah bahwa teori-teori Keynes tidaklah mempersoalkan sebuah perusahaan individuil, atau suatu cabang perusahaan individuil, atau representative firm (istilah Marshall). Tetapi yang dipersoalkan oleh teori – teori Keynes yang bersifat umum itu adalah persoalan-persoalan yang berkenaan dengan employment dan hasil atau pendapatan total dalam suatu sistem perekonomian sebagai suatu keseluruhan (totalitet). Selanjutnya menurut Keynes, sesuai dengan dasar teorinya yang bersifat umum, maka Keynes berpendapat bahwa soal full employment dan un employment (pengangguran) ataupun persoalan inflasi dan pengangguran itu sebenarnya masalah permintaan efektif. Kurangnya permintaan efektif akan menimbulkan pengangguran dan sebaliknya jika berkelebihannya permintaan efektif akan menimbulkan gejala-gejala inflasi. Dari jurusan inilah, Keynes menghadapi masalah pengangguran yang dahsyat dan merajalela dalam tahun-tahun tiga puluhan. Bilamana teori Keynes itu benar, maka teori ekonomi Klasik yang bersifat khusus (special theory) adalah salah. Bukan saja karena teori Klasik hanya berlaku dalam hal yang sangat terbatas, yaitu full employment, tetapi teori itu pun tidak atau kurang penting dalam dunia kenyataan dalam mana un employment nyata-nyata merupakan persoalan berat. Dan
13 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o dengan teorinya yang baru itu Keynes bermaksud memecahkan realitet persoalan-persoalan ekonomi. Teori Keynes bertujuan menjelaskan perubahan-perubahan employment dan output dalam suatu sistem perekonomian sebagai suatu keseluruhan. Dasar konsepsi keseluruhan dari teori Keynes adalah jumlah employment, pendapatan dan produk nasional, konsumsi, tabungan dan investasi nasional. P.A. Samuelson, terhadap ilmu ekonomi atau teori ekonomi, yang diciptakan sebelum J.M. Keynes menyebutnya dengan istilah Euclidean Economics, sedangkan untuk ilmu ekonomi yang dikembangkan oleh J.M. Keynes disebutnya dengan: Non Euclidean Economics. Peranan Uang Bermula Keynes adalah seorang ahli ekonomi moneter seperti apa yang ditunujukkan dalam sebuah karyanya yaitu Treatise on Money yang mendahului kitabnya General Theory. Dalam analisa Keynes, uang mempunyai peranan penting dalam menentukan luasan kesempatan kerja (employment) dalam masyarakat dan kegiatan produksi. Uang mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai alat penukar umum, sebagai suatu kesatuan hitung dan sebagai suatu alat untuk menghimpun kekayaan (store of value). Fungsi ketiga inilah terpenting dalam analisa Keynes. Bagi mereka yang berpendapatan besar, artinya lebih besar dari pengeluaran konsumsinya, mereka dapat menyimpan kelebihan pendapatannya itu sebagai suatu saving (tabungan). Tabungan adalah kelebihan pendapatan di atas konsumsi. Tabungan tersebut dapat digunakan untuk: 1. Dipinjamkan kepada fihak lain, untuk ini mereka akan mendapatkan bunga (interest) 2. Disimpan dalam bentuk uang tunai (jadi tidak produktif – hourding). Untuk itu ia tidak mendapatkan apa-apa. 3. Di investasikan, yaitu dipergunakan dalam proses produksi untuk tujuan mana ia akan mendapatkan yang lazimnya disebut Marginal Efficiency of Capital (MEC).
14 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Berhubung dengan tiga kemungkinan saving tersebut, timbullah pertanyaan mengapakah seseorang itu melakukan hoarding, yaitu bentuk penggunaan saving seperti No. 2. Atas persoalan ini, maka Keynes memberikan jawaban bahwa uang tunai adalah bentuk yang paling aman untuk menghimpun kekayaan yang setiap waktu dapat saja dipergunakan. Dalam bentuk pertama dan ketiga (No. 1 dan 3 di atas) meskipun bagi mereka yang melakukan akan memperoleh pendapatan bunga atau MEC, namun keduanya itu senantiasa menghadapi ketidakpastian (uncertainty) dalam masa-masa mendatang. Masalah Hoarding Hoarding adalah keinginan seseorang untuk menahan uang tunai (people desire to hold wealth in the form of money). Bilamana seseorang melakukan hoarding, berarti orang itu melepaskan pendapatan yang berupa bunga. Jelasnya seseorang akan menerima pendapatan yang berupa bunga, jika orang itu tidak melakukan hoarding adalah berbagai jumlah uang yang ingin seseorang pada berbagai tingkat bunga. Jadi hoarding itu tidak lain adalah permintaan akan uang (demand for money), dan Keynes menggunakan istilah Liquidity preference. Hubungan Antara Tingkat Bunga Dengan Uang Dalam analisa Keynes, bunga (interes) adalah suatu premi karena seseorang itu tidak menimbun uang (tidak melakukan hoarding atau mengorbankan liquidity preference-nya). Pendapatan demikian didasarkan atas: Bahwa keinginan seseorang untuk melakukan hoarding, meskipun itu yang paling aman adalah mutlak. Dalam arti bahwa seseorang akan bersedia melepaskan atau berpisah dengan uangnya bilamana orang itu mendapatkan bunga. Pendapat Keynes yang demikian tentang bunga secara prinsipil adalah berbeda dengan pendapat para ahli ekonomi Klasik. Ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa bunga adalah sejumlah balas jasa karena menabung. Jadi bunga dalam pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik adalah sama artinya dengan
15 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o hadiah karena penundaan konsumsi. Sedangkan Keynes berpendapat bahwa bungan adalah balas jasa karena seseorang itu mengorbankan Liqudity preference-nya. Sesuai dengan pendapat Keynes, maka makin besar liquidity preference seseorang maka berarti makin besar keinginan orang untuk memiliki uang tunai, maka makin besarlah jumlah bunga yang harus dibayarkan atas jumlah uang yang dipinjamkan. Peranan Investasi Dalam pandangan Keynes maka investasi mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagai determinan employment atau pendapatan. Jelasnya, kesempatan kerja dalam suatu masyarakat bergantung pada jumlah investasi yang terlaksana terselenggarakan dalam masyarakat itu sendiri, dan kurangnya investasi akan menimbulkan pengangguran (un employment). Adanya investasi dalam masyarakat pertama-tama akan memberikan dan menambah kesempatan kerja, sehingga pendapatan masyarakat pun bertambah. Bertambahnya pendapatan akan memperbesar konsumsi masyarakat, sehingga para pengusaha akan mendorong untuk memperbesar produksinya dengan memperluas perusahaannya, baik dengan menambah materialnya, tenaga kerja, dan demikianlah seterusnya bagi factor-faktor produksi yang lain. Ketidakpastian Masa Yang Akan Datang Irrationalitet psychologis sebagai suatu sebab dari ketidakpastian. Pelaksanaan Investasi sebagai suatu determinan penting untuk employment dan pendapatan adalah berdasarkan dugaan-dugaan, perkiraan-perkiraan atau ramalan-ramalan (expectation) terhadap masa-masa yang akan datang yang senantiasa diliputi oleh ketidakpastian. Sebab itu, keputusan tentang investasi pada dirinya mengandung bahaya-bahaya dari ketidakpastian pada dirinya jelas meniadakan kemungkinan bahwa pengharapan dalam investasi dapat dilakukan secara tepat, rasional dan ilmiah. Tetapi meskipun demikian, sebagai manusia hidup dalam masyarakat yang produktivitet dan pendapatannya bergantung pada investasi, maka seharusnyalah bilamana
16 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o kita membuat keputusan tentang masalah investasi untuk masa-masa mendatang, sekalipun kesemuanya itu bergantung pada ketidakpastian dan mudah berubah. Bagi mereka yang mengambil keputusan tentang investasi, boleh dikatakan tidak mempunyai kepercayaan atas penilaiannya sendiri. Mereka mengikuti gerak-gerik dan pendapat para pengusaha yang merefleksi dalam pasar. Jadi conventional judgment menurut Keynes adalah merupakan dasar bagi para investor yang hendak menginventir modalnya. Dalam perekonomian, dimana masa depan perekonomian merupakan sesuatu bentuk penting untuk menimbun kekayaan (store of wealth), maka tingkat umum dari employment adalah bergantung pada hubungan antara untung (pendapatan dari employment) dari investasi dengan tingkat bunga yang harus dibayar guna mendorong para pemilik modal agar supaya bersedia meminjamkan uangnya. Bilamana terdapat kepercayaan positif tentang masa depan, maka investasi riil akan meningkat dan employment pun akan meluas. Dalam hal sebaliknya, employment akan berkurang dan harapan untuk mendapatkan laba pun berkurang. Depresi akan terjadi bilamana jumlah bunga yang luas dibayar kepada mereka yang memberikan pinjaman modal melebihi jumlah pendapatan (MEI) yang diharapkan dari investasi. Ke dalam lima ide pokok tersebut di atas itulah, garis besar teori Keynes ini disimpulkan. Dengan memperhatikan kelima ide pokok tersebut, jelas bahwa kelima pokok itu merupakan suatu kebulatan teori, sehingga satu sama lain adalah keterkaitan yang kait mengait dan oleh karena ia tidak menahan kekayaannya dalam bentuk uang. Kelima ide pokok tersebut boleh juga dikatakan sebagai suatu teori tentang investasi dan akibatakibat dari fluktuasi dalam investasi. Fluktuasi dalam investasi dan akibat-akibat dari fluktuasi dalam investasi. Fluktuasi dalam investasi akan menyebabkan fluktuasi (kegoncangan) dalam employment dan pendapatan. Fluktuasi investasi secara luas ditentukan oleh fluktuasi dan sifat tidak pasti dari pengharapan akan pendapatan (marginal efficiency of investment) dimasa mendatang dari aktiva modal mana investasi itu ditanamkan. Investasi akan terjadi bilamana
17 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o pengharapan atas pendapatan dalam masa-masa mendatang lebih besar daripada premi yang harus dibayar kepada mereka yang telah meminjamkan uangnya untuk keperluan investasi tersebut. Azas Permintaan Efektif Azas (prinsip) permintaan efektif, yaitu azas yang bertenaga beli, adalah merupakan titik tolak (starting point) dari teori Keynes yang bersifat umum tentang employment. Menurut teori Keynes tingginya tingkat employment atau luasnya kesempatan kerja yang tersedia dalam masyarakat, bergantung pada besarnya permintaan efektif dari masyarakat itu sendiri. Timbulnya pengangguran (un employment) dalam suatu masyarakat disebabkan oleh kurangnya permintaan efektif itu. Dengan azas teori permintaan efektif ini, maka dalam menghadapi masalah perekonomian masayarakat, Keynes meletakkan tekanan utamanya pada segi permintaan dan tidak pada segi penawaran seperti para ahli-ahli ekonomi Klasik yang berdasarkan dari pada irri pasar dari Say. Pengertian permintaan sepanjang teori Keynes, adalah permintaan total (aggregate demand) dari suatu masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan bukannya permintaan irri dual seperti permintaan, dan bukan permintaan suatu perusahaan/cabang perusahaan. Demikian pula dalam hal penawaran, penawaran dalam teori Keynes adalah penawaran total (aggregate supply) dan bukannya penawaran riil dual seperti yang lazimnya didapati pada mikro ekonomi. Berapa besarnya permintaan dan penawaran total tidaklah diukur dengan kilogram, ton, yards dan sebagainya, seperti yang terjadi pada kurve penawaran dan permintaan dalam makro ekonomi, tetapi diukur dengan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam masyarakat. Atas dasar ukuran ini maka harga permintaan total adalah sejumlah penerimaan uang (proceed) yang diharapkan dari penjualan hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh jumlah seluruh tenaga kerja dari suatu masyarakat.
18 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Demikian pula penawaran total adalah jumlah penawaran atas seluruh hasil produksi (out put) inilah yang menentukan harga dari jumlah seluruh hasil produksi (out put) inilah yang menentukan harga dari penawaran total. Kesamaan antara penawaran total dengan permintaan total inilah yang menentukan besarnya permintaan efektif dan luasnya kesempatan kerja dalam masyarakat. Sistem J.M. Keynes Tentang Politik Ekonomi J.M. Keynes (1883-1946) adalah putera seorang professor ekonomi Inggris yang terkenal yang memberi kuliah pada universitas Cambridge. Approach ekonomi Keynes adalah jelas berbeda dari ekonomi kaum klasik. Teori ekonomi klasik adalah berdasarkan atas berlakunya system harga dan efesiensi usaha ekonomi swasta (private interprese). Dalam faham ekonomi klasik harga itu dipandang sebagai “The insible hand” (tangan yang tidak tampak), yang mengatur proses bekerjanya ekonomi yang sedemikian rupa, sehingga keperluan konsumen dapat terpenuhi secara optimal. Keperluan dan kebutuhan masyarakat menurut ahli-ahli ekonomi klasik, dan melalui mekanisme pembentukan harga (price merchanism), yaitu tarik menariknya permintaan dan penawaran dipasar arah dan irama produksi akan ditentukan. Selanjutnya menurut teori ekonomi klasik, kehidupan ekonomi akan mencapai optimumnya bilamana pemerintah tidak campur tangan dalam perekonomian, dan berikan sajalah kebebasan bertindak dan bersaing pada swasta seluas-luasnya (laissez faire, laissez aller, laissez passer). Menurut Keynes, maka letak masalah ekonomis itu adalah terletak diluar masalah harga. Kemakmuran menurut teori ekonomi adalah terletak atau ditentukan oleh tingginya pendapatan nasional suatu bangsa. Masalah-masalah lain seperti deflasi, inflasi, perpajakan, neraca pembayaran internasional adalah masalah-masalah yang besar pengaruhnya terhadap masyarakat, oleh karena itu teori ekonomi Keynes yang bersifat makro adalah berpusat pada teori dan ajaran pendapatn nasional.
19 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Dalam menyusun dan mengembangkan teorinya Keynes menyatakan bahwa konsumsi adalah satu factor penting yang menentukan produksi masayarakat, dan bukanlah sebaliknya dalam teori ekonomi klasik yang mendasarkan diri dalam hokum say. Oleh karena itulah propensity to consume, oleh Keynes dijadikan suatu variable yang independent. Jelasnya konsumsi menimbulkan permintaan dan penawaran mendorong timbulnya investasi. Selanjutnya konsumsi dan investasi secara bersama-sama merupakan permintaan efektif. Konsumsi bergatung pada pendapatan dan kecenderungan untuk konsumsi (propensity to consume), konsumsi dalam artian ini adalah sejumlah pengeluaran untuk membeli barang-barang konsumsi, jadi ekuivalen dengan permintaan. Analog dengan pengertian demikian, adalah dapat dipahami mengapa dalam teori Keynes tentang konjuktur (business cycle) mengemukakan teorinya tentang “konsumsi kurang” (under consumption). Bagaimana dengan peranan pemerintah, yaitu intervensi pemerintah dalam perekonomian. Menurut Keynes intervensi pemerintah adalah sangat diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan kondisi-kondisi tertentu dalam perekonomian. Tentang arti pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian sepanjang teori Keynes adalah mirip dengan ide kaum Merkantilis. Peranan Tabungan (Saving) Dari keseluruhan teori keyens, dapat dipahami apa yang hendak dicapai, ialah kehidupan dan kegiatan perekonomian pada tingkat kegiatan ekonomi yang penuh (full employment), dalam tingkat mana semua peralatan produksi berada dalam penggunaan yang paling menguntungkan. Dalam system ekonomi Keynes ini terdapat ciri-ciri khusus yaitu: 1. Bersifat Makro ekonomi 2. Ekonomi moneter 3. Ekonomi tentang arus lingkaran (circular flow) Dari ciri yang pertama, sifat teori ekonomi Keynes yang bersifat makro ekonomi nampak jelas variable yang digunakan, yang bersifat keseluruhan (totality agregatif), seperti
20 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o konsumsi total, investasi dan tabungan total (nasional) dan sebagainya. Jadi variablenya tidak bersifat individual seperti ciptaan ekonomi mikro dari teori ekonomi klasik. Dari ciri yang kedua, besarnya variable yang sifatnya agregatif itu oleh teori Keynes ditegaskan besarnya, yaitu harus dinyatakan dengan uang. Uang dan jumlah uang merupakan alat penting bagi Bank sentral untuk melakukan aktivitas-aktivitas keuangan itu pulalah maka permintaan efektif dapat diperbesar. Dari ciri ketiga, dalam teori Keynes ialah bahwa proses kegiatan itu digambarkannya sebagai suatu lingkaran (circular flow of economics). Komentar Terhadap Teori Ekonomi Keynes Adapun ada beberapa komentar terhadap beberapa bahasan yang dikemukakan di atas, antara lain ialah: 1. Analisa Keynes ini terpusat pada tujuan mencapai kegiatan ekonomi full employment. Oleh karena menekankan pentingnya uang dalam perekonomian, maka tingkat full employment yang ingin dicapainya itu diusahakan melalui full employmentnya dana-dana (funds) 2. Selanjutnya sesuai dengan tujuan tersebut, maka teori dan analisa Keynes ini merupakan jalur pemikiran dan skema untuk mencapai sejumlah arus dana-dana moneter yang mengalir secara kontiyu sepanjang waktu sehingga terjadilah arus pengeluaran yang penuh (full Spending). Secara sederhan maka skema itu adalah bahwa pendapatan = pengeluaran = nilai output = harga-harga yang dibayarkan. 3. Besarnya pengeluaran itu dapat tersalur menjadi pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi, sehingga konsumsi ditambah investasi = pendapatan (C + I = Y). 4. Konsumsi adalah determinan pendapatan. Sebab itu persoalan penting dalam usaha pencapaian full employment, adalah bagaimana memperbesar investasi masyarakat, dan mencari jawaban atas masalah, mengapakah, factor-faktor manakah yang menyebabkan, mengapakah pengeluaran untuk investasi itu berkurang. 5. Tabungan (saving) oleh Keynes diartikan sebagai hal yang negative yaitu tidak digunakan untuk konsumsi (pengeluaran pendapatan sekarang).
21 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 6. Sumbangsih peranan Keynes dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah jelas sekali, yaitu terlihat dari pengaruh yang demikian luasnya. Idenya yang paling menarik adalah dalam hal efeciency marginal modal (MEC) dan prefensi likwidited dalam persoalan bunga (interest of money). Kritik-Kritik Terhadap Teori Keynes 1. Teori bersifat statis, oleh karena Keynes tidak mempersoalkan masalah waktu dalam perumusan Y = C + I dan Y = C + S, yang mengakibatkan I = S, menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh sekarang, juga dikeluarkan sekarang sedangkan kenyataannya tidak demikian. Pendapatan yang baru diperoleh sekarang, mungkin baru besok lusa dipergunakan, sehingga ada tenggang waktu antara pendapatan dan pengeluaran. 2. Macam-macam kecenderungan sebenarnya merupakan konsepsi-konsepsi lama, pengertian itu tidaklah baru. 3. Terlampau menyangkal adanya hubungan antara upah dan kesempatan kerja. 4. Rendahnya tingkat suku bunga tidak bisa diharapkan sebagai suatu factor stimulant untuk investasi dan employment. 5. Presensi likwiditas tidak cukup penuh sebagai suatu teori bunga. 6. Variabel-variabel yang diandalkan oleh Keynes adalah bersifat independent. 7. Idealismenya adalah sangat extreme Arti Dari Teori Ekonomi Keynes Dalam garis besarnya ada 3 arti penting yang diberikan oleh Keynes, terhadap masalah-masalah ekonomi pada umumnya, yaitu: 1. Keynes telah menciptakan metode baru dalam mempelajari dan menganalisis kehidupan perekonomian, terutama tentang masalah pendapatan nasional. Yaitu metode C + I = Y yang ternyata banyak manfaatnya untuk memecahkan masalah ekonomi baru. Masalah ekonomi mana masih merupakan masalah yang gelap bagi teori ekonomi lama (tradisional dan klasik).
22 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 2. Ekonomi baru yang menggunakan dasar analisa kerjanya pada lingkaran kegiatan ekonomi (circular flow of economic), maka peranan C + I, atas pendapatan nasional menjadi semakin besar dan mantap. Menurut teori ekonomi Keynes kehidupan perekonomian sangat dipengaruhi situasi C + I. Kegoncangan antara C + I dapat mengakbatkan timbulnya defresi, inflasi maupun kestabilan. Bahayabahaya yang selalu mengancam dan mengoncang kestabilan ekonomi dan kemudian daya upaya untuk melunakkan atau menghilangkan kegoncangankegoncangan perekonomian itu, telah lebih banyak diketahui setelah mengembangkan konsep C + I tersebut daripada sebelumnya. 3. Teori ekonomi Keynes sampai beberapa jauh dapat dipergunakan untuk menentukan kebijakan-kebijakan guna mencapai pertumbuhan dan perekonomian yang stabil, dalam tingkat yang tinggi.
23 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o BAB 3 PENDAPATAN NASIONAL 3.1 Pengertian Pendapatan Nasional Pendapatan nasional pertama kali diperkenalkan lewat konsep Sir William Petty dari Inggris. Pada 1665, ia berupaya menaksir pendapatan nasional negaranya dengan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup atau konsumsi selama setahun. Sebetulnya, apa itu pendapatan nasional? Pendapat Sir William Petty kelak tidak disepakati ahli ekonomi modern. Sebab, konsumsi bukan satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional, seperti dikutip dari Pengantar Ilmu Ekonomi oleh Drs. Jimmy Hasoloan, M.M. Pendapatan nasional adalah nilai total output akhir suatu negara dari semua barang dan jasa baru yang diproduksi dalam satu tahun. Pencatatan pendapatan nasional merupakan sistem pembukuan yang digunakan pemerintah untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi negara dalam periode waktu tertentu. Catatan akuntansi seperti ini mencakup data mengenai total pendapatan yang diperoleh perusahaan domestik, upah yang dibayarkan kepada pekerja asing dan domestik, dan jumlah yang dihabiskan untuk pajak penjualan dan pendapatan oleh perusahaan dan individu yang tinggal di negara tersebut. Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di sebuah negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode. Biasanya, satu periode dalam pendapatan nasional adalah satu tahun. Menurut ahli ekonomi modern, alat utama pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto atau Gross National Product (GNP). GNP adalah seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara bersangkutan, diukur menurut harga pasar suatu negara.
24 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Beberapa konsep pendapatan nasional yaitu Produk Domestik Bruto (GDP), Produk Nasional Bruto (GNP), Produk Nasional Netto (NNP), Pendapatan Nasional Netto (NNI), Pendapatan Perseorangan (PI), dan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (DI). Konsep pendapatan nasional sendiri pertama kali dicetuskan oleh seorang ekonom asal Inggris, Sir William Petty pada tahun 1665. Pada awalnya, rumus pendapatan nasional yakni jumlah biaya hidup atau konsumsi seluruh masyarakat satu negara selama kurun waktu setahun. Sir William Petty menulis tentang metode menghitung populasi dan social income. Teori ini kemudian ditentang karena tidak menyertakan perubahan sumber daya, populasi, dan kondisi lain yang mempengaruhi pendapatan. Namun dalam rumus pendapatan nasional dalam ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya komponen dalam perhitungan pendapatan nasional. Pengertian pendapatan nasional pada akhirnya berubah seiring perkembangan zaman. Saat ini, perhitungan pendapatan nasional adalah salah satunya dengan memperhitungkan produk domestik bruto (PDB). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), menghitung pendapatan nasional melalui PDB dapat menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan negara. Produk Domestik Bruto (GDP) Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan unit-unit produksi dalam batas wilayah sebuah negara (atau secara domestik) selama satu tahun. GDP juga termasuk hasil produksi barang dan jasa perusahaan atau orang asing yang beroperasi di negara tersebut. Sementara itu, barang-barang yang dihasilkan juga termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya. Sebab, jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor.
25 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Produk Nasional Bruto (GNP) Produk Nasional Bruto atau Gross National Product (GNP/PNB) merupakan nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan penduduk suatu negara selama satu tahun. GNP juga termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut di luar negeri. Namun, PNB tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di negara itu. Produk Nasional Neto (NNP) Produk Nasional Neto atau Net National Product (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal yang disebut juga replacement. Replacement penggantian barang modal atau penyusutan peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran. Karena itu, replacement bisa saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan, meskipun relatif kecil. Pendapatan Nasional Neto (NNI) Pendapatan Nasional Neto atau Net National Income adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung yaitu pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain. Pendapatan Perseorangan (PI) Pendapatan Perseorangan atau Personal Income adalah jumalh pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan yang bukan balas jasa produksi tahun ini, tetapi sebagian dari pendapatan nasional tahun lalu, seperti dana pensiun, tunjangan sosial bagi pengangguran, veteran perjuangan, bunga utang pemerintah, dan
26 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o lain-lain. Pendapatan Perseorangan merupakan NNI dikurangi pajak laba perusahaan, laba yang tidak dibagi, dan iuran pensiun. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (DI) Pendapatan yang siap dibelanjakan atau disposable income adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan dalam membeli barang dan jasa konsumsi. Sementara selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable Income adalah personal income dikurangi pajak langsung atau direct tax. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan pada pihak lain, sehingga harus ditanggung wajib pajak sendiri.Contoh pajak langsung adalah pajak pendapatan. 3.2 Perhitungan Pendapatan Nasional Terdapat tiga pendekatan untuk mengukur pendapatan nasional, yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan pendekatan pengeluaran (expenditure approach). Nah, sekarang kita bahas satu-satu yuk ! 1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Squad, pendekatan yang pertama adalah pendekatan produksi. Nah, pendekatan ini menekankan pada kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value added). Maka dari itu, perhitungan hanya mencakup perhitungan nilai tambah pada sektor produksi. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Y = (Q1 x P1) + (Q2 x P2) + (Q3 x P3) + …. + (Qn X Pn) Keterangan: Y = Pendapatan Nasional P1 = Harga barang ke-1 Pn = Harga barang ke-n Q1 = jenis barang ke-1
27 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Qn = jenis barang ke-n 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah pendekatan pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang mereka terima dalam proses produksi meliputi: 1. Upah/gaji (w) = balas jasa pemilik tenaga kerja 2. Sewa (r) = balas jasa pemilik tanah 3. Bunga (i) = balas jasa pemilik modal 4. Keuntungan (profit/p) = balas jasa pengusaha Jadi secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagai berikut: Y = w + r + i + p Keterangan: Y = Pendapatan Nasional r = Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya w = Pendapatan bersih dari sewa i = Pendapatan dari bunga p = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Terakhir adalah pendekatan pengeluaran. Nah, pada pendekatan ini pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen, dan pemerintah) dalam suatu negara, meliputi: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (Consumption/C). 2. Investasi domestik bruto (Investment/I).
28 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah (Government Expenditure/G). 4. Ekspor neto atau nilai ekspor (Export/X) dikurangi impor (Import/I) → (X–M). Secara matematis dituliskan sebagai berikut. Y = C + G + I + (X-M) Keterangan : Y = Pendapatan nasional C = consumption ( konsumsi rumah tangga ) I = investment ( investasi ) G = government expenditure ( pengeluaran pemerintah ) X = ekspor M = impor Dikutip dari Buku Pengantar Ekonomi Makro (2006) karangan N.G. Mankiw, GDP atau PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam sebuah negara dalam suatu periode. Selain PDB, rumus pendapatan nasional produk antara lain pendapatan nasional bruto (PNB), produk nasional netto (NNP), pendapatan nasional netto (NNI), pendapatan perseorangan (PI), dan pendapatan yang siap dibelanjakan (DI).Hai, sobat pintar! Setelah mengetahui 3 metode perhitungan pendapatan nasional, sek Ini nih, ada dua metode menghitung pendapatan nasional yang paling sering dipakai yakni metode pendapatan dan metode pengeluaran. Rumus menghitung pendapatan nasional metode pengeluaran yakni menjumlahkan komponen pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan investasi (Y = C + G + I). Sementara rumus pendapatan nasional metode pendapatan yakni menjumlahkan pendapatan sewa, upah, bunga, dan keuntungan (Y = rent + wage + interest + profit). Manfaat Menghitung Pendapatan Nasional Ada beberapa manfaat menghitung pendapatan nasional, diantaranya:
29 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 1. Mengetahui tingkat kemakmuran dari suatu negara 2. Melakukan evaluasi kinerja dari perekonomian dalam skala tertentu. 3. Mengukur perubahan ekonomi dari secara berkala 4. Dapat membandingkan kinerja ekonomin antar sektor 5. Dapat mengetahui indikator kualitas hidup masyarakat dari negara tersebut. Di bawah ini ada beberapa negara dengan pendapatan nasionalnya tertinggi di dunia, lho. Daftar negara dengan pendapatan median tertinggi di dunia dalam dolar AS (kurs Rp14.331 per dolar). 1. Luksemburg sebesar US$26.321 atau setara Rp377 juta 2. Uni Emirat Arab sebesar US$24.292 atau setara Rp348 juta 3. Norwegia sebesar US$22.684 atau setara Rp325 juta 4. Swiss sebesar US$21.490 atau setara Rp307 juta 5. Amerika Serikat sebesar US$19.306 atau setara Rp276 juta 6. Kanada sebesar US$18.652 atau setara Rp267 juta 7. Austria sebesar US$18.405 atau setara Rp263 juta 8. Swedia sebesar US$17.625 atau setara Rp252 juta 9. Denmark sebesar US$17.432 atau setara Rp249 juta 10. Belanda sebesar US$17.154 atau setara Rp245 juta 3.3 Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah tersebut. Menghitung PDRB bertujuan untuk membantu membuat kebijakan daerah atau perencanaan, evaluasi hasil pembangunan, memberikan informasi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
30 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan. Pendekatan Produksi sunting Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 17 lapangan usaha (sektor), yaitu: 1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan
31 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 4) Pengadaan Listrik dan Gas 5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6) Konstruksi 7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8) Transportasi dan Pergudangan 9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10) Informasi dan Komunikasi 11) Jasa Keuangan dan Asuransi 12) Real Estat 13) Jasa Perusahaan 14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15) Jasa Pendidikan 16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17) Jasa Lainnya Pendekatan Pengeluaran sunting Produk Domestik Regional Bruto adalah besaran nilai produk barang dan jasa (output) yang dihasilkan di dalam suatu daerah untuk digunakan sebagai konsumsi akhir oleh rumah tangga, Lembaga Non-profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), dan pemerintah ditambah dengan investasi (pembentukan modal tetap bruto dan perubahan inventori), serta ekspor neto (merupakan ekspor dikurang impor). Pendekatan Pendapatan sunting Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum
32 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
33 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o BAB 4 KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI 4.1 Konsumsi dan Tabungan Pendapatan yang diterima (Y) oleh berbagai golongan sebagian digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi (C) dan sebagian lainnya ditabung (S). secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y = C + S C = Y - S S = Y – C Pengeluaran konsumsi (C) oleh berbagai golongan masyarakat seperti : pembelian pakaian, pembelian mobil, pengobatan dan perumahan. Semakin meningkat pendapatan semakin meningkat pula pembelian untuk berbagai jenis barang, maupun untuk menabung. Akan tetapi pengeluaran untuk makanan akan menurun pada batas tertentu, dan untuk barang-barang rekreasi dan barang mewah pembeliannya akan meningkat searah dengan peningkatan pendapatan. Orang yang miskin tentunya mempunyai kemampuan menabung yang rendah, bahkan tidak ada sama sekali sehingga pendapatan sama dengan konsumsi (Y=C), dan bahkan pula pendapatan lebih kecil dari konsumsi (Y<C),karena itu mereka sering berutang atau mengkorek tabungannya. Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi (S=Y-C) atau disimpan untuk hari tua. Keinginan para keluarga untuk mengkonsumsi dan menabung dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Tingkat pendapatan, konsumsi dan Tabungan Golongan keluarga Tingkat pendapatan Konsumsi Tabungan 1 2 3 4 5 500 1000 1500 2000 2500 600 1000 1400 1750 2050 -100 0 100 250 450
34 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Golongan keluarga yang mempunyai pendapatan Rp.500 sebulan mengalami kekurangan untuk kebutuhan konsumsi, dan tentunya tabungan golongan ini adalah negatif. Untuk itu mereka harus mempergunakan tabungan tahun lalu atau harus menggadaikan perhiasan, atau menjual pakaian, menggadaikan tanah, atau meminjam, dsb. Pada golongan 2 terjadi breakeven poit antara konsumsi dengan pendapatan dimana seluruh pendapatan habis dikonsumsi (Y=C). keluarga pada golongan 3 mempunyai pendapatan Rp.1500, digunakan untuk konsumsi sebesar Rp.1400 jauh lebih besar dari konsumsi golongan 1 dan 2 akan tetapi golongan 3 masih dapat menabung sebesar Rp.100. demikian seterusnya untuk golongan 4 dan 5. Berdasarkan angka-angka pada table 1 dapat dilukiskan pula dalam bentuk gambar, seperti pada gambar 3. Pada garis horizontal Y merupakan pendapatan yang diterima oleh golongan keluarga, sedangkan pada garis vertikal X dicantumkan pengeluaran untuk konsumsi. Garis konsumsi (CC) merupakan fungsi konsumsi. Kurve CC memperlihatkan hasrat untuk konsumsi pada masingmasing golongan yang mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda. Hasrat
35 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o mengkonsumsi ini lazim disebut propencity to consume (MPC). Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan. Sehingga C = f (Y) S = f (Y) Garis 45o menggambarkan apakah konsumsi akan sama, lebih besar atau lebih kecil dari pendapatan. Jika garis konsumsi memotong garis 45o , itu menunjukkan pendapatan sama dengan konsumsi (Y=C), artinya tidak berutang dan tidak menabung atau terjadi break even. Jika garis konsumsi berada disebelah kanan garis 45o itu berarti rumah tangga tidak membelanjakan seluruh pendapatannya, tetapi sisanya ditabung. Tetapi jika garis konsumsi berada disebelah kiri garis 45o itu berarti pembelanjaan lebih besar dari pendapatan. Dengan demikian tabungan negative. Pada gambar 3 bahwa pendapatan OM (Rp.2500) tingkat konsumsi adalah MB (Rp.2050). pada pendapatan OM, tabungan sebesar BB’ dimana tabungan dapat dibaca antara garis CC dan garis 45o . golongan keluarga yang mempunyai pendapatan sebesar OL (Rp.1000) harus mengeluarkan seluruh pendapatannya untuk konsumsi., sebesar LQ. Itu berarti golongan tersebut mempunyai pendapatan hanya cukup untuk kebutuhan konsumsi. Jika pendapatan lebih kecil dari OL, maka tidak akan mencukupi lagi kebutuhan konsumsi, demikian tabungan negatif 4.2 Marginal Propencity to Consume (MPC) dan Marginal Propencity to Save (MPS) Pembicaraan tentang kecenderungan konsumsi dan kecenderungan menabung sebagai akibat dari tambahan pendapatan merupakan sesuatu yang cukup penting. Berapa besar jumlah yang akan dibelanjakan untuk tambahan konsumsi jika seseorang menerima tambahan pendapatan. Perbandingan antara tambahan konsumsi dan tambahan pendapatan disebut Marginal Propencity to Consume (MPC). Dan perbandingan antara tambahan tabungan dan tambahan pendapatan disebut Marginal Propencity to Save. (MPS) dan dapat dirumuskan sebagai berikut: MPC = Y C MPS = Y S atau MPS = 1 – MPC MPC + MPS = 1 MPC = 1 – MPS MPS = 1 - MPC Berdasarkan angka pada tabel 1 maka MPC dan MPS dapat diselesaikan dengan contoh pada tabel 2.
36 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Tabel 2 Tambahan Pendapatan, Tambahan Konsumsi, MPC dan MPS . Golongan Keluarga Tambahan Pendapatan Tambahan Konsumsi MPC = Y C MPS = 1 MPC 1 2 3 4 5 - 500 500 500 500 - 400 400 350 300 - 0,8 0,8 0,7 0,6 - 0,2 0,2 0,3 0,4 Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan atau C = f (Y) dan S = f (Y), maka bentuk fungsi konsumsi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut; C = co + cY . Di mana : co merupakan besarnya Konsumsi pada saat pendapat sebesar nol, karena penduduk harus tetap hidup walaupun belum ada penghasilan. cY Consumsi marginal sebagai akibat adanya tambahan pendapatan Karena Pendapatan (Y) adalah konsumsi ditambah Saving atau : Y = C + S Dan C = co + cY Maka Y = co + cY + S Dimana S = Y – C Atau S = Y – co – cY atau S = - co + ( 1 – MPC ) Y Maka S = -co + MPS.Y Fungsi konsumsi dan fungsi Saving dapat dilukiskan dengan gambar 4. Intercept – co kita gambarkan pada sumbu vertical dibawah titik asal ( 0 ). Kita ketahui bila pendapatan sama dengan konsumsi, berarti jumlah tabungan sama dengan nol, berarti pada saat itu garis tabungan harus memotong sumbu horisontal (Y). Jadi dengan menghubungkan titik – co dengan titik Y* , kita mendapatkan fungsi tabungan. Perilaku konsumsi masyarakat tidak hanya semata-mata ditentukan oleh pendapatan, tetapi dipengeruhi oleh factor-faktor lain. Hal
37 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o tersebut dapat kita perhatikan pendapat para pakar terdahulu ; John Maynard Keyness dalam General Theory (Sadono, 2000, hal.339) mengemukakan bahwa konsumsi ditentukan oleh pendapatan, dalam Theory Keyness menamakan Absolute Incame Hypothesis (hypothesis pendapatan mutlak). Ada tiga ciri penting dari teori pendapatan mutlak, Pertama tingkat konsumsi rumah tangga pada suatu periode ditentukan oleh pendapatan disposable, semakin tinggi tingkat pendapatan disposable semakin banyak tingkat konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga. Kedua apabila pendapatan disposible meningkat maka tingkat konsumsi juga akan meningkat tetapi dalam jumlah yang lebih kecil dari peningkatan pendapatan, atau dengan kata lain kecenderungan konsumsi marginal nilainya lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu. Berdasarkan hasil observasi bahwa sikap konsumsi masyarakat pada tingkat pendapatan rendah mempunyai MPC yang lebih tinggi dibanding dengan MPC pada tingkat pendapatan tinggi. Atau dengan kata lain MPC semakin menurun jika pendapatan semakin meningkat. Ketiga walaupun seseorang atau keluarga tidak mempunyai pendapatan, mereka tetap melakukan pembelian untuk konsumsi karena mereka perlu makan, beli pakaian dan sewa rumah. Pembelanjaan konsumsi seperti ini dipandang sebagai konsumsi otonomi yang tidak dipengaruhi oleh factor lain. Franco Modigliani tahun 1950an (Sadono, 2000, hal. 349), dalam teorinya Hipotesis Siklus Kehidupan (Life Cycle Hipothesis), menerangkan teori konsumsi jangka panjang dengan teori konsumsi Keyness. Pada dasarnya hipotesis siklus kehidupan berpendapat bahwa konsumsi seseorang pada suatu waktu tertentu dipengaruhi oleh dua factor utama : (I) pendapatan yang akan diterima sepanjang hidupnya, dan (II) lamanya seseorang itu akan terus hidup apabila tidak bekerja lagi. Teori hipotesis siklus kehidupan mempunyai pandangan pokok ;
38 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 1. Pendapatan tahunan seseorang untuk sepanjang masa kerjanya dianggap tetap. Sepanjang masa tersebut ia terus menerus bekerja dan pendapatan tahunannya tidak berubah. Dalam analisis yang akan dibuat dimisalkan pendapatan tahunan individu tersebut adalah Y dan ia akan bekerja selama T tahun. Seterusnya dalam analisis yang akan dibuat dimisalkan individu tersebut akan terus hidup selama R tahun setelah ia berhenti bekerja. 2. Suku bunga adalah nol. Ini berarti walaupun individu tersebut menabung sepanjang masa kerjanya, ia tidak akan memperoleh tambahan pendapatan dari bunga tabungannya. 3. Pemilikan kekayaan – yaitu pendapatan yang diterima dari warisan dan bukan dari bekerja, dibedakan dalam dua kasus. Analisis pertama akan memisalkan orang tersebut tidak menerima warisan sepanjang hidupnya. Dalam kasus kedua, analisis akan memisalkan individu tersebut menerima kekayaan/warisan sebanyak W pada ketika ia mulai bekerja. 4. Dari semenjak bekerja hingga keakhir hayatnya individu tersebut akan melakukan konsumsi yang sama jumlahnya pada setiap periode/tahun. Ini berarti tingkat konsumsi adalah tetap (sama) ketika bekerja dan ketika sudah pensiun. Konsumsi dimasa pensiun dibiayai oleh tabungannya yang diperoleh dari pendapatan ketika bekerja. 5. Individu tersebut tidak bermaksud meninggalkan harta pusaka kepada keluarganya, dengan perkataan lain, pada ketika individu itu meninggal, semua tabungan dan warisan yang diperolehnya akan dibelanjakan selama pensiun. Individu itu tidak meninggalkan warisan. Friedman dalam Teorinya Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanen Income Hipothesis), mengemukakan bahwa konsumsi rumah tangga ditentukan oleh pendapatan jangka panjang. Menurut hipotesis pendapatan permanen, tingkat konsumsi seseorang pada suatu waktu tertentu bukan ditentukan oleh pendapatan yang sebenarnya diterima pada waktu tersebut tetap oleh pendapatan permanen pada waktu tersebut. Misalkan seorang pedagang kain selama tiga tahun belakangan ini mendapat pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diterima setelah dikurangi modal membeli kain, gaji pekerja dan sewa, berturut-turut sebanyak Rp10 juta, Rp12 juta, dan Rp17 juta. Berarti rata-rata dalam tiga tahun dalam
39 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o belakangan ini pedagang tersebut memperoleh pendapatan sebanyak Rp.13 juta per tahun. Menurut hipotesis pendapatan permanen, konsumsi pedagang tersebut pada masa kini akan didasarkan kepada pendapatan permanent, yaitu pendapatam sebanyak Rp.13 juta, dan bukan kepada pendapatan terakhir yang diperoleh, yaitu Rp.17 juta. James Duesenberry (Guritno,1992,hal.69) dalam teorinya Hipotesis Pendapatan Relatif ( Relatif Income Hypothesis) membuat dua asumsi ; pertama, selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependent, yaitu terpengaruh atas pengeluaran yang dilakukan oleh tetangganya. Kedua, pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan absolute sebagaimana dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan aspek psichologi konsumen. Duesenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu rumah tangga sangat tergantung pada posisi rumah tangga tersebut pada Masyarakat sekelilingnya, apabila konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang lebih kaya, maka ada efek demonstrasi (demonstration effect). Akan tetapi, peniruan pola kosumsi tetangga harus dianalisis dengan melihat kedudukan relatif rumah tangga tersebut pada masyarakat sekelilingnya. Misal, sebuah rumah tangga yang berpenghasilan Rp.3 juta per bulan dan tinggal didaerah yang rata-rata penghasilan masyarakatanya sebesar Rp.500.000,- akan cenderung untuk menabung lebih banyak dan konsumsi lebih sedikit sebab penghasilannya relatif lebih tinggi dari masyarakat sekitarnya. Sebaliknya, apabila rumah tangga tersebut tinggal didaerah yang rata-rata penghasilan masyarakatnya sebesar Rp.5 juta, maka rumah tangga dengan penghasilan Rp.3 juta cenderung akan mempunyai pengeluaran konsumsi yang lebih besar dan tabungan lebih sedikit, sebab penghasilannya relatif lebih rendah dari penghasilan masyarakat sekitarnya.
40 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Dari fungsi konsumsi jangka panjang tersebut Duesenberry memperoleh fungsi konsumsi jangka pendek yang didasarkan pada asumsi kedua. Besarnya pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah dicapai. Apabila terjadi kenaikan pendapatan, maka pengeluaran konsumsi akan cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan apabila pendapatan turun, maka pengeluaran konsumsi juga turun akan tetapi proporsinya lebih kecil daripada proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi akibat kenaikan pendapatan. Jika dalam keadaan tidak ada perusahaan, tidak ada pemerintah, dan tidak sektor luar negeri, maka pendapatan nasional keseimbangan (equilibrium) dicapai pada saat konsumsi sama dengan pendapatan nasional, dan tabungan sama dengan nol. Bila kita ketahui fungsi konsumsi C = 100 + 0,75 Y, maka besarnya konsumsi dan pendapatan nasional keseimbangan sebagai berikut : Y = C Y = 100 + 0,75 Y (1 – 0,75) Y = 100 0,25 Y = 100 Y = 400. Jadi nilai pendapatan nasional keseimbangan sebesar 400. Untuk menghitung tingkat konsumsi keseimbangan, dapat dicari dengan memasukkan nilai pendapatan nasional ke dalam fungsi konsumsi. C = 100 + 0,75 Y C = 100 + 0,75 (400) = 100 + 300 = 400. Dengan demikian tingkat pendapatan nasional sama dengan tingkat konsumsi yaitu sebesar 400.
41 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 4.3 Investasi Investasi mempunyai hubungan dengan tabungan. Pendapatan yang diterima sebagian dipakai untuk konsumsi dan sebagainnya lagi untuk ditabung. Dari segi pengeluaran, pendapatan itu dipergunakan sebagian untuk pengeluaran konsumsi dan sebagian untuk pengeluaran investasi. Dalam pembahasan ini, kita hanya mengacu pada ekonomi dua sektor. Sehingga kita kembali pada rumus semula yaitu: Y = C + S, jika S = I maka dapat ditulis Y = C + I Hal ini dapat dimengerti bahwa sipenabung yang menyimpan uangnya di bank, bukan disimpan dibawah bantal atau dalam laci lemarinya. Sehingga para investor dapat meminjam di bank dan digunakannya untuk menambah atau mempertahankan stok capitalnya. Dalam kondisi sekarang ini, biasanya Golongan yang menabung tidaklah sama dengan Golongan yang menjalankan investasi. Golongan menabung mempunyai pertimbangan yang berbeda dengan Golongan yang menjalankan investasi. Hanya dalam beberapa hal tertentu saja sipenabung sendiri yang menjalankan investasi. Misalnya seseorang yang mempergunakan tabungannya untuk perbaikan rumahnya sendiri. Atau kalau sebuah perusahaan mempergunakan tabungannya sendiri untuk membeli barang modal, baik untuk penggantian modal yang sudah lama maupun untuk menambah peralatan modal dengan mesin yang baru. Pengertian investasi itu sendiri adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persedian capital (Capital stock). Persedian capital meliputi ; Pendirian Gedung, pendirian pabrik baru, pengadaan mesin sebagai peralatan modal, persedian barang - barang dan barang dan tahan lama lain yang dipakai dalam proses produksi. Dalam ilmu ekonomi, investasi dibagi atas dua, yaitu “ autonomous investment dan induced investment “. Atau investasi yang tidak terpengaruh oleh besar kecilnya pendapatan
42 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o masyarakat dikenal dengan autonomous investment, sedangkan investasi yang terpengaruh oleh besar kecilnya pendapatan dikenal dengan induced investment. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi Banyak pertimbangan bagi investor dalam melaksanakan investasi. Pertimbangan yang merupakan penentu investasi sebagai berikut : 1. Harapan pendapatan di masa depan. Seorang pengusaha, membeli barang modal jika barang modal tersebut berguna dalam proses produksi, artinya di masa depan dari pemberian tersebut akan lebih besar dari harga pembelian barang modal itu. 2. Tingkat bunga. Tingkat bunga memainkan peranan penting dalam pelaksanaan investasi. Makin rendah tingkat bunga makin banyak investasi yang akan dilakukan, sebaliknya jika tingkat bunga tinggi maka keinginan investasi akan kecil, karena tingkat bunga tinggi akan merupakan beban biaya yang tinggi bagi investor, yang harus dibayar kepada pihak bank. Disisi lain, tingkat bunga yang tinggi akan membuat biaya produksi tinggi, dan harga jual produk yang dihasilkan akan menjadi mahal dan tidak dapat bersaing di pasaran. 3. Harga peralatan yang digunakan. Tinggi rendahnya harga peralatan akan berpengaruh terhadap investasi. 4. Faktor kesiapan teknologi. Teknologi yang semakin maju akan mendorong para investor untuk melaksanakan penanaman modal. Tekhnik produksi canggih, efisien akan menekan biaya produksi.
43 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o BAB 5 PENDAPATAN NASIONAL KESEIMBANGAN 5.1 Pengertian Pendapatan Nasional Keseimbangan Pendapatan Nasional Keseimbangan (Y) adalah jumlah total nilai output dari semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam satu periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Konsep ini menggambarkan keseluruhan aktivitas ekonomi dalam suatu negara. Pendapatan nasional juga merupakan suatu bentuk tolak ukur yang dipakai untuk memperhitungkan suatu perekonomian negara untuk memperolah gambaran tentang perekonomian yang sudah dicapai dan nilai pengeluaran yang diproduksi. Singkatnya, pendapatan nasional adalah suatu alat ukur untuk menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Dengan bahasa yang lebih sederhana, pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat suatu Negara dalam kurun waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Dalam pengertian lain, pendapatan nasional juga dapat diartikan sebagai nilai total output akhir suatu negara dari semua barang dan jasa baru yang diproduksi dalam satu tahun. Pencatatan pendapatan nasional merupakan sistem pembukuan yang digunakan pemerintah untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi negara dalam periode waktu tertentu. Menurut para ahli, seperti John Maynard Keynes, pendapatan nasional keseimbangan tercapai ketika tingkat pengeluaran agregat (konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor bersih) sama dengan pendapatan nasional. Keynes percaya bahwa dalam kondisi keseimbangan ini, perekonomian akan mencapai tingkat pengangguran yang minimal dan tidak akan mengalami inflasi atau deflasi yang signifikan. Kemudian menurut Milton Friedman, beliau menekankan pentingnya kestabilan nilai uang dalam mencapai pendapatan nasional keseimbangan. Baginya, perekonomian mencapai keseimbangan saat jumlah uang beredar sesuai dengan tingkat produksi dan permintaan agregat. Friedman juga menyoroti pentingnya kebijakan moneter yang tepat untuk menjaga
44 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o stabilitas nilai uang. Dan menurut Paul Samuelson, pendapatan nasional keseimbangan sebagai titik di mana jumlah pengeluaran agregat sama dengan jumlah pendapatan nasional. Menurutnya, dalam kondisi ini, tidak ada dorongan yang signifikan untuk mengubah tingkat produksi atau pengangguran, sehingga perekonomian berada pada tingkat keseimbangan jangka panjang. 5.2 Penentuan Pendapatan Nasional Keseimbangan Rumus keseimbangan pendapatan nasional adalah patokan untuk menyeimbangkan pendapatan dengan pengeluaran. Pengumpulan datanya butuh proses yang panjang dari daerah ke pusat serta tingkat ketelitian yang tinggi. Bagi masyarakat umum, yang penting adalah memperhatikan sektor-sektor mana yang menjadi prioritas pemerintah agar bisa mempersiapkan diri jika ada perubahan kebijakan yang signifikan. Dalam e-modul Direktorat Pembinaan SMA Kemdikbud tentang Pendapatan Nasional (2019) yang ditulis Wahyu Rini Mulyasari disebutkan bahwa pendapatan nasional adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang diperoleh semua masyarakat atau pelaku ekonomi yang tinggal di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, keseimbangan pendapatan nasional adalah keseimbangan antara keseluruhan pendapatan dengan keseluruhan pengeluaran. Dengan demikian, seluruh pengeluaran yang dilakukan harus seimbang dengan pendapatan. Dalam rumus, pengeluaran dapat terdiri dari 1, 2, 3 dan 4 sektor. Pada umumnya, negaranegara menggunakan rumus keseimbangan pendapatan nasional 4 sektor, yaitu dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, investasi, pemerintah dan luar negeri. Berikut rumusnya: 1 sektor, yaitu Y = C 2 sektor, yaitu Y = C + I 3 sektor, yaitu Y = C + I + G
45 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o 4 sektor, yaitu Y = C + I + G + (X-M) Keterangan: Y = pendapatan nasional C = consumption atau konsumsi rumah tangga I = investment atau investasi G = goverment atau pemerintah X = ekspor M = impor Contoh soal : Diketahui rumus untuk menghitung Pendapatan Nasional Keseimbangan (Y) adalah: [Y = C + I + G + (X - M)] Dimana: - Konsumsi rumah tangga (C) sebesar $500 miliar, - Investasi oleh perusahaan (I) sebesar $200 miliar, - Pengeluaran pemerintah (G) sebesar $300 miliar, - Ekspor (X) sebesar $150 miliar, dan - Impor (M) sebesar $100 miliar. Berapakah Pendapatan Nasional Keseimbangan (Y)? Penyelesaian: Substitusi nilai-nilai yang diberikan ke dalam rumus: [Y = 500 + 200 + 300 + (150 - 100)\] [Y = 500 + 200 + 300 + 50\] [Y = 1000 + 50\] [Y = 1050\] Jadi, Pendapatan Nasional Keseimbangan (Y) adalah $1050 miliar. 5.3 Multiplier Multiplier atau angka pengganda adalah suatu perhitungan yang digunakan dalam menganalisis perubahan pendapatan nasional. Secara matematis, multiplier dapat dirumuskan dengan rumus angka pengganda.
46 | P e n g a n t a r E k o n o m i M a k r o Dikutip dari buku Matematika Ekonomi yang ditulis oleh Makmur M MA dan Andi Afrizal, S.E, M.Si, C.A, angka pengganda atau multiplier adalah bilangan yang menjelaskan tambahan pendapatan nasional sebagai akibat adanya perubahan pada variabelvariabel tertentu (investasi, pengeluaran pemerintah) dalam perekonomian. Seorang ekonom bernama Keynes menyebutkan bahwa angka pengganda atau multiplier digunakan sebagai penggambaran dari penambahan pendapatan nasional sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel tertentu. Angka pengganda juga dapat diartikan sebagai suatu perbandingan jumlah pertambahan atau pengurangan dalam pendapatan nasional dan jumlah pertambahan atau pengurangan agregat yang dapat mengakibatkan adanya perubahan terhadap pendapatan nasional itu sendiri. Angka pengganda atau multiplier bisa dihitung secara matematis Menurut Husna Ni’matul Uly dalam Ekonomi Makro Islam, rumus yang digunakan dalam perhitungan multiplier adalah sebagai berikut: k = 1/1-MPC atau k = 1/MPS Keterangan: k: Angka pengganda MPC: Marginal Propensity to Consume MPS: Marginal Propensity to Saving Tujuan Multiplier Tujuan dari konsep multiplier dalam ekonomi adalah untuk mengukur dampak dari perubahan pengeluaran suatu sektor terhadap pendapatan nasional secara keseluruhan. Dengan kata lain, multiplier menunjukkan seberapa besar pengeluaran tambahan dari suatu sektor akan mempengaruhi pendapatan nasional secara keseluruhan. Beberapa tujuan utama dari konsep multiplier adalah: 1. Multiplier digunakan untuk mengukur efek dari kebijakan fiskal seperti perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau perubahan dalam pajak terhadap aktivitas ekonomi secara