hasil tersebut menunjukkan bahwa posisi pengembangan kawasan tiga desa wisata Tangkahan adalah sangat kuat yang mana kekuatan yang dimiliki dapat mengatasi kelemahan kelemahan yang menjadi penghambat. Faktor faktor yang menjadi keuatan terbesar di kawasan tiga desa tersebut adalah faktor profesi masyarakat yang mayoritas adalah pedagang, kemudian faktor sikap masyarakat setempat yang ramah terhadap pendatang, dan dukungan aparat desa yang baik. Ketiga faktor tersebut mendapatkan skor yang sama besar yaitu 0,219. Dari faktor profesi terlihat bahwa penduduk di kawasan tiga desa memiliki jiwa pengusaha dan kemauan untuk mandiri secara ekonomi, masyarakat setempat lebih memilih menciptakan lapangan pekerjaan daripada sekedar mencari pekerjaan. Tentunya dengan pengembangan desa wisata yang tepat, masyarakat memiliki peluang dalam mengembangka usaha sehingga perekenomian masyarakat desa meningkat. Dari matriks IFAS diatas menunjukkan faktor pendanaan pengembangan desa wisata menempati posisi teratas sebagai faktor kelemahan terbesar dengan skor 0,114. Faktor kedua adalah pelaku UMKM kesulitan berkreativitas menggunakan media sosial menjadi dengan skor 0,108. Berdasarkan penelusuran tim peneliti, kekuarangan dalam pendanaan pengembangan wisata terlihat dari infrastruktur kawasan wisata yang tidak layak. Seperti misalnya jalan menuju lokasi yang rusak dan berlubang, sarana transportasi yang sangat terbatas sehingga turis harus menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai desa, sampai dengan jaringan internet. Apabila tidak ada penanganan khusus memajukan infrastruktur desa, dikhawatirkan akan terus menerus menghambat kemajuan wisata di Tangkahan, dan sulit mewujudkan kemakmuran masyarakat di kawasan tiga desa wisata Tangkahan. Kemudian hal menarik yang ditemukan tim peneliti adalah pelaku UMKM kesulitan dalam memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan usaha dan wisata desa, kesulitan yang dihadapi relevan dengan hasil sebelumnya bahwa mayoritas belum mampu membuat narasi, konten dan animasi yang menarik dalam media sosial. Sehingga dari hal hal tersebut wisata Tangkahan belum terekspos secaramaksimal.
b. Analisis Matriks Eksternal Analisis matriks eksternal menunjukkan data mengenai peluang danancaman/hambatan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata Tangkahan Tabel 6. Matriks EFAS Faktor Eksternal Peluang/opportunity Total Nilai Bobot Rating Skor 1. Antusias masyarakat Sumatera Utara dan sekitarnya untuk berwisata semakin meningkat seiring dengan berakhirnya pandemic covid 19 465 0,125 3 0,375 2. Banyak agen wisata seperti biro perjalanan yang dapat mempromosikan wisata sawah desa 458 0,123 3 0,369 3. Konservasi alam seperti pelestarian Gajah di Sumatera Utara hanya ada di kawasan Tangkahan 463 0,125 3 0,375 4. Kabupaten Langkat terkenal memiliki banyak wisata alam seperti pantai, air terjun, pemandian, sehingga diharapkan pengunjung tersebut dapat singgah ke wisata desa wisata Tangkahan 444 0,119 3 0,357 5. Sumatera Utara menempati urutan tertinggi sebagai penduduk dengan jumlah pengguna media sosial di kawasan Pulau Sumatera 457 0,123 3 0,369 Total Faktor Peluang 228 7 0,615 1,845 Faktor Eksternal Ancaman/Threat 1. Belum ada investor yang bersedia membangun wisata sawah desa 316 0,085 2 0,17 2. Adanya kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dana pengembangan wisata 337 0,092 2 0,184 3. Kenaikan harga pangan dan BBM mempengaruhi daya beli pengunjung /wisatawan 376 0,101 3 0,303 4. Terdapat kawasan ekowisata Bukit Lawang yang sudah lebih dulu popular di Kabupaten Langkat. 393 0,107 3 0,321 Total Faktor Eksternal Ancaman 142 2 0,385 0,978 Total Faktor Eksternal 370 9 1,00
Berdasarkan perhitungan dari matriks EFAS skor total peluang (0,1845) lebih besar dari skor total ancaman (0,978) hal ini berarti peluang yang dimiliki dalam pengembangan wisata Tangkahan dapat mengatasi ancaman/hambatan yang ada. Faktor peluang terbesar adalah keberadaan konservasi Gajah di kawasan hutan nasional merupakan satu satunya di Sumatera Utara, yang dikelilingi tiga desa dengan ciri khas kearifan lokal yang unik. Faktor berikutnya adalah antusiasme masyarakat untuk berwisata alam cukup tinggi (0,375). Antusiasme masyarakat yang cukup tinggi ditambah dengan keberadaan konservasi gajah di hutan Tangkahan menjadi peluang tertinggi dalam pengembangan desa wisata, selain itu berdasar survey yang dilakukan (1) tingkat penetrasi penggunaan media sosial di Pulau Sumatera mencapai 76,62%, sehingga banyaknya warga yang menggunakan media sosial dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM Tangkahan untuk melakukan promosi usaha dan wisata Tangkahan. Berdasarkan matrik EFAS, ancaman terbesar adalah faktor keberadaan kawasan ekowisata Bukit Lawang yang sudah lebih dulu popular di Kabupaten Langkat. Dan Sumatera Utara. Kawasan Bukit Lawang yang merupakan kawasan ekowisata hanya berjarak 39 Km dari Tangkahan, kawasan tersebut merupakan lokasi wisata yang sudah dikenal terlebih dahulu di wilayah Sumatera serta dikelola dengan lebih professional, selain itu akses dan infrastruktur menuju kawasan Bukit Lawang jauh lebih baik daripada Tangkahan, jaringan internet yang baik dan sarana prasarana memadai. Sehingga, persaingan antara wisata Tangkahan dan Bukit Lawang menjadi faktor ancaman terbesar
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2007). Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama Media. Arsanti, M. (2017). Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Prostitusi Online.EJournal Ilmu Komunikasi, 5961(3). ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Badudu, J. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan,. Belshaw, D. (2011). What is “digital literacy”. A pragmatic investigation. Durham University. Boestam, A. B., & Derivanti, A. Des. (2022). Komunikasi Digital dan Perubahan Sosial. Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 6(4), 2829–2834. https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.4032/http E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi. Jurnal Penelitian Pos Dan Informatika, 6(1). Bungin, B. (2021). Penelitian kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya (cet. 10). Kencana Prenada Media Group. Martin. (2003). enGauge 21st Century Skills: Literacy in the digital age. Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia.”. Jurnal PUBLICIANA, 9(1). Chandrawati, S. R. (2010). Pemanfaatan E-Learning dalam pembelajaran. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 8(2). Damayanti, M. N., & Yuwono, E. C. (2013). Avatar, Identitas dalam Cyberspace. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 15(1). Effendi, F. (2019). Pengaruh Literasi Media Digital Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. JOM FTK UNIKS, 1. Freeman C. (1990). The Economics of Innovation. Edward Elgar Publishing. Gilster, P. (2007). Digital literacy. Wiley. Haryadi, T. (2018). Adaptasi Teori Difusi-Inovasi dalam Game “Yuk Benahi” denganPendekatan Komunikasi SMCR. Research Gate. https://www.researchgate.net/figure/Gambar-3-Model-KomunikasiSMCR_fig2_334802796 Iriantara, Y. (2009). Literasi Media: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Simbiosa Rekatama Media. Jap, T. (2013). The Development of Indonesian Online Game Addiction Questionnaire. PLoS ONE, 8(4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0061098
JISC. (2017). Developing digital literacies. Junaedi, F. (2011). Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Aspikom. Karim, B. A. (2020). Pendidikan Perguruan Tinggi Era 4.0 Dalam Pandemi Covid-19 (Refleksi Sosiologis). Education and Learning Journal, 1(2). Kominfo. (2022). Status Liteasi Digital di Indonesia 2022. In Katadata Insight Center (Issue Status Literasi Digital di Indonesia, p. 80). https://survei.literasidigital.id/ Kustiawan, W., Nurlita, A., Siregar, A., Siregar, S. A., Ardianti, I., Hasibuan, M. R., & Agustina, S. (2022). Media Sosial Dan Jejaring Sosial. Maktabatun: Jurnal Perpustakaan Dan Informasi, 2(1), 26–30. Martin, A., & Grudziecki, J. (2006). DigEuLit: Concept and tools for digital literacy development. Innovation in Teaching and Learning in Information and Computer Sciences. Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Mubarok, F. S. (2022). Pemanfaatan New Media untuk Efektivitas Komunikasi di Era Pandemi. JurnalIlmiah Komunikasi Massa, 10(1), 28–42. http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/makna Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 7(2), 74–87. jurnal.kominfo.go.id Munir. (2017). Pembelajaran digital. Alfabeta. Nafis, M. M. (2011). Pavlik, J., & Shawn, M. (2004). Converging Media: An Introduction to Mass Communication. Pearson. Piliang, Y. A. (2012). Masyarakat Informasi dan Digital : Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 27(11), 143–156. Potter W. J. (2011). Media Literacy (Fifth Edit). Sage Publication. Pratyaksa, I. G. T., & Putri, N. W. E. (2022). Komunikasi Digital dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa New Normal. Communicare, 3(2), 161– 170. Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrant. On the Horizon, 9(5). Putra, Y. . (2016). Theoritical review: Teori perbedaan generasi. Among Makarti, 9(18). Putri, F. A. (2021). Mengenal SMCR, Model Komunikasi yang Dipelopori David Kenneth Berlo. Restianty, A. (2018). Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru Dalam Literasi Media. Gunahumas, 1(1), 72–87. https://doi.org/10.17509/ghm.v1i1.28380 Rianto, P. (2016). Media Baru, Visi Khalayak Aktif dan Urgensi Literasi Media. Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(2).
Rohmah, N. (2019). Literasi Digital Untuk Peningkatan Kompetensi Guru Di Era Revolusi Industri 4.0. Awwaliyah:Jurnal PGMI, 2(2), 128–134. Rosalina, D., Yuliari, K., Setianingsih, D., & Zati, M. R. (2021). Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kompetensi Literasi Digital Mahasiswa di Era Revolusi Industri 4.0. EKONIKA Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, 6(2), 294. https://doi.org/10.30737/ekonika.v6i2.1996 Sazali, H., & Rozi, F. (2020). Belanja Online dan Jebakan Budaya Hidup Digital pada Masyarakat Milenial. JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study, 6(2), 85–95. https://doi.org/10.31289/simbollika.v6i2.3556 Siregar Nina Siti Salmaniah, (2020) Social Media For Tourism Marketing, Journal of Enviromental Treatment Technique ,8(1) ,p.262 -264 Subandy, I. I., & Akhmad, B. A. (2014). Komunikasi dan Komodifikasi, Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Sukandarrumidi. (2002). Metode Penelitian. Gajah Mada University. Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Cet. Ke-7). Remaja Rosdakarya. Suriani, A. I., & Hadi, S. (2022). Kebijakan literasi digital bagi pengembangan karakter peserta didik. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 7(1). Suryanto. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Setia Bandung. Susanti, E., & Sholeh, M. (2008). Rancang Bangun Aplikasi E-Learning. Jurnal Teknologi, 1(1). Tamburaka, A. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Raja Grafindo. Wijayani, Q. N. (2022). Aplikasi Model Komunikasi Berlo dalam Komunikasi Pemasaran PT. Lion Wings Indonesia. Jurnal Komunikasi, 16(1), 101–120. Wijonarko, E. S. (2020). Manfaat literasi digital bagi masyarakat dan sektor pendidikan pada saat pandemi covid-19. Buletin Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, 3(2). Zainuddin, Z. (2006). Pola Pemanfaatan Internet Oleh Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Jurnal Studi Perpustakaan Dan Informasi, 2(1). Gilster, Paul. 1997, Digital Literacy. New York: John Wiley and Sons. Inc Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial ;Prespektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Nurudin ,2005, Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hague, & Payton. 2010. Digital literacy across the curriculum a Futurelab handbook. Arifin, Anwar., 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Armico. Hermawan Kartajaya,2005,Marketing in Venus, MarkPlus, Inc. 1. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Profil Internet Indonesia 2022. Apji.orOd [Internet]. 2022;(June):10. Available from: apji.or.id 2. Pereira L, Pinto M, da Costa RL, Dias Á, Gonçalves R. The new swot for a sustainable world. J Open Innov Technol Mark Complex [Internet]. 2021;7(1):1–31. Available from: https://doi.org/10.3390/joitmc7010018 3. Ab Talib MS, Hamid ABA. Halal logistics in Malaysia: A SWOT analysis. J Islam Mark. 2014;5(3):322–43. 4. Siregar NSS, Nasrul, Yusuf, Sriekaningsih A, Mokodompit EA. Social media for tourism marketing. J Environ Treat Tech. 2020;8(1):262–4. 5. Nadda VK, Dadwal SS, Firdous A. Social media marketing. In: Handbook of Research on Integrating Social Media into Strategic Marketing. IGI Global; 2015. p. 359–79. 6. Rhama B. The meta-analysis of ecotourism in National Parks. African J Hosp Tour Leis. 2020;9(1):1– 17. (https://wwf.panda.org/discover/knowledge_hub/endangered_species/elephants/hu man_elephant_conflict/ (https://kolom.tempo.co/read/1625465/konservasi-orangutan-di-sumatera-antaratantangan-dan-peluang. )